perkembangan anak usia sekolah

25
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak di Usia Sekolah Makalah Disusun untuk memenuhi tugas Problem Based Learning Disusun oleh : S. Krissattryo Rosarianto I. Kelompok C-2 102011374 [email protected]

Upload: bramulya-tri-subagiyo

Post on 21-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembangan

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan Anak Usia Sekolah

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak di Usia Sekolah

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas Problem Based Learning

Disusun oleh :

S. Krissattryo Rosarianto I.

Kelompok C-2

102011374

[email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Page 2: Perkembangan Anak Usia Sekolah

2012

2

Page 3: Perkembangan Anak Usia Sekolah

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Anak usia 6-12 tahun biasanya baru mulai memasuki masa sekolah. Dalam usia

ini anak sudah mulai memanfaatkan kemampuan kognitifnya untuk belajar,

mengevaluasi diri, menilai dan lain-lain, perkembangan yang cukup terlihat jelas adalah

bahwa anak menjadi lebih mandiri dan mulai berani untuk jauh dari orang tuanya.

Pertumbuhan yang terjadi dalam usia ini juga cukup pesat mulai dari penambahan tinggi

badan, berat badan, dan juga organ-organ tubuh lainnya. Ditinjau dari aspek psikososial

dan emosional anak, di usia ini juga mulai mengalami perkembangan.

Peran orang tua disini juga sangat penting terutama dalam mengarahkan

perkembangan anak yang benar agar si anak sendiri bisa tumbuh sebagaimana ia

menjadi pada usianya. Suatu contoh kasus berikut akan memberikan keterkaitan antara

pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah beserta peran orang tua dalam

mnegarahkan dan mengatasi masalah-masalah yang terkait.

II. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah seorang anak perempuan usia 6

tahun, sering merasa ketakutan, menangis dan takut ditinggal ibunya serta memiliki

perkembangan yang berbeda dengan anak lain.

III. Hipotesis

Hipotesis dalam makalah ini adalah anak usia 6 tahun sering mengalami

ketakutan, menangis dan takut ditinggal ibunya mengalami gangguan psikososial.

3

Page 4: Perkembangan Anak Usia Sekolah

ISI

Anak usia antara 6-12 tahun, periode yang kadang-kadang disebut sebagai masa anak-anak pertengahan atau masa laten, mempunyai tantangan baru. Kekuatan kognitif untuk memikirkan banyak faktor secara simultan memberikan kemampuan pada anak usia sekolah untuk mengevaluasi diri sendiri dan merasakan evaluasi teman-temannya. Sebagai akibatnya, penghargaan diri menjadi masalah sentral.

Tidak seperti bayi dan anak pra-sekolah, anak-anak usia sekolah dinilai menurut kemampuannya untuk menghasilkan hasil yang bernial sosial, seperti nilai-nilai atau pekerjaan yang baik.

Karenanya, Erikson mengidentifikasi masalah sentral psikososial pada masa ini sebagai krisis antara keaktifan dan inferioritas. Perkembangan kesehatan membutuhkan peningkatan pemisahan dari orang tua dan kemampuan menemukan penerimaan dalam kelompok yang sepadan serta merundingkan tantangan-tantangan yang berada di dunia luar.1

I. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Anak Usia Sekolah (6-12 tahun)Pertumbuhan selama periode tersebut rata-rata 3-3,5 kg dan 6cm per tahun.

Lingkaran kepala tumbuh hanya 2-3 cm selama periode tersebut, menandakan pertumbuhan otak yang melambat, karena proses mielinisasi sudah sempurna pada usia 7 tahun. Habitus tumbuh (endomorfi, mesomorfi atau ektomorfi) cenderung secara relatif tetap stabil selama masa anak pertengahan.

Pertumbuhan wajah bagian tengah dan bawah terjadi secara bertahap. Kehilangan gigi desidua (bayi) merupakan tanda maturasi yang lebih dramatis, mulai sekitar usia 6 tahun setelah tumbuhnya gigi-gigi molar pertama. Penggantian dengan gigi dewasa terjadi pada kecepatan sekitar 4/tahun. Jaringan limfoid hipertrofi, sering timbul tonsil dan adenoid yang mengesankan, yang kadang-kadang membutuhkan penanganan pembedahan.

