program studi ilmu politik fakultas ilmu sosial...

133
REKRUTMEN DAN OLIGARKI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi tentang Faktor-Faktor Keterpilihan Basuki Tjahaja Purnama Sebagai Calon Gubernur dari PDI-Perjuangan pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: RizkyIlham 1110033200001 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: ngodien

Post on 02-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

REKRUTMEN DAN OLIGARKI

DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

(Studi tentang Faktor-Faktor Keterpilihan Basuki Tjahaja Purnama Sebagai

Calon Gubernur dari PDI-Perjuangan pada Pemilihan Gubernur DKI

Jakarta Tahun 2017)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

RizkyIlham

1110033200001

PROGRAM STUDI ILMU POLITIKFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA2017

i

ii

iii

iv

ABSTRAKSI

Rizky IlhamPDI-Perjuangan Dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017

Studi Tentang Pencalonan Basuki Tjahaja Purnama Sebagai CalonGubernur

Skripsi ini membahas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan) dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 dengan studi tentangpencalonan Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon gubernur. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui dan menggambarkan alasan PDIP memilih untuk mengusung BasukiTjahaja Purnama (Ahok) sebagai calon gubernur pada pilgub DKI 2017. Sebagaimanalumrah diketahui bahwa PDIP adalah salah satu partai kader, dan partai berlambangBanteng ini memutuskan untuk memenangkan Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta.Sehingga penunjukan Ahok sebagai calon pilihan PDI-Perjuangan pada Pilgub kali initerkesan tidak konsiten, mengingat PDI-Perjuangan adalah partai kader.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk pengumpulan data,yakni melalui observasi, dokumentasi dan wawancara langsung. Penyusunan dimulaidari tahapan analisis, yakni dimulai dengan mengulas kembali beberapa sejarahpenjaringan atau penunjukan individu sebagai calon gubernur yang diambil dari kaderpartai sendiri. Sedangkan beberapa teori yang dijadikan pisau analisa meliputi,pengertian dan fungsi partai politik dan teori rekrutmen politik. Penulis jugamenggunakan teori negosiasi politik untuk menjelaskan terpilihnya Ahok oleh PDIPsebagai calon gubernur DKI Jakarta 2017.

Melalui beberapa teori (seperti yang disebutkan di atas) dan fakta di lapangan.Peneliti menemukan adanya kebijakan jalan tengah dari PDIP dalam penentuan Ahoksebagai calon Pilgub DKI Jakarta. Kebijakan itu yakni, Partai yang identik denganWong Cilik ini mencoba untuk menjembatani antara kepentingan partai seperti,memenangkan pemilihan, merawat kaderisasi dan menjaga eksistensi partai. Di lainsisi, PDIP juga harus merawat kepercayaan publik atau masyarakat DKI Jakarta yangbegitu tinggi terhadap duet petahana.

Selain sebagai jembatan antara kepentingan partai dan suara masyarakat DKIJakarta. PDIP juga sangat rasional dalam menentukan skala prioritas. Partai penguasaini tidak memaksakan kehendak untuk memilih kadernya sendiri untuk maju sebagaicalon gubernur DKI Jakarta. Serta kebijakan partai dalam mengusung Ahok jugaberdasarkan nilai tawar yang ia miliki. Di lain hal PDIP menyadari posisi tawar partaiyang tidak begitu tinggi.

Keyword : PDIP, Pilgub DKI, rekrutmen politik

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis sampaikan atas

segala rahmat dan karunia-Nya yang telah di berikan pada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap

dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, rasul yang sangat berjasa besar pada

umatnya semua dalam membuka gerbang ilmu pengetahuan.

Skripsi yang berjudul “Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Dalam

Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 Studi Tentang Pencalonan Basuki

Tjahaja Purnama (Ahok) Sebagai Calon Gubernur” penulis susun dalam rangka

memenuhi dan melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada

Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setulus dan sepenuh hati, penulis sadar bahwa tidak akan sanggup menghadapi

dan mengatasi berbagai macam hambatan dan rintangan yang menggangu lancarnya

penulisan skripsi ini, tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh

karena itu dalam kesempatan yang berharga ini penulis menyampaikan rasa terima

kasih yang tulus pada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

vi

2. Prof. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Iding Rosyidin dan Ibu Suryani Suaeb, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris

Jurusan Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas waktu

dan solusinya.

4. M. Zaki Mubarak, M.Si sebagai dosen pembimbing yang senatiasa selalu sabar

membimbing dan meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan

berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan selama proses studi yang sangat

berarti bagi perkembangan dan wawasan yang luas perihal pengetahuan di

bidang politik.

6. Kepada kedua orang tuaku tercinta, Bapak Almarhum Syamsuardi dan Ibu

Asnidar. Bapak yang dengan terang mengajarkan sebuah konsistensi pada

sebuah pilihan dan Ibu yang mengajarkan arti ketulusan tanpa Pamrih.

7. Kepada seluruh kakak dan adik penulis, Syaiful Adri, Soni Suardi, Sri

Irmayanti, Fitrah Ayu Ningsih, Yudi Muharman, dengan cinta, doa dan

semangat yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

vii

8. Kepada Mak Ican, Damen, Pak H. Toni, Jo saf, Jo sap, Mak Uncu, Kang Faisal,

Zal Kalimantan, Pak Uncu Edi yang selalu memberi ketegaran dan kekuatan

selama masa studi hingga selesainya Skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan Rizqi Saefurrohman, Masrizal, Maulana Ainul

Asry, Farid Bahram, Muhammad Abroor, Sandi Lasmana, Adi Budiman

Subiakto, Rachmatulloh Rinaldy, Muhammad Kholil, Angga Aditya, Hari

Donna Finanda, Febrian Aji Wicaksono, Ade Mulyawan, dan kawan-kawan

Ilmu Politik 2010. Tidak satu pun kenangan bersama kalian yang akan penulis

lupakan.

10. Terima kasih kepada Bapak Boy Bernardi Sadikin, Bapak Cholid Ghozali,

Bapak Nurmansyah Tanjung yang telah memberikan informasi dan data

melalui wawancara selama mengerjakan skripsi ini.

11. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga segala dukungan dan bantuan kalian mendapat imbalan dari Allah

SWT dan mejadi amal kebaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk

itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat kontruktif demi perbaikan di masa

mendatang. Mudah-mudahan, skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah

keilmuan bagi pembacanya dan studi ilmu politik.

Rizky Ilham

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR BEBAS PLAGIARISME ........................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

ABSTRAKSI ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................ iv

DAFTAR ISI ........................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ................................................................. 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 13

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 14

E. Metodelogi Penelitian ................................................................. 17

F. Sistematika Penulisan ................................................................ 19

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian dan fungsi Partai Politik ........................................... 20

A.1 Pengertian Partai Politik............................................................. 20

A.2 Fungsi Partai Politik................................................................... 22

A.3 Model-Model Partai Politik ...................................................... 25

A.4 Partai Politik di Indonesia ......................................................... 31

B. Rekrutmen Politik ...................................................................... 38

C. Teori Oligarki ........................................................................ 48

D. Negosiasi Politik ........................................................................ 52

BAB III PDIP DALAM PERPOLITIKAN DKI JAKARTA

A. Profil PDI-Perjuangan

A.1 Sejarah Partai ........................................................................ 59

A.2 Visi dan Misi PDI-Perjuangan ................................................ 62

B. Sejarah PDI-Perjuangan pada Pilgub DKI Jakarta .................. 67

ix

B.1 Pilgub DKI Jakarta 2002.......................................................... 67

B.2 Pilgub DKI Jakarta 2007.......................................................... 73

B.3 Pilgub DKI Jakarta 2012 ......................................................... 77

BAB IV TERPILIHNYA BASUKI TJAHAJA PURNAMA SEBAGAI CALON

GUBERNUR OLEH PDI-Perjuangan

A. Proses Seleksi Kandidat ................................................................ 86

A.1 Penjaringan Internal Partai ........................................................... 89

A.2 Penjaringan Eksternal ................................................................... 92

B. Proses Penunjukan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Sebagai Kandidat

........................................................................... 96

C. Implikasi Terkait Penunjukan Ahok Sebagai Kandidat ................ 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................... 106

B. Saran ........................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 111

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan masalah

Partai politik merupakan wujud dari sebuah Negara modern yang terus

berkembang dan fleksibel yang berada dalam sistem komunis ataupun dalam sistem

demokrasi. Tetapi, dalam setiap negara terkait bentuk dan fungsi partai politik

pastilah berbeda satu sama lain yang telah disesuaikan dengan sistem kepartaian

yang dianut.1 Berdasarkan beberapa pemaparan diatas terkait partai politik, partai

sudah seharusnya menjadi pilar penting dalam mewujudkan cita-cita negara yang

demokratis. Partai politik tidak hanya memikirkan bagaimana meraih kekuasaan,

tetapi juga dapat turut serta memberikan pendidikan politik kepada masyarakat

secara luas.

Menurut Huntington dikutip Budi Winarno dalam buku ‘Sistem Politik

Indonesia Era Reformasi’ mengatakan, kekuatan partai politik dan sistem

kepartaiannya sangat bergantung pada manajemen kelembagaan dan tingkat

partisipasi pemilih. Artinya, tingginya partisipasi masyarakat namun tidak sejalan

dengan kokohnya partai secara kelembagaan akan menghasilkan politik anomik dan

anarkis.2 Untuk menjaga kekokohan tersebut, partai politik haruslah mampu

menjalankan semua tugas-tugas pokok, dan fungsi-fungsi pokok agar selalu dapat

menjadi pilihan masyarakat.

1 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Grasindo, 2010), h. 147.2 Samuel Huntington dikutip oleh Budi Winarno dalam bukun Sistem Politik Indonesia

Era Reformasi, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2007) h. 98.

2

Indonesia adalah salah satu negara yang menerapkan sistem demokrasi.

Pemilu merupakan konsekuensi logis yang diterima dan dilaksanakan oleh negara

yang menerapkan sistem demokrasi, karena hanya melalui pemilu rakyat bisa

menentukan arah pemerintahan kedepannya. Pemilihan umum adalah sebuah

aktivitas politik dalam suatu negara demokrasi modern untuk menampung dan

menyerap aspirasi dan kepentingan rakyat dengan cara memilih seseorang untuk

mewakilinya sebagai bentuk keikutsertaan dalam penyelenggaraan negara.

Pemilihan Umum atau pemilu telah menjadi elemen kunci utama dalam suatu

negara yang menganut sistem demokrasi modern.3 Dengan demikian, tanpa adanya

pemilu, suatu negara tak akan dianggap demokratis. Karena hanya dengan

penyelenggaraan pemilu, masyarakat bisa mengukur sejauh mana aspirasi dan

keinginan mereka dapat diwujudkan melalui mekanisme pemilihan yang telah

ditetapkan dan dilindungi oleh undang-undang.

Fluktuatif dan dinamisnya hasil pemilu di Indonesia, khususnya dari

pemilu 1999-2014 menandakan bahwa tidak ada satupun partai yang mampu

menjaga dan merawat suara konstituennya, tentu hal ini bukanlah menjadi

pekerjaan mudah oleh setiap partai. Apalagi, ditambah dengan semakin terbukanya

informasi untuk publik yang ditunjang dengan semakin majunya teknologi. Tidak

hanya ditingkat nasional, di tingkat daerah seperti pilkada (Pemilihan Kepala

Daerah Gub/Walikota/Bupati) perolehan suara partaipun berjalan demikian.

3 Janedjri M. Gaffar, Demokrasi dan Pemilu Di Indonesia, (Jakarta: Konstitusi Press,2013) h. 4.

3

Di antara partai-partai peserta pemilu dari tahun 1999-2014, terdapat

beberapa Partai yang cukup konsisten meraih perolehan suara terbanyak yaitu PDI-

PERJUANGAN dan Golkar yang selalu masuk 3 besar. Namun, belakangan ini

sejak 2012 sampai sekarang, PDI-PERJUANGAN, Partai yang diketuai putri

proklamator negara ini Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu partai yang

dianggap sukses melahirkan kader-kader besar seperti Joko Widodo yang menjabat

dari walikota Solo, menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2012, hingga berhasil

merebut kursi Presiden Republik Indonesia pada Pilpres 2014.

Tidak hanya itu, ada nama lain yang juga cukup dikenal khalayak ramai

seperti Tri Rismaharini sebagai Walikota Surabaya, Ganjar Pranowo sebagai

Gubernur Jawa Tengah, Djarot Saiful Hidayat sebagai Wakil Gubernur DKI

Jakarta, dan Rano Karno sebagai Gubernur Banten. Termasuk juga pada Pilkada

serentak yang dilaksanakan tahun 2015 kemarin, PDI-Perjuangan berhasil

memenangkan 114 daerah dari total 244 calon yang diusung diseluruh Indonesia.4

PDI-P menjadi menarik dibahas bukan hanya karena kemenangan yang

diperolehnya pada Pilpres 2014 yang lalu, tapi ada beberapa faktor lainnya seperti

PDI-Perjuangan merupakan salah satu partai paling berpengalaman di Indonesia

karena transformasi dari PNI menjadi PDI kemudian PDI-Perjuangan, dan juga

merupakan partai Politik pertama di negeri ini yang dikomandoi oleh seorang

perempuan. Serta sikap politik yang selalu berbeda dari masa ke masa.

4 http://kabar24.bisnis.com/read/20151219/15/503442/hasil-pilkada-serentak-PDI-Perjuangan-kuasai-daerah, diakses pada tanggal 4 Oktober 2016 pukul 11.30.

4

Keberhasilan yang telah dijelaskan diatas sejalan dengan apa yang

dikatakan Huntington di awal soal kekuatan partai secara kelembagaan, PDI-

Perjuangan merupakan salah satu partai yang sangat jarang didera isu perpecahan,

terakhir konflik internal PDI-Perjuangan terjadi pada tahun 2002. Berbanding lurus

dengan apa yang dijelaskan Miriam Budiardjo, fungsi partai salah satunya adalah

sebagai sarana sosialisasi politik dan rekrutmen politik yakni mendidik anggota-

anggotanya agar dapat membangun citra image partai yang sejalan dengan visi

partai, serta mampu melahirkan kader-kader yang dapat menjadi pemimpin

berkualitas. 5

Fungsi partai yang lainnya menurut Roy C. Macridis, rekrutmen politik

yakni proses latihan dan persiapan untuk kepemimpinan yang terbuka bagi kader

internal, simpatisan, dan masyarakat terbuka diperuntukkan untuk mengisi jabatan

publik seperti badan legislative (anggota dewan), ataupun eksekutif

(walikota/bupati, Gubernur).6 Dalam hal ini, jika dilihat tren belakangan, salah satu

partai yang dianggap jeli dan cerdas dalam merekrut orang-orang yang akan

diikutsertakan dalam kontestasi politik baik lokal maupun nasional adalah PDI-

Perjuangan.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan) dideklarasikan

pada tanggal 1 Februari 1999 oleh Megawati Soekarnoputri sebagai peralihan serta

kelanjutan dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pendirian PDI-Perjuangan

dikarenakan adanya perpecahan ditubuh PDI yang terbagi 2 yaitu, PDI pro Mega

5 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.407-408.6 Ichlasul Amal, Teori-Teori Mutakhir Partai Politik (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana

Yogya, 1996), h. 28

5

dan PDI pro Surjadi ketum yang terpilih pada kongres Medan 1993. Langkah yang

diambil Megawati merupakan langkah yang sangat strategis demi keutuhan partai.

Hal tersebut terlihat dengan perolehan suara PDI-Perjuangan pada pemilu 1999

yakni 33,76% hanya dalam setahun pasca pendeklarasiannya.

PDI-Perjuangan terus melakukan perbaikan di segala lini, pembenahan

kelembagaan dan pengkonsolidasian kader sehingga tak ada lagi perpecahan atau

konflik internal yang terjadi hingga sekarang. Jargon wong cilik yang diusung

cukup mampu menarik perhatian masyarakat karena dianggap menjadi representasi

dari gambaran rakyat Indonesia pada umumnya.7

Dari pemilu 1999 sampai pemilu 2014 PDI-Perjuangan selalu konsisten

menempati urutan 3 besar partai dengan perolehan suara terbanyak. Meskipun

menjadi pemenang pada pemilu 1999, namun PDI-Perjuangan gagal menduduki

jabatan Presiden RI yang ketika itu kalah oleh Abdurrahman Wahid (Gusdur) dalam

sidang MPR yang diusung oleh poros tengah PAN, PKB, dan PPP. Sepanjang

berdirinya PDI-Perjuangan, pemilu 2014 adalah masa kejayaannya dengan

perolehan suara terbanyak (18,95% suara) dan berhasil memenangkan pemilihan

presiden dengan mengusung pasangan Jokowi-Jusuf Kalla (53,15% suara).8

Seiring kemenangan pemilu dan Pilpres 2014, pilkada serentak 2015 pun

PDI-Perjuangan kembali meraih kemenangan di 144 daerah. Salah satu faktor

kemenangan tersebut tentu tak bisa lepas dari sosok Joko Widodo alias Jokowi yang

berhasil memenangkan Pilgub DKI 2012 yang ketika itu didampingi Basuki Tjahaja

7 Soemarno, Megawati Soekarnoputri dari Ibu Rumah Tangga sampai Istana Negara(Depok: PT. Rumpun Dian Nugraha, 2002), h. 24-28.

8 http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/07/22/20574751/ini.hasil.resmi.rekapitulasi.suara.pilpres.2014, diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 pukul 13.00.

6

Purnama alias Ahok dari partai Gerindra. Jokowi adalah salah satu cermin sukses

PDI-Perjuangan mendidik dan membesarkan kader, dimulai dari jabatan walikota

solo, gubernur DKI Jakarta dan puncaknya Presiden RI.

Kemenangan di berbagai daerah tak akan terasa lengkap jika kalah di daerah

yang dianggap sebagai etalase politik Nasional yakni DKI Jakarta. Mau tidak mau,

suka tidak suka pilkada DKI merupakan barometer politik tanah air dimasa yang

akan datang.9 Hasil pemilihan di Jakarta akan selau jadi acuan publik dakam

menentukan pilihan pada pemilihan berikutnya. Jakarta adalah ibukota negara yang

dihuni oleh hampir seluruh etnik, budaya, agama dan latar belakang pendidikan

yang beragam. Oleh karena itu Pilgub DKI akan selalu jadi magnet perhatian

publik. Sehari-hari pemberitaan media tak lepas dari dinamika politik ibukota.

Padahal, pada tahun 2017 mendatang tidak hanya DKI Jakarta yang

menyelenggarakan Pemilihan malainkan banyak daerah lainnya. Namun, Jakarta

ibarat magnet bagi media dan masyarakat.

Berkaca dari kemenangan pilgub DKI 2012 yang lalu, PDI-Perjuangan tentu

tidak ingin kalah pada pilgub berikutnya. Dengan sederet nama tenar yang dimiliki,

ada Risma, Ganjar Pranowo, Rano Karno, dan Djarot Saiful Hidayat bukanlah hal

sulit bagi PDI-Perjuangan untuk menentukan cagub yang akan diusung pada pilgub

DKI 2017. Ditambah lagi PDI-Perjuangan adalah partai penguasa di DKI dengan

perolehan 28 kursi di DPRD provinsi yang artinya tanpa berkoalisipun PDI-

Perjuangan bisa mengusung calon dari kader sendiri. Sudah seharusnyalah partai

9 http://www.rmol.co/read/2012/07/11/70459/Pilkada-Jakarta,-Barometer-Politik-Indonesia-di-Masa-yang-Akan-Datang-, diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 pukul 13.18.

7

mengutamakan kader internal untuk diusung dalam kontestasi politik. Artinya jika

suatu partai mengedepankan kader dalam setiap pertarungan, maka partai tersebut

akan dianggap sukses dalam menjalankan fungsinya dalam mencetak anggota yang

berkualitas.

Jokowi, Risma, Ganjar dan Djarot adalah salah satu bukti bahwa PDI-

Perjuangan selalu mengutamakan kader, bahkan pengusungan Jokowi sebagai

cagub DKI 2012 hanya dibekali kekuatan 11 kursi di DPRD DKI.10 Artinya, secara

tidak langsung PDI-Perjuangan seolah menunjukkan bagaimana suatu partai

seharusnya bekerja.

Terkait pencalonan dan pengusungan seseorang untuk dijadikan kandidat,

setiap partai memiliki aturan main sendiri yang sudah disusun dan dirancang sesuai

dengan kebutuhan partai serta sejalan dengan aturan partai ataupun aturan negara.

Mekanisme formal di dalam PDI-Perjuangan diatur dalam peraturan partai nomor

04/2015 tentang mekanisme penjaringan pasangan calon PDI-PERJUANGAN

yaitu :11

1. Pendaftaran dibuka oleh struktur mulai pimpinan anak cabang

(PAC), dewan pimpinan cabang (DPC), dewan pimpinan daerah

(DPD)

2. Verifikasi Administrasi tentang bakal calon yang mendaftar

10 https://m.tempo.co/read/news/2009/05/03/146174151/demokrat-kuasai-kursi-dewan-dki-jakarta, diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 pukul 14.46.

11 http://sp.beritasatu.com/nasional/PDI-Perjuangan-tetapkan-mekanisme-seleksi-calon-kepala-daerah/114132 diakses pada tanggal 28 Desember pukul 00.09.

8

3. Bakal calon yang lolos verifikasi dilaporkan ke Dewan Pimpinan

Pusat (DPP). Pada tahap ini akan dianalisa ketokohan, soliditas

partai, dan bersedia tunduk terhadap kebijakan partai

4. Penetapan yang dilakukan oleh DPP

Pada proses penjaringan bakal calon gubenur DKI Jakarta yang dilakukan

oleh PDI-Perjuangan diikuti sebanyak 23 orang dan diantaranya ada beberapa nama

besar seperti Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno, Tri Rismaharini, Adhiyaksa

Dault, Hasnaeni dan lain-lain.12 Bahkan di hari terakhir pendaftaran penjaringan

PDI-Perjuangan ada 38 nama yang menjadi penantang Ahok.13

Teka teki siapa yang akan diusung oleh PDI-Perjuangan semakin menarik

untuk di ikuti. Hampir seluruh media massa cetak maupun elektronik, media sosial,

dan pengamat sekaligus masyarakat awam mencoba menebak-nebak siapa yang

akan diusung partai berlogo banteng moncong putih tersebut. Berbagai spekulasi

terus bermunculan mulai dari Yusril-Risma, Risma-Sandi, Risma-Djarot, Risma-

Ridwan Kamil. Sampai H-1 penutupan masa pendaftaran yaitu tanggal 23

September 2016, publik dibuat menunggu-nunggu mengingat PDI-Perjuangan

adalah partai penguasa. Menariknya adalah sebelum PDI-Perjuangan

mengumumkan bakal calon yang akan diusung, satupun pesaingnya juga belum

memiliki pasangan yang akan diusung seperti partai Gerindra, PKS, PAN,

Demokrat, PKB, dan PPP.

12 http://news.detik.com/berita/3190452/sudah-23-penantang-ahok-daftar-penjaringan-cagub-dki-PDI-Perjuangan diakses pada 28 Desember 2016 pukul 00.17.

13 https://news.detik.com/berita/3195740/hari-terakhir-pendaftaran-38-penantang-ahok-ikut-penjaringan-cagub-dki-PDI-Perjuangan diakses pada tanggal 28 Desember pukul 00.16.

9

Namun, apa yang terjadi sungguh mengejutkan, dan di luar dugaan banyak

orang. PDI-Perjuangan sebagai partai penguasa di Jakarta justru mengumumkan

mencalonkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang bukan kader sebagai Calon

gubernur didampingi Djarot Syaiful Hidayat. Bahkan Ahok juga tidak pernah

mengikuti proses mekanisme partai seperti penjaringan bakal calon. Bahkan ahok

dengan tegas mengatakan ogah jadi kader PDI-Perjuangan dan ikut mekanisme

penjaringan demi tiket PDI-Perjuangan.14 Serta sebelum masa-masa pendaftaran

PDI-Perjuangan terdengar kencang gerakan menolak Ahok, seperti yang dikatakan

Masinton Pasaribu: “mayoritas kader PDI-Perjuangan DKI tolak ahok”.15 Dan

sempat terdengar adanya gerakan kader siap dipecat jika bu Mega dukung Ahok.16

Proses pencalonan Ahok tentu melalui berbagai macam pertimbangan dan

penelitian yang komprehensif. Tak lepas dari lobi-lobi dan negosiasi politik yang

dilakukan oleh kedua belah pihak. Apalagi dalam kasus pilgub DKI ini PDI-

Perjuangan dibanjiri kader-kader besar seperti yang telah dijelaskan di atas.

Beberapa pertimbangan tersebut adalah sebagai petahana Basuki Tjahaja Purnama

memiliki nilai jual tersendiri di mata partai politik. Berbagai lembaga survey pun

menempatkan Ahok diposisi teratas sebagai bacagub dengan popularitas dan

elektabilitas tertinggi. Seperti rilis survey SMRC (Saiful Mujani Research and

Consulting) pada Juli 2016 mengatakan 69,7% warga DKI puas dengan kinerja

14 https://www.merdeka.com/politik/ahok-ogah-jadi-kader-dan-ikut-penjaringan-demi-tiket-dukungan-PDI-Perjuangan.html diakses pada tanggal 26 Desember 2016 pukul 19.34.

15 http://www.tribunnews.com/nasional/2016/08/30/masinton-kader-PDI-Perjuangan-dki-mayoritas-tolak-ahok, diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 pukul 15.23.

16 http://www.suara.com/news/2016/07/31/180500/muncul-gerakan-kader-PDI-Perjuangan-siap-dipecat-, diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 pukul 16.12.

10

Ahok, dan elektabilitas Ahok mencapai 53,4%.17 Artinya mayoritas warga DKI

masih percaya terhadap kinerja dan kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama.

Analisa lain yang bermunculan soal di balik alasan pencalonan Ahok oleh

PDI-Perjuangan di masa akhir pendaftaran seperti dalam tulisan Iding Rosyidin,

ada beberapa faktor yang menguntungkan PDI-Perjuangan jika mencalonkan Ahok,

diantaranya selain faktor kinerja, faktor elektabilitas dan popularitas Ahok berada

jauh diatas pesaingnya, dan diatas kertas akan lebih mudah dimenangkan karena

telah diusung duluan oleh Golkar, Hanura, dan Nasdem.18 Banyak hal yang patut

dipertanyakan terkait pencalonan tersebut, karena setiap keputusan yang lahir pasti

akan selalu menimbulkan pro dan kontra dengan segala macam analisis

didalamnya.

Berdasarkan deskripsi di atas dengan segala dinamika dan kontroversinya,

pencalonan Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon Gubernur oleh PDI-

Perjuangan pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2017 adalah suatu fenomena

yang menarik untuk dikaji dan diteliti secara objektif dan komprehensif.

B. Pertanyaan Penelitian

Untuk mempermudah penelitian dan pembahasan, sehingga penulis perlu

membatasi permasalahan dan penelitian terhadap kasus ini. Berdasarkan uaraian di

atas, penulis merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

17 http://megapolitan.kompas.com/read/2016/07/21/20163011/survei.smrc.58.persen.warga.dki.ingin.ahok.kembali.jadi.gubernur, diakses pada tanggal 5 oktober 2016 pukul 18.04.

18 http://www.uinjkt.ac.id/id/menimbang-langkah-politik-PDI-Perjuangan/, diakses padatanggal 8 Oktober 2016 pukul 19.09.

11

1. Apa alasan utama PDI-Perjuangan mencalonkan Basuki Tjahaja Purnama

sebagai calon Gubernur pada pilgub DKI 2017?

2. Bagaimana proses yang terjadi di dalam tubuh PDI-Perjuangan terkait

keputusan politik tersebut?

3. Apa implikasi keputusan tersebut terhadap partai politik terkait pencalonan

non kader?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui latar belakang dan alasan utama PDI-Perjuangan terkait

keputusan pencalonan Basuki Tjahaya Purnama pada pilgub DKI 2017.

2. Untuk mengetahui tentang dinamika internal PDI-Perjuangan terkait

keputusan tersebut.

Sedangkan manfaat penelitian ini dibagi menjadi beberapa manfaat yang

akan dijelaskan dibawah ini.

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu politik dalam kajian

tentang partai politik khususnya PDI-PERJUANGAN.

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini dapat memberikan kontribusi mengenai dinamika partai

politik di Indonesia dalam setiap pengambilan keputusan.

2) Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terkait gambaran umum partai

politik dalam menentukan arah dan sikap politik.

