perilaku dan makna verba dalam bahasa madura

12
333 HUMANIORA VOLUME 24 No. 3 Oktober 2012 Halaman 333 - 344 * Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Jember PERILAKU DAN MAKNA VERBA DALAM BAHASA MADURA Akhmad Sofyan* ABSTRACT This study is aiming at studying the category and the meaning of verb in Madura language. The problem to study is how to know: form or morphological category, syntactic category, and meaning of verbs in Madura language in enjâ’-iyâ. Research method applied in this study is descriptive-qualitative method. The data of this study is synchronic which is gained by having interview through open questionnaire. Though stem and base are singular, stem can only stand alone when it is imperative. Transitive can be mono-transitive, transitive, and transitive intransitive. Passive construction can be categorized as anti-active, and imperative can be categorized as anti-passive. Based on the meaning of verb in Madura language consists of causative verb, reciprocal verb, reflexive verb, locative verb, repetitive verb, and imperative verb. Keywords : active verb, passive verb, ergative verb, transitive verb, intransitive verb, grammatical meaning ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji perilaku dan makna verba dalam bahasa Madura. Permasalahan yang dikaji adalah bagaimanakah bentuk atau perilaku morfologis, perilaku sintaksis, dan makna verba dalam bahasa Madura pada tingkat tutur enjâ’-iyâ. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif. Data penelitian ini bersifat sinkronis yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terbuka. Walaupun verba pangkal dan verba asal atau verba dasar sama-sama berupa bentuk tunggal, verba pangkal hanya dapat berdiri sendiri kalau berfungsi sebagai imperatif. Verba transitif dapat dibedakan atas verba monotransitif, verba ditransitif, dan verba transitif-intransitif. Verba yang terdapat pada konstruksi pasif dapat dikategorikan sebagai verba antiaktif, sedangkan verba yang berfungsi sebagai imperatif dapat dikategorikan sebagai verba antipasif. Berdasarkan maknanya, verba dalam bahasa Madura terdiri atas verba kausatif, verba benefaktif, verba resiprokal, verba refleksif, verba lokatif, verba repetitif, dan verba imperatif. Kata Kunci: verba aktif, verba pasif, verba ergatif, verba transitif, verba intransitif, makna gramatikal

Upload: truongduong

Post on 06-Feb-2017

257 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: perilaku dan makna verba dalam bahasa madura

333

Akhmad Sofyan - Perilaku dan Makna Verba dalam Bahasa MaduraHUMANIORA

VOLUME 24 No. 3 Oktober 2012 Halaman 333 - 344

* Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Jember

PERILAKU DAN MAKNA VERBADALAM BAHASA MADURA

Akhmad Sofyan*

ABSTRACT

This study is aiming at studying the category and the meaning of verb in Madura language. Theproblem to study is how to know: form or morphological category, syntactic category, and meaning ofverbs in Madura language in enjâ’-iyâ. Research method applied in this study is descriptive-qualitativemethod. The data of this study is synchronic which is gained by having interview through openquestionnaire. Though stem and base are singular, stem can only stand alone when it is imperative.Transitive can be mono-transitive, transitive, and transitive intransitive. Passive construction can becategorized as anti-active, and imperative can be categorized as anti-passive. Based on the meaning ofverb in Madura language consists of causative verb, reciprocal verb, reflexive verb, locative verb, repetitiveverb, and imperative verb.

Keywords : active verb, passive verb, ergative verb, transitive verb, intransitive verb, grammaticalmeaning

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji perilaku dan makna verba dalam bahasa Madura.Permasalahan yang dikaji adalah bagaimanakah bentuk atau perilaku morfologis, perilaku sintaksis,dan makna verba dalam bahasa Madura pada tingkat tutur enjâ’-iyâ. Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif. Data penelitian ini bersifat sinkronis yang diperolehmelalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terbuka. Walaupun verba pangkal dan verba asalatau verba dasar sama-sama berupa bentuk tunggal, verba pangkal hanya dapat berdiri sendiri kalauberfungsi sebagai imperatif. Verba transitif dapat dibedakan atas verba monotransitif, verba ditransitif,dan verba transitif-intransitif. Verba yang terdapat pada konstruksi pasif dapat dikategorikan sebagaiverba antiaktif, sedangkan verba yang berfungsi sebagai imperatif dapat dikategorikan sebagai verbaantipasif. Berdasarkan maknanya, verba dalam bahasa Madura terdiri atas verba kausatif, verbabenefaktif, verba resiprokal, verba refleksif, verba lokatif, verba repetitif, dan verba imperatif.

Kata Kunci: verba aktif, verba pasif, verba ergatif, verba transitif, verba intransitif, makna gramatikal

Page 2: perilaku dan makna verba dalam bahasa madura

Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 333 - 344

334

PENGANTAR

Walaupun merupakan sebuah bahasadaerah yang besar dan mengandung banyakvariasi (dialek dan tingkat tutur), kajian terhadapgramatika bahasa Madura (BM) masih sangatterbatas. BM adalah bahasa daerah yangdigunakansebagaisaranakomunikasi sehari-harioleh masyarakat etnik Madura. BM menempatiposisi keempat dari 13 besar bahasa daerahterbesar di Indonesia; dengan jumlah penutursekitar 13,7 juta jiwa (Lauder, 2004). Dari sudutpandang linguistik, BM dikelompokkan ke dalamempat dialek utama, yakni (1) dialek Sumenep,(2) dialek Pamekasan, (3) dialek Bangkalan, dan(4) dialek Kangean; dan dua dialek tambahan,yakni: (1) dialek Pinggirpapas dan (2) dialekBawean.DalamBMsecaraumumterdapatempattingkat tutur atau ondhâghân bhâsa, yakni (1)enjâ’-iyâ, (2) engghè-enten, (3) engghi-enten,dan (4) èngghi-bhunten (lihat Penninga, 1942;Soegianto dkk., 1986; Sofyan, 2007a).

Di samping sangat terbatas, kajian-kajianyang dilakukan selama ini hanya berisi deskripsisecaraumumdan tidakmencakupbagian-bagianyang unik dan problematis sehingga tidak dapatmenyelesaikan sistem kaidah BM. Sebagaiakibatnya, keunikan-yang merupakan sifatsebuahbahasa (lihatKentjono (Ed.), 1982;Chaer,1994)-sistem BM menjadi tidak tampak. Padahal,sebagai sebuah bahasa, BM tentunya memilikisistem tersendiri, baik pada sistem gramatikamaupun pada sistem fonologinya (lihat Sofyan,2010).

Dalam forum-forum kebahasaan BM, selaluterjadi polemik yang lebih bersifat “debat kusir”antara para praktisi BM-yang tergabung dalamTim Nabara (Tim Pembina Bahasa Madura) diKabupaten Sumenep dan Pakem Maddhu(Pelestarian dan Pengembangan Bahasa danSastra Madura) di Kabupaten Pamekasan-dengan para peneliti BM dari perguruan tinggi diJawaTimur (Unesa Surabaya, UNM Malang, danUniversitas Jember). Hal itu terjadi karena parapraktisi BM menganggap bahwa para penelititidak memahami BM sehingga hasil-hasilpenelitiannya tidak dapat diterima.

