presus ilmu kedokteran keluarga
DESCRIPTION
HIPERTENSI GRADE 1 PADA WANITA PARUH BAYA, STATUS GIZI BERLEBIH DAN AKTIFITAS FISIK YANG TIDAK BAIK DENGAN STRESSOR PSIKOLOGIS TERHADAP SUAMI DAN ANAKNYATRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
HIPERTENSI GRADE 1 PADA WANITA PARUH BAYA, STATUS GIZI
BERLEBIH DAN AKTIFITAS FISIK YANG TIDAK BAIK DENGAN
STRESSOR PSIKOLOGIS TERHADAP SUAMI DAN ANAKNYA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga
PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA
Disusun oleh
Muhammad Rizki Imannudin
2009 031 0194
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
i
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
HIPERTENSI GRADE 1 PADA WANITA PARUH BAYA, STATUS GIZI
BERLEBIH DAN AKTIFITAS FISIK TIDAK BAIK DENGAN STRESSOR
PSIKOLOGIS TERHADAP SUAMI DAN ANAKNYA
Disusun oleh:
Muhammad Rizki Imanudin
20090310194
Mengetahui,
Dosen Pembimbing & Penguji Klinik
Dosen Pembimbing Fakultas
dr. Oryzati Hilman M.Sc.CMFM.,PhD
Dosen Pembimbing Puskesmas
dr. Nurzammi
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Wirobrajan
dr. Iva Kusdyarini
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini dengan
judul “Hipertensi Grade I pada wanita paruh baya, status gizi berlebih dan aktifitas
fisik tidak baik dengan stressor psikologis terhadap suami dan anaknya ”.
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di Puskesmas Wirobrajan.
Banyak hambatan dalam penyusunan makalah ini, namun berkat dukungan dari
banyak pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik
kedokteran keluarga ini. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama ini dalam penulisan
presentasi kasus ini, antara lain:
1. dr. Iva Kusdyarini, selaku kepala Pusekesmas Wirobrajan Yogyakarta yang telah
bersedia memberi kami kesempatan untuk belajar banyak di puskesmas ini.
2. dr. Nurzammi selaku dokter pembimbing puskesmas yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dari mulai persiapan, penyusunan hingga penulisan
presentasi kasus ini selesai.
3. dr. Oryzati Hilman M.Sc.CMFM.,Ph.D, selaku dokter pembimbing klinik di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan stase Ilmu Kedokteran Keluarga yang
telah memberi banyak masukan untuk menyempurnakan penulisan presentasi kasus
ini.
4. Seluruh dokter Puskesmas Wirobrajan dan seluruh dosen Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan yang selama ini telah memberikan ilmu dan nasehat.
1
5. Seluruh karyawan Puskesmas Wirobrajan dan karyawan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan yang telah membantu kelancaran dalam penulisan presentasi kasus
ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan presentasi kasus ini
dan dicatat sebagai amal sholeh.
Penulis menyadari bahwa presentasi kasus ini jauh dari kesempurnaan oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini.
Semoga laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak yang membacanya.
Yogyakarta, 18 November 2014
Muhammad Rizki Imannudin
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB IPENDAHULUAN.........................................................................................5
A.LATAR BELAKANG MASALAH.................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................6
C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................6
D. MANFAAT PENULISAN..............................................................................7
BAB IITINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
1. HIPERTENSI
A. DEFINISI........................................................................................................8
B. KLASIFIKASI HIPERTENSI........................................................................8
C. PENYEBAB HIPERTENSI..........................................................................10
D. PATOFISIOLOGI.........................................................................................11
E. DIAGNOSIS HIPERTENSI..........................................................................12
F. FAKTOR RISIKO.........................................................................................13
G. KOMPLIKASI..............................................................................................16
H. TATALAKSANA HIPERTENSI.................................................................18
BAB IIILAPORAN KASUS.................................................................................29
A. IDENTITAS.................................................................................................29
B. ANAMNESIS...........................................................................................…29
C. PEMERIKSAAN FISIK...............................................................................33
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................35
E. DIAGNOSIS KERJA...................................................................................35
G. PENATALAKSANAAN.............................................................................35
BAB IV..................................................................................................................37
PEMBAHASAN....................................................................................................37
A. ANALISIS KASUS......................................................................................37
3
B. ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH..........................................................37
C. FAMILY ASSESSMENT TOOLS...............................................................42
D. DIAGNOSIS HOLISTIK.............................................................................48
E. MANAGEMENT KOMPREHENSIF.........................................................48
BAB VPENUTUP.................................................................................................50
A. KESMPULAN..............................................................................................50
B. SARAN........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................51
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang cukup banyak
mengganggu kesehatan masyarakat. Hipertensi menjadi masalah kesehatan yang serius,
karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang
berbahaya misalnya stroke, PJK, dan gagal ginjal. Hipertensi sebetulnya bukan suatu
penyakit, tetapi hanya merupakan suatu kelainan dengan gejala gangguan pada mekanisme
regulasi tekanan darah yang timbul. Pada umumnya terjadi pada usia pertengahan (usia
lebih dari 40 tahun). Namun, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita
hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gejala yang serius pada kesehatannya (Gunawan, 2001).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia sebab tingginya
prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (World
Health Organization, 2010). Menurut AHA (American Heart Association) di Amerika,
tekanan darah tinggi ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau
59juta orang mengidap prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu
pertiganya yang mengetahui keadaanya dan hanya 61% medikasi (Muhammadun, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) dan the International Society of
Hypertension (ISH), saat initerdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3
juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng, 2009). 5
Di Indonesia sendiri hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah
stroke dan tuberkulosis, yakni 6,7% dari populasi kematian pada semua umur. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secaranasional mencapai
31,7% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Di Indonesia masalah
hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat
menjadi27,5% pada tahun 2004 (Rahajeng, 2009). Prevalensi hipertensi di Pulau Jawa
41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi 43-36,6% -47,7%. Prevalensi di
perkotaan 39,9% (37,0% -45,8%) dan di pedesaan 44,1 (36,2%-51,7%) (Setiawan, 2004).
