produksi nanopartikel arang bambu wulung …eprints.ums.ac.id/54810/12/naskah publikasi...
TRANSCRIPT
PRODUKSI NANOPARTIKEL
ARANG BAMBU WULUNG
MENGGUNAKAN HIGH ENERGY MILLING
MODEL SHAKER MILL
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan
Magister Teknik Mesin Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh :
Johanes Wawan Joharwan
U100150006
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK MESIN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PRODUKSI NANOPARTIKEL
ARANG BAMBU WULUNG
MENGGUNAKAN HIGH ENERGY MILLING
MODEL SHAKER MILL
PUBLIKASI ILMIAH
oleh :
JOHANES WAWAN JOHARWAN
U100150006
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :
Dosen Pembimbing I
Dr. Supriyono, DIC
Dosen Pembimbing II
Ir. Ngafwan, MT
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PRODUKSI NANOPARTIKEL
ARANG BAMBU WULUNG
MENGGUNAKAN HIGH ENERGY MILLING
MODEL SHAKER MILL
OLEH
JOHANES WAWAN JOHARWAN
U100150006
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Program Studi Magister Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal 22 Juli 2017
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
DEWAN PENGUJI
1. Dr. Supriyono, DIC (..............................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Ir. Ngafwan, MT (..............................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Tri Widodo Besar Riyadi, ST, M.Sc, Ph.D (..............................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Direktur,
Prof. Dr. Bambang Sumardjoko
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
peguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, Juli 2017
Penulis
Johanes Wawan Joharwan
U100150006
1
PRODUKSI NANOPARTIKEL ARANG BAMBU WULUNG
MENGGUNAKAN HIGH ENERGY MILLING MODEL SHAKER MILL
Abstrak
Arang bambu wulung sebagai karbon nanopartikel memiliki berbagai keunggulan dari segi sifat fisika dan kimia. Pada penelitian ini, nanopartikel arang bambu wulung diproduksi dengan menggunakan High Energy Milling (HEM) model shaker mill. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara siklus, bola baja, dan rata-rata diameter partikel yang dihasilkan serta mengetahui distribusi diameter partikel dan komposisi kimia. Karakterisasi nanopartikel dengan PSA untuk menganalisa diameter partikel, sedangkan SEM dan EDX untuk menganalisa distribusi diameter partikel dan komposisi kimia yang terkandung dalam material hasil tumbukan. Siklus yang digunakan adalah 2 juta, 3 juta, dan 4 juta, dengan panjang langkah 54 mm dan putaran 233 rpm. Diameter bola baja yang digunakan adalah 1/8 inchi, 5/32 inchi, 3/16 inchi, dan 1/4 inchi. Tabung terbuat dari silinder stainless steel dengan diameter 2 inchi dan panjang 120 mm. Tabung diisi dengan perbandingan volume 1:3 dimana 1/3 arang bambu wulung, 1/3 bola baja dan 1/3 ruang kosong. Hasil produksi menunjukkan bahwa semakin lama siklus, rata-rata diameter partikel akan menurun hingga mencapai 273,8 nm pada bola baja diameter 1/4 inchi. Distribusi diameter partikel pada 4 juta siklus menunjukkan bahwa diameter partikel tidak homogen pada bola baja diameter 1/4 inchi, 1/8 inchi, 5/32 inchi, dan 3/16 inchi. Komposisi kimia pada 4 juta siklus menunjukkan bahwa pada bola baja diameter 1/4 inchi menghasilkan unsur karbon yang paling banyak sebesar 93,03%. Unsur kimia yang paling dominan adalah karbon, sehingga arang bambu wulung merupakan sumber potensial untuk menghasilkan karbon nanopartikel. Kata kunci : arang bambu wulung, High Energy Milling (HEM), shaker mill, karbon nanopartikel
Abstract
Wulung bamboo charcoal as carbon nanoparticles has various advantages in terms of physical and chemical properties. In this study, wulung bamboo charcoal nanoparticles were manufactured using the High Energy Milling (HEM) shaker mill model. The purpose of this study was to determine the relationship between cycles, steel balls, and the average diameter of the particles produced and to know the distribution of particle diameter and chemical composition. Characterization of nanoparticles with PSA to analyze particle diameter, whereas SEM and EDX to analyze particle diameter distribution and chemical composition contained in the impact material. The cycle used is 2 million, 3 million, and 4 million, with a step length of 54 mm and a round of 233 rpm. The diameter of the steel balls used are 1/8 inch, 5/32 inch, 3/16 inch, and 1/4 inch. The tube is made of a stainless steel cylinder with a diameter of 2 inches and a length of 120 mm. The tube is filled with a volume ratio of 1: 3 where 1/3 bamboo wulung charcoal, 1/3 steel balls and 1/3
