prevalensi penyakit kronik

8

Click here to load reader

Upload: yusufa-ibnu-sina-setiawan

Post on 26-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prevalensi Penyakit Kronik

164

Prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup padalanjut usia di Jakarta Selatan

Yennya dan Elly HerwanaBagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

ABSTRAK

Peningkatan populasi lanjut usia (lansia) baru-baru ini menjadi fokus yang menarik perhatian di negara-negara berkembang karena angka harapan hidup yang makin meningkat. Tujuan dari penelitian ini untukmengidentifikasi penyakit-penyakit kronis dan mengukur kualitas hidup pada lansia di Jakarta. Studi potong lintangdilakukan antara bulan Desember 2005 dan Januari 2006, lokasinya di Kecamatan Mampang Prapatan, JakartaSelatan. Sebanyak 306 lansia ikut serta pada penelitian ini, terdiri dari 88 (28,8%) laki-laki dan 218 (71,2%)perempuan. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi penyakit kronis pada lansia besarnya 87,3% (267/300). Penyakitmuskuloskeletal, kardiovaskuler, urogenital dan pernafasan lebih banyak dialami lansia pria dibandingkan wanita.Sedangkan penyakit digestif dan metabolik lebih banyak dijumpai pada lansia wanita. Kejadian keganasan baikpada lansia pria maupun wanita tidak besar jumlahnya. Kualitas hidup lansia cenderung menurun seiringbertambahnya usia. Rata-rata domain sosial kualitas hidup lansia pada kelompok usia ≥ 75 tahun paling rendahdibandingkan kelompok usia lainnya. Kualitas hidup domain fisik dan lingkungan berbeda secara bermakna antaralansia yang mengalami dan tidak mengalami penyakit kronis. Penyakit kronik secara bermakna menurunkan kualitashidup lansia.

Kata kunci: Lanjut usia, penyakit kronis, kualitas hidup

The prevalence of chronic disease and quality of life in elderly people

ABSTRACT

The increasing population of elderly has recently become a focus of interest in developing countries becauseof increasing life expectancy. The aims of our study were to identify chronic diseases and measure the quality of lifeof eldery people in Jakarta. A cross-sectional study was conducted between December 2005 dan January 2006.Location of study was Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Three-hundred and six eldery participated in thisstudy. This study showed that prevalence of chronic disease was 87.3% (267/306). The prevalence of musculosceletal,cardiovascular, urogenital and respiratory diseases were higher in male elderly compared with female elderly.While prevalence of digestive and metabolic diseases were higher in female elderly conpared with male elderly.Quality of life score will be lower in older age group. Among those aged 75 and older the mean scores of quality oflife social domain was significantly lower compared with others aged groups. Physical and environment domainscores were significantly different between elderly who suffer of chonic diseases and those who were not. Chonicdiseases significantly decreased quality of life in the elderly.

Keywords: Eldery people, chronic disease, quality of life

Korespondensi : a YennyBagian FarmakologiFakultas Kedokteran, Universitas TrisaktiJl. Kyai Tapa No.260, Grogol Jakarta 11440Tel. 021-5672731 eks. 2801, Fax. 021-5660706E-Mail : [email protected]

Universa Medicina Oktober-Desember 2006, Vol.25 No.4

Page 2: Prevalensi Penyakit Kronik

Universa Medicina Vol.25 No.4

165

PENDAHULUAN

Penuaan merupakan proses perubahan yangmenyeluruh dan spontan yang dimulai dari masakanak-kanak, pubertas, dewasa muda dankemudian menurun pada pertengahan sampailanjut usia (lansia).(1) Angka rata-rata harapanhidup manusia di dunia telah meningkat secaradramatis. Diperkirakan angka harapan hidupmaksimum mencapai 125 tahun pada wanita danlebih singkat pada pria.(1)

