potensi pemanfaatan lahan pekarangan dan …eprints.stiperdharmawacana.ac.id/127/1/skripsi nurul...
TRANSCRIPT
POTENSI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP
SAYURAN
Sebagai Salah Satu S
SEKOLAH TINGGI
POTENSI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN IBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN PETANISAYURAN DI KECAMATAN GISTING
KABUPATEN TANGGAMUS
OlehNURUL CAHYANI
11210016
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSarjana Pertanian
PadaJurusan Agribisnis
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIANDHARMA WACANA METRO
2015
POTENSI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN PENDAPATAN PETANI
DI KECAMATAN GISTING
yarat Untuk Mencapai Gelar
PERTANIAN
ABSTRAK
POTENSI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI
SAYURAN DI KECAMATAN GISTINGKABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
Nurul Cahyani
Pekarangan merupakan lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal.Peran dan pemanfaatan pekarangan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain, tergantung dari tingkat kebutuhan. Usahatani di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan, maka dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi keluarga dan dapat mengurangi pengeluaran.Penelitian ini bertujuan untuk ; (1)Untuk mengetahui total pendapatan petani dari sayuran di lahan usahatani non pekarangan dan lahan pekarangan di Desa Gisting Atas Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus; (2)Untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan petani dari tanaman sayuran pada lahan pekarangan DesaGisting Atas Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus.
Untuk menjawab tujuan yang pertama yaitumenggunakanmetode analisis pendapatan, dan untuk menjawab tujuan yang kedua yaitu mengguanakan metode analisis kontribusi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gisting Atas Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Rata-ratapendapatan yang diperoleh petani di lahan pekarangan sebesar Rp.561.983/panen. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani pada lahan non pekarangan adalah sebesar Rp.20.534.989/panen atau dengan total pendapatan rata-rata sebesar Rp.21.096.972.(2) kontribusi sayuran dari lahan pekarangan terhadap pendapatan petani sayuran sebesar 2,7 %.
Kata kunci :Pemanfaatan Lahan Pekarangan, Pendapatan, Kontibusi,
HALAMAN PERSETUJUAN
JudulSkripsi: POTENSI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PETANI SAYURAN DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS.
NamaMahasiswa : NurulCahyani
No. PokokMahasiswa : 11210016
Program Study : Agribisnis
Jurusan : Agribisnis
MENYETUJUI1. KomisiPembimbing
Pembimbing I PembimbingII
Ir.MS. Djoko Umar Said, M.M Zulkarnain, S.P.,M.E.PNUPN. 9902702235 NIDN. 0205058102
2. KetuaJurusan
IsmaliaAfriani, S.P., M.SiNIP. 197504172005012001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua :Ir. MS. Djoko Umar Said., M.M
Penguji Utama : Imron, S.P
Anggota : Zulkarnain, S.P., M.E.P
2. KetuaSekolahTinggiIlmu Pertanian (STIPER)
Ir. Rakhmiati, M.T.ANIP.19630408 198903 2 001
Tanggal lulus ujianskripsi :25Mei 2015
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Nurul Cahyani
Tempat Dan Tanggal Lahir : Purwodadi,19 September 1992
Alamat Asal : RT 002.RW 006, Purwodadi kecamatan Gisting
Kabupaten Tanggamus.
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
PENDIDIKAN
1. Madrasah IbtidaiyahMathla‘ul Anwar tamat padatahun 2004.
2. Madrasah TsanawiyahMathla‘ul Anwartamatpada tahun 2007.
3. Madrasah AliyahMathla‘ul Anwartamatpada tahun 2010.
4. SelanjutnyaMelanjutkanPendidikanProgram Sarjana SI PadaTahun 2011
diSekolah Tinggi Ilmu Pertanian(STIPER) Dharma Wacana Metro tamattahun
2015.
Metro, 15 Mei 2015
Nurul Cahyani
PERSEMBAHAN
1. Ayahanda dan ibunda tercinta sebagai tanda bukti, hormat, dan rasa
terimakasihku yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini
kepada ayah dan ibu yang telah memberikan kasih sayang, segala
dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga, yang tiada mungkin dapat
kubalas, hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan
persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ayah dan
ibu bahagia. Untuk ayah dan ibu yang selalu membuatku termotivasi,
menasehatiku menjadi lebih baik, mendoakan atas keberhasilanku,
terimakasih ayah dan ibu.
2. Adikkutersayang Evi Nur Safitri dan kakak-kakakku tercinta yang selalu
memberi dukungan dan motivasi.
3. Bapak Ir. MS. Djoko Umar Said.,M.M selakuPembimbingI, atas
bimbingan, arahan dan nasehatnya.
4. BapakZulkarnain, S.P., M.E.P selakuPembimbing II, atas bimbingan,
arahan dan nasehatnya.
5. Bapak Imron, S.P selaku Penguji Utama, atas saran dan nasehatnya.
6. IbuIsmaliaAfriani, S.P., M.Si selakuKetuaJurusanAgribisnis.
7. IbuIr. Rahkmiati, M.T.A selakuKetua STIPER Dharma Wacana Metro.
8. HendriAsmoroyang selalu memberi motivasi, bantuan dan mendoakan atas
keberhasilanku.
9. Ndooq Fifi, abang Embul, mb Umi, mba Reni, Roma, terimakasih atas
dukungan dan motivasinya.
10. Teman-teman di Kampus STIPERDhrama Wacana Metro : Novi, mb Ami,
Dewi, mba Titin, mba Imah, adek Rion,Eko, mb okta, mba Diah, ndooq
Risma lela, yang selalu memberi semangat dan saling memberi dukungan
serta saling memberi motivasi.
11. Almamaterkudanteman-
temanseperjuangansertadosendankaryawanSTIPER Dharma Wacana
Metro yang
telahmendampingikuhinggapenulisdapatmenyelesaikanProgram SarjanaSI
di STIPER Dharma Wacana Metro.
Metro, 15 Mei 2015
Nurul Cahyani
MOTTO
Memangbenartempatitumenentukankeberhasilan, tapi kesungguhanhatilebihpenting
Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras
Janganlah meminta bukti bahwa doamu akan dijawab oleh Tuhan, tapi buktikanlah kesungguhan dari doamu.
KATA PENGANTAR
Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan.Dalam
kesempatan ini, dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. MS. DJoko Umar Said, M.M selakuPembimbing I, atas bimbingan,
arahan dan nasehatnya.
2. BapakZulkaranain, S.P., M.E.P selakuPembimbing II,atas bimbingan, arahan
dan nasehatnya.
3. Bapak Imron, S.P selaku Penguji Utama, atas arahan dan nasehatanya
4. IbuIsmaliaAfriani, S.P.,M.SiselakuKetuaJurusanAgribisnis.
5. SeluruhDosen, Karyawan diSekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma
Wacana Metro dan rekan-rekan serta semua pihak yanng telah membantu
dalam menyelesaikan karya kecil ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah
diberikan, semoga karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis
meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.
Metro, 15 Mei 2015
Nurul Cahyani
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ............................................................................................ 1
1.2 Masalah ...................................................................................................... 6
1.3 Tujuan......................................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKADAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. TinjauanPustaka ........................................................................................ 8
2.1.1 Intensifikasi Lahan Pekarangan....................................................... 8
2.1.1.1 Pengertian Pekarangan........................................................ 9
2.1.1.2 Pengaturan Pekarangan....................................................... 9
2.1.2PemanfaatanLahanPekarangan.......................................................... 9
2.1.3KeuntunganPekaranganProduktif...................................................... 12
2.1.4 Kawasan Rumah Pangan Lestari.....................................................14
2.1.5Usahatani ...........................................................................................15
2.1.6 Tanaman Hortikultura .....................................................................17
2.1.7Pendapatan ........................................................................................19
2.1.8AnalisisPendapatan ...........................................................................20
2.1.9Kontribusi..........................................................................................22
2.2 KerangkaPemikiran ....................................................................................23
III. METODE PENELITIAN
3.1 DefinisiOperasional .................................................................................25
3.2 Batasan Operasional................................................................................27
3.3Lokasi Dan Waktu ....................................................................................27
3.4Sumber Data..............................................................................................28
3.5PopulasidanSampel ...................................................................................28
3.5.1 Populasi .......................................................................................................28
3.5.2 Sampel.........................................................................................................28
3.6MetodeAnalisis .........................................................................................29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Letak Geografis Dan Luas Wilayah...............................................................31
4.1.1 Topografi Dan Iklim .............................................................................31
4.1.2 Penggunaan Lahan ...............................................................................31
4.1.3 Keadaan Penduduk...............................................................................32
1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur............................................32
2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan......................33
3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Matapencaharian..........................34
4.2 Karakteristik Responden .................................................................................35
1. Umur ..........................................................................................................35
2. Luas Dan Status Kepemilikan Lahan.........................................................36
3. Lama Berusahatani.....................................................................................37
4.3 Keragaan Usahatani Sayuran ..........................................................................38
1. Penggunaan Benih .....................................................................................38
2. Penggunaan Pupuk.....................................................................................39
3. Penggunaan Pestisida.................................................................................40
4. Penggunaan Tenaga Kerja .........................................................................41
5. Penggunaan Peralatan ...............................................................................43
4.4 Analisis Usahatani..........................................................................................44
4.5 Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan ..................................................65
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .....................................................................................................68
5.2 Saran................................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Uraian Halaman
1. LuasPanen, Produksi, ProduktivitasSayuran di Provinsi Lampung pada
tahun 2010-2012 ................................................................................................... 2
2. LuasPanen, Produksi, Produktivitas Sayuran di KabupatenTanggamus
padatahun 2012 .............................................................................................. 4
3. Luas lahan Desa Gisting Atas berdasarkan pola penggunaanya.......................32
4. Sebaran jumlah penduduk Desa Gisting Atas menurut umur ...........................33
5. Sebaran jumlah penduduk Desa Gisting Atas berdasarkan matapencaharian ..35
6. Sebaran tingkat umur responden.......................................................................36
7. Sebaran lama berusahatani sayuran respoden ..................................................37
8. Rata-rata penggunaan pupuk dalam per 0,58 Ha di desa gisting atas pada lahan
non pekarangan, 2015 ....................................................................................39
9. Rata-rata penggunaan pupuk dalam per 105,33 m2Desa Gisting Atas pada
lahan pekarangan, 2015..................................................................................39
10. Rata-rata penggunaan tenaga kerja per 0,58 Ha pada lahan non pekarangan
di Desa Gisting Atas ............................................................................................41
11. Rata-rata penggunaan tenaga kerja per 105,33 m2 pada lahan pekarangan
di Desa Gisting Atas .............................................................................................42
12. Rata-rata penggunaan peralatan dalam usahatani sayuran per 0,58 Ha pada
lahan non pekarangan di Desa Gisting Atas, 2015 ........................................43
13. Rata-rata penggunaan peralatan dalam usahatani sayuran 105,33 m2 pada
lahan pekarangan di Desa Gisting Atas, 2015 ...............................................43
14. Rata-rata penerimaan, pendapatan dan R/C per usahatani ( 0,58 Ha ) pada
lahan non pekarangan di Desa Gisting Atas, 2015 ........................................45
15. Rata-rata penerimaan, pendapatan dan R/C per 105,33 m2 pada lahan
pekarangan di Desa Gisting Atas, 2015.........................................................52
16. Rata-rata penerimaan, pendapatan dan R/C pada lahan pekarangan dengan
luas lahan per hektar di Desa Gisting Atas, 2015 ..........................................57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuisioner Responden ...................................................................................... 72
2.Luas Panen, Produksi, Produktivitas Sayuran Di Kabupaten Tanggamus...... 74
3. Jumlah Tenaga Kerja Pengolahan Lahan Pada Lahan Non Pekarangan......... 76
4. Jumlah Tenaga Kerja Penanaman Pada Lahan Non Pekarangan................. 77
5. Jumlah Tenaga Kerja Pemupukan Pada Lahan Non Pekarangan ................. 78
6.Jumlah Tenaga Kerja HPT Non Pekarangan ................................................... 79
7.Jumlah Tenaga Kerja Panen Pada Lahan Non Pekarangan ............................ 80
8.Biaya Produksi Pada Lahan Non Pekarangan................................................. 81
9. Biaya Produksi Pada Lahan Non Pekarangan................................................ 82
10. Biaya Produksi Pada Lahan Non Pekarangan.............................................. 83
11. Biaya Peralatan Pada Lahan Non Pekarangan ............................................. 84
12. Pendapatan Pada Lahan Non Pekarangan Dengan Memperhitungkan (Tenaga
Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga) ................................................. 86
13. Pendapatan Pada Lahan Non Pekarangan Dengan Memperhitungkan Tenaga
Kerja Luar Keluarga.................................................................................. .. 87
14.Biaya Tenaga Kerja Pengolahan Lahan Pada Lahan Pekarangan.................. 88
15. Biaya Tenaga Kerja Penanaman Pada Lahan Pekarangan............................ 89
16. Biaya Tenaga Kerja Pemupukan Pada Lahan Pekarangan ........................... 90
17. Biaya Tenaga Kerja Hpt Pada Lahan Pekarangan ........................................ 91
18. Biaya Panen Pada Lahan Pekarangan ........................................................... 92
19. Biaya Benih Pada Lahan Pekarangan .......................................................... 93
20. Biaya Pupuk Pada Lahan Pekarangan........................................................... 94
21. Biaya Pestisida Pada Lahan Pekarangan....................................................... 95
22. Biaya Peralatan Pada Lahan Pekarangan ..................................................... 96
23. Pendapatan dan R/C Pada Lahan Pekarangan Dengan Memperhitungkan... 98
Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga............................................. 99
24. Pendapatan dan R/C Pada Lahan Pekarangan Hanya Memperhitungkan
Tenaga Kerja Luar Keluarga..............................................................................100
25. Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan .................................................101
DAFTAR GAMBAR
GambarHalaman
1. KerangkaPemikiran...........................................................................................24
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan potensi sumber daya
sehingga pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi Negara. Sektor
pertanian juga dapat menjadi basis dalam mengembangkan kegiatan ekonomi
pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis dan
agroindustri.Dengan pertumbuhan yang terus positif secara konsisten, sektor
pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Komoditas hortikultura khususnya sayuranmerupakan produk yang prospektif,
baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional.Di
samping itu, sayuran juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga
menyebabkan permintaan sayuran semakin meningkat.Provinsi Lampung
memiliki potensi untuk pengembangan komoditas sayuran.Adapunluas panen,
produksi dan produktivitas beberapa sayuran di Provinsi Lampung dapat dilihat
pada tabel 1.
