pengaruh pengetahuan dan sikap orang tua …repository.utu.ac.id/463/1/bab i_v.pdf · program studi...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUATERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PADANG
PANYANG KECAMATAN KUALA PESISIRKABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH:
NURMILUVIA
NIM: 08C10104092
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH – ACEH BARAT
2013
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUATERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PADANG
PANYANG KECAMATAN KUALA PESISIRKABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH:NURMILUVIA
NIM: 08C10104092
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh GelarSarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH – ACEH BARAT
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya
ketersediaan pangan, kurang baiknya sanitasi, kurangnya pengetahuan tentang
gizi, menu seimbang dan kesehatan. Banyak penelitian yang mengungkapkan
bahwa faktor sosio-budaya sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan
terjadinya masalah gizi. Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangannya
merupakan salah satu manifestasi kebudayaan keluarga yang disebut gaya hidup.
Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan yang kadang
bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi, (Almatsier 2009).
Di tengah kemajuan ekonomi Indonesia, ternyata masih banyak kita
mengalami masalah malnutrisi. Masalah yang membelit pada balita tidak hanya
gizi kurang tetapi juga gizi lebih. Selain itu, ditemukan pula masalah stunting
(bertumbuh pendek) pada anak. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2010, dari sekitar 22 juta balita kita, prevalensi gizi kurangnya 17,9
persen. Walaupun menurun dibandingkan tahun 1990 (31 persen), tapi masih ada
sekitar 3,7 juta balita yang mengalami kekurangan gizi.
Diketahui sebanyak 4 persen balita termasuk gizi lebih, besarannya hampir
sama dengan balita kurus. Data selanjutnya menunjukkan tidak terdapat
perbedaan prevalensi balita gizi lebih pada keluarga yang termiskin (13,7 persen)
dengan keluarga terkaya (14 persen). Demikian pula tidak terdapat perbedaan
menurut kelompok umur anak, jenis kelamin, pendidikan orang tua.
1
2
Masalah-masalah gizi balita juga termasuk gizi kurang dalam level kronis
dan akut pada beberapa kelompok masyarakat. Menteri Kesehatan melaporkan,
dari total sekitar 22 juta balita kita, terdapat 900 ribu balita (atau 4,5 persen) yang
mengalami gizi kurang atau gizi buruk. Fenomena malnutrisi ini merupakan
ancaman serius. Sebab terjadi di berbagai strata ekonomi, pendidikan, desa-kota,
dan lain sebagainya. Faktor lebih spesifik, ada peran faktor sosial. Yakni
rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi
pertumbuhan anak. Banyak balita diberi makan sekadarnya atau asal kenyang
padahal miskin gizi.
Soal makan asal kenyang bisa terjadi di kelas ekonomi mana saja. Termasuk
pada keluarga ekonomi mapan, dengan tingkat pendidikan tinggi. Maklumlah,
soal makan erat kaitannya dengan gaya hidup modern. Kehidupan masyarakat
kosmopolit dengan ritme hidup cepat dan tingkat konsumerisme tinggi,
menggiring pilihan pada makanan yang dicitrakan berkelas, meskipun sebenarnya
“asal kenyang" tapi miskin gizi. Inilah yang menjelaskan bagaimana restoran
cepat saji tidak pernah sepi pelanggan. Di sini lebih banyak berperan minimnya
kesadaran akan perlunya makanan, (http://www.jurnas.com/halaman,Gizi Buruk
Masih Menjadi ancaman).
Jumlah kasus balita gizi buruk di Aceh mencapai 427 kasus. Dari jumlah
tersebut, angka tertinggi berasal dari Kabupaten Aceh Tamiang yaitu 96 kasus,
Aceh Utara 54 kasus, Pidie 48 kasus, Bireuen 35 kasus dan Langsa 36 kasus.
Sisanya terbagi di beberapa kabupaten seperti Simeulue, Aceh Singkil, Aceh
Tenggara, Lhokseumawe dan beberapa kabupaten lain. “Pengetahuan ibu-ibu
kemudian bagaimana kalau kita lihat segi sikap dan lainnya kesehatan.
