profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas …
TRANSCRIPT
PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK
DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)
DIAN SETIANI
NPM: 13060184
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2017
iv
ABSTRAK
Dian Setiani, 13060184, Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
di Kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok, Skripsi, Program Studi
Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2017.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya peserta didik yang
memperlakukan teman dengan gurauan yang dianggapnya biasa, namun
serius menurut teman yang berbeda budaya, peserta didik memperlakukan
temannya dengan bercanda karena intonasi bahasa mereka berbeda, dan
peserta didik beranggapan bahwa dirinya tidak perlu menyesuaikan diri
dengan peserta didik dari budaya lain. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk
mendeskripsikan: (1) Profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat
dari komunikasi verbal. (2) Profil komunikasi antar budaya peserta didik
dilihat dari komunikasi nonverbal.
Jenis penelitian ini digolongkan pada penelitian deskriptif kuantitatif
dengan populasi mencakup seluruh peserta didik kelas XI di SMA Negeri 3
Kota Solok yang berbeda budaya dengan jumlah 236 peserta didik.
Pengambilan sampel menggunakan total sampling terhadap peserta didik
selain budaya minang dan purposive sampling terhadap peserta didik yang
dari budaya minang, dengan jumlah sampel sebanyak 55 peserta didik.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket, sedangkan
untuk analisis data menggunakan teknik persentase.
Hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan diperoleh hasil
bahwa: 1) Profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat dari
komunikasi verbal berada pada kategori baik, 2) Profil komunikasi antar
budaya peserta didik dilihat dari komunikasi nonverbal berada pada kategori
baik. Berdasarkan penelitian ini direkomendasikan kepada Guru BK agar
dapat memberikan pelayanan berupa pemberian informasi mengenai teori
sikap dalam komunikasi efektif terhadap budaya lain peserta didik untuk
dapat membentuk dan meningkatkan komunikasi yang lebih efektif di
sekolah khususnya terhadap kebudayaan orang lain.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini ditulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dengan
judul “PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI
KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi syarat mencapai gelar
sarjana pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.
Pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI
Sumatera Barat Ibu Dr. Zusmelia, M.Si, Wakil Ketua Bidang Akademik dan
Keuangan Ibu Sri Imelwaty, M.Pd.,P.h.D, Wakil Ketua Bidang
Kemahasiswaan, Kerjasama, dan Alumni Bapak Jarudin, MA, Ph.D. yang
telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk dapat menuntut ilmu di
STKIP PGRI Sumatera Barat.
2. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling di STKIP PGRI Sumatera
Barat Bapak Ahmad Zaini, S.Ag.,M.Pd, yang telah memberikan motivasi
kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
vi
3. Sekretaris Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera
Barat Ibu Rahma Wira Nita, M.Pd, Kons yang sekaligus sebagai penguji I dan
sebagai dosen pengejudge instrumen penelitian, yang telah memberikan
masukan dan saran yang membangun kepada peneliti demi perbaikan dalam
pembuatan skripsi ini.
4. Pembimbing I Ibu Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd.,Kons yang selalu memberikan
bimbingan dan arahan dengan penuh sabar kepada peneliti dalam penyelesaian
skripsi ini.
5. Pembimbing II Bapak Mori Dianto, M.Pd yang selalu memberikan bimbingan
dan arahan dengan penuh sabar kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Penguji II Bapak Joni Adison, S.Pd.I., M.Pd., dan penguji III Ibu Besti Nora
Dwi Putri, M.Pd., Kons yang telah memberikan masukan dan saran yang
membangun kepada peneliti demi perbaikan dalam pembuatan skripsi ini.
7. Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Solok Bapak Eko Gunanto, S.Pd. yang
telah bersedia memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri
3 Kota Solok.
8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling di STKIP
PGRI Padang Sumatera Barat yang telah memberikan arahan kepada peneliti
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Admin Program Studi Bimbingan dan Konseling Ibu Meta Purnama Sari, S.E
yang telah membantu memberikan kelancaran pada peneliti semasa
perkuliahan.
vii
10. Ayahanda tercinta (Zul Abrar) dan Ibunda terkasih (Fitri Wati) yang selalu
mencurahkan dan melimpahkan cinta dan kasih sayangnya yang tulus, selalu
memfasilitasi kebutuhan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini serta selalu
mendo’akan dan memberikan semangat kepada peneliti hingga mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan motivasi yang besar, kesabaran, dan penuh
kelancaran. Semoga dengan bukti skripsi ini dapat membuat hati ayah dan ibu
terobati atas jerih payah selama ini.
11. Terimakasih kepada Ibu Esa Novemra, S.Pd dan Ibu Nurmailis Wanti, S.Pd
yang juga berperan dalam membantu kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini penulis berusaha semaksimal mungkin untuk
memberikan hasil yang terbaik, namun sebagai manusia biasa penulis tidak lepas
dari kekhilafan. Oleh Karena itu penulis mengharapkan kepada pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga bantuan yang diberikan dalam penulisan skripsi ini dapat
dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda.
Padang, Agustus 2017
Dian Setiani
(13060184)
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 6
C. Batasan Masalah........................................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Komunikasi ............................................................................................... 10
1. Pengertian Komunikasi ...................................................................... 10
2. Unsur-unsur Komunikasi ................................................................... 12
3. Faktor Penghambat/Gangguan Komunikasi ...................................... 15
4. Bentuk-bentuk Komunikasi ............................................................... 18
a. Komunikasi Verbal ...................................................................... 18
b. Komunikasi Nonverbal ................................................................ 20
B. Budaya....................................................................................................... 21
1. Pengertian Budaya ............................................................................. 21
2. Unsur-unsur Budaya ........................................................................... 24
3. Komponen Budaya ............................................................................. 25
4. Pelaku Budaya .................................................................................... 28
C. Komunikasi Antar Budaya ....................................................................... 30
1. Pengertian Komunikasi Antar Budaya ............................................... 30
ix
Halaman
2. Hambatan Komunikasi Antar Budaya ............................................... 32
3. Prinsip Komunikasi Antar Budaya .................................................... 34
D. Kerangka Pikir ......................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitan .................................................................... 37
B. Jenis Penelitian .......................................................................................... 37
C. Definisi Operasional ................................................................................. 38
D. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 39
1. Populasi .............................................................................................. 39
2. Sampel ................................................................................................ 40
E. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 42
1. Jenis Data ........................................................................................... 42
2. Sumber Data ....................................................................................... 42
F. Alat Pengumpulan Data ........................................................................... 43
G. Teknik Analisis Data ................................................................................ 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................................ 50
1. Deskripsi Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
Dilihat Secara Umum ......................................................................... 50
2. Deskripsi Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
dalam Bentuk Komunikasi .................................................................. 51
a. Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat Dari
Komunikasi Verbal ....................................................................... 51
b. Profil Komunikasi Peserta Didik Dilihat dari Komunikasi
Nonverbal ..................................................................................... 56
3. Rekapitulasi Deskripsi Hasil Penelitian ............................................. 64
B. Pembahasan ............................................................................................... 65
1. Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari
Komunikasi Verbal ............................................................................ 67
x
Halaman
2. Profil Komunikasi Peserta Didik Dilihat dari Komunikasi
Nonverbal ........................................................................................... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 82
B. Saran ......................................................................................................... 82
KEPUSTAKAAN ............................................................................................... 84
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Populasi Penelitian ............................................................................... 40
Tabel 2.1 Sampel Penelitian (Berbeda Budaya) ................................................ 41
Tabel 2.2 Sampel Penelitian (Budaya Minang) ................................................. 42
Tabel 3. Alternatif Pernyataan ......................................................................... 44
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Item Pernyataan 1 ................................................. 46
Tabel 5. Rentang Klasifikasi ............................................................................... 49
Tabel 6. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda Secara Umum ........................................................... 50
Tabel 7. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda dalam Bentuk Komunikasi Verbal ........................... 52
Tabel 8. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda dalam Bentuk Komunikasi Lisan .............................. 54
Tabel 9. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda Dilihat dari Bahasa Tulisan ...................................... 55
Tabel 10. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda dalam Bentuk Komunikasi Nonverbal .................... 56
Tabel 11. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda Dilihat dari Pesan Kinestetik (Raut Wajah) ........... 58
Tabel 12. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda Dilihat dari Pesan Gestural (Anggota Badan) ........ 59
Tabel 13. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda Dilihat dari Pesan Proksemik (Jarak/Keakraban) ... 61
Tabel 14. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda Dilihat dari Pesan Artifaktual (Penampilan) .......... 63
Tabel 15. Rekapitulasi Deskripsi Hasil Penelitian ............................................. 65
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Kerangka Pikir................................................................................... 35
Gambar 2. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda Secara Umum ........................................................ 51
Gambar 3. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda dalam Bentuk Komunikasi Verbal ....................... 53
Gambar 4. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda dalam Bentuk Komunikasi Lisan ......................... 54
Gambar 5. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda Dilihat dari Bahasa Tulisan .................................. 56
Gambar 6. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda dalam Bentuk Komunikasi Nonverbal ................. 57
Gambar 7. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda Dilihat dari Pesan Kinestetik (Raut Wajah) ......... 59
Gambar 8. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda Dilihat dari Pesan Gestural (Anggota Badan) ...... 60
Gambar 9. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda Dilihat dari Pesan Proksemik (Jarak/Keakraban) . 62
Gambar 10. Profil Komunikasi Peserta Didik yang Memiliki Latar Belakang
Budaya Berbeda Dilihat dari Pesan Artifaktual (Penampilan) ..... 64
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran. 1 Kisi-kisi Angket sebelum di Judge .............................................. 87
Lampiran. 2 Item Angket sebelum di Judge .................................................... 91
Lampiran. 3 Rekapitulasi Judge angket ........................................................... 98
Lampiran. 4 Kisi-kisi Angket setelah di Judge ................................................ 101
Lampiran. 5 Item Angket setelah di Judge ...................................................... 105
Lampiran. 6 Kisi-kisi Angket setelah Uji Coba ............................................... 111
Lampiran. 7 Item Angket setelah Uji Coba ..................................................... 115
Lampiran. 8 Uji Validitas ................................................................................. 119
Lampiran. 9 Uji Reliabilitas ............................................................................. 121
Lampiran.10 Pengolahan Data Penelitian ........................................................ 123
Lampiran.11 Surat Penelitian ........................................................................... 133
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang hanya dapat hidup berkembang
dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan
manusia lain, salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama
dengan manusia adalah komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu aspek
terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat
dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik
yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi
memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu kita
harus memberikan perhatian yang seksama terhadap komunikasi.
Menurut Mashudi (2012:103) komunikasi adalah suatu proses
penyampaian pesan (ide/gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar
terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh
kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti
oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan
gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, cara seperti ini disebut
komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Menurut Sambas (2016:180) komunikasi antar budaya merupakan
hal yang penting bagi semua penduduk dunia. Kemunculan komunikasi antar
budaya didesak oleh adanya interdependensi antar bangsa yang semakin nyata,
baik itu dibidang ekonomi, IPTEK, politik, dan lain-lain. Mobilitas penduduk
1
2
dunia yang semakin tinggi dan kemajuan teknologi komunikasi yang
berkembang pesat juga semakin memungkinkan terjadinya komunikasi antar
budaya. Perbedaan kultur dari orang-orang yang berkomunikasi yang
menyangkut kepercayaan, nilai, serta cara berperilaku serta latar belakang
budaya yang berbeda inilah yang menjadi ciri terpenting yang menandai
komunikasi antar budaya.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya, maka menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, ini
membuktikan bahwa budaya itu penting untuk dipelajari.
Maka, komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi diantara
orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik,
atau sosio ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Seperti kita
ketahui bahwa budaya mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi. Budaya
bertanggungjawab atas seluruh aspek komunikasi yang dilakukan oleh seorang
individu atau kelompok, baik secara verbal maupun nonverbal.
Menurut Matsumoto & Juang, 2004 (Sarwono, 2004:60) hubungan
timbal balik antara budaya dan bahasa menunjukkan bahwa tidak ada satu pun
budaya yang dapat dipahami tanpa memahami bahasanya, begitu pula
sebaliknya. Melalui bahasa, kita dapat memahami bagaimana pola pikir
manusia dari suatu budaya tertentu. Hal ini juga membantu kita untuk
memahami bagaimana ia memandang dunia. Oleh karena itu, salah satu cara
untuk mengamati hubungan antara budaya dan bahasa adalah dengan mencatat
3
hubungan antara perbedaan bahasa pada masing-masing budaya dan kosa
katanya.
Menurut Harapan dan Ahmad (2016:25) komunikasi adalah setiap
bentuk perilaku seseorang baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh
orang lain. Komunikasi mencakup pengertian yang lebih luas dari hanya
sekedar dialog. Setiap bentuk perilaku yang mengungkapkan pesan tertentu,
sehingga perilaku tersebut melahirkan sebentuk komunikasi, yang mana dapat
dijelaskan yaitu:
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
simbol-simbol verbal. Simbol verbal berupa bahasa merupakan pencapaian
manusia yang paling impresif dalam berkomunikasi dengan menggunakan
lambang-lambang bahasa lisan dan bahasa tulisan.
b. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan
pesan-pesan nonverbal, untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di
luar kata-kata terucap dan tertulis.
Jalaludin, 1985 (Harapan dan Ahmad, 2016:30)
mengelompokkan pesan-pesan nonverbal. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
1) Pesan Kinestik (raut wajah)
Menggunakan raut wajah untuk menyampaikan makna
tertentu, misalnya: kebahagiaan, kemarahan, ketakutan dan
kemuakan.
4
2) Pesan Gestural (anggota badan)
Menggunakan mata dan tangan untuk mengungkapkan
kesukaan dan ketidaksukaan terhadap individu yang lain.
3) Pesan Proksemik (jarak/keakraban)
Mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban dengan orang
lain.
4) Pesan Artifaktual (penampilan)
Orang sering berprilaku dalam hubungan dengan orang lain
sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
verbal adalah komunikasi yang dilakukan oleh individu berhubungan dengan
lisan (perkataan) atau tulisan yang diucapkan oleh seseorang terhadap orang
lain dalam berkomunikasi. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah
komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung yang berhubungan dengan
raut wajah, anggota badan, jarak/keakraban dan penampilan yang ditunjukan
oleh seseorang yang berkomunikasi.
Harun dan Ardianto (2011:56) membagi kelas-kelas komunikasi
antar manusia (human comuniction) ke dalam dua bentuk komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
lambang-lambang bahasa yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan.
2. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan
ekspresi fasial, gerak anggota tubuh, pakaian, warna, musik,
waktu dan ruang, serta rasa, sentuhan dan bau.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan proses pemindahan informasi dan pengertian antara dua orang atau
lebih baik itu secara verbal maupun nonverbal, dimana masing-masing
berusaha untuk memberikan arti pada pesan-pesan simbolik yang dikirim
melalui suatu media, di samping itu pentingnya komunikasi agar tujuan dari
proses pembelajaran dapat tercapai secara optimal, karena komunikasi ini
5
adalah suatu penghubung individu yang satu dengan individu yang lain,
dengan kemampuan komunikasi akan mempermudah peserta didik dalam
proses pemberian dan penerimaan pesan, jika kemampuan peserta didik bagus
maka akan mempermudah peserta didik untuk membina hubungan baik antara
sesama peserta didik maupun kepada guru dalam bentuk komunikasi verbal
(lisan/tulisan) maupun bentuk nonverbal (ekspresi/sentuhan).
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang peserta didik
pada saat pelaksanaan kegiatan PPLBK Sekolah pada tanggal 25 Juli 2016
sampai 17 Desember 2016 bertempat di lingkungan SMA Negeri 3 Kota
Solok, peserta didik tersebut berpendapat bahwa komunikasi merupakan
hubungan timbal balik yang dilakukan oleh pemberi pesan terhadap penerima
pesan, baik secara verbal maupun nonverbal. Dalam berkomunikasi sering
adanya peserta didik yang memperlakukan teman dengan gurauan yang
dianggapnya biasa, namun serius menurut teman yang berbeda budaya, peserta
didik memperlakukan temannya dengan bercanda karena intonasi bahasa
mereka berbeda, peserta didik beranggapan bahwa dirinya tidak perlu
menyesuaikan diri dengan peserta didik dari budaya lain, adanya
kesalahpahaman antara peserta didik karena tidak memahami bahasa
nonverbal dari peserta didik yang lain budaya, adanya kesamaan bahasa
nonverbal antara peserta didik yang berbeda budaya, namun memiliki makna
yang berbeda.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 25 Juli 2016,
diperoleh hasil bahwa ada tata cara bahasa peserta didik yang salah dalam
6
proses komunikasi dengan teman yang berbeda budaya, ada peserta didik yang
berbicara kotor terhadap teman yang berbeda budaya, peserta didik kurang
menghargai komunikasi terhadap budaya orang lain, dan adanya peserta didik
yang tidak memahami bahasa kiasan dari teman yang berbeda budaya
terhadap dirinya.
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti ingin melihat lebih lanjut lagi
tentang ”Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik di Kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Solok”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi ke
dalam beberapa masalah sebagai berikut:
1. Adanya peserta didik yang tidak senang diolok-olok teman dengan
gurauan yang dianggapnya biasa, namun serius menurut teman yang
berbeda budaya, seperti olokan nama mereka masing-masing.
2. Adanya peserta didik yang memperlakukan temannya dengan bercanda,
karena intonasi bahasa mereka berbeda, seperti kata-kata yang diucapkan
oleh peserta didik berbeda nada penyampaiannya.
