paradigma pendidikan kesehatan khususnya keperawatan …
TRANSCRIPT
1
PARADIGMA PENDIDIKAN KESEHATAN
KHUSUSNYA KEPERAWATAN DAN NERS DI MASA
DEPAN
UNIT 1
PENGANTAR TEORI KEPERAWATAN : SIFAT DAN KARAKTERISTIK
TEORI KEPERAWATAN, FILSAFAT DAN PARADIGMA
SAINS KEPERAWATAN
A. Filsafat ilmu
Pokok permasalahan yang dikaji dalam filasafat, mencakup : 1) Apa yang
disebut benar dan apa yang disebut salah (logika); 2) Mana yang dianggap baik
dan mana yang dianggap buruk (etika); dan 3) Apa yang termasuk indah dan apa
yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang utama filsafat itu bertambah lagi
dengan : 4) Teori tentang ada, tentang hakekat keberadaan zat, tentang hakekat
fikiran dan kaitannya dengan zat yang semuanya terangkum dalam metafisika;
serta 5) Politik, yakni kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan yang ideal.
Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada
komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu
ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1. Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari
persepsi filsafat ilmu tentang apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being
Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau
spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya,
merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat
bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang)
2
ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari. Secara garis besar
ontologi bermakna apa yang dibahas oleh suatu cabang ilmu. Obyek
penelahaan ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh
panca indera manusia.
2. Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana
tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan
landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam
menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi
(Vernunft), pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi,
merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal
adanya model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme,
kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan
berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan
sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah)
itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.
Untuk mendapatkan pengetahuan ini ilmu membuat beberapa andaian
(asumsi) mengenai obyek-obyek empirik. Asumsi ini perlu, sebab pernyataan
asumsif inilah yang memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelahaan.
Sebuah pengetahuan baru dianggap benar selama kita bisa menerima yang
dikemukakannya.
3. Akslologi llmu meliputi nilal-nilai (values) yang bersifat normatif dalam
pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita
jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti
kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-material. Lebih dari itu
3
nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua
non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan
penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu. Atau dengan kata lain
aksiologi menceritakan tentang apa manfaat ilmu bagi kita.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya
pada strategi pengembangan ilmu, yang menyangkut etic dan heuristic. Bahkan
sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau
kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan. Saat ini masyarakat
makin menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi dan memuaskan.
Kesiapan tenaga keperawatan dituntut lebih terampil dan professional.
Masyarakat ekonomi ASEAN dan dunia menuntut profesionalisme bidang
keperawatan. Karena itulah perawat mesti mengembangkan keilmuannya untuk
mencari terobosan dan inovasi baru dalam pelayanan.
Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas,
yang menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis,
serta kematangan untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai direct
human care harus dapat menjawab mengapa seseorang membutuhkan
keperawatan, domain keperawatan dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta
lingkup garapan praktek keperawatan, basis konsep dari teori dan struktur
substantif setiap konsep menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga
dapat menjadi acuan untuk melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi
kehidupan manusia dimana perawat atau keperawatan diperlukan keberadaannya.
4
Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat terwujud bila para
profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis, kritis dan
logis terhadap fenomena yang dihadapinya, bertindak secara rasional-etis, serta
bersikap tanggap atau peka terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya.
Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran
tentang ilmu keperawatan guna memajukan ilmu keperawatan.
B. Paradigma keperawatan
Paradigma adalah cara melihat fenomena dalam disipllin yang
mengarahkan metodologi dan proses perkembangan. Perawatan merupakan
bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu faktor yang memenuhi
tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga keperawatan berada
ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama
dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka perawat
perlu mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran, fungsi
dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawata
pada klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari
segi bio, psiko, sosial, spiritual dan cultural.
Paradigma keperawatan merupakan suatu cara pandang yang mendasar
atau cara kita melihat, memikirkan, member makna, menyikapi dan memilih
tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Paradigma
keperawatan dalam hal ini adalah disiplin terkait konsep sentral keperawatan
yang mencakup : 1) manusia; 2) lingkungan/masyarakat; 3) kesehatan; dan 4)
keperawatan itu sendiri, yang dijelaskan dalam gambar 1.1 berikut ini
5
Gambar 1.1
Paradigma keperawatan
Paradigma sebenarnya memiliki fungsi antara lain : 1) menyikapi dan
menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan sebagai
aspek pendidikan dan pelayanan kperawatan, praktik dan organisasi profesi; dan
2) membantu individu dan masyarakat untuk memahami dunia keperawatan kita
dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi disekitar kita.
1. Konsep manusia
Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh, dalam
arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik
karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat
perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992). Manusia adalah
sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap dengan lingkungan
eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan
internalnya/homeostatis (Kozier, 2000). Manusia memiliki akal fikiran,
perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu beradaptasi dan merupakan
kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi
(Jumadi, 1999). Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan
6
adalah manusia sebagai sistem terbuka, sistem adaptif, personal dan
interpersonal yang secara umum dapat dikatakan holistik atau utuh.
Konsep manusia terdiri dari :
a. Manusia sebagai makhluk hidup
b. Manusia sebagai sistem
Sistem adalah suatu kesatuan yang bekerja sama serta tidak dapat ipisah-
pisahkan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan. Sebagai sistem
terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial
dan spiritual sehingga perubahan pada manusia akan selalu terjadi
khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya.
Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon terhadap perubahan
lingkungannya dan akan menunjukan respon yang adaptif maupun respon
maladaptif. Respon adaptif akan terjadi apabila manusia tersebut
mempunyai mekanisme koping yang baik menghadapi perubahan
lingkungannya, tetapi apabila kemampuannya untuk merespon perubahan
lingkungan yang terjadi rendah maka manusia akan menunjukan prilaku
yang maladaptive. Sebagai sarana pelayanan atau askep dan praktek
keperawatan. manusia adalah klien yang dibedakan menjadi individu,
keluarga dan masyarakat.
1) Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagi kesatuan untuh
dari aspek bio-psiko-sosial-spiritual. Peran perawat pada individu
sebagai klien pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup
7
kebutuhan bio-psiko-sosio-piritual karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju
kemandirian pasien.
2) Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain, baik secara
peroraan maupun secara bersama- sama didalam lingkungan sendiri
atau masyarakat secara keseluruhan. keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dalam rangka membantu keluarga meningkatkan
kemampuan untuk menyelesaikan maslah kesehatan. Perawat
berperan sebagai pendeteksi adanya masalah kesehatan pemberi askep
pada anggota keluarga yang sakit, coordinator pelayanan kesehatan,
fasilitator, pendidik dan penasehat keluarga sejauh menyangkut
masalah-maslah kesehatan yang dihadapi.
3) Masyarakat sebagai klien
Masyarakat adalah suatu pranata yang terbentuk karena integrasi
antara manusia dan budaya dalam lingkunganya bersifat dinamis dan
terdiri dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang
mempunyai tujuan dan norma sebagai sistem nilai, seperti halnya
keluarga.
c. Manusia sebagai makhluk holistic atau keseluruhan/utuh, terdiri dari :
Bio – Bios = Hidup
- manusia mempunyai suatu susunan system organ tubuh
8
- mempunyai kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya
- tidak lepas dari hukum alam : lahir, berkembang, mati.
Psiko – psicha = jiwa, roh, sukma
- mempunyai struktur kepribadian
- mempunyai daya pikir, kecerdasan
- mempunyai kebutuhan psikologis, berkembang
Spiritual
- mempunyai keyakinan / mengakui adanya tuhan
- memiliki pandangan hidup, dorongan hidup yang sejalan dengan sifat
religious yang dianutnya.
Kultural
- mempunyai nilai budaya yang berbeda
2. Konsep keperawatan
Konsep keperawatan dikembangkan dari paradigma keperwatan yang
disepakati sebagai bentuk pelayanan profesional yang merupakan kajian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk perawatan bio-psiko-sosial-kultural-spiritual yang komprehensif,
ditunjukan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas, baik sakit
maupun sehat serta mencakup seluruh kehidupan manusia. Keperawatan
berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan atau
mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangya kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Bantuan juga ditujukan kepada
penyediaan pelayanan kesehatan utama dalam upaya mengadakan perbaikan
9
sistem pelayanan kesehatan sehingga memungkinkan setiap orang mencapai
hidup sehat dan produktif.
3. Konsep kesehatan (sehat-sakit)
Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk
memepertahankan keadaan kesehatannya. Adapun faktor lingkungan internal
yang mempengaruhi adalah psikologis, dimensi intelektual dan spiritual dan
proses penyakit. Faktor-faktor lingkungan eksternal adalah factor-faktor yang
berada diluar individu yang mungkin mempengaruhi kesehatan antara lain
variabel lingkungan fisik, hubungan sosial dan ekonomi.
Salah satu ukuran yang dipakai untuk mengukur tingkat atau status kesehatan
adalah rentang sehat sakit. Rentang sehat sakit merupakan skala hipotesa
yang berjenjang untuk mengukur keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang
berada pada skala yang bersifat dinamis, individualis, dan tergantung pada
factor-faktor yang mempengaruhi kesehatan. Menurut model ini, keadaaan
sehat selalu berubah secara konstan, dimana rentang sehat sakit berada
diantara dua kutub yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status
kesehatan kita bergerak kearah kematian kita berada dalam area sakit (illness
area), tetapi apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita
berada dalam area sehat (wellness area).
Oleh karena pengetahuan sehat dan sakit tidak terlalu spesifik maka para ahli
sepakat menggunakan suatu rentang atau skala seseorang. Salah satu ukuran
yang dipakai adalah healthillnes continum atau rentang sehat sakit. Rentang
sehat sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang untuk mengukur
10
keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada skala yang bersifat
dinamis, dan tergantung individualis dan tergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan. Menurut model ini keadaan sehat selalu berubah
secara konstan. Penyakit meningkat menyebabkan tidak sehat dan perasaan
sakit menurut kemampuan fungsional.
Konsep sehat digunakan sebagai landasan untuk mencapai sasaran
keperawatan yaitu derajat kesehatan yang optimal untuk itu keperawatan
memberikan bantuan kepada individu, keluarga dan masyarakat untuk dapat
merawat dirinya sendiri.
4. Konsep lingkungan
Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status
ekonomi dan kesehatan. Fokus lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologi,
sosial, budaya dan spiritual. Lingkungan dibagi 2 yaitu :
a. Lingkungan dalam terdiri dari:
1) Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan
ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap
lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien
dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap,
bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara
bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat
sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang
lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur
11
harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas.
Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari
kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur
sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
2) Lingkungan psikologi (psychologi environment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif
dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap
emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga
rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang
menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk
membantu pasien dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi
dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara
menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau
terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan
keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang
baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari
pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu
muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia
berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung
yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
3) Lingkungan aksi (social environment)
12
Observasi dari lingkungan aksi terutama huhbungan yang spesifik,
kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan
penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan
demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi
dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari
sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti
juga hubungan komuniti dengan lingkungan aksi dugaannya selalu
dibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu lingkungan pasien
secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau
lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang
berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
b. Lingkungan luar (kultur, adat, struktur masyarakat, status, udara, suara,
pendidikan, pekerjaan dan faktor ekonomi budaya). Lingkungan dengan
kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara terapi lingkungan dapat
membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap
penyakit untuk meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien.
Lingkungan dengan timbulnya penyakit yaitu apabila lingkungan kita
kotor dan tidak bersih maka akan berpotensi sekali untuk terciptanya
banyak penyakit-penyakit.
Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan dimana
apabila lingkungan itu kotor maka kesehatan manusia akan terganggu
sehingga manusia perlu merawat dirinya atau membutuhkan perawatan
dari orang lain. Keperawatan dengan lingkungan juga sangat berpengaruh
13
dimana jika seseorang sedang rehabilitasi maka akan memerlukan
lingkungan yang bersih.
C. Karakteristik keperawatan sebagai disiplin ilmu dan profesi
1. Keperawatan sebagai disiplin ilmu, memiliki :
a. Paradigma yang memandang manusia dalam interaksinya dengan
lingkungan untuk mencapai keadaaan sehat
b. Boundaries for inquiry : yaitu model konseptual dan teori keperawatan
c. Metode untuk pengembangan pengetahuan dalam bentuk penelitian dan
uji coba teori keperawatan
2. Keperawatan sebagai profesi, memiliki :
a. Body of knowledge yang sistematis dan khusus
b. Mengembangkan body of knowledge secara konstan melalui penelitian
c. Melaksanakan pendidikan melalui lembaga pendidikan tinggi
d. Menerapkan body of knowledge dalam pelayanan
e. Berfungsi secara otonomi dalam merumuskan kebijakan dan
mengendalikan praktek keperawatan
f. Memberikan pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat di atas
kepentingan pribadi berpegang pada tradisi luhur dan etika profesi
g. Memberikan kesempatan untuk pertumbuhan profesional dan
kesejahteraan profesi
D. Teori dan konsep keperawatan
Ide-ide global tentang individu, kelompok, situasi dna kejadian tertentu
disusun menjadi model-model konseptual dalam keperawatan yang pada
akhirnya digunakan untuk menyusun teori-teori keperawatan untuk : 1) memberi
14
pemahaman peserta didik keperawatan untuk masuk kedalam perawatan klien; 2)
membuka wawasan keperawatan; dan menstimulasi penemuan intervensi
keperawatan baru.
Model konseptual dan teori keperawatan digunakan untuk : 1) memberi
pengetahuan pada perawat; 2) meningkatkan praktik keperawatan; 3) menuntun
penelitian dan kurikulum pendidikan keperawatan; dan 4) mengidentifikasi
bidang dan tujuan dari praktek keperawatan.
Teori keperawatan menuntun perawat dalam hal : 1) memberikan arah
tujuan pengkajian; 2) memberikan diagnosa keperawatan; 3) merencanakan
intervensi keperawatan; 4) landasan dasar komunikasi; 5) otonomi; dan 6)
akuntabilitas profesional. Sedangkan model-model keperawatan bertujuan untuk :
1. Memberi arahan untuk penelitian dalam menetapkan dasar pengetahuan
empiris keperawatan;
2. Mengidentifikasi bidang-bidang tertentu untuk diteliti lebih lanjut;
3. Mengidentifikasi teknik penelitian dan instrumen yang digunakan untuk
memvalidasi intervensi keperawatan;
4. Mengidentifikasi bentuk kontribusi dimana peneliti akan meningkatkan
pengetahuan;
5. Merumuskan legislasi yang mengatur praktek keperawatan, riset dan
pendidikan;
6. Merumuskan peraturan yang menginterpretasi tindakan praktik keperawatan
sehingga perawat dan profesi lain memahami hukum yang berlaku;
7. Mengembangkan rencana kurikulum untuk pendidikan keperawatan;
15
8. Menetapkan kriteria untuk mengukur kualitas asuhan keperawatan,
pendidikan dan penelitian;
9. Menyiapkan uraian tugas yang digunakan oleh tenaga keperawatan;
10. Memberikan arah pengembangan dari sistem pemberian asuhan keperawatan;
11. Memberikan pengetahuan untuk meningkatkan administrasi, praktik,
pendidikan dan penelitian keperawatan;
12. Memberikan struktur yang sistematis dan rasional dalma aktivitas
keperawatan;
13. Mengidentifikasi ranah tujuan keperawatan
E. Tahapan pengembangan teori keperawatan
1. Silent knowledge : … growth of hospital training programs with
apprenticeship model of learning
2. Received Knowledge : …focus on nursing education in universities; RN
shortage, graduate nursing education; social, biologic, medical theory
3. Subjective Knowledge : … Peplau (1952); philosophers Dickoff, James,
Wiedenback; Nsg on nursing; functional nursing; Abdellah, Orlando,
Henderson reflections on experience
4. Procedural Knowledge : …(separate; connected) focus on separate eg.
theory development approaches, methodology, statistical analysis; less on
application
5. Constructed Knowledge : …integration & building on previous studies, pt.
experience, literature, etc
F. Teori keperawatan dan penggunaannya dalam dunia klinik
16
Teori keperawatan secara umum dibedakan menurut jenjangnya sebagai
berikut :
1. Metateori keperawatan : paling abstrak, sangat bersifat filosofis, merupakan
dasar filosofi keperawatan, teori kritis dan feminis.
