printtt fartok ka meta 1 3mpe6 15 23 24 26 27
TRANSCRIPT
PERCOBAAN II
PENGUJIAN OBAT SISTEM SYARAF
Disusun oleh :
Khairun AthiyaJ1E108058
Kelompok VI (Enam)
PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU
2010
Tanggal Praktikum : 5 November 2010 Diketahui,
Dikumpul Tanggal : 3 November 2010
Nilai :
(Hevy Putri Meitarini)
PERCOBAAN II
PENGUJIAN OBAT SISTEM SYARAF
I. PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan adalah untuk
mengetahui efek yang terjadi setelah pemberian obat-obat sistem saraf
otonom pada hewan uji dengan uji neurofarmakologik pada hewan uji.
Selain itu juga untuk mengetahui onset dan durasi dari kerja obat-obat
sistem saraf pusat.
I.2 Dasar Teori
Otak adalah organ yang halus, dan evolusi dibangun dengan cara
yang sangat efisien untuk melindunginya. Penyakit SSP sangat
menantang karena varietas hambatan hebat sering menghalangi
pengiriman obat ke otak dan sumsum tulang belakang. Masalah utama
dalam pemberian obat ke otak adalah kehadiran BBB. Obat yang
efektif terhadap penyakit dalam SSP dan mencapai otak melalui darah
kompartemen harus melewati BBB (Misra, 2003).
Obat adalah suatu bahan yang berbentuk padat atau cair atau gas
yang menyebabkan pengaruh terjadinya perubahan fisik dan atau
psikologik pada tubuh. Hampir semua obat berpengaruh terhadap
sistem saraf pusat. Obat tersebut bereaksi terhadap otak dan dapat
mempengaruhi pikiran seseorang yaitu perasaan atau tingkah laku, hal
ini disebut obat psikoaktif (Darmono, 2001).
Sistem saraf dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Susunan saraf pusat (SSP), yang terdiri dari otak dan sumsum
belakang
2. Sistem saraf perifer
- susunan saraf otonom
- saraf otak dan tulang belakang
Sistem saraf perifer terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Susunan saraf motoris yang bekerja sekehendak kita, misalnya
otot-otot lurik.
2. Susunan saraf otonom (SSO) yang bekeja menurut aturan sendiri
(Tjay & Rahardja, 2007).
Stimulan SSP dapat memprofokasi kuat terjadinya peningkatan
neurotransmiter dopamin, melepaskan norepinefrin walaupun tidak
sekuat dopamin. Beberapa derivat amfetamin juga mempunyai potensi
untuk melepaskan serotonin. Stimulant juga menurunkan reuptake
neurotransmiter atau menghambat enzim post sinap yang
menghasilkan tinginya respon postsinap, dan meningkatkan
kesadaran. Mekanisme yang sama terjadi pada sistem saraf simpatis
dimana obat seperti amfetamin bereaksi tidak langsung sebagai
agonist adrenergic (Sunardi, 2010).
Implus eksogen diterima oleh sel-sel penerima (reseptor) untuk
kemudian diteruskan ke otak atau sumsum belakang. Rangsangan
dapat berupa perangsang (stimuli) nyeri, suhu, perasaan, penglihatan,
penengaran dan sebagainya. Fungsi SSP dapat ditekan seluruhnya
secara tidak spesifik oleh zat-zat pereda pusat seperti hipnotika dan
sedativa. Sebagai akibatnya kesadaran untuk implus eksogen
diturunkan serta kativitas fisik dan mental dikurangi. Obat-obatan ini
tidak mempengaruhi tingkah laku secara spesifik, sebagaimana halnya
dengan transquillizers, yang disamping itu juga berkhasiat depresif
terhadap SSP. Obat yang efek utamanya terhadap SSP yaitu anastetik
umum, hipnotik sedatif, psikofarmka, antikonvulsif, pelemas otot
yang bekerja sentral, analgesik, antipiretik, analgesik narkotik, dan
perangsang SSP (Ganiswara, 2005).
Istilah anestesi dikemukakan pertama kali oleh O.W.Holmes
yang artinya tidak ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi dua
kelompok yaitu
1. Anestesi lokal, yaitu hilang rasa sakit tanpa disertai hilang
kesadaran.
2. Anestesi umum, yaitu hilang rasa sakit disetai hilang kesadaran.
(Ganiswara, 2005).
Teori mengenai anestesi umum :
1. Teori Koloid
Teori ini mengatakan bahwa dengan pemberian zat anestetik
terjadi penggumpalan sel koloid yang menimbulkan anestesia yang
bersifat reversibel diikuti dengan proses pemulihan.