3. Adanya peserta didik yang beranggapan bahwa dirinya tidak perlu
menyesuaikan diri dengan peserta didik dari budaya lain.
4. Adanya kesalahpahaman antara peserta didik, karena tidak memahami
bahasa nonverbal dari peserta didik yang lain budaya. Seperti raut wajah
orang yang memberikan respon senang atau tidak dalam berkomunikasi,
akan terlihat dari raut wajah.
7
5. Adanya kesamaan bahasa nonverbal diantara peserta didik yang berbeda
budaya, namun memiliki makna yang berbeda. Seperti mengacungkan
tangan ketika ingin berpendapat, sebagian daerah mengartikan itu simbol
untuk meminta izin ada keperluan lain.
6. Adanya peserta didik yang tata cara bahasanya salah dalam proses
komunikasi dengan teman yang berbeda budaya.
7. Adanya peserta didik yang berbicara kotor atau kasar terhadap temannya
yang berbeda budaya.
8. Adanya peserta didik yang kurang menghargai komunikasi terhadap
budaya orang lain.
9. Adanya peserta didik yang tidak memahami bahasa kiasan dari teman
yang berbeda budaya terhadap dirinya. Seperti anggukan kepala yang
menyimbolkan setuju dalam berkomunikasi.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat secara umum.
2. Profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat dari komunikasi
verbal.
3. Profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat dari komunikasi
nonverbal.
8
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka
dirumuskan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana profil komunikasi antar
budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok?”
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu untuk
mengetahui:
1. Profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat secara umum.
2. Profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat dari komunikasi
verbal.
3. Profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat dari komunikasi
nonverbal.
F. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap agar penelitian ini bermanfaat bagi:
1. Peserta didik, dapat memberikan pemahaman untuk menciptakan
hubungan yang baik dengan mempelajari komunikasi dari budaya lain.
Agar tidak terjadinya diskriminasi terhadap kebudayaan yang berbeda,
baik sesama peserta didik maupun dengan guru.
2. Guru BK, sebagai bahan masukan dalam penyelesaian masalah
komunikasi yang dihadapi oleh peserta didik dengan menggunakan
layanan yang ada di dalam bimbingan dan konseling.
9
3. Kepala sekolah, sebagai bahan masukan serta mengetahui bagaimana
pelaksanaan layanan dalam bimbingan dan konseling terhadap masalah
yang dihadapi oleh para peserta didik di sekolah.
4. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI
Sumatera Barat sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan
program perkuliahan untuk menyiapkan tenaga-tenaga guru pembimbing
di sekolah yang profesional, khususnya dalam penyelesaian masalah
komunikasi peserta didik yang memiliki latar belakang budaya yang
berbeda di sekolah.
5. Peneliti sendiri, dalam rangka menambah wawasan, pengetahuan dan
gambaran dalam melaksanakan penelitian dan mengetahui manfaat yang
diperoleh peserta didik dalam penyelesaian masalah komunikasi terhadap
budaya yang berbeda berdasarkan komunikasi verbal dan nonverbal yang
digunakan oleh peserta didik di sekolah.
6. Peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber informasi atau
bacaan dan bisa melakukan penelitian lanjutan mengenai masalah ini
dengan variabel berbeda.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris
“communication”), secara etimologis atau menurut asal katanya adalah
dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata
communis. Dalam kata communis ini memiliki makna „berbagi‟ atau
„menjadi milik bersama‟ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk
kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminologis
merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam
komunikasi adalah manusia.
Menurut Harold Laswell dan Mulyana, 2004 (Sambas, 2016:54)
mendefinisikan komunikasi sebagai gambaran mengenai orang yang
melakukan komunikasi, hal-hal yang dibicarakan, orang yang dituju,
media yang digunakan, dan efeknya. Sementara menurut Mashudi
(2012:103) komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar saling terjadi saling
mempengaruhi di antara keduanya. Umumnya, komunikasi dilakukan
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang
dapat dipahami oleh pihak lain.
10
11
Menurut Sendjaja, 2004 (Sambas, 2016:55), Pengantar Ilmu
Komunikasi, dijabarkan tujuh definisi yang dapat mewakili sudut pandang
dan konteks pengertian komunikasi, yaitu sebagai berikut:
a. Komunikasi adalah proses yang dilalui oleh seseorang (komunikator)
dalam menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata),
dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain
(khalayak).
b. Hovland, Janis and Kelley (1953) mengemukakan bahwa komunikasi
adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan
lain-lain, melalui penggunaan simbol, seperti kata-kata, gambar dan
lain-lain.
c. Berelson dan Stainer (1964) mengemukakan bahwa komunikasi
merupakan proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan
saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who?
Say what? In which channel? To whom? With what effect?).
d. Lasswell (1960), komunikasi adalah proses yang membuat sesuatu dari
yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi
dimiliki oleh dua orang atau lebih.
e. Gode (1959), komunikasi timbul karena didorong oleh kebutuhan
untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif,
mempertahankan, atau memperkuat ego.
f. Barnlund (1964), komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu
bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan.
12
g. Ruesch (1957), komunikasi adalah seluruh prosedur melalui pikiran
seseorang yang dapat memengaruhi pikiran orang lain.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi yang paling penting dan
harus dilakukan oleh sesama manusia. Pada dasarnya komunikasi tidak
hanya dilakukan secara vertikal yaitu antar sesama manusia, akan tetapi
bisa dilakukan secara horizontal. Dalam interaksi tersebut adanya proses
penyampaian pesan dan penerimaan pesan antara komunikator dan
komunikan.
2. Unsur-unsur Komunikasi
Pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa
komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan,
media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen
atau elemen komunikasi (Cangara, 2007:24), dapat dilihat seperti berikut:
a. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa
terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok
misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut
pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut source,
sender atau encoder.
13
b. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan
dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa
berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.
Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata
message, content atau information.
c. Media
Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa
pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa
media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi
antarpribadi panca indera dianggap sebagai media komunikasi. Selain
indera manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat,
telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi.
d. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang
dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa
dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima bisa disebut
dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan,
atau dalam bahasa inggris disebut audience atau receiver. Dalam
proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah
14
akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada
sumber.
Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi,
karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan
tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam
masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber,
pesan, atau saluran.
e. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan
tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan
perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan
tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
f. Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah
satu bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan
tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti
pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya
sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim,
atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami
gangguan sebelum sampai ketujuan. Hal-hal seperti itu menjadi
tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
15
g. Lingkungan
Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat
memengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas
empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya,
lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.
Berdasarkan pemaparan di atas, jadi setiap unsur memiliki
peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi.
Bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama lainnya. Artinya,
tanpa keikutsertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada jalannya
komunikasi.
3. Faktor Penghambat/Gangguan Komunikasi
Jika melihat hakikat komunikasi sebagai suatu sistem, gangguan
komunikasi bisa terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang
mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu
terjadi. Menurut Shannon dan Weaver, 1949 (Cangara, 2007:153)
gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang mengganggu
salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat
berlangsung secara efektif.
Sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan ialah adanya
hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung
sebagaimana harapan komunikator dan penerima. Gangguan atau
rintangan komunikasi (Cangara, 2007:153) pada dasarnya dapat dibedakan
atas enam macam, yakni sebagai berikut:
16
a. Gangguan Teknis
Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam
berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang
ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (channel noise).
Misalnya gangguan pada stasiun radio atau TV, gangguan jaringan
telepon, rusaknya pesawat radio sehingga terjadi suara bising dan
semacamnya.
b. Gangguan Semantik dan Psikologis
Gangguan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan
karena kesalahan pada bahasa yang digunakan (Blake, 1979).
Gangguan semantik sering terjadi karena:
1) Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa
asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.
2) Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang
digunakan oleh penerima.
3) Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya,
sehingga membingungkan penerima.
4) Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadap
simbol-simbol bahasa yang digunakan.
c. Rintangan Fisik
Rintangan fisik ialah rintangan yang disebabkan karena kondisi
geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya
sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan semacamnya.
17
Dalam komunikasi antarmanusia, rintangan fisik juga diartikan karena
adanya gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca
indra pada penerima.
d. Rintangan Status
Rintangan status ialah rintangan yang disebabkan karena jarak sosial
diantara peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior
dan junior atau atasan dan bawahan. Perbedaan seperti ini biasanya
menuntut perilaku komunikasi yang selalu memperhitungkan kondisi
dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat, yakni bawahan
cenderung hormat pada atasannya, atau rakyat pada raja yang
memimpinnya.
e. Rintangan Kerangka Berpikir
Rintangan kerangka berpikir ialah rintangan yang disebabkan adanya
perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan
yang digunakan dalam berkomunikasi. Ini disebabkan karena latar
belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda.
f. Rintangan Budaya
Rintangan budaya ialah rintangan yang terjadi disebabkan karena
adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh
pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Di negara-negara sedang
berkembang masyarakat cenderung menerima informasi dari sumber
yang banyak memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti bahasa,
agama, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya.
18
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam berkomunikasi adanya pesan yang akan disampaikan dari sumber
kepada penerima, jika pesan yang disampaikan tersebut tidak tepat maka
akan menyebabkan gangguan atau hambatan antara komunikator dan
komunikan.
4. Bentuk-bentuk Komunikasi
Dalam kebanyakan peristiwa komunikasi yang berlangsung,
hampir selalu melibatkan penggunaan lambang-lambang verbal dan non
verbal secara bersama-sama. keduanya, bahasa verbal dan non verbal,
memiliki sifat yang holistik (masing-masing tidak dapat dipisahkan).
Dalam banyak tindakan komunikasi, bahasa nonverbal menjadi
komplemen atau pelengkap bahasa verbal.
Menurut Harapan dan Ahmad (2016:25) komunikasi adalah
setiap bentuk perilaku seseorang baik verbal maupun nonverbal yang
ditanggapi oleh orang lain. Setiap bentuk perilaku yang mengungkapkan
pesan tertentu, sehingga perilaku tersebut melahirkan sebentuk
komunikasi, yang mana dapat dijelaskan yaitu:
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
simbol-simbol verbal. Simbol verbal berupa bahasa merupakan
pencapaian manusia yang paling impresif dalam berkomunikasi
dengan menggunakan lambang-lambang bahasa lisan dan bahasa
tulisan.
19
Bahasa lisan adalah bentuk bahasa yang diungkapkan secara
langsung menggunakan tutur kata secara lisan. Oleh karena itu, bentuk
bahasa ini terikat dengan ruang dan waktu, di mana aspek situasi
berpengaruh besar terhadap pemahaman isi bahasa tersebut. Selain
ucapan, pengungkapan bahasa lisan biasanya juga dilengkapi dengan
nada suara, gerak tubuh, dan ekspresi wajah.
Sedangkan bahasa tulisan adalah bentuk bahasa yang
memakai teks tertulis sebagai media perantaranya. Itu sebabnya, jenis
bahasa ini tidak terikat dengan ruang dan waktu. Dalam
pembuatannya, bahasa tulisan mempunyai aturan-aturan dasar yang
bersifat mengikat. Pada umumnya, bahasa tulisan banyak
memanfaatkan tanda baca, diksi yang tepat, dan unsur-unsur
gramatikal lainnya untuk memudahkan pemahaman akan isi bahasa.
Larry, 1984 (Harapan dan Ahmad, 2016:27) menyatakan
bahasa mempunyai tiga fungsi yaitu:
1) Fungsi penanaman atau penjulukan, usaha
mengidentifikasikan objek, tindakan atau orang dengan
menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam
komunikasi.
2) Fungsi interaksi, gagasan dan emosi yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan
kebingungan.
3) Transmisi informasi, informasi yang lintas waktu, yang
menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
20
b. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang
menggunakan pesan-pesan nonverbal, untuk melukiskan semua
peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis.
Jalaludin, 1985 (Harapan dan Ahmad, 2016:30)
mengelompokkan pesan-pesan nonverbal. Adapun penjelasannya
sebagai berikut:
1) Pesan Kinestik (raut wajah)
Menggunakan raut wajah untuk menyampaikan makna
tertentu, misalnya: kebahagiaan, kemarahan, ketakutan
dan kemuakan.
2) Pesan Gestural (anggota badan)
Menggunakan mata dan tangan untuk mengungkapkan
kesukaan dan ketidaksukaan terhadap individu yang lain.
3) Pesan Proksemik (jarak/keakraban)
Mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban dengan
orang lain.
4) Pesan Artifaktual (penampilan)
Orang sering berprilaku dalam hubungan dengan orang
lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya.
Harun dan Ardianto (2011:56) membagi kelas-kelas
komunikasi antar manusia (human comuniction) ke dalam dua bentuk
komunikasi yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
1) Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
lambang-lambang bahasa yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan.
2) Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan
ekspresi fasial, gerak anggota tubuh, pakaian, warna, musik, waktu
dan ruang, serta rasa, sentuhan dan bau.
21
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilakukan secara langsung
dengan seseorang individu atau dengan kelompok dengan cara bertatap
muka atau melewati media komunikasi agar terjalinnya komunikasi yang
baik. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang dilakukan
secara tidak langsung yang dilakukan dengan gerak tubuh, mimik wajah
sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik.
B. Budaya
1. Pengertian Budaya
Kebudayaan atau budaya yang berasal dari bahasa Sanskerta
yaitu “buddhayah” merupakan wujud jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang memiliki kaitan dengan budi, serta akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut sebagai “culture”
yang berasal kata Latin colere (mengerjakan atau mengolah). Dapat juga
diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture sering juga
diartikan sebagai “kultur” yang dalam bahasa Indonesia.
Menurut Harrison dan Huntington, 1998 (Samovar, 2010:27)
istilah budaya tentu saja mempunyai arti banyak dalam disiplin ilmu serta
konteks yang berbeda. Sifat sulit untuk dipahami ini mungkin dapat
dicerminkan dalam fakta bahwa pada tahun 1952 ulasan tentang literatur
antropologi mengungkap 164 definisi berbeda dari kata budaya.
Seperti yang dikemukakan oleh Lonner dan Malpass, 1972
(Samovar, 2010:27), defenisi ini mencakup pengertian yang kompleks dan
22
tidak masuk akal, juga pengertian yang sederhana seperti, budaya
merupakan pemprograman pikiran‟ atau „budaya merupakan yang dibuat
manusia dalam lingkungan. Media juga menggunakan kata ini untuk
menggambarkan aspek yang mengagumkan dalam diri manusia seperti
musik klasik, ilmu seni atau makanan dan anggur yang luar biasa. Hal ini,
tentu saja bukanlah cara yang kita rencanakan dalam menggunakan kata
ini. Untuk tujuan kita, kita memperhatikan pengertian yang mengandung
tema bagaimana budaya dan komunikasi itu berhubungan. Satu pengertian
yang memenuhi persyaratan tersebut adalah yang dijabarkan oleh Triandis,
1971 (Samovar, 2010:27):
Kebudayaan merupakan elemen subjektif dan objektif yang
dibuat manusia yang masa lalu meningkatkan kemungkinan
untuk bertahan hidup dan berakibat dalam kepuasan pelaku
dalam ceruk ekologi, dan demikian tersebar diantara mereka
yang dapat berkomunikasi satu sama lainnya, karena mereka
mempunyai kesamaan bahasa dan mereka hidup dalam waktu
dan tempat yang sama.
Sedangkan budaya secara luas memiliki pengertian sebagai
himpunan pengalaman yang dipelajari Keesing, 1999 (Sambas, 2016:13).
Budaya mengacu pada pola perilaku yang ditransmisikan secara sosial
sehingga menjadi kekhususan dari suatu kelompok sosial. Selanjutnya,
Keesing (1999) mengutip pendapat Taylor (1871), Linton (1940),
Kluckhohn dan Kelly (1945), Kroeber (1948), Herskovits (1955), dan
Kroeber dan Kluckhohn (1952) yang menjelaskan pengertian budaya
sebagai berikut:
23
a. Budaya adalah keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, kesusilaan, hokum, adat-istiadat, kesanggupan, dan
kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
b. Keseluruhan dari pengetahuan, sikap, dan pola perilaku sebagai
kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota masyarakat
tertentu.
c. Pedoman potensial untuk perilaku manusia bagi semua rancangan
hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun
implisit, rasional, irasional, dan nonrasional pada suatu waktu.
d. Realisasi gerak, kebiasaan, tata cara, gagasan, nilai-nilai yang
dipelajari dan diwariskan, dan perilaku yang ditimbulkan.
e. Bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia; pola,
eksplisit, dan implisit, tentang dan untuk perilaku yang dipelajari dan
diwariskan melalui symbol yang merupakan prestasi khas manusia,
termasuk perwujudannya dalam benda budaya.
Selanjutnya menurut Smith, 1973 (Sambas, 2016:21) yang
mengungkapkan bahwa pengertian budaya adalah suatu kode yang telah
kita pelajari secara bersama dan untuk hal itu dibutuhkan adanya
komunikasi. Komunikasi tersebut membutuhkan adanya pengkodean dan
simbol-simbol yang mesti dipelajari. Godwin C Chu, 1976 (Sambas,
2016:21) telah mengatakan bahwa setiap pola budaya dan pada setiap
tindakan tersebut telah melibatkan komunikasi. Untuk bisa dipahami maka
24
keduanya mesti dipelajari secara bersama-sama. Budaya tidak akan bisa
terpahami tanpa kita mempelajari komunikasi dan komunikasi tersebut
hanya bisa terpahami dengan kita bisa memahami budaya yang menjadi
pendukungnya.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian budaya merupakan sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan, serta meliputi sistem ide atau sebuah gagasan yang ada
dalam pikiran seorang manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak.
