praktik akuntansi manajemen bisnis besi tua berbasis

21
1 PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS BUDAYA PERSAUDARAAN MADURA Nurhalimah Achdiar Redy Setiawan Bambang Haryadi Universitas Trunojoyo Madura, Jl. Raya Telang, Kamal, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur 69162 surel: [email protected] Abstrak: Praktik Akuntansi Manajemen Bisnis Besi Tua Berbasis Bu- daya Persaudaraan Madura. Penelitian ini bertujuan untuk mengung- kap pengelolaan keuangan pada sebuah entitas bisnis di bidang jual beli besi tua, serta nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Etnome- todologi digunakan sebagai metode analisis. Hasil riset menunjukkan bahwa modal usaha diperoleh dari pihak lain dalam bentuk pinjaman berdasarkan ikatan kekeluargaan dan saling percaya yang tinggi. Selain itu, proses transaksi, baik pembelian maupun penjualan, didasarkan atas naluri, pengalaman, dan keberanian menanggung risiko kerugian. Pada sisi lainnya, pencatatan dilakukan cukup hanya dengan pengingat terbatas dan menjaga rasa saling percaya antarpihak terkait. Abstract: Scrap Metal Management Accounting Practice Based on Maduranese Brotherhood Culture. This study aims to reveal the finan- cial management of a business entity in the field of buying and selling scrap metal, as well as the cultural values contained in it. Ethnomethodo- logy is used as an analytical method. Research results show that business capital is obtained from other parties in the form of loans based on family ties and high mutual trust. Also, the transaction process, whether buying or selling, is based on instincts, experience and courage to risk loss. On the other hand, the recording is done only with limited reminders and main- taining mutual trust between the parties concerned. Kata kunci: risiko, saling percaya, persaudaraan, transaksi “Untuk mencari tahu manakah satu di antara sekumpulan pemuda yang berdarah Madura, lemparkan saja bekas besi tua. Yang menoleh lebih dulu, itulah pemuda Madura…” (Presi- den RI kelima, KH. Abdurahman Wahid). Kalimat bernada canda yang terlontar dari Presiden kelima yang karib disapa Gus Dur di atas begitu populer. Tanpa bermaksud untuk merendahkan, ungkapan renyah ini menemukan pembenarannya dalam meng- gambarkan bagaimana keuletan dan kemam- puan orang Madura dalam melihat peluang bisnis. Orang Madura tersohor sebagai per- sonalitas yang memiliki karakter etos kerja yang tinggi. Kerja keras merupakan bagian dari harga diri mereka. Banyak kisah suk- ses orang Madura bisa bertahan hidup, bah- kan meraih sukses di perantauan, apa pun jenis usaha yang digeluti. Banyak profesi unik yang ditekuni oleh orang Madura khu- susnya di daerah perantauan. Sebut saja di antaranya penjual sate, tukang cukur ram- but, pelaut, pedagang asongan, pengusaha warung makan, dan bahkan menjadi pemu- lung. Salah satu profesi lainnya yang iden- tik dengan orang Madura yaitu usaha besi tua, atau dikenal juga sebagai “bisnis scrap”. Usaha besi tua merupakan salah satu jenis bisnis tertua di Indonesia. Awal mula bisnis ini muncul tidak diketahui pasti. Na- mun, yang jelas eksistensinya telah lama sekali. Hal ini dapat dilihat dari bertebaran- nya lapak-lapak atau juga gudang-gudang besi tua yang tersebar di Indonesia. Bisnis besi tua dapat dikatakan sebuah bisnis yang cukup menggiurkan dengan keuntungan Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 10 Nomor 1 Halaman 1-21 Malang, April 2019 ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879 Tanggal Masuk: 04 Februari 2019 Tanggal Revisi: 24 April 2019 Tanggal Diterima: 30 April 2019 http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2019.04.10001

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

1

PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS BUDAYAPERSAUDARAAN MADURANurhalimahAchdiar Redy SetiawanBambang Haryadi

Universitas Trunojoyo Madura, Jl. Raya Telang, Kamal, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur 69162surel: [email protected]

Abstrak: Praktik Akuntansi Manajemen Bisnis Besi Tua Berbasis Bu­daya Persaudaraan Madura. Penelitian ini bertujuan untuk mengung-kap pengelolaan keuangan pada sebuah entitas bisnis di bidang jual beli besi tua, serta nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Etnome-todologi digunakan sebagai metode analisis. Hasil riset menunjukkan bahwa modal usaha diperoleh dari pihak lain dalam bentuk pinjaman berdasarkan ikatan kekeluargaan dan saling percaya yang tinggi. Selain itu, pro ses transaksi, baik pembelian maupun penjualan, didasarkan atas na luri, pengalaman, dan keberanian menanggung risiko kerugian. Pada sisi lainnya, pencatatan dilakukan cukup hanya dengan pengingat terbatas dan menjaga rasa saling percaya antarpihak terkait.

Abstract: Scrap Metal Management Accounting Practice Based on Maduranese Brotherhood Culture. This study aims to reveal the finan­cial management of a business entity in the field of buying and selling scrap metal, as well as the cultural values contained in it. Ethnomethodo­logy is used as an ana lytical method. Research results show that business capital is obtained from other parties in the form of loans based on family ties and high mutual trust. Also, the transaction process, whether buying or selling, is based on instincts, experience and courage to risk loss. On the other hand, the recording is done only with limited reminders and main­taining mutual trust between the parties concerned.

Kata kunci: risiko, saling percaya, persaudaraan, transaksi

“Untuk mencari tahu manakah satu di antara sekumpulan pemuda yang berdarah Madura, lemparkan saja bekas besi tua. Yang menoleh lebih dulu, itulah pemuda Madura…” (Presi-den RI kelima, KH. Abdurahman Wahid).

Kalimat bernada canda yang terlontar dari Presiden kelima yang karib disapa Gus Dur di atas begitu populer. Tanpa bermaksud untuk merendahkan, ungkapan re nyah ini menemukan pembenarannya dalam meng-gambarkan bagaimana keuletan dan kemam-puan orang Madura dalam melihat peluang bisnis. Orang Madura tersohor sebagai per-sonalitas yang memiliki karakter etos kerja yang tinggi. Kerja keras merupakan bagian dari harga diri mereka. Banyak kisah suk-ses orang Madura bisa bertahan hidup, bah-

kan meraih sukses di perantauan, apa pun jenis usaha yang digeluti. Banyak profesi unik yang ditekuni oleh orang Madura khu-susnya di daerah perantauan. Sebut saja di antaranya penjual sate, tukang cukur ram-but, pelaut, pedagang asongan, pengusaha warung makan, dan bahkan menjadi pemu-lung. Salah satu profesi lainnya yang iden-tik dengan orang Madura yaitu usaha besi tua, atau dikenal juga sebagai “bisnis scrap”.

Usaha besi tua merupakan salah satu jenis bisnis tertua di Indonesia. Awal mula bisnis ini muncul tidak diketahui pasti. Na-mun, yang jelas eksistensinya telah lama sekali. Hal ini dapat dilihat dari bertebaran-nya lapak-lapak atau juga gudang-gudang besi tua yang tersebar di Indonesia. Bisnis besi tua dapat dikatakan sebuah bisnis yang cukup menggiurkan dengan keuntung an

Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 10Nomor 1 Halaman 1­21Malang, April 2019ISSN 2086­7603 e­ISSN 2089­5879

Tanggal Masuk: 04 Februari 2019Tanggal Revisi: 24 April 2019Tanggal Diterima: 30 April 2019

http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2019.04.10001

Page 2: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

2 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 1-21

yang menjanjikan. Meskipun bisnis ini ter-kesan dengan barang rongsokan yang ku-muh dan kotor, rumah dan kantor peng-usaha besi tua yang sukses seringkali membuat mata yang melihatnya terpesona. Data Kementerian Perindustrian tahun 2015 menunjukkan bahwa produksi baja nasio nal 7 juta ton. Jika bahan baku dua kali lipat dari produksi, diprediksi kebutuhan bahan baku besi tua mencapai 14 juta ton. Kebutu-han atas bahan baku besi tua tersebut mem-berikan indikasi peluang atas bisnis besi tua di Indonesia masih sangat besar, terle-pas dari kebijakan pemerintah yang sempat mempersilakan industri peleburan baja un-tuk mengimpor langsung dari luar negeri.

Bisnis, bagaimanapun merupakan se-buah keniscayaan dalam kehidupan komu-nitas manusia. Artinya semua makhluk ma-nusia, apa pun strata sosialnya, di mana pun dan kapan pun mereka hidup tidak mungkin lepas dari aktivitas bisnis sebagai instru-men untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Bay, 2018; Fogarty & Jones, 2014; Wouters & Sandholzer, 2018). Dalam dunia bisnis akuntansi kerap disebut sebagai bahasa bisnis (business language). Informasi akun-tansi memiliki pengaruh yang sangat kru-sial bagi pencapaian keberhasilan sebuah usaha, termasuk bagi usaha kecil ataupun menengah (Ahmad & Zabri, 2015; Samuels-son, Andersén, Ljungkvist, & Jansson, 2016; Stone, 2011). Zuhdi (2011) juga menekankan pentingnya informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah. Sebenarnya apa pun je-nis usaha mereka, dan bagaimanapun uku-ran usaha mereka, akuntansi selalu melekat di dalamnya meskipun sebatas diterapkan secara sederhana. Sejumlah peneliti menya-takan bahwa terdapat nilai-nilai lain teruta-ma budaya yang sangat erat dengan praktik akuntansi yang dijalankan oleh sebuah peru-sahaan yang sukses yang terkadang nilai itu tidak ter-cover dalam sebuah teori akuntan-si (Combs, Samy, & Myachina, 2013; Hary-adi, 2012; Khlif, 2016; Russell, Milne, & Dey, 2017; Mulawarman & Kamayanti, 2018).

Demikian pula dalam usaha bisnis besi tua. Para pelaku usaha ini menggu-nakan “akuntansi” dengan cara mereka. Sistem “akuntansi” mereka kembangkan dan jalankan sesuai dengan apa yang me-reka ketahui dan pahami secara sederha-na. Identitas kemaduraan dan budaya yang melekat pada dirinya membuka kemung-kinan untuk memberi andil dan mempe-ngaruhi semua tindakan bisnis dan pola

“akuntansi” yang mereka terapkan dalam pengelolaan keuangan bisnisnya. Budaya dan pengelolaan keuangan (termasuk akun-tansi di dalamnya) adalah dua aspek yang menurut peneliti sangat menarik untuk di-riset. Budaya merupakan aspek kehidupan yang sangat erat kaitannya dengan perilaku dan karakter individu dalam menjalani ke-hidupannya. Budaya yang merupakan aspek sosial yang juga melekat pada individu di-yakini berkait erat degan bagaimana sebuah bisnis dijalankan pelakunya. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang juga mampu membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pengusaha atau juragan besi tua yang sangat identik dengan orang Madura yang tentunya tidak dapat dipung-kiri adanya unsur budaya yang melekat di dalamnya. Fenomena di lapangan di mana pengusaha besi tua dapat dikatakan sukses di dunia bisnis dengan kekayaan materi di atas rata-rata merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti. Selain itu, jika dilihat dari kontribusi bisnis besi tua ini terhadap perekonomian negara, misalnya dari segi pa-jak dan penyerapan tenaga kerja, penelitian ini cukup penting dilakukan. Tingginya nilai ekonomi bisnis besi tua ini walaupun (ber-dasar survei awal) tidak mengikuti “praktik” pengelolaan keuangan ala manajemen bisnis modern, termasuk pencatatan “akuntansi” nya adalah sesuatu yang menarik untuk diketahui lebih mendalam alasan yang me-latarinya. Terlebih lagi, popularitas bisnis besi tua yang sangat identik dengan suku Madura adalah fakta tak terelakkan yang menarik untuk diangkat ke permukaan.

Riset terkait praktik pengelolaan bisnis dalam skala kecil dan menengah beser-ta praktik “akuntansi”-nya telah banyak dilakukan. Mengambil situs penelitian pada sebuah usaha perikanan, Rohma (2015) menemukan bentuk pengelolaan keuangan yang diklaimnya sebagai mewarisi nilai Pan-casila. Ada pula penelusuran Arena, Herawa-ti, & Setiawan (2017) yang menggali praktik “akuntansi” yang dilakukan oleh pengra-jin batik di Tanjung Bumi dalam mengelola keuangan usahanya. Kedua riset tersebut memunculkan fenomena praktik pengelo-laan keuangan (termasuk “akuntansi” di da-lamnya) yang tak lazim di hadapan prinsip bisnis modern. Terdapat unsur budaya para pelaku bisnis tersebut yang menjadikan praktik pengelolaan usahanya masih “tra-disional” tetapi secara ekonomi melesat ta-jam. Praktik pengelolaan usaha lainnya yang

Page 3: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

Nurhalimah, Setiawan, Haryadi, Budaya Persaudaraan Khas Madura dalam... 3

tak lepas dari aspek budaya lokalitas setem-pat dapat dibaca pada riset Rizaldy (2012) yang mengangkat biological asset pada u-saha pertanian apel. Penelitian terkait de-ngan unsur budaya yang melatarinya dapat dirujuk dari riset Amaliah (2016), Amaliah & Sugianto (2018), Velasquez, Suomala, & Järvenpää (2015), dan Venieris, Naoum, & Vlismas (2015) seputar penentuan har-ga jual di sebuah entitas usaha tertentu. Beberapa rujukan riset terdahulu beserta keunikan-keunikan yang merubung bisnis besi tua yang tak lepas dari aspek budaya pelaku bisnis ini menjadikan peneliti ingin meng ungkapkannya dalam sebuah riset mendalam. Fokus pertama penelitian ini yai-tu bagaimanakah pengelolaan keuang an da-lam usaha besi tua serta praktik “akuntansi” yang dijalankan. Selanjutnya, rumus an ma-salah berikutnya adalah nilai-nilai budaya (organisasi) apakah yang melatari praktik pengelolaan keuangan bisnis yang sangat identik ditekuni oleh suku Madura ini. De-ngan demikian, tujuan penelitian ini adalah mengangkat ke permukaan pola pengelolaan keuangan dalam usaha besi tua termasuk di antaranya pengelolaan mo dal usaha, tran-saksi jual beli, sampai pada pencatatan yang dipraktikkan dalam usaha besi tua beserta nilai-nilai budaya (orga nisasi) yang melekat di baliknya yang dite ngarai sangat erat dipengaruhi unsur budaya kesukuan para aktor pelaku bisnis ini.

METODE Riset ini bertujuan untuk menggali pola

pengelolaan keuangan, termasuk “akuntan-si” di dalamnya yang diterapkan dalam bisnis besi tua. Pendekatan kualitatif meru-pakan pilihan paling tepat untuk mengkaji dan membaca fenomena-fenomena yang ter-jadi secara natural dan apa adanya. Untuk itulah, etnometodologi dikaryakan sebagai alat analisis penelitian ini. Pilihan etnome-todologi didasarkan pertimbangan bahwa secara etimologis berasal dari dua kata yai-tu etno dan metodologi. Etno mengacu pada etnis dan metodologi berarti cara, prinsip, dan prosedur suatu etnis dalam memahami, menafsirkan, dan menyikapi hal-hal sosial dan budaya dalam kehidupan keseharian mereka. Oleh karena itu, etnometodologi merupakan ungkapan reguler suatu adat beserta ekspresi-ekspresi indeksikal yang muncul di tingkat interaksi sangat penting (Neyland & Whittle, 2018; Samra-Fredericks, 2010; Trace, 2016). Dengan nada hampir

serupa Franco & Greiffenhagen (2018) dan Kamayanti (2016) menekankan bahwa seo-rang etnometodologis (orang yang melaku-kan etnometodologi) yang sedang memaha-mi keseharian suatu kelompok, meskipun menurut norma ataupun agama kelompok tersebut salah, akan menganggap semua be-nar. Hal itu hanya perlu dipahami dan tidak perlu dikritisi atau dibenahi. Etnometodologi menekankan pencarian alasan-alasan rasio-nal dan praktis, yang dipahami para anggo-ta suatu kelompok yang membuat mereka terus memproduksi aktivitas tertentu dalam kesehariannya. Hal tersebut yang kemu-dian membedakan etnometodologi dengan etnografi yang lebih mencari tema budaya yang melandasi suatu kegiatan atau keja-dian tertentu. Etnometodologi menganalisis bagaimana individu-individu menciptakan dan memahami kehidupan sehari-hari me-reka, serta bagaimana cara menyelesaikan pekerjaan. Pelbagai argumentasi tersebut menjadikan etnometodologi sebagai metode analisis guna mengungkapkan bagaima-na keseharian pengelolaan keuangan oleh pelaku bisnis besi tua dalam menjalan-kan usahanya, dan kemudian menafsirkan bagaimana nilai-nilai budaya yang melanda-si gaya berbisnis tersebut. Penggunaan et-nometodologi dalam riset di ranah keilmuan akuntansi pernah dilakukan oleh O’Grady & Akroyd (2016) dan Gamar & Djamhuri (2015). Ada pula riset Siskawati, Ferdawati, & Surya (2016), yang secara khusus meng-angkat pengelolaan keuangan di masjid, khususnya pada dimensi akuntabilitasnya.

Situs penelitian ini berlokasi di Keca-matan Semampir, Surabaya bagian utara. Kawasan Surabaya Utara ini sangat unik se-bab hampir sebagian besar warganya adalah perantau asal Madura. Mereka sudah mene-tap di daerah tersebut sejak bertahun-tahun lamanya. Bahasa sehari-hari dan budaya yang berlaku di beberapa tempat di Sura-baya Utara terutama di daerah Semampir ini tak ubahnya seperti kampung-kampung di pulau Madura. Di beberapa titik di ka-wasan Kecamatan Semampir ini tak pelak juga banyak ditemukan usaha besi tua yang sudah tersohor sebagai pelaku utama bisnis yang sangat identik dengan orang Madura ini, sebut saja daerah Sidotopo, Wonosari, Bulak Banteng, dan beberapa tempat lain-nya. Deretan gudang-gudang besi tua berje-jer rapat di daerah tersebut. Hasil penyisir-an peneliti, usaha besi tua ini juga menyebar di sepanjang Jalan Demak, Jalan Kalianak,

Page 4: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

4 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 1-21

Jalan Bubutan, Jalan Margomulyo, serta Ja-lan Bagong Surabaya. Seluruhnya dimiliki atau juragannya merupakan orang Madura. Berdasarkan pertimbangan peneliti seperti akses lokasi dan keunikan yang mungkin ditemukan, peneliti akhirnya memutuskan untuk menetapkan sebuah usaha bisnis besi tua yang beralamat di Jl. Wonosari Lor nomor-90, Wonosumo Surabaya sebagai situs penelitian. Usaha ini menamakan di-rinya CV. Jaya Bersama. Usaha ini meru-pakan salah satu gudang yang memiliki aktivitas paling padat dan selalu terlihat ra-mai setiap harinya di kawasan ini. Gudang ini, menurut pengakuan pemiliknya, juga satu-satunya gudang di daerah Wonoku-sumo yang memiliki jembatan timbang-an dan menerima jasa timbangan umum.

Informan penelitian ini adalah bebe-rapa juragan dan karyawan yang terlibat langsung dalam pengelolaan besi tua pada CV. Jaya Bersama. Informan dipilih sesuai ruh etnometodologi dalam menjawab rumus-an masalah penelitian. Etnometodologi ini digunakan untuk mengkaji berbagai aktivi-tas individu dalam menciptakan realitas ter-hadap berbagai situasi dan kondisi dengan cara-cara mereka yang apa adanya. Mere-ka juga aktor yang akan menafsirkan dan mewujudkan situasi mereka lewat aktivitas kreatif mereka sendiri (Kamayanti, 2016; Whittle & Wilson, 2015). Dengan demikian, syarat yang harus dipenuhi oleh informan adalah beberapa karyawan yang terlibat langsung dan dirasa memiliki pengetahuan yang cukup mengenai usaha besi tua yang mereka jalankan. Adapun nama dari infor-man-informan tersebut tertera pada Tabel 1.

Metode pengumpulan data riset ini ter-diri dari, pertama peneliti melakukan obser-vasi partisipatif dengan cara melihat aktivi-

tas dan perilaku keseharian yang dilakukan oleh aktor-aktor dalam bisnis besi tua (khu-susnya di CV Jaya Bersama) dengan beker-ja di usaha ini selama lebih dari enam bu-lan. Pada saat terlibat bekerja inilah, proses penelitian dilakukan. Wawancara kepada informan di CV Jaya Bersama dilakukan cenderung tidak terstruktur dan spontan-itas di sepanjang interaksi keseharian. Hal ini dilakukan untuk menangkap jawaban apa adanya dari informan. Beberapa waw-ancara juga dilakukan dalam keadaan ke-tika informan terlihat memiliki waktu luang dan santai untuk mencari jawaban yang lebih dalam dan berkualitas. Teknik lain-nya yaitu dengan dokumentasi beberapa aktivitas dan dokumen pendukung lain-nya. Sekumpulan catatan, gambar, atau rekaman yang diperoleh selama penelitian membantu penulisan hasil penelitian ini.

Guna memperoleh keyakinan memadai serta pemahaman yang komprehensif, proses triangulasi juga dilakukan. Triangulasi riset ini dengan membandingkan hasil wawancara dan kesesuaian dengan keseharian atau ak-tivitas yang mereka lakukan setiap harinya. Selain itu, peneliti juga membandingkan ha-sil wawancara antara satu informan dengan informan lainnya yang memiliki keterkaitan. Wawancara yang dilakukan peneliti terha-dap juragan CV cenderung dilakukan ketika ketiga juragan berkumpul dan berada dalam suatu ruang yang sama. Beberapa wawan-cara juga dilakukan pada juragan dan infor-man lain dalam beberapa situasi yang berbe-da untuk melihat konsistensi dari jawaban yang dilontarkan oleh informan. Triangulasi lainnya juga dilakukan dengan melihat hasil wawancara atau pernyataan dari beberapa informan dengan kesesuaian dengan tindak-an yang secara umum berlaku di CV ini.

Tabel 1. Daftar Nama InformanNama Informan BagianH. Ribut JuraganH. Hosen JuraganHisyam JuraganHj. Maryam JuraganWasik Pengawas dan pencatat di gudangFaris Pengawas dan pencatat di gudangH. Noval Bagian survei barang dagangan/lelangPendik Bagian survei barang dagangan/lelangShinta Salah satu pegawai dan keponakan salah satu juraganToip Pekerja, supir

Page 5: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

Nurhalimah, Setiawan, Haryadi, Budaya Persaudaraan Khas Madura dalam... 5

Metode analisis dilakukan untuk me-mahami proses pengelolaan keuangan ter-masuk praktik (pencatatan) “akuntan-si” yang dijalankan oleh pemborong besi tua yaitu oleh CV Jaya Bersama. Analisis dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari informan baik itu dari hasil observa-si, wawancara, maupun dari dokumentasi. Proses analisis data dilakukan baik selama maupun setelah tahap pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan doku-mentasi. Mengikuti arahan Garfinkel (1967), terdapat tiga tahap analisis yang dikaryakan dalam penelitian ini. Pertama, analisis in-deksikalitas. Pada tahap ini penelliti mencari simbol-simbol atau ungkapan dalam kese-harian bisnis besi tua, yang kemudian men-cari atau menganalisis maksud dan makna dari simbol tersebut. Tahap kedua yaitu analisis refleksivitas. Refleksivitas di sini mengacu pada pernyataan yaitu “uninterest­ing essential reflexivity of account” (Due & Lange, 2018; Gibson, Webb, & Lehn, 2011). Peneliti berusaha mengungkap hal-hal yang mungkin menurut informan tidak menarik untuk dijelaskan, tetapi, harus mengubah itu menjadi hal yang dapat dilihat menarik untuk diketahui dari informan. Tahap tera-khir yakni analisis aksi kontekstual. Tahap ini mengangkat ke permukaan aksi-aksi pada lingkup waktu dan tempat tertentu dan membuatnya “terlihat” (Morriss, 2016; Mueller, Whittle, Gilchrist, & Lenney, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan penelitian awal peneliti,

usaha besi tua merupakan sebuah mata ran-tai bisnis yang mengaitkan beberapa pelaku atau pihak terkait. Ada beberapa fungsi seperti mediator atau broker, pengepul ke-cil, pengepul besar atau pemborong, serta pemasok atau supplier. Penelitian ini fokus pada fungsi pengepul besar atau pemborong yang melekat pada CV Jaya Bersama. Akti-vitas bisnis utamanya adalah pencincangan kapal tongkang yang teronggok di Pelabuhan Kamal, Madura. Proyek-proyek lainnya juga dilakukan tetapi tidak sebesar kapal tong-kang ini.

