pola komunikasi pengurus dalam memakmurkan...
TRANSCRIPT
POLA KOMUNIKASI PENGURUS DALAM MEMAKMURKAN
MASJID ALMADINAH CILEDUG – TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I.)
Oleh :
Sri Nurlailah
108051000130
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
i
ABSTRAK
SRI NURLAILAH
Pola Komunikasi Pengurus Dalam Memakmurkan Masjid Al Madinah
Ciledug – Tangerang
Komunikasi merupakan salah satu kegiatan interaksi yang sangat penting
dalam semua aspek kehidupan manusia. Jika dikaitkan dengan proses
memakmurkan masjid, komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi
pergerakan kegiatan tersebut. Jika komunikasi yang diterapkan baik dan
maksimal, maka hasil yang diharapkan pun maksimal akan tercapai. Mencermati
kondisi saat ini banyak kita jumpai masjid baru yang dibangun dikeramaian kota
namun ternyata sepi dari jamaah, padahal bangunan masjid tersebut secara
arsitektur cukup megah. Begitu juga dengan masjid-masjid dan musholla-
musholla yang ada di kelurahan Sudimara Pinang. Bagi masyarakat atau jamaah
yang biasa memakmurkan masjid dan musholla cukup prihatin melihat
menyempitnya fungsi masjid. Masjid Al Madinah adalah masjid yang berhasil
tumbuh menjadi sentral dinamika umat dan menjadi sentral bagi masjid yang
lainnya. Semua itu berkat kesungguhan dan kerja sama pengurus masjid. Pengurus
masjid adalah mereka yang menerima amanah jamaah untuk memimpin dan
mengelola masjid dengan baik dan memakmurkan Baitullah.
Dari pemaparan di atas tersebut ditemukan rumusan masalah: Bagaimana
pola komunikasi antar sesama pengurus dalam memakmurkan masjid Al
Madinah? Dan Bagaimana pola komunikasi antar pengurus dengan jamaah dalam
memakmurkan masjid Al Madinah?
Teori yang digunakan adalah pola komunikasi. Teori Mudjito ini ada
dalam karya Prof. Drs. H. A. W. Widjaja “ Ilmu Komunikasi Pengantar Studi”.
Ada empat pola komunikasi, yaitu komunikasi pola roda, pola rantai, pola
lingkaran, dan pola bintang.
Metode ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tidak
tertulis dari orang atau perilaku yang diamati.
Berdasarkan analisa data-data hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
Pola komunikasi yang dilakukan antara sesama pengurus adalah pola komunikasi
rantai dan pola komunikasi kelompok. Pola komunikasi rantai terjadi ketika
pengurus ingin menyampaikan ide-ide ataupun gagasan kepada pimpinan umum
dan pimpinan harian. Sedangkan pola komunikasi kelompok terjadi ketika
pengurus rapat dan mengadakan pertemuan. Pola komunikasi yang terjalin antara
pengurus dengan jamaah adalah pola komunikasi antar pribadi dan pola
komunikasi bintang. Pola komunikasi antarpribadi terjadi ketika salah satu
pengurus melakukan pendekatan antar pribadi dengan jamaah, diantaranya: saling
mengenal, berdiskusi, ngobrol, dan lain sebagainya. Sedangkan pola komunikasi
bintang terjadi ketika semua anggota baik pengurus maupun jamaah
berkomunikasi dengan semua pengurus dan jamaah.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
AssalamualaikumWr. Wb
Alhamdulillahirabbilalamin, hanyalah ucapan rasa syukur sebesar-
besarnya yang mampu terucap atas segala nikmat, karunia dan rahmat Nya, berkat
izin dan ridho Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pola Komunikasi Pengurus Dalam Memakmurkan Masjid Al Madinah Ciledug –
Tangerang“. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir sebagai syarat kelulusan
Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dari penulisan skripsi ini, banyak pihak yang membantu dan memberikan
do’a, bimbingan, dorongan dan motivasi yang begitu banyak baik moril maupun
materil. Oleh karena itu, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya
serta penghargaan yang setinggi-tingginya terutama kepada kedua orang tua
tercinta, tersayang Ibunda Donih dan Ayahanda Naih yang selalu sabar membantu
serta memberikan dukungan moril, materil dan spiritual kepada ananda. Dan
penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Pembantu
iii
Dekan I Drs. Wahidin Saputra M.A, dan Pembantu Dekan II Drs. Mahmud
Jalal M.A.
3. Bapak Drs. Jumroni, M. Si. Selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam (KPI) yang selalu memberikan motivasi kepada
mahasiswanya agar tetap semangat menyelesaikan kuliah.
4. Ibu Umi Musyarofah, M.Ag. Selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, terima kasih telah memberikan masukan agar penulis
segera menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak. Drs. Masran, M.A selaku dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi sekaligus menjadi pembimbing skripsi penulis. Terimakasih
banyak bapak tanpa bantuan dan motivasi bapak skripsi ini tidak akan
terselesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah memberikan ilmunya serta membimbing mahasiswanya tanpa lelah,
mudah-mudahan setiap tetes keringat yang mengalir dari tubuhnya
menjadi motivasi kami untuk giat lagi belajar serta mengamalkan ilmu
yang telah diberikan.
7. Staf dan Karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan Perpustakaan Utama, yang telah membantu penulis dalam
pemenuhan referensi.
8. Seluruh pengurus Manajemen Masjid Al Madinah yang selalu membantu
dan memberikan motivasi kepada penulis.
9. Keluarga besar penulis dan Surya 143 yang selalu sabar dan selalu
memberikan semangat kepada penulis.
iv
10. Teman-teman KPI angkatan 2008, KPI the best, Ummul, Sipa, Silvi.
Rekan-rekan Karang Taruna, serta sahabat-sahabatku yang tak dapat
kusebutkan satu persatu, selamanya kalian akan selalu ku kenang.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,
penulis berharap semoga tulisan yang serba sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Demikian ucapan terima kasih penulis mudah-mudahan Allah SWT
membala ssemua amal perbuatan yang Bapak, Ibu, saudara dan teman-teman
berikan kepada penulis.
WassalamualaikumWr. Wb
Penulis
Sri Nurlailah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR……………………………………..……………………..ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………..……….v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….1
B. Batasan dan Rumusan Masalah……..…………………………6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…….………………………….6
D. Tinjauan Pustaka………………………………………………7
E. Metodologi Penelitian…………………………………………8
F. Sistematika Penulisan………………………………………...12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pola Komunikasi……………………………………………..15
1. Pengertian Pola Komunikasi……………………………..15
2. Macam-Macam Pola Komunikasi…………………..……19
B. Komponen Komunikasi……………………………………...22
C. Jenis-Jenis Komunikasi………………………………………24
D. Metode Komunikasi………………………………….………25
E. Dampak Komunikasi………………………………………....26
F. Hambatan Komunikasi…………………………….…………26
G. Memakmurkan Masjid……………………………………….28
1. Pengertian Masjid………………………………………..28
2. Pengertian Memakmurkan Masjid……………………….30
vi
3. Langkah-Langkah Pemakmuran Masjid…..……………..31
BAB III GAMBARAN UMUM PENGURUS MASJID AL MADINAH
A. Sejarah Terbentuknya Pengurus Manajemen Masjid Al
Madinah……………………………………………………....37
B. Profil Pengurus Masjid Al Madinah…………………………38
C. Visi dan Misi Pengurus Manajemen Masjid Al
Madinah……………………………………………………...38
D. Tujuan Pengurus Manajemen Masjid Al Madinah…………..38
E. Program Pengurus Masjid Al Madinah……………………....39
F. Kegiatan dan Perkembangan Jumlah Jamaah Masjid Al
Madinah………………………………………………………40
G. Sarana dan Prasarana…………………………………………44
H. Struktur dan Uraian Kerja Pengurus………..………………..45
1. Struktur Organisasi……………………………………….45
2. Uraian Tugas Pengurus Manajemen Masjid
Al Madinah………………………………………………46
BAB IV POLA KOMUNIKASI PENGURUS DALAM
MEMAKMURKAN MASJID AL MADINAH
A. Pola Komunikasi Antar Sesama Pengurus Masjid…………...50
B. Pola Komunikasi Antar Pengurus dengan Jamaah…………...58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………..63
B. Saran-Saran…………………………………………………..64
vii
DAFTAR PUSTAKA…………….……………………………………………..65
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan salah satu kegiatan interaksi yang sangat
penting dalam semua aspek kehidupan manusia. Komunikasi bagaikan urat
nadi kehidupan sosial manusia, karena seluruh kegiatan manusia dimulai
dengan komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam
bentuk simbol atau kode dari satu pihak kepada pihak yang lain dengan
efek untuk mengubah sikap atau tindakan. Jika dikaitkan dengan proses
memakmurkan masjid, komunikasi mempunyai peranan yang sangat
penting bagi pergerakan kegiatan tersebut. Jika komunikasi yang
diterapkan baik dan maksimal, maka hasil yang diharapkanpun maksimal
akan tercapai. Sehubungan dengan kenyataan bahwa komunikasi adalah
sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari aktivitas seorang manusia. Oleh
karena itu, dalam komunikasi dikenal pola-pola tertentu sebagai
manifestasi perilaku manusia dalam berkomunikasi.
“Di dalam Al-Qur’an kata masjid tertulis sampai 28 kali, baik
dalam bentuk mufrod maupun jamak.”1 Masjid berasal dari kata dasar
sajada, yang artinya sujud, sehingga secara harfiah masjid berarti tempat
bersujud atau sholat. Masjid merupakan simbol eksistensi sebuah
masyarakat muslim. Masjid tidak dapat dipandang sekedar sebagai suatu
bangunan semata, melainkan padanya ada jamaah, pengelola, dan
1 Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, (Jakarta : Rajawali Press, 1987) h.
29
2
nisbahnya dengan syiar islam.2 Di berbagai Negara, apalagi yang
mayoritas penduduknya muslim, jumlah masjid mengalami pertambahan
yang amat pesat. Salah satu penyebabnya adalah jumlah kaum muslim
yang semakin banyak. Di Indonesia sendiri, Dewan Masjid Indonesia
(DMI) Pusat hingga tahun 1998 telah mencatat jumlah masjid dan
musholla yang tidak kurang dari 600.000.3
Memakmurkan masjid seharusnya menjadi tanggung jawab setiap
muslim. Karena Allah berfirman :4
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap)melaksanakan
salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun)kecuali kepada
Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang
mendapat petunjuk .”(QS. At Taubah : 18)
Selama kurang lebih dua dasawarsa terakhir, kita menyaksikan
semangat umat yang sangat besar dalam membangun masjid.5 Masjid
hadir dimana-mana, sehingga tidak sulit bagi seorang musafir untuk
melakukan sholat lima waktu setiap kali saatnya tiba. Sebagai muslim, kita
tidak boleh puas bahkan bangga hanya sampai pada keberhasilan
membangun masjid yang megah hingga menghabiskan dana ratusan juta
2 Drs. Moh. E. Ayub, MANAJEMEN MASJID Petunjuk Praktis Bagi Para
Pengurus,(Jakarta : Gema Insani Press 1996) h. v. 3Drs. Ahmad Yani dan DR. Achmad Satori ismail, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta Selatan
: LP2SI Haramain 2001)h. v. 4Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : PT Syaamil Cipta
Media, 2002) h. 189 5 Ir. H. Nana Rukmana D.W.,MA, MASJID DAN DAKWAH Merencanakan, Membangun
dan Mengelola Masjid Mengemas Substansi Dakwah Upaya Pemecahan Krisis Moral Dan
Spiritual,(Jakarta : )
3
rupiah. Rasulullah mengingatkan agar diperhatikan dan diupayakan juga
pemakmuran masjid seoptimal mungkin sesudah pembangunannya selesai.
Jangan sampai masjid yang dibangun dengan megah dan indah serta
menghabiskan dana yang besar, tapi hanya sedikit orang yang
memakmurkannya.
Pertambahan jumlah masjid merupakan sesuatu yang harus di
syukuri, apalagi ini pertanda bahwa eksistensi Islam dan umatnya,
khususnya di Indonesia masih sangat kuat. Dengan melihat penting dan
sangat berartinya masjid bagi kaum muslim, maka sudah selayaknya
dalam pembangunan sebuah masjid tidak dilakukan dengan asal bangun
atau menggunakan prinsip yang penting ada masjid.6 Sebuah masjid harus
dibangun dengan memperhatikan fungsi dan kegunaannya agar masjid
yang telah didirikan itu benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat
sekitar.
Mencermati kondisi saat ini banyak kita jumpai masjid baru yang
dibangun dikeramaian kota namun ternyata sepi dari jamaah, padahal
bangunan masjid tersebut secara arsitektur cukup megah. Begitu juga
dengan masjid-masjid dan musholla-musholla yang ada di kelurahan
Sudimara Pinang. Bagi masyarakat atau jamaah yang biasa memakmurkan
masjid dan musholla cukup prihatin melihat menyempitnya fungsi masjid,
bahkan yang lebih memperhatinkan lagi fungsi masjid sebagai tempat
ibadahpun nampak mengalami reduksi seiring dengan kesibukan umat
Islam yang semakin meningkat. Padahal kunci kemajuan Islam salah
6Ir. H. Nana Rukmana D.W.,MA,Masjid dan Dakwah, Merencanakan, Membangun dan
Mengelola Masjid Mengemas Substansi Dakwah Upaya Pemecahan Krisis Moral Dan
Spiritual,(Jakarta : Al Mawardi Prima 2002)h.vi
4
satunya dimulai dari berperannya masjid baik sebagai tempat ibadah
maupun sebagai sentra perubahan.
Setiap masjid dan musholla, besar maupun kecil dikelola oleh
suatu badan pengurus. Dahulu banyak masjid yang dikelola oleh
perorangan atau satu keluarga secara turun-temurun yang seperti itu
umumnya berlaku pada masjid atau musholla yang dahulu dibangun oleh
perorangan. Pengurus masjid adalah mereka yang menerima amanah
jamaah untuk memimpin dan mengelola masjid dengan baik dan
memakmurkan baitullah. Untuk memakmurkkan masjid diperlukan
pembinaan. Dalam pengurusan masjid ada unsur yang perlu diperhatikan,
yaitu bangunan masjid, jamaah, pengurus dan dana yang menunjang.
Keadaan pengurus dan jamaah memegang peranan penting dalam
kemakmuran masjid.
Pengurus masjid yang telah mendapatkan kepercayaan untuk
mengelola masjid sesuai dengan fungsinya memegang peran penting
dalam memakmurkan masjid. Merekalah lokomotif atau motor yang
menggerakkan umat islam untuk memakmurkan masjid, dan
menganekaragamkan kegiatan yang dapat diikuti oleh masyarakat sekitar.
Pengurus masjid harus memiliki tekad dan kesungguhan, dan mereka
melakukan tugas tidak asal jadi atau setengah-setengah. Masjid yang
dikelola secara baik akan membuahkan hasil yang baik pula.
Masjid Al Madinah merupakan salah satu masjid dari 39 masjid
yang ada di kecamatan Karang Tengah. Bahkan Al Madinah adalah masjid
yang berhasil tumbuh menjadi sentral dinamika umat dan menjadi sentral
5
bagi masjid yang lainnya.7 Semua itu berkat kesungguhan dan kerjasama
pengurus masjid. Pengurus masjid adalah mereka yang menerima amanah
jamaah untuk memimpin dan mengelola masjid dengan baik dan
memakmurkan baitullah. Arsitektur dan nuansa masjid Al Madinah
terinpirasi dari keunikan masjid Nabawi yang berada di kota Madinah. Itu
juga menjadi salah satu keistimewaan Al Madinah.