2
empty space. The results show that the longer the cycle, the average particle diameter will decrease up to 273.8 nm in the 1/4 inch diameter steel ball. Distribution of particle diameters at 4 million cycles indicates that the particle diameters are not homogeneous in a 1/4 inch, 1/8 inch, 5/32 inch, and 3/16 inch steel balls. The chemical composition of 4 million cycles shows that in the 1/4-inch diameter steel balls produce the most carbon element of 93.03%. The most dominant chemical element is carbon, so wulung bamboo charcoal is a potential source for producing carbon nanoparticles. Keywords : wulung bamboo charcoal, High Energy Milling (HEM), shaker mill, carbon nanoparticles
1. PENDAHULUAN
Karbon merupakan suatu material yang memiliki berbagai keunggulan dari
segi sifat fisika dan kimia, sehingga banyak dikembangkan oleh para peneliti saat
ini. Keunggulan yang dimiliki oleh karbon ini menjadikannya sebagai material
dengan aplikasi, seperti elektroda baterai, penyerap limbah, dan sensor antibodi [1].
Nanopartikel didefinisikan sebagai partikel dari 1 sampai 100 nm [2].
Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena nanopartikel
menunjukkan sifat yang benar-benar baru atau lebih baik berdasarkan karakteristik
spesifik (ukuran, distribusi, morfologi, fasa, dll.), jika dibandingkan dengan partikel
bulk yang lebih besar [3]. Secara umum, produksi nanopartikel masuk dalam dua
pendekatan. Dua pendekatan dalam produksi nanopartikel yaitu top-down dan
bottom-up [4]. Di antara semua pendekatan top-down, High Energy Milling (HEM),
telah banyak digunakan untuk produksi nanopartikel [5].
Sampai saat ini, produksi nanopartikel dari berbagai sumber karbon telah
dilakukan oleh banyak peneliti, seperti gula, glukosa, siklodekstrin, fruktosa,
selulosa, sukrosa, amilopektin, tepung, molekul organik, dan limbah biomassa
(monosakarida, heksosa, dan pentosa) dengan menggunakan metode karbonisasi,
metode hidrotermal, dan metode template untuk sintesis karbon berpori [1]. J. Ryu
et al., [6] telah melakukan sintesis karbon mikrosperik dari senyawa monosakarida
(xylosa dan fruktosa) dan fenolik (fenol, resersinol, dan floroglusinol) dengan
metode hidrotermal. Q. Wang et al., [7] telah melakukan sintesis karbon dengan
ukuran yang homogen dari larutan gula sebagai sumber karbon. Proses sintesis
dilakukan dalam reaktor autoclave. S. Ratchahat et al., [8] telah melakukan sintesis
karbon mikrosperik yang bersumber dari tepung menggunakan metode hidrotermal
3
diiringi karbonisasi. R. Cui dan J. Zhu, [9] telah melakukan sintesis material karbon
yang digunakan sebagai komposit Au nanopartikel-karbon dalam sensor antibodi.
Karbon koloidal berhasil dibentuk dengan metode hidrotermal gelombang mikro
dari larutan glokosa. J. Pang et al., [10] telah melakukan sintesis karbon berpori
dengan menggunakan bahan baku karbon dari sukrosa dan template merupakan
Tetra Etil Orto Silikat (TEOS) dengan metode karbonisasi. J. Schuster et al., [11]
telah melakukan sintesis karbon nanopartikel berpori yang bersumber dari Poli
Metil Meta Akrilat (PMMA) dan silika sebagai pembentuk pori dengan metode
karbonisasi. M. Liu et al., [12] telah mensintesis karbon berpori yang bersumber
dari parafin cair, silika sebagai pengatur porositas karbon, dan surfaktan sebagai
pendispersi parafin dalam medium air dengan metode karbonisasi. N. Brun et al.,
[13] telah membuat karbon berpori dengan metode hidrotermal didukung oleh
karbonisasi menggunakan monosakarida (xylosa dan glukosa) sebagai sumber
karbon dan silika yang berasal dari sintesis metode stober dari TEOS sebagai
template. J. Liu et al., [14] telah membuat partikel karbon mikropori dari poli
(furfuril alkohol) dengan metode karbonisasi. C. Falco et al., [15] telah melakukan
sintesis karbon berpori dengan metode hidrotermal. Sumber karbon yang digunakan
adalah hemiselulosa yang dihidrolisis, bonggol jagung, dan glukosa. Template pori
yang digunakan adalah silika nanopartikel. Z. Shuo et al., [16] telah melakukan
fabrikasi karbon berbentuk bulat dari tepung kentang dengan metode karbonisasi.
