plagiat merupakan tindakan tidak terpuji pdf/f. keguruan dan ilmu pendidikan...plagiat merupakan...
TRANSCRIPT
i
USAHA MENINGKATKAN PENGHAYATAN
KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN
PARA SUSTER YUNIOR FRANSISKANES SANTA ELISABETH
MELALUI KATEKESE SHARED CHRISTIAN PRAXIS
Skripsi
Diajukan Untuk Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Betaria Br Sinuhaji
NIM : 081124025
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada Yesus sumber kebahagiaan sejati yang telah memperkenankan aku
berkenalan dengan kepahitan, agar aku mengenal manisnya hidup.
Dia yang telah menganugerahkan “kasih” agar aku mengalami kebahagiaan
dan kebahagiaanku akhirnya hanya dalam Kasih
Untuk ibuku yang telah menuntunku menuju kebahagiaan yang telah membuatku terpesona
atas kesabaran dan kelembutanmu dalam merangkul kehidupan.
Untuk para dosenku yang telah bersedia menggoreskan ilmu, cinta yang menumbuhkan harapan
dan cita-cita.
Untuk para susterku, sahabat dan teman-temanku
yang telah terlibat dalam mengisi pengalamanku yang penuh warna, membuatku berani memilih lebih
baik hidup bersama dengan orang sulit daripada menjadi orang sulit itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Bersyukurlah dan bersikap sabar dalam merangkul kehidupan
terimalah dengan penuh kasih dan sukacita demi Kasih yang mengasihimu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul USAHA MENINGKATKAN PENGHAYATAN
KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN PARA SUSTER YUNIOR FRANSISKANES SANTA ELISABETH MELALUI KATEKESE SHARED CHRISTIAN PRAXIS, berawal dari ketertarikan penulis merenungkan tentang kebahagiaan. Hidup yang tidak direfleksikan tidak layak dihidupi, hal ini mendorong penulis untuk mendalami kebahagiaan sejati Fransiskan yang merupakan bagian dari semangat hidup penulis sebagai seorang Fransiskan. Skripsi ini akan mendalami kebahagiaan sejati Fransiskan seturut semangat St. Fransikus dari Assisi. Salah satu tujuan pembinaan yunior adalah memiliki kebahagiaan sejati sebagai Fransiskan. Akan tetapi menurut hasil kapitel IV tujuan tersebut belum tercapai. Untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya maka penulis melakukan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para suster yunior FSE sebagian besar belum memahami dan menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Hal ini disebabkan karena semangat untuk melakukan latihan rohani masih rendah serta kurangnya pemahaman tentang kebahagiaan sejati Fransiskan. Namun sebagian kecil para suster yunior sudah memahami dan menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.
Maka penulis mengusulkan katekese model SCP untuk membantu para suster yunior FSE dalam penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan. Penulis melihat model SCP sangat cocok untuk para suster yunior karena banyak nilai yang dapat ditemukan. Melalui kegiatan ini para suster mempunyai kesempatan yang banyak untuk mengungkapkan pengalamannya, sekaligus untuk menghilangkan budaya bisu yang sering terjadi dalam setiap pertemuan. Para suster sungguh sebagai subyek, sehingga para suster semakin mampu menghargai pengalaman setiap pribadi. Pada akhir kegiatan SCP para suster yunior diharapkan sampai pada tindakan konkret.
Katekese model SCP ini akan dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi berdasarkan program yang telah direncanakan. Tema yang disusun berkaitan dengan hasil penelitian serta kebahagiaan sejati yang dimaksudkan oleh St. Fransiskus dari Assisi. Melalui kegiatan SCP ini, para suster yunior FSE diharapkan semakin memahami dan menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The thesis entitled AN EFFORT ON IMPROVING THE APPRECIATION TO FRACISCAN TRUE BEATITUDE OF YUNIOR FRANCISCAN SISTERS OF SAINT ELIZABETH USING SHARED CHRISTIAN PRAXIS, began by the writer’s interest in contemplating happiness. Moved by an adage that life which is not lived seriously is something unworthy to be lived, the writer intended to study deeper what Franciscan true beatitude is, as a part of the writer’s spiritual passion as a Franciscan. This thesis would study the Franciscan true beatitude in line with the spiritual guidance of St. Francis of Assisi. One of the purposes of junior formation (initial formation) is empowering every sister to have true beatitude as a Franciscan. However, based on the result of the Congregation General Council IV, it can be concluded that the purpose does not come into being yet. In finding the adequate fact, the writer did a research.
The research has dragged a fact out into evidence that a big number of FSE junior sisters do not yet grasp and take a deep consideration toward the Franciscan true beatitude. Yet, some of the sisters have already grasped and taken a deep appreciation of the Franciscan true beatitude.
In accordance to the result of the research, the writer proposes a SCP model of catechesis to help FSE junior sisters in taking a deep appreciation of Franciscan true beatitude. The writer sees SCP model as an appropriate model for junior sisters regarding many worthwhile values which can be picked in this process.
SCP model of catechesis would be applied in the form of recollection based on a planned program. The theme which has taken into arrangement is related to the result of the research and the true beatitude which St. Francis of Assisi himself meant for us. Through SCP activity, FSE junior sisters are expected to grasp and to take the Franciscan true beatitude deeper.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Syukur dan pujian kepada Bapa sumber kebahagiaan sejati atas kasih dan
rahmat-Nya yang memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul
USAHA MENINGKATKAN PENGHAYATAN KEBAHAGIAAN SEJATI
FRANSISKAN PARA SUSTER YUNIOR FRANSISKANES SANTA
ELISABETH MELALUI KATEKESE SHARED CHRISTIAN PRAXIS
Penulis menyadari skripsi ini berhasil ditulis berkat dukungan dan uluran
tangan kasih banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu
penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada:
1. Rm. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed. selaku pembimbing utama
sekaligus pembimbing akademik, yang dengan teliti. sabar, setia dan penuh kasih
membimbing dan mencurahkan pikiran pada penulisan skripsi ini.
2. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M. Hum selaku dosen penguji kedua yang dengan
tulus memberi sapaan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
3. Y.H. Bintang Nusantara, SFK.,M. Hum selaku penguji ketiga yang dengan penuh
perhatian menyapa dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap staf dosen dan karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan
Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma.
5. Dewan Pimpinan Umum Persaudaraan Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE), yang
memberikan kesempatan, kepercayaan dan perhatian serta dukungan kepada
penulis selama kuliah sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Para suster FSE secara khusus komunitas St. Yohanes Don Bosco Yogyakarta
yang menjadi teman seperjuangan dan sehabat yang setia selama perkuliahan
samapai dengan penyelesaian skripsi ini.
7. Para pembimbing junior Sr. M. Felixia FSE, Sr. M. Ignatia FSE, Sr.M. Roberta
FSE, Sr. M. Patricia FSE, Sr. M. Gabriel FSE yang telah mendukung penulis dan
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
8. Para suster yunior FSE dari setiap perwakilan komunitas-komunitas yang telah
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Terimakasih atas waktu dan
keterbukaannya yang sekaligus menjadi teman belajar penulis untuk semakin
memahami dan mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan.
9. Rm. Vitalis OFM yang setia mendukung dan membagikan pengalamannya seputar
kebahagiaan seorang Fransiskan yang menjadi inspirasi bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman angkatan 2008 terimakasih atas kesetiaan kita untuk tetap saling
mendukung dan berbagi kegembiraan bersama.
11. Sahabat dan teman-teman: Dina Sembiring dan Bernadetta Sinuhaji yang dengan
setia meluangkan waktu dan memberikan semangat kepada penulis.
12. Staf perpustakaan Prodi IPPAK yang telah murah hati melayani penulis dalam
meminjamkam buku-buku yang diperlukan penulis dalam penulisan skripsi ini
hingga selesai.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberi
dukungan dengan caranya masing-masing untuk membantu penulis sehingga
skripsi ini selesai dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DATAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .. ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv
MOTTO. .................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIANKARYA .................................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 6
E. Metode Penulisan ........................................................................................ 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................................. 8
BAB II. KONGREGASI FRANSISKANES SANTA ELISABETH DAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN .... ................................ 9
A. Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth ................................................... 9
1. Sejarah Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Dunia ....................... 9
2. Selayang Pandang Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di
Indonesia .................................................................................................. 12
3. Spiritualitas Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth............................... 14
B. Kebahagiaan ................................................................................................ 19
1. Definisi Kebahagiaan .................................................................................. 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
a. Kebahagiaan Menurut Kitab Suci .......................................................... 20
b. Kebahagiaan Menurut Pendapat Tokoh-tokoh ...................................... 29
C. Kebahagiaan Sejati Fransiskan ................................................................... 38
1. Kebahagiaan Masa Muda Santo Fransiskus ................................................ 38
2. Tuhan Menuntun Fransiskus Menuju Kebahagiaan Sejati ......................... 40
3. Kebahagiaan Sejati Fransiskus .................................................................... 44
4. Ciri- ciri Orang yang Berbahagia Menurut Santo
Fransiskus Asisi ......................................................................................... 48
BAB III. PEMAHAMAN DAN PENGHAYATAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN PARA SUSTER YUNIOR FRANSISKANES SANTA ELISABETH ................................................ 51
A. Gambaran Suster Yunior Kongregasi FSE ................................................ 51
B. Penelitian Tentang Pemahaman dan Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Para Suster Yunior FSE ................................................. 54
1. Metodologi Penelitian ................................................................................. 55
a. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 55
b. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 56
c. Jenis Penelitian ......................................................................................... 56
d. Instrumen Penelitian................................................................................. 57
e. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 57
f. Responden ................................................................................................ 58
g. Variabel Penelitian ................................................................................... 58
2. Hasil Penelitian ........................................................................................... 59
a. Hasil penelitian: Para Suster Yunior ........................................................ 60
b. Hasil Penelitian: Pembimbing Yunior ..................................................... 82
c. Kesimpulan Hasil Penelitian .................................................................... 91
BAB IV.SUMBANGAN KATEKESE SHARED CHRISTIAN FRAXIS SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN
PENGHAYATAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN SUSTER YUNIOR FSE ............................................................................................ 95
A. Katekese Model Shared Christian Praxis ....................................................... 95
1. Tujuan Katekese Model Shared Christian Praxis ........................................... 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Tiga Komponen dalam Model Shared Christian Praxis ................................. 97
3. Langkah-Langkah Katekese Model SCP ........................................................ 98
B. Usulan Program katekese Model Shared Christian Praxis dalam Meningkatkan Penghayatan kebahagiaan Sejati Fransiskan Bagi Para Suster Yunior FSE ................................................................................. 102
1. Usulan Program ............................................................................................... 102
2. Alasan Pemilihan Program .............................................................................. 102
3. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan ................................................................ 103
4. Perumusan Tema dan tujuan ............................................................................ 104
5. Gambaran Pelaksanaan Program ..................................................................... 106
6. Matrix Program Pembinaan ............................................................................. 107
7. Contoh Persiapan Rekoleksi Suster Yunior FSE ............................................. 110
BAB V. PENUTUP .................................................................................................... 130
A. Kesimpulan .................................................................................................... 130
B. Saran .............................................................................................................. 131
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 133
LAMPIRAN ............................................................................................................... 133
1. Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian .................................................... . (1)
2. Lampiran 2: Surat Pengantar dan Daftar Pertanyaan Penelitian Kepada
Pembimbing Yunior ............................................................................................. (2)
3. Lampiran 3: Contoh Hasil Penelitian dari Pembimbing Yunior .......................... (5)
4. Lampiran 4: Daftar Pertanyaan Kepada Suster Yunior ........................................ (7)
5. Lampiran 5: Contoh Hasil Penelitian dari Suster Yunior .................................... (10)
6. Lampiran 6: Daftar Lagu-lagu Rekoleksi ............................................................ (13)
7. Lampiran 7: Teks kisah “ Kegembiraan Sempurna” ............................................ .. (15)
8. Lampiran 8: Jadwal Kegiatan Rekoleksi ............................................................. (18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Deuterokanonika, penerbit Lembaga Alkitab Indonesia, terjemahan diterima dan
diakui oleh Konferensi wali Gereja Indonesia, Jakarta: 1999.
Gal : Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia
Kor : Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus
Luk : Lukas
Mat : Matius
Mrk : Markus
Rm : Surat Paulus kepada Jemaat di Roma
Yoh : Yohanes
Kis : Kisah Para Rasul
Yak : Surat Yakobus
Sir : Yesus Bin Sirakh
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
Kan : Kanon
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Cononici), diundangkan oleh
Paus Yohanes Paulus II Tanggal 25 Januari 1983
C. Singkatan Lain
AngOr III Reg : Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus
Art : Artikel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Bdk : Bandingkan
Cel : Celano
FAK : Fransiskus dan Karya-karyanya
FSE : Fransiskanes Santa Elisabeth
Hal : Halaman
Konst : Konstitusi
KGK : Katekismus Gereja Katolik
KWI : Konferensi Wali Gereja
K3S : Kisah Tiga Sahabat
No : Nomor
Pth : Petuah-petuah St. Fransiskus
Psl : Pasal
SCP : Shared Christian Praxis
Sr : Suster
St : Santo atau Santa
Tgl : Tanggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Setiap orang ingin hidupnya bahagia dan berhak untuk mengusahakannya.
Maka dapat diterima bila berbagai cara dilakukan orang untuk mencapai
kebahagiaan tersebut. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah berbagai cara
yang dilakukan tersebut sungguh menghantar orang kepada kebahagiaan?.
Dengan demikian sangat wajar setiap orang kembali mempertanyakan makna dan
arti kebahagiaan tersebut. Hidup yang tidak direfleksikan tidak layak untuk
dihidupi, demikian ungkapan seorang filsuf. Bagi penulis kebahagiaan itu juga
patut dipertanyakan dan menarik untuk direnungkan.
Dalam Kitab Suci digambarkan tujuan hidup manusia adalah untuk
bahagia, walaupun tidak diungkapkan secara langsung. Hal ini dapat dilihat mulai
dari kisah penciptaan hingga kedatangan Yesus ke dunia. Berkaitan dengan tujuan
hidup manusia Leteng mengungkapkan bahwa manusia dipanggil tidak hanya
untuk tumbuh dan berkembang secara jasmani, melainkan juga secara spiritual.
Pertumbuhan dan perkembangan yang dimaksud apabila pertumbuhan spiritual
manusia baik dan benar maka situasi alam ciptaan akan berjalan dengan baik,
benar, harmonis dan menyenangkan. Hal ini sangat jelas sejak awal manusia
dipanggil untuk hidup nyaman yang tidak terlepas dengan relasi seluruh alam
ciptaan (Leteng, 2012: 6).
Manusia akan mengalami kebahagiaan ketika mengalami rasa aman dan
ketika bebas berelasi dengan dunia sekitarnya. Rasa aman akan tercapai ketika
manusia bebas dari rasa tertekan. Rasa tertekan merupakan gambaran manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
yang belum bebas. Rasa tertekan tersebut dapat berupa rasa takut, cemas, ragu,
kemiskinan, penindasan dan berbagai macam bentuk penderitaan lainnya. Situasi
yang demikian ternyata semakin menguasai hidup manusia. Hal ini dapat dilihat
dari meningkatnya jumlah penderita depresi atau stress, baik pada tingkat nasional
maupun internasional yang diperkirakan pada tahun 2020 akan menempati
peringkat kedua di bawah penyakit jantung koroner (Kompas 2012, 8 Oktober).
Situasi ini menandakan bahwa manusia belum mencapai tujuannya untuk hidup
bahagia.
Pada kehidupan menggereja, pencarian kebahagiaan tersebut tampak dari
banyaknya umat yang berusaha berkonsultasi dengan Romo bagian konsultasi
keluarga. Pada umumnya Romo juga sungguh berusaha membantu pemahaman
umat yang berkonsultasi tentang kebahagiaan dan membantu mereka
memperjuangkan kebahagiaan yang pada awalnya tidak mereka pahami.
Diharapkan dengan konsultasi tersebut, pemahaman umat tentang kebahagiaan
menjadi baru. Pemahaman baru maksudnya umat semakin memahami bahwa
kebahagiaan sejati tidak terbatas pada kehormatan, kekayaan, ketenaran,
kekuasaan, kesehatan, kenikmatan, dan seluruh ciptaan, tapi hanya pada Allah
(Hidup 2012, 21 Oktober).
Kebahagiaan dalam hidup membiara dapat dilihat dari sikap kaum religius
menghadapi persoalan hidup dalam panggilannya. Tidak sedikit kaum religius
mencari kebahagiaannya melalui dunia maya, misalnya melalui situs jejaring
sosial facebook atau twitter. Hal ini mengakibatkan relasi dalam komunitas
menjadi semakin keruh dan kurang menggembirakan. Seringkali tugas utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sebagai kaum religius akan terlupakan karena lebih banyak waktu yang dipakai
untuk mengurus situs jejaring sosial tersebut. Pada dasarnya, komunitas bagi
kaum religius merupakan tempat yang tepat untuk menemukan kebahagiaan dan
menuangkan segala pengalaman suka duka dalam hidup. Namun kenyataannya
pada jaman sekarang keberadaan dunia maya membuat banyak kaum religius
mencari kebahagiaan melalui hal tersebut. Bahkan ada pengakuan dari seorang
religius, bahwa dia menemukan cinta sejati melalui facebook (Rohani, No : 02,
Februari 2011).
Pada tahun 2011, banyak usaha yang telah dilakukan oleh kongregasi
Fransiskanes Santa Elisabeth untuk menyegarkan semangat yunior sebagai orang
yang terpanggil. Usaha tersebut antara lain melalui weekend tentang spiritualitas
religius dalam menggunakan teknologi komunikasi, secara khusus penggunaan
internet dan situs jejaring sosial facebook. Internet dan facebook dianggap sebagai
salah satu penyebab keruhnya penghayatan yunior sebagai seorang Fransiskan,
serta membuat keinginan tidak teratur dari para suster yunior. Pada pertemuan
tersebut para suster yunior diminta membatasi diri menggunakan fasilitas internet,
serta menutup akun facebook jika ada.
Salah satu keprihatinan kongregasi akhir-akhir ini bahwa pembinaan para
suster yunior masih belum mencapai tujuan. Tujuan yang dimaksud dari
pembinaan para suster yunior adalah agar mereka sungguh memiliki identitas diri
sebagai FSE. Identitas FSE yang dimaksud adalah hidup bersatu dengan Allah,
yaitu hidup dalam kegembiraan rohani, hidup mencintai sebagai saudara dan
hidup dalam kegembiraan Fransiskan. Walaupun masih suster yunior mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
diharapkan sudah memiliki cinta bakti dan penyerahan diri, serta hidup sederhana
dan rendah hati.
Namun dari pendalaman bahan kapitel umum IV tahun 2012 yang lalu,
berdasarkan hasil evaluasi hidup para suster FSE, diketahui bahwa para suster
yunior belum mempunyai semangat mencintai sebagai saudara dan juga belum
memiliki kegembiraan sejati Fransiskan. Mereka cenderung bercermin kepada
hal-hal yang kurang baik, serta lebih banyak menuntut dan membanding-
bandingkan diri dengan suster yang sudah berkaul kekal.
Menurut para pembina, adapun faktor-faktor penyebab kurang tercapainya
tujuan pembinaan tersebut adalah jaman yang serba instan, konsumerisme,
hedonisme, pergaulan bebas serta keadaan keluarga yang kurang mendukung
sehingga nilai-nilai religius dan daya juang rendah. Para pembina mengakui
kesulitan membina para calon yang baru masuk biara.
Generasi muda jaman ini tidak luput dari pengaruh konsumerisme. Banyak
hal yang menjadi pergulatan generasi muda, baik dari situasi keluarga, cara
memandang kehidupan, serta gaya hidup yang instan, sehingga kehilangan
wawasan ke depan (Darminta, 2006: 110-111). Hal tersebut mengakibatkan kaum
religius generasi muda kesulitan untuk menghayati panggilannya sehingga
membuat kaum religius tidak bahagia dalam panggilan.
Para suster yunior FSE yang mendalami hidup Santo Fransiskus, penting
untuk melihat kembali semangat hidup yang dimaksudkan, sehingga cara hidup
yang dibaktikan itu kiranya membawa warna dan pencerahan yang sungguh
menggembirakan bagi semua orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Katekese merupakan komunikasi iman antar peserta yang berpangkal dari
pengalaman peserta. Katekese Shared Christian Praxis merupakan salah satu
model katekese yang menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan
partisipatif, sehingga peserta terdorong mengkonfrontasikan nilai “tradisi” dan
“visi” peserta dengan nilai “Tradisi” dan “Visi” Kristiani. Dengan demikian
peserta baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan
mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah (Sumarno Ds,
2011: 14).
Menurut penulis, katekese model SCP cocok untuk membantu para suster
yunior mengolah pengalaman aktual dan harapan mereka. Hal ini sekaligus dapat
membantu para suster untuk menghilangkan budaya bisu yang tidak jarang terjadi
dalam pertemuan-pertemuan. Katekese model Shared Christian Praxis ini
diharapkan membantu mereka untuk berani mengungkapkan pengalamannya dan
menghargai pengalaman saudari yang lain. Dengan sikap terbuka dan menghargai
pengalaman setiap saudari, mereka bersama-sama dapat saling meneguhkan dan
memiliki semangat baru untuk mengusahakan praxis ke depan yang lebih baik.
Adapun Praxis yang diusahan di sisni adalah mengarah pada pengahayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Santo
Fransiskus dari Assisi. Maka penulis mengangkat judul “Usaha Meningkatkan
Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Para Suster Yunior
Fransiskanes Santa Elisabeth Melalui Katekese Shared Christian Praxis”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah pada karya tulis ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan sejati Fransiskan?
2. Sejauh mana kebahagiaan sejati Fransiskan telah dihayati oleh para suster
yunior Fransiskanes Santa Elisabeth?
3. Bagaimana Katekese Model Shared Christian Praxis dapat digunakan untuk
meningkatkan penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior
Fransiskanes Santa Elisabeth?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut
1. Menggali serta memahami arti dan makna kebahagiaan sejati Fransiskan.
2. Menemukan gambaran penghayatan para suster yunior Fransiskanes Santa
Elisabeth dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.
3. Menggambarkan sejauh mana katekese Model Shared Christian Praxis dapat
digunakan sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan kebahagiaan
Fransiskan sejati para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth dalam hidup
panggilan setiap hari.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi para suster Fransiskanes Santa Elisabeth
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
a. Untuk mengetahui sejauh mana para suster yunior Fransiskanes Santa
Elisabeth sudah menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.
b. Agar para suster Fransiskanes Santa Elisabeth semakin menghayati
kebahagiaan sejati Fransiskan.
2. Bagi Penulis
a. Untuk semakin memperluas wawasan dan ketrampilan tentang katekese
metodel shared christian praxis sebagai seorang katekis di tengah umat.
b. Agar semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan dalam panggilan
sebagai seorang biarawati.
3. Dapat menambah khasanah pengetahuan di kampus IPPAK-USD mengenai
katekese metodel shared christian praxis dalam membantu umat dalam
menghayati hidupnya pada mata kuliah tertentu.
E. Metode Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskripsi
analitis yaitu menggambarkan dan menganalisis permasalahan yang ada serta
menemukan makna kebahagiaan sejati Fransiskan dan katekese Model Shared
Christian Praxis. Selain itu penulis menggunakan buku-buku, artikel, serta tulisan
dari sumber-sumber yang berkaitan dengan kebahagiaan dalam kegunaannya
untuk pembinaan para suster dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
F. Sistematika Penulisan
Bab I. Bab ini berisi gambaran umum tentang isi skripsi, yang meliputi: latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II. Bagian pertama bab ini membahas seputar sejarah Kongregasi di dunia,
dan di Indonesia serta bagaimana situasi dan perjuangan pendiri
Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth. Bagian kedua menjelaskan
beberapa hal tentang kebahagiaan menurut Kitab Suci dan tokoh-tokoh,
serta mengungkapkan kebahagiaan sejati menurut Santo Fransiskus dan
ciri-cirinya.
Bab III. Bagian pertama bab ini menguraikan gambaran suster yunior FSE.
Bagian kedua membahas penelitian tentang pemahaman dan
penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior. Bagian
selanjutnya akan memaparkan pembahasan hasil penelitian.
Bab IV. Bab ini akan menguraikan seputar katekese dan usulan program katekese
model SCP, agar membantu para suster yunior Fransiskanes Santa
Elisabeth dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan dalam hidup
harian secara konkret. Bab ini juga akan membuat contoh persiapan
rekoleksi untuk melaksanakan program tersebut bagi para suster yunior
FSE.
Bab V. Bagian terakhir dari karya ini merupakan penegasan dari intisari skripsi
yang meliputi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan katekese
model SCP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II KONGREGASI FRANSISKANES SANTA ELISABETH
DAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN
Pada bab ini akan diuraikan sejarah kongregasi Fransiskanes Santa
Elisabeth di dunia dan di Indonesia. Situasi dan perjuangan hidup pendiri hingga
terjadinya kongregasi baru serta semangat dan pergulatan yang dilalui pendiri
akan dipaparkan pada bab ini. Kemudian akan dijabarkan seputar kebahagiaan
dari Kitab Suci maupun dari tokoh-tokoh, secara khusus kebahagiaan sejati
Fransiskan yang merupakan semangat hidup Santo Fransiskus Assisi, yang
menjadi semangat kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth.
A. Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth
Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth dikenal melalui sejarah,
semangat pendiri dan spiritualitas kongregasi. Kongregasi FSE didirikan pada
tahun 1880 di Breda oleh Sr Mathilda Leenders. Spiritualitas Kongregasi FSE
adalah menghayati dan mengikuti semangat Santo Fransiskus Assisi sebagaimana
yang telah diwariskan oleh ibu pendiri. Berikut akan dipaparkan tentang kedua hal
tersebut secara lebih jelas.
1. Sejarah Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Dunia
Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth selanjutnya disebut kongregasi
FSE hadir di dunia pada tahun 1880. Hadirnya kongregasi FSE tidak terlepas dari
situasi Eropa pada abad XXI, khususnya di negara Belanda. Sekitar tahun1878 -
1879, di kota Breda kebutuhan akan perawatan terhadap orang sakit dari rumah ke
rumah semakin meningkat. Hal ini diakibatkan karena banyaknya orang miskin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
yang tidak mampu membayar biaya opname, serta tidak tersedianya tempat di
rumah sakit untuk menampung pasien yang membutuhkan waktu perawatan yang
lama. Dilatarbelakangi oleh masalah sosial di atas, sebuah kongregasi yang
berasal dari negara Belgia dari kota Antwerpen menghubungi Uskup Breda pada
saat itu, Mgr Henricus Van Beek, untuk membuka biara di kota tersebut dengan
tujuan agar bisa merawat orang sakit dari rumah ke rumah. Namun setelah
diadakan perundingan dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat,
diusulkan agar uskup mencari kongregasi atau tarekat yang berasal dari dalam
negeri saja.
Mgr Henricus Van Beek, yang akhirnya menjadi inspirator kongregasi
FSE, meyakini bahwa pelayanan terhadap orang-orang sakit tersebut adalah hal
yang memang sangat dibutuhkan pada saat itu. Namun beliau masih mencari
kongregasi atau tarekat di Breda yang rela memberikan pelayanan yang seperti
itu. Keuskupan Breda memiliki beberapa tarekat suster Peniten Rekolektin yang
bergerak dalam bidang pelayanan orang sakit. Namun semua tarekat ini hidup
dalam klausura, sehingga mustahil untuk meminta mereka melayani di luar biara.
Meskipun menyadari hal ini, Mgr. Henricus Van beek, tetap memutuskan untuk
meminta kepada para Suster Fransiskanes rumah sakit di Haagdijk. Biara Peniten
Rekolektin ini bernama Mater Dei, dengan motto Alles Voor Allen (Semuanya
Untuk Semua).
Permohonan terhadap biara Mater Dei tersebut terbentur dengan tradisi
para peniten rekolektin juga dengan masalah klausura abadi yaitu tentang
pandangan mengenai peraturan hidup religius yang dipegang sampai sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Meskipun Mgr Henricus Van Beek menjelaskan bahwa Anggaran Dasar Ordo III
tidak bertentangan dengan permintaan yang diajukan, namun Kongregasi Mater
Dei di Haagdijk tidak dapat mengabulkan permintaan untuk menugaskan
anggotanya untuk merawat orang sakit dari rumah ke rumah.
Setelah melihat bahwa tarekat yang sudah ada tidak mungkin melakukan
pelayanan merawat orang sakit dari rumah ke rumah, maka para tokoh agama dan
tokoh masyarakat menyarankan kepada uskup untuk mendirikan tarekat baru,
dengan meminta beberapa suster untuk berpindah ke kongregasi yang akan
didirikan. Sr Mathilda dikenal dikenal baik oleh warga dan dipandang mampu
menjadi perintis. Sr Mathilda berasal dari kota Nijmegen, lahir pada tanggal 21
Desember 1825 dari keluarga Leenders dengan nama baptis Wilhelmina. Pada
waktu dia diminta melaksanakan tugas tersebut beliau sudah berusia 55 tahun.