Dalam memakmurkan masjid Al Madinah pengurus menggunakan
pola komunikasi rantai dan pola komunikasi bintang. Tentunya pola
tersebut digunakan sebagai manifestasi perilaku manusia dalam
berkomunikasi. Pengurus dipilih dari orang-orang yang memiliki
kelebihan dan kemampuan dan berakhlak mulia, hingga jamaah
menghormatinya secara wajar dan bersedia membantu dan bekerja sama
dalam memajukan dan memakmurkan masjid.8
“Pada dasarnya pengurus MMA menjadikan buku Panduan
Memakmurkan Masjid karya Ahmad Yani acuan dan pegangan dalam
memakmurkan masjid Al-Madinah.”9
Ada 9 langkah yang pengurus ambil dalam memakmurkan masjid:
Menyamakan Persepsi, Konsolidasi Pengurus, Konsolidasi Jamaah,
Perumusan Program Kegiatan, Memperbaiki Mekanisme Kerja,
Menumbuhkan Rasa Memiliki terhadap Masjid, Melengkapi Fasilitas
Masjid, Menggalang Pendanaan Masjid dan Menggalang Kerjasama
Antarmasjid.
7 Wawancara Pribadi dengan Saudara Rudi Hartono, Bidang LAZ Al Madinah, di ruang
kesekretariatan 12 Juli 2012. 8Drs. Mohammad E. Ayub, MANAJEMEN MASJID Petunjuk Praktis Bagi Para
Pengurus, (Jakarta: Gema Insani, 1996) h. 101 9 Wawancara pribadi dengan Rudi Hartono, Ketua Lembaga Amil Zakat, Sabtu 14 Juni
2012, Di Kantor Sekretariat masjid Al-Madinah.
6
“Dalam struktur kepengurusan masjid ini mengusung nama
Manajemen Masjid Al-Madinah (MMA), hal ini memang berbeda dengan
masjid yang lain. Namun itu dijadikan cermin semangat kita dalam
memenej rumah Allah, papar ustadz Rasyid.”10 Madinah sebagai kota ilmu
bagi para nabi dan para ulama yang mengilhami pengurus MMA untuk
terus melakukan pembinaan terhadap ummat dari segi keilmuan termasuk
tarbiyatul akhlak melalui program : majelis dhuha, ta’lim bersama, kajian
tafsir, qiyamullail, kajian ahad subuh, majelis tilawah dan lain sebagainya.
Masjid Al Madinah dikelola secara baik sehingga membuahkan hasil yang
baik pula.
Dari masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik
untuk membahasnya dalam skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi
Pengurus Dalam Memakmurkan Masjid Al Madinah Ciledug-
Tangerang.”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Peneliti fokus membatasi masalah penelitian ini pada pola
komunikasi yang dilakukan oleh pengurus Manajemen Masjid Al-
Madinah (MMA) dalam memakmurkan masjid Al-Madinah.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka secara umum
masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
10Tabloid Al-Madinah, Oase Ilmu dan Syiar Islam di Kawasan CBD, edisi jum’at 1
Dzulqaidah 1429 H – 31 Oktober 2008.
7
Bagaimana pola komunikasi pengurus Manajemen Masjid dalam
memakmurkan masjid Al Madinah?
Dari masalah di atas maka dapat dirinci menjadi sub-sub
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pola komunikasi antar sesama pengurus dalam
memakmurkan masjid Al Madinah?
2. Bagaimana pola komunikasi antar pengurus dengan jamaah dalam
memakmurkan masjid Al Madinah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola komunikasi pengurus dalam
memakmurkan masjid Al Madinah.
2. Untuk mengetahui pola komunikasi antar sesama pengurus dalam
memakmurkan masjid Al Madinah.
3. Untuk mengetahui pola komunikasi antar pengurus dengan jamaah
dalam memakmurkan masjid Al Madinah.
2. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, terutama dibidang komunikasi
dan dakwah islamiah.
2. Manfaat Praktis
8
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
khususnya penulis dan pada umumnya pembaca dan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sosial. Terutama para pengurus
masjid dan musholla khususnya yang ada di kelurahan Sudimara
Pinang. Tangerang.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan
pustaka ke Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, selama
tinjauan tersebut penulis menemukan beberapa judul skripsi yang
berkaitan dengan skripsi yang penulis teliti, yaitu
“Pola Komunikasi Guru dan Murid Dalam Mengenalkan Kalimat
Thayyibah Pada PAUD Amanah di Benda Tangerang” yang ditulis oleh
Rizki Amelia (107051002948) tahun 2011. Skripsi ini dibatasi pada
komunikasi guru dan murid yang terjadi pada proses pembelajaran di
PAUD Amanah.
“Pola Komunikasi Dokter Terhadap Pasien Dalam Proses
Penyembuhan di Klinik Makmur Jaya” yang ditulis oleh Putri Rachmania
(106054002030) tahun 2011. Dalam skripsi ini penulis menekankan pada
pola komunikasi dokter terhadap pasien dalam proses penyembuhan.
“Pola Komunikasi Pada Sub Dinas Pembinaan Mental Dalam
Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps
Marinir” yang ditulis oleh Muhammad Sidiq (206051004140) tahun 2010.
9
Dalam skripsi ini penulis fokus pada program kegiatan Sub Dinas
pembinaan mental dan disiplin prajurit pada tahun anggaran 2010, dalam
bekerja ditinjau dari sudut pandang agama islam.
Persamaan skripsi ini dengan skripsi di atas adalah sama-sama
meneliti pola komunikasi. Sedangkan perbedaannya adalah dalam skripsi
ini penulis mengkhususkan pembahasan pada pola komunikasi dalam
memakmurkan masjid Al-Madinah yang dilakukan oleh para pengurus
MMA.
E. Metodologi Penelitian
Bentuk penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field
research) dimana penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan
guna mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan
melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis dari orang atau prilaku yang diamati.11
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan.12 Dan
yang menjadi subjek penelitian adalah pengurus Masjid Al Madinah.
Sedangkan objek yang diteliti adalah pola komunikasi pengurus
Manajemen Masjid Al Madinah.
1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Dasar Penetapan Lokasi
11 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2006). Cet ke-22, hal-3. 12 Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawalipress, 1989), hal 13
10
Penelitian ini dilakukan di Masjid Al Madinah, bertempat di
Komplek CBD Ciledug, tepatnya di Jalan HOS Cokroaminoto No.
93 Karang Tengah Kota Tangerang.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada 8 Mei 2012, dari mulai wawancara
sampai tahap pengumpulan data yang dilakukan secara incidental
(sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).
2. Sumber data
Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data
dapat diperoleh.13 Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data
adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
yaitu data yang diperoleh dari sasaran penelitian atau informan,
yaitu Bapak H. MA. Rasyid, HD, S.Ag selaku pimpinan harian,
Bapak. Abdullah HB, SH selaku sekretaris, Bapak. Ade
Wahyudi SH selaku bendahara. Bapak. Rudi Hartono, S.Pd
selaku ketua Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan Nani selaku
ketua Madrasah Diniyah Taklimiyah (MDT), Bapak ustad
Hamid selaku pengurus bidang peribadatan serta staf pengajar,
dan tiga jamaah masjid Al Madinah yaitu saudara Awang, Ayi
dan Ayu.
b. Data Sekunder
13 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek Edisi Revisi V
(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002)h. 107.
11
yaitu data berupa catatan dan dokumen yang diperoleh dari
lembaga atau sumber media lain yang dapat menunjang
kebutuhan penelitian berupa dokumen lembaga, jurnal dan
artikel.
3. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang
berhubungan dengan pola komunikasi pengurus MMA dalam
memakmurkan masjid Al Madinah adalah :
a. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
orang lain dengan mengajukan-mengajukan pertanyaan
berdasarkan tujuan tertentu. Tetapi, secara umum yang
dimaksud wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan Tanya jawab secara
lisan, sepihak, berhadapan muka dan dengan arah tujuan yang
telah ditentukan. Dalam penelitian ini penulis secara langsung
mewawancarai Bapak H. MA. Rasyid, HD, S.Ag selaku
pimpinan harian, Bapak. Abdullah HB, SH selaku sekretaris,
Bapak. Ade Wahyudi SH selaku bendahara. Bapak. Rudi
Hartono, S.Pd selaku ketua Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan
Nani selaku ketua Madrasah Diniyah Taklimiyah (MDT),
Bapak ustad Hamid selaku pengurus bidang peribadatan serta
12
staf pengajar, dan tiga jamaah masjid Al Madinah yaitu saudara
Awang, Ayi dan Ayu.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.14 Dan untuk itu, penulis
melakukan kunjungan langsung ke Masjid Al Madinah yang
bertempat di Komplek CBD Ciledug, tepatnya di Jalan HOS
Cokroaminoto No. 93 Karang Tengah Kota Tangerang.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan menginvestasi dokumen-
dokumen yang relevan dan terkait dengan permasalahan yang
diteliti, yaitu mempelajari dan menganalisa bahan-bahan berupa
tulisan atau gambar yang diambil dari buku, arsip-arsip, foto-foto
dan yang lain sebagainya, untuk penguat atas kebenaran data yang
diperoleh melalui observasi dan interview.
d. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data diperoleh, maka langkah selanjutnya
penulis mengolah data dengan cara mengedit, yaitu kegiatan
mempelajari berkas-berkas data yang telah terkumpul, sehingga
keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan dapat dinyatakan baik.
e. Teknik Analisis Data
Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis dan
diinterpretasikan. Adapun metode yang penulis gunakan dalam
14 Husni Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:Bumi
Aksara,1998) cet II, hal 54
13
menganalisa data adalah deskriptif analitik. Deskriptif analitik
adalah cara melaporkan data dengan menerangkan dan memberi
gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa adanya dan
kemudian data tersebut disimpulkan.
4. Pedoman Penulisan
Adapun tekhnik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini
mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,
Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh
CeQDA tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN : Berisi Tentang Latar Belakang
Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi
Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI : Berisi Tentang Pola Komunikasi,
Pengertian Komunikasi, Macam – Macam Pola
Komunikasi, Komponen Komunikasi, Jenis – Jenis
Komunikasi, Metode Komunikasi, Dampak Komunikasi,
Hambatan Komunikasi, Memakmurkan Masjid.
BAB III GAMBARAN UMUM PENGURUS MASJID AL
MADINAH : Berisi Tentang Sejarah Terbentuknya
Pengurus Manajemen Masjid Al Madinah, Profil Pengurus,
Visi dan Misi Pengurus, Tujuan Pengurus Masjid Al
14
Madinah, Program Pengurus, Perkembangan Jumlah
Jamaah Masjid Al Madinah, Sarana dan Prasarana, Struktur
Organisasi dan Uraian Kerja Pengurus.
BAB IV POLA KOMUNIKASI PENGURUS DALAM
MEMAKMURKAN MASJID AL MADINAH
CILEDUG – TANGERANG : Berisi Tentang Pola
Komunikasi Antar Sesama Pengurus Masjid, Pola
Komunikasi Antar Pengurus Dengan Jamaah.
BAB V PENUTUP : Berisi Tentang Kesimpulan, dan Saran –
Saran.
15
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pola Komunikasi
1. Pengertian Pola Komunikasi
Kata “pola” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bentuk
atau sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap yang mana pola dapat
dikatakan contoh atau cetakan.1 Sedangakan kata “pola” dalam Kamus
Ilmiah Populer artinya model, contoh atau pedoman (rancangan).2 Istilah
pola komunikasi biasa disebut sebagai model (tipe), yaitu sistem yang
terdiri atas berbagai komponen yang berhubungan satu sama lain untuk
mencapai tujuan secara bersama.
Komunikasi secara etimologi berasal dari bahasa latin
“communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang
berarti sama, sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi
komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu
pesan yang disampaikan oleh komunikator yang diterima oleh
komunikan.3 Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain sedangkan secara
paradigmatis, komunikasi berarti pola yang meliputi sejumlah komponen
berkorelasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1996), h. 778 2 Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arkola,
1994), h.605 3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 30
16
tertentu.4 Contohnya seperti ceramah, kuliah, dakwah, penyiaran radio dan
televisi dan sebagainya. Hakikat komunikasi adalah pikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat
penyalurnya.
Para ahli komunikasi juga mempunyai pendapat yang berbeda
mengenai pengertian komunikasi:5
1. Berelson dan Steiner (1964) “ Komunikasi sebagai penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan
simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan
lainnya.
2. Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (1981 : 18) menyatakan
bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama
lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.
3. Komunikasi adalah proses di mana seseorang individu atau
komunikator mengoperkan stimulant biasanya dengan lambang-
lambang bahasa (verbal maupun nonverbal) untuk mengubah tingkah
laku orang lain. (Carl I. Hovland).
4. Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau
emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol-
simbol. (Theodorson dan Thedorson).
4Drs. Tommy Suprapto, M.S,Pengantar Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: CAPS, 2011), h.
7 5 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
h. 32
17
5. Komunikasi adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara
sesama manusia. (Delton E, Mc Farland).
6. Komunikasi adalah proses sosial, dalam arti pelemparan pesan /
lambang yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh
pada semua proses dan berakibat pada bentuk perilaku manusia dan
adat kebiasaan. (William Albig).6
Pada 1976, Dance dan Larson mengumpulkan 126 definisi
komunikasi yang berlainan. Bisa jadi, sekarang jumlah itu telah
meningkat lebih banyak. Mereka mengidentifikasi tiga dimensi
konseptual penting yang mendasari perbedaan ke-126 definisi
temuannya itu, antara lain:7
1. Komunikasi dilihat dari tingkat observasi atau derajat
keabstrakannya
a) Komunikasi yang bersifat umum: menyatakan bahwa komunikasi
adalah proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian
lainnya dalam kehidupan. Dalam hal ini, komunikasi adalah gejala
yang umum ada dalam kehidupan, tidak ada kehidupan manusia
yang lepas dari proses komunikasi; dan
b) Komunikasi yang bersifat terlalu khusus, menyatakan bahwa
komunikasi adalah alat untuk tujuan-tujuan dan bidang-bidang
khusus, seperti untuk mengirimkan pesan militer, perintah dan
sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir dan sebagainya.
6 Drs. Tommy Suprapto, M.S,Pengantar Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: CAPS, 2011), h.
6 7 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h.
56-57
18
2. Komunikasi dengan Tingkat Kesengajaan
Sengaja berarti dilakukan denga sadar dan kadang terencana.
Dalam hal ini, komunikasi dilakukan secara sadar. Pesan dan
tindakan mengirimkan pesan dilakukan secara sadar. Komunikasi
dipahami sebagai situasi-situasi yang memugkinkan suatu sumber
mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan
disadari untuk memengaruhi perilaku penerima.
3. Definisi berdasarkan Tingkat Keberhasilan dan Diterimanya Pesan
Dalam hal ini, komunikasi dilihat dengan menekankan pada
keberhasilan dan diterimanya pesan. Misalnya, definisi yang
menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi
untuk mendapatkan saling pengertian. Sedangkan, yang tidak
menekankan keberhasilan, misalnya definisi yang menyatakan
bahwa komunikasi adalah proses transmisi informasi semata, tak
peduli pada tingkat keberhasilan penyampaian pesan tersebut.
2. Macam – macam Pola Komunikasi
a. Ditinjau Dari Aspek Sosial
Masing-masing orang mempunyai perbedaan dalam
mengaktualisasikan komunikasi. Dalam komunikasi dikenal pola-pola
tertentu sebagai manifestasi perilakumanusia dalam berkomunikasi.