2. Unsur-unsur Budaya
Para ahli antropolgi membagi seluruh kebudayaan yang
terintegrasi ke dalam unsur-unsur besar, yang disebut unsur-unsur
kebudayaan universal. Hal ini seperti yang diuraikan oleh Kluckhohn,
1951 (Sambas, 2016:25) dalam karangannya Universal Categories of
Culture. Dengan mengambil intisari dari berbagai kerangka mengenai
unsur-unsur kebudayaan universal, unsur-unsur kebudayaan yang dapat
ditemukan pada semua bangsa di dunia, yang dapat disebut sebagai isi
pokok setiap kebudayaan, yaitu:
a. Bahasa, terdiri atas bahasa lisan, bahasa tertulis, dan bahas kuno
b. Sistem pengetahuan, meliputi teknologi dan kepandaian dalam hal
tertentu
c. Organisasi sosial, terdiri atas subsistem kekerabatan, sistem komunitas,
sistem pelapisan sosial, sistem politik, dan lain-lain
25
d. Sistem peralatan hidup dan teknologi, terdiri atas alat-alat produksi,
senjata, wadah, alat untuk menyalakan api, pakaian dan perhiasan,
perumahan, dan alat transportasi
e. Sistem mata pencaharian hidup, meliputi perburuan, perladangan,
perkebunan, pertanian, perternakan, perdagangan industry, kerajinan,
pertambangan, industri jasa, dan industry manufaktur
f. Sistem religi, berwujud sebagai sistem keyakinan dan gagasan tentang
Tuhan, dewa, ruh halus, neraka dan surge, juga berbentuk upacara atau
benda suci serta religius
g. Kesenian, berwujud berupa gagasan, ciptaan, pikiran, dongeng atau
syair yang indah, juga dapat berupa benda-benda yang indah, candi,
dan kain tenun.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-
unsur budaya itu terdiri dari bahasa yang digunakan sebagai alat dalam
berkomunikasi yang akan menghasilkan suatu sistem pengetahuan,
kesenian yang disebabkan karena banyaknya bahasa yang ada di dunia ini,
selain itu juga dapat berguna sebagai sistem mata pencaharian hidup oleh
manusia.
3. Komponen Budaya
Berdasarkan wujudnya tersebut, budaya memiliki beberapa
elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, 2007 (Sambas,
2016:30), yaitu:
26
a. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang
nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah
temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi:
mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin
cuci.
b. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang
diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita
rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
c. Lembaga sosial
Lembaga sosial, dan pendidikan memberikan peran yang banyak
dalam kontek berhubungan, dan berkomunikasi di alam masyarakat.
Sistem sosial yang terbentuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar,
dan konsep yang berlaku pada tatanan sosial masyarakat. Contoh di
Indonesia ada kota, dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu
sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan.
Tetapi di kota-kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita
memiliki karier.
27
d. Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan, dan membangun sistem
kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan
mempengaruhi sistem penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem
keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana
memandang hidup, dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai
dengan cara bagaimana berkomunikasi.
e. Estetika
Berhubungan dengan seni, dan kesenian, musik, cerita, dongeng,
hikayat, drama, tari-tarian yang berlaku dan berkembang dalam
masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai
estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran,
agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan, dan
efektif. Misalkan dibeberapa wilayah, dan bersifat kedaerah, setiap
akan membangun bangunan jenis apa saja harus meletakan janur
kuning dan buah-buahan, sebagai simbol yang arti disetiap daerah
berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak
terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
f. Bahasa
Bahasa merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi, bahasa untuk
setiap walayah, bagian, dan Negara memiliki perbedaan yang sangat
kompleks. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen
komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki keunikan, dan
28
kompleks, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa
tersebut. Jadi keunikan, dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari,
dan dipahami agar komunikasi lebih baik, dan efektif dengan
memperoleh nilai empati, dan simpati dari orang lain.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
komponen budaya itu terdiri dari kebudayaan material, nonmaterial,
lembaga sosial yang berguna untuk meningkatkan hubungan interaksi
antara makhluk sosial yang lainnya, selain itu sistem kepercayaan yang
merupakan suatu keyakinan yang dianut oleh masing-masing makhluk
hidup tergantung pada kebudayaan yang dimilikinya, sedangkan estetika
berhubungan dengan kesenian yang berkembang dimasyarakat Indonesia,
dan bahasa merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi yang memiliki
keunikan karena banyaknya budaya yang ada diberbagai Negara di dunia.
4. Pelaku Budaya
Setiap orang atau sekelompok orang memiliki budaya yang
berbeda. Budaya itu an sich tidak dapat disebut buruk atau baik. Kesan
buruk baik tatkala timbul ketika seseorang berinteraksi (berkomunikasi)
dengan orang lain dengan menggunakan budayanya sendiri (encoder)
tanpa memperhatikan dan menyesuaikan dirinya dengan budaya orang lain
itu (decoder). Setiap orang terlibat di dalam proses perubahan nilai dan
proses perubahan budaya (Ndraha, 2003:46). Oleh karena itu, pelaku
budaya adalah keseluruhan dari masyarakat itu sendiri.
29
Menurut Ndraha (2003:47), budaya eksis karena ada pelakunya
yang disebut pelaku budaya. Posisi dan peran manusia dalam sejarah
kebudayaan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Sebagai tenaga kerja, sejka zaman perbudakan sampai zaman manusia
dipandang sebagai alat (objek), tak ubahnya seperti kerbau, sapi, unta,
keledai, dan kuda.
b. Sebagai tenaga pengolah, manusia dapat dengan menggunakan alat
sederhana (pembuat alat sederhana) dalam menyelesaikan sesuatu, hal
ini merupakan pewarisan yang ia pelajari dari budayanya.
c. Sebagai pengguna produk orang lain, manusia dalam suatu budaya
tidak menutup kemungkinan akan menggunakan barang dan jasa dari
budaya lain, begitu juga sebaliknya.
d. Sebagai peniru atau pelaksana produk orang lain, banyak dalam suatu
budaya meniru produk dari budaya lain karena dipandang memiliki
nilai dan kebermanfaatan yang lebih.
e. Sebagai penemu objek atau cara baru, melalui trial and error,
hipotesis, dan eksperimen. Budaya akan terus mengalami
perkembangan tanpa meninggalkan identitas dasarnya. Perkembangan
ini bertujuan untuk memberikan manfaat dan keuntungan tersendiri
bagi masyarakatnya.
f. Sebagai eigneer, designer, atau pembaru (innovator). Banyak hal-hal
atau produk-produk baru yang dapat diciptakan oleh orang-orang dari
30
budaya tertentu, hal ini sebagai implikasi dari budaya yang bersifat
dinamis, fleksibel, dan tidak kaku.
g. Sebagai pemikir dan pencipta sesuatu yang belum ada dan menjadi
warisan budaya. Hal ini dijadikan sebagai identitas tersendiri oleh
masyarakat suatu budaya, dan akan diwariskan secara turun temurun
dari generasi ke generasi.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaku
budaya adalah orang bekerja dalam mengolah dan penemuan objek baru
untuk menciptakan suatu pemikiran yang belum ada terhadap budaya yang
baru agar dapat dijadikan sebagai suatu warisan budaya.
C. Komunikasi Antar Budaya
1. Pengertian Komunikasi Antar Budaya
Menurut Sambas (2016:180) komunikasi antar budaya
merupakan komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memilliki
kebudayaan berbeda, seperti ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan
dari semua perbedaan ini. Sementara tidak jauh berbeda dari L. Tubbs,
2000 (Sambas, 2016:180) komunikasi antar budaya adalah komunikasi
antar orang yang berbeda budaya, baik dalam ras, etnik, maupun sosio
ekonomi.
Sedangkan menurut Martin dan Thomas, 2007 (Sambas,
2016:180), ada dua konsep utama yang mewarnai komunikasi antarbudaya
(interculture communication), yaitu konsep kebudayaan dan konsep
komunikasi. Hubungan keduanya sangat kompleks, budaya mempengaruhi
31
komunikasi dan pada gilirannya komunikasi turut menentukan,
menciptakan, dan memelihara realitas budaya dari komunitas/kelompok
budaya.
Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Budaya merupakan landasan komunikasi sehingga apabila budaya
beragam, beragam pula praktik komunikasi yang berkembang. Dengan
memahami kedua konsep utama itu, studi komunikasi antar budaya dapat
diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan terhadap
komunikasi.
Beberapa defenisi komunikasi antar budaya dirilis oleh Liliweri,
2003 (Sambas, 2016:181) sebagai berikut:
a. Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa, 1979 komunikasi antar budaya
adalah komunikasi antar orang-orang yang berbeda kebudayaan,
misalnya antar suku bangsa, antar etnik dan ras, dan antar kelas sosial.
b. Samovar dan Porter, 1993 menyatakan bahwa “Komunikasi antar
budaya terjadi di antara prosedur pesan dan penerima pesan yang latar
belakang kebudayaannya berbeda”.
c. Charley H. Dood, 1998 mengatakan bahwa komunikasi antar budaya
meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang
mewakili pribadi, antar pribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada
perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku
komunikasi para peserta.
32
d. Guo-Ming Chen dan William J. Starosta, 1996 menyatakan bahwa
“Komunikasi antar budaya adalah proses negosiasi atau pertukaran
sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi
mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok”.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi antar budaya merupakan suatu proses komunikasi atau
penyampaian pesan yang lebih memberi penekanan pada aspek perbedaan
budaya sebagai faktor yang menentukan keberlangsungan proses
komunikasi. Selain itu budaya dan komunikasi saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lainnya.
2. Hambatan Komunikasi Antar Budaya
Lebih spesifik, Chaney dan Martin, 2004 (Sambas, 2016:218)
menyebutkan Sembilan jenis hambatan komunikasi antar budaya.
Hambatan komunikasi ini lebih mudah untuk dilihat karena berbentuk
fisik. Hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Fisik (physical); hambatan komunikasi semacam ini berasal dari
hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan media fisik.
b. Budaya (cultural); hambatan ini berasal dari etnik, agama yang
berbeda, dan perbedaan sosial antara budaya yang satu dan budaya
yang lainnya.
c. Persepsi (perceptual); hambatan yang disebabkan perbedaan persepsi
mengenai suatu hal sehingga untuk mengartikan sesuatu, setiap budaya
mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
33
d. Motivasi (motivational); yaitu hambatan yang berkaitan dengan tingkat
motivasi dari pendengar. Maksudnya, apakah pendengar yang
menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau justru malas dan
tidak mempunyai motivasi sehingga dapat menjadi hambatan
komunikasi.
e. Pengalaman (experiantial); yaitu jenis hambatan yang terjadi karena
setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga
setiap individu mempunyai persepsi dan konsep yang berbeda-beda
dalam melihat sesuatu.
f. Emosi (emotional); hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan
pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk,
hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk
dilalui.
g. Bahasa (linguistic); yaitu hambatan komunikasi yang terjadi apabila
pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver) menggunakan
bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti
oleh penerima pesan.
h. Nonverbal: yaitu hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-
kata, tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi.
i. Kompetisi (competition); hambatan semacam ini muncul apabila
penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil
mendengarkan.
34
Selain beberapa hal yang menghambat dalam usaha untuk
mencapai komunikasi antar budaya yang efektif, ada pula beberapa faktor
pengahambat (Sambas, 2016:219), yaitu:
a. Etnosentrisme, stereotip dan prasangka
b. Etnosentrisme, merupakan tingkatan individu yang menilai budaya
orang lain sebagai inferior terhadap budaya mereka
c. Prasangka, merupakan sikap yang kaku terhadap suatu kelompok yang
didasarkan pada keyakinan atau prakonsepsi yang keliru, juga dapat
dipahami sebagai penilaian yang tidak didasari oleh pengetahuan dan
pengujian terhadap informasi yang tersedia
d. Stereotip, merupakan generalisasi tentang beberapa kelompok orang
yang sangat menyederhanakan realitas.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
hambatan dalam komunikasi antar budaya itu bisa terjadi karena
disebabkan oleh fisik, budaya, persepsi, motivasi, pengalaman, emosi,
bahasa (verbal maupun nonverbal), kompetisi, selain itu juga dapat
disebabkan oleh etnosentrisme, prasangka dan stereotip.
3. Prinsip Komunikasi Antar Budaya
Prinsip komunikasi dalam penerapan konteks kebudayaan dapat
dipahami dalam konteks perbedaan budaya dalam memersepsi objek social
tertentu. Menurut Aubrey Fisher, 2003 (Sambas, 2016:192) homofily dan
heterofily adalah salah satu aspek penerapan prinsip komunikasi dalam
35
konteks antar budaya yang biasanya menjadi subjek kajian ilmuwan
psikologi dan ilmuwan komunikasi, yaitu:
a. Prinsip Homofily
Homofily adalah derajat atau tingkatan kesamaan dari pasangan
sumber dan penerima pesan yang disebabkan oleh ciri-ciri atribut
(unsur-unsur budaya) yang sama pada unsur-unsur budaya yang
terdapat pada kepercayaan, pendidikan, atau status sosial.
b. Prinsip Heterofily
Heterofily adalah derajat ketidaksamaan dari pasangan sumber dan
penerima pesan yang disebabkan oleh ciri-ciri atribut (unsur budaya)
kepercayaan, pendidikan, atau status social.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip
komunikasi antar budaya merupakan penerapan dalam konteks
kebudayaan yang dipahami dalam perbedaan budaya yang terdiri dari
homofily dan heterofily.
D. Kerangka Pikir
Kerangka pikir ini dimaksudkan untuk membantu dan
mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian ini, sehingga
penelitian dapat terlaksana secara terarah. Adapun kerangka konseptual
penelitian ini sebagai berikut:
36
Gambar 1 : Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta di Kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Solok
Keterangan :
Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat dijelaskan arah dan tujuan
penelitian untuk mempermudah pelaksanaan penelitian ini, maka dibuat
kerangka pikir, sehingga jelas arah dan tujuan dari penelitian, bahwa profil
komunikasi antar budaya peserta didik dilihat dari komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal.
Peserta Didik
Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi
Verbal
Komunikasi
Nonverbal
1. Bahas Lisan
2. Bahasa
Tulisan
1. Pesan Kinestik
(raut wajah)
2. Pesan Gestural
(anggota badan)
3. Pesan Proksemik
(jarak/keakraban)
4. Pesan Artifaktual
(penampilan)
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Juli sampai 28 Juli 2017
di SMA Negeri 3 Kota Solok. Alasan peneliti memilih sekolah ini sebagai
tempat penelitian, karena sekolah tersebut merupakan lokasi tempat peneliti
melaksanakan praktik lapangan sekolah pada tahun kemarin dan masalah yang
akan diteliti dalam penelitian ini ditemukan di SMA Negeri 3 Kota Solok,
yaitu mengenai profil komunikasi antar budaya peserta didik di sekolah
tersebut.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan penelitian deskriptif
kuantitatif (descriptive research). Lehman (Yusuf, 2007:83) menyatakan
bahwa: penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan
mendeskriptifkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenal fakta dan
sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail.
Sedangkan menurut Yusuf (2005: 83) penelitian deskriptif adalah salah satu
jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu atau
mencoba menggambarkan fenomena secara detail.”
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dilaksanakan berdasarkan pada masalah yang
terjadi pada masa sekarang dan bertujuan menggambarkan secara tepat suatu
keadaan, bagaimana penyebaran dan frekuensinya sehingga pemahaman
37
38
menjadi lebih jelas. Dengan demikian penelitian ini akan mendeskripsikan
tentang profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri
3 Kota Solok.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini ditujukan untuk mencegah
agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka peneliti
mengemukakan penjelasan variabel yang terdapat dalam judul penelitian yaitu
mengenai profil komunikasi antar budaya peserta didik di SMA Negeri 3 Kota
Solok.
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari
seseorang kepada orang lain baik secara verbal maupun nonverbal melalui
proses tertentu sehingga tercapai apa yang dimaksudkan atau yang diinginkan
dalam proses penyampaian dan penerimaan pesan antara peserta didik di
sekolah. Sedangkan budaya merupakan sesuatu yang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan, serta meliputi sistem ide atau sebuah gagasan yang ada
dalam pikiran seorang manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak.
Komunikasi antar budaya merupakan suatu proses komunikasi atau
penyampaian pesan yang lebih memberi penekanan pada aspek perbedaan
budaya sebagai faktor yang menentukan keberlangsungan proses komunikasi,
berdasarkan aspek perbedaan kebudayaan yang berbeda, seperti ras, etnik,
atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan itu.
39
Dalam berkomunikasi ada bentuk-bentuk komunikasi ada dua yaitu:
1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
simbol-simbol verbal. Simbol verbal berupa bahasa merupakan pencapaian
manusia yang paling impresif dalam berkomunikasi dengan menggunakan
lambang-lambang bahasa lisan dan bahasa tulisan.
2. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang dilakukan secara
tidak langsung yang berhubungan dengan raut wajah, anggota badan,
jarak/keakraban dan penampilan yang ditunjukan oleh seseorang yang
berkomunikasi.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi akan memberikan gambaran yang tepat tentang berbagai
kejadian, namun dalam jumlah yang besar, daerah yang luas dan variasi
yang banyak dan waktu yang banyak. Yusuf (2007:183) menyatakan
“Populasi adalah keseluruhan manusia atau individu yang terdapat dalam
area yang telah ditetapkan”. Kemudian Darmawan (2013:137) menyatakan
populasi adalah sumber data dalam penelitian tertentu yang memiliki
jumlah banyak dan luas. Jika data diambil dari populasi, maka akan
memerlukan dana dan waktu yang cukup banyak sehingga dalam
penelitian hal itu terlalu mahal.
