program pendidikan dan latihan keperawatan
DESCRIPTION
PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEPERAWATANDISUSUN OLEH KELOMPOK 4RIZA SYAHPUTRA SRI UTAMI HANAFI SUCI LESTARI SYAHRUL MUBARAK SYUBHANSYAH YENI ERLINDA YESI MONIKA TANJUNG YOGI SUBANA ZULFAHMI RIZKI ZULFAN KAMALNIM 11712007T11032 NIM 11712007T11114 NIM 11712007T11035 NIM 11712007T10115 NIM 11712007T11078 NIM 11712007T11039 NIM 11712007T11118 NIM 11712007T11119 NIM 11712007T11040 NIM 11712007T11080DOSEN PEMBIMBING : SHARMILA YUSUF S.Kep1YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA AKADEMI KEPERTRANSCRIPT
PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH KELOMPOK 4
RIZA SYAHPUTRA NIM 11712007T11032
SRI UTAMI HANAFI NIM 11712007T11114
SUCI LESTARI NIM 11712007T11035
SYAHRUL MUBARAK NIM 11712007T10115
SYUBHANSYAH NIM 11712007T11078
YENI ERLINDA NIM 11712007T11039
YESI MONIKA TANJUNG NIM 11712007T11118
YOGI SUBANA NIM 11712007T11119
ZULFAHMI RIZKI NIM 11712007T11040
ZULFAN KAMAL NIM 11712007T11080
DOSEN PEMBIMBING : SHARMILA YUSUF S.Kep
1
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA
AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IM
BANDA ACEH
TAHUN AJARAN 2012-2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….1
1.2 Tujuan……………………………………………………………….. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Pendidikan Dalam Keperawatan…………………………… 4
2.2 Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Keperawatan……………….. 5
2.3 Tujuan Pendidikan Dalam Keperawatan…………………………….. 6
2.4 Fungsi Pendidikan Keperawatan…………………………………….. 9
2.5 Peran Pendidikan Tinggi Keperawatan…………………………….… 10
2.6 Penataan Pendidikan dan Penataan System Pendidikan……………... 12
2.7 Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan……………………………… 13
2
2.8 Pendidikan Tinggi Keperawatan……………………………………… 14
2.9 Teori Pelatihan………………………………………………………... 16
2.10 Langkah – Langkah Pelaksanaan Keperawatan……………………... 19
2.11 Pelatihan Asuhan Keperawatan……………………………………… 20
BAB II PENUTUP
3.1 Simpulan……………………………………………………………. 22
3.2 Saran………………………………………………………………… 22
Daftar Pustaka……………………………………………………………. 23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan adalah sebuah profesi, di mana di dalamnya terdapat sebuah
“body of knowledge’ yang jelas. Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan
yang kuat, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal ini
menyebabkan Profesi Keperawatan selalu dituntut untuk mengembangkan dirinya
untuk berpartisipasi aktif dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia dalam
upaya meningkatakan profesionalisme Keperawatan agar dapat memajukan
pelayanan masyarakat akan kesehatan di negeri ini.
Berdasarkan pemahaman tersebut dan untuk mencapainya, dibentuklah
suatu Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yang bertujuan untuk memelihara
dan meningkatakan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dalam melaksanakan
hal ini tentunya dibutuhkan sumber daya pelaksana kesehatan termasuk di
3
dalamnya terdapat tenaga keperawatan yang baik, baik dalam kuantitas maupun
dalam kualitas.
Saat ini, kebanyakan pendidikan Keperawatan di Indonesia masih
merupakan pendidikan yang bersifat vocational, yang merupakan pendidikan
keterampilan, sedangkan idealnya pendidikan Keperawatan harus bersifat
profesionalisme, yang menyeimbangkan antara teori dan praktik. Oleh karena itu
diperlukan adanya penerapan Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yaitu
dengan didirikannya lembaga-lembaga Pendikan Tinggi Keperawatan. Hal ini
telah dilakukan oleh Indonesia dengan membentuk sebuah lembaga Pendidikan
Tinggi Keperawatan yang dimulai sejak tahun 1985, yang kemudian berjalan
berdampingan dengan pendidikan-pendidikan vocational.
Selanjutnya, dalam perjalanan perkembangan keprofesionalismeannya,
ternyata keprofesionalismean Keperawatan sulit tercapai bila pendidikan
vocational lebih banyak dari pada pendidikan yang bersifat profesionalisme,
dalam hal ini pendidikan tinggi Keperawatan. Oleh karena itu, diperlukan adanya
standarisasi kebijakan tentang pendidikan Keperawatan yang minimal berbasis S1
Keperawatan.