Kekuatan otot, koordinasi dan daya tahan tubuh meningkat secara terus menerus, seperti halnya kemampuan menampilkan pola gerakan-gerakan yang rumit seperti menari, melempar bola basket atau bermain piano. Kemampuan-kemampuan perintah motorik yang lebih tinggi adalah hasil dari kedewasaan maupun latihan; derajat penyelesaian mencerminkan keanekaragaman yang luas dalam bakat, minat, dan kesempatan bawaan semenjak lahir. Penelitian epidemiologi melaporkan kemunduran umum dalam kemampuan fisik di antara anak-anak usia sekolah. Kebiasaan berdiam diri pada usia ini dihubungkan dengan meningkatnya risiko kegemukan selama hidup dan penyakit jantung.

Organ-organ seksual secara fisik belum matang, namun minat pada jenis kelamin yang berbeda dan tingkah laku seksual tetap aktif pada anak-anak dan meningkat secara progresif sampai pubertas. 1

4

Page 5: Perkembangan Anak Usia Sekolah

II. Anamnesis Tumbuh Kembang AnakHal-hal penting yang harus diperhatikan dalam anamnesis tumbuh kembang

anak, adalah sebagai berikut:2

1. Anamnesis faktor pranatal dan perinatalMerupakan faktor yang penting untuk mengetahui perkembangan anak. Anamnesis harus menyangkut faktor risiko untuk terjadinya gangguan perkembangan fisik dan mental anak, termasuk faktor risiko untuk buta, tuli, palsi serebralis, dll. Anamnesis juga menyangkut penyakit keturunan dan apakah ada perkawinan antar keluarga.

2. Kelahiran prematurHarus dibedakan antara bayi prematur dan bayi dismatur dimana telah terjadi retardasi pertumbuhan intrauterin. Pada bayi prematur, karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran normal, maka harus diperhitungkan periode pertumbuhan intrauterin yang tidak sempat dilalui tersebut. Sedangkan pada post-matur, masih belum jelas apakah diperhitungkan keterlambatan lahirnya tersebut. Karena pada post-matur sering disertai dengan insufisiensi plasenta, shingga dirasa tidak perlu diperhitungkan berapa lama dia post-matur.

3. Anamnesis harus menyangkut faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak.Misalnya, untuk meneliti perkembangan motorik pada anak, harus ditanyakan berat badannya, karena erat hubungannya dengan perkembangan motorik tersebut. Untuk menanyakan kemampuan menolong diri sendiri, misalnya makan, berpakaian, dll. harus pula ditanyakan apakah ibunya memberikan kesempatan pada anak untuk belajar itu.

4. Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan malnutrisi.

5. Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak Merupakan informasi yang sangat penting yang harus ditanyakan pada ibunya pada saat pertama kali datang. Anamnesis yang teliti tentang “milestone” perkembangan anak, dapat mengetahui tingkat perkembangan anak tersebut. Tidak selalu perkembangan anak mulus seperti pada teori, ada kalanya perkembangan anak normal sampai umur tertentu, kemudian mengalami keterlambatan. Ada juga yang mulainya terlambat, atau karena sakit, perkembangan terhenti yang kemudian normal kembali. Dapat juga perkembangan yang langsung pesat, misalnya pada perkembangan bicara.

6. Pola perkembangan anak dalam keluarga

5

Page 6: Perkembangan Anak Usia Sekolah

Anamnesis tentang perkembangan anggota keluarga lainnya, karena ada kalanya perkembangan motorik dalam keluarga tersebut dapat lebih cepat/lambat, demikian pula dengan perkembangan bicara atau kemampuan mengontrol buang air besar/kecilnya.