Kemajuan teknologi dan perbaikan dalampelayanan kesehatan masyarakat mengakibatkanmeningkatnya sejumlah besar pasien yangselamat dari kondisi yang dapat menimbulkankematian. Fenomena ini mengakibatkanperpanjangan usia hidup dan peningkatanpupulasi lansia. Tahun 1996 -2025 populasilansia di dunia yang berusia 65 tahun atau lebihdiperkirakan mengalami peningkatan dari 17%menjadi 82%. Tahun 2025 populasi lansia didunia diperkirakan melebihi 1 milyar, di manakebanyakan dari mereka hidup di negara-negarasedang berkembang. (2) Indonesia sendir imemberikan kontribusi yang cukup signifikandalam percepatan penambahan lansia di dunia.Pada tahun 1971 jumlah lanjut usia di Indonesiasebanyak 5,3 juta jiwa atau 4,48 persen darijumlah total penduduk Indonesia, pada tahun2000 meningkat menjadi 14,4 juta jiwa (7,18%),dan pada tahun 2020 diperkirakan 28,8 juta jiwa(11,34%).(3)

Peningkatan populasi lansia tentunya akandiikuti dengan peningkatan risiko untukmenderita penyakit kronis seperti diabetesmelitus, penyakit serebrovaskuler, penyakitjantung koroner, osteoartr i t is , penyakitmusculoskeletal, dan penyakit paru. Pada tahun2000, di Amerika Serikat diperkirakan 57 jutapenduduk menderita berbagai penyakit kronisdan akan meningkat menjadi 81 juta lansia padatahun 2020.(4) Sekitar 50-80% lansia yang

berusia ≥65 tahun akan menderita lebih dari satupenyakit kronis.(5,6)

Penyakit kronis merupakan penyakit yangberkepanjangan dan jarang sembuh sempurna.Walau tidak semua penyakit kronis mengancamjiwa, tetapi akan menjadi beban ekonomi bagiindividu, keluarga, dan komunitas secarakeseluruhan. Penyakit kronis akan menyebabkanmasalah medis, sosial dan psikologis yang akanmembatasi aktifitas dari lansia sehingga akanmenyebabkan penurunan quality of life (QOL)lansia. QOL merupakan pengukuran yangbanyak dipakai untuk mengevaluasi hasil studiklinis yang dilakukan pada pasien-pasien denganpenyakit kronis.(7-10) Sejauh ini belum adadefinisi yang universal mengenai kualitas hidup.Kualitas hidup seringkali ini digambarkansebagai kesejahteraan f is ik, fungsional ,emosional dan faktor sosial.(11) Penyakit kronismempengaruhi QOL pada lansia dan berperananpada ketidakmampuan lansia untuk hidupmandiri.

Perawatan dan rehabilitasi jangka panjangdiperlukan pada penyakit kronis, karena itudiperlukan informasi tentang penyebaranpenyakit kronis pada lansia guna mendapatkandata yang terbaru untuk merencanakanpelayanan kesehatan pada lansia. Tujuan daripenelitan ini untuk mengetahui prevalensipenyakit kronis pada lansia dan hubungannyadengan QOL pada lansia di Jakarta.

METODE

Rancangan penelitian Desain potong lintang (cross sectional)

digunakan untuk mencapai tujuan penelitian.

Subyek penelitianAda beberapa konsep tentang lansia. Di

negara berkembang, secara individu seseorangdisebut sebagai lansia jika telah berumur 60tahun ke atas sedangkan di negara maju jika

Page 3: Prevalensi Penyakit Kronik

166

berusia 65 tahun ke atas. Kriteria inklusi studiini adalah: i) usia 60 tahun ke atas,(12) ii) masihmobil (bergerak tanpa mendapat bantuan), tidakmenderi ta penyakit akut , dan bersediamenandatangani informed consent. Lansia yangbertempat tinggal di Kecamatan MampangPrapatan Jakarta Selatan dan memenuhi kriteriainklusi diikutsertakan pada studi ini.

Pengumpulan dataSebanyak 5 petugas lapangan melakukan

wawancara menggunakan kuesioner yang telahdiuji coba terlebih dahulu. Pengumpulan datadilakukan pada bulan Desember 2005 dan Januari2006. Data yang dikumpulkan meliputikarakterikstik lansia, penyakit kronis yang dialamiselama tahun yang lalu dan kualitas hidup.

Tabel 1. Karakteristik demografik lansia

Yenny, Herwana Penyakit kronis dan kualitas hidup lansia

Page 4: Prevalensi Penyakit Kronik

Universa Medicina Vol.25 No.4

167

Instrumen kualitas hidup (quality of life)WHOQOL-BREF(13) terdiri 24 facets yang

mencakup 4 domain terbukti dapat digunakanuntuk mengukur kualitas hidup seseorang.Keempat domain tersebut adalah: i) kesehatanfisik (physical health) terdiri dari 7 pertanyaan,ii) psikologik (psychological) 6 pertanyaan, iii)hubungan sosial (social relat ionship) 3pertanyaan dan iv) lingkungan (environment) 8pertanyaan. WHOQOL-Bref juga mengukur 2facets dari kualitas hidup secara umum yaitu: i)kualitas hidup secara keseluruhan (overallquality of life) dan ii) kesehatan secara umum(general health).

