perilaku kelompok dan individu mgg vii
DESCRIPTION
Perilaku KelompokTRANSCRIPT
1
PERILAKU KELOMPOK DAN INDIVIDU
Apakah Kelompok itu?
Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi
dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, dan dibentuk bersama
berdasarkan pada interes atau tujuan yang sama.
Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok
terhadap struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya.
Perilaku kolektif merupakan tindakan seseorang oleh karena pada saat
yang sama berada pada tempat dan berperilaku yang sama pula.
Mengapa seseorang bergabung dalam kelompok?
Ada dua alasan seseorang bergabung dalam kelompok. Pertama, untuk
mencapai tujuan yang bila dilakukan sendiri tujuan itu tidak tercapai.
Kedua, dalam kelompok seseorang dapat tepuaskan kebutuhannya dan
mendapatkan reward sosial seperti rasa bangga, rasa dimiliki, cinta,
pertemanan, dsb. Besarnya anggota kelompok akan mempengaruhi
interaksi dan keputusan yang dibuatnya. Brainstorming dalam mengambil
keputusan kelompok akan efektif bila anggota kelompoknya 5-10 orang.
Kohesivitas kelompok merupakan derajat dimana anggota kelompok
saling menyukai, memiliki tujuan yang sama, dan ingin selalu
mendambakan kehadiran anggota lainnya. Biasanya kohesivitas ini
dikaitkan dengan produktivitas kelompok. Namun tidak semua bentuk
kohesivitas kelompok ini berdampak positif, karena anggota bisa merasa
tertekan untuk selalu conform terhadap norma kelompok.
2
Pengaruh Orang Lain pada Performance (Perilaku Individu).
1. Kehadiran orang lain bisa mempengaruhi usaha (effort) seseorang.
Bentuk dari efek ini antara lain: persaingan (rivalry), fasilitasi sosial, dan
social loafing. Rivalry merupakan peningkatan motivasi dan usaha
seseorang pada suatu kompetisi. Fasilitasi sosial merupakan peningkatan
usaha seseorang karena mengetahui orang lain yang juga melakukan hal
yang sama. Sedangkan social loafing merupakan menurunnya kinerja
seseorang dalam kelompok bila dibandingkan dengan kerja individual.
2. Kehadiran orang lain menyebabkan meningkatnya Arousal.Robert
Zajonc menyatakan bahwa kehadiran orang lain dapat meningkatkan
drive atau tingkat arousal. Performance akan meningkat bila bentuk
perilakunya itu sederhana, dikuasai, dan responya sesuai dengan situasi
yang berlangsung. Sebaliknya, performance akan menurun, bila
responnya kompleks, dan tidak dikuasai.
3. Kehadiran orang lain dapat menyebabkan distraksi (konflik
performance) dan evaluasi. Bila seseorang itu sadar bahwa ia memiliki
audiens, ia mungkin cenderung mengalami dua konflik yaitu:
memperhatikan pada tugas (pool position) atau memperhatikan
audiensnya. Konflik ini menyebabkan meningkatnya arousal dan pada
akhirnya dapat meningkatkan kecenderungan untuk memberikan respon
secara dominan. Bila audiens dirasakan mengevaluasi performance
seseorang maka performance seseorang akan terpengaruh kadang
meningkat dan kadang menurun.
Perilaku dalam Kelompok
Mana yang lebih baik, performance kelompok atau performance
individu? Pertanyaan di atas seringkali muncul karena ada adagium yang
3
berbunyi “dua kepala lebih baik daripada yang dikerjakan oleh seorang
individu”.
Adagium itu ada benarnya dalam beberapa kasus, karena kelompok
memungkinkan orang saling tukar informasi dan pendapat. Interaksi
dalam kelompok bisa menghasilkan ide dan solusi baru. Kelompok
memiliki pengetahuan yang luas dan probabilitas yang lebih besar bahwa
seseorang dalam kelompok akan memiliki pengetahuan khusus yang
relevan dengan persoalan kelompok.
Namun demikian, kelompok juga tidak selalu menghasilkan keputusan
yang lebih baik. Dalam kelompok tidak semua orang memberikan
kontribusi secara bersamaan, melainkan individu harus menunggu giliran.
Akibat giliran dalam mengungkapkan pendapat ini, di antara anggota
kelompok seringkali mengalami production blocking, terganggu
pikirannya, atau kehilangan motivasi untuk berpartisipasi (malas).
Individu kadang tidak mau berbagi (sharing) dalam memberikan
informasinya. Meskipun performance kelompok seringkali lebih baik
daripada performance rata-rata individu, seringkali performance itu di
bawah standart individu, terutama bila anggota kelompoknya umumnya
relatif lemah kemampuannya.
Di dalam kelompok juga bisa terjadi social impact (Latane & Nida,
1981), yaitu suatu penggolongan anggota dalam suatu kelompok. Bila
kelompoknya mayoritas maka pengambilan keputusannya akan sangat
efektif, sebaliknya bila kelompoknya minoritas, maka sering kali orang
mengalami kekecewaan, karena merasa tidak diperhatikan.