Demi nama Tuhan dan dengan permenungan yang mendalam akhirnya Sr
Mathilda setuju untuk meninggalkan biara lama dan masuk ke biara baru dengan
tetap hidup sebagai religius yang taat pada kaul kebiaraan dan memenuhi
permintaan uskup dan menyuarakan kebutuhan umat.
Selain Sr. Mathilda ada beberapa suster lain yang menjadi pionir dalam
kongregasi baru ini, yaitu Sr. Anna yang memutuskan untuk mengikuti Sr.
Mathilda. Pada tanggal 25 Juli 1880, Sr. Mathilda dan Sr. Anna menandatangani
surat yang menyatakan kerelaannya meninggalkan Biara Alles Voor Allen. Empat
hari kemudian, tepatnya tanggal 29 Juli 1880, mereka meninggalkan biara Alles
Voor Allen. Kemudian, pada tanggal 01 Agustus 1880, kongregasi baru resmi
berdiri dengan nama Kongregasi Religieuze Penitenten Recolectinen van de
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Heilige Franciscus Van Assisi, dan dipercayakan di bawah perlindungan Santa
Elisabeth dari Hongaria, karena santa ini dipercaya Gereja Katolik sebagai
pencinta orang miskin dan menderita, khususnya orang-orang sakit. Secara
otomatis Sr. Mathilda Leenders menjadi pemimpin kelompok baru tersebut. Tidak
lama setelah kongregasi berdiri ada dua suster datang dari biara Alles Voor Allen
untuk membantu, yakni Sr Yuliana dan Sr. Berta, namun setelah sembilan bulan
kembali ke biara asal di Haagdijk. Kemudian ada dua orang suster yang masuk
menjadi anggota baru sebagai novis, yaitu Sr. Perpetua dan Sr. Camila, dan pada
tahun 1883, ada seorang gadis yang melamar menjadi postulan yang kemudian
akan menjadi Sr. Bernarda. Demikianlah akhirnya, seiring perkembangan jumlah
anggota kongregasi, maka pembagian tugas mulai diorganisir lebih jelas. Sr.
Mathilda Leenders ditugaskan sebagai Pemimpin Umum, Sr. M. Anna Van Dun
sebagai Wakil Pemimpin dan Sr. Perpetua sebagai Magistra Novis (Simbolon,
2009:176-191).
2. Selayang Pandang Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Indonesia.
Pada tahun 1922, atas permintaan Pastor H.A.F.M. de Wolff OFMCap
yang sangat menginginkan kehadiran perawat Katolik khususnya biarawati untuk
bekerja di rumah sakit pemerintah, maka Mgr. Mathias Brans, pemimpin misi
OFMCap yang berpusat di Sumatera Barat (Padang) bermaksud mengembangkan
misi Katolik di bidang pelayanan kesehatan di Sumatera Utara (Medan). Setelah
membicarakan hal ini secara matang dengan pihak rumah sakit, maka Mgr.
Mathias Brans menindaklanjuti rencana tersebut dengan meminta tenaga dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Belanda melalui Mgr. Petrus Hoopmans. Beliau memilih Kongregasi Fransiskanes
Santa Elisabeth di Breda, karena kongregasi ini memiliki rumah sakit dan sudah
berpengalaman dalam pelayanan kesehatan.
Setelah melalui proses panjang, pada tanggal 13 Januari 1925 Kongregasi
Fransiskanes Santa Elisabeth di Breda memutuskan dan mengumumkan nama
keempat suster yang akan berangkat ke daerah misi, yaitu Sr. M. Pia Van
Blaricum, Sr. M. Philotea Biemans, Sr. M. Gonzaga Van Gorp dan Sr. M.
Antoinette Plug. Keempat suster ini beraangkat dari Belanda pada tanggal 29
Agustus 1925 dengan kapal Johan de Witt. Mereka tiba di Medan pada tanggal 29
September 1925. Kemudian para suster tinggal di sebuah rumah kontrakan di Jl.
Wasir No.8 (Sekarang Jl. Kolonel Sugiono Medan).
Rencana atas kedatangan tenaga perawat yang merupakan kesepakatan
dengan pihak pemerintah setempat ternyata tidak jadi. Pemerintah setempat tidak
menerima para perawat biarawati Katolik. Para suster merasa sedih, namun tidak
putus asa. Penolakan ini justru menghantar mereka untuk melayani orang sakit
dan menderita dari rumah ke rumah. Setelah delapan bulan, semakin banyak
pelayanan yang menuntut para suster, bahkan orang sakit yang justru datang ke
rumah suster. Untuk itu para suster membutuhkan tempat pelayanan yang layak,
maka dibeli rumah yang sangat sederhana di Jl. S. Parman Padang Bulan untuk
tempat tinggal para suster dan menanpung orang-orang sakit yang sedang dirawat
(Syukur, 2009: 214-215).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Pada tanggal 11 Februari 1929, dibangunlah rumah sakit yang
berdampingan dengan rumah suster di Jl. Imam Bonjol Medan. Rumah ini kelak
akan menjadi rumah induk Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Indonesia.
Dari tahun ke tahun Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth semakin
berkembang, baik dari jumlah anggota maupun dalam karya dan pelayanan. Karya
pelayanan semakin bertumbuh dan beragam, mulai dari rumah peristirahatan
penderita TBC di Berastagi yang selanjutnya akan menjadi rumah retret
Maranatha. Kemudian, karena calon suster FSE semakin banyak, maka sebagai
langkah awal dibangun rumah pembinaan di Jalan Slamet Riyadi Medan.
Dalam masa pembinaan ini, kepada para calon mulai dikenalkan tentang
kongregasi FSE, juga ditanamkan tentang semangat pendiri, serta spiritualitas
FSE sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi. Sebagai pengikut Santo Fransiskus
Assisi, para suster FSE dipanggil untuk hidup dalam kebahagiaan sejati
Fransiskan yang nyata dalam karya pelayanan dan persaudaraan. Maka dari awal
berdirinya kongregasi, semangat kebahagiaan sejati Fransiskan sudah ditanamkan
dari awal masa pembinaan, dan diharapkan meskipun masih dalam masa
pembinaan sudah memiliki semangat kebahagiaan sejati Fransiskan (Kons. No.
12-16).
3. Spiritualitas Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth
Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth menghayati dan mengikuti
semangat Santo Fransiskus Assisi sebagaimana yang telah diwariskan oleh ibu
pendiri. Karena itu kongregasi FSE mematuhi dan mengikuti Anggaran Dasar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
cara hidup Ordo Ketiga Regular yang disahkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada
tanggal 08 Desember 1982 serta kharisma Kongregasi Fransiskanes Santa
Elisabeth.
Sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi dengan cara hidup peniten rekolek, kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth mengikat diri seumur hidup pada cita-cita Injili dengan hidup dalam ketaatan, dalam kemiskinan, dan kemurnian (AD III Reg.1) dalam kesatuan persaudaraan. Mereka dijiwai oleh semangat doa dan samadi, semangat pengabdian dan pengorbanan, semangat tapa dan matiraga selaku peniten rekolek (Kons, No 3). Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa semua anggota
kongregasi FSE menjalani hidup seturut cita-cita Injili dengan hidup dalam
ketaatan, kemiskinan dan kemurnian, yang diikrarkan dalam kaul-kaul suci. Para
suster FSE juga diharapkan hidup dalam semangat pengabdian dan pengorbanan,
semangat tapa dan matiraga sebagai angggota peniten rekolek.
Adapun yang menjadi Kharisma kongregasi adalah ”Daya kasih Kristus
yang menyembuhkan orang-orang kecil dan menderita sampai rela wafat di kayu
salib”. Kharisma inilah yang membakar jiwa pendiri yaitu Mathilda Leenders
sendiri. Kharisma kongregasi ini memuat empat unsur yaitu kasih, penyembuhan,
orang kecil, dan salib. Allah adalah kasih (1Yoh.4:8). Melawat orang sakit dengan
kasih merupakan dasar bagi para suster FSE. Pelayanan yang diberikan bukan
karena profesi melainkan karena identitas diri sebagai FSE. Sebagaimana identitas
FSE bahwa “orang yang bersatu dengan Allah tidak menyia-nyiakan daya kasih
Kristus dalam bentuk pelayanan yang menyembuhkan orang-orang yang kecil,
sakit dan menderita, seturut hidup peniten rekolek” (Statuta. No. 2.3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Menjadi penyembuh merupakan salah satu bagian dari semangat hidup
Yesus. Karya penyembuhan itu nyata dalam pelayanan FSE baik karya maupun
persaudaraan. Untuk itu sebagai anggota FSE, pertama-tama setiap pribadi sudah
menjadi penyembuh bagi dirinya sendiri. Hal ini nyata dalam sikap menerima diri
dan mensyukuri segala keberadaanya. Dengan demikian juga mampu menerima
setiap saudari yang dianugerahkan kepadanya serta memiliki semangat
pengampunan, baik terhadap diri sendiri maupun kepada sesama. Maka untuk
mendukung rahmat pengampunan, setiap saudari melakukan pengakuan dosa
minimal sekali sebulan, dan melakukan ibadat tobat pada Kamis Putih dan akhir
tahun sebelum perayaan Ekaristi (Statuta. No.15).
Unsur ketiga kharisma FSE adalah keberpihakan kepada orang kecil.
Orang kecil yang dimaksud di sini bukan hanya yang miskin atau sakit secara
fisik, melainkan juga orang yang haus akan kasih dalam hidupnya. Orang kecil
pada jaman ini dipahami semakin luas mencakup dalam karya pelayanan, dan juga
di tengah-tengah persaudaraan. Orang sakit yang datang ke rumah sakit ada
kalanya tidak menemukan solusi kesembuhan karena dia tidak membutuhkan
resep dari dokter, tetapi ia membutuhkan lawatan hati. Demikian juga dengan
orang kecil, mereka butuh didengarkan, butuh dipahami, dan butuh diperhatikan.
Demikian juga dalam persaudaraan tidak jarang saudari mengalami rasa minder,
dan tidak diterima banyak orang. Seharusnya hal ini menjadi perhatian utama bagi
anggota persaudaraan kongregasi FSE (Kons. No. 7)
Salib merupakan jalan keselamatan bagi orang Kristen, terlebih bagi
seorang FSE. Menyadari bahwa melayani Yesus dalam diri orang menderita tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pernah terlepas dari salib, maka bersedia memanggul salib merupakan semangat
pengorbanan demi cinta pada Kristus. Semangat pengorbanan yang dilakukan
merupakan kesempatan untuk membagikan kasih kepada sesama (Statuta. No.
2.2)
Sebagai Peniten Rekolek (pertobatan terus-menerus), FSE hidup dalam
semangat pertobatan kepada Allah dan sesama. Bersedia membagaikan kasih
Allah dalam semangat pengosongan diri, serta penuh kegembiraan dalam
pengabdian kepada orang sakit dan menderita. Mencintai Yesus melalui orang
sakit dan menderita merupakan cita-cita Injili yang menjadi semangat pendiri
(Kons. No. 9)
Melayani Yesus dalam diri orang sakit tertuang dalam motto kongregasi
yaitu” ketika Aku sakit kamu melawat Aku” (Mat. 25:36). Seorang FSE lebih
mengutamakan apa yang diutamakan Yesus, yaitu orang yang miskin dan
menderita. Yesus menyamakan diri-Nya dengan orang yang miskin dan
menderita. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, apa yang kamu perbuat bagi
saudara-Ku yang paling hina ini kamu lakukan untuk Aku (Mat. 25:40).
Orang yang dipandang hina, orang miskin dan tertindas sesungguhnya
lebih mudah mengalami rasa sakit dan penderitaan daripada orang yang sakit
secara fisik. Maka bagi seorang anggota FSE, melayani Yesus akan menjadi nyata
melalui pelayanan yang merangkul dengan penuh kasih dan kegembiraan pada
diri orang menderita.
Kongregasi FSE mengikuti jejak Kristus yang tersalib. Persaudaraan ini
bertujuan untuk membaktikan diri kepada perutusan Gereja, khususnya lewat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
usaha membuat anggotanya suci. Hal ini dilakukan lewat pelayanan kepada
sesama, khususnya kepada orang sakit. Demikian juga dalam persaudaraan,
adanya kesatuan saling menerima keunikan masing-masing dengan gembira
merupakan suatu rahmat dan pemberian Allah (Kons. No. 7).
Konstitusi No.78 menyatakan bahwa:
Hidup sebagai saudara merupakan sumber kegembiraan yang dapat dinikmati setiap hari sebagai anugerah Allah. Di dalamnya Tuhan menantang kita untuk secara aktif menerima saudara yang diberikan Tuhan (bdk. Was. 14), menerima dan menghargai perbedaan guna saling melengkapi, saling mendengarkan, saling mempercayai, saling mengampuni dan menghargai misteri perjalanan hidup masing-masing dalam rangka menuju Tuhan yang satu dan sama. Kegembiraan itu kita alami lebih-lebih bila kita berhasil meringankan beban dan menanggung bersama kesulitan yang kita jumpai (bdk. AD III.Reg.23).
Berdasarkan kutipan di atas kita dapat melihat bahwa sebagai suster FSE,
yang menjadi wadah kebahagiaan adalah persaudaraan. Dalam persaudaraan
dianugerahkan saudari yang berbeda sebagai tantangan untuk mewujudkan
kebahagiaan. Namun pada akhirnya kebahagiaan bukan hanya dalam hal memberi
dan menerima tetapi juga dalam hal pengorbanan diri dan menanggung kesulitan
bersama untuk menuju Tuhan sang sumber kebahagiaan.
Agar persaudaraan yang membahagiakan dapat terpelihara dengan baik,
maka setiap saudari secara pribadi maupun bersama harus menjalin persaudaraan
sejati.
Kita bersaudara dengan siapa saja dan dengan ramah mau menerima siapa pun juga yang datang kepada kita (bdk. AngTBul. 7.14 ). Dalam rangka itu, kita suka menerima tamu dan selalu bersedia membuka pintu bagi sekalian orang (Kons. No. 82).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Berdasarkan kutipan di atas kita dapat melihat bahwa sebagai suster FSE
Persaudaraan yang dibangun, tidak terbatas hanya persaudaraan dalam kongregasi
saja, tetapi membangun persaudaraan dengan siapa saja.
B. Kebahagiaan
1. Definisi Kebahagiaan
Kebahagiaan berasal dari kata bahagia. Kebahagiaan biasanya sangat
berdekatan dengan suasana hati, yang di dalamnya ada rasa damai dan tenang.
Bahagia merupakan kata yang tidak pernah bosan di telinga setiap orang. Arti
kebahagiaan sendiri sangat luas, bahkan setiap orang bebas untuk mengungkapkan
pendapatnya. Arti kebahagiaan tergantung dari pemahaman dan pengalaman
setiap pribadi.
Semua orang mencari kebahagiaan, namun makna kebahagiaan sendiri
sesungguhnya merupakan hal yang masih harus dipertanyakan. Tidak jarang
orang membuat syarat untuk dirinya supaya bahagia. Tetapi ketika syarat itu
terpenuhi orang tersebut belum tentu juga bahagia. Dalam hal ini Gede Prama
menggunakan bahasa “kebahagiaan yang datang dan pergi” dengan “kebahagiaan
yang lebih dalam”. Ada dua macam kebahagiaan. Kebahagiaan yang pertama
adalah kebahagiaan yang dicari di luar dan dibeli, ia bersifat sama, datang dan
pergi. Sementara kebahagiaan yang kedua adalah, kebahagiaan dengan akar di
dalam dengan melewati tangga-tangga kesedihan. Kebahagiaan jenis yang kedua
merupakan kebahagiaan yang lebih dalam (Gede Prama, 2007: 45).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Satu hal yang dapat diterima bersama bahwa semua orang menginginkan
kebahagiaan, dan semua orang berhak untuk mendapatkannya. Demikian pula
cara untuk memperoleh kebahagiaan tidak mempunyai suatu patokan. Untuk
memperoleh kebahagiaan, kadang-kadang orang tidak memikirkan kebahagiaan
orang lain. Namun agar kita bahagia kita harus hidup beragama (Kasim, 1964:
28).
Kebahagiaan merupakan antonim dari penderitaan, namun keduanya
adalah gambaran suasana batin dalam menghadapi kehidupan. Ukuran
kebahagiaan untuk setiap orang tidak dapat ditentukan. Hal ini tergantung dari
sikap setiap pribadi dalam menghadapi situasi hidupnya. Artinya kebahagiaan
untuk orang tertentu, belum tentu menjadi kebahagiaan bagi orang yang lain.
Dengan kata lain, penderitaan dan kebahagiaan lebih bersifat subjektif. Sesuatu
yang bagi seseorang tampaknya seperti penderitaan, namun dapat terjadi hal yang
sama justru merupakan kebahagiaan bagi orang lain (Riyanto, 2008: 24).
Maka berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa kebahagiaan
merupakan suasana hati yang nyata dalam diri seseorang yang mampu mengelola
perasaannya untuk tetap merasa damai dan nyaman terlepas dari segala situasi
yang sedang terjadi. Dalam hal ini ukuran kebahagiaan tersebut tergantung dari
pemahaman dan penghayatan setiap pribadi.
a. Kebahagiaan Menurut Kitab Suci
Banyak hal yang menjadi alasan untuk bahagia bagi seorang kristiani.
Dalam Kitab Suci sendiri, mulai dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru
terdapat banyak ajakan untuk berbahagia. Untuk itu berkaitan dengan kebahagiaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
sebagaimana yang termuat dalam Kitab Suci, sabda bahagia akan diulas secara
khusus. ”Sabda bahagia sesuai dengan kerinduan kodrati akan kebahagiaan.
Kerinduan ini berasal dari Allah. Ia telah meletakkannya di dalam hati manusia,
supaya menarik mereka kepada diri-Nya, karena hanya Allah dapat
memenuhinya” (KGK art: 1718). Dalam arti ini semakin kita jauh melihat ke
dalam, maka semakin disadari bahwa Allah memanggil manusia untuk
berbahagia. Panggilan menuju kebahagiaan sebagai umat Kristen tertuang dalam
sabda bahagia. Umat kristen dipanggil untuk hidup dalam kebahagiaan, dan
kerinduan itu pertama-tama datang dari pihak Allah sendiri.
Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan, membahagiakan manusia
yang tertindas oleh dosa. Hal itu dilakukan-Nya tidak hanya dengan tindakan dan
teladan tetapi juga dengan ajaran. Wejangan-Nya tentang kebahagiaan dapat
ditemukan dalam kitab Injil, terutama Injil Santo Matius 5:3-12. Berikut adalah
kutipan Sabda bahagia sebagaimana terungkap dalam kotbah Yesus di bukit.
Ayat 3. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Ayat 4. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Ayat 5. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Ayat 6. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Ayat 7. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Ayat 8. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Ayat 9. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Ayat10. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Ayat 11. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Ayat 12. Bersukacita dan bergembiralah karena upahmu besar di Sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu”.
Kebahagiaan berhubungan dengan Allah. Orang yang dipuji bahagia
dalam kotbah itu adalah orang yang berhubungan dekat dengan Allah. Orang itu
miskin di hadapan Allah (ayat 3). Miskin di hadapan Allah arti aslinya adalah
miskin dalam Roh, dalam bahasa Yunani hoi ptokhoi to pneumati. Orang
demikian adalah sederhana dan penuh hormat terhadap hal-hal yang rohani.
Mereka hidup dalam kerendahan hati karena menyadari bahwa hidup spiritual
mereka bukan apa-apa (Leks, 2003: 120). Mereka rendah hati dan tidak
menggantungkan dirinya pada hal pemilikan materi. Maka sangat penting
menyadari bahwa segala sesuatu, termasuk diri sendiri merupakan milik Allah.
Kesadaran akan segala sesuatu milik Allah menghantar orang semakin dekat
dengan Allah itu sendiri. Sikap ini merupakan langkah awal menuju kebahagiaan
(Wesley, 2010: 42).
Secara rohani mereka adalah orang yang menggantungkan diri kepada
Allah. Mereka menyadari keberdosaan dan ketidakberdayaannya. Kesadaran ini
membuat manusia datang kepada Allah, dan merasa tidak berdaya tanpa Allah
sebab mereka sungguh menyadari kelemahannya. Kesadaran di hadapan Allah
sebagai yang miskin hanya ketika melepaskan seluruh rasa kepemilikan itu
kepada Allah. Kepemilikan itu termasuk juga keangkuhan, maka ketika itu
dilepaskan orang akan merasa tenang, dan itu merupakan gambaran kerajaan
surga. Disitulah letaknya Dia yang meraja (Anand Krisna, 2001: 21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Berhubungan dengan apa yang telah diungkapkan di atas, orang tersebut
suci hatinya (ayat 8). Adapun yang dimaksudkan dengan orang yang suci hatinya
adalah orang yang bermotivasi murni dan lurus. Karena kesucian itu keinginaan
orang tersebut hanya untuk menyenangkan Allah. Apa yang menjadi
kepentingannya dipadukan dengan kepentingan Allah (Leks, 2003: 124).
Kesucian hati membuat orang memiliki pandangan yang jernih dan jelas, sehingga
orang mampu melihat Allah dibalik segala sesuatu ( Anand Krisna, 2001: 32).
Maka orang demikian mengalami persekutuan dengan Allah yang membuat ia
mampu melihat Allah melalui hal-hal yang sangat sederhana sekalipun. Apa yang
dilakukan Allah dapat dilihat sebagai kemurahan hati Allah baik untuk dirinya,
sesama dan dunianya (Wesley, 2010: 78).
Orang yang suci hatinya ini dapat juga dikatakan sebagai orang yang lapar
dan haus akan kebenaran (ayat 6). Kebenaran adalah apa yang dikehendaki Allah
untuk dilakukan. Kebenaran juga ada dalam diri manusia yaitu ketika orang
menyadari keilahian dalam dirinya sendiri. Untuk mengalami kesadaran itu orang
harus berkorban banyak dengan tidak mau berkompromi dengan sesuatu yang
nilainya rendah, kecuali kebenaran itu sendiri. Maka orang tersebut akan selalu
instrospeksi atau bertanya diri apa yang dikehendaki Tuhan untuk dia lakukan.
Orang tersebut akan menemukan apa yang dirindukannya (Leks, 2003: 122; bdk
Anand Krisna: 2001: 29).
Sebaliknya orang yang tidak haus akan kebenaran dan menjauh dari Allah
akan mengalami dukacita, tetapi yang berdukacita karena-Nya akan dihibur oleh
Allah sendiri (ayat 4). Dukacita yang dimaksudkan oleh Yesus alasannya karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Yesus itu sendiri. Orang berdukacita karena menyadari bahwa tidak mengalami
kehadiran Allah, hidupnya berlalu tanpa mengalami Allah. Dukacita karena alasan
demikian akan mendapat hiburan dari Dia sendiri, dan tidak mencari hiburan
duniawi (Anand Krisna, 2001: 24).
Dengan penghiburan yang diterima dari Tuhan sendiri tidak berarti bahwa
orang tidak akan pernah mengalami pengalaman jatuh lagi. Perlu tetap disadari
bahwa semua perihal dukacita dan kemiskinan roh merupakan kebodohan bagi
dunia. Hal ini sekaligus menjadi kekuatan dan penghiburan bagi mereka yang
berdukacita karena Allah ( Wesley, 2010: 52).
Kebahagiaan karena dekat dengan Allah, menggantungkan hidup pada
Allah dan terarah kepada Allah, membuat orang akan membawa damai dalam
relasi dengan sesama. Karena itu membawa damai menjadi identitasnya sebagai
anak Allah (ayat 9). Pembawa damai adalah orang yang melakukan hal yang baik
kepada orang lain dalam segala kesempatan. Perbuatan baik tidak terbatas pada
orang tertentu dan iman tertentu, tetapi juga terhadap dunia sekitarnya bahkan
musuhnya sendiri. Menyediakan waktu dan membeli setiap kesempatan, karena
semua orientasinya seolah-olah untuk Tuhan bukan untuk manusia. Sikap yang
demikian dipakai Allah dalam pekerjaan iman dan kasih maka mereka disebut
anak-anak Allah (Wesley, 2010: 82-84).
Orang yang berbahagia akan mengalami damai sejati, dan akan bersikap
lemah lembut serta menaklukkan orang lain dengan kelamahlembutannya (ayat 5).
Orang yang bersikap lemah lembut tidak akan main kuasa, dan tidak
mengandalkan kekuatannya. Demikianlah orang tersebut bertindak dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
hidupnya di atas bumi ini sehingga seluruh isi bumi pun ikut berpihak kepadanya.
Maka orang tersebut hidup harmoni dengan bumi, tanpa ada pertentangan (Leks,
2003: 122; bdk. Anand Krisna, 2001: 26).
Orang yang bersikap seperti yang telah dijelaskan di atas akan
memperoleh kemurahan (ayat 7). Orang yang murah hati mengalami kebahagiaan
karena memperoleh kemurahan. Sikap murah hati berarti sikap mengasihi orang
lain seperti dirinya sendiri. Kasih menghantar orang semakin rendah hati, dan
menghancurkan kecongkakan. Tindakan kasih yang dilakukan merupakan
ungkapan kemuliaan Allah, sehingga segala kesulitan yang ia tanggung tidak
menghancurkan kasihnya, justru bagi dia kasih merupakan bukti untuk semua.
Maka dengan sendirinya ia menerima kemurahan ribuan kali lipat. Sabda Yesus
dalam perumpamaan talenta, menyatakan bahwa jika seorang hamba
memanfaatkan talenta, maka semakin besar pula ditambahkan kepadanya. Ini
sungguh menjadi alasan untuk berbahagia, karena ia akan menerima lebih
daripada yang telah diberikannya (Wesley, 2010: 54-58).
Kebahagiaan yang dialami dalam kedekatan dengan Allah dan keterarahan
pada Allah, tak tergoncangkan oleh kesulitan apapun yang sedang dialami. Terjadi
penganiayaan (ayat 10) dan dicela, difitnah (ayat 11), seperti yang dialami para
nabi (ayat 12). Walaupun dianiaya dan dicela mereka tetap berbahagia sebab
semua itu terjadi karena iman akan Allah dalam Yesus Kristus. Dia berbahagia
karena dia berani mempertahankan imannya. Yesus bersabda bahwa orang yang
menderita demi kebenaran iman kepada-Nya, akan mendapatkan kebahagiaan di
surga. Kebahagiaan itu lebih besar dari kebahagiaan apa pun yang ada di dunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tidak jarang karena memberi kesaksian tentang Yesus, timbul
pertentangan bahkan pemberitaan yang jahat dari dunia. Ketika mengalami
penganiayaan dan tetap bertahan dalam penganiayaan tersebut demi iman, mereka
akan sungguh berbahagia. Yesus sendiri menerima penganiayaan dari orang-orang
yang mau diselamatkan dan dibahagiakan oleh-Nya. Dalam situasi itu, Dia tetap
kuat karena berdamai dengan Bapa-Nya. Maka berbahagialah orang yang tetap
setia ketika mengalami hal yang sama dengan yang dialami Yesus. Hal itu akan
menghantar dia kepada kebahagiaan bersama Yesus (bdk. Wesley, 2012: 35-93).
Sabda bahagia yang telah diulas secara sederhana di atas, menunjukkan
bahwa kebahagiaan pada akhirnya adalah ikut mengalami apa yang dialami oleh
Yesus sendiri. Kebahagiaan yang termuat dalam kotbah di bukit, mengarah pada
konsekuensi akan iman kepada Yesus Kristus. Sehingga orang yang mengalami
apa yang dialami oleh Yesus, akan menjadi seperti Yesus sendiri. Dapat dikatakan
bahwa kebahagiaan merupakan persatuan dengan Dia yang menganugerahkan
kebahagiaan itu sendiri.
Selain kebahagiaan yang terungkap dalam sabda bahagia, beberapa
kebahagiaan lain juga terungkap dalam kutipan Kitab Suci Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Berikut adalah beberapa kutipan tentang kebahagiaan
berdasarkan kutipan dari Alkitab.
1) Amsal 28:15
Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan Tuhan, tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka.
Maksud dari kutipan di atas adalah kebahagiaan bagi orang yang takut
akan Tuhan, yaitu karena suka pada perintah Tuhan. Suka dalam arti, kebahagiaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
orang tersebut ada pada perintah Tuhan itu sendiri maka perintah tersebut
sungguh dijaga dan dipelihara dalam diri serta sungguh menghormatinya. Tetapi
orang yang tidak suka dan tidak memelihara perintah Tuhan tidak akan
mendapatkan kebahagiaan.
2) Yohanes 20:29
Kata Yesus kepadaNya: ”Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya”.
Kepercayaan kepada Tuhan membawa kebahagiaan karena terlaksana apa
yang dikehendaki Tuhan dalam dirinya. Percaya walaupun tidak melihat dengan
mata kepala sendiri, itu merupakan anugerah. Hal ini terjadi karena orang tersebut
bersedia membuka hatinya kepada Allah. Rahmat ini lebih istimewa dibandingkan
dengan orang yang percaya setelah ia dapat melihat secara fisik.
3) Mazmur 65:5
Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumahMu, di bait-Mu yang kudus
Hidup bersama dengan Allah mengalami kebahagiaan karena hidup dalam
kelimpahan. Segala yang baik ada di dalam Tuhan sendiri dan itulah yang
memuaskan mereka. Hal ini nyata bagi orang-orang pilihan Allah.