Ditinjau dari aspek sosialnya, Joseph A. Devito membagi pola
komunikasi menjadi empat, yakni komunikasi antarpribadi,
19
komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan komunikasi
massa.8
1. Komunikasi Antarpribadi
R. Wayne Pace (1979), mengatakan: “interpersonal
communication is communication involving two or more in a face
to face setting.”9 Yakni, suatu proses komunikasi tatap muka yang
dilakukan antara dua orang (atau lebih).
Menurut sifatnya, komunikasi antarpersonal dibedakan menjadi
dua, yakni komunikasi diadik (dyadic communication) dan
komunikasi kelompok kecil (small group communication).
Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung
antara dua orang dalam situasi tatap muka yang dilakukan melalui
tiga bentuk percakapan, wawancara dan dialog. Adapun
komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang
berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka hal
mana anggota-anggotanya berinteraksi satu sama lain. Mengenai
batas jumlah anggota tidak secara tegas disebutkan. Ada yang
mengatakan antara 2-3 orang.10
2. Komunikasi Kelompok
Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya: Human
Communication, A Revision of Approaching
Speech/Communication, memberi batasan komunikasi kelompok
sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna
8 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007), h.28 9Ibid., h.31. 10Ibid., h.32
20
memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi
informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga
semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota
lainnya dengan akurat.11
Sesuatu dikatakan komunikasi kelompok karena, pertama,
proses komunikasi yang disampaikan oleh seorang pembicara
kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka.
Kedua, komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan mana
sumber dan mana penerima. Ketiga,pesan yang disampaikan
terencana tertentu.12
Jadi, komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai
sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Contoh: keluarga, tetangga, kelompok diskusi dan lain sebagainya.
Ada dua ukuran komunikasi kelompok. Yaitu kelompok kecil
dan kelompok besar. Kelompok kecil prosesnya berlangsung
secara dialogis, umpan baliknya terjadi secara verbal.13 Contoh:
ceramah, dan lain sebagainya. Kelompok besar ditujukan kepada
afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada perasaannya.14
3. Komunikasi Publik
11Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk. Teori Komunikasi (Jakarta : Universitas Terrbuka, 2011), h.
3.3 12Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 33 13 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
h. 75 14 Ibid. h. 75
21
Blog“kuliahonlinekomunikasi.blogspot.com/2011/9/komunikasipu
blik.html mengakatakan: “komunikasi publik adalah pertukaran pesan
dengan sejumlah orang yang berbeda dalam sebuah organisasi atau
yang di luar organisasi secara tatap muka atau melalui media”. Jadi,
komunikasi publik merupakan komunikasi yang dilakukan didepan
banyak orang.
4. Komunikasi Massa
Secara ringkas komunikasi massa bisa diartikan sebagai
komunikasi dengan menggunakan media massa.
b. Ditinjau Dari Aspek Manajemen Komunikasi
Ada empat pola komunikasi, yaitu komunikasi pola roda, pola
rantai, pola lingkaran, dan pola bintang (Mudjito).15 Keempat pola
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
1. Roda
Pola roda, seseorang berkomunikasi
pada banyak orang, yaitu: B, C, D
dan E.
15 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000),
h. 102
A C E
D
B
22
2. Rantai
Pola rantai, seseorang (A) berkomunikasi pada seseorang yang lain
(B), dan seterusnya ke (C), ke (D), dan ke (E).
3. Lingkaran
Pola lingkaran, hampir sama dengan pola rantai, namun orang terakhir
(E) berkomunikasi pula kepada orang pertama (A).
4. Bintang
Pola bintang, semua anggota berkomunikasi
dengan semua anggota.
B. Komponen Komunikasi
1. Source (sumber)
A
B
C
E
D
A C D E B
C
E
A
D
B
23
Sumber adalah dasar yang digunakan didalam penyampaian
pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.
Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.16
2. Communicator (penyampai pesan)
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara,
menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi, seperti : surat kabar,
radio, televisi, film dan sebagainya. Komunikator dalam penyampaian
pesannya bisa juga menjadi komunikan begitu juga sebaliknya. Syarat-
syarat yang harus di perhatikan oleh seorang komunikator adalah :
1. Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya.
2. Keterampilan berkomunikasi.
3. Mempunyai pengetahuan yang luas.
4. Sikap.
5. Memiliki daya tarik.17
3. Message (pesan)
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan
komunikator. Pesan dapat bersifat informatif, persuasif (bujukan) dan
coersif (memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi).
4. Channel (saluran)
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat
diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada
dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung
menurut dua saluran, yaitu :
16 Widjadja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), h. 11 17Ibid, h. 12
24
1. Saluran formal atau yang bersifat resmi.
2. Saluran informal atau yang bersifat tidak resmi.
5. Communican (penerima pesan)
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam tiga
jenis, yakni personal, kelompok dan massa.
6. Effect (hasil)
Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan
tingkah laku orang sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan.
C. Jenis - Jenis Komunikasi
Jenis-jenis komunikasi dapat dikelompokkan menjadi lima macam,
yaitu:18
1. Komunikasi tertulis.
Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang disampaikan secara
tertulis.
2. Komunikasi lisan.
Komunikasi lisan adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan.
Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung berhadapan atau tatap
muka dan dapat pula melalui telepon.
3. Komunikasi nonverbal.
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan
mimik, pantomim, dan bahasa isyarat.
4. Komunikasi satu arah.
18 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000),
h. 98
25
Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang bersifat koersif dapat
berbentuk perintah, instruksi, dan bersifat memaksa dengan
menggunakan sanksi-sanksi.
5. Komunikasi dua arah.
Komunikasi dua arah lebih bersifat informativ dan persuasiv dan
memerlukan hasil (feed back).
D. Metode Komunikasi
Dalam hal penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikanbanyak cara (metode) yang ditempuh, hal ini tergantung pada
macam-macam tingkat pengetahuan, pendidikan, sosial budaya, dan latar
belakang dari komunikan sehingga komunikator harus dapat melihat
metode atau cara apa yang akan dipakai supaya pesan yang disampaikan
mengenai sasaran.
Metode atau cara tersebut antara lain:
a. Komunikasi Satu Tahap
Komunikator mengirimkan pesan langsung kepada komunikan
sehingga timbul kemungkinan terjadi proses komunikasi satu arah.
b. Komunikasi Dua Tahap
Komunikator dalam menyampaikan pesannya tidak langsung kepada
komunikan, tetapi melalui orang-orang tertentu dan kemudian mereka
ini meneruskan pesan kepada komunikan.
c. Komunikasi Banyak Tahap
26
Dalam menyampaikan pesan, komunikator melakukan dengan cara-
cara lain, tidak selalu mempergunakan komunikasi satu tahap dan
komunikasi dua tahap akan tetapi dengan cara lain, yakni dengan
melalui berbagai tahap.19
E. Dampak Komunikasi
Setiap aktivitas komunikasi pasti memiliki efek. Pada dasarnya
komunikasi memiliki tiga dampak, yaitu:
1. Memberikan informasi, meningkatkan pengetahuan, menambah
wawasan. Tujuan ini sering disebut tujuan yang kognitif.
2. Menumbuhkan perasaan tertentu, menyampaikan pikiran, ide atau
pendapat. Tujuan ini sering disebut tujuan afektif.
3. Mengubah sikap, perilaku dan perbuatan. Tujuan ini sering disebut
tujuan konatif atau psikomotorik.20
F. Hambatan Komunikasi
Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim
(komunikator), transmisi, dan penerima. Hambatan komunikasi antara
lain:
a. Kurangnya perencanaan dalam komunikasi (tidak dipersiapkan
lebih dahulu).
b. Perbedaan persepsi
c. Perbedaan harapan.
19Ibid., h. 104. 20 Drs. Tommy Suprapto, M.S,Pengantar Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: CAPS, 2011),
h. 12
27
d. Kondisi fisik atau mental yang kurang baik.
e. Pesan yang tidak jelas.
f. Prasangka yang buruk.
g. Transmisi yang kurang baik.
h. Penilaian/evaluasi yang prematur.
i. Tidak ada kepercayaan.
j. Ada ancaman.
k. Perbedaan status, pengetahuan, bahasa.
l. Distorsi (kesalahan informasi).21
Ada beberapa hal yang seringkali menjadi hambatan dalam
komunikasi, diantara yang harus diperhatikan yaitu:
1. Gangguan
Menurut sifatnya, ada dua jenis gangguan terhadap jalannya
komunikasi:
1) Gangguan mekanik. Gangguan ini disebabkan oleh saluran atau
media yang digunakan dalam komunikasi. Seperti gangguan
alat komunikasi dan gangguan kesehatan.
2) Gangguan semantik. Gangguan jenis ini bersangkutan dengan
bahasa yang digunakan komunikator untuk menyampaikan
pesan kepada komunikan.
2. Kepentingan
Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif
dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang hanya akan
21 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000),
h. 100
28
memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan
kepentingannya. Kepentingan tidak hanya mempengaruhi perhatian
saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan
tingkah laku.
3. Motivasi terpendam
Motivasi akan membuat seseorang berbuat sesuatu yang sesuai
dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai
komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar pula
kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh
komunikan.22
4. Hambatan Psikologis dan Sosial
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu
komunikasi. Misalnya, bencana yang menimbulkan trauma pada
komunikan sehingga sulit diajak komunikasi.
Selain itu faktor prasangka juga merupakan hambatan yang
berat bagi suatu komunikasi, karena orang yang mempunyai
prasangka, terlebih yang tidak baik, akan cepat bersikap curiga dan
menentang komunikator yang hendak melakukan komunikasi. Dalam
prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan tanpa
menggunakan pikiran yang rasional.23
22 Onong U. Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi(Bandung : PT Citra Aditya
Bakti, 2003 ), h.45 23 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009 )
h.64
29
G. Memakmurkan Masjid
1. Pengertian Masjid
Kata masjid merupakan isim yang diambil dari kata sujud,
bentuk dasarnya adalah sajada – yasjudu. Al – Masjid berarti tempat
sujud. Menurut Az – Zujaj, semua tempat ibadah disebut masjid.24
Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat
shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam
umat islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat
berjamaah.
Masjid adalah rumah Allah SWT (baitullah) yang dibangun
sebagai sarana bagi umat islam untuk mengingat, mensyukuri, dan
menyembah Allah SWT dengan baik. Selain itu, masjid juga
merupakan tempat melaksanakan berbagai aktivitas amal saleh, seperti
tempat bermusyawarah, pernikahan, benteng dan strategi perang,
mencari solusi permasalahan yang terjadi di tengah-tengah umat dan
sebagainya.25
Sejalan dengan arti penting keberadaan masjid di tengah-
tengah masyarakat muslim inilah Al-Qur’an banyak menyebut-nyebut
kata masjid dalam beberapa ayat-ayatnya antara lain:
24 Dr. Huri Yasin, Fikih Masjid, (Jakarta: Pustaka Al – Kautsar, 2007), h. 11 25 Drs. Cecep Castrawijaya M.M, M.A, Manajemen Masjid Antara Teori dan Praktek,
(Bogor : Titian Nusa Press, 2010), h. 3
30
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang
menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid
Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? mereka itu tidak
sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan
rasa takut (kepada Allah). mereka di dunia mendapat kehinaan
dan di akhirat mendapat siksa yang berat”. (Q.S. Al Baqarah. 114)
“Bertasbih (Yang bertasbih ialah laki-laki yang tersebut
pada ayat 37 berikut) kepada Allah di masjid-masjid yang telah
diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di
dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari
itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. (Q.S. An-Nur, 36-37).
2. Pengertian Memakmurkan Masjid
Dalam kamus besar bahasa Indonesia makmur adalah banyak
hasil, banyak penduduk dan sejahtera, serba kecukupan dan tidak
kekurangan. Kemakmuran berarti keadaan makmur.Sedangkan
memakmurkan adalah membuat (menyebabkan, menjadikan)
makmur.26
Memakmurkan masjid disebutkan oleh Allah SWT di dalam
surat At-Taubah ayat 18 yaitu :
26Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka, 1996.
31
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang
diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk.”
“Al-Baidhawi dalam tafsirnya ketika menafsirkan surat At-
Taubah ayat 18 mengatakan:”Hanyalah yang memakmurkan
masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat, maksudnya memakmurkan masjid-masjid
tersebut hanyalah bisa direalisasikan oleh orang-orang yang
menghimpun sifat-sifat kesempurnaan ilmiah dan alamiah (yang
disebutkan dalam ayat) berupa memakmurkannya, menghiasinya
dengan permadani, meneranginya dengan lampu-lampu dan
mendawamkan ibadah, dzikir, serta pelajaran-pelajaran (ilmu-ilmu
agama) di dalamnya, juga menjaganya dari apa saja yang tidak
termasuk ke dalam tujuan pembangunan masjid-masjid tersebut
seperti: memperbincangkan tentang dunia.”27
3. Langkah-Langkah Pemakmuran Masjid
Salah satu faktor penting dalam upaya memakmurkan masjid
adalah adanya dukungan yang besar dari pengurus dan jamaah masjid.
Karena itu, harus terjalin kerjasama yang baik antara pengurus dengan
jamaah masjid. Masjid tidak akan makmur apabila pengurusnya tidak
aktif, tapi meskipun pengurusnya aktif tetap saja masjid tidak bisa
makmur bila tidak ada dukungan penuh dari jamaah.
Menurut Ahmad Yani dalam bukunya, Panduan Memakmurkan
Masjid, suatu proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang
ideal, dilakukan oleh seorang pemimpin pengurus masjid bersama staf
dan jamaahnya melalui berbagai aktifitas yang positif. Dengan
27 Al-Baidhawi, Anwar At-Tanzil Wa Asrar At-Ta’wil, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah,
1999). Cet. I, Jilid I, h. 399.
32
demikian, ketua pengurus masjid harus melibatkan seluruh kekuatan
masjid untuk mewujudkan kemakmuran masjid.28
Sekurang-kurangnya, ada sembilan langkah yang harus ditempuh
dalam upaya memakmurkan masjid.29
1. Menyamakan Persepsi
Menyamakan persepsi dan memberikan pemahaman yang
utuh tentang urgensi, peran dan fungsi masjid, serta bagaimana
mewujudkannya agar menjadi masjid yang ideal pada masa kini
dan mendatang merupakan sesuatu yang amat penting dan
mendasar.
2. Konsolidasi Pengurus
Pengurus masjid harus betul-betul solid, mulai dari
jumlahnya yang cukup, memiliki semangat kerja, memiliki
pemahaman yang utuh tentang masjid yang ideal, memahami tugas
dan tanggung jawabnya sebagai pengurus yang tertera dalam job
description (uraian kerja), dan meningkatkan kemampuan kerja
dalam kapasitasnya sebagai pengurus masjid.
Disamping itu, konsolidasi pengurus masjid juga bisa
dilakukan dengan rapat-rapat rutin agar selalu terpantau
perkembangan kerja pengurus dan komunikasi yang intensif
antarsesama pengurus dalam mengemban amanah kepengurusan
masjid.
3. Konsolidasi Jamaah
28 Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2009). Cet.
1, h. 145-146 29Ibid h. 165
33
Konsolidasi jamaah ini menjadi sangat penting, apalagi
pada masa sekarang yang tingkat partisipasi jamaah terhadap
kegiatan masjid masih tergolong rendah. Usaha yang bisa
dilakukan dalam konsolidasi jamaah antara lain: Pertama, perlu
ditanamkannya persepsi yang utuh tentang urgensi masjid bagi
kaum Muslimin dan peran serta fungsinya pada masa Rasulullah
SAW. Untuk selanjutnya dikembangkan pada masa sekarang dan
yang akan datang. Kedua, pengurus masjid perlu melakukan
pendekatan individual untuk menyentuh hati jamaah guna
berpartisipasi aktif dalam kegiatan masjid. Ketiga, pengurus masjid
meminta pendapat jamaah tentang apa saja kegiatan yang perlu
diselenggarakan di masjid, sekaligus menampung aspirasi jamaah
tentang aktivitas apa saja yang mereka kehendaki. Saran dan kritik
juga harus dibuka dan ditampung oleh pengurus masjid, sehingga
jamaah memiliki perhatian lebih terhadap masjid.
