print jiwa fix
DESCRIPTION
ajengTRANSCRIPT
1
PRESENTASI KASUS PSIKIATRI
Disusun oleh:
Galuh Ajeng Firsty
1410221064
Pembimbing:
dr. Titis Diah Budiningwati, SpKJ
Diujikan pada tanggal: 26 Februari 2016
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN – UPN “VETERAN’ JAKARTA
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
2
PERIODE 8 FEBRUARI 2016 – 11 MARET 2016
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama pasien : Ny. U
Umur/ tanggal lahir : 34 tahun / 18-7-1981
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : D1
Alamat : Cileungsi Gandoan, Asrama Gudpusi
No RM : 805486
Tanggal masuk : 16 Februari 2016, Jam 00.30 WIB, Paviliun Amino
II. Riwayat Psikiatri
Alloanamnesis : 21 Februari 2016 bersama Ny R, Adik kandung pasien, Pukul 10:00
WIB di Paviliun Amino
Autoanamnesis : 20-23 Februari 2016, di Paviliun Amino
A. Keluhan utama :
Pasien marah-marah dan mengamuk sejak 2 hari SMRS
B. Keluhan tambahan :
Pasien bicara sendiri dan kacau sehingga sulit untuk ajak komunikasi.
C. Riwayat Gangguan Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto pukul 00.30 WIB diantar oleh adik
kandung, sepupu, adik ipar, dan kakak ipar pasien. Keluhan yang terdapat pada pasien
yaitu marah-marah, mengamuk, bicara sendiri dan bicara kacau sejak 2 hari SMRS.
Saat di IGD, pasien sempat memberontak dan melarikan diri karena tidak ingin di
rawat. Pasien membantah bahwa dirinya sakit sehingga tidak ada alasan baginya untuk
di bawa ke Rumah Sakit. Pasien masih menggunakan mukenah saat dibawa ke RS
karena mengaku ingin sholat terlebih dahulu dan tidak mau disentuh siapapun karena
3
takut terkena yang bukan muhrimnya . Sebelum dibawa ke RS, Senin pagi, pasien
marah-marah tidak terkontrol dan mengamuk setelah sholat subuh. Marah terutama saat
perkataannnya tidak didengar, dibantah atau di potong saat sedang berbicara. Seluruh
keluarga di paksa untuk berpuasa dan sholat. Saat keluarga menanyakan alasannya,
pasien hanya menjawab “saya disuruh Allah”. Merasa tidak didengar, pasien menarik
ibu kandungnya kedalam kamar lalu menguci pintu kamar dan memaksa ibu
kandungnya untuk berpuasa. Setelah itu, pasien membuka pintu dan memanggil adik
kandungnya supaya anak adik yang sedang sakit disembuhkan dengan menggunakan
air minum yang sudah dibacakan doa oleh pasien, sambil mengatakan “saya saja yang
menyembuhkan, saya bisa”. Selain itu, pasien juga marah-marah sambil mengatakan
bahwa “ingin punya anak, ingin punya anak kandung supaya ada kontak batin dengan
anak saya, sekarang saya nggak ada kontak batin dengan chacha”.
Kemudian kembali marah-marah dan berteriak bahwa “semua yang ada dirumah ini
selingkuh, kecuali saya”. Pasien menuduh sambil menunjuk-nunjuk kearah kakak ipar
dan adik iparnya. Kemudian pasien menuju kekamar dan ingin menutup pintu. Tetapi
oleh kakak ipar pasien, pintu tersebut di dobrak dan mengakibatkan kepala pasien
terbentur kemudian terjatuh. Lalu pasien di pegangi oleh kedua ipar nya tersebut untuk
dibawa ke IGD RS. Pasien kemudian semakin mengamuk, melempar barang, dan
memukul tangan adik iparnya. lalu mengatakan “saya akan ingat sampai mati orang
yang membawa saya ke RS” dan “Saya mau sholat dulu, saya belum sholat” berulang
hingga menuju RS. Saat di RS, pasien sempat lari dan bersembunyi dibawah pohon.
Berhasil dibawa ke IGD setelah adik kandung mencoba membujuk pasien. Saat itu
pasien terus-terusan menggunakan mukenahnya.
