potensi buah pare sbg antibakteri

33
POTENSI BUAH PARE ( MOMORDICA CHARANTIA L) SEBAGAI ANTIBAKTERI SALMONELLA TYPHIMURIUM Mei 26, 2009, 9:47 am Filed under: Uncategorized POTENSI BUAH PARE ( Momordica charantia L) SEBAGAI ANTIBAKTERISalmonella Typhimurium Oleh : I Wayan Adiputra Gunawan Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar I. PENDAHULUAN Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhusatau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Bila musim sedang berganti di Indonesia, terutama di kota-kota besar, sering ditemukan penyakit tifus yang merupakan penyakit usus halus. Di Indonesia, diperkirakan antara 800 – 100.000 orang terkena tifus

Upload: latifa-el-chasany

Post on 09-Aug-2015

94 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pemanfaatan buah bare sebagai antibakteri

TRANSCRIPT

Page 1: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

POTENSI BUAH PARE ( MOMORDICA CHARANTIA L) SEBAGAI ANTIBAKTERI

SALMONELLA TYPHIMURIUM

Mei 26, 2009, 9:47 am 

Filed under: Uncategorized

POTENSI BUAH PARE ( Momordica charantia L) SEBAGAI ANTIBAKTERISalmonella

Typhimurium

Oleh :

I Wayan Adiputra Gunawan

Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mahasaraswati Denpasar

I. PENDAHULUAN

Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga

disebut typhusatau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella typhi terutama menyerang

bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di

masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Bila musim

sedang berganti di Indonesia, terutama di kota-kota besar, sering ditemukan penyakit tifus yang

merupakan penyakit usus halus. Di Indonesia, diperkirakan antara 800 – 100.000 orang terkena

tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan

konon anak perempuan lebih sering terserang. Yang jelas, meski tifus bisa menyerang anak di

atas umur 1 tahun, korban paling banyak adalah anak usia 5 tahun.

Kuman tifus terutama dibawa oleh air dan makanan yang tercemar, karena sumber air

minum di Jakarta, umpamanya, kurang memenuhi syarat. Sayuran dapat saja dicuci dengan air

kali yang juga dipakai untuk penampungan limbah. Kakus pun berakhir di got atau kali. Padahal

Page 2: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

kuman tifus berasal dari kotoran manusia yang sedang sakit tifus. Karena kota-kota besar

merupakan kakus terbuka raksasa, maka kuman tifus pun berada dalam banyak minuman dan

makanan yang lolos oleh proses memasak. Keadaan itu menyebabkan kenyataan : mungkin tidak

ada orang di kota-kota besar yang tidak pernah menelan kuman tifus. Bila hanya sedikit kuman

yan terminum, biasanya orang tidak terkena tifus. Namun, kuman yang sedikit demi sedikit

masuk ke tubuh menimbulkan suatu reaksi imun yang dapat dipantau dari darah, dikenal dengan

reaksi Widal yang positif.

Salah satu bakteri penyebab tifus adalah Salmonella typhimurium. Infeksi oleh bakteri ini terjadi

dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses yang mengandung bakteri Salmonella

typhimurium dari organisme pembawa (hosts). Setelah masuk dalam saluran pencernaan maka

bakteri ini akan menyerang dinding usus yang menyebabkan kerusakan dan peradangan. Infeksi

dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat menembus dinding usus ke

organ-organ lain seperti hati, paru-paru, limpa, tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat

menembusnya sehingga menyerang fetus pada wanita hamil, dan juga membrane yang

menyelubungi otak. Substansi racun yang diproduksi dan dilepaskan oleh bakteri ini dapat

mempengaruhi keseimbangan tubuh. Pada seseorang yang terinfeksi oleh Salmonella

typhimuriumpada fesesnya terdapat kumpulan Salmonella typhimurium yang bisa bertahan

sampai berminggu-mnggu atau berbulan-bulan.

Bila demam tifoid masih terbilang ringan, istilahnya gejala tifus atau paratifus,dokter

akan menyarankan banyak istirahat, banyak minum, dan obat antibiotik yang diberikan harus

dihabiskan. Perawatan dan pengobatan bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek

perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh

kembali. Sebab, meski masih tahap ringan, kuman terus menyebar dan berkembang-biak dengan

cepat. Sayangnya, diagnosa demam tifoid pada anak-anak cukup sulit dilakukan. Pada sejumlah

anak, mereka tak mengeluh mual, pusing, atau suhu tubuhnya tinggi. Anak hanya bisa menangis

atau rewel. Pemeriksaan laboratorium pun kerap sulit dilakukan karena anak umumnya meronta

jika harus diambil darahnya. Untuk tifus yang sudah berat, penderita diharuskan menjalani

perawatan di rumah sakit. Biasanya selama 5-7 hari harus terus berbaring.Setelah melewati hari-

hari itu, proses penyembuhan akan dilanjutkan dengan memobilisasi bertahap.