2. Grand teori keperawatan : kompleks, cukup abstrak, tidak spesifik, tidak
dapat serta merta diaplikasikan atau diujicoba tanpa pendefinisian lebih
lanjut.
3. Middle-range teori keperawatan : kurang terlalu abstrak, fokus terhadap
fenomena khusus, misalnya : dukungan sosial, kualitas hidup, harapan,
kecemasan, sekarat dan kematian.
4. Teori praktis : terarah pada area praktek tertentu, fokus pada fenomena tertetu
pada populasi tertentu pula, merupakan panduan praktik.
Pakar-pakar yang sudah memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori
keperawatan antara lain :
1. Florence Nightingale (1860)
2. Hildegard E. Peplau (1952)
3. Ida Jean Orlando (1961, 1972)
4. Ernestine Weidenbach (1964)
5. Lydia E. Hall (1966)
6. Virginia Handerson (1966)
7. Joyce Travelbee (1966, 1971)
8. Myar E. Levine (1967, 1973)
9. Martha E. Roger (1970, 1980, 1983)
10. Dorothea E. Orem (1971, 1980, 1985)
17
11. Imogene M. King (1971, 1981)
12. Betty Neuman (1974, 1982)
13. Sister Callista Roy (1976, 1980, 1981, 1984)
14. Josephine G. Peterson dan Loretta T. Zderad (1976)
15. Madeleine M. Leininger (1978, 1980, 1981)
16. Jean Watson (1979, 1985)
17. Margareth A. Newman (1979, 1984)
18. Dorothy E. Johnson (1980)
19. Rosemarrie Rizzo Perse (1981, 1985).
Keperawatan sebagai keilmuan bersifat unik karena mensistesis ilmu
biologik, perilaku dan sosial untuk dapat berfungsi meningkatkan kesehatan.
Perawat berfungsi membantu individu sehat dan sakit dalam melakukan kegiatan
yang menunjang kesehatan dan penyembuhan dengan memberi rasa nyaman,
membina hubungan baik dengan individu, keluarga, atau komunitas dan
menggunakan hubungan baik dengan klien melalui asuhan keperawatan
(WHO,1996).
Keperawatan modern menerapkan seni dna ilmu yang mencakup
aktivitas, konsep dan keterampilan yang berhubungan dengan ilmu sosial, fisik
dasar, etika dan isu-isu yang beredar serta bidang lainnya. Hakekat keperawatan
sendiri adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif,
serta ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun
18
sehat yg mencangkup seluruh siklus kehidupan manusia. Bentuk layanan
profesional yang diberikan adalah asuhan keperawatan.
Bantuan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik, mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Asuhan keperawatan
sebagai sebuah pendekatan holistik merupakan rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan secara langsung diberikan pada klien (individu, keluarga,
masyarakat) pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan agar terpenuhinya
kebutuhan dasar klien. Inti dari asuhan keperawatan adalah keahlian perawat
dalam menginterpretasikan situasi klinik dan membuat keputusan yang kompleks
dengan berpikir kritis. Berpikir kritis (Tanner et al, 1987; Alfaro-Le Fevre, 1995;
Bandman, 1995) memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Mampu melakukan observasi yang relevan
2. Mengenali masalah kesehatan
3. Mengembangkan pemecahan masalah yang tepat
4. Mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mempertahankan
dan mencapai derajat kesehatan yang optimal dengan memodifikasi lingkungan
sedemikian rupa sehingga klien dapat meningkatkan tanggung jawab bagi dirinya
secepat mungkin, berbasis ilmu-ilmu dasar (ilmu alam, ilmu sosial, ilmu
perilaku), ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan
dan ilmu keperawatan klinik.
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam
19
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya. Praktik keperawatan menggunakan pengetahuan teoritik yangmantap
dan kokoh dari berbagai ilmu dasar dan ilmu keperawatan sebagai landasan untuk
membuat rencana asuhan keperawatan. Kegiatan keperawatan dalam praktik
keperawatan, meliputi :
1. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
2. Mencegah penyakit, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
3. Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien dan adaptasinya terhadap
pengobatan dan keadaan sakit.
4. Mengajarkan klien merawat diri sendiri (mandiri).
5. Memberi nasihat dan merencanakan bersama klien tentang tujuan yang akan
dicapai klien dalam mengaktualisasikan diri.
20
UNIT 2
PENGEMBANGAN EMPIRIS TEORI DAN MODEL KONSEPTUAL
KEPERAWATAN
A. Sejarah keperawatan
Sejarah perawat profesional sebenarnya dimulai sejak Florence
Nightingale yang mengemukakan pendapat bahwa untuk menjalankan perawatan
dengan baik harus mempunyai ilmu dan keterampilan. Selandia Baru adalah
negara pertama yang mengatur perawat secara nasional, dengan mengadopsi
Undang-Undang Pendaftaran Perawat (Registrasi) 12 September 1901. Ellen
Dougherty adalah perawat pertama yang terdaftar. North Carolina adalah negara
bagian pertama di Amerika Serikat untuk melewati sebuah lisensi hukum
keperawatan (Lisensi/Sertifikasi) pada tahun 1903.
Pengembangan teori secara alamiah terjadi pada era penelitian setelah
perkembangan pendidikan keperawatan. Pada kemajuan terbaru saat ini
penekanan pada penggunaan teori dan praktik keperawatan berdasarkan teori dan
terus mengembangkan teori-teori lainnya.
B. Pengertian teori dan teori keperawatan
21
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang
mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang
membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa
suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan
dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan
selanjutnya.
Kerlinger (1973) mengemukakan bahwa teori adalah satu set konsep
yang saling berhubungan yang memberikan gambaran systematical review suatu
fenomena yang dapat menjelaskan dan memprediksi secara alamiah. Karenan itu
teori terdiri dari konsep-konsep, definisi-definisi, model-model, proposisi-
proposisi dan berdasarkan asumsi-asumsi.
Tiga hal yang perlu diperhatikan jika kita ingin mengenal lebih lanjut
tentang teori adalah:
1. Teori merupakan suatu proporsi yang terdiri dari konstrak yang sudah
didefinisikan secara luas sesuai dengan hubungan unsur-unsur dalam proporsi
tersebut secara jelas
2. Teori menjelaskan hubungan antar variabel sehingga pandangan yang
sistematik dari fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut dapat
jelas
3. Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel yang
saling berhubungan
Teori sebenarnya dibentuk melalui dua prinsip metode yaitu: a)
Deductive reasoning; dan b) Inductive reasoning. Nursing theorists
22
menggunakan kedua metode tersebut. Teori memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. Terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan sedemikian rupa untuk
menghasilkan cara yang berbeda untuk melihat suatu fenomena
2. Logis dalam kealamiahan
3. Dapat digeneralisasi
4. Berdasarkan atas hipotesa yang telah diuji
5. Meningkatnya pohon keilmuan/body of knowledge setiap ilmu melalui hasil
riset yang diimplementasikan untuk memvalidasinya.
6. Digunakan oleh para praktikan dalam memberi petunjuk dan meningkatkan
pelaksanaan praktiknya.
7. Konsisten antara teori, hukum/legal, dan prinsip-prinsip.
Teori keperawatan adalah sekelompok konsep, definisi, hubungan-
hubungan, dan asumsi atau proposisi yang dihasilkan dari model perawatan atau
dari ilmu lain. Nursing theories cenderung untuk mendiskripsikan dan
menjelaskan suatu fenomena (proses, kejadian) yang terjadi dalam keperawatan
(Barnum, 1998). Teori digunakan oleh perawat profesional. Suatu teori membuat
kemungkinan untuk diorganisirnya hubungan antar konsep untuk dideskripsikan,
dijelaskan, diprediksi dan mengontrol praktik.
Adapun konsep adalah dasar pemikiran termasuk ide-ide dan imaginasi.
Konsep merupakan kata-kata untuk mendeskripsikan objek, barang, atau suatu
kejadian dan merupakan komponen dasar dari teori. Konsep bisa berbentuk
sebagai : a) empirical concepts; b) inferential concepts; atau c) abstract concepts.
23
Model mewakili interaksi antara konsep-konsep sehingga menghasilkan
pola tertentu. Dengan model membuat konsep-konsep didalam teori keperawatan
dapat diterapkan dengan baik di praktik keperawatan. Model memberikan
gambaran kerangka pikir di belakang teori dan dapat mendemonstrasikan
bagaimana teori diterapkan dalam praktik, misalnya metode khusus dalam
pengkajian. Sedangkan preposisi adalah pernyataan yang menjelaskan hubungan
antar konsep.
Proses adalah satu set tindakan/action, perubahan atau fungsi-fungsi yang
disusun untuk menghasilkan suatu hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Selama proses dilakukan secara sistematis dan tahapan yang kontinyu untuk
mencapai tujuan dan menggunakan pengkajian dan umpan balik untuk
melakukan tindakan sesuai tujuan. Suatu teori khusus atau kerangka konsep
dibuat untuk memberikan arah bagaimana tindakan dilakukan.
Pemberian asuhan keperawatan dengan proses perawatan dilakukan
dengan mengikuti arahan dari kerangka konsep dan teori tertentu yang dibedakan
dalam konsep manusia (pasien), lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
C. Pentingnya teori keperawatan
D .
Teori keperawatan diperlukan untuk menjelaskan, mendeskripsikan dan
memprediksi fenomena-fenomena dalam keperawatan (Chinn and Jacobs, 1978).
Teori harus merupakan landasan untuk praktik keperawatan, membantu
menggeneralisasikan pengetahuan dan indikasi kearah mana keperawatan akan
dikembangkan nantinya (Brown, 1964). Teori sangat penting karena akan
membantu kita untuk memutuskan apa yang kita ketahui dan apa yang ingin kita
ketahui (Parsons, 1949). Dengan demikian teori keperawatan akan membantu
24
membedakan apa yang harus secara dasar dilakukan dalam praktik dengan
mendiskripsikan keperawatan secara explisit. Dengan teori akan dapat melihat
bahwa profesi keperawatan dapat mempertahankan batas-batas
profesionalismenya.
Tujuan teori terhadap praktik keperawatan, meliputi :
1. Membantu perawat untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi
pengalaman sehari-hari.
2. Memberi petunjuk untuk melakukan pengkajian, intervensi dan evaluasi
asuhan keperawatan
3. Menyediakan rasionalisasi setiap data yang diambil sehingga sesuai dengan
keadaan dan status kesehatan klien, dimana hal ini sangat penting untuk
pengambilan keputusan klinik dan implementasinya.
4. Membantu menetapkan kriteria untuk mengukur kualitas asuhan keperawatan
yang diberikan
5. Membantu mengembangkan terminologi umum keperawatan untuk
digunakan dalam berkomunikasi dengan tim kesehatan lainnya.
6. Meningkatkan otonomi (independensi dan pengelolaan profesi sendiri) dari
keperawatan sebagai penguraian dari fungsi independen keperawatan.
Tujuan teori untuk pendidikan keperawatan adalah : 1) untuk memberikan fokus
umum untuk mendesain kurikulum; dan 2) petunjuk pengambilan keputusan
kurikulum.
Tujuan teori untuk riset keperawatan meliputi :
1. Memberi kerangka kerja untuk generalisasi pengetahuan dan ide baru.
2. Membantu menemukan gaps pengetahuan pada satu bidang studi tertentu
25
3. Memberikan pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi untuk studi,
variabel yang dipilih, hasil riset dan validasi intervensi keperawatan
4. Pendekatan untuk mengembangkan teori keperawatan.
5. Pendekatan induktif dari praktik keperawatan sehingga menemukan
teori/konsep baru untuk menjelaskan fenomena.
6. Pendekatan deduktif untuk menyelaraskan teori dan praktik.
E. Pengembangan teori keperawatan
Teori keperawatan sering berdasarkan pada pengaruh secara luas dari
penerapan proses dan teori. Beberapa teori berdasarkan dari berbagai konsep
keperawatan, antara lain :
1. General System Theory
Menjelaskan bagaimana memotong sebuah ide besar kedalam bagian kecil
kemudian mempelajarinya bersama dan bekerja bersama dalam satu sistem.
Konsep-konsep ini mungkin diterapkan dalam berbagai sistem misalnya
sistem biokimia, sistem sosiologi, budaya, organ-organ anatomi dan
kesehatan dalam keperawatan.
2. Adaptation Theory
Mengidentifikasi bahwa adaptasi tidak hanya menyesuaikan kehidupan
dengan kehidupan orang lain dan kondisi lingkungan. Adaptasi adalah proses
yang terjadi secara kontinyu yang berpengaruh terhadap perubahan dan
interaksi serta respon. Adaptasi manusia terjadi tiga tingkat : a) internal (diri
sendiri); b) social (orang lain); dan c) fisik (reaksi biokimia).
3. Developmental Theory
26
Merupakan garis besar dari proses tumbuh kembang manusia secara teratur
dan prediktif mulai konsepsi sampai meninggal. Progres dan perilaku
individu setiap tahap adalah unik. Tumbuh kembang individu dipengaruhi
oleh heriditas, sifat, emosional, dan lingkungan fisik, pengalaman hidup dan
status kesehatan.
Terdapat empat konsep umum dalam keperawatan. Empat konsep umum
dalam teori keperawatan yang mempengaruhi dan menentukan praktik
keperawatan adalah : a) manusia (pasien); b) lingkungan; c) kesehatan; d)
keperawatan(tujuan, peran dan fungsi). Masing-masing konsep ini biasanya
didefinisikan dan didiskripsikan oleh pengembang teori keperawatan.yang paling
penting dari keempat konsep adalah manusia sebab fokus dari keperawatan
adalah manusia.
F. Classification of nursing theories
Klasifikasi yang dibuat bergantung pada generalisasi dari prinsip-
prinsipnya. Klasifikasi yang umum digunakan adalah :
1. Meta theory (Teori dari teori) : Mengidentifikasi fenomena spesifik melalui
konsep abstrak
2. Grand theory : memberikan kerangka konsep dengan konsep-konsep kunci
dan prinsip-prinsip dari ilmu dapat diidentifikasi.
3. Middle range theory : lebih tepat dan hanya analisa pada situasi khusus
dengan variabel yang terbatas.
4. Practice theory : menggali satu situasi tertentu yang ditemukan di
keperawatan. Mengidentifikasi tujuan secara eksplisit dan detail bagaimana
tujuan tersebut dapat dicapai.
27
Teori keperawatan juga dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Needs theories
Teori ini berdasarkan pada membantu individu untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan mental. Needs theories telah dikritik karena terlalu banyak
tergantung pada model medikal dan meletakkan pasien pada posisi yang
sangat tergantung.
2. Interaction theories
Teori ini membahas tentang interaksi antara perawat dan pasien. Teori ini
telah dikritik karena terlalu mengacuhkan model medikal dalam kesehatan
dan tidak memperhatikan kebutuhan fisik.
3. Outcome theories
Teori ini menunjukkan perawat sebagai kekuatan perubahan yang membuat
seseorang dapat beradaptasi dan melakukan koping kondisi kesehatannya.
(Roy 1980). Outcome theories telah dikritik karena terlalu abstrak dan sulit
untuk diimplementasikan dalam praktik. (Aggletonand Chalmers 1988).
