persaudaraan sejati suster misi fransiskanesrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_full.pdfb....

186
PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS SANTO FRANSISKUS ASISI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik OLEH: SUSANA AYU NIM: 021124016 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Upload: others

Post on 11-Nov-2020

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES

SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS

SANTO FRANSISKUS ASISI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

OLEH:

SUSANA AYU

NIM: 021124016

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

Page 2: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS

SANTO FRANSISKUS ASISI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Susana Ayu

NIM: 021124016

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

i

Page 3: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan
Page 4: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan
Page 5: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan kepada:

Kongregasi SMFA

(Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius)

iv

Page 6: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

MOTTO

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi;

sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”.

( Yohanes 13:34)

Mengasihi orang lain berarti melihat wajah Allah

(les Miserables)

v

Page 7: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan
Page 8: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS SANTO FRANSISKUS ASISI”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis terhadap situasi yang terjadi dalam kehidupan di biara secara khusus dalam kongregasi SMFA di mana para suster hidup, penulis juga kagum terhadap apa yang diupayakan para suster SMFA yang tetap mengusahakan dan memelihara semangat persaudaraan sejati. Persaudaraan sejati selalu memelihara hubungan antar pribadi yang sejajar. Orang menerima kehadiran sesamanya sebagai bagian dari dirinya. Hubungan itu tertuju demi suatu kepentingan tertentu, tetapi berdasarkan sikap menghargai orang lain sebagai ciptaan Tuhan. Fransiskus mengajak orang bersahabat dan tidak menfitnah orang lain. Nasihat Fransiskus itu memang ditujukan kepada orang-orang yang mengikuti dia, tetapi nilai-nilai positif dari ajakkan itu kiranya berguna bagi kita.

Persaudaraan sejati akan terwujud kalau orang mampu mengasihi, menerima kehadiran orang lain apa adanya dan tidak menjelek-jelekkannya. Mengasihi tidak hanya dengan perkataan, tetapi terutama ditunjukkan dalam perbuatan konkret. Mengasihi orang berarti menerima dan menghormati keberadaan orang itu apa pun sukunya, status sosialnya, dan agamanya. Semua akan terjadi bila manusia mampu menghargai dan menghormati martabat pribadi manusia sebagai makhluk ciptaan Allah. Akan tetapi, sayangnya, hal tersebut sekarang ini menjadi suatu yang sulit diterapkan dalam hidup sehari-hari. Orang lebih mementingkan diri sendiri, melihat sesama sebagai saingan, kebiasaan sapa menyapa mulai memudar, dengan demikian lama kelamaan persaudaraan akan memudar, bahkan bisa mati. Tidak ada hal lain yang dapat dilakukan para kaum religius terutama para Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius, selain mengupayakan agar persaudaraan sejati tetap hidup di dalam biara dengan mengadakan rekoleksi dalam bentuk katekese model SCP. Persoalan mendasar yang penulis bahas dalam skripsi ini adalah : Bagaimana kita dapat membantu kaum religius dalam upayanya mengembangkan persaudaraan sejati, sedemikian rupa sehingga hal-hal yang menghambat persaudaraan dapat diatasi dengan semestinya. Gagasan yang ingin penulis sumbangkan, dalam skripsi sederhana ini, tidak lain adalah untuk mencapai maksud itu. Bab I adalah pendahuluan. Selanjutnya, bab II adalah berbicara tentang makna persaudaraan menurut ilmu-ilmu, Injil dan ajaran Gereja. Bab III adalah spiritualitas persaudaraan sejati Santo Fransiskus, kemudian bab IV tentang makna ungkapan saudara dina tentang kesempurnaan Injili. Bab V berbicara tentang makna kesaksian persaudaraan sejati untuk zaman sekarang, dan Bab VI adalah meningkatkan persaudaraan sejati melalui program katekese, akhirnya bab VII adalah berisikan kesimpulan dan saran. Penulis berharap, melalui skripsi ini, agar apa yang telah diupayakan oleh kaum religius secara khusus kongregasi SMFA dapat dimaksimalkan, sehingga damai dan harmoni akan sungguh dapat hidup dalam kehidupan sehari-hari kita.

vii

Page 9: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

ABSTRACT

This Script Entitled “TRUE SISTERHOOD/BROTHERHOOD OF THE FRANSISCANESS MISSION FROM SAINT ANTONIUS IN THE LIGTH OF SAINT FRANCIS ASISI SPIRITUALITY”. The title chosen based on the writer’s concerned toward the monastery-life’s situation especially in the congregation of SMFA where all the sister living, writer also struck toward what had done by the sisters to live and taking care the true sisterhood/brotherhood spirit.

True sisterhood/brotherhood always taking care horizontal relationship berween the personal. People accept the present from the other as a part of him or her.That relationship were directed for certain interest, but based on the behavior to respect another as god’s creatures. Saint Francis invited all people to be a friend and do not slander another. The Francis’ advice directed to his followers, but the positive values suppose meaningfull for all of us.

The true sisterhood/brotherhood will become real if people capable to love, accept another’s present just like they are and do not dishonour them. Love not only by words, but especially how we show by our act. Love another which means accept and respect the human values in each personal as god’s creatures. But, so pity, that thing too hatd to apply into our daily life now days. People are to busy thingking about themselves, look another as a competitor, habbit of “Say Hello” starting fade, even dying. Nothing can Sister of Fransiscaness Mission From Saint Aantonius do, beside striving in order to keep the sisterhood live in monastery. Through the cathecesm recollection with SCP’S model.

The basic matter which is writer discuss in this script are: how we be capable to help the religious to attain the developing the true sisterhood/brotherhood, such as shape until all the obstacles can be solve. This the idea that write want show up to get the mean point. The first chapter is the beginning. Furthermore, the second chapter talk about the meaning of sisterhood/brotherhood according to sciences, gospel, and the church’s teaching. The third chapter is the sisterhood/brotheshood spirituality of Saint Francis, then the fourth chapter is about humble sisters and brothers as a perfect expresion from the gospel. The fifth chapter is about the meaningof our witnesses now days, finally the sixth chapter is about conclusion and suggestion. Chapter I is the introduction. Futhermore, chapter II talk about the meaning of sisterhood/brotherhood according to sciences, Gospel and Church teaching. Chapter III is the spirituality of true sisterhood/brotherhood of the Saint Francis Asisy, afterwards chapter IV is about the meaning of the expression from ignoble sisters/brothers about Evangelical perfection. Chapter V is about the improvement true sisterhood/brotherhood in the present day and chapter VI is about processing to improve the true sisterhood/brotherhood through program of cathecese, finally chapter VII about the conclution and suggestion. Writer have hope that through this script, in order that, what the religious had done especially congregation of SMFA, can be maximalize, so the peace and harmony really fill on our daily life.

viii

Page 10: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Bapa yang telah melimpahkan kasih karunia

dan bimbingan-Nya selama penulisan skripsi ini sehingga penulis dapat

menyelesaikan pembuatan skripsi ini. Skripsi ini di susun dalam rangka memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu

Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. Skripsi ini berjudul:

PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES SANTO

ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS SANTO FRANSISKUS

ASISI.

Proses pembuatan dan penyelesaian skripsi ini telah mendorong penulis untuk

merefleksikan makna dan pentingnya hidup dalam persaudaraan sejati. Semoga

skripsi ini dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran, inspirasi dan bahan renungan

bagi mereka yang merindukan persaudaraan sejati dan terdorong untuk

mengembangkannya, khususnya bagi kaum biarawan-biarawati dan terlebih bagi

kongregasi SMFA yang menekankan hidup dalam persaudaraan sejati.

Dalam membuat skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan dan

kesulitan. Namun berkat bimbingan , bantuan, perhatian, dan dorongan dari berbagai

pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Maka pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih kepada:

1. Dr.J.Darminta, S.J. yang telah membimbing penulis dalam menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini dengan penuh perhatian dan kesabaran.

2. Drs. Y.a.c.H. Mardiraharjo selaku penguji II sekaligus dosen wali penulis.

3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag.,M.Si. selaku penguji III.

ix

Page 11: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan
Page 12: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL............................................................................................................. .. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... .. ii

PENGESAHAN .............................................................................................. .. iii

PERSEMBAHAN............................................................................................ . . iv

MOTTO ........................................................................................................... .. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... .. vi

ABSTRAK....................................................................................................... .. vii

ABSTRACT..................................................................................................... .. viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... .. ix

DAFTAR ISI.................................................................................................... .. xi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. .. xvi

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. .. 1

A. Latar Belakang ................................................................................. .. 1

B. Rumusan Permasalahan ................................................................... .. 8

C. Tujuan Penulisan............................................................................... .. 8

D. Manfaat Penulisan............................................................................. .. 9

E. Metode Pemulisan............................................................................. .. 10

F. Sistematika Penulisan ....................................................................... .. 10

BAB II MAKNA PERSAUDARAAN MENURUT ILMU-ILMU, INJIL DAN AJARAN GEREJA ................................................................. .. 13

A. Menurut Ilmu-ilmu............................................................................ .. 13

1 Ilmu Etimologi Bahasa................................................................ .. 13

2 Ilmu Filsafat .............................................................................. .. 14

3 Ilmu Sosiologi ............................................................................. .. 18

4 Ilmu Psikologi ............................................................................. .. 20

5 Ilmu Theologi.............................................................................. .. 23

B. Menurut Injil dan Ajaran Gereja....................................................... .. 25

1 Perjanjian Lama dan Baru........................................................... .. 25

xi

Page 13: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

a) Peranjian Lama ....................................................................... .. 25

b) Perjanjian Baru ....................................................................... .. 26

2 Ajaran Gereja .............................................................................. .. 28

C. Rangkuman ...................................................................................... .. 29

BAB III SPRITUALITAS PERSAUDARAAN SEJATI SANTO FRANSISKUS

........................................................................................................... .. 32

A. Biografi Santo Fransiskus Asisi ........................................................ .. 32

1. Riwayat Hidup Santo Fransiskus ................................................ .. 32

2. Situasi SMFA ............................................................................. .. 36

3. Situasi Gereja .............................................................................. .. 38

B. Ajaran dan Pesan Fransiskus Asisi Tentang Persaudaraan............... .. 41

1 Persaudaraan dengan Alam Semesta dan Ciptaan Lainnya ........ .. 41

2 Persaudaraan dengan Saudara Seiman........................................ .. 45

3 Persaudaraan dengan Saudara yang Berbeda Iman..................... .. 48

4 Undangan SMFA ........................................................................ .. 53

C. Rangkuman ...................................................................................... .. 56

BAB IV MAKNA UNGKAPAN SAUDARA DINA TENTANG

KESEMPURNAAN INJILI.................................................................... .. 60

A. Spiritualitas Kongregasi SMFA........................................................ .. 60

B. Kenabian .......................................................................................... .. 62

C. Sikap Dasar Saudara Dina................................................................. .. 65

D. Saudara Dina Dalam Injil.................................................................. .. 68

E. Hidup Injil dan Perutusan Para SMFA Dalam Persaudaraan ........... .. 72

F. Rangkuman ...................................................................................... .. 76

BAB V MAKNA KESAKSIAN PERSAUDARAAN SEJATI UNTUK ZAMAN

SEKARANG........................................................................................... .. 81

A. Nilai-Nilai Persaudaraan ................................................................. .. 81

B. Pergulatan Nilai Zaman Sekarang..................................................... .. 82

C. Peluang Kesaksian SMFA ................................................................ .. 84

xii

Page 14: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

D. Perlunya Pembinaan Semangat Persaudaraan................................... .. 86

1 Latar Belakang Pembinaan Sebagai Penghayatan Persaudaraan .. 87

2 Tujuan Pembinaan ................................................................. .. 88

a) Terbuka Terhadap Sesama...................................................... .. 88

b) Memandang Perbedaan Sebagai Anugerah ............................ .. 90

E. Nilai-Nilai yang Mendukung Persaudaraan...................................... .. 91

1 Cinta Kasih ................................................................................ .. 91

2 Keadilan ................................................................................ .. 92

3 Solidaritas ................................................................................ .. 93

4 Toleransi ................................................................................ .. 93

5 Perdamaian ................................................................................ .. 95

F. Nilai- Nilai yang Menghambat Persaudaraan ................................... .. 95

1 Kurang Mengampuni .................................................................. .. 96

2 Kurang Keterbukaan ................................................................... .. 97

3 Egoisme ................................................................................... .. 98

4 Fanatisme ................................................................................... .. 98

5 Prasangka dan Curiga.................................................................. .. 99

G. Kebutuhan untuk Membangun Persaudaraan yang Universal .......... .. 100

1 Memupuk Hidup Rohani............................................................. .. 101

2 Membangun Persaudaraan .......................................................... .. 101

H. Rangkuman ...................................................................................... .. 103

BABVI. MENINGKATKAN PERSAUDARAAN SEJATI MELALUI PROGRAM KATEKESE ................................................................ .. 104

A. Rekoleksi........................................................................................... .. 104 1 Pengertian Rekoleksi.................................................................. .. 104

2 Tujuan Rekoleksi ........................................................................ .. 105

3 Relevansi Rekoleksi dalam Upaya Mengembangkan Semangat

Persaudaraan Sejati melalui Katekese......................................... .. 105

B. Katekese pada umumnya .................................................................. .. 106

1 Pengertian Katekese.................................................................... .. 106

2 Tujuan Katekese.......................................................................... .. 107

xiii

Page 15: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

3 Ciri-Ciri Katekese ....................................................................... .. 108

4 Isi Katekese ................................................................................. .. 109

C. Katekese Umat Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup Menggereja

........................................................................................................... 111

1 Pengertian Katekese Umat .......................................................... .. 111

2 Tujuan Katekese Umat................................................................ .. 113

3 Ciri-Ciri Katekese ....................................................................... .. 114

4 Model-Model Katekese............................................................... .. 115

a Katekese Umat Dengan Model Pengalaman Hidup.............. .. 115

b Katekese Umat Dengan Model Biblis................................... .. 116

c Katekese Umat Dengan Model Campur ............................... .. 116

5 Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese Umat............. .. 116

a Pengertian SCP ..................................................................... .. 117

1) Praxis ................................................................................ .. 117

2) Kristiani ............................................................................ .. 118

3) Sharing ............................................................................. .. 119

b Langkah-Langkah SCP ......................................................... .. 119

1) Langkah Nol : Pemusatan Aktivitas ................................ .. 120

2) Langkah I: Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta...... .. 121

3) Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta ....... .. 122

4) Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani ........ .. 123

5) Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani Dalam Situasi

Konkrit Peserta............................................................... .. 124

6) Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit ............ .. 125

D. Program Rekoleksi............................................................................ .. 126

E. Contoh Persiapan Rekoleksi ............................................................. .. 133

BAB VII. PENUTUP....................................................................................... .. 153

A. Kesimpulan ...................................................................................... .. 153

B. Saran ................................................................................................. .. 157

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... .. 161

xiv

Page 16: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

LAMPIRAN..................................................................................................... .. 162

Lampiran 1: ............................................................................................. .. (1)

Lampiran 2: ............................................................................................. .. (2)

Lampiran 3: ............................................................................................. .. (3)

Lampiran 4: ............................................................................................. .. (4)

Lampiran 5: ............................................................................................. .. (5)

Lampiran 6: ............................................................................................. .. (6)

Lampiran 7: ............................................................................................. ... (7)

xv

Page 17: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Dalam singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan dari Kitab

Suci Perjanjian Baru: Dengan Pengantar dan Catatan Singkatan. (1996-1997).

(dipersembahkan kepada umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik

Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka REPELITA Proyek

Sarana Keagamaan Katolik). Ende : Arnoldus, Hal 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II

tentang Gereja Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965

KHK : Kitab Hukum Kanonik

C. Singkatan Dokumen Para Pengikut Fransiskus

Angbul : Anggaran Dasar yang diteguhkan dengan Bulla

AngTbul : Anggaran Dasar tanpa Bulla

2 Cel : Buku Thomas dari Celano, Riwayat Hidup Santo Fransiskus I

OFM : Ordo Fratrum Minorum (Ordo Saudara Dina)

Pth : Petuah-petuah Santo Fransiskus Asisi

2 SurBerim : Surat kedua kepada kaum beriman.

SMFA : Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius

D. Singkatan Lain

Konst : Konstitusi

Art : Artikel

xvi

Page 18: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

BAB I

PENDAHULUAN

Judul skripsi yang penulis ambil adalah “Persaudaraan Sejati Suster Misi

Fransiskanes Santo Antonius Dalam Terang Spiritualitas Santo Fransiskus Asisi”

dalam bagian pendahuluan ini, penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan

dengan judul skripsi tersebut, hal-hal yang akan diuraikan adalah: latar belakang

penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan

dan sistematika penulisan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu.

A. Latar Belakang

Semangat dan cara hidup Fransiskus Asisi dan para Saudara awal telah

mewarnai hidup banyak orang, baik rohaniwan-rohaniwati maupun kaum awam, baik

pengikut resmi maupun sekedar pengagum, baik terpelajar maupun tidak terpelajar,

baik orang terpandang maupun orang biasa. Mereka tertarik akan kehangatan cara

hidup bersaudara, sukacita sejati, dan kesahajaan hidup miskin yang dihayati oleh

persaudaraan awal tersebut. Semuanya ini sudah berlangsung selama delapan abad

yang lalu. “Membangun Persaudaraan Sejati” merupakan sebuah obsesi yang

bernuansa idealistis. Dikatakan obsesi, karena sebagai manusia biasa yang terdiri dari

daging dan roh seringkali manusia mendambakan, bahkan mengusahakan

terwujudnya “Persaudaraan Sejati” sebagaimana dilukiskan secara amat indah oleh

Nabi Yesaya :

“Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan mengiringinya. Lembu dan beruang akan

1

Page 19: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

2

sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak akan ada yang berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus” (Yes 11: 6-9). Sabda Nabi Yesaya ini senada dengan Kisah Para Rasul yang melukiskan cara

hidup jemaat yang pertama :

“... semua orang yang menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, ... Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah” (Kis 2 : 44 ; 46). Dikatakan sebagai obsesi – idealistis karena apa yang disaksikan, apa yang

dialami, dan apa yang dilakukan tidak jarang bertentangan dengan kalimat-kalimat

indah tadi. Kharisma persaudaraan awal ini pun tetap memikat sampai sekarang.

Keberadaannya bahkan sangat dibutuhkan dunia, Gereja dan Persaudaraan Fransiskan

baik saat ini maupun di waktu yang akan datang.

Fransiskus adalah salah satu tokoh yang memperjuangkan nilai persaudaraan.

Pada zaman ini ia dikenal sebagai tokoh pembawa damai. Fransiskus Asisi tidak

hanya menyerukan perdamaian tetapi juga mewujudkannya dalam seluruh sikap dan

tingkah lakunya. Dia menyebut dirinya sebagai saudara dina karena semangat

persaudaraan yang begitu kuat yang dimilikinya. Dia mampu memandang semua

ciptaan yang ada di alam semesta ini sebagai saudara, baik itu tumbuh-tumbuhan,

hewan dan semua manusia. Lewat dan dalam ciptaan, Fransiskus mampu menemukan

gambaran Allah di dalamnya. (2 Cel: 172).

Dasar dari persaudaraan Fransiskus Asisi adalah cita-cita Injil yang berbicara

tentang kesamaan semua orang sebagai anak-anak Allah. Hal ini nampak dari

pernyataannya: “Dan jika kamu berdoa, katakanlah: Bapa kami yang ada di

surga…Kamu adalah saudara; jangan menyebut siapapun bapa untuk kamu di bumi

Page 20: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

3

ini, karena Bapamu hanya satu, yang ada di surga…di mana pun dua atau tiga orang

berkumpul dalam namaKu, Aku hadir di tengah-tengah mereka” (AngBul XXII: 28-

38).

Persaudaraan sejati menurut Fransiskus Asisi adalah persaudaraan yang

melampaui batas-batas bangsa, agama, suku, kelas, kebudayaan, gender, kekuasaan

dsb. Persaudaraan sejati adalah persaudaraan yang mengamalkan kasih secara tulus

ikhlas dengan segenap hati karena itu di dalam persaudaraan ada kasih dan

kebijaksanaan yang mengeyahkan amarah dan kegelisahan, ada belas kasih dan

timbang menimbang yang mengenyahkan kelebihan dan ketegaran (Pth 27 :182).

Persaudaraan sejati berarti saling mengasihi bukan dengan perkataan atau lidah tetapi

dengan perbuatan dengan kebenaran (AngTBul IX: 102).

Persaudaraan sejati merupakan wujud Kerajaan Allah (Angbul 3: 33), karena

itu dibutuhkan sikap kemiskinan dan kerendahan hati dalam membangun

persaudaraan. Persaudaraan hanya akan terwujud bila roh daging yaitu egoisme,

kesombongan, kebanggaan sia-sia, iri hati, kerakusan, hati batu, kepala batu dicabut

dengan Roh Tuhan (Angbul 5: 33). Sudah barang tentu pandangan Santo Fransiskus

Asisi tersebut sangat berharga untuk hidup manusia pada zaman ini.

Cita-cita dan penghayatan persaudaraan yang diwariskan oleh St. Fransiskus

itulah yang coba dihidupkan dari generasi ke generasi oleh para pengagumnya

walaupun dengan jatuh dan bangun diterpa gelombang zaman. Demikian pula putra-

putri Fransiskus yang hidup pada zaman ini tidak terlepas dari keterpaan dunia nyata.

Andil pengaruh dunia nyata yang ada disekitar kita bisa memberi pengaruh positif,

bisa juga memberi pengaruh negatif pada obsesi manusia untuk mengaktualisasikan

hidup persaudaraan warisan Bapa Fransiskus ke dalam kenyataan hidup dewasa ini.

Page 21: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

4

Membicarakan persaudaraan sejati itu mudah, tetapi melaksanakannya itu

sulit. Kondisi persaudaraan dunia sekarang ini sedang terpecah belah. Namun, toh

penulis juga melihat ada orang yang berusaha mengembalikan semangat persaudaraan

sejati di dunia ini dengan mengembangkan semangat solidaritas, membela hak asasi

manusia, membangun kepedulian pada perempuan yang tertindas. Meskipun

demikian persaudaraan sejati tetap sulit terwujud secara maksimal, karena seringkali

mereka yang berjuang ini masih dikuasai oleh semangat mementingkan diri sendiri

atau kelompok tertentu dan tidak mau ambil resiko. Perjuangan mereka tidak pernah

selesai secara tuntas.

Dalam situasi ini perlu dicari jalan keluar untuk mengungkapkan kembali

persaudaraan yang terpendam dalam hati setiap orang. Orang Kristen harus berani

berperan sebagai pelita yang memberi teladan persaudaraan sejati di tengah

masyarakat. Teladan persaudaraan sejati pernah ditampilkan oleh Gereja purba.

Mereka hidup sehati sejiwa, saling membagi apa yang mereka miliki, yang

kepunyaan memberikan kepada mereka yang tidak punya, karena mereka yakin

bahwa apa yang mereka miliki bukan miliknya sendiri, melainkan milik bersama

sehingga tak seorang pun kekurangan. Kekuatan persaudaraan mereka adalah

kesetiaan untuk berdoa bersama.

Persaudaraan sejati bukan hanya bisa dialami pada zaman Gereja purba saja,

tetapi pada zaman ini, asalkan setiap orang menyadari kodratnya sebagai mahkluk

sosial dan bermartabat luhur dan sama dihadapan Allah. Berpijak pada keyakinan itu,

maka persaudaraan sejati akan dapat digalang dan dipupuk. Tugas orang Kristen

adalah memberi kesaksian hidup dalam persaudaraan yang tulus dalam keluarga,

komunitas, dan masyarakat.

Page 22: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

5

Untuk menghidupi persaudaran secara terus-menerus dalam hidup sehari-hari,

berbagai upaya diusahakan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh kongregasi SMFA

yaitu hidup dalam komunitas; kita ingin hidup sebagai saudari satu sama lain dengan

cara, mengembangkan ciri khas masing-masing, saling melayani, saling

mendengarkan, saling memberikan tempat yang aman, saling memberi keleluasaan

untuk pembedaan pendapat dan visi, saling memaafkan, tidak melarikan diri dari

tanggungjawab pribadi, demi membentuk suatu komunitas yang baik, kita ingin

mewujudkan suatu keanekaragaman (pluriformitas) dalam mengindahkan hidup

religius sebagai fransiskan missioner: dalam cara hidup dan karya, iman dan doa, cara

berpikir dan penghayatan, dalam cara berdiam, berpakaian dan berekreasi. Dalam

semangat persaudaraaan kita mau saling mendukung dan meneguhkan terutama

dalam menghayati inti panggilan kita. Dalam semangat yang sama pula, kita mau

saling memberi keleluasaan untuk menerima diri sendiri seperti apa adanya, dengan

menghormati serta menghargai kekhasaan dan keunikan masing-masing. Kita

berjuang untuk tidak meremehkan sesama saudari hanya berdasarkan keunikan dan

keanekaragaman lahiriah saja. Sebab itu, dalam membentuk suatu komunitas

hendaknya memperhatikan setiap pribadi, memberikan kemungkinan-kemungkinan

untuk terbentuknya suatu komunitas yang baik. (Konst SMFA, Bab II Art. 2.3)

Penghayatan semangat persaudaraan yang beranekaragam ini, mau kita

wujudkan di setiap komunitas, setiap regio dan antar regio. Lewat cara hidup yang

konkrit, kita mau memperlihatkan bahwa kita dapat hidup bersama dalam cinta kasih,

walaupun terdiri dari pribadi yang sangat berbeda. Hal ini kita anggap sebagai rahmat

dan sekaligus sebagai tugas. (Konst SMFA, Bab II art. 2.5).

Page 23: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

6

Kita hendaknya hidup bersama dengan pribadi lain lewat : semagat

keterbukaan dan keramahan Fransiskan, melibatkan diri dalam kesukaran dan

masalah-masalah yang dialami sesama kita, baik yang dekat maupun yang jauh.

(Konst SMFA, Bab II art. 2.8). Sebagai perwujudan hidup komunitas, kita ingin

untuk semakin bersatu sebagai saudara, maka secara teratur pula kita berkumpul

guna: doa bersama, mendengarkan Sabda Allah, merayakan kesatuan kita dalam

iman. (Konst SMFA, Bab II art. 2.9). Dalam pertemuan komunitas secara teratur, kita

mau melihat kembali kebersamaan kita dalam hidup konkrit, agar hidup kita semakin

sesuai dengan cita-cita persaudaraan Fransiskan. (Konst SMFA, Bab II art. 2.10).

Agar hidup berkomunitas kita tetap bersemangat segar dan bergairah, maka

hendaklah kita terbuka untuk: terbuka akan segala bentuk kritikan yang membangun,

terbuka akan informasi-informasi, terbuka akan ide-ide atau gagasan baru, yaitu

tentang kejadian yang dialami oleh Gereja dan masyarakat. Kita hendak saling

menukar informasi lewat pembicaraan, studi, bacaan dan alat komunikasi yang lain,

serta ikut prihatin dengan situasi dewasa ini. (Konst SMFA, Bab II art. 2.11).

Semua anggota kongregasi SMFA baik secara pribadi maupun komunitas

mencoba menanggapi dan menghidupi isi Konstitusi dengan ikut terlibat aktif dalam

berbagai komunitas antar regio, baik sebagai anggota regio, dewan regio maupun

sebagai pemrakarsa. Tidak sedikit tantangan yang dihadapi oleh para suster SMFA

dalam hidup komunitas maupun antar pribadi dalam upaya untuk mewujudkan

persaudaraan sejati antar anggota.

Hidup persaudaraan melepaskan segala perbedaan status sosial, budaya dan

Gereja. Masing-masing sesuai dengan keberadaan, tugas pelayanan kemampuannya,

hendaklah berjuang untuk setia kepada Allah yang telah memilih kita dengan setia

Page 24: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

7

kepada satu sama lain dalam keluarga kongregasi SMFA yang disatukan oleh Tuhan.

Wujud persaudaraan yang mendalam adalah saling mengakui dan menerima,

memberikan kesaksian hidup persaudaraan manusiawi, kristiani, religius dan

Fransiskan.

Komunitas-komunitas menjadi medan pengkonkretan cita-cita hidup dalam

persaudaraan. Kriteria hidup dalam persaudaraan SMFA antara lain: cinta kasih

dengan saling mengasihi, pelayanan dengan semangat pengorbanan diri, keterbukaan

dengan saling memberi dan menerima dengan tulus dan jujur, saling percaya dan

menggantungkan diri pada persaudaraan kristiani, saling memaafkan dan

mengampuni tanpa menunggu dan menunda.

Persaudaraan membutuhkan pembaharuan untuk meneguhkan cara hidup yang

sudah ada dan untuk menjawab tantangan-tantangan serta pembaharuan yang sedang

terjadi. Pertanyaannya adalah bagaimanakah caranya menghadirkan kembali

kharisma Fransiskus dan para suster SMFA bagi dunia, Gereja, dan Persaudaraan

Fransiskan dewasa ini? Kembali kesumber-sumber awal, itulah jawabannya. Dalam

sumber-sumber awal kharisma Fransiskus dan Persaudaraan perdana tersimpan

dengan baik. dalam sumber-sumber tersebut dapat ditemukan cara hidup dan

sejumlah nilai yang dihayati oleh Fransiskus dan para Saudara perdana. Dengan

demikian untuk menghadirkan kembali semangat dan kharisma Fransiskus dan

persaudaraan awal bagi dunia, Gereja, dan Ordo dewasa ini, sumber-sumber awal

Persaudaraan harus terus dibaca dan dipelajari. hal ini senada dengan seruan bapa-

bapa Konsili Vatikan II: “Pembaharuan hidup religius yang sesuai sekaligus

merangkum pengacuan terus-menerus kepada sumber-sumber seluruh hidup kristiani

Page 25: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

8

dan inspirasi tarekat-tarekat yang mula-mula dan penyesuaiannya dengan kenyataan

zaman yang sudah berubah”.

Skripsi ini selain sebagai salah satu syarat untuk kelulusan studi di IPPAK,

juga merupakan usaha kecil dan sederhana untuk menghadirkan kembali kenangan

akan kharisma Fransiskus dan Persaudaraan sejati. Guna mewujudkan harapan

penulis terhadap persaudaraan yang mulai memudar dalam zaman modern ini maka

penulis menyampaikan gambaran tersebut dalam bentuk karya tulis yang berjudul:

PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES SANTO

ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS SANTO FRANSISKUS ASISI.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis di atas dapat dirumuskan

beberapa permasalahan antara lain:

1. Apa dan bagaimana persaudaraan menurut Fransiskus Asisi ?

2. Apa yang dimaksud dengan Injil menurut Fransiskus Asisis

3. Bagaimana peranan persaudaraan sebagai dasar hidup?

4. Bagaimana tanggapan SMFA tentang persaudaraan sejati?

C. Tujuan Penulisan

Skripsi ini ditulis dengan tujuan:

1. Menggali dan memaparkan arti dan makna persaudaraan sejati menurut

Fransiskus Asisi.

2. Memaparkan pengertian mengenai Injil menurut Fransiskus Asisis.

3. Memaparkan peranan persaudaraan sebagai dasar hidup.

Page 26: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

9

4. Memberi sumbangan pemikiran bagi Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius

dalam meningkatkan hubungan antar anggota dalam pelayanan.

5. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata I (SI) pada Program Studi

Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

a. Memberikan wawasan yang luas kepada penulis untuk berpikir secara kritis

dan sistematis serta mampu menuangkan gagasan secara jelas dan baik.

b. Di samping itu penulis dapat belajar untuk mengembangkan kreativitas dan

penghayatan dalam membangun persaudaraan, baik dengan sesama anggota

tarekat, dengan orang-orang yang bekerja sama dalam karya yang

dipercayakan tarekat kepada penulis.

2. Bagi Kelompok

Penulisan ini dapat menjadi masukan dalam memahami arti persaudaraan,

sehingga kelompok dapat meningkatkan persaudaraan dengan siapa saja.

3. Bagi Kongregasi

Penulisan ini dapat dipandang sebagai sumbangan pemikiran dalam

meningkatkan mutu pelayanan kongregasi pada sesama di komunitas dan di

masyarakat.

Page 27: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

10

E. Metode Penulisan

Metode penulisan skripsi ini adalah deskriptif analistis dan argumentatif atas

sebuah studi pustaka dari buku-buku, karangan ilmiah, dan hasil-hasil penelitian

ilmiah yang berkaitan langsung dengan tema yang diangkat penulis. Deskripsi dan

analisis sangat diperlukan untuk memaparkan relevansi dan peranan Persaudaraan

Sejati Suster Misi Fransiskanes St. Antonius Dalam Terang Spiritualitas Fransiskus

Asisi.

F. Sistematika Penulisan

Bab I :PENDAHULUAN

Pendahuluan ini berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang

penulisan, rumusan malah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan

Bab II : MAKNA PERSAUDARAAN MENURUT ILMU-ILMU, INJIL DAN

AJARAN GEREJA

Dalam bab II ini penulis menguraikan makna persaudaraan menurut Ilmu:

etimologi bahasa, filsafat, sosiologi, psikologi, teologi, menurut Injil yang

mencangkup Perjanjian Lama dan Baru serta menurut Ajaran Gereja dan

ditutup dengan rangkuman.

Bab III : SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN SANTO FRANSISKUS

Dalam bab III penulis menguraikan spiritualitas persaudaraan St. Fransiskus

Asisi dalam dua bagian pokok. Bagian pokok pertama yaitu: biografi Santo

Fransiskus Asisi serta situasi kongegasi SMFA dan Gereja. Bagian pokok

Page 28: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

11

yang kedua yaitu; ajaran dan pesan Santo Fransiskus Asisi yang meliputi ;

persaudaraan dengan alam semesta dan ciptaan lainnya, persaudaraan dengan

saudara seiman dan ditutup dengan rangkuman.

Bab IV:MAKNA UNGKAPAN SAUDARA DINA TENTENG KESEMPURNAAN

INJILI.

Para Saudara berusaha menjalankan “hidup Injili” dan “mengikuti jejak Tuhan

kita Yesus Kristus”. Kedua nilai yang dijalankan para saudara ini

mempengaruhi cara mereka memandang dirinya dan perutusan yang mereka

kembangkan bagi Gereja dan dunia. bagaimana kesempurnaan Injil ini terjadi

dalam hidup para saudara dibahas dalam bab IV.

Bab V :MAKNA KESAKSIAN PERSAUDARAAN SEJATI UNTUK ZAMAN

SEKARANG.

Pada bab V ini, penulis menyampaikan usaha dalam menjembatani antara

yang idealitas dengan realitas yang terjadi dalam kehidupan. Pertama tentang

pembinaan semangat persaudaraan dan penghayatan persaudaraan dan tujuan

pembinaan pesaudaraan. Kedua tentang nilai-nilai yang mendukung persaudaraan.

ketiga penulis menyampaikan tentang nilai-nilai yang menghambat persaudaraan.

Dan pokok yang kelima yaitu kebutuhan untuk membangun persaudaraan yang

universal. Pokok yang keenam rangkuman.

Page 29: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

12

BAB VI:

MENINGKATKAN PERSAUDARAAN SEJATI MELALUI PROGRAM

KATEKESE

Dalam bab VI ini penulis menguraikan bagaimana meningkatkan

persaudaraan sejati melalui katekese dalam bentuk rekoleksi guna meningkatkan

semangat persaudaraan dalam kongregasi komunitas maupun dalam setiap pribadi

pribadi. Pertama tentang rekoleksi, apa itu rekoleksi dan tujuan dari rekoleksi itu

sendiri. Kedua tentang katekese pada umumnya, itu dilihat dari segi pengertian,

tujuan, ciri, dan isi katekese itu sendiri. Ketiga membicarakan tentang program

katekese dalam bentuk rekoleksi dengan model SCP guna mendukung meningkatkan

persaudaraan sejati Para Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius.

BAB VII: PENUTUP

Penutup ini berisikan kesimpulan dan saran

Page 30: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

BAB II

MAKNA PERSAUDARAAN

MENURUT ILMU-ILMU, INJIL DAN AJARAN GEREJA

Manusia tidak hanya makhluk individu, tetapi juga makhluk sosial. Sebagai

makhluk sosial manusia memiliki hubungan dengan orang lain. Ia tumbuh dan

berkembang dalam kebersamaan dengan orang lain. Komunitas, keluarga, kelompok

dan paguyuban merupakan wadah untuk membangun kebersamaan. Kebersamaan

akan bisa terwujud dalam wadah-wadah tersebut bila di dalamnya ada relasi

interpersonal yang didasarkan pada semangat persaudaraan sejati.

Lalu apakah sebenarnya yang dimaksud dengan persaudaraan sejati itu?

Untuk dapat memahami arti dan makna persaudaraan sejati, kiranya kita perlu melihat

beberapa pandangan tentang relasi, hubungan atau interaksi manusia dengan

sesamanya dari sudut ilmu-ilmu, Injil dan Ajaran Gereja.

A. Menurut Ilmu-ilmu

1. Ilmu Etimologi Bahasa

Ditinjau dari sudut etimologi bahasa Indonesia akar kata dari ‘persudaraan’

adalah saudara. Kata saudara berasal dari bahasa Sansekerta yaitu ‘sodara’. Akar kata

dari ‘sodara’ adalah ‘udara’ yang berarti perut atau isi perut, yang menunjuk pada

hubungan sekandung. (Zootmulder, 2002: 112, 1217, Wilkonson, 1961 : 243).

Yang dimaksud dengan saudara dalam bahasa Indonesia adalah ‘orang yang

seibu seayah (atau hanya seibu atau hanya seayah saja) adik atau kakak, orang yang

bertalian keluarga, sanak baik dari pihak ibu maupun dari ayahnya, orang yang

13

Page 31: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

14

segolongan (sepaham, seagama, sesuku, sederajat, dan sebagainya) kawan, teman’

(dengan kata lain segala sesuatu yang hampir serupa atau sejenis).

Dengan demikian yang dimaksud dengan persaudaraan menurut etimologi

bahasa adalah persahabatan yang sekarib saudara, pertalian persahabatan yang serupa

dengan pertalian keluarga (Tim penyusun kamus, 1990 : 788). Mengacu pada definisi

di atas maka dapat dikatakan pada akhirnya kata saudara dapat ditujukan pada semua

orang.

2. Ilmu Filsafat

Hidup manusia merupakan proses menjadi manusia. Melalui kesadaran

dirinya, manusia menemukan bahwa hidupnya ‘belum sempurna’. Hal ini juga

nampak dalam fakta antropologis yang berkaitan erat dengan konstitusi biologis

manusia, yang menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang ‘belum selesai’

pada saat lahirnya. Ini berbeda dengan binatang-binatang menyusui lainya, yang

dilahirkan dengan organisme yang pada hakekatnya telah lengkap. Contohnya anak

gajah yang baru dilahirkan dalam waktu beberapa jam sudah bisa berjalan

sedangkan anak manusia yang baru lahir membutuhkan waktu beberapa bulan untuk

bisa berjalan (Sastrapratedja, 1994: 2).

Sifat yang ‘belum selesai’ ini menjadikan manusia memiliki relasi yang

rangkap dengan dunianya. Oleh karena itu, manusia sebagai individu yang disebut

dengan ‘aku’ memiliki keterbukaan pada dunia, sesama dan Allah. Keterbukaan pada

sesama menduduki tempat yang paling besar dalam tiap-tiap orang. Bahkan dalam

pikiran pun manusia tidak bisa memisahkan diri dari orang lain.

