presentasi hasil praktikum laboratorium metalurgi ii
DESCRIPTION
hasil praktikumTRANSCRIPT
PRESENTASI HASIL PRAKTIKUM LABORATORIUM
METALURGI IIkelompok 4 :
Heriyawan (3334112007)Imay Lukitasari (3334120879)
Shenna Samudera (3334122355)
1. Uji Tarik2. Uji Impak3. Heat Treatment & Kekerasan4. Metalografi5. Anodizing6. Pasir Cetak7. Pengecoran8. Liquid Penetrant
OUTLINE
Tujuan percobaan : Untuk mengetahui kekuatan dan bentuk patahan pada bahan melalui proses pengujian merusak, yaitu pengujian tarik.
Uji Tarik
Ben
da
Uji
t/
dL P0 P A0
Fy
Ff (N)
YS
TS %Elup Low up Low
Pela
t
0,
325 50
88,
18
98
12
50
1512
,7 N
1509,
3 N2290
1,210
2 N
1,207
4 N
1,83
276,3
84,86
25
mm
5,296
5 mm
22,94
92
0,007
2 mm
0,105
9 mm
0,45
9
Kaw
at
2,
1-
20
0
22
7,0
96
3
3,4
63
6
2275
N
2274,
9 N
1799,
3
656,8
310 N
656,8
022 N
209,
98313,5
58,65
74
mm
8,683
5 mm
36,87
89
0,043
2 mm
0,043
4 mm
0,13
55
Uji Tarik
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.90
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
Pelat
Stress (ε)
Str
ain
(σ
)
Uji Tarik
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.20
100
200
300
400
500
600
700
Kawat
Stress (ε)
Stra
in (
σ)
Kesimpulan :1. Kekuatan tarik atau beban maksimum
sebelum mengalami perpatahan yang dimiliki spesimen pelat lebih besar dibandingkan spesimen kawat. Untuk pelat 2290 N dan untuk kawat 1799,3 N.
2. Nilai % elongasi pelat adalah 76,38% sedangkan untuk kawat adalah 13,55%.
3. Patah yang terjadi pada kawat dan pelat adalah bentuk perpatahan ulet karena kawat patahannya berbentuk cup dan cone, serta pelat yang patahannya tidak lurus.
Uji Tarik
Tujuan Percobaan : untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap harga impak (HI) dan sifat perpatahan berdasarkan % (persen) patahan.
Uji Impak
No. Bahan
Luas
Penampa
ng (mm2)
Suhu
(°C)
Energi
(Joule)
Harga
Impak
(J/mm2)
Bentuk
Pataha
n (%)
1Pelat
kapal80 25 48 0,6 64
2Pelat
kapal80 75 60 0,75 23
3Pelat
kapan80 100 118 1,497 31
Uji Impak
20 30 40 50 60 70 80 90 100 1100
20
40
60
80
100
120
140
Suhu (ºC)
En
ergi
(Jo
ule
)
Uji Impak
20 30 40 50 60 70 80 90 100 1100
10
20
30
40
50
60
70
Suhu (ºC)
Ben
tuk
Pat
ahan
(%
)
Uji Impak
Kesimpulan :1. Untuk spesimen 25ºC, energi yang diserap
sebesar 48 joule. Untuk spesimen 75ºC, energi yang diserap sebesar 60 joule. Untuk spesimen 100ºC, energi yang diserap sebesar 118 joule.
2. Temperatur mempengaruhi bentuk patahan (%) suatu logam. Temperatur 25oC persen patahan 64%Temperatur 75oC persen patahan 23%Temperatur 100oC persen patahan 31%
3. Persentase patahan dibawah 50% akan memiliki sifat brittle dan di atas 50% akan memiliki sifat ductile.
Uji Impak
Tujuan percobaan : untuk mengetahui perlakuan panas terhadap perubahan sifat mekanik (kekerasan) logam sebagai ukuran ketahanan beban terhadap deformasi plastis. Nilai kekerasan dalam praktikum ini dinyatakan dalam kekerasan rockwell (HR).