Page 3: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types

bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya

komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan

dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk

mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun,

kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan. Selain obat-obatan yang diberikan untuk

mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak

dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 10 hari

dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat.

Namun beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-

sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam

berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.

Penelitian tentang efek spasmolitik telah dilakukan oleh Morales et al (1994), tentang

penghambatan ileum pada marmut oleh Lozoya et al (1994). Penelitian ini menunjukkan bahwa

daun jambu biji terbukti sebagai antibakteri Salmonella typhimurium. Hal ini karena pada daun

jambu biji mengandung senyawa-senyawa antara lain : tannin, minyak atsiri, flavanoid, ursolic,

oleanolic, karoten, yang dapat berfungsi sebagai senyawa antibakteri (Supandiman, 1997;

Sujatno, 1997). Tanaman pare (Momordica Charantia L) merupakan salah satu tanaman yang

juga senyawa-senyawa seperti tannin, minyak atsiri, flavanoid, ursolic, oleanolic, karoten,

alkaloid yang cukup banyak pada buahnya. Berdasarkan hal tersebut maka buah pare memiliki

potensi yang cukup besar untuk digunakan sebagai antibakteri Salmonella typhimurium.

Penggunaan pare sebagai antibakteri Salmonella typhimuriumdimaksudkan untuk mendapatkan

alternatif antibakteri Salmonella typhimurium dari tumbuh-tumbuhan serta obat penyakit tifus

yang bersifat alami.

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1  Pare (Momordica Charantia L)

Tanaman pare (Momordica charantia L) termasuk dalam tumbuhan C4 karena mempunyai

anatomi daun yang unik berkaitan dengan mekanisme fotosintesis tanaman C4. Dalam tumbuhan

Page 4: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

C4 terdapat dua jenis sel fotosintetik yang jelas berbeda yaitu sel seludang berkas pembuluh dan

sel mesofil. Dinamakan demikian karena tumbuhan itu mendahului siklus Calvin dengan fiksasi

karbon cara lain yang membentuk senyawa berkarbon 4 sebagai produk pertamanya. Adapun

klasifikasi dari tanaman pare adalah sebagai berikut :

Division : Magnoliophyta

Klas : Magnoliopsida

Ordo : Cucurbitales

Familia : Cucurbitaceae

Genus : Momordica

Spesies : Momordica charantia L

Tanaman pare (Momordica charantia L) berasal dari kawasan Asia Tropis, namun belum

dipastikan sejak kapan tanaman ini masuk ke wilayah Indonesia. Saat ini tanaman pare sudah

dibudidayakan di berbagai daerah di wilayah Nusantara. Umumnya, pembudidayaan dilakukan

sebagai usaha sampingan. Pare ditanam di lahan pekarangan, atau tegalan, atau di sawah bekas

padi sebagai penyelang pada musim kemarau. Tanaman pare (paria) adalah tanaman herba

berumur satu tahun atau lebih yang tumbuh menjalar dan merambat. Tanaman yang merupakan

sayuran buah ini mempunyai daun yang berbentuk menjari dengan bunga yang berwarna kuning.

Permukaan buahnya berbintil-bintil dan rasa buahnya pahit. Tanaman pare ini sangat mudah

dibudidayakan, karena cara penanamanya relative mudah serta tumbuhnya tidak tergantung pada

musim.

Pare memiliki nama yang beragam disetiap daerah diantaranya Prien (Gayo) Paria (Batak Toba)

Foria (Nias) Peria (Melayu) Kambeh (Minangkabau) Papare (Jakarta) Paria (Sunda) Pare (Jawa

Tengah} Pepareh (Madura) Paya Truwok (Sasak) Paria (Bima) Pania (Timor) Popari (Menado)

Beleng gede(Gorontalo) paria (Makasar) Paria {Bugis}Papariane (Seram) Papari (Buru) Papare

(Halmahera) Kepare {Ternate}.

Page 5: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

Buah bulat memanjang berbentuk spul cylindris, permukaan buahnya bintil-bintil tidak

beraturan dengan panjang 8-30 cm.Warna buah hijau dan jika sudah masak jika dipecah akan

berwarna orange dengan 3 katup. Simplisia terdiri dari irisan melintang buah membentuk cincin

atau gelang dengan tepi tidak rata dan tidak beraturan, diameter 1,5 cm sampai 5 cm, tebal 3mm

sampai 5mm warna coklat kekuningan, bagian luar warnanya lebih tua dibanding bagian

dalam. Pada penampang melintang tampak daging buah terdiri dari eksokarpium, mesokarpium,

dan endokarpium. Pada eksokarpium terdiri dari satu lapis sel epidermis berbentuk segi empat.

Pada epidermis terdapat kutikula dah rambut kelenjar terdiri dari 2 sel tangkai dan 3 sel kepala.

Di bawah epidermis terdapat lapisan kolenkim terdiri dari sel berbentuk poligonal atau bundar

dengan ukuran lebih besar dari sel epidermis. Bagian ini mangandung kloroplassehingga

berwarna hijau. Bagian mesokarpium terdiri dari sel parenkim bentuk poligonal dan makin ke

dalam ukurannya semakin besar, mengandung kristal kalsium oksalat bentuk prisma dan

resin.Bagian endokarpium terdiri dari sel parenkim panjang-panjang , serabut dan berkas

pembuluh. Pada bagian dalam endokarpium terdapat jaringan yang berasal dari daun buah terdiri

dari sel bentuk bindar , berdinding tebal dengan ruang sel berbentuk segitiga. Pada sayatan

paradermal nampak epidermis berbentuk poligonal hampir bundar dan sel yang mengandung

resin. Buah pare mengandung Albiminoid, karbohidrat, zat warna. karantin, hydroxytryptamine,

vitamin A, B dan C. Per 100 gr bagian buah yang dapat dimakan mengandung 29 kal kalori; 1,1

gr protein; 0,3 gr lemak; 6,6 gr karbohidrat; 45 mg kalsium; 64 mg fosfor; 1,4 mg besi; 180 s.l.

nilai vit A; 0,08 mg vit B1; 52 mg vit C dan 91,2 gr air.  Selain itu juga mengandung senyawa-

senyawa seperti : saponin, alkanoid, triterpenoid, dan asam momordial.

2.2 Bakteri Salmonella

Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat

yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit foodborne. Spesies-spesiesSalmonella dapat

bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonelladinamai dari Daniel Edward

Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal

akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh

babi.

Page 6: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

Gambar 2.1 Gambar Salmonella

Berikut arah klasifikasi dari genus Salmonella. Pada genus ini mengalami pergantian klasifikasi

yang sangat signifikan seiring dengan berkembangnya waktu-berhubungan dengan sinonim

nama spesies diatas. Landasan klasifikasi genus Salmonella didapat dari adanya suatu perbedaan

dalam proses fermentasi karbohidrat danproduksigas.

Tabel 2.1 Perbedaan fermentasi karbohidrat pada beberapa genus Salmonella

No

.

Spesies Xylose Arabinosa Trehalos

a

Inositol Maltosa Produksi

H2S

1 Salmonella

paratyphi

- AG AG - AG -

2 Salmonella

schottmuelleri

AG AG AG AG AG +

3 Sal. typhosa V V A - A +

4 Salmonella

typhimurium

AG AG AG AG AG +

5 Salmonella

abortivoequina

AG AG - - AG V

6 Salmonella AG - - - AG V

Page 7: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

choleraesuis

7 Salmonella

enteritidis

AG AG AG - AG +

8 Salmonellapullorum AG AG AG - V +

9 Salmonella

gallinarum

A A A - A V

Keterangan: A= Acid G= gas -=negative +=positive V=Variable (Merchan, I.A, 1963).

Ada satu pengecualian yaitu Samonella. schottmuelleri dengan Samonella. typhimurium terdapat

persamaan karakter variasi metabolit. Untuk hal ini, harus diingat bahwa untuk

mengklasifikasikan bakteri tidak mutlak hanya digunakan klasifikasi berdasarkankarakter variasi

metabolit tetapi dasar klasifikasi lain yang dapat digunakan jika terdapat pengecualian adalah

pada keberadaan variasi struktur antigenik atau pada tes serologi.