4
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Kelompok
1. Komposisi kelompok
Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun komposisi kelompok.
1) penerimaan tujuan umum; mempengaruhi kerjasama dan tukar
informasi
2) pembagian (divisibilitas) tugas kelompok; tidak semua tugas dapat
dibagi
3) komunikasi dan status struktur; biasanya yang osisinya tertinggi
paling mendominasi dalam kelompok.
4) ukuran kelompok; semakin besar kelompok semakin menyebar
opini, konsekuensinya adalah semakin lemah partisipasi individu
dalam kelompok tersebut.
2. Kesamaan anggota kelompok
Keputusan kelompok akan cepat dan mudah dibuat bila anggota
kelompok sama satu dengan yang lain.
3. Pengaruh (pengkutuban) polarisasi kelompok.
Seringkali keputusan yang dibuat kelompok lebih ekstrim dibandingkan
keputusan individu. Hal itu disebabkan karena adanya perbadingan
sosial. Tidak semua orang berada di atas rata-rata. Oleh karena itu untuk
mengimbanginya perlu dibuat keputusan yang jauh dari pendapat orang
tersebut.
5
GROUPTHINK
Merupakan proses ketika kelompok menghadapi keputusan yang penuh
stres, mereka menjadi lebih memperhatikan adanya kesepatan daripada
mengevaluasi fakta-fakta yang muncul dalam situasi yang dipikirkan. Hal
ini bisa saja terjadi karena kelompok melakukan devensive avoidance,
yaitu mencoba menghindari informasi yang mungkin menyebabkan
kecemasan.
Janis (1982) menulis bahwa group tkinking terjadi karena pembuat
keputusan itu adalah kelompok yang kohesif, ada kesalahan struktural
dalam organisasi (pimpinan yang dominan), adanya situasi yang
provokatif. Gejala Groupthink dapat digambarkan dari 3 tipe: yaitu: over-
estimasi terhadap kelompoknya, kedekatan berpikir, dan tekanan untuk
menjadi sama (seragam).
Kelompok dapat menghindari Groupthink dengan dua tahap:
discouraging leader bias, dan menghindari isolasi kelompok. Kelompok
jangan sampai dominan, dan memberikan kepada anggota untuk
mengkritik. Untuk menghindari isolasi kelompok, rencana kebijakan
kelompok dapat dibagi ke dalam sub grup dan dan sub grup ini bertemu
untuk membahas tujuan kelompok secara terpisah, dengan pemimpin
masing-masing sub group yang berbeda dengan pemimpin semula.
KEPEMIMPINAN
Apakah kepemimpinan itu?
Presiden Herry Truman mendefinisikan kepemimpinan (leadership)
sebagai seseorang yang memiliki kemampuan untuk membuat orang lain
6
melakukan apa yang sebenarnya tidak ia inginkan. Brigham (1991)
mendefinisikan bahwa pemimpin (leader) adalah seseorang yang:
1) dapat mempengaruhi arah kelompok dengan mempengaruhi sikap-
sikapnya dan perilakunya, dan
2) memelihara image kelompok sehingga menjadi perhatian yang
tertanam bagi para anggotanya. Menjadi pemimpin berarti
melibatkan adanya transaksi antara pemimpin dengan pengikutnya.
Hollander (1986) menyatakan bahwa pemimpin itu berperan
mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi, sedangkan pengikutnya
memberikan status, harga diri, dan kesediannya untuk merespon pengaruh
pimpinan. Dengan pengertian itu, pemimpin merupakan peran sosial yang
mencerminkan pengaruh yang terlegitimasi. Kita dapat menganalisis
perilaku kepemimpinan secara lebih dekat dengan memperhatikan pada
pemimpin di dalam kelompok (Forsyth, 1990; Lord, 1977).
Perilaku tersebut antara lain:
1. Menolong menetapkan dan mencapai tujuan kelompok. Posisi ini
menjadikannya sebagai polecy-maker dan pembuat rencana.
2. Membina kelompok. Pemimpin harus bisa meredam ketegangan,
menjadi pengadil bila ada perbedaan, dan menjadi kebersamaan.
3. Menjadi simbol identifikasi. Dengan beridentifikasi pada
pemimpinnya, anggota akan selalu menjaga kesatuannya. Pemimpin
pemerintahan dan pemimpin suatu serikat / organisasi sering
berperan seperti ini.
7
4. Mewakili kelompok kepada dunia luar. Pemimpin merupakan wakil
kelompok untuk melakukan hubungan dan negosiasi dengan
kelompok lain.
5. Melakukan transformasi kelompok. Pemimpin dapat dibantu untuk
menjalankan perannya sebagai pemimpin, sedangkan pengikutnya
menjadi agent moral pemimpinnya.
Sumber:
Oleh: Suryanto
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga