ppt ske 1 pilek pagi hari

Upload: wina-hanriyani

Post on 18-Jan-2016

247 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

blok respirasi

TRANSCRIPT

Medical Montage

Skenario 1Pilek Pagi Hari

Anggota Kelompok B-17Ketua: Wina Hanriyani (1102012307)Sekertaris: Siti Mutia Latifah (1102012281)Anggota:Yolanda Syafitri (1102011296) Siti Farhanah Aulia (1102012279) Siti Miftahul Jannah (1102012280) Tesha Islami Monika (1102012293) Thirafi Prastito (1102012294) Tissa Noveria Azusna (1102011296) Winny Heria Utami (1102012308) Wiwiek Librani S (1102012309)

Seorang pemuda usia 20 tahun, selalu bersin-bersin di pagi hari, keluar ingus encer, gatal di hidung dan mata, terutama bila udara berdebu, di derita sejak usia 14 tahun. Tidak ada pada keluarganya yang menderita seperti ini, tetapi ayahnya mempunyai riwayat penyakit asma. Pemuda tersebut sangat rajin sholat tahajud, sehingga dia bertanya adakah hubungannya memasukan air wudhu ke dalam hidungnya dimalam hari dengan penyakitnya? Kawannya menyarankan untuk memeriksakan ke dokter, menanyakan mengapa bisa terjadi demikian,dan apakah berbahaya apabila menderita seperti ini dalam waktu yang lamaPilek Pagi Hari

Alergi merupakan factor keturunan, jika terpapar oleh alergen seperti debu dan udara dingin. Pada saat daya tahan tubuh rendah , maka terjadi reaksi alergi hipersensitivitas 1, yang mengaktifkan IGE dan mengeluarkan mediator kimia. Sehingga menimbulkan gejala seperti bersin-bersin, gatal hidung dan mata serta ingus encer, kemungkinan pasien tersebut mengalami rhinitis alergi

Hipotesis

Sasaran BelajarLI.1 : Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan AtasLo 1.1 Anatomi MakroskopisLo 1.2 Anatomi Mikroskopis LI 2 : Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Pernafasan LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis AlergiLo 3.1 definisi Lo 3.2 Etiologi Lo 3.3 klasifikasiLo 3.4 PatofisiologiLo 3.5 manifestasiLo 3.6 Diagnosis dan diagnosis bandingLo 3.7 PenatalaksanaanLo 3.8 KomplikasiLo 3.9 Prognosis Lo 3.10 Pencegahan Lo 3.11 Epidemiologi LI 4 : Memahami dan menjelaskan Sistem Pernafasan Menurut Pandangan Islam

LI.1 : Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan AtasLo 1.1 Anatomi Makroskopis

Rongga hidungRongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui.

LI.1 : Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan AtasLo 1.2 Anatomi Mikroskopis

Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria.

Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.

Sinus paranasalisSinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum.

FaringNasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.

LaringPada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka).

LI 2 : Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Pernafasan Pernafasan pulmonal Fungsi utama:Menjamin tersedianya O2 untuk kelangsungan metabolisme sel sel tubuh.Mengeluarkan CO2 sebagai hasil metabolisme sel secara terus menerus.

Proses pernafasan:Pernafasan luar: pertukaran O2 dan CO2 antar sel sel tubuh dengan udara luar.Ventilasi :pertukaran udara luar dengan alveol.Difusi:pertukaran O2 dan CO2 udara alveol dgn darah dalam kapiler paru.Perfusi:pengangkutan O2 dan CO2 oleh sistem pembuluh drh dari paru ke jaringan,sebaliknya.Pertukaran O2 dan CO2 darah kapiler jaringan dengan sel sel jaringan melalui proses difusi.Pernafasan dalam: proses metabolisme intrasel terjadi dalam mitokondria.

Fungsi saluran Napas:

Pertahanan benda asing yg masuk saluran nafas.Partikel ukuran lebih 10 um akan dihambat bulu bulu hidung.Partikel ukuran 2-10um ditangkap oleh silia.Ciliary escalator mendorong keluar dgn kecepatan 16 mm/menitMenurunkan suhu udara pernafasan sesuai dgn suhu tubuh.oleh pembuluh darah pada mukosa hidung dan saluran udara.Hidung sebagai organ penghidu .Melembabkan udara pernafasan untuk mencegah mengeringnya permukaan membran alveol .Fungsi dilakukan oleh mukus yg dihasilkan kel sebasea dan sel goblet pada mukosa hidung dan faring.

Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis AlergiLo 3.1 definisi

LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis AlergiLo 3.2 Etiologi Rinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik dalam perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi (Adams, Boies, Higler, 1997).

Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anak-anak. Pada anak-anak sering disertai gejala alergi lain, seperti urtikaria dan gangguan pencernaan. Penyebab rinitis alergi dapat berbeda tergantung dari klasifikasi. Beberapa pasien sensitif terhadap beberapa alergen.Faktor resiko untuk terpaparnya debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu yang tinggi, dan faktor kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi merupakan faktor resiko untuk untuk tumbuhnya jamur. Berbagai pemicu yang bisa berperan dan memperberat adalah beberapa faktor nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang kuat atau merangsang dan perubahan cuaca (Becker, 1994).

LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis AlergiLo 3.3 klasifikasi

LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis AlergiLo 3.4 Patofisiologi

Serangan bersin berulang terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Ingus (rinore) yang encerHidung tersumbatHidung dan mata gatalBanyak air mata yang keluar (lakrimasi)Lipatan hidung melintang (garis hitam melintang pada tengah punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan pemberian hormat (allergic salute))Lubang hidung bengkak Edema kelopak mataKongesti konjungtivaLingkar hitam di bawah mata (allergic shiner)Otitis media serosa sebagai hasil hambatan tuba eustachiiGejala lain yang tidak khas dapat berupa, batuk, sakit kepala, masalah penciuman, mengi, penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip. Beberapa orang juga mengalami lemah dan lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur.LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis AlergiLo 3.5 manifestasi

LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis AlergiLo 3.6 Diagnosis dan diagnosis banding

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan PenunjangIn vitro In vivo Tes alergi kulit (pengujian hipersensitif) merupakan metode vivo dalam penentuan langsung (IgE-mediated) hipersensitivitas terhadap alergen tertentu. Sensitivitas terhadap hampir semua alergen yang menyebabkan rhinitis alergi dapat ditentukan dengan tes kulit.Seperti dengan tes kulit, hampir semua alergen yang menyebabkan rhinitis alergi (lihat Penyebab) dapat ditentukan dengan menggunakan RAST, meskipun pengujian untuk beberapa alergen kurang mapan dibandingkan dengan orang lain.Total serum IgETotal jumlah eosinofil dalam darahSitologi hidung

Diagnosis banding

Perbedaan rhinitis alergi dengan rhinitis vasomotor:

Perbedaan rhinitis alergi dengan influenza:Rhinitis AlergiinfluenzaWaktu kontakLangsung timbul gejala setelah kontak dengan hal-hal pencetusSesudah masuknya virus influenza selama 1 3 hari baru gejala timbulGejala Memiliki gejala hidung yang berlendir encer tanpa disertai demam.Lendir dari encer / cair, mengental kekuningan dan disertai dengan demamSerangan Serangan yang terjadi dapat dalam kurun waktu selama masih ada kontak dengan penyebab dan belum diobati.Serangan 5 6 hari tergantung daya tahan tubuh dan efektifitas pengobatan

Antihistamin (Preparat kortikosteroid intranasal, Antikolinergik topikal Dekongestan (pseudofedrin, efedrin sulfat dan fenilpropanolamin)Kortikosteroid Nasal (Efek utama steroid topical) Sodium KromolinIpratropium BromidaOperatif (Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior))Imunoterapi (Desensitasi, hiposensitasi dan netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan pengobatan lain belum memuaskan).

LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis AlergiLo 3.7 Penatalaksanaan

LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis AlergiLo 3.8 Komplikasi

LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis AlergiLo 3.9 Prognosis Prognosis baik jika penderita tidak terpajan dengan alergen dan belum terjadi komplikasi serta tidak memiliki predisposisi seperti asma dan riwayat keluarga.

LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis AlergiLo 3.10 Pencegahan Cara terbaik untuk mencegah timbulnya alergi adalah dengan menghindari alergen. Ada 3 tipe pencegahan:Mencegah terjadinya tahap sensitasi; menghindari paparan terhadap alergen inhalan selama hamil, menunda pemberian susu formula dan makanan padatMencegah gejala timbul dengan cara terapi medikamentosaPencegahan melalui edukasi

Prevalensi rinitis alergika diberbagai negara berkisar antara 3%-19%. Angka kejadian rinitis alergika di beberapa negara seperti Amerika Utara sebesar 10-20%, di Eropa sekitar 10-15%, Thailand sekitar 20% dan di Jepang sekitar 10%. Di Indonesia sendiri sebanyak 10-26% pengunjung poliklinik THT di beberapa rumah sakit besar datang dengan keluhan rinitis alergika. Di unit rawat jalan Alergi Imunologi THT RS dr Wahidin Sudirohusodo Makassar selama 2 tahun (2004-2006) didapatkan 64,4% pasien rinitis alergika dari 236 pasien yang menjalani tes cukit kulit. Angka kejadian rinitis alergika pada anak juga meningkat. Penelitian menunjukkan bahwa kejadian rinitis alergika pada anak mencapai 42% pada anak usia 6 tahun.Rinitis alergika yang muncul pada usia di bawah 20 tahun ditemukan sebanyak 80% dari keseluruhan kasus. Gejala rinitis alergika muncul 1 dari 5 anak pada usia 2 sampai 3 tahun dan sekitar 40% pada anak usia 6 tahun. Sebanyak 30% pasien akan menderita rinitis pada usia remaja.Rinitis alergika biasanya didapat pada penderita atopi.

LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis AlergiLo 3.11 Epidemiologi

Saat berwudhu disunnahkan menghirup air ke dalam hidung (istinsyaq) dan mengeluarkannya (istinsyar) sebanyak tiga kali agar kebersihan dan kesehatan hidung terjaga. Hidung manusia terbebas dari kotoran selama 4-5 jam, kemudian hidung manusia menjadi kotor karena udara yang terhirup. Dengan istinsyaq dan istinsyar membuat hidung dalam keadaan sehat dan bersih. Selain itu, penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Muhammad Salim membuktikan bahwa orang-orang yang tidak berwudhu lebih rentan terkena ISPA daripada orang-orang yang berwudhu. Dari penelitian didapatkan bahwa dengan menghirup air ke hidung sebanyak 3 kali dapat membersihkan mikroba yang menempel pada rongga hidung, sehingga hidung benar-benar bersih dari mikroba penyebab ISPA, radang paru-paru, demam rematik dan alergi rongga hidung

LI 4 : Memahami dan menjelaskan Sistem Pernafasan Menurut Pandangan Islam

Thank You !