program linear1

18
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program linier Program linier adalah suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu fungsi tujuan (memaksimalkan atau meminimalkan) dan kendala-kendala yang ada ke dalam model matematik persamaan linier. Metode analisis yang paling bagus untuk menyelesaikan persoalan alokasi sumber ialah metode program linier. Pokok pikiran yang utama dalam menggunakan program linier ialah merumuskan masalah dengan jelas dengan menggunakan sejumlah informasi yang tersedia. Sesudah masalah terumuskan dengan baik, maka langkah berikutnya ialah menerjemahkan masalah yang ada ke dalam model matematika. Program linier sering digunakan dalam menyelesaikan problema-problema alokasi sumber daya, seperti dalam bidang manufacturing, pemasaran, keuangan, personalia, administrasi dan lain sebagainya. Bentuk standar dari permasalahan program linier adalah: a. Penulisan dalam bentuk skalar untuk kasus maksimasi Maksimumkan : 1 , 2 , โ€ฆ , = = 1 1 + 2 2 + โ‹ฏ + (2.1) Dengan kendala : 11 1 + 12 2 + โ‹ฏ + 1 = 1 21 1 + 22 2 + โ‹ฏ + 2 = 2 โ‹ฎ 1 1 + 2 2 + โ‹ฏ + = Universitas Sumatera Utara

Upload: ronalson-sirait

Post on 20-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Program Linear1

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Program linier

Program linier adalah suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan

dengan cara menentukan terlebih dahulu fungsi tujuan (memaksimalkan atau

meminimalkan) dan kendala-kendala yang ada ke dalam model matematik persamaan

linier. Metode analisis yang paling bagus untuk menyelesaikan persoalan alokasi sumber

ialah metode program linier. Pokok pikiran yang utama dalam menggunakan program

linier ialah merumuskan masalah dengan jelas dengan menggunakan sejumlah informasi

yang tersedia. Sesudah masalah terumuskan dengan baik, maka langkah berikutnya ialah

menerjemahkan masalah yang ada ke dalam model matematika.

Program linier sering digunakan dalam menyelesaikan problema-problema alokasi

sumber daya, seperti dalam bidang manufacturing, pemasaran, keuangan, personalia,

administrasi dan lain sebagainya.

Bentuk standar dari permasalahan program linier adalah:

a. Penulisan dalam bentuk skalar untuk kasus maksimasi

Maksimumkan :

๐‘“ ๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2,โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘› = ๐‘ = ๐‘1๐‘ฅ1 + ๐‘2๐‘ฅ2 + โ‹ฏ+ ๐‘๐‘›๐‘ฅ๐‘› (2.1)

Dengan kendala :

๐‘Ž11๐‘ฅ1 + ๐‘Ž12๐‘ฅ2 + โ‹ฏ+ ๐‘Ž1๐‘›๐‘ฅ๐‘› = ๐‘1

๐‘Ž21๐‘ฅ1 + ๐‘Ž22๐‘ฅ2 + โ‹ฏ+ ๐‘Ž2๐‘›๐‘ฅ๐‘› = ๐‘2

โ‹ฎ

๐‘Ž๐‘š1๐‘ฅ1 + ๐‘Ž๐‘š2๐‘ฅ2 + โ‹ฏ+ ๐‘Ž๐‘š๐‘› ๐‘ฅ๐‘› = ๐‘๐‘›

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Program Linear1

๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2,โ‹ฏ , ๐‘ฅ๐‘› โ‰ฅ 0

Atau dapat juga ditulis dengan menggunakan lambang penjumlahan yaitu:

Maksimumkan :

๐‘“ ๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2,โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘› = ๐‘ = ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 (2.2)

Dengan kendala:

๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘— = ๐‘๐‘–๐‘›๐‘—=1 , ๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š

๐‘ฅ๐‘— โ‰ฅ 0, ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘›

Di mana ๐‘๐‘— , ๐‘๐‘– dan ๐‘Ž๐‘–๐‘— diketahui konstan.

Keterangan:

๐’„๐’‹ = parameter yang dijadikan kriteria optimisasi, atau koefisien peubah pengambilan

keputusan dalam fungsi tujuan. Untuk kasus maksimasi ๐‘๐‘— menunjukkan

keuntungan atau penerimaan per unit, sementara dalam kasus minimasi ๐‘๐‘—

menunjukkan biaya per unit.

๐’™๐’‹ = peubah pengambilan keputusan atau kegiatan (yang ingin dicari; yang tidak

diketahui). Karena ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ , ๐‘› berarti dalam hal ini terdapat ๐‘› variabel

keputusan.

๐’‚๐’Š๐’‹ = koefisien teknologi peubah pengambilan keputusan dalam kendala ke-๐‘– .

๐’ƒ๐’Š = sumber daya yang terbatas, yang membatasi kegiatan atau usaha yang

bersangkutan; disebut juga konstanta sebelah kanan dari kendala ke-๐‘–. Karena

๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š berarti dalam hal ini terdapat ๐‘š jenis sumber daya.

