analisis kandungan siklamat pada manisan buah …repository.utu.ac.id/758/1/bab i_v.pdf · pemanis...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

i
ANALISIS KANDUNGAN SIKLAMAT PADA MANISAN
BUAH KEDONDONG YANG DI PASARKAN
DISEKITAR KOTA MEULABOH
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
ERLIA ROSITA
NIM : 10C10104139
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2014

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan jajanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Selain harga yang murah dan jenisnya yang beragam, pangan jajanan
juga menyumbangkan kontribusi yang cukup penting akan kebutuhan gizi. Tidak
dapat dipungkiri bahwa setiap orang, terutama anak sekolah, remaja sangat
menyukai pangan jajanan. Oleh sebab itu, para pedagang berupaya untuk
memberikan penampilan yang menarik dan rasa yang disenangi anak–anak
dengan menambahkan bahan–bahan tertentu tanpa memperdulikan keamanannya
misalnya menambahkan bahan pemanis sintetis pada minuman atau makanan
olahan pada manisan buah (Fitri, 2007).
Manisan merupakan sejenis makanan ringan yang terbuat dari buah yang
diawetkan terutama dengan menggunakan gula. Menurut Soetanto, manisan buah
kedondong adalah makanan olahan buah kedondong (mekal) dikupas dan
dipotong tipis-tipis memanjang dalam bentuk sesuai dengan selera, ditambah
dengan gula dan bumbu penyedap lainnya. Manisan yang diperdagangkan dibagi
menjadi 4 macam yaitu, manisan basah dengan larutan encer, manisan basah
dengan larutan gula kental, manisan kering bertabur gula kering dan manisan
kering dengan gula asin (Romandheny, 2006).
Dalam proses pembuatan manisan buah ini juga digunakan air garam dan
air kapur untuk mempertahankan bentuk (tekstur) serta menghilangkan rasa gatal
atau getir pada buah. Buah-buahan yang biasa digunakan untuk membuat manisan

2
basah adalah jenis buah yang cukup keras, seperti pala, mangga, kedondong,
kolang-kaling, dan lain-lainnya. Sedangkan buah-buahan yang biasa digunakan
untuk membuat manisan kering adalah jenis buah yang lunak seperti pepaya,
sirsak, dan lain-lainnya (Margono dkk, 2000).
Menurut Permenkes Nomor 033 tahun 2012, pemanis sintetis adalah bahan
tambahan pangan yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan, yang tidak
mempunyai nilai gizi. Pemanis buatan yang diizinkan berdasarkan permenkes
tersebut adalah sakarin, siklamat dan aspartam dengan jumlah yang dibatasi
dengan dosis tertentu. Pemanis yang dianjurkan untuk dihindari adalah (904)
beeswaxes, carnauba wax, shellac, paraffin, microcrystalline wax dan lain-lain
(Arisman, 2009).
Pemanis sintetis yang sering digunakan oleh pedagang kecil adalah
Siklamat. Siklamat merupakan jenis pemanis buatan yang memiliki kemanisan 30
kali lebih manis daripada sukrosa. Natrium siklamat berbentuk kristal putih, tidak
berbau, tidak berwarna, dan mudah larut dalam air dan etanol. Harga siklamat
yang relatif murah dibandingkan dengan gula alam. Hal tersebut menyebabkan
produsen pangan dan minuman terdorong untuk menggunakan jenis pemanis
buatan tersebut didalam produk. Siklamat banyak menimbulkan gangguan bagi
kesehatan, diantaranya : migrain, sakit kepala, kehilangan daya ingat, batuk,
insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi, gangguan
seksual, kanker kandung kemih, atropi dan lain-lain (Lestari, 2011).
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan melalui binatang-binatang
percobaan, misalnya di Institusi Kanker Nasional di Amerika bahwa efek

3
langsung bahan pemanis buatan ini sebagai penyebab kanker. Akan tetapi dalam
penggunaannya tetap harus sangat hati-hati dan tidak berlebihan, karena efek dari
natrium siklamat tetap dapat mengakibatkan adanya gangguan kesehatan. Oleh
karena itu, bahan pemanis buatan ini harus dihindari, karena selain tidak
mengandung kalori juga tidak mengandung zat gizi (Natitupulu, 2006).
Hasil penelitian di Semarang yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa
fakultas teknologi pertanian Universitas Katolik Soekijapranata (UKS) Semarang
menunjukkan bahwa manisan mangga yang dijual 14 Sekolah Dasar di Kota
Semarang positif mengandung siklamat, dari 14 sampel yang diteliti hanya tujuh
sampel yang masih aman untuk dikonsumsi (Romandheny, 2006).
Hasil penelitian di Medan yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa
fakultas kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang analisis
penggunaan sakarin dan siklamat pada manisan buah menunjukkan bahwa, dari 8
sampel manisan buah, 75 % sampel manisan buah positif menggunakan siklamat
dan 25% sampel manisan buah positif menggunakan sakarin (Munte 2003).
Di Provinsi Aceh Bahan Tambahan Pangan (BTM) masih banyak
digunakan oleh produsen industri seperti bahan pengawet, pewarna, dan pemanis
buatan. Gubenur Aceh dr. Zaini Abdullah mengatakan bahwa: jenis-jenis bahan
tambahan pangan tersebut (pemanis, pengawet dan pewarna sintetis) sangat
membahayakan kesehatan manusia. Dampak dari makanan dan minumnan yang
menggunakan pengawet buatan seperti boraks, formalin, siklamat atau sejenisnya
itu tidak langsung sakit setelah dikonsumsi, tetapi beberapa tahun kemudian
barulah dirasakan akibatnya (Serambi Indonesia, 2013).

