pk ecce
DESCRIPTION
hjuTRANSCRIPT
I. JUDUL
Pemeriksaan Darah Rutin
II. TUJUAN
1. mengetahui macam pemeriksaan darah rutin.
2. Mengetahui cara pemeriksaan Hb dengan metode Hb Sahli.
III. DASAR TEORI
1. Sampling darah
Macam bahan yang akan diambil sesuai dengan pemeriksaan yang akan
dilakukan. Misal darah vena untuk pemeriksaan darah rutin, darah kapiler untuk
pemeriksaan Hb dan Gula Darah.
Tempat pengambilan di semua vena superficialis biasanya vena mediana
cubiti. Zat yang menyebabkan darah tidak membeku. Ada macam-macam cara
yang digunakan:
1. Dengan memakai antikoagulansia
2. Dengan memperoleh darah defebrilasi
3. Dengan menggunakan alat-alat yang dilapisi silicon (dengan
alat ini pembekuan diperlambat).
Macam-macam antikoagulansia antara lain:
a. EDTA (Ethylen Diamine tetra acetic acid)
EDTA dipakai dalam bentuk garam natrium atau kaliumnya, bersifat
sedikit toksik, dipakai untuk hematology rutin, takaran yang diperlukan adalah
1 mg/mldarah, bila dosis lebih dari 2 mg/ml darah akan menyebabkan:
1. Sel darah merah degenerasi
2. Hematokrit menurun
3. MCV menurun
4. MCHC meningkat
5. Trombosit false meningkat
b. Heparin
Takaran menurut Dacie: 12,5 - 17,5 IU/mL darah. Menurut Kosasih: 1,0 mg /
10 mL darah. Tidak dapat digunakan untuk darah apus yang menggunakan cat
Romanowsky.
c. Tri sodium sitrat
Dipergunakan dalam bentuk larutan : 0,106 = 3,13 %. Takaran = 9 volume
darah : 1 volume anti koagulan. Tri sodium sitrat digunakan untuk studi
koagulasi.
d. Natrium sitrat
Bersifat tidak toksik, maka dapat dicampur dalam spuit saat pengambilan
darah, untuk studi koagulasi dipakai perbandingan darah dengan anti koagulan
1:9, LED dipakai darah dan antikoagulan 4:1, dapat digunakan untuk
pemeriksaan :LED, studi koagulasi, dan transfuse.
e. Double oksalat
Bersifat toksik, digunakan dalam bentuk kering, dengan takaran : 2 mg / mL
darah, mempengaruhi bentuk sel darah sehingga terjadi hemolisa.
f. Natrium fluoride
Digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah, anti koagulan ini dapat
mencegah glukolisis, takaran pemakaian 10 mg / mL darah.
g. ACD (acid citrate dextrose)
takaran pakai tiap 1 mL untuk 4 mL darah
2. Hb Sahli
Pemeriksaan kadar hemoglobin dapat dilakukan dengan metode:
1. Kolorimetri visual
a. Tallquis
b. Spencer
c. Haden Housser
d. Sahli
2) Kolorimetrik / fotoelektrik
Prinsip metode Sahli ialah mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi
akibat perubahan Hb menjadi asam hematin setelah penambahan HCl 0,1 N
(tidak semua Hb terukur).
Nilai rujukan menurut Dacie:
Dewasa laki-laki : 12,5 – 18,0 gr%
Dewasa wanita : 11,5 – 16,5 gr%
Bayi < 3 bulan : 13,5 – 19,5 gr%
Bayi > 3 bulan : 9,5 – 13,5 gr%
Umur 1 tahun : 10,5 – 13,5 gr%
Umur 3-6 tahun : 12,0 – 14,0 gr%
Umur 10-12 tahun : 11,5 – 14,5 gr%
Cara Sahli kurang teliti jika dibandingkan dengan cara
cyanmethhemoglobin tetapi masih jauh lebih baik daripada Tallquis yang
menggunakan kertas dan dicocokkan dengan kertas standart. Kesalahan yang
terjadi diperkirakan sebesar 10%. Kesalahan yang terjadi akibat:
1. Keadaan alat: volume pipet tidak tepat, warna tabung sudah pucat.
2. Pemeriksa: ketajaman mata seseorang berbeda-beda, intensitas sinar yang
kurang, terdapat gelembung udara, darah pada ujung pipet tidak dihapus,
waktu tidak tepat satu menit sehingga asam hematin belum sempurna
terbentuk.
3. Reagensia: HCl 0,1%
Bila menggunakan darah kapiler kemungkinan akan memberikan hasil
yang lebih rendah bila dipijit-pijit pada waktu pengeluaran darah setelah
penusukan.
Gula darah
Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi
sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan
sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi
dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf.
Kelebihan karbohidrat dalam tubuh akan diubah menjadi lemak yang terjadi di hati.
Lemak kemudian dibawa ke sel-sel lemak yang dapat menyimpan lemak dalam
jumlah tidak terbatas.(Ganong-2003)
Secara umum glukosa didapat dari makanan sehari-hari (post prandial) atau
dapat pula dari glikogenilisis dan glukoneogenesis (keadaan puasa). Glukosa akan
dimetabolisme melalui oksidasi, dan disimpan dalam bentuk glikogen atau lemak.
(Pantjita-2004)
Proses yang pertama adalah glikolisis yaitu proses pengubahan glukosa
dengan bantuan berbagai macam enzim dan menghasilkan asam piruvat. Glikolisis
dapat terjadi apabila otot berkontraksi karena digunakan untuk bekerja. Asam piruvat
yang terbentuk dari proses glikolisis akan mengalami siklus asam sitrat (daur Krebs)
yaitu serangkaian reaksi kimia dalam mitokondria yang mengubah asam piruvat
menjadi CO2, H2O dan sejumlah energi dalam bentuk ATP. Apabila jumlah asam
piruvat yang terbentuk berlebihan, maka akan akan direduksi menjadi asam laktat
dengan bantuan enzim laktat dehidrogenase. Asam laktat akan dibawa oleh darah ke
hati dan diubah menjadi glukosa kembali melalui proses glukoneogenesis. Jumlah
glukosa yang terlalu berlebihan akan disimpan dengan jalan mengubah glukosa
menjadi glikogen dalam hati dan jaringan otot melalui proses glikogenesis.(Poedjiadi-
1994)
Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya
berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar glukosa dalam keadaan puasa ataupun
post prandial diatur oleh interaksi antara insulin dan glukagon. Insulin merangsang
peyimpanan nutrisi melalui glikogenesis, lipogenesis dan sintesa protein. Sebaliknya
glukagon berfungsi untuk mencegah hipoglikemia dengan merangsang proses
glikogenolisis dan glukoneogenesis. Pencegahaan hipoglikemia pada keadaan pusa
sangat penting karena glukosa berperan penting sebagai sumber energi untuk system
saraf sentral, dan ketidak mampuan system saraf sentra untuk berfungsi dengan baik
akan terjadi bila kadar glukosa < 40 mg/dl. Sebaliknya pencegahan hiperglikemia juga
penting untuk menghindari kehilangan kalori karena glikosuria, bila kadarnya > 180
mg/dl (nilai ambang ginjal). (Murray-2000)
Kadar gula darah biasanya naik hingga 120-140 mg/dL selama jam 30 atau
satu jam sesudah makan, tetapi system umpan balik yang mengatur kadar glukosa
darah dengan cepat mengembalikan konsentrasi glukosa ke nilai kontrolnya, biasanya
terjadi 2 jam sesudah absorpsi karbohidrat yang terakhir. Pada waktu kelaparan fungsi
glukoneogenesis dari hati menyediakan glukosa yang dibutuhkan untuk
mempertahankan kadar glukosa darah sewaktu puasa. (Oswari-2006). Menurut
kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) 2006,
seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa >126
mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL.
Untuk pasien diabetes yang stabil, pemerksaan urin merupakan surveillance
yang sangat memuaskan, baik terapi diet, obat hipoglikemik oral, atau insulin.