Prevalensi hipertensi pada tahun 2000 di Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki urutan
penyakit ke 6 sebanyak 117.867 penderita atau 4,50% pada tahun 2000 (Profil Kesehatan
Provinsi DIY, 2000). Prevalensi di kota Yogyakarta penyakit hipertensi menduduki
peringkat ke 4 sebanyak 33.364 penderita atau 5,58% pada tahun 2000 (Badan Pusat
Statistik, 2000).
Meningkatnya kasus hipertensi menjadi masalah yang cukup besar. Pemerintah
mengadakan penanggulangan hipertensi bekerjasama dengan Perhimpunan Hipertensi
Indonesia atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) membuat kebijakan berupa
pedoman penanggulangan hipertensi sesuai kemajuan tekhnologi dan kondisi daerah (local
area specific), memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor resiko penyakit
jantung dan hipertensi, mengembangkan SDM dan sistem pembiayaan serta memperkuat
jejaring sertamemonitoring dan evaluasi pelaksanaan. Penanggulangan hipertensi dan
pencegahan juga dilakukan berbagai upaya seperti pemerintah Indonesia melakukan
pencegahan dan penanganan penyakit tidak menular termasuk hipertensi dengan dibentuk
6
Direktoral Pengendalian Penyakit Tidak Menular berdasarkan peraturan Menteri
Kesehatan no. 1575 tahun 2005 dalam melaksanakan pencegahan dan penanggulangan
penyakit jantung dan hipertensi (Depkes, 2010).
Peran pemerintah sangat penting didukung juga oleh tingkat pengetahuan keluarga
maupun pasien dalam tindakan pencegahan komplikasi hipertensi diharapkan dapat
mengontrol tekanan darah yaitu mengurangi konsumsi garam, membatasi lemak, olahraga
teratur, tidak merokok dan tidak minum alkohol, menghindari kegemukan atau
obesitas.Pengetahuan dalam pencegahan komplikasi hipertensi dilatarbelakangi oleh tiga
faktor yaitu faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, tradisi
keluarga, faktor pendukung meliputi ketersediaan sumber fasilitas, faktor pendorong
meliputi sikap, perilaku petugas kesehatan, anggota keluarga dan teman dekat.
Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (over behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripadaperilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
2007: 144).
B. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS WIROBRAJAN
Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
(Kepmenkes RI no.128/Menkes/SK/II/2004). Menurut Depkes RI 1991, puskesmas
merupakan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yangg juga membina peran serta masyarakat dan memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok.
7
Puskesmas Wirobrajan merupakan unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan di
wilayah kerja kecamatan Wirobrajan. Unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan adalah unit
yang melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah kerja puskesmas sebagai unit
pelaksana tingkat pertama pembangunan kesehatan di Indonesia.
Puskesmas wirobrajan terletak di kota Yogyakarta dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut: sebelah utara adalah kecamatan Tegalrejo, sebelah timur adalah
kecamatan Ngampilan dan kecamatan Mantrijeron, sebelah selatan dan barat adalah
kecamatan Kasihan Bantul, kabupaten Bantul.
Puskesmas di kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta sejumlah 2 buah yaitu
Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu, telah memiliki gedung yang memadai sebagai
pusat pelayanan kesehatan masyarakat, tenaga medis dan paramedis dapat bekerja secara
optimal melayani masyarakat sekitar. Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas UGD dan
Ambulance yang setiap saat dapat digunakan pada jam kerja. Puskesmas Wirobrajan
belum melayani pasien rawat inap. Kegiatan pelayanan secara umum meliputi : Balai
Pengobatan umum (BPU), Balai Pengobatan Gigi (BPG), BKIA/KB, Unit Farmasi, Unit
Puskesmas Keliling, UKS, Konseling Gizi, Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan
(Promkes), Poli Lansia, KRR. Pelayanan khusus kepada balita dan usila dilaksanakan pada
kegiatan-kegiatan luar gedung yaitu kegiatan Posyandu.
Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan mengacu pada Indikator
Indonesia Sehat 2011 dan Standar Pelayanan Medik seperti derajat kesehatan lingkungan,
keadaan lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat, pelayanan kesehatan, dan perbaikan
gizi masyarakat.
Dokter keluarga memiliki peran penting dalam mencapai sasaran kesehatan
tersebut. Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh
8
dan memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit dimana tanggung jawab
dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur, jenis kelamin
pasien, atau jenis penyakit tertentu. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan
kedokteran keluarga adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan bagi individu, keluarga, dan
masyarakat yang bermutu dan terkendali biayanya, yang dilaksanakan dalam pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.
