plagiat merupakan tindakan tidak terpuji hubungan … · ojo keminter mundak keblinger ojo cidra...
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN
PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI
PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Nama : Agustinus Bambang Satria Utama
NIM : 129114091
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
i
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN
PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI
PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Nama : Agustinus Bambang Satria Utama
NIM : 129114091
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN MOTO
Marilah kepada-Ku semua yang letih dan berbeban berat, Aku
akan memberi kelegaan kepada mu (Matius 11 ; 28)
Suro Diro Jayaningrat
Lebur Dening Pangastuti
Detan Sirik Lamun Ketaman
Detan Susah Lamun Kelangan
Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso
Tut Wuri Handayani
Ojo Keminter Mundak Keblinger
Ojo Cidra Mundak Ciloko
Memayu Hayuning Bawana
Ambrasta Dur Hangkara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Teruntuk Ayah ku yang luar biasa, Ibu ku terhebat, serta
Kakak ku yang baik. Terimakasih sudah mendampingi dan
mendukung ku sampai ditahap ini. Terimakasih untuk setiap peluh
yang menetes untuk ku. Terimakasih sudah bersabar terhadap ku,
dan aku persembahkan ini untuk kalian. Sekali lagi terimakasih
keluarga ku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN
PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA
TAHUN PERTAMA
Agustinus Bambang Satria Utama
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dan penyesuaian diri di perguruan tinggi.
Responden dalam penelitian ini adalah 127 mahasiswa tahun pertama Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan skala kecerdasan emosi dan skala penyesuaian diri di perguruan tinggi yang dibuat
oleh peneliti. Validitas skala yang digunakan pada penelitian ini adalah metode validitas isi yang
dilakukan oleh professional judgement dan peer judgement dan kemudian dihitung skor IVI-I dan
IVI-S nya. Reliabilitas untuk skala kecerdasan emosi dengan 20 item adalah 0,894, sedangkan
untuk skala penyesuaian diri di perkuliahan dengan total item 36 adalah 0,889. Analisis data
dilakukan dengan teknik Pearson product moment dengan bantuan SPSS 23 for windows. Hasil
analisis data menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dan
penyesuaian diri di perguruan tinggi (r=0,630, p=0,000). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Kata Kunci: kecerdasan emosi, penyesuaian diri di perguruan tinggi, mahasiswa tahun pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
THE RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELEGENCE AND
COLLAGE ADJUSTMENT AMONG UNIVERSITY FRESHMAN
Agustinus Bambang Satria Utama
ABSTRACT
This research aimed to examine the relation between emotional intelegence and college
adjustment among freshman. The hypothesis in this research was a positive relation between
emotional intelegence and college adjustment. Respondents in this research were 127 Sanata
Dharma University freshman that selected by using purposive sampling technique. Data collection
was done by using emotional intelegence scale and college adjustment scale which made by
researcher. The validity scale used in this study was the content validity by the professional and
peer judgment then calculated the IVI-I and IVI-S. Reliability of emotional intelegence scale with
20 item was 0,894, while college adjustment scale was 0,889 for 36 items. The data analyzed by
using correlation Pearson product moment with SPSS 23 for windows. The data analysis result
showed there was positive significant correlation between emotional intelegence and college
adjustment (r=0,630, p=0,000). In other words the research hypothesis was accepted.
Keyword: emotional intelegence, college adjustment, freshman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena
berkat dan penyertaan-Nya penulis boleh menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Meskipun dalam proses pengerjaannya, banyak kendala yang penulis alami, tetapi
penulis yakin ini adalah jalan terbaik yang Tuhan berikan kepada penulis.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi.
2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M. Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas
Psikologi.
3. Ibu Dr. Y. Titik Kristiyani, M. Psi., selaku dosen pembimbing skripsi.
Terima kasih karena Ibu telah bersedia menerima penulis sebagai anak
bimbingan ibu. Terima kasih atas bimbingan, kesabaran, dan keramahan ibu
kepada penulis dan teman-teman sekelompok penulis.
4. Suster Lidwina Tri Ariastuti, FCJ S.Pd.,M.A. dan Ibu Ratri Sunar Astuti,
M.Si, selaku dosen pembimbing akademik.
5. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak ilmu,
wawasan, dan pengalamannya kepada penulis.
6. Segenap karyawan Fakulas Psikologi (Mas Muji, Ibu Nanik, dan Mas
Gandung), yang telah memberikan segenap bantuan kepada penulis selama
proses kuliah di Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. Terimakasih
atas keramahan dan kepeduliannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
7. Alm. Ayah dan Ibu yang terkasih. Terimakasih sudah membimbing dan
mendukung dengan penuh kasih dan kesabaran. Terlebih untuk Ibu,
terimakasih sudah menjadi orang tua yang sangat kuat.
8. Terimakasih untuk Kak Vera yang sudah memberi banyak bantuan dalam
banyak hal.
9. Terimakasih untuk Seprina Megawati Ester Hutahaean S.Psi yang sudah
memberikan banyak bantuan dan pengalaman kepada penulis. Terimakasih
sudah banyak bersabar. Terlebih terimakasih sudah membantu penulis untuk
berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan bertanggung jawab.
10. Teman-teman kelompok payung skripsi “Kita Bersama”, Clara, Jeje, Nona,
dan Rere, yang telah banyak membantu dan bekerja sama dengan penulis.
Terima kasih atas dinamikanya selama ini, mulai dari awal dan selama proses
pembuatan skripsi.
11. Teman-teman bimbingan Bu Titik yang lain, Dira, Igan, Indri, Ken, Monic,
Devita, Anggi, Ivi, Oliv, Riski, Bela, Desi Dewangga. Terimakasih untuk
semua bantuan dan dukungannya.
12. Terimakasih banyak untuk mahasiswa angkatan 2016 Universitas Sanata
Dharma yang telah bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini.
13. Terimakasih untuk teman teman “Crocodile Drug” Aprek, Grego, Ojek, Efan,
Gede, Yosua, Anggung, Michael Haha Nugroho, Sakti, Beny. Terimakasih
untuk segala pengalaman selama masa studi di fakultas kita tercinta.
14. Terimakasi untuk teman-teman “Has left the clan” Guru dan Uak yang sudah
memberikan semangat dan hiburan selama proses penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
DAFTAR ISI
HALAMA JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTO .............................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 10
C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................ 10
D. MANFAAT PENELITIAN ........................................................................ 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
1. MANFAAT TEORITIS ......................................................................... 10
2. MANFAAT PRAKTIS ........................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 12
A. KECERDASAN EMOSI ........................................................................... 12
1. Pengertian Kecerdasan Emosi ................................................................ 12
2. Aspek Kecerdasan Emosi ....................................................................... 13
B. PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI ................................. 17
1. Pengertian Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ................................. 17
2. Aspek Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ........................................ 18
3. Faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ........ 21
C. MAHASISWA TAHUN PERTAMA ........................................................ 26
1. Pengertian Mahasiswa Tahun Pertama ................................................... 26
2. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa Tahun Pertama ...................... 27
D. DINAMIKA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI
DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA ...... 29
E. SKEMA PENELITIAN ............................................................................. 33
F. HIPOTESIS ................................................................................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 35
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 35
B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
C. Definisi Operasional................................................................................... 35
1. Kecerdasan Emosi .................................................................................. 35
2. Penyesuaian diri mahasiswa di perguruan tinggi ................................... 36
D. Responden Penelitian ................................................................................. 37
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ......................................................... 38
1. Penyusunan blue print ............................................................................ 38
2. Focus Grup Discussion (FGD) ............................................................... 41
3. Penulisan Item ........................................................................................ 43
4. Review dan Revisi Item ......................................................................... 44
5. Penghitungan Validitas Isi ...................................................................... 44
6. Tryout Skala Penelitian .......................................................................... 46
F. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 49
1. Uji Validitas ........................................................................................... 49
2. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 51
G. ANALISIS DATA ..................................................................................... 51
1. Uji Asumsi .............................................................................................. 51
2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 53
A. Pelaksanaan penelitian. .............................................................................. 53