Pasien mulai menunjukan gejala marah-marah saat 1 minggu SMRS hanya tidak
terlalu digubris. Keluarga mengatakan sebelum gejala marah-marah, pasien sempat
mengeluh sakit perut yang sangat mengganggu, dan pasien mengkonsumsi obat dengan
kandungan antasida karena diakui juga bahwa pasien memiliki riwayat gastritis. 3 hari
SMRS (hari Sabtu) pasien datang dari Magetan untuk membereskan rumah pasien yang
di cileungsi. Kemudian hari berikutnya, pasien menginap di rumah adik pasien didaerah
Tangerang. Saat di ajak ke pasar, adiknya mengatakan pasien tidak menawar dan tidak
mengambil kembalian belanjaan “ambil saja kembaliannya untuk bapak”. Hal itu
dilakukan kepada semua penjual tempat pasien membeli kebutuhannya. Adik pasien
merasa aneh karena biasanya pasien mencoba menawar harga yang diberikan penjual
dan tidak pernah melakukan hal yang sama sebelumnya.
4
Saat ini, pasien tidak ingin mengingat mengapa dirinya dibawa ke RSPAD. Saat
ditanyakan, pasien hanya menjawab bahwa dirinya marah tidak terkontrol, mengamuk
dan memukul tangan iparnya. Pasien sadar bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang
tidak normal dan salah tetapi tidak mengerti kesalahannya dimana. Pasien mengatakan
sempat mendengar bisikan-bisikan tetapi pasien tidak ingin membahas hal tersebut
karena hal itu sudah lewat dan pasien hanya ingin sembuh agar dapat segera pulang
untuk bertemu anaknya di Magetan.
Pasien ingat dirinya pernah dirawat di Paviliun amino 3 hari, karena marah-marah
yang tidak terkontrol. Pasien banyak menceritakan tentang anak dan suami pasien.
D. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Menurut keterangan pasien dan keluarganya, pasien pernah dirawat selama 3 hari di
Paviliun Amino, bulan Mei tahun 2015 dan rutin mengkonsumsi obat (keluarga dan
pasien tidak tahu obat yang diminum) selama 2 bulan. Masuk dengan marah-marah,
mengamuk, dan sulit untuk di ajak berkomunikasi. Saat itu pasien dibawa oleh suami
pasien. Menurut adik pasien, pasien sempat mengatakan tidak suka dengan tetangga
perempuan yang pernah meminta bantuan kepada suaminya, namun menggunakan
pakaian yang kurang pantas atau kurang sopan menurut pasien. Saat ditanyakan dimana
perempuan itu sekarang oleh adiknya, pasien terus menerus mengatakan “ada disitu”
sambil menunjuk kearah tanah kosong. Keluarga mengatakan sebelum mengalami
gejala kejiwaan pada bulan mei, pasien sempat mengeluh tidak nyaman pada bagian
perutnya, persis dengan gejala awal yang dirasakan sekarang.
Adik pasien mengatakan bahwa pasien mulai menunjukan keanehan semenjak
pindah ke rumah dinas tentara yang berada di Cileungsi. Menurut adiknya, pasien
merupakan orang yang tertutup dan jarang mengeluh kepada keluarga, dengan alasan
tidak ingin merepotkan keluarga. Tetapi saat di Cileungsi, pasien sempat mengeluh
tidak betah karena lingkungannya terutama tetangganya kurang nyaman dan tidak
bersahabat. Berbeda dengan lingkungan rumah sebelumnya yaitu di lenteng agung,
dimana pasien sangat dekat dan akrab dengan semua tetangganya. Oleh karena itu
pasien merasa tidak memiliki teman dan terkesan seperti di musuhi selama di cileungsi.
6 bulan tinggal di cileungsi, pasien menjadi lebih pendiam dan sangat jarang bercerita
mengenai masalahnya. Hingga kemudian mengalami gejala pertama, yaitu pada bulan
5
Mei 2015. Setelah pulang dari perawatan, pasien langsung diajak keluarganya pindah
ke kampung halamannya di Magetan. Kemudian pada bulan Januari 2016, pasien diajak
suaminya untuk kembali ke Cileungsi beberapa hari. Setelah suami pasien berangkat
pendidikan pada tanggal 20 Januari 2016, pasien kembali lagi ke Magetan. Pada awal
bulan Februari 2016, pasien mendapat kabar bahwa rumah di Cileungsi akan di
renovasi. Karena suami pasien sedang pendidikan, pasien datang ke cileungsi untuk
membereskan barang-barang. 1 hari di Cileungsi, kemudian pasien menginap ke rumah
adiknya dan gejala yang tidak terkontrol tersebut mulai terlihat saat itu.
