phpt kedelai.docx

29
STRATEGI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI MAKALAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Disusun oleh : Kelompok 1 - Agroteknologi J Whisnu Bramastyo 150510120092 Mustika Andianny 150510120099 Hadi Nurkholis 150510120103 Dhaddy Dwimantara 150510120118 UNIVERSITAS PADJADJARAN

Upload: dhaddy-dwimantara

Post on 21-Dec-2015

257 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: phpt kedelai.docx

STRATEGI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI

MAKALAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas

Mata Kuliah Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu

Disusun oleh :

Kelompok 1 - Agroteknologi J

Whisnu Bramastyo 150510120092

Mustika Andianny 150510120099

Hadi Nurkholis 150510120103

Dhaddy Dwimantara 150510120118

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

2014

Page 2: phpt kedelai.docx

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya, serta dengan usaha kami, kami dapat menyelesaikan

makalah ini. Adapun isi dari makalah ini yaitu mengenai Strategi Pengendalian

Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kedelai.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut

membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk dukungan

moril maupun materil kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini.

Tak ada segala sesuatu di dunia ini yang sempurna, begitu pula dengan

makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua

pembaca demi kesempurnaan dalam pembuatan laporan di kemudian hari.

Jatinangor, September 2014

Penulis

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai ii

Page 3: phpt kedelai.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2. Tujuan.....................................................................................................................1

BAB II.......................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.......................................................................................................................2

2.1. Pengetahuan Dasar PHT...............................................................................................2

2.2. Hama dan Penyakit Tanaman Kedelai..........................................................................3

2.2.1. Hama Tanaman Kedelai.........................................................................................3

2.2.2. Penyakit Tanaman Kedelai...................................................................................5

2.3. Komponen Teknologi PHT pada Kedelai.......................................................................6

BAB III....................................................................................................................................14

PENUTUP...............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai iii

Page 4: phpt kedelai.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangDi Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun

Indonesia masih harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Hal ini

terjadi karena kebutuhan kedelai di Indonesia cukup tinggi. Kedelai dibutuhkan

untuk memenuhi kebutuhan protein murah bagi masyarakat dalam upaya

meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Sejalan dengan pertambahan jumlah

penduduk maka permintaan akan kedelai semakin meningkat.

Dalam prosesnya, hama merupakan salah satu faktor yang memengaruhi

hasil produksi dari tanaman kedelai. Dalam penanggulangan hama sampai kini

petani masih mengandalkan pestisida, yang aplikasinya sering kurang sesuai

dengan kaidah-kaidah cara pengendalian yang bijaksana seperti frekuensi yang

terlalu tinggi, dosis insektisida yang kurang optimal atau penggunaan volume

semprot yang kurang dari semestinya. Penanggulangan hama dengan cara

demikian itu sebenarnya bertentangan dengan konsep pengendalian atau

pengelolaan hama terpadu (PHT).

Dalam usaha pengendalian harus selalu dicari teknologi pengendalian yang

ramah lingkungan. Sebelum melakukan pengendalian prasyarat yang harus

dipenuhi adalah harus cerdas dan teliti dalam identifikasi, pengetahuan luas

mengenai bioekologi hama, fluktuasi populasi, dan diketahui daerah

penyebarannya.

1.2. TujuanTujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas

mata kuliah Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu serta untuk mengetahui

bagaimana strategi yang tepat untuk mengendalikan hama tanaman kedelai

secara terpadu sehingga ramah terhadap lingkungan dan tidak menimbulkan

masalah yang baru.

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 1

Page 5: phpt kedelai.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengetahuan Dasar PHTDalam PHT digunakan sedikit mungkin pestisida dan dimanfaatkan

sebanyak mungkin mekanisme pengendalian hama untuk menjaga agar populasi

hama berada di bawah aras yang menyebabkan kerugian ekonomis.

Pendekatannya berakar pada pemikiran ekologi, yaitu bahwa sistem

pengendalian hama yang merupakan subsistem dari suatu sistem produksi

tanaman dapat menjaga kelestarian produktivitas tanaman dan lahan, menjaga

keseimbangan alami dan daur ulang sumber daya lingkungan, dengan

menggunakan sistem masukan yang rendah dan integrasi strategi pengendalian.