III. Tes Denvera. Definisi DDST3

Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun. Nama “Denver” menunjukkan bahwa uji skrining ini dibuat di University of Colorado Medical Center di Denver. DDST merefleksikan persentase kelompok anak usia tertentu yang dapat menampilkan tugas perkembangan tertentu. Tes ini dapat dilakukan oleh dokter spesialis anak, tenaga profesional kesehatan lainnya, atau tenaga profesional dalam layanan sosial.

Dalam perkembangannya, DDST mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir adalah Denver II yang merupakan hasil revisi dan standardisasi dari DDST dan DDST-R (Revised Denver Developmental Screening Test). Perbedaan Denver II dengan skrining terdahulu terletak pada item-item test, bentuk, interpretasi, dan rujukan.

Pembahasan mengenai DDST dalam sejarahnya tidak terlepas dari Denver Developmental Materials. Denver Developmental Materials bermanfaat bagi petugas kesehatan yang memberi perawatan langsung pada anak. Dengan prosedur yang sederhana dan cepat, metode ini dapat digunakan oleh tenaga profesional maupun paraprofesional. Prosedur tersebut dirancang untuk menilai perkembangan anak yang optimal sejak lahir hingga usia 6 tahun melalui panduan dan identifikasi yang memerlukan evaluasi tambahan.

b. Manfaat DDST3

Penyimpangan dan perkembangan pada bayi dan anak usia dini sering kali sulit dideteksi dengan pemeriksaan fisik rutin. DDST dikembangkan untuk membantu petugas kesehatan dalam mendeteksi masalah perkembangan anak usia dini.

Menurut studi yang dilakukan oleh The Public Health Agency of Canada, DDST adalah metode tes yang paling banyak digunakan untuk skrining masalah perkembangan anak. Tes ini bermanfaat dalam mendeteksi masalah perkembangan yang berat. Akan tetapi, DDST telah dikritik tidak reliabel

6

Page 7: Perkembangan Anak Usia Sekolah

dalam memprediksikan masalah-masalah yang kurang berat dan spesifik. Kritik ini juga dilontarkan terhadap versi DDST yang telah direvisi, yaitu Denver II. Terhadap kritik tersebut Frankenburg menjelaskan bahwa tujuan pokok dari DDST bukan untuk menetapkan diagnosis akhir, melainkan sebagai metode cepat untuk mengidentifikasi anak-anak yang memerlukan evaluasi lebih lanjut.

Manfaat pengkajian perkembangan dengan menggunakan DDST bergantung pada usia anak. Pada bayi baru lahir, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis neurologis, salah satunya serebral palsi. Pada bayi, tes ini sering kali dapat memberikan jaminan kepada orang tua atau bermanfaat dalam mengidentifikasi berbagai problema dini yang mengancam mereka. Pada anak, tes ini dapat membantu meringankan permasalahan akademik dan sosial.

Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain:1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya.2. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat.3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menujukkan gejala,

kemungkinan adanya kelainan perkembangan.4. Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.5. Memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan.

c. Pengukuran Dalam DDST3

Sebelum menerapkan DDST, terlebih dahulu kita harus memahami apa yang hendak diukr melalui tes tersebut. Agar tidak terjadi kesalah pahaman, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan terkait tes Denver II.

1. Denver II bukan merupakan tes IQ dan bukan alat peramal kemampuan adaptif atau intelektual (perkembangan) pada masa yang akan datang.

2. Denver II tidak digunakan untuk menetapkan diagnosis, seperti kesukaran belajar, gangguan bahasa, gangguan emosional, dan sebagainya.

3. Denver II diarahkan untuk membandingkan kemampuan perkembangan anak dengan anak lain yang seusia, bukan sebagai pengganti evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik.

Tujuan pokok DDST bukan untuk menetapkan diagnosis akhir gangguan perkembangan anak, melainkan sebagai metode cepat untuk mengidentifikasi anak-anak yang memerlukan evaluasi lebih lanjut terkait perkembangan mereka. Dengan demikian, tes ini tidak memiliki kriteria

7

Page 8: Perkembangan Anak Usia Sekolah

kesimpulan hasil perkembangan anak “abnormal”, yang ada hanyalah “normal”, “tersangka”, dan “tak dapat diuji”.

Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak, mulai dari usia 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusun dalam formulir khusus dan terbagi menjadi 4 sektor, yaitu:

1. Sektor Personal-Sosial, yaitu penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi.

2. Sektor Motorik Halus-Adaptif, yaitu koordinasi mata-tangan, kemampuan memainkan dan menggunakan benda-benda kecil, serta pemecahan masalah.

3. Sektor Bahasa, yaitu mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa.

4. Sektor Motorik Kasar, yaitu duduk, berjalan, dan melakukan gerakan umum otot besar lainnya.

IV. Pemeriksaan Fisik Antopometri

Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Dalam pengukuran antropometri terdapat dua cara dalam pengkuran, yaitu pengukuran berdasarkan usia dan pengukuran tidak berdasarkan usia. Pengukuran berdasarkan usia misalnya berat badan berdasarkan usia, tinggi badan berdasarkan usia, dan lain-lain. Sedangkan pengukuran tidak berdasarkan usia misalnya, pengukuran berat badan berdasarkan tinggi badan, lingkar lengan atas berdasarkan tinggi badan, dan lain-lain.4

a. Pengukuran Berat Badan4

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Selain menilai berdasarkan status gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakana pengobatan.

b. Pengukuran Tinggi Badan4

Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.

c. Pengukuran Lingkar Kepala4

8

Page 9: Perkembangan Anak Usia Sekolah

Pengukuran lingkar kepala ini digunakan sebagai salah satu parameter untuk menilai pertumbuhan otak. Dengan penilaian ini, dapat dideteksi secara dini apabila terjadi pertumbuhan otak mengecil yang abnormal (mikrosefali) yang dapat mengakibatkan adanya retardasi mental atau pertumbuhan otak membesar yang abnormal (volume kepala meningkat) yang dapat disebabkan oleh penyumbatan pada aliran cairan serebrospinalis.

d. Pengukuran Lingkar Lengan Atas4

Penilaian ini digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, namun penilaian ini tidak banyak berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh apabila dibandingkan dengan berat badan. Penilaian ini juga daoat dipakai untuk menilai status gizi pada anak.

Penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dapat juga ditentukan dengan melakukan pemeriksaan fisik; melihat bentuk tubuh; membandingkan bagian tubuh dan anggota gerak lainnya; menentukan jaringan otot dengan memeriksa lengan atas, bokong, dan paha; menentukan jaringan lemak; melakukan pemeriksaan pada triseps; serta menentukan pemeriksaan rambut dan gigi. 4

V. Perkembangan KognitifPemikiran anak usia sekolah secara kualitas berbeda dari pemikiran anak yang

lebih muda 1-2 tahun. Pada tempat kognisi yang berdaya tarik, egosentris, dan terikat persepsi, anak usia-sekolah semakin mempraktekkan aturan-aturan yang didasarkan pada fenomen yang dapat diamati, faktor pada banyak dimensi dan pandangan, serta menginterpretasi persepsinya berdasarkan teori-teori realistik mengenai hukum-hukum fisik.1

Pada 2 tahun pertama sekolah dasar dipusatkan pada perolehan dasar-dasarnya: membaca, menulis dan ketrampilan matematika dasar. Pada tingkat ketiga atau keempat, kurikulum menghendaki supaya anak-anak mempergunakan dasar-dasar tersebut untuk mempelajari bahan-bahan yang semakin kompleks. 1

Kemampuan kognitif berinteraksi dengan sederetan faktor sikap dan emosi yang luas dalam menentukan penampilan di dalam kelas. Sebagian daftar faktor-faktor demikian meliputi keinginan menyenangkan orang-orang dewasa, kerja sama, persaingan, kemauan bekerja tanpa upah, kepercayaan pada kemampuan diri, dan kemampuan mengambil resiko bila keberhasilan tidak meyakinkan.Keberhasilan memberi kecenderungan pada keberhasilan yang akan datang, sedangkan kegagalan melemahkan kemampuan seorang anak untuk mengambil risiko kognitif-emosional di masa yang akan datang. 1

a. Tinjauan (Piaget)5

9

Page 10: Perkembangan Anak Usia Sekolah

i. Anak berusia antara 7 dan 11 tahun berada dalam tahap konkret operasional, yang ditandai dengan penalaran induktif, tindakan logis, dan pikiran konkret yang reversibel.

