praktik yang baik - prioritaspendidikan.org · unit 7 manajemen berbasis sekolah (mbs) 141 unit 8...
TRANSCRIPT
PRAKTIK YANG BAIK
DI SEKOLAH DASAR/
MADRASAH IBTIDAIYAH
(SD/MI)
Pebruari 2013
Modul Pelatihan
Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United
States Agency for International Development (USAID). Isi dari materi pembelajaran ini
merupakan tanggung jawab konsorsium Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and
Opprtunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS) dan
tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.
v Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pengantar Modul
Pengantar
Daftar Isi
Kata Pengantar vii
Jadwal Pelatihan (contoh) X
Unit 1 Apa dan Mengapa PAKEM 3
Unit 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif 31
Unit 3 Mempraktikkan PAKEM 61
Unit 4 Rencana Tindak Lanjut PAKEM
83
Unit 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG 95
Unit 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan 115
Unit 7 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 141
Unit 8 A. Manfaat, Jenis dan Cara Mendorong Peran Serta Masyarakat
B. Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana
C. Transparansi dan Akuntabilitas Publik
171
187
203
Unit 9 A. Rencana Kerja Sekolah
B. Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah
217
249
Unit 10 Rencana Tindak Lanjut (Manajemen Sekolah) 271
vii Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pengantar Modul
Pengantar
Kata Pengantar
Program Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers,
Administrators and Students (PRIORITAS) yang didanai oleh USAID bekerja sama dengan
Pemerintah Indonesia untuk mendukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta
Kementerian Agama dalam meningkatkan akses pendidikan dasar yang bermutu. Untuk
mencapai tujuan tersebut, PRIORITAS mengembangkan dan melaksanakan program
pengembangan kapasitas yang terdiri dari pelatihan, pendampingan, kegiatan kelompok kerja
di tingkat sekolah maupun gugus. Sasaran program pengembangan kapasitas ini adalah guru
dan dosen Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), kepala sekolah, komite
sekolah, serta pengawas dan staf Dinas Pendidikan terkait di kabupaten terpilih di tujuh
propinsi mitra PRIORITAS, yaitu: Aceh, Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Pelatihan bagi dosen dilaksanakan melalui kerja sama
dengan sejumlah LPTK terpilih untuk pengembangan peran LPTK sebagai penyedia layanan
untuk pendidikan dalam jabatan.
Modul yang digunakan merupakan pemaketan ulang dari modul-modul yang telah
dikembangkan oleh program bantuan seperti USAID Decentralized Basic Education (DBE) dan
Managing Basic Education (MBE) serta UNICEF’s Creating Learning Communities for Children
(CLCC) dan Mainstreaming Good Practices in Basic Education (MGPBE). Modul Praktik yang
Baik untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah ini merupakan modul pertama yang
mengenalkan konsep dan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah yang memayungi tiga
komponen besar yakni: manajemen sekolah, peran serta masyarakat, dan pembelajaran aktif
yang di tingkat sekolah dasar lebih dikenal dengan PAKEM dan di sekolah menengah pertama
dikenal dengan istilah Pembelajaran Kontekstual. Berikut adalah gambaran singkat tentang
masing-masing unit:
Unit 1: Apa dan Mengapa Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Unit
ini membahas prinsip-prinsip dalam PAKEM dan bagaimana mengembangkan pembelajaran
yang mengandung prinsip tersebut. Pengetahuan dan pengalaman peserta juga diperkaya
dengan diskusi serta tayangan video tentang pelaksanaan pembelajaran aktif dalam berbagai
mata pelajaran di beberapa sekolah.
Unit 2: Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif. Unit ini secara praktis membahas
bagaimana penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar, pengelolaan siswa, dan pengelolaan
perabot. Banyak dampak positif yang dapat diperoleh dengan menciptakan lingkungan belajar
ini, misalnya, pencapaian tujuan pembelajaran menjadi lebih mudah, iklim belajar lebih
kondusif.
viii
Pengantar Modul
Pengantar
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Unit 3: Mempraktikkan PAKEM. Unit ini akan memfasilitasi guru agar bisa membuat
persiapan mengajar dengan menerapkan PAKEM yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan bekerja sama. Peserta membuat rencana pengembangan
pelajaran, mensimulasikan, memperbaiki, dan mempraktikannya di sekolah.
Unit 4: Rencana Tindak Lanjut (RTL) PAKEM. Pelatihan akan sangat bermanfaat apabila
ditindaklanjuti dengan langkah nyata penerapan gagasan yang diperoleh dalam pelatihan. Guru
akan membuat RTL terkait pembelajaran, tentang rencana spesifik yang akan mereka lakukan.
RTL ini nantinya akan digabungkan dengan RTL manajemen di sekolah masing-masing setelah
pelatihan selesai untuk menghasilkan SATU RTL sekolah.
Unit 5: Pelaksanaan Kegiatan KKG. Kegiatan KKG adalah kegiatan yang sangat penting untuk
meningkatkan profesionalisme guru. Kegiatan KKG harus benar-benar merupakan kegiatan
praktis yang dibutuhkan oleh guru. Unit ini memberikan dan menggali beberapa kegiatan yang
dimaksud. Unit ini dapat diberikan pada ToT nasional dan provinsi, namun pada pelatihan
sekolah, unit ini dapat dilaksanakan secara terpisah pada kesempatan lain jika waktu tidak
memungkinkan.
Unit 6: Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Unit ini
memperkenalkan PAKEM (apa, mengapa, dan bagaimana) bagi komite sekolah dan
menekankan pentingnya PAKEM kepada segenap peserta pelatihan terutama Kepala Sekolah,
Komite Sekolah, dan pengawas. Tujuannya adalah untuk mendorong mereka memikirkan
bagaimana caranya mendukung pelaksanaan PAKEM untuk meningkatan mutu pendidikan.
Unit 7: Manajemen Berbasis Sekolah. Unit ini mengeksplorasi pemahaman dan ciri-ciri
manajemen berbasis sekolah melalui pengalaman peserta dan tayangan video tentang
implementasi MBS yang baik di beberapa sekolah.
Unit 8 terdiri dari 3 sub-unit tentang berbagai aspek dari peran serta masyarakat. Unit 8A
membahas manfaat, jenis-jenis, dan cara mendorong peran serta masyarakat. Fasilitator
memberikan contoh beberapa kegiatan yang dilakukan oleh komite sekolah dan orang tua
untuk mendukung manajemen dan pembelajaran di sekolah. Unit 8B mengeksplorasi
kreativitas dan mengembangkan pola pikir yang berbeda dalam menghimpun sumber daya dan
dana. Pada Unit 8C, peserta diajak berdiskusi tentang pentingnya manajemen berprinsip
Keterbukaan dan Akuntabilitas serta cara melaksanakannya.
Unit 9 terdiri dari 2 sub-unit : Unit 9A Rencana Kerja Sekolah membahas pentingnya sebuah
rencana kerja sekolah yang disusun berdasarkan hasil dari evaluasi diri sekolah. Proses
penyusunan meliputi perumusan tantangan, tujuan dan akhirnya rencana program sekolah
selama empat tahun. Unit 9B Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKAS) mengajak peserta untuk mengidentifikasi program yang menunjang
ix Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pengantar Modul
Pengantar
peningkatan mutu pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam satu tahun. Selain itu,
peserta akan mengidentifikasi sumber dana untuk membiayai program/kegiatan dalam satu
tahun serta menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
Unit 10: Rencana Tindak Lanjut (Manajemen Sekolah). Unit ini mendorong peserta untuk
membuat rencana tindak lanjut yang akan dilakukan dalam jangka tiga bulan yang akan datang.
Peserta merencanakan apa yang mereka perlu lakukan di sekolah setelah pelatihan selesai
dengan menerapkan keterampilan dan konsep yang diperoleh dari unit sebelumnya selama
pelatihan. RTL ini akan dibawa ke sekolah setelah pelatihan selesai untuk dikonsolidasi
dengan RTL pembelajaran dari guru sehingga menghasilkan satu RTL sekolah yang
komprehensif.
Pendekatan pembelajaran aktif dan interaktif yang digunakan dalam modul ini tidak hanya
untuk memotivasi peserta dalam pelatihan, namun juga untuk menyediakan contoh metode
yang dapat digunakan oleh guru di dalam kelas. Fasilitator memberikan model tentang
pelaksanaan pembelajaran aktif, pengelolaan peserta, dan menciptakan suasana dalam
pelatihan yang diharapkan dapat dicontoh oleh peserta ketika mereka melatih dan mengajar
di kelas di sekolah mereka.
Pengembangan Sekolah secara Menyeluruh : Yang dimaksudkan dengan pengembangan
sekolah secara menyeluruh adalah suatu pendekatan di mana semua warga sekolah, termasuk
guru, kepala sekolah, komite sekolah, masyarakat, dan siswa terlibat dalam pengembangan.
Aspek yang ditangani juga mencakup manajemen, partisipasi masyarakat, serta pembelajaran.
Melalui modul ini, segenap praktisi pendidikan diajak dan didorong untuk berinovasi dan
mencari solusi untuk masalah yang dihadapi baik di kelas maupun di sekolah terkait
peningkatan mutu pendidikan.
x
Pengantar Modul
Pengantar
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
JADWAL PELATIHAN (contoh)
Jadwal di bawah ini adalah (1) untuk pelatihan sekolah dan (2) untuk pelatihan fasilitator.
Waktu akan ditambah satu hari untuk Pelatihan fasilitator yang panduannya terpisah dari
modul ini.
Jadwal Pelatihan Sekolah – PAKEM
Waktu Unit/Topik Keterangan
Hari 1
08.00-08.45 45’ Pembukaan dan penjelasan tentang Program
PRIORITAS
08.45-10.30 105’ Unit 1: Apa dan Mengapa PAKEM
10.30-10.45 15’ Istirahat
10.45-12.00 75’ Unit 1: Apa dan Mengapa PAKEM
12.00-13.00 60’ Ishoma
13.00-15.00 120’ Unit 2: Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Efektif
15.00-16.00 60’ Unit 3: Persiapan Praktik PAKEM (Memilih Topik
Pembelajaran)
Waktu dapat
disesuaikan dengan
kebutuhan
Hari 2
08.00-12.00 240’ Unit 3: Persiapan Praktik PAKEM
12.00-13.00 60’ Ishoma
13.00-16.00 180’ Unit 3: Persiapan Praktik PAKEM (termasuk Logistik
Praktik di Sekolah)
Hari 3
07.00-10.30 210’ Unit 3: Praktik PAKEM di sekolah
10.30 -11.00 30’ Istirahat
11.00 – 12.00 60’ Unit 3: Praktik PAKEM (Diskusi + Refleksi)
12.00 -13.00 60’ Istirahat
13.00 – 14.00 60’ Unit 3: Praktik PAKEM (Kunjung Karya + Penguatan)
14.00 – 15.00 60’ Unit 4: Rencana Tindak Lanjut (RTL) PAKEM
15.00 – 15.30 30’ Penutup
Pelatihan Unit 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG: Tidak lama setelah pelatihan PAKEM dan
MBS tingkat sekolah, peserta akan berkumpul lagi untuk mendapat pelatihan Unit 5:
Pelaksanaan Kegiatan KKG yang berlangsung tiga (3) jam.
xi Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pengantar Modul
Pengantar
Jadwal Pelatihan Sekolah – Manajemen Berbasis Sekolah
Waktu Unit/Topik Keterangan
Hari 1
08.00-08.45 45’ Pembukaan dan Penjelasan Program PRIORITAS
08.45-10.15 90’ Unit 6: Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAKEM)
10.15-10.30 15’ Istirahat
10.30–11.00 30’ Unit 6: Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAKEM)
11.00-12.00 60’ Unit 7: Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
12.00-13.00 60’ Ishoma
13.00-15.00 120’ Unit 7: Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
15.00-16.00 60’ Unit 8A: Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong
Peran Serta Masyarakat
15 menit
kelonggaran untuk
mengantisipati
acara yang mulai
terlambat
Hari 2
08.00-09.00 60’ Unit 8A: Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong
Peran Serta Masyarakat
09.00-10.30 90’ Unit 8B: Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber
Daya dan Dana
10.30-10.45 15’ Istirahat
10.45-12.15 90’ Unit 8C: Transparansi dan Akuntabilitas Publik
12.15-13.15 60 Ishoma
13.15-16.00 165’ Unit 9A: Rencana Kerja Sekolah (RKS)
Hari 3
08.00-09.15 75’ Unit 9A: Rencana Kerja Sekolah (RKS)
09.15-10.15 60’ Unit 9B: Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
10.15-10.30 15’ Istirahat
10.30-12.00 90’ Unit 9B: Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
12.00-13.00 60’ Istirahat
13.00-14.30 90’ Unit 9B: Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
14.30-15.30 60’ Unit 10: Rencana Tindak Lanjut (RTL) Manajemen
Sekolah
15.30-16.00 Penutup
xii
Pengantar Modul
Pengantar
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Jadwal Pelatihan ToT Nasional dan ToT Provinsi
Pembelajaran Aktif + Manajemen Berbasis Sekolah
(Catatan: semua Fasilitator Provinsi dan Daerah akan menghadiri pelatihan 7 hari yang
meliputi PAKEM dan Manajemen Sekolah, serta pelatihan fasilitator dan pendampingan.)
Waktu Unit/Topik Keterangan
Hari 1
08.00-08.45 45’ Pembukaan dan Penjelasan tentang Program
PRIORITAS
08.45-10.30 105’ Unit 1: Apa dan Mengapa PAKEM
10.30-10.45 15’ Istirahat
10.45 - 12.00 75’ Unit 1: Apa dan Mengapa PAKEM
12.00-13.00 60’ Ishoma
13.00-15.00 120’ Unit 2: Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Efektif
15.00-16.00 60’ Unit 3: Persiapan Praktik PAKEM (Memilih Topik
Pembelajaran)
Hari 2
08.00-12.00 240’ Unit 3: Persiapan Praktik PAKEM
12.00-13.00 60’ Ishoma
13.00-16.00 180’ Unit 3: Persiapan Praktik PAKEM (termasuk Logistik
Praktik di Sekolah)
Hari 3
07.00-10.30 210’ Unit 3: Praktik PAKEM di sekolah
10.30 -11.00 30’ Istirahat
11.00 – 12.00 60’ Unit 3: Praktik PAKEM (Diskusi + Refleksi)
12.00 -13.00 60’ Istirahat
13.00 – 14.00 60’ Unit 3: Praktik PAKEM (Kunjung Karya + Penguatan)
14.00 – 17.00 180’ Unit 5: Pelaksanaan Kegiatan KKG
Unit 4 RTL akan
digabung dengan
RTL pada hari 6.
Karena hari ini
berakhir terlambat,
hari ke-4 mulai
agak lambat.
Hari 4
08.30-10.30 120’ Unit 6: Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif. dan
Menyenangkan (PAKEM)
10.30-10.45 15’ Istirahat
xiii Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pengantar Modul
Pengantar
Waktu Unit/Topik Keterangan
10.45-12.00 75’ Unit 7: Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
12.00-13.00 60’ Ishoma
13.00-14.45 105’ Unit 7: Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
14.45-15.00 15’ Istirahat
15.00-16.00 60’ Unit 8A: Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong
Peran Serta Masyarakat
Hari 5
08.00-08.45 45’ Unit 8A: Manfaat, Jenis-Jenis dan Cara Mendorong
Peran Serta Masyarakat
08.45-10.15 90’ Unit 8B: Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber
Daya dan Dana
10.15-10.30 15’ Istirahat
10.30-12.00 90’ Unit 8C: Transparansi dan Akuntabilitas Publik
12.00-13.00 60 Ishoma
13.00-16.00 180’ Unit 9A: Rencana Kerja Sekolah (RKS)
Hari 6
08.00-09.00 60’ Unit 9A: Rencana Kerja Sekolah (RKS)
09.00-10.30 90’ Unit 9B: Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
10.30-10.45 15’ Istirahat
10.45-12.00 75’ Unit 9B: Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
12.00-13.00 60’ Istirahat
13.00-14.15 75’ Unit 9B: Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
14.15-15.15 60’ Unit 10: Rencana Tindak Lanjut (RTL) PAKEM +
Manajemen Sekolah
15.15-16.00 45’ Tanya Jawab tentang PAKEM dan Manajemen dari
pelatihan selama 6 hari dan Penutup
Hari 7
08.00-10.00 120’ Bagaimana Menjadi Fasilitator yang Baik dan
Pendampingan
10.00-10.15 15’ Istirahat
10.15-12.15 120’ Pendampingan
12.15-13.15 60’ Istirahat
13.15-15.15 120’ Pendampingan
15.15-16.00 45’ Evaluasi dan Penutup
xiv
Pengantar Modul
Pengantar
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
xv Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pengantar Modul
Pengantar
xvi
Pengantar Modul
Pengantar
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
xvii Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pengantar Modul
Pengantar
UNIT 1
APA DAN MENGAPA PAKEM?
3 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
UNIT 1
APA DAN MENGAPA PAKEM
Waktu: 3 Jam
A. PENGANTAR
Pembelajaran merupakan salah satu unsur
penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan
oleh suatu sistem pendidikan. Pembe-ajaran
ibarat jantung dari proses pendidikan.
Pembelajaran yang baik cenderung
menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang
baik pula. Demikian pula sebaliknya.
Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih
dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa
belum mampu menggapai potensi ideal/
optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu,
perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung
selama ini.
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok
tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat
dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar
mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap
menyenangkan. Hal ini sejalan dengan amanat Permendiknas No 41 Tahun 2007
“Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.
Unit ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang apa, mengapa, dan
bagaimana pelaksanaan PAKEM, serta prosedur atau langkah-langkah pelatihan yang
bisa dilakukan. Dengan membaca dan mengikuti proses-proses pelatihan yang telah
dirancang dalam Unit ini, para peserta pelatihan diharapkan dapat mengenal apa,
mengapa, dan bagaimana PAKEM tersebut, dan pada akhirnya diharapkan dapat
menerapkan di kelasnya masing-masing.
Calon Siswa Proses
Pembelajaran Lulusan
PAKEM
Contoh ruang kelas yang menunjukkan
ciri-ciri Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan.
4
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu:
1. mengenali karakteristik utama PAKEM
2. memberi contoh kegiatan PAKEM
3. memahami pentingnya PAKEM bagi peningkatan kualitas siswa
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan Unit 1
2. Video PAKEM (9 menit)
3. Lembar Kerja Format 1.1
4. Lembaran Contoh Proses Pembelajaran PAKEM
5. ATK: spidol (besar dan kecil), kertas plano
D. LANGKAH KEGIATAN
20’ 20’ 40’
Pengantar
Penayangan Video
Diskusi kelompok tentang “Hal-hal yang baru dalam
pemodelan”
1 2 3
20’ 40’ 40’
Penguatan tentang PAKEM
Berbagi hasil diskusi kelompok
Diskusi kelompok tentang unsur-unsur PAKEM
6 5 4
1. Pengantar (20 menit)
Fasilitator memberikan pengantar singkat tentang latar belakang, tujuan, dan
rencana kegiatan sesi ini.
Fasilitator menanyakan pada peserta apa yang mereka ketahui tentang PAKEM.
Setiap peserta diminta menuliskan jawabannya pada selembar kertas tanpa
berdiskusi.
Fasilitator mengumpulkan jawaban peserta untuk dipajangkan.
5 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
2. Penayangan Video Pembelajaran (20 menit)
Fasilitator memberi informasi kepada peserta bahwa mereka akan melihat
tayangan pembelajaran. Peserta dikelompokkan ke dalam kelompok mata
pelajaran dengan 4 – 6 orang per kelompok. Peserta mendapat format
pengamatan dan diminta untuk membacanya serta mengingatkan bahwa mereka
boleh mengisinya saat penayangan berlangsung atau setelahnya.
Menonton tayangan selain dimaksudkan agar peserta dapat melihat dengan jelas
bagaimana PAKEM dilaksanakan, mereka juga diharapkan dapat membedakan
antara pengalaman pembelajaran yang mengandung unsur-unsur PAKEM dengan
yang tanpa PAKEM.
Peserta diharapkan mengamati dengan kritis proses pembelajaran yang
berlangsung dalam tayangan/pemodelan.
3. Diskusi Kelompok tentang Tayangan/Model Pembelajaran (40 menit)
Fasilitator meminta setiap peserta mengisi format pengamatan tayangan/
pemodelan PAKEM seperti contoh di bawah ini:
FORMAT PENGAMATAN TAYANGAN/PEMODELAN PAKEM
No Komponen pembelajaran Hal baru yang berbeda dengan
kebiasaan pembelajaran selama ini
1
Kegiatan siswa
a. ……..
b. ……..
2
Kegiatan guru
a. ……..
b. ……..
3
Interaksi antar siswa
a. ……..
b. ……..
4
Interaksi siswa dengan guru
a. ……..
b. ……..
5
Bentuk tugas yang dikerjakan
siswa
a. ……..
b. ……..
6
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
No Komponen pembelajaran Hal baru yang berbeda dengan
kebiasaan pembelajaran selama ini
6
Sumber belajar yang digunakan
a. ……..
b. ……..
7
Pemberian kesempatan yang sama
antara siswa laki-laki dan
perempuan
a. ……..
b. ……..
8
Bentuk motivasi yang diberikan
guru kepada siswa
a. ……..
b. ……..
9
Aspek karakter yang
dikembangkan (kemandirian,
disiplin, tanggung-jawab , kerja-
sama, kepercayaan diri)
a. ……..
b. ……..
10
Lainnya
Fasilitator memperhatikan kegiatan berikut setelah format pengamatan selesai diisi.
a. Kelompok mendiskusikan ‘”Hal-hal baru yang ditemukan dalam PAKEM”
ditinjau dari beberapa hal, antara lain: kegiatan anak dan bentuk layanan yang
diberikan guru (kegiatan guru), jenis atau bentuk penugasan yang dikerjakan
siswa, interaksi antar siswa dan interaksi antara siswa dengan guru, sumber
belajar yang digunakan, dan lain sebagainya.
b. Fasilitator, ketika membantu diskusi dalam kelompok-kelompok, dapat
memberikan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk mengarahkan diskusi yang
kurang lancar. Pertanyaan tidak perlu diberikan semua. Contoh–contoh
pertanyaan pengarah tersebut adalah sebagai berikut:
1) Apa sajakah kegiatan yang dilakukan siswa? Apakah siswa hanya
mendengarkan guru? Apakah siswa hanya mencatat tulisan di papan tulis pada
buku catatan mereka? Apakah siswa hanya membaca dan menjawab
pertanyaan di buku paket? Kegiatan apa sajakah yang mereka lakukan? dll.
2) Apa yang dilakukan guru? Apakah guru hanya berceramah? Apakah guru duduk
di kursinya menunggu siswa selesai mengerjakan tugas? Apakah guru menulis di papan tulis? Apakah guru masuk ke dalam kelompok-kelompok dan
memberikan umpan balik? dll.
3) Bagaimanakah interaksi/hubungan yang terjadi antar siswa? Apakah ada kerja
7 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
sama antar siswa? Apakah mereka saling bertanya jawab? Apakah mereka saling bertukar pendapat? Apakah mereka hanya berhubungan dengan satu
orang? dll.
4) Bagaimanakah interaksi antara siswa dengan guru? Apakah siswa mendapat
kesempatan memberikan pendapat dan guru mendengarkannya? Apakah guru
selalu berbicara pada seluruh kelas? Apakah guru berkomunikasi dengan siswa
secara individual? Apakah guru berkomunikasi dengan kelompok? dll.
5) Bagaimana bentuk tugas yang dikerjakan siswa? Apakah guru meminta siswa
menjawab pertanyaan yang hanya memiliki 1 jawaban benar? Apakah siswa
melakukan percobaan? Apakah siswa diberi kesempatan untuk menemukan
jawaban sendiri? Apakah pertanyaan/tugas guru membuat siswa berpikir aktif?
dll.
6) Sumber belajar apa yang digunakan? Apakah guru menggunakan sumber-
sumber belajar selain buku paket, seperti buku bacaan, koran, nara sumber
(misalnya, petani, bekas pejuang revolusi, siswa, dll), sawah, kebun, dll? Apakah
sumber belajar mudah diperoleh?
7) Adakah hal lain lagi yang berbeda dengan kebiasaan pembelajaran yang sehari -
hari kita lakukan?
Hasil diskusi dituliskan di kertas plano yang kemudian disalingtukarkan untuk
diberi komentar oleh kelompok lain.
4. Berbagi Pendapat dan Diskusi Kelompok tentang Unsur-unsur
PAKEM (40 menit)
Fasilitator menginformasikan topik diskusi selanjutnya. Tiap kelompok diberi
nama sesuai dengan kata-kata dalam singkatan PAKEM, yaitu AKTIF, KREATIF,
EFEKTIF dan MENYENANGKAN. Jika jumlah kelompok banyak, nama tersebut
bisa diulang dengan ditambah penomoran, misalnya: AKTIF 1, AKTIF 2, KREATIF
1, KREATIF 2, dst.
Tiap kelompok kemudian mendiskusikan satu unsur PAKEM dari pemodelan tadi
yang sesuai dengan nama kelompoknya selama 15 menit. Kelompok Aktif, misalnya,
mendiskusikan proses pembelajaran yang mencerminkan masing-masing aspek dari
PAKEM sesuai dengan nama kelompoknya (tayangkan 2 contoh proses pembelajaran
untuk masing-masing2 aspek PAKEM).
Setelah 15 menit, fasilitator menayangkan tayangan yang memuat tabel lengkap
tentang proses pembelajaran. Fasilitator menanggapi pertanyaan klarifikasi jika ada.
Kemudian, fasilitator meminta tiap kelompok untuk mencari contoh kegiatan untuk
masing-masing proses dalam tayangan (20 menit).
8
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
5. Kunjung Karya/Berbagi Hasil Diskusi (40 menit)
a. Salah seorang dari setiap kelompok mengunjungi kelompok lain dan mem
aparkan hasil kerja kelompoknya. Anggota kelompok yang dikunjungi boleh
bertanya dan menyampaikan pendapatnya.
b. Kegiatan ini dapat dilakukan untuk kunjungan ke dua atau tiga kelompok.
Anggota kelompok yang menjadi ‘duta’ boleh dilakukan bergantiandengan
anggota yang lain.
Fasilitator mengamati dengan seksama proses diskusi kelompok supaya bisa
memberikan masukan. Setelah mengerjakan tugas tersebut, kelompok kemudian
diminta menjawab pertanyaan: Bila kegiatan-kegiatan tersebut terjadi dalam
pembelajaran, kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) apa sajakah yang
berkembang pada diri siswa? (Tayangkan tayang Kurikulum 2013).
6. Penguatan tentang PAKEM (20 menit)
Fasilitator menayangkan pernyataan-pernyataan “Apa yang saya dengar ….” dan
diagram “Tingkat Keterlibatan Siswa …” (Lihat slide – Diagram Segitiga) dan
memberikan penjelasan, misal untuk tayangan pernyataan dan diagram dijelaskan
bahwa “Semakin siswa terlibat dalam belajar, semakin mereka menguasai materi
9 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
pelajaran”.
Untuk diagram dapat diberikan penjelasan tambahan (jika perlu), misal, “Bila kita
membuat rencana pembelajaran, kita berpikir dari arah bawah diagram tersebut,
yaitu dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri – Kegiatan nyata apa
sajakah yang harus dialami siswa untuk menguasai kemampuan dalam materi yang akan dipelajari siswa?” dan BUKAN berpikir dari arah atas diagram, yaitu “Apa
yang harus didengarkan siswa?”
10
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
APA ITU PAKEM?
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif berpikir, bertanya,
mempertanyakan, mengemukakan gagasan, bereksperimen, mempraktikkan konsep
yang dipelajari, dan berkreasi. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si
pembelajar dalam membangun pengetahuannya; bukan proses pasif yang hanya
menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir aktif, maka pembelajaran
tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Suatu konsep (misalnya demokrasi, kerjasama, fotosintesa, penjumlahan, dan
kebersihan) yang dijelaskan melalui ceramah sebenarnya sangat sulit dipahami siswa
karena konsep tersebut disampaikan secara abstrak. Hal yang abstrak sulit dipahami
karena tingkat berfikir anak-anak yang cenderung kongkrit atau mencari bentuk
nyata. Jika dalam mengajar guru menggunakan media seperti gambar, film,
peragaan, dan sebagainya maka konsep yang dipelajari menjadi lebih kongkrit (nyata)
dan lebih mudah dipahami anak.
Namun, yang paling bisa membuat konsep menjadi kongkrit adalah ketika anak terlibat
dalam pengalaman langsung dan aktif menemukan sendiri dari pengalaman tersebut
suatu konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. Misalnya, anak-anak menemukan
sendiri makna dari penjumlahan setelah mereka terlibat dalam kegiatan jumlah
menjumlah menggunakan benda nyata (kacang merah, batu-batuan, penjepit kertas
misalnya). Contoh lain, siswa memahami konsep demokrasi setelah mereka terlibat
aktif dalam penerapan prinsip-prinsip demokrasi dan musyawarah dalam kegiatan
pemilihan ketua kelas yang dirancang serius oleh guru. Pengalaman nyata dan proses
penerapan tersebut memberikan cara bagi mereka untuk membangun pemahaman
sendiri secara aktif tentang konsep penjumlahan dan demokrasi.
Di bawah ini adalah bagan dari Edgar Dale (1946) yang menunjukkan macam media atau
kegiatan yang bisa dipakai untuk mengajarkan suatu konsep dan hubungannya dengan
tingkat kekongkritan konsep yang bisa tersampaikan. Pembelajaran yang bergantung
hanya pada verbal saja (ceramah, membaca) mengandung tingkat keabstrakan paling
tinggi, sedangkan pengalaman langsung yang membuat siswa aktif menemukan dan
menerapkan suatu konsep memiliki tingkat kekongkritan yang paling tinggi.
11 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Pesan dari bagan Edgar Dale tersebut diperkuat oleh kata-kata Confucius, orang
bijak dari Timur, sebagai berikut:
a. Yang saya dengar, saya lupa
b. Yang saya lihat, saya ingat
c. Yang saya kerjakan, saya pahami
Melv in L. Silberman penulis “101 Cara Belajar Aktif” mendukung juga keaktifan siswa
untuk memberikan hasil belajar yang maksimal dengan mengatakan:
d. Yang saya dengar, saya lupa
e. Yang saya dengar dan lihat, saya ingat
f. Yang saya dengar, lihat, tanyakan, atau diskusikan, saya mulai pahami
g. Yang saya dengar, lihat, dan diskusikan, serta lakukan, saya memperoleh pengetahuan
dan keterampilan
h. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang
kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
12
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa yang bisa mengoptimalkan
potensi diri siswa. Karena dalam PAKEM siswa banyak bekerja dan berbuat maka
terdapat banyak kesempatan bagi siswa untuk menghasilkan produk belajar. Produk
itu bisa berupa karya seni, jalan keluar terhadap suatu permasalahan, grafik, diagram,
tabel, puisi, karangan, pantun, lagu, tarian, model tiga dimensi, dan lain - lain. Dengan
demikian, daya imajinasi dan daya cipta/kreasi siswa bisa berkembang dengan
optimal.
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang jauh dari rasa bosan dan takut
sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran
sehingga waktu curah perhatiannya pada pembelajaran tinggi. Menurut hasil penelitian,
tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif
dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif. Proses
pembelajaran yang efektif menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran
yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak
efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
i. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
j. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat belajar siswa dan membantu siswa membangun pengetahuan dan
pemahaman. Cara-cara tersebut diantaranya adalah menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok
bagi siswa.
k. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.
l. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
m. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.
n. Peran guru lebih sebagai fasilitator daripada penceramah, artinya guru mendesain
kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selama kegiatan
pembelajaran, guru tidak lagi hanya berdiri di depan kelas tetapi berkeliling memantau
kegiatan siswa dan membantu siswa dalam proses belajar.
13 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
APA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN
PAKEM?
1. Memahami sifat dasar anak
Pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu dan suka berimajinasi. Anak desa,
anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan
Indonesia — selama mereka normal — terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua
sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis
dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita
olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut.
Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil
karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang
mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran
yang subur bagi rasa ingin tahu dan imajinasi tersebut.
2. Mengenal perbedaan setiap anak
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif dan
Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin
dalam kegiatan pembelajaran. Karena itu semua anak dalam kelas tidak harus
selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan bisa berbeda sesuai dengan
kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat
dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan
mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya ketika dia mendapat
kesulitan sehingga anak tersebut bisa belajar secara optimal
3. Memahami anak sebagai makhluk sosial
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami cenderung melibatkan anak lain
dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar.
Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan
atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas
dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan
mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu
juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah sehingga pada
dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Keterampilan pemecahan
14
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk
menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah.
Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan
imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru
adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering mungkin memberikan
tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan
kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-
kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban yang betul hanya
satu).
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang
menyenangkan
Ruang kelas yang menyenangkan merupakan unsur tak terpisahkan dari PAKEM.
Dalam kelas yang menerapkan PAKEM, anak-anak banyak belajar melalui bekerja
dan berbuat sehingga banyak menghasilkan produk. Hasil pekerjaan siswa
tersebut sebaiknya dipajangkan untuk membuat kelas menjadi hidup dan menarik.
Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan bisa memotivasi siswa untuk bekerja
lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat
berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat
berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya.
Guru perlu memastikan bahwa setiap siswa mempunyai karyanya yang
dipajangkan. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan
ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan
rujukan ketika membahas suatu masalah.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya
untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi
juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan
menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan
dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan
lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati
(dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis
(membuat dugaan), mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat
gambar/diagram.
15 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian
umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara
guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada
kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara
santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi
tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan
siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru yang berkaitan
dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada
hanya sekedar angka (nilai).
8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk
bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta
siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya
dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan
tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya
perasaan tidak takut. Banyak siswa merasa takut ditertawakan, takut
disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya
menciptakan suasana kelas di mana guru tidak marah kepada siswa dan siswa
tidak menertawakan siswa lain jika mereka memberi jawaban yang tidak benar.
Siswa harus didorong untuk mencoba, dan berbuat kesalahan adalah bagian
penting dari belajar. Guru juga tidak menyepelekan siswa. Pada dasarnya guru
harus berusaha menghilangkan penyebab rasa takut, baik yang datang dari guru
itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat
bertentangan dengan PAKEM.
Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?
Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pada saat yang sama, gambaran tersebut
menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan
tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh KBM dan kegiatan guru.
16
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Kegiatan Guru Kegiatan Belajar Mengajar
1. Guru merancang dan mengelola KBM
yang mendorong siswa untuk
berperan dan berpikir aktif dalam
pembelajaran.
Guru melaksanakan berbagai KBM seperti:
• Percobaan
• Diskusi kelompok
• Memecahkan masalah
• Mencari informasi
• Menulis laporan/cerita/puisi
• Berkunjung keluar kelas
• Bermain peran
2. Guru menggunakan alat bantu dan
sumber belajar yang beragam.
Sesuai mata pelajaran, guru dapat menggunakan:
• Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
• Gambar
• Studi kasus
• Narasumber
• Lingkungan
3. Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan
keterampilan.
Siswa:
• Melakukan percobaan, pengamatan, atau
wawancara
• Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya
sendiri
• Menarik kesimpulan
• Memecahkan masalah atau mencari rumus sendiri
• Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata
sendiri
4. Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau
tulisan.