Analisis dataAnalisis persen digunakan untuk

menggambarkan berbagai jenis penyakit kronisyang diderita lansia. Untuk membandingkankualitas keempat domain dari WHOQOL-BREfberdasarkan usia lansia digunakan analisisvarians (ANOVA). Uji t independent digunakanuntuk membandingkan rata-rata ke-4 domainparameter kualitas hidup (WHOQOL-BREF)berdasarkan ada tidaknya penyakit kronis Tingkatkemaknaan yang digunakan besarnya 0,05.

HASIL

Sebanyak 306 lansia berhasil dikumpulkanyang terdiri dari 88 (28,8%) lansia pria dan

218 (71,2%) wanita. Karakteristik demografiklansia pria dan wanita dapat dilihat pada Tabel1. Usia 60-64 tahun merupakan kelompok usiayang terbanyak pada kedua jenis kelamin yaitu37,5% pada lansia pria dan 47,7% pada lansiawanita. Rata-rata lansia pria berusia 67,5 ± 6,4tahun sedangkan lansia wanita 66 ± 6,4 tahun.Status pernikahan sebagian besar lansia priaadalah menikah (89,8%) sedangkan lansiawanita adalah janda (59,2%) Pendidikan formalterakhir lansia pria meliputi tidak tamat SD(11,4%) dan tidak sekolah (6,8%) sedangkanlansia wanita tidak tamat SD (24,8%) dantamat SD (20,2%). Status ekonomi pada lansiapria sebagian besar didapatkan dari danapensiun (43,2%) sedangkan pada lansia wanitadidapatkan dari bantuan dana teratur (40,4%)dan dana pensiun (35,8%) Sumber danakesehatan lansia pria didapatkan dari adanyaasuransi kesehatan (39,8%) sedangkan lansiawanita didapatkan dari bantuan dana teratur(38,5%) dan asuransi kesehatan (33,9%).Peker jaan para lans ia pr ia kebanyakanpekerjaan lainnya seperti: buruh, pekerjaanserabutan dan lain-lain (36,4%) dan pensiunan(33%), sedangkan lans ia wani ta adalahpekerjaan rumah tangga (49,5%). Prevalensipenyakit kronis pada lansia besarnya 87,3%(267/302) dan identifikasi berbagai jenispenyakit kronis berdasarkan jenis kelaminlansia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penyakit kronis yang dijumpai pada lansia berdasarkan jenis kelamin

* Seorang lansia dapat mengalami > 1 penyakit kronis

Page 5: Prevalensi Penyakit Kronik

168

Penyakit muskuloskeletal (61,4%) dankardiovaskuler (51,1%) lebih banyak dialamilansia pria dibandingkan lansia wanita .Sedangkan penyakit digestif (47,2%) danmetabolik (29,4 %) lebih banyak dialami lansiawanita dibandingkan lansia pria. Kejadiankeganasan tidak banyak ditemukan baik padalansia pria (1,1%) maupun lansia wanita (1,4%).

Semakin bertambah usia lansia terdapatkecenderungan menurunnya rata-rata nilaikeempat domain kualitas hidup. Uji ANOVAyang dilakukan terhadap ke-4 domain kualitashidup (WHOQOL-BREF) berdasarkankelompok usia lansia menunjukkan adaperbedaan bermakna kualitas hidup domainsosial berdasarkan kelompok usia, di mana rata-rata kualitas hidup doman sosial paling rendahdidapatkan pada kelompok usia ≥75 tahun(Tabel 3).

Uji t independent yang dilakukan untukmembandingkan rata-rata ke-4 domainparameter kualitas hidup (WHOQOL-BREF)berdasarkan ada tidaknya penyakit kronismenunjukkan adanya perbedaan yang bermakna

kualitas hidup domain fisik (p=0,036) danlingkungan (p=0,049) antara lansia yangmengalami dan tidak mengalami penyakit kronis(Tabel 4).