4) Kis 20:35
Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus sebab Ia telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima
Orang yang memberi lebih berbahagia daripada orang yang menerima.
Maka membantu orang lain merupakan tindakan yang membahagiakan. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
memberi akan ditambahkan kepadanya, sebagaimana perumpamaan talenta (bdk
Mat 25:29). Artinya, kita memberi karena kita sudah menerima sebelumnya. Pada
akhirnya kita memang diberi untuk memberi.
5) Yak 1:2-3
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
Pencobaan yang dialami merupakan suatu kebahagiaan sebab hal itu
merupakan jalan menuju pemurnian iman. Peristiwa ini juga membuat orang
semakin bertekun. Maka pencobaan itu bukan hal yang mesti dihindari, karena ia
ibarat jalan menuju pada kesempurnaan. Maka pencobaan itu bukanlah beban
tetapi tantangan dari konsekuensi dalam mencapai tujuan.
6) Sir 14:20
Berbahagialah orang yang merenungkan kebijaksanaan serta menimbang-nimbang dengan pengertian.
Merenungkan kebijaksanaan merupakan hal yang membahagiakan, sebab
segala kebijaksanaan berasal dari Tuhan. Dengan demikian kebijaksanaan itu
menjadi milik orang yang sungguh menaruh perhatian kepada kebijaksanaan itu.
Dari beberapa ungkapan di atas, yaitu seputar kebahagiaan dari Kitab Suci
baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dapat dikatakan bahwa: untuk
menemukan kebahagiaan dalam kehidupan perlu ada usaha untuk mencapainya.
Adapun usaha yang harus dilakukan oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan
tersebut adalah dengan melakukan hal-hal yang baik atau hal yang benar di
hadapan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Akan tetapi rasa bahagia itu merupakan pemberian dari Allah. Sebab
kemurahan hati Allah yang membuat manusia mampu mengalami kebahagiaan,
walaupun ada unsur usaha yang dilakukan oleh manusia. Hal ini dapat dilihat dari
salah satu contoh sikap manusia, yaitu memberi. Manusia mampu memberi jika ia
terbiasa melatih dirinya memberi. Namun pada akhirnya memberi menjadi hal
yang membahagiakan, karena rahmat Allah yang mengubah hatinya.
b. Kebahagiaan Menurut Pendapat Tokoh-tokoh
Sebagaimana yang telah diungkapkan di atas bahwa pemahaman tentang
kebahagiaan sangat luas. Kebahagiaan dapat dipahami dari mentalitas orang
dalam menghadapi situasi hidupnya. Berikut adalah pendapat beberapa tokoh
terkait dengan pandangan mereka tentang kebahagiaan.
1) Gobind Vashdev
Vashdev adalah seorang pencinta alam dan sekitar dua puluh tahun hidup
sebagai vegetarian. Bagi Vashdev, alam merupakan guru yang sangat baik pada
manusia sehingga patut dihormati dan dipelihara. Bahkan ia tidak menggunakan
sabun, sampo, pasta gigi, atau bahan-bahan yang membebani alam ini.
Kebahagiaan Vashdev ialah dengan berbagi dan memberikan apa yang
dimiliki kepada orang lain. Hidup bukan sebuah perlombaan mengumpulkan
sebanyak-banyaknya, tetapi memberi kepada dunia sebelum kita
meninggalkannya. Menurut paham Vashdev kebahagiaan adalah suatu hal yang
sangat sederhana (simpel), bahkan karena sederhananya sampai-sampai tidak
banyak orang yang percaya. Untuk bahagia manusia tidak memerlukan apa-apa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
tidak perlu mencarinya di luar, bahkan tidak perlu usaha keras (Vashdev, 2012:
228).
Bagi tokoh ini satu-satunya hal yang membuat orang bahagia adalah
dengan bersyukur. Kebahagiaan seseorang tergantung dari rasa syukur yang
dimilikinya. Bersyukur merupakan kunci membuka pintu kebahagiaan. Namun
kenyataanya banyak orang tidak mendapatkan kebahagiaan. Hal ini terjadi karena
tidak terbiasa memberi melainkan menerima.
Memberi sama dengan melepaskan, melepaskan artinya bukan melepaskan
keinginannya tetapi melepaskan hasilnya, sebab kita tidak dilarang untuk
menginginkan atau mengharapkan sesuatu. Melepaskan apa yang diharapkan dan
bersyukur atas apa yang telah terjadi.
Dalam kebahagiaan, seseorang akan memperoleh ketenangan, maka rasa
takut merupakan hal yang perlu dilepaskan untuk mengalami kebahagiaan. Di
dunia ini tidak ada orang yang jahat, melainkan orang yang ketakutan. Takut akan
masa depan, hari tua, penghasilan, takut tidak dicintai dan seterusnya dan hal ini
membuat manusia tidak bahagia (Vashdev, 2012: 217-231).
2) Andrew Matthews
Menjadi bahagia bukanlah hal yang mudah, bahkan kadang-kadang
membutukan kerja keras, ibarat menjaga rumah agar tetap asri. Untuk bahagia
hendaknya mencari hal-hal yang baik-baik saja. Kebahagiaan ditentukan dari
bagaimana kita bereaksi terhadap apa yang terjadi, dan yang memutuskan reaksi
itu adalah kita sendiri. Maka kebahagiaan itu adalah sebuah keputusan, dan hal ini
membutuhkan tekad, ketekunan, dan disiplin yang bisa dikerahkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Kedewasaan diri dibutuhkan agar bertanggung jawab atas kebahagiaan itu
sendiri dan mampu memilih untuk berkonsentrasi dari apa yang kita miliki, bukan
yang tidak dimiliki. Yang mengendalikan kita bahagia atau tidak adalah
keputusan kita dalam berpikir. Jika mengikuti pikiran yang membahagiakan maka
akan bahagia demikian juga sebaliknya (Matthews, 2000: 52).
3) Franz Magniz-Suseno
Magnis Suseno menghubungkan kebahagiaan dengan etika, dari pemikiran
Robert Spaemann, seorang filosof Jerman tentang dasar moralitas. Magniz Suseno
menganggap pemikiran Spaemann yang mengidentifikasikan kebaikan hati dan
persahabatan sebagai fenomena moral paling dasar, serta bagaimana moralitas
dapat diketahui secara intuitif dalam pengalaman cinta yang menyatukan kembali
kebahagiaan, kewajiban dan kebaikan hati, sebagai sumbangan yang paling
penting dalam etika.
Spaemann menelusuri arti kebahagiaan dari sejarah etika, serta
menunjukkan arti dan sebab dari etika pada hakekatnya harus eudemonistik
berdasarkan pemikiran dari beberapa tokoh berikut.
a) Plato
Menurut Spaemann, Plato sudah merumuskan dengan tepat pertanyaan
dasar para filosof tentang “Apa itu yang baik?”. Plato ingin mempertahankan cita-
cita kalonkagatgon. Kalon artinya yang baik atau pantas dicari, dan agathon
artinya yang indah atau luhur. Plato berpendapat bahwa kebahagiaan manusia
adalah apabila kebahagian tersebut berpatokan kepada Yang Baik. Antara kalon
dan agathon adalah antara keutamaan dan kebahagiaan dan keduanya tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
keterpisahan. Artinya bahwa kebahagiaan itu merupakan keutamaan. Plato ingin
memperlihatkan bahwa yang indah, juga baik untuk dirinya sendiri. Hal ini tidak
berkaitan dengan kebiasaan manusia, melainkan merupakan kepentingan manusia
yang bersifat luhur. Bagi yang mencintai kebijaksanaan, tak ada perpisahan sama
sekali antara yang baik pada diri sendiri dan yang baik baginya (Magnis,2005:
247). Artinya adalah bagi orang bijaksana akan mampu memahami segala sesuatu
yang baik dan luhur untuk dirinya.
b) Aristoteles
Menurut Aristoteles, hidup yang bijaksana adalah hidup yang
menghasilkan kebahagiaan atau eudaimonia, dan kebahagiaan tertinggi yang
dapat dicapai oleh manusia adalah theoria yaitu memandang hal-hal yang abadi.
Etika Aristoteles adalah etika seorang yang realistis. Aristoteles menyatakan
bahwa kebahagiaan yang dialami manusia dalam hidup bersama selalu hanya
bersikap kurang lebih. Karena manusia tidak dapat menghasilkan kebahagiaan
yang sebenarnya tetapi hanya dapat mendekatinya. Hal ini desebabkan karena
dalam hidup tidak ada yang abadi baik kesuksesan maupun kegagalan (Magnis,
2005: 249).
c) Stoa
Menurut Stoa, manusia bahagia jika kehidupannya berhasil, dan
kehidupannya berhasil jika ia dapat mempertahankan diri. Cita-cita dalam
pemahaman kebahagiaan Stoa adalah ataraxia. Dalam ataraxia manusia merasa
bahagia, dan manusia bahagia jika apa pun yang dialaminya itu sesuai dengan
kehendaknya. Stoa juga tidak tanggung-tanggung dalam kesimpulannya tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kebahagiaan atau sesuatu yang dapat diasimilasikan secara “stoikal”, jalan
terkahir yang dilakukan untuk mempertahankan ataraxia adalah dengan bunuh
diri. Dalam etika Stoa bunuh diri adalah pilihan terakhir yang paling rasional
untuk bahagia (Magnis, 2005: 249). Artinya lebih baik tidak mengalami
kehidupan daripada menghidupi yang tidak dihendaki, cara menghindari apa yang
tidak dikehendaki dengan mengahiri hidup itu sendiri.
d) Epikorus
Menurut Spaemann, ketajaman pemikiran Epikuros sangat menentukan
letak persoalan dasar kebahagiaan. Epikuros yang adalah seorang tokoh hedonis
mempunyai pemikiran yang canggih dengan cita-cita apathia, yaitu suatu keadaan
dimana kita tidak menderita.
Epikuros menyadari bahwa dengan menjadi seorang hedonisme yang
mencari kenikmatan sebanyak-banyaknya, tidak akan menghasilkan kebahagiaan
jika masih terkekang faktor waktu masa lalu dan masa depan. Patokan Epikuros
adalah berpeganglah pada saat ini. Lupakan masa lampau yang sering membuat
kita merasa sedih, dan jangan pikirkan masa depan yang sering membuat kita
merasa takut, artinya hiduplah semata-mata untuk saat ini (Magnis, 2005: 248)
e) Etika Kristiani
Etika Kristiani menyatakan bahwa kebahagiaan yang sebenarnya hanya
dapat tercapai dalam visio beatifica yaitu memandang Tuhan. Dalam kehidupan
sebelum kematian kita menghayati hidup yang bermoral untuk mencapai
kesempurnaan dan kebahagiaan sesudah kematian. Kebahagiaan di dunia tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
menjamin kita hidup bermoral. Maka hidup bermoral di dunia terletak pada
kebahagiaan di alam sana sebagai ganjaran.
Titik tolak kritik Spaemann adalah masukan dari dua filosof. Yang
pertama adalah Leibniz yang menunjuk pada cinta kasih: cinta adalah delectatio in
felicitate alterius, “kebahagiaan karena kebahagiaan orang lain”. Filosof kedua
yaitu Aristoteles yang mengatakan bahwa puncak kebahagiaan dialami manusia
dalam persahabatan.
Cinta adalah kebahagiaan dalam kebahagiaan dia yang dicintai. Artinya
letak kebahagiaan nyata dalam relasi persahabatan. Cinta tidak egoistik, karena
tindakan cinta yang membahagiakan adalah demi yang dicintai bukan yang
mencintai. Cinta adalah kebahagiaan tertinggi tetapi tidak mementingkan diri
sendiri dan jauh melebihi segala pertimbangan kewajiban. Hal ini membuat kita
menyadari akan kewajiban terhadap yang dicintai. Pengalaman cinta adalah
pengalaman kehidupan yang berhasil. Apa yang memotivasi tindakan moral-cinta
adalah sekaligus apa yang menjadi pemenuhannya dipikirkan sebagai kebahagiaan
(Magnis, 2005: 252-254).
Dari ulasan beberapa Filsuf dan penjabaran lainnya yang telah
diungkapkan Magnis Suseno, maka diketahui bahwa setiap tindakan yang
dilakukan bukan hanya karena atau bukan sekedar kewajiban adalah untuk
mencapai sebuah kebahagiaan. Pada akhirnya segala tindakan itu bertujuan agar
kita bahagia. Tindakan Kebahagiaan itu tidak hanya sekedar tangungjawab moral,
melainkan kesadaran untuk membahagiakan yang dicintai. Maka kebahagiaan
dapat dinyatakan dalam persahabatan sebagai perwujudan cinta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
4) Gede Prama
Gede prama adalah seorang pecinta keheningan, dan seorang vegetarian.
Gede Prama seorang meditatif tetapi juga seorang penulis yang telah banyak
menerbitkan buku dan menulis ribuan artikel. Dari sekian banyak tulisannya ia
mengupas salah satu secara lebih dalam tentang kebahagiaan.
Menurut Gede Prama kebahagiaan tidak pernah terlepas dari penderitaan.
Bahkan Gede Prama pernah mengungkapkan bahwa orang tidak akan dapat
mengenal kebahagiaan jika tidak pernah mengenal penderitaan.
Gede Prama membagi kebahagiaan menjadi dua, yaitu kebahagiaan yang
berakar ke luar dan kebahagiaan yang berakar ke dalam. Kebahagiaan yang
berakar ke luar biasanya dicari melalui hal-hal yang berupa materi, seperti uang,
rumah, profesi dan sebagainya. Dengan tercapainya hal-hal tersebut, kebahagiaan
yang berakar ke luar dapat segar dan berbuah. Namun ketika musim layu tiba,
yaitu ketika hal-hal tersebut tidak tercapai maka kebahagiaan itu juga segera
hilang. Kebahagiaan jenis ini cepat layu dan diterbangkan oleh angin kehidupan
itu sendiri.
Sementara kebahagiaan yang berakar ke dalam, ibarat bambu yang kokoh
karena berakar kuat ke dalam. Bambu adalah pohon yang tidak berbunga dan
berbuah, namun tetap segar di segala musim. Kebahagiaan jenis ini tetap bertahan
walau musim kehidupan membawa penderitaan, bahkan penderitaan membuat
kebahagiaan tersebut menjadi lebih dalam. Dengan kata lain kebahagiaan yang
melewati tangga-tangga kesedihan, cenderung berakar lebih dalam dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dengan kebahagiaan yang tanpa melewati kesedihan. Maka sesungguhnya
kebahagiaan berhutang pada kesedihan (Gede Prama, 2007: 40-46).
Sehingga bisa dimaklumi kenapa kebahagiaan jadi barang langka di jaman ini, karena manusia di dalamnya serba penuh (ego, keinginan, kebencian, kemarahan, permusuhan, persaingan). Disinari cahaya-cahaya bambu seperti inilah, kemudian layak dipertimbangkan untuk lebih menggali sumber-sumber kebahagiaan di dalam. (Gede Prama, 2007: 47).
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa kenyataannya pada jaman
sekarang, banyak orang tidak sampai pada kebahagiaan walaupun telah
mengalami kesedihan dan air mata. Hal ini karena orang tersebut belum
mengosongkan dirinya. Ia lebih memilih untuk egois pada dirinya sendiri, artinya
semangat matiraga masih sangat jauh dan lebih dikuasai oleh nafsu belaka. Maka
kesedihan tersebut malah dilampiaskan dengan kebencian, kemarahan, frustrasi,
sakit hati, bahkan tidak sedikit orang mengambil jalan pintas dengan bunuh diri.
Ada beberapa hal yang dapat menghantar kesedihan menjadi kebahagiaan.
Pada situasi sekarang manusia tetap mengalami kegelisahan jika ada orang yang
melebihi dirinya, khususnya yang berkaitan dengan harta duniawi. Namun akan
melelahkan jika selalu berusaha untuk lebih dari orang lain. Karena sekaya
apapun orang tersebut, dia tetap merasa miskin. Sangat dibutuhkan untuk berkata
cukup pada diri sendiri serta mengarahkan pikiran secara bijaksana, agar
kebahagiaan bukan lagi jadi hal yang langka dalam hidup. Dengan demikian
meskipun miskin, orang akan tetap merasa cukup bahkan merasa berkelimpahan.
Mengingat bahwa begitu banyak pengalaman kesedihan membawa orang
kepada sikap putus asa, maka sangat penting sikap untuk mengelola harapan.
Harapan merupakan hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
tidak sedikit orang yang berharap, justru menjadi putus asa karena apa yang dia
harapkan tidak menjadi kenyataan. Maka dalam hal ini mengelola harapan artinya
menempatkan harapan sebagai sumber energi. Kita tetap memiliki harapan namun
membebaskan diri dari hasil yang diharapkan dengan menerima kenyataan
sekarang, bukan apa yang diharapkan sebelumnya (Gede Prama, 2007:53-59).
Berdasarkan pandangan dari tokoh-tokoh di atas dapat disimpulkan
tentang kebahagiaan sebagai berikut:
1) Kebahagiaan itu terletak dari rasa syukur dan melepaskan diri dari rasa takut
serta membiasakan diri untuk memberi. Kebahagiaan itu sangat sederhana, tapi
banyak orang tidak bahagia karena tidak terbiasa memberi.
2) Kebahagiaan adalah sebuah keputusan dari cara kita berpikir. Jika berpikir
yang membahagiakan akan bahagia, demikian juga sebaliknya. Namun
mengusai pikiran tidak mudah dan membutuhkan latihan.
3) Kebahagiaan merupakan suatu tindakan yang disadari untuk membahagiakan
yang dicintai bukan sekedar tangungjawab moral melainkan jauh melebihi
segala pertimbangan kewajiban. Hal ini diwujudkan dalam persahabatan
sebagai puncak kebahagiaan manusia. Cinta yang dimaksudkan di sini tidak
egoistik melainkan tindakan cinta yang membahagiakan demi yang dicintai
bukan yang mencintai.
4) Kebahagiaan itu ada 2 jenis yaitu kebahagiaan yang berakar ke luar dan
kebahagiaan ke dalam. Berakar ke luar, kebahagiaan yang tidak bertahan lama
berupa meteri, sementara yang berakar ke dalam kebahagiaan yang melewati
tangga-tangga kesedihan. Melalui pengalaman sulit orang dapat dikuatkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
maka perlu diolah supaya pengalaman sulit tidak mengantar pada sikap putus
asa melainkan pengalaman yang membahagiakan.
C. Kebahagiaan Sejati Fransiskan
Kebahagiaan sejati Fransiskan berpangkal pada kebahagiaan sejati St.
Fransiskus dari Assisi. Kebahagiaan Fransiskus seharusnya menjiwai para
pengikutnya dalam menjalani hidup sebagai religius Fransiskan. Kebahagiaan
sejati dialami oleh St. Fransiskus sebagai buah dari proses panjang dalam
pencarian kebahagiaan hidup. Dalam proses panjang itu Tuhan menuntun
Fransiskus untuk bersatu dengan-Nya dalam Yesus Kristus yang merendah.
Kesatuan itulah yang membahagiakan dia secara mendalam yang disebut dengan
kebahagiaan sejati. Berikut adalah proses pencarian kebahagiaan yang dialami St.
Fransiskus.
1. Masa Muda Santo Fransiskus
Dalam buku Kisah Tiga Sahabat yang sering disebut K3S, sangat jelas
diuraikan bagaimana pengertian dan pencarian Fransiskus untuk hidup bahagia.
Kebahagiaan yang didambakan Fransiskus memiliki kesamaan dengan orang-
orang pada umumnya. Ia mengartikan kebahagiaan itu sebagai rasa gembira,
sukacita, senang, damai, tenang. Seperti kebanyakan orang Fransiskus berpikir
bahwa kebahagian itu mesti diperjuangkan oleh manusia sendiri. Dalam arti yang
demikian Fransiskus memang mempunyai segalanya untuk mendapatkannya. Ia
sendiri berwatak periang dan berjiwa puitis. Ia adalah seorang anak pedagang kain
yang kaya, jadi ia mempunyai banyak uang. Fransiskus senang berkumpul, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
berpesta dengan teman-temannya dan ia sendiri menjadi pemimpin dalam
kelompok itu.
Fransiskus merasa bahagia dengan hidup seperti itu, sering disanjung,
dipuji-puji. Jelas bahwa kebahagiaan seperti itu berkaitan erat dengan kedudukan,
atau kehormatan, kekayaan yang membuatnya bisa berpesta pora dengan teman-
temanya. Tentu kebahagiaan yang demikian merupakan kebahagiaan yang dapat
diusahakan, dikerjakan, diraih oleh manusia (Celano, 1981: 2-3; bdk. Groenen,
2000: 32).
Fransiskus semakin berpikir untuk mendapatkan kebahagian yang lebih
mendalam, lebih bertahan lama yang dapat memuaskannya. Ia membayangkan
bahwa kebahagiaan seperti itu akan diraih kalau ia menjadi ksatria atau pahlawan.
Kesempatan untuk itupun tiba, ketika terjadi peperangan dengan kota tetangga,
Perugia; karena media untuk menjadi kesatria adalah perang dan menang. Akan
tetapi pada perang tersebut kota Assisi yang kalah maka Fransiskus dan kawan-
kawannya menjadi tawanan perang dan dipenjara di Perugia.
Dalam pengalaman serba susah di penjara, Fransiskus yang berwatak
periang, masih mampu menghibur teman-temannya. Namun pengalaman sengsara
sebagai orang terpenjara dan pengalaman sakit membuat Fransiskus mulai
mempertanyakan seluruh jalan hidupnya. Ia kembali bertanya dalam hati:
‘Betulkah uang, kedudukan, kehormatan dapat menjamin kebahagiaan?’
Fransiskus meragukannya dan mulai tidak tertarik lagi pada hal-hal yang selama
ini dianggapnya membahagiakan (Celano, 1981: 4-5; bdk. Gobry, 1978: 14-16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kebahagiaan yang dipahami
Fransiskus pada masa mudanya berkaitan dengan apa yang dimiliki. Kebahagiaan
merupakan hasil yang diperoleh manusia, seperti materi, kekayaan, kedudukan
atau kekuasaan. Artinya bahwa kebahagiaan itu juga, tergantung pada kondisi
hidup manusia itu sendiri.
2. Tuhan Menuntun Fransiskus Menuju Kebahagiaan Sejati
Thomas dari Celano, salah satu dari penulis-penulis biografi St. Fransiskus
Assisi, berkata bahwa Tuhan campur tangan dalam kegagalan Fransiskus
menjadi kesatria. Celano berkata bahwa Tuhan mengendalikan mulutnya,
menyerbu inderanya, mendatangkan kegelisahan batin dan gangguan badani.
Tuhan mengendalikannya justru supaya ia tidak binasa dan sebaliknya mau
menuntun dia mencapai kebahagiaan sejati melalui jalan yang diinginkan Tuhan
yaitu menjadi alat untuk mewartakan kemuliaan-Nya. Tentu saja campur tangan
dan rencana Allah ini tidak diketahui oleh Fransiskus (Celano, 1981: 1-4). Karena
kehadiran Allah tidak dapat dilihat dan didengar oleh telinga dan mata secara
fisik.
Bagi Fransiskus tampaknya berat untuk melepaskan seluruh kebiasaan lama.
Maka, ketika ada tawaran dan kesempatan untuk ikut berperang ke Apulia,
Fransiskus berpikir: ‘Siapa tau kali ini berhasil jadi kesatria’. Tetapi sekali lagi
Tuhan mencegat dia. Dalam rangka memenuhi ambisi itu Fransiskus mengalami
penglihatan di Spoleto, yang mengharuskan dia untuk kembali ke Assisi. Allah di
Spoleto adalah Allah yang bersuara: artinya Fransiskus sungguh mendengar suara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
yang berkata “Pulanglah ke tempatmu, di sana akan dikatakan kepadamu apa yang
harus kaubuat” (Groenen, 2000:37). Maka Fransiskus kembali ke Assisi dengan
gembira karena berharap bahwa kehendak Tuhan akan tersingkap baginya untuk
kebahagiaannya.
Pada suatu ketika Fransiskus, tiba-tiba bertemu dengan orang kusta.
Biasanya ia merasa jijik dan mau melempar uang saja kepada orang kusta, lalu
melarikan diri. Tetapi tiba-tiba timbul keinginan dari dalam dirinya untuk
mencoba merasakan kesusahan seperti orang kusta. Ia turun dari kuda, bergerak
menuju orang kusta dan melepaskan uang pada tangannya yang tak berbentuk,
dan Fransiskus merasakan sesuatu yang lain dalam dirinya. Pada saat itu
Fransiskus sungguh merasakan hakekat kekristenan: Fransiskus dapat merasakan
kehadiran Tuhan dalam setiap orang, bahkan dalam diri orang yang menderita,
seperti orang kusta tersebut. Dalam wajah orang-orang menderita Fransiskus
mampu melihat Tuhan sendiri. Karena itu memberi sedekah saja rasanya tidak
cukup, maka ia memberikan ciuman damai (Groenen,2000:47-51; bdk.
Celano,1981:14-15).
Kebahagiaan dalam kemanisan persaudaraan Kristiani-Injili ini terekam
kuat dalam hati dan ingatan Fransiskus sampai akhir hidupnya. Hal itu tertuang
dalam Wasiatnya yang didiktekannya beberapa saat sebelum meninggalnya.
Peristiwa misterius itu dilihatnya sebagai pembalikan tata nilai: yang dahulu pahit,
sekarang menjadi manis (Ladjar, 2006: 193).
Selain peritiwa di atas Fransiskus juga dituntun Allah ketika ia berjalan
lewat dekat Kapel San Damiano, yang hampir roboh dan telah lama ditinggalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
orang. Ketika Fransiskus masuk untuk berdoa, Fransiskus berada persis didepan
Salib. Secara tiba-tiba Fransiskus merasa lain. Ia melihat gambar Kristus yang
tersalib memanggilnya. “Fransiskus, pergilah, perbaikilah rumahku, yang hampir
roboh”. Fransiskus sangat terkejut dan takut. Sejak saat itu dalam hatinya timbul
rasa iba pada Dia yang tersalib. Allah yang dialami St. Fransiskus di Kapel San
Damiano adalah Allah yang bersuara dan berwajah Yesus Kristus yang tersalib.
Dengan suka cita ia mengambil kain-kain dari tokoh ayahnya dan bersama
kudanya dijualnya di Foligno, lalu seluruh uang diberikan kepada pastor di gereja
tua itu (Groenen, 2000: 52-53)
Setelah peritiwa kedua di atas perjumpaan dengan orang kusta dan
mendengar suara dari salib, maka di depan Uskup Assisi dan ayahnya, dalam
sebuah Pengadilan Gereja, Fransiskus menegaskan pilihan hidup selanjutnya.
Adapun pilihan hidup yang ditegaskan Fransiskus yaitu mengabdi Allah saja.
Pada saat itu Fransiskus berkata demikian: Dengarlah kalian semua, sampai
sekarang Pietro Bernardone adalah ayah saya, tetapi selanjutnya, Bapa kami yang
ada di surga. Lalu setelah dikenakan uskup mantol kepada Fransiskus, karena ia
telah melepaskan semua pakaian di badannya, ia berlari ke dalam hutan sambil
bernyanyi gembira, memuji Allah. Ia berbahagia secara mendalam, justru ketika
ia melepaskan semua yang diandalkannya selama ini yaitu materi, uang,
kekuasaan, kemuliaan, dan hanya mengandalkan Bapa di surga (Groenen, 2000:
65-67).
Ketika mendengar penjelasan dari pastor tentang maksud Injil yang
dibacakan pada pesta Rasul Matias, yaitu tentang perutusan para murid Yesus,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Fransiskus bersorak kegirangan dan berkata: “Inilah yang kucari, inilah yang akan
kulakukan dengan dengan segenap hatiku” (Celano, 1981: 18). Walaupun
Fransiskus telah membuat keputusan di depan uskup Assisi yang telah
diungkapakan di atas, sesungguhnya ia belum tahu bagaimana bentuk kehidupan
pengabdian kepada Allah. Fransiskus telah mencoba hidup di beberapa biara,
tetapi merasa bahwa bentuk kehidupan itu tidak cocok baginya. Akan tetapi
setelah penjelasan yang didengarnya pada pesta Rasul Matias tersebut Fransiskus
tahu apa yang harus dilakukannya. Maka Fransiskus berkeliling mewartakan
Kerajaan Allah dan pertobatan tanpa membawa apa-apa sebagai bekal hidup. Ia
sangat bergembira dengan penemuan ini dan dilaksanakannya tanpa menunda-
nunda.