2
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Sayuran di Provinsi Lampung Tahun 2010-2012.
No Komoditas Tahun2010 2011 2012
1 Kubis Luas Panen(ha) 1036 726 696Produksi(ku) 16.265 14.655 13.803Produktivitas(ku) 15.69 19.23 19.83
2 Sawi Luas Panen(ha) 1.919 1.687 1.586Produksi(ku) 164.782 151.536 147.652Produktivitas(ku) 85,87 89,82 93.08
3 Terung Luas Panen(ha) 3.586 3.448 3.365Produksi(ku) 294.223 244.568 246.407Produktivitas(ku) 82,04 70,93 73,22
4 Buncis Luas Panen(ha) 1.453 1.296 1.146Produksi(ku) 90.442 88.073 78.940Produktivitas(ku) 62,24 67,95 68,88
Sumber : Badan Pusat Statistik, LampungDalam Angka 2013
Berdasarkan tabel 1. Menunjukan bahwa dari segi produksi, sayuran Kubis, Sawi
dan Buncis di Provinsi Lampung dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan,
namun untuk Terung mengalami fluktuasi, hal ini dikarenakan luas lahan semakin
berkurang karena alih fungsi lahan pertanian menjadi bangunan gedung, sarana
prasarana dan lainya. Sedangkan dari segi produktivitas, Kubis, Sawi dan Buncis
selalu mengalami peningkatan,namun Terung mengalamifluktuasi.Meskipun
terjadi fluktuasi, secara umum sayuran memiliki produktivitas yang tinggi.Ini
berarti petani sayuran di Provinsi Lampung sudah mendekati potensial produksi.
Seiring dengan semakin besar jumlah penduduk, semakin sempitnya lahan
pertanian karena alih fungsi lahan menjadi bangunan gedung dan lainnya, hal ini
akan tetap menjadi permasalahan pokok di sebagian besar wilayah. Upaya
membangun ketahanan pangan keluarga salah satunya dapat dilakukan dengan
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia, diantaranya melalui pemanfaatan lahan
pekarangan(Ashari dkk,2012).
3
Pekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal.Luas
lahan pekarangan di Indonesia mencapai 7,7 juta hektar (Rohaidah,2014).Lahan
pekarangan memiliki potensi dalam penyediaaan bahan pangan keluarga dan
dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga petani, namun sejumlah kendala
kerap dijumpai dalam pemanfaatan lahan pekarangan, diantaranya masih bersifat
sambilan dan belum berorientasi pasar, Oleh Karena itu diperlukan perencanaan
dan dukungan dalam pemanfaaatan lahan pekarangan sehingga mampu lebih
optimal(Ashari dkk,2012).
Peran dan pemanfaatan pekarangan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang
lain,tergantung dari tingkat kebutuhan.Usahatani di pekarangan jika dikelola
secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan, maka dapat memenuhi
kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan kontribusi pendapatan
bagi keluarga dan dapat mengurangi pengeluaran.Lahan pekarangan sudah lama
dikenal dan memiliki fungsi multiguna, misalnya dengan menanam tanaman
produktif seperti tanaman hias, buah, sayuran, rempah-rempah dan obat-obatan.
Dengan menanam tanaman produktif di pekarangan akan memberi keuntungan
ganda, selain pendapatan juga memberikan kepuasan jasmani dan rohani
(Anonim, 2009).
Di masyarakatterutama di pedesaan pemanfaatan lahan pekarangan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang lama.Di
Kabupaten Tanggamus komoditas hortikultura khususnya sayuranmenjadi
komoditas utama yang di budidayakan dalam pekarangan.Adapun luas
4
panenproduksi dan produktivitas sayuran di Kabupaten Tanggamus dapat di lihat
pada tabel 2.
Tabel 2.Luas Panen,Produksi,Produktivitas Sayuran di Kabupaten Tanggamus Pada Tahun 2013.
No Kecamatan KomoditasLuas
Panen(Ha)Produksi
(ton)Produktivitas
(ton/ha)1 Kota Agung Kubis 3 38 12,66
Sawi 5 33 6,6Terung 3 9 3Buncis 14 98 7
2 Sumberejo Kubis 19 38 2Sawi 18 122 6,77Terung 23 115 5Buncis 15 151 10,06
3 Ulu Belu Kubis 54 675 12,5Sawi 39 261 6,69Terung 69 345 5Buncis 53 318 6
4 Gisting Kubis 118 1.475 12,5Sawi 124 843 6,79Terung 198 1.084 5,47Buncis 76 766 10,07
5 Gunung alip Kubis 3 38 12,66Sawi 11 75 6,81Terung 3 16 5,33Buncis 7 71 10,14
Sumber :Dinas Pertanian,Perikanan Dan Kehutanan, Kabupaten Tanggamus2013 * Untuk 15 kecamatan lainnya tertera pada lampiran 2.
Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa pada tahun 2013 Kecamatan Gisting
merupakan kecamatan yang memilikiproduksi sayuran terbesar di bandingkan
dengan kecamatan lainya di Kabupaten Tanggamus, dengan rincian produksi
Kubis 1.475 ton, Sawi 843 ton, Terung 1.084 ton, Buncis 766 ton.Hal ini di
karenakan Kecamatan Gisting memiliki luas panen dan produktivitas yang cukup
besar.Luas panen dan produktivitas yang besar dikarenakan sebagian besar
penduduk Kecamatan Gisting memanfaatkan lahannya untuk berusahatanisayuran
baik itu di tegal maupun di pekarangan, sehingga produksi sayuran menjadi besar.
5
DesaGisting Atas merupakan salah satu desayang ada di Kecamatan Gisting dan
termasukdaerah yang terletak di dataran tinggi yaitu 800 dpl,dengan intensitas
hujan mencapai 3.000 mm/tahun, sehingga sangat berpotensi untuk dibudidayakan
komoditas sayuran dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani. Masyarakat DesaGisting Atas telah memanfaatkan lahan
pekarangannya untuk berusahatani sayuran sejak dulu hingga saat ini.
Memanfaatkan pekarangan untuk berusahatani juga bisa memberikan kontribusi
positif bagi petani untuk mendapatkan sumber penerimaan alternatif.Dari
besarnya kontribusi yang diberikan oleh sayuran tersebut dapat dipastikan bahwa
usaha bertanam sayuran di pekarangan sangat diperlukan.Bagi masyarakat di
pedesaan, bukan saja untuk memenuhi kebutuhan sendiri, melainkan juga untuk
menambah penghasilan keluarga karena hasil panen dapat dijual ke
pasar.Kegiatan bertanam sayur di pekarangan saat ini telah menjadi alternatif
penyaluran hobi yang positif dan bermanfaat yang banyak dilakukan ibu rumah
tangga.
DesaGisting Atas juga merupakandesayang termasuk wilayah yang penduduknya
semakin banyak dan memiliki lahan yang semakin sempit sehingga menjadi
menarik untuk dikaji seberapa besar manfaat lahan pekarangan dapat membantu
ekonomi rumah tangga petani.Dengan melihat adanya sejumlah manfaat dan nilai
ekonomi yang terkandung dalam usahatani lahan pekarangan, dan untuk
mengembangkan pemanfaatan lahan pekarangan,maka dilakukan penelitian yang
mengkaji tentang suatu nilai ekonomi dengan judul “Potensi Pemanfaatan
6
Lahan Pekarangan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Petani sayuran
di Desa Gisting Atas Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus”.
1.2 Masalah
Lahan pekarangan di DesaGisting Atas memiliki potensi dalam penyediaan bahan
pangan keluarga, mengurangi pengeluaran rumah tangga dan meningkatkan
pendapatan rumah tangga petani. Sejumlah kendala terkait masalah sosial,
budaya, dan ekonomi masih dijumpai dalam pemanfaatan lahan pekarangan,
diantaranya belum membudayanya budidaya secara intensif, masih bersifat
sampingan dan kurang tersedianya tekhnologi budidaya spesifik pekarangan,serta
proses pendampingan dari petugas yang belum memadai.
Perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan masih terbatas.Padahal
dengan pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, tanaman
hortikultura dan lainnya berpotensi dapat memenuhi kebutuhan keluarga bila
dikelola dengan baik.Berdasarkan penjelasan masalah yang telah dikemukakan
tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan “Seberapa besarkah kontribusi
dari penjualan sayuran pada lahan pekarangan terhadap pendapatantotal petanidi
Desa Gisting Atas”
1.3 Tujuan
7
1. Untuk mengetahui total pendapatan petani dari sayuran di lahan usahatani non
pekarangan dan lahan pekarangan di Desa Gisting Atas Kecamatan Gisting.
Kabupaten Tanggamus.
2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan petani dari tanaman sayuran
pada lahan pekarangan di Desa Gisting Atas Kecamatan Gisting Kabupaten
Tanggamus.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 IntensifikasiLahanPekarangan
Pengembangan pertanian yang sudah dilaksanakan sekarang ini masih terbatas
pada penanganan lahan sawah, sedangkan untuk pekarangan belum banyak
mendapatkan perhatian. Mengenai pekarangan kalau kita lihat hampir semua
tempat di Indonesia ini dapat kita jumpai adanya pekarangandan pekarangan
merupakan agroekosistem yang sangat baik serta mempunyai potensi yang tidak
kecil dalam mencukupi kebutuhan hidup petani atau pemiliknya, bahkan kalau
dikembangkan secara baik akan dapat bermanfaat lebih jauh lagi, seperti
kesejahteraan masyarakat sekitar, pemenuhan kebutuhan pasar bahkan mungkin
memenuhi kebutuhan nasional(Setiono,2011).
Pekarangan yang berada disekitar rumah tersebut dapat memberi tambahan hasil
berupa bahan makanan seperti palawija, buah-buahan dan sayur-sayuran, kayu-
kayuan baik untuk bahan kayu bakar maupun untuk kayu bahan bangunan. Maka
untuk merubah penghasilan petani dan pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat
perlu memperhatikan arti penting lahan pekarangan(Setiono, 2011).
2.1.1.1 Pengertian Pekarangan
9
Pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan
dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan
menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung
hidup atau apotik hidup. Dalam kondisi tertentu,pekarangan dapat memanfaatkan
kebun/rawa di sekitar rumah (Riah, 2002).
2.1.1.2 Pengaturan Pekarangan.
Pekarangan sering memberikan kesan pada yang melihatnya sebagai hutan rimba
yang produktif (Agroforesty) atau sebagai kebun yang terlantar karena pekarangan
tersebut ditumbuhi oleh bermacam-macam tanaman. Pengaturan pekarangan yang
kurang baik akan memberikan pandangan yang kurang baik pula. Dengan
pengaturan tanaman dalam pekarangan secara baik akan menciptakan keindahan
alam lingkungan terbuka di pekarangan. Keindahan pekarangan tidak saja
memberi kegembiraan pada pemiliknya tetapi juga memberi kesenangan pada
siapa saja yang lewat dan memandangnya(Setiono, 2011).
2.1.2Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Pemanfaatan pekaranganjuga meupakan pekarangan yang dikelola melalui
pendekatan terpadu. Kegiatan dengan menanam berbagai jenis tanaman, ternak
dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang
beranekaragam secaraterus-menerus, guna pemenuhan gizi keluarga. Tanaman
hortikultura yaitu sayur-sayuran seringkali menjadi tanaman pokok yang ditanam
di lahan pekarangan.Tanaman hortikultura termasuk tanaman yang secara tidak
10
langsungmemiliki nilai keindahan.Itulah sebabnya, banyak orang yang menanam
sayur-sayuran di pekarangan (Sunarjono, 2005 dalam Roza,2012).
Pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilakukan dengan tiga model penanaman
yaitu penanaman secara konvensional, penanaman dengan menggunakan pot dan
penanaman secara vertikultur. Penanaman konvensional adalah penanaman
tanaman langsung di tanah dan prinsipnya sama dengan berkebun sayuran dalam
arti sebenarnya, tetapi skalanya lebih kecil sesuai dengan lahan yang tersedia.
Sementara, penanaman dengan menggunakan pot adalah sebuah alternatif untuk
lebih memperbanyak jumlah tanaman dan jenis sayur yangdiusahakan dan
penanaman secara vertikultur adalah pola bercocok tanam yang menggunakan
wadah tanam vertikal untuk mengatasi keterbatasan lahan.Dan setiap model
penanaman membutuhkan persiapan tersendiri (Agus, 2001).
Memilih jenis-jenis tanaman yang akan ditanam di pekarangan memerlukan kiat
tersendiri. Beberapa faktor yang harus diperhatikan diantaranya adalah luas
pekarangan, iklim dan manfaat dari tanaman yang dihasilkan. Beberapa tanaman
yang dikembangkan di pekarangan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis
yaitu :1) tanaman pagar; 2) tanaman hias berkhasiat obat; 3) tanaman sayur-
sayuran; 4) tanaman buah-buahan(Sopiah, 2006).
Menurut Sopiah lahan pekarangan memiliki berbagai fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi Lumbung Hidup
Untuk menghadapi musim paceklik, pekarangan biasanya dapat membantu
penghuninya menyediakan sumber pangan yang hidup(lumbung hidup) seperti
11
:tanaman palawija, tanaman pangan dan hortikultura, hasil binatang peliharaan,
dan ikan.
b. Fungsi Warung Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman dan binatang peliharaan yang
setiap saat siap dijual untuk kebutuhan keluarga pemiliknya.
c. Fungsi Apotik Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman obat-obatan, misalnya;
sembung, jeruk nipis,kunir, kencur, jahe, kapulaga dan sebagainya.Tanaman
tersebut dapat digunakan untuk obat-obatan tradisional yang tidak kalah
khasiatnya dengan obat-obatan yang diproduksi secara kimiawi.
d. Fungsi Sosial
Lahan pekarangan yang letaknya berbatasan dengan tetangga biasanya
digunakan untuk ngumpul-ngumpul hajatan, tempat bermain, berdiskusi, dan
kegiatan sosial lainnya.Hasil pekarangan biasanya saling ditukarkan dengan
hasil pekarangan tetangga untuk menjalin keeratan hubungan sosial.
e. Fungsi Sumber Benih dan Bibit
Pekarangan yang ditamani berbagai jenis tanaman dan untuk memelihara
ternak atau ikan mampu menyediakan benih atapun bibit baik berupa biji-
bijian, stek, cangkok, okulasi maupun bibit ternak dan benih ikan.
f. Fungsi Pemberi Keasrian
Pekarangan yang berisi berbagai jenis tanaman, baik tanaman merambat,
tanaman perdu maupun tanaman tinggi dan besar, dapat menciptakan suasana
asri dan sejuk.