3
Di Kabupaten Nagan Raya dengan jumlah balita 177.327 pada tahun 2011
sedangkan pada tahun 2012 jumlah balita 13.626, balita yang berat badannya naik
sebanyak 6,520, balita berat badan tidak naik/tetap sebanyak 907, balita berat
badan tidak naik dua bulan berturut sebanyak 73, dan balita dibawah garis merah
sebanyak 79 dari 222 Desa dan 10 Kecamatan, (Data Dinkes Nagan Raya, Tahun
2012).
Sedangkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya
terdapat 23 kasus gizi buruk sejak bulan januari sampai maret tiga diantaranya
terdapat di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya dimana Desa Padang Panyang merupakan wilayah kerja
Puskesmas Padang Panyang (Dinas Kesehatan Nagan raya, 2013)
Sedangkan laporan penimbangan balita yang dilakukan tiap bulan pada
bulan desembar di posyandu yang dilaksanakan oleh pihak Puskesmas Padang
Panyang ditemukan balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) di desa
Padang Panyang 249 orang, balita yang ditimbang 114 orang, balita yang tidak
ditimbang bulan lalu 5 orang,balita baru pertama kali ditimbang 16, balita yang
naik berat badannya 77 orang, balita yang tidak naik berat badannya 16 orang,
balita dibawah garis merah (BGM) 7 orang, (Laporan Kegitan Pembinaan Gizi
Masyarakat Desember Puskesmas Padang Panyang, 2012).
Berdasarkan hasil data di Puskesmas Padang Panyang Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya yang mana status gizi balita di wilayah Puskesmas
Kuala Pesisir terutama desa Padang Panyang ditemukan balita yang dibawah garis
merah (BGM) yang mana dipengaruh oleh pengetahuan dan sikap orang tua
terhadap stustus gizi balita.
4
Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di desa Padang Panyang
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya untuk melihat sejauh mana
status gizi dan kirany dapat terselesaikan masalah status gizi yang ada di desa .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas penulis mengetahui bagaimana pengaruh
pengetahuan dan sikap orang tua terhadap status gizi anak balita di Desa Padang
Payang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengetahuan dan siakap orang tua
terhadap status gizi balita di wilayah Puskesmas padang Panyang UPTD
kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu terhadap status gizi
balitanya di Desa Padang Panyang Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
2. Untuk mengetahui pengaruh sikap orang tua terhadap status gizi balita di
Desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengembangkan dan
mengaplikasikan ilmu statistika, khususnya tentang pemodelan spasial.
5
Selain itu memberikan metode alternatif untuk penyelesaian masalah yang
melibatkan analisis regresi.
2. Bagi pemerintahan Kabupaten Nagan Raya, diharapkan bisa memberikan
informasi dalam mengambil kebijakan-kebijakan untuk meminimalkan
jumlah gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Pandang Panyang
Kabupaten Nagan Raya dengan mengkaji Pengaruhi pengetahuan dan
sikap orang tua terhadap status gizi balita di wilayah Puskesmas Padang
Panyang.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas dan Institusi
terkait dalam mengetahui status gizi balita yang ada di wilayah
Puskesmas Padang Panyang.
2. Bagi masyarakat dapat memperluas pengetahuan dan pengalaman dalam
masalah yang berkaitan dengan status gizi.
3. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa sebagai bahan masukan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang status gizi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi Balita
Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya
manusia dan kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan gizi bertujuan untuk
meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi
masyarakat ( Muchtadi, 2002).
Status gizi (nutriens) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan serta mengatur proses- proses kehidupan (Al (Suhardjo, 2003).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang tingkat kesehatan dan
kesejahteraan manusia. Gizi dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan
keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat status
gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi, gizi
terdiri atas:
2.1.1 Karbohidrat
Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan kelompok zat-zat organik yang
mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan dari
sudut dan fungsinya. Karbohidrat yang terkandung dalam makanan pada
umumnya hanya ada 3 jenis yaitu: Polisakarida, Disakarida, dan Monosakarida
(Santoso, 2003).