2. Riwayat Medik Umum
Pasien menyangkal adanya riwayat Hipertensi, DM, asma, kolestrol, penyakit jantung
dan ginjal. Riwayat trauma, penyakit saraf, riwayat kejang, tumor otak, nyeri kepala juga
disangkal oleh pasien. Tetapi pasien mengakui riwayat gastritis yang terutama muncul saat
dalam kondisi banyak pikiran.
3. Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol, bukan perokok aktif, maupun menggunakan
obat obatan terlarang yang rutin maupun penggunaan jangka panjang. Penggunaan
narkoba disangkal.
E. Riwayat Kehidupan Pribadi :
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien mengaku dilahirkan secara normal oleh bidan. Pasien merupakan anak ke lima
dari enam bersaudara. Pasien merupakan anak kembar. Memiliki saudara kembar
perempuan.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien tumbuh dengan normal sesuai seusianya. Pasien tinggal dengan kedua orang
tuanya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien bersekolah di SD Negeri di Magetan. Hubungan pasien dengan saudaranya cukup
harmonis. Pasien merupakan murid yang cukup aktif dalam kegiatan sekolah. Pasien
senang bermanja-manja dengan orang tua pasien.
6
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien menjalani pendidikan di salah satu SMP Negeri di Magetan. Pasien mengaku
prestasinya cukup baik dan mampu mengimbangi teman-teman sebayanya. Pasien juga
melanjutkan pendidikan SMA di Magetan agar pasien dapat tetap tinggal bersama dengan
kedua orang tuanya. Menurut ibu dan adik pasien merupakan orang yang suka bercanda
layaknya orang lain, tetapi cenderung tertutup jika ada masalah dengan alasan tidak ingin
merepotkan orang lain.
5. Masa dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien melanjutkan pendidikannya di jakarta, yaitu D1 komputer dan tinggal bersama
bibinya.
b. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Pasien rajin sholat lima waktu sesuai dengan waktunya.
c. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat masalah hingga terlibat dalam proses pengadilan.
d. Riwayat Pernikahan
Pasien merupakan seorang istri tentara. Pasien menikah dengan suami tahun 2007. Pasien
mengaku suaminya merupakan pacar pertamanya. Dirinya kenal dengan suami atas dasar
suka sama suka, tidak dijodohkan. Hanya saja suami dikenalkan oleh bibinya yang juga
merupakan istri seorang tentara. Pasien mengatakan sangat mencintai suaminya dan
bangga dengan suaminya. Pasien mengaku bahagia dengan kehidupan pernikahannya.
Pasien pernah mengatakan “cemburu dengan suami, tetapi hal tersebut merupakan
cemburu yang wajar dan saya selalu percaya dengan suami saya”. Pasien belum memiliki
anak kandung selama 8 tahun pernikahan. Tetapi pasien mengatakan hanya berserah dan
berusaha. Saat ini pasien memiliki anak angkat perempuan yang berusia 4,5 tahun.
e. Riwayat Psikoseksual
Pasien memiliki orientasi seksual yang normal yaitu heteroseksual.
7
F. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke 5 dari 6 bersaudara. Pasien merupakan anak kembar dari
pasangan orang tuanya. Ayah pasien sudah meninggal dunia sejak lama. Dalam
keluarga, tidak ada yang mengalami gejala seperti yang terjadi dengan pasien.
GENOGRAM
Keterangan :
Pasien
Perempuan
Laki-Laki
Meninggal
G. Riwayat Sosial Ekonomi Sekarang
Pasien tinggal satu rumah dengan orang tua dan saudaranya sekarang. Awalnya pasien
hanya tinggal bersama suami dan anak angkat pasien. Suami pasien berkerja sebagai
TNI AD dengan gaji mencukupi untuk membiayai keluarga kecilnya.
H. Persepsi
a. Persepsi pasien tentang diri dan lingkungan
8
Pasien menyadari bahwa dirinya sedang sakit, dan ada yang salah terhadap dirinya.
Namun pasien tidak mengerti bagian yang salahnya dari mana. Pasien merasa rindu
kepada anaknya sehingga pasien ingin segera pulang ke rumahnya.
b. Persepsi Keluarga terhadap pasien
Keluarga pasien mengetahui bahwa pasien memiliki gangguan jiwa sejak Mei
2015. Hal ini tentunya dikarenakan pasien sempat dirawat di RSPAD paviliun
Amino. Keluarga beranggapan bahwa pasien pasien banyak yang dipikirkan tetapi
karena pasien tipe orang yang kurang terbuka, maka gejala tersebut merupakan
luapan dari pikiran dan emosi pasien yang tidak pernah diceritakannya. Seluruh
keluarga dan termasuk suami pasien menerima keadaan pasien dan berusaha
membuat pasien sembuh.