Memisahkan diri dari orang lain menjadikan ‘Aku’ kerangka kosong dan

mati. Menutup mata bagi orang lain sama seperti menutup mata bagi diriku sendiri.

Page 32: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

15

Dengan kata lain ‘Aku’ dikaitkan dengan orang lain atas cara yang tak terpisahkan,

sehingga ‘Aku’ tidak dapat mengenal dan menerangkan diriku sendiri kalau orang

lain tidak serentak diikutsertakan ke dalam hidupku dan diterima sebagaimana ‘ yang

langsung’ dan ‘yang seketika menampakan diri’. (Sastrapratedja, 1994: 3).

Heidegger mengatakan bahwa hidup adalah ‘Gowerfen Sein’ (terlempar).

Artinya, hidup saja sudah berarti terjalin dengan orang lain. Hidupnya tiap-tiap ‘Aku’

menunjuk kepada suatu kenyataan bahwa, disatu pihak ada jaringan relasi yang erat

memikat antara satu orang dengan yang lainnya, tetapi dilain pihak, perbedaan juga

tetap ada di antara mereka. (Sastrapratedja, 1994: 4).

Dengan demikian saling ketergantungan manusia merupakan hal yang

fundamental. Dalam hal ini dikenal 2 bentuk saling ketergantungan. Yang pertama:

bentuk saling ketergantungan yang hampir tidak melibatkan diri orang seluruhnya.

Yang kedua bentuk saling ketergantungan yang hampir tidak melibatkan diri orang

sama sekali. Hal ini tergantung pada bentuk perjumpaan yang berlangsung terus-

menerus, ada yang sementara dan ada juga yang sebentar saja. Juga ada bentuk

kontak yang terjadi karena pertalian darah, kebersatuaan emosional, kerjasama demi

tercapainya tujuan tertentu, karena saling membutuhkan dan karena ada kebutuhan

akan orang lain demi kepentingan pribadi, dan sebagainya. (Sastrapratedja, 1994: 5).

Sikap manusia dalam berelasi dengan sesamanya ditentukan oleh cara

pandangnya terhadap orang lain. Pandangan yang positif akan menjadi relasi itu

bernilai positif yaitu relasi yang didasarkan pada cinta, saling memberi, menghargai,

bersaudara dan sebagainya. Demikian juga sebaliknya, pandangan yang negatif

menjadi relasi bernilai negatif seperti penolakan, mencari untung, merendahkan orang

lain dengan menjadikannya sebagai objek.

Page 33: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

16

Menurut para filsuf ada beberapa bentuk, cara orang dalam memandang orang

lain. Hal ini sesuai dengan cara pandangnya terhadap keberadaan dirinya sendiri.

o Soran Kierkegaard (1813-1855) memandang ‘Aku’ sebagai individu yang

memiliki ‘otentitas’. Oleh karena itu kebersamaan merupakan suatu hal yang

negatif karena menumpas orisinalitas individu. Maka manusia harus

melepaskan diri dari keterjalinan sosial. Semakin manusia berhasil mengatur

hidupnya sendiri , semakin dia sempurna. Sebab kedalaman dan makna hidup

tiap-tiap orang terletak dalam kontak pribadi ‘Aku’ dengan Allah

(Leenhouwers, 1988: 201).

o Martin Heidegger (1889-1976), memandang keterjalinan dengan sesama

manusia sebagai kenyataan yang menandai hidup manusia. Heidegger

mengatakan bahwa pribadi manusia dalam hidup sehari-hari terseret dalam

arus mayoritas. Hidup pribadi orang ditentukan oleh suasana ‘umum’,

sehingga orang bertindak, berpikir, bereaksi seperti orang lain pada umumnya.

Ini sangat mencemaskan karena akan membuat orang tidak bisa menemukan

dirinya sendiri, tidak berani untuk bertindak dan berpikir sendiri. Orang

hidup dibawah aturan norma bersama. Menjauhkan diri sama sekali dari pola

kehidupan masyarakat adalah hal yang tidak mungkin. Hanya dengan memilih

‘Aku’ ia lambat laun akan mencapai tahap keaslian dan keunikan hidupnya

dan tidak lagi mengikuti arus umum saja. Dengan kata lain, orang perlu berani

bersikap kritis, berpikir dan bertindak sendiri, tidak ikut-ikut arus, berani

memakai norma aturan sendiri (Leenhouwers, 1988: 201-202)

o Jean Paul Sartre (1904-1981) mengatakan manusia seorang bagi dirinya, yakni

makhluk yang hidup dengan sadar dan bebas untuk diri sendiri. Ia sedemikian

Page 34: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

17

berpangkal pada dirinya sehingga memandang orang lain sebagai ancaman

bagi kebebasannya. Oleh karena itu sikap yang ditunjukkan adalah

mempertahankan otonomi diri dengan menolak setiap pendekatan orang lain

yang mengancam kemandirian dan kebebasannya (Leenhouwers, 1988: 201-

203)

o Gabriel Marcel (1889-1973), memandang bahwa ‘Aku’ hanya mungkin

mencapai kesempurnaan kalau aku mengarahkan diri kepada orang lain.

Pandangan ini memunculkan sikap keterbukaan diri kepada orang lain, saling

menghidupi, saling menerima. Ia memandang orang lain sebagai anugerah

yang sama dan setinggi panggilannya, dan karena itu ia memberikan diri

sebagai cinta bagi saudaranya (Leenhouwers, 1988: 203).

o Emmanuel Levinas (1950) mengatakan bahwa tiap-tiap orang mempunyai hak

atas kesendiriannya dan orisinalitasnya yang tak terambilkan daripadanya.

Oleh karena itu kontak dengan orang lain tak pernah mengakibatkan

seseorang di lucuti kekhasannya yang tak tergantikan itu. Hal ini membuat

orang memiliki sikap ketebukaan terhadap orang lain, keturunan lain. Manusia

perlu untuk menciptakan peluang satu dengan yang lain agar dapat menjadi

diri sendiri. Dalam hal ini setiap kontak dengan orang lain harus dimetraikan

dengan sikap hormat terhadap misteri manusia yaitu rahasia yang tidak

terucapkan (Leenhouwers, 1988: 203-204).

Pandangan Soran Kierkegaard, Martin Heidegger, Jean Paul Sartre

merupakan pandangan yang negatif dalam melihat keberadaan orang lain. Mereka

memandang relasi interpersonal sebagai suatu hambatan bahkan suatu ancaman

dalam menemukan eksistensi atau jati diri manusia. Gabriel Marcel, Emanuel

Page 35: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

18

Levinas, memiliki pandangan yang positif tentang keberadaan orang lain. Menurut

mereka relasi interpersonal merupakan suatu kesempatan untuk mencapai ‘kepenuhan

diri’ atau kesempatan untuk menemukan jati diri.

Maka jelas kiranya bahwa tidak setiap bentuk relasi cocok untuk membantu

menusia menemukan ‘eksistensi, jati dirinya’, yang membantu manusia dalam

mengembangkan solidaritas yang mendalam, akrab dan bersaudara.

3. Ilmu Sosiologi

Manusia tidak hanya merupakan pribadi tersendiri dengan pendapat dan

kehendaknya sendiri. Manusia merupakan makhluk sosial. Ia mempunyai bakat

sosial. Dan ini nampak dari sifat-sifat manusia yang dibawanya sejak lahir, untuk

hidup bersama dengan orang lain (Sastrapradja, 1994:5).

Menurut Parson (sosiolog yang menekankan teori fungsional) individu adalah

primer dan masyarakat (atau struktur sosial apa saja) dilihat sebagai sesuatu yang

muncul dari pertukaran yang bersifat interpersonal. Pertukaran tersebut

mencerminkan kepentingan-kepentingan pribadi individu dan perilaku altruistik atau

cinta akan kebutuhan individu untuk memperoleh dukungan sosial, kebutuhan untuk

dapat diterima orang lain serta dukungan yang bersifat emosional.

Menurut Parson dalam buku teori sosiologi klasik dan modern (Lawang,

1986 : 116-118), ada 5 pola pilihan dikotomi (pembagian dalam dua kelompok yang

saling bertentangan) yang diambil seseorang secara eksplisit maupun implisit dalam

menghadapi orang lain dalam situasi sosial apa saja. Kelima pola tersebut adalah:

a. Afektivitas versus netralitas afektif. Ini merupakan dilema apakah hubungan

interpersonal untuk mencari dan mengharapkan kepuasan emosional dari

orang lain atau tidak. Bila memilih afektivitas berarti hubungan interpersonal

Page 36: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

19

yang terjadi adalah untuk mencari atau mengharapkan kepuasan emosional

(senang satu sama yang lain) secara langsung. Contohnya adalah hubungan

antar pasangan kekasih, anggota keluarga. Sedangkan bila memilih netralitas

afektif berarti bahwa hubungan interpersonal yang terjadi menghindari

keterlibatan emosional atau pemuasan secara langsung. Contohnya adalah

hubungan antar dokter dan pasien (Lawang, 1986 :116).

b. Orentasi diri versus orientsai kolektif. Dilema yang muncul adalah yang

berhubungan dengan kepentingan yang harus diutamakan. Bila memilih

orientasi diri berarti kepentingan pribadi yang mendapat prioritas, sedangkan

bila memilih orientasi kolektif berarti kepentingan kolektiflah yang

diutamakan (Lawang, 1986:116).

c. Universalisme versus partikularisme. Dilema yang muncul berhubungan

dengan ruang lingkup dari standar normatif yang mengatur suatu hubungan

sosial. Memilih pola universalisme berarti mencakup standart yang ditetapkan

untuk semua orang yang dapat diklasifikasikan bersama menurut kategori-

kategori yang sudah dibatasi secara impersonal. Pola partikular mencakup

standart-standart yang didasarkan pada suatu hubungan tertentu diantara

mereka yang berinteraksi atau didasarkan pada sifat-sifat tertentu yang

terdapat pada kedua pihak (Lawang, 1986 :117)

d. Askripsi versus prestasi. Dilema berhubungan dengan persepsi orang yang

bertindak atau kelasifikasi orang lain bukan berdasarkan orientasi pribadi.

Orang dinilai dari apa yang dibuat. Memilih Askripsi berarti dalam hubungan

interpersonal orang lain diperlukan menurut mutu atau sifatnya yang khusus.

Contohnya para anggota keluarga diperlukan lain dari orang lain karena

Page 37: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

20

hubungan keluarga, sedangkan pola prestasi berarti dalam hubungan

interpersonal yang ditekankan adalah penampilan atau kemampuan nyata

(Lawang, 1986 : 117).

e. Spesifikasi versus kekaburan. Dalam pola ini dilema berhubungan seseorang

dengan persepsi orang lain tentang ruang lingkup keterlibatan seseorang

dengan orang lain. Memilih spesifik berarti kewajiban untuk membuktikan

ada pada orang yang memberi tuntutan kepada orang lain untuk membenarkan

tuntutan itu. Sedangkan kekaburan berarti kewajiban untuk membuktikan ada

apa orang yang diberikan tuntutan untuk memperjelaskan mengapa tuntutan

itu tidak dipenuhi (Lawang, 1986 : 118).

4. Ilmu Psikologi

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala jiwa. Salah satu cabang

ialah Psikologi Sosial. Ilmu ini mempelajari tentang relasi manusia dengan

lingkungannya yang baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Hal yang

mendorong manusia untuk mengadakan relasi interaksional dengan orang lain adalah

karena pada hakekatnya manusia itu makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial.

Sebagai makhluk sosial di dalam diri manusia ada dorongan-dorongan secara alami

akan kebutuhan untuk menjalin hubungan atau kontak dengan orang lain.

Demikianlah kenyataannya, manusia selalu terikat pada relasi dengan sesamanya.

Interaksi antara individu yang satu dengan yang lain dipenuhi dengan banyak faktor.

Salah satunya adalah faktor lingkungan fisik, yang lain adalah faktor yang berkaitan

dengan unsur sosial. Faktor-faktor ini mempengaruhi manusia dalam menjalin

hubungan interpersonal satu dengan yang lainnya. Tidaklah mengherankan bahwa

Page 38: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

21

dengan individu A, yang terjadi adalah penolakan, sementara dengan individu B,

penerimaan.

Menurut Abraham Maslow pada umumnya orang memiliki kemampuan untuk

bersikap kreatif, spontan, penuh perhatian pada orang lain, penuh rasa ingin tahu,

kemampuan untuk berkembang secara terus menerus, kemampuan untuk mencintai

dan dicintai (Goble, 1987: 96). Hal-hal yang membuat orang berperilaku buruk,

agresif adalah karena ia bereaksi terhadap perampasan akan kebutuhan dasarnya.

Menurut Coleman dan Hammen ada 4 model dalam hubungan interpersonal

yaitu:

a. Model Pertukaran Sosial

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi

dagang. Dalam model ini orang berhubungan dengan orang lain karena

mengharapkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya. Setiap individu secara

sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan

tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya (Goble, 1987 :110).

b. Model Peranan

Dalam model peranan hubungan interpersonal dipandang sebagai panggung

sandiwara. Setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan naskah yang

telah dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal berkembangan baik bila setiap

individu bertindak sesuai dengan ekspekutasi peranan (role demands ) memiliki

keterampilan peranan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan serta keracunan

peranan. Konflik terjadi bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai

tuntutan peranan (Goble,1987: 110-111).

Page 39: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

22

c. Model permainan

Model ini berasal dari psikiater Eric Berne yang mengatakan bahwa orang-

orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Dasar dari permainan ini

adalah 3 bagian kepribadian manusia yaitu: orang tua, dewasa dan anak (parent,

adult, child ). Dalam hubungan interpersonal kita menampilkan salah satu

kepribadian kita dan orang lain membalasnya dengan salah satu aspek tersebut juga.

Contohnya ketika seorang suami sakit ia meminta perhatian dari istrinya (kepribadian

anak), istri menyadari sakit suami dan ia mau merawatnya seperti seorang ibu

(kepribadian orang tua). Selama hubungan interpersonal sejalan maka hubungan ini

akan berlangsung baik tetapi bila tidak hubungan akan terpecah (Goble, 1987: 111).

d. Model Interaksional

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Sistem

memiliki sifat-sifat struktural, integratif dan medan (lingkungan). Semua sistem

terdiri dari sub sistem-sub sistem yang saling tergantung dan bertindak bersama

sebagai suatu kesatuan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan

bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peran serta permainan yang

dilakukan. Atau dengan kata lain model interaksional adalah penggabungan

pertukaran, peranan dan permainan (Goble, 1987: 112).

Lalu kesimpulan apa yang bisa ditarik dari model-model hubungan antar

pribadi sebagaimana yang dilukiskan di atas? Jelas kiranya bahwa hubungan

interpersonal memegang peranan penting dalam hidup manusia. Semakin baik

hubungan interpersonal terjadi, semakin terbukalah orang untuk mengungkapkan

dirinya, makin cermat pula persepsinya tentang orang lain dan dirinya. Konsekuensi

Page 40: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

23

dari semua ini adalah bahwa hubungan manusia semakin mendalam dan semakin

bersaudara satu sama lain.

5. Ilmu Theologi

Teologi merupakan sebuah refleksi, dan refleksi adalah suatu usaha atau suatu

proses untuk mewujudkan iman dalam sikap dan tindakan hidup sehari-hari. Secara

teologis manusia dicitrakan setara dengan Allah. Hal ini bisa kita jumpai dalam kitab

Kejadian 1: 27, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut

gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”.

Dengan demikian pada hakekatnya menurut kehendak Allah mausia adalah makhluk

sosial. Sebagai makhluk sosial manusia terkait antara satu dengan lainnya. Maka

manusia berelasi, beriteraksi dengan sesamanya. Salah satu bentuk interaksi manusia

dengan sesamanya adalah dengan ikut terlibat dalam hidup bersama dimasyarakat.

Dari tinjauan teologis keterlibat dalam hidup bermasyarakat, berelasi dengan

orang lain dihayati sebagai relasi manusia dengan Allah yang transenden.

Keterlibatan sosial adalah merupakan pelaksanaan hidup beriman, yaitu iman yang

terwujud dalam tanggungjawab dan ambil bagian dalam hidup bersama. Iman bukan

semacam sifat atau bentuk kehidupan tetapi sikap pribadi. Beriman dalam Kristus

berarti beriman demi keselamatan semua orang. Dengan demikian dasar dalam

keterlibatan dalam hidup bersama, dalam berinteraksi dengan orang lain adalah kasih.

Dalam kasih orang yang berhubungan dengan kita yang kita layani dipandang bukan

sebagai objek tetapi sebagai subjek yang memungkinkan cinta kasih terwujud. Dalam

cinta kasih ada sikap saling menghormati martabat pribadi manusia yang

memungkinkan terjadinya dialog manusiawi. Dialog tak akan dapat dicapai melalui

Page 41: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

24

kemajuan-kemajuan tehnologi melainkan di dalam kesatuan antara pribadi yang

melahirkan dialog persaudaraan ( Kieser, 1992: 79-82).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun hidup bersama

di masyarakat yaitu:

a. Menjadikan pribadi manusia sebagi pusat hidup bersama.

Manusia seharusnya diberi kelonggaran untuk hidup dalam pertemuan dengan

orang lain bukan dalam kolektivisme yang menyangkal kebebasan dan

martabat pribadi ( hak-hak asasi manusia). Oleh karena manusia adalah

pribadi individu pada dasarnya mampu mengkomunikasikan diri kepada orang

lain, tanpa dalam melebur dalam kebersamaan.

b. Mengakui bahwa semua orang bernilai sama dan sederajat. Maka harus

ditolak semua bentuk yang mengurbankan martabat manusia, yang

mengurbankan hak asasi manusia.

c. Prinsip solidaritas. Sadar bahwa hidup hanya mungkin dalam kebersamaan

dengan seluruh umat manusia, maka setiap orang menurut kemampuannya

dan kebutuhan sesamanya menyumbangkan pada kepentingan bersama (

kesejahteraan umum). Masing-masing pribadi bertanggungjawab atas

kehidupan bersama sebagaimana ia bertanggungjawab atas hidupnya.

d. Prinsip subsidiaritas. Dalam berhubungan dengan hidup bersama, pribadi

manusia dipandang sebagai subjek. Masing-masing individu memberikan

bantuan dalam menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan

perkembangan pribadi (Kieser, 1992: 139-146).

Page 42: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

25

B. Menurut Injil dan Ajaran Gereja

1. Perjanjian Lama dan Baru

a) Perjanjian Lama

Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama kata persaudaraan hanya ditemukan dalam

Kitab Zak 11 : 4 ”…..untuk meniadakan persaudaran antara Yehuda dan Israel”. Kata

saudara merupakan istilah yang biasa digunakan oleh bangsa Israel untuk menyebut

sesamanya sebagai saudara (‘ah,’ahim). Ah’ahim berasal dari bahasa Ibrani yang

mempunyai arti kekerabatan yang luas sama seperti kata saudara dalam bahasa

Indonesia (Harun, 2000: 211-214). Istilah ini kemudian diambil alih oleh umat

Kristen. Kata saudara dalam Perjanjian Lama mengandung arti sebagai orang

sekandung (Kej 4:2), atau untuk anggota keluarga besar (Kej 13: 8, Im 10: 4) atau

anggota suku yang sama (2 Sam 19: 12-13) atau kelompok, masyarakat yang sama

(Ul 25: 3, Hak 1: 3) atau rakyat keturunan nenek moyang yang sama Abraham, Ishak,

Yakub (Ul 2: 4, Am 1: 11) “Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa? Bukankah

satu Allah menciptakan kita?” (Mal 2:10).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persaudaraan yang dihayati dalam

Perjanjian Lama adalah persaudaraan atas dasar hubungan darah, keturunan

Abraham, atas dasar kesatuan iman akan Allah yang sama dan juga atas perjanjian

yang sama dari Allah.

Persaudaraan yang universal yang mencakup seluruh bangsa, yang melahirkan

perdamainan dan kesatuan kiranya masih terjadi cita-cita para nabi yang akan

terpenuhi pada akhir zaman. Hal ini nampak dalam ungkapan nabi Yesaya 2: 1-4

yang berbunyi :

Page 43: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

26

“….Aku terjadi pada hari-hari yang terakhir gunung tempat rumah Tuhan akan berdiri tegak …segala bangsa akan berduyun-duyun kesana….bangsa tidak akan lagi mengakat pedang terhadp bangsa lain, dan mereka tidak akan lagi belajar perang….” (Widyahadi (a), 2000: 27-29)

Namun demikian persaudaraan yang terbentuk karena pertalian darah, tidak

menjamin bahwa relasi akan berjalan dengan baik, akrab dan mendalam.

Persaudaraan ini juga kerap mengalami kegoncangan, retak bahkan putus. Hal ini

nampak dalam kisah Kain yang membunuh Habel saudaranya (Kej 4: 1-6), Esau dan

Yakub (Kej 27: 41), saudara-saudara Yusup (Kej 37: 10) dan seterusnya. Hubungan

persaudaraan goncang, retak bahkan putus disebabkan oleh iri hati, acuh tak acuh,

berselisih paham, melanggar hak satu sama lain, dan seterusnya.

Tetapi Allah tetap menghendaki persaudaraan karena itu, Allah berfirman

“…Janganlah engkau membenci saudaramu…, melainkan kasihilah sesamamu seperti

dirimu sendiri” (Im 19: 17-18). Abraham dan Lot sebagai saudara kiranya sangat

mengetahui pentingnya nilai persaudaraan oleh karena itu mereka menghindari

pertengkaran (Kej 13: 8) begitu juga dengan Yakub yang berdamai dengan Esau

saudaranya (Kej 45: 1-8) dan seterusnya.

b) Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru kata persaudaraan mengalami perkembangan makna

yang lebih luas dan universal. Kata saudara dalam Perjanjian Baru dalam bahasa

Yunani yaitu ‘Adelpos’, yang secara etimologis berasal dari kandung (yang sama),

(delpos=kandung), sekandung. Maka kalau dilihat dari segi harafiah atau biologis

kata Adelpos dalam Perjanjian Baru jauh lebih terbatas konotasinya dari pada kata

saudara dalam bahasa Indonesia (Harun, 2000: 212-214).

Page 44: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

27

Dalam arti kiasan atau rohani, kata ‘adelpos’ dalam Perjanjian Baru menunjuk

pada sesama Kristen. Sebutan saudara dalam jemaat perdana sudah menjadi sebutan

diri yang sering digunakan dalam berbagai kesempatan seperti khotbah Petrus di

Yerusalem pada hari Pentekosta pertama. ‘Hai saudara-saudara….”(Kis 1: 15-16).

Sebutan saudara yang semula hanya ditunjukkan bagi orang-orang yang

sebangsa, sedarah, seiman, lama kelamaan mengalami perkembangan. Sebutan

saudara menjadi lebih universal menembus benteng-benteng pemisah. Paulus

(menyebut kata saudara sebanyak 133 kali, dan kata ini merupakan kata kesukaannya)

banyak berjasa dalam meluaskan hal tersebut. Salah satu contoh yang paling

mengejutkan adalah memanggil Onesimus sebagai saudara (Fil 9: 20). Onesimus

adalah seorang budak dari Felemon. Pada saat itu dalam kamus bangsa Yunani tidak

mungkin memanggil saudara bagi orang yang berbeda status sosial, golongan atau

lapisan.

Makna persaudaraan sejati mendapat kepenuhannya dalam diri Yesus seperti

yang dicita-citakan dan idam-idamkan dalam Perjanjian Lama. “Siapapun yang

melalukan kehendak BapaKu di surga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu

perempuan dialah ibuKu” (Mat 12: 50, Mrk 3: 35; Luk 8: 21).

Dengan definisi ini Yesus menyatakan bahwa hubungan persaudaraan rohani

dalam keluarga yang taat kepada Allah menggantikan hubungan sedarah atau

sebangsa. Melalui kematianNya, Kristus menjadikan persaudaraan yang sebenarnya

(Ef 2: 11-18). Persaudaraan yang meniadakan batas-batas fisik, golongan darah, suku,

bangsa, kelompok jender dan sebagainya, “……dalam hal ini, tidak ada orang Yahudi

atau orang Yunani tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada lelaki atau

Page 45: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

28

perempuan. Karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus” (Gal 3: 28) (Harun,

2000: 220).

2. Ajaran Gereja

Salah satu ensiklik yang membicarakan tentang persaudaraan adalah Gaudium

et Spes sebagai kostitusi pastoral yang berbicara tentang Gereja di dalam dunia.

Dalam GS art. 24 dikatakan bahwa Allah yang sebagai Bapa memelihara semua

orang, menghendaki agar mereka semua menjadi satu keluarga dan saling

menghadapi dengan sikap persaudraan. Sebab mereka semua diciptakan menurut

gambar Allah, yang menghendaki segenap bangsa manusia dari satu asal mendiami

seluruh muka bumi (Kis 17: 26). Oleh karena itu persaudraan perlu dikembangkan

dengan semua orang tanpa terkecuali dikarenakan satu dasar yang sama dan tujuan

yang sama yaitu Allah sendiri.

Gereja mengajak umat manusia untuk membangun persaudaraan yang

didasarkan pada cinta kasih terhadap Tuhan dan sesama. Manusia perlu membangun

persaudaraan dengan memberi diri secara tulus, saling mengembangkan sifat-sifat

pribadi manusia dan membela hak-hak asasi manusia (GS art. 25), karena Allah

menciptakan manusia bukan untuk hidup sendiri melainkan untuk membentuk

persatuan sosial.

Allah memilih orang-orang bukan melulu sebagai perorangan melainkan

sebagai anggota suatu masyarakat. Maka dalam perwartaanNya Ia memerintahkan

kepada putra-putriNya supaya mereka bertingkah laku sebagai saudara satu terhadap

lainnya (GS art. 32). Dengan demikian, persaudaraan adalah merupakan anugerah

sekaligus sebagai penugasan untuk mengembangkan lebih lanjut.

Page 46: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

29

Seruan untuk membangun persaudaraan sejati juga dikumandangkan oleh para

uskup dengan mengeluarkan surat gembala KWI tahun 1997 yang antara lain

disebutkan

“….Bersama semua lembaga keagamaan dan umat beragama dan kepercayaan lain, gerakan spiritualitas dan moral perlu kita kembangkan…. Sebagai bagian dari bangsa yang mejemuk, amat penting bahwa kita membangun persaudaraan sejati, yang tidak membedakan suku, agama atau daerah asal. Ini tugas yang sulit dan berat untuk diwujudkan tetapi kita tidak boleh bosan dan berhenti untuk mengusahakannya. Persaudaraan sejati adalah kehendak Tuhan dan dan merupakan suatu kekuatan serta kesejahteraan besar bagi bangsa kita” (Haryanto, 2004:46)

Paus Yohanes Paulus II dalam pesannya pada hari perdamaian sedunia tanggal

1 Januari 2002 juga menghimbau seluruh umat manusia untuk menumbuhkan

kembali kasih persaudaraan dengan Allah dan sesama dengan mengembangkan sikap

keadilan dan pengampunan (Haryanto, 2004: 63-64).

C. Rangkuman

Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, oleh karena itu

manusia berelasi dengan sesamanya. Ilmu-ilmu dan Kitab Suci termasuk Ajaran

Gereja memberi kepada kita berbagai gagasan dan cara pandang untuk memandang

arti, pola, dan alasan yang berkaitan dengan relasi manusia dan sesamanya.

Menurut Ilmu Etimologi bahasa Indonesia, yang menunjukkan pada arti

saudara, relasi manusia yang bersaudara adalah relasi yang serupa atau mirip dengan

relasi pertalian keluarga. Relasi itu diwujudkan manusia dengan sesamanya yang

merupakan kesempatan untuk membuat dirinya semakin penuh dan sempurna, karena

manusia terlahir belum sempurna. Oleh karena itu interaksi dengan sesama

merupakan hal yang mutlak dibutuhkan oleh manusia. Relasi manusia bisa bersifat

Page 47: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

30

positif seperti yang dikatakan oleh Levinas dan Gabriel tetapi bisa juga bersifat

negative seperti yang diungkapkan oleh Kierkegaard, Jean Paul Sartre dan Heidegger,

semua tergantung pada pribadi masing-masing. Dalam membangun relasi dengan

sesamanya, manusia sering dihadapkan pada dilema pilihan yang berbeda. Oleh

karena itu dituntut keberanian dalam mengambil sikap. Relasi yang dibangun

diharapkan relasi yang berorientasi pada kepentingan kolektif dan universal untuk

kepentingan semua pihak, bukan untuk kepentingan pribadi sebagai pemuasan

kebutuhan afeksi atau terbatas hanya pada lingkup sempit.

Relasi manusia dengan sesamanya dan keterlibatannya dalam hidup bersama

dihayati dalam kerangka iman, yaitu sebagai relasi manusia dengan Allah yang

transenden. Maka relasi dengan sesama diharapkan berlandaskan pada cinta kasih.

Untuk itu dituntut sikap yang mampu menjadikan pribadi manusia sebagai pusat

hidup bersama, mengakui bahwa semua orang bernilai sama dan sederajat, berpegang

pada prinsip sikap solidaritas dan memandang pihak lain sebagai subjek. Hubungan

persaudaraan yang dihayati dalam Perjanjian Lama adalah hubungan yang

didasarkan pada hubungan darah, keturunan Abraham, kesatuan iman serta dasar

perjanjian dengan Allah. Relasi yang bersifat universal, yang terbuka pada semua

orang kiranya masih merupakan cita-cita yang belum terpenuhi.

Relasi persaudaraan yang dihayati lebih universal, mencakup semua bangsa,

menembus benteng-benteng pemisah. Seperti yang dicita-citakan oleh Perjanjian

Lama. Hal ini berkat ajaran dan tidakan Yesus “siapapun yang melakukan kehendak

BapaKu di surga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah

ibuKu” (Mat 12:50, Mrk 3: 35, Luk 8: 21). Di sini Allah memelihara semua orang

dan menghendaki mereka menjadi satu keluarga. Oleh karena itu Gereja mengajak

Page 48: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

31

umat manusia untuk membangun persaudaraan yang didasarkan cinta kasih kepada

Tuhan dan sesama dengan satu pemahaman bahwa Allah menciptakan manusia bukan

untuk hidup sendiri melainkan untuk membangun kebersamaan. Berdasar pada semua

itu maka dapat penulis katakan bahwa persaudaraan sejati adalah persaudaraan yang

universal, yang mencakup segala bangsa, yang didasarkan pada cinta kasih terhadap

Tuhan dan sesama serta diwujudkan dengan sikap saling memberi diri dan

kemampuan guna membantu perkembangan orang lain dalam menemukan eksistensi

dirinya atau relasi yang saling memanusiawikan.

Page 49: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

BAB III

SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN SEJATI SANTO FRANSISKUS

Spiritualitas berasal dari kata ‘spirit’ yang berarti semangat, jiwa, sukma atau

roh (Tim penyusun kamus 1990: 856). Spiritualitas merupakan suatu daya kekuatan

yang menggerakkan seseorang untuk memperkembangkan baik diri maupun

rohaninya. Spirit atau daya, kekuatan yang menggerakkan itu dibutuhkan orang untuk

bertindak atau melakukan sesuatu agar hasilnya sungguh-sungguh maksimal. Hal ini

juga berlaku dalam membangun sebuah relasi, baik relasi antar pribadi, kelompok,

maupun masyarakat luas. Relasi dapat terjalin dengan penuh kasih dan persaudaraan,

saling mengembangkan dan memanusiawikan bila di dalam relasi itu ada spiritualitas

persaudaraan. Fransiskus Asisi adalah salah satu tokoh persaudaraan. Ia dikenal

sebagai tokoh persaudaraan karena semangat persaudaraanya yang tinggi. Hal inilah

yang mendorong Fransiskus menyebut dirinya sebagai saudara dina. Bagi Fransiskus

semua makhluk ciptaan adalah saudara, baik itu hewan, tumbuhan, alam semesta

maupun manusia. Bagaimana spiritualitas persaudaraan Fransiskus Asisi itu? Kita

akan mendalaminya bersama dalam bab ini.

A. Biografi Santo Fransiskus Asisi

1. Riwayat Hidup Santo Fransiskus

Fransiskus lahir tahun 1181 di Umbria yang terletak di kota Asisi. Umbria merupakan

tanah dataran indah permai yang terbentang pada kaki Gunung Subasio. Umbria

adalah lembah subur yang banyak ditanami zaitun dan gandum dengan jumlah

penduduk sekitar 20.000 jiwa. Mata pencarian penduduk pada umumnya

32

Page 50: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

33

adalah berdagang. Pada masa Fransiskus situasi politik di Asisi, sedang terjadi

permusuhan dan persaingan antara kota Asisi dengan Perugia yang juga merupakan

kota perdagangan. Asisi di bawah kekuasaan Paus di Roma (pada zaman itu Paus

sekaligus menjadi raja), sedangkan Perugia mendukung kaisar Jerman dan melawan

Paus (Groenen, 1997: 11-12).

Fransiskus adalah putra seorang saudagar kaya. Ayahnya bernama Pietro

Bernardone dan ibunya bernama Dona Pica. Dalam usia 12 tahun Fransiskus

menyelisaikan pendidikan dasarnya. Ia belajar menulis, membaca, menghitung dan

sedikit bahasa latin dibawah bimbingan para imam. Pengetahuan bahasa Prancis ia

dapatkan dari ibunya Pica yang kemungkinan warga Negara Prancis.

Kekayaan menjadikan masa remaja Fransiskus di isi dengan pesta-pesta dan

berfoya-foya menghamburkan uang bersama teman-temannya, ia hidup dalam

kemewahan dan berpakaian parlente. Fransiskus memiliki jiwa seni, karena itu ia

bersama teman-temannya sering berkeliaran di kota dan bernyanyi. Gaya hidup

Fransiskus mungkin mirip dengan ‘cross-boy’, pemuda ‘gondrong’ dewasa ini, yang

menarik perhatian orang. Oleh karena itu wajar saja kalau ia diangkat oleh teman-

temannya menjadi ‘Podesta’, pemimpin kelompok pemuda berandal di kotanya. Di

tengah-tengah sikap Fransiskus yang berandalan itu, ia memiliki sikap murah hati

lebih-lebih terhadap orang-orang miskin di Asisi. Ia sering memberi derma dan

sedekah yang berlimpah kepada mereka. Sifat ini kiranya mempunyai peran andil

dalam mengubah hidup Fransiskus selanjutnya.

‘Metanoia’, proses pertobatan dalam hidup Fransiskus, ditandai dengan

berbagairentetan peristiwa yang menghantarnya pada perubahan hidup yang radikal.

Ini diawali dengan pecahnya perang antara kota Asisi dengan Perugia tahun 1202,

Page 51: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

34

dimana pasukan Asisi mengalami kekalahan. Fransiskus bersama dengan teman-

temannya ditawan dan dipenjarakan selama 1 tahun, dan setelah itu ia jatuh sakit

dalam waktu yang cukup lama. Kesembuhan menghatar Fransiskus pada perubahan

hidup, ia mulai senang menyendiri dan berdoa. Peristiwa selanjutnya yang

menghantar Fransiskus untuk mencintai orang miskin adalah saat perjumpaannya

dengan orang sakit kusta. Saat itu Fransiskus berjuang melawan batinnya dan rasa

jijik yang menyerangnya. Ia turun dari kudanya, memeluk dan mencium orang kusta

tersebut. Peristiwa ini mengubah hati Fransiskus, seperti dikatakannya, “Apa yang

dulu terasa menjijikkan kini menjadi manis dan sedap” (Klaris, 1991: 11). Bagi

Fransiskus orang kusta bukan lagi yang menjijikkan tetapi merupakan gambaran

wajah semua orang miskin. Bau-buan yang tak sedap dari orang kusta merupakan

undangan untuk melaksanakan perjamuan cinta. Peristiwa yang tak kalah pentingnya

juga adalah peristiwa saat Fransiskus berdoa di Gereja San Damiano, di depan salib

yang bergaya Byzantin. Pada saat berdoa Fransiskus mendengar suara dari salib yang

berkata, “Fransiskus perbaikilah Gereja-Ku”. Gereja yang dimaksudkan di sini

bukanlah Gereja dalam arti gedung tetapi lebih-lebih pada pembangunan rohani yang

menyangkut prilaku dan hidup moral manusia. Panggilan untuk memperbaiki Gereja

merupakan permulaan perjalan hidup religius Fransiskus. Semenjak peristiwa itu dan

pertentangan dengan ayahnya, Fransiskus memutuskan untuk meninggalkan seluruh

hidup duniawi yang penuh dengan kemewahan dan gemerlapan. Ia menggantikannya

dengan hidup miskin dan meminta-minta, seluruh hidupnya berdasarkan pada Injil,

lebih-lebih pada sabda yang tertulis dalam Injil Mateus 19 : 21, “Jikalau Engkau

hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-

Page 52: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

35

orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di Surga, kemudian datanglah kemari

dan ikutilah Aku”.

Cara hidup Fransiskus melawan arus pada jamannya, menyentuh dan menarik

hati banyak orang. Sejak tahun 1208, satu persatu orang datang untuk

menggabungkan diri bersama Fransiskus. Dimulai dari golongan bangsawan, Imam

dan akhirnya dari kelompok awam yang telah berkeluarga maupun yang belum.

Hingga saat ini pengikut Fransiskus banyak tersebar di seluruh dunia dan dibagi

dalam tiga kelompok besar yaitu; Ordo I (OFM, Konventual dan Kapusin), Ordo II

(Klaris, untuk para suster kontemplatif) dan Ordo III sekulir maupun Regulir. Salah

satu Ordo ke III Regulir yang mengikuti semangat Santo Fransiskus Asisi adalah

Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius (SMFA), yang merupakan tempat dimana

penulis ikut mengambungkan diri.

Hal yang menonjol dalam hidup Fransiskus yang menghatarnya sebagai tokoh

persaudaraan dan perdamaian adalah sikap Fransiskus yang penuh dengan

kegembiraan dan damai. Hal ini nampak dalam setiap tindakan yang dilakukannya

setiap kali bertemu dengan orang lain, Ia selalu menyampaikan berkat dan damai

Tuhan, dan menyapa semua orang sebagai saudara bahkan dengan semua makhluk

ciptaan. Hal ini yang dilakukannya adalah setiap kali, melihat atau menjumpai orang

yang berselisih paham atau bertengkar, ia selalu datang untuk memperdamaikan

mereka dan kerap kali ia berhasil. Beberapa contoh peristiwa permusuhan yang

didamaikan Fransiskus adalah peristiwa perang saudara yang terjadi di kota Erezzo di

mana Fransiskus bersama dengan temannya tampil untuk memperdamaikan pihak

yang berperang, kemudian peristiwa permusuhan antara uskup Asisi dengan

Page 53: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

36

pemimpin walikota Asisi, peristiwa permusuhan antara penduduk Gubbio dengan

serigala dan sebagainya.

Fransiskus meninggal pada tanggal 3 Oktober 1226, dan tanggal 6 Juli 1228,

Fransiskus diangkat menjadi Santo oleh Paus Gregorius IX, dengan demikian ia

dimasukkan dalam golongan para kudus di surga.

2. Situasi SMFA

Gerardus Van Schijndel lahir di Boxtel, suatu desa kira-kira 40 km dari Asten,

dalam wilayah propinsi Noord-Brabant di Belanda. Ayahnya bernama Gerardje,

beliau adalah seorang tukang besi. Keluarga mereka hidup pas-pasan. Gerardus

adalah anak yang cerdas, dengan mudah dia dapat mengikuti pelajaran di sekolah,

gurunya berpendapat bahwa Gerardus dapat meneruskan pendidikannya. Namun dia

sendiri berkeinginan untuk menjadi Pastor.