Bioekologi hama dan musuh alami

Informasi biologi tanaman, hama, serta musuh alami diperlukan antara lain

untuk mempelajari tahapan pertumbuhan dan perkembangan serangga hama,

preferensi hama terhadap tanaman dan hubungan timbal balik inang (tanaman)

dan hama, dan juga mengetahui siklus hidup dan kebiasaan musuh alami

sehingga musuh alami tersebut dapat digunakan secara efektif dalam

pengendalian hama.

Ekologi hama antara lain untuk mengetahui dinamika populasi hama

kaitannya dengan inang dan faktor pembatas alamiah pertumbuhan populasinya,

utamanya musuh alaminya dan lingkungan abiotik, serta faktor yang mendukung

kelimpahan hama misalnya kemampuan mengatasi kondisi buruk akibat faktor

iklim dan tersedianya tanaman inang pengganti. Informasi tersebut diperlukan

untuk menentukan taktik pengendalian hama, yaitu teknik bercocok tanam,

sanitasi, pengendalian mekanis, atau pengendalian hayati.

Identifikasi (Taksonomi)

Dapat mengidentifikasi dengan baik dan benar juga merupakan salah satu

strategi pengelolaan hama terpadu. Dalam suatu ekosistem pertanian selalu

terdapat rantai makanan antara tingkat produsen primer (tanaman budidaya,

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 2

Page 6: phpt kedelai.docx

gulma, dan vegetasi lain), tingkat konsumen primer, dan tingkat konsumen

sekunder.

Status komunitas serangga berpotensi hama dalam PHT perlu ditetapkan

secara jelas, mana hama utama, mana hama potensial, dan mana yang bukan

hama. Demikian pula halnya dengan dominasi spesies di dalam komunitas hama.

Selain itu perlu dikaji pula bagian tanaman yang menjadi sasaran hama untuk

menetapkan metode pemantauan, penarikan contoh, dan taktik pengendalian

yang tepat.

Tanaman Inang

Pada umumnya serangga tidak menggantungkan hidupnya pada satu jenis

tanaman inang tetapi juga mempunyai beberapa inang lain. Hal ini akan lebih

mendukung keberhasilannya hidup di alam.

Daerah penyebaran hama

Daerah penghasil utama kedelai akan memungkinkan terjadinya serangan

hama yang lebih luas daripada daerah lain yang bukan kedelai sebagai penghasil

utamanya. Setiap hama mempunyai daerah sebaran yang berbeda-beda sesuai

dengan lingkungan yang mendukung kehidupan mereka. Masing-masing hama

akan menyebabkan kualitas dan kuantitas hasil panen kedelai menurun.

Ambang Ekonomi

Ambang ekonomi atau ambang kendali merupakan dasar tindakan

pengendalian kimiawi. Ambang kendali dapat berdasar tingkat kerusakan

tanaman akibat serangan hama. Di Indonesia, untuk mengurangi penggunaan

insektisida terutama di sentra produksi kedelai, anjuran penggunaan insektisida

yaitu apabila populasi atau kerusakan sudah mencapai ambang kendali.

2.2. Hama dan Penyakit Tanaman Kedelai

2.2.1. Hama Tanaman Kedelai

Riptortus linearis

Riptortus licornis merupakan hama yang dikenal sebagai penghisap

polong. Tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh R. linearis bergantung

pada frekuensi serangan hama pada tahap pertumbuhan polong dan biji.

Selain itu, kerusakan dapat juga dipengaruhi oleh jumlah dan letak tusukan

pada biji (Tengkano et al. 1992). Serangan R. linearis pada fase

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 3

Page 7: phpt kedelai.docx

pembentukan polong akan menyebabkan polong kering dan gugur. Serangan

pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong

dan biji hampa. Serangan R. linearis yang terjadi pada fase pengisian biji

menyebabkan biji berwarna hitam dan busuk. Serangan pada fase

pemasakan polong menyebabkan biji berlubang dan akhirnya menyebabkan

kuantitas maupun kualitas hasil panen berkurang hingga 80% (Tengkano et

al. 1982).