12
g. Fungsi Pemberi Keindahan
Pekarangan yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman bunga-bungaan dan
pagar hidup yang ditata rapi akan memberi keindahan dan ketenangan bagi
penghuninya.
Melihat fungsi diatas, Poerwadarminta dalam Priyatmoko (2009) menambahkan
bahwa pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar
rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai
jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan fungsional dengan
rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan disini adalah
meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika.
Dengan menanam tanaman yang berproduktif, taman pekarangan dapat
memberikan kesehatan yang memenuhi kepuasan jasmaniah dan rohaniah.
Pemanfaatan pekarangan dengan tanaman produktif seperti tanaman holtikultura
(tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman hias), rempah-rempah, obat-
obatan, bumbu-bumbuan dan lainnya akan memberikan keuntungan yang berlipat
ganda.
2.1.3 Keuntungan Pekarangan Produktif
Berbagai keuntungan diperoleh dengan memanfaatkan pekarangan menjadi
produktif secara konseptual adalah sebagai berikut:
1. Banyak yang tidak menyadari akan potensi pekarangan sebagai penghasil
(tambahan), seperti bahan pangan atau bahan obat-obatan bahkan ternak
13
untuk kebutuhan hidup sehari-hari dalam rangka hidup sehat, murah dan
mudah.
2. Pemanfaatan pekarangan merupakan bagian dari pembangunan hutan kota,
guna lingkungan yang nyaman, sehat dan indah, sangat mendukung
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (suistanable
development), karena pemanfaatan pekarangan merupakan pelestarian
ekosistem yang sangat baik.
3. Jika setiap rumah mempunyai pekarangan yang indah serta terpelihara,
sekaligus akan meningkatkan pembangunan hutan kota yang berbentuk
menyebar dengan struktur yang berstrata akan meningkatkan kualitas
lingkungan yang sejuk, sehat dan indah.
4. Dengan membuat taman pekarangan, ini berarti akan dapat menyalurkan
segala kreatifitas dan kesenangan ataupun hobi semua anggota keluarga.
5. Unsur utama dalam pemanfaatan pekarangan adalah tanaman, apakah itu
tanaman hortikultura, obat-obatan, bumbu-bumbuan, rempah-rempah dan
lainnya.
6. Pemanfaatan pekarangan dengan taman pekarangan yang konseptual akan
memberikan kenyamanan serta dapat memenuhi kebutuhan jasmaniah dan
rohaniah terutama anggota keluarga, maupun siapa saja yang lewat disekitar
rumah kita.
7. Pemanfaatan pekarangan mengandung nilai pendidikan khususnya dapat
mendidik anggota keluarga cinta lingkungan,juga pekarangan dapat menjadi
laboratorium hidup (Ginting, 2010).
14
2.1.4 Kawasan Rumah Pangan Lestari
Kawasan rumah pangan lestari (KRPL) adalah pemanfaatan pekarangan yang
ramah lingkungan, dalam suatu kawasan, untuk:
1. Pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga;
2. Peningkatan pendapatan keluarga;
3. Meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat.
Adapun tujuan pengembangan kawasan rumah pangan lestari adalah :
1. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi
pemanfaatan pekarangan secara lestari.
2. Meningkatkan kemampuan keluarga & masyarakat dalam pemanfaatan
lahan pekarangan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran,
tanaman obat, ternak, ikan, pengolahan hasil dan kompos.
3. Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan
pemanfaatan pekarangan.
4. Melestarikan tanaman pangan lokal untuk masa depan.
5. Mengembangkan ekonomi produktif keluarga, hingga mampu
meningkatkan kesejahteraan dan menciptakan lingkungan hijau, bersih dan
sehat secara mandiri.
Prinsip dasar kawasan rumah pangan lestari adalah: (1) pemanfaatan pekarangan
yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan,
(2) diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, (3) konservasi sumberdaya
genetik pangan (tanaman, ternak, ikan), dan (4) menjaga kelestariannya melalui
15
kebun bibit desa menuju (5) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat(Litbang pertanian 2015).
2.1.5Usahatani
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan
mengkoordinir faktor-faktor produksi yang berupa lahan dan alam sekitarnya
sebagai modal sehingga memberi manfaat yang sebaik-baiknya.Sebagai ilmu
pengetahuan, ilmu usaha tani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani
memnentukan, mengorganisasikan penggunaaan faktor-faktor produksi seefektif
dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberi pendapatan semaksimal
mungkin.
Menurut Soekartawi (1986) biaya atau pengeluaran usahatani adalah semua nilai
masuk yang habis atau dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga
kerja keluaraga petani.Menurut Hernanto (1991) biaya atau pengeluaran usahatani
adalah semua biaya oprasional dengan tanpa memperhitungkan bunga dari modal
usahatani dan nilai kerja pengelola usaha tani. Pengeluaran ini meliputi
pengeluaran tunai, penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris, nilai
tenaga kerja yang tidak di bayar.
Biaya usaha tani ini dapat digolongkan berdasarkan sifatnya yaitu biaya tetap dan
biaya variabel.Biaya tetap adalah biaya yang tidak ada kaitanya dengan jumlah
barang yang di produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya
berubah sebanding dengan besarnya produksi(Soekartawi, 1986).
16
Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dan harga
satuan dari hasil produksi. Menurut Soekartawi (1986 ) penerimaan usahatani
adalah nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual
maupun yang tidak dijual. Penerimaan mencakup produk yang dijual, dikonsumsi
sendiri baik yang digunakan kembali untuk bibit atau yang disimpan
digudang.Menurut Hernanto (1991) peneriman usahatani adalah penerimaan dari
semua sumber usahatani.Penerimaan ini terdiri dari jumlah penambahan
inventaris, nilai penjualan hasil dan nilai produk yang dikonsumsi rumah tangga.
Menurut Sumarwan (2005) pendapatan usahatani adalah seluruh perolehan petani
dalam usahatani dalam waktu satu tahun baik yang dapat diperhitunngkan maupun
yang tidak dapat diperhitungkan.Dengan meningkatkan produksi tentunya dapat
meningkatkan pendapatan petani.Untuk itu agar produksi dapat meningkat
diperlukan faktor produksi yang dapat menunjang, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Faktor lain yang dapat meningkatkan produksivitas usahatani
adalah ketrampilan petani yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
tingkat pendidikan atau latihan yang pernah diperoleh dan pengalaman berusaha
tani.
Pendapatan usahatani adalah selisih dari biaya yang dikeluarkan dengan yang
diperoleh.Dalam menganalisa pendapatan usaha tani diperlukan dua keterangan
pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang
ditetapkan.Analisa pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi
pemilik faktor produksi.
17
Ada dua tujuan dari analisa pendapatan, yaitu :
1. Menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha
2. Menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan.
2.1.6 Tanaman Hortikultura
Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari
budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.Hortikultura merupakan
perpaduan antara ilmu, teknologi, seni, dan ekonomi. Praktek pertanian
hortikultura modern berkembang berdasarkan pengembangan ilmu yang
menghasilkan teknologi untuk memproduksi dan menangani komoditas
hortikultura yang ditujukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi maupun
kesenangan pribadi (Silvia, 2014).
Pada umumnya komoditas hortikultura dimanfaatkan dalam keadaan masih hidup
sehingga perisibel (mudah rusak), dan air merupakan komponen penting dalam
kwalitas.
Ciri-ciri penting komoditas Hortikultura adalah:
1. Komoditas hortikultura (sebagian besar) dipasarkan dalam keadaan hidup.
Maksudnya sesuatu yang akan mati/rusak dan tidak ada nilainya.
2. Komoditas hortikultura mudah rusak. Artinya komoditas ini tidak dapat
disimpan lama, harus segera dipasarkan dan dikonsumsi.
3. Komoditas hortikultura diperdagangkan dengan kandungan air tinggi dan
meruah (voluminous). Artinya untuk pengangkutan dan penggudangan
18
memerlukan ruang yang luas. Transportasi lewat udara memerlukan biaya yang
tinggi karena kandungan air.
4. Kualitas adalah kata kunci pada komoditas ini. Produk hortikultura yang tidak
berkualitas tidak akan ada harganya.
5. Komoditas ini tidak dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat, tetapi sebagai
sumber vitamain, mineral atau kesenangan. Sebagai sumber kesenangan, maka
sekali lagi kualitas merupakan hal yang sangat penting.
6. Komoditas ini memerlukan penanganan pasca panen yang baik. Ini merupakan
konsekuensi dari tuntutan terhadap kualitas, dan karena komoditas ini mudah
rusak.
7. Komoditas ini biasanya memberikan pemasukan yang baik. dimana, komoditas
hortikultura di Indonesia diusahakan dalam skala usaha yang sempit / kecil,
tetapi memberikan hasil ekonomi yang tinggi (Silvia, 2014).
Jenis-jenis Tanaman Hortikultura:
1. Pomologi / Frutikultur (tanaman buah).
2. Florikultura (tanaman bunga).
3. Biofarmaka (tanman obat).
4. Olerikultura (tanaman sayur) : Kubis, Sawi, Terung, Buncis dan lain-lain.
Padaperkembangan tanaman hortikultura menjadi tanaman budidaya di
perkebunan skala besar.Tanaman hortikultura tersebut layak untuk di budidayakan
dipekarangan rumah, Tanaman atau buahnya bisa memberi manfaat langsung
kepada orang yang membudidayakan tanaman hortikultura tersebut.Tanaman
sayur, adalah tanaman yang di budidayakan di ladang,tapiketika di taman di
19
pekarangan juga bisa langsung dimanfaatkan, itu adalahprinsip tanaman
hortikultura. Sayuran memiliki kontribusi dalam memenuhi kebutuhan gizi
manusia seperti serat, vitamin,kalsium, zat besi dan gizi lainnya yang dapat
mencegah kehadiran penyakit. Pentingnya sayuran bagi kesehatan memicu
peningkatan permintaan produk sayuran(Tim Penulis PS, 2008).
2.1.7 Pendapatan
Pendapatan adalah hasil berupa uangatau hasil materi lainnya yang dicapai dari
penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi perbedaan tingkat pendapatan yang diterima: (1) Tingkat
pendidikan; (2) Pengalaman kerja; (3) Keahlian yang dimiliki; (4) Sektor usaha;
dan (5) Jenis usaha dan lokasi.
Menurut Tohar dalam Anita (2005) pendapatan dibedakan menjadi :
1) Pendapatan Asli
Yaitu pendapatan yang diterima oleh setiap orang yang langsung ikut serta
dalam produksi barang.
2) Pendapatan turunan (sekunder)
Yaitu pendapatan dari golongan penduduk lainnya yang tidak langsung ikut
serta dalam produksi barang seperti dokter, ahli hukum dan pegawai negeri.
Pendapatan menurut bentuknya dapat dibedakan menjadi :
3)Pendapatan berupa uang
Adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya
sebagai balas jasa, sumber utamanya berupa gaji, upah, bangunan, pendapatan,
20
bersih dari usaha sendiri dan pendapatan dari penjualan seperti; hasil sewa,
jaminan sosial, premi asuransi.
4)Pendapatan tidak berupa uang
Adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasanya tidak berbentuk
balas jasa dan diterima dalam bentuk barang.
2.1.8 Analisis Pendapatan
Pendapatan terdiri dari pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Menurut
Soekartawi (1991) pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan
sebagai nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang
dijual atau yang tidak dijual. Pendapatan bersih(net farm income) didefinisikan
sebagai selisih pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani.
Perhitungan dalam melakukan analisis pendapatan dengan melihat selisih antara
penerimaan dan biaya.Penerimaan merupakan jumlah produk atau barang yang
dihasilkan dikalikan dengan harga.Biaya merupakan biaya produksi yang
dikeluarkan dalam suatu usaha.Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel.Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan jumlahnyatidak berubah-
ubahselama beberapa kali produksi.Biaya variabel merupakan biaya yang
dikeluarkan berulang-ulang sesuai dengan volume produksi (Noor, 2007).
21
Menurut Mubyarto (1967) dan Soekartawi(1991), biaya usahatani dibedakan
menjadi :
1. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang relative tetap jumlahnya
2. Biaya tidak tetap ( variable cost) yaitu biaya yang ditentukan oleh besar
kecilnya produksi.
Soeharjo dan patong (1973) menyatakan bahwa penerimaan usahatani dapat
berupa :
1. Hasil penjualan ternak, tanaman, ikan atau produk yang akan dijual.
2. Produk yang dikonsumsi selama melakukan kegiatan.
3. Kenaikan nilai investasi.
Adapun rumus analisis pendapatan sebagai berikut :
= TR-TC
Keterangan:
= Pendapatan (Rp)
TR = Total Revenue atau total penerimaan (Rp)
TC = Total Cost atau total biaya (Rp)
Analisis R/C
Analisis R/C merupakan perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total
yang menunjukan nilai penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang
dikeluarkan.
Kriteria :
R/C > 1 usaha memberi keuntungan
R/C < 1 usaha memberi kerugian
R/C = 1 usaha berada dalam keadaan tidak rugi maupun untung.
22
2.1.9Kontribusi
(T. Guritno, 1992) menyatakan bahwa kontribusi sesuatu yang diberikan bersama
– sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama.
Kontribusi penerimaan dari satu jenis kegiatan terhadap total penerimaan usaha
tergantung pada produktivitas faktor produksi yang digunakan dari jenis kegiatan
yang bersangkutan (Nurmanaf, 2006).
Kontribusi pendapatan dari satu jenis kegiatan terhadap total pendapatan rumah
tangga tergantung pada produktivitas faktor produksi yang digunakan dari jenis
kegiatan yang bersangkutan. Stabilitas pendapatan rumah tangga cenderung
dipengaruhi dominasi sumber-sumber pendapatan.Jenis-jenis pendapatan yang
berasal dari luar sektor pertanian umumnya tidak terkait dengan musim dan dapat
dilakukansetiap saat sepanjang tahun(Suratiyah, 2003).
