produk farmasi dalam perspektif islam

10
© 2015, Department of Pharmacy University of Darussalam Gontor - Indonesia| Surya Amal and Hinyatul hidayah MENCERMATI PENGEMBANGAN SEDIAAN FARMASI DALAM PERSPEKTIF SEJARAH DAN TUNTUNAN SYARIAT ISLAM Surya Amal Himyatul Hidayah AGUSTUS, 2015 MAKALAH PEMBEKALAN MABA 2015/2016 PRODI FARMASI FIK UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR

Upload: surya-amal

Post on 15-Aug-2015

56 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Produk farmasi dalam perspektif islam

© 2015, Department of Pharmacy University of Darussalam Gontor - Indonesia| Surya Amal and Hinyatul hidayah

MENCERMATI PENGEMBANGANSEDIAAN FARMASI

DALAM PERSPEKTIF SEJARAHDAN TUNTUNAN SYARIAT ISLAM

Surya AmalHimyatul Hidayah

AGUSTUS, 2015

MAKALAH PEMBEKALAN MABA 2015/2016PRODI FARMASI FIK

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR

Page 2: Produk farmasi dalam perspektif islam

© 2015, Department of Pharmacy University of Darussalam Gontor - Indonesia| Surya Amal and Hinyatul hidayah

MENCERMATI PENGEMBANGAN SEDIAAN FARMASIDALAM PERSPEKTIF SEJARAH DAN

TUNTUNAN SYARIAT ISLAM

Oleh :Surya Amal

Himyatul Hidayah(Prodi Farmasi FIK Universitas Darussalam Gontor)

A. Pendahuluan

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.(PP Nomor 51 Tahun 2009). Secara khusus obat merupakan sebuah senyawa ataucampuran senyawa yang dapat digunakan untuk mempengaruhi atau mempelajarikondisi fisik atau penyakit, sehingga dapat dilakukan diagnosis, pencegahan,pengobatan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (SK Menkes No.47/MenKes/SK/11/1981). Pengembangan produk obat (drug product development), dansediaan farmasi lainnya patut dicermati, baik dari aspek kemaslahatannya maupun darikebolehan penggunaannya ditinjau dari syariat Islam. Salah satunya adalahmemperhatikan status kehalalan sediaan farmasi tersebut. Walaupun istilah boleh atautidak boleh, dengan perkataan lain (halal-haram) berlaku pula untuk bentuk-bentukaktivitas dan pemikiran yang dilakukan seseorang, namun tulisan ini akan membatasipengertiannya pada aspek materialnya.

Kompleksitas persoalan kesehatan menuntut penanganan yang lebihkomprehensif baik untuk upaya pencegahan, pengobatan dan pemulihan penyakit.Dalam Islam kesehatan sangat dijunjung tinggi baik kesehatan fisik dan mental, maupunkesehatan lingkungan. Hal ini dapat kita temukan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabiyang merupakan sumber hukum Islam dan menjadi pedoman hidup bagi seluruhummat Islam. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kesehatan, menurut Zuhdi Masjfukdalam Masail Fiqhiyah, 1994, dapat dibagi menjadi tiga macam; Pertama : Islammelarang perbuatan-perbuatan yang dapat membahayakan kesehatan dirinya dan atauorang lain. Kedua : Islam menyuruh (wajib) atau menyarankan (sunnah) yangmempunyai dampak positif, yaitu mencegah penyakit dan menyegarkan ataumenyehatkan jasmani dan rohani. Ketiga : Islam menyuruh (wajib) orang yang sakitberobat untuk mengobati penyakitnya.

Karakterisasi pengaruh ilmu farmasi dan bidang ilmu terkait dalampengembangan sediaan farmasi menjadi lebih kompleks dengan munculnya berbagaibidang ilmiah, termasuk: pertanian, kimia, biokimia, imunologi, biologi molekuler, danbiofarmasetika. Sebagai contoh dari beberapa produk biofarmasetika antara lain protein,antibodi monoklonal, hormon dan enzim menjadi titik kritis dimana dapat diperoleh darisumber hewani. Walaupun sesungguhnya teks-teks Al-Qur’an dan Hadist memilikibatasan yang tegas untuk beberapa bahan yang diharamkan penggunaannya. Seorangfarmasis muslim akan berusaha menyelaraskan prinsip-prinsip ilmiah farmasi di ataskeyakinan keberislamannya. Implementasinya mengembangkan kajian farmasi Islam,yaitu bidang keilmuan dan pelayanan kefarmasian dalam koridor Islam. Untuk maksudtersebut diperlukan world view Islam, termasuk menggali konsep-konsep dasarnya diatas mana peradaban Islam pernah dibangun di dunia Arab Islam pada abadpertengahan.