III. Status Mental
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 34 tahun tampak sesuai dengan
usianya, kulit sawo matang dengan menggunakan kerudung. Kerapihan dan
perawatan diri pasien baik.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara, pasien duduk di kursi, tampak tenang. tetapi saat
ditanyakan mengenai hubungan pernikahan, apakah pernah mengalami rasa
cemburu atau tidak, wajah pasien langsung berubah menunjukkan bahwa
kurang senang dan cenderung marah mengenai pertanyaan tersebut. Reaksi
yang sama juga ditunjukkan saat menanyakan hal apa yang membuat pasien
dibawa ke Rumah sakit. Pasien sesekali melakukan kontak mata saat
berbicara, dan menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sesuai pertanyaan
(mengerti dan menyambung).
3. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien koorperatif dan cukup fokus saat proses wawancara berlangsung.
Kontrol impuls pasien cukup baik.
B. Mood dan Afek
1. Mood : eutimik-iritabel
9
2. Afek : tidak sesuai / inappropriate
C. Bicara
Pasien bicara cukup. Artikulasi jelas. Volume suara normal.
D. Gangguan Persepsi
Terdapat Halusinasi auditorik tetapi kurang dapat digali lebih dalam
karena pasien tidak ingin membicarakan tentang hal tersebut.
E. Pikiran
1. Bentuk atau proses berpikir
Proses berpikir pasien tentang membedakan realitas dengan palsu mengenai
bisikan kurang dapat ditelusuri karena pasien tidak ingin membahas hal
tersebut. Serta tidak ditemukan kelainan bentuk berpikir pada pasien.
2. Isi Pikiran
Tidak ditemukan waham atau gangguan isi pikiran lainnya saat pemeriksaan
F. Sensorium dan Kognisi
1. Kesiagaan dan Taraf Kesadaran
Kesiagaan baik dan kesadaran Compos Mentis.
2. Orientasi
Waktu : Baik. Pasien dapat membedakan waktu baik pagi siang
maupun malam. Pasien juga dapat mengetahui tanggal
hari dan jam.
Tempat : Baik, pasien tahu bahwa sekarang ia berada di rumah sakit
Orang : Baik. Pasien dapat mengetahui nama pemeriksa, pasien juga
ingat akan identitas dirinya, dan nama seluruh keluarga dekat
pasien.
3. Ingatan
Jangka Panjang : Baik, pasien dapat mengingat tanggal lahir keluarga
dekatnya dan memori masa kecilnya
10
Jangka Sedang : Baik. Pasien dapat mengingat kata-kata yang
pemeriksa tanyakan kembali setelah dialihkan pada
obrolan lain.
Jangka Pendek : Baik. Pasien dapat mengingat menu makan siang
pasien.
Jangka Segera : Baik, pasien langsung dapat mengulang dengan cepat
kata-kata yang pemeriksa minta tirukan.
4. Konsentrasi dan perhatian
Pasien cukup mampu mempertahankan konsentrasi dan perhatian, pasien
cukup mudah terdistraksi oleh suara luar.
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Baik, pasien dapat membaca dan menulis dengan lancar dan tepat
6. Kemampuan Visuo spasial
Pasien dapat menyebutkan jam berapa dengan tepat dan benar dan dapat untuk
menggambarkan.
7. Pikiran Abstrak
Pasien dapat mengerti istilah peribahasa “Besar pasak daripada tiang”
8. Intelegensi dan Daya informasi
Pasien dapat mengetahui dan menyebutkan nama presiden RI saat ini.
G. Pengendalian Impuls
Pengendalian Impuls pasien cukup baik. Selama proses wawancara pasien tampak
tenang.
H. Daya nilai dan tilikan
1. Daya nilai sosial
Pasien bersikap wajar terhadap pemeriksa, dokter, perawat, dan petugas
Paviliun Amino
2. Penilaian Realita
11
RTA sulit dinilai. Pasien tidak ingin menceritakan mengenai hal tersebut.
3. Tilikan
Derajat 4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak
diketahui pada diri pasien.