Dari penyampaian singkat proses panjang pertobatan Fransiskus di atas jelas
bagaimana Allah menuntun Fransiskus secara tahap demi tahap menuju
kebahagiaan sejati. Secara singkat dapat dipaparkan sebagai berikut
a) Di Spoleto Allah menuntun Fransiskus dengan dengan seruan untuk tidak
meneruskan ambisinya menjadi pahlawan perang dan menyuruh dia kembali ke
Assisi. Ia kembali ke Assisi dengan gembira sambil mengharapkan bahwa
rencana Tuhan baginya akan tersingkap di Assisi.
b) Dalam perjumpaan dengan orang kusta ada dorongan dari dalam diri
Fransiskus untuk melakukan sesuatu yang tidak lazim dan kemudian ia
mengalami kemanisan persaudaraan bersama dengan orang kusta. Kebahagiaan
itu terekam kuat dalam hati dan ingatan Fransiskus sampai akhir hidupnya, dan
hal ini merupakan suatu pembalikan tata nilai dalam diri Fransiskus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
c) Fransiskus segera menempatkan diri pada undangan Kristus tersalib:
“Fransiskus, pergilah perbaikilah rumahku, yang hampir roboh “. Dengan suka
cita ia mengambil kain-kain dari toko ayahnya dan bersama kudanya dijualnya
di Foligno, lalu seluruh uang diberikan kepada pastor di gereja tua itu.
Fransiskus sungguh menanggapi suara tersebut secara harafiah.
d) Keputusan definitif di depan uskup untuk mengandalkan Allah saja dan ketika
melepaskan semua andalan duniawi justru membuat Fransiskus mengalami
kegembiraan yang mendalam. Kebahagiaan Fransiskus terletak pada Persatuan
dengan Allah sebagai jaminan kebahagiaan sejati.
e) Setelah mendapatkan penjelasan pastor tentang Injil yang dibacakan pada pesta
Rasul Matias Fransiskus bersorak gembira: “Inilah yang kucari, inilah yang
ingin kulakukan dengan segenap hatiku”. Ia sangat bergembira karena ia
menemukan bentuk dan cara untuk mengabdi kepada Allah.
3. Kebahagiaan Sejati Fransiskus
Berdasarkan proses kebahgiaan Fransiskus yang telah dipaparkan di atas
dapat dikatakan bahwa kebahagian bagi Fransiskus atau sesudah masa mudanya
berkaitan dengan rencana Allah. Kebahagiaan yang akan disingkapkan kepadanya
adalah persaudaraan dengan orang-orang tersingkir sebagai wujud perdamaian
dengan Allah dan perintah Tuhan untuk memperbaiki Gereja. Melalui
perjumpaan dengan Allah yang merendah dalam Yesus Kristus tersalib, pelepasan
dari hal-hal duniawi dan hanya mengandalkan Allah serta penemuan cara hidup
yang akan dijalani dalam mengabdi Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Maka kebahagiaan sejati tidak berkaitan dengan hal-hal duniawi. Justru
ketika Fransiskus meninggalkan semua yang duniawi itu, ia mengalami
kebahagiaan yang mendalam. Penulis Fioretti menyampaikan perumpamaan
yang diceritakan Fransiskus kepada saudara Leo, yang di dalamnya Fransiskus
mementaskan diri sebagai pelaku utama. Melalui perumpamaan tersebut
Fransiskus mau mengatakan bahwa sumber kebahagiaan/sukacita sejati bukanlah
keberhasilan. Disana dicontohkan ordo berkembang, menarik orang-orang
terkemuka di Eropa dan sukses dalam karya misalnya mentobatkan banyak orang,
semua ini bukanlah kebahagiaan sejati (Leo, 2005: 45-47). Sehubungan dengan
itu kebahagiaan sejati bukanlah perasaan-perasaan enak yang terjadi ketika semua
berlangsung sesuai dengan perhitungan dan keinginan manusiawi.
Seperti telah diperlihatkan di atas, kebahagiaan sejati berkaitan erat
dengan Allah. Sumber kebahagiaan adalah persatuan dengan Allah. Dalam dan
demi persatuan dengan Allah Fransiskus melaksanakan dengan gembira perintah
Allah memperbaiki Gereja. Hal itu ia mulai dengan menjalani hidup pertobatan
yang dilakukannya dengan sukacita. Dalam kesatuannya dengan Allah ia
membawa damai, persahabatan dengan semua orang, terutama dengan orang-
orang yang menderita, termasuk dengan musuh; ia juga berdamai dengan alam.
Bagi Fransiskus Allah itu konkrit dalam Yesus Kristus yang menjadi
manusia, berkeliling menjumpai orang, menderita sengsara, mati demi
keselamatan manusia, seperti dikisahkan dalam Injil. Maka persatuan dengan
Allah selalu berarti persatuan dengan Allah dalam Kristus yang merendah. Karena
persatuan dengan Allah itu menjadi jaminan kebahagiaan, keselamatan maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
persatuan dengan Allah itu terus-menerus dipelihara selama kehidupannya melalui
karya terutama doa. Begitu besar kerinduaannya untuk bersatu dengan Yesus
Kristus sehingga pada menjelang akhir hidup ia menginginkan keserupaan lahir-
batin dengan Yesus Kristus yang menderita. Setelah retret panjang di gunung La
Verna, ia menerima stigmata.
Kebahagiaan yang bersumberkan persatuan dengan Allah dalam Yesus
Kristus memberikan kekuatan rohani dan daya membangun. Maka orang yang
berbahagia akan tetap bertahan dan berkreasi dalam keadaan sulit sekali pun.
Dalam situasi konflik, ia tetap tampil membagi damai. Dalam situasi hidup serba
sulit, ia tampil memberi dorongan moril. Ketika secara fisik sangat lemah karena
sakit dan menjelang kematian Fransiskus menyapa maut sebagai “saudari”.
Dari ulasan kebahagiaan sejati Fransiskan yang telah dipaparkan di atas,
dapat dikatakan untuk mencapai kebahagiaan sejati mempunyai proses yang
cukup panjang dan membutuhkan latihan rohani. Hal ini dapat dilihat dari proses
yang dialami oleh Fransiskus dalam menemukan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan
sejati terletak pada pengalaman kesatuan dengan Allah.
Bagi Fransiskus kebahagiaan sejati itu tidak dapat dipengaruhi oleh situasi
dunia sekitar, tetapi juga tidak menghindarinya. Melainkan hidup ditengah situasi
dunia yang ada bahkan ketika hidup bersama orang miskin justru menjadi
ungkapan relasi yang intim dengan Tuhan. Maka Fransiskus mengajak setiap
saudara bergembira dalam setiap situasi yang sulit. Kegembiraan itu bukan ketika
mampu membuat lelucon dan membuat orang banyak tertawa, tetapi ketika setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
waktu menjadi kesempatan untuk melakukan kasih sebagaimana yang telah
dilakukan oleh sang Kasih itu sendiri.
Apa yang dipahami dan yang dialami oleh Fransiskus, berkaitan dengan
apa yang diungkapkan oleh Nouwen. Nouwen mengungkapkan bahwa
kegembiraan tidak tergantung pada situasi kehidupan yang gelap atau cerah,
berhasil atau gagal Pengalaman kegembiraan seperti ini karena adanya persatuan
yang mesra dengan-Nya. Maka kegembiraan itu mencakup seluruh kehidupan,
tidak mengesampingan kesulitan bahkan kematian sekalipun (Nouwen, 1988: 81).
Kebahagiaan sejati Fransiskan tidak berhenti pada suasana kegembiraan
dan canda tawa, sekalipun dalam persaudaraan situasi tersebut dapat diungkapkan
dan dinikmati bersama. Akan tetapi kebahagiaan itu pada kekuatan serta
kemampuan merasakan kasih Allah dalam segala situasi, khususnya pada situasi
sulit. Bahkan Fransiskus mengungkapkan bahwa sumber kegembiraan sempurna
adalah ketika pengalaman sulit dapat ditanggung dengan sabar, senang hati sambil
mengenang penderitaan Kristus dan hal ini dilakukan demi cinta akan Dia. Maka
yang menjadi sumber kegembiraan sempurna adalah cinta akan Kristus..
Untuk mencapai kebahagiaan Fransiskan ini pada akhirnya harus siap
dipandang dunia sebagai orang bodoh. Kemampuan untuk mengalami hal yang
demikian hanya jika ada rasa cinta yang mendalam akan pribadi Yesus. Maka
sangat dibutuhkan sikap yang radikal untuk mengikuti-Nya. Bahkan hal-hal yang
tidak masuk akal juga sangat dibutuhkan untuk mengalami kebahagiaan sejati
sebagaimana pengalaman yang telah dialami oleh St. Fransiskus sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
4. Ciri-ciri Orang yang Berbahagia Menurut Santo Fransiskus Assisi
Kebahagiaan sejati yang dimaksudkan Fransiskus adalah kebahagiaan
yang bersumber pada persatuan dengan Allah dalam Yesus Kristus. Adapun ciri-
ciri tersebut sebagai berikut:
a) Tetap sabar, tenang
Dalam bukun Fioretti disampaikan wejangan Fransiskus kepada Leo
tentang sukacita sejati. Dikatakan, dalam bentuk perumpamaan, bahwa
Fransiskus, seorang pendiri ordo yang dalam waktu singkat berkembang pesat,
pulang dari Perugia dan tiba di Porziuncula tengah malam pada musim dingin. Ia
mengetuk-ngetuk pintu dan saudara yang berada di dalam rumah yang enggan
menjawab serta membuka pintu pada akhirnya menjawab dengan kasar: “
enyahlah kamu, pencuru-pencuri kotor! Pergilah ke rumah miskin kerena kamu
bukan bermaksud untuk makan atau menginap di sisni” (Leo, 2005:47).
Fransiskus berkata bahwa kalau dalam situasi itu orang tetap sabar, itulah sukacita
sejati. Jadi kalau seseorang tetap sabar, tenang ketika diperlakukan secara tidak
adil, oleh saudara yang lain yang seharusnya diperlakukannya dengan baik, sopan,
orang itu adalah orang yang berbahagia.
b) Tetap percaya diri dan tidak sombong
Orang yang berbahagia tidak menganggap dirinya lebih lebih baik dari
yang lain, lebih tinggi apalagi merasa bahwa dirinya serba hebat, sekalipun
mendapat pujian atau penghormatan.. Sebaliknya tetap mampu percaya diri ketika
dihina, direndahkan sebab nilai seseorang terletak dalam relasinya dengan Tuhan
(Ladjar,2001:21-217).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
c) Rendah hati dan siap melepaskan
Religius yang berbahagia tidak berambisi, apalagi menggunakan segala
cara, untuk menjadi “atasan”. Ketika ia dipercayai untuk suatu tugas ia
menerimanya dengan rendah hati dan menjalankannya sebagai pelayanan. Ketika
masa jabatannya selesai ia siap, dan dengan senang hati melepaskannya (Ladjar,
2001:26).
d) Siap menerima kritik
Orang yang berbahagia menerima peringatan, tuduhan dan teguran dari
orang lain dengan sabar dan dengan senang hati. Ia melihat semua itu sebagai
bantuan bagi dirinya untuk memperbaiki dirinya sendiri.
e) Pertobatan Terus-menerus
Orang yang berbahagia bersedia untuk selalu melakukan pertobatan.
Sebab sekalipun ia tidak melepaskan diri sepenuhnya dari Allah namun, ia tetap
merasa bersalah jika sikap egoisme masih menguasai dirinya. Bahkan ketika gusar
terhadap dosa seorang saudarapun ia bersedia untuk bertobat dan dengan gembira
penuh kasih menegurnya sebagai saudara (Ladjar, 2001:212 ; bdk. Syukur, 2007:
83).
f) Memenangkan Keutaman
Dalam buku Fransiskus dan Karya-karyanya atau disebut dengan FAK,
keutamaan adalah anugerah Allah yang membuat orang menjadi tempat kediaman
Allah. Maka orang yang berbahagia, selalu mengusahakan agar Allah yang
berdiam dalam diri, mengusai dan merajainya. Adapun keutamaan yang
diperjuangkan adalah cinta akan Allah (Ladjar, 2001: 223 bdk; Bodo, 2003: 173)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Kebahagiaan sejati Fransiskan dipahami sebagai suatu cara atau sikap
dalam menanggapi kehidupan. Sikap yang dimaksudkan adalah mampu bersikap
sabar, tenang rendah hati dan sukacita meskipun dalam situasi sulit. Segala usaha
yang dilakukannya demi cintanya kepada Tuhan, maka ia tetap setia sekalipun
dalam penderitaan. Kemampuan untuk bersikap demikian disadari karena
anugerah Tuhan, maka relasi dengan Allah menjadi hal yang utama. Maka
akhirnya sumber kebahagiaan sejati adalah Allah.
Jadi kebahagiaan sejati Fransiskan bukan pada suasana tertawa dan
kesenangan tetapi lebih pada cara menanggapi kehidupan. Dalam arti ini tidak
berarti tertawa dan rasa senang disingkirkan, justru sebagai seorang Fransiskan
hal tersebut semestinya terpancar dalam persaudaraan dan karya pelayanan.
Pengalaman sulit tidak memadamkan semangat dalam persaudaraan atau
pelayanan, justru pengalaman sulit sebagai kesempatan ikut ambil bagian untuk
mengalami pegalaman Dia yang tersalib, sekaligus sebagai tanda cinta kepada-
Nya. Maka sangat wajar Fransiskus mengajak setiap saudara untuk bermegah atas
salib penderitaan dan kemalangan (Leo, 2005: 48 ; bdk. Groenen, 1986:43).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB III PEMAHAMAN DAN PENGHAYATAN
KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN PARA SUSTER YUNIOR FRANSISKANES SANTA ELISABET
Kongregasi FSE menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan dalam
persaudaraan dan karya pelayanan. Hal ini telah diwariskan sejak awal berdirinya
kongregasi, dengan menghayati semangat Santo Fransiskus dari Assisi. Untuk
menghidupi semangat tersebut, telah ditanamkan kepada para suster sejak masa
pembinaan. Maka penting melihat kembali sejauh mana hal itu tercapai
sebagaimana yang diharapkan.
Untuk mengetahui pemahaman dan penghayatan para suster yang berkaitan
dengan kebahagiaan sejati Fransiskan, maka akan dilakukan penelitian. Adapun
metode penelitian yang direncanakan adalah dengan melakukan wawancara
kepada para suster yunior dan pembimbing yunior sendiri serta melakukan studi
dokumen. Alasan pemilihan para suster yunior FSE sebagai responden dari
penelitian ini adalah karena masa yuniorat masih merupakan masa pembinaan.
Meskipun masih pada masa pembinaan, para suster yunior diharapkan sudah
mengetahui dan menghidupi kebahagiaan sejati Fransiskan tersebut.
A. Gambaran Suster Yunior Kogregasi FSE
Masa yuniorat merupakan langkah awal dalam hidup religius. Tahap ini
dimulai dengan mengikrarkan profesi religius. Dengan menjanjikan tiga nasihat
Injil para saudari digabungkan dalam satu tarekat yang membaktikan diri kepada
Allah lewat pelayanan Gereja (bdk. KHK. Kan.654). Dalam Anggaran Dasar III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Reguler menyatakan bahwa: “Kaul sementara dilaksanakan dalam bentuk janji
kepada Allah untuk mengikat diri kepada kongregasi dengan menghayati hidup
Injil dalam ketaatan, dalam kemiskinan, dan kemurnian (AD III Reg, 1984: 9).
Dalam kongregasi FSE, yuniorat merupakan masa peleburan atau penyatuan
ke dalam tubuh FSE. Maka masa yuniorat diharapkan menghantar para suster
yunior semakin memiliki identitas diri sebagai FSE. Maka tujuan pendidikan
masa yuniorat lebih mengutamakan pendalaman hidup FSE, bukan persiapan
untuk pelayanan (Pedoman Pembinaan, 2004: 31-32).
Dalam Kitab Hukum Kanonik 1983 dijelaskan: pembinaan para religius
setiap tarekat hendaknya diperhatikan sesuai dengan penghayatan khas tarekat.
Hal ini sudah dimulai sejak profesi pertama (KHK. Kan. 659). Artinya setiap
orang yang telah menggabungkan diri selayaknya mendapat pembinaan agar
semakin menghayati hidup sesuai dengan semangat tarekat.
Kongregasi FSE sungguh menanggapi pembinaan setiap anggotanya. Dalam
konstitusi FSE tahun 2000 ditegaskan bahwa: para suster yang berkaul sementara
mendapat pembinaan yang intensif dari pihak kongregasi baik untuk
perkembangan pribadi maupun untuk karyanya dalam kongregasi. Pelaksanaan
pembinaan ini diserahkan kepada tim pembina yang dianggap memiliki kompeten
untuk tugas itu.
Adapun bahan pembinaan yang dilakukan dalam kongregasi FSE meliputi
aspek kepribadian, kharisma kongregasi, kefransiskanan, hidup religius/kaul dan
aspek kerasulan. Demi tercapainya tujuan pembinaan yang dimaksudkan di atas,
sudah banyak bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan untuk suster yunior yaitu
weekend 3 (tiga) kali dalam setahun, triduum sebelum pembaharuan kaul,
bimbingan rohani setiap bulan kepada pembimbing rohani masing-masing dan
konsultasi rutin 3 (tiga) bulan sekali dengan pimpinan komunitas. Selain dari
pembinaan yang ditetapkan oleh kongregasi, para suster yunior juga diharapkan
meluangkan waktu untuk mengikuti kursus-kursus yang diadakan dalam tingkat
keuskupan.
Demi tercapainya tujuan pembinaan masa yuniorat, maka para suster yunior
diusahakan tinggal seputar kota Medan agar seluruh kegiatan dapat dilaksanakan
semaksimal mungkin. Adapun suster yunior yang berada di komunitas luar kota
Medan adalah karena alasan studi. Pembinaan ini dilakukan oleh tim pembina
dengan mengunjungi komunitas yang bersangkutan. Untuk itu pembina
melakukan kegiatan dengan menyatukan seluruh suster yunior di luar kota Medan.
Komunitas tersebut biasanya adalah komunitas Jakarta dan Yogyakarta. Selain
bimbingan tatap muka setiap tiga bulan sekali, diadakan juga bimbingan rutin
melalui surat menyurat.
Selama masih dalam profesi sementara, para suster wajib melaksanakan
pembinaan di atas. Waktu pembinaan berlangsung antara tiga sampai enam tahun,
dan dapat diperpanjang menjadi sembilan tahun dengan alasan tertentu. Misalnya
karena sakit, studi, pertimbangan pimpinan, atau permintaan sendiri.
Dalam KHK 1983 pada Kan. 657, dinyatakan bahwa profesi sementara
dapat diperpanjang atas wewenang dan hukum tarekat, namun tidak melebihi
sembilan tahun. Dengan kata lain batas akhir masa yuniorat adalah selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sembilan tahun. Maka dalam kongregasi FSE ada istilah menunda untuk berkaul
kaul kekal atau memperpanjang masa profesi sementara. Waktu yang
dimaksudkan di sini adalah antara enam sampai sembilan tahun.
Berikut adalah keberadaan para suster FSE yang saat ini sedang menjalani
masa yuniorat.
Tabel 3.1 Keberadaan Para Suster Yunior FSE
Tahun
Profesi Tempat Berkarya Komunitas Jumlah
I Rumah tangga Medan 4 Orang II Panti asuhan, rumah
retret, pendidikan dan rumah sakit
Medan 6 Orang
III Studi Jakarta dan Yogyakarta
2 Orang
IV Studi Medan, Jakarta dan Yogyakarta,
13 Orang
V Studi Medan dan Yokyakarta
3 Orang
VI Studi Medan dan Yogyakarta
3 Orang
VII Studi, Rumah sakit, Keuskupan
Medan dan Yogyakarta
5 Orang
VIII Rumah sakit Medan 1 Orang Jumlah: 37 orang
B. Penelitian Tentang Pemahaman dan Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Para Suster Yunior FSE
Banyak kaum religius merasa bangga terhadap orang kudus yang
dianugerahkan dalam Gereja, terutama ketika orang kudus tersebut menjadi
pendiri atau pelindung kongregasinya. Bahkan tidak jarang kaum religius merasa
bahwa orang kudus itu sudah menjadi milik ordo atau kongregasi, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
membandingkan orang kudus yang satu dengan yang lain. Demikian juga, para
suster yunior FSE sangat bangga akan cara hidup St. Fransiskus Assisi. Dalam hal
ini mereka tidak cukup hanya tinggal dalam rasa bangga saja. Diharapkan sebagai
suster FSE, mereka memiliki semangat hidup yang dimiliki oleh St. Fransiskus.
Kekhasan sebagai seorang Fransiskan hendaknya juga menjadi khas dalam hidup
para suster yunior.
Untuk memiliki kegembiraan sejati sebagaimana yang dimaksudkan
Fransiskus Assisi tentu tidak cukup hanya melalui pendidikan tentang Fransiskan
pada masa Novisiat. Oleh karena itu para suster yunior perlu dibina lebih serius
melalui kegiatan-kegiatan untuk mendalami spiritualitas Fransiskan secara khusus
kebahagiaan sejati Fransiskan.
1. Metodologi Penelitian
a. Latar Belakang Penelitian
Setiap pilihan hidup manusia, diharapkan memberi kebahagiaan bagi yang
menjalaninya. Menjalani hidup sebagai seorang yang terpanggil menjadi seorang
religius, juga diharapkan akan menjadi pilihan hidup yang membawa kebahagiaan
bagi yang menjalaninya.
Berawal dari keprihatinan penulis, yang melihat banyaknya keluhan dari
para suster senior FSE, terhadap para suster muda atau suster yunior FSE.
Keluhan tersebut antara lain adalah tidak tercapainya tujuan pembinaan para
suster yunior. Salah satu tujuan dari pembinaan tersebut adalah para suster yunior
diharapkan sudah memiliki semangat mencintai sebagai saudara, dan memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kegembiraan sejati Fransiskan, namun pada kenyataannya hal tersebut belum
tercapai (Hasil Pendalaman Bahan Kapitel Umum IV, 2012: 14-15).
Maka penulis menilai bahwa penting untuk meninjau hal tersebut lebih
dalam serta mengetahui faktor-faktor tidak tercapainya tujuan pembinaan tersebut
melalui penelitian. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, diharapkan dapat
menemukan sarana yang dapat membantu tercapainya tujuan pembinaan tersebut.
b. Tujuan Penelitian
1) Mengetahui sejauh mana pemahaman dan penghayatan kebahagiaan sejati
Fransiskan suster yunior FSE.
2) Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penghayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan yang merupakan salah satu tujuan pembinaan
suster yunior FSE.
c. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
suatu penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan
memahami sikap, pandangan, perasaan, dan prilaku individu atau sekelompok
orang (Moleong, 2009: 5). Pada penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen
kunci, artinya peneliti menjadi sumber utama dari penelitian. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif karena peneliti ingin meneliti sikap dan
pandangan dari para suster yunior dengan menggunakan pertanyaan terbuka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
d. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan sebagai pengumpul data penelitian
(Nana Sudjana, 1989: 97). Berikut adalah instrumen yang dipergunakan pada
penelitian ini.
1) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu
(Basrowi, 2008:127). Bentuk wawancara dalam penelitian ini adalah terstruktur
dengan mengajukan beberapa pertanyaan dalam bentuk tertulis kepada responden.
2) Studi Dokumen
Dokumen adalah setiap bahan tertulis atau film. Studi dokumen digunakan
sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan
untuk meramalkan (Maleong, 2009: 216-217). Dokumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dokumen resmi internal. Dokumen internal adalah aturan
dalam suatu lembaga yang digunakan dalam kalangan sendiri (Maleong, 2009:
219). Dokumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah hasil pendalaman
program dewan pimpinan umum 2010-2011 dan bahan kapitel umum IV 2012.
e. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di komunitas Medan, Jakarta dan
Yogyakarta Kongregasi FSE. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Desember
2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
f. Responden
Responden dalam penelitian ini adalah para suster yunior kongregasi
Fransiskanes Santa Elisabeth. Teknik penarikan sampel dengan menggunakan
Area Sampling dan purposive sampling. Area Sampling ialah teknik sampling
yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang
ada (Riduwan, 2008: 60). Purposive sampling ialah teknik sampling yang
digunakan karena pertimbangan tertentu misalnya dianggap orang tersebut paling
tahu tantang apa yang diharapkan peneliti (Sugiyono,2011: 219).
Berdasarkan teknik tersebut, penulis menentukan wakil dari suster yunior
yang ada dalam setiap komunitas suster FSE serta pembimbing yunior FSE yang
lebih mengetahui tentang pengalaman suster yunior FSE. Jumlah suster yunior
mulai dari tahun internalisasi sampai tahun ke VIII yang belum berkaul kekal
adalah 37 orang. Ada sembilan komunitas yang ditempati oleh para suster yunior.
Maka penulis menentukan bahwa jumlah responden yang diteliti sebagai wakil
dari setiap komunias yang ada adalah sebesar 20 orang dan ditambah 5 orang
pembimbing yunior. Jadi jumlah responden adalah 25 orang.
g. Variabel Penelitian
Adapun variabel Penelitian tertera dalam tabel berikut:
Tabel 3.2 Variabel penelitian
No Variabel Sr. Pembimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Yunior Yunior
Nomor Item
1 Pemahaman tentang kebahagiaan sejati
Fransiskan para suster yunior FSE
1 dan 2 1
2 Penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan
para suster yunior FSE
3, 4 dan 5 2
3 Faktor pendukung dan penghambat
penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para
suster yunior FSE
6 dan 7 3 dan 4
4 Harapan para suster yunior berkaitan tentang
penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan
8 dan 9 _
5 Harapan pembimbing yunior untuk suster
yunior tentang penghayatan kebahagiaan sejati
Fransiskan
5
2. Hasil Penelitian
Untuk mengetahui sejauhmana pemahaman dan penghayatan kebahagiaan
sejati para suster yunior sebagai Fransiskan, maka penulis melakukan wawancara
kepada yunior dan pembimbing yunior dalam bentuk tertulis kepada responden.
Adapun pertanyaan yang diajukan penulis memuat beberapa aspek yaitu
pemahaman, penghayatan, faktor pendukung dan faktor penghambat serta harapan
responden berkaitan dengan kebahagiaan sejati Fransiskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Penulis mengajukan bentuk pertanyaan yang sama, baik kepada yunior
maupun kepada pembimbing yunior. Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada
yunior sebanyak10 butir dan kepada pembimbing yunior sebanyak 5 butir.
Pertanyaan yang diajukan kepada yunior lebih banyak daripada kepada
pembimbing yunior, dengan alasan untuk mengetahui pengalaman yunior secara
lebih konkret. Berikut ini akan disajikan laporan hasil penelitian sesuai dengan
aspek yang mau diukur untuk mengetahui pemahaman dan pengahayatan
responden.
a. Hasil penelitian: Para suster yunior
Untuk mempersentasikan hasil penelitian penulis menggunkan rumus
sebagai berikut:
100%
Keterangan:
∑ = Jumlah Skor Item
N = Jumlah Responden
1). Pemahaman suster yunior tentang kebahagiaan sejati sebagai seorang
Fransiskan.
Pertanyaan: Apa yang saudari pahami tentang kebahagiaan sejati sebagai
seorang Fransiskan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
a) Hasil Penelitian
Tabel 3.3
Aspek Pemahaman Kebahagiaan Sejati Fransiskan N=20
No Jawaban Responden ∑ %
(1) (2) (3) (4)
1 Mampu bersyukur, sabar dan memaknai pengalaman hidup serta berpikir positif, dan dapat memaafkan orang yang menyakiti hati.
5 25
2 Mampu merasakan kebahagiaan walaupun terjadi sesuatu hal yang tidak diharapkan.
5 25
3 Suatu sikap yang mampu mesyukuri dan menerima dengan tulus iklas saat tidak diterima atau direndahkan.
3 15
4 Di dalam kegagalan atau penderitaan tidak putus asa, tetap berjuang dan semangat dibalik perjuangan itu mampu menemukan kebahagiaan
1 5
5 Kebahagiaan yang dialami dari persaudaraan, karya, lingkungan masyarakat, dapat menemukan kegembiraan dalam situasi apapun
1 5
6 Pengalaman menyenangkan maupun tidak menyenangkan menjadikan saya lebih dewasa dan menyadari bahwa Dia adalah segalanya bagiku
1 5
7 Mau menerima diri apa adanya serta menerima kelebihan dan kekurangan sesama, bahagia ketika membantu yang lemah, yang tidak dapat membalas apa yang telah diberikan
1 5
8 Rela menanggung duka, derita dan memperkuat citra diri, serta menggali bakat yang saya miliki sebagai anugerah Allah. Adanya kesadaran persatuan dengan Allah
1 5
9 Ketika mampu saling berbagi rasa dalam persaudaraan, mempu memberi diri dan menerima orang lain sebagai saudara
1 5
10 Selalu mampu memaknai pengalaman hidup, saat ditolak dimaknai sebagai anugerah dari Tuhan
1 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
b) Pembahasan Hasil Penelitian
Tabel 3.3 berisi tentang hasil wawancara dengan 20 responden.
Berdasarkan jawaban yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut, penulis
meringkasnya menjadi 10 butir jawaban tentang pemahaman kebahagiaan sejati
Fransiskan. Dari 10 butir jawaban tersebut, penulis membaginya menjadi 4 jenis
pemahanan responden tentang kebahagiaan sejati Fransiskan. Adapun keempat
pemahaman tersebut adalah sebagai berikut.
1) Kebahagiaan sebagai suatu sikap.