Adapun rumus kontribusi pendapatan (Handayani, 2009).
QxP = x 100%
Qy
Keterangan:
P = Kontribusi pendapatan tanaman sayuranpada lahan pekarangan (%).
Qx =Pendapatandari penjualan sayuran pada lahan pekarangan(Rp/panen).
Qy=Pendapatan total sayuran pada lahan usahatani non pekarangan dan
lahanpekarangan (Rp/panen).
23
2.2 Kerangka Pemikiran
Sayuranmerupakan komoditas yang banyak dibudidayakan di
KecamatanGisting.Desa Gisting Atas adalah salah satu desa yang
membudidayakan sayuran di Kecamatan Gisting, karena DesaGisting Atas berada
pada dataran tinggi sehingga sangat berpotensi untuk pengembangan budidaya
sayuran. Obyek dalam penelitian ini adalah masyarakat desaGisting Atas yang
memanfaatkan lahan pekarangannya untuk berusahatani sayuran.Tujuan dari
usahatani dilahan pekarangan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan/konsumsi
sayuran dan meningkatkan pendapatan petani.
Usahatani dilahan pekarangan merupakan usaha yang dijalankan oleh masyarakat
Desa Gisting Atas sejak dulu hingga sekarang. Suatu usaha yang baik, seharusnya
memiliki inventarisir input maupun output. Kegiatan menginventarisir input
output merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menganalisis total biaya
produksi yang dikeluarkan dalam berusahatani sayuran sepertibenih, pupuk,
peralatan, pestisida dan tenaga kerja, menganalisis penerimaan dari penjualan
produksi sayuran tersebut serta kontribusinya terhadap pendapatan petani sayuran.
Oleh sebab itu perlu melakukan analisis pendapatan guna untuk mengetahui
seberapa besarkah kontribusi dari usahatani di lahan pekarangan. Untuk lebih
jelasnya kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 1.
24
Keterangan :
Mempengaruhi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Usahatani Sayuran
Inventarisasi Output
1. Produksi
Inventarisasi Input
1. Lahan2. Benih /bibit 3. Pupuk4. Pestisida5. Peralatan6. Tenaga kerja
Analisis Pendapatan
1. Lahan pekarangan2. Lahan non
pekarangan
PenerimaanBiaya Produksi
Analisis kontribusiR/C
Harga
25
III. METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional
Definisioperasional pada penelitan ini adalah :
1. Usahatani sayuran di lahan pekarangan merupakan usahatani sayuran yang di
budidayakan di lahan pekarangan di Desa Gisting Atas.
2. Usahatani lahan non pekarangan merupakan usahatani sayuran yang di
budidayakan di lahan non pekarangan (tegal/kebun) di Desa Gisting Atas.
3. Benih merupakan salah satu faktor yang penting dalam berusahatani sayuran.
4. Pupuk merupakanbahan-bahan organik maupun anorganik yang diberikan
pada tanah guna memperbaiki keadaan fisik tanah sekaligus melengkapai
substansi anorganik yang esensial bagi tanaman.
5. Pestisida merupakansuatu bahan atau campuran bahan untuk mencegah
/membasmi, menolak atau mengurangi hama yang menyerang tanaman dan di
daerah penelitian menggunakan pestisida berupa fungisida, insektisida dan
herbisida.
6. Peralatan merupakanalat-alat produksi pertanian yang masih sederhana
seperti halnya cangkul, handsprayer, sabit, golok, karung.
26
7. Tenaga kerja merupakan tenaga kerja baik dari dalam keluarga maupun dari
luar keluarga yang digunakan untuk kegiatan usahatani lahan pekarangan
maupun non pekarangan di daerah penelitian dengan satuan (HOK).
8. Inventarisasi input merupakan pendataan faktor-faktor produksi didaerah
penelitian seperti benih/bibit, pupuk, pestisida,peralatan, tenaga kerja yang
mendukung kegiatan produksi.
9. Inventarisasi output merupakan pendataan hasil produksi didaerah penelitian
seperti produksi sayuran.
10. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan jumlahnya berubah-ubah
sejumlah dengan tingkat produksiatau dengan kata lain biaya yang habis
dalam satu kali pakai dengan satuan rupiah (Rp).contohnya,benih, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja
11. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan jumlahnya tidak berubah-ubah
selama beberapa kali produksi dengan satuan rupiah (Rp). Contohnya,
penyusutan peralatan
12. Total biaya merupakan penjumlahan dari biaya variabel dan biaya tetap yang
dikeluarkan pada proses produksi dengan satuan rupiah (Rp).
13. Harga merupakan nilai yang ditetapkan oleh tengkulak yang di ukur dalam
satuan rupiah dengan satuan rupiah (Rp).
14. Penerimaan merupakan nilai rupiah yang dihasilkan dari penjualan hasil
produksi pada usahatani di daerah penelitian dengan satuan rupiah (Rp).
15. Pendapatan merupakan nilai rupiah yang didapatkan dari selisih penerimaan
dikurangi dengan total biaya selama proses produksi dengan satuan rupiah
(Rp).
27
16. R/C rasio merupakan perbandingan antara penerimaan dan total biaya untuk
melihat penerimaan dalam rupiah dari setiap biaya yang dikeluarkan.
17. keuntungan atau kerugian merupakan nilai yang terlihat dari kriteria R/C
rasio.
18. Kontribusi adalah besarnya persentase (%) sumbangan dari hasil penjualan
usaha tani lahan pekarangan terhadap total penerimaan usaha tani dengan
satuan rupiah (Rp).
3.2 Batasan Operasional
1. Objek dalam penelitian ini adalah petani sayuran yang memanfaatkan lahan
pekarangannya untuk berusahatani sayuran.
2. Pada lahan pekarangan maupun lahan non pekarangan yang di analisis adalah
tanaman sayuran.
3. Untuk di lahan non pekarangan, sayuran yang dianalisis adalah semua jenis
sayuran dan untuk di lahan pekarangan, sayuran yang dianalisis adalah
sayuran kubis, buncis, sawi dan terung.
4. Pendapatan yang di analisis adalah pendapatan per satu kali panen.
3.3Lokasi Dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di DesaGisting Atas Kecamatan Gisting Kabupaten
Tanggamus.Pemilihan lokasi atas dasar pertimbangan bahwa di DesaGisting Atas
merupakan daerah yang telah menjalankan Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk
berusahatani sayuran sejak dulu hingga saat ini.Desa Gisting Atasjuga merupakan
desayang termasuk wilayah yang penduduknya semakin banyak dan memiliki
28
lahan yang semakin sempit sehingga menjadi menarik untuk dikaji seberapa besar
manfaat lahan pekarangan dapat membantu sosial ekonomi rumah tangga
petani.Waktu penelitian yaitu pada bulan januari hingga februari 2015.
3.4 Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Data Primer yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara langsung
dengan petani sayur diDesaGisting Atas Kecamatan Gisting dengan
menggunakan kuesioner.
b. Data sekunder yaitu data yang bersumber dari dokumen, buku serta laporan-
laporan yang berkaitan dengan penelitian
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi adalah unit atau individu pada suatu area penelitian yang akan dijadikan
obyek penelitian. Pada penelitian ini populasi diambil dari seluruh petani sayuran
yang memanfaatkan lahan pekarangannya untuk berusahatani sayuran di
DesaGisting Atas Kecamatan Gisting berjumlah sebanyak 210 orang.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah unit atau individu dari jumlah populasi yang ada. Untuk
mendapatkan jumlah sampel yang ada maka digunakan teori (Arikunto, 2006)
dengan ketentuan yaitu jika populasi diatas 100 orang maka diambil 10% dari
jumlah populasi yang ada, sedangkan jika jumlah populasi kurang dari 100 orang
29
maka sampel diambil dari jumlah populasi yang ada. Jadi jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 210 orang x 10 % =21 orang.Sampel di pilih secara purposif
yaitu petani sayuran yang menanam sayuran kubis, sawi, buncis dan terung di
lahan pekarangannya.
3.6 Metode Analisis
a. Analisis pendapatan usahatani lahan pekarangan dan non pekarangan.
Pendapatan dihitung dengan melihat selisih antara peneriman dan total biaya.
= TR-TC
Keterangan:
= Pendapatan (Rp)
TR=Total Revenue atau total penerimaan (Rp)
TC= Total Cost atau total biaya (Rp)
Penerimaan
TR= P x Q
Keterangan :
TR= Total Penerimaan (Rp)
P= Harga Produk (Rp)
Q= Jumlah produksi yang diperoleh(Kg)
Total biaya
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = Total Cost atau biaya total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost atautotalbiayatetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost atautotalbiayavariabel (Rp)
30
R/C rasio
R/C rasio =Keterangan :
TR = Total Revenue atau total penerimaan (Rp)
TC = Total Cost atau total biaya (Rp)
Kriteria :
R/C > 1 usaha memberi keuntungan
R/C < 1 usaha memberi kerugian
R/C = 1usaha berada dalam keadaan tidak rugi maupun untung
b. Untuk menghitung kontribusi pendapatan digunakan rumus (Handayani, 2009)
QxP = x 100%
Qy
Keterangan:
P= Kontribusi pendapatan tanaman sayuran pada lahan pekarangan (%)
Qx= Pendapatan dari penjualan sayuran pada lahan pekarangan (Rp/panen)
Qy= Pendapatan total sayuran pada lahan usahatani non pekarangan dan lahan
pekarangan (Rp/panen).
31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
Desa Gisting Atas merupakan salah satu pekon yang ada di Kecamatan Gisting
Kabupaten Tanggamus. Desa Gisting Atas mempunyai luas wilayah 567.5 km2
dengan batas – batas administratif, yaitu :
1. Sebelah Utara : Desa Gisting Bawah
2. Sebelah Selatan : Desa Gisting Permai
3. Sebelah Barat : Register 30
4. Sebelah Timur : Register 28
4.1.1 Topografi dan Iklim
Desa Gisting Atas terletak di dataran tinggi yaitu dengan ketinggian 800 dpl. Dan
dengan bentang wilayah berbukit,curah hujan 3.000 mm / tahun, suhu rata-rata
240C.
4.1.2 Penggunaan Lahan
Pengunaan lahan di DesaGisting Atas meliputi lahan sawah, lahan perkebunan
dan fasilitas umum lainnya. Luas lahan berdasarkan penggunaannya dapat dilihat
pada tabel 3 berikut :
32
Tabel 3. Luas Lahan Desa Gisting Atas Berdasarkan Pola Penggunaanya
Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)SawahLadangPerkebunanPemukiman Pekarangan
1710059,5
297,7593,25
2,317, 6210,3952,4616,43
Jumlah 567.5 100Sumber :Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan kecamatan
Gisting,2014
Tabel 3 diatas menunjukan penggunaan lahan di Desa Gisting Atas sebagian besar
digunakan untuk pemukiman penduduk yaitu dengan jumlah297,75 ha (52,46 %),
sawah 17 ha (2,3%), ladang 100 (17,62%), perkebunan 59,5 (10,39%) dan
pekarangan 93,25 (16,43%). Dengan persentase 16,43% lahan pekarangan,
menunjukan bahwa Desa Gisting Atas memiliki potensi untuk mengembangkan
usahatani sayuran di lahan pekarangan.
4.1.3 Keadaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur
Penduduk Desa Gisting Atas berjumlah 7.548 jiwa yang terdiri dari 3.886 laki-
laki(51,48 %) dan 3662 perempuan(48,51 %) dengan kepala keluarga 1.879 kk.
Sebaran penduduk berdasarkan golongan umur yang secara rinci dapat dilihat
pada tabel 4.
33
Tabel 4. Sebaran Jumlah Penduduk Desa Gistinng Atas Menurut Umur
Umur (th) Jumlah (jiwa) Persentase (%)0-12-45-1213-2526-4546-58> 58
238363899212926201250103
3.154,8011,9128,2034,7116,561,36
jumlah 7.548 100Sumber : Profil Desa Gisting Atas, 2014
Tabel 4 diatas menunjukan penduduk di Desa Gisting Atas sebagian besarberada
pada umur produktif yaitu 21- 54 tahun. Umur produktif merupakan usia yang
cukup potensialuntuk melakukan kegiatan usahatani. dengan persentase tertinggi
yaitu pada tingkat umur 26-45 tahun yakni dengan persentase 34,71 %. Hal ini
menunjukan bahwa penduduk Desa Gisting Atas cukup potensial untuk
melakukan kegiatan usahatani.
2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Penduduk Desa Gisting Atas jika ditinjau dari pendidikan formal memiliki
pendidikan yang beragam yaitu sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah umum dan perguruan tinggi. Secara rinci jumlah penduduk
Desa Gisting Atas berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5
berikut :
34
Tabel 5. Sebaran Jumlah Penduduk Desa Gisting Atas Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)Belum Sekolah Tidak Pernah Sekolah Tidak Tamat SDTamat SDTamat SLTP/ SederajatTamat SLTA / SederajatPerguruan Tinggi / Sederajat
4921145121374120521601691
6,511,51
6,7818,2015,9632,5922,40
Jumlah 7.548 100Sumber : Profil Desa Gisting Atas, 2014
Tabel 5 di atas menunjukan bahwa jenjang pendidikan tertinggi di Desa Gisting
Atas yaitu pada tingkat SLTA/sederajat dengan persentase (32,59). Walaupun
sebagian besar penduduk di Desa Gisting Atas berpendidikan tinggi namun
tingkat pendidikan perlu ditingkatkan supaya sumber daya manusianya lebih
berkwalitas.
3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Matapencaharian
Mata pencaharian penduduk Desa Gisting Atas terdiri dari berbagai macam
kegiatan pekerjaan, namun dengan demikian yang paling dominan bermata
pencaharian sebagai petani. Secara rinci sebaran penduduk dapat dilihat pada tabel
6 sebagai berikut :
35
Tabel 6. Sebaran Penduduk Desa Gisting Atas BerdasarkanMata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1234567
GuruPetaniBuruh TaniPedagangPeternakPNSLainya
3503.450450
1.625252200435
5,1751,026,6524,033,722,956,43
Jumlah 6.762 100Sumber : Profil Desa Gisting Atas, 2014
Tabel 6 diatas menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Desa Gisting Atas
bermatapencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 3.450 jiwa dengan persentase
51,02 %.Hal ini dikarenakan kondisi dan potensi di Desa Gisting Atas cocok
untuk lahan pertanian. Dengan adanya jumlah petani yang besar akan dapat
meningkatkan produksi pertanian di Desa Gisting Atas.
