phc 445 (sambirejo)

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan Diare masih menjadi masalah kesehatan yang paling umum terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Perkiraan konservatif menempatkan angka kematian global dari penyakit diare sekitar dua juta kematian pertahun (1,7 juta-2,5 juta kematian), dan merupakan peringkat ketiga diantara semua penyebab kematian penyakit menular di seluruh dunia (WHO, 2009). Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas/ Balai pengobatan, diare termasuk sepuluh besar penyakit pada kunjungan rawat jalan (Depkes RI, 2009). Diperkirakan di Indonesia ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya (Suraatmaja, 2007). Dari buku daftar penyakit di Puskesmas Sambirejo Sragen ditemukan bahwa jumlah pasien yang datang ke puskesmas kemudian didiagnosa diare sebanyak 387 kasus atau menempati urutan ke 7 dari 10 besar penyakit. Hal itulah yang mendorong kami untuk melakukan analisis lebih dalam tentang pencegahan terjadinya kasus diare di masa mendatang di lingkup Puskesmas Sambirejo B. Tujuan Kegiatan Mengetahui prioritas masalah dan pemecahan tingginya angka kejadian kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Sambirejo. 1

Upload: hanayuki-vizurei

Post on 25-Oct-2015

66 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PHC 445 (Sambirejo)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kegiatan

Diare masih menjadi masalah kesehatan yang paling umum terutama di negara

berkembang seperti Indonesia. Perkiraan konservatif menempatkan angka kematian global

dari penyakit diare sekitar dua juta kematian pertahun (1,7 juta-2,5 juta kematian), dan

merupakan peringkat ketiga diantara semua penyebab kematian penyakit menular di seluruh

dunia (WHO, 2009).

Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas/ Balai pengobatan, diare termasuk

sepuluh besar penyakit pada kunjungan rawat jalan (Depkes RI, 2009). Diperkirakan di

Indonesia ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya (Suraatmaja,

2007).

Dari buku daftar penyakit di Puskesmas Sambirejo Sragen ditemukan bahwa jumlah

pasien yang datang ke puskesmas kemudian didiagnosa diare sebanyak 387 kasus atau

menempati urutan ke 7 dari 10 besar penyakit. Hal itulah yang mendorong kami untuk

melakukan analisis lebih dalam tentang pencegahan terjadinya kasus diare di masa

mendatang di lingkup Puskesmas Sambirejo

B. Tujuan Kegiatan

Mengetahui prioritas masalah dan pemecahan tingginya angka kejadian kasus diare di

wilayah kerja Puskesmas Sambirejo.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi mahasiswa yaitu mahasiswa mampu dan berpengalaman dalam menerapkan

konsep-konsep pemecahan masalah tentang tingginya angka kejadian diare di Puskesmas

Sambirejo.

2. Manfaat bagi unit kesehatan setempat yaitu dapat memberikan informasi bagi unit

pelayanan kesehatan setempat, mengenai masalah yang ada dalam penjegahan

berkembangnya kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Sambirejo.

3. Manfaat untuk puskesmas yaitu dapat sebagai bahan informasi di dalam meningkatkan

peran sertanya dalam penanggulangan meningkatnya angka kejadian diare di wilayah

kerja Puskesmas Sambirejo.

1

Page 2: PHC 445 (Sambirejo)

BAB II

HASIL KEGIATAN DAN ANALISA PENYEBAB MASALAH

1. HASIL KEGIATAN

Hasil kegiatan dari Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Pukesmas Sambirejo

Sragen adalah diketahuinya profil dan kinerja sebagai berikut:

A. GAMBARAN UMUM SAMBIREJO

Puskesmas Sambirejo merupakan Puskesmas dengan fasilitas rawat inap dan

UGD 24 jam. Wilayah kerja Puskesmas adalah di Kecamatan Sambirejo, yang memiliki

gambaran :

Batas wilayah Sambirejo :

Terletak 12 km dari ibu kota seragen ke arah tenggara.

Terletak di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Kedawung,

Disebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Jenawi kabupaten Karanganyar,

Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Gondang.

Kecamatan sambirejo terdiri dari 9 desa (kelurahan) yaitu :

Desa Sukorejo

Desa Jambean

Desa jetis

Desa Musuk

Desa Kadipiro

Desa Sambirejo

Desa Blimbing

Desa Dawung

Desa Sambi

B. VISI DAN MISI

a. VISI :

2

Page 3: PHC 445 (Sambirejo)

Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Berkualitas Menuju Masyarakat Sambirejo Sehat

Yang Mandiri Dan Berkeadilan

b. MISI :

Meningkatkan kedisiplinan dan profesionalisme petugas

Memberikan pelayanan yang aman, ramah dan nyaman

Menjamin ketersediaan dan pemerataan Sumber Daya Kesehatan

Meningkatkan kesejahteraan dan kebersamaan petugas

Menciptakan lingkungan yang ASRI

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat

secara mandiri

C. PROGRAM KERJA PUSKESMAS SAMBIREJO

Program Kerja puskesmas sambirejo meliputi program yaitu:

a. Upaya Kesehatan Anak, Ibu & KB

Pelayanan upaya kesehatan Anak, Ibu & KB meliputi:

a) Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi, meliputi : K4, Persalinan tenaga kesehatan, Bumil

Resti yang dirujuk, kunjungan neonatus, kunjungan bayi, BBLR yg ditangani.

b) Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan remaja, meliputi :deteksi dini tumbuh

kembang anak Balita & pra sekolah, pelayanan kesehatan remaja

c) Keluarga Berencana, meliputi : peserta KB aktif

b. Upaya Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan bekerja sama dengan UKIPM (Unit Kesehatan Institusi

Pemberdayaan Masyarakat) dalam pembinaan dokter kecil, UKS, dan Pemberantasan

NAPZA. Tujuan dari promosi kesehatan dan UKIPM adalah untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat, Jenis pelayanan promosi kesehatan adalah :a) Pelayanan

Kesehatan anak sekolah : dengan indikator kinerja; cakupan pemeriksaan kesehatan

siswa TK, SD, SLTP/SLTA & setingkat oleh tenaga kesehatan. Atau tenaga

terlatih/guru UKS/Dokter Kecil.b) Penyuluhan prilaku sehat : dengan indikator

kinerja Bayi yang mendapat ASI eksklusif, Desa dengan garam beryodium baik,

Keluarga sadar gizi, Rumah tangga sehat, Posyandu purnama, Posyandu mandiri.c)

Upaya Perbaikan Gizi MasyarakatUpaya kesehatan perbaikan Gizi Masyarakat

3

Page 4: PHC 445 (Sambirejo)

meliputi :- Pemantauan pertumbuhan Balita, dengan indikator kinerja : Balita yang

datang dan ditimbang , Balita yang naik berat badannya, Balita Bawah Garis Merah.-

Pelayanan gizi, meliputi : Bayi (0-11 bln) mendapat kapsul Vit A 1 kali per tahun,

Balita (12-59 bln) mendapat kapsul Vit A 2 kali per tahun, Ibu nifas mendapat

kapsul Vit A, Bumil mendapat 90 tablet Fe, Pemberian MP ASI pada bayi BGM

Gakin, Balita gizi buruk mendapat perawatan. d) Perilaku Sehat : meliputi Bayi ASI

Eksklusif, Garam Beryodium.

c. Upaya Kesehatan Lingkungan

Program kerja dalam upaya kesehatan lingkungan antara lain adalah:

a) Pelayanan kesehatan lingkungan, meliputi indikator kinerja : rumah sehat desa,

penduduk yang memanfaatkan jamban, rumah yang memiliki SPAL, institusi

yang dibina.

b) Pelayanan pengendalian vektor, meliputi indikator kinerja : Rumah/bangunan

bebas jentik nyamuk Aedes.

c) Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum, meliputi indikator kinerja : Tempat

umum yang memenuhi syarat kesehatan.

d. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

a) P2 DBD, Program kerjanya meliputi Melaksanakan Fogging fokus,

melaksanakan survailans DBD, melaksanakan gerakan PSN, melaksanakan PJB-

AS, melaksanakan fogging SMP sebelum musim penularan. Indikator kinerja P2

DBD adalah:-Jumlah penderita DBD yang ditangani, - Jumlah incident rate

DBD per 100.000 penduduk- Jumlah CFR/angka kematian DBD per 10.000

penduduk.

b) P2 Polio, Program kerja P2 Polio adalah melaksanakan sweeping dan

imunisasai. Indikator kinerja P2 polio adalah AFP rate /10.000 penduduk kurang

dari 15 tahun, target ≥ 1.

c) P2 TBC, Program rutin yang dilakukan untuk pencegahan dan pemberantasan

penyakit TBC adalah dengan prenemuan penderita TBC dengan BTA +,

kunjungan rumah TB paru, kunjungan rumah TB paru yang mangkir, pertemuan

seluruh puskesmas sekawedanan kota Sragen, Pengobatan pendderita TB paru.

4

Page 5: PHC 445 (Sambirejo)

Target penemuan kasusu TBC BTA positif (CDR) 70%, Kesebuhan penderita

TBC BTA positif (CR) > 85%.

d) P2 Malaria, Program kerja P2 Malaria adalah pengambilan sampel malaria

(ACD, dan PCD)

e) P2 Kusta, Program kerja yang dilakukan P2 Kusta adalah Penemuan penderita

baru kusta, Kunjungan rumah penderita kusta, pengobatan penderita kusta.

f) P2 ISPA, Program P2 ISPA adalah penemuan penderita ISPA, kunjungan ke

rumah balita pneumonia berat. Indikator kinerjanya adalah jumlah cakupan

balita dengan pneumonia yang ditangani 100%.

g) P2 Diare, Program kerja P2 diare adalah penemuan penderita diare dan

pengobatan penderita diare. Indikator kinerja adalah balita diare yang ditangani

100%

h) P2 HIV AIDS, Program kerja P2 HIV AIDS Pengambilan sample darah

HIV/AIDS. Indikator kerja P2 HIV AIDS adalah klien yang mendapatkan

penanganan HIV AIDS 100%.

i) P2 Haji,Program kerja P2 Haji adalah melaksanakan pelacakan kesehatan

hseluruh calon jemaah Haji se kecamatan Sambirejo pasca 2 minggu kepulangan

dari tanah suci, menyelenggarakan kesehatan haji tahap 1 untuk seluruh calon

jemaah haji sekecamatan Sambirejo yang hendak berangkat ketanah suci.

e. Upaya Pelayanan Medik

Prioritas program pelayanan kesehatan adalah pemanfaatan masyarakat terhadap

puskesmas sebagai penyedia layanan kesehatan. Dalam pemberian pelayanan medis

puskesmas Sambirejo dibantu oleh puskesmas pembantu dan Poliklinik Kesehatan Desa

(PKD).

2. ANALISA PENYEBAB MASALAH

A. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Berdasarkan data laporan dari program kesehatan ibu dan anak didapatkan data

5

Page 6: PHC 445 (Sambirejo)

No Nama Penyakit BulanTOTA

L1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 ISPA 441 325 351 269 339 267 290 283 472 30372 Rematik 334 315 293 381 345 258 369 250 285 28303 Hipertensi 210 164 263 195 212 199 199 166 210 18184 Tukak lambung 101 127 109 188 166 125 139 137 142 12345 Kulit alergi 50 103 138 39 65 22 46 69 54 5866 Tifoid 44 70 64 35 82 38 39 50 68 4907 Diare 29 31 49 56 54 32 56 38 47 3878 Infeksi kulit 34 28 15 24 40 8 16 18 51 2349 Konjungtivitis 44 18 30 29 26 34 13 18 9 221

10 DM 22 19 8 12 11 16 7 1 5 155Tabel 2.1 Daftar 10 besar penyakit di Puskesmas Sambirejo Januari-September 2012

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa kasus tifoid berada di urutan ke-6 untuk total

banyaknya kasus. Namun angkat kejadiaannya cenderung meningkat di musim penghujan

terutama di bulan Mei.

