praktikum diagnosa klinik
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
PRAKTIKUM DIAGNOSA KLINIK
Laporan Pemeriksaan Pasien di Kinik PKH UB
NAMA KELOMPOK :
1. Yayu Nur Rani G : 105130100111021
2. Anggun Sasnita L : 105130100111024
3. Abdul Rahman S : 105130100111035
4. Anugrah Diky : 105130100111036
5. Bondan M. : 105130100111037
Pendidikan Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya
Malang
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memelihara hewan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan hiburan di rumah.
Banyak orang memilih memelihara hewan untuk menghilangkan stres, karena dengan melihat
segala tingkah dan penampilan dari hewan-hewan peliharaan diharapkan mampu memberikan
kesenangan dan mengusir rasa lelah setelah seharian diluar rumah. Salah satu jenis hewan
yang banyak dipilih masyarakat untuk dipelihara adalah kucing. Karakteristik pembeda jenis
kucing satu dengan kucing lainnya adalah pola warna rambut pada kulit.
Kucing merupakan salah satu hewan yang rentan terhadap penyakit. Kucing yang
berubah menjadi pendiam dan kurang lincah, makan lebih sedikit dari jumlah yang biasa,
atau secara umum tampak kurang sehat, hal ini dapat mengindikasikan bahwa kucing sedang
kurang sehat atau sakit dan sebaiknya kucing dibawa ke dokter hewan untuk diperiksakan
kesehatannya.
Pemilik kucing harus mengetahui gejala-gejala sakit sebelum memutuskan membawa
ke dokter hewan atau memberikan obat-obatan. Tanda-tanda kucing sakit adalah nafsu makan
tiba-tiba berkurang, lesu dan tidur seharian, sering bersembunyi di tempat gelap, kurang
minum atau minum berlebihan, feses berdarah / berlendir, buang air di luar litter box, diare /
Mencret, muntah-muntah, batuk-batuk, bersin-bersin terus menerus, menggaruk dan menjilati
area yang sama terus menerus, mengibas-ngibaskan kepala dalam waktu yang sering,
biasanya ada masalah di telinganya, belekan, mata berair, mata tidak jernih, gusi berwarna
pucat, tidak buang air besar lebih dari 1 hari , kencing sedikit, pincang, serta perut terlalu
gendut atau terlalu kurus
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik pada kucing?
1.2.2 Bagaimanakah cara dan hasil diagnosa kucing?
1.2.3 Bagaimanakah terapi yang diberikan kepada kucing?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik pada kucing.
1.3.2 Mengetahui cara dan hasil diagnosa kucing.
1.3.3 Mengetahui terapi yang diberikan kepada kucing.
1.4 Manfaat
Dengan mampu mendiagnosa dengan tepat penyakit pada kucing, maka akan mampu memberikan terapi yang tepat sehingga dapat menyembuhkan penyakit yang diderita pada kucing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kucing
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Carnivora
Subordo : Conoidea
Famili : Felidae
Subfamili : Felinae
Genus : Felis
Spesies : Felis domestica
Kucing telah mengalami domestikasi dan hidup dalam simbiosis mutualistik dengan
manusia. Domestikasi pertama yang dilakukan manusia terjadi pada tahun 4000 SM di Mesir,
ketika kucing dimanfaatkan sebagai hewan penjaga. Namun demikian, hubungan manusia
dengan kucing sudah dimulai dari 8000 SM ketika manusia masih hidup nomaden (Susanty,
2005). Kucing domestik merupakan kucing hasil evolusi kucing liar yang beradaptasi dengan
lingkungan, dekat dengan manusia sepanjang ribuan tahun usia kehidupan. Proses adaptasi
ini menghasilkan jenis kucing yang berbeda di berbagai wilayah (Sulaiman 2010).
Kucing dikenal sebagai hewan penyendiri. Kucing jarang sekali membentuk
koloni dalam menjalankan kehidupannya. Setiap kucing memiliki daerah tersendiri. Kucing
jantan yang dianggap memiliki kemampuan kawin tinggi akan memiliki daerah kekuasaan
terbesar, sedangkan jantan steril memiliki daerah paling kecil. Namun demikian tetap
terdapat daerah netral, dimana kucing-kucing dapat saling bertemu tanpa adanya konflik
teritorial (Turner & Bateson, 2000).