2. Teori Lipid
Teori ini mengatakan bahwa ada hubungan anatar kelarutan
zat anatestetik dalam lemak dan timbulnya anestesia. Makin larut
anestetik dalam lemak, makain kuat sifat anestetiknya.
3. Teori Adsorpsi dan Tegangan Pemukaan
Teori ini menghubungkan potensi zat anestetik dengan
kemampuan menurunkan tegangan permukaan.
4. Teori Biokimia
Teori ini mengatakan bahwa pemberian zat anestetik in vitro
menghambat pengambilan oksigen di otak dengan cara
menghamabat sistem fosforilasi oksidatif.
5. Teori Neurofisisologi
Teori ini mengatakan bahwa pemberian zat anestetik akan
menurunkan transmisi sinaps di ganglion cevicalis superior dan
menghambat formasio retikularis asenden untuk berfungsi
mempertahankan kesadaran.
6. Teori Fisika
Beberapa penyelidik menyatakan adanya hubungan potensi
anestetik dengan aktivitas termodinamik dan ukuan molekul zat
anestetik tersebut. Anestesia terjadi karena molekul yang inert dari
zat anestetik akan menempati ruang dalam sel yang tidak
mengnadung air, dan pengisian ini akan menimbulkan gangguan
pemeabilitas membran terhadap molekul dan ion yang penting
untuk fungsi sel.
(Ganiswara, 2005).
Tugas pokok terpenting dari sistem saraf adalah mengatur
kegitan tubuh (1) kontraksi otot rangka di seluruh tubuh, (2) kontraksi
otot polos di dalam rongga internal, dan (3) sekresi kelenjar eksokrin
dan endokrin dalam banyak bagian tubuh. Kegiatan-kegiatan ini
secara bersama-sama disebut fungsi motorik sistem saraf, serta otot
dan kelenjar disebut efektor karena mereka melakukan fungsi yang
diperintahkan oleh isyarat saraf (Ganiswara, 2005).
Sistem saraf terdiri dari dua kelompok, yakni SSP yang terdiri
dari otak dan sumsum tulang belakang, dan susunan saraf perifer
dengan saraf-saraf yang secara langsung atau tak langsung ada
hubungannya dengan SSP. Saraf perifer terbagi menjadi dua bagian,
yakni susunan saraf motoris yang bekerja sekehendak kita, misalnya
otot-otot lurik (kaki, tangan, dan sebagainya) serta SSO yang bekerja
menurut aturannya sendiri (Tjay & Rahardja, 2007).
Hipnotika dan sedativa dapat menekan fungsi SSP seluruhnya
secara tidak spesifik yang mengakibatkan kesadaran impuls eksogen
turun dan aktivitas fisik dan mental berkurang. Namun, obat-obat ini
tidak mempengaruhi tingkah laku secara spesifik serta mampu
mempengaruhi semangat dan suasana jiwa (Tjay & Rahardja, 2007).
Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa
golongan besar, yaitu:
1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan
atau menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti
hipnotika, sedativa dan tranquillizers, dan antipsikotika); Psiko-
analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan
psikostimulansia (wekamin)).
2. Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple
sclerosis), dan penyakit Parkinson.
3. Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika
umum, dan lokal.
4. Jenis obat vertigo dan obat migrain
(Tjay & Rahardja, 2007).
II. CARA PERCOBAAN
2.1 ALAT DAN BAHAN
2.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah :
a. alat suntik tajam
b. alat suntik oral
c. baskom
d. beker glass
e. kapas
f. labu takar 10 mL
g. neraca analitik
h. pinset
i. pipet volume
j. stopwatch
k. toples bertutup
2.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan kali ini
adalah :
a. diazepam (dosis = 5 mg/Kg BB)
b. eter
c. kloroform
d. pilokarpin (dosis = 7,5 mg/Kg BB)
e. propranolol (dosis = 30 mg/Kg BB)
2.1.3 Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan pada percobaan kali ini adalah
mencit betina atau jantan.
