preskas meningitis bakterialis1
DESCRIPTION
meningitis bakterialisTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
SEORANG ANAK PEREMUPUAN USIA 8 TAHUN DENGAN
MENINGITIS BAKTERIALIS
Oleh :
Afrizal Tri Heryadi (G99………)
Pembimbing:
Prof. Dr. B. Soebagyo,dr. Sp.A
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
0
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An.A S
Umur : 8 tahun
Berat badan : 15 kg
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Bp. Mardopo
Alamat : Karanganyar
Tanggal masuk : 15 Juli 2015
Tanggal pemeriksaan : 15 Juli 2015
No. RM : 01307487
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Kejang (pasien merupakan rujukan dari RS PKU Muhammadiyah
Karanganyar dengan observasi febris hari ke-4 dengan penurunan
kesadaran).
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang di
rumah. Kejang terjadi pada seluruh tubuh dengan mata melirik ke atas,
terjadi kurang lebih selama 5 hingga 10 menit. Kemudian pasien langsung
dibawa ke rumah sakit swasta oleh orang tua pasien. Kejang berhenti setelah
diberi obat suntik??? yaitu Stesolid 3,5 mg. Setelah kejang pasien hilang
kesadaran. Kemudian pasien kejang lagi terjadi pada seluruh tubuh selama
kurang lebih 5 menit dan berhenti setelah diberi Injeksi phenitoin 250 mg IV
dan Injeksi Dexamethason 1 mg. Setelah kejang pasien hilang kesadaran,
kemudian pasien dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi.
Hasil pemeriksaan Laboratorium menunjukkan Hb: 12,6 g/dL, AL:
12.600/mm3, AT: 219.000/mm3, AE: 4.940.000/ mm3, Hct: 38,9%, GDS:
250 mg/dL.
1
Sebelumnya, pasien mengalami demam kurang lebih 4 hari, tidak ada
batuk, tidak ada pilek, kemudian muncul ruam-ruam merah di dada, kaki,
leher, wajah, dan belakang telinga. Adik pasien juga terkena penyakit
serupa.
Saat di IGD RSUD dr Moewardi, pasien dalam kondisi tidak sadar oleh
karena pengaruh obat. Ditemukan adanya demam pada pasien, tidak ada
batuk, tidak ada pilek, buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat penyakit serupa disangkal.
- Riwayat alergi (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan
Riwayat penyakit serupa (+) oleh karena adik pasien juga timbul ruam-ruam
merah.
E. Riwayat Kebiasaan & Sosial Ekonomi
Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien tinggal
bersama keluarganya. Anggota keluarganya terdiri dari ayah, ibu, 2 orang
kakak perempuan dan pasien sendiri.
F. Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien merupakan
anak yang diinginkan. Selama kehamilan ibu pasien teratur periksa
kehamilan di bidan, pertama kali periksa ke bidan pada umur kehamilan 1
bulan. Pada trimester pertama dan kedua 1 kali sebulan. Pada trimester
ketiga, periksa ke bidan setiap 2 minggu sekali. Tidak pernah mengeluh
sakit selama kehamilan. Ibu pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan atau
jamu dan hanya mengkonsumsi vitamin dari bidan.
G. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir secara spontan di bidan, lahir langsung menangis kuat, dan
tidak biru. Berat badan saat lahir 2500 gram, panjang badan saat lahir 50 cm.
Usia ibu saat melahirkan 32 tahun.
2
H. Riwayat Post Natal
Setelah lahir pasien oleh ibunya rutin dibawa ke posyandu setiap bulan
untuk menimbang badan dan mendapat imunisasi lengkap di puskesmas.
I. Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapat imunisasi :
BCG : 1 bulan
Polio : 0, 2, 3, 4 bulan
DPT : 2, 3, 4 bulan
Hep-B : 0, 2, 3, 4 bulan
Campak : 9 bulan
Kesan : Imunisasi lengkap menurut Depkes.
J. Riwayat Tumbuh Kembang
Berat Badan saat lahir 2500 gram, Panjang Badan saat lahir 50 cm. Saat ini
umur pasien 8 tahun, dengan Berat Badan 15 kg dan Tinggi Badan 116 cm.
1. Senyum : (+) mulai umur 2 bulan
2. Miring : (+) mulai umur 2 bulan
3. Tengkurap : (+) mulai umur 3 bulan
4. Duduk : (+) mulai umur 7 bulan
5. Berjalan : (+) mulai umur 12 bulan
Kesan : Tumbuh kembang sesuai usia
K. Riwayat Nutrisi
1. Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi menangis
atau minta minum, sehari biasanya lebih dari 8 kali dan lama menyusui
10 menit, bergantian kiri kanan.
2. Usia 6-8 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil, dengan
diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/pepaya sekali sehari
satu potong 2 x 2 cm2 siang hari.
3. Usia 8-12 bulan : nasi tim 2-3 kali sehari satu mangkok kecil dengan
sayur hijau/wortel, lauk ikan asin/tempe, dengan diselingi dengan ASI
jika bayi masih lapar. Buah pepaya/pisang sehari 2 potong.
3
tahun thn
I
II
III
4. Usia 1-2 tahun : diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan sayur
bervariasi dan lauk ikan asin/tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari.
ASI masih tapi hanya kadang-kadang. Buah pepaya/pisang/jeruk jumlah
menyesuaikan.
5. 2 tahun lebih : ASI disapih, makan makanan orang dewasa tapi porsi
menyesuaikan, lauk pauk ikan asin/tahu tempe kadang telur. Buah sudah
bervariasi jumlah menyesuaikan.
Kesan: kualitas dan kuantitas asupan nutrisi cukup.
L. Keluarga Berencana
Ibu mengikuti program keluarga berencana suntik.
M. Pohon Keluarga
N. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum
- Keadaan umum : tampak sakit sedang
- Derajat kesadaran : Somnolen oleh karena pengaruh sedasi
- Derajat gizi :
Secara Klinis : Gizi kesan kurang
Secara Antropometri :
BB = 15 kg, TB = 116 cm, Usia= 8 tahun
BB/U = 15/27 x 100% = 55,5% (BB/U < p3)
TB/U = 116/130 x 100% = 89,23% (TB/U < p3)
4
An. A S, 8 th
BB/TB = 15/20 x 100% = 75% (BB/TB < p3)
Kesan : Status Gizi kurang secara antropometris.
b) Tanda vital
- Laju Nadi : 102x/menit, regular, isi tegangan cukup
- Laju Pernafasan : 22x/ menit, kedalaman cukup, reguler,
tipe torakoabdominal.