40
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi
adalah keseluruhan dari objek yang diteliti dalam penelitian yang memiliki
karakter tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Maka populasi dari
penelitian ini yaitu mencakup seluruh peserta didik kelas XI di SMA
Negeri 3 Kota Solok yang berbeda budaya. Agar lebih jelasnya dapat
dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 1. Populasi Penelitian
No Kelas
Jumlah
Peserta
didik
Jumlah Budaya
Minang Jawa Batak Melayu
1 XI.IPA 1 30 27 2 1 0 30
2 XI.IPA 2 29 28 1 0 0 29
3 XI.IPA 3 31 29 1 0 1 31
4 XI.IPA 4 30 28 1 0 1 30
5 XI.IPA 5 30 29 0 0 1 30
6 XI.IPA 6 31 30 1 0 0 31
7 XI.IPS 1 29 26 1 2 0 29
8 XI.IPS 4 26 24 0 1 1 26
∑ 8 236 221 7 4 4 236
Sumber: Tata Usaha SMAN 3 Kota Solok Data Tahun Ajaran 2016/2017.
2. Sampel
Menurut Yusuf (2005:186) “Sampel adalah sebagian dari
populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut. Kemudian Yusuf,
(2005:187) menyatakan bahwa sampel adalah “suatu jumlah yang terbatas
dari unsur-unsur yang terpilih dari suatu populasi dan unsur-unsur tersebut
hendaklah mewakili populasi”.
Berhubung jumlah populasi yang berbeda budaya tidak terlalu
besar, maka sampel penelitian ini merupakan penelitian “total sampling”
yaitu semua populasi yang berbeda budaya diambil. Sebagaimana
41
dikatakan oleh Arikunto (2010:107) apabila subjeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Sampel penelitian ini adalah keseluruhan populasi yaitu
berjumlah 15 orang.
Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian peserta
didik yang berbudaya minang menggunakan teknik purposive sampling
yaitu sampel yang digunakan dilandasi tujuan atau pertimbangan-
pertimbangan tertentu terlebih dahulu. Dengan demikian pengambilan
sampel didasarkan pada maksud yang telah ditetapkan sebelumnya.
Purposive dapat diartikan sebagai maksud, tujuan dan kegunaan (Yusuf,
2005:205).
Jadi, jumlah keseluruhan sampel penelitian profil komunikasi
peserta didik yang memiliki latar belakang budaya berbeda adalah
sebanyak 55 peserta didik.
Tabel 2.1 Sampel Penelitian (Berbeda Budaya)
No Kelas Jumlah Budaya
Jumlah Jawa Batak Melayu
1 XI.IPA 1 2 1 0 3
2 XI.IPA 2 1 0 0 1
3 XI.IPA 3 1 0 1 2
4 XI.IPA 4 1 0 1 2
5 XI.IPA 5 0 0 1 1
6 XI.IPA 6 1 0 0 1
7 XI.IPS 1 1 2 0 3
8 XI.IPS 4 0 1 1 2
∑ 8 7 4 4 15
42
Tabel 2.2 Sampel Penelitian (Budaya Minang)
E. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
interval. Menurut Bungin (2011: 131) “Data interval adalah data yang
punya ruas atau interval atau jarak yang berdekatan dan sama”. Jarak itu
berpedoman pada ukuran tertentu misalnya nilai rata-rata (mean), bilangan
kelipatan atau nilai lainya yang disepakati. Jadi, data yang diintervalkan
dalam penelitian ini adalah profil komunikasi antar budaya peserta didik di
kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok.
2. Sumber Data
Menurut Riduwan (2012:69) data primer adalah data yang
dihimpun langsung oleh peneliti diperoleh dari sumber data. Berdasarkan
tujuan penelitian maka data yang diperlukan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden
(peserta didik kelas XI) dan data sekunder dimana data lengkap yang
diperoleh dari orang yang mengetahui tentang masalah penelitian dalam
No Kelas Jumlah Budaya Minang Jumlah
1 XI.IPA 1 27 5
2 XI.IPA 2 28 5
3 XI.IPA 3 29 5
4 XI.IPA 4 28 5
5 XI.IPA 5 29 5
6 XI.IPA 6 30 5
7 XI.IPS 1 26 5
8 XI.IPS 4 24 5
∑ 8 221 40
43
hal ini adalah (tata usaha SMA Negeri 3 Kota Solok) guna untuk
memperoleh data tentang jumlah peserta didik secara keseluruhan.
F. Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan mengadministrasikan questioner (angket). Sehingga untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan atau disusun instrument
dalam bentuk angket.
Riduwan (2013: 25) menyatakan angket adalah daftar pertanyaan
yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden)
yang sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah
mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa
merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai
dengan kenyataan dalam mengisi daftar pertanyaan.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan data atau keterangan apa adanya melalui pertanyaan atau
pernyataan yang diberikan kepada peserta didik yang berhubungan dengan
profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota
Solok.
Untuk angket dalam penelitian ini ada lima alternatif jawaban dari
item pernyataan diberi skor. Alternatif jawaban disusun berdasarkan lima
kategori untuk pertanyaan positif dan negatif, yaitu: Selalu (SL), Sering (SR),
Kadang-kadang (KK), Jarang (JR) dan Tidak Pernah (TP). Melalui Tabel
berikut dapat dilihat kategori jawaban dan skor masing-masing pertanyaan.
44
Tabel 3. Alternatif Pernyataan
Pilihan Jawaban Positif Negatif
Selalu (SL) 5 1
Sering (SR) 4 2
Kadang-kadang (KK) 3 3
Jarang (JR) 2 4
Tidak Pernah (TP) 1 5
Untuk mengumpulkan data mengenai profil komunikasi antar budaya
peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok digunakan angket yang
diberikan kepada peserta didik. Adapun langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam pembuatan angket sebagai berikut:
1. Melakukan kajian literatur untuk mengkaji konsep-konsep atau variabel
yang akan diukur.
2. Menyusun kisi-kisi instrumen berdasarkan kajian teori yang dipakai, mulai
dari menjabarkan variabel sampai kepada perumusan item pernyataan.
3. Menyusun item pernyataan mengenai profil komunikasi antar budaya
peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok.
4. Menelaah kesesuaian pernyataan instrumen yang bertujuan untuk
mengetahui apakah item-item yang dikembangkan memiliki indikator.
5. Menyusun petunjuk pengisian instrumen penelitian. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan responden dalam memahami tujuan yang hendak
dicapai oleh instrumen dan untuk menghindari kesalahan dalam
mengumpulkan data.
6. Untuk menguji alat pengumpulan data atau instrumen, maka dilakukan
judge oleh ahli.
7. Setelah di judge kemudian angket diperbaiki dan dikonsultasikan kembali.
45
8. Melakukan uji coba angket.
9. Melakukan uji validitas angket yang telah di uji coba.
a) Validitas
Menurut Sugiyono (Iskandar, 2009: 94) instrument yang
valid adalah instrument yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Untuk mendapatkan skala pengukuran yang baik
harus memiliki validitas dan reliabilitas instrument yang akan
digunakan dalam penelitian tersebut.
Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. Pernyataan dikatakan valid apabila > 0,361. Rumus
yang digunakan yaitu:
( ) ( )( )
√* ( ) +* ( ) +
Keterangan:
∑X = Jumlah skor masing-masing item
∑Y = Jumlah skor seluruh item (total)
∑XY = Jumlah skor antara X dan Y
N = Banyaknya subjek
X² = Kuadrat dijumlah skor tiap item
Y² = Kuadrat dari skor total
Kriteria: bila r hitung > r tabel, maka item angket dikatakan valid.
46
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Item Pernyataan 1
No (Y) X XY X2 Y
2
1 275 3 825 9 75625
2 302 2 604 4 91204
3 237 4 948 16 56169
4 271 3 813 9 73441
5 228 3 684 9 51984
6 239 4 956 16 57121
7 275 3 825 9 75625
8 231 3 693 9 53361
9 251 3 753 9 63001
10 246 5 1230 25 60516
11 249 5 1245 25 62001
12 299 4 1196 16 89401
13 263 3 789 9 69169
14 243 5 1215 25 59049
15 294 3 882 9 86436
16 297 5 1485 25 88209
17 222 2 444 4 49284
18 282 4 1128 16 79524
19 286 5 1430 25 81796
20 266 5 1330 25 70756
21 262 3 786 9 68644
22 299 5 1495 25 89401
23 294 4 1176 16 86436
24 241 3 723 9 58081
25 255 4 1020 16 65025
26 302 5 1510 25 91204
27 274 4 1096 16 75076
28 309 5 1545 25 95481
29 228 2 456 4 51984
30 246 2 492 4 60516
Total 7966 111 29774 443 2135520
2222 YYn.XXn.
YXXYn
hitungr
47
30 (29774) – (111) (7966)
r hitung =
{30 x 443) – 12321}{30 x 2135520 – 63457156}
(893220 – 884226)
r hitung =
{(13290 – 12321)} {(64065600 – 63457156)}
8994
r hitung =
(969 x 608444)
8994
r hitung = = 0,370
24281,31
b) Reliabilitas
Menurut Arikunto (2013: 221) reliabilitas adalah suatu
instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. instrumen yang
sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang
dapat dipercaya juga.
Pengukuran reliabilitas menunjukan stabilitas dan konsistensi
instrumen pengukuran dalam mengukur konsep. Cara yang digunakan
untuk uji reliabilitas adalah dengan menggunakan metode alpha
sebagai berikut:
*
+
Keterangan:
Ykk = Reliabilitas instrumen
k = Banyak butir soal atau butir pernyataan
∑Si² = Jumlah varians item
St² = varians total
48
Angka Koefisien Alfa pada kisaran 0,70 adalah dapat diterima dan di
atas 0,80 adalah baik.
(
)(
)
G. Teknik Analisis Data
Angket yang telah dikumpulkan dari peserta didik yang menjadi
subjek penelitian kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian isi angket oleh peneliti.
2. Membuat tabel pengolahan data berdasarkan angket penelitian.
3. Mencari dan menghitung jumlah skor serta memasukkan ke dalam tabel
pengolahan.
4. Menghitung total jawaban dari masing-masing responden.
5. Menghitung persentase masing-masing frekuensi yang diperoleh dengan
rumus yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013:94) yaitu:
P =
X 100
49
Keterangan:
P = Tingkat persentase jawaban
f = Frekuensi jawaban atau jumlah skor
N = Jumlah keseluruhan responden
6. Menganalisis masing-masing data persentase yang diperoleh. Kriteria
interprestasi skor untuk masing-masing analisis data sebagaimana yang
dikemukakan oleh Riduwan (2010: 89) yaitu:
Tabel 5. Rentang Klasifikasi
Persentase Keterangan
81% - 100% Sangat Baik
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup Baik
21% - 40% Kurang Baik
0% - 20% Sangat Kurang Baik
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka temuan
penelitian disajikan dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan yaitu untuk mendeskripsikan Profil Komunikasi Antar Budaya
Peserta Didik di Kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok .
1. Deskripsi Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat
Secara Umum
Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai profil komunikasi
antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat
dari komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Berikut profil
komunikasi antar budaya peserta didik secara umum berdasarkan kriteria
pengelompokkan data deskriptif penelitian dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Secara
Umum
Klasifikasi Kategori F %
81% - 100% Sangat Baik 14 25.45
61% - 80% Baik 41 74.55
41% - 60% Cukup Baik 0 0.00
21% - 40% Kurang Baik 0 0
0% - 20% Sangat Kurang Baik 0 0
Jumlah 55 100
Berdasarkan Tabel 6, profil komunikasi antar budaya peserta
didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok secara umum yaitu: adanya 41
orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya pada
kategori baik dengan persentase 74,55%, dan adanya 14 orang peserta
50
51
didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya padaa kategori sangat
baik dengan persentase 25,45%, dan tidak ada peserta didik yang memiliki
profil komunikasi antar budaya cukup baik, kurang baik dan sangat kurang
baik pada budaya yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 2: Profil Komunikasi Antar Budaya dilihat Secara Umum
Jadi dapat disimpulkan bahwa profil komunikasi antar budaya di
kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok berada pada kategori baik.
2. Deskripsi Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik dalam
Bentuk Komunikasi:
a. Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari
Komunikasi Verbal.
Berdasarkan jawaban responden tentang profil komunikasi
antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok
dilihat dari komunikasi verbal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
0 0 0 0,00
74,55
25,45
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sangat KurangBaik
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%
52
Tabel 7: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat
dari Komunikasi Verbal.
Klasifikasi Kategori F %
81% - 100% Sangat Baik 11 20.00
61% - 80% Baik 41 74.55
41% - 60% Cukup Baik 3 5.45
21% - 40% Kurang Baik 0 0
0% - 20% Sangat Kurang Baik 0 0
Jumlah 55 100
Berdasarkan Tabel 7, profil komunikasi antar budaya peserta
didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok secara umum yaitu:
adanya 41 orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar
budaya berada pada kategori baik dengan persentase 74,55%, adanya
11 orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya
berada pada kategori sangat baik dengan persentase 20,00%, adanya 3
orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya
berada pada kategori cukup baik dengan persentase 5,45%, dan tidak
ada peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya
kurang baik dan sangat kurang baik pada budaya yang berbeda. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
53
Gambar 3: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat
dari Komunikasi Verbal.
Temuan ini mendeskripsikan bahwa profil komunikasi antar
budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari
komunikasi verbal berada pada kategori baik. Selanjutnya gambaran
penjelasan hasil pengolahan data bentuk komunikasi verbal dilihat dari
indikator sebagai berikut:
1) Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari
Bahasa Lisan.
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan mengenai
profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Solok dalam bahasa lisan sebagai berikut:
0 0 5,45
74,55
20,00
01020304050607080
SangatKurang Baik
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%
54
Tabel 8: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
Dilihat dari Bahasa Lisan.
Klasifikasi Kategori F %
81% - 100% Sangat Baik 11 20.00
61% - 80% Baik 41 74.55
41% - 60% Cukup Baik 3 5.45
21% - 40% Kurang Baik 0 0
0% - 20% Sangat Kurang Baik 0 0
Jumlah 55 100
Berdasarkan Tabel 8, profil komunikasi antar budaya
peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari
bahasa lisan yaitu: adanya 41 orang peserta didik yang memiliki
profil komunikasi antar budaya berada pada kategori baik dengan
persentase 74,55%, adanya 11 orang peserta didik yang memiliki
profil komunikasi antar budaya berada pada kategori sangat baik
dengan persentase 20,00%, adanya 3 orang peserta didik memiliki
profil komunikasi antar budaya berada pada kategori baik dengan
persentase 5,45%, dan tidak ada peserta didik yang memiliki profil
komunikasi antar budaya kurang baik dan sangat kurang baik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
0 0 5,45
74,55
20,00
01020304050607080
SangatKurang Baik
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%
55
Gambar 4: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
Dilihat dari Bahasa Lisan.
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa
profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Solok dilihat dari bahasa lisan berada pada kategori
baik.
2) Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari
Bahasa Tulisan.
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan mengenai
profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Solok dilihat dari bahasa tulisan sebagai berikut:
Tabel 9: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
Dilihat dari Bahasa Tulisan.
Klasifikasi Kategori F %
81% - 100% Sangat Baik 0 0.00
61% - 80% Baik 0 0.00
41% - 60% Cukup Baik 0 0.00
21% - 40% Kurang Baik 0 0.00
0% - 20% Sangat Kurang Baik 55 100
Jumlah 55 100
Berdasarkan Tabel 9, profil komunikasi antar budaya
peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari
bahasa lisan yaitu: adanya 55 orang peserta didik yang memiliki
profil komunikasi antar budaya berada pada kategori sangat kurang
baik dengan persentase 100%, dan tidak ada peserta didik yang
memiliki profil komunikasi antar budaya pada kategori sangat baik,
baik, cukup baik dan kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut:
56
Gambar 5: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
Dilihat dari Bahasa Tulisan.
Berdasarkan gambar di atas dapat dideskripsikan bahwa
profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Solok dilihat dari bahasa tulisan berada pada
kategori sangat kurang baik.
b. Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari
Komunikasi Nonverbal.
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan mengenai profil
komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota
Solok dilihat dari komunikasi nonverbal sebagai berikut:
Tabel 10: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat
dari Komunikasi Nonverbal.
Klasifikasi Kategori F %
81% - 100% Sangat Baik 16 29.09
61% - 80% Baik 39 70.91
41% - 60% Cukup Baik 0 0.00
21% - 40% Kurang Baik 0 0.00
0% - 20% Sangat Kurang Baik 0 0.00
Jumlah 55 100
100
0 0,00 0,00 0,00 0
20
40
60
80
100
120
SangatKurang Baik
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%
57
Berdasarkan Tabel 10, profil komunikasi antar budaya
peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari
komunikasi nonverbal yaitu: adanya 39 orang peserta didik yang
memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada kategori baik
dengan persentase 70,91%, adanya 16 orang peserta didik yang
memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada kategori sangat
baik dengan persentase 29,09%, dan tidak ada peserta didik yang
memiliki profil komunikasi antar budaya pada kategori cukup baik,
kurang baik dan sangat kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 6: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat
dari Komunikasi Nonverbal.
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa profil
komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota
Solok dilihat dari komunikasi nonverbal berada pada kategori baik.
0 0 0,00
70,91
29,09
01020304050607080
Sangat KurangBaik
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%
58
1) Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari
Pesan Kinestetik (Raut Wajah).