4. Humanistic theories:
Humanistic theories dikembangkan dalam respon psikoanalitik seseorang
yang dapat ditentukan pada awal kehidupan. Humanistic theories berfokus
pada kemampuan aktualisasi diri seseorang. Humanists mempercayai bahwa
sesorang dalam dirinya mempunyai potensial sehat dan perkembangan yang
unik. Carl Rogers mengembangkana person–centered model of
psychotherapy yang berfokus pada keunikan individual. Kontribusi utama
28
dari Roger dalam praktik keperawatan adalah pemahaman bahwa masing-
masing klien adalah individu yang unik
G. Macam-macam teori keperawatan menurut historinya
Macam-macam teori keperawatan menurut historinya, dijabarkan sebagai
berikut :
1. Nightingale (1860) : To facilitate "the body’s reparative processes" by
manipulating client’s environment
2. Paplau (1952) : Nursing is; therapeutic interpersonal process.
3. Henderson (1955) : The needs often called Henderson’s 14 basic needs
4. Abdellah (1960) : This theory focus on delivering nursing care for the whole
person to meet the physical, emotional, intellectual, social, and spiritual
needs of the client and family.
5. Orlando (1962) : To Ida Orlando (1960), the client is an individual; with a
need; that, when met, diminishes distress, increases adequacy, or enhances
well-being.
6. Johnson (1968) : Dorothy Johnson’s theory of nursing 1968 focuses on how
the client adapts to illness and how actual or potential stress can affect the
ability to adapt. The goal of nursing to reduce stress so that; the client can
move more easily through recovery.
7. Rogers (1970) : to maintain and promote health, prevent illness, and care for
and rehabilitate ill and disabled client through "humanistic science of
nursing"
29
8. Orem (1971) : This is self-care deficit theory. Nursing care becomes
necessary when client is unable to fulfill biological, psychological,
developmental, or social needs.
9. King (1971) : To use communication to help client reestablish positive
adaptation to environment.
10. Neuman (1972) : Stress reduction is goal of system model of nursing practice.
11. Roy (1979) : This adaptation model is based on the physiological,
psychological, sociological and dependence-independence adaptive modes.
12. Watson (1979) : Watson’s philosophy of caring 1979 attempts to define the
outcome of nursing activity in regard to the; humanistic aspects of life.
H. Kelompok teori yang termasuk meta theory
1. Florence Nightingale-Environmental Theory
a. Manusia : pasien adalah yang dirawat oleh perawat, dipengaruhi oleh
lingkungan dan mempunyai kekuatan untuk sembuh.
b. Lingkungan : dasar dari teori termasuk semua lingkungan, fisik, psikologi
dan sosial.
c. Sehat : merupakan kemampuan mempertahankan kesejahteraan dengan
menggunakan kekuatan seseorang dan upaya mempertahankan kesehatan
adalah dengan mengontrol lingkungan
d. Keperawatan : berperan menyediakan udara bersih, kehangatan,
kebersihan, makanan yang baik, memfasilitasi proses penyembuhan
seseorang.
2. Hildegard Peplau-Interpersonal Relations Model
30
Berdasarkan pada keperwatan psikodinamik dengan menggunakan
pemahaman perilaku seseorang untuk mengidentifikasi kesulitan-
kesulitannya. Teori ini mengaplikasikan prinsip-prinsip hubungan antar
manusia/human relations
3. Jean Watson -Philosophy and Science of Caring
Caring dapat didemonstrasikan dan dipraktikan. Caring terdiri dari 10 faktor
carative dan berupaya mempromosikan perkembangan. Lingkungan yang
caring adalah menerima seseorang apa adanya. Caring mempromosikan
bahwa sehat lebih baik daripada pengobatan sebab caring adalah sentral dari
keperawatan.
Watson’s Concepts mencakup:
a. Manusia : manusia perlu dihargai, dirawat, dihormati, dididik, dipahami
dan dibantu
b. Lingkungan : masyarakat
c. Sehat : secara lengkap dari kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang
berfungsi dengan baik
d. Keperawatan : memperhatikan promosi kesehatan, pencegahan penyakit
dan penyembuhan.
I. Kelompok teori yang termasuk grand theory
1. Grand theory of nursing (Newman)
a. Sehat : Sehat dan sakit adalah sintesa dari kesehatan : suatu fusi dimana
suatu saat dalam status sakit atau sebaliknya tanpa penyakit.
31
b. Keperawatan : adalah“caring pada pengalaman kesehatan manusia“.
Keperawatan dilihat sebagai partner antara perawat dan klien, dimana
tumbuh dalam keadaan kesadaran yang tinggi dari kedua belah pihak
untuk menjaga kesehatannya.
c. Manusia : adalah suatu kesatuan yang tidak bisa dibagi-bagi, dan bukan
bagian dari unit yang lebih besar di lapangan. Manusia adalah“centers of
consciousness”
d. Lingkungan : didiskripsikan sebagai sistem terbuka yang luas/“universe
of open systems”
2. Roy's adaptation model
Menekankan model sistem melalui regulator dan cognator sebagai subsistem
untuk mendorong adaptasi. Sister Calista Roy -Adaptation model terdiri dari
lima elemen yang saling berhubungan.
a. Pasien : seseorang yang mendapat perawatan
b. Perawatan bertujuan untuk mewujudkan adapting to change
c. Kesehatan adalah menjadi manusia seutuhnya
d. Lingkungan : aktifitas keperawatan yang memfasilitasi adaptasi
e. Manusia adalah sistem adaptasi yang terbuka dengan input (stimuli),
dapat beradaptasi melalui proses atau mekanisme kontrol(throughput) dan
output dapat berupa respon adaptif atau respon tidak efektif
3. Orem's grand theory of self-care.
32
Orem mendefinisikan self-care sebagai ”aktifitas praktek dimana seseorang
berinisiatif dan menunjukan perilaku yang dapat mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan. Dorothea Orem-self-care model,
mendefinisikan bahwa :
a. Self-care adalah aktifitas-aktifitas yang dilakukan secara independen oleh
seseorang untuk mempertahankan kesejahteraan dirinya.
b. Self care agency adalah kemampuan individu untuk melakukan aktifitas
perawatan dirinya sendiri.
c. Self-care deficit terjadi ketika seseorang tidak bisa melakukan perawatan
dirinya. Perawat ketika menemukan kebutuhan untuk self care pada klien
akan melakukan tindakan seperti : memberipetunjuk, mendidik, memberi
support, atau membuat lingkungan yang mendorong kemampuan pasien
untuk self care.
d. Wholly compensatory nursing system adalah kondisi dimana pasien
sangat tergantung dengan perawat.
e. Partially compensatory adalah keadaan dimana pasien dapat memenuhi
beberapa kebutuhannya secara mandiri tetapi perlu dibantu perawat
f. Supportive educative adalah keadaan dimana pasien dapat melakukan self
care, tetapi membutuhkan bantuan dalam mengambil keputusan atau
pengetahuan
4. Imogene King-Goal attainment theory
Kerangka sistem terbuka King, meliputi :
a. Manusia adalah sistem terbuka yang secara kontan berinteraksi dengan
lingkungan sistem, meliputi :
33
1) Sistem personal-individual, yaiitu : perception, self, growth,
development, time space, body image.
2) Sistem interpersonal : socialization; interaction, communication and
transaction
3) Sistem sosial : family, religious groups, schools, work, peers
b. Perawat dan pasien melakukan komunikasi mutual, menentukan tujuan
dan mengambil tindakan untuk mencapai tujuan
c. Setiap individu membawa nilai-nilainya, ide-ide dan kebiasaan, perilaku,
persepsi untuk berubah.
J. Kelompok teori yang termasuk Middle-Range Theory
1. Middle-range explanatory theories :
a. Khusus hubungan antara dua atau lebih konsep.
b. Menjelaskan tentang mengapa dan dalam hal apa suatu konsep
berhubungan dengan konsep lain
Contoh dari middle-range explanatory theory adalah Watson's theory of
human caring, teori Mercer-Maternal Role Attainment –becoming mother
2. Middle-range predictive theories
Prediksi dari suatu hubungan antara konsep-konsep dan efeknya pada satu
konsep atau lebih dari satu konsep.
Contoh middle-range predictive theory adalah teori Orlando dalam proses
keperawatannya
34
Teori-teori keperawatan dominan yang termasuk dalam ranah middle range
theory antara lain :
1. Comfort Theory Katharine Kolcaba
Kolcaba menjelaskan bahwa kenyamanan terdisi atas tiga komponen : relief,
ease, and transcendence. Apabila kebutuhan kenyamanan yang spesifik dari
pasien terpenuhi misalnya nyeri post operasi dengan diberi obat analgetik,
maka individu tersebut mengalami rasa nyaman karena rasa nyeri
berkurang/relief. Jika pasien merasakan nyaman dan senang maka disebut
pasien mengalami rasa senang dan nyaman misalnya setelah seseorang
mengalami kecemasan (ease). Akhirnya, transcendence dijelaskan sebagai
status kenyamanan dimana pasien mampu meningkatkan dirinya dan
menghadapi tantangan.
Kenyamanan Holistik didefinisikan sebagai pengalaman yang diperoleh
sehingga memperkuat melalui relief, ease, dan transcendence dalam konteks
(fisik, psikospiritual, sosial, dan lingkungan) (Kolcaba, 2010)
2. Need for help.Wiedenbach
Filosopi keperawatan adalah perilakunya dan kepercayaannya tentang
kehidupan dan bagaimana efek keadaannya terhadap kehidupan. Wiedenbach
mempercayai ada tiga komponen keyakinan penting yang berhubungan
dengan filosofi keperawatan, yaitu :
a. Menghargai kehidupan
b. Menghargai keberadaan seseorang, otonomi, guna, dan individual dalam
kehidupan manusia.
35
c. Tindakan yang memecahkan masalah pada personal dan memegang teguh
profesionalitas.
Keperawatan dalam praktik mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk
dibantu/ need for help melalui:
a. Observasi perilaku dan symptom yang dilihat saat ini.
b. Menggali arti dari gejala-gejala tersebut bersama dengan pasien
c. Menetapkan penyebab dari ketidaknyamanan dan menentukan
kemampuan pasien untuk mengatasi ketidaknyamanan atau pasien
membutuhkan bantuan dari perawat atau petugas kesehatan lainnya.
d. Keperawatan secara langsung bertanggungjawab untuk mengidentifikasi
kebutuhan pasien untuk dibantu/need for help.
3. Jean Orlando
Keperawatan berlandaskan teori hubungan interpersonal yang
menitikberatkan pada sifat unik individu atau klien dalam ekspresi verbal
yang mengisyaratkan adanya kebutuhan dan cara-cara memenuhi kebutuhan.
Teori Jean Orlando mengandung konsep kerangka kerja untuk perawat
professional yang mengandung 3 elemen yaitu : perilaku klien, reaksi dan
tindakan keperawatan, mengubah situasi perawat setelah perawat
memperkirakan kebutuhan klien, perawat mengetahui penyebab yang
mempengaruhi derajat kesehatan, lalu bertindak secara spontan atau
berkolaborasi untuk memberikan pelayanan kesehatan
4. Watson
36
Keperawatan adalah filosofi dalam usaha merawat untuk memberi definisi
hasil tindakan keperawatan dengan memperhatikan aspek humanistic dalam
kehidupan. Tindakan keperawatan diarahkan pada pemeliharaan hubungan
timbal balik dalam kesehatan. Sakit dan perilaku. Perawat berkonsentrasi
pada peningkatan kesehatan, mempertahankan kesehatan dalam pencegahan
penyakit. Model Jean Watson ini bentuk proses perawatannya menolong
klien untuk mencapai atau memelihara kesehatan atau mati dengan tenang.
Tindakan berhubungan dengan proses perawatan manusia, penguasaan ilmu
pengetahuan dalam memberikan tindakan perawatan megenai perilaku
manusia dan respon menusia untuk menentukan masalah yang nyata atau
potensial kebutuhan klien. Perawatan diberikan secara langsung terhadap
orang sakit atau sehat, kelompok, keluarga dan masyarakat. Perawatan
menggunakan proses untuk melakukan rencana perawatan. Perawatan
meliputi hubungan interpersonal yang berkelanjutan, hubungan perawat
hubungan yang dekat dengan klien.
K. Kritik dalam keperawatan
Kritik dalam teori keperawatan, sangat diperlukan dengan alasan :
1. Untuk memahami mengapa diperlukan teori keperawatan di praktik secara
umum masih tidak diperhatikan
2. Teori keperawatan haru smempunyai karakteristik : mudah dimengerti dan
jelas
3. Penting untuk menggunakan bahasa yang konsisten dalam pengembangan
teori
37
4. Banyak perawat yang tidak di training tentang konsep-konsep yang dilihat
dalam teori
5. Mayoritas perawat gagal untuk memahami dan mengaplikasikan teori dalam
praktik (Miller 1985).
UNIT 3
MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
A. Self-Care (D. E. Orem)
Keperawatan merupakan salah satu daya atau usaha manusia untuk
membantu manusia lain dengan melakukan atau memberikan pelayanan yang
professional dan tindakan untuk membawa manusia pada situasi yang saling
menyayangi antara manusia dengan bentuk pelayanan yang berfokus kepada
manusia seutuhnya yang tidak terlepas dari lingkungannya.
Orem mengklasifikasikan self care dalam 3 syarat : 1) Syarat universal :
fisiologi dan psiko-sosial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi,
38
aktivitas dan istirahat, sosial, pencegahan bahaya; 2) Syarat pengembangan :
untuk meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup; dan
3) Penyimpangan kesehatan berhubungan dengan kerusakan atau penyimpangan
cara, struktur norma dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan
seseorang untuk melakukan self care. Model konseptual Orem digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 3.1
Model Konseptual Self-Care Menurut Orem
Sedangkan tindakan yang dilakukan perawat pada ketiga level asuhan
keperawatan yang dikemukakan tadi dijelaskan sebagai berikut (gambar 3.2)
Gambar 3.2
Kegiatan perawat pada ketiga level perawatan menurut Orem
39
Implementasi model Orem pada asuhan keperawatan :
1. Filosofi
Keperawatan adalah sebuah pertolongan atas pelayanan yang diberikan untuk
menolong orang secara keseluruhan ketika mereka atau orang yang
bertanggung jawab atas perawatan mereka tidak mampu memberikan
perawatan kepada mereka.
Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa
setiap orang memperlajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga
membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan
kesejahteraan. Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan
bayi, lansia dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas
self care mereka.
2. Fokus pengkajian, diagnosa dan tindakan keperawatan
40
Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat
ketergantungan atau kebutuhan pasien dan kemampuan pasien. Oleh karena
itu ada tiga tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri, yaitu : 1) Perawat
memberi keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan
dilakukan karena tingkat ketergantungan pasien yang tinggi (sistem pengganti
keseluruhan); 2) Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan
keperawatan (sistem pengganti sebagian); dan 3) Pasien merawat diri sendiri
dengan bimbingan perawat (sistem dukungan/pendidikan).
3. Hasil akhir
kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu
memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan
Implementasi model Orem pada manajemen keperawatan :
1. Perencanaan
Mengidentifikasi tingkat kemandirian klien dan kegiatan bantuan yang akan
diberikan, merencanakan sumber daya yang dibutuhkan (termasuk tenaga)
2. Pengorganisasian
Membentuk tim pelaksana asuhan keperawatan berdasarkan tingkat
ketergantungan pelayanan keperawatan klien dengan melibatkan klien dan
keluarganya.
3. Pengarahan
41
Memberikan petunjuk, nasihat dan arahan tentang kegiatan pertolongan yang
diberikan kepada klien oleh tim. Termasuk menilai kembali pencapaian
kemandirian klien.
4. Pengendalian
Mempertahankan dan meningkatkan pencapaian klien terhadap perawatan
diri sendiri secara mandiri.
Implementasi model Orem pada penelitian keperawatan :
1. Pada teori
2. Pada kerangka konseptual
3. Pada metodologi
B. Caring
Caring dapat dilakukan secara efektif dan dipraktikkan secara
interpersonal. Sepuluh faktor carative yang dapat mengangkat caring (untuk
membedakan istilah carative dari bagian medis) adalah :
1. Pembentukan suatu sistem nilai dari human altruistic (mengutamakan nilai-
nilai kemanusiaan).
2. Menanamkan kepercayaan-harapan.
3. Pengembangan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
4. Pengembangan bantuan dan hubungan saling percaya.
5. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negatif.
6. Menggunakan secara sistematis metode pemecahan masalah secara alamiah
dalam membuat keputusan.