Terkait hal tersebut, Direktorat Pendidikan Tinggi mengeluarkan SK No
427/ dikti/ kep/ 1999, tentang landasan dibentuknya pendidikan Keperawatan di
Indonesia berbasis S1 Keperawatan. SK ini didasarkan karena Keperawatan yang
memiliki “body of knowladge” yang jelas, dapat dikembangkan setinggi-
tingginya karena memilki dasar pendidikan yang kuat2. Selain itu, jika ditelaah
lagi, penerbitan SK itu sePndiri tentu ada pihak-pihak yang terkait yang
merekomendasikannya, dalam hal ini yakni Departemen Kesehatan ( DepKes) dan
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jika dilihat dari hal ini, maka dapat
disimpulkan adanya kolaborasi yang baik antara Depkes dan PPNI dalam rangka
memajukan dunia Keperawatan di Indonesia.
4
Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Banyak sekali kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh Depkes yang sangat merugikan dunia
keperawatan, termasuk kebijakan mengenai dibentuknya pendidikan Keperawatan
DIV (Diploma IV) di Politeknik-politeknik Kesehatan (Poltekes), yang
disetarakan dengan S1 Keperawatan, dan bisa langsung melanjutkan ke
pendidikan strata dua (S2). Padahal beberapa tahun lalu telah ada beberapa
Program Studi Ilmu Keperawatan di negeri ini seperti PSIK Univesitas Sumatera
Utara dan PSIK Universitas Diponegoro yang telah membubarkan dan menutup
pendidikan DIV Keperawatan karena sangat jelas menghambat perkembangan
profesi keperawatan.
Selain itu masih beraktivitasnya poltekes-poltekes yang ada di Indonesia
sekarang ini sebetulnya melanggar hukum Sistem Pendidikan Nasional yang ada
tentang pendirian Poltekes, yakni Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Pendidikan Kedinasan, di mana pendirian Poltekes yang langsung berada dalam
wewenang Depkes bertujuan dalam rangka mendidik pegawai negeri atau calon
pegawai negeri di bidang kesehatan, sehingga setelah lulus, lulusan-lulusan
Poltekes tersebut akan langsung diangkat menjadi pegawai negeri. Sedangkan saat
ini, Poltekes bukan lagi merupakan Lembaga Pendidikan Kedinasan, sehingga
para lulusannya tidak lagi mendapat ikatan dinas menjadi pegawai negeri. Oleh
karena itu seharusnya Poltekes-poltekes yang sekarang ada ini tidak dapat lagi
melakukan aktivitasnya memberikan pendidikan keperawatan.
Selain itu akhir-akhir ini Depkes telah membuat kebijakan yang
mengghentikan utilisasi S1 Keperawatan, dan walaupun masih ada, mereka
dijadikan perawat-perawat S1 yang siap dikirim ke luar negeri. Hal ini bertujuan
untuk ”menggoalkan” DIV Keperawatan.
Hal ini tentu saja sudah sangat keterlaluan. Profesi Keperawatan secara
sedikit demi sedikit melalui cara-cara yang sistematis dibawa pada jurang
kehancuran. Namun, Jika memang perawat professional di zaman ini mau
berusaha utuk memperbaiki nasibnya di masa depan , mungkin tidak akan ada
5
kesulitan bagi generasi selanjutnya untuk mengecap pendidikan keperawatan
samapai strata 1 (S1).
1.2 Tujuan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan program pendidikan dan latihan
keperawatan.
2. Memberi pedoman dan pendidikan bagi tenaga keperawatan dan dapat di
aplikasikan dalam kehidupannya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Pendidikan dalam Keperawatan
Untuk mengatahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita
telah memiliki rumusan formal dan operasional, sebagaimana termaktub dalam
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
6
Pendidikan dalam keperawatan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan
yang dimilikinya sehingga dapat diaplikasikan dalam bentuk pelayanan
professional yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pendidik kesehatan adalah : seseorang yang memberi pendidikan maupun
bimbingan kepada orang lain dibidang kesehatan, dengan tujuan terjadinya
perubahan tingkah laku positif tentang kesehatan untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Peserta didik adalah : klien (individu,keluarga,masyarakat) yang
mendapatkan materi pendidikan atau bimbingan di bidang kesehatan, sehingga
klien tersebut secara mandiri mau melakukan perubahan tingkah laku yang positif
dan permanen dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
2.2 Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Keperawatan
1. Perkembangan Keperawatan Di Indonesia
Masa pemerintahan Belanda
Perawat berasal dari penduduk pribumi (Velpleger) di bantu penjaga
orang sakit (Zieken Oppaser)
Bekerja di R.S Binnen Hospital di Jakarta (1799) memelihara kesehatan
staf & tentara Belanda
Membentuk dinas kesehatan tentara & dinas kesehatan rakyat
Masa VOC (Gubenur Inggris Rafles 1812-1816)
Kesehatan adalah milik manusia melakukan pencacaran umum.
Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguann jiwa.
Memperhatikan kesehatan & perawatan para tahanan.
7
2. Perkembangan Organisasi Profesi Keperawatan
Beberapa organisasi keperawatan
1. ICN (International Council of Nurses) organisasi profesional wanita
pertama di dunia di dirikan tgl 1 Juli 1899 o/ Mrs.Bedford Fenwick.
Tujuannya :
Memperkokoh silaturahmi perawat seluruh dunia
Memberi kesempatan bertemu bagi perawat di seluruh dunia untuk
membicarakan masalah keperawatan.
Menjunjung peraturan dlm ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam
pelayanan, pendidikan keperawatan berdasarkan kode etik profesi
keperawatan.
2. ANA di dirikan tahun 1800 yg anggotanya dari negara- negara bagian,
berperan:
Menetapkan standar praktek keperawatan.
Canadian Nurse Association (CNA) tujuan sama dengan ANA
memberikan izin praktek keperawatan mandiri.
3. NLN (National League for Nursing) di dirikan tahun 1952, tujuan untuk
pengembangan & peningkatan mutu pelayanan keperawatan &
pendidikkan keperawatan.
4. British Nurse Association di dirikan tahun 1887, tujannya:
Memperkuat persatuan & kesatuan seluruh perawat di Inggris &
berusaha
Memperoleh pengakuan terhadap profesi keperawatan
2.3 Tujuan Pendidikan Dalam Keperawatan
Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum, seperti menjadi manusia
yang baik, bertanggung jawaab, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara, dan sebagainya. Dalam dunia
8
pendidikan dikenal sejumlah usaha untuk menguraikan tujuan yang sangat umum
tersebut. Salah seorang diantaranya adalah Herbert Spencer (1860) yang
menganalisis tujuan pendidikan dalam lima bagian, yang berkenaan dengan:
1. Kegiatan demi kelangsungan hidup.
2. Usaha mencari nafkah.
3. Pendidikan anak.
4. Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara.
5. Penggunaan waktu senggang.
Tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert Spencer tersebut
didasarkan atas apa yang dianggapnya paling berharga dan perlu untuk setiap
orang bagi kehidupannya dalam masyarakat.
Bloom cs membedakan tiga kategori tujuan pendidikan, yaitu :
1. Kognitif (head)
Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenal
dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental. Tujuan
kognitif dibagi dalam 6 bagian, yaitu;
a. Knowledge (Pengetahuan) : Meliputi informasi dan fakta yang dapat
dikuasai melalui hafalan untuk diingat.
b. Comprehension (Pemahaman) Merupakan kesanggupan untuk
menyatakan suatu definisi, rumusan, menafsirkan suatu teori.
c. Application (Penerapan) Merupakan kesanggupan menerapkan atau
menggunakan suatu pengertian, konsep, prinsip, teori yang memerlukan
penguasaan pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam.
d. Analysis (Analisis) Yaitu kemampuan untuk menguraikan sesuatu dalam
unsur-unsurnya misalnya analisis hubungan antara masyarakat dengan
alam dan jagad raya.
e. Synthesis (Sintesis) Yaitu kesanggupan untuk melihat hubungan antara
sejumlah unsur.
f. Evaluation (Penilaian)
Penilaian berdasarkan bukti-bukti atau kriteria tertentu.
9
2. Afektif (heart)
Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, dan nilai-nilai
atau perkembangan emosional dan moral. Tujuan afektif dibagi dalam 5
bagian, yaitu;
a. Receiving
Menerima, menaruh perhatian terhadap nilai tertentu.
b. Responding (Merespon)
Yaitu memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu, menunjukan
kesediaan dan kerelaan untuk merespon, merasa puas dalam merespon.
c. Valuing (Menghargai)
Yaitu menerima suatu norma, menghargai suatu norma, dan mengikat
diri pada norma tersebut.
d. Organization (Organisasi)
Membentuk suatu konsep tentang suatu nilai, menyusun suatu sistem
nilai-nilai.
e. Characterization by Value or Value Complex
Mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga merupakan watak
seseorang, norma itu menjadi bagian diri pribadi.
3. Psikomotor (hand)
Tujuan psikomotor menyangkut perkembangan keterampilan yang
mengandung unsur motoris.