Melalui:
• Diskusi
• Lebih banyak pertanyaan terbuka
• Hasil karya yang merupakan pemikiran anak
sendiri
5. Guru menyesuaikan bahan dan
kegiatan belajar dengan kemampuan
siswa.
• Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan
(untuk kegiatan tertentu)
• Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan
kelompok tersebut
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
6. Guru mengaitkan KBM dengan
pengalaman siswa sehari-hari.
• Siswa menceritakan atau memanfaatkan
pengalamannya sendiri
• Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam
kegiatan sehari-hari
7. Guru menilai KBM dan kemajuan
belajar siswa secara terus menerus.
• Guru memantau kerja siswa
• Guru memberikan umpan balik
17 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
PERAN KOMITE SEKOLAH, ORANGTUA, DAN MASYARAKAT
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 044/
U/2002 Komite Sekolah berperan sebagai:
1. Pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di
satuan pendidikan.
2. Pendukung (baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga) dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3. Pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran
pendidikan di satuan pendidikan.
4. Mediator antara sekolah dengan pemerintah dan masyarakat di satuan pendidikan.
Peran tersebut selanjutnya diwujudkan dalam bentuk fungsi nyata dalam penyelenggaraan
persekolahan terutama dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Fungsi nyata Komite
Sekolah dalam pengembangan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Membantu sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (sesuai
dengan UU Sisdiknas No. 20/2003 Pasal 36 Ayat 2).
2. Mendorong tumbuhnya perhatian dan dukungan masyarakat terhadap penyeleng-
garaan pembelajaran yang bermutu.
3. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/ dunia
industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran yang
bermutu.
4. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna
mendukung peningkatan mutu pembelajaran.
5. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pembelajaran
yang bermutu.
6. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan,
dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Dukungan bagi pelaksanaan PAKEM tidak hanya datang dari Komite Sekolah saja tetapi
juga dari masyarakat dan orangtua siswa. Pasal 9 UU Sisdiknas No. 20/2003 menyatakan
bahwa masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan. Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan bantuan dana,
pembuatan gedung, ruang kelas, pagar, dan sebagainya. Masyarakat juga sebetulnya dapat
terlibat dalam bidang Teknis Edukatif, seperti dalam proses belajar mengajar,
menyediakan diri menjadi tenaga pengajar, membicarakan pelaksanaan kurikulum,
memantau kemajuan belajar, dan sebagainya.
18
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Orangtua juga harus berperan serta dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan
PAKEM orangtua dapat berperan:
1. Menjadi mitra anak dalam belajar di rumah.
2. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan PAKEM.
3. Menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi pengembangan kreativitas anak,
misalnya dengan banyak memberikan pertanyaan, mengecek hasil karya anak, dan
mendorong kreativitas anak.
19 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
F. LEMBAR KERJA
Format 1.1: Pengamatan Pemodelan PAKEM
Komponen pembelajaran
Hal baru yang berbeda dengan
kebiasaan pembelajaran selama ini
1. Kegiatan siswa
a. ………..
b. ………..
2. Kegiatan guru
a. ………..
b. ………..
3. Interaksi antar siswa
a. ………..
b. ………..
4. Interaksi siswa dengan guru
a. ………..
b. ………..
5. Bentuk tugas yang dikerjakan siswa
a. ………..
b. ………..
6. Sumber belajar yang digunakan
a. ………..
b. ………..
7. Pemberian kesempatan yang sama
antara siswa laki-laki dan
perempuan.
a. ………..
b. ………..
8. Bentuk motivasi yang diberikan guru
kepada siswa
a. ………..
b. ……......
9. Aspek karakter yang dikembangkan
(kemandirian, disiplin, tanggung
jawab, kerjasama, keberanian)
a. …….......
b. ……......
10. Lainnya
20
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Lembaran: Contoh Proses Pembelajaran PAKEM
Aspek PAKEM Contoh Proses Pembelajaran
Aktif • melakukan diskusi
• membuat pernyataan
• melakukan simulasi (bermain peran)
• mengukur
• melakukan pengamatan
Kreatif • mendesain model sendiri
• menghasilkan karya yang berbeda
• menyelasaikan masalah
• membuat pertanyaan
Efektif • kegiatan pembelajaran ditujukan untuk mencapai tujuan pembelajaran
• pemilihan media, strategi, pengelolaan kelas dan sumber
sesuai dengan kebutuhan siswa dan atau tujuan
pembelajaran
• siswa mempunyai kesempatan untuk menunjukkan
pemahaman
Menyenangkan • menyelesaikan tugas dalam kelompok
• mengunakan permainan untuk pemahman dan penguatan
konsep
• melakukan kegiatan bermakna bagi siswa
• menggunakna lingkungan sebagai sumber belajar
21 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
22
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
23 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
24
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
25 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
26
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
27 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
28
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 2
MENCIPTAKAN LINGKUNGAN
BELAJAR YANG EFEKTIF
31 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2
UNIT 2
MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR
YANG EFEKTIF Waktu: 2 Jam
A. PENGANTAR
Lingkungan belajar sangat berperan dalam
menciptakan suasana belajar yang menyenang-
kan. Lingkungan tersebut dapat meningkatkan
keaktifan dan efektivitas belajar anak. Itulah
sebabnya, lingkungan belajar perlu ditata.
Menata lingkungan belajar di kelas erat
kaitannya dengan keadaan fisik kelas (suhu,
cahaya, kebersihan, sirkulasi udara, pengaturan
ruangan, dsb), pengelolaan dan pemanfaatan
sumber belajar, sudut baca/perpustakaan kelas.
Pada kegiatan ini, pembahasan akan dipusatkan pada masalah pemanfaatan berbagai
sumber belajar termasuk sudut baca, pengelolaan siswa, pengelolaan perabot kelas
dan pemajangan hasil karya anak.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu:
1. memanfaatkan beragam sumber belajar yang tersedia di dalam dan sekitar sekolah
serta sudut baca
2. menyusun alternatif pengaturan tempat duduk siswa disertai dengan alasannya
(pertimbangan kekuatan dan kelemahannya)
3. mengidentifikasi berbagai jenis kegiatan yang dapat dilakukan pada setiap jenis
pengelolaan siswa beserta kelebihan dan kelemahannya
4. membuat pajangan karya siswa yang baik dan mengidentifikasi pemanfaatannya
sebagai sumber belajar
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan unit
2. Fotokopi tayangan 6-9
3. Lembar Kerja 2.1 - 2.5
4. ATK : Kertas HVS warna, kertas plano, spidol, post it, lem, benang, dan gunting.
5. Hasil karya siswa
Lingkungan belajar yang menarik akan
membuat pembelajaran menarik.
32
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 2
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
D. LANGKAH KEGIATAN
1. Pengantar (10 menit)
Fasilitator mengajukan pertanyaan kepada setiap peserta: Apa yang membuat
lingkungan belajar efektif? dan menerima jawaban dari peserta. Fasilitator
menekankan jawaban peserta akan pentingnya lingkungan belajar yang dapat
menarik minat dan menunjang anak dalam pembelajaran. Aspek lingkungan
tersebut sangat beragam, tetapi dalam unit ini dibatasi pada empat hal, yaitu:
• Keragaman sumber belajar dan sudut baca serta pemanfaatannya
• Pengaturan tempat duduk siswa
• Pengelolaan siswa
• Pajangan karya siswa
Penguatan
5
3
5’
Pengantar
1
10’
Kelompok 1
Pembahasan berbagai
pemanfaatan sumber belajar
yang tersedia di dalam dan
sekitar sekolah serta sudut
baca
Kelompok 2
Pembahasan Penyusunan
Alternatif Pengaturan
Tempat Duduk Siswa dan
Alasannya
Diskusi Kelompok
sesuai Topik
2
Kelompok 3
Pembahasan Pengelolaan
Siswa dan Jenis Kegiatannya
Kunjung
Karya
4
3
Kelompok 4
Pembahasan Tentang
Pajangan
3
30’
30’
45’
33 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2
2. Diskusi Kelompok (30 menit)
Fasilitator membagi setiap meja menjadi dua kelompok (setiap kelompok terdiri
dari 4-5 orang).
Fasilitator menyiapkan 4 topik yang akan dibahas. Setiap topik dimasukkan ke
dalam amplop dengan diberi tanda warna berbeda, misalnya:
Topik 1 - merah
Topik 2 – putih
Topik 3 – hijau
Topik 4 – kuning
Setiap kelompok diberi satu topik untuk dibahas.
a. Topik 1: Sumber Belajar dan Sudut Baca 1) Apa saja yang biasa mereka pakai sebagai sumber belajar di kelas selama ini?
2) Apa pendapat mereka tentang sumber belajar yang dipakai pada kegiatan
pemodelan PAKEM?
3) Apakah mereka sudah memperhatikan kesehatan dan keselamatan
peserta didik saat memilih dan menggunakan sumber belajar tersebut?
(misal: jika menggunakan benda-benda tajam, hewan atau tumbuhan yang
membahayakan, kebersihan alat dan bahan, menghindari bahan-bahan yang
membahayakan) Mengapa hal tersebut penting untuk dilakukan?
4) Apakah ada sudut baca di kelas? Bagaimana pemanfaatannya?
b. Topik 2: Pengaturan Tempat Duduk Siswa
1) Bagaimana model pengaturan tempat duduk siswa yang selama ini lazim
dilakukan? Apakah hal itu efektif?
2) Hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan dalam merancang model
pengaturan tempat duduk?
3) Bagaimana model pengaturan tempat duduk yang dapat membuat interaksi
antar siswa dan guru berlangsung secara efektif?
4) Model pengaturan tempat duduk bagaimana yang dapat dipenuhi oleh
sekolah?
c. Topik 3: Pengelolaan Siswa
1) Apa saja bentuk pengelolaan siswa yang mereka lihat selama kegiatan
pemodelan PAKEM?
2) Mengapa guru (fasilitator) menggunakan beragam pengelolaan siswa?
3) Apakah guru (fasilitator) sudah memperhatikan kesetaraan gender? Dalam
bentuk apa? Apakah guru sudah memberikan kesempatan yang sama kepada
anak laki-laki dan perempuan?
34
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 2
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
4) Apakah guru sudah memperhatikan proses pembelajaran yang ramah
anak? Apa buktinya? Misal: tidak meremehkan, tidak terjadi saling
mengejek antar teman.
d. Topik 4: Pajangan Karya Siswa
1 ) Apa yang sebaiknya guru lakukan dengan karya siswa?
2 ) Apa tujuan memajangkan hasil karya siswa?
3 ) Karya siswa apa saja yang bisa dipajangkan?
4 ) Apa yang harus diperhatikan dalam memajangkan karya siswa?
Fasilitator harus memastikan bahwa semua peserta terlibat secara aktif
dalam diskusi kelompok. Hasil diskusi kelompok ditulis pada kertas plano.
Fasilitator meminta beberapa kelompok peserta untuk menyampaikan hasil
diskusinya dan meminta kelompok lain untuk menambahkan hal-hal yang
dianggap perlu. Selanjutnya, fasilitator memberi penegasan/penguatan
(usahakan keempat topik diplenokan).
3. Kegiatan Aplikasi (30 menit)
Fasilitator kembali meminta peserta bekerja dalam kelompok mereka masing-
masing untuk mengaplikasikan/mendesain lingkungan belajar yang efektif.
a. Kelompok Sumber Belajar dan Sudut Baca
Peserta dalam kelompok ini mengerjakan Lembar Kerja 2.1 dan 2.2.
Secara kelompok peserta mengidentifikasi sumber belajar yang dapat ditemukan di dalam dan luar kelas.
Peserta secara berpasangan (sesuai mapel) mengidentifikasi cara
memanfaatkan sumber belajar tersebut di dalam mapelnya. Diskusi kelompok
juga terkait dengan sudut baca (LK 2.2)
Hasil diskusi setiap pasangan didiskusikan kembali dalam kelompok. Hasil
akhir ditulis pada kertas plano.
b. Kelompok Pengaturan Tempat Duduk Siswa
Peserta dalam kelompok ini mengerjakan lembar kerja 2.3. Peserta
mendiskusikan desain susunan tempat duduk yang ideal dengan memikirkan
alasan-alasannya terlebih dahulu.
Selanjutnya, mereka menggunting kertas berwarna untuk digunakan sebagai perabot yang menggambarkan kondisi kelas.
Setelah yakin dengan desain idealnya, barulah para peserta dapat
menempelkan kertas berwarna tersebut di atas kertas patron kelas yang
diberikan. Jumlah desain yang dibuat minimal 4 model.
35 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2
Keempat model itu ditempel di kertas plano. Mereka harus menuliskan keterangan untuk setiap bentuk yang digunakan, misalnya: persegi merah
mewakili meja siswa, dst. Kelompok juga harus menyebutkan alasan
(kelebihan dan kelemahan) untuk setiap desain susunan tempat duduk.
c. Kelompok Pengelolaan Siswa
Peserta dalam kelompok ini bekerja menggunakan lembar kerja 2.4.
Peserta mengerjakan secara berpasangan terlebih dahulu jenis-jenis kegiatan
yang dapat dilakukan pada setiap jenis pengelolaan siswa beserta kelebihan
dan kelemahannya masing-masing.
Hasil diskusi setiap pasangan didiskusikan kembali dalam kelompok danhasil
akhirnya ditulis pada kertas plano.
d. Kelompok Pajangan Karya Siswa ‘
Peserta dalam kelompok ini bekerja menggunakan lembar kerja 2.5.
Dengan menggunakan karya siswa yang telah disiapkan, kelompok ini mengidentifikasi karya yang dapat dan yang tidak dapat dipajang disertai
alasan, apa yang harus diperhatikan dalam memajangkan karya siswa (lihat
panduan memajangkan karya siswa) serta membuat pajangan dinding maupun
pajangan meja.
e. Kunjung Karya (45 menit)
i. Kunjungan Tahap I (20 menit)
Fasilitator meminta peserta meletakkan karya kelompoknya di atas meja
kelompok mereka masing-masing (kecuali kelompok pajangan karya siswa
yang melekatkan karya siswa di dinding atau meja pajangan)
Fasilitator meminta separuh peserta dalam setiap kelompok berdiri, sedangkan separuh yang lainnya tetap duduk.
Peserta yang duduk diminta tetap tinggal di kelompoknya untuk
memberi/menerima komentar/tanggapan terkait dengan karya kelompok
mereka, sedangkan peserta yang berdiri diminta berkunjung atau
berkeliling searah jarum jam ke kelompok topik lain dalam kelompok
besar yang sama (mis. sesama kelompok merah, dll), untuk melihat,
bertanya serta memberikan komentar tentang hasil kerja rekannya.
Baik peserta yang tinggal maupun yang berkeliling harus menyiapkan kertas catatan (post it). Peserta yang menjaga karya mencatat
saran/masukan yang bermakna dari kelompok pengunjung, sedangkan
peserta pengunjung mencatat hal yang menarik dan bermakna dari
kelompok yang dikunjungi.
Fasilitator memberi aba-aba kapan para anggota kelompok mulai
berkeliling dan kapan selesai melihat hasil karya dari kelompok satu ke
kelompok lainnya (misalnya dengan meniup peluit) (usahakan setiap kunjungan 5 menit)
Setiap peserta kembali ke kelompoknya masing-masing.
36
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 2
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
ii. Kunjungan Tahap II (25 menit)
Fasilitator meminta peserta yang telah berkunjung tetap dikelompoknya
untuk memberi/menerima komentar/tanggapan terkait dengan karya
kelompok mereka, sedangkan peserta yang tadinya berjaga di kelompok
melakukan kunjungan ke kelompok warna yang lain.
Kunjungan kelompok warna dilakukan searah jarum jam (setiap kelompok warna hanya berkunjung ke satu kelompok warna yang lain). Dalam
kelompok warna yang dikunjungi, setiap kelompok berkeliling di setiap
kelompok topik.
Fasilitator tetap memberi aba-aba kapan para anggota kelompok mulai
berkeliling dan kapan selesai melihat hasil karya suatu kelompok.
Setiap peserta kembali ke kelompoknya masing-masing untuk
mendiskusikan masukan atau temuan yang diperoleh.
Sebagai penguatan fasilitator membagikan bahan bacaan tambahan.
f. Kegiatan Akhir: Penguatan (5 menit)
Di akhir sesi, fasilitator menyampaikan bahwa lingkungan belajar yang efektif
bukan hanya terletak pada fisik kelas saja, namun juga terletak pada pengelolaan
kegiatan pembelajaran.
37 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2
E. BAHAN BACAAN 1 UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Lingkungan belajar di sekolah dan kelas terdiri atas lingkungan fisik dan non fisik yang
dapat mempengaruhi pembelajaran. Pembelajaran dapat ditingkatkan dan didukung jika
lingkungannya dikelola secara efektif. Pertimbangan penting dalam mengelola lingkungan
fisik pembelajaran dan menciptakan lingkungan belajar yang efektif adalah fleksibilitas
dan kemudahan akses.
Dari segi fleksibilitas, meja, kursi, dan perabot lain hendaknya diatur secara luwes
sesuai dengan kegiatan belajar yang dipilih. Misalnya, ketika kegiatan belajar memakai
kerja kelompok maka meja dan kursi perlu diatur sedemikian rupa sehingga guru
maupun siswa dapat bergerak dalam ruangan dengan aman dan efisien, tanpa terhalang
oleh kursi dan meja. Tikar dapat digunakan untuk kegiatan permainan.
Dari segi kemudahan akses, berbagai sumber daya pembelajaran yang praktis (misalnya
buku-buku, peta, bola dunia, alat peraga IPA dan matematika, dan lain-lain) hendaknya
disimpan dengan baik dan tersedia serta mudah diakses oleh guru dan siswa.
Sumber daya pembelajaran lain yang berupa tulisan/gambar atau pajangan hasil kerja anak
yang merupakan lingkungan belajar visual juga perlu diatur. Pajangan hasil karya anak
dapat menjadi contoh yang baik bagi anak lainnya dan dapat mendorong anak untuk
belajar. Perlu diingat bahwa pemajangan terutama ditujukan pada anak supaya anak bisa
mendapatkan manfaat. Karena itu tingkat keterbacaan pajangan harus dilihat dari sudut
pandang anak (misalnya apakah posisi pajangan tidak terlalu tinggi untuk anak-anak).
Label-label di jendela, kursi dan benda lainnya di ruang kelas membantu menambah kosa
kata dari benda yang dapat dilihat anak. Label dapat ditulis dalam bahasa Indonesia,
bahasa daerah, atau bahasa asing yang dipelajari untuk membantu anak beradaptasi
dengan lingkungan belajarnya yang baru.
Gambar dan poster dapat menuntun dan mendukung berbagai kegiatan pembelajaran.
Gambar atau poster dapat berisi petunjuk melaksanakan tugas, demonstrasi tentang
prosedur, contoh-contoh yang ditawarkan atau pesan yang mengingatkan anak untuk
menjadi pelajar yang efektif.
Selain lingkungan fisik seperti di atas, lingkungan belajar juga berupa lingkungan non fisik,
yang terwujud dalam interaksi dan hubungan dikelas dan sekolah.
38
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 2
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Interaksi dan Hubungan
Mutu interaksi dan hubungan antara guru dan siswa ikut berperan dalam menciptakan
kondisi belajar yang efektif. Guna mendukung kondisi belajar yang efektif, interaksi dan
hubungan yang ada haruslah bersifat:
• Jelas dan singkat
• Positif dan suportif
• Adil dan tidak bias/ timpang
Instruksi atau peragaan yang diberikan oleh guru harus jelas dan ringkas. Ini berarti
berbicara dengan suara yang jelas, menggunakan bahasa yang dapat dipahami anak, dan
menyesuaikan dengan lamanya daya konsentrasi anak.
Interaksi dan hubungan yang bersifat positif dan suportif akan mengarahkan anak pada
perilaku yang lebih baik, meningkatkan rasa percaya dirinya, serta menunjang
peningkatan prestasinya. Penggunaan ancaman, kata-kata yang merendahkan, atau tindak
kekerasan terhadap anak adalah pelanggaran terhadap hak anak dan merupakan tindak
kriminal menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Guru juga harus bertindak adil dan tidak bias, memperlakukan semua anak dengan sama,
tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, kemampuan, latar belakang keluarga maupun
agama.
Selain berinteraksi dengan cara yang baik dengan siswa, guru perlu menciptakan interaksi
dan hubungan antar anak yang sehat karena interaksi dan hubungan antar anak juga
membantu menciptakan kondisi belajar yang efektif.
Anak-anak akan meniru perilaku gurunya. Jika guru memperlakukan anak dengan hormat
dan tanpa kekerasan, anak-anak juga akan memperlakukan satu sama lainnya dengan cara
yang sama.
Melalui kegiatan kelompok, anak belajar untuk menghormati pendapat setiap orang,
menunggu giliran dan menolong satu sama lain.
39 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2
Cara Mengelola Siswa Klasikal
Strategi ini biasanya dipakai pada saat guru ingin semua siswa mendapatkan informasi
yang sama, misalnya: pada saat awal pelajaran ketika siswa dan guru bersama– sama
berdiskusi atau guru menjelaskan apa yang akan dilakukan sebelum kegiatan inti dimulai
atau waktu menutup pelajaran dengan membimbing siswa mengingat apa saja yang telah
mereka pelajari.
Kegiatan Kelompok
Kegiatan ini sangat baik dipakai pada saat guru ingin:
• siswa saling belajar dari temannya
• membangun kemampuan berkomunikasi
• membangun keterampilan bersosialisasi
• membangun sikap inklusif (menghargai perbedaan di antara sesama teman)
• membangun keterampilan bekerja dalam tim
• membangun keterampilan kepemimpinan
Kegiatan Individu
Strategi ini dapat digunakan pada saat guru ingin melihat potensi atau masalah belajar
setiap siswa dalam belajar. Kegiatan ini dapat pula dipakai untuk menghasilkan tugas–
tugas yang diperlukan untuk pelajaran tertentu, misalnya mengarang, membuat refleksi,
menceritakan kembali, membuat soal cerita (matematika), melakukan penelitian, dan
lain-lain.
40
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 2
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
BAHAN BACAAN 2 UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
Contoh Jawaban Lembar Kerja 2.1 tentang Sumber Belajar
Sumber Belajar Mata Pelajaran Kegiatan
Pohon Mangga IPA Mengamati, menggambar,
mendeskripsikan fungsi bagian-bagian
pohon
Matematika Menggunakan batang pohon mangga
untuk mengidentifikasi jenis-jenis
sudut
Bahasa Indonesia Mengamati dan mendeskripsikan
pohon mangga, dsb.
Pedagang
(Narasumber)
Bahasa Indonesia
IPS
Menyusun daftar pertanyaan,
melakukan dan melaporkan hasil
wawancara
Wawancara tentang profesi pedagang
Batu-batuan IPA
Bahasa Indonesia
IPS
Meneliti bentuk batuan untuk
mengetahui dampak erosi
Mengamati bentuk batuan untuk
mendapatkan ide dalam menulis teks
deskripsi
Mengamati jenis-jenis batuan untuk
menentukan asal batu
Sepeda Matematika
IPS
Bahasa Indonesia
Mengidentifikasi bangun datar dan
bangun ruang
Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan
yang berhubungan dengan sepeda
Mengamati sepeda dan belajar
menggunakan bahasa persuasif dengan
bermain peran mengiklankan sepeda
secara lisan
Dll. ...... ......
41 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2
Contoh Jawaban Lembar Kerja 2.2 tentang Sudut Baca/Perpustakaan Kelas
Sudut Baca Penjelasan Rencana
1. Lokasi
Sudut baca diletakkan di pojok sebelah
kanan kelas, mudah dijangkau siswa.
g. Alat dan bahan yang diperlukan
Buku bacaan sesuai usia dan minat siswa,
karya tulis siswa, rak atau meja dengan
ukuran disesuaikan dengan jangkauan anak.
h. Buku-buku yang akan disediakan
Buku cerita sebanyak jumlah siswa, buku
sumber belajar, majalah yang disesuaikan
dengan usia dan minat siswa.
i. Pihak yang mengadakan perabot serta
mekanisme pengadaan
Wali murid, Komite Sekolah, guru kelas,
Kepala Sekolah.
j. Pemanfaatan dalam pembelajaran
Siswa mencari informasi dari buku sumber
yang ada di sudt baca, guru mengajak siswa
untuk memilih buku cerita yang akan
dibacakan oleh guru.
k. Pengembangan dan pemanfaatan yang
berkelanjutan
Pemanfaatan buku cerita dalam kegiatan
membaca rutin (setiap pagi atau setelah
istirahat)
42
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 2
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Contoh Jawaban Lembar Kerja 2.3 tentang Pengelolaan Siswa
Jenis Pengelolaan Jenis Kegiatan
Klasikal
Apersepsi (awal) pembelajaran, mendengarkan instruksi guru
Diskusi kelas secara pleno
Pelaporan hasil kerja anak, siswa seluruh kelas mendengarkan
Manarik simpulan pada akhir pembelajaran
Mendengarkan penjelasan guru
Menonton tayangan video
Kelompok
Diskusi dan pemecahan masalah
Melakukan percobaan
Mengamati sesuatu, mendiskusikan, dan mencatat hasil pengamatan
Mengumpulkan, mendiskusikan, dan mengelola
data/benda
Membuat model
Perorangan
Menulis laporan
Mengerjakan soal latihan
Baca dalam hati
Mengarang
43 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2
Contoh Jawaban Lembar Kerja tentang Pajangan Karya Siswa
1. Mengapa di kelas yang menerapkan PAKEM biasanya dijumpai pajangan?
Dengan desain PAKEM, siswa menghasilkan karya individu yang berbeda dari tugas yang
diberikan oleh guru. Hasil siswa yang bervariasi dan kreatif inilah yang kiranya pantas
dipajang. Sering juga kita jumpai hasil karya yang ditulis dengan kata-kata sendiri,
Dengan demikian, pajangan hasil pembelajaran siswa yang seperti ini merupakan salah
satu indikator penerapan PAKEM yang benar.
2. Apa manfaat pajangan?
• Membuat kelas lebih menarik
• Anak mudah mendapat gagasan dari apa yang dipajangkan
• Yang dipajangkan adalah contoh yang baik untuk diikuti atau ditiru oleh anak
lainnya
• Pajangan memotivasi anak yang pekerjaannya dipajangkan dan juga memotivasi
anak yang lain untuk mengerjakan hal yang sama.
3. Apa saja yang harus dipajang?
• Tulisan anak seperti cerita, karangan, puisi, laporan, buku yang dibuat oleh anak,
model, grafik, gambar, dan hasil kerajinan atau kesenian
• Hasil pembelajaran anak yang menunjukkan ada unsur kreativitas dan menarik
untuk dilihat dan dibaca sebaiknya dipajangkan
• Contoh-contoh hasil kerja anak yang baik untuk dipajangkan
• Hasil kerja anak yang lambat perlu dipajangkan untuk memotivasi mereka
Selain itu, apa saja yang bisa dipajang?
• Gambar, diagram, dan benda-benda yang relevan dengan kegiatan yang sedang dibahas di kelas
• Buku untuk anak yang harus dibaca dan dilihat
• Bahan, sumber belajar, dan peralatan yang sedang digunakan untuk kegiatan belajar
4. Apa yang seharusnya tidak dipajang?
• Latihan rutin
• Hasil kerja yang kurang benar atau tidak bagus untuk contoh, misalnya tidak rapih atau tidak dikerjakan dengan hati-hati
• Hasil kerja yang ada nilainya.
44
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 2
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
5. Bagaimana cara memajangkan hasil kerja anak?
• Mudah dibaca oleh anak (tidak terlalu tinggi)
• Pekerjaan setiap anak hendaknya dipajangkan satu persatu dengan demikian dapat
dibaca dengan mudah. Pajangan sebaiknya tidak bercampur dengan yang lain atau
dalam satu bendel.
• Yang dipajangkan hendaknya dalam keadaan bersih, rapih, dan menarik
• Benda yang dipajangkan dapat ditempel di dinding, digantung di langit-langit ruangan,
atau diatur di atas meja pamer
6. Kriteria apa yang digunakan untuk memajangkan hasil kerja anak?
• Apakah menarik bagi yang lain untuk dibaca?
• Apakah contoh yang baik?
• Apakah mengundang/menggoda orang untuk memperhatikannya?
• Apakah hasilkarya dapat memotivasi si anak?
• Apakah setiap anak punya kesempatan hasil karyanya dipajangkan?
7. Berapa lama/kali pajangan harus diganti?
• Kalau pajangan telah menjadi kotor
• Tidak sesuai dengan tema/topik pembelajaran
Catatan: Tempat pajangan tidak perlu dikhususkan (diberi label) untuk mata pelajaran
tertentu. Di bawah ini ada beberapa contoh pajangan , mungkin bisa sebagai inspirasi bagi
fasilitator atau guru yang akan menata pajangan peserta didik.
Hal – hal yang perlu diperhatikan yang berhubungan dengan pajangan
• Pajangan yang baik memiliki judul yang singkat, jelas dan menarik pembaca untuk melihat
lebih lanjut.
• Pajangan perlu secara rutin diperhatikan, misalnya guru segera membenahi pajangan
apabila ada salah satu karya siswa yang jatuh atau miring karena penguatnya (steples atau
paku payung) terlepas.
• Apabila papan pajangan sudah longgar, guru dan pihak sekolah segera memperbaikinya
karena akan sangat berbahaya apabila lepas.
• Pajangan perlu diganti sesuai dengan topik materi atau tema yang sedang dibahas.
• Kerapian pajangan sangat penting karena siswa akan melihat dan mencontohnya.
• Tinggi pajangan disesuaikan dengan siswa.
• Guru selalu menghormati karya siswa sehingga tidak sembarangan menggunting torehan
mereka.
45 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2
• Membaca buku, melakukan kunjungan ke sekolah lain akan membantu guru dalam
memperoleh ide dalam melakukan pemajangan.
• Pajangan yang digantung di atap harus disesuaikan dengan tinggi siswa. Terlalu pendek
pajangan akan memancing siswa untuk iseng menariknya atau mengganggu ruang gerak
mereka.
• Apabila harus menggantung karya siswa, maka penggantungan setiap karya siswa
dilakukan dengan rapi dan tidak menumpuk.
46
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 2
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
BEBERAPA CONTOH PAJANGAN
Siswa kelas 3 membuat kartu ucapan kasih sayang kepadaibu mereka. Hasil pekerjaan mereka dipajang dengan meletakkannya di atas meja. Karya sejenis ini memang lebih baik tidak ditempel. Buku cerita yang berkaitan dengan Ibu diletakkan diantara kartu-kartu.
Pertanyaan yang ditulis guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk berfikir lebih
lanjut dengan mencari jawaban sendiri.
Penempelan cukup rapi, karya siswa yang beragam bentuknya membuat pajangan terlihat menark. Judul
yang cukup besar di tengah memberi kesan ‘memadukan’ karya siswa di kiri kanan serta di atas dan
bawahnya.
47 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2
Siswa kelas 1 mendeskripsikan binatang pilihannya di atas gambar. Guru mengelompokkan hasil karya siswa dengan melingkarinya. Lingkaran dibuat dari Koran bekas yang diberi warna (pewarna makanan). Di setiap lingkaran ditulisi judul yang sesuai. ‘Dunia Binatang’ yang seharusnya merupakan judul besar sebaiknya diletakkan di atas lingkaran-lingkaran yang ada. Tulisan judul menggunakan huruf yang sesuai di kelas awal.
Guru menempelkan karya siswa berupa surat (kelas 6). Pertanyaan yang ditulis diharapkan dapat
menambah rasa ingin tahu siswa tentang jenis-jenis surat. Contoh surat resmi akan membantu
pemahaman anak setelah membaca pajangan ini.
48
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 2
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
F. Lembar Kerja 2.1: Pemanfaatan Sumber Belajar dan Sudut Baca
Pada umumnya sumber belajar saat ini terbatas pada guru dan buku paket. Padahal
banyak sumber belajar lain, baik di dalam maupun di luar kelas, misalnya: benda nyata,
poster, serta lingkungan alam dan sosial. Sebutkanlah berbagai sumber belajar dan
bagaimana memanfaatkannya untuk berbagai mata pelajaran pada lembar kerja yang
disediakan. Salah satu contoh telah diisi.
Di Dalam Kelas
Di Luar Kelas
Sumber belajar
Mata
Pelajaran
Kegiatan Sumber
Belajar
Mata
Pelajaran
Kegiatan
Pohon
Mangga
IPA
Mengamati,
menggambar, mendeskripsikan
fungsi bagian-
bagian pohon
mangga
Matematika
Mencari jenis-
jenis sudut pada
batang-batang
pohon mangga
Bahasa
Indonesia
Mengamati dan
mendeskripsikan
pohon mangga
dsb.
dst dst
49 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2
Lembar kerja 2.2: Pembuatan atau Optimalisasi Sudut Baca/
Perpustakaan kelas
Sudut Baca Penjelasan Rencana
1. Lokasi
2. Alat dan bahan yang diperlukan
3. Buku-buku yang akan disediakan
4. Pihak yang mengadakan perabot sert
mekanisme pengadaan
5. Pemanfaatan dalam pembelajaran
6. Pengembangan dan pemanfaatan yang
berkelanjutan
Lain
50
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 2
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Lembar Kerja 2.3: Pengaturan Tempat Duduk Siswa
Pengaturan tempat duduk: Saat ini sebagian besar ruang kelas teratur secara klasikal.
Anak duduk berbaris dan lebih banyak mendengarkan guru. Dalam pelaksanaan PAKEM,
pengaturan tempat duduk siswa lebih bervariasi sehingga mereka lebih mudah berinteraksi
dengan guru maupun sesama siswa.
Susunlah desain alternatif pengaturan tempat duduk siswa yang menunjang pengelolaan
kegiatan siswa yang bervariasi (minimal 4 desain) disertai kekuatan dan kelemahannya.
Petunjuk: kelas diasumsikan 8x7 m, siswa 32 orang, meja 16, setiap meja untuk 2 anak
51 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2
Lembar Kerja 2.4 Pengelolaan Siswa
Pengelolaan Siswa: Pengelolaan atau pengaturan siswa yang sering dilakukan adalah
bentuk klasikal di mana semua siswa dalam satu kelas diperlakukan sebagai satu kelompok
besar dan diberi tugas yang sama semua dan komunikasi sering satu arah, yaitu dari guru
ke semua siswa (misalnya: ceramah). Dalam pembelajaran PAKEM, pegelolaan kegiatan
siswa lebih bervariasi, yaitu bisa menggunakan kerja kelompok, kerja perorangan,
berpasangan dan klasikal.
Identifikasi jenis-jenis kegiatan yang cocok dikerjakan dalam setiap jenis pengelolaan
tersebut (klasikal, kelompok, berpasangan, dan individual) disertai dengan analisis
kekuatan dan kelemahan.
Jenis Pengelolaan
Jenis kegiatan
Kekuatan
Kelemahan
Klasikal
Guru memandang siswa dalam satu
kelas sebagai satu kesatuan kelompok
besar. Karena itu, seluruh siswa
mengerjakan hal yang sama bersama-
sama dan perhatian guru adalah pada
kinerja kelompok besar tersebut.
Kelompok
Guru membagi kelompok besar kelas
ke dalam kelompok-kelompok yang
lebih kecil. Siswa bekerja sama dalam
kelompok. Perhatian guru pada kinerja
kelompok dan bagaimana siswa
berinteraksi dalam kelompok.
Berpasangan
Siswa bekerja berpasangan. Ini
memberikan kesempatan untuk
meningkatkan keaktifan tiap siswa.
