program studi ilmu kesehatan masyarakat fakultas …repository.utu.ac.id/230/1/bab i_v.pdf · 1 bab...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH KARAKTERISTIK IBU TERHADAP STATUSGIZI BALITA DI DESA COT SEUMEUREUNG
KABUPATEN ACEH BARATTAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH
KURNIA PUTRANIM : 07C10104080
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang optimal, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Arah kebijaksanan pembangunan bidang kesehatan adalah untuk
mempertinggi derajat kesehatan, termasuk di dalamnya keadaan gizi masyarakat
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan
pada umumnya (Suhardjo, 2003).
Gizi kurang dan gizi buruk pada balita berakibat terganggunya
pertumbuhan jasmani dan rohani. Secara tidak langsung gizi kurang dan gizi
buruk dapat menyebabkan anak balita mengalami defisiensi zat gizi yang dapat
berakibat panjang, yaitu berkaitan dengan kesehatan anak, pertumbuhan anak,
penyakit infeksi dan kecerdasan anak seperti halnya karena serangan penyakit
tertentu. Apabila hal ini dibiarkan tentunya balita sulit sekali berkembang. Dengan
demikian jelaslah masalah gizi merupakan masalah bersama dan semua keluarga
harus bertindak atau berbuat untuk melakukan perbaikan gizi (Sudjasmin, 2002).
Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh dua faktor: Pertama, faktor
dalam yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri baik faktor bawaan
maupun faktor yang diperolehnya, termasuk disini antara lain: hal-hal yang
diturunkan dari orang tuanya misalnya warna rambut, bentuk tubuh, unsur
berpikir dan kemampuan intelektual misalnya kecepatan berpikir, keadaan
-
2
kelenjar zat-zat dalam tubuh misalnya kekurangan hormon yang dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, emosi dan sifat-sifat
temperamen tertentu misalnya pemalu, pemarah, tertutup. Kedua, faktor luar
antara lain: gizi, budaya, teman bermain (Depkes, 2002).
Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka balita termasuk
dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat
yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka
sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat (Anne Lies. 2003).
Pemenuhan hak-hak anak terutama untuk pertumbuhan dan perkembangan
akan menghasilkan suatu generasi yang dapat tumbuh dan berkembang secara
baik sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan menghasilkan
bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas
yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara
berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu tahap ke tahap berikutnya, yang
semakin hari semakin bertambah sempurna, mulai dari masa pembuahaan dan
berakhir dengan kematian (Mar’at, 2005).
Status gizi dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit terutama
penyakit infeksi. Dengan asupan gizi yang kurang akan menyebabkan status gizi
menurun dimana keadaan ini akan mempermudah anak untuk terinfeksi penyakit.
Hal ini tentunya akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan
anak selanjutnya (Satoto, 2004).
Pada anak yang mengalami gizi kurang dari hasil pengukuran antropometri
akan terjadi keterlambatan perkembangan seperti motorik halus dan motorik
kasar. Perkembangan yang baik ditandai kesesuaian antara umur anak dengan
-
3
aspek perkembangan yang dinilai. Tingkat perkembangan pada setiap fase
perkembangan berbeda sesuai dengan umur, dengan ditunjang oleh faktor
lingkungan dan proses belajar. Anak kurang gizi pada tingkat ringan dan sedang
tidak selalu diikuti dengan gejala sakit. Dia seperti anak-anak lain, masih bermain
dan sebagainya, tetapi bila diamati seksama badannya mulai kurus (Djauhar,
2004).
Pada tahun 2011 di Indonesia terdapat 27.5% prevalensi balita kurang gizi,
19.2% diantaranya menderita gizi kurang. Di Propinsi Aceh pada tahun 2011
prevalensi balita kurang gizi masih merupakan masalah, dari 556.406 balita
terdapat 27.09% balita kurang gizi, 17.23% diantaranya menderita gizi buruk
(Profil Dinkes Provinsi Aceh, 2011). Di Kabupaten Aceh Barat dalam tahun 2012,
dari 43.435 balita terdapat sebesar 0.6% anak umur 3-5 tahun menderita gizi
kurang. Kecamatan Samatiga dengan jumlah balita sebanyak 11.245 merupakan
daerah dengan kasus rawan gizi. Dengan pengukuran status gizi secara
antropometri di dapatkan angka gizi kurang sebesar 2%, gizi buruk 1 % dan gizi
lebih 1,5 %. Desa Cot Seumeureung dengan jumlah penduduk 1.321 orang dan
jumlah balita sebanyak 115 orang, angka kunjungan ke posyandu 60 % atau
sekitar 64 orang balita dalam setiap kegiatan posyandu. Dari 64 jumlah balita
tersebut terdapat 1 orang balita dengan gizi buruk, 5 gizi kurang dan 4 gizi lebih,
selebihnya dengan gizi baik (Puskesmas Samatiga, 2012). Dari permasalahan
inilah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat adakah
hubungan antara karakteristik ibu terhadap status gizi pada balita.
-
4
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diambil suatu rumusan
masalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh status gizi pada balita terkait
dengan karakteristik ibu.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh karakteristik ibu terhadap status gizi balita di
Desa Cot Seumereung Kabupaten Aceh Barat.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1.Mengetahui pengaruh umur ibu terhadap status gizi balita.
1.3.2.2.Mengetahui pengaruh pendidikan ibu terhadap status gizi balita.
1.3.2.3.Mengetahui pengaruh pekerjaan ibu terhadap status gizi balita.
1.3.2.4.Mengetahui pengaruh pengetahuan ibu terhadap status gizi balita.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Praktis
Di dapatkan data terbaru tentang hubungan karakteristik ibu dengan status
gizi balita, serta menjadi informasi terbaru bagi puskesmas untuk penyuluhan
tentang gizi balita.
1.4.2. Manfaat Teoritis
1. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui bagaimana status gizi balita di Kecamatan Samatiga.
-
5
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan rujukan atau pedoman untuk penelitian selanjutnya, tentang
karakteristik ibu dan status gizi balita.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi mengenai hubungan antara gizi balita dengan
karakteristik ibu.
4. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan informasi bagi para pengambil kebijakan dan pelaksana
teknis di lingkungan Pemerintahan Aceh Barat.
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik ibu
Karakteristik ibu adalah identitas atau ciri khusus seorang ibu yang terkait
dengan umur, pendidikan dan pekerjaan.
2.1.1. Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan). Usia ibu yang
menikah terlalu cepat dapat berpengaruh terhadap kehidupannya dan juga tata
cara merawat bayi dan balitanya kelak. Dan dalam hal ini jika usia ibu menikah <
20 tahun dan dengan usia ibu yang terlalu muda belum dapat menentukan apakah
sesuatu yang dilakukannya sudah benar atau belum. Dan ditakutkan ibu yang
berusia < 20 tahun memberikan makanan yang tidak bergizi kepada balitanya
(Wiku. 2007).