4.2. Karakteristik Responden
Untuk mengetahui latar belakang dan identitas responden, maka perlu diketahui
berbagai hal yang berhubungan dengan keadaan responden, seperti umur, tingkat
pendidikan yang ditamatkan, pekerjaan dan lain-lain. Pada uraian berikut ini
disajikan informasi yang berhubungan dengan keadan responden.
1. Umur
Umur responden dapat mempengaruhi kegiatan bertani dan produktivitas kerja di
sektor pertanian. Menurut Rusli (1983) kriteriaumur produktif seseorang berkisar
antara 15-64 tahun. berdasarkan penelitian di Desa Gisting Atas didapatkan umur
36
respoden yang berbeda-beda antara 25-65 tahun.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 7.
Tabel 7. Sebaran tingkat umur responden
No Golongan Umur Jumlah Persentase1 25-35 3 14,282 36-45 7 33,333 46-55 5 23,804 56-65 6 28,57
Jumlah 21 100Sumber : data primer (olahan)
Bedasarkan tabel 7 diatas menunjukan bahwa sebagian besar petani berada pada
rentang kelompok umur 36-45 tahun dengan jumlah 33 %. Dengan melihat umur
angkatan kerja, kelompok umur 36-45 tahun dikatakan golongan umur yang
masih produktif . Dengan kondisi umur petani yang produktif ini maka diharapkan
petani memiliki kemampuan fisik yang kuat sehingga memberikan kontribusi
tenaga kerja yang lebih besar terhadap usahataninya, dengan demikian diharapkan
dapat meningkatkan produksi usahataninya.
3. Luas dan Status Kepemilikan Lahan
Luas lahan garapan yang di kelola oleh setiap petani akan berpengaruh terhadap
hasil panen. Semakin luas lahan usahatani yang di pergunakan akan memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil yang lebih besar, dan
sebaliknya. Menurut Hernanto, (1994) menyebutkan klasifikasi luas kepemilikan
lahan yaitu petani luas (lebih dari 2 ha), petani sedang (0,5-2 ha), petani sempit
(0,5) dan buruh tani tidak bertanah. Rata-rata luas lahan kepemilikan petani
responden pada lahan non pekarangan di Desa Gisting Atas adalah 0,58 ha,
termasuk klasifikasi lahan sedang sehingga di perlukan peningkatan modal dan
37
tenaga yang lebih baik untuk dapat meningkatkan produksi sayuran. Sedangkan
rata-rata luas lahan di lahan pekarangan adalah 105,33 m2.
Status kepemilikan lahan terbagi menjadi 2 yaitu pribadi dan sewa. Responden
yang status lahannya sewa adalah responden yang memanfaatkan lahan
pekarangan atau tanah orang lain untuk digarap/dimanfaatkan dan dikenakan
biaya sewa. Rata-rata status kepemilikan lahan pekarangan responden di daerah
penelitian adalah milik pribadi.
4. LamaBerusahatani
Usahatani sayuran telah dilakukan oleh sebagian masyarakat DesaGisting Atas.
Mereka memiliki pengalaman yang bertahun-tahundalam menekuni usahatani
budidaya sayuran. lama berusahatani sayuran di ukur dari berapa lama (tahun)
petani telah menekuni usahataninya. Pengalaman menjalani usahatani suatu
komoditas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
usahatani. Dengan pengalaman yang dimiliki maka petani akan memahami
berbagai hal yang berkaitan dengan komoditas sayuran, dengan pengalaman yang
dimiliki diharapkan petani akan mampu mengelola dan meningkatkan hasil
usahataninya dengan berbagai cara. Petani di DesaGisting Atas memiliki
pengalaman berusahatani yang bervariasi, lama berusahatani petani disajikan pada
tabel 8 berikut ini :
38
Tabel 8. Sebaran lama berusahatani sayuran responden
No Lama berusahatani Jumlah Orang Persentase %12
1-910-19
36
14,2928,57
3 20-29 9 42,854 >30 3 14,29
Jumlah 21 100Sumber : data primer (olahan)
Berdasarkan tabel 8 di atas menunjukan bahwa sebagian besar respondentelah
memiliki pengalaman berusahatani sayuran lebih dari 10 tahun. Tetapi ada
sebagian kecil responden yang pengalaman usahataninya kurang dari 10 tahun.
Sedangkan petani yang memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun ada 18 orang
atau sekitar 85 %.Sebagian besar petani sayuran telah memiliki pengalaman yang
cukup lama atau lebih dari 15 tahun.
4.3 Keragaan Usahatani Sayuran
1. Penggunaan Benih
Ketersediaan benih merupakan salah satu faktor yang penting dalam berusahatani
sayuran. Uapaya peningkatan produksi sayuran perlu adanya penggunaan benih
yang bermutu. Benih bermutu yaitu benih yang asli, murni, bersih, memiliki
viabilitas tinggi dan sehat. Petani responden memperoleh benih dengan membeli
di kios(agen) dengan harga yang bervariasi.
Pada lahan pekarangan benih yang digunakan adalah kubis, buncis, sawi dan
terung dan penggunaan masing-masing benih untuk kebutuhan lahan pekarangan
bebeda. Pada lahan pekarangan ini benih sayuran yang digunakan berjumlah
antara 0,75 sampai 3bungkus(sesuai kemasan) atau menyesuaiakan dengan luas
39
lahan pekarangan tersebut. untuk di lahan non pekarangan benih yang digunakan
adalah semua jenis sayuran. penggunaan masing-masing benih untuk kebutuhan
lahan pekarangan bebeda dan benih yang digunakan berjumlah antar 1 sampai 15
bungkus(sesuai kemasan) atau menyesuaiakan dengan luas lahan tersebut.
2. Penggunaan Pupuk
Pupuk adalah bahan-bahan organik maupun anorganik yang diberikan pada tanah
guna memperbaiki keadaan fisik tanah sekaligus melengkapai substansi anorganik
yang esensial bagi tanaman. Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan produksi sayuran. Pupuk yang digunakan petani di lahan non
pekarangandan di lahan pekarangan adalah pupuk NPK, Ureadan pupuk Kandang.
Rata – rata penggunaan pupuk oleh petani di daerah penelitian dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata penggunaan pupuk dalam per 0,58 Hadi Desa Gisting Ataspada lahan non pekarangan, 2015.
Pupuk penggunaan(kg)
Penggunaan per ha
Anjuran penggunaan
per ha
Jumlah pengguna
pupuk (orang)Pupuk NPK 132 227 500 21Pupuk Urea 173 298 200-400 12Pupuk Kandang 551 950 200-400 7
Sumber : data primer (olahan)
Berdasarkan tabel 9 menunjukan bahwa penggunaan pupuk NPK sebesar 132 kg,
Urea 173 kg dan pupuk Kandang sebesar 551 kg. Untuk petani yang
menggunakan pupuk NPK sebanyak 21 orang, yang menggunakan pupuk Urea
sebanyak 12 orang dan yang menggunakan pupuk Kandang sebanyak 7 orang.
Penggunaan pupuk NPK dan Urea masih dalam pemakaian standar sesuai dengan
40
anjuran dosis pemupukan 200-400 kg/ha (Sutarya, R, 2012), namun untuk
penggunaan pupuk kandang sudah melebihi dosis anjurannya 200-400
kg/ha(Sutriadi, 2003). Pemakaian pupuk secara berlebihan selain pemmborosan,
juga tidak menguntungkan bagi kelestarian lahan dan lingkungan
Tabel 10. Rata-rata penggunaan pupuk dalam per 105,33 m2diDesa Gisting Atas pada lahan pekarangan, 2015.
Pupuk penggunaan(kg)
Jumlah pengguna pupuk(orang)
Pupuk NPK 6 19Pupuk Urea 5 16Pupuk Kandang 74 16
Sumber : data primer (olahan)
Berdasarkan tabel 10 menunjukan bahwa penggunaan pupuk NPK sebesar 6 kg,
Urea 5 kg dan pupuk Kandang sebesar 74 kg. Untuk petani yang mengguanakan
pupuk NPK sebanyak 19 orang, yang menggunakan pupuk Urea sebanyak 16
orang dan yang menggunakan pupuk Kandang sebanyak 16 orang.
3.Penggunaan Pestisida
Pestisida merupakan suatu bahan atau campuran bahan untuk mencegah
/membasmi, menolak atau mengurangi hama yang menyerang tanaman. Secara
umum petani responden di daerah penelitian menggunakan pestisida berupa
fungisida, insektisida dan herbisida(Biocron, Regent, Cleser, Demolis). Dalam
usahatani, fungisida digunakan untuk memberantas jamur, insektisida digunakan
untuk memberantas hama dan herbisida digunakan untuk memberantas gulma.
41
4.Penggunaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam
berusahatani. Menurut Mubiyarto 1985, bahwa dalam berusahatani sebagian besar
tenaga kerja berasal dari keluarga sendiri yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak
petani. Pemakaian tenaga kerja digunakan untuk kegiatan pengolahan lahan,
persemaian, penanaman, pemupukan, penyiangan, penyemprotan dam
pemanenan. Tenaga-tenaga kerja tersebut terdiri dari tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja pria yang di samaratakan dalam satuanhari orang kerja (HOK)
dengan standar jam kerja sebanyak 8 jam kerja per hari berdasarkan tingkat upah
kerja yang berlaku.
Data yang diperoleh dari penelitian menunjukan bahwa mayoritas penggunaan
tenaga kerja oleh petani responden banyak berasal dari dalam keluarga (DK)
sehingga petani tidak mengeluarkan biaya untuk membayar upah tenaga kerja.
Hanya sebagian petani yang menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga (LK).
Upah rata-rata jam kerja di daerah penelitian adalah sebesar Rp 50.000,00 dengan
lama jam kerja 8 jam per hari.
Tabel 14. Rata-rata penggunaan tenaga kerja per 0,58 Ha pada lahan non pekarangan di Desa Gisting Atas , 2015
Jenis KegiatanPenggunaan Tenaga Kerja
LK (HOK) (%)
DK (HOK)
(%)Jumlah (Hok)
(%)
Pengolahan tanah 8 16,33 11 22,45 19 39Penanaman 1 2,04 4 8,16 5 10Pemupukan 0 - 3 6,12 3 6Penyemprotan/HPT 2 4,08 4 8,16 6 12Panen 10 20,41 6 12,24 16 33Jumlah 21 42,86 28 57,14 49 100
Sumber : data primer (olahan)
42
Berdasarkan tabel 14 menunjukan bahwa jumlah tenga kerja yang digunakan pada
usahatani sayuran di lahan non pekarangan tersebut berasal dari tenaga kerja
dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja yang banyak di
gunakan dalam uasahatani sayuran di lahan non pekarangan tersebut adalah
tenaga kerja dari dalam keluarga(57,14 %)dan digunakan untuk kegiatan
pengolahan tanah dan panen, sedangkan tenaga kerja dari luar keluarga(42,86%)
paling tinggi digunakan pada saat kegiatan panen karena untuk menyerempakan
waktu panen. Contohnya seperti sayuran kubis dan sawi harus ditanam dan panen
secara serempak. Adapun tabel rata-rata penggunaan tenaga kerja dapat dilihat
pada tabel 15.
Tabel 15. Rata-rata penggunaan tenaga kerja per 105,33 m2pada lahan pekarangan di Desa Gisting Atas, 2015
Jenis KegiatanPenggunaan Tenaga Kerja
LK (HOK)
(%)DK
(HOK)(%)
Jumlah (Hok)
(%)
Pengolahan tanah - - 1,32 32,2 1,32 32Penanaman - - 0,45 11,0 0,45 11Pemupukan - - 0,42 10,2 0,42 10Penyemprotan/HPT - - 1 24,4 1 24Panen - - 0,91 22,2 0,91 22,2Jumlah - - 4,1 100,0 4,1 100,0
Sumber : data primer (olahan)
Berdasarkan tabel 15 menunjukan bahwa jumlah tenaga kerja yang digunakan
pada usahatani sayuran di lahan pekarangan tersebut (100 %) berasal dari tenaga
kerja dalam keluarga, karena luas lahan pekarangan yang kecil dan tidak banyak
membutuhkan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja yang banyak di gunakan
dalam uasahatani sayuran di lahan pekarangan tersebutdigunakan untuk kegiatan
pengolahan tanah dan panen, karena untuk mempercepat penanaman dan
43
menyerempakan waktu panen. Contohnya seperti sayuran kubis dan sawi harus
ditanam dan panen secara serempak.
5. Penggunaan Peralatan
Petani tradisional umumnya mengunakan alat-alat produksi pertanian yang masih
sederhana seperti halnya cangkul, handsprayer, sabit, golok, karung. Rata-rata
umur ekonomis dan penyusutan untuk peralatan di lahan non pekarangan tersebut
adalah 5 tahun rata-rata rupiah sebesar Rp 19.904,764 per tahun.Jumlah, umur
ekonomis dan penyusutan peralatan dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16. Rata-rata penggunaan peralatan dalam usahatani sayuran per 0,58 Ha sayuran pada lahan nonpekarangan di Desa Gisting Atas , 2015
Peralatan Jumlah Umur ekonomis (tahun)
Penyusutan(Rp/thn)
Cangkul 1,81 5 21.714,29Sabit 1 5 4.666,67Handsprayer 1 5 50.000,00Golok 1 5 6.428,57Karung 16,71 2 16.714,29
JumlahRata-rata
99.523,8219.904,764
Sumber : data primer (olahan)
Rata-rata umur ekonomis dan penyusutan untuk peralatan di lahan pekarangan
tersebut adalah 5 tahun dan rata-rata rupiah sebesar Rp.17.678,57per tahun.
Jumlah, umur ekonomis dan penyusutan peralatan dapat dilihat pada tabel 17.