ii. Karakteristik spesifik tahap ini antara lain:1. Transisi dari egosentris ke pemikiran objektif(yi., melihat dari sudut

pandang orang lain, mencari validasi, bertanya.)2. Berfokus pada kenyataan fisik saat ini disertai ketidakmampuan

melihat untuk melebihi kondisi saat ini.3. Kesulitan menghadapi masalah yang jauh, masa depan atau hipotesis.4. Perkembangan berbagai klasifikasi mental dan aktifitas yang diminta.5. Perkembangan prinsip konservasi (yi. Volume, berat, massa, dan

angka)iii. Aktivitas yang khas pada anak tahap ini antara lain:

1. Mengumpulkan dan menyortir benda.2. Meminta/ memesan barang-barang menurut ukuran, bentuk, berat,

dan kriteria lain.3. Mempertimbangkan pilihan dan variabel ketika memecahkan

masalah.b. Bahasa

i. Anak mengembangkan pola artikulasi orang dewasa formal pada usia 7 sampai 9 tahun.

ii. Anak belajar bahwa kata-kata dapat dirangkai dalam bentuk terstruktur.iii. Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan paling penting

yang dikembangkan oleh anak.

VI. Perkembangan PsikososialTeori perkembangan kepribadian yang paling banyak diterima adalah teori yang

dikembangkan oleh Erikson, teori ini dikenal sebagai perkembangan psikososial dan menekankan pada kepribadian yang sehat, bertentangan dengan pendekatan patologik. Erikson juga menggunakan konsep-konsep biologis tentang periode kritis dan epigenesis, menjelaskan konflik atau masalah inti yang harus dikuasai individu selama periode kritis dalam perkembangan kepribadian. Keberhasilan pencapaian atau penguasaan terhadap setiap konflik inti ini terbentuk berdasarkan keberhasilan pencapaian atau penguasaan inti sebelumnya. 6

Setiap tahap psikososial mempunyai dua komponen aspek menyenangkan dan tidak menyenangkan dari konflik inti dan perkembangan ke tahap selanjutnya bergantung pada penyelesaian konflik ini. Tidak ada konflik inti yang pernah dikuasai secara lengkap melainkan tetap menjadi masalah yang kerap timbul seumur hidup.

10

Page 11: Perkembangan Anak Usia Sekolah

Tidak ada situasi hidup yang pernah aman. Setiap situasi baru menimbulkan konflik dalam bentuk baru. 6

Erikson menyatakan krisis psikososial yang dihadapi anak pada usia 6 dan 12 tahun sebagai “industri versus inferioritas” 5

a. Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga mencakup teman sekolah dan guru.

b. Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga tuas perkembangan utama (kepercayaan, otonomi, inisiatif) dan saat ini berfokus pada penguasaan kepandaian (industry).

c. Perasaan industri berkembang dari suatu keinginan untuk pencapaian.d. Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak realistis atau perasaan

gagal dalam memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk anak. Ketika anak merasa tidak adekuat, rasa percaya dirinya akan menurun.

Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan aktivitas yang dapat ia selesaikan. Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi, dan kerja sama untuk mencapai tujuan. Hubungan sosial menjadi sumber pendukung yang penting semakin meningkat. 5

1. Rasa takut dan stresor5

a. Sebagian perasaan takut yang terjadi sejak masa kanak-kanak awal dapat

terselesaikan atau berkurang; namun, anak dapat menyembunyikan rasa

takutnya untuk menghindari dikatakan sebagai “pengecut” atau “bayi”.

b. Rasa takut yang sering terjadi

1. Gagal di sekolah

2. Gertakan

3. Guru yang mengintimidasi

4. Sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua

c. Stresor yang sering terjadi

1. Stresor untuk anak usia sekolah yang lebih kecil, yaitu

dipermalukan,membuat keputusan, membutuhkan izin/persetujuan,

kesepian, kemandirian, dan lawan

2. Stresor untuk anak usia sekolah yang lebih besar yaitu kematangan

seksual, rasa malu, kesehatan, kompetisi, tekanan dari teman sebaya,

dan keiniginan untuk menggunakan obat-obatan.