2.1.2. Pendidikan
Pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan faktor sosial, prilaku
demografi seperti pendapatan, gaya hidup dan status kesehatan. Dan dengan
pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektualnya sehingga
dapat mengambil keputusan dalam bertindak. Dalam hal ini berhubungan dengan
ibu yaitu tentang pemberian makanan bergizi kepada anak, dan mungkin saja bila
semakin tinggi pendidikan ibu, ibu akan semakin mengetahui apa-apa saja yang
terbaik buat anaknya dan ibu yang pendidikannya rendah kurang mengetahui
tentang pemberian makanan yang bergizi bagi anaknya.
-
7
Tiga faktor penentu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah tingkat
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut erat kaitannya dengan
status gizi masyarakat (wiku, 2007).
2.1.3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah status yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Untuk
karakteristik ini, kita ingin melihat pekerjaan mayoritas ibu-ibu yang mempunyai
bayi karena kemungkinan ibu-ibu yang bekerja tidak memberikan ASI eksklusif
atau terlalu cepat memberikan Makanan Pendamping ASI. Dampak dari krisis
ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk kebutuhan pangan. Hal
ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang selanjutnya dapat
menurunkan status gizi (Ismael, S, 2002).
2.1.4. Pengetahuan Gizi
Perilaku konsumsi dalam memilih makanan, baik jenis maupun jumlahnya
berkaitan erat dengan pengetahuan gizi. Salah satu penyebab tingginya masalah
gizi utama di Indonesia adalah rendahnya pengetahuan tentang gizi (Handajani,
2004).
Pengetahuan merupakan hasil dari mengetahui sesuatu hal dalam
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui pancaindera yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa, dan raba.
Penginderaan tersebut sebagian besar terjadi melalui penglihatan dan pendengaran
(Notoatmodjo, 1997). Menurut WHO (1992) mengatakan bahwa pengetahuan
dapat diperoleh melalui pengalaman, guru, orang tua, buku, maupun media masa.
Adanya berbagai masalah yang dapat menyebabkan masalah gizi, secara
tidak langsung adalah karena kurangnya informasi yang memadai. Pendidikan
-
8
baik formal maupun non formal diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai gizi. Adanya pengetahuan tentang gizi diharapkan akan tercipta pula
kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga mereka tidak hanya
mengutamakan rasanya saja, tetapi dari segi yang lain diperhatikan juga
(Handajani, 2004).
Pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada 3 kenyataan, yaitu :
1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.
2. Setiap orang hanya akan cukup zat gizi, jika makanan yang dimakannya
mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh
yang optimal, pemeliharaan, dan sebagai energi.
3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi (Suhardjo,
2003).
Kurangnya pengetahuan dan konsep yang salah tentang kebutuhan pangan
dan nilai pangan adalah umum di setiap negara. Faktor yang penting dalam
masalah kurang gizi dan gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang
gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari (Suhardjo, 2003).
2.2. Status Gizi
2.2.1. Pengertian Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2002). Status gizi juga diartikan sebagai
tanda-tanda atau penampilan fisiologis yang diakibatkan oleh keseimbangan
-
9
intake gizi dan penggunaannya oleh organisme, status gizi terutama ditentukan
oleh ketersediaan semua zat dalam jumlah yang cukup dan dalam kombinasi yang
tepat, selain itu faktor ekonomi dan penyakit infeksi juga turut mempengaruhi
status gizi pada balita (Soekirman, 2000).
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi, secara langsung dipengaruhi
oleh kecukupan asupan makanan dan penyakit infeksi., secara tidak langsung
dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, ketersediaan
pelayanan kesehatan, pola asuh yang tidak memadai, lebih jauh masalah gizi
disebabkan oleh kemiskinan, pendidikan rendah (Depkes, 2002).
Pendapat lain, Prawirohartono (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi
status gizi terdiri dari dua yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor
langsung ditentukan oleh asupan makanan dan penyakit, khususnya penyakit
infeksi. Faktor tidak langsung terdiri dari faktor ekonomi, pertanian, budaya,
pendidikan dan pekerjaan, kebersihan lingkungan serta fasilitas pelayanan
kesehatan.
Menurut Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi Nasional
(Depkes, 2000) bahwa kurang gizi dapat disebabkan oleh dua hal yaitu, Pertama,
penyebab langsung yaitu makanan dan infeksi yang mungkin diderita anak.
Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga
karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering
sakit seperti diare atau demam dapat menderita kurang gizi, demikian juga pada
anak yang makan tidak cukup baik, maka daya tahan tubuh akan lemah dan
mudah terserang penyakit. Kedua, penyebab tidak langsung ketahanan pangan di
keluarga, pola pengasuhan, pelayanan kesehatan serta kesehatan lingkungan.
-
10
2.2.2. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi terbagi atas dua yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung yaitu meliputi antropometri, klinis, biokimia dan
biofisik, sedangkan secara tidak langsung yaitu meliputi survey konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Dari dua jenis penilaian status gizi
tersebut yang paling sering digunakan adalah penilaian status gizi secara
antropometri dan klinis.
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi (Supariasa dkk, 2002). Pendapat lain, antropometri merupakan
pengukuran yang dilakukan pada manusia dengan maksud mengetahui status
gizinya (Prawirohartono, 2006).
Menurut Standar WHO-NCHS indikator penilaian status gizi dibedakan
atas tiga yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U) dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Depkes, 2005).
Menurut Supariasa dkk., (2002), dijelaskan bahwa: Pertama, Berat Badan
menurut Umur (BB/U), berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-
perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, nafsu
makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah
parameter antropometri yang sangat labil. Mengingat karakteristik berat badan
-
11
yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat
ini. Kedua, Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Tinggi badan merupakan
antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan
normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang relatif
lama. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks ini menggambarkan status
gizi masa lalu. Ketiga, Berat Badan menurut Tinggi Badan. Berat badan memiliki
hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal,
perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu, dan indeks ini bisa digunakan untuk menentukan status gizi
saat ini.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi (Supariasa dkk, 2002).
2.3. Klasifikasi Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2002). Status gizi secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi empat kelompok utama, yaitu:
2.3.1. Status Gizi Lebih
Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah
berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Gizi lebih
menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi
-
12
disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah
satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi
atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes, jantung koroner, hati, dan
kantung empedu (Almatsier, 2002).
Budiyanto (2002) mendefinisikan status gizi lebih adalah keadaan
patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makan, mengkonsumsi energi
lebih banyak daripada yang diperlukan tubuh untuk jangka waktu yang panjang.
2.3.2. Status Gizi Baik
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara
umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2002).
Menurut Budiyanto (2002) status gizi baik adalah kondisi pada saat asupan
gizi seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang yang bersangkutan. Kebutuhan
gizi seseorang ditentukan oleh kebutuhan gizi basal, kegiatan, dan pada keadaan
fisiologis
tertentu serta dalam keadaan sehat.
2.3.3. Status Gizi Kurang
Status gizi kurang terjadi bila tubuh kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi
esensial. Akibat kurang gizi terhadap proses tumbuh bergantung pada zat gizi apa
yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas
dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses pertumbuhan, produksi
tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, perilaku (Almatsier, 2002).