A. N. Mohan dan B. Manoj [17] telah melakukan sintesis karbon nanosperik dari
jelaga yang diperoleh dari hasil dekomposisi termal bensin, diesel, parafin, dan
pelumas.
Produksi nanopartikel dengan menggunakan High Energy Milling (HEM)
dari berbagai sumber juga telah dilakukan oleh banyak peneliti. Beragam sumber
seperti silikon karbida, Fe203, zeolit, Na-zeolitic tuff, Fe2TiO5, Co-Cr-Mo, dan kulit
kayu akasia. J. B. Rao et al., [18] telah melakukan penelitian untuk memodifikasi
serbuk silikon karbida berukuran mikro menjadi serbuk silikon karbida terstruktur
nano dengan menggunakan High Energy Milling (HEM). T. B. Waluyo et al., [19]
telah melakukan penggabungan ball-milling dan ultrasonic-milling untuk
pembuatan nanopartikel Fe203. M. Muhriz et al., [20] telah melakukan pembuatan
zeolit nanopartikel dari zeolit alam dengan menggunakan High Energy Milling
(HEM). A. M. Ghrair et al., [21] telah melakukan penelitian yang menghasilkan
4
dan mengkarakterisasi Na-zeolitic tuff dalam nanorange, menstabilkan nanotuff
dalam suspensi, dan menyelidiki efek Na-zeolitic nanotuff pada penyerapan
Cadmium dengan menggunakan High Energy Milling (HEM) model planetary ball
mill. R. Fajarin et al., [22], telah melakukan penelitian pada Fe2TiO5 yang
merupakan salah satu jenis titanate MxTiyOz serta memiliki sifat elektrik dan
magnetik dengan menggunakan mechanical alloying model planetary ball mill. S.
G. Sukaryo dan W. A. Adi, [23] telah melakukan penelitian pada paduan Co-Cr-
Mo dengan proses milling basah dengan metode pemaduan mekanik menggunakan
High Energy Milling (HEM) PW700i mixer/mill. Herminiwati et al., [24] telah
melakukan penelitian yang bertujuan untuk membuat bahan penyamak nano nabati
dari ekstrak kulit kayu akasia dengan pengecilan ukuran menggunakan High
Energy Milling (HEM) model planetary ball mill.
Produksi karbon hitam dari bambu juga telah dilakukan oleh peneliti. F. G.
Salihati dan H. Ardhyananta, [25] telah melakukan penelitian pembuatan karbon
hitam dari bambu ori (Bambusa arundinacea) dan bambu petung (Dendrocalamus
asper) dapat dihasilkan dari pemanasan dengan furnace dengan temperatur
pemanasan 300° C, 500° C, 800° C dengan waktu tahan 1 jam.
Salah satu sumber karbon yang juga dapat digunakan untuk produksi
nanopartikel dan belum banyak diteliti oleh para peneliti adalah bambu. Bambu
memiliki kadar karbon dan oksigen melebihi 90% dari berat keseluruhan. Bambu
merupakan alternatif penghasil karbon yang tepat karena merupakan sumber daya
alam yang dapat diperbaharui [25]. Keberadaan bambu banyak dijumpai di berbagai
tempat, baik yang tumbuh secara alami maupun yang sengaja dibudidayakan.
Populasi bambu di dunia diperkirakan ada 1200-1300 jenis. Jumlah 143 jenis
bambu tersebut terdapat di Indonesia, yang 60 jenisnya ada di pulau Jawa termasuk
di dalamnya adalah bambu wulung [26]. Di dunia ini, bambu merupakan salah satu
tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-
dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 inchi)
bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat bambu ditanam
[27].