Setelahdilakukanpenelaahan secaraserius,ternyata tidak diterimanya hasil-hasil penelitianBM oleh para praktisi-seperti yang sering dialamioleh penelitian bahasa daerah lain (lihat Uhlen-beck, 1982)-terutama disebabkan oleh peng-gunaan data yang tidak lengkap. Terjadinyapenggunaan data yang tidak lengkap disebabkankarena para penelitinya tidak mempunyai kompe-tensi yang memadai tentang BM sehingga tidakdapat mengembangkan intuisinya (lihat Krida-laksana, 1988) untuk memancing data secaralengkap sebagai bahan analisis.

Betapa pentingnya peranan kajian dalammenyelesaikanpermasalahandalam BMdisadaribetul oleh para pemerhati BM. Hal itu tampakdalam Seminar Bahasa Madurayang dilaksana-kan di Surabaya tanggal 22-23 November 2005yang mencantumkan satu butir putusan, yaitu“bahasa, sastra, dan budaya Madura hendaknyadikaji secara mendalam dalam rangka kodifikasi,pembakuan, dan dokumentasi untuk tujuanpengadaanbahanpembinaan danpengembang-an bahasa, sastra, dan budaya Madura” (BalaiBahasa Surabaya, 2005b).

SistemgramatikaBMyangbelumdideskripsi-kan dan dijelaskan secara tuntas adalah sistemkelas kata; yang merupakan unsur utama tatabahasa. Salah satu kelas kata dalam BM yangbelum pernah dikaji secara tuntas adalah verbaatau kata kerja; yang dalam BM disebut oca’ghâbây. Padahal, dalam BM, verba merupakankelas kata yang paling produktif penggunaannyaserta paling rumit ciri dan perilakunya (Sukardi,2001).

Berdasarkan latar belakang di atas, tulisanini bertujuan untuk mengkaji perilaku dan maknaverba dalam BM. Dengan tujuan tersebut, per-masalahan yang akan dibahas dalam tulisan iniadalah (1) bagaimanakah bentuk atau perilakumorfologis verba BM, (2) bagaimanakah perilakusintaksisverbaBM,dan(3)bagaimanakahmaknaverba BM.

Penelitian ini dilaksanakan di KabupatenSumenep sebagai lokasi digunakannya BMstandar (Asmoro, 1917). Metode yang digunakandalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif dengan data yang bersifat sinkronis dan

Page 3: perilaku dan makna verba dalam bahasa madura

335

Akhmad Sofyan - Perilaku dan Makna Verba dalam Bahasa Madura

disajikan menggunakan Ejaan Bahasa Madurayang Disempurnakan (Balai Bahasa Surabaya,2005a).

Pengumpulan data dalam penelitian ini di-lakukan dengan menggunakan metode simaklibatcakap (lihatSudaryanto,1988)dengan teknikpemancingankorektif (lihat Samarin,1988)dalambentuk kuesioner terbuka; dengan cara memintainforman menuturkan ciri dan perilaku BM yangdiinginkan.Dariempatvariasi tingkat tutur (speechlevel) yang terdapat dalam BM, yang dijadikansebagai objek kajian dalam penelitian ini adalahtingkat tutur enjâ’-iyâ (E-I) yang merupakan jenistingkat tutur yang sama dengan tingkat tuturngoko dalam bahasa Jawa, yakni ragam bahasayang digunakan pada hubungan sosial yangsebaya dan sangat akrab; lebih lazim digunakanistilah ta’ abhâsa ‘tidak ber-basa’. Setelahterkumpul, kemudian data diseleksi, diklasifikasi,dan ditabulasi.

Penganalisisan data dilakukan berdasarkanbentuk, proses pembentukannya, dan perilakuatau fungsi yang didudukinya.Analisis mengenaiperilakuatau fungsi yangdiduduki suatu jeniskatadilakukan dengan cara menempatkannya padasuatu fungtor dalam konstruksi kalimat.

Teori yang digunakan untuk menganalisisdata memanfaatkan pelbagai wawasan danpendapat dari beberapa ahli (lihat Kridalaksana,1988).Hal itudilakukankarenauntuksaat ini yangpaling mendesak bagi BM adalah dilakukannyapendeskripsian yang jelas. Dalam mendeskripsi-kan sebuah bahasa, pertimbangan yang palingpenting adalah teori yang digunakan lebihoperasional dan sesuai dengan objek penelitiandan karakteristik bahasa yang diteliti.

Verba adalah kata verbal yang dapat diikutifrasedengansangat… sebagai keterangancara.Berdasarkankemungkinannyauntukdiikutiobjek,verba dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaituverba transitif dan verba intransitif (Ramlan,1991). Ciri-ciri verba antara lain adalah (1) ber-fungsi utama sebagai predikat atau inti predikat,(2) mengandung makna dasar perbuatan (aksi),proses, atau keadaan yang bukan sifat ataukualitas, (3) tidak dapat diberi prefiks ter- yangberarti ‘paling’, khususnya untuk verba yangbermaknakeadaan(Moeliono (ed.), 1988).Dalam

struktur frase, verba dapat didahului oleh tidak,tetapi tidak dapat didahului partikel di, ke, dari,sangat, lebih, atau agak (Kridalaksana, 2005).

Berdasarkan bentuknya, verba dapatdibedakan atas verba dasar dan verba turunan.Berdasarkan perilaku sintaksisnya, verba dapatdilihat berdasarkan: (1) ada-tidaknya nominayangmendampingi verbadan(2)hubunganverbadengan nomina pendampingnya. Berdasarkanada-tidaknyanominayang mendampinginyaatauada-tidaknya objek, terdapat perbedaan istilahyang digunakan oleh para ahli; Kridalaksana(2005) menggunakan istilah monotransitif,ditransitif, dan bitransitif; sedangkan Moelionodkk., (1988) menggunakan istilah monotransitif,ditransitif, dan transitif-taktransitif. Adapun istilahyang digunakan dalam penelitian ini adalahmonotransitif, ditransitif, dan transitif-intransitif.Verbamonotransitif adalahverbayangdidampingioleh satu nomina; verba ditransitif adalah verbayang didampingi oleh dua nomina yang berfungsisebagai objek dan pelengkap; sedangkan verbatransitif-intransitif adalah verba yang nominapendampingnya bersifat mana suka, boleh adaboleh tidak.