Secara umum kucing memiliki ciri-ciri bertubuh kecil, daun telinga berbentuk
segitiga dan tegak, dan memiliki gigi taring yang sangat jelas karena kucing merupakan
karnivora sejati. Gigi premolar dan molar pertama membentuk sepasang taring di setiap sisi
mulut yang bekerja efektif untuk merobek daging (Done et al, 2009). Kucing memiliki
indera penciuman yang tajam karena dilengkapi dengan alat khusus yaitu organ vomeronasal
atau organ jacobson yang membantunya mendeteksi bau (Meadows & Flint 2006). Selain
dilengkapi dengan indera penciuman yang tajam, kucing juga sensitif pada bunyi
berfrekuensi tinggi yaitu 60 kHz sehingga dapat mendengar pekikan ultrasonik bangsa
rodensia (RED, 2003).
Masa kebuntingan kucing sekitar 63 hari, dengan kondisi anak yang dilahirkan belum
mampu berjalan dan kelopak mata masih tertutup. Mata mereka baru terbuka pada 8-10 hari
kemudian. Anak kucing sangat bergantung pada induknya selama 6-7 minggu di awal
kehidupannya, dan akhirnya dapat hidup mandiri pada umur 10-15 bulan (RED, 2003).
2.2 Pemeriksaan Klinik
Diagnosis adalah nama yang diberikan pada suatu penyakit yang berdasarkan pada
anamnesa, pemeriksaan klinik, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Diagnosa dibagi menjadi
lima yaitu diagnosa etiologik, klinik, diferensial, fisik, dan veteriner. Data fisiologis kucign
normal adalah suhu badan per-rektal 38-39,2oC, denyut jantung 120-130 kali per menit, ,
frekuensi pernapasan 15-20 kali per menit, dewasa kelamin 8-10 bulan, dan masa birahi 2-3
kali per tahun. Dalam melakukan diagnosa, harus mengetahui terlebih dahulu keadaan
fisiologis normal dari hewan seperti frekuensi nafas dan pulsus, suhu, serta frekuensi gerak
rumen sehingga mengetahui apakah hewan tersebut sehat atau tidak. Oleh karena itu,
dibutuhkan teknik pemeriksaan yang tepat. Adapun teknik pemeriksaan klinik yang bisa
dilakukan adalah :
Inspeksi
Pemeriksaan dengan cara melihat atau melakukan observasi terhadap keadaan pasien.
Tujuan dari teknik ini ialah mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status
fisik. Teknik inspeksi dilakukan ketika pertama kali bertemu pasien dan yang diamati yaitu
tingkah laku dan keadaan tubuh pasien serta hal umum dan khusus, misalnya dengan melihat
semua orifisium eksternal. Inspeksi bisa dilakukan berbarengan dengan anamnesa. Alat
penunjang untuk melakukan inspeksi adalah endoskopi, radiografi, dan ultrasonografi.
Palpasi
Teknik pemeriksaan fisik dengan sentuhan, rabaan maupun sedikit tekanan pada
bagian tubuh yang akan diperiksa dan dilakukan secara teroganisir dari satu bagian ke bagian
yang lain. Tujuan dari palpasi adalah untuk mengetahi bagian yang terasa nyeri serta
perubahan patologi pada organ (konsistensi, elastisitas, keras).
Perkusi
Pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan pemeriksaan perkusi yaitu menentukan
batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat
adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan (udara, cairan, atau zat padat). Organ yang
bisa diperkusi adalah dada (paru-paru dan jantung), rongga abdomen, sinus paranasal, dan
emfisime subkutan. Alat bantu yang bisa digunakan adalah pleximeter dan plexor. Perkusi
pada hewan besar susah untuk dilakukan karena organ dalam terlalu besar, jaringan di atas
organ tebal karena terdapat banyak lemak dan otot.