Pada tanggal 24 Juni 1876 Gerardus Van Schijndel ditahbiskan menjadi imam

di kota Den Bosch. Gerardus Van Schijndel hanya bermaksud untuk menjadi

pemimpin umatnya di Brabant. Ia merasa bahwa masih banyak orang di dunia ini

yang belum mengenal injil, semangat misi dari Gerardus terkenal di paroki-paroki di

mana beliau berkarya. Ia menulis surat kepada Uskup Den Bosch untuk minta ijin

meninggalkan keuskupannya dan pergi jauh sebagai misonaris namun Uskup tidak

mengijinkannya. Tujuh tahun kemudian keinginan berkarya di daerah misi timbul

lagi, akhirnya Uskup mengijinkannya. Beliau berangkat ke Algiers di Afrika masuk

menjadi novis pastor-pastor putih (Witte Paters), waktu itu Beliau berumur 41 tahun.

Namun ia tidak bisa menyesuaikan diri dengan situasi

Akhirnya tahun 1893 dengan kecewa ia memutuskan kembali ke Belanda dan

di terima kembali oleh Uskupnya untuk menjadi pastor paroki Boerdonk. Ia merasa

Page 54: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

37

gagal menjadi seorang misionaris, namun Gerardus Van Schijndel tak pernah

melepaskan cita-citanya untuk mendirikan suatu kongregasi misi Belanda untuk

menjadi imam dan suster misi. Sedangkan untuk mencari finansial untuk mendirikan

sebuah kongregasi harus ada dasar finansial yang cukup. Untuk itu ia berjuang

mencari finansial untuk mendirikan sebuah kongregasi dengan menerbitkan majalah

Antonius Padua karena pada permulaan abad tersebut Antonius Padua dianggap amat

suci dan dikasihi rakyat Belanda.

Sejak terbit pertama mulai tahun1905 majalah utusan St. Antonius telah

banyak menghasilkan uang sehingga dapat menjadi sumber finansial bagi pendirian

kongregasi. Oleh karena itulah St. Antonius Padua dijadikan pelindung kongregasi

SMFA. Pastor pendiri menerima surat resmi mendapat izin dari Roma pada tanggal

17 Februari 1913.

Berdirinya kongregasi SMFA ini dilatarbelakangi oleh semangat membara

untuk menjadi misionaris dalam diri Pastor Pendiri (Gerardus Van Schijndel) untuk

mewartakan kabar keselamatan kepada orang-orang yang belum mengenal Allah,

agar mereka itu menerima kabar sukacita dan keselamatan abadi. Sasaran misi

pendiri kongregasi pada waktu itu negara di dunia ketiga, termasuk Hindia Belanda

(Indonesia).

Empat suster pertama yakni Sr. Josefina, Sr. Dominica, Sr. Geraeda dan Sr.

Dolorata. Mereka berangkat dari Asten Belanda tanggal 23 Februari 1931 menuju

Indonesia dan terus berlayar menuju Borneo, dan tanggal 30 Maret tiba di pelabuhan

Pontianak. Kemudian menelusuri sungai kapuas menuju Benua Martinus tepat

tanggal 25 April 1931. Oleh karena itu kongregasi SMFA di Indonesia menetapkan

tanggal 25 April sebagai hari misi pertama kongregasi SMFA datang ke Indonesia.

Page 55: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

38

Para suster memulai misinya dengan membuka asrama putri, rumah sakit dan kursus

keterampilan putri serta kunjungan keluarga untuk memberi pengajaran agama dan

kesehatan bagi penduduk setempat.

Dalam perkembangan kongregasi SMFA selanjutnya, para putri di Belanda

yang masuk kongregasi SMFA berarti siap menjadi misionaris, berangkat ke tanah

misi untuk seumur hidup meninggalkan tanah kelahirannya sampai mati mengabdi di

tanah misi. Pada awalnya kongregasi SMFA berada di enam Negara yaitu di Belanda,

Norwergia, Aruba, Congo, Indonesia dan Brasilia.

Misi pertama ke Norwegia pada tahun 1924, kemudian misi kedua Congo

1926, misi ketiga ke Indonesia 1931, ke Aruba 1957 dan misi terakhir ke Brasil 1961.

sampai sekarang anggota berkembang di dua Negara yakni Indonesia dan Brasilia. Di

Indonesia SMFA hadir di Keuskupan Agung Pontianak, Keuskupan Agung

Semarang, Keuskupan Sintang dan Keuskupan Sanggau.

Perkembangan anggota SMFA di Indonesia terasa lamban, faktor

penyebabnya antara lain awalnya para suster asal Belanda melayani sebagai

misionaris dan kurang mencari panggilan putri pribumi, dan daerah misi awal yang

dipilih jauh ke pedalaman, di mana masyarakat belum mengenal pendidikan

(sekolah). Sehingga membuat anggota kongregasi SMFA lambat bertambah, hingga

sampai sekarang anggota SMFA di Indonesia saat ini terdiri dari 31 suster kaul

kekal, 25 suster yunior dan 10 yang masih berada pada formasi awal.

3. Situasi Gereja

Pada masa hidup Fransiskus situasi Gereja sangat memprihatinkan. Masuknya

politik dalam kehidupan beragama menimbulkan berbagai macam sengketa.

Page 56: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

39

Perdebatan demi perdebatan berlangsung, tentang siapa yang paling berkuasa, raja,

kaisai atau paus. Sementara itu dalam masyarakat muncul suatu sikap protes terhadap

gaya hidup metralisme yang semakin merajalela. Buah dari reaksi tersebut adalah

munculnya berbagai macam bidaah. Bidaah-bidaah ini bertujuan untuk memurnikan

ajaran Gereja, tetapi sayang mereka jatuh pada sikap ekstrim yang justru makin

memperparah keadaan. Untuk mengatasi keberadaan bidaah-bidaah ini tidak jarang

Gereja melakukan pengejaran, penindasan, bahkan pembunuhan, yang

mengakibatkan terjadi perang saudara. Hal inilah yang menimbulkan pepercahan di

dalam tubuh Gereja (Laarhoven, 1979: 61).

Di tempat lain, orang-orang Turki Seldjuk yang beragama Islam mulai

menguasai tempat-tempat suci Kristen di Palestina. Bangsa ini bersikap intoleran

terhadap kaum Kristiani, serta menutup tempat-tempat perziarahan umat Kristen.

Umat Kristen yang ada di sana di tekan dan ditindas, begitu pula para peziarah yang

datang ke Yerusalem diperlakukan kurang baik. Tak jarang mereka di rampok,

ditindas dan dianiaya bahkan ada yang dibunuh. Bangsa Turki Seldjuk ini juga

berhasil menduduki dan menerobos Anatolia di Asia minor serta mencaplok negeri-

negeri dari Kerajaan Byzantium Kristen. Hal ini membuat Kaisar Byzantium meminta

perlindungan dari Paus Urbanus II mengumumkan ‘perang suci’ (yang kemudian di

kenal dengan nama Perang Salib) untuk melawan kaum muslim dan sekaligus

merebut kembali tempat-tempat suci Kristen di Palestina dari penguasa dan

kedudukan lascar Islam (Kristiayanto, 2002: 174).

Bagaimana tanggapan umat terhadap seruan Paus tersebut dan apa dampaknya

bagi kehidupan selanjutnya? Kiranya sambutan terhadap seruan Paus Urbanus II

tersebut sungguh luar biasa. Seruan ini menarik perhatian semua lapisan masyarakat

Page 57: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

40

mulai dari paus, raja-raja, kaum bangsawan, para imam, tantara dan petani. Orang

berteriak dalam satu suara, “Deus hoc vult” (Tuhan menghendaki ini). Akan tertapi

kebulatan suara yang tampak ini amatlah menipu, karena banyak orang memiliki

pandangan yang berbeda tentang ‘perang suci’ dan sekaligus bercampur aduk dengan

kepentingan-kepentingan pribadi. Ada yang memandang Perang Salib sebagai ziarah

apokaliptik menuju dunia yang lebih baik. Yang lain memandang Perang Salib

sebagai suatu kewajiban untuk membela rekan Kristen mereka yang telah ditaklukkan

oleh tentara Turki sekaligus kesempatan untuk membalas dendam. Yang lain lagi

memandang Perang Salib sebagai sarana untuk meraih keuntungan material dan

popularistas (Armstrong, 2001: 122-127).

Bangkitnya kegairahan umat akan hidup keagamaan serta pandangan tentang

Perang Salib yang dilontarkan oleh Paus Urbanus II sebagai tindakkan suci yang

memerangi musuh-musuh Tuhan, membuat orang-orang berbondong-bondong

mendaftarkan diri menjadi tentara salib (Armstrong, 2001 : 27). Hal ini juga

didukung dengan pemberian indulgensi penuh bagi mereka yang membela hak milik

Gereja serta pembebasan denda dosa yang dijatuhkan Gereja kepada mereka yang

telah melakukan kejahatan tertentu.

Orang-orang yang mendaftarkan diri menjadi tentara Perang Salib berasal dari

semua lapisan masyarakat; awam lelaki, perempuan bergabung menjadi satu. Para

kesatria yang bertikai berdamai dan bersatu, bergabung dengan tentara Salib. Mereka

para perampok, buron dengan reputasi yang amat kejam pun bergabung dengan

tentara Salib, seperti Pangeran Emich dari Leiningen. Ia adalah buron perampok yang

mempunyai reputasi yang amat kejam, yang mengaku diri sebagai Kaisar terakhir dari

mitos apokaliptik (Armstrong, 2001: 123). Ia mengumpulkan tentaranya untuk ikut

Page 58: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

41

berperang, sehingga menjadikan Perang Salib sebagai sejarah yang memilukan,

melukai hati banyak orang. Para tentara Perang Salib membantai siapa saja yang

dianggap kafir secara membabi buta, sikap mereka liar dan buas. Tentara Salib tidak

hanya membantai kaum Muslim tetapi juga masyarakat Yahudi yang dipandang

sebagai masyarakat licik yang telah menyalibkan Yesus Kristus (Armstrong, 2001:

122-127).

Perang Salib berlangsung selama dua abad, dari abad ke-11 sampai abad ke-

13, dengan beberapa kali peperangan. Pada Perang Salib yang ke-5, perumusan antara

Kristen dan Islam semakin memuncak. Di tangah-tangah Perang Salib itulah, hadir

Fransiskus sebagai juru damai. Fransiskus menyadari bahwa perang bukanlah cara

yang terbaik untuk menyelesaikan pertikaiaan. Oleh karena itu ia menawarkan

perdamaian kepada ke dua belah pihak.

Memang benar apapun tujuan dan alasannya yang pasti Perang Salib telah

melukai hati umat beriman seluruhnya, lebih-lebih umat Kristen, Islam dan Yahudi,

dampak perang Salib masih terasa hingga saat kini. Perang Salib memang telah

berlalu tetapi luka yang ditimbulkan masih belum tetutup sehingga sewaktu-waktu

siap untuk meledak kembali. Perang Salib sungguh telah mengoyakkan sikap saling

percaya, saling toleransi dan saling menghargai antara umat beriman.

B. Ajaran dan Pesan Fransiskus Asisi Tentang Persaudaraan

1 Persaudaraan dengan Alam Semesta, dan Ciptaan Lainnya

Persaudaraan mutlak diperlukan dalam kehidupan. Persaudaraan tidak terbatas

hanya pada lingkup manusia saja, tetapi juga pada makhluk ciptaan lainnya, seperti

alam semesta beserta isinya. Mengapa hal tersebut dibutuhkan? Pertanyaan ini

Page 59: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

42

mengingatkan kita pada tingginya frekuensi bencana alam yang terjadi pada akhir-

akhir ini. Tingginya frekuensi bencana alam merupakan indekasi kurangnya sikap

bersahabat manusia terhadap alam. Bersahabat atau bersaudara dengan alam, akan

menumbuhkan dalam diri manusia sikap hormat terhadap martabat ciptaan lainnya.

Penghormatan terhadap martabat makhluk ciptaan lain akan nampak dalam sikap

tidak bernafsu untuk memiliki dan menguasai alam, tetapi sebaliknya memiliki sikap

merawat dan memelihara.

Membina persaudaraan dengan alam, berarti membantu terciptanya

keseimbangan ekosistem dan kelestaraian lingkungan; dan dengan demikian

kelangsungan hidup manusia pun terjamin. Fransiskus adalah salah satu tokoh yang

dikenal sebagai orang yang memiliki jiwa kosmis. Ia mampu bersaudara dengan

makhluk ciptaan lain, dengan alam semesta berserta isinya. Maka tidak heran kalau

pada tanggal 29 November 1979, ia diangkat sebagai pelindung kelestarian

lingkungan hidup oleh Sri Paus Yohanes Paulus II, atas permintaan perkumpulan

‘Internasional planning environmental and ecological institute for quality life (Chang,

1989: 5).

Apa yang sebenarnya membuat Fransiskus mampu bersaudara dengan

makhluk ciptaan lainnya, sehingga ia menyebut semua ciptaan sebagai saudara?

Dilihat dari sejarah hidupnya, Fransiskus sudah memiliki jiwa kosmis semenjak

kanak-kanak, sebelum Tuhan masuk dalam kehidupannya. Jiwa kosmis yang

dimilikinya membuatnya senang bergaul dengan flora dan fauna. Hal ini bertalian erat

dengan pembawaan alami yang dimilikinya. Pertumbuhan jiwa kosmis Fransiskus

semakin menonjol saat Fransiskus mengalami pertobatan. Pertobatan menghantar

Fransiskus pada sikap penyangkalan harta benda dan diri secara mutlak. Pertobatan

Page 60: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

43

juga membantunya mengikis kecendrungan diri untuk memiliki dan menguasai

makhluk ciptaan lainnya. Oleh karena itu Fransiskus mampu menjadikan makhluk

ciptaan lainnya sebagai titik kontemplasinya. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa persaudaraan Fransiskus dengan alam, dengan makhluk ciptaan lainnya tidak

terlepas dari situasi hidup religiusnya.

Bagi Fransiskus alam bukanlah sekedar benda duniawi saja, tetapi selalu

terkait erat dengan Sang Pencipta, karena semua makhluk adalah karya Sang

Pencipta. Oleh karena itu alam merupakan tempat kehadiran Allah. Melalui dan di

dalam alam, Allah menyatakan diri-Nya dan berbicara kepada manusia. Fransiskus

menemukan bahwa makhluk ciptaan memantulkan ‘essentia’ Allah yang terselubung,

kekuasaan dan keilahianNya yang kekal (Rom 1: 19).

Dari sudut penciptaan Fransiskus memandang keberadaan dirinya sebagai

‘ada bersama dengan yang lain’ bukan ‘berada diatas yang lain’. Fransiskus sadar

bahwa ia adalah bagian dari dunia yang memiliki dasar keberadaan dan keterciptaan

dari Allah Bapa yang sama dan universal (Chang, 1989: 23). Kesadaran ini

menjadikan Fransiskus menyebut makhluk ciptaan lainnya sebagai saudara, tanpa

membedakan kelas sosial yang ada dikalangan makhluk hidup. Hal ini tertuang jelas

dalam sajaknya yang di tulis saat menjelang ajalnya yang berjudul ‘Gita Sang Surya’.

Dalam sajak ‘Gita Sang Surya’, diungkapkan betapa intimnya relasi antara Fransiskus

dengan makhluk ciptaan lainnya; sedemikian dalamnya relasi tersebut sampai ia

menyebut matahari, angin, api, sebagai saudaranya, dan rembulan, bintang-bintang,

air, alam semesta, pohon-pohon yang menghasilkan buah-buahan serta beraneka

ragam bunga dan hijau-hijauan, disebutnya sebagai saudari (Ladjar, 1988: 81-83).

Page 61: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

44

Persaudaraan kiranya menjadi nyata ketika ia dapat mewujudkan di dalam

tindakan. Begitu juga dengan Fransiskus, Ia mewujudkan persaudaraannya melalui

tindakan nyata. Salah satu bentuk tindakan yang dilakukan oleh Fransiskus sebagai

wujud dari persaudaraan dengan alam, adalah solider dengan alam. Hal ini

ditampakkannya dengan setiap kali bertemu para penebang pohon, Fransiskus selalu

mengingatkan mereka untuk tidak menebang pohon secara sembarangan, tetapi

supaya memikirkan perkembangan pohon di kemudian hari. Bila ingin menebang

pohon, ia menghimbau untuk meninggalkan pangkalnya dan memberikan

kemungkinan untuk bertunas lagi, dengan demikian kelestarian hidup tetap terjaga.

Begitu pula sikapnya terhadap hewan-hewan, ia bersikap solider. Salah satu

contoh sikap solider Fransiskus terhadap hewan ialah ketika ia mencoba

menyelamatkan nyawa beberapa ekor burung perkutut yang ditangkap seorang anak

laki-laki yang ingin menjualnya. Fransiskus meminta pada anak tersebut untuk

memberikan burung perkutut itu agar dipelihara dan dibuatkan sarang sampai burung

perkutut tersebut sembuh, setelah itu Fransiskus memberkati burung tersebut dan

membiarkannya pergi ke alam bebas (Sherley, 1997: 97). Selain dengan burung-

burung Fransiskus juga bersahabat dengan hewan lainnya seperti ; cacing, kelinci,

anak domba, ikan bahkan serigala yang ganas. Sikap Fransiskus yang bersahabat dan

hangat kiranya mampu ditangkap oleh hewan-hewan lainnya sekalipun mereka tidak

bisa berbicara. Sikap yang hangat dan bersahabat yang ditawarkan Fransiskus

membuat hewan-hewan tidak takut untuk mendekat padanya.

Persaudaraan Fransiskus dengan alam berserta isinya flora dan fauna

menghantarnya pada kearaban dengan yang ilahi, serta menumbuhkan sikap yang

penuh kasih dan damai tanpa kekerasan baik terhadap makhluk ciptaan lainnya

Page 62: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

45

maupun sesama manusia. Akhirnya relasi Fransiskus dengan alam beserta isinya

flora dan fauna, menjadi inspirasi bagi kita manusia jaman sekarang dalam

memandang dan memperlakukan alam beserta isinya. Kita juga disadarkan bahwa

membina persaudaraan dengan alam akan menghantar kita pada kedekatan dengan

Yang Ilahi.

2 Persaudaraan dengan Saudara Seiman

Semangat persaudaraan merupakan salah satu ciri khas dari hidup Fransiskus.

Oleh karena itu Fransiskus senantiasa menyebut dirinya dan menamai para

pengikutnya sebagai ‘saudara dina’. Tentu pemberian nama tersebut memiliki arti dan

tujuan tersendiri. Sebutan ‘saudara dina’ mau mengungkapkan panggilan serta nilai-

nilai semangat rohani yang dihidupi oleh Fransiskus dan para pengikutnya dalam

mengikuti jejak Yesus Kristus.

Sebutan ‘saudara’, didasarkan pada kutipan Injil yang menyatakan : “…Kamu

semua adalah saudara. Jangan kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena

hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin,

karena hanya satu pemimpinmu, yaitu Mesias” (Mat 23 : 8-10). Maka tidak

mengherankan bila Fransiskus menyapa semua orang sebagai saudara, bahkan kepada

para perampok dan penyamun pun ia menyapa mereka sebagai saudara (Sherley,

1997: 106-115). Sebutan ‘dina’ mau menunjukkan gaya hidup Fransiskus dan para

pengikutnya yaitu hidup dalam kemiskinan Injili dan perendahan diri. Kemiskinan

yang terwujud dalam hidup tanpa jaminan materi sehingga mampu bersikap lepas

bebas dan memberikan diri dituntun oleh Allah.

Dengan demikian cukup jelas, persaudaraan kiranya menjadi salah satu nilai

yang hendak diwartakan Fransiskus dalam keseluruhan hidupnya. Nilai itu

Page 63: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

46

diwujudkannya dengan menyediakan diri sebagai saudara dan menempatkan setiap

pribadi sebagai saudara pula. Menyediakan diri sebagai saudara berarti menempatkan

diri dalam kebersamaan, dalam hubungan interpenden dengan yang lain. Dengan

menyebut diri sebagai saudara, maka ada unsur keterbukaan, inklusivisme dan saling

taat, berani membuka kekayaan diri dan misteri dirinya demi perkembangan

relasinya (Bahang, 2004: 134). Demikian pula menempatkan dan menyapa orang lain

sebagai saudara berarti memuat rasa hormat yang mendalam akan pribadi yang

disapa. Rasa hormat yang didasarkan pada pemikiran positif, tentang orang lain.

Menyapa sebagai saudara juga berarti memandang orang lain sebagai karunia dari

Allah yang patut untuk disyukuri (Bahang, 2004: 134). Dengan demikian sapaan

saudara mendahulukan keharmonisan daripada perbedaan yang ada.

Salah satu ciri khas Fransiskus dalam persaudaraan yang membedakannya

dengan tokoh persaudaraan lainnya adalah terletak pada sikap Fransiskus yang begitu

mencintai alam semesta beserta isinya, flora dan fauna. Kencintaan yang mendalam

ini membuat Fransiskus mampu menjalin relasi yang intim dan bersaudara, bahkan ia

mampu berkomunikasi dengan mereka. Fransiskus mampu menjalin relasi

persaudaraan yang intim dengan alam, demikian pula dengan saudara seiman ia

menjalin relasi yang jauh lebih mendalam.

Relasi persaudaraan Fransiskus dengan manusia tidak hanya didasarkan pada

kesamaan sebagai makhluk ciptaan dari Allah Bapa yang sama dan universal, tetapi

lebih mendalam dari itu yakni didasarkan pada keberadaan manusia sebagai ‘citra

Allah’, manusia sebagai citra Allah berarti di dalam dan melalui manusia gambaran

Allah ditemukan, di dalam diri manusia nilai-nilai ilahi ditemukan. Atas dasar ini

Fransiskus menunjukkan sikap solider dan persaudaraan yang hangat kepada setiap

Page 64: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

47

orang, baik kepada saudara yang berbeda iman maupun dengan saudara yang

seiman.

Saudara seiman bagi Fransiskus merupakan anggota keluarga Allah yang

dipanggil untuk menerima bagian kekal yang dijanjikan Allah melalui Yesus Kristus

(2 Celano: 172). Saudara seiman juga merupakan teman seperjalanan dalam

peziarahan menuju Allah Bapa, saling menguatkan dan mengembangkan dalam iman

akan Yesus Kristus.

Oleh karena itu, bagi Fransiskus mencintai Yesus Kristus berarti juga

mencintai sahabat-sahabat dan saudara-saudaraNya, karena Yesus rela wafat untuk

keselamatan jiwa mereka dan jiwa semua orang beriman. Maka persaudaraan

Fransiskus dengan seiman. Maka persaudaraan Fransiskus dengan saudara seiman,

lebih menitikberatkan pada persaudaraan rohani. Persaudaraan yang terbentuk karena

peranan Roh Tuhan yang menyatukan satu sama lain secara tulus dan mendalam (2

SurBerim 54-56). Persaudaraan yang berakar pada pengurbanan serta penyerahan diri

Kristus di bukit Kalvari (Lanur, 2000: 224-228). Persaudaraan rohani berarti

persaudaraan yang terlaksana karena, di dalam dan melalui Yesus Kristus. Maka

corak dari persaudaraan berpola pada persaudaraan Yesus Kristus yang memberikan

seluruh hidup-Nya bagi keselamatan saudara-saudara-Nya. Persaudaraan inilah yang

dihayati Fransiskus kepada para pengikutnya untuk melakukan hal yang sama dalam

menjalin persaudaraan dengan saudara seiman, seperti yang dikatakannya dalam

wasiat Siena, tak lama sebelum ia meninggal, “Hendaklah mereka selalu saling

mengasihi sebagai tanda peringatan akan berkatku dan perjanjianku” (WasSiena 3).

“Mereka harus saling mengasihi sesuai dengan firman Tuhan; Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Cinta kasih antar mereka itu haruslah mereka nyatakan dengan perbuatan

Page 65: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

48

sesuai dengan kata rasul. Marilah kita saling mengasihi bukan dengan perkataan atau lidah tetapi dengan perbuatan dan kebenaran” (AngTbul IX: 5-6).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persaudaraan dengan saudara

seiman, adalah persaudaraan rohani yang disatukan dalam diri Yesus Kristus.

Persaudaraan yang menyatukan semua orang di dalam roh, karena tidak lagi hamba

atau orang merdeka, tidak ada lagi laki-laki atau perempuan, karena semua adalah

satu di dalam Kristus Yesus (Gal 3: 26-28).

3 Persaudaraan dengan Saudara yang Berbeda Iman

Perbedaan bukanlah menjadi satu halangan untuk menjalin persaudaraan

dengan orang lain, sekalipun perbedaan tersebut menyangkut hal yang paling

ensensial dalam hidup manusia, seperti halnya yang menyangkut kenyakinan iman.

Acapkali di dalam perbedaan, justru orang semakin diperkembangakan dan

identitasnya semakin diteguhkan.

Perjumpaan Fransiskus dengan Sultan Al-Malik Kamil dan saudara-saudara

muslim menjadi contoh bagaimana persaudaraan sejati dimungkinkan untuk dapat

dilaksanakan di tengah-tengah masyarakat yang pluralis. Fransiskus menunjukkan

bahwa perbedaan kenyakinan bukanlah halangan untuk membangun persaudaraan.

hal ini nampak jelas dalam wejangannya kepada para pengikutnya, yang mengatakan

bahwa setiap saudara yang mau pergi ke tengah-tangah kaum muslim dan orang tak

beriman lainnya, hendaknya pergi membawa diri secara rohani. Cara membawa diri

ada dua yakni; pertama dengan tidak menimbulkan perselisihan dan pertengkaran

tetapi hendaklah mereka tunduk kepada setiap makhluk insani karena Allah. Yang

kedua hendaklah mereka mewartakan firman Allah dan hal-hal lain yang berkenan

kepada Allah; atau dengan kata lain berani memberi kesaksian tentang iman Kristen

Page 66: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

49

(AngTbul XVI: 108-109). Di sini jelas, persaudaraan yang dimaksud Fransiskus

adalah persaudaraan dalam dimensi rohani, persaudaraan yang terbentuk karena

perwujudan dan penghayatan iman yang murni, sehingga membuat orang keluar dari

batas-batas dan sekat-sekat yang ada.

Didasarkan pada wejangan tersebut, kita dapat melihat bahwa pandangan

Fransiskus terhadap Agama Islam dan agama lainnya sangat sangat berbeda dengan

pandangan orang-orang semasanya bahkan orang-orang suci dan termasyur lainnya.

Menurut pandangan masyarakat Kristen pada waktu itu dan juga orang-orang suci

lainnya, seperti Bernardus dari Clairvaux, Ignasius dari Loyola, Paus Innocentius III

dst, umat Islam adalah kaum kafir dan musuh yang telah merebut tempat-tempat suci

milik Kristen. Oleh karena itu musuh harus diusir, tempat-tempat suci harus direbut

kembali, sekalipun nyawa menjadi taruhannya. Maka mati dimedan perang adalah

merupakan tindakan kemartiran, menyerang serta membunuh musuh bukanlah

perbuatan dosa, tetapi perbuatan yang dibenarkan oleh Allah, karena bertujan mulia

yakni untuk merebut tanah suci dari kaum Islam (Doornik, 1977:122).

Fransiskus tidak setuju dengan pandangan tersebut. Bagi Fransiskus orang-

orang Islam dan keyakinan lain bukanlah sebagai musuh tetapi sebagai saudara,

karena mereka pun berasal dari Allah Bapa yang sama, yang ada di Surga; yaitu Allah

Bapa yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang baik, yang menurunkan

hujan bagi orang benar dan tidak benar; Bapa yang mengasuh dan merawat manusia,

yang memberi makan burung di udara dan pakaian indah kepada semua bunga di

ladang. Oleh karena itu hanya ada satu Bapa semua orang, maka semua adalah

saudara.

Page 67: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

50

Menurut Fransiskus (ini terjadi dalam konteks Perang Salib), jangankan

saudara, musuhpun tidak boleh dibunuh untuk mencapai tujuan suci, karena Kristus

sendiri mengatakan, “Kasihilah musuhmu, berbuat baiklah bagi mereka yang

membenci kamu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Mat 5: 44).

Oleh karena itu, menurut Fransiskus apapun alasannya, musuh tidak boleh dibenci

apa lagi dibunuh, mereka harus dicintai karena mereka pun dicintai Allah. Pandangan

Fransiskus ini tentu saja terasa aneh dan ganjil untuk jamannya karena melawan arus

pemikiran masyarakat Kristen pada umumnya dan mungkin juga untuk jaman

sekarang. Fransiskus berpendapat bahwa harta yang tertinggi adalah Injil, bukan

makam Kristus yang ada di Yerusalem, yang menjadi sumber pertikaiaan. Ia

menambahkan pula, bahwa Kristus lebih mencintai umat Islam dari pada makam-Nya

sendiri. Oleh karena itu keinginan untuk memiliki tanah suci, tidak boleh dijadikan

alasan untuk memusuhi dan membenci Islam serta penganut agama lainnya, apalagi

membunuhnya. Bangaimana mungkin mengumandangkan Te Deum di tengah-tengah

penderitaan orang akibat perang? (Doornik, 1977: 122).

Inilah pandangan terhadap kaum muslim; dan karena itulah ia mengajak

saudara Illuminato (salah seorang pengikut Fransiskus) untuk pergi mengibarkan

‘bendera perdamaian’ di tengah-tengah konflik yang semakin memanas. Fransiskus

dan Illuminato berangkat dengan menumpang pada kapal yang membawa para

serdadu Perang Salib ke Mesir. Sekitar bulan Juli-Agustus 1219 Fransiskus dan

Illuminato tiba di Mesir utara di Akre. Di sana ia menyaksikan betapa brutal dan

kejamnya Perang Salib itu. Menyaksikan pemandangan itu, Fransiskus mengalami

pergulatan batin yang hebat. Pergulatan ini ia ungkapkan kepada saudara Illuminato,

“Kalau aku mengatakan kepada mereka untuk membatalkan serangan itu, maka

Page 68: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

51

mereka akan mengatakan aku ini gila, tetapi jika aku tidak mengatakannya, maka aku

akan menyesal sepanjang hidupku”. Saudara Illuminato menjawab, “Bukan hanya

hari ini sajalah engkau dianggap gila; Ikutilah suara hatimu dan takutilah Tuhan lebih

dari pada manusia” (Doornik, 1977: 125-126). Fransiskus pun berusaha mencegah

kesengsaraan, yang menuntutnya sungguh tidak dikehendaki Tuhan; dan karena itu ia

mendatangi tentara Salib di kemahnya serta meminta mereka untuk menghentikan

penyerangan. Sering usul Fransiskus di tolak.

Menjadi juru damai di tengah-tengah konflik yang memanas kiranya tidak

mudah, pasti menanggung resiko, bahkan nyawa bisa menjadi taruhannya. Maksud

baik pun belum tentu diterima oleh pihak yang bertikai, seperti yang diusulkannya

kepada para tentara Salib, tetapi cinta akan perdamaian menjadi semangat yang

mendorong Fransiskus untuk menemui Sultan. Maka dengan pertolongan Allah yang

memintakan Fransiskus dalam doa sebelum berangkat menemui Sultan, Fransiskus

memantapkan langkahnya menuju kemah kaum Muslim. Ia datang bukan dengan

sejata, tetapi dengan cinta dan persaudaraan. ia datang bukan dengan membawa

bendera politik, tetapi ia datang dengan bendera perdamaian. Ia tidak memihak

siapapun, ia hadir sebagai penengah antara Kristen dan Islam.

Maka setelah mengalami berbagai rintangan Fransiskus berhasil bertemu

dengan Sultan Al-Malik Kamil di kota Damietta. Pertemuan terjadi dalam suasana

kasih dan penuh persaudaraan. Sultan menerima kedatangan Fransiskus. Ia terpersona

akan kelembutan dan persaudaraan Fransiskus yang terpancar dari kekuatan

rohaninya. Begitu terpesonanya sehingga Sultan diliputi dengan kelembutan hati. Ia

berhari-hari mendengarkan dengan penuh perhatian ketika Fransiskus berkotbah

kepadanya dan orang-orangnya tentang iman akan Kristus. Reaksi Sultan

Page 69: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

52

mengisyaratkan bahwa Fransiskus tidak memaksakan agamanya, bahkan terlihat

bahwa Fransiskus menghargai dan menghormati agamanya.

Kiranya satu hal yang penting yang bisa kita petik dari kejadian tersebut

adalah bahwa Fransiskus menantang sultan untuk keluar dari struktur dan intuisi

manusia yang ada, yang terjalin dengan keyakinan religius. Fransiskus mengajak

Sultan untuk keluar dari struktur yang ada guna mendapatkan kemurnian iman

religius. Fransiskus telah melakukannya, itu ia datang menghadap Sultan dengan

kemurnian iman. Ia menantang Sultan untuk melakukan hal yang sama, seperti yang

dilakukannya agar sampai dalam konteks iman yang murni (Vardy, 2001:88).

Sultan memang tidak berani menerima tantangan Fransiskus, tetapi ada satu

hal yang bisa kita petik dari pertemuan itu. Pertemuan tersebut menghasilkan dialog

yang penuh persaudaraan antara dua pihak yang berbeda keyakinan. Dialog yang

terjadi bukan hanya pada taraf permukaan saja, yang hanya didasarkan pada

pemikiran manusia yang seringkali melilit iman, tetapi dialog terjadi sungguh

mendalam yang didasarkan pada realitas yang ada di dasar keyakinan religius; yang

mengajarkan cinta kasih dan perdamaian.

Maka seperti yang dikatakan Fransiskus kepada para pengikutnya,

persaudaraan hanya akan terjadi ketika orang berani keluar dari dirinya sendiri dan

melihat orang lain sebagai anugerah Allah, maka tidak ada lagi sekat-sekat yang

menghambat persaudaraan. melihat orang lain sebagai saudara menjadikan perbedaan

sebagai sesuatu yang indah, yang memperkaya hidup seseorang. Perbedaan bukanlah

menghambat terjalinnya sebuah persaudaraan, tetapi justru menjadi kesempatan untuk

mengembangkan diri dan memperteguhkan identitas diri.

Page 70: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

53

Persaudaraan harus diwujudkan dalam tindakan bukan dalam perkataan;

dilaksanakan dalam dimensi iman yang murni, sehingga segala kelemahan orang lain

akan ditutupi oleh cinta kasih seperti yang diungkapkan Fransiskus. Di dalam

persaudaraan ada kasih dan kebijaksanaan yang mengenyahkan ketakutan dan

kepicikan; ada kesabaran dan kerendahan hati yang mengenyahkan amarah dan

kegelisahan; ada kemiskinan bersama suka cita yang mengeyahkan ketamakan dan

kekikiran; ada ketenangan dan samadi yang mengenyahkan kecemasan dan

kebingungan; ada belaskasih dan timbang menimbang yang mengenyahkan kelebihan

dan ketegaran (AngT Bul IX: 102).

4 Undangan SMFA

Persaudaraan sejati merupakan sesuatu yang sangat didambakan. Kaum

religius sendiri mencoba mewujudkan Persaudaraan Sejati dalam kehidupan

berkomunitas, walaupun tidak sesalu berhasil. Harapan untuk mewujudkannya

Persaudaraan Sejati, bahkan tidak saja ingin mewujudkan dalam kehidupan kaum

religius dalam komunitasnya sendiri secara eksklusif, melainkan besar harapan agar

Persaudaraan Sejati itu merembes, menjalar dan meluas sampai melewati tembok

kokoh biara dan tatanan mapan biara, sebab ada kesadaran bahwa Persaudaraan Sejati

merupakan ‘Harta Karun’ yang diwariskan oleh Kristus untuk seluruh umat manusia,

bukan hanya untuk kaum religius.

Sebagai ‘Harta Karun’ milik bersama, maka Persaudaraan Sejati memang

perlu ditemukan, dihidupkan dan dibagi-bagikan. Keluhan dan harapan merupakan

tanda yang hidup dan nyata dari kaum religius bahwa kehidupan membiara bukanlah

sesuatu yang statis, melainkan sesuatu yang dinamis, yang selalu berkembang dan

dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan zaman, sambil tetap berpegang

Page 71: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

54

pada cita-cita awal dan semangat warisan leluhur pendiri yakni St. Fransiskus (Kea

Kebu; 22).

Kalau penulis mencermati reaksi umat selama ini nyatalah bahwa umat tidak

menutup mata dan telinga terhadap keberadaan kaum religius. Umat rasa memiliki

dan merasa bangga terhadap kaum religius. Itulah betapa kecewanya umat jika

menyaksikan kaum religius tidak menampakan ke-religiusan-nya. Dengan demikian

penulis menanyakan bagaimana mereformasi persaudaraan kaum religius, agar

harapan-harapan umat dapat menjadi kenyataan, sehingga persaudaraan yang sedang

kita bangun sungguh menjadi Persaudaraan Sejati.

Persaudaraan yang terjadi bukan karena pertalian darah, melainkan

persaudaraan yang terjadi karena terikat oleh cinta kasih Kristus sendiri. Buktinya

kaum religius dipanggil dari berbagai suku, ras, kultur yang berbeda dengan suatu

tujuan yakni lebih dekat pada Kristus dan mewartakan kasih-Nya kepada dunia. Maka

persaudaraan religius diteguhkan dengan Ekaristi yang dirayakan setiap hari, doa baik

bersama maupun pribadi, pembinaan hidup rohani secara berkala, sharing

pengalaman iman, saling mengampuni, saling mendukung dengan doa dan

pengorbanan, saling bertanggung jawab dalam komunitas dan dalam berbagi

kegembiraan dan kesulitan sehari-hari, dialog secara terbuka bila terjadi konflik,

saling menerima dan mendengar (Statuta SMFA; Art.8).

Persaudaraan Sejati sangat besar faedahnya untuk pembinaan hidup afektif

yang harmonis. Kecintaan yang kita peroleh dari orang lain, dapat membantu kita

untuk memberikan diri sepenuh hati kepada orang lain. Persaudaraan sejati, membuat

orang lebih terbuka terhadap sesama dan membina relalsi dengan semua orang.

Sebaliknya persaudaraan yang menjauhkan diri dari komunitas religius, merupakan

Page 72: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

55

persaudaraan yang kurang sehat. Jadi perlu adanya jalan untuk membangun

persaudaraan sejati adalah; saling cinta, saling menghargai, saling menolong, saling

percaya dan saling mendukung. Karena fungsi utama dari hidup bersama, hidup

berkomunitas adalah menciptakan kekeluargaan dan persaudaraan serta menanamkan

semangat cinta satu sama lain sebagai saudara (Statuta SMFA; Art.9).

Hidup persaudaraan kaum religius yang baik membawa masyarakat untuk

menyadari bahwa masih kemungkinan terjadinya relasi antar pribadi tanpa diwarnai

oleh terjadinya saling curiga seperti yang terjadi di masyarakat saat ini. Masyarakat

juga dapat merasakan suasana kasih dan persahabatan yang terjadi di antara para

religius. Disamping itu masih ada religius yang tidak berani memberi kesaksian hidup

persaudaraan yang baik, sehingga masyarakat kurang percaya pada religius tertentu

dan mempunyai pandangan negatif terhadap religius.

Persaudaraan Religius bagaimanapun ada segi positifnya. Namun masih perlu

diperjuangkan karena masih banyak terdapat persaudaraan yang didasari semangat

mencari kepuasan diri sendiri, semangat yang rendah dari pada usaha untuk mengalah

kehendak sendiri dan memperjuangkan serta mengusahakan nilai-nilai Kristiani yang

lebih mendalam yakni: kasih, pengampunan, tenggang-rasa, ugahari dll.

Sudah sejak mula pertama, ada manusia ditempatkan oleh Allah dalam

suasana relasi. Relasi yang dikehendaki tentu saja relasi firdaus di mana cinta dan

keindahan menjadi tiang topangnya. Namun, manusia terlalu arogas sehingga lupa

akan roh kehidupan yang telah diembuskan Allah. Relasi pun lalu terganggu baik

dengan Allah, sesama maupun dengan lingkungan hidup. Kisah Kain dan Habel

memperlihatkan kegagalannya menghormati keunikan pribadi sesama sebagai citra

Allah. Kain menyangkal perannya sebagai penjaga saudarannya di hadapan Allah. Ia

Page 73: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

56

iri terhadap kebaikan Tuhan yang dikerjakan melalui saudaranya sendiri. Santo

Fransiskus dalam Pth VIII mengingatkan bahwa itu adalah dosa. (Kea Kebu; 23).

Kita semua adalah saudara karena diciptakan oleh Allah, jatuh ke dalam dosa

dan ditebus oleh Allah yang sama dengan Yesus Kristus. Sudah pasti bahwa

pengakuan ini tidak boleh membuat kita dalam penyeragaman buta. Semua orang

pernah melakukan kesalahan dan hal itu tidak tergantung pada soal apakah seseorang

itu kepala biara, magister, anggota rumah atau karyawan. Namun demikian, fakta itu

tidak perlu mengesampingkan tuntutan untuk melakukan kritik, peringatan dan

memberi teguran dengan ramah. Moral pengakuan terletak pada: “Mungkin saya

salah dan anda benar. Mari kita bicara brsama-sama!” Keindahan hidup berkomunitas

terletak pada keterbukaan untuk saling berkomunikasi, menghargai fluralitas watak,

suku, dan sifat serta saling menjaga sebagai saudara dihadapan Allah. Sering

kesalahan atau kecelakaan besar yang dialami dalam hidup berkomunitas berawal dari

diabaikannya kesalahan-kesalahan kecil (Statuta SMFA; Art.10).

Semoga keberagaman watak, suku dan sifat yang ada dalam kongregasi

SMFA membuat orang yakin bahwa dendam, benci, iri hati, jengkel dan pertengkaran

adalah ciri kehidupan di luar taman eden. Tidak mudah memang tetapi SMFA

mengajak mari kita mulai sekali lagi dengan membawa senyum damai di sini dan

kini.

C. Rangkuman

Spiritualitas persaudaraan merupakan suatu kekuatan yang dibutuhkan

manusia dalam menjalin relasi, baik dengan flora dan fauna, serta alam ciptaan

lainnya maupun dengan sesama manusia. Oleh karena itu persaudaraan menjadi jiwa

Page 74: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

57

dalam sebuah relasi. Fransiskus Asisi adalah tokoh yang dikenal memiliki jiwa

persaudaraan. Ia memiliki karisma tersendiri dalam menjalin relasi persaudaraan

dengan seluruh makhluk ciptaan baik flora, fauna maupun manusia, bahkan dengan

ciptaan lainnya seperti bulan, matahari, api, angin dan sebagainya. Jiwa persaudaraan

yang dimilikinya, menjadikannya mampu menempatkan semua makhluk ciptaan

sebagai saudara dan saudarinya.

Melalui relasi intim yang terjalin dengan semua makhluk ciptaan, Fransiskus

hendak menujukkan kepada kita, arti dari sebuah persaudaraan sejati. Persaudaraan

sejati kiranya tidak terletak banyaknya mengungkapkan kata ‘saudara’ kepada

makhluk ciptaan, tetapi bagaimana ‘saudara’ diartikan di dalam perbuatan. Inilah

yang ditunjukkan Fransiskus di dalam relasinya dengan semua makhluk ciptaan.

Ladjar, 1988: 78).

Persaudaraan Fransiskus dengan flora dan fauna didasarkan pada penghayatan

akan keberadaan dan keterciptaan semua makhluk dari Allah Bapa yang sama dan

universal. Hal ini mau mengungkapkan bahwa, kita berasal dan tergantung dari

sumber yang sama dan satu; yakni Allah Bapa, maka sekalipun itu flora dan fauna,

tetap harus dihormati dan dihargai, karena flora dan fauna juga adalah saudara kita.

Sebagai saudara, kita diajak untuk mencintai alam dan solider terhadapnya.

Bersaudara dengan flora dan fauna akan menghantar manusia sampai kepada

kedekatan dengan Allah, Sang Pencipta. Oleh karena, di dalam dan melalui flora dan

fauna Allah berbicara dengan manusia, sekaligus juga ‘essensia’ Allah yang

terselubung, kekuasaan dan keIlahian-Nya dipantulkan. Bersaudara dengan flora dan

fauna akan membantu mengubah prilaku manusia, dari merajai alam menjadi

Page 75: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

58

menyayangi alam. Dari sikap mau memiliki alam menjadi solider dengan alam.

Ladjar, 1988: 80).

Persaudaraan Fransiskus dengan saudara seiman, lebih mendapat tekanan

pada keberadaan manusia sebagai citra Allah dan kesatuan sebagai keluarga Allah

yang dipanggil untuk menerima bagian bagian kekal dalam Yesus Kristus. Maka

persaudaraan dengan saudara seiman haruslah terjadi dalam konteks persaudaraan

dengan saudara seiman haruslah terjadi dalam konteks persaudaraan rohani yang

bersumber pada Yesus Kristus; persaudaraan yang saling mengasihi, mengampuni

seperti yang diteladankan oleh Yesus Kristus; persaudaraan yang saling meneguhkan,

menguatkan di dalam peziarahan menuju Allah Bapa serta membantu saudara seiman

untuk memperoleh keselamatan kekal.

Persaudaraan Fransiskus dengan saudara yang berbeda iman terjalin dalam

konteks penghayatan iman yang murni, sehingga seluruh perbedaan, sekat-sekat, dan

batas-batas yang ada tidak menjadi halangan baginya dalam menjalin relasi yang

intim. Persaudaraan karena buah dari penghayatan iman yang murni menjadikannya

keluar dari unsur-unsur politik serta institusi-institusi yang ada, dengan demikian ia

mampu melihat orang lain sebagai anugerah dari Allah. Persaudaraan dengan saudara

yang berbeda iman, tidak menjadikannya kehilangan identitas keagamaannya, tetapi

justru semakin diteguhkan. Mengapa? Alasannya adalah karena di dalam

persaudaraan dengan saudara yang berbeda iman, kita justru ditantang untuk

memberikan kesaksian tentang nilai-nilai iman kita.

Maka bisa disimpulkan bahwa persaudaraan sejati yang diwujudkan oleh

Fransiskus Asisi dengan semua makhluk ciptaan terlaksana dalam konteks rohani;

persaudaraan yang lahir dari penghayatan iman yang murni; persaudaraan yang

Page 76: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

59

demikian menjadikan persaudaraan tidak lagi dilandaskan pada kesamaan-kesamaan

yang ada, tetapi melintasi batas-batas, sekat-sekat dan perbedaan-perbedaan yang ada;

persaudaraan universal, yang menghapus perbedaan sosial yang ada dikalangan

makhluk hidup; yang menempatkan segala makhluk ciptaan ‘ada bersama dengan

yang lain’ bukan ‘berada di atas yang lain’, dengan demikian semua adalah sama dan

sederajat, tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebih berkuasa dari yang lain, sehingga

berwenang untuk menguasai dengan yang lain. Chang, 1989: 25

Spiritualitas persaudaraan yang dihayati oleh Fransiskus dan yang

dilaksanakannya dalam keseluruhan hidupnya, kiranya masih sangat relevan untuk

jaman sekarang ini, dan sangat dibutuhkan dalam masyarakat kita saat ini.

Menghidupi spiritualitas persaudaraan sejati yang dihayati oleh Fransiskus Asisi,

pada jaman ini akan membantu masyarakat kita mengembangkan sikap solidaritas

dan penghormatan terhadap martabat semua makhluk ciptaan, baik flora dan fauna

maupun sesama manusia. Dengan demikian orang akan lebih mengutamakan sikap

cinta kasih di atas kebencian dan iri hati; perdamaian di atas peperangan, kesatuan di

atas perpecahan, kemiskinan dan kerendahan hati di atas kerakusan dan kekuasaan.

Chang, 1989: 26

Page 77: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

BAB IV

MAKNA UNGKAPAN SAUDARA DINA

TENTANG KESEMPURNAAN INJILI

Dalam bab IV tentunya tidak terlepas dari inspirasi pemimpin kharismatis,

Fransiskus. Secara langsung maupun tidak langsung, nilai-nilai tersebut

mempengaruhi cara para saudara memandang dirinya dan perutusan yang mereka

kembangkan bagi Gereja dan dunia pada umumnya secaa khusus dalam kongregasi

Suster Misi Fransiskanes St. Antonius. Bab IV ini akan membahasnya.

A. Spiritualitas Kongregasi SMFA

Kongregasi SMFA berpedoman pada Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular

St. Fransiskus Asisi, yang disahkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 08

Desember 1982. sebagai kongregasi yang berpedoman pada spiritualitas St.

Fransiskus Asisi, praktek penghayatan spiritualitas fransiskan dalam persaudaraan

SMFA, kami mengutamakan tiga nilai yakni: persaudaraan, kesederhanaan dan

pelayan (dalam sikap hidup sehari-hari). Ketiga nilai ini menjadi acuan / referensi

dalam mengambil keputusan-keputusan tentang gaya hidup, pilihan tempat karya dan

komunitas, pilihan bidang karya serta gaya pelayanan / karya SMFA.

Pendiri kongregasi mewariskan spiritualitas fransiskan dalam: semangat

persaudaraan yang mendalam untuk dihidupi oleh para anggotanya, sikap

kesederhanaan dalam hidup bagi kaum kecil, yang tidak diperhitungkan menjadi pola

pelayanaan sebagai “Suster Rakyat” yang selalu berorientasi pada orang miskin,

60

Page 78: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

61

lemah dan tak berdaya. Dalam karya spiritualitas dipupuk dengan meningkatkan mutu

pelayanan yang semakin sesuai dengan spiritualitas fransiskan.

Tuhan kita Yesus Kristus sebagai raja damai mencintai manusia sampai

menyerahkan nyawa-Nya. Sejak peristiwa pembaptisan kita sudah tergabung sebagai

pengikut Kristus. Kristus juga menganugerahkan penggilan hidup istimewa / khusus

kepada manusia yang dicintai-Nya. Panggilan inilah yang ditempuh oleh St.

Fransiskus Asisi dari hidup mewah sebagai putra pedagang kaya, ia jatuh cinta

kepada putri kemiskinan. Pendiri kongregasi SMFA Gerardus Van Schijndel memilih

dan jatuh cinta pada spiritualitas St. Fransiskus sebagai pedoman hidup dan karyanya.

Beliau ingin agar para anggota SMFA hidup dan berkarya sebagai “Suster Rakyat”,

antara lain hadir di tengah umat yang di kampung-kampung. Berdasarkan cita-cita

pendiri para Suster SMFA sebagai pengikut Kristus dalam semangat St. Fransiskus

dipanggil sebagai pembawa damai kepada sesama di komunitas, kongregasi dan

dunia dimana SMFA hadir dan berkarya (Statuta SMFA; Art 2.11).

Dalam terang iman akan Yesus Kristus yang satu dan sama, perwujudan cinta

kasih dan damai mulai di komunitas, bersama dengan saudari sekongregasi dan

kemudian kita bawa dalam tugas pelayanan di tengah masyarakat. Hidup bersama

sebagai saudari dalam komunitas merupakan bagian yang sentral dan sangat penting

dalam kongresasi SMFA. Kehendak baik dan kemampuan hidup bersama dalam

komunitas termasuk dalam inti panggilan sebagai SMFA. (Statuta SMFA; Art 2.12).

Hidup berkomunitas merupakan persekutuan dengan Kristus dan sesama

suster, maka hidup didasarkan pada: doa bersama, mendengarkan sabda Allah,

merayakan kesatuan iman dalam ibadat dan ekaristi, memberi waktu dan ruang agar

para anggota dapat mencapai dimensi rohani yang mendalam. Oleh ikatan

Page 79: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

62

persaudaraan sejati maka cinta kasih persaudaraan di komunitas tetap merupakan

kesaksian , maka setiap suster secara terus menerus rela menjalankan rekonsiliasi.

Kehendak baik dan kemampuan untuk hidup bersama dalam komunitas , seperti:

memupuk kepekaan, solider, sosial, komunikasi, saling memerlukan, usaha untuk

berdamai, merupakan kesaksian. Doa bersama dalam komunitas dan renungan

tentang sabda Allah secara pribadi, merupakan nafas hidup, inspirasi dan kekuatan

kita dalam menjalankan karya kerasulan. Semangat kontemplasi membuahkan

kegembiraan batin yang dipancarkan dalam corak aktif, yaitu melalui tugas perutusan

di komunitas (Statuta SMFA; Art 2.13).

Yesus Kristus mengutus murid-Nya untuk mewartakan Injil keseluruh dunia.

Sebagai orang yang terpanggil seperti halnya Santo Fransiskus Asisi dan Gerardus

Van Schijndel, SMFA pun dipanggil olah Yesus untuk ambil bagian dalam tugasnya

sebagai nabi, iman dan raja. Ketiga tugas ini direalisasikan dalam seluruh karya

kerasulan kongregasi SMFA. Cara hidup dan karya kerasulan ini SMFA jalankan

sebagai suster rakyat sesuai dengan situasi masyarakat masa kini. Kehadiran karya

SMFA mencerminkan kesederhanaan fransiskan yang tidak mencolok di mata dunia,

namun mempunyai nilai serta pengaruh yang mendalam (Statuta SMFA; Art 2.114).

B. Kenabian

Tugas missioner SMFA adalah menghidupi Kabar Baik Tuhan kita Yesus

Kristus di tengah dunia agar pengharapan akan penyelamatan dari Allah dinyatakan

lewat kehadiran dan karya (Kons.SMFA; art. 92). Sesuai dengan semangat Injil,

SMFA mengarahkan cinta kita pertama-tama kepada mereka yang diutamakan oleh

Yesus Kristus sendiri, yakni: orang yang miskin, sakit, cacat, kesepian, mereka yang

Page 80: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

63

karena sebab tertentu hidup tersisih dalam masyarakat dan gereja, atau karena

keadaan lain tidak punya harapan lagi akan hidup dalam kegembiraan secara

manusiawi. (Kons.SMFA; art. 93).

Semangat missioner yang diwarisi Pendiri dan pola pelayanan SMFA sebagai

“Suster Rakyat” membawa anggota berkarya di segala bidang , termasuk yang tidak

mencolok di mata dunia, dan memiliki pelayanan yang berpihak pada kaum kecil dan

tertindas. Di tengah mereka, SMFA hidup dalam kesetiakawanan, mendengarkan dan

belajar dari mereka. SMFA berusaha memberdayakan mereka demi meningkatkan

taraf hidup mereka baik rohani maupun jasmani. (Kons.SMFA; art. 94).

Agar keterlibatan kongregasi SMFA ke dalam karya keselamatan Tuhan

berlangsung terus dan dapat berkembang, hendaknya setiap suster mewajibkan diri

menyisihkan waktu untuk memperkenalkan kongregasi dan mengajak orang ikut serta

dalam hidup serta karya kerasulan. Maka kegiatan aksi panggilan dengan pelbagai

cara dan bentuk merupakan bagian integral dari karya kerasulan SMFA.

(Kons.SMFA; art. 95).

Menuruti St. Fransiskus dari Asisi, para suster melaksanakan tugas sebagai

pengabdi. Pekerjaan yang dipercayakan janganlah dilakukan dengan bersungut-

sungut dan berbantah-bantah, melainkan dengan penuh tanggung jawab, dan bersikap

sederhana, lemah-lembut dan rendah hati, sopan santun dalam perkataan dan

perbuatan. (Kons.SMFA; art. 96).

Sebagai anggota kongregasi missioner, baik pribadi maupun komunitas,

SMFA mau melihat keluar batas-batas hidup dan karya serta turut prihatin terhadap

masalah-masalah dunia. Sebagai manusia yang terpanggil, hendaknya SMFA dengan

Page 81: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

64

tekun ikut berjuang bersama dengan orang lain demi keadilan dan perdamaian.

(Kons.SMFA; art. 97).

Kongregasi SMFA terus-menerus mawas diri terhadap karya, selalu bersedia

melepaskan karya tertentu dan memulai yang lebih sesuai dengan tuntutan zaman dan

kebutuhan kongregasi. SMFA tidak pernah memilih suatu jabatan , juga tidak

menerima dan menghentikan suatu tugas atau karya besar tanpa ijin Pemimpin umum.

Dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan kongregasi , para anggota boleh

menerima apa yang merupakan kebutuhan hidup “sebab seorang pekerja patut

mendapat upahnya” (Mat 10: 10). Namun mereka akan tetap ingat bahwa tujuan

karya kerasulan SMFA tidak pertama-tama mencari nafkah, melainkan melayani

sesama, antara lain mendampingi anak asrama, memberikan pelatihan kepada putri-

putri yang tidak sekolah, kunjungan keluarga, memberi perhatian pada orang di desa

khusus mereka yang terbelakang. (Kons.SMFA; art. 101).

Hidup SMFA di tengah masyarakat diharapkan sedemikian rupa sehingga

lingkungan di mana kita berada dapat merasakan semangat fransiskan, khususnya

berkat sikap terbuka dan spontan, menerima tamu dengan ramah tamah dan penuh

kegembiraan. (Kons.SMFA; art. 102). Setiap jenjang usia tua atau muda sakit atau

sehat, tidak menjadi hambatan bagi para suster SMFA untuk berkarya demi

perkembangan Kerajaan Allah; dengan tetap memberikan sumbangan demi kwalitas

pembangunan persaudaraan dalam komunitas, memelihara mentalitas missioner dan

perhatian pada orang kecil dan lemah, di dukungan dengan doa bersama dalam

melaksanakan tugas perutusan (Kons.SMFA; art. 103).

Page 82: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

65

C. Sikap Dasar Saudara Dina

Menjadi seorang saudara dina tidaklah sesederhana seperti yang diungkapkan

Fransiskus dalam wasiatnya “Tuhan memberi aku sejumlah saudara” (Wasiat 14).

Kata-kata tersebut menunjukkan kepercayaan bahwa panggilan untuk menjalani

hidup religius merupakan sebuah undangan yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap

pribadi. Kenyakinan ini juga diungkapkannya kepada Klara: “Atas dorongan Ilahi,

kamu telah bersedia menjadi putri dan abdi Raja Yang Mahatinggi dan Mahaluhur,

Bapa Surgawi, dan kamu telah menyerahkan dirimu sebagai mempelai kepada Roh

Kudus….”(PedHid 1). Dengan demikian menjadi jelas bahwa Tuhan adalah sumber,

pusat dan tujuan hidup. Ia memberi kekuatan. Manusia hanya perlu membuka diri,

dan menjawab dengan bebas.

Bagi para saudara, jawaban atas panggilan Tuhan terwujud dalam bentuk

“meninggalkan dunia”. “Mereka yang datang untuk memeluk cara hidup ini

memberikan kepada orang miskin segalanya yang mungkin mereka miliki. Mereka itu

puas dengan satu jubah yang dilapisi luar dan dalam, serta tali pinggang dan celana.

Kami tidak mau memiliki lebih dari itu. Kami yang rohaniwan melakukan ibadat

harian seperti rohaniwan lainnya, sedangkan para awam mengucapkan Bapa Kami;

dan kami amat suka tinggal di dalam gereja-gereja. Kami tidak terpelajar dan menjadi

bawahan semua orang”(Wasiat 16-19).

Demikianlah proses menjadi Saudara Dina dan jalan hidup yang dianut oleh

Fransiskus dan para Saudara. Mereka hidup sederhana, bahkan keras secara fisik

Mereka puas dan bahagia untuk hidup sederhana. Mereka adalah orang-orang yang

berhati lapang. Mereka tahu apa yang mereka inginkan, yaitu menjawab panggilan

Tuhan untuk hidup menurut Injil Suci.

Page 83: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

66

Unsur-unsur yang diungkapkan oleh Fransiskus sebagai bagian dalam proses

menjadi Saudara Dina dipertahankan oleh sumber-sumber selanjutnya. Celano

melaporkan sebagai berikut: “Dengan bajak ia membelah tanah, menaburkan benih

kehidupan dan menghasikan buah yang terberkati. Segera amat banyak orang yang

baik dan pantas, rohaniwan dan awam, berpaling dari dunia, membuang setan dengan

semangat perwira dan karena rahmat dan kehendak Allah Yang Mahatinggi lalu

mengikuti Fransiskus dalam cara hidup dan cita-citanya”(1 Cel 56). Di bagian lain

Thomas Celano juga melaporkan bahwa semua orang, kaya atau miskin, bangsawan

atau orang kebanyakkan, orang biasa atau terkemuka, arif atau sederhana, terpelajar

atau awam dari antara umat Allah, karena ilham Roh Kudus, datang untuk menerima

jubah ordo suci, (1 Cel 31).

Dengan demikian panggilan para Saudara Dina berkisar dalam tiga unsur,

yaitu Tuhan, dunia, dan Fransiskus. Artinya, Tuhan memberi inspirasi kepada

seseorang untuk berpaling dari dunia -meninggalkan nilai-nilai duniawi, menjual

harta milik dan memberikannya kepada orang miskin dan menggabungkan dirinya

dengan Fransiskus dengan menerima kebiasaan, ajaran, dan jalan hidupnya.

Bernardus dari Ouintavalle menjadi contohnya. “Ia bergegas-gegas menjual segala

miliknya dan membagi-bagikannya kepada orang-orang miskin, bukan kepada orang

tuanya….Setelah itu ia menggabungkan diri dengan Fransiskus dalam cara hidup dan

berpakaian, dan ia tinggal bersama dengannya, sampai jumlah saudara-saudara

bertambah dan ia demi ketaatan kepada bapak tersayang dipindahkan ke daerah lain.

Adapun pertobatannya kepada Allah menjadi contoh untuk orang-orang miskin (1

Cel 24).

Page 84: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

67

Sementara itu Kisah Ketiga Sahabat menekankan bahwa Fransiskus sama

seperti magnet yang menarik banyak orang untuk bergabung bersamanya. “Tidak

dengan kata-kata hikmat manusiawi yang meyakinkan, melainkan dengan ajaran dan

kekuatan Roh Kudus serta penuh kepercayaan ia mewartakan Kerajaan Allah

….Orang, termasuk banyak orang terpelajar dan berilmu, mengagumi daya-guna

kotbahnya serta kebenaran yang tidak diajarkan manusia. Mereka bergegas-gegas

untuk melihat dan mendengar dia bagaikan seorang dari dunia lain. Oleh karena itu

banyak orang dari rakyat, bangsawan, dan bukan bangsawan, rohaniwan dan awam

mengikuti jejak-jejak Santo Fransiskus terdorong oleh ilham ilahi. Dengan

membuang kecemasan dan kebesaran hampa dunia mereka mulai hidup menurut tata

cara Fransiskus” (KKS XIII). Kharisma pribadinya menjadi milik bersama.

Di bagian lain diceritakan tentang cara masuk ke dalam ordo. Dikatakan :

“mereka memohon dengan sangat, agar Fransiskus menerima mereka menjadi

saudara” (KKS IX: 35). Laporan ini sungguh bermakna. Dengan ditunjukan ciri

dasariah dari ordo, yaitu persaudaraan. menjadi Saudara Dina berarti diterima oleh

para Saudara sebagai saudara.

Beberapa sumber membicarakan unsur lahiriah dan batiniah dalam panggilan

para Saudara. Thomas Celano melaporkan sebagai berikut: “Santo (Fransiskus )

memberi petunjuk kepada mereka yang masuk ke dalam ordo, yaitu bahwa mereka

pertama-tama harus mengundurkan diri dari dunia dengan lebih dahulu memberikan

harta duniawi kepada Tuhan dan kemudian memberikan diri mereka sendiri” (2 Cel

80). Yang dituntut Fransiskus adalah bahwa mereka harus melepaskan diri dari semua

harta benda dan menyerahkan diri mereka secara penuh kepada Tuhan.

Page 85: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

68

Dengan caya yang sama Klara dan para saudarinya menyerahkan harta benda

dan warisan lalu mengikuti Kristus. “Diawal pertobatan ia menjual warisan yang

menjadi haknya dan memberikannya kepada kaum miskin, dengan tidak menyimpan

sekeping uangpun bagi dirinya. Kemudian, setelah meninggalkan sifat duniawi, ia

mengejar Kristus tanpa dibebani harta benda. Tidak ada yang dicintainya selain

Tuhan Yesus. Para saudarinya diajak untuk melakukan hal yang sama” (LegKlar, 13).

D. Saudara Dina Dalam Injil

Sumber-sumber awal membahas banyak hal mengenai proses menjadi seorang

Saudara Dina dan mengenai gaya hidup Fransiskus dan para saudara. Hal-hal tersebut

merupakan aspek penting dalam kehidupan fransiskan. Hal lain yang juga menarik

adalah kenyataan bahwa sumber-sumber tersebut menggunakan konsep-konsep injili

untuk menjelaskan sifat dasar Ordo Saudara Dina. Mereka mempelajari dan

merenungkan tema-tema, simbol-simbol, dan tokoh-tokoh yang terdapat dalam Injil.

Tema-tema dan simbol-simbol tersebut diharapkan pada komunitas Fransiskan.

Sebenarnya, dengan metode yang sama, para penulis Perjanjian Baru

menggunakan simbol-simbol dan kategori-kategori Perjanjian Lama saat

menbicarakan Yesus Kristus dan hidup Kristen. Mereka merefleksikan tema-tema

Injili seperti “minister”, “Kerajaan Allah”, ”Kota Suci”, “Pengantin Kristus”, ”Umat

Allah, dan sebagainya. Tema-tema ini digunakan juga oleh para Bapa Konsili Vatikan

II untuk menunjukan keberadaan Gereja kepada para umat dari abad XX.

Hal yang mencolok baik dalam Konsili Vatikan II maupun dalam sumber-

sumber Fransiskan awal adalah bahwa sejarah keselamatan tidak berhenti saat

penulis halaman terakhir Perjanjian Baru. Tuhan tetap hadir dan berkarya secara

Page 86: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

69

dinamis dalam setiap era sejarah. Di abad XIII Tuhan membangkitkan Fransiskus dan

ordo untuk menjalankan tugasnya. Di abad XX para Bapa Konsili mengatakan bahwa

Tuhan terus menggunakan Gereja Kristus untuk menujukkan cinta-Nya kepada

manusia.

Sebuah contoh sederhana namun penuh arti ditemukan dalam biografi

Fransiskus yang ditulis oleh Julius dari Speyer. Beberapa kali ia menggunakan istilah

kawanan kecil’ (Bdk. Luk 12: 32) untuk menyebut Fransiskus dan para saudara.

Dengan menggunakan istilah ini ia mau menekankan kesederhanan, ketakberdayaan,

dan kekecilan para saudara; namun, juga mau menunjukkan totalitas ketergantungan

kepada Allah. Penekanan Fransiskus terhadap pentingnya ketergantungan kepada

Allah, yang merupakan ciri dasariah kemiskinan, menunjukkan bahwa secara sadar

maupun tidak sadar Fransiskus menganggap persaudaraannya sebagai kelompok

anawim, “kaum miskin dari Allah” (2 Cel 70).

Sementara itu Thomas Celano menggunakan istilah “anggur” dan “kebun

Tuhan”, ( Yer 2: 21) untuk menggambarkan para Saudara Dina. Menurutnya, Ordo

yang didirikan oleh Fransiskus merupakan “kebun anggur baru” yang ditanami

Tuhan dalam kerelaan-Nya, (1 Cel 74). Melalui Fransiskus, sebuah ordo baru telah

didirikan “di gurun dunia ini…. Sebuah pokok anggur subur yang meluaskan ranting-

ranting ordo suci dan menumbuhkan bunga-bunga yang harum mewangi berupa

keutamaan-keutamaan suci”, (Bdk. 1 Cel 89). Ordo ini merupakan kebun anggur

Tuhan, (Bdk. 2 Cel 24).

Dalam surat edarannya mengenai kematian Fransiskus Saudara Elias

menggunakan istilah “Umat Allah” untuk menjelaskan sifat komunitas Fransiskus.

Para saudara mendirikan suatu bangsa baru dalam kerangka sejarah keselamatan.

Page 87: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

70

Mereka adalah “Israel Baru”, karena Fransiskus, “Musa Baru” memberikan kepada

mereka sebuah peraturan hidup dan perjanjian perdamaian. Fransiskus berkotbah

mengenai Kerajaan Allah kepada para saudara sungguh merupakan suatu “umat Allah

yang layak bagi-Nya”, (Bdk. Luk 1: 17).

Gambaran yang tidak jauh berbeda ditekankan dalam Sacrum Commercium.

Penulis menekankan bahwa Kristus memberikan Perjanjian Baru dengan meneteskan

darah . kristus tersebut adalah Kristus yang sungguh-sungguh mengosongkan diri dan

menunjukkan kemiskinan tertinggi. Hubungan antara kemiskinan dan salib Kristus

digambarkan demikian: “Engkau (tuan putri kemiskinan) bersama Dia (Kristus) saat

orang-orang Yahudi menyiksa-Nya, ketika orang-orang Farisi menghina-Nya, ketika

imam-imam kepala mengutuki-Nya; engkau bersama-Nya ketika Dia dipukul,

diludahi, dan dicambuk. Ia seharusnya dihormati semua orang. Namun hanya engkau

yang menyertai-Nya. Engkau tidak meninggalkan-Nya menuju kematian, kematian di

kayu salib.. pada salib itu, saat Ia terlanjang tergantung di atasnya, lengan terentang

dan kaki tertembus paku, engkau turut menderita bersama-Nya, sehingga tidak ada

hal lain dari diri-Nya yang lebih dari padamu” (SacCom 21).

Melihat hubungan yang erat antara kemiskinan dan salib Kristus , dengan setia

pada kemiskinan mereka, para Saudara memasuki “Perjanjian Baru Kristus dan

menjadi “Umat Alah yang Baru”. Memang kemiskinan merupakan meterai Kerajaan

Allah di mana orang-orang pilihan dimaterai. Materai inilah yang menjadi dambaan

para Saudara, (SacCom 21, 22). Dengan membuang “semua beban” para Saudara

menjadi miskin secara lahiriah dan batiniah. Karena memiliki hati yang bebas dan

terbuka, mereka diundang untuk masuk ke dalam “perjanjian damai” berjumpa

dengan Tuan Putri Kemiskinan dan Tuhan. Mereka menjadi hamba-hamba dan

Page 88: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

71

domba gembalaan-Nya” (SacCom 14, 57). Mereka adalah biji yang telah dipilih

Tuhan dengan kasih yang tidak munafik, (SacCom 14). Inilah tafsiran tentang ordo

Fransiskan melalui simbol-simbol Injili.

Paus Gregorius IX juga menggunakan kata-kata Kitab Suci , ketika berbicara

mengenai para Saudara. Menurutnya, mereka mengalahkan musuh-musuh Gereja dan

membela Paus, karena mereka “berikatpinggangkan kebenaran dan berziarahkan

keadilan”. Di satu tangan mereka “membawa perisai iman” untuk memadamkan

panah api dari si jahat. Di tangan lain, mereka menggenggam “pedang Roh” yaitu

firman Allah, (Bdk. Ef 6: 14, 16, 17). Dengan mewartakan firman Allah dan hidup

dalam kemiskinan para Saudara menjadi manusia injili.

Sumber-sumber yang dapat dipelajari di atas menunjukkan bahwa para

Saudara memandang dirinya sebagai kekuatan baru yang muncul di dunia. Mereka

manjadi ordo baru dan jalan hidup baru, suatu pasukan kuat yang dipimpin oleh

Fransiskus menuju peperangan melawan kekuatan jahat. Pasukan spiritual ini

menggunakan untuk dirinya jalan hidup yang oleh Paulus disebut: “Kamu adalah

orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya. Karena itu, kanakanlah

belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran…

ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh terhadap yang lain,

sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di

atas semuannya itu: kenakanlah kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan

menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu,

karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

Hendaklah perkataan-perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara

kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan

Page 89: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

72

yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu

mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu, (Kol 3: 14-16). Pesan ini sungguh

berakar di hati Fransiskus dan para Saudara. Pesan ini mengubah hidup mereka dan

menunjukkan maksud yang sebenarnya dari persaudaraan mereka.

E. Hidup Injil dan Perutusan Para SMFA Dalam Persaudaraan

Sumber-sumber awal juga berbicara mengenai perutusan yang dilakukan para

Saudara. Dalam suratnya kepada seluruh Ordo, (SurOr 6-8) Fransiskus mendorong

para Saudara untuk mendengarkan suara Putra Alah, mengindahkan perintah-Nya,

memenuhi nasehat-Nya dengan budi sempurna, “memuji Dia, sebab Dia baik”, (Bdk.

MzM 135: 1) dan meluhurkan Dia dalam semua pekerjaan, (Bdk. Tob 13:6). Katanya:

untuk itulah Dia mengutus kamu ke seluruh dunia, agar dengan perkataan dan

perbuatan kamu memberi kesaksian tentang suara-Nya dan memaklumkan kepada

semua orang bahwa tak ada yang mahakuasa selain Dia, (Bdk. Tob 13: 4). Para

saudara mencintai Tuhan, memuji-Nya dan menjadi saksi bagi yang lain betapa

mahabesarnya Tuhan.

Hal yang sama juga dikatakan Fransiskus dalam Anggaran Dasarnya:

“Marilah kita semua mencintai Tuhan Allah dengan segenap hati, dengan segenap

jiwa, dengan segenap budi, dengan penuh kekuatan dan ketabahan, dengan sepenuh

daya pengertian dan segenap tenaga, dengan segala jerih payah dan segenap perasaan,

dengan seluruh sanubari, dengan penuh hasrat dan kemauan….Apapun juga tidak

boleh mencegah, merintangi, dan menghalangi; di manapun juga di segala tempat,

pada setiap saat dan setiap waktu, setiap hari dan senantiasa, hendaklah kita semua

mengimani dengan sungguh-sungguh dan dengan rendah hati, menyimpan dalam hati

Page 90: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

73

dan mengasihi, menghormati, menyembah, mengabdi, memuji, dan memuliakan,

meluhurkan dan menjujung tinggi, mengagungkan dan mensyukuri Allah yang kekal,

Mahatinggi dan Mahaluhur, (AngTBul XXIII: 8-11). Sungguh Fransiskus merupakan

orang yang menghabiskan seluruh waktunya untuk mencintai Tuhan dan memuji-

Nya. Hal yang sama dimintanya untuk dilakukan oleh para Saudara.

Memang tidaklah berlebihan bila Fransiskus meminta para Saudara untuk

membentuk suatu komunitas eskatologis yang senantiasa berkumpul di sekitar Allah

dan memuji-Nya. Ia bahkan menyusun suatu pujian yang diucapkan dalam setiap

ibadat, (PujIb 1-4). “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah Yang Mahakuasa, yang

kini ada, dan yang telah ada, dan yang akan datang, (Why 4: 8)….Tuhan Allah kami,

Engkau layak menerima pujian, kemuliaan, dan hormat serta puji-pujian, (Why 4:

11), …pujilah Tuhan segala karya Tuhan”, (Dan 3: 57). Ayat-ayat tersebut diselingi

dengan ulangan: “Ya, marilah kita memuji dan meluhurkan Dia selama-lamanya”.

Aspek lain dari perutusan yang dipercayakan kepada para saudara adalah

kesetian pada jalan hidup yang telah ditunjuk Allah kepada Fransiskus. Mereka harus

menjadi orang yang sesuai dengan namanya: Saudara Dina. “Dan sungguh-sungguh

mereka adalah dina, yang tunduk kepada sekalian orang dan selalu mencari tempat

kerja yang dipandang hina dan melakukan tugas yang hina, dalam mana mereka

menurut gelagatnya mudah diperlakukan tugas diperlakukan secara tidak layak, agar

mereka patut didasarkan atas kerendahan hati, sehingga berkat bantuan ilahi dalam

diri mereka dapat berdiri bangunan rohani segala keutamaan….Betapa hebatnya

murid-murid Kristus yang baru itu berkobar-kobar karena cinta kasih! Betapa besar

cinta kepada persekutuan suci itu hidup dalam hati mereka! Sebab bila mereka

berpapasan di mana saja atau seperti lazimnya saling berjumpa di jalan, maka

Page 91: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

74

terlepaslah anak panah cinta kasih atas, yang di atas segala kecenderungan hati

kodrati menaburkan benih cinta kasih yang sejati, (1 Cel 38).

Dengan menjadi dina, para Saudara menjalankan suatu perutusan yang

penting dalam Gereja Kristus. Melalui gaya hidup yang sederhana, rendah hati, dan

kesediaan untuk menjadi yang terakhir, mereka menunjukkan maksud mengikuti

Kristus dan hidup Kristen. Hal ini diungkapkan Fransiskus ketika menanggapi

rencana Kardinal Hugolinus untuk mereformasi Gereja, termasuk di dalamnya

rencana untuk mentahbiskan para Saudara menjadi uskup. Katanya, “Saudara-

saudaraku disebut dina agar mereka tidak menganggap diri lebih besar. Panggilan

mereka mengajarkan untuk tetap bertahan pada kedudukan rendah dan untuk

menghasilkan buah, biarkan dan pertahankanlah mereka dalam keadaan sebagaimana

mereka dipanggil dan dibawalah mereka kembali ke kedudukan sebagai bawahan,

miskipun mereka tidak mau” (2 Cel 148). Demikian para saudara melayani Gereja

dalam kerendahan.

Dengan setia kepada nilai-nilai persaudaraan dan kedinaan, para Saudara

memenuhi “misteri Injil”. Mereka menjadi “terang” yang membimbing manusia

berdosa kembali kepada cinta Yesus Kristus, (Bdk. 2 Cel 155, 157). Dengan

mewujudkan kesempurnaan hidup Kristen dalam hidup, Fransiskus dan para Saudara

sedang memperbaharui dunia lama yang telah ternoda oleh dosa, (3 Cel 1).

Tugas perutusan kongregasi SMFA adalah menghidupi Kabar Gembira Tuhan

kita Yesus Kristus di tengah umat, agar dengan kehadiran para Suster Misi

Fransiskanes Santo Antonius, pengharapan akan penyelamatan dinyatakan, (Konst

SMFA, Art. 3.1).

Page 92: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

75

Sesuai dengan maksud Pendiri SMFA Gerardus van Schijndel, SMFA tetap

memilih semangat missioner dalam tugas perutusan. Semangat itulah yang mau

dipertahankan dan dihayati secara khusus. Tentulah dalam perwujudan tugas

perutusan masa sekarang lain dari pada situasi zaman Pendiri dan suster-suster

perdana, (Konst SMFA, Art, 3.2).