Perorangan
Anak mengerjakan tugas sendiri.
Perhatian guru pada kinerja individual
tiap anak.
52
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 2
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Lembar Kerja 2.5: Pajangan Karya Siswa
• Apa yang sebaiknya guru lakukan dengan hasil kerja siswa?
• Apa tujuan memajangkan hasil karya siswa?
• Karya siswa apa saja yang bisa dipajangkan?
• Apa yang harus diperhatikan dalam memajang karya siswa?
53 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
54
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 2
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
55 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2
56
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 2
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
57 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2
58
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 2
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 3
MEMPRAKTIKKAN PAKEM
61 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
UNIT 3
MEMPRAKTIKKAN PAKEM Waktu: 12 Jam
A. PENGANTAR
Setelah peserta memahami pengertian dan
memperoleh gambaran tentang PAKEM di
Unit 1, peserta diminta menunjukkan
pemahaman itu melalui pembuatan persiapan
PAKEM dan melaksanakannya baik dalam
bentuk mengajar teman (simulasi) maupun
siswa (praktik mengajar). Ini perlu dilakukan
agar penghayatan tentang PAKEM menjadi
lebih baik. Peserta juga perlu memperoleh
pengalaman menangani hambatan yang
dihadapi dalam melaksanakan PAKEM. Dengan demikian, sebagai calon fasilitator,
mereka lebih siap untuk menyajikan PAKEM kepada peserta pelatihan selanjutnya di
daerah.
Dalam Unit 3 ini peserta dibagi dalam kelompok mata pelajaran. Contoh-contoh
pembelajaran PAKEM untuk masing-masing mata pelajaran terdapat pada lampiran
tersendiri (bisa dipakai contoh-contoh pembelajaran dalam buku seri Asyik Belajar
dengan PAKEM atau sumber lain). Contoh tersebut dapat digunakan dalam
perencanaan PAKEM.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu:
1. membuat persiapan pembelajaran yang menerapkan PAKEM
2. melakukan simulasi PAKEM
3. melakukan praktik mengajar dengan siswa dalam situasi kelas sesungguhnya
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan unit
2. Buku Asyik Belajar dengan PAKEM atau buku referensi lain
3. Handycam / alat perekam kegiatan
4. Bahan-bahan untuk pembelajaran (tergantung kegiatan yang dipilih)
5. ATK: kertas plano, spidol, lem, gunting, kertas HVS
Siswa menunjukkan keaktifan belajar dan
guru memfasilitasinya.
62
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
D. LANGKAH KEGIATAN
30’ 30’+60’ 120’ 60’
Membaca dan
memilih topik
pembelajaran
Menyusun
Skenario
Pembelajaran +
penjelasan
skenario
Pengembangan
RPP
Simulasi
Persiapan
Mengajar di
Kelompok
MAPEL
1 2 3 4
60’ 180’ 90’ 30’
Diskusi dan
Refleksi
kelompok
Praktik mengajar
di Sekolah
Penyempurnaan
persiapan
mengajar
Diskusi
kelompok
MAPEL
8 7 6 5
40’ 10’
Kunjung Karya
Hasil Praktik
Penguatan
9 10
1. Membaca dan memilih topik pembelajaran (30 menit)
Fasilitator membagi peserta menjadi dua kelompok besar:
a. Kelompok kelas awal. Kelompok ini dibagi menjadi 3 kelompok kecil yaitu kelas I,
II dan III,.
b. Kelompok mata pelajaran (MAPEL) Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS.
Peserta menentukan kelas berapa yang akan dipraktikkan.
c. Kelompok beranggotakan 4-5 orang.
d. Kepala Sekolah atau pengawas dapat bergabung di salah satu kelompok yang kecil
dan menjadi bagian dari tim.
63 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
Berikut ini adalah langkah-langkah pemilihan topik dan pengembangan skenario
pembelajaran:
1. Fasilitator dapat menentukan apakah semua kelompok MAPEL menggunakan tema
yang sama atau masing-masing kelompok MAPEL/Kelas Awal menentukan tema
yang disepakati. Tema dipilih dari kurikulum yang berlaku.
2. Masing-masing kelompok (kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6) mengidentifikasi 1-2 kompetensi
dasar (KD) yang sesuai dengan tema yang dipilih.
3. Kelompok kelas yang sama mengadakan curah pendapat tentang kemungkinan
kegiatan-kegiatan terkait KD yang dipilih.
4. Peserta secara berpasangan memilih satu kegiatan dari daftar ide di nomor 3
untuk dikembangkan dalam RPP. Fasilitator dapat memastikan bahwa peserta
memilih kegiatan yang bervariasi.
Catatan: Buku ASYIK BELAJAR DENGAN PAKEM dapat digunakan sebagai sumber
dalam pemilihan kegiatan pembelajaran.
2. Menyusun dan Penjelasan Skenario Pembelajaran (90 menit)
Beberapa peserta menjelaskan skenario pembelajaran yang telah disusun. Peserta
mendiskusikan hasil penjelasan tersebut dengan berfokus pada ciri-ciri PAKEM.
3. Kerja Kelompok: Membuat Persiapan Praktik PAKEM (120 menit)
Dalam kelompok kecil yang sama, peserta mengembangkan kerangka pembelajar-
an menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Fasilitator mendampingi dan memberikan umpan balik.
Fasilitator memberitahu peserta untuk menyiapkan juga alat bantu belajar/
mengajar, lembar kerja, dan bahan ajar, seperti bahan bacaan jika diperlukan.
4. Simulasi Persiapan Mengajar di Kelompok MAPEL/Kelas Awal (60
menit)
Peserta melaksanakan simulasi di kelompok besar MAPEL/Kelas Awal masing-
masing. Salah satu peserta menjadi guru di depan peserta lain. Beberapa anggota
kelompok mendapat giliran untuk mensimulasikan RPP. Peserta yang tidak
menjadi guru pada simulasi akan berperan sebagai siswa.
Fasilitator ikut mengamati simulasi dan memberi umpan balik.
64
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
5. Diskusi Kelompok: Masukan dari hasil simulasi (30 menit)
Fasilitator memimpin diskusi di masing-masing kelompok MAPEL membahas
sejauh mana pembelajaran dalam simulasi memenuhi karakteristik PAKEM dan
membahas cara-cara meningkatkan pembelajaran yang mencerminkan prinsip-
prinsip PAKEM.
Peserta yang melakukan simulasi mengungkapkan keberhasilan dan hambatan yang
dirasakannya selama simulasi. Peserta lain memberikan komentar terutama dari
segi sejauh mana PEMBELAJARAN dalam simulasi memenuhi karakteristik
PAKEM, dan alternatif mengatasi hambatan yang dirasakan oleh simulator serta
cara-cara memperbaiki RPP.
(Setiap peserta hendaknya mencatat komentar untuk bahan pertimbangan dalam
menyempurnakan persiapan, lembar kerja, dan sebagainya).
6. Penyempurnaan Persiapan PAKEM (90 menit)
Peserta kembali ke kelompok kecil
semula untuk bekerja dalam kelompok
masing-masing memperbaiki persiapan,
lembar kerja, dan bahan belajar lain yang
dirancangnya dengan mempertim-
bangkan komentar dan masukan pada
diskusi sebelumnya. Hasil perbaikan ini
akan digunakan dalam praktik mengajar
dengan siswa sesungguhnya. Semua
peserta harus ikut membuat persiapan
dan siap pula untuk mempraktikkannya.
Fasilitator hendaknya mengingatkan agar tiap kelompok benar-benar siap dengan
persiapan, lembar kerja dan sebagainya yang telah diperbaiki sehingga setelah
kegiatan ini peserta berkonsentrasi pada pelaksanaan praktik mengajar, tidak lagi
pada masalah persiapan.
Fasilitator juga menjelaskan logistik terkait praktik sekolah kepada semua
peserta.
Memaksimalkan diskusi dan kerjasama dalam
meperbaiki persiapan mengajar merupakan
bagian penting sebelum praktik mengajar.
65 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
7. Praktik dan Diskusi di Sekolah (180 menit)
a. Mengajar di kelas (70 – 140 menit)
Sebelum pelaksanaan, fasilitator memastikan bahwa guru kelas yang
sesungguhnya mengikuti proses kegiatan dengan tetap berada di dalam kelasnya
untuk mengamati.
Setiap praktikan memiliki kesempatan untuk mengajar dan mengamati.
Untuk pengamatan di kelas, Fasilitator dapat meminta pengamat untuk
berfokus pada 1) kegiatan siswa, 2) kegiatan guru dan 3) interaksi antara siswa dan
guru.
Fasilitator mengingatkan peserta agar setelah berpraktik mereka membawa
hasil kerja siswa untuk bahan kajian di tempat pelatihan, dan meminta komentar
siswa tentang unjuk kerja peserta yang menjadi guru praktikan.
b. Diskusi di Sekolah setelah Praktik (40 menit)
Diskusi pasca praktik dilakukan dua kali, yaitu di sekolah dan di tempat
pelatihan. Diskusi di sekolah bertujuan melibatkan guru-guru di sekolah yang
ikut mengamati supaya terjadi efek pembelajaran dan sosialisasi pada guru-guru
yang tidak mengikuti pelatihan.
Fasilitator memimpin diskusi refleksi membahas seberapa jauh
pelaksanaan pembelajaran memenuhi karakteristik PAKEM. Peserta yang
mengajar diberikan kesempatan untuk berbagi tentang pengalaman praktik
mengajar mereka. Kemudian, fasilitator memimpin refleksi dengan menanyakan
pertanyaan terkait ketiga aspek yang diamati (1. kegiatan siswa, 2. kegiatan guru dan
3. interaksi antara siswa dan guru). Fasilitator juga mendorong guru-guru sekolah
untuk memberikan komentar dan umpan balik.
8. Diskusi dan Refleksi Kelompok (60 menit)
a. Diskusi dan Refleksi Kelompok: Proses Mengajar (30 menit)
Peserta dalam kelompok mengkaji sejauh mana RPP terlaksana dengan baik
dan memberikan masukan untuk perbaikan.
b. Diskusi kelompok: Umpan Balik Hasil Kerja Siswa (30 menit)
Fasilitator meminta kelompok untuk beralih topik diskusi ke pekerjaan anak.
Fasilitator meminta peserta memperhatikan kualitas hasil kerja anak. Peserta
66
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
mendiskusikan poin-poin berikut:
Apakah hasil kerja siswa mencerminkan kreativitas siswa,
Apakah setiap produk siswa menunjukkan keterampilan akademis yang
berbeda.
Apakah seluruh tugas seragam atau berbeda untuk masing-masing
kelompok.
Apakah hasil kerja siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.
9. Kunjung Karya Hasil Praktik Mengajar (40 menit)
Fasilitator meminta peserta memajangkan (di dinding) RPP pembelajaran dan
hasil karya anak yang dihasilkan dalam praktik pembelajaran PAKEM di sekolah.
Setelah itu fasilitator meminta peserta berkeliling mengamati pekerjaan kelompok
lain.
Peserta berkeliling mengamati pekerjaan kelompok lain dan mencatat hal-hal
berikut:
Bagaimana RPP peserta lain berbeda dengan RPPnya
Bagaimana guru menghasilkan karya siswa yang berkualitas
Pembelajaran apa yang diperoleh setelah melihat hal yang berbeda
Hal apa yang akan segera diterapkan di kelasnya
10. Penguatan (10 menit)
Peserta dari masing-masing mata pelajaran saling berkunjung untuk
mendapatkan ide dari pajangan mata pelajaran lain.
Fasilitator memberi penguatan berikut:
Mencoba PAKEM terus menerus di sekolah akan membantu
meningkatkan kepercayaan diri
Perlu waktu, praktik, kesabaran serta komitmen yang tinggi untuk
menjadi guru yang lebih terampil dalam mengajar
67 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA:
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas I
KD Matematika:
5.1 Membandingkan berat benda (ringan,
berat).
Kegiatan: Siswa menebak berat benda
berdasarkan ringan/berat dan
membuktikannya dengan timbangan non
baku. Mengurutkan benda dari yang paling
ringan ke yang paling berat atau sebaliknya
KD Bahasa Indonesia:
5.1 Mengulang deskripsi tentang benda-benda
di sekitar
8.1 Menulis kalimat sederhana yang didiktekan
guru dengan huruf tegak bersambung
Kegiatan: Siswa memilih benda yang ada di kelas
dan mendeskripsikannya berdasarkan bentuk, bau,
warna, bunyi, halus/kasar permukaan
KD IPA:
4.1 Membedakan Gerak benda yang
mudah bergerak dan sulit bergerak
melalui percobaan.
Kegiatan: Siswa menebak benda-benda
yang mudah bergerak (dilihat dari
bentuknya) dan membuktikannya dengan
melakukan percobaan sederhana (dengan
menggelindingkannya)
KD IPS
2.2 Menjelaskan lingkungan rumah sehat dan
perilaku dalam menjaga kebersihan rumah
Kegiatan: Siswa menyebutkan bagian rumah
beserta benda yang ada di dalamnya (meja, kursi,
piring, rak buku, jendela, dll) serta menyebutkan
bagaimana menjaga kebersihan dan kerapiannya.
Tema:
Benda (Binatang dan
Tanaman sekitarku).
68
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas II
KD Matematika:
3.1 Melakukan perkalian bilangan yang
hasilnya bilangan dua angka.
Kegiatan : Siswa mencari jawaban dari
beberapa gambar situasi (mis. berapa
jumlah kaki dari 7 orang yang sedang
senam pagi?) Siswa menuliskan kalimat
matematikanya lewat penjumlahan
berulang dan perkalian. Siswa membuat 1
soal sendiri dan meminta teman di
sebelahnya untuk jawab.
KD Bahasa Indonesia:
7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25
kalimat) yang dibaca dalam hati.
Kegiatan: Siswa menceritakan isi teks tentang
bagaimana hidup sehat dan bersih dengan kata-
katanya sendiri kepada teman di sebelahnya dan
dilanjutkan dengan kegiatan menuliskannya di
kertas HVS/buku
KD IPA:
4.2. Mendeskripsikan kegunaan panas
dan cahaya matahari dalam kehidupan
sehari-hari.
Kegiatan: menyiram lapangan (dengan
sedikit air), menjemur tissu basah/koran
dan benda lainnya . Siswa menyimpulkan
bagaimana benda-benda tersebut bisa
kering. Kegiatan kemudian dihubungkan
dengan kesehatan dan kebersihan.
KD IPS:
2.2 Menceritakan pengalamannya dalam
melaksanakan peran dalam anggota keluarga
Kegiatan: Siswa menuliskan kegiatannya bagaimana
ia menjaga kesehatan diri dan kebersihan kamar,
rumah dan lingkungan rumahnya (halaman rumah)
Tema:
Hidup Sehat dan Bersih
69 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas III
KD Matematika:
5.2 Menghitung luas persegi dan persegi
panjang
Kegiatan : Siswa menebak benda (dalam
kelas) dengan luas paling besar/kecil,
melakukan urutan luas (besar ke kecil), lalu
membuktikannya dengan menggunakan ubin
dari kertas origami (lipat). Dengan metode
pengubinan, siswa mencari luas benda dan
mengambil kesimpulan cara mencari luas
KD Bahasa Indonesia:
5.1 Memberikan tanggapan sederhana
tentang cerita pengalaman teman yang
didengarnya
Kegiatan: Siswa menulis : seandainya aku
menjadi ….(disesuaikan dengan jenis pekerjaan
nara sumber) setelah mendengar pemaparan
nara sumber
KD IPA:
6. 4 Mengidentifikasi cara manusia dalam
memelihara dan melestarikan alam di
lingkungan sekitar.
Kegiatan: Siswa melihat contoh lingkungan
yang rusak (banjir, tumpukan sampah) dan
mengidentifikasi mengapa lingkungan bisa
rusak. Kemudian siswa diajak mencari solusi
bagaimana menjaga/melestarikan alam di
lingkungan mereka.
KD IPS:
2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan.
Kegiatan: Siswa mewawancarai nara sumber
tentang pekerjaan (apa, di mana), manfaat bagi
masyarakat, , mengapa memilih jenis pekerjaan,
dsb. Siswa mencatat hal-hal penting dan
menuangkannya ke dalam catatan (tabel, peta
pikiran, dsb)
Tema:
Menjaga Kelestarian
Lingkungan
70
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas IV
KD Matematika:
3.2 Menentukan hubungan antar satuan
waktu, antar satuan panjang, dan antar
satuan berat.
Kegiatan:
Mengukur tinggi dan berat badan dikaitkan
dengan berat badan ideal. Sebelum mengukur,
siswa memperkirakan terlebih dahulu tinggi
dan berat badan mereka.
KD Bahasa Indonesia:
8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik
sederhana dengan memperhatikan penggunaan
ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.)
Kegiatan:
• Mengamati gambar tubuh manusia dan cara
merawatnya.
• Mengidentifikasi hal-hal penting dlm gambar
• Membaca sejumlah informasi dr buku atau
internet
• Berdiskusi tentang gambar dan hasil membaca
• Menyusun karangan (perhatikan ejaan)
• Mengedit ejaan karangan teman
• Mempresentasikan karya terbaik
KD IPA:
1.1. Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka
tubuh manusia dengan fungsinya
1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka
tubuh
Kegiatan:
• Siswa mengidentifikasi rangka tubuh manusia melalui pengamatan
• Siswa menggambar berbagai tulang dan rangka penyusun tubuh manusia
• Siswa mencari dan menemukan informasi mengenai upaya menjaga
kesehatan kerangka tubuh
• Siswa menerapkan cara duduk yang benar sebagai salah satu cara
memelihara kesehatan kerangka tubuh
1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera
dengan fungsinya
1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera
Kegiatan:
• Siswa mengidentifikasi struktur panca indera dan menjelaskan
fungsinya (melalui pengamatan dan membaca literatur)
• Siswa mencari dan menemukan informasi mengenai upaya menjaga
kesehatan panca indera (dari nara sumber dan referensi)
• Siswa menerapkan cara membaca yang benar untuk menjaga
kesehatan mata
KD IPS:
2.1 Mengenal perkembangan
teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi
serta pengalaman
menggunakannya
Kegiatan:
• Mengidentifikasi jenis-jenis
teknologi produksi yang
berkenaan dengan kesehatan
tubuh manusia
• Mengidentifikasi berbagai
cara menanggulangi dampak
negative dari perkembangan
teknologi komunikasi.
• Menjelaskan perbedaan alat
transportasi darat, laut dan
udara dari sisi tata cara
penggunaan, kelengkapan
penumpang saat
menggendarai, peraturan dan
keamanan.
Tema:
Tubuh Manusia dan
Kesehatan
71 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas V
KD Matematika:
5.4 Menggunakan pecahan dalam
masalah perbandingan dan skala
Kegiatan:
Mengukur panjang berbagai bagian tubuh dan
membandingkannya. Misal panjang jengkal,
hasta, lengan, kaki, telapak kaki, tinggi muka,
dan lingkar perut; dan menggambar tubuhnya
sendiri berdasarkan perbandingan ukuran
bagian tubuh tadi.
KD Bahasa Indonesia:
5.1 Memberikan tanggapan sederhana
tentang cerita pengalaman teman yang
didengarnya
Kegiatan: Siswa menulis : seandainya aku
menjadi ….(disesuaikan dengan jenis pekerjaan
nara sumber) setelah mendengar pemaparan
nara sumber
KD IPA:
7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan
kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya
7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air
Kegiatan:
• Siswa membuat diagram daur air
• Siswa membuktikan bahwa kegiatan manusia
mempengaruhi kualitas air
• Siswa mengidentifikasi faktor penyebab kelangkaan air
tawar, misalnya karena pencemaran air, menurunnya
curah hujan, dan menurunnya penyerapan air ke dalam
tanah
• Siswa menyadari bahwa air tawar jumlahnya terbatas
• Siswa membuat poster penghematan air
KD IPS:
1.5. Mengenal jenis-jenis
usaha dan kegiatan ekonomi
di Indonesia
Kegiatan:
Mengidentifikasi dan membedakan
jenis-jenis usaha dan kegiatan
ekonomi di masyarakat Indonesia
yang berhubungan dengan
kesehatan
Tema:
Tubuh Manusia dan
Kesehatan
72
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas VI
F. LEMBAR KERJA : tidak ada
KD Matematika:
6.3 Menentukan posisi titik dalam
sistem koordinat Kartesius
7.1 Menyajikan data ke bentuk tabel,
diagram gambar, batang, lingkaran
7.4 Menafsirkan hasil pengolahan data
Kegiatan:
Siswa mengukur berat dan tinggi badannya
dan 9 temannya, menyajikannya dalam tabel
dan koordinat Kartesius; kemudian menuliskan
tafsirannya.
KD Bahasa Indonesia:
6.1. Berpidato atau presentasi untuk
berbagai keperluan (acara perpisahan,
perayaan ulang tahun, dll.) dengan lafal,
intonasi, dan sikap yang tepat
Kegiatan:
• Menonton video dokter sedang berpresentasi
tentang penanggulangan banjir
• Mencermati bagian penting video tersebut
• Membaca buku/informasi tentang berpresentasi
yang baik dan efektif
• Mengambil kartu tema dan merancang
butir yang akan dipresentasikan dalam
program sosialisasi kesehatan tubuh
• Mendiskusikan rancangan presentasi
dalam kelompok
• Praktik presentasi dalam kelompok
secara bergantian dan dinilai teman
• Memilih presenter terbaik
• Presenter terbaik melakukan secara
kelas.
KD IPA:
6.1 Mengidentifikasi faktor-faktor
yang menentukan pemilihan
benda/bahan untuk tujuan tertentu
(karet, logam, kayu, plastik) dalam
kehidupan sehari-hari
Kegiatan:
• Siswa mengidentifikasi pemanfaatan
karet, logam, kayu, dan plastik dalam
kehidupan sehari-hari
• Siswa praktik melakukan 3 R (Reuse,
Reduce, Recycle) sebagai upaya
mengurangi pencemaran lingkungan.
• Siswa mengkreasi barang bekas
menjadi barang yang bermanfaat.
KD IPS:
2.2 Mengenal cara-cara menghadapi
bencana alam
Kegiatan:
• Mengidentifikasi berbagai macam bencana
alam di Indonesia
• Mengklasifikasi dampak positif dan negatif
bencana alam bagi kesehatan
• Menjelaskan cara menanggulangi berbagai
macam bencana alam
Tema:
Tubuh Manusia dan
Kesehatan
73 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
74
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
75 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
76
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
77 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
78
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
79 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
80
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 3
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 4
RENCANA TINDAK LANJUT
PAKEM
83 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Tindak Lanjut UNIT 4
UNIT 4
RENCANA TINDAK LANJUT PAKEM Waktu: 1 Jam
A. PENGANTAR
Keberhasilan suatu pelatihan guru pada
hakikatnya ditunjukkan dengan sejauhmana dam-
pak pelatihan tersebut terhadap suasana
pembelajaran di kelas. Setinggi apa pun hasil pasca
-test peserta dalam suatu pelatihan (bila ada) akan
kurang bermakna bila tidak menimbulkan
perubahan di kelas/ sekolah. Oleh karena itu,
penerapan hasil pelatihan oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran sehari-hari perlu dijamin
baik oleh guru itu sendiri maupun oleh mana-
jemen sekolah. Salah satu upaya untuk menjamin
penerapan tersebut adalah RENCANA TINDAK
LANJUT dari guru yang bersangkutan dan manajemen sekolah secara keseluruhan.
Rencana tindak lanjut merupakan awal ‘komitmen’ guru dan sekolah dalam menerapkan
apa yang diperoleh dalam pelatihan. Rencana tersebut perlu ditulis sehingga memudahkan
yang bersangkutan maupun pihak lain untuk melaksanakannya dan memantau
ketercapaiannya.
Rencana perlu dibuat praktis, dalam jangkauan kemampuan si pembuatnya dan daya
dukung sekolahnya. Jumlah kegiatan lebih baik sedikit tetapi dilaksanakan daripada
banyak tetapi tidak dilaksanakan. Rencana yang terlalu ‘muluk’ hanya akan tinggal sebagai
rencana, tidak menimbulkan perubahan di sekolah. Akibatnya, pelatihan yang telah
dilaksanakan hanya akan merupakan suatu ‘pemborosan’ dana, tenaga dan waktu.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu menyusun kegiatan yang akan
dilakukan oleh individu peserta (guru) sebagai penerapan dari apa yang diperoleh dari
pelatihan.
Rencana tindak lanjut merupakan
salah satu upaya menjamin
diterapkannya hasil pelatihan.
84
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 4
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
C. ALAT DAN BAHAN
1. Tayangan unit
2. Format 4.1: Rencana Tindak Lanjut - Individu
3. ATK: kertas plano, spidol, pulpen, kertas catatan, penempel kertas, lem, dan gunting
D. LANGKAH KEGIATAN
1. Pengantar (5 menit)
Fasilitator menyampaikan tujuan dari unit ini yakni tindak lanjut dari pelatihan.
Peserta diharapkan untuk menyusun kegiatan yang akan dilakukan pada 3 bulan ke
depan.
2. Berbagi Pengalaman (10 menit)
Fasilitator meminta peserta untuk mengungkapkan pengetahuan atau kemampuan
apa saja yang telah diperoleh setelah mengalami pelatihan ini.
Pengantar:
Menyampai-
kan tujuan dan
butir-butir
pendahuluan
Berbagi
pengalaman:
Urun pengalaman
tentang
perolehan dari
pelatihan dan
rencana tindakan
Menyusun RTL
Individu:
Menulis rencana
individu
Penguatan
5’ 10’ 20’
5’
1 2 3
4
Tanya jawab
tentang PAKEM
dan
pelaksanaannya
20’
5
85 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Tindak Lanjut UNIT 4
Fasilitator meminta peserta untuk mengemukakan rencana apa yang akan dilakukan berkaitan dengan mengajar setelah memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari
pelatihan selama beberapa hari ini.
3. Menyusun Rencana Tindak Lanjut - Individu (20 menit)
Fasilitator mengajak peserta untuk menyusun rencana tindak lanjut yang terdiri dari
2 fokus topik materi yang mereka telah dapatkan selama pelatihan, misalnya:
• pengelompokan siswa
• memberi kesempatan kepada siswa untuk berkreasi
• memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
a. Individu: Peserta merumuskan kegiatan yang akan ia lakukan sebagai individu guru
(Gunakan Format 4.1: Rencana Tindak Lanjut – Individu).
b. Kelompok berdasarkan kelas atau manajemen: Peserta mengemukakan/ mem-
bacakan rencananya dan saling memberikan masukan.
Individual: Peserta memperbaiki rencananya setelah mendapat komentar/masukan
dari temannya.
4. Penguatan (5 menit)
Catatan: Setelah pelatihan PAKEM dan manajemen, sekolah akan mengadakan
pertemuan di sekolah masing-masing untuk menggabungkan RTL pembelajaran dari
guru dengan RTL manajemen sehingga menghasilkan SATU RTL sekolah yang
diketahui oleh semua pihak. RTL sekolah ini merupakan tagihan pertama pada
pertemuan KKG/KKKS.
Fasilitator memberi penguatan hal-hal berikut:
Kepala Sekolah bertanggung jawab untuk menindaklanjuti RTL yang telah
disusun oleh guru.
Pelatihan tidak akan ada manfaatnya apabila tidak ditindaklanjuti dengan
pelaksanaan hasil-hasil pelatihan di sekolah masing-masing.
Terapkanlah DI SEKOLAH apa yang telah diperoleh dari pelatihan.
Mulailah dari APA YANG SAUDARA MAMPU, bukan dari APA YANG SAUDARA INGINKAN.
86
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 4
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
5. Tanya jawab tentang PAKEM dan pelaksanaannya (20 menit)
Ini merupakan akhir dari pelatihan PAKEM selama tiga hari. Fasilitator memberi
kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas tentang
PAKEM atau pelaksaannya selama tiga hari ini. Sebaiknya semua fasilitator berkumpul
di depan untuk menjawab pertanyaan yang terkait dengan bidang masing-masing.
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA : tidak ada
F. LEMBAR KERJA
Format 4.1
Rencana Tindak Lanjut – PAKEM
Nama :………………………… Sekolah:………………………..
No Kegiatan Bulan: …………………… Bulan: …………………… Bulan: ……………………
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 4
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
87
88
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 4
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
89 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Tindak Lanjut UNIT 4
90
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 4
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
91 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Tindak Lanjut UNIT 4
92
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 4
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 5
PELAKSANAAN KEGIATAN
KKG
95 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pelaksanaan Kegiatan KKG UNIT 5
PELAKSANAAN KEGIATAN KKG Waktu: 3 jam
A. PENGANTAR
Banyak upaya untuk meningkatkan kemam-
puan profesional guru. Salah satu kegiatan
yang dilakukan adalah melalui sistem
pembinaan profesional, pembentukan gugus
sekolah dan pembinaan profesional di
masing-masing sekolah. Pada setiap gugus
SD/MI dibentuk Kelompok Kegiatan Kepala
Sekolah (KKKS) dan Kelompok Kerja Guru
(KKG). Walaupun gugus sekolah sudah
dibentuk dan kegiatan kelompok kerja guru
melalui KKG telah berjalan, namun pelak-
sanaan kegiatan ini sering kurang memadai
sebagai forum untuk meningkatkan mutu
pembelajaran di sekolah.
Dalam sesi ini peserta diajak memahami dan
menggali cara mengelola dan mengaktifkan
KKG pada setiap gugus sekolah,
menyiapkan program yang terfokus pada
peningkatan mutu Kegiatan Belajar Meng-
ajar (KBM) dan membahas pelaksanaannya.
Pada kegiatan ini juga peserta pelatihan akan mengkaji/membahas contoh pemodelan
kegiatan KKG yang terfokus pada persiapan dan pelaksanaan mengajar berdasarkan
topik atau pokok bahasan yang ada sesuai dengan kurikulum.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu:
1. memahami fungsi dan manfaat KKG dalam pengembangan kemampuan
profesional guru
2. menyusun dan melaksanakan program KKG yang sesuai dengan kebutuhan para
guru dalam pengembangan kemampuan profesionalnya
Forum KKG untuk meningkatkan mutu
pembelajaran di sekolah
96
Pelaksanaan Kegiatan KKG
UNIT 5
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan unit
2. Hasil Evaluasi Diri Guru saat praktik di sekolah (dari Unit 3)
3. Bahan simulasi pembelajaran sesuai dengan topik/materi yang direncanakan
4. Lembar Kerja Format 5.1
5. ATK: kertas plano, spidol
D. LANGKAH KEGIATAN
1. Pengantar dari Fasilitator (10 menit)
Fasilitator memulai sesi dengan menjelaskan bahwa pada setiap gugus sekolah
yang terdiri dari antara 6-10 sekolah telah terbentuk Kelompok Kerja Guru, yaitu
KKG, yang belum termanfaatkan dan terberdayakan secara optimal sebagai forum
“oleh, dari, dan untuk guru”. Bahkan masih ada sekolah yang belum
memanfaatkannya sama sekali.
Sebenarnya kegiatan KKG dapat membantu guru memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam pembelajaran, meningkatkan pemahaman dalam mata
pelajaran/bidang studi, saling bertukar gagasan tentang strategi dan teknik
mengajar yang efektif dan masalah lain yang berhubungan dengan peningkatan
kualitas pengajaran di dalam kelas.
Tujuan sesi ini adalah supaya para peserta mengetahui lebih jelas tentang
pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan gugus (KKG) dan dapat melaksanakan
kegiatan KKG yang terfokus kepada peningkatan kualitas Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM).
Pengantar
Persiapan
Simulasi
Pertemuan
KKG
Simulasi
KKG
Refleksi
Hasil
Simulasi
Penyusunan
Program
Lanjutan KKG
10’ 40’ 80’ 20’ 30’
1 2 3 4 5
97 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pelaksanaan Kegiatan KKG UNIT 5
2. Persiapan Simulasi Pertemuan KKG (40 menit)
Peserta dikelompokkan berdasarkan guru kelas per mata pelajaran untuk
melaksanakan kegiatan evaluasi diri di pertemuan KKG.
Fasilitator mengingatkan kembali praktik PAKEM yang baru saja dialami (Unit 3).
Fasilitator menanyakan tentang kesitimewaan dan hal–hal yang perlu ditingkatkan
untuk menambah keberhasilan mengembangkan PAKEM.
Fasilitator membimbing kelompok mengidentifikasi permasalahan yang mereka
temukan selama praktik mengajar dan menuliskannya di kertas plano.
Kelompok diminta memilih satu permasalahan yang akan dibahas dalam kegiatan
simulasi KKG. Permasalahan lainnya dimasukkan ke dalam Format 5.1 dan diurutkan
menurut skala prioritas.
Catatan: Sebagai suatu model yang dianggap contoh, fasilitator dan peserta harus
mempersiapkan bahan/materi, alat peraga yang dibutuhkkan, metode/strategi yang
akan digunakan sehingga model pembelajaran tersebut bisa dilaksanakan sebaik-
baiknya, dan para peserta memperoleh manfaat optimal atas penampilan model
tersebut.
Untuk kegiatan simulasi ini, sebaiknya fasilitator menawarkan kepada para peserta
untuk menjadi pemandu/fasilitator kegiatan KKG. Apabila di dalam kegiatan
dibutuhkan seorang nara sumber, maka salah seorang peserta dapat berperan
sebagai nara sumber yang dibutuhkan, misalnya dari salah seorang guru atau
pengawas mata pelajaran untuk ikut melakukan kegiatan simulasi pembelajaran. Ini
dimaksudkan agar para peserta memiliki gambaran yang lebih nyata tentang forum
KKG sehingga pemahaman mereka bisa lebih dalam.
3. Kegiatan Simulasi Pertemuan KKG (80 menit)
Tahap ini merupakan kegiatan penyajian simulasi pertemuan KKG yang
disesuaikan dengan skenario yang telah disiapkan.
Peserta diajak untuk bersungguh-sungguh menjalankan peran yang telah
ditetapkan, baik sebagai pemandu pertemuan, nara sumber atau pun peserta
forum KKG sehingga kegiatan simulasi mencerminkan pertemuan yang efektif dan
dapat dijadikan sebagai contoh.
98
Pelaksanaan Kegiatan KKG
UNIT 5
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
4. Diskusi dan Refleksi Hasil KKG (20 menit)
Setelah simulasi kegiatan KKG selesai, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi dan
refleksi tentang simulasi dalam kelompok mata pelajaran dulu (5-10 menit), lalu
dalam pleno dan selanjutnya dilakukan pengambilan kesimpulan dari keseluruhan
isi sesi tentang contoh model simulasi pelaksanaan KKG.
Pertanyaan untuk diskusi
• Hal-hal baru apa yang Bapak/Ibu temukan di dalam kegiatan yang baru
saja dilakukan?
• Bagaimana forum KKG di gugus/daerah Bapak/Ibu dapat dimanfaatkan?
• Apa yang perlu dilakukan untuk menggiatkan forum KKG di
gugus/daerah Anda?
5. Program Lanjutan KKG (30 menit)
Program lanjutan ini mengarah pada penyusunan dan pembahasan program KKG
tentang rencana kerja, jadwal dan kegiatan lain yang akan dilakukan KKG dalam
tiga bulan mendatang. Lalu format masing-masing kelompok dipajangkan dan
kelompok mengadakan kunjung karya. Sesi ditutup dengan komentar dan umpan
balik atas apa yang diperoleh peserta dari kunjung karya.