Auskultasi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu yaitu stetoskop
dengan tujuan pemeriksaannya adalah untuk dapat mendengar bunyi jantung, paru-paru,
bunyi usus serta untuk mengukur tekanan darah dan nadi. Auskultasi terbagi menjadi dua,
yaitu langsung dan tidak langsung. Langsung adalah telinga langsung menempel di bagian
yang diperiksa sedangkan tidak langsung adalah dengan stetoskop.
BAB III
HASIL
3.1 KASUS I
3.1.1 Identitas
Nama : Messy
Jenis Hewan : Kucing
Signalemen : Betina, Persia
3.1.2 Anamnesa
1. Kucing dibawa keklinik sudah dalam keadaan luka yang parah di bagian abdomen.
2. Tidak mau makan.
3. Frekuensi urin normal
4. Feses normal
5. Kucing lemas
6. Pada luka ada banyak belatung
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
1. Berat badan : 2 kg
2. Suhu : 36,7oC
3. Tachycardia
4. Tidak mengalami dehidrasi namun lemas
5. Ada luka di bagian abdomen
6. Terdapat banyak belatung
3.1.4 Diagnosa
1. Luka
Luka ditemukan pada bagian abdomen. Kucing lemas karena luka sudah sangat parah
dan juga karena myasis yang sudah lama dibiarkan.
3.1.5 Terapi
1. Irigasi ns 0,9%
2. Nebacetine
3. Baytril (im)
3.2 KASUS II
3.2.1 Identitas
Nama : Abang
Jenis Hewan : Kucing
Signalemen : Jantan, domestik
3.2.2 Anamnesa
1. Kucing baru ditemukan dua minggu yang lalu
2. Tidak mau makan sudah sejak tiga hari yang lalu sehingga harus dipaksa dengan
sendok.
3. Frekuensi urin lebih sering.
4. Sempat mengalami diare namun sudah berhenti
5. Kucing suka menyendiri apabila dengan kucing, namun senang dengan manusia.
Pakan kucing diganti langsung dengan dry food.
3.2.3 Pemeriksaan Fisik
1. Berat badan : 0.7 kg
2. Suhu : 38.3oC
3. Pulsus dan respirasi normal
4. Tidak mengalami dehidrasi namun lemas
5. Ada luka di daerah hidung dan leher
6. Tidak ditemukan adanya ginggivitis Tidak ada leleran dari hidung
3.2.4 Diagnosa
1. Stress
Kucing mengalami stress karena baru ditemukan dua minggu yang lalu sehingga
merasa asing dengan lingkungan yang baru. Stress pada kucing juga diakibatkan perubahan
pakan yang langsung dari wet food ke dry food. Hal ini ditandai dengan kucing suka
menyendiri apabila terdapat kucing-kucing lain yang dipelihara satu tempat. Selain itu,
kucing yang sering urinasi juga merupakan tanda bahwa kucing stress akibat peningkatan
hormon kortisol. Stress bisa menyebabkan nafsu makan hewan menurun sehingga badan
menjadi lemas namun pulsus dan respirasi dan tingkat dehidrasi normal. Perubahan pakan ke
dry food bisa mengakibatkan kucing mengalami diare.
2 Luka
Luka ditemukan pada bagian leher dan hidung. Kucing tidak mamu makan juga
disebabkan luka akibat dari cakaran hewan lain. Hal ini didukung dengan tidak ditemukannya
leleran dari hidung dan juga ginggivitis yang biasa menyebabkan hewan tidak mau makan.
3.2.5 Terapi
4. Vitamin B Complex (1 ml)
5. Biosalamin (0.5 ml)
6. Povidone-Iodine
3.2.6 Resep
1. Antacida
2. Amoxicillin
3. Gentamicin (salep)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Stress
Pada kasus ini, kucing mengalami stress akibat dari perpindahan lingkungan sehingga
membutuhkan adaptasi lingkungan baru. Stres yang dialami kucing biasanya disebabkan
karena perpindahan rumah atau adanya binatang peliharaan yang baru. Ciri- ciri kucing yang
mengalami stres yaitu :
Kucing menjadi agresif terhadap manusia maupun hewan lainnya.