- Tekanan darah : 90/60 mmHg
- Suhu : 37,80C peraksila
c) Kulit
Kulit sawo matang, kelembaban baik, turgor kembali cepat, ujud
kelainan kulit (-)
d) Kepala
Bentuk mesosefal, lingkar kepala: 47 cm, rambut warna hitam, sukar
dicabut, moon face (-), oedem palpebra (-)
e) Mata
Odema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
mata cekung (-/-), air mata (+/+), pupil isokor (2mm/2mm), reflek
cahaya (+/+).
f) Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-), hiperemis (+/+),
sianosis (-/-).
g) Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-/-) , mastoid pain (-/-),
tragus pain(-/-).
i) Mulut
Mukosa basah (+) , sianosis (-), gusi berdarah (-), hiperemis (+).
j) Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil T2 – T2.
k) Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, JVP tidak meningkat, kaku kuduk (+).
5
l) Lymphonodi
Retroaurikuler : tidak membesar
Submandibuler : tidak membesar
m) Toraks
Bentuk : normochest, retraksi (-), bintik-bintik merah (+).
Cor :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
batas kiri atas : SIC II LPSS
batas kiri bawah : SIC IV LMCS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : sonor /sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan (-/-)
n) Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, undulasi (-), pekak beralih (-),
Palpasi : supel, hepar tidak teraba membesar, lien tidak
teraba membesar, nyeri tekan (-), undulasi (-),
pekak alih (-)
o) Ekstremitas
Akral dingin Oedem Sianosis petechie (ruam)
- - - - - - - -- - - - - - + +
6--
Capillary refill time <2 detik
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
p) Pemeriksaan Neurologis
Refleks Fisiologis Refleks Patologis Meningeal Sign
Biceps (+/+) Babinsky (-/-) Kaku kuduk (+)
Triceps (+/+) Chaddock (-/-) Brudzinsky I (+)
Achilles(+/+) Gordon (-/-) Brudzinsky II (+)
Patella (+/+) Schaeffer (-/-) Kernig (+)
Oppenheim (-/-)
O. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium darah tanggal 15 Juli 2015 jam 12.18 (Saat di
Laboratorium RS PKU Muhammadiyah KRA)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hemoglobin 12.6 g/dl 11.5-15.5
Hct 38.9 % 35-45
AL 12.6 Ribu/uL 4.5-13.5
AT 219 Ribu/mm3 150-440
AE 4.94 Juta/uL 4.19-5.96
MPV 8.8 fL 7.2-11.1
PCT 0.1 %
Index
MCV 79.0 fL 77-95
MCH 25.4 Pg 25-33
MCHC 32.3 % 31-37
Differential
Eosinofil % 1-6
Basofil % 0.00-1.00
Netrofil % 3-5
7
Limfosit 20.2 % 30-45
Monosit 13.6 % 2-8
Gran % 66 %
Jumlah total sel
Total monosit 1.70 Ribu/uL
Total Lymphosit 2.50 Ribu/uL
Gran 8 Ribu/uL
GDS/GDN/G2JPP 250 mg/dL
2. Laboratorium darah tanggal 15 Juli 2015 jam 14.55 (Laboratorium
RSUD dr Moewardi)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hemoglobin 11.5 g/dl 11.5-15.5
Hct 35 % 35-45
AL 25.9 Ribu/uL 4.5-14.5
AT 242 Ribu/uL 150-450
AE 4.35 Juta/uL 4.00-5.20
Index Eritrosit
MCV 79.8 /um 80.0-96.0
MCH 26.4 pg 28.0-33.0
MCHC 33.1 g/dl 33.0-36.0
RDW 12.2 % 11.6-14.6
MPV 8.8 fl 7.2-11.1
PDW 16 % 25-65
Hitung Jenis
Eosinofil 0.10 % 0.00-4.00
Basofil 0.40 % 0.00-1.00
Netrofil 90.30 % 29.00-72.00
Limfosit 4.60 % 30.00-48.00
Monosit 4.60 % 0.00-5.00
8
Kimia Klinik
GDS 234 mg/dL 60-100
SGOT 34 u/l <31
SGPT 9 u/l <34
Albumin 4.1 g/dL 3.8-5.4
Creatinine 0.6 mg/dL 0.3-0.7
Ureum 47 mg/dL <48
Elektrolit
Natrium darah 130 mmol/L 132-145
Kalium darah 4.7 mmol/L 3.1-5.1
Calsium ion 1.10 mmol/L 1.17-1.29
Virologi Hepatitis
HBsAg Nonreactive Nonreactive
3. Konsultasi gambaran darah tepi tanggal 15 Juli 2015 jam 14.55
Hasil:
- Eritrosit : normokrom, normosit, ovalosit, eritroblast (-)
- Leukosit : jumlah meningkat, netrofilia, netrofil batang,
hipergranulasi dan vakuolisasi netrofil, limfosit atipik, monosit
atipik, sel blast (-)
- Trombosit : jumlah dalam batas normal, makrotrombosit,
clumping (+), penyebaran tidak merata
- Simpulan: gambaran darah tepi dengan netrofilia absolut
menyokong proses infeksi
- Saran : CRP dan kultur darah
4. Pemeriksaan urin tanggal 16 Juli 2015 jam 09.56
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
9
Makroskopis
Warna Yellow
Kejernihan Clear
Kimia urin
Berat jenis 1.018 1.015-1.025
pH 6.0 4.5-8.0
Leukosit Negatif /µl Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Protein Negatif mg/dl Negatif
Glukosa Normal mg/dl Normal
Keton 5 mg/dl Negatif
Urobilinogen Normal mg/dl Normal
Bilirubin Negatif mg/dl Negatif
Eritrosit Negatif /µl Negatif
Mikroskopis
Eritrosit 2.2 /ul 0-8.7
Leukosit 0.6 /LBP 0-12
Epitel
Epitel Squamous - /LPB Negatif
Epitel Transisional - /LPB Negatif
Epitel bulat - /LPB Negatif
Silinder
Hyline 0 /LPK 0 – 3
Granulated - /LPK Negatif
Leukosit - /LPK Negatif
Pemeriksaan
Yeast Like Cell 0.0 /uL 0.0-0.0
Mukus 0.00 /uL 0.00-0.00
Sperma 0.0 /uL 0.0-0.0
Konduktivitas 10.9 m5/cm 3.0-32.0
Lain-lainEritrosit: 0-1/LPB. Leukosit: 0-1/LPB. Kristal amorf (+). Bakteri (+)
10
5. Pemeriksaan cairan otak tanggal 16 Juli 2015 jam 10.41
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Analisa cairan otak makroskopis
Warna Tidak
berwarna
Kejernihan Jernih
Bekuan Negatif
Tes Pandy Positif Negatif
Tes Nonne Positif Negatif
Protein Total 75 mg/dL 10-43
Glukosa 86 mg/dL 32-82
Jumlah sel 40 /uL <32
Hitung jenis sel PMN 53 % -
Hitung jenis MN 17 % -
6. Pemeriksaan Mikrobiologi Kinik dengan specimen Throat swab tanggal
16 Juli 2015
Hasil: Tidak ditemukan bakteri yang berpotensi patogen.