I. Taraf dapat dipercaya (Reliabilitas)
Pasien dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Interna
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis
- Status Gizi : Baik (BB: 43 kg; TB: 150 cm)
- Tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Respiratory rate : 20x/menit
d. Suhu : Afebris
- Mata : Visus ODS 6/6, KA anemis (-) SI (-)
- THT : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Mulut dan gigi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Thorax : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Abdomen : Nyeri tekan ulu hati (+)
- Ekstremitas : sianosis (-) edema (-)
B. Status Neurologis
- GCS : E4M5V6 = 15
- Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
- Tanda efek ekstrapiramidal : Tidak ditemukan
- Cara berjalan : Normal
- Keseimbangan : Normal
- Motorik : Normal
- Sensorik : Normal
12
B. Pemeriksaan Penunjang : -
V. Ikhtisar Penemuan Hasil Bermakna
Pemeriksaan dilakukan kepada Ny U, usia 34 tahun, agama Islam, pendidikan
terakhir D1, merupakan istri dari seorang TNI AD masuk Paviliun Amino RSPAD
Gatot Soebroto pada tanggal 16 Februari 2016. Pasien dibawa oleh keluarga nya
dengan keluhan utama pasien marah-marah dan mengamuk sejak 2 hari SMRS.
Pasien pernah dirawat di Paviliun Amino pada bulan Mei 2015 dengan keluhan
yang sama. Pasien mengatakan mendengar bisikan namun tidak ingin dibahas lebih
lanjut. Pasien menunjukkan wajah kurang senang saat ditanyakan mengenai beberapa
hal sensitif.
Berdasarkan pemeriksaan status mental, aktivitas psikomotor pasien tampak
tenang, mood eutimik-iritabel dan afek tidak sesuai. Proses pikirnya baik, isi pikir
kurang dapat dinilai. Tampak bicara spontan, Orientasi tempat baik dan bersikap wajar
dengan orang lain disekitarnya. Gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik kurang
dapat di nilai dengan Derajat tilikan 4. Pasien kooperatif dan cukup bicara.
VI. Formulasi diagnostik
Aksis I
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit pada pasien ditemukan adanya pola
perilaku yang secara klinis bermakna dan khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) dan hendaya (disability), sehingga pada pasien ini dapat
disimpulkan bahwa pasien memiliki gangguan jiwa.
Pada pasien ini diambil diagnosis Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini
Manik dengan Gejala Psikotik (F31.2) karena memenuhi kriteria dari gangguan
afektif bipolar, dan memenuhi kriteria mania dengan gejala psikotik.
Menurut PPDGJ III – DSM 5, pasien ini diambil diagnosis tersebut karena temuan
pada pasien sesuai dengan kriteria, yakni :
Untuk menegakkan diagnosis pasti :
- Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2); dan
- Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif atau campuran) dimasa lampau
13
Aksis II
Gangguan Kepribadian Paranoid (F60.0)
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Pada pasien ini ditemukan adanya masalah dengan lingkungan sosial yaitu tetangganya.
Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian aktivitas sehari – hari menggunakan skala Global
Assessment of Functioning. Nilai GAF pasien saat masuk RS adalah 40-31 yaitu terdapat
beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, serta disabilitas
berat dalam beberapa fungsi. Nilai GAF pasien saat ini adalah 70-61 yaitu beberapa
gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi secara umum masih baik.
VII. Evaluasi multiaksial
Aksis I : Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik
Aksis II : Gangguan Kepribadian Paranoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF Scale 70-61
GAF Scale 1 minggu terakhir 40-31
VIII. Diagnosis
Diagnosis Kerja : Gangguan Afektif Bipolar Episode kini Manik dengan Gejala Psikotik
(F31.2)
Diagnosa Banding : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
IX. Daftar Masalah
Organobiologik : Tidak ditemukan
Psikologik
Mood : Eutimik-Iritabel
Afek : Tidak sesuai / inappropriate
Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik
Proses/bentuk pikir : Baik
Isi pikir : Tidak ditemukan
14
Tilikan : Derajat 4
Lingkungan dan Sosial
Pasien ini memiliki masalah dengan lingkungan sosial
X. Prognosis
A. Faktor – faktor yang mendukung ke arah prognosis baik:
Dukungan dari keluarga pasien
Kepatuhan minum obat yang baik
Tidak memiliki riwayat keluarga skizofrenia
B. Faktor – faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk:
Sudah relaps curiga akibat adanya stressor
Cukup Dependen terhadap suami
Derajat Tilikan 4
Jadi kesimpulan prognosisnya adalah:
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
XI. Rencara Terapi
a. Psikofarmaka
Risperidon 2x2 mg PO
Clozapine 1x25 mg PO
b. Psikoterapi
1. Terhadap pasien :
- Terapi perilaku
Untuk meningkatkan kemampuan sosial penderita mulai dari kemampuan
memenuhi diri sendiri, mengajarkan perilaku adaptif, keteraturan minum obat.