12

Penelitian ini dapat membantu memberikan masukan terhadap bagaimana

seharusnya partai politik mengambil keputusan dan menghadapi segala dinamika

yang terjadi sebagai konsekuensi atas segala keputusan yang telah diambil.

D. Tinjauan pustaka

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan literatur yang

dijadikan penulis sebagai acuan dan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka atau

literature review ini bertujuan untuk menemukan sisi menarik dan kegunaan dari

penelitian yang sedang diteliti. Tinjauan pustaka yang penulis temukan dalam

penelitian terdahulu digunakan sebagai instrumen perbandingan dalam melakukan

penelitian mengenai dinamika internal PDI-Perjuangan.

Sebagai upaya mencari tinjauan terhadap penelitian, penulis memiliki

referensi terhadap beberapa skripsi yang membantu memberikan informasi

mengenai penelitian yang akan diteliti saat ini.

Pertama, Konsistensi Partai Politik Indonesia dalam menjadikan Ideologi

sebagai orientasi studi terhadap Partai Demokrat, Golkar, PDI-Perjuangan, PKS,

dan PAN. Skripsi ini ditulis oleh Anatoli Kasparov Putu Abdullah mahasiswa

Fakultas Ilmu Sosial jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Universitas

Negeri Yogyakarta tahun 2011. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa dari 5 partai

yang diteliti, ideologi adalah ruh dan landasan dasar setiap partai politik. Namun

prakteknya terjadi pergeseran orientasi partai seperti dalam setiap pengambilan

keputusan politik. Partai politik tidak mengedepankan ideologi dan platform dalam

melakukan proses-proses politik seperti keputusan memilih koalisi, keputusan

menentukan calon pemimpin yang akan diusung, dan keputusan dalam

13

pengimplementasian kebijakan publik. Partai dinilai tidak lagi optimal dalam

menjalankan tugas dan fungsinya sebagaimana semestinya, bahkan partai

cenderung gagal dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, serta

cendrung mengedepankan hasrat dan nafsu berkuasa semata dengan money politic.

Kedua, Rekrutmen Politik dalam Penetapan Calon Legislatif 2014-2019

studi kasus DPD partai Golkar Tanjung Pinang. Skripsi ini ditulis oleh Doni

Septian mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu

Pemerintahan Universitas Maritim Radja Ali Haji Tanjung Pinang. Rekrutmen

politik merupakan fungsi yang menjadi penentu wajah partai diruang publik. Siapa

mereka, dari mana asalnya, apa ideologinya, bagaimana pengalaman politiknya,

dan bagaimana kapasitas politiknya akan menjadi petunjuk awal wajah politik

partai diruang publik. Wajah atau image partai diruang publik tergantung pada

bagaimana rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai. Dalam kasus ini, skripsi

ini memaparkan bahwa Partai Golkar Tanjung Pinang belum menjalankan tertib

administrasi dan tertib organisasi, seperti dalam proses penetapan calon legislatif

AD/ART partai belum menjadi acuan mutlak.

Ketiga, Kepemimpinan Kharismatik studi tentang Kepemimpinan Politik

Megawati Soekarnoputri dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-

Perjuangan) yang ditulis oleh Hadi Mustafa mahasiswa Jurusan Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tahun 2011. Penulis menemukan bahwa Megawati memiliki sikap

kepemimpinan kharismatik yang diwariskan dari ayahnya Soekarno sehingga ia

mampu mengendalikan partai secara kondusif, menjaga loyalitas kader, dan selalu

14

memegang teguh prisnsip yang diyakininya. Selain itu megawati juga memiliki hak

prerogative yang luas dalam menjalankan kepemimpinannya yang dilindungi

secara konstitusi kepartaian didalam PDI-Perjuangan. Megawati selalu menjadi

sosok kunci dalam setiap pengambilan keputusan politik partai.

Keempat, Pragmatisme Politik: Studi Kasus Proses Rekrutmen Politik PDI-

Perjuangan pada Pilkada, Kabupaten Sleman. Jurnal studi pemerintahan vol.2

No.1 Februari 2011 yang ditulis oleh Helmi Mahadi dipublikasikan oleh

Bakesbangpol dan Linmas Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam.

Penulis menyimpulkan bahwa PDI-Perjuangan hanya memperhitungkan untung

rugi secara finansial atau keuangan dalam menentukan calon yang akan diusung.

Proses rekrutmen politik tidak berjalan bagaimana semestinya yang harus dilakukan

partai politik yang mengacu pada aturan dasar dan anggaran rumah tangga

(AD/ART) partai. Kader partai tidak dilibatkan secara aktif dalam pengambilan

politik. Akibatnya, ideology dan platform partai hanya menjadi pembungkus

dibalik pragmatisme politik.

Berbeda dengan penelitian di atas, skripsi ini lebih menitikberatkan pada

faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan politik, dan unsur-unsur

dalam proses negosiasi politik sebagai pendekatan, dalam konteks pencalonan

Basuki Tjahaja Purnama oleh PDI-Perjuangan sebagai calon Gubernur pada Pilgub

DKI Jakarta 2017.

E. Metodologi Penelitian

15

Metodologi penelitian yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini

meliputi:

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara pemahaman dan

mempertanyakan suatu obyek secara mendalam. Kualitatif berwujud kata-kata dan

gambaran bukan angka-angka.

Penulis menggunakan data primer yakni sumber yang digunakan sebagai

rujukan utama dengan mewawancarai Ketua umum PDI-PERJUANGAN yaitu

Megawati Soekarnoputri. Selain itu penulis juga menggunakan data sekunder

dengan buku, artikel dalam buku, skripsi, jurnal, dokumentasi surat kabar dan

sumber dari dunia maya atau internet yang berhubungan dan relevan dengan materi

penelitian yang akan dibahas.

Prosedur penelitian ini akhirnya diharapkan menghasilkan data mengenai

alasan PDI-PERJUANGAN mendukung pencalonan Basuki Tjahaja Purnama pada

Pilgub DKI Jakarta 2017.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah

sebagai berikut:

a. Dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan data mengenai masalah-

masalah yang bersangkutan dari beberapa sumber di atas kemudian penulis yang

berkaitan dengan objek yang sedang diteliti.

16

b. Wawancara, dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi

melalui tanya jawab dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berstruktur

kepada Cholid Ghozali selaku ketua dewan Pembina Baitul Muslimin 2015-

2020 organisasi sayap PDI-Perjuangan, dan Nurmansyah Tanjung selaku

mantan Wasekjen Baitul Muslimin PDI-Perjuangan 2010-2015 sebagai

perwakilan pihak internal partai, sementara itu, dari pihak eksternal Boy

Bernardi Sadikin selaku mantan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI-

Perjuangan DKI Jakarta 2015. Teknik ini memberikan informasi secara

langsung dari narasumber yang berkompeten dalam pembahasan skripsi ini.

3. Teknik Analisis Data

Proses analisis data dalam penelitian ini, dilakukan secara deskriptif

analisis, yaitu suatu pembahasan yang bertujuan untuk membuat gambaran

terhadap data yang terkumpul dan tersusun dengan cara memberikan interpretasi

terhadap data tersebut. Dengan menggunakan teknik penelitian ini, peneliti

berharap dapat memberikan gambaran yang sistematis, faktual, aktual, dan akurat

mengenai alasan PDI-PERJUANGAN mendukung pencalonan Basuki Tjahaya

Purnama pada Pilgub DKI Jakarta 2017.

4. Teknik Penulisan

Untuk pedoman penulisan, penulis menggunakan buku Panduan

Penyusunan Proposal & Penulisan Skripsi terbitan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman dalam penulisan

penelitian ini.

17

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini akan dibagi menjadi

lima bab yang terinci sebagai berikut:

BAB I membahas pendahuluan yang meliputi pernyataan masalah,

pertanyaan penelitian, manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II membahas tentang kajian teori sebagai pendekatan yang

menjelaskan pokok permasalahan dalam skripsi ini. Didalamnya dijelaskan tentang

teori partai politik yang secara khusus membahas teori rekrutmen politik. Sub teori

partai politik menjelaskan tentang fenomena partai secara kelembagaan pasca

reformasi, faktor-faktor yang mempengaruhi lahirnya keputusan politik suatu partai

atau decision making, dan cara partai politik bernegosiasi.

BAB III membahas tentang gambaran umum PDI-Perjuangan, sejarah PDI-

Perjuangan pada Pilgub DKI Jakarta, selayang pandang Basuki Tjahaja Purnama

alias Ahok.

BAB IV berisi tentang proses dan pertimbangan PDI-Perjuangan dalam

menentukan arah dan sikap politik pada Pilgub DKI, faktor-faktor yang

mempengaruhi lahirnya keputusan politik terkait pencalonan Basuki Tjahaya

Purnama oleh PDI-Perjuangan pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Seperti yang penulis

sebutkan didalam pertanyaan penelitian ini, maka pada bab ini berisi jawaban dari

pertanyaan penelitian tersebut.

BAB V merupakan bab terakhir yang berisi tentang penutup, kesimpulan

dan saran.

20

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian dan Fungsi Partai Politik

Pembahasan pada bab ini bertumpu pada pengertian dan fungsi partai politik,

teori rekrutmen politik, dan teori negosiasi politik. Teori ini digunakan untuk

menganalisa bagaimana seharusnya suatu partai politik bekerja dalam

mengimpelementasikan nilai dan tujuan berdasarkan kaidah dan norma kepartaian.

cara-cara suatu partai bekerja akan dapat diklasifikasikan ke dalam suatu model partai.

Sehingga dengan menggunakan pendekatan teoritis diatas, diharapkan mampu

memberikan rasionalisasi atas penelitian yang dilaksanakan.

1. Pengertian Partai Politik

Partai politik bukanlah suatu wadah atau lembaga yang lahir begitu saja sebagai

suatu kekuatan politik di dalam kehidupan politik. Namun, menurut Joseph

Lapalombara dan Myron Weiner, ada tiga teori yang dapat menejelaskan sejarah

lahirnya partai politik. Pertama, partai politik dibentuk oleh kalangan legislatif dengan

alasan untuk memenuhi kebutuhan anggota parlemen dengan tujuan partai politik

sebagai alat untuk mengadakan kontrak dengan masyarakat dan membina masyarakat.1

Kedua, partai lahir karena krisis situasi historik artinya, krisis keadaan sosial

yang dialami oleh masysarakat. Seperti krisis legitimasi, krisis integrasi, dan krisis

partisipasi. Krisis tersebut terjadi karena adanya perubahan struktur sosial, seperti

1 P. Anthonius Sitepu, Studi Ilmu Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012) h. 185.

21

perubahan pola masyarakat dari masysarakat sederhana berstruktur tradisional menjadi

modern berstruktur kompleks. Perubahan ini menimbulkan pertanyaan tentang prinsip

apa yang mendasari legitimasi kewenangan yang memerintah dalam rangka

pemenuhan tuntutan daan kebutuhan hidup masyarakat yang semakin meningkat.2

Ketiga, partai lahir karena adanya modernisasi sosial ekonomi seperti semakin

meluasnya tugas dan fungsi birokrasi, kemajuan teknologi, perkembangan ilmu

pengetahuan, beragamnya ideologi, dan semakin majemuknya masyarakat.3 Dengan

ketiga teori yang dikemukakan tersebut, masyarakat secara keseluruhan (rakyat,

pejabat) melihat bahwa untuk menjawab segala permasalahan yang lahir dikarenakan

perkembangan jaman dan struktur sosial, serta kewenangan pemerintahan dibutuhkan

suatu wadah atau lembaga yang mampu mengorganisir dan mengelola segala bentuk

kebutuhan dan tuntutan masyarakat agar dapat menjadi alat perjuangan politik dan

mampu meredam segala gejolak perbedaan.

Semakin terbukanya informasi, dan semakin sadarnya masyarakat akan hak

politik dalam suatu negara yang menganut sistem demokrasi modern, partai politik

telah dianggap sebagai suatu manifestasi logis yang diharapkan mampu mewakili

aspirasi masyarakat. Dengan latar sejarah yang kompleks dan dinamis, berbagai pakar

mencoba memeberikan pengertian sebenarnya tentang apa itu partai politik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, partai adalah perkumpulan

(segolongan orang) yang seasas, sehaluan, setujuan (terutama di bidang politik). Dan

2 P. Anthonius Sitepu, Studi Ilmu Politik, h. 186.3 P. Anthonius Sitepu, Studi Ilmu Politik, h.186.

22

politik adalah (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (khususnya

tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan).4

Berdasarkan berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian

partai politik adalah suatu wadah yang di dalamnya terdapat sekelompok manusia atau

individu-individu yang memiliki kesamaan pandangan, aspirasi, dan cita-cita yang

diperjuangkan melalui suatu kempetisi politik dengan tujuan meraih, merebut dan

mempertahankan kekuasaan dalam suatu pemerintahan dengan cara-cara yang

konstitusional.

2. Fungsi Partai Politik

Untuk merealisasikan tujuan utama partai politik, yaitu meraih kekuasaan pada

jabatan pemerintahan, suatu partai haruslah mampu menjalankan fungsi-fungsinya

dengan baik. Partai yang kuat secara kelembagaan adalah partai yang mampu

menjalankan segala tugas dan fungsinya yang akan mempengaruhi penilaian publik

sebelum menentukan pilihan dalam suatu kontestasi politik untuk memperjuangkan

aspirasi dan cita-citanya.

Michael G. Roskin mengatakan ada beberapa fungsi penting yang dimiliki

partai politik, baik yang berada pada rezim demokrasi ataupun otoriter. Berikut fungsi

penting tersebut:5

a. Penghubung antara rakyat dan pemerintah : partai berperan menjadi

penghubung tuntutan aspirasi rakyat kepada pemerintah. Tanpa adanya

4 http://kbbi.web.id/partai diakses pada tanggal 2 November 2016 pukul 12.15.5 Michael G. Roskin, Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta: Kencana 2016), h. 231-235.

23

partai, rakyat akan merasa sendirian, tak berdaya dan diacuhkan oleh

pemerintah. Oleh karenanya, rakyat harus berpartai atau memilih partai

sehingga rakyat merasa memiliki andil dalam keputusan politik.

b. Agregasi kepentingan : mewadahi berbagai macam kepentingan baik dari

masyarakat atau kelompok kepentingan dalam organisasi yang lebih besar.

c. Integrasi ke dalam sistem politik : partai mengadaptasi kembali kelompok

sistem politik yang mulai ditinggalkan. Dalam artian partai politik biasanya

akan menerima kedatangan kelompok baru dalam jajarannya karena dapat

memberikan masukan untuk pembentukan platform politik

d. Sosialisasi politik : partai politik berperan dalam mengajarkan masyarakat

terkait apa itu politik, mengapa berpolitik, bagaimana berpolitik dan kapan

berpolitik. Secara tidak langsung keberadaan partai dapat memudahkan

masyarakat dalam memahami kerja-kerja pemerintahan.

e. Memobilisasi pemilih : untuk meraih kemenangan dalam suatu pemilihan,

partai politik akan melakukan kampanye untuk mengenalkan kandidat dan

menggiatkan promosi kepada publik. Partai memoblisasi pemilih dengan

harapan akan memberikan pengaruh signifikan pada hari pemilihan.

f. Organisasi pemerintah : partai yang memenangkan pemilu mendapatkan

jabatan dan kekuasaan sehingga akan dapat mengubah dan membuat

kebijakan yang sejalan dengan partai. Artinya partai politik merupakan

organisasi yang dapat menjalankan pemerintahan.

24

Fungsi diatas sejalan dengan apa yang dikatakan E.E. Schattschneider dalam Michael

G. Roskin, kemunculan partai politik sebagai salah satu penanda utama pemerintah

modern tak bisa diragukan lagi.6 Partai politik dan kehidupan demokrasi modern

merupakan dua hal yang saling berkaitan dan tak dapat dipisahkan.

Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 2008, pasal 12, fungsi partai adalah

sebagai berikut :7

1. Pendidikan Politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi

warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Penciptaan iklim yang kondusif serta sebagai perekat persatuan dan

kesatuan bangsa untuk menyejahterakan rakyat.

3. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara

konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.

4. Partisipasi politik warga negara Indonesia.

5. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui

mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan

gender.

Dalam Undang-Undang tersebut secara jelas mengggambarkan bahwa partai

politik sangat memiliki peran yang begitu besar dalam kehidupan bermasyarakat dan

6 Michael G. Roskin, Pengantar Ilmu Politik, h. 2317 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt550a445c6466c/fungsi-partai-politik diakses

pada tanggal 26 Desember 2016 pukul 17.34.

25

bernegara jika mampu menjalankan fungsinya dengan maksimal. Tak hanya itu, partai

politik juga menjadi fasilitator dalam penyediaan individu untuk pengisian jabatan

publik.

Berbagai perbedaan fungsi partai politik diatas mencerminkan bahwa partai

politik memiliki sifat yang sangat fleksibel dan cenderung akomodatif dan adaptif

terhadap suatu sistem pemerintahan, tetapi perbedan tersebut tetaplah dibungkus oleh

satu tujuan yang sama, yaitu meraih kekuasaan.

3. Model-model Partai Politik

Model-model partai politik dapat dilihat dari berbagai pendekatan. Baik

pendekatan secara institusional, karakteristik, idologis, dan pola kepemimpinan. Alan

Ware, dalam Political Parties and Party Systems menggunakan pendekatan

institusional dalam mengkategorikan ideologi partai, yaitu :8

a. Liberal and Radical Parties (Partai Liberal dan Radikal)

Partai Liberal and Radikal ini awalnya muncul di Eropa sebagai bentuk

perlawanan terhadap intervensi negara atas hak masyarakat seperti

kebebasan, kepemilikan property dan usaha. Eropa awal abad 17 sampai

awal abad 18 masih menganut sistem monarki yang kekuasaan mutlak

ditangan raja sebagai penguasa. Kejenuhan masyarakat dalam melihat

pengekangan oleh negara atas hak individu masyarakat, melahirkan

ideologi partai liberal dan radikal yang mengusung kebebasan secara

8 Alan Ware, Political Parties and Party Systems, (New York: Oxford University Press,1996). h. 22-41.

26

mengakar. Partai ini menuntut adanya pemisahan kekuasaan pemerintah

dalam hal ekonomi dan kepemilikan properti. Mengurangi intervensi dalam

kehidupan sosial masyarakat Eropa.

b. Conservative Party (Partai Konservatif)

Partai Konservatif dianggap sebagai lawan dari Partai Liberal. Partai

konservatif adalah partai yang memperjuangkan nilai-nilai luhur suatu

negara atau pemerintahan dalam kehidupan bermasyarakat yang telah

dipegang teguh dari masa ke masa. Ideologi partai ini cenderung dianggap

ketinggalan zaman di Eropa karena kegagalannya dalam beradaptasi dan

mengadopsi perkembangan perilaku pemilih.

c. Socialist and Social Democratic Party (Sosialis dan Partai Sosial Demokrat)

Partai Sosialis dan Sosial Demokrat merupakan aliran partai yang

diinspirasi dari ketidakadilan dalam dunia industri. Buruh sebagai pekerja

tidak menerima haknya sebagaimana mestinya. Ketimpangan ini

menyebabkan buruh mengorganisir diri kedalam satu kesatuan gerakan

politik yang memperjuangkan hak-haknya dengan cara-cara yang

demokratis. Tujuan utamanya adalah kesamaan dan kesetaraan hak buruh

dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

d. Communist Parties (Partai Komunis)

Partai Komunis merupakan partai yang memperjuangkan kesetaraan

kehidupan bermasyarakat dalam segala ini, baik sosial ekonomi, industri

dan budaya, menghilangkan kepemilikan swasta atau privat. Tujuan

27

utamanya menjadikan seluruh masyarakat menjadi masyarakat yang

komunis. Partai ini dianggap sebagai partai yang paling kiri. Artinya partai

yang sangat bertentangan dengan negara.

e. Agrarian Parties (Partai Agraria)

Partai Agraria adalah partai yang memperjuangkan hak-hak petani. Akhir

abad 19 hingga awal abad 20 partai ini berkembang atas depresi ekonomi

karena tak terkontrolnya industrialisasi di Eropa. Mereka melihat sector

pertanian adalah jantung keberlangsungan hidup suatu negara oleha

karenanya hak-hak dan aspirasi petani haruslah diperjuangkan.

f. Regional and Ethnic Parties (Partai Wilayah dan kesukuan)

Partai regional dan kesukuan ini biasanya terdiri dari orang-orang

berdasarkan asal muasal wilayah dan kesukuan yang sama.

Mempertahankan budaya, adat, dan tradisi lokal mereka dari pengaruh luar

agar dilindungi dan diakui oleh pemerintah. Contoh, di Britania Raya,

daerah-daerah seperti Wales dan Skotlandia partai ini berkembang.

g. Right-Wing Extremist Parties (Partai Ekstrim Kanan)

Partai Ekstrim Kanan merupakan partai yang sangat menginginkan kendali

penuh oleh negara terhadap segala sesuatu yang ada pada masyarakat. Anti

Liberalisme dan Anti Demokrasi merupakan istilah yang tepat untuk

menggambarkan semangat dan tujuan dari partai penganut ideologi ini.

Fasisme di Italia adalah contoh partai ekstrim kanan yang pernah ada.

28

Pemerintahan otoriter dan rasis adalah gaya eksplisit dari kepemimpinan

partai ini.

Model partai politik dengan menggunakan pendekatan institusional

mengartikan bahwa sifat kelembagaan partai dapat terbentuk karena prinsip yang

dianut, kesamaan profesi, dan kesamaan wilayah keanggotaan. Pendekatan ini juga

menjelaskan keterkaitan sistem pemerintahan suatu negara dan sifat

kepemimpinannya. Partai dianggap partai kiri jika bertujuan meminimalisir peran

negara dalam kehidupan bermasyarakat, sebaliknya jika suatu partai menginginkan

kendali penuh oleh negara atau pemerintahan atas kehidupan bermasyarakat maka

partai tersebut dianggap partai kanan.

Pendekatan lain untuk mengidentifikasi model partai politik dapat dilihat

berdasarkan karakteristik utama dalam mensinergiskan tujuan partai dengan tugas-

tugas partai. Katz and Mair, mengklasifikasikan empat model partai berdasarkan

karakteristik, yaitu elit, massa, catch-all, dan kartel.9 Sedangkan Miriam Budiardjo

membagi model partai kepada empat macam model, yakni partai massa, partai kader,

partai lindungan, dan partai ideologi.10

Partai Elit adalah partai yang dikuasai oleh segelintir orang yang memiliki

pengaruh cukup besar dalam menjalankan roda kepartaian. Biasanya kategorisasi partai

elit dapat terlihat dari pola pengambilan kebijakan partai seperti dalam menentukan

9 Richard S. Katz and William Crotty, Handbook of party politics, (London: SAGEPublications Ltd, 2006) h. 250.

10 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: konsep, teori dan strategi, h. 219.

29

kandidat pada suatu pemilihan, dalam menentukan sikap terhadap program-program

dan kebijakan pemerintah cenderung bersifat tertutup, dan di dalam partai elit,

kompetisi di internal partai cenderung terbatas.

Partai Massa adalah partai yang di dalamnya tergabung dari berbagai golongan

masyarakat yang menjadi kekuatan utamanya. Partai model ini tidak terlalu

menekankan soal loyalitas dan integritas ideologis keanggotaannya. Sifatnya yang

terbuka dan lebih fleksibel kepada seluruh anggotanya menjadi daya tarik utama partai.

Partai Kader adalah partai yang lebih mengutamakan pengetatan organisasi

dalam proses kaderisasinya. Pengetatan yang dimaksud adalah tidak semua orang bisa

diterima menjadi anggota partai ini, hanya orang-orang yang bisa lulus standar

organisasi partai. Tujuannya adalah untuk menjaga kemurnian perjuangan partai.

Catch All Parties atau partai lindungan dalam istilah Miriam Budiardjo. Catch

all parties adalah partai yang mengutamakan selera pemilih atau masyarakat sehingga

kemenangan menjadi tujuan pada setiap kontestasi politik. Partai ini tidak terlalu

mementingkan soal ideologi, aturan kerja organisasi, standar integrasi, dan arah

perjuangan yang jelas. Aktivitas partai cenderung dilakukan ketika ada even-even

pemilu. Serta, tumbuhnya partai ini dikarenakan adanya krisis kepercayaan terhadap

pengimplementasian ideologi yang gagal dan platform partai. Tidak hanya itu,

pergeseran model kampanye serta model pemilih menjadi salah satu alasan tambahan

lahirnya partai ini.

30

Partai kartel, menurut Kuskridho Ambardi ada beberapa ciri yang dapat

menjelaskan kenapa suatu partai dikatakan sebagai partai kartel. Ciri tersebut adalah:11

a. Berkurangnya peran ideologi sebagai basis perilaku partai politik.

b. Perselingkuhan dalam bentuk koalisi.

c. Absennya oposisi.

d. Kecenderungan partai politik sebagai sebuah kelompok.

Berdasarkan ciri diatas, partai kartel dapat diartikan sebagai partai yang tidak

lagi menjadikan ideologi sebagai basis perjuangan. Bahkan Djayadi Hanan mengutip

artikel Katz and Mair mengatakan bahwa partai kartel dianggap sebagai partai penjajah

negara dengan melakukan kesepakatan sesama partai untuk memerah sumber daya

demi kepentingan partainya. Dan tak lagi menjadi penghubung aspirasi rakyat terhadap

pemerintahan.12

Pendekatan karakteristik adalah pendekatan yang digunakan berdasarkan sifat

dan gaya partai politik dalam memperjuangkan tujuan. Pengelompokkan model partai

diatas memberikan gambaran bahwa setiap sikap dan kebijakan politik suatu partai,

idealnya harus sejalan dengan prinsip dasar yang dianut partai tersebut. Jika suatu

partai bekerja berlandaskan ideologi dan prinsip dasar yang dianut, maka dapat

dikategorikan sebagai partai kader atau partai ideologi. Sebaliknya, jika partai hanya

11 Djayadi Hanan, Menakar Presidensialisme Multipartai di Indonesia: upaya mencari formatdemokrasi yang stabil dan dinamis dalam konteks Indonesia, (Bandung: Mizan Media Utama, 2014) h.78.

12 Djayadi Hanan, Menakar Presidensialisme Multipartai di Indonesia: upaya mencari formatdemokrasi yang stabil dan dinamis dalam konteks Indonesia, h. 74.

31

mencari kekuasaan semata, serta memperbanyak anggota semata tanpa memiliki arah

perjuangan dan konsep yang jelas dan konsisten, partai tersebut akan cenderung

menjadi partai catch all ataupun partai massa. Konsistensi dan inkonsistensi partai akan

memberikan penilaian tersendiri di mata pemilih.

Prinsip dasar partai dapat dilihat dari bagaimana partai menjalankan fungsi-

fungsinya seperti yang sudah dijelaskan diatas. Namun, tak selamanya prinsip dasar

dapat sejalan dengan realitas sosial politik yang ada, benturan-benturan inilah yang

meyebabkan munculnya berbagai varian tipologi partai. Di satu sisi, benturan realitas

sosial politik dengan tujuan awal partai bisa menjadikan suatu partai menjadi semakin

solid untuk mempertahankan orisinalitasnya, di sisi lain dapat menjadikan partai tak

berdaya karena harus menyesuaikan diri dengan kehendak pemilih.

Perbedaan oganisasional partai dapat terjadi karena dinamika pemilih dan

ketatnya arus persaingan dalam meraih simpati terkait pemenangan dalam suatu

kompetisi yang diikuti.13 Oleh karena itu, salah satu faktor yang dapat melihat

bagaimana suatu partai bekerja dan menjalankan fungsinya adalah dengan menelaah

bagaimana proses rekrutmen dilakukan, apa tujuannya, dan apa yang menjadi

pertimbangan utamanya.

4. Partai Politik di Indonesia

Perkembangan partai politik di Indonesia mengalami fase pasang surut. Hal

tersebut dapat dilihat dari banyaknya jumlah partai, kebijakan pemerintah tentang

13 Alan Ware, Political Parties and Party Systems, h. 95.

32

partai dari rezim ke rezim, dan pergeseran orientasi politik partai. Sejarah partai politik

di Indonesia bermula pada masa pra kemerdekaan.

Partai pertama yang ada di Indonesia adalah Indische Partij yang didirikan oleh

Edward D. Dekker, Ki Hajar Dewantara, dan Tjipto Mangunkusumo pada tahun 1912

dengan tujuan meraih kemerdekaan Indonesia. Inilah yang menjadi cikal bakal

perkembangan partai politik di Indonesia, dan ditambah lagi dengan lahirnya

organisasi-organisasi kepemudaan, pendidikan, dan pedagang. Seperti Budi Utomo,

Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan Sarekat Islam.14 Kemunculan organisasi

tersebut didasari atas kesadaran pentingnya menumbuhkan semangat kebangsaan dan

persatuan agar dapat terlepas dari kungkungan kolonialisme.