7. Meningkatkan pendidikan dan pengetahuan interpersonal.
42
8. Menetapkan suatu dukungan, perlindungan dan atau memiliki mental, fisik,
sosial budaya dan lingkungan spiritual yang baik.
9. Dengan senang hati membantu kebutuhan-kebutuhan manusia.
10. Menghargai kekuatan eksistensial-phenomenologikal.
Tiga dari faktor carative pertama berpengaruh dalam membuat suatu filosofi
yang mendasari ilmu caring, sedangkan sisa faktor carative didiskusikan dalam
suatu dasar yang ilmiah. Caring mempunyai aspek aktivitas tetapi juga
menegaskan sikap dan perasaan yang menyokongnya.
Lima langkah caring (Swanson’s theory) mencakup :
1. Mengenal (knowing)
2. Bersama (being with)
3. Berbuat untuk orang lain (doing for)
4. Memampukan (enabling)
5. Memelihara keyakinan (maintaining belief)
Karakteristik perawat yang memiliki caring (5 C’s)
1. Compassion
a. Empati terhadap penderitaan orang lain
b. Ingin menolong, meringankan orang lain
2. Competence
a. Mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional
b. Sepanjang hidup selalu ditingkatkan
3. Confidence
a. Percaya diri
b. Dapat dipercaya
43
4. Conscience
a. Kata hati/suara hati, benar/salah
5. Commitment
a. Bertanggung jawab
b. Dedikasi
Dalam suatu analisa komperatif yang luas terhadap teori caring, terdapat 5
perbedaan konseptualisasi dari caring yaitu :
1. Caring sebagai human trait (mencirikan manusia) yaitu suatu komponen
esensial dari manusia umumnya dan melekat dalam diri semua orang.
2. Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral), dalam hal ini
menyangkut pemeliharaan martabat dan respek bagi pasien sebagai manusia.
3. Caring sebagai suatu affect (emosi kasihan) yaitu menggambarkan suatu
emosi/perasaan keharuan/kasihan, dimana perasaan tersebut harus ada dalam
diri setiap perawat supaya bisa merawat pasien.
4. Caring sebagai interaksi interpersonal yaitu meliputi komunikasi perawat
pasien, saling percaya/rasa penuh hormat dan bertanggung jawab terhadap
satu dan lainnya.
5. Caring sebagai suatu intervensi terapeutik yaitu suatu tindakan yang
berlainan yang dilakukan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Implementasi caring dalam asuhan keperawatan :
1. Pengkajian dan penegakan diagnosa
Keperawatan merupakan caring for dan caring about orang lain. Caring for
adalah kegiatan-kegiatan dalam memberikan asuhan keperawatan seperti
prosedur keperawatan, membantu memenuhi kebutuhan dasar pasien seperti
44
memandikan, menggosok punggung. Caring about berkaitan dengan
kegiaatan-kegiatan sharing/membagi pengalaman-pengalaman seseorang dan
keberadaannya. Watson mengatakan bahwa perawat perlu menampilkan
sikap empati, jujur dan tulus dalam melakukan caring about. Terkait denga
pengkajian perawat harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang
cukup sebagai dasar dalam melakukan caring. Beberapa aspek caring yang
dilaksanakan saat pengkajian misalnya : senyum, sapa dan salam serta
melakukan komunikasi yang menempatkan klien sebagai orang penting.
Misalnya : kontak mata, pandangan sejajar, intonasi suara yang lembut.
2. Intervensi
Suatu model caring yang berfokus pada perilaku caring yang didasarkan
pada kegiatan instrumental (menolong) dan kegiatan yang expressive
(menyatakan perasaan). Aktivitas instrumental dibagi dua yaitu: Aktivitas
fisik yang berorientasi pada tingkah laku membantu seperti prosedur-
prosedur dan aktivitas fisik yang berorientasi pada kognitif seperti mengajar.
Aktivitas expressive tercipta saat hubungan dengan pasien dan bercirikan :
keyakinan, hubungan saling percaya, harapan, peka/sensitif, empati,
sentuhan, keramahan, keikhlasan, support, pengawasan, kenyamanan /
menghibur. Identifikasi aspek complementary dari model caring yaitu
aktivitas, sikap dan perasaan. Dalam hal intervensi, membutuhkan tindakan
caring seperti mendengarkan dengan aktif, mendidik pasien, menjadi
penasehat pasien, menyentuh, menemani pasien dan kemampuan tehnik, atau
juga caring bisa meliputi tindakan-tindakan keperawatan (prosedur/intervensi
keperawatan) yang membantu pasien.
45
3. Hasil akhir
Pasien merasa nyaman berinteraksi dengan perawat dan mau terbuka
C. Interpersonal (Peplau)
Keperawatan adalah suatu hasil proses kerja sama manusia dengan
manusia lainnya supaya menjadi sehat atau tetap sehat (hubungan antar manusia).
Pendidikan atau pematangan tujuan bertujuan untuk meningkatkan gerakan yang
progresif dan kepribadian seseorang dalam berkreasi, membangun, menghasilkan
pribadi dan cara hidup bermasyarakat. Hubungan interpersonal yang merupakan
faktor utama model keperawatan menurut Peplau mempunyai asumsi terhadap 4
konsep utama yaitu : 1) Manusia : individu dipandang sebagai suatu organisme
yang berjuang dengan caranya sendiri untuk mengurangi ketegangan yang
disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik,
mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting
untuk proses interpersonal; 2) Masyarakat/lingkungan : budaya dan adat istiadat
merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi kehidupan;
3) Kesehatan : didefinisikan sebagai perkembangan kepribadian dan proses
kemanusiaan yang berkesinambungan kearah kehidupan yang kreatif, konstruktif
dan produktif; 4) Keperawatan : dipandang sebagai proses interpersonal yang
bermakna.
Proses interpersonal merupakan alat edukatif yang baik bagi perawat
maupun klien. Pengetahuan diri dalam konteks interaksi interpersonal merupakan
hal yang penting untuk memahami klien dan mencapai resolusi masalah. Suatu
model kebutuhan dapat diuraikan secara rinci, yaitu :
46
1. Tujuan asuhan keperawatan : Kepribadian yang berkembang melalui
hubungan interpersonal mendidik dalam pemenuhan kebutuhan klien.
2. Sistem yang berkembang pada klien terdiri dari : karakteristik biokimia,
fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi
kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar pengalaman.
3. Peran perawat : berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal
dengan pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi
yang menjadi tujuan. Dalam hubungannya dengan pasien, perawat berperan
sebagai orang asing, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin
dan konselor sesuai dengan fase proses interpersonal.
4. Sumber kesulitan : ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan
mengintegrasikan pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang.
Ansietas terjadi apabila komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan
psikologik dan biologic individu.
5. Fokus intervensi : ansietas yang disebabkan oleh hubungan interpersonal
yang mempengaruhi perkembangan kepribadian. Terdapat 4 komponen
sentral yaitu : proses interpersonal, perawat, pasien dan ansietas.
6. Cara intervensi: Proses interpersonal terdiri dari 4 fase yaitu :
a. Fase orientasi : Lebih difokuskan untuk membantu pasien menyadari
ketersediaan bantuan dan rasa percaya terhadap kemampuan perawat
untuk berperan serta secara efektif dalam pemberian askep pada klien;
b. Fase identifikasi : Terjadi ketika perawat memfasilitasi ekspresi perilaku
pasien dan memberikan askep yang tanpa penolakan diri perawat
memungkinkan pengalaman menderita sakit sebagai suatu kesempatan
47
untuk mengorientasi kembali perasaan dan menguatkan bagian yang
positif dan kepribadian pasien. Respon pasien pada fase identifikasi dapat
berupa :
- Pasrtisipan mandiri dalam hubungannya dengan perawat
- Individu mandiri terpisah dari perawat
- Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung pada perawat.
Fase identifikasi digambarkan oleh Watson sebagai berikut :
Gambar 3.3
Hubungan perawat-klien pada fase identifikasi :
c. Fase eksplorasi : Memungkinkan suatu situasi pasien dapat merasakan
nilai hubungan sesuai pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini
merupakan inti;
d. Fase resolusi : Secara hubungan dalam proses interpersonal. pasien
melepaskan diribertahap dari perawat. Resolusi ini memungkinkan
penguatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan
menyalurkan energi kearah realisasi potensi.
48
Keempat fase tersebut merupakan rangkaian proses pengembangan dimana
perawat membimbing pasien dari rasa ketergantungan yang tinggi menjadi
interaksi yang saling tergantung dalam lingkungan sosial. Hubungan
interpersonal perawat-klien dan fase interaksi yang terjadi selama proses
perawatan diilustrasikan pada gambar 3.4
Gambar 3.4
Fase interaksi dalam hubungan interpersonal perawat-klien
7. Perawat mempunyai 6 peran yaitu sebagai :
a. Mitra kerja (partnership)
b. Nara sumber (resources person)
c. Pendidik (teacher role)
d. Kepemimpinan (leadership role)
e. Perngasuh pengganti (surrogate role)
f. Penasihat (counselibg role) untuk meningkatkan pengalaman individu
menuju keadaan sehat yaitu kehidupan yang kreatif, konstruktif dan
produktif.
49
D. Adaptasi (Roy)
1. Filosofi : keperawatan adalah sebagai ilmu pengetahuan melalui proses
analisa dan tindakan yang berhubungan untuk merawat klien yang sakit atau
yang kurang sehat. Sebagai ilmu pengetahuan keperawatan metode yang
digunakan adalah terapeutik, scientik dan knowledge dalam memberikan
pelayanan yang esensial untuk meningkatkan dan mempengaruhi derajat
kesehatan.
2. Konsep utama
a. Individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh
yang memiliki mekanisme koping untuk dapat beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan. Individu selalu berinteraksi secara konstan atau
selalu beradaptif terhadap perubahan lingkungan.
b. Lingkungan adalah semua yang ada disekeliling kita dan berpengaruh
terhadap perkembangan manusia.
c. Sehat adalah suatu keadaan proses dalam menjaga integritas diri.
d. Peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi terhadap perubahan
yang ada.
3. Sistem adaptasi :
a. Individu adalah makhluk biospikososial sebagai satu kesatuan yang utuh.
Seseorang dikatakan sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan biologis, psikologis dan sosial.
b. Setiap orang selalu menggunakan koping baik yang bersifat positif
maupun yang negatif untuk dapat beradaptasi. Kemampuan beradaptasi
seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu : 1) Penyebab utama
50
terjadi perubahan; 2) Faktor kondisi dan situasi yang berbeda; dan
3) Keyakinan dan pengalaman dalam beradaptasi.
c. Setiap individu berespon terhadap kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup mandiri/kemandirian,
serta kebutuhan akan kemampuan melalui peran dan fungsi secara
optimal untuk memelihara integritas diri.
d. Posisi individu pada rentang sehat sakit terus berubah, berhubungan erat
dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan
beradaptasi.
e. Roy berpendapat ada 2 metode koping yaitu : 1) Regulator : memproses
input secar sistematis melalui jalur saraf, kimia dan endokrin; dan
2) Cognator : memproses input melalui cara kognitif seperti persepsi,
proses informasi, belajar, keputusan dan emosi.
Model sistem adaptasi menurut Roy digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.5
Model sistem adaptasi manusia menurut Roy
51
4. Keperawatan : Menurut Roy, tindakan keperawatan ditujukan untuk
meningkatkan adaptasi individu terhadap sehat dan penyakit. Keempat model
adaptasi itu adalah :
a. Model fisiologi : cairan dan elektrolit, sirkulasi dan oksigenasi, nutrisi
dan eliminasi, proteksi, neurology dan endokrin.
b. Model konsep diri : gambaran diri, ideal diri, moral diri.
c. Model fungsi peran : kebutuhan akan integritas
d. Model interdependen (kemandirian) : hubungan seseorang dengan yang
lain dan sumber system yang memberikan bantuan, kasih sayang dan
perhatian.
5. Pengkajian
a. Pengkajian Tahap I
1) Pemeriksaan Fisik-Fisiologis :
- Apa yang dirasakan saat ini (batuk, susah tidur, pusing, pandangan
berkunang-kunang, lupa/pikun, sesak nafas, demam, tidak bisa
BAB, perih saat BAK, tidak ada selera makan, jantung berdebar-
debar)
- Apa yang pernah dialami (jatuh dan terluka, pingsan, kejang,
muntah, diare, oedema)
2) Konsep Diri
- Persepsi tentang keadaan diri (sehat/sakit)
- Persepsi tentang bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku
- Persepsi tentang kegiatan yang dapat dilakukan dengan keadaan
sekarang
52
- Lingkungan yang dirasakan mengganggu atau mendukung bagi
kesehatan
- Perasaan saat berada dalam lingkungan sosial
- Persepsi terhadap petugas
- Persepsi mengenai perawatan
- Persepsi mengenai hakikat sakit
3) Fungsi Peran
- Persepsi tentang bagaimana semestinya dirinya berperilaku
- Persepsi tentang apa yang dirasakan mengganggu perilaku sehat
4) Interdependen
- Persepsi tentang apa yang dirasakan saat berada di lingkungannya
yang dinamis
- Persepsi tentang rasa aman saat berada di lingkungannya yang
dinamis
b. Pengkajian Tahap II
1) Pemeriksaan riwayat kesehatan, faktor resiko dan riwayat adaptasi
2) Pemeriksaan tanda-Tanda Vital (wajib dilakukan)
3) Pemeriksaan penunjang
4) Penilaian lingkungan
6. Diagnosis
Diutamakan penegakan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan
masalah dalam pemenuhan kebutuhan : 1) Oksigenasi, 2) Nutrisi, 3)
Eliminasi, 4) Istirahat dan Aktivitas, 5) Proteksi, 6) Perasaan, 7) Cairan dan
Elektrolit, 8) Fungsi Neurologis dan 9) Fungsi Endokrin.
53
7. Intervensi
Bentuk-bentuk intervensi keperawatan yang dapat diaplikasikan meliputi :
a. Terapi spiritual.
b. Terapi relaksasi.
c. Terapi tawa (hasil penelitian Kazuo (2003) tertawa sebagai penanda
kebahagiaan dapat meningkatkan ekspresi sel-sel tubuh yang menyandi
aktivasi D4DR sebagai salah satu sistem immun.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar :
1) Oksigenasi : terapi oksigen, latihan batuk efektif, nebulasi
2) Nutrisi : air minum, diet dari ahli gizi, terapi cairan/nutrisi parenteral
3) Eliminasi : kateterisasi, penggunaan pispot/urinal
4) Aktivitas/istirahat : latihan fisik ROM, pengaturan jadwal suntikan
yang tidak mengganggu jam tidur.
5) Proteksi : penggunaan masker, pengaman samping tempat tidur,
pencahayaan yang baik, lantai kamar mandi yang tidak licin.
6) Terapi lingkungan : memisahkan ruang rawat laki-laki dan
perempuan, penerangan kamar mandi/toilet harus baik, tidak bising,
pembatasan pengunjung.
8. Implementasi
a. Tindakan perorangan (konseling, pendidikan kesehatan, nasihat, bantuan)
b. Pemberdayaan support system (keluarga, rekan sekamar)
c. Tindakan kolektif (pengajian, penyuluhan)
9. Evaluasi
Klien mampu beradaptasi dengan peran sakit
54
UNIT 4
HUBUNGAN ANTARA FALSAFAH, PARADIGMA, MODEL
KONSEPTUAL DAN TEORI KEPERAWATAN SECARA EMPIRIS
A. Falsafah keperawatan
Falsafah adalah pengetahuan yang menguraikan logika, etika, estetika,
metafisika, dan epistemologi. Falsafah juga merupakan kajian tentang penyebab
dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang
gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis daripada metoda
empiris. Tujuan dari adanya falsafah adalah untuk menyajikan suatu gambaran
pengetahuan ilmiah yang diformalisasikan, termasuk didalamnya adalah suatu
aplikasi prinsip logis untuk mempertanyakan tentang gambaran ilmiah. Hal ini
karena logika memberikan prinsip utama hubungan antar pernyataan ilmiah.