Mencit
ditimbang dibagi 2 kelompok @ 4 ekor - diberi
dilakukan pengamatan setelah pemberian obat-obatan.meliputi pupil mata, diare, tremor, warna daun telinga, grooming, dan sebagainya
Pilokarpin 7,5 mg/kg BB
Hasil
Propranolol 30 mg/kg BB
8 ekor Mencit
disuntikkan secara i.p dengan dosis pada manusia 5 mg
Diazepam
diamati gejala yang timbuldicatat waktu mulai tidur (onset) dan lama tidur (durasi)
Hasil
2.2 CARA KERJA
2. 2. 1 Percobaan Obat-Obat Sistem Saraf Otonom
2. 2. 2 Percobaan Obat-Obat Sistem Saraf Pusat
a. Onset dan Durasi Barbiturat Kerja Panjang
diletakkan dalam toples dan ditutupdicatat kecepatan pernafasan dan aktivitasnyadibuka tutup toples dan dimasukkan
ditutup toples ad mencit teranestesidilepas tutup toples, dicatat onset dan durasidiamati gejala sebelum teranestesi
Mencit
dikeluarkan dari toples dan dites hilangnya rasa sakit dengan menusuk kulitnya dengan jarum suntik, dan jepit ekornya dengan pinset
Hasil
4 ekor Mencit
Kapas yang dibasahi 1,5 mL eter
diletakkan dalam toples dan ditutupdicatat kecepatan pernafasan dan aktivitasnyadibuka tutup toples dan dimasukkan
Kertas saring yang dibasahi 0,75 mL kloroform
ditutup toples ad mencit teranestesidilepas tutup toples, dicatat onset dan durasidiamati gejala yang timbul sebelum teranestesi
Mencit
dikeluarkan dari toples dan dites hilangnya rasa sakit dengan menusuk kulitnya dengan jarum suntik, dan jepit ekornya dengan pinset
Hasil
4 ekor Mencit
b. Onset dan Durasi Anestesi Umum : Eter
c. Onset dan Durasi Anestesi Umum : Kloroform
III. HASIL PERCOBAAN
3.1 Hasil Pengamatan Pengujian Obat System Saraf Pusat
No
.
Bobot Mencit
(gr)
PerlakuanVol. Pemberian
(mL)
Onset
(menit)
Durasi
(menit)
1.
2.
3.
-
Kloroform0,7504:3708:58
0,7504:5206:15
0,7502:30-
0,7508:1408:37
-
Eter1,502:24-
1,502:3602:56
1,505:1708:30
1,508:2804:34
35,89
35,14
28,39
31,32
28,56
32,02
26,04
33,40
Diazepam0,5104:0006:00
0,504:0011:00
0,405:0010:02
0,4304:3210:17
0,405:1614:57
0,4604:4212:21
0,3704:2010:04
0,4705:1915:23
3.2 Tabel Hasil Pengamatan untuk Sistem Saraf Otonom
No.Bobot mencit
(gr)
PerlakuanVol.
Pemberian
(mL)
Waktu
(menit)
Pengamatan
1.30,18Pilokarpin0,4304:27
06:01
06:25
06:54
07:01
18:07
Mata berair
Buang air besar
Telinga merah
Napas cepat
Tremor
Groming
30,210,4303:52
02:39
04:03
Mata berair
Napas cepat
Tremor
2.31,95
28,66Pilokarpin
0,455
0,412
33:40
07:00
16:07
02:51
02:00
06:00
26:53
08:00
17:17
01:33
07:00
03:09
Groming
Buang air besar
Tremor
Napas cepat
Telinga merah
Midriasis
Groming
Buang air besar
Tremor
Napas cepat
Telinga merah
midriasis
3.32,22
31,70
Propanolol
0,460
0,453
00:27
05:01
01:33
04:23
19:16
14:18
01:00
07:20
01:57
05:33
11:48
Groming
Tremor
Napas cepat
Midriasis
Buang air besar
Telinga tegak
Groming
Tremor
Napas cepat
Midriasis
Telinga tegak
4.33,65
31,6
Propanolol0,474
0,43
01:08
30:03
09:26
07:26
15:57
31:35
Groming
Diare
Napas cepat
Telinga merah
Midriasis
Diare
08:02
07:28
19:18
Napas cepat
Telinga merah
midriasis
3.3 Perhitungan dan Analisa Data
1. Pilokarpin 1
Diketahui : Pilokarpin yang tersedia = 10 mg/ mL = 0,01 g/mL
Dosis Pilokarpin pada manusia = 7,5 mg/KgBB
Ditanya : Volume pemberian......?
