pola komunikasi organisasi forum leader pada …
TRANSCRIPT
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 149
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI FORUM
LEADER PADA AKTIVITAS EVALUASI
BANDUNG CLEAN ACTION
1Irfan Ali, 2Anisti
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas BSI, [email protected]
ABSTRACT
Within an organitation, often found a communication berrier One of that communication barriers is
from culture aspect, such as prespective and behavior. That communication barriers is take effect to
organitation participant participation. In this research, the organitation is Forum Leader from
Bandung Cleanaction Programm. Every participant in Forum Leader are compound from leaders
or liaison unit from affiliated communities in Bandung Cleanaction Programm. Forum Leader
participant had many defferent culture and norms. Research methods used in this research is
qualitative. Theory used is Organitation Culture Theory. With participant observation and deep
interview, researcher have try to find a communication patterning in activities evaluation on Forum
Leader. Result from this research showing us that informal communication and kinship atmosphere
setting take huge effects to behavior and performance of participant.
Keywords : communications activities, communications component, pattern communications.
ABSTRAK Dalam sebuah organisasi sering adanya hambatan komunikasi. Salah satu hambatan yang sering
terjadi adalah dari segi budaya, baik cara pandang maupun perilaku. Hambatan tersebut dapat
berpengaruh pada partisipasi anggota organisasi. Pada penelitian ini organisasi yang dimaksud
adalah Forum Leaderprogram Bandung Cleanaction. Partisipan yang membentuk Forum Leader ini
merupakan gabungan dari para pemimpin atau perwakilan dari komunitas-komunitas yang
berafiliasi dalam program Bandung Cleanaction. Partisipan Forum Leader memiliki latar belakang
budaya atau nilai-nilai yang berbeda.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode
etnografi komunikasi. Teori yang digunakan adalah Teori Budaya Organisasi. Dengan
menggunakan teknik observasi partisipan serta wawancara mendalam, peneliti berusaha
menemukan sebuah pola komunikasi dalam proses evaluasi kegiatan pada Forum Leader ini. Hasil
dari penelitian ini menunjukan bahwa aktivitas komunikasi yang bersifat informal serta suasana
kekeluargaan yang diciptakan dalam proses evaluasi berpengaruh besar pada perubahan perilaku
dan kinerja partisipan Forum Leader.
Kata Kunci: aktivitas komunikasi, komponen komunikasi, pola komunikasi
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 150
PENDAHULUAN
Pada dasarnya sebuah forum terdiri dari
beberapa individu yang berbeda, namun
memiliki tujuan yang sama. Dalam
pencapaian tujuan dari dibentuknya forum itu
sendiri diperlukan aktivitas komunikasi
berupa sebuah diskusi atau evaluasi program.
Menyatukan beberapa individu yang berbeda
akan menimbulkan sebuah hambatan dalam
aktivitas komunikasi. Salah satu hambatan
yang sering terjadi adalah dari segi budaya,
baik cara pandang maupun perilaku.
Hambatan tersebut dapat berpengaruh pada
partisipasi anggota organisasi. Pada
penelitian ini organisasi yang dimaksud
adalah Forum Leader program Bandung
Cleanaction. Partisipan yang membentuk
Forum Leader ini merupakan gabungan dari
para pemimpin atau perwakilan dari
komunitas-komunitas yang berafiliasi dalam
program Bandung Cleanaction. Partisipan
Forum Leader memiliki latar belakang
budaya atau nilai-nilai yang berbeda.
Perbedaan budaya yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat tutur Forum Leader
tersebut membuat aktivitas komunikasi yang
ditampilkan tidak berjalan dengan baik.
Misalnya, pengambilan keputusan yang
terlambat dan perbedaan cara pandang. Hal
tersebut mengakibatkan adanya penurunan
minat atau partisipasi dari para komunitas.
Antisipasi untuk mengurangi jumlah
penurunan partisipasi diperlukan kompetensi
komunikasi dari setiap partisipan dalam
Forum Leader. Kompetensi komunikasi yang
dimaksud adalah kemampuan anggota Forum
Leader dalam melakukan aktivitas
komunikasi. Hal tersebut didasarkan pada
aspek kemampuan beradaptasi tentang
bahasa, kemampuan memahami budaya, dan
kemampuan berinteraksi antar anggota.
Kompentensi komunikasi berpengaruh pada
peristiwa komunikasi yang terjadi di
dalamnya. Untuk itu, Forum Leader dalam
menjalankan program Bandung Cleanaction
selalu mengadakan sebuah pertemuan rutin
dengan agenda perencanaan program dan
evaluasi kegiatan. Pada penelitian ini
pengkajian akan lebih terfokus pada aktivitas
komunikasi di dalam proses evaluasi
kegiatan. Kegiatan tersebut dilakukan secara
berulang-ulang dengan tujuan untuk
membentuk sebuah kebudayaan tertentu
sehingga dapat meningkatkan kinerja.
Suasana yang diciptakan dalam setiap
pertemuan Forum Leader menentukan
keberhasilan aktivitas komunikasi tersebut,
karena dapat berdampak secara langsung
pada psikologi setiap partisipan. Suasana
yang dimaksud meliputiwaktu dan tempat
interaksi itu dilakukan. Selain itu bagaimana
pendekatan yang dilakukan akan menentukan
pula bagaimana pesan itu diterima dan
diinterpretasikan. Hal-hal tersebut
menentukan besar kecilnya pengaruh
terhadap perubahan perilaku setiap
partisipannya. Partisipasi komunikasi dalam
sebuah kelompok atau organisasi sangat
berpengaruh pada optimalisasi kinerja dan
perubahan perilaku setiap partisipan. Dengan
berinteraksi atau membangun budaya
komunikasi yang baik akan mempermudah
untuk menetapkan pencapaian tujuan
organisasi tersebut. Selain itu, proses saling
memahami budaya antar partisipan secara
intensif juga dapat memudahkan proses
interaksi. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara turut berperan serta dalam setiap
kegiatan program Bandung Cleanaction.
Setidaknya dengan melibatkan beberapa
orang perwakilan untuk turun langsung
berkegiatan secara rutin dapat menciptakan
kedekatan emosional. Dengan demikian
aktivitas komunikasi dengan seluruh anggota
Forum Leader dapat dilakukan lebih intensif.
Berdasarkan pemaparan di atas berkaitan
dengan permasalahan yang terjadi tentang
penurunan partisipasi Forum Leader,
menimbulkan ketertarikan peneliti untuk
meneliti lebih mendalam mengenai aktivitas
komunikasi yang terjadi di dalam Forum
Leader itu sendiri.
KAJIAN LITERATUR
Komunikasi Organisasi
Edgar H.Schein (1983) menjelaskan bahwa
suatu organisasi adalah koordinasi sejumlah
kegiatan manusia yang direncanakan untuk
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 151
mencapai suatu maksud atau tujuan bersama
melalui pembagian tugas dan fungsi serta
wewenang dan tanggung jawab. Sedangkan
Barker (1987:202) mendefinisikan
“Organozations are defined as collected
groups are of individuals constructed anda re
constructed to strive for specific goal that
could not be met by individuals acting
alone“.Menurut Sodarsono (2009) Organisasi
didefinisikan sebagai kumpulan sekelompok
individu yang mempunyai konsep dan
bekerja untuk mencapai sasaran agar individu
tidak melakukan kegiatan sendiri sendiri.