Namun, harus diketahui bahwa konsentrasi glukosa urin mencerminkan kadar glukosa
sebelumnya dan mungkin secara akurat menunjukkan perubahan akut dalam
pengaturan glukosa.
I. Cara Kerja
Percobaan 1 : Finger prick
Lokasi : salah satu bagian volar jari tangan
Prosedur :
a. operator mencuci tangannya sebelum melakukan tindakan
b. ujung distal jari tangan yang akan diambil darahnya di pijat-pijat dengan arah dari
proksimal ke distal sehingga tampak ujung distal jari kemerahan penuh dengan
darah
c. bersihkan ujung distal jari yang akan ditusuk dengan kapas dibasahi larutan
antiseptik.
d. Tusukkan lokasi yang sudah diberikan tersebut dengan ujung jarum steril secara
cepat.darah yang keluar segera ditampung atau diteteskan pada alat pembaca gula
darah digital.
e. Lokasi penusukan jarum segera ditekan dengan kasa steril dibasahi larutan
antiseptik selama kira-kira 1 menit.
f. Pastikan darah tidak keluar lagi dari lokasi penusukan jarum.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
a. Kapas
b. Obyek glass
c. Cawan petri
d. Botol penampung
e. Karet penghisap
f. Hemometer Sahli
g. Batang pengaduk
h. Mikroskop
i. Alat periksa gula darah
Bahan :
1. Spesimen darah vena kapiler
2. Larutan HCl 0,1 N
3. Aquades
4. Metilen 90%
5. Larutan giemsa
PEMERIKSAAN KADAR HB (metode Sahli)
Cara kerja :
1. Tabung pengencer diisi dgn HCl 0,1N sampai angka 2
2. Darah dihisap dgn pipet Hb sampai angka 20 cmm à hapus ujungnya à
masukan dlm tabung pengencer à campur dgn HCl
3. Didiamkan 1 menit
4. + aquades à diaduk à dibandingkan dgn warna larutan standar
5. Skala dibaca di tempat terang.
V. HASIL
Nama probandus : Dewi silviani
Umur probandus : 20 tahun
Jenis kelamin probandus : Perempuan
1. Pemeriksaan Hb Sahli
Kadar Hb probandus = 8,5 gr% à rendah (anemia)
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum Patologi Klinik kali ini dilakukan berbagai macam
pemeriksaan dengan menggunakan bahan utama berupa sampel darah. Pemeriksaan
darah atau biasa disebut dengan pemeriksaan hematologi digunakan untuk berbagai
kepentingan medis, salah satunya adalah untuk membantu menegakkan diagnosis.
Kejadian suatu penyakit dapat diidentifikasi dengan adanya hasil pemeriksaan
hematologi yang abnormal. Pemeriksaan hematologi dibagi menjadi pemeriksaan
hematologi rutin dan pemeriksaan lanjutan. Hasil dari pemeriksaan darah rutin dapat
dijadikan pedoman untuk pemeriksaan lanjutan.
Pemeriksaan darah rutin atau pemeriksaan hematologi rutin meliputi :
1. Hemoglobin
2. Gula darah
Dalam praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan hemoglobin dengan metode
Sahli. Sebelum pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dilakukan terlebih dahulu
dilakukan sampling darah kapiler. Pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan
metode Sahli adalah pemeriksaan hemoglobin dengan cara yang paling sederhana.
Pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan metode Sahli ini menggunakan
prinsip : “Kadar Hb ditentukan berdasarkan perubahan warna yang terjadi pada
perubahan Hb menjadi asam hematin setelah penambahan HCl 0,1 N”. Pemeriksaan
Hb dengan metode ini hasilnya kurang akurat.
Kurang akuratnya hasil yang didapatkan tersebut disebabkan oleh :
1. Volume pemipetan yang tidak tepat
2. Warna tabung standart yang sudah pucat atau pudar
3. Ketajaman mata tiap orang (sebagai pemeriksa) yang berbeda-beda.
4. Intensitas sinar di ruang pemeriksaan yang kurang
5. Terdapat gelembung udara
6. Darah pada ujung pipet tidak dihapus
7. Waktu yang tidak tepat satu menit sehingga asam hematin belum
sempurna terbentuk.
Dari hasil praktikum didapatkan kadar Hb probandus sebesar 8,5 gr%. Kadar
Hb probandus tersebut dapat disimpulkan sebagai kadar Hb rendah dan probandus
dapat dikatakan anemia. Anemia adalah suatu penyakit yang dikarenakan adanya
gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang , kehilangan jumlah darah merah
(eritrosit) secara kebutuhan fisiologis atau kecelakaan, dan hemolisis (penghancuran
eritrosit) belum waktunya. Hal ini sangat berkaitan dengan keadaan probandus ada
saat praktikum berlangsung, yaitu sedang masa menstruai, sehingga asupan darah
pada tubuh berkurang dan terjadi anemia. Sedangkan nilai normal untuk wanita
dewasa adalah sekitar 11,5-16,5 gr%.
Kadar hemoglobin normal bervariasi tergantung dari umur, jenis kelamin, dan
geografi (tinggi rendahnya daerah). Pada daerah tinggi terdapat lebih sedikit O2,
sehingga jumlah eritrosit pun meninggi, sehingga kadar hemoglobin pun meninggi.
Pada daerah yang berlawanan terjadi sebaliknya. Penurunan kadar hemoglobin
menurun secara fisiolgis pada keadaan hamil, dan penurun patologis pada thalasemia,
hemoglobinopathi, anemia kurang besi, perdarahan akut, perdarahan kronis, anemia
sideroblastik, infeksi kronis, dan leukimia. Peningkatan kadar hemoglobin terjadi
pada polisitemia dan dehidrasi. Sintesis Hemoglobin dimulai dengan Suksinat
(sebagai Suksinil Ko-A) dan glisin bergabung di dalam organ hemopoetik membentuk
asam α-amino β-ketoadipat dan kemudian asam δ-amino levulinat dihasilkan di
bawah pengaruh ALA sintase yang merupakan enzim pengatur kecepatan bagi
keseluruhan sintesa hemoglobin. Dua molekul ALA berkondensasi menjadi
porfobilinogen, monopirol pengganti dan empat molekul porfobiblinogen
berkondensasi (menggunakan uroprofirinogen I sintase dan uroporfirinogen III
kosintase) membentuk komponen isomer terapitol (porfirin) siklik., uroporfirinogen
seri 1 dan seri 3. uroporfirinogen 1 merupakan prekursor porfirin lain.
Uroporfirinogen III dikonversi menjadi koproporfirinogen selanjutnya menjadi
protoporfirinogen IX yang menchelasi ion ferro untuk membentuk hem. Tiap empat
hem bergabung dengan satu molekul globin menjadi hemglobin.
Pada pemriksaan gula darh hasil pemeriksaannya adalah .......... pada saat
pemerikaan pasien dalam keadaan puasa. Standar GDP adalah 110-125.
Aplikasi klinis
1. Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat6.
Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejalanya yaitu 3P (polidipsi, polifagi,
poliuri) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah yang tinggi
(tidak normal). Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil setelah
penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan.
Kriteria Diagnostik Gula darah (mg/dL)
Bukan
Diabetes
Pra
DiabetesDiabetes
Puasa < 110 110-125 > 126
Sewaktu < 110 110-199 > 200
Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah tes toleransi glukosa. Tes
ini dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya pada wanita hamil. Hal ini untuk
mendeteksi diabetes yang sering terjadi pada wanita hamil.
Penderita berpuasa dan contoh darahnya diambil untuk mengukur kadar gula
darah puasa. Lalu penderita diminta meminum larutan khusus yang mengandung
sejumlah glukosa dan 2-3 jam kemudian contoh darah diambil lagi untuk diperiksa. Pada
penderita diabetes, konsetrasi glukosa darah puasa hampir selalu di atas 126 mg/dl.