44
Tabel 16. Rata-rata penggunaan peralatan dalam usahatani sayuran per 105,33 pada lahan pekarangan di Desa Gisting Atas , 2015
Peralatan Jumlah Umur ekonomis (tahun)
Pnyusutan(Rp/thn)
Cangkul 1 5 12.000,00Sabit 2 5 4.666,67Handsprayer 0,95 5 47.619,05Golok 1 5 6.428,57
JumlahRata-rata
70.714,2917.678,57
Sumber : data primer (olahan)
4.5 Analisis Usahatani
Konsep rumah tangga menunjuk pada arti ekonomi dari satuan keluarga, seperti
bagaimana keluarga itu mengelola kegiatan ekonomi keluarga, pembagian kerja dan
fungsi, kemudian berapa jumlah pendapatan yang diperoleh atau konsumsinya serta
jenis produksi dan jasa yang dihasilkan (Raharjo dalam Ranti, 2009). Jika keluarga
semakin besar, membuka kesempatan bagi pencari pendapatan (income earner) akan
memberikan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga.
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh petani dari usahatani lahan pekarangan
baik berupa komoditi yang dijual maupun komoditi yang dikonsumsi. Pada penelitian
ini, pendapatan rumah tangga berasal dari dua sumber, yaitu dariusahatani non
pekarangan dan usahatani pekarangan. Pendapatan yang diperoleh petani pada
pekarangan merupakan pendapatan sampingan dari pekerjaan utama yaitu non
pekarangan. Usahatani lahan pekarangan merupakan kegiatan yang positif seperti
bercocok tanam tanaman yang ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan gizi
keluarganya. Hasil dari pemanfaatan lahan pekarangan sebagian besar dimanfaatkan
petani untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga sehingga mengurangi beban
pengeluaran untuk belanja konsumsi sayur-sayuran sehari-hari, namun ada juga
45
petani yang sebagian hasil panennya dikonsumsi dan lebihnya dijual. Bagi petani
yang menjual hasil usahataninya, mereka menjual ke warung-warung terdekat rumah
atau pedagang pengumpul untuk dijual ke pasar. Berdasarkan penelitian, besarnya
penerimaan,biaya usahatani,pendapatan dan R/C dapat dilihat pada tabel 17.
46
47
48
Berdasarkan tebel 17 menunjukan pendapatan usahatani sayuran pada lahan non
pekarangan di Desa Gisting Atas yaitu :
1. Buncis
Produksi buncis yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(0,6 ha) yaitu
sebesar 1.238 kgdengan harga jualRp. 4.500, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp.5.571.000, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp.3.448.633,
rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.2.122.367. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=1,6), yang
berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,6 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya.Sedangkan biaya total yang
dikeluarkan sebesar Rp. 4.881.333, rata-rata pendapatan atas biaya total
yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp.689.667.NilaiR/C atas biaya
total adalah sebesar (R/C=1,1), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang
dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan menghasilkan penerimaan
sebesar Rp.1,1 sehingga usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada
posisi dengan R/C>1 petanimengalami keuntungan karena penerimaan
lebih besar dari biaya.
2. Kubis
Produksi kubis yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(0,76 ha) yaitu
sebesar 11.900 kgdengan harga jualRp. 2.000, sehingga penerimaaan
petani sebesar Rp 23.800.000, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar
49
Rp.3.220.242, rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani
sayuran sebesar Rp.20.579.758. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar
(R/C=7,3) yang berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani
sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 7,3 sehingga
usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.5.285.928, rata-rata
pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.18.514.072.NilaiR/C atas biaya total adalah sebesar (R/C=4,5), yang
berarti setiap Rp.1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp.4,5 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya.
3. Sawi
Produksi sawi yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(0,375 ha) yaitu
sebesar 1.250 kgdengan harga jualRp. 3.250, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp.4.062.500, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp.770.500,
rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp. 3.292.000. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=5,2), yang
berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 5,2 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya. Sedangkan biaya total yang
dikeluarkan sebesar Rp.2.478.000, rata-rata pendapatan atas biaya total
50
yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp.1.584.500.NilaiR/C atas biaya
total adalah sebesar (R/C=1,6), yang berarti setiap Rp.1,00 yang
dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan menghasilkan penerimaan
sebesar Rp.1,6 sehingga usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada
posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan karena penerimaan
lebih besar dari biaya.
4. Terung
Produksi terung yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(0,25 ha) yaitu
sebesar 350 kgdengan harga jualRp. 3.500, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp.1.225.000, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp. 627.500,
rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp. 597.500. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=1,9), yang
berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,9 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya. Sedangkan biaya total yang
dikeluarkan sebesar Rp. 1.440.500, rata-rata pendapatan atas biaya total
yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp.-215.500.NilaiR/C atas biaya
total adalah sebesar (R/C=0,8), yang berarti petani mengalami kerugian
sebesar Rp.-215.500 (0,8). Pada posisi dengan R/C<1 petani mengalami
kerugian karena penerimaan lebih kecil dari biaya. Hal ini dikarenakan
petani terung menggunakan tenaga kerja banyak dari dalam keluarga.
51
5. Rampai
Produksi rampai yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(0,5 ha) yaitu
sebesar 185 kgdengan harga jualRp. 7.250, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp 1.341.250, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp. 858.000,
rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp. 483.250. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=1,5), yang
berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,5 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya. Sedangkan biaya total yang
dikeluarkan sebesar Rp. 1.680.000, rata-rata pendapatan atas biaya total
yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp.-338.750.NilaiR/C atas biaya
total adalah sebesar (R/C=0,7), yang berarti petani mengalami kerugian
sebesar Rp -215.500 (0,7). Pada posisi dengan R/C<1 petani mengalami
kerugian karena penerimaan lebih kecil dari biaya. Hal ini dikarenakan
petani rampai menggunakan tenaga kerja lebih banyak dari dalam
keluarga.
6. Kacang panjang
Produksi kacang panjang yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(0,125
ha) yaitu sebesar 1.500 ikat dengan harga jualRp. 700, sehingga
penerimaaan petani sebesar Rp.1.050.000, biaya tunai yang dikeluarkan
sebesar Rp. 345.000, rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh
petani sayuran sebesar Rp. 705.000. NilaiR/C atas biaya tunai adalah
sebesar (R/C=3,0), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk
52
usahatani sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 3,2
sehingga usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1
petani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp. 749.000, rata-rata
pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.301.000.NilaiR/C atas biaya total adalah sebesar (R/C=1,4), yang
berarti setiap Rp.1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp.1,4 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya.
53
54
Berdasarkan tebel 18 menunjukan pendapatan usahatani sayuran pada lahan
pekarangan di Desa Gisting Atas yaitu :
1. Buncis
Produksi buncis yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(115 m2) yaitu
sebesar 90 kgdengan harga jualRp. 4.625, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp 416.250, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp. 150.750,
rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.265.500. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=2,7), yang
berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,6 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya. Sedangkan biaya total yang
dikeluarkan sebesar Rp.420.750, rata-rata pendapatan atas biaya total yang
diperoleh petani sayuran sebesar Rp.-4.500.NilaiR/C atas biaya total
adalah sebesar (R/C=0,5), yang berarti Pada posisi dengan R/C<1 petani
mengalami kerugian karena penerimaan lebih kecil dari biaya. Hal ini
dikarenakan produksi yang kecil dan petani di lahan pekarangan
menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga.
55
2. Kubis
Produksi kubis yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(126,4 m2) yaitu
sebesar 400 kg dengan harga jualRp. 2000, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp 800.000, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp. 113.050,
rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp. 686.950. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=7,0), yang
berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 7,0 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya. Sedangkan biaya total yang
dikeluarkan sebesar Rp. 367.075, rata-rata pendapatan atas biaya total
yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp.432.925.NilaiR/C atas biaya
total adalah sebesar (R/C=2,1), yang berarti setiap Rp.1,00 yang
dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan menghasilkan penerimaan
sebesar Rp.2,1sehingga usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi
dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih
besar dari biaya.
3. Sawi
Produksi sawi yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(103,43 m2) yaitu
sebesar 450 kg dengan harga jualRp. 1.393, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp.626.850, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp. 88.725,
rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp. 538.125,00. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=7,0), yang
berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
56
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 7,0 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C > 1 petani mengalami
keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya. Sedangkan biaya
total yang dikeluarkan sebesar Rp.356.799, rata-rata pendapatan atas biaya
total yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp.270.051.NilaiR/C atas
biaya total adalah sebesar (R/C=1,7), yang berarti setiap Rp.1,00 yang
dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan menghasilkan penerimaan
sebesar Rp.1,7sehingga usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi
dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih
besar dari biaya.
4. Terung
Produksi terung yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(79,2 m2) yaitu
sebesar 100 kgdengan harga jualRp. 1.625, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp.162.500, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp.69.430, rata-
rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.93.070. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=2,3), yang
berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,3 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya. Sedangkan biaya total yang
dikeluarkan sebesar Rp.420.750, rata-rata pendapatan atas biaya total yang
diperoleh petani sayuran sebesar Rp.-136.493.NilaiR/C atas biaya total
adalah sebesar (R/C=0,9), yang berarti Pada posisi dengan R/C<1 petani
mengalami kerugian karena penerimaan lebih kecil dari biaya. Hal ini
57
dikarenakan produksi terung yang kecil dan petani terung di lahan
pekarangan menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga. Jika tenaga
kerja dari dalam diperhitungkan HOK nya maka petani mengalami
kerugian, tetapi jika tenaga kerja dari dalam keluarga tidak diperhitungkan
HOK nya, maka petani menagalami keuntungan.
Hasil analisis penelitian menunjukkanrata-rata peningkatan pendapatan petani
dalam melaksanakan pemanfaatan lahan pekarangan tidak besar sehingga
perubahan atau penambahan pada pendapatan rumah tangga petani juga tidak
terlalu besar. Hal ini disebabkan karena rata-rata petani hanya memiliki luas lahan
yang kecil dan lahan tidak dimanfaatkan secara optimal sehingga mempengaruhi
hasil produksi usahatani. Besar kecilnya pendapatan petani dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya berapa besar produksi yang diperoleh, berapa besar
tingkat harga jual sayuran yang dijual oleh masing-masing petani, luas lahan yang
dimiliki oleh petani dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani.
58
59
60
Berdasarkan tebel 19 menunjukan pendapatan usahatani sayuran pada lahan non
pekarangan dengan rata-rata luas lahan per 1 Ha di Desa Gisting Atas yaitu :
1. Buncis
Produksi buncis yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan per 1 ha yaitu
sebesar 2.063kgdengan harga jualRp.4.500, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp. 9.285.000, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar
Rp.5.747.722, rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani
sayuran sebesar Rp.3.537.278. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar
(R/C=1,6), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani
sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,6 sehingga
usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.8.135.555, rata-rata
pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.1.149.445. NilaiR/C atas biaya total adalah sebesar (R/C=1,1), yang
berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,1 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami
keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
61
2. Kubis
Produksi kubis yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan per 1 ha yaitu
sebesar 15.658 kgdengan harga jualRp.2000, sehingga penerimaaan
petani sebesar Rp.31.315.789, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar
Rp.4.237.161, rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani
sayuran sebesar Rp.27.078.629. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar
(R/C=7,3), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani
sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 7,3sehingga
usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.6.955.168, rata-rata
pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.24.360.621. NilaiR/C atas biaya total adalah sebesar (R/C=4,5), yang
berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 4,5 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami
keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
3. Sawi
Produksi sawi yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan per 1 hektar
yaitu sebesar33.333kgdengan harga jualRp. 3.250, sehingga penerimaaan
petani sebesar Rp.10.833.333, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar
Rp.2.054.667, rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani
sayuran sebesar Rp.8.778.667. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar
62
(R/C=5,2), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani
sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.5,2 sehingga
usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.608.000. rata-rata
pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.4.225.333. NilaiR/C atas biaya total adalah sebesar (R/C=1,6), yang
berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,6 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami
keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
4. Terung
Produksi terung yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan per hektar
yaitu sebesar1.400kgdengan harga jualRp.3.500, sehingga penerimaaan
petani sebesar Rp. 4.900.000, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar
Rp.2.510.000, rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani
sayuran sebesar Rp.2.390.000. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar
(R/C=2), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani
sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.2,sehingga usahatani
sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.5.762.000, rata-rata
pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp.-
862.000. NilaiR/C atas biaya total adalah sebesar (R/C=0,9), yang berarti
63
Pada posisi dengan R/C<1 petani mengalami kerugian karena
penerimaan lebih kecil dari biaya, Hal ini dikarenakan produksi terung
yang kecil.
5. Rampai
Produksi rampai yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan per 1 ha yaitu
sebesar370kgdengan harga jualRp.7.250, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp.2.682.500, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar
Rp.1.716.000, rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani
sayuran sebesar Rp.966.500. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar
(R/C=1,5), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani
sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.1,5sehingga
usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.3.360.000, rata-rata
pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp. -
677.500. NilaiR/C atas biaya total adalah sebesar (R/C=0,9), yang berarti
Pada posisi dengan R/C<1 petani mengalami kerugian karena
penerimaan lebih kecil dari biaya, Hal ini dikarenakan produksi rampai
yang kecil.
6. Kacang Panjang
Produksi kacang panjang yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan per
1 ha yaitu sebesar 12.000 ikatdengan harga jualRp. 4.500, sehingga
penerimaaan petani sebesar Rp. 8.400.000, biaya tunai yang dikeluarkan
64
sebesar Rp. 2.760.000. rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang
diperoleh petani sayuran sebesar Rp. 5.640.000. NilaiR/C atas biaya tunai
adalah sebesar (R/C=3), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan
untuk usahatani sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3
sehingga usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan
R/C>1 petani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari
biaya. Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp. 5.992.000,
rata-rata pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran
sebesar Rp. 2.408.000. Nilai R/C atas biaya total adalah sebesar
(R/C=1,4), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani
sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,4 sehingga
usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Berdasarkan perhitungan analisis pendapatan sayuran di lahan non pekarangan
dengan luas lahan rata-rata per 1 hektar, sayuran yang memiliki R/C tertinggi
adalah kubis (4,5), Kemudian diikuti dengan sayuran lainya yaitu sawi (1,6),
kacang panjang (1,4), buncis(1,1), terung (0,8), rampai (0,7). untuk sayuran terung
dan rampai R/C kurang dari 1, yang artinya usahatani tersebut mengalami
kerugian.
Kombinasi sayuran antara lahan non pekarangan dan lahan pekarangan adalah
kubis dengan kubis, dengan luas lahan 1 hektar di non pekarangan akan
mengahsilkan R/C sebesar 4,5 dan dengan luas lahan 126,4 m2 akan
menghasilkan R/C sebesar 2,1.