-
13
Adapun Budiyanto (2002) mengartikan gizi kurang merupakan keadaan
tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak cukup makan dengan demikian
konsumsi energi dan protein kurang selama jangka waktu tertentu. Berat badan
yang menurun adalah tanda utama dari gizi kurang.
2.3.4. Status Gizi Buruk
Status gizi buruk terjadi apabila hampir semua penyakit gizi kurang
diderita seseorang dan dalam keadaan yang lebih parah di bandingkan dengan gizi
kurang (Pudjiadi S., 2001).
Tabel 2.1
Kategori dan ambang batas status gizi anak
Indeks KatagoriStatus Gizi
Ambang BatasZ-Score
Berat Badan Menurut Umur(BB/U)
Anak Umur 5-18 tahun
Gizi Buruk < -3 SDGizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi Baik -2 SD Sampai dengan < 2 SDGizi Lebih > 2 SD
Panjang Badan MenurutUmur (PB/U) atau
Tinggi Badan Menurut Umur(TB/U)
Anak Umur 5-18 tahun
Sangat Pendek < -3 SDPendek -3 SD sampai dengan < -2 SDTinggi -2 SD Sampai dengan < 2 SDKurus > 2 SD
Berat Badan MenurutPanjang Badan (BB/PB) atauBerat Badan Menurut Tinggi
Badan (BB/TB)Anak Umur 5-18 tahun
Sangat Kurus < -3 SDKurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD Sampai dengan < 2 SDGemuk > 2 SD
Indeks Massa TubuhMenurut Umur (IMT/U)Anak Umur 5-18 tahun
Sangat Kurus < -3 SDKurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD Sampai dengan < 2 SDGemuk > 2 SD
Indeks Massa TubuhMenurut Umut (IMT/U)
Anak Umur 5-18 thn
Sangat Kurus < -3 SDKurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD Sampai dengan < 1SDGemuk -1SD Sampai dengan < 2 SDObesitas > 2 SD
-
14
Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010
Tanggal : 30 Desember 2010
Tabel 2.2Standar Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Anak Laki-Laki Umur 0 - 60 Bulan
Umur(Bulan)
Berat Badan (Kg)-3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD
0 2.1 2.5 2.9 3.3 3.9 4.4 5.01 2.9 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.62 3.8 4.3 4.9 5.6 6.3 7.1 8.03 4.4 5.0 5.7 6.4 7.2 8.0 9.04 4.9 5.6 6.2 7.0 7.8 8.7 9.75 5.3 6.0 6.7 7.5 8.4 9.3 10.46 5.7 6.4 7.1 7.9 8.8 9.8 10.97 5.9 6.7 7.4 8.3 9.2 10.3 11.48 6.2 6.9 7.7 8.6 9.6 10.7 11.99 6.4 7.1 8.0 8.9 9.9 11.0 12.310 6.6 7.4 8.2 9.2 10.2 11.4 12.711 6.8 7.6 8.4 9.4 10.5 11.7 13.012 6.9 7.7 8.6 9.6 10.8 12.0 13.313 7.1 7.9 8.8 9.9 11.0 12.3 13.714 7.2 8.1 9.0 10.1 11.3 12.6 14.015 7.4 8.3 9.2 10.3 11.5 12.8 14.316 7.5 8.4 9.4 10.5 11.7 13.1 14.617 7.7 8.6 9.6 10.7 12.0 13.4 14.918 7.8 8.8 9.8 10.9 12.2 13.7 15.319 8.0 8.9 10.0 11.1 12.5 13.9 15.620 8.1 9.1 10.1 11.3 12.7 14.2 15.921 8.2 9.2 10.3 11.5 12.9 14.5 16.222 8.4 9.4 10.5 11.8 13.2 14.7 16.523 8.5 9.5 10.7 12.0 13.4 15.0 16.824 8.6 9.7 10.8 12.2 13.6 15.3 17.125 8.8 9.8 11.0 12.4 13.9 15.5 17.526 8.9 10.0 11.2 12.5 14.1 15.8 17.827 9.0 10.1 11.3 12.7 14.3 16.1 18.128 9.1 10.2 11.5 12.9 14.5 16.3 18.429 9.2 10.4 11.7 13.1 14.8 16.6 18.7
-
15
30 9.4 10.5 11.8 13.3 15.0 16.9 19.031 9.5 10.7 12.0 13.5 15.2 17.1 19.332 9.6 10.8 12.1 13.7 15.4 17.4 19.633 9.7 10.9 12.3 13.8 15.6 17.6 19.934 9.8 11.0 12.4 14.0 15.8 17.8 20.235 9.9 11.2 12.6 14.2 16.0 18.1 20.436 10.0 11.3 12.7 14.3 16.2 18.3 20.737 10.1 11.4 12.9 14.5 16.4 18.6 21.038 10.2 11.5 13.0 14.7 16.6 18.8 21.339 10.3 11.6 13.1 14.8 16.8 19.0 21.640 10.4 11.8 13.3 15.0 17.0 19.3 21.941 10.5 11.9 13.4 15.2 17.2 19.5 22.142 10.6 12.0 13.6 15.3 17.4 19.7 22.443 10.7 12.1 13.7 15.5 17.6 20.0 22.744 10.8 12.2 13.8 15.7 17.8 20.2 23.045 10.9 12.4 14.0 15.8 18.0 20.5 23.346 11.0 12.5 14.1 16.0 18.2 20.7 23.647 11.1 12.6 14.3 16.2 18.4 20.9 23.948 11.2 12.7 14.4 16.3 18.6 21.2 24.249 11.3 12.8 14.5 16.5 18.8 21.4 24.550 11.4 12.9 14.7 16.7 19.0 21.7 24.851 11.5 13.1 14.8 16.8 19.2 21.9 25.152 11.6 13.2 15.0 17.0 19.4 22.2 25.453 11.7 13.3 15.1 17.2 19.6 22.4 25.754 11.8 13.4 15.2 17.3 19.8 22.7 26.055 11.9 13.5 15.4 17.5 20.0 22.9 26.356 12.0 13.6 15.5 17.7 20.2 23.2 26.657 12.1 13.7 15.6 17.8 20.4 23.4 26.958 12.2 13.8 15.8 18.0 20.6 23.7 27.259 12.3 14.0 15.9 18.2 20.8 23.9 27.660 12.4 14.1 16.0 18.3 21.0 24.2 27.9
-
16
Tabel 2.3Standar Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Anak Perempuan Umur 0 - 60 Bulan
Umur(Bulan)
Berat Badan (Kg)-3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD
0 2.0 2.4 2.8 3.2 3.7 4.2 4.81 2.7 3.2 3.6 4.2 4.8 5.5 6.22 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.6 7.53 4.0 4.5 5.2 5.8 6.6 7.5 8.54 4.4 5.0 5.7 6.4 7.3 8.2 9.35 4.8 5.4 6.1 6.9 7.8 8.8 10.06 5.1 5.7 6.5 7.3 8.2 9.3 10.67 5.3 6.0 6.8 7.6 8.6 9.8 11.18 5.6 6.3 7.0 7.9 9.0 10.2 11.69 5.8 6.5 7.3 8.2 9.3 10.5 12.010 5.9 6.7 7.5 8.5 9.6 10.9 12.411 6.1 6.9 7.7 8.7 9.9 11.2 12.812 6.3 7.0 7.9 8.9 10.1 11.5 13.113 6.4 7.2 8.1 9.2 10.4 11.8 13.514 6.6 7.4 8.3 9.4 10.6 12.1 13.815 6.7 7.6 8.5 9.6 10.9 12.4 14.116 6.9 7.7 8.7 9.8 11.1 12.6 14.517 7.0 7.9 8.9 10.0 11.4 12.9 14.818 7.2 8.1 9.1 10.2 11.6 13.2 15.119 7.3 8.2 9.2 10.4 11.8 13.5 15.420 7.5 8.4 9.4 10.6 12.1 13.7 15.721 7.6 8.6 9.6 10.9 12.3 14.0 16.022 7.8 8.7 9.8 11.1 12.5 14.3 16.423 7.9 8.9 10.0 11.3 12.8 14.6 16.724 8.1 9.0 10.2 11.5 13.0 14.8 17.025 8.2 9.2 10.3 11.7 13.3 15.1 17.326 8.4 9.4 10.5 11.9 13.5 15.4 17.727 8.5 9.5 10.7 12.1 13.7 15.7 18.028 8.6 9.7 10.9 12.3 14.0 16.0 18.329 8.8 9.8 11.1 12.5 14.2 16.2 18.730 8.9 10.0 11.2 12.7 14.4 16.5 19.031 9.0 10.1 11.4 12.9 14.7 16.8 19.332 9.1 10.3 11.6 13.1 14.9 17.1 19.633 9.3 10.4 11.7 13.3 15.1 17.3 20.034 9.4 10.5 11.9 13.5 15.4 17.6 20.335 9.5 10.7 12.0 13.7 15.6 17.9 20.636 9.6 10.8 12.2 13.9 15.8 18.1 20.9