Secara garis besar, Miriam budiardjo membagi periode kepartaian di Indonesia

ke dalam tiga periode. Yaitu :15

a. Zaman kolonialisme : ketika Indonesia masih berada dibawah penjajahan

Belanda. Lahirnya Indische Partij dan Organisasi kepemudaan, ulama,

pendidikan, dan pedagang. Serta Didukung dengan pembentukan badan

perwakilan Volkskraad yang didalamnya berisikan organisasi kepemudaan

lintas wilayah dengan tujuan agar pemerintah Belanda lebih mudah dalam

melakukan pengawasan terhadap pergerakan pemuda Indonesia pada tahun

1918. Namun, sebaliknya, justru momen ini dijadikan sebagai suatu

14 Miriam Budiardjo, Pengantar Ilmu Politik, h. 424.15 Miriam Budiardjo, Pengantar Ilmu Politik, h. 423-428.

33

kesempatan untuk pemuda Indonesia memulai langkahnya dalam

menyebarkan pengaruh politiknya.

b. Zaman pendudukan Jepang (1942-1945) : pada masa pendudukan jepang

diaspora pemuda dalam bentuk organisasi ataupun perserikatan mengalami

periode yang sulit. Pemerintah Jepang mengeluarkan kebijakan

pembubaran seluruh organisasi ataupun partai politik ketika itu. Kecuali

organisasi atau perserikatan yang diprakarsai sendiri oleh penguasa. Dan

satu-satunya organisasi yang diijinkan hanyalah golongan islam dengan

nama Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia).

c. Zaman demokrasi Indonesia (1945-sekarang) :

1. Masa Orde Lama (1945-1965) : masa awal kemerdekaan merupakan masa

dimana semangat nasionalisme dan patriotisme masih sangat menggebu-

gebu. Masyarakat pada umumnya, dan pemuda khususnya menganggap

kemerdekaan sebagai suatu angin segar dalam menyatakan pendapat,

menentukan hak, dan ikut serta membangun bangsa secara terbuka. Mulai

dari pembentukan KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) yang

didalamnya berisikan tokoh-tokoh aktif dalam dunia pergerakan guna untuk

membantu kerja presiden, dan memiliki kewenangan legislatif. Puncak

keberlangsungan Partai politik adalah Lahirnya Maklumat x Hatta pada

tanggal 3 November 1945. Yang isinya pemerintah membuka keran

kebebasan berpartai seluas-luasnya dengan alasan melalui partai politik

pemerintah dapat mengatur dan mengawasi berbagai macam aliran atau

34

paham yang ada di dalam masyarakat, dan agar segera dapat turut serta

dalam pemilu 1946. Partai politik yang muncul pasca Maklumat X, yaitu:16

Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai Komunis Indonesia

(PKI), Partai Buruh Indonesia (PBI), Partai Rakyat Jelata, Partai Kristen

Indonesia (Parkindo), Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang dipinpim oleh

Mr. Amir Syarifuddin dan, Partai Rakyat Sosialis (PRS) Partai Katolik

Republik Indonesia (PKRI), Partai Rakyat Marhaen Indonesia (Permai),

Partai Nasional Indonesia (PNI). Pemilu 1955 dianggap sebagai pemilu

yang paling demokratis. Pada masa ini sering disebut dengan masa partai

ideologis, karena hampir seluruh partai yang ada memiliki garis ideologi

yang jelas yang dituangkan ke dalam arah kebijakan politik dengan cara

yang sistematis dengan dukungan basis massa yang jelas pula. Mulai dari

Nasionalisme, Islam, Komunisme, Sosialisme, dan Kristen. Namun, konflik

yang terjadi antara beberapa tokoh bangsa menyebabkan beberapa

kebijakan mulai ditinjau ulang seperti pembubaran Masyumi oleh Soekarno

pada tanggal 17 Agustus 1960.17

2. Masa Orde Baru (1965-1998) : pergantian rezim Soekarno ke rezim

Soeharto menyisakan banyak persoalan. Soeharto menganggap kegagalan

16 http://www.donisetyawan.com/partai-politik-pada-awal-kemerdekaan/ diakses pada tanggal24 Desember tahun 2016 pukul 15.49.

17 http://wawasansejarah.com/partai-masyumi/diakses pada tanggal 24 Desember 2016pukul 16.50.

35

rezim sebelumnya adalah karena pemerintah terlalu sibuk mengurusi partai

politik sehingga pembangunan terhambat. Oleh karena itu, masa ini cukup

dikenal dengan masa penyempitan kebebasan berpartai. Ditandai dengan

pembubaran dan pelarangan PKI melalui TAP MPRS NO.XXV/1966.

Tidak hanya itu, rezim orde baru juga melakukan penyederhanaan jumlah

partai atau fusi partai menjadi tiga kelompok diantaranya partai berhaluan

Islam bergabung ke dalam PPP (Partai Persatuan Pembangunan), partai

berhaluan Nasionalisme bergabung ke dalam PDI (Partai Demokrasi

Indonesia), dan yang ketiga adalah Golkar pada tahun 1977. Partai

cenderung dikooptasi oleh pemerintah dalam hal segala tindakannya

dengan alasan menciptakan stabilitas politik untuk membangun

perekonomian. Banyak kalangan yang menyesali kebijakan tersebut dan

menganggap pemerintah otoriter sehingga kehidupan berpartai hanya

menjadi formalitas belaka.18

3. Masa Reformasi (1998-sekarang) : jatuhnya rezim orde baru pada tahun

1998 membuka kembali keran demokrasi. Kebijakan presiden Habibie

ketika menggantikan Soeharto melalui UU No. 2/1999 memberikan

kembali kesempatan untuk mendirikan partai politik sehingga

menyebabkan jumlah partai membludak. 141 partai baru mendaftarkan diri

ke Kementrian Kehakiman ketika itu. Namun hanya 48 partai yang berhak

18 Miriam Budiardjo, Pengantar Ilmu politik, h. 440-457.

36

mengikuti pemilihan umum 1999. Banyaknya jumlah partai yang ada di

Indonesia tidak menjamin semangat demokrasi akan sejalan dengan tujuan

demokrasi. Upaya penyederhanaan jumlah partai kembali dilakukan pada

tahun 2004, akhirnya pada pemilu 2004 hanya ada 24 partai yang ikut

pemilu. Pemilu 2009 diikuti 38 partai, kembali terjadi peningkatan. Dan

pemilu 2014 hanya diikuti 12 partai.

Andreas Ufen dalam tulisannya Partai politik di Indonesia pasca Soeharto

menjelaskan temuan-temuannya terkait perbedaan signifikan fenomena partai pra-

Soeharto hingga Pasca Soeharto seperti berikut :19

a. Munculnya partai presidensial dan presidensialisasi partai

Hampir seluruh partai politik besar di Indonesia pasca orde baru memiliki

tokoh elitnya masing-masing. Seperti Susilo Bambang Yudhoyono di

Demokrat, Megawati Soekarno Putri di PDIP, Abdurrahman Wahid di

PKB, Amien Rais di PAN, Prabowo di Gerindra, Yusril Ihza Mahendra di

PBB, dan yang terbaru Surya Paloh di NasDem. Presidensialisasi partai ini

terjadi karena tidak adanya kesetiaan dan stabilitas koalisi antar partai,

terlalu dominannya pengaruh pimpinan partai sehingga dari luar

strukturpun dapat mengendalikan dengan cara membujuk orang untuk ikut

serta dalam pencalonan ketua partai, lemahnya fokus kebijakan yang

19 Andreas Ufen, Partai Politik di Indonesia Pasca Soeharto : Antara Poitik Aliran danFilipinanisasi, (Jurnal Ilmu Politik No. 37 Desember 2006) diakses dari :https://www.academia.edu/4354886/Partai_Politik_di_Indonesia diakses pada tanggal 24 Desember2016 pukul 14.40.

37

ditawarkan dengan kata lain tidak ada perbedaan signifikan antar partai

terkait kebijakan politik sehingga menjadikan partai hanya sebatas

kendaraan untuk meraih kekuasaan semata.

b. Proses Internal : penokohan yang otoriter dan faksionalisme

Pada umumnya partai yang sekarang, pengambilan keputusan penting

seperti nominasi kandidat diambil oleh beberapa anggota eksekutif inti yang

setia pada satu pimpinan yang karismatik. Diperparah lagi, terkadang

AD/ART partai tidak mengatur dengan jelas bagaimana proses pemilihan

nominasi kandidat, dan bahkan beberapa pasal dalam AD/ART diubah

sebelum dilakukannya pemilihan nominasi demi mencapai tujuan elit

eksekutif partai yang berkuasa seperti yang terjadi pada kongres Golkar

2005 dan PDIP 2007. Faksionalisasi terjadi biasanya karna pola

kepemimpinan yang otoritarian di dalam partai, sehingga menyebabkan

perpecahan, dan lemahnya budaya menghargai kubu yang dianggap

berbeda dan berseberangan dengan elit partai bahkan cenderung dikucilkan

dan disingkirkan. Seperti Wiranto, Prabowo, Surya Paloh di Golkar,

Abdurrahman Wahid, Matori Abdul Djalil dan Alwi Shihab di PKB,

Haryanto Taslam dan Arifin Panigoro di PDIP, Yusril Ihza Mahendra dan

Haryanto Mardjono di PBB, KH. Zainuddin MZ dan Hamzah Haz di PPP.

Berbagai perpecahan tersebut mengindikasikan kuat bahwa faksionalisme

kelompok tertentu sangat rentan terjadi jika pola penokohan otoritarian

masih diterapkan.

38

c. Ekonomi partai : Politik Uang

Setiap partai membutuhkan pendanaan operasional, namun kecilnya iuran

anggota dan minimnya pendanaan publik menjadikan partai mau tidak mau

harus menggalang kekuatan dengan pengusaha swasta. Banyak indikasi

yang menjelaskan perpolitikan Indonesia pasca Soeharto seolah

mengkarakterisasikan diri bertujuan materialistis semata. Seperti Jusuf

Kalla, Aburizal Bakri, Sutrisno Bachir, Surya Paloh, Prabowo Subianto,

dan Arifin Panigoro. Inilah perbedaan yang paling mencolok dengan partai

politik tahun 1950-an. Ketika pertarungan ideologi dan gagasan kebangsaan

menjadi karakter utama partai politik.

d. Merenggangnya hubungan antara partai dan pemilih : platform yang lemah

dan berkurangnya kesetiaan terhadap partai

Disebabkan oleh mengendurnya muatan ideologi partai secara drastis,

menguatnya peran dewan pimpinan pusat, menurunya peran individual

antar partai, berkurangnya penekanan pada kelas sosial tertentu, dan

munculnya tujuan untuk memastikan akses ke berbagai kelompok

kepentingan.

B. Rekrutmen Politik

Rekrutmen politik adalah mengajak, menghimbau dan menjadikan seseorang

atau kelompok untuk terlibat dalam suatu kegiatan politik, seperti menjadi anggota

39

partai politik, pengurus partai politik, bahkan pejabat publik yang dilakukan oleh partai

politik, organisasi politik atau kelompok kepentingan. Rekrutmen tidak hanya

dilakukan untuk mengisi jabatan-jabatan internal partai, dan tidak hanya berasalkan

dari kader internal partai, tetapi juga rekrutmen dilakukan untuk diikutsertakan dalam

suatu pemilihan dalam rangka mengisi jabatan publik yang pesertanya bisa saja dari

eksternal partai (non kader).

Pippa Norris dalam Handbook of Party Politics mengatakan bahwa:20

“One classic function of political parties concerns their gatekeeping role innominating candidates for office at all levels of government. Politicalrecruitment is not just a matter of nominating elected representatives at local,regional, national, and subnational levels, the core of this chapter, but also offilling a wide range of patronage appointments to public office.”“Satu fungsi klasik dari partai politik adalah menjaga peran mereka dalampenunjukan kandidat untuk jabatan resmi di semua level pemerintahan.Rekrutmen politik bukan hanya soal penunjukan perwakilan terpilih di tingkatlokal, regional, nasional, dan subnasional, inti dari fase ini, tetapi juga pengisiansebuah jangkauan yang luas dari kesepakatan terhadap jabatan publik.”

Proses rekrutmen politik merupakan suatu fungsi klasik yang bertujuan melakukan

penunjukan kandidat untuk mengisi jabatan resmi di semua level pemerintahan, tetapi

juga memberikan dampak signifikan terhadap suatu partai secara luas. Tidak hanya

dampak ke luar, tapi dampak ke dalam terhadap konsekuensi penetapan calon yang

akan diajukan memiliki peluang yang begitu besar. Jika partai salah dalam melakukan

kalkulasi politik, tidak menutup kemungkinan akan terjadi konflik internal dan

20 Richard S. Katz and William Crotty, Handbook of party politics, h.89.

40

perpecahan, sebaliknya jika partai mampu melakukan kalkulasi politik yang matang,

partai beserta jajarannya akan semakin solid.21

Model rekrutmen politik dilakukan berdasarkan pertimbangan yang berbeda-

beda tergantung dalam rangka apa rekrutmen dilakukan. Pertama, Jika rekrutmen

dilakukan untuk menambah kader dengan tujuan memperluas pengaruh dan

mempertahankan keberlangsungan partai, biasanya partai lebih cenderung

mengutamakan kuantitas dibanding kualitas. Kedua, rekrutmen politik untuk mengisi

jabatan publik dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek. Seperti,

keterkaitan hubungan ideologis calon kandidat dengan partai pengusung, kesamaan

visi misi dan program kerja, konsekuensi internal partai dan eksternal partai, meliputi

peluang terjadinya konflik internal, dan pengaruh elektabilitas partai secara luas,

terakhir peluang calon kandidat yang diusung dalam memenangkan kontestasi

politik.22

Tiga hal yang dapat disimpulkan sebagai dampak terkait proses rekrutmen dan

kandidasi politik yang dilakukan oleh suatu partai politik. Yaitu:23

1. Proses seleksi kandidat merefleksikan dan mendefinisikan karakter dari

sebuah partai dan perjuangan kekuasaan internalnya.

21 Richard S. Katz and William Crotty, Handbook of Party Politics, h. 89.22 Reuven Y. Hazan and Gideon Rahat, Democracy Within Parties: Candidate Selection

Methods and their Political Consequences, (New York: Oxford University Press, 2010) h. 1-5.23 Reuven Y. Hazan and Gideon Rahat, Democracy Within Parties: Candidate Selection

Methods and their Political Consequences. h. 11.

41

2. Perubahan pada metode seleksi akan mempengaruhi keduanya partai politik

dan sistem politik di negara tersebut, kualitas dari partisipasi internal partai

hingga jenis kandidat terpilih.

3. Rantai dari pendelegasian yang demokratis berawal dengan seleksi

kandidat.

Tiga gambaran tentang dampak dari proses rekrutmen politik di atas, secara

jelas mengartikan bahwa proses ini merupakan salah satu proses utama yang

mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap partai politik. Baik buruknya citra

dapat terpengaruh dengan bagaimana suatu partai melakukan proses rekrutmen politik.

Dampak yang ditimbulkan tidak hanya dirasakan oleh partai, tapi juga terkait sistem

politik yang berlangsung didalam suatu negara. Jika rekrutmen dilakukan dengan

sistem yang tidak demokratis, besar kemungkinan partai tersebut jika menjadi

pemenang akan merubah arah sistem politik yang ada.

Almond dan Powell mengemukakan dua sifat dalam proses rekutmen politik.

Adapun sifat rekrutmen tersebut adalah sebagai berikut, yaitu:24

1. Rekrutmen dengan Prosedur Tertutup artinya proses pemilihan seseorang

untuk jadi kandidat yang diusung partai hanya ditentukan oleh elit partai,

segelintir orang yang mempunyai kekuasaan di dalam suatu partai.

Biasanya partai yang menerapkan mekanisme ini dianggap tidak

24 Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, (Semarang: Pustaka Pelajar,2005) h. 200-203.

42

demokratis, karena tidak melibatkan jajaran partai secara keseluruhan atau

lebih dikenal dengan istilah partai oligarki.

2. Rekrutmen dengan Prosedur Terbuka artinya melibatkan seluruh lapisan

internal partai dengan mekanisme terbuka yang mengedepankan asas

kesamaan hak dan kewajiban yang dilindungi oleh Undang-Undang dan

konstitusi kepartaian.

Sementara itu, Alan Ware membagi kedalam tiga kelompok tentang pola atau

metode prosedur rekrutmen yang dilakukan oleh partai, yaitu: 25

1. Aturan publik dan privat artinya sejauh mana partai menempatkan aturan

publik dan aturan privat dalam proses penentuan kandidat yang akan

diusung. Dalam proses pemilihan kandidat ditentukan dan diselenggarakan

oleh negara sebelum sampai pada hari pemilihan. Negara berhak

mendiskualifikasi siapa yang layak mengikuti pemilu, dan berhak

memeutuskan siapa yang boleh mengikuti pemilu. Dengan sistem ini partai

hanya menyerahkan nama-nama ke pihak penyelenggara seleksi (Negara)

untuk dipilih apakah nama yang diajukan layak atau tidak mengikuti

pemilihan umum. peran partai hanya sebagai penyedia, tapi yang

menentukan layak atau tida layaknya seseorang untuk dipilih pada hari

pemilihan ditentukan oleh Negara. Contoh partai dengan sistem ini

ditemukan di Amerika Serikat awal abad 19.

25 Alan Ware, Political Parties and Party Systems, h. 259-266.

43

2. Seleksi dengan sistem Sentralisasi atau Desentralisasi artinya pada

beberapa partai ada yang menggunakan sistem sentralisasi ekstrim, yakni

penentuan keputusan partai soal kandidat yang diusung tergantung

keputusan pimpinan pusat, dan bahkan tergantung keputusan pemimpin

partai sendirian. Di sisi lain, ada juga partai yang menggunakan sistem

desentralisasi ekstrim, yakni segala keputusan politik partai tergatung

pemimpin atau pejabat lokal atau daerah partai. Contoh kedua partai dengan

sistem ini ditemukan di Perancis awal abad 19.

3. Demokratis atau Kendali Elit artinya dalam beberapa kasus ada partai yang

sangat demokratis dalam menentukan kandidat yang akan diusung, namun

ada juga yang hanya mengandalkan instinct atau intuisi politik dari petinggi

partai.

Alan Ware secara tidak langsung menjelaskan bahwa sistem rekrutmen atau

kandidasi politik dilaksanakan biasanya bergantung pada sistem politik dan pemilu

yang dianut oleh suatu Negara. Sistem politik yang dianut oleh suatu negara akan

berdampak pada mekanisme sistem kepartaian yang ada pada negara tersebut.

Di era demokrasi dan keterbukaan informasi seperti sekarang ini, partai

cenderung akan memperlihatkan bahwa dialah yang paling demokratis. Oleh karena

itu, proses rekrutmen terbuka dianggap cara yang cukup ampuh untuk memberikan

pelajaran kepada publik tentang mekanisme partai dalam menentukan kandidat,

terdapat dua jalur yang bisa digunakan oleh partai dalam menentukan pilihan terhadap

kandidat yang akan didukung. Yaitu:

44

1. Jalur kaderisasi internal Partai artinya partai politik mempersiapkan kader-

kader yang dianggap mempunyai kualitas, kredibilitas dan kapabilitas untuk

mengisi jabatan publik.26

2. Jalur penjaringan atau seleksi eksternal artinya Partai politik membuka diri

seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat yang merasa memiliki

kemampuan untuk mengisi jabatan publik untuk mengikuti proses

penjaringan atau seleksi dengan prasyarat dan standar yang telah ditentukan

oleh suatu partai.

Masing-masing jalur yang diterapkan memiliki kelebihan dan kekurangan, penggunaan

jalur-jalur tersebut biasanya digunakan dengan melihat kebutuhan mendasar partai

yang berhubungan dengan tujuan awal mengikuti kompetisi politik tersebut. Dan

penerapan jalur tersebut juga memandang bagaimana pola kepemimpinan dalam suatu

partai, jika partai bersifat demokratis maka akan memilih jalur terbuka, begitu juga

sebaliknya jika partai hanya dikuasai oleh segelintir elit dan pengambilan keputusan

bersifat sentralistik atau bergantung pada keputusan pemimpin partai, maka partai akan

memilih jalur tertutup.

Diatas telah dipaparkan tentang pengertian rekrutmen, sifat prosedural

rekrutmen, dan jalur-jalur yang dapat dilakukan dalam proses rekrutmen politik. Semua

pemaparan diatas akan menjadi tidak berarti jika belum mengetahui tentang siapa

individu atau perorangan yang dapat mengikuti sistem rekrutmen tersebut, dan apa saja

26 Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, h. 200-203.

45

pertimbangan partai dan konsekuensinya dalam menentukan kandidat, serta siapa yang

layak menentukan kandidat mana yang akan diusung.

Adapun beberapa tahap dalam penentuan siapa saja individu atau orang yang

dapat mengikuti proses rekrutmen politik untuk mengisi jabatan publik, partai politik

memiliki aturan dan sistem tersendiri selama itu masih sejalan dengan konstitusi dan

perundang-undangan. Pippa Norris mengatakan terdapat tiga tahap yang bekerja dalam

proses rekrutmen tersebut, yaitu:27

1. Sertifikasi yaitu proses yang melibatkan hukum pemilu, peraturan partai,

dan norma sosial informal yang mendefinisikan kriteria untuk pencalonan

yang memenuhi persyaratan. Proses ini melakukan analisis yang

komprehensif dan rinci tentang persyaratan hukum formal berdasarkan

dokumen konstitusional dan undang-undang pemilu yang ditetapkan oleh

negara. Seperti usia minimum, tidak terkait kasus kriminal atau pelanggaran

hukum, batas minimum pendidikan dan berstatus warga negara asli. Selain

syarat hukum formal, syarat lainnya diatur oleh aturan internal partai.

Seperti pernah menjadi anggota partai selama sekian tahun untuk mengukur

loyalitas dan kesamaan visi dan misi. Faktor lain yang mempengaruhi

proses ini adalah norma-norma sosial informal dan nilai budaya yang dianut

suatu negara seperti pengalaman dan latar belakang kehidupan.

27 Richard S. Katz, William Crotty, Handbook Partai Politik, (Bandung: Nusa Media,2014) h.149-160.

46

2. Nominasi yaitu proses berikutnya dari peserta individu atau perorangan

yang telah memenuhi syarat sertifikasi. Proses nominasi ditentukan seratus

persen oleh kebijakan internal partai. Biasanya proses ini dianggap sebagai

variable dependen yang dapat memberikan gambaran tentang distribusi

kekuasaan dalam partai dan faksi-faksi yang berbeda, dan seberapa sukses

suatu partai dalam mendemokratisasi internalnya. Proses nominasi seiring

dengan pola kekuasaan di dalam tubuh partai. Kunci dari proses ini adalah

sentralisasi, yaitu seberapa jauh nominasi ditentukan oleh pimpinan partai

nasional (up bottom) atau didelegasikan kebawah desentralisasi (bottom

up).

3. Seleksi artinya proses ini adalah proses akhir dari tahap rekutmen politik

untuk mengisi jabatan publik. Proses seleksi dilakukan jika semua peserta

telah memenuhi syarat sertifikasi dan lolos nominasi yang dilakukan oleh

partai. Pelaksana proses ini ditunjuk berdasarkan kebijakan internal partai

sepenuhnya. Proses ini diselenggarakan oleh selektorat, yaitu badan yang

dibentuk oleh suatu partai politik untuk menyeleksi calon yang dapat

beranggotakan satu atau banyak orang hingga seluruh pemilih pada suatu

bangsa tertentu dengan kontinum inklusif ke eksklusif.28 Meskipun

selektorat sebagai penyelenggara seleksi kandidat, namun selektorat tidak

dapat memutuskan sendiri kandidat mana yang akan diusung oleh suatu

28 Richard S. Katz, William Crotty, Handbook Partai Politik, h. 180.

47

partai melainkan harus melewati beberapa mekanisme terlebih dahulu,

seperti sistem voting ataupun sistem penunjukan langsung. Sistem voting

dilakukan dengan tujuan menjaga transparansi dan demokratisasi internal

partai, agar semua anggota merasa dihargai hak dan pendapatnya.

Sedangkan sistem penunjukan langsung cenderung dilakukan oleh partai

yang bersifat sentralistik atau terpusat dimana keputusan diambil oleh

oligarki nasional ke oligarki lokal.

Renney bahkan secara lugas menjelaskan terkait dampak proses seleksi

kandidat ini dalam Handbook Partai Politik, dalam proses penentuan calon kandidat,

perselisihan antar faksi akan semakin sengit dan menjadi sangat penting. Gallagher

menambahkan, umumnya pertarungan seleksi calon lebih sengit daripada perjuangan

manifesto partai.29 Artinya, dalam proses penentuan kandidat ini, sangat rentan terjadi

gesekan kepentingan internal partai antar faksi yang mewakili setiap kekuatan.

Setelah seluruh rangkaian proses rekrutmen atau kandidasi dilaksanakan,

langkah puncak yang dilakukan suatu partai adalah negosiasi dengan pihak yang akan

diusung atau dicalonkan. Kecendrungan proses ini biasanya bersifat tertutup antara

kedua belah pihak. Dan hal yang dibicarakan tentu berkaitan dengan keuntungan yang

akan didapat oleh kedua belah pihak. Setelah mendapatkan kesepakatan, barulah partai

politik mengumumkan keputusan politiknya terkait siapa yang akan diusung pada suatu

kontestasi politik.

29 Richard S. Katz, William Crotty, Handbook Partai Politik, h. 179.

48

Selain harus mengakomodir keinginan yang berasal dari internal partai, partai

politik juga harus menyesuaikan diri dengan dinamika pemilih yang ada dalam

melakukan proses rekrutmen politik. Jika kehendak internal sejalan dengan kehendak

pemilih, maka partai politik akan sangat mudah mengambil keputusan. Namun hal itu

sangat jarang terjadi di era modern seperti saat sekarang ini mengingat banyaknya

kelompok atau individu di internal partai yang merasa memiliki kekuatan, maka akan

semakin sulit menyelaraskan keputusan. Selain itu, pergeseran nilai, norma, dan

budaya pemilih dalam menentukan sikap politik, membuat partai harus jeli dalam

membaca peluang.

C. Teori Oligaki

Partai politik merupakan suatu organisasi yang tidak bisa dipisahkan dalam

kehidupan Negara yang demokratis. Sebab partai politik menyediakan berbagai hal

yang diperlukan oleh Negara. Sebut saja, seperti memberikan pendidikan politik

kepada masyarakat, sosialisasi politik, rekrutmen politik dan sebagai salah satu wadah

untuk meraih kekuasaan. Ia menjelma sebagai pengeras suara yang dibutuhkan rakyat

kemudian diteruskan ke pemerintah. Disisi lain, partai politik juga menjadi

perpanjangan tangan pemerintah dalam menyalurkan berbagai macam kebijakan.

Namun, yang sering menjadi persoalan di dalam partai politik adalah tentang

bagaimana suatu keputusan diambil terkait sikap dan kebijakan politik yang diemban

yang nantinya akan menjadi penilaian publik.

49

Di era yang sangat terbuka seperti saat sekarang ini, demokratisasi seluruh lini

seolah menjadi perhatian khusus publik terhadap suatu partai politik. Bahkan,

meskipun lahirnya suatu partai dilandasi semangat demokrasi sekalipun, tidak serta

merta pola dan sifat kepemimpinan di dalam partai tersebut berbanding lurus dengan

semangat yang diusung. Lebih jauh, meskipun di Negara yang sudah demokratis

sekalipun kecenderungan oligarkis di dalam suatu partai tidak bisa dihilangkan begitu

saja.