Berdasarkan jawaban responden tentang profil
komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3
Kota Solok dilihat dari pesan kinestetik (Raut Wajah). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
Dilihat dari Pesan Kinestetik (Raut Wajah).
Klasifikasi Kategori F %
81% - 100% Sangat Baik 20 36.36
61% - 80% Baik 31 56.36
41% - 60% Cukup Baik 4 7.27
21% - 40% Kurang Baik 0 0
0% - 20% Sangat Kurang Baik 0 0
Jumlah 55 100
Berdasarkan Tabel 11, profil komunikasi antar budaya
peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari
pesan kinestetik (raut wajah) yaitu: adanya 31 orang peserta didik
yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada
kategori baik dengan persentase 56,36%, adanya 20 orang peserta
didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada
kategori sangat baik dengan persentase 36,36%, adanya 4 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori cukup baik dengan persentase 7,27%, dan tidak ada
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
59
Gambar 7: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
Dilihat dari Pesan Kinestetik (Raut Wajah).
Temuan ini mendeskripsikan bahwa profil komunikasi
antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok
dilihat dari pesan kinestetik (raut wajah) berada pada kategori baik.
2) Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari
Pesan Gestural (Anggota Badan).
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan mengenai
profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Solok dilihat dari pesan gestural (anggota badan)
sebagai berikut:
Tabel 12: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
Dilihat dari Pesan Gestural (Anggota Badan).
Klasifikasi Kategori F %
81% - 100% Sangat Baik 12 21.82
61% - 80% Baik 37 67.27
41% - 60% Cukup Baik 6 10.91
21% - 40% Kurang Baik 0 0
0% - 20% Sangat Kurang Baik 0 0
Jumlah 55 100
0 0 7,27
56,36
36,36
0
10
20
30
40
50
60
SangatKurang Baik
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%
60
Berdasarkan Tabel 12, profil komunikasi antar budaya
peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari
pesan gestural (anggota badan) yaitu: adanya 37 orang peserta
didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada
kategori baik dengan persentase 67,27%, adanya 12 orang peserta
didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada
kategori sangat baik dengan persentase 21,82%, adanya 6 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori cukup baik dengan persentase 10,91%, dan tidak ada
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya pada
kategori kurang baik dan sangat kurang baik. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 8: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
Dilihat dari Pesan Gestural (Anggota Badan).
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa
profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA
0 0 10,91
67,27
21,82
01020304050607080
SangatKurang Baik
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%
61
Negeri 3 Kota Solok dilihat dari pesan gestural (anggota badan)
berada pada kategori baik.
3) Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari
Pesan Proksemik (Jarak/Keakraban).
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan mengenai
profil komunikasi antara budaya peserta didik di kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Solok dilihat dari pesan proksemik
(jarak/keakraban) sebagai berikut:
Tabel 13: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
Dilihat dari Pesan Proksemik (Jarak/Keakraban).
Klasifikasi Kategori F %
81% - 100% Sangat Baik 22 40.00
61% - 80% Baik 29 52.73
41% - 60% Cukup Baik 4 7.27
21% - 40% Kurang Baik 0 0
0% - 20% Sangat Kurang Baik 0 0
Jumlah 55 100
Berdasarkan Tabel 13, profil komunikasi antar budaya
peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari
pesan proksemik (jarak/keakraban) yaitu: adanya 29 orang peserta
didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada
kategori baik dengan persentase 52,73%, adanya 22 orang peserta
didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada
kategori sangat baik dengan persentase 40,00%, adanya 4 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori cukup baik dengan persentase 7,27%, dan tidak ada
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya kurang
62
baik dan sangat kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 9: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
Dilihat dari Pesan Proksemik (Jarak/Keakraban).
Berdasarkan gambar di atas dapat dideskripsikan bahwa
profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Solok dilihat dari pesan proksemik
(jarak/keakraban) berada pada kategori baik.
4) Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari
Pesan Artifaktual (Penampilan).
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan mengenai
profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Solok dilihat dari pesan artifaktual (penampilan)
sebagai berikut:
0 0 7,27
52,73
40,00
0
10
20
30
40
50
60
SangatKurang Baik
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%
63
Tabel 14: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
Dilihat dari Pesan Artifaktual (Penampilan).
Klasifikasi Kategori F %
81% - 100% Sangat Baik 20 36.36
61% - 80% Baik 29 52.73
41% - 60% Cukup Baik 6 10.91
21% - 40% Kurang Baik 0 0
0% - 20% Sangat Kurang Baik 0 0
Jumlah 55 100
Berdasarkan Tabel 14, profil komunikasi antar budaya
peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari
pesan artifaktual (penampilan) yaitu: adanya 29 orang peserta didik
yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada
kategori baik dengan persentase 52,73%, adanya 20 orang peserta
didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada
kategori sangat baik dengan persentase 36,36%, adanya 6 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori cukup baik dengan persentase 10,91%, dan tidak ada
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
64
Gambar 10: Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik
Dilihat dari Pesan Artifaktual (Penampilan).
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa
profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Solok dilihat dari pesan artifaktual (penampilan)
pengetahuan berada pada kategori baik.
3. Rekapitulasi Deskripsi Hasil Penelitian
Rekapitulasi deskripsi hasil penelitian Profil Komunikasi Antar
Budaya Peserta Didik di Kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok diuraikan
dalam tabel berikut:
0 0
10,91
52,73
36,36
0
10
20
30
40
50
60
SangatKurang Baik
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%
65
Tabel 15. Rekapitulasi Deskripsi Hasil Penelitian
Variabel Sub
Variabel Indikator
Kategori %
Sangat
Baik Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Sangat
Kurang
Baik
Profil
Komuni
kasi
Antar
Budaya
Peserta
Didik
Verbal
Komunikasi
Verbal 20,00
74,5
5 5,45 0,00 0,00
Komunikasi
Nonverbal 20,00
74,5
5 5,45 0,00 0,00
Nonverb
al
Pesan
Kinestetik
(Raut
Wajah)
36,36 56,3
6 7,27 0,00 0,00
Pesan
Gestural
(Anggota
Badan)
21,82 67,2
7 10,91 0,00 0,00
Pesan
Proksemik
(Jarak/Keak
raban)
40,00 52,7
3 7,27 0,00 0,00
Pesan
Artifaktual
(Penampilan
)
36,36 52,3
7 10,91 0,00 0,00
B. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dideskripsikan,
profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota
Solok secara umum yaitu: adanya 41 orang peserta didik yang memiliki profil
komunikasi antar budaya budaya berada pada kategori baik dengan persentase
74,55%, dan adanya 14 orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi
antar budaya berada pada kategori sangat baik dengan persentase 25,45%, dan
tidak ada peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori cukup baik, kurang baik dan sangat kurang baik pada budaya
66
yang berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa profil komunikasi antar budaya
peserta didik berada pada kategori sangat baik.
Seperti yang dipaparkan oleh Sambas (2016:180) komunikasi antar
budaya merupakan komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang
memilliki kebudayaan berbeda, seperti ras, etnik, atau sosioekonomi, atau
gabungan dari semua perbedaan ini. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi antar budaya merupakan suatu proses
komunikasi atau penyampaian pesan yang lebih memberi penekanan pada
aspek perbedaan budaya sebagai faktor yang menentukan keberlangsungan
proses komunikasi. Selain itu budaya dan komunikasi saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lainnya, karena dari kedua itulah akan adanya
hubungan timbal balik antara budaya dan bahasa , dengan melalui bahasa kita
dapat memahami pola pikir individu dari budaya yang berbeda
Berdasarkan penjelasan tersebut dan berdasarkan data yang diperoleh
oleh peneliti, dapat dimaknai bahwa profil komunikasi antar budaya peserta
didik secara umum rata-rata termasuk dalam kategori baik. Hal ini
dikarenakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari komunikasi yang sering
digunakan itu adalah komunikasi verbal, komunikasi dari bahasa yang
diucapkan atau disampaikan oleh seseorang dengan mudah akan dimengerti,
sesuai dengan hasil persentasenya lebih tinggi dari 55 responden, 41 orang
peserta didik memiliki profil komunikasi antar budaya peserta didik yang
berada pada kategori baik dengan persentase 74,55%. Profil tersebut
67
berdasarkan atas komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Solok dari masing-masing peserta didik.
Berikut ini dapat di uraikan pembahasan berdasarkan masing-masing
sub variabel :
1. Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari
Komunikasi Verbal.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat
dideskripsikan, profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI
SMA Negeri 3 Kota Solok secara umum yaitu: adanya 41 orang peserta
didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada kategori
baik dengan persentase 74,55%, adanya 11 orang peserta didik yang
memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada kategori sangat baik
dengan persentase 20,00%, adanya 3 orang peserta didik yang memiliki
profil komunikasi antar budaya berada pada kategori cukup baik dengan
persentase 5,45%, dan tidak ada peserta didik yang memiliki profil
komunikasi antar budaya berada pada kategori kurang baik dan sangat
kurang baik pada antar budaya yang lain. Temuan ini mendeskripsikan
bahwa profil komunikasi antar budaya di kelas XI SMA Negeri 3 Kota
Solok dilihat dari komunikasi verbal berada pada kategori baik.
Menurut Harapan dan Ahmad (2016:25) komunikasi adalah
setiap bentuk perilaku seseorang baik verbal maupun nonverbal yang
ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan
menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal berupa bahasa
merupakan pencapaian manusia yang paling impresif dalam
68
berkomunikasi dengan menggunakan lambang-lambang bahasa lisan dan
bahasa tulisan. Seperti yang kita ketahui, bahwa komunikasi sangat
mempengaruhi hubungan interaksi antar sesama individu. Karena
komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu proses penyampaian atau
pertukaran pesan atau informasi dari satu pihak kepada pihak lain agar
terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya, pada umumnya
komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) atau tulisan
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak tersebut.
Berdasarkan penjelasan dan keterangan tersebut dapat dimaknai,
bahwa profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat dari
komunikasi verbal rata-rata berada pada kategori baik, walaupun ada
beberapa orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar
budaya berada pada kategori sangat baik, cukup baik, dan tidak ada satu
orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya yang
kurang baik dan sangat kurang baik.
a. Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari
Bahasa Lisan.
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan pada umumnya,
profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri
3 Kota Solok dilihat dari bahasa lisan yaitu: adanya 41 orang peserta
didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada
kategori baik dengan persentase 74,55%, adanya 11 orang peserta
didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada
kategori sangat baik dengan persentase 20,00%, adanya 3 orang
69
peserta didik memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada
kategori baik dengan persentase 5,45%, dan tidak ada peserta didik
yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada kategori
kurang baik dan sangat kurang baik. Temuan ini mendeskripsikan
bahwa, profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Solok dilihat dari bahasa lisan berada pada kategori baik
Menurut Harapan dan Ahmad (2016:25) bahasa lisan adalah
bentuk bahasa yang diungkapkan secara langsung menggunakan tutur
kata secara lisan. Oleh karena itu, bentuk bahasa ini terikat dengan
ruang dan waktu, di mana aspek situasi berpengaruh besar terhadap
pemahaman isi bahasa tersebut. Selain ucapan, pengungkapan bahasa
lisan biasanya juga dilengkapi dengan nada suara, gerak tubuh, dan
ekspresi wajah.
Seperti yang kita ketahui, bahwa komunikasi sangat
mempengaruhi hubungan interaksi antar sesama individu. Karena
hubungan timbal balik antara budaya dan bahasa dapat menunjukan
bahwa tidak ada satu pun budaya yang dapat dimengerti atau dipahami
tanpa memahami akan bahasanya, begitu pula sebaliknya. Artinya,
dalam penyampaian informasi atau pesan kepada pihak lain, tutur kata
dalam bahasa secara lisan berpengaruh terhadap ruang dan waktu
dalam pemahaman isi bahasa dari kebudayaan lain.
Berdasarkan penjelasan dan keterangan tersebut dapat
dimaknai, bahwa profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat
70
dari bahasa lisan rata-rata berada pada kategori baik, walaupun ada
beberapa orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar
budaya berada pada kategori sangat baik, cukup baik, dan tidak ada
satu orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya
yang kurang baik dan sangat kurang baik.
b. Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari
Bahasa Tulisan.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan, profil komunikasi
antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok
dilihat dari bahasa lisan yaitu: adanya 55 orang peserta didik yang
memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada kategori sangat
kurang baik dengan persentase 100%, dan tidak ada peserta didik yang
memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada kategori sangat
baik, baik, cukup baik dan kurang baik. Temuan ini mendeskripsikan
bahwa, profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Solok dilihat dari bahasa tulisan berada pada kategori
sangat kurang baik.
Menurut Harapan dan Ahmad (2016:25) bahasa tulisan
adalah bentuk bahasa yang memakai teks tertulis sebagai media
perantaranya. Itu sebabnya, jenis bahasa ini tidak terikat dengan ruang
dan waktu. Dalam pembuatannya, bahasa tulisan mempunyai aturan-
aturan dasar yang bersifat mengikat. Pada umumnya, bahasa tulisan
banyak memanfaatkan tanda baca, diksi yang tepat, dan unsur-unsur
gramatikal lainnya untuk memudahkan pemahaman akan isi bahasa.
71
Seperti yang kita ketahui, bahwa komunikasi sangat
mempengaruhi hubungan interaksi antar sesama individu. Karena
hubungan timbal balik antara budaya dan bahasa dapat menunjukan
bahwa tidak ada satu pun budaya yang dapat dimengerti atau dipahami
tanpa memahami akan bahasanya, begitu pula sebaliknya. Artinya,
dalam komunikasi antar budaya dilihat dari bahasa tulisan memakai
teks tertulis sebagai media perantaranya. Hal itulah yang membuatnya
tidak terikat akan ruang dan waktu, sehingga sulit bagi individu untuk
memahami dan mengerti akan bahasa tulisan dari kebudayaan yang
berbeda, yang disebabkan adanya aturan-aturan dasar yang bersifat
mengikat.
Berdasarkan penjelasan dan keterangan tersebut dapat
dimaknai, bahwa profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat
dari bahasa lisan semua responden berada pada kategori sangat kurang
baik, hal ini dapat disebabkan karena individu sulit dalam memahami
bahasa tulisan yang disampaikan melalui media perantara yang terikat
akan aturan-aturan dasarnya.
2. Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari
Komunikasi Nonverbal.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan, profil komunikasi antar
budaya peserta didik dilihat dari komunikasi nonverbal yaitu: adanya 39
orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori baik dengan persentase 70,91%, adanya 16 orang peserta
didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada kategori
72
sangat baik dengan persentase 29,09%, dan tidak ada peserta didik yang
memiliki profil komunikasi antar budaya berada pada kategori cukup baik,
kurang baik dan sangat kurang baik. Temuan ini mendeskripsikan bahwa,
profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3
Kota Solok dilihat dari komunikasi nonverbal berada pada kategori baik.
Menurut Jalaludin, 1985 (Harapan dan Ahmad, 2016:30)
komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan
nonverbal, untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata
terucap dan tertulis. Seperti pesan kinestik (raut wajah), pesan gestural
(anggota badan), pesan proksemik (jarak/keakraban), dan pesan artifaktual
(penampilan).
Seperti yang kita ketahui, bahwa komunikasi sangat
mempengaruhi hubungan interaksi antar sesama individu. Karena
komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu proses penyampaian atau
pertukaran pesan atau informasi dari satu pihak kepada pihak lain agar
terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya, pada umumnya
komunikasi dilakukan dengan menggunakan pesan-pesan nonverbal, untuk
melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan
tertulis. Misalnya, dengan menggunakan ekspresi wajah, sentuhan, emosi,
penampilan dan lain sebagainya dalam penyampaian pesan kepada pihak
dari kebudayaan lain, sesuai dengan simbol-simbol yang pada umumnya
ada di dalam budaya tersebut agar terjadi hubungan timbal balik antara
kedua belah pihak yang berkomunikasi.
73
Berdasarkan penjelasan dan keterangan tersebut dapat dimaknai,
bahwa profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat dari
komunikasi nonverbal rata-rata berada pada kategori baik, walaupun ada
beberapa orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar
budaya berada pada kategori sangat baik, dan tidak ada satu orang peserta
didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya yang cukup baik,
kurang baik dan sangat kurang baik.
a. Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari Pesan
Kinestetik (Raut Wajah).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan, profil komunikasi
antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok
dilihat dari pesan kinestetik (raut wajah) yaitu: adanya 31 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori baik dengan persentase 56,36%, adanya 20 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori sangat baik dengan persentase 36,36%, adanya 4 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori cukup baik dengan persentase 7,27%, dan tidak ada
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya di kelas
XI SMA Negeri 3 Kota Solok kurang baik dan sangat kurang baik.
Temuan ini mendeskripsikan bahwa, profil komunikasi antar budaya
peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari pesan
kinestetik (raut wajah) berada pada kategori baik.
74
Menurut Jalaludin, 1985 (Harapan dan Ahmad, 2016:30)
pesan kinestetik (raut wajah) merupakan komunikasi yang
menggunakan raut wajah untuk menyampaikan makna tertentu, seperti
kebahagiaan, kemarahan, ketakutan dan kemuakan dalam
menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan agar
terjalinnya hubungan interaksi yang saling mempengaruhi satu sama
lain.