Berdasarkan hubungannya dengan nominapendampingnya, verba dapat dibedakan atasverbaaktif, verbapasif, verbaantiaktif atauergatif,dan verba antipasif (Kridalaksana, 2005). Verbaaktif adalah verba yang subjeknya berperansebagai pelaku. Verba pasif adalah verba yangsubjeknya berperan sebagai pelaku, sasaran,atau hasil. Verba antiaktif atau ergatif adalahverba pasif yang tidak dapat dijadikan verba aktif;subjeknya merupakan penanggap (yangmerasakan, menderita, atau mengalami). Verbaantipasif adalah verba aktif yang tidak dapatdijadikan verba pasif.

Ciri-ciri verba dalam BM-terutama biladibandingkan dengan ajektiva-adalah verba: (1)tidak dapat dijadikan R+D+{-an} yang berarti‘paling’, (2) tidak dapat didahului abâk ‘agak’, (3)tidak dapat dijadikan {a-an}+D yang berarti ‘lebih...’, dan (4) tidak dapatdiikuti oleh parana ‘sangat’;sedangkan ajektiva: (1) dapat dijadikan R+D+{-an} yang berarti ‘paling’, (2) dapat didahului abâk‘agak’, (3) dapat dijadikan {an-an}+D yang berarti‘lebih ...’, dan (4)dapatdiikuti olehparana ‘sangat’.

Page 4: perilaku dan makna verba dalam bahasa madura

Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 333 - 344

336

Tabel 1: Kriteria Verba dan Ajektiva BM

BENTUK VERBABerdasarkan bentuknya, verba dalam BM

dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni (1)verba pangkal, (2) verba asal, dan (3) verbaturunan. Verba pangkal adalah satuan gramatikyang belum mempunyai kategori kata dan tidakdapat berdiri sendiri sebelum dilekati tetapi dapatdijadikan sebagai bentuk dasar sehingga disebutpangkal kata atau pokok kata atau prakategorial(Ramlan, 1985; Moeliono dkk., 1988; Kridalak-sana,2005). Verbaasal adalah verba yangdalamkonteks sintaksis dapat berdiri sendiri tanpa afiksatau satuan gramatik lain. Verba turunan adalahverba yang berupa bentuk kompleks dan telahmengalami proses morfologis.

VerbapangkaldalamBMdapatberdiri sendiridalam konteks sintaksis. Perbedaan verbapangkal dengan verba asal adalah (1) tidak dapatdiikuti oleh frase jhâ’…na ‘dengan sangat’, (2)tidak dapat didahului oleh ta’ ‘tidak’, dan (3) bilatidak dilekati afiks selalu berfungsi sebagai kataimperatif. Contoh-contoh yang termasuk verbapangkal adalah: ajhâk ‘ajaklah’, bhâlik ‘baliklah’,cokor ‘cukurlah’,dântè’ ‘tunggulah’,èrèt ‘seretlah’,ènom ‘minumlah’, jâgâ ‘jagalah’, jhulit ‘coleklah’,kakan ‘makanlah’, kèkkè’ ‘gigitlah’, lèrèk ‘liriklah’,maèn ‘bermainlah’, olok ‘panggillah’, pèlè‘pilihlah’, pèyara ‘peliharalah’, raghâ ‘rabalah’,sangghâ’ ‘tangkaplah’, tompa’ ‘naikilah’, dansebagainya.

Dalam tuturan, satuan-satuan gramatiktersebut dapat berdiri sendiri walaupun tidakdilekati oleh afiks, tetapi hanya berfungsi sebagaiimperatif, seperti dalam contoh kalimat Mon ghi’ta’ ngakan, jhâjhânna kakan ghâllu! ‘kalau belummakan, makanlah dulu kuenya!’ dan Ollè ta’lèmpo, (sapèdâna) tompa’ jhâ’ tonton! ‘agar tidaklelah, (sepedanya)naikilah jangan dituntun’. Oleh

karena tidak dapat berfungsi selain imperatif,verba pangkal tidak dapat digunakan sebagaiunsur kalimat selain imperatif, seperti *Sèngko’ghellâ’ la kakan jhâjhân. ‘saya tadi sudah makankue’ dan *Kan ta’ lèmpo polana tompa’ sapèdâ.‘tidak lelah karena naik sepeda’; untuk dapatberterimaverbanyaharus dijadikanverba turunansehingga menjadi Sèngko’ ghellâ’ la ngakanjhâjhândanKan ta’ lèmpopolana nompa’sapèdâ.

Verba asal dalam BM jumlahnya relatifterbatas; lebih sedikit daripada verba pangkal.Contoh-contoh yang termasuk verba pangkaladalah berka’‘lari’, kalowar ‘keluar’, lèbât ‘lewat’,molaè ‘mulai’, èntar ‘pergi’, jhâghâ ‘bangun’,ongghâ ‘naik’, toju’ ‘duduk’, dan tèdung ‘tidur’.Dalam konteks sintaksis, verba asal dalam BMdapat berdiri sendiri dan dapat juga berfungsisebagai imperatif, seperti contoh kalimat Arapabâ’na ma’berka’? ‘kenapa kamu kok berlari’ danJamal la jhâghâpokol ghellâ’ pokol lèma’ ‘Jamalsudah bangun pukul lima tadi’; dapat jugadigunakan sebagai imperatif, seperti padaBerka’ollè kacapo’! ‘berlarilah agar tidak terlambat/nututi!’ danJhâghâ la pokol lèma’, sè abhâjângaSobbhu! ‘bangunlah sudah pukul lima, untuksholat Subuh!’.

Verba turunan dapat dikelompokkan menjadiempat jenis, yakni (1) verba berafiks, (2) verbabereduplikasi, (3) verba komposisi, dan (4) verbaberproses gabung. Verba berafiks adalah verbayang dibentuk dengan cara menambahkan afikspada bentuk dasar. Verba bereduplikasi adalahverba yang berupa bentuk ulang. Verba kom-posisi adalah verba yang berupa kata majemuk;yang dibentuk dengan caramenggabungkanduabuah verba. Verba berproses gabung adalahverba yang dibentuk melalui gabungan prosesafiksasi dan reduplikasi.

Page 5: perilaku dan makna verba dalam bahasa madura

337

Akhmad Sofyan - Perilaku dan Makna Verba dalam Bahasa Madura

Afiks BM yang berfungsi sebagai pembentukverba adalah prefiks, sufiks, dan konfiks. Prefikspembentuk verba antara lain: N-, a-, ma-, ta-, ka-, pa-, nga-, è-, èka-, dan èpa-. Contoh-contohpenggunaannya adalah potè ‘putih’ menjadi motè‘berpuasa putih’, jhâlân ‘jalan’ menjadi ajhâlân‘berjalan’, jhâghâ ‘bangun’ menjadi majhâghâ‘membangunkan’, tegghu’ ‘pegang’ menjaditategghu’ ‘terpegang’, pandi ‘mandi’ menjadikapandi ‘gunakan untuk mandi’, mandhâp‘rendah’menjadi pamandhâp ‘rendahkanlah’,bâlâ‘beri tahu’ menjadi ngabâlâ ‘memberitahukan’,bhâtek ‘lempar’menjadièbhâtek ‘dilempar’, lèmpo‘payah’ menjadi èkalèmpo ‘menyebabkanpayah’,danmole ‘pulang’ menjadièpamolè ‘dipulangkan’.

