presus ilmu kedokteran keluarga

75
PRESENTASI KASUS HIPERTENSI GRADE 1 PADA WANITA PARUH BAYA, STATUS GIZI BERLEBIH DAN AKTIFITAS FISIK YANG TIDAK BAIK DENGAN STRESSOR PSIKOLOGIS TERHADAP SUAMI DAN ANAKNYA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA Disusun oleh Muhammad Rizki Imannudin 2009 031 0194 i

Upload: imanisti

Post on 25-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

HIPERTENSI GRADE 1 PADA WANITA PARUH BAYA, STATUS GIZI BERLEBIH DAN AKTIFITAS FISIK YANG TIDAK BAIK DENGAN STRESSOR PSIKOLOGIS TERHADAP SUAMI DAN ANAKNYA

TRANSCRIPT

Page 1: presus ilmu kedokteran keluarga

PRESENTASI KASUS

HIPERTENSI GRADE 1 PADA WANITA PARUH BAYA, STATUS GIZI

BERLEBIH DAN AKTIFITAS FISIK YANG TIDAK BAIK DENGAN

STRESSOR PSIKOLOGIS TERHADAP SUAMI DAN ANAKNYA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga

PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA

Disusun oleh

Muhammad Rizki Imannudin

2009 031 0194

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

i

Page 2: presus ilmu kedokteran keluarga

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

HIPERTENSI GRADE 1 PADA WANITA PARUH BAYA, STATUS GIZI

BERLEBIH DAN AKTIFITAS FISIK TIDAK BAIK DENGAN STRESSOR

PSIKOLOGIS TERHADAP SUAMI DAN ANAKNYA

Disusun oleh:

Muhammad Rizki Imanudin

20090310194

Mengetahui,

Dosen Pembimbing & Penguji Klinik

Dosen Pembimbing Fakultas

dr. Oryzati Hilman M.Sc.CMFM.,PhD

Dosen Pembimbing Puskesmas

dr. Nurzammi

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Wirobrajan

dr. Iva Kusdyarini

ii

Page 3: presus ilmu kedokteran keluarga

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini dengan

judul “Hipertensi Grade I pada wanita paruh baya, status gizi berlebih dan aktifitas

fisik tidak baik dengan stressor psikologis terhadap suami dan anaknya ”.

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat untuk menyelesaikan

kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di Puskesmas Wirobrajan.

Banyak hambatan dalam penyusunan makalah ini, namun berkat dukungan dari

banyak pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik

kedokteran keluarga ini. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama ini dalam penulisan

presentasi kasus ini, antara lain:

1. dr. Iva Kusdyarini, selaku kepala Pusekesmas Wirobrajan Yogyakarta yang telah

bersedia memberi kami kesempatan untuk belajar banyak di puskesmas ini.

2. dr. Nurzammi selaku dokter pembimbing puskesmas yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan dari mulai persiapan, penyusunan hingga penulisan

presentasi kasus ini selesai.

3. dr. Oryzati Hilman M.Sc.CMFM.,Ph.D, selaku dokter pembimbing klinik di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan stase Ilmu Kedokteran Keluarga yang

telah memberi banyak masukan untuk menyempurnakan penulisan presentasi kasus

ini.

4. Seluruh dokter Puskesmas Wirobrajan dan seluruh dosen Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan yang selama ini telah memberikan ilmu dan nasehat.

1

Page 4: presus ilmu kedokteran keluarga

5. Seluruh karyawan Puskesmas Wirobrajan dan karyawan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan yang telah membantu kelancaran dalam penulisan presentasi kasus

ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada

semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan presentasi kasus ini

dan dicatat sebagai amal sholeh.

Penulis menyadari bahwa presentasi kasus ini jauh dari kesempurnaan oleh karena

itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini.

Semoga laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta, 18 November 2014

Muhammad Rizki Imannudin

2

Page 5: presus ilmu kedokteran keluarga

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB IPENDAHULUAN.........................................................................................5

A.LATAR BELAKANG MASALAH.................................................................5

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................6

C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................6

D. MANFAAT PENULISAN..............................................................................7

BAB IITINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8

1. HIPERTENSI

A. DEFINISI........................................................................................................8

B. KLASIFIKASI HIPERTENSI........................................................................8

C. PENYEBAB HIPERTENSI..........................................................................10

D. PATOFISIOLOGI.........................................................................................11

E. DIAGNOSIS HIPERTENSI..........................................................................12

F. FAKTOR RISIKO.........................................................................................13

G. KOMPLIKASI..............................................................................................16

H. TATALAKSANA HIPERTENSI.................................................................18

BAB IIILAPORAN KASUS.................................................................................29

A. IDENTITAS.................................................................................................29

B. ANAMNESIS...........................................................................................…29

C. PEMERIKSAAN FISIK...............................................................................33

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................35

E. DIAGNOSIS KERJA...................................................................................35

G. PENATALAKSANAAN.............................................................................35

BAB IV..................................................................................................................37

PEMBAHASAN....................................................................................................37

A. ANALISIS KASUS......................................................................................37

3

Page 6: presus ilmu kedokteran keluarga

B. ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH..........................................................37

C. FAMILY ASSESSMENT TOOLS...............................................................42

D. DIAGNOSIS HOLISTIK.............................................................................48

E. MANAGEMENT KOMPREHENSIF.........................................................48

BAB VPENUTUP.................................................................................................50

A. KESMPULAN..............................................................................................50

B. SARAN........................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................51

4

Page 7: presus ilmu kedokteran keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang cukup banyak

mengganggu kesehatan masyarakat. Hipertensi menjadi masalah kesehatan yang serius,

karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang

berbahaya misalnya stroke, PJK, dan gagal ginjal. Hipertensi sebetulnya bukan suatu

penyakit, tetapi hanya merupakan suatu kelainan dengan gejala gangguan pada mekanisme

regulasi tekanan darah yang timbul. Pada umumnya terjadi pada usia pertengahan (usia

lebih dari 40 tahun). Namun, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita

hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum

menimbulkan gejala yang serius pada kesehatannya (Gunawan, 2001).

Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia sebab tingginya

prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (World

Health Organization, 2010). Menurut AHA (American Heart Association) di Amerika,

tekanan darah tinggi ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau

59juta orang mengidap prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu

pertiganya yang mengetahui keadaanya dan hanya 61% medikasi (Muhammadun, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) dan the International Society of

Hypertension (ISH), saat initerdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3

juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak

mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng, 2009). 5

Page 8: presus ilmu kedokteran keluarga

Di Indonesia sendiri hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah

stroke dan tuberkulosis, yakni 6,7% dari populasi kematian pada semua umur. Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

(Balitbangkes) tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secaranasional mencapai

31,7% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Di Indonesia masalah

hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat

menjadi27,5% pada tahun 2004 (Rahajeng, 2009). Prevalensi hipertensi di Pulau Jawa

41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi 43-36,6% -47,7%. Prevalensi di

perkotaan 39,9% (37,0% -45,8%) dan di pedesaan 44,1 (36,2%-51,7%) (Setiawan, 2004).

Prevalensi hipertensi pada tahun 2000 di Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki urutan

penyakit ke 6 sebanyak 117.867 penderita atau 4,50% pada tahun 2000 (Profil Kesehatan

Provinsi DIY, 2000). Prevalensi di kota Yogyakarta penyakit hipertensi menduduki

peringkat ke 4 sebanyak 33.364 penderita atau 5,58% pada tahun 2000 (Badan Pusat

Statistik, 2000).

Meningkatnya kasus hipertensi menjadi masalah yang cukup besar. Pemerintah

mengadakan penanggulangan hipertensi bekerjasama dengan Perhimpunan Hipertensi

Indonesia atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) membuat kebijakan berupa

pedoman penanggulangan hipertensi sesuai kemajuan tekhnologi dan kondisi daerah (local

area specific), memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor resiko penyakit

jantung dan hipertensi, mengembangkan SDM dan sistem pembiayaan serta memperkuat

jejaring sertamemonitoring dan evaluasi pelaksanaan. Penanggulangan hipertensi dan

pencegahan juga dilakukan berbagai upaya seperti pemerintah Indonesia melakukan

pencegahan dan penanganan penyakit tidak menular termasuk hipertensi dengan dibentuk

6

Page 9: presus ilmu kedokteran keluarga

Direktoral Pengendalian Penyakit Tidak Menular berdasarkan peraturan Menteri

Kesehatan no. 1575 tahun 2005 dalam melaksanakan pencegahan dan penanggulangan

penyakit jantung dan hipertensi (Depkes, 2010).

Peran pemerintah sangat penting didukung juga oleh tingkat pengetahuan keluarga

maupun pasien dalam tindakan pencegahan komplikasi hipertensi diharapkan dapat

mengontrol tekanan darah yaitu mengurangi konsumsi garam, membatasi lemak, olahraga

teratur, tidak merokok dan tidak minum alkohol, menghindari kegemukan atau

obesitas.Pengetahuan dalam pencegahan komplikasi hipertensi dilatarbelakangi oleh tiga

faktor yaitu faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, tradisi

keluarga, faktor pendukung meliputi ketersediaan sumber fasilitas, faktor pendorong

meliputi sikap, perilaku petugas kesehatan, anggota keluarga dan teman dekat.

Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (over behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripadaperilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,

2007: 144).

B. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS WIROBRAJAN

Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja

(Kepmenkes RI no.128/Menkes/SK/II/2004). Menurut Depkes RI 1991, puskesmas

merupakan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yangg juga membina peran serta masyarakat dan memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam

bentuk kegiatan pokok.

7

Page 10: presus ilmu kedokteran keluarga

Puskesmas Wirobrajan merupakan unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan di

wilayah kerja kecamatan Wirobrajan. Unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan adalah unit

yang melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah kerja puskesmas sebagai unit

pelaksana tingkat pertama pembangunan kesehatan di Indonesia.

Puskesmas wirobrajan terletak di kota Yogyakarta dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut: sebelah utara adalah kecamatan Tegalrejo, sebelah timur adalah

kecamatan Ngampilan dan kecamatan Mantrijeron, sebelah selatan dan barat adalah

kecamatan Kasihan Bantul, kabupaten Bantul.

Puskesmas di kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta sejumlah 2 buah yaitu

Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu, telah memiliki gedung yang memadai sebagai

pusat pelayanan kesehatan masyarakat, tenaga medis dan paramedis dapat bekerja secara

optimal melayani masyarakat sekitar. Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas UGD dan

Ambulance yang setiap saat dapat digunakan pada jam kerja. Puskesmas Wirobrajan

belum melayani pasien rawat inap. Kegiatan pelayanan secara umum meliputi : Balai

Pengobatan umum (BPU), Balai Pengobatan Gigi (BPG), BKIA/KB, Unit Farmasi, Unit

Puskesmas Keliling, UKS, Konseling Gizi, Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan

(Promkes), Poli Lansia, KRR. Pelayanan khusus kepada balita dan usila dilaksanakan pada

kegiatan-kegiatan luar gedung yaitu kegiatan Posyandu.

Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan mengacu pada Indikator

Indonesia Sehat 2011 dan Standar Pelayanan Medik seperti derajat kesehatan lingkungan,

keadaan lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat, pelayanan kesehatan, dan perbaikan

gizi masyarakat.

Dokter keluarga memiliki peran penting dalam mencapai sasaran kesehatan

tersebut. Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh

8

Page 11: presus ilmu kedokteran keluarga

dan memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit dimana tanggung jawab

dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur, jenis kelamin

pasien, atau jenis penyakit tertentu. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan

kedokteran keluarga adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan bagi individu, keluarga, dan

masyarakat yang bermutu dan terkendali biayanya, yang dilaksanakan dalam pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.