11

Page 12: Perkembangan Anak Usia Sekolah

d. Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu mengurangi rasa takut anak dengan berkomunikasi secara empati dan perhatian tanpa menjadi overprotektif.

e. Anak perlu mengetahui bahwa orang-orang akan mendengarkan mereka dan memahami perkataanya.

2. Sosialisasi5

a. Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan kematangan seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dalam aktivitas yang lebih kompleks, membuat keputusan, dan kegiatan yang memiliki tujuan.

b. Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai tubuhnya, perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan kemampuannya.

c. Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang baru.d. Aktivitas kelompok, termasuk tim olahraga, biasanya menghabiskan banyak

waktu dan energi.

3. Bermain dan mainan5

a. Bermain menjadi lebih kompetitif dan kompleks selama periode usia sekolah.b. Karakteristik kegiatan meliputi tim olahraga, klub rahasia, aktivitas “geng”,

pramuka atau organisasi lain, puzzle yang rumit, koleksi, permainan papan, membaca, dan mengagumi pahlawan tertentu.

c. Peraturan dan ritual merupakan aspek penting salam bermain dan permainan.d. Mainan, permainan, dan aktivitas yang meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan meliputi:1. Permainan kartu dan papan bertingkat yang rumit2. Buku dan kerajinan tangan3. Musik dan seni4. Kegiatan olahraga (mis, berenang)5. Kegiatan tim6. Video game (Tingkatkan pemantauan orang tua terhadap isi permainan untuk menghindari pajanan terhadap perilaku kekerasan dan seksual yang tidak dikehendaki).

4. Disiplin5

1. Anak usia sekolah mulai menginternalisasikan pengendalian diri dan membutuhkan sedikit pengarahan dari luar. Mereka melakukannya, walaupun membutuhkan orang tua atau orang dewasa lain yang dipercaya untuk menjawab pertanyaan dan memberikan bimbingan untuk membuat keputusan.

12

Page 13: Perkembangan Anak Usia Sekolah

2. Tanggung jawab pekerjaan rumah tangga membantu anak usia sekolah merasa bahwa mereka merupakan bagian penting keluarga dan meningkatkan rasa pencapaian terhadap prestasi mereka.

3. Izin mingguan, diatur sesuai dengan kebutuhan dan tugas anak, membantu dalam mengerjakan keterampilan, nilai, dan rasa tanggung jawab.

4. Ketika mendisiplinkan anak usia sekolah, maka orang tua dan pemberi asuhan lain harus menyususn batasan yang konkret dan beralasan (memberikan penjelasan yang meyakinkan) serta mempertahankan peraturan sampai batas minimal.

VII. Perkembangan EmosionalPerkembangan emosi dan sosial berlanjut pada tiga konteks: rumah, sekolah dan

lingkungan sekitarnya. Dari ketiga konteks tersebut, rumah tetap paling mempengaruhi. Hubungan orang tua-anak berlanjut untuk memberikan keamanan dasar yang dengannya anak berani keluar. Peristiwa kehidupan yang penting meningkatkan ketidaktergantungan anak sekolah meliputi menginap di rumah teman untuk pertama kalinya dan pengalaman pertama mengikuti kegiatan perkemahan di “tempat jauh”. 1