65
4.4 Kontribusi Pendapatan Lahan Pekarangan
Kontribusi adalah besarnya sumbangan yang diberikan dari suatu kegiatan atau
pekerjaan terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi pendapatan petani dari usahatani
lahan pekarangan terhadap pendapatanpetani sayur, telah memberikan kontribusi
yang cukup membantu pendapatan rumah tangga petani. Mencermati harga-harga
kebutuhan konsumsi sehari-hari mahal di Desa Gisting Atas Kecamatan Gisting dan
harga beberapa komoditi sayuran meningkat, petani merasakan dapat menekan
pengeluaran konsumsi makanan sehari-hari, sehingga petani memanfaatkan lahan
pekarangan mereka untuk berusahatani.
Agar dapat mengetahui besarnya kontribusi rata-rata pendapatan petani dalam
menjalankan usahatani lahan pekarangan terhadap peningkatan pendapatan rumah
tangga, maka digunakan rumus menurut (Handayani, 2009) Sehingga didapat rata-
rata kontribusi pendapatan yang diberikan petani terhadap pendapatan rumah
tangga dalam menjalankan pemanfaatan lahan pekarangan adalah sebagai berikut :
QxP = x 100%
Qy
P= Kontribusi pendapatan tanaman sayuran pada lahan pekarangan (%)
Qx= Pendapatan dari penjualan sayuran pada lahan pekarangan (Rp/panen)
Qy= Pendapatan total sayuran pada lahan usahatani non pekarangan dan lahan
pekarangan (Rp/panen).
561.983P = x 100%
21.096.972
P = 2,7 %
66
Hasil penelitian menujukkan rata-rata kontribusi yang telah disumbangkan petani
lahan pekarangan terhadap pendapatan petani sayuradalah sebesar 2,7 %, dengan
rincian pendapatan lahan non pekarangan sebesar Rp.20.534.989, pendapatann
pekarangan sebesar Rp. 561.983 dan dengan pendapatan total sebesar Rp.
21.096.972, sehingga kontribusi yang didapatkan adalah sebesar 2,7%.Walaupun
kontribusinya tidak besar, namun kegiatan usahatani lahan pekarangan dirasakan
petani berperan cukup penting dalam menambah pendapatan rumah tangga dan
dapat mengurangi pengeluaran serta telah memberi manfaat baik secara ekonomi
maupun sosial.
Manfaat tidak tunai artinya hasil panen dari usahatani lahan pekarangan tidak
hanya berupa uang dan jika diuangkan akan sejumlah nominal yang diuraikan
diatas. Manfaat tidak tunai tersebut adalah hasil usahatani lahan pekarangan lebih
besar dimanfaatkan petani untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari rumah tangga
sehingga dapat menekan pengeluaran belanja. Rata-rata pendapatan yang
merupakanmanfaat tidak tunai artinya dari hasil panen usahatani, petani tidak lagi
membeli sayuran untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari untuk beberapa hari
kedepan dan pengeluaran yang seharusnya digunakan untuk belanja kebutuhan
dapat ditabung petani untuk keperluan lainnya seperti kebutuhan sekolah anak dan
belanja lainnya.
Manfaat lain dari adanya pemanfaatan lahan pekarangan ini adalah :
1. Untukmenanambah pendapatan petani yang bersifat positif di Desa Gisting
Atas dengan melakukan usahatani sayuran.
67
2. Menciptakan keterampilan baru dalam bercocok tanam bagi petani serta
dapat memperindah pekarangan rumah dan memenuhi gizi keluarga.
3. Berfungsi sebagai sumber ekonomi melainkan juga memberi sumbangan
sosial di masyarakat. Di masa lalu petani, jika hendak memenuhi
kebutuhan sandang dan alat-alat rumah tangga, menjual hasil panenan
pekarangan ke pasar.
4. Menjadi sarana sosialisasi dengan tetangga sekitar. Ketika petani
memanen hasil pekarangannya, mereka berbagi antar tetangga dan saling
bersilaturahmi bahkan tidak jarang petani saling bertukar informasi tentang
usahatani yang mereka lakukan.
68
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Rata-rata pendapatan yang diperoleh petani di lahan non pekarangan
adalah sebesar Rp. 20.534.989 dan di lahan pekarangan adalah sebesarRp.
561.983 jadi total pendapatan petani adalah sebesar Rp. 21.096.972
2. Kontribusi sayuran dari pemanfaatan lahan pekarangan terhadap
pendapatan petani sayuran adalah sebesar 2,7 %. Walaupun kontribusinya
tidak besar, namun kegiatan usahatani lahan pekarangan dirasakan petani
berperan cukup penting dalam menambah pendapatan rumah tangga dan
dapat mengurangi pengeluaran serta telah memberi manfaat baik secara
ekonomi maupun sosial.
5.2 Saran
1. Peran penyuluh untuk mengenalkan potensi lahan pekarangan kepada
masyarakat sebagai bentuk solusi untuk memenuhi gizi keluarga dan
menambah pendapatan rumah tangga.
2. Penyuluh berperan penting dalam memberikan pengetahuan yang diperlukan
masyarakat, seperti pengetahuan tentang budidaya dan pemasaran usahatani.
3. Memberikan pelatihan dalam bentuk bercocok tanam yang baik merupakan
solusi yang mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani
dalam berusahatani.
69
DAFTAR PUSTAKA
Agus, 2001.Memanfaatkan Lahan Pekarangan Sebagai Apotik Hidup. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anita, A. 2005.Pengaruh Ibu Rumah Tangga yang Bekerja di Luar Sektor Pertanian Terhadap Pendapatan Keluarga. Studi Kasus : Desa Purwosari Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang. Semarang : Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Pendidikan Ekonomi.
(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/indeks/assoc/HASHdaff.dir/doc.pdf,diakses pada tanggal 15 November 2014).
Anonim, 2009.Manfaatkan Pekarangan Rumah yang Sempit Menjadi Lahan Produktif.http://iconagry.com/2009/09/tekan-budaya-konsumtif-mulailah.html diakses 15 November 2014.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.
Ashari, dkk.2012. Potensi Dan Prospek Pemanfaatan Lahan Pekarangan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan.Artikel.Bogor.
Badan Pusat Statistik.Provonsi Lampung. 2013.
Balai Pekon Gisting Atas. 2014.
Dinas Pertanian Perikanan Dan Kehutanan. Kabupaten Tanggamus. 2013.
Ginting, M. 2010. Pekarangan Petani Dan Kemiskinan. Gadjah Mada University press.Yayasan Agroekonomika.
Guritno, 1992.Kamus Ekonomi (Bisnis & Perbankan).Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Handayani, M.2009. Kontribusi pendapatan ibu rumah tangga pembuat makanan olahan terhadap total pendapatan keluarga. Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.Volume V No. 1 Juli 2009.Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Univ.Udayana.
Hernanto. 1991. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
70
Hernanto. 1994. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mubiyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3 ES. Jakarta.
Noor, H.F. 2007.Ekonomi Manajerial.Rajawali Pers.Jakarta.
Nurmanaf, A. R. 2006. Peranan Sektor Luar Pertanian Terhadap Kesempatan Dan Pendapatan Di Pedesaan Berbasis Lahan Kering. Jurnal SOCA vol 8. no3. November 2008, hal 318-322.
Ranti, D. 2009. Peranan Program Pemberdayaan Pertanian Lembaga Amil Zakat (LAZ) Swadaya Ummah terhadap Peningkatan Pendapatan Petani di Kelurahan Kulim Kecamatan Tanayan Raya Kota Pekanbaru. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UNRI. Pekanbaru.
Riah. 2005. Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rohaidah, I. 2014. Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga. Karya Tulis Ilmiah. Jurusan Agribisnis Universitas Siliwangi.Tasikmalaya.
Roza, Y.2012. Kontribusi Usahatani Lahan Pekarangan Terhadap Ekonomi Rumah Tangga Petani Di Kecamatan Kerinci Kabupaten Pelalawan.Volume 3,
Nomor 2, Desember 2012.Riau.
Rusli. 1983. Perkembangan pertanian. Bali pustaka. Yogyakarta.
Sapril,M.2012“Kontribusi Penerimaan Penjualan Limbah Kotoran Ternak Unggas Terhadap Penerimaan Total Peternak Ayam Petelur di Kec.Kulo Kab Sidrap.Skripsi. Universitas Muhamadiyah. Makasar.
Setiono. 2011. Intensifikasi lahan pekarangan. http://setiono774.com/2011/01/intensifikasi-lahan-pekarangan.html.
Soeharjo, Dan Patong. 1973. Sendi-Sendi pokok Usahatani. Depertemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ilmu Pertanian Bogor. Bogor.
Soekartawi.1991. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. PT. Raja. Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 1986. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. PT. Raja. Grafindo Persada. Jakarta.
Sopiah, P. 2006. Menghijaukan Pekarangan Dengan Tanaman yang Bermanfaat PT Sinergi Pustaka. Jakarta.
Silvia, M. 2014. Pengertian Pertanian Hortikultura.
71
http://hutantani.com/2014/ pengertian pertanian hortikultura, diakses pada tanggal 15 Februari 2015.
Sumarwan. 2005. Ilmu Usaha Tani. Kanisius.Yogyakarta.
Sutarya. 2012. Perakitan Teknologi, Pengelolaan Tanamana Terpadu, Teknologi Produksi Dan Penggunaaan Benih Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
www.balitsa.litbang.deptan.go.id.
Sutriadi.2003. Pengaruh Pemupukan Nitrogendi Atas Dosis Rekomendasiterhadap Produksi Tananaman Sayurandan Pendapatan Petanidi Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wownosobo. Penelitian Badan Litbang Pertanian. Cimanggu Bogor.
Tim penulis. 2008. Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta
Vincent, Yamaguchi, M. 1999.Sayuran Dunia 3. Institut Tekhnologi Bandung. Bandung.
Lampiran 1.Kuisionerresponden
KUISIONER POTENSI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI SAYURAN DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS.
1. IDENTITAS RESPONDEN
Namaresponden : ..............................................................................Umur : ..............................................................................Alamat : ..............................................................................Jeniskelaminresponden :...............................................................................Luastanahusahatani : ..............................................................................Status kepemilikanlahan : ..............................................................................Jenistanaman yang di tanam:Lama berusahatani ...............: ..............................................................................
