prinsip ctl

29
Prinsip CTL - Mengaitkan (Relating ) Guru menghubungkan konsep yang akan dipelajari dengan materi pengetahuan yang telah dimiliki siswa - Mengalami (Experiencing) Siswa menerapkan pengetahuan yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari - Menerapkan (Applying) Siswa melakukan diskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan dan mengembangkan kemampuan berkolaborasi dengan teman - Bekerja sama (Cooperating) Siswa melakukan diskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan dan mengembangkan kemampuan berkolaborasi dengan teman - Mentransfer (Transferring) Siswa menunjukkan kemampuan terhadap pengetahuan yang dipelajarinya dan menerapkannya dalam situasi dan konteks baru.... Contextual Teaching and Learning with REACT Strategy Posted by rayhan_amy88 on Jumat, 10 Juni 2011 at 05.48 1. Pengertian CTL dan Pengembangannya Apakah Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual? Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata. Selain itu juga memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan pengetahuan yang diperoleh dan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, sebagai warga masyarakat dan sebagai tenaga

Upload: indrakurniawansir

Post on 12-Apr-2016

70 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

contextual teaching and learning

TRANSCRIPT

Page 1: Prinsip CTL

Prinsip CTL- Mengaitkan (Relating ) Guru menghubungkan konsep yang akan dipelajari

dengan materi pengetahuan yang telah dimiliki siswa- Mengalami (Experiencing) Siswa menerapkan pengetahuan yang

dipelajari dalam kehidupan sehari-hari- Menerapkan (Applying) Siswa melakukan diskusi kelompok untuk

memecahkan permasalahan dan mengembangkan kemampuan berkolaborasi dengan teman

- Bekerja sama (Cooperating) Siswa melakukan diskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan dan mengembangkan kemampuan berkolaborasi dengan teman

- Mentransfer (Transferring) Siswa menunjukkan kemampuan terhadap pengetahuan yang dipelajarinya dan menerapkannya dalam situasi dan konteks baru....

Contextual Teaching and Learning with REACT Strategy Posted by rayhan_amy88 on Jumat, 10 Juni 2011 at 05.48

1. Pengertian CTL dan Pengembangannya

Apakah Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual? Pengajaran dan

Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru

mengaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata. Selain itu juga

memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan pengetahuan yang

diperoleh dan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga,

sebagai warga masyarakat dan sebagai tenaga kerja nantinya (US Department of

Education and the National School-to-Work Office, 2001).

Saat ini banyak sekolah di Amerika Serikat yang mengadopsi prinsip-

prinsip CTL. Sebenarnya konsep pembelajaran kontekstual bukan konsep baru.

Konsep ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1916 oleh John Dewey, yang

mengetengahkan kurikulum dan metodologi pengajaran sangat erat

hubungannya dengan minat dan pengalaman siswa. Proses belajar akan sangat

efektif bila pengetahuan baru diberikan berdasarkan pengalaman atau

pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya dan ada hubungan yang erat

Page 2: Prinsip CTL

dengan pengalaman sesungguhnya (pengalaman nyata). Selanjutnya diikuti oleh

Katz (1981) dan Howey & Zipher (1989). Ketiga pakar terakhir ini menyatakan

bahwa program pembelajaran bukanlah sekedar deretan satuan pelajaran. Agar

pembelajaran menjadi efektif, guru harus menjelaskan dan mempunyai

pandangan yang sama tentang beberapa konsep dasar seperti peran guru,

hakikat pengajaran dan pembelajaran, serta misi sekolah dalam masyarakat.

Apabila guru menyepakati bahwa ketiga konsep tersebut bermuara pada

Contextual Teaching and Learning, barulah Contextual Teaching and Learning

akan berhasil baik.

Tujuh Komponen CTL

1) KONSTRUKTIVISME (CONSTRUKTIVISM)

Konstruktivisme (constructivisvism) merupakan landasan berfikir

(filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia

sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas

(sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat

fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. manusia

harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui

pengalaman nyata.

Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru

berdasarkan pengetahuan awal.

Pembelelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan

menerima pengetahuan.

2) MENEMUKAN (INQUIRY)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan

hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,

apapun materi yang diajarkannya.

Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman

Siswa belajar menggunakan ketrampilan berpikir kritis

Page 3: Prinsip CTL

Siklus inkuiri :

a. Obsevasi (Observation)

b. Bertanya (questioning)

c. Mengajukan dugaan (Hyphotesis)

d. Pengumpulan data (Data gathering)

e. Penyimpulan (Conclussion)

3) BERTANYA (QUESTIONING)

Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan

berpikir siswa

Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang

berbasis inquiry

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna

untuk :

a) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis

b) mengecek pemahaman siswa

c) membangkitkan respon kepada siswa

d) mengetahui sejauh mana keinginantahuan siswa

e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

f) menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru

g) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

h) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

4) MASYARAKAT BELAJAR (LEARNING COMMUNITY)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar

meraut pensil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya

“Bagaimana caranya? tolong bantu aku!” Lalu temannya yang sudah biasa,

menunjukkan cara mengoperasikan alat itu. Maka, dua orang anak itu sudah

membentuk masyarakat belajar (learning community).

Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar

Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri

Tukar pengalaman dan berbagai ide

5) PEMODELAN (MODELLING)

Page 4: Prinsip CTL

Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam

sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang

bisa ditiru. model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru

memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi

model tentang “bagaimana cara belajar”

Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat

dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk

memberikan contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika kebetulan ada

siswa yang pernah memenangkan lomba baca puisi atau memenangkan kontes

berbahasa Inggris, siswa itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan

keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat

menggunakan model tersebut sebagai “standar” kompetensi yang harus

dicapainya.

Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan

belajar

Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

6) REFLEKSI (REFLECTION)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang sudah kita lakukan di masa

lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur

pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari

pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,

aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari

Mencatat apa yang telah dipelajari

Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

7) PENILAIAN YANG SEBENARNYA (AUTHENTIC ASSESSMENT)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan

belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa

mengalami proses pembelajaran dengan benar.

Mengukur pengetahuan dan ketrampilan siswa

Penilaian produk

Page 5: Prinsip CTL

Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

2. Pendekatan Belajar Kontekstual

Belajar kontekstual adalah suatu konsep yang telah terbuktikan yang

memasukkan banyak sekali penelitian terkini dalam sains kognitif. Konsep ini

juga merupakan suatu reaksi terhadap teori-teori yang mendasar bagi para

behavioris yang telah mendominasi dunia pendidikan di Amerika Serikat selama

beberapa dekade. Pendekatan kontekstual memandang belajar sebagai proses

yang bersifat kompleks dan multi-segi yang jauh melampaui metodologi-

metodologi stimulus-dan-respon yang berorientasi drill.

Berdasarkan teori belajar kontekstual, belajar terjadi hanya bila para

siswa (pelajar) memproses informasi baru atau pengetahuan dalam suatu cara

sedemikian hingga informasi baru atau pengetahuan itu bermakna (dipahami)

bagi mereka dalam kerangka-kerangka acuan mereka sendiri (alam-alam

"dalam" dari ingatan, pengalaman, dan respon mereka sendiri). Pendekatan

belajar mengajar ini berasumsi bahwa pikiran secara alamiah mencari makna

dalam konteks-maksudnya, sehubungan dengan lingkungan saat ini dari

seseorang dan bahwa pikiran melakukannya dengan mencari hubungan-

hubungan yang bermakna dan ternyata berguna.

Berlandaskan pemahaman itu, teori belajar kontekstual berfokus pada

aspek yang banyak dari sebarang lingkungan belajar, baik itu adalah sebuah

ruang kelas, Iaboratorium, lab komputer, situs kerja, maupun sebuah ladang

gandum. Teori ini mendorong para edukator untuk memilih dan/atau

merancang lingkungan-lingkungan belajar yang memasukkan sebanyak mungkin

bentuk pengalaman yang berbeda-sosial, kultural, fisik, dan psikologis dalam

bekerja menuju hasil-hasil belajar yang diinginkan.

A. Apakah Anda Mengajarkan Matematika secara Kontekstual?

Selesaikan uji-diri di bawah ini dan renungkan.

Standar-standar berikut hadir dalam kadar berlainan dalam hampir

semua teks. Disisi lain, pembelajaran kontekstual kaya akan kesepuluh standar

tersebut

Page 6: Prinsip CTL

1. Apakah konsep-konsep baru disajikan dalam situasi-situasi dan pengalaman-

pengalaman kehidupan nyata (di luar ruang kelas) yang tidak asing lagi bagi

para siswa?

2. Apakah konsep-konsep dalam contoh dan latihan siswa disajikan dalam

konteks guna dari konsep-konsep itu?

3. Apakah konsep-konsep baru disajikan dalam konteks apa yang telah diketahui

siswa?

4. Apakah contoh-contoh dan latihan-latihan siswa meliputi banyak situasi

pemecahan masalah yang nyata dan terpercaya, yang dapat dikenali siswa

sebagai penting untuk kehidupan mereka saat ini atau kehidupan yang

mungkin di masa depan?

5. Apakah contoh-contoh dan latihan-Iatihan siswa menanamkan sikap yang

mengatakan, "Aku perlu mempelajari ini"?