Contoh Format Rencana Kerja KKG
Gugus : Kecamatan:
Kelas : Mata Pelajaran:
Hari/
Tanggal
Jenis/Topik
Kegiatan
Alat &
Bahan Nara
Sumber Produk Tempat
Penangung Jawab
99 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pelaksanaan Kegiatan KKG UNIT 5
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
PETUNJUK OPERASIONAL PELAKSANAAN KKG
Pembinaan Profesional Guru melalui Gugus dan Sekolah
Semua sekolah, termasuk SD/MI telah dikelompokkan menjadi gugus yang terdiri atas
rata-rata 6-–10 sekolah. Sistem gugus tersebut dianggap sangat penting dalam pembinaan
profesional guru. Biasanya suatu gugus sekolah terdiri atas satu sekolah sebagai Sekolah
Inti, dan 6--10 Sekolah Imbas di sekitarnya. Pada beberapa SD Inti terdapat Pusat
Kegiatan Guru (PKG), sebagai tempat pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan
Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS).
KKG sendiri adalah wadah berkumpulnya para guru dalam satu gugus sekolah untuk
memecahkan masalah, menguji coba dan mengembangkan ide-ide baru untuk pening-
katan mutu KBM, serta meningkatkan profesionalisme guru. Sedangkan rapat sekolah
adalah pertemuan kelompok guru dari satu sekolah, yang secara berkala berkumpul di
sekolahnya dipimpin oleh Kepala Sekolah (KS) untuk memecahkan masalah mereka
sendiri. Beberapa sekolah menyebut kegiatan ini dengan nama KKG Tingkat Sekolah.
Diharapkan bahwa KKG pada gugus sekolah, sebagai tempat pembinaan profesional
guru, dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan semangat untuk maju bersama.
Penjelasan di atas sejalan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional
Guru Dan Angka Kreditnya. Dalam peraturan tersebut tercantum bahwa sistem
pembinaan profesi guru dilakukan melalui Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB). Secara berjenjang PKB dilakukan dari tingkat pusat sampai dengan di tingkat
sekolah.
Supaya sistem gugus sekolah dapat mencapai tujuannya dengan sebaik-baiknya perlu
dipikirkan secara lebih rinci hal-hal berikut:
Tujuan yang ingin dicapai dan manfaat-manfaat yang diharapkan
Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan gugus, baik orang maupun lembaga
Peran masing-masing dalam kegiatan tersebut
Jenis kegiatan yang akan dilakukan
100
Pelaksanaan Kegiatan KKG
UNIT 5
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pengelolaan Kegiatan KKG
Peserta
Semua guru kelas atau guru mata pelajaran di sekolah
binaan
Tempat
Di PKG atau di ruangan kelas di salah satu sekolah
dalam gugus
Frekuensi
Rata-rata 1-2 kali pertemuan setiap bulan
Waktu
Biasanya setelah jam sekolah, tapi mungkin juga
dilakukan selama waktu belajar jika tersedia guru
pengganti
Fasilitator
Guru Pemandu Mata Pelajaran dibantu oleh Pengawas,
Kepala Sekolah, Fasilitator Daerah, atau nara sumber
lain
Fokus pelatihan
Peningkatan mutu pembelajaran
Penyelenggaraan Kegiatan
Dalam kelompok kecil, partisipatif dan praktis. Materi
yang dibahas mencakup masalah-masalah yang
dihadapi di sekolah
Pertemuan KKG biasanya berlangsung sekali hingga dua kali dalam satu bulan pada
siang hari setelah selesai jam sekolah, atau mulai pagi pada hari yang telah disepakati
bersama sebagai hari pertemuan KKG.
Beberapa pola kegiatan telah dilaksanakan di tempat yang berbeda sesuai dengan
kondisi setempat. Pertemuan tersebut diorganisasikan dan dipimpin oleh pemandu/
fasilitator yang telah mengikuti pelatihan. Pertemuan sebaiknya lebih menekankan
pada unsur praktik dan harus interaktif.
Berikut adalah beberapa contoh bentuk kegiatan pertemuan KKG, yaitu:
1. Masing-masing guru kelas bertemu pada hari yang berbeda. Pertemuan
berlangsung di PKG atau ruangan lainnya.
101 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pelaksanaan Kegiatan KKG UNIT 5
2. Untuk kegiatan KKG, beberapa atau semua kelas bertemu pada hari yang sama.
Setelah pertemuan singkat dengan semua kelompok, guru-guru dibagi menjadi
kelompok kelas dan melaksanakan kegiatan di ruang yang berbeda. Untuk maksud
tersebut dipergunakan beberapa ruang kelas setelah anak- anak selesai belajar.
Penggunaan ruang kelas menyajikan latar belakang yang realistik untuk kegiatan
yang berjalan.
Seringkali guru-guru dari kelas I, II, dan III digabung menjadi satu kelompok karena
banyak guru yang merangkap kelas. Alternatif lain sangat dimungkinkan untuk
disesuaikan dengan kondisi setempat.
Tujuan pertemuan KKG
Pertemuan gugus sekolah melalui forum KKG merupakan mekanisme pendukung
utama bagi para guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
KBM. Forum tersebut memberikan kesempatan bagi guru untuk:
• Berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan sesama guru atau kepala sekolah dalam
rangka melengkapi dan memperdalam apa yang telah diterima dalam pelatihan di
tingkat kabupaten/kecamatan
• Mengujicobakan suatu gagasan baru tentang teknik mengajar atau alat peraga sebelum
dilaksanakan di kelas
• Mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi di kelas dan menerima saran-saran dari
pemandu dan guru-guru lainnya
Kegiatan yang dilaksanakan dalam pertemuan KKG
Pada umumnya kegiatan KKG membahas masalah-masalah KBM, misalnya: persiapan
mengajar, termasuk membuat langkah-langkah kegiatan, membuat dan mengujicobakan
alat bantu belajar, serta mengajar sesama guru (peer teaching).
Kegiatan KKG hendaknya bervariasi dan diupayakan melibatkan peserta secara aktif.
Contoh-contoh kegiatan antara lain :
• Mengujicobakan kegiatan baru (contohnya, percobaan IPA atau permainan bahasa)
• Membuat dan mencobakan alat bantu mengajar
• Mengajar sesama guru (peer teaching) diikuti dengan diskusi
• Menyaksikan tayangan video tentang guru yang sedang mengajar dan memberi umpan
balik konstruktif
• Mengunjungi sekolah-sekolah dengan tujuan tertentu dan membahas hasil kunjungan
102
Pelaksanaan Kegiatan KKG
UNIT 5
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
• Mengevaluasi hasil pekerjaan siswa
• Mengkaji buku teks dan mendiskusikan cara penggunaannya
• Mencoba teknik baru
• Memecahkan masalah yang dihadapi terutama yang berkaitan dengan dampak
pembelajaran
Dalam pertemuan tersebut juga harus ada kesempatan bagi para peserta untuk
menyampaikan masalah-masalah yang relevan untuk didiskusikan dalam kelompok.
Dalam kegiatan KKG ini selain pemandu mata pelajaran, fasilitator daerah ataupun guru
dapat berperan sebagai fasilitator untuk suatu kegiatan tertentu. Hendaknya forum KKG
ini dilihat sebagai forum di mana semua peserta berbagi pengalaman dan belajar
bersama-sama. Namun demikian untuk gugus yang belum begitu aktif, mungkin
diperlukan beberapa pendorong yang dapat menggiatkan forum KKG sebelum peserta
merasa nyaman dengan lingkungan yang baru ini.
Pengawas hendaknya hadir setidaknya satu kali sebulan dalam pertemuan mingguan.
Hal tersebut dimaksudkan agar pengawas bisa melihat langsung kegiatan nyata apa yang
sedang dilaksanakan pada KKG dan ia dapat memberikan bantuan dan saran-saran yang
bermanfaat bagi para peserta.
Guru Pemandu Mata Pelajaran (untuk SD/MI)
Untuk menunjang kemajuan pelaksanaan KBM perlu ada guru di masing-masing gugus
yang mempunyai keahlian melatih dan membantu rekan-rekan guru lainnya. Untuk hal ini,
sistem guru pemandu mata pelajaran telah dikembangkan. Pemandu mata pelajaran
adalaguru di masing-masing gugus yang telah dilatih dalam kegiatan belajar mengajar,
mahir dalam pengelolaan pengajaran, serta memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
dapat disebarkan ke rekan-rekan guru lain di gugusnya. Penyebaran tersebut dapat
berlangsung melalui kegiatan KKG maupun kegiatan langsung di sekolah dan kelas.
Biasanya, di masing-masing gugus dipilih seorang pemandu yang bertanggung jawab untuk
setiap mata pelajaran.
Untuk tingkat sekolah dasar, masing-masing gugus dianjurkan untuk memilih guru
pemandu khusus untuk kelas awal karena pada umumnya pemandu yang telah terpilih
berasal dari kelas tinggi (IV, V, atau VI) yang pola pengajarannya berbeda dengan kelas
awal yang tematik.
Pemandu dapat dipilih dari guru dengan kriteria sbb:
103 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pelaksanaan Kegiatan KKG UNIT 5
• Pemandu harus memiliki pengalaman mengajar minimal 3 tahun
• Memiliki kemampuan dan dedikasi yang tinggi serta berhasil sebagai guru
• Mampu mempelajari dan menerapkan pendekatan dan metodologi baru
• Mampu melatih guru lain, serta mengkomunikasikan gagasan, dan temuan-temuan
baru kepada Kepala Sekolah dan Pengawas.
Untuk melaksanakan tugasnya, pemandu hendaknya:
dilatih sebagai ahli dalam salah satu mata pelajaran
mengetahui kebutuhan rekan-rekan guru
bersama rekan-rekan guru, kepala sekolah, dan pengawas merencanakan program
KKG
mendorong guru lain untuk mengambil peran yang lebih aktif, misalnya sebagai
Guru
Hendaknya guru tidak hanya ikut hadir dalam kegiatan KKG, tetapi aktif terlibat
dalam kegiatan tersebut, misalnya: mengemukakan pendapat tentang suatu masalah,
mengemukakan ide pembuatan alat bantu belajar, dan aktif dalam uji coba atau
simulasi kegiatan belajar mengajar. Dia juga harus menerapkan hasil KKG di
sekolahnya dan memberi umpan balik terhadap keberhasilan penerapan di sekolah.
Tugas guru antara lain adalah:
• memberi masukan untuk perencanaan kegiatan KKG
• menghadiri kegiatan KKG
• menfasilitasi kegiatan tertentu
• menyumbangkan pikiran dan pemecahan masalah yang diangkat di KKG
• konsisten dalam menerapkan hasil-hasil KKG di kelas/sekolah masing-masing
• memberikan umpan balik kepada guru pemandu mata pelajaran dan kepala sekolah
atau pengawas TK/SD tentang penerapan hasil KKG dan penataran
Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah seharusnya sangat tahu tentang kebutuhan sekolahnya dan sebaiknya
ikut aktif terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan gugus. Kepala sekolah
yang sering ikut serta dan menunjukkan minat terhadap kegiatan KKG akan lebih
memberi semangat kepada gurunya. Dia juga hendaknya membantu dan memonitor
guru dalam penerapan hasil kegiatan KKG di kelas. Tugasnya antara lain adalah:
• melaksanakan konsultasi dengan guru pemandu mata pelajaran mengenai pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di sekolahnya sebagai masukan untuk perencanaan kegiatan
gugus
104
Pelaksanaan Kegiatan KKG
UNIT 5
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
• menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan KKG dan KKKS
• memonitor pelaksanaan tindak lanjut kegiatan KKG di sekolah yang dipimpinnya
• memberikan umpan balik tentang penerapan hasil penataran guru.
Peran Pengawas
Pengawas dapat mengunjungi semua sekolah di satu gugus secara teratur untuk
mengetahui keadaan dan kebutuhan setiap sekolah dan guru. Oleh karena itu,
pengawas berperan sebagai pembantu dalam penyusunan dan pelaksanaan program
gugus dan memberi semangat kepada guru untuk ikut serta dalam kegiatan gugus
serta menerapkan hasil kegiatan gugus di kelasnya masing-masing. Tugas pengawas
antara lain adalah:
• memonitor kegiatan masing-masing sekolah dan kelas
• membantu para pemandu dalam perencanaan dan persiapan kegiatan KKG sesuai
kebutuhan guru
• menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan KKG dan KKKS
• memonitor pelaksanaan tindak lanjut dan dampak hasil KKG dan penataran di
sekolah-sekolah
• membantu guru dalam masalah kegiatan belajar mengajar
• memberikan umpan balik kepada guru dan kepala sekolah tentang hasil supervisi dan
mendorong mereka untuk meningkatkan kinerja
Pertemuan KKKS
Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) yang terdiri atas kepala-kepala sekolah
dari semua sekolah dalam satu gugus mengadakan pertemuan setiap bulan
untuk mengkaji kegiatan gugus dan memberikan masukan serta rekomendasi untuk
KKG dan kegiatan gugus lainnya. Pertemuan tersebut harus dihadiri oleh pengawas
dan bertujuan antara lain untuk menunjang kegiatan KKG.
Peran Fasilitator Kabupaten
Untuk membantu guru meningkatkan kemampuan profesionalnya, telah direkrut
fasilitator daerah dan propinsi (LPMP). Mereka adalah para guru, kepala sekolah,
pengawas, ataupun staf lain yang dianggap berpotensi dalam mengembangkan konsep
pembelajaran seperti PAKEM, MBS dan PSM. Salah satu tugasnya adalah membantu
guru dalam mengajar di kelas masing-masing, ataupun membantu menjadi nara
sumber dalam kegiatan KKG.
105 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pelaksanaan Kegiatan KKG UNIT 5
Bagaimana cara melaksanakan kegiatan KKG
Berikut adalah saran tentang mekanisme pelaksanaan pertemuan KKG, dengan
pertimbangan tujuan pertemuan adalah untuk meningkatkan mutu kegiatan mengajar:
• Sebelum setiap pertemuan para peserta akan memilih satu topik dari GBPP (Garis-
garis Besar Program Pengajaran) untuk dikembangkan. Topik tersebut dapat
diterapkan pada minggu berikutnya di kelas masing-masing peserta.
• Dalam pertemuan KKG, para peserta akan menyiapkan dan mengujicobakan skenario
pembelajaran dan media yang dibutuhkan untuk topik yang dipilih.
• Pada pertemuan berikutnya para peserta akan membahas penerapan hasil KKG.
Contoh kegiatan KKG pada Pertemuan Awal
10 menit
1. PENGANTAR DARI
FASILITATOR
- Penjelasan tentang kondisi saat ini dan
kondisi yang ingin dicapai, dan tentang
pengelolaan KKG
80 menit
2. PERSIAPAN DAN
SIMULASI
PERTEMUAN
KKG
- Persiapan simulasi mencakup perencanaan
skenario bersama, pembuatan alat peraga,
dan sebagainya (40’)
- Pelaksanaan Simulasi (40’)
20 menit
3. DISKUSI DAN
REFLEKSI HASIL
KKG
- Pembahasan kelebihan dan kekurangan
- Diskusi dan saran perbaikan
- Perkiraan kesulitan yang mungkin dihadapi
dalam pelaksanaan di kelas dan cara
mengatasinya
30 menit
4. PROGRAM
LANJUTAN KKG
- Penyusunan jadwal
- Perencanaan topik yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya
- Pembahasan rencana kerja
Catatan
a. Sebaiknya suasana pertemuan KKG informal dan tidak seremonial.
b. Kalau kepala sekolah atau pengawas hadir, sebaiknya mereka ikut aktif terlibat
dalam kegiatan KKG sebagai peserta.
c. Dalam ujicoba dan simulasi mengajar, para peserta KKG harus mencoba sendiri
semua kegiatan siswa, termasuk kerja praktik, menulis hasil karya, dsb.
d. Pemandu harus memperhatikan waktu supaya semua kegiatan dapat dilaksanakan.
e. Pemandu harus berperan sebagai fasilitator dan mendorong para peserta untuk
mengungkapkan dan mengembangkan ide-idenya sendiri.
106
Pelaksanaan Kegiatan KKG
UNIT 5
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
f. Hasil KKG harus diterapkan di kelas masing-masing peserta dan dilaporkan pada
pertemuan berikutnya.
g. Sebaiknya beberapa hasil karya anak dibawa ke KKG untuk didiskusikan dan
dibandingkan.
Tahapan kegiatan di atas hanya sekedar contoh dan bisa diubah sesuai kebutuhan.
107 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pelaksanaan Kegiatan KKG UNIT 5
F. LEMBAR KERJA
Format 4.1: Rencana Kerja KKG
Tanggal/
Hari
Jenis/Topik
kegiatan
Alat &
Bahan
Nara
Sumber
Produk
Tempat
Penanggung
Jawab
108
Pelaksanaan Kegiatan KKG
UNIT 5
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
109 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pelaksanaan Kegiatan KKG UNIT 5
110
Pelaksanaan Kegiatan KKG
UNIT 5
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
111 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pelaksanaan Kegiatan KKG UNIT 5
112
Pelaksanaan Kegiatan KKG
UNIT 5
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 6
PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF,
EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN
(PAKEM)
115
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 6
PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN
MENYENANGKAN (PAKEM) Waktu: 2 Jam
A. PENGANTAR
Pembelajaran merupakan salah satu
unsur penentu baik tidaknya lulusan
yang dihasilkan oleh suatu sistem
pendidikan. Pembelajaran ibarat jantung
dari proses pendidikan. Pembelajaran
yang baik cenderung menghasilkan
lulusan dengan hasil belajar yang baik
pula, demikian pula sebaliknya.
Hasil belajar pendidikan di Indonesia
masih dipandang kurang baik. Sebagian
besar siswa belum mampu menggapai
potensi ideal/optimal yang dimilikinya.
Oleh karena itu, perlu ada perubahan
proses pembelajaran dari kebiasaan yang
sudah berlangsung selama ini.
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok
tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat
dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar
mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap
menyenangkan. Hal ini sejalan dengan amanat Permendiknas No 41 Tahun 2007:
“Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.”
Penyajian Unit PAKEM dalam pelatihan MBS bagi sekolah dan segenap pemangku
kepentingan sekolah dimaksudkan untuk:
1. memberikan gambaran tentang apa, mengapa, dan bagaimana pelaksanaan PAKEM
kepada peserta pelatihan terutama Kepala Sekolah dan Komite Sekolah
PAKEM membutuhkan media dan sumber belajar yang
efektif. Peran Serta Masyarakat dapat diarahkan untu.k
membantu pengadaan alat dan bahan untuk PAKEM
116
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
2. mendorong semua pemangku kepentingan sekolah untuk memberikan dukungan
terhadap pelaksanaan PAKEM di sekolah
3. meningkatkan manajemen sekolah yang mengutamakan perbaikan proses
belajar mengajar
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu:
1. mengenali karakteristik utama PAKEM
2. memahami pentingnya PAKEM bagi peningkatan kualitas siswa
3. meningkatkan peran serta semua pemangku kepentingan sekolah untuk mendukung
PAKEM
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan Unit 6
2. Video tentang PAKEM
3. Alternatif video: Skenario pemodelan PAKEM (dan bahan yang dibutuhkan: botol
aqua kosong dan pensil sejumlah kelompok, benang bangunan atau benang lain)
4. Lembar Kerja Format 6.1
5. ATK: spidol (besar dan kecil), kertas manila atau kertas plano, kertas putih
117
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
D. LANGKAH KEGIATAN
15’ 15’ 35’
Pengantar singkat
Penayangan video
PAKEM
Berbagi pengalaman
PAKEM dari peserta
guru
1
2
3
40’ 15’
Diskusi peran
pemangku
kepentingan dalam
PAKEM
Penguatan
PAKEM
5
4
1. Pengantar (15 menit)
Fasilitator memberikan pengantar singkat tentang rencana kegiatan dan
kompetensi yang diharapkan setelah mengikuti kegiatan. Fasilitator menanyakan
pada peserta apa yang mereka ketahui tentang PAKEM. Setiap peserta diminta
menuliskan jawabannya pada selembar kertas tanpa berdiskusi. Kemudian,
fasilitator mengumpulkan jawaban peserta untuk dipajangkan.
2. Penayangan Video Pembelajaran (15 menit)
Fasilitator memberi informasi kepada peserta bahwa mereka akan melihat
tayangan pembelajaran. Peserta diharapkan dapat membedakan antara
pengalaman pembelajaran yang mengandung unsur-unsur PAKEM dengan yang
tanpa PAKEM. Peserta diharapkan mengamati dengan kritis proses pembelajaran
yang berlangsung dalam tayangan.
3. Berbagi Pengalaman PAKEM dari Peserta Guru (35 menit)
Untuk memperkaya perspektif dan pemahaman tentang PAKEM, Fasilitator
meminta 2 peserta guru untuk berbagi pengalaman mereka dalam melaksanakan
pembelajaran (PAKEM). Peserta dapat berbicara tentang hal berikut: perbedaan
pembelajaran PAKEM dengan pendekatan lama, reaksi siswa terhadap
pelaksanaan PAKEM, tantangan serta dukungan yang diharapkan dari pihak
manajemen sekolah agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Guru (nara sumber)
dapat juga memperlihatkan karya siswa yang dihasilkan dari kelas atau alat peraga
118
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
yang digunakan. Waktu untuk masing-masing guru adalah 10 menit dan 5 menit
untuk tanya jawab.
Catatan: Sebelumnya, fasilitator perlu mengidentifikasi 2 peserta guru yang akan
diminta untuk berbagi pengalaman PAKEM. Guru dapat membawa hasil karya
siswa untuk diperlihatkan, demikian juga dengan alat peraga yang murah dan
menarik.
4. Penguatan (15 menit)
a. Fasilitator menanyakan kepada peserta: Hal penting apa yang ditemui dari
PAKEM?
b. Tantangan apa yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaannya?
Fasilitator menanggapi komentar dan jawaban peserta serta memberi
penegasan bahwa PAKEM memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kecapakan akademis, sosial dan emosional.
5. Diskusi Peran Pengawas, Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah,
Masyarakat, dan Orangtua dalam PAKEM (40 menit)
Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa pada bagian ini peserta akan
mendiskusikan peran Pengawas, Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah,
masyarakat , dan orangtua siswa dalam penerapan PAKEM di sekolah. Peserta
dikelompokkan menurut kelompok sekolah. Setiap sekolah merumuskan bentuk-
bentuk peran Pengawas, Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah , dan orangtua
serta masyarakat untuk meningkatkan PAKEM di sekolah masing-masing. Hasil
diskusi dapat dituliskan dalam lembar kerja Format 6.1.
Format 6.1: Peran Pemangku Kepentingan Sekolah dalam PAKEM
Peran pemangku kepentingan sekolah dalam menunjang PAKEM
Pengawas
Membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan memberikan motivasi dan penguatan
119
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Peran pemangku kepentingan sekolah dalam menunjang PAKEM
Kepala Sekolah
Membantu guru dengan memberikan ide-ide pembelajaran dan mendorong guru melakukan inovasi dalam pembelajaran
Guru
Melaksanakan dan mencoba ide atau strategi pembelajaran yang mendorong siswa berpikir aktif, kreatif dan kritis
Komite Sekolah
Memberikan tenaga, waktu, dan pemikiran dalam mendukung pelaksanan PAKEM di sekolah
Masyarakat
Menjadi narasumber
Orangtua
Menjadi mitra anak belajar di rumah
Hasil diskusi kemudian dipresentasikan oleh beberapa kelompok dan kelompok
lain memberikan tambahan. Hasil diskusi setelah dipresentasikan dipajangkan.
Semua peserta ditugaskan untuk melihat hasil diskusi semua kelompok. Peserta
diharapkan untuk memberikan saran dan masukan terhadap hasil kerja kelompok.
120
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
APA ITU PAKEM?
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif berpikir, bertanya,
mempertanyakan, mengemukakan gagasan, bereksperimen, mempraktikkan konsep
yang dipelajari, dan berkreasi. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si
pembelajar dalam membangun pengetahuannya; bukan proses pasif yang hanya
menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir aktif, maka pembelajaran
tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Suatu konsep (misalnya demokrasi, kerjasama, fotosintesa, penjumlahan, dan
kebersihan) yang dijelaskan melalui ceramah sebenarnya sangat sulit dipahami siswa
karena konsep tersebut disampaikan secara abstrak. Hal yang abstrak sulit dipahami
karena tingkat berfikir anak-anak yang cenderung kongkrit atau mencari bentuk
nyata. Jika dalam mengajar guru menggunakan media seperti gambar, film,
peragaan, dan sebagainya maka konsep yang dipelajari menjadi lebih kongkrit (nyata)
dan lebih mudah dipahami anak.
Namun, yang paling bisa membuat konsep menjadi kongkrit adalah ketika anak
terlibat dalam pengalaman langsung dan aktif menemukan sendiri dari pengalaman
tersebut suatu konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. Misalnya, anak-anak
menemukan sendiri makna dari penjumlahan setelah mereka terlibat dalam kegiatan
jumlah menjumlah menggunakan benda nyata (kacang merah, batu-batuan, atau
penjepit kertas misalnya). Contoh lain, siswa memahami konsep demokrasi setelah
mereka terlibat aktif dalam penerapan prinsip-prinsip demokrasi dan musyawarah
dalam kegiatan pemilihan ketua kelas yang dirancang serius oleh guru. Pengalaman
nyata dan proses penerapan tersebut memberikan cara bagi mereka untuk
membangun pemahaman sendiri secara aktif tentang konsep penjumlahan dan
demokrasi.
Di bawah ini adalah bagan dari Edgar Dale (1946) yang menunjukkan macam media atau
kegiatan yang bisa dipakai untuk mengajarkan suatu konsep dan hubungannya dengan
tingkat kekongkritan konsep yang bisa tersampaikan. Pembelajaran yang bergantung
hanya pada verbal saja (ceramah, membaca) mengandung tingkat keabstrakan paling
tinggi dan pengalaman langsung yang membuat siswa aktif menemukan dan menerapkan
suatu konsep memiliki tingkat kekongkritan yang paling tinggi.
121
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pesan dari bagan Edgar Dale tersebut diperkuat oleh kata-kata Confucius, orang
bijak dari Timur, sebagai berikut:
• Yang saya dengar, saya lupa
• Yang saya lihat, saya ingat
• Yang saya kerjakan, saya pahami
Melv in L. Silberman penulis “101 Cara Belajar Aktif” mendukung juga keaktifan
siswa untuk memberikan hasil belajar yang maksimal dengan mengatakan:
• Yang saya dengar, saya lupa
• Yang saya dengar dan lihat, saya ingat
• Yang saya dengar, lihat, tanyakan, atau diskusikan, saya mulai pahami
• Yang saya dengar, lihat, dan diskusikan, serta lakukan , saya memperoleh pengetahuan
dan keterampilan
• Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai
122
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang
kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa yang bisa mengoptimalkan
potensi diri siswa. Karena dalam PAKEM siswa banyak bekerja dan berbuat maka
terdapat banyak kesempatan bagi siswa untuk menghasilkan produk belajar. Produk
itu bisa berupa karya seni, jalan keluar terhadap suatu permasalahan, grafik, diagram,
tabel, puisi, karangan, pantun, lagu, tarian, model tiga dimensi, dan lain - lain.
Dengan demikian, daya imajinasi dan daya cipta/kreasi siswa bisa berkembang
dengan optimal.
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang jauh dari rasa bosan dan takut
sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran
sehingga waktu curah perhatiannya pada pembelajaran tinggi. Menurut hasil
penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar.
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak
efektif. Proses pembelajaran yang efektif menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa
setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah
tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan
menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti
bermain biasa.
Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
• Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
• Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat belajar siswa dan membantu siswa membangun pengetahuan dan
pemahaman. Cara-cara tersebut diantaranya adalah menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok
bagi siswa.
• Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.
• Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
• Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.
123
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
• Peran guru lebih sebagai fasilitator daripada penceramah, artinya guru mendesain
kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selama kegiatan
pembelajaran, guru tidak lagi hanya berdiri di depan kelas tetapi berkeliling memantau
kegiatan siswa dan membantu siswa dalam proses belajar.
APA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN
PAKEM?
1. Memahami sifat dasar anak
Pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu dan suka berimajinasi. Anak desa,
anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan
Indonesia — selama mereka normal — terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua
sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis
dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita
olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut.
Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil
karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang
mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan
pembelajaran yang subur bagi rasa ingin tahu dan imajinasi tersebut.
2. Mengenal perbedaan setiap anak
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif, dan
Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin
dalam kegiatan pembelajaran. Karena itu semua anak dalam kelas tidak harus
selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan bisa berbeda sesuai dengan
kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat
dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan
mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya ketika dia mendapat
kesulitan sehingga anak tersebut bisa belajar secara optimal
3. Memahami anak sebagai makhluk sosial
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami cenderung melibatkan anak lain
dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar.
Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan
atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas
dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan
mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu
juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
124
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah sehingga pada
dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Keterampilan pemecahan
masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk
menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah.
Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan
imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas
guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering mungkin
memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang
dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang
dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban
yang betul hanya satu).
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang
menyenangkan
Ruang kelas yang menyenangkan merupakan unsur tak terpisahkan dari PAKEM.
Dalam kelas yang menerapkan PAKEM, anak-anak banyak belajar melalui bekerja
dan berbuat sehingga banyak menghasilkan produk. Hasil pekerjaan siswa
tersebut sebaiknya dipajangkan untuk membuat kelas menjadi hidup dan menarik.
Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan bisa memotivasi siswa untuk bekerja
lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat
berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat
berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya.
Guru perlu memastikan bahwa setiap siswa mempunyai karyanya yang
dipajangkan. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan
ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan
rujukan ketika membahas suatu masalah.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya
untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar,
tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar
dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari
lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu.
Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti
mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan,
berhipotesis (membuat dugaan), mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan
membuat gambar/diagram.
125
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian
umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara
guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada
kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara
santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi
tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan
siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru yang berkaitan
dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada
hanya sekedar angka (nilai).
8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan
sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok
serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang
sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik.
Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan
gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental
adalah tumbuhnya perasaan tidak takut. Banyak siswa merasa takut
ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu,
guru hendaknya menciptakan suasana kelas di mana guru tidak marah kepada
siswa dan siswa tidak menertawakan siswa lain jika mereka memberi jawaban
yang tidak benar. Siswa harus didorong untuk mencoba, karena berbuat
kesalahan adalah bagian penting dari belajar. Guru juga tidak menyepelekan
siswa. Pada dasarnya guru harus berusaha menghilangkan penyebab rasa takut,
baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya
rasa takut sangat bertentangan dengan PAKEM.
Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?
Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pada saat yang sama, gambaran tersebut
menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan
tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh KBM dan kegiatan guru.
126
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Kegiatan Guru Kegiatan Belajar Mengajar
1. Guru merancang dan mengelola KBM
yang mendorong siswa untuk
berperan dan berpikir aktif dalam
pembelajaran.
Guru melaksanakan berbagai KBM seperti:
• Percobaan
• Diskusi kelompok
• Memecahkan masalah
• Mencari informasi
• Menulis laporan/cerita/puisi
• Berkunjung keluar kelas
• Bermain peran
2. Guru menggunakan alat bantu dan
sumber belajar yang beragam.
Sesuai matapelajaran, guru dapat menggunakan:
• Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
• Gambar
• Studi kasus
• Narasumber
• Lingkungan
3. Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan
keterampilan.
Siswa:
• Melakukan percobaan, pengamatan, atau
wawancara
• Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya
sendiri
• Menarik kesimpulan
• Memecahkan masalah atau mencari rumus sendiri
• Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata
sendiri
4. Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau
tulisan.
Melalui:
• Diskusi
• Lebih banyak pertanyaan terbuka
• Hasil karya yang merupakan pemikiran anak
sendiri
5. Guru menyesuaikan bahan dan
kegiatan belajar dengan kemampuan
siswa.
• Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan
(untuk kegiatan tertentu)
• Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan
kelompok tersebut
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
6. Guru mengaitkan KBM dengan
pengalaman siswa sehari-hari.
• Siswa menceritakan atau memanfaatkan
pengalamannya sendiri
• Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam
kegiatan sehari-hari
7. Guru menilai KBM dan kemajuan
belajar siswa secara terus menerus.
• Guru memantau kerja siswa
• Guru memberikan umpan balik
127
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
PERAN KOMITE SEKOLAH, ORANGTUA, DAN MASYARAKAT
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 044/
U/2002 Komite Sekolah berperan sebagai:
1. Pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di
satuan pendidikan.
2. Pendukung (baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga) dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3. Pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran
pendidikan di satuan pendidikan.
4. Mediator antara sekolah dengan pemerintah dan masyarakat di satuan pendidikan.
Peran tersebut selanjutnya diwujudkan dalam bentuk fungsi nyata dalam penyelenggaraan
persekolahan terutama dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Fungsi nyata Komite
Sekolah dalam pengembangan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Membantu sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (sesuai
dengan UU Sisdiknas No. 20/2003 Pasal 36 Ayat 2).
2. Mendorong tumbuhnya perhatian dan dukungan masyarakat terhadap penyeleng-
garaan pembelajaran yang bermutu.
3. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/ dunia
industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran yang
bermutu.
4. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna
mendukung peningkatan mutu pembelajaran.
5. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pembelajaran yang bermutu.
6. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan,
dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Dukungan bagi pelaksanaan PAKEM tidak hanya datang dari Komite Sekolah saja tetapi
juga dari masyarakat dan orangtua siswa. Pasal 9 UU Sisdiknas No. 20/2003 menyatakan
bahwa masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan. Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan bantuan dana,
pembuatan gedung, ruang kelas, pagar, dan sebagainya. Masyarakat juga sebetulnya dapat
terlibat dalam bidang Teknis Edukatif, seperti dalam proses belajar mengajar,
menyediakan diri menjadi tenaga pengajar, membicarakan pelaksanaan kurikulum,
memantau kemajuan belajar, dan sebagainya.
128
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Orangtua juga harus berperan serta dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan
PAKEM orangtua dapat berperan:
1. Menjadi mitra anak dalam belajar di rumah.
2. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan PAKEM.
3. Menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi pengembangan kreativitas anak,
misalnya dengan banyak memberikan pertanyaan, mengecek hasil karya anak, dan
mendorong kreativitas anak.
129
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
F. LEMBAR KERJA
Format 6.1: Peran Pemangku Kepentingan dalam PAKEM
Peran pemangku kepentingan sekolah dalam menunjang PAKEM
Pengawas
Membantu guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan memberikan motivasi
dan penguatan.
Kepala Sekolah
Membantu guru dengan memberikan ide-ide
pembelajaran dan mendorong guru melakukan
inovasi dalam pembelajaran
Guru
Komite Sekolah
Masyarakat
Orangtua
Menjadi mitra anak belajar di rumah
130
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
131
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
132
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
133
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
134
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
135
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
H. BAHAN TAMBAHAN UNTUK FASILITATOR
SKENARIO PEMODELAN
Pelajaran : IPS
Kelas/Semester : III / 1
Waktu : 2 x 35’
Standar kompetensi:
Memahami lingkungan dan melaksanakan kerja sama di sekitar rumah dan
sekolah.
Kompetensi Dasar:
Melakukan kerja sama di lingkungan rumah, sekolah, dan kelurahan/desa.
Indikator:
• Siswa dapat menjelaskan sikap-sikap kerja sama yang baik. • Siswa dapat menunjukkan perilaku kerja sama dalam kegiatan
kerjasama di kelas.