Heat Treatment & Kekerasan
No Bahan T (°C)
Holding
(menit)
Perlakuan
Hardness
Average Hardnes
s
VHN
1AISI 1045
- -Non
treatment
97 HRB
97 HRB
97 HRB
97
HRB 232,143
2AISI 1045
900 15Normalizi
ng
92 HRB
97 HRB
98 HRB
95,7
HRB 223,5
3AISI 1045
880 15Quenchin
g oli
25 HRC
26 HRC
27 HRC
26 HRC 272
4AISI 1045
880 15Quenchin
g air
35 HRB
34 HRB
38 HRB
35,67 HRC
361,54
Heat Treatment & Kekerasan
Heat Treatment & Kekerasan
Non Treatment Normalizing Quenching Oli Quenching Air0
50
100
150
200
250
300
350
400
Perlakuan Pada Sampel
VH
N
Kesimpulan :1. Perlakuan panas dapat mempengaruhi sifat
mekanik dari baja AISI 1045.2. Nilai kekerasan yang didapatkan adalah:
Non treatment = 232,143 VHN Normalizing = 223,5 VHN Quenching oli = 272 VHN Quenching air = 361,54 VHN
3. Sampel denga perlakuan quenching air memiliki nilai kekerasan paling tinggi, sedangkan sampel non treatment memiliki nilai kekerasan paling rendah.
Heat Treatment & Kekerasan
Tujuan percobaan : untuk mempelajari hubungan antara struktur mikro dari suatu logam dengan sifat mekanik dan sifat fisik dengan menggunakan mikroskop optik.
Metalografi
Struktur Mikro AISI 1045 Quenching Air
Metalografi
Struktur Mikro AISI 1045 Quenching Oli
Metalografi
Struktur Mikro AISI 1045 Normalizing
Kesimpulan :1. Quenching air menyebabkan terbentuknya
martensit dan masih terdapat austenit sisa. Sifat dari baja ini adalah keras, karena terdapat martensit di dalamnya.
2. Quenching oli menyebabkan terbentuknya bainit dan ferit. Terbentuknya bainit ini disebabkan pendinginan terjadi lebih lambat bila dibandingkan dengan quenching air, sehingga fasa bainit terbentuk.
3. Normalizing menyebabkan fasa perlit terbentuk. Struktur mikro dari baja ini juga teratur, karena terdapat cukup waktu untuk untuk atom berdifusi.
Metalografi
Tujuan percobaan : untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan tegangan pada prose anodizing.
Anodizing
H2SO4
(M)
Tegang
an (V)Waktu
Arus
(Amper
e)
Berat
Awal
(gr)
Berat
Akhir
(gr)
∆
bera
t
0,5 M
V=
5,43
ml
15 10 0,4 1,066 1,0960,03
0
25 10 0,8 1,145 1,1940,04
9
1 M
V=
10,86
ml
25 10 1,2 0,957 1,0100,05
3
Anodizing
0.025 0.03 0.035 0.04 0.045 0.05 0.0550
5
10
15
20
25
30
Grafik antara ∆ berat dengan tegangan
∆ berat
Teg
an
gan
Anodizing
0.025 0.03 0.035 0.04 0.045 0.05 0.0550
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
Grafik antara ∆ berat dengan arus
∆ berat
Aru
s
Anodizing
0.048 0.049 0.05 0.051 0.052 0.053 0.0540
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
Grafik antara ∆ berat dengan konsentrasi H2SO4
∆ berat
Kon
sen
trasi H
2S
O4
Kesimpulan :1. Anodizing adalah proses elektrolisis yang terjadi
pembentukan suatu lapisan oksida dari logam yang digunakan sebagai elektroda anoda dalam sistem elektrolisis.
2. Lapisan oksida alumunium yang terbentuk dipengaruhi oleh tegangan yang melewati rangkain anodizing dan konsentrasi dari elektrolit yang digunakan.
3. Massa dari oksida alumunium meningkat seiring dengan naiknya tegangan, dimana : Tegangan 15 V = Δ Berat 0,03 gram Tegangan 25 V = Δ Berat 0,049 gram
4. Massa dari oksida logam meningkat seiring dengan naiknya konsentrasi larutan H2SO4, dimana : Konsentrasi 0,5 M = Δ Berat 0,049 gram Konsentrasi 1 M = Δ Berat 0,953 gram
Anodizing
Tujuan percobaan : agar mahasiswa mengetahui proses persiapan, pembuatan dan pengujian pasir cetak, meliputi pemisahan berdasarkan fraksi ukuran dan pengujian permeabilitas pasir cetak.
Data Hasil Pengayakan
Pasir Cetak
Fraksi Ukuran Ukuran Partikel Berat (gram)
70% (-40#+60#) : 30% (-
18#+40#)18# = 1 mm
40# = 0,4 mm
60# = 0,250 mm
150
50% (-40#+60#) : 50% (-
18#+40#)150
30% (-40#+60#) : 70% (-
18#+40#)150
Hasil Pengujian Permeabilitas
Pasir Cetak
Sampe
l
Volum
e
Udara
(liter)
Panjan
g (cm)
Luas
Irisan
(cm2)
Waktu
(detik)
Tekana
n
Udara
(cm)
Permeabili
tas (l/cm2)
1 1 5 20,4 3,95 0,7 88,643
2 1 4,3 19,6 8,17 1,6 16,783
3 1 3,3 19,82 2,96 0,5 112,499
Hasil Pengujian Kadar Air
Pasir Cetak
SampelBerat Awal
(gram)
Berat Akhir
(gram)
1 145,851 144,696
2 127,890 126,97
3 98,973 97,998
Kesimpulan :1. Semakin halus fraksi ukuran pasir maka nilai
permeabilitasnya akan semakin kecil, sedangkan semakin kasar fraksi ukuran pasir, maka nilai permeabilitasnya akan semakin besar.
2. Dari ketiga spesimen yang diujikan, spesimen yang paling cocok untuk digunakan dalam proses pengecoran adalah spesimen I yang memiliki kandungan 70% (-40#+60#) dan 30% (-18#+40#) karena nilai permeabilitas yang tidak tinggi dan tidak rendah sehingga distribusi ukurannya cukup baik.
3. Hasil permeabilitas yang didapatkan adalah sebagai berikut. Spesimen I, 70% (-40#+60#) : 30% (-18#+40#) 88, 643
l/cm2
Spesimen II, 50% (-40#+60#) : 50% (-18#+40#) 16,783 lcm2
Spesimen III, 30% (-40#+60#) : 70% (-18#+40#) 112, 499 l/cm2
Pasir Cetak
Tujuan percobaan : untuk mengetahui proses pengecoran (foundry) logam mulai dari pembuatan cetakan, persiapan dan peleburan logam, penuangan, dan kebersihan hasil coran. Serta untuk memahami beberapa variabel yang mempengaruhi produk foundry.
Pengecoran
Waktu
(detik)
T
(°C)Pengamatan Hasil Coran
15 119
30 130
45 124
60 114
75 120
Pengecoran
Pengecoran
Pengecoran
10 20 30 40 50 60 70 80105
110
115
120
125
130
135
Waktu (detik)
Tem
pera
tur
(°C
)
Grafik Waktu Pendinginan terhadapa Temperatur
Kesimpulan :1. Cacat yang terdapat pada hasil coran antara lain:
Shrinkage Misrun Deformasi pola Lubang jarum atau porositas
2. Permukaan dari hasil coran kurang halus karena pola yang digunakan adala styrofoam yang memiliki permukaan kasar, sehingga hasil coran permukaannya menjadi kasar pula.
3. Temperatur pendinginan yang didapatkan pada data kurang akurat karena pemegangan termokopel yang kurang stabil
Pengecoran
Tujuan percobaan : adalah untuk mengetahui cacat pada permukaan suatu benda kerja dengan menggunakan metode liquid penetrant test.
LPT
LPT
LPT
Cacat Rounded Pada Sampel I
LPT
Cacat Linier pada Sampel I
Kesimpulan :1. Liquid penetrant digunakan untuk
mendeteksi cacat pada permukaan suatu material.
2. Pada liquid penetrant digunakan cairan penetrant, cairan developer dan cairan cleaner
3. Pada daerah lasan ditemukan cacat rounded berupa porositas dan cacat linier.
LPT
TERIMAKASIH