Peran perawat tidak hanya care giver (pemberi asuhan) saja tetapi juga
sebagai concelor, educator dan concultant, sehingga dengan perannya tersebut
seorang perawat memerlukan pengetahuan tentang pendidikan agar bisa
memberikan pendidikan secara sistematis sesuai cara, metode dan media
pendidikan yang benar dan tepat terhadap klien, sehingga hasil dari pendidikan
yang diberikan kepada klien bisa tercapai tepat sasaran dan tepat guna.
Perawat Harus menguasai bidang pendidikan, karena dengan mempelajari
ilmu pendidikan seorang mahasiswa prodi keperawatan diharapkan dapat
memberi dan menerima informasi yang akan dibutuhkan dalam menghadapi
10
pasien ( orang lain) sehingga mampu mengarahkan pada pencapaian kompetensi
profesional.
2.4 Fungsi Pendidikan Keperawatan
1. Fungsi pendidikan
Fungsi ini terdiri atas tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
Peserta didik dalam hal kaulifikasi/persyaratan, mekanisme seleksi
dan penerimaan, serta daya tampung peserta didik.
Proses pendidikan yang mencakup tujuan pendidikan/rumusan
kompetensi, kurikulum pendidikan, proses pembelajaran/evaluasi
hasil belajar, fasilitas sumber daya pendidikan, dan rumah sakit
pendidikan.
Lulusan yang mencakup kaulifikasi/persyaratan, mekanisme
penilaian akhir/keprofesian, dan jumlah yang diluluskan dan sebaran.
2. Fungsi penelitian
Berperan aktif dalam riset dasar dan terapan, pengembangan ilmu
pengetahuan ilmu keperawatan, mengembangangkan teknologi
keperawatan, meningkatkan mutu, dan memperluas jangkauan
pelayanan
Manfaatkan tekhnologi maju secara tepat dalam rangka
meningkatkan mutu dan memperluas jangkauan pelayanan
professional
Melaksanakan berbagai bentuk kegiatan ilmiah yang meliputi
ceramah/diskusi ilmiah, forum ilmiah, tulisan ilmiah/majalah ilmiah
dan pengawal ilmu keperawatan.
3. Fungsi pengabdian masyarakat :
Pelayanan kepada masyarakat melalui berbagai bentuk, sifat dan
jenjang pelayanan kepada masyarakat, serta membangun model
pelayanan/asuhan keperawatan
11
Pendidikan dan bimbingan masyarakat dengan cara membina
kemampuan masyarakat mengatasi masalah keperawatan yang
dihadapi.
Mengarahkan kemampuan masyarakat untuk mengorganisir dan
melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan professional
Memberi konsultasi dalam keperawatan kepada berbagai pihak yang
memerlukan.
2.5 Peran Pendidikan Tinggi Keperawatan
1. Membina sikap pandangan dan kemampuan professional
Pendidikan tinggi keperawatan sangat berperan dalam membina
sikap, pandangan dan kemampuan professional, lulusannya. Diharapkan
perawat mampu bersikap dan berpandangan professional, berwawasan
keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan ilmiah
keperawatan yang memadai, dan menguasai keterampilan professional
secara baik dan benar (Husin, 1966).
Sebagai perawat profesioanal diperoleh kepuasaan kerja yang
selanjutnya memacu pencapaian kemampuan melalui penampilan kerja
yang lebih baik lagi. Kemampuan berpikir kritis dalam mengambil
keputusan serta mampu mempertanggungjawabkan keputusan dan
tindakan yang dilakukan merupakan salah satu factor utama tercapainya
kepuasaan kerja (Jones dan Beck, 1996). Kepuasaan kerja perawat akan
menghasilkan kepuasaan pada pemakai jasa keperawatan, baik
masyarakat maupun intitusi tempat bekerja.
2. Meningkatkan mutu pelayanan/ askep dan kesehatan
Pendidikan keperawatan menghasilkan perawat yang bersikap
professional mencakup keterampilan intelektual, interpersonal, dan
tekhnikal, mampu mempertanggungjawabkan secara legal, keputusan dan
12
tindakan yang dilakukan sesuai dengan standar dan kode etik profesi,
serta dapat menjadi contoh peran bagi perawat lain.