4
Dari Dinas Kesehatan Aceh Barat menunjukkan bahwa, data penyakit
akibat mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung zat pemanis
sintetis yang terdaftar hanya hipertensi dan asma, sedangkan penyakit lain seperti
kanker, tumor, impoten dan sebagainya belum ada data atau informasi yang jelas
terkait penyakit akibat mengkonsumsi pemanis buatan tersebut. Yang terdata
hanya bagi penderita penyakit hipertensi pada tahun 2013 bulan Desember
sebanyak 251 orang laki-laki, 280 orang perempuan dan pada tahun 2014 bulan
April penderita hipertensi meningkat menjadi 818 orang (lelaki 436 orang dan
perempuan 382 orang). Sedangkan penderita penyakit asma hanya terdata pada
tahun 2014 yaitu 41 orang (26 laki-laki dan 16 perempuan) (Dinkes Aceh Barat,
2014).
Berdasarkan observasi dan wawancara awal dengan penjual manisan
buah, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Analisis Kandungan Siklamat
pada Manisan Buah yang di Pasarkan disekitar Kota Meulaboh Kabupaten Aceh
Barat Tahun 2014.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan adalah
apakah terdapat kandungan siklamat pada manisan buah kedondong yang di
pasarkan disekitar Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat ?

5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan siklamat sebagai bahan
tambahan pada manisan buah kedondong yang di pasarkan disekitar Kota
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan siklamat dalam manisan buah
kedondong yang di pasarkan disekitar Kota Meulaboh Kabupaten Aceh
Barat tahun 2014.
b. Untuk mengetahui kadar siklamat yang terkandung dalam manisan buah
kedondong yang di pasarkan disekitar Kota Meulaboh disesuaikan dengan
Permenkes RI No.033 tahun 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini digunakan untuk bahan acuan dalam proses
pengembangan keilmuan.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka
menambah wacana keilmuan di dunia kesehatan.
c. Untuk bahan promosi kesehatan bagi kalangan masyarakat dalam memilih
makanan jadi yang aman untuk dikonsumsi.
d. Untuk menambah pengetahuan dalam mengembangkan wawasan berfikir
penulis dalam mengaplikasikan teori dengan kenyataan serta

6
menggunakan cara mengkaji ilmiah dalam menyikapi permasalahan
tentang indikasi kandungan siklamat pada manisan buah.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Masukan kepada penjual dan konsumen agar menjual atau mengkonsumsi
manisan buah kedondong yang aman bagi kesehatan.
2. Masukan kepada pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan
Kabupaten Aceh Barat, BPOM Aceh dan berbagai pihak terkait dalam
penelitian ini, khususnya tentang kadar kandungan siklamat pada manisan
buah kedondong yang di pasarkan disekitar Kota Meulaboh Aceh Barat.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklamat
2.1.1 Definisi Siklamat
Siklamat merupakan pemanis sintetis berbentuk kristal putih, tidak berbau,
tidak berwarna, dan mudah larut dalam air, intensitas kemanisannya ± 30 kali
kemanisan sukrosa. Siklamat dengan nama kimianya natrium sikloheksilsulfamat
(C6H11NHSO3Na ) umumnya dalam bentuk garam kalsium, kalium, dan natrium
siklama. Natrium siklamat dalam industri makanan dan minuman dipakai sebagai
bahan pemanis (non nutritive) untuk menggantikan sukrosa. Natrium siklamat
dalam perdagangan dikenal sebagai assugrin, sucaryl. Nama kimianya adalah
sikloheksilsulfamat/natrium siklamat karena sifatnya yang tahan panas, makanya
sesuai untuk dipakai makanan yang diproses (Munte, 2003).
Siklamat pertama kali ditemukan dengan tidak disengaja oleh Michael
Sveda pada tahun 1937. Sejak tahun 1950 siklamat ditambahkan ke dalam pangan
dan minuman. Siklamat biasanya tersedia dalam bentuk garam natrium dari asam
siklamat dengan rumus molekul C6H11NHSO3Na. Meskipun memiliki tingkat
kemanisan 30 kali gula alami, tetapi siklamat tetap dapat membahayakan
kesehatan. Hasil penelitian bahwa tikus yang diberikan siklamat dapat
menimbulkan kanker kandung kemih. Hasil metabolisme siklamat yaitu
sikloheksiamin bersifat karsinogenik. Oleh karena itu ekskresinya melalui urine
dapat merangsang pertumbuhan tumor (Yunus dan Nisma, 2013).

8
2.1.2 Karakteristik Siklamat
Karakteristik siklamat Siklamat yang berbentuk garam Natrium siklamat
merupakan serbuk kristalin putih dan tidak berbau.
1. Garam siklamat (Natrium siklamat) akan mengering pada suhu 105ºC.
2. Natrium siklamat tidak larut dalam alkohol, benzena, kloroform maupun
ether tetapi larut dalam air dan bersifat netral (Lestari, 2011).
2.1.3 Batas maksimum penggunaan siklamat
Dalam menentukan berapa batas maksimum penggunaan siklamat harus
sesuai dengan badan yang berlaku. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
033 tahun 2012, kadar maksimum asam siklamat yang diperbolehkan dalam
pangan dan minuman berkalori rendah dan untuk penderita diabetes melitus
adalah 3 g/kg bahan pangan dan minuman (Permenkes, 2012).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan batas-batas yang
disebut ADI (Acceptable Daily Intake) atau kebutuhan per orang per hari. ADI
dinyatakan dalam mg/kg berat badan dan didefinisikan sebagai jumlah bahan yang
dapat masuk tubuh setiap harinya,meskipun dicerna setiap hari tetap bersifat tidak
aman dan menimbulkan gangguan pada kesehatan atau efek keracunan dan risiko
lainnya. Untuk konsumsi maksimum siklamat yang di atur dalam ADI
(Acceptable Daily Intake) atau kebutuhan per orang per hari adalah sebanyak 0-11
mg per orang per hari. Sementara kadar maksimum siklamat dalam minuman
3gr/L. Pemanfaatan siklamat sebagai pemanis ditujukan kepada seseorang yang
memiliki kadar kolestrol tinggi, sehingga siklamat ini merupakan suatu zat
pemanis yang rendah kalori. Didalam makanan atau minuman yang dikonsumsi