Sedangkan menurut Robbins (2003)
Organisasi merupakan suatu unit sosial yang
dikoordinasikan secara sengaja, terdiri dari
dua orang atau lebih yang berfungsi pada
suatu basis yang relatif bersinambung untuk
mencapai tujuan atau serangkaian tujuan.
Dengan demikian kegiatan organisasi
merupakan dasar dalam membuat pola
peranan dan cetak biru bagi para anggotanya
untuk melakukan aktivitas perusahaan.
Berdasarkan definisi organisasi di atas, dapat
dilihat bahwa tujuan utama dalam organisasi
adalah kegiatannya, bukan hanya pada
individu sebagai partisipan dalam organisasi.
Kegiatan yang dilakukan di dalam sebuah
organisasi adalah berupa pengumpulan
informasi, pencatatan dan penyebaran
informasi. Hal-hal tersebut merupakan
sebuah proses komunikasi dalam kegiatan
organisasi. Dengan demikian, proses
komunikasi dalam organisasi sangatlah
menentukan efektivitas organisasi tersebut.
Liliweri (1997).
Dalam program Bandung Cleanaction, Forum
Leader dibentuk dengan tujuan untuk
membuat sebuah wadah pusat informasi bagi
seluruh partisipan. Sebuah pertemuan rutin
dilakukan agar terjalin sebuah proses
komunikasi. Dalam pertemuan rutin tersebut
terdapat beberapa agenda pembahasan,
diantaranya adalah perencanaan program dan
evaluasi kegiatan. Dengan adanya pertemuan
rutin dan berulang-ulang tersebut
terbentuklah sebuah pola komunikasi, dengan
demikian kinerja setiap partisipan dapat
terlihat dan dapat meningkatkan optimalisasi
kinerja organisasi tersebut dalam mencapai
tujuan. Agenda rutin berupa perencanaan
program dan evaluasi kegiatan tersebut
merupakan salah satu tahapan dalam
mencapai tujuan organisasi tersebut. Dalam
organisasi terdapat sebuah struktur sosial,
yaitu pola atau aspek aturan hubungan yang
ada antara partisipan dalam suatu organisasi
yang dibentuk oleh interaksi sosial. Secara
sederhana, komunikasi organisasi dipahami
sebagai jaringan kerja yang dirancang dalam
suatu sistem dan proses untuk mengalihkan
informasi dari seseorang atau sekelompok
orang kepada seseorang atau sekelompok
orang demi tercapainya tujuan organisasi itu
sendiri. Jaringan komunikasi organisasi
merupakan pola hubungan antar manusia
yang bersifat formal. Keformalan tersebut
meliputi adanya jaminan formalitas dalam
unsur-unsur komunikasi dan proses kerja
unsur-unsur tersebut.
Komunikasi Kelompok
Sebuah himpunan atau kumpulan orang
bukan berarti kelompok. Yang dimaksud
dengan kelompok yaitu sekumpulan orang
yang memiliki tujuandan organisasi, meski
tidak formal namun melibatkan interaksi
diantara anggota-anggotanya. Robert F. Bales
dalam Hadi (1993) mendefinisikan
komunikasi dalam kelompok kecil sebagai
sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi
satu sama lain yang bersifat tatap muka,
dimana setiap partisipan mendapat kesan atau
peningkatan hubungan antara satu sama lain
yang cukup jelas. Sehingga baik pada saat
timbulnya pertanyaan maupun sesudahnya
dapat memberikan respon kepada masing-
masing sebagai perorangan.
Selain itu, para ahli komunikasi kelompok
memberikan definisi komunikasi kelompok
yang relatif berbeda dengan komunikasi
kelompok kecil. Komunikasi kelompok
merupakan interaksi secara tatap muka antara
tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang
telah diketahui, seperti berbagi informasi,
menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana
anggotanya dapat mengingat karakteristik
pribadi anggota-anggotanya yang lain secara
tepat. Gurning (2012) menyatakan “Group
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 152
communication is an area of study, research
and application that fucuses not on group
process in general, but on the communication
behavior of individuals in small face to face
discussion group”. (Komunikasi Kelompok
adalah suatu bidang studi, penelitian dan
penerapan yang menitikberatkan tidak hanya
pada proses kelompok secara umum, tetapi
juga pada perilaku komunikasi individu-
individu pada tatap muka kelompok diskusi
kecil). Beberapa definisi komunikasi
kelompok di atas mempunyai kesamaan,
yaitu adanya komunikasi tatap muka dan
memiliki susunan rencana kerja tertentu
untuk mencapai tujuan kelompok.
Jaringan Komunikasi
Jaringan merupakan sekumpulan orang,
objek, atau kejadian yang tergabung dalam
satu kesatuan. Orang, objek, atau kejadian
tersebut dianalogikan sebagai sebuah titik.
Setiap titik dihubungkan dengan sebuah garis
penghubung sebagai saluran, jalur atau alur
menjadi sebuah rangkaian yang saling
terhubung. Jika garis penghubung setiap titik
ditandai dengan tanda panah, berati saluran
tersebut memiliki arus. Saluran-saluran
tersebut membentuk sebuah pola tertentu.
Sesuatu mengalir dari satu titik ke titik lain
melalui sebuah saluran. (Ruddy Agusyanto,
2007:13). Jaringan komunikasi merupakan
suatu tipe jaringan khusus, dimana ikatan
yang menghubungkan satu titik dengan titik
lain adalah hubungan sosial atau sebuah
aktivitas komunikasi. Hubungan sosial yang
saling terhubung merupakan sebuah interaksi
sosial yang berkelanjutan. Agusyanto (2007)
Istilah jaringan komunikasi menyatakan suatu
sistem yang menyalurkan informasi diantara
anggota dalam sebuah kelompok atau
organisasi. Jaringan komunikasi terjadi di
dalam komunikasi antarpribadi dan muncul
ketika setiap partisipan secara bebas
berinteraksi dengan partisipan lain, dengan
tingkat frekuensi dan intensitas yang berbeda.
Rumor, gosip dan bentuk genre lainnya
adalah jenis transaksi atau tipe peristiwa
komunikatif dasar dalam jaringan
komunikasi.
Proses komunikasi pada jaringan komunikasi
merupakan suatu proses dua arah dan
interaktif di antara setiap partisipan yang
terlibat. Jaringan komunikasi meliputi
keterhubungan (connectedness), keeratan
(integration), keterbukaan (openness),
struktur dan peran seseorang dalam jaringan,
maka perlu dilakukan sebuah analisis
jaringan komunikasi. Setiawan (2007) Studi
jaringan komunikasi merupakan salah satu
dari beberapa pendekatan penelitian yang
mempelajari perilaku komunikasi
berdasarkan pendekatan konvergen.
Dikatakan demikian, karena konsepsi
jaringan komunikasi menekankan bahwa
komunikasi dianggap sebagai proses tukar-
menukar informasi. Menurut Nababan (2002)
Proses komunikasi yang terjadi dalam
jaringan komunikasi dapat dijelaskan dengan
menggunakan metode konvergen, yaitu satu
informasi bisa mengandung beberapa
pengertian, tergantung pada konteksnya dan
untuk mengambil pengertian tergantung pada
“frame of Reference”. Selain itu, terciptanya
kesamaan makna akan suatu informasi antara
komunikator dan komunikan merupakan
tujuan utama berkomunikasi. Dan yang
terakhir metode konvergen juga menjelaskan
bahwa hubungan interaktif antara
komunikator dengan komunikan
menggunakan saluran jaringan komunikasi,
yaitu saluran untuk menyampaikan pesan dari
satu orang kepada orang lain.