4. Perumusan Program Kegiatan
Pemakmuran masjid tentu saja bisa dicapai dengan
pelaksanaan program yang bervariasi, sesuai dengan tingkat
kebutuhan jamaah dan kemampuan melaksanakannya. Oleh karena
itu, program kegiatan masjid harus dirumuskan oleh pengurus
masjid dengan meminta masukan dari jamaah, baik jenis kegiatan,
waktu pelaksanaan, penanggung jawab, tujuan, dan target yang
hendak dicapai, hingga perkiraan biaya yang diperlukan.
5. Memperbaiki Mekanisme Kerja
34
Salah satu faktor utama bagi terlaksananya program
kegiatan masjid adalah mekanisme kerja pengurus yang baik.
Untuk itu, pengurus masjid harus memperbaiki mekanisme
kerjanya dari waktu ke waktu.
6. Menumbuhkan Rasa Memiliki Terhadap Masjid
Pemakmuran masjid juga dapat dilakukan manakala
pengurus dan jamaahnya telah tumbuh pada diri mereka rasa
memiliki terhadap masjid. Adanya rasa memiliki terhadap masjid
akan membuat seseorang memiliki tanggung jawab terhadap
makmur dan tidaknya sebuah masjid.
7. Melengkapi Fasilitas Masjid
Terselenggaranya kegiatan yang membuat masjid menjadi
makmur amat memerlukan fasilitas fisik masjid yang memadai.
8. Menggalang Pendanaan Masjid
Daya dukung yang tidak bisa dipisahkan dari upaya
memakmurkan masjid adalah dana yang cukup. Agar masjid
memiliki dana yang cukup, di samping melalui tromol jumat,
penggalangan dana lain yang perlu dilakukan adalah mencari dan
menetapkan donator tetap setiap bulan, penyewaan sarana masjid
seperti aula, dan usaha-usaha lain yang memungkinkan dan tidak
mengikat.
9. Menggalang Kerja Sama Antarmasjid
Kurang lebih, ada enam bidang kemasjidan yang bisa
dikerjasamakan melalui jaringan kerja sama masjid. Pertama,
35
tukar-menukar informasi. Kedua, kerja sama program seperti
koperasi masjid, seminar, pesantren kilat dan lain-lain. Ketiga,
bantuan dana yang bisa dilakukan dalam bentuk bantuan barang-
barang yang diperlukan oleh suatu masjid. Keempat, studi banding
untuk menemukan kekurangan masjid sendiri dan melihat
kelebihan masjid lain untuk bisa dikembangkan pada masjid
masing-masing. Kelima, pengembangan khatib dan mubaligh
dengan pelatihan, penugasan, atau magang di berbagai masjid dan
meningkatkan wawasan serta kemampuan khatib. Keenam,
pendayagunaan sumber manusia (SDM) yang dimiliki oleh
masing-masing masjid.
Agar pengurus masjid dapat bekerja sama dengan baik dalam
menjalankan roda kepengurusan, diperlukan mekanisme kerja yang
baik. Untuk itu, manajemen (idarah) masjid mesti diterapkan. Idarah
masjid adalah suatu proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid
yang ideal.30 Manakala kepengurusan masjid menggunakan
manajemen (idarah) yang baik, ada banyak manfaat yang akan
diperolehnya. Pertama, tujuan atau target kemakmuran masjid yang
hendak dicapai akan terumuskan dengan jelas dan matang. Kedua,
usaha mencapai tujuan kemakmuran masjid bisa dilaksanakan secara
bersama-sama dengan kerja sama yang baik melalui koordinasi yang
rapi. Sehingga, meskipun tugas atau pekerjaan pengurus masjid berat,
30 Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2009). Cet.
1, h. 145
36
dapat dilaksanakan dengan ringan. Ketiga, dapat dihindari terjadinya
tumpang tindih antara pengurus yang satu dengan lainnya. Karena,
dalam kepengurusan akan dijelaskan masing-masing porsi pekerjaan
yang harus dilaksanakan dan tanggung jawab yang diemban. Keempat,
pelaksanaan tugas memakmurkan masjid dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien. Kelima, pengontrolan dan evaluasi bisa
dilaksanakan dengan menggunakan standar atau tolak ukur yang jelas.
Keenam. Gejala penyimpangan kerja dapat dicegah. Karena, mudah
mendeteksinya dan bila penyimpangan betul-betul terjadi bisa
dihentikan.31
31Ibid h. 146
37
BAB III
GAMBARAN UMUM PENGURUS MASJID AL-MADINAH
A. Sejarah Terbentuknya Pengurus Manajemen Masjid Al Madinah
Letak masjid Al Madinah yang berada dikawasan Central Bisnis
Distrik (CBD) Ciledug kota Tangerang begitu strategis bagi
pengembangan dakwah dan syiar Islam. Pembangunan masjid Al Madinah
yang digagas oleh Bapak Ir. Achmadin Achmad sebagai Direktur Utama
PT. SIL yaitu pengembang CBD Ciledug. Masjid yang diresmikan oleh
Walikota Tangerang Bapak Drs. H. Wahidin Halim, M.Si pada 2
September 2007 ini memiliki luas 1500 M2. Arsitektur dan nuansa masjid
Al Madinah terinpirasi dari keunikan masjid Nabawi yang berada di kota
Madinah.
Sedangkan terbentuknya pengurus Manajemen Masjid Al Madinah
(MMA). Bermula dari Bapak Achmadin Achmad yang menunjuk
langsung Ustad. H. MA. Rasyid untuk menjadi pimipinan harian masjid Al
Madinah dan diminta untuk mengajak para aktivis masjid yang ada
dilingkungan Karang Tengah dan sekitarnya untuk menjadi pengurus
MMA. Sejak itulah MMA terbentuk.
B. Profil Pengurus Masjid Al Madinah
Masjid Al Madinah adalah masjid yang berhasil tumbuh menjadi
sentral dinamika umat dan menjadi sentral bagi masjid yang lainnya
38
terutama bagi 39 masjid yang ada di Kecamatan Karang Tengah.1 Keadaan
pengurus memegang peranan penting dalam kemakmuran masjid tersebut.
Ada beberapa ciri khas yang merupakan profil pengurus masjid Al
Madinah, yaitu: takut kepada Allah SWT, memiliki aqidah yang kokoh,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, memakai pakaian yang baik, cinta
pada masjid, menyenangi kebaikan dan persatuan, tidak menghalangi
kebaikan, dan memiliki semangat keilmuan.
C. Visi dan Misi Pengurus Manajemen Masjid Al Madinah
Masjid Al Madinah memiliki Visi dan Misi yaitu menjadikan
masjid Al Madinah menjadi pemersatu ummah dan menjadi pusat
pembinaan aqidah dan sosial kemasyarakatan melalui program community
development “save our ummah” dengan pengertian menjaga ummah
dengan pendidikan, pembinaaan keilmuan, ekonomi dan juga pelayanan-
pelayanan ibadah.2
D. Tujuan Pengurus Manajemen Masjid Al Madinah
Tujuan dari pengurus Manajemen Masjid Al Madinah adalah untuk
mewujudkan fungsi masjid seperti apa yang diajarkan oleh Rasulullah
SAW, yaitu sebagai tempat menanamkan nilai ketaqwaaan, kebajikan dan
membangun ekonomi terutama potensi perekonomian masyarakat sekitar,
serta sebagai tarbiyah yang dapat mencetak generasi-generasi yang cinta
Qur’an dan penyebaran syiar Islam.
1Wawancara Pribadi dengan Rudi Hartono, Tangerang, 12 Juli 2012 2 Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdullah, Sekretaris Al Madinah, di ruang
kesekretariatan, 20 Desember 2012
39
E. Program Pengurus Masjid Al Madinah
1. Mobil LAZ Layanan Peduli/Layanan Jenazah
2. Layanan Kesehatan Umat (LKU)
1) Pengobatan Gratis (Sabtu, 09:00 WIB)
2) Terapi Bekam
3. Ta’mir Masjid Al Madinah
1) Majelis Dhuha (Sabtu, 07:00 WIB)
2) Majlis Tilawah (Ahad, 16:00 WIB)
3) Majlis Muslimah (Kamis, 13:00 WIB)
4) Qiyamullail (Malam Ahad, 02:00 WIB)
5) Kajian Ahad Subuh (Ahad, 04:30 WIB)
6) Club Jantung Sehat (Rabu & Jum’at, 07:00 WIB)
7) Belajar Baca Al-Qur’an (Kamis, 07:00 WIB)
8) Lembaga Tahsin Al-Qur’an (Senin & Rabu, 08:00 WIB)
9) Kajian Arab melayu (Fiqih Muslimah) (Selasa, 07:00 WIB)
10) Ta’lim Kitab (Sabtu, Ba’da Maghrib)
11) Tafsir Al-Qur’an (Jum’at, 08:30 WIB)
12) Puasa Sunnah Senin dan Kamis (Ba’da Ashar)
13) Tadarus Al-Qur’an Khusus Kaum Bapak (Selasa, Ba’da Maghrib)
4. Peduli Bencana Alam
5. Santunan dan Beasiswa Yatim dan Piatu
6. Bandan Pemberdayaan Ekonomi Ummat
40
7. Kajian Remaja SMA/SMK-Keatas (Malam Sabtu, Shalat Isya
Berjama’ah)
8. Madrasah Diniyyah Takmiliyah (Selasa, rabu dan kamis, Ba’da Ashar)
9. Al Madinah Trening Center
10. SMART-G Marchandise (kegiatan usaha remaja Al Madinah)
F. Kegiatan dan Perkembangan Jumlah Jamaah Masjid Al Madinah
Dalam penelitian ini, dari perkembangan jamaah dibagi ke dalam
beberapa bagian sesuai bulan, yaitu dimulai bulan Mei hingga Oktober
2012. Data selengkapnya tentang perkembangan jamaah dilihat dari bulan
ke bulan dalam penelitian ini dapat dilihat pada table-tabel di bawah ini:
1. Majelis Dhuha (Sabtu, 07:00 WIB)
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Laki-laki 200 250 245 190 203 245
Perempuan 400 330 423 400 300 395
Jumlah 600 580 668 590 503 640
2. Majlis Tilawah (Sabtu, 16:00 WIB)
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Laki-laki 7 9 6 7 11 8
Perempuan 3 4 4 4 3 5
Jumlah 10 13 10 11 14 13
3. Majlis Muslimah (Kamis, 13:00 WIB)
41
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Perempuan 75 69 78 80 75 76
4. Qiyamullail (Malam Ahad, 02:00 WIB)
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Laki-laki 7 6 5 6 7 7
Perempuan 5 7 5 5 6 7
Jumlah 12 13 10 11 13 14
5. Kajian Ahad Subuh (Ahad, 04:30 WIB)
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Laki-laki 15 12 14 15 11 13
Perempuan 10 9 12 10 11 11
Jumlah 25 21 26 25 22 24
6. Club Jantung Sehat (Rabu & Jum’at, 07:00 WIB)
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Perempuan 35 40 37 32 35 40
7. Belajar Baca Al-Qur’an (Kamis, 07:00 WIB)
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Perempuan 20 15 16 19 18 16
8. Lembaga Tahsin Al-Qur’an (Senin & Rabu, 08:00 WIB)
42
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Laki-laki 4 3 5 4 5 3
Perempuan 30 34 32 32 29 35
Jumlah 34 37 37 37 34 38
9. Kajian Arab Melayu (Fiqih Muslimah) (Selasa, 07:00 WIB)
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Perempuan 45 39 43 41 45 46
10. Ta’lim Kitab (Sabtu, 18:00 WIB s/d Selesai
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Laki-laki 10 11 8 11 8 9
Perempuan 5 9 7 7 5 7
Jumlah 15 20 15 18 13 16
11. Tafsir Al-Qur’an (Jum’at, 08:30 WIB)
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Laki-laki 3 5 7 4 5 6
Perempuan 7 7 6 6 7 9
Jumlah 10 12 13 10 12 15
12. Istighosa& Maulid Nabi SAW (Setiap Awal Bulan, Shalat
Maghrib Berjama’ah)
43
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Laki-laki 50 55 50 49 50 53
Perempuan 50 60 55 62 50 49
Jumlah 100 115 105 111 100 102
13. Tadarus dan Tadabur Al-Qur’an Bapak-Bapak(Selasa, 18:00 WIB
s/d Isya)
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Laki-laki 35 40 39 36 34 39
14. Tadarus dan Tadabur Al-Qur’an Remaja & Ibu-Ibu(Rabu, 18:00
WIB s/d Isya)
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Laki-laki 5 6 5 5 5 6
Perempuan 7 7 8 6 7 8
Jumlah 12 13 13 11 12 14
15. Kajian Remaja SMA/SMK-Keatas (Malam Sabtu, Shalat Isya
Berjama’ah)
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Laki-laki 23 24 27 20 34 29
Perempuan 30 26 19 20 40 30
Jumlah 53 50 46 40 74 59
44
16. Madrasah Diniyyah Takmiliyah (MDT)
Kategori Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Laki-laki 19 20 21 18 20 20
Perempuan 20 20 23
19 20 20
Jumlah 39 40 44 37 40 40
G. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana Masjid Al Madinah Ciledug Tangerang
sebagai berikut:
1. Ruang utama shalat : 1 Unit (500 m2)
2. Aula ( Ruang Serba Guna ) : 1 Unit (160 m2)
3. Kantor Kesekretariatan : 1 Unit (38 m2)
4. Ruang Takmir : 1 Unit (32 m2)
5. Ruang LKU (Layanan Kesehatan Umat) : 1 Unit (12 m2)
6. Ruang Istirahat Imam dan Pengurus : 1 Unit (10 m2)
7. Dapur : 1 Unit (7 m2)
8. Gudang : 1 Unit (12 m2)
9. Perpustakaan : 1 Unit (10 m2)
10. Ruang Penyimpanan Sound Sistem : 1 Unit (9 m2)
11. Ruang Tamu : 1 Unit (13 m2)
12. Tempat Wudhu : 2 Unit (85 m2)
13. Area Parkir : 1 Unit (90 m2)
45
14. Halaman / Taman : 1 Unit (250 m2
H. Struktur dan Uraian Kerja Pengurus
1. Struktur Organisasi
2. Uraian Tugas Pengurus Manajemen Masjid Al- Madinah
1. Pimpinan Umum
SEKRETARIS
Abdullah, HB, SH
PIMPINAN UMUM
H. Nashran Aziz Santoso
Ahmadin
PIMPINAN HARIAN
H. MA. Rasyid, HD, S.Ag
REMAJA
MASJID M. Zaki Arifin, S.Thi
HIMPUNAN QORI-QORIAH
Abdul Hamid
MAJELIS MUSLIMAH
Mimi Jamilah
LAYANAN KESEHATAN
UMMAT Hj. Kokom
BENDAHARA
Ade Wahyudi, SH
Keamanan dan Taman
1. Tarmiji
2. M. Aden
3. Mamet
BIDANG RUMAH TANGGA
1. Muhammad Sofyan
2. Solihin
3. Syaefudin
BIDANG PERIBADATAN
IMAM
1. H. Abdul Wahid, SQ
2. H. Muhaimin, SQ
3. Syahari, SQ
4. Ahmad, SQ
MUADZIN
1. Abdul Hamid
2. Abdul Rosyid Achyadi
3. Ahmad Fauzi
LEMBAGA AMIL ZAKAT
Rudi Hartono, S.Pd
LEMBAGA TAHFIDZ
H. Abdul Wahid, SQ
Diana Handayani
Nani
NANI
MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH
(MDT)
46
Fungsi dan Tanggung Jawab :
1) Mengetahui dan mengawasi segala aktifitas ketua harian
2) Mengetahui dan mengawasi semua program yang dilakukan ketua
harian beserta staf-stafnya.
