praktikum fisiologi a2.docx
TRANSCRIPT
Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana
Laporan Praktikum Fisiologi
Kelelahan Otot-Saraf Pada Orang
Kelompok A2
Nama NIM Tanda Tangan
Ketua Kelompok Herlin Indah Bangalino 102014022
Anggota Thya Fitriani 102012398
Sigit Deswanto 102013258
Tresy Kalawa 102013276
Aldesy Yustika Indriani 102014076
Louis Hendri 102014097
Hersi Khansa Alifah 102014164
Alexander Yosua Santoso 102014179
Nur Amira Amalina Binti Mohammad Zulkifli
102014228
Percobaan I – Kerja Steady State
A. Tujuan
Mengetahui kinerja otot steady state atau kerja otot dalam keadaan normal.
B. Alat-alat yang digunakan
1. Kimograf + kertas + perekat
2. Ergograf
3. Metronome (frekuensi 1 detik)
C. Cara Kerja
1. Pasang semua alat sesuai dengan gambar.
2. Sambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 4 detik menurut irama alat yang diperdengarkan
di ruang praktikum sampai 1/3 putaran tromol. Setiap kali setelah melakukan tarikan,
lepaskan segera jari saudara dari pelatuk sehingga kembali ke tempat semula.
D. Hasil Percobaan
Percobaan II – Pengaruh Gangguan Peredaran Darah
A. Tujuan
Mengetahui kinerja otot yang dipengaruhi oleh gangguan peredaran darah.
B. Alat-alat yang digunakan
1. Kimograf + kertas + perekat
2. Manset sfigmomanometer
3. Ergograf
4. Metronome (frekuensi 1 detik)
C. Cara Kerja
1. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan atas kanan pasien simulasi yang sama.
2. Sebagai latihan lakukan beberapa kali oklusi pembuluh darah lengan atas dengan jalan
memompa manset dengan cepat sampai denyut nadi a. radialis tak teraba lagi.
3. Dengan manset tetap terpasang, tetapi tanpa oklusi, lakukan 12 kali tarikan dengan
frekuensi satu tarikan tiap 4 detik sambil dicatat pada kimograf.
4. Tanpa menghentikan tromol pada tarikan ke-13, mulailah memompa manset dengan
cepat sampai denyut nadi a.radialis tidak teraba lagi.
5. Berilah tanda pada kurva pada saat denyut nadi a. radialis tidak teraba lagi.
6. Setelah terjadi kelelahan total, turunkan tekanan di dalam manset sehingga peredaran
darah pulih kembali.
7. Dengan frekuensi yang sama teruskan tarikan dan pencatatan sehingga pengaruh faktor
oklusi tidak terlihat lagi.
D. Hasil Percobaan
Percobaan III – Pengaruh Istirahat dan Massage
A. Tujuan
1. Mengetahui kinerja otot yang diselingi oleh istirahat.
2. Mengetahui kinerja otot yang diberikan suatu massage/pijatan
B. Alat-alat yang digunakan
1. Kimograf + kertas + perekat
2. Ergograf
3. Metronome (frekuensi 1 detik)
C. Cara Kerja
1. Latihan ini dilakukan oleh pasien simulasi lain.
2. Besarkan beban ergograf sampai hasil maksimal.
3. Sambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 1 detik sampai terjadi kelelahan total, kemudian
hentikan tromol.
4. Berilah istirahat selama 2 menit, Selama istirahat, lengan tetap dibiarkan di atas meja.
5. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang +/- 2 cm, jalankan kimograf dan
lakukan kembali tarikan dengan frekuensi dan beban yang sama sampai terjadi terjadi
kelelahan total kemudian hentikan tromol.
6. Berikan istirahat selama 2 menit lagi. Selama masa istirahat ini lakukanlah massage
pada lengan PS. Massage dengan cara mengurut dengan tekanan kuat ke arah perifer,
kemudian dengan tekanan ringan kearah jantung. Massage dilakukan dari fossa cubiti
hingga ujung jari.
7. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang +/- 2cm, jalankan kimograf dan
lakukan kembali tarikan seperti ad.5.
8. Bandingkan ke 3 ergogram yang saudara peroleh dan be rusahalah menganalisisnya.
D. Hasil Percobaan
Percobaan IV – Perubahan Warna dan Suhu Kulit akibat Iskemia
A. Tujuan
Mengetahui rasa nyeri, perubahan suhu dan warna kulit setelah terjadi iskemia.
B. Alat-alat yang digunakan
1. Manset sfigmomanometer
2. Ergograf
3. Metronome (frekuensi 1 detik)
C. Cara Kerja
1. Latihan ini dilakukan pada pasien lain dan tanpa pencatatan ergogram.
2. Pasanglah manset pada lengan atas kanan PS dan berikan pembebanan yang cukup berat
sehingga penarikan hanya akan memperlihatkan penyimpangan ujung pencatat yang
kecil saja.
3. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan PS.
4. Lakukan satu tarikan tiap satu detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi kelelahan
total atau sampai terjadi rasa sakit yang tak tertahan.
5. Hentikan tindakan oklusi segera setelah PS merasa nyeri yang hebat sekali. Perhatikan
suhu dan warna kulit lengan bawah kanan PS.
D. Hasil Percobaan
Suhu Warna Kulit Keadaan PS
Normal ± 36ºC Sawo matang Otot masih dapat beraktivitas dengan
baik
Iskemia Suhu menjadi lebih dingin
Menjadi pucat dan agak kebiruan
Tangan terasa kesemutan dan lemas
Pembahasan
Terdapat 3 jenis otot pada vertebrata yaitu otot rangka yang berperan untuk semua
pergerakan yang sadar. Otot jantung yang memompa darah dari jantung serta otot polos yang
berperan untuk pergerakan yang tak sadar dari organ seperti lambung, intestine, uterus dan
pembuluh darah. Sekitar 40 persen tubuh terdiri dari otot rangka, dan mungkin 10 persen lainnya
terdiri dari otot polos dan otot jantung. Otot rangka terdiri dari sejumlah serat yang memiliki
diameter berkisar antara 10 sampai 80 mikrometer. Otot rangka disebut juga sebagai otot seran
lintang karena susunan filamen-filamennya membentuk suatu pola terang-gelap. Setiap unit yang
berulang dikenal sebagai sarkomer, yang merupakan suatu kontraktil dasar dari suatu otot.1
Mekanisme kontraksi dan relaksasi pada otot dimulai dari saraf motorik di perhubungan
antara saraf dan otot melepaskan asetilkolin (ACH) karena ada potensial aksi. ACH berdifusi
melalui celah dan menyebabkan potensial aksi di serat otot. Potensial aksi bergerak sepanjang
permukaan membran dan masuk ke dalam serat otot melalui tubulus T. Potential aksi di tubulus
T merangsang pelepasan Ca2+ dari retikulum sakroplasma ke sitosol. Lalu, Ca2+ akan berikatan
dengan troponin C di filamen tipis. Pengikatan Ca2+ ke troponin C membuat tropomiosin berubah
bentuk, secara fisik memindahkannya dari posisi penghambatnya; membuka sisi tempel pada
aktin untuk jembatan silang miosin. Kemudian, kepala miosin terikat ke aktin di sisi tempelnya.
Pengikatan tersebut memicu kepala miosin melengkung, menarik filamen tipis di atas filamen
tebal menuju ke tengah sarkomer. Kekuatan tarikan ini dibantu oleh energi yang disediakan oleh
ATP. Setelah menarik filamen tipis tersebut, kepala miosin akan terlepas dari aktin. Apabila
Ca2+ masih terkonsentrasi di serat otot maka kepala miosin akan menempel kembali di aktin.