Seluruh orang yang terlibat dalam CV Jaya Bersama, baik dari segi manajemen maupun para pekerja, merupakan orang-orang yang memilki ikatan saudara dengan para juragan di CV ini. Bisa dikatakan pe-neliti merupakan satu-satunya orang luar yang bekerja di tempat tersebut. Pendedah-an pengelolaan keuangan secara garis besar

akan terbagi dalam dua bahasan besar yaitu seputar permodalan usaha dan pelaksanaan transaksi bisnis.

Modal awal diperoleh dari “kongsi/urunan” yang maknanya lebih dari seka­dar materi. Sebuah usaha bisnis membu-tuhkan modal untuk memulai dan menjalan-kan usahanya. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (2007) Paragraf 102 menyebutkan bahwa modal keuangan berwujud aktiva fisik dan dinilai berdasarkan kemampuan produktivitasnya.

Pada intinya modal awal bisa beru-pa aset tetap seperti tanah, peralatan, dan kendaraan yang biasanya dapat digunakan dalam jangka panjang. CV Jaya Bersama sebagai unit usaha yang bergerak dalam jual beli besi tua secara borongan tentunya membutuhkan modal besar untuk langkah awal memulai dan menjalankan kegiatan bisnisnya. Pembangunan CV Jaya Bersama bermula pada awal tahun 2015 dari kong-si pertama antara H. Ribut, H. Hosen, dan Hj. Maryam. Tiga perantau asal Madura ini urunan untuk membeli lahan dan memba-ngunnya menjadi sebuah kantor dan gudang. Mereka juga memasang jembatan timbang-an yang kemudian disepakti untuk menjadi sumber pendapatan sampingan. Dana awal ini sebesar 60% berasal dari Hj. Maryam.

Besaran urunan awal untuk modal ke-tiga karib ini tidak sama. Hal ini merupakan kesepakatan dari ketiganya yang notabene adalah teman yang berasal dari satu daerah yang sama di Kabupaten Sampang Madura. Hj. Maryam hanya urun modal materi, se-mentara H. Ribut dan H. Hosen menyum-bangsihkan tenaga dan kemampuannya untuk menjalankan operasional bisnis besi tua. Hj. Maryam tidak perlu ikut terjun langsung ke lapangan, tetapi mendapat-kan bagian yang proporsional ketika bisnis besi tua mendapatkan keuntungan atau-pun kerugian. Di pertengahan tahun 2015 Hj. Maryam memutuskan untuk fokus pada bisnisnya sendiri dan hanya menjadi sekutu pasif. Shinta, keponakan sekaligus keper-cayaan Hj. Maryam menjelaskan kejadian ini.

“....Umik Maryam kalowar dhari kongsi besi tua reya polana awal­la rowakan e dhinna’ sering rogi. Ban pole Mik Maryam rowa sibuk ngurus gudangnga dibhi’. Kan an­dhi’ gudang tello’ Mik Maryam…” (Shinta).

Page 6: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

6 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 1-21

“...Ummi Maryam keluar dari kongsi besi tua ini karena awalnya kan di sini sering rugi. Lagi pula Ummi Maryam itu sibuk mengu-rus tiga gudang usahanya sendi-ri...” (Shinta).

Keputusan Hj. Maryam untuk mening-galkan kongsi besi tua tersebut tidak memu-tuskan jalinan silaturahmi ketiganya.Tidak terhitung berapa kali H. Hosen atau H. Ribut acap bertandang ke rumah Hj. Maryam. Dari pengamatan peneliti, paling tidak sebulan dua kali H. Hosen dan H. Ribut pergi ke ru-mah Hj. Maryam untuk sekedar silaturah-mi. Tidak jarang CV ini juga meminjam uang dalam jumlah tertentu kepada Hj. Maryam.

Dalam perjalanan usaha ini, CV Jaya Bersama kemudian membeli beberapa truk dan ratusan tabung oksigen untuk men-dukung aktivitas bisnis yang mereka jalan-kan. Beberapa truk yang dibeli dari peng-usaha lainnya juga menggunakan sistem utang. Pada akhir tahun 2015 bergabunglah Bapak Hisyam ke dalam CV Jaya Bersama. Bapak Hisyam ini bergabung tanpa harus menyetor sejumlah modal ke dalam CV ini. Dia hanya urun tenaga dan pikiran untuk operasional bisnis. Kongsi ketiganya yaitu H. Ribut, H. Hosen dan Bapak Hisyam berjalan hingga sekarang.

Modal kerja mengandung rasa sa­ling­percaya, persaudaraan, dan harga di­ri. Paul & Mitra (2018) dan Wasiuzzaman (2015) mendefinisikan modal kerja sebagai modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal ker-ja berupa investasi yang ditanamkan da-lam aset lancar atau jangka pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar. Salah satu titik perhatian menarik adalah bagaima-na sebuah perusahaan mendapatkan mo-dal tersebut agar usahanya dapat berjalan lancar. Pembelian barang dagangan seperti kapal-kapal besar membutuhkan dana yang cukup besar.Harga kapal bekas bisa men-capai miliaran rupiah. Belum lagi adanya biaya-biaya operasional yang akan dikeluar-kan setiap hari untuk proses pencincangan kapal dan pendistribusian ke pabrik-pabrik.

Modal kerja atau dana yang dibutuhkan CV Jaya Bersama diperoleh dengan pinjaman ke pihak lain. Usaha ini tidak mengandal-kan pinjaman dari bank yang hanya terbatas dengan jumlah dan waktu tertentu. CV Jaya Bersama mencari dana dengan meminjam

uang dalam jumlah besar kepada sesama orang Madura yang sudah sukses terlebih dahulu. Dalam bisnis besi tua hal ini sudah menjadi sebuah kebiasaan yang membu-daya. Pinjam meminjam antar sesama peng-usaha Madura untuk bisnis yang mereka jalankan sudah menjadi sebuah tradisi. Tra-disi meminjam modal kerja ke sesama orang Madura dinilai lebih cepat dan lebih mudah daripada meminjam pada bank atau lemba-ga sejenisnya. Selain terbilang cepat, ketika butuh selalu ada dan juga mampu memberi-kan pinjaman dalam jumlah besar. Pinjaman ini juga tanpa memerlukan agunan atau ja-minan apa pun. Seperti halnya yang diung-kapkan oleh salah satu juragan, H. Ribut.

“Oreng Madure tanpa jaminan tan­pa apa bisa ngenjam 5 M (miliar) areya bisa. Areya kakuaddanna oreng Madure bisa maju karena todhus. Mon tak abali pesse 5 M gu epate’e bareng oreng se andhi’ pesse, keng karo todus, kalaenna tak paju” (H. Ribut).

“Orang Madura, tanpa jaminan atau tanpa apa pun bisa pin-jam (utang) 5 miliar. Ini kekuat-an orang Madura sehingga bisa maju, yaitu karena “malo/todhus” (harga diri). Kalau tidak kembali uang 5 miliar itu sebenarnya tidak mengapa, tidak mungkin dibunuh sama orang yang punya uang, tapi diri ini cuma malu sendiri karena ke lainnya akhirnya tidak laku (ti-dak dipercaya)” (H. Ribut).

Intonasi dan ekspresi H. Ribut saat mengungkapkan pernyataan tersebut begitu lugas. Karakter pribadinya yang tegas dan bijaksana serta yang tercermin dari kese-harian perilakunya menunjukkan apa yang dikatakannya adalah benar dan apa adanya. Modal kerja bisnis besi tua yang dijalankan oleh CV Jaya Bersama ini sepenuhnya ber-asal dari kepercayaan dan harga diri sebagai orang Madura. Jika ditinjau dari sikap hi-dup alias falsafah Madura “lebbi bagus pote­tolang atembeng pote mata”, maka pernyata-an H Ribut tersebut merupakan peneguhan harga diri sebagai harga mati bagi orang Madura. Ali (2010) dan Rokhyanto & Mar-suki (2015) menjelaskan bahwa malo sangat erat kaitannya dengan harga diri (martabat) orang Madura. Bagi mereka, tindakan tidak

Page 7: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

Nurhalimah, Setiawan, Haryadi, Budaya Persaudaraan Khas Madura dalam... 7

menghargai, tidak mengakui, atau meng-ingkari peran serta status sosial sama arti-nya dengan memperlakukan dirinya sebagai orang yang tadha’ ajina (tidak berharga lagi) dan pada gilirannya melahirkan rasa malo.

Situasi yang teruraikan dapat dimak-nai bahwa modal kerja yang diperoleh dari pinjaman mempersyaratkan keteguhan hati untuk komitmen mengembalikannya sesuai kesepakatan. Hal ini merupakan jawaban atas kesaling-percayaan (trust) yang ter-jalin. Harga diri seorang sebagai manusia Ma dura dipertaruhkan pada hal ikhwal pin-jam meminjam ini. Ketika seseorang tidak bisa menepati janjinya sendiri, sulit di wak-tu yang datang untuk memperoleh keper-cayaan dari seseorang ataupun kolega. Ja-minan harga diri seorang Madura lebih dari aset atau ja minan material lainnya. Hal yang mendukung terjadinya pinjam meminjam yang begitu mudah ke sesama orang Madura ini disebabkan ikatan kental persaudaraan orang Madura yang settong dhara (satu da-rah). Ikatan kekerabatan yang tercipta men-jadi sebuah jembatan dalam jalinan bisnis yang mereka buat. Alhasil modal besar yang dibutuhkan CV ini bisa diperoleh dengan mudah tanpa prosedur berbelit. Berikut ini adalah pernyataan H. Ribut mengenai pro-ses pinjaman.

“Kakeh ngenjam ka bank 20 juta bai sorat riya’­riya’ esoro sambi kabbi, se bedha e romana rowa esoro giba kabbi. Mon ngenjam ka padha Madhuranah tak athe’ ri­ya­riya” (H. Ribut).

“Kamu pinjem uang ke Bank 20 juta saja semua surat yang kamu punya disuruh bawa semua, yang ada di rumah itu disuruh bawa semua. Kalau pinjam ke sesama Maduranya tidak ada ini-itu” (H. Ribut).

Untuk memperoleh pinjaman dalam jumlah yang besar, CV Jaya Bersama ti-dak harus menyerahkan jaminan harta ke kayaan yang dimiliki. Jaminan satu-sa-tunya hanyalah harga diri para juragan CV. Harga diri ini adalah harta kekayaan yang tidak dapat ditukar dengan apa pun. Modal yang diperoleh dari pinjaman kepada sesa-ma pengusaha Madura terlihat mudah dan sangat cepat. Ketika CV menemukan barang

borongan dan sepakat membelinya, semen-tara pada saat yang sama dana yang ada ti-dak memungkinkan, maka pada waktu itu pula biasanya para juragan CV ini mencari pinjaman dana kepada sesama orang Madu-ra. Pencairan pinjaman ini juga cepat seka-li karena penggawa CV Jaya Bersama tidak pernah melenceng dari waktu yang dijanji-kan untuk masa pengembalian.