7. Konsultasi ke bagian mata tanggal 16 Juli 2015
mata merah (-/-)
pandangan kabur (-/-)
pandangan double (-/-)
nrocos (-/-)
secret (-/-)
silau (-/-)
11
gatal (-/-)
Nyeri (-/-)
cekot-cekot (-/-)
pusing (-/-)
P. RESUME
2 hari SMRS pasien kejang selama 5-10 menit. Kejang mereda
setelah diberi obat antikonvulsi. Setelah kejang pasien mengalami
penurunan kesadaran. Pasien kejang untuk kedua kalinya selama 5 menit
dan mengalai penurunan kesadaran lalu dirujuk ke RSUD dr Moewardi.
Ditemukan demam selama 4 hari SMRS, batuk (-), pilek (-), BAB dan
BAK tidak ada keluhan.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum tampak sakit
sedang, somnolen oleh karena pengaruh obat sedasi, gizi kesan kurang.
Tanda vital saat datang: S = 37,8oC, TD = 90/60 mmHg, RR = 22 x/menit,
HR = 102 x/menit. Terdapat petechie (+) di wajah, leher, belakang telinga,
thoraks, dan ekstremitas bawah.
Q. DAFTAR MASALAH
1. Demam kurang lebih 4 hari
2. Kejang 2x
3. Penurunan kesadara
4. Petechie (+) di wajah, leher, belakang telinga, dada, dan kaki
R. DIAGNOSIS BANDING
1. Encephalitis
S. DIAGNOSIS KERJA
1. Meningitis
2. Gizi Kurang
12
T. PENATALAKSANAAN
1. Rawat isolasi bagian anak sub neurologi
2. IVFD D ¼ S 12 tpm makro
3. Diet sonde 1200 kkal/hari
4. O2 nasal 2 lpm
5. Injeksi Ceftriaxon 750 mg/12 jam I.V (100 mg/kgBB/hari)
6. Injeksi Dexamethasone 2,5 mg/6 jam I.V (0,6 mg/kgBB/hari)
7. Injeksi Paracetamol 150 mg/8 jam I.V (10mg/kgBB/x)
8. Injeksi Phenitoin 40 mg/12 jam (5 mg/kgBB/hari) sebagai
maintenance
Monitoring
1. KUVS per 8 jam
2. Balance cairan per 8 jam
3. Diuresis per 8 jam
Planning
1. Cek DL2/ 8 jam
2. Cek GD
3. Cek GDT
4. Cek GDS
5. Cek SGOT/SGPT
6. Cek Ur/Cr
7. Cek albumin
8. Cek elektrolit
9. Lumbal Pungsi
10. Edukasi
11. Motivasi keluarga tentang penatalaksanaan penyakitnya
12. Istirahat
13
U. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
V. PROGRESS REPORT
DPH Tanggal Keluhan/KU/VS Pemeriksaan / Diagnosis Terapi0
I
15/7/15
16/7/15
Demam (-)Kejang (-)Sesak(-)makan(+)minum (+)BAB (-)BAK (+)
KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=88x/1’RR=20x/1’ S=37,30C
Demam (-)Kejang (-)Sesak(-)makan(+)minum (+)BAB (-)BAK (+)
KU : sakit sedang, CM, gizi kesan
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps (+/+), Triceps (+/+), Patella (+/+), Achilles (+/+).
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk (+), Brudzinsky I/II (-/+), Kernig (+).
Ass :1. Meningitis dd Encephalitis2. Gizi kurang3. Tonsilitis
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps (+/+), Triceps (+/+), Patella (+/+), Achilles (+/+).
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
IVFD D ¼ S 12 tpm makro
O2 nasal 2 lpm Diet sonde 1200
kkal/hari Injeksi Ceftriaxon
750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)
Injeksi Dexaethasone 2,5mg/6jam (0,6mg/kgBB/hari)
Injeksi Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)
Injeksi Phenitoin 40mg/12jam (5mg/kgBB/hari)
Planning: Cek Lab Darah
LengkapMonitoring : KUVS/8 Jam BCD/8 Jam
IVFD D ¼ S 12 tpm makro
O2 nasal 2 lpm Diet sonde 1200
kkal/hari Injeksi Ceftriaxon
750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)
Injeksi 14
kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=88x/1’RR=20x/1’ S=36,1-37,30C
Meningeal Sign : Kaku kuduk (+), Brudzinsky I/II (-/+), Kernig (+).
Hasil konsultasi ke bagian Mata: mata merah (-/-), pandangan kabur (-/-), pandangan double (-/-), nrocos (-/-), secret (-/-), silau (-/-), gatal (-/-), nyeri (-/-), cekot-cekot (-/-), pusing (-/-).
Lab LCS:
Warna : tidak berwarna Kejernihan : jernih Bekuan : (-) Pandy : (+) Nonne : (+) Protein total : 75 mg/dL Glukosa : 86 mg/dL Jumlah sel : 40/uL Sel PMN : 83% Sel MN : 17%
Kesan : menyokong ke arah infeksi meningitis bakterialis.
Hasil urinalisa :
Warna : yellow Kejernihan : clear BJ : 1,018 pH : 6,0 leukosit : (-) nitrit : (-) protein : (-) glukosa : normal keton : 5 mg/dL urobilinogen : normal bilirubin : (-) eritrosit : (-)
Mikroskopis :
eritrosit : 2,2/uL leukosit : 0,6/LPB bakteri : (+) eritrosit : 0-1/LPB
Dexamethasone 2,5mg/6jam (0,6mg/kgBB/hari)
Injeksi Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)
Injeksi Phenitoin 40mg/12jam (5mg/kgBB/hari)
Planning: Lumbal Pungsi Swab Tenggorok Cek Lab UrinMonitoring: KUVS/8 Jam BCD/8 Jam
15
II
III
17/7/15
18/7/15
Demam (-)Kejang (-)Sesak(-)makan(+)minum (+)BAB (+)BAK (+)
KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=89x/1’RR=20x/1’ S=36,10CBC =281,8 cc/jamD=4,85 cc/kg/jam
Demam (-)Kejang (-)Sesak(-)makan(+)minum (+)BAB (+)BAK (+)
KU : sakit sedang,
leukosit : 0-1/LPB
Kesan : ketonuria, bekteriuria
Usul : ulangi urinalisa
Ass :1. Meningitis dd Encephalitis2. Gizi kurang3. Tonsilitis
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps (+/+), Triceps (+/+), Patella (+/+), Achilles (+/+).