Jawab :
a. Pembuatan larutan stok
ppm =
gramvolume
×106=0,01 gram1 mL
×106=10 .000 ppm
- M1. V1 = M2. V2
10.000 . V1 = 1000 . 10
V1 = 1 mL
- M2. V2 = M3. V3
1000 . 1 = M3 . 10
M3 = 100 ppm
100 ppm =gram10
×106
gram = 0,001 g = 1 mg/10 mL = 0,1 mg/mL
Dosis maksimal Pilokarpin = 7,5 mg/KgBB
Do untuk mencit = 7,5 mg x 0,00261
= 0,019575 mg / 20 g mencit
Untuk mencit BB 35 gram
Do=35 g20 g
×0,019575 mg=0,034 mg
Konsentrasi Larutan stok=
0,034 mg0,5 mg
×1 mL=0,068 mg /mL
Larutan stok 10 mL =
0,068 mg1 mL
×10 mL=0,68 mg /10 mL
Pembuatan Larutan stok =
0,68 mg0,1 mg
×1 mL=6,8 mL ad 10 mL
Untuk mencit BB 30,21 gram
Do=30,21 g20 g
×0,019575 mg=0,02956 mg
Untuk mencit BB 30,18 gram
Do=30,18 g20 g
×0,019575 mg=0,0295 38 mg
b. Perhitungan volume lar. Stok Pilokarpin yang diberikan:
BB mencit = 30,21 g
Volume dr lar.stok =
0,02956 mg0,68 mg
×10 mL=0,435 mL
BB mencit = 30,18 g
Volume dr lar.stok =
0,02953 8 mg0,68 mg
×10 mL=0,434 mL
2. Pilokarpin 2
Diketahui : Pilokarpin yang tersedia = 10 mg/ mL = 0,01 g/mL
Dosis Pilokarpin pada manusia = 7,5 mg/KgBB
Ditanya : Volume pemberian......?
Jawab :
a. Pembuatan larutan stok
ppm =
gramvolume
×106=0,01 gram1 mL
×106=10 .000 ppm
- M1. V1 = M2. V2
10.000 . V1 = 1000 . 10
V1 = 1 mL
- M2. V2 = M3. V3
1000 . 1 = M3 . 10
M3 = 100 ppm
100 ppm =gram10
×106
gram = 0,001 g = 1 mg/10 mL = 0,1 mg/mL
Dosis maksimal Pilokarpin = 7,5 mg/KgBB
Do untuk mencit = 7,5 mg x 0,00261
= 0,019575 mg / 20 g mencit
Untuk mencit BB 35 gram
Do=35 g20 g
×0,019575 mg=0,034 mg
Konsentrasi Larutan stok=
0,034 mg0,5 mg
×1 mL=0,068 mg /mL
Larutan stok 10 mL =
0,068 mg1 mL
×10 mL=0,68 mg /10 mL
Pembuatan Larutan stok =
0,68 mg0,1 mg
×1 mL=6,8 mL ad 10 mL
Untuk mencit BB 31,95 gram
Do=31 , 96 g20 g
×0,019575 mg=0,031 mg
Untuk mencit BB 28,66 gram
Do=28,66 g20 g
×0,019575 mg=0,028 mg
b. Perhitungan volume lar. Stok Pilokarpin yang diberikan:
BB mencit = 31,95 g
Volume dr lar.stok =
0,031 mg0,68 mg
×10 mL=0,455 mL
BB mencit = 28,66 g
Volume dr lar.stok =
0,0 28 mg0,68 mg
×10 mL=0,412 mL
3. Diazepam 1
Diketahui : Dosis Diazepam = 5 mg
Berat mencit A = 28,56 g
Berat mencit B = 32,02 g
Larutan stock = 0,456 mg/10 mL = 0,0456 mg/mL
Pemberian secara intraperitoneal
Ditanya : Volume pemberian pada mencit A dan B ......?
Jawab :
Dosis Konversi = 5 mg x 0,00261
= 0,01305 mg/20g Mencit
a. Untuk mencit A
Dosis = 28,56 g
20 g×0,01305 mg=0,0186 mg
Volume dr lar.stok = 0,0186 mg0,456 mg
×10 mL=0,4078 mL
b. Untuk mencit B
Dosis = 32,02 g
20 g×0,01305 mg=0,021mg
Volume dr lar.stok = 0,021 mg0,456 mg
×10 mL=0,458 mL
4. Diazepam 2
Diketahui : Dosis dizepam pada manusia 5 mg
Berat mencit A = 28,39 g
Berat mencit B = 31,32 g
Larutan stock = 0,456 mg/10 ml = 4,56 mg/ml
Pemberian secara intraperitoneal
Ditanya : Volume pemberian......?