Bagi para suster yunior kebahagiaan sejati adalah suatu kemampuan untuk
bersyukur, rela memaafkan dan berpikir positif dalam menerima pengalaman
hidup. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di dalam diri dan tidak terkait
dengan apapun yang ada di luar diri. Yang diperlukan adalah rasa bersyukur
dengan apa yang kita terima (Vashdev, 2012: 231). Kebahagiaan terletak pada
rasa bersyukur seseorang untuk menerima hidupnya. Orang yang bersyukur
mampu berpikir positif sehingga dapat memaafkan orang lain. Maka dapat
dikatakan orang yang bahagia adalah orang yang bersikap positif dalam menerima
kehidupan.
2) Kebahagiaan merupakan keputusan
Menurut para suster yunior kebahagiaan sejati adalah kemampuan untuk
tetap mengalami kebahagiaan walaupun tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Kebahagiaan ditentukan dari bagaimana kita bereaksi terhadap apa yang terjadi,
dan yang memutuskan reaksi itu adalah kita sendiri (Matthews, 2000: 52).
Kebahagiaan dalam arti ini merupakan sebuah pilihan atau keputusan seseorang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
artinya seseorang tetap bisa bahagia karena ia memilih dirinya untuk bahagia.
Maka dalam situasi apapun, seseorang mampu mengalami kebahagiaan jika
memilih untuk tetap bahagia.
4) Kebahagiaan merupakan sesuatu yang real.
Menurut para suster yunior, kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang di
alami di tengah-tengah persaudaraan. Perwujudan kebahagiaan adalah ketika
mampu memberi kepada orang lain, meskipun orang tersebut tidak mampu
membalasnya. Kebahagiaan itu sangat sederhana yaitu melepaskan artinya
memberi, namun tidak semua orang dapat mengalami kebahagiaan karena kita
sering diajarkan untuk mendapat bukan untuk memberi (Vashdev, 2012: 228-
229). Kebahagiaan merupakan hal yang nyata dengan memberi sebagai bentuk
melepaskan dan sekaligus mempunyai pengaruh bagi orang lain.
5) Kebahagiaan merupakan suatu kemampuan untuk memaknai pengalaman
Menurut para suster yunior kebahagiaan sejati adalah ketika seseorang
mampu menemukan makna pengalaman ketika ditolak, menderita bahkan
direndahkan orang lain. Berkaitan dengan menemukan makna ketika ditolak,
Fransiskus memberikan contoh kepada saudara Leo. Saat mengalami pengalaman
ditolak mampu menerima dengan penuh cinta dan berpikir, bahwa Allahlah yang
menggerakkan hati orang tersebut untuk menghukum kita (Leo, 2005: 47).
Kemampuan untuk memaknai pengalaman merupakan kebahagiaan karena di sana
ditemukan rencana Allah untuk dirinya.
c) Tingkat pemahaman para suster yunior tentang kebahagiaan sejati sebagai
seorang Fransiskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan pemahaman
kebahagiaan sejati para suster yunior sebagai seorang Fransiskan terbagi dalam
empat sudut pandang yang meliputi; kebahagiaan adalah suatu sikap,
kebahagiaan merupakan sebuah keputusan, kebahagiaan merupakan hal yang real,
kebahagiaan merupakan kemampuan dalam memaknai pengalaman.
Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa sebagian suster yunior sudah
memahami kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan. Hal ini dapat dilihat
dari penjelasan St. Fransiskus kepada saudara Leo tentang
kebahagiaan/kegembiraan sejati. Disana dijelaskan kebahagiaan sejati memiliki
sikap sabar dalam menanggung derita, menerima dengan penuh cinta. Bahkan
dijelaskan bahwa ketika menanggung dengan sabar, senang hati sambil
mengenang penderitaan Kristus yang terpuji, dan menahan semua demi cinta
akan Dia, maka itulah sumber kegembiraan sempurna ( Leo, 2005: 45-48).
Selain itu pemahaman para suster yunior tentang kebahagiaan sejati sepaham
dengan beberapa tokoh yang telah diungkapkan pada bab II. Tokoh yang
dimaksud adalah Vashdev dan Matthews, dimana mereka mengungkapkan
bahwa kebahagiaan terletak pada rasa syukur, serta kebahagiaan merupakan
sebuah pilihan atau keputusan.
2). Salah satu contoh kebahagiaan sejati menurut St. Fransiskus
Pertanyaan: Berikanlah salah satu contoh kebahagiaan sejati menurut St.
Fransiskus?
a) Hasil Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 3.4 Aspek Pemahaman Kebahagiaan Sejati Fransiskan
N = 20
No Jawaban responden ∑ %
(1) (2) (3) (4)
1 Saat Fransiskus ditolak, di usir ia tidak kecewa namun mampu menanggungnya dan bersyukur atas hal itu
9 45
2 Ketika Fransiskus mencium orang kusta, yang dulunya merasa jijik kini menjadi kemanisan
3 15
3 Ketika Fransiskus melepaskan kenikmatan duniawi dan saat Fransiskus merasakan penderitaan Kristus ia mengalami kebahagiaan
1 5
4 Ketika seseorang ditolak tetapi tidak putus asa melainkan mampu bersyukur dan melihat hal yang positif
1 5
5 Katika saya membawakan dalam doa bagi saudari yang egois saya mengalami kebahagiaan, dan saya sadari bahwa semuanya hanya untuk Tuhan
1 5
6 Dalam segala sesuatu mencoba untuk menemukan kebahagiaan, bahkan meminta penderitaan sebanyak-banyaknya, karena di balik derita itu Fransiskus menemukan sukacita sejati
1 5
7 Ketika Fransiskan meninggalkan hidupnya yang mapan, melepaskan pakaianya di depas uskup dan ia mengenakan jubah pengemis
1 5
8 Ketika saya ditolak oleh saudari lain, tetapi hal itu tidak membuat saya terhambat untuk tetap berbuat baik, namun menjalaninya sebagai suatu rahmat
1 5
9 Ketika mengalami penolakan dari orang lain, tidak dipedulikan, tetapi bersyukur dan tidak menaruh benci dalam hati, maka akan mengalami kebahagiaan sejati.
1 5
10 Fransiskus selalu bergembira untuk mengikuti Yesus dengan mau hidup bersama orang hina, di tengah-tengah orang miskin yang tidak berdaya dan orang kusta mejadi pokok sukacita dan kegembiraannya
1 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
b) Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 3.4 penulis menemukan 20 butir jawaban dari 20
responden, kemudian penulis meringkasnya menjadi 10 butir jawaban tentang
salah satu contoh kebahagiaan sejati menurut St. Fransiskus. Selanjutnya 10 butir
jawaban tersebut dikelompokkan menjadi dua jenis bentuk jawaban berikut ini.
● Menurut pemahaman dan penghayatan St. Fransiskus
Menurut para suster yunior salah satu contoh kebahagiaan sejati menurut
St. Fransiskus adalah ketika St. Fransiskus ditolak dan diusir ia tidak kecewa,
tetapi menanggungnya dan tetap bersyukur, itulah kebahagiaan sejati.
Kebahagiaan yang demikian merupakan kebahagiaan sebagaimana yang dipahami
oleh St. Fransiskus, dan hal ini dijelaskan kepada saudara Leo sebagai contoh
kebahagiaan sejati (Leo, 2005: 47).
Jawaban para suster yang berkaitan dengan pengalaman St. Fransiskus
sendiri adalah ketika Fransiskus mencium orang kusta yang dulunya menjijikkan
bagi Franiskus. Fransiskus menjumpai orang kusta yang menjijikan, memberikan
uang dan memegang tangan terulur yang mulai membusuk lalu menciumnya. Saat
itu perasaan bahagia mengalir ke seluruh tubuh Fransiskus, dan hubungannya
dengan Tuhan bertambah kuat (Gobry, 1978:19).
Para suster yunior memberikan jawaban contoh kebahagiaan sejati St.
Fransiskus adalah saat Fransiskus meninggalkan kenikmatan dunia, akhirnya
kegembiraannya adalah mengikuti Yesus yang tersalib. Fransiskus bukan hanya
menolak harta ayahnya akan tetapi dengan penuh sukacita Fransiskus dengan rela
hati menerima konsekuensi atas pilihan hidupnya (Celano, 1981:12). Contoh ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
merupakan kebahagiaan yang dialami oleh St. Fransiskus pada masa
pertobatannya.
● Pemahaman dan pengalaman responden
Dari 20 responden sebanyak 30% jawaban lainnya merupakan suatu
pemahaman dan pengalaman responden sendiri. Para suster yunior memberikan
contoh orang yang mengalami kebahagiaan sejati ketika seseorang ditolak tetapi
tidak putus asa melainkan mapu bersyukur. Selain itu responden menjawab
pengalamannya ketika ditolak tetapi tidak menghambatnya melakukan hal yang
baik.
c) Contoh kebahagiaan sejati menurut St.Fransiskus sebagaimana yang dipahami
suster yunior FSE
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa para suster yunior sebagian besar sudah memahami contoh kebahagiaan
sejati menurut St. Fransiskus. Hal ini dapat dilihat dari contoh-contoh yang
diberikan di atas. Adapun yang mereka pahami dari contoh yang diungkapkan
adalah sesuai dengan pemahaman dan pengalaman St Fransiskus. Akan tetapi
masih ada sebagian para suster yunior belum mampu memberikan contoh
kebahagiaan sejati sebagaimana yang dimaksudkan oleh St Fransiskus sendiri.
3) Kebahagiaan Sebagai Suster FSE
Pertanyaan: Apakah saudari sungguh merasa bahagia sebagai suster FSE?
Berikan alasan yang jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
a) Hasil Penelitian
Tabel 3.5 Penghayatan kebahagiaan sejati
N = 20
No Jawaban Responden ∑ %
(1) (2) (3) (4)
1 Bahagia karena persaudaraan mendukung saya, menguatkan saya dalam panggilan, dan menghantar saya kepada Tuhan. Persaudaraan yang hangat dan secara khusus pelayanan terhadap sesama yang kecil dan menderita.
6 30
2 Bahagia sebagai FSE karena dapat mengaktualisasikan diri. Mengaplikasikan semangat St. Fransiskus walaupun belum seberapa.
4 20
3 Bahagia karena dapat menjadi pribadi yang luwes, jujur, dapat mencintai, menerima kekurangan, dan kelelebihan saudari-saudari serta menjadi tempat berbagi suka dan duka
3 15
4 Bahagia karena masih dapat setia menjalani panggilan 2 10
5 Bahagia karena melalui kongregasi FSE saya diarahkan untuk melihat kehidupan yang sesungguhnya, menghargai, menikmati, mensyukuri, memaknai pengalaman hidup dan hal ini saya terima lewat pembinaan maupun bimbingan.
2 10
6 Tidak bahagia karena tidak sesuai dengan apa yang saya pikirkan, banyak manipulasi ada saya temui siapa yang kuat itu menang
1 5
7 Bahagia karena tarekat telah mengajari dan mengenalkan saya pada kasih, sehingga dapat mengalami kasih dan merasakan kehadiran Alah dalam sesama secara khusus orang-orang kecil, dan pengalaman sehari-hari
1 5
8 Bahagia karena imanku semakin bertumbuh dan berkembang, bebas melakukan kehendak Bapa, yakni mengasihi orang kecil dan menderita
1 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
b) Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 3.5 di atas penulis membagi jawaban respoden, menjadi
dua kelompok sebagai berikut:
● Dari 20 responden sebanyak 95% merasa bahagia sebagai suster FSE. Alasan
kebahagiaan tersebut adalah karena tiga hal, yaitu karena suasana persaudaran,
spiritualitas kongregasi FSE, dan responden menemukan tujuan hidup dan
menjadi diri sendiri yang otentik dalam kongregasi FSE.
● Sebanyak 5% responden merasa tidak bahagia sebagai FSE, karena tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh suster tersebut.
c) Kualitas penghayatan kebahagiaan sejati suster yunior FSE
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa penghayatan kebahagiaan sejati suster yunior berkaitan dengan
keberadaannya sebagai suster FSE responden mengalami kebahagiaan sebagi
FSE. Adapun alasan kebahagiaan itu karena mengalami persaudaraan yang
mendukung, dapat mengaktualisasikan diri melalui spiritualitas kongregasi, saling
menerima satu dengan yang lain.
4) Pengalaman Kebahagiaan Sejati
Pertanyaan: Apakah saudari sudah mengalami kebahagiaan sejati
Fransiskan? Jika sudah atau sebaliknya, ceritakanlah pengalaman saudari.
a) Hasil Penelitian
Tabel 3.6 Penghayatan kebahagiaan sejati
N = 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
No Jawaban Responden ∑ %
(1) (2) (3) (4)
1 ‘Belum mengalami kebahagiaan sejati karena kebahagiaan masih dipengaruhi oleh situasi di luar diri. Terkadang tidak mampu menjalani panggilan. Tidak mampu mengalami kebahagiaan karena ditolak
6 30
2 Sudah karena saya berusaha menerima dan memahami saudari yang menyakiti atau menolak saya. Mampu melihat kebutuhan sesama, menjadi hamba yang rendah hati dan berusaha bertanggung jawab
2 10
4 Tidak ambil pusing tetapi mencoba mencari maknanya. Tetap bersyukur meski butuh perjungan. Tidak mau meneladani saudari yang saling mencurigai, tetapi lebih melihat makna
2 10
5 Sudah mengalami sedikit karena dulunya orang miskin, pencuri saya benci tetapi saya semakin menyadari itu juga kemiskinan saya dan mendoakan mereka. Ketika ditolak tapi saya coba membawakannya dalam doa.
2 10
6 Sudah berjuang untuk memberi senyum kepada suster yang memarahi saya, walaupun saat dia tidak ada saya kembali menggerutu. Sudah karena saya dapat mendengarkan dan memberi nasihat kepada sudari yang mengalami pengalaman pahit
2 10
7 Kadang-kadang mengalami kadang tidak, karena saat dicueki saya mampu bersikap bebas, namun adakalanya saya menangis di kamar. Kadang mampu menerima teguran tapi juga adakalanya sulit diterima
2 10
8 Kebahagiaan sejati tergantung bagaimana memaknainya, secara pribadi melakukan sikap netral kepada saudari yang menjadi batu sandungan.
1 5
9 Kurang mengalami kebahagiaan tersinggung dan tidak ramah karena kata-kata seorang suster
1 5
10 Kebahagiaan yang saya alami belum sepenuhknya karena mudah mengeluh, kurang berpikir positif, kurang mampu mengusai diri.
1 5
11 Mengalami kebahagiaan ketika saya mendapat pergulatan di komunitas, tidak didukung, dipandang remeh, tetapi saya merasakan bahwa rahmat Tuhan melimpah dalam diri saya.
1 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
b) Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 3.6 penulis meringkas jawaban responden menjadi 11
butir jawaban dan mengelompokkan jawaban tersebut menjadi 3 bagian berikut
ini.
● Sebanyak 20% responden sudah mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan,
karena sudah sesuai dengan pengalaman responden, dimana responden
berusaha untuk menerima dan memahami serta mampu melihat kebutuhan
saudari yang lain. Selain itu responden dapat menemukan makna dalam
pengalaman hidup sehari-hari, dan berjuang untuk memberi yang terbaik.
● Sebanyak 30% responden belum mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan
karena kebahagiaan responden masih dipengaruhi oleh situasi dari luar dirinya.
Hal tersebut membuat responden tidak mampu menjalani panggilan, dan ketika
ditolak tidak mampu mengalami kebahagiaan.
● Sebanyak 50% responden ragu dalam menjawab apakah sudah mengalami
kebahagiaan sejati Fransiskan atau belum. Hal ini dilihat dari jawaban
responden yang mengatakan kadang-kadang, sedikit atau belum sepenuhnya.
Bahkan ada responden yang hanya mengungkapkan ciri-ciri orang yang
mengalami kebahagiaan tetapi responden tidak memiliki pengalaman
kebahagiaan sendiri.
c) Tingkat pengalaman kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior FSE
Berkaitan dengan pengalaman responden dari hasil penelitian dan
pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa para suster yunior FSE sebagian besar
belum mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan. Sedangkan sebanyak 20%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
suster yunior yang sudah mengalami kebahagiaan adalah karena faktor situasi
persaudaraan yang mendukung.
5) Pengalaman kebahagiaan dalam persaudaraan
Pertanyaan: Ceritakanlah salah satu pengalaman kebahagiaan saudari
dalam persaudaraan.
a) Hasil Penelitian Tabel 3.7
Penghayatan Kebahagiaan Sejati N = 20
No Jawaban Responden ∑ % (1) (2) (3) (4) 1 Dalam persaudaaraan dapat saling menghibur, sharing,
saling menegur walau beda suku, dan umur. 5 25
2 Saat makan bersama dalam persaudaraan saling mendengarkan, membahagiakan saudari lain.
3 15
3 Ketika saya mengalami banyak tantangan dipersalahkan, dipojokkan. Namun ketika saya membawakan dalam doa saya menjadi lebih berpikir positif dan menyadari sebagai ujian untuk kesetiaanku
3 15
4 Bagi anggota komunitas yang kurang akur ada saling memaafkan untuk memulai relasi yang lebih baik
2 10
5 Diterima berkaul 1 5 6 Ketika mendengar ungkapan lapar dari saudari yang
sudah lansia, mengubah hatiku yang tadinya jengkel menjadi lembut dan lebih sabar
1 5
7 Ketika ulang tahun para suster di komunitas sangat mendukung lewat doa, sapaan dan perhatian lainnya
1 5
8 Ketika seorang saudari yang tidak pernah terlibat di komunitas, namun pada saat itu dia ikut ambil bagian dan dia juga bisa diganggu hal itu sangat menggembirakan saya
1 5
9 Ketika saya sakit, tetapi ada seorang saudari yang cuek, namun dengan doa saya dapat menerimanya walau awalnya saya sakit hati dan dapat memaafkannya
1 5
10 Ketika saya dimarahi oleh seorang suster dan saya diusir di depan teman-teman saya. Tidak lama kemudian dia memanggil saya latihan koor dan tersenyum, hal itu membuat saya bahagia
1 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
11 Ketika ada saudari yang selalu memperhatikan keluarganya, saya sharingkan kepada saudari yang lain akhirnya saya mampu menerima situasi suster tersebut walau dengan proses.
1 5
b) Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 3.7 di atas penulis mengelompokkan pengalaman
responden menjadi dua jenis pengalaman kebahagiaan dalam persaudaraan.
Berikut adalah jenis pengalaman kebahagiaan dalam persaudaraan.
● Suasana dalam persaudaraan
Berkaitan dengan suasana persaudaraan sebanyak 60% responden
mengalami pengalaman kebahagiaan. Adapun pengalaman kebahagiaan tersebut
dialami pada suasana persaudaraan yang saling mendengarkan, komunitas yang
saling memaafkan, pada saat perayaan ulang tahun, dan pada saat diterima
berkaul.
● Relasi dengan para suster yang lain
Sebanyak 40% responden mengalami kebahagiaan melalui relasi dengan
para suster. Adapun pengalaman kebahagiaan yang dialami para suster yunior
adalah ketika seorang saudari dapat mengubah dirinya yang sebelumnya cuek
dapat menjadi lembut. Saat mengalami banyak tantangan dalam relasi dengan
para suster, dapat dilihat sebagai ujian untuk kesetiaannya. Ketika sakit kurang
mendapat perhatian tetapi suater yunior mampu menerima situasi tersebut.
c) Tingkat pengalaman kebahagiaan responden dalam persaudaraan
Berdasarkan hasil peneltian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengalaman kebahagiaan responden dalam persaudaraan adalah karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
suasana komunitas yang harmonis, saat merasa diterima, saling meneguhkan dan
menghibur satu dengan yang lain. Selain itu responden juga mengalami
kebahagiaan melalui relasi dengan para saudari yang lain.
6) Faktor pendukung penghayatan kebahagiaan sejati
Pertanyaan: faktor-faktor apa saja yang mendukung saudari dalam
penghayatan kebahagiaan sejati Franssiskan?
a) Hasil Penelitian
Tabel 3.8 Aspek Pendukung Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan N =20
No Jawaban Responden ∑ % (1) (2) (3) (4) 1 Relasi dengan Tuhan, kedewasaan diri, refleksi, mampu
bersyukur, situasi komunitas, motivasi dalam menjalani panggilan
13 65
2 Dukungan persaudaraan dan keinginan untuk membuka diri
2 10
3 Sharing dari pengalaman para suster senior, doa-doa dan teladan para kudus
1 5
4 Lingkungan, pengalaman yang baik maupun yang tidak baik
1 5
5 Ketika dimarahi langsung minta maaf, dukungan saudari lain (teguran, saling bertanya)
1 5
6 Adanya kesadaran hidup bersama orang lain
1 5
7 Selalu ingat akan ketiga kaul dan berusaha untuk menjalaninya.
1 5
b) Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 3.8 di atas, penulis membagi jawaban responden
menjadi dua bagian. Jawaban tersebut berkaitan dengan faktor pendukung dalam
m enghayati kebahagiaan sejati Fransiskan yang dipaparkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
● Faktor intern/pribadi
Faktor intern adalah faktor pendukung dalam menghayati kebahagiaan
sejati Fransiskan yang berasal dari dalam diri atau pribadi responden sendiri.
Adapun faktor intern tersebut adalah memilliki relasi yang baik dengan Tuhan,
memliki kebiasaan berefleksi, kedewasaan diri, kesadaran hidup dengan orang
lain, kerendahan hati, dan selalu mengingat dan menghayati ketiga kaul.
● Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor pendukung dalam menghayati kebahagiaan
sejati Fransiskan yang berasal dari luar diri responden. Adapun faktor tersebut
adalah komunitas atau persaudaraan dan relasi dengan para suster.
c) Faktor-faktor pendukung penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para
suster yunior
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor
pendukung penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan, penekanannya lebih pada
diri sendiri daripada faktor yang lain. Artinya responden menemukan bahwa
faktor utama dalam penghayatan kebahagiaan sejati adalah diri sendiri dan
pentingnya kesadaran dan kebiasaan yang baik dalam diri responden. Responden
juga mengungkapkan bahwa lingkungan atau komunitas yang baik juga akan
mendukung dalam penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan.
7) Faktor Penghambat Pengahayatan Kebahagiaan Sejati
Pertanyaan: Faktor-faktor apa saja yang menghambat saudari dalam
penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
a) Hasil Penelitian
Tabel 3.9 Faktor Penghambat Penghayatan Kebahagiaan Sejati N =20
No Jawaban Responden ∑ % (1) (2) (3) (4) 1 Dari diri sendiri: merasa jenuh, ingin mendapatkan
kenyamanan, egois, curiga, tidak siap dikritik Dari luar: sikap saudari yang mengecewakan, menilai tidak objetif, kurang mendukung orang lain untuk berkembang
5 25
2 Mengeluh bila mendapat tantangan, hidup doa monoton/dangkal. Tidak mau mendengarkan
5 25
3 Kurang setia membina doa, komitmen dan dari luar diri saya kurang mendukung, dan berbagai godaan yang mempengaruhi diri
5 25
4 Bersikap egois, kurang rendah hati, kurang mau terbuka, mudah tersinggung dan tdak saba
4 20
5 Kurang bersyukur dan menerima kritikan orang lain 1 5
b) Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasakan tabel 3.9 di atas penulis membagi jawaban responden tentang
faktor penghambat penghayata kebahagiaan sejati Fransiskan menjadi dua bagian
yang dipaparkan sebagi berikut.
● Faktor intern
Faktor intern adalah faktor penghambat penghayatan kebahagiaan sejati
Fransiskan yang berasal dari diri responden sendiri. Adapun faktor-faktor
tersebut adalah adanya keinginan mendapatkan kenyamanan, sikap egois dan
sikap curiga, tidak siap dikeritik, keadaan doa yang menoton dan tidak mau
rendah hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
● Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor penghambat penghayatan kebahagiaan sejati
Fransiskan yaitu situasi lingkungan di luar diri responden. Adapun faktor-faktor
tersebut adalah persaudaran yang menilai tidak objetif dan kurang mendukung
orang lain untuk berkembang.
c) Faktor-faktor penghambat penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan
Berdasarkan hasil penelitian pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa faktor penghambat penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan bagi
responden adalah faktor dari diri sendiri dan faktor dari luar diri. Dari jawaban
responden diketahui bahwa faktor pribadi atau prilaku responden menjadi faktor
penghambat paling besar dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.
8) Harapan responden agar semakin mewujudkan kebahagiaan sejati
Pertanyaan: Apakah harapan saudari baik secara pribadi maupun bersama agar
penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dapat diwujudkan?
a) Hasil Penelitian
Tabel 3.10 Aspek Harapan Dalam Kebahagiaan Sejati
N = 20
No Jawaban Responden ∑ % (1) (2) (3) (4) 1 Meningkatkan hidup doa, mementingkan hidup bersama,
saling mendukung 6 30
2 Baik pribadi maupun bersama dapat semakin memahami dan mewujudkan kebahagiaan sejati
5 25
3 Saling mendukung dalam persaudaraan 4 20 4 Setiap orang menyadari panggilannya, berani keluar dari 1 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
zona aman 5 Saling berpikir positif, aturan tidak kaku, tidak menilai
secara subjektif 1 5
6 Agar iman saya didewasakan sehingga tidak mudah emosi 1 5 7 Baik bersama maupun pribadi semakin bisa melihat bahwa
ketidakenakan itu bukan sebagai penghalang melainkan sebagai kebahagiaan sejati, semakin mampu bermatiraga
1 5
8 Pembahasan/sharing pengalaman kebahagiaan sejati 1 5
b) Pembahasan Hasil Penelitian
Dari tabel 3.10 di atas jawaban responden yang berkaitan dengan harapan,
baik secara pribadi maupun bersama untuk semakin mewujudkan penghayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan dibagi menjadi dua bagian, yang dipaparkan
sebagai berikut.
● Harapan Pribadi
Responden berharap untuk semakin dapat mewujudkan penghayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan. Secara pribadi perlu meningkatkan hidup doa,
menyadari panggilan hidup dan berpikir positif, serta berharap agar pengalaman
yang tidak baik dapat menghantar kepada kebahagiaan sejati.
● Harapan Secara Bersama
Responden berharap agar penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan
semakin dapat diwujudkan. Untuk mencapai harapan tersebut maka responden
merasa perlu mendalami kebahagiaan sejati Fransiskan, juga agar setiap orang
menyadari panggilannya, saling mendukung dan menerapkan aturan secara tidak
kaku.
c) Harapan responden baik secara pribadi maupun bersama agar semakin
mewujudkan kebahagiaan sejati Fransiskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa harapan responden baik secara pribadi maupun bersama adalah perlunya
menyadari panggilan masing-masing, serta perlu pendalaman tentang kebahagiaan
sejati Fransiskan agar semakin dapat menghayatinya.
9) Usulan atau harapan terhadap kongregasi
Pertanyaan: Sebagai suster yunior apa usul anda terhadap Kongregasi agar
penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dapat diwujudkan?
a) Hasil Penelitian
Tabel 3.11 Aspek Harapan Para Suster yunior
N =20
No Jawaban Responden ∑ % (1) (2) (3) (4) 1 Mengadakan pendalaman tentang kebahagiaan sejati baik
yang sudah tua maupun muda, juga dalam pembinaan 5 25
2 Saling memberi dukungan dalam hidup bersama 3 15 3 Tidak membuat perbedaan antara suster yunior dengan yang
sudah berkaul kekal. Meningkatkan hidup persaudaraan 2 10
4 Masing-masing menyadari panggilan dan tugas perutusannya 2 10 5 Mengadakan retret, weekend, seminar atau rekoleksi
bertemakan kebahagiaan sejati 2 10
6 Masing-masing anggota dapat saling membahagiakan 1 5 7 Mengadakan pertemuan untuk mempererat persaudaraan 1 5 8 Antara suster yang yunior dengan suster senior tidak saling
mempersalahkan dan pentingnya mengembangkan semangat doa
1 5
9 Tentang kebahagiaan sejati diberikan sejak aspiran 1 5 10 Sharing pengalaman iman antara suster yunior dan senior agar
semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan 1 5
11 Pembinaan hidup doa para suster 1 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
b) Pembahasan Hasil Penelitian
Dari tabel 3.11 di atas penulis membagi jawaban tentang usul responden
terhadap kongregasi agar penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan semakin
dapat diwujudkan. Jawaban tersebut dibagi menjadi tiga bagian yang dipaparkan
sebagai berikut.
● Kegiatan konkret
Berkaitan dengan tindakan konkret, dari 20 jawaban sebanyak 50%
responden mengusulkan diadakan pendalaman tentang kebahagiaan sejati
Fransiskan misalnya dalam bentuk retret, rekoleksi atau weekend. Namun ada
responden mengusulkan agar pendalaman tersebut tidak hanya diberikan kepada
suster yunior tetapi juga suster senior. Selain itu juga ada usul agar dilakukan
kegiatan sharing antara suster yunior dengan suster senior. Sebanyak 10%
responden mengusulkan ada pertemuan untuk mempererat persaudaran dan
pembinaan hidup doa para suster.
● Sikap anggota persaudaraan
Sebanyak 40% responden mengusulkan agar penghayatan kebahagiaan
sejati Fransiskan semakin dapat diwujudkan dengan tidak membuat perbedaan
antara suster yunior dengan suter yang berkaul kekal. Selain itu untuk
meningkatkan persaudaraan, para suster perlu menyadari panggilannya masing-
masing, saling mendukung dan membahagiakan satu dengan yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
c) Kesimpulan usul para suster yunior terhadap kongregasi agar pengahayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dapat diwujudkan.