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk (+), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).
Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi kurang3. Tonsilitis akut
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-),
IVFD D ¼ S 12 tpm makro
O2 nasal 2 lpm Ganti diet nasi lauk
1500 kkal/hari Injeksi Ceftriaxon
750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)
Injeksi Dexamethasone 2,5mg/6jam (0,6mg/kgBB/hari)
Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)
Injeksi Phenitoin 40mg/12jam (5mg/kgBB/hari)
Planning: Aff NGT Ganti diet nasi lauk
1500 kkal/hariMonitoring KUVS/8 Jam BCD/8 Jam
IVFD D ¼ S 12 tpm makro
O2 nasal 2 lpm Diet nasi lunak 1500
kkal/hari Injeksi Ceftriaxon
750mg/12jam
16
IV
V
19/7/15
20/7/15
CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=89x/1’RR=20x/1’S=36-36,80CBC =158 cc/jamD=2,31 cc/kg/jam
Demam (-)Kejang (-)Sesak(-)makan(+)minum (+)BAB (-)BAK (+)
KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=72x/1’RR=22x/1’S=35,6-36,50CBC =753,4 cc/jamD=1,96 cc/kg/jam
Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)makan(+)
Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).
Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi kurang3. Tonsilitis akut
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).
Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi kurang3. Tonsilitis akut
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2),
(50mg/kgBB/12jam) Injeksi
Dexamethasone 2,5mg/6jam (0,6mg/kgBB/hari)
Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)
Injeksi Phenitoin 40mg/12jam (5mg/kgBB/hari)
Planning: Tunggu hasil kultur
LCS tanggal 16 Juli 2015
Monitoring : KUVS/8 Jam BCD/8 Jam
IVFD D ¼ S 12 tpm makro
O2 nasal 2 lpm Diet nasi lunak 1500
kkal/hari Injeksi Ceftriaxon
750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)
Injeksi Dexamethasone 2,5mg/6jam (0,6mg/kgBB/hari)
Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)
Injeksi Phenitoin 40mg/12jam (5mg/kgBB/hari)
Monitoring: KUVS/8 Jam BCD/8 Jam
IVFD D ¼ S 12 tpm makro
Diet nasi lunak 1500
17
VI 21/7/15
minum (+)BAB (-)BAK (+)
KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=80x/1’RR=20x/1’S=36,70C
Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)makan(+)minum (+)Batuk (+) kadangBAB (-)BAK (+)
KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=90x/1’RR=24x/1’S=36,20CBC =600 cc/jamD=3,16 cc/kg/jam
Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).
Nervus Cranialis :
N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi kurang3. Tonsilitis akut
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).
Nervus Cranialis :
N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi kurang3. Tonsilitis akut (perbaikan)
kkal/hari Injeksi Ceftriaxon
750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)
Injeksi Phenitoin 40mg/12jam (5mg/kgBB/hari)
Planning: Tunggu hasil kultur
LCS tanggal 16 Juli 2015
Monitoring: KUVS/8 Jam BCD/8 Jam
IVFD D ¼ S 12 tpm makro
Diet nasi lunak 1500 kkal/hari
Injeksi Ceftriaxon 750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)
Lactulac syr 3x1 cth
Planning: Tunggu hasil kultur
LCS tanggal 16 Juli 2015
Konfirmasi ke PKMonitoring: KUVS/8 Jam BCD/8 Jam GDS ulang
18
VII
VIII
22/7/15
23/7/15
Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)makan(+)minum (+)BAB (-)BAK (+)KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=90x/1’RR=24x/1’S=36,20CBC =600 cc/jamD=3,16 cc/kg/jam
Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)makan(+)minum (+)Batuk (+) kadangBAB (+)BAK (+)KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=90x/1’RR=24x/1’S=36,20C
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).
Nervus Cranialis :
N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Hasil kultur LCS : Tidak ditemukan bakteri yang berpotensi patogen (no growth). Perbaikan pada pasienAss :1. Meningitis bakterialis2. Gizi kurang3. Tonsilitis akut (perbaikan)
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).
Nervus Cranialis :
N.I : (dbn)
Diet nasi lunak 1500 kkal/hari
Injeksi Ceftriaxon 750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)
Lactulac syr 3x1 cthMonitoring: KUVS/8 Jam
Diet nasi lunak 1500 kkal/hari
Injeksi Ceftriaxon 750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)
Lactulac syr 3x1 cthMonitoring: KUVS/8 Jam
19
IX
X
24/7/15
25/7/15
Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)makan(+)minum (+)Batuk (+) : berkurangBAB (+) 2xBAK (+)KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=102-104x/1’RR=24-26x/1’S=36,5-36,70C
Demam (-)Kejang (-)Sesak (-)Muntah(-)makan(+)minum (+)BAB (+)BAK (+)KU : sakit sedang, CM.VS :TD:110/70mmHgHR=92-106x/1’RR=22-26x/1’
N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi kurang3. Tonsilitis akut (perbaikan)
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).
Nervus Cranialis :
N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Ass :1. Meningitis bakterialis2. Tonsilitis akut (perbaikan)
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk
Diet nasi lunak 1500 kkal/hari
Extra susu 4x300 cc Injeksi Ceftriaxon
750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)
Lactulac syr 3x1 cthMonitoring: KUVS/8 Jam
Diet nasi lunak 1500 kkal/hari
Extra susu 4x300 cc Injeksi Ceftriaxon
750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)
Lactulac syr 3x1 cth
20
XI 26/7/15
S=36,4-36,90C
Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)makan(+)minum (+)BAB (+)BAK (+)KU : sakit sedang, CM.VS :TD:110/70mmHgHR=92x/1’RR=22-26x/1’S=36,90C
(-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).
Nervus Cranialis :
N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Motorik
5 5
5 5
Sensorik
- -
- -
Ass :1. Meningitis bakterialis2. Tonsilitis akut (perbaikan)3. Gizi baik
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).