๐’ = Nilai skalar kriteria pengambilan keputusan nilai fungsi tujuan.

b. Penulisan dalam bentuk matriks untuk kasus maksimasi

Maksimumkan :

๐’ = ๐’„๐‘ป๐‘ฟ (2.3)

Dengan kendala :

๐‘จ๐‘ฟ = ๐‘ฉ dan ๐‘ฟ โ‰ฅ ๐ŸŽ

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Program Linear1

Dimana ๐‘ฟ =

๐’™๐Ÿ๐’™๐Ÿโ‹ฎ๐’™๐’

, ๐‘ฉ =

๐’ƒ๐Ÿ๐’ƒ๐Ÿโ‹ฎ๐’ƒ๐’

, ๐’„ =

๐’„๐Ÿ๐’„๐Ÿโ‹ฎ๐’„๐’

, ๐‘จ =

๐’‚๐Ÿ๐Ÿ๐’‚๐Ÿ๐Ÿโ‹ฎ

๐’‚๐’Ž๐Ÿ

๐’‚๐Ÿ๐Ÿ๐’‚๐Ÿ๐Ÿโ‹ฎ

๐’‚๐’Ž๐Ÿ

โ€ฆโ€ฆโ‹ฎโ€ฆ

๐’‚๐Ÿ๐’๐’‚๐Ÿ๐’โ‹ฎ

๐’‚๐’Ž๐’

Dan ๐‘ป menyatakan transpose.

2.2 Asumsi-asumsi yang Harus Dipenuhi dalam Program Linier

Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam merumuskan suatu problema keputusan

ke dalam model matematik persamaan linier sehingga problema itu dapat dikatakan absah

menjadi suatu permasalahan program linier, yaitu:

a. Asumsi Linierity (Linieritas)

Asumsi ini menyatakan bahwa fungsi tujuan dan semua kendala harus berbentuk linier.

Dengan kata lain, apabila suatu kendala melibatkan dua variabel keputusan maka dalam

diagram dimensi dua kendala tersebut akan berupa suatu garis lurus. Demikian juga

apabila suatu kendala melibatkan tiga variabel akan menghasilkan suatu bidang datar dan

kendala yang melibatkan ๐‘› variabel akan menghasilkan hyperplane (bentuk geometris

yang rata) dalam ruang berdimensi ๐‘›.

b. Asumsi Additivity (Aditivitas/ Penambahan)

Asumsi ini menyatakan bahwa nilai parameter suatu kriteria optimasi (koefisien variabel

keputusan dan fungsi tujuan) merupakan jumlah dari individu-individu ๐‘๐‘— dalam program

linier. Misalnya, keuntungan total ๐‘ yang merupakan variabel keputusan, sama dengan

jumlah keuntungan yang diperoleh dari masing-masing kegiatan (๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘— ). Dan juga, seluruh

sumber daya yang digunakan untuk semua kegiatan harus sama dengan jumlah sumber

daya yang digunakan untuk masing-masing kegiatan.

c. Asumsi Proportionality (Proporsionalitas/ Kesebandingan)

Asumsi ini menyatakan bahwa jika variabel keputusan (๐‘ฅ๐‘— ) mengalami perubahan, maka

dampak perubahannya akan menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Program Linear1

(๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘— ) dan juga pada kendalanya (๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘— ). Misalnya, apabila variabel keputusan dinaikkan

dua kali. Maka secara proporsional (seimbang dan serasi) nilai-nilai fungsi tujuan dan

kendalanya juga akan menjadi dua kali lipat.

d. Asumsi Divisibility (Divisibilitas/ Pembagian)

Asumsi ini menyatakan bahwa nilai variabel keputusan (๐‘ฅ๐‘— ) yang diperoleh tidak harus

berupa bilangan bulat, artinya nilai variabel keputusan bisa diperoleh pada nilai pecahan.

e. Asumsi Certainty (Deterministik/ Kepastian)

Asumsi ini menghendaki bahwa semua parameter dalam program linier (๐‘๐‘— , ๐‘Ž๐‘–๐‘— dan ๐‘๐‘–)

harus bernilai tetap dan diketahui atau ditentukan secara pasti.

2.3 Metode Simpleks

Pada umumnya permasalahan program linier dapat diselesaikan dengan menggunakan

metode grafik dan metode simpleks. Kedua metode ini tentunya memiliki kebaikan dan

kelemahannya. Aplikasi kedua metode ini tergantung atas problema yang dihadapi.

Metode grafik digunakan apabila jumlah variabel keputusan hanya dua dan jumlah

kendala dalam model sedikit (pada umumnya tidak lebih dari 4 kendala). Apabila jumlah

kendalanya banyak (> 4 kendala), maka akan sukar untuk melukiskan garis kendalanya

dalam grafik.