DISKUSI

Rata-rata usia lansia laki-laki besarnya67,5 ± 6,4 tahun dan lansia perempuan 66,0 ±6,0 tahun. Peserta studi ini lebih banyak diikutioleh lansia wanita daripada lansia pria denganratio 2,5/1. Hasil ini dapat dihubungkan dengankecenderungan wanita untuk tinggal di rumahdibandingkan lansia pria. Hasil studi ini tidakberbeda dengan penelitian yang dilakukan diSamsun, Turki yang menunjukkan ratio lansiawanita dan pria besarnya 2/1.(10) Pada statuspernikahan banyaknya lansia pria yang berstatusmenikah (89,8%) disatu sisi dan banyaknyalansia wanita yang berstatus janda (59,2%) disisi lain rata-rata usia perempuan yang lebihtinggi dibandingkan rata-rata usia laki-laki danbanyak perempuan yang ditinggal mati olehsuaminya.

Tabel 4. Rata-rata skor keempat domain kualitas hidup berdasarkan penyakit kronis

* Bermakna

Tabel 3. Kualitas hidup (WHOQOL-BREF) berdasarkan kelompok usia

* Bermakna

Yenny, Herwana Penyakit kronis dan kualitas hidup lansia

Page 6: Prevalensi Penyakit Kronik

Universa Medicina Vol.25 No.4

169

Hasil yang tidak berbeda didapatkan diAmerika Serikat yang menunjukkan lansiaperempuan lebih banyak yang hidup sendiridibandingkan lansia laki-laki.(14) Selain itudiduga berkaitan dengan mudahnya kawin ulang(remarriage) pada lansia pria dibandingkanpada lansia wanita. Lansia pria yang ditinggalpasangannya relat if mudah mencaripenggantinya dibandingkan lansia wanita yangmengalami nasib yang serupa.

Sebagian besar lansia memiliki tingkatpendidikan yang rendah. Tabel 1 menunjukkanbahwa sekitar 57,18% lansia berpendidikanSekolah Dasar ke bawah. Secara rinci, lanjutusia yang berstatus tidak pernah sekolah14,05%, yang berpendidikan tidak tamatSekolah Dasar 20,9% dan tamat Sekolah Dasar22,2%. Tingkat pendidikan lansia wanita padaumumnya lebih rendah dibanding tingkatpendidikan lansia pria. Jumlah lansia wanitayang tidak pernah sekolah lebih dari 2 kalidibandingkan lansia pria. Sementara untuktingkat pendidikan di atasnya (Sekolah Dasarke atas) jumlah lansia pria lebih besar (81,9%)dibandingkan lansia wanita (58,3%).

Data yang ada menunjukkan bahwa jumlahlanjut usia yang tercakup oleh dana pensiunmasih sedikit berkisar 37,9%. Bagi mereka yangtidak memiliki dana pensiun, sumberpendapatannya makin terbatas. Bagi lansia yangmemiliki barang berharga dan tabungan yangcukup hal ini tidak akan menjadi masalah, tapibagi lansia yang tidak memiliki semuanya makasumber pendapatan makin terbatas lagi. Bilalansia tidak bekerja berarti memperoleh bantuandari keluarga, kerabat atau orang lain. Dengandemikian hal ini juga menujukkan makinpentingnya dukungan keluarga terhadapkehidupan lansia.

Kesehatan merupakan aspek sangat pentingyang perlu diperhatikan pada kehidupan lansia.Setidaknya ada dua persoalan utama yang

seringkali dihadapi lansia di negara berkembangyaitu persoalan kesehatan dan persoalankemiskinan.(12) Dengan demikian dana kesehatansangat penting bagi lansia. Data yang adamenunjukkan bahwa masih sedikitnya paralansia yang tercakup dalam asuransi kesehatanyaitu sebesar 35,6%. Hal ini menunjukkanbahwa para lansia sangat tergantung padadukungan f inansial dari orang-orang disekitarnya. Disini dianggap perlu perananpemerintah untuk memberikan perhatian ataubantuan pada kesehatan lansia yang sangatrentan terhadap penyakit kronis

Persepsi negatif yang menyatakan lansiasemata-mata sebagai beban bagi keluargaternyata tidak didukung oleh kenyataan bahwabanyak lansia yang masih memiliki pekerjaan.Hal ini didukung fakta bahwa hanya 16,3%lansia yang pensiunan. Bahkan untuk lansiawanita sepertiganya berstatus sebagai pekerjatidak dibayar (pekerjaan rumah tangga).Berdasarkan data ini ternyata lansia bukanlahsebagai beban bagi lingkungannya.