Page 3: Produk farmasi dalam perspektif islam

© 2015, Department of Pharmacy University of Darussalam Gontor - Indonesia| Surya Amal and Hinyatul hidayah

A. Sejarah Singkat Pengobatan dan Perkembangan Awal Bidang Kefarmasian

Pengobatan yang semula menjadi tradisi penyembuhan dari penyakit yangdiderita oleh seseorang telah berjalan ribuan tahun, bahkan diperkirakan telahbersamaan dengan keberadaan manusia di alam semesta. Pada awalnya kemampuanmengobati dan meracik obat dipegang oleh satu orang dan praktiknya dijalankan secaraspekulatif, dipengaruhi oleh tahyul dan perdukunan (occultism). Ilmu Pengobatan ketikaitu belum didasarkan atas pengetahuan anatomi, farmakologi dan ilmu farmasi lainnya.Pengetahuan tabib dan pengobatan kemudian berkembang di Yunani, Mesir, Cina, Indiadan berbagai wilayah di Asia. Di Yunani kuno misalnya, mereka semula hanya percayapada pendeta sebagai orang yang dianggap mampu menjaga kesejahteraan rohani danjasmani rakyat, tentu termasuk pada penyembuhan. Lambat laun peran ini diambil tabib,yang memperoleh ilmu pengobatan secara intuitif dan empiris. (Pane, A.H. 2000)

Di zaman Yunani Kuno (ancient greek) terdapat seorang tabib yang namanyamelegenda dan sangat dikagumi oleh Hippocrates yakni Aesculapius (Asclepius). Beliaudiyakini sebagai putra Apollo dan Chronis. Dalam profesinya sebagai tabib Aesculapiuskerap dibantu oleh dua orang putrinya yakni Hygieia dan Panacea. Tokoh-tokoh inilahyang meginspirasi Hippocrates, ketika beliau mencetuskan simbol kedokteran danfarmasi. Simbol kedokteran dengan ular dan cawan diambil dari ciri Aesculapius yangdigambarkan membawa tongkat yang dililit ular. Sedangkan simbol farmasi dengancawan dan ular sebagaimana Hygieia (putri Aesculapius) digambarkan membawacawan (media meracik obat) yang kerap antara lain menggunakan bisa ular.

Pada tahun 400 SM berdiri sekolah kedokteran dengan alumninya yangterkenal, Hippocrates, tokoh yang disebutkan di atas. Hippocrates yang kemudiandikenal sebagai Bapak Kedokteran, merasionalisasikan ilmu pengobatan danmeningkatkan profesi tabib pada taraf etik yang tinggi. Kemudian muncul tokoh Yunanilain bernama Galenus, seorang ahli meracik obat dari sari pati tumbuhan, sehinggaketerampilan meracik obat dari sari pati tumbuhan ini kemudian dikenal dengan istilahGalenika.

Perkembangan Ilmu dan Profesi Kefarmasian di Eropa ditandai ketika KaisarJerman Frederick II pada tahun 1240 mengeluarkan maklumat untuk memisahkanfarmasi dari kedokteran, sehingga masing-masing ahli mempunyai kesadaan, standaretik, pengetahuan dan keterampilan sendiri. Maklumat ini dikenal dengan “The MagnaCarta of Pharmacy” yang berisi tiga keputusan. Dengan maklumat ini maka keahlianfarmasi menjadi profesi resmi yang terpisah dari kedokteran, namun tetap mempunyaitujuan yang sama menolong orang sakit dan meningatkan kesehatan manusia.Walaupun dari berbagai catatan sejarah diketahui bahwa kemajuan Arab Islam di AbadPertengahan menunjukkan pemisahan praktek kefarmasian dari medis, terutama di kotaBaghdad.

Pengaruh Farmasi Arab Islam

Farmasi Islam (Saydanah), yang merupakan seni mempersiapkan dan meracikobat, sudah mulai dikenal di Jazirah Arab sejak abad kedelapan. Apotik disebut dalambahasa Arab sebagai Saydanah dan apoteker disebut dengan as-saydanani atau as-saydalani. Aspek dan pengaruh Arab Islam dalam kebanyakan penulisan barat tentangsejarah kedokteran dan farmasi seringkali tidak dinyatakan. Sedangkan pada hakikatnyapencapaian sains dan budaya dunia Arab Islam begitu banyak mempengaruhi profesiserta sumbangan pustaka farmasi di barat yang wujud hingga hari ini. (Pane, A. H.,2000; Zakaria Virk).