Sumber:
Buku Paket IPS Terpadu untuk Sekolah Dasar kelas III Bab Kerja Sama.
Alat dan Bahan:
1. Pensil, sejumlah kelompok.
2. Botol air (plastik), sejumlah kelompok.
3. Benang bangunan (jika ada, atau benang lain).
136
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Tahap-tahap kegiatan
Kegiatan
Waktu Sumber /
Alat/Bahan
Persiapan
• Siapkan pensil dan botol aqua sebanyak jumlah kelompok
• Ikatlah tiap pensil dengan 5 helai benang sepanjang 1 meter
• Ikatkan ujung tiap benang pada pensil dan usahakan sisa
benang masih cukup panjang
Sebelum
kegiatan
pensil,
benang,
botol aqua
Kegiatan awal
• Dengan dibimbing guru, kelas berdiskusi tentang bentuk
kerja sama di sekolah yang selama ini mereka lakukan (seperti
membersihkan kelas, merapikan peralatan belajar, dll)
• Guru menulis jawaban siswa di papan tulis
• Kemudian guru memberitahukan pada siswa bahwa pada
hari ini mereka akan diberi tugas yang membutuhkan kerja
sama dalam penyelesaiannya
10 menit
Kegiatan Inti
Pertama
• Bagilah siswa (peserta) ke dalam beberapa kelompok.
Setiap kelompok terdiri atas 4 – 5 orang. Setiap kelompok
memilih seorang ketua
• Guru membagikan botol dan pensil yang telah diikat benang
pada masing-masing kelompok
• Mintalah tiap anggota kelompok memegang benang,
menariknya sehingga benang menegang. Kemudian mintalah
kelompok untuk mencoba memasukkan pensil ke dalam botol
secepat mungkin. Ketua kelompok mengarahkan anggotanya
untuk bekerjasama
• Kelompok yang berhasil memasukkan pensil harus
segera meneriakkan bersama-sama ‘SELESAI’. Yang belum
selesai harus tetap berusaha memasukkan pensil ke dalam
botol.
20 menit
pensil,
benang,
botol aqua
Kedua
• Setelah kelompok berhasil memasukkan pensil mintalah
kelompok berdiskusi tentang proses kerja sama dalam
kelompoknya serta mengapa kelompok mereka berhasil atau
tidak berhasil. Hasil diskusi dituliskan pada kertas plano.
Guru memberikan pertanyaan pembimbing sebagai berikut:
a. Apa tujuan kelompok kalian melakukan kegiatan tadi?
b. Bagaimana kalau ada anggota yang memiliki tujuan yang
berbeda?
c. Bagaimanakah sikap tiap anggota ketika bekerja sama
supaya pensil cepat masuk?
d. Strategi apa yang digunakan untuk mencapai tujuan?
30
menit
137
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Ketiga
• Hasil diskusi dipresentasikan untuk menghasilkan
kesimpulan bersama kelas tentang apa saja yang harus
dilakukan supaya kerja sama bisa berlangsung dengan
baik
Keempat
• Setiap siswa diminta untuk menuliskan hal-hal penting apa
yang telah mereka pelajari dari kegiatan tadi, bagaimana
perasaan mereka ketika melakukan kegiatan tadi, dan sikap-
sikap apa yang dapat mereka gunakan apabila mereka
bekerjasama dengan teman
Kegiatan akhir
• Penerapan: Guru meminta kelompok memikirkan masalah-
masalah di kelas dan di sekolah yang mungkin sedang
dihadapi bersama-sama, misalnya: di dalam kelas tidak ada
bacaan, di dalam kelas kotor, kelas yang selalu gaduh dsb.
Guru menyatakan bahwa minggu depan mereka akan
berdiskusi tentang masalah- masalah tersebut dan mencari
jalan keluar bersama
• Guru meminta siswa untuk membaca buku paket Bab
Kerja sama di rumah sebagai bahan diskusi dalam pertemuan
berikutnya
10
menit
Asesmen
• Produk (tulisan anak tentang sikap-sikap dalam bekerjasama)
• Pengamatan terhadap perilaku anak pada saat melakukan kerja sama di kelas.
138
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
UNIT 6
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 7
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
140
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
141
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
UNIT 7
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Waktu: 3 Jam
A. PENGANTAR
Pasal 51 UU Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa
“Pengelolaan satuan pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah dilaksanakan berdasarkan stan-
dar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah/madrasah”.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) meru-
pakan konsep pengelolaan sekolah yang
ditujukan untuk meningkatkan mutu pen-
didikan di era desentralisasi pendidikan.
Pada pembahasan tentang MBS ini, fasili-
tator mendorong peserta untuk menggali
dan menemukan pengertian dan ciri-ciri
MBS melalui diskusi, pameran, observasi materi audio visual, dan memformulasikan
simpulan tentang MBS dari serangkaian kegiatan di atas. Setelah memahami
keunggulan MBS diharapkan sekolah menerapkan MBS.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu:
1. mengidentifikasi ciri-ciri sekolah yang berhasil menerapkan MBS
2. mengidentifikasi ciri-ciri manajemen berbasis sekolah
3. meningkatkan pemahaman tentang peran kepala sekolah, guru, dan komite sekolah
dalam penerapan MBS
Pertemuan rutin kepala sekolah, guru, dan
komite sekolah di SDN Maron Wetan 1
dalam membahas program sekolah.
142
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan unit
2. Video Unit 7: MBS (12 menit)
3. Bahan cetak tentang Manajemen Berbasis Sekolah dalam Gambar
4. Bahan cetak (potongan) tentang pola lama dan baru dalam pelaksanaan MBS
5. ATK: kertas plano dan spidol berbagai warna
D. LANGKAH KEGIATAN
10’ 60’ 40’
Pengantar Singkat
Fasilitator tentang MBS
Diskusi Kelompok
tentang MBS
Melengkapi
Pemahaman MBS
1 2 3
5’ 45’ 20’
Penguatan
Peran Unsur-Unsur
Sekolah dalam MBS
Berbagi Hasil
6 5 4
1. Pengantar (10 menit)
Fasilitator menyampaikan pengantar tentang aktivitas yang akan dilakukan dan
memberikan sedikit penjelasan tentang MBS. Fasilitator juga menjelaskan dasar
hukum penerapan MBS, yaitu UU No 20/2003 Sistem Pendidikan Nasional
No. 20/2003 Pasal 51 dan PP Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
2. Diskusi kelompok tentang MBS (60 menit)
Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompok yang terdiri atas 5-10 orang yang
bervariasi profesi dan asal sekolah.
Tugas 1 (10 menit): Peserta, sesuai peran mereka mendiskusikan apa yang
dimaksud dengan manajemen berbasis sekolah dan memberi contoh-contoh
143
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
pengalaman kegiatan MBS di sekolah. Hasil diskusi ditulis pada kertas plano.
Tugas 2 (20 menit): Fasilitator meminta beberapa kelompok untuk menyampaikan
hasil diskusi kelompok secara pleno dan meminta kelompok lain untuk menanggapi
atau memberi masukan.
Tugas 3 (30 menit): Fasilitator membagikan potongan kertas yang bertuliskan
kegiatan – kegiatan atau pendekatan pola manajemen lama dan baru kepada setiap
kelompok. Peserta diminta untuk mengelompokkan potongan kertas tersebut
berdasarkan pola manajemen lama dan baru/MBS. Pengelompokkan dilakukan di atas
kertas plano yang dibagi menjadi dua (seperti contoh di bawah).
Fasilitator memberi penjelasan tentang pergeseran pola.
Peserta diminta untuk memberikan tanda (*) di sebelah kanan setiap potongan kertas
yang menunjukkan kegiatan/pendekatan yang dilakukan selama ini di sekolah.
Pola lama Pola Baru
144
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
PERGESERAN POLA MANAJEMEN
Pola Lama Berubah ke Pola MBS
Sentralistik
(Semua hal ditentukan di pusat)
Desentralisasi
(Daerah diberi wewenang untuk beberapa hal)
Subordinasi
(Pihak yang lebih rendah, seperti kabupaten,
sekolah, guru, hanya mengikuti perintah dari atas)
Otonomi
(Pihak yang lebih rendah, seperti sekolah dan
guru, mempunyai kewenangan untuk
memutuskan sesuai tupoksinya)
Pengambilan keputusan terpusat
(Keputusan diambil oleh pimpinan, seperti Bupati, kepala sekolah)
Pengambilan keputusan partisipatif
(Keputusan dilakukan berdasarkan hasil konsultasi semua pemangku kepentingan di
dalam institusi)
Pendekatan birokratik
(Peran utama Kepala Sekolah dan guru, yang pada umumnya adalah PNS adalah sebagai ‘perpanjangan
tangan pemerintah’; tanggungjawab utama mereka
cenderung pada pemenuhan fungsi administratif)
Pendekatan profesional
(Kepala Sekolah dan Guru adalah orang-orang professional; tugas utama mereka adalah
meningkatkan mutu pendidikan, dengan
demikian mereka juga bertanggungjawab
kepada siswa dan orang tua siswa)
Pengorganisasian yang hirarkis
(Pengambilan keputusan top-down (dari atas ke bawah). Guru cenderung pasif dan hanya mengikuti
perintah dan menjalankan keputusan)
Pengorganisasian yang setara
(Pengambilan keputusan partisipatif. Guru dan pemangku kepentingan. Komite Sekolah
adalah bagian dari tim)
Mengarahkan
(Pimpinan memerintah atau memberi arahan kepada bawahannya)
Memfasilitasi
(Pimpinan membantu timnya untuk mewujudkan tujuan bersama)
Dikontrol dan diatur
(Patuh dan menuruti perintah dari atas)
Motivasi diri dan saling
mempengaruhi
(Berbagi, saling membelajarkan, berinisiatif)
Informasi ada pada yang berwenang
(Kita tak memiliki informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan)
Informasi terbagi
(Informasi yang dibutuhkan terbuka dan ada pada semua pihak)
Menghindari risiko
(Tidak suka berubah karena takut salah)
Mengelola risiko
(Percaya diri untuk mencoba pendekatan baru dan siap mencari cara untuk menghadapi
masalah yang timbul)
Menggunakan dana sesuai
anggaran sampai habis
(Proses penganggaran didasarkan pada
uang yang tersedia: RAPBS)
Menggunakan dana sesuai
kebutuhan dan seefisien mungkin
(Penganggaran didasarkan pada apa yang perlu dilakukan oleh sekolah untuk
memperbaiki proses belajar mengajar:
RKAS)
Sebagai penguatan, Fasilitator dapat mengacu pada informasi tentang MBS di bagian
bacaan E dan menayangkan Pergeseran Pola Manajemen dalam MBS seperti yang
terdapat pada tabel di atas.
145
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
3. Melengkapi Pemahaman tentang MBS (40 menit)
Fasilitator menugaskan kepada peserta pelatihan untuk melengkapi pemahamannya
tentang MBS dengan menyaksikan tayangan atau membaca bahan cetakan yang
berkaitan erat dengan MBS.
Peserta melihat tayangan atau membaca bahan cetakan yang digunakan untuk
melengkapi pemahaman tentang MBS seperti yang telah diperoleh dari kunjung karya.
Peserta menuliskan hasil pengamatan terhadap ciri-ciri MBS pada selembar kertas.
Peserta melakukan refleksi hasil pengamatan tentang MBS dan melakukan evaluasi
diri dengan mempelajari ciri-ciri manakah yang sudah dilaksanakan di sekolah dan ciri-
ciri manakah yang belum dilaksanakan di sekolah. Setiap peserta menuliskan hasil
pengamatannya terkait manajemen sekolah, pembelajaran, dan peran serta
masyarakat.
Fasilitator mengajak peserta untuk berbagi hasil di kelompoknya.
4. Berbagi Hasil (20 menit)
Fasilitator menempelkan satu set (3 lembar) kertas plano di dinding. Kertas
pertama bertuliskan MANAJEMEN, kedua bertuliskan PEMBELAJARAN, dan ketiga
PSM. Setiap kelompok diminta untuk memilih butir-butir yang dianggap paling
menarik untuk diketahui bersama dan menuliskannya pada masing–masing topik pada
kertas plano yang telah ditempel tersebut.
Fasilitator memilih satu topik yang dianggap cukup menarik untuk dibahas bersama.
5. Diskusi kelompok tentang peran Pengawas, Kepala Sekolah, Guru,
dan Komite Sekolah (45 menit)
Peserta dikelompokkan berdasarkan kelompok Kepala Sekolah, Pengawas,
Komite Sekolah, dan Guru untuk mendiskusikan peran mereka dalam
pelaksanaan MBS dan harapan terhadap dukungan dari masing-masing unsur
(terhadap peran mereka) agar pelaksanaan MBS dapat berjalan dengan baik.
Setiap kelompok menuliskan hasil diskusi pada kertas plano yang disediakan.
Fasilitator meminta setiap kelompok menempelkan kertas plano di dinding.
Dengan dipimpin fasilitator, setiap kelompok melakukan kunjung karya.
146
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
6. Penguatan (5 menit)
Fasilitator memberikan penguatan tentang MBS:
Keberhasilan MBS membutuhkan keterlibatan aktif dari seluruh pihak sekolah:
Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah, orang tua, Pengawas, dan masyarakat.
Transparansi dan akuntabilitas merupakan kunci keberhasilan manajemen se-
kolah dalam peningkatan mutu pendidikan.
Kepemimpinan Kepala Sekolah menentukan keberhasilan MBS.
Program MBS berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran.
147
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
1. Pengantar
Usaha peningkatan mutu pendidikan di tingkat pendidikan dasar telah banyak
dilakukan, tetapi hasilnya belum begitu menggembirakan. Berbagai studi dan
pengamatan langsung di lapangan menunjukkan bahwa paling sedikit ada tiga faktor
yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.
a. Pertama, kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang berorientasi
pada keluaran atau hasil pendidikan terlalu memusatkan pada masukan dan
kurang memperhatikan proses pendidikan.
b. Kedua, penyelengaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik. Hal ini
menyebabkan tingginya ketergantungan kepada keputusan birokrasi dan
seringkali kebijakan pusat terlalu umum dan kurang menyentuh atau kurang
sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah setempat. Di samping itu segala
sesuatu yang terlalu diatur menyebabkan penyelenggara sekolah kehilangan
kemandirian, insiatif, dan kreativitas. Hal tersebut menyebabkan usaha dan
daya untuk mengembangkan atau meningkatkan mutu layanan dan keluaran
pendidikan menjadi kurang termotivasi.
c. Ketiga, peran serta masyarakat terutama orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan selama ini hanya terbatas pada dukungan dana. Padahal peran serta
mereka sangat penting di dalam proses pendidikan antara lain dalam pengambilan
keputusan, pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas.
Atas dasar pertimbangan tersebut, perlu dilakukan orientasi kembali tentang
penyelenggaraan pendidikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
2. Faktor Pendorong Perlunya Desentralisasi Pendidikan
Saat ini sedang berlangsung perubahan paradigma manajemen pemerintahan1.
Beberapa perubahan tersebut antara lain:
a. Dari orientasi manajemen yang diatur oleh negara ke orientasi pasar. Aspirasi
masyarakat menjadi pertimbangan pertama dalam mengolah dan menetapkan
kebijaksanaan untuk mengatasi persoalan yang timbul.
b. Dari orientasi manajemen pemerintahan yang otoritarian ke demokrasi.
Pendekatan kekuasaan bergeser ke sistem yang mengutamakan peranan rakyat.
1 Miftah Thoha. “Desentralisasi Pendidikan”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 017, Tahun Ke-5, Juni 1999
148
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Kedaulatan rakyat menjadi pertimbangan utama dalam tatanan yang demokratis.
c. Dari sentralisasi kekuasaan ke desentralisasi kewenangan. Kekuasaan tidak lagi
terpusat di satu tangan melainkan dibagi ke beberapa pusat kekuasaan secara
seimbang.
d. Sistem pemerintahan yang jelas batas dan aturannya seakan-akan menjadi negara
yang sudah tidak jelas lagi batasnya akibat pengaruh dari tata-aturan global.
Keadaan ini membawa akibat tata-aturan yang hanya menekankan tata-aturan
nasional saja dan kurang menguntungkan dalam percaturan global.
Fenomena ini berpengaruh terhadap dunia pendidikan sehingga desentralisasi
pendidikan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Tentu saja desentralisasi
pendidikan bukan berkonotasi negatif, yaitu untuk mengurangi wewenang atau
intervensi pejabat atau unit pusat melainkan lebih berwawasan keunggulan.
Kebijakan umum yang ditetapkan oleh pusat sering tidak efektif karena kurang
mempertimbangkan keragaman dan kekhasan daerah. Di samping itu membawa
dampak ketergantungan sistem pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat (lokal), menghambat
kreativitas, dan menciptakan budaya menunggu petunjuk dari atas. Dengan
demikian desentralisasi pendidikan bertujuan untuk memberdayakan unit bawah
dan atau masyarakat dalam menangani persoalan pendidikan di lapangan. Banyak
persoalan pendidikan yang sepatutnya bisa diputuskan dan dilaksanakan oleh unit
tataran di bawah atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan apa yang terjadi di
banyak negara lain. Faktor-faktor pendorong penerapan desentralisasi2 terinci
sebagai berikut:
• Tuntutan orangtua, kelompok masyarakat, para legislator, pebisnis, dan per-
himpunan guru untuk turut serta mengontrol sekolah dan menilai kualitas
pendidikan.
• Anggapan bahwa struktur pendidikan yang terpusat tidak dapat bekerja
dengan baik dalam meningkatkan partisipasi siswa bersekolah.
• Ketidakmampuan birokrasi yang ada untuk merespon secara efektif
kebutuhan sekolah setempat dan masyarakat yang beragam.
• Penampilan kinerja sekolah dinilai tidak memenuhi tuntutan baru dari
masyarakat.
• Tumbuhnya persaingan dalam memperoleh bantuan dan pendanaan.
Desentralisasi pendidikan mencakup tiga hal, yaitu:
2 NCREL, 1995, Decentralization: Why, How, and Toward What Ends? NCREL’s Policy Briefs, report 1, 1993 dalam Nuril
Huda “Desentralisasi Pendidikan: Pelaksanaan dan Permasalahannya”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 017,
Tahun Ke-5, Juni 1999
149
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
a. Manajemen berbasis lokasi
b. Pendelegasian wewenang
c. Inovasi kurikulum
Pada dasarnya manajemen berbasis lokasi dilaksanakan dengan meletakkan semua
urusan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pengurangan administrasi pusat
adalah konsekuensi dari yang pertama dengan diikuti pendelegasian wewenang
dan urusan pada sekolah. Inovasi kurikulum menekankan pada pembaharuan
kurikulum sebesar-besarnya untuk meningkatkan kualitas dan persamaan hak bagi
semua peserta didik. Kurikulum disesuaikan benar dengan kebutuhan peserta
didik di daerah dan sekolah. Hal ini sesuai dengan UU No. 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 ayat 2 yang menyatakan bahwa ”Kurikulum
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh
setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan Propinsi untuk pendidikan
menengah”. Keputusan Mendiknas Nomor 22/2006 tentang Standar Isi dan
Keputusan Mendiknas Nomor 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
menjadi dasar pengembangan kurikulum sekolah yang disebut Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) .
Dalam pengembangan kurikulum, daerah diberi keleluasaan untuk mengem-
bangkan silabus yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan daerah.
Pada umumnya program pendidikan yang tercermin dalam silabus sangat erat
kaitannya dengan program-program pembangunan daerah. Sebagai contoh, suatu
daerah yang menetapkan untuk mengembangkan ekonomi daerahnya melalui
bidang pertanian, implikasinya silabus IPA akan diperkaya dengan materi-
materi biologi pertanian dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pertanian.
Manajemen berbasis lokasi yang merujuk ke sekolah, akan meningkatkan otonomi
sekolah dan memberikan kesempatan kepada tenaga sekolah, orang tua, siswa,
dan anggota masyarakat dalam pembuatan keputusan.
Berdasarkan hasil-hasil kajian yang dilakukan di Amerika Serikat, Site Based
Management merupakan strategi penting untuk meningkatkan kualitas pembuatan
keputusan-keputusan pendidikan dalam anggaran, personalia, kurikulum, dan
penilaian. Studi yang dilakukan di El Savador, Meksiko, Nepal, dan Pakistan
menunjukkan pemberian otonomi pada sekolah telah meningkatkan motivasi dan
kehadiran guru. Tetapi desentralisasi pengelolaan guru tidak secara otomatis
meningkatkan efesiensi operasional. Jika pengelola di tingkat daerah tidak
150
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
memberikan dukungannya, pengelolaan semakin tidak efektif. Oleh karena itu,
beberapa negara telah kembali ke sistem sentralisasi dalam hal pengelolaan
ketenagaan, misalnya Kolombia, Meksiko, Nigeria, dan Zimbabwe3.
Misi desentralisasi pendidikan adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan, meningkatkan pendayagunaan potensi daerah,
terciptanya infrastruktur kelembagaan yang menunjang terselenggaranya sistem
pendidikan yang relevan dengan tuntutan jaman, antara lain terserapnya konsep
globalisasi, humanisasi, dan demokrasi dalam pendidikan. Penerapan
demokratisasi dilakukan dengan mengikutsertakan unsur-unsur pemerintah
setempat, masyarakat, dan orang tua dalam hubungan kemitraan dan
menumbuhkan dukungan positif bagi pendidikan. Kurikulum dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan lingkungan. Hal ini tercermin dengan adanya kurikulum lokal.
Kurikulum juga harus mengembangkan kebudayaan daerah dalam rangka
mengembangkan kebudayaan nasional.
Proses belajar mengajar menekankan terjadinya proses pembelajaran yang
menumbuhkan kesadaran lingkungan yaitu memanfaatkan lingkungan baik fisik
maupun sosial sebagai media dan sumber belajar, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan alat pemersatu bangsa4.
3. Konsep Dasar MBS
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumber
daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua
pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah
atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
4. Karakteristik MBS
Apabila manajemen berbasis lokasi lebih difokuskan pada tingkat sekolah, maka
MBS akan menyediakan layanan pendidikan yang komprehensif dan tanggap
terhadap kebutuhan masyarakat di mana sekolah itu berada. Ciri-ciri MBS bisa
dilihat dari sudut sejauh mana sekolah tersebut dapat mengoptimalkan kinerja
3 Gaynor, Cathy (1998) Decentralization of Education: Teacher Management. Washington, DC, World Bank dalam Nuril
Huda “Desentralisasi Pendidikan: Pelaksanaan dan Permasalahannya”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 017,
Tahun Ke-5, Juni 1999.
4 Donoseputro, M (1997) Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam Upaya Pencapaian Tujuan Pendidikan: Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa dan Alat Pemersatu Bangsa, Suara Guru 4: 3-6.
151
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
organisasi sekolah, pengelolaan sumber daya manusia (SDM), proses belajar-
mengajar dan sumber daya sebagaimana digambarkan dalam tabel berikut:
Ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS
Organisasi Sekolah Proses Belajar
Mengajar
Sumber Daya
Manusia
Sumber Daya dan
Administrasi
Menyediakan
manajemen/
organisasi/
kepemimpinan
transformasional *
dalam mencapai
tujuan sekolah
Meningkatkan
kualitas belajar
siswa
Memberdayakan
staf dan
menempatkan
personel yang dapat
melayani keperluan
siswa
Mengidentifikasi
sumber daya yang
diperlukan dan
mengalokasikan
sumber daya tsb.
sesuai dengan
kebutuhan
Menyusun rencana
sekolah dan
merumuskan
kebijakan untuk
sekolahnya sendiri
Mengembangkan
kurikulum yang
cocok dan tanggap
terhadap
kebutuhan siswa
dan masyarakat
Memiliki staf dengan
wawasan MBS
Mengelola dana
sekolah secara efektif
dan efisien
Mengelola kegiatan
operasional sekolah
Menyelenggarakan
pembelajaran yang
efektif
Menyediakan
kegiatan untuk
pengembangan
profesi pada semua
staf
Menyediakan
dukungan
administratif
Menjamin adanya
komunikasi yang
efektif antara
sekolah dan
masyarakat
Menyediakan
program
pengembangan
yang diperlukan
siswa
Menjamin
kesejahteraan staf
dan siswa
Mengelola dan
memelihara gedung
dan sarana
Menggerakkan
partisipasi
masyarakat
Berperan serta
dalam memotivasi
siswa
Menyelenggarakan
forum /diskusi
untuk membahas
kemajuan kinerja
sekolah
Menjamin
terpeliharanya
sekolah yang
bertanggung jawab
kepada masyarakat
dan pemerintah
Dikutip dari Focus on School: The Future Organization of Education Service for Student, Department of
Education, Queensland, Australia*)
152
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Pada dasarnya kepemimpinan transformasional mempunyai tiga komponen yang
harus dimilikinya, yaitu:
a. Memiliki karisma yang didalamnya termuat perasaan cinta antara Kepala
Sekolah (KS) dan staf secara timbal-balik sehingga memberikan rasa aman,
percaya diri, dan saling percaya dalam bekerja.
b. Memiliki kepekaan individual yang memberikan perhatian kepada setiap
staf berdasarkan minat dan kemampuan staf untuk pengembangan profe-
sionalnya.
c. Memiliki kemampuan dalam memberikan simulasi intelektual kepada staf.
Kepala sekolah mampu mempengaruhi staf untuk berfikir dan
mengembangkan atau mencari berbagai alternatif baru.
Secara ringkas perubahan pola manajemen pendidikan lama (konvensional) ke
pola baru (MBS) dapat digambarkan sebagai berikut:
PERGESERAN POLA MANAJEMEN
Pola Lama Berubah ke Pola MBS
Sentralistik (semua ditentukan
oleh pusat)
Desentralisasi (Sebagian
kewenangan diberikan ke
daerah)
Subordinasi Otonomi
Pengambilan keputusan terpusat Pengambilan keputusan
partisipatif
Pendekatan birokratif Pendekatan profesional
Pengorganisasian yang hirarkis Pengorganisasian yang setara
Mengarahkan Memfasilitasi
Dikontrol dan diatur Motivasi diri dan saling
mempengaruhi
Informasi ada pada yang
berwenang Informasi terbagi
Menghindari risiko Mengelola risiko
Menggunakan dana sesuai
anggaran sampai habis
Menggunakan dana sesuai
kebutuhan dan seefisien
mungkin
153
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
MBS yang akan dikembangkan merupakan bentuk alternatif pengelolaan sekolah
dalam program desentralisasi bidang pendidikan, yang ditandai dengan adanya
otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi namun masih
dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. MBS harus menghasilkan
peningkatan proses belajar mengajar sehingga hasil belajar pun meningkat.
Sekolah yang menerapkan prinsip-prinsip MBS adalah sekolah yang harus lebih
bertanggung jawab, kreatif dalam bertindak, dan mempunyai wewenang serta
dapat dituntut pertanggungjawabannya (seperti berikut) oleh pemangku
kepentingan:
a. Menyusun dan melaksanakan program sekolah yang mengutamakan
kepentingan proses belajar mengajar (pelaksanaan kurikulum), bukan
kepentingan administratif saja
b. Menerapkan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya
sekolah (anggaran, personil, dan fasilitas)
c. Mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan
kondisi lingkungan sekolah walau berbeda dari pola umum atau kebiasaan
d. Menjamin terpeliharanya fasilitas dan sumber daya yang ada di sekolah dan
bertanggung jawab kepada masyarakat
e. Meningkatkan profesionalisme personil sekolah
f. Meningkatnya kemandirian sekolah di segala bidang
g. Adanya keterlibatan semua unsur terkait dalam perencanaan program sekolah
(misal: Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah, tokoh masyarakat, dll)
h. Adanya keterbukaan dalam pengelolaan anggaran pendidikan sekolah
Diharapkan dengan menerapkan manajemen pola MBS, sekolah lebih berdaya
dalam beberapa hal berikut:
a. Menyadari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi sekolah tersebut
b. Mengetahui sumberdaya yang dimiliki dan masukan pendidikan yang akan
dikembangkan
c. Mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk kemajuan lembaganya
d. Bertanggungjawab terhadap orang tua, masyarakat, lembaga terkait, dan
pemerintah dalam penyelenggaraan sekolah
e. Persaingan sehat dengan sekolah lain dalam usaha-usaha kreatif-inovatif untuk
meningkatkan layanan dan mutu pendidikan
154
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
f. Meningkatkan peran serta Komite Sekolah, masyarakat, dunia usaha dan dunia
industri (DUDI) untuk mendukung kinerja sekolah.
5. Peran Kepala Sekolah, Guru, dan Komite Sekolah dalam Penerapan
MBS
Kepala Sekolah adalah aktor kunci dalam penerapan MBS. Perannya sangat
menentukan dalam berhasil tidaknya penerapan MBS, sebab Kepala Sekolah adalah
pihak yang memimpin pelaksanaan program sekolah. Namun demikian, guru dan
komite sekolah juga memiliki peran yang sentral supaya sekolah berhasil menerapkan
MBS. Faktor yang paling berperan dalam keberhasilan penerapan MBS adalah kerja
sama antara ketiga pihak tersebut.
TUPOKSI KEPALA SEKOLAH (SD/MI)
Konsepnya adalah EMASLIM (Edukator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader,
Inovator, Motivator)
A. Sebagai Edukator
1. membimbing guru
2. membimbing karyawan
3. membimbing siswa
4. membimbing staf
B. Sebagai Manager
1. menyusun program
2. menyusun personal dalam organisasi sekolah
3. menggerakkan staf, guru, dan karyawan
4. mengoptimalkan sumber daya sekolah
Sekolah yang baik mempunyai karakteristik berikut:
Pelibatan seluruh komponen sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Komsek,
Pengawas)
Peran Kepala Sekolah sangat menentukan
Program sekolah berfokus pada peningkatan proses belajar mengajar untuk
mencapai mutu lulusan
Transparansi dan akuntabilitas adalah kunci keberhasilan manajemen sekolah
dalam peningkatan mutu pembelajaran
155
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
C. Sebagai Administrator
1. mengelola administrasi KBM dan Bimbingan dan Konseling (BK)
2. mengelola administrasi kesiswaan
3. mengelola administrasi ketenagaan
4. mengelola administrasi keuangan
5. mengelola administrasi sarana prasarana
D. Sebagai Supervisor
1. menyusun program supervisi
2. melaksanakan program supervisi
3. menggunakan hasil supervisi
E. Sebagai Leader
1. memiliki kepribadian yang kuat
2. memahami kondisi anak buah yang baik
3. memiliki Visi dan memahami Misi sekolah
4. memiliki kemampuan mengambil keputusan
5. memiliki kemampuan berkomunikasi
F. Sebagai Inovator
1. memiliki kemampuan mencari dan menemukan gagasan baru untuk
pembaharuan sekolah
2. memiliki kemampuan melakukan pembaharuan di sekolah
G. Sebagai Motivator
1. memiliki kemampuan mengatur lingkungan kerja (Fisik)
2. memiliki kemampuan mengatur suasana kerja (Non-fisik)
3. memiliki kemampuan menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman
TUPOKSI GURU
A. Membuat perencanaan:
1. Membuat program tahunan, semester
2. Membuat pemetaan materi
3. Menyusun silabus, RPP
4. Membuat program penilaian beserta instrumennya
5. Membuat program bimbingan
6. Menentukan KKM mata pelajaran
156
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
B. Melaksanakan KBM:
1. Melaksanakan pembelajaran berdasar RPP dengan pendekatan PAKEM
2. Mengelola kelas berdasar aktivitas belajar
3. Memberikan tugas pengembangan hasil belajar
4. Mengatur ruang belajar yang menyenangkan
C. Melaksanakan bimbingan:
1. Memberikan bimbingan dalam proses belajar
2. Memberikan bimbingan permasalahan siswa
3. Melakukan pendampingan sesama guru
D. Melakukan penilaian:
1. Melakukan penilaian dalam proses belajar
2. Melakukan penilaian portofolio, proyek, tes beserta instrumennya
3. Memberikan latihan uji kompetensi
E. Melakukan analisis:
1. Menganalisis hasil penilaian
2. Menentukan kelompok siswa yang perlu remedial dan pengayaan berdasar
KKM indikator dan KD
F. Melakukan remedial dan pengayaan:
1. Membuat soal-soal remedi dan pengayaan
2. Melakukan remedi dan pengayaan berdasarkan hasil analisis kelompok siswa.
PERAN DAN FUNGSI KOMITE SEKOLAH
A. Komite Sekolah berperan sebagai:
1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan di satuan pendidikan
2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan
3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan
4. Mediator antara sekolah dengan pemerintah (mediating agency) dan
masyarakat di satuan pendidikan
157
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
B. Komite Sekolah berfungsi sebagai berikut:
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia
usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan oleh masyarakat
4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan mengenai:
a. kebijakan dan program pendidikan
b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
c. kriteria kinerja satuan pendidikan
d. kriteria tenaga kependidikan
e. kriteria fasilitas pendidikan dan
f. hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan
5. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna
mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan
6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan
7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan
158
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DALAM GAMBAR
MENGAPA MBS?
Tujuan utama Manjemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah peningkatan mutu pendidikan.
Dengan adanya MBS sekolah dan masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah dari
atas. Mereka dapat mengembangkan suatu visi pendidikan yang sesuai dengan keadaan
setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri.
APA ITU MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)?
• Dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) alokasi dana kepada
sekolah menjadi lebih besar dan sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan sesuai
kebutuhan sekolah sendiri.
• Sekolah lebih bertanggung jawab terhadap perawatan, kebersihan, dan
penggunaan fasilitas sekolah, termasuk pengadaan buku dan bahan belajar. Hal
tersebut pada akhirnya akan meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung di kelas.
• Sekolah membuat perencanaan sendiri dan mengambil inisiatif sendiri untuk
meningkatkan mutu pendidikan dengan melibatkan masyarakat sekitarnya dalam
proses tersebut.
• Kepala sekolah dan guru dapat bekerja lebih profesional dalam memberikan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak di sekolahnya.
• MBS merupakan salah satu komponen sekolah dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajaran seperti yang terlihat dalam diagram di bawah ini. Komponen yang
lain adalah Peran Serta Masyarakat dan peningkatan mutu kegiatan belajar dan
mengajar melalui PAKEM di SD/MI dan Pembelajaran Kontekstual di SMP/MTs.
159
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
KONDISI SAAT INI
MANAJEMEN SEKOLAH
Manajemen sekolah cenderung pasif dan belum melibatkan semua pihak terkait
termasuk masyarakat.
Keuangan sekolah sering kurang transparan.
PERAN SERTA MASYARAKAT
Peran Serta Masyakat terbatas, sebagian besar pada pengumpulan dana untuk sekolah.
Belum terlibat dalam manajemen sekolah maupun menunjang kegiatan belajar
mengajar secara langsung.
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
c
Lebih-kurang 60% waktu anak
dihabiskan untuk mendengar-
kan guru atau menonton anak
lain mengerjakan tugas di
papan tulis – jarang ada kerja
praktik
Perpustakaan teratur dengan
baik tetapi jarang
dimanfaatkan siswa, bahkan
ada buku yang dikunci di
lemari
Pengaturan meja dan kursi
selalu tradisional
Anak lebih banyak menyalin tulisan dari papan tulis dan menjawab pertanyaan yang ditulis guru atau dari buku
paket – belum ada pertanyaan yang mengungkapkan pikiran
siswa dengan kata-kata sendiri.