B. Pemilihan Prioritas Masalah

Untuk mengetahui prioritas masalah digunakan tabel matrik, sebagai berikut

Tabel 2.2 Matrikulasi Prioritas Penyakit di Puskesmas Sambirejo Januari-September 2012

NO MASALAHI (IMPORTANCY)

T R IXTXR PeringkatP S RI DU SB PB PC

1 ISPA 5 2 2 2 1 2 2 3 2 96 92 Rematik 5 1 3 5 1 4 2 3 2 126 83 Hipertensi 4 5 3 2 1 3 4 3 5 330 34 Tukak lambung 4 4 4 3 1 2 2 2 2 80 105 Kulit alergi 3 1 2 3 1 3 2 4 3 180 76 Typoid 3 5 3 3 4 4 3 5 5 625 27 Diare 2 5 4 3 4 4 5 5 5 675 18 Kulit infeksi 2 2 2 3 3 2 1 4 4 240 59 Konjungtivitis 1 2 2 3 3 2 1 4 4 224 6

10 DM 1 4 3 2 1 3 3 3 5 255 4

Keterangan:

I = importance SB = social benefits

P = prevalence PB = public concern

S = severity PC = political climate

6

Page 7: PHC 445 (Sambirejo)

RI = rate of increase T = technology

D

U

= degree of unmet need R = resources

Kriteria: 1= sangat rendah; = rendah; 3= sedang; 4= tinggi; 5= sangat tinggi.

Dari hasil matrikulasi prioritas penyakit di Puskesmas Sambirejo bulan Januari-

September 2012, diare menempati peringkat pertama dengan total poin 675. Hal ini

menunjukkan bahwa diare adalah masalah yang pertama kali harus diselesaikan. walaupun

jumlah besarnya kasus diare hanya menempati peringkat ke-7, namun jika dianalisis lebih

menyeluruh, ternyata tifoid lebih penting dari pada penyakit yang lain.

Diare mendapatkan poin 2 untuk prevalensi karena ia menempati peringkat ke tujuh

dengan total kasus selama bulan Januari-September tahun 2012 sebanyak 387 kasus, berbeda

jauh dari ISPA dengan total kasus 3037. Untuk severity akibat yang ditimbulkan oleh

masalah, diare mendapat poin 5 karena komplikasinya yang berat, mulai dari dehidrasi

sampai menyebabkan syok hipovolemik yang merupakan suatu kedaruratan, hal ini berbeda

jauh dari ISPA yang pada umumnya hanya disebabkan flu biasa yang bisa sembuh dengan

sendirinya.

Sedangkan untuk rate of increase (kenaikan besarnya masalah), diare mendapatkan

poin 3, karena jika ditelaah lebih lanjut pada bulan 2 dan 3 serta bulan 8 dan 9 terdapat

peningkatan kasus yang cukup signifikan. Sedangkan untuk degree of unmet need (derajat

keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi) diare mendapat poin 3 yang berarti sedang

karena setelah melakukan wawancara dengan masyarakat setempat dan petugas puskesmas,

keingintahuan masyarakat tentang diare itu sendiri sudah cukup terpenuhi, seperti salah

satunya dengan adanya program PHBS (Pola Hidup Bersih Sehat) yang dilaksanakan oleh

Puskesmas di daerah setempat. Hal ini berbeda jauh dari kasus rematik yang diberi poin 5,

karena masyarakat pada umumnya ingin benar-benar terbebas dari rematik, namun secara

medis walaupun itu gout arthritis, osteo arthritis ataupun rheumatoid arthritis kesemuanya

memerlukan penatalaksanaan jangka panjang dan berkelanjutan.

Sosial benefit (atau keuntungan sosial) terselesaikannya kasus diare mendapatkan poin

4 yang berarti tinggi, karena menurut literatur diare merupakan penyakit menular dan

bahkan dalam kondisi tertentu dapat menjadi wabah. Selain itu orang yang menderita diare

cenderung menurun produktifitasnya karena menggangu aktifitas.