6
7
Karbohidrat terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari tumbuh
tumbuhan dan hanya sedikit yang termasuk bahan makanan hewani, fungsi utama
karbohirat yaitu:
1) Sumber utama energi yang murah.
2) Memberikan rangsangan mekanik.
3) Melancarkan gerakan peristaltik yang melancarkan aliran bubur
makanan serta memudahkan pembuangan tinja.
2.1.2 Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang paling erat
hubungannya dengan kehidupan. Protein mengandung unsur C, H, O dan unsur
khusus yang tidak terdapat pada karbohidrat maupun lemak yaitu nitrogen.
Protein nabati dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan protein hewani
didapat dari hewan.
Protein berfungsi:
1) Membangun sel-sel yang rusak.
2) Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon.
3) Membentuk zat anti energi, dalam hal ini tiap menghasilkan sekitar.
2.1.3 Lemak
Lemak merupakan senyawa organik yang majemuk, terdiri dari unsur-
unsur C, H, O yang membentuk senyawa asam lemak dan gliserol, apabila
bergabung dengan zat lain akan membentuk lipoid, fosfolipoid dan sterol. Fungsi
lemak antara lain :
1) Sumber utama energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan
bagi organ tertentu dari tubuh.
8
2) Sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang esensial bagi kesehatan
kulit dan rambut.
3) Sebagai pelarut vitamin-vitamin (A, D, E, K) yang dalam lemak (
Santoso , 2003).
2.1.4 Vitamin
Vitamin berasal dari kata Vitamine oleh Vladimin Funk karena disangka
suatu ikatan organic amine dan merupakan zat vitamin yang dibutuhkan untuk
kehidupan. Ternyata zat ini bukan merupakan amine, sehingga diubah menjadi
vitamin. Fungsi vitamin sebagai berikut:
1) Vitamin A : fungsi dalam proses melihat, metabolisme
umum, dan reproduksi.
2) Vitamin D : calciferol, berfungsi sebagai prohormon transport calsium ke
dalam sel. Bahan makanan yang kaya vitamin D adalah susu.
3)Vitamin E : alpha tocoperol, berfungsi sebagai antioksida alamiah dan
metabolisme selenium. Umumnya bahan makanan kacangkacangan atau
biji-bijian khususnya bentuk kecambah, mengandung vitamin E yang baik.
4) Vitamin K : menadion, berfungsi di dalam proses yang diperlukan dalam
pembekuan darah. Vitamin K terdapat dalam konsentrasi tinggi di dalam
ginjal. Paru-paru dan sumsum tulang. Pada penyerapan vitamin Kdiperlukan
garam empedu dan lemak (Santoso, 2003).
2.1.5 Mineral
Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang
sedikit.Mineral mempunyai fungsi :
1) Sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon dan enzim.
9
2) Sebagai zat pengatur
1. Berbagai proses metabolisme.
2. Keseimbangan cairan tubuh.
3. Proses pembekuan darah.
4. Kepekaan saraf dan untuk kontraksi otot.
2.2 GiziGizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air. Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita
yang masih dalam masa pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita yang
berlangsung secara cepat dibutuhkan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang
tepat dan seimbang.
2.3 Klasifikasi Status Gizi Balita
Menurut surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 920 tahun 2002
tentang klasifikasi status gizi anak balita yang mana status gizi buruk tidak
menggunakan persen akan tetapi melainkan nilai Z-score,(Depkes, 2002).
Secara umum klasifikasi status gizi balita yang digunakan secara resmi
adalah seperti pada tabel dibawah ini :
10
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Anak Balita
2.4 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu penilaian status gizi secara
langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.
2.4.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung Penilaian status gizi secara langsung
dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
Tetapi dalam penilaian ini menggunakan penilaian Antopometri (Arisman, 2004).
1) Antropometri.