Menurut ahli politik Arbi Sanit terdapat dua sistem partai politik di era

demokrasi, yaitu partai oligarkis dan demokratis. Ada dua hal yang mempengaruhi sifat

partai. Pertama, ditentukan oleh pemimpinnya, dan kedua dipengaruhi oleh faktor

keorganisasian. Partai yang demokratis ditentukan oleh pemimpinnya yang memiliki

kecendrungan sifat progresif dari ideologi. Jika hal ini diterapkan, maka partai dapat

dikatakan demokratis. Sebaliknya, jika konservatif ideologi menjadi perhatian utama

bagi pemimpin partai, maka partai akan cenderung oligarkis.30

Ciri lain dari suatu partai yang demokratis adalah jika pemimpin memiliki

tujuan untuk melakukan pembaharuan dan perubahan, maka partai tersebut dianggap

demokratis. Sebaliknya, jika elit partai hanya mementingkan kepentingan segelintir

elit, maka partai akan jadi oligarkis. Serta, keinginan yang sangat tinggi dari pemimpin

partai untuk menjaga stabilitas partai dengan cara yang sangat ketat bahkan dengan

mudah mengubah aturan kepartaian demi melanggengkan kekuasaannya. Dalam hal

30 Robert Mitchels, Partai Politik : Kecendrungan Oligarkis Dalam Birokrasi, ( Jakarta: CV.Rajawali, 1984), h. 14.

50

keorganisasian, partai demokratis biasanya memiliki sistem yang lebih sederhana dan

saling pengertian. Sebaliknya, oligarki merupakan wajah partai yang jika partai sudah

berkembang besar dan hubungan didalamnya dikendalikan oleh suatu sistem

demokrasi.31

Pemaparan diatas menjelaskan bahwa jika pemimpin partai menjadikan

ideologi yang dipayungi konstitusi kepartaian sebagai landasan berpijak dalam setiap

pengambilan keputusan dan sikap politik berarti partai dikatakan demokratis. Namun,

jika partai politik hanya menjadikan ideologi sebagai platform semata, maka partai

tersebut dapat dikatakan oligarkis. Penilaian ini dapat dilihat dari alur pengambilan

keputusan (bottom up atau up bottom), faktor yang mempengaruhi keputusan (Elit atau

Anggota), dan sifat pengambilan keputusan (terbuka atau tertutup) keterlibatan seluruh

instrument dan mekanisme partai.

Pada awalnya, dalam pembentukan suatu organisasi ataupun partai politik,

pemimpin kurang begitu diperhatikan dan sekadar menjadi symbol belaka. Perhatian

semua unsur atau anggota partai akan mengarah pada beberapa hal yang dianggapnya

cukup penting dan mendasar misalnya yang terangkum dalam konstitusi partai seperti

visi-misi dan platform yang diusung. Tetapi, seiring dengan adanya proses konsolidasi

partai, dan kebutuhan akan teknis, pemimpin memiliki peran yang berbeda. Hal ini

untuk menjaga dan merawat partai yang mulai semakin tumbuh dan besar. Karena hal

inilah muncul konsekuensi perbedaan-perbedaan dalam tingkatan anggota dalam tubuh

31 Robert Mitchels, Partai Politik : Kecendrungan Oligarkis Dalam Birokrasi, ( Jakarta: CV.Rajawali, 1984), h. 14.

51

partai. Tingkatan tersebut didasarkan atas kemampuan seseorang pada bidang tertentu.

Sehingga akan tercipta hirarki yang dapat terlihat jelas pada partai tersebut.

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi munculnya partai politik ke arah

oligarkis, sebagaimana dijelaskan Robert Mitchels dalam teorinya “hukum besi

oligarkis” :

“pertama, partai sebagai suatu entitas dan bagian dari mekanisme, tidak selalu

didefinisikan dengan totalitas anggotanya dan juga dengan kelas yang memiliki

partai itu. Karena partai yang awalnya dibentuk sebagai alat untuk mencapai

tujuan pada akhirnya telah menjadi tujuan itu sendiri, serta dibekali oleh cara-

cara dan kepentingan- kepentingan, maka dari sudut pandang teologis partai

terpisah dari kelas yang diwakilinya. Dalam realitasnya sering ada gap antara

kepentingan- kepentingan massa yang menyatu dalam membentuk partai

dengan kepentingan- kepentingan birokrasi dalam mana partai menjadi person

didalamnya”.32

Dalam hal ini, kebijakan partai politik terkadang tidak beriringan dengan

kepentingan atau suara mayoritas anggota partai dan rakyat yang diwakilinya. Sebab

partai politik sudah memikirkan tentang demokrasi itu sendiri. Terpisahnya

kepentingan antara yang mewakili dan terwakili tersebut adalah bukti bahwa partai

politik sudah mengarah ke oligarkis. Tindakan tersebut dilakukan bukan tanpa

dasar,melainkan untuk menjaga keberlangsungan hidup partai tersebut.

32 Efriza, Political Explore Sebuah Kajian Ilmu Politik, (Bandung : Alfabeta, 2012), h. 312

52

Kedua, penyebab utama oligarki dalam partai- partai demokratis adalah

kebutuhan teknis yang mendesak akan kepemimpinan.33 Tata cara dalam berorganisasi

dan segala prosesnya baik itu pergantian kepemimpinan, pembuatan kebijakan partai

dan bahkan koalisi yang akan dibangun, juga turut menyuburkan adanya oligarki dalam

partai politik. karena disebabkan oleh kebutuhan teknis tersebut, pemimpin partai

politik terkadang hanya memikirkan hal- hal yang bersifat jangka pendek yang

menyebabkan harus mampu mengambil keputusan yang cepat, cermat dan tepat demi

masa depan partai.

Ketiga, Robert Mitchels merumuskan hukum sosiologis dari partai- partai

politik, “Hukum Besi Oligarki” dengan ungkapannya bahwa, “adalah organisasi yang

melahirkan dominasi oleh golongan terpilih atas pemilih, oleh pemegang mandate atas

pemberi mandate, oleh utusan atas yang mengutus, barang siapa yang berbicara

organisasi, ia juga berbicara oligarki”.34

Keempat, setiap organisasi kepartaian mengetengahkan suatu kekuatan

oligarkis yang didasarkan pada basis demokrasi. Hampir diseluruh organisasi atau

partai politik dapat ditemukan kekuatan yang hampir tidak terbatas dari pemimpin yang

dipilih atas massa pemilih.35 Sehingga dapat dikatakan bahwa kekuatan oligarki

mudah mengambil alih sesuatu yang sebelumnya dilahirkan dari Rahim demokrasi.

Sebagaimana dikutip Ichlasul Amal, struktur oligarki telah menghisap prinsip- prinsip

33 Efriza, Political Explore Sebuah Kajian Ilmu Politik, (Bandung : Alfabeta, 2012), h. 313.34 Efriza, Political Explore Sebuah Kajian Ilmu Politik, h.313.35 Efriza, Political Explore Sebuah Kajian Ilmu Politik, h. 313.

53

dasar demokrasi, yang nyata (is) menindas yang ideal (outh to be). Bahkan, menurutnya

bagi massa rakyat, perbedaan antara hal yang nyata dan yang ideal tetap merupakan

suatu misteri.36

Penjelasan tentang penyebab terjadinya perilaku oligark dalam suatu organisasi

sosial atau politik di tengah arus demokratisasi seperti saat sekarang ini, dikarenakan

pola dan sifat perilaku segelintir elit atau petinggi yang merasa memiliki dan

membesarkan organisasi karena pengaruh yang dimilikinya. Ditambah lagi, peluang

munculnya oligark semakin dipertegas dengan penerapan peraturan perundang-

undangan di dalam konstitusi suatu organisasi.

D. Teori Negosiasi Politik

Menurut Oxford Dictionary negosiasi adalah pembicaraan dengan orang lain

yang bertujuan untuk mencapai titik temu atau kesepakatan.37 Politik adalah rangkaian

peristiwa atau kegiatan yang didalamnya terdiri atas asas, prinsip, jalan, cara dan alat

yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.38 Jadi pengertian negosiasi politik

adalah pembicaraan dua pihak atau lebih baik individu ataupun kelompok yang

bertujuan untuk mencapai kesepakatan bersama dalam meraih tujuan-tujuan politik

seperti kekuasaan, koalisi, dan pembuatan kebijakan. Negosiasi dilakukan ketika

36 Ichlasul Amal, teori- teori Mutakhir Partai Politik, h. 41.37 Andri Feriyanto, Endang Shyta Triana, Komunikasi Bisnis: Strategi Komunikasi dalam

Mengelola Bisnis, (Yogyakarta: PT. Pustaka Baru, 2015), h. 158.38 Thomas Tokan Pureklolon, Komunikasi Politik: mempertahankan integritas akademisi,

politikus, dan negarawan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2016), h. 2.

54

kepentingan seseorang atau kelompok tergantung pada perbuatan seseorang atau

kelompok lain yang memiliki kepentingan yang sama sehingga memerlukan sebuah

kerja sama.39 unsur-unsur yang dapat menyebabkan terjadinya Negosiasi antara lain40:

a. Ketergantungan dalam suatu tingkatan, antara pihak-pihak yang terlibat.

b. Ketidaksepakatan atau konflik (baik konflik nyata atau tersembunyi).

c. Interaksi yang oportunistik (setiap pihak punya keinginan untuk berusaha

mempengaruhi orang lain).

d. Kesepakatan.

Yang dimaksud dalam unsur-unsur negosiasi diatas dalam politik adalah adanya

ketergantungan satu sama lain antara aktor politik, adanya konflik atau

ketidaksesuaian, adanya hubungan yang bersifat oportunis, dan lahirlah kesepakatan

dalam mencapai suatu tujuan.

Proses negosiasi politik biasanya dilakukan oleh tataran elit organisasi ataupun

partai. Proses ini merupakan puncak dari segala kejadian dan dinamika sebelum

pengambilan keputusan politik. Negosiasi politik selalu mempertimbangkan banyak

hal, seperti kekuatan lawan dan kekuatan sumberdaya internal yang dimiliki.

Sebelum melakukan negosiasi politik, suatu partai harus mengetahui terlebih

dahulu positioning politik yang telah dibangun. Positioning politik adalah seluruh

39 Andri Feriyanto, Endang Shyta Triana, Komunikasi Bisnis: Strategi Komunikasi dalamMengelola Bisnis, h. 158.

40 Andri Feriyanto, Endang Shyta Triana, Komunikasi Bisnis: Strategi Komunikasi dalamMengelola Bisnis, h. 159.

55

rangkaian aktifitas penanaman citra ke dalam benak masyarakat atau pemilih terkait

produk politik yang ditawarkan.41 Dengan demikian partai dapat mensinergiskan

tujuan negosiasi politik dengan postioning yang telah diciptakan. Positioning menjadi

sangat penting oleh suatu partai sebagai pendorong dan pedoman dasar sikap politik

suatu partai, oleh sebabnya partai perlu melakukan berbagai kajian dan anlisa terkait

positioning politik-nya antara lain:42

a. Analisis pemilih adalah menganalisa pemilih berdasarkan berbagai

pendekatan seperti perilaku pemilih, orientasi pemilih, harapan pemilih, dan

tujuan pemilih.

b. Analisis pesaing adalah memetakan segala kekurangan dan kelebihan yang

dimiliki oleh lawan politik.

c. Strategi isu politik adalah penerapan perencanaan politik terkait isu apa

yang bisa dikembangkan ataupun dikesampingkan.

d. Analisis tren masyarakat adalah menganalisa kecendrungan pola gaya

hidup, budaya dan pola pikir masyarakat terkait kehidupan sosial politik

e. Analisis internal adalah memetakan kekuatan dan kelemahan sumber daya

internal atau yang berasal dari dalam yang dimiliki oleh suatu partai agar

dapat memaksimalkan potensi dan meminimalisir resiko.

41 Firmansyah, Mengelola Partai Politik : komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di EraDemokrasi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2008). h. 218.

42 Firmansyah, Mengelola Partai Politik : komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di EraDemokrasi, h. 253-276.

56

Jika partai telah memahami positioning politiknya, proses negosiasi yang akan

dilaksanakan dapat dijalankan sesuai dengan perencanaan awal dan sinergis dengan

apa yang diharapkan publik. Proses positioning politik merupakan salah satu tahap

awal di dalam negosiasi politik atau disebut dengan power inventory.

Beberapa tahap awal yang harus dilakukan sebelum proses negosiasi politik,

yaitu :43

a. Set Parameters (menentukan batasan) : menentukan garis aman pergerakan

selama melakukan opsi-opsi negosiasi. Parameter terbagi dua yaitu

parameter maksimum dan parameter minimum. Parameter maksimum

adalah penawaran paling terakhir yang diberikan oleh negosiator kepada

pihak lawan negosiasi yang cenderung hampir pada posisi walk away atau

meninggalkan negosiasi. Parameter minimum adalah penawaran pertama

yang diberikan negosiator kepada lawan negosiasi yang bersifat tawaran

terbaik.

b. Power Inventory (menginventarisir kekuatan) : menganalisa semua

kekuatan atau kelebihan yang dimiliki, lalu menjadikannya sebagai daya

tawar kepada lawan negosiasi. Dalam politik ini bisa berupa perolehan

suara, jumlah kader, jumlah kursi dan sumber kekuatan politik lainnya.

c. Assign Values (menetapkan nilai) : mengkuantifikasi setiap isu atau item

yang dipertukarkan dalam bernegosiasi dalam satuan yang sama. contoh

43 Edysen Shin, The 37 Most Powerful Tactics On Negotiation, (Jakarta: PT. Alfa CemerlangEdindo, 2016). h. 44.

57

dalam politik partai A menginginkan kebijakan X harus diterima oleh partai

B. Jika pada kenyataannya ditolak, partai A mencoba memberikan opsi lain

kepada partai B seperti penambahan atau pengurangan poin-poin tambahan

dalam kebijakan X tanpa mengurangi esensi dari kebijakan X tersebut dan

masih dalam koridor tujuan awal.

d. Impact Multiple Issues (memperluas cakupan isu) : membekali diri dengan

berbagai macam isu atau agenda yang bisa dipertukarkan nantinya disaat

bernegosiasi. Contoh partai A ingin berkoalisi dengan partai B, tetapi

diantara kedua partai tidak memiliki ideologi yang sama. jika isu ideologi

tidak menemukan titik temu, perluasan cakupannya bisa jadi kesamaan visi

misi dan program kerja.

Namun, Negosiasi tidak akan berjalan seperti apa yang diharapkan jika seorang

negosiator tidak memahami sifat-sifat negosiasi. Ada empat sifat negosiasi yang dapat

dilakukan oleh seorang negosiator, yaitu :

a. Akomodatif : mengakomodir atau menampung semua kepentingan lawan

negosiasi.

b. Kolaboratif : memperhatikan semua kepentingan lawan sekaligus

menyampaikan kepentingan yang kita capai. Sufat ini lebih dikenal dengan

istilah win-win solution.

c. Persuasif : tidak mempedulikan kepentingan lawan, dan hanya focus

meyakinkan lawan agar menerima kepentingan kita.

58

d. Adversarial : mengedepankan kepentingan kita bahkan sampai

mengorbankan kepentingan lawan.

Masing-masing dari empat sifat negosiasi diatas memiliki kelebihan dan

kekurangan, semua pendekatan tersebut bisa digunakan bergantung pada seperti apa

lawan negosiasi kita, untuk berapa lama tujuan negosiasi dibangun (jangka panjang

atau jangka pendek), dan mengapa harus bernegosiasi dengannya. Oleh karena itu

sebelum melakukan negosiasi, setiap negosiator harus memahami terlebih dahulu

potensi dan resiko yang ada pada dirinya, serta potensi dan resiko yang ada pada lawan.

59

BAB IIIPDI-Perjuangan DALAM PERPOLITIKAN DKI JAKARTA

A. Profil PDI-PERJUANGAN

1. Sejarah partai

Pada 9 Maret 1970, Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Kristen Indonesia

(Parkindo), partai Katolik, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), dan

Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) membentuk Kelompok Demokrasi

Pembangunan (KDP) sebagai bentuk kepedulian dan kelanjutan perjuangan akan cita-

cita luhur kemerdekaan bangsa Indonesia. Kelanjutan dari kelompok ini adalah

lahirnya kesepakatan bersama untuk membentuk suatu wadah perjuangan politik yang

berlandaskan Pancasila menjadi Partai Demokrasi Indonesia pada tanggal 10 Januari

1973.1

Deklarasi PDI dilakukan setelah keluarnya kebijakan fusi partai oleh rezim orde

baru melalui sidang umum MPR tahun 1973 yaitu penyederhanaan jumlah partai

politik dengan alasan membangun stabilitas politik Nasional. Partai yang berhaluan

Islam bergabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), partai berhaluan

Nasionalis, Kristen, dan Sosialis bergabung menjadi PDI, dan Sekretariat Bersama

Golongan Karya (Sekber Golkar). Golkar pada masa itu tidak ingin disebut sebagai

sebuah partai politik karena citra partai yang dianggap buruk.2

1 http://www.PDI-Perjuanganerjuangan.id/article/category/child/25/Partai/Piagam-PDI-Perjuangan diakses pada tanggal 29 Desember 2016 pada pukul 20.17.

2 http://www.donisetyawan.com/fusi-partai-di-indonesia-tahun-1973/ diakses pada tanggal 29Desember 2016 pada pukul 22.12.

60

Lahirnya PDI-PERJUANGAN merupakan kelanjutan dari PDI, yaitu melalui

Kongres V PDI di Bali pada tanggal 1 Februari 1999 yang menyatakan terjadinya

perubahan nama dari PDI menjadi PDI-PERJUANGAN.3 Perubahan nama ini

disebabkan oleh konflik internal PDI yang terjadi pada tahun 1993. Kepemimpinan

Megawati Soekarnoputeri yang terpilih secara aklamasi pada kongres 1993 merasa

terganggu dengan diadakannnya kongres tandingan pada tahun 1996 di Medan yang

ketika itu memenangkan Soerjadi sebagai ketua umum. Secara tidak langsung terjadi

penyingkiran anggota PDI pro Megawati. Banyak kalangan beranggapan hasil kongres

Medan merupakan rekayasa pemerintah untuk membendung kiprah politik Megawati

yang dianggap dapat menjadi ancaman oleh rezim berkuasa. Puncak dari konflik

tersebut adalah meletusnya peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang dikenal

Kudatuli 1996. Pengambil alihan kantor pusat PDI oleh massa pro Soerjadi secara

paksa dengan melibatkan aparat kepolisian dan Militer yang menyebabkan banyaknya

korban jiwa.4 Meski tidak diakui pemerintah, PDI pro Mega tetap melakukan

konsolidasi dan pergerakan dibawah pengawasan dan pantauan rezim.

Pada tahun 1998, rezim orde baru tumbang dengan mundurnya Soeharto

sebagai presiden setelah ratusan ribu mahasiswa turun ke jalan menuntut agar

terjadinya reformasi dan demokratisasi. Megawati soekarnoputri melihat hal ini

sebagai momentum untuk kembali tampil meraih dukungan publik pasca kegagalan

3 http://www.PDI-Perjuanganerjuangan.id/article/category/child/25/Partai/Piagam-PDI-Perjuangan diakses pada tanggal 30 Januari pukul 00.24.

4 http://manado.tribunnews.com/2014/03/18/mengulas-sejarah-panjang-pdi-perjuangandiakses pada 30 Desember 2016 pukul 02.22.

61

PDI Soerjadi pada pemilu 1997 dengan hanya memperoleh 11 kursi di DPR. Berbagai

dukungan dari masyarakat dan kader terus menguat kepada Megawati untuk segera

mengambil alih PDI. Kongres V PDI Bali yang diadakan pada tanggal 8-10 Oktober

memutuskan Megawati Soekarnoputeri kembali menjadi ketua umum secara aklamasi.

Namun, kemenangan ini tidak membuat megawati sumringah, karena untuk mengikuti

pemilu 1999 hanya PDI kubu Soerjadi yang diakui oleh pemerintah.

Megawati tidak kehabisan akal, dengan segera mengubah nama partai menjadi

PDI-Perjuangan dan segera mendaftarkan ke pemerintahan transisi. Alhasil, pemilu

pertama yang diikuti pada tahun 1999, PDI-Perjuangan berhasil keluar sebagai

pemenang dengan perolehan suara nasional 33,74% atau 154 kursi DPR RI.5

Kemenangan ini tak lepas dari pengaruh figur Megawati Soekarnoputri yang dianggap

sebagai simbol perlawanan terhadap penguasa orde baru. Selain itu, PDI-Perjuangan

dengan jargon wong cilik nya dianggap merepresentasikan keperpihakan partai

terhadap masyarakat kecil.

Keberhasilan PDI-Perjuangan pada pemilu 1999 secara nasional, juga diikuti

oleh kemenangan di wilayah DKI Jakarta dengan perolehan kursi di DPRD sebanyak

30 kursi dari total 85 kursi yang ada. Bahkan ketika DPRD masih terdapat didalamnya

fraksi TNI/ABRI yang dianggap sebagai perpanjangan tangan rezim orde baru.6

Artinya hampir 50% warga ibukota mempercayakan suaranya pada PDI-Perjuangan

5 http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-1999 diakses pada 31Desember 2016 pukul 08.30.

6 http://www.rmol.co/read/2016/08/20/257669/PDI-PERJUANGAN-Dan-Jasmerah-Pilkada-Jakarta- diakses pada 31 Desember 2016 pukul 09.18.

62

yang notabene adalah partai baru. Namun kemenangan ini gagal mengantarkan sang

ketua umum menduduki jabatan presiden Republik Indonesia. Ketika itu proses

pemilihan presiden dilakukan melalui sidang utama MPR yang memenangkan KH.

Abdurrahman Wahid alias Gusdur sebagai presiden didampingi Megawati

Soekarnoputri.

Kegagalan megawati menjadi presiden dikarenakan poros tengah yang

dibentuk oleh Amien Rais. Poros tengah yaitu koalisi gabungan partai berhaluan islam

yang terdiri dari PPP, PAN, PBB, PK, PNU, dan PSII yang mengusung KH.

Abdurrahman Wahid.7 Namun, kepemimpinan Gusdur hanya berjalan 20 bulan

tepatnya hingga Juli 2001. melalui sidang utama MPR tahun 2001, gusdur dilengserkan

dari jabatan presiden yang sekaligus memberikan kesempatan pada megawati untuk

menggantikannya.

B. Sejarah PDI-Perjuangan pada Pilgub DKI Jakarta (2002, 2007, 2012)

1. Pilgub DKI Jakarta 2002

Pasca berakhirnya rezim orde baru pada tahun 1998, berakhir pula sistem

pemerintahan yang sentralistik. Pada masa orde baru 1966-1998, presiden mengontrol

penuh seluruh proses pemilihan kepala daerah. Presiden berhak menunjuk dan

memberhentikan kepala daerah tanpa melalui persetujuan DPRD seperti yang tertuang

dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di

7 http://www.suaramerdeka.com/harian/0404/15/nas2.htm diakses pada tanggal 8 Januari2017 pukul 20.21.

63

Daerah.8 Lengsernya Soeharto memberikan angin segar terhadap kehidupan politik

masyarakat. Tuntutan demokratisasi segala lini menyebabkan pemerintah harus

mengakomodir harapan masyarakat akan keterlibatan dalam menentukan kepala

daerah.

Perubahan pola kepemimpinan dari sentralistik menjadi desentralistik

menyebabkan pemerintah mengubah beberapa aturan dalam proses pemilihan kepala

daerah agar dapat mewakili semangat masyarakat yang selama rezim orde baru merasa

terkekang. Perubahan itu tertuang dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah. DPRD diberikan wewenang untuk memilih gubernur/wakil

gubernur, bupati/wakil bupati, walikota/wakil walikota dalam rangka pelaksanaan asas

desentralisasi.9 Dengan berubahnya aturan terkait pemilihan kepala daerah, makan

akan berubah pula segala hal yang menyangkut didalamnya, seperti proses pencalonan

hingga mekanisme pemilihan.

Pemilihan Gubernur atau pilgub DKI Jakarta 2002 diselenggarakan pada

tanggal 11 September merupakan pemilihan gubernur pertama di Jakarta pasca

reformasi. Mengingat pemilihan gebernur sebelumnya dilakukan pada masa orde baru

yang dipilih langsung oleh presiden Soeharto yaitu Sutiyoso yang memiliki latar

belakang seorang perwira militer untuk masa bakti 1997-2002. Proses pemilihan

gubernur DKI Jakarta pada tahun 2002 dilakukan oleh DPRD dengan menggunakan

8 http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/2484/node/926/uu-no-5-tahun-1974-pokok-pokok-pemerintahan-di-daerah diakses pada tanggal 9 Januari 2017 pukul 01.37.

9 http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/444/nprt/572/undangundang-nomor-22-tahun-1999 diakses pada tanggal 9 Januari 2017 pukul 01.39.

64

sistem voting dari seluruh anggota. Artinya seluruh anggota DPRD menuliskan nama

calon yang mereka pilih sebagai perwakilan dari masyarakat. Pemilihan gubernur

dilakukan pada tanggal 11 September 2002 dengan cara tertutup atau rahasia. Hal ini

sejalan dengan UU no. 22 tahun 1999 tentang pemilihan kepala daerah dilaksanakan

dengan bebas, jujur, dan adil, ucap Suwardi selaku ketua pemilihan gubernur DKI

Jakarta.10

PDI-Perjuangan sebagai partai pemenang pemilu 1999 secara nasional, juga

berhasil menang pemilu di DKI Jakarta dengan perolehan 30 kursi dari total 85 kursi.

Dengan aturan pemilihan seorang calon gubernur dianggap menang jika dipilih oleh

50%+1 anggota di DPRD artinya PDI-Perjuangan hanya butuh 43 kursi dari 85 kursi.11

Tujuh nama calon gubernur dan wakil gubernur telah mendaftarkan diri untuk dipilih

DPRD adalah pasangan Sutiyoso-Fauzi Bowo, Edy Waluyo-Ahmad Suwady, Tarmidi

Suhardjo-Abdulah Toha, Ahmad Heryawan-Igo Ilham, Marzuki Usman-Halim Asyari,

Mahfud Djailani-Doly Diapari Siregar, dan Endang Darmawan-Dadang Hamdani.12

Pasangan Sutiyoso-Fauzi Bowo yang diusung PDI-Perjuangan keluar sebagai

pemenang dengan perolehan suara mutlak yaitu 47 suara dari total 84 anggota dewan

yang hadir.13

10 http://www.pelita.or.id/baca.php?id=64 diakses pada tanggal 9 Januari 2017 pukul 02.00.11 http://dprd-dkijakartaprov.go.id/sejarah/ diakses pada tanggal 9 Januari 2017 pukul 03.00.12 http://www.pelita.or.id/baca.php?id=64 diakses pada tanggal 9 Januari 2017 pukul 02.00.13 http://news.liputan6.com/read/41264/sutiyoso-kembali-menjabat-gubernur-dki diakses pada

tanggal 9 Januari 2017 pukul 03.05.

65

Dari sekian banyak calon yang mendaftar, PDI-Perjuangan mengusung satu

nama yang ketika itu dianggap sangat kontroversial yaitu Sutiyoso. Sutiyoso

merupakan gubernur petahana periode 1997-2002 yang ditunjuk langsung oleh

presiden Soeharto. Munculnya nama Sutiyoso sebagai calon yang diusung PDI-

Perjuangan memunculkan banyak pertanyaan, baik dari kalangan akademisi maupun

kader internal partai. Sutiyoso bukanlah kader ideologis PDI-Perjuangan, berlatar

belakang militer, dan kental sekali memiliki hubungan dengan rezim orde baru. Bahkan

banyak pihak yang menganggap Sutiyoso adalah sosok yang paling bertanggung jawab

dibalik peristiwa kudatuli 1996 karena menjabat sebagai Panglima Daerah Militer

Jakarta Raya (Pangdam Jaya). Seperti ucapan Tubagus Hasanuddin salah satu kader

partai yang mengatakan Sutiyoso terlibat peristiwa penyerbuan kantor DPP PDI 1996

atau peristiwa kudatuli.14

Penolakan lain berasal dari masyarakat yang menjadi korban peristiwa kudatuli

dengan alasan Sutiyoso sebagai sosok yang harus bertanggung jawab dibalik peristiwa

tersebut.15 Penolakan terbesar datang dari Tarmidi Suhardjo selaku ketua DPD PDI-

Perjuangan Jakarta. Ia mempertanyakan alasan bu mega mengusung Sutiyoso yang

bukan kader. Bahkan siap dipecat sebagai anggota yang sekaligus wakil ketua DPRD

DKI Jakarta. Tarmidi dan beberapa anggota lainnya mengancam akan buka mulut

tentang rahasia dapur DPRD DKI Fraksi PDI-Perjuangan terkait adanya dugaan suap

14 https://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-sutiyoso-dan-tragedi-berdarah-kudatuli.htmldiakses pada tanggal 20 Januari 2017 pukul 10.22.

15 http://m.liputan6.com/news/read/35823/korban-27-juli-menolak-pencalonan-sutiyosodiakses pada tanggal 20 Januari 2017 pukul 14.11.

66

yang dilakukan Sutiyoso kepada beberapa fraksi di DPRD. Ancaman tersebut muncul

karena Tarmidi menolak rekomendasi partai untuk mendukung Sutiyoso sebagai calon

gubernur.16

Majalah gatra terbitan tahun 2002 menggambarkan alotnya perdebatan antara

Megawati dengan Tarmidi. Tarmidi mengemukakan beberapa alasan penolakannya.