-
17
37 9.7 10.9 12.4 14.0 16.0 18.4 21.338 9.8 11.1 12.5 14.2 16.3 18.7 21.639 9.9 11.2 12.7 14.4 16.5 19.0 22.040 10.1 11.3 12.8 14.6 16.7 19.2 22.341 10.2 11.5 13.0 14.8 16.9 19.5 22.742 10.3 11.6 13.1 15.0 17.2 19.8 23.043 10.4 11.7 13.3 15.2 17.4 20.1 23.444 10.5 11.8 13.4 15.3 17.6 20.4 23.745 10.6 12.0 13.6 15.5 17.8 20.7 24.146 10.7 12.1 13.7 15.7 18.1 20.9 24.547 10.8 12.2 13.9 15.9 18.3 21.2 24.848 10.9 12.3 14.0 16.1 18.5 21.5 25.249 11.0 12.4 14.2 16.3 18.8 21.8 25.550 11.1 12.6 14.3 16.4 19.0 22.1 25.951 11.2 12.7 14.5 16.6 19.2 22.4 26.352 11.3 12.8 14.6 16.8 19.4 22.6 26.653 11.4 12.9 14.8 17.0 19.7 22.9 27.054 11.5 13.0 14.9 17.2 19.9 23.2 27.455 11.6 13.2 15.1 17.3 20.1 23.5 27.756 11.7 13.3 15.2 17.5 20.3 23.8 28.157 11.8 13.4 15.3 17.7 20.6 24.1 28.558 11.9 13.5 15.5 17.9 20.8 24.4 28.859 12.0 13.6 15.6 18.0 21.0 24.6 29.260 12.1 13.7 15.8 18.2 21.2 24.9 29.5
2.4. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan
Pada anak gizi kurang secara umum memiliki gejala klinis pertumbuhan
terhambat, lemak subkutan hampir tidak ada (sel lemak masih ada) sehingga kulit
anak keriput, wajah seperti orang tua, perut tampak buncit, jaringan otot mengecil
(gangguan sel syaraf otot), sedangkan pada anak yang mengalami gangguan
syaraf otot (muscle cerebral palsy) akan mengalami masalah kesehatan yang
kompleks antara lain: gangguan motorik, retardasi mental, kejang, gangguan
pendengaran, gangguan rasa raba, gangguan bahasa dan bicara, gangguan
konsentrasi, gangguan emosi dan gangguan belajar (Sudiharto dkk, 2000).
-
18
Gerakan motorik tidak dapat dilakukan dengan sempurna apabila
mekanisme otot belum berkembang, hal ini terjadi pada anak yang mengalami
gangguan pertumbuhan seperti pendek (stunted), dimana otot berbelang (striped
muscle) atau striated muscle yang mengendalikan gerakan sukarela berkembang
dalam laju yang agak lambat, sebelum anak dalam kondisi normal, tidak mungkin
ada tindakan sukarela yang terkoordinasi (Hurlock, 2008).
Anak sehat, lebih cepat belajar berbicara sebagai bentuk bahasa ketimbang
anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota
kelompok sosial, dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut (Hurlock,
2008), sedangkan pada anak yang mengalami gangguan gizi, pendek (stunted)
cenderung apatis sehingga tidak mau melakukan komunikasi, jika hal ini
berlangsung lama maka akan terjadi gangguan berbicara atau berbahasa pada anak
karena jarang diasah.
Kecenderungan bawaan dapat menimbulkan kesulitan untuk
menyesuaikan diri dengan harapan sosial dalam pemenuhan perkembangan
personal sosial anak. Seorang anak dengan tubuh yang kecil dan otot yang lemah
tidak akan mampu menyesuaikan diri dalam suatu budaya yang menganggap ideal
tubuh yang sempurna seperti atlit (Hurlock, 2008).
Status gizi anak secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan dan
penyakit terutama penyakit infeksi, dengan asupan gizi yang kurang akan
menyebabkan status gizi menurun dimana keadaan ini mempermudah anak untuk
terinfeksi penyakit, hal ini tentunya akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan anak selanjutnya. Penelitian Satoto (2004) dikatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak.
-
19
Pendapat ini didukung hasil penelitian Soetjiningsih (2005), bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara anak malnutrisi dan normal dengan perkembangan sosial.
Pendapat Kartika dan Latinuli (2002), dimasa anak-anak khususnya pada
masa 3 tahun pertama, kualitas kemampuan motorik kasar anak dipengaruhi oleh
beberapa aspek kehidupan antara lain aspek kesehatan, intelektualitas, prestasi dan
produktifitas. Masa tersebut merupakan masa rawan, karena gangguan yang
terjadi pada masa ini dapat menyebabkan efek yang menetap setelah dewasa.
Anak yang mengalami gangguan kemampuan motorik kasar pada masa ini
selanjutnya dapat mengalami gangguan kemampuan tumbuh kembang. Zat gizi
seperti energi dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan jaringan tubuh dan
melakukan aktifitas baik fisik maupun mental. Hal ini juga didukung oleh teori
yang mengatakan bahwa pada usia balita terutama bawah dua tahun (baduta)
merupakan usia yang paling rentan terhadap perubahan status gizi dan Kesehatan.