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Penggunaan antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATASBerat badan menurut umur (BB/U)
Gizi lebih > +2 SD
Gizi baik ? -2 SD sampai +2 SDGizi kurang < -2 SD sampai ? -3 SDGizi buruk < -3 SD
Tinggi badan menurut umur(TB/U)
Normal ? -2 SD
Pendek (stunted) < -2 SDBerat badan menurut tinggibadan (BB/TB)
Normal ? -2 SD
Pendek (stunted) < -2 SDGemuk > +2 SDNormal ? -2 SD sampai +2 SDKurus (wasted) < -2 SD sampai ? -3 SD
11
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air
dalam tubuh, indeks Antropometri seperti :
(1). Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Berat badan memiliki
hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan
berat badan akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan
tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi
saat ini. Dari berbagai jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikan
dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para
ahli gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu persen terhadap
median, persentil, dan standar deviasi unit. Persen Terhadap Median. Median
adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median sama
dengan persentil 50.
2.4.2 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : survey
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Dalam penelitian ini
menggunakan survey konsumsi dengan metode kuantitatif recall 24 jam.
1) Survei Konsumsi
a) Survei Konsumsi pangan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi yang dikonsumsi.
b) PenggunaanPengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga,
dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
zat gizi.
12
c) Metode Recall 24 jam
Untuk dapat melakukan recall, makanan dengan baik terlebih dahulu
harus mempelajari jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh
kelompok sasaran survey. Oleh karena itu kadang-kadang perlu dilakukan
survey pasar. Tujuannya adalah mengetahui sasaran berat dari tiap jenis
bahan makanan yang biasa dikonsumsi.
2) Berikut langkah-langkah kerjanya:
a) Masing-masing kelompok menyiapkan bahan makanan, misal: Bahan
makanan pokok: nasi biasa, nasi tim, bubur (masing-masing kelompok
membawa satu porsi makanan yang biasa dikonsumsi).
b) Lauk hewani: bahan yang sudah dimasak seperti telur, ikan goreng,
ayam goreng, dan lain-lain. Lauk nabati: bahan yang sudah dimasak
yang berasal dari tumbuhan seperti tahu, tempe dan lain-lain. Sayuran :
sayur bayam, kacang panjang, dan lain-lain. Buah-buahan: pisang,
jeruk, apel dan lain-lain.
c) Lakukan penimbangan terhadap masing-masing bahan makanan untuk
setiap ukuran rumah tangga yang dipakai. Catat hasil penimbangan
dalam suatu daftar ukuran rumah tangga (Notoatmodjo, 2003).
2.5 Perilaku Kesehatan
Teori Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
13
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila
mana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya.
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku
itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk
kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga
domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah
affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).
14
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
1) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia,
minat, kondisi fisik.
2) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat,
sarana.
3) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan
metode dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
15
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
16
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap.
2.4 Kerangka Teori
Variabel Idependen Variabel Dependen
2.5 Kerangka Konsep
Variabel Idependen Variabel Dependen
2.6 Hipotesisi :
1. Ada pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi anak di
Puskesmas Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan
Raya.
2. Ada pengaruh antara Sikap ibu dengan status gizi anak di Puskesmas Padang
Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
Perilaku ( Notoadmodjo, 2011)
1. Pengetahuan2. Sikap3. Tindakan
Status Gizi :
Status GiziTingkat Pengetahuan
Sikap
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan
Jenis penelitian ini analitik dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi
distribusi, dan dianalisa dengan menggunakan Crossectional untuk mengetahui
pengaruh pengetahuan dan sikap orang tua terhadap status gizi balitanya.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Panyang Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 25 sampai 30 Juli tahun 2013.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini semua ibu yang mempunyai balita yang ada
di desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya dengan
jumlah balita 125 balita.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan di anggap mewakili populasi. Untuk mendapatkan besarnya sampel pada
penelitian ini dengan cara menggunakan rumus solvin menurut (Notoatmojo,
2005) sebagai berikut :
17
18
sampel penarikan sampel dengan menggunakan rumus Slovin:
Rumus Slovin :
n = N1 + ( )²n = 1251 + 125 (0,1)= 1252,25N = 56 ibu
keterangan :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
d2 = Derajat Kebebasan = 10% = 0,1
Jadi jumlah sampel sebanyak 56 orang ibu berdasarkan perhitungan
tersebut, maka responden sebanyak 56 orang ibu dan pengambilan sampel
menggunakan cara Stratified random sampling (pengambilan sampel dengan cara
berstrata).