B. Deskripsi Subjek Penelitian ....................................................................... 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
C. Deskripsi Data Penelitian ........................................................................... 54
D. Hasil Penelitian. ......................................................................................... 56
1. Uji Normalitas ....................................................................................... 56
2. Uji Linearitas .......................................................................................... 57
3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 58
E. Pembahasan ................................................................................................ 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 66
A. Kesimpulan ................................................................................................ 66
B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 66
C. Saran ........................................................................................................... 66
1. Bagi Mahasiswa. .................................................................................... 66
2. Bagi Universitas/Fakultas/Program Studi .............................................. 66
3. Bagi Peneliti Selajutnya. ........................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67
LAMPIRAN .......................................................................................................... 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
DAFTAR TABEL
1. TABEL 1. Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosi………………………..39
2. TABEL 2. Skor Favorable Skala Kecerdasan Emosi……………………….39
3. TABEL 3 Skor Unfavorable Skala Kecerdasan Emosi……………………..39
4. TABEL 4 Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi……40
5. TABEL 5 Skor Favorable Skala Penyesuaian Diri…………………………41
6. TABEL 6 Skor Unfavorable Skala Penyesuaian Diri..………………….....41
7. TABEL 7 Distribusi item skala Kecerdasan Emosi (setelah uji coba).........47
8. TABEL 8 Distribusi item skala kecerdasan emosi yang sudah
Disamaratakan……………………………………………...…….47
9. TABEL 9 Distribusi item skala kecerdasan emosi dengan nomor baru...….48
10. TABEL 10. Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi
(setelah uji coba)…………………………………………….....48
11. TABEL 11. Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi
(Nomor Baru)………………………………………..…………49
12. TABEL 12. Deskripsi Subjek Penelitian…………………………..………..53
13. TABEL 13. Deskripsi Data Variabel Kecerdasan Emosi dan Penyesaian
Diri di Perkuliahan……………………………….……..……...55
14. TABEL 14. Uji Normalitas Kecerdasan Emosi dan Penyesuaian Diri di
Perkuliahan………………………………………………..……56
15. TABEL 15. Hasil Uji Linearitas Kecerdasan Emosi dan Penyesuaian Diri
di Perkuliahan……………………………………………..……58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xviii
16. TABEL 16. Hasil Uji Hipotesis Variabel Kecerdasan Emosi dan
Penyesuaian Diri di Perkuliahan……………………………………………58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Daftar Pertanyaan FGD Variabel Kecerdasan Emosi………..74
LAMPIRAN 2. Daftar Pertanyaan FGD Variabel Penyesuaian Diri
di Perguruan Tinggi…… ………………………………….....76
LAMPIRAN 3. Form Penilaian dan Inform Consent Validitas Isi
Kecerdasan Emosi……………………………………………78
LAMPIRAN 4. Form Penilaian dan Inform Consent Validitas Isi
Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi…………………….....90
LAMPIRAN 5. Perhitungan IVI-I dan IVI-S Variabel Kecerdasan Emosi…102
LAMPIRAN 6. Perhitungan IVI-I dan IVI-S Variabel Penyesuaian Diri
di Perguruan Tinggi…………………………………………104
LAMPIRAN 7. Surat Ijin Penelitian…………………………………………106
LAMPIRAN 8. Skala Kecerdasan Emosi dan Penyesuaian Diri
di Perguruan Tinggi Sebelum Uji Coba…………………....107
LAMPIRAN 9. Uji Reliabilitas dan Analisis Item Kecerdasan Emosi……..126
LAMPIRAN 10. Uji Reliabilitas dan Analisis Item Skala Penyesuaian Diri
di Perguruan Tinggi………………………………………...131
LAMPIRAN 11. Skala Kecerdasan Emosi dan Penyesuaian Diri di Perguruan
Tinggi di Perguruan Tinggi Ambil Data……….…………….139
LAMPIRAN 12. Uji Normalitas………………………………………………150
LAMPIRAN 13. Uji Linearitas………………………………………………..151
LAMPIRAN 14. Uji Hipotesis………………………………………………...152
LAMPIRAN 15. Uji One Sampel Test………………………………………..153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xx
LAMPIRAN 16. Reliabilitas Alat Ukur……………………………………154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xxi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. Skema Penelitian. …………………………………….……...33
GAMBAR 2. Scatter Plot Kecerdasan Emosi. …………………………….57
GAMBAR 3. Scatter Plot Penyesuaian Diri di Perkuliahan……………………57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jumlah pelajar yang berminat melanjutkan studi ke perguruan tinggi
mengalami peningkatan setiap tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
adanya kenaikan jumlah mahasiswa dari tahun ajaran 2013-2014 ke tahun
ajaran 2014-2015. Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pelajar tentunya
menjadi salah satu tempat tujuan pagi para calon mahasiswa untuk
melanjutkan studinya, dan salah satu perguruan tinggi yang mengalami
peningkatan jumlah peminat adalah Universitas Sanata Dharma. Hal ini
nampak pada data pendaftaran mahasiswa baru Universitas Sanata Dharma
yang terus meningkat tiap tahunnya
Mahasiswa baru tentunya menghadapi masa transisi dari sekolah
menengah atas menuju perguruan tinggi yang tidak mudah dan penuh
tantangan (Dayle, Francis, & McDaniel, 1987 dalam Stoever, 2001; Sharma,
2012). Masa transisi ini berkaitan dengan sistem pembelajaran dan
lingkungan sosial yang baru. Mahasiswa baru yang menjalani sistem baru
tentunya akan menemui beberapa masalah seperti, masalah institusional,
tuntutan akademis yang lebih besar, tuntutan dalam relasi sosial, serta
perubahan dalam hal peran dan tanggung jawab (Credé & Niehorster, 2012;
Fischer, 2007).
Sharma (2012) mendeskripsikan masa transisi sebagai sebuah “culture
shock” yang melibatkan pembelajaran kembali terhadap masalah sosial dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
psikologis dalam menghadapi hal baru. Hal baru yang memengaruhi culture
shock tersebut adalah pengajar atau fasilitator selama proses belajar-
mengajar, teman baru dengan beragam nilai dan berbagai keyakinan,
kebebasan dan peluang baru yang didapatkan, serta tuntutan akademik,
personal, dan sosial yang baru.
Tahun pertama perkuliahan merupakan masa dimana mahasiswa baru
dituntut untuk segera mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
perkuliahan, seperti gaya belajar, budaya, dan kebiasaan yang ada di dunia
perkuliahan. Hal ini dikarenakan proses penyesuaian diri di tahun pertama
menjadi dasar bagi kehidupan perkuliahan pada tahun-tahun berikutnya
(Baker & Siryk, 1986; dalam Salmain, Azar, & Salmani, 2004). Dyson dan
Renk (2006) mengatakan bahwa mahasiswa baru yang tidak mampu
menyesuaikan diri dalam sistem perkuliahan nantinya akan cenderung
mengalami stres dan perasaan tertekan. Tekanan tersebut bisa menjadi
penghalang bagi mahasiswa baru untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
proses studinya (Baker & Siryk, 1986 dalam Aspelmeier, Love, McGill,
Elliott, & Pierce, 2012; Buote, Pancer, Pratt, Adams, et al., 2007).
Sistem perkuliahan membentuk mahasiswa baru untuk memiliki
kendali penuh atas keputusan yang akan diambil (Credé & Niehorster, 2012;
Fischer, 2007). Proses ini dianggap sebagai usaha pembuktian kualitas diri
sebagai orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab dalam membuat
keputusan (Santrock, 2005). Kesempatan mengambil keputusan membuat
mahasiswa baru memiliki kesempatan untuk mengembangkan pribadinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
menjadi lebih bertanggung jawab. Akan tetapi, mahasiswa baru juga akan
mengalami kesulitan dalam beberapa hal. Kesulitan tersebut antara lain,
perbedaan sifat pendidikan antara sekolah menengah atas dan perguruan
tinggi, kesulitan mengatur waktu, finansial, dan menjalin relasi dengan orang
lain di lingkungan perguruan tinggi maupun di lingkungan tempat tinggalnya
(Gunarsa & Gunarsa, 2001).
Santrock (2011) menyatakan bahwa American Collage Health
Assosiation pada tahun 2008 melakukan survey kepada 177 perguruan tinggi,
dan diketahui bahwa lebih dari 90.000 mahasiswa merasa putus asa,
kewalahan dengan beban tugas yang ditanggung, merasa lelah secara mental,
bahkan merasa depresi karena mengalami kesedihan yang berlarut-larut. The
Association for University and Collage Counseling Center Director Annual
Survey (2012) juga menyatakan bahwa 41,6% mahasiswa mengalami
masalah kecemasan, 36,4% mengalami masalah dengan depresi, dan 35,8%
mengalami permasalahan dalam menjalin relasi sosial (Collage students’
mental health is a growing concern, survey finds, 2013).
Permasalahan mengenai penyesuaian diri di perguruan tinggi juga
terjadi di Indonesia. Data Unit Bimbingan Konseling Mahasiswa (UBKM)
Universitas Negeri Makassar tahun 2001-2003 mengungkapkan bahwa
sebagian mahasiswa menceritakan kesulitan yang mereka alami dalam
menyesuaikan diri. Mahasiswa mengeluhkan mengenai kesulitan dalam
bergaul, sulit menyesuaikan diri dengan dosen, merasa rendah diri dengan
kemampuan yang dimiliki, serta tidak percaya diri ketika harus berduskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
dan berbicara di depan kelas (Ahkam, 2004). Peneliti juga melakukan
wawancara pada beberapa mahasiswa angkatan 2015-2016 dari beberapa
perguruan tinggi di Yogyakarta, dari hasil wawancara diketahui jika sebagian
besar mahasiswa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
tuntutan akademiknya.
Hasil Focused Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada
mahasiswa angkatan 2016 Universitas Sanata Dharma pada paruh semester
kedua menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa sulit menyesuaikan diri
dengan tuntutan akademik yang disebabkan oleh kurangnya motivasi. Hal
tersebut membuat para mahasiswa cenderung tidak memperhatikan ketika di
kelas, hanya belajar ketika ada kuis atau ujian, dan menunda pengerjaan tugas
yang diberikan dosen. Dalam bidang sosial, beberapa mahasiswa juga
mengalami kesulitan dalam menjalin relasi dengan lingkungan baru.
Mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam hal ini cenderung memilih untuk
bermain dengan teman lamanya saat di SMA dan sebagian juga cenderung
menarik diri ketika merasa tidak cocok dengan lingkungan dan teman-teman
di perguruan tinggi.
