persusuan jawa tengah harus berbenah
DESCRIPTION
e-Paper Bulan April 2012. © 2012. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Website : http://dinperindag.jatengprov.go.id | Email : [email protected] | Twitter : @dinperindag | Facebook : https://www.facebook.com/dinperindagprovTRANSCRIPT
E-PAPER DINPERINDAG Provinsi Jateng
EDISI APRIL 2012
“ONE TEAM, ONE SPIRIT, ONE GOAL”
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Pahlawan No. 4 Telp. 8311705, 8311708, Fax.8311707, 8451700 S E M A R A N G 5 0 2 4 1
website : http://dinperindag.jatengprov.go.id
EDISI APRIL 2012
TIM PENYUSUN E-PAPER INFO INDAG Penanggung Jawab : Kepala Dinas
Pengarah : 1. Sekretaris Dinas 2. Para Kepala Bidang/Balai
Ketua Umum : Sigid Adi Brata Sekretaris : Siti Chiswati
Ketua Redaksi : Nina Veronika Marthahima Redaksi : 1. Hadi Pangestu
: 2. Sigid Adi Brata : 3. Teguh Prihadi : 4. Listyati PR
: 5. Kumarsi : 6. Subandi : 7. Faria Suryani
Publikasi TI : 1. Nandhi Nur Ardisasmito 2. Febriyan Nurul Santoso
Sekretariat Operasional
:
1. Hery Sutantyo K
2. Rebo Sukimin 3. Nugroho 4. Ludyantoro Sri Marsetyo
5. Budi Prasetyo
Sekapur Sirih
ASSALAMU’ALAIKUM WR WB.
Jawa Tengah memiliki
potensi akan hasil
pertanian salah satu
hasli pertanian yang
sangat potensial
untuk dikembangkan adalah komoditas
susu sapi perah, yang dihasilkan dari
Kab.Klaten, Kab.Boyolali, Kota Salatiga, Kab.
Banyumas, Kab. Semarang. Produksi susu
sapi perah di Jawa Tengah sebanyak
255.000 liter/hr dihasilkan dari 79.462 ekor
sapi perah, dimiliki oleh 27.329 peternak.
Susu tersebut dipasarkan didalam negeri,
kepada Industri Pengolahan Susu
PT.Indolakto (60.000 liter), PT.Sari Husada
(35.000 liter), Cita Nasional (15.000 liter)
dan Bendera (90.000 liter).
Berdasarkan data BPS kebutuhan susu
nasional mencapai 1,3 juta ton per tahun,
sedangkan produksi domestik baru
mencapai 0,4 juta ton (30%). Hal ini
merupakan peluang yang sangat besar
untuk pengembangan persusuan karena
pasar susu masih terbuka lebar. Namun
EDISI APRIL 2012
kondisi persusuan di Jawa Tengah saat ini
masih relatif tertinggal dibandingkan
dengan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur.
Beberapa permasalahan susu di Jateng saat
ini antara lain kualitas susu rendah, tidak
sesuai standart permasalahan kualitas susu
terjadi pada penanganan pasca panen
termasuk, proses handling, jalur distribusi
yang panjang, serta keterbatasan sarana
prasarana pendingin susu (colling unit),
disinilah peran pemerintah sangat
diperlukan bantuan colling unit bagi
kelompok / koperasi susu akan sangat
membantu peningkatan kualitas susu.
Belum terjadi keseimbangan antara
pasokan dan permintaan susu oleh IPS yang
relative stagnan sedangkan produksi susu
naik rata –rata 7 persen / tahun perlu
dicarikan alternative pasar lain seperti
industri susu olahan seperti susu segar,
yougrut, keju dan snak susu. Masalah lain
yang sangat mempengaruhi harga susu
segar hasil peternak local adalah harga susu
impor yang rendah membuat IPS tergiur
untuk melakukan impor sehingga
menyebabkan penyerapan susu local
menjadi berkurang.
Untuk mengatasi permasalahan industri
persusuan di Jawa Tengah telah
dilaksanakan beberapa hal sebagai upaya
untuk mendukung peningkatan kualitas
susu, menciptakan sistem pamasaran yang
efesien yang pada gilirannya dapat
meningkatkan pendapatan peternak susu,
langkah tersebut antara lain; a) telah
dibentuk Tim klaster industri susu dengan
melibatkan semua stakeholder sebagai
sebuah wadah yang diharapkan mampu
membantu penyelesaian permasalahan
persusuan, b) menyusun dan
mengaplikasikan kesepakatan SOP distribusi
susu Menyusun dan mengaplikasikan
kesepakatan SOP distribusi susu disertai
dengan penjadwalan peningkatan kualitas
susu, c) melakukan pemetaan potensi,
pendampingan aplikasi SOP dan
mengusahakan berbagai upaya untuk
memberikan fasilitasi terkait dengan upaya
peningkatan kualitas susu. D) mendorong
kemitraan peternak dan IPS, termasuk
mengupayakan berbagai hal yang terkait
dengan peningkatan penyerapan kuota
susu. E) mengupayakan fasilitasi bantuan
peralatan seperti colling unit ini, untuk
mengurangi penurunan kualitas mutu susu
sejak awal pasca panen susu ditingkat
peternak, sebelum diterima oleh IPS.
EDISI APRIL 2012
Upaya tersebut diharapkan dapat
membantu menyelesaikan permasahan
industri susu di Jawa Tengah disamping itu
perlu dibuka pasar baru bagi susu segar
produksi peternak dengan menarik investor
untuk membuka pabrik di sentra produksi
susu segar Jawa Tengah baik pabrik susu
maupun pabrik olahan susu. Diperlukan
kebersamaan antara stakeholder industri
susu mulai dari IPS, peternak sapi , koperasi
susu dan Dinas terkait serta akademisi
untuk memajukan industri susu di Jawa
Tengah.
WASSALAMU’ALAIKUM WR WB.
Semarang, April 2012
Ir.IHWAN SUDRAJAT,MM
EDISI APRIL 2012
Tajuk Rencana PERSUSUAN JATENG HARUS BERBENAH
Minum susu bagi balita dan anak –
anak merupakan keharusan untuk
memenuhi kebutuhan gizi sehingga kelak
mereka akan tumbuh menjadi anak yang
sehat, cerdas dan mempunyai ketahanan
tubuh yang prima, tetapi secara
keseluruhan berdasarkan survai tingkat
konsumsi susu masyarakat Indonesia masih
tergolong rendah sekitar 11,09 liter per
kapita per tahun, sedangkan salah satu
negara tetangga Thailand telah
mengkonsumsi lebih dari 33,00 liter per
kapita per tahun. Diharapakan tingkat
konsumsi masyarakat terus meningkat
disamping akan semakin membuat
masyarakat kita sehat, peningkatan
permintaan susu akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan industri susu local.
Produksi susu segar nasional tahun
ini diperkirakan akan mencapai 1,2 juta ton
atau 9,4% lebih tinggi dibanding tahun lalu
yang sebanyak 1,1 juta ton. Sedangkan
permintaan pasokan susu segar dalam
negeri sendiri sebanyak 3,12 juta ton per
tahun, melihat komposisi yang demikian
sebenarnya posisi tawar peternak sapi
seharuhnya lebih menguntungkan tetapi
kenyataan dilapangan justru berbeda petani
tidak pernah menikmati harga susu yang
baik justru sering mendapat perlakuan yang
tidak menyenangkan seperti penurunan
harga secara sepihak sampai pernah terjadi
di Kabupaten Semarang peternak susu
membuang produk susunya sebanyak
15.000 liter, sementara pemerintah tidak
cukup memiliki instrumen guna mendorong
terjadinya situasi tawar yang seimbang
antara peternak dengan Industri Pengolah
Susu. Hal ini merupakan pekerjaan rumah
bagi pemerintah untuk mengemas
kebijakan atau aturan yang dapat mengurai
kusutnya pasar susu segar.
Permasalahan lain industri susu di
Jawa Tengah dan sentra produk susu yang
lain adalah kualitas produk yang sering kali
rusak dalam proses produksi karena
terdapat kandungan bakteri yang masih
tinggi dan hal ini akan menyulitkan
pemasaran produk susu segar ataupun
pasokan ke industri pengolah susu,
ditambah lagi standart yang ditentukan oleh
IPS dinilai sangat tinggi. Kondisi ini terjadi
karena minimnya fasilitas infrastruktur
untuk produksi susu yang ideal di kalangan
peternak, rantai distribusi susu dinilai
terlalu panjang juga merupakan
EDISI APRIL 2012
permasalahan yang serius bagi industri
susu.
Upaya meningkatkan produktivitas
peternak sekaligus meningkatkan daya
tawar peternak susu terhadap industri
pengolahan susu telah banyak dilakukan
oleh pemerintah. Perbaikan kualitas susu
yang dihasilkan oleh peternak ditempuh
melalui pemberian makanan yang
berkualitas dan meningkatkan kebersihan
kandang sapi serta penyediaan sarana dan
prasarana pendukung. Disamping itu karena
tingkat produksi peternak yang masih
rendah pemerintah juga melakukan
penambahan jumlah populasi ternak sapi
melalui impor sebanyak 2.300 ekor dari
Australia. Sapi impor tersebut akan
dikembangkan di sentra peternakan sapi di
Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Harapannya, sapi-sapi ini akan mampu
menaikkan populasi sapi perah sebesar
4,3% sehingga produksi susu juga akan
mengalami kenaikan.
Perbaikan dari sisi kelembagaan
sebenarnya telah di gagas ketika
didirikannya Gabungan Koperasi Susu
Indonesia (GKSI). Melalui upayanya dalam
meningkatkan daya tawar peternak susu,
GKSI mendorong dibuatnya SKB Menteri
Perdagangan, Perindustrian, dan Koperasi
yang mengharuskan industri pengolahan
susu memprioritaskan penyerapan susu
lokal. Selain itu, harga susu dinaikkan dua
kali dalam setahun, pada bulan April dan
Oktober. Program itu kemudian terhenti
sejak krisis moneter 1997/1998.Dalam
perkembangannya kemudian kelembagaan
GKSI mendapatkan tentangan juga dari para
peternak sapi perah. Bahkan sebagian
kelompok koperasi, terutama di Jawa
Tengah, menganggap keberadaan GKSI
justru mengakibatkan semakin panjang dan
tingginya biaya transaksi dalam
memasarkan susu produksi peternak. Hal
inilah yang mewarnai tumbuh
berkembangnya kelompok koperasi mandiri
yang tidak meleburkan diri kedalam
keanggotaan GKSI, sekaligus mampu
memasok susu peternak langsung ke IPS
sehingga mata rantai pemasaran susu
semakin pendek dan efesien.
Secara nasional pemerintah juga
berupaya meningkatkan konsumsi susu
masyarakat dari 11,09 menjadi 23 liter/
kapita/ tahun sehingga disatu sisi
kebuhuhan akan gizi masyarakat terpenuhi,
dan permintaan terhadap susu local
meningkat dengan catatan pemerintah
perlahan mengurangi impor susu segar.
Sementara itu Pemerintah Provinsi Jawa
EDISI APRIL 2012
Tengah melalui beberapa SKPD yang
membidangi pengembangan industri
persusuan, berupaya mengembangkan
industri persusuan dengan selalu
memberikan pembinaan terhadap
kemampuan peternak dalam merawat sapi,
teknik pemerahan susu dan, bantuan
berupa peralatan yang pendukung
peningkatan kualitas susu seperti colling
unit serta mengembangkan diversifikasi
produk susu olahan yang mempunyai daya
saing tinggi. Disamping itu juga mendorong
peningkatan investasi dengan menawarkan
kepada investor untuk membangun pabrik
pengolahan susu di sentra produksi susu di
Jawa Tengah, data terakhir Cisarua
Mountain Dairy (Chimory) saat ini tengah
membangun pabrik baru pengolahan susu
di Karangjati, Semarang, Jawa Tengah.
Investasi awal diperkirakan mencapai Rp 20
miliar, dengan kapasitas produksi awal
2.000 liter per jam dan perlahan akan
ditingkatkan sampai mencapai 8.000 liter
per jam. Setelah ini PT Trimitra Hasanah
Prima ( THP) direncanakan melakukan
investasi pembangunan pabrik di
Kabupaten Boyolali, dengan semakin
banyaknya pabrik pengolahan susu
diharapkan permintaan susu dari peternak
akan meningkat dan harga akan naik pada
giliranya akan meningkatkan perbaikan
kehidupan peternak. Satu hal lagi yang
perlu difasilitasi oleh pemerintah adalah
perlu adanya hubungan yang harmonis
antara IPS dengan peternak, IPS diharapkan
dapat melakukan pembinaan langsung
kepada peternak dan koperasi agar tercapai
standart mutu yang diharapkan.
Industri susu khususnya di Jawa
Tengah dengan sentra di Kabupaten
Semarang, Boyolali, Klaten, dan Kota
Semarang yang mendapatkan pembinaan
oleh pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten /kota mulai dari aspek
pemasaran, produksi, manajemen dan
kesadaran dari peternak sapi, kelompok
tani susu, koperasi serta etika baik dari IPS
yang membeli produk susu akan membuat
industri susu semakin berkembang ditandai
dengan semakin meningkatnya kuantitas
dan kualitas produksi susu.
EDISI APRIL 2012
PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR NONMIGAS
JAWA TENGAH DENGAN AMERIKA
Krisis perekonomian global yang bermula dari
krisis keuangan yang melanda Amerika sejak
tahun 2008 telah memberikan pembelajaran
bagaimana mengambil langkah cepat dan tepat
untuk mengantisipasi dampak yang mungkin
bisa berpengaruh bagi kelangsungan
perdagangan Indonesia – Amerika yang telah
terjalin selama ini karena kita sadari Amerika
adalah pasar tradisional merupakan Negara
tujuan utama bagi komoditi ekspor Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi Amerika yang hanya 2
persen membuat volume ekspor Amerika ke
Indonesia berkurang sementara pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang lebih dari 6 persen
membuat volume ekspor Indonesia ke Amerika
terus melonjak. Tindakan responsive yang
dilakukan Provinsi Jawa Tengah melalui
diversifikasi produk dan peningkatan ekspor
yang bernilai tambah serta terobosan –
terobosan pasar ekspor non tradisional baru
merupakan strategi dan langkah antisipasif yang
mampu menahan efek krisis Amerika ke
Indonesia khususnya Jawa Tengah. Tentunya
tidak lepas juga kebijakan Bank Indonesia yang
bisa menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang
ideal tetap pada kisaran Rp. 9.000 per dollar
Amerika. Selama 5 tahun terakhir neraca
perdagangan ekspor impor non migas Jawa
Tengah dan Amerika menunjukkan surplus Jawa
Tengah dan sampai dengan triwulan I tahun
2012 neraca perdagangan ekspor impor non
migas masih menunjukkan surplus Jawa Tengah
sebesar 248,73 juta USD dengan total ekspor
non migas sebesar 325,51 juta USD dan
impornya sebesar 76,77 juta USD, surplus Jawa
Tengah triwulan I tahun 2012 ini lebih tinggi
dari periode yang sama tahun 2011 dengan
surplus sebesar 228,59 juta USD meningkat 8,81
persen
Nilai ekspor Jawa Tengah ke Amerika
Serikat pada 2011 meningkat dibanding 2010
mencapai US$1.258,43 juta atau melonjak 13,8
persen dibanding 2010. Nilai ekspor nonmigas
Jateng ke AS pada tahun lalu bahkan
menduduki peringkat pertama dengan share
26,2 persen (lihat gambar 1).
Terdapat tiga kelompok komoditas yang
mempunyai peran tinggi terhadap total nilai
ekspor nonmigas Jateng ke AS selama 2011.
Pertama, tekstil dan produk dari tekstil dengan
nilai ekspor US$765,79 juta atau naik 13,7
persen dibanding 2010.
Kedua, perabot, penerangan rumah
sebesar US$130,08 juta atau naik 7,04 persen
dari 2010. Urutan ketiga yaitu komoditas bulu
unggas dengan nilai ekspor US$93,1 juta atau
naik 38,12 persen dibanding 2010. persen.
Adapun share kelompok komoditas itu
terhadap keseluruhan kelompok komoditas
ekspor nonmigas Jateng pada 2011 masing–
EDISI APRIL 2012
masing 60,85 persen, 10,34 persen dan 7,4 persen (lihat tabel 1).
Tabel NILAI EKSPOR NON MIGAS JAWA TENGAH
MENURUT KOMODITI KE AMERIKA SERIKAT
PERIODE TAHUN 2009 - 2011
Nilai : juta US$
No. KOMODITI 2009 2010 2011 (+/-)% Share %
th.'10-'11 2009 2010 2011
1 TPT 530.24 673.49 765.79 13.70 61.39 60.91 60.85
2 Perabot, Penerangan Rumah 97.98 121.52 130.08 7.04 11.34 10.99 10.34
3 Bulu Unggas 43.21 67.40 93.10 38.12 5.00 6.10 7.40
4 Kayu, Barang dari Kayu 42.19 60.35 67.76 12.29 4.88 5.46 5.38
5 Ikan dan Udang 44.90 60.11 55.02 (8.46) 5.20 5.44 4.37
6 Mesin / Peralatan Listik 30.02 40.36 39.72 (1.59) 3.48 3.65 3.16
7 Produk Keramik 7.59 10.68 16.28 52.47 0.88 0.97 1.29
8 Kopi, Teh, Rempah-rempah 6.47 6.22 14.04 125.74 0.75 0.56 1.12
9 Daging dan Ikan Olahan 9.01 15.09 13.36 (11.43) 1.04 1.36 1.06
10 Tembakau 8.67 7.58 8.36 10.26 1.00 0.69 0.66
11 Bahan Kimia Organik 5.44 0.98 7.66 684.68 0.63 0.09 0.61
12 Plastik dan Barang dari Plastik 9.97 10.77 7.18
(33.32) 1.15 0.97 0.57
13 Benda-benda dari Besi dan Baja 1.44 3.08 4.84
57.16 0.17 0.28 0.38
14 Barang-barang dari Kulit 4.62 6.63 4.77 (28.05) 0.54 0.60 0.38
15 Minyak Atsiri, Kosmetik Wangi-wangian 0.10 0.43 4.52
952.11 0.01 0.04 0.36
- Ekspor komoditi utama 841.86 1,084.69 1,232.48 13.63 97.47 98.09 97.94
- Komoditi lainnya 21.85 21.10 25.94 22.96 2.53 1.91 2.06
- Total Komoditi 863.71 1,105.79 1,258.43 13.80 100.00 100.00 100.00
Sumber : Bank Indonesia ( data diolah Dinperindag Prov. Jateng )
EDISI APRIL 2012
Nilai impor nonmigas Jateng dari AS meningkat
dibandingkan tahun 2010 dengan mencaapai
US$425,91 juta atau naik 70,07 persen
dibanding 2010 (lihat gambar 1).
Impor nonmigas terbesar Jateng dari AS
selama tahun 2011 menurut kelompok
komoditas. Pertama, biji–bijian berminyak yang
mencapai US$185,65 juta dengan share 43,58
persen dari total impor nonmigas. Nilai tersebut
naik 78,34 persen dibanding 2010.
Di urutan kedua adalah kelompok
tekstil dan produk tekstil dengan nilai US$140,7
juta dan share 33,04 persen dari total impor.
Dibanding 2010, impor komoditas ini naik 32,85
persen pada 2011.
Adapun di urutan ketiga, ampas/sisa
industri makanan mencetak nilai impor US$18
juta, dengan share 4,23 persen dari total impor
Jateng. Diianding 2010, nilai impor pada 2011
naik 21,83 persen (tabel 2).