Seperti yang kita ketahui, bahwa komunikasi sangat
mempengaruhi hubungan interaksi antar sesama individu. Karena
komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu proses penyampaian atau
pertukaran pesan atau informasi dari satu pihak kepada pihak lain agar
terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya, pada umumnya
komunikasi dilakukan dengan menggunakan pesan-pesan nonverbal,
untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata
terucap dan tertulis. Misalnya, dengan menggunakan ekspresi wajah
yang ditunjukkan dalam penyampaian pesan kepada pihak dari
kebudayaan lain, misalnya ketika merespon dengan baik proses
komunikasi dengan pihak yang berbeda budaya, maka pihak pertama
menunjukan ekspresi senang sesuai dengan simbol-simbol yang pada
umumnya ada di dalam budaya tersebut agar terjadi hubungan timbal
balik antara kedua belah pihak yang berkomunikasi untuk memberikan
tanggapan dalam pesan yang disampaikan.
75
Berdasarkan penjelasan dan keterangan tersebut dapat
dimaknai, bahwa profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas
XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari pesan kinestetik (raut wajah)
rata-rata berada pada kategori baik, walaupun ada beberapa orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya sangat
baik, cukup baik, dan tidak ada peserta didik yang berada pada
kategori kurang baik dan sangat kurang baik.
b. Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari Pesan
Gestural (Anggota Badan).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan profil komunikasi
antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok
dilihat dari pesan gestural (anggota tubuh) yaitu: adanya 37 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori baik dengan persentase 67,27%, adanya 12 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori sangat baik dengan persentase 21,82%, adanya 6 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori cukup baik dengan persentase 10,91%, dan tidak ada
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya kurang
baik dan sangat kurang baik. Temuan ini mendeskripsikan bahwa,
dapat disimpulkan bahwa profil komunikasi antar budaya peserta didik
di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari pesan gestural
(anggota badan) berada pada kategori baik.
76
Seperti yang dikemukakan oleh Jalaludin, 1985 (Harapan dan
Ahmad, 2016:30) pesan gestural (anggota badan) merupakan
komunikasi yang menggunakan anggota badan untuk menyampaikan
makna tertentu, seperti menggunakan mata dan tangan untuk
mengungkapkan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap individu yang
lain dalam menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan
agar terjalinnya hubungan interaksi yang saling mempengaruhi satu
sama lain.
Seperti yang kita ketahui, bahwa komunikasi sangat
mempengaruhi hubungan interaksi antar sesama individu. Karena
komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu proses penyampaian atau
pertukaran pesan atau informasi dari satu pihak kepada pihak lain agar
terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya, pada umumnya
komunikasi dilakukan dengan menggunakan pesan-pesan nonverbal,
untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata
terucap dan tertulis. Misalnya, dengan menggunakan anggota badan
dalam penyampaian pesan kepada pihak dari kebudayaan lain saat
melakukan komunikasi, misalnya dengan menggunakan gerakan tubuh
atau sentuhan dalam proses komunikasi dengan pihak yang berbeda
budaya, maka pihak pertama menunjukan gerakan anggukan ketika
mengatakan iya terhadap sesuatu yang didengarnya, sesuai dengan
simbol-simbol yang pada umumnya ada di dalam budaya tersebut agar
terjadi hubungan timbal balik antara kedua belah pihak yang
77
berkomunikasi untuk memberikan tanggapan dalam pesan yang
disampaikan.
Berdasarkan penjelasan dan keterangan tersebut dapat
dimaknai, bahwa profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas
XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari pesan gestural (anggota
badan) rata-rata berada pada kategori baik, walaupun ada beberapa
orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi berbeda budaya
sangat baik, cukup baik, dan tidak ada peserta didik yang berada pada
kategori kurang baik dan sangat kurang baik.
c. Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari Pesan
Proksemik (Jarak/Keakraban)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan profil komunikasi
antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok
dilihat dari pesan proksemik (jarak/keakraban) yaitu: adanya 29 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori baik dengan persentase 52,73%, adanya 22 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori sangat baik dengan persentase 40,00%, adanya 4 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori cukup baik dengan persentase 7,27%, dan tidak ada
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya kurang
baik dan sangat kurang baik. Temuan ini mendeskripsikan bahwa,
dapat dideskripsikan profil komunikasi antar budaya peserta didik di
78
kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari pesan proksemik
(jarak/keakraban) berada pada kategori baik.
Seperti yang dikemukakan oleh Jalaludin, 1985 (Harapan dan
Ahmad, 2016:30) pesan proksemik (jarak/keakraban) merupakan
komunikasi yang menggunakan pengaturan dalam jarak kita terhadap
mengungkapkan keakraban dengan orang lain dalam menyampaikan
pesan dari komunikator kepada komunikan agar terjalinnya hubungan
interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Seperti yang kita ketahui, bahwa komunikasi sangat
mempengaruhi hubungan interaksi antar sesama individu. Karena
komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu proses penyampaian atau
pertukaran pesan atau informasi dari satu pihak kepada pihak lain agar
terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya, pada umumnya
komunikasi dilakukan dengan menggunakan pesan-pesan nonverbal,
untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata
terucap dan tertulis. Misalnya, dengan menggunakan jarak/keakraban
dalam penyampaian pesan kepada pihak dari kebudayaan lain saat
melakukan komunikasi, misalnya dengan merasa sudah dekat dengan
teman yang baru dikenalnya, walaupun berkomunikasi dengan pihak
yang berbeda budaya, maka pihak pertama menunjukan sikap yang
merasa nyaman dalam proses komunikasi.
Berdasarkan penjelasan dan keterangan tersebut dapat
dimaknai, bahwa profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas
79
XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari pesan proksemik
(jarak/keakraban) rata-rata berada pada kategori baik, walaupun ada
beberapa orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar
budaya sangat baik, cukup baik, dan tidak ada peserta didik yang
berada pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik.
d. Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik Dilihat dari Pesan
Artifaktual (Penampilan).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan profil komunikasi
antar budaya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok
berbeda dilihat dari pesan artifaktual (penampilan) yaitu: adanya 29
orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya
berada pada kategori baik dengan persentase 52,73%, adanya 20 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori sangat baik dengan persentase 36,36%, adanya 6 orang
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya berada
pada kategori cukup baik dengan persentase 10,91%, dan tidak ada
peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar budaya kurang
baik dan sangat kurang baik. Temuan ini mendeskripsikan bahwa,
dapat disimpulkan bahwa profil komunikasi antar budaya peserta didik
di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari pesan artifaktual
(penampilan) pengetahuan berada pada kategori baik.
Seperti yang dikemukakan oleh Jalaludin, 1985 (Harapan dan
Ahmad, 2016:30) pesan artifaktual (penampilan) merupakan
komunikasi yang digunakan oleh seseorang dan orang sering
80
berprilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan
persepsinya tentang tubuhnya dalam berkomunikasi dengan orang-
orang disekitarnya.
Seperti yang kita ketahui, bahwa komunikasi sangat
mempengaruhi hubungan interaksi antar sesama individu. Karena
komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu proses penyampaian atau
pertukaran pesan atau informasi dari satu pihak kepada pihak lain agar
terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya, pada umumnya
komunikasi dilakukan dengan menggunakan pesan-pesan nonverbal,
untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata
terucap dan tertulis. Misalnya, dengan menggunakan penampilan
dalam penyampaian pesan kepada pihak dari kebudayaan lain saat
melakukan komunikasi. Artinya, dalam berkomunikasi salah satu
pihak menilai penampilan atau gaya dari pihak yang satunya, karena
tampilan dari kebudayaan mereka berbeda.
Berdasarkan penjelasan dan keterangan tersebut dapat
dimaknai, bahwa profil komunikasi antar budaya peserta didik di kelas
XI SMA Negeri 3 Kota Solok dilihat dari pesan artifaktual
(penampilan) rata-rata berada pada kategori baik, walaupun ada
beberapa orang peserta didik yang memiliki profil komunikasi antar
budaya sangat baik, cukup baik, dan tidak ada peserta didik yang
berada pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dlakukan di SMA Negeri 3 Kota Solok
mengenai Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat secara umum berada
pada kategori baik.
2. Profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat dari komunikasi
verbal berada pada kategori baik.
3. Profil komunikasi antar budaya peserta didik dilihat dari komunikasi
nonverbal berada pada kategori baik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan
beberapa saran kepada pihak-pihak berikut:
1. Peserta Didik
Agar peserta didik mampu untuk menjalin komunikasi yang lebih
baik lagi dengan menciptakan hubungan yang baik dengan mempelajari
bahasa atau komunikasi dari kebudayaan teman-teman yang ada di
sekolah. Sehingga tidak terjadinya kesalahpahaman antara sesama peserta
didik terhadap bahasa atau komunikasi dari budaya yang berbeda, agar
lebih baik lagi komunikasinya dari yang sebelumnya dan lebih bisa lagi
dalam menghargai kebudayaan yang ada disekitarnya.
81
82
2. Guru bimbingan dan konseling
Agar guru BK dapat mengembangkan dan meningkatkan cara
berkomunikasi yang baik dan benar di sekolah terhadap peserta didik antar
budaya. Melalui pemberian layanan yang ada di dalam bimbingan dan
konseling, seperti pemberian layanan informasi mengenai komunikasi
yang efektif. Sehingga peserta didik mampu untuk mempelajari dan
menghargai komunikasi dari budaya yang berbeda, untuk menghindari
terjadinya diskriminasi terhadap komunikasi antar budaya.
3. Kepala Sekolah
Agar dapat meningkatkan kerjasama dengan Guru BK, dalam
membantu memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan serta meningkatkan minat peserta didik
untuk mengikuti pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Sehingga
terjalinnya komunikasi yang efektif antara sesama personil sekolah
maupun dengan peserta didik.
4. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling
Agar dapat meningkatkan kualitas calon guru BK yang akan
melaksanakan pelayanan dalam bimbingan dan konseling, serta dapat
menambahkan lagi bahan ajar untuk penguasaan guru BK yang lebih
handal dan profesional.
5. Peneliti Selanjutnya
Disarankan membahas bimbingan dan konseling berbasis
komunikasi antar budaya dengan variabel yang berbeda, agar dapat
83
mengembangkan teori ini lebih luas lagi. Serta dapat melanjutkan
penelitian ini dengan mengkaji profil komunikasi antar budaya peserta
didik dengan sudut pandang yang berbeda, seperti faktor penghambat atau
gangguan dalam komunikasi, jenis-jenis komunikasi, dan sebagainya.
84
KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
Cangara, Hafied. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Darmawan, Deni. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Harapan, Edi dan Ahmad Syarwani. (2016). Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Harun, Rochajat dan Ardianto, Elvinaro. (2011). Komunikasi Pembangunan
Perubahan Sosial Perspektif Dominan, Kaji Ulang dan Teori Kritis.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: GP Press.
Lufri. (2005). Metode Penelitian. Padang: UNP Press.
Mashudi, Farid. (2012). Psikologi Konseling (Buku Panduan Lengkap dan Praktis
Menerapkan Psikologi Konseling). Yogyakarta: IRCiSoD.
Mulyana, Deddy. (2011). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ndraha, Talizidulu. (2003). Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Rakhmat, Jalaluddin. (1992). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Riduwan. (2010). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistik. Bandung: Alfabeta.
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Riduwan. (2013). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfa
Beta.
85
Sambas, Syukriadi. (2016). Antropologi Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia.
Samovar, Larry A, dkk. (2000). Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba
Humanika.
Sarwono, Sarlito. W. (2014). Psikologi Lintas Budaya. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Yusuf, A Muri. (2005). Metode Penelitian. Padang: UNP Press.
Yusuf, A Muri. (2007). Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.
87
KISI-KISI INSTRUMEN
Variabel Sub
Variabel Indikator
Item Total
Positif Negatif
Bentuk
Komunikasi
Verbal
Bahasa Lisan 1, 2, 3, 4,
5 dan 6
7, 8, 9,
10, 11
dan 12
12
Bahasa Tulisan
13, 14,
15, 16,
17 dan
18
19, 20,
21, 22,
23, dan
24
12
Nonverbal
Pesan Kinestetik
(Raut Wajah)
25, 26,
27, 28,
29, dan
30
31, 32,
33, 34, 35
dan 36
12
Pesan Gestural
(Anggota Badan)
37, 38,
39, 40,
41 dan
42
43, 44,
45, 46, 47
dan 48
12
Pesan Proksemik
(Jarak/Keakraban)
49, 50,
51, 52,
53 dan
54
55, 56,
57, 58, 59
dan 60
12
Pesan Artifaktual
(Penampilan
61, 62,
63, 64,
65 dan
66
67, 68,
69, 70, 71
dan 72
12
Total Keseluruhan Item 36 36 72
88
ANGKET PENELITIAN
A. Kata Pengantar
Puji dan syukur Saya ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga
kita dapat bertemu hari ini dalam keadaan sehat walafiat, semoga Ananda
selalu dalam lindungan-Nya. Amin.
Angket ini bukanlah sebuah tes ataupun ujian, melainkan alat ungkap
untuk mengetahui Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik di Kelas XI
SMA Negeri 3 Kota Solok. Oleh karena itu, diharapkan kepada Ananda untuk
menjawab pernyataan ini dengan jujur dan sungguh-sungguh. Jawaban
Ananda tidak akan dinilai benar atau salah, melainkan merupakan gambaran
tentang komunikasi antar budaya peserta didik.
Semua jawaban yang Ananda berikan akan dijaga kerahasiaannyan
dan tidak memiliki pengaruh terhadap nilai Ananda dalam mata pelajaran
apapun. Oleh karena itu Ananda tidak perlu ragu dalam mengungkapkan
keadaan yang sebenarnya sesuai dengan yang Ananda alami. Atas kesediaan
Ananda dalam mengisi angket ini peneliti mengucapkan terimakasih.
Solok, Juli 2017
Dian Setiani
PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK
DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK
PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK
DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK
89
B. Petunjuk Pengisian
Angket ini berisikan pernyataan-pernyataan tentang pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling ditinjau dari budaya. Bacalah terlebih
dahulu setiap pernyataan tersebut dengan teliti. Kemudian pilihlah salah satu
dari 5 (lima) alternatif jawaban yag telah disediakan dengan memberikan
tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan. Untuk membantu
Ananda mempertimbangkan kemungkinan jawaban pendapat tersebut, berikut
diberikan perkiraan persentase tentang isi butir pendapat yaitu:
SL Selalu Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 81%-100%.
SR Sering Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 61%-80%.
KK Kadang-kadang Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 41%-60%.
JR Jarang Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 21%-40%.
TP Tidak Pernah Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 0%-20%.
Untuk memudahkan Ananda dalam pengisian, berikut diberikan contoh:
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Selalu Sering Kadang-
kadang Jarang
Tidak
Pernah
Saya menuliskan pesan
pada teman yang berbeda
budaya dengan bahasa
yang dimengerti.
√
Keterangan: Jika Ananda memberi tanda checklist (√) pada kolom
SL seperti contoh di atas, hal itu berarti Ananda memilih alternatif jawaban
“Selalu” dengan pernyataan yang terpapar pada contoh tersebut.
Sebelum Ananda menjawab setiap pertanyaan terlebih dahulu
tuliskan identitas diri Ananda. Bekerjalah dengan teliti dan serius, Ananda
90
diharapkan mengisi atau menjawab seluruh butir pernyataan. Jika ada hal-hal
yang masih diragukan, Ananda dapat mengajukan pertanyaan secara langsung.
Selamat bekerja.
C. Format Identitas
Nama/Inisial :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Sekolah : SMA Negeri 3 Kota Solok
Tanggal Pengisian :
91
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SL SR KK JR TP
Komunikasi Verbal
Bahasa Lisan
1. Saya memahami istilah-istilah daerah dari
teman yang berbeda budaya di sekolah. (+)
2. Saya berbicara menggunakan bahasa daerah
yang dimengerti oleh teman-teman di sekolah
yang berbeda budaya. (+)
3. Saya mempelajari bahasa daerah dari teman di
sekolah yang berbeda budaya. (+)
4. Saya mengajarkan teman memahami bahasa
daerah yang berbeda budaya ketika di sekolah.
(+)
5. Saya senang dengan bahasa daerah dari teman
di sekolah walaupun berbeda budaya. (+)
6. Saya memahami makna intonasi dari teman di
sekolah yang berbeda budaya ketika berbicara.
(+)
7. Saya bingung dalam memahami bahasa daerah
teman di sekolah yang berbeda budaya. (-)
8. Saya merasa bahasa daerah teman yang berbeda
budaya di sekolah terdengar jelek. (-)
9. Saya menertawakan teman di sekolah yang
berbeda budaya ketika berbicara. (-)
10. Saya memaksakan teman yang berbeda budaya
untuk memahami bahasa daerah saya ketika di
sekolah. (-)
11. Saya hanya ingin berkomunikasi dengan teman
yang satu budaya saat di sekolah. (-)
12. Saya menganggap bahasa daerah teman di
sekolah yang berbeda budaya terdengar aneh.(-)
Bahasa Tulisan
13. Saya menuliskan pesan pada teman sekolah
yang berbeda budaya dengan bahasa daerah
yang dimengerti. (+)
14. Saya memahami makna kata-kata yang ditulis
dalam bahasa daerah teman di sekolah
walaupun berbeda budaya. (+)
15. Saya dapat menuliskan kata-kata berbahasa
daerah dengan benar sesama teman di sekolah.