9
oleh masyarakat luas, penggunaan sakarin dan siklamat harus dalam kadar yang
sesuai. Sedangkan menurut Lie (1997) dalam Anonim (2002), bahan pemanis
sintetis yang dilarang dan dibatasi penggunaannya karena tergolong karsinogenik
adalah dulsin P.4000, siklamat (dibatasi 1,5 g/orang/hari) , sakarin (dibatasi 1
g/orang/hari) (Romandheny, 2006).
2.2 Bahaya Penggunaan Siklamat Bagi Kesehatan Dalam Kadar Yang
Melebihi Batas
Siklamat memunculkan banyak gangguan bagi kesehatan, diantaranya
tremor (penyakit syaraf), migrain dan sakit kepala, kehilangandaya ingat, bingung,
insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut,alergi, impotensi dan
gangguan seksual, kebotakan, dan kanker otak.Hasil metabolisme siklamat yaitu
sikloheksilamin yang bersifat karsinogenik. Oleh karena itu, ekskresi siklamat
dalam urine dapat merangsang tumor dan mampu mneyebabkan atropi yaitu
pengecilan testikular dan kerusakan kromosom. Pengkonsumsian siklamat dalam
dosis yang lebih akan mengakibatkan kanker kandung kemih. Selain itu akan
menyebabkan tumor paru, hati, dan limfa (Lestari, 2011).
Senyawa sikloheksilamin yang merupakan senyawa hasil metabolisme
siklamat dalam tubuh tidak bisa dicerna oleh tubuh. Senyawa ini dalam tubuh
juga akan mengendap dan memicu berbagai kerusakan dalam tubuh sebagaimana
yang telah disebutkan diatas.

10
2.3 Tujuan Penggunaan Pemanis Sintetis (Siklamat)
Pemanis ditambahkan ke dalam bahan pangan mempunyai beberapa tujuan
diantaranya sebagai berikut :
1) Sebagai pangan bagi penderita diabetes mellitus karena tidak
menimbulkan kelebihan gula darah. Pada penderita diabetes mellitus
disarankan menggunakan pemanis sintetis untuk menghindari bahaya
gula. Dari tahun 1955-1966 digunakan campuran siklamat pada pangan
bagi penderita diabetes.
2) Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk menderita kegemukan.
Kegemukan merupakan salah satu faktor penyakit jantung yang
merupakan penyebab utama kematian. Untuk orang yang kurang aktif
secara fisik disarankan untuk mengurangi masukan kalori per harinya.
Pemanis sintetis merupakan salah satu bahan pangan untuk mengurangi
masukan kalori.
3) Sebagai penyalut obat
Beberapa obat mempunyai rasa yang tidak menyenangkan, karena itu
untuk menutupi rasa yang tidak enak dari obat tersebut biasanya dibuat
tablet yang bersalut. Pemanis lebih sering digunakan untuk meyalut obat
karena umumnya bersifat hodroskopis dan tidak menggumpal.
4) Menghindari kerusakan gigi
Pada pangan seperti permen lebih sering ditambahkan pemanis sintetis
karena bahan permen ini mempunyai rasa manis yang lebih tinggi dari

11
gula, pemakaian dalam jumlah sedikit saja sudah menimbulkan rasa manis
yang diperlukan sehingga tidak merusak gigi.
5) Pada industri pangan, minuman, pemanis sintetis dipergunakan dengan
tujuan untuk menekan biaya produksi, karena pemanis sintetis ini selain
mempunyai tingkat manis yang lebih tinggi juga harganya relatif murah
dibandingkan dengan gula yang diproduksi di alam (Cahyadi 2008).
2.4 Manisan Buah
2.4.1 Definisi Manisan Buah Kedondong
Manisan buah adalah buah yang diawetkan dengan gula. Dalam proses
pembuatan manisan buah ini juga digunakan air garam dan air kapur untuk
mempertahankan bentuk (tekstur) serta menghilangkan rasa gatal atau getir pada
buah (Khairani dan Dalapati, 2007).
Manisan buah kedondong adalah buah kedondong yang diawetkan dengan
gula. Tujuan pemberian gula dengan kadar yang tinggi pada manisan buah, selain
untuk memberikan rasa manis, juga untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme
(Margono dkk, 2000).
2.4.2 Jenis Manisan Buah
Jenis manisan buah ada 2 yaitu :
1. Manisan Basah
Manisan basah adalah manisan yang diperoleh setelah penirisan buah dari
larutan gula. Manisan basah mempunyai kandungan air yang lebih banyak
dan penampakan yang lebih menarik karena serupa dengan buah aslinya.
Manisan basah biasanya dibuat dari buah yang keras. Contoh buah untuk