Page 4: Produk farmasi dalam perspektif islam

© 2015, Department of Pharmacy University of Darussalam Gontor - Indonesia| Surya Amal and Hinyatul hidayah

Sejarah kedokteran (juga farmasi) Arab dapat dibagi menjadi tiga tahap: Yunanike Arab, Arab, dan Arab ke dalam bahasa Latin. Tahap pertama "Yunani ke Arab"dimulai pada abad kedelapan saat Islam meliputi hampir dua-pertiga dari dunia yangdikenal. Ini adalah periode penerjemahan naskah ilmiah dan filsafat Yunani ke dalambahasa Arab. Khalifah Baghdad ketika itu menyadari apa yang harus dipelajari dari ilmupengetahuan Yunani, dan pada masa pemerintahan al-Ma'mun dimana Institusi "TheHouse of Wisdom" didirikan untuk tujuan ini. Yang paling terkenal dari semuapenerjemah adalah Hunayn Ibn-Is'haq. Dia dan timnya telah menerjemahkan sejumlahbesar naskah medis oleh Hippocrates dan Galen, karya filosofis oleh Plato danAristoteles, dan karya matematika oleh Euclid dan Archimedes. Rumah sakit dansekolah kedokteran berkembang selama periode itu, pertama di Baghdad dan kemudiandi kota-kota provinsi utama. (Saad, B. 2014; Huguet, T. dan Termes. 2008)

Kecemerlangan Arab Islam di abad pertengahan itu menjadi bukti kegigihanmereka dalam membangun peradaban melalui ilmu pengetahuan. Berikut dapat kitalihat alur transformasi ilmu pengetahuan terutama yang berkenaan dengan kedokterandan farmasi.

Figure : Development of Greco-Arab and Islamic medicine (Source : Saad, B. 2014)

Setelah periode pertama penerjemahan, dimana karya-karya utama dari Galendan Hippocrates telah dapat ditemukan dalam literatur yang berbahasa Arab. Pada faseini umat Kristiani kehilangan monopoli mereka berkenaan dengan obat-obatan,Beberapa Ilmuan Muslim justru meraih Ilmu kedokteran dan pengobatan sejajar denganIlmuan-Ilmuan Yunani yang terkemuka ketika itu, dan bahkan berdiri jauh di ataspendahulunya. (Saad, B. 2014; Muazzam, M.G. 1989). Beberapa ulama terkenal dariilmu kedokteran Arab adalah: Al Tabbari (838-870), Al Razi (Rhazes) (846- 930), AlZahrawi (930-1013), Ibnu Sina (980-1037), Ibnu Al Haitham (960 -1040), Ibnu Al Nafees(1213-1288), dan Ibnu Khaldun (1332-1395).

Page 5: Produk farmasi dalam perspektif islam

© 2015, Department of Pharmacy University of Darussalam Gontor - Indonesia| Surya Amal and Hinyatul hidayah

Pada perkembangan selanjutnya di Barat, dimana sebagian besar warisanmedis Barat berasal dari literatur Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.Penerjemahan literatur Arab ke dalam bahasa Latin dilakukan pertama kali di Toledo,serta di daerah Italia selatan Salerno. Berkat penerjemahan ini farmakologi Islammewarnai teks medis Eropa dari abad 13 hingga abad ke-19. Meskipun demikian,seperti studi oleh Danielle Jacquart dan Albert Dietrich, yang menurutnya masihterdapat kesenjangan besar mengenai isu-isu kunci yang berkaitan dengan penerimaanfarmakologi Islam dan farmasi di Barat. (Huguet, T. dan Termes. 2008). Hal ini tentumenjadi menarik untuk dicermati, terutama dalam perkembangan farmasi pada dekadeterakhir ini. Merekonstruksi sejarah masa silam menghidupkan konsep-konsep dasar diatas mana peradaban Islam yang pernah dibangun.