Permasalahan mengenai kesulitan mahasiswa dalam menyesuaikan
diri merupakan masalah serius dan harus segera diatasi. Mahasiswa baru yang
sulit menyesuaikan diri akan mengalami masalah selama proses studinya, dan
permasalahan yang menjadi perhatian dalam kasus ini adalah hasil akademik
yang kurang maksimal dan kesulitan untuk lulus tepat waktu (Baker & Siryk,
1986; Credé & Niehorster, 2012; Schnuck & Handal, 2011). Dampak lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
dari gagalnya proses penyesuaian diri adalah banyaknya mahasiswa baru
yang akhirnya memilih untuk menarik diri dari proses perkuliahan. Baker dan
Siryk (1984 dalam Crede & Niehorster, 2012) mengungkapkan bahwa
penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi nantinya dapat memprediksi dua
hasil penting dalam konteks pendidikan, yaitu performa akademik seperti
indeks prestasi dan ketahanan mahasiswa dalam menghadapi tantangan, serta
tekanan selama proses studinya.
Penyesuaian diri di perguruan tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain karakteristik demografi (Friedlander, Reid, Shupak, & Cribbie,
2007; Hertel, 2002; Schneider & Ward, 2003), core self-evaluation (Judge,
Erez, Bono, & Locke, 2005), trait (Aspinwall & Taylor, 1992; Schnuck &
Handal, 2011), kecerdasan emosi (Parker, Hogan, Eastabrook, Oke, & Wood,
2006; Parker, Summerfeldt, Hogan, & Majeski, 2004), persepsi hubungan
dengan orangtua (Beyers & Goosens, 2003; Mattanah, Hancock, & Brand,
2004; Orrego & Rodriguez, 2001), dan persepsi dukungan sosial (Friedlander,
Reid, Shupak, & Cribbie, 2007; Schneider & Ward, 2003).
Transisi menjadi mahasiswa baru juga bisa dikatakan sebagai akhir
dari masa remaja dan awal dari tahap perkembangan dewasa awal atau
emerging adulthood (Arnett, 2000, 2004). Pada tahap ini, individu akan
dihadapkan pada berbagai perubahan. Banyaknya perubahan dan tekanan
pada masa dewasa awal cenderung direspon sebagai penyebab stres yang
pada akhirnya berdampak pada kecemasan dan ketidakstabilan emosi (Arnett,
2000). Hal ini diketahui dari hasil wawancara kepada beberapa mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
yang menunjukkan bahwa mahasiswa mulai dibebani pikiran mengenai
rencana untuk masa depan, seperti karir dan percintaan. Para mahasiswa juga
merasakan adanya perubahan pada pandangan hidup yang dikarenakan
adanya perubahan-perubahan pada tanggung jawab dan tuntutan yang didapat
ketika menyandang status mahasiswa (Mahasiswa USD angkatan 2016, 17
November 2016).
Tuntutan untuk segera menyesuaiakan diri perguruan tinggi, ditambah
banyaknya perubahan yang terjadi selama masa transisi ke dewasa awal
menyebabkan mahasiswa cenderung melihat hal tersebut sebagai penyebab
stres yang akan berdampak pada kecemasan dan ketidakstabilan emosi
(Dyson & Renk, 2006; Arnet, 2000). David Barlow (2000) mendefinisikan
kecemasan sebagai suatu keadaan suasana hati yang berorientasi pada
kejadian yang akan datang, dimana individu merasa tidak siap untuk
menghadapi hal tersebut. Kecemasan juga membuat individu cenderung
memiliki pikiran dan perasaan yang negatif akan apa yang akan terjadi
dimasa depan.
Mahasiswa dengan kecemasan tinggi cenderung tidak siap
menghadapi berbagai tantagan dalamm penyesuaian diri. Hal ini dikarenakan
kecemasan yang berlebihan akan membawa dampak yang negatif pada
pikiran dan kesejahteraan fisik (Cutler, 2004). Menurut Savitri Ramaiah
(2005), kecemasan akan membuat individu sulit untuk mengontrol diri,
sehingga tidak bisa mengambil keputusan dengan tepat dan sulit
menyesuaikan diri dengan situasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
Goleman (1995) berpendapat bahwa individu senantiasa menghadapi
tantangan dalam hal emosi, sehingga kecerdasan emosi yang baik menjadi
sangat diperlukan. Mahasiswa baru yang memiliki kecerdasan emosi yang
baik akan mampu menghadapi tekanan dalam hal akademis, pertemanan,
organisasi, dan tekanan lain selama masa perkuliahan. Van Rooy dan
Viswesvaram (2004) memandang kecerdasan emosional sebagai sebuah
kemampuan alami yang membuat individu mampu untuk merasakan,
mengakui, menyatakan, mengerti, dan menilai emosi pribadi dan orang lain,
sehingga mampu mengambil tindakan dan mampu melakukan coping sesuai
dengan kebutuhan dan tekanan dari lingkungan.
Kecerdasan emosi merupakan faktor penting dalam penyesuaian diri,
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun performansi kerja (Goleman,
1995). Kecerdasan emosi berhubungan dengan persepsi, ekspresi, regulasi,
dan manejemen emosi, sehingga dipercaya memiliki dampak terhadap fungsi
sosial dan kognitif individu (Schutte, Marlouff, Hall, Cooper, Golden,
Dorheim, 1998). Individu dengan kecerdasan emosi yang baik cenderung
menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang mudah menyesuaikan diri, hangat,
tekun, gigih, dan optimis (Salovey dan Mayer, 1990).
Kecerdasan emosi akan sangat membantu individu dalam menentukan
sikap ketika menjalin kontak dengan lingkungan maupun dengan orang lain.
Mayer, Salovey, dan Caruso (2004) mengatakan bahwa individu yang cerdas
secara emosional memiliki keterampilan dalam 4 area, yaitu: mengenali
emosi, menggunakan emosi, memahami emosi, dan meregulasi emosi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
Pengembangan kemampuan emosional sangat membantu mahasiswa baru
dalam keberhasilan studinya. Mahasiswa baru dengan keterampilan
emosional yang baik cenderung lebih unggul dalam mengatur diri, baik dalam
proses belajar maupun sosial. Hal ini tentunya membuat mereka menjadi
lebih cepat dalam penyesuaian di bidang akademis, serta memiliki
keterampilan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan mengelola emosi menjadi hal penting untuk membantu
individu dalam mencapai kepuasaan hidup dan kesejahteraan psikologis.
Gohm dan Clore (2002) menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis dan
kebahagiaan individu sangat ditentukan oleh perubahan atau pengalaman
emosional yang dialaminya. Ketika individu lebih banyak mengalami dan
terjebak dalam emosi negatif seperti kecewa, sedih, marah, dan perasaan
negatif lainnya maka individu cenderung diliputi suasana psikologis yang
tidak nyaman dan tidak menyenangkan bagi individu tersebut. Hal ini
menyebabkan individu tersebut menjadi sulit merasakan kepuasaan hidup dan
kebahagiaan.
Setelah melihat pemaparan tentang pentingnya kecerdasan emosi
dalam penyesuaian diri, peneliti ingin melihat bagaimana hubungan antara
kecerdasan emosi dengan kemampuan penyesuaian diri mahasiswa tahun
pertama. Peneliti merasa penelitan ini sangat penting dilakukan karena
pendidikan perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan yang melibatkan
tuntutan akademik dan tuntutan sosial yang lebih besar, serta melibaautkan
berbagai proses yang tidak mudah dan penuh tantangan yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
memengaruhi kehidupan perkuliahan mahasiswa tersebut ditahun-tahun
berikutnya. Selain itu, fakta juga menunjukkan masih ada permasalahan pada
mahasiswa baru yang disebabkan oleh kesulitan dalam menyesuaikan diri,
sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap faktor yang dapat membantu
mahasiswa baru dalam melakukan penyesuaian diri. Selain itu, beberapa
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memiliki peran
yang penting dalam hal performansi dan ketahanan menghadapi tekanan.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai kecerdasan emosi
dan penyesuaian diri menunjukkan bahwa, level kecerdasan emosi individu
memiliki hubungan yang signifikan dengan penyesuaian diri (Adeyemo,
2004). Senada dengan hal tersebut, penelitian Shulman dan Hemenover
(2006) menunjukkan bahwa, individu yang mampu mengenali dan meregulasi
emosinya dengan tepat akan lebih memiliki kontrol terhadap tekanan dari
lingkungan. Extremera, Duran, dan Rey (2007) dalam penelitiannya juga
menyatakan bahwa orang yang cenderung bingung dan tidak nyaman dengan
kemampuannya dalam meregulasi emosi akan merasa tidak memiliki kontrol
terhadap situasi yang penuh tekanan, sehingga cenderung memiliki tingkat
kepuasan hidup yang rendah.
Kendati sudah banyak penelitian tentang kecerdasan emosi dan
penyesuaian diri yang dilakukan, peneliti melihat adanya perbedaan dari
beberapa penelitian sebelumnya. Peneliti melihat banyak penelitian
sebelumnya hanya melihat hubungan antara kecerdasan emosi dengan
penyesuaian diri dalam konteks pendidikan saja, sehingga kurang bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
mengambarkan hubungan kedua variabel tersebut pada subjek mahasiswa
tahun pertama. Hal tersebut membuat peneliti ingin melakukan penelitian
untuk melihat hubungan kecerdasan emosi dengan kemampuan penyesuaian
diri pada mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi
dengan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara
kecerdasan emosi dengan penyesuaian diri pada mahasiswa baru tahun
pertama.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. MANFAAT TEORETIS
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber literatur dalam
kajian psikologi pendidikan terkait tema penyesuaian diri di perguruan
tinggi. Penulis juga berharap agar penelitian ini kelak bisa menjadi
tambahan informasi jika ada penelitian dengan tema yang serupa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
2. MANFAAT PRAKTIS
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat untuk
beberapa pihak yang terkait, yaitu mahasiswa tahun pertama dan pihak
universitas, fakultas, atau program studi
Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
reflektif untuk terus mengasah kecerdasan emosi yang dimiliki. Hal ini
bertujuan untuk membentuk individu menjadi pribadi yang mudah
menyesuaikan diri, hangat, tekun, gigih, dan optimis.