Sehingga meskipun permasalahan program linier dapat diselesaikan dengan

menggunakan metode grafik, akan tetapi untuk permasalahan program linier dengan lebih

dari 3 variabel maka metode grafik ini tidak dapat digunakan. Oleh karena itu, pada tahun

1947 George Dantzig mengajukan satu metode yang paling berhasil untuk menyelesaikan

suatu permasalahan program linier, dan metode itu dinamakan metode simpleks dan telah

diperbaiki oleh beberapa ahli lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Program Linear1

Metode simpleks adalah suatu metode yang secara sistematis dimulai dari suatu

pemecahan dasar yang fisibel ke pemecahan dasar fisibel (feasible) lainnya dan ini

dilakukan berulang-ulang (dengan jumlah ulangan yang terbatas) sehingga akhirnya

tercapai suatu pemecahan dasar yang optimum dan pada setiap step/ iterasi menghasilkan

suatu nilai dari fungsi tujuan yang selalu lebih besar atau sama dari step-step sebelumnya

(Supranto, 1983).

2.3.1 Langkah-langkah Metode Simpleks

Mengubah bentuk baku model program linier ke dalam bentuk tabel akan memudahkan

proses perhitungan simpleks. Langkah-langkah perhitungan dalam algoritma simpleks

adalah:

a. Berdasarkan bentuk baku, tentukan solusi awal (initial basic feasible solution)

dengan menetapkan n-m variabel nonbasis sama dengan nol. Di mana n jumlah variabel

dan m banyaknya kendala.

b. Kemudian dipilih sebuah entering variable (variabel yang masuk) di antara yang

sedang menjadi variabel nonbasis, yang jika dinaikkan di atas nol, dapat memperbaiki

nilai fungsi tujuan. Apabila tidak ada maka berhenti, berarti solusi sudah optimal. Jika

tidak, maka lanjutkan ke langkah c.

c. Selanjutnya pilih sebuah leaving variable (variabel yang keluar) di antara yang

sedang menjadi variabel basis yang harus menjadi nonbasis (nilainya menjadi nol) ketika

entering variable menjadi variabel basis.

d. Tentukan solusi yang baru dengan membuat entering variable dan leaving

variable menjadi nonbasis. Selanjutnya kembali ke langkah b.

Selanjutnya akan dijelaskan langkah-langhkah penyelesaian persoalan yang

formulasinya mempunyai bentuk sebagai berikut:

Maksimumkan:

๐‘ = ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 (2.4)

Dengan kendala:

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Program Linear1

๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 โ‰ค ๐‘๐‘– ,

๐‘ฅ๐‘— โ‰ฅ 0,

๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š , ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘›

Perhitungan simpleks yang lebih rinci akan diterangkan dengan langkah berikut:

Langkah 1 : Mengubah fungsi tujuan dan fungsi kendala.

Fungsi tujuan diubah menjadi bentuk implisit dengan jalan menggeser semua ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘— ke kiri.

Fungsi kendala selain kendala nonnegatif diubah menjadi bentuk persamaan dengan

menambahkan variabel slack, yaitu suatu variabel yang mewakili tingkat pengangguran

kapasitas yang merupakan batasan.

Langkah 2 : Mentabulasikan persamaan-persamaan yang diperoleh pada langkah 1.

Tabel 2.1 Bentuk Umum Tabel Simplek Awal

Basis ๐‘ช ๐ถ1 ๐ถ2 . . ๐ถ๐‘› 0 0 . . 0 Solusi

๐’™๐Ÿ ๐’™๐Ÿ . . ๐’™๐’ ๐‘บ๐Ÿ ๐‘บ๐Ÿ . . ๐‘บ๐’Ž

๐‘บ๐Ÿ 0 ๐‘Ž11 ๐‘Ž12 . . ๐‘Ž1๐‘› 1 0 . . 0 ๐‘1

๐‘บ๐Ÿ 0 ๐‘Ž21 ๐‘Ž22 . . ๐‘Ž2๐‘› 0 1 . . 0 ๐‘2

. . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . .

๐‘บ๐’Ž 0 ๐‘Ž๐‘š1 ๐‘Ž๐‘š2 . . ๐‘Ž๐‘š๐‘› 0 0 . . 1 ๐‘๐‘š

๐’๐’‹ โˆ’ ๐‘ช๐’‹ โˆ’๐ถ1 โˆ’๐ถ2 . . โˆ’๐ถ๐‘š 0 0 . . 0 0

Kolom baris menunjukkan variabel yang sedang menjadi basis yaitu ๐‘†1,๐‘†2,โ‹ฏ , ๐‘†๐‘š yang

nilainya ditunjukkan oleh kolom solusi. Secara tidak langsung ini menunjukkan bahwa

variabel nonbasis ๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2 ,โ‹ฏ , ๐‘ฅ๐‘› (yang tidak ditunjukkan pada kolom basis) sama dengan

nol.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Program Linear1

Langkah 3 : Menentukan entering variable (variabel yang masuk).

Tabel di atas memperlihatkan bahwa pada baris ๐‘๐‘— โˆ’ ๐ถ๐‘— kolom ๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2 ,โ‹ฏ , ๐‘ฅ๐‘› nilainya

negatif. Untuk persoalan dengan fungsi maksimasi, baris ๐‘๐‘— โˆ’ ๐ถ๐‘— dapat diperbaiki dengan

meningkatkan nilai ๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2,โ‹ฏ , ๐‘ฅ๐‘› pada baris ๐‘๐‘— โˆ’ ๐‘๐‘— menjadi tidak negatif. Untuk itu

pilihlah kolom pada baris ๐‘๐‘— โˆ’ ๐ถ๐‘— (termasuk kolom slack) yang mempunyai nilai negatif

terbesar, selanjutnya kolom ini digunakan sebagai entering variable. Jika ditemukan lebih

dari satu nilai negatif angka terbesar pilihlah salah satu, sebaliknya jika tidak ditemukan

nilai negatif berarti solusi sudah optimal.

Sebaliknya untuk kasus minimasi, pilihlah kolom pada baris ๐‘๐‘— โˆ’ ๐ถ๐‘— yang nilainya positif

terbesar. Jika tidak ditemukan nilai positif berarti solusi sudah optimal.

Dan pada persoalan di atas kolom ๐‘ฅ2 merupakan entering variable.

Langkah 4 : Menentukan leaving variable (variabel yang keluar).

Leaving variable dipilih dari rasio yang nilainya positif terkecil. Rasio diperoleh dengan

cara membagi nilai solusi dengan koefisien pada kolom entering nya.

๐‘…๐‘Ž๐‘ ๐‘–๐‘œ =๐‘›๐‘–๐‘™๐‘Ž๐‘– ๐‘ ๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘ ๐‘–

๐‘˜๐‘œ๐‘’๐‘“๐‘–๐‘ ๐‘–๐‘’๐‘› ๐‘˜๐‘œ๐‘™๐‘œ๐‘š ๐‘’๐‘›๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘–๐‘›๐‘”๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž (2.5)

Baris yang memiliki rasio yang nilainya positif terkecil selanjutnya akan digunakan

sebagai leaving variable. Jika tidak ada elemen yang nilainya positif dalam kolom kunci

(kolom entering variable) ini, maka persoalan tidak memiliki pemecahan.

Kolom pada entering variable dinamakan entering column, dan baris yang berhubungan

dengan leaving variable dinamakan persamaan pivot. Elemen pada perpotongan entering

column dan persamaan pivot dinamakan elemen pivot.

Langkah 5 : Menentukan persamaan pivot baru.

๐‘ƒ๐‘’๐‘Ÿ๐‘ ๐‘Ž๐‘š๐‘Ž๐‘Ž๐‘› ๐‘๐‘–๐‘ฃ๐‘œ๐‘ก ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘ข =๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘ ๐‘Ž๐‘š๐‘Ž๐‘Ž๐‘› ๐‘๐‘–๐‘ฃ๐‘œ๐‘ก ๐‘™๐‘Ž๐‘š๐‘Ž

๐‘’๐‘™๐‘’๐‘š๐‘’๐‘› ๐‘๐‘–๐‘ฃ๐‘œ๐‘ก (2.6)

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Program Linear1

Langkah 6 : Menentukan persamaan-persamaan baru selain persamaan pivot baru.

Persamaan baru = (Persamaan lama) โ€“ (Koefisien kolom entering x persamaan pivot

baru) (2.7)

Langkah 7 : Lanjutkan perbaikan-perbaikan.

Lakukan langkah perbaikan dengan cara mengulang langkah 3 sampai langkah 6 hingga

diperoleh hasil optimal.

2.3.2 Program QM

Program QM adalah paket program komputer untuk menyelesaikan persoalan-persoalan

metode kuantitatif, manajemen sains atau riset operasi. Program QM juga adalah salah

satu software yang dapat digunakan untuk membantu perhitungan masalah program

linier.

Gambar 2.1 Tampilan Sementara (Splash) dari Program QM

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Program Linear1

2.4 Teori Himpunan Crisp Dan Teori Himpunan Fuzzy

Himpunan Crisp A didefinisikan oleh item-item yang ada pada himpunan itu. Pada teori

himpunan Crisp, keberadaan suatu elemen pada suatu himpunan A, hanya akan memiliki

dua kemungkinan keanggotaan, yaitu menjadi anggota A atau tidak menjadi anggota A

(Chak, 1998). Suatu nilai yang menunjukkan seberapa besar tingkat keanggotaan suatu

elemen ๐‘ฅ dalam suatu himpunan A, sering disebut dengan nama nilai keanggotaan atau

derajat keanggotaan, dinotasikan dengan ๐œ‡๐ด ๐‘ฅ . Pada himpunan Crisp, hanya ada 2 nilai

keanggotaan, yaitu ๐œ‡๐ด ๐‘ฅ = 1 untuk ๐‘ฅ menjadi anggota A, dan ๐œ‡๐ด ๐‘ฅ = 0 untuk ๐‘ฅ bukan

anggota A.