Jawab :
Dosis Konversi = 5 mg x 0,00261
= 0,01305 mg/20g Mencit
a. Untuk mencit A :
BB mencit = 28,39 g
dosis = 28,39 g
20 g x 0,01305 mg = 0.018 mg
Volume pemberian = 0,018 mg
4,56 mg /ml = 0,4 ml
b. Untuk mencit B :
BB mencit = 31,32 g
dosis = 31,32 g
20 g x 0,01305 mg = 0,02 mg
Volume pemberian = 0,02 mg
4,56 mg /m l = 0,43 ml
5. Diazepam 3
Diketahui : Dosis dizepam pada manusia 5 mg
Berat mencit A = 26,04 g
Berat mencit B = 33,4 g
Larutan stock = 0,456 mg/10 ml = 4,56 mg/ml
Pemberian secara intraperitoneal
Ditanya : Volume pemberian......?
Jawab :
Dosis Konversi = 5 mg x 0,00261
= 0,01305 mg/20g Mencit
a. Untuk mencit A :
Dosis =
26,04 g20 g x 0,01305 mg = 0,0169 mg
Volume pemberian =
0,0169 mg0,0456 mg/mL = 0,37 mL
b. Untuk mencit B :
Dosis =
33,4 g20 g x 0,01305 mg = 0,0217 mg
Volume pemberian =
0,0217 mg0,0456 mg/mL = 0,47 mL
6. Diazepam 4
Diketahui : Dosis Diazepam = 5 mg
Berat mencit A = 35,89 g
Berat mencit B = 35,14 g
Larutan stock = 0,456 mg/10 mL = 0,0456 mg/mL
Pemberian secara intraperitoneal
Ditanya : Volume pemberian pada mencit A dan B ......?
Jawab :
Dosis Konversi = 5 mg x 0,00261
= 0,01305 mg/20g Mencit
a. Untuk mencit A
Dosis = 35,89 g
20 g×0,01305 mg=0,0234 mg
Volume pemberian = 0,0234 mg0,456 mg
× 10 mL=0,51 mL
b. Untuk mencit B
Dosis = 35,14 g
20 g× 0,01305 mg=0,023 mg
Volume pemberian = 0,023 mg0,456 mg
×10 mL=0,5 mL
7. Propanolol 1
Diketahui : Dosis Propanolol = 30 mg/kg BB
Berat mencit A = 32,22 g
Berat mencit B = 31,70 g
Larutan stock = 27,4 mg/100 mL
Pemberian secara intraperitoneal
Ditanya : Volume pemberian pada mencit A dan B ......?
Jawab :
Dosis Konversi = 30 mg/kg BB x 0,00261
= 0,0783 mg/20g Mencit
a. Untuk mencit A
Dosis = 32,22 g
20 g×0,0783 mg=0,126 mg
Volume pemberian = 0,0126 mg
27,4 mg×100 mL=0,460 mL
b. Untuk mencit B
Dosis = 31,70 g
20 g×0,0783 mg=0,124 mg
Volume pemberian = 0,124 mg27,4 mg
× 100 mL=0,453 mL
8. Propanolol 2
Diketahui : Dosis Propanolol = 30 mg/kg BB
Berat mencit A = 33,65 g
Berat mencit B = 31,60 g
Larutan stock = 27,4 mg/100 mL
Pemberian secara intraperitoneal
Ditanya : Volume pemberian pada mencit A dan B ......?
Jawab :
Dosis Konversi = 30 mg/kg BB x 0,00261
= 0,0783 mg/20g Mencit
a. Untuk mencit A
Dosis = 33,65 g
20 g×0,0783 mg=0,13 mg
Volume pemberian = 0,13 mg27,4 mg
× 100 mL=0,474 mL
b. Untuk mencit B
Dosis = 31,60 g
20 g×0,0783 mg=0,12 mg
Volume pemberian = 0,12 mg27,4 mg
× 100 mL=0,43 mL
3.4 Analisis Hasil
Descriptives
NMeanStd.
DeviationStd.
Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum
Maximum
Lower Bound
Upper Bound
Data_Durasi
Kloroform 0,75 mL
43.80503.486641.74332-1.74309.3530.008.30
Eter 1,5 mL
45.77504.003892.00194-.596112.1461.008.58
Diazepam811.1050
2.937651.038628.649113.56096.0015.23
Total16
7.94754.562531.140635.516310.3787.0015.23
Data_Onset
Kloroform 0,75 mL
44.51252.853291.42665-.02779.05272.248.28
Eter 1,5 mL
43.58251.05509.527551.90365.26142.304.52
Diazepam84.9113.95898.339054.10955.71304.007.00
Total16
4.47941.61070.402673.62115.33772.248.28
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statisticdf1df2Sig.