Bagi pihak universitas, fakultas, atau program studi, penelitian ini
diharapkan bisa memberi gambaran tentang petingnya masa penyesuaian
diri mahasiswa pada tahun pertama masa studinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KECERDASAN EMOSI
1. Pengertian Kecerdasan Emosi
Perintis penelitian tentang kecerdasan emosi, Salovey dan Mayer
(1990) menjelaskan kecerdasan emosi sebagai sebuah kemampuan untuk
mengenali perasaan pribadi dan orang lain. Hal ini bertujuan untuk
membantu individu dalam memahami perasaan dan maknanya,
mengendalikan perasaan sehingga membantu dalam perkembangan emosi
dan intelektual, serta membantu dalam menentukan respon atau perilaku.
Goleman (1999) memberikan definisi kecerdasan emosi sebagai sebuah
kemampuan individu untuk memotivasi diri sendiri, bertahan dalam
menghadapi tekanan, mengendalikan dorongan, menunda kesenangan
demi mencapai tujuan, serta mengatur suasana hati agar beban stres tidak
mengganggu proses dan kemampuan kognitif. Kecerdasan emosi juga
membantu individu dalam mengelola emosi pada diri sendiri dan juga saat
menjalin hubungan sosial dengan orang lain (Goleman, 1999).
Kecerdasan emosi juga didefinisikan sebagai kemampuan individu
dalam menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan,
membangun hubungan produktif, dan meraih keberhasilan di tempat kerja.
Kecerdasan emosional bukanlah faktor genetik yang tidak dapat berubah
melainkan dapat disempurnakan dengan kesungguhan, latihan,
pengetahuan, dan kemauan (Patton, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
Berdasarkan beberapa defisini yang telah dijelaskan, maka dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan individu
dalam memahami diri dan perasaan orang lain, memotivasi diri, mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri maupun saat berhubungan dengan
orang lain.
2. Aspek Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi memiliki beberapa aspek yang akhirnya
membentuk individu menjadi lebih terampil dalam mengenali dan
mengelola emosinya. Goleman (1997) mengungkapkan aspek dalam
kecerdasan emosi sebagai berikut:
2.1 Kesadaran diri
Kesadaran diri merupakan kemampuan individu untuk
mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kesadaran diri
juga membuat individu mampu menyadari dan membedakan emosi
yang terjadi dalam diri. Individu yang memiliki kesadaran diri
mampu mengenali kelebihan dan kekurangan dalam dirinya.
Kemampuan ini digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
Hal ini dikarenakan kesadaran diri akan membuat individu menjadi
lebih reflektif, mau belajar dari pengalaman, serta terbuka pada
masukan dan perspektif baru. Individu yang memiliki kesadaran
diri juga memiliki rasa percaya diri yang besar, namun tetap
mengetahui batasan dirinya. Ketidakmampuan untuk mencermati
perasaan membuat individu berada dalam kekuasaan perasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
Individu yang berada dalam kuasa perasaan cenderung tidak dapat
melakukan pertimbangan ketika hendak mengambil keputusan.
2.2 Pengaturan diri
Pengaturan diri merupakan kemampuan individu untuk
mengatasi dan mengungkapkan emosi sehingga memberikan
dampak positif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Pengaturan diri diperlukan untuk mencegah dan mengatasi suatu
masalah. Kemampuan ini membuat individu dapat
menyeimbangkan dengan baik emosi yang muncul dalam dirinya.
Pengaturan diri juga memungkinkan individu untuk mampu
bersikap positif dalam menghadapi situasi yang berat. Individu
dengan kemampuan pengaturan diri yang baik mampu mengatasi
tekanan emosi yang muncul dalam dirinya. Mereka mampu
berpikir jernih dan tetap fokus meskipun sedang dalam tekanan.
Individu dengan kemampuan pengaturan diri yang baik juga akan
membentuk mereka menjadi pribadi yang memiliki keteraturan dan
disiplin dalam melakukan pekerjaan.
2.3 Motivasi diri
Motivasi diri merupakan suatu bentuk keyakinan pada
kemampuan yang dimiliki individu, sehingga mampu
memunculkan dorongan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Individu yang baik dalam kemampuan ini mampu melakukan suatu
perilaku dengan lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
bertindak. Motivasi diri juga membuat individu mampu mengatasi
kecemasan, sikap frustrasi, dan kegagalan yang terjadi pada
dirinya. Selanjutnya, individu yang memiliki kemampuan
memotivasi diri akan memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai
target dan standar yang ditentukan. Mereka juga tertarik pada hal-
hal baru yang menantang, serta berani mengambil resiko. Individu
dengan motivasi yang tinggi cenderung berorientasi pada
kemungkinan akan keberhasilan dari pada rasa takut akan
kegagalan. Hal tersebut membuat mereka menjadi pribadi yang
mau terus belajar, optimis, dan gigih dalam berusaha meningkatkan
performa untuk mencapai tujuan.
2.4 Empati
Empati merupakan kemampuan untuk melihat suatu
peristiwa dengan perspektif orang lain, sehingga mampu
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Orang yang
memiliki kecakapan ini akan menunjukkan kepekaan dan
pemahaman terhadap perspektif orang lain. Kemampuan berempati
yang baik juga membuat individu menjadi lebih peduli dengan
tanda-tanda sosial dari orang lain dan mampu menjadi pendengar
yang baik. Tidak hanya itu, keterampilan ini juga membuat mereka
menjadi pribadi yang bisa membantu orang lain untuk
mengembangkan diri. Hal ini ditunjukkan dengan sikap
menghargai orang lain dan memberi reward pada orang lain atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
pencapaiannya. Sikap empati ini bertujuan untuk menumbuhkan
rasa percaya ketika menjalin hubungan dengan orang lain.
2.5 Keterampilan sosial
Keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk
mengendalikan emosi ketika berhubungan dengan orang lain.
Individu dengan keterampilan ini diharapkan mampu berinteraksi
dengan baik dan bersikap bijaksana ketika menjalin hubungan
intrapersonal. Keterampilan sosial juga mencakup kemampuan
untuk mengatur suatu relasi yang baik dan membentuk jaringan
sosial dengan lingkungan sekitar. Keterampilan sosial juga
ditunjukkan dengan kemampuan dalam melakukan persuasi,
memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik, yaitu mampu
menyampaikan pesan dengan jelas, memiliki kemampuan
berorganisasi, dan memiliki kemampuan manajemen konflik yang
baik. Kecakapan dalam hal ini juga membuat individu memiliki
kemampuan untuk menjaga dan memelihara hubungan dengan
orang lain, mereka juga mampu bekerjasama atau bekerja dalam
kelompok.
Aspek kecerdasan emosi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah aspek-aspek yang dikemukakan oleh Goleman (1997), yaitu:
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan
sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
B. PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI
1. Pengertian Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi
Eshun (2006) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai sebuah
respon yang membantu individu dalam mengatasi tantangan dalam
kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh adanya perubahan yang terjadi
di lingkungan sekitarnya. Gerungan (2004) mendefiniskan penyesuaian
diri sebagai suatu usaha dan kemampuan individu dalam mengikuti
tuntutan perubahan sosial di sekitarnya.
Baker dan Siryk (1984) mendefinisikan penyesuaian diri di
perguruan tinggi sebagai sebuah proses psikososial pada mahasiswa yang
dapat menjadi sumber stres dan memerlukan serangkaian keterampilan
coping, sehingga mampu menyesuaikan diri di perguruan tinggi dalam
bidang akademik, sosial, personal-emosional, dan kelekatan dengan
institusi (dalam Zubir, 2012). Hilgard dan Atkinson (1967) menjelaskan
bahwa individu bisa dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri
yang baik bila individu tersebut mampu memecahkan konflik yang
dihadapi tanpa bergantung pada mekanisme pertahanan diri, sehingga
tidak menimbulkan masalah lain yang bisa memengaruhi hidupnya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penyesuaian diri di perguruan tinggi merupakan kemampuan yang disertai
dengan usaha seorang mahasiswa untuk mengatasi stres dan masalah yang
ditimbulkan karena adanya perubahan di lingkungan sekitar, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
tidak menjadi masalah yang bisa memengaruhi kehidupan sosial dan
akademis mahasiswa tersebut.
2. Dimensi Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi
Baker dan Siryk (1986) membagi penyesuaian diri di perguruan
tinggi menjadi empat dimensi:
2.1 Penyesuaian Akademik (Academic Adjustment)
Penyesuaian diri akademik merupakan kemampuan mahasiswa
dalam mengatasi berbagai tuntutan akademis di perguruan tinggi yang
meliputi motivasi dan performansi akademis. Indikator penyesuaian
diri akademik adalah mampu mengaplikasikan motivasi akademik,
memiliki prestasi akademik yang baik, dan mampu mengatasi tuntutan
akademik.