Juragan CV Jaya Bersama membuat kesepakatan waktu pengembalian pinjaman ketika proyek yang menggunakan uang pin-jaman tersebut selesai, atau juga bentuk pengembalian dalam waktu bulan tertentu. Ketika CV ini memperoleh pinjaman dana untuk modal, juragan selalu menuliskan tanggal pengembalian utang yang disepakati bersama di kalender kantor. Kecemas an le-wat dari tanggal perjanjian menjadi hal yang paling fatal dalam pinjaman ke sesama orang Madura, karena harga diri dan kepercayaan yang dijaminkan menjadi pertaruhannya. Ketika seorang pengusaha luput dari apa yang mereka janjikan, martabat dan harga dirinya akan lenyap.

Terdapat pula kesepakatan pengem-balian utang ke sesama juragan besi tua dengan cara menyetor barang tertentu yang diinginkan dalam jangka waktu yang ti-dak terbatas dengan ketentuan harga yang ditetapkan oleh si pemberi pinjaman. Dalam kasus ini misalkan terdapat satu pengusa-ha besi tua yang akrab dipanggil H. Toha memberikan utang ke CV ini. Beliau lantas meminta agar untuk jenis logam yang terdiri dari tembaga, kuningan, bron, dan alumi-nium dijual kepada H. Toha tersebut dengan harga yang ditentukan H Toha. Harga jual tersebut akan dipotongkan langsung dengan utang CV ini. Cerita ini dituturkan Wasik melalui kutipan berikut.

“Mon engko’ ngerem logam ka H Toha, aruwa epotong langsung ka otangnga dhinna...” (Wasik).

“Kalau saya ngirim logam ke H Toha itu dipotong langsung ke utangnya sini...” (Wasik).

Untuk beberapa utang lainnya CV Jaya Bersama akan memberikan hasil ketika pin-jaman tersebut harus dikembalikan. Pernah dalam suatu pagi H Hosen melingkari se-buah tanggal di bulan Juli, ditulisnya pula sebuah nama dan angka. Ternyata tanggal

Page 8: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

8 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 1-21

tersebut adalah sebuah tanggal pengem-balian utang yang dipinjam dari sesama pengusaha Madu ra.

Bagi juragan-juragan ini ketepatan wak tu pengembalian utang atau pinjaman adalah hal penting yang harus diperhatikan tatkala waktu yang dijanjikan sudah tiba. Apa pun dan bagaimanapun caranya, janji itu harus ditepati meskipun terkadang ha-rus mencari atau memutar uang dari pin-jaman lainnya. Pinjaman itu tidak sekedar pokoknya, tetapi disertai tanda terima kasih sebagai sebuah kelaziman yang berlaku umum. Tidak ada angka pasti berapa kisar-an uang tanda terima kasih. Pernah suatu pagi Hosen menelepon pengusaha besi tua lainnya yaitu H. Muhammad untuk memin-jam uang untuk membayar kekurangan bi-aya dalam suatu proyek. Tidak lama kemu-dian datanglah H. Muhammad dengan satu kresek uang di tangannya yang kemudian diakui sebesar “hanya” Rp230 juta. Sedetik kemudian H. Hosen menyuruh peneliti un-tuk menuliskan sebuah cek untuk diberikan ke H Muhammad atas pinjaman yang diberi-kannya sebesar Rp238 juta tertanggal sebu-lan dari tanggal tersebut.

CV Jaya Bersama ini kerap kali melaku-kan pinjaman kepada H Muhammad untuk nilai tertentu tatkala kekurangan dana. Situasi ini hanya salah satu momen yang sempat terekam oleh peneliti. Ketika CV ini meminjam senilai Rp230 juta, satu bu-lan kemudian CV ini mengembalikan senilai Rp238 juta. Selisih Rp8 juta (delapan juta) merupakan tanda terima kasih CV karena telah diberi pinjaman. Peristiwa tersebut terjadi tanpa adanya sebuah akad tertentu ataupun perjanjian di atas kertas.

Bentuk “modal lain” dalam CV Jaya Bersama: unsur kepercayaan yang di­pegang kuat. Banyak orang beranggapan bahwa modal uang menjadi kunci dalam membangun usaha. Pada praktiknya ba-nyak elemen lainnya yang dibutuhkan untuk membangun sebuah usaha khususnya usa-ha besi tua. Mental, keberanian akan risiko, pengalaman, dan kejujuran juga menjadi salah satu modal dasar yang penting dimili-ki oleh pelaku usaha besi tua. Dalam sebuah bisnis besi tua dibutuhkan relasi yang luas dan hubungan baik antara sesama pengu-saha besi tua. Semakin luas relasi yang di-miliki semakin luas pula kesempatan kesuk-sesan dalam bisnis besi tua yang dijalankan. Begitu pula dengan CV Jaya Bersama. Relasi yang cukup luas membuat CV ini masih ber-

tahan sampai saat ini di tengah harga besi tua yang relatif tidak stabil.

Selama lebih enam bulan bekerja di CV ini peneliti mengamati semua aktivitas yang dilakukan CV Jaya Bersama ini. Modal se-cara materi tidak cukup untuk melakukan usaha besi tua. Hampir di setiap komuni-kasi atau percakapan yang dilakukan para juragan di CV ini selalu menekankan keju-juran kepada setiap kolega bisnisnya. Pen-dik, salah satu kepercayaan juragan dan biasanya ditugasi untuk survei barang da-gangan menegaskan hal ini.

“Kuncina dalam bisnis reya reh kodu teppa’ oca’en, manusia reya polanah eteggu’ colo’na” (Pendik).

“Kuncinya dalam bisnis ini (besi tua) harus tepat ucapannya, ma-nusia itu dipegang mulutnya” (Pendik).

Jika ditarik common understanding, pernyataan tersebut menyimbolkan sebuah ketegasan dan penekanan tentang penting-nya sebuah kejujuran dalam bisnis besi tua. Kejujuran menjadi kunci utama dalam men-jalankan bisnis (besi tua). Tindakan harus sesuai dengan apa yang diucapkan. Dalam pandangan para aktor di CV ini ketika apa yang diucapkan sudah tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, hancurlah harga diri orang tersebut. Ketika harga diri tersebut telah jatuh, dia tidak akan lagi dipercaya oleh para rekan bisnisnya. Alhasil bisnisnya pun akan hancur.

Penyertaan modal bersama juga tidak diukur dengan seberapa besar uang yang disetor masing-masing juragan untuk usaha bersama. Setiap juragan memiliki kemam-puan dan kelemahan masing-masing yang kemudian bersinergi dan saling melengkapi. Bapak Hisyam memiliki kemampuan men-cari dan menaksir barang dagangan dengan cepat dan tepat. Bapak Hisyam juga memi-liki jaringan yang luas serta memiliki pe-ngalaman yang mumpuni dalam pengurusan pembelian kapal-kapal tongkang. Berikut ini merupakan pernyataan H. Ribut mengenai penyertaan modal.

“Awalla engko’ rowa tak bisa nga­tur pesse. Boros. La san akongsi bi’ Ji Hosen reya baru bisa teratur kabbi” (H. Ribut).

Page 9: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

Nurhalimah, Setiawan, Haryadi, Budaya Persaudaraan Khas Madura dalam... 9

“Awalnya saya itu tidak bisa meng atur uang, dalam artian bo-ros. Nah setelah kongsi dengan Haji Hosen ini baru bisa teratur semua” (H. Ribut).

Berdasarkan pengamatan peneliti dan jika ditarik common understanding dari be-berapa pernyataan, ketiga juragan yang ada di CV Jaya Bersama ini saling melengkapi satu sama lain. H Ribut merupakan pribadi yang tegas dan selalu memecahkan ma salah kongsi dengan bijak. Beliau juga memili-ki kemampuan komunikasi yang baik dan meyakinkan untuk mencari rekan kerja dan mencari pinjaman dana. H Hosen memili-ki kemampuan dalam mengatur keuangan dan mengalokasikan dana yang ada pada proyek yang tepat. Beliau juga pintar men-cari pembeli dan menaksir barang lelangan dan proyek lainnya. Bapak Hisyam memiliki

kemampuan mencari barang dagangan de-ngan cepat terutama untuk pencarian kapal tongkang. Namun, ketiganya selalu berdis-kusi dan saling meminta pendapat untuk memutuskan hal apa pun dalam bisnis yang mereka jalankan atas nama CV Jaya Ber-sama. Perbedaan kepemilikan modal ketiga juragan tersebut juga tidak mempengaruhi besaran pembagian keuntungan atau keru-gian yang akan didapat oleh CV ini. Mere-ka sepakat membagi secara proporsional jika terdapat keuntungan ataupun kerugian yang dialami CV.

Peneliti melakukan analisis indeksika-litas, kemudian dilakukan studi refleksifitas dengan cara merasionalisasi ekspresi dari oraganisasi besi tua dan selanjutnya melihat aksi indeksikalitas organisasi besi tua terse-but dalam hal ini CV Jaya Bersama. Sampai akhirnya peneliti menyimpulkan tema harga

Tabel 2. Ringkasan Analisis Temuan 1Indeksikalitas Rasionalisasi (Refleksifitas) Aksi Kontekstual

Kongsi Usaha bersama atas nama CV Jaya Bersama oleh beberapa ju-ragan

Kerja sama dalam satu u-saha

Urunan Modal awal CV diperoleh dari urunan dari setiap juragan.

Permodalan awal

Sataretanan (kerabat/saudara)

Sesama Madura merasa memiliki ikatan kekerabatan antara satu dengan yang lain

Kekerabatan sebagai jem-ba tan permodalan

Kompak (kompak) Orang Madura ketika sudah me rasa memiliki ikatan kekera-batan antara sesama orang Ma-dura maka kekompakan pun ter-jalin

Dasar terbentuknya modal

Nginjam (pinjam) tanpa jaminan

Melakukan pinjaman sesama o rang Madura. Pinjaman tersebut terjadi tanpa adanya akad atau-pun jaminan aset

Cara Pendananan - Kemu-dah an permodalan

Teppa’ (keseuaian omongan)

Hal yang paling dipegang teguh oleh orang Madura adalah kese-suaian apa yang diucapkan de-ngan apa yang dilakukan (kete-patan janji)

Prinsip dalam permodalan

Etegghu’ colo’na (di-pegang omongannya)

Karena pada dasarnya manusia itu dipegang omongannya

Prinsip dalam permodalan

Todus/malo (martabat) Sebuah rasa todus/malo yang men jadi alasan terciptanya bu-daya pinjam-meminjam

Todus/malo dari tindakan yang salah akan berakibat pada harga diri.

Harga diri Harga diri kemudian menjadi hal yang akan dipertaruhkan jika apa yang telah dijanjikan

Harga diri sebagai jaminan permodalan

Hasel (hasil) Sebuah tradisi yang dianggap se-bagai rasa terima kasih atas se-buah pinjaman

Tanda terima kasih atas pin jaman yang tak ber-syarat

Page 10: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

10 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 1-21

diri sebagai modal utama. Tabel 2 menyaji-kan ringkasan tahapan analisis ini.

Tabel 2 menunjukkan bahwa prinsip permodalan pada usaha tersebut tidak ha-nya terletak pada unsur materi. Modal usa-ha diraih dan dikelola dengan mengedepan-kan unsur persaudaraan. Selain itu, harga diri menjadi suatu pengingat supaya modal dapat dikelola dengan baik.

Pembelian dengan bhuk-rembuk dan mengandalkan feeling sebagai keberanian serta kepasrahan kepada sang pencipta. Proses pembelian kapal bekas atau barang objek bisnis lainnya dimulai dari adanya in-formasi yang mereka terima dari rekan kerja yang ada di seluruh Indonesia. Setelah infor-masi diterima, mereka akan bhuk­rembhuk (musyawarah bersama). Setelah disepakati bersama atas kemungkinan menguntung-kannya barang yang hendak ditawar terse-but, mereka memutuskan siapa yang hendak dikirim untuk mengecek keadaan barang dalam sebuah lokasi yang diinformasikan.

Kadangkala dalam beberapa proyek para juragan ini tidak harus menyurvei langsung ke lokasi. Mereka dapat menentu-kan harga beli untuk sebuah scrap tertentu hanya berdasarkan pengalaman me reka pada proyek sebelumnya serta informasi yang diterima dari informan terpercaya. Foto barang dan keterangan-keterangan lainnya yang biasanya mereka terima melalui komu-nikasi telepon genggam ataupun dari akun sosial yang mereka miliki membantu peng-ambilan keputusan itu.