Rekapitulasi 10 besar Diagnosis Pasien Puskesmas Wirobrajan
Periode 1 Oktober– 31 Oktober 2014 (unduh 13 November 2014)
No Kode Diagnosis Nama Jumlah
1 I 10 Hipertensi primer 462
2 E11 Type II : Non Insulin
dependen DM
301
3 J 00 Nasopharingitis Akut
(common cold)
224
4 R 42 Pusing Kepala 112
5 M 25.5 Athralgia 82
6 Z 27.3 Need for immunization
DPT + polio
70
7 J 02 Pharingitis 66
8 M 25.5 Pengawasan
Kehamilan Normal
64
9 R 50 Demam yang sebabnya
tidak diketahui
61
10 K 30 Dyspepsia 61
9
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat dirumuskan
adalah:
1. Apa saja faktor risiko yang ditemukan pada pasien ini?
2. Bagaimana family assessment tools pada pasien ini?
3. Bagaimana manajemen komprehensif pada pasien ini?
D. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan umum
Presentasi Kasus ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian
kepaniteraan klinik program pendidikan profesi di bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta di Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta.
b. Tujuan khusus
Untuk mengetahui definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi dan faktor resiko,
patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasi dari Hipertensi pada
pasien dengan masalah kecemasan akibat konflik dengan anaknya. Serta mampu
memberikan manajemen penatalaksanaan komprehensif pada pasien sesuai
dengan disease dan ilnessnya.
E. MANFAAT PENULISAN
Berikut adalah beberapa manfaat penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik
ilmu kedokteran keluarga mengenai penyakit Hipertensi :
1. Manfaat untuk puskesmas
10
Sebagai sarana kerja sama yang saling menguntungkan untuk dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapat umpan
balik dari hasil evaluasi dokter muda dalam rangka mengoptimalkan peran
puskesmas
2. Manfaat untuk mahasiswa
Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan
dengan menerapkan prinsip kedokteran keluarga.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. HIPERTENSI
Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995). Tekanan darah diukur dengan
spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset
menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak
atau terlentang paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah
merokok atau minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan
sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer
untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang
diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Yogiantoro M, 2006).
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala
yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung
koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah
menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah.
Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang
12
tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15
milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi
saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawati et al, 2007).
Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.
Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini
disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh
faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu,
stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada
penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif
hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan
faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M,
2006)
Epidemiologi.
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya.
Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai
keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%, tetapi angka
prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah
Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka prevalensi
tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Wade, 2003).
13
Klasifikasi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali atau lebih
pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan.
Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistolik
(mmHg)
Tekanan darah diastolik
(mmHg)
Normal ≤120 Dan ≤80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80-89
Hipertensi tahap I 140 – 159 Atau 90-99
Hipertensi tahap
II
> 160 Atau >100
Sumber: WHO Regional 2005
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di
paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi
pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
14
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan
multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah
terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler,
volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas
pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh
beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat
berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial
berkembang dari hipertensi yang kadangkadang muncul menjadi hipertensi yang persisten.
Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi
hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil,
jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat.
Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun
(dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur
20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur
30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60
tahun(Menurut Sharma S et al, 2008 dalam Anggreini AD et al, 2009).
Komplikasi
15
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal
jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak
diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan
hidup sebesar 10-20 tahun. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi
yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu :
Tabel 2.2. Komplikasi Hipertensi
Sistem organ Komplikasi Komplikasi Hipertensi
Jantung Gagal jantung kongestif
Angina pectoris
Infark miokard
Sistem saraf pusat Ensefalopati hipertensif
Ginjal Gagal ginjal kronis
Mata Retinopati hipertensif
Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal,
jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan
kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat
selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan
oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang
dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient
Ischemic Attack/TIA) (Anggreini AD et al, 2009).
16
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1. Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi
seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
3. Menghambat laju penyakit ginjal.
Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan farmakologis
seperti penjelasan dibawah ini.
1. Terapi Non Farmakologis
a. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih.
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan
darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi
dan kontrol hipertensi.
b. Meningkatkan aktifitas fisik.
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada
yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari
penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.
c. Mengurangi asupan natrium.
Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti
hipertensi oleh dokter.
d. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol
36
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3
gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.
2. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII
yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta
blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor
antagonist/ blocker (ARB).
37
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. S
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : WB 1/229 RT 19 RW 04 Kelurahan Pakuncen
Kec. Wirobrajan Kota Yogyakarta
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : Tamat SMA
No. Rekam Medis : 01A.551.01
Jaminan Kesehatan : BPJS non PBI
Kunjungan Puskesmas : 9 November 2014
Kunjungan Rumah : 9 November 2014
B. Autoanamnesis
Anamnesis disease:
1. Keluhan Utama: pasien kontrol rutin Hipertensi
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Puskesmas Wirobrajan untuk kontrol rutin penyakit
hipertensi. Keluhan saat ini berupa pusing sejak 2 hari yang lalu dan sudah 1
38
minggu terakhir kedua tangannya terasa kesemutan, pasien sering control ke
puskesmas untuk memeriksakan penyakitnya, pasien mengetahui mengidap
HT sejak 2 tahun yang lalu.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal.
Riwayat opname : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat asma dan alergi di keluarga disangkal.
5. Riwayat Personal Sosial:
Pendidikan
Pasien merupakan tamatan SMA, tidak melanjutkan ke jenjang
selanjutnya karena faktor ekonomi.
Pekerjaan
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Sehari-hari pasien banyak
menghabiskan waktu dirumah mengasuh cucu-cucunya dan
39
mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak dan membereskan
rumah.