1.2 Penyesuaian Sosial (Social Adjustment)
Penyesuaian diri sosial merupakan kemampuan mahasiswa
dalam mengatasi berbagai tuntutan interpesonal di perguruan tinggi,
seperti berinteraksi dan membina hubungan sosial dengan orang lain
di kampus, mengatasi rasa rindu dengan keluarga, serta bagaimana
perasaan mahasiswa akan pengalaman-pengalaman baru terkait
kehidupan sosialnya.
Penyesuaian sosial dapat diartikan sebagai suatu harapan di
mana mahasiswa memiliki kepuasan dalam menjalani aktivitas sosial,
menjalin hubungan dengan orang lain di kampus, serta mampu
mengatasi perubahan lingkungan tempat tinggal (Baker & Siryk,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
1986). Indikator dari penyesuaian diri sosial yaitu terlibat dalam
kegiatan yang ada di perguruan tinggi, mampu menjalin hubungan
dengan orang lain di perguruan tinggi serta mampu mengatasi
perubahan lingkungan sosial.
2.3 Penyesuaian Personal-Emosional (Personal-Emotional Adjustment)
Penyesuaian diri personal-emosional berkaitan dengan
kesejahteraan fisik dan psikologis mahasiswa selama masa transisi ke
perguruan tinggi (Crede & Nichorster, 2012). Dimensi ini diandai
dengan mahasiswa mempunyai perasaan positif akan kesejahteraan
psikologis dan fisiologis, seperti ketenangan, perasaan aman, nafsu
makan dan pola tidur yang baik (Baker & Siryk, 1984).
2.4 Kelekatan dengan Institusi (Institutional Attachment)
Kelekatan dengan institusi menunjukkan sejauh mana
mahasiswa merasa sebagai bagian dari institusi atau universitas
dengan melihat kepuasan mahasiswa mengenai keberadaannya di
perguruan tinggi serta komitmen dan perasaan mahasiswa mengenai
perguruan tinggi tempatnya menimba ilmu. Indikator kelekatan pada
institusi meliputi kepuasan terhadap fakultas atau program studi,
kepuasan terhadap universitas, dan kepuasan terhadap status sebagai
mahasiswa.
Penelitian mengenai penyesuaian diri di perguruan tinggi selama
ini masih menjadi perdebatan. Meskipun penelitian yang dilakukan
semua menggunakan teori dari Baker dan Siryk (1986) sebagai dasar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
namun beberapa penelitian menganggap penyesuaian diri di perguruan
tinggi sebagai multidimensional dan beberapa penelitian lainnya
menganggap penyesuaian diri di perguruan tinggi sebagai
unidimensional.
Penelitian yang menilai penyesuaian diri di perguruan tinggi
sebagai multidimensional akan mengukur penyesuaian diri di perguruan
tinggi pada masing-masing dimensi secara terpisah (Aspelmeier, Love,
McGill, Elliott, & Pierce, 2012; Bernier, Larose, Boivin, & Soucy, 2004;
Salmain, Azar, & Salmani, 2014). Sementara peneliti yang menganggap
penyesuaian diri di perkuliahan sebagai unidimensional mengatakan
bahwa penyesuaian diri di perguruan tinggi terdiri dari empat aspek
sehingga menghitung keempat aspek tersebut sebagai satu kesatuan
(Beyers & Goossens, 2003; Choi, 2002; Marmarosh, 2007).
Pada penelitian ini, peneliti mengukur penyesuaian diri di
perguruan tinggi sebagai unidimensi karena peneliti berpendapat jika
keempat dimensi tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak bisa
dipisahkan. Hal ini dikarenakan dalam kehidupan perkuliahan,
mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mampu menyesuaikan diri hanya
pada satu aspek saja. Mahasiswa harus bisa menyesuiakan diri dalam hal
akademik, juga harus mampu menjalin relasi dengan orang lain selama
proses belajar di perguran tinggi. Individu yang dinilai bisa
meyesuaiakan diri juga akan merasakan kesejahteraan fisik dan psiologis.
Hal tersebut dikarenakan individu tidak akan mengalami tekanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
berlebih selama masa penyesuaian diri. Pada akhirnya, mahasiswa yang
mampu menyesuaikan diri dengan tunntutan akademik, tuntutan sosial
dan memiliki kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik akan merasa
puas dengan status mahasiswa yang dimiliki. Rasa puas ini juga
membuat mahasiswa akan memiliki kelekatan dengan institusi di mana ia
menuntut ilmu, sehingga kemungkinan mahasiswa untuk keluar atau
pindah ke tempat lain akan semakin kecil.
3. Faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi
Berdasarkan hasil ulasan dari berbagai referensi mengenai
penyesuaian diri di perguruan tinggi, peneliti menyimpulkan beberapa
faktor yang memengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi, antara lain
(Aspelmeier, Love, McGill, Elliott, & Pierce, 2012; Beyers & Goossens,
2003; Credé & Niehorster, 2012; Friedlander, Reid, &Cribbie, 2007;
Hertel, 2002; Hickman, Bartholomae, & McKenry, 2000; Marmarosh &
Markin, 2007; Parker, Summerfeklt, Hogan, & Majeski, 2004; Ramos-
Sánchez & Nichols, 2007; Rice, Vergara, & Aldea, 2006; Schneider &
Ward; 2003):
a. Karakteristik Demografi
Karakteristik demografi merupakan karakteristik individu yang
meliputi sebaran geografi, jenis kelamin, usia, etnis, status disabilitas,
gender, dan status generasi. Individu yang mengidentifikasikan dirinya
sebagai bagian dari etnis minoritas cenderung merasa kurang mendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
dukungan, sehingga berdampak pada kemampuan penyesuaian diri di
perguruan tinggi yang kurang baik (Schnider & Ward, 2003).
Selain itu, status generasi individu (first or second generation)
juga apat memengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi (Hertel,
2002) Mahasiswa dikatakan sebagai generasi pertama jika ia
merupakan anggota dari sebuah keluarga di mana baru dirinya yang
menempuh jenjang pendidikan hingga perguruan tinggi, sedangkan
mahasiswa yang anggota keluarganya telah menempuh jenjang
pendidikan perguruan tinggi disebut generasi kedua. Mahasiswa
generasi kedua memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik
karena mereka lebih memiliki pengetahuan mengenai keidupan
perkuliahan dari pada mahasiswa generasi pertama. Mahasiswa
generasi pertama juga tidak terlalu terlibat dalam aktivitas sosial di
kampus, serta cenderung untuk mencari teman dan pengalaman sosial
di luar kampus. Mahasiwa generasi pertama akhirnya kurang mampu
menyesuaikan diri karena teman-teman dari luar kampus tidak mampu
memberikan dukungan sosial yang memadai (Hertel, 2002)
b. Core Self-Evaluation
Core self-evaluation merupakan penilaian mendasar mengenai
kompetensi dan kemampuan individu yang terdiri dari efikasi diri,
harga diri, locus of control, dan stabilitas emosi. Feist dan Feist (2010)
menjelaskan bahwa efikasi diri berdampak pada pemilihan tindakan,
pengerahan usaha, serta ketekunan dan ketahanan dalam menghadapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
berbagai situasi sulit. Harga diri menjadi sumber daya psikologis dan
berfungsi sebagai mekanisme koping yang membantu individu dalam
menghadapi situasi baru yang tidak pasti, seperti masa penyesuaian
diri di perguruan tinggi (Hickman, Bartholomae, & McKenry, 2000).
Mahasiwa yang memiliki locus of control internal akan menyadari
bahwa dirinya memiliki kontrol terhadap lingkungan. Oleh karena itu,
ia akan berusaha mencari cara untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (Aspelmeier, Love, McGrill, Elliot, & Pierce. 2012).
c. Trait
Trait merupakan dimensi kepribadian yang memengaruhi
pikiran, perasaan, dan perilaku individu dengan cara tertentu. Faktor
ini meliputi ekstraversi, keramahan, keterbukaan, ketekunan,
neurotisme, optimisme, dan perfeksionisme.
Kepribadian ekstraversi, sikap terbuka, dan ramah akan
membuat individu memiliki keterampilan sosial yang baik, cenderung
lebih asertif dan kooperatif sehingga mampu mengatur relasi sosialnya
dengan baik. Individu dengan kepribadian ektraversi dicirikan dengan
perasaan optimis, memiliki gairah hidup, rasa humor yang tinggi,
kepekaan, dan sifat lain yang mengindikasikan penghargaan terhadap
hubungan interpersonal (Feist & Feist, 2010).