Data_Durasi.186213.832
Data_Onset5.381213.020
ANOVA
Sum of SquaresdfMean SquareFSig.
Data_DurasiBetween Groups167.279283.6397.500.007
Within Groups144.9721311.152
Total312.25115
Data_OnsetBetween Groups4.71422.357.896.432
Within Groups34.201132.631
Total38.91515
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable(I) Durasi_Obat(J) Durasi_Obat
Mean Differenc
e (I-J)Std.
ErrorSig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Data_Durasi
Tukey HSD
Kloroform 0,75 mL
Eter 1,5 mL-1.970002.36132.689-8.20494.2649
Diazepam-7.30000*2.04496.009-12.6996
-1.9004
Eter 1,5 mLKloroform 0,75 mL
1.970002.36132.689-4.26498.2049
Diazepam-5.330002.04496.053-10.7296
.0696
DiazepamKloroform 0,75 mL
7.30000*2.04496.0091.900412.6996
Eter 1,5 mL5.330002.04496.053-.069610.7296
LSDKloroform 0,75 mL
Eter 1,5 mL-1.970002.36132.419-7.07133.1313
Diazepam-7.30000*2.04496.003-11.7179
-2.8821
Eter 1,5 mLKloroform 0,75 mL
1.970002.36132.419-3.13137.0713
Diazepam-5.33000*2.04496.022-9.7479-.9121
DiazepamKloroform 0,75 mL
7.30000*2.04496.0032.882111.7179
Eter 1,5 mL5.33000*2.04496.022.91219.7479
Data_Onset
Tukey HSD
Kloroform 0,75 mL
Eter 1,5 mL.930001.14692.703-2.09843.9584
Diazepam-.39875.99326.916-3.02142.2239
Eter 1,5 mLKloroform 0,75 mL
-.930001.14692.703-3.95842.0984
Diazepam-1.32875.99326.400-3.95141.2939
DiazepamKloroform 0,75 mL
.39875.99326.916-2.22393.0214
Eter 1,5 mL1.32875.99326.400-1.29393.9514
LSDKloroform 0,75 mL
Eter 1,5 mL.930001.14692.432-1.54783.4078
Diazepam-.39875.99326.695-2.54461.7471
Eter 1,5 mLKloroform 0,75 mL
-.930001.14692.432-3.40781.5478
Diazepam-1.32875.99326.204-3.4746.8171
DiazepamKloroform 0,75 mL
.39875.99326.695-1.74712.5446
Eter 1,5 mL1.32875.99326.204-.81713.4746
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Data_Durasi
Durasi_ObatN
Subset for alpha = 0.05
12
Tukey HSDa,,bKloroform 0,75 mL
43.8050
Eter 1,5 mL45.77505.7750
Diazepam811.1050
Sig..641.068
Duncana,,bKloroform 0,75 mL
43.8050
Eter 1,5 mL45.7750
Diazepam811.1050
Sig..3771.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.800.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Data_Onset
Durasi_ObatN
Subset for alpha = 0.05
1
Tukey HSDa,,bEter 1,5 mL43.5825
Kloroform 0,75 mL
44.5125
Diazepam84.9113
Sig..436
Duncana,,bEter 1,5 mL43.5825
Kloroform 0,75 mL
44.5125
Diazepam84.9113
Sig..249
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.800.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.Means Plots
IV. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mempraktekkan serta mengetahui
penggunaan obat-obat sistem syaraf dan melihat onset serta durasi efek yang
dihasilkan oleh hewan uji. Pada obat-obat yang bekerja terhadap susunan
saraf sentral dibagi menjadi atas dua golongan yang mempengaruhi efek
farmakodinamika yang merangsang atau menghambat aktivas otak, tulang
belakang dan syaraf-syarafnya. Sistem saraf otonom yaitu suatu sistem saraf
yang tidak dapat dikendalikan oleh kemauan kita melalui otak. Obat-obat
sistem saraf otonom yang digunakan pada percobaan adalah pilokarpin dan
propranolol. Obat-obat sistem saraf pusat digunakan obat yaitu diazepam, eter
dan kloroform.