Teori himpunan fuzzy yang ditemukan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965

merupakan kerangka matematis yang digunakan untuk mempresentasikan ketidakpastian,

ketidakjelasan, ketidaktepatan, kekurangan informasi, dan kebenaran parsial (Tettamanzi,

2001). Himpunan fuzzy didasarkan pada gagasan untuk memperluas jangkauan fungsi

karakteristik sedemikian hingga fungsi tersebut akan mencakup bilangan real pada

interval 0, 1 . Nilai keanggotaannya menunjukkan bahwa suatu item dalam semesta

pembicaraan tidak hanya berada pada 0 atau 1, namun juga nilai yang terletak

diantaranya. Dengan kata lain, nilai kebenaran suatu item tidak hanya bernilai benar atau

salah. Nilai 0 menunjukkan salah, nilai 1 menunjukkan benar, dan masih ada nilai-nilai

yang terletak antara benar dan salah.

Menurut (Kusumadewi, 2002)

Misalkan dimiliki variabel umur yang dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

MUDA umur < 35 tahun

SETENGAH BAYA 35 tahun โ‰ค umur โ‰ค 55 tahun

TUA umur > 55 tahun

Dengan menggunakan pendekatan himpunan Crisp, amatlah tidak adil untuk

menetapkan nilai SETENGAH BAYA. Pendekatan ini bisa saja dilakukan untuk hal-hal

yang bersifat diskontinu. Misalkan klasifikasi untuk umur 55 tahun dan 56 tahun

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Program Linear1

sangatlah jauh berbeda, di mana umur 55 tahun termasuk dalam setengah baya,

sedangkan umur 56 tahun termasuk sudah tua. Demikian juga halnya untuk klasifikasi

muda dan tua. Orang yang berumur 34 tahun dikatakan muda, sedangkan orang yang

berumur 35 tahun sudah tidak muda lagi. Orang yang berumur 55 tahun termasuk stengah

baya menurut pengklasifikasian, tetapi orang yang berumur 55 tahun lebih 1 hari sudah

tidak setengah baya lagi tetapi sudah termasuk tua.

2.5 Fungsi Keanggotaan Trapezoidal (Trapesium)

Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan

pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya (sering juga disebut dengan

derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Atau dapat dinotasikan

sebagai berikut :

๐œ‡๐ด: ๐•ฝ โ†’ 0, 1

Untuk x โˆˆ ๐•ฝ maka ยตA(x) adalah derajat keanggotaan x dalam A.

Suatu fungsi keanggotaan himpunan fuzzy disebut fungsi keanggotaan trapezoidal

jika mempunyai empat buah parameter, yaitu ๐‘Ž, ๐‘, ๐‘,๐‘‘ โˆˆ โ„ dengan ๐‘Ž < ๐‘ < ๐‘ < ๐‘‘, dan

dinyatakan dengan ๐‘‡๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘ ๐‘–๐‘ข๐‘š ๐‘ฅ,๐‘Ž, ๐‘, ๐‘,๐‘‘ dengan aturan:

๐‘ฅโˆ’๐‘Ž

๐‘โˆ’๐‘Ž untuk ๐‘Ž โ‰ค ๐‘ฅ โ‰ค ๐‘ (2.8)

1 untuk ๐‘ โ‰ค ๐‘ฅ โ‰ค ๐‘

๐‘‡๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘ ๐‘–๐‘ข๐‘š ๐‘ฅ;๐‘Ž, ๐‘, ๐‘,๐‘‘ =

๐‘‘โˆ’๐‘ฅ

๐‘‘โˆ’๐‘ untuk ๐‘ โ‰ค ๐‘ฅ โ‰ค ๐‘‘

0 untuk lainnya

Fungsi keanggotaan tersebut dapat juga dinyatakan dengan formula sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Program Linear1

๐‘‡๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘ ๐‘–๐‘ข๐‘š ๐‘ฅ;๐‘Ž, ๐‘, ๐‘,๐‘‘ = ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ ๐‘š๐‘–๐‘› ๐‘ฅโˆ’๐‘Ž

๐‘โˆ’๐‘Ž, 1,

๐‘‘โˆ’๐‘ฅ

๐‘‘โˆ’๐‘ , 0 (2.9)

2.6 Fuzzy Linear Programming (FLP)

Dalam fuzzy linear programming akan dicari suatu nilai ๐‘ yang merupakan fungsi

objektif yang akan dioptimasikan sedemikian hingga tunduk pada batasan-batasan yang

dimodelkan dengan menggunakan himpunan fuzzy.

Bentuk umum dari fuzzy linear programming (FLP) untuk kasus maksimasi

adalah:

Maksimumkan:

๐‘ = ๐‘ ๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 (2.10)

Dengan kendala:

๐‘Ž ๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 โ‰ค ๐‘ ๐‘– , ๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š

๐‘ฅ๐‘— โ‰ฅ 0 , ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘›

Di mana ๐‘ ๐‘— , ๐‘Ž ๐‘–๐‘— , dan ๐‘ ๐‘– semuanya adalah bilangan fuzzy.