Pola Komunikasi
Salah satu hal yang menjadi fokus dalam
penelitian etnografi komunikasi adalah
masyarakat tutur (speech community). Hal
tersebut mencakup bagaimana komunikasi itu
dipola dan diorganisasikan sebagai sebuah
sistem dari peristiwa komunikasi, dan
bagaimana pola komunikasi itu hidup dalam
interaksi dengan komponen sistem
kebudayaan yang lain Pola Komunikasi
(Communication Patterning) adalah
hubungan antar komponen komunikasi yang
membangun sebuah peristiwa komunikasi.
Hubungan antar komponen komunikasi yang
dimaksud adalah bagaimana setiap komponen
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 153
komunikasi saling bekerja sama untuk
menciptakan perilaku komunikasi yang khas
dari kelompok masyarakat tutur tertentu.
Kuswarno (2011:38).
Dalam penelitian etnografi komunikasi akan
menghasilkan sebuah hipotesis mengenai
berbagai cara, bagaimana fenomena
sosiokultural dalam masyarakat itu
berhubungan dengan pola-pola komunikasi
atau bagaimana cara-cara berbicara. Menurut
Kuswarno (2008) tahapan-tahapan dalam
menemukan pola komunikasi dalam suatu
masyarakat tutur adalah dengan
mengidentifikasi peristiwa-peristiwa
komunikasi yang terjadi secara berulang.
Langkah selanjutnya yaitu menginventarisasi
komponen yang membangun peristiwa
komunikasi, kemudian menemukan hubungan
antar komponen-komponen komunikasi
tersebut. Menurut Effendy (2005) Pola
komunikasi merupakan sebuah proses yang
dirancang untuk mewakili kenyataan
keterpautan unsur-unsur yang dicakup beserta
keberlangsungannya, guna memudahkan
pemikiran secara sistematik dan logis. Pola
komunikasi merupakan sebuah model dari
proses komunikasi, sehingga dengan adanya
berbagai macam model komunikasi dan
bagian dari proses komunikasi akan
ditemukan sebuah pola yang cocok dan
mudah digunakan dalam berkomunikasi.
Ada beberapa macam pola komunikasi yaitu
antaralain; Pola Komunikasi Primer, yaitu
merupakan proses penyampaian pemikiran
oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan suatu simbol sebagai media
atau saluran. Berikutnya Pola Komunikasi
Sekunder, yaitu merupakan proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama. Selain itu
adalah Pola Komunikasi Linear, yaitu
merupakan proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunkan sebagai titik
terminal. Dalam proses komunikasi ini
biasanya terjadi dalam komunikasi tatap
muka. Dan yang terakhir adalah Pola
Komunikasi Sirkular, yaitu merupakan proses
terjadinya arus komunikasi dari komunikator
dan komunikan sebagai penentu utama
keberhasilan komunikasi. Dalam proses
komunikasi seperti ini, proses komunikasi
berjalan secara terus menerus yaitu dilihat
dari adanya umpan balik antara komunikator
dan komunikan. (Effendy, 2005:11).
Forum Leader
Forum Leader merupakan sebuah wadah
yang dibentuk untuk mempersatukan para
pemimpin atau perwakilan dari setiap
komunitas yang tergabung atau berafiliasi
dengan program Bandung Cleanaction.
Kegiatan yang dilakukan dalam Forum
Leader itu sendiri beragam, mulai dari
diskusi bebas, perencanaan program hingga
evaluasi kegiatan. Awal mula dibentuknya
Forum Leader adalah akibat adanya
penurunan minat atau partisipasi dari puluhan
komunitas yang sudah pernah bergabung dan
menjalankan program Bandung Cleanaction.
Dari sekitar 70 komunitas yang berafiliasi
dengan program pada akhirnya hanya tersisa
7 komunitas saja, yaitu Komunitas Barra,
Galur Bandung, Prabu Junior, Railfans, Miss
Cleanaction, Kazuo dan Recycle Bank. Pada
awalnya, pendekatan dan komunikasi hanya
dilakukan dengan cara membentuk sebuah
gorup pada sosial media ‘Line’. Hal tersebut
dirasakan kurang efektif karena terbukti
dengan adanya penurunan minat dari puluhan
komunitas yang sebelumnya telah berafiliasi.
Maka dari itu dibentuknya forum ini adalah
dengan tujuan untuk melakukan pendekatan
yang lebih baik dengan para komunitas. Hal
tersebut dilakukan agar dapat
mempertahankan partisipasi para komunitas
yang tersisa, agar senantiasa dapat terus
menunjukan konsistensinya pada program.
Teori Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan sebuah esensi
dari kehidupan sebuah organisasi. Pada
dasarnya anggota organisasi yang
menjalankan program ataupun bisnis dalam
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 154
organisasi tersebut sedang membentuk
sebuah budaya. Jaringan komunikasi yang
dibangun juga sedikit demi sedikit
membangun budaya dari organisasi tersebut.
seperti yang dikatakan oleh Tumer (2008)
yang diterjemahkan oleh Brian Marswendy:
“Ketika mereka berbicara, menulis sebuah
naskah drama, menyanyi, menari, pura-pura
sakit, mereka sedang berkomunikasi, dan
sedang mengkonstruksi budaya mereka.”
Teori Budaya organisasi meyakini bahwa
sebuah organisasi memiliki berbagai simbol,
ritual dan nilai yang unik. Selain itu, anggota-
anggota organisasi terlibat dalam sekian
banyak perilaku komunikasi yang
memberikan kontribusi pada organisasi
tersebut. Perilaku komunikasi yang dimaksud
dapat dilakukan melalui berbagai bentuk
seperti bergurau, bergosip, menjegal, diskusi,
dan lain sebagainya.
Terdapat tiga asumsi yang mengarahkan teori
budaya organisasi ini, antara lain: Pertama,
Anggota-anggota organisasi menciptakan dan
mempertahankan perasaan yang dimiliki
bersama mengenai realitas organisasi, yang
berakibat pada pemahaman yang lebih baik
mengenai nilai-nilai organisasi tersebut.
Asumsi kedua dari teori ini adalah
penggunaan dan interpretasi simbol dalam
sebuah organisasi. Realitas dan budaya
sebuah organisasi juga sebagiannya
ditentukan oleh simbol-simbol. Asumsi teori
budaya organisasi yang terakhir berkaitan
dengan keberagaman budaya, yaitu budaya
bervariasi dalam organisasi-organisasi yang
berbeda, dan interpretasi tindakan dalam
budaya ini juga beragam.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih
peneliti karena metode penelitian ini
dianggap paling cocok dan tepat dengan
masalah yang diteliti. Hal tersebut dilandasi
oleh terlibatnya peneliti sebagai instrumen
dari penelitian tersebut. Keterlibatan peneliti
pada kegiatan forum leader dirasa lebih
interaktif dengan sumber, lebih subjektif dan
memahami makna dengan lebih menyeluruh
dan mendetail. Selain itu, kemampuan
peneliti dalam menggambarkan realitas yang
terjadi pada objek dan subjek penelitian yang
didapatkan dilapangan merupakan salah satu
sumber data yang sangat menunjang
penelitian ini.
Sementara paradigma yang digunakan oleh
peneliti pada penelitian ini adalah paradigma
konstruktivis. Alasan peneliti memilih
paradigma konstruktivis karena ingin
menggali atau membangun suatu makna dan
nilai apa saja yang terkandung dalam proses
evaluasi program yang terjadi pada forum
leader, sehingga penulis dapat mengetahui
seperti apa pola komunikasi yang diterapkan
sehingga forum leader dapat menjadi salah
satu cara untuk mempertahankan partisipasi
para komunitas yang berafiliasi dalam
program Bandung Cleanaction.
Adapun metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi Etnografi
komunikasi. Sesuai dengan tujuan dari
etnografi komunikasi dimana metode tersebut
digunakan untuk menggambarkan,
menganalisis dan menjelaskan perilaku
komunikasi dari suatu kelompok sosial. Maka
peneliti akan mengkaji secara mendalam
bagaimana proses interaksi yang terjadi
dalam proses evaluasi kegiatan forum leader
hingga menemukan berbagai pola komunikasi
yang digunakan oleh manusia dalam suatu
masyarakat tutur.
Dapat disimpulkan bahwa terkait dengan
proses evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat tutur forum leader, peneliti
menggunakan pendekatan secara kualitatif
dengan paradigma konstruktivis dan metode
etnografi komunikasi. Alasan peneliti
memilih hal tersebut dilandasi dengan
keinginan peneliti untuk menggali atau
membangun suatu makna dan nilai apa saja
yang terkadung dari interaksi sosial
berhubungan dengan komunikasi, budaya dan
bahasa yang terdapat pada pola komunikasi
dalam evaluasi kegiatan forum leader.
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 155
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh
anggota atau partisipan forum leader, yaitu
diantaranya adalah tim kepengurusan
program Bandung Cleanaction dan seluruh
pemimpin atau perwakilan dari para
komunitas yang berafiliasi dengan program
Bandung Cleanaction. Adapun objek
penelitian dalam penelitian ini merupakan
peristiwa komunikasi yang terjadi pada setiap
aktivitas yang terjadi di dalam forum leader.
Komponen komunikasi yang terdapat dalam
setiap proses kegiatan, berupa proses evaluasi
program yang dilakukan secara rutin.
Creswell mengemukakan terdapat tiga teknik
utama pengumpulan data dalam studi
etnografi yang dapat dilakukan dalam studi
etnografi komunikasi, diantaranya merupakan
partisipan observer, wawancara dan telaah
dokumen/analisis dokumen. Sedangkan
Seville-Troike mengemukakan 7 teknik, yaitu
ketiga teknik Creswell ditambah dengan
obeservasi, hermeneutik, etnometodologi,
etnosemantik dan introspeksi sebagai teknik
analisis data.
Adapun teknik pengumpulan data yang akan
peneliti gunakan dalam penelitian mengenai
proses evaluasi program pada forum leader
ini, antara lain; Observasi partisipan,
kemudian wawancara yang dikenal sebagai
wawancara tidak berstruktur atau wawancara
mendalam dan juga dokumen-dokumen
berupa buku harian, kliping surat kabar,
surat-surat pribadi dan lain sebagainya pun
merupakan data penting yang perlu di
perhatikan peneliti. Maka, peneliti
mengumpulkan dokumen-dokumen yang
diperlukan untuk menunjang data yang di
perlukan dari aktivitas yang terjadi.
Tahap analisis data merupakan upaya-upaya
meringkaskan data, memilih data,
menerjemahkan dan mengorganisasikan data.
Dalam etnografi komunikasi proses analisis
data berjalan bersamaan dengan
pengumpulan data. Dengan menemukan
hubungan antara komponen komunikasi
sudah merupakan analisis data, karena
berdasarkan itulah pola komunikasi itu
dibuat. Peneliti dapat melakukan analisis data
pada saat melengkapi catatan lapangan
setelah melakukan observasi. Selain itu jika
data yang diperlukan masih dirasa kurang,
peneliti dapat kembali lagi ke lapangan untuk
mengumpulkan kembali data dan melengkapi
analisisnya.
Di tahap ini peneliti akan membandingkan
objek yang diteliti berupa aktivitas
komunikasi yang terjadi dalam Forum Leader
dengan objek lain kemudian mengevaluasi
dengan nilai-nilai yang berlaku. Selain itu,
pada tahapan ini peneliti akan
mengemukakan kritik atau kekurangan
mengenai penelitian yang telah dilakukan dan
memberikan saran untuk penelitian baru jika
ada yang akan melanjutkan penelitian ini.
Tahapan terakhir yang digunakan oleh
peneliti pada analisis data dalam penelitian
etnografi komunikasi sesuai dengan yang
dipaparkan oleh Creswell merupakan
interpretasi. Pada tahapan ini peneliti
mengambil kesimpulan dari penelitian yang
telah dilakukan
PEMBAHASAN
Analisis Tahapan Evaluasi Kegiatan
Forum Leader
Tahapan merupakan langkah-langkah atau
bagian dari urutan sesuatu yang memiliki
awal dan akhir dalam suatu proses. Tahapan
ini merupakan salah satu bagian penting
dalam suatu proses. Tahapan menjelaskan
‘apa langkah awal yang harus ditempuh?’,
‘seperti apa langkah selanjutnya?’ hingga
mencapai tujuan dari proses tersebut.
Tahapan-tahapan ini akan berpengaruh pada
tujuan akhir. Jika tahapan yang dilakukan
sesuai dengan ketentuan, maka proses akan
berjalan lancar dan tujuan akan tercapai
sesuai dengan yang direncanakan. Begitu
pula sebaliknya, jika tahapan yang dilakukan
tidak sesuai, maka proses akan terganggu dan
bisa jadi hasil yang dicapai tidak sesuai
dengan harapan atau mengalami hambatan
sehingga memperlambat proses. Tujuan dari
penelitian ini adalah menemukan pola
komunikasi dari aktivitas komunikasi yang
terjadi dalam proses evaluasi kegiatan Forum
Leader. Untuk mengetahui seperti apa proses
evaluasi itu dilakukan, peneliti harus
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 156
mengatahui seperti apa tahapan yang
dilakukan. Tahapan evaluasi yang dimaksud
adalah langkah-langkah apa saja yang
ditempuh oleh para anggota Forum Leader
maupun tim pengurus program Bandung
Cleanaction dari sebelum hingga setelah
evaluasi kegiatan tersebut dilakukan.
Tahapan evaluasi kegiatan yang dilakukan
melibatkan seluruh partisipan Forum Leader.
Keterlibatan tersebut berupa sebuah aktivitas
komunikasi yang mereka lakukan dalam
mencapai tujuan. Tahapan evaluasi tersebut
merupakan sebuah bentuk kerjasama dalam
organisasi. Suatu bentuk kerjasama dalam
sebuah organisasi memerlukan hubungan
antara peran-peran dalam organisasi itu
sendiri. Peran-peran yang dimaksud adalah
melibatkan seluruh anggota organisasi mulai
dari yang memiliki kewenangan dan
kedudukan lebih tinggi, setingkat maupun
lebih rendah. Keterhubungan antar anggota
tersebut dilakukan melalu sebuah mekanisme
yaitu komunikasi. Seperti yang diungkapkan
Soedarsono, (2009) Suatu organisasi adalah
koordinasi sejumlah kegiatan manusia yang
direncanakan untuk mencapai suatu maksud
atau tujuan bersama melalui pembagian tugas
dan fungsi serta wewenang dan tanggung
jawab.”
Tahapan evaluasi kegiatan Forum Leader
diawalai dari kelompok kecil, yaitu
perwakilan dari tim pengurus program
Bandung Cleanaction yang bertanggung
jawab atas keberlangsungan kegiatan Forum
Leader. Pada tahap ini dilakukan perencanaan
terkait pelaksanaan evaluasi kegiatan. Hal
tersebut dilakukan untuk membangun
konformitas. Konformitas yang dimaksud
berupa adanya perubahan perilaku atau
kepercayaan dari anggota kelompok akibat
adanya tekanan dari kelompok itu sendiri.
Dapat dikatakan demikian, karena secara
tidak langsung sebenarnya tim pengurus
program tetap memiliki wewenang atau
kekuasaan penuh terhadap penentuan waktu,
hingga lokasi pertemuan. Meskipun
penentuan waktu dan lokasi pertemuan
tersebut berdasarkan persetujuan atau hasil
koordinasi dengan seluruh partisipan forum,
namun tetap penentuan hal tersebut telah
dilakukan sebelumnya oleh partisipan
kelompok kecil sebelum dimusyawarahkan
dengan seluruh anggota Forum Leader.
Anggota forum lainnya hanya tinggal
menyetujui keputusan tersebut.
Tahapan evaluasi yang terjadi di lingkungan
Forum Leader program Bandung Cleanaction
terjadi secara berulang-ulang. Tahapan-
tahapan yang dilakukan selalu sama sehingga
telah menjadi suatu kebiasaan atau tradisi.
Setiap kegiatan harus dilakukan evaluasi,
baik itu pada kegiatan rutin maupun kegiatan
momentum seperti event. Tradisi atau
kebiasaan dalam suatu organisasi merupakan
bentuk dari simbol perilaku. Simbol perilaku
dijelaskan dalam teori budaya organisasi
yang dikemukakan oleh Pacanowsky dan
O’Donnell Trujillo. Dalam teori budaya
organisasi dijelaskan bahwa:
“Teori Budaya Organisasi adalah keyakinan
bahwa organisasi memiliki berbagai simbol,
ritual dan nilai yang membuatnya unik.
Penggunaan dan interpretasi simbol sangat
penting dalam budaya organisasi.
Berdasarkan observasi partisipan dan
dipertegas oleh hasil wawancara informan
yang telah peneliti lakukan, terlihat jelas
penggunaan simbol-simbol dalam Forum
Leader program Bandung Cleanaction. Salah
satu simbol yang dimaksud adalah berupa
simbol perilaku. Dalam teori budaya
organisasi, simbol perilaku mencakup adanya
upacara, ritual, kebiasaan, tradisi,
penghargaan dan hukuman. Peneliti dapat
mengidentifikasi bahwa tahapan evaluasi
yang dilakukan oleh Forum Leader
merupakan salah satu bentuk tradisi atau
kebiasaan dari Forum Leader tersebut. Tata
cara yang dilakukan meski bersifat informal
namun memiliki pola tertentu yang menjadi
sebuah kebiasaan. Bagaimana tim pengurus
program menentukan waktu pertemuan dan
bagaimana kondisi tersebut terjadi secara
berulang merupakan representasi dari simbol
perilaku yang diterapkan.
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 157
Analisis Jaringan Komunikasi antar
Pengurus Forum Leader
Pentingnya komponen komunikasi dalam
sebuah aktivitas komunikasi adalah sebagai
penuntun peneliti etnografi komunikasi pada
saat di lapangan. Urutan tindak komunikatif
atau tindak tutur termasuk alih giliran atau
fenomena percakapan menjadi salah satu
komponen komunikasi yang menjadi pusat
penelitian peneliti dalam pembahasan ini.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya yang
menyatakan bahwa evaluasi kegiatan Forum
Leader program Bandung Cleanaction adalah
berbentuk diskusi bebas, maka urutan
tindakan komunikatifnya pun tidaklah
beraturan akan tetapi menciptakan sebuah
pola komunikasi atau peristiwa komunikasi
yang terjadi secara berulang dan menjadi
khas.
Dalam pernyataan-pernyataan informan
tersebut menjelaskan bahwa proses evaluasi
kegiatan Forum Leader ini bersifat diskusi
dan setiap partisipan memiliki hak yang sama
dalam mengutarakan pendapatnya. Dalam
proses evaluasi berbentuk diskusi seperti ini
dapat menimbulkan sebuah keterhubungan
(Connectedness), setiap partisipan
komunikasi dapat saling terhubung satu sama
lain tanpa batasan atau perantara apapun.
Keterhubungan tersebut akan berdampak
pada keeratan (Integration). Keeratan tersebut
ditimbulkan dari intensitas komunikasi pada
suatu jaringan komunikasi. Jika
keterhubungan dan keeratan sudah terjalin,
maka akan timbul keterbukaan (Openness).
Dari keterbukaan tersebut akan berdampak
pada kelancaran komunikasi yang terjalin.
Hal tersebut dijelaskan dalam studi jaringan
komunikasi yang dikemukakan oleh Rogers,
Kincaid, dan DeVito :“Proses komunikasi
pada suatu jaringan komunikasi merupakan
suatu proses dua arah dan interaktif diantara
setiap partisipan yang terlibat. Menurut
Setiawan (2007) Jaringan komunikasi
meliputi Keterhubungan (Connectedness),
Keeratan (Integration), dan Keterbukaan
(Openness), struktur dan peran seseorang
dalam suatu jaringan.
Keterlibatan berbagai partisipan komunikasi
yang memiliki latar belakang budaya atau
kebiasaan yang berbeda terkadang
menimbulkan sebuah hambatan komunikasi.
Hal tersebut juga memberikan dampak
tersendiri pada keberlangsungan kegiatan.
Namun yang peneliti temukan di lapangan
justru berbanding terbalik dengan hal
tersebut. Partisipan Forum Leader merupakan
gabungan dari berbagai komunitas yang
memiliki latar belakang budaya atau
kebiasaan yang berbeda-beda. Untuk
menghindari timbulnya hambatan komunikasi
adalah dengan pendekatan yang baik. Jika
kedekatan dan keakraban sudah terjalin maka
tidak ada lagi batasan diantara setiap
partisipan komunikasi tersebut. Salah satu hal
yang diterapkan untuk menimbulkan
kedekatan dan keakraban dalam lingkungan
Forum Leader adalah dengan menghilangkan
kesan kaku dan tegang dalam pertemuan-
pertemuan Forum Leader. Dalam setiap
pertemuan dan dilakukannya evaluasi
kegiatan diterapkan sifat komunikasi yang
informal, santai dan sedikit menyisipkan
candaan-candaan sebagai pemecah suasana.
Dalam teori budaya organisasi simbol
perilaku masyarakat tutur yang di tunjukan
oleh partisipan Forum Leader dalam proses
evaluasi kegiatan yang bersifat informal ini,
menjadikan kebiasaan yang dinilai baik dan
kurang baik. Tidak terstrukturnya proses
evaluasi dari siapa kepada siapa
disampaikannya pesan, memberikan waktu
yang lebih lama dalam mendapatkan
kesimpulan. Akan tetapi proses evaluasi yang
bersifat informal ini juga justru memberikan
lebih banyak masukan dalam menindak-
lanjuti evaluasi kegiatan karena setiap
partisipan mampu dengan leluasa
mengemukakan pendapatnya.
Selain itu simbol-simbol verbal yang
ditampilkan dalam proses evaluasi kegiatan
tersebut juga memiliki dampak yang baik dan
kurang baik. Simbol verbal yang dimaksud
adalah berupa lelucon, jargon, jokes dan lain
sebagainya. Dampak positif dari simbol-
simbol verbal tersebut yaitu membuat
aktivitas komunikasi yang terjalin menjadi
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 158
lebih ringan dan terkesan santai sehingga
tidak ada beban dalam penyampaian bentuk
pesan apapun. Kedekatan serta keakraban di
kalangan partisipan Forum Leader pun lebih
mudah terbentuk dengan adanya proses
komunikasi yang bersifat informal ini.
Namun kelemahan atau dampak negatif dari
hal tersebut adalah kurangnya ketegasan
dalam proses evaluasi, menjadikan proses
evaluasi berlangsung lebih lama dari yang
seharusnya dapat dilakukan dengan lebih
singkat.
Berdasarkan studi jaringan komunikasi, arus
informasi dapat diidentifikasi dan membentuk
sebuah pola. Arus tersebut menjelaskan
seperti apa keterhubungan antara setiap titik
(partisipan) dalam proses komunikasinya.
Dalam proses komunikasi berupa diskusi,
setiap partisipan memiliki porsi yang sama
dalam mengemukakan pendapat. Dengan kata
lain, setiap partisipan dapat saling bertukar
informasi, serta setiap partisipan dapat
menerima informasi dengan porsi yang sama.
Tidak ada batasan dalam bentuk komunikasi
berupa sebuah diskusi. Maka pola jaringan
komunikasi yang sesuai dengan bentuk
komunikasi berupa diskusi, seperti yang
diterapkan pada proses evaluasi Forum
Leader ini adalah pola bintang atau pola
semua saluran (all channel).
Berikut ini pola jaringan komunikasi yang
dapat peneliti identifikasi berdasarkan
penelitian yang dilakukan dalam proses
evaluasi Forum Leader ini.Pola jaringan
komunikasi yang peneliti rumuskan, dapat
dijelaskan bahwa antara tim pengurus
program Bandung Cleanaction (BCLn)
dengan para anggota Forum Leader (FL)
tidak ada batasan dalam pertukaran informasi.
Semua terpusat pada pembahasan atau topik
evaluasi. Setiap partisipan dapat bertukar
informasi dan diterima oleh seluruh
partisipan lainnya secara langsung dan
serentak. Menurut (2006) mengungkapkan
bahwa aliran informasi dalam sebuah
organisasi dapat terjadi dengan 3 cara, yaitu
penyebaran informasi atau pesan secara
serentak, berurutan dan kombinasi, yaitu
penggabungan dari kedua cara tersebut”.Pola
jaringan komunikasi semua saluran (all
channell) ini menerapkan aliran informasi
dengan penyebaran informasi secara serentak.
Semua partisipan dapat menerima informasi
tersebut pada waktu yang sama, sehingga
dapat dilakukan lebih efektif dan efisien.
Pola Komunikasi pada Proses Evaluasi
Kegiatan Forum Leader Pola komunikasi merupakan sebuah peristiwa
komunikasi yang dibangun oleh hubungan
antar komponen komunikasi. Komponen-
komponen komunikasi tersebut menciptakan
perilaku komunikasi yang khas dari suatu
kelompok masyarakat tutur. Seperti yang
diungkapkan oleh Seville-Troike dalam
Kuswarno (2011:15) bahwa yang menjadi
fokus kajian etnografi komunikasi adalah
masyarakat tutur. Hal tersebut mencakup
bagaimana komunikasi itu dipola dan
diorganisasikan sebagai sebuah sistem dari
peristiwa komunikasi, serta bagaimana pola
komunikasi itu hidup dalam interaksi dengan
sistem kebudayaan.
Melalui etnografi komunikasilah pola
komunikasi sebagai hasil hubungan antar
komponen komunikasi dapat ditemukan.
Sehingga secara tidak langsung peneliti
diharuskan untuk mampu mengidentifikasi
komponen-komponen komunikasi pada
aktivitas komunikasi evaluasi kegiatan Forum
Leader. Dalam bukunya yang berjudul
”Etnografi Komunikasi: Suatu Pengantar dan
Contoh Penerapannya”, Kuswarno
mengatakan bahwa salah satu komponen
komunikasi menurut perspektif etnografi
komunikasi adalah berupa adanya setting.
Setting yang dimaksud disini adalah lokasi,
waktu, suasana, dan lain sebagainya.
Lokasi atau tempat diadakannya suatu
pertemuan untuk membahas suatu topik,
sangatlah menentukan keberhasilan aktivitas
komunikasi yang dilakukan. Hal tersebut
dikarenakan dapat mempengaruhi suasana
yang diciptakan juga berdampak pada mood
partisipan komunikasi tersebut. Pemilihan
tempat yang bervariatif juga dapat
menghilangkan kejenuhan dari para
partisipan. Maka dari itu, dapat dikatakan
bahwa lokasi, suasana yang diciptakan serta
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 159
variasi pemilihan tempat juga merupakan
salah satu hal penunjang atau sebagai
komponen komunikasi yang dapat
diidentifikasikan. Jika hal-hal tersebut
dilakukan secara berulang maka dapat
menciptakan suatu pola dan menjadi tradisi
atau budaya dari organisasi tersebut.
Suasana pertemuan yang dibangun dalam
pertemuan Forum Leader lebih kekeluargaan.
Dalam proses evaluasi ini sudah tidak lagi
membandingkan perbedaan usia sebagai tolak
ukur dalam mengemukakan pendapat. Hal
tersebut terlihat dari jalannya proses evaluasi
kegiatan dimana pendapat seluruh partisipan
sangat dihargai dan dipertimbangkan
kelayakannya. Dalam suasana evaluasi yang
diciptakan berupa suasana kekeluargaan yang
santai dan informal inipun sering di selipkan
berbagai jokes-jokes dari seluruh partisipan
Forum Leader.
Selain suasana evaluasi yang bersifat
informal dan kekeluargaan yang menjadikan
proses evaluasi kegiatan menjadi lebih
nyaman, pemilihan tempat yang cozy-pun
menjadi salah satu daya tarik utama
terciptanya suasana evaluasi kegiatan yang
santai dan nyaman. Tidak seperti pertemuan
evaluasi lainnya yang biasanya dilakukan di
ruang meeting atau ruang kantor yang
cenderung kaku, setiap pertemuan Forum
Leader selalu dilakukan di tempat-tempat
yang terbilang nyaman.
Lokasi evaluasi kegiatan yang dilakukan di
Cafe Little Wings yang berlokasi tepat di
depan kantor tim pengurus program Bandung
Cleanaction di Jl. Cigadung Raya Barat no.2
ini terlihat sangat nyaman. Selain lokasinya
yang berada daerah utara Bandung yang
dikenal memiliki cuaca yang sangat segar dan
sejuk lokasi ini juga cukup jauh dari
kebisingan kota. Selain itu Basecamp Forum
Leader yang berada di kawasan Jl. Taman
Sido Luhur no.7 juga merupakan salah satu
tempat berkumpul yang tentunya digemari
oleh seluruh partisipan Forum Leader. Selain
itu, untuk menghindari kejenuhan proses
evaluasi kegiatan juga sering dilakukan di
taman-taman Kota Bandung, seperti di
Cikapundung River Spot yang juga
merupakan salah satu re-claim area dari
program Bandung Cleanaction. Tempat atau
lokasi dilakukannya pertemuan tersebut
memiliki karakteristik yang sama, yaitu
nyaman dan berkesan santai.