Pada penelitian ini dilakukan produksi nanopartikel arang bambu wulung
dengan menggunakan High Energy Milling (HEM) model shaker mill. Diameter
bola baja yang digunakan adalah 1/8 inchi, 5/32 inchi, 3/16 inchi, dan 1/4 inchi.
5
Siklus HEM model shaker mill yang digunakan adalah 2 juta siklus, 3 juta siklus,
dan 4 juta siklus, dengan panjang langkah 54 mm dan putaran 233 rpm. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara siklus, bola baja, dan rata-
rata diameter partikel yang dihasilkan serta mengetahui distribusi diameter partikel
dan komposisi kimia. Karakterisasi nanopartikel dengan PSA untuk menganalisa
diameter partikel, sedangkan SEM dan EDX untuk menganalisa distribusi diameter
partikel dan komposisi kimia yang terkandung dalam material hasil tumbukan.
2. METODE PENELITIAN
2.1. Bahan penelitian
1. Arang bambu wulung lolos ukuran 200 mesh
2. Bola baja diameter 1/8 inchi
3. Bola baja diameter 5/32 inchi
4. Bola baja diameter 3/16 inchi
5. Bola baja diameter 1/4 inchi
6. Aqua dest
2.2. Alat penelitian
1. Shaker mill
2. Tabung
3. Ayakan
2.3. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan arang bambu wulung
2. Penghancuran arang bambu wulung
3. Pengayakan arang bambu wulung
4. Pengisian tabung
5. Produksi nanopartikel
6. Pengambilan hasil
7. Pemisahan partikel padat dalam cairan
8. Pengujian hasil dengan PSA
9. Pengeringan hasil
10. Pengujian hasil dengan SEM dan EDX
11. Karakterisasi nanopartikel
6
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Particle Size Analyzer (PSA) berupa rata-rata diameter partikel
ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Particle Size Analyzer (PSA)
Siklus (juta)
Rata-rata diameter partikel (nm) Bola baja 1/8 inchi
Bola baja 5/32 inchi
Bola baja 3/16 inchi
Bola baja 1/4 inchi
2 - 265,4 374,9 476,9
3 242,2 551,3 240,0 439,6
4 490,1 575,3 515,2 273,8
Dari Tabel 1 dapat dibuat grafik siklus, diameter bola baja dan rata-rata
diameter partikel ditunjukkan dalam Gambar 1.
Gambar 1. Grafik siklus, diameter bola baja dan rata-rata diameter partikel
Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin lama siklus dari 2 juta, 3 juta, dan
4 juta, rata-rata diameter partikel akan menurun hingga mencapai 273,8 nm pada
bola baja diameter 1/4 inchi sesuai dengan hasil PSA ditunjukkan dalam Tabel 1,
hal ini disebabkan oleh daerah aglomerasi dan fraktur yang lebih luas ditunjukkan
dalam Gambar 2.
0100200300400500600700
2 3 4Rata‐rata diam
eter partik
el
(nm)
Siklus (juta)
(a) Bola baja 1/8 inchi
(b) Bola baja 5/32 inchi
(c) Bola baja 3/16 inchi
(d) Bola baja 1/4 inchi
(b)
(a)(c) (d)
7
Gambar 2. Daerah aglomerasi dan fraktur
Pengurangan diameter partikel pada proses High Energy Milling model
shaker mill juga diakibatkan oleh energi milling yang besarnya tergantung pada
diameter bola baja ditunjukkan dengan rumusan energi kinetik : Ek = Iω2R [28].
Jadi Ek tergantung pada fungsi R pada bola baja (1/4 inchi > 3/16 inchi > 5/32 inchi
> 1/8 inchi). Iω2 dianggap tetap pada siklus yang sama.
Namun bertambahnya siklus dari 2 juta, 3 juta, dan 4 juta membuat diameter
partikel membesar pada bola baja diameter 1/8 inchi, 5/32 inchi, dan 3/16 inchi. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Radyum Ikono et al., [29] dan
Yan Jian-wu et al., [30] bahwa waktu milling yang terlampau lama akan membuat
nanopartikel mengalami aglomerasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Young Do Kim et al., [31] menunjukkan
bahwa ada batas milling dimana kenaikan jumlah waktu milling tidak berpengaruh
terhadap ukuran partikel. Dalam penelitian mereka, setelah milling serbuk Fe-Co
selama 30 jam, proses milling mencapai keadaan steady state dimana partikel-
partikel tersebut telah menjadi homogen dalam ukuran dan bentuknya. Penelitian
8
lain, menunjukkan batas milling dilakukan oleh J. Eckert dan I. Borner [32]. Setelah
milling bubuk Ni-Al selama 100 jam, ukuran dan bentuk partikel menjadi homogen.