12
manisan basah adalah : kolang kaling, mangga, kedondong, salak, pepaya,
ceremai, belimbing, jambu biji, nangka.
2. Manisan Kering
Manisan kering adalah manisan yang diperoleh setelah buah ditiriskan
kemudian dijemur sampai kering. Manisan kering memiliki daya simpan
yang lebih lama, kadar air yang lebih rendah, dan kadar gula yang lebih
tinggi. Manisan kering biasanya dibuat dari buah yang teksturnya lunak.
Contohnya buah untuk manisan kering adalah : kedondong, asam jawa,
bengkuang, pala, jambu mete, terung dan lain-lain (Hasanah, 2010).
2.4.3 Proses Pembuatan Manisan Buah Kedondong
2.4.3.1 Proses pembuatan manisan buah secara umum
Secara umum pembuatan manisan terdiri dari tahap pemotongan/penusuk-
nusukan buah, perendaman, pencucian, perebusan, pemasakan dengan gula dan
penjemuran.
2.4.3.2 Proses pembuatan manisan basah buah kedondong
Manisan basah buah kedondong adalah manisan yang diperoleh setelah
penirisan buah dari larutan gula. Manisan basah mempunyai kandungan air yang
lebih banyak dan penampakan yang lebih menarik karena serupa dengan buah
aslinya. Manisan basah biasanya dibuat dari buah yang keras. Produk ini
mempunyai keuntungan antara lain : manisan basah kekuatan rasanya yang segar
dapat dijadikan penawar haus disaat udara panas, dan cocok dinikmati di berbagai
kesempatan. Berikut ini proses pembuatan manisan basah buah kedondong antara
lain :

13
1. Buah kedondong yang akan digunakan sebagai bahan manisan dikupas
hingga bersih dan dicuci, kemudian iris-iris dengan ukuran 2 x 2 cm
(untuk buah yang keras, rebus irisan dalam air mendidih selama 3 menit
lalu tiriskan).
2. Selanjutnya buah yang sudah diiris tersebut direndam dalam air panas (50
gr dalam 1 liter air) selama kurang lebih 2 jam lalu tiriskan.
3. Setelah tiris, irisan buah kembali direndam lagi larutan air kapur (1 sendok
makan kapur sirih dalam 1,5 liter air) selama 24 jam, lalu tiriskan.
4. Proses selanjutnya, masukkan gula pasir dalam 2,5 liter air, aduk sampai
rata. Kemudian tambahkan garam dan natrium benzoat, lalu panaskan
hingga mendidih.
5. Setelah mendidih masukkan potongan buah tersebut ke dalam larutan gula
yang sedang mendidih sampai buah tersebut setengah matang. Selanjutnya
angkat panci dari tungku atau kompor dan diamkan (rendam) 1 malam,
lalu tiriskan.
6. Tahap berikutnya, air gula sisa penirisan dipanaskan kembali dan
tambahkan panili secekupnya, lalu masukkan lagi potongan buah tersebut.
Angkat panci dari tungku atau kompor dan diamkan satu malam. Paginya
tiriskan, untuk mendapatkan manisan buah (manisan basah).
7. Tambahkan gula 0,5 kg pada air gula sisa penirisan terakhir lalu panaskan
sampai kental dan dinginkan untuk dijadikan sirup.
8. Tahap terakhir adalah pengemasan. Pengemasan ini secara sederhana dan
ekonomis dapat menggunakan plastik. Masukkan manisan tersebut dalam

14
plastik lalu tutup dengan menggunakan seal ataupun lilin hingga rapat
(Margono dkk, 2000).
2.5 Ciri-ciri Manisan Buah Kedondong yang Mengandung Siklamat dan
Tidak Mengandung Siklamat
2.5.1 Ciri-ciri Manisan Buah Kedondong yang mengandung Siklamat
Ciri-ciri manisan buah yang mengandung siklamat memiliki rasa yang
aftertaste yaitu
1. Memiliki rasa manis yang pekat
Pemanis buatan memiliki rasa manis yang berlebihan dan sangat pekat.
Bahkan tidak jarang rasa manisnya cenderung membuat rasa tidak enak
setelah mengkonsumsinya.
2. Ada rasa pahit yang tertinggal
Pemanis buatan yang terkandung dalam minuman akan terkandung dalam
minuman akan meninggalkan sisa pahit dalam mulut. Hal ini disebabkan
adanya kandungan bahan kimia sebagai bahan baku pemanis buatan
tersebut.
3. Membuat tenggorokan menjadi kering
Salah satu ciri yang bisa membuat kita mengetahui adanya pemanis buatan
adalah tenggorokan terasa kering setelah menyantapnya. Kemudian akan
terasa sangat haus, jika tidak segera minum air putih akan timbul serangan
batuk dan penyakit tenggurokan lainnya (Setyanti, 2014).