Manajemen Berbasis Sekolah akan
Menghasilkan
160
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
KONDISI SESUDAH PELAKSANAAN
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Perpustakaan dimanfaatkan siswa dengan
baik,
Siswa berpartisipasi
aktif – guru mem-
bimbing dan men-
dampingi siswa dalam
pembelajaran
Adanya toilet tersendiri bagi
perempuan dan laki-laki.
Menggunakan
beragam media
sebagai sumber
belajar siswa di
sekolah
Peningkatan peran serta masyarakat dalam hal; meningkatkan
kondisi lingkungan sekolah, mendukung pembelajaran anak
Orangtua membantu di kelas
Rencana Pengembangan Sekolah dibuat bersama-
sama oleh sekolah dan masyarakat, dipajangkan
secara terbuka, dilaksanakan, dievaluasi, dan
diperbarui setiap tahun
161
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
PEMBELAJARAN YANG MENGAKTIFKAN
PIKIRAN SISWA
Adanya tugas-tugas yang lebih
praktis (seperti dalam IPA),
termasuk tugas yang
memanfaatkan
lingkungan sosial dan alam
Anak menggunakan lebih
banyak alat bantu belajar
Hasil kerja anak ditulis
dengan kata-kata mereka
sendiri (ini adalah hasil karya
anak kelas 1)
Guru menunjukkan fleksibilitas dalam
pengelolaan
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
Sudut-sudut baca/perpustakaan sekolah dibuat
dan dimanfaatkan
Guru menunjukkan fleksibilitas dalam
pengelolaan siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran
Hasil kerja anak dipajangkan di kelas
162
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
F. LEMBAR KERJA
Sentralistik
(Semua hal ditentukan di pusat)
Desentralisasi
(Daerah diberi wewenang untuk beberapa hal)
Subordinasi
(Pihak yang lebih rendah, seperti kabupaten, sekolah, guru, hanya mengikuti perintah dari atas)
Otonomi
(Pihak yang lebih rendah, seperti sekolah dan guru, mempunyai kewenangan untuk memutuskan sesuai
tupoksinya)
Pengambilan keputusan terpusat
(Keputusan diambil oleh pimpinan, seperti Bupati, kepala sekolah)
Pengambilan keputusan partisipatif
(Keputusan dilakukan berdasarkan hasil konsultasi semua pemangku kepentingan di dalam institusi)
Pendekatan birokratik
(Peran utama Kepala Sekolah dan guru, yang pada umumnya adalah PNS adalah sebagai ‘perpanjangan
tangan pemerintah’; tanggungjawab utama mereka
cenderung pada pemenuhan fungsi administratif)
Pendekatan profesional
(Kepala Sekolah dan Guru adalah orang-orang professional; tugas utama mereka adalah meningkatkan
mutu pendidikan, dengan demikian mereka juga
bertanggungjawab kepada siswa dan orangtua siswa)
Pengorganisasian yang hirarkis
(Pengambilan keputusan top-down (dari atas ke bawah). Guru cenderung pasif dan hanya mengikuti perintah
dan menjalankan keputusan)
Pengorganisasian yang setara
(Pengambilan keputusan partisipatif. Guru dan pemangku kepentingan (komite sekolah) adalah
bagian dari tim)
Mengarahkan
(Pimpinan memerintah atau memberi arahan kepada
bawahannya)
Memfasilitasi
(Pimpinan membantu timnya untuk mewujudkan tujuan
bersama)
Dikontrol dan diatur
(Patuh dan menuruti perintah dari atas)
Motivasi diri dan saling
mempengaruhi
(Berbagi, saling membelajarkan, berinisiatif)
Informasi ada pada yang berwenang
(Kita tak memiliki informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan)
Informasi terbagi
(Informasi yang dibutuhkan terbuka dan ada pada semua pihak)
Menghindari risiko
(Tidak suka berubah karena takut salah)
Mengelola risiko
(Percaya diri untuk mencoba pendekatan baru dan siap mencari cara untuk menghadapi masalah yang timbul)
Menggunakan dana sesuai anggaran
sampai habis
(Proses penganggaran didasarkan pada uang
yang tersedia: RAPBS)
Menggunakan dana sesuai
kebutuhan dan seefisien mungkin
(Penganggaran didasarkan pada apa yang perlu dilakukan oleh sekolah untuk memperbaiki proses
belajar mengajar: RKAS)
163
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
164
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
165
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
166
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
167
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
168
Manajemen Berbasis Sekolah
UNIT 7
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 8A
MANFAAT, JENIS-JENIS, DAN CARA
MENDORONG PSM
171 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM
UNIT 8A
UNIT 8A
MANFAAT, JENIS-JENIS, DAN CARA MENDORONG PSM Waktu: 1 Jam 45 Menit
A. PENGANTAR
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama
antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat.
Tanpa dukungan masyarakat, pendidikan tidak
akan berhasil dengan maksimal.
UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 54 Ayat 1 menyatakan bahwa
“Peran serta masyarakat dalam pendidikan
meliputi peran serta perseorangan, kelompok,
keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan
organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu
pelayanan pendidikan.” Ayat 2 menyatakan
bahwa “Masyarakat dapat berperan serta
sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.”
Sekarang hampir semua sekolah telah mempunyai komite sekolah yang merupakan
wakil masyarakat dalam membantu sekolah. Hal itu karena masyarakat dari berbagai
lapisan sosial ekonomi sudah sadar betapa pentingnya dukungan mereka untuk
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Sebetulnya banyak sekali jenis-jenis dukungan
masyarakat pada sekolah. Namun sampai sekarang dukungan tersebut lebih banyak
pada bidang fisik dan materi, seperti: membantu pembangunan gedung,
merehabilitasi sekolah, memperbaiki genting, dsb. Masyarakat juga dapat membantu
dalam bidang teknis edukatif, seperti: menjadi guru bantu, guru pengganti,
mengajarkan kesenian, keterampilan, atau agama. Tetapi amat disayangkan bahwa hal
tersebut belum banyak dilakukan.
Pada dasarnya masyarakat, baik ”kaya” atau “miskin”, berpotensi membantu sekolah
yang memberikan pembelajaran pada anak-anak mereka. Tetapi hal ini bergantung
pada bagaimana cara sekolah mendekati masyarakat tersebut. Sekolah harus
mengetahui cara mendorong peran serta masyarakat (PSM) agar masyarakat mau
membantu sekolah. Sesi ini akan membicarakan ketiga aspek penting tersebut –
pentingnya PSM, jenis-jenis PSM, dan cara mendorong PSM dalam mendukung
sekolah.
Pertemuan Paguyuban Kelas dengan
Komite SDN Maron Wetan 1 untuk
mendengarkan berbagai masukan dari
orangtua siswa.
172
Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM
UNIT 8A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu:
1 . mengidentifikasi manfaat peran serta masyarakat dalam membantu bidang
pendidikan
2. menginventarisasi berbagai jenis peran serta masyarakat
3. mengidentifikasi beberapa cara mendorong peran serta masyarakat
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan unit
2. Tayangan nara sumber (disiapkan sehari sebelumnya bersama fasilitator) tentang
peran serta masyarakat dan pihak-pihak yang terkait
3. Tayangan (video atau foto) tentang jenis-jenis kegiatan dari masyarakat, dan cara
mendorong peran serta masyarakat
4. Lembar Kerja Format 8.1 dan 8.2
5. ATK: kertas plano dan spidol berbagai warna
PERSIAPAN
Sebelum pelatihan fasilitator menghubungi calon nara sumber dan menginfor-
masikan tujuan lokakarya, jumlah peserta yang akan hadir, dan latar belakang
peserta. Fasilitator dan calon nara sumber mendiskusikan hal-hal pokok yang
akan disajikan atau dibahas dalam lokakarya, misalnya:
• Kiat-kiat bekerja sama dengan masyarakat dalam memajukan pendidikan
• Jenis-jenis PSM
• Kiat-kiat mendorong peran serta masyarakat
Nara sumber dapat berasal dari tokoh masyarakat yang banyak membantu se-
kolah, tetapi jika tidak ada dapat menghadirkan kepala sekolah yang sekolahnya
maju karena PSM.
Fasilitator dapat membantu nara sumber membuat tayangan yang menarik dan
jelas.
173 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM
UNIT 8A
D. LANGKAH KEGIATAN
10’ 35’ 30’
Pengantar
Presentasi Nara
Sumber
Diskusi kelompok
tentang:
• Pentingnya PSM
• Unsur masyarakat dan
jenis bantuan
• Cara mendorong PSM
1 2 3
5’ 25’
Penutup
Presentasi dan Diskusi
Pleno hasil kelompok
5 4
1. Pengantar (10 menit)
Fasilitator menanyakan apa yang diketahui peserta tentang PSM. Setiap
gagasan yang muncul ditulis di papan tulis. Setelah tanggapan peserta dianggap
cukup (sekitar 5-6 gagasan atau lebih), fasilitator mempertegas pengertian PSM.
2. Presentasi Narasumber dan Tayangan Video (35 menit)
Fasilitator menyampaikan bahwa dalam sesi ini akan ada tayangan dari nara
sumber. Fasilitator memandu proses penyajian nara sumber dan dilanjutkan
dengan diskusi atau tanya jawab. Presentasi tayangan dari nara sumber perlu
disiapkan oleh fasilitator sehari sebelum presentasi. Presentasi nara sumber
sebaiknya dilengkapi dengan foto-foto.
Nara sumber menyampaikan peran PSM di sekolah. Nara sumber sebaiknya
berasal dari masyarakat, misalnya orang tua siswa, tokoh masyarakat, atau
tokoh agama. Jika tidak ada, dapat diganti dengan kepala sekolah yang
sekolahnya telah maju karena peran serta masyarakat.
174
Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM
UNIT 8A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Peserta menyimak paparan nara sumber, membuat catatan hal-hal yang
penting, dan mencatat pertanyaan terhadap hal-hal yang kurang dipahami.
Selain nara sumber, untuk memberikan gambaran yang lebih luas tentang jenis
kegiatan PSM, fasilitator dapat menayangkan video atau foto contoh-contoh
kegiatan peran serta masyarakat di sekolah yang telah dilakukan. Catatan: Untuk pelatihan kabupaten/kota nara sumber dapat berasal dari
kabupaten/kota lain atau dari kabupaten/kota sendiri.
3. Diskusi kelompok (30 menit)
Setelah mendapat kejelasan pengertian tentang PSM dan belajar mengenai PSM
dari nara sumber, peserta diminta membentuk kelompok-kelompok (setiap
kelompok terdiri dari 5-10 anggota yang berasal dari berbagai unsur). Topik
yang didiskusikan oleh setiap kelompok adalah: (1) Pentingnya PSM (ditulis di
kertas plano), (2) Unsur masyarakat mana yang potensial dapat membantu dan
apa jenis bantuannya (mengisi Format 8.1) serta (3) Bagaimana menggerakkan
masyarakat agar mau membantu (mengisi Format 8.2).
Format 8.1: Peran Serta Instansi dan Pihak-pihak yang Terkait
Unsur Masyarakat Jenis-jenis Peran Serta
Ketenagaan Pemikiran Keahlian Barang Dana Lain-lain
1. Orangtua
siswa
Membantu
guru
Pengem-
bangan
sekolah
Narasumber,
Pelatih, dsb
Koran bekas,
Bambu, dsb.
Seba gai
sumber belajar
2. Paguyuban
kelas
3. Karang Taruna
4. Tokoh
Masyarakat
5. Tokoh Agama
6. Anggota PKK
7. Organisasi
Profesi
8. Kelompok
9. Kesenian
10. Masyarakat
Bisnis
11. Desa
12. Dll
175 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM
UNIT 8A
Format 8.2: Cara Menggerakkan/Mendorong PSM
Peserta menentukan cara mendorong PSM mana yang dipilih setelah
mempertimbangkan kekuatan dan kelemahannya.
Catatan: Diskusi kelompok dilaksanakan secara bebas. Fasilitator harus ber-
keliling untuk melihat perkembangan diskusi, memberikan saran jika diminta, dan
mengarahkan kembali diskusi jika sudah terlalu jauh menyimpang. Fasilitator
hendaknya TIDAK mendominasi pembicaraan, memaksakan, dan mengemukakan
gagasannya, serta tidak meremehkan gagasan peserta.
4. Diskusi Pleno (25 menit)
Setelah diskusi kelompok selesai, diadakan diskusi pleno yang membahas dua topik
yang ditugaskan.
Fasilitator meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya dan kelompok lain menanggapi.
Pada akhir kegiatan, fasilitator menegaskan hasil-hasil diskusi pleno, kemudian
meminta semua hasil kelompok dipajangkan dan meminta kelompok lain saling
melihat.
5. Penutup (5 menit)
Fasilitator memberi penegasan bahwa PSM memberi manfaat terhadap peningkatan
kualitas pendidikan sekolah. Meningkatnya kepedulian dan partisipasi terhadap
pengembangan sekolah akan semakin meningkatkan rasa memiliki.
Cara Mendorong
Kekuatan
Kelemahan
1. Orangtua/perwakilan kelas dilibatkan
dalam pertemuan rutin
2. Komite Sekolah mengikuti
MUSRENBANG Desa
176
Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM
UNIT 8A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
Butir-Butir Penting tentang Perlunya Peran Serta Masyarakat (PSM)
1. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama keluarga, masyarakat, dan Negara.
2. Keluarga bertanggung jawab untuk mendidik moralitas/agama, menyekolahkan
anaknya serta membiayai keperluan pendidikan anaknya.
3. Anak berada di sekolah antara 6-9 jam saja, selebihnya berada di luar sekolah
(rumah dan lingkungannya). Dengan demikian, tugas keluarga amat penting
untuk menjaga dan mendidik anak.
4. Anak perempuan perlu mendapat kesempatan belajar yang sama dengan anak
laki-laki.
5. Masyarakat berhak dan berkewajiban untuk mendapatkan dan mendukung
pendidikan yang baik.
6. Pemerintah berkewajiban membuat gedung sekolah, menyediakan tenaga/
guru, melakukan standarisasi kurikulum, menjamin kualitas buku paket, alat
peraga, dan sebagainya. Karena kemampuan pemerintah terbatas, maka peran
serta masyarakat akan sangat diperlukan.
7. Kemampuan pemerintah terbatas sehingga mungkin tidak mampu untuk
mengetahui secara rinci nuansa perbedaan pada masyarakat yang berpengaruh
pada bidang pendidikan. Jadi masyarakat berkewajiban membantu
penyelenggaraan pendidikan karena tahu apa yang dibutuhkan masyarakat
setempat.
8. Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan bantuan dana, pembuatan
gedung, ruang kelas, pagar, dan sebagainya.
9. Sekolah bertanggung jawab kepada pemerintah dan juga kepada masyarakat
sekitarnya.
10. Bantuan teknis edukatif juga sangat mungkin diberikan, seperti: menyediakan
diri menjadi tenaga pengajar, membantu anak berkesulitan membaca,
menentukan dan memilih guru baru yang mempunyai kualifikasi, serta
membicarakan pelaksanaan kurikulum dan kemajuan belajar.
11. Dalam konsep MBS, peran serta masyarakat memang amat luas, tapi karena
berbagai sebab, pelaksanaannya masih terbatas pada hal-hal berikut:
177 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM
UNIT 8A
a. Keterlibatan masyarakat
(orang tua siswa, anggota
Komite Sekolah, Tokoh
Masyarakat, dsb) hanya
dalam bentuk dukungan dana
atau sumbangan non-dana
berupa waktu, tenaga, dan
material.
b. Saat ini, PSM sudah dapat
dianggap baik jika dapat
masuk dalam bidang
pengelolaan sekolah,
misalnya: ikut merencanakan
kegiatan sekolah dan kemungkinan pendanaannya.
c. Masyarakat juga dimungkinkan ikut memikirkan penambahan guru yang tidak
ada atau kurang, dan bahkan menjadi “guru” pengganti, misalnya guru Agama,
Kesenian, dan Pramuka sampai pada mengganti guru mata pelajaran lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, Komite Sekolah dan Tokoh Masyarakat benar-
benar merupakan mitra sejajar Kepala Sekolah dan para guru. Sayang hal
tersebut belum menjadi bagian di sekolah- sekolah kita.
Jenis-jenis PSM
Ada bermacam-macam tingkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan pen-
didikan. Peran serta tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 7 tingkatan, yang dimulai
dari tingkat terendah ke tingkat yang lebih tinggi. Tingkatan tersebut terinci sebagai
berikut:
1. Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Jenis
PSM ini adalah jenis yang paling umum. Masyarakat hanya memanfaatkan jasa
sekolah dengan memasukkan anak ke sekolah.
2. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan
tenaga. Pada PSM jenis ini, masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan
pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang, dan/ atau
waktu dan tenaga.
3. Peran serta secara pasif. Artinya, menyetujui dan menerima apa yang
diputuskan oleh pihak sekolah (komite sekolah), misalnya komite sekolah
memutuskan agar orangtua membayar iuran bagi anaknya yang bersekolah dan
orangtua menerima keputusan tersebut dengan mematuhinya.
Masyarakat membantu memperbaiki gedung sekolah.
178
Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM
UNIT 8A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
4. Peran serta melalui konsultasi. Orangtua datang ke sekolah untuk
berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami anaknya.
5. Peran serta dalam pelayanan. Orangtua/masyarakat terlibat dalam kegiatan
sekolah, misalnya orangtua ikut membantu sekolah ketika ada studi tur, kegiatan
pramuka, kegiatan keagamaan, dsb.
6. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan yang didelegasikan/
dilimpahkan. Misalnya, sekolah meminta orang tua/masyarakat untuk
memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan, masalah gender, gizi, dsb. Dapat
juga berpartisipasi dalam mencatat anak usia sekolah di lingkungannya agar
sekolah siap menampungnya, menjadi nara sumber, guru bantu, dsb.
7. Peran serta dalam pengambilan keputusan. Orang tua/masyarakat
terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan (baik akademis maupun non
akademis) dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam rencana
pengembangan sekolah. Dalam hal ini, peran serta masyarakat melalui Komite
Sekolah termasuk dalam hal pengawasan pengelolaan keuangan sekolah.
Pada pelatihan ini, ditekankan agar sekolah meningkatkan PSM sampai pada tingkat
yang tertinggi (Tingkat ke-7), yaitu terlibat dalam pembahasan dan pengambilan
keputusan dalam pengembangan sekolah. Meningkatnya kepedulian dan partisipasi
terhadap pengembangan sekolah akan semakin meningkatkan rasa memiliki. Selain
itu, hubungan antara sekolah dan masyarakat semakin dekat dan sekolah menjadi
bagian tak terpisahkan dari masyarakat.
179 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM
UNIT 8A
F. LEMBAR KERJA
Format 8.1: Peran Serta Instansi dan Pihak-pihak yang Terkait
Unsur
Masyarakat
Jenis-jenis Peran Serta
Ketenagaan Pemikiran Keahlian Barang Dana Lain-
lain
1. Orangtua siswa
2. Paguyuban kelas
3. Karang Taruna
4. Tokoh
Masyarakat
5. Tokoh Agama
6. Anggota PKK
7. Organisasi
Profesi
8. Kelompok
Kesenian
9. Masyarakat
Bisnis
10. Desa
11. Dll
180
Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM
UNIT 8A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Format 8.2: Cara Menggerakkan/mendorong PSM
Cara Mendorong
Kekuatan
Kelemahan
Keterangan
1. Orang tua /perwakilan
kelas dilibatkan dalam
pertemuan rutin.
2. Komite Sekolah mengikuti
MUSRENBANG Desa
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. .
11.
181 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM
UNIT 8A
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
182
Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM
UNIT 8A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
183 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM
UNIT 8A
184
Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM
UNIT 8A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 8B
KREATIVITAS MENGHIMPUN
BERBAGAI SUMBER DAYA DAN
DANA
187 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana UNIT 8B
UNIT 8B
KREATIVITAS MENGHIMPUN BERBAGAI
SUMBER DAYA DAN DANA Waktu: 1 Jam 30 menit
A. PENGANTAR
Sumber daya dan dana merupakan
masukan penting yang diperlukan untuk
berlangsungnya proses pendidikan di
sekolah. Tanpa sumber daya dan dana
yang memadai, proses pendidikan di
sekolah tidak akan berlangsung secara
optimal, dan akibatnya tujuan sekolah
tidak akan tercapai.
Sekolah harus memiliki kemampuan
menghimpun berbagai sumber daya
maupun dana. Menghimpun berbagai
sumber daya dan dana memerlukan
kreativitas, namun karena terbelenggu
dengan kebiasaan yang rutin kreativitas
terhenti atau tidak muncul. Kegiatan berikut diharapkan dapat memicu peserta untuk
menjadi kreatif, khususnya dalam menggali berbagai sumber daya dan dana bagi
peningkatan mutu sekolah.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu:
1. mengembangkan pola pikir yang berbeda dari kebiasaan dan menemukan banyak cara
untuk mendapatkan sesuatu
2. mencari daya dan dana untuk sekolah secara lebih kreatif
3. memanfaatkan berbagai sumber yang ada untuk menghimpun daya dan dana
Peran serta masyarakat dengan bergotong royong
menghimpun dana dan membangun gedung
sekolah.
188
Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana
UNIT 8B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan unit
2. Lembar Kerja Format 8.3 dan 8.4
3. ATK: penjepit kertas, kertas plano dan spidol
D. LANGKAH KEGIATAN
10’ 30’ 20’
Pengantar dari
fasilitator
Kerja kelompok
Laporan kelompok
dan diskusi pleno
1 2 3
40’ 30’
Diskusi peran
pemangkukepen
tingan dalam
PAKEM
Menyusun
Rencana Kerja
5 4
1. Pengantar (10 menit)
a. Fasilitator menjelaskan bahwa:
Pertemuan ini akan membahas kreativitas menghimpun berbagai sumber
daya dan dana
Sebagai pemicu munculnya gagasan tentang kreativitas, peserta diminta
memecahkan masalah berikut:
189 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana UNIT 8B
Hubungkan kesembilan titik berikut dengan 4 garis lurus tanpa mengangkat
pena (atau permainan sejenis).
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Bila tidak ada yang mampu, fasilitator memberikan jawaban (terlampir).
b. Fasilitator bersama peserta membahas mengapa masalah di atas sukar
diselesaikan. Penyebabnya adalah karena dalam menyelesaikan masalah, pada
umumnya kita hanya berpikir pada cara penyelesaian yang biasa. Kita
terbelenggu dengan hal-hal yang rutin, tidak mau keluar dari kebiasaan. Dalam
masalah di atas, kita terpaku bahwa garis lurusnya tidak melebihi titik paling
ujung.
c. Fasilitator menunjukkan penjepit kertas dan meminta peserta menyebutkan
kegunaan dari penjepit kertas sebanyak-banyaknya. Fasilitator menuliskannya
di papan tulis.
d. Fasilitator memeriksa gagasan peserta apakah ada yang di luar kebiasaan.
e. Setelah mengalami beberapa contoh kegiatan kreatif tersebut, peserta diminta
mengemukakan pendapat tentang “Apa yang dimaksud dengan ‘kreatif’?”
f. Fasilitator merangkum bahwa kreatif secara sederhana dapat diartikan sebagai
“Kemampuan seseorang untuk melahirkan gagasan baru atau memberikan
tambahan terhadap gagasan yang sudah ada”.
2. Kerja kelompok (30 menit)
Fasilitator memulai sesi dengan menayangkan foto-foto/ide tentang kreativitas
menghimpun berbagai sumber daya dan dana.
a. Peserta dalam kelompok 4-6 orang mendiskusikan pertanyaan berikut:
• Apa saja cara menghimpun daya dan dana untuk memajukan pendidikan?
190
Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana
UNIT 8B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
b. Hasil diskusi ditulis pada kertas plano dengan menggunakan format, misalnya
sebagai berikut:
Format 8.3: Beberapa Cara Menghimpun Daya dan Dana untuk Sekolah
No Kegiatan Kekuatan Kelemahan
1.
Mencari donatur tetap
(individu/Dudi/CSR)
2. Mengadakan bazar
3. Ikut MUSRENBANG Desa
4. Melibatkan orang tua sebagai nara sumber
5 Melibatkan orang tua dalam mengajar
membaca di kelas awal
… …. …. ….
3. Laporan Kelompok dan Diskusi (20 menit)
a. Kelompok, secara bergiliran, melaporkan hasil diskusinya di depan kelas.
b. Kelompok kedua dan seterusnya hanya menyebutkan apa yang belum disebut
kelompok sebelumnya (untuk menghemat waktu).
c. Tiap kelompok diminta memberikan komentar terhadap laporan kelompok
lainnya.
d. Fasilitator juga memberikan komentar jika diperlukan.
e. Fasilitator merangkum dan menambahkan.
f. Di akhir presentasi fasilitator sekali lagi mengingatkan bahwa kreativ itas
sangat diperlukan dalam menghimpun daya dan dana untuk sekolah. Kita tidak
boleh takut “keluar dari kebiasaan” asal tidak melanggar hukum dan dalam
batas kepatutan.
191 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana UNIT 8B
4. Menyusun Rencana Kerja (30 menit)
Peserta berkelompok dalam kelompok sekolah dan memilih prioritas kegiatan yang
dianggap penting dari hasil diskusi kelompok sebelumnya. Kegiatan dikembangkan
menjadi rencana pelaksanaannya secara rinci. Misal “Mengadakan bazar”: kegiatan
apa saja yang perlu, bagaimana, kapan, dan siapa yang bertanggung jawab. Untuk
hal tersebut, format berikut dapat digunakan.
Format 8.4: Rencana Kerja Kegiatan Bazar di Sekolah Dasar
No Kegiatan Waktu Sumber/alat-bahan
yang diperlukan Penanggung Jawab
1. Pembentukan panitia 20/7/2012 Alat tulis, ruangan Ketua Komite
Sekolah/ KS
2. Rapat panitia
3. Rapat dengan Komite Sekolah
4. Menghubungi calon peserta
… …
Jika masih ada waktu, hasil karya salah satu kelompok dipresentasikan. Jika waktu
tidak cukup maka hasilnya cukup dipajangkan saja.
192
Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana
UNIT 8B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
Jawaban masalah “9 titik” (untuk fasilitator)
1. Dalam Sejarah, penemuan alat-alat baru adalah hasil kreativitas si Penemunya yang
biasanya “keluar dari kebiasaan” – Berani tampil beda! (Umpamanya, Mesin Jahit
ditemukan karena si pencipta keluar dari kebiasaan - biasanya lubang jarum untuk
benang ada di bagian belakang jarumnya. Tapi dia membuat lubang jarum di bagian
muka jarumnya – sesuatu yang berbeda dari kebiasaan! Maka jadilah Mesin Jahit
yang kita kenal. Dan banyak contoh lainnya).
2. Kejelian dalam menemukan “calon” sumber daya dan dana potensial serta yang
diperkirakan dapat membantu sekolah amat diperlukan. Harap diingat, jangan
berpikir biasa atau konvensional saja. Gunakanlah imajinasi dan kreativitas kita!
Segala macam sumber perlu diidentifikasi, dinilai kemungkinannya, lalu
dihubungi. Jadilah orang yang aktif dan proaktif, jangan hanya reaktif. Semakin
banyak sumber dan calon donor yang dihubungi, semakin besar pula kemungkinan
mendapatkan bantuan.
3. Jangan terpaku kepada sumber-sumber donor biasa tapi cari yang lain–orang tua
siswa; orang-orang kaya di desa tsb; dunia bisnis seperti pabrik-pabrik atau
perusahaan lainnya, baik yang berada di sekitar sekolah atau tempat lain;
kedutaan-kedutaan negara sahabat (biasanya mau menyumbang buku-buku, film
dsb); penerbit-penerbit buku – biasanya ada “jatah” sumbangan sosialnya
Mulai
193 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana UNIT 8B
termasuk buku-buku/ majalah-majalah yang tahun terbitnya sudah lama, dsb; bekas
siswa/ alumni yang “jadi orang”/sukses; Puskesmas, Rumah Sakit (untuk
memberikan penyuluhan kesehatan, penyuntikan gratis, dsb), serta badan-badan
lainnya.
4. Sekolah juga dapat membuat semacam “Majalah Sekolah”, “Warta Sekolah” atau
“Risalah Sekolah” - tentu saja jika sudah mampu dan ada kemungkinan
menjualnya. Publikasi ini sebaiknya merupakan publikasi yang dapat diedarkan
untuk dijual kepada orang tua siswa, tokoh-tokoh masyarakat, serta para alumni
sekolah tersebut yang sudah “mapan”. Tentu saja selain bertujuan
mengetengahkan berita-berita mengenai sekolah tersebut, hal ini juga untuk
memperoleh pemasukan dana atau bantuan lainnya untuk kepentingan sekolah
tersebut.
5. Dalam rangka pengelolaan sekolah secara terbuka, semua kegiatan persekolahan
dan perhitungan dananya perlu ditulis dan dipajangkan di sekolah agar dapat
diketahui oleh umum, terutama oleh masyarakat sekitarnya. Di samping
merupakan semacam pertanggungjawaban sekolah kepada publik, hal ini juga
diharapkan dapat lebih memancing kemungkinan sumbangan-sumbangan dari para
calon donor potensial.
194
Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana
UNIT 8B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
F. LEMBAR KERJA
Format 8.3: Beberapa Cara Menghimpun Daya dan Dana untuk Sekolah
No Kegiatan Kekuatan Kelemahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
195 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana UNIT 8B
Format 8.4: Rencana Kerja Kegiatan Bazar di Sekolah Dasar
No Kegiatan Waktu Sumber/ alat-bahan
yang diperlukan
Penanggung
Jawab
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
196
Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana
UNIT 8B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
197 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana UNIT 8B
198
Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana
UNIT 8B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
199 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana UNIT 8B
200
Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana
UNIT 8B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 8C
TRANSPARANSI DAN
AKUNTABILITAS PUBLIK
203
Transparansi dan Akuntabilitas Publik
UNIT 8C
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 8C
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PUBLIK
Waktu: 1 jam 30 menit
A. PENGANTAR
Tiap pekerjaan mutlak memerlukan adanya
pertanggungjawaban. Sampai sekarang ba-
nyak sekolah merasa hanya bertanggung
jawab kepada Pemerintah atau Yayasan yang
memberi uang dan kewenangan. Tidak
banyak yang merasa perlu bertanggung jawab
kepada masyarakat. Seharusnya, karena
sekolah mendidik anak (dari masyarakat),
maka sekolah harus bertanggung jawab
kepada masyarakat tentang pelaksanaan
tugasnya, penggunaan dana (apa kekurangan-
nya dan bagaimana sekolah mengharap
bantuan dan dukungan masyarakat untuk mendidik anak secara bersama). Banyak
pengalaman yang menyatakan bahwa sekolah yang dikelola secara terbuka dan siap
bekerjasama, akan mengundang simpati sehingga masyarakat akan merasa senang
memberikan dukungan atau bantuan yang diperlukan sekolah dalam usaha
peningkatan layanan pendidikan untuk anak-anak mereka.
Untuk dapat mencapai hal tersebut perlu diterapkan konsep Transparansi
(Keterbukaan) dan Akuntabilitas. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 8 UU No.20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional ”Masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan”.
Transparan/Terbuka, hal ini diperlukan dalam rangka menciptakan kepercayaan
timbal balik antar pemangku kepentingan melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai1.
Akuntabel berhubungan dengan pertanggungjawaban untuk melaporkan,
menjelaskan, dan memberi justifikasi tentang sebuah kegiatan atau keputusan kepada
pemangku kepentingan.
1 Akuntabilitas Publik, UNDP (2002)
RKT yang dipajangkan di papan pajangan
sekolah merupakan salah satu bentuk
akuntabilitas sekolah.
204
Transparansi dan Akuntabilitas Publik
UNIT 8C
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu:
1. mengetahui pentingnya manajemen berprinsip keterbukaan dan akuntabilitas
kepada pemberi amanat, termasuk masyarakat
2. memahami bahwa sekolah secara legal bertanggung jawab kepada Pemerintah
atau yayasan dan juga bertanggung jawab kepada masyarakat
3. mengetahui berbagai cara melaksanakan manajemen dengan prinsip keterbukaan
dan akuntabilitas di sekolah
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan unit
2. ‘Situasi’ untuk dibahas oleh kelompok
3. Lembar Kerja Format 8.5 dan 8.6
4. ATK: Kertas plano, spidol berwarna
5. Bahan bacaan bagi peserta
D. LANGKAH KEGIATAN
1. Pengantar (10’) dan Pembahasan Situasi (35 menit)
Fasilitator menjelaskan tujuan dan latar belakang kegiatan.
Fasilitator menggali arti Keterbukaan Publik dan Akuntabilitas Publik, lalu
dikaitkan hubungannya dengan manajemen sekolah. Berbagai jawaban dan
pengertian akan muncul. Inti jawaban perlu dituliskan di papan atau ditayangkan
agar diketahui secara pasti oleh peserta.
Pengantar (10’)
dan Pembahasan
Situasi (35’)
Diskusi Bentuk-
bentuk Transparansi
dan Akuntabilitas
Penguatan
45’’ 35’ 10’
1 2 3
205
Transparansi dan Akuntabilitas Publik
UNIT 8C
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Transparan/Terbuka diperlukan dalam rangka menciptakan kepercayaan
timbal balik antar pemangku kepentingan melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Akuntabel berhubungan dengan penrtanggungjawaban untuk melaporkan,
menjelaskan dan memberi justifikasi tentang sebuah kegiatan atau keputusan
kepada pemangku kepentingan.
Fasilitator menyampaikan situasi pada Format 8.5 untuk didiskusikan di
kelompok masing-masing. Setiap kelompok mendapatkan satu situasi yang
berbeda. Setiap kelompok mendiskusikan situasi tersebut terkait dengan
TRANSPARANSI dan AKUNTABILITAS.
Seorang kepala sekolah memutuskan untuk membeli seperangkat peralatan ‘drum
band’ karena sekolah akan diikutsertakan dalam lomba drumband se Kabupaten.
Kepala Sekolah mengundang seluruh orang tua siswa pada akhir tahun pelajaran. Ia
mengumumkan penerimaan dana BOS, lengkap dengan jumlah siswa dan jumlah
dana yang diterima serta peruntukkannya.
Seorang guru senior menetapkan nilai KKM untuk mata pelajaran matematika dan
mensosialisasikannya kepada rekannya dari tingkat yang sama.
Pada akhir semester, guru membagikan rapor kepada seluruh orang tua sebagai
pemenuhan kewajiban seorang guru.
Beberapa orang tua siswa mempertanyakan keputusan sekolah yang menolak putera
puterinya sebagai siswa sekolah tersebut. Kepala Sekolah menyampaikan alasan
bahwa keputusannya sudah sesuai dengan aturan.
2. Diskusi kelompok (35 menit)
Fasilitator menyampaikan pertanyaan berikut untuk dibahas secara pleno.
a. Bagaimana caranya masyarakat secara bebas mendapat informasi tentang
rencana, pelaksanaan kegiatan, dan penggunaan anggaran Sekolah? Berikan
beberapa alternatif dan akan lebih baik jika ada contoh nyata.
b. Apakah sekolah hanya bertanggung jawab pada Pemerintah atau Yayasan
yang membiayai mereka? Perlukah mereka bertanggung jawab kepada
masyarakat yang telah “menyerahkan” anak-anak mereka untuk dididik?
Mengapa harus demikian?
c. Bagaimana cara masyarakat mengetahui kualitas pembelajaran?