7

Page 8: PHC 445 (Sambirejo)

Public concern (keprihatinan public) pada kasus diare adalah tinggi (poin 4), karena

diare sendiri merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat

menyebabkan kematian dan penyebab utama malnutrisi pada anak dengan usia di bawah 5

tahun. Sedangkan political climate (suasana politik) yang mendukung penanganan diare

sudah sangat tinggi. Karena sudah banyaknya program dari pemerintah untuk penanganan

diare, seperti Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan LINTAS DIARE yakni lima langkah

tuntaskan diare yaitu: pemberian oralit dengan osmolaritas yang rendah, pemberian tablet

suplemen zinc, teruskan pemberian ASI dan makanan tambahan, pengobatan dengan

antibiotika harus selektif hanya atas indikasi, serta penjelasan dan pemberian nasehat. Selain

itu juga terdapat program PANSIMAS yaitu  proyek penyediaan air minum dan sanitasi

berbasis masyarakat, kerja sama antara WHO dan Depkes yang sudah berjalan di tiga desa

di Sambirejo (Depkes RI, 2009).

Untuk kelayakan teknologi yang tersedia, diare mendapatkan poin tinggi yaitu 5,

karena teknologi yang dibutuhkan untuk penanggulangan diare cukup sederhana. Misalnya

dengan penyediaan tempat cuci tangan yang memadai di sekolah-sekolah agar para siswa

dapat mencuci tangannya sebelum makan, pengolahan makanan yang baik dan higienis,

menutup makanan agar tidak dihinggapi lalat, merebus air hingga benar-benar mendidih,

membuang sampah pada tempatnya dan lain sebagainya. Pada prinsipnya teknologi untuk

penanggulangan diare sudah tersedia, tinggal tantangannya bagaimana masyarakat mau

berusaha memanfaatkannya (Schneider, 2012).

Dan yang terakhir resource (sumber daya) diare juga mendapat poin 5, karena

puskesmas Sambirejo sudah memiliki 2 bidan desa di tiap desa yang bisa memberikan

pelatihan dan penyuluhan. Selain itu untuk pendanaan program pencegahan diare bisa

digabungkan dengan program yang lain semisal PHBS.

8

Page 9: PHC 445 (Sambirejo)

Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bula pertama

Tidak tersedianya jamban memenuhi standar

Kurang tersedianya sarana air bersih (SAB)

Kurangnya sanitasi lingkungan

Penyuluhan PHBS minim evaluasi keberhasilan

Kontaminasi bakteri pada air tanah

Kebiasaan BAB tidak di jamban

Belum membudayanya cuci tangan dan penyiapan makanan yang benar

Banyaknya materi PHBS yang disuluhkan dalam satu waktu

Tujuan Program PHBS tidak tercapai

MASYARAKAT

LINGKUNGAN

Eschericia coli

PUSKESMAS

Sumber Penularan

Penderita pada fase infeksi

C. Diagram Tulang Ikan Penyebab Masalah

Berdasarkan dari diagram tulang ikan yang telah dibuat diatas, dapat diidentifikasi bahwa

terjadinya kasus diare karena 4 faktor utama, yaitu faktor penyebaran kuman yang

menyebabkan diare, program Puskesmas, perilaku masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Faktor penyebaran kuman yang menyebabkan diare adalah kuman penyebab diare biasanya

menyebar melalui fekal oral, antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja

dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dari masyarakat sendiri

yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya

diare dari perilaku tersebut antara lain, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan

sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak; penggunaan air

minum yang sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah dimana

9

Page 10: PHC 445 (Sambirejo)

tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat

mengambil air dari tempat penyimpanan; menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila

makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan

berkembang biak; penggunaan botol susu yang memudahkan pencernakan oleh kuman

karena botol susah dibersihkan; tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar

karena sering beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya

mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja binatang dapat

menyebabkan infeksi pada manusia; tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6

bulan pada pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare

lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi

berat juga lebih besar.