Sering bersembunyi di tempat yang gelap seperti di bawah mobil, di bawah kolong
kasur, dan lain-lain.
Nafsu makan yang biasanya selalu lahap menjadi menurun.
Buang kotoran sembarangan sementara biasanya kucing tersebut tahu tempat dia
seharusnya membuang kotoran.
Polyuria
Penyebab kucing mengalami stres bisa karena perpindahan rumah sehingga perlu
adaptasi dengan lingkungan baru, perjalanan jauh di dalam mobil, atau pergantian pakan yang
sangat berbeda. Cara mengatasi kucing yang mengalami stres yaitu :
Berilah kucing udara segar ketika dalam perjalanan dan mulai menunjukkan tanda-
tanda stress.
Jika sering meninggalkan kucing sendirian di rumah maka sebaiknya beri kucing
mainan baru.
Beri waktu pada kucing, ada kalanya kucing juga membutuhkan kesendirian. Berhenti
mengajak kucing bermain dengan intensitas yang tinggi.
Berhenti mengajak kucing bermain bukan berarti berhenti memberi perhatian. Hal ini
karena kucing bisa saja masih takut dengan lingkungan barunya dan membutuhkan
perhatian yang membuat dia nyaman.
Mekanisme terjadinya stress adalah setiap kali ada ransangan/ perubahan yang
dirasakan oleh panca indra, maka melalui syaraf-syaraf panca indra tersebut mengirimkan
signyal ke Hypophyse (berada di dasar otak) sebagai alaram selanjutnya mengirimkan
signyalnya ke kelenjar anak ginjal untuk melepaskan hormone Adrenalin dan Cortisol.
Cortisol ini meningkatkan gula darah yang terutama digunakan otak (berfikir/mengatur),
selain itu fungsi cortisol untuk meningkatkan persediaan bahan perbaikan sel2 tubuh, sistem
kekebalan tubuh, reproduksi dan pertumbuhan serta merangsang beberapa kelenjar tubuh
lainnya untuk peroses metabolisme sedangkan adrenaline meningkatkan denyut jantung dan
peningkatan tekanan darah dan juga meningkatkan pasokan energi.
4.2 Luka
Pada hewan kucing, pertengkaran merupakan hal yang normal terlebih lagi kucing
jantan. Pada kasus ini, kucing terdapat luka akibat bekas cakaran bertengkar dengan hewan
lain. Hal ini mengakibatkan kucing tidak nafsu makan karena mengalami sakit. Luka pada
hidung, mulut, lidah atau bibir yang menyebabkan kucing tidak mau makan karena kesakitan
saat mengunyah makanan.
Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan sebagai akibat
dari ruda paksa. Luka dapat merupakan luka yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu,
seperti luka insisi pada operasi atau luka akibat trauma seperti luka akibat kecelakaan
(Hunt,2003; Mann ,2001). Respon organisme terhadap kerusakan jaringan/organ serta usaha
pengembalian kondisi homeostasis sehingga dicapai kestabilan fisiologis jaringan atau organ
yang pada kulit terjadi penyusunan kembali jaringan kulit ditandai dengan terbentuknya
epitel fungsional yang menutupi luka. Ada lima kategori utama luka, kelimanya sangat khas
dalam penampilan dan sumber cedera, diantaranya :
Irisan/sayatan
Irisan merupakan sebuah luka sayatan. Biasanya luka ini memotong kulit yang
disebabkan oleh benda tajam seperti pisau, pecahan kaca, gunting atau pisau bedah. Luka
sayatan yang 'rapi' dan berada tepi kulit biasanya mulus.
Laserasi
Laserasi merupakan luka pada kulit yang dipotong atau robek. Laserasi bersifat dangkal,
hanya melukai permukaan kulit. Namun dapat juga dalam sehingga menyebabkan cedera
pada otot, tendon, ligamen, pembuluh darah atau saraf. Laserasi paling sering disebabkan
oleh semacam trauma tumpul seperti dipukul dengan kepalan tangan atau pemukul bisbol.
Perbedaan antara luka insisi dan luka laserasi, menurut Journal Biomedis, adalah bahwa
robekan umumnya bergerigi, karena kulit yang robek, bukan dipotong.
Abrasi
Abrasi adalah jenis luka di mana kulit dikerik atau terhapus. Ketika kulit diseret diatas
karpet, luka yang dihasilkan adalah sebuah abrasi. Lecet biasanya luka dangkal, yang berarti
bahwa hanya lapisan luar kulit yang terpengaruh. Sebuah abrasi yang mendalam, yang
menembus ke lapisan dalam kulit, dapat meninggalkan bekas luka.
Luka Memar/Kontusio
Memar adalah semacam luka tertutup, yang berarti bahwa kulit tidak rusak. Kontusio
disebabkan oleh trauma benda tumpul pada kulit yang mengakibatkan kerusakan jaringan.
Ketika pembuluh darah di bawah kulit yang rusak, kolam darah di bawah kulit yang
menyebabkan memar.
Luka Tusuk
Sebuah luka tusukan dibuat ketika benda tajam memasuki kulit. Luka ini biasanya
kecil dan tidak berdarah banyak. Meskipun luka cenderung untuk menutupi cepat, menurut
dokter di Mayo Clinic, mereka masih membutuhkan pengobatan karena dapat menyebabkan
infeksi. Luka tusukan rentan terhadap infeksi tetanus. Jenis-jenis luka tusukan termasuk
menginjak paku atau gigitan dari hewan.
4.3 Myasis
4.2.1 Myasis merupakan suatu keadaan infestasi luka terbuka pada jaringan oleh larva lalat. Kondisi ini selalu diawali dari adanya luka dikulit hewan yang terkontaminasi kotoran, yang memicu terjadinya infeksi oleh bakteri oportunistik. Selanjutnya bakteri yang berkembang biak menyebabkan bau yang disukai oleh lalat dan mengundang lalat untuk bertelur diluka yang terkontaminasi tersebut.
Lalat betina dapat menghasilkan hingga 150 telur dalam waktu 4 hari dan dalam waktu 1-2 hari dengan kondisi luka yang lembab dan kotor, menginduksi telur ini untuk
menetas menjadi larva lalat. Pada tahap inilah, myasis dimulai dan bila tidak segera ditangani akan memperparah kerusakan jaringan kulit pada kucing. Larva lalat akan memakan sel-sel mati, eksudadt dan debris dari hewan. Kondisi ini disebut “fly strike”. Larva dapat menembus lapisan kulit paling.
4.3 Drug of choice (Kasus I) Nebacetin
Nebacetin adalah obat yang mengandung kombinasi dua antibiotik yaitu neomosin dan basitrasin. Penelitian menunjukkan dinding sel bakteri dan neomisin menghancurkan kode genetik dan sintesis protein bakteri. Dengan demikian nebacetin bekerja secara sinergis. Nebacetin tidak diserap oleh kulit ataupun membran mukosa, sehingga pemberian topikal dapat diberikan dalam dosis besar. Pemberia Nebacetin pada suatu ulkus dapat mencegah pertumbuhan bakteri yang resisten. Mekanisme kerja nebacetin tidak bisa dihambat oleh plasma darah, pus/nanah/ dan jaringan mati. Baytril
Baytril dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan negatif serta mycoplasma. Obat ini berbentuk cair dan setiap mililiternya mengandung enroflaxacin 5mg.
4.4 Drug of choice (Kasus II)
Vitamin B Complex
Vitamin B Kompleks adalah sekelompok vitamin yang memainkan peran
penting dalam metabolisme sel tubuh. Vitamin B Kompleks merupakan vitamin yang
larut dalam air dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh, sehingga harus didapatkan dari
asupan makanan yang dikonsumsi.