Profil obat sistem saraf otonom yang digunakan, yaitu pilokarpin
adalah contoh obat kolinergik. Apabila obat tersebut dikonsumsi akan
menimbulkan efek farmakodinamik seperti miosis, peristalsis saluran cerna
meningkat, sekresi asam lambung meningkat, kejang, bronkus kontriksi,
kontraksi jantung diperlambat,vasodilatasi, kelnjar ludah, keringat meningkat
dan diuresis. Berdasarkan data pengamatan yang didapat maka hasil yang
diperoleh sudah sesuai dengan literatur. Hal ini membuktikan bahwa
pilokarpin berfungsi dengan baik sebagai kolinergik. Sedangkan propanolol
adalah obat antiadrenergik. Efek farmakodinamik dari obat antiadrenergik
adalah midriasis, bronkodilatasi, takikardi, vasokonstriksi, kelenjar ludah dan
keringat berkurang, peristaltik usus dan lambung berkurang. Berdasarkan data
yang diperoleh ada beberapa pengamatan yang tidak sesuai dengan literatur,
yaitu terjadinya midriasis dan denyut nadi cepat. Berdasarkan data yang
didapat mencit mengalami miosis dan midriasis. Hal ini bisa terjadi mungkin
dikarenakan kesalahan oleh praktikan dalam pengamatan.
Perlakuan untuk pengujian obat system saraf otonom dilakukan dengan
pertama-tama delapan mencit ditimbang lalu dihitung dosis dan volume
pemberian untuk masing-masing mencit. Empat mencit diuji dengan
pilokarpin dan empat lainnya dengan propanolol. Pada mencit dengan
pilokarpin teramati adanya mata berair, buang air besar, telinga merah, napas
cepat, tremor, midriasis dan groming. Tanda-tanda yang teramati tersebut
sesuai dengan parameter obat-obat kolinergik. Pada mencit dengan
propanolol teramati adanya groming, tremor, napas cepat, midriasis, buang air
besar dan telinga tegak. Tanda-tanda yang teramati tersebut sesuai dengan
parameter obat-obat antiadrenergik.
Pada percobaan untuk obat-obat sistem saraf otonom berbeda dengan
obat sistem saraf pusat. Percobaan ini yang diamati adalah waktu onset dan
durasinya. Ada dua jenis perlakuan yang dilakukan kepada mencit pada
percobaan ini, untuk obat eter dan kloroform digunakan secara inhalasi,
sedangkan untuk obat diazepam digunakan secara injeksi intraperitoneal.
Pada pengujian obat system saraf pusat digunakan anestesi umum yaitu obat-
obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi pada pusat-pusat saraf
tertentu yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran
ditiadakan. Tujuan dari anastesi adalah untuk mencapai tahap anestesia
dengan sedikit mungkin kerja ikutan atau efek sampingnya. Beberapa syarat
yang harus dipenuhi suatu anestesi adalah berbau enak dan tidak merangsang
selaput lendir, mula kerja cepat tanpa efek samping, cepat sadar tanpa efek
samping. Eter dan kloroform merupakan anestesi inhalasi dimana diberikan
sebagai uap melalui saluran pernafasan. Dimana digunakan sistem terbuka
yakni penetesan langsung keatas kain kasa yang menutup mulut atau uap
yang dihasilkan dari larutan tersebut terhirup oleh hidung. Efek samping dari
penggunaan eter yaitu mengurangi kontraksi jantung. Kloroform memilki
efek yaitu dapat merusak hati. Diazepam yang mempunyai rumus molekul
C16H13N2Cl O , termasuk obat dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan,
dan sedatif. Indikasi dari diazepam adalah untuk status epileptikus, ansietas
atau insomnia, konvulsi akibat keracunan, kejang, demam, dan untuk spasme
otot. Diazepam berikatan dengan reseptor-reseptor stereospesifik
benzodiazepin di neuron postsinaptik GABA pada beberapa sisi di dalam
Sistem Syaraf Pusat (SSP).
Pada percobaan ini mencit diletakkan dalam toples, menutup toples
dan mencatat kecepatan pernafasan dan aktifitasnya. membuka tutup toples,
memasukkan kertas saring yang telah dibasahi dengan kloroform. Begitu juga
perlakuan untuk eter. Menutup toples sampai mencit teranestasi. Melepas
tutup toples, mencatat onset dan durasinya serta mengamati gejala yang
timbul sebelum menit teranestasi. Mengeluarkan mencit dari toples, dan test
hilangnya rasa sakit dengan menusuk kulitnya dengan jarum suntik dan jepit
ekornya dengan pinset. Nilai onset dan durasi beragarm, ada cepat dan ada
yang lambat, serta ada pula mencit yang mengalami kematian. Hal ini
mungkin terjadi karena terjadinya vasodilatasi yang sangat kuat.