6. Apakah para siswa mengumpulkan dan menganalisis data mereka sendiri

ketika mereka dipandu dalam penemuan konsep-konsep penting?

7. Apakah kesempatan-kesempatan dihadirkan kepada para siswa untuk

mengumpulkan dan menganalisis data mereka sendiri untuk pengayaan dan

penugasan?

8. Apakah pertemuan pelajaran dan aktivitas-aktivitas mendorong siswa untuk

menerapkan konsep-konsep dan informasi dalam konteks-konteks yang

berguna. mengarahkan siswa ke masa depan yang dibayangkannya

(misalnya, karier-karier yang mungkin) serta lokasi-lokasi yang masih asing

baginya (misalnya, tempat kerja)?

9. Apakah para siswa diharapkan untuk rutin berpartisipasi dalam grup-grup

interaktif di mana mereka berbagi, berkomunikasi, dan memberikan respon

tentang konsep-konsep penting serta membuat keputusan?

10. Apakah pertemuan pelajaran, latihan, dan aktifitas laboratorium

meningkatkan juga skill membaca dan skill-skill komunikasi lainnya dalam

diri siswa selain dari penalaran dan pencapaian matematis?

Di dalam lingkungan seperti demikian, para siswa menemukan

hubungan-hubungan yang bermakna di antara idea-idea abstrak dan aplikasi-

aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep-konsep diintemalisasi melalui

Page 7: Prinsip CTL

proses menemukan, memperkuat, dan menghubungkan. Misalnya. sebuah kelas

fisika yang sedang mempelajari konduktifitas panas dapat mengukur bagaimana

kualitas dan kuantitas bahan tembok sebuah bangunan mempengaruhi energi

yang dipenukan untuk memanaskan atau mendinginkan suhu udara di dalam

bangunan itu. Atau sebuah kelas biologi atau kimia dapat mempelajari konsep-

konsep sains dasar dengan mengkaji penyebaran AIDS atau bagainana para

petani menyebabkan kerusakan lingkungan dan dirugikan oleh kerusakan

lingkungan.

1. Teori yang Mendukung

Banyak teori yang berkaitan dengan pembelajaran matematika. Namun teori

belajar yang relevan dengan pembelajaran dengan strategi REACT adalah teori belajar

konstruktivisme. Menurut pandangan konstruktivisme, dalam pembelajaran siswa diberi

kesempatan untuk menggunakan strateginya sendiri, dalam belajar secara sadar, dan

guru membimbing ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Siswa harus membangun

sendiri informasi dan pengetahuan awal yang dimilikinya.

Clements&battista(2001) menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar pandangan

konstuktivisme adalah sebgai berikut:

a. Pengetahuan dibentuk dan ditemukan oleh siswa secara aktif, tidak sekedar

diterima secara pasif dari lingkungan. Ide ini dapat diilustrasikan bahwa ide-

ide matematika dibentuk oleh siswa, tidak sekedar ditemukan sebagai barang

jadi atau diterima dari orang lain sebagai hadiah.

b. Siswa mengkonstruk pengetahuan matematika dengan melakukan refleksi

mental, yaitu berbuat dan berfikir.ide-ide dikonstruksikan secara bermakna

dengan cara diintegrasikan ke dalam struktur pengetahuan yang telah ada.

c. Tidak ada realitas yang sebenarnya, siswa sendirilah yang membuat

interpretasi mengenai dunia. Interpretasi ini dibentuk dengan pengalaman

dan interaksi sosial. Jadi belajar matematika harus berupa proses bukan hasil.

Page 8: Prinsip CTL

d. Belajar adalah proses sosial. Ide-ide dan kebenaran matematika baik dalam

penggunaan dan makananya ditetapkan secara bersama oleh anggota suatu

kelompok masyarakat(budaya).

2. Strategi REACT

a. Pengertian strategi REACT

Pada dasarnya semua strategi yang searah dengan penciptaan Susana

pembelajaran yang konteks merupakan elemen pembelajaran kontekstual.

Ada lima strategi yang harus tampak yaitu (1) mengaitkan/menghubungkan

(relating); (2) mengalami (experiencing); (3) menerapkan (applying); (4)

strategi bekerjasama (cooperating); dan (5) mentransfer (transferring).

Strategi tersebut disingkat dengan REACT yang terfokus pada pembelajaran

konteks. Semua strategi tersebut harus digunakan selama proses

pembelajaran.

1) Relating (mengaitkan/menghubungkan)

Relating (mengaitkan/menghubungkan) merupakan strategi

pembelajaran kontekstual yang paling kuat, sekaligus inti

konstruktivis(Crawford, 2011). Dalam pembelajaran siswa melihat dan

memperhatikan keadaan lingkungan dan peristiwa dalam kehidupan

sehari-hari, kemudian dikaitkan kedalam informasi baru atau persoalan

yang akan dipecahkan. Jadi mengaitkan adalah belajar dalam konteks

pengalaman kehidupan nyata seseorang atau pengetahuan yang ada

sebelumnya.