Sufikspembentukverbaadalah -è dan–aghi.Contoh penggunaannya adalah sèllem ‘selam’menjadi sèllemmè ‘selamilah’, tabbhu ‘tabuh’menjadi tabbhui ‘tabuhilah’, bhâtek ‘lempar’menjadi bhâtegghâghi ‘lemparkanlah’, ghibâ‘bawa’ menjadighibââghi ‘bawakanlah’, dan pèlè‘pilih’ menjadi pèlèaghi ‘pilihkanlah’.

Konfiks pembentuk verba antara lain adalahN-è, N-aghi, N-ana, a-è, a-aghi, a-an, ma-è, ma-an, ma-ana, ma-aghi, è-è, è-ana, dan è-aghi.Contoh-contoh penggunaannya adalah bâjâr‘bayar’ menjadi majâri ‘membayari’, belli ‘beli’menjadi mellèaghi ‘membelikan’, sarè ‘cari’menjadi nyarèaghi ‘mencarikan’, tambhâ ‘obat’menjadi nambhââna ‘akan mengobati’, bujâ‘garam’ menjadi abujâi ‘menggarami’, ghuna‘guna’ menjadi aghunaaghi ‘menggunakan’,pajung ‘payung’ menjadiapajungan ‘mengguna-kan payung’, mandhâp ‘rendah’ menjadimamandhâbhi ‘menjadikan lebih rendah’, nangès‘menangis’ menjadi manangèsan ‘menyebabkanmenangis’, lakè ‘suami’menjadimalakèana ‘akanmenikahkan (wanita)’, kènè’ ‘kecil’makènè’âghi‘mengecilkan untuk’, kemmè ‘kencing’ menjadièkemmèè ‘dikencingi’, tambâ ‘tambah’ menjadiètambââna ‘akan ditambahi’, dan bhâtek‘lempar’menjadi èbhâtekaghi ‘dilemparkan’.

Afiks pembentuk verba dalam BM padaumumnya tidak dapat dilesapkan. Pelesapanafiks akan menyebabkan kalimat yang dituturkanmenjadi terasa janggal. Misalnya, tuturan Ajhuwâl

angghuy èkabhândhââ ajhuwâlân kalambhi.‘Menjual perhiasan akan digunakan sebagaimodal berjualan baju’ tidak dapat diubah menjadi*Ajhuwâlangghuy bhândhââajhuwâlân kalambhidan Sapa sè ngala’ pèssè è diyâ ghellâ’? ‘Siapayang mengambil uang di sini tadi?’ tidak dapatdiubah menjadi *Sapa sè kala’ pèssè è diyâghellâ’?.

Jenis kata yang dapat dijadikan sebagaibentuk dasar verba adalah verba pangkal, verbaasal, ajektiva, nomina, numeralia, adverbia, danpronomina penunjuk. Contoh-contohnya adalahabbher ‘terbang’,pegghâ’ ‘putus’,semma’ ‘dekat’,binè ‘istri’, duwâ’ ‘dua’, bisa ‘bisa’, dan dâ’ enjâ‘kesini’ dapatdijadikan verba:ngabbher ‘terbang’,mapegghâ’ ‘memutuskan’,masemma’ ‘membuatdekat’, abinè ‘beristri’, maduwâ ‘menjadikan dua’,mabisa ‘menjadikan bisa’, dan madâ’enjâ‘menjadikan ke sini’.

Verba bereduplikasi adalah verba yangberupa bentuk ulang. Dalam BM, jenis verbabereduplikasi jumlahnya sangat terbatas karenaverba pangkal dan verba asal bila direduplikasiumumnya berfungsi sebagai kata imperatif.Contoh verba bereduplikasi dalam BM adalahnga’-ènga’ ‘ingat-ingat’, du-ngadudu ‘mengaduh-aduh’, dan ghir-ghighir ‘marah-marah’. Verbabereduplikasi yang berfungsi sebagai kataimperatif adalah lik-bhâlik ‘balik-baliklah’, wâl-jhuwâl ‘cepatlah jual’, kan-kakan ‘cepatlahmakan’, dan la’-kala’ ‘cepatlah ambil’.

Verba komposisi adalah verba yang berupakata majemuk. Verba komposisi dalam BMdibentukdengancara menggabungkanduabuahverba yang berbentuk sama, misalnya tola’-bâli‘pergi-pulang’, nyorot-nyandher ‘mundur maju’,dan ongghâ-toron ‘naik turun’.

Verba berproses gabung adalah verba yangdibentuk melalui gabungan proses afiksasi danreduplikasi. Prefiks yang dapat berkombinasidengan reduplikasi dalam pembentukan verbaadalah N-, a-, ma-, ta-, ka-, nga-, è-, èka-, èpa-.Contoh-contohnya adalah abâs> ngabâs> bâs-ngabâs ‘melihat-lihat’, ghâru> aghâru> aru-ghâru‘menggaruk-garuk’, ngodâ> dâ-mangodâ‘berlagak muda’, labu> talabu> bu-talabu

Page 6: perilaku dan makna verba dalam bahasa madura

Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 333 - 344

338

‘terjatuh-jatuh’, bhuko’> kabhuko’> kako’-bhuko’‘gunakan sebagai selimut’, bhiru> ngabhiru> ru-ngabhiru ‘kelihatan hijau-hijau’, ambâ’> èambâ’>èbâ’-ambâ’ ‘ditunggu-tunggu’, andi’> èkaandi’>èkadi’-andi’ ‘dijadikan simpanan’, dan talabu> bu-talabu> èpabu-talabu ‘dibuat terjatuh-jatuh’.

Penggunaan prefiks èka- dan èpa- dalamverba berproses gabung berafiks dan beredupli-kasi yang bentuk dasarnya berupa bentuktunggal sering bervariasi dengan è-…ka- dan è-…pa-, sehinggaèkadi’-andi’ ‘dijadikan simpanan’dapat dituturkan èdi’-kaandi’ dan èpabu-talabu‘dibuat terjatuh-jatuh’ dapat dituturkan èbu-patalabu.

Sufiks yang dapat berkombinasi denganreduplikasi dalam pembentukan verba adalah -an, -è, -aghi. Contoh-contoh penggunaannyaadalah tèdung> dung-tèdungan ‘tidur-tiduran’,ambâ’> bâ’-ambâ’an ‘menunggu-nunggu’,ghighir> ghigghiri> ghir-ghigghiri ‘marah-marahilah’, lowang> lowangè> wang-lowangè‘kurang-kurangi’,ontal> ontallaghi> tal-ontallaghi‘lempar-lemparkanlah’, dan kalè> kalèaghi> lè-kalèaghi ‘gali-galikanlah’.