Pada penelitian ini, peneliti melihat simbol
fisik dari teori budaya organisasi nampak
pada aspek dimana dilaksanakannya evaluasi
kegiatan Forum leader. Seperti yang terlihat
dalam aktivitas komunikasi Forum leader ini
bahwa proses evaluasi yang biasanya
dilakukan di lingkungan-lingkungan yang
nyaman mempengaruhi aktivitas komunikasi
yang terjalin. Hal ini nampak dari
kemampuan masyarakat tutur Forum Leader
dalam memecahkan masalah secara bersama
dengan suasana yang tetap nyaman tanpa
ketegangan, ini juga mempengaruhi
keputusan yang diambil atau disepakati oleh
bersama.
Selain itu, dalam proses evaluasi kegiatan
Forum leader juga ditampilkan sebuah
simbol lain yaitu simbol verbal berupa bahasa
atau istilah khusus. Meskipun istilah-istilah
tersebut berawal dari candaan-candaan para
partisipan, namun sudah melekat dan menjadi
sebuah kebiasaan yang selalu dilakukan.
Selain simbol verbal yang ditampilkan dalam
proses evaluasi kegiatan Forum leader,
peneliti juga mengidentifikasi adanya simbol
fisik lain yang selalu ditampilkan dalam
setiap pertemuan. Tidak hanya saat
berkegiatan di lapangan, saat pertemuan pun
dengan bangga para partisipan mengenakan
pakaian seragam khas Bandung Cleanaction
berupa kaus berwarna putih bertuliskan
“Gerakan Pungut Sampah” di bagian
belakang kaus. Selain itu, hal lain yang
menjadi khas dan kebiasaan para partisipan
Forum Leader adalah membawa tumbler atau
botol minum masing-masing. Dengan bangga
mereka menampilkan bahwa hal tersebut
adalah kebiasaan baik dan merupakan salah
satu upaya dari bentuk usaha pengurangan
sampah dari sumbernya. Penggunaan simbol-
simbol pada sebuah organisasi merupakan
salah satu hal yang penting bagi kebudayaan
organisasi tersebut. seperti yang dijelaskan
oleh Pacanowsky dan O’Donnell:
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 160
“Simbol merupakan representasi untuk
makna. Setiap anggota organisasi
menciptakan, menggunakan dan
menginterpretasikan simbol setiap hari.
Simbol-simbol ini karenanya sangat penting
bagi budaya organisasi.”
Hal-hal tersebut dapat mencerminkan suatu
keberhasilan dari aktivitas komunikasi yang
terjadi di lingkungan Forum Leader. Menurut
Tumer (2014) anggota-anggota organisasi
menciptakan dan mempertahankan perasaan
yang dimiliki bersama mengenai realitas
organisasi, yang berakibat pada pemahaman
yang lebih baik mengenai nilai-nilai sebuah
organisasi.
Artinya para anggota sudah lebih memahami
nilai-nilai dari organisasi mereka. Memahami
salah satu poin penting yang menjadi tujuan
organisasi, yaitu memberikan teladan bagi
masyarakat atau sebagai contoh yang dapat
diaplikasikan. Partisipan atau anggota
organisasi merupakan aktor-aktor yang dapat
menjalankan roda organisasi itu sendiri.
Peran anggota sangat besar dalam pencapaian
suatu tujuan organisasi. Menurut Robbins
(2013) Organisasi merupakan suatu unit
sosial yang dikoodinasikan secara sengaja,
terdiri dari dua orang atau lebih yang
berfungsi pada suatu basis yang relatif
bersinambung untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian kegiatan organisasi
merupakan dasar dalam mebuat pola peranan
dan cetak biru bagi para anggotanya untuk
melakukan aktivitas perusahaan.”
Berdasarkan definisi organisasi di atas dapat
dilihat bahwa poin utama dalam organisasi
bukan hanya kegiatannya, melainkan juga
individu anggotanya sebagai partisipan dalam
organisasi. Dalam Forum Leader program
Bandung Cleanaction yang berperan sebagai
penggerak roda organisasi tersebut adalah
anggota-anggotanya. Dalam setiap proses
evaluasi kegiatan Forum Leader selalu
dihadiri oleh partisipan-partisipan yang sama.
Partisipan pembentuk Forum Leader
merupakan perwakilan dari setiap komunitas
yang berafiliasi. Untuk pertemuan Forum
Leader dibatasi cukup 2 orang perwakilan
dari setiap komunitas. Dapat dimpulkan
bahwa partisipan komunikasi dalam proses
evaluasi kegiatan Forum Leader selalu sama.
Terkadang dapat berkurang karena ada
halangan dan lain sebgagainya, namun tidak
bertambah karena adanya aturan yang
membatasi jumlah perwakilan setiap
komunitas adalah dua orang saja serta tidak
dapat digantikan. Hal tersebut dilakukan agar
aktivitas komunikasi menjadi lebih efektif
dengan menentukan ketua dari setiap
komunitas sebagai perwakilan dalam
keanggotaan Forum Leader. Selanjutnya para
ketua dari masing-masing komunitas
memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan
segala bentuk informasi pada tim atau
kelompoknya masing-masing.
Selain itu, dari keseluruhan anggota Forum
leader juga dipilih satu orang dari tim
pengurus program Bandung Cleanaction
sendiri untuk menjadi penanggung jawab
keberlangsungan kegiatan dalam Forum
Leader. Tanggung jawab tersebut meliputi
perencanaan pertemuan, pengambilan
keputusan hasil diskusi, pembuatan notulensi
laporan dan mengarahkan kegiatan atau
pembagian kelompok kecil. Setelah
mengidentifikasi serta menginventarisasi
komponen komunikasi yang peneliti dapatkan
di lapangan, maka tahapan terakhir dari
kajian etnografi komunikasi adalah
menemukan atau menentukan pola
komunikasi berdasarkan peristiwa
komunikasi yang terjadi.
Pada penelitian ini, peneliti menemukan pola
komunikasi yang terjadi pada lingkungan
masyarakat tutur Forum Leader program
Bandung Cleanaction dalam proses evaluasi
kegiatan. Pola komunikasi tersebut peneliti
temukan berdasarkan analisis komponen
komunikasi yang berhasil peneliti identifikasi
di lapangan. Komponen komunikasi yang
menjadi khas karena dilakukan secara
berulang tersebut mencakup setting, bentuk
informasi, urutan tindakan, partisipan, tujuan,
dan genre. Pada proses evaluasi kegiatan,
suasana yang diciptakan adalah suasana
kekeluargaan, santai dan bersifat informal.
Pemilihan tempat pertemuanpun selalu di
tempat yang nyaman bukan tempat yang
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 161
formal. Bentuk pertukaran informasi berupa
diskusi yang bersifat acak, setiap partisipan
memiliki hak yang sama dalam berpendapat.
Dalam proses evaluasi kegiatan Forum
Leader ini juga selalu disipkan lelucon-
lelucon, anekdot, hingga istilah-istilah unik
dan segar. Hal tersebut dilakukan agar
suasana yang tercipta tidak kaku dan lebih
nyaman, sehingga dapat meningkatkan
kinerja dan partisipasi.