Sepadan dengan norma Injil, SMFA mau mengarahkan cinta, pertama-tama

kepada mereka yang menerima cinta dan perhatian dari Yesus sendiri: yaitu orang

miskin, sakit, cacat, kesepian, mereka yang karena satu dan lain hal berada di

pinggiran masyarakat dan gereja, atau karena keadaan lain tidak mempunyai harapan

lagi akan hidup dalam kegembiraan secara manusiawi, (Konst SMFA, Art. 3.3).

Sifat Gereja adalah missioner di mana-mana, baik di negeri cikal bakal

kongregasi SMFA maupun di negeri di mana Gereja minta bantuan untuk membawa

Kabar Gembira, SMFA mau melaksanakan perutusan missioner itu. Di mana saja

SMFA hidup dan berkarya, SMFA tetap secara spontan memilih untuk orang lemah,

miskin, tertindas dan solider dengan mereka. Bersama dengan mereka, SMFA akan

mencari jalan untuk mengubahnya, agar Kerajaan Allah terwujud di dunia masa

sekarang. Setiap jenjang usia, tua atau muda, sakit atau sehat, tidak menjadi

hambatan bagi kita untuk berkarya demi perkembangan Kerajaan Allah; dengan tetap

memberikan sumbangan bagi pembangunan komunitas persaudaraan, memiliki

mentalitas missioner, perhatian untuk orang miskin dan lemah, didukung dengan

semangat doa yang tinggi, dengan demikian tugas perutusan sungguh dapat di

laksanakan dan diwujudnyatakan dalam hidup dan karya di mana pun SMFA berada.

(Konst SMFA, Art. 3.4).

Page 93: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

76

Refleksi di atas menunjukkan bahwa perutusan para Saudara tidak terbatas

pada diri mereka sendiri tetapi juga untuk orang lain. Fransiskus telah memilih untuk

tidak hidup bagi dirinya sendiri, tetapi bagi Dia yang telah wafat untuk semua orang,

sebab ia tahu, bahwa ia diutus untuk merebut jiwa-jiwa yang hendak merampas setan,

(Bdk. 1Cel 35). Di tempat lain dilaporkan bahwa Fransiskus mengajak para Saudara

untuk mengantar banyak orang kepada Allah. “Saudara-saudara terkasih, mari kita

merenungkan panggilan kita yang dengannya Allah yang berbelas kasih memanggil

kita, tidak hanya guna penyelamatan kita sendiri, tetapi juga guna penyelamatan

banyak orang. Kita dipanggil untuk melakukan pertobatan karena dosa mereka dan

terus mengingat perintah Allah. Jangan takut oleh karena kita nampaknya tidak

seberapa dan tolol. Sebaliknya, hendaklah kalian dengan mantap dan sederhana

mewartakan pertobatan sambil percaya kepada Tuhan yang mengalahkan dunia.

Memang , Dialah yang dengan Roh-Nya berkata-kata melalui kalian dan dalam kalian

guna mengajak semua orang, agar berbalik kepada-Nya dan menepati perintah-Nya”,

( KKS X: 36). Sekali lagi kesaksian ini menunjukkan isi hati Fransiskus dan

pandangannya mengenai sifat dan perutusan ordo yang dirikannya.

F. Rangkuman

Kesadaran bahwa para Saudara merupakan sebuah “bangsa baru”, Israel baru”

dan bahwa Tuhan mempercayakan kepada mereka suatu pengutusan rohani bagi

Gereja dan dunia, membedakan mereka dari gerakan-gerakan kerasulan sebelumnya.

Konsep tentang para Saudara awal ini sangat sederhana dan penuh imajinasi. Mereka

melampaui gambaran gerekan-gerakan sebelumnya, seperti Hugo dari St Victor,

Stepahanus dari Thiers-Muret, Robertus dari Arbrisel, Bernardus dari Thiron dan

Page 94: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

77

kaum Waldensen, yang mendasarkan diri pada model para rasul dan Gereja Perdana.

Mereka percaya bahwa mereka adalah alat khusus Tuhan dalam sejarah keselamatan

yang sedang berlangsung.

Secara sepintas agak mengejutkan bahwa mereka yang miskin dan tak

terpelajar memiliki pandangan yang sedemikian luhur. Namun, sebenarnya

kepercayaan mereka merupakan konsekuensi logis dari kesetian mereka kepada Injil.

Mereka “mengosongkan diri” dari semua harta, ikatan, dan kekhawatiran duniawi.

Dengan demikian mereka menyediakan di dalam hatinya suatu kediaman bagi Tuhan

di mana Dia dapat mengatur hidup mereka. Dengan kata lain, para saudara

menyerahkan diri sebagai alat yang dapat digunakan sesuai dengan kehendak Tuhan

sendiri.

Kepercayaan diri yang dimiliki oleh Fransiskus dan para Saudara berasal dari

pengalaman nyata mereka akan kebaikan dan cinta Tuhan. Tuhan telah menggunakan

mereka sebagai alat untuk mencapai tujuan-Nya, yaitu menyelamatkan banyak orang.

Kepercayaan ini tidak tampak dalam kelompok-kelompok kerasulan sebelumnya.

Para Saudara menyadari bahwa kekuatan Tuhan dalam diri manusia sangat

kuat dan efektif, bila manusia itu mengakui kelemahan dan ketergantungannya

kepada-Nya. Dengan menjadi hina dina, mereka melaksanakan keutamaan dan

menerima janji yang digambarkan dalam Mazmur:

“Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang”. (Mzm 37 : 3-6).

Page 95: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

78

Namun demikian keparcayaan yang dimiliki para Saudara berkaitan dengan

perutusan yang mereka terima hanyalah merupakan persoalan teoretis. Dalam

kenyataan, para Saudara melakukan pelayanan yang beraneka ragam dalam dan untuk

Gereja.

Kemanapun dan dimanapun Gereja membutuhkan, para Saudara menyediakan

diri untuk melayani. Sebagai contoh, mereka diutus untuk berkotbah kepada pasukan

perang salib, sebagian lagi dikirim sebagai misionaris untuk mempertobatkan kaum

Tartar; yang lain lagi diutus untuk membawa firman Tuhan kepada kaum serasen dan

orang-orang tak beriman. Perutusan ini merupakan konsekuensi logis dari kesetiaan

para Saudara kepada hidup Injili, khususnya berkaitan dengan perutusan Kristus. Hal

ini membuat Takhta Suci menyadari bahwa mereka dapat menjadi duta besar dan

misionaris yang efektif, khsususnya dalam menghadapi kaum bidaah. Para Saudara

menjadi lebih berguna bagi Gereja karena mereka mengikuti “kesederhanaan Juru

Selamat kita”. Demikian kata Paus Innocentius IV, (Bullarium Franciscanum hlm

359).

Menjadi sahabat orang lain berarti mau menerima segala kekurangan dan

kelebihan dirinya. Sebab dalam diri manusia selalu ada kekurangan dan kelebihan.

Sehebat-hebatnya seseorang pasti ada kekurangannya. Demikian juga sebaliknya,

dalam diri seseorang pasti ada hal yang baik karena diciptakan oleh Allah menurut

citra-Nya. Karena itu kehadiran orang lain sangat diperlukan untuk saling mengisi

kelebihan dan memperbaiki kekurangan.

Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendiri. Pasti ia membutuhkan orang

lain. Kehadiran orang lain sangat membantu dalam pengembangan pribadi untuk

semakin dewasa. Orang lain yang dihadapinya mempunyai watak dan

Page 96: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

79

pembawaannya sendiri yang dipengaruhi oleh latar belakang keluarga dan lingkungan

di mana dia tinggal. Keadaan ini kadang-kandang menjadi hambatan dalam pergulan,

misalnya: sikap sombong/ angkuh, masa bodoh, malu, malas, keadaan ekonomi,

kepandaian dan lain sebagainya.

Namun ada orang yang suka menyendiri, ada yang dengan kukuh

mempertahankan pendapatnya dan ada yang senang bergabung dengan orang lain.

Semua ini merupakan tantangan dalam pergaulan kita. Perbedaan pendapat dalam

kelompok dapat membuat suatu acara tidak berjalan dengan baik. Perbedaan pendapat

sebenarnya wajar, tetapi tidak berarti memaksakan ide kepada orang lain. Hal-hal

seperti itu biasanya akan menghambat hubungan persaudaraaan. Kita perlu

mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain. Dengan sikap itu, orang yang

malu akan tampil dan berani mengemukakan isi hatinya. Suatu persaudaraan akan

terjalin dengan baik jika kita mampu mengatasi perbedaan-peberdaan yang ada.

Artinya kita tidak perlu memilih teman berdasarkan senang dan tidak senang, orang

yang sepaham dengan kita.

Setiap orang memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri dalam pergaulan.

Dalam pergaulan, kita tidak sekedar menambah teman, tetapi dapat mendewasakan

diri. Sebab dalam pergaulan itu kita berhadapan dengan orang-orang yang berbeda

dan mempunyai wataknya sendiri, dan kita dapat belajar menghagai orang lain.

Suatu persaudaraan akan sunguh-sungguh bermakna jika didasari cinta kasih

yang tulus. Seseorang melanyani bukan karena senang atau karena tidak senang,

melainkan karena cinta. Memang sulit untuk dilaksanakan sepenuhnya. Akan tetapi,

kita mencoba menerima kehadiran oramg lain apa adanya, menghargai pendapat

teman, berani mengakui kesalahan, menerima kritikan teman, meminta maaf jika

Page 97: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

80

berbuat salah, dan sebagainya. Semuanya itu merupakan sarana untuk membentuk

suatu persaudaraan.

Dalam cerita tentang Fransiskus dan saudara-saudaranya dapat kita lihat

bahwa mereka mempunyai ikatan batin yang kuat satu sama lain. Mereka mempunyai

kerinduan yang besar untuk berkumpul bersama kembali saat berjauhan. Mereka

tidak hanya kumpul, tetapi saling menceritakan pengalaman mereka selama

melaksanakan tugas yang diberikan oleh Fransiskus. Mereka bergitu akrab satu sama

lain. Mereka saling menghargai bakat atau kemampuan sesama. Mereka bersikap

terbuka sehingga tidak ada ganjalan dalam hati mereka. Atas semuanya itu mereka

bersyukur kepada Tuhan yang memberikan segala yang baik kepada mereka. Dalam

hubungan Fransiskus dengan para saudaranya itu tampak suatu ikatan batin yang

kuat. Karena persaudaraan yang baik itu, mereka selalu hidup damai dan penuh cinta

kasih. ( SEKAFI, Bhn. Katekese, hal. 31-33).

Di dalam kongregasi SMFA para anggota saling memerlukan untuk mencapai

kepenuhan dalam Kristus. Karena anugerah itu anggota berbeda sesusai dengan

rahmat yang diberikan kepada kita secara pribadi. Kesatuan diungkapkan dalam

keanekaragaman, perbedaan dalam komunitas adalah suatu kekayaan.(Konst SMFA,

Art. 2.3). Yesus berkata kepada para muridNya: “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya

kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu”. Santo Fransiskus dari

Asisi dan Pastor Gerardus van Schijndel percaya sepenuhnya, bahwa Injil Tuhan kita

Yesus Kristus merupakan penggerak dan motivasi dasar hidup SMFA, baik sebagai

pribadi maupun komunitas dan kongregasi. Sabda Yesus tentang “saling mengasihi” ,

agar menjadi perhatian serius dari setiap anggota kongregasi SMFA. (Konst SMFA,

Art. 2.4).

Page 98: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

BAB V

MAKNA KESAKSIAN PERSAUDARAAN SEJATI

UNTUK ZAMAN SEKARANG

Kita telah melihat arti dan paham tentang persaudaraan sejati kita juga telah

melihat bagaimana Fransiskus Asisi mencoba memberikan paham persaudaraan sejati

dalam pengalaman hidupnya sehari-hari, sesuai dengan hubungan dan konteks

zamannya. Sebuah pertanyaan muncul di dini. Bagaimana persaudaraan sejati bisa

diupayakan dalam konteks zaman sekarang? Motivasi dasar apa yang mesti dibangun

untuk mewujud nyatakannya dalam hidup sehari-hari.

A. Nilai – Nilai Persaudaraan

Mengenai nilai persaudaraan, unsur yang penting untuk hidup religius ini,

Anggaran Dasar hendak mengetengahkan nilai-nilai fundamental Injil dan sekaligus

pengarahan khusus. Pertama melukiskan dasar rohani untuk hubungan persaudaraan

dan yang kedua menunjukkan perlindungan atau obat kalau hubungan itu rusak atau

terancam. Demi cintakasih Allah, hendaklah saudara-saudari saling mengasihi, sesuai

dengan firman Tuhan: “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi,

seperti aku telah mengasihi kamu” (Yoh 15, 12). Dan hendaklah mereka

menunjukkan dengan perbuatan bahwa mereka saling mengasihi. Yang satu

hendaknya dengan leluasa menyatakan kebutuhannya kepada yang lain, agar yang

lain itu menyadari apa yang dibutuhkan yang satu itu, serta memberikannya, (WasKl

18; ADTB IX, 10). Berbahagialah mereka yang begitu mengasihi seorang saudara

81

Page 99: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

82

yang sakit, yang karena tidak mampu membalas kasih mereka, sama seperti bila

saudara itu sehat, dan mampu membalas kasih mereka, (Pth XXIV).

B. Pergulatan Nilai Zaman Sekarang

Hidup religius haruslah dihayati dalam terang Tuhan. Sehari-hari dalam terang

Tuhan berarti setiap hari hidup dihadirat Allah. Allah dijadikan satu-satunya andalan

hidupnya. Dan Allah menjadi daya penerang yang menuntun hidup religius itu

sendiri. Semangat kebangkitan Tuhan, yakni Tuhan yang hidup dan tinggal diantara

kita haruslah tetap menjadi semangat hidup, semangat untuk bersama di dalam

komunitas. Kalau Tuhan hidup di dalam diriku, dalam dirimu dan dalam setiap orang,

maka akan ada suatu respek, rasa hormat dan saling menghargai. Dasar ini harus tetap

menjadi pedoman yang jelas, khususnya dalam menghayati bersama frofesi religius

kita.

Hidup religius akan hancur, khususnya dalam hidup persaudaraan bila tidak

kesadaran yang matang akan kehadiran Allah di dalam sesamannya itu. Kalau

kehadiran Allah tidak disadari ada di dalam setiap sesama religius dalam komunitas,

maka, akan muncul berbagai tindakan yang mengarah kehancuran hidup komunitas.

Sisi kritis di dalam hidup komunitas tidak jarang kita temui tantangan ini: Iri hati,

cemburu, tidak menyukai atau bahkan membenci, berlomba-lomba dalam adu

kesombongan, keangkuhan dan pengaruh serta mencari pengikut; kurang adanya

sikap rendah hati. Hal ini merupakan suatu penyakit, yang kalau tidak segera

diselesaikan, akan tetap menggerogoti cinta cita hidup religius, yang mau

menyempurnakan injili. (Martino Sardi, hlm.14-15).

Page 100: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

83

Religius dewasa ini kurang menampakan Persaudaraan Sejati sebagaimana

yang diharapkan oleh Yesus sendiri yaitu: “hendaklah kamu sehati sejiwa,

seperasaan, misalnya: ada yang kurang bisa menerima pendapat orang lain, ada pula

yang terkurung dalam diri sendiri. Dilihat dari segi positifnya: ada banyak religius

yang baik, menyakinkan dan pantas diteladani: semangat doanya, dedikasinya,

kerelaannya untuk membantu orang lain, perhatiannya terhadap sesama, ramah. Jika

dilihat dari segi negatifnya: kaum religius memberi kesan kurang tulus, pilih-pilih

dalam persaudaraan, sombong, mahal senyum dan mahal sapaan terhadap sesama dan

kurang membaur dengan yang lain (menyediri). (Mkl. Y.Kea Kebu, OFM)

Persaudaraan religius di zaman sekarang perlu direformasi baik dalam

kesaksian hidup, doa, persaudaraaan dan pelayanaan, kerelaan untuk memberi diri

sebagai seorang religius. Kesaksian hidupnya sudah kurang menarik lagi ini dapat

dilihat betapa minimnya kaum muda mau hidup membiara dibandingkan tahun yang

sudah-sudahnya, ditambah sudah banyaknya hal yang lebih menarik lewat

perkembangan tehnologi yang semakin canggih ini. Dengan demikian sangat

mempengaruhi kehidupan para religius seperti; hidup doa pun kurang mendalam. Doa

bukannya atas kesadaraan pribadi tetapi hanya bersifat rutinitas saja dilaksanakan,

sekedar menjalankan kewajiban karena sudah terjadualkan atau karena ada yang lebih

tua yang melihat maka berdoa. Jadi dapat dikatakan bahwa hidup doanya dangkal

sekali dan itu mempengaruhi hidupnya sehari-hari. (Mkl. Y.Kea Kebu, OFM)

Penulis mengatakan dengan semangat doa yang rendah mempengaruhi

persaudaraan sehari-hari yang sepertinya hanya bersifat basa-basi saja. Mengapa?

Karena sudah ada hal yang lebih penting antara lain belum dapat menggunakan

sarana yang ada pada tempatnya seperti: Hp yang sekarang ini sangat didewakan

Page 101: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

84

manusia dan termasuk para kaum religius sehingga persaudaraan antara sesama yang

ada di depan mata kurang mendapat perhatian yang sepenuhnya, karena lebih

mengutamakan alat canggih tersebut ketimbang sesama yang ada di depannya. Ini

sangat mempengaruhi tergur-sapa antara satu dengan yang lain hanya sebatas basa-

basi saja, semangat untuk mendengarkan, perhatian, keramah tamahan antar sesama

tidak lagi dengan sepenuh hati dan semangat ini sudah mulai memudar. Orang

cenderung untuk menyendiri dan sibuk dengan diri sendiri dari pada berkumpul

bersama, rekreasi bersama, doa bersama dan sebagainya. Hal ini sangat

memperihatinkan sekali bagi kaum religius yang mana dalam hidup membiaranya

mengutamakan persaudaraan, sementara semangat itu sudah mulai lengser. Untuk

mengatasi semuannya itu perlu suatu tindakan yang konkret demi terwujudnya suatu

persaudaraan sejati di zaman ini.

C. Peluang Kesaksian SMFA

Tujuan hidup SMFA adalah mengejar kesempurnaan Injili, hidup dalam

kebersamaan sebagai saudari di komunitas yang dipanggil dan dipersatukan oleh

Kristus. SMFA hendaknya memberi kesempatan kepada setiap anggota melalui hidup

religius dan tugas missioner menyuburkan cinta kasih Tuhan khususnya kepada

mereka yang kecil. Panggilan dan ciri khas kongregasi SMFA adalah bersemangat

kontemplatif, yaitu hidup sebagai seorang pendoa, dan bercorak aktif serta terbuka

akan tanda-tanda dan tuntutan zaman. (Stat SMFA, Fsl;3 Art. 1).

Pendiri kongregasi bertujuan agar kongregasi SMFA pertama-tama berkarya

“ke misi jauh”, ke negara yang sedang berkembang, ke dunia ketiga. Arti misi itu

bagi SMFA sekarang, bukan hanya jauh menurut waktu, tempat dan jarak secara

Page 102: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

85

geografis, melainkan semangat misi dalam arti luas, keluar SMFA sendiri untuk

melayani orang-orang yang belum terjangkau oleh pelayanan pihak lain. Sebagai

“Suster Rakyat “ SMFA hidup di antara masyarakat yang biasa. Dalam hidup SMFA

yang bersahaja dan sederhana, dengan semangat persaudaraan, SMFA

menumbuhkembangkan sikap solider, membela dan menyadarkan mereka akan

haknya dan berjuang bersama mereka untuk mendobrak mentalitas ketergantungan

serta menangani masalah yang timbul. (Stat SMFA, Fsl;3 Art. 2).

Sebagai kongregasi yang bertujuan untuk melayani dan berpihak kepada

orang kecil, kita menjalankan panggilan dan perutusan bersama Kristus, dalam

semangat missioner Santo Fransiskus dan cita-cita Pastor Pendiri. Sebagai suster

rakyat yang bersemangat missioner memprioritaskan karya di daerah miskin dan

hidup diantara orang biasa. Kondisi SMFA yang masih berziarah ini, adalah

menjalankan panggilan dan perutusan Kristus bersama para suster lain dan seluruh

umat yang dilayani. (Stat SMFA, Fsl;3 Art. 3).

Mewujudnyatakan panggilan bersama dalam pelayanan pastoral dasar

Gerejawi, dengan cara ambil peran aktif dalam reksa pastoral di mana saja SMFA

berada. Setiap anggota merelakan diri untuk mengerjakan tugas apa saja demi

pelayanan kongregasi kepada orang lain, sekalipun perkerjaan itu kecil dan tidak

mencolok di mata dunia. (Stat SMFA, Fsl;3 Art. 4).

Menghadapi jaman yang sedang berkembang sangat pesat ini kongregasi

SMFA ditantang dalam menghadapi dunia ini. Terutama sebagai “Suster Rakyat”.

Dalam menghadapi zaman ini tidak mudah untuk memberi kesaksian yang nyata

dimata sesama dalam komunitas, kongregasi dan masyarakat secara umum itu tidak

Page 103: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

86

gampang, ditambah banyaknya tuntutan dari para anggota yang semakin tahun

semakin banyak ini. (Stat SMFA, Fsl;3 Art. 5).

D. Perlunya Pembinaan Semangat Persaudaraan

Pembinaan para anggota Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius tidak

pernah selesai, tetapi berkelanjutan dalam suatu proses bersama, dimana SMFA terus

menerus peka akan pengalaman hidup dalam Gereja dan masyarakat. Dalam sikap

terbuka dan kritis, SMFA mencoba saling membantu dan memahami bagaimana

gambaran Allah dan kejaraanNya dapat terwujud sebaik mungkin dalam diri kita

masa sekarang. SMFA perlu saling mendukung dalam usaha kita menuju kepanuhan

hidup yang menjadi panggilan Tuhan, baik bagi kita pribadi maupun sebagai

kelompok (Konts SMFA Art.4.30).

Persaudaraan berarti adanya hubungan yang harmonis antara manusia seperti

halnya hubungan kakak-adik dalam satu keluarga. Dalam hubungan persaudaraan itu

diandaikan orang mampu menerima kehadiran orang lain apa adanya dengan segala

kekurangan dan kelebihannya. Sikap seperti itu dapat menghindarkan rasa curiga,

benci, iri hati, cemburu dan lain sebagainya. Jadi, dalam suasana persaudaraan orang

dapat bergaul dan berkomunikasi seakan-akan mereka berasal dari satu keluarga yang

sama.

Hal yang penting dalam hubungan persaudaraan adalah berani mengakui dan

menghormati kelebihan orang lain dan dengan jujur mengakui dan menghormati

kekurangan diri sendiri. Suatu kelompok akan sungguh berarti jika anggotanya

mampu hidup rukun dan damai tidak saling mencurigai, dan mau menerima kritikan

orang lain. Penguasaan diri ini sangat penting agar tidak terjadi pertengkaran dan

Page 104: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

87

perkelahian. Rasa percaya sangat penting, dan perlu terus dibina. Sebab segala

pertikaian muncul dari rasa curiga, iri hati dan tidak membuka diri untuk kehadiran

orang lain.

Fransiskus dari Asisi mempunyai cita-cita yang sangat mulia. Dia

menghendaki para pengikutnya hidup kompak, saling menghormati dan menghargai.

Hanya dengan saling menghargai, kita dapat menerima orang lain apa adanya.

Persaudaraan sungguh-sungguh berarti bila orang mampu hidup damai dan saling

menghargai. Fransiskus menasehati saudara-saudaranya agar menghidari

pertengkaran, apalagi perkelahian. Baik kiranya kalau kita belajar hal itu dari

Fransiskus supaya kita tahu, dan untuk menghidupkan semangat tersebut dibutuhkan

proses pembinaan yang terus-menerus. Dengan demikian kesaksian sungguh dapat

diwujudnyatakan pada setiap pribadi dalam hidup sehari-hari. Di mana zaman

sekarang kesaksiaan akan semangat persaudaraan sangat dibutuhkan secara khusus

dalam kongregasi SMFA oleh para Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius baik itu

dalam kongregasi, komunitas dan di masyarakat sebagai suster rakyat. Dan untuk

tetap menghidupi semangat persaudaraan itu perlu adanya suatu pembinaan lanjut

yang terus menerus di tingkatkan.

1. Latar Belakang Pembinaan Sebagai Penghayatan Persaudaraan

Munculnya masalah yang menghambat persaudaraan sejati dalam hidup

membiara kiranya menjadi latar belakang perlunya diadakan suatu pembinaan. Hal ini

diperlukan karena di dalam pembinaan orang dibantu untuk mengenal masalah, baik

yang ada di luar maupun di dalam situasi hidupnya. Singkat kata, maksud pembinaan

adalah untuk melihat sisi-sisi positif dan negatifnya serta menemukan penyelesaian

yang memungkinkan.

Page 105: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

88

Pembinaan dapat memunculkan dan menguatkan motivasi seseorang serta

mendorongnya untuk mengambil tindakan dan melaksanakannya. Di dalam

pembinaan orang dibantu untuk mendapatkan dan mengembangkan kecakapan yang

dibutuhkan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang mau dituju (Mangunhardjana,

1986: 14). Oleh karena itu, pembinaan merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan kualitas atau mutu hidup seseorang.

Maka diharapkan melalui pembinaan masalah yang muncul dan menghambat

persaudaraan, seperti: kurang keterbukaan, kurang semangat pengampunan dan

mengakui kesalahan, egoisme, fanatisme, prasangka dan curiga, yang terjadi di dalam

biara bisa diatasi. Begitu pula nilai-nilai yang mendukung persaudaraan, seperti: cinta

kasih, keadilan, solidaritas, toleransi dan perdamaian yang sudah dimiliki dalam

biara, dapat semakin dikembangkan. Dengan demikian relasi persaudaraan semakin

mendalam dan berakar pada nilai-nilai universal.

2. Tujuan Pembinaan

Pembinaan merupakan proses belajar untuk memberi, menerima dan

mengolah informasi yang diterima serta memperkembangkannya dalam hidup dan

karya (Mangunhardjana, 1986: 12). Pembinaan semangat persaudaraan dalam biara

perlu diarahkan kepada spiritualitas persaudaraan yang mendalam, yaitu spiritualitas

yang berakar pada kesatuan dengan yang ‘Transenden’, seperti yang dihidupi oleh

Fransiskus Asisi. Oleh karena itu tujuan dari pembinaan adalah:

a) Terbuka Terhadap Tuhan dan Sesama

Bersikap terbuka terhadap Tuhan dan sesama lebih dimaksudkan pada

keberanian untuk tampil atau hadir apa adanya dengan segala kerapuhannya,

sekaligus juga keberanian untuk mengoreksi, memperbaharui dan

Page 106: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

89

memperkembangkan hidupnya. Hal ini sangat diperlukan dalam membangun relasi

persaudaraan sejati. Keterbukaan membuat orang berani untuk selalu mengoreksi diri,

mengakui kesalahan dan dengan demikian orang semakin berani untuk tumbuh dan

berkembang dalam membina relasi persaudaraan dengan orang lain.

Adanya hambatan dalam mengembangkan persaudaraan di dalam biara,

kerapkali terjadi karena orang tidak berani bersikap terbuka. Orang menjadi picik dan

hanya berpusat pada dirinya sendiri, kelompok, suku atau golongannya. Kurangnya

keterbukaan membuat orang mengunakan topeng-topeng atau membangun segala

macam mekanisme pertahanan, guna menutupi kelemahan dan kekurangannya,

sekaligus ketakutannya untuk ditolak. Oleh karena itu relasi yang terjalin sering kali

bersifat dangkal, hanya sampai pada taraf permukaan saja. Tidaklah heran, ketika

terjadi konflik, atau salah paham, relasi menjadi retak, putus bahkan berganti menjadi

dendam dan permusuhan. Orang pun menjadi mudah diasut oleh pihak lain.

Menyikapi hal tersebut, maka pembinaan kiranya perlu diarahkan kepada

kesadaran akan pentingnya bersikap terbuka kepada Tuhan dan sesama, seperti yang

diteladankan oleh Fransiskus Asisi membangun sikap terbuka, lebih-lebih terbuka

pada Tuhan, akan membantu orang masuk ke dalam inti hidup religius. Di dalam

keterbukaan pada Tuhan, orang memberi dirinya untuk dipimpin, dituntun oleh

Tuhan, sehingga seluruh hidupnya bergantung pada Tuhan. Tuhan menjadi sumber

kehidupan dan kekuatannya. Dalam kesatuan dengan Tuhan, seluruh hidup, sikap,

kata, perbuatan dan tingkah lakunya diresapi oleh kehendak Allah. Maka dalam

menjalin relasi persaudaraan dengan orang lain, ia mampu melihat sesamanya,

sebagai gambaran Allah, citra Allah. Pembinaan persaudaraan di dalam biara kiranya

perlu menghantar para suster SMFA sampai pada tujuan tersebut.

Page 107: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

90

b) Memandang Perbedaan Sebagai Anugerah

Manusia tidak dapat hidup sendirian. Manusia selalu membutuhkan kehadiran

orang lain. Kehadirian orang lain sangat penting dalam rangka mengembangkan

pribadi yang dewasa. Persaudaraan akan sungguh berarti jika seseorang mampu

menerima kehadiran orang lain apa adanya. Artinya, kekurangan yang dimiliki tidak

menjadi halangan untuk bersaudara. Perbedaan justru sebagai suatu sumbangan yang

sangat berharga bagi kelompok. Fransiskus dari Asisi menjadi teladan: ia memandang

orang sama derajat, tidak membeda-bedakan, (SEKAFI, Feb 1998). Alasan perbedaan

atau keanekaragaman suku, budaya, merupakan anugerah tersendiri yang patut untuk

disyukuri. Perbedaan atau keanekaragaman tersebut potensi yang bernilai positif

untuk mengembangkan diri, peluang untuk saling melengkapi dan mempersatukan.

Akan tetapi, kalau itu tidak diterima dan disadari, perbedaan bisa juga menjadi

ancaman yang dapat memecah belah persatuan dan menonjolkan orang lain.

Salah satu penyebab munculnya hambatan dalam mengembangkan

persaudaraan di dalam biara adalah karena ketidakmampuan ini bisa memunculkan

terbentuknya kubu-kubu di dalam biara, akibatnya biara jatuh dalam perpecahan. Hal

tersebut kiranya menjadi potensi besar dalam memicu terjadinya konflik dan

permusuhan.

Oleh karena itu pembinaan semangat persaudaraan dalam biara perlu

diarahkan kepada kesadaran akan pentingnya menerima dan menghargai perbedaan

sebagai anugerah. Melalui pembinaan, mereka diantar kepada kesadaran bahwa di

dalam perbedaan orang bisa hidup dan berkembang menjadi dirinya sendiri. Tanpa

orang lain yang berbeda dengan dirinya, orang tidak bisa menjadi dirinya sendiri yang

unik dengan identitasnya unik pula. Adanya perbedaan membuat orang bisa saling

Page 108: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

91

melengkapi dan memperkaya, apa yang ada pada orang lain, dan tak ada pada diri kita

masing-masing dapat melengkapi dan memperkaya diri kita. Dengan ini semua, orang

belajar untuk saling berbagi.

Menyadari perbedaan sebagai anugerah akan menumbuhkan dalam diri orang

sikap menghargai kehidupan. Dan itu secara jelas terumus dalam sikap menghargai

hak asasi orang lain. Menerima dan menghargai perbedaan membantu biara mencari

cara dalam menyelesaikan berbagai macam ketegangan yang muncul karena dengan

bijaksana dan menyelesaikannya secara damai. Menghargai dan menerima perbedaan

memampukan mereka untuk memandang keberadaan sesamanya sebagai saudara

yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Dengan demikian, terjadinya konflik yang

mengarahkan kepada perpecahan dalam biara dapat dihindarkan.

E. Nilai-Nilai yang Mendukung Persaudaraan

Keberadaan persaudaraan dalam biara sampai saat ini bisa tetap eksis, tak lain

dan tak bukan karena adanya nilai-nilai yang mendukung persaudaraan di dalamnya.

Nilai-nilai tersebut membantu para anggota mengatasi segala hambatan yang

mengoyak persaudaraan diantara mereka. Nilai-nilai tersebut adalah:

1. Cinta Kasih

Cinta kasih merupakan dasar untuk mewujudkan persaudaraan sejati. Tanpa

cinta kasih persaudaraan sejati tidak akan pernah terjalin, karena hakekat dari cinta

kasih adalah Allah. Cinta kasih mendorong orang untuk saling mendahului dalam

memberi hormat, melakukan apa yang baik bagi semua orang, dan hidup berdamai

dengan semua orang (Rom 12: 9, 17, 21). Didalam cinta kasih segala perbedaan

menjadi anugerah, maka sekalipun para anggota berasal dari suku, bahasa, budaya,

Page 109: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

92

latar belakang yang berbeda, mereka tetap merasa satu dan bersaudara. Segala

persoalan yang muncul akibat dari perbedaan bisa diatasi dengan baik dan damai,

karena cinta kasih menjadi dasarnya (Masiya, 2003: 47-51).

Semangat cinta kasih yang dimiliki oleh biara memampukan mereka untuk

saling menerima, juga menerima orang lain apa adanya, sesuai dengan identitasnya

yang berbeda. Dan memang benar cinta kasih menemukan bentuknya yang paling

dalam, ketika kita mengasihi orang lain bukan pertama-tama karena dia sama dengan

kita (dalam hal agama, suku, golongan, budaya, dan seterusnya) melainkan karena ia

saudara kita, yang berasal dari satu Allah Bapa dan menerima panggilan yang sama.

2. Keadilan

Persaudaraan mendorong orang untuk bersikap adil terhadap sesamanya,

karena persaudaraan menjadikan individu lain, bagian dari hidupnya yakni sebagai

saudara. Adil berarti hormat terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban asasi

manusia. Adil berarti juga tidak membeda-bedakan atau tanpa diskriminasi. Dengan

kata lain, adil menempatkan orang pada tempat yang semestinya, dengan tidak

melihat latar belakang, suku, budaya, dan stasus sosialnya. Di sini relasi dibangun

dengan menempatkan masing-masing dalam tataran subjek dengan subjek, bukan

dalam tataran dominasi – subordinasi (menjadi bawahan) yang bisa mengakibatkan

terjadinya penindasan terhadap satu dengan yang lainnya.

Nilai keadilan yang ada di dalam biara membantu para anggotanya untuk

memperlakukan anggota lainnya, sama dan setara dengan dirinya, tidak ada yang

lebih tinggi atau lebih rendah. Di sini, tidak ada pula yang lebih berkuasa atau yang

dikuasai, semua sama pentingnya dan mempunyai fungsi dan peranannya sendiri-

Page 110: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

93

sendiri. Hal inilah yang membuat masing-masing anggota merasa memiliki dan

mencintai biara, karena mereka merasa dihargai dan dibutuhkan oleh biara.

3. Solidaritas

Solidaritas berasal dari kata ‘solider’ yang berarti mempunyai atau

memperlihatkan perasaan bersatu, senasib, sehina, semalu, atau rasa setia kawan (Tim

Penyusun Kamus, 1990: 853). Solidaritas sangat dibutuhkan untuk mempererat relasi

persaudaraan sejati. Dengan solidaritas, masing-masing orang bisa memahami dan

mengerti akan perasaan dan keadaan orang lain, dengan demikian orang bisa sehati

dan seperasaan terhadap orang lain, tidak mudah menghakimi dan memandang

negatif terhadap orang lain.

Sikap solidaritas yang ada dalam biara membantu memperkokoh pertalian

persaudaraan antar mereka, karena solidaritas mencakup keprihatinan bersama

terhadap sesama anggota yang kurang beruntung. Solidaritas menjadikan

kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan dari para anggota biara menjadi

kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan bersama.

4. Toleransi

Toleransi berasal dari bahasa latin ‘tolerare’ yang berarti menanggung beban,

memegang rasa. Toleransi merupakan tuntutan dalam kehidupan karena hakekat

kehidupan adalah bersifat jamak, floral. Harus disadari bahwa di dalam kehidupan

ada begitu banyak perbedaan dan keanekaragaman perbedaan: jenis kelamin, fisik,

sifat, kepribadian, ras, warna kulit, agama dan sebagainya. Maka toleransi adalah

hukum alam, karena tidak ada kehidupan yang tunggal, homogen, seragam, dan sama

(Masiya, 2003: 41).

Page 111: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

94

Toleransi bisa dipahami semata-mata sebagai sikap orang yang mengalah,

membiarkan, memperbolehkan, atau sabar menahan diri, lapang dada terhadap

keyakinan, pandangan, kebiasaan, kelakuan orang lain yang berbeda bahkan

bertentangan dengan dirinya sendiri. Tentu itu tidak cukup, harus sampai pada

toleransi sejati. Toleransi sejati adalah sikap mau menghargai dan menghormati

adanya kesetaraan martabat dan hak-hak asasi setiap manusia, mengakui dan

menerima kebebasan dan hati nurani orang lain untuk berpandangan dan hidup

berbeda.

Nilai toleransi yang dihayati oleh biara, menjadi salah satu pilar yang

menopang kelangsungan hidup persaudaraan mereka. Sikap toleransi membantu para

anggota untuk menyadari dan menerima bahwa setiap orang diciptakan sebagai

pribadi, diberi akal budi, kebebasan dan hati nurani serta dituntut untuk bertanggung

jawab atas perbuatannya sendiri. Setiap orang bebas menurut hati nuraninya, untuk

menganut agama atau kepercayaan serta melakukan ibadah menurut imannya itu.

Sikap toleransi menjadikan perbedaan dan kemajemukan yang ada dalam

biara, tidak menjadi ancaman atau sumber konflik, melainkan sebagai suatu anugerah

yang menyempurnakan kekurangan masing-masing. Toleransi menjadikan

keanekaragaman menjadi menarik karena di dalam perbedaan, manusia bisa hidup

dan berkembang menjadi dirinya sendiri. Keberadaan orang lain bisa menjadi sasaran

objektivitas (sikap jujur) serta tolok ukur perbandingan dalam menjadikan dirinya

sendiri. Juga di dalam keanekaragaman orang tidak akan kehilangan iman dan

penghayatan iman, karena keberadaan orang lain dengan segala perbedaannya, juga

agamanya yang berbeda, menjadi sebuah tantangan iman menuju kedewasaan (Keraf,

2003: 57).

Page 112: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

95

5. Perdamaian

Seluruh umat manusia merindukan damai. Damai tidak berarti tidak adanya

perang, tetapi damai lebih mendalam dan luas adalah ‘damai sejahtera’. Damai berarti

mengharapkan kebahagiaan yang utuh, sempurna, yang mencakup semua aspek hidup

manusia, mulai dari kebutuhan jasmani dan jaminan hidup, sampai keaspek-aspek

kerohanian yang paling mendalam. Dengan kata lain damai mencakup kesehatan

jasmani-rohani dan kemerdekaan dalam mengembangkan diri menjadi manusia yang

utuh dan sempurna.

Damai dapat dibangun dengan memajukan berbagai aspek hidup manusia dan

masyarakat, hidup berdamai dengan semua orang tanpa melihat ‘status’ hidupnya.

Dalam kelompok antar umat beriman, nilai perdamaian yang dimiliki biara,

mendorong para anggota untuk menciptakan suasana damai di dalam kebersamaan

dengan saling tegur sapa, menghindari persaingan dan perselisihan, serta saling

mengampuni dan memberi ampun.