Rekapitulasi 10 besar Diagnosis Pasien Puskesmas Wirobrajan

Periode 1 Oktober– 31 Oktober 2014 (unduh 13 November 2014)

No Kode Diagnosis Nama Jumlah

1 I 10 Hipertensi primer 462

2 E11 Type II : Non Insulin

dependen DM

301

3 J 00 Nasopharingitis Akut

(common cold)

224

4 R 42 Pusing Kepala 112

5 M 25.5 Athralgia 82

6 Z 27.3 Need for immunization

DPT + polio

70

7 J 02 Pharingitis 66

8 M 25.5 Pengawasan

Kehamilan Normal

64

9 R 50 Demam yang sebabnya

tidak diketahui

61

10 K 30 Dyspepsia 61

9

Page 12: presus ilmu kedokteran keluarga

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat dirumuskan

adalah:

1. Apa saja faktor risiko yang ditemukan pada pasien ini?

2. Bagaimana family assessment tools pada pasien ini?

3. Bagaimana manajemen komprehensif pada pasien ini?

D. TUJUAN PENULISAN

a. Tujuan umum

Presentasi Kasus ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian

kepaniteraan klinik program pendidikan profesi di bagian Ilmu Kedokteran

Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta di Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta.

b. Tujuan khusus

Untuk mengetahui definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi dan faktor resiko,

patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasi dari Hipertensi pada

pasien dengan masalah kecemasan akibat konflik dengan anaknya. Serta mampu

memberikan manajemen penatalaksanaan komprehensif pada pasien sesuai

dengan disease dan ilnessnya.

E. MANFAAT PENULISAN

Berikut adalah beberapa manfaat penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik

ilmu kedokteran keluarga mengenai penyakit Hipertensi :

1. Manfaat untuk puskesmas

10

Page 13: presus ilmu kedokteran keluarga

Sebagai sarana kerja sama yang saling menguntungkan untuk dapat

meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapat umpan

balik dari hasil evaluasi dokter muda dalam rangka mengoptimalkan peran

puskesmas

2. Manfaat untuk mahasiswa

Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan

dengan menerapkan prinsip kedokteran keluarga.

11

Page 14: presus ilmu kedokteran keluarga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. HIPERTENSI

Definisi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan

diastolik lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995). Tekanan darah diukur dengan

spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset

menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak

atau terlentang paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah

merokok atau minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan

sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer

untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang

diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII)

klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,

prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Yogiantoro M, 2006).

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala

yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung

koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah

menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di

beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka

jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah.

Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang

12

Page 15: presus ilmu kedokteran keluarga

tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15

milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi

saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawati et al, 2007).

Etiologi

Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.

Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini

disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh

faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu,

stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada

penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif

hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat

dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat

dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan

faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M,

2006)

Epidemiologi.

Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan

menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh

pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya.

Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai

keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%, tetapi angka

prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah

Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka prevalensi

tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Wade, 2003).

13

Page 16: presus ilmu kedokteran keluarga

Klasifikasi

Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali atau lebih

pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan.

Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistolik

(mmHg)

Tekanan darah diastolik

(mmHg)

Normal ≤120 Dan ≤80

Prehipertensi 120 – 139 Atau 80-89

Hipertensi tahap I 140 – 159 Atau 90-99

Hipertensi tahap

II

> 160 Atau >100

Sumber: WHO Regional 2005

Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran

fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin

(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di

paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang

memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi

pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH

diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur

osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang

diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi

osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan

14

Page 17: presus ilmu kedokteran keluarga

dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat

yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron

merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur

volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan

cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan

kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan

meningkatkan volume dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan

multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah

terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler,

volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas

pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh

beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat

berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial

berkembang dari hipertensi yang kadangkadang muncul menjadi hipertensi yang persisten.

Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi

hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil,

jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat.

Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun

(dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur

20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur

30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60

tahun(Menurut Sharma S et al, 2008 dalam Anggreini AD et al, 2009).

Komplikasi

15

Page 18: presus ilmu kedokteran keluarga

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal

jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak

diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan

hidup sebesar 10-20 tahun. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi

yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu :

Tabel 2.2. Komplikasi Hipertensi

Sistem organ Komplikasi Komplikasi Hipertensi

Jantung Gagal jantung kongestif

Angina pectoris

Infark miokard

Sistem saraf pusat Ensefalopati hipertensif

Ginjal Gagal ginjal kronis

Mata Retinopati hipertensif

Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal,

jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan

kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat

selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan

oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang

dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient

Ischemic Attack/TIA) (Anggreini AD et al, 2009).

16

Page 19: presus ilmu kedokteran keluarga

Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

1. Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi

seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.

2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.

3. Menghambat laju penyakit ginjal.

Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan farmakologis

seperti penjelasan dibawah ini.

1. Terapi Non Farmakologis

a. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih.

Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan

darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi

dan kontrol hipertensi.

b. Meningkatkan aktifitas fisik.

Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada

yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari

penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.

c. Mengurangi asupan natrium.

Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti

hipertensi oleh dokter.

d. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol

36

Page 20: presus ilmu kedokteran keluarga

Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih

banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3

gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.

2. Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII

yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta

blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting

Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor

antagonist/ blocker (ARB).

37

Page 21: presus ilmu kedokteran keluarga

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas

Nama : Ny. S

Usia : 60 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Alamat : WB 1/229 RT 19 RW 04 Kelurahan Pakuncen

Kec. Wirobrajan Kota Yogyakarta

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status Perkawinan : Menikah

Pendidikan Terakhir : Tamat SMA

No. Rekam Medis : 01A.551.01

Jaminan Kesehatan : BPJS non PBI

Kunjungan Puskesmas : 9 November 2014

Kunjungan Rumah : 9 November 2014

B. Autoanamnesis

Anamnesis disease:

1. Keluhan Utama: pasien kontrol rutin Hipertensi

2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke Puskesmas Wirobrajan untuk kontrol rutin penyakit

hipertensi. Keluhan saat ini berupa pusing sejak 2 hari yang lalu dan sudah 1

38

Page 22: presus ilmu kedokteran keluarga

minggu terakhir kedua tangannya terasa kesemutan, pasien sering control ke

puskesmas untuk memeriksakan penyakitnya, pasien mengetahui mengidap

HT sejak 2 tahun yang lalu.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat alergi obat : disangkal.