Pertama, betapa beratnya nanti resiko yang akan ditanggung oleh partai karena

mengusung seorang tersangka. Kedua, terdapat banyak kelemahan selama Sutiyoso

memimpin periode 1997-2002. Ketiga, massa PDI-Perjuangan menginginkan

Gubernur dari kader internal. Keempat, dengan perolehan 30 kursi yang ada, PDI-

Perjuangan hanya membutuhkan 13 kursi lagi untuk bisa memenangkan pemilihan

gubernur. secara tegas tarmidi mengatakan jika bu mega menginginkan jendral,

silahkan, tapi jangan Sutiyoso.17 Proses pengusungan Sutiyoso dianggap tidak melalui

mekanisme partai dan menciderai semangat kader yang telah berjuang membesarkan

partai.

Berbagai polemik yang muncul tidak menyurutkan tekad bu Mega untuk

mengusung Sutiyoso sebagai Gubernur Jakarta 2002-2007. Dengan semua alasan yang

dikemukakan Tarmidi, Megawati justru marah dan meradang karena tidak suka jika

urusan internal partai bocor ke luar dan jadi perbincangan publik. Megawati tetap

bersikeras dengan naluri politiknya dengan mengatakan, “tentang kasus kudatuli saya

16 http://www.pelita.or.id/baca.php?id=2323 diakses pada tanggal 20 Januari 2017 pukul13.08.

17 http://arsip.gatra.com/2002-07-01/majalah/artikel.php?id=38956 diakses pada tanggal 20Januari 2017 pukul 14.21.

67

lebih tahu”. Pertemuan malam itu berlangsung panas, Tarmidi pun terdiam mendengar

tanggapan bu Mega dan pertemuanpun diakhiri. Alasan lain dikatakan oleh Tjipto

seorang pengurus PDI-Perjuangan, dengan menunjuk pak sutiyoso sebagai gubernur,

jelas PDI-Perjuangan dan bu Mega menunjukkan kepentingan nasional diatas

kepentingan partai.18

J. Kristiadi ketika itu mengatakan bahwa PDI-Perjuangan seharusnya

menggunakan kekuasaan sebagai partai yang aspiratif karena pemilu DKI Jakarta kali

ini akan menjadi testcase masa transisi manajemen kekuasaan dari otoriter ke

demokrasi.19 Artinya, PDI-Perjuangan sebagai partai penguasa pada waktu itu,

harusnya menunjukkan sikap demokratis dengan mencoba mendengarkan aspirasi

kader internal. Ditambah lagi PDI-Perjuangan dianggap sebagai ikon perlawanan rezim

otoriter orde baru yang sudah seharusnya menunjukkan ke-demokratis-annya. Namun,

sikap yang ditunjukkan Megawati dengan mengusung non kader tanpa melewati

mekanisme partai jelas mendapatkan penolakan keras karena dianggap akan

menciderai semangat perjuangan reformasi.

Dinamika dan kontroversi dibalik pencalonan Sutiyoso sebagai calon Gubernur

Jakarta 2002-2007 berbanding terbalik dengan hasil yang diperoleh. Pasangan

Sutiyoso-Fauzi bowo berhasil memenangkan pemilihan gubernur ketika itu, meski

18 http://arsip.gatra.com/2002-07-01/majalah/artikel.php?id=38956 diakses pada tanggal 13Mei 2017 pukul 16.00.

19 http://arsip.gatra.com/2002-07-01/majalah/artikel.php?id=38956 diakses pada tanggal 20Januari 2017 pukul 14.21.

68

sejak dari pencalonan hingga pengumuman hasil pemilihan diwarnai berbagai aksi

penolakan. Ironisnya, kemenangan PDI-Perjuangan pada pilgub 2002 berbanding

terbalik dengan perolehan suara PDI-Perjuangan pada pemilu 2004. Dibanding pemilu

1999 yang ketika itu berhasil meraih 33,74% suara nasional, pada tahun 2004 perolehan

suara PDI-Perjuangan justru merosot menjadi 18,31%. Perolehan suara di DPRD DKI

pun mengalami penurunan dari 35 kursi pada 1999 menjadi 11 kursi tahun 2004.

Khususnya di Jakarta, penurunan ini disebabkan oleh dua hal yaitu pemerintahan era

Megawati dianggap gagal menjalankan tugasnya dan konflik internal PDI-Perjuangan

DKI pada pilgub 2002.20

Apa yang dikhawatirkan Tarmidi akan beban berat yang dipikul partai menjadi

kenyataan, jika Megawati mengurungkan niatnya mencalonkan Sutiyoso, partai tidak

akan merasakan dampak seperti apa yang diperoleh pada pemilihan umum 2004 yaitu

penurunan suara yang sangat signifikan. Dalam kasus ini, Megawati seolah

mengesampingkan nilai demokrasi yang diperjuangkannya selama masa orba. Tetapi,

pemilu merupakan sebuah kontestasi politik yang artinya partai politik hanya bisa

dikatakan sukses membangun partai dan diakui eksistensinya dengan memenangkan

pemilu.

2. Pilgub DKI Jakarta 2007

20 http://kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf diakses pada tanggal 22 Januari 2017 pukul07.00.

69

Tanggal 8 Agustus 2007 merupakan hari pemilihan Gubernur di Jakarta yang

telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jakarta. Ada beberapa

perubahan teknis dibanding pemilihan sebelumnya seperti pemilihan ini dilakukan

secara langsung, proses penghitungan dilakukan di kecamatan, dan jika hasil pemilihan

tidak dapat diterima oleh kandidat, maka gugatan dapat dilakukan ke Mahkamah

Konstitusi (MK).21 Bedanya, dulu pemilihan dilakukan oleh DPRD, penghitungan

dilakukan di kelurahan, dan gugatan diajukan ke Mahkamah Agung.

Pilgub DKI Jakarta 2007 merupakan pemilihan gubernur yang dilakukan secara

langsung untuk pertama kalinya di Jakarta sekaligus di Indonesia. Pemilihan tidak lagi

ditentukan oleh DPRD, melainkan rakyat secara langsung memilih kandidat yang

diinginkan untuk memimpin Jakarta. Perubahan ini dilakukan karena adanya

perubahan UU 32 tahun 1999 menjadi UU 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

yang cakupannya diperluas khususnya terkait pemilihan kepala daerah yang dilakukan

secara langsung dengan alasan demokratisasi, desentralisasi, dan dekonsentrasi dan

tingginya semangat serta keinginan masyarakat untuk terlibat langsung dalam proses

pemilihan kepala daerah seperti Gubernur, Bupati atau Walikota.

Pada periode sebelumnya 2002-2007, pilgub DKI dimenangkan oleh pasangan

Sutiyoso-Fauzi bowo yang keduanya bukanlah anggota partai politik. Sutiyoso adalah

seorang mantan jendral, dan Fauzi Bowo adalah seorang mantan Sekretaris Daerah

(Sekda). Hal diatas masih dapat dimaklumi mengingat pemilihan dilakukan secara

21 http://www.pelita.or.id/baca.php?id=30117 diakses pada tanggal 22 Januari 2017 pukul10.33.

70

tidak langsung atau perwakilan yaitu melalui DPRD. Artinya kandidat tidak serta merta

harus melakukan pendekatan langsung kepada masyarakat melainkan melakukan

pendekatan kepada seluruh jajaran partai dan anggota DPRD.

Namun, pada pilgub DKI 2007 terjadi perubahan pola pendekatan yang harus

dilakukan oleh setiap kandidat mengingat mereka akan dipilih secara langsung oleh

rakyat. Jadi, kandidat tidak hanya memiliki kualitas dalam kepemimpinan saja yang

bisa memenangkan pemilihan, melainkan juga harus memiliki popularitas. Mau tidak

mau setiap kandidat harus melakukan pendekatan yang massif kepada masyarakat agar

dapat dikenal untuk dipilih. Kampanye dan sosialisasi langsung adalah perbedaan

mendasar antara pilgub 2002 dengan pilgub 2007. Partai politik melakukan penjaringan

dan penyerapan aspirasi masyarakat terkait pemimpin yang diinginkan. Sehingga partai

tidak lagi menjadi pemain tunggal dalam menentukan calon kandidat yang akan

diusung.

Perubahan cara pemilihan ini membuat setiap partai harus memutar otak untuk

mendapatkan simpati publik. Tidak hanya memperjuangkan keinginan partai semata,

tetapi juga harus sejalan dengan aspirasi masyarakat. Salah satu cara partai politik

untuk mensiasati perubahan tersebut adalah dengan mengusung calon kandidat dari

petahana yang secara popularitas sudah dikenal oleh seluruh masyarakat. Hal tersebut

dapat dilihat dari banyaknya jumlah partai yang mendukung calon kandidat dari

petahana. Seperti yang terjadi pada pemilihan gubernur DKI Jakarta 2007.

PDI-Perjuangan mendukung pasangan Fauzi Bowo yang petahana didampingi

Prijanto seorang yang memiliki latar belakang militer bergabung dengan 12 partai

71

lainnya yaitu Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrat

(PD), Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Perhimpunan

Indonesia Baru (PPIB), Partai Nahdlatul Ulama (PNU), Partai Bintang Reformasi

(PBR), Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), PKPB, Partai Penegak Demokrasi

Indonesia (PDI), dan Partai Buruh Sosial Demokrat (PBSD).22

Keputusan mendukung pasangan Fauzi Bowo-Prijanto merupakan bentuk sikap

realistis PDI-Perjuangan terhadap keadaan politik partai. Keputusan tersebut dilakukan

dengan berbagai pertimbangan diantaranya PDI-Perjuangan bukanlah partai pemenang

pemilu 2004 yang hanya memeroleh 18,31% suara dan hanya memiliki 10 kursi di

DPRD DKI Jakarta.23 Selain jumlah kursi yang tidak memenuhi syarat, PDI-

Perjuangan juga tidak memiliki kader yang mempunyai nilai jual. Sehingga PDI-

Perjuangan tidak bisa mengajukan calon sendiri dan harus berkoalisi dengan partai lain.

Disisi lain, PKS sebagai partai dengan perolehan kursi terbanyak di Jakarta 18 kursi

mengusung pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar sendirian. Hal ini berbanding

terbalik dengan keadaan PDI-Perjuangan pada pilgub 2002, ketika itu PDI-Perjuangan

dapat diakatakan sebagai pemain kunci. Namun, koalisi besar yang dibangun berhasil

mengantarkan pasangan Fauzi Bowo-Prijanto sebagai pemenang dengan perolehan

suara 57,87%, pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar memperoleh 42,13% suara.

22 http://news.detik.com/berita/788033/13-partai-koalisi-jakarta-resmi-calonkan-fauzi-bowo-prijanto diakses pada tanggal 22 Januari 2017 pukul 11.28.

23 http://news.detik.com/berita/127941/pks-dapat-18-kursi-dprd-dki diakses pada tanggal 22Januari 2017 pukul 13.22.

72

Banyak kalangan berpendapat bahwa hasil pemilu 2004 memberikan dampak

yang sangat signifikan terhadap peran PDI-Perjuangan pada pilgub DKI 2007. Faktor

lain, konflik internal pada tahun 2002 juga memberikan imbas sehingga PDI-

Perjuangan tidak lagi memiliki pengaruh yang begitu besar dalam menentukan calon

kandidat yang akan diusung. Dari dua pemilihan gubernur yang diikuti baik sebagai

partai penguasa ataupun hanya sebagai partai yang bergabung ke dalam sebuah koalisi,

PDI-Perjuangan selalu berhasil keluar sebagai pemenang. Positifnya, sikap politik PDI-

Perjuangan kali ini tidak mendapatkan pertentangan yang begitu kuat dari kader

internal partai sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di dalam tubuh partai.

3. Pilgub DKI Jakarta 2012

Berkaca pada dua pemilihan sebelumnya, PDI-Perjuangan selalu berhasil

keluar sebagai pemenang. Kesuksesan tersebut tidak lepas dari sikap dan langkah taktis

yang diambil partai. PDI-Perjuangan seolah memiliki naluri politik sebagai pemenang

baik sebagai partai pengusung ataupun sebagai partai pendukung. Kemampuan

membaca peta politik dan arus zaman menjadi kelebihan tersendiri yang dimilikinya,

meskipun setiap sikap yang diambil memiliki konsekuensinya tersendiri. Momen

sebagai partai yang selalu menang pada pilgub DKI tentu tidak ingin dilepaskan begitu

saja oleh PDI-Perjuangan.

Perbedaan pada pilgub kali ini dibanding pilgub 2007 adalah PDI-Perjuangan

tidak lagi sebagai partai pendukung melainkan partai pengusung. Meskipun kondisi

perolehan kursi hampir sama yakni 10 kursi pada pilgub 2007, dan 11 kursi pada pilgub

73

2012 yang artinya sama-sama tidak memenuhi syarat perolehan kursi minimum untuk

mengajukan calon. Namun, bedanya kali ini PDI-Perjuangan tidak lagi mengalami

krisis kader yang memiliki nilai jual di mata masyarakat. Selain itu pasangan yang ingin

maju melalui jalur independen juga diizinkan dengan syarat harus memiliki minimal

dukungan 407.340 KTP.24

Pada pilgub kali ini, PDI-Perjuangan seolah mendapatkan momentum dengan

munculnya sosok Joko Widodo yang dikenal publik dengan sikap dan gaya

kepemimpinan yang unik, yaitu blusukan atau mendatangi langsung masyarakat kecil

untuk diajak berdialog dengan mendengarkan berbagai keluh kesah langsung dari

rakyat. Joko Widodo alias Jokowi sebelumnya menjabat sebagai walikota Solo periode

2005-2010, dan 2010-2015. Selain gaya dan sikap kepemimpinan yang unik, Jokowi

juga berhasil membangun citra kota solo dengan brand “Solo, the spirit of java”25.

Tidak hanya itu Jokowi juga dianggap sebagai representasi langsung masyarakat

Indonesia. Jokowi bukanlah anak dari seorang pejabat atau petinggi partai, bukanlah

dari keluarga milyuner, bukan juga dari seorang ulama terpandang. Kesan rakyat biasa

pada diri Jokowi membuat dirinya langsung mendapat simpati publik. Hampir setiap

hari di headline media massa lokal maupun nasional, selalu ada pemberitaan tentang

dirinya.

24 http://indonesiana.seruu.com/read/2012/03/19/89018/pilkada-dki-PDI-Perjuangan-usung-pasangan-jokowi--ahok diakses pada tanggal 22 Februari 2017 pukul 19.32.

25 http://www.tribunnews.com/nasional/2014/06/10/ini-kisah-sukses-jokowi-di-solo diaksespada tanggal 24 Februari 2017 pukul 22.10.

74

Melihat tingginya popularitas dan akseptabilitas Jokowi dimata publik, PDI-

Perjuangan tidak ingin kehilangan kesempatan emas tersebut, dan langsung

memboyongnya ke Jakarta. Bak gayung bersambut, pribadi merakyat Jokowi seolah

menjadi antithesis dengan gaya kepemimpinan Gubernur petahana DKI Jakarta ketika

itu, yaitu Fauzi Bowo. Fauzi bowo dikenal dengan gaya kepemimpinan yang elitis dan

cenderung jarang berkomunikasi langsung dengan masyarakat. Kelemahan ini

dimanfaatkan betul oleh PDI-Perjuangan untuk mengenalkan lebih lanjut sosok Jokowi

kepada rakyat Jakarta.

Namun, PDI-Perjuangan tidak bisa mencalonkan Jokowi seorang diri,

dikarenakan kursi yang dimiliki PDI-Perjuangan di DPRD DKI Jakarta tidak

memenuhi syarat untuk mengajukan seorang calon gubernur tanpa berkoalisi. PDI-

Perjuangan ketika itu hanya memiliki 11 kursi DPRD, sedangkan syarat minimum dari

KPUD adalah 15% dari kursi keseluruhan yakni 94 kursi. Artinya hanya partai yang

memiliki 15 kursi yang bisa mencalonkan tanpa berkoalisi. Partai yang memenuhi

syarat minimal tersebut hanya Partai Demokrat (32 kursi) dan PKS (18 kursi).

Minimnya perolehan kursi PDI-Perjuangan, memaksanya harus berkoalisi

dengan partai lain. PDI-Perjuangan mencapai kesepakatan dengan Gerindra untuk

membangun koalisi. Harmonisnya hubungan kedua partai sejak pilpres 2009 menjadi

salah satu alasan mengapa PDI-Perjuangan memilih koalisi dengan Gerindra.

Keduanya juga sama-sama kompak berada diluar pemerintahan selama rezim presiden

Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY. Gerindra yang ketika itu memiliki 6 kursi jika

75

digabungkan dengan PDI-Perjuangan akan menjadi 17 kursi, dan itu memenuhi syarat

minimum untuk mengusung calon gubernur.

Koalisi PDI-Perjuangan-Gerindra akan menemukan lawan yang sulit.

Mengingat petahana Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli atau Foke-Nara diusung oleh koalisi

gemuk gabungan dari beberapa parpol yaitu Partai Demokrat (PD), Partai Amanat

Nasional (PAN), Partai Hanura dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Berdasarkan

perolehan kursi, petahana akan dengan mudah memenangkan pertarungan kali ini

yakni dengan total 41 kursi. Bahkan beberapa lembaga survey menempatkan pasangan

petahana sebagai pemenang. Diantaranya Lingkaran Survey Indonesia (LSI) pimpinan

Denny JA merilis hasil survey yang dilakukan pada tanggan 22-27 Juni 2012 atau dua

minggu sebelum pimilihan menempatkan pasangan Foke-Nara dengan perolehan suara

tertinggi 43,7%, diikuti pasangan Jokowi-Ahok dengan 14,4%. Lembaga Penelitian,

Pendidikan, Penerangan, Ekonomi dan Sosial (LP3ES) merilis hasil survey dengan

perolehan Foke-Nara 24,5%, Jokowi-Ahok 22,7%. Burhanudin muhtadi direktur

Lembaga Survey Indonesia juga berpendapat hampir sama dengan mengatakan Foke-

Nara masih teratas dikisaran 40%, Jokowi-Ahok 30%.26

Selain pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara, terdapat empat pasangan lainnya

yaitu pasangan Hidayat Nur Wahid-Didiek J. Rachbini yang diusung oleh PKS dan

PAN, Alex Noerdin-Nono Sampono yang diusung oleh Partai Golkar, PPP, dan PDS.

26 http://sorot.news.viva.co.id/news/read/337417-mengapa-survei-meleset diakses padatanggal 24 Februari 2017 pukul 22.20.

76

Dan dua pasangan independen yaitu Faisal Basri-Biem Benyamin, dan Hendardji

Supandji-Ahmad Riza Patria.27

Berdasarkan beberapa hasil survey diatas, pasangan Foke-Nara diatas kertas

akan mampu memenangi pertarungan kali ini, bahkan dengan hanya satu putaran.

Namun faktanya, pasangan Jokowi-Ahok berhasil memutarbalikkan semua prediksi

tersebut. Pasangan ini bahkan unggul cukup jauh dari pasangan petahana. Berikut hasil

resmi perolehan suara pilgub DKI 2012 putaran pertama :28

1. Pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli: 1.476.648 (34,05%)

2. Pasangan Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria: 85.990 (1,98%)

3. Pasangan Joko Widodo-Basuki T Purnama: 1.847.157 (42,6%)

4. Pasangan Hidayat Nurwahid-Didiek J Rachbini: 508.113 (11.72%)

5. Pasangan Faisal Batubara-Biem Benjamin: 215.935 (4,98%)

6. Pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono: 202.643 (4,67%)

Dikarenakan tidak adanya satupun pasangan yang meraih suara 50% plus satu,

maka pilgub kembali akan dilakukan pada putaran kedua yaitu pada tanggal 20

September 2012. Hanya dua pasangan teratas yang dapat megikuti putaran kedua yaitu

pasangan Foke-Nara dan Jokowi-Ahok. Alhasil, sekali lagi pasangan PDI-Perjuangan-

Gerindra ini kembali unggul atas Foke-Nara dengan perolehan suara 53,82%

27 http://fokus.news.viva.co.id/news/read/313440-6-pasang-calon-gubernur-wakil-gubernur-dki diakses pada tanggal 24 Februari 2017 pukul 22.30.

28 http://news.detik.com/berita/1969667/inilah-hasil-final-penghitungan-suara-pilgub-dki-jokowi-426-dan-foke-34 diakses pada tanggal 13 Mei 2017 pukul 18.00.

77

(2.472.130 suara) berbanding 46,18% (2.120.815 suara).29 Salah satu faktor

keberhasilan ini menurut JJ Rizal seorang sejarawan sekaligus pengamat Jakarta

mengatakan bahwa "Pendapat-pendapat Jokowi sangat berani, berbeda dengan Foke

yang lebih berhati-hati," kata Rizal seperti dikutip TV One.30 Selain JJ Rizal, beberapa

direktur riset lembaga survey mengatakan bahwa fenomea kemenangan Jokowi

dikarenakan penguasaan media sosial, dan peralihan para swing voter.31

Kemenangan PDI-Perjuangan pada pilgub ini seolah menjadi cambukan untuk

setiap pasangan petahana. Tidak selamanya popularitas berbanding lurus dengan

elektabilitas, selain itu kerja sama tim dalam memetakan pemilih menjadi salah satu

faktor kunci. PDI-Perjuangan seolah memberi pelajaran kepada seluruh partai

bagaimana seharusnya mesin partai bekerja. Pasca kemenangan pilgub DKI Jakarta

2012, Jokowi yang semula berpasangan dengan Ahok, ditunjuk oleh PDI-Perjuangan

mengikuti pemilihan presiden 2014 dan memenangkannya.

Setelah Jokowi resmi dilantik menjadi presiden Indonesia, Ahok sebagai wakil

gubernur naik menggantikan posisi Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ahokpun

menunjuk Djarot Syaiful Hidayat yang pada saat itu menjabat sebagai walikota Blitar

dianggap cocok mendampinginya selama masa bakti dari 2014 hingga 2017. Ibarat

mendapat durian runtuh, Ahok yang bukan lagi menjadi kader partai manapun betul-

29

http://megapolitan.kompas.com/read/2012/09/28/1724329/JokowiBasuki.Menangi.Pilkada.DKIPutaran.II diakses pada tanggal 24 Februari 2017 pukul 22.45.

30 https://m.tempo.co/read/news/2012/07/11/228416337/mengapa-jokowi-bisa-memutarbalikkan-hasil-survei diakses pada tanggal 24 Februari 2017 pukul 22.48.

31 http://sorot.news.viva.co.id/news/read/337417-mengapa-survei-meleset diakses padatanggal 24 Februari 2017 pukul 22.52.

78

betul memaksimalkan jabatan petahana untuk menunjukkan kualitas dirinya dalam

memimpin. Hal tersebut terbukti seperti yang telah dijeaskan oleh banyak lembaga

survey.

Memasuki tahun politik 2016, setahun menjelang pemilihan gubernur DKI

Jakarta yang baru, nama Ahok sudah santer terdengar akan ikut serta dalam pemilihan

tersebut. Bahkan, Ahok sendiri menyatakan secara tegas kalau ia memang akan maju

lagi sebagai calon gubernur Jakarta periode mendatang. Selama masa kepemimpinan

duet Ahok-Djarot dianggap sebagai duet yang serasi dengan gaya dan sifat

kepemimpinan yang dimiliki oleh keduanya seolah saling melengkapi. Dan

keharmonisan hubungan keduanya terlihat semakin erat.

Perjalanan politik Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sangat dinamis. Ahok

adalah wakil Gubernur DKI pertama yang berasal dari keluarga keturunan Tionghoa,

lahir dan besar di Belitung Timur. Sejak masa sekolahnya Ahok memang terkenal

cerdas karena sering menjadi juara kelas. Dibesarkan oleh keluarga yang cukup mampu

yang mengedapankan pendidikan, anak pertama dari 4 bersaudara yang memiliki latar

belakang pendidikan dan keahlian yang berbeda pula.32Lahir dari keluarga etnis

Tionghoa menjadikan perjalanan hidupnya cukup menarik. Masa kecilnya tak lepas

dari berbagai peristiwa diskriminasi yang dialaminya. Namun, dengan semangat yang

kuat, gigih, dan tekun Ahok berhasil melalui masa-masa sulitnya. Lulus SMA, Ahok

memilih meneruskan kuliahnya di ibukota Jakarta.

32 Radis Bastian, Ahok Tegas, Disiplin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat, (Jogjakarta: Palapa,2013), h. 16 – 17.

79

Selesai menempuh pendidikan S1 hingga S2 di Jakarta, Ahok kembali pulang

ke Belitung dan mendirikan perusahaan. Namun, selang beberapa lama, perusahaan

Ahok terpaksa ditutup karena terbentur kebijakan korup pejabat ketika itu.

Kekecewaan membuatnya berpikir untuk meninggalkan Indonesia dan berkarir diluar

negri. Sang ayahlah yang menguatkannya, ayahnya berkata: “bersabar, kalau tidak setuju

ubahlah sendiri, jangan lari, orang miskin jangan lawan orang kaya, orang kaya jangan lawan

pejabat.” Motivasi ini menjadi renungan untuk Ahok agar jangan pernah lari dari

permasalahan.33

Tahun 2004 Ahok memutuskan terjun ke politik dengan bergabung ke Partai

Perhimpunan Indonesia Baru (PIB). Disinilah karir politik Ahok dimulai, pada tahun

yang sama ia terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur masa bakti

2004-2009. Karir politik Ahok terus mengkilap, setahun setelah terpilih sebagai

anggota DPRD, iapun memutuskan untuk maju ke pertarungan Pilbup Belitung Timur.

Alhasil, Ahokpun berhasil menang dengan perolehan 37,13% suara, hebatnya Ahok

menang di daerah basis massa lawannya yaitu Partai Bulan Bintang (PBB).34 Setahun

berselang, sebelum menghabiskan masa jabatannya sebagai bupati, Ahok kembali

mencalonkan diri pada Pilgub provinsi Bangka Belitung, namun ia menagalami

kekalahan.

Tahun 2008 Ahok bergabung ke Partai Golkar, tahun 2009 Ahok kembali

mencalonkan diri sebagai Calon Anggota Legislatif dari Provinsi Babel, Ahok kembali

33 Radis Bastian, Ahok Tegas, Disiplin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat, h. 22.34 Radis Bastian, Ahok Tegas, Disiplin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat, h. 29.

80

menang dan berhasil menjadi anggota DPR RI periode 2009-2014. Tahun 2012 Ahok

memutuskan mundur sebagai anggota DPR RI, serta keluar dari partai Golkar.

Ternyata, Ahok ikut pilgub DKI sebagai anggota partai Gerindra berpasangan dengan

Jokowi kader PDI-PERJUANGAN. Secara mengejutkan Ahok berhasilkan

mengalahkan petahana. Lagi dan lagi Ahok meninggalkan partai, ditengah

perjalanannya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok keluar dari partai Gerindra.

Ahokpun dianggap sebagai kutu loncat.35

2014 adalah momen politik Ahok, ketika Jokowi memutuskan maju pada

pilpres. Jokowi menang dan menjadi presiden RI. Pasca dilantiknya Jokowi, Ahok

diangkat jadi pelaksana tugas Gubernur (Plt) DKI Jakarta. Selama menjadi Plt

Gubernur Ahok banyak melakukan terobosan-terobosan, khususnya penataan birokrasi

DKI, pentaan tata ruang, dan penataan ulang kawasan aliran sungai. Ahok juga berhasil

mendapatkan berbagai penghargaan seperti kategori provinsi dengan perencanaan

terbaik, provinsi dengan perencanaan inovatif, provinsi dengan perencanaan progresif,

dan Millenium Development Goals (MDGs) 2016.36 Sebagai seorang pejabat publik

tentu Ahok tak luput dari kritikan seperti berprilaku kasar, arogan, bertutur Bahasa

yang buruk, tempramen, sok jago, sok sakti, dan menantang siapa saja.37

35 http://nasional.sindonews.com/read/900386/12/perjalanan-politik-ahok-si-kutu-loncat-1410403000/2, diakses pada tanggal 7 Oktober pukul 02.02.

36 http://megapolitan.kompas.com/read/2016/05/11/14152191/Ahok.Terima.Empat.Penghargaan.untuk.Pemprov.DKI.dari.Bappenas, diakses pada tanggal 7 Oktober 2016 pukul03.11.

37 http://megapolitan.harianterbit.com/megapol/2016/06/24/64558/0/18/Demo-Anti-Gubernur-Bakal-Meluas-Ahok-Tak-Disukai-Jakarta-Butuh-Pemimpin-Baru, diakses pada tanggal 7Oktober 2016 pukul 03.18.