Pada awal CV ini berdiri operasi bisnis-nya cenderung kepada bongkaran gedu ng-gedung dan pabrik-pabrik besar. Namun, akhir-akhir ini CV Jaya Bersama lebih fokus untuk mencincang kapal-kapal bekas wa-lau masih mengerjakan proyek lainnya. Para juragan CV ini mengaku lebih puas ketika mereka menggarap kapal dibanding dengan menggarap proyek-proyek lainnya. Hal yang unik kemudian ketika juragan di CV Jaya Bersama memutuskan hal yang besar seper-ti menaksir harga kapal untuk dibeli dilan-dasi dengan keyakinan, insting, dan pen-galaman. H Ribut menceritakan prosesnya.

“...mon nabhar argana kapal rowa, Nak, san la tao tonase­na baram­pa ban survei ka tempat, pas ebel­li manorot keyakinan ruwa, Nak. Mon melle rowa, Nak, payakin bai ja’ kakeh olleyah ontong, ja’ mek­ker rogina gallu…” (H. Ribut).

“…kalau nawar harganya kapal itu, Nak, setelah tahu beratnya berapa dan survei ke lokasi, lalu dibeli menurut keyakinan. Kalau beli itu, Nak, yakinkan saja ka-lau kamu akan dapat untung, ja-ngan mikir ruginya dahulu...” (H. Ribut).

Tantangan terbesar dalam menjalani bisnis besi tua adalah kemampuan menaksir barang dagangan seperti kapal bekas atau-pun bangunan bekas. Ketika penaksir salah dalam menaksir barang dagangan, kerugian yang akan diterima akan besar. Begitu pula ketika penaksir tepat dalam menaksir har-ga, keuntungan yang akan diperoleh sangat menjanjikan. Tiga juragan besar CV Jaya Bersama H. Hosen, H. Ribut, dan Hisyam, adalah para penaksir jitu. Namun, dengan ketatnya persaingan, kerapkali para juragan ini terpaksa harus mengambil harga yang lebih dari penawar lainnya meskipun harus menerima keuntungan yang minim, malah harus pak pok (tidak untung dan tidak rugi).

Dalam penawaran pembelian kapal, pertimbangan berat kapal atau tonase yang tertera di dokumen kapal atau spek kapal yang diterima dari penjual atau informasi lelang adalah info awal. Selanjutnya para juragan memperkirakan berat yang tersisa setelah menjadi scrap. Untuk mencari berat bersih yang akan didapatnya biasanya jura-gan akan menaksir dengan melihat DWT dari spek kapal. Untuk menaksir berapa kira-ki-ra berat sebuah kapal setelah menjadi scrap, terdapat sebuah trik khusus yang dilakukan oleh juragan CV ini. H. Noval, putra salah anak juragan yang sering ikut langsung da-lam menaksir sebuah kapal bekas menceri-takannya begini.

“Bik engko’ ebeleena kakeh ye.. Mon ra­ngera berradda kapal juwa, kakeh bisa ajelling dhari DWT nah.. DWT ruwa berraddeh muatan se bisa etampong kapal. Misal DWT­nah 2.000 (ton), le juwa bik kakeh ebegi tello’. Le jiya perkiraan ollen­ah bessena” (H. Noval).

“Aku kasih tau ke kamu ya. Ka-lau ngira-ngira beratnya kapal itu, kamu bisa lihat dari DWT-nya. DWT itu beratnya muatan yang bisa ditampung oleh kapal. Misal DWT-nya 2.000 (ton), itu

Page 11: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

Nurhalimah, Setiawan, Haryadi, Budaya Persaudaraan Khas Madura dalam... 11

kamu bagi tiga. Hasilnya itulah perkiraan besi yang didapat” (H. Noval).

Dead Weight Tonnage (DWT) merupa-kan jumlah bobot/berat yang bisa termuat oleh kapal sampai batas yang diizinkan, di nyatakan dalam long ton atau metrik-ton. DWT diketahui dari surat resmi kapal yang akan dijual. Setelah membaca berkas atau dari spek kapal dan memperkirakan tonase yang akan diperoleh setelah pencin-cangan kapal, CV Jaya Bersama akan me-ngirim orang untuk melihat keberadaan barang di tempat yang diinformasikan, dan selanjut nya mengikuti lelang. Ketika lelang dimenangkan, tinggal pengurusan surat-su-ratnya dan menarik kapal tersebut ke tem-pat pencincangan.

Untuk menentukan harga beli para ju-ragan hanya memperkirakan dengan tonase yang kemungkinan akan diperoleh dari se-buah kapal, yang kemudian dikalikan de-ngan kemungkinan harga besi tua terendah di pasaran industri peleburan. Lebih lanjut Hj. Maryam menjelaskan cara menaksir har-ga sebuah kapal.

“....na san kakeh la mareh ngera­agi bharampa tonasena pas ka­keh kaleagi bareng arga besi tua e pabrik. La jiya ra­kera ollena pesse dhaggi’. Pas padaddi kapal gella’ rowa e bhabhana perkiraan ollena pesse mon ejuwal” (Hj. Maryam).

“...nah setelah kamu kira-ki-ra berapa beratnya (kapal), lalu kamu kalikan dengan harga besi tua di pabrik. Nah, itu kira-kira dapatnya uang nanti (dari penjual-an). Kemudian beli kapal tadi di bawah perkiraan dapatnya uang kalau dijual” (Hj. Maryam).

Penetapan sebuah harga beli untuk memastikan mendapat keuntungan ketika barang tersebut dijual merupakan sebuah tantangan yang besar. Butuh pengalaman dan keberanian akan risiko untuk bisa melakukannya. Orang Madura yang sudah dikenal dengan karakternya yang berani risiko dan tegas terlihat pada tiap juragan di CV Jaya Bersama. Berikut pernyataan H. Ribut mengenai kebiasaan juragan dalam menaksir barang.

“....oreng Madureh acanggien be­reng oreng se asakolah. Mon lel ­angruwa se asakolah ngitong gita’ mareh, bi’ ji Hosen riya langsung “Jadi”. Loh jadi ke siapa? ini su­dah jadi ke H. Hosen…” (H. Noval).

“…orang Madura itu lebih canggih dari orang yang sekolah. Kalau di waktu lelang itu yang sekolah menghitung belum selesai, oleh H. Hosen ini (menunjuk ke H. Hosen) langsung dibilang “jadi”. Lho, jadi ke siapa? Ini sudah jadi ke H. Ho-sen…” (H. Noval).

Mekanisme pembelian besi tua yang mengandalkan musyawarah bersama juga melibatkan insting dan kepasrahan kepada Tuhan adalah nilai utama yang menyembul. Adapun tahapan analisis dalam subtemuan ini disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pengam-bilan keputusan dalam CV ini justru tidak dilakukan berdasarkan perhitungan rasio-nal. Mereka justru mengedepankan penggu-naan insting dalam pembelian besi tua. Hal ini justru menjadi suatu bentuk lain dalam pengambilan keputusan karena akuntansi konvensional justru mengedepankan per-hitungan rasional (Gray & Milne, 2018; Nar-tea & Cheema, 2014).

Prinsip kelancaran bisnis adalah restu orang tua dan sedekah. Memutus-kan dengan cepat dan berani mengambil risiko atas kemungkinan terburuk yang bisa terjadi menjadi salah satu kunci menjalan-kan usaha besi tua. Dalam perjalanan CV ini tidak semua proyek berjalan lancar dan mendapatkan keuntungan yang besar. Be-berapa kerugian pun sempat dialami, teta-pi tidak ada rasa putus asa untuk melaku-kannya lagi. Prinsip pertama yang melatari usaha CV ini yaitu bahwa semuanya terja-di karena kehendak Allah SWT. Terjadinya jual beli dalam CV ini seakan terlihat cepat dan sangat berani dalam menentukan harga dalam tempo singkat. Namun, di sana ada penyerahan diri kepada Allah melalui prin-sip bahwa semuanya terjadi dengan adanya kepastian Allah. Salah satu pernyataan ju-ragan besi tua yang dikutip peneliti berikut.

“...sebab kabbi­kabbi rowa Nak, tak melolo ngangguy otak… kun­cinah rowa hormat dha’ reng

Page 12: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

12 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 1-21

tuwa dhuwa’ ban pabennya’ asa­dekah…” (H. Hosen).

“…sebab semua itu tidak selalu pakai otak...kuncinya itu horma-ti kedua orang tua dan perbanyak sedekah...” (H. Hosen).

Sehebat apa pun seseorang dalam ber-hitung dan menaksir besi tua, jika tidak diimbangi dengan keberanian dan keya-kinan dalam mengambil keputusan tidak dapat dipastikan keberhasilannya. Usaha pun hanya akan jalan di tempat. Dalam menjalankan usaha bisnisnya para juragan selalu memperhatikan elemen lain yang se-cara tidak langsung sebenarnya menjadi faktor pendukung kesuksesan dalam bisnis yang mereka jalankan.

Sebegitu percaya dan pasrahnya, per-sediaan barang dagangan yang menumpuk di Pelabuhan Kamal dan yang berada di gu-dang terlihat dibiarkan begitu saja menum-puk tanpa ada yang menjaga ataupun meng-hitung berapa sisa barang yang tersedia. Ketika ditanya berapa jumlah atau sisa per-sediaan besi tua yang dimiliki CV ini, mereka hanya akan memperkirakan de ngan kemam-puan menaksir mereka. Mereka tidak terla-lu mempedulikan apakah barang dagangan mereka ada yang hilang dan sebagainya.

Penjualan besi tua terjadi secara kekeluargaan dan melalui pencatatan ala kadarnya. Besi tua yang dikirimkan CV Jaya Bersama ke pabrik diperoleh dari besi

yang dihasilkan dari proses pencincangan kapal di Pelabuhan Kamal. Potongan-po-tongan kapal tersebut kemudian diangkut oleh truk ke pabrik peleburan baja setelah mampir sejenak ke gudang perusahaan un-tuk ditimbang bobot sekaligus mengambil surat jalan. Untuk memasuki pabrik CV harus melalui supplier sehingga surat jalan dari CV dise rahkan ke supplier untuk diganti dengan surat jalan dari supplier. Truk kemu-dian menuju ke pabrik seperti PT ISPAT, PT API, dan PT HKA. Sesampai di pabrik truk harus mengantri dengan barisan truk lain-nya. Namun, besi tua yang berasal dari plat kapal biasanya dapat prioritas karena kua-litasnya bagus, sehingga biasanya truk mi-lik CV Jaya Bersama diprioritaskan untuk proses timbang dan bongkar. Pada proses penimbang an di pabrik tujuan sudah bersia-ga agen dari supplier yang mengawasi dan kemudian menuliskan tonase bersih di surat jalan yang dibawa sopir. Berikut pernyataan Toip, sopir truk yang biasanya mengangkut besi tua ke pabrik.

“...e pabrik rowa mon keng seket (50) truk bai badha se antri. Gu la truk se ne’­kene’ ruwa. Ja’ kadhi’ tronton,treler kabbi. Le neng pabrik ruwa, etembeng esakseen oreng­nga Ji Hoddin (supplier). San mare etembeng kosongan kan la etemmo berradda pas etoles e sorat jalan­na…” (Toip).

Tabel 3. Ringkasan Analisis Temuan 2Indeksikalitas Rasionalisasi (Refleksifitas) Aksi Kontekstual

Peyaken (yakin) Hal pertama yang dilakukan juragan CV ini dalam menawar harga yaitu dengan sebuah keyakinan

Dasar pengambilan kepu-tusan dalam pembelian (in-sting)

Pengalaman Butuh jam terbang yang cukup di lapangan untuk bisa menaksir harga kapal ataupun bongkaran gedung.

Dasar pengambilan kepu-tusan dalam pembelian (in-sting)

Ra­kera (mengi-ra-ngira)

Hal yang kemudian dilakukan juragan CV ini hanya dengan mengira-ngira dengan harga berapa sebuah kapal atau sebuah bongkaran gedung akan dibeli.