E. Zinckenella

Serangga ini termasuk famili Pyralidae dan ordo Lepidoptera.

Serangga ini menyerang polong dan menyebabkan polong menjadi

berlubang. Larva yang baru menetas langsung masuk ke dalam polong dan

makan biji. Saat akan berpupa, larva akan berwarna 10 merah muda dan

meninggalkan polong untuk berpupa di dalam tanah. Imago mudah dikenali

karena adanya garis tipis berwarna kuning pada bagian tepi depan sayap

depan (Kalshoven 1981).

Nezara viridula

Serangga ini termasuk famili Pentatomidae dan ordo Hemiptera.

Kepik ini bersifat polifag. Berwarna hijau dan berukuran sekitar 16 mm.

Telur diletakkan berkelompok di bagian bawah permukaan daun sebanyak

10 sampai 90 butir telur per kelompok. Nimfanya berwarna terang.

Perkembangan dari nimfa menjadi imago memerlukan waktu 4 sampai 8

minggu dan waktu yang diperlukan untuk mennyelesaikan satu siklus hidup

berkisar antara 60 sampai 80 hari. Serangga betina mampu menghasilkan

telur hingga 1100 butir (Kalshoven 1981).

Spodoptera litura F.

Ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan salah satu hama daun

yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas meliputi kedelai,

kacang tanah, kubis, ubi jalar, kentang, dan lain-lain. Spodoptera litura

disebut sebagai ulat grayak karena ulat ini dalam jumlah yang besar

(mencapai ribuan) beramairamai menyerbu dan memakan tanaman pada

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 4

Page 8: phpt kedelai.docx

malam hari dan tanaman akan habis dalam waktu yang singkat (Pracaya

2007). Ulat dan imago S. litura hanya keluar pada malam hari dan

bersembunyi pada waktu siang hari, menyerang tanaman budidaya pada fase

vegetatif yaitu memakan daun tanaman yang muda sehingga tinggal tulang

daun saja dan pada fase generatif dengan memangkas polong– polong muda

(Direktorat PerlindunganTanaman Pangan 1985). Menurut Adisarwanto &

Widianto (1999) serangan S. litura menyebabkan kerusakan sekitar 12,5%

dan lebih dari 20% pada tanaman umur lebih dari 20 hst

2.2.2. Penyakit Tanaman Kedelai

Karat Daun

Penyakit karat pada kedelai yang disebabkan oleh Phakopsora

pachyrizi merupakan salah satu penyakit pada tanaman kedelai yang sangat

merugikan. Serangan P. pachyrizi dapat menurunkan hasil dan mutu benih.

Keru gian hasil bervariasi dari 0 hingga 100% (Sudjono 1984).

Infeksi P. Pachyrizi telah diketahui dapat menyebabkan daun-daun

gugur sebelum waktunya sehingga menurunkan hasil panen (Rossiana et al.

1997). Selain itu, serangan P. pachyrizi pada kedelai yang berumur 50-70

hari dapat menghambat proses pembentukan polong (Sudjono 1984). Hal ini

disebabkan berkurangnya fotosintat tanaman sebagai bahan baku

pembentukan polong akibat terganggunya laju fotosintesis di daun yang

terinfeksi P. Pachyrizi

Hawar Daun

Patogen penyebab hawar daun pada tanaman kedelai adalah

Pseudomonas syringae pv glycinea. Gejala pada umumnya terlihat pada

daun, tapi sering juga pada batang, tangkai polong dan polong. Bercak pada

daun berbenfuk persegi dan tern bus cahaya dan kebasahan dengan warna

kuning menjadi merah sampai hitam. Daun yang terinfeksi mengalami

chlorotik yang akhirnya bagian tengah sakit dan daun jadi rontok.

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 5

Page 9: phpt kedelai.docx

Bercak pada biji menyebabkan biji mengkerut dan berwarna hitam.