81

Menjelang pilgub DKI 2017, Ahok dengan didukung gerakan relawan Teman

Ahok awalnya berkeinginan maju lewat jalur perorangan. Tak pelak, Ahok

mengemukakan empat alasannya untuk maju lewat jalur perorangan. Pertama, Ahok

mengatakan tak ingin mengecewakan masyarakat. Kedua, tak ingin tersandera oleh

kekuatan parpol. Ketiga, agar partai politik bisa mengkoreksi diri. Keempat, biaya maju

lewat jalur partai itu mahal.38 Ahok sangat yakin dengan segala argumen yang

dikemukakannya untuk maju lewat perorangan. Hingga gerakan pengumpulan KTP

dilakukan oleh relawan Teman Ahok dalam rangka memenuhi syarat KPU bahwa

setiap jalur perorangan harus bisa mengumpulkan sejumlah KTP sebagai syarat untuk

mendaftar pada pemilihan.

Menjalang penghujung pendaftaran, Ahok malah menyetujui maju lewat jalur

partai dengan berbagai argumen yang disampaikan. Diantaranya Ahok mengatakan

jika dia menang lewat jalur independen, maka gerakan deparpolisasi akan semakin

meluas padahal partai politik adalah pilar demokrasi yang harus dijaga. Selain itu,

Ahok juga mengatakan salah satu alasannya memilih jalur partai adalah nasihat

Jokowi, karena Ahok mengatakan Jokowi adalah bos dan panutannya.39

Banyaknya polemik, intrik dan spekulasi dibalik keputusan politik seorang

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam rangka maju sebagai calon gubernur DKI

38 http://news.liputan6.com/read/2457116/4-alasan-ahok-pilih-jalur-independen-di-pilkada-dki, diakses pada tanggal 7 Oktober 2016 pukul 03.40.

39 http://megapolitan.kompas.com/read/2016/08/15/09405981/alasan.ahok.pilih.jalur.parpol.dari.kekhawatiran.deparpolisasi.hingga.nasihat.jokowi, diakses pada tanggal 7Oktober 2016 pukul 04.00.

82

Jakarta 2017 menjadikan dirinya sebagai seorang sosok yang patut untuk dikaji secara

mendalam.

86

BAB IV

Terpilihnya Basuki Tjahaja Purnama Sebagai Calon Gubernur Melalui PDI-Perjuangan

A. Proses Seleksi Kandidat

Menurut UU No.31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, khususnya pasal 7 ayat

5 salah satu fungsi utama partai politik adalah sebagai sarana rekrutmen politik yang

bertujuan untuk mengisi jabatan-jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan

memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.1 Partai politik sebagai sarana

rekrutmen politik juga berfungsi mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk

turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai. Artinya partai politik

merupakan salah satu pilar utama dalam menjaga dan membangun kehidupan politik

berbangsa dan bernegara.

Proses rekrutmen politik secara spesifik membedakan rekrutmen untuk jabatan

publik dan rekrutmen untuk keanggotaan dan kepengurusan partai. Perbedaan tersebut

terletak pada beberapa syarat terkait pelaksanaannya. Jika dalam rekrutmen untuk

keanggotaan dan kepengurusan partai, partai pada umumnya tidak memiliki

persyaratan khusus. Syarat yang harus dipenuhi hanya kesediaan masyarakat untuk

menjadi anggota ataupun pengurus partai. Lain halnya dengan rekrutmen untuk

mengisi jabatan publik baik eksekutif maupun legislatif partai politik biasanya

memiliki aturan dan mekanisme tersendiri terkait penentuan kandidat yang akan

1 http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/17533/node/ diakses pada 25 Februari 2017pukul 00.23.

87

diusung yang nantinya akan diikutsertakan pada pemilu. Proses rekrutmen ini biasanya

disebut proses seleksi kandidat.

Setiap partai politik memiliki aturan tersendiri dalam proses seleksi kandidat.

Namun, aturan yang dibuat oleh partai haruslah dilindungi dan diakui oleh konstitusi

partai. Pada umumnya kebijakan proses seleksi selaras dengan peraturan perundang-

undangan yang diakui oleh suatu negara. Beberapa aturan dasar dalam penentuan

kandidat pada kebanyakan partai di kebanyakan negara berupa batasan minimum usia,

batasan minimum pendidikan, warga negara aktif, bebas catatan kriminal dan sehat

jasmani dan rohani. Beberapa syarat tambahan seperti lamanya masa aktif

keanggotaan ataupun pengurus partai.

Proses ini memiliki beberapa dampak yang akan dihasilkan nantinya, baik

dampak yang bersifat positif ataupun negatif. Lebih lanjut, Hazan dan Rahat

menyatakan bahwa proses seleksi kandidat ini setidaknya memiliki tiga dampak

terhadap partai politik. Pertama, proses seleksi kandidat merefleksikan dan

mendefinisikan karakter dari sebuah partai. Kedua, proses seleksi kandidat akan

mempengaruhi partai politik dan sistem politik yang ada di negara tersebut. Semakin

demokratis suatu proses seleksi kandidat, maka sistem politikpun akan semakin

demokratis jika partai tersebut memenangkan pemilu. Sebaliknya jika proses seleksi

kandidat bersifat ekslusif, maka sistem politik pun akan menjadi tidak demokratis jika

88

partai tersebut memenangkan pemilu. Ketiga, proses seleksi kandidat menunjukkan

seberapa demokratis suatu partai dalam pendelegasian kandidat.2

Di era demokrasi yang semakin terbuka akan akses suatu informasi seperti saat

sekarang ini, seperti yang sudah dijelaskan diatas, pola rekrutmen atau seleksi kandidat

menjadi salah satu poin penting di mata masyarakat. Proses seleksi dianggap sebagai

tolak ukur transparansi suatu partai. Tidak hanya itu, pada proses ini pertaruhan akan

konsistensi ideologis dengan kehendak masyarakat seringkali berbenturan. Bahkan di

beberapa kasus, proses seleksi ini dapat menjadi pemicu terjadinya konflik internal

partai. Partai dituntut tidak hanya mementingkan keinginan partai semata, apalagi

segelintir elit tetapi juga harus dapat mengakomodir pola perilaku pemilih dan harapan

masyarakat. Untuk mengantisipasi gesekan tersebut partai menerapkan beberapa

standar khusus yang sesuai dengan aturan partai meskipun aturan itu sendiri belum

tentu menjadi representasi keinginan anggota partai secara menyeluruh.

Beberapa partai besar di Indonesia mencoba menerapkan nilai-nilai demokrasi

dalam proses seleksi kandidat ini. Selain untuk menunjukkan tentang seberapa

demokratisnya partai tersebut, juga untuk memberikan pendidikan politik kepada

masyarakat. Seperti Partai Demokrat yang menggunakan pola konvensi untuk

menentukan calon presiden yang akan diusung pada pemilihan presiden 2014 lalu.

Partai golkar juga menerapkan pola yang sama dengan istilah yang berbeda yakni

2 Reuven Y. Hazan and Gideon Rahat, Democracy Within Parties: Candidate SelectionMethods and their Political Consequences, (New York: Oxford University Press, 2010) h. 1-5.

89

melalui penjaringan. PDI-Perjuangan sebagai salah satu partai besar lainnya di

Indonesia memiliki beberapa tahapan proses dalam melakukan penunjukan kandidat

yang akan diusung baik untuk jabatan legislatif dan eksekutif. Terdapat dua tahapan

yang cenderung dilakukan oleh partai politik yaitu penjaringan internal partai dan

penjaringan eksternal partai.

Menariknya di antara tiga partai besar tersebut, PDI-Perjuangan merupakan

partai tersukses yang selalu keluar sebagai pemenang pada pilgub DKI Jakarta sejak

pemilihan 2002, 2007, dan 2012 baik sebagai pendukung maupun pengusung. pada

tahun 2002 sebagai partai pengusung, 2007 sebagai partai pendukung yang tergabung

dengan beberapa partai lainnya. Terakhir tahun 2012 sebagai partai pengusung.

pengalaman dan kenangan manis tersebut menjadikan PDI-Perjuangan partai yang

cerdas dalam mengambil langkah politik terkait akan pemilihan kandidat yang diusung

ataupun didukung. Berbagai pertanyaan bermunculan terkait proses seleksi kandidat

yang dilakukan oleh PDI-Perjuangan.

Dalam upaya mencari bakal calon untuk legislatif ataupun eksekutif, PDI-

Perjuangan memiliki beberapa tahapan. Khsusunya untuk pencarian bakal calon

gubernur, bupati ataupun walikota, PDI-Perjuangan telah menyemarakkan program

sekolah politik untuk para kader ataupun umum yang ingin ikut serta dalam pemilihan

kepala daerah.3 Selain itu, proses penjaringan internal dan penjaringan eksternal.

1. Penjaringan internal partai

3 http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/08/30/ocpksg334-PDI-Perjuangan-gelar-sekolah-para-calon-kepala-daerah diakses pada tanggal 26 Februari 2017 pukul 17.22.

90

Mekanisme formal PDI-Perjuangan terkait proses penjaringan diatur dalam

peraturan partai nomor 04/2015 tentang mekanisme penjaringan pasangan calon PDI-

Perjuangan yaitu :4

a. Pendaftaran dibuka oleh struktur mulai pimpinan anak cabang (PAC),

dewan pimpinan cabang (DPC), dewan pimpinan daerah (DPD)

b. Verifikasi Administrasi tentang bakal calon yang mendaftar

c. Bakal calon yang lolos verifikasi dilaporkan ke Dewan Pimpinan Pusat

(DPP). Pada tahap ini akan dianalisa ketokohan, soliditas partai, dan

bersedia tunduk terhadap kebijakan partai

d. Penetapan yang dilakukan oleh DPP

Berdasarkan wawancara penulis dengan Boy Bernardi Sadikin mantan ketua

DPD PDI-Perjuangan DKI Jakarta sekaligus salah satu tokoh yang menentang

pencalonan Ahok hingga mengundurkan diri sebagai anggota PDI-Perjuangan,

penjaringan internal adalah suatu kegiatan penyerapan aspirasi kader atau anggota

partai mulai dari tataran paling bawah (RT/RW) terkait nama-nama yang diinginkan

untuk menjadi bakal calon gubernur dengan cara menyebarkan pemberitahuan dan

meminta seluruh kader untuk menuliskan sosok yang menurut mereka layak memimpin

Jakarta ke depan yang nantinya akan dilaporkan ke Pimpinan Anak Cabang (PAC)

4 http://sp.beritasatu.com/nasional/PDI-Perjuangan-tetapkan-mekanisme-seleksi-calon-kepala-daerah/114132 diakses pada tanggal 28 Desember pukul 00.09.

91

lanjut ke Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), selanjutnya DPD dan berakhir di DPP

PDI-Perjuangan.5

Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk mengapresiasi dan mengakomodir

keinginan kader PDI-Perjuangan. Lanjut, nama-nama yang muncul merupakan suara

dan aspirasi murni dari seluruh kader partai. Dengan harapan nantinya partai dapat

mempertimbangkan suara kader yang notabene adalah orang-orang yang telah ikut

berjuang membesarkan partai khususnya di Jakarta. Setelah itu, hasil penjaringan ini

dilaporkan ke DPP dan diputuskan melalui rapat internal partai. Proses ini sejalan

dengan semangat demokrasi yang sering disampaikan ketua umum, dan menengaskan

bahwa PDI-Perjuangan adalah partai kader, serta untuk memotivasi anggota partai agar

lebih meningkatkan kualitas diri dalam hal kepemimpinan. Tahapan ini juga menjaga

agar proses kaderisasi internal tetap berjalan, serta pendemokratisasian lembaga

kepartaian.

Menurut pemaparan Boy Sadikin, ada beberapa nama yang dimunculkan oleh

anggota partai yaitu Djarot Syaiful Hidayat wakil gubernur DKI Jakarta, Tri

Rismaharini walikota Surabaya, Ganjar Pranowo gubernur Jawa Tengah, dan dirinya

sendiri. Proses ini dilakukan secara tertutup oleh partai. Namun, beliau secara pribadi

mengatakan menolak untuk maju sebagai calon gubernur.6 Tinggal dua nama antara

Risma atau Djarot. Sejalan dengan apa yang disampaikan Prasetyo Edi Marsudi

5 Hasil wawancara dengan Boy Bernardi Sadikin (mantan ketua DPD PDI-Perjuangan DKIJakarta 2015) pada tanggal 4 Januari 2017 pukul 13.00 WIB di jl. Borobudur, Menteng, Jakarta Pusat).

6 Hasil wawancara dengan Boy Bernardi Sadikin (mantan ketua DPD PDI-Perjuangan DKIJakarta 2015) pada tanggal 4 Januari 2017 pukul 13.00 WIB di jl. Borobudur, Menteng, Jakarta Pusat).

92

sekretaris DPP PDI-Perjuangan sekaligus anggota DPRD DKI yang mengatakan ada

empat nama kader PDI-Perjuangan hasil penjaringan internal.7 Dari empat nama

tersebut akan digodok ulang oleh DPP PDI-Perjuangan siapa yang akan dipilih untuk

menjadi Calon Gubernur PDI-Perjuangan. Menariknya, hasil penjarigan internal ini

bukanlah menjadi jaminan untuk menentukan calon yang akan diusung. Masih banyak

pertimbangan-pertimbangan lain yang harus dirumuskan oleh elit partai.

Nama-nama yang muncul diatas tentu bukan sembarang nama, semuanya

memiliki track record dan nilai jual serta merupakan kader terbaik partai. Diantara

empat nama diatas nama Djarot Syaiful Hidayat dan Risma digadang-gadang bakal

menjadi pasangan yang akan diusung oleh partai. Setelah Ganjar Pranowo dan Boy

Sadikin menyatakan ketidakinginannya untuk ikut kontestasi Pilgub DKI 2017.

Beberapa gerakan masyarakat yang menyatakan dukungan terhadap Risma dan Djarot

pun bermunculan.8 Selain dukungan dari masyarakat, beberapa pengamat politikpun

seperti mengamini soal peluang keduanya untuk maju pada pilgub kali ini.9

Bermunculannya nama-nama besar diatas membuat PDI-Perjuangan menjadi

lebih mudah dalam menentukan calon gubernur yang diusung nantinya. Jika dilihat

berdasarkan undang-undang kepartaian PDI-Perjuangan terkait penjaringan yang

sudah dijelaskan diatas, keempat tokoh yang dimunculkan namanya oleh anggota partai

7 http://news.metrotvnews.com/read/2016/03/02/492723/empat-nama-bakal-calon-gubernur-dki-dari-PDI-Perjuangan diakses pada tanggal 26 Februari 2017 pukul 19.17.

8 https://news.detik.com/berita/3235264/selain-risma-muncul-kelompok-masyarakat-pendukung-djarot-jadi-cagub-dki diakses pada tanggal 26 Februari 2017 pukul 21.00.

9 https://m.tempo.co/read/news/2016/08/04/078793110/pengamat-risma-djarot-cocok-untuk-dki-jakarta diakses pada tanggal 26 Februari pukul 22.00.

93

memenuhi syarat secara keseluruhan. Namun, politik adalah seni segala kemungkinan,

terkadang hitung-hitungan diatas kertas kerap berseberangan dengan realitas politik

yang ada. Jika calon dari internal partai yang diusung maka resiko konflik internal

partai akan dapat diminimalisir.

2. Penjaringan Eksternal

Penjaringan Internal merupakan salah satu cara dalam menemukan kandidat

yang diinginkan, tetapi tidak menjadi acuan mutlak PDI-Perjuangan dalam

menentukan calon yang akan diusung. Selain penjaringan internal, PDI-Perjuangan

juga melakukan penjaringan eksternal. Penjaringan eksternal juga dikenal dengan

istilah penjaringan terbuka artinya Partai politik membuka diri seluas-luasnya kepada

seluruh masyarakat yang merasa memiliki kemampuan untuk mengisi jabatan publik

untuk mengikuti proses penjaringan atau seleksi dengan prasyarat dan standar yang

telah ditentukan oleh suatu partai. PDI-Perjuangan membuka penjaringan eksternal

atau terbuka pada tanggal 8 April 2016 sampai dengan 25 April 2016 bekerjasama

dengan Himpunan Psikologi Indonesia.10 Penjaringan ini diharapkan mampu

melahirkan tokoh yang kompeten dalam pemerintahan.

Kecenderungan untuk melakukan penjaringan eksternal biasanya dilakukan

karena beberapa alasan, seperti partai politik dianggap kurang akseleratif dan maksimal

dalam upaya pengkaderan, motivasi dalam mengikuti kontestasi politik yang hanya

10 http://wartakota.tribunnews.com/2016/04/07/PDI-Perjuangan-buka-pendaftaran-untuk-bakal-cagub-dan-cawagub-dki diakses pada tanggal 26 Februari 2017 pukul 22.45.

94

bertujuan untuk memenangkan pemilihan atau meraih kekuasaan semata, dan krisis

kepercayaan publik terhadap tokoh-tokoh partai yang dilahirkan.11

Setelah penjaringan eksternal resmi dibuka oleh PDI-Perjuangan, menurut

wakil badan pemenangan pemilu (bapilu) Gembong Warsono, terdapat 38 nama yang

mendaftarkan diri, tetapi hanya 32 nama yang menyerahkan berkas lengkap untuk

mengikuti rangkaian tes yang akan diselenggarakan oleh panitia. Berikut nama-nama

peserta penjaringan eksternal PDI-Perjuangan :12

Dari internal PDI Perjuangan:

1. Boy Sadikin2. Djarot Saiful Hidayat

Dari eksternal PDI Perjuangan:

1. Yusril Ihza Mahendra (calon gubernur)2. Hasneini Moein (calon gubernur)3. Riza Vilano Satria Putra (calon gubernur)4. Abdul Rani Rasjid (calon wakil gubernur)5. Teguh Santosa (calon gubernur)6. Harun Al Rasid (calon wakil gubernur)7. Hasniati (calon gubernur)8. Idris Khalid Amir (calon gubernur)9. Margono (calon gubernur)10. Sugiman (calon gubernur)11. Mahfudl Djaelani (calon gubernur)12. Riyadi (calon wakil gubernur)13. S. Azhary (calon gubernur)14. Edysa Girsang (calon gubernur)15. H. Firdaus Djaelani (calon wakil gubernur)16. H. Lulung (calon gubernur/calon wakil gubernur)17. Sandiago Uno (calon gubernur/calon wakil gubernur)18. Benny Mokalu (calon wakil gubernur)19. Marco Kusumawijaya (calon wakil gubernur)20. Suprapto (calon wakil gubernur)21. HM. Tahir Mahmud (calon gubernur)22. H. Dedi Irianto (calon gubernur)23. H. Adek Erfil Manurung (calon wakil gubernur)

11 http://nasional.kompas.com/read/2016/09/25/19581011/tiga.cagub.dki.jakarta.nonkader.parpol.dilanda.krisis Diakses pada tanggal 26 Februari 2017 pukul 22.23.

12 http://www.tribunnews.com/metropolitan/2016/04/25/32-nama-akan-bertarung-dengan-djarot-dan-boy-perebutkan-tiket-PDI-Perjuangan diakses pada tanggal 27 Februari 2017 pukul 00.05.

95

24. H. Pardi (calon wakil gubernur)25. H. Icu Zulkafril Prawiranegara (calon gubernur)26. Syarief Syeh Abubakar (calon wakil gubernur)27. Zainal Arifin (calon gubernur/calon wakil gubernur)28. Farhat Abas (calon gubernur)29. Gusjoy (calon gubernur)30. Audi Tambunan (calon gubernur)31. Luluk Nurhamidah (calon gubernur)32. Muhamad Idrus (calon gubernur)

Nama-nama diatas akan mengikuti serangkaian tes seperti psikotes, fit and

proper test, dan tes kesehatan.13 Menurut Hasto Kristianto sekretaris jendral PDI-

Perjuangan, setelah seluruh peserta mengikuti rangkaian tes, ada beberapa aspek yang

akan dinilai oleh DPP yaitu aspek leadership, personality, kemampuan dalam

menyelesaikan masalah, dan daya juang yang dimiliki setiap calon,"14 tahapan terakhir

dari penjaringan ini sepenuhnya diserahkan ke DPP hingga waktu yang tidak

ditentukan karena hak pengumuman calon mana yang akan diusung berada di tangan

pengurus pusat. Selama proses ini berlangsung, nama Ahok tidak pernah ikut serta di

dalamnya. Bahkan Ahok dengan tegas dibeberapa kesempatan menagatakan tidak akan

mengikuti mekanisme penjaringan partai. Hingga penjaringan ditutup, PDI-Perjuangan

belum mengumumkan nama-nama yang bakal diusung pada pilgub kali ini.

Dari sekian nama yang mengikuti penjaringan eksternal, nama Yusril Ihza

Mahendra seorang pakar hukum tata negara dan politisi Partai Bulan Bintang yang

dianggap paling diperhitungkan oleh beberapa kalangan, selain karena pengalamannya

13 http://pilkada.liputan6.com/read/2486681/11-hari-dibuka-PDI-Perjuangan-jaring-25-nama-cagub-cawagub-dki diakses pada 27 Februari 2017 pukul 00.13.

14 https://www.arah.com/running/1160/ini-aspek-yang-dinilai-dalam-penjaringan-cagub-dki-dari-pdi-p.html?lireid=1169%26page=11111111111 diakses pada tanggal 27 Februari 2017 pukul00.30.

96

dalam pemerintahan, juga memiliki hubungan yang baik dengan ketua umum PDI-

Perjuangan semasa menjabat sebagai presiden RI. Selain Yusril, ada nama Sandiaga

Uno seorang pengusaha sekaligus politisi Partai Gerindra digadang-gadang akan

diduetkan dengan Risma, bahkan Sandiaga terang-terangan mengatakan siap menjadi

wakilnya Risma.15 Pengalaman koalisi manis PDI-Perjuangan-Gerindra pada pilgub

lalu menguatkan isu ini.

Politik selalu dinamis, hitungan diatas kertas tidak selamanya menjadi acuan.

Hingga detik akhir pendaftaran cagub DKI, nama-nama yang dari awal diperkirakan

akan dimunculkan PDI-Perjuangan tidak satupun mendapat restu DPP. bahkan dari 32

nama yang ikut penjaingan, PDI-Perjuangan tidak pernah mengumumkan ke publik

seperti apa hasilnya, dan siapa yang lolos proses seleksi tersebut. Harapan akan suatu

proses yang terbuka dan demokratis menjadi sirna.

B. Proses Penunjukan Ahok sebagai Kandidat

Pasca ditutupnya penjaringan oleh PDI-PERJUANGAN, beberapa spekulasi

bermunculan terkait calon yang akan dusung. Mulai dari Risma-Djarot, Risma-

Sandiaga, Yusril-Risma, Yusril-Djarot. PDI-Perjuangan ibarat primadona pada pilgub

kali ini, sebagai partai penguasa di DKI sepak terjangnya seolah ditunggu oleh

khalayak ramai, politisi dan partai politik. Sejalan dengan partai lainnya, belum

satupun partai politik mengumumkan pasangan mana yang akan diusung. Berbagai

gerakan politik antar parpol bermunculan, seperti koalisi kekeluargaan yang dibentuk

15 https://news.detik.com/berita/3265411/siap-berduet-di-pilgub-dki-sandiaga-bu-risma-sosok-mumpuni diakses pada tanggal 27 februari 2017 pukul 00.25.

97

oleh pejabat Partai DKI PDI-Perjuangan, Gerindra, PPP, PAN, Demokrat, PKB dan

PKS.16

Koalisi kekeluargaan dibentuk pada 8 Agustus 2016 untuk melawan gubernur

petahana Ahok. Kesepakatan tujuh partai politik tersebut dilandasi karena kesamaan

ketidakinginan mendukung petahana dan kesamaan kriteria pemimpin yang

diinginkan. Ahok telah lebih dulu melakukan gerakan politik dengan pengumpulan satu

juta KTP melalui relawan Teman Ahok seolah menjadi ancaman berarti bagi sebagaian

partai politik. Karena dengan satu juta KTP tersebut Ahok bisa mencalonkan diri

melalui jalur independen.

Konflik yang terjadi antara Ahok dan beberapa anggota DPRD DKI yang juga

pejabat partai politik, menjadikan stimulus untuk melawan petahana. Ketidaksukaan

atas kepribadian dan karakter kepemimpinan Ahok yang dianggap sering menyakiti

masyarakat dan menyinggung partai politik lewat perkataan-perkataannya di media,

menjadikan Ahok musuh bersama partai lainnya. Namun, ketidaksukaan pejabat

tersebut kontras dengan apa yang diinginkan masyarakat. Beberapa lembaga survey

selalu menempatkan Ahok sebagai calon terkuat memenangkan pilgub DKI kali ini

dengan tingginya tingkat kepuasan publik dan elektabilitas yang dimiliki petahana.

Ahok jauh sekali meninggalkan nama-nama besar lain seperti Yusril, Adhyaksa Dault,

Risma, Sandiaga, Ridwan Kamil, dan Djarot.17

16 https://m.tempo.co/read/news/2016/08/08/231794172/pilkada-dki-7-partai-bentuk-koalisi-kekeluargaan-lawan-ahok diakses pada tanggal 27 Februari 2017 pukul 00.48.

17 http://pilkada.liputan6.com/read/2503381/survei-terbaru-pilkada-dki-elektabilitas-ahok-masih-tertinggi diakses pada 27 Februari 2017 pukul 01.00.

98

Tingginya elektabilitas, popularitas, dan tingkat kepuasan publik yang dimiliki

Ahok serta dikawal oleh gerakan realawan teman ahok yang telah berhasil

mengumpulkan satu juta KTP sebagai syarat maju lewat jalur independen, membuat

Ahok memiliki nilai jual atau posisi tawar yang kuat. Ditambah lagi, sosok yang

dianggap mampu menyaingi Ahok seperti Risma dan Ridwan Kamil telah

mengurungkan niatnya untuk ikut terjun pada pilgub kali ini. Ahok seolah akan berlari

kencang sendirian.

PDI-Perjuangan mengalami dilemma dan harus berpikir ektra keras untuk

menentukan calon yang akan diusung. Terlambat sedikit saja, momentum bisa hilang

atau diambil orang. Risma yang bahkan sudah mengikuti penjaringan, serta

mendapatkan dukungan terbanyak dari internal partai setelah Djarot, menyatakan

mundur dari pertarungan pilgub DKI dan hanya ingin fokus mengawal janji

kampanyenya di Surabaya. Padahal sosok seperti Risma dianggap mampu menyaingi

Ahok. Djarot Syaiful Hidayat dianggap oleh beberapa kalangan tidak akan mampu

menyaingi Ahok jika diusung menjadi Risma.

PDI-Perjuangan tentu bisa saja memaksakan kehendak untuk memboyong

Risma ke Jakarta, seperti apa yang pernah dilakukan pada Jokowi pada pilgub DKI

2012. Ketika itu Jokowi masih menjabat walikota Solo, namun PDI-Perjuangan

sebagai partai naungan Jokowi berhak membawa kadernya tersebut untuk ikut serta

pada pilgub DKI. Alhasil, Jokowi berhasil keluar sebagai pemenang meski awalnya

berdasarkan lembaga survey berada dibawah bayang-bayang petahana Fauzi Bowo.

Tetapi partai tidak dapat memaksakan jika pribadi yang bersangkutan memang tidak

99

memiliki keinginan. Bedanya Jokowi waktu itu bersedia maju pada pilgub DKI Jakarta

2012.

Menurut Eva Kusuma Sundari pengurus DPP PDI-Perjuangan sekaligus

anggota DPR RI menjelaskan bahwa Risma adalah nama terdepan yang diinginkan

kader berdasarkan enam kali survey internal yang dilakukan partai. Elektabilitas dan

popularitasnya masih diatas kader lainnya.18 melihat jauh ke belakang pada pilgub DKI

2012 PDI-Perjuangan secara kepartaian, tidak memiliki alasan apapun untuk tidak

mencalonkan Risma pada pilgub kali ini. Pertama, Risma adalah kader internal partai

yang memiliki segudang prestasi dan pengalaman. Kedua, Risma merupakan kader

yang paling diinginkan oleh internal partai untuk maju pada pilgub DKI 2017. Ketiga,

elektabilitas dan popularitas Risma selalu menempati urutan ke dua setelah petahana.19

Analisa dari berbagai kalangan kalau Risma dicalonkan oleh PDI-Perjuangan sangat

berpotensi untuk mengalahkan Ahok. Menurut Muhammad Qodari direktur

Indobarometer Risma adalah calon paling potensial untuk mengalahkan Ahok.20

Keputusan memaksakan Risma oleh PDI-Perjuangan dianggap akan

memberikan dampak negative terhadap partai khususnya di Surabaya dan Jawa Timur.