15
2.5.2 Ciri-ciri Manisan Buah Kedondong yang Tidak Mengandung Siklamat
Ciri-ciri Manisan Buah yang Tidak Mengandung Siklamat adalah
a. Tidak memiliki rasa manis yang pekat
b. Tidak ada rasa pahit yang tertinggal
c. Tidak membuat tenggorokan menjadi kering
d. Tidak terasa tidak enak setelah mengkonsumsinya

16
2.6 Skema Alur Penelitian
Gambar 2.1 Skema Alur Penelitian
Sampel
(Manisan Buah Kedondong)
Uji Laboratorium
(Kualitatif)
Positif Siklamat Negatif Siklamat
Permenkes RI No.
033 tahun 2012
Kadar Siklamat
(Kuantitatif)
Memenuhi Syarat Tidak
Memenuhi Syarat
Aman Dikonsumsi Tidak Aman
Dikonsumsi
Penelitian Tidak
Dilanjutkan

17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan
Jenis penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif melalui uji
laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya kandungan siklamat pada manisan
buah kedondong yang di pasarkan disekitar Kota Meulaboh Kabupaten Aceh
Barat (Notoatmodjo, 2010).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan disekitar Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
Kemudian sampel di uji di Laboratorium FMIPA Jurusan Kimia Unsyiah Banda
Aceh. Waktu penelitian yaitu pada tanggal 25 Agustus – 27 Agustus 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut Notoatmodjo (2010), populasi adalah keseluruhan objek yang
diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang manisan buah yang
dipasarkan disekitar Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat sebanyak 12 penjual
manisan buah yaitu 1 di Supermarket Mandiri, 1 di Supermarket Zahwa, 1 di
Supermarket Sultan Swadayan 2, 1 di Supermarket Sejahtera, 1 di Minimarket
Hero, 1 Minimarket Mutiara, 1 Minimarket Jasa Tamitha, 1 di Toko Restu, 1 di
Toko Nasional, 1 di Pedagang Makanan Ringan Jalan TPA Peunaga Rayeuk, 1 di

18
Peudagang Buah-buahan Paya Peunaga dan 1 Pedagang Manisan Buah Kaki Lima
Jembes.
3.3.2 Sampel
Menurut Sumantri (2011), sampel yaitu sebagian populasi yang ciri-
cirinya diselidiki atau diukur. Sampel pada penelitian ini yaitu beberapa pedagang
manisan buah kedondong yang dipasarkan disekitar Kota Meulaboh Kabupaten
Aceh Barat yaitu sebanyak 3 penjual manisan buah kedondong. Pengambilan
sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu manisan buah kedondong yang
dipasarkan disekitar Kota Meulaboh diambil dari 3 tempat penjual manisan buah
kedondong yaitu 1 di Pedagang Makanan Ringan Jalan TPA Peunaga Rayeuk, 1
di Pedagang Buah-buahan Paya Peunaga dan 1 di Pedagang Manisan Buah Kaki
Lima Jembes. Ke-3 pedagang manisan buah kedondong tersebut relatif lebih
tersedia sepanjang waktu, sedangkan ditempat yang lain hanya tersedia sekali-kali
jika ada pengrajin yang menitipkan untuk dijual.
3.4 Uji Laboratorium
1. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Plastik 1 kg, Spidol,
Blender, Pisau, Pipa Ukur, Kaca Arlogi, Kertas Saring, Spatula, Corong
Kaca, Timbangan, Pipet Tetes, Gelas Beker, Gelas Kaca, Labu
Erlenmeyer, Oven, Penangas Air, Statip, Pipa Kapiler, Bola Penghisap,
dan Eksikator (Lestari, 2011).

19
b. Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 100 ml Manisan Buah
Kedondong beserta Larutannya, 2 gram BaCL2, 10 ml HCL, 0,2 gram
NaNO2, dan 100 ml H2O.
2. Cara Pengujian
1) Uji Kualitatif Siklamat dengan Uji Warna
Sampel sebanyak 100 ml, tambahkan 10 ml HCL 10%, 2 gram BaCL2
10%. Aduk dan diamkan selama 30 menit. Tambahkan 0,2 gram NaNO2
10% kedalam filtrat, diaduk sampai merata, untuk menghidari penguapan
sampelnya harus ditutup dan panaskan diatas penangas air selama 2 jam
pada suhu 80oC, jika ada endapan berwarna putih menunjukkan adanya
siklamat.
2) Uji Kuantitatif Siklamat
Sampel sebanyak 100 ml, tambahkan 10 ml HCL 10%, 2 gram BaCL2
10%. Aduk dan diamkan selama 30 menit. Tambahkan 0,2 gram NaNO2
10% kedalam filtrat, diaduk sampai merata dan untuk menghindari
penguapan sampelnya harus ditutup, panaskan diatas penangas air selama
2 jam pada suhu 80oC, jika ada endapan berwarna putih menunjukkan
adanya siklamat. Simpan ditempat yang hangat selama semalam pada suhu
100oC. Endapan yang terjadi, disaring, dicuci dengan air 100 ml, dan
dikeringkan didalam oven selama 1 jam pada suhu 105oC. Dinginkan
dalam eksikator selama 30 menit, lalu timbang. Berat Kalsium sikloheksil
sulfamat =BaSO4 × 0,8625 × 0,926 = (Cahyadi, 2008).

20
3.5 Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Data Primer
Pengumpulan data dilakukan secara observasi langsung ketempat
penjualan manisan buah yang ada disekitar Kota Meulaboh Kabupaten Aceh
Barat, kemudian diperiksa di Laboratorium FMIPA Jurusan Kimia Unsyiah
Banda Aceh.
3.5.2 Data Sekunder
Pengumpulan data dilakukan dari berbagai informasi baik media massa,
studi kepustakaan dan internet.
3.6 Analisis Data
Kadar siklamat yang diperoleh melalui uji kuantitatif kemudian
dibandingkan dengan Permenkes No. 033 tahun 2012 yaitu kadar maksimum
asam siklamat yang diperbolehkan sebanyak 3 g/ kg bahan pangan dan minuman
dan dijelaskan dalam bentuk deskriptif.