Riwayat opname : disangkal

Riwayat penyakit ginjal : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat stroke : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat diabetes mellitus : disangkal

Riwayat penyakit ginjal : disangkal

Riwayat asma dan alergi di keluarga disangkal.

5. Riwayat Personal Sosial:

Pendidikan

Pasien merupakan tamatan SMA, tidak melanjutkan ke jenjang

selanjutnya karena faktor ekonomi.

Pekerjaan

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Sehari-hari pasien banyak

menghabiskan waktu dirumah mengasuh cucu-cucunya dan

39

Page 23: presus ilmu kedokteran keluarga

mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak dan membereskan

rumah.

Perkawinan

Pasien menikah tahun 1975 saat pasien berusia 21 tahun. Dari hasil

perkawinan pasien dikaruniai 4 orang anak. Hubungan pasien dengan

suami cukup baik namun terdapat pikiran dibenak pasien karena

suaminya sampai usia tua ini tidak mau beribadah dan masih

melakukan kebiasaan mudanya meminum minuman keras, kebiasaan

meminum minuman keras juga dilakukan anak terakhirnya ditambah

anak tersebut belum juga menikah diusia yang ke 34 tahun.

Sosialisasi

Pasien menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar

Gaya Hidup

Pasien biasa makan 2x-3x sehari. Setiap pagi pasien memiliki

kebiasaan makan nasi, dengan lauk pauk seperti telur dadar dan sayur

kangkung, dan minum air putih. Pasien sudah berhenti mengkonsumsi

makanan bersantan, daging yang berlemak, serta membatasi konsumsi

garam. Pasien tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol serta

tidak mengkonsumsi obat terlarang. Setiap hari pasien selalu

beristirahat tidur malam hari hingga 7 jam. Pasien mengurangi stres

dengan cara mengasuh cucunya, membereskan rumah dan menonton

tv.

Pengobatan

40

Page 24: presus ilmu kedokteran keluarga

Pasien rutin kontrol ke puskesmas 10 hari sekali. Pasien meminum

obat yang didapat dari puskesmas yakni obat amilodipin 10mg 1x1

dan vit. B komplek 1x1 dengan teratur dan sesuai anjuran. Pasien

pernah lupa mengkonsumsi obat tetapi tidak sering.

Anamnesis illness

Perasaan

Pasien merasa ikhlas dan sabar dengan penyakitnyanya, pasien

merasa pasrah terhadap kebiasaan suaminya yang kerap minum-

minuman beralkohol dan kerap memikirkan anak ke IV nya yang

belum menikah diusia 34 tahun dan juga kerap meminum minuman

beralkohol bersama temannya.

Ide-ide

Menurut pasien penyakit Hipertensi itu tekanan darah tinggi yang

ditandai dengan gejala pusing-pusing, otot terasa kencang dan

mengetahui bahwa faktor psikologis dapat mempengaruhi

penyakitnya.

Harapan pasien

Pasien ingin penyakitnya dapat sembuh tanpa menggunakan obat

dan berharap suaminya segera memulai beribadah kepada Allah

SWT

Fungsi sosial dan ekonomi

Pasien sehari-hari mendaptkan penghasilan dari anaknya dan

mendapatkan tambahan jika suaminya mendapatkan pekerjaan

41

Page 25: presus ilmu kedokteran keluarga

6. Review Anamnesis Sistem:

Kepala/leher: tidak ada keluhan.

Sistem pernapasan: Tak ada keluhan.

Sistem peredaran darah dan jantung: Tak ada keluhan.

Sistem pencernaan: Tak ada keluhan.

Sistem saluran kencing dan kelamin: Tak ada keluhan

Sistem tulang dan otot : Tak ada keluhan

Sistem persarafan: tidak ada keluhan.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Kesan dan Keadaan Umum: Compos Mentis, baik

2. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 150/90 mmHg

Nadi : 88 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.

Suhu badan : 36,5°C

Pernapasan : 20 x/menit

3. Antropometri

Tinggi Badan : 155 cm

Berat Badan : 60 kg

Indeks Massa Tubuh: 24,94

4. Status Gizi: overweight

5. Pemeriksaan Kepala

Bentuk kepala : Simetris

42

Page 26: presus ilmu kedokteran keluarga

Rambut : Lurus, warna hitam dan sebagian sudah beruban

6. Pemeriksaan Mata

Bulu mata : Dalam batas normal

Konjungtiva

Bulbi : Injeksi (-/-)

Palpebra : Hiperemis (-/-)

Kornea : Arcus senilis (-/-)

Bilik mata depan : Dalam, jernih/dalam, jernih

Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor

Lensa : Jernih/jernih

Visus : Tidak dilakukan

Pemeriksaan oftalmoskopi: Tidak dilakukan

7. Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)

8. Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-)

9. Pemeriksaan Leher

Kelenjar tiroid : Tidak membesar

Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)

JVP : Tidak meningkat

10. Pemeriksaan Dada

Pulmo:

Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi

(-)

Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus normal

43

Page 27: presus ilmu kedokteran keluarga

Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi: vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor:

Inspeksi: ictus cordis tak tampak

Palpasi: ictus cordis teraba di SIC V

Perkusi: batas jantung kanan atas: SIC II parasternal dextra.