Page 8: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

2.3 Salmonella typhimurium

Seperti mikrooeganisme lain Salmonella typhimurium memiliki nama-nama terdahulu yakni

antara lain Bacillus typhimurium, Bacterium aetrycke, Salmonella pestis caviae, dan Salmonella

psittacosis. Adapun klasifikasi dari Salmonella typhimurium adalah sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genu : Salmonella

Spesies : Salmonella typhimurium

Bentuk tubuh dari Salmonella typhimurium adalah batang lurus pendek dengan panjang 1-1,5

miktrometer. Tidak membentuk spora, bersifat gram negatif. Biasanya bergerak motil dengan

menggunakan peritrichous flagella, dan kadang menjadi bentuk nonmotilnya. Biasanya

memproduksi asam dan gas dari glukosa, maltosa, mannitol, dan sorbitol, tetapi tidak

memfermentasi laktosa, sukrosa, atau salicin, tidak membentuk indol, susu koagulat, atau gelatin

cair. Bakteri dapat mempengaruhi sel-sel lymphoid dalam usus, dan limpa yang sering diinfeksi

ketika bakteri ini masuk kedalam aliran darah. Penyebaran bakteri ini secara geografis terjadi

pada wilayah yang luas dan dapat menginfeksi semua spesies vertebrata berdarah panas.

2.4 Penyebaran dan Siklus Hidup Salmonella typhimurium

Penyebaran, secara geografis sangat luas dan dapat di setiap hewan, dalam

kenyataannya Salmonella typhimurium dapat menginfeksi semua spesies vertebrata berdarah

panas. Penyebarannya sepanjang tahun bisa terjadi.

Page 9: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

1. Sumber infeksi: berupa makanan dan minuman yang telah terkontaminasi dan

dikonsumsi oleh manusia.

a. Air; kontaminasi dengan tinja sering mengakibatkan epidemi yang eksplosif.

b. Susu dan hasil susu lainnya; kontaminasi dengan tinja atau karena proses

Pasteurisasi yang tidak cukup, atau pengepakan tidak tepat.

c. Kerang-kerang-an, melalui air yang terkontaminasi. Telur yang dibuat bubuk atau

dibekukan; dari unggas yang telah terinfeksi.

d. Daging dan hasil daging lainnya; daging telah terkontaminasi.

e. Zat warna binatang (misalnya karmin); dipakai dalam obat, makanan, dan

kosmetika.

f. Binatang piaraan; anjing, kucing, kura-kura, dll.

1. Asal kontaminasi; berasal dari tinja dan pembawa kuman Samonella. typhimurium.

2. Carrier kuman; berasal dari seseorang yang tetap ditinggali oleh kuman pada saluran

empedu, Bandung empedu, Madang-kadang dalam usus atau saluran air kemih.

Adapun Siklus hidup Samonella. Typhimuriu adalah sebagai berikut :

1. Infeksi terjadi dari memakan makanan yang tercontaminasi dengan feses yang terdapat

bakteri Sal. typhimurium dari organisme pembawa (hosts).

1. Setelah masuk dalam saluran pencernaan maka Sal. typhimurium menyerang dinding

usus yang menyebabkan kerusakan dan peradangan.

1. Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat menembus

dinding usus tadi ke organ-organ lain seperti hati, paru-paru, limpa, tulang-tulang sendi,

plasenta dan dapat menembusnya sehingga menyerang fetus pada wanita atau hewan

betina yang hamil, dan ke membran yang menyelubungi otak.

Page 10: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

2. Subtansi racun diproduksi oleh bakteri ini dan dapat dilepaskan dan mempengaruhi

keseimbangan tubuh.

1. Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi Sal. typhimurium, pada fesesnya terdapat

kumpulan Sal. typhimurium yang bisa bertahan sampai berminggu-minggu atau

berbulan-bulan.

1. Bakteri ini tahan terhadap range yang lebar dari temperature sehingga dapat bertahan

hidup berbulan-bulan dalam tanah atau air.

Ada catatan menarik bahwa, makanan yang mengandung Salmonella belum tentu menyebabkan

infeksi Salmonella, tergantung dari jenis bakteri, jumlah dan tingkat virulensi (sifat racun dari

suatu mikroorganisma, dalah hal ini bakteri Salmonella).Misalnya saja Salmonella enteriditis

baru menyebabkan gejala bila sudah berkembang biak menjadi 100 000. Dalam jumlah ini

keracunan yang terjadi bisa saja menyebabkan kematian penderita. Salmonella

typhimurium dengan jumlah 11.000 sudah dapat menimbulkan gejala. Jenis Salmonella lain ada

yang menyebabkan gejala hanya dengan jumlah 100 sampai 1000, bahkan dengan jumlah 50

sudah dapat menyebabkan gejala.Perkembangan Salmonella pada tubuh manusia dapat dihambat

oleh asam lambung yang ada pada tubuh kita. Disamping itu dapat dihambat pula oleh bakteri

lain. Gejala dapat terjadi dengan cepat pada anak-anak, bagaimanapun pada manusia dewasa

gejala datang dengan perlahan. Pada umumnya gejala tampak setelah 1-3 minggu setelah bakteri

ini tertelan. Gejala terinfeksi diawali dengan sakit perut dan diare yang disertai juga dengan

panas badan yang tinggi, perasaan mual, muntah, pusing-pusing dan dehidrasi. Gejala yang

timbul dapat berupa: tidak menunjukkan gejala (long-term carrier), adanya perlawanan tubuh dan

mudah terserang penyakit denga gejala: inkubasi (7-14 hari setelah tertelan) tidak menunjukkan

gejala, lalu terjadi diare.