Nervus Cranialis :
N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Motorik
5 5
Planning: Tunggu pemberian
antibiotik sampai dengan hari ke XIV
Monitoring: KUVS/8 Jam
Diet nasi lunak 1500 kkal/hari
Extra susu 4x300 cc Injeksi Ceftriaxon
750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)
Lactulac syr 3x1 cth
Planning: Tunggu pemberian
antibiotik sampai dengan hari ke XIV
Monitoring: KUVS/8 Jam
21
XII 27/7/15 Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)Sesak (-)Batuk : (+) berkurangmakan(+)minum (+)BAB (+)BAK (+)KU : sakit sedang, CM.VS :TD:110/70mmHgHR=88x/1’RR=20x/1’S=36,20C
5 5
Sensorik
+ +
+ +
Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi baik
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).
Nervus Cranialis :
N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Motorik
5 5
5 5
Sensorik
+ +
+ +
Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi baik
Diet nasi lauk 1500 kkal/hari
Extra susu 4x300 cc Injeksi Ceftriaxon
750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x) Stop
Lactulac syr 3x1 cth Stop
Planning: Besok boleh pulangMonitoring: KUVS/8 Jam
22
XIII 28/7/15 Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)makan(+)minum (+)BAB (+)BAK (+)KU : sakit sedang, CM.VS :TD:110/70mmHgHR=86x/1’RR=24x/1’S=360C
Px Neurologi :
Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).
Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).
Nervus Cranialis :
N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)
Motorik
5 5
5 5
Sensorik
+ +
+ +
Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi baik
Diet nasi lauk 1500 kkal/hari
Extra susu 4x300 cc Injeksi Ceftriaxon
750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)
Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)
Planning: Injeksi selesai
boleh pulang soreMonitoring: KUVS/8 Jam
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Meningitis adalah inflamasi pada membran yang menutupi sistem
saraf pusat, yang biasanya dikenal dengan meninges (radang pada arachnoid
dan piamater). Meningitis dapat berkembang sebagai respon dari berbagai
kasus, seperti agen infeksi, trauma, kanker, atau penyalahgunaan obat. Agen
infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia,protozoa, dan jamur.
Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan
tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak,
pikiran bahkan kematian. Perjalanan penyakit meningitis dapat terjadi secara
akut dan kronis.
B. Epidemiologi
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan
perempuan dan distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta
lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh
belum terbentuk sempurna. Puncak insidensi kasus meningitis karena
Haemophilus influenzae di negara berkembang adalah pada anak usia kurang
dari 6 bulan, sedangkan di Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan.
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-
ekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara
dan jemaah haji), dan penyakit ISPA. Penyakit meningitis banyak terjadi
pada negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju.
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana kasus-
kasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat.
Meningitis yang disebabkan oleh Pneumococcus paling sering
menyerang bayi di bawah usia dua tahun. Meningitis yang disebabkan oleh
bakteri Pneumokokus 3,4 kali lebih besar pada anak kulit hitam dibandingkan
24
yang berkulit putih. Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi pada setiap
kelompok umur tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun dan jarang pada usia di bawah 6 bulan kecuali bila angka
kejadian Tuberkulosa paru sangat tinggi. Meningitis serosa dengan penyebab
virus terutama menyerang anak-anak dan dewasa muda (12-18 tahun).
Meningitis virus dapat terjadi waktu orang menderita campak, Gondongan
(Mumps) atau penyakit infeksi virus lainnya. Meningitis Mumpsvirus sering
terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun dan lebih banyak menyerang laki-
laki daripada perempuan.
C. Etiologi
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme,
seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke
cairan otak. Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas :
1. Bakteri
Pneumococcus
Meningococcus
Haemophilus influenza
Staphylococcus
Eschericia coli
Salmonella
Mycobacterium tuberculosis
2. Virus
Enterovirus
3. Jamur
Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitris
25
D. Patofisiologi / patogenesis
Agen penyebab
Invasi ke susunan saraf pusat melalui aliran darah
Bermigrasi ke lapisan subarachnoid
Respon inflamasi di piamater, arachnoid, cairan serebrospinal, dan
ventrikuler
Eksudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal
Kerusakan neurologist
Selain dari adanya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun protozoa,
point of entry masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur
operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya
rhinorhea, otorhea pada fraktur basis cranii yang memungkinkan kontaknya
cairan serebrospinal dengan lingkungan luar.
E. Manifestasi Klinik
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Temgkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh
mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus,
yaitu tengkuk kaku dalam sikap tertengadah dan punggung dalam sikap
hiperekstensi. Kesadaran menurun, tanda Kernig’s dan Brudzinsky positif.
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita
serta virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah
demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu
biasanya si penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku,
gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas.
26
Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat
rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan nadanya tinggi,
demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti
tangannya membuat gerakan tidak beraturan.
Gejala meningitis meliputi :
Gejala infeksi akut
Panas
Nafsu makan tidak ada
Anak lesu
Gejala kenaikan tekanan intrakranial
Kesadaran menurun
Kejang-kejang
Ubun-ubun besar menonjol
Gejala rangsangan meningeal
Kaku kuduk
Kernig
Brudzinsky I dan II positif
F. Pendekatan Diagnostik
Diagnosis kerja ke arah meningitis dapat dipikirkan apabila
menemukan gejala dan tanda dari infeksi akut, peningkatan tekanan
intrakranial dan rangsang meningeal perlu diperhatikan. Untuk
mengonfirmasi diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium berupa tes
darah dan cairan sumsum tulang belakang.
Cairan sumsum tulang belakang diambil dengan proses yang disebut
pungsi lumbal (lumbal puncture atau spinal tap). Sebuah jarum ditusukkan
pada pertengahan tulang belakang, pas di atas pinggul. Jarum menyerap
contoh cairan sumsum tulang belakang. Tekanan cairan sumsum tulang
belakang juga dapat diukur. Bila tekanan terlalu tinggi, sebagiam cairan
tersebut dapat disedot. Tes ini aman dan biasanya tidak terlalu menyakitkan.
27
Namun setelah pungsi lumbal beberapa orang mengalami sakit kepala yang
dapat berlangsung beberapa hari.
G. Diagnosis Banding
Encephalitis
Meningismus
Abses otak
Tumor otak
H. Klasifikasi
MENINGITIS BAKTERI atau PURULENTA
Meningitis bakteri atau purulenta adalah radang selaput otak yang
menimbulkan proses eksudasi berupa pus yang disebabkan oleh kuman non
spesifik dan non virus.