Berikut ini adalah 8 unsur utama pembentuk vitamin B Kompleks, dan fungsi yang
dikandung dari masing-masing unsur tersebut. Vitamin B1 (Thiamine) berfungsi
membantu sel tubuh menghasilkan energi, kesehatan jantung, serta metabolisme
karbohidrat. Vitamin B2 (Riboflavin) berfungsi melindungi tubuh dari penyakit
kanker, mencegah migrain, serta katarak. Vitamin B3 (Niacin), bermanfaat untuk
melepaskan energi dari zat-zat nutrien, membantu menurunkan kadar kolesterol,
mengurangi depresi, dan gangguan pada persendian. Vitamin B5 (Asam
Panthothenate) membantu sistem saraf dan metabolisme, mengurangi alergi,
kelelahan, dan migrain. Penting bagi aktivitas kelenjar adrenal, terutama dalam proses
pembentukan hormon. Vitamin B6 (Pyridoxine) membantu produksi sel darah merah
dan meringankan gejala hipertensi (darah tinggi). Vitamin B7 (Biotin) bermanfaat
dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat, pembentukan kuku, serta rambut.
Vitamin B9 (Asam Folic) membantu perkembangan janin, pengobatan anemia, dan
pembentukan hemoglobin. Vitamin B12 (Cobalamine) membantu merawat sistem
saraf dan pembentukan sel darah merah. Dosis B komples untuk kucing adalah 0,25-
0,5 ml.
Biosalamin
Pemakaian biosalamin pada kasus ini adalah untuk energi dan penguat otot
akibat dari kucing yang sudah tiga hari tidak makan. Kandungan biosalamin yaitu
asam amino esensial yaitu ATP yang berguna untuk penambah energi. Pada hewan
yang sakit, biosalamin dianjurkan karena dengan pemberian biosalamin ini antibodi
yang ada di dalam tubuh hewan akan menjadi maksimal untuk melawan penyakit.
Penyuntikan biosalamin bisa dengan IV atau IM dengan dosis untuk kucing 1 ml.
Povidone-Iodine
Povidone-iodine adalah sebuah makromolekular kompleks (poly-I(1-Vinyl-2-
pyrrolidinone) yang digunakan sebagai iodofor. Kelompok obat antiseptik yang
dikenal dengan iodophore, biasa dikenal sebagai betadine. Zat kimia itu bekerja
secara perlahan mengeluarkan iodine, antiseptik yang dapat berperan dalam
membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman seperti bakteri, jamur, virus,
protozoa, atau spora bakteri. Penggunaan pada kasus ini adalah sebagai antiseptik
setelah luka dikerok unutk meminimalisisr adanya kontaminasi. Pada bekas kerokan
luka, ditemukan adanya darah. Hal ini membuktikan bahwa masih terdapat inervasi
pembuluh darah kejaringan.
Antacida
Penggunaan antasida pada kasus ini adalah untuk mengurangi keasaaman
lambung karena lambung kosong akibat susah makan. Garam alumunium dan
magnesium yang umumnya terdapat dalam antasida akan mengikat asam lambung
sehingga mengurangi keasamn pada lambung, sedangkan Simetikon berguna untuk
membantu pengeluaran gas yang berlebihan di dalam saluran cerna.
Antasida adalah golongan obat yang digunakan untuk menetralkan asam di
lambung. Secara alami lambung memproduksi suatu asam, yaitu asam klorida (HCl)
yang berfungsi untuk membantu proses pencernaan protein. Antasida bekerja dengan
cara menetralkan lambung yang terlalu asam. Selain menetralkan asam lambung,
antasida juga meningkatkan pertahanan mukosa lambung dengan memicu produksi
prostaglandin pada mukosa lambung.
Magnesium hidroksida digunakan sebagai katartik dan antasida, tidak larut
dan efektif sebelum obat ini bereaksi dengan HCl membentuk MgCl2. Magnesium
hidroksida yang tidak larut akan tetap berada dalam lambung dan akan menetralkan
HCl yang disekresi belakangan sehingga masa kerjanya lama. Satu gram magnesium
hidroksida dapat menetralisir 32,6 mEq dari asam lambung. Senyawa magnesium
memiliki kelebihan berupa absorpsi yang kecil, aksi yang tahan lama dan tidak
menghasilkan karbondioksida. Mekanisme aksi (metabolisme) dari antasida adalah
menetralkan HCL dalam lambung dengan membentuk garam AlCl3 dan H2O,
magnesium hidroksida per oral bereaksi cepat dengan HCl di lambung membentuk
MgCl2, bila diberikan secara oral bereaksi lebih lambat dengan HCl di lambung dari
pada magnesium hidroksida, pada pemberian per oral bereaksi membentuk
magnesium klorida yang larut.