Individu dengan perfeksionisme maladaptif memiliki
kecenderungan stres yang lebih tinggi, memiliki pandangan yang kaku
atau tidak fleksibel terhadap diri sendiri, dan orang lain. Individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
dengan perfeksionisme maladiptif juga kurang memiliki solusi yang
efektif dalam memahami dan mengatasi masalahnya sehingga
mengakibatkan individu ini sulit menyesuaikan diri dengan baik di
lingkungannya (Rice, Vergara, & Aldea, 2006).
d. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan individu untuk
mengolah emosi yang terjadi dalam diri dan menggunakannya dalam
penalaran dan aktivitas kognitif lainnya. Kecerdasan emosi
memfasilitasi transisi ke perguruan tinggi dengan membantu
mahasiswa dalam mengelola emosi personal yang membawa dampak
pada hubungan intrapersonal dan manajemen stres mahasiswa
tersebut. Kecerdasan emosi membuat individu mampu untuk
membedakan dan melabeli perasaan, serta mampu untuk
menggunakan informasi tentang perasaan untuk memahami dan
memandu perilaku. Dimensi penyesuaian diri melibatkan
keterampilan untuk mengelola perubahan. Mengelola perubahan
melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi potensi masalah serta
pemilihan strategi koping yang realistis dan fleksibel. Dimensi
pengelolan stres melibatkan kemampuan untuk mengelola situasi yang
penuh tekanan dengan cara yang lebih proaktif. Individu dengan
kemampuan pengelolaan stres yang baik juga memiliki kemampuan
untuk bekerja di bawah tekanan dengan baik (Parker, Summerfeklt,
Hogan, & Majeski. 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
e. Persepsi Hubungan dengan Orangtua
Persepsi hubungan dengan orangtua merupakan penilaian
individu mengenai hubungan mereka dengan orangtua. Faktor ini
meliputi kelekatan, pola asuh, pola komunikasi, dan pemisahan
psikologis.
Kelekatan atau kebergantungan dengan orangtua membuat
mahasiswa kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri di perguruan
tinggi. Mahasiswa yang cenderung bergantung pada orangtua akan
mengalami hambatan dalam mengembangkan identitas otonom,
kurang terampil dalam menjalin hubungan sosial, dan takut akan
penolakan. Hal tersebut dikarenakan orangtua cenderung menanamkan
perasaan bersalah dan kekurangan diri. Selain itu, keterlibatan
orangtua yang berlebih juga menyebabkan individu kurang memiliki
pengalaman pribadi dalam menangani masalah-masalah akademik dan
sosial (Barnier, Larose, Boivin, & Soucy. 2004)
Pola asuh autoritatif akan memudahkan mahasiswa dalam
transisi ke lingkungan perguruan tinggi. Pola asuh autoritatif akan
membentuk seseorang menjadi pribadi emosional, peduli, serta
terampil menjalin komunikasi. Pola komunikasi yang terbuka dalam
keluarga membuat individu memiliki keyakinan diri. Individu yang
tumbuh dalam pola komunikasi terbuka juga tidak terjebak pada
perasaan bersalah, sehingga membantu individu dalam penyesuaian
diri (Orrego & Rodriguez, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
f. Persepsi dukungan sosial
Persepsi dukungan sosial merupakan keyakinan individu bahwa
ia diperhatikan, dicintai, dihargai, dan ditolong oleh jaringan sosial
yang meliputi keluarga, teman, fakultas, dan institusi dalam mengatasi
tekanan. Mahasiswa yang mendapat dukungan sosial lebih mampu
melakukan penyesuaian diri. Hal tersebut dikarenakan individu
merasa terlibat dan diterima dalam kehidupan di perguruan tinggi,
memiliki tingkat stres yang rendah, dan memiliki pengetahuan yang
lebih luas mengenai perguruan tinggi (Hertel, 2002). Persepsi tentang
dukungan kelompok, fakultas, dan institusi menjadi sumber yang kuat
dalam penyesuaian diri di perguruan tinggi jika dibandingkan dengan
persepsi dukungan dari keluarga (Schneiders & Ward, 2003).
C. MAHASISWA TAHUN PERTAMA
1. Pengertian Mahasiswa Tahun Pertama
Mahasiswa merupakan seorang pelajar yang sudah menuntaskan
jenjang pendidikan menengah atas (SMA/SMK) dan melanjutkan studi ke
perguruan tinggi. Lebih jelasnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi.
Pengertian tentang mahasiswa juga dibahas di Undang-Undang Republik
Indonesia, nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan. Dalam Bab 1
ketentuan umum pasal 1, dijelaskan bahwa mahasiswa adalah peserta didik
pada jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Peraturan dari Universitas Sanata
Dharma juga menjabarkan mahasiswa sebagai peserta didik yang terdaftar
dan belajar pada Universitas.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disebutkan, maka
dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tahun pertama adalah mereka yang
sudah menyelesaikan pendidikan tingkat menengah atas kemudian
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sudah terdaftar, dan
mengikuti kegiatan belajar mengajar di universitas selama minimal satu
tahun.
2. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa Tahun Pertama
Menurut Arnet (2000), individu berada dalam tahap perkembangan
emerging adulthood pada rentan usia 18-25 tahun. Arnet (2000)
memberikan penjelasan mengenai lima ciri tahapan perkembangan
emerging adulthood, antara lain:
2.1 The age of identity exploration
Pada tahap perkembangan ini, individu melakukan eksplorasi di
berbagai aspek kehidupan yang akan membentuk identitasnya,
terutama aspek percintaan dan pekerjaan. Dalam tahap ini individu
akan melakukan eksporasi tentang siapa dirinya dan apa yang mereka
inginkan dalam hidupnya. Eksplorasi dalam tahap ini merupakan
kunci dalam setiap perubahan identitas bagi individu yang
bersangkutan.
2.2 The age of instability
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
Tahap ini terjadi ketika individu mulai merasakan perubahan
yang terjadi secara cepat pada aspek percintaan, karir, dan pandangan
hidup. Pada tahap ini individu akan mulai menyusun rencana untuk
langkahnya ke depan, tapi tidak menutup kemungkinan rencana itu
akan terus berubah-ubah sesuai dengan situasi yang dialaminya.
Banyaknya perubahan dan tekanan pada masa ini cenderung menjadi
stresor bagi individu sehingga menimbulkan kecemasan tertentu.
2.3 The self-focused age
Pada masa emerging adulthood, individu mulai mengurangi
kebergantungannya terhadap orang lain. Hal ini terjadi karena
individu mulai memiliki otonomi atau kemandirian dalam mengambil
keputusan dan menjalankan tugas-tugas dalam hidupnya.
2.4 The age of feeling in between
Keadaan ini terjadi ketika individu tidak lagi merasa bahwa
dirinya adalah seorang remaja, namun di sisi lain ia merasa belum
cukup dewasa. Bimbingan dari figur orang dewasa akan membantu
individu dalam mengatasi rasa bimbang yang dialaminya.
2.5 The age of possibilities
Masa age of possibilities merupakan masa di mana individu
memiliki harapan yang besar karena beberapa mimpinya sudah ia coba
wujudkan dalam kehidupan yang sebenarnya. Pada masa ini individu
memiliki kesempatan yang luas untuk melakukan perubahan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
hidupnya. Individu dalam tahap ini akan berorientasi pada
kebahagiaan, kepuasan kerja, dan kehidupan percintaan.
D. DINAMIKA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI
DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA
Salovey dan Mayer (1990) menjelaskan kecerdasan emosi sebagai
sebuah kemampuan untuk mengenali perasaan pribadi dan orang lain untuk
membantu individu dalam memahami perasaan dan maknanya,
mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu dalam
perkembangan emosi, intelektual, serta menentukan respon atau perilaku.
Dengan kata lain, kecerdasan emosi merupakan sebuah kemampuan individu
untuk tidak hanya merasakan pengalaman emosional, tetapi juga mampu
untuk memaknai dan mengendalikan emosi yang terjadi pada dirinya sehingga
mampu untuk berpikir dan menentukan perilaku dengan tepat.
Goleman (1999) menyatakan bahwa kecerdasan emosi yang baik dapat
menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar, mengembangkan
hubungan dengan orang lain, mengemangkan karir, serta mengurani
agresivitas, khususnya pada kalangan remaja - dewasa awal. Individu dengan
kecerdasan emosi tinggi akan mampu mengenali emosi pada dirinya.
Kemampuan mengenali emosi menunjukkan bahwa individu memiliki
kesadaran diri sehingga mampu mengetahui dan memahami apa yang sedang
dirasakannya. Hal ini menunjukkan bahwa individu memiliki kewaspadaan
akan pikiran dan perasaannya sehingga tidak mudah larut dan dikuasai oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
emosi. Kemampuan dalam mengenali emosi diri ini menjadi dasar yang kuat
bagi individu untuk dapat mengelola dan mengungkapkan emosi yang sedang
dirasakan secara wajar. Pengelolaan emosi ini meliputi kemampuan untuk
menghibur diri, menghindari kecemasan, dan bangkit dari perasaan yang
menekan. Dalam konteks penelitian ini, mahasiswa tahun pertama yang
mempunyai kemampuan baik dalam mengenali emosi diri dan mengelola
emosi tidak akan mengalami perasaan tertekan yang berkepanjangan karena
perubahan kondisi dan psikologis yang dialami selama masa transisi ke
perguruan tinggi. Mahasiswa tahun pertama yang memiliki kecerdasan emosi
yang tinggi juga bisa melakukan koping yang lebih konstruktif dan bangkit
dari keterpurukan.
Kemampuan dalam memotivasi diri dapat dilihat sebagai respon
dorongan dari dalam diri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Motivasi diri merupakan bentuk pengungkapan emosi secara positif.
Kemampuan dalam memotivasi diri akan mendorong individu untuk tetap
tekun dalam usaha mencapai apa yang sudah ditargetkan. Dalam konteks
penelitian ini, mahasiswa tahun pertama yang memiliki kemampuan untuk
memotivasi diri akan membuat mahasiwa memiliki semangat dan antusias
dalam belajar, sehingga tidak akan menghindari kegiatan dalam perkuliahan
atau bolos kuliah.
Goleman (1997) menyatakan bahwa individu yang mempunyai
kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu mengenali emosi orang lain.
Individu yang mampu mengenali perasaan orang lain tentunya juga memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
rasa empati terhadap orang lain. Individu dengan kemampuan empati yang
baik biasanya merupakan orang yang berhasil dalam pergaulannya. Hal ini
dikarenakan individu yang memiliki rasa empati biasanya lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan
orang lain.
Berbeda halnya dengan mahasiswa tahun pertama yang mempunyai
kecerdasan emosional rendah. Ketidakmampuan mengenali emosi membuat
individu mengalami kesulitan dalam mengetahui dan memahami perasaan apa
yang sedang dirasakan. Individu yang sulit dalam memahami perasaan
cenderung mudah larut dan dikuasai oleh emosi. Individu yang kurang
memahami emosinya juga akan kesulitan dalam mengelola emosinya,
sehingga berdampak pada pengungkapan emosi yang kurang tepat. Kesulitan
mengenali dan mengungkapan emosi akan membuat mahasiswa tahun pertama
cenderung susah untuk bangkit ketika mengalami kegagalan pada masa
transisinya.
Mahasiswa tahun pertama yang memiliki kecerdasan emosional yang
rendah cenderung kurang memiliki motivasi yang kuat sehingga tidak berani
memasang target dalam proses belajarnya. Mahasiswa yang kurang memiliki
motivasi kerap menampilkan perilaku tidak semangat dalam mengikuti
kegiatan di perkuliahan, sehingga berdampak pada menurunnya rasa antusias
mahasiswa tersebut dalam mengikuti berbagai kegiatan perkuliahan.
Mahasiswa yang kurang memiliki motivasi juga cenderung lebih sering absen
dari perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
Mahasiswa tahun pertama yang memiliki kecerdasan emosi rendah
juga memiliki kemampuan yang rendah dalam memahami perasaan orang lain.
Hal ini dikarenakan mahasiswa tersebut akan kesulitan mengartikan tanda-
tanda dari orang lain disekitarnya. Ketidakmampuan mahasiswa tahun pertama
dalam berempati akan membuat mereka gagal dalam menjalin hubungan
dengan orang lain di lingkungan pergurunan tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
MAHASISWA TAHUN
PERTAMA
KECERDASAN EMOSI TINGGI KECERDASAN EMOSI RENDAH
Kesadaran diri yang baik Pengaturan diri yag baik Memiliki motivasi tinggi Kemampuan bermpati yang baik Memiliki keterampilan dalam
menjalin hubungan sosial
Kesadaran diri yang buruk Pengaturan diri yang buruk Kurang memiliki motivasi Kurang mampu berempati Gagal dalam membina hubungan
sosial
Mampu mengenali perasaan saat perasaan itu terjadi
Mampu bersikap positif dalam keadaan tertekan
Memiliki semangat dalam belajar Mampu memahami perasaan dan
tanda-tanda dari orang lain
Mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik
Kesulitan dalam megenali perasaan yang terjadi
Mudah larut dan tenggelam dalam emosi
Kurang memiliki gairah belajar Tidak peka dengan emosi dan
tanda-tanda dari orang lain
Kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama yang buruk
Mampu menyesuaikan diri di perguruan
tinggi dengan baik
Tidak mampu menyesuaikan diri di
perguruan tinggi dengan baik.
E. SKEMA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN
PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA
TAHUN PERTAMA
Gambar 1 Hubungan antara kecerdasan emosi dan penyesuaian diri di
perguruan tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
F. HIPOTESIS
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merumuskan hipotesis sebagai
berikut: “Ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan penyesuaian
diri di perkuliahan pada mahasiswa tingkat pertama”. Hubungan positif terjadi
ketika satu variabel mengalami kenaikan maka variabel yang lain juga
mengalami kenaikan, dengan kata lain semakin tinggi nilai kecerdasan emosi,
maka semakin tinggi juga nilai penyesuaian diri yang diperoleh mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yang
bertujuan melihat hubungan antara kecerdasan emosi dengan penyesuaian
diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama. Pendekatan
kuantitatif menggunakan analisis data numerical yang diolah dengan
metode statistika (Azwar, 2012). Studi korelasional merupakan studi yang
mempelajari hubungan antara dua variabel atau lebih yang memiliki tujuan
melihat variasi antara satu variabel dengan variabel lainnya (Azwar, 2012).
B. Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
Variabel bebas : kecerdasan emosi
Variabel tergantung : penyesuaian diri di perguruan tinggi
C. Definisi Operasional
Berikut ini definisi operasional dari kecerdasan emosional dan
penyesuaian diri pada mahasiswa di perguruan tinggi:
1. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi adalah kemampuan yang dimiliki individu
dalam memproses informasi mengenai emosi yang terjadi dalam
dirinya. Kecerdasan emosi membuat individu memiliki kemampuan
untuk mengawasi dan mengatur emosi dalam diri, memiliki sifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
empati, dan memiliki keterampilan dalam menjalin hubungan
interpersonal.
Kecerdasan emosi diukur dengan menggunakan skala kecerdasan
emosi yang dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari lima aspek
kecerdasan emosi menurut Goleman (1997), yaitu: kesadaran diri (self
awareness), pengaturan diri (self control), motivasi diri (self
motivation), empati (empathy), dan kemampuan menjalin hubungan
sosial (social skill). Gambaran tingkat kecerdasan emosional
ditunjukkan dari perolehaan skor skala kecerdasan emosi. Semakin
tinggi skornya berarti semakin tinggi juga kecerdasan emosionalnya,
sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh berarti semakin rendah
juga kecerdasan emosional yang dimiliki.
2. Penyesuaian diri mahasiswa di perguruan tinggi
Penyesuaian diri mahasiswa di perguruan tinggi adalah
kemampuan yang disertai dengan usaha seorang mahasiswa untuk
mengatasi stres dan masalah yang ditimbulkan karena adanya
perubahan di lingkungan sekitar, sehingga tidak menjadi masalah yang
bisa memengaruhi kehidupan sosial dan akademis mahasiswa tersebut.
Penyesuaian di perguruan tinggi diukur dengan skala penyesuaian
diri yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori dari Baker &
Siryk (1986) yang terdiri dari empat dimensi penyesuaian diri di
perguruan tinggi, antara lain penyesuaian akademik (academic
adjustment), penyesuaian sosial (social adjustment), penyesuaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
personal-emosional (personal-emotional adjustment), dan kelekatan
dengan instistusi (insitusional attachment). Gambaran tingkat
keberhasilan penyesuaian diri di perguruan tinggi digambarkan dengan
perolehan penggabungan skor tiap dimensi pada skala penyesuaian
diri. Semakin tinggi skor yang didapat berarti semakin tinggi tingkat
keberhasilan dalam penyesuaian diri, sebaliknya semakin rendah skor
yang diperoleh berarti semakin rendah juga tingkat keberhasilan dalam
penyesuaian diri di perkuliahan.
D. Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama
di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti hanya menggunakan
beberapa sampel dari keseluruhan jumlah mahasiswa di Univertitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan teknik non random
sampling jenis purposive sample. Teknik non random sampling dipilih
karena tidak semua elemen yang ada pada populasi mempunyai peluang
yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Purposive sample berarti
pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas pertimbangan khusus sesuai
dengan kriteria penelitian (Noor, 2011). Kriteria subjek yang dimaksud
adalah mahasiswa tahun pertama angkatan 2016 Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta dalam rentang usia 18-20 tahun. Peneliti memeroleh
subjek penelitian dengan cara mendatangi calon subjek secara langsung ke
masing-masing kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penyebaran skala. Skala adalah seperangkat pertanyaan atau
pernyataan yang disusun untuk mengungkap atribut-atribut tertentu
dengan cara memberikan respon terhadap pertanyaan atau pernyataan yang
diajukan (Azwar, 2012). Skala disusun sendiri oleh peneliti dengan tahap-
tahap:
1. Penyusunan blue print
1.1 Skala Kecerdasan Emosi
Skala kecerdasan emosi terdiri dari 5 aspek, yaitu aspek kesadaran
diri, aspek pengaturan diri, aspek motivasi diri, aspek empati, dan
aspek keterampilan sosial. Skala ini terdiri dari 60 item, dengan 12
item pada tiap-tiap aspeknya. Pada tiap aspek terdapat 2 bentuk
penyataan, yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.
Distribusi item skala kecerdasan emosi bisa dilihat di tabel 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
Tabel 1.
Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosi
Nomor Item
No. Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Bobot
1. Aspek
Kesadaran diri
1, 21, 41
3, 23, 43
11, 31, 51
13, 33, 53
12 20%
2. Aspek
pengaturan diri
52, 32, 12
56, 36, 16
42, 22, 2
46, 26, 6
12 20%
3 Aspek Motivasi
diri
54, 34,14
60, 40, 20
44, 24, 4
50, 30, 10
12 20%
4 Aspek Empati 9, 29, 49 7, 27, 47
19, 39, 59
17, 37, 57 12 20%
5 Aspek
Keterampilan
Sosial
5, 25, 45
58, 38, 18 15, 35, 55
48, 28, 8 12 20%
Total 60 100%
Skala kecerdasan emosi diukur menggunakan skala Likert yang
terdiri dari 60 item dengan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai
(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala
ini di susun berdasarkan teori kecerdasan emosi yang paparkan oleh
Goleman (1997). Untuk skor yang akan diberikan pada tiap item bisa
dilihat di tabel 2 dan tabel 3
Tabel 2.