Para orang tua memenuhi kebutuhan-kebutuhan bagi upaya di sekolah dan aktivitas ekstrakulikuler, merayakan keberhasilan serta memberikan persetujuan tidak bersyarat jika terjadi kegagalan. Tugas sehari-hari yang teratur memberikan kesempatan pada anak turut membantu keluarga dengan cara yang berarti, dalam mendukung harga diri sendiri. Saudara-saudara kandung memainkan peranan penting sebagai pesaing, pendukung yang loyal dan model-model peranan.Hubungan persaudaraan mengerahkan dampak-dampak yang abadi pada pengembangan kepribadian, mempengaruhi kesan diri pribadi, mendekatkan pada pemecahan konflik, keinginan dan bahkan pemilihan karakter. 1

Awal masuk sekolah bertepatan dengan pemisahan lebih lanjut dari keluarga dan peningkatan kepentingan hubungan guru dan murid. Disamping persahabatan, yang mungkin berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, pengalaman dengan sejumlah besar persahabatan dan antagonisme anak. Popularitas, unsur pokok harga diri, dapat dimenangkan dengan kepemilikan, juga melalui daya tarik personal, penyempurnaan diri dan ketrampilan sosial pada saat itu. 1

VIII. Peran Orang TuaPola pengasuhan (parenting) atau perawatan anak sangat bergantung pada nilai-

nilai yang dimiliki keluarga. Pada budaya timur seperti di Indonesia, peran pengasuhan atau perawatan lebih banyak dipegang oleh istri atau ibu meskipun mendidik anak

13

Page 14: Perkembangan Anak Usia Sekolah

merupakan tanggung jawab bersama. Walaupun demikian, perubahan status istri atau ibu sebagai wanita karier dapat mempengaruhi tugas pengasuhan ini. Komitmen antara suami dan istri sangatlah penting untuk kejelasan dalam pola pengasuhan anak dan konsistensinya.7

Peran dapat dipelajari melalui proses sosialisasi selama tahapan perkembangan anak yang dijalankan melalui interaksi antar anggota keluarga. Peran yang dipelajari akan mendapat penguatan melalui pemberian penghargaan baik dengan kasih sayang yang diberikan, perhatian, dan persahabatan. 7

Pada dasarnya tujuan utama pengasuhan orang tua adalah mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya dan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakininya. Kemampuan orang tua menjalankan peran pegasuhan ini tidak dipelajari melalui pendidikan formal, melainkan berdasarkan pengalaman dalam menjalankak peran tersebut secara trial dan error dan mempelajari pengalaman orang tua lain atau orang tua terdahulu. 7

Semua anak memerlukan dukungan sewaktu mereka mengambil risiko memasuki dunia yang seringkali menakutkan. Dukungan mutlak perlu diperlakukan dengan kebutuhan nyata. Anak yang menunjukkan kesulitan luar biasa dalam upaya menjauhkan dari orang tua dan dalam menghadapi tantangan sekolah dan lingkungan mungkin memiliki orang tua yang mereka sendiri sangat sulit untuk melepaskannya. Sebagian lagi orang tua mungkin berusaha untuk memakai tekanan yang berlebihan pada anak untuk mencapai dan memanfaatkan tingkah laku orang dewasa. Anak-anak seringkali berupaya untuk memenuhi harapan tersebut, namun bisa berkembang masalah-masalah tingkah laku atau gejala somatis seperti sakit kepala atau sakit perut sebagai akibatnya.1

14

Page 15: Perkembangan Anak Usia Sekolah

PEMBAHASAN

1. Skenario

Seorang anak perempuan berusia 6 tahun, sering ketakutan bertemu orang baru, sering menangis saat masuk sekolah, dan takut ditinggal ibunya sendiri. Atas saran gurunya, anak ini diminta untuk dibawa ke dokter karena perkembangannya berbeda dengan anak lain.

2. Mind Map

3. Pembahasan

Dari skenario dan teori-teori yang sudah diperoleh, dari segi perkembangan anak di dalam skenario tersebut memang mengalami perkembangan yang berbeda dari yang seharusnya terjadi pada usianya. Pada usia sekolah, seharusnya anak lebih bisa lepas dari orang tuanya dan mulai bertemu dengan dunia baru yaitu dunia di sekolah sendiri dimana ia lebih bisa bermain dan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Di dalam usia ini, anak seharusnya juga menjadi lebih percaya diri atas kemampuannya dalam mencapai sesuatu yang diinginkannya, sehingga di sini anak sudah mulai bersaing dan berkompetisi satu dengan yang lain untuk menjadi yang terbaik.