Perkawinan
Pasien menikah tahun 1975 saat pasien berusia 21 tahun. Dari hasil
perkawinan pasien dikaruniai 4 orang anak. Hubungan pasien dengan
suami cukup baik namun terdapat pikiran dibenak pasien karena
suaminya sampai usia tua ini tidak mau beribadah dan masih
melakukan kebiasaan mudanya meminum minuman keras, kebiasaan
meminum minuman keras juga dilakukan anak terakhirnya ditambah
anak tersebut belum juga menikah diusia yang ke 34 tahun.
Sosialisasi
Pasien menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar
Gaya Hidup
Pasien biasa makan 2x-3x sehari. Setiap pagi pasien memiliki
kebiasaan makan nasi, dengan lauk pauk seperti telur dadar dan sayur
kangkung, dan minum air putih. Pasien sudah berhenti mengkonsumsi
makanan bersantan, daging yang berlemak, serta membatasi konsumsi
garam. Pasien tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol serta
tidak mengkonsumsi obat terlarang. Setiap hari pasien selalu
beristirahat tidur malam hari hingga 7 jam. Pasien mengurangi stres
dengan cara mengasuh cucunya, membereskan rumah dan menonton
tv.
Pengobatan
40
Pasien rutin kontrol ke puskesmas 10 hari sekali. Pasien meminum
obat yang didapat dari puskesmas yakni obat amilodipin 10mg 1x1
dan vit. B komplek 1x1 dengan teratur dan sesuai anjuran. Pasien
pernah lupa mengkonsumsi obat tetapi tidak sering.
Anamnesis illness
Perasaan
Pasien merasa ikhlas dan sabar dengan penyakitnyanya, pasien
merasa pasrah terhadap kebiasaan suaminya yang kerap minum-
minuman beralkohol dan kerap memikirkan anak ke IV nya yang
belum menikah diusia 34 tahun dan juga kerap meminum minuman
beralkohol bersama temannya.
Ide-ide
Menurut pasien penyakit Hipertensi itu tekanan darah tinggi yang
ditandai dengan gejala pusing-pusing, otot terasa kencang dan
mengetahui bahwa faktor psikologis dapat mempengaruhi
penyakitnya.
Harapan pasien
Pasien ingin penyakitnya dapat sembuh tanpa menggunakan obat
dan berharap suaminya segera memulai beribadah kepada Allah
SWT
Fungsi sosial dan ekonomi
Pasien sehari-hari mendaptkan penghasilan dari anaknya dan
mendapatkan tambahan jika suaminya mendapatkan pekerjaan
41
6. Review Anamnesis Sistem:
Kepala/leher: tidak ada keluhan.
Sistem pernapasan: Tak ada keluhan.
Sistem peredaran darah dan jantung: Tak ada keluhan.
Sistem pencernaan: Tak ada keluhan.
Sistem saluran kencing dan kelamin: Tak ada keluhan
Sistem tulang dan otot : Tak ada keluhan
Sistem persarafan: tidak ada keluhan.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Kesan dan Keadaan Umum: Compos Mentis, baik
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
Suhu badan : 36,5°C
Pernapasan : 20 x/menit
3. Antropometri
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 60 kg
Indeks Massa Tubuh: 24,94
4. Status Gizi: overweight
5. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala : Simetris
42
Rambut : Lurus, warna hitam dan sebagian sudah beruban
6. Pemeriksaan Mata
Bulu mata : Dalam batas normal
Konjungtiva
Bulbi : Injeksi (-/-)
Palpebra : Hiperemis (-/-)
Kornea : Arcus senilis (-/-)
Bilik mata depan : Dalam, jernih/dalam, jernih
Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor
Lensa : Jernih/jernih
Visus : Tidak dilakukan
Pemeriksaan oftalmoskopi: Tidak dilakukan
7. Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
8. Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-)
9. Pemeriksaan Leher
Kelenjar tiroid : Tidak membesar
Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)
JVP : Tidak meningkat
10. Pemeriksaan Dada
Pulmo:
Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi
(-)
Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus normal
43
Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor:
Inspeksi: ictus cordis tak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba di SIC V
Perkusi: batas jantung kanan atas: SIC II parasternal dextra.
Kanan bawah: SIC IV parasternal dextra. Kiri atas: SIC II
parasternal sinistra. Kiri bawah: SIC V linea midclavicula sinistra
Auskultasi: S1-S2 reguler, bising (-)
11. Pemeriksaan Abdomen:
Inspeksi: datar, jejas (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba, massa (-), ascites (-)
Perkusi: timpani pada seluruh lapang perut
12. Pemeriksaan Ekstrimitas:
Tabel 6. Pemeriksaan Ekstremitas
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan
Tonus
Trofi
Edema
Akral
Nyeri
Pembengkakan
sendi
Bebas
Normal
Eutrofi
-
Hangat
-
-
Bebas
Normal
Eutrofi
-
Hangat
-
-
Bebas
Normal
Eutrofi
-
Hangat
-
-
Bebas
Normal
Eutrofi
-
Hangat
-
-
44
Kekuatan
Tremor
Luka
Clavus
Pale
Pulsatil
Nadi
+5
-
-
-
-
Normal
Reguler
+5
-
-
-
-
Normal
Reguler
+5
-
-
-
-
Normal
Reguler
+5
-
-
-
-
Normal
Reguler
D. Diagnosis Banding
Hipertensi Grade 1 Primer
Hipertensi Grade 1 Sekunder
E. Diagnosis Kerja
Hipertensi grade 1 Primer
F. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
R/ Amlodipin 5 mg tab No. X
S/ 1 dd tab 1 p.c
R/ Tablet Vit. B complek No. X
S/ 1 dd tab 1 p.c
2. Non farmakologis
Edukasi meliputi :
a. Penyakit dan komplikasi penyakit yang diderita pasien.