2.5 Penyakit Tifus

Penyakit yang ditandai dengan demam tinggi ini kerap menyerang anak-anak. Termasuk

balita. Sayangnya, banyak orang tua menganggap remeh tifus. Banyak juga yang masih

beranggapan, kalau sudah pernah kena tifus, tak bakalan kena lagi. Padahal, salah besar. Justru

lebih bahaya dan bisa menyebabkan kematian. Di Indonesia, diperkirakan antara 800 – 100.000

Page 11: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

orang terkena tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim

kemarau. Demam tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan bakteri Salmonella typhimurium.

Tidak seperti virus yang dapat beterbangan di udara, bakteri ini hidup di sanitasi yang buruk

seperti lingkungan kumuh, makanan, dan minuman yang tidak higienis. Dia masuk ke dalam

tubuh melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna. Proses bekerjanya bakteri ini

ke dalam tubuh manusia lumayan cepat. Yaitu 24-72 jam setelah masuk, meski belum

menimbulkan gejala, tetapi bakteri telah mencapai organ-organ hati, kandung empedu, limpa,

sumsum tulang, dan ginjal. Rentang waktu antara masuknya kuman sampai dengan timbulnya

gejala penyakit, sekitar 7 hari. Gejalanya sendiri baru muncul setelah 3 sampai 60 hari. Pada

masa-masa itulah kuman akan menyebar dan berkembang biak. Organ tubuh lalu merangsang sel

darah putih mengeluarkan zat interleukin. Zat inilah yang akan merangsang terjadinya gejala

demam. Kuman yang masuk ke hati akan masuk kembali dalam peredaran darah dan menyebar

ke organ tubuh lainnya. Namun tidak seluruh bakteri Salmonella typhmuriumi dapat

menyebabkan demam tifoid. Saat kuman masuk, tubuh berupaya memberantas kuman dengan

berbagai cara. Misalnya, asam lambung berupaya menghancurkan bakteri, sementara gerakan

lambung berupaya mengeluarkan bakteri. Jika berhasil, orang tersebut akan terhindar dari

demam tifoid.

Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan

atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui

peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian

berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba. Gejala klinik

demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan dapat tanpa

gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain :

1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang

malamnya demam tinggi.

2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan

merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.

3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhimurium berkembang biak di hatidan

limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi

Page 12: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara

sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.

4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan

penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi

konstipasi (sulit buang air besar).

5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing.

Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.

6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan

berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi

gangguan kesadaran.

Untuk ke akuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan beberapa

pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Widal dan biakan

empedu. Adapun beberapa diagnosa terhadap penyakit tifus antara lain :adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di

laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan ada gambaran jumlah

darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah limfosis yang meningkat dan eosinofilia.

2. Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap kuman

tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan

progresif.

3. Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan ditemukannya

kuman Salmonella typhimurium dalam darah waktu minggu pertama dan kemudian

sering ditemukan dalam urine dan faeces.

Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample urine dan faeces dua

kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan

bukan pembawa kuman (carrier). Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita

pasien adalah penyakit lain maka perlu ada diagnosa banding. Bila terdapat demam lebih dari

lima hari, dokter akan memikirkan kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain

seperti Paratifoid A, B dan C, demam berdarah (Dengue fever), influenza, malaria, TBC

(Tuberculosis), dan infeksi paru (Pneumonia).

Page 13: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

2.6 Perawatan dan Pengobatan Penyakit Tifus ( Demam Tifoid ).

Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types

bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya

komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan

dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk

mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun,

kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan. Selain obat-obatan yang diberikan untuk

mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak

dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 10 hari

dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat.

Namun beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-

sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam

berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus. Komplikasi yang

sering dijumpai pada anak penderita penyakit demam tifoid adalah perdarahan usus karena

perforasi, infeksi kantong empedu (kolesistitis), dan hepatitis. Gangguan otak (ensefalopati)

kadang ditemukan juga pada anak.

Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti

petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :

1. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.

2. Tidak mengandung banyak serat.

3. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

4. Makanan lunak diberikan selama istirahat.

Untuk kembali ke makanan normal, lakukan secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi.

Misalnya hari pertama dan kedua makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan seterusnya.

Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan sanitasi

lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral dan vaksin

suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan

terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-

Page 14: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa

juga divaksinasi.)

2.7 Alkaloid

Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting

dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari

senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan

senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan

dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa

sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa

alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu. Berdasarkan literatur, diketahui

bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek

fisiologis tertentu pada mahluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu

sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid

sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah

mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama

dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan

ion.

Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat

basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan

kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga

berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan

dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling

sulit. Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino

yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang

menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dantriftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi

utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida

dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid

juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat

juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.

Page 15: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

2.8 Flavonoid

Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang

ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru. Dan

sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid mempunyai

kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6)

terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga bentuk susunan C6-C3-C6. susunan ini dalpat

menghasilkan tiga jenis struktur senyawa Flavonoid yaitu :

1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

2. Isoflavonoid atau 1,2- diarilpropana

3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana

Page 16: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon,

yaitu nama dari salah satu flavonoid yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-

senyawa flavon ini mempuntai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan

atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1.3-diarilpropana dihubungkan oleh jembatan

oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin C). Senyawa-senyawa

flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propana dari

sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan

dialam sering sekali disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini

disebabkan oleh berbagai tingkat alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut. Senyawa-

senyawa isoflavonoid dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan,

terutama suku Leguminosae.

Masing-masing jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoida

mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu posisi 2,4,6. cincin B flavonoid

mempunyai satu gugu fungsi oksigen pada posisi para atau dua pada posisi para dan meta atau

tiga pada posisi satu di para dan dua di meta. Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang

letaknya sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin

heterosikllis dalam senyawa trisiklis.

Beberapa senyawa flavonoida adalah sebagai berikut :

Cincin A – COCH2CH2 – Cincin B —————————– Hidrokalkon

Cincin A – COCH2CHOH – Cincin B ————————– Flavanon, kalkon

Page 17: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

Cincin A – COCH2CO – Cincin B —————————— Flavon

Cincin A – CH2COCO – Cincin B —————————— Antosianin

Cincin A – COCOCH2 – Cincin B ——————————- Auron

III.METODE PENULISAN

3.1 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kajian pustaka.

Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber yang terkait dengan topik

yang akan dibahas. Sumber-sumber kepustakaan tersebut berupa kajian literatur dan juga

dari kutipan artikel yang diambil dari sumber-sumber lain seperti media massa, media

elektonik maupun media Teknologi Informasi (Internet). Melalui metode kajian pustaka

ini diharapkan akan dapat diketahui tentang karakteristik Salmonella thyphimurium,

penyakit yang ditimbulkan yakni penyakit tifus, mengetahui tentang kandungan kimia

pare, alkaloid, saponin dan senyawa lain yang bepotensi sebagai antibakteri. Informasi

yang telah didapat dari sumber-sumber tersebut kemudian ditelaah dan dijadikan acuan

dalam membahas permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini.

3.2 Langkah-Langkah Penulisan

Dalam penyusunan tulisan ini dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini diangkat karena penyakit tifus yang

disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella thyphimurium merupakan salah satu penyakit

yang cukup banyak terjadi di Indonesia. Bertitik tolak dari hal tersebut maka perlu

diupayakan untuk mencari solusi berupa antibakteri dari Salmonella

thyphimurium tersebut untuk dapat mencegah infeksi dari bakteri tersebut. Salah satu

upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan antibakteri dari bahan alam

khususnya tumbuh-tumbuhan. Beranjak dari ulasan beberapa artikel dan hasil penelitian

Page 18: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

bahwa senyawa-senyawa alkaloid, saponin, tannin, memiliki kemampuan untuk

mematikanSalmonella thyphimurium, maka berbagai tumbuhan yang mengandung

senyawa-senyawa tersebut tentunya berpotensi dijadikan sebagai antibakteri

dari Salmonella thyphimurium. Salah satunya adalah buah pare yang memiliki kandungan

senyawa-senyawa seperti alkaloid, saponin, dan juga tannin. Sehingga diharapkan akan

dapat dihasilkan antibakteriSalmonella thyphimurium dari tanaman pare.

2. Pengumpulan Data dari Telaah Pustaka

Setelah dilakukn identifikasi permasalahan maka dilakukan pengumpulan data-data dari

berbagai sumber untuk mendukung pembahasan permasalahan yang diangkat. Sumber-

sumber kepustakaan tersebut berupa kajian literatur dan juga dari kutipan artikel yang

diambil dari sumber-sumber lain seperti media massa, media elektonik maupun media

Teknologi Informasi (Internet).

3. Analisa Permasalahan

Analisa permasalahan dilakukan dengan menganalisis kemampuan senyawa-senyawa

alkaloid, saponin, dan tannin yang terkandung dalam pare untuk mematikan

bakteri Salmonella thyphimurium. Analisa disini bersifat analisa secar konsep yang

didukung oleh teori-teori dalam literatur dan tidak dilakukan suatu tindakan eksperimen

(penelitian) langsung.

4. Penyusunan Tulisan

Setelah dilakukan analisa permasalahan kemudian dilakukan penyusunan karya tulis

untuk membahas permasalahan yang diangkat.

5. Bimbingan

Dalam penyusunan karya tulis ini dilakukan bimbingan secara kontinyu dengan seorang

dosen pembimbing agar dapat diberikan arahan-arahan dalam penyusunan karya tulis ini.

IV.PEMBAHASAN

Page 19: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

Tanaman pare (Momordica charantia L) merupakan salah satu tanaman yang senyawa-

senyawa seperti tannin, flavanoid, alkaloid yang cukup banyak pada buahnya. Berdasarkan hal

tersebut maka buah pare memiliki potensi yang cukup besar untuk digunakan sebagai

antibakteri Salmonella typhimurium. Alkaloid adalah senyawa organik pada tumbuh-tumbuhan

yang sering digunakan sebagai bahan obat-obatan.Alkaloid adalah sebuah golongan

senyawa basa bernitrogen yang kebanyakanheterosiklik. hampir semua alkaloid di alam

mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup.

Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli

pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan

hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan

keseimbangan ion. Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen

yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid

berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi.

Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan.

Kemampuan senyawa Alkaloid sebagai antibakteri Salmonella typhimuriumsangat

dipengaruhi oleh keaktifan biologis senyawa tersebut. Keaktifan biologis dari senyawa Alkaloid

ini disebabkan oleh adanya gugus basa yang mengandung nitrogen. Adanya gugus basa ini

apabila mengalami kontak dengan bakteri Salmonella typhimurium akan bereaksi dengan

senyawa-senyawa asam amino yang menyusun dinding sel bakteri dan juga DNA bakteri yang

merupakan penyusun utama inti sel yang merupakan pusat pengaturan segala kegiatan sel.

Reaksi ini terjadi karena secara kimia suatu senyawa yang bersifat basa akan bereaksi dengan

senyawa asam dalam hal ini adalah asam amino. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya perubahan

struktur dan susunan asam amino karena sebagian besar asam amino telah bereaksi dengan gugus

basa dari senyawa alkaloid. Perubahan susunan asam amino ini jelas akan meerubah susunan

rantai DNA pada inti sel yang semula memiliki susunan asam dan basa yang saling berpasangan.

Perubahan susunan rantai asam amino pada DNA akan menimbulkan perubahan keseimbangan

genetik pada asam DNA sehingga DNA bakteriSalmonella typhimurium akan mengalami

kerusakan. Dengan adanya kerusakan pada DNA tersebut inti sel bakteri Salmonella

typhimurium akan mengalami kerusakan. Hal ini karena DNA merupakan komponen utama

penyusun inti sel. Kerusakan DNA pada inti sel bakteri ini juga akan mendorong terjadinya lisis

Page 20: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

pada inti sel bakteri Salmonella typhimurium. Lisisnya inti sel bakteri Salmonella

typhimurium akan menyebabkan juga kerusakan sel pada bakteri Salmonella typhimurium karena

inti sel merupakan pusat kegiatan sel. Kerusakan sel pada bakteri ini lama kelamaan akan

membuat sel-sel bakteri Salmonella typhimurium tidak mampu melakukan metabolisme sehingga

juga akan mengalami lisis. Dengan demikian bakteri Salmonella typhimurium akan menjadi

inaktif dan hancur (lisis).

Selain karena kandungan Alkaloid buah pare memiliki potensi sebagai

antibakteri Salmonella typhimurium karena mengandung senyawa Flavonoid.Flavonoid adalah

suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini

bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning dalam

tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk “ flavon “

yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat

berupa tepung putih pada tumbuhan. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan

terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai

berupa senyawa tunggal. Aktifitas biologis senyawa flavonoid terhadap bakteri Salmonella

typhimurium dilakukan dengan merusak dinding sel dari bakteri Salmonella typhimurium yang

terdiri atas lipid dan asam amino akan bereaksi dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid

sehingga dinding sel akan rusak dan senyawa tersebut dapat masuk ke dalam inti sel bakteri.