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner yang telah disediakan meliputi data pengetahuan dan sikap orang tua
terhadap status gizi balita.
19
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah diperoleh dari laporan bulanan penimbangan balita
dari Posyandu, Puskesmas dan Dinas kesehatan Nagan Raya.
Tabel 3.5 Variabel dan Definisi Operasional
No Variabel Keterangan
Variabel DependenStatus Gizi Definisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Skala Ukur
Merupakan salah satu faktor yangmenentukan sumberdaya manusia dankualitas hidup.Menghitung BB/UTimbangan1. Baik2. Kurang BaikOrdinal
Variabel Independen
1. Pengetahuan Definisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Skala Ukur
Apa yang diketahui orang tua tentang caraperawatan anak dengan gizi burukmengenai pengertian gizi buruk, penyebabgizi buruk,tanda dan gejala gizi buruk,penanggulangan dan pencegahanWawancaraKuesioner1. Mengetahui2. Tidak mengetahuiOrdinal
2. Sikap Definisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Skala Ukur
Merupakan reaksi atau respon yang masihtertutup dari seseorang terhadap suatustimulus atau objek.WawancaraKuesioner1. Positif2. NegatifOrdinal
20
3.6 Aspek Pengukuran
1. Status Gizi Menggunakan Indeks BB/U
Klasifikasi status gizi berdasarkan nilai Score: Klasifikasi berdasarkan BB/
U dapat dilihat dari tabel baku antropometri.
Baik : Jika dikatagorikan berat badan Normal
Kurang Baik : Jika dikatagorikan berat badan Gemuk, Kurus, dan
Kurus sekali
2. Pengetahuan dikategorikan atas :
Mengetahui : Jika responden menjawab benar ˃ 4 dari seluruh
pertanyaan yang diajukan.
Tidak mengetahui : Jika responden menjawab benar ≤ 4 dari
pertanyaan yang diajukan.
3. Sikap dikategorikan atas :
Positif : Jika responden menjawab benar ˃ 3 dari seluruh
pertanyaan yang diajukan.
Negatif : Jika responden menjawab benar ≤ 3 dari
pertanyaan yang diajukan.
3.7. Teknik Analisis Data
3.7.1.Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian.
Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.
21
3.7.2.Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkolerasi. Untuk uji statistik data dengan skala ordinal dan data ordinal
menggunakan uji statistik Chi Square karena sesuai dengan data yang digunakan.
Taraf kepercayaan 95% atau dengan alfa 5% (0,05), dikatakan bermakna apabila p
< 0,05 dan jika p > 0,05 dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna.
Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah :
1. Bila tabel 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
digunakan adalah Fisher’s Exact Test.
2. Bila tabel 2x2 dan tidak ada nilai E>5, maka uji yang dipakai sebaliknya
Contiuty Correction
Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian ini
digunakan perangkat komputer dalam menganalisis Uji Chi-square.
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Desa Padang Panyang merupakan salah satu Desa dalam wilayah
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh, luas wilayah
Desa Padang Panyang adalah + 21 Km2 dengan batas-batas desa adalah sebagai
berikut :
a. Utara berbatasan dengan Arongan
b. Selatan berbatasan dengan Lawa Batu
c. Timur berbatasan dengan HGU Fajar Baizury
d. Barat berbatasan dengan Kuala Trang
Dengan jumlah penduduk 1414 jiwa yang terdiri dari laki-laki 738 dan
perempuan 676.
4.1.2. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat masing-masing variabel yang diteliti
dalam bentuk distribusi frekuensi setiap variabel penelitian. Variabel-variabel
dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, sikap dan status gizi balita.
22
23
4.1.2.1.Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Status Gizi Balita berdasarkan BB/U Di DesaPadang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten NaganRaya tahun 2013.