Kanan bawah: SIC IV parasternal dextra. Kiri atas: SIC II

parasternal sinistra. Kiri bawah: SIC V linea midclavicula sinistra

Auskultasi: S1-S2 reguler, bising (-)

11. Pemeriksaan Abdomen:

Inspeksi: datar, jejas (-)

Auskultasi: bising usus (+) normal

Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba, massa (-), ascites (-)

Perkusi: timpani pada seluruh lapang perut

12. Pemeriksaan Ekstrimitas:

Tabel 6. Pemeriksaan Ekstremitas

Tungkai Lengan

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan

Tonus

Trofi

Edema

Akral

Nyeri

Pembengkakan

sendi

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Hangat

-

-

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Hangat

-

-

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Hangat

-

-

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Hangat

-

-

44

Page 28: presus ilmu kedokteran keluarga

Kekuatan

Tremor

Luka

Clavus

Pale

Pulsatil

Nadi

+5

-

-

-

-

Normal

Reguler

+5

-

-

-

-

Normal

Reguler

+5

-

-

-

-

Normal

Reguler

+5

-

-

-

-

Normal

Reguler

D. Diagnosis Banding

Hipertensi Grade 1 Primer

Hipertensi Grade 1 Sekunder

E. Diagnosis Kerja

Hipertensi grade 1 Primer

F. Penatalaksanaan

1. Farmakologis

R/ Amlodipin 5 mg tab No. X

S/ 1 dd tab 1 p.c

R/ Tablet Vit. B complek No. X

S/ 1 dd tab 1 p.c

2. Non farmakologis

Edukasi meliputi :

a. Penyakit dan komplikasi penyakit yang diderita pasien.

b. Modifikasi gaya hidup sehat

45

Page 29: presus ilmu kedokteran keluarga

Menjaga pola hidup sehat untuk mendapatkan kualitas hidup yang

baik

Kurangi makanan berlemak seperti makanan yang mengandung

santan, goreng-gorengan

Pembatasan konsumsi garam, maksimal satu sendok teh perhari (<

6 g perhari)

Perbanyak makan buah dan sayur

Konsumsi air putih 8-10 gelas perhari

Menjaga berat badan ideal

Melakukan aktifitas fisik seperti berenang, bersepeda, jalan kaki,

aerobik.

c. Ketaatan pengobatan dan minum obat.

d. Kontrol rutin tekanan darah

e. Pencegahan terhadap komplikasi jangka panjang

f. Pentingnya peran keluarga dalam mencapai tujuan penyembuhan

pasien.

g. Beriktiar dalam berobat dan tawakal kepada Allah.

3. Monitoring

Monitoring gejala-gejala yang merupakan komplikasi dari hipertensi.

Terapi Nutrisi Medis

Perhitungan kalori: metode perhitungan kebutuhan kalori harian

istirahat atau BMR (basal metabolic rate) menggunakan rumus Harris-

Benedict.

46

Page 30: presus ilmu kedokteran keluarga

Rumus BMR wanita = 655 + (9,6 x bb dalam kg) + (1,8 x tb

dalam cm) – (4,7 x umur dalam tahun)

Kebutuhan kalori basal per hari :

655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)

655 + (9,6 x 60) + (1,8 x 155) – (4,7 x 60) = 1228 kkalori

Kebutuhan kalori per hari : AMB x aktivitas fisik

1228 x 1,55 = 1842 kkalori

Kebutuhan karbohidrat : 60 % x 1842 = 1105 kkalori

= 1105/4 = 276 gram

Kebutuhan protein : 20 % x 1842 = 468,4 kkalori

= 468,4 /4=92,1 gram

Kebutuhan lemak : 20 % x 1842 =468,4 kkalori

=468,4/9= 40,93 gram

Kebutuhan kalori dibagi 6x sehari: sarapan 20%, snack pagi10%,

makan siang 30%,

snack sore10% , makan malam 20%, snack malam 10%.

Contoh Menu yang Dapat Diberikan

Waktu Menu BahanBerat (gr)

KaloriProtein (gr)

Lemak (gr)

Karbohidrat (gr)

47

Page 31: presus ilmu kedokteran keluarga

Sarapan (07.00)

Nasi putih Ca jamur

Oncom rebusTelur rebusPepaya

NasiMinyakgorengJamur kupingWortelOncomTelur ayamPepaya

1005

1004050190

17545

25755050

4-

157-

-5

-32-

40-

57-

12

Cemilan I (10.00)

Bubur kacang hijau

Kacang hijauGula

2513

7550

5-

3-

712

Makan Siang (12.00)

Nasi putihIkanpepesSayur bening bayamTempe rebusBuah

NasiDaging IkanBayam

TempePisang

10040200

5050

1755025

5050

476

5-

-4-

3-

40-

20

712

Cemilan II (16.00)

Pergedel Kacang merah

Jeruk

Kacang merah

Minyak gorengJeruk

20

101105

75

9050-

5

-12-

3

10--

7

---

Makan Malam (19.00)

Nasi putihAyam goreng

LalapanTahu rebusBuah

NasiMinyak gorengDaging ayamSawiTahuJambu air

1001075100110110

1759075255050

4-

101.510-

-105-3-

40--5712

Cemilan III(21.00)

Pisang rebus

Pisang 300 100 - - 24

TOTAL 1840 83.5 45 249Konsumsi air putih 8 – 10 gelas per hariPembatasangaram < 6 g perhari

48

Page 32: presus ilmu kedokteran keluarga

BAB IV

PEMBAHASAN

A. ANALISIS KASUS

Diagnosis klinis pada pasien ini adalah Hipertensi grade 1. Diagnosis

tersebut didapatkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Berdasarkan anamnesis pasien menderita Hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.

Pasien rutin kontrol ke puskesmas setiap 2 minggu sekali untuk mengambil

obat. Pasien mengaku minum obat Hipertensi teratur setiap hari sesuai anjuran

dokter puskesmas..tekanan darah pasien 150/90 mmHg. Pasien mendapat obat

Amlodipin dan Vitamin B Complex

B. ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH

1. Kondisi Pasien

Kunjungan ke rumah dilakukan pada tanggal 14 November 2014

pukul. Pada saat kunjungan, keadaan umum pasien tampak baik. Dari

pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi

88x/menit, frekuensi pernafasan 20x/menit, dan suhu 36,5˚C.