2. Pimpinan Harian
Fungsi dan Tanggung Jawab :
1) Menjalankan roda kepengurusan dengan sebaik-baiknya
2) Mengendalikan dan mengawasi program kerja yang telah
ditetapkan
3) Bersama dengan bagian kesekretariatan menentukan kebijakan
organisasi dan menjalankan fungsi administrasi umum
4) Bersama dengan bagian bendahara mengupayakan ketersediaan
dana guna menunjang program kerja
3. Kesekretariatan
Fungsi dan Tanggung Jawab :
1) Bersama ketua harian melaksanakan kebijakan umum untuk
kegiatan administrasi bagi kelancaran program
2) Bertanggung jawab dalam proses surat menyurat
3) Bertanggung jawab terhadap pengendalian kearsipan
4) Menyiapkan bahan-bahan rapat pengurus harian dan bagian takmir
5) Bertanggung jawab terhadap persediaan alat tulis kantor (ATK)
dan kelengkapan tata usaha lainnya
6) Membuat laporan kegiatan dan dilaporkan kepada ketua harian
4. Bendahara
47
Fungsi dan Tanggung Jawab :
1) Merencanakan anggaran rutin maupun insidentil
2) Menggali dan mencari sumber dana bersama pengurus harian
3) Mengendalikan penggunaan dana secara efektif dan efisien
4) Menyiapkan dan menyimpan arsip yang berhubungan dengan
keuangan (kwitansi, tanda terima, materai, dan lain-lain)
5) Mencatat penerimaan dan pengeluaran keuangan yang rutin
maupun insidentil
6) Membuat laporan bulanan dan dilaporkan kepada ketua harian
5. Bidang Peribadatan
1. Imam
Fungsi dan Tanggung Jawab :
1) Melakukan pembinaan untuk kegiatan peribadatan
2) Memberikan saran dan bimbingan kepada pengurus dalam
memakmurkan masjid
3) Memakai baju gamis dalam melaksanakan tugas
4) Harus sudah berada di tempat 5 menit sebelum bertugas
5) Apabila berhalangan hadir harap menghubungi bagian
kesekretariatan
6) Setelah pelaksanaan shalat jum’at imam di perkenankan membaca
Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan Annas masing-masing tiga
kali.
7) Setelah shalat rawatib diharap membaca wirid
48
8) Untuk shalat maghrib dan subuh imam diharapkan bermusafaha
dengan jamaah
2. Muadzin
Fungsi dan Tanggung Jawab :
1) Harus berada di masjid 10 menit sebelum menjalankan tugas
2) Memakai gamis dalam menjalankan tugas
3) Memberikan saran dan pemasukan untuk kelancaran program kerja
4) Apabila berhalangan hadir harap menghubungi bagian
kesekretariatan
5) Membaca surat Yaasin sebelum pelaksanaan shalat jum’at
6. Rumah Tangga
Fungsi dan Tanggug Jawab :
1) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan program
kerja
2) Menjaga dan merawat dengan baik alat-alat kebersihan
3) Menjaga, memantau kebersihan dan ketertiban masjid
4) Untuk kebersihan dilakukan tiga kali dalam sehari
Pagi, 07.00 WIB sampai selesai
Siang, 13.00 WIB sampai selesai
Malam, 20.00 WIB sampai selesai
5) Pintu tempat wudhu dibuka jam 11.00 WIB dan ditutup jam 20.30
(kecuali ada acara)
6) Menyiram lantai kamar mandi pada setiap waktu shalat
7) Menghidupkan sound sistem 10 menit sebelum waktu shalat
49
8) Menghidupkan kaset 15 menit sebelum waktu shalat subuh dan 1
jam sebelum shalat jum’at
9) Mempersiapkan perlengkapan dalam acara rutin maupun insidentil
7. Keamanan dan Taman
Fungsi dan Tanggung Jawab :
1) Menjaga keamanan dan kenyamanan di lingkungan masjid
2) Menjaga kebersihan dan merawat taman
3) Menjaga parkiran pada kegiatan rutin maupun insidentil
4) Menyediakan tempat untuk penitipan sandal, sepatu dan barang
5) Berpenampilan sopan dan rapih serta ramah kepada jamaah
6) Apabila berhalangan hadir harap menghubungi bagian
kesekretariatan
50
BAB IV
POLA KOMUNIKASI PENGURUS DALAM MEMAKMURKAN MASJID
AL MADINAH CILEDUG – TANGERANG
A. Pola Komunikasi Antar Sesama Pengurus Masjid
Pengurus masjid adalah mereka yang menerima amanah jamaah
untuk memimpin dan mengelola masjid dengan baik dan memakmurkan
baitullah.Tanggung jawab utama pengurus masjid adalah menjalankan
mekanisme yang baik dalam upaya memakmurkan masjid. Pengurus
masjid terdiri dari beberapa orang. Ada pimpinan, sekertaris, bendahara
dan bagian-bagian yang bertugas sesuai dengan kedudukan dan lingkup
kerjanya masing-masing.
Menjadi pengurus masjid bukanlah pekerjaan yang ringan. Tugas
dan tanggung jawabnya cukup berat. Pengurus masjid tentu saja memiliki
pendapat, gagasan, ide-ide, harapan dan keinginan bagi pencapaian masjid
yang makmur. Hal itu harus dikomunikasikan dengan baik di antara
sesama pengurus agar terbentuk persepsi yang sama tentang bagaimana
masjid yang makmur dan bagaimana mencapai pemakmurannya. Forum
yang paling tepat untuk menyamakan persepsi dan strategi pencapaian
pemakmuran masjid adalah rapat pengurus masjid.1 Karena itu, pengurus
masjid perlu menyepakati berapa lama frekuensi penyelenggaraan rapat
agar masing-masing pengurus dapat menyiapkan waktu dan pemikiran.
1Wawancara pribadi dengan Bapak H. MA. Rasyid, HD, S. Ag. Pimpina Harian Masjid
Al Madinah 20 Desember 2012 pada kegiatan Majelis Duha
51
Oleh karena itu, rapat pengurus masjid merupakan sesuatu yang sangat
penting bagi upaya membangun mekanisme kerja kepengurusan yang baik.
Pengurus masjid Al Madinah terdiri dari 24 orang. Ada pimpinan
umum, pimpinan harian, sekertaris, bendahara, bidang peribadatan,
Lembaga Amil Zakat (LAZ), himpunan Qori – Qoriah, lembaga tahfidz,
majelis remaja, majelis muslimah, layanan kesehatan, Madrasah Diniyah
Taklimiyah (MDT), bidang rumah tangga, serta keamanan dan
taman.Dalam melaksanakan tugas pengurus tidak boleh berjalan sendiri-
sendiri. Koordinasi dan kerja sama merupakan sifat utama dalam praktek
berorganisasi. Dalam bekerja sama inilah diperlukan adanya komunikasi
dan kekompakan, baik dalam melaksanakan kegiatan masjid maupun
dalam upaya memecahkan berbagai kendala, masalah dan hambatan yang
timbul. Meskipun semua pengurus melakukan komunikasi dengan
berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan dan sistem pesan
yang dipakai antara pengurus yang satu dengan pengurus yang lainnya
bervariasi atau berbeda-beda.
Komunikasi merupakan bagian terpenting yang perlu mendapat
perhatian ekstra bagi pemimpin ketika ingin mempengaruhi orang lain
untuk mau mengerjakan perintahnya ataupun dalam proses pengambilan
keputusan. Keberhasilan pemimpin sangatlah ditentukan dalam
keterampilan berkomunikasi. Meskipun komunikasi bukan obat mujarab
untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena persoalan atau
konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural. Namun
paling tidak, dengan adanya komunikasi pemimpin yang baik dan
52
menyenangkan, diharapkan persoalan atau konflik antara kepentingan
pribadi dengan kepentingan organisasi yang sering terjadi, baik antara
pimpinan umum dengan pimpinan harian, pengurus dengan pengurus,
yang mengganggu jalannya roda kepengurusan dalam mencapai tujuannya
bisa dihindari. Komunikasi kepemimpinan menjadi syarat dalam
menciptakan, membina dan mengembangkan hubungan baik antara
pimpinan (pimpinan umum dan pimpinan harian) dengan pengurus untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, yang membuat
pimpinan umum dan pimpinan harian sukses dalam tugasnya, salah satu
aspek yang mereka gunakan adalah keterampilan komunikasi. Jika
komunikasi yang mereka lakukan berjalan baik, maka mereka akan
disenangi, disegani, dan dihormati oleh semua pengurus dan jamaah.
1. Pola Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan umum kepada
pimpinan harian beserta staf-stafnya adalah komunikasi antar pribadi.
Tetapi intensitas komunikasi yang dilakukan pimpinan umum lebih
banyak hanya kepada pimpinan harian. Karena tugas beliau memang
hanya mengetahui dan mengawasi segala aktifitas pimpinan harian serta
mengetahui dan mengawasi semua program yang dilakukan ketua harian
beserta staf-stafnya. Hal-hal yang sering beliau komunikasikan adalah
masalah kegiatan dan kinerja pengurus. Selain itu pimpinan umum pun
berkomunikasi dengan sekertaris mengenai administrasi, kearsipan dan
bahan-bahan rapat pengurus, sedangkan hal yang dikomunikasikan dengan
bendahara tentunya masalah keuangan, yakni saldo pemasukan dan
53
pengeluaran. Dan hal yang dikomunikasikan dengan LAZ mengenai
pemasukan zakat dan pengeluarannya.Terkadang anggota atau pengurus
sulit melaksanakan tugas dengan baik disebabkan instruksi yang diberikan
oleh pimpinan terkadang tidak jelas, sulit dimengerti dan dipahami.
Apalagi bagi anggota atau pengurus baru yang belum mengenal suasana
lingkungan kerjanya.
Metode yang dipakai dalam komunikasi dengan bawahannya
adalah metode komunikasi banyak tahap. Yaitu terkadang komunikasi
dilakukan secara langsung ketika rapat atau ketika hadir dalam acara
tabligh akbar dan sebagainya, tapi terkadang melalui orang lain seperti
pimpinan harian dan pengurus yang lainnya atau melalui media seperti
telepon, sms (short massage service) atau media jejaring sosial facebook.
Jika ada pengurus yang bermasalah maka beliau menegurnya secara
langsung dan melakukan komunikasi empat mata (komunikasi antar
pribadi).
2. Pola Komunikasi Kelompok
Komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan harian kepada seluruh
staf-stafnya adalah komunikasi verbal dan non verbal. Pola komunikasi
yang digunakan adalah pola kelompok. Karena, beliau berkomunikasi
dengan banyak orang (semua pengurus dan jamaah). Salah satu dari sekian
tugas beliau adalah memberikan instruksi kepada semua pengurus untuk
melakukan tugasnya masing-masing. Oleh sebab itu, ia dituntut untuk bisa
membimbing anggotanya agar dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih
baik.
54
Menurut saudara Rudi Hartono (LAZ), H. MA. Rasyid, HD, S.Ag
(Pimpinan Harian) merupakan orang yang memiliki keterampilan
komunikasi. Beliau mengerti bagaimana cara memberikan instruksi dan
tugas yang jelas dan mudah dipahami oleh para pengurus, bagaimana
mengkomunikasikan kebijakan kepengurusan kepada semua pengurus,
bagaimana frekuensi komunikasi pimpinan dengan bawahan dan
bagaimana memotivasi pada bawahan serta menggugah daya gerak mereka
untuk bekerja lebih giat. Contohnya dengan memberikan penghargaan
berupa umrah gratis kepada pengurus yang mempunyai prestasi baik.
Beliaupun menerima kritik dan saran dari pengurus. Jika ada anggota atau
pengurus baru ia akan memperkenalkannya kepada pengurus-pengurus
yang lain, sehingga memberikan kesan pada pengurus baru itu bahwa
kedatangannya disambut dengan baik. Hal tersebut juga dikatakan oleh
pengurus yang lain di antaranya bapak Abdullah dan bapak Wahyudi.
Walaupun beliau sibuk, tapi ia menyediakan waktu untuk
berkomunikasi dengan para pengurus dan jamaah. Komunikasi yang
dilakukannya dengan banyak cara seperti ketika ada pertemuan, pertemuan
empat mata, saat berjalan di area masjid, setelah shalat berjamaah dan lain
sebagainya. Dengan seperti itu beliau merasa banyak maanfaat yang diraih
diantaranya: mengetahui pendapat pengurus tentang dirinya, tentang
pekerjaan mereka, mengetahui pendapat jamaah tentang pengurus serta
pelayanannya dan hal-hal penting lainnya.
55
Salah satu daya dukung bagi pemakmuran masjid yang baik bila
dilihatdari sisi kepengurusan salah satunya adalah bidang keskretariatan.2
Kepengurusan masjid tidak hanya harus memiliki seorang sekretaris yang
handal dalam bekerja, tapi juga punya ruang sekretariat yang memadai
dengan sarana yang memungkinkan bagi pelaksanaan tugas bidang
kesekretariatan. Bapak Abdullah, HB, SH merupakan sekertaris MMA
(Manajemen Masjid Al Madinah) yang bertugas bersama pimpinan harian
melaksanakan kebijakan umum untuk kegiatan administrasi seperti catat-
mencatat, tulis-menulis, kearsipan dan sebagainya demi kelancaran semua
program. Pola komunikasi yang ia lakukan adalah pola komunikasi
kelompok. Yaitu berkomunikasi pada banyak orang. Seperti kepada
pimpinan, sesama pengurus dan jamaah. Jenis komunikasi yang beliau
gunakan adalah komunikasi lisan dengan metode komunikasi satu tahap
yang bertujuan untuk memberikan informasi.
Masjid memerlukan biaya yang tidak sedikit setiap bulannya.
Biaya itu dikeluarkan untuk mendanai kegiatan rutin. Untuk mendapatkan
dana tersebut bendahara (Ade Wahyudi) tentunya melakukan komunikasi.
Komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi lisan dan tulisan. Pola
komunikasi yang ia gunakan adalah pola kelompok, yakni bendahara
berkomunikasi dengan banyak orang di antaranya: pimpinan harian,
pimpinan umum, LAZ dan sekertarisserta jamaah tentunya. Caranya
dengan menginformasikan melalui berbagai macam kegiatan yang ada,
melalui petugas, spanduk dan lain sebagainya. Sumber dana masjid Al
2Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2009). Cet.