Meningkatnya prevalensi penyakit kronisterjadi seiring dengan bertambahnya usia.Berdasarkan laporan 50-80% lansia yangberusia 65 tahun dan ke atas rata-rata akanmempunyai lebih dari satu penyakit kronis.(5,6)

Penyakit muskuloskeletal dilaporkan merupakanpenyakit yang paling banyak ditemukan dandidapatkan merata pada setiap kelompok usialansia.(15) Berdasarkan survei kesehatan penyakitini merupakan penyebab disabilitas padapopulasi lansia di dunia.(16) Pembatasan aktifitasf is ik makin nyata bersamaan denganpenambahan usia. Berdasarkan laporan, 32%lansia berusia 70 tahun dan ke atas mengalamikesulitan untuk melakukan aktivitas fisik yangdisebabkan penyakit muskuloskeletal. Bahkanlansia yang berusia ≥85 tahun 2,6 kali lebihsering mengalami keterbatasan aktivitas fisikdibanding lansia berusia 70-74 tahun.

Page 7: Prevalensi Penyakit Kronik

170

Sedangkan dari s tudi ini diperoleh dataketerbatasan f is ik akibat penyakitmuskuloskeletal terbanyak didapatkan padakelompok usia yang jauh lebih muda yaitu padakelompok usia 60-69 tahun sebesar 63%. BadanOrganisasi Kesehatan Dunia (Word HealthOrganization/WHO) bahkan menyatakan tahun2000-2010 disebut “Bone and Joint Decade”(17)

sehingga diperlukan perbaikan kesehatan gunameningkatkan kualitas hidup lansia.

Pada studi ini sebanyak 74 (95,4%) lansiapria dan 174 (86,3%) lansia wanita mempunyaipenyakit kronis . Sebesar 68,8% lansiamempunyai lebih dari satu penyakit kronis.Penyakit kronis yang paling banyak dideritapada lansia pria maupun wanita adalah penyakitmuskuloskeletal. Hasil yang tidak berbedaditunjukkan pada penelitian oleh van Schoor etal,(18) lansia dapat menderita lebih dari satu jenispenyakit khronis. Semakin banyak penyakitkronis yang dialami lansia terjadi kecenderunganmenurunnya kualitas hidup.

Selain penyakit muskuloskeletal, penyakitkardiovaskuler merupakan penyebab kematiandan disabilitas yang juga sering ditemukan padalansia. Peningkatan usia dikatakan sebagai salahsatu faktor risiko yang paling berperanan untukterjadinya penyakit kardiovaskuler padapopulasi lansia. Faktor risiko lain yang jugaberperanan antara lain hipertensi, hiperlipidemi,diabetes, obesitas.(19)

Seperti yang dilaporkan Canbaz et al(10)

pada studi kuali tas hidup lansia jugamenunjukkan penurunan secara bermaknadengan bertambahnya usia. Banyak perubahanbesar yang terjadi di dalam tubuh seiring denganpeningkatan usia. Beberapa perubahan mungkinberkaitan dengan organ sensoris, dan jugaberkaitan dengan fungsi organ-organ vital sepertisistem kardiovaskular, sistem saraf pusat dansistem pernafasan. Penyakit s is temmuskuloskeletal juga mengalami peningkatan

dengan penambahan usia, yang menyebabkanpenurunan fungsi fisik pada lansia.

Kualitas hidup domain fisik dan lingkunganpada lansia yang mengalami penyakit kronisrata-rata lebih rendah secara bermaknadibandingkan lansia yang tidak mengalamipenyakit kronis. Hasil yang diperoleh initernyata tidak berbeda dengan yang dilaporkanoleh Canbaz et al.(10) Penelitian yang dilakukandi Amsterdam menunjukkan hasil yang tidakberbeda, lansia yang menderita penyakit kronikmengalami kualitas hidup yang menurun.Penyakit kronik secara bermakna menurunkankualitas hidup lansia. Canbaz et al melaporkan,partisipan dengan penyakit kronis menunjukkanangka yang lebih rendah dibandingkan denganyang tidak mengalami penyakit kronis.