Teori dan model keperawatan dapat dikatakan bermanfaat, jika
bisa diterapkan dipelayanan, begitu pula dengan system manajemen
keperawatan yang dipelajari selama pendidikan. Fasilitas pelayanan yang
dapat digunakan sebagai sumber pendidikan yang diharapkan cukup
kondusif untuk proses pembelajaran peserta didik (Hamid, 1997)
3. Menyelesaikan masalah keperawatan dan mengembangkan iptek
keperawatan melalui keperawatan
Kerja sama yang terjalin dengan baik antara institusi pendidikan
dan pelayanan memungkinkan terjadinya transformasi IPTEK, termasuk
teridentifikasinya masalah kesehatan, khususnya yang terkait dengan
masalah keperawatan untuk penelitian keperawatan yang bertujuan
menghasilkan jawaban terhadap pertanyaan, menghasilkan solusi
masalah, baik melalui produk berupa tekhnologi atau metode baru
maupun produk jasa serta menguji teori berdasarkan kondisi atau fakta
baru. (Leddy dan Pepper, 1993; Mayer, Medden dan Lawrence, 1990)
4. Meningkatkan kehidupan keprofesian melalui organisasi profesi
Pendididkan tinggi keperawatan akan memfasilitasi perkembangan
kehidupan organisasi keperawatan untuk lebih professional. Dengan
pendidikan profesioanal, perawat sebagai anggota dari suatu organisasi
profesi akan lebih memahami dan menghayati peran, tanggung jawab, dan
haknya sebagai anggota organisasi profesi yang memiliki sifat,
pandangan, dan kemampuan professional sangat memungkinkan
organisasi keperawatan berperan sabagai pengendali mutu pelayanan
asuhan keperawatan kepada masyarakat melalui pengaturan hak,
tanggung jawab, dan kewengan tiap perawat berdasarkan kompetensi
yang dimiliki (SCHMALE,1996).
13
Selain itu, organisasi profesi akan lebih berperan dalam proses
pengembangan dan pembinaan keterampilan professional dan
menerapkan kode etik profesi bagi tiap anggotanya melalui pengaturan
dan pengadaan system pendidikan berkelanjutan serta mengendalikan
pemanfaatan dan pengembangan IPTEK keperawatan(husin, 1999).
2.6 Penataan pendidikan dan penataan system pendidikan keperawatan
Program pendidikan ini akan menghasilkan perawat Vokasional (ahli
madya keperawatan) yang dikembangkan dengan landasan keilmuan dan
keprofesian serta diharapkan memiliki tingkah laku dan kemampuan professional
serta akuntabel dalam melaksanakan asuhan keperawatan dasar secara mandiri
dibawa sepervisi. Mereka diharapkan mempunyai kemampuan mengelolah
peraktek keperawatan yang sesuai dangan kebutuhan klien.
Program pendidikan ini menghasilkan sarjana keperawatan dan
professional (Ns = first professional degree) dengan sikap, tingkah laku, dan
kemampuan professional, serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan
keperawatan dasar sampai dengan tingkat kerumitan tertentu secara mandiri.
Mereka dituntut untuk memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu
pelayanan dengan memanfaatkan IPTEK keperawatan yang maju secara tepat
guna, serta kemampuan melaksanakan riset keperawatan dasar dan penerapan
yang sederhana.
Penataan Pendidikan Tinggi Keperawatan
1. Program pendidikan D-III keperawatan
2. Program pendidikan ners
3. Program magister keperawatan
4. Program pendidikan ners spesialis
14
Program ini menghasilkan perawat ilmuan (scintist) dengan sikap tingkah
laku dan kemampuan sebagai ilmuan keperawatan yang diharapkan mempunyai
kemampuan: meningkatkan pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan
pengembangan, berpartisipasi dalam pengembangan bidang ilmunya,
mengembangkan penampilanya dalam spectrum yang lebih luas dengan
mengaitkan ilmu/profesi yang serupa serta merumuskan pendekatan penyelesaian
berbagai masalah masyarakat dengan cara penalaran ilmiah (keputusan
Mendikbud Nomor.056/U/1994/pasal 2 ayat 3).
Program pendidikan ini menghasilkan perawat ilmuan (magister) dan
professional (Ns spesialis = second professional degree) dengan sikap, tingkah
laku, dan keterampilan professional serta akuntabel untuk melaksanakan prektik
keperawatan spesialistik ners spesialis merupakan ilmuan dalam bidang ilmu
keperawatan klinik dengan kemampuan dan tanggung jawab sebagai ilmuan
klinik (SK Mendikbud No.056/U/1994).
2.7 Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan
Kata sistem menjadi populer dengan munculnya pendekatan sistem yang
digunakan dalam berbagai bidang ilmu. Sistem secara teknis berarti seperangkat
komponen yang saling berhubungan dan bekrja bersama – sama untuk mencapai
suatu tujuan . kata sistem berasal dari bahasa latin (syst dan ema) dan bahasa
yunani (sust dan ema ) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau
elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi,
atau energi. istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan suatu kesatuan
yang berintraksi, ketika suatu model matematika sering kali dapat buat.
Sistem merupakan kesatuan bagian – bagian yang saling berhubungan
yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. misalnya,
negara yang merupakan suatu kumpulan dalam beberapa elemen kesatuan lain
seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara
15
dengan rakyat sebagai penggeraknya. ‘’ sistem’’ sering kali digunakan baik dalam
prcakapan sehari-hari , forum diskusi maupun dokumen ilmiah.