Guru menggunakan strategi relating ketika siswa mengaitkan

konsep bari dengan sesuatu yang benar-benar sudah tid k asing lagi bagi

siswa,dengan mengaitkan apa yang telah diketahui oleh siswa dengan

informasi yang baru. Dalam memulai pembelajaran, guru yang

menggunakan strategi relating harus selalu mengawali dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab oleh hamper

semua siswa dari pengalaman hidupnya diluar kelas (clawford, 2001).

Jadi pertanyaan yangdiajukan selalu dalam fenomena-fenomena

yang menarik dan tidak asing lagi bagi siswa, bukan menyampaikan

Page 9: Prinsip CTL

sesuatu yang abstrak atau fenomena yang berada diluar jangkauan

persepsi, pemehaman dan pengetahuan para siswa.

Ada tiga sumber utama untuk mengetahui pengetahuan dan

keyakinan yang dimiliki oleh siswa sebelumnya(clawford, 2001) yaitu:

- Pengalaman, yaitu pengalaman guru sendiri dengan siswa yang

memiliki latar belakang serupa atau dari pengalaman kolektif guru

dan para koleganya.

- Peneliti, yaitu bukti yang didokumentasi tentang gagasan-gagasan yang

dipegang siswa secara umum

- Penyelidikan, yaitu siuatu bentuk pertanyaan-pertanyaan atau tugas-

tugas yang dirancang secara cermat yang mengungkapkan

pengetahuan dan keyakinan siswa

Relating (menurut CORD).

Belajar dalam konteks pengalaman hidup, atau menghubungkan,

adalah jenis belajar kontekstual yang biasanya terjadi pada anak-anak

kecil. Bagi mereka, sumber-sumber belajar telah tersedia dalam bentuk

mainan, permainan, dan peristiwa sehari-hari seperti waktu makan,

perjalanan ke pusat perbelanjaan, dan berjalan-jalan di lingkungan

sekitar rumah.

Namun demikian, saat anak-anak tumbuh semakin besar,

memberikan konteks yang sedemikian bermakna untuk belajar kepada

mereka menjadi lebih sulit. Kita adalah suatu masyarakat di mana dunia

kerja sangat terpisah dari kehidupan rumah tangga, di mana anggota-

anggota dari keluarga besar terpisahkan jarak yang jauh, serta di mana

para remaja tidak memiliki peran atau tanggung jawab kemasyarakatan

yang jelas yang sesuai dengan kemampuan-kemampuan mereka.

Pada kondisi-kondlsi ideal, para guru sekedar mengarahkan para

siswa dari satu aktilitas berbasis masyarakat ke satu aktifitas lainnya,

mendorong mereka untuk menghubungkan apa yang sedang mereka

pelajari dengan pengalaman kehidupan nyata. Namun demikian, pada

sebagian besar kasus, sebagai akibat dari rentang dan kompleksitas

Page 10: Prinsip CTL

konsep-konsep yang diajarkan dan keterbatasan sumber daya,

pengalaman-pengalaman hidup akan harus dijabarkan melalui teks,

video, ceramah, dan aktivitas ruang kelas.

Kurikulum yang berupaya menempatkan belajar dalam konteks

pengalaman-pengalaman hidup hendaknya, terlebih dulu, menggugah

perhatian siswa ke arah Pemandangan, peristiwa, dan kondisi

keseharian.Kurikulum itu hendaknya kemudian Menghubungkan situasi-

situasi keseharian pada informasi baru yang akan diserap atau

permasalahan yang akan dipecahkan.

2) Experiencing (mengalami)

Dalam mempelajari suatu konsep, siswa mempunyai

pengalaman terutama langkah-langkah dalam mempelajari konsep

tersebut. Hal ini bisa diperoleh pada saat siswa mengerjakan LKS, latihan

penugasan, dan kegiatan lain yang melibatkan keaktifan siswa dalam

belajar. Sehingga dengan mengalami siswa akan lebih mudah

memahami suatu konsep.

Relating dan experiencing merupakan dua strategi untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari berbagai konsep

baru. Tetapi guru harus tau kapan dan bagaimana caranya

mengintegrasikan strateg i-srategi dalam pembelajaran dan hal tersebut

tidaklah sederhana (clawford, 2001).disini guru memerlukan ketelitian,

kolaborasi, cermat dlam menyajikan materi-materi pembelajaran yang

sangat tepat untuk mengetahui kapan saatnya mengaktifkan

pengelaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, sehingga dapat

membantu menyusun pengetahuan baru bagi siswa.