21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian kandungan siklamat pada manisan buah kedondong yang di
pasarkan disekitar Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, diambil dari 3 tempat
pedagang manisan buah yaitu 1 di Pedagang Makanan Ringan Jalan TPA Peunaga
Rayeuk, 1 di Pedagang Buah-buahan Peunaga Paya, dan 1 di Pedagang Manisan
Buah Kaki Lima Jembes.
4.2 Hasil Uji Laboratorium
4.2.1 Hasil Uji Kualitatif Siklamat pada Manisan Buah Kedondong
Uji kualitatif siklamat dilakukan untuk melihat endapan berwarna putih,
dengan cara :
Sampel sebanyak 100 ml ditambah 2 gram BaCl2, lalu diamkan. Setelah
terjadi endapan kemudian disaring. Asamkan dengan 10 ml HCL dan tambahkan
0,2 gram NaNO2 10 %. Jika ada endapan berwarna putih menunjukkan adanya
siklamat (Cahyadi, 2008).
Data-data adanya siklamat dalam manisan buah kedondong yang dijual
oleh 3 pedagang manisan buah kedondong yang berada disekitar Kota Meulaboh
dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

22
Tabel 4.1 Hasil uji analisis kualitatif siklamat
No Kode Sampel Kandungan Siklamat
1 A +
2 B +
3 C +
Keterangan :
A : Pedagang Makanan Ringan di Jalan TPA Peunaga Rayeuk
B : Pedagang Buah-buahan di Peunaga Paya
C : Pedagang Manisan Buah di Kaki Lima Jembes
+ : Positif
– : Negatif
Berdasarkan tabel 4.1 tentang hasil pemeriksaan kandungan siklamat pada
manisan buah kedondong melalui uji kualitatif siklamat dapat diketahui bahwa
sampel yang berada disekitar Kota Meulaboh semua positif mengandung siklamat
yaitu sebanyak 3 jenis sampel manisan buah kedondong yaitu 1 di Peudagang
Makanan Ringan Jalan TPA Peunaga Rayeuk, 1 di Pedagang Buah-buahan
Peunaga Paya, dan 1 di Pedagang Manisan Buah Kaki Lima Jembes. Hasilnya
menunnjukkan ke-3 sampel tersebut terdapat endapan berwarna putih yang berarti
adanya kandungan siklamat.
4.2.2 Hasil Uji kuantitatif Siklamat dalam Manisan Buah Kedondong
Kadar siklamat yang ada pada manisan buah kedondong yang dijual oleh 3
pedagang yang berada disekitar Kota Meulaboh dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut :

23
Tabel 4.2 Hasil uji kuantitatif kadar siklamat (g/kg).
No Kode Sampel Kadar Siklamat (g/kg)
1 A 0,79
2 B 3,11
3 C 2,15
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa ke-3 penjual manisan buah yang
berada disekitar Kota Meulaboh semuanya menambahkan pemanis buatan berupa
siklamat dalam manisan buah kedondong yang mereka jual. Pemeriksaan uji
kualitatif siklamat dilakukan pada tanggal 25 Agustus – 27 Agustus 2014 di
laboratorium FMIPA Jurusan Kimia Unsyiah Banda Aceh, pengujian ini yaitu
dengan melihat ada atau tidaknya endapan putih yang terdapat pada gelas kimia
yang di gunakan setelah didiamkan selama semalam. Jika terdapat endapan putih
maka manisan buah kedondong tersebut positif mengandung siklamat. Dari hasil
uji laboratorium tersebut menunjukkan bahwa, ke-3 sampel manisan buah
kedondong yang di pasarkan disekitar Kota Meulaboh terdapat endapan berwarna
putih yang berarti positif mengandung siklamat.
Setelah di ketahui bahwa 3 sampel Manisan buah kedondong positif
mengandung siklamat kemudian dilanjutkan dengan menguji kadar siklamat yang
di gunakan dalam masing-masing manisan buah kedondong, pemeriksaan kadar
siklamat menggunakan metode Gravimetri, yaitu metode analisis berdasarkan
penyaringan, pemanasan, dan penimbangan. Setelah dilakukan penimbangan

24
maka didapatkan hasil dari kadar siklamat masing-masing manisan buah
kedondong.
Dari 3 manisan buah kedondong yang positif mengandung siklamat
terdapat 1 jenis manisan buah kedondong yang kadar siklamatnya melebihi batas
maksimum yang diperbolehkan oleh permenkes yaitu maksimal penggunaan
siklamat sebanyak 3 g/kg bahan makanan terdapat pada sampel B, sedangkan 2
jenis Manisan buah kedondong yang kadar siklamatnya tidak melebihi batas
maksimum penggunaan siklamat yaitu pada sampel A dan sampel C. Secara rinci
kadar siklamat dalam setiap sampel manisan buah kedondong tersebut yaitu, pada
sampel A kadar siklamat sebanyak 0,79 g/kg, sampel B sebanyak 3,11 g/kg, dan
sampel C sebanyak 2,15 g/kg.
4.3 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah pada manisan buah
kedondong terdapat pemanis buatan berupa siklamat. Siklamat merupakan
pemanis sintetis berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna, dan mudah
larut dalam air, intensitas kemanisannya ± 30 kali kemanisan sukrosa (Munte,
2003).
Manisan buah kedondong adalah buah kedondong yang diawetkan dengan
gula. Tujuan pemberian gula dengan kadar yang tinggi pada manisan buah, selain
untuk memberikan rasa manis, juga untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme
(Margono dkk, 2000).