b. Modifikasi gaya hidup sehat
45
Menjaga pola hidup sehat untuk mendapatkan kualitas hidup yang
baik
Kurangi makanan berlemak seperti makanan yang mengandung
santan, goreng-gorengan
Pembatasan konsumsi garam, maksimal satu sendok teh perhari (<
6 g perhari)
Perbanyak makan buah dan sayur
Konsumsi air putih 8-10 gelas perhari
Menjaga berat badan ideal
Melakukan aktifitas fisik seperti berenang, bersepeda, jalan kaki,
aerobik.
c. Ketaatan pengobatan dan minum obat.
d. Kontrol rutin tekanan darah
e. Pencegahan terhadap komplikasi jangka panjang
f. Pentingnya peran keluarga dalam mencapai tujuan penyembuhan
pasien.
g. Beriktiar dalam berobat dan tawakal kepada Allah.
3. Monitoring
Monitoring gejala-gejala yang merupakan komplikasi dari hipertensi.
Terapi Nutrisi Medis
Perhitungan kalori: metode perhitungan kebutuhan kalori harian
istirahat atau BMR (basal metabolic rate) menggunakan rumus Harris-
Benedict.
46
Rumus BMR wanita = 655 + (9,6 x bb dalam kg) + (1,8 x tb
dalam cm) – (4,7 x umur dalam tahun)
Kebutuhan kalori basal per hari :
655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
655 + (9,6 x 60) + (1,8 x 155) – (4,7 x 60) = 1228 kkalori
Kebutuhan kalori per hari : AMB x aktivitas fisik
1228 x 1,55 = 1842 kkalori
Kebutuhan karbohidrat : 60 % x 1842 = 1105 kkalori
= 1105/4 = 276 gram
Kebutuhan protein : 20 % x 1842 = 468,4 kkalori
= 468,4 /4=92,1 gram
Kebutuhan lemak : 20 % x 1842 =468,4 kkalori
=468,4/9= 40,93 gram
Kebutuhan kalori dibagi 6x sehari: sarapan 20%, snack pagi10%,
makan siang 30%,
snack sore10% , makan malam 20%, snack malam 10%.
Contoh Menu yang Dapat Diberikan
Waktu Menu BahanBerat (gr)
KaloriProtein (gr)
Lemak (gr)
Karbohidrat (gr)
47
Sarapan (07.00)
Nasi putih Ca jamur
Oncom rebusTelur rebusPepaya
NasiMinyakgorengJamur kupingWortelOncomTelur ayamPepaya
1005
1004050190
17545
25755050
4-
157-
-5
-32-
40-
57-
12
Cemilan I (10.00)
Bubur kacang hijau
Kacang hijauGula
2513
7550
5-
3-
712
Makan Siang (12.00)
Nasi putihIkanpepesSayur bening bayamTempe rebusBuah
NasiDaging IkanBayam
TempePisang
10040200
5050
1755025
5050
476
5-
-4-
3-
40-
20
712
Cemilan II (16.00)
Pergedel Kacang merah
Jeruk
Kacang merah
Minyak gorengJeruk
20
101105
75
9050-
5
-12-
3
10--
7
---
Makan Malam (19.00)
Nasi putihAyam goreng
LalapanTahu rebusBuah
NasiMinyak gorengDaging ayamSawiTahuJambu air
1001075100110110
1759075255050
4-
101.510-
-105-3-
40--5712
Cemilan III(21.00)
Pisang rebus
Pisang 300 100 - - 24
TOTAL 1840 83.5 45 249Konsumsi air putih 8 – 10 gelas per hariPembatasangaram < 6 g perhari
48
BAB IV
PEMBAHASAN
A. ANALISIS KASUS
Diagnosis klinis pada pasien ini adalah Hipertensi grade 1. Diagnosis
tersebut didapatkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Berdasarkan anamnesis pasien menderita Hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.
Pasien rutin kontrol ke puskesmas setiap 2 minggu sekali untuk mengambil
obat. Pasien mengaku minum obat Hipertensi teratur setiap hari sesuai anjuran
dokter puskesmas..tekanan darah pasien 150/90 mmHg. Pasien mendapat obat
Amlodipin dan Vitamin B Complex
B. ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH
1. Kondisi Pasien
Kunjungan ke rumah dilakukan pada tanggal 14 November 2014
pukul. Pada saat kunjungan, keadaan umum pasien tampak baik. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi
88x/menit, frekuensi pernafasan 20x/menit, dan suhu 36,5˚C.
2. Keadaan Rumah
a) Lokasi : Rumah pasien terletak WB 1 /229 RT
19RW 04 Kel. Pakuncen, Kec. Wirobrajan Kota Yogyakarta
49
Peta Rumah pasien
U
b) Kondisi rumah : bangunan permanen, berdinding tembok,
lantai ubin, atap dari genting ada langit-langit. Ventilasi udara
cukup dan sinar matahari masuk ke dalam rumah
c) Luas : luas rumah 200 m2, jumlah penghuni dalam
satu rumah ada 5 orang
d) Lantai Rumah : lantai ubin bersih.
e) Pembagian ruangan : rumah terdiri atas satu ruang untuk ruang
tamu, ruang makan dengan sekat lemari, tiga kamar tidur terpisah
dengan sekat permanen,ruang keluarga diisi oleh televisi yang
berada di atas lemari kecil, satu kamar mandi, dan satu dapur.