(+)
16. Saya dapat menuliskan dengan benar kata-kata
berbahasa daerah teman di sekolah yang
memiliki budaya berbeda. (+)
92
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SL SR KK JR TP
17. Saya lebih senang berkomunikasi dengan teman
yang berbeda budaya melalui tulisan ketika di
sekolah. (+)
18. Saya senang belajar menulis kata-kata
berbahasa daerah teman di sekolah yang
berbeda budaya. (+)
19. Saya belum dapat memaknai dengan baik
bahasa daerah yang dituliskan oleh teman di
sekolah yang memiliki budaya berbeda. (-)
20. Saya belum dapat menuliskan dengan baik kata-
kata dalam bahasa daerah teman yang berbeda
budaya saat di sekolah. (-)
21. Saya bosan jika menuliskan kata-kata berbahasa
daerah pada teman saya di sekolah. (-)
22. Saya merasa lucu membaca tulisan berbahasa
daerah teman di sekolah yang berbeda budaya
dengan saya. (-)
23. Saya melakukan kesalahan ketika menuliskan
kata-kata dalam bahasa daerah teman di
sekolah. (-)
24. Saya hanya ingin berkomunikasi terhadap
teman di sekolah dengan menggunakan bahasa
daerah secara tertulis. (-)
Komunikasi Nonverbal
Pesan Kinestetik (Raut Wajah)
25. Saya memahami makna ekspresi senang teman
di sekolah yang berbeda budaya ketika
berkomunikasi. (+)
26. Saya segera meminta maaf ketika teman di
sekolah yang berbeda budaya menunjukan
ekspresi wajah tersinggung saat berkomunikasi.
(+)
27. Saya memahami perbedaan ekspresi sedih dan
murung setiap teman-teman di sekolah yang
berbeda budaya. (+)
28. Saya memperlihatkan ekspresi bahagia yang
sesuai dengan apa yang saya rasakan ketika
berkomunikasi terhadap teman di sekolah. (+)
29. Saya senang jika teman-teman di sekolah yang
berbeda budaya dapat memahami dengan baik
makna dari ekspresi senang ketika
berkomunikasi. (+)
93
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SL SR KK JR TP
30. Saya berusaha belajar memahami makna
ekspresi cemburu teman di sekolah yang
berbeda budaya ketika berkomunikasi dengan
teman yang lain. (+)
31. Saya belum dapat memahami makna ekspresi
senang dan marah teman-teman di sekolah yang
berbeda budaya ketika berkomunikasi. (-)
32. Saya belum dapat menunjukan ekspresi sedih
yang sesuai dengan perasaan jika
berkomunikasi terhadap teman di sekolah. (-)
33. Saya menganggap semua ekspresi senang
teman di sekolah yang berbeda budaya
memiliki makna yang sama. (-)
34. Saya marah ketika teman di sekolah yang
berbeda budaya memperlihatkan muka murung
ketika berkomunikasi. (-)
35. Saya menunjukan ekspresi kesal pada teman-
teman di sekolah yang berbeda budaya setiap
waktu dalam berkomunikasi. (-)
36. Saya mengharuskan semua teman di sekolah
untuk selalu memperlihatkan ekspresi senang
yang baik dalam berkomunikasi. (-)
Pesan Gestural (Anggota Badan )
37. Saya memberikan tatapan yang menyenangkan
ketika berkomunikasi dengan teman di sekolah
walaupun berbeda budaya. (+)
38. Saya memperlihatkan tatapan dengan baik
ketika berkomunikasi dengan teman di sekolah
walaupun berbeda budaya. (+)
39. Saya dapat memahami makna anggukan teman
di sekolah yang memiliki budaya berbeda. (+)
40. Saya menggunakan gerakan yang tepat dalam
memberikan respon ketika berkomunikasi
dengan teman di sekolah yang memiliki budaya
berbeda. (+)
41. Saya dapat menggunakan simbol-simbol
gerakan badan, seperti ketika menunjukkan
sesuatu kepada teman saat berkomunikasi di
sekolah walaupun berbeda budaya. (+)
42. Saya membaca buku-buku tentang komunikasi
kebudayaan teman-teman di sekolah dari
budaya yang berbeda. (+)
94
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SL SR KK JR TP
43. Saya belum dapat memahami dengan baik
makna gelengan teman di sekolah yang berbeda
budaya ketika berkomunikasi. (-)
44. Saya kurang peduli dengan sentuhan teman di
sekolah yang berbeda budaya ketika
berkomunikasi. (-)
45. Saya hanya ingin teman di sekolah yang
berbeda budaya memberikan tatapan kepada
saya dalam berkomunikasi. (-)
46. Saya belum dapat menunjukan anggukan yang
sesuai dengan situasi diri saya ketika
berkomunikasi di sekolah. (-)
47. Saya memperlihatkan rasa kurang suka dengan
teman di sekolah yang berbeda budaya dengan
mengalihkan muka ketika bertemu. (-)
48. Saya kurang dapat mempercayai teman-teman
di sekolah yang berbeda budaya menganggukan
kepala bermakna “Ya”. (-)
Pesan Proksemik (Jarak/Keakraban)
49. Saya membina hubungan pertemanan yang baik
dengan teman-teman di sekolah yang memiliki
budaya berbeda. (+)
50. Saya senang dapat berinteraksi dengan teman-
teman di sekolah yang berbeda budaya. (+)
51. Saya mudah dalam mendekatkan diri dengan
teman-teman di sekolah yang memiliki budaya
berbeda. (+)
52. Saya senang berkomunikasi dengan teman-
teman di sekolah walaupun berbeda budaya. (+)
53. Saya belajar banyak bahasa daerah yang
berbeda dari teman-teman di sekolah walaupun
berbeda budaya. (+)
54. Saya dan teman-teman yang berbeda budaya
berkomunikasi dengan sangat bersahabat saat di
sekolah. (+)
55. Saya hanya senang berkomunikasi dengan
teman yang satu budaya dengan saya ketika di
sekolah. (+)
56. Saya belum dapat membina komunikasi yang
baik dengan teman-teman yang berbeda budaya
ketika di sekolah. (-)
95
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SL SR KK JR TP
57. Saya merasa sangat kaku ketika berkomunikasi
dengan teman yang berbeda budaya saat di
sekolah. (-)
58. Saya belum pernah berkomunikasi dengan
teman-teman yang berbeda budaya saat di
sekolah. (-)
59. Saya hanya ingin teman sekolah dari budaya
berbeda berkomunikasi menggunakan bahasa
daerah saya. (-)
60. Saya kurang diperhatikan oleh teman yang
berbeda budaya ketika berkomunikasi di
sekolah. (-)
Pesan Artifaktual (Penampilan)
61. Saya menyenangi cara berpakaian teman yang
berbeda budaya saat di sekolah. (+)
62. Saya berpakaian rapi seperti teman yang
berbeda budaya ketika di sekolah. (+)
63. Saya menanyakan cara membersihkan diri agar
terlihat rapi dengan teman yang berbeda budaya
saat berkomunikasi di sekolah.
64. Saya berpendapat bahwa teman di sekolah yang
memiliki budaya berbeda mempunyai daya
tarik tersendiri. (+)
65. Saya senang dengan teman-teman di sekolah
yang berbeda budaya, yang dapat menyesuaikan
diri ketika berkomunikasi dalam bahasa daerah.
(+)
66. Saya berusaha tampil sebaik mungkin ketika
berkomunikasi dengan teman-teman yang
berbeda budaya saat di sekolah. (+)
67. Saya kurang senang dengan gaya berpakaian
teman-teman yang berbeda budaya karena
terlalu berlebihan ketika di sekolah. (-)
68. Saya merasa teman-teman yang berbeda budaya
tidak dapat menyesuaikan diri dengan saya saat
di sekolah. (-)
69. Saya hanya ingin teman-teman yang berbeda
budaya menyesuaikan diri dengan budaya yang
saya miliki saat di sekolah. (-)
70. Saya hanya ingin berkomunikasi dengan teman
berbeda budaya yang berpakaian bersih dan rapi
ketika di sekolah. (-)
71. Saya merasa tidak dihargai oleh teman yang
96
berbeda budaya ketika berkomunikasi di
sekolah. (-)
72 Saya merasa dituntut oleh teman yang berbeda
budaya untuk mengikuti gaya berpakaiannya
ketika berkomunikasi di sekolah. (-)
Solok, Juli 2017
Ttd
( )
97
98
TABEL REKAPITULASI HASIL JUDGE ANGKET PENELITIAN
OLEH TIGA ORANG DOSEN
PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK
DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK
No
Item
Dosen Penimbang
I
Dosen Penimbang
II
Dosen Penimbang
III Keterangan
Rahma Wira Nita,
M.Pd.,Kons.
Joni Adison S.Pd.I,
M.Pd.
Besti Nora Dwi
Putri, M.Pd. Kons
1 √ √ √ DITERIMA
2 √ √ √ DITERIMA
3 √ √ √ DITERIMA
4 √ √ √ DITERIMA
5 √ √ √ DITERIMA
6 √ √ √ DITERIMA
7 √ √ √ DITERIMA
8 √ √ √ DITERIMA
9 √ √ √ DITERIMA
10 √ √ √ DITERIMA
11 √ √ √ DITERIMA
12 √ √ √ DITERIMA
13 √ √ √ DITERIMA
14 √ √ √ DITERIMA
15 √ √ √ DITERIMA
16 √ √ √ DITERIMA
17 √ √ √ DITERIMA
18 √ √ √ DITERIMA
19 √ √ √ DITERIMA
20 √ √ √ DITERIMA
21 √ √ √ DITERIMA
22 √ √ √ DITERIMA
23 √ √ √ DITERIMA
24 √ √ √ DITERIMA
25 √ √ √ DITERIMA
26 √ √ √ DITERIMA
27 √ √ √ DITERIMA
28 √ √ √ DITERIMA
29 √ √ √ DITERIMA
30 √ √ √ DITERIMA
31 √ √ √ DITERIMA
32 √ √ √ DITERIMA
33 √ √ √ DITERIMA
34 √ √ √ DITERIMA
35 √ √ √ DITERIMA
99
36 √ √ √ DITERIMA
37 √ √ √ DITERIMA
38 √ √ √ DITERIMA
39 √ √ √ DITERIMA
40 √ √ √ DITERIMA
41 √ √ √ DITERIMA
42 √ √ X DITERIMA
43 √ √ √ DITERIMA
44 √ √ √ DITERIMA
45 √ √ √ DITERIMA
46 √ X X DITOLAK
47 √ √ √ DITERIMA
48 √ √ √ DITERIMA
49 √ √ √ DITERIMA
50 √ √ √ DITERIMA
51 √ √ √ DITERIMA
52 √ √ X DITERIMA
53 √ √ X DITERIMA
54 √ √ √ DITERIMA
55 √ √ √ DITERIMA
56 √ √ √ DITERIMA
57 √ √ √ DITERIMA
58 √ √ √ DITERIMA
59 √ √ √ DITERIMA
60 √ √ √ DITERIMA
61 √ √ √ DITERIMA
62 √ √ √ DITERIMA
63 X √ √ DITERIMA
64 X √ √ DITERIMA
65 X √ √ DITERIMA
66 √ √ √ DITERIMA
67 √ √ √ DITERIMA
68 X √ √ DITERIMA
69 X √ √ DITERIMA
70 √ √ √ DITERIMA
71 X √ √ DITERIMA
72 √ √ √ DITERIMA
Jumlah item yang diterima 71
Jumlah item yang ditolak 1
Jadi, jumlah item setelah dilakukan judge adalah 71 item dan tidak ada item
yang ditolak.
100
PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK
DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK
Angket Penelitian
DIAN SETIANI
NPM: 13060184
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2017
101
KISI-KISI INSTRUMEN SETELAH DIJUDGE
Variabel Sub
Variabel Indikator
Item Total
Positif Negatif
Bentuk
Komunikasi
Verbal
Bahasa Lisan 1, 2, 3, 4,
5 dan 6
7, 8, 9,
10, 11
dan 12
12
Bahasa Tulisan
13, 14,
15, 16,
17 dan
18
19, 20,
21, 22,
23, dan
24
12
Nonverbal
Pesan Kinestetik
(Raut Wajah)
25, 26,
27, 28,
29, dan
30
31, 32,
33, 34, 35
dan 36
12
Pesan Gestural
(Anggota Badan)
37, 38,
39, 40,
41 dan
42
43, 44,
45, 46
dan 47
11
Pesan Proksemik
(Jarak/Keakraban)
48, 49,
50, 51,
52 dan
53
54, 55,
56, 57, 58
dan 59
12
Pesan Artifaktual
(Penampilan)
60, 61,
62, 63,
64 dan
65
66, 67,
68, 69, 70
dan 71
12
Total Keseluruhan Item 36 35 71
102
ANGKET PENELITIAN
A. Kata Pengantar
Puji dan syukur Saya ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga
kita dapat bertemu hari ini dalam keadaan sehat walafiat, semoga Ananda
selalu dalam lindungan-Nya. Amin.
Angket ini bukanlah sebuah tes ataupun ujian, melainkan alat ungkap
untuk mengetahui Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik di Kelas XI
SMA Negeri 3 Kota Solok. Oleh karena itu, diharapkan kepada Ananda untuk
menjawab pernyataan ini dengan jujur dan sungguh-sungguh. Jawaban
Ananda tidak akan dinilai benar atau salah, melainkan merupakan gambaran
tentang komunikasi antar budaya peserta didik.
Semua jawaban yang Ananda berikan akan dijaga kerahasiaannyan
dan tidak memiliki pengaruh terhadap nilai Ananda dalam mata pelajaran
apapun. Oleh karena itu Ananda tidak perlu ragu dalam mengungkapkan
keadaan yang sebenarnya sesuai dengan yang Ananda alami. Atas kesediaan
Ananda dalam mengisi angket ini peneliti mengucapkan terimakasih.
Solok, Juli 2017
Dian Setiani
PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK
DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK
103
B. Petunjuk Pengisian
Angket ini berisikan pernyataan-pernyataan tentang pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling ditinjau dari budaya. Bacalah terlebih
dahulu setiap pernyataan tersebut dengan teliti. Kemudian pilihlah salah satu
dari 5 (lima) alternatif jawaban yag telah disediakan dengan memberikan
tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan. Untuk membantu
Ananda mempertimbangkan kemungkinan jawaban pendapat tersebut, berikut
diberikan perkiraan persentase tentang isi butir pendapat yaitu:
SL Selalu Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 81%-100%.
SR Sering Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 61%-80%.
KK Kadang-kadang Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 41%-60%.
JR Jarang Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 21%-40%.
TP Tidak Pernah Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 0%-20%.
Untuk memudahkan Ananda dalam pengisian, berikut diberikan contoh:
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Selalu Sering Kadang-
kadang Jarang
Tidak
Pernah
Saya menuliskan pesan pada
teman yang berbeda budaya
dengan bahasa yang dimengerti. √
Keterangan: Jika Ananda memberi tanda checklist (√) pada kolom
SL seperti contoh di atas, hal itu berarti Ananda memilih alternatif jawaban
“Selalu” dengan pernyataan yang terpapar pada contoh tersebut.
Sebelum Ananda menjawab setiap pertanyaan terlebih dahulu
tuliskan identitas diri Ananda. Bekerjalah dengan teliti dan serius, Ananda
104
diharapkan mengisi atau menjawab seluruh butir pernyataan. Jika ada hal-hal
yang masih diragukan, Ananda dapat mengajukan pertanyaan secara langsung.
Selamat bekerja.
C. Format Identitas
Nama/Inisial :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Sekolah : SMA Negeri 3 Kota Solok
Tanggal Pengisian :
105
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SL SR KK JR TP
1. Saya memahami istilah-istilah daerah dari
teman yang berbeda budaya di sekolah.
2. Saya berbicara menggunakan bahasa daerah
yang dimengerti oleh teman-teman di sekolah
yang berbeda budaya.
3. Saya mempelajari bahasa daerah dari teman di
sekolah yang berbeda budaya.
4. Saya mengajarkan teman memahami bahasa
daerah yang berbeda budaya ketika di sekolah.
5. Saya senang dengan bahasa daerah dari teman
di sekolah walaupun berbeda budaya.
6. Saya memahami makna intonasi dari teman di
sekolah yang berbeda budaya ketika berbicara.
7. Saya bingung dalam memahami bahasa daerah
teman di sekolah yang berbeda budaya.
8. Saya merasa bahasa daerah teman yang berbeda
budaya di sekolah terdengar jelek.
9. Saya menertawakan teman di sekolah yang
berbeda budaya ketika berbicara.
10. Saya memaksakan teman yang berbeda budaya
untuk memahami bahasa daerah saya ketika di
sekolah.
11. Saya hanya ingin berkomunikasi dengan teman
yang satu budaya saat di sekolah.
12. Saya menganggap bahasa daerah teman di
sekolah yang berbeda budaya terdengar aneh.
13. Saya menuliskan pesan pada teman sekolah
yang berbeda budaya dengan bahasa daerah
yang dimengerti.
14. Saya memahami makna kata-kata yang ditulis
dalam bahasa daerah teman di sekolah
walaupun berbeda budaya.
15. Saya dapat menuliskan kata-kata berbahasa
daerah dengan benar sesama teman di sekolah.
16. Saya dapat menuliskan dengan benar kata-kata
berbahasa daerah teman di sekolah yang
memiliki budaya berbeda.
17. Saya lebih senang berkomunikasi dengan teman
yang berbeda budaya melalui tulisan ketika di
sekolah.
106
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SL SR KK JR TP
18. Saya senang belajar menulis kata-kata
berbahasa daerah teman di sekolah yang
berbeda budaya.
19. Saya belum dapat memaknai dengan baik
bahasa daerah yang dituliskan oleh teman di
sekolah yang memiliki budaya berbeda.
20. Saya belum dapat menuliskan dengan baik kata-
kata dalam bahasa daerah teman yang berbeda
budaya saat di sekolah.