Selanjutnya dengan inti sel bakteri juga senyawa ini akan kontak dengan DNA pada inti sel

bakteri Salmonella typhimurium dan melalui perbedaan kepolaran antara lipid penyusun DNA

dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid akan dapat terjadi reaksi sehingga akan merusak

struktur lipid dari DNA bakteri Salmonella typhimurium sehingga inti sel bakteri juga akan lisis

dan bakteriSalmonella typhimurium juga akan mengalami lisis dan mati. Mekanisme aktivitas

biologis oleh senyawa flavonoid ini berbeda dengan yang dilakukan oleh senyawa alkaloid,

dimana senyawa flavonoid dalam merusak sel bakteri memanfaatkan perbedaan kepolaran antara

lipid penyusun sel bakteri dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid. Sedangkan pada

senyawa alkaloid memanfaatkan sifat reaktif gugus basa pada senyawa alkaloid untuk bereaksi

dengan gugus asam amino pada sel bakteri Salmonella typhimurium.

Selain karena adanya kandungan Alkaloid dan Flavanoid, buah pare memiliki potensi

sebagai antibakteri Salmonella typhimurium karena juga mengandung persenyawaan tannin.

Page 21: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

Senyawa tannin adalah senyawa fenolik kompleks yang memiliki berat molekul 500-

3000. Tannin disusun oleh senyawa polifenol alami yang merupakan metabolit sekunder

tanaman tertentu. Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut

yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki

berbeda jumlah dan posisinya. Karena tannin merupakan persenyawaan polifenol yang

mengandung gugus hidroksil maka mekanisme yang sama dengan mekanisme oleh senyawa

flavonoid yakni dalam merusak sel bakteri memanfaatkan perbedaan kepolaran antara lipid

penyusun sel bakteri dengan gugus alkohol pada rantai polifenol dari senyawa tannin. Walaupun

struktur kimia dari flavonoid dan tannin tidaklah sama namun karena keduanya sama-sama

memiliki persenyawaan fenol yang memiliki gugus hidroksil di dalamnya maka mekanisme

dalam meninaktifkan bakteri Salmonella typhimurium juga dilakukan dengan memanfaatkan

perbedaan polaritas antara lipid dengan gugus hiodroksil. Apabila sel bakteri semakin banyak

mengandung lipid maka akan semakin banyak diperlukan senyawa tannin untuk membuat

bakteri tersebut lisis.

V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Adapun simpulan dari tulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Buah pare (Momordica charantia L) memiliki potensi untuk dijadikan

antibakteri Salmonella typhimurium karena buah pare mengandung senyawa-senyawa

Alkaloid, Flavonoid, dan Tannin.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari tulisan ini adalah sebagai berikut :

1.    Diharapkan kepada para peneliti untuk dapat melakukan penelitian selanjutnya untuk

dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap daya anti bakteri buah

pare terhadap Salmonella typhimurium.

Page 22: Potensi Buah Pare Sbg Antibakteri

2.    Diharapkan dapat dilakukan penelitian-penelitian terhadap tumbuhan yang lain untuk

mendapatkan zat antibakteri yang lain dari bahan tumbuh-tuimbuhan yang lain.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Salmonella. http://wikimedia.org/wikipedia/commons/d/b4/Salmonella

NIAID.htm, diakses pada tanggal 3 Oktober 2008.

Anonim.2008.Salmonellosis.http ://www.unbc.ca/nlui/wildlifie_desease_be/Sallmonellosis, htm,

diakses pada tanggal 4 Oktober 2008

Anonim. 1995. Materia Medika Indonesia jilid VI. 163. Depkes. Jakarta

Anonim, 2007, Tumbuhan dan Kegunaan dalamperubatan Zinatul Asyikin

Deraman,http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s3_99/zinatul.htm, diakses tanggal 4 Mei

2007

Champbell. 2002 .Tanaman Pare. 197, Erlangga, Jakarta

Dep. Kes. RI, 1990. Pengendalian Penyakit Diare, Ditjen P3M dan PLP : Jakarta

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan, Amico : Bandung

http://adigunawan2009.wordpress.com/2009/05/26/potensi-buah-pare-momordica-charantia-l-

sebagai-antibakteri-salmonella-typhimurium/ 03 agustus 2012