Konfiks yang dapat berkombinasi denganreduplikasi dalam pembentukan verba adalahN-è, N-aghi, N-ana, a-è, a-aghi, a-an, è-è, è-ana,dan è-aghi. Contoh-contoh penggunaannyaadalahpanas>manasè>nas-manasè ‘memanas-manasi’, mellè> mellèaghi> lè-mellèaghi ‘mem-beli-belikan’, antor> ngantorraghi> tor-ngantor-raghi ‘menabrak-nabrakkan’, tamen> name-nana>men-namenana ‘akanmenanam-nanami’,pasang> èpasangè> èsang-pasangè ‘dipasang-pasangi’, tabur> ètaburâna> èbur-taburâna ‘akanditabur-naburi’, danconglet> èconglettaghi> èlet-conglettaghi ‘dibenam-benamkan’.

Jenis kata yang dapat dijadikan sebagaibentuk dasar verba berproses gabung adalahverba pangkal, verba asal, ajektiva, nomina,numeralia, dan adverbia. Contoh-contoh peng-gunaannya dântè’> adântè’> atè’-dântè’ ‘me-nunggu-nunggu’, loppa > pa-maloppa ‘berlagak/pura-pura lupa’, semma’> èpasemma’> èpa-semma’-semma’ ‘dibuat dekat-dekat’,pèlèan> lè-mèlènè ‘memilih-milih’,sèttong>èpatong-sèttong‘dibuat/diisi satu-satu’, dan bânnè> èpanè-bânnè‘dijadikan tidak wajar’.

Tabel 2: Bentuk Verba BM

Page 7: perilaku dan makna verba dalam bahasa madura

339

Akhmad Sofyan - Perilaku dan Makna Verba dalam Bahasa Madura

PERILAKU SINTAKSIS VERBA

Perilaku sintaksis verba dapat dilihat ber-dasarkan ada-tidaknya nomina yang men-dampingi verba dalam konstruksi kalimat danhubunganverbadengannominapendampingnya.Berdasarkan ada-tidaknya nomina yangmendampinginya, verba dibedakan atas verbatransitif dan verba intransitif. Verba transitif dapatdibedakan atas: (1) verba monotransitif, (2) verbaditransitif, dan (3) verba transitif-intransitif.

Verba monotransitif dalam BM dapat berupabentuk tunggal dan bentuk kompleks. Bentuktunggal yang berfungsi sebagai verbamonotransitif adalah verba pangkal, seperti:jhemmor ‘jemurlah’ pada kalimat Jhemmorkalambhina! ‘jemurlah bajunya!’danpèlè ‘pilihlah’pada kalimat Pèlè sè ghus-bhâghus! ‘pilihlahyang bagus-bagus!’. Verba pada kedua contohkalimat tersebut tidak dapat dipasifkan menjadi*Èjhemmor kalambhina! dan *Èpèlè sè ghus-bhâghus!

Bentuk kompleks yang berfungsi sebagaiverba monotransitif aktif umumnya berafiks N-,a-, ma-, -è, N-è, a-è,dan ma-è; sedangkanuntukverba monotransitif pasif digunakan è-, èpa-, è-è, dan èpa-è. Seperti contoh kalimat Farukmatoron pao ‘Faruk memanenmangga’dan Sapasè nyapoè tanèyan? ‘Siapa yang menyapuhalaman?’.Biladipasifkan, keduakalimat tersebutakanmenjadi PaonaèpatoronFaruk ‘Mangganyadipanen Faruk’ dan Tanèyannya èsapoè sapa?‘Halamannyadisapu siapa?’

Verba ditransitif aktif umumnya berafiks N-aghi, a-aghi, nga-, dan ma-aghi; sedangkanuntuk verba ditransitif pasif digunakan è-aghi,èka-aghi, dan èpa-aghi. Untuk afiks N-aghi dana-aghi digunakan bentuk pasif yang sama, yakniè-aghi. Misalnya, kalimat Alfinmellèaghi Hilmankalambhi anyar ‘Alfin membelikan Hilman bajubaru’ dan Agung aghibââghi Erni jhâmo ‘Agungmembawakan Erni jamu’; bila dipasifkan akanmenjadi Hilman èmellèaghi kalambhi anyar bi’Alfin ‘Hilman dibelikan baju baru oleh Alfin’ danErnièghibââghi jhâmo bi’Agung ‘Ernidibawakanjamu olehAgung’.

Verbatransitif-intransitif umumnyaberafiksN-, baik yang hanya mengalami proses afiksasimaupun yang bereduplikasi, misalnya padaJârèya la marè ngakan (nasè’) ‘(Anak) itu sudahmakan (nasi)’ danPakKalèbun lès-nolès/nonolès‘Bapak Kepala Desa menulis (sesuatu)’.

Verba intransitif adalah verba yang tidakdiikuti oleh nomina sebagai objeknya. Verbaintransitif dapat dibedakan atas verba intransitifbentuk tunggal, verba intransitif bentukkompleks,dan verba intransitif berpreposisi. Bentuk tunggalyang berfungsi sebagai verba intransitif adalahverba asal, seperti: berka’ ‘lari’, lèbât ‘lewat’,dâteng ‘datang’, molè ‘pulang’, dan toju’ ‘duduk’.

Afiks yang berfungsi sebagai pembentukverba intransitif bentuk kompleks antara lain: N-,a-, danma-; seperti pada katangopi ‘minumkopi’,ngoli ‘menjadi koli’,apako ‘terpaku’, dan maduwâ‘menjadi dua’. Verba intransitif berprefiks N-adalah yang bentuk dasarnya berupa nominabukan alat, seperti: ngopi, nyatè, ngokos, mèca’,ngoli, dan nyupir. Verba intransitif berprefiks a-adalah verba yang bentuk dasarnya berupa (1)verba pangkal dan (2) nomina bukan alat danberupa alat yang secara fonologis dapat dilekatiolehprefiks N-, tetapi prefiks a-nyatidakberfungsisebagai verba transitif. Prefiks N- dalam BMtidak dapat bergabung dengan bentuk dasaryang berfonem awal: konsonan bersuara, baikyang beraspirasi maupun yang tidak beraspirasi,kecuali /b/, semi-vokal, konsonangetar, konsonansampingan, dan konsonan nasal (Sofyan, 2005),misalnya pada kalimat Bherrâssâ ma’ la abâgi,sapa sè magi? ‘Berasnya kok sudah terbagi,siapa yang membagi?’, Palèstèranna ma’abeddhi? ‘Lantainya kok berpasir?’ dan Rèyasennarra ta’ apancèng ‘Ini senarnya tidakberpancing’. Verba intransitif berprefiks ma-adalahyang bentukdasarnyaberupa ajektivadannumeralia, seperti pada Lè’èrra la macellep, ta’patè panas ‘lehernya sudah agak dingin, tidakbegitu panas’ dan Ma’ sampè’ toghel matelloècapo’apa? ‘Koksampaipatahmenjadi tiga kenaapa?’.

