petunjuk praktikum kimia analisis...

46
Disusun oleh : Dwi Putri Safnurbaiti, M.Clin.Pharm.,Apt. PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS HAMZANWADI 2017/2018 PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

Upload: dangphuc

Post on 07-May-2018

274 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

Disusun oleh :

Dwi Putri Safnurbaiti, M.Clin.Pharm.,Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS HAMZANWADI

2017/2018

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

Page 2: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

i

PETUNJUK PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS

Disusun Oleh :

Dwi Putri Safnurbaiti, M.Clin.Pharm., Apt.

Program Studi Farmasi

Universitas Hamzanwadi

2017/2018

Page 3: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

ii

KATA PENGANTAR

Allhamdulillahi Robbil’alamin. Puja dan puji syukur kehadirat Allah swt yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga buku Petunjuk Praktikum

Kimia Analisis ini dapat diselesaikan. Buku ini ditujukan untuk membantu mahasiswa

dalam mempraktekan dan memahami prinsip-prinsip kimia analisis dalam bidang

farmasi.

Buku Petunjuk Praktikum Kimia Analisis terdiri dari dua bagian. Bagian

pertama yaitu analisis kualitatif identifikasi senyawa (obat), dan bagian kedua yaitu

analisis kuantitatif yang berhubungan dengan teknik volumetrik termasuk metode-

metode yang digunakan. Harapan setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa

mampu memahami dan menerapkan segala aspek analisis kualitatif dan kuantitatif

sesuai dengan kaidah kimia.

Semoga buku Petunjuk Praktikum Kimia Analisis ini bermanfaat dan dapat

digunakan bagi mahasiswa. Buku petunjuk ini masih banyak kekurangannya, sehingga

penyusun mengharapkan sumbangan kritik dan saran untuk perbaikan buku ini.

Selong, September 2017

Penyusun

Dwi Putri Safnurbaiti, M.Clin.Pharm., Apt.,

Page 4: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PETUNJUK UMUM ......................................................................................... 1

A. Tata Tertib .................................................................................................. 1

B. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama praktikum .................................... 2

C. Teknik Analisis Kualitatif........................................................................... 2

D. Prinsip dalam analisis kuantitatif ................................................................ 4

E. Teknik Analisis Volumetri ....................................................................... 10

BAB II ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION ..................................... 14

A. Tujuan ....................................................................................................... 14

B. Bahan kimia yang dibutuhkan .................................................................. 14

C. Alat ........................................................................................................... 14

D. Sistematika Kerja ...................................................................................... 14

BAB III ANALISIS KUALITATIF SENYAWA OBAT .......................................... 19

A. Tujuan ....................................................................................................... 19

B. Bahan Kimia ............................................................................................. 19

C. Alat-alat .................................................................................................... 19

D. Sistematika Kerja ...................................................................................... 19

BAB IV ASIDI-ALKALIMETRI ............................................................................... 25

BAB V ARGENTOMETRI ........................................................................................ 30

BAB VI NITRIMETRI ............................................................................................... 35

BAB VII IODO-IODIMETRI ..................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 42

Page 5: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

1

BAB I

PETUNJUK UMUM

A. Tata Tertib

1. Praktikan diharuskan datang 10 menit sebelum acara praktikum dimulai.

Keterlambatan hadir lebih dari waktu yang ditentukan tidak diperkenankan

mengikuti praktikum.

2. Setiap kali praktikum, praktikan mengisi daftar hadir yang sudah disediakan.

3. Selama praktikum berlangsung, praktikan harus menggunakan jas

laboratorium. Dilarang menggunakan kaos oblong dan memakai sandal.

4. Bila praktikan berhalangan hadir, harus membuat surat ijin yang sah yang

diberikan kepada dosen pembimbimg praktikum.

5. Praktikan yang 3 kali berturut-turut tidak mengikuti acara praktikum tanpa ada

keterangan maka tidak diperbolehkan mengikuti praktikum selanjutnya.

6. Sebelum praktikum dimulai, mahasiswa mengumpulkan laporan sementara dan

melakukan pre test.

7. Setelah menyelesaikan praktikum, praktikan harus mengikuti post tes dengan

dosen pembimbing atau asisten praktikum yang bertugas.

8. Setiap selesai praktikum, praktikan harus menyelesaikan laporan resmi yang

ditulis tangan dan dikumpulkan pada acara praktikum selanjutnya.

9. Laporkan kepada laboran jika menghilangkan/merusak peralatan di

labortaorium. Peralatan yang rusak/hilang harus diganti sebelum UAS sebagai

syarat keluarnya nilai Kimia Analisis II.

10. Setiap peserta praktikum Kimia Analisis II harus menaati dan melaksanakan

ketentuan dan tata cara pratikum. Sanksi akan berlaku sesuai dengan

pelanggaran yang dilakukan.

Page 6: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

2

B. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama praktikum

1. Jika akan memulai praktikum, semua peralatan disiapkan terlebih dahulu. Alat

yang tidak digunakan sebaiknya disimpan supaya tidak menganggu praktikum.

2. Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat

segera dikembalikan. Sebelum mengembalikan alat-alat harus dicuci dan

dikembalikan dalam keadaan bersih.

3. Semua kerusakan alat selama peminjaman menjadi tanggung jawab praktikan.

4. Zat yang akan dianalisis ditempatkan dalam wadah tertutup agar tidak

terkontaminasi oleh kotaran-kotoran. Ambillah pereaksi secukupnya sesuai

dengan yang dibutuhkan. Jika berlebih jangan dikembalikan dalam botolnya

untuk menghindari kontaminasi dan kesalahan pengambilan.

5. Zat padat harus diambil dengan sendok atau spatel kering. Jangan membawa

pereaksi ke meja kerja, ambillah secukupnya dengan tabung reaksi.

6. Hindarkan dari api dan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti eter, alkohol,

metanol, dan lain-lain.

7. Hati-hati menggunakan bahan yang dapat menimbulkan luka bakar seperti

asam-basa kuat (H2SO4, HCl, HNO3, KOH, NaOH).

8. Jagalah pipet yang digunakan selalu bersih untuk mengambil larutan pereaksi

dan dicuci setiap kali habis digunakan.

C. Teknik Analisis Kualitatif

1. Reaksi pembentukan warna atau pembentukan endapan :jika tidak disebutkan

lain, ambilah 1 ml (20 tetes) larutan sampel, masukkan ke dalam tabung reaksi

(jika ada proses selanjutnya) atau druppel plat (jika tidak terdapat proses

selanjutnya) kemudian tambahkan pereaksi bertetes-tetes sampai terjadi

perubahan warna. Jika pereaksi yang digunakan sudah cukup berlebih (±1 ml)

tetapi tidak terjadi perubahan warna atau menghasilkan endapan, maka hasilnya

negatif.

Page 7: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

3

2. Cara memanaskan

Pembakar : Bunsen atau lampu spiritus jika tidak digunakan supaya dimatikan.

a. Cara memanaskan dengan cawan porselin/Erlenmeyer/gelas beker :

ambillah kaki tiga dan letakan kasa kawat di atasnya.

Letakan gelas kimia yang berisi larutan diatas kasa dan panaskan

dengan lampu spiritus.

b. Cara memanaskan dengan tabung reaksi :

Jepit tabung reaksi dengan penjepit.

Panaskan dengan lampu nyala spiritus, api pemanas hendaknya terletak

pada bagian atas larutan.

Pada saat melakukan pemanasan arahkan lubang tabung reaksi ke arah

tempat kosong jangan diarahkan ke muka sendiri atau orang, dengan

sambil digoyang-goyangkan agar pemanasan merata.

3. Cara menyaring : ketika melakukan penyaringan jagalah jangan sampai

saringan penuh, cairan hanya boleh sampai 1 cm di bawah pinggir kertas saring

dan tepi atas kertas saring 1 cm di bawah tepi atas corong.

4. Cara mencuci endapan pada kertas saring : arahkan aliran air dari botol pencuci.

Pertama-tama di sekitar pinggir atas kertas saring menyusul gerakan spiral

menuju endapan dan setiap pencucian, kertas saring terisi antara separuh

sampai dua pertiganya.

5. Cara melarukan endapan :

Buatlah lubang kecil pada bagian bawah kertas saring dengan batang

pengaduk dan endapan di semprot dengan pelarut, ditampung di gelas piala

kecil atau tabung reaksi.

Ambil kertas saring dari corong, buka diatas gelas arloji, endapan diambil

dan dilarutkan dalam gelas piala.

Page 8: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

4

6. Cara pengenceran : asam kuat atau basa kuat yang mempunyai bobot lebih

besar dari air, lakukan dengan cara menuangkan asam atau basa tersebut ke

dalam air dan bukan sebaliknya (hati-hati dengan asam sulfat pekat).

7. Cara mengamati kristal di bawah mikroskop : 1 tetes larutan sampel pada objek

gelas dan tetesi 1 tetes pereaksi, tutup dengan deck glass. Amati di bawah

mikroskop sampai Kristal terlihat jelas.

D. Prinsip dalam analisis kuantitatif

Beberapa hal dibawah ini ditujukan untuk mengenalkan teknik dasar yang perlu

diketahui oleh mahasiswa ketika melakukan teknik analisis kuantitatif agar dalam

melaksanakan analisis kuantitatif diperoleh hasil yang benar menurut kaidah kimia.

1. Kebersihan

Jaga agar meja dan alat yang digunakan tetap bersih. Sediakanlah serbet

meja, serbet alat gelas (dibawa dari rumah).

Sebelum digunakan, bilas semua alat gelas dengan air. Seka bagian luar

dengan serbet sampai kering tetapi jangan bagian dalam (kecuali dilakukan

titrasi bebas air).

Bagian dalam bejana harus bebas minyak. Cucilah alat gelas dengan

deterjen atau sabun. Bilaslah dengan air kran sampai bersih.

Pada alat gelas berskala, bilas dengan air yang banyak secepatnya untuk

mencegah alat tersebut menjadi panas ketika larutan bercampur dengan air.

2. Kerapian

Kembalikanlah botol pereaksi ke tempat semula jika sudah digunakan.

Jangan menaruh tutup pereaksi di atas meja tetapi dipegang dengan tangan

kiri.

Semua larutan dan serbuk harus ditutup untuk mencegah kontaminasi

kotoran dan zat lain.

Page 9: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

5

3. Penandaan

Berilah label secara sistematis pada semua larutan, filtrat dan endapan

yang dianalisis (Label dibawa sendiri oleh mahasiswa).

Jika bejana berisi cairan selain air maka diberi tanda selama analisis

dilakukan.

4. Perencanaan

Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa memahami petunjuk cara kerja

dan prinsip penetapan kadar. Sediakan alat dan pereaksi yang akan

digunakan. Rencanakan hal apa yang harus dikerjakan utama sehingga

pekerjaan akan berjalan lancar.

Jangan memanaskan sampel dengan alat gelas yang berskala karena

gelasnya akan memuai dan jika kembali dingin maka volumenya belum

tentu kembali dengan sempurna.

5. Penetapan dalam duplo

Lakukan penetapan paling sedikit dua kali. Jika kesesuain hasilnya lebih

dari 0,4 janganlah hasil tersebut dirata-rata. Jika digunakan volume larutan

sama, pembacaan buret tidak boleh berselisih lebih dari 0,05 mL. Jika syarat-

syarat ini tidak tercapai lakukan titrasi lagi sampai diperoleh selisih yang tidak

lebih dari 0,5 mL.

6. Pencatatan

Hal-hal yang perlu dimasukakan dalam catatan :

Nama, jenis, dan sifat sampel

Tanggal analisis

Semua data numerik, misalnya volume larutan, bobot sampel, normalitas,

volume titran.

Suhu pengeringan

Perhitungan, hasil dan lain-lain yang berkaitan dengan pengamatan.

Page 10: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

6

7. Penimbangan

Gunakanlah sendok untuk mengambil zat yang akan ditimbang.

Pilihlah timbangan yang sesuai dengan kapasitas zat yang akan ditimbang.

Janganlah menimbang zat yang melebihi kapasitas timbangan. Catatlah

hasil penimbangan.

Pengertian “timbang lebih kurang …” artinya jumlah yang harus ditimbang

atau diukur tidak boleh kurang dari 90% dan tidak boleh lebih dari 110%

dari jumlah yang tertera.

Pengertian “timbang seksama ….” artinya kesalahan penimbangan tidak

boleh lebih dari 0,1% dari jumlah yang dimaksud. Misal dengan pernyataan

timbang seksama 500 mg, berarti batas kesalahan penimbangan tidak lebih

dari 0,5 mg. Penimbangan seksama dapat dinyatakan dengan menambahkan

angka 0 di belakang koma pada akhir bilangan yang bersangkutan. Misal

dengan pernyataan timbang seksama 300,0 mg artinya bahwa penimbangan

harus dilakukan dengan seksama.

Pernyataan “ukur dengan seksama ….” artinya bahwa pengukuran

dilakukan dengan pipet volume atau buret yang memenuhi syarat.

Pengukuran seksama dapat dinyatakan dengan dengan pipet atau dengan

menambahkan angka 0 di belakang koma angka yang besangkutan.

Misalnya dengan pernyataan pipet 10,0 mL, artinya adalah bahawa

pengukuran harus dilakukan dengan seksama.

8. Cara menyatakan hasil

Diantara hasil yang diperoleh dari seri pengukuran adakalnya terdapat

hasil yang sangat menyimpnag bila dibandingkan dengan yang lain. Untuk

mengetahui apakah harga itu ditolak atau diterima perlu dilakukan analisis data

secara statistik

Misalnya pada penetapan kadar NaCl diperoleh harga-harga 95,72%;

95,81%; 95,83%; 95,92%; dan 96,18%. Jika diperhatikan harga 96,18% paling

Page 11: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

7

besar menyimpang dari hasil pengukuran yang lain, maka harga ini perlu

dicurigai tidak dimasukkan. Hasil yang menyimpang ini disebut dengan outlier.

Jadi reratanya :

X =(95,72 + 95,81 + 95,83 + 95,92)

4= 95,82

X X 𝒅 = ( X − 𝑿) d2

95,72

95,82

-0,10 0,0100

95,81 -0,01 0,0001

95,83 +0,01 0,0001

95,92 +0,01 0,0100

∑d = 0,22 ∑d2 = 0,0202

Deviasi rata-rata ( d ) :

d =∑| x −𝑥|

𝑁

Standar Deviasi (SD) :

SD = √∑( X − 𝑋)2

(𝑁 − 1)

Standar Deviasi Relative (SDR)/Koefisien variasi (CV)

Standar Deviasi Relative/koefisien variasi=SD

X

× 100%

d =0,22

4= 0,055

SD = √0,0202

3= 0,08

Page 12: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

8

Selisih antara hasil yang dicurigai dengan rata-rata = 96,18-95,82= 0,36

Hasil analisis (α) ditolak jika (Xi- X )

d>2,5 (jika dipakai deviasi rata-rata)

Hasil analisis (α) ditolak jika (Xi- X )

SD>2 (jika dipakai standar deviasi)

Pada contoh ini :

(𝑋𝑖 − X )

𝑑=

0,36

0,055= 6,54 > 2,5

Jadi hasil 96,18% ditolak.

Jika dihitung berdasarkan SDnya akan diperoleh hasil yang sama

(𝑋𝑖 − X )

𝑆𝐷=

0,36

0,08= 4,5 > 2

Cara menyatakan hasil akhir penetapan kadar suatu bahan :

𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 = X ± 𝒕.𝑺𝑫

√𝒏

X = rerata

t = suatu harga yang besarnya tergantung derajat kebebasan dan taraf

kepercayaan yang dipilih

n= jumlah penetapan

untuk n=4; P=0,095 ; t= 3,182

Jadi kadar NaCl= 95,82 ± (3,182x0,08/√4)% = (95,82 ± 0,13)%

9. Cara penulisan angka

Penulisan angka hasil pengukuran atau hasil analisis pada hakikatnya

berkaitan dengan ketelitian alat yang digunakan. Angka penting adalah semua

Page 13: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

9

digit dalam suatu bilangan (diperoleh dari hasil pengukuran) yang bersifat pasti

dan satu yang mengandung suatu ketidakpastian (uncertain number).

Secara umum, penulisan hasil pengukuran hanya terdapat satu angka yang

harganya tak tentu yaitu angka terakhir. Misalnya suatu hasil penimbangan

dituliskan dengan 1,0 dan 1,0000 gr, ini berarti bahwa ketelitian timbangan

yang pertama hanya sampai 0,1 gr. Jika penulisan dilakukan dengan 1,0000

gr hal ini menunjukkan bahwa penimbangan dilakukan dengan neraca yang

mempunyai ketelitian 0,1 mg dan hanya angka nol yang terakhir merupakan

angka tidak tentu. Hasil penimbangan ini hanya dapat diperoleh jika

menggunakan neraca analitik.

Contoh lainnya ; pembacaan buret makro dengan skala terkecil 0,1 ml

seharusnya dituliskan dua desimal misalnya 12,50 ml dan bukan 12,5 ml,

sebab angka 5 belum pasti sehingga dapat diartikan volume titran berada

antara 12,4 ml sampai 12,6 ml, padahal angka 5 yang menyatakan 0,5 ml

dapat dibaca dengan pasti.

Dalam menuliskan hasil rata-rata pembacaan buret, banyaknya desimal

disesuaikan dengan banyaknya desimal pada masing-masing pembacaan.

Banyaknya desimal hasil penjumlahan atau pengurangan sama dengan

faktor penjumlahan atau pengurangan yang mengandung desimal paling

sedikit. Contoh : 12,4 + 121,502 + 3,6653 = 137,5673. Hasil akhir cukup

dituliskan 137,6. Dalam hal tertentu dapat dituliskan 137,57.

Banyaknya desimal hasil perkalian atau pembagian, sama dengan satu

angka lebih banyak daripada yang terdapat pada faktor perkalian atau

pembagian yang mengandung desimal paling sedikit. Contoh : 11,32 x 12,2

x 0,0321 = 4,4331384. Hasil perkalian cukup dituliskan, 4,43.

Penulisan hasil akhir yang memerlukan pembulatan angka desimal, maka

angka desimal 5 atau lebih dibulatkan ke atas sedangkan angka desimal

kurang dari 5 dibulatkan ke bawah.

Page 14: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

10

E. Teknik Analisis Volumetri

Teknik analisis volumetri memerlukan pengukuran dengan seksama volume

larutan yang bereaksi. Alat yang lazim digunakan adalah labu takar, pipet, buret, dan

gelas ukur.

1. Labu takar

Labu takar biasanya digunakan untuk pembuatan larutan dengan kadar tertentu.

Caranya adalah masukkan senyawa dengan bobot tertentu yang sudah ditimbang

seksama ke dalam gelas piala, kemudian larutkan dalam air atau pelarut lainnya

sampai larut. Masukkan secara kuantitatif larutan ke dalam labu takar dengan

bantuan batang gelas, corong dan botol pencuci dengan sebagai berikut :

pegang gelas piala dengan tangan kanan dan tuangkan pelan-pelan melalui

batang gelas yang dipegang dengan tangan kiri ke dalam corong yang

ditempatkan di atas labu takar.

Pindahkan gelas piala ke tangan kiri dengan tetap dijungkir dan dipegang

di atas corong. Cuci gelas piala dan batang pengaduk dengan aliran air botol

pencuci yang dipegang dengan tangan kanan. Goyangkan labu takar untuk

mencampur isinya sampai larut semua, dan tambahkan pelarut hingga tanda

2. Pipet

Pipet ada dua jenis yaitu :

1. Pipet volume : pipet yang digunakan untuk pengambilan sejumlah volume

tertentu secara tepat yang ukurannya seperti tertera pada kapasitas pipet. Pipet

jenis ini ditandai dengan bagian tengahnya yang menggelembung.

2. Pipet ukur : pipet yang ada garis-garis skala yang menyatakan banyaknya

volume terukur. Pengukuran volume dengan pipet ukur berkisar dari

sepersepuluh hingga ke batas kapasitas volumenya. Titik nolnya terletak di

sebelah atas, sedangkan paling bawah menunjukkan volume kapasitasnya.

Terkadang garis bawahnya tidak ada, artinya volume terukur harus tertuang

seluruhnya.

Page 15: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

11

Cara menggunakan pipet :

Sebelum digunakan pipet dicuci denga air dengan cara menghisapnya

menggunakan bola penghisap, lalu dikeluarkan lagi. Tetes cairan yang

menempel diujung dihilangkan dengan menempelkan ujung pipet di kertas

saring. Bagian luar dikeringkan juga agar tidak menambah encernya larutan.

Pembilasan dilakuan 2-3 kali dengan larutan yang akan dipipet. Cairan bilasan

dibuang.

Cairan yang akan dihisap dari lubang atas sehingga cairan naik ke atasa sampai

tanda. Lubang atas ditutup dengan jari telunjuk, pipet diangkat dari tempat

cairan, bagian luar diseka dengan kertas saring atau serbet.

Pipet dipegang tegak berdiri, mata sejajar garis tanda, jari telunjuk dikendorkan

yang menutup lubang atas sehingga cairan dalam pipet akan turun sampai

meniscus terletak pada garis tanda dan rapatkan lagi jari telunjuk yang menutup

lubang. Kenakan ujung piipet pada bagian luar gelas agar menghilangkan

tetesan yang ada pada ujung pipet.

Masukkan pipet kedalam labu penerima, alirkan ujung pipet menyentuh

dinding bejana dengan membentuk sudu 800. Perhatikan bahwa pipet jangan

dicelupkan ke dalam larutan yang telah dipindahkan. Tahan 5 detik lalu pipet

diangkat jika cairan telah keluar semua.

Sedikit cairan pada ujung pipet jangan dimasukan kembali ke dalam cairan

penerima, sebab adanya sedikit cairan itu sudah diperhitungakan dalam

peneraan pipet tersebut.

3. Buret : ada dua macam buret dengan kran dan buret dengan karet penjepit (buret

mohr) biasanya digunakan untuk pembakuan natrium hidroksida.

Periksalah apakah karet buret sudah diolesi dengan pelicin (valesin atau silicon

grease) sebelum digunakan. Bilas dua kali dengan sedikit larutan yang akan

diisikan. Lebih kurang 5 mL setiap pengambilan biarkan buret tuntas dahulu

sebelum dibilas untuk kedua kali.

Page 16: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

12

Pemilihan buret : lakukan titrasi orientasi terlebih dahulu menggunakan buret

kapasitas 50 ml. untuk titrasi replikasi selanjutnya buret harus berdasarkan

ketentuan volume terukur yang teliti adalah sebanyak 20-80% dari kapasitas

buret. Jadi jika hasil dari orientasi didapat volume titrasi 10,0 ml maka titrasi

selanjutnya menggunakan buret kapasitas 25,0 ml.

Masukan zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret dengan menggunakan

corong hingga sedikit di atas tanda 0.

Bukalah kran atau bagian penjepit agar semua ujungnya terisi dan gelembung

udara terdesak keluar, sementara mata sejajar dengan titik nol. Cairan

dikeluarkan hati-hati sampai meniscus terletak tepat pada tanda nol. Hilangkan

tetesan pada ujung buret dengan menyentuhkan pada bagian luar gelas. Setelah

lapisan tipis

Cara titrasi : zat yang akan dititrasi disebut titrat (ditampung dalam

erlenmeyer), sedangkan larutan yang digunakan untuk titrasi disebut titran

(dimasukkan ke dalam buret).

Pembacaan : Mata harus sejajar dengan meniscus, gunakan meniscus bawah

untuk menentukan volume titrasi. Jangan lupa perhatikan skala buret karena

masing-masing kapasitas buret memiliki skala yang berbeda. Untuk

mempertajam pembacaan dapat digunakan karton hitam putih sebagai latar

belakang di balik meniscus. Tempatkan sisi yang hitam ±1 mm di bawah

miniskus, dengan demikian bagian bawah meniscus menjadi gelap dan berlatar

belakang delap dan terhadap latar belakang yang putih menjadi nampak jelas

sehingga meniscus cairan dapat terbaca dengan teliti. Baca sampai 1/10 skala

terkecil.

4. Gelas ukur

Gelas ukur ada yang bertutup dan tidak. Gelas ukur yang bertutup

digunakan untuk mengukur cairan yang beruap, misalnya asam klorida pekat. Gelas

ukur hanya digunakan untuk mengukur volume secara kasar (tidak memerlukan

Page 17: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

13

ketelitian yang tinggi). Jangan menggunakan gelas ukur untuk mengukur volume

yang seksama.

Page 18: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

14

BAB II

ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

A. Tujuan

Mahasiswa mampu mengkategorikan dan memiliki keterampilan dalam

mengidentifikasi senyawa golongan kation dan anion.

B. Bahan kimia yang dibutuhkan

1. Sejumlah larutan pereaksi

2. Sejumlah pelarut dan bahan kimia lainnya

C. Alat

1. Tabung reaksi

2. Drupple plat

3. Pipet tetes

4. Tang tabung (kayu/logam)

5. Serbet bersih

6. Tempat pencuci pipet

7. Beaker gelas

8. Gelas pengaduk

9. Lempeng penates (drupple plat)

10. Objek gelas

11. Lampu spritus

12. Korek api

D. Sistematika Kerja

1. Analisis Kualitatif Kation

Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum

adalah asam klorida, hydrogen sulfa, ammonium sulfida, dan amonium karbonat.

Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan dengan

reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Klasfikasi kation

Page 19: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

15

yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan

karbonat dari kation tersebut.

a. Analisis golongan I (Hg+, Ag+)

a.1. Analisis terhadap ion Hg+

1. Larutan sampel + asam klorida P endapan putih (endapan tidak

larut dalam asam encer), + ammonium hidroksida 6N endapan

hitam.

2. Larutan sampel + larutan natrium hidroksida 1N endapan hitam

(tidak larut dalam reagensia yang berlebihan, tetapi mudah larut dalam asam

nitrat encer), + ketika dididihkan endapan berubah menjadi abu-

abu.

3. Larutan sampel + larutan KI P endapan kekuningan, + diamkan

perlahan-lahan dalam larutan dingin endapan berwarna hijau.

4. Larutan sampel + larutan natrium karbonat dalam larutan dingin

endapan kuning yang kemudian berubah menjadi abu-abu.

a.2. Analisis terhadap ion Ag+

1. Larutan sampel + HCl P endapan putih (mudah larut dalam

ammonium hidroksida 6 N, tidak larut dalam asam nitrat P)

2. Larutan sampel + ammonium hidroksida 6 N dan sedikit formaldehida LP,

hangatkan cermin logam perak pada dinding tabung.

3. Larutan sampel + larutan KI P endapan kuning perak iodida

(endapan tidak larut dalam ammonia, mudah larut dalam kalium sianida

(RACUN) dan natrium tiosulfat)

4. Larutan sampel + ammonia 1 tetes endapan coklat perak

oksida (endapan larut dalam reagen yang berlebih).

Page 20: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

16

b. Analisis golongan II (Hg2+, Cu2+)

b.1 Analisis terhadap ion Hg2+

1. Larutan sampel + NaOH 1 N endapan kuning

2. Larutan sampel + larutan KI P endapan merah tua (sangat mudah

larut dalam pereaksi berlebih)

3. Larutan sampel + natrium karbonat dalam larutan dingin endapan

coklat, dididihkan berubah menjadi kuning.

4. Ke dalam larutan sampel dicelupkan logam Cu atau Fe endapan

abu-abu.

b.2. Analisis terhadap ion Cu2+

1. Larutan sampel diasamkan dengan HCl P lapisan tipis merah

logam tembaga pada permukaan logam besi yang megkilap.

2. Larutan sampel + larutan NaOH endapan biru, dipanaskan

menjadi merah bata.

3. Larutan sampel + sedikit ammonia endapan hijau, + ammonia

berlebih larut dan larutannya berwarna biru intensif.

4. Larutan sampel + larutan KI endapan putih dan larutannya

agak kuning.

c. Analisis unsur golongan III (Al3+, Fe3+)

c.1. Analisis terhadap ion Al3+

1. Larutan sampel + ammonia endapan koloidal

2. Larutan sampel + NaOH endapan putih

3. Larutan sampel + larutan KOH endapan putih (larut dalam

pereaksi KOH berlebih)

c.2. Analisis terhadap ion Fe3

1. Larutan sampel + larutan NaOH endapan coklat (larut dalam

asam)

Page 21: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

17

2. Larutan sampel + larutan ammonium sulfida endapan hitam

3. Larutan sampel + larutan kalium ferrosianida endapan biru

4. Larutan sampel + larutan kalium asetat coklat, panaskan

endapan

d. Analisis unsur golongan IV (Ca2+, Ba2+)

d.1. Analisis terhadap ion Ca2+

1. Larutan sampel + ammonia tidak ada endapan

2. Larutan sampel + asam sulfat encer endapan putih

d.2. Analisis terhadap ion Ba2+

1. Larutan sampel + asam sulfat encer endapan putih (tidak larut

dalam HCl P dan dalam asam sitrat P).

2. Larutan sampel + ammonia tidak ada endapan

3. Larutan sampel menimbulkan warna hijau kekuningan dalam nyala api yang

tidak berwarna dan jika dilihat dengan kaca hijau nyala berwarna biru.

e. Analisis unsur golongan V (Mg2+, Na+)

e.1. analisis terhadap ion Mg2+

1. Larutan sampel + NaOH endapan putih (mudah larut dalam larutan

ammonium klorida, tidak larut dalam pereaksi berlebih)

2. Larutan sampel + ammonium karbonat endapan putih

e.2. analisis terhadap ion Na+

1. larutan sampel menimbulkan warna kuning intensif dalam nyala api yang

tidak berwarna

2. larutan sampel diasamkan dengan asam asetat encer dan disaring jika perlu,

+ Zn uranil asetat endapan hablur kuning.

Page 22: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

18

3. Analisis Kualtitatif Anion

a. Analisis terhadap ion Cl-

1. Larutan sampel + larutan perak nitrat endapan putih (tidak larut

dalam asam nitrat P, larut dalam ammonium hidroksida 6 N sedikit

berlebih)

2. Larutan sampel + asam sulfat pekat : produknya dapat dikenali dengan a)

baunya yang merangsang daan dihasilkannya asap putih, yang teridri dari

butiran halus asam klorida, ketika kita meniup melintasi mulut tabung; b)

dari pembentukan kabut putih ammonium klorida, apabila sebatang kaca

yang dibasahi dengan larutan aonia dipegang dekat mulut bejana; c) dari

sifatnya mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.

b. Analisis terhadap ion I-

1. Larutan sampel + larutan perak nitrat endapan kuning (tidak

larut dalam asam nitrat P dan ammonium hidroksida 6 N)

2. Larutan sampel + larutan asam sulfat encer + kloroform perubahan

warna lapisan kloroform.

c. Analisis terhadap ion NO2-

1. Larutan sampel + asam mineral encer atau asam asetat 6 N asap

merah kecoklatan

2. Larutan sampel diteteskan pada kertas kanji iodida biru

3. Larutan sampel + larutan KI, asamkan dengan asam sulfat, + kloroform

lapisan kloroform berwarna ungu.

d. Analisis terhadap ion CO32-

1. Larutan sampel + larutan perak nitrat endapan putih, + larutan

perak nitrat berlebih kuning

2. Larutan sampel + asam gelembung gas tidak berwarna, alirkan

kedalam kalsium hidroksida LP endapan putih

Page 23: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

19

BAB III

ANALISIS KUALITATIF SENYAWA OBAT

A. Tujuan

Memberikan keterampilan bagi mahasiswa dalam melakukana analisis kualitatif dalam

identifikasi dan pemisahan obat.

B. Bahan Kimia

1. Larutan pereaksi

2. Pelarut dan bahan kimia yang lain

C. Alat-alat

1. Tabung reaksi 5 ml

2. Tabung reaksi 10 ml

3. Pipet tetes

4. Tang tabung (kayu/logam)

5. Serbet bersih

6. Tempat akuades

7. Tempat pencuci pipet

8. Beaker gelas

9. Gelas pengaduk

10. Lempeng penetes (drupple plat)

11. Objek gelas

12. Lampu spritus

13. Korek api

D. Sistematika Kerja

1. Organoleptis

Caranya dilihat, diraba kehalusannya dengan ujung jari, dibau, dan dirasakan.

Sampel yang digunakan hanya sedikit saja. Jika perlu amati dibawah mikroskop

apakah terdiri dari kristal atau amorf.

Page 24: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

20

2. Kelarutan

Sampel dilarutkan dalam berbagai macam pelarut yaitu :

Pelarut anorganik : akuades, asam bebas, basa bebas. Coba kelarutannya mula-

mula dalam keadaan dingin lalu dengan keadaan panas.

Pelarut organik : alkohol, aseton. pH larutan ditentukan dengan kertas pH.

Perhatikan :

Senyawa yang larut dalam asam biasanya basa, dan sebaliknya yang

larut dalam basa biasanya asam.

Senyawa yang larut dalam pelarut anorganik biasanya senyawa

anorganik, senyawa organik yang dalam bentuk garam.

Senyawa yang larut dalam pelarut organik biasanya senyawa organik.

3. Flouresensi di bawah lampu ultraviolet

Serbuk dala larutan dilihat di bawah sinar ultraviolet, misalnya serbuk asam

salisilat berflouresensi ungu.

4. Pengarangan dan pemijaran

Zat yang akan diamati dipanaskan dan kemudian dipijarkan (di dalam lemari

asam) di atas cawan porselin setiap kali ditetesi dengan HNO3 pekat sampai

didapatkan sisa pijar. Perlu diamati warna mula-mula, pada waktu meleleh,

terjadi asap atau uap dan warna dari sisa pijar.

5. Analisis elemen : untuk mengetahui unsur-unsur penyusun senyawa tersebut

seperti : C, H, N, O, S, P, halogen (Cl, Br).

6. Analisis gugus : identifikasi ada tidaknya inti benzen, fenol, alkohol polivalen,

amina, dan lain-lain.

7. Analisis pendahuluan : tujuannya untuk mengetahui senyawa yang diselidiki

termasuk golongan apa.

a. Golongan fenol/salisilat

Senyawa uji dalam tabung reaksi ditambah sedikit akuades lalu ditambah

dengan larutan FeCl3. Bila terjadi warna ungu-biru maka kemungkinan ada

Page 25: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

21

fenol dan salisilat. Bila ditambah etanol warna tetap, maka kemungkinan

salisilat. Bila warna ungu-biru setelah ditambah 2 bagian volume etanol

berubah menjadi kuning maka kemungkinan fenol.