Dengan memeriksa hubungan-hubungan ini, landasan pengetahuan ditujukan
untuk menghasilkan kebutuhan logis yang sistematik untuk semua pengetahuan
ilmiah.
Keperawatan merupakan profesi yang mengidentifikasi dirinya sebagai
profesi yang humanistik, dan memberikan perhatian besar pada falsafah dasar
yang berfokus pada individulitas dan keyakinan bahwa kegiatan manusia
merupakan sesuatu yang dapat dilakukan secara bebas. Pilihan seseorang
merupakan hak menentukan keinginan diri sebagai individu yang aktif. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa falsafah keperawatan adalah keyakinan dasar
tentang pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis
manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit, serta terutama berfokus
kepada respons mereka terhadap suatu situasi. Orientasi filosofis suatu
55
pengetahuan adalah naturalistik dan empiris. Orientasi ini melibatkan kegiatan
mengeksplorasi, menjelaskan dan mengklasifikasikan fenomena melalui proses
observasi dan pemeriksaan langsung.
Falsafah keperawatan hampir secara universal memiliki keyakinan
tentang manusia yang holistik. Pandangan tentang manusia yang holistik. Oleh
karena itu, manusia perlu dikaji secara bersamaan pada berbagai tingkatan dan
perspektif yaitu status fisik, psikologis, pengetahuan diri, tujuan hidup,
lingkungan sekelilingnya dan sebagainya. Disamping itu, manusia sebagai sistem
terbuka memiliki kemampuan pertumbuhan yang tidak terbatas. Falsafah
keperawatan merupakan landasan pemahaman perawat tentang manusia sehat-
sakit yang unik dan individualistik serta memiliki kemampuan untuk berespons
secara negatif dan positif. Keunikan individu dinilai dan dikatakan terkait dengan
kebudayaan, sosial ekonomi, agama, dan pengalaman yang relatif. Berdasarkan
keholistikan, sistem terbuka, dan pandangan unik manusia, maka setiap individu
akan mengalami pengalaman tentang realita dirinya sendiri. Selain itu, setiap
individu juga akan mendapatkan pengalaman yang mencerminkan bahwa
manusia merupakan makhluk sosial dan adaptif terhadap berbagai tingkat
perubahan dan tantangan.
Berdasarkan keyakinan ini, seyogyanya perawat mampu menyisihkan
respon negatif dan meningkatkan respon positif, serta memberdayakan
kemampuan bersosialisasi dan beradaptasi dari seorang individu agar tetap dapat
melangsungkan kehidupannya ditengah-tengah periode sakit atau ketika sehat.
Perawat juga merupakan advokat untuk membantu mempertahankan hak-hak
individu yaitu klien yang menjadi tanggung jawabnya. Perawat tidak membantu
56
mewakili klien untuk menentukan pilihan akan tetapi mendidik klien bagaimana
menentukan pilihan dan mendukungnya ketika klien telah menentukan
pilihannya. Hal ini untuk menjamin bahwa hak menentukan diri sendiri dari
k1ien dapat dipertahankan dan memberi kesempatan pada k1ien untuk terlibat
atau tidak terlibat dalam merancang program perawatan kesehatannya.
B. Paradigma keperawatan
Paradigma merupakan pola atau skema yang mencoba
mengorganisasikan atau menerangkan suatu proses. Paradigma juga disebut
sebagai tahap kedua perkembangan ilmu pengetahuan, dimana pada tahap ini
pencarian jalan keluar permasalahan yang rasional dilakukan berdasarkan asumsi
metodologis dan metafisik untuk memahami bagaimana hagian-bagian dari alam
semesta melakukan kegiatan dan bagaimana cara mempelajari hal tersebut.
Paradigma memiliki arti pengetahuan umum dimana didalamnya terdapat proses
ilmiah umum yang secara historis mencerminkan berbagai keberhasilan dalam
suatu disiplin.
Para ilmuwan juga berpendapat bahwa paradigma menyajikan
kesepakatan bersama antar ilmuwan dalam suatu disiplin tentang konsep atau
beberapa konsep yang akan mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dalam
disiplin tersebut. Paradigma memiliki dimensi penting dan memperlihatkan citra
keilmuan mereka sebagai agen scientifik. Paradigma keperawatan merupakan
suatu pedoman yang menjadi acuan dan mendasari pelaksanaan praktek
keperawatan diberbagai tatanan kesehatan. Seperti halnya definisi paradigma
secara umum, maka paradigma keperawatan merupakan serangkaian konsep yang
bisa sama dan terdapat dalam berbagai disiplin keilmuan lain, tetapi tidak
57
memiliki definisi umum yang dapat berlaku secara universal. Paradigma ini
terdiri dari empat komponen yaitu manusia, sehat dan kesehatan, masyarakat dan
lingkungan, serta komponen keperawatan.
1. Manusia
Keperawatan meyakini dan menekankan dalam setiap kegiatan pelayanan
keperawatannya bahwa manusia merupakan individu yang layak
diperlakukan secara terhormat, dihargai keunikannya berdasarkan
individualitas, dalam berbagai situasi, kondisi, dan sistem yang dapat
mengancam kehormatan dan sifat kemanusiaannya. Perspektif keperawatan
menjelaskan bahwa manusia merupakan pribadi-pribadi dan bukan obyek.
Konseptualitas keperawatan tentang manusia dapat dibuktikan melalui
model-model keperawatan tentang kemanusiaan, penghargaan terhadap
manusia, dan perasaan sebagai manusia, yang telah berlaku sejak lama.
Meskipun demikian, mengkonseptualisasikan manusia sebagai suatu sumber
energi atau beberapa set sistem perilaku, atau memperlakukan pikiran dan
perasaan manusia sebagai lingkungan internal dapat menimbulkan keraguan
keperawatan untuk menerangkan tentang manusia secara jelas.
2. Sehat dan Kesehatan
Definisi sehat dan kesehatan telah berubah dari kondisi seseorang yang bebas
penyakit menjadi kondisi yang mampu bertahan untuk berfungsi secara
konsisten, stabil dan seimbang dalam menjalani kehidupan sehari-hari
melalui interaksi positif dengan lingkungan. Kesehatan dipandang juga
sebagai sebuah kisaran antara sehat dan sakit dimana individu memiliki suatu
nilai yang berharga tentang kesehatan dan bukan semata-mata suatu
58
fenomena empiris tentang kondisi seseorang. Para teologis berpendapat
bahwa kesehatan bukan suatu elemen utama yang menjadi gambaran alami
seorang individu, tetapi merupakan elemen tambahan bagi gambaran alami
individu. Mereka menyatakan bahwa tingkat kesehatan individu dapat
berbeda dan dapat dipersepsikan sebagai pelengkap yang bervariasi. Selain
itu, makna kesehatan dikaitkan dengan dua elemen dasar proses kehidupan
yaitu identitas diri dan perubahan diri. Sebaliknya, keperawatan menolak
bahwa kesehatan hanya merupakan kondisi bebas dari penyakit.
3. Masyarakat dan Lingkungan
Masyarakat dan lingkungan merupakan komponen dalam paradigma
keperawatan dimana setiap individu berinteraksi. Masyarakat dan lingkungan
juga dianggap sebagai sumber terjadinya keadaan sakit (tidak sehat) dan
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan atau kondisi sakit
seseorang.
Fokus perhatian terhadap interaksi manusia dan lingkungannya dalam teori
keperawatan dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu teori keperawatan
yang berfokus parsial dan teori keperawatan yang berfokus total. Pada fokus
parsial, perawat berperan sebagai pengganti, dimana peran perawat
diperlukan pada saat klien tidak mampu melakukan kegiatannya. Teori ini
beranggapan bahwa perawat bertanggung jawab terhadap kesehatan dan
kebutuhan harian klien sampai mereka dapat pulih kembali dan mampu
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup selanjutnya.
Teori yang berfokus total terhadap lingkungan dikemukakan melalui
dukungan beberapa ahli teori keperawatan yaitu Nightingale, Levine, Rogers,
59
Roy, Neuman, dan Johnson yang memandang bahwa lingkungan merupakan
kondisi eksternal sebagai sumber ventilasi, kehangatan, kebisingan, dan
pencahayaan dimana perawat dapat mengatur dan memanipulasinya dalam
rangka membantu klien memulihkan diri. Dengan demikian, kegiatan
keperawatan meliputi antara lain menciptakan lingkungan yang
memungkinkan terjadinya penyembuhan dan pemulihan kesehatan klien.
Teori ini juga menekankan bahwa keperawatan seyogyanya berperan aktif
dalam memfasilitasi interaksi antara individu dan lingkungannya melalui
upaya menciptakan lingkungan fisik yang kondusif agar kondisi kesehatan
dapat tercapai. Selain itu, berperan aktif melalui hubungan interaksi klien dan
lingkungan yang tidak terpisahkan dan amat ekstensif (komplementer,
helisi, dan resonansi). Juga, melalui upaya mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan proses adaptasi klien terhadap berbagai stimulus.
Disamping itu, melalui kemampuan meningkatkan sistem terbuka klien
secara intrapersonal, interpersonal, dan ekstrapersonal, dan memfasilitasi
sistem perilaku yang positif rnelalui peningkatan fungsi - fungsi interrelasi
dan interdependensi subsistem yang terdapat dalam setiap individu.
4. Keperawatan
Menurut Henderson, keperawatan merupakan upaya bantuan yang diberikan
kepada individu baik sehat maupun sakit, yang dibutuhkan sampai pulih
kembali atau menjelang ajal, dimana individu tidak mampu melaksanakan
kegiatan kehidupannya akibat ketidak mampuan, ketidak mauan, dan
ketidak-tahuan. Asuhan keperawatan adalah pelayanan yang diberikan
kepada klien (individu atau kelompok) yang sedang mengalami stress
60
kesehatan - stress penyakit dimana situasi kehidupan yang seimbang menjadi
terganggu dan menghasilkan tekanan (biologis, psikologis, dan sosial) serta
ketidak-nyamanan.
Berbeda dengan profesi kedokteran yang memfokuskan kepada diagnosis
medis dan pengobatan penyakit, serta masalah-masalah kesehatan yang
terkait dengan penyakit, maka penekanan dalam keperawatan lebih kepada
kehidupan manusia dan pola hidupnya serta respon terhadap penyakit.
Penyakit dan masalah kesehatan bagi keperawatan bukan merupakan fokus
yang dominan, tetapi faktor-faktor tersebut perlu untuk difahami karena efek
dan konsekuensi faktor-faktor tersebut terhadap kehidupan manusia dan pola
hidupnya. Oleh karena itu fokus, penekanan, tujuan, pohon keilmuan, model,
teori, dan riset amat berbeda antara profesi medik dan keperawatan.
Demikian pula aktivitas dari para praktisi dalam keperawatan akan berbeda
dengan praktisi medik .
Keperawatan dapat dipandang sebagi suatu proses kegiatan dan juga sebagai
suatu keluaran kegiatan, tergantung dari cara memandang dan perspektif
pandangan. Sebagai proses serangkaian kegiatan, maka keperawatan perlu
mengorganisasikan, mengatur, mengkoordinasikan serta mengarahkan
berbagai sumber (termasuk klien didalamnya) untuk digunakan seefektif dan
efisien mungkin dalam rangka memenuhi kebutuhan klien. Selain itu, untuk
mengatasi masalah-masalah aktual dan potensial klien melalui suatu bentuk
pelayanan keperawatan yang menekankan pada pengadaan fasilitasi interaksi
klien dan lingkungannya.
61
Keperawatan sebagai dimensi keluaran dipandang sebagai titik akhir
pencapaian tujuan dimana keperawatan berhasil menghantarkan klien
kembali kepada keadaan awal sebelum sakit sehingga mampu berfungsi
sebagai individu sosial yang dapat berinteraksi dengan lingkungan dalam
rangka mempertahankan kesejahteraan fisik, psikologis dan sosial.
Keperawatan sering diartikan pula sebagai serangkaian kegiatan atau fungsi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan banyak tujuan
keperawatan terkait dengan upaya mempertahankan keseimbangan, upaya
adaptasi, merancang pola kehidupan kembali dimana kesemuanya dilakukan
dalam rangka pulihnya situasi sehat dan kesehatan. Konseptualisasi
keperawatan yang memfokuskan kepada proses interpersonal atau hubungan
antar manusia telah mengarahkan keperawatan sebagai suatu pelayanan
kesehatan yang menekankan pada hubungan saling menolong antar manusia.
C. Model konseptual
Model konseptual tersusun dari ide-ide (konsep-konsep) abstrak dan
umum, dan proposisi yang menspesifikasi hubungan diantara keduanya. Model
konseptual amat penting sebagai landasan perkembangan disiplin keperawatan.
Tetapi, perbedaan antara skema yang abstrak dan teori substansi sering
membingungkan profesi keperawatan itu sendiri. Model konseptual merupakan
suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang
serangkaian idea-idea global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi,
atau kejadian, terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Fenomena ini
diklasifikasikan menjadi konsep, terdiri dari kata – kata yang mengandung citra
mental dari sesuatu yang akan dijelaskan. Konsep bisa berupa idea abstrak
62
(seperti adaptasi, ekuilibrium) atau idea konkrit (misalnya bangku atau papan
tulis). Karena itu, model konseptual dapat dijabarkan sebagai serangkaian
konsep dan asumsi yang berintegrasi menjadi suatu gambaran yang berrnakna.
Model konseptual keperawatan menguraikan situasi yang terjadi dalam
suatu lingkungan atau stressor yang mengakibatkan seseorang individu berupaya
menciptakan perubahan yang adaptif dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia. Model konseptual keperawatan mencerminkan upaya menolong orang
tersebut mempertahankan keseimbangan melalui pengembangan mekanisme
koping yang positif untuk rnengatasi stressor ini. Melalui penjelasan tentang
fenomena ini dan keterkaitan antara istilah umum dan abstrak maka model
konseptual mencerminkan langkah pertama. mengembangkan formulasi teoritis
yang diperlukan untuk kegiatan ilmiah. Model konseptual sering tersusun sebagai
hasil dari pendalaman intuitif seorang ilmuwan terutarna terjadi dalam lingkup
keilmuan disiplin terkait. Sintesis yang terjadi dalam pengembangan skema
konseptual baru sering mengakibatkan suatu hasil yang unik untuk lingkup
keilmuan tersebut.
Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area
fenomena ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia
sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan
hanya merupakan surnber awal masalah tetapi juga merupakan sumber
pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga dimana konsep ini
menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika
seseorang meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen
63
penting dalam perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau meningkatnya
keseimbangan kehidupan seseorang (klien).
Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai
mahluk biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, rnasyarakat, dan
kelompok lain termasuk lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus
penekanan pada skema konseptual dari setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama
lain, seperti penekanan pada sistem adaptif manusia, subsistem perilaku atau
aspek komplementer. Model konseptual mendefinisikan sehat sebagai kisaran
sehat-sakit dari seseorang, dan lingkungan kondusif untuk pemulihan kesehatan.
Model ini juga mengidentifikasi tujuan keperawatan yang biasanya
menterjemahkannya dari definisi sehat yang dimaksud. Dalam konsep
keperawatan juga terlibat suatu penjelasan tentang proses keperawatan dan pola
pikir yang terbentuk dari konsep ini.
D. Teori keperawatan
Teori merupakan serangkaian konsep, definisi, dan proposisi yang
menunjukkan gambaran fenomena yang sistematik dan yang bertujuan
menyebutkan, menjelaskan, dan memprediksikan. Teori adalah serangkaian
konsep yang saling terkait yang menspesifikasi hubungan antar variabel. Dengan
demikian, teori keperawatan adalah serangkaian pemyataan tentang fenomena
yang saling terkait yang amat berguna untuk menyebutkan, menjelaskan,
memprediksi, dan mengendalikan. Teori terdiri dari set, postulate, definisi dan
hipotesa. Set adalah sekumpulan obyek atau elemen. Tetapi fakta, prinsip, dan
hukum tidak merupakan suatu teori. Meskipun demikian, apabila seorang
ilmuwan memilih fakta, prinsip, dan hukum tertentu dari rangkaian universal
64
karena keterhubungan dan relevansi dari masalah yang diteliti, maka ilmuwan
tersebut telah . memenuhi persaratan set yang diperlukan untuk pengembangan
suatu teori. Akan tetapi ketika seorang ilmuwan ingin mengembangkan suatu
teori baru, selayaknya ia juga mengkaji apa tujuan dan inti dari teori ini serta
bagaimana penjelasannya.