Dari hasil peneltian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
usul responden terbagi menjadi dua sudut pandang yaitu sebanyak 60%
mengusulkan diadakan kegiatan untuk mendalami kebahagiaan sejati Fransiskan
dan sebanyak 40% menekankan sikap atau prilaku setiap anggota agar semakin
dapat mewujudkan kebahagiaan sejati Fransiskan.
10) Usulan Program
Pertanyaan: Apakah saudari setuju jika diadakan pendalaman
iman/katekese tentang kebahagiaan sejati Fransiskna ? Mengapa ! berikan alasan
yang jelas
a) Hasil Penelitian
Tabel 3.12 Aspek harapan para suster yunior
N =20 No Jawaban Responden ∑ % (1) (2) (3) (4) 1 Setuju diadakan katekese untuk semakin memahami tentang
kebahagiaan sejati Fransiskan agar semakin dapat diwujudkan. Agar kebahagiaan sejati semakin dimiliki
13 65
2 Setuju, supaya diingatkan, atau disegarkan kembali 3 15 4 Setuju diadakan katekese agar semakin mengenal diri dan
tujuan hidup 1 5
5 Setuju supaya hidup para suster lebih Fransiskan lagi 1 5 6 Setuju agar semakin mengerti arti kebahagiaan dalam
persaudaraan 1 5
7 Diadakan katekese tidak hanya untuk suster yunior 1 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
b) Pembahasan Hasil Penelitian
Dari tabel 3.12 di atas sebanyak 100% responden setuju diadakan
katekese tentang kebahagiaan sejati Fransiskan. Dari 100% responden yang
setuju, sebanyak 65% responden setuju dengan alasan agar semakin memahami
dan memiliki kebahagiaan sejati Fransiskan. Sebanyak 15% responden setuju
dengan alasan supaya diingatkan atau disegarkan kembali tentang kebahagiaan
sejati Fransiskan. Sebanyak 5 % responden setuju dengan alasan agar mengerti
arti kebahagiaan dalam persaudaraan. Sebanyak 5% responden setuju dengan
alasan agar para suster lebih Fransiskan. Sebanyak 5% setuju dengan alasan untuk
semakin mengenal diri dan tujuan hidup. Sebanyak 5% responden setuju diadakan
katekese, namun tidak hanya untuk suster yunior tetapi juga untuk suster senior.
c) Kesimpulan usulan program mengadakan katekese tantang kebahagiaan sejati
Fransiskan.
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan para suster
yunior FSE setuju diadakan ketekese tentang kebahagiaan sejati Fransiskan agar
semakin memahami,dan memiliki kebahagiaan sejati Fransiskan. Selain itu
responden setuju dengan alasan untuk penyegaran, semakin mengenal diri dan
tujuan hidup. Akan tetapi suster yunior mengharapkan ketekse ini juga diadakan
terhadap para suster senior.
b. Hasil Penelitian: Pembimbing yunior
Dalam kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth setiap suster yunior akan
diberi kesempatan untuk memilih suster yang telah dipersiapkan kongregasi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
menjadi pembimbing rohani yunior. Jumlah pembimbing rohani yunior pada
priode terakhir ini adalah sebanyak 5 orang. Untuk mengetahui lebih dalam
pemahaman dan penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan suster yunior FSE,
penulis mengajukan 5 butir pertanyaan kepada pembimbing yunior. Adapun
jawaban yang diperoleh dari 5 orang suster pembimbing yunior serta rumus yang
digunakan berikut.
100%
Keterangan:
∑ = Jumlah Skor Item
N = Jumlah Responden
1) Pemahaman kebahagiaan sejati
Pertanyaan : Apakah suster yunior dapat dikatakan sudah memahami tentang
kebahagiaan sejati sebagi seorang Fransiskan? Berikan alasannya.
a) Hasil Penelitian
Tabel 3.13 Aspek Pemahaman Kebahagiaan Sejati
N= 5 No Jawaban Responden ∑ % (1) (2) (3) (4) 1 Ada yang belum ada yang sudah memahami karena ada
yunior yang belum paham secara teori apa itu kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan.
3 60
2 Secara teori memahami karena sejak masa novis dan yunior sudah diberikan dengan baik, juga buku-buku materi tersedia dengan lengkap
1 20
3 Sudah memahami karena sudah mampu menerima setiap saudari dan menanggung beban secara bersama
1 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
b) Pembahasan Hasil Penelitian
Dari tabel 3.13 di atas, penulis meringkas jawaban responden menjadi dua
jenis jawaban. Sebanyak 60% responden menjawab bahwa belum semua suster
yunior memahami kebahagiaan sejati Fransiskan. Sebanyak 20% responden
menjawab bahwa para suster yunior sudah memahami kebahagiaan sejati
Fransiskan, dengan alasan bahwa hal itu sudah diterima sejak pembinaan.
Sementara sebanyak 20% responden menjawab bahwa para suster yunior sudah
memahami kebahagiaan sejati Fransiskan, dengan alasan bahwa suster yunior
sudah mampu menerima setiap saudari dan menanggung beban bersama.
c) Tingkat pemahaman kebahagiaan sejati suster yunior menurut pembimbing
yunior
Berdasarkan hasil penelitian pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa menurut responden belum semua para suster yunior memahami
kebahagiaan sejati Fransiskan. Sebagian kecil memang sudah memahami
kebahagiaan sejati Fransiskan dilihat dari praktek hidup, namun sebagian baru
memahaminya secara teori.
2) Penghayatan kebahagiaan sejati
Pertanyaan: Apakah suster yunior sudah menghayati kebahagiaan sejati
sebagai seorang Fransiskan ? Berikan alasannya.
a) Hasil Penelitian
Tabel 3.14 Aspek Penghayatan Kebahagiaan sejati
N =5
No Jawaban Responden ∑ %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
(1) (2) (3) (4) 1 Ada yang sudah ada yang belum karena ada yang sudah
mampu bersyukur dalam menghadapi/mengalami tantangan, penderitaan dalam hidup, namun ada yang masih belum mampu mengalami hal itu, kebahagiaan masih dipahami kalau tidak ada tantangan, derita atau kesulitan
2 40
2 Sejauh saya perhatikan mayoritas belum menghayati karena kalau disampaikan sesuatu menyangkut doa, tapa dan tugas jarang spontan menerima, wajah cemberut, tidak siap sedia menanggapi saran. Kurang rendah hati, tidak ada perasaan bersalah
1 20
3 Suster yunior sudah menghayati karena berusaha kerjasama, saling mendukung, melayani sesama, rendah hati, ramah tamah
1 20
4 Belum menghayati karena masih banyak sikap yang menunjukkan bahwa kebahagiaan tersebut adalah situasi senang tapi semu
1 20
b) Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 3.14 di atas penulis membagi jawaban responden
menjadi 3 bagian berikut ini.
● Pembimbing yunior yang berfungsi sebagai responden adalah sebanyak 5
orang. Dari 5 orang pembimbing yunior tersebut, sebanyak 40% berpendapat
bahwa diantara suster yunior ada yang sudah menghayati kebahagiaan sejati
Fransiskan, namun demikian ada juga yang belum menghayati kebahagiaan sejati
Fransiskan tersebut.
● Sebanyak 40% responden berpendapat bahwa para suster yunior belum
menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Pendapat tersebut berdasarkan
pengalaman responden sebagai pembimbing yunior. Hal ini dilihat dari
kurangnya perhatian para yunior dalam hal doa, menanggapi teguran secara
negatif dan kebahagiaan hanya dapat dilihat pada saat-saat yang menyenangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
● Sebanyak 20% dari jumlah responden berpendapat bahwa para suster yunior
sudah menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan dengan alasan
sudah berusaha untuk bekerjasama dan saling mendukung.
c) Kualitas penghayatan para suster yunior tentang kebahagiaan sejati Fransiskan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa para suster yunior ada
yang sudah menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan, namun ada juga yang
belum menghayatinya.
3) Pendukung Penghayatan Kebahagiaan Sejati
Pertanyaan: faktor apa saja yang mendukung para suster yunior dalam
menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan?
a) Hasil Penelitian
Tabel 3.15 Aspek Pendukung Penghayatan Kebahagiaan Sejati
N =5
No Jawaban Responden ∑ % (1) (2) (3) (4) 1 Persaudaraan yang selalu berpikir positif, pembinaan bersama
maupun secara pribadi, relasi dengan Tuhan, kesadaran akan tujuan hidup/panggilan
1 20
2 Keinginan yang kuat menjadi seorang Fransiskan, pemahaman akan makna kebahagiaan sejati, keterbukaan, peran komunitas.
1 20
3 Hidup doa, kerendahan hati, kesederhanaan 1 20 4 Setia bimbingan, melakukan doa bukan karena terpaksa
dukungan dari komunitas, motivasi yang baik 1 20
5 Pembinaan terus-menerus dan memiliki komitmen dalam menata hidup sebagai FSE
1 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
b) Pembahasan Hasil Penelitian
Dari tabel 3.15 di atas jawaban responden dibagi menjadi dua bagian yang
mendukung penghayatan kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan. Adapun
kedua bagian tersebut dipaparkan di bawah ini.
● Sikap para suster yunior
Responden berpendapat bahwa hal-hal yang dapat mendukung
penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan tersebut bagi para suster yunior adalah
dengan membangun relasi dengan Tuhan. Selain itu keinginan yang kuat menjadi
seorang Fransiskan, memahami dan memaknai kebahagiaan sejati, terbuka,
sederhana, rendah hati, setia bimbingan memiliki motivasi yang baik dan
berkomitmen juga menjadi faktor pendukung kebahagiaan sejati Fransiskan.
● Komunitas atau suasana persaudaraan.
Responden melihat komunitas atau suasana persaudaraan menjadi faktor
pendukung pengahayatan kebahagiaan sejati Fransiskan. Hal tersebut karena
dukungan komunitas dan persaudaraan menjadi salah satu hal yang turut berperan
dalam pembinaan yunior.
c) Diemensi pendukung penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster
yunior FSE.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dilihat sebagian besar responden
berpendapat bahwa yang menjadi faktor pendukung para suster yunior dalam
menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan adalah sikap mereka dalam
menanggapi panggilannya. Sikap tersebut diantaranya adalah sikap dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
membangun relasi dengan Tuhan, bimbingan rohani serta membuka diri.
Sedangkan faktor yang lain adalah faktor dari komunitas atau persaudaraan.
4) Penghambat Penghayatan Kebahagiaan Sejati
Pertanyaan: Faktor apa saja yang menghambat para suster yunior dalam
menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan?
a) Hasil Penelitian
Tabel 3.16 Aspek Penghambat Kebahagiaan Sejati
N =5
No Jawaban Responden ∑ % (1) (2) (3) (4) 1 Doa kurang dibatinkan, kurang terbuka, kurang mampu
mengolah hidup, gaya hidup instan, daya juang yang lemah 2 40
2 Mengharapkan kebahgiaan dari luar diri, hidup doa yang kurang mendalam, komunitas yang kurang kondusif
1 20
3 Persudaraan yang kurang mendukung, kurang tekun dalam membina diri lewat pembinaan yang diberikan, melalaikan relasi dengan Tuhan, kurang kesadaran tujuan hidup/Allah memanggil.
1 20
4 Kurang pemahaman tentang kebahagiaan sejati, kurang kesadaran, pengaruh dunia jaman ini, terlalu diberi kemudahan
1 20
b) Pembahasan Hasil Penelitia
Berdasarkan tabel 3.16 di atas penulis membagi jawaban responden
menjadi tiga bagian yang menghambat penghayatan kebahagiaan sejati
Fransiskan. Adapun ketiga bagian tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
● Sikap para suster yunior
Responden berpendapat bahwa faktor penghambat penghayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior disebabkan oleh karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
kekurangtekunan membina diri, mengharapkan kebahagiaan dari luar, doa kurang
mendalam, gaya hidup instan dan daya juang lemah.
● Pemahaman dan penghayatan
Responden berpendapat bahwa para suster yunior kurang memahami
tentang kebahagiaan sejati serta kurang kesadaran diri dan memiliki tujuan hidup
yang kurang jelas.
● Persaudaraan
Responden berpendapat bahwa situasi komunitas yang kurang kondusif
juga menjadi salah satu faktor penghambat penghayatan kebahagiaan sejati para
suster yunior. Hal tersebut karena di komunitas seringkali para suster yunior
terlalu diberi kemudahan dalam memperoleh hidup dan terlalu banyak kompromi.
c) Dimensi penghambat penghayatan kebahagiaan Sejati Fransiskan bagi para
suster yunior FSE
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang
menghambat penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan bagi para suster yunior
adalah sikap para suster yunior dalam menanggapi panggilan hidupnya,
kurangnya pemahaman tentang kebahagiaan sejati serta persaudaraan yang kurang
mendukung.
5) Usul-usul
Pertanyaan: Berikanlah usul suster sebagai pembimbing, agar para suster
yunior dapat semakin menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
a) Hasil Penelitian
Tabel 3.17 Aspek Harapan Pembimbing Yunior
N =5
No Jawaban Responden ∑ % (1) (2) (3) (4) 1 Menanamkan kesadaran akan tujuan hidup, dalam pembinaan
mengajak yunior untuk menemukan nilai-nilai rohani, mendalami spiritualitas kongregasi, membina relasi dengan Tuhan
1 20
2 Diberi tantangan untuk melatih kerendahan hati, jangan terlalu diberi kemudahan
1 20
3 Agar para suster yunior menyadari perlunya bimbingan yang teratur, dan menyadari tugas dan kewajibannya sebagaimana yang tercantum dalam kostitusi dan stuta
1 20
4 Memberi pemahaman tentang kebahagiaan, meningkatkan daya juang para suster yunior
1 20
5 Secara kontinue diberi pengajaran tentang spiritualitas Fransiskan, melalui pertemuan rutin/weekend berhubungan dengan persaudaraan
1 20
b) Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 3.17 di atas jawaban responden sebagai usul untuk
semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan dibagi menjadi tiga bagian
yang dipaparkan sebagai berikut.
1) Harapan Terhadap Formator Kongregasi
Adapun usul-usul responden adalah agar para suster yunior semakin
mampu menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan, yaitu dengan memberikan
pembinaan dan mendalami spiritualitas kongregasi kepada para suster yunior
agar semakin memah+ami kebahagiaan sejati.
2) Harapan Kepada Para Suster Yunior
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Selain dari tindakan konkret yang dilakukan untuk membina para suster
yunior agar semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan, para suster
yunior diharapkan membangun relasi yang baik dengan Tuhan melalui hidup
doa.
3) Harapan Terhadap Kongregasi
Para pembimbing yunior sebagai responden berharap agar kongregasi ikut
dalam proses pembinaan para suster yunior dengan tidak memberikan
kemudahan kepada suster yunior dalam arti agar para suster yunior dilatih untuk
semakin rendah hati dan siap menghadapi tantangan.
c) Usul-usul para suster sebagai pembimbing yunior untuk menghayatai
kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas diperoleh kesimpulan
sebagai harapan dari responden sebagai pembimbing yunior. Adapun harapan
responden tersebut adalah agar kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dihayati
oleh para suster yunior dengan mendalami kembali spiritualitas kongregasi, dan
meningkatkan hidup doa, serta untuk membina diri melatih kerendahan hati.
c. Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis kepada
responden baik kepada suster yunior maupun kepada pembimbing
yunior,diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Berdasarkan aspek yang diukur berkaitan dengan pemahaman yunior tentang
kebahagiaan sejati Fransiskan yang terdapat pada pertanyaan item 1 dan 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
untuk yunior, dan pertanyaan pada item 1 pada pembimbing yunior sebagai
berikut:
Para suster yunior sebagian sudah memahami kebahagiaan sejati Fransiskan,
namun dilihat dari tabel serta penjelasan yang diberikan lebih banyak para
suster yunior belum memahami kebahagiaan sejati Fransiskan. Hal ini dapat
dilihat dari penjelasan yang diberikan, dimana pemahaman tentang
kebahagiaan sejati lebih mendekati pada pemahaman kebahagiaan yang
dipahami secara umum. Pendapat para suster yunior lebih mendekati pada
beberapa tokoh atau paham tertentu tentang kebahagiaan. Selain itu
pembimbing yunior juga berpendapat bahwa ada yang sudah memahami
kebahagiaan sejati dengan alasan sudah diberikan pada masa pembinaan, dan
sudah memahami karena dilihat dari cara hidupnya. Berdasarkan alasan
tersebut serta contoh yang diberikan para suster yunior yang terdapat pada item
dua, dapat disimpulkan masih sedikit atau lebih banyak para suster yang belum
memahami kebahagiaan sejati Fransiskan.
2. Berkaitan dengan aspek penghayatan, mayoritas para suster yunior dapat
dikatakan belum menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan.
Berdasarkan jawaban para suster yunior tentang penghayatan dan pengalaman
mereka yang terdapat pada item 4 dan 5 serta alasan kebahagiaan mereka
sebagai suster FSE (item 3) masih pada kebahagiaan manusiawi pada
umumnya. Para suster yunior merasa bahagia sebagai FSE karena suasana
persaudaraan dan kekhasan kongregasi. Selain itu pembimbing yunior
berpendapat bahwa mayoritas para suster yunior belum menghayati (item 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Hal ini dapat dilihat dari cara dan sikap suster yunior dalam menanggapi
pengalamannya. Para suster yunior juga dilihat masih sulit menerima
tantangan, atau pengalaman yang kurang baik dan sulit menerima teguran.
Adapun suster yunior yang sudah menghayati kebahagiaan sejati dilihat dari
kemampuan menerima setiap saudari dan berusaha melayani kebutuhan saudari
yang lain.
3. Ada dua hal yang menjadi faktor utama yang berkaitan dengan faktor
pendukung dan penghambat pengahayatan kebahagiaan sejati kebahagiaan
Fransiskan.
Para suster yunior (item 6 dan 7) maupun pembimbing yunior (item 3 dan 4)
yang menjadi faktor pendukung dan penghambat adalah dari diri yunior sendiri
dan dari komunitas. Berdasarkan alasan yang diberikan faktor yang paling kuat
adalah sikap yunior sendiri yang kurang membina diri, misalnya semangat doa,
kurang memahami kebahagiaan sejati, sikap egois dan kurang rendah hati dan
kurang semangat, serta daya juang rendah. Selain itu suasana komunitas
memiliki peran penting menjadi faktor pendukung dan sekaligus penghambat
penghayatan yunior. Jika komunitas bersikap positif akan memberi pengaruh
yang baik untuk mendukung para suster yunior dalam menghayati kebahagiaan
sejati Fransiskan. Akan tetapi jika komunitas bersikap negatif akan memberi
pengaruh negatif bagi para suster yunior dan menghambat mereka dalam
menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.
4. Pembimbing yunior berharap agar para suster yunior semakin menghayati
kebahagiaan sejati Fransiskan. Maka pembimbing yunior memberikan usul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
agar diadakan pendalaman spiritualitas kongregasi dan pemahaman tentang
kebahagiaan sejati.
5. Setelah melihat hasil penelitian yang dilakukan tentang pemahaman dan
pengahayatan kebahagiaan sejati para suster yunior sebagai seorang
Fransiskan, penulis berpendapat bahwa para suster yunior pada umumnya
belum menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Hal ini berdasarkan atas
jawaban yang diberikan oleh para suster yunior maupun pembimbing yunior
sebagai responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil pendalaman bahan
kapitel umum yang menyatakan bahwa para suster yunior belum menghayati
kebahagiaan sejati Fransiskan yang merupakan tujuan pembinaan masa
yuniorat.
6. Untuk menanggapi keprihatinan kurang tercapainya tujuan pembinaan yang
berkaitan dengan kebahagiaan sejati Fransiskan, maka penulis mengusulkan
program untuk menanggapi keprihatinan tersebut. Adapun program yang
diusulkan penulis dengan mengadakan katekese model Shared Christian
Praxis yang disebut dengan SCP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
BAB IV SUMBANGAN KATEKESE SHARED CHRISTIAN PRAXIS
SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN SUSTER YUNIOR FSE
Pada bab sebelumnya, diketahui bahwa para suster yunior FSE belum
memahami dan menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Maka pada bab ini
akan dipaparkan suatu rancangan atau kegiatan baru untuk menanggapi
keprihatinan dan harapan responden dalam meningkatkan penghayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan. Dari hasil penelitian para suster setuju untuk
diadakan katekese tentang kebahagiaan sejati Fransiskan.
Maka penulis mengambil salah satu model katekes yaitu Shared christian
praxis atau SCP. Katekese model SCP diharapakan dapat membantu para suster
yunior untuk semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Bab ini akan
memaparkan katekese model SCP dan usulan program sebagai kegiatan
pembinaan suster yunior serta salah satu contoh persiapan kegiatan model SCP
yang dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi.
A. Katekese Model Shared Christian Praxis
Romo Heryatno Wono Wulung SJ, yang menyadur buku Thomas H.
Groome berpendapat bahwa shared Christian Praxis atau SCP berawal dari
kebutuhan para ketekis untuk menemukan suatu pendekatan berkatekese yang
handal dan afektif. Pendekatan tersebut mempunyai dasar teologis yang kuat,
karena menggunakan model pendidikan yang progresif dan memiliki keprihatinan
pastoral yang jelas. Proses katekese model SCP selain bersifat dialogis-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
partisipatif, peran dan keberadaan peserta sungguh sebagai subyek yang bebas dan
bertanggungjawab (Heryatno, 2012:1).
Dalam katekese model SCP pengalaman hidup peserta akan direfleksikan
secara kritis yaitu antara “tradisi” dan “visi” peserta dengan “Tradisi” dan “Visi”
Kristiani. Melalui refleksi kritis ini para peserta diharapkan mampu mengadakan
penegasan dan pengambilan keputusan demi terwujudnya nilai-nilai kerajaan
Allah (Sumarno Ds, 2011:14-15).
1. Tujuan Katekese Model Shared Christian Praxis
Sebagaimana ditegaskan oleh Pendeta Tabita Kartika Christiani berdasarkan
buku Thomas H. Groome, tujuan katekese Model Shared Christian Praxis adalah
untuk mewujudkan Kerajaan Allah di dunia. Artinya SCP sebagai cara atau
pendekatan membantu peserta menjadi rekan kerja Allah agar kerajaan-Nya
menjadi nyata di atas bumi.
Dapat dikatakan bahwa SCP dimaksudkan untuk membantu umat Kristiani
menghidupi imannya dalam mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah di dunia,
sehingga semua orang dan alam ciptaan mengalami nilai-nilai kerajaan Allah
(Kartika Christiani, 2008:24).
Melalui proses model SCP ini peserta diharapkan sampai pada sikap dan
kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru. Maka praksis
tersebut sungguh nyata sesuai dengan kondisi masyarakat setempat, sehingga
praksis tidak hanya berhenti antara pendamping dan peserta tetapi juga nyata
dalam hidup masyarakat itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
2. Tiga Komponen Pokok dalam Katekese Model Shared Christian Praxis
Adapun komponen-komponen yang dimaksudkan dalam katekese Model
Shared Christian Praxis adalah sebagai berikut.
a. Shared
Istilah shared merupakan pengertian komunikasi yang timbal balik, sikap
partisipasif, aktif dan kritis serta keterbukaan terhadap kehadiran sesama maupun
terhadap rahmat Tuhan dari semua peserta. Dalam komunikasi timbal balik atau
sharing, peserta saling terbuka baik saat mensharingkan pengalaman maupun saat
mendengarkan. Setiap peserta dan pendamping saling menghormati pengalaman
masing-masing dan mengakui eksistensinya sebagai subyek yang unik. Maka
sangat diharapkan dalam bertukar pengalaman ini para peserta dapat
berkomunikasi dengan hati (Groome, 1997:4).
Dalam sharing ini ada dua unsur, yaitu membicarakan dan mendengarkan.
Membicarakan berarti mengungkapkan apa yang sungguh dialami yaitu
menyampaikan kebenaran dari apa yang dialami sebagaimana adanya, bukan
sekedar apa yang didengar apalagi yang dipikirkan oleh orang lain. Mendengarkan
berarti melibatkan seluruh diri, sehingga dapat menemukan diri sendiri dan
menemukan kehendak Tuhan (Sumarno Ds, 2011:17).
b. Christian
Model Shared Christian Praxis mengusahakan supaya kekayaan iman
Kristiani dan visinya semakin terjangkau, dekat, dan relevan sesuai dengan situasi
peserta. Ada dua unsur pokok dalam model ini yaitu pengalaman hidup iman
Kristiani sepanjang sejarah (tradisi) dan visinya. Tradisi yang dimaksudkan di sini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
meliputi Kitab Suci, spiritualitas, refleksi teologis, sakramen, liturgi, seni dan
nyanyian rohani, kepemimpinan, kehidupan jemaat (Groome, 1997:2-3).
Sementara Visi “merupakan manifestasi konkret dari jawaban manusia terhadap
janji Allah yang terwujudkan dalam sejarah atau Tradisi”(Sumarno Ds, 2011:17).
Dalam model ini bagaimana menjadikan Tradisi dan Visi menjadi milik peseta
yang sekaligus menjadi kritik dan ukuran keberimanannya.
c. Praxis
Pengertian Praxis dalam model katekese ini tidak hanya sekedar praktek
yang merupakan lawan dari teori melainkan suatu tindakan yang sudah
direfleksikan yang meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia dan
mempunyai tujuan tertentu (Sumarno DS, 2011:15). Dalam unsur praxis
terkandung kesatuan dialektis antara praktek dengan teori yaitu kreativitas, antara
kesadaran historis dengan refleksi kritis yaitu keterlibatan baru yang dapat
dipertanggungjawabkan (Heryatno, 2012:6-7).
3. Langkah-langkah Katekese Model SCP
Adapun langkah-langkah Katekese Model Shared Christian Praxis adalah
sebagai berikut.
a. Langkah Pendahuluan
Tujuan pada langkah ini adalah untuk mendorong peserta untuk bertolak
dari pengalaman konkret mereka, sekaligus menjadi sumber utama untuk
menemukan topik berkatekese. Maksud dari langkah pendahuluan ini adalah
untuk menemukan tema seturut kebutuhan peserta. Langkah pendahuluan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
merupakan langkah awal sebelum pelaksanaan katekese. Jika dimulai dari langkah
pendahuluan, maka peserta ikut terlibat dalam menentukan tema (Sumarno Ds,
2011:18-19).
b. Langkah Pertama: Pengungkapan Praksis Faktual.
Langkah pertama bermaksud untuk mengajak peserta mengungkapkan
pengalaman hidup dan keterlibatan mereka. Pengalaman mereka dapat
diungkapakan dalam bentuk lambang, cerita, puisi, drama singkat, lukisan atau
bentuk lain yang dapat dimengerti oleh peserta lain. Selain mengungkapkan
pengalaman pribadinya, peserta juga dapat mengungkapkan pengalaman orang
lain atau keadaan masyarakat di sekitarnya. Hal ini dapat membantu peserta
menyadari apa yang sedang terjadi, serta keprihatinan-keprihatinan dalam Gereja,
masyarakat atau orang-orang tertentu di lingkungannya (Groome, 1997:11; bdk.
Sumarno Ds, 2011:19).
Dalam proses ini, pendamping sebagai fasilitator perlu memperhatikan
kondisi peserta dari segi jumlah, profesi, dan tempat agar prosesnya dapat berjalan
dengan baik dan tidak sampai menyinggung privacy peserta. Di samping itu
pendamping harus mampu menyadari tujuan dan pokok pikiran dasar dari langkah
pertama. Pertanyaan yang diajukan harus tepat, menyentuh dan membantu peserta
untuk terlibat (Groome, 1997:5 ;11-13) .
Peserta hendaknya tidak mempertentangkan antara praksis pribadi dengan
praksis kelompok atau masyarakat, karena keduanya saling berkaitan. Di samping
itu peserta diharapkan mampu mengungkapkan kesadarannya sendiri, sekalipun
bukan seperti yang diharapkan secara pribadi maupun kelompok. Maka dalam hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
ini perlu keyakinan iman, sehingga pengungkapan akan kesadaran itu semakin
mendalam (Groome, 1997:5 -11).
c. Langkah Kedua: Refleksi Kritis terhadap Komunikasi Praksis Faktual.
Pada langkah kedua peserta merefleksikan pengalaman yang telah
diungkapkan pada langkah pertama, untuk menghantar pada kesadaran kritis
terhadap pengalaman hidup pribadi dan hidup bermasyarakat. Melalui refleksi
tersebut fasilitator mendorong peserta, untuk sampai pada nilai dan visi yang akan
dikonfrontasikan dengan pengalaman iman Gereja sepanjang sejarah dan visi
Kristiani. (Sumarno Ds, 2011:20).
d. Langkah Ketiga: Mengusahakan Tradisi dan Visi Kristiani Menjadi
Terjangkau
Pada langkah ketiga, peserta mendialogkan “tradisi” dan “visi” mereka
dengan tradisi dan visi Gereja sepanjang sejarah. Maksudnya adalah supaya
perbendaharaan iman Kristiani dapat terjangkau, dan peserta terdorong secara
kritis dan kreatif mempribadikan makna dan warta gembiranya (Heryatno,
2012:22).