50
f) Pencahayaan : Cahaya yang masuk ke ruangan cukup,
jendela ruang tamu sering dibuka, pasien jarang menyalakan lampu
pada siang hari.
g) Sanitasi Dasar :
- Sumber air
Kebutuhan air untuk sehari – hari menggunakan air
sumur, di dalam rumah terdapat satu jamban. Secara fisik
air tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
Kesimpulanya adalah sumur sudah cukup layak untuk
dijadikan sebagai sumber air.
- Tempat sampah
Tempat sampah terletak di dapur, terbuat dari ember
plastik, tidak tertutup, tidak ada lalat beterbangan
disekitarnya, dan pembuangan sampah dilakukan setiap
hari karena ada orang yg mengambil sampah setiap pagi.
Denah rumah Ny. S dibuat 14 November 2014
51
UTARA
Skala 1: 100
d. Ventilasi
Ruang Ukuran Ukuran
ruangan
Perbandingan Ket.
Jendela Ventilasi
Ruang tamu 1,5x1m 1,5x0,5m 7x5m >10%
Kamar tidur 1 1,5x1m 1,5x0,5m 4x3 >10%
Dapat disimpulkan bahwa rumah Ny.S cukup dalam hal ventilasi
52
dilihat dari perbandingan luas jendela dengan luas ruangan >10%.
e. Pencahayaan
Pencahayaan cukup, terdapat jendela di ruang tamu, dan disetiap
kamar terdapat 1 jendela yang cukup mendapatkan pencahayaan
disiang hari.
C. Identifikasi Fungsi Keluarga
1. GENOGRAM
Anggota keluarga yang berada di satu rumah yaitu:
Nama
Kedudukan
dalam
keluarga L/P
U
m
u
r Pendidikan Pekerjaan
Tn. R Suami L
6
4 Tamatan SMA Serabutan
Ny. S Istri P
6
0 Tamatan SMA
Ibu Rumah
Tangga
Sdr. I Anak IV L
3
4 SMK Penjual burung
m Cucu I P
1
2 SD Pelajar
An. A Cucu II P 6 Belm Sekolah -
53
Genogramm Keluarga Ny.S
(dibuat tanggal 14November 2014)
54
Tn.H40 th
Tn. T64 th
Sdr.I34 th
Tn.B39 th
Ny. S60th
Tn.R36 th
Keterangan
= laki-laki
= perempuan
X = meninggal
HT = hipertensi
→ = pasien
----- = tinggal serumah
B = Breadwinner
C = Caregiver
2. FAMILY MAP
Keterangan:
= fungsional
55
An.A12 th
An.A6 th
An.A
An.A Ny.S
Sdr.ITn.R Tn.H
Tn.B
Tn.R
= disfungsional
3. Family Life Cycle
Pada keluarga ini adalah keluarga besar (extended family) yang terdiri dari
suami, istri, anak dan cucu
4. Nilai APGAR keluarga
KRITERIA PERTANYAAN HAMPIR
SELALU (2)
KADANG-
KADANG
(1)
TIDAK
ADA (0)
ADAPTASI “Bagaimana anggota keluarga saling
membantu satu sama lain disaat
membutuhkan sesuatu?”Apakah
pasien puas dengan keluarga karena
masing-masing anggota keluarga
sudah menjalankan kewajiban sesuai
dengan seharusnya?
√
PARTNERSHIP “Bagaimana anggota keluarga
berkomunikasi satu sama lain tentang
masalah-masalah tertentu seperti
liburan, finansial, pengeluaran yang
besar dan masalah pribadi?” Apakah
pasien puas dengan keluarga karena
dapat membantu memberikan solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi
?
√
PERTUMBUHA
N
“Bagaimana perubahan anggota
keluarga selama tahun-tahun terakhir,
apakah pasien diberi kebebasan untuk
mengembangkan diri? “
Apakah pasien puas dengan
kebebasan yang diberikan keluarga
√
56
untuk mengembangkan kemampuan
pasien miliki?
KASIH
SAYANG
”Apakah jika pasien sakit,
keluarganya memberi perhatian,
perduli, dan menunjukkan kasih
sayangnya dengan merawat?”Apakah
pasien puas dengan kehangatan yang
diberikan keluarga?
√
KEBERSAMAA
N
“Bagaimana anggota Keluarga anda
berbagi waktu, ruang, dan uang?”
Apakah pasien puas dengan waktu
yang disediakan keluarga untuk
menjalin kebersamaan
√
TOTAL 7
57
5. Analisis SCREEM
Analisis SCREEM
ASPEK SUMBER DAYA PATOLOGI
Sosial
Interaksi pasien dengan keluarga
dan masyarakat baik
Kultural Pasien tidak
percaya pada hal-hal mistik.
Religi Pasien Suami dan anak pasien tidak pernah
beribadah khusuk dan tertib beribadah
sesuai dengan tuntunan
Ekonomi
Penghasilan pasien didapatkan rutin dari
anaknya dan terkadang dari suaminya bila
sedang ada kerjaan
Pendidikan
Pasien memiliki jaminan BPJS non
PBI dan rutin digunakan untuk
kontrol HT .