25
Masyarakat mengkonsumsi manisan buah kedondong selain karena
rasanya yang enak, juga dikarenakan harganya yang relatif murah yaitu antara
Rp. 500.00 sampai Rp. 1000.00 per manisan buah kedondong, harga manisan
buah kedondong yang terjangkau menjadi pilihan utama bagi konsumen yang
gemar mengkonsumsi manisan buah kedondong, baik orang tua, remaja bahkan
anak-anak sekolah juga banyak mengkonsumsi manisan buah kedondong. Anak-
anak sekolah dengan uang saku yang terbatas tidak mempunya banyak pilihan
untuk membeli makanan yang berkualitas, sehingga jika anak-anak sekolah
(terutama anak SD) yang mengkonsumsi makanan yang berkualitas rendah secara
terus menerus akan berakibat menurunnya daya tahan tubuh serta berpengaruh
terhadap kesehatan dengan timbulnya berbagai macam penyakit (Romandheny,
2006).
Oleh karena itu, untuk melihat ada tidaknya kandungan siklamat pada
manisan buah kedondong yang di Pasarkan disekitar Kota Meulaboh dilakukan
melalui proses analisis siklamat pada manisan buah kedondong, diawali dengan
uji kualitatif. Uji kualitatif ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya endapan
berwarna putih, jika ada endapan berwarna putih pada manisan buah kedondong
menunjukan adanya kandungan siklamat (Cahyadi, 2008).
Setelah melakukan uji kualitatif, selanjutnya untuk melihat kadar
kandungan siklamat pada manisan buah kedondong dilakukan dengan cara uji
kuantitatif Gravimetri yaitu metode analisis berdasarkan penyaringan, pemanasan,
dan penimbangan. Setelah dilakukan penimbangan maka didapatkan hasil dari
kadar siklamat masing-masing manisan buah (Lestari, 2011).

26
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, semua sampel dalam penelitian
ini positif adanya kandungan siklamat, dengan kadar masing-masing sampel yaitu,
sampel A (0,79 g/kg), sampel B (3,11 g/kg) dan sampel C (2,15 g/kg). Kadar
siklamat paling banyak terdapat pada sampel B yaitu 3,11 g/kg dibandingkan
dengan jenis manisan buah kedondong yang lain. Manisan buah kedondong ini
bahannya hanya terdiri dari buah kedondong, air, dan pemanis buatan (siklamat).
Pemanis buatan yang digunakan oleh produsen memberi peluang bagi konsumen
untuk dapat menyebabkan penyakit akut berupa penyakit batuk, infeksi
tenggorokan dan penyakit lainnya. Penggunaan siklamat ini sendiri memiliki
batas-batas dalam penggunaannya, menurut Permenkes RI No. 033 tahun 2012,
kadar maksimum penggunaan siklamat yang diperbolehkan dalam bahan makanan
dan minuman adalah 3 g/kg bahan makanan (Permenkes, 2012).
Perbedaan konsentrasi siklamat pada manisan buah kedondong dapat
disebabkan karena proses pengolahan pada setiap produsen berbeda-beda. Ada
sebagian produsen yang merebus kedondong berserta larutannya secara
bersamaan sehingga pemanis (siklamat) yang terserap pada buah kedondong
kadarnya lebih tinggi daripada manisan buah kedondong yang hanya diberi
perlakuan dengan perendaman buah kedondong pada larutan. Lama perendaman
kedondong pada larutan manisan buah kedondong berbeda-beda. Semakin lama
perendaman, maka semakin banyak zat pemanis (siklamat) pada buah kedondong,
sebaliknya semakin singkat waktu perendaman, semakin sedikit pula pemanis
(siklamat) yang terserap pada kedondong. Sehingga jika konsumen
mengkonsumsi manisan buah kedondong beserta larutannya, maka dapat

27
dipastikan bahwa, asupan kadar pemanis buatan berupa siklamat akan lebih tinggi
dibandingkan konsumen yang hanya mengkonsumsi manisan kedondong tanpa
meminum larutannya (Romandheny, 2006).
Penggunaan siklamat yang berlebihan sangat tidak baik untuk kesehatan
karena akan menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan, penyakit yang akan
ditimbulkan berupa penyakit yang efeknya akan dirasakan dalam jangka waktu
yang lama, beberapa diantaranya adalah kanker kandung kemih, migrain, tremor,
kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, sakit perut,
alergi, impotensi, gangguan seksual, kebotakan dan kanker otak. Serta bisa juga
menyebabkan penyakit akut yaitu penyakit batuk dan infeksi tenggorokan (Ismail,
2013).
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan melalui binatang-binatang
percobaan, misalnya di Institusi Kanker Nasional di Amerika bahwa efek
langsung bahan pemanis buatan ini sebagai penyebab kanker. Akan tetapi dalam
penggunaannya tetap harus sangat hati-hati dan tidak berlebihan, karena efek dari
natrium siklamat tetap dapat mengakibatkan adanya gangguan kesehatan. Oleh
karena itu, bahan pemanis buatan ini harus dihindari, karena selain tidak
mengandung kalori juga tidak mengandung zat gizi. Kemudian berdasarkan hasil
penelitian oleh Romandheny dalam Napitupulu (2006) salah satu mahasiswa
Fakultas Teknologi Pertanian UNIKA tentang keamanan pangan terhadap
pemanis sintetis dan pewarna pada manisan mangga, dalam penelitiannya
menunjukan bahwa manisan mangga banyak dijual d itempat-tempat umum atau
di tempat keramaian. Manisan mangga yang dijual ditempat-tempat umum tidak