No Status Gizi Balita Frekuensi BB/U %1 Baik 47 83,92 Kurang Baik 9 16,1
Total 56 100
Sumber: Data Primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 4.1 dari 56 orang responden, sebanyak 47 responden
memiliki status gizi balita baik yaitu (83,9%), dan 9 responden memiliki status
gizi balita yang kurang (16,1%).
4.1.2.2. Pengetahuan Ibu
Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu TerhadapStatus Gizi balita di Desa Padang Panyang Kecamatan KualaPesisir Kabupaten Nagan Raya 2013
No Pengetahuan Frekuensi %1 Mengetahui 45 80,42 Tidak Mengetahui 11 19,6
Total 56 100Sumber: Data Primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 4.2 dari 56 orang responden, mayoritas ibu-ibu
memiliki pengetahuannya mengetahui terhadap status gizi balita yaitu sebanyak
45 orang (80,4%), dan responden yang memiliki pengetahuan tidak mengetahui
sebanyak 11 orang (19,6%) terhadap status gizi balita.
24
4.1.2.3 Sikap Ibu
Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Sikap Ibu Terhadap StatusGizi Balita di Desa Padang Panyang Kecamatan Kuala PesisirKabupatenNagan Raya 2012
No Sikap Frekuensi %1 Positif 46 82,12 Negatif 10 17,9Total 56 100
Sumber: Data Primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 4.4 dari 56 responden, mayoritas responden memiliki
sikap yang positif terhadap status gizi balita yaitu sebanyak 46 orang (82,1%), dan
10 responden memiliki sikap yang negatif terhadap status gizi balita (17,9%).
4.1.3. Analisis Bivariat
4.1.3.1 Pengaruh Pengetahuan dengan Status Gizi Balita
Tabel 4.6 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Status gizi balita di Desa PadangPanyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya 2013
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel 4.5 dapat diketahui ibu yang pengetahuan mengatakan
mengetahui sebanyak 45 orang, yang memiliki status gizi baik sebanyak 41 orang
(91,1%), sedang ibu yang mempunyai pengetahuan tidak mengetahui sebanyak 11
orang, yang memiliki status gizi balita kurang sebanyak 5 orang (45,5%).
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada derajat
kepercayaan 95% (α=0,05) diketahui bahwa p value = 0,010 < 0,05 jadi hasil
penelitian ada pengaruh antara pengetahuan orang tua terhadap status gizi balita.
PengetahuanStatus Gizi balita
Total P value ORBaik Kurang Baikf % f % F %
Mengetahui 41 91,1 4 8,9 45 1000,010 8,5Tidak mengetahui 6 54,6 5 45,5 11 100
Jumlah 47 9 56 100
25
Bila dilihat dari nilai OR yaitu 8,5 (1,7 – 41,0) artinya responden yang
pengetahuan baik 8,5 kali memiliki status gizi balita yang baik pula
dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang baik.
4.2.1.2 Pengaruh Sikap terhadap Status Gizi Balita
Tabel 4.7 Pengaruh Sikap ibu Terhadap Status gizi balita di Desa PadangPanyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Rayatahun 2013
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel 4.5 dapat diketahui ibu yang mempunyai sikap positif sebanyak
46 orang, memiliki status gizi balita baik sebanyak 41 orang (89,1%), sedangkan
ibu yang mempunyai sikap negatif sebanyak 10 orang dan yang memiliki status
gizi balita kurang baik sebanyak 4 orang (40,0%).
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada derajat
kepercayaan 95% (α=0,05) diketahui bahwa p value = 0,044 < 0,05 jadi hasil
penelitian ada pengaruh antara sikap orang tua terhadap status gizi balita. Bila
dilihat dari nilai OR yaitu 5,4 (1,1 – 26,2) artinya responden yang sikap positif 5,4
kali memiliki status gizi balita yang baik pula dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai sikap negatif kurang baik.
SikapStatus Gizi balita
Total P value ORBaik Kurang Baikf % f % f %
Positif 41 89,1 5 10,9 46 1000,044 5,4Negatif 6 60,0 4 40,0 10 100
Jumlah 47 8 44 100
26
4.2.Pembahasan
4.2.1.Pengaruh Pengetahuan dengan Status Gizi balita
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 45 responden
berpengetahuan baik 41 orang, memiliki status gizi balita baik (91,1%).