Bagaimana bentuk keterbukaan dan pertanggungjawaban (akuntabilitas)
sekolah kepada masyarakat?
206
Transparansi dan Akuntabilitas Publik
UNIT 8C
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Secara pleno fasilitator bersama peserta mengisi nomor satu butir satu pada
Format 3.6 (Pelaksanaan KBM: Proses belajar mengajar) secara lengkap hingga
peserta memahaminya.
Selanjutnya fasilitator meminta peserta untuk mendiskusikan topik-topik pada
Format 8.6 di dalam kelompok.
Format 8.6: Keterbukaan dan Akuntabilitas Publik
No Topik Diskusi Bentuk-bentuk
Transparansi
Bentuk-bentuk
Akuntabilitas
1.
Pelaksanaan KBM:
• Proses belajar mengajar
• Hasil belajar siswa, kehadiran,
putus sekolah dsb
• Kinerja guru, kualitas mengajar,
sikap guru
2.
Pengelolaan Sekolah:
• Pengembangan RKS/RKAS
3.
Keuangan:
• Penerimaan dana dari berbagai
sumber
• Penggunaan dana
4.
Lain-lain:
• Fasilitas Sekolah?
• Kepuasan orangtua/murid?
Fasilitator meminta salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi untuk
dibahas bersama.
3. Penguatan (10 menit)
Fasilitator memberi penguatan terhadap isu-isu atau permasalahan yang muncul
di langkah sebelumnya. Misalnya, “transparansi dan akuntabilitas dalam
pembelajaran akan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada sekolah dalam
mendukung peningkatan kualitas pembelajaran.” (Untuk lebih rinci silakan lihat
bahan bacaan).
207
Transparansi dan Akuntabilitas Publik
UNIT 8C
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
1. Sekolah sebagai lembaga publik perlu terbuka kepada pemangku kepentingan
(siswa, orang tua, masyarakat, dll.) sehingga perlu disampaikan informasi
mengenai perencanaan (RKS/RKT), pelaksanaan kegiatan, dan tanggung jawab
penggunaan anggaran (RKAS).
2. Tiap pekerjaan mutlak memerlukan adanya pertanggungjawaban dan
akuntabilitas. Sekolah sampai sekarang hanya merasa bertanggung jawab kepada
Pemerintah atau Yayasan yang memberi uang dan kewenangan, tetapi kurang
ada yang merasa bertanggung jawab kepada masyarakat.
3. Pada kenyataannya, sebagaian besar pembiayaan pendidikan saat ini berasal dari
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang asalnya adalah dari uang pajak. Oleh
karena itu, sekolah harus bertanggung jawab kepada masyarakat -- bagaimana
sekolah melaksanakan tugasnya, apa yang belum terlaksana, kekurangan
ataupun kelebihannya, serta bagaimana sekolah mengharapkan bantuan dan
dukungan masyarakat untuk mendidik anak secara bersama dan
berkesinambungan.
4. Di negara yang telah maju di mana MBS telah dilaksanakan dengan baik, sekolah
bertanggung jawab juga kepada masyarakat, walaupun mungkin keuangannya
sebagian besar berasal dari Pemerintah atau Yayasan. Masyarakat melalui
Komite Sekolah mempunyai kekuatan dan tidak bisa dianggap remeh oleh
Kepala Sekolah.
5. Saat ini keterbukaan dan akuntabilitas sekolah bisa dilakukan melalui berbagai
pertemuan dan rapat dengan Komite Sekolah atau perwakilan masyarakat dan
membeberkan secara terbuka semua persoalan sekolah – dari masalah guru ke
masalah keuangan sekolah – berapa yang diterima, dari siapa, digunakan untuk
apa, berapa yang sebetulnya diperlukan sekolah agar bisa beroperasi dengan
layak dan baik dsb. Makin ada keterbukaan, akan makin baik, dan
kemungkinan sekolah mendapat bantuan lagi dari masyarakat akan lebih besar.
6. Dalam program BOS, sekolah yang menerima dana BOS wajib untuk
mengumumkan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (Formulir BOS-K1),
rencana penggunaan dana BOS tiga bulanan (Formulir BOS-03) dan laporan
penggunaan dana BOS tiga bulanan (Formulir BOS-04) dengan cara memajang di
papan pengumuman sekolah.
208
Transparansi dan Akuntabilitas Publik
UNIT 8C
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
F. LEMBAR KERJA
Format 8.5: Pembahasan Situasi
1. Seorang kepala sekolah memutuskan untuk membeli seperangkat
peralatan ‘drum band’ karena sekolah akan diikutsertakan dalam
lomba drumband se Kabupaten.
2. Kepala Sekolah mengundang seluruh orang tua siswa pada akhir
tahun pelajaran. Ia mengumumkan penerimaan dana BOS, lengkap
dengan jumlah siswa dan jumlah dana yang diterima serta
peruntukkannya.
3. Seorang guru senior menetapkan nilai KKM untuk mata pelajaran
matematika dan mensosialisasikannya kepada rekannya dari tingkat
yang sama.
4. Pada akhir semester, guru membagikan rapor kepada seluruh orang
tua sebagai pemenuhan kewajiban seorang guru.
5. Beberapa orang tua siswa mempertanyakan keputusan sekolah yang
menolak putera puterinya sebagai siswa sekolah tersebut. Kepala
Sekolah menyampaikan alasan bahwa keputusannya sudah sesuai
dengan aturan.
209
Transparansi dan Akuntabilitas Publik
UNIT 8C
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Format 8.6: Transparansi dan Akuntabilitas Publik
No Topik Diskusi Bentuk-bentuk
transparansi
Bentuk-bentuk
Akuntabilitas
1.
Pelaksanaan KBM:
• Proses belajar mengajar
• Hasil belajar siswa, kehadiran, putus sekolah dsb
• Kinerja guru, kualitas mengajar, sikap guru
2.
Pengelolaan Sekolah:
• Pengembangan RKS/RKAS
3.
Keuangan:
• Penerimaan dana dari berbagai sumber
• Penggunaan dana
4.
Lain-lain:
• Fasilitas Sekolah?
• Kepuasan orangtua/siswa?
210
Transparansi dan Akuntabilitas Publik
UNIT 8C
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
211
Transparansi dan Akuntabilitas Publik
UNIT 8C
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
212
Transparansi dan Akuntabilitas Publik
UNIT 8C
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
213
Transparansi dan Akuntabilitas Publik
UNIT 8C
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
214
Transparansi dan Akuntabilitas Publik
UNIT 8C
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 9A
RENCANA KERJA SEKOLAH
(RKS)
217
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 9A
RENCANA KERJA SEKOLAH (RKS)
Waktu: 4 Jam
A. PENGANTAR
Sekolah sebagai suatu lembaga/institusi mempunyai
satu tujuan atau lebih. Dalam langkah mencapai
tujuan tersebut, perlu disusun rencana, tujuan dan
bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Pada
umumnya tujuan sekolah tercermin dalam bentuk visi
dan misi sekolah. Untuk mencapai visi dan misinya
sekolah menyusun perencanaan program dan
kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Kerja
Sekolah (RKS). Selain didasarkan pada visi dan misi
sekolah, penyusunan RKS terutama didasarkan pada
Evaluasi Diri Sekolah (EDS).
Umumnya sekolah cenderung statis dan mulai bergerak setelah masalah muncul ke
permukaan. Perencanaan dilakukan tidak hanya untuk mengatasi masalah yang sedang
dihadapi, tetapi juga untuk perencanaan ke depan dalam hal peningkatan kinerja sekolah
atau untuk mengantisipasi perubahan dan tuntutan jaman. Pada umumnya sekolah lebih
mengutamakan pengembangan fisik, padahal pengembangan non-fisik jauh lebih penting,
karena salah satu tujuan utama sekolah adalah menghasilkan anak didik yang bermutu.
Visi dan misi sekolah pada umumnya masih bersifat umum, sehingga perlu
dijabarkan/dirinci dan programnya harus sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
sekolah. Sangat sering ditemukan sekolah tidak mempunyai program yang relevan atau
tidak sesuai dengan visi-misinya.
RKS dibuat bersama secara partisipatif antara pihak sekolah (kepala sekolah dan guru)
bersama dengan pemangku kepentingan seperti komite sekolah, tokoh masyarakat, dan
pihak lain di sekitar sekolah yang peduli pendidikan. Dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan, sekolah telah menunjukkan sikap keterbukaan dan siap bekerjasama. Hal
tersebut akan meningkatkan rasa memiliki, serta dapat mengundang simpati sehingga
masyarakat akan merasa senang memberikan dukungan atau bantuan yang diperlukan
sekolah.
RKS dibuat secara partisipatif dengan
melibatkan berbagai pemangku
kepentingan
218
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
B. TUJUAN
Setelah selesai sesi ini peserta memahami proses penyusunan RKS, yang
meliputi:
1. penetapan kondisi sekolah saat ini
2. penetapan kondisi sekolah yang diharapkan
3. penyusunan program dan kegiatan
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan Unit
2. Format 9.1 dan 9.3 (Lembar Kerja)
3. Contoh Format 9.2 - 9.4 (pada tayangan)
4. ATK: kertas plano dan spidol besar
D. LANGKAH KEGIATAN
15’ 30’ 45’ 45’
Pengantar
Manfaat
KKRKS
Menyusun
Program
Sekolah (Pleno)
Praktik
Menyusun
Program
Sekolah
(Tantangan –
Sasaran)
1 2 3 4
10’ 20’ 15’ 60’
Penutup
Praktik Memilih
Penanggungjawab
dan Penyusunan
Jadwal
Praktik
Merumuskan
Program
Praktik
Menyusun
Program
Sekolah
(Penyebab
Masalah –
Kegiatan)
8 7 6 5
1. Pengantar RKS (15 menit)
Peserta duduk dalam kelompok sekolah. Jika meja cukup besar, bisa dipakai oleh dua
kelompok sekolah. Jika ada peserta yang bukan dari sekolah, mereka harus menyebar di
219
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
setiap meja. Kelompok sekolah ditambah peserta yang berasal bukan dari sekolah akan
tetap dipertahankan sampai sesi 9B selesai.
Fasilitator dalam pertemuan pleno/kelas menjelaskan manfaat Rencana Kerja Sekolah
(RKS), yaitu untuk membantu sekolah meningkatkan kualitas pendidikannya. Fasilitator
bisa memulai sesi dengan menanyakan kepada peserta: “Mengapa sekolah perlu
menyusun perencanaan?”
Memberi kontribusi terhadap perkembangan kualitas belajar mengajar yang
berkesinambungan melalui proses perencanaan, evaluasi, dan reviu.
Mengidentifikasi secara tepat apa yang harus dicapai.
Memberi gambaran tentang siapa, apa, kapan dan bagaimana mencapai tujuan.
Memberi gambaran apakah usaha yang dilakukan, biaya yang dikeluarkan serta dampak
dari perencanaan sesuai dengan peningkatan yang diharapkan.
Membantu dalam penentuan apakah suatu kegiatan harus dilakukan.
Membantu penentuan cara yang efektif dalam pencapaian target.
Fasilitator melanjutkan kegiatan dengan memberikan pertanyaan berikut: ‘Apa yang
paling penting dalam menghasilkan RKS yang bermanfaat?’ KEJUJURAN DATA
2. Manfaat Kelompok Kerja Penyusunan RKS (KKRKS) (30 menit)
Fasilitator menjelaskan bahwa salah satu prinsip penyusunan RKS adalah PARTISIPATIF,
artinya penyusunan RKS melibatkan seluruh komponen sekolah. Fasilitator meminta
peserta dalam kelompok meja untuk berbagi pengalaman dalam menyusun RKS, siapa saja
yang terlibat dan apa manfaat keterlibatan mereka.
Peserta kemudian diminta untuk mengumpulkan jawaban-jawaban tersebut dan dicatat di
kertas plano sesuai dengan Format 9.1.
Format 9.1: Pihak-pihak yang Menyusun RKS
No Siapa Terlibat Apa Manfaat Keterlibatan Mereka?
1 Kepala Sekolah Sebagai manajer, KS menjamin keterlibatan
semua pihak dalam penyusunan program
sekolah.
220
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Fasilitator meminta salah satu kelompok untuk menyampaikan hasilnya di depan kelas dan
kelompok lain memberikan komentar serta tambahan.
3. Menyusun Program Sekolah (45 menit)
Fasilitator menjelaskan cara menyusun rencana sekolah dengan cara menayangkan contoh
secara bertahap. (Kolom dibahas satu persatu dengan memberikan contoh deskripsinya).
Format 9.2: Contoh Program Sekolah yang Disusun Berdasarkan EDS
Standar: Komponen
Kondisi saat ini
(Hasil EDS)
Acuan Standar
Tantangan Sasaran Penyebab Masalah
Program Kegiatan Penanggung Jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengembangan
Kompetensi Lulusan:
Peserta didik
dapat mencapai target akademis yang diharapkan
Kebanyakan
siswa tidak membaca untuk kesenangannya.
Mereka hanya membaca karena kewajiban yang
diberikan oleh guru (buku teks, tugas dari guru)
Mengguna-
kan berbagai jenis
membaca untuk memahami wacana
Mengembang
kan budaya membaca
Semua siswa
membaca untuk kesenangan-
nya pada akhir tahun pelajaran
- Kurangnya
buku yang menarik
minat siswa
- Guru dan orangtua belum paham
penting-nya ‘budaya
membaca’
- Pengembangan
Sarana dan Prasarana Sekolah
- Membeli buku-
buku yang menarik minat siswa
- Meningkatkan pengelolaan
perpustakan untuk menarik siswa meminjam
buku
Kepala
Sekolah dibantu Panitia
Budaya Baca (Kepsek, wakil orang
tua tiap kelas, 2 guru, wakil
siswa)
- Pengembangan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
- Lokakarya tentang
‘peningkatan minat baca
siswa‘
- Pengembangan Standar Proses
- Membuat sudut baca,
- Kegiatan membaca
buku di sekolah setiap hari
- Pengembangan Standar Pengelolaan
- Kegiatan membaca buku di
rumah
- Orang tua
membantu program membaca di
kelas
Standar: Komponen (kolom 1) adalah standar dan komponen yang diambil dari delapan
Standar Nasional Pendidikan.
Kondisi saat ini (Hasil EDS) (kolom 2) adalah kondisi sekolah yang saat ini ada. Kondisi
sekolah bisa diambil dari deskripsi EDS yang dipertajam.
221
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Acuan standar (kolom 3) diambil dari indikator minimal komponen/sub komponen dari
Standar Nasional Pendidikan.
4. Praktik Menyusun Program Sekolah – Tantangan dan Sasaran (45 menit)
Fasilitator memberi penjelasan tentang tantangan dan sasaran.
Tantangan adalah kesenjangan antara kondisi nyata sekolah saat ini dengan acuan
standar.
Sasaran dalam RKS memegang peranan penting karena akan dijadikan sebagai acuan
dalam kegiatan dan penentuan keberhasilan program. Sasaran yang baik harus
memperhatikan komponen-komponen berikut::
Specific : Sasaran harus jelas dan fokus
Measurable : Sasaran dapat terukur
Achievable : Sasaran menantang namun realistis untuk dicapai
Relevant : Sasaran harus sesuai dengan kebutuhan dan nilai–nilai yang
dianut
Timely : Sasaran harus memiliki batas waktu
Fasilitator mengajak peserta untuk berdiskusi tentang sasaran yang SMART, contoh:
Semua siswa membaca untuk kesenangannya pada akhir tahun pelajaran
Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menyusun tantangan dan sasaran dari
kondisi sekolah yang diberikan (15’). Setiap kelompok mengerjakan di kertas plano.
Gunakan Format 9.3 untuk membantu kerja kelompok. (Setiap kelompok diberi
komponen yang berbeda; Jika jumlah kelompok lebih dari 5, satu komponen bisa
dikerjakan oleh lebih dari satu kelompok).
222
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Format 9.3: Rencana Kerja Sekolah
Standar: Komponen Kondisi saat ini (Hasil
EDS) Acuan Standar Tantangan Sasaran
1 2 3 4 5
Pengembangan Proses
Pembelajaran:
Pembelajaran
dilaksanakan secara
PAKEM
Hasil kerja siswa pada
umumnya seragam
(hanya menyalin apa yang
disampaikan oleh guru)
Pembelajaran
dilakukan dengan
memperhatikan
prinsip-prinsip
PAKEM
Pengembangan Proses
Pembelajaran:
Pembelajaran
dilaksanakan secara
PAKEM
Hasil kerja siswa belum
dipajangkan. Ruang kelas
dan sekolah pada
umumnya polos.
Pembelajaran
dilakukan dengan
memperhatikan
prinsip-prinsip
PAKEM
Pengembangan Proses
Pembelajaran:
Pembelajaran
dilaksanakan secara
PAKEM
Siswa mengerjakan tugas
sendiri-sendiri pada
tugas untuk semua siswa
di kelas
Pembelajaran
dilakukan dengan
memperhatikan
prinsip-prinsip
PAKEM
Pengembangan Standar
Pengelolaan:
Masyarakat mengambil
bagian dalam kehidupan
sekolah
Orang tua kurang
terlibat dalam membantu
proses belajar siswa
Warga sekolah harus
dilibatkan dalam
pengelolaan akademik
dan non akademik
Pengembangan Sarana
dan Prasarana Sekolah:
Sarana Sekolah Sudah
Memadai
Toilet kotor dan
jumlahnya tidak memadai
Rasio 1:100
Sekolah memiliki
program 7 K
(kebersihan,
ketertiban,
kerindangan,
keindahan, kesehatan,
kenyamanan,
keamanan)
Rasio 1:60 untuk
toilet laki-laki dan
1:50 untuk toilet
perempuan
Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya yang ditanggapi
oleh kelompok lain (30 menit).
223
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
5. Praktik Menyusun Program Sekolah – Penyebab Masalah dan Kegiatan
(60 menit)
Fasilitator memberi penjelasan tentang penyebab masalah dan kegiatan (5 menit).
Penyebab masalah adalah kondisi-kondisi atau hambatan-hambatan yang menjadi
penghalang untuk mencapai sasaran.
Kegiatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran dengan cara
menghilangkan penyebab masalah.
Fasilitator meminta kelompok untuk melanjutkan hasil kerjanya dengan cara
mendiskusikan penyebab masalah dan kegiatan untuk mengatasi penyebab masalah
tersebut (25 menit). Tayangkan Format 9.4 dan minta peserta untuk menyalinnya di
kertas plano.
Untuk memudahkan, peserta diminta untuk mengisi kolom 8 (kegiatan) lebih dulu
sebelum mengisi kolom 7 (program).
Format 9.4: Analisis Penyebab Masalah - Kegiatan
Penyebab Masalah
(problem identification)
Program Kegiatan Penanggung jawab
6 7 8 9
Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya yang ditanggapi
oleh kelompok lain (30 menit).
6. Praktik Merumuskan Program (15 menit)
Fasilitator menjelaskan bahwa nama program sekolah didasarkan pada delapan standar
nasional pendidikan (SNP). Satu hasil EDS bisa menghasilkan beberapa program.
Peserta mengidentifikasi nama program yang cocok pada masing-masing kegiatan di
kertas plano.
7. Praktik Memilih Penanggung jawab Kegiatan dan Penyusunan Jadwal
(15 menit)
Fasilitator melakukan curah pendapat mengapa setiap kegiatan perlu ada
penanggungjawabnya dan siapa saja yang bisa menjadi penanggung jawab.
Peserta menentukan penanggung jawab kegiatan dan menyusun jadwal pelaksanaannya.
224
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Contoh Format 9.5: Merencanakan Program
Sasaran
Program
Kegiatan
Penanggung
Jawab
Jadwal
2013/14 2014/15 2015/16 2016/17
Gj Gn Gj Gn Gj Gn Gj Gn
Semua siswa
membaca
untuk
kesenangannya pada akhir
tahun
pelajaran.
- Pengembangan
Sarana Prasarana
- Membeli buku-
buku yang
menarik minat
siswa
- Meningkatkan
pengelolaan
perpustakan
untuk menarik
siswa meminjam
buku
Kepala Sekolah
dibantu Panitia
Budaya Baca
(Kepsek, wakil orang tua tiap
kelas, 2 guru,
wakil siswa)
V
v
v
v
v
v
v
v
v
v V v
- Pengembangan
Pendidik dan
Tenaga
Kependidikan
- Lokakarya
tentang
‘peningkatan
minat baca
siswa‘
v
- Pengem-
bangan Proses
Pembelajaran
- Membuat
sudut baca
- Kegiatan
membaca
buku di
sekolah
setiap hari
v
- Pengembangan
Standar
Pengelolaan
- Kegiatan
membaca
buku di
rumah
- Orang tua
membantu
program
membaca di
kelas
v
v
v
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
Keterangan : Gj – semester ganjil Gn – semester genap
Fasilitator meminta setiap peserta untuk menyampaikan kendala yang mereka temui saat
penyusunan RKS.
Peserta melakukan kunjung karya untuk mereviu hasil karya kelompok lainnya.
7. Penutup (10 menit)
Fasilitator menyampaikan pentingnya setiap peserta untuk memahami setiap langkah dari
penyusunan RKS. Setiap langkah membutuhkan data dan pemikiran yang seksama sebelum
pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, proses diskusi menjadi hal yang sangat penting.
225
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA (SERTA LANGKAH DAN CONTOH PENGISIAN)
Di lapangan ditemukan berbagai format penyusunan RKS/RKT. Dalam modul ini proses dan logika penyusunan RKS/RKT lebih diutamakan. Proses dan logika yang dipelajari
dalam modul ini bisa diterapkan dalam berbagai format penyusunan RKS/RKT yang ada.
Berikut ini adalah salah satu contoh format penyusunan RKS/RKT dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdiknas, 2011, Perencanaan dan Penganggaran Sekolah
dan Madrasah)
Prinsip-prinsip Penyusunan RKS/M dan RKT
Berdasarkan buku Tesaurus Bahasa Indonesia (2006), prinsip adalah pijakan, pedoman,
atau dasar. Jadi prinsip penyusunan RKS/M dan RKT adalah dasar yang dijadikan pijakan
dalam menyusun RKS/M dan RKT. Di bawah ini adalah beberapa prinsip penyusunan
RKS/M dan RKT:
Sistematis, seluruh program disusun secara runtut berdasarkan skala prioritas;
Terpadu, mencakup perencanaan keseluruhan program yang akan dilaksanakan oleh sekolah/madrasah;
Multi-tahun, mencakup periode empat tahun;
Multi-sumber, mengindikasikan jumlah dan sumber dana masing-masing program. Misalnya dari BOS, APBD Kabupaten/Kota, sumbangan dari masyarakat atau sumber
dana lainnya;
Disusun secara partisipatif oleh kepala sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah
dan dewan pendidik dengan melibatkan pemangku-kepentingan lainnya;
Pelaksanaannya dimonitor dan dievaluasi oleh komite sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya;
Sensitif terhadap Isu Gender;
Tanggap dengan keadaan darurat.
Alur Penyusunan RKS/M dan RKT
Proses penyusunan RKS/M dan RKT dilakukan melalui tiga jenjang, yaitu: persiapan,
penyusunan RKS/M dan RKT, dan pengesahan RKS/M dan RKT. Alur proses penyusunan
RKS/M dan RKT tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut:
226
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
I. Persiapan
Sebelum penyusunan RKS/M dan RKT dilakukan, Dewan Pendidik (kepala
sekolah/madrasah dan guru) bersama komite sekolah/madrasah membentuk tim
penyusun RKS/M dan RKT yang disebut tim penyusun RKS/M. Tugas utama tim
penyusun RKS/M dan RKT ini adalah menyusun RKS/M dan RKT. Pembentukan tim
penyusun ini hendaknya dilakukan melalui proses demokratis dengan mengedepankan
musyawarah mufakat.
Setelah tim penyusun RKS/M dan RKT terbentuk, tim ini sebaiknya mengikuti
pembekalan/ orientasi mengenai kebijakan-kebijakan pengembangan pendidikan dan
penyusunan RKS/M dan RKT. Kegiatan utama selama tahap pembekalan ini adalah
membantu tim penyusun RKS/M dan RKT untuk mengenal informasi pokok yang
diperlukan dalam membuat perencanaan pendidikan. Subyek yang dibahas adalah:
peraturan dan perundang-undangan mengenai pendidikan dan perlindungan anak,
kebijakan pendanaan pendidikan, kebijakan peningkatan mutu dan perluasan kesempatan
memperoleh pendidikan, prioritas pendidikan tingkat kabupaten/kota, manajemen
berbasis sekolah/madrasah (MBS/M), pendekatan, strategi dan metode pembelajaran
inovatif seperti pembelajaran aktif, pembelajaran aktif-kreatif-efektif dan menyenangkan
(PAKEM), peran serta masyarakat dalam pendidikan, dan perencanaan pendidikan di
sekolah/madrasah. Selain itu juga dibahas penyusunan RKS/M dan RKT, peran dan fungsi
masing-masing pemangku kepentingan dalam proses perencanaan. Kegiatan pembekalan
ini bisa dalam bentuk kunjungan ke sekolah/madrasah, pelatihan, atau pemberian
informasi lainnya.
a. Proses Penyusunan RKS/M dan RKT
1) Menetapkan Kondisi Sekolah/Madrasah Saat ini
Untuk menetapkan kondisi sekolah/madrasah saat ini, sekolah/madrasah perlu
melakukan kegiatan yang disebut evaluasi diri sekolah/madrasah. Sekolah
PERSIAPAN:
1. Pembentukan
Kelompok
Kerja RKS/M
dan RKT
2. Pembekalan/
Orientasi
Tim
Penyusun
RKS/M dan
RKT
PENYUSUNAN RKS/M dan RKT:
1. Menentukan Kondisi Sekolah/
Madrasah Saat ini;
2. Menentukan Kondisi Sekolah/
Madrasah yang Diharapkan
3. Perumusan Program, Indikator
Kinerja, dan Kegiatan.
4. Perumusan Rencana Anggaran
Sekolah/Madrasah;
5. Perumusan Rencana Kerja Tahunan
(RKT) dan Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah/Madrasah (RKAS-
M/RAPBS-M).
PENYETUJUAN,
PENGESAHAN, DAN
SOSIALISASI RKS/M
dan RKT:
1. Penyetujuan oleh rapat
dewan pendidik; setelah
memperhatikan
pertimbangan Komite
Sekolah/Madrasah;
2. Pengesahan oleh pihak
yang berwenang;
3. Sosialisasi kepada
pemangku kepentingan.
227
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
menggunakan alat evaluasi diri yang digunakan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan serta Kementerian Agama sebagai dasar untuk mengembangkan
sekolah/madrasah empat tahun mendatang dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada publik.
Tujuan melakukan evaluasi diri adalah untuk melihat gambaran yang jelas tentang
situasi sekolah/madrasah saat ini. Karena itu, evaluasi diri sekolah/madrasah
harus diisi dengan seksama dan seobjektif mungkin. Informasi yang dihasilkan
dari evaluasi diri sekolah/madrasah berguna bagi pemangku kepentingan
sekolah/madrasah dalam menyusun RKS/M dan RKT yang didasarkan pada
kondisi nyata sekolah/madrasah.
Pelaksanaan evaluasi diri setiap tahun akan menunjukkan kinerja
sekolah/madrasah misalnya, bagian yang mengalami perbaikan atau peningkatan,
bagian yang tetap, dan bagian yang mengalami penurunan.
Sesuai dengan Panduan BOS 2012 bahwa kategori program sekolah/non
program sekolah meliputi:
a) Pengembangan Kompetensi Lulusan;
b) Pengembangan Kurikulum/KTSP;
c) Pengembangan Proses Pembelajaran;
d) Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan;
e) Pengembangan Sarana dan Prasarana Sekolah;
f) Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah;
g) Pengembangan dan Penggalian Sumber Dana Sekolah;
h) Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian Sekolah
2) Menetapkan Kondisi Sekolah/Madrasah Yang Diharapkan.
Mengacu kepada Lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 yang menyatakan
bahwa sekolah/madrasah merumuskan dan menetapkan serta mengembangkan visi,
misi, dan tujuan sekolah/madrasah. Penjelasan tentang visi, misi, dan tujun
sekolah/madrasah adalah sebagai berikut:
Visi Sekolah/Madrasah
Visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan keadaan sekolah/madrasah yang
diinginkan di masa datang. Visi sekolah/madrasah dikembangkan sesuai dengan
keinginan atau cita-cita sekolah/madrasah dengan tetap berkepribadian Indonesia.
Artinya visi suatu sekolah/madrasah harus mengacu kepada kondisi lingkungan
228
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
sekolah/madrasah dan daerah, namun juga harus mengacu kepada Visi Dinas
Pendidikan Kabupaten/kota. Hal ini untuk menghindari terjadinya kekeliruan bahwa
sekolah/madrasah ’bebas’ menentukan visinya dan tidak terkait dengan kebijakan
pihak lain. Di samping itu, visi sekolah/madrasah juga harus mempertimbangkan
potensi yang dimiliki sekolah/madrasah dan harapan masyarakat sekolah/madrasah.
Artinya jenis dan mutu layanan pendidikan seperti apa yang diharapkan oleh orang
tua dan masyarakat sekolah/madrasah untuk mewujudkan harapan tersebut.
Dalam lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 dijelaskan bahwa visi:
dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan segenap pihak
yang berkepentingan pada masa yang akan datang;mampu memberikan inspirasi,
motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan;dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga
sekolah/madrasah dan pihak-pihak yang berkepentingan selaras dengan visi
institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional;
diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala
sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite sekolah/madrasah;
disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan;
ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan
dan tantangan di masyarakat.
Pada perumusan visi sekolah/madrasah perlu diperhatikan rambu-rambu berikut ini:
1) Mengacu kepada landasan filosofis bangsa, UUD, dll. yang bersifat baku dan telah
menjadi pegangan hidup bangsa Indonesia;
2) Memiliki indikator pengembangan prestasi akademik dan non akademik;
3) Berkepribadian, nasionalisme, budaya nasional Indonesia;
4) Perkembangan era global;
5) Perkembangan IPTEK;
6) Dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan;
7) Sesuai konteks daerah, sekolah/madrasah, visi yayasan;
8) Belum operasional;
9) Menggambarkan harapan masa datang.
229
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Misi Sekolah/Madrasah
Misi adalah tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Jadi misi merupakan
penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang
dijadikan arahan untuk mewujudkan visi sekolah/madrasah. Dengan kata lain, misi
adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan sekolah/madrasah yang dituangkan
dalam visi dengan berbagai indikatornya. Rumusan misi selalu dalam bentuk kalimat
yang menunjukkan ’tindakan’ dan bukan kalimat yang menunjukkan ’keadaan’
sebagaimana pada rumusan visi.
Dalam lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 dijelaskan bahwa misi
sekolah/madrasah:
1) Memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/madrasah sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional;
2) Merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu;
3) Menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah;
4) Menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang
diharapkan oleh sekolah/madrasah;
5) Memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program
sekolah/madrasah;
6) Memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan
unit sekolah/madrasah yang terlibat;
7) Dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan
termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik
yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
8) Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan;
9) Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan
dan tantangan di masyarakat.
Tujuan Sekolah/Madrasah
Berdasarkan visi dan misi yang telah tersusun, sekolah/ madrasah merumuskan
tujuan sekolah/madrasah selama empat tahun ke depan menuju standar pelayanan
minimal (SPM) dan/atau Standar Nasional Pendidikan (SNP) atau di atasnya. Dengan
demikian, tujuan sekolah/madrasah pada dasarnya adalah langkah untuk mewujudkan
visi sekolah/madrasah yang telah dicanangkan.
Dalam lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 dijelaskan bahwa tujuan
sekolah/ madrasah:
230
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
1) Menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah
(empat tahunan);
2) Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan
kebutuhan masyarakat;
3) Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh
sekolah/madrasah dan Pemerintah;
4) Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk
komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang
dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
5) Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan.
RKS/M dan RKT yang baik adalah RKS/M dan RKT yang berangkat dari visi, misi, dan
tujuan sekolah/madrasah yang telah ditetapkan dan disepakati bersama oleh seluruh
pemangku kepentingan sekolah/madrasah.
Dalam menentukan kondisi sekolah/madrasah yang diharapkankan sebaiknya
dirumuskan bersama dengan para pemangku kepentingan. Hal ini penting karena
keterlibatan secara aktif dari semua pemangku kepentingan adalah salah satu kunci
keberhasilan sebuah sekolah/madrasah. Keterlibatan mereka harus diupayakan dari
sejak awal. Jika mereka terlibat dalam menganalisis kondisi sekolah/madrasah,
merumuskan kondisi sekolah/madrasah yang diharapkan dan ikut terlibat dalam
proses pembuatan rencana kerja sekolah/madrasah, maka keterlibatan mereka dalam
pelaksanaan program-program kerja sekolah/madrasah juga akan meningkat.
Pertanyaan kunci yang harus dijawab dalam menetapkan kondisi sekolah/madrasah
yang diharapkan pemangku kepentingan adalah: Seperti apa seharusnya
sekolah/madrasah ini empat tahun mendatang? Atau apa yang dianggap penting oleh
pemangku kepentingan dan yang menjadi perhatian mereka dalam kinerja
sekolah/madrasah?
Dalam menetapkan kondisi sekolah/madrasah yang diharapkan hendaknya:
1) Dirumuskan berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah/madrasah saat ini, bagian mana
yang akan ditingkatkan, diperbaiki atau dicapai dalam empat tahun ke depan;
2) Berorientasi pada peningkatan/perbaikan sekolah/madrasah (school improvement),
termasuk memperkuat kapasitas sekolah/madrasah dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan menyampaikan pengetahuan tersebut kepada peserta didik,
serta memperkuat kapasitas sekolah/madrasah dalam kolaborasi yang dibangun
atas dasar kepercayaan;
3) Mencakup bukan hanya harapan penyedia layanan (service provider), tetapi juga
pengguna layanan (service user);
231
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
4) Mengacu pada visi dan misi serta tujuan yang sudah dimiliki oleh sekolah/
madrasah;
5) Mengacu kepada standar pelayanan minimal (SPM 2010), dan/atau standar nasional
pendidikan (SNP) atau di atasnya (PP No. 19/2005).
3) Menyusun Program, Kegiatan, dan Indikator Kinerja
Program adalah upaya untuk mencapai sasaran. Program ini bisa dilaksanakan oleh
pihak sekolah/madrasah maupun pihak lain, misalnya dengan melibatkan komite
sekolah/madrasah atau warga masyarakat yang lebih luas. Supaya terarah, program
sebaiknya dikelompokkan sesuai dengan kategori program BOS 2010.
Sedangkan kegiatan adalah tindakan-tindakan yang akan dilakukan di dalam program.
Kegiatan perlu dirumuskan dari setiap program dengan mengacu pada indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan sehingga program dapat dicapai. Kegiatan bisa
diambil dari alternatif pemecahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Perumusan
kegiatan dilakukan dengan cara membuat daftar kegiatan yang terkait dengan program
tersebut. Kegiatan yang baik adalah yang mengarah pada pencapaian indikator
keberhasilan yang telah dirumuskan (indikator kinerja), dan dapat diperkirakan biaya
atau anggarannya.
4) Menyusun Rencana Anggaran Jangka Menengah (4 tahunan)
Setelah program dan kegiatan dirumuskan, kegiatan selanjutnya adalah menyusun
Rencana Anggaran Jangka Menengah untuk melaksanakan program dan kegiatan
tersebut.