Keterangan:

๐‘ = Fungsi tujuan

๐‘ ๐‘— = Nilai kontribusi

๐‘ฅ๐‘— = Variabel keputusan

๐‘Ž ๐‘–๐‘— = Koefisien teknologi

๐‘ ๐‘– = Konstanta sebelah kanan (sumber daya)

2.6.1 Program Linier Dengan Koefisien Teknologi Berbentuk Bilangan Fuzzy

Bentuk umum dari program linier dengan koefisien teknologi berbentuk bilangan fuzzy

untuk kasus maksimasi adalah:

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Program Linear1

Maksimumkan:

๐‘ = ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 (2.11)

Dengan kendala:

๐‘Ž ๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 โ‰ค ๐‘๐‘– , ๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š

๐‘ฅ๐‘— โ‰ฅ 0, ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘›

Untuk kasus program linier dengan koefisien teknologi berbentuk bilangan fuzzy,

terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi, yaitu:

Asumsi 1: Koefisien teknologi ๐‘Ž ๐‘–๐‘— dikatakan berbentuk bilangan fuzzy apabila

memenuhi syarat fungsi keanggotaan linier berikut:

1 jika ๐‘ฅ < ๐‘Ž๐‘–๐‘— (2.12)

๐œ‡๐‘Ž๐‘–๐‘— ๐‘ฅ = ๐‘Ž๐‘–๐‘— +๐‘‘๐‘–๐‘—โˆ’๐‘ฅ

๐‘‘๐‘–๐‘— jika ๐‘Ž๐‘–๐‘— โ‰ค ๐‘ฅ < ๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘‘๐‘–๐‘—

0 jika ๐‘ฅ โ‰ฅ ๐‘Ž๐‘–๐‘— + ๐‘‘๐‘–๐‘—

di mana ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘… dan ๐‘‘๐‘–๐‘— > 0 untuk semua ๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š, ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘›.

Defuzzyfikasi adalah perubahan dari suatu besaran fuzzy ke suatu besaran

numerik, sedangkan fuzzyfikasi adalah perubahan dari besaran numerik ke suatu besaran

fuzzy.

Untuk mendefuzzyfikasi permasalahan ini, pertama-tama fungsi objektif (tujuan)

harus diubah ke dalam kondisi fuzzy, yaitu dengan menghitung batas bawah (๐‘๐‘™) dan batas

atas (๐‘๐‘ข ) dari nilai optimal awal. Batas-batas dari nilai optimal ini akan diperoleh dengan

menyelesaikan permasalahan program linier standar berikut:

Maksimumkan:

๐‘1 = ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 (2.13)

Dengan kendala:

๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 โ‰ค ๐‘๐‘– , ๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Program Linear1

๐‘ฅ๐‘— โ‰ฅ 0, ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘›

Dan juga

Maksimumkan:

๐‘2 = ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 (2.14)

Dengan kendala:

๐‘Ž๐‘–๐‘— + ๐‘‘๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 โ‰ค ๐‘๐‘– , ๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š

๐‘ฅ๐‘— โ‰ฅ 0, ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘›

Dari persamaan di atas, nilai dari fungsi objektif (tujuan) berada di antara ๐‘1 dan ๐‘2 di

mana nilai koefisien teknologi mengalami perubahan di antara ๐‘Ž๐‘–๐‘— dan ๐‘Ž๐‘–๐‘— + ๐‘‘๐‘–๐‘— . Dengan

nilai batas bawah ๐‘๐‘™ = ๐‘š๐‘–๐‘› ๐‘1,๐‘2 dan nilai batas atas ๐‘๐‘ข = ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ ๐‘1,๐‘2 .

Asumsi 2: Permasalahan linier crisp yaitu persamaan ๐‘1 dan ๐‘2 di atas memiliki nilai

optimal yang terbatas. Pada kasus ini nilai optimal dari himpunan fuzzy ๐บ, di mana

merupakan himpunan bagian dari ๐‘…๐‘› , dalam buku Klir dan Yuan didefinisikan sebagai:

0 jika ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 < ๐‘๐‘™ (2.15)

๐œ‡๐บ ๐‘ฅ = ๐ถ๐‘—๐‘ฅ๐‘—โˆ’๐‘๐‘™

๐‘›๐‘—=1

๐‘๐‘ขโˆ’๐‘๐‘™ jika ๐‘๐‘™ โ‰ค ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—

๐‘›๐‘—=1 < ๐‘๐‘ข

1 jika ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 โ‰ฅ ๐‘๐‘ข

Himpunan fuzzy dari kendala ke-๐‘–, yaitu ๐ถ๐‘– yang merupakan himpunan bagian dari ๐‘…๐‘š ,

didefinisikan ke dalam persamaan:

0 , ๐‘๐‘– < ๐‘Ž๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 (2.16)

๐œ‡๐ถ๐‘– ๐‘ฅ = ๐‘๐‘–โˆ’ ๐‘Ž๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘—