Jawa Timur merupakan daerah dengan penduduk terbanyak. Namun, selama dua

periode belakangan ini dalam pemilihan gubernur PDI-Perjuangan selalu kalah dari

18 http://jakartanews.co/tri-rismaharini-PDI-Perjuangan-_-basuki-tj-purnama/ diakses pada 27Februari 2017 pukul 01.20.

19 https://news.detik.com/berita/3266034/elektabilitas-ahok-4729-ditempel-ketat-risma-dan-ridwan-kamil diakses pada tanggal 27 Februari 2017 pukul 01.45.

20 http://pilkada.liputan6.com/read/2569650/indo-barometer-risma-potensial-kalahkan-ahok-di-pilkada-dki diakses pada tanggal 27 Februari 2017 pukul 01.50.

100

Partai Demokrat. Menurut Airlangga Pribadi pengamat politik UNAIR Surabaya,

Risma memiliki potensi menjadi lawan terberat wakil gubernur petahana di pilgub

Jatim 2018.21 Sementara itu, selain Risma PDI-Perjuangan seolah tidak punya sosok

mumpuni lainnya di Jawa Timur. Inilah salah satu pertimbangan PDI-Perjuangan untuk

tidak memaksakan Risma ke DKI.

PDI-Perjuangan menjadi semakin dilema dalam menentukan calon yang akan

diusung mengingat kader-kader yang diharapkan tampil lebih memilih fokus untuk

mengurusi jabatan yang diemban sekarang. Pilihan terakhir hanya ada pada Djarot

Syaiful Hidayat, namun realitas yang ada seolah memaksa PDI-Perjuangan untuk tidak

berani menambil resiko politik kalau tidak ingin kenangan manis memenangkan pilgub

DKI lenyap begitu saja. PDI-Perjuangan bisa saja berkoalisi dengan partai lain untuk

memperkuat posisi kader yang ingin diusung. Tetapi sebagai partai penguasa PDI-

Perjuangan tentu tidak ingin terkesan manja atau mengemis dukungan dari partai lain

untuk mengusung Djarot Syaiful Hidayat.

Djarot dianggap tidak akan mampu menyaingi popularitas dan elektabilitas

Ahok. Dengan gaya kepemimpinan yang lebih banyak diam, tanpa gebrakan dan di

balik layar kurang mendapat respon dari masyarakat yang sudah melekatkan diri pada

gaya kepemimpinan yang tegas dan berani yaitu pada diri seorang Ahok. Peta politik

DKI betul-betul tidak bisa diprediksi. Namun, dampak positif jika PDI-Perjuangan

menunjuk Djarot adalah publik akan semakin percaya bahwa PDI-Perjuangan adalah

21 http://www.lensaindonesia.com/2016/03/15/pilgub-jatim-2018-tiga-kandidat-ini-jadi-lawan-berat-gus-ipul.html diakses pad tanggal 27 Februari 2017 pukul 01.55.

101

partai kader dan selalu konsisten. Pertimbangan kader non kader, koalisi non koalisi,

keinginan publik versus keinginan partai berkecamuk di dalam pikiran para petinggi

PDI-Perjuangan yang memiliki wewenang dalam menentukan kandidat.

Jauh sebelum pasangan Ahok-Djarot sebagai cagub-cawagub diumumkan oleh

PDI-Perjuangan pada tanggal 20 September 2016, Ahok bersama relawan teman ahok

telah terlebih dahulu mendeklarasikan pencalonan dirinya sebagai cagub yang

disandingkan dengan Heru Budi Hartono seorang pejabat tinggi di pemerintah provinsi

DKI Jakarta melalui jalur independen.22 Ahok seolah sadar bahwa dirinya tidak

dikehendaki oleh partai politik. Serta, dia juga memang tidak memiliki keinginan untuk

maju lewat partai politik karena partai politik dianggap hanya akan menyandera

dirinya, biaya mahar politik yang tinggi, dan citra partai yang dianggap sebagai sarang

koruptor.

Pasangan Ahok-Heru lewat jalur independen mendapat dukungan dari beberapa

partai politik NasDem, Hanura dan Golkar. Ketiga partai tersebut bahkan menyatakan

dukungannya tanpa adanya mahar.23 Berkali-kali Ahok meyakinkan publik bahwa dia

akan maju lewat jalur indepdenden dengan alasan yang sudah dijelaskan diatas.

Langkah politik yang diambilnya ini seolah menjadi oase bagi masyarakat yang selama

ini mulai kehilangan kepercayaan terhadap lembaga partai politik.

22 http://news.detik.com/berita/3159552/ahok-pilih-heru-untuk-maju-independen-djarot-itu-hak-beliau diakses pada 27 Februari 2017 pukul 02.00.

23 http://www.viva.co.id/prancis2016/read/749918-parpol-ini-klaim-dukung-ahok-tanpa-mahar diakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 09.00.

102

Rilis survei yang dilakukan populi center pada tanggal 10 sampai 15 juni 2016

dengan responden 400 orang menyebutkan bahwa 33,2% warga DKI lebih memilih

Ahok maju lewat independen, dan hanya 9% yang menginginkan Ahok maju lewat

partai politik. Alasan-alasan inilah yang menjadikan Ahok semakin percaya diri untuk

memilih jalur Independen. Menariknya lagi, berdasarkan rilis survey populi diatas

kalaupun Ahok maju lewat jalur partai, PDI-Perjuangan adalah partai yang paling

diharapkan untuk mengusung Ahok pada pilgub DKI dengan dukungan 25,2%

masyarakat yang diwawancarai.24

Disisi lain, pejabat teras PDI-Perjuangan di Jakarta banyak yang tidak

menyukai gaya kepemimpinan Ahok. Selain karena gaya dan karakter

kepemimpinannya, Ahok juga tidak mengikuti mekanisme penjaringan partai sehingga

dianggap jika dicalonkan oleh partai maka sama saja melanggar aturan yang dibuat

sendiri oleh partai, ucap Bambang DH selaku Plt PDI-Perjuangan DPD DKI.25

Simalakama, mungkin inilah ungkapan yang pas untuk menggambarkan kondisi PDI-

Perjuangan saat itu. Disatu sisi, banyak masyarakat yang menginginkan Ahok sebagai

cagub dari PDI-Perjuangan, disaat yang bersamaan banyak kader bahkan pengurus

PDI-Perjuangan yang menolak Ahok untuk diusung.

24 http://news.detik.com/berita/3241114/setujukah-warga-dki-ahok-maju-lewat-parpol diaksespada tanggal 28 Februari 2017 pukul 09.15.

25 http://www.tribunnews.com/metropolitan/2016/04/11/PDI-Perjuangan-ogah-dukung-ahok-bila-tak-ikut-penjaringan-bakal-calon-gubernur-dki diakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul09.27.

103

Suara tokoh-tokoh PDI-Perjuangan pun terbelah terkait mencuatnya nama

Ahok sebagai cagub dari PDI-Perjuangan. Nama-nama besar tersebut seperti Masinton

Pasaribu, Eva Kusuma Sundari, Effendi Simbolon, Bambang DH, Boy Bernardi

Sadikin, dan Prasetyo Edi Marsudi. Berbagai bentuk perlawanan dilakukan oleh

mereka yang tidak menyetujui atau menyukai sosok Ahok, seperti pernyataan-

pernyataan pedas di media, melalui spanduk-spanduk sindiran untuk tidak

mencalonkan Ahok, hingga aksi yang dilakukan oleh simpatisan, bahkan ada yang

mengancam bakal keluar dari partai jika Ahok dicalonkan.

Setelah melewati berbagai polemik dan dinamika, tiga hari sebelum penutupan

pendaftaran cagub DKI resmi ditutup, PDI-Perjuangan mengumumkan pasangan

Ahok-Djarot sebagai cagub dan cawagub DKI Jakarta 2017. Sebelumnya, Golkar,

NasDem dan Hanura telah lebih dulu menyatakan dukungannya untuk Ahok sebagai

cagub. Dukungan PDI-Perjuangan disambut positif oleh partai pendukung lainnya dan

dianggap akan semakin menguatkan peluang Ahok untuk menang pilgub kali ini. PDI-

Perjuangan seperti tidak memiliki pilihan lain, dan seperti dipaksa harus mengusung

Ahok dengan segala permasalahan yang terjadi belakangan ini.26 Meskipun PDI-

Perjuangan menyadari akan konsekuensi setiap langkah yang diambil.

Sekjen PDI-Perjuangan Hasto Kristiyanto mengemukakan pendapatnya terkait

kenapa akhirnya PDI-Perjuangan memutuskan mengusung Ahok-Djarot. Ada empat

26 http://news.detik.com/berita/3228249/dukung-ahok-independen-nasdem-bersama-hanura-dan-golkar-kami-sudah-kuat diakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 09.32.

104

alasan kenapa akhirnya PDI-Perjuangan mengusung pasangan Ahok-Djarot. Pertama,

Ahok merupakan pejabat yang berkewajiban meneruskan program yang telah dimulai

oleh Jokowi. Kedua, program kerja Ahok sejalan dengan ideologi PDI-Perjuangan

yang selalu memperjuangkan wong cilik. Ketiga, pasangan Ahok-Djarot dianggap

mampu berkomitmen teguh dalam menjalankan ideologi tersebut dan bersinergis

dengan pemerintah pusat. Keempat, berdasarkan survei setahun terakhir tingkat

kepuasan publik terhadap kinerja keduanya cukup tinggi.

Sementara itu, berdasarkan wawancara penulis dengan Ketua Dewan Pembina

Baitul Muslimin 2015-2020 organisasi sayap PDI-Perjuangan Cholid mengatakan

bahwa pemilihan kepala daerah sejatinya bukanlah ajang “menjual” partai ke publik,

melainkan ajang penyerapan aspirasi dan keinginan masyarakat terkait pemimpin yang

diinginkan. Dalam konteks ini, berdasarkan beberapa pertimbangan dan pengamatan

yang komprehensif hampir seluruh lembaga survey mengatakan publik puas dengan

kinerja petahana. Namun, hasil tersebut bukan menjadi satu-satunya acuan partai dalam

mengambil keputusan.27

Menurut Cholid, PDI-Perjuangan pada umumnya memiliki pertimbangan dasar

dalam menentukan kandidat yaitu, pertimbangan ideologis. Pertimbangan ideologis

adalah seberapa dekat korelasi antara sosok yang akan dipilih dengan ideologi partai.

Dalam hal ini meliputi program kerja yang sejalan dengan cita-cita Negara dan UUD,

mencintai dan meindungi NKRI, menjaga keberagaman dalam bingkai Bhinneka

27 Hasil wawancara dengan pak Cholid (ketua Dewan Pembina Baitul Muslimin PDI-PERJUANGAN 2015-2020) pada tanggal 23 Maret 2017 pukul 13.30 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan.

105

Tunggal Ika dan sikap kepemimpinan yang dimiliki. Seseorang yang dianggap

memenuhi pertimbangan diatas bisa saja dicalonkan oleh PDI-Perjuangan tidak harus

kader internal.

Senada dengan penjelasan Cholid, Nurmansyah Tanjung selaku mantan wakil

sekretaris jendral (WaSekJen) Baitul Muslimin PDI-Perjuangan periode 2010-2015

menambahkan beberapa pertimbangan lainnya yang digunakan DPP untuk

menentukan kandidat yang akan diusung pada sesi wawancara dengan penulis.

Menurut beliau, pertimbangan taktis dan pertimbangan strategis merupakan

pertimbangan lainnya selain pertimbangan ideologis. Tiga pertimbangan ini harus

saling melengkapi satu sama lain. Artinya, jika hanya memenuhi kedekatan ideologis,

tetapi tidak memenuhi faktor taktis dan strategis, seseorang tersebut belum tentu akan

dipilih oleh DPP.28

Pertimbangan ideologis tidak hanya soal kedekatan seseorang dengan ideologi

partai, tetapi termasuk juga sejauh mana sesoerang tersebut dapat menjalankan misi

partai suatu partai. Pertimbangan taktis adalah pertimbangan yang didasari pada

obervasi dan penelitian eksternal dan independen seperti lembaga survey. Beberapa

hasil survey menempatkan Ahok sebagai Gubernur dengan tingkat kepuasan publik

yang sangat tinggi. Pertimbangan strategis adalah pertimbangan yang didasari pada

aspek-aspek sosial-politik. Secara sosiologis, Ahok merupakan mantan wakil Jokowi

periode 2012 hingga 2014, kedekatan hubungan keduanya dapat dilihat dari program

28 Hasil wawancara dengan Nurmansyah Tanjung (mantan WaSekJen Baitul Muslimin PDI-Perjuangan 2010-2015) pada tanggal 23 Maret 2017 pukul 14.00 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan).

106

yang dikerjakan Ahok merupakan kelanjutan dari program era Gubernur Jokowi.

Komitmen itulah yang dinilai oleh petinggi partai. Berikutnya, aspek politik

menggambarkan bahwa pertarungan pilgub DKI tidak semata-mata pertarungan partai,

tetapi pertarungan konsistensi partai dalam mengakomodir aspirasi rakyat. Dan PDI-

Perjuangan berupaya semaksimal mungkin menunjukkan ke publik sebagai partai yang

peka akan hal tersebut. Setiap keputusan yang diambil pasti memiliki resiko tersendiri

yang harus siap diterima dan diemban oleh partai. Dari keseluruhan pertimbangan

diatas, hanya Ahok-Djarot yang dianggap memenuhi kriteria tersebut.29 Kolaborasi

kedua adalah klimaks dari segala upaya terkait kemajuan Jakarta secara umum, dan

PDI-Perjuangan secara khusus.

Andreas Uffen dalam jurnal politiknya Partai politik di Indonesia pasca

Soeharto mencoba menjelaskan tentang faktor apa saja yang dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan politik suatu partai termasuk dalam proses penentuan kandidat.

Ada empat faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan politik suatu

partai khususnya dalam proses seleksi kandidat. Seperti, presidensialisasi partai, proses

internal partai politik seperti penokohan yang otoriter dan faksionalisme partai, faktor

keuangan atau ekonomi, dan faktor merenggangnya hubungan partai dengan pemilih.30

29 Hasil wawancara dengan Nurmansyah Tanjung (mantan WaSekJen Baitul Muslimin PDI-Perjuangan 2010-2015) pada tanggal 23 Maret 2017 pukul 14.00 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan).

30 Andreas Ufen, Partai Politik di Indonesia Pasca Soeharto : Antara Poitik Aliran danFilipinanisasi, (Jurnal Ilmu Politik No. 37 Desember 2006) diakses dari :https://www.academia.edu/4354886/Partai_Politik_di_Indonesia diakses pada tanggal 24 Desember2016 pukul 14.40.

107

Di antara keempat faktor tersebut, menurut Boy Bernardi Sadikin dalam proses

penunjukan Ahok sebagai cagub memenuhi hampir keseluruhan faktor tersebut.

Pertama, presidensialisasi partai adalah elit partai mendominasi sirkulasi arus politik

di dalam partai tersebut. Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati soekarnoPuteri

begitu mendominasi dalam pengambilan keputusan politik. Bahkan kewenangan beliau

dilindungi oleh konstitusi partai. Seperti yang diutarakan oleh megawati dalam salah

satu kesempatan mengatakan bahwa“urusan calon gubernur, hak prerogatif saya.”31

Jika calon yang diusulkan melalui mekanisme partai disukai oleh bu mega, maka bu

mega akan setuju, begitu juga sebaliknya.

Kedua, penokohan yang otoriter atau faksionalisme partai. Menurut Boy

Bernardi Sadikin, faktor faksionalisme memiliki pengaruh yang cukup besar dalam

mempengaruhi pengambilan keputusan di dalam PDI-Perjuangan. Bahkan beliau

menggambarkan secara jelas di dalam wawancaranya dengan penulis. Tokoh-tokoh di

PDI-Perjuangan sekarang ini mayoritas dari kelompok non muslim seperti Hasto

Kristiyanto, Hendrawan Supratikno, Andreas Hugo Perreira, Adi Wijaya, Maruarar

Sirait, Trimedya Pandjaitan, Masinton Pasaribu, Charles Honoris, Effendi Simbolon,

dan masih banyak lagi. Berikut daftar pengurus resmi DPP PDI-Perjuangan 2015-

2020:32

Nama Jabatan AgamaMegawati Soekarnoputri Ketua Umum Islam

31

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/05/10/14071941/Megawati.Sudah.Menegaskan.bahwa.Bakal.Cagub.DKI.dari.PDI-P.Prerogatifnya diakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 10.00.

32 http://www.PDI-Perjuanganerjuangan.id/article/pengurus/child/01/Partai/Pengurus_Partaidiakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 10.10.

108

Komarudin Watubun Ketua bidang Kehormatan Partai IslamBambang Dwi Hartono Ketua bidang Pemenangan Pemilu IslamIdam Samawi Ketua bidang Ideologi dan Kaderisasi IslamDjarot Syaiful Hidayat Ketua bidang Keanggotaan dan Organisasi IslamPuan Maharani Ketua bidang Politik dan Keamanan IslamTrimedya Pandjaitan Ketua bidang Hukum HAM dan Perundang-

undanganKristen

Hendrawan Supratikno Ketua bidang Perekonomian KristenMuhammad Prakosa Ketua bidang Kehutanan dan Lingkungan Hidup IslamRohmin Dahuri Ketua bidang Kemaritiman IslamAndreas Hugo Pareira Ketua bidang Pembangunan Manusia dan

KebudayaanKristen

Ribka Tjiptaning Ketua bidang Sosial dan Penanggulangan Bencana KristenMindo Sianipar Ketua bidang Buruh Tani dan Nelayan KristenSri Rahayu Ketua bidang Kesehatan dan Anak IslamI Made Urip Ketua bidang Pendidikan dan Kebudayaan HinduNusirwan Sujono Ketua bidang Koperasi dan UMKM IslamSarwo Budi WirantiSukamdani

Ketua bidang Pariwisata Islam

Sukur Nababan Ketua bidang Pemuda dan Olahraga KristenHamka Haq Ketua bidang Keagamaan dan Kepercayaan kepada

Tuhan YMEIslam

Prananda Prabowo Ketua bidang Ekonomi Kreatif IslamHasto Kristiyanto Sekretaris Jenderal KristenUtut Adianto Wakil Sekjen bidang Internal IslamErico Sotarduga Wakil Sekjen bidang Program Kerakyatan KristenAhmad Basarah Wakil Sekjen bidang Program Pemerintahan IslamOlly Dondokambey Bendahara Umum KristenRudianto Tjen Wakil Bendum bidang Internal KristenJuliari Peter Batubara Wakil Bendum bidang Program Kristen

Dari 27 nama pengurus DPP PDI-Perjuangan diatas, 15 orang beragama islam,

11 kristen, dan 1 orang beragama hindu. Tapi yang ditekankan oleh Boy Sadikin adalah

tokoh-tokoh di tubuh PDI-Perjuangan bukan dari jumlahnya. Selanjutnya, beliau

menekankan bahwa selain tokoh-tokoh yang disebutkan tadi, komposisi anggota DPR

RI dari PDI-Perjuangan terdiri dari 6 kursi dominan non muslim seperti Charles

Honoris, Wiryanti Sukamdani, Eriko Sotarduga, Masinton Pasaribu, Effendi Simbolon,

Darmadi Durianto. Dari ke 6 nama tersebut hanya dua orang yang beragama islam,

sisanya 4 orang non muslim. Dari komposisi anggota DPRD DKI Fraksi PDI-

109

Perjuangan berjumlah 28 kursi terdiri 17 kursi Non muslim, 11 kursi muslim.33 Secara

tidak langsung kekuatan faksi ini yang mempengaruhi pengambilan keputusan

penunjukan Ahok sebagai cagub.

Menariknya lagi, menurut pemaparan beliau terjadi tiga kali pergantian ketua

DPD PDI-Perjuangan Jakarta sebelum keputusan mencalonkan Ahok diumumkan.

Pertama, beliau selaku ketua DPD DKI 2015-2020 mengundurkan diri pada bulan

Desember 2016 karena tidak sejalan dengan partai. Posisi beliau digantikan oleh

Pelaksana Tugas (PlT) Bambang DH karena menolak pencalonan Ahok, bahkan beliau

menerima para pengunjuk rasa yang mendesak PDI-Perjuangan untuk tidak

mencalonkan Ahok dan berjanji akan memperjuangkannya ke DPP, ditambah lagi

Bambang DH juga ikut serta sebagai pembentuk koalisi kekeluargaan dan

menyanyikan yel-yel tolak ahok.34 Terakhir, pengurus baru yang definitif diberikan

kepada Adi Wijaya alias aming yang juga non muslim sehingga lahirlah keputusan

mendukung Ahok.

Selain faktor elekatabilitas, popularitas dan tingkat kepuasan publik, faktor lain

yang dianggap mempengaruhi pengambilan keputusan oleh Boy Bernardi Sadikin

adalah faktor faksionalisme di dalam internal partai. Faksi non muslim dianggap begitu

mendominasi untuk mempengaruhi ketua umum dalam menunjuk Ahok sebagai cagub

PDI-Perjuangan.

33 http://dprd-dkijakartaprov.go.id/fraksi/fraksi-PDI-Perjuangan/ diakses pada tanggal 28Februari 2017 pukul 10.45.

34 https://news.detik.com/berita/3286615/bambang-dh-dicopot-karena-menolak-ahok-ini-penjelasan-dpp-PDI-Perjuangan diakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 11.10.

110

C. Implikasi terkait penunjukan Ahok sebagai kandidat

Menurut Siti Zuhro peneliti LIPI terdapat beberapa dampak negatif yang akan

diterima PDI-Perjuangan terkait keputusan mendukung Ahok sebagai cagub. Pertama,

rentan terjadi perpecahan suara di tubuh PDI-Perjuangan karena banyaknya penolakan

yang terjadi. Bentuk aksi penolakan yang terjadi terkait pencalonan Ahok baik oleh

kader internal partai, ataupun sekelompok masyarakat sedikit banyak akan memberi

imbas kepada partai pengusung. kedua, secara kalkulasi politik dengan mengusung

Ahok tidak ada jaminan PDI-Perjuangan akan memenangkan pilgub kali ini ataupun

pemilu 2019 nanti. Ketiga, PDI-Perjuangan selama ini sudah dikenal sebagai partai

ideologis dan partai kader oleh masyarakat, dengan mencalonkan Ahok yang bukan

kader dianggap akan merusak citra partai, karena butuh waktu lama untuk membangun

citra partai di mata publik.35 Keempat, Ahok bisa saja kelak ditengah jalan

meninggalkan PDI-Perjuangan. Mengingat beberapa kebiasaan Ahok yang sudah

pernah dilakukan.36

Setali tiga uang, kerugian yang dijelaskan diatas telah dirasakan PDI-

Perjuangan pasca penunjukan Ahok sebagai cagub bahkan jauh sebelum Ahok

diumumkan telah banyak terjadi penolakan. Beberapa kader menyatakan mundur

sebagai pengurus bahkan sebagai anggota partai salah satunya adalah Boy Bernardi

35 https://www.merdeka.com/khas/pilih-ahok-agar-PDI-Perjuangan-tak-jadi-partai-gagal-di-jakarta.html diakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 15.30.

36 http://www.tribunnews.com/metropolitan/2016/08/21/peneliti-lipi-beberkan-kerugian-PDI-Perjuangan-jika-dukung-ahok-termasuk-bahaya-ditinggal-di-tengah-jalan diakses pada tanggal 28Februari 2017 pukul 16.00.

111

Sadikin kader yang dianggap telah berjasa membesarkan PDI-Perjuangan di Jakarta

sejak pasca reformasi. Dalam wawancaranya, beliau mengaku kecewa dengan

penunjukan Ahok sebagai cagub PDI-Perjuangan. Ia menganggap partai sudah tidak

mengindahkan mekanisme penjaringan yang telah dilakukan. PDI-Perjuangan tidak

lagi menjadi partai kader seperti yang selama ini didengungkan. Dengan keputusan ini,

PDI-Perjuangan menunjukkan diri sebagai partai yang tidak demokratis.

Selain dampak negatif, tentu keputusan tersebut memiliki dampak positif

terhadap PDI-Perjuangan. Yunarto Wijaya direktur Charta Politica menjelaskan

dengan mencalonkan Ahok-Djarot PDI-Perjuangan semakin memperjelas posisinya

sebagai partai pluralis-nasionalis. Pasangan Ahok-Djarot dinilai mewakili

kemajemukan yang ada di Jakarta. Berikutnya, pasangan ini akan mempermudah

sinergisitas antara pemprov DKI dengan pemerintah pusat. Ahok dinilai sejalan dengan

visi presiden Jokowi. Senada dengaan Yunarto, Ray Rangkuti peneliti lingkar madani

rakyat memaparkan keuntungan yang diperoleh PDI-Perjuangan dalam mencalonkan

Ahok-Djarot adalah PDI-Perjuangan dianggap berhasil mengambil langkah politik

yang realistis dan strategis. Dengan mengusung petahana PDI-Perjuangan tidak akan

begitu sulit memperkenalkan calonnya ke publik. Lanjut, PDI-Perjuangan sadar persis

sejauh ini belum ada sosok yang bisa menandingi popularitas dan elektabilitas Ahok.37

PDI-Perjuangan tentu sadar betul akan segala konsekuensi yang harus diterima

pasca penunjukan Ahok sebagai calon gubernur yang diusung pada pilgub kali ini.

37 https://www.merdeka.com/khas/pilih-ahok-agar-PDI-Perjuangan-tak-jadi-partai-gagal-di-jakarta.html diakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 17.00.

112

Tetapi segala konsekuensi tersebut hanya bisa diliat dampaknya setelah pilgub

berakhir. Jika menang, pihak-pihak yang dari awal menentang dipaksa menelan ludah

sendiri, begitu juga sebaliknya. Pertaruhan nama besar partai ada ditangan masyarakat

DKI Jakarta.

106

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dinamika politik memang sulit ditebak. Apa yang dilihat belum tentu sesuai

dengan apa yang sebenarnya terjadi. Pada studi kali ini, PDIP menunjukkan bahwa

politik itu rumit, dan tidak sesederhana yang dibayangkan. Karena semua tindak tanduk

partai akan selalu mengandung nilai di mata masyarakat. Pertimbangan demi

pertimbangan harus betul-betul diperhitungkan.

Partai politik sejatinya bukanlah kendaraan politik semata yang hanya

digunakan untuk meraih kekuasaan. Namun, pada tataran praksis partai politik kerap

melupakan tujuan hakikinya. Kecenderungan hanya untuk meraih kekuasaan tanpa

mempertimbangkan faktor ideologis, konsistensi sikap dan pandangan politik, dan

sebagai sarana pendidikan politik masyarakat masih sering terabaikan. Seolah politik

tidak mengenal aturan, moral, etika dan nilai.

Setidaknya itulah yang tergambar dari studi analisis pencalonan Ahok sebagai

cagub PDI-Perjuangan. Meskipun dalam praktek seleksi kandidat nilai-nilai demokrasi

masih diterapkan, tetapi itu hanya menjadi formalitas belaka agar dianggap demokratis.

Nilai tersebut terlihat dari tahapan-tahapan penyeleksian kandidat seperti penjaringan

dari tataran paling bawah hingga ke pucuk pimpinan (bottom up). Nilai-nilai demokrasi

yang ditanamkan hanya menjadi simbolis.

107

Secara hukum penunjukan Ahok memang tidak melanggar konstitusi

kepartaian, tetapi dari sisi lain, pola pengambilan keputusan yang sepenuhnya berada

ditangan ketua umum menunjukkan bahwa PDIP bukanlah partai yang betul-betul

menanamkan nilai-nilai demokrasi. Lebih lanjut, presidensialisasi partai dan

penokohan yang otoriter masih berjalan ditengah semakin tidak terkendalinya arus

demokratisasi dan liberalisasi di masyarakat. Sistem penunjukan seperti ini akan

berdampak pada sistem politik yang ada. Degradasi demokrasi akan terus terjadi jika

partai dengan pola seperti ini berkuasa.

Proses penunjukan Ahok juga mengejawantahkan istilah partai kader yang

selama ini didengung-dengungkan oleh ketua umum. namun, PDI-Perjuangan seolah

terjepit dengan realitas yang ada. Pertimbangan menang-kalah, demokratis-tidak

demokratis, partai kader-catch all party menjadi landasan berpijak dalam mengambil

keputusan ini. Dengan gaya seperti ini istilah krisis kepercayaan terhadap partai politik

akan terus membesar.