Jika pada masa tersebut anak tidak mendapat asupan energi dan protein sesuai
kebutuhan, maka anak akan mudah mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan (Soetjiningsih dkk, 2005)
2.5. Bawah Lima Tahun (Balita)
Balita adalah kelompok anak usia di bawah lima tahun. Masa balita
merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dasar
pada masa balita ini akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosiaonal, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan selanjutnya (Soetjiningsih, 2005).
-
20
Balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang
pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram (Kg) berat
badannya. Di Indonesia, anak kelompok balita menunjukkan prevalensi paling
tinggi untuk penyakit KKP dan defisiensi vitamin A serta anemia defisiensi Fe.
Kelompok umur ini sulit dijangkau oleh berbagai upaya kegiatan perbaikan gizi
dan kesehatan lainnya (Sediaoetama, 2004).
Anak balita merupakan anggota keluarga yang memerlukan perhatian
khusus dari orang tua, karena pada usia ini seorang anak masih tergantung secara
fisik amupun emosional kepada orang tua. Anak balita belum mandiri dalam
memenuhi kebutuhan makannya. Oleh karena itu asupan makanan anak balita
hampir sepenuhnya tergantung pada orang dewasa yang mengasuhnya artinya
pertumbuhan anak balita sangat dipengaruhi oleh kualitas makannya, sementara
kualitas makannya sangat tergantung pada pola asuh makan anak yang diterapkan
keluarga (Khomsan, 2004).
2.6. Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan
menjadi 3 (tiga) kebutuhan dasar (Soetjiningsih, 2005).
a. Kebutuhan fisik/biomedis (ASUH).
Kebutuhan ini meliputi: Pertama, pangan/gizi merupakan
kebutuhan terpenting. Kedua, perawatan kesehatan dasar, antara lain
imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur,
pengobatan kalau sakit. Ketiga, papan/pemukiman yang layak. Keempat,
hygiene perorangan, sanitasi lingkungan. Kelima, sandang. Keenam,
kesegaran jasmani dan rekreasi.
-
21
b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan hubungan yang erat, mesra
dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak
untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun
psikososial. Kurangnya kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama
kehidupan mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik
fisik, mental maupun sosial emosi. Kasih sayang dari orang tuanya (ayah-
ibu) akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar.
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar pada
anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan mental
psikososial meliputi kecerdasan, keterampilan kemandirian, kreativitas,
agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dam sebagainya.
Dengan mengacu kepada konsep dasar tumbuh kembang maka
secara konseptual pengasuhan adalah upaya dari lingkungan agar
kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang (asuh, asih, asah) dapat
dipenuhi dengan baik, dalam arti anak mampu memanfaatkan fasilitas
yang ada dilingkungan tersebut, sehingga anak dapat tumbuh kembang
secara optimal.
2.7. Kerangka Teoretis
Anak yang menderita gizi kurang akan mengalami gangguan
pertumbuhan misalnya anak akan kurus atau pendek (Depkes, 2002). Hal ini
akan mempengaruhi perkembangan fisik anak yang meliputi tiga aspek yaitu:
-
22
Pertama, sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan
dan emosi. Kedua, otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan
dan kemampuan motorik. Ketiga, kelenjar endokrin, yang menyebabkan
munculnya pola-pola tingkah laku baru seperti mengoceh dan berinteraksi
dengan diri dan lingkungannya (Dahlan, 2005).
Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 2005).
Perkembangan anak dapat dilihat dari empat aspek yaitu aspek personal
sosial, aspek motorik halus, aspek bahasa dan aspek motorik kasar (Djauhar
dkk., 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada balita juga di pengaruhi
oleh hal-hal lain di luar individu itu sendiri seperti karakteristik orang tua
(umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap dan norma
social. (Soetjiningsih, 2005).
-
23
Gambar 2. 1. :Kerangka Teoretis Modifikasi Tumbuh Kembang Anak
Soetjiningsih (2005), Pemantauan Perkembangan Anak Djauhar
dkk., (2004) dan Dahlan (2005).
2.8. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, status gizi merupakan variabel terikat sedangkan
karakteristik ibu yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan sebagai variabel
bebas.
Status Gizi:Indeks BeratBadan/ Umur
- Umur- Pendidikan- Pekerjaan- Pendapatan- Pengetahuan- Sikap- Norma sosial
Faktor Predisposisi
- Sarana kesehatan- Keterjangkauan layanan
kesehatan
- Sikap dan perilakupetugas
- Informasi dari keluargadan teman
Faktor Pendorong
Faktor Pendukung
-
24
Gambar 2.2 : Kerangka Konseptual Penelitian
2.9. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh umur ibu terhadap status gizi balita.
2. Ada pengaruh pendidikan ibu terhadap status gizi balita
3. Ada pengaruh pekerjaan ibu terhadap status gizi balita
4. Ada pengaruh pengetahuan ibu terhadap status gizi balita.
Status GiziIndeks BeratBadan/ Umur
Independen
Pendidikan
Pekerjaan
Dependen
Pengetahuan
Umur
-
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan cross sectional.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan status gizi berdasarkan
karakteristik ibu. Dimana subjek penelitian diamati pada waktu bersamaan,
artinya tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel
subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada bulan April tahun 2013.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Polulasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu dan balitanya yang
berkunjung pada Posyandu Desa Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat tahun 2013 sebanyak 115 ibu.
25
-
26
3.3.2. Sampel
Penentuan besar sampel dalam penelitian ini di lakukan dengan
menggunakan rumus Slovin berikut:
. RUMUS SLOVIN n = ___N___1 + N (d ) ²
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah populasi
d² = Presisi ( diambil 1% = 0,1 )
Berdasarkan rumus Slovin diatas maka jumlah sampel yang diambil adalahsebagai berikut:
115n = ___________
1+115. (0,1) ²
115n = _____________ = 53
1+115.(0,01)
Jumlah sampel 53 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
3.4.1. Data Primer
Data primer di peroleh dengan pembagian kuesioner, meliputi data
identitas responden (umur, pekerjaan, pendidikan terakhir dan pengetahuan).
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Aceh Barat.
-
27
3.5. Defenisi Operasional
No Variabel KeteranganVariabel Independen
1 Umur Definisi
Cara ukurAlat UkurHasil Ukur
Skala ukur
Lamanya hidup responden sampaidengan ulang tahun terakhir.WawancaraKuesioner1. Muda2. TuaOrdinal
1 Pendidikan DefinisiCara ukurAlat UkurHasil Ukur
Hasil ukur
Ijazah terakhir yang di perolehWawancaraKuesioner
2.5. 1. Tinggi2.6. 2. Menengah2.7. 3. Rendah
Ordinal2 Pekerjaan Definisi
Cara ukurAlat UkurHasil Ukur
Skala ukur
Kegiatan sehari-hari yang dilakukan,mendapatkan imbalan atau tidak.WawancaraKuesioner1. Bekerja2. Tidak bekerjaOrdinal
3 Pengetahuan Definisi
Cara ukurAlat UkurHasil Ukur
Skala ukur
Tingkat Pemahaman ibu balita tentanggizi
WawancaraKuesioner1. Baik2. KurangOrdinal
Variabel Dependen1. Status Gizi
BalitaIndeks BB/U
Definisi
Cara ukur
Alat UkurHasil Ukur
Skala Ukur
Keadaan tubuh balita yang berkaitandengan zat-zat gizi essensial.Penimbangan berat badan pengukurantinggi badanTimbangan Microtoa dan dacin1. Baik (baik)2. Tidak baik (buruk, kurang, lebih)Ordinal
-
28
3.6. Aspek Pengukuran
Pada penelitian ini digunakan kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Alat yang digunakan adalah
lembaran kuesioner.