2. Keadaan Rumah

a) Lokasi : Rumah pasien terletak WB 1 /229 RT

19RW 04 Kel. Pakuncen, Kec. Wirobrajan Kota Yogyakarta

49

Page 33: presus ilmu kedokteran keluarga

Peta Rumah pasien

U

b) Kondisi rumah : bangunan permanen, berdinding tembok,

lantai ubin, atap dari genting ada langit-langit. Ventilasi udara

cukup dan sinar matahari masuk ke dalam rumah

c) Luas : luas rumah 200 m2, jumlah penghuni dalam

satu rumah ada 5 orang

d) Lantai Rumah : lantai ubin bersih.

e) Pembagian ruangan : rumah terdiri atas satu ruang untuk ruang

tamu, ruang makan dengan sekat lemari, tiga kamar tidur terpisah

dengan sekat permanen,ruang keluarga diisi oleh televisi yang

berada di atas lemari kecil, satu kamar mandi, dan satu dapur.

50

Page 34: presus ilmu kedokteran keluarga

f) Pencahayaan : Cahaya yang masuk ke ruangan cukup,

jendela ruang tamu sering dibuka, pasien jarang menyalakan lampu

pada siang hari.

g) Sanitasi Dasar :

- Sumber air

Kebutuhan air untuk sehari – hari menggunakan air

sumur, di dalam rumah terdapat satu jamban. Secara fisik

air tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.

Kesimpulanya adalah sumur sudah cukup layak untuk

dijadikan sebagai sumber air.

- Tempat sampah

Tempat sampah terletak di dapur, terbuat dari ember

plastik, tidak tertutup, tidak ada lalat beterbangan

disekitarnya, dan pembuangan sampah dilakukan setiap

hari karena ada orang yg mengambil sampah setiap pagi.

Denah rumah Ny. S dibuat 14 November 2014

51

Page 35: presus ilmu kedokteran keluarga

UTARA

Skala 1: 100

d. Ventilasi

Ruang Ukuran Ukuran

ruangan

Perbandingan Ket.

Jendela Ventilasi

Ruang tamu 1,5x1m 1,5x0,5m 7x5m >10%

Kamar tidur 1 1,5x1m 1,5x0,5m 4x3 >10%

Dapat disimpulkan bahwa rumah Ny.S cukup dalam hal ventilasi

52

Page 36: presus ilmu kedokteran keluarga

dilihat dari perbandingan luas jendela dengan luas ruangan >10%.

e. Pencahayaan

Pencahayaan cukup, terdapat jendela di ruang tamu, dan disetiap

kamar terdapat 1 jendela yang cukup mendapatkan pencahayaan

disiang hari.

C. Identifikasi Fungsi Keluarga

1. GENOGRAM

Anggota keluarga yang berada di satu rumah yaitu:

Nama

Kedudukan

dalam

keluarga L/P

U

m

u

r Pendidikan Pekerjaan

Tn. R Suami L

6

4 Tamatan SMA Serabutan

Ny. S Istri P

6

0 Tamatan SMA

Ibu Rumah

Tangga

Sdr. I Anak IV L

3

4 SMK Penjual burung

m Cucu I P

1

2 SD Pelajar

An. A Cucu II P 6 Belm Sekolah -

53

Page 37: presus ilmu kedokteran keluarga

Genogramm Keluarga Ny.S

(dibuat tanggal 14November 2014)

54

Tn.H40 th

Tn. T64 th

Sdr.I34 th

Tn.B39 th

Ny. S60th

Tn.R36 th

Page 38: presus ilmu kedokteran keluarga

Keterangan

= laki-laki

= perempuan

X = meninggal

HT = hipertensi

→ = pasien

----- = tinggal serumah

B = Breadwinner

C = Caregiver

2. FAMILY MAP

Keterangan:

= fungsional

55

An.A12 th

An.A6 th

An.A

An.A Ny.S

Sdr.ITn.R Tn.H

Tn.B

Tn.R

Page 39: presus ilmu kedokteran keluarga

= disfungsional

3. Family Life Cycle

Pada keluarga ini adalah keluarga besar (extended family) yang terdiri dari

suami, istri, anak dan cucu

4. Nilai APGAR keluarga

KRITERIA PERTANYAAN HAMPIR

SELALU (2)

KADANG-

KADANG

(1)

TIDAK

ADA (0)

ADAPTASI “Bagaimana anggota keluarga saling

membantu satu sama lain disaat

membutuhkan sesuatu?”Apakah

pasien puas dengan keluarga karena

masing-masing anggota keluarga

sudah menjalankan kewajiban sesuai

dengan seharusnya?

PARTNERSHIP “Bagaimana anggota keluarga

berkomunikasi satu sama lain tentang

masalah-masalah tertentu seperti

liburan, finansial, pengeluaran yang

besar dan masalah pribadi?” Apakah

pasien puas dengan keluarga karena

dapat membantu memberikan solusi

terhadap permasalahan yang dihadapi

?

PERTUMBUHA

N

“Bagaimana perubahan anggota

keluarga selama tahun-tahun terakhir,

apakah pasien diberi kebebasan untuk

mengembangkan diri? “

Apakah pasien puas dengan

kebebasan yang diberikan keluarga

56

Page 40: presus ilmu kedokteran keluarga

untuk mengembangkan kemampuan

pasien miliki?

KASIH

SAYANG

”Apakah jika pasien sakit,

keluarganya memberi perhatian,

perduli, dan menunjukkan kasih

sayangnya dengan merawat?”Apakah

pasien puas dengan kehangatan yang

diberikan keluarga?

KEBERSAMAA

N

“Bagaimana anggota Keluarga anda

berbagi waktu, ruang, dan uang?”

Apakah pasien puas dengan waktu

yang disediakan keluarga untuk

menjalin kebersamaan

TOTAL 7

57

Page 41: presus ilmu kedokteran keluarga

5. Analisis SCREEM

Analisis SCREEM

ASPEK SUMBER DAYA PATOLOGI

Sosial

Interaksi pasien dengan keluarga

dan masyarakat baik

Kultural Pasien tidak

percaya pada hal-hal mistik.