Titik sentral suatu teori terdiri dari beberapa postulat dan merupakan
suatu pernyataan kebenaran umum yang memberikan janji (harapan) penting
tentang apa yang sedang diteliti. Postulat biasanya dinyatakan sebagai
generalisasi yang konsisten dengan bukti-bukti ilmiah dari suatu masalah
penelitian. Sebagai contoh, Roger mengembangkan teori tentang manusia dimana
teori ini terdiri dari empat postulat yang membahas tentang keutuhan seorang
individu, fluiditas, sense pola dan organisasi, dan kalimat.
Definisi dari suatu teori merupakan cara berkomunikasi yang penting
bagi semua ilmuwan. Definisi konsep-konsep yang membentuk teori perlu
dijabarkan secara jelas dan mencerminkan operasionalisasi dari teori itu sendiri.
Ada tiga jenis definisi teori yaitu primitif, teoritis, dan kunci. Definisi primitif
adalah definisi yang tidak dapat dioperasionalisasikan, dan hanya dapat
diinterpretasikan bila seseorang yang akan menerapkan teori ini pernah
mengalami atau secara intuitif memahami latar belakangnya. Definisi teoritis
adalah definisi yang juga tidak dapat dioperasionalisasikan secara independent,
tetapi hanya akan dapat dioperasionalisasikan apabila dikaitkan dengan konsep /
terminologi lain. Definisi kunci merupakan definisi yang dapat
dioperasionalisasikan sehingga hipotesis yang sedang diteliti dapat diujikan.
Definisi kunci hampir sama artinya dengan definisi operasional suatu riset
65
dimana melalui penggunaan instrumen yang valid dan reliable, hipotesa dapat
diuji.
Hipotesis merupakan perkiraan atau prediksi yang berasal dari
serangkaian postulat, yang menyebutkan hubungan antar dua atau lebih variabel.
Melalui hubungan ini maka variabel dapat diobservasi dan diuji. Pengujian ini
penting untuk rnenjembatani teori dan pengetahuan. Berdasarkan keempat
denominator suatu teori. rnaka definisi teori adalah serangkaian pernyataan yang
berhubungan yang berasal dari data ilmiah, dimana dari hal tersebut hipotesis
dapat disusun, diuji, dan diverifikasi.
Teori keperawatan yang berkembang dan berasal dari aspek-aspek dan
berbagai dimensi kemanusiaan telah dibuktikan banyak menirnbulkan dampak
terhadap praktek keperawatan, dimana teori menghasilkan suatu situasi yang
diharapkan. Sebaliknya, situasi yang dihasilkan oleh suatu teori dapat menolong
seorang ilmuwan untuk menyusun, menguji, merevisi atau rnenghaluskan serta
menggunakan teori keperawatan. Kegiatan praktek keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki dan lebih meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan seorang klien.
Kegiatan ini seyogyanya berlandaskan teori dan hasil riset, karena melalui hasil
uji suatu hipotesa maka kegiatan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Skema berikut ini menjelaskan tentang ilmu keperawatan yang merupakan
sintesis dari berbagai ilrnu dasar dan ilmu aplikatif terkait, dapat menghasilkan
suatu operasionalisasi kegiatan pengetahuan keperawatan yang mencerminkan
suatu seni dari kegiatan keperawatan. Gambar 4.1 mengilustrasikan bagaimana
operasionalisasi ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya.
66
Gambar 4.1
Operasionalisasi ilmu keperawatan
Kegiatan pengetahuan sebagai seni keperawatan
Perbedaan model konseptual dan teori keperawatan harus diawali dengan
penjelasan karakteristik dari masing-masing model konseptual dan teori. Model
konseptual terrnasuk asumsinya merupakan landasan untuk mengembangkan
sebuah teori, dimana ditekankan tentang konsep-konsep, definisi, dan proposisi
dari teori tersebut. Sedangkan teori adalah serangkaian konsep yang saling
berhubungan yang menggambarkan tentang sesuatu situasi yang diharapkan.
Teori disusun secara induktif, deduktif ataupun retroduktif. Cara apapun yang
ditempuh untuk menciptakan suatu teori, maka untuk mencapai akhir dari sebuah
teori (menggunakan teori) perlu suatu imaginasi, pengetahuan tentang
materi/substansi teori, dan pemikiran logis. Selain itu, menyusun teori bukan
pekerjaan yang lurus dan mudah karena tidak banyak model konseptual yang
tersedia bagi pengembangan suatu teori tertentu. Oleh karena itu, perbedaan
model konseptual dan teori keperawatan terletak pada lingkar abstraksi, dimana
model konseptual lebih abstrak dari teori, dan teori mengandung konsep, definisi,
dan proposisi yang lebih konkrit serta memberikan spesifikasi fenomena yang
lebih besar dan penjelasan hubungan postulat yang lebih rinci. Bagaimana
Ilmu keperawatan ( sintesis,
reorganisasi, ekstensi substansi ilmu)
Ilmu dasar dan ilmu aplikasi
(medik dan lain-lain)
Pola intervensi
yang menghasilkan
respon yang dapat
diduga
Asuhan
Keperawatan
Stress
Individu,
Keluarga,
Kelompok
Pola
respon thd
stress
67
ilustrasi hubungan antara falsafah, paradigma, model konseptual dan teori
keperawatan dapat dilihat dalam gambar gambar 4.2 berikut :
Gambar 4.2
Hubungan falsafah, paradigma, model konseptul dan teori keperawatan
secara empiris
Falsafah
Paradigma
Model
Konseptual
Teori
Keperawatan
Keyakinan
Fokus orientasi
Abstraksi
konsep
Operasionalisasi
konsep tentang
fenomena
68
UNIT 5
PENGEMBANGAN MODEL KONSEPTUAL DAN TEORI KEPERAWATAN
DAN HUBUNGANNYA DENGAN FALSAFAH DAN
PARADIGMA KEPERAWATAN
Pengembangan Model Konsep dan Teori Adaptasi Roy
A. Pendahuluan
Teori keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya,
dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory
sebagai yang lebih konkrit. Level ke tiga dari teori keperawatan adalah grand
theory yang menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik
keperawatan dan pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah
fenomena keperawatan.
Grand theory keperawatan dibedakan dengan teori filosofi keperawatan.
Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin keperawatan
dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan respon manusia dalam
keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada respons mereka terhadap suatu
situasi. Filosofi belum dapat diaplikasikan langsung dalam praktik keperawatan,
sehingga perlu dijabarkan dan dibuat dalam bentuk yang lebih konkrit (less
abstract) yang dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk paradigma keperawatan.
Contohnya: Nightingale dalam mendefinisikan “Modern Nursing”.
Sedangkan grand theory keperawatan (Alligood, 2002), pada level ini
lebih fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi keperawatan yang
spesifik seperti spesifik untuk kelompok usia tertentu, kondisi keluarga, kondisi
kesehatan, dan peran perawat. Pandangan lain oleh Fawcett (1995) dalam Sell
dan Kalofissudis (2004) mendefinisikan grand theory sebagai teori yang
69
memiliki cakupan yang luas, kurang abstrak dibanding model konseptual tetapi
tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak dan hubungannya tidak
dapat di uji secara empiris. Contohnya yaitu teori Roy (manusia sebagai sistem
yang adaptif) berasal dari Roy’s Adaptation Model”.
The Roy’s Adaptation Model, menjelaskan 4 (empat) elemen essensial
dalam model adaptasi keperawatan yaitu: manusia, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan. Roy menjelaskan bahwa manusia memiliki sistem adaptasi
terhadap berbagai stimulus atau stressor yang masuk. Mekanisme koping
merupakan proses penterjemahan stimulus dengan dua sub system yaitu sub
system cognator dan sub system regulator. Hasil dari proses adaptasi akan
menghasilkan respon adaptive atau maladaptive. Secara spesifik Roy
menyebutkan dengan istilah “manusia sebagai system adaptive”. Asuhan
keperawatan dengan penerapan teori Roy melalui metode prosses keperawatan
merupakan masalah yang menarik untuk dipelajari.
B. Model konseptual
Model konseptual keperawatan menguraikan situasi yang terjadi dalam
suatu lingkungan atau stressor yang mengakibatkan seseorang individu berupaya
menciptakan perubahan yang adaptif dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia. Model konseptual keperawatan adalah konsep, definisi, dan proposisi
yang menspesifikan hubungan tersebut untuk membentuk suatu pandangan yang
terorganisir dalam memandang fenomena khusus dalam suatu disiplin ilmu
(Alligood, 2014).
Model konseptual didefinisikan sebagai satu set yang relatif abstrak dan
konsep-konsep umum yang membahas fenomena kepentingan pusat disiplin,
70
laporan yang luas menjelaskan konsep-konsep, serta laporan yang menyatakan
hubungan relatif abstrak dan umum antara dua atau lebih konsep (Fawcett, 2005).
Model konseptual keperawatan telah memperjelas kekhususan area fenomena
ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu :
1. Manusia sebagai pribadi yang utuh dan unik.
2. Lingkungan yang bukan hanya merupakan sumber awal masalah tetapi juga
merupakan sumber pendukung bagi individu.
3. Kesehatan.
4. Keperawatan sebagai komponen penting dalam perannya sebagai faktor
penentu pulihnya atau meningkatnya keseimbangan kehidupan pasien.
C. Teori keperawatan
Sebuah teori adalah serangkaian konsep dan proposisi yang menyediakan
cara yang teratur untuk melihat suatu fenomena. Dalam kajian ilmiah teori dapat
didefinisikan dalam berbagai cara dengan sudut pandang khusus dari seorang
penulis. Tujuan dari teori dalam disiplin ilmu adalah untuk membimbing
penelitian untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang ada dengan cara
mendukung atau menghasilkan pengetahuan baru. Sebuah teori tidak hanya
membantu kita untuk mengatur pikiran dan ide, tetapi juga dapat membantu
mengarahkan kita pada apa yang harus dilakukan dan kapan dan bagaimana
melakukannya (Sue, 2009).
Maleis (1991) dalam Sue (2009) menyatakan bahwa teori adalah
penggambaran simbolik aspek realitas yang ditemukan atau diciptakan untuk
tujuan menggambarkan, menjelaskan, meramalkan, atau memberikan tanggapan,
peristiwa, situasi, kondisi, atau hubungan. Teori keperawatan mengungkapkan
71
nilai-nilai dan keyakinan tentang disiplin, membantu untuk membingkai
pengalaman manusia, dan panduan proses peduli teori keperawatan adalah
sebuah alat yang digunakan untuk mengoperasikan perspektif disipliner yang
mencakup pandangan yang utuh tentang manusiadan membantu membentuk
hubungan perawat-pasien.
Teori keperawatan menciptakan suatu cara untuk menghubungkan
ontology disiplin dengan perspektif yang unik tentang individu yang
dinamis/interaksi lingkungan. Hal ini berguna dalam memberikan pendekatan
untuk membimbing praktek keperawatan, pendidikan dan penelitian (Roy, 2007).
Teori keperawatan menyediakan kerangka kerja untuk berpikir dalam hal ini
untuk memeriksa situasi. Dalam menghadapi situasi yang baru kerangka kerja ini
menyediakan sebuah struktur untuk organisasi, analisis, dan pengambilan
keputusan. Selain itu, teori keperawatan menyediakan struktur untuk
berkomunikasi dengan perawat lain dan dengan anggota lain dari tim kesehatan .
Ada berbagai jenis tingkatan teori yang dan perkembangannya. Berikut ini akan
dijabarkan mengenai perbedaan tingkatan teori pada ilmu keperawatan.
1. Meta-theory
Meta-theory merupakan teori dari teori. Teori ini mengidentifikasi fenomena
spesifik melalui konsep abstrak (Alligood, 2014). Contoh dari meta-theory
antara lain konsep tentang manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan.
Contoh dari meta-theory yaitu teori dari Florence Nightingel tentang
environmental theory, Peplau tentang model hubungan interpersonal, dll.
72
2. Philosophical
Philosopical memberikan arti umum tentang keperawatan dan fenomena
keperawatan. Filosofi keperawatan menggambarkan keyakinan, nilai, dan
pemikiran itu sendiri (Peterson & Bredow, 2004). Filosofi dapat
dikembangkan menjadi teori keperawatan. Dengan mempertimbangkan
pernyataan pada filosofi perawat dapat membedakan antara nilai dan
keyakinan yang ada di dalam dirinya dan di dalam teori sehingga memacu
untuk timbulnya suatu pernyaan kritis. Contoh dari Philosophy theory adalah
filosofi Nightingel.
3. Conseptual Model
Conseptual model adalah keangka kerja tentang hubungan konsep yang
menggambarkan suatu fenomena. Conseptual model lebih jelas dan lebih
spesifik dari pada philosophy tetapi kurang jelas dan spesifik dibandingkan
teori (Peterson & Bredow, 2004). Contoh dari conceptual models adalah
Neuman System Models
4. Grand theory
Memberikan kerangka konsep dengan konsep kunci dan prinsip-prinsip dari
ilmu dapat diidentifikasi. Jangkauan dari grand theory cukup luas,
merepresentasikan mengenai abstrak terbanyak dari tingkatan perkembangan
ilmu. Teori dapat dikatakan sebagai grand teori ketika abstract mengarah pada
model yang mempunyai kegunaan berdasarkan kekuatan dari teori (Alligood,
2014). Grand theory dapat berguna pada penelitian dan praktik karena lebih
umum dibandingkan dengan konseptual model. Contoh dari grand theory
adalah teori Orem tentang self care defisit.
73
5. Middle range theory
Dibandingkan dengan grand teory maka middle range terlihat lebih jelas
(Peterson & Bredow, 2004). Berikut ini perbedaan antara middle range theory
dan grand theory :
a. Middle range mempunyai cakupan yang lebih sempit
b. Kurang berfokus pada abstraksi, lebih spesifik pada fenomena
c. Terdiri dari beberapa konsep dan proporsi
d. Mewakili sebagian ggambaran dari realitas keperawatan
e. Lebih tepat untuk empirical testing
f. Lebih aplikatif untuk dipraktekkan dan diimplementasikan
Contoh dari middle range theory antara lain : theory comfort dari Kolkaba
6. Practice theory
Practice theory merupakan teori yang jelas, dapat langsung dilaksanakan pada
intervensi keperawatan. Menggali satu situasi tertentu yang ditemukan di
keperawatan. Mengidentifikasi tujuan secara eksplisit dan detail bagaimana
tujuan tersebut dapat dicapai. Practice theory dikembangkan dari middle
range theory. Contoh dari practice theory comfort dikembangkan menjadi
teori untuk kompres.
Setidaknya ada 3 syarat sesuatu konsep dapat dikatakan sebagai teori
yaitu : model, kerangka kerja dan model konseptual. Model adalah suatu
representasi dari beberapa fenomena. Sebuah model memberikan gambaran
visual dari teori, menggunakan narasi yang terbatas menampilkan hubungan yang
simbolis antara komponen. Kerangka adalah cara lain memberikan pandangan
konsep struktural dan hubungan dalam teori. Sebuah model konseptual atau
74
kerangka kerja mirip dengan teori dalam hal ketertarikan terhadap suatu
fenomena dan berisi konsep dan proposisi. Dalam model konseptual atau
kerangka kerja memiliki cakupan konsep dan proposisi khusus yang ruang
lingkupnya lebih luas, namun kurang pasti dan kurang spesifik bila dibandingkan
dengan teori (Fawcett, 2005).
D. Penerapan model konseptual dan teori keperawatan dalam tatanan
pelayanan secara nyata
Model konseptual digunakan untuk menjelaskan tentang dasar pemikiran
dari teori keperawatan dan menunjukkan teori keperawatan untuk diperkenalkan
didalam praktek keperawatan. Misalnya : Metode pengkajian khusus. Model
keperawatan banyak digunakan dalam teori keperawatan dan berhasil
diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Batasan pengertian ini hanya sebagai
ketepatan dan digunakan untuk dasar teori. (Colley, 2003).
Pandangan 3 (tiga) ahli keperawatan tentang penerapan model konseptual
dan teori keperawatan dalam keperawatan pada tatanan nyata :
1. Levine
Keperawatan adalah bagian budaya yang direfleksikan dengan ide-ide dan
nilai-nilai, dimana perawat memandang manusia itu sama, merupakan suatu
rangkaian disiplin dalam menguasai organisasi atau kumpulan yang dimiliki
individu dalam menjalin hubungan manusia sekitarnya. Intisari dari
keperawatan adalah manusia.
Asumsi Levine adalah sebagai berikut:
a. Kondisi klien memasuki sistem pelayanan kesehatan dalam bagian
penyakit atau perubahan kesehatan.
75
b. Responsibilitas tanggung jawab. Perawat bertanggung jawab dalam
mengenal respon (perubahan tingkah laku atau tingkat fungsi tubuh)
sebagai adaptasi pasien atau usaha untuk beradaptasi terhadap
lingkungan.
Levine berfokus pada satu orang pasien, implikasi utama dalam pengaturan
perawatan fase akut, dimana intervensi dapat bersifat mendorong atau
terapeutik.
2. Betty Neuman
Model sistem merupakan pendekatan sistem pada asuhan keperawatan pasien
yang dinamis dan terbuka, difokuskan pada definisi masalah keperawatan dan
pemahaman pada interaksi pasien dengan lingkungan. Pasien sebagai sistem
adalah individu, keluarga, grup dan komunitas. Penekanan pada penurunan
stress dengan memperkuat garis-garis pertahanan fleksibel, normal, maupun
resisten, dengan intervensi diarahkan pada ketiga garis pertahanan tersebut
yang terkait dengan 3 level prevensi : primer, sekunder, tersier.
3. Dorothy E. Orem
Orem’s mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan dalam keperawatan
diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya
sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit. Pada dasarnya diyakini bahwa
semua manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan untuk merawat dirinya
sendiri dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan itu
sendiri, kecuali bila tidak mampu. Menurut Orem asuhan keperawatan
dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempelajari kemampuan
76
untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi
kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan, teori ini dikenal
dengan teori self care (perawatan diri).
E. Pengembangan model konseptual dan teori adaptasi Roy dalam praktek
keperawatan
1. Filosopi dan teori
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang dapat
menyesuaikan diri (adaptive system). Teori Adaptasi Roy berasumsi bahwa
dasar ilmu keperawatan adalah pemahaman tentang proses adaptasi manusia
dalam menghadapi situasi hidupnya. Roy mengidentifikasikan 3 aspek dalam
model keperawatannya yaitu: pasien sebagai penerima layanan keperawatan,
tujuan keperawatan dan intervensi keperawatan. Masing-masing aspek utama
tersebut termasuk didalamnya konsep keperawatan, manusia, sehat-sakit,
lingkungan dan adaptasi. Konsep adaptasi berasumsi bahwa individu
merupakan sistem terbuka dan adaptif yang dapat merespon stimulus yang
datang baik dari dalam maupun luar individu (Roy, 1991 dalam Rogers-
Keller, 2009). Manusia sebagai sistem diilustrasikan pada gambar 5.1 berikut
Gambar 5.1
Ilustrasi Roy tentang manusia sebagai sistem terbuka dan
interaksinya dengan stimulus
77
2. Model konsep adaptasi
Dalam model adaptasi keperawatan menurut Roy manusia dijelaskan sebagai
suatu sistim yang hidup, terbuka dapat menyesuaikan diri dari perubahan
suatu unsur, zat, materi yang ada dilingkungan. Sebagai sistim yang dapat
menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psycho,
social) sebagai satu kesatuan yang mempunyai inputs (masukan), control dan
feedback processes (proses kontrol dan mekanisme umpan balik) serta output
(keluaran/hasil).
a. Input
Input terhadap sistem adalah stimulus yang diterima individu. Manusia
adalah suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri yaitu dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu
sendiri. Input atau stimulus yang masuk, dimana feedbacknya dapat
berlawanan atau responnya yang berubah ubah dari suatu stimulus. Hal
ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai tingkat adaptasi yang
berbeda dan sesuai dari besarnya stimulus yang dapat ditoleransi oleh
manusia.
Stimulus yang datang dari lingkungan baik internal maupun eksternal
dikategorikan tiga yaitu: 1) fokal, 2) kontekstual dan 3) residul. Stimulus
fokal adalah perubahan atau situasi yang segera berakibat terhadap
individu seperti stress, trauma atau sakit. Stimulus kontekstual adalah
stimulus lain yang berpengaruh terhadap stimulus fokal contoh
lingkungan. sedangkan stimulus residual adalah karakteristik, nilai, sikap
78
individu yang berkembang dari pengalaman masa lalu seperti nilai,
pengalaman dan sifat-sifatnya.
b. Proses kontrol dan mekanisme umpan balik
Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan
cara-cara penyesuaian diri. Mekanisme koping adalah tiap upaya yang
diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri (Stuart & Sundeen, 1995 dalam Ghafari dkk, 2014).
Manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri disebut
mekanisme koping, yang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu mekanisme
koping bawaan dan koping yang dipelajari.
Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetik yang dimiliki,
umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa
dipikirkan sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang
dipelajari, dikembangkan melalui strategi seperti melaui pembelajaran
atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani kehidupan
berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan terhadap
stimulus yang dihadapi.
Dalam mekanisme koping juga terdapat sub sistem regulator dan
cognator. Regulator merupakan respon yang timbul secara otomatis
terhadap stimulus berupa proses syaraf, kimia dan sistem endokrin.
Cognator merespon melalui respon cognitif dan melalui saluran emosi
dan kognitif yaitu persepsi dan proses informasi, belajar, keputusan dan
emosi. Selain itu prilaku dikatakan sebagai aksi dan reaksi yang timbul
79
baik internal dan eksternal dalam keadaan yang spesifik. Regulator dan
Kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap
empat efektor atau cara penyesuaian diri yaitu: fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan interdependensi
1) Mode Adaptasi Fisiologis (physiological-physical mode) adalah
proses fisik dan kimiawi dan prilaku yang menyinggung aspek fisik
individu. Terdapat 5 kebutuhan yaitu oksigenasi, nutrisi, eliminasi,
aktivitas dan istirahat dan proteksi. Perawat harus mempelajari proses
yang normal. Perilaku dalam mode fisiologi-fisik adalah manifestasi
dari aktifitas semua sel, jaringan, organ dan sistem yang membangun
tubuh. Tubuh akan bereaksi secara fisiologis sesuai dengan stimulus
yang dihadapinya, dan hal ini dapat dilihat dari perubahan fisiologis
pada fisik yang bersangkutan.
2) Mode Adaptasi Konsep Diri-Identitas Kelompok (self consept-group
identity mode) merupakan gabungan dari keyakinan dan perasaan
tentang dirinya pada suatu waktu. Fokusnya adalah aspek psikologis
dan spiritual individu. Model konsep diri-identitas grup mencakup
komponen-komponen fisik, sensasi dan body image, perasaan
personal, konsistensi, ideal diri, moral,etik dan spiritual diri sendiri
yang akan berinteraksi dengan nilai-nilai, hubungan interpersonal,
konsep diri kelompok, sosial budaya serta bagaimana berbagi
tanggung jawab dalam grup. Dengan kata lain setiap stimulus yang
diterima individu akan mempengaruhi bagaimana pola interaksinya
dalam kelompok
80
3) Mode Adaptasi Fungsi Peran (role function mode) adalah harapan
tentang pekerjaan yang dilakukan dan posisi individu terhadap posisi
pekerjaan lainnya. Dasar kebutuhan adalah integritas sosial, untuk
mengetahui hubungan satu dengan lainnya. Model fungsi peran juga
memfokuskan pada peran individu dalam kelompok serta dalam
komunitas sosial. Setiap stimulasi yang datang tentu akan
menimbulkan perubahan dalam pelaksanaan peran dalam interaksinya
dengan lingkungan sosial/kelompoknya.
4) Mode Adapatasi Interdependen (interdependence mode) adalah
prilaku yang berkaitan dengan hubungan interpenden antara individu
dan kelompok. Dasar kebutuhannya adalah perasaan aman dalam
suatu hubungan. Model interdependen merupakan kategori perilaku
yang berhubungan dengan hubungan interdependent, terkait dengan
perilaku memberi-menerima atas cinta, respek dan nilai-nilai. Perilaku
adaptif disini adalah dinamisnya interaksi individu dalam hubungan
interdependen dengan lingkungannya
Gambar 5.2 dan 5.3 berikut ini akan mengilustrasikan bagaimana stimulus
internal maupun eksternal menimbulkan berbagai reaksi tubuh, baik
reaksi secara neurologis maupun reaksi secara kimiawi yang melibatkan
sistem syaraf pusat. Situasi ini melalui serangkaian pathway kemudian
menimbulkan respon tubuh yang bermacam-macam dan oleh individu
pengalaman ini akan disimpan dalam memori jangka panjang serta suatu
saat akan pengalaman ini akan mempengaruhi individu untuk memilih
reaksi apa yang terjadi jika berhadapan dengan stimulus yang identik.
81
Gambar 5.2
Mekanisme koping regulator menurut Roy
Gambar 5.3
Mekanisme koping kognator menurut Roy
Gambar diatas mengilustrasikan bahwa stimulus internal dan eksternal
akan diproses oleh tubuh dengan dipengaruhi juga oleh persepsi individu
terhadap stimulus, kemampuan individu untuk belajar, penilaian dan
82
kemampuan penyelesaian masalah serta emosi individu saat stimulus itu
datang. Kesemuanya akan diolah secara seksama sehingga menghasilkan
respon psikomotor. Pendekatan penyelesaian masalah menggunakan
perspektif Roy termasuk : meningkatkan, mengurangi, mempertahankan,
mengubah apa-apa yang berhubungan dengan stimulus fokal dan
kontekstual yang relevan. Tujuan intervensi adalah meningkatkan
adaptasi, yang berkontribusi terhadap kesehatan, dan kualitas kehidupan.
c. Output
Kesehatan adalah hasil dari adaptasi manusia terhadap stimulus yang
dihadapinya, dan merupakan proses yang terjadi dan terintegrasi serta
menggambarkan hubungan antara individu dengan lingkungan.
Sedangkan adaptasi itu sendiri merupakan proses dan hasil dari apa yang
dipikirkan dan dirasakan individu sebagai individu dan kelompok, dengan
menggunakan kesadaran dan pilihan untuk dapat berintegrasinya individu
dengan lingkungannya.
Respon yang timbul dalam proses adapatasi dapat berupa respon adaptif dan
respon inefektif. Respon adaptif merupakan peningkatan integritas tujuan dari
individu dalam hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan dan transformasi
individu dan lingkungan. Sedangkan respon maladaptif merupakan respon
yang tidak berkontribusi dalam pencapaian integritas individu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan
integritas dalam batasan yang sesuai dengan tujuan “human system” dan
respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi
yang sesuai dengan tujuan “human system”.
83
Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, tergantung dari metode
adaptasinya. Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif berdampak
terhadap respon sakit (maladaptif). Jika seseorang masuk pada zona
maladaptif maka mereka mempunyai masalah adaptasi.
Cara penyesuaian diri ditentukan dengan menganalisa dan mengkatagorikan
perilaku manusia, dimana perilaku tersebut merupakan hasil dari aktivitas
cognator dan regulator yang diobservasi. Kebutuhan dasar untuk intergritas
mencakup : intergritas fisik, intergritas psikologis dan integritas sosial.
Proses persepsi ditemukan baik dalam subsistim regulator maupun dalam
subsistem kognator dan digambarkan sebagai proses yang menghubungkan
dua subsistem tersebut.
Input-input untuk regulator diubah menjadi persepsi. Persepsi adalah proses
dari kognator dan respon-respon yang mengikuti sebuah persepsi adalah
Feedback baik untuk kognator maupun regulator. Secara keseluruhan model
konseptual manusia sebagai sistem adaptif dapat digambarkan dengan skema
pada gambar 5.4.
Implementasi proses penyelesaian masalah berdasarkan Model Adaptasi Roy
adalah dengan mengidentifikasi stimulus dan fungsi dari mode adaptasi
individu.
84
Gambar 5.4
Model manusia sebagai sistem adaptasi menurut Roy
3. Implementasi model konsep dna teori dalam praktik keperawatan
Dalam implementasi model Roy ada dua level pengkajian yaitu pengkajian
prilaku pasien dan pengkajian stimulus yang mengakibatkan prilaku pasien.
Langkah pertama adalah pengkajian prilaku. Prilaku yang dikaji adalah 4
mode adaptasi yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen.
Langkah kedua adalah menganalisis 3 tipe stimulus yang mempengaruhi
prilaku yang maladaptif, terdiri dari stimulus fokal, kontekstual dan residual.
Langkah selanjutnya adalah menetapkan masalah dalam bentuk pernyataan
yang berbasis data tentang status adaptasi individu, termasuk prilaku dan
stimulus yang relevan. Setelah itu menentukan tujuan intervensi yang
meliputi pernyataan yang jelas tentang kriteria hasil dari dan intervensi yang
akan diberikan. Langkah selanjutnya adalah melakukan intervensi dan
menentukan bantuan yang diberikan pada individu dalam mencapai tujuan
Umpan Balik
- Mekanisme
koping - Regulator
- Kognator
Output Input Proses
kontrol Efektor
Stimuli internal dan external
- Fokal
- Kontextual - Residual
Kemampuan
adaptasi
Respons :
- Adaptif (mampu
mengatasi
masalah) - Maladaptif
(distress)
- Fs. Fisiologi
- Konsep Diri
- Fs. Peran
- Interdependen
85
yang telah ditetapkan. Langkah terakhir adalah evaluasi yang merupakan
penilaian terhadap efektifitas dari intervensi dalam mencapai tujuan.
a. Pengkajian tahap pertama
1) Pengkajian perilaku (behavior assessment) merupakan tuntunan bagi
perawat untuk mengatahui respon pada manusia sebagai sistim
adaptive. Data spesifik dikumpulkan oleh perawat melalui proses
Observasi, pemeriksaan dan keahlian wawancara. Faktor yang
mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetik, jenis kelamin, tahap
perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi
peran, ketergantungan, pola interaksi social, mekanisme koping dan
gaya hidup, stress fifik dan emosi, budaya, lingkungan fisik
2) Pengakajian fisiologis.
Ada 9 (Sembilan) respon fisiologis yang menjadi perhatian
pengkajian perawat yaitu ;
a) Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen
berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.
b) Nutrsisi: menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk
memperbaiki kondidi tubuh dan perkembangan.
c) Eliminasi: menggambarkan Pola eliminasi.
d) Aktivitas dan istirahat: mengambarkan pola aktivitas, latihan,
istirahat dan tidur.
e) Intergritas kulit: mengambarkan pola fisiologis kulit.
f) Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensoris perceptual
berhubungan dengan panca indra.
86
g) Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan
cairan dan elektrolit.
h) Fungsi Neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis,
pengaturan dan intelektual.
i) Fungsi endokrin: menggambarkan pola kontrol dan pengaturan
termasuk respon nstress dan system reproduksi.
3) Pengkajian konsep diri
Pengkajian konsep diri: menggambarkan atau menidentifikasi tentang
pola nilai, kepercayaan emosi yang berhubungan dengan Ide diri
sendiri. Perhatian ditujukan pada keadaa diri sendiri tentang fisik,
individual dan moral-etik.