Pada perlakuan yang kedua, mencitnya ditimbang dan didapat volume
pemberian larutan obat sesuai dengan bobot badan mencit. Dilakukan
penyuntikan larutan diazepam secara intraperitoneal kemudian diamati waktu
onset dan durasi dari perlakuan tersebut. Onset dan durasi pada pemberian
diazepam pada delapan mencit berbeda-beda tetapi selisihnya tidak terlalu
signifikan. Berdasarkan pengamatan, maka kloroform memiliki onset tercepat
jika dibandingkan dengan dua jenis obat yang lain. Urutan onset obat sistem
saraf pusat dari yang tercepat sampai paling lambat adalah kloroform, eter
dan diazepam. Eter memiliki durasi tercepat dibandingkan dengan 2 jenis
obat yang lain. Urutan durasi obat sistem saraf pusat dari yang tercepat
sampai paling lambat adalah eter, kloroform, dan diazepam. Hal ini
dikarenakan kloroform merupakan zat yang paling pekat dibandingkan eter
serta daya uapnya diudara paling kecil serta zat yang paling merangsang
saluran pernapasan akibat bau yang ditimbulkannya.
Nilai onset dan durasi dari ketiga jenis obat sistem saraf pusat dibuat
data statistik analisa varian pola searah (ANOVA) dengan tingkat
kepercayaan 95% . Jika sig > 0,05 maka Ho diterima dan Hi ditolak, dan jika
sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Hi diterima.. Nilai tersebut > 0,05 yang
artinya menunjukkan hipotesis awal diterima. Berdasarkan nilai sig tersebut,
berarti di antara ketiga obat yang digunakan yaitu kloroform, eter dan
diazepam tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna atau signifikan.
Sedangkan untuk nilai sig durasi diperoleh nilai yang kurang dari 0,05.
Artinya hipotesis awal ditolak karena menunjukkan ada perbedaan yang
bermakna di antara ketiga obat tersebut. Perbedaan yang signifikan pada
durasi terlihat pada diazepam, hal ini disebabkan karena durasi diazepam
terlalu lama.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan kali ini adalah sebagai
berikut :
1. Obat-obat sistem saraf otonom yang digunakan pada percobaan adalah
pilokarpin dan propranolol. Sedangkan untuk obat-obat sistem saraf pusat
digunakan obat yaitu diazepam, eter dan kloroform.
2. Pada mencit dengan pilokarpin teramati adanya mata berair, buang air
besar, telinga merah, napas cepat, tremor, midriasis dan groming. Tanda-
tanda yang teramati tersebut sesuai dengan parameter obat-obat kolinergik.
3. Pada mencit dengan propanolol teramati adanya groming, tremor, napas
cepat, midriasis, buang air besar dan telinga tegak. Tanda-tanda yang
teramati tersebut sesuai dengan parameter obat-obat antiadrenergik.
4. Urutan onset obat sistem saraf pusat dari yang tercepat sampai paling
lambat adalah kloroform, eter dan diazepam.
5. Urutan durasi obat sistem saraf pusat dari yang tercepat sampai paling
lambat adalah eter, kloroform, dan diazepam.
6. Dari analisis ANOVA diperoleh nilai sig untuk onset > 0,05 yang artinya
menunjukkan hipotesis awal diterima. Berarti tidak terdapat perbedaan
yang bermakna atau signifikan diantara ketiga obat tersebut.
7. Dari analisis ANOVA diperoleh nilai sig untuk durasi < 0,05 yang artinya
hipotesis awal ditolak karena menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
antara natrium pentotal terhadap 2 jenis obat yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 2001. Obat-Obat Sistem Saraf Pusat.http://nardinurses.files.wordpress.com/2008/02/obat-stimulasi-sistem-saraf.pdfDiakses tanggal 1 November 2010
Ganiswarna, S. G. 2005. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. FKUI. Jakarta.
Misra, A., S. Ganesha, S. A.. 2003. Central Nervous System Drug. Pharmacy Departement. University of Baroda.http://www.ualberta.ca/~csps/JPPS6(2)/A.Misra/delivery.pdf
Sunardi, 2010. Obat Sistem Saraf.http://nardinurses.files.wordpress.com/2008/02/obat-sistem - saraf . pdf .Diakses tanggal 1 November 2010
Tjay T. H & K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo. Jakarta.