M. Umemoto et al., [33] melakukan penelitian milling Fe-C. Setelah 500 jam waktu
milling batas milling tercapai dan ukuran partikelnya adalah 4,7 nm dengan bentuk
homogen.
Dalam penelitian ini, dapat dikatakan bahwa setelah 4 juta siklus proses
milling (setara dengan 303,03 jam proses milling), batas milling belum tercapai.
Distribusi diameter partikel menunjukkan bahwa diameter partikel tidak homogen
pada bola baja diameter 1/4 inchi, 1/8 inchi, 5/32 inchi, dan 3/16 inchi, sesuai
dengan hasil SEM ditunjukkan dalam Gambar 3.
1 um
5 um
b
1 um
b1
a1
1 um
a
5 um
1 um
9
Gambar 3. Hasil SEM pada 4 juta siklus berupa distribusi diameter partikel : (a).
Bola baja 1/4 inchi (b). Bola baja 3/16 inchi (c). Bola baja 5/32 inchi (d). Bola
baja 1/8 inchi
Hasil EDX pada 4 juta siklus ditunjukkan dalam Tabel 2 berupa komposisi
kimia yang terkandung dalam material hasil tumbukan. Komposisi kimia pada 4
juta siklus menunjukkan bahwa pada bola baja diameter 1/4 inchi menghasilkan
unsur karbon yang paling banyak sebesar 93,03% sesuai dengan hasil EDX
ditunjukkan dalam Tabel 2, ini dimungkinkan terjadi pemisahan unsur karbon
dengan unsur kimia lainnya yang diakibatkan oleh terjadinya daerah aglomerasi
lebih besar. Unsur kimia yang paling dominan adalah karbon, sehingga arang
bambu wulung merupakan sumber potensial untuk menghasilkan karbon
nanopartikel.
5 um 1 um
c1 c
1 um
5 um
d1 d
5 um
1 um
10
Tabel 2. Hasil EDX pada 4 juta siklus
Unsur kimia
Komposisi kimia (% berat)
Bola baja 1/8 inchi
Bola baja 5/32 inchi
Bola baja 3/16 inchi
Bola baja 1/4 inchi
C 80,27 59,94 66,39 93,03
K2O 8,07 20,41 14,47 0,55
SiO2 5,66 7,9 10,99 4,19
P2O5 1,37 6,19 2,64 0
Na2O 0,26 1,02 0,44 0
SO3 0,4 0 2,64 0
Cl 1,07 3,28 0,93 0
FeO 0,76 0,87 0,89 0,57
CuO 0,68 0 0,59 0,95
ZnO 0,62 0 0 0,55
ZrO2 0,84 0 0 0
MgO 0 0,2 0 0
Al2O3 0 0,2 0 0,16
4. KESIMPULAN
Hubungan antara siklus, bola baja, dan rata-rata diameter partikel yang
dihasilkan menunjukkan bahwa semakin lama siklus dari 2 juta, 3 juta, dan 4 juta,
rata-rata diameter partikel akan menurun hingga mencapai 273,8 nm pada bola baja
diameter 1/4 inchi sesuai dengan hasil PSA, ini disebabkan oleh daerah aglomerasi
dan fraktur yang lebih luas serta energi kinetiknya lebih besar dibandingkan dengan
bola baja diameter 1/8 inchi, 5/32 inchi, dan 3/16 inchi.
Distribusi diameter partikel pada 4 juta siklus menunjukkan bahwa diameter
partikel tidak homogen sesuai dengan hasil SEM pada bola baja diameter 1/4 inchi,
1/8 inchi, 5/32 inchi, dan 3/16 inchi.
Komposisi kimia pada 4 juta siklus menunjukkan bahwa pada bola baja
diameter 1/4 inchi menghasilkan unsur karbon yang paling banyak sebesar 93,03%
sesuai dengan hasil EDX, ini dimungkinkan terjadi pemisahan unsur karbon dengan
11
unsur kimia lainnya yang diakibatkan oleh terjadinya daerah aglomerasi lebih besar.