F. Hal-Hal yang Menghambat Persaudaraan

Di samping nilai-nilai yang mengembangkan persaudaraan yang ada di dalam

biara, ada juga nilai-nilai yang menghambat persaudaraan. Nilai-nilai ini menjadikan

putusnya sebuah relasi, terkoyaknya sebuah persaudaraan, bahkan bisa menimbulkan

dendam yang melahirkan kesengsaraan. Kelompok-kelompok, paguyuban-paguyuban

baik yang terbentuk karena kesamaan (suku, agama, budaya, profesi, status sosial,

dan seterusnya) maupun yang bersifat universal (lintas agama, suku, budaya, latar

belakang, status sosial, dan lain-lain) bisa terpecah, mati, vacum dan ditunggangi oleh

kepentingan-kepentingan lain, bila nilai-nilai yang menghambat persaudaraan masih

Page 113: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

96

terus bercokol di dalam biara. Nilai-nilai yang menghambat persaudaraan tersebut

adalah:

1. Kurang Mengampuni

Kehidupan bersama baik di dalam komunitas, kelompok, paguyuban ataupun

dalam masyarakat sering menjadi kurang harmonis, karena semangat persaudaraan

sejati yang menjadi dasar dalam hidup bersama sering dicemari oleh kelemahan dan

kesalahan pribadi. Kelemahan atau kesalahan tersebut sering menjadikan

persaudaraan menjadi renggang. Maka untuk mengembalikan relasi keadaan semula

mutlak diperlukan sikap saling mengampuni dalam kehidupan sehari-hari menjadi

syarat utama dalam membangun hidup berkomunitas, karena tidak mungkin ada cinta

kasih yang tulus dalam komunitas, paguyuban, kelompok, bila salah satu anggota ada

yang memendam marah dalam dirinya.

Dalam realita kehidupan, sikap saling mengampuni, meminta maaf ataupun

memberi maaf terasa sangat sulit, dan hal ini juga terjadi dalam biara. Kecendrungan

yang terjadi, orang mudah mendendam dan balas dendam. Ketidakmampun dalam

memberi maaf atau meminta maaf menjadikan orang sakit hati dan tersinggung. Hal

ini bisa berdampak negatif. Dalam biara yang terjadi adalah biasanya anggota yang

sakit hati tidak aktif lagi di berbagai kegiatan kelompok dan ada kemungkinan untuk

menjauhkan diri dari kelompok atau keluar dari keanggotaan kelompok.

Begitu pula, bisa terjadi orang yang sakit hati menghasut pihak lain dengan

membicarakan atau menyebarluaskan kelemahan dan kesalahan orang lain, demi

mencari pembenaran atau pengakuan diri. Maka sering terjadi pengelompokan atau

‘kubu-kubu’ yang membawa kearah perpecahan, dan hal ini tentu menjadi

penghambat terjadinya persaudaraan sejati di dalam biara maupun dalam masyarakat.

Page 114: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

97

2. Kurang Keterbukaan

Kecenderungan manusia adalah takut untuk bersikap terbuka. Keterbukaan

terkadang beresiko dijauhi atau dibenci orang lain. Dalam hidup bersama,

keterbukaan menjadi salah satu nilai yang sangat diperlukan untuk menghidari

prasangka atau curiga yang tidak beralasan. Sikap kurang terbuka menjadi

penghalang dalam hidup bersama karena orang sering mendendam apa yang menjadi

permasalahan dan akhirnya menggerutu di belakang, membicarakan kejelekan orang

lain.

Dengan demikian jelas, bukan penyelesaian yang didapat tetapi keretakan atau

putusnya persaudaraan. keterbukaan menuntut kejujuran, sikap saling menghargai dan

saling mempercayai. Tidak adanya keterbukaan dalam biara dapat menimbulkan salah

paham dan prasangka negatif terhadap satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa terjadi

mengingat para anggota berasal dari suku, budaya, bahasa, latar belakang sosial yang

berbeda. Misalnya menghargai pendapat orang lain. Ini suatu pekerjaan yang tidak

mudah. Kadang-kadang karena merasa lebih pandai, orang mengabaikan pendapat

teman lain. Dia cenderung memaksakan pendapatnya agar diterima oleh semua orang.

Supaya bisa menghargai pendapat orang lain, perlu berlatih terus-menerus;

mendengarkan, mengalahkan keinginan sendiri dan lain sebagainya. Jika ini bisa

diatasi, maka sikap menghargai pendapat orang lain akan muncul dengan sendirinya.

Perbedaan pendapat dalam kelompok dilihat sebagai hal yang wajar untuk

mendapatkan kata mufakat. Dengan demikian keputusan yang diambil bukanlah

pendapat satu orang, melainkan keputusan bersama atau keputusan kelompok.

(SEKAFI, 1998 hal.26)

Page 115: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

98

3. Egoisme

Hambatan dari persaudaraan adalah egoisme yang tampil dalam mengambil

sosok nafsu mencari keuntungan dan kekuasaan sendiri dan kelompoknya. Egoisme

merupakan sikap mementingkan diri sendiri. Di sini, segala sesuatu dipusatkan pada

dirinya sendiri, asyik dengan dirinya sendiri.

Egoisme menyebabkan kesengsaraan hati nurani, dan juga menyebabkan

orang tidak lagi mempunyai kepekaan terhadap orang lain, tidak bisa merasakan apa

yang dirasakan orang lain, sulit untuk sehati – seperasaan dan solider dengan orang

lain.

Dalam hidup bersama, dalam biara, sikap egoisme menjadi penghabat dalam

mewujudkan persaudaraan karena pribadi tersebut, hanya akan mau berelasi dengan

orang lain sejauh itu menguntungkannya. Relasi persaudaraan diukur dengan kaca

mata ekonomi, untung – rugi, senang-tidak senang. Hal ini menjadikan persaudaraan

di dalam biara menjadi semu, dan anggota yang dianggap ‘tidak menguntungkan’

akan tersingkir dan terpojokkan. Oleh karena itu sikap egoisme perlu diatasi dengan

berani keluar dari diri sendiri dan terbuka dengan orang lain.

4. Fanatisme

Berbagai kasus kemuatan SARA, yang belakangan ini marak di Indonesia

salah satu penyebabnya adalah karena masing-masing pihak, umat beragama atau

kepercayaan yang dianutnya. Orang hanya sampai pada tahap simbolis atau

permukaan, dan terjebak dalam sikap fanatisme. Masing-masing pribadi hanya

menonjolkan bahwa agamanya sendirilah yang paling benar dan paling baik, serta

paling sempurna. Dalam hal ini, orang kurang mendalami ajaran agamanya, hanya

mengedepankan masalah-masalah ritual atau upacara dan hanya mengejar sebanyak

Page 116: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

99

mungkin jemaat, tetapi jauh dari hakekat ke-Tuhan-an itu sendiri. Dengan kata lain,

sisi kehidupan religius diabaikan (Setiawan, 2002: 63-65).

Fanatisme menjadikan orang tidak mau menerima pihak yang berbeda

dengannya dan curiga terhadap pihak lain. Fanatisme melahirkan sikap-sikap ekstrem

irrasional yang mau melakukan apa saja demi membela keyakinannya atau

agamanya. Sikap fanatisme yang ada dalam kelompok antar umat beriman bisa

mengakibatkan para anggota kelompok terpecah-pecah, karena mereka akan

bersahabat hanya dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan

entah dalam hal suku, agama, status sosial, hobby, kemampuan dan sebagainya.

Sikap fanatisme bisa diatasi dengan mengembangkan sikap berani keluar dari

diri sendiri dan kelompok sempit. Sikap fanatisme bisa juga diatasi dengan

menumbuhkan semangat berani menerima dan menghormati perbedaan-perbedaan

yang ada, mengakui bahwa di luar dirinya, termasuk agamanya juga ada kebenaran.

5. Prasangka dan Curiga

Manusia dilahirkan sama, tetapi hidup dan gambaran manusia di mata

sesamanya tidak sama. Bisa jadi muncul suatu sikap yang tidak disadari yakni

prasangka dan curiga. Memang tidak bisa dihindari bahwa manusia terikat pada

sejumlah gagasan, gambaran yang sudah mereka warisi dari pendahulu mereka,

keluarga, lingkungan dan kelumpok mereka. Gagasan dan gambaran ini tentu saja

juga meliputi berbagai pemikiran negatif atau prasangka.

Prasangka merupakan suatu corak pemikiran yang stereotip yang

mempengaruhi seseorang dalam memandang sesuatu. Prasangka biasanya bersumber

dari adanya perbedaan-perbedaan, baik itu di dalam biara, etnis, agama, status sosial,

kejadian sejarah dan sebagainya.

Page 117: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

100

Prasangka atau curiga membuat seseorang mengingkari kesamaan dan

persamaan, bahkan hak-hak dan kebaikan-kebaikan yang mendasar yang terdapat

dalam diri orang lain, kelompok lain serta memberinya perlakuan-perlakuan negatif.

Relasi yang baik dan penuh persaudaraan tidak akan pernah terjalin bila masing-

masing pihak memiliki prasangka terhadap pihak lain. Begitu pula bila di dalam

biara, tidak akan pernah bertahan dan berkembang bila masing-masing anggota saling

berprasangka terhadap satu dengan yang lainnya. Untuk itu sikap prasangka perlu

diatasi dengan keterbukaan dan dialog.

G. Kebutuhan untuk Membangun Persaudaraan yang Universal

Situasi bangsa Indonesia yang terpuruk dan maraknya konflik-konflik social

yang berbau SARA yang mengarah kepada disintegrasi, menjadi suatu fenomena

yang menunjukkan ketidakmampuan masyarakat dalam menghargai perbedaan yang

ada di dalam masyarakat kita yang pluralis ini. Oleh karena itu membangun

persaudaraan yang universal kiranya menjadi suatu kebutuhan di dalam masyarakat

kita dewasa ini. Persaudaraan sejati merupakan suatu kebutuhan pokok dalam

membangun hidup bersama. Tanpa persaudaraan sejati, hidup bersama akan terasa

sulit dan sukar, karena persaudaraan sejati merupakan lem perekat yang menyatukan

Demikian pula adanya hambatan-hambatan yang muncul dalam mewujudkan

persaudaraan sejati di dalam biara, menunjukkan adanya kebutuhan untuk

membangun yang universal. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diusahakan dalam

pembinaan

Page 118: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

101

1. Memupuk hidup rohani

Kunci untuk mewujudkan persaudaraan sejati adalah kematangan hidup

rohani dan kedewasaan iman. Untuk sampai pada tahap kematangan dan kedewasaan

orang perlu terus menerus memupuk hidup rohaninya. Seperti yang diungkapkan oleh

Fowler bahwa hidup rohani berkembang dari tahap ke tahap, maka perlu usaha terus

menerus untuk memupuk hidup rohani agar sampai pada tahap kematangan dan

kedewasaan iman. Semakin dalam hidup rohani seseorang, semakin ia sehati,

seperasaan dan sepikiran dengan Allah. Dengan demikian besar pula keterlibatannya

dalam mewujudkan ‘nilai-nilai’, membela kebenaran, menentang ketidakadilaan dan

menelanjangi dosa dari struktur yang ada.

Dengan memupuk hidup rohani orang semakin mengalami Allah secara

pribadi dan seluruh corak hidupnya dimotivasi oleh cinta kasih Allah. Hal ini

mendorongnya untuk melakukan segala suatu dalam dimensi Ilahi, lepas dari segala

sekat-sekat yang mengikat, entah itu agama, suku, status sosial, latar belakang dsb.

Memupuk hidup rohani menjadikan mutu hidup seseorang semakin berkembang dan

mengarahkannya kepada universalitas.

2. Membangun persaudaraan

Persaudaraan adalah kata yang sering diucapkan orang, meskipun tidak jelas

arti dan makna. Kata yang mudah diucapkan dan terdengar begitu bagus itu, ternyata

sangat sulit diamalkan dalam hidup setiap hari. Arti dan makna persaudaraan yang

sesungguhnya dapat kita lihat dalam penghayatan Santo Fransiskus dari Asisi.

Fransiskus memandang semua makhluk ciptaan Tuhan sebagai saudara. Pemahaman

yang paling mendasar ialah bahwa semua makhluk bergantung pada Tuhan.

Fransiskus menghormati semua makhluk itu sebagai cipataan Allah yang luhur.

Page 119: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

102

Perlakuan hormat Fransiskus terhadap setiap makhluk ciptaan mewujudkan sikap

bersahabat. Bagi Fransiskus, makhluk-makhluk itu tidak hanya manusia, tetapi juga

ciptaan Allah lainnya perlu diberi kesempatan untuk hidup. Itu berarti bahwa tidak

seorang pun boleh merampas hak hidup orang atau makhluk lain karena yang

berkuasa atas hidup adalah Allah.

Persaudaraan sejati selalu memelihara hubungan antar pribadi yang sejajar.

Orang menerima kehadiran sesamanya sebagai bagian dari dirinya. Hubungan itu

tidak tertuju demi suatu kepentingan tertentu, tetapi berdasarkan sikap menghargai

orang lain menuju kedewasaan pribadi. Dalam hubungan itu seseorang akan

mengakui kekurangannya dan menerima orang lain apa adanya. Dalam hubungan

yang sejajar ini akan terjadi:

a. Saling membantu dalam kesulitan dan saling mendukung dalam mengejar

cita-cita.

b. Dapat saling belajar dan menghormati perbedaan yang dimiliki setiap orang

c. Dapat memahami watak orang lain

d. Pergaulan semakin luas sekaligus menambah wawasan dan semakin dewasa

Fransiskus mengajak orang bersahabat dan tidak menfitnah orang lain.

Pembinaan dalam kongregasi diarahkan kepada penghayatan spiritualitas

persaudaraan yang universal, yaitu spiritualitas persaudaraan yang keluar dari

pengalaman iman akan Allah , Bapa semua orang. Hal ini penting mengingat anggota

berasal dari berbagai suku, bahasa, budaya, latar belakang yang berbeda. (SEKAFI,

1998 hal.49

Page 120: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

103

H. Rangkuman

Penulis mengatakan bahwa, pribadi yang beriman akan mampu mewujudkan

persaudaraan sejati dan mampu mengembangkan nilai-nilai yang mendukung

persaudaraan sejati kalau itu dibangun dengan berlandaskan pada penghayatan moral

dan iman yang dewasa akan menumbuhkan cinta kasih, keadilan, toleransi dan

perdamaian. Sebaliknya, ketika pribadi tidak memiliki dasar yang kuat dalam hal

moral dan iman, maka dengan sendirinya upaya untuk mengembangkan persaudaraan

sejati seperti akan terlambat. Akibatnya, munculah sikap kurang mengampuni, kurang

terbuka, egoisme, fanateisme, prasangka dan curiga.

Hubungan dengan Allah harus tetap merupakan pusat satu persaudaraan

religius. Kalau komunitas itu hanya satu “tim kerja” yang tidak mau kehilangan

waktu untuk kebaktian cuma-cuma bagi Allah, ini pertanda bahwa para anggota tidak

memahami lagi dasar adanya persekutuan mereka. Dari segi yang paling dalam inilah

komunitas religius merupakan tanda bagi Gereja, yang adalah persekutuan orang-

orang beriman yang dihimpun oleh Kristus, persekutuan ini merupakan “sakramen”

Kerajaan, meskipun masih dalam bentuk yang kabur dan terbatas. Persekutuan

religius itu, yang pola hidupnya mengikuti pola hidup Yesus Kristus, menjadi tanda

dan perwartaan kedaulatan Allah (Ladjar OFM, hlm 21-22).

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa persaudaraan sejati akan terwujud

sepenuhnya kalau setiap pribadi di dasari pada penghayatan moral dan memiliki iman

yang matang serta dewasa. Di sini orang akan mampu membangun dan

mengembangkan persaudaraan sejati bila terus menerus di bina dan mau menghayati

dan mendalami hidup religiusnya, sehingga sanggup menghargai setiap pribadi

manusia yang ada dalam hidupnya.

Page 121: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

BAB VI

MENINGKATKAN PERSAUDARAAN SEJATI

MELALUI PROGRAM REKOLEKSI

Pembentukan diri para suster SMFA tidak pernah selesai, melainkan dalam

proses yang sedang berlangsung dan akan terus dijalankan. SMFA sedang berziarah

dan bersama-sama menuju pertobatan sejati, di mana semangat SMFA selalu

diperbaharui menuju kepenuhan dalam Kristus. Dalam perjalanan panggilan

hendaknya para suster SMFA secara bijak dan kritis menanggapi tuntutan zaman

yang sedang berkembang.

Maka dari itu untuk menyikapi semuanya itu perlu suatu tindakan yang nyata

antara lain mengadakan rekoleksi bersama, menggunakan metode katekese dengan

tema umumnya adalah : “Persaudaraan Sejati”, karena setiap suster hendaknya

berusaha memupuk kualitas kepribadian dan hidup rohani yang mendalam, agar

persaudaraan sejati dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

A. Rekoleksi

1 Pengertian Rekoleksi

Rekoleksi, recollectio, sebagai usaha untuk mengumpulkan kembali

pengalaman hidup yang telah dijalani sebagai usaha untuk memperkembangkan

kehidupan iman atau rohani berhubungan dengan peristiwa tertentu. Dalam rekoleksi

itu kita meninjau salah satu unsur atau segi karya Allah, cara kerja serta bimbingan-

Nya dan tanggapan kita atas karya Allah itu. Dengan demikian , dapat merupakan

104

Page 122: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

105

saat-saat penyegaran rohani yang memperkaya hidup dan menggairahkan pengabdian

dalam hidup kita (Mangunhardjana, SJ, hlm; 7-18).

2 Tujuan Kegiatan Rekoleksi

Rekoleksi ini diadakan, pertama untuk menyampaikan inspirasi iman tentang

pengembangan bakat-bakat dan memberi dorongan serta informasi tentang cara

pengembangan bakat-bakat, sebagai salah satu segi penting dalam pengembangan

diri. Agar para peserta dapat mengenal diri dan membentuk gambaran diri yang

seimbang. Kedua untuk menanamkan sikap yang benar terhadap masa depan, sebagai

landasan untuk bersikap dan mengambil langkah untuk mengembangkan sikap-sikap

positif, yang merupakan salah satu segi pengembangan diri yang pokok. Agar peserta

mempunyai pengertian yang benar tentang pengembangan diri dan arahnya dan

berani mengambil sikap dan langkah yang sesuai (Mangunhardjana, SJ, hlm; 30-31).

3 Relevansi Rekoleksi dalam Upaya Mengembangkan Semangat

Persaudaraaan Sejati melalui Katekese

Dalam upaya mengembangkan semangat persaudaraan sejati dalam

kongregasi SMFA, kiranya metode rekoleksi sangat relevan untuk digunakan dalam

pembinaan. Dikatakan relevan karena metode rekoleksi sudah dikenal oleh para

suster, tidak merupakan hal yang baru sehingga memungkinkan perserta bisa ikut

terlibat secara aktif. Rekoleksi para Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius ini

adalah sebagai langkah awal untuk penyelenggaraan katekese sebagai upaya

meningkatkan kualitas pembinaan hidup dalam penghayatan persaudaraan sejati dan

menumbuhkembangkan imannya dan dapat mengaktualisasikannya dalam hidup

sehari-hari.

Page 123: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

106

Bentuk kegiatan yang penulis tawarkan di sini adalah rekoleksi bagi para

Suster SMFA. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan rekoleksi para suster

SMFA ini dengan menggunakan katekese model Shared Christian Praxis. Di bawah

ini akan disajikan suatu usulan program rekoleksi bagi pembinaan para suster SMFA

dalam rangka meningkatkan semangat persaudaraan sejati (pada hlm; 126)

B. Katekese Pada Umumnya

Katekese terus mengalami perkembangan sesuai dengan keadaan hidup umat

yang dihadapi. Hal itu dikarenakan umat kristiani sebagai subyek katekese tidak

dapat dipisahkan dari lingkungan tempat mereka tinggal, yang terus mengalami

perubahan.

1. Pengertian Katekese

Istilah katekese berasal dari kata Yunani “katechein”, bentuk dari akar kata

“kat” yang berarti pergi atau meluas, dan “echo” yang artinya menggemakan atau

menyuarakan ke luar. Berdasarkan bentuk kata tersebut kata “katechein” berarti

menggemakan atau menyuarakan keluar. Kata “katechein” digunakan oleh orang

kristen untuk menyampaikan pelbagai harta kekayaan iman Gereja seperti ajaran

Tuhan dan Gereja, serta keadaan manusia dalam hidup konkret. Segala macam usaha

penyampaian ajaran, pendidikan oleh Gereja disebut katekese (Papo, 1988: 11).

Anjuran Aspotolik, Paus Yohanes Paulus II dalam dokumenn Catechesi

Tradendae, memberikan pengertian katekese sebagai :

Pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup kristen (CT, art. 18).

Page 124: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

107

Rumusan diatas memandang katekese sebagai pembinaan iman bagi semua

orang beriman. Pembinaan iman di atas ditujukan bagi siapa saja tanpa ada

diskriminasi warna kulit, budaya, kaya atau miskin, dan yang lainnya. Hal yang

utama dalam kegiatan katekese adalah menyampaikan ajaran kristen secara terus

menerus dan teratur kepada anak-anak, kaum muda dan orang dewasa agar mereka

semua menuju pada kedewasaan iman.

Katekese merupakan usaha dari Gereja untuk menolong umat, agar semakin

memahami, menghayati dan mengembangkan imannya serta mewujudnyatakannya

dalam tindakan konkret sehari-hari. Usaha gereja dalam karya katekese tersebut

diharapkan dapat membantu umat membangun diri sendiri menuju kematangan hidup

beriman.

2. Tujuan Katekese

Ajuran Apostolik Catechesi Tradendae, Paus Yohanes II menjelaskan tujuan

khas katekese yaitu : “mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari-

hari kehari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan prihidup

kristen umat beriman, mudah maupun tua”(CT,art:20). Penjelasan ini memandang

katekese pertama-tama ditujukan pada mereka imannya yang baru tumbuh. Dari situ

katekese membantu umat untuk mengembangkan imannya menuju pada kepenuhan

hidup Kristen.

Dalam rangka mengembangkan imannya katekese membantu jemaat kristiani

memperoleh pengetahuan yang lebih hidup dan mendalam tentang Allah dan karya

penyelamatannya. Katekese juga bertujuan mendampingi umat untuk makin

memperdalam imannya, dan mampu memberi kesaksian imannya itu bagi semua

orang dalam hidup sehari-hari.

Page 125: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

108

Tujuan katekese di atas telah dirumuskan dalam sinode Para Uskup di Roma

tahun 1977 yaitu membawa jemaat mampu maupun anggotanya perorangan kepada

kematangan iman, memupuk pengertian lebih hidup mendalam tentang Allah dan

rencana keselamatanya, dan membantu orang memahami rencana Allah dalam

hidupnya. (Bapa-Bapa Uskup, 1978;14)

3. Ciri-Ciri Katekese

Katekese merupakan salah satu bentuk pelayanan sabda. Sebagai salah satu

pelayanan sabda katekese mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan

pelayanan sabda yang lain. Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae menguraikan

bahwa :

• Katekese harus bersifat sistematis, bukan hasil improvisasi, melainkan

sungguh berencana untuk mencapai tujuan tertentu.

• Katekese harus mengkaji hal-hal yang pokok, tanpa berpretensi mau

menangani segala soal yang diperdebatkan atau mau berubah menjadi teologi

atau eksegese ilmiah .

• Tetapi katekese harus cukup lengkap juga, tidak membatasi diri pada

perwartaan awal misteri Kristen seperti dalam kerygma.

• Katekese harus merupakan inisiasi Kristen intergeral terbuka bagi semua

faktor hidup Kristen lainnya (CT,art.21).

Di sini menjadi jelas bahwa katekese merupakan suatu kegiatan/proses yang

menuntut suatu persiapan yang sungguh-sungguh. Katekese itu sendiri mempunyai

tujuan yang jelas dan untuk itu harus punya langkah-langkah yang jelas untuk

mencapai tujuan. Adanya tujuan yang jelas maka arah katekesepun harus jelas pula.

Proses katekese dibatasi dengan persoalan-persoalan pokok sehubungan dengan isi

Page 126: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

109

dan tujuan katekese tersebut. Dengan berbicara hal-hal yang pokok, maka dengan

sendirinya katekese tidak mengarah pada persoalan teologis yang diperdebatkan.

Katekese di sini lebih mengarah pada penghayatan iman umat bukannya penafsiran

Kitab Suci yang harus ilmiah. Di sisi lain, katekese tidak sebatas pada perwartaan

akan kebangkitan Kristus. Lebih dari itu katekese juga terbuka pada persoalan-

persoalan yang terjadi disekitar umat. Persoalan yang terjadi di sekitar hidup umat

perlu ditanggapi agar perwujudan iman umat semakin nampak dalam hidup sehari-

hari.

Buku dengan judul arah katekese di Indonesia (Afra Siauwarjaya, 1987:109)

merumuskan fungsi katekese yaitu bahwa katekese tidak pertama-tama menyuguhkan

sederetan pengajaran, melainkan menolong perserta untuk meneguhkan dan

menghayati iman, mengembangkan dan menghayati nilai-nilai hidup, serta

mendorong peserta agar membaharui diri serta seluruh jemaat beriman. Ciri terebut

menegaskan bahwa katekese bukan merupakan penyajian pengajaran, melainkan

suatu bentuk kegiatan yang memungkinkan perserta untuk saling berkomunikasi,

saling meneguhkan iman, memperkaya iman dan memperbaharui diri.

4. Isi Katekese

Katekese merupakan suatu momen atau aspek dalam perwataan Injil, isinya

juga tidak dapat lain kecuali perwartaan Injil secara menyeluruh (CT,art.26). isi

katekese yang menjadi inti dari perwartaan Injil adalah Allah dan seluruh misteri

keselamatan dan pribadi-Nya. Allah yang penuh misteri itu tidak dapat langsung

dikenal manusia tetapi perlu dipahami dan perlu didalami lebih lanjut melalui proses

yang terus menerus.

Page 127: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

110

Paus Yohanes Paulus II menekankan juga inti katekese yaitu Yesus Kristus

yang menjadi Kabar Gembira penyelamat manusia (CT, art. 6). Yesus Kristus yang

menjadi inti katekese disebabkan karena dialah Allah yang melaksanakan karya-Nya

ditengah-tengah hidup manusia. Kehadiran Yesus Kristus di tengah-tengah manusia

adalah sebagai bukti bahwa Allah sungguh-sungguh mencintai manusia dan secara

langsung melaksanakan karya keselamatan-Nya. Maka karya keselamatan perlu

ditanggapi dengan keterbukaan iman melalui proses yang terus menerus.

Katekese mau menunjukkan karya keselamatan telah, sedang dan akan

terlaksana. Karya keselamatan Allah tersebut ditujukan untuk semua orang dengan

segala situasi dan sampai sekarang pun Allah tetap dekat dengan manusia. Katekese

mengusahakan agar karya keselamatan itu didalami oleh umat sekarang ini dengan

menyelami misteri Kristus. Agar karya keselamatan Allah dapat dipahami oleh umat

sekarang, isi katekese Harus disampaikan berdasarkan keadaan konkrit umat.

Pengalaman umat dalam hidup nyata merupakan karya penyelamatan Allah.

Setiap orang dalam pengalaman hidup sehari-hari dipanggil untuk menanggapi

panggilan Allah. Allah sendiri menwahyukan dirinya melalui pengalaman hidup

manusia. Pengalaman hidup manusia seutuhnya merupakan isi katekese. Pengalaman

konkrit umat sebagai isi katekese dimengerti sebagai keseluruhan umat manusia yang

terlibat dalam hubunganya dengan pribadi-Nya sendiri, dengan lingkungan alam

sekitar, dengan masyarakat dan dengan pristiwa-pristiwa lainnya.

Karya penyelamatan Allah dalam hidup manusia berlangsung terus menerus

sampai sekarang ini. Melalui pengalaman seperti yang terungkap dalam Perjanjian

Lama, umat purba meyakini bahwa Allah ikut campur tangan dalam mengatur

perjalanan sejarah manusia menuju keselamatan. Dilanjutkan dalam Perjanjian Baru

Page 128: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

111

yang menyatakan bahwa Kristuslah sebagai puncak dari karya keselamatan Allah.

Dapat dikatakan bahwa pengalaman hidup manusia sejak jaman umat purba sampai

hidup manusia sekarang ini adalah bagian sejarah penyelamatan Allah. Dengan

demikian katekese menghantar umat untuk menghayati pengalaman hidupnya sampai

pada keyakinan akan karya keselamatan. Pengalaman hidup umat itu dikembangkan

dan diteguhkan dalam terang Injil Kristus sebagai puncak dari karya penyelamatan

Allah.

C. Katekese Umat Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup Menggereja

Mulai tahun 1977, Komisi Kateketik MAWI menyelenggarakan pertemuan

kateketik nasional. Pertemuan itu dihadiri oleh utusan dari seluruh keuskupan di

Indonesia. Pertemuan pertama (PKKI I) di Sindanglaya tahun 1977 mencari dan

membahas arah katekese di Indonesia yang kemudian disepakati bahwa yang

dikembangkan di Indonesia adalah katekese umat.

1. Pengertian Katekese Umat

Kesepakatan tentang pengertian katekese umat yang dijadikan arah katekese

di Indonesia ditegaskan dalam PKKI II. Katekese umat dimengerti sebagai:

Komunikasi iman atau pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat atau kelompok. Melalui kesaksian para perserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati semakin sempurna (Huber, 1981:15). Rumusan di atas menegaskan bahwa katekese umat merupakan komunikasi

iman. Komunikasi iman ini bukan saja antara pembimbing dengan perserta, tetapi

lebih-lebih antar komunikasi antar perserta sendiri. Dalam katekese umat yang

Page 129: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

112

dikomunikasikan adalah penghayatan iman dan bukan pengetahuan tentang rumusan

iman (Setyakarjana, 1997:68-69).

Pengertian katekese umat di atas menunjukkan bahwa yang berkatekese

adalah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan

secara bebas untuk lebih memahami Kristus dengan mengusahakan suasana Kristen

dalam kelompok di mana setiap orang di percaya dan di hargai. Katekese umat

merupakan komunikasi iman umat yang saling bersaksi tentang iman mereka di

harapkan perserta berdialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai

dan saling mendengarkan (Setyakarjana, 1997:70).

Rumusan katekese umat dalam PKKI II tersebut, dikembangkan lebih lanjut

dalam buku Membangun Gereja Indonesia II oleh Afra Siauwarjaya(1987:38) yang

dimengerti sebagai :

Usaha kelompk secara terencana untuk saling menolomg mengartikan hidup nyata dalan terang Yesus Kristus sebagimana telah di hayati dalam tradisi Gereja, agar kelompok makin mampu mengungkapkan dan mengwujudkan imannya dalan hidup nyata.

Katekese umat mengajak perserta untuk saling menolong menyadari

kehadiran Allah dalam hidup nyata dan bagaimana mereka menghayati imannya

dalam hidup nyata. Iman personal yang di kembangkan dalam katekese umat adalah

iman yang dihayati Gereja dalam tradisi. Maka dari itu dalam usaha saling tolong

menolong mengartikan hidup nyata, Kitab Suci perlu mendapat sentral. Dalam

katekese umat hidup nyata diartikan sebagai penghayatan relasi umat dengan yesus

Kristus. Relasi itu sekaligus menuntut keterlibatan umat dalam pengutusan-Nya

dalam melaksanakan kehendak Allah dalam segala dimensi hidup manusia (Afra

Siauwarjaya 1987:42-43) .

Page 130: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

113

2. Tujuan katekese umat

Dalam PKKI II, katekese umat dipahami sebagai komunikasi iman atau tukar

pengalaman iman yang bertujuan :

• Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari,

• Dan kita bertobat (metanoia ) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari

• Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani.

• Pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta

• Sehingga hidup kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus di tengah masyarakat (Afra Siauwarjaya,1997:72). Kelima rumusan tujuan komunikasi iman di atas menyoroti tujuan katekese

umat dari sudut yang berbeda-beda. Ketiga sorotan pertama lebih-lebih

memperthatikan peserta sendiri-sendiri secara pribadi. Kemudian pada kedua sorotan

berikutnya menegaskan tujuan bahwa sebagai Gereja dan semuanya berpuncak pada

hidup di tengah-tengah masyarakat (Setyakarjana, 1997: 72).

Dengan demikian, tujuan katekese umat selain bersifat personal juga bersifat

eklesial yakni demi kepentingan bersama dalam Gereja universal. Tugas setiap orang

Kristen adalah menjadi saksi Kristus di tengah dunia melalui tindakkan konkrit.

Diharapkan umat semakin sadar dalam menempatkan pengalaman religius ke dalam

hidupnya sebagai sejarah penyelamatan-Nya. Di samping itu umat disadarkan untuk

terlibat dalam pembangunan Gereja. Pewartaan tentang Kristus dilakukan dengan

melaksanakan tugas-tugas Gereja. Tetapi Gereja sendiri bukan merupakan tujuan,

melainkan sarana untuk bersaksi tentang Kristus (Setyakarjana, 1997: 72).

Afra Siauwarjana (1987: 42) menegaskan bahwa tujuan katekese umat adalah

menolong umat agar makin mampu mengungkapkan dan melaksanakan imannya

Page 131: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

114

dalam hidup nyata. Penghayatan iman yang tidak hanya dinyatakan dalam ungkapan

saja, tetapi lebih-lebih di laksanakan dalam tindakkan konkrit.

3. Ciri-Ciri Katekese

Di atas telah diuraikan pengertian katekese umat sebagai komunikasi iman.

Komunikasi iman sebagai salah satu kekhasan katekese umat merupakan usaha umat

untuk saling mengarahkan, mengembangkan dan menumbuhkan imannya.

Komunikasi iman di sini adalah komunikasi yang melibatkan seluruh peserta. Melalui

sharing pengalaman, peserta yang hadir dalam pertemuan saling tukar menukar

pengalamannya. Mereka saling membagikan dan saling melengkapi pengalaman

imannya sehingga iman mereka semakin diteguhkan dan diperkaya. Mereka

berkumpul bersama-sama untuk menggali dan menanggapi pengalaman hidupnya.

Pengalaman hidup inilah yang kemudian dihayati sebagai pengalaman iman akan

Yesus Kristus.

Katekese umat adalah katekese dari, oleh dan untuk umat. Hasil PKKI II

merumuskan bahwa “yang berkatekese adalah umat...” (Komkat KWI, 1992:17), ini

berarti bahwa katekese umat menempatkan umat sebagai subyek atau pelaku utama

dalam katekese. Umat diharuskan untuk terlibat lebih aktif dan punya inisiatif,

sehingga prosesnya lebih hidup dan menarik. Sebagai pelaku utama katekese umat,

umat ditantang untuk mengolah dan menanggapi pokok persoalan yang tengah

mereka hadapi. Melalui komunikasi, situasi konkrit yang dihadapi ditanggapi dalam

iman. Dalam prosesnya mereka berguru pada hidup Kristus. Kristuslah sebagai pola

katekese umat. Peserta katekese saling membantu menggali makna hidup dalam

terang Injil dan diperkaya melalui sharing pengalaman. Setiap umat harus

Page 132: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

115

menemukan karya keselamatan Allah yang terungkap dalam Kristus melalui

pengalaman konkrit.

4. Model –Model Katekese Umat

Model ini adalah suatu konstruksi teoritis, skematis dan abstrak yang

menawarkan pokok-pokok pemikiran yang menghubungkan secara sistematis unsur-

unsur pembentuk realitas. Model ini juga menawarkan suatu cara konseptual, suatu

bentuk analisa, suatu alat untuk memahami realita yang memungkinkan,

menerangkan dan menelusuri suatu tindakan manusia.

Model-model katekese sebagai bentuk yang utuh mempunyai latar belakang

pemahaman tertentu dan menggunakan metode tertentu. Berikut ini penulis akan

menyajikan tiga model pada umumnya yaitu model pengalaman hidup, model biblis

dan model campuran.

a Katekese Umat dengan Model Pengalaman Hidup

Model pengalaman hidup merupakan model katekese yang bertitik tolak pada

pengalaman hidup peserta. Katekese dengan model pengalaman hidup ini bermaksud

mengusahakan umat beriman agar dapat mengalami kehadiran Allah dan mampu

menangkap kehendak Allah dalam peristiwa hidup sehari-hari dalam terang iman.

Secara garis besar, model pengalaman hidup meliputi langkah-langkah sebagai

berikut yaitu introduksi, penyajian suatu pengalaman hidup, rangkuman pendalaman

pengalaman hidup, pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja, pendalaman teks Kitab

Suci atau Tradisi, penerapan dalam hidup konkrit dan penutup (Sumarno Ds,

2003:16).

Page 133: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

116

b Katekese Umat dengan Model Biblis

Model biblis merupakan model katekese yang bertitik tolak pada teks Kitab

Suci. Katekese dengan model biblis ini mengajak peserta untuk mendalami sabda

Tuhan, merenungkan dan berusaha mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Katekese model ini mengusahakan agar umat mengalami kehadiran Allah dalam

hidupnya dengan merenungkan Sabda Tuhan dalam Kitab suci. Langkah-langkah

pokok dari model ini adalah pembukaan, pembacaan Kitab Suci, pendalaman teks

Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup, penerapan dalam hidup peserta, penutup

(Sumarno, 2003): 17).

c Katekese Umat dengan Model Campur

Katekese dengan model campur bertitik tolak pada pengalaman hidup religius

pengalaman tradisi. Model ini bertujuan membantu umat dalam mengkonfrontasikan

antara nilai-nilai pengalaman hidup peserta dengan nilai-nilai tradisi maupun dengan

teks Kitab Suci. Diharapkan melalui model ini peserta mampu menarik pelajaran

nyata dalam hidup menggereja maupun memasyarakat. Model berlangsung melalui

langkah-langkah pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci atau Tradisi, penyajian

pengalaman hidup, pendalaman pengalaman hidup dan teks Kitab Suci atau Tradisi,

penerapan meditatif, evaluasi singkat atas jalannya katekese, dan penutup (Sumarno,

2003:18).

5. Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese Umat

Katekese dengan model SCP ini pertama kali diperkenalkan oleh Thomas H.

Groome seorang ahli katekese yang berusaha mencari pendekatan katekese yang

handal dan efektif, yaitu suatu model yang sungguh mempunyai dasar teologis yang

kuat, mampu memanfaatkan perkembangan ilmu pendidikan dan memiliki

Page 134: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

117

keprihatinan pastoral yang aktual. Model ini ditawarkan untuk menjawab kebutuhan

para katekekis dalam membantu umat demi perkembangan iman mereka. Untuk lebih

jelasnya, pada bagian ini akan diuraikan pengertian model SCP serta langkah-langkah

SCP.

a Pengertian SCP

Model SCP merupakan salah satu model katekese yang menekankan proses

yang bersifat dialogis partisivatif. Tujuan dari proses ini adalah agar dapat mendorong

peserta untuk mampu mengkomunikasikan antara tradisi dan visi hidup peserta

dengan tradisi dan visi kristiani. Dan pada akhirnya baik secara pribadi maupun

bersama mampu mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan demi makin

terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.