1, h. 107
56
Madinah berasal dari donatur tetap, donatur tidak tetap, subsidi CBD,
tromol jum’at, infak jamaah duha, penyewaan tempat (aula), penyewaan
mobil ambulan, infak parkir kendaraan, infak majelis muslimah, infak
AFC (Club Jantung Sehat), infak lembaga tahsin Qur’an, zakat infak dan
shodakoh (LAZ), infak celengan (LAZ), infak proposal kegiatan dan lain-
lain.3
“selama ini komunikasi pengurus dengan ketua dan pengurus
dengan pengurus lainnya berjalan dengan baik dan harmonis
karena masjid Al Madinah mempunyai wadah komunikasi.”4
Yang dimaksud wadah komunikasi oleh Bapak H. MA. Rasyid
(pimpinan harian) adalah forum musyawarah atau diskusi baik secara
langsung maupun tidak langsung atau komunikasi melalui telepon atau
email serta rapat yang dilakukan oleh pimpinan dan pengurus dalam
jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Pertemuan itu bukan hanya
untuk sekedar rapat program dan evaluasi saja melainkan untuk
meningkatkan etos dan motivasi para pengurus, kami mengadakan
pertemuan dan training pengurus. Adapun pelaksanaan pertemuan:5
1. Jangka pendek : dilakukan setiap satu bulan sekali yang di koordinatori
oleh kepala kesekretariatan.
2. Jangka menengah : dilakukan setiap tiga bulan sekali yang dipimpin
oleh ketua harian masjid Al Madinah.
3. Jangka panjang : dilakukan setiap setahun sekali oleh seluruh elemen
pengurus dan sekaligus training motivasi.
3 Wawancara pribadi dengan Bapak Ade Wahyudi, Bendahara Masjid Al Madinah, di
ruang kesekretariatan Senin 16 Januari 2013 4 Wawancara pribadi dengan Bapak H. MA. Rasyid, HD, S. Ag.Pimpina Harian Masjid
Al Madinah 20 Desember2012 pada kegiatan Majelis Duha 5 Ibid
57
3. Pola Komunikasi Rantai
Yang melakukan komunikasi tidak hanya pimpinan, sekertaris,
bendahara, dan LAZ saja. Tetapi semua elemen pengurus MMA. Dalam
menyampaikan pendapat, gagasan, ide-ide dan keinginannya pengurus
masjid Al Madinah melakukan komunikasi dua tahap yaitu menyampaikan
pesannya tidak langsung kepada komunikan (Pimpinan Umum dan
Pimpinan Harian) tetapi menyampaikan pesannya melalui pengurus harian
masjid dan kemudian mereka yang meneruskan pesan kepada pimpinan
umum dan pimpinan harian. Setelah laporan disetujui maka pengurus
harian mensosialisasikan kepada pengurus lainnya. Terkadang hal tersebut
dilakukan pula oleh pimpinan umum dan pimpinan harian.
“ komunikasi antar sesama pengurus dilakukan dengan cara rapat,
surat/undangan, sms, telepon, atau juga disampaikan secara langsung ke
individu-individu (mulut kemulut)”.6
Dari hasil penelitian tersebut penulis menemukan gambaran bahwa
pola komunikasi yang dilakukan antara sesama pengurus adalah pola
komunikasi antar pribadi, kelompok dan pola komunikasi rantai. Pola
komunikasi rantai terjadi ketika pengurus ingin menyampaikan ide-ide
ataupun gagasan kepada pimpinan umum dan pimpinan harian. Sedangkan
pola komunikasi kelompok terjadi ketika rapat dan mengadakan
pertemuan. Masalah yang ada di antara pengurus biasanya adalah salah
faham dan perbedaan persepsi. Biasanya hal tersebut terkait dengan
masalah pekerjaan. Namun, ketika terjadi masalah tersebut maka mereka
menyelesaikannya melalui komunikasi yang dilakukan dengan konsep
6Wawancara pribadi dengan BapakAbdullah, Sekertaris Masjid Al Madinah, di ruang
kesekretariatan
58
kekeluargaan dan apabila pengurus bermasalah dalam kerjanya pimpinan
langsung menegurnya secara empat mata. “Caranya dengan berbicara
baik-baik dan menjelaskan apa maksud dan tujuannya.” Papar Pimpinan
Harian.7
Gaya kepemimpinan yang ada di masjid Al Madinah adalah gaya
kepemimpinan situasional.8Gaya kepemimpinan situasional, yakni suatu
sikap yang lebih melihat situasi: kapan harus bersikap memaksa, kapan
harus moderat, dan pada situasi apa pula pemimpin harus memberikan
keleluasaan pada bawahan.Karena, pimpinan umum dan pimpinan harian
memiliki ciri-ciri berwawasan luas, mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan, mampu menggerakkan bawahan, bersikap keras pada saat-saat
tertentu, berprinsip dan konsisten terhadap suatu masalah, mempunyai
tujuan yang jelas, bersikap terbuka menyangkut bawahan, mau membantu
memecahkan permasalahan bawahan, mengutamakan suasana
kekeluargaan, berkomunikasi dengan baik, mengutamakan produktivitas
kerja, bertanggung jawab, memberi kesempatan pada bawahan untuk
mengutarakan pendapat pada saat-saat tertentu, mengetahui kelebihan dan
kelemahan bawahan, mau menerima saran dan kritik, bersikap tegas dalam
situasi dan kondisi tertentu, dan yang paling penting beliau mengutamakan
kepentingan bersama.
B. Pola Komunikasi Antar Pengurus Dengan Jamaah
7 Wawancara pribadi dengan Bapak H. MA. Rasyid, HD, S. Ag.Pimpina Harian Masjid
Al Madinah 20 Desember2012 pada kegiatan Majelis Duha 8 Drs. Mohammad E. Ayub, MANAJEMEN MASJID Petunjuk Praktis Bagi Para
Pengurus, (Jakarta: Gema Insani, 1996) h. 53
59
1. Pola Komunikasi Antar Pribadi
Ketika pengurus masjid sudah memiliki kesepakatan, visi dan
persepsi yang sama tentang bagaimana masjid yang makmur dan
bagaimana memakmurkannya, maka memperoleh dukungan dari jamaah
masjid merupakan sesuatu yang sangat penting. Pengurus dan jamaah
merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan. Para pengurus masjid Al
Madinah berusaha memperoleh dukungan dari jamaah dengan cara
pendekatan jamaah dan mensosialisasikan program mereka. Cara mereka
melakukan sosialisasi adalah dengan presentasi atau pemaparan program,
baik yang terkait dengan jenis program, tujuan, sasaran, metode yang
dipakai, sumber daya manusia yang diperlukan, dana yang dibutuhkan,
waktu pelaksanaan hingga sarana yang akan digunakan serta selalu
menginformasikan kegiatan yang segera akan dilaksanakan sehingga
jamaah menjadi tahu dan ingat tentang waktu pelaksanaan program, baik
melalui undangan tertulis, pamplet, brosur, proposal, informasi melalui
pengeras suara masjid, pengumuman pada papan pengumuman,
pengumuman pada saat hari pelaksanaan shalat Jum’at bahkan melalui
telepon, email atau facebook. Seperti pemaparan Bapak Abdullah
(sekretaris Al Madinah),
“komunikasi antar pengurus dengan jamaah dilakukan dengan
cara memberikan pengumuman/informasi secara langsung pada
saat kegiatan/program yang sedang dilaksanakan, seperti majelis
duha, shalat jum’at dan lain-lain, dan juga dilakukan dengan
pembuatan spanduk, brosur, proposal dan undangan yang
diberikan kepada jamaah dan masjid, musholla dan majelis
ta’lim”.9
9Wawancara pribadi dengan BapakAbdullah, Sekertaris Masjid Al Madinah, di ruang
kesekretariatan
60
Mereka melakukan pendekatan dengan jamaah melalui pendekatan
yang bersifat pribadi maupun pendekatan kolektif. Langkah-langkah yang
ditempuh antara lain:
1. Saling kenal mengenal antar pengurus dengan jamaah atau jamaah
dengan jamaah, baik mengenal nama, wajah, asal daerah, latar
belakang pendidikan, keluarga, pekerjaan dan sebagainya sehingga
dengan saling kenal mengenal akan terbuka pintu komunikasi antara
pengurus dengan jamaah. Contoh: ketika taklim remaja Ustad Aden
memberikan waktu kepada seluruh jamaah remaja yang ada (baik yang
lama maupun yang baru) untuk memperkenalkan diri masing-masing
mulai dari nama, tempat tinggal, pendidikan dan pekerjaan.
2. Melakukan dialog atau diskusi tentang berbagai masalah baik secara
non formal melalui obrolan disela-sela waktu kegiatan di masjid,
misalnya ngobrol di serambi masjid sehabis shalat, obrolan di
perjalanan pulang dari masjid dan lain-lain.
3. Saling berkunjung ke rumah, ini merupakan upaya mempererat
silaturrahim di kalangan sesama pengurus atau jamaah. Dalam kaitan
saling berkunjung ini juga sangat penting untuk memenuhi undangan
dari jamaah yang mengundang untuk suatu hajat atau berkunjung pada
saat seorang jamaah mengalami musibah dan penderitaan seperti
kematian, sakit, dan lain-lain.
4. Membantu memecahkan persoalan yang dihadapi jamaah dan
mengatasi kesulitan yang dialaminya. Karena bila seorang jamaah
masjid mengalami suatu kesulitan, pengurus dan jamaah lain cepat
61
tanggap untuk segera membantu maka mereka akan merasakan
kebahagiaannya sebagai anggota jamaah masjid yang aktif.
5. Menyelenggarakan kegiatan dari rumah ke rumah antar jamaah,
meskipun frekuensinya tidak terlalu sering, misalnya sebulan sekali.
Hal ini merupakan sesuatu yang penting, karena dengan acara dari
rumah ke rumah, seorang jamaah merasa senang dengan dikunjungi
rumahnya oleh orang yang baik-baik dan ini akan membawa
keberkahan tersendiri bagi keluarga dan rumahnya, bahkan hal ini bisa
menjadi rangsangan anggota keluarga yang belum rajin atau belum
aktif mengikuti kegiatan kemasjidan untuk bisa mengikutinya pada
masa-masa mendatang.
2. Pola Komunikasi Bintang
“yang jelas pengurus selalu membangun komunikasi dan selalu
mengajak jamaah untuk terus aktif dalam setiap kegiatan.”Papar
Ustadz Hamid.10
Berdasarkan hasil wawancara terhadap jamaah yang aktif, yang
sedang dan yang mangkir mereka memiliki nilai yang baik terhadap
kinerja dan komunikasi antara pengurus dengan jamaah. Seperti
pemaparan saudara Awang sebagai jamaah yang aktif,
“selama ini komunikasi baik-baik saja. Kinerja pengurus rapi dan
solid dalam pengurusan”.11 Begitu pula dengan pendapat Ayi
(jamaah yang mangkir) “sangat bagus dan baik”.
10 Wawancara pribadi dengan Ustad Abdul Hamid, Bidang Peribadatan dan Himpunan
Qori-Qoriah Masjid Al Madinah, di ruang kesekretariatan Kamis 8 Desember 2012
62
Berdasarkan penelitian tersebut penulis menemukan bahwa pola
komunikasi yang terjalin antara pengurus dengan jamaah adalah pola
komunikasi antarpribadi dan pola komunikasi bintang. Pola komunikasi
antarpribadi terjadi ketika salah satu pengurus melakukan pendekatan
dengan jamaah, saling mengenal, berdiskusi, ngobrol, dan lain sebagainya.
Sedangkan pola komunikasi bintang terjadi ketika semua anggota baik
pengurus maupun jamaah berkomunikasi dengan semua pengurus dan
jamaah.
“Pengurus masjid Al Madinah tidak hanya berkomunikasi antar
pengurus dengan pengurus dan pengurus dengan jamaah saja tetapi
pengurus MMA juga melakukan komunikasi antar masjid”.12
Menurut para pengurus, ketika kita menghendaki masjid di lingkungan
kita mencapai pemakmuran yang ideal, banyak sisi yang harus
diwujudkan, salah satunya adalah perlunya jalinan kerjasama antar masjid.
Karena itu komunikasi antar masjid menjadi sesuatu yang dibutuhkan.
Komunikasi yang dilakukan di antaranya :
1. Menjadi media pertukaran informasi, baik untuk kepentingan masjid
Al Madinah maupun jamaahnya, misalnya saja ketika di suatu lembaga
dakwah atau di masjid yang lainnya diselenggarakan perlombaan MTQ
(Musabaqah Tilawatil Qur’an), pengurus yang sudah mengetahui
11 Wawancara Pribadi dengan Saudara Awang, Jamaah Yang Aktif, di Aula Al Madinah,
16 Desember 2012 12 Wawancara Pribadi dengan Saudara Rudi Hartono, Bidang LAZ Al Madinah, di ruang
kesekretariatan 12 Juli 2012.
63
adanya acara tersebut bisa menginformasikan kepada jamaah dan
masjid yang lain, begitu juga dengan adanya peluang atau lowongan
kerja di suatu instansi, bila pengurus atau jamaah Al Madinah
mengetahuinya, ia tidak hanya menginformasikan hal itu kepada
jamaah masjidnya saja tapi juga kepada jamaah masjid lain, apalagi
bila potensi jamaah masjidnya tidak ada yang memenuhi syarat,
mungkin di masjid lain ada jamaah yang belum bekerja tapi memenuhi
syarat untuk bisa masuk.
2. Melalui komunikasi antar masjid, bisa dijalin kerjasama pelaksanaan
program yang belum bisa dilaksanakan bila hanya mangandalkan
jamaah masjid Al Madinah saja. Misalnya ketika program qiyamullail,
kajian remaja, perlombaan Muharram dan lain sebagainya. Bisa saja
pesertanya hanya sedikit bila hanya dari satu masjid saja dan jamaah
masjid lain bisa diundang untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut.
3. Komunikasi antar masjid juga bisa menjadi peluang untuk melakukan
studi banding sehingga apa yang menjadi kelebihan dari suatu masjid
bisa dipelajari untuk diterapkan pada masjid yang memiliki kelemahan.
Hal-hal tersebutlah yang menjadikan Al Madinah sebagai masjid yang
berhasil tumbuh menjadi sentral dinamika umat dan menjadi sentral bagi
masjid yang lainnya khususnya masjid-masjid yang ada di Kelurahan
Karang Tengah, Ciledug – Tangerang.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, dan dengan mengacu kepada
rumusan masalah sebagaimana termuat dalam bab satu sampai bab ke
empat skripsi ini maka, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola komunikasi yang dilakukan antara sesama pengurus adalah pola
komunikasi rantai dan pola komunikasi kelompok. Pola komunikasi
rantai terjadi ketika pengurus ingin menyampaikan ide-ide ataupun
gagasan kepada pimpinan umum dan pimpinan harian. Sedangkan pola
komunikasi kelompok terjadi ketika semua pengurus rapat dan
mengadakan pertemuan. Ketika terjadi masalah dengan pengurus maka
mereka menyelesaikannya dengan saling mengingatkan dan dengan
konsep kekeluargaan (musyawarah).
2. Pola komunikasi yang terjalin antara pengurus dengan jamaah adalah
pola komunikasi antarpribadi dan pola komunikasi bintang. Pola
komunikasi antarpribadi terjadi ketika salah satu pengurus melakukan
pendekatan antar pribadi dengan jamaah, saling mengenal, berdiskusi,
ngobrol, dan lain sebagainya. Sedangkan pola komunikasi bintang
terjadi ketika semua anggota baik pengurus maupun jamaah
berkomunikasi dengan semua pengurus dan jamaah. Disini pengurus
memiliki lima langkah yang ditempuh dalam melakukan komunikasi
dan pendekatan dengan jamaah. Pertama, saling kenal mengenal
65
antara pengurus dengan jamaah. Kedua, melakukan dialog tentang
berbagai masalah. Ketiga, saling berkunjung ke rumah. Keempat,
membantu memecahkan persoalan. Dan Kelima, menyelenggarakan
kegiatan dari rumah ke rumah antar jamaah.
B. Saran - Saran
Pada bagian akhir dari penulisan ini, penulis memberikan saran-
saran yang kiranya dapat dijadikan masukan dan perbaikan :
1. Hendaknya kepada pimpinan umum agar melakukan komunikasi yang
lebih baik lagi, khususnya kepada para pengurus.
2. Kepada para pengurus yang masih enggan menjalankan tugasnya
hendaknya mengkomunikasikannya kepada pimpinan atau pengurus
lain agar tidak mengganggu kelancaran organisasi.
3. Kepada pengurus masjid dan musholla lainnya, khususnya yang ada di
lingkungan Sudimara Pinang agar senantiasa mau memakmurkannya.
66
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta :RajawaliPress,1987.
Arifin, M Tatang. Menyusun Rencana Penelitian .Jakarta: Rajawalipress, 1989.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek Edisi Revisi
V. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002.
Ayub, Moh. E. Manajemen Masjid, Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus. Jakarta
: Gema Insani Press, 1996.
Baidhawi, Anwar At-Tanzil Wa Asrar At-Ta’wil. Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah,
1999.
Castrawijaya, Cecep. Manajemen Masjid Antara Teori dan Praktek. Bogor :
Titian Nusa Press, 2010.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung : PT Syaamil
Cipta Media, 2002.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka, 1996.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1992.
----------------------------------. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2003.
Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2009.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya :
Arkola, 1994.
Rukmana, Nana. Masjid dan Dakwah Merencanakan, Membangun dan
Mengelola Masjid Mengemas Substansi Dakwah Upaya Pemecahan
Krisis Moral Dan Spiritual. Jakarta : Al Mawardi Prima 2002.
Sendjaja, Sasa Djuarsa dkk. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka,
2011.
67
Soyomukti, Nurani. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2010.
Suprapto, Tommy. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: CAPS, 2011.
Tabloid Al-Madinah, Oase Ilmu dan Syiar Islam di Kawasan CBD, edisi jum’at 1
Dzulqaidah 1429 H – 31 Oktober 2008.
Usman, Husni dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
Bumi Aksara, 1998.
Widjadja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi Aksara, 2002.
Widjaja H. A. W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2000.
Yani, Ahmad dan Ismail, Achmad Satori. Menuju Masjid Ideal. Jakarta Selatan :
LP2SI Haramain 2001.
Yani, Ahmad. Panduan Memakmurkan Masjid. Jakarta: Gema Insani Press, 2009.
Yasin, Huri. Fikih Masjid. Jakarta: Pustaka Al – Kautsar, 2007.
L a m p i r a n | 1
L a m p i r a n | 2
L a m p i r a n | 3
L a m p i r a n | 4
L a m p i r a n | 5
FOTO MASJID AL MADINAH CILEDUG - TANGERANG
Foto bersama beberapa pengurus MMA
L a m p i r a n | 6
Kegiatan Keagamaan di Masjid Al-Madinah
Lembaga Amil Zakat Al Madinah
1. Layanan Peduli Ummat
a. Layanan mobil peduli
Layanan mobil peduli bergerak untuk membantu meringankan
beban ummat yang tidak mampu, anatara lain untuk pelayanan
mengantar Jenazah, ke rumah sakit atau kebutuhan gawat darurat.
b. Aksi Tanggap Becana Alam
LAZ Al Madinah melakukan penggalangan dana dan
menyalurkannya kepada saudara-saudara kita yang terkena musibah.
L a m p i r a n | 7
Gambar 2
Menyalurkan Bantuan Untuk Korban Bencana Alam
c. Pengiriman Relawan
LAZ Al Madinah juga mengirimkan relawan untuk
memberikan bantuan berupa pengobatan, konsultasi untuk
menghilangkan trauma, serta pendistribusian
bantuan dan juga mendirikan posko di lokasi bencana alam.
Gambar 3
Para Relawan
L a m p i r a n | 8
2. Berbagi Untuk Dhuafa
a. Layanan Kesehatan Ummat
Layanan kesehatan ummat yang diberikan LAZ Al Madinah
berupa pengobatan gratis yang setiap minggunya dilaksanakan di Masjid
Al Madinah pada hari Sabtu setelah Majelis Dhuha, dan juga berkerja
sama dengan PMI untuk kegiatan donor darah setiap 3 bulan sekali.
b. Badan Usaha Pemberdayaan Ekonomi Masjid
Untuk meningkatkan ekonomi Masjid dan Ummat khususnya
kaum dhuafa, maka LAZ Al Madinah membentuk badan usaha
perberdayaan ekonomi masjid.
L a m p i r a n | 9
c. Bingkisan Lebaran
Bingkisan lebaran dibagikan saat menjelang lebaran Idul Fitri
sebagai tanda kebahagian kita untuk berbagi dengan sesama mereka yang
membutuhkan di hari yang suci dan fitrah.
3. Orang Tua AsuhYatim dan Duafa
a. Santunan Yatim dan Duafa
b. Beasiswa Yatim dan Duafa
L a m p i r a n | 10
4. Ta’mir Masjid Al Madinah
1. Majlis Dhuha (Sabtu, 07:00 WIB)
2. Majelis Muslimah
L a m p i r a n | 11
3. Qiyamullail
4. Kajian Ahad Subuh
L a m p i r a n | 12
Form Wawancara
Kepada : H. MA. Rasyid, HD, S. Ag.
Jabatan : Pimpinan Harian
Tempat : Masjid Al Madinah
Hari / Tanggal :
Pukul : 09.00
1. Bagaimana bapak merekrut para pengurus MMA?
Jawab :
Dalam merekrut, pengurus masjid al Madinah mempunyai standar dan di
ambil dari pengurus masjid dan musholla yang ada di sekitar masjid yang
mempunyai kualitas dan potensi dakwah. Adapun standar yang di pakai oleh
masjid al Madinah adalah :
- Mempunyai komitmen untuk syiar dakwah
- Menjadikan masjid untuk pengembang potensi
Dengan standar yang di miliki oleh pengurus masjid Al Madinah di harapkan
akan tercipta generasi yang peduli terhadap dakwah dan peka terhadap
lingkungan.
2. Apakah semua pengurus Al Madinah di ambil dari pengurus masjid dan
musholla sekitar?
Jawab :
Tidak, ada juga yang datang dan mengajukan diri sebagai pengurus.
3. Seperti apa SDM pengurus yang ada?
Jawab :
Pengurus yang ada pada saat ini sesuai dengan potensi yang ada seperti :
- Imam harus hafal Al Qur’an
- Muadzin harus seorang Qori
- Sekretariatan harus memahami dan mengerti akuntansi dan komputer
- Lembaga Amil Zakat harus mengerti tentang perhitungan dan
pengetahuan tentang zakat.
4. Bagaimana cara menanamkan motivasi pengurus?
Jawab :
L a m p i r a n | 13
Untuk meningkatkan etos dan motivasi para pengurus, kami mengadakan
pertemuan dan training pengurus. Adapun pelaksanaan pertemuan :
1. Jangka pendek : dilakukan sebulan sekali yang di koordinatori oleh kepala
kesekretariatan.
2. Jangka menengah : dilakukan setiap 3 bulan sekali yang dipimpin oleh
ketua harian masjid Al Madinah.
3. Jangka panjang : dilakukan setiap setahun sekali oleh seluruh elemen
pengurus dan sekaligus training motivasi.
5. Bagaimana cara mengembangkan potensi diri pengurus?
Jawab :
Tentunya dengan sering melatih dan berlatih antara pengurus yang satu
dengan yang lain. Selain itu, para pengurus yang mempunyai potensi baik,
masjid Al Madinah mengutus di setiap perlombaan tingkat Kecamatan dan
Kota Tangerang sehingga ada beberapa pengurus yang telah mencapai juara
seperti :
1. Ustad H. Abdul Wahid menjadi juara ke II pada MTQ Nasional dengan
spesialisasi hafalan 30 juz.
2. Ustad Abdul Hamid menjadi juara ke I tingkat Kota dengan spesialisasi
Qori golongan dewasa.
6. Bagaimana komunikasi yang dilakukan ketua kepada pengurus?
Jawab:
Komunikasi yang saya lakukan adalah komunikasi verbal dan nonverbal. Dan
saya berkomunikasi bukan hanya dengan pengurus tetapi juga dengan jamaah.
7. Apa hambatan komunikasi ketua dengan pengurus?
Jawab :
Terkadang masalah pekerjaan dan salah faham. Tetapi, Selama ini komunikasi
pengurus dengan ketua berjalan dengan baik dan harmonis karena kami
mempunyai wadah komunikasi.
8. Maksud dari kami mempunyai wadah komunikasi itu apa pa?
Jawab :
Itu seperti forum musyawarah atau diskusi baik secara langsung maupun tidak
langsung.
9. Apakah pernah terjadi kesalah fahaman antara ketua dengan pengurus atau
sebaliknya pa?
L a m p i r a n | 14
Jawab :
Pernah. Kadang sering malah. Hal seperti itu biasa.
10. Bagaimana cara mengatasi kesalahfahaman tersebut?
Jawab :
Caranya dengan berbicara baik-baik dan menjelaskan apa maksud dan
tujuannya.
11. Apa yang menjadi tujuan utama dari masjid Al Madinah?
Jawab :
Tujuan utama masjid Al Madinah adalah :
- Untuk mensyiarkan Islam
- Mencetak generasi-generasi yang cinta Qur’an
- Menjadi sarana dakwah dengan konsep program unggulan. Seperti :
majelis duha, kajian kitab kuning, tahsin Qur’an dan lain-lain.
- Meningkatkan potensi perekonomian masyarakat. Khususnya masyarakat
sekitar. Seperti :
1. Dengan lembaga amil zakat dapat membantu jamaah yang tidak
mampu dengan biaya permodalan.
2. Bank sampah Al Madinah. Di sini setiap jamaah bisa mengumpul
barang-barang bekas dan diberikan ke masjid dan keuangannya di
ambil setiap 1 bulan sekali.
12. Sejauh mana komunikasi dipandang efektif dengan proses memakmuran
masjid?
Jawab :
Komunikasi di pandang efektif ketika seluruh pengurus mempunyai
komitmen yang sama untuk memakmurkan masjid.
13. Pendekatan yang diakukan dengan komunikasi itu seperti apa?
Jawab:
Ngobrol, diskusi kadang curhat malah.
14. Bagaimana wewenang pemimpin dalam memimpin pengurus?
Jawab :
Wewenang pemimpin yang berlaku di Al Madinah :
- Mengatur dan mengontrol roda ke pengurusan
- Menerima kritik dan saran dari pengurus
- Memberikan penghargaan berupa umrah kepada pengurus yang
mempunyai prestasi baik.
L a m p i r a n | 15
15. Komunikasi formal/informal yang berjalan saat ini seperti apa?
Jawab :
Komunikasi formal dan informal yang berlaku saat ini adalah dengan
mengadakan pertemuan jangka pendek, menengah dan panjang
16. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam upaya
memakmurkan masjid?
Jawab :
Faktor pendukung :
- Jamaah sudah mulai mengerti tentang fungsi masjid
- Adanya kegiatan unggulan dan pelaksanaannya rutin
- Fasilitas masjid nyaman dan bersih
Faktor penghambat :
- Jamaah hanya memahami masjid sebagai tempat ibadah saja
17. Kira-kira bagaimana mengatasi masalah yang ada pada pengurus?
Jawab :
Ketika terjadi masalah dengan pengurus kami menyelesaikannya dengan
konsep kekeluargaan dan musyawarah.
18. Biasanya masalah apa yang sering terjadi?
Jawab :
Masalah pekerjaan
19. Bagaimana komitmen dan tanggug jawab pengurus yang ada?
Jawab :
Alhamdulillah selama ini baik dan bertanggung jawab.
20. Apakah ada pengurus yang tidak mengerti tentang bagaimana menjalankan
roda kepengurusan?
Jawab :
Alhamduliilah semuanya mengerti.
Responden Pewawancara
L a m p i r a n | 16
H. MA. Rasyid, HD, S. Ag. Sri Nurlailah
Form Wawancara
Kepada : Bapak. Abdullah, HB, SH
Jabatan : Bidang Kesekretariatan
Tempat : Ruang Kesekretariatan Masjid Al Madinah
Hari / Tanggal :
Pukul :13.00
1. Bagaimana Komunikasi antar sesama pengurus DKM dalam memakmurkan
masjid Al Madinah?
Jawab :
Komunikasi antar sesama pengurus DKM dilakukan dengan cara rapat,
surat/undangan, SMS, telepon, atau juga disampaikan secara langsung ke
setiap individu-individu (mulut kemulut).
2. Bagaimana Komunikasi antar pengurus dengan jama’ah dalam memakmurkan
masjid Al Madinah?
Jawab :
Komunikasi antar pengurus dengan jama’ah dilakukan dengan cara
memberikan pengumuman/Informasi secara langsung pada saat
kegiatan/program yang sedang dilaksanakan, seperti majelis dhuha, Shalat
jum’at dll, dan juga dilakukan dengan pembuatan spanduk, brosur, pamplet,
proposal dan undangan yang diberikan kepada jama’ah dan masjid, musholla
dan majelis ta’lim.
3. Bagaimana Sejarah terbentuknya pengurus DKM Al Madinah?
Jawab :
L a m p i r a n | 17
Letak masjid Al Madinah yang berada dikawasan Central Bisnis Distrik
(CBD) Ciledug kota Tangerang begitu strategis bagi pengembangan dakwah
dan syiar Islam. Pembangunan masjid Al Madinah yang digagas oleh Bapak
Ir. Achmadin Achmad sebagai Dirut PT. SIL yaitu pengembang CBD
Ciledug. Masjid yang diresmikan oleh Walikota Tangerang Bapak Drs. H.
Wahidin Halim, M.Si pada 2 September 2007 ini memiliki luas 1500 M2,
arsitektur dan nuansa masjid Al Madinah terinpirasi dari keunikan masjid
Nabawi yang berada di kota Madinah. Masjid Al Madinah diharapkan akan
seperti air Zam-zam atau seperti Hajar Aswad, dimana semua ummat datang
meminum dan menciumnya tanpa adanya perbedaan Mazhab, Kabillah
maupun Ras, semua ummat Rasulullah SAW boleh bersujud dirumah Allah
ini.Sedangkan terbentuknya pengurus DKM Masjid Al Madinah, Ust. H. MA.
Rasyid, HD, S.Ag ditunjuk langsung oleh Bapak Achmadin Achmad untuk
menjadi pimimpinan harian masjid Al Madinah dan diminta untuk mengajak
para aktif masjid yang ada dilingkungan karang Tengah dan sekitarnya untuk
menjadi sebagai pengurus DKM Al Madinah.
4. Apa Visi dan Misi pengurus DKM Al Madinah?
Jawab :
Masjid Al Madinah memiliki Visi dan Misi yaitu menjadikan masjid Al
Madinah menjadi pemersatu ummah dan menjadi pusat pembinaan aqidah dan
sosial kemasyarakatan melalui program community development “save our
ummah” dengan pengertian menjaga ummah dengan pendidikan, pembinaaan
keilmuan, ekonomi dan juga pelayanan-pelayanan ibadah.
5. Apa tujuan pengurus DKM Al Madinah?
Jawab :
Tujuan dari pengurus DKM Al Madinah adalah untuk mewujudkan fungsi
masjid seperti apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yaitu sebagai tempat
L a m p i r a n | 18
menanamkan nilai ketaqwaaan, kebajikan dan membangun ekonomi, serta
sebagai tarbiyah dan penyebaran syiar Islam.