Kesehatan
Pasien memiliki jaminan BPJS non PBI
dan rutin digunakan untuk kontrol HT
1
6. Family Life Line
Tahu
n
Umur Life Event Keparahan
Penyakit
2004 50
tahun
Suami berhenti bekerja Strees psikologis
2005 50
tahun
Ayah meninggal Strees psikologis
2005 51
tahun
Ibu meninggal Strees psikologis
2012 58
tahun
Teriagnosis hipertensi
2
7. Indikator Rumah Sehat
Penilaian Rumah Sehat
NO KOMPONEN
RUMAH YG KRITERIANILA
I BOBOTDINILAI
J U M L A H J I W A 4J U M L A H KK 1
I KOMPONEN31
RUMAH 1 Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan 1
kecelakaan
c. Ada, bersih dan tdk rawan kecelakaan 2 62
2 Dindinga. Bukan tembok(terbuat dr anyaman bambu/ ilalang) 1
b. Semi permanen/setengah tembok/pasa- 2
ngan batu /bata yg tidak diplester/ papan
yang tidak kedap air.
c. Permanen (tembok/pasangan batu bata 3 93
yg diplester) papan kedap air.3 Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu dekat dngn 1
tanah / Plesteran yang retak dan berdebuc. Diplester/Ubin/Keramik/papan (rumah panggung) 2 62
4 Jendela a. Tidak ada 0 31kamar tidur b. Ada 1
5 Jendela ruang a. Tidak ada 0 31keluarga b. Ada 1
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, luas ventilasi permanen <10% dari luas lantai 1 31
c. Ada, luas ventilasi permanen >10% dari luas lantai 2
3
7 Lubang asap a. Tidak ada 0 31
Dapurb. Ada, lubang ventilasi dapur < 10 % dari luas lantai dapur 1
c. Ada, lubang ventilasi > 10 % dari luas 2
lantai dapur (asap keluar dengan sempurna.
8 Pencahayaana. Tidak terang, tidak dpt dpergunakan untuk membaca 0
b. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk 1
membaca dengan normal.
c. Terang dan tidak silau sehingga dapat diper- 2 31
gunakan untuk membaca dengan normal.
II SARANA 25
SANITASI 1 Sarana Air Jenis sarana
bersih (SGL/ a. Tidak ada 0
SPT/PP/KU/b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan 1
1 = SGLc. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan 2 100
3= SPTd. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan 3
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan 4
(Sarana Jenis saranapembuangan a. Tidak ada 0
kotoran)b. Ada, bukan leher angsa, tdk ada tutup 1
1= LEHER disalurkan ke sungai/kolam.
ANGSAc. Ada, bukan leher angsa dan di titutup (leher 2
2= CEMPLUNG
angsa), disalurkan kesungai/kolam
3= CUBLUKd. Ada, bukan leher angsa ada tutup, septic 3
Tank e. Ada, leher angsa, septic tank. 4 100
3 Sarana a. Tidak ada, sehngga tergenang tidak teratur dihalaman rumah. 0
Air Limbahb. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber 1
4
(SPAL) air (jarak dng sumur kurang dari 10 m)
c. Ada, dialirkan keselokan terbuka. 2
d. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran 3 50
kota) untuk diolah lebih lanjut.4 Sarana a. Tidak ada. 0
Pembuanganb. Ada, tetai tidak kedap air dan tidak ada tutup 1
Sampah c. Ada, kedap air dan tidak tertutup 2 50(Tempat d. Ada, kedap air dan tertutup. 3
III PERILAKU 44
PENGHUNI 1 Membuka a. Tidak pernah dibuka 0
Jendela kamar b. Kadang-kadang 1 c. Setiap hari dibuka. 2 88
2 Membuka a. Tidak pernah dibuka 0Jendela ruang b. Kadang-kadang 1keluarga c. Setiap hari dibuka. 2 88
3 Membersihkan a. Tidak pernah dibuka 0rumah dan ha- b. Kadang-kadang 1 88laman c. Setiap hari. 2
4 Membuanga. Dibuang sembarangan (sungai, Kolam/kebun dll) 0
tinja bayi dan b. Kadang-kadang ke jamban 1balita ke jamban c. Setiap hari dibuang ke jamban. 2 88
5Membuang sam-
a. Dibuang sembarangan (sungai, Kolam/kebun dll) 0
pah pada tempat
b. Kadang-kadang ke tempat sampah 1
sampahc. Setiap hari dibuang ke tempat sampah 2 88
TOTAL HASIL PENILAIAN 1118
STATUS RUMAH SEHAT Rumah sehat
Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :
Cara menghitung hasil penilaian = nilai x bobot
Rumah sehat : 1.068 s.d 1200
Rumah tidak sehat : < 1.068
Pada pasien termasuk kedalam kategori rumah sehat
5
8. Gizi keluarga
Pemenuhan gizi keluarga dapat dikatakan kurang karena di bawah
standar yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan melalui 13
Pedoman Umum Gizi Sehari-hari (PUGS).
Pedoman Umum Gizi Sehari-hari (PUGS).
No. PUGS Jawaban Skor
1 Makan beraneka ragam makanan. Ya 1
2 Makan makanan untuk memenuhi kecukupan energi. Ya 1
3 Makan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan Ya 1energi.
4 Batasi konsumsi lemak dan minyak seperempat dari Ya 1
kebutuhan energi.