B. Obat Herbal dan Obat Bersumber Bahan Alam

Penggunaan herbal untuk mengobati penyakit bersifat universal di kalanganmasyarakat non-industri, dimana harganya seringkali dianggap lebih terjangkaudibanding obat-obat modern. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakanbahwa 80 persen dari populasi beberapa negara Asia dan Afrika saat ini menggunakanobat herbal untuk beberapa aspek pelayanan kesehatan primer. Studi di AmerikaSerikat dan Eropa telah menunjukkan bahwa penggunaan obat-obat herbal untukkepentingan klinis belum bersifat umum, tetapi fakta ini meningkat dalam beberapatahun terakhir setelah obat-obat herbal dengan bukti ilmiah tentang efektifitasnya lebihbanyak tersedia.

Sekarang, efek karakterisasi farmakologi dan biologi dalam pengobatan herbalmenjadi lebih kompetitif dan kompleks dengan keterlibatan dalam penelitian para ahliuntuk membedakan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmiah, termasuk botani, kimia,biokimia, imunologi, biologi molekular dan bioinformatika. Ilmu pengetahuan tersebutmenjadi sangat mengesankan untuk beberapa dampak dalam bidang ilmiah. Sewaktu-waktu pengobatan herbal dan spiritual bukan tidak mungkin akan menjadi pilihanpertama untuk kesehatan.

Mengutip dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam bukunya Thibbun Nabawi, yangdalam Edisi Bahasa Indonesia oleh Penerbit Hikam Pustaka dengan judul PraktekKedokteran Nabi S.A.W, di bawah ini beberapa obat dan penggunaannya untukmenambah referensi dan bahan kajian ilmiah.

1. Sitrun (Utrujj)

Dalam Shahih Bukhari Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda :“Perumpamaan seorang mukmin yang membawa Al-Qur’an adalah seperti ‘Utrujah,rasanya enak dan baunya harum”.

Bagian-bagian sitrun seperti kulit, daging, buah, zat asam, dan biji bermanfaatsebagai obat. Antara lain bersumber dari Al-Qaanuun bahwa “perasan kulit sitrunberkhasiat mengobati luka gigitan ular, sedangkan kulitya digunakan sebagaipembalut untuk gigitan ular. Abu bakaran kulitnya digunakan sebagai salep yangefektif melawan lepra”. Sementara Al-Ghifari berkata, “Daging buah sitrun dapatmenyembuhkan anyang-anyangan jika dimakan”.

2. Beras Ketan (Arz / Syanaubar)

Biji beras ketan mempunyai sifat melembutkan, mematangkan, dan agak lengketyang dapat dicegah bila direndam dengan air. Khasiat biji ketan antara lain;

Page 6: Produk farmasi dalam perspektif islam

© 2015, Department of Pharmacy University of Darussalam Gontor - Indonesia| Surya Amal and Hinyatul hidayah

membantu menyembuhkan batuk, menghilangkan uap yang terakumulasi dalamparu-paru, dan menambah produksi sperma.

3. Celak (Itsmid)

Celak berkhasiat menguatkan mata dan saraf mata, menghilangkan dagingberlebihan di sekitar koreng dan menutup luka sewaktu membersihkan wilayahsekitarnya.

4. Buah Ara (Tin)

Buah Ara atau Tin berkhasiat menghancurkan batu (ginjal) dan membersihkankandung kencing di ginjal dan berkhasiat melawan racun, membersihkan liver danlimpa, membersihkan lendir dalam perut. Galenius menandaskan, “Bila dimakanbersama buah badam dan buah rue, selama tidak mengonsumsi racun mematikan,akan berkhasiat menjaga tubuh dari berbagai unsur berbahaya.”

5. Jinten Hitam (Habbatus Saudaa)

Dinyatakan dalam Shahih Bukhari Muslim dari hadits yang diriwayatkan oleh AbuSalamah bahwa Abu Hurairah r.a meriwayatkan dari Rasulullah S.A.W. yangbersabda : “Hendaklah kalian menggunakan habbatus saudaa karena iamengandung obat untuk setiap penyakit, kecuali kematian”.

Saat ini Jinten Hitam telah dikemas dalam berbagai bentuk sediaan herbal sebagaiobat.

6. Cress/Seledri Air (Hurf)

Khasiat seledri sebagai obat disebutkan antara lain; obat cacing, mendekomposisitumor limpa, membangkitkan gairah seksual, menyembuhkan kudis dan herpes.

7. Daun Kemangi/ Daun Ruku-Ruku (Raihan)

Imam Muslim meriwayatkan dalam shahih-nya bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda :Siapa saja yang diberi raihan, janganlah menolaknya karena ia ringan dan memilikibau yang harum”.