6. Apa Program Pengurus DKM Al Madinah?
Jawab :
Mobil LAZ Layanan Peduli/Layanan Jenazah
Layanan Kesehatan Ummat (LKU)
Ta’mir Masjid Al Madinah
Majlis Dhuha (Sabtu, 07:00 WIB)
Majlis Tilawah (Sabtu, 16:00 WIB)
Majlis Muslimah (Kamis, 13:00 WIB)
Qiyamullail (Malam Ahad, 02:00 WIB)
Kajian Ahad Subuh (Ahad, 04:30 WIB)
Club Jantung Sehat (Rabu & Jum’at, 07:00 WIB)
Belajar Baca Al-Qur’an (Kamis, 07:00 WIB)
Lembaga Tahsin Al-Qur’an (Senin & Rabu, 08:00 WIB)
Kajian Arab melayu (Fiqih Muslimah) (Selasa, 07:00 WIB)
Ta’lim Kitab (Sabtu, 18:00 WIB s/d Selesai)
Tafsir Al-Qur’an (Jum’at, 08:30 WIB)
Istighosa & Maulid Nabi SAW (Setiap Awal Bulan, Shalat Maghrib
Berjama’ah)
Tadarus dan Tadabur Al-Qur’an Bapak-Bapak (Selasa, 18:00 WIB s/d Isya)
Tadarus dan Tadabur Al-Qur’an Remaja & Ibu-Ibu (Rabu, 18:00 WIB s/d
Isya)
Peduli Bencana Alam
Santunan dan Beasiswa Yatim dan Piatu
Pengembangan Ekonomi Masjid
Kajian Remaja SMA/SMK-Keatas (Malam Sabtu, Shalat Isya Berjama’ah)
Madrasah Diniyyah Takmiliyah (MDT)
Al Madinah Trening Center
Tabungan Qurban
Tabungan Umrah
Umrah & Haji Plus (Bekerja Sama Dengan Adzikra)
Responden Pewawancara
L a m p i r a n | 19
Abdullah, HB, SH Sri Nurlailah
Form Wawancara
Kepada : Bapak. Ade Wahyudi
Jabatan : Bendahara
Tempat : Ruang Kesekretariatan
Hari / Tanggal : 16 Januari 2013
Pukul : 14. 00 WIB
1. Bagaimana cara Bapak mengumpulkan dana ?
Jawab :
Dengan cara memberkan informasi dalam setiap kegiatan melalui spanduk,
proposal, petugas dan lain-lain.
2. Darimana saja sumber dana masjid?
Jawab :
Dari donatur tetap dan tidak tetap, subsidi CBD (manajemen), tromol jum’at,
infak jamaah duha, penyewaan aula, penyewaan mobil ambulance, infak
parkir kendaraan, infak majelis muslimah. Infak lembaga tahsin Qur’an, infak
haji dan umrah (Adzikra), zakat infak dan sodakoh, infak proposal kegiatan
dan lain-lain.
3. Dana berupa apa saja yang hendak dikumpulkan?
Jawab:
Wakaf al Qur’an, wakaf lekar, wakaf sajadah, wakaf karpet dan lain
sebagainya.
L a m p i r a n | 20
4. Siapa saja petugas pengumpul dana?
Jawab:
Bendahara, Pimpinan dan LAZ
5. Dimana tempat pengumpulan dana?
Jawab:
Bank, kas tunai dan usaha.
6. Untuk apa saja dana tersebut?
Jawab:
Untuk perawatan gedung, insentif petugas, pembiayaan program kegiatan,
perawatan mobil ambulance, rekening listrik dan telepon serta sebagainya.
7. Bagaimana mengkomunikasikannya kepada pengurus dan jamaah ?
Jawab :
Mengkomunikasikannya secara langsung dan tidak langsung.
Responden Pewawancara
Ade Wahyudi Sri Nurlailah
L a m p i r a n | 21
Form Wawancara
Kepada : Ustad Abdul Hamid
Jabatan : Bidang Peribadatan dan Himpunan Qori - Qoriah
Tempat : Masji Al Madinah
Hari / Tanggal : 8 Desember 2012
Pukul : 09.00 WIB
1. Jenis komunikasi apa yang digunakan dalam memakmurkan masjid?
Jawab :
Komunikasi antar personal / individu dengan jamaah.
2. Jika dengan pengurus komunikasi apa?
Jawab :
Komunikasi langsung dan tidak langsung.
3. Apakah cukup efektif?
Jawab :
Alhamdulillah cukup efektif
4. Pendekatan bagaimanakah yang digunakan dalam menghadapi jamaah?
Jawab :
Pendekatan persuasif / pendekatan secara pribadi
5. Bagaimana membangun komunikasi yang efektif dengan pengurus dan
jamaah?
Jawab :
Selalu mengajak jamaah untuk terus aktif dalam setiap kegiatan masjid Al
Madinah.
6. Bagaimana menghadapi pengurus atau jamaah?
Jawab :
Menghadapinya dengan baik dan ramah.
L a m p i r a n | 22
7. Komunikasi apa yang digunakan pada pengurus atau jamaah yang berbeda
budaya ?
Jawab :
Sama saja dengan yang lainnya. Karena tidak ada perbedaan budaya antara
pengurus dengan jamaah.
8. Kegiatan apa saja yang menjadi tanggung jawab bidang peribadatan?
Jawab :
Petugas imam, muadzin shalat fardu dan shalat-shalat sunah lainnya.
9. Dari berbagai macam kegiatan yang ada manakah yang menjadi unggulan ?
Jawab :
Program unggulannya yaitu majelis duha.
10. Sejak kapan kegiatan tersebut ada?
Jawab : Sejak masjid Al Madinah berdiri.
11. Bagaimana tanggapan jamaah terhadap kegiatan tersebut ?
Jawab :
Sangat sangat baik
12. Bagaimana partisipasi jamaah dan pengurus dalam menjalankan sholat lima
waktu
berjamaah ?
Jawab :
Baik
13. Kira-kira berapa jumlah jamaah pada setiap waktunya ?
Jawab :
Kurang lebih 50 orang pada setiap waktunya. Kalau zuhur dan asar bisa 70
atau 80.
14. Apa harapan bapak terhadap kegiatan dan pengurus masjid ?
Jawab :
Kegiatannya tetap dijaga (istiqomah) dan memperbaiki pelayanannya.
15. Apakah selama ini pelayanannya tidak baik?
Jawab :
Tentu baik. Tetapi alangkah baiknya bila selalu ditambah baiknya.
Responden Pewawancara
L a m p i r a n | 23
Ustad Abdul Hamid Sri Nurlailah
Form Wawancara
Kepada : Saudari Nani
Jabatan : Sekretaris MDT (Madrasah Diniyah Taklimiyah)
Tempat : Kesekretariatan
Hari / Tanggal : 12 Januari 2013
Pukul : 15.00 WIB
1. Apa pendapat anda tentang masjid dan pengurus masjid?
Jawab :
Al Madinah adalah masjid yang membuat semangat dan rindu dengan
kegiatan agama yang tak pernah kosong. Pengurus masjid membuat
silaturahmi kekeluargaan semakin terasa dekat.
2. Bagaimana komunikasi anda dengan pengurus (pengurus dengan anda)?
Jawab :
Baik, santai dan terbuka.
3. Bagaimana pandangan saudari terhadap kinerja pengurus?
Jawab :
Kompak, rajin, teliti dan peduli terhadap pengurus yang satu dengan yang lain
dan sangat peduli dengan jamaah.
4. Bagaimana dengan fasilitas masjid?
Jawab :
Lengkap, memadai dan bersih.
5. Program apa saja yang ada di MDT ?
Jawab :
Ulumul qur’an, tajwid, tahfidz, kitab, arab melayu, nahwu dan shorof.
L a m p i r a n | 24
6. Berapa jumlah staf pengajar ?
Jawab :
7 orang
7. Berapa jumlah murid yang ada ?
Jawab :
Kurang lebih 68 orang.
8. Bagaimana metode pengajaran yang diterapkan ?
Jawab :
Ceramah, hafalan, diskusi dan mengerjakan tugas.
9. Apakah efektif ?
Jawab :
Sangat efektif
10. Bagaimana komunikasi antar guru dengan murid ?
Jawab :
Komunikasi antar pribadi dan kelompok
11. Apakah ada batasan usia untuk murid-murid yang ingin mendaftar ?
Jawab :
Ada, mulai dar umur 7 tahun – 15 tahun
12. Apa yang menjadi harapan pengurus MDT ?
Jawab :
Untuk kedepannya lebih maju dan berkembang.
Responden Pewawancara
Saudari Nani Sri Nurlailah
L a m p i r a n | 25
Form Wawancara
Kepada : Saefudin
Jabatan : Bidang Rumah Tangga
Tempat : Depan Ruang Keskretariatan
Hari / Tanggal : 14 Januari 2013
Pukul : 13.00 WIB
1. Apakah yang menjadi tugas dan tanggung jawab bidang rumah tangga ?
Jawab :
Kebersihan dan pengadaan fasilitas kebutuhan masjid.
2. Mana yang menjadi tugas utama?
Jawab :
Menjaga kebersihan masjid
3. Bagaimanakah komunikasi antara sesama pengurus bidang rumah tangga ?
Jawab :
Baik dan kompak
4. Bagaimana membangun komunikasi yang efektif dengan pengurus dan
jamaah?
Jawab :
Mengajak pengurus dan jamaah dalam kegiatan masjid khususnya kegiatan
kami.
5. Bagaimana menghadapi pengurus atau jamaah yang tidak bisa tertib?
Jawab :
Di tegur dan di arahkan
L a m p i r a n | 26
6. Komunikasi apa yang digunakan pada pengurus atau jamaah yang berbeda
budaya ?
Jawab :
Alhamdulillah selama ini kita tidak membedakan budaya dan dan lainnya.
7. Bagaimana partisipasi jamaah dan pengurus dalam menjalankan sholat lima
waktu berjamaah ?
Jawab :
Baik.
8. Apa harapan bapak terhadap kegiatan dan pengurus masjid ?
Jawab :
Istiqomah dan semoga sesuai dengan bagian masing-masing, semakin kompak
dan lancar.
9. Bagaimana dengan fasilitas masjid ?
Jawab :
Alhamdulillah cukup memadai.
Responden Pewawancara
Saefudin Sri Nurlailah
L a m p i r a n | 27
Form Wawancara
Kepada : Jamaah Yang Aktif
Nama : Awang
Tempat : Aula Al Madinah
Usia : 31 Th
Alamat : Karang Tengah
Hari / Tanggal :16 Desember 2012
Pukul : 12.30 WIB
1. Apa pendapat anda tentang masjid dan pengurus masjid?
Jawab :
Masjidnya cukup bagus dan rapi, pengurusnya kompak dalam mengurus
manajemen.
2. Bagaimana komunikasi anda dengan pengurus (pengurus dengan anda)?
Jawab :
Selama ini komunikasi baik-baik saja.
3. Bagaimana pandangan saudara terhadap kinerja pengurus?
Jawab :
Kinerja pengurus rapid an solid dalam pengurusan
4. Bagaimana dengan fasilitas masjid?
Jawab :
Alhamdulillah, fasilitasnya cukup memadai
5. Apa yang membuat anda aktif ?
L a m p i r a n | 28
Jawab :
Karena semua pengurusnya baik-baik serta programnya banyak. Sehingga kita
dapat menimba ilmu dan menambah pergaulan
6. Apa tanggapan anda terhadap kegiatan-kegiatan dan pelayanan masjid?
Jawab :
Selama ini dalam kegiatan cukup padat dan bagus sesuai dengan keinginan
jamaah. Pelayanannya pun cukup memuaskan.
7. Kegiatan apa saja yang anda sukai?
Jawab :
Hampir semua kegiatan yang ada saya sukai. Khususnya taklim remaja.
8. Mengapa anda suka kegiatan tersebut?
Jawab :
Karena menambah wawasan dan pergaulan.
9. Apakah ada perubahan pada diri anda setelah mengikuti kegiatan tersebut?
Jawab :
Banyak.
10. Contohnya apa mas?
Jawab :
Ibadah sholat lima waktu.
11. Sejak kapan anda aktif mengikuti kegiatan?
Jawab :
Sejak Al Madinah berdiri
12. Apa harapan saudara terhadap kegiatan dan pengurus masjid?
Jawab :
Harapan saya agar kegiatan terus dilanjutkan. Untuk pengurus agar di
pertahankan kesolidannya dalam bekerja agar jamaah dapat terpuaskan dalam
mengikuti kegiatan.
Responden Pewawancara
L a m p i r a n | 29
Saudara Awang Sri Nurlailah
Form Wawancara
Kepada : Jamaah Yang Mangkir
Nama : Ayi
Usia : 20 Th
Alamat : Ciledug
Tempat : Masjid Al Madinah
Hari / Tanggal : 16 Desember 2012
Pukul : 14.00 WIB
1. Apa pendapat anda tentang masjid dan pengurus masjid?
Jawab :
Tempat ibadah. Klo pengurus ya orang yang merawat masjid.
2. Bagaimana komunikasi anda dengan pengurus (pengurus dengan anda)?
Jawab :
Baik.
3. Bagaimana pandangan saudara terhadap kinerja pengurus?
Jawab :
Sangat bagus.
4. Bagaimana dengan fasilitasnya?
L a m p i r a n | 30
Jawab :
Bagus juga.
5. Klo seperti itu apa yang membuat anda mangkir?
Jawab :
Kesibukan kuliah.
6. Mengapa demikian?
Jawab :
Karena prioritas utama saya saat ini adalah pendidikan.
7. Apakah pelayanan pengurus yang menyebabkan saudara tidak aktif ?
Jawab :
Tidak.
8. Apa harapan saudara terhadap kegiatan dan pengurus masjid?
Jawab :
Agar terus dan terus baik.
9. Apakah ada harapan untuk bergabung kembali ?
Jawab :
Insyaallah.
Responden Pewawancara
Ayi Sri Nurlailah
L a m p i r a n | 31
Form Wawancara
Kepada : Jamaah Yang Keaktifan Sedang
Nama : Ayu
Usia : 20 Th
Tempat : Masjid Al Madinah
Hari / Tanggal : 16 Desember 2012
Pukul : 14.30 WIB
1. Apa pendapat anda tentang masjid dan pengurus masjid?
Jawab :
Merupakan tempat ibadah dan pengurus adalah orang yang mengurus.
2. Bagaimana komunikasi anda dengan pengurus (pengurus dengan anda)?
Jawab :
Baik.
3. Bagaimana pandangan saudara terhadap kinerja pengurus?
Jawab :
Bagus dan kompak.
4. Bagaimana dengan fasilitasnya?
Jawab :
Cukup baik
5. Apa yang membuat anda tidak terlalu aktif ?
Jawab :
Kesibukan kuliah
6. Apa tanggapan anda terhadap kegiatan-kegiatan dan pelayanan masjid?
Jawab :
Baik semuanya.
L a m p i r a n | 32
7. Kegiatan apa yang tidak anda sukai?
Jawab :
Alhamdulillah semua saya suka
8. Mengapa demikian?
Jawab :
Karena semuanya bermanfaat.
9. Kegiatan apa saja yang anda sukai?
Jawab :
Pengajian dan hari besar Islam
10. Mengapa anda suka kegiatan tersebut?
Jawab :
Suasananya sangat-sangat ramai.
11. Apakah ada perubahan pada diri anda setelah mengikuti kegiatan tersebut?
Jawab :
Tentu. Saya jadi semakin mengerti mana yang baik dan buruk.
12. Sejak kapan anda aktif mengikuti kegiatan?
Jawab :
Sejak lulus SMA
13. Apa harapan saudara terhadap kegiatan dan pengurus masjid?
Jawab :
Agar semakin baik lagi
Responden Pewawancara
Ayu Sri Nurlailah