Experiencing (Menurut CORD).

Mengalami-belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan

penciptaan-penciptaan merupakan jantung dari belajar kontekstual.

Betapapun para siswa menjadi termotivasi atau terlibatkan sebagai hasil

dari strategi-strategi pembelajaran lainnya seperti video, naratif, atau

aktifitas-aktifitas berbasis teks, semua itu relatif masih merupakan

Page 11: Prinsip CTL

bentuk-bentuk belajar yang pasif. Dan belajar tampak "terjadi" jauh

lebih cepat bila para siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan

serta melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif lainnya.

Pada teks-teks keilmuan akademik yang kontekstual,

laboratorium seringkali didasarkan pada tugas-tugas dunia kerja yang

sebenarnya. Tujuannya bukanlah melatih para siswa untuk pekerjaan

tertentu, tetapi untuk memberi mereka kesempatan untuk mengalami

aktifitas-aktifitas yang langsung berkaitan dengan kerja dunia nyata.

Banyak dari aktifitas dan skill yang dipilih untuk laboratorium bersifat

lintas-pekerjaan; maksudnya, yang digunakan dalam spektrum luas dari

pekerjaan-pekerjaan.

3) Applying (menerapkan)

Pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan adalah

belajar ubtuk menerapkan konsep-konsep ketika melaksanakan aktivitas

pemecahan soal-soal, baik melalui LKS, latihan penugasan, maupun

kegiatan lain yang melibatkan keaktifan siswa dalam belajar.

Untuk lebih memotivasi dalam memahami konsep-konsep, guru

dapat memberikan latihan-latihan yang realistik, relevan, dan

menunjukkan manfaat dalam suatu bidang kehidupan. Agar proses

pembelajaran dapat menunjukkan motivasi siswa dalam mempelajari

konsep-konsep serta pemahaman yang lebih mendalam, Crawford

(2001) merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:

- Fokuskan pada aspek-aspek aktivitas pembelajaran yang bermakna

- Rancanglah tugas-tugas untuk sesuatu yang baru, variasi keragaman

dan menarik

- Rancanglah tugas-tugas yang menantang tetapi masuk akal dalam

kaitannya dengan kemampuan siswa.

Applying (Menurut CORD).

Menerapkan konsep-korsep dan informasi dalam konteks yang

berguna seringkali mengarahkan siswa ke suatu sosok masa depan yang

dibayangkannya (sebuah karier yang mungkin) dan/atau ke suatu lokasi

Page 12: Prinsip CTL

yang masih asing baginya (tempat kerja). Di dalam mata pelajaran-mata

pelajaran belajar kontekstual, aplikasi-aplikasi seringkali didasarkan pada

aktifitas-aktifitas dunia kerja.

Seperti dikemukakan lebih awal, para remaja masa kini pada

umumnya memiliki akses yang terbatas ke dunia kerja; tidak seperti

generasi-generasi sebelumnya, mereka tidak melihat padanan zaman

modem dari pandai besi di tempat penempatan atau petani-petani di

ladang pada masa lalu. Secara mendasar terisolasi di permukiman kota

atau di daerah pinggiran, banyak siswa memiliki pengetahuan lebih

banyak tentang bagaimana caranya menjadi seorang bintang musik rock

atau model daripada tentang bagaimana caranya menjadi seorang

dokter pemafasan atau operator pembangkit daya. Jika mereka

dikehendaki memperoleh pemahaman koneksi yang realistik di antara

persekolahan dan pekerjaan-pekerjaan di kehidupan nyata, maka

konteks dunia kerja hendaknya dihadirkan kepada mereka. Ini terjadi

paling lazim melalui teks, video, laboratorium, dan aktifitas, meski, di

banyak sekolah, pengalaman-pengalaman belajar kontekstual tersebut

akan diikuti dengan pengalaman langsung seperti studi wisata ke sebuah

pabrik atau semacamya, penyelengaraan mentoring, dan jalinan

keikutsertaan kerja di lapangan.

4) Cooperating (bekerja sama)

Belajar dengan bekerjasama, saling tukar pendapat (sharing),

merespon, dan berkomunikasi dengan pembelajar lainnya akan sangat

membantu siswa dalam mempelajari suatu konsep. Hal ini sesuai

dengan pendapat slavim(1995) yang member pengertian bahwa dalam

belajar kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang pikiran

dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar. secara

individu maupun kelompok.