Religi Pasien Suami dan anak pasien tidak pernah

beribadah khusuk dan tertib beribadah

sesuai dengan tuntunan

Ekonomi

Penghasilan pasien didapatkan rutin dari

anaknya dan terkadang dari suaminya bila

sedang ada kerjaan

Pendidikan

Pasien memiliki jaminan BPJS non

PBI dan rutin digunakan untuk

kontrol HT .

Kesehatan

Pasien memiliki jaminan BPJS non PBI

dan rutin digunakan untuk kontrol HT

1

Page 42: presus ilmu kedokteran keluarga

6. Family Life Line

Tahu

n

Umur Life Event Keparahan

Penyakit

2004 50

tahun

Suami berhenti bekerja Strees psikologis

2005 50

tahun

Ayah meninggal Strees psikologis

2005 51

tahun

Ibu meninggal Strees psikologis

2012 58

tahun

Teriagnosis hipertensi

2

Page 43: presus ilmu kedokteran keluarga

7. Indikator Rumah Sehat

Penilaian Rumah Sehat

NO KOMPONEN  

RUMAH YG KRITERIANILA

I BOBOTDINILAI  

J U M L A H J I W A 4J U M L A H KK 1

I KOMPONEN31

RUMAH  1 Langit-langit a. Tidak ada 0

 b. Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan 1

  kecelakaan

 c. Ada, bersih dan tdk rawan kecelakaan 2 62

2 Dindinga. Bukan tembok(terbuat dr anyaman bambu/ ilalang) 1

 b. Semi permanen/setengah tembok/pasa- 2

  ngan batu /bata yg tidak diplester/ papan

  yang tidak kedap air.

 c. Permanen (tembok/pasangan batu bata 3 93

  yg diplester) papan kedap air.3 Lantai a. Tanah 0

 b. Papan/anyaman bambu dekat dngn 1

  tanah / Plesteran yang retak dan berdebuc. Diplester/Ubin/Keramik/papan (rumah panggung) 2 62

4 Jendela a. Tidak ada 0 31kamar tidur b. Ada 1

5 Jendela ruang a. Tidak ada 0 31keluarga b. Ada 1

6 Ventilasi a. Tidak ada 0

 b. Ada, luas ventilasi permanen <10% dari luas lantai 1 31

 c. Ada, luas ventilasi permanen >10% dari luas lantai 2

3

Page 44: presus ilmu kedokteran keluarga

7 Lubang asap a. Tidak ada 0 31

Dapurb. Ada, lubang ventilasi dapur < 10 % dari luas lantai dapur 1

 c. Ada, lubang ventilasi > 10 % dari luas 2

  lantai dapur (asap keluar dengan sempurna.

8 Pencahayaana. Tidak terang, tidak dpt dpergunakan untuk membaca 0

 b. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk 1

  membaca dengan normal.

 c. Terang dan tidak silau sehingga dapat diper- 2 31

  gunakan untuk membaca dengan normal.

II SARANA  25

SANITASI  1 Sarana Air Jenis sarana

bersih (SGL/ a. Tidak ada 0

SPT/PP/KU/b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan 1

1 = SGLc. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan 2 100

3= SPTd. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan 3

 e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan 4

(Sarana Jenis saranapembuangan a. Tidak ada 0

kotoran)b. Ada, bukan leher angsa, tdk ada tutup 1

1= LEHER disalurkan ke sungai/kolam.

ANGSAc. Ada, bukan leher angsa dan di titutup (leher 2

2= CEMPLUNG

angsa), disalurkan kesungai/kolam

3= CUBLUKd. Ada, bukan leher angsa ada tutup, septic 3

  Tank  e. Ada, leher angsa, septic tank. 4 100

3 Sarana a. Tidak ada, sehngga tergenang tidak teratur dihalaman rumah. 0

Air Limbahb. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber 1

4

Page 45: presus ilmu kedokteran keluarga

(SPAL) air (jarak dng sumur kurang dari 10 m)

 c. Ada, dialirkan keselokan terbuka. 2

 d. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran 3 50

  kota) untuk diolah lebih lanjut.4 Sarana a. Tidak ada. 0

Pembuanganb. Ada, tetai tidak kedap air dan tidak ada tutup 1

Sampah c. Ada, kedap air dan tidak tertutup 2 50(Tempat d. Ada, kedap air dan tertutup. 3

III PERILAKU  44

PENGHUNI  1 Membuka a. Tidak pernah dibuka 0

Jendela kamar b. Kadang-kadang 1  c. Setiap hari dibuka. 2 88

2 Membuka a. Tidak pernah dibuka 0Jendela ruang b. Kadang-kadang 1keluarga c. Setiap hari dibuka. 2 88

3 Membersihkan a. Tidak pernah dibuka 0rumah dan ha- b. Kadang-kadang 1 88laman c. Setiap hari. 2

4 Membuanga. Dibuang sembarangan (sungai, Kolam/kebun dll) 0

tinja bayi dan b. Kadang-kadang ke jamban 1balita ke jamban c. Setiap hari dibuang ke jamban. 2 88

5Membuang sam-

a. Dibuang sembarangan (sungai, Kolam/kebun dll) 0

pah pada tempat

b. Kadang-kadang ke tempat sampah 1

sampahc. Setiap hari dibuang ke tempat sampah 2 88

TOTAL HASIL PENILAIAN 1118

STATUS RUMAH SEHAT Rumah sehat

Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :

Cara menghitung hasil penilaian = nilai x bobot

Rumah sehat : 1.068 s.d 1200

Rumah tidak sehat : < 1.068

Pada pasien termasuk kedalam kategori rumah sehat

5

Page 46: presus ilmu kedokteran keluarga

8. Gizi keluarga

Pemenuhan gizi keluarga dapat dikatakan kurang karena di bawah

standar yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan melalui 13

Pedoman Umum Gizi Sehari-hari (PUGS).

Pedoman Umum Gizi Sehari-hari (PUGS).