Page 8: perilaku dan makna verba dalam bahasa madura

Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 333 - 344

340

Verba intransitif berpreposisi adalah verbaintransitif yang selalu diikuti oleh preposisitertentu. Verba intransitif jenis ini jumlahnyasangat terbatas, yakni antara lain masok (ka)‘masuk (ke)’, kalowar (dâri) ‘keluar (dari)’,mangkat (ka/dâri) ‘berangkat (ke/dari),dâteng (ka/dâri) ‘datang (ke/dari)’, ngabâs (ka/dâ’)

‘memandang pada’, aghântong ka ‘bergantungpada’, ènga’ ka ‘teringat pada’. Contoh peng-gunaannya adalah Jupri la ghellâ’ kalowar dâribengkona ‘Jupri sudah tadikeluar dari rumahnya’dan Bilâ sè majhuâ mon aghântong ka orèngtowa terros? ‘Kapan (yang) akan maju kalau ber-gantung pada orang tua terus?’.

Tabel 3: Verba BM berdasarkan Ada-Tidaknya Nomina Pendampingnya

HUBUNGAN VERBA DENGAN NOMINABerdasarkan hubungannya dengan nomina

yang mendampinginya, verba dibedakan atas(1) verba aktif, (2) verba pasif, (3) verba antiaktifatau ergatif, dan (4) verba antipasif. Verba aktifdalam BM selalu berupa bentuk kompleks, baikhanya berafiksasi maupun berproses gabungafiksasi dan reduplikasi. Afiks yang digunakanuntuk membentuk verba aktif adalah N-, a-, N-è,N-aghi, a-è, a-aghi, nga-, ma-è, dan ma-aghi.Contohnya adalahngantos ‘menunggu’, ngabâs‘melihat’, bâs-ngabâs ‘melihat-lihat’, ajhâlân‘berjalan’, nambâi ‘menambahi’, ngèrèmmaghi‘mengirimkan’, abhârengngè ‘menemani’,aghâluyyâghi ‘mengadukkan’, ngaghuludhuk‘bergemuruh’, dan malèbâri ‘melebari’. Contoh

penggunaannya dalam kalimat adalah Bâ’âri’emma’ aghâbâyyâgi jhâjhânna Bi’ Ennor’.‘Kemarin ibu membuatkan Bibi Nur kue’; Bilâmosèm laèp, orèng majângajhuwâli di’-andi’na.‘Kalau musim paceklik, nelayan menjuali barang-barangnya’; Arèya, malèbâri lobângnga kancèngpolana copè’ ghâllu’. ‘Ini, melebari lubang(nya)kacing karena terlalu sempit’.

Verba pasif dalam BM selalu berupa bentukkompleks, baik hanya berafiksasi maupunberproses gabung afiksasi dan reduplikasi.Afiksyang digunakan untuk membentuk verba pasifadalah è-, èpa-, è-è, èpa-è è-aghi, èka-aghi, danèpa-aghi, misalnya pada kataèjhuruk ‘didorong’,èruk-jhuruk ‘didorong-dorong’, èpabâcca‘dibasahkan’, èpènjhungè ‘diselendangi’

Page 9: perilaku dan makna verba dalam bahasa madura

341

Akhmad Sofyan - Perilaku dan Makna Verba dalam Bahasa Madura

èparanyèngè ‘diperkeras (suaranya)’, èsa-mbhungngaghi ‘disambungkan’, èkasabbhu’âghi’‘di(jadi)sabukkan’,danèpabârâssaghi ‘disembuh-kan oleh’.

Verba antiaktif dalam BM selalu berupabentukkompleks,baik hanya berafiksasimaupunberproses gabung afiksasi dan reduplikasi.Afiksyang digunakan untuk membentuk verba antiaktifadalah ta-, seperti pada kata tatoju’ ‘terduduk’,takaè’ ‘tersangkut’, dan ju’-tatoju’ ‘terduduk-duduk’. Contoh penggunaannya dalam kalimatadalah Ana’na tatoju’ ka pacarrèn. ‘Anaknyaterduduk ke comberan’ danOrèng kènè’ padânasèngko’ ta’ tabitong. ‘orangkecil seperti saya tidakmasuk hitungan’ tidak dapat dijadikan kalimat*Ana’namatatoju’ ka pacarrèn. dan *Orèng kènè’padâna sèngko’ ta’ mitong.

Selain itu, verba antiaktif dalam BM dijumpaipada verba yang terdapat pada konstruksi pasifkarena konstruksi pasif dalam BM berkonstruksiAspek+Peran+Agen; berbeda dengan bahasaIndonesia yang menggunakan konstruksiAspek+Agen+Peran. Kalau dalam bahasaIndonesia “peran/ perbuatan” diletakkan setelah“agen/pelaku”, dalam BM “agen/pelaku”diletakkan setelah “peran/perbuatan” (Sofyan,2007b). Contohnya adalah Soraddhâ ghi’ èbâcabi’ sèngko’ ‘Suratnya masih dibaca oleh saya’;Obhâddhâ ghi’ ta’ èènom bi’ alè’ ‘Obatnya belumdiminum oleh adik’; dan Alè’na la (marè) èpandi’ibi’ bâ’na? ‘Adiknya sudah dimandikan olehkamu?’. Verbapadakalimat-kalimat tersebut tidakdapat dijadikan verba aktif sehingga dapatdikategorikan sebagai verba antiaktif. Oleh

karena itu, kalimat-kalimat tersebut tidak dapatdiubah menjadi *Soraddhâ ghi’ sèngko’ bâca;*Obhâddhâ ghi’ ta’ alè’ ènom; dan *Alè’na la(marè) bâ’na pandi’i?.

Verba antipasif dalam BM dapat berupabentuk tunggal dan bentuk kompleks. Bentuktunggal yang berfungsi sebagai verba antipasifadalah verba pangkal dan verba asal, sepertikombi’ ‘kupas’ dan dhurmas ‘bilas’. Bentukkompleks yang berfungsi sebagai verba antipasifadalah bentuk yang berafiks –è, -aghi, dan –an;seperti pada kata bhârengngè ‘temanilah’,bâjârrâghi ‘bayarkanlah’, tèdungan ‘suka tidur’,mellèan ‘suka membeli’, dan matodusân ‘mem-permalukan’.

Contoh penggunaan verba antipasif dalamkalimat adalah Kombi’ paona! ‘Kupaslahmangganya!’, Bhârengngè alè’na! ‘Temanilahadiknya!’, Pèssèna bâjârrâghi ka ghuruna!‘Uangnya bayarkan kepada gurunya!’, Anton èsakolaan mellèan jhâjhân. ‘Anton di sekolahsering membeli kue’, dan Sènga’, jhâ’matodusânorèng towa. ‘Awas, jangan mempermalukanorang tua’. Verba pada kalimat-kalimat di atastidak dapat dipasifkan karena imperatif dalam BMselalu dituturkan dalam bentuk aktif, tidak dapatdituturkandalam bentukverbapasif (lihatSofyan,2007b). Oleh karena itu, verba aktif pada contohkalimat di atas tidak dapat dipasifkan sehinggatidak dapat dijadikan *Èkombi’ paona!;*Èbhârengngè alè’na!; *Pèssènaèbâjârrâghi kaghuruna!; *Anton è sakolaan èbellian jhâjhân.;dan *Sènga’, jhâ’ èpatodusân orèng towa.

Tabel 4: Hubungan Verba dengan Nomina

Page 10: perilaku dan makna verba dalam bahasa madura

Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 333 - 344

342

MAKNA VERBA

Berdasarkan maknanya, verba dapat di-bedakan atas (1) kausatif, (2) benefaktif, (3)resiprokal, (4) refleksif, (5) lokatif, (6) repetitif, dan(7) imperatif. Verba kausatif adalah verba yangmenyatakan perbuatan ‘menyebabkan menjadi’.Verba kausatif dalam BM umumnya ditandaidenganpenggunaanafiksma- padabentukdasarajektiva,seperti madâlem ‘mendalamkan’,majhâu‘menjauhkan’, majhâghâ ‘membangunkan’,mabhingong ‘membingungkan’, dan mabhâghus‘menjadikan bagus’. Contoh penggunaannyadalam kalimat adalah Dayat sè madâlemlobângnga ‘Dayat yang menyebabkan dalamlubangnya’ dan Sapa sè majhâghâ rèya, jhâ’ghellâ’ robbhu? ‘siapa yang menyebabkanberdiriini, (orang) tadi roboh?’.

Verbabenefaktif adalahverbayangmenyata-kan perbuatan dilakukan untuk orang lain. Verbabenefaktif ditandai dengan penggunaan afiks N–aghi, a-aghi, dan ma-aghi, misalnya pada katangala’aghi ‘mengambilkan’,mellèaghi ‘membeli-kan’, mabâliâghi ‘mengembalikan (untuk oranglain)’, makapèngghirrâghi ‘meminggirkan (milikorang lain)’, aghâbâyyâghi ‘membuatkan’, danajhuwâllâghi ‘menjualkan’. Contoh penggunaan-nya dalam kalimat adalah Sèngko’ dârimabâliâghi songko’na Faruk sè èènjhâmNanang‘Saya dari mengembalikan topi Faruk yangdipinjam Nanang’ dan Bânnè sèngko’ sè ajhu-wâlâghi motorra Jamal ‘Bukan saya yang men-jualkan motor(nya) Jamal’.

Verba resiprokaladalahverbayangmenyata-kan perbuatan saling berbalasan. Verba resipro-kalumumnyaberupareduplikasidanpenggunaankata salèng ‘saling’, misalnya pada kata alu’-ghellu’ ‘berpelukan’, ayom-sèyom ‘berciuman’,ghu’-tegghu’ân ‘saling pegang’, salèng sabbhâ‘saling kunjung’, dan salèng bâles ‘saling balas’.

Verba refleksif adalah verba yang menyata-kan perbuatan yang objeknya diri sendiri ataudilakukan untuk pelakunya sendiri. Verba refleksifumumnya ditandai dengan penggunaan afiksa-,misalnya pada kata akaca ‘bercermin’, asoroy‘bersisir’, ajhemmor ‘berjemur’, adhândhân‘berdandan’, dan acokor ‘bercukur’.

Verba lokatif adalah verba yang menyatakanperbuatan yang objeknya berupa tempat. Verbalokatif umumnya ditandai dengan penggunaanafiksN-è dana-è,misalnyapadakataadâtengngè‘mendatangi’, namennè ‘mananami’, nyabbhâi‘mengunjungi’,asopoè ‘menyapu’, danabhersèè‘membersihkan’. Dalam tuturan sering terjadiketumpangtindihan penggunaan antara afiks –èdengan afiks –an yang bermakna ‘melakukan’,sehingga kedua afiks tersebut sering dikatakansama-sama sebagai pembentuk verba lokatif.Kata nyabbhâi dan nyabbhâân, asapoè danasapoan, serta abhersèè dan abhersèan di-anggapsama.Padahal,padakalimatyangverba-nya berafiks N-an dan a-an terdapat unsur yangdilesapkan sehingga menjadi tampak sepertiverba lokatif.

Contoh-contoh penggunaannya dalamkalimat adalah Imam namennè tegghâllâ ‘Imammenanami ladangnya’ dan Imam namennancabbhiè tegghâllâ ‘Imamseringmenanamlombokdi ladangnya’; Yanti asapoè tanèyan ‘Yantimenyapu halaman’ dan Yanti asapoan (è)tanèyan ‘Yanti menyapu di halaman’; serta Antosghâllu sakejjhâ’ yâ, Ita ghi’ abhersèè jedding‘Tunggu sebentar ya, Ita masih membersihkankamar mandi’ dan Antos ghâllu sakejjhâ’ yâ, Itaghi’ abhersèan (è) jedding ‘Tunggu sebentar ya,Ita masih bersih-bersih (di) kamar mandi’.

Verba repetitif adalah verba yang menyata-kan perbuatan dilakukan secara berulang-ulang.Verba repetitif umumnya: berafiks N-an sertaberupa reduplikasi yang berkombinasi denganafiks N-, ta-, dan –an serta menggunakan kataampo ‘suka/sering’atau segghut ‘sering’,misalnyapada kata mellèan ‘sering membeli’, tèdungan‘sering tidur’, nangèsan ‘sering menangis’, lok-ologhân ‘memanggil-manggil’, kol-mokol‘memukul-mukul’,bu-talabu ‘terjatuh-jatu’, ampoghighir ‘suka/sering marah’, dan segghut co-ngoco ‘sering memperdaya’.

Verba imperatif dapat berupa bentuk tunggaldanbentuk kompleks.Verba bentuk tunggal yangbermakna imperatif adalah verba pangkal. Verbabentuk kompleks yang bermakna imperatif dapatberupa reduplikasi dan afiksasi.

Page 11: perilaku dan makna verba dalam bahasa madura

343

Akhmad Sofyan - Perilaku dan Makna Verba dalam Bahasa Madura

Verba imperatif yang berupa reduplikasiberbentuk dasar verba pangkal, verba asal, danverba turunan; sedangkan yang berupa afiksasiditandai dengan penggunaan afiks: pa-, ka-, -è,-aghi, dan –an. Contoh verba imperatif bentukkompleks adalah la’-kala’ ‘(cepatlah) ambillah’,lè-molè ‘(cepatlah) pulanglah’, la’-ngala’ ‘(cepat-lah) mengambil’, patèngghu ‘perlihatkanlah’,paambu ‘berhentikanlah’, kajhuko’ ‘jadikanlah(sebagai) lauk’, kolè’è ‘kulitilah’,buwângngaghi‘buangkanlah’,dankabâbâân ‘lebihkebawahlah’.

SIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan analisis yang telahdiuraikan di atas dapat disimpulkan verbapangkal dalam BM tidak dapat berdiri sendirisecara sintaksis, kecuali sebagai imperatif; tidakdapat diikuti oleh jhâ’…na ‘dengan sangat’; dantidak dapat didahului oleh ta’ ‘tidak’. Verba asalmempunyai ciri-ciri: dapat berdiri sendiri secarasintaksis, dapat diikuti oleh jhâ’…na ‘dengansangat’; dan dapat didahului oleh ta’ ‘tidak’. Verbaturunan dapat dikelompokkan menjadi empatjenis,yakniberafiks,bereduplikasi,komposisi,danberproses gabung.

Verba transitif dapat dibedakan atas verbamonotransitif, verba ditransitif, dan verba transitif-intransitif.Verbamonotransitif yangberupabentuktunggal selalu berupa verba pangkal, sedangkanyangberupabentukkompleksumumnyaberafiks:N-, a-, ma-, -è, N-è, a-è, dan ma-è. Verbaditransitif selalu berupa bentuk kompleks, yangditandai dengan penggunaan afiks: N-aghi, a-

Tabel 5: Makna Verba dalam BM

aghi, nga-,dan ma-aghi.Verba transitif-intransitifumumnya berafiks N-. Verba intransitif bentuktunggal selalu berupa verba asal. Verba intransitifbentuk kompleks ditandai dengan penggunaanafiks: N-, a-, dan ma-. Dalam kalimat, verbaintransitif berprefiks ma- umumnya mendudukifungsi keterangan atau mengandung maknakeadaan atau proses.

Verba aktif, verba pasif, dan verba antiaktifdalam BM selalu berupa bentuk kompleks.Afiksyang digunakan untuk membentuk verba aktifadalah N-, a-, N-è, N-aghi, a-è, a-aghi, nga-, ma-è, dan ma-aghi. Afiks yang digunakan untukmembentuk verba pasif adalahè-, èpa-, è-è, èpa-è è-aghi, èka-aghi, dan èpa-aghi. Verba antiaktifselalu berupa bentuk kompleks berprefiks ta- danverba pasif yang terdapat pada konstruksi pasif.Verba antipasif dalam BM dapat berupa bentuktunggal dan bentuk kompleks, serta yangberfungsi sebagai imperatif. Bentuk tunggal yangberfungsi sebagai verba antipasif adalah verbapangkal dan verba asal. Bentuk kompleks yangberfungsi sebagai verba antipasif adalah bentukyang berafiks –è, -aghi,dan –an.

Verba kausatif umumnya ditandai denganpenggunaan afiks ma-. Verba benefaktif ditandaidengan penggunaan afiks N-aghi, a-aghi, danma-aghi. Verba resiprokal umumnya berupareduplikasi dan penggunaan kata salèng ‘saling’.Verba refleksif umumnya ditandai denganpenggunaan afiks a-. Verba lokatif umumnyaditandai dengan penggunaan afiks N-è. Verbarepetitif umumnya: berafiks –an, berupa

Page 12: perilaku dan makna verba dalam bahasa madura

Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 333 - 344

344

reduplikasi yang berkombinasi dengan afiks ta-atau N-, serta menggunakan kata ampo ‘suka/sering’ atau segghut ‘sering’. Verba imperatifdapat berupa bentuk tunggal, reduplikasi, danafiksasi.Afiks pembentuk verba imperatif adalahpa-, ka-, -è, -aghi, dan –an.

DAFTAR RUJUKAN

Asmoro, M. Wiryo. 1917. Kètab LambânnaParamasastra Madhoerâ Djhoeghâ. Naghârâ Bâtawi:è Pengettjapanna Kangdjeng Goeperment.

Balai Bahasa Surabaya. 2005a. Pedoman Umum EjaanBahasa Madura yang Disempurnakan. Surabaya:Balai Bahasa Surabaya.

Balai Bahasa Surabaya. 2005b. Putusan Seminar BahasaMadura. Surabaya: Balai Bahasa Surabaya.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: RinekaCipta.

Kentjono, Djoko (Ed.). 1982. Dasar-Dasar LinguistikUmum. Jakarta: Fakultas Sastra UniversitasIndonesia.

Kridalaksana, Harimurti. 1988. Beberapa PrinsipPerpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia.Yogyakarta: Kanisius.

————. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia.Jakarta: Gramedia Pustaka

Lauder, Multamia RMT. 2004. “Pelacakan BahasaMinoritas dan Dinamika Multikultural” Makalahdisampaikan dalam Simposium Kajian Bahasa,Sastra, dan Budaya Austronesia III 19-20 Agustus2004. Denpasar: Universitas Udayana.

Moeliono, Anton M. (ed.). 1988. Tata Bahasa BakuBahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Penninga, P. dan H. Hendriks. 1942. Madurese in eenMaand Practische Handleiding voor het Aanleren vande Madurese Taal. Semarang: G.T.C. van Dorp &Co. N.V.

Ramlan, M. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif.Yogyakarta: C.V. Karyono.

Ramlan, M. 1991. Penggolongan Kata. Yogyakarta: AndiOffset.

Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan.Yogyakarta: Kanisius.

Soegianto, Soetoko, Soekarto, Ayu Soetarto, Sri Kustiati.1986. Sintaksis Bahasa Madura. Jakarta: PusatPembinaan dan Pengembangan Bahasa DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

Sofyan, Akhmad. 2005. “Fungsi Gramatik Prefiks {N-},{a-}, {ma-} dalam Bahasa Madura DialekSumenep” Jurnal Humanika Vol.18 No.4 Oktober2005. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UniversitasGadjah Mada.

—————. 2007a. “Dialek dan Tingkat Tutur dalamBahasa Madura” dalam Jurnal Medan Bahasa Vol. 1No.1 Juni 2007. Surabaya: Balai Bahasa Surabaya.

—————. 2007b. “Beberapa Keunikan LinguistikBahasa Madura” dalam Jurnal Humaniora Volume19, Nomor 3, Oktober 2007, hal. 232-240.

—————. 2010. “Fonologi Bahasa Madura” dalamJurnal Humaniora Volume 22, Nomor 2, Juni 2010,hal. 207-218.

Sudaryanto.1988. Metode Linguistik Bagian Kedua.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sukardi, Azis. 2001. Kasusastraan Madura KembangSataman. Jember: Dinas Pendidikan KabupatenJember.

Uhlenbeck, E.M. 1982. Kajian Morfologi Bahasa Jawa.Jakarta: Djambatan.