Tabel 2 NILAI IMPOR NON MIGAS JAWA TENGAH MENURUT KOMODITI DARI AMERIKA SERIKAT
PERIODE TAHUN 2009 - 2011
Nilai : juta US$
No. KOMODITI 2009 2010 2011 (+/-)% Share %
th.'10-'11 2009 2010 2011
1 Biji-bijian berminyak 78.72 104.07 185.60 78.34 29.85 41.56 43.58
2 TPT 86.63 49.40 140.70 184.80 32.85 19.73 33.04
3 Ampas / Sisa Industri Makanan 13.45 14.77 18.00 21.83 5.10 5.90 4.23
4 Susu, Mentega, Telur 4.53 10.31 10.92 5.94 1.72 4.12 2.56
5 Bubur Kayu / Pulp 3.81 5.73 10.65 85.72 1.44 2.29 2.50
6 Kayu, Barang dari Kayu 4.65 10.23 10.25 0.21 1.76 4.08 2.41
7 Plastik dan Barang dari Plastik 8.02 8.13 10.11 24.43 3.04 3.25 2.37
8 Mesin / Peralatan Listik 6.25 10.46 8.67 (17.12) 2.37 4.18 2.04
9 Tembakau 2.52 1.52 5.81 283.33 0.96 0.61 1.36
10 Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 1.74 9.53 5.12 (46.25) 0.66 3.81 1.20
11 Gula dan Kembang Gula 3.68 4.28 3.94 (7.94) 1.40 1.71 0.93
12 Bahan Kimia Organik 5.40 4.45 3.40 (23.62) 2.05 1.78 0.80
13 Berbagai Makanan Olahan 1.02 2.42 3.14 29.79 0.39 0.97 0.74
14 Bahan Kimia Anorganik 2.45 4.25 2.11 (50.41) 0.93 1.70 0.50
15 Karet dan Barang dari Karet 0.87 2.35 1.54 (34.67) 0.33 0.94 0.36
- Impor komoditi utama 223.76 241.90 419.96 73.61 84.85 96.59 98.60
- Komoditi lainnya 39.96 8.53 5.95 (30.23) 15.15 3.41 1.40
- Total Komoditi 263.72 250.43 425.91 70.07 100.00 100.00 100.00
Sumber : BI ( data diolah Dinperindag Prov. Jateng )
EDISI APRIL 2012
Neraca perdagangan Jateng dengan AS selama
lima tahun terakhir menunjukkan surplus. Pada
2011, surplus Jateng mencapai US$832,51 juta
atau lebih rendah dari 2010 yang mencapai
US$855,35 juta (lihat gambar 1).
Tabel 3 NERACA PERDAGANGAN NON MIGAS JAWA TENGAH DENGAN AMERIKA SERIKAT
PERIODE : 2007 - 2011
Nilai : Juta US$
URAIAN 2007 2008 2009 2010 2011 trend % (+/-)%
th.'07-'11 th.'10-'11
Ekspor Non Migas 920.03 927.66 863.71 1,105.79 1,258.43 8.35 13.80
Impor Non Migas 224.33 344.58 263.85 250.43 425.91 10.11 70.07
Neraca Perdagangan 695.70 583.08 599.86 855.35 832.51 - -
Surplus
Sumber : BI ( data diolah Dinperindag Prov. Jateng )
EDISI APRIL 2012
HARGA KEPOKMAS BULAN MARET 2012
GRAFIK HARGA BERAS
GRAFIK HARGA GULA
EDISI APRIL 2012
PRODUK UKM BERMUTU HARUS PUNYA-SNI
ERA perdagangan bebas saat ini membuat Indonesia
dihadapkan dengan negara besar seperti India dan
China yang bersaing ketat. Lalu apa saja upaya yang
harus dilakukan untuk bisa memenangkan
persaingan di kancah global?
Satu hal yang sangat penting adalah Standardisasi
Nasional Indonesia (SNI). Untuk menghadapi
kompetisi tersebut diperlukan perbaikan daya saing
UKM melalui SNI yang diyakini dapat meningkatkan
daya saing bangsa. SNI merupakan salah satu unsur
penting untuk pengawasan mutu produk. Selain itu
yang perlu diperhatikan juga adalah upaya
membangun daya saing UKM melalui inovasi dan
kreativitas. Dengan cara ini maka SNI menjadi hal
yang tidak bisa ditawar lagi oleh para pelaku UKM
bila menginginkan produknya tetap bertahan dan
berkembang serta mampu berkompetisi.
Produk yang telah ber-SNI akan memberikan
keuntungan bagi produsen, para penggunanya serta
publik tentunya. Bagi produsen, mereka akan
memahami kepastian batas atau persyaratan yang
diterima pasar. Bagi konsumen, mereka akan
memperoleh kepastian keamanan dan kualitas
produk, smentara bagi publik, mereka mendapatkan
perlindungan dari segi keamanan, keselamatan,
kesehatan dan kelestarian lingkungannya.
Dengan demikian SNI merupakan syarat mutlak
untuk menciptakan produk yang berkualitas. Saat ini
ada 83 Wajib SNI yang akan terus dikembangkan
sehingga produk Indonesia sanggup bersaing dengan
produk asing. Pentingnya penerapan SNI akan
mendorong produsen untuk menyesuaikan kualitas
produknya dengan standar konsumen, melindungi
konsumen dalam negeri serta meningkatkan daya
saing. Dengan SNI, peningkatan efisiensi dalam
desain, penghematan keuangan, SDM dan waktu
akan diperoleh. Selain itu dengan adanya SNI, akan
mengurangi bahaya akibat kesalahan teknis.
Hingga saat ini ada 7000 SNI yang telah diberikan
otoritas terkait untuk beragam produk yang ada di
Indonesia. Pada era perdagangan bebas,
standardisasi sangat penting mengingat
membanjirnya beragam produk sehingga kualitas
produk sangat menentukan supaya bisa bersaing.
Bila dibandingkan dengan negara Asean seperti
Filipina, Thailand atau Malaysia, daya saing UKM
Indonesia dinilai masih sangat rendah. Untuk itu
diperlukan strategi membangun daya saing UKM
baik dari faktor eksternal maupun internal.