Peran orang tua tentunya sangat penting dalam perkembangan anak di usia ini. Anak yang memiliki ketakutan yang luar biasa terhadap dunia luar, orang-orang baru

15

Anak usia 6 tahun dengan perkembangan

berbeda

Alloanamnesis

Pemeriksaan fisikPerkembangan

Emosional,Kognitif dan Psikososial

Penatalaksanaan masalah

Page 16: Perkembangan Anak Usia Sekolah

dan jauh dari orang tuanya mungkin memiliki orang tua yang overprotektif. Perilaku orang tua yang seperti itu cenderung membuat anak hanya merasa aman jika ia berada di dekat orang tuanya, ia tidak pernah mengetahui dunia luar yang berada di sekitarnya sehingga ia selalu merasa dunia luar adalah dunia yang berbahaya bagi dirinya dan itu membuatnya takut untuk mengenal, bertemu dengan orang-orang baru dan pada akhirnya ia tidak bisa berkembang.

Penyelesaian masalah yang mungkin bisa dilakukan untuk anak ini adalah pemeriksaan fisik untuk melihat ada/tidaknya kelainan pada anak tersebut yang mungkin membuatnya minder sehingga ia merasa malu untuk bertemu dengan orang lain, allo anamnesis terhadap orang tua si anak tentang tingkah laku anak sehari-hari, pola makannya, dan kesehariannya di rumah. Tes Denver mungkin bisa dilakukan bila perlu untuk melihat apakah anak ini sudah berkembang secara normal sesuai dengan usianya sekarang. Salah satu yang terpenting adalah edukasi bagi orang tua tentang bagaimana cara mendidik anak pada usia tersebut dengan disiplin,penuh tanggung jawab, tanpa melupakan rasa kasih sayang dan membiarkan anaknya berpikir kreatif, memuji dan menghargai hasil kerjanya agar rasa per aya dirinya meningkat dan memberitahukan mana yang baik dan benar, serta menegurnya bila salah.

Langkah konkret yang mungkin bisa orang tua lakukan untuk anaknya adalah, membiarkannya untuk bermain di luar, mengenal dunia luar, memberi tahu hal-hal yang tidak baik baginya bukan melarangnya untuk keluar sama sekali, membiarkannya ikut kegiatan-kegiatan di luar rumah yang bertujuan positif supaya dapat lebih mandiri, membawanya ke lingkungan baru dan mengenalkan anak ini dengan orang-orang di sekitarnya.

Dengan penyelesaian masalah tersebut, diharapkan anak dapat bertumbuh kembang optimal, dapat lebih berani dan percaya diri dengan dunia di luar keluarganya sendiri, dapat bersaing dengan sportif bersama dengan teman sebayanya.

16

Page 17: Perkembangan Anak Usia Sekolah

PENUTUP

1. Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah anak usia 6 tahun yang mengalami ketakutan, menangis dan takut ditinggal ibunya tersebut mengalami gangguan psikososial, dan mendapatkan pendidikan kepribadian yang kurang tepat dari orang tuanya.

17

Page 18: Perkembangan Anak Usia Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

1. Berhman, Robert, Arvin. Ilmu kesehatan anak nelson. Jakarta: EGC 2005.h. 69-72

2. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC, 1995. H. 15-7.

3. Nugroho HSW. Denver developmental screening test : petunjuk praktis. Jakarta: EGC

2009. h. 3-6.

4. Hidayat AA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta:

Salemba Medika, 2008.h. 26-32.

5. Muscari ME. Panduan belajar: keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC, 2005.h.77-80.

6. Wong DL. Buku ajar keperawatan pedriatik. Ed 6. Jakarta: EGC, 2008. H. 117-118.

7. Supartini Y. Buku ajar konsep keperawatan anak. Jakarta: EGC, 2004. H. 35-6.

18