Dapat dikatakan bahwa pada langkah ini diusahakan agar tradisi dan visi
Kristiani dapat lebih terjangkau, mengena dan relevan bagi peserta. Fasilitator
membantu peserta dengan memberikan informasi, bukan mendikte atau memberi
pengajaran, tetapi sebagai partner peserta dalam mencari dan menegaskan
kehendak Allah yang diwujudkan dalam kehidupan mereka. Sehingga Visi
Kristiani yang merupakan pewahyuan Allah dapat terwujud. Visi utama tradisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
iman Kristiani adalah mewujudkan nilai-nilai kerjaan Allah di tengah-tengah
kehidupan manusia (Groome, 1997:19-20).
e. Langkah Keempat : Hermeneutik Dialektis antara Tradisi dan Visi
Kristiani Dengan Tradisi dan Visi Peserta
Pada langkah keempat, ditekankan interpretasi yang dialektis antara tradisi
dan visi peserta dengan nilai tradisi dan visi Kristiani. Hal ini dimaksudkan untuk
melahirkan kesadaran dan sikap-sikap baru yang hendak diwujudkan demi
penegakan Kerajaan Allah. Proses ini merupakan langkah yang cukup menantang
karena peserta tidak hanya menerima atau menolak interpretasi pendamping,
melainkan peserta sudah mulai berpikir, merasa, dan membayangkan apa yang
akan dilakukan (Heryatno, 2012:32-33). Peserta sungguh berusaha memahami,
menilai serta memutuskan pokok-pokok kebenaran Kristiani yang hendak
diwujudkan (Groome, 1997:30). Hal ini sekaligus menjadi pertanyaan bagi
peserta, bagaimana tradisi dan visi Kristiani dapat meneguhkan, mengkritik dan
mengembangkan hidup peserta demi terwujudnya Kerajaan Allah (Sumarno Ds,
2011:22).
f. Langkah Kelima : Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan
Allah
Langkah kelima ini mengajak peserta supaya mengusahakan metanoia yang
terus-menerus. Maka keputusan yang diambil pada langkah ini merupakan bagian
dari metanoia tersebut. Keputusan yang terjadi beranekaragam, baik dari segi
bentuk dan sifatnya, subjek dan arahnya. Keputusan secara pribadi menghantar
seseorang ke dalam pemahaman diri yang lebih dalam serta identitasnya sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
orang beriman. Pada akhirnya hal ini bersangkutan dengan segi interpersonal dan
sosial peserta (Groome, 1997:36).
B. Usulan Program Katekese Model Shared Christian Praxis dalam Meningkatan Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Bagi Para Suster Yunior FSE
1. Usulan Program
Untuk mengetahui situasi serta keprihatinan yang dialami para suster yunior
FSE, maka diperlukan keterbukaan diantara mereka. Dengan demikian setiap
pribadi mendapat peneguhan serta menemukan sikap untuk menanggapi situasi
yang dialami oleh setiap pribadi maupun bersama. Tujuan ini dapat dicapai
melalui katekese sebagai komunikasi iman.
Katekese model shared christian praxis merupakan salah satu model
katekese yang membantu suster yunior untuk saling bertukar pengalaman. Dalam
proses katekese ini setiap pengalaman peserta sungguh dihargai, dan setiap
pribadi mendapat kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannnya. Peserta
diharapkan tidak tergantung kepada pendamping atau orang lain, tetapi peserta
menjadi subyek yang aktif dalam seluruh proses katekese.
2. Alasan Pemilihan Program
Adapun kegiatan yang telah dilakukan selama ini dalam pembinaan yunior
antara lain retret, triduum, seminar, weekend dan rekoleksi. Penulis memilih
katekese model SCP dalam bentuk rekoleksi. Meskipun katekese model SCP
belum pernah dilaksanakan, tetapi diharapkan kegiatan ini dapat membantu para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
suster yunior FSE agar semakin mampu menghidupi kebahagiaan sejati
Fransiskan.
Dalam rangka pendalaman kebahagiaan sejati Fransiskan, melalui program
katekese akan dipilih tema-tema berdasarkan kebahagiaan sejati Fransiskan.
Kebahagiaan sejati Fransiskan yang dimaksudkan adalah sebagaimana yang telah
dijelaskan pada bab II dan hasil penelitian yang diperoleh pada bab III. Hasil
penelitian yang diperoleh pada bab III mengungkapkan bahwa masih sebagian
kecil suster yunior FSE yang sungguh memahami dan menghayati kebahagiaan
sejati Fransiskan. Untuk membantu para suster yunior mendalami kebahagiaan
sejati Fransiskan tersebut, dibutuhkan suatu model dan sarana tertentu. SCP
merupakan suatu model yang dapat dimanfaakan untuk menggali pengalaman
para suster yunior, yang nantinya diharapkan dapat membantu dalam penghayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan. Model ini sekaligus untuk menghilangkan budaya
bisu yang sering terjadi dalam pertemuan yunior.
3. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan
Alasan pemilihan tema untuk pembinaan para suster yunior adalah untuk
menanggapi keprihatinan dari tujuan pembinaan yunior yang belum tercapai
dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Pemahaman kebahagiaan para
suster yunior masih berhenti pada suasana senang serta mendambakan
kebahagiaan yang ditawarkan oleh dunia. Kesuksesan atau kehormatan dijadikan
sebagai ukuran kebahagiaan. Hal tersebut menimbulkan kurangnya kesadaran
bahwa Allah adalah sumber utama kegembiraan, sehingga hal-hal rohani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
terlupakan. Kesederhanaan dan kerendahan hati tidak lagi menjadi hal yang
menarik, sehingga setiap pribadi berusaha untuk selalu lebih dari orang lain.
Kenyataan tersebut membuat kebahagiaan yang diperjuangkan tidak sesuai
dengan semangat hidup Fransiskan.
Program pembinaan katekese model SCP ini akan dilaksanakan dalam
kegiatan rekoleksi setiap tiga bulan sekali pada akhir bulan. Alasan untuk
melaksanakan katekese model SCP dalam bentuk rekoleksi tiga bulan sekali
adalah karena para suster tinggal di komunitas yang jaraknya berjauhan. Alasan
yang lain adalah karena jadwal kunjungan pembimbing yunior untuk
melaksanakan bimbingan kepada yunior diadakan setiap tiga bulan sekali ke tiap
komunitas. Pelaksanaan rekoleksi dimulai dari Sabtu sore dan diakhiri pada
Minggu siang. Usulan program ini tidak bersifat kaku, tetapi disesuaikan dengan
situasi para suster dan tetap fokus pada tujuan yang dimaksud.
4. Perumusan Tema dan Tujuan
Menurut pembahasan sebelumnya, adapun tema umum dan tema-tema
khusus dirumuskan sebagai berikut:
Tema Umum: Mewujudkan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Suster Yunior FSE
Tujuan Umum: Agar para suster yunior FSE menjadi seorang religius yang
memperjuangkan kebahagiaan sejati Fransiskan, sehingga
semakin mengalami kebahagiaan sejati dalam panggilannya
seturut nasehat Injil.
Tema I: Kebahagiaan Sejati Sebagai Anugerah Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Tujuan: Agar para peserta semakin menyadari kebahagiaan sejati tidak
dapat dicapai hanya dengan usaha manusia sehingga semakin
berani mengandalkan rahmat Allah dalam seluruh
perjuangannya.
Tema II: Tantangan Menuju Kebahagiaan Sejati
Tujuan: Agar para peserta semakin menyadari bahwa untuk sampai
kepada kebahagiaan sejati akan mengalami berbagai tantangan,
sehingga kesulitan dan tantangan yang dihadapi bukan sebagai
penghalang tetapi melihatnya sebagai kesempatan untuk
mengalami kebahagiaan sejati.
Tema III: Sikap Lepas Bebas Sebagai Konsekuensi untuk Mengalami
Kebahagiaan Sejati
Tujuan : Agar peserta semakin menyadari pentingnya untuk tidak terikat
terhadap hal-hal materi dan jabatan serta hal-hal duniawi
lainnya, melainkan menjadi orang yang merdeka dalam
pelayanan mapun dalam persaudaraan.
Tema IV: Kesetiaan dalam persaudaraan sebagai Ungkapan Kebahagiaan
Sejati
Tujuan: Agar peserta semakin menyadari pentingnya membangun
kesetiaan dalam persaudaraan baik dalam suka maupun dalam
duka, sehingga keharmonisan persaudaraan tetap terpelihara
dan setiap saudari dapat mengalami kebahagiaan sejati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
5. Gambaran Pelaksanaan Program
Program rekoleksi bagi para suster yunior FSE yang akan dilaksanakan
empat kali dalam setahun, rencananya diadakan di Rumah Pembinaan Samadi
Maranatha Berastagi, Sumatera Utara. Rencana penentuan tempat ini adalah
karena para suster yunior FSE mayoritas tinggal di komunitas-komunitas
Keuskupan Agung Medan.
Waktu pelaksanaan rekoleksi ini ditargetkan selama dua hari, yaitu
dimulai Sabtu sore dan berakhir pada Minggu siang. Harapannya adalah agar
perkembangan para suster dapat diikuti oleh para pembina yunior sebelum
rekoleksi tiga bulan ke depan. Para suster junior diharapkan sudah mendalami
empat tema sebanyak empat kali pertemuan dalam setahun, yang dilakukan sesuai
dengan langkah-langkah dalam model SCP. Adapun tema yang telah disusun akan
dilaksanakan secara kontinu, dan setiap akhir pertemuan akan ditutup dengan
perayaan Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
6. Matrix Program Pembinaan Dalam Meningkatkan Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan
Para Suster Yunior FSE.
Tema Umum : Mewujudkan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Suster Yunior FSE
Tujuan Umum : Agar para suster yunior FSE menjadi seorang religius yang memperjuangkan kebahagiaan sejati
Fransiskan, sehingga semakin mengalami kebahagiaan sejati dalam panggilannya seturut nasehat
Injil.
No Tema Tujuan Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (5)
1 Kebahagiaan Sejati
Sebagai Anugerah
Allah
Agar para peserta semakin menyadari
kebahagiaan sejati tidak dapat dicapai
hanya dengan usaha manusia, sehingga
semakin berani mengandalkan rahmat
Allah dalam seluruh perjuangannya.
- Refleksi
- Sharing
- Pengambilan
keputusan
- Dialog
- Diskusi
Kelompok
- Teks lagu
- Teks cerita
Kegembiraan
sempurna
- LCD
- Laptop
- Lilin dan
Salib
- Mat 6: 25:1- 34
- Celano,
1981:2-6
- Groenen,
1986:41- 45
- Foley, 2007:47-
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
- Leks,
2003:178-185
2 Tantangan menuju
kebahagiaan sejati
Agar para peserta semakin menyadari
bahwa untuk sampai kepada kebahagiaan
sejati akan mengalami berbagai
tantangan, sehingga kesulitan dan
tantangan yang dihadapi bukan sebagai
penghalang tetapi melihatnya sebagai
kesempatan untuk mengalami
kebahagiaan sejati.
- Informasi
- Refleksi
- Sharing
- Pengambilan
keputusan
- Diskusi
Kelompok
- Hand out
- Teks cerita “
nelayan”
- Teks Lagu
- Panduan
refleksi
- Game
- Tali rafia
- Lilin dan
Salib
- Mat 19: 12-22
- Conti,
1986:129-140
- Bodo, 2003:61-
62
- Sumantri, 1996:
155
3 Sikap lepas bebas
sebagai
konsekuensi untuk
mengalami
kebahagiaan sejati
Agar peserta semakin menyadari
pentingnya untuk tidak terikat terhadap
hal-hal materi dan jabatan serta hal-hal
duniawi lainnya, melainkan menjadi
orang yang merdeka dalam pelayanan
mapun dalam persaudaraan.
- Nonton
- Refleksi
- Sharing
- Pengambilan
keputusan
- Diskusi
Kelompok
- LCD
- Film life is
beautiful
- Lap top
- Spidol
- Lilin dan
Salib
- Mat 13:44-46
- Groenen,
2000:32-36
- Celano,
1981:4-5
- AngrOr III
Reg Psl 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
4 Kesetiaan dalam
persaudaraan
sebagai ungkapan
kebahagiaan
Agar peserta semakin menyadari
pentingnya membangun kesetiaan dalam
persaudaraan baik dalam suka maupun
dalam duka, sehingga keharmonisan
persaudaraan tetap terpelihara dan setiap
saudari dapat mengalami kebahagiaan
sejati.
- Pengalaman
peserta
- Reflesi
pribadi
- Sharing
kelompok
- Nonton
- Pengambilan
keputusan
- Teks lagu
- Film
Pertobatan
Fransiskus
Assisi
- LCD
- Laptop”
- Lilin dan
Salb
- Mrk 12:41-44
- Celano, 1981:8-
9
- Conti,
1986:143-161
- Groenen, 2000:
65-67
- Kons. No 78-80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
7. Contoh Persiapan Rekoleksi Suster Yunior FSE
A. Identitas pelaksanaan
Tema : Kebahagiaan Sejati Sebagai Anugerah Allah
Tujuan : Agar para peserta semakin menyadari kebahagiaan sejati
tidak dapat dicapai hanya dengan usaha manusia, sehingga
semakin berani mengandalkan rahmat Allah dalam seluruh
perjuangannya.
Peserta : Para suster yunior FSE
Tempat : Samadi Maranatha Berastagi Keuskupan Agung Medan
Waktu : Sabtu Pukul 15.00 s/d Minggu Pukul 13.00
Metode : Refleksi, Sharing, Pengambilan keputusan, Dialog, Diskusi
Kelompok
Model : Shared Christian Praxis
Sarana : Teks lagu, Teks cerita “Kegembiraan sempurna” LCD
Laptop, Lilin dan Salib
Sumber bahan : - Mat 6: 25:1- 34
- Celano, 1981:2-6
- Groenen, 1986:41- 45
- Foley, 2007:47-52
- Leks, 2003: 178-185.
B. Pemikiran dasar
Kaum religius yang telah memilih cara hidup untuk membaktikan
diri kepada Tuhan dan sesama diharapkan mengalami kebahagiaan atas
pilihan tersebut. Namun dalam kenyataan hidup sehari-hari, banyak kaum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
religius mencari kebahagiaan melalui kesuksesan atau jabatan dalam
karya. Sebab melalui hal-hal yang demikian mereka menemukan kepuasan
tersendiri. Maka sekalipun melelahkan dan membutukan kerja keras
namun mereka tetap berusaha untuk melakukannya. Tetapi ketika terjadi
kegagalan atau kesulitan mereka akan sulit menerimanya, sehingga mereka
saling mempersalahkan dan bersungut-sungut.
Dalam hidup bersama maupun dalam karya perutusan, kebahagiaan
kaum religius seharusnya tidak tergantung pada jabatan dan kesuksesan.
Namun kenyataannya banyak kaum religius yang menggantungkan
kebahagiaannya pada hal-hal tersebut. Bahkan tidak jarang terjadi ada
kaum religius yang memilih-milih pekerjaan dan tidak bersedia
ditempatkan di suatu tempat jika tidak sesuai dengan yang diinginkannya.
Artinya kaum religius merasa bahagia jika sesuatu itu sesuai dengan apa
yang diharapkannya dan kebahagiaan itu seolah-olah dapat diperjuangkan
dengan usaha dan kerja kerasnya dalam berkarya.
Orang yang terpanggil menjadi seorang religius mengalami
kebahagiaan dalam panggilannya setiap hari. Kebahagiaanya bukan ketika
melakukan kehendak sendiri tetapi hendaknya kebehagiaannya ketika
menyesuiakan kehendak Tuhan menjadi kehendaknya.
Dari pengalaman St. Fransiskus dari Assisi kita dapat belajar
bagaimana ia sampai pada pengalaman kebahagiaan sejati. Dalam proses
pencarian kebahagiaan hidup Fransiskus tidak terlepas dari godaan
menjadi orang terhormat, bahkan ia berusaha menemukannya di setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
kesempatan yang ada. Namun Fransiskus semakin menyadari kebahagiaan
apa yang sesungguhnya ia cari (Groenen,2000: 32-38). Demikian kita
hendaknya sampai pada kebahagiaan seajti sebagaimana pengalaman
kebahagiaan Fransiskus sendiri.
Darai sikap-sikap yang telah digambarkan pada teks Kitab Suci di
atas juga menjadi kritikan bagi kaum religius yang telah mempercayakan
hidupnya kepada panggilan Tuhan. Tidak jarang pula banyak kecemasan
dan ketakutan dalam diri seorang religius, sehingga banyak hal yang
dipikirkan dan ingin mengerjakan hal yang lebih banyak lagi. Adakalanya
kaum religius lupa dan kehilangan kesadaran diri bahwa Tuhan
sesungguhnya memelihara hidup manusia. Tuhan tidak melarang manusia
bekerja, tetapi tidak sedikit kaum religius yang mengusahakan sesuatu
secara berlebihan sampai lupa pada tujuan panggilan hidupnya.
Kaum religius diingatkan kembali akan tugas panggilannya yaitu
mencari kerajaan Allah dan kehendak-Nya. Dengan menjawab panggilan
Tuhan, diharapkan kerajaan Allah di dunia ini semakin nyata dengan
berusaha melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Artinya seluruh
perjuangan dan kebahagiaan seorang religius hendaknya melakukan
kehendak Tuhan.
Dari pertemuan ini kita berharap akan semakin berani
mengandalkan Tuhan dalam hidup, serta mampu melepaskan ambisi-
ambisi yang membuat kita tidak menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
dalam Dia dapat ditemukan jika kita bersedia membebasakan diri dari
segala keinginan kita.
C . Pengembangan langkah-langkah
a. Pengantar
Para suster yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita berkumpul di sini
karena rahmat Allah. Sore hari ini kita berkumpul dari komunitas-
komunitas dan bertemu dengan saudari-saudari muda dalam keadaan sehat
dan bahagia. Kita bangga dan bahagia karena masih diberi kesempatan
untuk bertemu dan bersedia meninggalkan tugas dan rutinitas kita untuk
saling berbagi satu dengan yang lain. Selama dua hari ini kita akan
mencoba bersama-sama mendalami semangat hidup St. Fransiskus seputar
kebahagiaan sejati. Untuk membuka rekoleksi ini kita akan bernyanyi
pujilah Tuhan dari teks.
b. Lagu pembuka : “ Pujilah Tuhan” (dari teks)
c. Doa pembuka:
Bapa sumber kebahagiaan sejati, kami bersyukur dan
berterimakasih atas rahmat yang telah Engkau berikan kepada kami hingga
sampai saat ini. Secara khusus kami bersyukur atas kesempatan yang
Engkau berikan kepada kami untuk mengikuti kegiatan rekoleksi ini,
bantulah kami dalam seluruh permenungan kami, semoga hari-hari yang
berahmat ini dapat kami manfaatkan sebaik mungkin. Kami mau mencoba
selama rekoleksi ini menggali dan merefleksikan pengalaman hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
sebagai seorang Fransiskan yang diharapkan memiliki kegembiraan rohani
baik dalam persaudaran maupun dalam karya perutusan kami. Bimbinglah
kami agar semakin mampu menemukan kebahagiaan sejati sebagaimana
yang telah dialami oleh hamba-Mu St. Fransiskus dari Asisi. Semoga
karena kesetiaan-Mu mendampingi kami, kami juga mampu untuk setia
mengikuti seluruh proses kegiatan rekoleksi ini. Semua ini kami mohon
kepada-Mu melalui Putra-Mu Yesus Kristus, Sang kebahagiaan sejati kini
dan sepanjang masa. Amin
d. Pendamping memberikan jadwal acara atau kegiatan yang akan
dilaksanakan selama rekoleksi, dan selanjutnya para suster diajak sejenak
untuk mengungkapkan tugas dan komunitas masing-masing agar para
suster semua mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing,
sekaligus untuk mencairkan suasana.
1. Langkah pertama (Sesi pertama) : Mengungkapkan pengalaman
hidup peserta
a. Membagikan teks cerita “Sumber Kegembiraan yang Sempurna”
kepada peserta dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk
membaca dan mempelajari terlebih dahulu (teks terlampir).
b. Penceritaan kembali isi cerita: pendamping meminta salah satu peserta
untuk mencoba menceritakan kembali dengan singkat tentang isi
pokok dari cerita “Sumber Kegembiraan yang Sempurna”.
c. Intisari ceritera “Sumber Kegembiraan yang Sempurna” sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Cerita tadi mengisahkan tentang pandangan Fransiskus tentang
kegembiraan sejati. Saat itu ketika Fransiskus dan saudara Leo
melakukan perjalanan saat musim dingin menuju Biara Santa Maria
Para Malikat, Fransiskus memaparkan apa itu kebahagiaan sejati.
Dalam kisah ini Fransiskus mengungkapakan ada 5 (lima) hal yang
bukan menjadi kegembiraan sejati dan 2 (dua) hal yang menjadi
kegembiraan sejati dan pada akhirnya ada satu hal yang yang menjadi
kegembiraan sempurna.
Adapun hal-hal yang bukan menjadi kegembiraan sajati dalam
kisah tersebut adalah bahwa sekalipun saudara-saudara dina
memberikan contoh yang hebat, kekudusan dan pembangunan itu
bukan kegembiraan sejati. Fransiskus melanjutkan, kalaupun saudara
dina mampu berbicara dengan bahasa malaikat, mengetahui tentang
bumi, bahasa tumbuh-tumbuhan, binatang dan seterusnya itu juga
bukan kegembiraan sejati.
Selanjutnya Fransiskus berkata lebih keras bahkan bila saudara
dina begitu fasih berkhotbah sehingga mampu mempertobatakannya
menjadi percaya akan Kristus hal itu bukanlah kegembiraan sempurna.
Fransiskus berkata bila mereka tiba di biara Santa Maria tersebut,
ketika mengetuk pintu hendak masuk, mereka ditolak dan dihina dan
memaksa untuk tetap berdiri di luar semalaman dan dengan rasa lapar
dalam situasi kedinginan, namun jika menerima dengan sabar tenang
tanpa mengeluh dan rendah hati dan penuh cinta berpikir bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Allahlah yang menggerakkannya untuk menghukum Fransiskus dan
saudara Leo, itulah kegembiraan sejati.
Ketika mencoba lagi mengetuk pintu karena rasa lapar dan dingin
dan memohon agar pintu dibuka, namun justru penjaga pintu lebih
kejam lagi dan berkata bagsat dan mencampakkan mereka ke tanah.
Bila menanggungnya dengan sabar, senang hati sambil mengenang
penderitaan Kristus yang terpuji itu disanalah sumber kegembiraan
sempurna. Pada akhirnya dalam kisah cerita ini Fransiskus membuat
kesimpulan bahwa tidak ada yang perlu dimegahkan selain dari salib
Kristus sendiri.
d. Pengungkapan pengalaman peserta: peserta diajak untuk mendalami
cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan:
1) Hal-hal apa saja yang menjadi kegembiraan sejati bagi St.
Fransiskus?
2) Hal-hal apa saya yang bukan menjadi kegembiraan sejati bagi St.
Fransikus?
3) Selama ini hal-hal apa saja yang membuat saudari bahagia dan
bagaimana saudari mengusahakannya?
e. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok untuk mensharingkan
pengalamannya
f. Pada akhir sharing setiap saudari membuat lambang diri masing-masing
sebagai gambaran diri dari hasil pengalaman yang telah disharingkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
g. Setelah sharing selesai dalam kelompok, Setiap kelompok
mensharingkan pengalaman mereka yang terjadi dalam kelompok.
h. Suatu contoh arah rangkuman
Dalam cerita tadi yang menjadi kebahagiaan atau kegembiraan
sejati bagi St. Fransiskus adalah saat dihina ditolak oleh saudara
sendiri walaupun dalam situasi hujan dingin dan malam tidak
diperkenankan untuk masuk. Bahkan ketika mengetuk pintu kembali
justru penjaga pintu keluar dengan geramnya sambil mencaci dan
memukul dan dikatakan sebagai pencuru-pencuri kotor. Jika dapat
menanggung semuanya dengan sabar, dengan senang hati dan penuh
cinta kasih itulah kegembiraan sejati.
Demikianpun dalam perjalanan hidup kita pengalaman ditolak,
gagal, sakit merasa tersisih dari saudari lain merupakan hal yang tidak
jarang terjadi. Kita ingin selalu menemukan kebahagiaan namun kita
sulit untuk menemukannya karena tidak kuat untuk menerima
kenyataan. Akan tetapi justru saat kita merasa dierima, diakui dan
didukung apalagi saat suskes kita bahagia dan semangat dalam hidup
harian kita
Dari setiap kelompok yang telah kita dengarkan bersama ada yang
membuat lambang kebahagiaannya seperti air dalam gelas, ada yang
menggambar macam-macam musim atau cuaca ada yang melukis namanya
dalam telapak tangan Tuhan dan seterusnya. Kebahagiaan kita ketika
diperhatikan waktu ulang tahun, saat mendapat nilai atau IP yang tinggi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
ketika mendapat hadiah serta pengalaman piknik dengan saudari yang lain.
Ada juga pengalaman kebahagiaannya saat menyadari perlindungan
Tuhan.
Seluruh pengalaman kebahagiaan kita mayoritas ketika mendapat
sesuatu yang sungguh manusiawi. Kebahagiaan yang kita ungkapkan tadi
juga merupakan dambaan banyak orang. Ketika hal itu tidak kita temukan
kita menjadi lesu dan memikirkan apa yang mesti saya buat agar
kebahagiaan itu kembali saya rasakan dalam hidup saya. Kita akan
berusaha untuk meraihnya dengan menunjukkan kemampuan kita melalui
bakat-bakat yang kita miliki atau mencari orang yang dapat menerima atau
menghibur kita untuk merasakan kebahagiaan.
Melalui pertemuan ini kita semakin mengetahui sejauh pada
pengalaman kebahagiaan kita. Semoga hal ini juga membuat kita semakin
mengenal diri dan sesama suster, untuk semakin memahami.
i. Pada akhir sesi ini salah satu peserta diminta untuk memimpin doa
untuk menutup kegiatan sesi pertama.
2. Langkah kedua (Sesi kedua): Mendalami pengalaman hidup
peserta secara kritis
a. Untuk memulai pertemuan peserta diajak untuk bernyanyi dan doa
singkat, dalam memulai sesi kedua
b. Peserta diajak untuk merefleksikan pengalamannya secara kritis dengan
hantaran sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Para suster yang terkasih setelah kita diperkaya dengan pengalaman
dari setiap saudari dalam sharing kelompok maupun yang telah dibagikan
secara umum dalam kelompok besar kita semakin mengenal dan diperkaya
akan pengalaman yang membahgiakan. Kita bersyukur atas semua
pengalaman itu dan membuat kita tertawa. Adapun yang tidak dapat
menemukan kebahgiaan dalam persaudaraan karena situasi komunitas.
Tentu hal ini juga memperkaya kita dan kita juga syukuri pengalaman
saudari kita yang tidak menemukan pengalaman kebahagiaan, hal
membantu kita juga untuk semakin memahami satu dengan yang lain.
Para saudari yang terkasih sebagaimana yang telah kita alami
bersama bahwa pada dasarnya kita mengalami kebahagiaan jika situasi
tersebut mendukung kita. Perlu kita sadari dan penting untuk diperhatikan
bahwa kenyataan sekarang ini manusia semakin sibuk dengan dirinya
sendiri. Sikap yang demikian sudah membudaya dalam hidup membiara.
Banyak saudari kita yang sibuk dengan hand phone masing-masing, sibuk
dengan pekerjaannya di depan laptop bahkan waktu rekreasi atau makan
bersama sudah terbiasa menerima telepon atau sms. Istilah sekarang yang
jauh menjadi dekat yang dekat menjadi jauh. Hal ini merupakan suatu
tanda-tanda bahwa perhatian untuk sesama yang ada dihadapn kita
semakin berkurang. Bagaimana dengan kebahagiaan yang telah kita
sharingkan bersama. Masihkah kita mendapatkan kebahagiaan beberapa
tahun kedepan dengan melihat perkembangan jaman dan pergeseran sikap-
sikap yang sudah mulai kita rasakan?. Jika setiap orang mengharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
perhatian dan dukungan dari saudarinya dan setiap orang pula akan
bersikap menjadi individualisme, masih mungkinkah kita bahagia?.
Para saudari yang terkasih jika setiap saudari hanya memikirkan
kebahagiaannya masing-masing, bagaimana situasi kongregasi ini ke
dapan?. Pada malam hari ini kita mau mencoba merefleksikan kembali
pengalaman yang telah kita sharingkan dan juga pengalaman-pengalaman
yang telah kita dengar.
c. Peserta diajak untuk merefleksikan lambang dan pengalaman yang telah
disharingkan dalam kelompok. Tuntunan pertanyaan dibagikan kepada
peserta untuk direfleksikan secara pribadi dengan bantuan pertanyaan
berikut:
1) Mengapa saya belum atau sudah mengalami kebahagiaan baik
dalam persudaraan maupun dalm karya perutusan ?