Disebutkan khasiatnya sebagai obat antara lain : menghentikan diare, penyakitkuning, tumor di dua ureter jika diborehkan di atasnya. Jika seseorang berendam didalam raihan yang dimasak, maka air itu dapat mengobati infeksi di pantat danvagina.

Disamping yang telah disebutkan di atas terdapat pula seperti Buah Delima(Rumman), Minyak Zaitun (Zait), Jahe (Zanjabil), Kayu Siwak (Siwak), dan lain-lain.

Patut pula dicacat bahwa Farmasi Islam telah memperkenalkan kurang lebih2000 bahan obat baru termasuk adas manis, kayu manis, cengkeh, senna, kamper,cendana, musk, cassia, asam, pala, aconite, dan merkuri. Mereka juga telahmemperkenalkan ganja sebagai obat bius (untuk tujuan anastesi). Untukpengembangan bentuk-bentuk sediaan obat untuk pertamakalinya mereka sudahmengembangkan bentuk sediaan berupa sirup, pil, elixir, permen, tinktur, dan inhalansi.Apoteker Muslim ketika itu telah mulai melakukan penyelidikan ilmiah tentangkomposisi, dosis, penggunaan, dan efek terapi obat (Zakaria Virk dalam MuslimContribution to Pharmacy). Sebagai contoh dapat dicermati dari sebuah pernyataanyang dikutip dari Rhazes “When the disease is stronger than the natural resistance ofthe patient, medicine is of no use. When the patient’s resistance is stronger than the

Page 7: Produk farmasi dalam perspektif islam

© 2015, Department of Pharmacy University of Darussalam Gontor - Indonesia| Surya Amal and Hinyatul hidayah

disease, the physician is of no use. When the disease and the patient’s resistance areequally balanced, the physician is needed to help tilt the balance in the patients favour”.(Saad, B. 2014)

C. Isu Halal pada Sediaan Farmasi

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pangan, obat-obatan,dan kosmetik berkembang sangat pesat. Hal itu berpengaruh secara nyata padapergeseran pengolahan dan pemanfaatan bahan baku untuk makanan, minuman,kosmetik, obat-obatan, serta Produk lainnya dari yang semula bersifat sederhanadan alamiah menjadi pengolahan dan pemanfaatan bahan baku hasil rekayasailmu pengetahuan. Pengolahan produk dengan memanfaatkan kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi memungkinkan percampuran antara yang halal danyang haram baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu, untukmengetahui kehalalan dan kesucian suatu Produk, diperlukan suatu kajian khususyang membutuhkan pengetahuan multidisiplin, seperti pengetahuan di bidangpangan, kimia, biokimia, teknik industri, biologi, farmasi, dan pemahaman tentangsyariat. (Penjelasan UU RI Nomor 33 Tahun 2014)

Berdasarkan ketentuan dalam Al-Qur’an dan Hadist bahwa bahan haramdiluar babi adalah organ manusia (bahan dari rambut, plasenta, essen dariembrio), bangkai hewan (mati tidak disembelih, dipukul, tercekik, disembelih tidaksecara Islam), binatang buas (srigala, harimau. singa, burung buas, dan lain-lain),darah, khamar (minumam yang difermentasi mengandung alkohol). Pelaranganmemakan darah dan bangkai terdapat pada Surat Al Baqarah ayat 173 dan Surat AlMaidah ayat 3. Sedangkan pelarangan minum khamar terdapat dalam Surat Al Maidahayat 90-91, pelarangan memakan dan memakai organ manusia terdapat padaSurat Bani Israil ayat 70. Ketentuan melarang memakan binatang buas terdapatpada Hadist.

Masalah halal dan haram bukan hanya merupakan isu yang sensitif diIndonesia, tetapi juga selalu mengusik keyakinan umat Islam di seluruh dunia.Umat Islam di seluruh dunia amat berkepentingan atas jaminan halal tidak sajaterhadap produk pangan, obat-obatan dan kosmetika, namun juga terhadap prosesproduksi serta rekayasa genetik. Sebagai contoh, hal yang juga dapat menentukankehalalan proses produksi obat terkait dengan penambahan bahan-bahan farmasetik,yakni bahan tambahan (bukan obat) yang diracik bersama obat membentuk produkfarmasetik. Bahan-bahan tersebut bisa berupa substansi pembasah, bufer, pengemulsi,pewarna, perasa, pemanis, pengisi tablet, pelarut, bahan enkapsulasi, dan lain-lain.Bahan-bahan ini bisa saja berasal dari bahan mentah atau proses produksi yangmembuatnya menjadi haram. Bahan kapsul yang terbuat dari gelatin sebagai contoh,tergolong sebagai bahan yang kritis status kehalalannya, sementara masih terdapatgelatin yang berasal dari babi. (Ranasasmita, R., Roswiem, A.P., 2015). Apalagi saat inibahan-bahan yang digunakan untuk produksi obat dan kosmetika masih banyak yangharus didatangkan dari luar negeri.