Landasan pembangunan sistem pendidikan tinggi keperawatan di
indonesia merupakan bagian terintegrasi dari sistem pendidikan tinggi nasional
karena hakikat pendidikan tinggi keperawatan sebagai pendidikan profesi dan
tuntutan kebutuhan masyarakat. Melalui pelaksanaan tiga fungsi pokok
pendidikan tinggi keperawatan, yaitu pendidikan keperawatan, riset
keperawatan dan pengabdian masyarakat ,di harapkan pendidikan tinggi
keperawatan menghasilkan berbagai karakter dan sifat lulusan yang kompoten
dalam bidang pelayanan dan konsultasi keperawatan bagi masyarakat.
Pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan merupakan pandangan
filosifis atau paradigma tentang keperawatan , orientsi pendidikan tinggi ,
kerangka konsep pendidikan tinggi keperawatan , dan kelompok ilmu
keperawatan.
2.8 Pendidikan Profesi Keperawatan
Pendidikan tinggi keperawatan dikembangkan berdasarkan dan bertolak
dari paradigma keperawatan. Orientasi pendidikan tinggi keperawatan yang
mantap dan kerangka konsep pendidikan tinggi yang kokoh memungkinkan
profesi keperawatan menghadapi masa depan dan tidak tergoyangkan oleh
perubahan – perubahan pandangan perorangan, terutama yang bersifat
menyimpang dari hakikat keperawatan yang sesungguhnya. Kperawatan
berkeyakinan dan berpandangan bahwa manusia dan kemanusian merupakan
focus utama dari setiap upaya pelayanan keperawatan dengan menjunjung tinggi
nilai dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bertolak dari pandangan
ini disusun paradigm keperawatan yang terdiri dari 4 konsep yaitu manusia,
lingkungan, sehat, dan Keperawatan.
Kelly (1981) dalam Ma’rifin (2003) mengembangkan criteria profesi
meliputi :
16
1. Layanan yang diberikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
kemanusiaan.
2. Adanya body of knowledge yang khusus dipelajari dan dikembangkan
melalui proses penelitian.
3. Layanan yang diberikan termasuk aktivitas intelektual, tanggung jawab
dan tanggung gugat secara individu merupakan suatu tangtangan yang
besar dan harus dijawab.
4. Perawat praktisi relative bebas dan dapat mengontrol kebijakan dan
aktivitas yang mereka perbuat (otonomi).
5. Perawat praktisi harus memiliki dasar pendidikan di institusi pendidikan
tinggi.
6. Pearwat praktisi`memberikan pelayanan dengan motivasi altruistikdan
menganggap bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan kegiatan
terpenting di hidupnya
7. Terdapat kode etik yang memberikan panduan dalam mengambil
keputusan dan meneruskan praktik yang mereka lakukan
8. Terdapat organisasi profesi yang dapat memberikan bantuan dan dorongan
dalam menerapkan standar praktek keperawatan.
Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi mengarahkan hasil
pendidikan menjadi tenaga professional. Melalui sistim pendidikan ini, dihasilkan
perawat yang dapat menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tuntutan
profesi untuk memberikan pelayanan professional kepada masyarakat. Peran
perawat sebagai:
1. Mitra kerja
Hubungan perawat-klien merupakan hubungan yang memerlukan kerja sama
yang harmonis atas dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa saling percaya,
mengasihi dan menghargai.
2. Sumber informasi
Perawat harus mampu memberikan informasi yang akurat, jelas, dan rasional
kepada klien dalam suasana yang bersahabat dan akrab.
17
3. Pendidik
Perawat harus berupaya memberikan pendidikan, pelatihan dan bimbingan
pada klien atau keluarganya terutama dalam mengatasi masalah kesehatan.
4. Pemimpin
Perawat harus mampu memimpin klien atau keluarga untuk memecahkan
masalah kesehatan melalui proses kerja sama dan partisipasi klien.
5. Wali atau pengganti
Perawat merupakan individu yang dipercaya klien untuk berperan sebagai
orang tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna membantu memenuhi
kebutuhan.
6. Konselor
Perawat harus dapat memberi bimbingan terhadap masalah klien sehingga
pemecahan masalah akan mudah dilakukan. Akan tetapi pendidikan profesi
keperawatan yang bertujuan mewujudkan pelayanan professional harus
dilandasi oleh kemampuan meneliti dari peserta didiknya. Kemampuan ini
ditimbulkan melalui keingintahuan yang tinggi selama proses pendidikan
yang dipelihara sedemikan rupa sehingga setelah lulus perawat dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang berbasis fakta (Evidence based
practice).
2.9 Teori Pelatihan
Pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia,
terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian.
Pelatihan juga merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus seseorang atau
kelompok orang (Hariandja, 2002).
Pelatihan dan pengembangan didefinisikan sebagai usaha yang terencana
dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
pegawai (Hariandja, 2002). Pelatihan dan pengembangan merupakan hal yang
harus dilakukan oleh organisasi agar staf mendapatkan pengetahuan, keterampilan
18
dan kemampuan yang baru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pelaksana pelatihan dimaksudkan untuk mendapatkan tenaga kerja yang
memiliki pengetahuan, keterampilan yang baik, kemampuan dan sikap yang baik
untuk mengisi jabatan pekerjaan yang tersedia dengan produktivitas kerja yang
tinggi, yang mampu menghasilkan hasil kerja yang baik tentang pelatihan diatas
mengungkapkan bahwa pelatihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki
kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktifitas ekonomi yang
dapat membantu karyawan dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan
penerapan guna meningkatkan pegetahuan, keterampilan, kecakapan serta sikap
seseorang yang diperlukan organisasi dalam menncapai tujuan yang juga harus
disesuiakan dengan tuntutan pekerjaan yang akan di emban oleh seseorang
karyawan.
Seorang perawat, baik itu perawat manajer ataupun perawat pelaksana
tentunya harus berubah sesuai dengan dinamika waktu dan tuntutan pelayanan
keperawatan yang semakin kompleks dimana kualitas pelayanan sangat di
utamakan. Oleh karena itu secara rutin diperlukan pelatihan dan pengembangan
perawat agar kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotornya sesuai dengan
kebutuhan areanya.
a. Tujuan Pelatihan
Menurut Dharma (2004), tujuan pelatihan adalah meningkatkan
kemampuan karyawan melakukan pekerjaannya dengan lebih baik,
sedangkan pelatihan di bidang keperawatan merupakan salah satu kegiatan
pengembangan staf yang bertujuan untuk meningkatkan mutu sumber daya
manusia dalam hal ini perawat. As’ad (2003) menyampaikan tujuan
pelatihan adalah meningkatkan produktifitas kerja, meningkatkan mutu
kerja, meningkatkan ketepatan dalam perencanaan sumber daya manusia
khususnya perawat, meningkatkan moral kerja, menjaga keselamatan dan
menunjang pengembangan seseorang, meningkatkan kematangan
19
kepribadian staf, dan meningkatkan kemampuan intelektual dan
keterampilan. Tujuan-tujuan tersebut akan di uraikan sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktifitas kerja
Peningkatan produkifitas kerja terjadi disebabkan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan staf selalu diperbaharui dan disesuiakan
dengan standar.
2. Meningkatkan mutu kerja
Pelatihan memberikan informasi tentang standar pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh staf. Standar tersebut akan menjadi pedoman bagi
staf ketika melaksanakan pekerjaannya sehingga secara tidak langsung
mutu kerja dapat terbentuk.
3. Meningkatkan ketepatan dalam perencanaan sumber daya manusia
Pelatihan dan pengembangan staf bertujuan untuk mempertahankan
dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
sehingga dapat diketahui bagian atau jabatan yang memerlukan
penambahan atau rotasi pegawai.
4. Meningkatkan moral kerja
Berbagai materi yang berkaitan dengan area kerja staf dapat
disampaikan dalam pelatihan dan pengembangan termasuk moral dan
etika dalam bekerja.
5. Menjaga keselamatan dan menunjang pengembangan seseorang
Pelatihan dan pengembangan akan memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki oleh staf sehingga staf
selalu siap apabila diberikan kesempatan promosi untuk
pengembangan karir.
b. Dimensi Program Pelatihan
Dimensi program pelatihan yang efektif diberikan perusahaan
kepada pegawai dapat diukur melalui :
20
1. Isi pelatihan, yaitu apakah isi program pelatihan relevan dan sejalan
dengan kebutuhan pelatihan, dan apakah pelatihan itu up to date.
2. Kesesuain materi, yaitu apakah metode pelatihan yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan dan apakah metode pelatihan tersebut sesuai dengan
gaya belajar peserta pelatihan.
3. Keterampilan instruktur, yaitu apakah instruktur mempuyai
kemampuan dan keterampilan dalam penyampaian materi sehingga
mendorong orang untuk belajar.
4. Fasilitas pelatihan, yaitu apakah tempat penyelenggaraan pelatihan
dapat dikendali oleh instruktur, apakah relevan dengan jenis pelatihan
(Sofyan, 2008).