๐‘›๐‘—=1

๐‘‘๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1

, ๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 โ‰ค ๐‘๐‘– < ๐‘Ž๐‘–๐‘— + ๐‘‘๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘—

๐‘›๐‘—=1

1 , ๐‘๐‘– โ‰ฅ ๐‘Ž๐‘–๐‘— + ๐‘‘๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Program Linear1

Dengan menggunakan definisi keputusan fuzzy yang diperkenalkan oleh Bellman dan

Zadeh, maka terdapat:

๐œ‡๐ท ๐‘ฅ = ๐‘š๐‘–๐‘› ๐œ‡๐บ ๐‘ฅ , min๐‘– ๐œ‡๐ถ๐‘– ๐‘ฅ (2.17)

Untuk kasus ini keputusan fuzzy yang optimal adalah solusi dari permasalahan:

max๐‘ฅโ‰ฅ0 ๐œ‡๐ท ๐‘ฅ = max๐‘ฅโ‰ฅ0 ๐‘š๐‘–๐‘› ๐œ‡๐บ ๐‘ฅ , min๐‘– ๐œ‡๐ถ๐‘– ๐‘ฅ (2.18)

Dengan demikian bentuk umum dari program linier dengan koefisien teknologi

berbentuk bilangan fuzzy menjadi permasalahan optimisasi:

Maksimumkan:

๐‘ = ๐œ† (2.19)

Dengan kendala:

๐œ‡๐บ ๐‘ฅ โ‰ฅ ๐œ†

๐œ‡๐ถ๐‘– ๐‘ฅ โ‰ฅ ๐œ†, ๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š

๐‘ฅ โ‰ฅ 0, 0 โ‰ค ๐œ† โ‰ค 1

Dengan menggunakan persamaan (2.15) dan (2.16), permasalahan di atas dapat ditulis ke

dalam bentuk:

Maksimumkan:

๐‘ = ๐œ† (2.20)

Dengan kendala:

๐œ† ๐‘๐‘ข โˆ’ ๐‘๐‘™ โˆ’ ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘— + ๐‘๐‘™ โ‰ค 0๐‘›๐‘—=1

๐‘Ž๐‘–๐‘— + ๐œ†๐‘‘๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘— โˆ’ ๐‘๐‘– โ‰ค 0๐‘›๐‘—=1 ,

๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š, ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘›

๐‘ฅ๐‘— โ‰ฅ 0, 0 โ‰ค ๐œ† โ‰ค 1

Dengan catatan kendala dalam permasalahan ini mengandung aturan cross product yaitu

๐œ†๐‘ฅ๐‘— adalah nonkonveks. Oleh Karena itu solusi dari permasalahan ini memerlukan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Program Linear1

penyelesaian khusus yang diadopsi dari penyelesaian permasalahan optimisasi

nonkonveks.

2.6.2 Program Linier Dengan Koefisien Teknologi Dan Konstanta Sebelah Kanan

Berbentuk Bilangan Fuzzy

Bentuk umum dari program linier dengan koefisien teknologi dan konstanta sebelah

kanan berbentuk bilangan fuzzy untuk kasus maksimasi adalah:

Maksimumkan:

๐‘ = ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 (2.21)

Dengan kendala:

๐‘Ž ๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 โ‰ค ๐‘ ๐‘– , ๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š

๐‘ฅ๐‘— โ‰ฅ 0, ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘›

Untuk kasus program linier dengan koefisien teknologi dan konstanta sebelah kanan

berbentuk bilangan fuzzy, terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi, yaitu:

Asumsi 1: Koefisien teknologi ๐‘Ž ๐‘–๐‘— dan konstanta sebelah kanan ๐‘ ๐‘– dikatakan

berbentuk bilangan fuzzy apabila memenuhi syarat fungsi keanggotaan linier berikut:

1 jika ๐‘ฅ < ๐‘Ž๐‘–๐‘— (2.22)

๐œ‡๐‘Ž๐‘–๐‘— ๐‘ฅ = ๐‘Ž๐‘–๐‘— +๐‘‘๐‘–๐‘—โˆ’๐‘ฅ

๐‘‘๐‘–๐‘— jika ๐‘Ž๐‘–๐‘— โ‰ค ๐‘ฅ < ๐‘Ž๐‘–๐‘— + ๐‘‘๐‘–๐‘—

0 jika ๐‘ฅ โ‰ฅ ๐‘Ž๐‘–๐‘— + ๐‘‘๐‘–๐‘—

Dan juga

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Program Linear1

1 jika ๐‘ฅ < ๐‘๐‘– (2.23)

๐œ‡๐‘๐‘– ๐‘ฅ = ๐‘๐‘–+๐‘๐‘–โˆ’๐‘ฅ

๐‘‘๐‘–๐‘— jika ๐‘๐‘– โ‰ค ๐‘ฅ < ๐‘๐‘– + ๐‘๐‘–

0 jika ๐‘ฅ โ‰ฅ ๐‘๐‘– + ๐‘๐‘–

Di mana ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘…. Untuk mendefuzzyfikasi permasalahan ini, pertama-tama akan dicari

nilai optimal dari batas atas ๐‘๐‘ข dan batas bawah ๐‘๐‘™ permasalahan tersebut. Nilai

batas-batas tersebut akan diperoleh dengan menyelesaikan permasalahan program linier

standar, dengan mengasumsikan bahwa batas-batas tersebut memiliki nilai optimal yang

terbatas.