Tanaman kedele yang masih muda akan mati bila terserang. Perkembangan

penyakit didorong suhu yang relatif tinggi dan cuaca yang lembab.

Kerdil Kedelai

Kerdil kedelai atau Soybean Stunt disebabkan oleh Soybean Stunt

Virus (SSV) yang ditularkan oleh Aphis glycines dan A. Craccivora atau

melalui benih kedelai. Tanaman inang virus kerdil kedelai sangat banyak

sehingga mudah tersebar.

Gejala kerusakan tanaman akibat serangan penyakit kerdil kedelai

adalah tanaman tumbuh kerdil, pada helai daun tampak adanya mosaik,

daun agak menggulung dan keriput, dan tulang daun terang (vein clearing).

Gejala khas yang menunjukkan adanya serangan penyakit ini adalah

terdapatnya belang coklat yang konsentris pada kulit biji yang terserang

virus.

2.3. Komponen Teknologi PHT pada KedelaiTanaman kedelai ditanam di desa Tambakrejo, kecamatan Tongas,

kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur. Benih kedelai yang ditanam yaitu

varietas Anjasmoro pada saat MK I dan jenis lahan yang digunakan adalah lahan

sawah.

Komponen teknologi pengendalian hama terpadu pada tanaman kedelai di

sini yaitu:

Varietas tahan

Penggunaan varietas tahan dilakukan dengan menanam varietas yang

tahan/toleran terhadap suatu hama. Tanaman yang menunjukkan kerusakan yang

lebih ringan atau mendapat serangan yang lebih kecil dibandingkan dengan yang

lainnya dalam keadaan lingkungan yang sama di lapang disebut tahan atau

resisten. Ketahanan suatu varietas terdiri atas satu atau beberapa komponen,

yaitu tidak disukai, antibiosis, dan toleran.

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 6

Page 10: phpt kedelai.docx

Tidak disukai (non preference) dan disukai (preference) menyangkut suatu

kelompok sifat-sifat inang dan reaksi-reaksi serangga yang menjurus ke

penghindaran atau pemilihan sesuatu inang, untuk bertelur, makan,

bersembunyi, atau untuk gabungan ketiga faktor tersebut.

Antibiosis adalah menyangkut pengaruh buruk terhadap kematian serangga,

ukuran, dan biologi yang diakibatkan oleh senyawa yang dikandung oleh

tanaman terhadap serangga.

Toleran adalah dasar ketahanan tanaman inang yang menunjukkan

kemampuan untuk tumbuh dan sembuh kembali dari kerusakan, sedang

pada kepadatan serangga yang sama dapat menimbulkan kerusakan

ekonomik pada inang yang peka.

Penggunaan varietas tahan dalam pengendalian hama kedelai merupakan

komponen penting, karena pelaksanaannya mudah dan murah serta tidak

berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Akan tetapi cara ini dapat

menimbulkan biotipe atau koloni baru. Kasus ini dapat dihindari dengan

pergiliran varietas yang mempunyai gen tahan yang berlainan. Penggunaan

varietas tahan ini dilakukan pada awal tanam sehingga bertujuan untuk

mencegah terjadinya serangan hama yang melebihi ambang ekonomi nantinya.

Tanaman yang digunakan pada rancangan ini adalah tanaman kedelai

varietas Anjasmoro. Kedelai varietas Anjasmoro tidak memiliki ketahanan

khusus terhadap serangan hama, namun memiliki ketahanan terhadap penyakit

karat daun.

Perlakuan Benih

Perlakuan benih (seed treatment) adalah pemberian bahan kimia dalam

rangka melindungi benih dari hama dan penyakit, baik yang terbawa benih,

serangan yang mungkin terjadi di penyimpanan maupun serangan di lapang.

Seed tratment memiliki tujuan untuk menghilangkan sumber infeksi (disinfeksi)

dan disinfestasi dari benih akibat berbagai organisme patogen tular benih

(seedborne) dan tular tanah (soilborne) serta hama gudang.