No. PUGS Jawaban Skor

1 Makan beraneka ragam makanan. Ya 1

2 Makan makanan untuk memenuhi kecukupan energi. Ya 1

3 Makan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan Ya 1energi.

4 Batasi konsumsi lemak dan minyak seperempat dari Ya 1

kebutuhan energi.

5 Gunakan garam beryodium Ya 1

6 Makanlah makanan sumber zat besi. Ya 1

7 Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif) sampai Ya 1

bayi umur 6 bulan

8 Biasakan makan pagi. Ya 1

9 Minumlah air bersih dan aman yang cukup. Ya 1

10 Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur. Tidak 0

11 Hindari minum minuman berakohol. Ya 1

12 Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Ya 1

13 Bacalah label pada makanan yang dikemas. Tidak 0

TOTAL 11

Interpretasi :

6

Page 47: presus ilmu kedokteran keluarga

Nilai PUGS keluarga >60%

Keluarga menerapkan pedoman umum gizi seimbang

9. Identifikasi lingkungan hidup keluarga

Rumah pasien terletak di lingkungan yang cukup bersih, pembuangan

sampah sudah teratur, jauh dari selokan, kebiasaan masyarakat menjaga

kebersihan badan dan lingkungan juga baik serta jarak sumur sumber air

dengan resapan cukup.

10. Identifikasi masalah perilaku hidup bersih dan sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

No. Kriteria yang dinilai Jawaban Skor

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Ya 1

2. Memberi ASI ekslusif. Ya 1

3. Menimbang balita setiap bulan. Ya 1

4. Menggunakan air bersih. Ya 1

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Ya 1

6. Menggunakan jamban sehat. Ya 1

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Ya 1

8. Makan buah dan sayur setiap hari. Ya 1

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Tidak 0

10. Tidak merokok di dalam rumah. Tidak 0

Interpretasi: Total skor adalah 8 yang berarti keluarga Ny. S tidak berPHBS.

D. Diagnostik Holistik

Hipertensi Primer Stage I pada wanita paruh baya, status gizi berlebih dan

aktifitas tidak baik dengan stressor psikologis pada suami dan anak pada

rumah tangga yang tidak berPHBS

7

Page 48: presus ilmu kedokteran keluarga

E. Manajemen Komprehensif

Promotif, meliputi :

Edukasi kepada pasien dan keluarganya ( minimal 1 anggota keluarga)

meliputi :

a. Penyakitnya meliputi penyebab, gejala, komplikasi dan

pengendalian penyakit

b. Pentingnya modifikasi gaya hidup tentang pengelolaaan

penyakitnya

c. Pentingnya monitoring gula darah , TD, kolesterol dengan cara

control rutin ke puskesmas.

d. Pentingnya pengobatan rutin dengan minum obat yang diresepkan

dokter secara rutin

e. Pentingnya support keluarga dalam pengelolaan hipertensi.

Preventif

a. Melakukan pengaturan makan dengan prinsip 3J

b. Hindari makan-makanan berlemak dan bersantan

c. Hindari asap rokok

d. Meningkatkan aktifitas fisik dan berolahraga seperti jogging

selama minimal 30 menit setidaknya 5x seminggu

e. Manajemen stresss yang baik

f. Istirahat yang cukup

g. Screening anggota keluarga untuk penyakit Hipertensi

h. Konseling CEA untuk mengurangi kekhawatiran tentang

penyakitnya

8

Page 49: presus ilmu kedokteran keluarga

i. Kontrol rutin hiperteni 10 hari sekali

j. Konseling 5A

Kuratif (Farmakologis)

R/ Amlodipin 5 mg tab No. X

S/ 1 dd tab 1 p.c

R/ Tablet Vit. B complek No. X

S/ 1 dd tab 1 p.c

Rehabilitatif (tak)

Paliatif (tak)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil laporan kasus, analisis catatan medis, dan

kunjungan rumah dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis pasien

yaitu “Hipertensi Primer Stage I pada wanita paruh baya, status gizi

berlebih dan aktifitas tidak baik dengan stressor psikologis pada suami

dan anak pada rumah tangga yang tidak berPHBS

9

Page 50: presus ilmu kedokteran keluarga

2. Stressor psikologis yang terjadi pada pasien kepada suami dan anaknya

dapat berpengaruh terhdap penyakit hipertensi yang dialami pasien.

3. Dokter keluarga melalui puskesmas dapat menjadi salah satu bagian

yang berperan dalam menangani kasus diabetes mellitus secara holistik,

mulai dari promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

B. SARAN

1. Bagi mahasiswa

a. Berusaha lebih memperdalam dan menerapkan ilmu-ilmu kedokteran

keluarga dalam menganalisis pasien maupun keluarga pasien.

b. Meningkatkan profesionalisme dalam menjalankan tugas sebagai

pengalaman sebelum terjun secara langsung ke dalam masyarakat.

2. Bagi puskesmas

a. Terus melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara

menyeluruh dengan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

b. Terus melakukan kerja sama dalam bidang pendidikan ilmu

kesehatan dengan instansi-instansi pendidikan agar terdapat kerja

sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

10

Page 51: presus ilmu kedokteran keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini Ad, et al. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada

pasien yang berobat di poliklinik dewasa puskesmas bangkinang periode Januari sampai

Juni 2008. Riau: Fakultas Kedokteran UNRI.

Armilawaty, et al 2007. Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam kajian Epidemiologi. Bagian

Epidemiologi FKM UNHAS.

Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta.

Gunawan, L. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta:Kanisius.IV. Jakarta:

FKUI.Kesehatan Masyarakat Nasional, I(2), 57-61.

Notoatmodjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahajeng, E.2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Jakarta

Setiawan, Z. 2006. Prevelensi dan Determinan Hipertensi di Pulau Jawa tahun 2004.

Wade, a hwheir, D N Cameron, A. 2003. Using a Problem Detection Study (PDS) to Identify and

Compare Health Care Provider and Consumer Views of Antihypertensive therapy. Journal

of Human Hypertension, Jun Vol 17 Issue 6, p397.

Yogiantoro. 2006. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV.

Jakarta: FKUI.

xi