Senyawa ditambah metanol, asam sulfat pekat kemudian dipanaskan. Bila

timbul bau gondopuro (metil salisilat) maka kemungkinan salisilat positif.

b. Golongan anilin

Reaksi isonitril : zat ditambah NaOH dan etanol, dipanaskan adanya bau

nitril (bau busuk) berarti anilin (turunan amina aromatis) positif.

Reaksi indofenol : zat ditambah ammonia dan natrium hipoklorit, ditambah

fenol kemudian dipanaskan terjadi warna hijau-biru. Pada pemanasan

selanjutnya menjadi merah.

c. Golongn pirazolon

Zat dalam tabung reaksi dilarutkan dalam akuades ditambah pereaksi

Meyer tidak terjadi endapan. Setelah ditambah HCl terjadi endapan.

Senyawa ditambah FeCl3 bila terjadi warna biru (novalgin), ungu

(piramidin), merah (antipirin).

Zat diarutkan dalam akuades ditambah HCl dan natrium nitrit, terjadi warna

hijau 9antipirin), ungu (pirimidin), hijau-kuning (salisilat).

d. Golongan alkaloid

Reaksi Meyer : larutan senyawa dalam tabung ditambah Meyer + HCl

terjadi endapan

Reaksi asam pikrat : larutan senyawa ditambah asam pikrat terjadi endapan

(lihat dengan mikroskop).

Larutan senyawa dengan larutan sublimat (HgCl2) terjadi endapan (lihat

dengan mikroskop).

Page 26: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

22

8. Identifikasi senyawa obat :

A. Asetosal

1. Tambahkan 1-2 tetes FeCl3 pada asetosal dalam tabung reaksi, panaskan,

maka akan memberikan warna violet

2. Tambahkan etanol dan asam sulfat pekat, didihkan perlahan. Setelah dingin

tambahkan air ke dalam tabung reaksi sampai penuh, akan berbau etil asetat

(menunjukkan adanya asetat).

3. Tambahkan metanol dan asam sulfat pekat, didihkan, akan memberikan bau

metil salisilat (bau akan mudah tercium jika tabung reaksi terisi penuh air).

B. Paracetamol

1. 10 mg zat dilarutkan dalam 10 mL air dan ditambah 1 tetes FeCl3 akan

berwarna biru violet.

2. 10 mg zat ditambah 1 ml NaOH 3 N dipanaskan dan setelah dingin tambah

1 ml larutan asam sulfanilat dan beberapa tetes natrium nitrit, akan terjadi

warna merah.

3. Didihkan ±100 mg paracetamol dalam 1 ml HCl P, tambahkan 1 tetes

kalium bikromat, akan timbul warna violet yang tak berubah menjadi

merah.

4. Di atas drupple plat tambahkan serbuk paracetamol dengan HNO3 encer,

amati warna yang terjadi hati-hati.

C. Kafein

1. Laruta yang jenuh ditambah larutan iodium; tidak terjadi endapan coklat

2. Sedikit zat pada obyek gelas ditambah 2 tetes HCl ditambah pereaksi

Dragendorf jika perlu dipanaskan, lihat kristalnya.

3. Pada larutan jenuh dingin dalam air tambahkan lartan tannin LP, terbentuk

endapan putih yang dengan penambahan tannin LP berlebih akan melarut

kembali.

Page 27: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

23

4. Pada larutan jenuh dingin dalam air tambah iodium LP, tidak terbentuk

endapan. Tambahkan asam klorida encer terbentuk endapan coklat yang

dengan penambahan sedikit NaOH LP sedikit berlebihan larut kembali.

D. Metampiron

1. 3 ml larutan 10% dalam air tambahkan 1 ml HCl encer dan 1 ml FeCl3, akan

terbentuk warna biru yang bila dibiarkan menjadi merah dan kemudian

menjadi tak berwarna.

2. 1 ml larutan 4% dalam tabung reaksi ditambah 1 mL larutan perak nitrat,

terbentuk warna ungu dengan endapan perak metalik (lihat dengan

mikroskop dalam medan gelap).

3. Panaskan 2 ml larutan zat 10% dalam air yang telah diasamkan dengan HCl

encer maka terbentuk gas belerang oksida

HCl encer = 20 gr atau 17 ml HCl pekat + 100 ml air

E. Asam mefenamat

1. 5 mg zat dilarutkan dalam etanol, ditambah 2 tetes FeCl3 maka terbentuk

warna ungu.

2. Ditambahkan dengan asam sulfat, panaskan sebentar, dilihat dibawah

lampu UV berflouresensi warna putih-biru, didinginkan ditambah 1 tetes

K2Cr2O7 0,1N terbentuk warna kuat yang cepat menjadi hijau-biru.

F. Vitamin B1 (aneurin HCl atau Thiamin)

1. Panaskan serbuk thiamin pada cawan porselin maka berbau khas.

2. Dalam tabung reaksi tambahkan pereaksi Meyer terjadi endapan putih

kekuningan

3. Pada objek gelas dengan asam pikrat memberikan endapan. Periksa

kristalnya.

4. Dalam tabung reaksi, dengan pereaksi Luff pada keadaan dingin terjadi

warna hijau kemudian endapan kuning.

Page 28: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

24

5. Larutkan ±5 mg zat dalam 2 mL NaOH, tambahkan 0,5 mL kalium ferri

sianida dan 1 mL alkohol, gojog kuat, biarkan memisah. Lapisan amil

alkohol akan berflouresensi biru terang. Bila diasamkan hilang dan timbul

lagi bila dibasakan.

G. Vitamin B6 (piridoksin)

1. Sedikit zat ditambah FeCl3 berwarna merah.

2. Larutkan ±5 mg zat dalam air dan dibagi menjadi dua bagian. Bagian

pertama ditambah 1 ml larutan diklorokinon kloroimida dalam etanol

ditambah 1 tetes ammonia, terbentuk warna biru yang lama kelamaan

menjadi merah. Pada tabung reaksi kedua tambah 1 ml asam borat jenuh,

ditambah diklorokinon kloroimida dalam etanol, ditambah 1 tetes ammonia

tidak terjadi warna biru.

3. Reaksi Kristal dengan pereaksi Dragendorf amati di bawah mikroskop

4. Ke dalam 2 tabung reaksi tambahkan masing-masing 1 ml larutan zat 0,01%

b/v dan 2 ml larutan natrium asetat P 20% b/v. pada tabung pertama

tambahkan 1 ml larutan asam borat 4% b/v. Dinginkan kedua tabung hingga

suhu ±200 C. pada masing-masing tabung tambahkan dengan cepat 1 ml

larutan diklorokinon kloroimida P 0,5% b/v dalam etanol 95% P. dalam

tabung pertama akan berwarna biru yang segera memucat dan sesudah

beberapa menit akan berubah menjadi merah. Dalam tabung kedua tidak

terjadi warna biru.

5. Pada 2 ml larutan zat 0,5% b/v tambahkan 0,5 ml asam fosfowolframat LP

akan terbentuk endapan putih.

Page 29: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

25

BAB IV

ASIDI-ALKALIMETRI

1. Pendahuluan

Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yaitu reaksi antara

ion hidrogen yang berasal dari asam dan ion hidroksida yang berasal dari basa

untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dikatakan juga sebagai

reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa).

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap

senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan larutan baku asam.

Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang

bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa (Ganjdar dan Rohman,

2010).

Untuk mengamati titik akhir titrasi dengan menggunakan indikator atau

menggunakan metode elektrokimia. Suatu indikator merupakan asam atau basa

lemah yang berubah warna diantara bentuk terionisasi dan bentuk tidak

terionisasinya. Kisaran penggunaan indikator adalah 1 unit pH disekitar nilai pKa-

nya (Watson, 2009).

Tabel 1. Indikator yang biasa digunakan dalam asidi alkalimetri (Jenkins, 1967)

Indikator Trayek pH Warna

Asam Basa

Kuning metil 2,4 - 4,0 Merah Kuning

Biru bromfenol 3,0 – 4,6 Kuning Biru

Jingga metil 3,1 – 4,4 Jingga Metil

Hijau bromkresol 3,8 -5,4 Kuning Biru

Merah metil 4,2 – 6,3 Merah Kuning

Ungu bromkresol 5,2 – 6,8 Kuning Ungu

Biru bromtimol 6,1 – 7,6 Kuning Biru

Merah fenol 6,8 – 8,4 Kuning Merah

Merah kresol 7,2 – 8,8 Kuning Merah

Biru timol 8,0 – 9,6 Kuning Biru

Fenolftalein 8,2 – 10,0 Tak berwarna Merah

Timolftalein 9,3 -10,5 Tak berwarna Biru

Page 30: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

26

Cara menggunakan indikator (Jenkins, 1957) :

a. Gunakan 3 tetes larutan indikator kecuali dinyatakan lain.

b. Jika asam kuat dititrasi dengan basa kuat, atau sebaliknya gunakan jingga

metil, fenolftalein, atau merah metil.

c. Jika asam lemah dititrasi dengan basa kuat gunakan fenolftalein.

d. Jika basa lemah dititrasi dengan asam kuat gunakan merah metil

e. Suatu basa lemah tidak dapat dititrasi dengan asam lemah, begitu juga

sebaliknya, karena tidak ada indikator yang menunjukan titik akhir dengan

jelas.

f. Timbulnya suatu warna lebih mudah diamati daripada hilangnya warna.