Glukosa darah gagal untuk turun dibawah kadar kontrol. Gagalnya glukosa turun di
bawah kadar kontrol menunjukkan bahwa peningkatan normal sekresi insulin setelah
makan glukosa tidak terjadi pada penderita diabetes melitus.
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk
mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon
yang tepat terhadap insulin.
Ada 2 tipe Diabetes Mellitus, yaitu:
1. Diabetes Mellitus tipe 1 (diabetes yang tergantung kepada insulin)
2. Diabettes Mellitus tipe 2 (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin, NIDDM)
Diabetes Mellitus tipe 1 Diabetes Mellitus tipe 2
Penderita menghasilkan sedikit insulin Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang
atau sama sekali tidak menghasilkan
insulin
kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi
tubuh membentuk kekebalan terhadap
efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin
relatif
Umumnya terjadi sebelum usia 30
tahun, yaitu anak-anak dan remaja.
Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa,
tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun
Para ilmuwan percaya bahwa faktor
lingkungan (berupa infeksi virus atau
faktor gizi pada masa kanak-kanak
atau dewasa awal) menyebabkan
sistem kekebalan menghancurkan sel
penghasil insulin di pankreas. Untuk
terjadinya hal ini diperlukan
kecenderungan genetik.
Faktor resiko untuk diabetes tipe 2 adalah
obesitas dimana sekitar 80-90% penderita
mengalami obesitas.
90% sel penghasil insulin (sel beta)
mengalami kerusakan permanen.
Terjadi kekurangan insulin yang berat
dan penderita harus mendapatkan
suntikan insulin secara teratur
Diabetes Mellitus tipe 2 juga cenderung
diturunkan secara genetik dalam keluarga
Penyebab diabetes lainnya adalah:
Kadar kortikosteroid yang tinggi
Kehamilan (diabetes gestasional)
Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang
tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan
dikeluarkan melalui air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air
kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah
yang banyak (poliuri). Akibatnya, maka penderita merasakan haus yang berlebihan
sehingga banyak minum (polidipsi).
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita mengalami
penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali
merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan
berkurangnya ketahanan tubuh selama melakukan olah raga.
Penderita diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih peka
terhadap infeksi.
Diabetes Mellitus tipe 1 Diabetes Mellitus tipe 2
Timbul tiba-tiba. Tidak ada gejala selama beberapa
tahun. Jika insulin berkurang semakin
parah maka sering berkemih dan
sering merasa haus.
Berkembang dengan cepat ke
dalam suatu keadaan yang
disebut dengan ketoasidosis
diabetikum.
Jarang terjadi ketoasidosis.
a. Diabetes tipe 1
Pada penderita diabetes tipe 1, terjadi suatu keadaan yang disebut dengan
ketoasidosis diabetikum. Meskipun kadar gula di dalam darah tinggi tetapi sebagian
besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga sel-sel ini mengambil
energi dari sumber yang lain.
Sumber untuk energi dapat berasal dari lemak tubuh. Sel lemak dipecah dan
menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan
darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah
rasa haus dan berkemih yang berlebihan, mual, muntah, lelah dan nyeri perut
(terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh
berusaha untuk memperbaiki keasaman darah.
Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan,
ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya
beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe 1
bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin
atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius.
b. Diabetes tipe 2
Penderita diabetes tipe 2 bisa tidak menunjukkan gejala-gejala selama
beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang
berupa sering berkemih dan sering merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis.
Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya
terjadi akibat infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi
berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu
keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.
Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet.
Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan
pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga secara teratur
Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati
dengan obat oral. Jika pengendalian berat badan dan berolahraga tidak berhasil maka
dokter kemudian memberikan obat yang dapat diminum (oral = mulut) atau menggunakan
insulin.
1. Obat hipoglikemik oral
Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara
adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I.
Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini
menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh
pankreas dan meningkatkan efektivitasnya.
Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi
meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan
cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.
2. Terapi Sulih Insulin
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus
diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui
suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan
per-oral (ditelan). (Slamet-2001)