Dasar pengambilan kepu-tusan dalam pembelian (in-sting)

Ta’ ngangguy otek (tidak pakai otak)

Ketika harus memutuskan untuk mem beli atau tidak sebuah kapal ataupun gedung bekas tidak semua hal dapat diprediksi dan diputuskan dengan perhitungan.

Dasar pengambilan kepu-tusan dalam pembelian (in-sting)

Ontong­rogi (un-tung-rugi)

Dalam bisnis besi-tua para juragan sudah tidak takut dengan keuntung-an ataupun kerugian ditanggung.

Keberanian akan risiko un-tung atau rugi.

Page 13: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

Nurhalimah, Setiawan, Haryadi, Budaya Persaudaraan Khas Madura dalam... 13

“…di pabrik itu kalau cuma 50 truk itu ada yang antri. Bukan truk yang kecil-kecil itu, ya seper-ti tronton, trailer semua. Nah di pabrik itu ditimbang disaksikan orangnya H Hoddin (supplier yang digandeng CV). Setelah ditimbang kosongan kan sudah ketemu be-ratnya, kemudian ditulis...” (Toip).

Surat jalan tersebut selanjutnya akan dibawa oleh sopir ke gudang CV Jaya Bersa-ma untuk diserahkan kepada bagian pem-bukuan seperti Faris dan Wasik. Tonase dari pabrik tersebut kemudian akan dicatat dan dikurangi potongan tonase yang diinfokan oleh agen supplier melalui pesan pendek ponsel. Potongan yang dimaksud dise-but dengan ‘duksen’ yang diberikan pabrik setelah melihat kualitas besi dan memper-timbangkan kemungkinan adanya unsur tanah yang lengket atau ikut pada potong-an-potongan besi kapal tersebut. Untuk plat kapal umumnya potongan dari pabrik sebesar 150 kg sampai 250 kg. Gambar 1 menampilkan catatan ala kadarnya yang biasanya dilakukan oleh bagian pencatatan (Wasik dan Faris).

Berhubung melalui supplier harga un-tuk besi yang dikirim ke pabrik akan diten-tukan oleh pihak supplier. Jika misal harga dari pabrik sebesar Rp3.200,00/kg, maka harga yang diberikan oleh pabrik kepada CV bisa Rp3.150,00/kg. Selisih tersebut yang kemudian menjadi pendapatan bagi suppli­er. Namun, selain dari potongan harga yang dimulai dari Rp20,00/kg sampai dengan Rp50,00/kg, CV Jaya Bersama akan mem-

bayar sejumlah fee kepada supplier setiap bulannya. Hj. Maryam menuturkan berikut ini.

“...sengko’ rowa majar 5 juta ban bulan ka supplier. Arowa tetep banbulan mangko ngerema baram­pa bai. Aslina ngerema gan 5 fuso ka pabrik ban arena bisa…” (Hj. Maryam). “...aku itu bayar 5 juta setiap bu-lannya ke supplier. Itu tetap setiap bulan meskipun mau mengirim berapa pun (ke pabrik). Sebenar-nya mengirim 5 fuso (lebih besar dari truk) ke pabrik setiap harinya itu bisa...” (Hj. Maryam).

Ada beberapa alasan CV Jaya Bersa-ma tidak langsung saja mengirim ke sebuah pabrik tanpa harus melalui supplier. Alasan pertama, pabrik akan lebih percaya kalau besi tua yang dikirim ke pabriknya melalui supplier tertentu merupakan besi tua de-ngan kualitas bagus sehingga dihargai de-ngan kualitas bagus. Kedua, jika CV kirim ke pabrik tanpa melewati supplier (langsung) maka pembayarannya akan cenderung lama (diutang). Namun, apabila melewati supplier pembayarannya langsung dilakukan ketika barang sudah ditimbang di pabrik, karena sebenarnya supplier yang akan menang gung pembayaran kepada CV. Supplier harus me-nunggu untuk mendapatkan pembayaran dari pabrik sehingga supplier harus memili-ki modal yang besar untuk menjadi supplier yang sukses. Wasik menceritakan hal ini

Gambar 1. Pencatatan Transaksi Penjualan ke Pabrik

Page 14: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

14 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 1-21

“...mon langsung setor ka pabrik bisa, keng abit pessenah eotang…” (Wasik).

“…kalau langsung setor ke pabrik bisa, cuman lama uangnya diu-tang...” (Wasik).

Proses ini tidak hanya dilakukan oleh Wasik. Faris juga turut melakukannya, se-perti pada kutipan berikut ini.

“...padha bereng kakeh supplier, pas engko’ pabrik. Engko’ la kenal abit bi’ kakeh. Daddi engko’ par­caja apa se e koca’ kakeh” (Faris).“...sama seperti (misal) kamu sup­plier, kemudian aku pabrik. Aku sudah kenal lama sama kamu. Jadi aku percaya apa yang dika-takan kamu...” (Faris).

Pernyataan di atas sama seperti yang peneliti lihat di lapangan. Seperti halnya dengan tanggal transferan uang dari supplier yang sama persis dengan tanggal pengirim-an barang ke pabrik. Peneliti juga melihat

perbedaan harga dari pabrik yang tertera di surat jalan dan harga yang ditetapkan dan dibayarkan oleh supplier.

Dari pengamatan peneliti pemilihan supplier oleh CV ini cenderung tidak tetap. CV biasanya akan memilih tawaran yang lebih menarik dari beberapa supplier. Ter-kadang pada pabrik yang berbeda, suppli­er-nya berbeda pula. Misal, ketika mengirim besi tua ke pabrik ispat, CV menggunakan supplier CV Hanil, ketika kirim ke pabrik NIM, CV menggunakan supplier CV Barokah. Gambar 2 menampilkan sketsa dari alur pembayaran dan distribusi besi tua.

Adapun untuk penjualan di gudang seperti jangkar kapal, alat-alat kapal, alu-minium, kayu dan barang dagangan yang dapat dijual sebagai material atau barang second, penentuan harganya berdasarkan kesepakatan kembali antara kedua pihak. Setiap harinya para pelanggan keluar masuk gudang untuk mencari barang yang sekira-nya mereka butuhkan. Ada ataupun tidak ada juragan di gudang, para pembeli akan melihat-lihat sendiri barang yang mereka cari. Ketika menemukan barang yang dicari, selanjutnya mereka akan menanyakan ke-

Gambar 2. Alur Pembayaran dan Distribusi Besi­Tua

CV JAYA BERSAMA-PEMBORONG BESAR

SUPLLIER PABRIK

PEMILIK/PENJUAL BARANG AWAL

CARRY

CARRYCASH

CASH

1 MINGGU

DEBT

Page 15: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

Nurhalimah, Setiawan, Haryadi, Budaya Persaudaraan Khas Madura dalam... 15

pada Wasik ataupun Faris yang setiap hari bertugas melayani pelanggan dan sekaligus mencatat ketika barang tersebut sudah laku.

Sebelum terjadi transaksi jual beli, ter-jadilah tawar menawar antara calon pembeli dan Wasik ataupun Faris. Sebelum memu-tuskan berapa harga yang akan disepakat i Wasik ataupun Faris akan menanyakan terlebih dahulu ke salah satu juragan. Pen-jualan alat atau barang dagang lainnya bi-asanya akan dijual dengan harga per kilo (ditimbang), tetapi ada pula yang langsung dijual berdasarkan hitungan unit. Ketika ba-rang tersebut terjual, tugas Faris dan Wasik adalah mencatatnya.

Tidak seperti harga barang-barang yang dijual di toko-toko yang diberi label harga pada setiap barang dagangan, dalam usaha besi tua untuk menentukan harga alat-alat bekas yang akan dijual seperti sudah men-galir di luar kepala. Secara common under­standing bahwa proses transaksi jual beli di CV Jaya Bersama ini terlihat seperti percaka-pan biasa yang dilakukan dua teman atau keluarga. Terdapat kesempatan yang luas bagi kedua pihak dalam menentukan harga jadi sebuah barang yang akan dibeli. Har-ga dalam besi tua yang sifatnya material ini tidak dapat dipatok dengan harga tertentu. Tawar menawar antara pembeli dan penjual (CV) seakan terlihat seperti gu yonan saja, padahal harga dari barang bekas tersebut ti-dak main-main. Umumnya pembeli merupa-kan langganan CV dan sesama orang Mad-ura meskipun tidak jarang pula pembelinya juga orang keturunan Cina. Ketika barang yang dimaksud pembeli sudah jadi, pembeli melakukan pembayaran de ngan cara uang tunai atau transfer langsung ke rekening juragan. Adakalanya pembeli juga berutang barang yang sudah dibeli de ngan berjanji membayar pada tanggal tertentu atau be-berapa hari setelah barang diambil, asalkan sudah memberi persekot atau uang muka di awal perjanjian. Dalam hal persekot tersebut juga tidak dibuat tanda terima atau kuitan-si dan semacam nya. Ketika calon pembeli memberikan uang muka di awal pembelian, langsung diterima Wasik atau juragan dan hanya akan diingat tanpa dilakukan pen-catatan.

Aktivitas jual beli yang terjadi antara CV ini dengan para pembeli langganannya berlangsung sangat sederhana dan terjadi secara kekeluargaan. Harga pasaran besi tua atau alat-alat bekas lainnya hanya se-

bagai pertimbangan untuk menentukan harga jual suatu barang. Meskipun demiki-an, harga tetap bisa ditawar dan disepakati kedua pihak. Proses tawar menawar antara CV dan pembeli berlangsung secara sederha-na dan kekeluargaan. Tidak ada bukti nota atau kuitansi yang harus ditulis dan dikelu-arkan. Ketika terdapat barang yang laku ter-jual Faris dan Wasik hanya akan langsung mencatat penjualan tersebut ke dalam buku catatan mereka tanpa ada bukti nota dan sebagainya. Kadangkala ketika barang yang terjual memiliki tonase yang cukup besar, Wasik hanya akan menyimpan slip timbang-an dari barang tersebut.

Di beberapa situasi ketika pembeli me-rupakan langganan tetap CV, juragan CV ti-dak ragu-ragu untuk memberikan potongan harga atau potongan tonase barang, bahkan dalam beberapa kesepakatan CV memberi-kan toleransi pembayaran dalam waktu ter-tentu. Seperti pada transaksi atas semua ba-rang atau alat-alat mesin yang ada di gudang CV ini yang diborong Rp 3,5 M atas nama H. Sahid. Harga tersebut kemudian mengoper-nya lagi ke pihak lain yaitu H Mohammad yang juga merupakan pengusaha besi tua. Dalam kesepakatan harga yang cukup be-sar tersebut dilakukan seperti menawar ba-wang di pasar saja. Terlihat main-main teta-pi kemudian jadi dengan harga yang tidak main-main.

H Sahid adalah teman bisnis yang su-dah sering bekerja sama dalam pembelian ataupun penjualan barang dagangan de-ngan CV ini. Tidak jarang juga CV ini kadang memborong barang dari sahid ataupun se-baliknya. Namun, pembelian kali ini dengan harga Rp3,5 Miliar disepakati akan diutang selama tiga bulan. Bagi CV Jaya Bersama, hal semacam ini bukanlah masalah. Jika dihitung-hitung dengan harus menunggu barang tersebut untuk habis membutuhkan waktu yang lama. Jika habis pun dipredik-si CV akan mengalami kerugian maksimal sampai Rp1 Miliar. Hal ini juga dilakukan CV ketika ingin menutup pembukuan atau modal yang membengkak. Dengan demikian, CV dapat memulai proyek baru, juga pem-bukuan baru. Pendik menjelaskan hal ini.

“Ye timbang e dhinna’ se rogi, makeh eotang 3 bulan tak arapa. Yeh sambi’na ajiya mon ta’ ejual ka Sahid rogi dhinna’. Mon keng 1 M bai rogi pola” (Pendik).

Page 16: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

16 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 1-21

“Ya, daripada di sini yang rugi, meskipun diutang 3 bulan tidak masalah. Ya, lagi pula itu kalau tidak dijual ke Sahid rugi sini. Ka-lau 1 M pun kemungkinan bisa rugi” (Pendik).

Proses penjualan besi tua yang ber-langsung secara kekeluargaan dan saling --percaya ini (terlihat pula pada bentuk pen catatannya yang sederhana alias ala kadarnya) adalah nilai yang menyeruak pada fase ini. Tabel 4 menyajikan ringkasan tahapan analisis dalam subtemuan ini.

Tabel 4 menunjukkan bahwa sikap sa-ling percaya sudah menjadi landasan dalam proses penjualan besi tua. Hal ini justru menjadi berbeda dengan sistem informasi

akuntansi konvensional yang mengedepan-kan keketatan pengendalian internal (Ber-lingieri, 2015; Mitra, Jaggi, & Hossain, 2013; Sun, 2016). Meskipun demikian, usaha ini tetap berlangsung walaupun tanpa pengen-dalian internal yang kuat.

Totalan/bagi hasil dari usaha besi tua. Proses pembagian hasil akan dilakukan jika mereka merasa sudah cukup waktu dan ba-rang dagangan dirasa sudah mulai habis. Dalam pengamatan peneliti selama bekerja di tempat tersebut, biasanya waktunya ti-dak tetap tetapi cenderung tidak lebih lama dari tiga bulan. Proses pembagian tersebut disebut dengan totalan. Sebuah kondisi yang dapat menggambarkan proses totalan terse-but terjadi di suatu sore, tepatnya pada hari Sabtu. Tiga juragan secara kebetulan berada

Tabel 4. Ringkasan Analisis Temuan 3 Indeksikalitas Rasionalisasi (Refleksifitas) Aksi Kontekstual

Naber (Nawar) Dalam jual beli terutama untuk penjualan alat yang dijual di gudang pelanggan bebas dapat menawar harga yang ditetapkan oleh CV

Proses penjualan secara kekeluargaan

Wes la gibha (Su-dah bawa saja)

Kata-kata yang sering keluar dari para ju-ragan ketika menjual barang dagangannya kepada pelanggan yang maknanya juragan telah sepakat dengan harga yang ditawar oleh pelanggan tersebut

Proses penjualan secara kekeluargaan

Langghanan (Langganan)

Ketika pelanggan sering beli barang di CV to-leransi dalam beberapa hal dalam transaksi jual beli dapat terjadi.

Proses penjualan secara kekeluargaan

Ye tak arapah (Ya tidak apa-apa)

Kata-kata yang sering muncul dari juragan ketika juragan setuju dengan harga tawaran dari pelanggan.

Proses penjualan secara kekeluargaan

Timbang bayar Sebuah tradisi dalam bisnis besi-tua keti-ka besi sudah ditimbang dan diketahui tonasenya maka pada saat itu pula ha-rus dilakukan pembayaran. Namun di CV ini penjualan alat kepada pelanggan tetap sistem pembayarannya dapat dipertimbang-kan

Proses penjualan secara kekeluargaan

Persekot Persekot merupakan uang muka atau pan­jher yang diberikan oleh calon pembeli un tuk barang tertentu agar barang tersebut tidak dibeli oleh calon pembeli lain.

Proses penjualan secara kekeluargaan

Potongan Portongan dalam penjualan dapat diberikan kepada pelanggan yang sudah langganan ke-pada CV ini. Potongan tergantung dari kese-pakatan antara pembeli dan juragan CV

Proses

Besi-tua Komponen dari kapal bekas ataupun dari bongkaran gedung yang kemudian akan di-kirim langsung ke pabrik

Material penjualan

Alat Komponen kapal yang bersifat material atau dapat dijual kembali material atau dapat di jual kembali sebagai alat bekas.

Material penjualan

Page 17: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

Nurhalimah, Setiawan, Haryadi, Budaya Persaudaraan Khas Madura dalam... 17

lengkap di kantor. Salah satu juragan berte-riak memanggil nama Wasik yang pada saat itu sedang di luar mengecek kehadiran para kuli di gudang. Tak lama kemudian Wasik masuk kantor mendengar kerasnya panggil-an juragan yang tidak kalah dengan suara pengeras suara. Terdapat instruksi H Hosen kepada Wasik untuk menghitung total pen-jualan beserta seluruh biayanya guna total­an keesokan harinya.

Ahad pagi esoknya salah satu jura-gan datang. Tak lama kemudian dua jura-gan lainnya datang bersamaan. Tak lama berbincang-bincang di langgar akhirnya me-reka pun masuk kantor. Pada totalan kali ini peneliti juga ikut dalam situasi tersebut dikarenakan peneliti ditugaskan merekap semuanya dan mem-print out-kan laporan-nya.

Perhitungan mencari keuntungan atau kerugian dalam usaha mereka yang sudah dijalankan selama satu bulan sebelum nya dilihat dari selisih semua penjualan de ngan semua modal pembelian ditambah biaya ra-jah atau besar (biaya yang langsung dike-luarkan oleh para juragan langsung dari rekeningnya untuk memperoleh barang da-gangan tersebut) serta biaya kene’ alias kecil (biaya yang terjadi di gudang dan cenderung lebih kecil dan dikeluarkan oleh Wasik di gu-dang).

Cara mereka membagi hasil sebenar nya sungguh rumit sebenarnya untuk dipahami oleh awam. Uang yang mereka gunakan un-tuk modal dan untuk biaya-biaya yang besar bukanlah uang milik mereka sendiri melain-kan hasil utang bersama. Namun, peneliti mencoba untuk memahami dengan mende-ngarkan dan duduk langsung di dalamnya. Selama kurang lebih setengah jam duduk bersama untuk membagi keuntungan atau-pun kerugian peneliti masih kebingungan untuk mengerti alur pembicaraan mereka.

Dalam totalan kala itu didapatkan ha-sil sejatinya mereka masih mengalami keru-gian. Besarnya modal dan biaya yang dike-luarkan masih lebih besar dibandingkan dengan hasil penjualan. Hal ini disebab-kan harga besi tua pada saat itu mengala-mi penurunan lagi, sedangkan pada waktu pembelian, harga masih stabil. Tidak hanya keuntungan saja yang mereka bagi. Ketika mengalami kerugian seperti saat itu mereka juga membaginya secara rata. Artinya keru-gian itu menjadi tanggung jawab ketiganya.

Di luar itu semua hal yang dapat pe-neliti lihat dari sikap dan perilaku para jura-

gan tersebut masih terlihat ambisi besar dan tidak jera untuk terus melakukan aktivitas bisnis dan terus mencari barang dagangan lagi. Dengan wajah kekecewaan yang sedi-kit tampak, mereka kemudian mengalihkan pembicaran kepada pembelian barang yang ditawarkan berikutnya. Tidak ada kekagetan yang berarti ketika kemungkinan buruk ter-jadi.

Pada dasarnya pada totalan tersebut CV Jaya Bersama belum dapat dikatakan rugi. Selama tiga bulan terakhir, menurut persepsi para juragan, mereka masih meng-alami kerugian. Hal ini karena mereka me-lihat dari besarnya pengeluaran baik itu harga pembelian maupun biaya yang dike-luarkan sampai pada barang tersebut terjual lebih besar dari hasil penjualan. Mereka ti-dak memperhitungkan berapa persediaan barang yang masih tersisa dan berapa nilai dari persediaan barang yang mereka peroleh dari modal atau biaya yang mereka keluar-kan.

Totalan dilakukan setidaknya dalam waktu satu bulan dan semua pengeluaran dan pemasukan akan di-cutoff pada tanggal tersebut. Ketika ada selisih di mana “mo dal” lebih besar dari penjualan mereka kemu-dian mencatat selisih tersebut pada buku yang baru sebagai sisa modal. Hal tersebut berlangsung secara berulang pada totalan berikutnya sampai di suatu titik barang per-sediaan mereka habis diborong oleh pembo-rong lainnya. Baru pada saat itulah CV ini akan memperoleh dan mencatat keuntung-annya.

Ketika barang dagangan mereka baik yang berupa besi tua maupun berupa alat-alat sudah ludes terjual baik itu ke pabrik maupun juga dibeli secara borongan, rasa lega seperti terlihat di wajah para juragan CV ini. Setelah proses totalan selesai, para juragan berkomitmen dan gigih mencari ba-rang dagangan kembali. Rasa semangat dan tak kenal lelah tercermin di setiap perjalan-an mereka ke beberapa tempat luar pulau untuk mencari dan membeli kapal-kapal bekas untuk menjadi objek pencincangan-nya. Hisyam mengatakan hal berikut kepada H Hosen dan H. Ribut seusai totalan.

“Wes areya la ganteng, ayok mang­kat bai nyare kapal pole” (Hisyam).

“Ini sudah bagus, ayo berangkat saja cari kapal lagi” (Hisyam).

Page 18: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

18 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 1-21

Suara-suara keras khas para juragan ini menyimbolkan karakter pantang menye-rah. Selalu bekerja keras dan menjaga ke-kompakan untuk mencapai kesuksesan demi hasil lebih baik. Bagi yang belum tahu dan mengenal para juragan di CV ini mung-kin akan terlihat sangat arogan dan keras. Namun, sebenarnya hal itu hanyalah seba-gian karakter orang Madura yang sebenarn-ya merupakan sebuah ketegasan bersikap dan apa adanya. Hal ini mendukung pen-gelolaan bisnis yang mereka jalankan yaitu bisnis besi tua. Tabel 5 menyajikan ring-kasan tahapan analisis dalam subtemuan ini.

Temuan pada Tabel 5 memberikan ref-leksi pada pengembangan dunia akuntansi modern. Sistem pencatatan akuntansi mo-dern yang mengedepanan ego individual tentu tidak sejalan dengan budaya Madu-ra dalam perusahaan ini. Selain itu, sikap kekompakan antar pengelola juga menjadi cerminan dalam pengembangan akuntan-si yang masih terbatas kepada kepentingan beberapa pihak.

SIMPULANPengelolaan bisnis besi tua pada CV

Jaya Bersama kental dengan karakteristik individu para penggawanya yang seluruhnya berdarah Madura. Sebuah budaya, karakter, dan nilai-nilai Madura yang melekat dalam usaha besi tua yang pelaku usahanya adalah orang Madura sangat tercermin dalam pe-

ngelolaan keuangan termasuk bentuk “akun-tansi” (baca: catatan transaksi) yang diterap-kan dalam menjalankan usahanya. Terdapat beberapa simpulan besar yang dapat ditarik dari penelitian ini. Pertama, modal yang ter-dapat dalam CV Jaya Bersama ini dari modal awal usaha sampai dengan modal kerja dan operasional diperoleh dari pihak lain dalam bentuk pinjaman ke sesa ma orang Madura yang dilandasi dengan ikatan kekerabatan dan rasa kepercayaan dengan jaminan har-ga diri. Kedua, dalam proses transaksi baik itu transaksi pembelian maupun penjualan, tumpuan pertama yang dijadikan landasan adalah insting, pengalaman, dan juga ikatan kekeluargaan yang kental. Keberanian akan risiko kegagal an ataupun kerugian menjadi kunci utama dalam setiap transaksi yang dilakukan. Ketiga, pencatatan yang dilaku-kan secara sederhana ala kadarnya hany-alah sebatas pengingat dan menjaga kekom-pakan antara satu juragan dengan juragan lain nya. Pantang menyerah dan optimisme juga menjadi salah satu kunci agar usaha yang mereka jalankan atas nama kongsi ber-tahan lama.

Keterbatasan penelitian ini berkisar pada tidak tersentuhnya seluruh pihak pem-beri pinjaman (sesama pengusaha Madura) ke CV Jaya Bersama. Pemberian pinjaman dalam jumlah besar (ratusan juta) tanpa agunan atau jaminan, juga tanpa dokumen tertulis (hitam di atas putih) yang memadai menarik untuk ditelaah lebih jauh kepada

Tabel 5. Ringkasan Analisis Temuan 4Indeksikalitas Rasionalisasi (Refleksifitas) Aksi Kontekstual

Nyatet (Pencatatan) Proses pencatatan baik untuk pen-jualan maupun biaya setiap harinya

Totalan

Ban areh (Setiap hari) Pencatatan dilakukan langsung ke-tika terjadi transaksi

Totalan

Etanya agih (ditanyakan) Pencatatan yang dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepa-da para juragan sewaktu-waktu di-tanyakan

Totalan

Cocogan (Pencocokan) Antara satu pencatat dan penca-tat yang lain harus memiliki catatan yang sama

Totalan

Akompol (Berkumpul) Ketika para juragan akan totalan, ketiga juragan harus lengkap da-lam satu ruangan.

Totalan

Min (Minus) Ketika mengalami kerugian para ju-ragan menyebutnya min

Totalan

Hasel (Hasil) Ketika mendapatkan keuntungan/laba para juragan menyebutnya ha-sil

Totalan

Page 19: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

Nurhalimah, Setiawan, Haryadi, Budaya Persaudaraan Khas Madura dalam... 19

semua kreditur yang juga berdarah Madu-ra itu. Penelitian selanjutnya dapat mengga-li nilai-nilai lain yang belum tersentuh oleh peneliti dalam penelitian ini. Pengungkapan objek terkait bisnis besi tua pada beberapa lingkup profesi lainnya seperti para suppli­er dan pemasok juga dapat menjadi agenda riset berikutnya.

DAFTAR RUJUKANAhmad, K., & Zabri, S. M. (2015). Factors Ex-

plaining the Use of Management Ac-counting Practices in Malaysian Medi-um-Sized Firms. Journal of Small Busi­ness and Enterprise Development, 22(4), 762-781. https://doi.org/10.1108/JS-BED-04-2012-0057

Ali, M. (2010). Akomodasi Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Madura mengenai Penyele-saian Carok dalam Hukum Pidana. Ius Quia Iustum Law Journal, 17(1), 85-102. https://doi.org/10.20885/iustum.vol17.iss1.art4

Amaliah, T. (2016). Nilai Budaya Tri Hita Karana dalam Penetapan Harga Jual. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 7(2), 189-206. https://doi.org/10.18202/ja-mal.2016.08.7016

Amaliah, T., & Sugianto, S. (2018). KonsepHarga Jual Betawian Dalam Bing-kai Si Pitung. Jurnal Akuntansi Multi­paradigma, 9(1), 20-37. https://doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9002

Arena, T, Herawati, N., & Setiawan, A. R. (2017). Akuntansi Luar Kepala” dan “Sederhana” ala UMKM Batik Tanjung Bumi yang Sarat Nilai Religiusitas dan Kesalingpercayaan (Sebuah Studi Et-nografis). Jurnal Infestasi, 13(2), 309-320. http://dx.doi.org/10.21107/in-festasi.v13i2.3510.g2581

Bay, C. (2018). Makeover Accounting: Inves-tigating the Meaning-Making Practices of Financial Accounts. Accounting, Or­ganizations and Society, 64, 44-54. https://doi.org/10.1016/j.aos.2017.12.002

Berlingieri, C. (2015). Employee Benefit PlansRequire Strong Internal Controls. Com­pensation & Benefits Review, 47(3), 134–139. https://doi.org/10.1177/0886368715615010

Combs, A., Samy, M., & Myachina, A. (2013).Cultural Impact on the Harmonisation of Russian Accounting Standards with the International Financial Reporting Standards: A Practitioner’s Perspec-

tive. Journal of Accounting & Organiza­tional Change, 9(1), 26-49. https://doi.org/10.1108/18325911311307195

Fogarty, T., & Jones, D. A. (2014). Between a Rock and a Hard Place: How Tax Prac-titioners Straddle Client Advocacy and Professional Responsibilities. Quali­tative Research in Accounting & Ma­nagement, 11(4), 286-316. https://doi.org/10.1108/QRAM-06-2013-0024

Franco, L. A., & Greiffenhagen, C. (2018). Making OR Practice Visible: Using Eth-nomethodology to Analyse Facilitated Modelling Workshops. European Jour­nal of Operational Research, 265(2), 673-684. https://doi.org/10.1016/j.ejor.2017.08.016

Gamar, N., & Djamhuri, A. (2015). Auditor In-ternal sebagai “Dokter” Fraud di Peme-rintah Daerah. Jurnal Akuntansi Multi­paradigma, 6(1), 107-123. https://doi.org/10.18202/jamal.2015.04.6009

Garfinkel, H. (1967). Studies in Ethnometho-dology. New Jersey: Prentice Hall Inc..

Gibson, W., Webb, H., & Lehn, D. V. (2011). Re Constituting Social Praxis: An Eth-nomethodological Analysis of Video Data in Optometry Consultations. In­ternational Journal of Social Research Methodology, 14(3), 207-218. https://doi.org/10.1080/13645579.2011.563618

Gray, R., & Milne, M. J. (2018). Perhaps the Dodo Should Have Accounted For Hu-man Beings? Accounts of Humanity and (Its) Extinction. Accounting, Audit­ing & Accountability Journal, 31(3), 826-848. https://doi.org/10.1108/AAAJ-03-2016-2483

Haryadi, B. 2012. Menggali Nilai Lain Prak-tik Akuntansi Manajemen Perspektif Sosiologis Interpretif (Studi Pada PT. Ttrm – Mdn). Jurnal Infestasi, 8(2), 145-156. https://doi.org/10.21107/infes-tasi.v8i2.1261.g1086

Kamayanti, A. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi: Pengantar Religi­ositas Keilmuan. Jakarta: Yayasan Ru-mah Peneleh.

Khlif, H. (2016). Hofstede’s Cultural Dimen-sions in Accounting Research: A Review. Meditari Accountancy Research, 24(4), 545-573. https://doi.org/10.1108/MEDAR-02-2016-0041

Mitra, S., Jaggi, B., & Hossain, M. (2013). In-ternal Control Weaknesses and Ac-counting Conservatism: Evidence from

Page 20: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

20 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 1-21

the Post–Sarbanes–Oxley Period. Jour­nal of Accounting, Auditing & Finance, 28(2), 152–191. https://doi.org/10.1177/0148558X13479057

Morriss, L. (2016). Dirty Secrets and Being‘Strange’: Using Ethnomethodology to Move Beyond Familiarity. Qualitative Research, 16(5), 526–540. https://doi.org/10.1177/1468794115598194

Mueller, F., Whittle, A., Gilchrist, A., & Len-ney, P. (2013). Politics and Strategy Practice: An Ethnomethodologically-In-formed Discourse Analysis Perspective. Business History, 55(7), 1168-1199. https://doi.org/10.1080/00076791.2013.838037

Mulawarman, A. D., & Kamayanti, A. (2018). Towards Islamic Accounting Anthro-pology: How Secular Anthropology Re-shaped Accounting in Indonesia. Jour­nal of Islamic Accounting and Business Research, 9(4), 629-647. https://doi.org/10.1108/JIABR-02-2015-0004

Nartea, G. V., & Cheema, M. A. (2014). Bub-ble Footprints in the Malaysian Stock Market: Are They Rational? Internatio­nal Journal of Accounting & Information Management, 22(3), 223-236. https://doi.org/10.1108/IJAIM-11-2013-0063

Neyland, D., & Whittle, A. (2018). Garfinkelon Strategy: Using Ethnomethodology to Make Sense of “Rubbish Strategy”. Critical Perspectives on Accounting, 53, 31-42. https://doi.org/10.1016/j.cpa.2017.03.008

O’Grady, W., & Akroyd, C. (2016). The MCS Package in a Non-Budgeting Organi-sation: A Case Study of Mainfreight. Qualitative Research in Accounting & Management, 13(1), 2-30. https://doi.org/10.1108/QRAM-09-2014-0056

Paul, P., & Mitra, P. (2018). Analysis of theEffect of Working Capital Management on Profitability of the Firm: Evidence from Indian Steel Industry. Asia-Paci fic Journal of Management Research and Innovation, 14(1–2), 32–38. https://doi.org/10.1177/2319510X18812142

Rohma, F. F. (2015). Bercermin pada UsahaPerikanan UD Putra Baru: Pengelolaan Keuangan Berjiwa Pancasilais (Masih) Ada. Universitas Trunojoyo.

Rizaldy, N. (2014). Menemukan Lokalitas Bi-ological Assets: Pelibatan Etnografis Petani Apel. Jurnal Akuntansi Multi­paradigma, 3(3), 404-423. https://doi.org/10.18202/jamal.2012.12.7171

Rokhyanto, & Marsuki. (2015). Sikap Masya-rakat Madura terhadap Tradisi Carok: Studi Fenomenologi Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Madura. El Harakah: Jur­nal Budaya Islam, 17(1), 71-83. https://doi.org/10.18860/el.v17i1.3086

Russell, S., Milne, M. J., & Dey, C. (2017). Accounts of Nature and the Nature of Accounts: Critical Reflections on Envi-ronmental Accounting and Propositions for Ecologically Informed Accounting. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 30(7), 1426-1458. https://doi.org/10.1108/AAAJ-07-2017-3010

Samra-Fredericks, D. (2010). Ethnomethod-ology and the Moral Accountability of Interaction: Navigating the Concep-tual Terrain of ‘Face’ and Face-Work. Journal of Pragmatics, 42(8), 2147-2157. https://doi.org/10.1016/j.prag-ma.2009.12.019

Samuelsson, J., Andersén, J., Ljungkvist, T.,& Jansson, C. (2016). Formal Account-ing Planning in SMEs: The Influence of Family Ownership and Entrepreneurial Orientation. Journal of Small Business and Enterprise Development, 23(3), 691-702. https://doi.org/10.1108/JSBED-12-2015-0167

Siskawati, E., Ferdawati, F., & Surya, F. (2016). Pemaknaan Akuntabilitas Mas-jid: Bagaimana Masjid dan Masyarakat Saling Memakmurkan? Jurnal Akuntan­si Multiparadigma, 7(1), 70-80. https://doi.org/10.18202/jamal.2016.04.7006

Stone, G. (2011). Let’s Talk: Adapting Ac-countants ‘ Communications to Small Business Managers ‘ Objectives and Pre-ferences. Accounting, Auditing & Account­ability Journal, 24(6), 781-809. https://doi.org/10.1108/09513571111155546

Sun, Y. (2016). Internal Control WeaknessDisclosure and Firm Investment. Jour­nal of Accounting, Auditing & Finance, 31(2), 277–307. https://doi.org/10.1177/0148558X15598027

Trace, C. B. (2016). Ethnomethodology: Fo undational Insights on the Nature and Meaning of Documents in Everyday Life. Journal of Documentation, 72(1), 47-64. https://doi.org/10.1108/JD-01-2015-0014

Velasquez, S., Suomala, P., & Järvenpää, M.(2015). Cost Consciousness: Concep-tual Development from a Management Accounting Perspective. Qualitative Re­search in Accounting & Management,

Page 21: PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN BISNIS BESI TUA BERBASIS

Nurhalimah, Setiawan, Haryadi, Budaya Persaudaraan Khas Madura dalam... 21

12(1), 55-86. https://doi.org/10.1108/QRAM-07-2013-0029

Venieris, G., Naoum, V. C., & Vlismas, O. (2015). Organisation Capital and Sticky Behaviour of Selling, General and Ad-ministrative Expenses. Management Ac­counting Research, 26, 54-82. https://doi.org/10.1016/j.mar.2014.10.003

Wasiuzzaman, S. (2015). Working Capital and Profitability in Manufacturing Firms in Malaysia: An Empirical Study. Glo­bal Business Review, 16(4), 545–556. https://doi.org/10.1177/0972150915581098

Whittle, A., & Wilson, J. (2015). Ethnome-thodology and the Production of Histo-

ry: Studying ‘History-in-Action’. Busi­ness History, 57(1), 41-63. https://doi.org/10.1080/00076791.2014.977871

Wouters, M., & Sandholzer, M. (2018). How an Industry Standard May Enhance the Mediating Capacity of Calculations: Cost of Ownership in the Semiconduc-tor Industry. Management Accounting Research, 49, 47-63. https://doi.org/10.1016/j.mar.2017.09.001

Zuhdi, R. (2011). Makna Informasi Akuntan-si sebagai Dasar Pengambilan Kepu-tusan Bisnis di Usaha Kecil dan Mikro (UKM). Jurnal Akuntansi Multiparadig­ma, 2(3), 446-458. https://doi.org/10.18202/jamal.2011.12.7132