Biasakan titrasi yang memungkinkan timbulnya warna.

2. Asidimetri

a. Pembuatan larutan indikator merah metil

1. Hangatkan 25 mg metil merah dengan 0,95 ml NaOH 0,05 N dan 5 ml etanol

95%, setelah larut dengan sempurna tambahkan etanol 50% hingga 250 ml

(Anonim, 1979).

2. Larutkan 100 mg metil merah dalam 100 ml etanol 95% saring jika perlu

(Anonim, 1995).

b. Pembuatan larutan HCl 0,5 N

Larutkan sejumlah HCl P dalam air secukupnya sehingga tiap 1000,0 ml larutan

mengandung 18,23 gr HCl (Anonim, 1979).

c. Pembakuan larutan HCl 0,5 N

Timbang seksam 750 mg Na2CO3 anhidrat yang sebelumnya telah dipanaskan

pada suhu 2700 C selama 1 jam, larutkan dalam 50 ml air dan tambahkan 2 tetes

metil merah. Tambahkan HCl secara berlahan-lahan dari buret sambil diaduk

hingga larutan berwarna merah muda pucat. Panaskan larutan lagi hingga

mendidih, dinginkan dan lanjutkan titrasi. Panaskan lagi hingga mendidih dan

Page 31: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

27

titrasi lagi bila perlu hingga warna merah muda pucat tidak hilang dengan

pendidihan lebih lanjut (Anonim 1995, 1979)

Satu ml HCl 0,5 N setara dengan 26,495 mg Na2CO3 anhidrat.

Reaksi :

Na2CO3+2HCl →2NaCl+H2O+CO2

Perhitungan :

Normalitas HCl= 2 x mg Na2CO3

BM Na2CO3x ml NaCl

d. Penetapan Kadar Boraks

Timbang seksama 3 gr, larutkan dalam 50 ml air, tambahkan larutan merah metil,

titrasi dengan HCl 0,5 N (jika perlu dipanaskan di atas tangas uap guna menambah

kelarutan).

1 ml HCl 0,5 N setara dengan 95,34 mg Na2B4O7.10H2O (Anonim,1995).

Reaksi :

Na2B4O7.10H2O+2HCl ↑4H3BO3+2NaCl+5H2

Perhitungan :

Kadar boraks= ml HCl x N.HCl x 95,34

mg sampel x 0,5×100%

3. Alkalimetri

a. Pembuatan etanol encer

500 ml etanol 95% dicampurkan dengan 500 ml air murni yang diukur secara

terpisah dan diukur pada suhu 250 C, volume campuran 970 ml (Anonim, 1995).

b. Pembuatan etanol encer netral

Tambahkan 2-3 tetes fenolftalein pada sejumlah etanol encer dan larutan NaOH

0,02 N atau 0,01 N hingga terjadi warna merah muda pucat (dibuat baru).

c. Pembuatn larutan indikator

1. Larutkan 200 mg fenolftalein dalam 60 ml etanol 90%, tambahkan air hingga

100 ml (Anonnim, 1979).

Page 32: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

28

2. Larutkan 1 gr fenoilftalein dalam 100 ml etanol 95% (Anonim, 1995).

d. Pembuatan air bebas karbondioksida

Didihkan air murni kuat selama 5-10 menit atau lebih, diamkan sampai dingin dan

tidak boleh menyerap CO2 dari udara, kemudian labu ditutup dengan sumbat berisi

CaO atau kapur tohor (Anonim, 1995).

e. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N

Larutkan sejumlah NaOH dalam air bebas CO2 hingga tiap 1000 ml larutan

mengandung 4,001 gr NaOH.

f. Pembakuan larutan NaOH 0,1 N

Timbang seksama 400 mg kalium biftalat yang sebelumnya telah dihaluskan dan

dikeringkan pada suhu 1200 C selama 2 jam dan masukkan dalam labu

Erlenmeyer, tambahkan 75 ml air bebas CO2 tutup Erlenmeyer, kocok hingga

larut. Tambahkan 2 tetes fenolftalein dan titrasi dengan NaOH hingga terjadi

warna merah muda yang mantap (Anonim, 1995).

1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 20,42 mg KHC8H4O4

Reaksi :

KH8H4O4+NaOH →KNaC8H4O4+H2O

Perhitungan :

Normalitas NaOH= mg KHC8H4O4

ml NaOH x BM KHC8H4O4

g. Penetapan kadar asam salisilat dalam asetosal

1. Timbang seksama 500 mg, larutkan dalam 25 ml etanol encer yang sudah

dinetralkan dengan NaOH 0,1 N, tambahkan fenolftalein dan titrasi dengan NaOH

0,1 N.

1 ml NaOH setara dengan 13,81 mg C7H6O3 (Anonim, 1995).

HO.C6H4.COOH+NaOH →HO.C6H4COONa+H2O

Perhitungan :

Kadar asam salisilat= ml NaOH x N NaOH x 13,81

mg sampel x 0,1 x 100%

Page 33: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

29

Titrasi tersebut hanyalah titrasi asam salisilat saja, tetapi titrasi juga dapat

digunakan untuk analisis asetosal asal kesetaraanya berbeda. Kesetaraan 13,81 mg

asam salisilat karena BM asam salisilat adalah 138,12. Tetapi bila berat aspirin

atau astosal berbeda maka kesetaraannya akan berbeda sebab BM aspirin atau

asetosal adalah 180,16. Perhitungan tersebut kalau hanya akan menghitung asam

salisilat sering terjadi kesalahan karena aspirin mengalami penguraian sehingga

ada dua gugus asam salisilat dan asetat. Maka perhitungan cara pertama maupun

kedua akan timbul kesalahan jika asetosal mengalami hidrolisis.

2. Cara yang benar adalah sampel aspirin ditimbang seksama ±500 mg larutkan

dalam 10 ml etanol netral terhadap fenolftaelin dalam labu erlenmeyer 250 ml

sampai sempurna, tambah 40,0 ml NaOH 0,1 N dan didihkan selama 30 menit

dalam alat refluks atau yang serupa. Setelah dingin dititrasi dengan HCl 0,1 N

menggunakan indikator pp sampai warna merah muda stabil dalam 30 detik.

Kadar asetosal= {(ml NaOH x N NaOH-ml HCl x N HCl)}x 18,02 x0,5

mg asetosal x 0,1Nx 100%

Page 34: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

30

BAB V

ARGENTOMETRI

A. Pendahuluan

Argentometri merupkan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida

dan senyawa-senyawa lain ysng membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3)

pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga metode pengendapan

karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak

larut atau endapan (Gandjar dan Rohman, 2010).

Reksi yang mendasari adalah :

AgNO3+HCl →AgCls+NO3

Sebagai indikator digunakan kalium kromat yang menghasilkan warna

merah dengan adanya kelebihan ion Ag+. Titrasi yang lebih banyak dapat

digunakan adalah titrasi balik, kelebihan AgNO3 ditambahkan ke dalam sampel

yang mengandung ion klorida atau bromida. Kelebihan AgNO3 kemudian dititrasi

dengan ammonium tiosianat dan fero sulfat sebagai indikator kelebihan SCN-

(Watson, 2009).

AgNO3+NH4SCN →AgSCNs+NH4NO3

Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu :

1. Metode Mohr : dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida

dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan menambahkan

larutan kalium kromat sebagai indikator. Metode ini disebut juga dengan titrasi

langsung. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah

tercapai titik ekivalen maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi

dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat berwarna merah.

2. Metode Volhard : digunakan untuk menetapkan kadar kadar klorida, bromida,

dan iodida dalam suasana asam dengan menambahkan larutan perak nitrat dan

kelebihan perat nitrat dititrasi kembali dengan larutan baku kalium atau

tiosianat, dengan menggunakan indikator besi (III) ammonium sulfat yang

Page 35: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

31

membentuk warna merah. Metode ini disebut juga dengan titrasi tidak

langsung.

3. Metode K. Fajans : digunakan indikator adsorbs, yang mana pada titik ekivalen

indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak memberikan perubahan

warna kepada larutan tetapi pada permukaan endapan.

4. Metode Liebig : pada metode ini, titik akhir titrasi tidak ditentukan dengan

indikator, akan tetapi ditentukan dengan kekeruhhan. Ketika larutan perak

nitrat ditambahkan pada larutan alkali akan terbentuk endapan tetapi pada

penggojokan akan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil

dan larut.

B. Pembuatan larutan indikator

1. Kalium kromat (K2CrO4) 5%

Timbang secara seksama 5,0 gr K2CrO4 masukkan ke dalam labu takar 100 ml

larutkan dengan air secukupnya, kemudian encerkan dengan air sampai batas.

2. Besi (III) ammonium sulfat

Sebanyak 8,0 gr besi (III) ammonium sulfat, Fe(NH4).(SO4)2.12H2O yang

ditimbang seksama dilarutkan dalam air dan diencerkan hingga 100 ml (Anonim,

1995).

3. Eosin

Larutkan 50 mg eosin dalam 10 ml air (Anonim 1979, Anonim, 1995).

C. Pembuatan larutan Baku

1. Larutan Perak nitrat (AgNO3) 0,1 N

Larutkan 16,99 gr AgNO3 yang ditimbang seksama dalam air hingga volume 1000

ml (Becket, 1969)

2. Larutan ammonium tiosianat ((NH4) CNS))0,1 N

Larutkan 8 gr (NH4) CNS dalam air secukupnya hingga 1000 ml (Anonim, 1979).

Page 36: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

32

D. Pembakuan

1. Pembakuan larutan Perak nitrat (AgNO3) 0,1 N

Sejumlah NaCl P dikeringkan pada suhu 100-1200 C (BM NaCl = 58,44). Timbang

seksama 250 mg, larutkan dalam 50 ml air. Titrasi dengan larutan AgNO3 0,1 N

menggunakan 1 ml indikator kalium kromat 5% b/v sampai berwarna coklat merah

lemah.

1 ml AgNO3 0,1 N setara dengan 5,844 mg NaCl (Anonim, 1979; Beckett, 1967).

Reaksi :

Ag++Cl-→AgCl (endapan putih)

2Ag++CrO4-→Ag

2Cro4(endapan merah)

Perhitungan :

Normalitas AgNO3=mg NaCl

ml AgNO3x BM NaCl

2. Pembakuan larutan ammonium tiosianat ((NH4) CNS))0,1 N

Masukkan 30 ml larutan AgNO3 0,1 N ke dalam labu Erlenmeyer, encerkan dengan

50 ml air tambahkan 2 ml asam nitrat P. Titrasi dengan (NH4) CNS 0,1 N

menggunakan 2 ml indikator larutan besi (III) ammonium sulfat hingga mulai

terjadi warna coklat muda (Anonim, 1979)

Reaksi :

Ag+ + SCN- AgSCN

Fe3+ + 6CNS- Fe (CNS)63-

Perhitungan :

Normalitas AgNO3=30 x N AgNO3

ml NH4SCN

E. Penggunaan

1. Penetapan kadar kalium klorida

Lebih kurang 250 mg sampe ditimbang seksama dan larutkan dalam 50 ml air.

Titrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1 N menggunakan indikator 2-3 tetes larutan

K2CrO4 5% hingga terbentuk warna coklat merah lemah.

Page 37: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

33

Tiap 1 ml AgNO3 0,1 N setara dengan 7,455 mg KCl.

Perhitungan :

Untuk sampel padat :

Kadar KCl= VAgNO3

x VAgNO3 x BE

mg sampelx 100%

Untuk sampel larutan :

Kadar KCl= VAgNO3

x VAgNO3 x BE x fp

ml sampelx 100%

2. Penetapan kadar kalium bromida

Lebih kurang 200 mg sampel ditimbang seksama, larutkam dalam campuran 40 ml

air dan 5 ml asam nitrat P, tambahkan 25 ml larutan AgNO3 0,1 N. Titrasi dengan

larutan baku ammonium tiosianat 0,1 N menggunakan indikator 2-3 tetes larutan

besi (III) ammonium sulfat hingga terbentuk warna coklat merah. Lakukan juga

titrasi blangko. Tiap 1 ml AgNO3 0,1 N setara dengan 11,29 mg KCl.

Reaksi :

Ag+ + Br- AgBr

Ag+ + CNS- AgCNS

Fe3+ + 6 CNS- Fe (CNS)63-

Kadar KBr= (VNH4CNS blangko-VNH4CNS sampel ) x NNH4CNS x BE

mg sampelx 100%

3. Penetapan kadar kalium iodida

Timbang seksama lebih kurang 300 mg sampel dilarutkan dalam 25 ml air, tambahkan

1,5 ml asam asetat encer P. Titrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1 N menggunakan

indikator 2 tetes eosin LP hingga membentuk warna endapan yang berubah merah.

Tiap 1 ml AgNO3 0,1 N setara dengan 16,600 mg KI.

Reaksi yang terjadi :

Ag+ + I- AgI

Page 38: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

34

Perhitungan

Kadar KI= VAgNO3

x NAgNO3xBE

mg sampelx 100%

Page 39: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

35

BAB VI

NITRIMETRI

A. Pendahuluan

Metode nitrimetri disebut juga dengan metode titrasi diazotasi, adalah

penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium

nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yaitu reaksi antara amina

aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam

diazonium. Titrasi dilakukan dalam keadaan larutan dingin (suhu dibawah 150 C)

karena akan mengganggu pembentukan garam diazonium dan terbentuk fenol

yang mampu bereaksi dengan asam nitrit.

C6H5. NH2+NaNO2+2HCl →C6H5.N2Cl+NaCl+2H2O

Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji iodida atau kertas kanji

iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau kertas kanji, adanya kelebihan

asam nitrit akan mengoksidasi iododa menjadi iodium dan dengan adanya kanji

atau amilum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji-iodida ini peka

terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Reaksi

yang terjadi:

NaNO2+HCl →HNO2+NaCl

KI+HCl →KCl+HI

2HI+2HONO →12+ 2NO + 2H2O

I2+kanji →kanji iod (biru)

Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi pada

pasta kanji iodida atau kertas kanji-iodida akan terbentuk warna biru segera sebab

warna biru juga terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan di udara. Hal ini

disebabkan karena oksidasi iodida oleh udara (O2). Indikator lain yang digunakan

adalah tropeolin OO dan metilen biru (Ganjdar dan Rohman, 2010). Reaksi yang

terjadi :

4KI+4 HCl+O2→ 2H2O+2I2+4KCl

Page 40: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

36

I2+kanji →kanji iod (biru)

B. Pembuatan larutan indikator

1. Pembuatan kertas kanji-iodida

Gerus 500 mg pati atau pati larut dengan 5 ml air, tambahkan sambil diaduk

hingga 100 ml, didihkan selama beberapa menit, dinginkan dan saring.

Encerkan dengan KI 0,4% b/v dengan volume yang sama, celupkan kertas

yang tidak mengkilap dan biarkan mengering.

2. Pembuatan pasta kanji-iodida

a. Panaskan 100 ml air dalam gelas piala 250 ml hingga mendidih, tambahkan

larutan KI 750 mg dalam 5 ml air, tambahkan 2 gr ZnCl2 dalam 10 ml air, pada

saat larutan mendidih tambahkan sambil diaduk, suspensi halus 5 gr kanji larut

dalam 30 ml air dingin. Lanjutkan hingga mendidih selama 2 menit, kemudian

dinginkan.

b. Larutka 750 mg KI dalam 5 ml air, tambahkan air sampai 10 ml, didihkan,

tambahkan sambil diaduk suspensi 5 mg pati dalam 35 ml air, didihkan selama

2 menit, dinginkan. Hamparkan pada lempeng porselen.

3. Pembuatan larutan baku natrium nitri 0,1 M

Larutkan 6,900 gr NaNO2 yang telah ditimbang seksama dalam air hingga volume

1000 ml.

4. Pembakuan larutan natrium nitrit 0,1 M

Timbang seksama lebih kurang 200 mg asam sulfanilat yang sebelumnya

dikeringkan pada suhu 1200 C sampai bobot tetap, masukkan ke dalam gelas piala,

tambahkan 0,2 g natrium bikarbonat dan sedikit air, aduk hingga larut. Encerkan

dengan 100 ml air, tambahkan 5 ml asam klorida P, dinginkan hingga suhu tidak

lebih dari 150 C. Titrasi pelan-pelan dengan larutan natrium nitrit 0,1 N hingga

setetes larutan segera memberikan warna biru pada kertas kanji iodida. Titrasi

Page 41: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

37

dianggap selesai jika titik akhir dapat ditunjukkan lagi setelah larutan dibiarkan

selama 2 menit (Bodin, 1961).