Faktor eksternal antara lain meliputi kebijakan
pemerintah dan dukungan infrastruktur serta harga
kualitas faktor produksi. Sedangkan dari aspek
internal seperti pengetahuan dan kemampuan
manajer serta pengusaha tentang teknologi,
pemasaran dan kemampuan membuat perencanaan
investasi jangka panjang.(*)
EDISI APRIL 2012
SISTEM RESI GUDANG BERDAYAKAN PETANI
Beberapa tahun terakhir ini, Kementerian
Perdagangan melalui provinsi dan
kabupaten/kota mendirikan gudang-gudang
sebagai tempat penyimpanan komoditas hasil
pertanian. Sesuai aturan, barang yang dapat
disimpan di gudang, antara lain gabah, beras,
jagung, kopi, kakao, lada, karet dan rumput
laut.
Namun dalam perkembangan
selanjutnya, gudang dapat digunakan untuk
komoditas hasil pertanian apapun yang
memiliki daya simpan minimal 3 bulan,
memenuhi standar mutu tertentu dan
memenuhi jumlah minimum barang yang dapat
disimpan.
Jawa tengah telah membangun
sembilan gudang, meliputi dua gudang di
Kudus, dua gudang di Demak, dan masing-
masing satu di Grobogan, Kabupaten
Pekalongan, Banjarnegara, Jepara dan
Wonogiri.
Pembangunan gudang itu didasarkan
pada kepedulian pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan petani. Seperti
diketahui, sebagian besar penduduk
menggantungkan hidup di sektor pertanian.
Akan tetapi, rata-rata pendapatan yang
diterima dari hasil olah pertanian ini hanya
berkisar 24%-34%, mengingat persentase laba
terbesar justru diterima perantara. Selama ini
posisi tawar petani sangat lemah. Oleh karena
itu, diperlukan kepedulian pemerintah dalam
upaya pergeseran persentase laba dari
perantara ke petani melalui akses dan
dukungan pendanaan, peningkatan akses dan
informasi pasar. Resi gudanglah jawabannya.
Sangat disayangkan apabila gudang
yang sudah dibangun dengan biaya tidak sedikit
ternyata belum dimanfaatkan sepenuhnya.
Kendala yang selama ini menjadi
ketidakpahaman petani untuk menyimpan
komoditas hasil pertanian adalah
operasionalisasi gudang melalui sistem resi
gudang.
Apa itu resi gudang? Resi gudang adalah
dokumen bukti kepemilikan atas barang yang
disimpan di gudang, yang diterbitkan oleh
pengelola gudang. Adapun sistem resi gudang
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan penerbitan, pengalihan,
penjaminan dan penyelesaian transaksi resi
gudang.
Sistem resi gudang ini sebenarnya
merupakan salah satu upaya meningkatkan
daya saing produk agro. Pembebasan
ketergantungan petani dan usaha kecil dan
menengah (UKM) pada tengkulak dilakukan
melalui skema pendanaan yang tersedia di
pihak penjamin/bank terkait.
Manfaat lainnya, sistem resi gudang
dapat menjaga stabilitas harga komoditas
melalui fasilitasi penjualan sepanjang tahun (all
EDISI APRIL 2012
year long), keterjaminan modal produksi,
keterjaminan produktivitas.
Selain itu, mengendalikan ketersediaan
stok nasional, mendukung terbangunnya
kemampuan pemerintah untuk memantau dan
menjaga ketahanan persediaan, memantau lalu
lintas produk/komoditas, menjamin bahan baku
industri dan efisiensi logistik dan distribusi.
Sistem ini sebenarnya mempunyai alur
keterkaitan dengan pasar lelang dan
perdagangan berjangka. Ketersediaan
komoditas di gudang dan mempunyai dokumen
resmi merupakan salah satu aset andal untuk
menjadi dasar penawaran komoditas melalui
pasar lelang.
Demikian pula dengan perdagangan
berjangka. Transparansi harga akan terlihat
jelas melalui sistem resi gudang dalam rangka
menghindari pelaku usaha pertanian
menghadapi tengkulak. Apalagi, komoditas hasil
perdagangan ini dapat diperdagangkan,
sekaligus dapat memenuhi kebutuhan ekspor,
kebutuhan konsumen dalam negeri, bahkan
untuk memberikan dampak jaminan ketahanan
pangan daerah dan nasional.
Tugas yang cukup berat di sektor
perdagangan dalam negeri adalah meyakinkan
produsen/petani untuk menjadi bagian dari
sistem resi gudang sekaligus
mengoperasionalkan gudang-gudang yang telah
dibangun sesuai dengan mekanisme. Diperlukan
optimalisasi peran dan sinergi antara
pemerintah pusat, daerah dan sektor terkait
lainnya untuk mendukung realisasi sistem ini.
EDISI APRIL 2012
TAK ADA “ASAP” DI KERETA API
Bagi Anda yang terbiasa merokok ketika
bepergian menggunakan kereta api, bersiaplah
untuk mendapat teguran atau bahkan sanksi
diturunkan paksa. Pasalnya, mengacu pada
Instruksi Direksi PT KAI Nomor 4/LL.006/KA-
2012, PT KAI (kereta api Indonesia) menetapkan
kereta api tanpa asap rokok terhitung efektif
mulai 1 Maret 2012 yang lalu. Merokok di
kereta selama ini memang jamak dilakukan,
bukan saja oleh para penumpang namun juga
oleh petugas kereta api itu sendiri. Tetapi,
berdasarkan instruksi tersebut, setiap
penumpang dan petugas dilarang merokok
disepanjang gerbong kereta api, di bordes
(sambungan kereta) maupun kereta makan
(restorasi) yang selama ini menjadi tempat
favorit para penumpang untuk menghisap
rokoknya. Larangan ini berlaku diseluruh kereta
api penumpang, baik kelas eksekutif, bisnis, dan
ekonomi termasuk kereta rel listrik (KRL).
Menurut PT KAI, seperti tertuang dalam
situsnya, keputusan ini semata karena ingin
memberikan kenyamanan bagi penumpang lain
yang merasa terganggu dengan adanya asap
rokok. Sementara sosialisasi telah dilakukan
sejak bulan Januari 2012, dengan memasang
stiker larangan merokok disetiap gerbong, serta
banner dan spanduk di stasiun-stasiun. PT KAI
juga memberikan wewenang kepada Polisi
Khusus Kereta Api (Polsuska) untuk menegur
dan memberikan sanksi menurunkan paksa di
stasiun terdekat bagi para perokok yang
kedapatan melanggar peraturan tersebut.
Secara kontinyu, PT KAI juga terus akan
melakukan peringatan oleh calon konsumen
kereta api, dengan announcer di setasiun
bahwa perjalanan kereta api tanpa asap rokok
serta tiket yang berstempel PT Kereta Api
Indonesia (persero) perjalanan bebas asap
rokok.
Dampak buruk AROL
Kendati menuai pro dan kontra, langkah
PT KAI membebaskan gerbong dari asap rokok,
patut di apresiasi, bahkan didorong
implementasi yang lebih tegas. Sebab, secara
normatif, upaya PT KAI sejalan dengan amanat
dalam Undang-undang No 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, yang dengan jelas
menegaskan angkutan umum sebagai kawasan
tanpa rokok (KTR). Artinya, kereta api sebagai
bagian dari angkutan umum wajib hukumnya
membebaskan penumpang dari asap rokok
orang lain.
Dalam banyak penelitian, perokok pasif
(second hand smoker) yang terpapar AROL
mempunyai risiko sama bahayanya dengan
mereka yang perokok. Arol merupakan asap
yang dihasilkan dari ujung rokok yang menyala
atau produk tembakau lainnya. Biasanya
merupakan gabungan dengan kepulan asap
EDISI APRIL 2012
rokok yang dikeluarkan dari mulut/hidung
perokok.
Rokok, menghasilkan asap yang terdiri
dari asap utama (main stream) dengan
kandungan 25% kadar bahan berbahaya dan
asap sampingan (side stream) yang
mengandung 75% kadar bahan berbahaya. Para
perokok pasif yang terkena paparan AROL
menghisap 75% bahan berbahaya ditambah
separuh dari asap yang dihembuskan keluar
oleh perokok aktif.
Di dalam AROL terkandung lebih dari
4000 bahan kimia beracun dan tidak kurang dari
69 diantaranya bersifat
karsinogenik atau penyebab
terjadinya kanker. Hasil berbagai
studi selama 50 tahun terakhir
menyimpulkan bahwa dampak
buruk paparan AROL merugikan
kesehatan. Dan perkembangan
studi yang berkaitan dengan hal tersebut terus
meningkat secara signifikan dengan kesimpulan
yang mengarah kepada bahaya AROL.
Banyaknya studi dan hasil penelitian
ilmiah yang dilakukan selama beberapa dekade
menambah kuatnya bukti hubungan antara
paparan AROL dengan berbagai penyakit serius
yang terjadi pada anak dan orang dewasa.
Diantara penyakit menurut berbagai hasil
penelitian adalah:
Kanker Paru. Dalam sebuah penelitian
menyebutkan bahwa perempuan bukan
perokok yang menikah dengan suami perokok
memiliki risiko terkena kanker paru 30% lebih
tinggi dibandingkan bila menikah dengan suami
bukan perokok. Sementara berbagai badan riset
internasional lainya menyimpulkan bahwa AROL
menyebabkan kanker paru-paru kepada orang
yang bukan perokok. (Lyon, Summary data
reported and Evaluation, 2004).
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Hasil studi juga menunjukkan paparan AROL
menyebabkan efek merugikan pada kadar
lemak darah dan sistem pembekuan (platelets)
hanya dalam waktu beberapa menit saja. Selain
itu AROL juga menyebabkan
kekakuan dinding pembuluh darah
terhadap perokok pasif, sama
seperti efek yang dialami oleh
perokok aktif. Paparan AROL
menyebabkan penyakit jantung dan
meningkatkan risiko kematian
akibat penyakit ini sebesar 30%.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
Paparan AROL juga meningkatkan resiko
penyakit paru obstruktif kronik dan penurunan
fungsi pernafasan, serta menyebabkan dan
memperburuk asma pada orang dewasa bukan
perokok.
Dampak pada Kehamilan. Paparan AROL
terhadap ibu hamil berisiko menyebabkan
kelahiran dengan berat badan bayi lahir rendah
(BBLR) dan bayi lahir prematur. Selain itu juga
memunculkan kemungkinan sindroma kematian
EDISI APRIL 2012
bayi mendadak (Suddent Infant Death
Syndrome [SIDS]), serta efek pada bayi berupa
pertumbuhan janin dalam rahim terhambat dan
keguguran spontan.
Dampak pada Anak-anak. Efek negatif
pada anak yang orang tuanya perokok dengan
kemungkinan terbesar terkena AROL, berisiko
meningkatkan frekuensi penyakit saluran
pernafasan (batuk, sesak nafas) dibandingkan
dengan anak-anak dengan orang tua bukan
perokok. Frekuensinya lebih tinggi apabila
kedua orang tuanya perokok. Ini merupakan
hasil survey yang dilaporkan Te Surgeon
General; dalam ”The Health Consequences of
Involuntary Exposure to Tobacco Smoke”.
Dengan konfigurasi dampak buruk yang
dihasilkan dari paparan asap rokok orang lain,
maka langkah yang diambil oleh manajemen PT
KAI mementingkan kesehatan, kenyamanan dan
keselamatan konsumen patut diacungi jempol
dan ditiru oleh angkutan umum jenis lainnya.
Agus Sujatno, Staf YLKI (Dimuat di majalah
Warta Konsumen)
EDISI APRIL 2012
RAUP SUKSES KEMBANGKAN GULA AREN DI PURWOREJO
BERHASIL menjadi salah satu pemenang
dalam lomba IKM Pangan Award yang
digelar Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Dinperindag) Jateng belum lama ini,
menjadi bukti keuletan Pujiati dan
kelompoknya yang mayoritas adalah
penderes nira di Tepangsari, Kecamatan
Loano, Kabupaten Purworejo.
Pujiati awalnya bekerja sebagai wiyata bakti
selama 13 tahun di Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Purworejo tanpa bayaran
sepeserpun. Tapi karena merasa tidak bisa
diangkat menjadi pegawai negeri sipil, istri
Wiluyo BA itu pun memutuskan untuk
keluar. Untunglah sang suami bekerja
sebagai kepala sekolah SD di sekitar wilayah
tersebut sehingga memiliki penghasilan
tetap dan bisa membiayai keluarganya.
Karena tak biasa menganggur, Pujiati pun
berpikir menanam pohon keras di lahan
miliknya seluas 2 hektare. Ia pun membeli
bibit senilai Rp 300 ribu dan biaya Rp 5 juta
untuk mengolah tanahnya.
Mengingat panen baru bisa dilakukan
setelah 5 tahunan, maka di sela-sela pohon
ditanaminya dengan pisang, ketela pohon,
kencur, dll yang bisa dipanen untuk
mencukupi kehidupan sehari-harinya.
Setelah dirasa cukup berhasil, Pujiati tak
melupakan warga sekitarnya yang hidupnya
masih miskin dan rata-rata hanya
mengandalkan penghasilan dari menderes
nira. Ia pun membentuk kelompok yang
beranggotakan 69 orang. Di tahun 2011,
kelompok ini mendapatkan bantuan dari
Kebun Bibit Rakyat (KBR) dari Dinas
Pertanian dan Perkebunan berupa uang
sebesar Rp 50 juta yang lalu dibelikan bibit
sengon Albasia dan Gemilina sebanyak 65
ribu bibit bersertifikat. Kesuksesan dalam
menanam pohon keras belum bisa
memuaskan ibu tiga anak tersebut, sehingga
dia berpikir bagaimana caranya agar
anggotanya bisa lebih sejahtera dan bisa
hidup layak.
Tercetuslah ide untuk membuat gula aren
dan gula semut dari hasil nira yang menjadi
sandaran warga sekitar tahun 2011. Teorinya
diperoleh dari penyuluh kehutanan dan
berhasil dipraktekan dengan hasil
memuaskan.
Kesuksesan kelompok Pujiati berbuah manis
hingga terdengar oleh Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Purworejo yang lalu
mengikutkan kelompok tersebut dalam
lomba IKM Pangan Award. Juara lima yang
EDISI APRIL 2012
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jawa Tengah
Jl.Pahlawan No.4 Semarang, Jawa Tengah.
Indonesia
Phone ( 024 ) 8419826 / 8417601
Fax ( 024 ) 8311710.
”One Team, One Spirit, One Goal”
Find Us on Web:
http://dinperindag.jatengprov.go.id
diperoleh memacu kelompok yang diketuai
oleh Pujiati untuk membuat gula aren dan
gula semut lebih baik lagi dengan harapan
saat diikutkan lomba bisa mendapatkan
peringkat yang lebih baik lagi.
Saat ini Pujiati dan kelompoknya sudah bisa
mendirikan sekretariat yang dibangun oleh
kelompoknya dengan memanfaatkan lahan
yang dimilikinyadari hasil menjual kencur
dan palawija lainnya di sekitar tanaman
keras.
Pihak dinas terkait merasa bangga karena di
tengah keterbatasan dan mayoritas
penduduk miskin dan tidak berpendidikan,
Pujiati bisa berupaya mensejahterakan
masyarakat di Desa Tepangsari Kabupaten
Purworejo. Ia berharap bimbingan dan
bantuan bisa diperoleh secara berkelanjutan
seperti misalnya peralatan ataupun cara
pengemasan yang baik sehingga produk bisa
bersaing dengan penghasil gula aren dari
wilayah lainnya. (*)