4) Pengkajian fungsi peran
Pengkajian fungsi peran (sosial) : menggambarkan atau
mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang berhubungan
dengan orang lain akibat dari peran ganda.
5) Pengkajian Interdependensi.
Pengkajian interdependensi: menggambarkan atau mengidentifikasi
pola nilai manusia, kehangatan, cinta dan memiliki. Proses tersebut
terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap individu maupun
kelompok.
Pengkajian pasien dari tiap empat model adaptive dilaksanakan dengan
pendekatan sistimatis dan holistic. Pengkajian itu diklarifikasikan,
difokuskan oleh perawat atau tim keperawatan sebagai data dasar untuk
memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Secara ideal keseluruhan
87
data pasien tersebut saling berhubungan dan pengkajian keperawatan
dicatat dalam format empat model adaptive keperawatan. Dan dapat
dimengerti sebagai masukan data bagi tem asuhan keperawatan yang
terlibat pada pasien. Dibutuhkan keahlian dalam praktek keperawatan
kaitannya dengan skill pengkajian perilaku dan pengetahuan
membandingkan kriteria evaluasi spesifik respon perilaku manusia yang
adaptive atau inefefektive (maladaptive). Data dikelompokkan dalam:
data subjective, objective dan data pengukuran/peneriksaan fisik. Perilaku
yang ditemukan dapat bervariasi dari apa yang diharapkan, mewakili
semua respon baik efektive maupun maladaptive. Roy sudah
menidentifikasikan sejumlah respon yang berkaitan dengan aktivitas
subsistim regulator dan subsistem Kognator yang tidak efektive, seperti
pada tabel 5.1 berikut :
Tabel 5.1
Indikasi kesulitan adaptasi
Inefektifitas sub sistem regulator Inefektifitas sub sistem kognator
- Peningkatan deyut jantung dan
tekanan darah.
- Tegang.
- Hilang nafsu makan.
- Peningkatan kortisol serum
- Gangguan persepsi/ proses
informasi.
- Pembelajaran inefektive.
- Tidak mampu membuat
justifikasi.
- Afektive tidak sesuai.
b. Pengkajian tahap kedua
1) Pengkajian stimulus
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang
muncul ke dalam pola perilaku pasien (empat model respon perilaku)
untuk menfidentifikasi respon-respon inefektive atau respon-respon
adaptive yang perlu didukung oleh perawat untuk dipertahankan.
88
Ketika perilaku inefektive maupun perilaku adaptive yang
memerlukan dukungan perawat, perawat membuat pengkajian tentang
stimulus internal dan ekternal yang mungkin mempengaruhi perilaku.
Dalam fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang
stimulus fokal, kontektual dan residual yang dimiliki pasien. Proses
ini mengklarifikasi penyebab dari masalah dan mengidentifikasi
factor-faktor kontektual (faktor presipitasi) dan residual (faktor
predisposisi) yang berhubungan erat dengan penyebab. Tabel 5.2
memuat stimulus yang berpengaruh yang telah diidentifikasi
Tabel 5.2
Stimulus yang mempengaruhi perilaku adaptasi
c. Diagnosa keperawatan
Rumusan diagnosa keperawatan adalah Problem (P), Etiologi (E),
Simptom/kharakteristik data (S). Roy menjelaskan ada tiga metode
merumuskan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Metode pertama
Adalah menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan
dengan 4 (empat) cara penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan metode
Budaya Status sosial ekonomi, etnis (suku/ras), sistim
kepercayaan.
Keluarga Struktur keluarga, tugas keluarga
Fase perkembangan Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan faktor
keturunan.
Intergritas dari cara-cara
penyesuaian (modes
adaptive)
Fisiologis (termasuk patologi penyakit), konsep
diri, fungsi peran, interdependensi.
Efektivefitas kognator Persepsi, pengetahuan, skill.
Pertimbangan
lingkungan
Perubahan lingkungan internal dan ekternal,
menajemen pengobatan, penggunaan obat-
obatan, alkohol, dan merokok.
89
ini ialah dengan cara mengidentifikasi perilaku empat model adaptasi,
perilaku adaptasi yang ditemukan disimpulkan menjadi respon
adaptasi (lihat tabel 5.3). Respon tersebut digunakan sebagai
pernyataan Masalah keperawatan. Misalnya: inadekuat pertukaran
gas (masalah fisiologis) datanya ialah; sesak kalau beraktivitas,
bingung/agitasi, bernafas dengan bibir dimoncongkan, sianosis.
Konstipasi (masalah fisiologis eliminasi) datanya: sakit perut, nyeri
waktu defikasi, perubahan pola BAB. Kehilangan (masalah konsep
diri) datanya: diam, kadan-kadang menangis, dan kegagalan peran
(masalah fungsi peran).
2) Metode kedua
Adalah membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi
respon dalam satu cara penyesuaian diri dengan memperhatikan
stimulus yang sangat berpengaruh. Metode ini caranya ialah menilai
perilaku respon dari satu cara penyesuaian diri, respom perilaku
tersebut dinyatakan sebagai statemen masalah. Sedangkan penyebab
adalah hasil pengkajian tentang stimulus. Stimulus tersebut
dinyakatan sebagai penyebab masalah. Misalnya: Nyeri dada yang
disebabkan oleh kurannya suplay oksigen ke otot jantung
3) Metode ketiga
Adalah kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode
adaptive) berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama.
Misalnya pasien mengeluh nyeri dada sangat beraktivitas (olah raga)
sedangkan pasien adalah atlit senam. Sebagai pesenam tidak mampu
90
melakukan senam. Kadaan ini disimpulkan diagnosa keperawatan
yang sesuai adalah Kegagalan peran berkaitan dengan keterbatan
fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja melaksnakan perannya.
Tabel 5.3 Typologi masalah yang berkaitan dengan adaptasi.
MODE FISIOLOGIS
1. Oksigenasi.
- Hipoksia/syoks.
- Gangguan ventilasi. - Inadekuat pertukaran gas
- Inadekuat transport gas
- Gangguan perfusi jaringan
2. Nutrisi
- Malnutrisi.
- Mual,muntah. - Anoreksia.
3. Eliminasi.
- Diare. - Konstipasi.
- Kembung.
- Retensi Urine. - Inkontinensia urine.
4. Aktivitas dan istirahat. - Inadekuat pola aktivitas
dan istirahat.
- Intolenransi aktivitas.
- Immobilisasi. - Gangguan tidur.
5. Intergritas kulit. - Gatal-gatal.
- Kekeringan.
- Infeksi. - Dekubitus
6. Sensoris.
- Nyeri akut.
- Nyeri kronis. - Sensori overload.
- Gangguan sensori primer.
- Potensial injuri.
- Kehilangan kemampuan perawatan diri.
- Gangguan persepsi.
- Potensial injuri/ hilang kemam-puan merawat diri.
7. Cairan dan elektriolit.
- Dehidrasi. - Retensi cairan intra seluler.;
- Edema.
- Shok hipo/hipervolemik. - Hyper atau hipokalsemia.
- Ketidakseimbangan asam basa.
8. Fungsi nerologis.
- Penurunan kesadaran.
- Defisit memori.
- Ketidakstabilan perilaku dan mood.
9. Fungsi endokrin. - Inefektiv regulator hormon.
- Inefektiv pengembangan
reproduksi. - Ketidakstabilan sikulus ritme
stress internal.
KONSEP DIRI
Pandangan terhadap fisik.
- Penurunan konsep seksual.
- Agresi.
- Kehilangan. - Seksual disfungtion.
Pandangan terhadap personal.
- Cemas tidak berdaya.
- Harga diri rendah.
- Merasa bersalah.
91
FUNGSI PERAN INTERDEPENDENSI
- Transisi peran.
- Peran berbeda. - Konflik peran.
- Kegagalan peran.
- Kecemasan.
- Merasa ditinggalkan/isolasi.
d. Merumuskan tujuan
Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu
dicatat merupakan indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah
pasien. Pernyataan masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi:
perilaku, perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan jangka panjang
menggambarkan perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap
masalah danm tersedianya energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup,
tumbuh, dan reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi hasil
perilaku pasien setelah managemen stimulus fokal dan kontektual. Juga
keadaan perilaku pasien itu indikasi koping dari sub sistim regulator dan
kognator.
e. Rencana tindakan
Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan untuk
mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual,
Pelaksanaan juga difokus pada besarnya ketidakmampuan koping
manusia atau tingkat adaptasi, begitu juga hilangnya seluruh stimulus dan
manusia dalam kemampuan untuk beradaptasi. Perawat merencanakan
tindakan keperawatan spesifik terhadap gangguan atau stimulus yang
dialami. Standar tindakan keperawatan menurut teori adaptasi roy adalah
seperti terlihat pada tabel 5.4
92
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal,
dengan menggunakan koping yang konstruktif. Intervensi ditujukan pada
peningktan kemampuan koping secara luas. Tindakan diarahkan pada
subsistim regulator (proses fisiologis/biologis) dan kognator (proses pikir.
Misalnya: perspesi, pengetahuan, pembelajaran).
Tabel 5.4
Kriteria standar intervensi keperawatan menurut Roy STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS
Memenuhi kebutuhan Oksigen.
Kriteria:
1. menyiapkan tabung oksigen dan flow
meter.
2. menyiapkan hemodifier berisi air.
3. menyiapkan slang nasal dan masker.
4. memberikan penjelasan pada pasien.
5. mengatur posisi pasien.
6. memasang slang nsal dan masker.
7. memperhatikan reaksi pasien.
Memenuhi kebutuhan Nutrisi:
Kriteria
1. menyiapkan peralatan dalam dressing
car.
2. menyiapkan cairan infus/makanan/darah.
3. memberikan penjelasan pada pasien.
4. mencocokan jenis cairan/darah/diet
makanan
5. mengatur posisi pasien.
6. melakukan pemasangan
infus/darah/makana
Memenuhi kebutuhan Eliminasi
kriteria
1. menyiapkan alat pemberian
hukmah/gliserin, dulkolac & peralatan
pemasangan kateter
2. memperhatikan suhu cairan/ukuran
kateter
3. menutup dan memasang selimut.
4. mengobservasi keadaan feses dan uerine.
5. Mengobservasi rekasi pasien.
Memenuhi kebutuihan aktivitas dan
Istirahat/tidur.
Kriteria
1. melakukan latihan gerak pada pasien tidak
sadar.
2. melakukan mobilisasi pad pasien pasca
operasi.
3. mengatur posisi yg nyama pada pasien.
4. menjaga kebersihan lingkungan.
5. Mengopservasi reaksi pasien.
Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit
(kebersihan dan kenyamanan fisik)
Kriteria
1. memandikna pasien yang tidak sadar/
kondisinya lemah.
2. mengganti alat-alat tenun sesuai kebutuhan/
kotor.
3. Merapikan alat-alat pasien.
Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologsi
Kriteria
1. Mengopservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan.
2. melakukan tes alergi pada pemberian obat
baru.
3. mengobservasi reaksi pasien.
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI
Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual.
Kriteria
1. Melaksnakan Orientasi pada pasien baru.
2. memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan.
3. memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana.
93
4. memperhatikan setiap keluhan pasien. 5. memotivasi pasien untuk berdoa.
6. membantu pasien beribadah.
7. memperhatikan pesan-pesan pasien.
STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN PERAN
1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi
keluarga dan msayarakat.
2. mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
3. melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya.
4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien.
5. bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien.
6. mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
7. perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan secara
benar dalam perawatan. 8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang negatif
dari klein.
STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI
1. membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum.
2. membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi.
3. membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi).
4. membantu pasien untuk berhias atau berdandan.
f. Evaluasi
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi.
Perilaku tujuan dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang
dihasilkan, dan bagaimana pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat
memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan.
4. Aplikasi klinis
Selama lebih dari 30 tahun Model Adaptasi Roy telah digunakan untuk
memahami dan menuntun praktik keperawatan dalam perawatan pasien. Para
perawat menggunakan model ini sebagai framework untuk
mengkonseptualisasi dan merencanakan intervensi keperawatan pada pasien
atau menggunakan model ini untuk menciptakan intervensi untuk pemisahan
populasi klinik.
94
Roy Adaptation Model telah diimplementasikan di :
a. NICU : pada perawatan bedah akut, sebagai alat dokumentasi dalam
proses keperawatan
b. Fasilitas rehabilitasi : untuk mengintegrasi dasar professional perawatan
pasien
c. Manajemen rumah sakit umum : sebagai konseptual framework untuk
menuntun praktik, memfasilitasi sistem integral keperawatan pada bagian
orthopedic, unit neurosurgical untuk mempertahankan lingkungan praktik
professional bagi pelatihan mahasiswa, meningkatkan otonomi
professional, membantu proses rekrutmen dan penguranan staf, dan untuk
meningkatkan kejelasan peran pemberi layanan, dan menguatkan dan
mengefektifkan kolaborasi interdisiplin.
Peran perawat yang diharapkan berdasarkan teori Roy. Perawat harus mampu
meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit. Perawat
dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual
maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada
pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan
pasien mengantisipasi perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan
mekanisme koping yang lain. Pada situasi sehat, perawat berperan untuk
membantu pasien agar tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga
integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif perawat
dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat
adanya perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya,
95
seseorang yang mengalami kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan.
Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita. Dimana
pasien harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi
didalam dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan
yang mudah untuk diterima. Jika perawat dapat berperan secara maksimal,
maka pasien dapat bertahan dengan melaksanakan fungsi perannya secara
optimal.
96
Kepustakaan
Alligood M. R. (2014). Nursing theorists and their work. Eighth edition. Philadelpia :
Mosby Inc.
(2014). Nursing theory : utilization and application. Philadelpia : Mosby
Elsivier.
Brackopp, D. Y, dkk. (2000). Dasar-dasar riset keperawatan, Jakarta: EGC
Fawcett. J., (2005) Contemporary nursing knowledge: analisys and evaluation of
nursing models and theorist, 2th edition. Philadelphia : FA Davis
Company
George. (1995). Nursing theories (the base for profesional nursing practice), Fourth
Edition. USA : Appleton & Lange.
Jones and Barlett (2009) Nursing theories, a framework for profesional practice.
Diakses melalui http://www.ebscohost.com/ diakses tanggal 31
Desember 2014 jam 22.05 WIB
Nurachmah, Elly. 2010. Hubungan antara falsafah, paradigma, model konseptual,
teori keperawatan dan metodologi ilmiah. Diakses melalui:
http://currentnursing.com/nursing_theory/self_care_deficit_theory.html
diakses tanggal 31 Desember 2014 jam 19.00 WIB
Marquis, B.L. dan Huston, C. H. (2012) Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan. Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Mariner, A. (1998). Nursing theorists and their works. (4th ed) Philadelphia:
Lippincott: Raven Publisher
Pearson A.; Vaughan B. (1986). Nursing model for practice. Bedford Square
London, William Heinemann Medical Books
Roger, C. & Keller, C. (2009) Roy’s Adaptation Model To Promote Physical
Activity Among Sedentary Older Adults. Geriatr Nurs. 2009;30 (2 Suppl) :
21–26. doi:10.1016/j.gerinurse.2009.02.002
Roy, Sr. C. (2007). Nursing knowledge development and clinical practice. New
York: Springer Publishing Company.
Roy, Sr. C. (2009) The Roy adaptation model (3rd edition). Upper Saddle River :
Pearson
Sanyata, S. (2012) Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling
Jurnal Paradigma, No. 14 Th. VII, Juli 2012. ISSN 1907-297X.
97
Soemowinoto, S. (2008) Pengantar filsafat ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Sue. D. C. (2009). Fundamentals of nursing standards and practice. 2nd edition.
United State of America : Delmar a division of Thomson Learning, Inc.
Tomey, A. M.; Alligood M.R (2006). Nursing theoriest, utilization and application.
Elsevier : Mosby
Walker, L. O.; Avant, K. C. (2004). Strategies for theory construction in nursing.
Fifth edition. Norwalk, CT : Appleton & Lange