Model katekese ini dapat dikatakan sebagai model praksis, karena bermula,

direfleksikan secara kritis sehingga peserta mampu menemukan maknanya, kemudian

dikonfrontasikan dengan tradisi dan visi kristiani supaya muncul pemahaman sikap

dan kesadaran baru yang memberi motivasi dan fraksis baru. Orientasi model ini

adalah praksis peserta sebagai subyek yang bebas dan bertanggung jawab (Heryatno

WW,1997:1)

Sesuai dengan tiga huruf (S-C-P), model ini memiliki tiga komponen yaitu praksis,

Kristiani dan ”shared”. Penjelasan masing-masing komponen itu sebagai berikut:

1) Praksis

Praksis adalah suatu tindakan manusia yang sudah direfleksikan sebagai

tindakkan, praksis meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia yang

mempunyai tujuan untuk mencapai perubahan hidup yang meliputi kesatuan antar

praktek dan teori antara refleksi kritis dan kesadaran historis sintesis praktek dan

Page 135: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

118

teori akan membentuk suatu kreativitas, sedangkan refleksi kritis dan kesadaran

historis akan mengarah pada keterlibatan baru.

Praksis mempunyai tiga unsur yaitu aktivitas, refleksi dan kreativitas. Ketiga

unsur itu berfungsi membangkitkan berkembangnya imajinasi, meneguhkan kehendak

dan mendorong praksis baru yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis dan

moral. Penjelasan singkat arti ketiga unsur itu adalah sebagai berikut:

Unsur pertama, aktivitas meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran.

Tindakkan personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik yang merupakan

medan untuk perwujudan diri sebagai manusia.

Kedua, refleksi menekankan refleksi kritis terhadap tindakkan historis pribadi dan

sosial terhadap kehidupan bersama serta terhadap ”tradisi” dan “visi” iman Kristiani

sepanjang sejarah.

Ketiga, kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang

menekankan transendensi manusia dalam dinamika menuju masa depan yang terus

berkembang sehingga melahirkan praksis baru (Heryatno WW,1997 :2)

2) Kristiani

Maksud kristiani dalam SCP adalah mengusahakan agar kekayaan iman

Kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau dan relevan untuk

kehidupan peserta. Kekayaan iman Kristiani yang ditekankan dalam model ini adalah

pengalaman iman tradisi Kristiani sepanjang sejarah dan visinya.

Tradisi Kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat yang hidup dan

sungguh dihidupi. Ini mengungkapkan tanggapan manusia terhadap pewahyuan diri

Allah yang terlaksana dalam hidup mereka sebagai realitas iman, tradisi senantiasa

mengundang keterlibatan praktis. Sedang visi Kristiani menegaskan tuntutan dan janji

Page 136: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

119

Allah yang terkandung di dalam tradisi, tanggung jawab dan pengutusan orang

Kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat dan sikap kemuridan.Visi

Kristiani yang paling hakiki adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam

kehidupan manusia (Heryatno WW,1997:3).

3) Sharing

Istilah shared atau sharing mengandung pengertian komunikasi timbal balik,

partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta baik. Istilah ini juga merupakan proses

katekese yang menekankan unsur dialog partisipatif peserta yang ditandai dengan

suasana kebersamaan, persaudaraan, keterlibatan dan solidaritas. Dalam sharing

semua peserta diharapkan untuk ikut aktif, terbuka, siap mendengar dengan hati

pengalaman orang lain dan berkomunikasi dengan kebebasan hati (Heryatno

WW,1997:4)

Dikatakan pula bahwa sharing berarti berbagi rasa, pengetahuan serta saling

mendengarkan pengalaman orang lain. Ada dua unsur penting yaitu membicarakan

dan mendengarkan. Arti dari membicarakan disini adalah lebih pada menyampaikan

atau mengungkapkan pengalaman hidup yang didasari oleh sikap keterbukaan,

kepercayaan dan kerendahan hati untuk mengungkapkan pengalaman dan

pengetahuan yang nyata dalam dirinya sedangkan maksud dari mendengarkan disini

adalah berarti mendengar dengan hati yang disharingkan. Mendengarkan berarti juga

melibatkan keseluruhan diri sehingga dalam mendengarkan timbullah gerak hati,

empati terhadap apa yang disharingkan peserta yang lain (Sumarno Ds,2003:21).

b Langkah-langkah SCP

SCP sebagai suatu model berkomunikasi tentang makna pengalaman hidup

antar peserta, dalam prosesnya memiliki langkah-langkah yang berurutan dan terus

Page 137: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

120

mengalir. Thomas H.Groome mengemukakan lima langkah pokok yang didahului

dengan langkah awal / pendahuluan sebagai berikut:

1) Langkah Nol : Pemusatan Aktivitas

Langkah ini bertujuan mendorong peserta sebagai subyek utama untuk

menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan kongkrit yang selanjutnya

menjadi tema dasar pertemuan. Dengan demikian tema dasar pertemuan dapat

sungguh-sungguh mencerminkan pokok-pokok hidup, keprihatinan, permasalahan

dan kebutuhan peserta. Pemilihan tema pertemuan perlu memperhatikan situasi

kongkret peserta, tujuannya, dinamika pendekatan perlu yang bersifat dialogis, dan

sumber-sumber iman Kristiani (Heryatno WW,1997:10). Tema dasar hendaknya

sungguh-sungguh mendorong peserta untuk terlibat aktif dalam pertemuan,

menekankan partisipasi dan dialog, dan tidak bertentangan dengan iman Kristiani.

Untuk itu seorang pendamping harus dapat membantu peserta merumuskan prioritas

tema yang tepat.

Pada tahap ini pendamping dapat menggunakan sarana-sarana yang

menunjang untuk dapat menemukan salah satu aspek yang dapat menjadi topik dasar

pertemuan. Sarana-sarana tersebut dapat melalui cerita, simbol, poster, video, kaset

suara lainnya yang dapat mendukung dalam pemilihan tema bersama.Untuk itu

seorang pendamping harus dapat memilih sarana yang tepat. Di samping itu

pendamping harus dapat menciptakan lingkungan psikososial dan fisik yang

mendukung supaya peserta dapat berpartisipasi aktif dan kreatif dalam suasana dialog

dan kebersamaan (Heryatno WW,1997:10)

Page 138: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

121

2) Langkah 1: Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta

Langkah ini membantu dan mendorong peserta supaya menyadari pengalaman

mereka sendiri, menginterprestasikan, membahasakan dan mengkomunikasikan pada

peserta lain. Pengungkapan pengalaman hidup Faktual ini bisa berupa pengalaman

peserta sendiri, atau kehidupan dan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat,

ataupun gabungan keduanya yang dipandang cocok dengan tema yang sudah digali

bersama (Heryatno WW,1997:11).

Bertitik tolak dari pemusatan aktivitas, langkah ini diawali dengan tuntunan

pertanyaan sebagai bantuan yang sesuai dengan topik dasar. Perumusan pertanyaan

harus jelas, terarah tidak menyinggung harga diri orang, sesuai dengan latar belakang

peserta dan bersifat terbuka dan obyektif. Kemudian peserta dapat membagikan

pengalaman hidupnya dan tidak boleh ditanggapi sebagai suatu laporan. Selain itu

mereka juga diberi kebebasan untuk mengungkapkan dengan gaya dan pilihan

mereka. Mereka dapat mengemukakannya melalui puisi, nyanyian, tarian, gambar,

lambang, simbol, maupun yang lainnya (Heryatno WW,1997:12).

Tekanan dari langkah ini adalah proses dan kehidupan konkrit yang menjadi

pokok penting dalam proses katekese. Oleh karena itu, pendamping harus menyadari

tujuan dan pokok pemikiran dasar dari langkah ini. Pokok pemikiran dasar perlu

diajukan secara jelas dan terbuka serta hubungan dengan tema utama dan menggaris

bawahi aspek-aspek pokok dari praksis keterlibatan faktual peserta.

Pada langkah ini pendamping lebih berperan sebagai fasilitator. Peran sebagai

fasilisator ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang hangat dan mendukung

peserta membagikan pengalamannya. Bila beserta jumlahnya banyak, pendamping

perlu membaginya dalam kelompok-kelompok kecil (Heryatno WW,1997:13).

Page 139: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

122

3) Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta

Pada langkah kedua ini berkaitan erat dengan seluruh proses katekese ini

bersifat konatif. Bersifat konatif di sini bermaksud bahwa katekese sungguh

membantu peserta supaya berdasar pengalaman hidupnya sampai pada tingkat

kesadaran terdalam, mengolah dan menemukan makna yang mendorong peserta

untuk melangkah pada fraksis baru. Ada beberapa perspektif yang perlu diperhatikan

dalam langkah ini yaitu refleksi kritis dan kreatif pada komunikasi pengalaman

faktual, serta komunikasi tradisi dan visi peserta. (Heryatno WW,1997:12-13).

Refleksi kritis pada tahap ini hakekatnya ingin membantu peserta untuk

merefleksikan secara kritis praksis faktual yang mereka komunikasikan dengan

mendalam, mempertajam dan mengolah pengalaman mereka yang menekankan segi

pemahaman, kenangan dan imajinasi. Sedangkan interpretasi bertujuan untuk

memberi arti dan nilai pada praksis faktual, menanamkan unsur-unsur yang dapat

memperteguh, yang harus ditolak dan yang hendak dikembangkan lebih lanjut.

Sementara dialog dan visi peserta hendaknya berkualitas, artinya dialog tersebut

menekankan terwujudnya relasi subyek dengan subyek yang mengandalkan

kejujuran, keterbukaan dan partisipasi aktif dari semua peserta dengan rasa hormat

(Heryatno WW, 1997:14-16)

Pada langkah ini, pendamping dituntut untuk dapat menciptakan suasana pertemuan

yang menghormati dan mendukung setiap gagasan serta sumbang saran peserta.

Pendamping harus dapat mendorong peserta untuk mengadakan dialog dan penegasan

bersama yang bertujuan memperdalam, menguji pemahaman, kenangan dan imajinasi

peserta. Setiap peserta diajak untuk mengkomunikasikannya, namun perlu

menghindari suatu kesan yang sifatnya memaksa. Di sini pendamping perlu

Page 140: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

123

menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat analisis dan tidak menggangu

harga diri peserta. Pendamping perlu juga menyadari keadaan peserta karena refleksi

merupakan tahap yang sulit yang membutuhkan kesabaran dan keterampilan untuk

memperkembangkannya (Heryatno WW,1997:18-19).

4) Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani

Pokok dari langkah ini adalah mengusahakan supaya tradisi dan visi kristiani

lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar

belakang kebudayaan berbeda. Tradisi Kristiani mengungkapkan iman jemaat

Kristiani sepanjang sejarah pewahyuan ilahi. Tradisi hadir dalam kitab suci, liturgi,

adat kebiasaan jemaat, doa, credo, dogma, teologi, sakramen, bahasa religius, seni

dan kepemimpinan kehidupan jemaat. Visi kristiani merupakan suatu konsekuensi

dari janji dan tanggungjawab yang muncul pada tradisi.Visi kristiani mengungkapkan

janji keselamatan dan kepenuhan yang mendorong peserta pada tanggung jawab

mereka untuk menjadi patner Allah dalam mewujudkan kehendakNya yaitu

menyelamatkan manusia (Heryatno WW,1997:19-20).

Pada langkah ini pendamping menginterprestasikan dan mengkomunikasikan

aspek tradisi dan visi kristiani terhadap peserta.Dalam menginterprestasikan dan

mengkomunikasikan nilai-nilai tradisi dan visi kristiani, pendamping perlu: memiliki

latar belakang yang cukup dalam hal penafsiran, menghormati tradisi dan visi

kristiani yang otentik dan normatif, kritis mengambil nilai-nilai yang terkandung

dalam tradisi dan visi kristiani, menggunakan metode interprestasi yang sifatnya

menegaskan, meneguhkan, mempertanyakan, dan mengundang keterlibatan peserta.

Pada tahap ini pendamping dapat berfungsi sebagai “guru” dan sekaligus

sebagai “murid”. Sebagai guru pendamping bukankah pengajar tetapi sebagai patner,

Page 141: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

124

yang bersama peserta berusaha untuk menyadari kehendak Allah. Sedangkan sebagai

murid, pendamping siap belajar dan maju untuk segala ilmu. Sementara itu dalam

memberikan penafsiran, pendamping perlu mengikutsertakan kesaksian iman,

harapan dan cinta pada nilai tradisi dan visi kristiani. Untuk itu seorang pendamping

harus membuat persiapan yang matang sebelum melaksanakan proses katekese

(Sumarno Ds,2003:25).

5) Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani Dalam Situasi Konkrit Peserta

Langkah ini lebih menekankan interprestasi yang dialektis antara tradisi dan

visi faktual peserta dengan tradisi dan visi kristiani yang akan melahirkan kesadaran

sikap dan niat baru sebagai jemaat kristiani. Jadi dalam langkah ini bertujuan untuk

mengajak peserta, berdasar nilai tradisi dan visi kristiani untuk menemukan sikap dan

nilai hidup yang hendak dipertahankan dan diperkembangkan. Disatu pihak peserta

mengintegrasikan nilai-nilai hidup mereka kedalam tradisi dan visi kristiani (Sumarno

Ds,2003:26).

Pada langkah ini peserta mendialogkan pengolahan mereka pada langkah

pertama dan kedua dengan isi pokok pada langkah ketiga peserta diberi kebebasan

untuk mempertimbangkan dan menilai mengenai nilai tradisi dan visi kristiani

berdasar situasi konkrit. Peserta dapat mengemukakan apa yang sungguh-sungguh

mereka pikirkan serta mengungkapkan perasaan, sikap intuisi, persepsi dan

penegasan (Heryatno WW,1997:32-33).

Pada tahap ini pendamping perlu menghormati kebebasan dan hasil

penegasan peserta dengan meyakinkan peserta bahwa mereka mampu

mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai tradisi dan visi

kristiani. Oleh karena itu, pendamping hendaknya mendorong peserta untuk merubah

Page 142: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

125

sikap dari pendengar pasif menjadi pihak aktif. Selain itu pendamping perlu

menyadari bahwa tafsirannya bukan merupakan harga mati, yang bukan merupakan

kebenaran satu-satunya (Sumarno Ds,2003:26).

6) Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit

Langkah kelima ini memberi peluang kepada peserta untuk mengambil

keputusan dalam meningkatkan penghayatan imannya. Langkah ini mendorong

peserta untuk sampai pada pemahaman, kesadaran niat-niat, dan tindakan baru yang

membantu perkembangan kehidupan mereka. Langkah ini mendorong peserta pada

keterlibatan baru dengan jalan mengusahakan pertobatan terus menerus.Untuk itu

keputusan yang diambil dalam langkah ini hendaknya praktis, mudah dilaksanakan

dan menyemangati peserta untuk setia melaksanakannya. Keputusan yang diambil

dapat beranekaragam tingkat dan bentuknya. Pada umumnya keputusan dapat

dikategorikan dalam empat kelompok:

(a). Yang bersifat kongnitif, affektif, dan praktikal;

(b). Level personal, dan sosial;

(c). Berkenaan dengan aktivitas pribadi dan kelompok

(d). Menjadi operasional dalam kelompok sendiri atau diluar kelompok (Heryatno

WW, 1997:34-35)

Sesuai dengan tujuan langkah ini, pendamping harus sungguh-sungguh

mengusahakan agar peserta sampai pada keputusan pribadi dan bersama. Pendamping

dapat merangkum hasil langkah keempat, supaya dapat lebih membantu peserta

dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini pendamping perlu menekankan pada

peserta sikap optimis dan realistis terhadap masa depan yang lebih baik dengan

kesadaran bahwa Allah senantiasa hadir dalam situasi apapun.

Page 143: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

126

D. Program Rekoleksi

Suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik dan lancar serta mencapai tujuan

yang diharapkan bila direncanakan secara sistematis dan matang. Untuk itu perlu

disusun program kegiatan. Program merupakan landasan untuk menentukan isi dan

urutan kegiatan yang akan dilakukan. Program bersifat menyeluruh, yang memuat

serangkaian kegiatan. Oleh karena itu program mempunyai peranan penting untuk

kemantapan dan kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan (Mangunhardjana, 1986: 16-

17).

Di dalam suatu pembinaan perlu pembuatan program, sehingga arah dan

tujuan program menjadi jelas. Demikian pula untuk meningkatkan semangat

persaudaraan sejati dalam kongregasi SMFA melalui metode rekoleksi perlu

pembuatan program. Hal ini bertujuan untuk memperjelas arah dan tujuan rekoleksi

yang mau dicapai serta memperlancar pelaksanaan rekoleksi.

Page 144: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

Penjabaran Prorgam Rekoleksi Tema : Persaudaraan Sejati Kelompok sasaran : Para Suster SMFA Tujuan : Peserta semakin memiliki jiwa dan semangat persaudaraan sejati No Sub Tema Tujuan Tema Judul

Pertemuan Tujuan Pertemuan

Isi/gagasan pokok

Metode Sarana Sumber Bahan

1 Spiritualitas “Suster Rakyat” sebagai sumber Membangun persaudaraan sejati dengan sesama

Peserta menyadari pentingannya membangun persaudaraan dengan sesama dan menghindari permusuhan sehingga terciptalah suasana damai

1 Sesamaku adalah saudaraku

• Peserta semakin menyadari bahwa sesama itu sangat berarti bagi dirinya untuk dapat terwujudnya suatu persaudaraan.

• Pentingnya bersaudara dengan sesama.

• Persaudaraan dengan sesama adalah persaudaraan yang terbuka bagi siapa saja tanpa dibatasi agama, etnis, suku, warna kulit, dsb.

• Setiap orang tidak ada yang di tundukkan oleh kuasa dan wewenang yang mengusai hidupnya, Fransiskus telah memberi contoh bagaimana

• Sharing • Informasi • Refleksi

• Teks cerita cergam merpati dan semut

• Konstitusi SMFA, art. 4

• Teks cerita • Konstitusi

SMFA, art.4 • Pengalaman

peserta

127

Page 145: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

bersaudara yang baik, setiap ada permusuhan ia menjadi pembawa damai

2 Permusuhan menghancur-kan sesama

• Peserta menyadari sebab dan akibat hancurnya persaudaraan dengan sesama

• Ada banyak sebab terjadinya keretakkan di dalam hidup bersaudara karena saling menguasai, menganggap diri lebih dari yang lain, tidak mau mengalah, tidak rendah hati, tidak menerima keberadaan orang lain, dsb.

• Sebagai akibatnya adalah permusuhan terjadi dimana-mana, keharmonisan terkoyak lebar, tidak ada rasa kepercayaan terhadap sesama

• Sharing • Informasi • Refleksi

• Kitab Suci Kej 4:1-16

• Kitab Suci Kej 4: 1-16

• Pengalaman peserta

128

Page 146: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

3 Kau dan akusaudara

• Perserta bersedia menalin persaudaraan dan menjaga kedamaian.

• Dunia perlu perlindungan dan perdamaian

• Setiap orang berhak mengalami rasa damai, aman tanpa permusuhan.

• Persaudaraan dibutuhkan dimana-mana sebagai wujud dari kesatuan umat manusia sebagai anak-anak Allah.

• Sharing • Informasi • Refleksi

• Teks doa“jadi-kan aku pembawa damai”

• Konstitusi SMFA art.5

• MB / FKK • Konstitusi

SMFA art.5 • Pengalaman

peserta

2 Penghayatan Persaudaraan Sejati Dalam Hidup Berkomunitas

Bersama peserta semakin memahami, mendalami penghayatan hidup bersaudara dalam berkomunitas sehingga mampu mewujudkannya dalam hidup secara konkrit

1 Pemahaman dan perananhidup berkomunitas

• Bersama peserta semakin mengerti dan memahami arti dan peranan hidup berkomunitas dan mewujudkannya dalam kehidupan nyata.

• Pemahaman tentang hidup berkomunitas

• Peranan hidup berkomunitas

• Sharing • Informasi

• Kitab Suci • Konsep

konstitusi SMFA art. 7

• Madah Bakti

• Kis. 2:41-47 • Kis 4: 32-37 • Konsep

Konstitusi art. 7

• Darminta.J. Metodologi Membaca Konstitusi, tt. 161-162

• Jacobs, Tom. Hidup Membiara

129

Page 147: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

Makna dan Tantangan-nya, Kanisius 1987, hlm 130-136

2.Corak HidupPersaudaraan dalam Berkomunitas

• Bersama peserta semakin memahami dan mendalami corak hidup persaudaraan dalam berkomunitas sehingga dapat mewujudkannya dalam sikap dan tindakan yang nyata

• Komunitas Perjanian Baru

• Komunitas Religius

• Komunias Religius SMFA

• Sharing • Informasi

• Kitab Suci • Konstitusi

SMFA, art.8

• Mrk 3:13-19 • Kis 2: 42-47;

4:32-37 • Konstitusi

SMFA, art. 8 • Dokumen

Konsili Vatikan II (PC. Art 1)

• Henri JM, Neuwen, Satu Hati dan Satu Jiwa, Kanisius, 1987, hlm.103

3.Persaudaraan yang SalingMenghamba dan Melanyani

• Bersama peserta semakin memahami dan mendalami persaudaraan tarekat yang saling menghamba dan

• Pemahaman hamba dan pelayan

• Makna hamba dan pelayan

• Permainan • Sharing • Informasi

• Kitab Suci • Konsep

Konstitusi SMFA, art.12-15

• Madah Bakti

• Kertas,

• Luk 17:7-10 • Konsep

Konstitusi SMFA, art.12-15

• Koptari, Spiritualitas Melayani.

130

Page 148: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

melanyani sehingga mampu menghayati dan mewujudkannya dalam sikap dan tindakan sehari-hari.

spidol Jakarta, 1987, hlm.7-12

3 Persaudaraan dengan semangat baru

Peserta berani merefleksikan hidup persaudaraannya dengan orang lain, mengoreksi dan memperbaikinya serta meningkatkannya dengan semangat baru

1 Rekonsiliasi • Peserta semakin menyadari bahwa permusuhan membawa kehancuran dan mengakibatkan retaknya hubungan dengan sesama, sehingga mendorong untuk saling mengampuni dan memperbaiki hubungannya dengan hati yang baru

• Ikatan darah tidak menjamin harmonisnya hubungan antara saudara.

• Kelemahan manusia bisa menyebabkan retaknya hubungan persaudaraan.

• Relasi yang putus dapat terjalin kembali bila masing-masing pihak saling memaafkan dan minta maaf

• Rekonsiliasi bersama.

• Sharing • Informasi • Refleksi

• Kitab Suci • Konsep

Konstitusi SMFA, art.96-98

• Madah Bakti

• Kertas, spidol

• Yoh. 8:1-11 • Konsep

Konstitusi SMFA, art. 96-98

• Smedes, Lewis B. Memaafkan Kekuatan Yang Membebas-kan. Kanisius, 19991, hlm.31-35

• Pengalaman peserta

2.Menumbuh-kan sikap

• Peserta semakin berani untuk

• Keterbukaan yaitu berani

• Sharing • Informasi

• Teks cerita “Hidup

• SEKAFI, Mengenal

131

Page 149: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

keterbukaan bersikap terbuka berani menerima hal-hal yang baru dalam dirinya

untuk mengukapkan dirinya dan segala kebutuhannya dan berani menerima diri apa adanya

• Menceritakan pengalaman keterbukaan

• Refleksi Beberapa Saudara Pertama”

• Konstitusi SMFA, art. 102-103

Kebaikan St. Fransiskus dari Asisi, hlm; 23

• Konstitusi SMFA, art. 102-103

• Pengalaman peserta

3.Semangat saling berbagi

• Peserta semakin memiliki sikap solidaritas dan semangat saling berbagi dengan sesama

• Arti solidaritas dan semangat saling berbagi

• Semangat berbagi menjadikan relasi persaudaraan semakin akrab dan dekat

• Dengan berbagi orang keluar dari diri sendiri

• Mendalami Teks cerita

• Informasi • Refleksi

• Teks cerita • Konstitusi

SMFA, art. 100-101

• Teks cerita • Konstitusi

SMFA, art. 100-101

• Pengalaman peserta

132

Page 150: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

133

Contoh Persiapan Rekoleksi yang pertama

Tema Umum Rekoleksi : Spiritualitas “Suster Rakyat” sebagai

sumber untuk membangun persaudaraan

sejati dengan sesama

Sub Tema : Spiritualitas “Suster Rakyat”

Tujuan Rekoleksi : Agar para Suster SMFA mampu memahami

dan mendalami arti dan makna spiritualitas

SMFA sebagai suster rakyat sehingga

semakin mampu menghayatinya dalam

hidup persaudaraan dan perutusan.

Materi : 1 Pengertian Spiritualitas

2 Spiritualitas SMFA: Spiritualitas suster

rakyat memilih hadir, hidup dan berkarya di

tengah rakyat biasa dimana kita

membagikan kasih dan damai yang dialami

antara saudari sekongregasi

Metode : Sharing, renungan, informasi, diskusi

Peserta : Para suster SMFA

Model : Shared Christian Praxis

Sarana : Kitab Suci, Madah Bakti, Konstitusi SMFA,

kertas flap, spidol, tali, straples

Sumber bahan : 1. Konstitusi SMFA

2. J. Darminta, SJ. Spiritualitas Pada

Umumnya. Rohani 8-8-1973.

3. Jacob, Tom, SJ. Spiritualitas (Salatiga:1989)

4. Cavanaugh Brian, T.O.R. (Rangkaian Kisah

Bermakna, 100 Cerita bijak 1995)

Page 151: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

134

PEMIKIRAN DASAR

Mengasihi adalah kata yang sering diucapkan orang meskipun tidak jelas arti

dan makna. Kata yang mudah diucapkan dan terdengar begitu bagus itu, ternyata

sangat sulit diamalkan dalam hidup setiap hari. Dewasa ini kita hidup dalam zaman

yang ditandai dengan perubahan masyarakat yang sangat cepat. Berbagai macam

dampak positif maupun negatif perkembangan kemajuan manusia tersebut. Kemajuan

tersebut menuntut manusia untuk terus mengembangkan hidupnya. Demikian pula

kehadiran biarawan-biarawati ditengah masyarakat juga mendapat banyak pengaruh

dari perubahan masyarakat yang begitu cepat. Kaum religius ditantang dan dituntut

untuk hidup lebih bermutu. Mutu hidup para religius sangat bergantung pada

kekhasan penghayatan kerohanian masing-masing kongregasi. Salah satu kerohanian

kongregasi adalah spiritualitas. Penghayatan spiritualitas berarti hidup menurut

teladan iman kristiani tertentu yang dianugerahkan Roh Kudus kepada kongregasi

tertentu melalui para pendiri. Khasan penghayatan hidup ini harus terus digali,

diperdalam, sehingga tidak menyimpang dari semangat pendiri dan semakin

memperkaya penghayatan dalam hidup dan karya.

Berangkat dari situasi di atas, para suster SMFA terus berusaha untuk

meningkatkan pemahaman dan penghayatan spiritualitas kongregasi adalah “Suster

Rakyat” : memilih hadir, hidup dan berkarya ditengah rakyat biasa dimana kita

membagikan kasih dan damai yang dialami antara saudari sekongregasi (K.Konst,

2005: art. 9).

Arti dan makna persaudaraan yang sesungguhnya dapat kita lihat dalam

penghayatan Santo Fransiskus dari Asisi. Fransiskus memandang semua makhluk

ciptaan Tuhan sebagai saudara. Pemahamannya yang paling mendasar ialah bahwa

Page 152: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

135

semua makhluk bergantung kepada Tuhan. Fransiskus menghormati semua makhluk

itu sebagai ciptaan Allah yang luhur. Perlakuan hormat Fransiskus terhadap setiap

makhluk ciptaan mewujudkan sikap bersahabat. Bagi Fransiskus, makhluk ciptaan

mewujudkan sikap bersahabat. Bagi Fransiskus, makhluk-makhluk itu tidak hanya

manusia, tetapi juga ciptaan Allah lainnya perlu diberi kesempatan untuk hidup. Itu

berarti bahwa tidak seorang pun boleh merampas hak hidup orang/makhluk lain

karena yang berkuasa atas hidup adalah Allah.

Melalui pemahaman dan penghayatan spiritualitas suster rakyat diharapkan

para suster SMFA mampu membangun hidup berkomunitas. Membangun hidup

berkomunitas berarti membangun setiap anggota untuk mampu hidup dalam cinta

yang menyerahkan/memberikan diri bagi orang lain (Yoh 15: 13). Dalam pertemuan

ini kita bersama-sama diundang untuk saling berbagi, saling membantu dan saling

memperkaya dalam usaha semakin memahami dan mendalami spiritualitas kita.

Dengan demikian kita mendapatkan dan penghayatan yang utuh dan jelas.

Pengembangan Langkah-Langkah

1 Pembukaan

a Lagu Pembukaan :

b Doa Pembukaan

Allah Bapa yang penuh belas kasih, Engkaulah dasar dan tujuan hidup kami.

Engkau telah memanggil dan mempersatukan kami di dalam kongregasi SMFA untuk

menjadi abdi-Mu pewarta belas kasih-Mu kepada sesama. Pada kesempatan ini kami

berkumpul atas nama-Mu untuk mendalami spiritualitas kami. Kami mohon

berkatilah dan anugerahilah kami yang hadir di sini dengan karunia Roh KudusMu,

Page 153: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

136

sehingga kami mampu mengikuti kegiatan ini dan mengambil makna yang berguna

bagi pembaharuan hidup kami. Kami mohon ini dengan perantaraan Kristus Tuhan

kami. Amin.

2 Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Faktual

a Pengantar

Para suster yang dikasihi Tuhan, pada saat ini kita diajak untuk mendalami

spiritualitas kita. Hal ini mengingat situasi masyarakat yang sekian berkembang

turut berpengaruh terhadap hidup religius. Kita diajak untuk melihat kembali

semangat hidup kita berdasarkan spiritualitas SMFA, dengan harapan kita

semakin mampu menghadapi tantangan zaman, dan tetap teguh menampakkan

kekhasan dalam penghayatan hidup persaudaraan sebagai suster rakyat setiap hari

ditengah masyarakat.

b Membagikan teks cerita bergambar kepada peserta. Seorang peserta membaca

serita tersebut di depan peserta yang lain.

c

BURUNG MERPATI DAN SEMUT

Seekor semut hitam kecil merasa capai, setelah berkerja keras sepanang hari.

Dalam perjalanan ke rumahnya dengan badan penuh keringat dia sampai kesebuah

sungai dengan airnya yang sejuk dan segar. Katanya: “Di sini ada obat haus, saya

akan minum sedikit”, tetapi celaka, dia tergelinjir dan jatuh.

Byur............Tolong............... tolong.........semut itu terbawa arus. Seekor merpati

melihat dia dari atas pohon dan melemparkan sebatang ranting. Semut itu dapat naik

ke atas ranting itu dan berakit sampai ke daun-daun di tepi sungai.

Page 154: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

137

Sementara dia berjemur di sinar matahari dan beristirahat...’waduh, pemburu

ini pasti mau menembak si merpati. Segera dia lari menuju ke tempat pemburu itu.

Sampai di kaki si pemburu, semut itu mulai menggigit sekuat tenaga. Aduh..............!

binatang apa ini? Mendengar teriakan pemburu, merpati itu sadar akan bahaya yang

mengancam lalu terbang. Kata pemburu itu: “sialan! Persis pada saat saya akan dapat

merpati itu. Setelah pemburu itu pergi, merpati dan semut saling bertemu. Siapa yang

berbuat baik akan memperoleh kebaikkan juga (Studio A.V. Puskat; cerita binatang)

d Pertanyaan panduan:

a) Apakah yang dialami semut dan merpati sampai selamat dari bahaya?

b) Apakah Anda memiliki pengalaman yang mirip dengan pengalaman semut dan

merpati?

e Rangkuman dan peneguhan

Betulkah bahwa kebaikan yang dilakukan oleh sikuat akan dibalas dengan

kebaikan juga? Mungkin semut itu pada dasarnya tidak mampu untuk membantu

merpati, tetapi dalam hal ini kebetulan dia mendapat kesempatan yang tak terduga.

Pasti kesempatan ini tidak diduga oleh merpati, sehingga boleh diandaikan bahwa

pertolongannya kepada semut sungguh dengan tulus hati. Mungkin justru itulah yang

dirasakan oleh semut dan mendorong dia untuk membalas dengan kebaikan.

Persaudaraan yang digambarkan di sini tidak dapat diperoleh dengan sikap balas

jasa saja. Dengan sikap demikian, siapa yang akan memulai memberi jasa? Pasti

merpati tidak mempunyai alasan untuk itu. Syarat di sini ialah bahwa kebaikan itu

diberikan secara gratis oleh Tuhan pada kita masing-masing, namun apakah kita

bersedia membagikan kebaikan itu kepada sesama yang ada di sekitar kita? Dan

Page 155: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

138

apakah kita dapat memberi kepada yang membutuh bantuan tanpa mengharapkan

balas jasa?

3 Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Faktual

a Peserta diajak untuk merefleksikan pengalaman pada langkah I.

Dari pengalaman atau ungkapan yang telah kita bicarakan bersama, maka marilah

kita mencoba untuk menggalinya lebih dalam dengan beberapa pertanyaan

sebagai berikut:

Sharing: kelompok, dilanjutkan dengan pleno.

1) Mengapa Anda berusaha memahami dan mendalami spiritualitas SMFA?

2) Bagaimana caranya Anda berusaha memahami dan mendalami spiritualitas

SMFA?

b Rangkuman dan peneguhan

Sebagai suster SMFA, kita akan bertumbuh dan berkembang jika dalam hidup

berlandaskan spiritualitas suster rakyat, karena spiritualitas adalah anugerah Roh

Kudus untuk menghayati kekhasan iman kongregasi. Untuk mendalami spiritualitas

kongregasi kita telah menempuh beberapa cara, misalnya melalui pelajaran ketika

masih di novisiat, melalui retret dan rekoleksi dengan tema tentang spiritualitas,

pertemuan komunitas dan segala macam bentuk telah kita tempuh.

Kemajuan masyarakat zaman ini sangat pesat, dengan tawaran nilai dunia yang

bertentangan dengan nilai iman Kristiani. Menghadapi situasi itu para suster SMFA

dituntut untuk memantapkan hidupnya melalui penghayatan iman sesuai spiritualitas

kongregasi yang diwariskan Bapa Pendiri. Dengan demikian para suster SMFA dapat

Page 156: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

139

menampilkan hidup yang tetap bermutu ditengah masyarakat dalam menghadapi

kemajuan dunia yang semakin cangih ini.

4 Langkah III: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi akristiani lebih

terjangkau

a Salah seorang peserta dimohon membacakan teks konsep Konstitusi art. 9.

Spiritualitas SMFA adalah Suster Rakyar:

“Tuhan kita Yesus Kristus telah memberikan teladan kepada kita dengan

‘menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kita menjadi kaya oleh karena

kemiskinanNya’ teladan inilah yang diikuti St. Fransiskus Asisi dan dipilih oleh

Pastor Gerardus van Schijndel sebagai spiritualitas dan pedoman bagi para

anggota kongregasi kita yang dicita-citakannya sebagai :’suster rakyat’.

Disemangati spiritualitas ini dan dalam kesetiaan akan cita-cita pendiri, kita

memilih hadir, hidup dan berkarya ditengah rakyat biasa dimana kita

membagikan kasih serta damai yang dialami antara saudari sekongregasi”.

b Peserta diberi waktu untuk hening sejenak secara pribadi merenungkan dan

menanggapi teks konstitusi dengan dibantu beberapa pertanyaan:

1) Apa yang dikatakan oleh artikel tadi tentang spiritualitas suster rakyat?

2) Adakah kalimat atau kata dari artikel yang telah dibacakan tadi menarik perhatian

Anda atau mengesan dalam hati Anda? Mengapa?

c Interprestasi dari pendamping sehubungan dengan artikel Konsep Konstitusi yang

telah dibacakan dan dikaitkan dengan jawaban peserta atas pertanyaan panduan

yang telah diajukan.

Spiritualitas SMFA adalah Spiritualitas Suster Rakyat.

Page 157: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

140

Sebagai suster rakyat, kita perlu membentuk suatu ikatan persaudaraan yang

kuat, diperlukan sikap kasih. Setiap orang hendaknya mampu menghormati pribadi

lain sebagai ciptaan Allah yang sama dengan dirinya, yang mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Dengan sikap ini orang akan mampu menerima kehadiran orang lain

sebagai pribadi yang unik. Dengan menghargai kekhususan yang dimiliki orang lain

itu berarti menghargai martabat pribadi manusia sehingga dapat mengasihi sesama

dalam hidup sehari-hari. Beberapa hal yang positif untuk membina ikatan

persaudaraan, misalnya:

Menghargai orang lain

Menerima orang lain apa adanya

Solider dengan teman yang mengalami kesulitan

Mengasihi.

Halangan untuk membentuk suatu ikatan persaudaraan ialah sikap dasar

manusia yang mementingkan diri sendiri. Orang sering melihat sesama sebagai

saingan. Tanpa disadari persaingan antar kelompok bisa menjadi sumber permusuhan.

Persaingan itu muncul karena setiap kelompok ingin menunjukkan sebagai yang

terbaik. Di samping itu ada keinginan tersembunyi dalam diri pribadi agar diakui

keberadaannya.

Pengalaman saat membagi kelompok tadi memperlihatkan bahwa orang masih

memilih-milih teman. Kita mengalami bahwa ada teman yang dipilih paling akhir.

Sepintas muncul kesan bahwa ia terpaksa diterima dalam kelompok. Suster yang

mengalami itu mungkin merasa disingkirkan. Pengalaman itu mengganjal hati dan

pergaulan, serta menghambat hubungan satu sama lain.

Page 158: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

141

Persaudaraan sejati selalu memelihara hubungan antar-pribadi yang sejajar.

Orang menerima kehadiran sesamanya sebagai bagian dari dirinya. Hubungan itu

berdasarkan sikap menghargai orang lain sebagai ciptaan Tuhan. Persaudaraan seperti

itu selalu membawa orang menuju kedewasaan pribadi. dalam hubungan itu

seseorang akan mengakui kekurangannya dan menerima orang lain apa adanya.

Dalam hubungan persaudaraan yang sejajar ini akan terjadi:

Saling membantu dalam kesulitan dan saling mendukung dalam mengejar

cita-cita.

Dapat saling belajar dan menghormati perbedaan yang dimiliki setiap orang.

Dapat memahami watak orang lain

Pergaulan semakin luas sekaligus menambah wawasan dan makin dewasa.

Fransiskus mengajak orang bersahabat dan tidak menfitnah orang lain.

Nasihat Fransiskus itu memang ditunjukan kepada orang-orang yang mengikuti dia,

tetapi nilai- nilai positif dari ajakan Fransiskus itu kiranya berguna bagi kita. Sikap

Fransiskus itu tepat sebab perlakuan lembut terhadap orang lain dapat menghindarkan

perselisihan. Sikap lemah lembut dan rendah hati dapat mendorong terwujudnya

kedamaian.

Persaudaraan yang sejati akan terwujud kalau orang mampu mengasihi,

menerima kehadiran orang lain apa adanya dan tidak menjelek-jelekannya. Mengasihi

orang berarti menerima dan menghormati keberadaan orang itu apapun sukunya,

status sosialnya, dan agamanya. Semua akan terjadi bila manusia mampu menghargai

dan menghormati martabat pribadi manusia sebagai makhluk ciptaan Allah.