Dalam pembahasan ini peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa dalam proses evaluasi
kegiatan Forum Leader terdapat 2 pola
komunikasi. Pertama, yaitu pola komunikasi
di kalangan internal pengurus program
Bandung Cleanaction sebagai tahap awal
perencanaan yang peneliti sebut dengan pola
komunikasi kelompok kecil dan yang kedua
adalah pola komunikasi pada Forum Leader
dalam proses evaluasi kegiatan yang
melibatkan secara keseluruhan anggota dan
tim pengurus program yang peneliti sebut
dengan pola komunikasi Forum Leader. Pola
komunikasi yang peneliti rumuskan dapat
dijelaskan bahwa dalam lingkungan
masyarakat tutur Forum Leader pada
program Bandung Cleanaction terdapat
peristiwa komunikasi yang terjadi dalam
proses evaluasi kegiatan dan kegiatan rutin
itu sendiri. Proses evaluasi kegiatan atau
pertemuan rutin tersebut berupa diskusi bebas
dengan setting, bentuk informasi, urutan
tindakan dan genre tertentu. Komponen-
komponen pada aktivitas komunikasi Forum
Leader tersebut mempengaruhi terhadap
berlangsungnya kegiatan rutin program
Bandung Cleanaction, meningkatkan kinerja
dan partisipasi. Bentuk pola jaringan
komunikasi yang terjadi pada proses tersebut
berupa pola star (pola bintang) atau pola
semua jaringan (all channel). Dikatakan
demikian karena bentuk aktivitas komunikasi
tersebut berupa diskusi. Semua partisipan
dapat mengungkapkan suatu pernyataan pada
seluruh partisipan lain dan berhak
mendapatkan timbal balik atau feedback
secara langsung.
Selain dalam proses evaluasi kegiatan Forum
Leader, peneliti juga menemukan sebuah pola
komunikasi di kalangan internal pengurus
program Bandung Cleanaction. Sebelum
melakukan pertemuan Forum Leader,
biasanya tim pengurus program Bandung
Cleanaction juga melakukan pertemuan
terlebih dahulu untuk menentukan waktu dan
topik bahasan. Selain itu, perencanaan
program atau kegiatan tambahan lainnya juga
dibahas dalam pertemuan tersebut. Pertemuan
tersebut hanya melibatkan beberapa orang
saja dari tim pengurus program, antara lain
program manager, program director
cleanaction network dan salah seorang
executive board bidang public relations.
Dalam pertemuan tersebut mereka
menggodok hal-hal berkaitan perencanaan
pertemuan rutin dengan Forum Leader. Hal
tersebut selalu mereka lakukan secara rutin
sebelum pertemuan dengan Forum Leader
diadakan. Dalam proses pertemuan internal
tersebut tidak berbeda jauh dengan pertemuan
pada Forum Leader, mulai dari setting,
suasana yang dibangun, arus informasi,
urutan tindakan hingga bentuk informasinya.
Yang membedakan hanyalah partisipan dan
waktu pertemuannya yang dilakukan sebelum
pertemuan dengan Forum Leader.
Pola komunikasi tersebut dapat dijelaskan
bahwa peristiwa komunikasi yang terjadi di
internal tim pengurus program dilakukan
sebagai bentuk perencanaan sebelum
dilakukannya pertemuan Forum Leader.
Setelah menentukan waktu pertemuan serta
topik bahasan, maka akan diteruskan pada
Forum Leader dan bersama-sama melakukan
proses evaluasi kegiatan. Proses evaluasi
kegiatan tersebut berpengaruh pada
berlangsungnya kegiatan rutin program
Bandung Cleanaction.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Tahapan evaluasi yang terjadi dalam
lingkungan Forum Leader dimulai dari
kelompok kecil yaitu tim pengurus
program Bandung Cleanaction.
Kelompok kecil tersebut melakukan
perencanaan untuk kemudian
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 162
diterapkan pada pertemuan Forum
Leader. Hal tersebut dilakukan untuk
membangun konformitas dalam
kelompok. Yang dimaksud konformitas
disini adalah perubahan perilaku atau
kepercayaan anggota kelompok akibat
adanya tekanan dari kelompok itu
sendiri.
2. Jaringan komunikasi atau arus
informasi yang terjadi dalam proses
evaluasi kegiatan pada Forum Leader
menerapkan pola jaringan komunikasi
all channel atau pola bintang. Dalam
proses evaluasi kegiatan yang
berbentuk diskusi bebas, setiap
partisipan memiliki porsi atau hak yang
sama dalam mengemukakan pendapat.
Tidak ada batasan dalam aktivitas
komunikasi ini. Selain itu tidak ada
aturan pasti dari mana arus informasi
tersebut harus dimulai. Karena aktivitas
komunikasi yang berbentuk diskusi dan
bersifat informal, semua partisipan
dapat berinteraksi langsung dengan
partisipan lainnya. Proses penyebaran
informasinya pun secara serentak,
karena semua partisipan komunikasi
berada pada satu setting yang sama.
Disini kemampuan interaksi serta
kemampuan linguistik setiap partisipan
terus terasah dan semakin baik, karena
dalam pertemuan semua partisipan
memiliki hak yang sama dalam
berpendapat.
3. Pola komunikasi yang peneliti
rumuskan berdasarkan komponen
komunikasi yang diidentifikasi di
lapangan menyatakan bahwa, dalam
lingkungan masyarakat tutur Forum
Leader pada program Bandung
Cleanaction terdapat peristiwa
komunikasi yang terjadi dalam proses
evaluasi kegiatan dan kegiatan rutin itu
sendiri. Proses evaluasi kegiatan atau
pertemuan rutin tersebut berupa diskusi
bebas dengan setting, bentuk informasi,
urutan tindakan dan genre tertentu.
Komponen-komponen pada aktivitas
komunikasi Forum Leader tersebut
mempengaruhi terhadap
berlangsungnya kegiatan rutin program
Bandung Cleanaction, meningkatkan
kinerja dan partisipasi. Bentuk pola
jaringan komunikasi yang terjadi pada
proses tersebut berupa pola star (pola
bintang) atau pola semua jaringan (all
channel). Selain itu, peneliti juga
menemukan pola komunikasi di
kalangan internal pengurus program.
Proses evaluasi kegiatan tersebut
berpengaruh pada berlangsungnya
kegiatan rutin program Bandung
Cleanaction. Hal-hal tersebut dilakukan
secara berulang sebagai tahapan dari
proses evaluasi kegiatan pada Forum
Leader.
REFERENSI
Agusyanto, Ruddy. 2007. Jaringan Sosial
dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi
Komunikasi Pengantar dan
Contohnya. Bandung: Widya
Padjadjaran.
Pace, R Wayne dan Faules, Don F. 2006.
Komunikasi Organisasi: Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku
Organisasi. Jakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia.
Setiawan, Bambang. 1983. Metode Analisis
Jaringan Komunikasi. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Soedarsono, Dewi K. 2009. Sistem
Manajemen Komunikasi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
West Richard dan Turner Lynn H. 2014.
Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. II No. 2 September 2015
ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 163
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Humanika.
http://eprints.ums.ac.id/43913/3/BAB%20I.p
df (Diakses pada tanggal 21 Mei 2016,
Pukul 23:43)