Seed treatment dilakukan dengan cara mencelupkan benih ke larutan

fungisida (Misalnya Alto 100 SL atau Dithane M-45) selama 5 menit lalu

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 7

Page 11: phpt kedelai.docx

dikeringkan dalam ruangan. Seed treatment dengan menggunakan fungisida ini,

dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit karat.

Tanaman perangkap efektif

Penggunaan tanaman perangkap untuk menarik hama tertentu dapat

membebaskan tanaman yang diusahakan dari serangga hama tersebut.

Contohnya adalah pertanaman jagung di sekitar pertanaman kedelai untuk

perangkap H. armigera. Tanaman jagung perangkap ini diusahakan berbunga

pada saat populasi hama H. armigera tinggi untuk menyerang tanaman kedelai.

Di daerah endemis ulat grayak, ulat buah, pengisap polong, dan penggerek

polong dapat dilakukan pengelolaan hama dengan menggunakan tanaman

perangkap, yaitu (Tabel 5):

Tabel 5. Tanaman perangkap untuk mengendalikan ulat grayak, ulat buah,

pengisap polong, dan penggerek polong kedelai

No Hama KedelaiTanaman

PerangkapKeterangan

1Ulat grayak (S.

litura)

Kedelai varietas

Dieng, dan galur

MLG 3023

Ngengat ulat grayak lebih

tertarik meletakkan telur pada

kedua varietas/galur kedelai

tersebut, maka ketiganya

ditanam sebagai perangkap di

sekitar pertanaman kedelai

yang ditanam.

2 Ulat buah (H.

armigera)

Jagung Ngengat ulat buah lebih

menyukai rambut jagung

sebagai tempat peletakan telur.

Agar masa tersedianya bunga

jagung segar di lahan minimal

selama 3 minggu, maka perlu

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 8

Page 12: phpt kedelai.docx

menanam 3 varietas jagung

yang umurnya berbeda

(genjah, sedang, dan dalam),

dan ketiga varietas tersebut

ditanam 21 hari sebelum tanam

kedelai. Jagung ditanam di

sekeliling unit hamparan

kedelai, dan di lereng

pematang membujur atau

melintang dengan arah timur-

barat (berjarak antar barisan

sekitar 25 m dan dalam barisan

25 cm). Tiap varietas ditanam

berselang-seling dan tiap

lubang tugal diisi 3 biji.

3 Pengisap

polong

(R. linearis,

N. viridula,

P. hybneri)

Sesbania rostrata

dan Kacang hijau

var. Merak

Pengisap polong lebih tertarik

pada S. Rostrata dan kacang

hijau var. Merak. S. Rostrata

ditanam 14 hari sebelum tanam

kedelai. Ditanam di sekeliling

unit hamparan kedelai dan di

lahan atau di setiap pematang

membujur/melintang (berjarak

antar bariasan sekitar 25 m),

dengan arah timur-barat.

Penanaman di pematang hanya

di satu sisi, ditanam dalam

barisan berjarak 10 cm, dengan

3-5 biji/lubang.

Kacang hijau (6 % dari luas

lahan) ditanam bersamaan

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 9

Page 13: phpt kedelai.docx

dengan tanam kedelai dan 6%

lainnya ditanam pada 1 MST.

Ditanam di bagian pinggir

hamparan kedelai, terutama

pada lahan yang berbatasan

dengan lokasi sumber infestasi

hama. Di daerah endemis kepik

coklat, luas tanaman kacang

hijau sekitar 10-12% dari luas

hamparan. Jarak tanam 40 cm

x 20 cm, dengan 2-3

biji/lubang.

Sampai saat ini penggunaan S.

Rostrata dinilai kurang efektif

dan efisien dalam tanaman

perangkap. Bentuk S. Rostrata

adalah pohon sehingga

menyulitkan dalam aplikasinya

di lapangan (hama yang

terperangkap susah untuk

diambil), selain itu tanaman ini

juga tidak punya nilai

ekonominya.