Tiap 1 ml larutan NaNO2 setara dengan 13,319 gr NH2-C6H4-SO3H

Reaksi :

HO3S-C6H4-NH2+NaNO2+2HCl →HO3S-C6H4-N2Cl+NaCl+2H2O

Perhitungan :

Normalitas NaNO2= mg asam sulfanilat

ml NaNO2x BM asam sulfanilat

5. Penggunaan

1. Penetapan kadar sulfanilamid

Timbang seksama lebih kurang 500 mg sampel, larutkan dalam 75 ml air dan 5 ml

asam klorida P, dinginka, titrasi dengan larutan baku NaNO2 0,1 M secara

berlahan-lahan pada suhu tidak lebih dari 150 C, hingga 1 tetes larutan segera

memberikan warna biru pada kertas kanji-iodida. Titrasi dianggap selesai jika titik

akhir dapat ditunjukkan lagi setelah larutan dibiarkan selama 1 menit (Anonim,

1979). Tiap 1 ml NaNO2 0,1 M setara dengan 17,22 mg C6H8N2O2S.

Reaksi :

H2N.SO2.C6H4.NH2+NaNO2+2HCl →H2N.SO2.C6H4.N2Cl+NaCl+2H2O

Perhitungan :

Kadar sulfanilamid= VNaNo2

x NNaNo2 x BE

mg sampel x 100%

Page 42: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

38

BAB VII

IODO-IODIMETRI

A. Pendahuluan

Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu titrasi

langsung (iodimetri) dan tidak langsung (iodometri). Iodium merupakan oksidator

yang relatif kuat dengan nilai potensial oksidasi sebesar +0,535 V. Pada saat reaksi

oksidasi, idoium akan direduksi menjadi iodida sesuai dengan reaksi :

I2+2e⥨2I-E0=0,535 V

Metode titrasi ini dalam penggunaanya dikategorikan menjadi :

1. Iodimetri : merupakn titrasi langsung dengan larutan baku iodium terhadap

senyawa dengan potensial reduksi lebih rendah.

2. Iodometri : merupakan titrasi tidak langsung yang diterapkan terhadap

senyawa yang mempunyai potensial reduksi lebih tinggi. Iodium yang

dibebaskan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat.

B. Pembuatan larutan indikator

Larutan iodium sendiri dapat dijadikan sebagai indikator. Satu tetes larutan

iodium 0,1 N dalam 100 ml air memberikan warna kuning pucat. Namun untuk

menaikkan kepekaan titik akhir, biasa digunakan indikator kanji. Dalam

konsentrasi iodida 4x10-4 M sudah memungkinkan iodium dalam konsentrasi

2x10-5 M yang akan memberikan warna biru yang nyata dari komplek antara kanji

dan iodium. Penyusun utama dari kanji adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa

dengan iodium membentuk warna biru, sedangkan dengan amilopektin

membentuk warna merah.

Titik akhir titrasi juga dapat digunakan dengan menggunakan indikator

karbontetraklorida (CCl4), akan memberikan warna ungu. Saat mencapai titik

akhir titrasi, CCl4 menjadi jernih.

Page 43: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

39

C. Pembuatan larutan Baku

1. Larutan baku iodium 0,1 N

Larutkan 18,0 g KI yang telah ditimbang seksama dalam 30 ml air dalam

mortir. Timbang seksama 12,69 g iodium dalam gelas arloji, tambah sedikit

demi sedikit ke dalam larutan KI sambil digerus. Pindahkan ke dalam labu

takar 100 ml tutup labu dan kocok sampai iodium larut. Diamkan larutan pada

suhu kamar dan tambahkan air hingga volume 1000 ml.

2. Larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N

Timbang seksama 24,819 g Na2S2O3.5H2O dalam air secukupnya hingga larut.

Pindahkan larutan ke dalam labu takar 1000 ml, tambah air hingga batas.

D. Pembakuan larutan baku

1. Pembakuan larutan baku iodium 0,1 N

Timbang seksama lebih kurang 150 mg arsentriklorida (As2O3), larutkan

dalam 20 ml larutan NaOH 0,1 N panaskan jika perlu. Encerkan dengan 40 ml

air, tambahkan 2 tetes jingga metil dan lanjutkan dengan penambahan HCl

encer hingga warna kuning berubah menjadi jingga. Tambahkan 2 gr

NaHCO3, 20 ml air dan 3 ml larutan kanji 0,5%. Titrasi dengan larutan baku

iodium perlahan-lahan hingga timbul warna biru tetap. Tiap 1 ml larutan

iodium 0,1 N setara dengan 4,916 mg As2O3.

Reaksi :

As2O3+6NaOH →2Na3AsO3+3H2O

Na3AsO3+I2+2NaHCO3→Na3AsO4+2NaI+2CO2 +H2O

Perhitungan :

Karena 1 mol As2O3 setara dengan 2 mol natrium arsenit dan 1 mol natrium

arsenit setara dengan 1 mol I2 maka 1 mol As2O3 setara dengan 2 mol I2 yang

setara dengan 4 elektron sehingga valensi As2O3 adalah 4.

Normalitas I2= mg As2O3

ml I2x BM As2O3

x 4

Page 44: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

40

2. Pembakuan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N

Pipet 25,0 ml larutan K2Cr2O7 0,1 N, masukkan ke dalam Erlenmeyer bertutup

kaca, encerkan dengan 50 ml air. Tambahkan 2 g KI dan 5 ml HCl P, tutup,

biarkan selama 10 menit. Encerkan dengan 100 ml air dan titrasi dengan

idoium yang dibebaskan dengan larutan Na2S2O3 0,1 N menggunakan

indikator kanji.

Reaksi :

6I-+Cr2O7-+14H+→3 I2+2Cr++7H2O

3I2+6S2O3-→3S4O6

-+6I-

Perhitungan :

Normalitas Na-tiosulfat= ml K2Cr2O7x N K2Cr2O7

ml Na2S2O3

E. Penggunaan

1. Penetapan kadar Cu dalam CuSO4 (iodometri)

Lebih kurang 2 g tembaga sulfat (CuSO4.5H2O; BM 249,685) ditimbang

seksama, larutkan dalam air, pindahkan kedalam labu takar 100 ml secara

kuantitatif dan tetapkan volumenya. Pipet 25,0 ml larutan, tambahkan 2 ml

asam asetat dan 1,5 g KI. Titrasi iodium yang dibebaskan dengan larutan baku

natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan indikator kanji.

Tiap 1 ml larutan Na2S2O3 0,1 N setara dengan 6,345 mg Cu atau 24,969 mg

CuSO4.5H2O.

Reaksi :

2CuSO4.5H2O+4KI →2CuI+I2+2K2SO4+10H2O

I2+2Na2S2O3→2NaI+Na2S4O6

Perhitungan :

Kadar Cu= V Na2S2O3 X N Na2S2O3X BE

mg sampelx 100%

Page 45: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

41

2. Penetapan kadar vitamin C (iodimetri)

Lebih kurang 400 mg vitamin C ditimbang seksama, larutkan dalam campuran

yang terdiri dari 100 ml air bebas CO2 dan 25 ml H2SO4 encer. Titrasi dengan

iodium 0,1 N menggunakan indiktaor kanji sehingga menghasilkan warna biru

mantap selama 1 menit.

Tiap 1 ml iodium 0,1 N setara dengan 8,806 mg C6H8O6.

Reaksi :

Perhitungan :

kadar vitamin C= V I2x N I2x BE

mg sampelx 100%

3. Penetapan kadar metampiron (iodimetri)

Masukkan lebih kurang 400 mg sampel ditimbang seksama, larutkan dengan

50 ml air dan 5 ml HCl encer. Titrasi dengan iodium 0,1 N dan indikator

larutan kanji hingga terbentuk warna biru yang mantap selama 1 menit.

Tiap 1 ml iodium 0,1 N setara dengan 16,67 mg metampiron.

Reaksi :

NaSO3-CH2-N(CH)3-C11H11N2O+H2O →NaHSO3+CH3-NH-C11H11N2O+CH2O

NaHSO3+H2O+I2→NHSO4+2HI

I2+kanji →biru

Perhitungan :

kadar metampiron= ml I2X N I2X 16,67

mg sampel x 0,1 x 100%

Page 46: PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIfarmasi.hamzanwadi.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/Buku...Periksalah alat-alat praktikum pada waktu meminjam dan jika ada yang cacat segera dikembalikan

42

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta

2. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta

3. Bodin, J. I. et all, 1961, Pharmaceutical Analysis, Intersience Publisher, New

York.

4. David G. Watson, 2005, Analisis Farmasi, Jakarta: EGC

5. Gandjar, I.G. dan Rohman, A., 2010. Kimia Farmasi Analisis. PUSTAKA

PELAJAR, Yogyakarta.

6. G. Svehla, 1985, Vogel Analisis Anorganik Kualitatif, Edisi ke lima Bagian I,

Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka

7. G. Svehla, 1985, Vogel Analisis Anorganik Kualitatif, Edisi ke lima Bagian II,

Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka

8. Jenkins., G. L., et. al., 1957, Quantitative Pharmaceutical Chemistry, Fifth

edition, Mc-Graw-Hill Book Company, Inc, New York.