Sebagai tambahan bahwa gelatin merupakan salah satu bahan baku yangbanyak digunakan dalam produk makanan, obat-obatan dan kosmetik. Penggunaannyapada obat-obatan yakni bahan untuk kapsul gelatin lunak dan keras, pil dan tabletbersalut gula, pengganti serum, vitamin enkapsulasi, substansi polimer untuk sistempenghataran obat (drug delivery system) terutama pada sediaan obat lepas lambat.Sedangkan terhadap produk kosmetik gelatin dapat digunakan untuk pembuatan krim,masker, dan lotion. Gelatin dapat diekstrak dari tulang, lemak, limbah daging, lemak danminyak goreng dari hewan. Ada beberapa jenis gelatin, dan yang paling disukai adalahyang bersumber dari babi (porcine) dan sapi (bovine). (Sahilah, A.M. et al. 2012).

Page 8: Produk farmasi dalam perspektif islam

© 2015, Department of Pharmacy University of Darussalam Gontor - Indonesia| Surya Amal and Hinyatul hidayah

Sebagai contoh yang lain yang bersumber dari babi adalah Heparin porcine. Heparinberbeda dengan gelatin, dimana gelatin hanya digunakan untuk tujuan bahan tambahanfarmasetik (bukan obat). Heparin sebagai obat telah digunakan selama lebih dari 50tahun untuk mengobati dan mencegah trombosis. Hal ini juga diperlukan untuk sirkulasiekstrakorporeal selama hemodialisis atau operasi jantung. Heparin yang memilikiaktivitas antikoagulan ini masih diperoleh secara eksklusif dari jaringan hewan, terutamadari usus babi (porcine). Meskipun heparin saat ini telah dapat diperoleh dari jaringanparu-paru sapi (bovine), namun nyaris menimbulkan penolakan setelah munculnyakasus sapi gila (the bovine spongiform encephalopathy). (Warda, M. et al. 2003; Tovaret al. 2013). Selain dua contoh sediaan farmasi yang telah disebutkan di atas, dalammonograf British Pharmacopoeia (BP) Edisi 2012 tercamtum 27 sediaan obatmenggunakan bahan dari porcine (babi), baik sebagai bahan aktif maupun sebagaibahan tambahan farmasetk.

Ketentuan yang berlaku di Malaysia untuk produk obat-obatan sebagaimanadalam Malaysian Standard MS 2424:2012, dimana perusahaan farmasi diwajibkanmematuhi aspek-aspek hukum syariah untuk obat-obatan sebagai berikut :

1. Obat-obatan tidak boleh mengandung bagian atau produk hewan yang tidak halalatau tidak disembelih sesuai ketentuan Islam.

2. Obat-obatan tidak boleh mengandung najis.3. Obat-obatan harus aman untuk digunakan manusia, yakni tidak beracun, tidak

memabukkan atau tidak berbahaya bagi kesehatan sesuai dosis yang ditentukan.4. Obat-obatan tidak dapat dibuat, diproses atau diproduksi menggunakan peralatan

yang terkontaminasi dengan najis.5. Obat-obatan tidak boleh mengandung bagian manusia atau derivatnya yang tidak

halal.6. Selama persiapan, pengolahan, penanganan, pengemasan, penyimpanan dan

distribusi, mereka harus dipisahkan secara fisik dari produk tidak halal dan najis.Untuk memenuhi ketentuan tersebut industri farmasi diharuskan menerapkan CaraProduksi Obat yang Baik untuk Obat-Obatan Halal (Good Manufacturing Practices(GMPs) for Halal Pharmaceuticals).

Bahan farmasi yang juga selalu membawa perhatian umat Islam adalahalkohol, lebih tepat etanol atau etil alkohol. Etanol adalah salah satu yang paling banyakdigunakan pada sediaan cair yang berfungsi sebagai penstabil. Etanol juga dapatdigunakan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi pada produk farmasi. Senyawaalkohol, seperti hidroksil(-OH) --- mengandung gugus fungsional ---, umumnyadiperbolehkan dengan kondisi yang tidak berasal dari khamr (minuman beralkohol yangmemabukkan atau minuman keras). Ketentuan produksi dan kuantitas etanol (etilalkohol) pada produk akhir (makanan atau obat-obatan) sangat kecil dan tidak akanmemabukkan. (Jumlah yang ditoleransi adalah 0,01 persen pada produk akhir, danmenjadi ketentuan untuk sertifikasi halal di Malaysia, sebagaimana dikutip dari INHARTIIUM, 2013).