Amoxicilin
Penggunaan amoksilin pada kasus ini adalah antibiotik yang efektif untuk
kasus pencernaan. Kucing mengalami diare sehingga dibutuhkan antiobiotik yang
cocok untuk mencegah infeksi. Diare pada kasus ini juga bisa diakibatkan perubahan
pakan.
Amoksilin adalah obat jenis antibiotik dari golongan penisilin, yang pada
umumnya digunakan untuk mengobati berbagai penyakit akibat infeksi bakteri.
Amoksisilin dapat mencegah pembentukan dinding luar bakteri, sementara pada saat
yang sama juga akan menghalangi bakteri berkembang. Seperti kebanyakan dari obat
antibiotik lainnya, amoksisilin hanya efektif untuk penggunaan obat karena infeksi
bakteri, dan tidak menunjukkan efek dalam kasus penyakit oleh virus atau infeksi
lainnya. Amoksisilin (amoxicillin) adalah antibiotik yang paling banyak digunakan.
Hal ini karena amoksisilin cepat diserap di usus dan efektif untuk berbagai jenis
infeksi.
Gentamicin salep
Pemberian gentamicin karena merupakan antibiotika yang cocok untuk infeksi
kulit. Gentamisin merupakan suatu antibiotika golongan aminoglikosida yang efektif
untuk menghambat kuman – kuman penyebab infeksi kulit primer maupun sekunder
seperti Staphylococcus yang menghasilkan penisilinase, Pseudomonas aeruginosa dan
lain – lain. Pemberian salep untuk pengobatan infeksi kulit primer maupun sekunder
seperti impetigo kontagiosa, ektima, furunkulosis, pioderma, psoriasis, dan dermatitis
lainnya. Salep Garamycin mengandung antibiotik gentamicin yang merupakan
antibiotik golongan aminoglikosida, yang mempunyai efek bakterisidal terutama
terhadap basilus aerobik gram negatif yang sensitif, dan bakteri gram positif yang
sensitif.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan (Kasus I)
Pada kasus ini, kucing sebelumnya terluka mungkin akibat pertengkaran dengan kucing lainnya, dan dibiarkan oleh pemiliknya sampai lalat menginfeksi luka tersebut sampai terjadi Myasis yang dilukanya sampai terdapat banyak belatung. Jadi untuk pencegahan, bila ada luka agar cepat untuk diobati. Pada kasus ini diirigasi NS agar membersihkan sekeliling luka yang ada pada kucing, untuk Nebacetin dan baytril sebagai antibiotik. Kucing tersebut tidak ada terapi karena pada saat pemeriksaan, dokter menganjurkan untuk dirontgen terlebih dahulu, tapi diperjalanan karena keadaan kucing yang lukanya sudah dalam dan parah, kucing mati disaat diperjalanan
5.2 Kesimpulan (Kasus II)
Pada kasus ini, kucing tidak menderita sakit tetapi hanya stress dan luka. Stress karena perpindahan lingkungan ke lingkungan yang baru. Selain itu, perubahan pakan kucing ke dry food. Hal ini mengakibatkan nafsu makan kucing menurun dan diare. Luka akibat pertengkaran dengan kucing lain juga membuat kucing susah untuk makan. Terapi yang diberikan adalan vitamin B kompleks, biosalamin untuk energi karena kucing tiga hari tidak makan, antacida karena kenaikan asam lambung, amoksilin sebagai antibiotik yang efektif untuk kasus pencernaan serta gentamicin untuk antibiotik yang efektif untuk infeksi kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Susanty Y. 2005. Memilih dan Merawat Kucing Kesayangan. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Turner DC, Bateson P. 2000. The Domestic Cat, The Biology of Its Behaviour. Cambridge:
Cambridge University Pr.
Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Ke 4. Srigando, B, Praseno, K
(penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada Universiyy Press.