KESIMPULAN

Penyakit musculoskeletal, kardiovaskuler,dan digestif merupakan penyakit yang dialamioleh lansia berusia 60-69 tahun. Keberadaanpenyakit kronis ternyata identik denganpenurunan kual i tas h idup. Dibutuhkanpenelitian lebih lanjut mengenai diagnosis, danpenata laksanaan penyaki t kronis gunamengendalikan simtom dan menekan disabilitassehingga terjadi peningkatan kualitas hiduplansia.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepadaPimpinan Fakultas Kedokteran UniversitasTrisakti yang telah memberikan bantuan danabagi kegiatan penelitian ini. Tidak lupa ucapanterima kasih disampaikan kepada para dokterdan staf Puskesmas Kecamatan MampangPrapatan, Jakarta Selatan atas segalabantuaannya sehingga dapat terlaksananyapenelitian ini.

Yenny, Herwana Penyakit kronis dan kualitas hidup lansia

Page 8: Prevalensi Penyakit Kronik

Universa Medicina Vol.25 No.4

171

Daftar Pustaka

1. Mobbs C. The merck manual of geriatric, Section1, Chapter 1, Biology of aging. Available at: http://www.merck.com/pubs/mm_geriatrics/sec1/ch1.html. Accessed April 5, 2006.

2. Mobbs C. The merck manual of geriatric, Section2, Chapter2, Biology of Aging. Available at: http://www.merck.com/pubs/mm_geriatrics/sec2/ch2.html. Accessed April 5, 2006.

3. Badan Pusat Statistik. Proyeksi pendudukIndonesia per Propinsi 1995-2005. Jakarta: BadanPusat Statistik; 1998.

4. Wu SY, Green A. Projection of chronic illnessprevalence and cost inflation. Washington DC:RAND Health; 2000.

5. Taylor R. Measuring healthy days, populationassessment of health-related quality of life. CDC,2000.

6. Hoffman C, Rice D, Sung HY. Person with chronicconditions: their prevalence and costs. JAMA 1996;276: 1473-9.

7. Natuveli G, Wiggins R, Hildon Z, Blane D.Functional limitation in long standing illness andquality of life: evidence from a national survey.BMJ 2005; 331: 1382-3.

8. Lam CL, Launder IJ. The impact of chronic diseaseon the health-related quality of life (HRQOL) ofChinese patients in primary care. Fam Prac 2000;17: 159-66.

9. Simpson E, Pilote L. Quality of life after acutemyocardial infraction: a comparison of diabeticversus non-diabetic acute myocardial infraction inQuebec acute care hospital. Health Qual LifeOutcomes 2005; 3: 80.

10. Canbaz S, Sunter AT, Dabak S, Peksen Y. Theprevalence of chronic disease and quality of livein eldery people in Samsun. Turk J Med Sci 2002;33: 335-40.

11. Fortin M, Lapointe L, Hudon C, Vanesse A, NtetAL, Maltais D. Multimorbility and quality of lifein primary vare: a systematic review. Health QualLife Outcomes 2004; 2: 51.

12. Departemen Sosial Republik Indonesia. Pedomanrencana aksi nasional untuk kesejahteraan lanjutusia. Jakarta: DEPSOS RI-YEL-UNFPA-HelpAgeInternational; 2003.

13. WHOQOL Group. Development of the WorldHealth Organization WHOQOL-BREF quality oflife assessment. Psychol Med 1998; 28: 551-8.

14. Taylor R. Measuring healthy days. Populationassessment of health-related quality of life. Atlanta:CDC; 2000.

15. Reginster JY. The prevalence and burden ofarthritis. Rheumatology 2002; 41: 3-6.

16. Ethgen O, Reginsten JY. Degenerativemusculoskeletal disease. Ann Rheum Dis 2004;63: 1-3.

17. World Health Organization. The bone and jointdecade. Joint motion 2000-2010. Available at:http://www.bonejointdecade. org. Accessed April15, 2006.

18. van Schoor NM, Smit JH, Twisk JWR, Lips P.Impact of vertebral deformities, osteoarthritis, andother chronic diseases on quality of life: apopulation-based study. Osteoporos Int 2005; 16:749-56.

19. Nauman VJ, Byrne GJ. WHOQOL-BREF as ameasure of quality of life in older patients withdepression. Int Psychogeriatr 2004; 16: 159-173.