Isu Halal pada Produk Kosmetika

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakanpada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genitalbagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi ataumemelihara tubuh pada kondisi baik. (dalam Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 1176/MENKES/PERN/III/2010 Tentang Notifikasi Kosmetika).

Page 9: Produk farmasi dalam perspektif islam

© 2015, Department of Pharmacy University of Darussalam Gontor - Indonesia| Surya Amal and Hinyatul hidayah

Walaupun penggunaannya hanya pada bagian luar tubuh manusia, namunaspek keselamatan dalam penggunaannya adalah masalah penting dalam industrikosmetik. Penilaian keselamatan bagi kesehatan manusia dari produk jadi, bahan,struktur kimia dan tingkat paparan pada produk kosmetika secara ketat diperlukan.Sehubungan dengan ini, sangat penting untuk memilih bahan yang aman untukmenjamin keamanan produk jadi. Bahan-bahan ini dapat dikategorikan ke dalam bahankimia, ekstrak botani, ekstrak hewan dan pengharum/wewangian. Karena itu, penerapanGMP (Good Manufacturing Practice) dalam proses produksi kosmetika juga telahdipersyaratkan untuk memastikan keamanan produk tersebut.

Sedangkan terkait isu halal, beberapa bahan yang merupakan titik kritiskehalalan pada kosmetika adalah lemak, kolagen, elastin, ekstrak plasenta, cairanamnion, gliserin, cerebrospinal, asam alfa hidroksil (AHA), zat penstabil vitamin, danhormon. Bahan-bahan ini bisa bersumber atau diolah dari sumber hewani yang tidakhalal. Dalam hubungan ini riset-riset di perguruan tinggi diharapkan juga mendorongpenemuan raw materials, terutama dari sumber alami untuk kosmetik yang memenuhipersyaratan keamanan, kemanfaatan, mutu, serta jaminan halal.

Isu Halal pada Produk Biofarmaseutika

Abad ke-21 sering kali disebut sebagai era bioteknologi. Bioteknologi dapatmembawa banyak manfaat, tetapi juga menimbulkan banyak kekhawatiran bagimasyarakat dan berbagai negara. Organisme yang dimodifikasi secara genetik (GMOs= Genetically modified organisms) adalah salah satu buah dari bioteknologi modern.GMO adalah hasil dari manipulasi yang disengaja dari bahan genetik dari suatuorganisme-bakteri, ragi, jamur, tumbuhan dan hewan. Teknik bioteknologi dan proses,sebagaimana GMO tersebut memberikan kesempatan baru dalam industri farmasi –terutama yang menghasilkan produk biofarmaseutika.

Setidaknya dua keprihatinan utama yang cukup mempengaruhi konsumenMuslim berkaitan dengan produk biofarmaseutika yakni bahan dan proses yangdigunakan dalam pembuatan produk tersebut. Gen dalam setiap prosedur dan / atauGMO dalam produksi biofarmaseutika harus berasal dari sumber halal. Jika gen berasaldari sumber-sumber non-halal atau meragukan, maka produk biofarmasi tersebut tidakakan cocok untuk konsumen Muslim. Vektor dan inang untuk ekspresi protein harusdivalidasi bahwa mereka tidak menimbulkan ancaman keracunan atau bersifat patogen.Selain itu, bahan yang digunakan dalam media pertumbuhan dan pengolahan hilirberikutnya harus aman dan tanpa haram atau meragukan. Adapun contoh produkbiofarmasetika yakni protein, antibodi monoklonal, hormon dan enzim. (Hashim, Y.Z.Het al. 2013). Bentuk-bentuk sediaan yang banyak dikenal adalah vaksin, insulin, danbeberapa produk rekombinan-DNA. Tentu saja tidak semua dari contoh-contoh tersebutterkategori haram baik dari sumbernya maupun dari prosesnya. Karena itu diperlukankajian untuk menetapkan kehalalan dan kesuciannya.