4 Penggerek

polong

(E.zinckenella)

Kedelai var. Dieng,

Malabar, MLG

3023, dan

Crotalaria

spp

Ngengat penggerek polong

lebih menyukai ketiga varietas

kedelai tersebut dan gulma

Crotalaria spp. Untuk

meletakkan telurnya. Di daerah

endemis penggerek polong,

perlu dilakukan penanaman

tanaman perangkap tersebut 14

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 10

Page 14: phpt kedelai.docx

hari sebelum tanam kedelai.

Luas tanaman perangkap

sekitar 12% dari luas hamparan

tanaman utama.

Penanaman tanaman perangkap disesuaikan dengan fase kritis dari hama-

hama tersebut menyerang tanaman kedelai, seperti tanaman jagung yang telah

dijelaskan sebelumnya.

Penggunaan Musuh Alami

Penggunaan musuh alami pada pengendalian hama mempunyai dampak yang

sangat besar dalam menjaga keseimbangan hayati di lingkungan pertanaman.

Musuh alami yang paling dominan adalah kumbang Paederus fuscipes,

Anaxipha longipennis, dan laba laba Pardosa pseudoannaluta dan Atypena

delinae (Taulu 2001). P. fuscipes dikenal dengan sebutan kumbang jelajah yang

aktif terbang di sekitar tanaman kedelai. Kumbang ini selain predator bagi imago

hama tanaman kedelai, juga sebagai predator bagi telur E. zinknella. P.

pseudoannulata merupakan jenis laba-laba pemburu yang dapat hidup pada tajuk

dan permukaan tanah pada pertanaman kedelai.

Pestisida nabati

Sebagai contoh pestisida nabati yaitu ekstrak biji dan daun mimba.

Keunggulan dan kelemahan pestisida nabati adalah sebagai berikut:

Keunggulan:

a. Penguraian yang cepat oleh sinar matahari

b. Memiliki pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan napsu makan serangga

c. Toksisitas rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman pada manusia dan

lingkungan

d. Memiliki spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan

bersifat selektif

e. Dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida

kimia

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 11

Page 15: phpt kedelai.docx

f. Fitoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman

g. Murah dan mudah dibuat oleh petani

Kelemahan:

a. Cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya harus

lebih sering

b. Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan bagi serangga)

c. Produksinya belum dapat dilakukan dalam jumlah besar karena keterbatasan

bahan baku

d. Kurang praktis

e. Tidak tahan disimpan

Fungsi pestisida nabati:

a. Repelen, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang

menyengat

b. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot.

c. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa

d. Menghambat reproduksi serangga betina

e. Racun syaraf

f. Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga

g. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap

serangga

h. Mengendalikan pertumbuhan patogen jamur/bakteri

Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV)

Bioinsektisida adalah mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai agen

pengendalian serangga hama. Pemanfaatan bioinsektisida sebagai agen hayati

pada pengendalian hama merupakan salah satu komponen pengendalian hama

terpadu (PHT). Terdapat enam kelompok mikroorganisme yang dapat

dimanfaatkan sebagai bioinsektisida, yaitu cendawan, bakteri, virus, nematoda,

protozoa, dan ricketsia (Santoso 1993; Tanada dan Kaya 1993). Empat

kelompok pertama merupakan jenis yang sering digunakan dan mempunyai

prospek yang baik untuk dikembangkan (Kaaya et al. 1996; Reithinger et al.

1997; Sosa-Gomez dan Moscardi 1997; Kim et al. 2001; Prayogo et al. 2004).

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 12

Page 16: phpt kedelai.docx

Biopestisida SlNPV merupakan biopestisida yang murah, mudah, dan efektif

mengendalikan ulat grayak dan hama lain pada kedelai.

Pergiliran tanaman

Pergiliran tanaman bertujuan untuk memutus daur hidup suatu hama

sehingga populasinya dapat ditekan dengan cara mencegah tersedianya

makanan, tempat untuk hidup dan berkembang biak. Syarat untuk pergiliran

tanaman yaitu hama bukan bersifat polifag. Sebagai contoh ialah untuk

mengendalikan hama lalat kacang dengan mengganti pertanaman kedelai dengan

tanaman bukan kacang-kacangan. Pergiliran tanaman ini bisa dilakukan setelah

tanaman kedelai dipanen.