2) Jika setiap saudari dan termasuk diriku akan mengalami kebahagiaan
dalam kesibukan, kesuksesan dan kerja keras serta pujian dari orang
lain, apa yang akan terjadi dalam kongregasi ini?
3) Jika setiap saudari dalam kongregasi ini mampu menemukan
kebahagiaan dalam situasi apapun dan tidak mengharapkan hal-hal
duniawi untuk membahagiakannya, bagaimana situasi kongregasi ini
ke depan?
d. Masing-masing suster merefleksikan pengalamannya, kemudian
dilanjutkan dengan sharing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
e. Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping
memberikan arahan rangkuman singkat misalnya:
Pengalaman kebahagiaan dan penderitaan seorang religius tidak
terpisahkan dari hidup bersama. Pengalaman rasa didukung, diperhatikan
dan diterima merupakan pengalaman yang membahagiakan dalam hidup
bersama. Akan tetapi ketika tidak mendapatkan dukungan dari saudari
lain, sesungguhnya bukan menjadi alasan tidak bahagia. Setiap orang
membutuhkan dukungan dan hal tersebut tidak salah. Namun jika satu
sama lain hanya mengharapkan dukungan yang lain, maka pada akhirnya
berhenti pada sikap saling menuntut. Dengan menyadari bahwa dukungan
itu penting, maka kita perlu juga mendukung saudari yang lain namun
kebahagiaan kita tidak terletak pada dukungan tersebut. Jika setiap suster
tidak menuntut orang lain membahagiakan dirinya sendiri, namun
berusaha saling membahagiakan satu sama lain, maka suasana sukacita
dan damai akan jadi nyata dalam hidup bersama.
f. Peserta diajak untuk melanjutkan pemeriksaan batin sekaligus
mengakhiri pertemuan sesi kedua.
3. Langkah ketiga (Sesi ketiga): Menggali pengalaman iman
Kristiani
a. Salah satu peserta diminta memimpin lagu” Pandanglah” dan doa
singkat untuk memulai pertemuan.
b. Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop
langsung dari Kitab Suci dari Injil Matius 6:25-34.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
c. Peserta diberi waktu untuk hening sejenak sambil secara pribadi
merenungkan dan menanggapi bacaan Kitab Suci dengan dibantu
beberapa pertanyaan, sebagai berikut:
1) Ayat-ayat mana yang menunjukkan sikap-sikap yang dikehendaki
Allah?
2) Ayat-ayat mana yang menunjukkan sikap-sikap yang tidak percaya
akan penyelenggaraan Allah?
3) Makna apa yang dapat dipetik dari perikop di atas sebagai orang
yang mempercayakan hidupnya kepada Allah ?
d. Peserta diajak untuk mencari sendiri dan menemukan pesan inti
perikope sehubungan dengan jawaban atas 3 (tiga) pertanyaan c di
atas.
e. Pendamping memberikan tafsir dari Matius 6:25-34 dan
menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan
dengan tema dan tujuan, misalnya sebagai berikut:
Ayat 31, Yesus mau menegaskan bahwa orang yang mau mencari
kehendak Allah tidak mencemaskan masalah makanan, minuman atau
pakaian. Ayat 32 menjelaskan bahwa orang yang sibuk atau khawatir
dengan urusan-urusan materi yang telah diungkapkan pada ayat
sebelumnya adalah sikap orang yang tidak mengenal Allah. Segala
kesibukan dan kegelisahan bukan hal yang terpenting, karena Tuhan lebih
mengetahui apa yang butuhkan oleh orang yang mencari kehendak-nya.
Ayat 33 mengajak kita untuk pertama-tama mengutamakan kerajaan Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
dan kehendak-Nya, artinya yang menjadi orientasi utama adalah apa yang
dikehendaki Tuhan untuk dilakukan dalam diri kita.
Rangkaian perikope ini menawarkan sikap hidup yang sungguh
mempercayakan diri kepada Tuhan. Seorang religius adalah orang yang
percaya akan penyelenggaraan Tuhan sehingga ia berani untuk memilih
hidup dengan cara yang demikian. Seorang religius harus siap dengan cara
hidup yang ditawarkan Yesus, sebagaimana cara hidup Yesus sendiri yang
tidak mencemaskan urusan tubuh secara fisik. Orang-orang yang
terpanggil untuk hidup sebagaimana cara hidup Yesus diharapkan mampu
menaruh kebahagiaannya pada Yesus itu sendiri.
Dalam perikope ini Yesus mau menegaskan bahwa para
pengikutnya perlu lebih mengutamakan kehendak-Nya. Dalam hal ini
Yesus tidak bermaksud agar para pengikutnya tidak bekerja, tetapi para
pengikutnya hendaknya tidak memperhatikan hal yang duniawi secara
berlebihan. Yesus memberi contoh hewan, bunga dan tanaman lainnya.
Hal ini sebagai contoh supaya dapat dilihat secara jelas bahwa baik
burung, bunga dan rumput di ladang tanpa dipelihara manusia, tetap
dipelihara Allah. Ungkapan ini merupakan sebuah teguran kepada para
pengikutnya. Sikap yang terlalu cemas atau hidup dalam kekhawatiran
disamakan dengan orang yang tidak percaya.
Melalui perikope ini pengikutnya diharapkan percaya akan
penyelenggaraan Tuhan, sehingga tidak dikuasai oleh kecemasan tetapi
mengalami kebahagiaan. Rasa cemas, takut akan masa depan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
memelihara tubuh secara berlebihan, membuat kita tidak mampu
menikmati hari-hari hidup kita sehingga tidak dapat lagi mengalami
kehadiran Tuhan. Teguran Yesus kepada para pengikut-Nya merupakan
teguran juga bagi kita yang tidak jarang hanya berjuang untuk sebuah
kesuksesan dan melupakan kehendak Tuhan.
Kebahagiaan seolah-olah hanya ditemukan dalam sebuah
keberhasilan, sementara hal-hal sederhana tidak jarang diabaikan bahkan
dhindari. Maka tidak jarang sikap ini merusak suasana persaudaraan.
Melalui teguran Yesus hari ini kita dingatkan untuk berani bersandar
kepada-Nya, serta tidak dikuasai oleh ambisi-ambisi yang mendatangkan
kecemasan yang melelahkan kita.
e. Pada akhir sesi ke tiga akan ditutup dengan lagu “Bapaku Satria Jaya”
(teks terlapir)
4. Langkah ke empat (Sesi ke empat): Menerapkan iman Kristiani
dalam situasi peserta konkret
a. Salah satu peserta diminta untuk memimpin doa untuk memulai
pertemuan
b. Peserta diajak untuk menerapkan iman Kristiani
Para saudari yang terkasih dalam pembicaraan tadi kita sudah
menemukan sikap-sikap sebagai orang yang berbahagia dalam
penyelengaraan Tuhan. Sebagai suster Fransiskanes Santa Elisabet, kita
dipanggil untuk bersikap sebagai orang yang menemukan kebahagiaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
dalam Dia. Sikap orang yang menemukan kebahagiaan dalam Tuhan
bebas dari rasa khawatir dan percaya akan penyelengaraan Tuhan.
Sebagai seorang Fransiskan hendaknya kebahagiaan kita berada
dalam Tuhan. Artinya kita bahagia bukan hanya karena diperlakukan
orang lain dengan baik tetapi bahagia karena kita berada dalam pihak
Tuhan. Akan tetapi dalam perjalanan hidup, kita sering tidak mampu
bersikap sebagai orang yang berbahagia dalam Tuhan. Hal ini karena
banyaknya tantangan yang kita alami dalam hidup bersama, adakalanya
kita saling menuntut untuk dibahagiakan. Sebagai orang yang terpanggil
seharusnya kebahagiaan kita ada dalam Dia yang memanggil kita, bukan
kebahagiaan manusiawi yang sering menjadi keinginan kita.
c. Sebagai bahan refleksi agar kita semakin dapat menyandarkan diri pada
Allah satu-satunya sebagai pedoman hidup, sebagai kebahagiaan sejati,
kita akan melihat situasi konkret dalam persaudaraan dan pelayanan kita.
1) Sebagai seorang Fransiskan apa arti Yesus bagiku sebagai sumber
kebahagiaan sejati ?
2) Sikap-sikap apa yang bisa diperjuangkan agar dapat mengalami
kebahagiaan dalam Dia ?
c. Saat hening (Musik instrumen)
Peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan
pribadinya. Sebagai bahan refleksi, pendamping dapat memberi
rangkuman singkat sesuai dengan hasil-hasil renungan pribadi para
suster, misalnya sebagi berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Contoh rangkuman penerapan pada situasi peserta:
Yesus sebagai sumber kebahagiaan sejati telah banyak
menawarkan nilai-nilai yang sangat berguna bagi kita sebagai seorang
Fransiskan. Marilah kita kembali menyadari sikap dan cara hidup kita dalam
mengalami dan memperjuangkan kebahagiaan baik dalam persaudaraan
maupun dalam karya pelayanan kita. Hendaknya sikap hidup kita membantu
sesama semakin mengenal dan menemukan kebahagiaan sejati. Tidak
mudah mengandalkan rahmat Allah untuk menemukan kebahagiaan di
dalam hidup. Dengan kekuatan sendiri kita tidak mampu menciptakan
kebahagiaan, tetapi dengan rahmat dan kekuatan Allah, memampukan kita
untuk menemukan kebahagiaan dalam hidup kita setiap hari.
5. Langkah ke lima (Sesi kelima): Mengusahakan suatu aksi konkret
a. Pengantar
Para suster yang terkasih dalam Yesus Kristus, setelah kita
bersama-sama menggali pengalaman kita sebagai orang terpanggil untuk
mengalami kebahagiaan, maka kita ketahui bersama bahwa kebahagiaan
merupakan suatu anugerah, kita tidak dapat memperjuangkan kebahagiaan
itu secara pribadi. Kebahagiaan tidak ada artinya jika masih ditentukan
oleh orang lain. Kebahagiaan juga tidak dapat dialami selagi masih
dikuasai oleh keinginan-keinginan duniawi yang kuat atau keinginan yang
tidak teratur. Pada akhirnya kebahagiaan menjadi kebahagiaan sejati ketika
kita berani hidup sebagaimana yang Dia kehendaki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Dalam Injil Matius yang telah kita renungkan bersama, kita
semakin memahami apa yang diharapkan Yesus dari kita untuk mengalami
kebahagiaan sejati. Kita diharapkan untuk percaya akan penyelenggaraan-
Nya sehingga kita tidak dikuasai oleh kecemasan-kecemasan duniawi yang
dapat menghantar kita untuk bahagia.
Kita telah mendapat wawasan baru, semangat baru, harapan baru
serta kemauan untuk semakin menemukan kebahagiaan dalam Dia. Dalam
seluruh perjuangan hidup, kita senantiasa menyadari bahwa Allah
sungguh menyertai dan membimbing hidup kita, bahkan dalam segala
kesulitan dan tantangan yang kita hadapi. Untuk itu marilah kita
memikirkan sejenak keputusan atau tindakan baru apa yang dapat kita
perbuat agar semakin menemukan kebahagiaan sejati.
b. Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan yang baru (pribadi
kelompok atau bersama) untuk semakin menemukan kebahagiaan dalam
Dia melalui panggilan kita setiap hari. Berikut ini pertanyaan penuntun
untuk membantu peserta membuat niat-niat:
1) Apa yang dapat kita lakukan agar mampu mengalami kebahagiaan
sejati dalam persaudaraan kita?
2) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan
keputusan tersebut.
c. Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening
memikirkan sendiri-sendiri tentang keputusan yang dapat dilaksanakan
secara pribadi/bersama. (Diiringi musik instrumen).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
d. Keputusan dan niat pribadi diungkapkan dalam kelompok kecil untuk
saling meneguhkan.
e. Kemudian, pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan
mendiskusikan bersama guna menentukan keputusan baru secara
bersama konkret, yang dapat segera diwujudkan, agar mereka semakin
memperbaharui sikap bersama/kelompok sebagai religius yang
mengandalkan Allah untuk mengalami menemukan kebahagiaan.
f. Penutup
1) Setelah selesai membuat keputusan secara bersama maupun
pribadi, kemudian menyanyikan lagu “Serikat persaudaraan”.
2) Hening sejenak untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara
itu, lilin dan salib dapat diletakkan di tengah peserta untuk
dinyalakan.
3) Doa spontan, yang diawali oleh doa dari pendamping. Setelah itu
doa disusul secara spontan oleh para peserta yang lain. Doa
dilanjutkan dengan doa “Bapa Kami” secara bersama-sama dan
ditutup dengan doa penutup dari pendamping yang merangkum
keseluruhan langkah dalam SCP ini.
4) Doa Penutup:
Bapa sumber kebahagiaan sejati, kami bersyukur kepada-
Mu atas panggilan yang Kau tanamkan dalam diri kami untuk
mengalami kebahagiaan dalam Engkau. Engkau telah mengajak
kami untuk berani melepaskan keinginan kami yang tidak teratur,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
serta melepaskan kecemasan yang dicemaskan oleh dunia ini.
Yesus Sang kebahagiaan sejati bantulah kami untuk berani
mengandalkan Engkau dalam hidup kami, sehingga kami sungguh
mengalami kebahagiaan itu. Semoga dengan cara kami menemukan
kebahagiaan sejati orang-orang disekitar kamipun semakin tertarik
untuk menemukan kebahagiaan di dalam Engkau. Oleh sebab itu
bantulah kami semakin menemukan kebahagiaan dalam seluruh
perjuangan hidup kami setiap hari. Karena kami percaya sekalipun
dalam kesulitan kami dapat mengalami kebahagiaan karena kasih-
Mu yang menguatkan kami Sebab Engkaulah sumber kebahagiaan
sejati kini dan sepanjang masa, Amin.
5) Sesudah doa penutup, pertemuan diakhiri dengan lagu” Serikat
persaudaraan”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dikemukakan mengenai kesimpulan skripsi dan saran yang
dapat berguna bagi para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth.
A. Kesimpulan
1. Kebahagiaan sejati Fransiskan merupakan pengalaman kebahagiaan yang
ditemukan oleh St. Fransiskus Assisi dalam proses yang panjang. Pengalaman
kebahagiaan ini merupakan semangat hidup St. Fransiskus yang diwariskan
kepada para pengikutnya. Kebahagiaan sejati dipahami sebagai suatu sikap
dalam menanggapi kehidupan. Adapun sikap yang dimaksudkan adalah
mampu bersikap sabar, tenang rendah hati dan sukacita meskipun dalam
situasi sulit. Pengalaman sulit sebagai kesempatan untuk terlibat dalam
pengalaman Yesus yang menderita. Maka orang tersebut tetap mampu untuk
setia karena seluruh usahanya demi cintanya kepada Tuhan. Untuk sampai
pada pengalaman pentingnya persekutuan dengan Tuhan, maka dibutuhkan
latihan rohani karena pada akhirnya sumber kebahagiaan sejati adalah Allah
sendiri.
2. Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth merupakan salah satu kongregasi
yang menghidupi semangat St. Fransiskus dari Assisi. Semangat St Fransiskus
dari Assisi telah ditanamkan kepada para suster sejak masa pembinaan. Maka
seorang suster FSE diharapkan sudah memiliki kebahagiaan sejati dalam hidup
bersama. Dari hasil penlitian dapat dikatakan bahwa para suster yunior FSE
masih sebagian kecil yang sudah memahami dan menghayati kebahagiaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
sejati Fransiskan. Pemahaman mereka tentang kebahagiaan sejati Fransiskan
sejalan dengan apa yang dimaksudkan St. Fransiskus Assisi. Akan tetapi
sebagian besar para suster yunior belum memahami dan menghayati
kebahagiaan sejati Fransiskan. Pengalaman kebahagiaan mereka ditentukan
oleh orang-orang yang di sekitarnya. Mereka merasa bahagia jika diterima,
didukung atau diperhitungkan, dan jika hal ini tidak terjadi mereka tidak
mampu menerimanya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman para
suster yunior tentang kebahagiaan sejati Fransiskan, selain itu semangat doa
mereka rendah, kurang tekun dalam latihan-latihan rohani, serta mudah
menyerah dan daya juang masih kurang.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis melihat ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh kongregasi FSE yang terlibat dalam pembinaan para
suster yunior terutama formator kongregasi FSE. Oleh karena itu penulis
memberikan saran sebagai upaya meningkatkan penghayatan kebahagiaan
sejati Fransiskan para suster.
1. Diadakan pertemuan khusus untuk mendalami kebahagiaan sejati
Fransiskan untuk membantu pemahaman dan penghayatan para suster
yunior tentang kebahagiaan sejati Fransiskan, sehingga pemahaman dan
pengahayatan tidak berhenti pada pemahaman secara secara umum.
2. Perlu ditekankan kepada para suster yunior untuk membaca, mendalami dan
merenungkan ajakan Fransiskus tentang kebahagiaan sejati. Untuk itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
kongregasi perlu menyediakan buku-buku tersebut supaya dapat dijadikan
sebagai buku bacaan rohani harian.
3. Katekese model SCP perlu dipergunakan untuk mendalami kebahagiaan
sejati Fransiskan agar dapat membantu para suster yunior dalam mengolah
pengalaman mereka, dan setiap akhir kegiatan melakukan aksi konkret yang
dapat dievaluasi pada pertemuan selanjutnya.
4. Katekese model SCP yang telah disusun dalam bentuk rekoleksi hendaknya
dilaksanakan oleh para pembina untuk pembinaan yunior secara
berkesinambungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
DAFTAR PUSTAKA
Anand Krishna. (2001). Sabda Pencerahan. Jakarta: Gramedia. Anggaran Dasar dan Cara Hidup Saudara-Saudari Ordo Ketiga Regular Santo
Fransiskus. (1984). Jakarta: SEKAFI. Basrowi. (2008). Memahami penelitian Kualitatif. Jakarta: RINEKA CIPTA. Bodo, Murray. (2003). Perjalanan dan Impian. (Disadur dari buku Francis: The
Journey and The Dream oleh Paskalis, dkk). Jakarta: SEKAFI Celano, Thomas. (1981). St. Fransiskus Dari Assisi. (Wahjasudibja, P.J
penerjemah.). Jakarta: SEKAFI. Darminta, J. (2006). Penegasan Panggilan. Yogyakarta: Kanisius. Foley, Leonard. (2007). Spiritualitas Untuk Kaum Awam. ( disadur dari To Live
as Francis Lived oleh Paskalis B. Syukur). Jakarta: SEKAFI Gede Prama. (2006). Kesedihan, Kebahagiaan, Keheningan. Jakarta: Gramedia. Gobry, Ivan. (1978). Fransiskus dari Asisi. Flores: Nusa Indah. Groenen, Cletus. (2000). Kisah Ketiga Sahabat Riwayat Hidup Santo Fransiskus
dari Asisi. Jakarta: SEKAFI. _______. (1986). Fransiskus Dihadapan Allah. Jakarta: SEKAFI. Groome, T. H. (1997). Shared Christian Praxisat (disadur dari buku, sharing
Faith: A Comprehensive Approach to Religious Education and Pastoral Ministry Oleh Heryatno Wono Wulung SJ). Yogyakarta: Puskat
Hasil Pendalaman bahan Kapitel Umum IV.(2012) Kongregasi FSE. Medan Hasil pertemuan dan program dewan pimpinan umum.(2011). Kongregasi FSE.
Medan Heryatno Wono Wulung, F. X. (2012). Belajar Bersama Model Berkatekese:
Shared Christian Praxis. Makalah Disampaikan Kepada Tim Bidang Sumber Kevikepen Madiun Keuskupan Surabaya yang Diselenggarakan Pada Tanggal 4-5 Pusat Kateketik Yogyakarta.
Hidya Tjaya, Thomas. (2011). Peziarahan Hati. Yogyakarta: Kanisius. Kasim, Muh. ( 1964). Berbahagia di Dunia dan di Achirat. Bandung: Pelita Masa. Katekismus Gereja Katolik. (1993). (Disahkan oleh Uskup Propinsi Gerejani Ende
dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Ende: Arnoldus. Kitab Hukum Kanonik. (2006). (R. D. R. Rubiyatmoko. Ed). Jakarta: KWI. Konstitusi Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth.(2000). Medan Krispina. (20011). Relasi Baru Lewat Facebook. Rohani. 02. Hal. 21. Februari Ladjar, Leo L. (2006). Karya-Karya Fransiskus. Jakarta: SEKAFI. Leks, Stefan. (2003). Tafsir Injil Matius. Yogyakarta: Kanisius. Leo, Sherley.(2005). Fioretti. Disadur dari Buku The Little Flowers of Saint
Francis with Five Consideration on The Sacred Stigmata oleh Tim Sekafi. Jakarta: SEKAFI.
Leteng, Hubertus. (2012). Pertumbuhan Spiritual Jalan Pencerahan Hidup. Jakarta: Obor.
Magnis-Suseno, Frans. (2005). Pijar-Pijar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Matthews, Andrew. (2000). Being Happy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Moleong, Lexy J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. (1989). Penelitian dan Peniliaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Nouwen. (1988). Tanda-tanda Kehidupan. Yogyakarta: Kanisius. Pedoman Pembinaan FSE. (2004). Kongregasi FSE: Medan. Phang Benny. (2012). Kaum Muda dan Hedonisme. Hidup. 43. Hal 35. Oktober. Riduwan. (2008). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta. Riyanto.(2008). Membangun Hidup Religius Yang Damai & Sejahtera.
Yogyakarta: Kanisius. Simbolon, Wilfrida. (2009). “Dari Breda ke Breda” buku Gerakan Awal
Kongregasi Peniten Rekolek. Dalam Antonius Eddy Kristiyanto (Ed). Yogyakarta: Kanisius.
Sinansari Ecip, dkk. (2012). Wabah Bisu Pencetus Bunuh Diri. Kompas. Tgl.8 Oktober
Statuta Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth. (2000). Medan Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta. Sumantri Yustinus, (1996). Angin Barat Angin Timur100 cerita Bijak.Yogyakarta:
Kanisius Sumarno Ds, M. (2011). Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat
Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Syukur. (2009). “Reinterpretasi Spiritualitas Peniten Rekolek di Indonesia” buku Gerakan Awal Kongregasi Peniten Rekolek. Dalam Antonius Eddy Kristiyanto (Ed). Yogyakarta: Kanisius
Tabita Kartika Christiani. (2008). Shared Christian Praxis dalam Konteks Indonesia. Makalah Disampaikan dalam Pengayaan Para Dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, yang diselenggarakan pada tanggal 18-19 Juni 2008.
Vashdev, Gobind. (2012). Happiness Inside. Jakarta: Noura Books. Wesley, John. (2012). Khotbah Terbesar Sepanjang Masa. Yogyakarta: Andi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2 : Surat Pengantar dan Daftar Pertanyaan Penelitian Kepada
Pembimbing Yunior
Kepada Yth.
Pembimbing Suster Junior FSE
________________
di
Tempat
Dengan hormat
Melalui perantaraan surat ini saya mohon kepada suster, agar sudi kiranya
memberikan informasi tentang para suster junior FSE. Adapun maksud
informasi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana para suster junior
menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Informasi yang saya peroleh dari
suster sangat membantu saya dalam penulisan skripsi yang berjudul: “Usaha
Meningkatkan Pengahayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Para Suster
Junior Fransiskanes Santa Elisabeth Melalui Katekese Shared Christian
Praxis”.
Demikianlah permohonan ini saya sampaikan, atas kesedian dan dukungan
suster saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Peneliti
Betaria Sinuhaji, FSE
NB. Daftar Pertanyaan Terlampir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
Petunjuk Mengerjakan :
Bacalah pertanyaan secara teliti dan jawablah pertanyaan berikut, sesui
dengan pengalaman suster dalam membimbing dan mendampingi para
suster junior.
1. Apakah suster junior dapat dikatakan sudah memahami tentang kebahagiaan
sejati sebagai seorang Fransiskan?. Berikan alasannya.
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
2. Apakah suster junior sudah mengahayati kebahagiaan sejati sebagai seorang
Fransiskan?. Berikan alasannya.
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
3. Faktor apa saja yang mendukung para suster junior dalam menghayati
kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan?.
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
4. Faktor apa saja yang menghambat para suster junior dalam mengahayati
kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan?
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
5. Berikanlah usul suster sebagai pembimbing, agar para suster junior dapat
semakin menghayati kebahagiaan sejati sebagai seorang Fransiskan!
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
..........................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
Lampiran 3: Contoh Hasil Penelitian dari Pembimbing Yunior
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
Lampiran 4: Daftar Pertanyaan Kepada Suster Yunior
Nama Komunitas :
Tahun Profesi :
Bacalah pertanyaan secara teliti dan jawablah pertanyaan berikut, sesuai
dengan pemahaman dan pengalaman saudari.
1. Apa yang saudari pahami tentang kebahagiaan sejati sebagai seorang
Fransiskan?
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
..........................................................................................................................
2. Berikanlah salah satu contoh kebahagiaan sejati menurut Santo Fransiskus !
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
3. Apakah saudari sungguh merasa bahagia sebagai suster FSE ?. Berikan
alasan yang jelas.
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
4. Apakah saudari sudah mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan? Jika sudah
atau sebaliknya, ceritakanlah pengalaman saudari.
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
5. Ceritakanlah salah satu pengalaman kebahagiaan saudari dalam
persaudaraan ?
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
6. Faktor-faktor apa saja yang mendukung saudari dalam penghayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan ?
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
7. Faktor-faktor apa saja yang menghambat saudari dalam penghayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan ?
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
8. Apa harapan saudari baik secara pribadi maupun bersama agar penghayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dapat diwujudkan?
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
9. Sebagai suster junior apa usul anda terhadap Kongregasi agar penghayatan
kebahagiaan sejati Fransiskan semakin dapat diwujudkan?
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
10. Apakah saudari setuju jika diadakan pendalaman iman/katekese tentang
kebahagiaan sejati Fransiskan? Mengapa ! berikan alasan yang jelas.
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
Lampiran 5: Contoh Hasil Penelitian dari Suster Yunior
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
Lampiran 6: Daftar Lagu-lagu Rekoleksi
PUJILAH TUHAN Bahagia tak terkira sungguh kurasa Tuhan senatiasa dekat pada hambaNya Gembira sejahtera Aman sentasa Bila tetap berlangkah Pada jalan yang t’lah Tuhan tunjukkan Besarlah kasih setiaNya Agunglah namaNya Besarlah kerahimanNya Bagi yang berharap padaNya Puji Tuhan alleluya Puji allah alleluya Madahkan lagu gembira Dengan sluruh alam semesta Tiada kata yang indah dapat kulukiskan Hanya ucapan syukur dari hati yang rendah Tiada lagu yang indah dapat kubawakan Hanya madah pujian sembah hormat kini dan s’panjang masa Tuhan sumber gembiraku Tuhan pujaanku Dengan paduan surgawi Jiwaku ingin berseru Tuhan Raja MahaMulya Allah sekalian bangsa Hingga selama-lamanya KeajaanNya tetap jaya
PANDANGLAH Pandanglah burung-burung dilangit Tak menabur dan tak menuai Dan tak punya bekal dalam lumbung Bapa disurga s’lalu memberi Reff Senantiasalah kita bersyukur Karena jauh melebihi mereka Bapa mengasihi, melindungi Setiap saat dan tiada henti Fine.. Bapa mengasihi, melindungi
Setiap saat tiada henti
SERIKAT PERSAUDARAAN Serikat persaudaraan berdirilah teguh Sempurnakan persatuan di dalam Tuhanmu Bersama-sama majulah dikuatkan iman Berdamai dan bersaudara dengan pengasihan Serikatmu tetap teguh diatas landasan Yaitu satu Tuhanmu dan satulah iman Dan satu juga baptisan dan Bapa satulah Yang olehmu sekalian dipuji di sembah Dan masing-masing darimu t’rima anugerah Supaya kamupun tekun dan rajin bekerja Hendaklah hatimu rendah turut p’rintah Allah Umat menurut firmanNya berkasih-kasihan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
BAPAKU SATRIA JAYA
Bapaku satria jaya bangsawan puri surga Luhur budinya ku bangga Kupuji semanganya.. Reff: Hai Bapa salamku
Perwira slamku Megah dan bangga rasaku Satria bapaku
Pakaian jubah peminta Lembut hati pertanda Perisai diwaktu yuda Tak tembus kan senjata .. Reff. Bapaku satria jaya Pendukung bala papa Tak kunjung henti kupuja Kekal selama-lama...Reff.
PEMBAWA DAMAI Tuhan jadikanlah daku Pembawa damaiMu Dimana ada kebencian kubawa cinta Tuha Pembawa damai mu Dimana ada rasa dendam Kubawa pengampuna Bahagia bagi pembawa damai Mereka menjadi anak Allah Dimana ada kesesatan Kubawa kebena...ran Tuhan jadikanlah daku Pembawa damaiMu Dimana ada kebimbangan Kubawa kepastian Bahagia bagi pembawa dmai mereka menjadi anak Allah dimana ada putus asa kubawa penghara...pan Bahagia bagi pembawa damai Mereka manjadi anak Allah Dimana ada perselisihan Kubawa persatu....an
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
Lampiran 7: Teks Kisah “Kegembiraan Sempurna”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
Lampiran 8: Jadwal Kegiatan Rekoleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI