pie redenominasi
DESCRIPTION
redenominasiTRANSCRIPT
Pengertian Redenominasi
Redenominasi Rupiah adalah pengurangan digit (angka 0) dengan maksud untuk
menyederhanakan mata uang menjadi 0 lebih sedikit tanpa mengurangi nilai mata uang
tersebut. Contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1. Dan diikuti oleh harga-harga barang dipasar.
Misalnya harga sebuah Baju dari Rp. 150.000,- menjadi Rp. 150,- harga baju tetap Rp. 150,-
sehingga tidak mempengaruhi daya beli dan daya beli masyarakat tidak berubah.
Tujuan Redenominasi Mata Uang
Redenominasi suatu mata uang ini timbul akibat inflasi yang menyebabkan harga produk dan
jasa semakin lama semakin besar jumlah penulisannya. Besarnya angka mata uang akan
dapat memengaruhi transaksi harian karena risiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan
oleh jumlah lembaran uang yang harus dibawa. Nilai psikologis manusia juga akan
terpengaruh karena manusia akan merasa tidak nyaman dan efektif dalam menangani
perhitungan angka dalam jumlah besar.
I. Latar Belakang Redenominasi
Dalam rangka menciptakan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan handal Bank
Indonesia melakukan suatu kebijakan yang disebut redenominasi. Redenominasi mata uang
rupiah menentukan salah satu kewenangan Bank Indonesia dalam rangka mengatur dan
menjaga keselarasan sistem pembayaran di Indonesia. Adapun alasan yang melatarbelakangi
Bank Indonesia melakukan redenominasi mata uang rupiah adalah karena :
1. Uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini adalah Rp 100.000,- yang merupakan
pecahan terbesar kedua di dunia setelah mata uang Vietnam yang pernah mencetak
500.000 Dong. Namun tidak memperhitungkan negara Zimbabwe yang pernah
mencetak 100 miliar dolar Zimbabwe dalam satu lembar mata uang.
2. Munculnya keresahan atas status rupiah yang terlalu rendah ketimbang mata uang
lainnya, misalnya terhadap dolar, euro, dan uang global lainnya, bukan soal substansi
tapi soal identitas karena kekuatan mata uang kita relatif stabil, cadangan devisa juga
1
aman, inflasi terjaga (satu digit), investasi juga tidak ada persoalan, kinerja ekonomi
kita baik.
3. Pecahan uang Indonesia yang selalu besar akan menimbulkan ketidakefisienan dan
ketidaknyamanan dalam melakukan transaksi, karena diperlukan waktu yang banyak
untuk mencatat, menghitung dan membawa uang untuk melakukan transaksi
sehingga terjadi ketidakefisienan dalam transaksi ekonomi.
4. Untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan kawasan ASEAN dalam
memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015.
5. Untuk menghilangkan kesan bahwa nilai nominal uang yang terlalu besar seolah –
olah mencerminkan bahwa di masa lalu, suatu negara pernah mengalami inflasi yang
tinggi atau pernah mengalami kondisi fundamental ekonomi yang kurang baik.
Perbedaan Redenominasi dan Sanering
Sanering Rupiah :
Sanering Rupiah adalah melakukan pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan
nilai uang. sebuah Baju dari Rp. 150.000,- menjadi Rp. 150,- sementara harga baju tetap Rp.
150,000,- sehingga menurunkan daya beli masyarakat. Sanering rupiah bertujuan mengurangi
jumlah uang yang beredar akibat lonjakan harga-harga. Dilakukan karena terjadi hiperinflasi
(inflasi yang sangat tinggi).
Redenominasi :
Redenominasi Rupiah bertujuan menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan
nyaman dalam melakuan transaksi. Tujuan berikutnya, mempersiapkan kesetaraan ekonomi
Indonesia dengan negara regional. Redenominasi dilakukan saat kondisi makro ekonomi
stabil. Ekonomi tumbuh dan inflasi terkendali. Sedangkan Sanering dilakukan dalam kondisi
makro ekonomi tidak sehat, inflasi sangat tinggi (hiperinflasi).
Tahap Redenominasi
2
Indonesia memiliki rencana akan melakukan redenominasi pada tahun 2020, dengan
beberapa tahapan antara lain :
1. Tahun 2011 – 2012
Masa menyiapkan berbagai macam hal seperti yang menyangkut akuntansi, pencatatan,
sistem informasi.
2. Tahun 2013 – 2015 masa transisi
Pada masa transisi ini nantinya harga barang akan ditulis dalam dua harga (1) ditulis dengan
harga rupiah yang lama, (2) ditulis dengan harga rupiah yang baru. Contohnya harga sebuah
barang Rp. 10.000,- akan diberikan label harga Rp. 10.000,- dan Rp. 10,-. Pada saat masa
transisi ini kedua mata uang akan berlaku Rupiah lama dan Rupiah baru, termasuk uang
kembaliannya.
3. Tahun 2016 -2018
Pada tahun 2016 – 2018 uang kertas (rupiah lama) akan benar-benar habis, BI akan
melakukan penarikan uang kertas lama.
4. Tahun 2019 – 2020
Uang Baru dan Uang Lama sudah tidak ada lagi. Indonesia akan kembali pada rupiah hasil
Rendominasi, namun nilai yangnya lebih kecil. Untuk mata uang kecil berlaku uang koin dan
nilai pecahan sen akan berlaku lagi.
II. Dampak dari Redenominasi Terhadap Perekonomian
Dampak redenominasi rupiah yang akan timbul nanti dipastikan tidak akan berpengaruh
besar pada ekonomi mikro karena daya beli masyarakat tetap akan sama dan masyarakat
tidak perlu panik dan trauma dengan kejadian masa lalu pada tahun 1959-1966 dimana
pemerintah melakukan senering yakni dimana nilai uang dari Rp. 500 dipotong menjadi Rp.
50 dan uang Rp. 1,000 dipotong menjadi Rp. 100,-. Karena dari pengertian senering rupiah
saja sudah jelas perbedaannya yaitu pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan
3
nilai uang, sementara tidak dilakukan pada harga-harga barang, yang mengakibatkan daya
beli masyarakat menurun. Untuk memudahkan pemahaman kita, silahkan perhatikan gambar
berikut ini :
Kementerian perdagangan akan merasakan dampak yang besar pada masa transisi nanti
karena harus aktif dalam memantau penerapan pencantuman harga ganda sebelum kebijakan
redenominasi diterapkan
Jika kita bandingkan mata uang rupiah dengan mata uang negara lain sangat jauh
perbedaannya. Di negara lain nominalnya kadang sangat kecil namun nilainya besar,
misalkan saja mata uang Malaysia atau Singapura. Belum lagi mata uang dollar Amerika
yang memiliki pecahan hingga $100 yang jika dirupiahkan sama dengan Rp.970.000 (kurs
4
9700). Yang artinya kita harus menukar uang Rupiah sebanyak 97 lembar uang Rp.100.000
untuk menukar 1 lembar uang pecahan $100.
Adapun ilustrasi dari redominasi rupiah bisa anda lihat pada gambar berikut ini :
Seharusnya dari sekarang pemerintah dalam hal ini BI sudah mulai gencar melakukan
sosialisasi melalui media baik media cetak maupun elektronik untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat akan penerapan, sistem dan dampak redenominasi rupiah.
Kondisi ekonomi Indonesia yang relatif stabil dan cenderung meningkat dan melihat kondisi
ekonomi makro yang terus tumbuh serta laju infalsi yang terkendali merupakan saat yang
tepat untuk melakukan redenominasi rupiah.
Efek Redenominasi Rupiah
5
Efek jika nilai mata uang terlalu besar dan jika tidak dilakukan redenominasi adalah :
o Proses input data, pengelolaan data base, pelaporan data dan penyimpanan data akan
cenderung tidak efisien.
o Pelaksanaan sistem akuntansi dan pelaporan serta penerapan teknologi informasi,
tidak efesien.
o Penggunaan digit yang terlalu banyak menimbulkan pemborosan dalam penyajian
laporan dan akuntansi serta dalam penggunaan memori pada berbagai perangkat IT.
o Uang dengan jumlah digit yang terlalu banyak akan menimbulkan kerumitan
perhitungan dalam transaksi ekonomi sehingga berpotensi menimbulkan kekeliruan serta
memakan waktu lebih lama.
o Sistem pembayaran nontunai, jumlah digit yang terlalu besar dapat menyebabkan
permasalahan transaksi akibat nilai transaksi yang melampaui jumlah digit yang dapat
ditoleransi oleh infrastruktur sistem pembayaran dan sistem pencatatan.
o Denominasi rupiah yang besar kurang mendukung pendidikan dasar anak usia sekolah
karena transaksi tunai sehari-hari yang jumlah digitnya besar.
Lalu timbul pertanyaan, haruskan Rendominasi dilakukan terhadap mata uang Rupiah saat
ini?
Jika Rendominasi dilakukan untuk meningkatkan Image dan Persepsi masyarakat
Internasional terhadap Rupiah dan Citra Postitif terhadap perekonomian Indonesia
maka rendominasi harus untuk dilakukan. Hal ini untuk menyetarakan Indonesia
dengan negara-negara lainnya.
Dan disisi lain transaksi internasional maksimal menggunakan angka 16 digit. Jika
tidak di Rendominasi maka angka 0 di mata uang rupiah akan terus bertambah seiring
dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia .
Redenominasi merupakan hal yang sederhana, tidak mengurangi nilai uangnya hanya
mengurangi nilai nominalnya dari Rp. 1,000,- menjadi Rp. 1,-. Namun redenominasi
ini menjadi rumit manakala masyarakat dan pelaku usaha baik yang modern maupun
yang tradisional tidak memahami sesungguhnya arti dari Redenominasi itu sendiri.