Unsur kimia yang paling dominan adalah karbon, sehingga arang bambu wulung
merupakan sumber potensial untuk menghasilkan karbon nanopartikel.
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan penambahan variasi
parameter seperti putaran motor, siklus, dan diameter bola baja untuk mencapai
keadaan steady state dimana partikel memiliki distribusi diameter partikel yang
homogen.
DAFTAR PUSTAKA
[1] T. Rahman, M. A. Fadhlulloh, A. B. D. Nandiyanto, and A. Mudzakir,
“Review : Sintesis Karbon Nanopartikel,” Integr. Proses, vol. 5, pp. 120–
131, 2015.
[2] M. Hosokawa, K. Nogi, M. Naito, and T. Yokoyama, Nanoparticle
Technology Handbook. .
[3] J. Perez, L. Bax, and C. Escolano, “Roadmap Report on Nanoparticles,”
Willems van Wildenb., pp. 1–57, 2005.
[4] M. Abdullah, Y. Virgus, Nirmin, and Khairurrijal, “Review : Sintesis
Nanomaterial,” Nanosains & Nanoteknologi, vol. 1, pp. 33–57, 2008.
[5] T. Prasad Yadav, R. Manohar Yadav, and D. Pratap Singh, “Mechanical
Milling: a Top Down Approach for the Synthesis of Nanomaterials and
Nanocomposites,” Nanosci. Nanotechnol., vol. 2, pp. 22–48, 2012.
[6] J. Ryu, Y. W. Suh, D. J. Suh, and D. J. Ahn, “Hydrothermal preparation of
carbon microspheres from mono-saccharides and phenolic compounds,”
Carbon N. Y., vol. 48, no. 7, pp. 1990–1998, 2010.
[7] Q. Wang, H. Li, L. Chen, and X. Huang, “Monodispersed hard carbon
spherules with uniform nanopores,” Carbon N. Y., vol. 39, no. February, pp.
2211–2214, 2001.
[8] S. Ratchahat, N. Viriya-empikul, K. Faungnawakij, T. Charinpanitkul, and
A. Soottitantawat, “Synthesis of Carbon Microspheres from Starch by
Hydrothermal Process,” Sci. J. Ubon Ratchathani Univ., vol. 1, no. 2, pp.
40–45, 2010.
[9] R. Cui and J. Zhu, “Fabrication of a novel electrochemical immunosensor
based on the gold nanoparticles / colloidal carbon nanosphere hybrid
12
material,” Electrochim. Acta J., vol. 55, pp. 7814–7817, 2010.
[10] J. Pang et al., “Silica-Templated Continuous Mesoporous Carbon Films by
a Spin-Coating Technique,” Adv. Mater., vol. 16, no. 11, pp. 884–886, 2004.
[11] J. Schuster et al., “Spherical Ordered Mesoporous Carbon Nanoparticles
with High Porosity for Lithium – Sulfur Batteries,” Angew. Chemie Int. Ed.,
vol. 51, pp. 3591–3595, 2012.
[12] M. Liu, L. Gan, Y. Li, D. Zhu, Z. Xu, and L. Chen, “Synthesis and
electrochemical performance of hierarchical porous carbons with 3D open-
cell structure based on nanosilica-embedded emulsion-templated
polymerization,” Chinese Chem. Lett., pp. 3–7, 2014.
[13] N. Brun, K. Sakaushi, L. Yu, L. Giebeler, J. Eckert, and M. M. Titirici,
“Hydrothermal carbon-based nanostructured hollow spheres as electrode
materials for high- power lithium-sulfur batteries,” Phys. Chem. Chem.
Phys., vol. 15, pp. 6080–6087, 2013.
[14] J. Liu, J. Yao, H. Wang, and K.-Y. Chan, “Highly Dispersible Microporous
Carbon Particles from Furfuryl Alcohol,” NSTI-Nanotech, vol. 2, pp. 171–
174, 2005.
[15] C. Falco et al., “Hydrothermal Carbons from Hemicellulose-Derived
Aqueous Hydrolysis Products as Electrode Materials for Supercapacitors,”
ChemSusChem, vol. 6, pp. 374–382, 2013.
[16] Z. Shuo, W. Cheng-yang, C. Ming-ming, S. Zhi-qiang, and L. Na,
“Preparation of carbon spheres from potato starch and its stabilization
mechanism,” New Carbon Mater., vol. 25, no. 6, pp. 438–443, 2010.
[17] A. N. Mohan and B. Manoj, “Synthesis and Characterization of Carbon
Nanospheres from Hydrocarbon Soot,” Int. J. Electrochem. Sci., vol. 7, pp.
9537–9549, 2012.
[18] J. B. Rao, G. J. Catherin, I. N. Murthy, D. V. Rao, and B. N. Raju,
“Production of nano structured silicon carbide by high energy ball milling,”
Int. J. Eng. Sci. Technol., vol. 3, pp. 82–88, 2011.
[19] T. B. Waluyo, Suryadi, and N. T. Rochman, “Pembuatan Partikel Nano
Fe2O3 dengan Kombinasi Ball-Milling dan Ultrasonic-Milling,” Pros.
Pertem. Ilm. XXVII HFI Jateng DIY, pp. 48–51, 2013.
[20] M. Muhriz, A. Subagio, and Pardoyo, “Pembuatan Zeolit Nanopartikel
13
dengan Metode High Energy Milling,” Sains dan Mat., vol. 19, pp. 11–17,
2011.
[21] A. M. Ghrair, J. Ingwersen, and T. Streck, “Nanoparticulate Zeolitic Tuff for
Immobilizing Heavy Metals in Soil: Preparation and Characterization,”
Water. Air. Soil Pollut., vol. 203, no. 1–4, pp. 155–168, 2009.
[22] R. Fajarin, H. Purwaningsih, Widyastuti, D. Susanti, and R. K. Helmy,
“Milling Time and Temperature Dependence on Fe2TiO5 Nanoparticles
Synthesized by Mechanical Alloying Method,” 3rd Int. Conf. Theor. Appl.
Phys., pp. 63–66, 2014.
[23] S. G. Sukaryo and W. A. Adi, “Pembentukan Nanopartikel Paduan CoCrMo
dengan Metoda Pemaduan Mekanik,” Maj. Metal., vol. 27, pp. 51–58, 2012.
[24] Herminiwati, S. Waskito, C. M. H. Purwanti, Prayitno, and Dwi Ningsih,
“Pembuatan Bahan Penyamak Nano Nabati dan Aplikasinya dalam
Penyamakan Kulit,” Maj. Kulit, Karet dan Plast., vol. 31, pp. 15–22, 2015.
[25] F. G. Salihati and H. Ardhyananta, “Studi Pembuatan Karbon Hitam dari
Bambu Ori (Bambusa arundinacea) dan Bambu Petung (Dendrocalamus
asper),” Tek. Pomits, vol. 1, pp. 1–6, 2013.
[26] E. A. Widjaja, Identikit Jenis-jenis Bambu di Jawa. 2001.
[27] D. Farrelly, The Book of Bamboo. 1984.
[28] Y. Bai, F. He, B. Fu, and X. Han, “Energy Calculation Model of Ball
Kinematics Based on Ball Mill Coal Load,” Int. J. Innov. Comput. Inf.
Control, vol. 10, no. 5, pp. 1715–1725, 2014.
[29] R. Ikono et al., “Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode
Mechanochemical Milling,” Pros. Pertem. Ilm. Ilmu Pengetah. dan Teknol.
Bahan, pp. 60–62, 2012.
[30] Y. Jian-wu, L. Ying, P. A-fang, and L. Quan-guo, “Fabrication of nano-
crystalline W-Ni-Fe pre-alloyed powders by mechanical alloying
technique,” Trans. Nonferrous Met. Soc. China, vol. 19, no. 2006259, pp.
s711–s717, 2009.
[31] Y. Do Kim, J. Y. Chung, J. Kim, and H. Jeon, “Formation of nanocrystalline
Fe – Co powders produced by mechanical alloying,” Mater. Sci. Eng., vol.
A291, pp. 17–21, 2000.
[32] J. Eckert and I. Borner, “Nanostructure formation and properties of ball-
14
milled NiAl intermetallic compound,” Mater. Sci. Eng., vol. A239-240, pp.
619–624, 1997.
[33] M. Umemoto, Z. G. Liu, K. Masuyama, X. J. Hao, and K. Tsuchiya,
“Nanostructured Fe-C Alloys Poduced by Ball Milling,” Scr. mater, vol. 44,
pp. 1741–1745, 2001.