Meningitis bakteri merupakan salah satu penyakit infeksi yang
menyerang susunan saraf pusat, mempunyai risiko tinggi dalam
menimbulkan kematian dan kecacatan. Diagnosis yang cepat dan tepat
merupakan tujuan dari penanganan meningitis bakteri. Penyebab meningitis
purulenta yang tersering adalah Haemophilus influenza, Diplococcus
pneumonia, Neisseria meningitides, Streptococcus B haemolitikus,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella sp.
ETIOLOGI
1. Neonatus : Escherichia coli, Streptokokus, Listeria
2. Anak : Haemophilus influenza, Neisseria meningitides (meningokokus),
Pneumokokus
3. Dewasa : Neisseria meningitides, Pneumokokus, Streptococcus,
Staphylococcus
PATOGENESIS
Bakteri mencapai selaput otak dan ruang subarachnoid melalui :
o Trauma terbuka kepala
28
o Operasi
o Fraktur basis kranium
o Langsung dari infeksi telinga, sinus paranasalis, tulang
o Hematogen : sepsis, radang paru, infeksi jantung, infeksi kulit, infeksi
gigi dan mulut
Patogenesis dari meningitis dapat terjadi melalui beberapa fase :
1. Penyebaran kuman ke tuan rumah
2. Pembentukan kolonisasi pada nasofaring
3. Invasi ke dalam traktus respiratorius
4. Penyebaran hematogen
5. Invasi ke susunan saraf pusat
Bila bakteri mencapai ruang subarachnoid akan terjadi proses
inflamasi. Neutrofil masuk ke dalam ruang subarachnoid menghasilkan
eksudat yang purulen. Dalam penilaian secara dasar tampak eksudat
berwarna kuning keabu-abuan atau kuning kehijauan. Eksudat paling banyak
terdapat dalam sistema pada daerah basal otak dan seluruh permukaan dari
hemisfer dalam sulkus Sylvii dan Rolandi.
Eksudat purulen terkumpul dalam sistema ini dan meluas ke dalam
sistema basal dan di atas permukaan posterior dari medulla spinalis. Eksudat
juga dapat meluas ke dalam selubung arachnoid dari saraf cranial dan ruang
perivaskuler dari korteks. Dalam jumlah kecil eksudat dapat ditemukan
dalam cairan ventrikel dan melekat pada dinding ventrikel dan pleksus
choroideus, sehingga cairan ventrikel tampak berawan dan hal ini terjadi pada
akhir minggu pertama.
GEJALA KLINIS
TRIAS MENINGITIS :
Demam
Sakit kepala
Tanda rangsang meningeal (+)
Muntah, photophobia
29
Kejang, defisit fokal neurologik (hemiparesis, paresis saraf cranial)
Letargi, iritabilitas, gangguan intelektual, penurunan kesadaran
Gambaran klinis yang khas :
RASH (PETECHIA, PURPURA) : Meningococcus
Eksantema :Pneumococcus,
Haemophilus influenza
Artritis, artralgia :Meningococcus,
Haemophilus influenza
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Lumbal pungsi :
Pemeriksaan LCS (warna keruh, sel meningkat, dominan PMN,
protein meningkat)
Pemulasan garam
Kultur dan sensitivitas
2. EEG : perlambatan difus
3. Darah : leukosit, hitung jenis, elektrolit
4. Radiologik : CT scan otak, cari fokus infeksi (rongten kepala, rongten
dada)
Diagnosa pasti ditegakkan melalui pemeriksaan lumbal pungsi dan
terdapatnya organisme atau antigennya dalam cairan cerebrospinal. Pada
pemeriksaan cairan cerebrospinal didapatkan :
1. Warna opalesen atau keruh dapat terjadi pada hari pertama atau kedua
2. Jumlah sel meningkat lebih dari 100 sel/ml
3. Jenis sel terutama PMN
4. Kadar gula darah turun antara 0-20 mg/ml
5. Kadar protein meningkat, tergantung lama sakit
6. Pada sediaan gram bakteri (+) hampir pada 80% kasus bila belum
mendapat pengobatan sebelumnya
7. Kadar asam laktat dan pH meningkat
8. Pada sediaan dengan methylene blue (+)
30
PENATALAKSANAAN
Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan
intensif suportif untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara
menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa diberikan obat sebagai berikut :
1. Meningitis yang disebabkan pneumokok, meningokok.
Ampisilin 12-18 gram intravena dalam dosis terbagi per hari, selama
minimal 10 hari atau hingga sembuh.
2. Meningitis yang disebabkan Haemophylus influenza.
Kombinasi ampisilin dan kloramfenikol seperti di atas, kloramfenikol
disuntikkan intravena 30 menit setelah ampisilin. Lama pengobatan
minimal 10 hari. Bila pasien alergis terhadap penisilin, berikan
kloramfenikol saja.
3. Meningitis yang disebabkan enterobacteriaceae.
Sefotaksim 1-2 gram intravena tiap 8 jam. Bila resisten terhadap
sefotaksim, berikan campuran trimetoprim 80 gram dan sulfametosazol
400 mg per infuse 2 kali 1 ampul per hari selama minimal 10 hari.
4. Meningitis yang disebabkan Staphylococcus aureus yang resisten
terhadap penisilin.
Berikan sefotaksim atau seftriakson 6-12 gram intravena. Bila pasien
alergi terhadap penisilin, berikan vankomisin 2 gram intravena perhari
dalam dosis terbagi.
5. Bila etiologi tidak diketahui
Pada orang dewasa berikan ampisilin 12-18 gram intravena dalam
dosis terbagi dikombinasi dengan kloramfenikol 4 gram per hari
intravena. Pada anak ampisilin 400 mg/kgBB ditambah kloramfenikol
100 mg/kgBB/hari intravena. Pada neonatus ampisilin 100-200
mg/kgBB disertai gentamisin 5 mg/kgBB perhari.
Bila setelah diberi terapi yang tepat selama 10 hari pasien masih
demam, cari sebabnya di antaranya :
1. Efusi subdural
2. Abses
31
3. Hidrosefalus
4. Empiema subdural
5. Trombosis
6. Sekresi hormon antidiuretik yang berkurang
7. Pada anak-anak : ventrikulitis
KOMPLIKASI
Komplikasi akut meningitis adalah kejang, pembentukan abses,
hidrosefalus, sekresi hormon antidiuretik yang tidak sesuai dan syok septik.
Manifestasi berat syok septik dengan koagulasi intravaskuler
diseminata dan perdarahan adrenal adalah komplikasi meningitis
meningokokal (sindrom Waterhouse – Friderichsen). Komplikasi penyakit
meningokokal lainnya adalah artriti baik artritis septik atau diperantarai
kompleks imun.
MENINGITIS TUBERCULOSA
Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di
Indonesia karena morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis
tuberkulosa terjadi sebagai akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis
primer, biasanya di paru. Terjadinya meningitis tuberkulosa bukanlah karena
terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen, melainkan
biasanya melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum
tulang belakang, atau vertebra yang kemudian pecah ke dalam rongga
arachnoid.
Pada pemeriksaan histologis, meningitis tuberkulosa ternyata
merupakan meningoensefalitis. Peradangan ditemukan sebagian besar pada
dasar otak, terutama pada batang otak tempat terdapat eksudat dan tuberkel.
Eksudat yang serefibrinosa dan gelatinosa dapat menimbulkan obstruksi
pada sistema basalis.
Meningitis tuberkulosa adalah penyulit dari tuberkulosis yang
mempunyai morbiditas dan mortalitas yang tinggi, bila tidak diobati. Oleh
32
karena itu penyakit ini memerlukan diagnosa dini dan pemberian
pengobatan yang cepat, tepat, dan rasional.
Insidensi meningkat pada pasien dengan :
Resistensi obat
Program pemberantasan tidak adekuat
Infeksi HIV/AIDS
ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis
PATOFISIOLOGI
BTA masuk tubuh
Tersering melalui inhalasi. Jarang pada kulit, saluran cerna
Multiplikasi
Infeksi paru/focus infeksi lain
Penyebaran hematogen
Meninges
Membentuk tuberkel
BTA tidak aktif/dominan
Bila daya tahan tubuh menurun
Ruptur tuberkel meningen
Pelepasan BTA ke ruang subarachnoid
MENINGITIS
33
Terjadi peningkatan inflamasi granulomatous di leptomeningen
(piamater dan arachnoid) dan korteks serebri di sekitarnya menyebabkan
eksudat cenderung terkumpul di daerah basal otak.
GEJALA KLINIS
Stadium I : Stadium awal
Gejala prodromal non spesifik : apatis, iritabilitas, nyeri kepala,
malaise, demam, anoreksia
Stadium II : Intermediate
Gejala menjadi lebih jelas
Mengantuk, kejang
Defisit neurologik fokal : hemiparesis, paresis saraf kranial (terutama
N.III dan N.VII, gerakan involunter
Hidrosefalus, papil edema
Stadium III : Advanced
Penurunan kesadaran
Disfungsi batang otak, dekortikasi, deserebrasi
DIAGNOSIS
1. Lumbal pungsi
LCS:
Warna jernih/xantokrom
Sel meningkat
Limfositer
Protein meningkat
Glukosa menurun
Periksa :
Ziehl-Neelsen (ZN)
PCR (Polymerase Chain Reaction)
2. Rongten thorax
TB apex paru
34
TB milier
3. CT scan otak
Penyengatan kontras (enhancement) di sistema basalis
Tuberkuloma : massa nodular, massa ring-enhanced
Komplikasi : hidrosefalus
4. MRI
TERAPI
1. Rifampisin (R)
Efek samping: hepatotoksik
2. INH (H)
Efek samping: hepatotoksik, defisiensi vitamin B6
3. Pirazinamid (Z)
Efek samping: hepatotoksik
4. Streptomisin (S)
Efek samping: gangguan pendengaran dan vestibuler
5. Etambutol (E)
Efek samping: neuritis optika
Regimen : RHZE / RHZS
Nama Obat Dosis
INH Dewasa: 10-15
mh/kgBB/hari +
piridoksin 50 mg/hari
Anak : 20
mg/kgBB/hari
Streptomisin 20 mg/kgBB/hari i.m selama 3 bulan
Etambutol 25 mg/kgBB/hari p.o selama 2 bulan pertama
dilanjutkan 15 mg/kgBB/hari
Rifampisin Dewasa : 600 mg/hari Anak : 10-20
mg/kgBB/hari
35
Di samping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan
dengan deksametason untuk menghambat edema serebri dan timbulnya
perlekatan-perlekatan antara arachnoid dan otak.
Steroid, diberikan untuk :
Menghambat reaksi inflamasi
Mencegah komplikasi infeksi
Menurunkan edema serebri
Mencegah perlekatan
Mencegah artritis/infark otak
Indikasi :
Kesadaran menurun
Defisit neurologis fokal
Dosis :
Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena
selama 2 minggu selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
DIAGNOSA BANDING
Meningitis bakteri dengan terapi tidak adekuat
Infeksi jamur
Encephalitis viral
MENINGITIS VIRAL
Disebut juga dengan meningitis aseptik, terjadi sebagai akibat akhir /
sequel dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus seperti campak,
mumps, herpes simpleks dan herpes zooster. Pada meningitis virus ini tidak
terbentuk eksudat dan pada pemeriksaan cairan serebrospinal tidak
ditemukan adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks cerebri, white
matter, dan lapisan meninges. Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung
dari jenis sel yang terkena. Pada herpes simpleks, virus ini akan mengganggu
metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan gangguan
36
produksi enzim neurotransmitter, di mana hal ini akan berlanjut terganggunya
fungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologis.
ETIOLOGI
Sering : ENTEROVIRUS
Coxsackie dan echovirus termasuk dalam family Enterovirus merupakan
hampir 50% penyebab dari meningitis virus (meningitis aseptik)
Virus neurotropik
GAMBARAN KLINIS
TRIAS MENINGITIS :
Sakit kepala
Demam
Tanda rangsang meningeal (kaku kuduk, Kernig, Brudzinski)
Muntah, iritabilitas, malaise, photophobia, myalgia
DIAGNOSA
1. Pungsi lumbal
LCS :
Tekanan meningkat
Sel meningkat (awal PMN limfositer)
Warna jernih
Protein normal/sedikit meningkat
Glukosa normal
Periksa :
PCR (Polymerase Chain Reaction) : DNA / RNA virus
Kultur virus
Titer antibodi
2. Darah
Titer antibodi
3. Swab orofaring, feses
Kultur virus
37
TERAPI
Simptomatik.
MENINGITIS JAMUR
Meningitis oleh karena jamur merupakan penyakit yang relatif jarang
ditemukan, namun dengan meningkatnya pasien dengan gangguan imunitas,
angka kejadian meningitis jamur semakin meningkat. Problem yang dihadapi
oleh para klinisi adalah ketepatan diagnosa dan terapi yang efektif. Sebagai
contoh, jamur tidak langsung dipikirkan sebagai penyebab gejala penyakit /
infeksi dan jamur tidak sering ditemukan dalam cairan cerebrospinal (CSS)
pasien yang terinfeksi oleh karena jamur hanya dapat ditemukan dalam
beberapa hari sampai minggu pertumbuhannya.
ETIOLOGI
1. Cryptococcus neoformans
Cryptococcus neoformans adalah jamur seperti ragi (yeast like fungus)
yang ada di mana-mana di seluruh dunia. Jamur ini menyebabkan
penyakit jamur sistemik yang disebut cyptococcis, dahulu dikenal
dengan nama Torula hystolitica. Jamur ini paling dikenal sebagai
penyebab utama meningitis jamur dan merupakan penyebab terbanyak
morbiditas dan mortalitas pasien dengan gangguan imunitas.
Cryptococcus neoformans dapat ditemukan pada kotoran burung
(terutama merpati), tanah, binatang juga pada kelompok manusia
(colorized human). Dengan adanya AIDS, insiden Cryptococcal
meningitis meningkat drastis. Di Amerika, meningitis ini termasuk lima
besar penyebab infeksi oprtunistik pada pasien AIDS.
2. Coccidioides immitris
PATOGENESIS
Ada tiga pola dasar infeksi jamur pada susunan saraf pusat yaitu, meningitis
kronis, vaskulitis, dan invasi parenkimal. Pada infeksi Cryptococcal jaringan
menunjukkan adanya meningitis kronis pada leptomeningen basal yang
38
dapat menebal dan mengeras oleh reaksi jaringan penyokong dan dapat
mengobstruksi likuor dari foramen luschka dan magendi sehingga terjadi
hydrocephalus. Pada jaringan otak terdapat substansia gelatinosa pada ruang
subarachnoid dan kista kecil di dalam parenkim yang terletak terutama pada
ganglia basalis pada distribusi arteri lentikulostriata. Lesi parenkimal terdiri
dari agregasi atau gliosis. Infiltrat meningen terdiri dari sel-sel inflamasi dan
fibroblast yang bercampur dengan Cryptococcus. Bentuk granuloma tidak
sering ditemukan, pada beberapa kasus terlihat reaksi inflamasi kronis dan
reaksi granulomatosa sama dengan yang terlihat pada Mycobacterium
tuberculosa dengan segala bentuk komplikasinya.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis infeksi jamur pada susunan saraf pusat tidak spesifik
seperti akibat infeksi bakteri. Pasien paling sering mengalami gejala
sindroma meningitis atau sebagai meningitis yang tidak ada perbaikan atau
semakin progresif selama observasi (paling kurang empat minggu).
Manifestasi klinis lainnya dapat berupa kombinasi beberapa gejala
seperti demam, nyeri kepala, lethargi, confuse, mual, muntah, kaku kuduk
atau defisit neurologis. Sering kali hanya satu atau dua gejala uatama yang
dapat ditemukan pada gejala awal.
DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
tambahan seperti laboratorium cairan cerebrospinal. Gambaran cairan
cerebrospinal infeksi Cryptococcus sama dengan meningitis tuberculosa.
Diagnosa dapat dibuat dengan menemukan Cryptococcus dalam cairan
cerebrospinal dengan pewarnaan tinta India, kultur dalam media sabouraud
dan berdasarkan hasil inokulasi pada hewan percobaan. Jamur ini juga dapat
dikultur dari urin, darah, feses, sputum, dan sumsum tulang. Pemeriksaan
antigen Cryptococcus pada serum dan cairan cerebrospinal dapat
menegakkan diagnosa, dapat dikultur dari urin, darah, feses, sputum, dan
sumsum tulang.
Karakteristik LCS yang ditemukan pada meningitis jamur
39
10-500 sel/mm3 (dengan dominasi limfosit)
Peningkatan kadar protein
Penurunan kadar gula biasanya sekitar 15-35 mg
Kultur bakteri yang negatif membedakan dengan meningitis
bakterial
TERAPI
Terapi dengan Amfoterisin B memperlihatkan hasil yang baik. Amfoterisin
B diberikan tiap hari intravena dengan dosis 0,5 mg/kgBB, diberikan enam
sampai 10 minggu, tergantung dari perbaikan klinis dan kembalinya cairan
cerebrospinal ke arah normal. Amfoterisin B dapat diberikan dengan 5-
flurocystosine 150 mg/kg per hari (dalam empat dosis). Kombinasi ini
memberikan hasil yang baik.
PERBANDINGAN GAMBARAN (LCS ANTARA MENINGITIS
PURULENTA TB, VIRAL, DAN JAMUR
PURULENTA TUBERKULOSA VIRUS JAMUR
Tekanan > 180
mm H20
Bila didiamkan
terbentuk
pelikula
Mikroskopis :
kuman TBC
Pemeriksaan
mikroskopik
Biakan
cairan otak
Pemeriksaan
serologik
serum dan
cairan otak
Kultur
bakteri
negatif
Warna Keruh sampai
purulen
Jernih atau
xantokrom
Jernih Jernih
Sel Leukosit
meningkat 95%
PMN
Meningkat,
<500/mm3, MN
dominan
Meningkat
antara 10-
1000/mm3
10-500
sel/mm3
dengan
dominasi
limfosit
40
Protein Meningkat,
>75 mg%
Meningkat Normal / sedikit
meningkat
Meningkat
Klorida Menurun, <700
mg%
Menurun Normal
Glukosa Menurun, <40
mg% atau <40
% gula darah
Menurun Normal Menurun,
sekitar 15-
35 mg
41
DAFTAR PUSTAKA
Aminoff, MJ et al. 2005. Lange medical book : Clinical Neurology, Sixth Edition,
McGraw-Hill.
Ropper, AH, Brown, Robert H. 2005. Adams & Victor’s Principles of Neurology,
Eight Edition, McGraw-Hill.
Anonim. 2007. Apa itu Meningitis. URL :
http://www.bluefame.com/lofiversion/indexphp/t47283.html
Ellenby, M., Tegtmeyer, K, Lai, S., and Branner, D. 2006. Lumbar Puncture. The
New England Journal of Medicine. 12 : 355. URL :
http://content.nejm.org/cgi/reprint355/13/e12.pdf
Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi 2. URL :
http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htm
Japardi I. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library. URL :
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf
Quagliarello, VJ., Scheld W. 1997. Treatment of Bacterial Meningitis. The New
England Journal of Medicine. 336 : 708-16. URL :
http://content.nejmorg/cgi/reprint/336/10/708.pdf
Yayasan Spiritia. 2006. Meningitis Kriptokokus. Lembaran Informasi 503. URL :
http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=503
42