Adapun penjelasan dari hasil ukur pada definisi operasional adalah sebagai
berikut:
1. Umur
1. Tua = Apabila ibu berumur ≥ 35 tahun
2. Muda = Apabila ibu berumur < 35 tahun
(Kemenkes, 2010).
2. Pendidikan
1. Tinggi = Apabila pendidikan terakhir responden Diploma, SI, S2,
S3
2. Menengah = Apabila pendidikan terakhir responden SMU/ sederajat
3. Rendah = Apabila pendidikan terakhir responden SMP, SD dan
tidak sekolah (Wiku, 2007).
3. Pekerjaan
1. Bekerja = Melakukan pekerjaan pada instansi formil dan non formil
serta mendapatkan gaji/upah.
2. Tidak bekerja=Tidak ada pekerjaan sehari-hari yang mendapatkan
gaji/upah (Ismael, S, 2002).
4. Pengetahuan
-
29
1. Baik = Apabila responden menjawab dengan benar > 50 %
pertanyaan di kuesioner.
2. Kurang = Apabila jawaban yang benar < 50 % dari pertanyaan di
kuesioner (Handajani, 2004).
5. Status Gizi Balita
1. Baik : Gizi Baik = -2 SD sampai dengan < 2 SD
2. Tidak baik : Gizi Buruk = < -3 SD
Gizi Kurang = - 3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi Lebih = > 2 SD (Depkes RI, 2006)
3.1. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul diolah secara Komputerisasi, dengan langkah sebagai
berikut :
1. Editing adalah pemeriksaan atau pengecekan kelengkapan data melalui
kuesioner yang telah dikumpulkan.
2. Coding adalah proses untuk memberikan kode pada jawaban-jawaban
responden dan atau ukuran-ukuran yang diperoleh dari unit analisis sesuai
dengan rancangan awalnya.
3. Scoring adalah pemberian skor dimana setiap jawaban yang benar diberi
skor 2 dan yang salah skor 1, hasil jawaban responden yang telah
diberikan pembobotan dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah skor
kemudian dipresentasikan dengan jumlah dikali 100%. Kuesioner atau
angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pertanyan
tertutup dengan alternative yang telah ditentukan.
-
30
3.8. Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
perhitungan statistic sederhana yaitu persentase atau proporsi. (Eko Budiarto,
2002).
Data dianalisis melalui prosedur bertahap,secara:
1. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.
2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan
hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel Dependen
(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistic chi-square (X2) (Budiarto,
2001).
Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut
akan dihitung nilai ood ratio (OR).
Aturan yang berlaku pada Chi–Square adalah :
a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
digunakan adalah“Fisher’s Exact Test”
b. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai
sebaiknya“Continuity Correction (a)”
-
31
c. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3, dsb, maka digunakan
uji“Pearson Chi-Square”
d. Uji“Likelihood Ration” dan “Linear-by-Linear Asscaiton”, biasanya
digunakan untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisa stratifikasi pada
bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel
katagori, sehingga ke dua jenis ini jarang digunakan.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer untuk
membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho ditolak)
sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna (Budiarto, 2001).
-
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Cot Seumeureng adalah sebuah desa yang berada dalam wilayah
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Jumlah penduduk sampai dengan
akhir Desember tahun 2012 sebanyak 1.108 jiwa.
Adapun batas-batas Desa Cot Seumeureng adalah:
1. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Leuhan
2. Sebelah barat berbatasan dengan desa Cot seulamat
3. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Paya lumpat
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Cot mesjid
Gampong Cot Seumeureung memiliki Luas Lahan sebesar 190 Ha. Area
pusat gampong memiliki luas 5ha, area pemukiman luasnya 64ha, pertanian
luasnya 15ha pekebunan 36ha, utuk pusat pelayanan kesehatan memiliki luas
0,5hs, dan sisanya adalah area pendidikan, kuburan, perikanan,
perdagangan,rekreasi dan olahraga.
4.2. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan data responden dan
variabel penelitian secara tunggal. Variabel penelitian terdiri dari umur,
pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan status gizi balita.
-
33
4.2.1. Variabel Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan Umur di Desa CotSeumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh BaratTahun 2013.
No Umur Frekuensi %1 Tua 24 45,32 Muda 29 54,7
Jumlah 53 100Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa umur responden terbanyak
berkategori tua yaitu 24 (45,3%) orang, selebihnya berkatagori muda sebanyak 29
(54,7%) orang.
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan Pendidikan di Desa CotSeumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh BaratTahun 2013.
No Pendidikan Frekuensi %1 Tinggi 19 35,82 Menengah 18 34,03 Rendah 16 30,2
Jumlah 53 100Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa pendidikan responden
terbanyak berkategori tinggi yaitu 19 (35,8%) orang, selebihnya berkatagori
rendah sebanyak 16 (30,2%) orang dan pendidikan menengah sebanyak 18
(34,0%) orang.
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan di Desa CotSeumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh BaratTahun 2013.
No Pekerjaan Frekuensi %1 Bekerja 22 41,52 Tidak bekerja 31 58,5
Jumlah 53 100Sumber : Data Primer Diolah 2013
-
34
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas terlihat bahwa rat-rata responden tidak
bekerja yaitu sebanyak 31 (58,5%) orang, selebihnya bekerja sebanyak 22
(41,5%) orang.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Desa CotSeumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh BaratTahun 2013.
No Pengetahuan Frekuensi %1 Baik 34 64,22 Kurang 19 35,8
Jumlah 53 100Sumber : Data Primer Diolah 2012
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terlihat bahwa pengetahuan responden
terbanyak berkategori baik yaitu 34 (64,2%) orang, selebihnya berkatagori kurang
sebanyak 19 (35,8%) orang.
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status gizi di Desa CotSeumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh BaratTahun 2013.
No Status Gizi Frekuensi %1 Baik 24 44,42 Tidak baik 29 53,7
Jumlah 53 100Sumber : Data Primer Diolah 2012
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas terlihat bahwa status gizi balita kebanyakan
berkategori tidak baik yang tergolong dari gizi buruk, kurang dan lebih yang
berjumlah 29 (44,4%) sedangkan yang berkategori baik yang termasuk gizi baik
sebanyak 24 (53,7%) orang.
4.3. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Dengan menggunakan uji Chi Square χ²
terhadap significansi 0,05 yaitu melihat variabel umur, pendidikan, pekerjaan dan
pengetahuan dengan status gizi balita.