Page 159: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

142

5 Langkah IV: Interprestasi Dialektis antara Pengalaman dan Visi Hidup

Peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani

a Pengantar :

Berdasarkan tradisi dan visi yang terungkap pada langkah I dan II, pendamping

dan peserta mengkonfrontasikannya dengan langkah III sesuai dengan kesadaran

masing-masing. Untuk memperlancar proses ini pendamping membantu peserta

dengan pertanyaan panduan.

Pertanyaan panduan:

1) Apakah Anda merasa disadarkan, ditantang, diteguhkan setelah mendengar paham

tentang spiritualitas suster rakyat, menurut kongregasi kita? Mengapa?

2) Bagaimana usaha Anda untuk hidup berdasarkan paham spiritualitas kongregasi?

b Rangkuman

Lebih bersifat mengulang jawaban-jawaban yang muncul dari peserta dan

membuka jalan untuk ke langkah kelima.

6 Langkah V: Keterlibatan Baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah

a Peserta diberi waktu untuk meresapkan dua pertanyaan refleksi di atas untuk

semakin memahami spiritualitas SMFA.

b Memberi kesempatan kepada yang ingin mengungkapkan pengalaman imannya

setelah merenungkan dua pertanyaan di atas.

c Merumuskan niat dan keterlibatan bersama.

d Dilanjutkan dengan doa permohonan secara spontan

Merangkum keseluruhan pembicaraan dan mengakhiri dengan doa penutup.

e Doa Penutup:

Page 160: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

143

Tuhan yang berbelas kasih, kami bersyukur atas penyertaan dan bimbingan-Mu

sehingga kami dapat mengakhiri pertemuan ini, dengan membawa sesuatu hal

yang baru, peneguhan dan dorongan untuk semakin berusaha memahami dan

menghayati semangat hidup sebagai suster rakyat yang menjadi spiritualitas kami.

Kami mendapat kesadaran baru bahwa hidup berdasarkan spiritualitas kongregasi

akan memperkaya dan mempersubur penggilan kami sebagai religius SMFA, dan

mendapat peneguhan dari yang kami imani dan hayati selama ini yang bersumber

pada semangat hidup Yesus walaupun masih jauh dari harapan dan kehendak-Mu.

Semoga dengan bimbingan dan kekuatan-Mu kami semakin mampu mengikuti

jalan hidup Yesus Putra-Mu kami wujudkan dalam kongregasi, komunitas dan

ditengah masyarakat dimana tempat kami merasul sehingga Engkau semakin

dimuliakan kini dan sepanjang masa. amin.

f Lagu Penutup: Teks “Serikat Persaudaraan”.

Page 161: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

144

Contoh Persiapan Rekoleksi yang II

Tema Umum Rekoleksi : Penghayatan Persaudaraan Sejati Dalam Hidup

Berkomunitas

Sub Tema : Persaudaraan yang Saling Mengampuni

Tujuan Rekoleksi : Bersama peserta memahami kekuarangn dan

kelebihan diri sendiri dan sesama sehingga mampu

mengampuni dalam sikap dan tindakan sehari-hari.

Materi : - Saling memahami kelemahan dan kekurangan

diri sendiri dan sesama

- Saling menerima dan mengampuni

- Makna pengampunan

Metode : Sharing, Informasi

Peserta : Para Suster SMFA

Model : Shared Christian Praxis

Sarana : - Konstitusi, Kitab Suci

- Madah Bakti,

- Spidol,

- Kertas

Sumber Bahan : - Injil Yoh 8 :1-8

- Konsep Konstitusi SMFA art. 4

- Lewis B. Semedes “Memaafkan Kekuatan yang

Membebaskan”

Page 162: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

145

PEMIKIRAN DASAR

Salah satu hidup religius adalah hidup bersama dalam komunitas yang

didasarkan pada cinta persaudaraan. Dalam hidup berkomunitas zaman sekarang,

khususnya dalam komunitas SMFA, belum menampakkan persaudaraan sejati antar

anggota/pribadi dalam komunitas, seperti sering kali dibicarakan dalam Kapitel

Umum Biasa maupun dalam rapat komunitas. Dalam kongregasi kita mengalami

bahwa persaudaraan belum sungguh bersaudara karena kita tidak dekat dari hati ke

hati. Kedekatan dari hati ke hati merupakan kedekatan antara pribadi dalam

komunitas.

Setiap pribadi dalam komunitas memiliki kecendrungan yang berbeda-beda

antara lain berpikir dan berbicara terhadap sesama. Kecendrungan menilai diri lebih

baik dari orang lain. Kecendrungan itu dapat disebut sebagai kelemahan. Kelemahan

tersebut dapat merusak hubungan persaudaraan. Untuk mengembalikan hubungan

persaudaraan menjadi baik (akrab kembali), mutlak perlu adanya sikap untuk saling

memaafkan atau saling mengampuni antara satu dengan yang lain.

Namun kenyataan tidak begitu mudah untuk memaafkan, mengampuni

kesalahan atau kelemahan orang lain. Kecendrungan terjadi justru membicarakan atau

menyebar luaskan kelemahan sesama. Dapat terjadi pula memberi maaf/ampun tetapi

tidak iklas, karena menyimpan dendam dan benci. Situasi seperti ini mengambarkan

bahwa kita tidak memberi kesempatan untuk sesama memperbaiki kelemahan atau

kesalahannya dan tidak mudah bersikap bijaksana dengan menyapa, menasehati,

memaafkan dan menyadarkan kesalahannya. Untuk mampu mengampuni/memaafkan

dituntut pula kerendahan hati seperti yang ditegaskan dalam Konstitusi SMFA:

“Yesus berkata :”Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti

Page 163: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

146

Aku telah mengasihi kamu”. Injil Tuhan kita Yesus Kristus merupakan pengerak dan

motivasi dasar hidup kita, baik sebagai pribadi maupun komunitas dan kongregasi.”

(Konsep Konstitusi art.4).

Mengampuni merupakan sesuatu yang penting dalam hidup persaudaraan

sebagai seorang kristiani seperti yang telah dilakukan oleh Yesus terhadap perempuan

yang berzinah (Yoh 8:1-11). Yesus memberi ampun dan membebaskan perempuan

itu dari rasa malu. Perempuan itu menyesal atas kesalahannya. Yesus menasehati dan

memberi pesan kepadanya supaya tidak berbuat dosa lagi. Pesan ini yang memberi

kekuatan baginya. Ia mendamaikan si pendosa dengan Bapa dan pertobatan diterima

dengan pengampunan. Kepada kelompok-kelompok ahli Taurat dan Farisi, Yesus

menyadarkan mereka bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa.

Dalam rekoleksi ini para Suster SMFA diajak untuk menyadari bahwa

kesatuan dan persaudaraan dalam kongregasi sangat dibutuhkan untuk saling

mengasihi, mengampuni dan tidak mudah menghakimi secara curiga kepada sesama,

serta menyadarkan bahwa kita adalah mahkluk yang berdosa. Oleh karena itu, dalam

dunia yang penuh dosa ini hanya dimungkinkan hidup tenteram dan damai, jika ada

pengampunan dan kasih. Untuk mencapai tujuan ini kita perlu merefleksi pengalaman

hidup mengenai pengampunan dengan bantuan teks Yoh 8:1-11, yang menghantar

kita ke dalam rekonsiliasi bersama.

Pengembangan Langkah-Langkah

2. Pembukaan

a. Pengantar

Pengampunan merupakan dasar persaudaraan sejati. Persaudaraan rusak karena

kelemahan dan kekurangan serta dosa kita. Untuk mengutuhkan kembali

Page 164: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

147

persaudaraan itu, mutlak dibutuhkan sikap mengampuni. Sikap mengampuni ini

didukung oleh sikap menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan sesama.

Kenyataan itu tidak mudah kita lakukan. Mengapa kita sulit memberi maaf atau

memberi pengampunan. Apa yang harus kita lakukan untuk berani memaafkan atau

mengampuni?

Dalam pertemuan ini, kita akan mendalami hal tersebut dengan mendasarkan

refleksi pada Kitab Suci.

b. Lagu Pembukaan : Madah Bakti. No. 366, bait 1 dan2 2

3. Doa Pembukaan

Allah Bapa yang Maha belaskasih, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau

tetap mencintai kami yang kecil dan pendosa ini. Dalam pertemuan ini kami ingin

mendalami pengalaman hidup kami sehubungan dengan sikap saling mengampuni

untuk meningkatkan persaudaraan sejati diantara kami dalam kongregasi ini.

Kami sadar bahwa mengampuni dan memaafkan sesama kami dengan ikhlas,

tidak mudah kami wujudkan, sehingga persaudaraan kami tampak menjadi suram.

Kami mohon ya Bapa, bukalah hati dan budi kami dengan Roh-Mu yang

mahakudus, supaya kami mampu mengoreksi hidup kami dan berani mau

mengampuni sesama kami. Kami mohon ini dengan perantaraan Kristus Tuhan

kami. Amin.

a Langkah 1 : Pengungkapan Pengalaman Faktual : Sebuah Artikel

Joe berkata “Aku begitu tegang dan culas”, sedangkan Dave begitu santai dan

kelihatan bahagia. Aku belum dapat melupakan perdebatan yang menyakitkan itu.

Aku tidak dapat memaafkan Dave. Aku tidak dapat menerimanya kembali.

Page 165: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

148

Setelah tenang dan diriku aku berkata: “Apa gunanya aku berdoa Bapa Kami?

Aku menjadi sadar, namun belum dapat memaafkan Dave (Semedes, 1991:95)

1 Pendamping membagikan artikel untuk direfleksi, dengan pertanyaan penuntun

sebagai berikut:

a) Apa perasaan Anda pada waktu membaca teks tersebut?

b) Apakah Anda mempunyai pengalaman seperti Joe?

2 Rangkuman dan Peneguhan

Memberi maaf/mengampuni, dapat membebaskan diri dari belenggu dendam dan

kebencian serta membuat hidup lebih bahagia. Dendam yang berkepanjangan

menyiksa diri sendiri, hidup tidak bahagia, kegiatan harian bisa macet. Kesadaran

sebagai orang kristiani melalui doa “Bapa Kami” yang diajarkan oleh Yesus,

menunjukkan keterbukaan hati untuk mau berdamai kembali dengan sesama.

Kemauan itu harus diwujudkan dalam tindakan.

b Langkah II: Refleksi Kritis Atas Sharing Pengalaman Faktual

1 Peserta diajak untuk merefleksikan pengalaman pada langkah I. Dari pengalaman

atau ungkapan yang telah kita bicarakan bersama, maka marilah kita mencoba

untuk menggalinya lebih dalam dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

a) Bagaimana sikap kita terhadap kekurangan sesama?

b) Mengapa kita sulit memaafkan/mengampuni?

2 Rangkuman dan Peneguhan

Kesulitan mengampuni, memaafkan, karena kita merasa diri yang paling baik,

paling benar, tidak melihat bahwa dalam diri sendiri juga memiliki kekurangan. Mata

batin kita belum dapat melihat kelebihan dan kebaikan-kebaikan orang lain, sehingga

Page 166: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

149

kesalahan kesalahan sesama sulit diterima dan dimaafkan, bahkan semakin mudah

untuk menghakimi, mencela, marah dan jengkel. Hal seperti ini menimbulkan

keretakan dalam persaudaraan. Kegiatan-kegiatan biasa berantakan, termasuk

kegiatan rohani.

Menyadari diri sebagai seorang kristiani yang religius, seharusnya kita lebih

mampu membawa damai dan pengampunan seperti yang dilakukan oleh Yesus dalam

Kitab Suci yang akan kita dengar dalam renungan bersama.

c Langkah III: Mengusahakan supaya tradisi dan Visi Kristiani lebih

terjangkau

1 Salah seorang peserta dimohon untuk membacakan Inil Yoh 8: 1-11.

2 Peserta diberi waktu hening sejenak secara pribadi , kemudian dilanjutkan dengan

diskusi, dengan pertanyaan sebagai berikut:

a) Kalimat mana yang menunjukkan adanya pengampunan dalam Yoh 8:1-11?

b) Apa pesan Yesus kepada perempuan yang berzinah?

c) Bagaimanakah model pengampunan yang dituntut dari kita berdasarkan model

pengampunan Yesus dalam Kitab Suci tadi?

3 Interpretasi

Kemampuan untuk mengampuni memerlukan kesadaran diri sebagai pendosa

yang setiap kali membutuhkan pengampunan demi orang lain dan pernah diampuni

oleh orang lain. Pengampunan dari Allah yang setiap kali kita terima menjadi dasar

yang kokoh untuk mengampuni sesama. Hal ini sangat jelas dilukiskan dalan kisah

perempuan berzinah yang diampuni Yesus (Yoh 8:1-11). Yesus dalam kelembutan

hati menerima perempuan itu dan mendamaikannya dengan Allah Bapa. Pertobatan

Page 167: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

150

dari perempuan itu diterima Yesus dengan pengampunan yang memberikan kekuatan

untuk hidup baru.

Menyadari diri sebagai pendosa yang pernah merusak hubungan persaudaraan,

baik dengan kata-kata maupun perbuatan, seharusnya kita lebih rela dan ikhlas

memberi maaf dan ampun serta menerima sesama dalam hidup kita. Persaudaraan

akan terpulih kembali apa bila adanya keterbukaan dan usaha setiap pribadi untuk

memperbaharui diri dalam saling mengampuni. Dengan demikian kita dapat maju,

bertumbuh dan berkembang sebagai satu kongregasi. “Hendaknya setiap anggota

komunitas senantiasa rela memberikan waktu dan tempat, dengan bijaksana dan

rendah hati, untuk mengupayakan rekonsiliasi antara sesama dalam

komunitas”(K.Konst, art.8). Dari kesatuan ini muncullah cinta dan hubungan pribadi

dengan setiap anggota, dimana ada keramahtamahan penuh kasih mesra dan saling

mengampuni terjadi.

Sikap memaafkan merupakan penghayatan spiritualitas Santo Fransiskus Asisi.

Mengampuni merupakan hal yang mutlak bagi seorang kristiani karena merupakan

wujud dari cinta persaudaraan. Terus menerus mengampuni merupakan kesadaran

bahwa setiap saat kita dapat jatuh dalam kelemahan yang sama dan membutuhkan

saling mengampuni. Hal ini secara tegas dikatakan oleh Yesus kepada Petrus untuk

mengampuni tanpa batas (Mat 18:21-29).

Sikap saling mengampuni, didasarkan pada iman kita bahwa Allah sendiri sudah

mengampuni dosa kita. Cinta dan belaskasih Allah jauh lebih besar dibandingkan

dosa dan kelemahan kita. Karena itu seharusnya kita menyalurkan belaskasih Allah

melalui sikap dan tindakan yang terbuka untuk menerima, memaafkan dan

mengampuni sesama dalam komunitas maupun di tempat kerasulan.

Page 168: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

151

d Langkah IV: Interprestasi Dialektis antara Pengalaman dan Visi Hidup

peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani

1 Pengantar

Berdasarkan tradisi dan visi yang terungkap pada langkah I dan II pendamping

dan peserta mengkonfrontasikannya dengan langkah III sesuai dengan kesadaran

masing-masing. Pertanyaan panduan:

a) Sejauh mana pesan teks Yoh 8:1-11 berserta ulasannya menyadarkan, menantang,

menyentuh, dan meneguhkan Anda?

b) Bagaimana usaha Anda mengampuni orang lain?

2 Rangkuman

Lebih bersifat mengulang jawaban-jawaban yang muncul dari peserta atau

mengambil intisari jawaban peserta dan membuka jalan untuk masuk kelangkah

ke V.

e Langkah V: Keterlibaan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah

1 Peserta diberi waktu cukup untuk meresapkan dua pertanyaan refleksi diatas

sebagai wujud persaudaraan.

2 Diberi waktu untuk rekonsiliasi bersama (bagi peserta yang bersedia secara

spontan memberi maaf dan ampun).

3 Membangun niat bersama dalam bentuk doa spontan

4 Doa Penutup

Allah Bapa yang maharahim, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau

mendampingi kami sampai akhir pertemuan ini. Kami merasakan bimbingan-Mu

yang menyadarkan kami untuk mengampuni sesama, terlebih yang pernah

Page 169: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

152

bersalah kepada kami. Kami merasa ditantang karena kami belum sungguh-

sungguh menjadi saksi pengampunan dan damai bagi dunia. Kami mohon,

ampunilah dosa dan kesalahan kami. Ajarilah kami mengampuni tanpa batas

sehingga terwujudlah persaudaraan sejati yang penuh kasih. Semua ini kami

mohon kepada-Mu dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

5 Lagu Penutup :Madah Bakti no. 378 bait 1dan3.

Page 170: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

BAB VII

PENUTUP

Pada bagian akhir dari karya tulis ini penulis mencoba melihat kembali secara

keseluruhan Bab I sampai Bab VI, yaitu beberapa hal yang mendasar mengenai

penghayatan hidup persaudaraan sejati bagi para Suster Misi Fransiskanes Santo

Antonius. Dalam bagian ini penulis akan mengemukakan kesimpulan berserta saran

sehubungan dengan upaya meningkatkan kualitas penghayatan semangat

persaudaraan sejati dalam hidup sehari-hari bagi para suster SMFA melalui rekoleksi

dalam bentuk katekese model SCP.

A. Kesimpulan

Pada bagian kesimpulan ini, penulis akan mengemukakan beberapa hal yang

perlu ditegaskan dan dipikirkan kembali untuk meningkatkan penghayatan semangat

persaudaraan sejati dalam kongregasi Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius.

Skripsi yang berjudul “Persaudaraan Sejati Suster Misi Fransiskanes Santo

Antonius Dalam Terang Spiritualitas Santo Fransiskus Asisi”, ingin mengajak para

suster SMFA untuk lebih meningkatkan penghayatan semangat persaudaraan sejati

dan mewujudnyatakannya dalam hidup sehari-hari melalui pertemuan katekese

dalam bentuk rekoleksi. Persaudaraan merupakan suatu nilai manusiawi dan kristiani

yang amat penting. Persaudaraan juga nilai yang amat penting dalam hidup religius

dan hidup fransiskan secara khusus bagi kongregasi Suster Misi Fransiskanes Santo

Antonius. Sebab sesungguhnya Allah menghendaki agar semua manusia, yang

diciptakan seturut gambar dan keserupaan dengan-Nya, dipanggil untuk membentuk

153

Page 171: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

154

suatu keluarga umat manusia dan memperlakukan satu sama lain dalam semangat

bersaudara.

Manusia diciptakan Allah, seturut citra-Nya, sebagai mahkluk individu

sekaligus mahkluk sosial. Dalam keberadaannya sebagai mahkluk sosial, manusia

tidak dapat memisahkan diri dari yang lain, ia tidak dapat hidup sendiri. Sebaliknya,

ia perlu membangun relasi dengan yang lain pada kenyataannya, melalui relasi

dengan yang lain, manusia justru akan semakin diperkembangkan dan

disempurnakan. Dengan kata lain, eksistensi dan jati dirinya yang sesungguhnya akan

semakin diteguhkan.

Relasi yang perlu dibangun oleh manusia dengan sesamanya adalah relasi

persaudaraan yang bersifat universal, yang menembus segala batas pemisah, entah

suku, bahasa, agama, golongan sosial, atau aspek yang lainnya. Inilah relasi dalam

arti sesunggunhnya, relasi yang didasarkan pada kasih akan Allah dan sesama,

sebagaimana Allah telah membangun relasi dengan manusia atas dasar kasih tanpa

batas dan pemberian diri yang total. Inilah relasi yang menjadikan diri sendiri dan

pihak lain mampu menemukan eksistensi kemanusiaanya. Singkat kata inilah relasi

yang menusiawikan.

Persaudaraan adalah suatu cita-cita kehidupan yang hendak diwujudkan oleh

semua orang tarekat hidup bakti. Ideal hidup ini sudah muncul dalam anggaran dasar

tua para rahib. Ideal hidup ini diterima dalam KHK bagi semua tarekat religius

dengan rumusan berikut, “Oleh hidup persaudaraan yang menjadi ciri masing-masing

lembaga, semua anggota dipersatukan bagaikan dalam suatu keluarga khusus dalam

Kristus. Hendaknya hidup persaudaraan itu ditentukan sedemikian rupa sehingga

semua saling membantu untuk memenuhi panggilan masing-masing. Dengan

Page 172: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

155

persekutuan persaudaraan itu, yang berakar dan berdasar dalam cinta kasih, para

anggota menjadi gambar dari perdamaian menyeluruh dalam Kristus.

Dalam rangka memberi kesaksian tentang hidup persaudaraan kepada Gereja

dan dunia oleh tarekat-tarekat hidup bakti, persaudaraan fransiskan menanggung misi

khusus sebagaimana Fransiskus telah melaksanakan dan mengerjakan dalam

perjuangannya untuk menyerupai Kristus dan Injil.

Tugas Fransiskus dan saudara-saudaranya adalah menyelaraskan kehidupan

mereka dengan Kristus dan melaksanakan Injil. Persaudaraan fransiskan secara hakiki

meneruskan tugas ini dengan memberikan suatu kesaksian akan universalitas

kebapaan Allah dan persaudaraan universal manusia kepada Gereja dan dunia.

Persaudaraan sejati ini terbuka kepada seluruh makhluk ciptaan sebagai model

idealnya adalah persaudaraan yang dihayati oleh Kristus dan para rasul-Nya (Mrk 3:

14-15).

Manusia tidak bisa hidup sendirian. Manusia selalu membutuhkan kehadiran

orang lain. Kehadiran orang lain sangat penting dalam rangka mengembangkan

kepribadian menjadi dewasa. Pesaudaraan sejati akan sungguh berarti jika seseorang

mampu menerima kehadiran orang lain apa adanya. Artinya, kekurangan yang

dimiliki tidak menjadi halangan untuk berteman. Perbedaan itu justru sebagai suatu

sumbangan yang sangat berharga bagi suatu kelompok. Fransiskus dari Asisi menjadi

teladan: ia memandang semua orang sama derajad, tidak membeda-bedakan. Bahkan

orang-orang miskin dan menderita kusta menjadi saudara Fransiskus. Ia secara

khusus melayani orang-orang yang disingkirkan dalam pergaulan masyarakat.

Persaudaraan sejati berarti adanya hubungan yang harmonis antar manusia

seperti halnya hubungan adik-kakak dalam satu keluarga. Dalam hubungan

Page 173: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

156

persaudaraan itu diandaikan orang mampu menerima kehadiran orang lain apa adanya

dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Sikap seperti itu dapat menghidarkan

rasa curiga, benci, iri hati, cemburu dan lain sebagainya. Jadi dalam suasana

persaudaraan orang-orang dapat bergaul dan berkomunikasi seakan-akan mereka

berasal dari satu keluarga yang sama.

Hal yang penting dalam hubungan persaudaraan adalah berani mengakui dan

menghormati kelebihan orang lain dan dengan jujur mengakui kekurangan diri

sendiri. Suatu kelompok persaudaraan akan sungguh berarti jika anggotanya mampu

hidup rukun dan damai tidak saling mencurigai, dan mampu menerima keritikan

orang lain. Penguasaan diri ini sangat penting agar tidak terjadi pertengkaran dan

perkelahian. Rasa percaya sangat penting, dan perlu terus dibina. Sebab segala

pertikaian muncul dari rasa curiga, iri hati dan tidak membuka diri untuk kehadiran

orang lain.

Fransiskus dari Asisi mempunyai cita-cita yang sangat mulia. Dia menghendaki

para pengikutnya hidup kompak, saling menghormati dan menghargai. Hanya dengan

menghargai, kita dapat menerima orang lain apa adanya. Suatu persaudaraan sejati

sungguh-sungguh berarti bila orang mampu hidup damai dan saling menghargai.

Fransiskus menasehati saudara-saudaranya agar menghidari pertengkaran , apalagi

perkelahian. Baik kiranya kita belajar hal itu dari Fransiskus supaya kita juga tahu

menghargai kehadiran orang lain sebagai saudara kita.

Persaudaraan sejati adalah kata yang sering diucapkan orang, meskipun tidak

jelas arti dan makna. Kata yang mudah diucapkan dan terdengar begitu bagus itu,

ternyata sangat sulit diamalkan dalam hidup setiap hari. Di mana zaman sekarang

kesaksiaan akan semangat persaudaraan sangat dibutuhkan secara khusus dalam

Page 174: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

157

kongregasi SMFA oleh para Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius baik itu dalam

kongregasi, komunitas dan di masyarakat sebagai suster rakyat. Dan untuk tetap

menghidupi semangat persaudaraan itu perlu adanya suatu pembinaan lanjut yang

terus menerus di tingkatkan, dengan demikian semangat persaudaraan itu tetap

bergema dalam setiap pribadi suster seperti yang diajarkan oleh Santo Fransiskus

kepada para pengikutnya.

Arti dan makna persaudaraan yang sesungguhnya dapat kita lihat dalam

penghayatan Santo Fransiskus dari Asisi. Fransiskus memandang semua makhluk

ciptaan Tuhan sebagai saudara. Pemahaman yang paling mendasar ialah bahwa

semua makhluk bergantung kepada Tuhan. Fransiskus menghormati semua makhluk

itu sebagai ciptaan Allah yang luhur. Perlakuan hormat Fransiskus terhadap setiap

makhluk ciptaan mewujudkan sikap bersahabat. Bagi Fransiskus, makhluk-makhluk

itu tidak hanya manusia, tetapi juga ciptaan Allah lainnya perlu diberi kesempatan

untuk hidup. Itu berarti bahwa tidak seorang pun boleh merampas hak hidup orang

atau makhluk lain karena yang berkuasa atas hidup adalah Allah.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, penulis ingin menyampaikan

beberapa saran sebagai hasil dari refleksi selama ini. Para Suster SMFA sebagai

kongregasi yang mempunyai harapan yang besar terhadap perwujudan semangat

persaudaraan sejati. Para Suster SMFA mengemban tugas tanggungjawab dalam

hidup persaudaraan sebagai bentuk perwujudan yang nyata dalam hidup sehari-hari.

Hidup persaudaraan di sini lebih pada keterlibatan anggota kongregasi dalam hidup di

komunitas maupun di masyarakat.

Page 175: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

158

Melalui usaha menyarikan nilai-nilai dasariah dari sumber-sumber Fransiskan

tentang kehidupan persaudaraan sejati dan menunjukkan adanya perubahan dari nilai-

nilai tersebut yang terjadi selama beberapa puluh tahun lalu, sumber-sumber itu telah

membantu penulis menghadirkan kembali akan kharisma persaudaraan sejati. Dasar

pesaudaraan sejati adalah pengamalan pribadi yang mesra dengan Allah. Sedangkan

pusatnya adalah hukum cinta kasih, yaitu mencintai Tuhan dan sesama.

Nilai dan sikap hidup dalam persaudaraan sejati dapat ditemukan dalam tulisan-

tulisan Fransiskus sendiri dan Thomas Celano. Thomas Celano dalam 1Cel 58-61, 76-

80 mengambarkan sikap Fransiskus terhadap makhluk ciptaan lainnya. Diceritakan

bahwa Fransiskus dapat berbicara kepada mereka. Begitu tingginya sikap hormat

kepada sesama ciptaan, Fransiskus mengubah kidung Saudara Matahari. Masih ada

tulisannya sendiri Fransiskus memberi kesaksian perihal sikap toleransinya dengan

semua orang yang berkeyakinan lain, khususnya kaum muslimin. Kesaksian ini dapat

di temukan dalam AngTBul XVI dan AngBul XII. Sedangkan Thomas Celano

menunjukkan hal yang sama dengan menceritakan pengalaman Fransiskus ketika

menghadapi Sultan Mesir Melek el Kamel pada September 1219 (1 Cel 57).

Demikianlah nilai atau sikap hidup tersebut sebenarnya sangat relevan bagi keadaan

zaman sekarang ini. Fransiskus dan para saudaranya mempunyai pengalaman pribadi

akan dan hubungan mesra dengan Allah, dunia, Gereja dan Persaudaraan Fransiskan

dewasa ini perlu merasakan hal yang sama. Karena itu pentinglah bagi setiap anggota

dunia, Gereja dan Persaudaraan Fransiskan dewasa ini untuk merenungkan setiap

perubahan yang terjadi dan menemukan Allah di dalamnya. Pengalaman akan Allah

harus menjadi dasar bagi mereka dalam menghadapi perubahan. Secara khusus

kepada persaudaraan para Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius, Minister General

Page 176: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

159

Giacomo Bini mengatakan sebagai berikut: “Adalah penting bagi kita untuk belajar

dalam setiap peristiwa hidup kita ‘suatu jalan’ yang mengantar kepada Allah.

Dengan demikian segalanya diikutsertakan ke dalam persekutuan kita dengan Allah

yang hadir dalam hidup kita dan sejarah pribadi kita.” Fransiskus sendiri

mengingatkan pentingnya membangun dalam hati “suatu tempat tinggal bagi Allah”

yang menjadi pusat aktivitas.

Hidup yang dijalankan Fransiskus dan para saudaranya berpusat pada hukum

cinta kasih, yaitu mencintai Tuhan dan sesama. Cinta kasih inilah yang diperlukan

oleh dunia, Gereja dan Persaudaraan Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius

dewasa ini. Bila cinta kasih meraja maka segala pertentangan yang terjadi akan sirna.

Khusus bagi para Suster SMFA dewasa ini, dengan menjalankan hukum cinta kasih

para suster harus mampu untuk menjadi saksi-saksi tentang Allah dengan hidup

dalam persaudaraan sejati. Mereka pun harus mampu menjaga kehidupan.

Lewat studi pustaka ini, telah membantu penulis menghadirkan kembali nilai-

nilai dasariah kehidupan persaudaraan sejati. Pertanyaannya sekarang adalah

mampukah dunia, Gereja dan Persaudaraan Fransiskan dewasa ini khususnya para

suster SMFA melakukan pembaharuan dengan melaksanakan apa yang menjadi tugas

masing-masing? Fransiskus Asisi menantang dengan kata-katanya, “Aku telah

melakukan apa yang menjadi bagianku; semoga Kristus mengajarkan apa yang

menjadi bagianmu, (2 Cel 214).

Penulis berharap semoga dengan katekese dalam bentuk rekoleksi yang menjadi

salah satu upaya meningkatkan semangat persaudaraan sejati dapat membantu para

suster SMFA dalam mengungkapkan pengalaman hidupnya pada sesama saudari.

Kegiatan katekese perlu diadakan secara rutin dan terprogram, agar tema-tema

Page 177: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

160

katekese sungguh-sungguh dapat menjawab kebutuhan para suster dalam

meningkatkan semangat persaudaraan sejati dalam hidup sehari-hari baik itu di

kongregasi, komunitas maupun di masyarakat di mana kita berada. Penulis uga

berharap agar pemikiran yang penulis sumbangkan dapat memberikan inspirasi dalam

upaya meningkatkan semangat persaudaraan sejati bagi para suster SMFA dan kita

semua.

Page 178: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

161

DAFTAR PUSTAKA

Aturan Hidup SMFA. (2005) Statut SMFA Regio Indonesia . Kalimantan Barat;

Pontianak . Armstrong, Karen. (2001). Perang Suci, Dari Perang Salib Hingga Perang Teluk.

Jakarta: Serambi. Bahang, Konstantinus. Nilai Persaudaraan dalam Spiritualitas Fransiskan.

Edisi Khusus Yubelium 75 Tahun Kehadiran kembali OFM di Indonesia. (2004). Perantau. Jakarta: Sekafi.

Banawiratma, J.B. Ed (1988). Aspek-Aspek Teologi Sosial. Yogyakarta: Kanisius.

Bonaventura. (1984). St. Fransiskus. (Y. Wahyosudibyo OFM, penerjermah). Jakarta : Sekafi.

Celano, Thomas. (1984). St. Fransiskus Asisi. Cet. Ke-2. (Y. Wahyosudibyo OFM, penerjermah). Jakarta : Sekafi.

Chang William. (1989). Jiwa Kommis Fransiskus dari Asisi. Cet. Ke-1. Ende: Nusa Indah.

........................... Dampak Politik dalam Hidup Sosial. Harian Umum Kompas, 23 Juni 2004.

Cremers, Agus. (1995). Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan Menurut James W. Fowler. Yogyakarta: Kanisius.

Darmaatmadja, Julius. (2000). Persaudaraan Sejati, Asali dan Asli, Bunga Rampai III. Jakarta: Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi KWI.

Ester, Kajetan, OFM. (tanpa tahun). Spritualitas dan Tugas Ordo dalam Kerajaan Allah. Manuskrip.

Goble, G. Frank. (1987). Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius.

Groonen, Cletus. (1997). Fransiskus dari Asisi. Cet. Ke- 1. Bogor: Mardi Yuana

Hadisumarta, F.X. (2000). Persaudaraan Kristiani, Bunga Rampai III. Jakarta Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi KWI.

Harun, Martin. Kamu Semua adalah Saudara. Perantau thn. XXI No. 6, November-Desember 2000. Jakarta : Sekafi.

Haryanto, Ignatius. (2004). Terbuka Terhadap Umat Beragama. Yogyakarta: Kanisius.

Heryatno Wono Wulung, F.X., SJ. (1997). Shared Christian Praksis: Suatu Model Katekese (Seri Puskat No. 356). Yogayakarta: LPKP.

Ladjar Leo, L,. OFM. (1988). Fransiskus Asisi, Karya-karyanya. (Cet ke-1). Yogyakarta: Kanisius.

Mangunharjdjana. A. M, SJ. (1984). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius

Page 179: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

162

Pedoman Hidup SMFA (2005) Konstitusi Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius. Kalimantan; Barat Pontianak

Sastrapratedja, M. (1994). Filsafat Manusia; bagian I. Jakarta: STF Driyarkara.

Sekafi. (1984). Anggaran Dasar Dan Cara Hidup Saudara-Saudari Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus. Jakarta.

Sekafi. Mengenal Kebaikan Santo Fransiskus Dari Asisi, buku 1-3. Jakarta.

Therese Rienen, Sr. Sejarah Awal Misi Suster SMFA Di Indonesia. Kalimantan Barat: Sintang

Sumarno Ds, M., MA., SJ. (2003). Praktek Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik di Paroki. Yogyakarta.

Tim Penyusun Kamus. ( 1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet 2. Jakarta: Balai Pustaka

Van Doornik, M.S.C. (1977). Fransiskus Asisi Nabi Masa Kini. Bogor Mardi Yuana.

Vardy Peter. (2001). Fransiskus dan Bonaventura. Yogyakarta Kanisius.

Vefie Poels. Sejarah Berdirinya Kongregasi Suster-Suster Misi Asten. Belanda: Asten

Page 180: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

Lampiran I: Teks Doa

TUHAN JADIKANLAH AKU PEMBAWA DAMAI

I :Tuhan jadikanlah daku pembawa damai,

Bila terjadi kebencian,

U :Jadikanlah aku pembawa cinta kasih

I :Bila terjadi penghinaan,

U :Jadikanlah daku pembawa pengampunan

I :Bila terjadi perselisihan,

U :Jadikanlah aku pembawa kerukunan

I :Bila terjadi kebimbangan,

U :Jadikanlah aku pembawa kepastian.

I :Bila terjadi kesesatan,

U :Jadikanlah aku pembawa kebenaran

I :Bila terjadi kecemasan

U :Jadikanlah aku pembawa harapan

I :Bila terjadi kesedihan

U :Jadikanlah aku sumber kegembiraan

I :Bila terjadi kegelapan

U :Jadikanlah aku pembawa terang

I :Tuhan, semoga aku lebih ingin menghibur dari pada dihibur, memahami dari

pada dipahami, mencintai dari pada dicintai.

U :Sebab dengan memberi kami menerima, dengan mengampuni kami

diampuni. Dengan mati suci kami bangkit lagi untuk hidup selama-lamanya.

Amin

(1)

Page 181: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

Lampiran II: Teks Doa

DOA DI DEPAN SALIB I

Kami menyembah Engkau Tuhan Yesus Kristus

Di sini dan di semua Gereja-Mu

yang ada di seluruh dunia

dan kami memuji Engkau

sebab Engkau telah menebus dunia

dengan salib-Mu yang suci

DOA DI DEPAN SALIB II

Allah mahatinggi dan penuh kemulian

Terangilah kegelapan hatiku

dan berilah aku iman yang benar

dan pengharapan yang teguh

dan kasih yang sempurna

berilah aku ya Tuhan perasaan yang peka

dan budi yang cerah

agar aku mampu melaksanakan perintahmu

yang kudus dan takkan menyesatkan.

Amin.

(2)

Page 182: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

Lampiran III: Teks Doa

MAZMUR 133

Sungguh alangkah baiknya dan indahnya,

Apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun.

Seperti minyak diatas kepala meleleh ke jangut Harun

Dan keleher Jubahnya.

Seperti embun gunung Hermon yang

Turun

Ke atas gunung-gunung Sion.

Sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat,

Kehidupan untuk selama-lamanya

(3)

Page 183: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

Lampiran IV: Teks lagu

KASIH

Kasih pasti lemah lembut

Kasih pasti murah hati

Kasih pasti memaafkan

KasihMu-kasihMu Tuhan

Aarilah kami ini saling mengasihi

Ajarilah kami ini saling mengampuni

Ajarilah kami ini kasihMu ya Tuhan

KasihMu kudus tiada batasnya

(4)

Page 184: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

Lampiran V: Teks Lagu

MENGASIHI

Mengasihi-mengasihi lebih sungguh

Mengasihi-mengasihi lebih sungguh

Tuhan lebih dulu mengasihi kepadaku

Mengasihi-mengasihi lebih sungguh

Mencintai-mencintai lebih sungguh

Mencintai-mencintai lebih sungguh

Tuhan lebih dulu mencintai kepadaku

Mencintai-mencintai lebih sungguh

Melayani-melayani lebih sungguh

Melayani-melayani lebih sungguh

Tuhan lebih dulu melayani kepadaku

Melayani-melayani lebih sungguh

(5)

Page 185: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

Lampiran VI: Teks Lagu

DALAM YESUS KITA BERSAUDARA

Dalam Yesus kita bersaudara Dalam Yesus ada cinta kasih

Dalam Yesus kita bersaudara Dalam Yesus ada cinta kasih

Dalam Yesus kita bersaudara Dalam Yesus ada cinta kasih

Sekarang dan selamanya Sekarang dan selamanya

Dalam Yesus kita bersaudara Dalam Yesus ada cinta kasih

Dalam Yesus ada pengampunan Dalam Yesus ada kedamaian

Dalam Yesus ada pengampunan Dalam Yesus ada kedamaian

Dalam Yesus ada pengampunan Dalam Yesus ada kedamaian

Sekarang dan selamanya Sekarang dan selamanya

Dalam Yesus ada pengampunan Dalam Yesus ada kedamaian

(6)

Page 186: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANESrepository.usd.ac.id/22517/1/021124016_Full.pdfB. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan

LampiranVII: Teks Lagu

SERIKAT PERSAUDARAAN

Serikat persaudaraan berdirilah teguh

Sempurnakan persatuan di dalam Tuhanmu

Bersama-sama majulah dikuatkan iman

Berdamai dan bersaudara dengan pengasihan

Serikatmu tetap teguh di atas landasan

Yaitu satu Tuhan dan satulah iman

Dan satu juga baptisan dan Bapa satulah

Yang olehmu sekalian dipuji disembah

Dan masing-masing darimu terima anugerah

Supaya kamupun tekun dan rajin bekerja

Hendaklah hatimu rendah turut perintah Allah

Umat-Mu menurut firmannya berkasih-kasihan

(7)