PDI-Perjuangan seolah dipaksa menelan ludah sendiri setelah jauh sebelumnya

Ahok melontarkan pernyataan-pernyataan pedas terhadap lembaga partai politik.

Pertimbangan idologis, konsistensi, dan marwah partai tidak lagi menjadi acuan dalam

setiap pengambilan keputusan politik. Jika ada keputusan politik yang diambil sejalan

dengan idealitas partai politik, itu hanyalah kebetulan semata, bukan menjadi takaran

mutlak. Dalam keadaan seperti ini, sudah seharusnya PDIP yang memiliki posisi tawar

paling kuat agar marwah partai politik secara kelembagaan dapat terjaga dan sesuai

dengan hakikat serta tujuan adanya partai politik bukan sebaliknya.

108

Faktor kekuatan segelintir elit dan faksi yang ada di dalam tubuh PDI-

Perjuangan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pengambilan keputusan

penunjukan Ahok sebagai cagub. Meskipun tidak menjadi faktor yang paling dominan.

Tapi setidaknya faktor ini tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Secara keseluruhan

mulai dari awal penjaringan hingga pengumuman Ahok-Djarot sebagai calon resmi

yang diusung PDI-Perjuangan terdapat beberapa poin penting yang dapat disimpulkan.

Pertama, PDI-Perjuangan mencoba menyelaraskan kepentingan dan tujuan

partai dengan kepentingan masyarakat namun tetap di bawah payung konstitusi

kepartaian. Kepentingan partai yaitu memenangkan pemilihan, menjaga kaderisasi

internal dan mempertahankan eksistensi partai. Sedangkan kepentingan masyarakat

adalah tingginya kepuasan masyarakat akan kinerja duet petahana, secara tidak

langsung mengartikan publik sudah merasakan langsung bukti nyata dari kinerja

keduanya.

Kedua, PDI-Perjuangan memberikan pelajaran berarti tentang skala prioritas

dalam politik yaitu PDI- Perjuangan tidak memaksakan kehendak untuk mengusung

kader sendiri demi hasil yang belum dapat diukur. Lebih tepatnya sikap yang diambil

sangat realistis dan minim resiko mengalami kekalahan.

Ketiga, PDI-Perjuangan menunjukkan lemahnya posisi tawar partai penguasa

dan pemenang pemilu terhadap realitas politik. Dengan mendukung Ahok sebagai

calon Gubernur yang bukan seorang kader partai, kutu loncat, dan banyak kebijakannya

oleh beberapa kalangan bertentangan dengan jargon wong cilik yang diusung selama

ini justru dianggap akan membahayakan eksistensi PDI- Perjuangan ke depannya. PDI-

109

Perjuangan seolah mengorbankan cita-cita, semangat perjuangan, dan roh partai yang

selama ini didengung-dengungkan sebagai partai yang selalu pro rakyat demi

kepentingan sesaat yaitu memenangkan pilgub DKI Jakarta 2017. .

PDI- Perjuangan seolah semakin mempertegas bahwa partai politik hanya

merupakan kendaraan semata bagi individu yang ingin berkuasa. Apapun dalihnya,

apapun alasannya, apapun pertimbangannya, partai politik sudah seharusnya

mengedepankan konsistensi perjuangan, pergerakan, dan arah perjalanan partai jika

masih ingin dianggap sebagai suatu lembaga yang bermartabat dalam melahirkan

pemimpin demi mencapai tujuan berbangsa dan bernegara.

B. Saran

Menurut penulis, proses penunjukan pasangan Basuki Tjahaja Purnama- Djarot

Syaiful Hidayat pada pilgub DKI kali ini memberikan sedikit pemahaman tentang

bagaimana suatu partai berusaha mengakomodir segala kepentingan yang ada

khususnya PDI- Perjuangan baik kepentingan partai maupun kepentingan masyarakat.

Skripsi ini dapat berkembang apabila dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai analisis proses penunjukan Cagub-Cawagub oleh PDI- Perjuangan secara

khusus dan partai politik secara umum. selain itu, perlunya studi lebih mendalam

tentang mekanisme seleksi kandidat dan rekrutmen oleh partai politik di Indonesia

pasca reformasi. Berikutnya, studi lanjut terkait penguatan kelembagaan partai politik

dan penyerapan aspirasi publik dalam proses pemilihan secara langsung baik pemilihan

presiden, legislative ataupun kepala daerah.

110

Oleh karena itu, besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan

kontribusi untuk studi lanjutan. Penulis menyadari skripsi ini masih sangat jauh dari

kata sempurna, dan masih sangat banyak hal-hal yang harus diperbaiki. Kajian tentang

permasalahan-permasalahan sosial politik adalah kajian yang sangat cepat berubah,

dan dinamis, oleh karenanya apa yang ditemukan dalam skripsi ini tidak selamanya

dapat menjawab segala persoalan terkait proses penunjukan cagub-cawagub oleh suatu

partai.

111

Daftar Pustaka

BUKU

Amal, Ichlasul Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta: PT. Tiara WacanaYogya, 1996.

Bangun, Zakaria Demokrasi dan Kehidupan Demokrasi di Indonesia, Medan: BinaMedia Perintis, 2008.

Bastian, Radis. Ahok Tegas, Disiplin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat, Jogjakarta: Palapa,2013.

Daud Abu, Busroh. Ilmu Negara, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010.

Efriza. Political Explore : Sebuah Kajian Ilmu Politik, Bandung : Alfabeta, 2012.

Feriyanto, Andri dan Shyta Endang, Triana. Komunikasi Bisnis: Strategi Komunikasidalam Mengelola Bisnis, Yogyakarta: PT. Pustaka Baru, 2015.

Firmansyah, Mengelola Partai Politik : komunikasi dan Positioning Ideologi Politik diEra Demokrasi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2008.

Gaffar, M. Janedjri. Demokrasi dan Pemilu Di Indonesia, Jakarta: Konstitusi Press,2013.

Hanan, Djayadi. Menakar Presidensialisme Multipartai di Indonesia: upaya mencariformat demokrasi yang stabil dan dinamis dalam konteks Indonesia, Bandung:Mizan Media Utama, 2014.

Hazan, Y. Reuven, And Rahat, Gideon. Democracy Within Parties: CandidateSelection Methods and their Political Consequences, New York: OxfordUniversity Press, 2010.

Katz, S. Richard, and Crotty,William. Handbook of party politics, London: SAGEPublications Ltd, 2006.

Katz, S. Richard, dan Crotty, William. Handbook Partai Politik, Bandung: NusaMedia, 2014.

112

Mitchels, Robert. Partai Politik : Kecenderungan Oligarkis Dalam Birokrasi, Jakarta:CV. Rajawali, 1984.

Prihatmoko, J. Joko. Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Semarang: Pustaka Pelajar,2005.

Prisma. Demokrasi di Bawah Cengkeraman Oligarki Vol. 33 No. 1 2014, Jakarta:LP3ES, 2014).

Roskin, G. Michael. Pengantar Ilmu Politik, Jakarta: Kencana 2016.

Rush, Michael. Althof, Philip. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : PT. RajaGrafindoPersada, 2005.

Setiadi, M. Elly. Kollip, Usman. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Kencana, 2013.

Shin, Edysen. The 37 Most Powerful Tactics On Negotiation, Jakarta: PT. AlfaCemerlang Edindo, 2016.

Sitepu, P. Anthonius. Studi Ilmu Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Soemarno, Megawati Soekarnoputri dari Ibu Rumah Tangga sampai Istana Negara,Depok: PT. Rumpun Dian Nugraha, 2002.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Grasindo, 2010.

Tokan Thomas, Pureklolon. Komunikasi Politik: mempertahankan integritasakademisi, politikus, dan negarawan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2016.

Ware, Alan. Political Parties and Party Systems, New York: Oxford University Press,1996.

Winarno, Budi. Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, Yogyakarta: Media Pressindo,2007.

WAWANCARA

Hasil wawancara dengan Boy Bernardi Sadikin (mantan ketua DPD PDIP DKI Jakarta2015) pada tanggal 4 Januari 2017 pukul 13.00 WIB di jl. Borobudur, Menteng,Jakarta Pusat).

113

Hasil wawancara dengan Nurmansyah Tanjung (mantan WaSekJen Baitul MusliminPDIP 2010-2015) pada tanggal 23 Maret 2017 pukul 14.00 di Hotel Bidakara,Jakarta Selatan).

Hasil wawancara dengan Cholid (ketua Dewan Pembina Baitul Muslimin PDIP 2015-2020) pada tanggal 23 Maret 2017 pukul 13.30 di Hotel Bidakara, JakartaSelatan.

JURNALMahadi, Helmi. Pragmatisme Politik: Studi Kasus Proses Rekrutmen Politik PDIP

pada Pilkada, Kabupaten Sleman, (NAD: Jurnal studi pemerintahan vol.2 No.1Februari 2011).

Ufen, Andreas. Partai Politik di Indonesia Pasca Soeharto : Antara Poitik Aliran danFilipinanisasi, (Jurnal Ilmu Politik No. 37 Desember 2006) diakses dari :https://www.academia.edu/4354886/Partai_Politik_di_Indonesia diakses padatanggal 24 Desember 2016 pukul 14.40.

INTERNET

Arah.com. Ini aspek yang dinilai dalam penjaringan cagub DKI dari PDIP. 11 Mei2016 dari https://www.arah.com/running/1160/ini-aspek-yang-dinilai-dalam-penjaringan-cagub-dki-dari-pdi-p.html?lireid=1169%26page=11111111111diakses pada tanggal 27 Februari 2017 pukul 00.30.

Beritasatu.com. PDIP tetapkan mekanisme seleksi calon kepala daerah. 21 April 2016dari http://sp.beritasatu.com/nasional/pdip-tetapkan-mekanisme-seleksi-calon-kepala-daerah/114132 diakses pada tanggal 28 Desember pukul 00.09.

Bersosial.com. partai peserta pemilu di Indonesia 1955-2014. 9 April 2014 darihttps://www.bersosial.com/threads/partai-peserta-pemilu-di-indonesia-1955-2014.7948.html, diakses pada tanggal 4 Oktober 2016 pukul 08.30.

Detiknews.com. Ahok pilih Heru untuk maju Independen, Djarot : itu hak beliau. 7Maret 2016 dari http://news.detik.com/berita/3159552/ahok-pilih-heru-untuk-maju-independen-djarot-itu-hak-beliau, diakses pada 27 Februari 2017 pukul02.00.

Detiknews.com. Bambang DH dicopot karena menolak Ahok. 30 Agustus 2016 darihttps://news.detik.com/berita/3286615/bambang-dh-dicopot-karena-menolak-ahok-ini-penjelasan-dpp-pdip diakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul11.10.

114

Detiknews.com. Dukung Ahok independen, Nasdem: bersama Hanura dan Golkar,kami sudah kuat. 8 Juni 2016 darihttp://news.detik.com/berita/3228249/dukung-ahok-independen-nasdem-bersama-hanura-dan-golkar-kami-sudah-kuat, diakses pada tanggal 28Februari 2017 pukul 09.32.

Detiknews.com. Elektabilitas Ahok 47,29 % ditempel ketat Risma dan Ridwan Kamil.1 Agustus 2016 dari https://news.detik.com/berita/3266034/elektabilitas-ahok-4729-ditempel-ketat-risma-dan-ridwan-kamil diakses pada tanggal 27 Februari2017 pukul 01.45.

Detiknews.com. Hari terakhir pendaftaran, 38 penantang Ahok ikut penjaringancagub DKI PDIP. 25 April 2016 darihttps://news.detik.com/berita/3195740/hari-terakhir-pendaftaran-38-penantang-ahok-ikut-penjaringan-cagub-dki-pdip diakses pada tanggal 28Desember pukul 00.16.

Detiknews.com. Partai koalisi Jakarta resmi calonkan Fauzi Bowo- Prijanto. 1 Juni2007 dari http://news.detik.com/berita/788033/13-partai-koalisi-jakarta-resmi-calonkan-fauzi-bowo-prijanto, diakses pada tanggal 22 Januari 2017 pukul11.28.

Detiknews.com. Penantang Ahok daftar penjaringan cagub DKI PDIP. 18 April 2016dari http://news.detik.com/berita/3190452/sudah-23-penantang-ahok-daftar-penjaringan-cagub-dki-pdip diakses pada 28 Desember 2016 pukul 00.17.

Detiknews.com. PKS dapat 18 kursi DPRD DKI. 17 April 2004 darihttp://news.detik.com/berita/127941/pks-dapat-18-kursi-dprd-dki diakses padatanggal 22 Januari 2017 pukul 13.22.

Detiknews.com. Selain Risma, muncul kelompok masyarakat pendukung Djarot jadicagub DKI. 16 Juni 2016 dari https://news.detik.com/berita/3235264/selain-risma-muncul-kelompok-masyarakat-pendukung-djarot-jadi-cagub-dkidiakses pada tanggal 26 Februari 2017 pukul 21.00.

Detiknews.com. Setujukah warga DKI Ahok maju lewat parpol. 24 Juni 2016 darihttp://news.detik.com/berita/3241114/setujukah-warga-dki-ahok-maju-lewat-parpol diakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 09.15.

Detiknews.com. Siap berduet di pilgub DKI, Sandiaga : Bu Risma sosok mumpuni. 31Juli 2016 dari https://news.detik.com/berita/3265411/siap-berduet-di-pilgub-

115

dki-sandiaga-bu-risma-sosok-mumpuni diakses pada tanggal 27 februari 2017pukul 00.25.

Donisetyawan.com. Partai Politik Pada Awal Kemerdekaan. 14 Mei 2016 darihttp://www.donisetyawan.com/partai-politik-pada-awal-kemerdekaan/ diaksespada tanggal 24 Desember tahun 2016 pukul 15.49.

Dprd-Dkijakartaprov.go.id. Sejarah. dari http://dprd-dkijakartaprov.go.id/sejarah/diakses pada tanggal 9 Januari 2017 pukul 03.00.

Gatra.com. LAPORAN KHUSUS: Megawati pun menangis. 6 Juli 2002 darihttp://arsip.gatra.com/2002-07-01/majalah/artikel.php?id=38956 diakses padatanggal 20 Januari 2017 pukul 14.21.

Harianterbit.com. Demo anti Gubernur bakal meluas: Ahok tak disukai Jakarta butuhpemimpin baru. 14 Juni 2016 darihttp://megapolitan.harianterbit.com/megapol/2016/06/24/64558/0/18/DemoAntiGubernur-Bakal-Meluas-Ahok-Tak-Disukai-Jakarta-Butuh-Pemimpin-Baru, diakses pada tanggal 7 Oktober 2016 pukul 03.18.https://m.tempo.co/read/news/2016/08/08/231794172/pilkada-dki-7-partai-

bentuk-koalisi-kekeluargaan-lawan-ahok diakses pada tanggal 27 Februari2017 pukul 00.48.

Hukumonline.com. Fungsi Partai Politik. darihttp://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt550a445c6466c/fungsi-partai-politik diakses pada tanggal 26 Desember 2016 pukul 17.34.

Jakartanews.co. Tri Rismaharini- PDIP- Basuki Tjahaja Purnama. 25 Mei 2016 darihttp://jakartanews.co/tri-rismaharini-pdip-_-basuki-tj-purnama/ diakses pada27 Februari 2017 pukul 01.20.

Kabar24.com. Hasil Pilkada Serentak PDIP Kuasai Daerah. 19 Desember 2015 darihttp://kabar24.bisnis.com/read/20151219/15/503442/hasil-pilkada-serentak-pdip-kuasai-daerah, diakses pada tanggal 4 Oktober 2016 pukul 11.30.

Kbbi.Web.Id. Definisi Partai http://kbbi.web.id/partai diakses pada tanggal 2November 2016 pukul 12.15.

Kompas.com. Ahok terima empat penghargaan untuk Pemprov DKI dari Bappenas.11 Mei 2016 darihttp://megapolitan.kompas.com/read/2016/05/11/14152191/Ahok.Terima.Empat.Penghargaan.untuk.Pemprov.DKI.dari.Bappenas, diakses pada tanggal7 Oktober 2016 pukul 03.11.

116

Kompas.com. Alasan Ahok pilih jalur parpol : dari kekhawatiran deparpolisasi hingganasihat Jokowi. 15 Agustus 2016 darihttp://megapolitan.kompas.com/read/2016/08/15/09405981/alasan.ahok.pilih.jalur.parpol.dari.kekhawatiran.deparpolisasi.hingga.nasihat.jokowi,diakses pada tanggal 7 Oktober 2016 pukul 04.00.

Kompas.com. Ini hasil resmi rekapitulasi suara pilpres 2014. 22 Juli 2014 darihttp://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/07/22/20574751/ini.hasil.resmi.rekapitulasi.suara.pilpres.2014, diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 pukul13.00.

Kompas.com. Jokowi Basuki menangi pilkada DKI putaran II. 28 September 2012darihttp://megapolitan.kompas.com/read/2012/09/28/1724329/JokowiBasuki.Menangi.Pilkada.DKIPutaran.II diakses pada tanggal 24 Februari 2017 pukul22.45.

Kompas.com. Megawati sudah menegaskan bahwa bakal cagub DKI dari PDIPprerogatifnya. 10 Mei 2016 darihttp://megapolitan.kompas.com/read/2016/05/10/14071941/Megawati.Sudah.Menegaskan.bahwa.Bakal.Cagub.DKI.dari.PDI-P.Prerogatifnya diakses padatanggal 28 Februari 2017 pukul 10.00.

Kompas.com. Survei SMRC 58 persen warga DKI ingin Ahok kembali jadi Gubernur.21 Juli 2016 darihttp://megapolitan.kompas.com/read/2016/07/21/20163011/survei.smrc.58.persen. warga.dki.ingin.ahok.kembali.jadi.gubernur, diakses pada tanggal 5Oktober 2016 pukul 18.04.

Kompas.com. Tiga cagub DKI non kader, Parpol dilanda. krisis 25 September 2016darihttp://nasional.kompas.com/read/2016/09/25/19581011/tiga.cagub.dki.jakarta.non kader.parpol.dilanda.krisis Diakses pada tanggal 26 Februari 2017 pukul22.23.

Kpu.go.id. Pemilu 1999. 21 Februari 2008 darihttp://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-1999 diaksespada 31 Desember 2016 pukul 08.30.

Lensaindonesia.com. Tiga Kandidat ini jadi lawan berat Gus Ipul. 15 Maret 2016 darihttp://www.lensaindonesia.com/2016/03/15/pilgub-jatim-2018-tiga kandidat-

117

ini-jadi-lawan-berat-gus-ipul.html diakses pad tanggal 27 Februari 2017 pukul01.55.

Liputan6.com. 11 Hari dibuka, PDIP jaring 25 nama cawagub DKI. 18 April 2016dari http://pilkada.liputan6.com/read/2486681/11-hari-dibuka-pdip-jaring-25-nama-cagub-cawagub-dki diakses pada 27 Februari 2017 pukul 00.13.

Liputan6.com. Alasan Ahok pilih jalur Independen di pilkada DKI. 12 Maret 2016darihttp://news.liputan6.com/read/2457116/4-alasan-ahok-pilih-jalur-independen-di-pilkada-dki, diakses pada tanggal 7 Oktober 2016 pukul 03.40.

Liputan6.com. Indobarometer : Risma potensial kalahkan Ahok di pilkada DKI. 5Agustus 2016 dari http://pilkada.liputan6.com/read/2569650/indo-barometer-risma-potensial-kalahkan-ahok-di-pilkada-dki diakses pada tanggal 27Februari 2017 pukul 01.50.

Liputan6.com. Korban 27 Juli menolak pencalonan Sutiyoso. 11 Juni 2002http://m.liputan6.com/news/read/35823/korban-27-juli-menolak-pencalonan-sutiyoso diakses pada tanggal 20 Januari 2017 pukul 14.11.

Liputan6.com. Survei terbaru pilkada DKI, Elektabilitas Ahok masih tertinggi. 10 Mei2016 dari http://pilkada.liputan6.com/read/2503381/survei-terbaru-pilkada-dki-elektabilitas-ahok-masih-tertinggi diakses pada 27 Februari 2017 pukul01.00.

Liputan6.com. Sutiyoso kembali menjabat Gubernur DKI. 12 September 2002 darihttp://news.liputan6.com/read/41264/sutiyoso-kembali-menjabat-gubernur-dkidiakses pada tanggal 9 Januari 2017 pukul 03.05.

Merdeka.com. Ahok ogah jadi kader dan ikut penjaringan demi tiket dukungan PDIP.29 Juli 2016 dari https://www.merdeka.com/politik/ahok-ogah-jadi-kader-dan-ikut-penjaringan-demi-tiket-dukungan-pdip.html diakses pada tanggal 26Desember 2016 pukul 19.34.

Merdeka.com. Cerita Sutiyoso dan tragedy berdarah kudatuli. 11 Juni 2015 darihttps://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-sutiyoso-dan-tragedi-berdarah-kudatuli.html diakses pada tanggal 20 Januari 2017 pukul 10.22.

Merdeka.com. Pilih Ahok agar PDIP tak jadi partai gagal. 21 September 2016 darihttps://www.merdeka.com/khas/pilih-ahok-agar-pdip-tak-jadi-partai-gagal-di-jakarta.html diakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 15.30.

118

Merdeka.com. Pilih Ahok agar PDIP tak jadi partai gagal. 21 September 2016 darihttps://www.merdeka.com/khas/pilih-ahok-agar-pdip-tak-jadi-partai-gagal-di-jakarta.html diakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 17.00.

Metrotvnews.com. empat nama bakal calon gubernur DKI dari PDIP. 2 Maret 2016dari http://news.metrotvnews.com/read/2016/03/02/492723/empat-nama-bakal-calon-gubernur-dki-dari-pdip diakses pada tanggal 26 Februari 2017pukul 19.17.

PDI-Perjuangan.id. Partai : Piagam PDI-Perjuangan. 13 Januari 2016 darihttp://www.pdiperjuangan.id/article/category/child/25/Partai/Piagam-PDI-Perjuangan diakses pada tanggal 29 Desember 2016 pada pukul 20.17.

Republika.co.id. PDIP gelar sekolah Para calon kepala daerah. 30 Agustus 2016darihttp://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/08/30/ocpksg334-pdip-gelar-sekolah-para-calon-kepala-daerah diakses pada tanggal 26 Februari2017 pukul 17.22.

Republika.co.id. PDIP lahir dari kekerasan sejarah. 5 April 2016 darihttp://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/04/05/o55fzh282-pdip-lahir-dari-kekerasan-sejarah diakses pada tanggal 9 Januari 2017 pukul01.20.

Rmol.co. PDIP dan Jasmerah Pilkada Jakarta. 20 Agustus 2016http://www.rmol.co/read/2016/08/20/257669/PDIP-Dan-Jasmerah-Pilkada-Jakarta- diakses pada 31 Desember 2016 pukul 09.18.

Rmol.co. Pilkada Jakarta, barometer politik Indonesia di masa yang akan dating. 11Juli 2017 dari http://www.rmol.co/read/2012/07/11/70459/Pilkada-Jakarta,-Barometer-Politik-Indonesia-di-Masa-yang-Akan-Datang-, diakses padatanggal 5 Oktober 2016 pukul 13.18.

Seruu.com. Pilkada DKI PDIP usung Jokowi-Ahok. 19 Maret 2012 darihttp://indonesiana.seruu.com/read/2012/03/19/89018/pilkada-dki-pdip-usung-pasangan-jokowi--ahok diakses pada tanggal 22 Februari 2017 pukul 19.32.

Sindonews.com. Perjalanan politik Ahok si kutu loncat. 11 September 2014 darihttp://nasional.sindonews.com/read/900386/12/perjalanan-politik-ahok-si-kutu-loncat-1410403000/2, diakses pada tanggal 7 Oktober pukul 02.02.

119

Suara.com. Muncul gerakan kader PDIP siap dipecat.31 Juli 2016http://www.suara.com/news/2016/07/31/180500/muncul-gerakan-kader-pdip-siap-dipecat-, diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 pukul 16.12.

Suaramerdeka.com. Gus Dur-Amien, lima tahun lalu. 15 April 2004 darihttp://www.suaramerdeka.com/harian/0404/15/nas2.htm diakses pada tanggal8 Januari 2017 pukul 20.21.

Tempo.co. Demokrat kuasai kursi dewan DKI Jakarta. 3 Mei 2009 darihttps://m.tempo.co/read/news/2009/05/03/146174151/demokrat-kuasai-kursi-dewan-dki-jakarta, diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 pukul 14.46.

Tempo.co. Mengapa Jokowi bisa memutarbalikkan hasil survey ?. 11 Juli 2012 darihttps://m.tempo.co/read/news/2012/07/11/228416337/mengapa-jokowi-bisa-memutarbalikkan-hasil-survei diakses pada tanggal 24 Februari 2017 pukul22.48.

Tempo.co. Pengamat : Risma-Djarot cocok untuk DKI Jakarta. 4 Agustus 2016 darihttps://m.tempo.co/read/news/2016/08/04/078793110/pengamat-risma-djarot-cocok-untuk-dki-jakarta diakses pada tanggal 26 Februari pukul 22.00.

Tribunnews.com. 32 Nama akan bertarung dengan Djarot dan Boy perebutkan tiketPDIP. 25 April 2016 darihttp://www.tribunnews.com/metropolitan/2016/04/25/32-nama-akan-bertarung-dengan-djarot-dan-boy-perebutkan-tiket-pdip diakses pada tanggal27 Februari 2017 pukul 00.05.

Tribunnews.com. Ini kisah sukses Jokowi di Solo. 10 Juni 2014 darihttp://www.tribunnews.com/nasional/2014/06/10/ini-kisah-sukses-jokowi-di-solo diakses pada tanggal 24 Februari 2017 pukul 22.10.

Tribunnews.com. Masinton : Kader PDIP DKI mayoritas tolak Ahok. 30 Agustus 2016dari http://www.tribunnews.com/nasional/2016/08/30/masinton-kader-pdip-dki-mayoritas-tolak-ahok, diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 pukul 15.23.

Tribunnews.com. Mengulas sejarah panjang PDI Perjuangan. 18 Maret 2014 darihttp://manado.tribunnews.com/2014/03/18/mengulas-sejarah-panjang-pdi-perjuangan, diakses pada 30 Desember 2016 pukul 02.22.

Tribunnews.com. PDIP buka pendaftaran untuk bakal cagub dan cawagub DKI. 7April 2016 dari http://wartakota.tribunnews.com/2016/04/07/pdip-buka-pendaftaran-untuk-bakal-cagub-dan-cawagub-dki diakses pada tanggal 26Februari 2017 pukul 22.45.

120

Tribunnews.com. PDIP ogah dukung Ahok bila tak ikut penjaringan bakal calongubernur DKI. 11 April 2016 darihttp://www.tribunnews.com/metropolitan/2016/04/11/pdip-ogah-dukung-ahok-bila-tak-ikut-penjaringan-bakal-calon-gubernur-dki diakses pada tanggal28 Februari 2017 pukul 09.27.

Tribunnews.com. Peneliti Lipi beberkan kerugian PDIP jika dukung Ahok termasukbahaya ditinggal di tengah jalan. 21 Agustus 2016 darihttp://www.tribunnews.com/metropolitan/2016/08/21/peneliti-lipi-beberkan-kerugian-pdip-jika-dukung-ahok-termasuk-bahaya-ditinggal-di-tengah-jalandiakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 16.00.

Uinjkt.ac.id. Menimbang langkah politik PDIP. 2 Agustus 2016 Darihttp://www.uinjkt.ac.id/id/menimbang-langkah-politik-pdip/, diakses padatanggal 8 Oktober 2016 pukul 19.09.

Vivanews.co.id. 6 Pasang Calon Gubernur Wakil Gubernur DKI. 13 Mei 2012 darihttp://fokus.news.viva.co.id/news/read/313440-6-pasang-calon-gubernur-wakil-gubernur-dki diakses pada tanggal 24 Februari 2017 pukul 22.30.

Vivanews.co.id. Parpol ini klaim dukung Ahok tanpa mahar. 20 Maret 2016 darihttp://www.viva.co.id/prancis2016/read/749918-parpol-ini-klaim-dukung-ahok-tanpa-mahar diakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 09.00.

Vivanews.com. Melesetnya survei di pilkada DKI Jakarta. 20 Juli 2012 darihttp://sorot.news.viva.co.id/news/read/337417-mengapa-survei-melesetdiakses pada tanggal 24 Februari 2017 pukul 22.20.

Wawasansejarah.com. Partai Masyumi. http://wawasansejarah.com/partai-masyumi/diakses pada tanggal 24 Desember 2016 pukul 16.50.

121