-
35
4.3.1. Pengaruh umur ibu terhadap status gizi balita
Tabel 4.6. Pengaruh umur ibu terhadap status gizi balita
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 24 responden yang umurnya tua
status gizi balitanya baik sebanyak 66,7% sedangkan dari 29 responden yang
muda gizi balitanya tidak baik lebih banyak yaitu 72,4%. Dari hasil uji chi square
di dapat nilai P Value = 0,010 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga
terdapatnya hubungan yang signifikan antara umur dengan status gizi balita di
desa cot seumereung kabupaten Aceh Barat.
Dilihat dari nilai OR 5,250 maka dapat diartikan bahwa ibu yang umurnya
lebih tua memiliki peluang 5 kali gizi balitanya baik dibandingkan dengan ibu
yang berumur muda.
4.3.2. Pengaruh pendidikan ibu terhadap status gizi balita
Tabel 4.7. Pengaruh pendidikan ibu terhadap status gizi balita
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 19 responden yang pendidikannya
tinggi status gizi balitanya baik sebanyak 73,7% sedangkan dari 16 responden
yang pendidikannya rendah gizi balitanya tidak baik lebih banyak yaitu 81,3%.
Umur Status GiziTotal
PBaik Tidak baik
n % n % n % ORTua 16 66,7 8 33,3 24 100 0,010 5,250Muda 8 27,6 21 72,4 29 100 (1.619-17,020)Jumlah 24 45,3 29 54,7 53 100
Pendidikan Status GiziTotal
PBaik Tidak baik
n % n % n % ORTinggi 14 73,7 5 26,3 19 100 0,004 aMenengahRendah
73
38,918,8
1113
61,181,3
1816
100100
Jumlah 24 45,3 29 54,7 53 100
-
36
Dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,004 dan ini lebih kecil dari α=
0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan
status gizi balita di desa cot seumereung kabupaten Aceh Barat.
4.3.3. Pengaruh pekerjaan ibu terhadap status gizi balita
Tabel 4.8. Pengaruh pekerjaan ibu terhadap status gizi balita
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 31 responden yang tidak bekerja
status gizi balitanya baik sebanyak 64,5% sedangkan dari 22 responden yang
bekerja gizi balitanya tidak baik lebih banyak yaitu 81,8%. Dari hasil uji chi
square di dapat nilai P Value = 0,002 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga
terdapatnya hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan status gizi balita di
desa cot seumereung kabupaten Aceh Barat.
Dilihat dari nilai OR 8,182 maka dapat diartikan bahwa ibu yang tidak
bekerja memiliki peluang 8 kali gizia balitanya baik dibandingkan dengan ibu
yang bekerja.
4.3.4. Pengaruh pengetahuan ibu terhadap status gizi balita
Tabel 4.9. Pengaruh pengetahuan ibu terhadap status gizi balita
Pekerjaan Status GiziTotal
PBaik Tidak baik
n % n % n % ORTidak Bekerja 20 64,5 11 35,5 31 100 0,002 8,182Bekerja 4 18,2 18 81,8 22 100 (2,208-30,311)Jumlah 24 45,3 29 54,7 53 100
Pengetahuan Status GiziTotal
PBaik Tidak baik
n % n % n % ORBaik 21 61,8 13 38,2 34 100 0,003 8,615Kurang 3 15,8 16 84,2 19 100 (2,095-35,425)Jumlah 24 45,3 29 54,7 53 100
-
37
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 34 responden yang
pengetahuannya baik status gizi balitanya baik sebanyak 61,8% sedangkan dari 19
responden yang pengetahuannya kurang status gizi balitanya tidak baik lebih
banyak yaitu 84,2%. Dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,003 dan
ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan status gizi balita di desa cot seumereung kabupaten Aceh
Barat.
Dilihat dari nilai OR 8,615 maka dapat diartikan bahwa pengetahuan yang
baik memiliki peluang 7 kali gizi balitanya baik dibandingkan dengan
pengetahuan yang kurang.
4.4. Pembahasan
4.4.1 Umur dengan status gizi balita
Seorang ibu yang masih terlalu muda terkadang belum mempunyai cukup
pengetahuan dalam masalah gizi untuk anak, sedangkan pada ibu yang umurnya
sudah lanjut cenderung tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi balitanya di
karenakan kondisi kesehatan yang sudah menurun serta kegiatan yang banyak,
seperti mengasuh anak-anak yang lain, pekerjaan rumah yang semakin banyak,
produksi asi yang kurang. Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak
dilahirkan). Usia ibu yang menikah terlalu cepat dapat berpengaruh terhadap
kehidupannya dan juga tata cara merawat bayi dan balitanya kelak. Dan dalam hal
ini jika usia ibu menikah < 20 tahun dan dengan usia ibu yang terlalu muda belum
dapat menentukan apakah sesuatu yang dilakukannya sudah benar atau belum.
Dan ditakutkan ibu yang berusia < 20 tahun memberikan makanan yang tidak
bergizi kepada balitanya (Wiku. 2007).
-
38
Dalam penelitian ini pengaruh antara umur terhadap status gizi balita
memiliki hubungan dimana dari 24 responden yang umurnya tua status gizi
balitanya baik sebanyak 66,7% sedangkan dari 29 responden yang muda gizi
balitanya tidak baik lebih banyak yaitu 72,4% sehingga terdapatnya hubungan
yang signifikan antara umur dengan status gizi balita di desa cot seumereung
kabupaten Aceh Barat.. Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian
yang di lakukan oleh Endah (2005) di Klaten dimana hubungan umur tidak
memiliki pengaruh dengan status gizi.
4.4.2 Pendidikan dengan status gizi balita
Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep
hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Latar belakang
pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, jika tingkat
pengetahuan gizi ibu baik maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik,
menurut Suhardjo (2003) sebab dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan
tentang gizi atau kemampuan meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat.
Tingkat pendidikan itu sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan
informasi gizi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih
baik mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan,
sehingga sulit menerima informasi baru bidang gizi (Suhardjo, 2003). Tingkat
pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang
menerima suatu perubahan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih
mudah menerima informasi informasi gizi. Dengan pendidikan gizi tersebut
diharapkan tercipta kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat
-
39
mengetahui kandungan gizi, sanitasi dan informasi yang terkait dengan pola
makan lainnya. (Handayani, 2004).
Dalam penelitian ini di temukan adanya hubungan antara pendidikan
dengan status gizi pada balita dimana nilai P Value = 0,004 dan ini lebih kecil dari
α= 0,05. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan Endah
(2005) di Klaten dengan hasil uji chi square nilai P Value = 0,028 dan ini lebih
kecil dari α= 0,05.
4.4.2 Pekerjaan dengan status gizi balita
Masalah gizi dapat timbul disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah pekerjaan ibu (Suhardjo, 2003). Seorang ibu yang bekerja sudah pasti
waktunya banyak tersita untuk pekerjaannya, hal ini menyebabkan perhatian
untuk anak berkurang.