Faktor selanjutnya adalah perilaku masyarakat dan lingkungan sekitar. Penyakit diare

merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua faktor yang dominan, yaitu

sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan

perilaku manusia yaitu apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare,

serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, contohnya yaitu melalui

makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. Salah satu faktor

risiko yang juga sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih

(SAB), sanitasi,  jamban,  saluran pembuangan air limbah (SPAL),  kualitas bakterologis air,

dan kondisi rumah. Kualitas air minum yang buruk yang disebabkan oleh sanitasi yang

buruk pula dapat menyebabkan kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi

masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi

bakteri  E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai

yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini (Setiawan 2007). Salah

satu perilaku kebiasaan masyarakat yang paling sering disoroti yang berhubungan dengan

kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.

Sedangkan dari segi Puskesmas Sambirejo, sebenarnya sudah melakukan penyuluhan dan

penggalakkan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk 5 tantanan yaitu tatanan rumah

tangga, sekolah, tempat umum,tempat kerja dan institusi kesehatan. Di tahun 2012 sampai

bulan Juli dari data yang didapat dari penanggung jawab program Promosi Kesehatan,

setidaknya telah dilakukan penyuluhan PHBS sebanyak 71 kali (lampiran 2), namun karena

10

Page 11: PHC 445 (Sambirejo)

banyaknya materi dan kurangnya evaluasi terhadap hasil penyuluhan, hal ini membuat

tujuan masyaratkat tidak benar-benar paham dan melaksanakan PHBS. Indikator PHBS

yang berhubungan dengan terjadinya kasus diare antara lain penggunaan air bersih, jamban

sehat, membuang sampah pada tempatnya, cuci tangan dengan menggunakan sabun, serta

hanya mengkonsumsi jajanan di lingkungan sekolah bagi anak sekolah (Hanim, 2011).

11

Page 12: PHC 445 (Sambirejo)

BAB III

PENETAPAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH

Setelah diketahui faktor penyebab masalah, kemudian dibuat alternatif pemecahan untuk

mengatasi faktor penyebab tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.1 Alternatif Pemecahan Masalah

No Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

1. Kebiasaan masyarakat BAB di sungai 1. Berkoordinasi dengan perangkat desa untuk membuat aturan

dan hukuman yang melarang BAB di sungai

2. Advokasi kepada perangkat desa agar menggerakkan warga

untuk bergotong-royong membuat jamban bersama

2. Belum membudayanya cuci tangan dan

penyiapan makanan yang benar

3. Peltihan mencuci tangan dan peyiapan makanan yang benar

secara berkala untuk ibu-ibu.

4. Pelatihan mencuci tangan yang benar pada anak-anak sekolah

secara berkelanjutan.

3. Masih kurangnya pengeatahuan

masyarakat tentang pentingnya

pemberian ASI eksklusif

5. Penyuluhan kepada WUS dan ibu hamil tentang pentingnya

ASI eksklusif

4. Penyuluhan PHBS minim evaluasi

keberhasilan

6. Mengevaluasi tercapainya PHBS setiap periode tertentu bekerja

sama dengan kader kesehatan dan bidan desa.

5. Terlalu banyaknya materi PHBS yang

disuluhkan dalam satu waktu

7. Melakukan penyuluhan dan pelatihan beberapa indikator

PHBS, terutama yang berhubungan dengan kasus diare secara

mendalam dan bertahap.

Untuk menentukan prioritas pemecahan masalah, dilakukan skoring dengan metode

matriks sebagaimana tabel 3.2 dengan kriteria sebagai berikut:

a. Efektivitas pemecahan masalah

Untuk menentukan efektivitas pemecahan masalah digunakan kriteria:

1) Magnitude (M) yaitu besarnya masalah

2) Importance (I) yaitu pentingnya pemecahan masalah

3) Vulnerability (V) yaitu sensitifitas dalam mengatasi masalah yang dihadapi

Nilai efektivitas untuk setiap alternatif pemecahan masalah adalah mulai dari angka 1

(paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling efektif)

12

Page 13: PHC 445 (Sambirejo)

b. Efisiensi pemecahan masalah

Efisiensi ini dikaitkan dengan biaya (Cost, C) yang diperlukan untuk melaksanakan

pemecahan masalah. Nilai efisiensi yakni angka 5 (paling efisien) sampai angka 1 (paling

tidak efisien).

Menghitung nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif pemecahan masalah, dengan

mengalikan nilai M x I x V x C. Pemecahan masalah dengan nilai P tertinggi adalah prioritas

pemecahan masalah terpilih.

Tabel 3.2 Matrikulasi Alternatif Pemecahan Masalah

No Daftar Pemecahan MasalahEfektifitas Efisiensi

(C)

Jumlah

MxIxVxCM I V

1. Berkoordinasi dengan perangkat desa untuk membuat

aturan dan hukuman yang melarang BAB di sungai

4 4 3 3 144

2. Peltihan mencuci tangan dan peyiapan makanan yang

benar secara berkala untuk ibu-ibu.

5 5 4 3 300

3. Pelatihan mencuci tangan yang benar pada anak-

anak sekolah secara berkelanjutan

5 5 4 4 400

4. Advokasi kepada perangkat desa agar menggerakkan

warga untuk bergotong-royong membuat jamban bersama

4 4 4 4 256

5. Penyuluhan kepada WUS dan ibu hamil tentang

pentingnya ASI eksklusif

5 4 4 4 320

6. Mengevaluasi tercapainya PHBS setiap periode tertentu,

bekerja sama dengan kader kesehatan dan bidan desa.

4 5 5 3 300

7. Melakukan penyuluhan dan pelatihan beberapa indikator

PHBS, secara terpisah terutama yang berhubungan

dengan kasus diare secara mendalam dan bertahap.

4 5 5 3 300

Berdasarkan kriteria matriks diatas maka urutan prioritas pemecahan masalah adalah sebagai

berikut:

a. Pelatihan mencuci tangan yang benar pada anak-anak sekolah secara berkelanjutan

b. Penyuluhan kepada WUS dan ibu hamil tentang pentingnya ASI eksklusif

c. Pelatihan mencuci tangan dan peyiapan makanan yang benar secara berkala untuk ibu-ibu.

d. Mengevaluasi tercapainya PHBS setiap periode tertentu, bekerja sama dengan kader

kesehatan dan bidan desa.

13

Page 14: PHC 445 (Sambirejo)

e. Melakukan penyuluhan dan pelatihan beberapa indikator PHBS, secara terpisah terutama

yang berhubungan dengan kasus diare secara mendalam dan bertahap.

f. Advokasi kepada perangkat desa agar menggerakkan warga untuk bergotong-royong

membuat jamban bersama

g. Berkoordinasi dengan perangkat desa untuk membuat aturan dan hukuman yang melarang

BAB di sungai

Untuk mengetahui berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman rencana pelatihan

mencuci tangan yang benar untuk anak-anak sekolah secara berkelanjutan dilakukkan analisis

SWOT sebagai berikut:

Kekuatan (S)

Ada tenaga profesional

Tersedianya dana (APBD II)

Puskesmas sudah terbiasa bekerja sama

dengan institusi pendidikkan

Tiap desa memiliki 2 bidan desa

Kelemahan (W)

Banyaknya tugas yang diemban oleh

petugas Puskesmas

Anggaran untuk beberapa kegiatan

Peluang (O)

Adanya dokter kecil di

tiap institusi pendidikan

yang bisa dilatih

Kebiasaan pada anak akan

dibawa sampai masa

dewasa

Strategi SO

Melakukan pelatihan secara umum pada

tiap anak sekolah.

Melakukan pelatihan secara khusus untuk

dokter kecil.

Strategi WO

Dokter kecil dilatih untuk

mengevaluasi dan mencontohkan

mencuci tangan yang benar sebelum

pelajaran dimulai, tiap 1 minggu

sekali. (saat upacara bendera)

Ancaman (T)

Banyaknya institusi pendidikkan di Sambirejo ((28 SD, 3 MI, 2 MTs, 1, 3 SMP, 1 SMA, 1 SMK)

Mengambil waktu kegiatan belajar mengajar

Belum semua Institusi pendidikkan menyediakan sarana cuci tangan

Strategi ST

Bidan desa melakukan pelatihan mencuci

tangan pada institusi pendidikkan di

desanya

Menghubungi institusi pendidikkan untuk

perijinan pelatihan.