Penutup

Karakterisasi pengembangan farmasi, baik materialnya maupun cara-carapengobatan mungkin terdapat beberapa perbedaan pada ruang dan waktu yangberbeda. Hal ini tentu dapat dipahami dengan kemajuan nyata rekayasa ilmupengetahuan dan semakin kompleksnya persoalan kesehatan primer di masa kini.Namun, nilai-nilai luhur ajaran Islam tetap harus maujud dalam setiap tindakan,keputusan-keputusan yang diambil maupun pada pilhan-pilihan yang ditentukan.Kerenanya diperlukan saintis-saintis muslim yang agenda-agenda keilmiahannya

Page 10: Produk farmasi dalam perspektif islam

© 2015, Department of Pharmacy University of Darussalam Gontor - Indonesia| Surya Amal and Hinyatul hidayah

senantiasa bertitik tolak dari nilai-nilai ajaran Islam – sebagaimana pada kejayaan Islamdi masa silam -- demi kemaslahatan ummat manusia seluruhnya. Serpihan-serpihaninformasi dalam tulisan ini semoga membawa manfaat, dan selamat memasuki gerbangkampung nan damai – Universitas Darussalam Gontor.

Ponorogo, 17 Ramadhan 1436 HSurya Amal

Himyatul HidayahContact : [email protected]

Daftar Bacaan

1. Abadi, T. dkk, 2011. Tim Pengkajian Hukum Tentang Peran Serta Masyarakatdalam Pemberian Informasi Produk Halal. Badan Pembinaan Hukum NasionalKementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Jakarta

2. Al-Jauziyyah, I.Q. 2013. Thibbun Nabawi. Edisi Bahasa Indonesia : PraktekKedokteran Nabi S.A.W. Penerjemah : Abu Firly, S.Ag; Dzul Bakir, S.Ag. PenerbitHikam Pustaka. Jogjakarta. 354-489

3. Elumalai, A. dan Eswariah, M.C. 2012. HERBALISM – A REVIEW. Inter. J. ofPhytotherapy / Vol 2 / Issue 2 / 2012 / 96-105.

4. Hashim, Y.Z.H et al. 2013. Halal : all that you need to know. INHART, IIUMPublication. Vol 1: 79-99

5. Huguet, T. dan Termes. 2008. Islamic Pharmacology and Pharmacy in the LatinWest: An Approach to Early Pharmacopoeias European Review, Vol. 16, No. 2,229–239

6. Muazzam, M.G. 1989. Important Contributions of Early Muslim Period to MedicalScience. I. Basic Sciences. JIMA:Vol.21

7. Pane, A. H., 2000. Format Industri Farmasi Indonesia, Gabungan PerusahaanFarmasi Indonesia,

8. Ranasasmita, R., Roswiem, A.P., 2015. Kehalalan Produk Obat-Obatan, TerutamaObat Herbal. Proseding Simposium Penelitian Bahan Obat Alami XIV

9. Razak, D.A. Perkembangan Sejarah Awal Farmasi Pengaruh Arab dan Islam, PusatRacun Negara, USM, Malaysia dalam http://www.prn.usm.my/old_website/mainsite/bulletin/kosmik /1997/kosmik4.html , diakses 2 Juli 2015

10. Sahilah, A.M. et al. 2012. Halal market surveillance of soft and hard gelcapsules in pharmaceutical products using PCR and southern-hybridization onthe biochip analysis. International Food Research Journal 19(1): 371-375 (2012)

11. Virk, Z. Muslim 'Cntribution' to 'Pharmacy', Canada. http://www.alislam.org/egazette/articles/Muslim-Contribution-to-Pharmacy-201009.pdf, diakses 2 Juli 2015

12. Saad, B. 2014. Greco-Arab and Islamic Herbal Medicine : A Review. EuropeanJournal of Medicinal Plants. 4(3): 249-258

13. Tovar et al. 2013. Bovine and porcine heparins: different drugs with similar effectson human haemodialysis. BMC Research Notes,6:230

14. Warda, M. et al. 2003. Isolation and characterization of raw heparin from dromedaryintestine: evaluation of a new source of pharmaceutical heparin. ComparativeBiochemistry and Physiology Part C 136; 357–365

15. Zuhdi, M. 1994. Masail Fiqhiyah, Kapitaselekta Hukum Islam. Penerbit HajiMasagung, Jakarta, hal 188

16. ------------------, Malaysian Standard MS 2424:2012. Halal pharmaceuticals – Generalguidelines. Department of Standards Malaysia. 2012.

17. ------------------, Salinan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014Tentang Jaminan Produk Halal.