Hasil penelitian di dapat nilai P Value = 0,002 dan ini lebih kecil dari α=
0,05 yang mengartikan adanya hubungan pekerjaan dengan status gizi balita dan
ini sejalan dengan hasil penelitian Munadi (2010) di Puskesmas Tangse, dimana
terdapat pengaruh yang significan antara pekerjaan ibu terhadap status gizi balita
dengan uji chi square di dapat nilai P Value = 0,014 dan ini lebih kecil dari α=
0,05.
4.4.3 Pengetahuan dengan status gizi balita
Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan
nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan
kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam
masalah kurang gizi / lain sebab yang penting dari gangguan gizi adalah
-
40
kekurangan pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan
informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2003).
Dengan pengetahuan gizi yang cukup diharapkan seseorang dapat
mengubah perilaku yang kurang benar sehingga dapat memilih bahan makanan
bergizi serta menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan dan selera serta
akan mengetahui akibat adanya kurang gizi. Pemberian pengetahuan gizi yang
baik diharapkan dapat mengubah kebiasaan makan yang semula kurang menjadi
lebih baik (Depkes RI, 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan uji chi square di dapat
nilai P Value = 0,003 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 yang artinya ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dengan status gizi balita dan ini sejalan
dengan pendapat dari Suhardjo (2003) yang mengatakan Faktor yang penting
dalam masalah kurang gizi dan gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan
tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu penelitian ini juga sejalan degan penelitian
Taufik (2010) di Medan dimana Dari analisa chi squere, didapati ada hubungan
antara pengetahuan gizi dengan status gizi anak dengan nilai P Value lebih kecil
dari α= 0,05 yaiti 0,029.
-
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari 4 variabel independen mempunyai pengaruh terhadap varibel dependen.
Pengujian secara statistik di dapatkan nilai sebagai berikut:
1. Umur ibu terhadap status gizi balita dengan nilai P value 0,010 dan ini lebih
kecil dari α= 0,05 yang mengartikan adanya hubungan.
2. Pendidikan ibu terhadap status gizi balita P value 0,004 dan ini lebih kecil
dari α= 0,05 yang mengartikan adanya hubungan
3. Pekerjaan ibu terhadap status gizi balita P value 0,002 dan ini lebih kecil dari
α= 0,05 yang mengartikan adanya hubungan
4. Pengetahuan ibu terhadap status gizi balita P value 0,003 dan ini lebih kecil
dari α= 0,05 yang mengartikan adanya hubungan
5.2. Saran
1. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten agar dapat lebih meningkatkan lagi
program gizi pada anak balita.
2. Kepada Puskesmas agar meningkatkan kegiatan Penyuluhan gizi melalui
tenaga kesehatan di masyarakat
3. Kepada ibu yang mempunyai balita agar memprioritaskan asupan gizi yang
seimbang bagi balitanya agar balita dapat tumbuh dan berkembang secara
-
42
optimal. Dalam pemilihan makanan, Balita selalu dalam pengawasan orang
tuanya agar terhindar dari makanan yang tidak bermanfaat bagi kesehatan
seperti jajanan yang tidak mempunyai nilai gizi serta mengandung zat yang
berbahaya bagi kesehatan balita.
-
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito. Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Edisi I. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
Ali. Khomsan (2004) Faktor Gizi dalam Upaya Pencegahan Generasi yang Hilang.Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Almatser. S. (2002) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
Anne Lies. Soegeng Santoso (2003). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi.Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Penerbit GadjahMada University Press. Yogyakarta.
Budiyanto (2002). Air Susu Ibu dan Kekebalan Tubuh. In : IDAI. Bedah ASI :Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Dahlan. M.D. (2005) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Penerbit PT.Remaja Rosdakarya. Bandung.
Depkes RI. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :1995/MENKES/SK/XII/2010 Tanggal : 30 Desember 2010. Jakarta.
__________(2006) Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk. Depkes RI.
__________(2005) Rencana Akzi Pangan dan Gizi 2005-2009. Jakarta.
__________(2002) Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Jakarta.
__________(2000) Rencana Akzi Pangan dan Gizi Nasional 2001-2005. Jakarta.
Djauhar. I.. Mei. N.. Risanto. S.. dan Ova. E. (2005) Manual Of Denver II List AndAntenatal Examination (Leopold Maneuver). Skill Laboratory School ofMedicine Gadjah Mada University. Yogyakarta.
__________ (2004) Pemantauan Perkembangan Denver II. Subbagian PediatriSosial/Tumbuh Kembang Bagian Ilmu Kesehatan Anak/INSKA FakultasKedoteran Universitas Gadjah Mada /RS.Dr.Sardjito. Yogyakarta.
Handajani. Sri. 2004. Pangan dan Gizi. Surakarta : Sebelas Maret University Press.
-
Hurlock. E.B. (2008) Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi Ke-6. Jakarta: PenerbitErlangga.
Mar’at. S. (2005) Psikologi Perkembangan. Bandung: Penerbit PT. RemajaRosdakarya.
Muljati. S.. Heryudarini. Sandjaya. Anies. I. dan Sudjasmin (2002) Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Perkembangan Mental dan Psikomotrik Pada AnakBalita Gizi Kurang. Dalam Penelitian Gizi dan Makanan Volume 25 (2).Bogor Jawa Barat.
Prawirohartono. E.P. (2006) Status Gizi. Diterbitkan Oleh: Pusat Informasi MakananSehat Instalasi Gizi RSUP Dr. Sardjito. Yogyakarta.
Pudjiadi S.. 2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Fakultas kedokteran UniversitasIndonesia. Jakarta.
Satoto. (2004). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Pengamatan Anak Umur 0– 18 Bulan di Kecamatan Mlonggo. Kabupaten Jepara Jawa Tengah.
Sastroasmoro. S.. Ismael. S. (2002) Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisike-2 Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia. Jakarta
Sediaoetama. (2004) Pengenalan Dini Penyimpangan Pertumbuhan dan Tindak
Lanjutnya sebagai Salah Satu Cara Mencegah Terjadinya Malnutrisi
pada Anak Balita. Akademi Gizi. Surabaya.
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi II : Anthropometri Gizi. Fakultas KedokteranUniversitas Sebelas Maret. Surakarta.
Soehardjo. (2003). Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara.
Soetjiningsih. (2005). Tumbuh Kembang Anak. Bagian Kesehatan Anak FakultasKedokteran Universitas Udayana. Bali.
Supariasa. I.D.N.. Bakri. B.. Fajar. I. (2002) Penilaian Status Gizi. Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran EGC.
Sudiharto. dkk (2000). Standar Pelayanan Medis. Komite Medik Rumah SakitUmum Dr. Sardjito Yogjakarta.
-
Vita. K. dan Latinulu. S. (2002) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KemampuanMotorik Anak Usia 12 – 18 Bulan di Keluarga Miskin dan Tidak Miskin.Dalam Penelitian Gizi dan Makanan Volume 25. (2). Bogor Jawa Barat.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGOBATAN GRATIS PADA PUSKESMAS UTEUN PULOBAB IBAB IIBAB IIIBAB IVBAB VDAFTAR PUSTAKA