Melakukan advokasi kepada institusi

pendidikkan agar menyediakan fasilitas

mencuci tangan

Strategi WT

Pelatihan mencuci tangan

digabungkan dengan program kerja

yang lain. (misal Bulan Imunisasi

Anak Sekolah atau Cek Kesehatan

Siswa Sekolah)

Tabel 3.3 Analisis SWOT pemecahan masalah terpilih

14

OT

SW

Page 15: PHC 445 (Sambirejo)

BAB IV

PLAN OF ACTION

Kegiatan I : Pelatihan Mencuci Tangan di Sekolah Dasar (SD) secara Berkelanjutan

a. Tujuan

Pemberdayaan murid sekolah dasar untuk membiasakan anak usia dini melakukan cuci

tangan yang benar

b. Materi

Melakukan pelatihan mencuci tangan yang benar kepada murid sekolah untuk kemudian

mereka mengevaluasi dan saling mengingatkan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari

baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah.

c. Sasaran

Murid sekolah dasar di institusi pendidikan binaan Puskesmas Sambirejo

d. Pelaksana

Petugas UKI-PM

e. Waktu

1 kali/bulan

f. Biaya

Rp. 100.000,00

g. Lokasi

Institusi pendidikan binaan Puskesmas Sambirejo

Kegiatan II : Pelatihan Mencuci Tangan yang Benar Terhadap Ibu-Ibu di Posyandu

a. Tujuan

Mencegah terjadinya kasus diare pada anak-anak & balita

b. Materi

Melakukan pelatihan mencuci tangan yang benar kepada ibu-ibu di posyandu oleh bidan

desa.

c. Sasaran

Ibu-ibu yang berkunjung ke Posyandu

d. Pelaksana

Bidan desa

15

Page 16: PHC 445 (Sambirejo)

e. Waktu

1 kali/Bulan

f. Biaya

Rp. 100.000, 00

g. Lokasi

Posyandu Balita binaan Puskesmas Sambirejo

16

Page 17: PHC 445 (Sambirejo)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Tujuan kepaniteraan umum ini adalah menambah pengalaman dan wawasan dalam suatu

pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif dan holistik, mengetahui struktur

organisasi dan pendelegasian tugas-tugas di Puskesmas, mengetahui program-program

Puskesmas dan pelaksanaannya dalam masyarakat serta kemampuan manajemen dalam

mengatasi masalah-masalah yang ada.

2. Berdasarkan matrikulasi masalah, walaupun prevalensinya tidak terlalu tinggi namun

diare masih menjadi masalah utama yang terjadi di masyarakat

3. Prioritas utama dalam penanggulangan masalah diare di wilayah kerja Puskesmas

Sambirejo adalah pelatihan mencuci tangan di Sekolah Dasar (SD) secara berkelanjutan

B. SARAN

1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan promotif dan preventif tanpa mengabaikan

upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif.

2. Melakukan penyuluhan dan pelatihan beberapa indikator PHBS, secara terpisah terutama

yang berhubungan dengan kasus diare secara mendalam dan bertahap.

3. Memberdayakan Masyarakat untuk aktif dalam mencapai tujuan dari program PHBS agar

bisa terhindar dari berbagai penyakit, salah satunya diare

17

Page 18: PHC 445 (Sambirejo)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Buku Pedoman Pengendalian Diare. Jakarta: Ditjen PP & PL.

Schneider, Keith., Renee Schneider. Dealing with Foodborne Illness : Thyphoid Fever,

Salmonella Typhi. http://edis.ifas.ufl.edu/fs125 (diakses 5 November 2012)

Setiawan. 2007. Diare Akut Karena Infeksi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:

Balai Penerbit FK UI.

Suraatmaja S. 2007. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.

WHO. Diarrhoeal Disease (Updated August 2009). In

http:www.Who.int/vaccine_research/disease/diarrhoeal/en/index html. (diakses tanggal 5

November 2012)

18