21. Saya bosan jika menuliskan kata-kata berbahasa
daerah pada teman saya di sekolah.
22. Saya merasa lucu membaca tulisan berbahasa
daerah teman di sekolah yang berbeda budaya
dengan saya.
23. Saya melakukan kesalahan ketika menuliskan
kata-kata dalam bahasa daerah teman di
sekolah.
24. Saya hanya ingin berkomunikasi terhadap
teman di sekolah dengan menggunakan bahasa
daerah secara tertulis.
25. Saya memahami makna ekspresi senang teman
di sekolah yang berbeda budaya ketika
berkomunikasi.
26. Saya segera meminta maaf ketika teman di
sekolah yang berbeda budaya menunjukan
ekspresi wajah tersinggung saat berkomunikasi.
27. Saya memahami perbedaan ekspresi sedih dan
murung setiap teman-teman di sekolah yang
berbeda budaya.
28. Saya memperlihatkan ekspresi bahagia yang
sesuai dengan apa yang saya rasakan ketika
berkomunikasi terhadap teman di sekolah.
29. Saya senang jika teman-teman di sekolah yang
berbeda budaya dapat memahami dengan baik
makna dari ekspresi senang ketika
berkomunikasi.
30. Saya berusaha belajar memahami makna
ekspresi cemburu teman di sekolah yang
berbeda budaya ketika berkomunikasi dengan
teman yang lain.
107
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SL SR KK JR TP
31. Saya belum dapat memahami makna ekspresi
senang dan marah teman-teman di sekolah yang
berbeda budaya ketika berkomunikasi.
32. Saya belum dapat menunjukan ekspresi sedih
yang sesuai dengan perasaan jika
berkomunikasi terhadap teman di sekolah.
33. Saya menganggap semua ekspresi senang
teman di sekolah yang berbeda budaya
memiliki makna yang sama.
34. Saya marah ketika teman di sekolah yang
berbeda budaya memperlihatkan muka murung
ketika berkomunikasi.
35. Saya menunjukan ekspresi kesal pada teman-
teman di sekolah yang berbeda budaya setiap
waktu dalam berkomunikasi.
36. Saya mengharuskan semua teman di sekolah
untuk selalu memperlihatkan ekspresi senang
yang baik dalam berkomunikasi.
37. Saya memberikan tatapan yang menyenangkan
ketika berkomunikasi dengan teman di sekolah
walaupun berbeda budaya.
38. Saya memperlihatkan tatapan dengan baik
ketika berkomunikasi dengan teman di sekolah
walaupun berbeda budaya.
39. Saya dapat memahami makna anggukan teman
di sekolah yang memiliki budaya berbeda.
40. Saya menggunakan gerakan yang tepat dalam
memberikan respon ketika berkomunikasi
dengan teman di sekolah yang memiliki budaya
berbeda.
41. Saya dapat menggunakan simbol-simbol
gerakan badan, seperti ketika menunjukkan
sesuatu kepada teman saat berkomunikasi di
sekolah walaupun berbeda budaya.
42. Saya membaca buku-buku tentang komunikasi
kebudayaan teman-teman di sekolah dari
budaya yang berbeda.
43. Saya belum dapat memahami dengan baik
makna gelengan teman di sekolah yang berbeda
budaya ketika berkomunikasi.
108
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SL SR KK JR TP
44. Saya kurang peduli dengan sentuhan teman di
sekolah yang berbeda budaya ketika
berkomunikasi.
45. Saya hanya ingin teman di sekolah yang
berbeda budaya memberikan tatapan kepada
saya dalam berkomunikasi.
46. Saya memperlihatkan rasa kurang suka dengan
teman di sekolah yang berbeda budaya dengan
mengalihkan muka ketika bertemu.
47. Saya kurang dapat mempercayai teman-teman
di sekolah yang berbeda budaya menganggukan
kepala bermakna “Ya”.
48. Saya membina hubungan pertemanan yang baik
dengan teman-teman di sekolah yang memiliki
budaya berbeda.
49. Saya senang dapat berinteraksi dengan teman-
teman di sekolah yang berbeda budaya.
50. Saya mudah dalam mendekatkan diri dengan
teman-teman di sekolah yang memiliki budaya
berbeda.
51. Saya senang berkomunikasi dengan teman-
teman di sekolah walaupun berbeda budaya.
52. Saya belajar banyak bahasa daerah yang
berbeda dari teman-teman di sekolah walaupun
berbeda budaya.
53. Saya dan teman-teman yang berbeda budaya
berkomunikasi dengan sangat bersahabat saat di
sekolah.
54. Saya hanya senang berkomunikasi dengan
teman yang satu budaya dengan saya ketika di
sekolah.
55. Saya belum dapat membina komunikasi yang
baik dengan teman-teman yang berbeda budaya
ketika di sekolah.
56. Saya belum pernah berkomunikasi dengan
teman-teman yang berbeda budaya saat di
sekolah.
57. Saya merasa sangat kaku ketika berkomunikasi
dengan teman yang berbeda budaya saat di
sekolah.
109
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SL SR KK JR TP
58. Saya hanya ingin teman sekolah dari budaya
berbeda berkomunikasi menggunakan bahasa
daerah saya.
59. Saya kurang diperhatikan oleh teman yang
berbeda budaya ketika berkomunikasi di
sekolah.
60. Saya menyenangi cara berpakaian teman yang
berbeda budaya saat di sekolah.
61. Saya berpakaian rapi seperti teman yang
berbeda budaya ketika di sekolah.
62. Saya menanyakan cara membersihkan diri agar
terlihat rapi dengan teman yang berbeda budaya
saat berkomunikasi di sekolah.
63. Saya berpendapat bahwa teman di sekolah yang
memiliki budaya berbeda mempunyai daya
tarik tersendiri.
64. Saya senang dengan teman-teman di sekolah
yang berbeda budaya, yang dapat menyesuaikan
diri ketika berkomunikasi dalam bahasa daerah.
65. Saya berusaha tampil sebaik mungkin ketika
berkomunikasi dengan teman-teman yang
berbeda budaya saat di sekolah.
66. Saya kurang senang dengan gaya berpakaian
teman-teman yang berbeda budaya karena
terlalu berlebihan ketika di sekolah.
67. Saya merasa teman-teman yang berbeda budaya
tidak dapat menyesuaikan diri dengan saya saat
di sekolah.
68. Saya hanya ingin teman-teman yang berbeda
budaya menyesuaikan diri dengan budaya yang
saya miliki saat di sekolah.
69. Saya hanya ingin berkomunikasi dengan teman
berbeda budaya yang berpakaian bersih dan rapi
ketika di sekolah.
70. Saya merasa tidak dihargai oleh teman yang
berbeda budaya ketika berkomunikasi di
sekolah.
71 Saya merasa dituntut oleh teman yang berbeda
budaya untuk mengikuti gaya berpakaiannya
ketika berkomunikasi di sekolah.
Solok, Juli 2017
Ttd
( )
110
PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK
DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK
Angket Penelitian
DIAN SETIANI
NPM: 13060184
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2017
111
KISI-KISI INSTRUMEN SETALAH UJI COBA
Variabel Sub
Variabel Indikator
Item Total
Positif Negatif
Bentuk
Komunikasi
Verbal
Bahasa Lisan 1, 2 dan
3
4,5,6,7, 8
dan 9 9
Bahasa Tulisan 10 dan
11
12, 13
dan 14 5
Nonverbal
Pesan Kinestetik
(Raut Wajah)
15, 16,
17, 18,
19 dan
20
21, 22
dan 23 9
Pesan Gestural
(Anggota Badan)
24, 25,
26, 27
dan 28
29, 30
dan 31 8
Pesan Proksemik
(Jarak/Keakraban)
32, 33,
34, 35,
36 dan
37
38, 39,
40, 41, 42
dan 43
12
Pesan Artifaktual
(Penampilan
44, 45,
46 dan
47
48, 49, 50
dan 51 8
Total Keseluruhan Item 26 25 51
112
ANGKET PENELITIAN
A. Kata Pengantar
Puji dan syukur Saya ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga
kita dapat bertemu hari ini dalam keadaan sehat walafiat, semoga Ananda
selalu dalam lindungan-Nya. Amin.
Angket ini bukanlah sebuah tes ataupun ujian, melainkan alat ungkap
untuk mengetahui Profil Komunikasi Antar Budaya Peserta Didik di Kelas XI
SMA Negeri 3 Kota Solok. Oleh karena itu, diharapkan kepada Ananda untuk
menjawab pernyataan ini dengan jujur dan sungguh-sungguh. Jawaban
Ananda tidak akan dinilai benar atau salah, melainkan merupakan gambaran
tentang komunikasi antar budaya peserta didik.
Semua jawaban yang Ananda berikan akan dijaga kerahasiaannyan
dan tidak memiliki pengaruh terhadap nilai Ananda dalam mata pelajaran
apapun. Oleh karena itu Ananda tidak perlu ragu dalam mengungkapkan
keadaan yang sebenarnya sesuai dengan yang Ananda alami. Atas kesediaan
Ananda dalam mengisi angket ini peneliti mengucapkan terimakasih.
Solok, Juli 2017
Dian Setiani
PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK
DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK
113
B. Petunjuk Pengisian
Angket ini berisikan pernyataan-pernyataan tentang pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling ditinjau dari budaya. Bacalah terlebih
dahulu setiap pernyataan tersebut dengan teliti. Kemudian pilihlah salah satu
dari 5 (lima) alternatif jawaban yag telah disediakan dengan memberikan
tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan. Untuk membantu
Ananda mempertimbangkan kemungkinan jawaban pendapat tersebut, berikut
diberikan perkiraan persentase tentang isi butir pendapat yaitu:
SL Selalu Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 81%-100%.
SR Sering Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 61%-80%.
KK Kadang-kadang Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 41%-60%.
JR Jarang Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 21%-40%.
TP Tidak Pernah Apabila isi pernyataan memiliki kesesuaian
dengan keadaan diri saudara antara 0%-20%.
Untuk memudahkan Ananda dalam pengisian, berikut diberikan contoh:
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Selalu Sering Kadang-
kadang Jarang
Tidak
Pernah
Saya menuliskan pesan pada
teman yang berbeda budaya
dengan bahasa yang dimengerti. √
Keterangan: Jika Ananda memberi tanda checklist (√) pada kolom
SL seperti contoh di atas, hal itu berarti Ananda memilih alternatif jawaban
“Selalu” dengan pernyataan yang terpapar pada contoh tersebut.
Sebelum Ananda menjawab setiap pertanyaan terlebih dahulu
tuliskan identitas diri Ananda. Bekerjalah dengan teliti dan serius, Ananda
114
diharapkan mengisi atau menjawab seluruh butir pernyataan. Jika ada hal-hal
yang masih diragukan, Ananda dapat mengajukan pertanyaan secara langsung.
Selamat bekerja.
C. Format Identitas
Nama/Inisial :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Sekolah : SMA Negeri 3 Kota Solok
Tanggal Pengisian :
115
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SL SR KK JR TP
1. Saya memahami istilah-istilah daerah dari
teman yang berbeda budaya di sekolah. (+)
2. Saya mempelajari bahasa daerah dari teman di
sekolah yang berbeda budaya. (+)
3. Saya senang dengan bahasa daerah dari teman
di sekolah walaupun berbeda budaya. (+)
4. Saya bingung dalam memahami bahasa daerah
teman di sekolah yang berbeda budaya. (-)
5. Saya merasa bahasa daerah teman yang berbeda
budaya di sekolah terdengar jelek. (-)
6. Saya menertawakan teman di sekolah yang
berbeda budaya ketika berbicara. (-)
7. Saya memaksakan teman yang berbeda budaya
untuk memahami bahasa daerah saya ketika di
sekolah. (-)
8. Saya hanya ingin berkomunikasi dengan teman
yang satu budaya saat di sekolah. (-)
9. Saya menganggap bahasa daerah teman di
sekolah yang berbeda budaya terdengar aneh.(-)
10. Saya memahami makna kata-kata yang ditulis
dalam bahasa daerah teman di sekolah
walaupun berbeda budaya. (+)
11. Saya senang belajar menulis kata-kata
berbahasa daerah teman di sekolah yang
berbeda budaya. (+)
12. Saya bosan jika menuliskan kata-kata berbahasa
daerah pada teman saya di sekolah. (-)
13. Saya melakukan kesalahan ketika menuliskan
kata-kata dalam bahasa daerah teman di
sekolah. (-)
14. Saya hanya ingin berkomunikasi terhadap
teman di sekolah dengan menggunakan bahasa
daerah secara tertulis. (-)
15. Saya memahami makna ekspresi senang teman
di sekolah yang berbeda budaya ketika
berkomunikasi. (+)
16. Saya segera meminta maaf ketika teman di
sekolah yang berbeda budaya menunjukan
ekspresi wajah tersinggung saat berkomunikasi.
(+)
17. Saya memahami perbedaan ekspresi sedih dan
murung setiap teman-teman di sekolah yang
berbeda budaya. (+)
116
18. Saya memperlihatkan ekspresi bahagia yang
sesuai dengan apa yang saya rasakan ketika
berkomunikasi terhadap teman di sekolah. (+)
19. Saya senang jika teman-teman di sekolah yang
berbeda budaya dapat memahami dengan baik
makna dari ekspresi senang ketika
berkomunikasi. (+)
20. Saya berusaha belajar memahami makna
ekspresi cemburu teman di sekolah yang
berbeda budaya ketika berkomunikasi dengan
teman yang lain. (+)
21. Saya belum dapat memahami makna ekspresi
senang dan marah teman-teman di sekolah yang
berbeda budaya ketika berkomunikasi. (-)
22. Saya belum dapat menunjukan ekspresi sedih
yang sesuai dengan perasaan jika
berkomunikasi terhadap teman di sekolah. (-)
23. Saya menunjukan ekspresi kesal pada teman-
teman di sekolah yang berbeda budaya setiap
waktu dalam berkomunikasi. (-)
24. Saya memberikan tatapan yang menyenangkan
ketika berkomunikasi dengan teman di sekolah
walaupun berbeda budaya. (+)
25. Saya memperlihatkan tatapan dengan baik
ketika berkomunikasi dengan teman di sekolah
walaupun berbeda budaya. (+)
26. Saya dapat memahami makna anggukan teman
di sekolah yang memiliki budaya berbeda. (+)
27. Saya dapat menggunakan simbol-simbol
gerakan badan, seperti ketika menunjukkan
sesuatu kepada teman saat berkomunikasi di
sekolah walaupun berbeda budaya. (+)
28. Saya membaca buku-buku tentang komunikasi
kebudayaan teman-teman di sekolah dari
budaya yang berbeda. (+)
29. Saya kurang peduli dengan sentuhan teman di
sekolah yang berbeda budaya ketika
berkomunikasi. (-)
30. Saya hanya ingin teman di sekolah yang
berbeda budaya memberikan tatapan kepada
saya dalam berkomunikasi. (-)
31. Saya memperlihatkan rasa kurang suka dengan
teman di sekolah yang berbeda budaya dengan
mengalihkan muka ketika bertemu. (-)
32. Saya membina hubungan pertemanan yang baik
dengan teman-teman di sekolah yang memiliki
117
budaya berbeda. (+)
33. Saya senang dapat berinteraksi dengan teman-
teman di sekolah yang berbeda budaya. (+)
34. Saya mudah dalam mendekatkan diri dengan
teman-teman di sekolah yang memiliki budaya
berbeda. (+)
35. Saya senang berkomunikasi dengan teman-
teman di sekolah walaupun berbeda budaya. (+)
36. Saya belajar banyak bahasa daerah yang
berbeda dari teman-teman di sekolah walaupun
berbeda budaya. (+)
37. Saya dan teman-teman yang berbeda budaya
berkomunikasi dengan sangat bersahabat saat di
sekolah. (+)
38. Saya hanya senang berkomunikasi dengan
teman yang satu budaya dengan saya ketika di
sekolah. (+)
39. Saya belum dapat membina komunikasi yang
baik dengan teman-teman yang berbeda budaya
ketika di sekolah. (-)
40. Saya belum pernah berkomunikasi dengan
teman-teman yang berbeda budaya saat di
sekolah. (-)
41. Saya merasa sangat kaku ketika berkomunikasi
dengan teman yang berbeda budaya saat di
sekolah. (-)
42. Saya hanya ingin teman sekolah dari budaya
berbeda berkomunikasi menggunakan bahasa
daerah saya. (-)
43. Saya kurang diperhatikan oleh teman yang
berbeda budaya ketika berkomunikasi di
sekolah. (-)
44. Saya menyenangi cara berpakaian teman yang
berbeda budaya saat di sekolah. (+)
45. Saya berpakaian rapi seperti teman yang
berbeda budaya ketika di sekolah. (+)
46. Saya senang dengan teman-teman di sekolah
yang berbeda budaya, yang dapat menyesuaikan
diri ketika berkomunikasi dalam bahasa daerah.
(+)
47. Saya berusaha tampil sebaik mungkin ketika
berkomunikasi dengan teman-teman yang
berbeda budaya saat di sekolah. (+)
48. Saya kurang senang dengan gaya berpakaian
teman-teman yang berbeda budaya karena
118
terlalu berlebihan ketika di sekolah. (-)
49. Saya merasa teman-teman yang berbeda budaya
tidak dapat menyesuaikan diri dengan saya saat
di sekolah. (-)
50. Saya merasa tidak dihargai oleh teman yang
berbeda budaya ketika berkomunikasi di
sekolah. (-)
51 Saya merasa dituntut oleh teman yang berbeda
budaya untuk mengikuti gaya berpakaiannya
ketika berkomunikasi di sekolah. (-)
Solok, Juli 2017
Ttd
( )
119
120