- Terapi Okupasi
Bertujuan untuk membantu pasien untuk bekerja dan beraktivitas seperti dulu.
2. Terhadap Keluarga
- Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang pasien miliki sehingga
keluarga dapat lebih mengerti kondisi yang dialami oleh pasien saat ini dan dapat
15
menerima pasien dengan keadaanya yang sekarang.
- Menunjuk salah satu dari anggota keluarga untuk menjadi “key person” sehingga
pasien dapat terkontrol untuk minum obat agar tidak terjadi kekambuhan pada
pasien.
XII. Diskusi Kasus
Diagnosis Bipolar diambil apabila dapat episode berulang dimana afek pasien dan
tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdapat peningkatan afek
disertai penambahan energi dan aktivitas, dan pada waktu lain berupa penurunan afek
disertai pengurangan energi dan aktivitas.
Pada pasien ini disingkirkan GMO yaitu dari autoanamnesis bahwa pasien tidak ada
memiliki riwayat trauma pada kepalanya, pasien tidak ada merasakan nyeri kepala,
pusing, mual, muntah sebelumnya. Pasien tidak mengkonsumsi zat – zat psikoaktif
yang dapat menjadikan etiologi dari gangguan jiwa pasien. Skizofrenia disingkirkan
karena tanda khas skizofrenia tidak ditemukan. Pada pasien ini, gangguan suasana
perasaan tampak sangat menonjol disertai adanya gejala psikosis. Sehingga diagnosis
dapat diambil pada pasien ini berdasarkan hal – hal yang didapatkan dalam anamnesis
dan pemeriksaan pada pasien ini yaitu :
Gangguan Persepsi berupa :
a. Halusinasi Auditorik : Pasien mengakui mendengar bisikan-bisikan
Gangguan mood dan afek
Pada pasien ini ditemukan mood yang eutimik-iritabel ditunjukkan pada saat
autoanamnesis, pasien terlihat mudah terganggu dan terlihat tidak senang dengan
beberapa topik pembicaraan. Gangguan afek juga terlihat tidak sesuai.
Ditunjukkan dari saat pasien mengatakan tentang cemburu dengan cerita yang
baik seolah-olah tidak cemburu, namun ekspresi wajah menunjukkan kurang
senang dan seketika berubah.
Tujuan dari pengobatan selama pasien dirawat adalah untuk menstabilkan mood yang
iritabel pada pasien yaitu Manik. Selain itu pengobatan diarahkan kepada mengatasi
gangguan gejala psikotiknya. Pengobatannya dengan menggunakan obat anti psikotik
16
golongan atipikal dengan tujuan lebih aman dan dapat mengatasi positive symptoms dan
negative symptoms.
Tujuan pengobatan non-farmakologis dari segala aspek ditujukan agar pasien dapat
memiliki prognosis yang baik, karena pasien tidak memiliki riwayat keturunan
gangguan jiwa. Lalu pasien juga disadarkan bahwa pengobatan jiwa dibutuhkan
keteraturan minum obat agar gejala dapat benar-benar diatasi sampai hilang sama
sekali. Selain itu sangat diharapkan agar pasien dapat mencapai tilikan 6 dan dapat
kembali beraktivitas seperti semula. Edukasi yang diberikan kepada keluarga pasien
juga sangat penting agar keluarga pasien dapat memahami rencana terapi yang sedang
dilakukan untuk pasien dan keluarga dianjurkan untuk berkooperatif membantu
pengobatan dengan menjaga serta mengingatkan pasien untuk tetap patuh dan rutin
minum obat.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ III dan
DSM 5). Cetakan kedua. Jakarta, 2013
2. Dharmady, A. Psikopatologi : Dasar dalam Memahami Tanda Dan Gejala
dari Suatu Gangguan Jiwa. Jakarta, 2003
3. Kaplan, HI dan Sadock BJ, Greb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi
ke-7. Binarupa Aksara: Jakarta
4. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
Edisi 2014. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.