Dalam menyusun rencana anggaran sekolah/madrasah ini ada 3 (tiga) langkah yang
harus dilakukan:
1) Menyusun Rencana Biaya Sekolah/Madrasah
Setelah rincian program dan kegiatan dirumuskan, maka sekolah/madrasah harus
menterjemahkannya ke dalam rencana biaya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan program/kegiatan tersebut.
Apakah sekolah/madrasah cukup memiliki dana dan dari mana dana tersebut
diperoleh?
Berikut ini adalah cara menyusun rencana biaya sekolah/madrasah:
232
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Sebelum menghitung rencana biaya, sekolah/madrasah perlu memiliki “Daftar Biaya
Satuan” yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah setempat (Bappeda; biasanya
dalam bentuk Peraturan Bupati/Walikota). Dengan daftar ini, setiap biaya kegiatan
dapat dihitung langsung dengan mengalikan jumlah satuan program dan kegiatan
tersebut dengan biaya satuan dalam “Daftar Biaya Satuan”.
Biaya Satuan dapat dihitung dengan cara:
a) Menentukan jenis satuan dan jumlah satuan standar;
b) Menghitung biaya atau harga satuan.
Misalnya untuk kegiatan pelatihan: Satuan apa yang dipakai untuk menentukan
biaya satuan? Apabila jumlah orang, maka kita harus membuat analisis harga
satuan per orang, sehingga harga satuan tersebut perlu ditentukan/dihitung
berdasarkan biaya pelatihan dengan menggunakan jumlah orang sebagai dasar.
2) Menghitung Rencana Biaya
Rencana Biaya adalah rencana kebutuhan dana yang diperlukan untuk pelaksanaan
program dan kegiatan yang telah dirumuskan serta biaya operasionalnya.
Kebutuhan dana ini dihitung tahunan untuk empat tahun ke depan. Menghitung
biaya program, yaitu mengalikan jumlah satuan dengan harga satuan. Setelah
keduanya dihitung, tambahkan untuk mendapatkan total rencana biaya yang
dibutuhkan selama empat tahun mendatang.
3) Membuat Rencana Pendanaan Sekolah/madrasah
Rencana Pendanaan adalah rencana sumber pendapatan yang sesuai dengan
kebutuhan dan urutan tingkat kepastian perolehan dana. Berikut adalah contoh
tingkat kepastian perolehan dana sekolah/madrasah:
BOS (Bantuan Operasional Sekolah /Madrasah).
Dana BOS sudah pasti jumlahnya, yaitu Rp 570.000,- (untuk SD/MI) dan Rp
720.000,- (untuk SMP/MTs) per peserta didik/tahun.
Sumbangan masyarakat melalui Komite Sekolah/ Madrasah belum dapat
dipastikan.
APBD Kabupaten/Kota, dana dari APBD berbeda-beda untuk setiap
kabupaten/kota.
Donatur (perusahaan/industri, alumni dsb.) juga belum dapat dipastikan.
233
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Format 9.2: Contoh Program Sekolah yang Disusun Berdasarkan EDS
Standar: Komponen
Kondisi saat ini
(Hasil EDS)
Acuan Standar
Tantangan Sasaran Penyebab Masalah
Program Kegiatan Penanggung Jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengembangan Kompetensi Lulusan:
Peserta didik dapat mencapai
target
akademis yang diharapkan
Kebanyakan siswa tidak membaca
untuk kesenangan-nya. Mereka
hanya membaca karena kewajiban
yang diberikan oleh guru
(buku teks, tugas dari guru)
Menggunakan berbagai jenis membaca
untuk memahami wacana
Mengembang-kan budaya membaca
Semua siswa membaca untuk
kesenangan-nya pada akhir tahun
pelajaran
- Kurangnya buku yang
menarik minat siswa
- Guru dan orang tua
belum
paham penting-nya
‘budaya membaca’
- Pengembangan Sarana dan Prasarana
Sekolah
- Membeli buku-buku yang menarik minat
siswa
- Meningkatkan
pengelolaan perpustakan untuk menarik
siswa
meminjam buku
Kepala Sekolah dibantu
Panitia Budaya Baca (Kepsek,
wakil orang tua tiap kelas, 2 guru, wakil
siswa)
- Pengembangan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
- Lokakarya
tentang ‘peningkatan minat baca
siswa‘
- Pengembangan
Standar Proses
- Membuat sudut
baca,
- Kegiatan
membaca buku di sekolah setiap
hari
- Pengembangan
Standar Pengelolaan
- Kegiatan
membaca buku di rumah
- Orang tua membantu
program membaca di kelas
Pengembangan Proses
Pembelajaran:
Pembelajaran dilaksanakan
secara PAKEM
Hasil kerja siswa pada
umumnya seragam (hanya
menyalin apa yang disampaikan
oleh guru)
Pembelajaran dilakukan
dengan memperhatikan prinsip-
prinsip PAKEM
Siswa menghasilkan
karya berdasarkan kreativitasnya
sendiri
Mulai semester 2
tahun pelajaran 2013/14
siswa membuat karya yang
bervariasi
Penugasan dari guru
tidak memberi peluang
munculnya karya siswa yang
bervariasi
- Pengembangan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
- Pelatihan PAKEM
(3 hari)
- Pendampingan
(Fasilitator)
- Pendampingan
pelaksanaan
PAKEM oleh Kepala Sekolah
Kepala Sekolah
234
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Standar: Komponen
Kondisi saat ini
(Hasil EDS)
Acuan Standar
Tantangan Sasaran Penyebab Masalah
Program Kegiatan Penanggung Jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9
- Pengembangan
Standar Pengelolaan
- Penganggaran
kebutuhan kelas untuk melaksanakan
PAKEM (kertas, spidol,
gunting, dsb.)
Pengembangan Proses
Pembelajaran:
Pembelajaran dilaksanakan secara PAKEM
Hasil kerja siswa belum
dipajangkan.
Ruang kelas dan sekolah pada
umumnya polos.
Pembelajaran dilakukan
dengan
memperhatikan prinsip-prinsip
PAKEM
Sekolah dan ruang kelas
menjadi
atraktif dan proses belajar siswa
didukung oleh pajangan hasil karya siswa.
Mulai semester 2
tahun
pelajaran 2013/14 karya siswa
yang menarik dan bervariasi dipajang di
kelas
Guru pada umumnya
belum
paham kepentingan atau tujuan
untuk memajangkan hasil karya siswa
- Pengembangan Pendidik dan
Tenaga
Kependidikan
- Pelatihan PAKEM
(3 hari)
- Pendampingan (Fasilitator)
- Pendampingan pelaksanaan
PAKEM oleh Kepala Sekolah.
- Pengembangan Standar
Pengelolaan
- Penganggaran kebutuhan
kelas untuk melaksanakan PAKEM
(kertas, spidol, gunting, dsb.)
Kepala Sekolah
- Pengembangan Standar
Proses
- Hasil kerja siswa dipajang
di dinding kelas.
- Pajangan di kelas disegarkan paling tidak
sebulan sekali
Pengembangan
Proses Pembelajaran:
Pembelajaran
dilaksanakan
secara PAKEM
Siswa
mengerjakan tugas sendiri-sendiri pada
tugas untuk semua siswa di kelas
Pembelajaran
dilakukan dengan memperhatik
an prinsip-prinsip PAKEM
Siswa sering
kerja dalam kelompok, supaya
interaksi antara siswa dalam
pembelajaran
ditingkatkan
- Mulai
semester 2 tahun pelajaran
2013/14 ada kegiatan kerja
kelompok di
setiap kelas minimal 1
kali per hari
Guru belum
paham pendekatan kerja-
kelompok
- Pengembangan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
- Pelatihan
PAKEM untuk guru (3 hari)
- Pendampingan (Fasilitator)
Kepala
Sekolah
- Pengembangan Standar
Pengelolaan
- Pengawasan oleh Kepala
Sekolah (memeriksa RPP dan
kunjungan kelas secara harian)
235
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Standar: Komponen
Kondisi saat ini
(Hasil EDS)
Acuan Standar
Tantangan Sasaran Penyebab Masalah
Program Kegiatan Penanggung Jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengenbangan
Standar Pengelolaan:
Masyarakat
mengambil bagian dalam kehidupan
sekolah
Orang tua
kurang terlibat dalam membantu
proses belajar siswa
Warga
sekolah harus dilibatkan dalam
pengelolaan akademik dan non
akademik.
Warga
sekolah terlibat dalam kegiatan
akademik dan non akademik
Pada akhir
tahun pelajaran 2013/14
paguyuban kelas terbentuk
dan aktif
Budaya
sekolah belum mendukung
keterlibatan orang tua siswa
- Pengembangan
Standar Pengelolaan
- Pertemuan
awal orang tua siswa
- Paguyuban kelas
- Pertemuan perwakilan orang tua
secara terjadwal
- Guru mengundang orang tua untuk terlibat
dalam membantu anak
membaca di kelas dan di rumah
Ketua
Komite Sekolah
Pengembangan Sarana dan Prasarana
Sekolah:
Sarana Sekolah Sudah
Memadai
Toilet kotor dan jumlahnya tidak
memadai (Rasio 1:100)
Sekolah memiliki program 7 K
(kebersihan, ketertiban, kerindangan,
keindahan, kesehatan, kenyamanan,
keamanan) Rasio 1:60 untuk toilet laki-laki dan
1:50 untuk toilet perempuan
Mempunyai jumlah toilet yang
seimbang dengan jumlah siswa,
berfungsi dengan baik dan bersih
Pada akhir tahun pelajaran
2016/17 sekolah mempunyai
jumlah toilet yang seimbang
dengan jumlah siswa perempuan dan laki-laki
secara proporsional, berfungsi
dengan baik dan bersih (1:50 untuk
toilet perempuan dan 1:60
untuk toilet laki-laki)
- Jumlah toilet tidak cukup
- Siswa, guru dan orang tua
kurang peduli tentang
pentingnya kebersihan
-
- Pengembangan Sarana dan Prasarana
Sekolah
- Membangun toilet tambahan
- Memperbaiki toilet yang
sudah ada
Kepala Sekolah
- Pengembangan Kompetensi
Lulusan
- Meningkatkan pemahaman
siswa tentang pentingnya kebersihan
- Membiasakan siswa untuk
hidup bersih
- Pengembangan Standar
Pengelolaan
- Mengembangkan sistem
pemeliharaan dan monitoring kebersihan
toilet
236
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
F. LEMBAR KERJA
Format 9.1: Pihak-pihak yang Menyusun RKS
No Siapa Terlibat Apa Manfaat Keterlibatan Mereka?
237
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Format 9.3: Rencana Kerja Sekolah (untuk difotokopi dan dipotong)
Standar:
Komponen
Kondisi saat ini
(Hasil EDS)
Acuan Standar Tantangan Sasaran
Pengembangan
Proses
Pembelajaran:
Pembelajaran
dilaksanakan secara
PAKEM
Hasil kerja siswa
pada umumnya
seragam (hanya
menyalin apa yang
disampaikan oleh
guru)
Pembelajaran
dilakukan dengan
memperhatikan
prinsip-prinsip
PAKEM
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Standar:
Komponen
Kondisi saat ini
(Hasil EDS) Acuan Standar Tantangan Sasaran
Pengembangan
Proses
Pembelajaran:
Pembelajaran
dilaksanakan secara
PAKEM
Hasil kerja siswa
belum
dipajangkan.
Ruang kelas dan
sekolah pada
umumnya polos.
Pembelajaran
dilakukan dengan
memperhatikan
prinsip-prinsip
PAKEM
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Standar:
Komponen
Kondisi saat ini
(Hasil EDS) Acuan Standar Tantangan Sasaran
Pengembangan
Proses
Pembelajaran:
Pembelajaran
dilaksanakan secara
PAKEM
Siswa
mengerjakan tugas
sendiri-sendiri
pada tugas untuk
semua siswa di
kelas
Pembelajaran
dilakukan dengan
memperhatikan
prinsip-prinsip
PAKEM
238
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Standar:
Komponen
Kondisi saat ini
(Hasil EDS) Acuan Standar Tantangan Sasaran
Pengembangan
Standar Pengelolaan:
Masyarakat
mengambil bagian
dalam kehidupan
sekolah
Orangtua kurang
terlibat dalam
membantu proses
belajar siswa
Warga sekolah
harus dilibatkan
dalam pengelolaan
akademik dan non
akademik
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Standar:
Komponen
Kondisi saat ini
(Hasil EDS) Acuan Standar Tantangan Sasaran
Pengembangan
Sarana dan
Prasarana Sekolah:
Sarana Sekolah
Sudah Memadai
Toilet kotor dan
jumlahnya tidak
memadai
Sekolah memiliki
program 7 K
(kebersihan,
ketertiban,
kerindangan,
keindahan,
kesehatan,
kenyamanan,
keamanan)
239
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
240
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
241
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
242
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
243
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
244
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
245
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
246
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
UNIT 9A
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 9B
RENCANA KERJA TAHUNAN DAN
RENCANA KEGIATAN DAN
ANGGARAN SEKOLAH (RKT/RKAS)
249 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
UNIT 9B
RENCANA KERJA TAHUNAN DAN
RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN
SEKOLAH (RKT/RKAS) Waktu: 4 Jam
A. PENGANTAR
Setiap sekolah tentu memiliki program
untuk meningkatkan mutu pendidikan,
baik yang merupakan program jangka
pendek (1 tahun) maupun jangka
menengah (4 tahun) (RKS). Program
tahunan sekolah dituangkan dalam
RKT/RKAS yang dibuat oleh KKRKS.
RKT disusun berdasarkan program-
program yang ada di RKS dan hasil
evaluasi diri sekolah terkini. Seperti halnya
RKS, RKT/RKAS disusun berdasarkan 8
SNP dengan mengutamakan pada peningkatan mutu pembelajaran.
B. TUJUAN
Dengan melaksanakan pelatihan penyusunan RKT/RKAS secara partisipatif, para peserta
mampu:
1. mengidentifikasi program yang menunjang peningkatan mutu pembelajaran yang akan
dilaksanakan dalam satu tahun
2. mengidentifikasi sumber dana untuk membiayai program/ kegiatan-kegiatan dalam
satu tahun
3. menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan Unit
2. Contoh Format (pada tayangan)
3. Hasil kerja kelompok Unit 9A
4. ATK: kertas plano dan spidol besar
RKT/RKAS dipajangkan di papan pajangan sekolah
250
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
D. LANGKAH KEGIATAN
10’ 60’ 60’
Pengantar
Menyusun
RKT
Menghitung
Rencana
Anggaran
1 2 3
20 60’ 30’
Penutup
Menyusun RKAS
Identifikasi
Sumber
Pendanaan
6 5 4
1. Pengantar (10 menit)
Fasilitator menjelaskan kepada peserta bahwa:
a. Setiap sekolah wajib memiliki RKS dan RKT/RKAS.
b. Fokus perhatian sekarang adalah pada program dan kegiatan yang akan dilaksanakan
dalam tahun pelajaran berikutnya. Untuk melaksanakan program tersebut maka
sekolah harus menghitung dan merinci dana yang diperlukan.
c. Pembiayaan di sekolah ada dua jenis, yaitu pendanaan untuk kegiatan rutin
(misalnya gaji guru, pembelian kapur/spidol) dan pendanaan untuk kegiatan non
rutin yang difokuskan pada peningkatan mutu pembelajaran.
2. Menetapkan Jadwal RKT sekolah (60 menit)
Fasilitator mengingatkan kembali bahwa pada sesi sebelumnya, kelompok sekolah
telah menyusun RKS dan pada kesempatan ini mereka akan melanjutkan penyusunan
program untuk satu tahun (RKT). Kemudian fasilitator menayangkan contoh pengisian
jadwal.
251 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
Format 9.6: Jadwal RKT
Sasaran Program Kegiatan Penanggung
Jawab
Jadwal
2013/2014 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Semua siswa membaca
untuk
kesenangannya
pada akhir
tahun
pelajaran.
- Pengem-bangan
Sarana
Prasarana
- Membeli buku-buku yang
menarik minat
siswa
- Meningkatkan
pengelolaan
perpustakan
untuk menarik
siswa
meminjam
buku
Kepala Sekolah dibantu Panitia
Budaya Baca
(Kepsek, wakil
orang tua tiap
kelas, 2 guru,
wakil siswa)
v
v
v
v
v
v
v
v
- Pengem-
bangan
Pendidik
dan
Tenaga
Kependi
-dikan
- Lokakarya
tentang
‘peningkatan
minat baca
siswa‘
v
dst
Dalam kelompok yang sama dengan sebelumnya, peserta diminta membuka kembali
RKS yang telah disusun (hasil unit 9A). Peserta mengambil program untuk satu tahun
dan menambahkan waktu sampai 12 bulan di dalamnya (dimulai dari bulan Juli seperti
contoh di bawah ini).
Penjadwalan perlu dilakukan dengan hati-hati dan penuh pertimbangan, disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan sekolah.
Fasilitator membahas hasil kerja salah satu kelompok dengan memberi fokus kepada
alasan penentuan waktu.
3. Rencana Anggaran Biaya (60 menit)
Fasilitator meminta peserta untuk melihat program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan (dari hasil kerja kelompok di unit 9A). Fasilitator menugaskan kepada
peserta untuk menghitung rencana anggaran untuk membiayai program dan kegiatan.
252
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Format 9.7 Contoh Penghitungan Biaya
Program : Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Kegiatan : Lokakarya tentang Peningkatan Minat Baca Siswa
Peserta : Kepala sekolah, 11 guru, 3 orang tua siswa, 1 nara sumber
Jenis Unit Volume Harga (Rp) Jumlah Biaya
(Rp)
Nara sumber/Fasilitator
-
Honor orang 1 250,000.00 250,000.00
Transport Orang 1 100,000.00 100,000.00
ATK
-
Kertas Plano lembar 50 1,000.00 50,000.00
Kertas HVS rim 1 34,000.00 34,000.00
Spidol Marker biji 10 5,000.00 50,000.00
LCD (sewa) buah 1 100,000.00 100,000.00
Konsumsi
Snack kardus 16 10,000.00 160,000.00
Makan siang paket 16 15,000.00 240,000.00
Jumlah Total Biaya
984,000.00
Peserta mempresentasikan hasil kerjanya dan fasilitator memastikan apakah sudah
semua aspek yang perlu didanai sudah dicantumkan.
4. Identifikasi Sumber Pendanaan (30 menit)
Fasilitator menanyakan kepada peserta apa saja yang menjadi sumber pendanaan
sekolah. Fasilitator menjelaskan berbagai jenis sumber pendanaan sekolah di bawah ini.
• Dana BOS
– bisa berasal dari (i) APBN, (ii) APBD provinsi dan (iii) APBD
kabupaten/kota (BOS Daerah)
– Dana BOS diperuntukkan untuk mendanai operasional sekolah
• Dana Bantuan
– adalah dana yang diberikan oleh pemerintah pusat, provinsi atau
kabupaten/kota kepada sekolah
253 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
– Penyalurannya bisa berupa (i) Dana Dekonsentrasi (Dekon), (ii) Dana
Tugas Pembantuan atau (iii) Dana Alokasi Khusus (DAK).
• Dana Hibah
– adalah dana bantuan pihak lain
– bisa berasal dari perusahaan, perorangan, donor asing, desa, dll.
– Bisa juga berasal dari sumbangan guru yang sudah tersertifikasi untuk pelatihan
guru
• Pendapatan Asli Sekolah
– adalah dana yang didapat sekolah karena usaha/kegiatan yang dilakukan oleh
sekolah
– seperti penyelenggaraan kantin sekolah, bazar, dan sebagainya
Fasilitator mengajak peserta untuk melihat contoh kegiatan yang bisa didanai dengan
uang BOS dengan menggunakan panduan BOS 2013.
Peserta, dengan menggunakan kertas plano, mengidentifikasi kegiatan-kegiatan (dari
hasil kerja kelompok sebelumnya) mana saja yang bisa didanai dengan dana BOS.
Selanjutnya peserta mendiskusikan sumber dana lain untuk kegiatan-kegiatan yang tidak
bisa didanai oleh dana BOS. Sumber dana lain bisa berupa dana dari Pendapatan Asli
Sekolah, bantuan/hibah atau dukungan dari Desa/Kelurahan.
Fasilitator memastikan peserta memahami peruntukkan masing-masing sumber dana
(lihat bahan bacaan) dengan cara menayangkan hasil pembahasan masing-masing
kegiatan dan sumber pendanaannya.
Format 9.8: Identifikasi Sumber Pendanaan
Kegiatan Jumlah
(Rp)
Sumber Pendanaan
BOS
Pusat
BOS
Provinsi
BOS
Kab/Kot Dekon
Dana
Tugas
Pemba
ntuan
DAK
Bantuan
pihak
luar
Pendapatan
Sekolah
254
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
5. Penyusunan RKAS (60 menit)
Fasilitator menjelaskan bahwa sekolah harus menyusun RKAS. Gunakan format
RKAS yang dipakai oleh program BOS 2013 (Formulir BOS-K1). Masukkan sisa dana
tahun lalu (jika ada). Masukkan semua rencana penerimaan sesuai kategori yang ada di
format RKAS BOS 2013. Hasil penghitungan pendanaan untuk masing-masing kegiatan
dikelompokkan sesuai program sekolah. Sedangkan rencana pengeluaran lainnya
dimasukkan ke baris-baris sesuai dengan peruntukannya. Jelaskan juga bahwa RKAS
adalah dokumen multi sumber. Artinya, semua rencana pendapatan dan pengeluaran
harus dimasukkan, tidak terbatas hanya dana yang bersumber dari BOS saja. Untuk
keperluan pengelolaan dana BOS, sekolah juga wajib membuat ringkasan RKAS yang
dananya bersumber dari dana BOS (Formulir BOS-K2).
Peserta menyusun rincian RKAS dari hasil kerja semua kelompok, sesuai dengan
format RKAS (Formulir BOS-K1 dan Formulir BOS-K2) yang ada di Panduan BOS
yang berlaku.
Masing-masing kelompok mengerjakan tugasnya di kertas plano. Hasil kerja kelompok
ditukarkan ke kelompok lain untuk ditanggapi.
Dalam membuat perkiraan anggaran, penting dipertimbangkan pengeluaran-
pengeluaran yang berakibat pada kewajiban membayar pajak.
255 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
Format 9.9: Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
256
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
257 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
6. Penutup (20 menit)
Fasilitator meminta masing-masing kelompok membuat daftar hal penting yang harus
diperhatikan saat menyusun RKT/RKAS. Kemudian fasilitator meminta setiap
kelompok menyebutkan satu hal penting yang harus diperhatikan dalam menyusun
RKT/RKAS.
Fasilitator menutup sesi dengan menjelaskan bahwa hal-hal berikut adalah penting
untuk diperhatikan saat menyusun RKT/RKAS:
a. RKT/RKAS harus ditandatangani bersama antara Kepala Sekolah dan Komite
Sekolah, serta disahkan oleh Dinas Pendidikan untuk sekolah dan Kasie
Mapenda untuk madrasah.
b. RKT/RKAS adalah dokumen kerja yang digunakan sekolah untuk melaksanakan
program-program sekolah.
c. RKAS (Formulir BOS-03) harus dipajang di papan pengumuman sekolah agar
dapat dilihat oleh masyarakat luas.
d. Pengurus anggaran sekolah perlu mengalokasikan dana berdasarkan jumlah dana
yang direncanakan dan mengutamakan kebutuhan alat bahan untuk proses
belajar mengajar.
e. Dalam menerapkan kegiatan, pengelola keuangan perlu menyeimbangkan
sumber daya keuangan antara pendapatan, pengeluaran, dan volume
pembiayaan kegaiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan.
f. Pengelola keuangan juga perlu mengantisipasi jika ada kegiatan baru atau jika
pengeluaran akan menjadi lebih besar atau lebih kecil dari anggaran yang
direncanakan.
g. RKT/RKAS dapat direvisi dengan persetujuan komite sekolah.
Catatan: waktu untuk Penyusunan RKT/RKAS yang dilakukan dalam pelatihan ini
sangat singkat sehingga belum menghasilkan RKT/RKAS yang sempurna. Setiap sekolah
harus melengkapi dan menyempurnakan penyusunan RKT/RKAS di sekolah masing-
masing. RKT/RKAS disusun oleh KKRKS.
258
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
Sumber: Kemendiknas, 2011, Perencanaan dan Penganggaran Sekolah/Madrasah
1. Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
Rencana Kerja Tahunan (RKT) adalah rencana program yang akan dilakukan oleh
sekolah pada satu tahun pelajaran. RKT disusun berdasarkan jabaran RKS yang
dimutakhirkan dengan informasi yang didapatkan dari pelaksanaan EDS. Dalam
penyusunan RKT, sekolah perlu memperhatikan kegiatan-kegiatan rutin yang biasa
dilakukan oleh sekolah setiap tahunnya, yang tidak ada dalam program-program yang
tercantum dalam RKS.
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) adalah dokumen anggaran sekolah.
RKAS adalah dokumen anggaran multi sumber. Artinya RKAS memuat semua sumber
pendanaan sekolah dan rencana penggunaannya. Meskipun format RKAS yang dipakai
dalam BOS 2012 adalah sederhana, namun untuk keperluan sekolah sendiri, sekolah
harus menyusun RKAS detail yang memuat rencana belanja untuk setiap kegiatan.
Dengan adanya RKAS yang terperinci tersebut sekolah akan mudah dalam
melaksanakan pembelanjaan dan pelaporannya.
2. Merumuskan Indikator Keberhasilan Program (Kinerja)
Indikator keberhasilan adalah ukuran yang digunakan untuk menilai berhasil atau
tidaknya suatu program yang telah dilakukan. Apabila indikator keberhasilan telah
dapat dicapai, maka program dapat dikatakan berhasil; sebaliknya apabila indikator
keberhasilan belum dapat dicapai, maka program dapat dikatakan belum berhasil.
Indikator harus ditentukan agar program yang ditetapkan dapat diukur
keberhasilannya. Indikator keberhasilan setiap program bisa berkaitan dengan proses
dan dapat juga berkaitan langsung dengan hasil akhir. Indikator program yang
berkaitan dengan capaian akhir dapat mengacu pada harapan pemangku kepentingan
yang telah disusun oleh penyusun RKS/M.
Indikator keberhasilan dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif1, yang penting dapat
diukur dan dirumuskan secara spesifik, operasional, dan dalam bentuk kalimat
pernyataan. Indikator program renovasi ruang kelas misalnya, bisa dalam bentuk
jumlah ruang kelas yang direnovasi atau luas dinding dan/atau atap yang diperbaiki
(dalam meter persegi). Namun demikian, tidak selamanya indikator keberhasilan dapat
dirumuskan secara kuantitatif, misalnya untuk program pengelolaan keuangan
sekolah/madrasah. Untuk kasus ini, mungkin sekali hasil yang akan dicapai adalah
laporan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan yang berlaku
1 Indikator yang baik memenuhi kriteria SMART (specific - spesifik, measurable – dapat diukur, achievable – dapat dicapai, relevant - relevan,
and time bound – dicapai dalam batas waktu yang ditentukan) dengan mengutamakan kriteria ”achievable”.
259 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
mengenai pengeluaran dan penerimaan dana multisumber yang tercantum pada RKAS.
Jika demikian, maka indikator keberhasilannya dapat berupa: ’Dihasilkannya laporan
yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan yang berlaku mengenai
pengeluaran dan penerimaan dana multisumber (pengelolaan keuangan sekolah/
madrasah)’.
Contoh Indikator Keberhasilan Program
Kategori/Program Indikator Kinerja
1 2
Pengembangan Proses
Pembelajaran:
Peningkatan nilai rata-rata mata
pelajaran matematika.
Nilai rata-rata UAN mata pelajaran
matematika adalah 8 pada tahun ajaran
2013.
Dst… Dst...
3. Sumber Pendanaan Sekolah
Ada berbagai sumber pendanaan sekolah. Sumber tersebut bisa berasal dari: Dana
APBN, Dana APBD Pemerintah Provinsi, Dana APBD Pemerintah Kabupaten/Kota,
Pendapatan Asli Sekolah, Hibah pihak ketiga, dan bantuan/proyek Desa. Berikut adalah
penjelasan tentang berbagai sumber dana tersebut:
Dana BOS. Dana BOS bisa berasal dari APBN (BOS Pusat) atau dari APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota (BOS Daerah). Dana BOS diperuntukkan membiayai
operasional sekolah.
Dana Bantuan. Adalah dana yang diberikan oleh pemerintah pusat, provinsi atau
kabupaten/kota kepada sekolah. Penyalurannya bisa berupa Dana Dekonsentrasi,
Dana Tugas Pembantuan , dan Dana Alokasi Khusus.
Dana Hibah. Adalah dana yang diberikan oleh pihak lain (perusahaan, perorangan,
donor asing, dll.).
Pendapatan Asli Sekolah. Adalah dana yang didapat sekolah karena usaha/kegiatan
yang dilakukan oleh sekolah, seperti penyelenggaraan kantin sekolah, bazar, dll.
260
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Bantuan Desa. Desa juga bisa membantu sekolah, khususnya melalui pemanfaatan
Alokasi Dana Desa (ADD). ADD adalah dana block grant yang berasal dari Pemerintah
Kabupaten untuk dikelola oleh desa. Pemanfaatan ADD bisa untuk mendukung
pelaksanaan WAJAR 9 tahun, misalnya untuk beasiswa, pembangunan akses ke
sekolah, dll. Dana ADD tidak bisa diserahkan secara tunai kepada sekolah. Namun
desa bisa membuat program yang bermanfaat bagi sekolah.
261 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
F. LEMBAR KERJA
Format 9.9: Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
262
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
263 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
264
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
265 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
266
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
267 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
268
Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
UNIT 9B
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
UNIT 10
RENCANA TINDAK LANJUT
(RTL)
271 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 10
UNIT 10
RENCANA TINDAK LANJUT
(Manajemen Sekolah)
Waktu: I Jam
A. PENGANTAR
Keberhasilan suatu pelatihan pada hakikatnya
ditunjukkan dengan sejauhmana dampak pelatihan
tersebut terhadap pelaksanaannya di sekolah. Dampak
positif biasanya disertai dengan perubahan-perubahan
yang terjadi dengan kegiatan inovatif dalam rencana
kegiatan program sekolah untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah. Salah satu upaya untuk
menjamin penerapan kegiatan tersebut adalah
RENCANA TINDAK LANJUT dari sekolah yang
bersangkutan serta seluruh unsur yang terdapat di
sekolah.
Rencana tindak lanjut merupakan awal ‘komitmen’ sekolah dalam menerapkan apa yang
diperoleh dalam pelatihan. Rencana tersebut perlu ditulis sehingga memudahkan yang
bersangkutan maupun pihak lain untuk melaksanakannya dan memantau ketercapaiannya.
Rencana perlu dibuat praktis dalam jangkauan kemampuan sekolah dan daya dukung
sekolahnya. Jumlah kegiatan lebih baik sedikit tetapi dilaksanakan daripada banyak tetapi tidak
dilaksanakan. Rencana yang terlalu ‘muluk’ hanya akan tinggal sebagai rencana, tidak
menimbulkan perubahan di sekolah. Akibatnya, pelatihan yang telah dilaksanakan hanya akan
merupakan suatu ‘pemborosan’ dana, tenaga dan waktu.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu menyusun kegiatan manajemen sekolah
yang akan dilakukan dengan melibatkan semua unsur sekolah.
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan unit
2. Format 10.1: Rencana Tindak Lanjut – Manajemen Sekolah
3. ATK: kertas plano, spidol, pulpen, kertas catatan, penempel kertas, lem, dan gunting
Menyusun RTL menjadi bagian penting
untuk mengimplementasikan hasil
pelatihan.
272
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 10
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
D. LANGKAH KEGIATAN
5’ 10’ 25’
Pengantar
Reviu Unit
Menyusun
RTL
Manajemen
Sekolah
1 2 3
5’ 15’
Penguatan
Kunjung Karya
5 4
1. Pengantar (5 menit)
Fasilitator menyampaikan tujuan dari unit ini yakni tindak lanjut dari pelatihan. Peserta
diharapkan untuk menyusun kegiatan yang akan dilakukan untuk tiga bulan ke depan.
2. Mereviu Unit (10 menit)
Fasilitator meminta peserta untuk mereviu unit-unit serta prinsip-prinsip dasar dan
keterampilan yang diperoleh di dalam tiap unit terkait manajemen sekolah. Peserta
menuliskan garis besarnya pada kertas plano.
3. Menyusun Rencana Tindak Lanjut Terkait Manajemen Sekolah (25 menit)
Fasilitator mengajak peserta (dalam kelompok sekolah) untuk menyusun rencana
tindak lanjut yang realistis tentang apa yang akan dilakukan sekolah untuk meningkatkan
manajemennya. Kepala sekolah memimpin penyusunan RTL bersama komite sekolah,
pengawas, dan guru dari sekolahnya dengan menggunakan Format 10.1. Sekedar
mengingatkan, fasilitator dapat menayangkan poin-poin penting dari unit yang telah
diberikan.
Pembelajaran aktif – bagaimana masing-masing unsur dalam sekolah dapat
mendukung pelaksanaan pembelajaran yang baik
Manajemen Berbasis Sekolah – kerja sama yang baik dari segala unsur merupakan kunci bagi keberhasilan pelaksanaan MBS; MBS dapat meningkatkan mutu
pendidikan melalui pengelolaan yang akuntabel, partisipatif, dan transparan
273 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 10
4. Kunjung Karya (15 menit)
Peserta diminta untuk melakukan kunjung karya dengan berkeliling melihat RTL dari
kelompok sekolah lain. Ketika berkeliling, peserta mencatat hal-hal yang menarik dari
sekolah lain yang dapat dilakukan di sekolah mereka.
Setelah kembali dari kunjung karya, peserta memberbaiki RTL sekolah masing-masing
dengan masukan yang baru.
5. Penguatan dan Catatan tentang RTL Sekolah (5 menit)
Fasilitator meminta masing-masing sekolah untuk segera melakukan pertemuan di
sekolah setelah pelatihan manajemen sekolah dan PAKEM untuk menggabungkan RTL
dari unit 4 dan unit 10 yang melibatkan semua unsur sekolah sehingga menghasilkan
SATU RTL sekolah. RTL ini merupakan tagihan untuk pertemuan KKG/KKKS yang
pertama.
Fasilitator memberi penguatan hal-hal berikut:
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA : tidak ada
Kepala Sekolah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan keberlangsungan
RTL yang telah disusun bersama
Pelatihan tidak akan ada manfaatnya apabila tidak ditindaklanjuti dengan
pelaksanaan hasil-hasil pelatihan di sekolah masing-masing
Terapkanlah DI SEKOLAH apa yang telah diperoleh dari pelatihan
Mulailah dari APA YANG SAUDARA MAMPU, bukan dari APA YANG
SAUDARA INGINKAN
Peran Serta Masyarakat – merupakan bagian penting dari sekolah yang dapat
mendukung manajemen dan pembelajaran
RKS dan RKT/RKAS – Sekolah yang baik mempunyai RKS yang disusun secara
partisipatif dan yang mengemukakan peningkatan mutu dan dilaksanakan secara
transparan dan akuntabel. RKS yang baik disusun berdasarkan hasil dari evaluasi diri
sekolah yang kejujuran datanya dapat dipertanggungjawabkan
274
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 10
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
F. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
275 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 10
276
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 10
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
277 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 10
278
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 10
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
279 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 10
280
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 10
Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SD/MI