Untuk ๐‘1 , persamaannya adalah:

Maksimumkan:

๐‘1 = ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 (2.24)

Dengan kendala:

๐‘Ž๐‘–๐‘— + ๐‘‘๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 โ‰ค ๐‘๐‘– , ๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š

๐‘ฅ๐‘— โ‰ฅ 0, ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘›

Untuk ๐‘2 , persamaannya adalah:

Maksimumkan:

๐‘2 = ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 (2.25)

Dengan kendala:

๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 โ‰ค ๐‘๐‘– + ๐‘๐‘– , ๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š

๐‘ฅ๐‘— โ‰ฅ 0, ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘›

Untuk ๐‘3 , persamaannya adalah:

Maksimumkan:

๐‘3 = ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 (2.26)

Dengan kendala:

๐‘Ž๐‘–๐‘— + ๐‘‘๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘— โ‰ค ๐‘๐‘– + ๐‘๐‘–๐‘›๐‘—=1 , ๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Program Linear1

๐‘ฅ๐‘— โ‰ฅ 0, ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘›

Dan untuk ๐‘4 , persamaannya adalah:

Maksimumkan:

๐‘4 = ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 (2.27)

Dengan kendala:

๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 โ‰ค ๐‘๐‘– , ๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š

๐‘ฅ๐‘— โ‰ฅ 0, ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘›

Maka batas bawah ๐‘๐‘™ = ๐‘š๐‘–๐‘› ๐‘1,๐‘2,๐‘3 ,๐‘4 dan batas atas ๐‘๐‘ข = ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ ๐‘1,๐‘2,๐‘3 ,๐‘4 .

Nilai dari fungsi objektif berada di antara batas bawah dan batas atas sementara nilai

koefisien teknologi berada di antara ๐‘Ž๐‘–๐‘— dan ๐‘Ž๐‘–๐‘— + ๐‘‘๐‘–๐‘— , dan nilai konstanta sebelah kanan

berada di antara ๐‘๐‘– dan ๐‘๐‘– + ๐‘๐‘– .

Asumsi 2: Nilai optimal himpunan fuzzy ๐บ, didefinisikan sebagai:

0 jika ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 < ๐‘๐‘™ (2.28)

๐œ‡๐บ ๐‘ฅ = ๐ถ๐‘—๐‘ฅ๐‘—โˆ’๐‘๐‘™

๐‘›๐‘—=1

๐‘๐‘ขโˆ’๐‘๐‘™ jika ๐‘๐‘™ โ‰ค ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘— < ๐‘๐‘ข

๐‘›๐‘—=1

1 jika ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 โ‰ฅ ๐‘๐‘ข

Himpunan fuzzy dengan kendala ke-๐‘– yaitu ๐ถ๐‘– yang merupakan himpunan bagian dari ๐‘…๐‘›

didefinisikan ke dalam:

0 , ๐‘๐‘– < ๐‘Ž๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 (2.29)

๐œ‡๐ถ๐‘– ๐‘ฅ = ๐‘๐‘–โˆ’ ๐‘Ž๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘—

๐‘›๐‘—=1

๐‘‘๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1

, ๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 โ‰ค ๐‘๐‘– ๐‘Ž๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘— + ๐‘๐‘–

๐‘›๐‘—=1

1 , ๐‘๐‘– โ‰ฅ ๐‘Ž๐‘–๐‘— + ๐‘‘๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 + ๐‘๐‘–

Dengan menggunakan metode defuzzyfikasi, permasalahan direduksi menjadi:

Maksimumkan:

๐‘ = ๐œ† (2.30)

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Program Linear1

Dengan kendala:

๐œ† ๐‘๐‘ข โˆ’ ๐‘๐‘™ โˆ’ ๐‘๐‘—๐‘ฅ๐‘—๐‘›๐‘—=1 + ๐‘๐‘™ โ‰ค 0

๐‘Ž๐‘–๐‘— + ๐œ†๐‘‘๐‘–๐‘— ๐‘ฅ๐‘— + ๐œ†๐‘๐‘– โˆ’ ๐‘๐‘– โ‰ค 0๐‘›๐‘—=1 ,

๐‘– = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘š, ๐‘— = 1, 2,โ‹ฏ ,๐‘›

๐‘ฅ๐‘— โ‰ฅ 0, 0 โ‰ค ๐œ† โ‰ค 1

Dengan catatan seperti pada kasus program linier dengan koefisien teknologi berupa

bilangan fuzzy.

Universitas Sumatera Utara