2.10 Langkah – Langkah Pelaksanaan Pelatihan
Mengingat pentingnya pelatihan bagi pengembangan staf maka seorang
manajer harus dapat membuat dan mengembangkan program pelatihan yang
efisien dan efektif (Hariandja, 2002). Langkah-langkah untuk menyusun program
pelatihan dan pengembangan menurut Siagian (2000) adalah penetuan kebutuhan,
penentuan sasaran, penentuan isi program, identifikasi prinsip-prinsip belajar,
pelaksanaan program, identifikasi manfaat, dan penilaian pelaksanaan program.
Langkah-langkah tersebut akan di uraikan sebagai berikut:
1. Penentuan Kebutuhan
Tahap ini dilakukan melalui penentuan kebutuhan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang akan disampaikan dalam kegiatan pelatihan dan
pengembangan.
2. Penentuan Sasaran
Tahap penentuan sasaran akan menentukan bagian atau jabatan
khususnya staf yang harus mengikuti pelatihan dan pengembangan.
3. Penentuan Isi Program
Isi program berkaitan dengan penjabaran materi pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang akan disampaikan dalam kegiatan pelatihan dan
pengembangan.
4. Identifikasi Prinsip – Prinsip Belajar
21
Prinsip-prinsip pembelajaran harus diidentifikasi agar tujuan pelatihan
dan pengembangan dapat tercapai.
5. Pelaksanaan Program
Tahap pelaksanaan program berisi uraian tahapan-tahapan kegiatan
yang akan dilaksanakan. Tahapan harus diuraikan dengan jelas,
spesifik dan aplikatif.
6. Identifikasi Manfaat
Manfaat pelatihan dan pengembangan harus diidentifikasi agar tujuan
pelatihan dan pengembangan dapat tercapai sesuia dengan perencanaan
awal pelatihan dan pengembangan diselenggarakan.
7. Penilaian Pelaksanaan Program
Penilaian pelaksanaan program diperlukan untuk memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuia perencanaan.
2.11 Pelatihan Asuhan Keperawatan
Pelatihan asuhan keperawatan adalah suatu kegiatan pendidikan dan
pelatihan tentang asuhan keperawatan yang diselenggarakan di RSUD. Dr. H.
Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan, dengan tujuan diharapkan
perawat mampu :
1. Menguraikan tahap – tahap proses keperawatan
2. Menguraikan kegiatan perawat pelaksana dalam setiap tahap proses
asuhan proses keperawatan
3. Memahami tentang proses asuhan keperawatan
4. Memiliki keyakinan tentang proses asuhan keperawatan
5. Menyetujui proses asuhan keperawatan
6. Melakukan pengkajian pada pasien
7. Melakukan penegakan dignosa keperawatan pada pasien
8. Menyusun perencanaan tindakan
9. Melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan
10. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan
22
11. Melakukan pendokumentasien (catatan) yang telah diberikan pada
pasien
3 Materi Pelatihan
Materi pelatihan asuhan keperawatan pasien berdasarkan atas masalah
keperawatan yang sering muncul dan ditemukan oleh perawat pelaksana,
sehingga materi pelatihan adalah sebagai berikut :
1. Konsep model praktik keperawatan profesional
2. Konsep proses keperawatan
3. Asuhan keperawatan pada pasien nyeri
4. Asuhan keperawatan pada pasien dengan ganguan oksigenasi
5. Asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kekurangan
cairan dan elektrolit (dehidrasi)
6. Asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertermi
23
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Beberapa organisasi keperawatan
1. ICN (International Council of Nurses) organisasi profesional wanita
pertama di dunia di dirikan tgl 1 Juli 1899 o/ Mrs.Bedford Fenwick.
2. ANA di dirikan tahun 1800 yg anggotanya dari negara- negara bagian,
3. British Nurse Association di dirikan tahun 1887,
4. NLN (National League for Nursing) di dirikan tahun 1952, tujuan untuk
pengembangan & peningkatan mutu pelayanan keperawatan
Penataan Pendidikan Tinggi Keperawatan
1. Program pendidikan D-III keperawatan
2. Program pendidikan ners
3. Program magister keperawatan
4. Program pendidikan ners spesialis
3.2 SARAN
Semoga makalah kami dapat bermanfaat untuk para pembaca, kami
nmmkmenerimakritikan yang dapat membangun kelompok kami.
24
DAFTAR PUSTAKA
Simamora Roymond H.,M.Kep, Ns.2009.Pendidikan Dalam
Keperawatan.Jakarta:EGC.
Salam dan Salmon,Ferry.2009. Pendidikan Dalam
Keperawatan.Jakarta:Salemba.
http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/pendidikan-
keperawatan.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-
definisi-pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/
25