Sedangkan 11 responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 5 responden
memiliki status gizi anak kurang baik (45,5%).
Berdasarkan hasil statistik nilai p = 0,010 ternyata nilai p value lebih
kecil dari nilai α berarti ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan
terhadap status gizi balita.
Pengetahuan merupakan faktor pemudah bagi ibu untuk meningkatkan
status gizi balita. Dengan demikian faktor ini menjadi pemicu terhadap prilaku
seorang ibu untuk menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi
atau kebiasaan, kepercayaan, pendidikan dan tingkat sosial ekonomi ibu
( Notoadmodjo, 2007).
Menurut Sari.S , 2006 ada pengaruh yang sangat berarti antara
pengetahuan dalam upaya memperbaiki prilaku. Dengan demikian meningkatkan
pengetahuan akan memberi hasil yang cukup berarti memberi prilaku.
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu
menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi
seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan
yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Sediaoetama, 2000).
27
4.2.2. Pengaruh Sikap dengan Status Gizi balita
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 56 responden yang
memiliki sikap positif 41 orang, memiliki status gizi balita baik (89,1%).
Sedangkan 10 responden yang mempunyai sikap negatif sebanyak 4 responden
memiliki status gizi balita kurang baik (40,0%).
Berdasarkan hasil statistik nilai p = 0,044 ternyata nilai p value lebih
kecil dari nilai α berarti ada pengaruh yang signifikan antara sikap terhadap status
gizi balita.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soekidjo
Notoatmodjo (2003) bahwa sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Sugeng Hariyadi (2003) juga berpendapat bahwa sikap merupakan
penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada seseorang akan
memberikan gambaran corak bagaimana tingkah laku seseorang. Dari
mengetahui sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaimana respon atau
tindakan yang akan diambil oleh orang tersebut terhadap suatu masalah atau
keadaan yang dihadapinya.
Menurut L. Green dalam buku Soekidjo Notoatmodjo (2003) sikap juga
merupakan faktor pemudah (predisposing factor) dari perilaku atau praktek. Di
sinilah dituntut kebijakan seorang ibu untuk memahami pengetahuan yang telah
didapat kemudian ia harus menentukan sikap apa yang harus diambil untuk
kepentingan anaknya kelak dimasa yang akan datang.
28
Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menyatakan
bahwa status gizi balita dengan Peran seorang ibu dalam memperbaiki status gizi
balita sangat menentukan kehidupan masa depan anaknya, oleh karena itu
keperdulian ibu sangat diperlukan, sebab ibu merupakan tokoh utama yang paling
bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak, terutama dalam
penyelenggaraan menu seimbang bagi balitanya, maka dari itu tingkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu dalam pemberian makanan sehat seimbang
(Zeitlin dkk (1990)
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ada pengaruh antara pengetahuan ibu terhadap status gizi balita di desa
Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya tahun
2013. Dimana hasil yang didapat dengan memakai Chi- square p value =
0,010 yang berarti p value <0,05
2. Ada pengaruh antara sikap ibu terhadap status gizi balita di Desa Padang
Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.
Dimana hasil yang didapat dengan memakai Chi- square p value = 0,044
yang berarti p value <0,05
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar lebih meningkatkan dan
memberikan informasi-informasi yang bermanfaat tentang Pengetahuan
dan Sikap Ibu terhadap status gizi balita kepada ibu-ibu yang memiliki
balita agar lebih memahami pentingnya pengetahuan dan peran ibu dalam
meningkatkan status gizi balita agar status gizi balita menjadi lebih baik
dimasa yang akan datang.
2. Kepada ibu-ibu untuk selalu membawa anaknya ke posyandu pada setiap
kegaiatan yang diadakan di posyandu.
3. Disarankan kepada ibu balita untuk senantiasa memperhatikan gizi balita
agar status gizi balitanya menjadi lebih baik.
29