Untuk menghindari adanya siswa yng idak berpartisipasi dalam

aktivitas kelompok, menolak atau menerima tanggung jawab atas

pekerjaan kelompok, kelompok mungkin terlalu tergantung pada

bimbingan guru, atau kelompok dapat terlihat dalam konflik. Oleh

Page 13: Prinsip CTL

karena itu Johnson (dalam Crawford, 2001) memberikan beberapa

petunjuk untuk menghindari berbagai kondisi negative dan menciptakan

lingkungan pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep

yang lebih mendalam. Adapun petunjuk tersebut:

- Menyusun kesalingtergantungan positif dalam kelompok belajar siswa.

Kesalingtergantungan positif berarti bahwa masing-masing siswa

merasa bahwa dia tidak dapat sukses jika para anggota kelompok

semuanya tidak sukses. Dengan demikian siswa akan merasa bahwa

dirinya merupakan bagian dari kelompok dan juga mempunyai andil

suksesnya kelompok.

- Meminta siswa berinteraksi dalam menyelesaikan tugas-tugas dan

memastikan bahwa interaksi-interaksi tersebut berkaitan dengan

tugas.interaksi mencakup pemberian bantuan dan dorongan dari

siswa ke siswa, penjelasan gagasan-gagasan dan berbagai strategi

pemecahan soal, dan pembahasan terhadap gagasan-gagasan lain

yang berkaitan dengan tugas.

- Memastikan semua kelompok belajar membahas seberapa efektif

kelompok berfungsi.

Cooperating (Menurut CORD).

Bekerja sama-belajar dalam konteks berbagi, merespon, dan

berkomunikasi dengan pelajar-pelajar lain adalah sebuah strategi

pembelajaran utama dalam pembelajaran kontekstual. Pengalaman

bekerja sama tidak saja membantu mayoritas siswa mempelajari materi,

tetapi pengalaman seperti itu juga sejalan dengan fokus dunia nyata dari

pembelajaran kontekstual.

Wawancara penelitian bersama para pengusaha mengungkap

bahwa pekerja-pekerja yang dapat berkomunikasi secara efektif, yang

dapat berbagi informasi secara bebas, dan yang dapat bekerja dengan

nyaman dalam sebuah latar tim sangatlah dihargai di lapangan kerja.

Dengan demikian, kita memiliki cukup alasan untuk mendorong para

Page 14: Prinsip CTL

siswa membangun skill-skill kooperatif ini saat mereka masih di ruang

kelas.

Metode laboratorium, salah satu metode pembelajaran utama

dalam akademika terapan, pada dasarnya bersilat kooperatif. Lazimnya,

para siswa bekerja secara berpasangan untuk melakukan latihan

Laboratorium; pada beberapa kasus, mereka bekerja dalam kelompok

tiga atau empat orang. Menuntaskan kerja laboratorium secara berhasil

menuntutkan delegasi, observasi, saran, dan diskusi. Di banyak

laboratorium kualitas data yang dikumpulkan oleh sebuah tim sebagai

kesatuan tergantung pada kinerja individual dari tiap anggota tim.

Para siswa juga harus bekerja sama untuk menyelesaikan banyak

aktifitas kelompok kecil yang tercakup di dalam mata pelajaran-mata

pelajaran akademik terapan. Bekerja secara berpasangan (partnering)

dapat menjadi sebuah strategi yang efektif untuk mendorong para siswa

bekerja sama.

5) Transferring (mentransfer)

Pembelajar sebagai pengguna pengetahuan dalam konteks baru

atau situasi baru. Pembelajaran diarahkan untuk menganalisis dan

memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari di

lingkungan dengan menrapkan pengetahuan yang telah dimilikinya.

Selain hal di atas, guru tampaknya memiliki kemampuan

alamiah untuk memperkenalkan gagasan-gagasan baru yang dapat

memberikan motivasi terhadap siswa secara intrinsic dengan

memancing rasa penasaran atau emosi. Oleh karena itu, guru secara

selektif menggunakan latihan-latihan untuk memancing rasa penasaran

dan emosi sebagai motivator dalam mentransfer gagasan-gagasan

matematika dari satu konteks ke konteks lain. Dengan demikian rasa

bermakna yang timbul dalam pembelajaran dengan strategi ini dapat

melibatkan emosi siswa.

Transfering (Menurut CORD).

Page 15: Prinsip CTL

Belajar dalam konteks pengetahuan yang telah ada, atau

mentransfer, menggunakan dan membangun pada apa yang telah

diketahui siswa. Metode semacam ini serupa dengan relating, dalam hal

bahwa metode ini melibatkan apa yang telah akrab bagi siswa.

Sebagai orang dewasa, banyak dari kita pandai menghidari

situasi-situasi yang asing-bagian kota yang kita tidak ketahui, makanan

aneh yang tidak pernah kita makan, toko yang tidak pernah kita

kunjungi, dan sebagainya. Kadang-kadang kita pun menghindari situasi-

situasi di mana kita harus mendapatkan informasi baru atau

membangun skill baru (terutama jika kemungkinan terdapat orang-

orang menyaksikan) memanfaatkan sebuah jenis perangkat lunak

computer yang baru atau berurusan disebuah Negara lain dengan skill

bahasa asing kita yang belum memadai.