28
dapat dipisahkan dari penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) seperti
pemanis buatan (siklamat). Hasil survei yang telah dilakukan olehnya dapat
diketahui bahwa, 70% siswa SD yang mengkonsumsi manisan mangga pernah
mengalami radang tenggorokan dan batuk, kepala pusing (25,71% ), perut mual
(29%), dan diare (15,71%) setelah mengkonsumsi manisan mangga.
Dari Dinas Kesehatan Aceh Barat menunjukkan bahwa, data penyakit
akibat mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung zat pemanis
sintetis yang terdaftar hanya hipertensi dan asma, sedangkan penyakit lain seperti
kanker, tumor, impoten dan sebagainya belum ada data atau informasi yang jelas
terkait penyakit akibat mengkonsumsi pemanis buatan tersebut. Yang terdata
hanya bagi penderita penyakit hipertensi pada tahun 2013 bulan Desember
sebanyak 251 orang laki-laki, 280 orang perempuan dan pada tahun 2014 bulan
April penderita hipertensi meningkat menjadi 818 orang (lelaki 436 orang dan
perempuan 382 orang). Sedangkan penderita penyakit asma hanya terdata pada
tahun 2014 yaitu 41 orang (26 laki-laki dan 16 perempuan) (Dinkes Aceh Barat,
2014).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lestari (2011) tentang analisis
adanya kandungan pemanis buatan (sakarin dan siklamat) pada jamu gendong di
Pasar Gubug Grobogan menunjukkan bahwa dari 23 sampel jamu gendong,
semuanya positif siklamat, hanya 7 jenis jamu yang kadarnya dibawah ambang
batas normal, sedangkan 16 jenis jamu yang kadarnya melebihi ambang batas
penggunaan siklamat. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Munte (2003),
tentang analisis penggunaan sakarin dan siklamat pada manisan buah yang

29
dijajakan di Pasar Petisah Kota Medan, hasil penelitiannya menunnjukkan bahwa
dari 8 sampel manisan buah, 25% sampel positif mengandung pemanis sintesis
sakarin dan 75% sampel positif menggunakan pemanis buatan berupa siklamat
(Lestari, 2011).
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pemanis sintetis
siklamat banyak digunakan oleh produsen kedalam makanan dan minuman tidak
hanya kedalam manisan buah, tetapi siklamat juga digunakan kedalam obat
tradisional seperti kedalam jamu. Pemanis sintetis siklamat sangat berbahaya bagi
kesehatan apabila dikonsumsi dalam kadar yang berlebihan, karena senyawa
sikloheksilamin yang merupakan senyawa hasil metabolisme siklamat dalam
tubuh tidak bisa dicerna oleh tubuh. Senyawa ini dalam tubuh juga akan
mengendap dan memicu berbagai penyakit. Pemanis sintetis siklamat selain dapat
menyebabkan penyakit akut, juga dapat menyebabkan penyakit yang ditimbulkan
dalam jangka waktu yang lama seperti penyakit kanker kandung kemih.

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Uji Kandungan
Siklamat pada manisan buah kedondong yang di Pasarkan disekitar Kota
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Dari 3 sampel pedagang manisan buah kedondong yang di pasarkan
disekitar Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, setelah melalui periksaan secara
kualitatif dan Kuantitatif di FMIPA Jurusan Kimia Unsyiah Banda Aceh
menunjukkan bahwa, semua sampel yang diperiksa positif mengandung siklamat,
dengan kadar masing-masing sampel yaitu pada sampel A kadar siklamat
sebanyak 0,79 g/kg, sampel B sebanyak 3,11 g/kg, dan sampel C sebanyak 2,15
g/kg.
Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa pada sampel B (3,11 g/kg),
terdapat kandungan siklamat dengan kadar melebihi batas maksimum
penggunaan siklamat. Penggunaan siklamat yang diperbolehkan oleh Permenkes
No. 033 tahun 2012 yaitu maksimum 3 g/kg bahan makanan dan minuman.
Dengan demikian, manisan buah kedondong pada sampel B dinyatakan tidak
aman untuk dikonsumsi disesuaikan dengan Permenkes No. 033 tahun 2012.
Sedangkan manisan buah kedondong yang ada pada sampel A dan sampel C
dinyatakan aman untuk dikonsumsi, karena memenuhi syarat kesehatan dan sesuai
dengan Permenkes No. 033 tahun 2012.

31
5.1 Saran
Melihat penggunaan siklamat pada manisan buah kedondong sampai saat
ini masih digunakan sebagai pemanis buatan dalam makanan ataupun minuman
untuk diperjualkan, maka disarankan :
1. Koordinasi Pemerintah Daerah dan Instansi terkait dalam hal ini Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, memberi penyuluhan atau informasi
kepada masyarakat tentang bahaya bagi kesehatan bila siklamat
digunakan dalam kadar yang berlebihan.
2. Kepada konsumen diharapkan lebih selektif dalam memilih manisan buah
kedondong yang dikonsumsi dengan memperhatikan ciri-ciri manisan
buah kedondong yang tidak mengandung siklamat yang berlebihan,
supaya aman untuk dikonsumsi.
3. Kepada BPOM Aceh dan berbagai pihak pengawasan terkait, untuk
meneliti secara berkala terhadap bahan makanan olahan masyarakat,
terutama tentang manisan buah kedondong agar dapat memberikan rasa
aman terhadap kesehatan masyarakat.
4. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan untuk menggunakan takaran
dalam setiap bahan yang digunakan dalam penelitian ini, agar datanya
lebih kuat dan valid.