5 Gunakan garam beryodium Ya 1
6 Makanlah makanan sumber zat besi. Ya 1
7 Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif) sampai Ya 1
bayi umur 6 bulan
8 Biasakan makan pagi. Ya 1
9 Minumlah air bersih dan aman yang cukup. Ya 1
10 Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur. Tidak 0
11 Hindari minum minuman berakohol. Ya 1
12 Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Ya 1
13 Bacalah label pada makanan yang dikemas. Tidak 0
TOTAL 11
Interpretasi :
6
Nilai PUGS keluarga >60%
Keluarga menerapkan pedoman umum gizi seimbang
9. Identifikasi lingkungan hidup keluarga
Rumah pasien terletak di lingkungan yang cukup bersih, pembuangan
sampah sudah teratur, jauh dari selokan, kebiasaan masyarakat menjaga
kebersihan badan dan lingkungan juga baik serta jarak sumur sumber air
dengan resapan cukup.
10. Identifikasi masalah perilaku hidup bersih dan sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
No. Kriteria yang dinilai Jawaban Skor
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Ya 1
2. Memberi ASI ekslusif. Ya 1
3. Menimbang balita setiap bulan. Ya 1
4. Menggunakan air bersih. Ya 1
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Ya 1
6. Menggunakan jamban sehat. Ya 1
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Ya 1
8. Makan buah dan sayur setiap hari. Ya 1
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Tidak 0
10. Tidak merokok di dalam rumah. Tidak 0
Interpretasi: Total skor adalah 8 yang berarti keluarga Ny. S tidak berPHBS.
D. Diagnostik Holistik
Hipertensi Primer Stage I pada wanita paruh baya, status gizi berlebih dan
aktifitas tidak baik dengan stressor psikologis pada suami dan anak pada
rumah tangga yang tidak berPHBS
7
E. Manajemen Komprehensif
Promotif, meliputi :
Edukasi kepada pasien dan keluarganya ( minimal 1 anggota keluarga)
meliputi :
a. Penyakitnya meliputi penyebab, gejala, komplikasi dan
pengendalian penyakit
b. Pentingnya modifikasi gaya hidup tentang pengelolaaan
penyakitnya
c. Pentingnya monitoring gula darah , TD, kolesterol dengan cara
control rutin ke puskesmas.
d. Pentingnya pengobatan rutin dengan minum obat yang diresepkan
dokter secara rutin
e. Pentingnya support keluarga dalam pengelolaan hipertensi.
Preventif
a. Melakukan pengaturan makan dengan prinsip 3J
b. Hindari makan-makanan berlemak dan bersantan
c. Hindari asap rokok
d. Meningkatkan aktifitas fisik dan berolahraga seperti jogging
selama minimal 30 menit setidaknya 5x seminggu
e. Manajemen stresss yang baik
f. Istirahat yang cukup
g. Screening anggota keluarga untuk penyakit Hipertensi
h. Konseling CEA untuk mengurangi kekhawatiran tentang
penyakitnya
8
i. Kontrol rutin hiperteni 10 hari sekali
j. Konseling 5A
Kuratif (Farmakologis)
R/ Amlodipin 5 mg tab No. X
S/ 1 dd tab 1 p.c
R/ Tablet Vit. B complek No. X
S/ 1 dd tab 1 p.c
Rehabilitatif (tak)
Paliatif (tak)
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil laporan kasus, analisis catatan medis, dan
kunjungan rumah dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis pasien
yaitu “Hipertensi Primer Stage I pada wanita paruh baya, status gizi
berlebih dan aktifitas tidak baik dengan stressor psikologis pada suami
dan anak pada rumah tangga yang tidak berPHBS
9
2. Stressor psikologis yang terjadi pada pasien kepada suami dan anaknya
dapat berpengaruh terhdap penyakit hipertensi yang dialami pasien.
3. Dokter keluarga melalui puskesmas dapat menjadi salah satu bagian
yang berperan dalam menangani kasus diabetes mellitus secara holistik,
mulai dari promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
B. SARAN
1. Bagi mahasiswa
a. Berusaha lebih memperdalam dan menerapkan ilmu-ilmu kedokteran
keluarga dalam menganalisis pasien maupun keluarga pasien.
b. Meningkatkan profesionalisme dalam menjalankan tugas sebagai
pengalaman sebelum terjun secara langsung ke dalam masyarakat.
2. Bagi puskesmas
a. Terus melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
menyeluruh dengan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
b. Terus melakukan kerja sama dalam bidang pendidikan ilmu
kesehatan dengan instansi-instansi pendidikan agar terdapat kerja
sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
10
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini Ad, et al. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada
pasien yang berobat di poliklinik dewasa puskesmas bangkinang periode Januari sampai
Juni 2008. Riau: Fakultas Kedokteran UNRI.
Armilawaty, et al 2007. Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam kajian Epidemiologi. Bagian
Epidemiologi FKM UNHAS.
Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta.
Gunawan, L. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta:Kanisius.IV. Jakarta:
FKUI.Kesehatan Masyarakat Nasional, I(2), 57-61.
Notoatmodjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahajeng, E.2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Jakarta
Setiawan, Z. 2006. Prevelensi dan Determinan Hipertensi di Pulau Jawa tahun 2004.
Wade, a hwheir, D N Cameron, A. 2003. Using a Problem Detection Study (PDS) to Identify and
Compare Health Care Provider and Consumer Views of Antihypertensive therapy. Journal
of Human Hypertension, Jun Vol 17 Issue 6, p397.
Yogiantoro. 2006. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV.
Jakarta: FKUI.
xi