Penentuan waktu tanam serempak

Tindakan tanam serempak dimaksudkan agar tersedianya makanan bagi

hama menjadi lebih pendek dan suatu saat akan menjadi periode tidak ada

pertanaman sehingga perkembangan populasi dapat dihambat. Sebagai contoh

untuk pengendalian lalat kacang tanam serempak harus dilakukan dengan selisih

waktu tidak lebih dari 10 hari. Tanam serempak ini dilakukan diawal

pertanaman.

Sanitasi tanaman kedelai

Sanitasi bertujuan untuk menghilangkan sumber serangan, inang alternatif

dengan melakukan pembersihan lahan dari tanaman/sisa tanaman terserang,

pembersihan pematang, saluran air, gulma, tanaman inang, semak-semak dan

tempat-tempat untuk bertelur. Sanitasi ini dilakukan selama proses penanaman

kedelai.

Pestisida buatan

Apabila hama utama tanaman kedelai yaitu Nezara viridula telah melewati

ambang ekonomi maka pengendaliannya bisa dengan insektisida deltametrin.

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 13

Page 17: phpt kedelai.docx

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan PHT kedelai efektif dan efisien mengendalian hama-hama utama kedelai.

Pemantauan jenis, populasi, dan tingkat serangan hama utama kedelai dan

analisis ekosistem serta keputusan pengendalian dengan insektisida berdasarkan

ambang kendali masing-masing hama sebagai dasar pengaplikasian insektisida

efektif dan efisien menekan tingkat infestasi hama, efisien mengurangi jumlah

pemakaian dan biaya insektisida.

Telah diketahui banyak sekali teknologi pengendalian hama terpadu yang ramah

lingkungan pada penanaman kedelai seperti penggunaan varietas tahan, tanaman

perangkap yang efektif, pestisida nabati, Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis

Virus (SlNPV), pergiliran tanaman, penentuan waktu tanam serempak, sanitasi

tanaman kedelai, dan yang terakhir barulah pengguaan pestisida buatan .

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 14

Page 18: phpt kedelai.docx

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto & Widianto, R. 1999.Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan

Sawah-Kering-Pasang Surut. Jakarta: Swadaya.

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 1985. Pengenalan Jasad Pengganggu

Tanaman Palawija. Jakarta: Dirjen Pertanian Tanaman Pangan.

Kaaya, G.P., E.N. Mwangi, and E.A. Ouna. 1996. Prospects for biological control of

livestock ticks Rhipicephalus appendiculatus and Amblyommavariegatum

using the entomogenous fungi Beauveria bassiana and Metarhizium

anisopliae. J. Invertebr. Pathol. (67): 15−20.

Kalshoven LGE 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Van der Laan PA,

penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari De Plagen

van the Culturgewassen in Indonesia.

Pracaya. 2007. Hama Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Prayogo, Y. 2004. Keefektifan lima jenis cendawan entomopatogen terhadap hama

penghisap polong kedelai Riptortus linearis (L.) (Hemiptera: Alydidae) dan

dampaknya terhadap predator Oxyopes javanus Thorell (Araneida:

Oxyopidae). [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Santoso, T. 1993. Dasar-dasar patologi serangga. Dalam E. Martono, E. Mahrub,

N.S. Putra, dan Y. Trisetyawati (Ed.). Simposium Patologi Serangga I.

Yogyakarta, 12−13 Oktober 1993. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

hlm. 1−15.

Tanada, Y. and H.K. Kaya. 1993. Insect Pathology. Academic Press, Inc., California.

Taulu LA. 2001. Kompleks artropoda predator penghuni tajuk kedelai. Bogor:

Institut Pertanian Bogor.

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 15

Page 19: phpt kedelai.docx

Tengkano W, Okada T, Tohir AM. 1988. Pengaruh serangan penghisap polong

terhadap daya kecambah benih kedelai. Balitan Bogor.

Sudjono S. 1984. Epidemiologi dan Pengendalian Penyakit Karat Kedelai

(Phakopsora pachyrizi Syd.) [disertasi]. Bogor: Departemen Hama dan

Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB

Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 16