Namun, apabila potensial aksi berhenti, Ca2+ diambil oleh retikulum sarkoplasma melalui suatu
pompa. Tanpa adanya Ca2+ di troponin C, tropomiosin kembali ke posisi awal menutupi sisi
tempel kepala miosin di aktin. Kontraksi berhenti dan filamen tipis bergeser ke posisi relaksasi
awalnya.2
Kelelahan otot disebabkan oleh penumpukan asam laktat pada proses glikolisis anaerob di
mana melalui proses ATP yang dihasilkan hanya sebanyak dua dibandingkan dengan glikolisis
aerob. Pada glikolisis anaerob, oksigen yang berperan dalam pemecahan glukosa kadarnya lebih
sedikit dibandingkan yang dibutuhkan dalam glikolisis aerob. Oleh sebab itu, asam laktat tidak
bisa diuraikan, melainkan konsentrasinya menumpuk di otot dan dibawa ke dalam darah. Selama
fermentasi asam laktat, piruvat digunakan secara langsung oleh NADH untuk membentuk laktat
sebagai hasil akhir dari produk, tanpa adanya pelepasan CO2 (Laktat adalah suatu senyawa ion
dari asam laktat).1
- Percobaan I – Kerja Steady State
Berdasarkan hasil pencatatan ergogram pada percobaan pertama menunjukan bahwa
dalam kondisi normal otot bekerja lebih stabil dan tidak cepat lelah. Dapat dilihat melalui garis-
garis tarikan pada kertas kimograf yang tinggi nya relatif sama. Hal ini dikarenakan adanya
waktu istirahat atau waktu untuk berelaksasi di sela-sela waktu sebelum kembali melakukan
kontraksi, yang artinya kontraksi tidak terjadi terus-menerus maka peristiwa terjadinya kelelahan
otot akan memerlukan kegiatan memperoleh energi kembali atau mekanisme kontraksi tersebut
tidak dilakukan dalam waktu yang lama seperti yang telah diketahui bahwa kontraksi otot
memerlukan energi yaitu ATP, yang dihasilkan dalam mekanisme relaksasi dengan memerlukan
O2. Oleh sebab itu, pada kerja steady state apabila dibandingkan dengan kontraksi yang
dilakukan terus menerus akan terlihat bahwa kerja steady state lebih lama untuk mencapai
kelelahan otot.
- Percobaan II - Pengaruh Gangguan Peredaran Darah
Percobaan 2 menunjukkan adanya kelelahan otot. Namun, adanya kelelahan otot terjadi pada
manset dipasang dan dilakukan oklusi maka aliran darah menjadi tertutup dan denyut nadi tidak
teraba lagi sehingga oksigen yang dialirkan oleh pembuluh darah juga terhambat. Agar dapat
berkontraksi, serabut otot memerlukan energi untuk oksidasi, terutama menggunakan senyawa
karbohidrat, yaitu glukosa. Glukosa yang tidak diperlukan atau berlebih oleh tubuh akan
dikonversi menjadi glikogen dan disimpan di dalam hati dan otot. Selama oksidasi glikogen
menjadi karbon dioksida dan air , terbentuk suatu senyawa yang kaya akan energi. Senyawa ini
disebut adenosine trifosfat (ATP). Apabila otot harus melakukan kontraksi, energi ATP akan
dilepas seiring dengan perubahannya menjadi adenosine difosfat (ADP).
Selama proses oksidasi glikogen, akan terbentuk asam piruvat. Bila terdapat banyak oksigen
seperti yang terjadi pada gerakan umum, asam piruvat dipecah menjadi karbondioksida dan air.
Pada proses ini juga dilepas energi yang akan dipakai untuk membuat lebih banyak ATP.
Apabila oksigen tidak mencukupi, asam piruvat diubah menjadi asam laktat yang menumpuk
akan menyebabkan kelelahan otot. Seperti pada percobaan yang kedua ini karena pembuluh
darah yang membawa oksigen terhambat pada saat dilakukannya okulasi sehingga oksigen tidak
tercukupi maka terjadi proses glikosis anaerob, dimana produk akhirnya berupa asam piruvat
tidak dapat diproses lebih lanjut oleh proses fosforilasi oksidatif maka molekul ini diubah
menjadi asam laktat yang jika tertimbun akan menyebabkan kelelahan otot.2
- Percobaan III – Pengaruh Istirahat dan Massage
Pada kertas kimograf, garis-garis tarikan cenderung menurun karena waktu selang otot bekerja
terlalu singkat sehingga tidak memiliki waktu untuk menguraikan asam laktat (bekerja tiap 1 detik).
Oleh sebab itu, garis-garis tarikan menunjukan rentang waktu dari mulai bekerja hingga lelah cukup
pendek. Setelah diberikan waktu untuk istirahat sebanyak dua menit, otot dapat kembali bekerja
namun tidak berlangsung lama, karena penguraian asam laktat kurang maksimal sehingga otot
dengan cepatnya kembali lelah. Otot kembali diistirahatkan sambil dilakukan pijatan untuk
memperlancar kembali sirkulasi darah serta meluruskan otot kembali. Seharusnya grafik
menunjukan kecenderungan untuk meningkat dan rentang waktunya lebih lama dari lama hanya
beristirahat tanpa dipijat. Karena setelah dipijat aliran darah ke otot pada jari akan lebih lancar
sehingga pasokan oksigen akan lebih banyak dari sebelumnya. Oksigen berguna dalam proses
pembakaran untuk menghasilkan energi, sehingga setelah dipijit energi meningkat dan otot dapat
bekerja lebih lama.1 Tetapi dari PS kelompok kami, hasil yang didapat grafik justru lebih pendek
dari saat istirahat tanpa dipijat. Hal ini dimungkinkan karena teknik pijatan yang tidak dilakukan
dengan baik. Penekanan pada arteri lebih kecil dari pada penekanan pada vena. Seharusnya
penekanan pada arteri lebih besar dari pada penekanan pada vena karena arteri menyalurkan darah
kaya oksigen ke seluruh tubuh termasuk tangan. Sehingga pasokan O2 seharusnya mengalir dengan
baik.
Percobaan IV – Perubahan Warna dan Suhu Kulit akibat Iskemia
Umumnya, iskemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan suplai oksigen terhadap
suatu jaringan atau organ tertentu.3 Metabolismenya pun berubah, dari metabolism aerob cukup
oksigen, menjadi metabolisme anaerob.4,5 Metabolisme anaerob terjadi hanya apabila suplai
oksigen dalam tubuh berkurang, sehingga terjadi penurunan produksi ATP dalam tubuh.5
Akibatnya pada metabolisme anaerob hanya dua ATP saja dan asam laktat. Asam laktat hasil
dari metabolisme yang anaerob, menumpuk dalam otot dan asam laktat inilah yang membuat
kelelahan.4,5 Pada lengan PS dapat diamati terjadi perubahan suhu menjadi lebih dingin dan
warnanya menjadi lebih pucat dan kebiruan.
Kesimpulan
Pada percobaan pertama, dengan adanya waktu istirahat atau frekuensi yang ringan maka
otot tidak cepat lelah. Melalui percobaan kedua dan keempat terjadi hambatan pada peredaran
darah sehingga otot cepat lelah. Kinerja otot dipengaruhi oleh suplai nutrisi dan oksigen yang
masuk ke dalam tubuh. Apabila kadar nutrisi dan oksigen dalam tubuh itu rendah, maka akan
menimbulkan kelelahan. Melalui percobaan ketiga, pijatan pada otot dapat membantu
mempercepat suplai darah ke bagian yang dituju sehingga setelah dipijat, kemampuan otot
melakukan kontraksi berangsur pulih.
Daftar Pustaka
1. Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, Jackson RB, et al. Campbell biology. 9th ed. San Francisco: Pearson; 2011.
2. Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996. h. 221-38.
3. Muttaqin A. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan system kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika, 2009; h.71.
4. James J, Baker C, Swain H. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan.Jakarta : Erlangga, 2008; h 168.
5. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta : EGC, 2000; h 301.