Namun demikian, kebanyakan siswa di sekolah menengah yang

menerapkan pembelajaran tradisional jarang memiliki kesempatan

untuk menghindari situasi-situasi belajar yang baru; mereka dihadapkan

pada situasi-situasi demikian setiap hari. Kita dapat membantu mereka

mempertahankan rasa harga diri dan membangun kepercayaan diri jika

kita mengupayakan pembangunan pengalaman-pengalaman belajar

baru pada apa yang telah mereka ketahui.

b. Kelebihan dan kelemahan strategi REACT

1) Kelebihan strategi REACT

a) Memperdalam pemahaman siswa

Dalam pembelajaran siswa bukan hanya menerima informasi yang

disampaikan oleh guru, melainkan melakukan aktivitas mengerjakan LKS

sehingga bisa mengaitkan dan mengalami sendiri prosesnya.

b) Mengembangkan sikap menghargai diri siswa dan orang lain

Karena dalam pembelajaran, siswa bekerjasama, melakukan aktivitas

dan menemukan rumusnya sendiri, maka siswa memiliki rasa

menghargai diri atau percaya diri sekaligus menghargai orang lain

c) Mengembangkan sikap kebersamaan dan rasa saling memiliki

Page 16: Prinsip CTL

Belajar dengan bekerja sama akan melahirkan komunikasi sesama siswa

dalam aktivitas dan tanggung jawab, sehingga dapat menciptakan sikap

kebersamaan dan rasa memiliki

d) Mengembangkan keterampilan untuk masa depan

Belajar dengan mengalami dituntut suatu keterampilam dari siswa untuk

memanipulasi benda konkrit. Kegiatan tersebut merupakan bekal untuk

mengembangkan keterampilan masa depan.

e) Membentuk sikap mencintai lingkungan

Pembelajaran dengan memperhatikan keadaan lingkungan dan peristiwa

dalam kehidupan sehari-hari, dikaitkan dengan informasi baru. Oleh

karena itu, siswa dengan sendirinya membentuk sikap mencintai

lingkungannya.

f) Membuat belajar secara inklusif

Pembelajaran yang dilaksanakan secara menyeluruh, sempurna dan

menyenangkan

2) Kelemahan strategi REACT

a) Membutuhkan waktu yang lama untuk siswa

Pembelajaran dengan strategi REACT membutuhkan waktu yang

cukup lama bagi siswa dalam melakukan aktivitas belajar, sehingga

sulit mencapai target kurikulum. Untuk mengatasi hal tersebut perlu

pengaturan waktu selektif mungkin.

b) Membutuhkan waktu yang lama untuk guru

Pembelajaran dengan strategi REACT membutuhkan waktu yang

cukup lama bagi guru dalam melakukan aktivitas belajar, sehingga

kebanyakan guru tidak mau melakukannya

c) Membutuhkan kemampuan khusus guru

Kemampuan guru yang paling dibutuhlan adalah adanya keinginan

untuk melakukan kreatif, inovatif dan komunikasi dalam

pembelajaran sehingga tidak semua guru dapat melakukan atau

menggunakan strategi ini.

d) Menuntut sifat tertentu dari guru

Page 17: Prinsip CTL

Pembelajaran dengan strategi REACT tidaklah mudah, memerlukan

persiapan tambahan dan menuntut kerja keras serta bekerja sama

dengan guru lain dalam menghadapi kendala. Hal ini juga

menyebabkan guru harus rela bekerja keras.

16 Nov

Model pembelajaran REACT adalah model pembelajaran yang dapat membantu guru untuk menanamkan konsep pada siswa. Siswa diajak menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya, bekerja sama, menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan mentransfer dalam kondisi baru (Sri Rahayu dalam Yuliati, 2008:60).

Berdasarkan hasil penelitian, model REACT efektif meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa. Hal didasarkan pada 5 kriteria yang menyatakan efektivitas model REACT. Kriteria efektivitas model REACT tersebut adalah:

Page 18: Prinsip CTL

Siswa dapat mentransfer pengetahuan yang diperoleh di sekolah dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja

Siswa tidak takut pada mata pelajaran matematika dan IPA (fisika, kimia, dan biologi)

Siswa lebih tertarik dan termotivasi serta memiliki pemahaman yang lebih baik pada materi yang diajarkan di sekolah karena pembelajaran dilaksanakan dengan mengaktifkan siswa secara fisik dan mental

Materi ajar yang diajarkan di sekolah memiliki koherensi dengan pendidikan yang lebih tinggi (perguruan tinggi)

Hasil belajar siswa yang diperoleh dengan REACT lebih baik daripada pembelajaran tradisional.