2. DATA BIAYA USAHA TANI (TENAGA KERJA)
No JenisKegiatanTenagaKerja HOK
BiayaDK LKO H J K Hok
L P L P1 Pengolahanlah
an2 Penanaman3 -Pemupukan I
-Pemupukan II4 Penyiangan5 Penyemprotan6 Panen7 Pascapanen
Keterangan :
HOK : Hari Orang Kerja O : OrangDk : DalamKeluarga H : HariLk : LuarKeluarga J : JamL : Laki-Laki K : KonversiP : Perempuan
3. DATA BIAYA PRODUKSI
No UraianKebutuhan Jumlah Harga (Rp) Jumlah(Rp)1 Benih2 BiayaPupuk
-Npk-Urea---
3 BiayaAlat Usaha-Cangkul-Sabit-Golok-Handspreyer-Karung---
4 BiayaObat/ Pestisida1. Herbisida---2. Fungisida---3. Insektisida---
5 BiayaTransportasi
4. DATA PENDAPATAN USAHA TANI
No Uraian Jumlah / Satuan Nilai Rupiah1 Produksisayuran2 Harga4 Penerimaanpetani5 Total biaya6 Pendapatanpetani
Lampiran 2. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Sayuran di Tanggamus
No Kecamatan Komoditas LuasPanen(Ha) Produksi(ton)
Produktivitas(ton/ha)
6
Talang padang
Kubis - - -Sawi - - -Terung 8 44 5,5Buncis 8 81 10,1
7 Wonosobo
Kubis - - -Sawi 2 14 7Terung 11 57 5,1Buncis 9 65 7,2
8
Pulau panggung
Kubis - - -Sawi 31 211 6,8Terung 28 140 5Buncis 75 563 7,5
9 Cukuh balak
Kubis - - -Sawi - - -Terung 22 79 3,5Buncis 33 248 7,5
10 Pugung
Kubis - - -Sawi - - -Terung 7 25 3,5Buncis - - -
11 Pematang sawa
Kubis - - -Sawi - - -Terung 36 144 4Buncis 6 42 7
12 Semaka
Kubis 30 375 12,5Sawi - - -Terung 101 515 5,0Buncis 85 638 7,5
13 Limau
Kubis - - -Sawi - - -Terung 5 18 3,6Buncis 1 8 8
14 Kelumbayan
Kubis - - -Sawi - - -Terung 18 64 4Buncis - - -
15Kota agung
timur
Kubis 11 138 12,5Sawi - - -Terung 16 49 3,0Buncis 38 383 10,0
16Kota agung
barat
Kubis - - -Sawi - - -Terung 6 18 3Buncis - - -
17 Air naningan
Kubis 5 63 12,6Sawi - - -Terung 3 15 5Buncis - - -
18 Bulok
Kubis - - -Sawi - - -Terung 151 544 3,6Buncis 1 10 10
19Bandar negri
semuong
Kubis 3 38 12,6Sawi - - -Terung 27 132 4,8Buncis - - -
20Kelumbayan
barat
Kubis - - -Sawi - - -Terung - - -Buncis - - -
57
Tabel 17. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C per usahatani (0,58 ha )pada lahan non pekarangan di Desa Gisting Atas , 2015
Uraian Buncis Kubis Sawi Terung
FisikHarga(Rp)
Nilai(Rp)
fisikHarga (Rp)
Nilai (Rp)
FisikHarga (Rp)
Nilai (Rp)
FisikHarga(Rp)
Nilai (Rp)
Penerimaan 1.238 kg 4.500 5.571.000 11.900 kg 2.000 23.800.000 1.250 kg 3.250 4.062.500 350 kg 3.500 1.225.000
Biaya produksi1.Biaya tunaiBenih 6,2 bks 54.000 334.800 9,2 bks 61.000 561.200 4 bks 15.000 60.000 2 bks 35.000 70.000
0
Pupuk npk 132
kg2.500 282.500 163 kg 2.500 407.500 88 kg 2.500 220.000 50 kg 2.500 125.000
Pupuk urea 300 kg 2.000 600.000 163kg 2.000 326.000 75 kg 2.000 150.000 0 0 0Pupuk kandang 500 kg 200 100.000 650 kg 200 130.000 1000 kg 200 200.000 500 kg 200 100.000Ajir/ bambu 375.000 0 0 0Obat-obatan 448.000 579.500 140.500 70.000Tk. Luar keluarga 1.308.333 1.216.042 0 262.500Total biaya tunai 3.448.633 3.220.242 770.500 627.500
ll. Biaya diperhitungkanPenyusutan Alat 95.200 98.900 107.500 88.000TK. dalam keluarga 1.337.500 1.966.786 1.600.000 725.000Total biaya diperhitungkan 1.432.700 2.065.686 1.707.500 813.000
Total Biaya 4.881.333 5.285.928 2.478.000 1.440.500
Pendapatan1.pendapatan tunai 2.122.367 20.579.758 3.292.000 597.500ll. Pendapatan total 689.667 18.514.072 1.584.500 -215.500R/C atas biaya tunai 1,6 7,3 5,2 1,9R/C atas biaya total 1,1 4,5 1,6 0,8
57
Lanjutan tabel 17
Uraian Rampai k.pnjangPenerimaan Fisik Harga(Rp) Nilai(Rp) Fisik harga (Rp) nilai Rp)
185 kg 7.250 1.341.250 1.500 ikat 700 1.050.000
Biaya produksi1.Biaya tunai
Benih 1,5 bks 30.000 45.000 3 bks 15.000 45.0000
Pupuk npk 88 kg 2.000 176.000 50 kg 2.500 125.000Pupuk urea 100 kg 2.000 200.000 1.500 kg 0 0Pupuk kandang 60 kg 200 12.000 0 0Ajir/ bambu 0 700 100.000Obat-obatan 75.000 75.000Tk. Luar keluarga 350.000 0Total biaya tunai 858.000 345.000
ll. Biaya diperhitungkanPenyusutan Alat 72.000 79.000TK. dalam keluarga 750.000 325.000Total biaya diperhitungkan 822.000 404.000
Total Biaya 1.680.000 749.000
Pendapatan1.pendapatan atas biaya tunai 483.250 705.000ll. Pendapatan atas biaya total -338.750 301.000R/C atas biaya tunai 1,5 3,0R/C atas biaya total 0,7 1,4
Sumber : data primer ( data olahan 2015)
57
Tabel 18. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C per usahatani (105,33 m2) pada lahan pekarangan di Desa Gisting Atas , 2015
Uraian Buncis Kubis Sawi TerungFisik Harga
(Rp)Nilai(Rp)
Fisik Harga (Rp)
Nilai (Rp) Fisik Harga (Rp)
Nilai (Rp) Fisik Harga (Rp)
Nilai (Rp)
Penerimaan 90 kg 4.625 416.250 400 kg 2.000 800.000 450 kg 1.393 626.850 100 kg 1.625 162.500
Biaya produksi1.Biaya tunaiBenih 1,5 bks 15.000 22.500 0,675 bks 60.000 40.500 1,5 bks 15.000 22.500 0,325 bks 35.000 11.375
Pupuk npk 9 kg 3.500 31.500 5 kg 3.500 17.500 5 kg 3.500 17.500 4 kg 3.500 14.000Pupuk urea 7 kg 2.000 14.000 4 kg 2.000 8.000 4 kg 2.000 8.000 4 kg 2.000 8.000Pupuk kandang 61,25 kg 200 12.250 0,6 kg 200 14.800 88 kg 200 17.600 68,3 kg 200 13.660Ajir/ bambu 3 batang 16.250 48.750 0 0 0Obat-obatan 21.750 32.250 23.125 22.395Tk. Luar keluarga - - - -Total biaya tunai 150.750 113.050 88.725 69.430
ll. Biaya diperhitungkanPenyusutan Alat 76.250 68.400 64.800 78.000TK. dalam keluarga 193.750 185.625 203.274 151.563Total biaya diperhitungkan 270.000 254.025 268.074 229.563
Total Biaya 420.750 367.075 356.799 298.993
Pendapatan1.Pendapatan atas biaya tunai 265.500 686.950 538.125 93.070ll. Pendapatan atas biaya total -4.500 432.925 270.051 -136.493R/C atas biaya tunai 2,7 7,0 7,0 2,3R/C atas biaya total 0,9 2,1 1,7 0,5
Sumber : data primer ( data olahan 2015)
57
Tabel 19. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C pada lahan non pekarangan dengan luas lahan per hektar di Desa Gisting Atas , 2015
Uraian Buncis Kubis Sawi Terung
FisikHarga(Rp)
Nilai(Rp)
fisikHarga (Rp)
Nilai (Rp)
FisikHarga (Rp)
Nilai(Rp)
FisikHarga(Rp)
Nilai(Rp)
Penerimaan 2.063 kg 4.500 9.285.000 15.658 kg 2.000 31.315.789 3.333 kg 3.250 10.833.333 1.400 kg 3.500 4.900.000
Biaya produksiI. Biaya tunaiBenih 10 bks 54.000 558.000 12 bks 61.000 738.421 11 bks 15.000 160.000 8 bks 35.000 280.000
Pupuk npk 188 kg 2.500 470.833 214 kg 2.500 536.184 235 kg 2.500 586.667 200 kg 2.500 500.000Pupuk urea 500 kg 2.000 1.000.000 214 kg 2.000 428.947 200 kg 2.000 400.000Pupuk kandang 833 kg 200 166.667 855 kg 200 171.053 2.667 kg 200 533.333 2.000 kg 200 400.000Ajir/ bambu 625.000Obat-obatan 746.667 762.500 374.667 280.000Tk. Luar keluarga 2.180.555 1.600.055 1.050.000Total biaya tunai 5.747.722 4.237.161 2.054.667 2.510.000
ll. Biaya diperhitungkanPenyusutan Alat 158.667 130.132 286.667 352.000TK. dalam keluarga 2.229.167 2.587.876 4.266.667 2.900.000Total biaya diperhitungkan 2.387.833 2.718.008 4.553.333 3.252.000
Total Biaya 8.135.555 6.955.168 6.608.000 5.762.000
Pendapatan1.pendapatan tunai 3.537.278 27.078.629 8.778.667 2.390.000ll. Pendapatan total 1.149.445 24.360.621 4.225.333 -862.000R/C atas biaya tunai 1,6 7,3 5,2 1,9R/C atas biaya total 1,1 4,5 1,6 0,8
58
57
Lanjutan tabel 19
Uraian Rampai k.pnjangFisik Harga(Rp) Nilai(Rp) Fisik harga (Rp) nilai Rp)
Penerimaan 370 kg 7.250 2.682.500 12.000 ikat 700 8.400.000
Biaya produksi1.Biaya tunai
Benih 3 bks 30.000 90.000 24 kg 15.000 360.000
Pupuk npk 176 kg 2.000 352.000 400 kg 2.500 1.000.000Pupuk urea 200 kg 2.000 400.000Pupuk kandang 120 kg 200 24.000Ajir/ bambu 800.000Obat-obatan 150.000 600.000Tk. Luar keluarga 700.000Total biaya tunai 1.716.000 2.760.000
ll. Biaya diperhitungkanPenyusutan Alat 144.000 632.000TK. dalam keluarga 1.500.000 2.600.000Total biaya diperhitungkan 1.644.000 3.232.000
Total Biaya 3.360.000 5.992.000
Pendapatan1.pendapatan atas biaya tunai 966.500 5.640.000ll. Pendapatan atas biaya total -677.500 240.8000R/C atas biaya tunai 1,5 3R/C atas biaya total 0,7 1,4
Sumber : data primer ( data olahan 2015)
57
Lampiran 13 . Pendapatan Pada Lahan Non Pekarangan dengan memperhitungkan Tenaga Kerja Luar Keluarga.
1 Miran Buncis 0,25 150.000 238.000 675.000 1.063.000 850 5.000 4.250.000 3.187.000 4,00
2 Giman Kubis 1 700.000 112.000 2.205.000 3.017.000 15.000 2.000 30.000.000 26.983.000 9,94
3 Mujiati Sawi 0,5 - 132.000 663.000 795.000 2.000 3.000 6.000.000 5.205.000 7,55
4 Katiman Kubis 1 500.000 126.000 2.075.000 2.701.000 16.000 2.000 32.000.000 29.299.000 11,85
5 Heri Kubis 0,5 1.075.000 72.000 1.100.000 2.247.000 8.000 2.000 16.000.000 13.753.000 7,12
6 Sadirun Kubis 0,25 262.500 100.000 637.500 1.000.000 4.500 2.000 9.000.000 8.000.000 9,00
7 Gunari Terung 0,25 262.500 88.000 365.000 715.500 350 3.500 1.225.000 509.500 1,71
8 Paijan Kubis 0,5 50.000 110.000 1.100.000 1.260.000 7.500 2.000 15.000.000 13.740.000 11,90
9 Sumardi Rampai 0,5 350.000 79.000 585.000 1.014.000 250 6.500 1.625.000 611.000 1,60
10 Sukir K.panjang 0,125 - 179.000 245.000 424.000 1.500 700 1.050.000 626.000 2,48
11 Gimin Buncis 1 25.000 535.000 1.990.000 2.550.000 2.600 5.000 13.000.000 10.450.000 5,10
12 Saiful Bahri Rampai 0,25 - 65.000 304.500 369.500 120 8.000 960.000 590.500 2,60
13 Darno Buncis 0,5 - 388.000 602.500 990.500 850 3.000 2.550.000 1.559.500 2,57
14 Sugiman Buncis 1 1.900.000 720.000 1.930.000 4.550.000 2.500 5.000 12.500.000 7.950.000 2,75
15 Jaimun Kubis 1 100.000 142.000 2.450.000 2.692.000 16.000 2.000 32.000.000 29.308.000 11,89
16 Ahmad Supardi Buncis 0,25 400.000 245.000 582.500 1.227.500 750 5.000 3.750.000 2.522.500 3,05
17 Juriah Sawi 0,25 - 83.000 457.500 540.500 500 3.500 1.750.000 1.209.500 3,24
18 Heri Kurniawan Kubis 0,125 175.000 84.000 705.000 964.000 2.500 2.000 5.000.000 4.036.000 5,19
19 Warto Kubis 1 287.500 122.000 2.430.000 2.839.500 17.000 2.000 34.000.000 31.160.500 11,97
20 Daslan Kubis 1 650.000 110.000 2.445.000 3.205.000 16.000 2.000 32.000.000 28.795.000 9,98
21 Budiman Kubis 1 750.000 110.000 2.490.000 3.350.000 16.500 2.000 33.000.000 29.650.000 9,85
12,25 7.637.500 3.840.000 26.037.500 37.515.000 131.270 68.200 286.660.000 249.145.000 135,35
0,58 363.690 182.857 1.239.881 1.786.429 6.251 3.248 13.650.476 11.864.048 6,45 Rata-rata
R/C Biaya produksi Total biaya Produksi Harga Penerimaan Pendapatan 2No Nama Sayuran Luas lahan Biaya tenaga kerja Biaya alat
Jumlah
Lampiran 25. kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan
pendapatan pendapatan total kontribusi 1 pendapatan pendapatan total kontribusi 2
Non P P pendapatan % Non P P pendapatan %
1 Miran Buncis 80 2.487.000 5.500 2.492.500 0,2 3.187.000 300.000 3.487.000 8,6
2 Giman Kubis 120 23.583.000 400.750 23.983.750 1,7 26.983.000 800.000 27.783.000 2,9
3 Mujiati Sawi 300 2.730.000 (1.750) 2.728.250 (0,1) 5.205.000 750.000 5.955.000 12,6
4 Katiman Kubis 72 27.786.500 228.750 28.015.250 0,8 29.299.000 500.000 29.799.000 1,7
5 Heri Kubis 300 13.053.000 1.208.000 14.261.000 8,5 13.753.000 1.700.000 15.453.000 11,0
6 Sadirun Sawi 100 6.887.500 129.500 7.017.000 1,8 8.000.000 562.500 8.562.500 6,6
7 Gunari Terung 80 (215.500) (118.250) (333.750) 35,4 509.500 135.000 644.500 20,9
8 Paijan Terung 60 12.665.000 (93.500) 12.571.500 (0,7) 13.740.000 140.000 13.880.000 1,0
9 Sumardi Sawi 100 (351.500) 415.500 64.000 649,2 611.000 720.000 1.331.000 54,1
10 Sukir Terung 120 301.000 (190.500) 110.500 (172,4) 626.000 195.000 821.000 23,8
11 Gimin Buncis 300 8.575.000 270.750 8.845.750 3,1 10.450.000 1.100.000 11.550.000 9,5
12 Saiful Bahri Sawi 72 53.000 242.500 295.500 82,1 590.500 495.000 1.085.500 45,6
13 Darno Buncis 40 622.000 (101.250) 520.750 (19,4) 1.559.500 160.000 1.719.500 9,3
14 Sugiman Buncis 40 6.050.000 (72.000) 5.978.000 (1,2) 7.950.000 180.000 8.130.000 2,2
15 Jaimun Kubis 40 25.858.000 58.000 25.916.000 0,2 29.308.000 300.000 29.608.000 1,0
16 Ahmad Supardi Sawi 32 1.247.500 (26.500) 1.221.000 (2,2) 2.522.500 140.000 2.662.500 5,3
17 Juriah Sawi 40 484.500 (100.000) 384.500 (26,0) 1.209.500 150.000 1.359.500 11,0
18 Heri Kurniawan Sawi 80 2.873.500 597.500 3.471.000 17,2 4.036.000 900.000 4.936.000 18,2
19 Warto Terung 100 29.535.500 (151.750) 29.383.750 (0,5) 31.160.500 165.000 31.325.500 0,5
20 Daslan Kubis 100 27.445.000 328.750 27.773.750 1,2 28.795.000 700.000 29.495.000 2,4
21 Budiman Terung 36 28.300.000 (138.875) 28.161.125 (0,5) 29.650.000 110.000 29.760.000 0,4
2212 239.395.000 2.891.125 222.861.125 578,4 249.145.000 10.202.500 259.347.500 248,6
105,33 11.399.762 262.830 10.612.435 27,5 11.864.048 485.833 12.349.881 11,8
Ket :
Non P = Non pekarangan
P = Pekarangan
kontribusi 1 = Memperhitungkan tenaga kerja dari dalam keluarga
kontibusi 2 = Tidak memperhitungkan tenaga kerja dari dalam keluarga
Rata-rata
No Nama Sayuran Luas lahan
Jumlah