Skor Favorable Skala Kecerdasan Emosi
Jawaban Skor
Sangat Sesuai 4
Sesuai 3
Tidak Sesuai 2
Sangat Tidak Sesuai 1
Tabel 3.
Skor Unfavorable Skala Kecerdasan Emosi
Jawaban Skor
Sangat Sesuai 1
Sesuai 2
Tidak Sesuai 3
Sangat Tidak Sesuai 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
1.2 Skala Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi
Skala penyesuaian diri di perguruan tinggi terdiri dari 4 dimensi,
yaitu dimensi penyesuaian diri akademik, dimensi penyesuaian diri sosial,
dimensi penyesuaian personal emosional, dan dimensi kelekatan pada
institusi. Skala ini terdiri dari 72 item, dengan 18 item pada tiap-tiap
dimensinya. Pada tiap aspek terdapat 2 bentuk penyataan, yaitu pernyataan
favorable dan pernyataan unfavorable.
Tabel 4.
Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi.
Nomor Item
No. Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah Bobot
1. Penyesuaian
diri akademik
1, 16, 39
2, 26, 7
20, 38, 67
21, 29, 66
37, 55, 59
3, 13, 69
18 20%
2. Penyesuaian
diri sosial
28, 54, 60
5, 14, 46
22, 30, 47
4, 18, 44
23,33, 65
6, 42, 72
18 20%
3 Penyesuaian
personal-
emosional
31, 51, 57
8, 15, 63
19, 9, 43
7, 27, 41
24, 34, 49
52, 58, 70
18 20%
4 Kelekatan pada
institusi
25, 53, 40
11, 32, 64
36, 50, 68
10, 17, 61
45, 48, 56
12, 35, 62
18 20%
Total 72 100%
Skala penyesuaian diri diukur menggunakan skala Likert yang
terdiri dari 72 item dengan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai
(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala
ini di susun berdasarkan dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi yang
disampaikan oleh Baker dan Siryk (1984, 1986). Untuk skor yang akan
diberikan pada tiap item bisa dilihat di tabel 5 dan tabel 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
Tabel 5.
Skor Favorable Skala Penyesuaian Diri
Jawaban Skor
Sangat Sesuai 4
Sesuai 3
Tidak Sesuai 2
Sangat Tidak Sesuai 1
Tabel 6.
Skor Unfavorable Skala Penyesuaian Diri
Jawaban Skor
Sangat Sesuai 1
Sesuai 2
Tidak Sesuai 3
Sangat Tidak Sesuai 4
2. Focus Grup Discussion (FGD)
FGD dilakukan dalam penelitian ini untuk memperoleh gambaran
awal mengenai variabel penelitian yang hendak diteliti, serta untuk
memahami konteks dan indikator tiap aspek variabel. FGD dilakukan
dengan menanyakan beberapa pertanyaan atau pernyataan yang
merupakan implikasi atau indikator dari variabel penelitian, baik yang
bersifat favorable maupun unfavorable.
Data yang diperoleh dari proses FGD digunakan sebagai acuan
dalam penyusunan butir item yang akan digunakan guna mengukur
variabel kecerdasan emosi dan penyesuaian diri di perkuliahan. Adapun
daftar pertanyaan yang dibahas selama proses FGD dapat dilihat pada
bagian lampiran 1 dan lampiran 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
2.1 Hasil FGD variabel kecerdasan emosi
Kecerdasan emosi pada mahasiswa terlihat dari
kemampuan mereka untuk mengenali dan melabel emosi yang
muncul. Kecerdasan emosi juga ditunjukkan dengan kemampuan
untuk mencari tahu penyebab munculnya suatu emosi yang
dirasakan. Selain itu dalam konteks sosial, kecerdasan emosi dapat
terlihat dari kemampuan dalam berempati pada orang lain,
memahami sudut pandang orang lain, serta memiliki kemampuan
berkomunikasi dengan baik. Komunikasi yang baik ditunjukkan
dengan kemampuan menyampaikan pendapat, kemampuan dalam
berdiskusi untuk menyelesaikan suatu masalah bersama, dan
kemampuan untuk memersuasi orang lain.
2.2 Hasil FGD variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi
Berdasarkan hasil FGD yang sudah dilakukan, diketahui
bentuk penyesuaian diri akademik mahasiswa, antara lain ; rutin
mengikuti kegiatan perkuliahan, rutin mempelajari materi
perkuliahan, serta aktif dalam mencari informasi terkait mata
kuliah yang dipelajari. Dari aspek penyesuaian diri sosial
ditunjukkan dengan pengetahuan peserta FGD mengenai berbagai
kegiatan dilingkup Universitas dan Fakultas, mereka juga tidak
ragu untuk mencoba terlibat dalam setiap kegiatan kepanitian yang
ada. Peserta juga merasa mampu menjalin relasi dengan orang lain
yang memiliki latar belakang yang berbeda dengan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
Penyesuaian diri personal-emosional ditunjukkan dengan
kemampuan peserta untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
yang terjadi, dalam hal ini antara lain perubahan pola tidur, pola
makan, dan perubahan tentang kemandirian dan pengambilan
keputusan. Sementara untuk aspek kelekatan pada institusi, pada
peserta FGD merasa puas dengan fasilitas dan lingkungan yang ada
di Universitas. Peserta juga mengeluhkan mengenai letak kampus
yang cukup jauh. Mereka merasa terhambat dengan letak kampus
yang berjauhan. Namun secara keseluruhan para peserta
menyatakan kepuasannya dan tidak memiliki pikiran untuk
berhenti kuliah atau pindah ke tempat lain.
3. Penulisan Item
Penyusunan item untuk skala variabel kecerdasan emosi dilakukan
berdasarkan hasil FGD dan teori kecerdasan emosi dari Goleman (1997).
Skala kecerdasan emosi terdiri dari 60 item, dengan sebaran 12 item utuk
tiap-tiap aspeknya, yang terdiri dari 6 item favorable dan 6 item
unfavorable. Penyusunan skala penyesuaian diri disusun berdasarkan 4
dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi dari Baker dan Siryk (1986)
dan juga hasil FGD yang sudah dilakukan. Total item yang digunakan
sejumlah 72 item, dengan sebaran 18 item untuk tiap-tiap dimensinya dan
pada tiap dimensi terdiri dari 9 item yang bersifat favorable dan 9 item
yang bersifat unfavorable.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
4. Review dan Revisi Item
Review dan revisi item pada skala penelitian dilakukan bersama
dengan dosen pembimbing skripsi. Review dilakukan oleh dosen
pembimbing, sedangkan revisi dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil
revisi dari dosen pembimbing. Review dan revisi dilakukan guna melihat
apakah item-item yang peneliti susun sudah sesuai dengan konteks yang
hendak diukur. Review dan revisi ini juga dilakukan untuk melihat apakah
tata bahasa dan istilah-istilah yang digunakan dalam item yang hendak
disajikan sudah komunikatif dan mudah dipahami oleh calon responden
penelitian. Peneliti melakukan revisi atau perbaikan pada item-item yang
dirasa kurang sesuai dengan konteks dan juga pada item yang kurang
komunikatif serta sulit untuk dipahami oleh calon responden.
5. Penghitungan Validitas Isi
Pengujian validitas ini skala dilakukan oleh dosen pembimbing
skripsi dan 4 rekan sesama peneliti yang sedang mengerjakan skripsi,
dengan melakukan penghitungan skor Indeks Validitas Isi Item (IVI-I) dan
Indeks Validitas Isi Skala (IVI-S). Prosedur mengenai penilaian IVI-I dan
IVI-S adalah sebagai berikut:
a. Indeks Validitas Isi Item (IVI-I)
Indeks Validitas Isi Item (IVI-I) merupakan indeks validitas isi
pada taraf item yang disusun. IVI-I menunjukkan taraf relevansi item yang
disusun dengan atribut psikologis yang hendak diukur. Penilaian taraf
validitas item ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu relevan dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
relevan. Adapun skor yang diberikan dalam range 1 sampai 4. Skor 1
untuk item yang sangat tidak relevan, skor 2 untuk item yang cukup
relevan, skor 3 untuk item yang dinyatakan relevan, dan skor 4 untuk item
yang dinyatakan sangat relevan. Item dikatakan tidak relevan dan harus
direvisi atau digugurkan jika hanya memperoleh skor relevansi 1 atau 2.
Sebaliknya, suatu item dinyatakan relevan jika memiliki skor relevansi 3
atau 4.
Setelah keseluruhan item sudah diberi skor, maka tahap
selanjutnya adalah melakukan penghitungan untuk skor IVI-I untuk tiap
item yang sudah disusun. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
IVI − I = Jumlah penilai yang memberikan nilai atau jumlah penilai Sebuah item dinyatakan relevan jika perolehan skor ≥ 0,78. Jika
sebuah item memiliki skor kurang dari angka tersebut, maka peneliti perlu
untuk melakukan revisi atau mengugurkan item tersebut. Setelah melihat
hasil penghitungan IVI-I, langkah selanjutnya adalah memberi tindakan
pada item-item yang sudah diberi skor. Tindakan tersebut adalah dipakai,
dipakai dengan perbaikan, digugurkan, dan diganti dengan item baru
(Supratiknya, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
b. Indeks Validitas Isi Skala (IVI-S)
Indeks Validitas Isi Skala (IVI-S) merupakan rata-rata proporsi
item-item yang sudah diperiksa dan mendapat skor 3 atau 4. Penghitungan
IVI-S dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
IVI − S =