Model pembelajaran REACT merupakan pengembangan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan terjemahan dari Contextual Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran kontekstual secara resmi diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 2001. Pada tahun 2002 dilakukan uji coba di 31 SLTP/MTs yang tersebar di enam provinsi. Dari hasil uji coba terindikasi pembelajaran kontekstual mampu meningkatkan interaksi belajar di kelas, membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar dan siswa lebih bisa berpikir kritis. Oleh karena itu telah diambil kebijakan untuk meluaskan penerapan pembelajaran kontekstual di seluruh Indonesia.

Langkah-langkah model pembelajaran REACT tercermin dari akronimnya. Langkah-langkah tersebut adalah Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring. Sintaks Pelaksanaan Model REACT ditunjukkan pada Tabel berikut

Tabel Sintaks Pelaksanaan Model REACT

Fase-Fase Kegiatan

Relating Guru menghubungkan konsep yang dipelajari dengan materi pengetahuan yang dimiliki siswa

Experiencing

Siswa melakukan kegiatan eksperimen (hands-on activity) dan guru memberikan penjelasan untuk mengarahkan siswa menemukan pengetahuan baru

Applying Siswa menerapkan pengetahuan yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari

CooperatingSiswa melakukan diskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan dan mengembangkan kemampuan berkolaborasi dengan teman

Transfering Siswa menunjukkan kemampuan terhadap pengetahuan yang dipelajarinya dan menerapkannya dalam situasi dan konteks baru

Relating

Page 19: Prinsip CTL

Belajar berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari dan menghubungkannya dengan pembelajaran di sekolah merupakan salah satu karakteristik pembelajaran kontekstual. Sebagai pengembang REACT, CORD menyatakan bahwa relating adalah bentuk belajar yang menghubungkan konsep yang dipelajarai dengan materi pengetahuan yang dimiliki siswa dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata. Pembelajaran menjadi sarana untuk menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi baru yang dipelajari.

Experiencing

Experiencing, yaitu belajar melalui kegiatan exploration, discovery, dan invention, merupakan hal yang utama dalam pembelajaran kontekstual. Siswa dimotivasi dengan menggunakan berbagai metode dan media pembelajaran. Proses belajar akan terjadi jika siswa dapat menggunakan alat dan bahan serta bentuk media lainnya dalam pembelajaran aktif (active learning)

Applying

Penerapan konsep dan informasi dalam konteks bermakna diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja. Pada pembelajaran kontekstual, penerapan konsep dilakukan pada kegiatan yang bersifat skill. Siswa tidak sekedar mempelajari suatu teori-teori tertentu saja, melainkan siswa juga dituntun untuk dapat menerapkan konsep-konsep yang sudah dipelajarinya ke dalam konteks pemanfaatannya dalam kehidupan nyata.

Cooperating

Cooperating, yaitu belajar untuk berbagi pengalaman, memberikan tanggapan dan berkomunikasi dengan siswa lain, merupakan strategi pembelajaran dasar dalam pembelajaran kontekstual. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar materi ajar, tetapi juga membantu siswa untuk selalu konsisten dengan kehidupan nyata. Kegiatan praktikum merupakan kegiatan yang esensial yang mengembangkan kemampuan bekerjasama. Siswa bekerja dengan siswa lain untuk melakukan kegiatan praktikum. Jumlah siswa yang tergabung dalam kelompok tersebut biasanya terdiri dari 3-4 siswa. Keberhasilan kegiatan praktikum dengan berkelompok membutuhkan pembagian tugas, observasi, kesempatan mengemukakan pendapat, dan diskuis. Oleh karena itu, kualitas kerja praktikum yang dilaksanakan secara berkelompok bergantung pada aktivitas dan performansi anggota kelompok. Siswa harus dapat bekerja sama baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Bekerja berpasangan atau kelompok kecil (3-4 orang) merupakan strategi yang efektif untuk mendorong siswa bekerja sama dalam tim.

Transferring

Page 20: Prinsip CTL

Transferring pengetahuan dilakukan siswa berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Guru dapat mengembangkan rasa percaya diri siswa dengan membangun pengalaman belajar baru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa. Transferring bisa diwujudkan dalam bentuk pemecahan masalah dalam konteks dan situasi baru tetapi masih terkait dengan materi yang dibahas.

 

SUMBER:

Yuliati, Lia.2008. Model-model Pembelajaran Fisika. Universitas Negeri Malang: Lembaga Pengembangan Pembelajaran.