Disisi lain adanya Redenominasi maka harga akan terlihat murah, misalnya harga
sebuah baju yang semula hargnya Rp. 175.000,- dengan Redenominasi Rupiah maka
6
harganya akan menjadi Rp. 175,-. Maka ada kemungkinan oknum menaikan harga
menjadi Rp. 200,- hal semacam inilah yang bisa memicu laju inflasi dan perlu
mendapatkan pengawasan dari pihak terkait.
Sehingga, redenominasi rupiah :
a. Redenominasi Rupiah merupakan hal yang harus / urgent dilakukan untuk meningkatkan
image dan persepsi masyarakat Internasional serta untuk meningkatkan citra postif
terhadap perekonomian Indonesia.
b. Proses Sosialisasi terhadap imlementasi Redenominasi harus dalam jangka waktu yang
cukup sampai masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan memahami arti dan tujuan
redenominasi rupiah tersebut.
c. Dilakukan pengawasan yang ketat terhadap para pelaku usaha untuk tidak mengambil
keuntungan yang berlipat ganda dari kesan murahnya harga barang setelah terjadinya
redenominasi untuk menghindari inflasi yang tidak terkendali.
IV. Upaya yang Dilakukan Oleh Pemerintah
Terkait dengan penerapan kebijakan redenominasi, terdapat berbagai upaya dari pemerintah,
antara lain:
Kini redenominasi bukan hanya sekadar wacana seperti yang digulirkan pada tahun
lalu. Bentuknya telah berupa Rancangan Undang-Undang (RUU) Redenominasi
Uang. RUU ini sedang dalam tahap harmonisasi di tingkat pemerintah. Dari
pemerintah, RUU ini akan dibawa dan dibahas di DPR.
Tahapannya dari Bank Indonesia, pemerintah, serta Kementerian Keuangan telah
berkoordinasi dan RUU redenominasi uang telah dimasukkan ke Kementerian
Hukum dan HAM. Setelah mencapai harmonisasi, akan dibahas lebih lanjut.
Setelah UU tersebut disetujui, redenominasi baru efektif diberlakukan setelah 10
tahun kemudian.
7
Upaya yang dilakukan dalam 10 tahun masa transisi tersebut adalah sosialisasi,
transisi, penarikan mata uang lama, dan penghapusan tanda redenominasi di mata
uang.
Berikut tahapan redenominasi:
2011-2012 : Sosialisasi
2013-2015 : Masa Transisi
2016-2018 : Penarikan Mata Uang Lama
2019-2022 : Penghapusan Tanda Redenominasi di Mata Uang dan Proses
Redenominasi Selesai.
BAB III
8
PENUTUP
I. Kesimpulan
Redenominasi Rupiah adalah pengurangan digit untuk menyederhanakan mata uang dengan
tidak mempengaruhi daya beli dan daya beli masyarakat tidak berubah dimana redenominasi
rupiah yang akan timbul nanti dipastikan tidak akan berpengaruh besar pada ekonomi mikro
karena daya beli masyarakat tetap akan sama dan masyarakat. Redenominasi suatu mata uang
ini bertujuan untuk menciptakan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal,
persiapan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan negara regional, dan lain-lain.
Pemerintah berpendapat perlu diadakannya Rendominasi Rupiah adalah untuk meningkatkan
Image dan Persepsi masyarakat Internasional terhadap Rupiah dan Citra Postitif terhadap
perekonomian Indonesia, dan untuk menyetarakan Indonesia dengan negara-negara lainnya.
Yang penyampaiannya kepada masyarakat memiliki peran penting pemerintah yaitu untuk
melakukan Sosialisasi; Masa Transisi ; Penarikan Mata Uang Lama dan Penghapusan Tanda
Redenominasi di Mata Uang dan Proses Redenominasi Selesai yang akan direncankan
dilaksanakan mulai tahun 2011 sampai 2022 dan selama pelaksanaannya, dilakukan
pengawasan yang ketat terhadap para pelaku usaha untuk tidak mengambil keuntungan yang
berlipat ganda dari kesan murahnya harga barang setelah terjadinya redenominasi untuk
menghindari inflasi yang tidak terkendali.
II. SARAN
9
Kondisi ekonomi Indonesia yang relatif stabil dan cenderung meningkat dan melihat kondisi
ekonomi makro yang terus tumbuh serta laju infalsi yang terkendali merupakan saat yang
tepat untuk melakukan redenominasi rupiah, seharusnya dari sekarang pemerintah dalam hal
ini BI sudah mulai gencar melakukan sosialisasi melalui media baik media cetak maupun
elektronik untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan penerapan, sistem
dan dampak redenominasi rupiah agar tidak terjadi kesalahpahaman masyarakat atas arti
sebenarnya dari redonominasi dan agar kebijakan redenominasi ini dapat segera dilaksanakan
untuk pembentukan Citra Positif bagi perkembangan perekonomian
10