performa pertumbuhan domba lokal yang diberi pakan dengan ... · riwayat hidup . penulis dilahirkan...
TRANSCRIPT
i
PERFORMA PERTUMBUHAN DOMBA LOKAL
YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL
AMPAS KURMA BERBEDA
SKRIPSI
NUR’ADHADINIA
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
i
RINGKASAN
Nur‟adhadinia. D14070271. 2011. Performa Pertumbuhan Domba Lokal yang
Diberi Pakan dengan Level Ampas Kurma Berbeda. Skripsi. Program Studi Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Moh. Yamin, M.Agr.Sc.
Pembimbing Anggota : Dr. Wartika Rosa Farida
Usaha penggemukan domba lokal merupakan salah satu usaha yang banyak
dilakukan peternak. Mahalnya harga pakan komersial (konsentrat) mendorong
diperlukannya pakan yang dapat meminimalkan penggunaan konsentrat tersebut.
Ampas kurma merupakan limbah pembuatan sari kurma yang mengandung energi
tinggi namun protein rendah. Ketersediaan ampas kurma cukup banyak, namun
belum dimanfaatkan secara optimal. Ampas kurma dapat dimanfaatkan untuk
meminimalkan penggunaan konsentrat.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performa domba lokal yang diberi
pakan ampas kurma dengan level berbeda selama penggemukan. Penelitian telah
dilakukan pada bulan Januari 2011 hingga April 2011, di kandang Integrated
Farming System, Cibinong Science Center – LIPI. Sistem pemeliharaan domba
dilakukan secara intensif.
Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah domba lokal jantan
berjumlah 18 ekor berumur kurang dari satu tahun dengan bobot badan awal 17,7 ±
1,7 kg. Perlakuan yang diberikan adalah pemberian pakan dengan komposisi yang
berbeda, yaitu: ampas kurma 50%, konsentrat 40%, dan rumput lapang 10% (P1);
ampas kurma 60%, konsentrat 30%, dan rumput lapang 10% (P2); serta ampas
kurma 70%, konsentrat 20%, dan rumput lapang 10% (P3). Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan.
Peubah yang diamati adalah pertambahan bobot badan harian, konsumsi pakan,
konversi pakan dan Income Over Feed Cost (IOFC). Data yang diperoleh dianalisis
dengan analisis ragam dan jika ada pengaruh nyata antar perlakuan dilanjutkan
dengan uji lanjut Tukey‟s.
Pemberian ampas kurma tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan
bobot badan harian, konsumsi protein, konversi pakan dan IOFC. Namun ampas
kurma berpengaruh nyata meningkatkan konsumsi bahan kering, serat kasar, bahan
ekstrak tanpa nitrogen dan total digestible nutrient. Penggunaan ampas kurma 50%
memberikan pengaruh positif terhadap performa domba. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah penggunaan ampas kurma dapat mengurangi penggunaan konsentrat pada
usaha penggemukan dengan performa yang baik.
Kata-kata kunci: performa, domba lokal, ampas kurma
ii
ABSTRACT
Performance of Local Sheep, Fed with different Level of
Palm Date by-Product
Nur‟adhadinia, M. Yamin and W. R. Farida
By-product of palm date can be used as animal feed that can minimize the use of
concentrate. This study aims to determine the performance of local sheep that fed
with by-product of palm date. Eighteen local male sheep under one year old with
average body weight of 17.7±1.7 kg were used in this study, The data were analyzed
by using completely randomized design with three levels of treatment and six
replications. The treatments were: P1 (50% by-product of palm date; 40%
concentrate; 10% forage); P2 (60% by-product of palm date; 30% concentrate; 10%
forage); and P3 (70% by-product of palm date; 20% concentrate; 10% forage). The
variables measured were Average Daily Gain (ADG), feed consumption, feed
conversion and Income Over Feed Cost (IOFC). The results show that there were no
significant effects on ADG, protein consumption, feed conversion and IOFC in all
treatments, but there were significant influence on feed consumption in dry matter,
ash, crude fat, crude fiber, nitrogen free extract and total digestible nutrient. It is
concluded that by-product of palm date can be used as animal feed to minimize
concentrate usage.
Keywords: performance, local sheep, palm date by-product
iii
PERFORMA PERTUMBUHAN DOMBA LOKAL
YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL
AMPAS KURMA BERBEDA
NUR’ADHADINIA
D14070271
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
iv
Judul : Performa Pertumbuhan Domba Lokal yang Diberi Pakan
dengan Level Ampas Kurma Berbeda
Nama : Nur’adhadinia
NIM : D14070271
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Moh. Yamin, M.Agr.Sc Dr. Wartika Rosa Farida
NIP. 19630928 198803 1 002 NIP. 19590131 198403 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc
NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian : 11 November 2011 Tanggal Lulus :
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 09 Juli 1989. Penulis
merupakan anak kedua dari Bapak Sutaryo dan Ibu Johar Jumiati Afriastini. Nama
yang diberikan oleh kedua orang tuanya kepada penulis adalah Nur‟adhadinia yang
memiliki arti cahaya dini hari di bulan Idul Adha.
Penulis melaksanakan pendidikan dasar di SD Negeri Cibalagung IV Bogor,
kemudian melanjutkan sekolah ditingkat pertama yaitu SMP Negeri 9 Bogor dan
sekolah menengah atas di SMA Negeri 4 Bogor. Penulis kemudian mengikuti
program SPMB dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 pada
Fakultas Peternakan Jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP)
angkatan 44.
Selama menjadi mahasiswi Fakultas Peternakan, Penulis mengikuti
organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa D (BEM-D) Biro Kewirausahaan 2008-2009.
Selain itu Penulis juga mengikuti program magang di Pusat Penelitian Bioteknologi-
LIPI. Penulis sering mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan dalam berbagai bidang
peternakan yaitu Tralis-D, Dekan Cup 2008 dan DFF 2009.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rakhmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Performa Pertumbuhan Domba Lokal yang
Diberi Pakan dengan Level Ampas Kurma Berbeda”. Sholawat beserta salam
kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad saw beserta para keluarganya, sahabatnya,
dan umatnya yang selalu tetap istiqomah hingga akhir zaman.
Domba lokal merupakan domba asli Indonesia yang disebut juga domba ekor
tipis atau domba kampung. Domba lokal banyak dipelihara oleh masyarakat secara
tradisional. Domba lokal berpotensi untuk usaha peggemukan karena mudah tumbuh
dan beradaptasi dengan lingkungan. Keterbatasan pakan hijauan sebagai pakan
utama menjadi kendala dalam usaha penggemukan, selain itu harga pakan komersial
yang semakin melonjak. Pemanfaatan ampas kurma yang digunakan sebagai pakan
diharapkan dapat memberikan informasi bagi usaha penggemukan untuk dapat
meminimalkan penggunaan hijauan dan konsentrat. Ampas kurma yang didapatkan
dari pabrik sari kurma Al-Jazira memiliki kandungan gizi yang baik sehingga
diharapkan dapat meningkatkan performa pertumbuhan domba lokal.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran atas skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat. Semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat dan informasi bagi pembaca.
Bogor, Agustus 2011
Penulis.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN…………………………………………………………… i
ABSTRACT ………………………….………………………………… ii
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………… iii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………… iv
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………… v
KATA PENGANTAR ………………………………………………… vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………………… 1
Tujuan …………………………………………………………… 2
TINJAUAN PUSTAKA
Domba Lokal ………………….………………………………… 3
Penggemukan Domba …………………………………………… 3
Pertumbuhan Domba …………………………………………… 4
Kebutuhan Nutrisi Domba ……………………………………… 5
Energi …………………………………………………… 5
Protein …………………………………………………… 6
Pertambahan Bobot Badan ……………………………………… 7
Konsumsi Pakan ………………………………………………… 7
Konversi Pakan ………………………………………………… 8
Ampas Kurma ………………………………………………… 8
Income Over Feed Cost (IOFC) ………………………………… 10
METODE
Lokasi dan Waktu ……………………………………………… 12
Materi …………………………………………………………… 12
Ternak …………………………………………………… 12
Pakan …………………………………………………… 13
Kandang dan Peralatan ………………………………… 14
Prosedur ………………………………………………………… 15
Persiapan ………………………………………………… 15
Perawatan, Pemeliharaan dan Pelaksanaan ……………… 15
Rancangan ……………………………………………..………… 16
Perlakuan ………………………………………………… 16
viii
Rancangan Percobaan …………………………………… 16
Peubah yang Diamati ………………………………….………… 17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian …………………………….………… 19
Tempat Penelitian …………………………….………… 19
Kondisi Pakan …………………………………………… 19
Konsumsi Pakan ………………………………………………… 21
Konsumsi Bahan Segar ………………………..………… 21
Konsumsi Bahan Kering ………………………………… 23
Konsumsi Nutrien …….……………………….………… 24
Pertambahan Bobot Badan Harian ……………………………… 28
Konversi Pakan ………………………………………..………… 30
Income Over Feed Cost (IOFC) ………………………………… 31
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan …………………………………………..………… 33
Saran …………………………………………………..………… 33
UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………….………… 34
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………..………… 35
LAMPIRAN …………………………………………………………… 38
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kandungan Nutrien Pakan yang digunakan Selama Penelitian (100%
Bahan Kering) ……………………………………………………… 13
2. Komposisi Nutrien Pakan Setiap Perlakuan Berdasarkan Perhitungan
(100% Bahan Kering) ……………………………………………… 16
3. Rataan Suhu dan Kelembaban Selama Pengamatan …..…………… 19
4. Komposisi Nutrien Pakan Setiap Perlakuan Berdasarkan Hasil Analisa
(100% Bahan Kering) ……………………………………………… 20
5. Rataan Konsumsi Bahan Segar Domba Lokal Selama Penelitian … 21
6. Rataan Konsumsi Bahan Kering Harian Domba Lokal …………… 23
7. Rataan Konsumsi Nutrien pada P1, P2, dan P3 …………………… 25
8. Persentase Konsumsi Nutrien pada Domba ……………………… 28
9. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Lokal ……….… 29
10. Rataan Konversi Pakan …………………………………………… 31
11. Rataan Perhitungan Income Over Feed Cost Domba Selama
Penelitian …………………………………………….…………… 32
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Diagram Alir Proses Produksi Ampas Kurma ……………………… 10
2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian ………………… 12
3. Pakan (a) Konsentrat dan (b) Ampas Kurma ……………………… 13
4. Peralatan (a) Timbangan Pakan, (b) Timbangan Bobot Badan, (c)
Obat Cacing, (d) Tempat Pakan, dan (e) Kandang individu yang
digunakan dalam penelitian ………………………………………… 14
5. Penimbangan Domba ……………………………………………… 15
6. Konsumsi Bahan Segar Ampas Kurma + Konsentrat (Ak + Ko) dan
Rumput Lapang (Rl) Mingguan Selama Penelitian ………………… 22
7. Konsumsi Bahan Kering Ampas Kurma + Konsentrat Mingguan ... 24
8. Grafik Bobot Badan Domba Mingguan …………………………… 30
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Rataan Konsumsi BK dan Nutrien P1 (Ampas Kurma 50%,
Konsentrat 40%, Rumput Lapang 10%) …………………………... 39
2. Rataan Konsumsi BK dan Nutrien P2 (Ampas Kurma 60%,
Konsentrat 30%, Rumput Lapang 10%) …………………………… 40
3. Rataan Konsumsi BK dan Nutrien P3 (Ampas Kurma 70%,
Konsentrat 20%, Rumput Lapang 10%) …………………………… 41
4. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Segar Total …………..…………. 42
5. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering Total …………………… 42
6. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Organik Total ………..………… 42
7. Analisis Ragam Konsumsi Abu Total ……………………………… 42
8. Analisis Ragam Konsumsi Protein Kasar Total …………………… 42
9. Analisis Ragam Konsumsi Lemak Kasar Total …………………… 43
10. Analisis Ragam Konsumsi Serat Kasar Total ……………………… 43
11. Analisis Ragam Konsumsi Bahan ekstrak Tanpa Nitrogen Total … 43
13. Analisis Ragam Konsumsi Total Digestible Nutrient Total ……..… 43
14. Perhitungan Total Digestible Nutrient …………………………..… 44
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan daerah tropis yang memiliki potensi untuk
pengembangan ternak domba. Domba merupakan ternak yang mudah dipelihara dan
bernilai ekonomi tinggi. Permintaan pasar terus meningkat terhadap daging domba
untuk konsumsi masyarakat selain untuk memenuhi kebutuhan pada saat Idul Adha,
daging domba juga dipasok untuk aqiqah, restoran sampai dengan warung sate kaki
lima. Populasi domba di Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2008 mencapai
9.606.000 ekor dan meningkat di tahun 2009 mencapai 10.199.000 ekor. Jawa Barat
merupakan provinsi yang berpotensi sebagai tempat pengembangan peternakan
domba, hal ini didukung oleh populasi domba pada tahun 2008 mencapai 5.311.836
ekor yang merupakan provinsi dengan populasi domba tertinggi di Indonesia.
Produksi daging domba di Jawa Barat pada tahun 2009 sebesar 34.440 ton/tahun
(Direktorat Jendral Peternakan, 2011). Untuk memenuhi permintaan pasar tersebut,
perlu dilakukan suatu usaha ternak domba. Salah satu jenis usaha ternak domba
adalah penggemukan, disamping budidaya dan pembibitan. Ternak domba yang
cocok digemukkan di daerah tropis salah satunya adalah domba lokal. Domba lokal
merupakan domba asli Indonesia yang memiliki daya adaptasi yang baik pada iklim
tropis dan beranak sepanjang tahun. Domba lokal memiliki ukuran tubuh yang relatif
kecil, lambat dewasa, warna bulu tidak seragam dan hasil karkas relatif sedikit
(Sudarmono dan Sugeng, 2008).
Pemeliharaan domba di Indonesia masih banyak yang tradisional, sehingga
performa domba kurang optimal. Hal ini mendorong peternak domba untuk
memeliharanya secara intensif agar menghasilkan domba dengan performa yang
optimal. Pada program penggemukan domba secara intensif diperlukan pakan yang
cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Domba merupakan ternak ruminansia yang
membutuhkan hijauan sebagai pakan utamanya. Namun ketersediaan pakan hijauan
semakin sulit terutama pada musim kemarau mengakibatkan ketersediaan yang
berfluktuasi. Harga pakan komersial (konsentrat) yang mahal menyebabkan biaya
produksi ternak domba menjadi tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya pakan yang
dapat meminimalkan penggunaan konsentrat pada pemeliharaan domba
penggemukan. Pakan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak
2
tanpa perlu bersaing dengan kebutuhan manusia serta memiliki kontinuitas dan harga
yang terjangkau.
Kandang domba Integrated Farming System, Cibinong Science Center (CSC)
– LIPI telah memanfaatkan salah satu bahan yang dapat mengurangi penggunaan
konsentrat. Bahan tersebut adalah ampas kurma yang merupakan limbah dari proses
pembuatan sari kurma. Semakin banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi sari
kurma sebagai obat segala macam penyakit, mendorong berkembangnya industri
pembuatan sari kurma. Hal ini mendukung ketersediaan bahan berupa ampas kurma
yang memiliki kandungan nutrien yaitu protein 8,01%, serat kasar 20,70%, dan
energi 4672,49 kal/g (Laboratorium Pengujian Nutrisi Pusat Penelitian Biologi-LIPI,
2010). Substitusi ampas kurma dalam pakan dianggap dapat meningkatkan performa
domba lokal, namun hal ini belum dibuktikan dengan penelitian. Ampas kurma
dengan kandungan energi yang tinggi diharapkan dapat mengurangi penggunan
konsentrat, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemberian
ampas kurma dengan level berbeda sebagai pakan penggemukan terhadap performa
domba agar tercapai efisiensi produksi.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performa domba lokal yang
digemukkan dengan pakan yang mengandung ampas kurma pada level berbeda dan
menghitung nilai income over feed cost dari percobaan yang dilakukan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Domba Lokal
Klasifikasi ternak domba menurut Ensminger (2002), yaitu:
Kingdom : Animalia
Fillum : Chordata (hewan bertulang belakang)
Kelas : Mamalia (hewan menyusui)
Ordo : Artiodactyla (hewan berkuku genap)
Famili : Bovidae (hewan memamah biak)
Genus : Ovis
Spesies : Ovis aries
Ternak domba yang dipelihara oleh masyarakat Indonesia umumnya
merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba asli Indonesia yang
memiliki tingkat daya adaptasi yang baik pada iklim tropis dan beranak sepanjang
tahun. Sumoprastowo (1987), mengatakan bahwa domba lokal mempunyai
perdagingan yang sedikit dan disebut juga domba kampung atau domba negeri.
Domba lokal memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, lambat dewasa, hasil karkas
relatif sedikit, warna bulu tidak seragam dari bercak putih, coklat, hitam atau warna
polos putih dan hitam (Sudarmono dan Sugeng, 2008; Tiesnamurti, 1992). Bobot
badan dewasa dapat mencapai 30-40 kg pada jantan dan betina 20-25 kg dengan
persentase karkas 44-49%. (Tiesnamurti, 1992). Ekor domba lokal umumnya pendek,
bentuk tipis dan tidak menimbulkan timbunan lemak.
Indonesia memiliki dua tipe domba yang paling menonjol yaitu domba ekor
tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG). Asal-usul domba ini tidak diketahui
secara pasti, namun diduga DET berasal dari India dan DEG berasal dari Asia Barat
(Williamson dan Payne, 1993). Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia
yang dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung (Sumoprastowo, 1987).
Penyebaran domba ekor tipis banyak terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Penggemukan Domba
Penggemukan saat ini telah banyak dilakukan oleh peternak maupun
pedagang dengan prinsip memberikan perlakuan selama pertumbuhan untuk
memperoleh nilai tambah yang lebih besar dalam bentuk pertambahan bobot badan.
4
Istilah penggemukan berasal dari kata fattening yang berarti pembentukan lemak,
dan istilah tersebut dewasa ini tidak sesuai lagi karena sistem produksi dan selera
konsumen yang berubah. Hewan yang dipotong semakin muda, sehingga dagingnya
semakin empuk. Tujuan program penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas
karkas dengan cara mendeposit lemak seperlunya saja. Bila ternak yang digunakan
belum dewasa, maka program tersebut sifatnya adalah membesarkan sambil
menggemukan atau memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1999).
Sistem pemeliharaan yang dilakukan dalam penggemukan dewasa ini yaitu
secara intensif. Sistem pemeliharaan secara intensif merupakan pemeliharaan ternak
dalam tempat yang terkurung dan makanan dibawa ke ternak (Parakkasi, 1999).
Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot badan
harian karena pemberian pakan yang cukup sesuai dengan kebutuhan domba.
Menurut Mathius (1998), pemeliharaan secara intensif dengan cara ternak domba
dikandangkan penuh, sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan
penuh untuk produksi daging.
Pertumbuhan Domba
Pertumbuhan murni mencakup perubahan-perubahan dalam bentuk dan berat
jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak, dan semua
jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Pertumbuhan
murni dilihat dari sudut kimiawinya merupakan pertambahan protein dan zat-zat
mineral yang ditimbun dalam tubuh. Pertambahan berat akibat penimbunan lemak
atau penimbunan air bukan merupakan pertumbuhan murni (Anggorodi, 1990).
Domba mengalami proses pertumbuhan yang pada awalnya berlangsung
lambat kemudian semakin lama meningkat lebih cepat sampai domba berumur 4-3
bulan. Namun, pertumbuhan tersebut akhirnya kembali lambat pada saat domba
mendekati kedewasaan tubuh (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Pertumbuhan
umumnya diukur dengan berat dan tinggi. Domba muda mencapai 75% bobot
dewasa pada umur satu tahun dan 25% lagi setelah enam bulan kemudian yaitu pada
umur 18 bulan dengan pakan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Tingkat pertumbuhan domba berkisar antara 20-200 gram/ekor/hari. Faktor-
faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan domba antara lain tingkat pakan,
genetik, jenis kelamin, kesehatan, dan manajemen (Gatenby, 1991). Pertumbuhan
5
kambing dan domba adalah suatu hal yang kompleks, banyak faktor yang
mempengaruhinya antara lain keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan lebih
membatasi kemungkinan pertumbuhan dan besarnya tubuh yang dicapai. Faktor
lingkungan seperti iklim, pakan, pencegahan atau pemberantasan penyakit serta tata
laksana akan menentukan tingkat pertumbuhan dalam pencapaian dewasa. Maynard
dan Loosli (1979), menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan tergantung dari
spesies, jenis kelamin, umur dan keseimbangan zat-zat nutrisi dalam pakan.
Kebutuhan Nutrien Domba
Produktivitas ternak dapat ditentukan melalui faktor bahan makanan yang
meliputi jumlah dan kualitas pakan. Kebutuhan nutrien setiap ternak bervariasi antar
jenis dan umur fisiologis ternak. Kebutuhan nutrisi ternak dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu jenis kelamin, tingkat produksi, keadaan lingkungan, dan aktivitas fisik
ternak (Haryanto, 1992). Kebutuhan nutrien ternak dapat dikelompokkan menjadi
komponen utama yaitu energi, protein, mineral dan vitamin. Zat-zat makanan
tersebut berasal dari pakan yang dikonsumsi oleh ternak.
Energi
Energi adalah kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan dan berbagai
bentuk kegiatan. Anggorodi (1990) menyatakan bahwa energi adalah salah satu
komponen yang penting dalam pakan untuk pertumbuhan. Energi ini akan digunakan
untuk hidup pokok, pertumbuhan, gerak otot dan sintesa jaringan baru. Domba
membutuhkan energi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan untuk
produksi. Kebutuhan hidup pokok menurut Siregar (1996) adalah kebutuhan zat-zat
nutrisi untuk memenuhi proses hidup saja seperti menjaga fungsi tubuh tanpa adanya
suatu kegiatan dan produksi. Sedangkan kebutuhan produksi adalah kebutuhan zat
nutrisi untuk pertumbuhan, kebuntingan, produksi susu dan kerja.
Jumlah energi yang tersedia tersebut tergantung pada konsumsi pakan dan
banyaknya jumlah yang hilang selama pencernaan dan metabolisme. Jika konsumsi
energi lebih rendah dari kebutuhan untuk hidup pokok, domba akan mengalami
penurunan bobot tubuh karena penggunaan jaringan tubuh untuk mempertahankan
hidup. Sedangkan konsumsi yang berlebihan akan mengarah pada produksi lemak
tubuh yang lebih tinggi (Haryanto, 1992). Penentuan kriteria yang umum adalah
6
dalam bentuk energi bruto (GE), energi dapat dicerna (DE), energi metabolis (ME),
energi netto (NE) dan jumlah zat-zat yang dapat dicerna (TDN) (Anggorodi, 1990).
Tidak semua energi dikeluarkan melalui feses, urin dan gas metan. Menurut NRC
(1985), kebutuhan energi pada ternak domba dipengaruhi oleh umur, ukuran tubuh,
jenis kelamin, pertumbuhan, kelembaban dan cuaca juga berpengaruh terhadap
kebutuhan energi.
Total Digestible Nutrient (TDN) merupakan nilai yang menunjukkan jumlah
dari zat-zat makanan yang dapat dicerna oleh hewan. Zat-zat makanan organik yang
dapat dicerna adalah protein, lemak, serat kasar dan BeTN. TDN dinyatakan dengan
bagian dari bahan makanan yang dimakan yang tidak dieksresikan dalam feses.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna perlu diketahui guna mempertinggi
efisiensi pakan. Faktor-faktor tersebut adalah suhu lingkungan, laju perjalanan
melalui alat pencernaan, bentuk fisik bahan makanan, komposisi ransum dan
pengaruh terhadap perbandingan dari zat makanan lain (Anggorodi, 1990).
TDN dapat diperkirakan dengan rumus persamaan-persamaan regresi
(Hartadi et al., 1993). Bahan makanan dikelompokkan berdasarkan kelas-kelas yaitu
untuk domba terdapat lima kelas. Kelas tersebut adalah (1) Hijauan kering dan
jerami; (2) Pasture, tanaman padangan, hijauan diberikan segar; (3) Silase; (4)
Sumber energi; dan (5) Sumber Protein.
Protein
Protein adalah senyawa kimia yang tersusun atas asam-asam amino dan
berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, zat pembangun dan pengatur. Protein
berfungsi sebagai zat pembangun karena protein merupakan bahan pembentuk
jaringan-jaringan baru yang terjadi dalam tubuh. Protein digunakan sebagai bahan
bakar jika kebutuhan energi tubuh terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak (Haryanto,
1992). Protein merupakan unsur penting dalam tubuh hewan dan diperlukan terus-
menerus untuk memperbaiki sel dalam proses sintesis (NRC, 1985).
Kebutuhan ternak akan protein biasanya disebut protein kasar. Sebagian besar
protein kasar yang diperlukan domba dapat dipenuhi dalam bentuk protein yang
sebenarnya. Protein yang diberikan domba dihitung berdasarkan kandungan protein
kasar dalam pakan dan kebutuhan domba tersebut. Sebagai pedoman kasar, jumlah
protein kasar minimum yang diperlukan domba untuk hidup pokok sebesar 8% dari
7
bahan kering. Domba yang sedang tumbuh atau laktasi memerlukan protein kasar
sejumlah 11% dari bahan kering (Gatenby, 1991).
Kebutuhan protein domba dipengaruhi oleh masa pertumbuhan, umur
fisiologis, ukuran dewasa, kebuntingan, laktasi, kondisi tubuh dan rasio energi
protein. Berdasarkan NRC (1985) pada saat pertumbuhan, seekor ternak
membutuhkan kadar protein yang tinggi pada ransumnya yang akan digunakan untuk
proses pembentukan jaringan tubuh. Ternak muda memerlukan protein yang lebih
tinggi dibandingkan ternak dewasa untuk pertumbuhannya.
Ampas Kurma
Kurma memiliki nama latin Phoenix dactylifera L., yang berasal dari kata
“phoenix”, yang berarti kurma, dan “dactylifera” dari bahasa Yunani “daktulos”
berarti jari (Linne, 2002). Dransfield dan Uhl (2002) mengklasifikasikan kurma,
yaitu:
Group : Spadiciflora
Order : Palmea
Family : Palmaceae
Sub-family : Coryphyoidae
Tribe : Phoeniceae
Genus : Phoenix
Species : Dactylifera L.
Kurma merupakan suatu sumber makanan yang baik dengan nilai gizi tinggi.
Dibandingkan dengan makanan dan buah-buahan lain seperti buah aprikot: 520
kalori/kg; pisang: 970 kalori/kg; jeruk: 480 kalori/kg; nasi: 1.800 kalori/kg; roti
gandum: 2.295 kalori/kg; daging (tanpa lemak): 2.245 kalori/kg, kurma mengandung
lebih dari 3.000 kalori/kg. Karbohidrat yang terkandung dalam kurma sebesar 70%,
karbohidrat tersebut terutama gula yaitu glukosa dan fruktosa. Daging buah kurma
mengandung 60-65% gula, sekitar 2,5% serat, 2% protein dan kurang dari 2% terdiri
dari lemak, mineral, dan unsur pectin (Zaid dan de Wet, 2002).
Buah kurma juga merupakan sumber zat besi, potassium dan kalsium, dengan
sodium dan lemak yang sangat rendah. Sebagai tambahan, mengandung sejumlah
khlor, fosfor, tembaga, magnesium, belerang dan silicon juga ditemukan di dalam
buah kurma. Selain itu, kurma juga mengandung vitamin A: 484 IU; vitamin B1:
8
0,77 IU; vitamin B2: 0,84 IU; dan vitamin B7: 18,9 IU. Sedangkan kandungan
protein sekitar 1,7% berat basah daging buah (Zaid dan de Wet, 2002).
Varietas kurma diklasifkasikan menjadi tiga macam yaitu dry (kering), semi-
dry (semi kering) dan soft (lunak). Kurma varietas dry mengandung gula dengan
proporsi yang tinggi dan oleh karena itu mudah diawetkan secara alami, macamnya
yaitu Sakkoti, Gondaila, Gargooda, Bartamooda,dan Dagana. Kurma varietas semi-
dry mirip dengan kurma kering, namun lebih lembut dibandingkan kurma kering dan
dapat dimakan dengan mudah, macamnya yaitu ‟Amri, „Aglani, Gassasi, Saifani, dan
Sakha. Kurma varietas soft secara komparatif mengandung proporsi gula yang sedikit
dan tidak mudah kering secara natural, macamnya yaitu Bint „Aisha, Hayâni,
Samâni, Zaghlool, Amhât, Sîwi, „Arâbi dan lain-lain (Brown, 1924).
Kurma dapat dijadikan berbagai produk seperti sirup kurma, sari kurma,
cereal, cookies, cake, roti dan sebagainya. Kurma yang diproduksi sebagai sirup
kurma dan sari kurma menghasilkan limbah (by-product) berupa ampas kurma. Jenis
kurma yang digunakan yaitu kurma red siyer atau sair berasal dari Iran yang
merupakan varietas semi-dry dengan kandungan air dibawah 16% dan gula 70%.
Umumnya dipanen pada bulan Oktober dan memiliki warna dark brown (Sahravi,
2011).
Penelitian terhadap ampas kurma sebagai pakan domba masih belum
dilakukan, namun di Kesultanan Oman terdapat penelitian pemberian by-product
kurma yaitu biji kurma, daun pohon kurma, dan by-product dari industri seperti date
fiber dan sirup sebagai pengganti konsentrat komersial untuk domba Omani
(Mahgoub et al., 2005). Al-Masri (2005) dalam penelitiannya menyebutkan
kandungan energi, protein kasar, dan serat kasar dalam biji kurma berturut-turut yaitu
9,4 MJ/kg DM; 57 g/kg DM; dan 116 g/kg DM.
9
Proses produksi ampas kurma pada pabrik sari kurma CV. Amalia Mulia
Sejahtera (Al-Jazira) Bogor dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alir Proses Produksi Ampas Kurma
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan adalah kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat
nutrisi yang terdapat dalam pakan menjadi daging. Pertambahan bobot badan
merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan untuk menilai kualitas bahan
makanan ternak. Pertambahan bobot badan yang diperoleh dari percobaan pada
ternak merupakan hasil dari zat-zat makanan yang dikonsumsi. Dari data
pertambahan bobot badan akan diketahui nilai suatu zat makanan dari suatu ternak
(Church dan Pond, 1988).
Makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan (Tillman et al., 1998). Church dan Pond (1988) menambahkan proses
penggilingan bahan makanan biasanya memberikan peningkatan performa ternak
yang relatif besar untuk hijauan yang berkualitas rendah, karena partikel serat yang
Disortir
Kurma
Blending + Air Panas
Ditolak
Dipress
Disarin
g Biji Kurma
Bubur Kurma
Sari Kurma
Ampas Kurma Ampas Kurma
10
menjadi kecil. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak akan diikuti
dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi.
Konsumsi Pakan
Konsumsi adalah faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup pokok
dan produksi. Tingkat konsumsi (voluntary feed intake) adalah jumlah makanan yang
terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum.
Konsumsi diperhitungkan dengan jumlah makanan yang dimakan oleh ternak,
dimana zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi
kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi hewan tersebut. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi adalah jenis kelamin, bobot badan,
keaktifan tahap pertumbuhan, kondisi fisiologis ternak dan lingkungan (Parakkasi,
1999; Tillman et al., 1998). Konsumsi pakan menurut Nasution (2009) dapat
ditentukan oleh komposisi dan bentuk ransum yang mempengaruhi laju pergerakan
digesta. Church dan Pond (1988) menambahkan konsumsi pakan juga dipengaruhi
oleh palatabilitas yang tergantung pada penampilan dan bentuk pakan, bau, rasa dan
tekstur pakan.
Konversi Pakan
Konversi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi untuk
mendapatkan kenaikan satu-satuan bobot hidup (Church, 1991). Konversi pakan
dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi produksi karena erat kaitan dengan
biaya produksi, semakin rendah nilai konversi pakan maka efisiensi penggunaan
pakan makin tinggi. Wahju (1997) menyatakan bahwa pertumbuhan yang baik belum
tentu mendatangkan keuntungan yang maksimal, tetapi pertumbuhan yang baik
disertai biaya ransum yang minimal akan mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Konversi pakan ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu suhu
lingkungan, potensi genetik, nutrisi pakan, kandungan energi dan penyakit
(Parakkasi, 1999). Konversi pakan juga dipengaruhi oleh jumlah pakan yang
dikonsumsi, bobot badan, gerak atau aktivitas tubuh, mesin dan suhu dalam kandang.
Semakin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, maka akan diikuti dengan
pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dan makin efisien penggunaan pakannya
(Pond et al., 1995).
11
Income Over Feed Cost (IOFC)
Tujuan akhir dari pemeliharaan ternak adalah untuk memperoleh keuntungan
secara ekonomis. Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan
pengeluaran. Income Over Feed Cost (IOFC) adalah salah satu cara dalam
menentukan indikator keuntungan. IOFC ini biasa digunakan untuk mengukur
performa pada program pemberian pakan. Analisis pendapatan dengan cara ini
didasarkan pada harga beli bakalan, harga jual domba dan biaya pakan selama
pemeliharaan. Adkinson et al. (1993) menghitung IOFC dari selisih antara nilai susu
yang dihasilkan dengan biaya pakan. Kasim (2002) menambahkan bahwa IOFC
dapat dihitung dengan pendekatan penerimaan dari nilai pertambahan bobot badan
ternak dengan biaya ransum yang dikeluarkan selama penelitian. Faktor yang
berpengaruh penting dalam perhitungan IOFC adalah pertambahan bobot badan
selama penggemukan, konsumsi pakan dan harga pakan. Pertumbuhan yang baik
belum tentu menjamin keuntungan maksimum, tetapi pertumbuhan yang baik dan
diikuti dengan konversi pakan yang baik pula serta biaya pakan yang minimal akan
mendapatkan keuntungan yang maksimal pula.
12
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di kandang domba Integrated Farming System,
Cibinong Science Center - LIPI, Cibinong. Analisis zat-zat makanan ampas kurma
dilakukan di Laboratorium Pengujian Nutrisi, Puslit Biologi-LIPI, Cibinong. Analisis
zat-zat makanan rumput lapang dan konsentrat dilakukan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Penelitian dilaksanakan selama tiga
bulan (termasuk masa adaptasi 1 bulan), yaitu sejak tanggal 23 Januari hingga 16
April 2011.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah domba jantan lokal yang
terdapat di kandang domba Integrated Farming System, Cibinong Science Center –
LIPI. Ternak domba yang digunakan berjumlah 18 ekor domba jantan berumur
kurang dari satu tahun (I0) dengan rataan bobot badan 17,7±1,7 kg. Salah satu domba
yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur‟adhadinia (2011)
13
Pakan
Pakan yang diberikan adalah ampas kurma yang berasal dari industri sari
kurma Al-Jazira dan konsentrat (Gambar 3) serta hijauan berupa rumput lapang yang
diperoleh dari kebun sekitar kandang. Kandungan nutrien dari pakan yang digunakan
selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrien Pakan yang digunakan Selama Penelitian (100%
Bahan Kering)
Jenis Sampel BK Abu PK LK SK BeTN TDN***
GE
------------------------------ % ----------------------------- (kal/g)
Ampas Kurma*
28,71 3,18 8,01 1,33 20,70 66,78 76,53a
4672,49
Konsentrat**
78,32 17,43 16,06 5,67 20,91 39,93 65,33a
4309,24
R. Lapang**
21,08 10,53 7,97 1,80 39,52 40,18 53,15b
4032,26
Sumber : * Laboratorium Pengujian Nutrisi, Puslit Biologi-LIPI, Cibinong Science Center. 2010.
**
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 2010.
***
Berdasarkan Rumus Hartadi et al. (1993)
a %TDN=22,822 - 1,44 (SK) - 2,875 (LK) + 0,655 (BeTN) + 0,863 (PK) + 0,02 (SK)
2 -
0,078 (LK)2 + 0,018 (SK) (LK) + 0,045 (LK) (BeTN) - 0,085 (LK) (PK) + 0,02
(LK)2 (PK)
b %TDN=26,865 + 1,334 (SK) + 6,598 (LK) + 1,423 (BeTN) + 0,967 (PK) – 0,002 (SK)
2
– 0,67 (LK)2 – 0,024 (SK) (BeTN) – 0,055 (LK) (BeTN) – 0,146 (LK) (PK) –
0,039 (LK)2 (PK)
Keterangan : BK=Bahan Kering; PK=Protein Kasar; SK=Serat Kasar; LK=Lemak Kasar;
BeTN=Bahan ekstrak tanpa Nitrogen; TDN=Total Digestible Nutrient; GE=Gross
Energy
(a) (b)
Gambar 3. Pakan (a) Konsentrat dan (b) Ampas Kurma Foto: Nur‟adhadinia (2011)
14
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan adalah kandang individu dengan ukuran panjang
100 cm, lebar 40 cm dan tinggi 95 cm. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum. Peralatan yang digunakan antara lain tempat pakan untuk ampas kurma,
konsentrat dan rumput lapang serta tempat air minum. Timbangan pegas dengan
kapasitas 50 kg untuk menimbang bobot badan domba. Timbangan duduk dengan
kapasitas 10 kg untuk menimbang ampas kurma, konsentrat, dan rumput lapang.
Alat-alat kebersihan yang digunakan yaitu sapu lidi dan sikat. Alat-alat pelengkap
yaitu label identitas domba berupa kalung nomor, alat tulis, gunting, serta obat-
obatan (Gambar 4).
(a) (b) (c)
(d) (e)
Gambar 4. Peralatan (a) Timbangan Pakan, (b) Timbangan Bobot Badan, (c)
Obat Cacing, (d) Tempat Pakan, dan (e) Kandang individu yang
digunakan dalam penelitian Foto: Nur‟adhadinia (2011)
15
Prosedur
Persiapan
Ternak yang dipilih adalah bakalan yang sehat dan normal (tidak cacat).
Peralatan dan kandang dipersiapkan seminggu sebelum penelitian. Domba jantan
lokal yang digunakan sebanyak 18 ekor berumur kurang dari satu tahun (I0) yang
diperoleh dari pasar ternak Kebon Pedes, Bogor. Domba tersebut dimasukkan ke
dalam kandang individu secara acak. Adaptasi pakan dilakukan sebelum pelaksanaan
penelitian selama 4 minggu untuk membiasakan domba dengan pakan yang baru
yaitu ampas kurma. Domba diberi perawatan intensif antara lain pencukuran bulu,
dimandikan dan pemberian obat cacing. Penimbangan dilakukan akhir periode
adaptasi dan digunakan sebagai data awal penelitian.
Perawatan, Pemeliharaan dan Pelaksanaan
Pemberian pakan berdasarkan perlakuan yaitu level ampas kurma yang
berbeda. Pemeliharaan dilakukan secara intensif dengan pemberian pakan berupa
ampas kurma + konsentrat dilakukan pada pagi hari (06.30-07.30 WIB) dan siang
hari (12.30-13.30 WIB). Rumput lapang diberikan pada sore hari pukul 17.00-18.00
WIB. Sisa pakan ditimbang keesokan harinya. Pakan yang diberikan berdasarkan
kebutuhan total bahan kering yaitu 4% dari bobot badan (NRC, 1985).
Penggemukan domba dalam penelitian dilakukan selama dua bulan (tidak
termasuk masa adaptasi). Penimbangan bobot badan dilakukan satu minggu sekali
pada hari minggu (Gambar 5).
Gambar 5. Penimbangan Domba Foto: Nur‟adhadinia (2011)
16
Rancangan
Perlakuan
Domba dibagi ke dalam tiga perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan ransum
terdiri dari:
P1 : Ampas kurma 50% BK, konsentrat 40% BK, dan rumput lapang 10% BK
P2 : Ampas kurma 60% BK, konsentrat 30% BK, dan rumput lapang 10% BK
P3 : Ampas kurma 70% BK, konsentrat 20% BK, dan rumput lapang 10% BK
Komposisi nutrien pakan untuk setiap perlakuan berdasarkan hasil
perhitungan awal dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Nutrien Pakan Setiap Perlakuan Berdasarkan Perhitungan
(100% Bahan Kering)
Nutrien P1 P2 P3
BK 47,79 42,83 37,87
Abu 9,61 8,19 6,76
PK 11,22 10,42 9,61
LK 3,11 2,68 2,25
SK 22,67 22,65 22,63
BeTN 53,38 56,06 58,75
TDN 69,63 70,75 71,87
Keterangan: BK=Bahan Kering, PK=Protein Kasar, LK=Lemak Kasar, SK=Serat Kasar,
BeTN=Bahan ekstrak Tanpa Nitrogen, TDN=Total Digestible Nutrient.
P1 = Ampas kurma 50%; Konsentrat 40%; Rumput lapang 10%
P2 = Ampas kurma 60%; Konsentrat 30%; Rumput lapang 10%
P3 = Ampas kurma 70%; Konsentrat 20%; Rumput lapang 10%
Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri dari
enam ulangan. Model rancangan yang digunakan menurut Mattjik dan Sumertajaya
(2002) adalah sebagai berikut :
Yij = µ + Pi + €ij
Keterangan :
Yij = Variabel respon akibat pengaruh level ampas kurma ke-i pada ulangan ke-j
µ = Nilai rataan umum performa domba
17
Pi = Pengaruh level ampas kurma ke-i (i = 1, 2, 3)
€ij = Pengaruh galat percobaan
i = Pelakuan (1, 2, 3)
j = Ulangan (1, 2, 3, 4, 5, 6)
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan sidik ragam (Analysis of variance/
ANOVA) dan apabila berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji Tukey.
Peubah yang Diamati
1. Konsumsi pakan
Konsumsi pakan merupakan sejumlah pakan hijauan maupun konsentrat yang
dikonsumsi oleh domba. Konsumsi pakan dibagi kedalam konsumsi bahan segar dan
konsumsi nutrien.
a. Perhitungan konsumsi bahan segar yaitu dengan menggunakan cara
pengurangan berat awal pakan dikurangi berat sisa pakan (g/ekor/hari), sebagai
berikut:
Konsumsi bahan segar (g/ekor/hari) = Pakan yang diberikan – Sisa pakan
b. Konsumsi nutrien merupakan zat makanan yang dikonsumsi ternak yaitu
Bahan Kering (BK), Abu, Protein Kasar (PK), Lemak Kasar (LK), Serat Kasar (SK),
Bahan ekstrak Tanpa Nitrogen (BeTN) dan Total Digestible Nutrient (TDN).
Perhitungan untuk setiap tingkat konsumsi pakan adalah sebagai berikut :
KBK = Konsumsi bahan segar (g) x kadar bahan kering dalam pakan
KAbu = Konsumsi bahan kering pakan (g) x kadar abu dalam pakan
KPK = Konsumsi bahan kering pakan (g) x kadar protein kasar dalam pakan
KLK = Konsumsi bahan kering pakan (g) x kadar lemak kasar dalam pakan
KSK = Konsumsi bahan kering pakan (g) x kadar serat kasar dalam pakan
KBeTN = Konsumsi bahan kering pakan (g) x kadar BeTN dalam pakan
KTDN = Konsumsi bahan kering pakan (g) x kadar TDN dalam pakan
Keterangan : KBK : Konsumsi Bahan Kering (g)
KAbu : Konsumsi Abu (g)
KPK : Konsumsi Protein Kasar (g)
18
KLK : Konsumsi Lemak Kasar (g)
KSK : Konsumsi Serat Kasar (g)
KBeTN : Konsumsi Bahan ekstrak Tanpa Nitrogen (g)
KTDN : Konsumsi Total Digestible Nutrient (g)
2. Konsumsi Nutrien (%)
Perhitungan konsumsi nutrien (%) yaitu dengan cara membagi konsumsi
nutrien dengan konsumsi bahan kering sebagai berikut:
3. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
Pengukuran PBBH dilakukan dengan mengurangi bobot akhir dengan bobot
awal domba pada waktu tertentu. Penimbangan Bobot Badan dilakukan satu minggu
sekali selama delapan minggu. Adapun PBB harian (PBBH) domba diukur
berdasarkan rumus :
4. Konversi Pakan
Konversi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi untuk
mendapatkan bobot badan tertentu dan dalam waktu tertentu. Konversi pakan yaitu
jumlah pakan yang dikonsumsi tiap harinya terhadap pertambahan bobot badan
hariannya.
⁄ ⁄
⁄ ⁄
5. Income Over Feed Cost (IOFC)
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah pendapatan yang didapat setelah
dikurangi biaya pakan selama penggemukan.
IOFC (Rp) = Harga Jual – (Harga Beli + biaya pakan selama penggemukan)
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian
Tempat Penelitian
Kandang Integrated Farming System Cibinong Science Center – LIPI berada
di atas lahan seluas 2000 m2 dan dikelilingi oleh sawah dan perkebunan seperti cabai,
pepaya, timun dan sebagainya. Luas kandang domba yaitu 120 m2
terdiri atas
kandang individu 100 cm x 40 cm x 95 cm untuk penggemukan domba jantan dan
terdapat kandang koloni domba betina. Kandang individu untuk ternak dengan bobot
badan 10-30 kg terdapat empat blok dengan kapasitas tampung 14 ekor per blok,
Kandang domba yang digunakan merupakan kandang panggung berlantai bambu dan
beratap genteng.
Keadaan cuaca pada saat penelitian sangat berfluktuasi, hujan sering terjadi
pada awal penelitian yaitu bulan Januari 2011, curah hujan menurun pada bulan
Februari dan Maret 2011. Rataan suhu dan kelembaban di dalam kandang selama
penelitian pada pagi, siang dan sore hari dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Suhu dan Kelembaban Selama Pengamatan
Waktu (WIB) Suhu (°C) Kelembaban (%)
06.00 25,08 90,23
12.00 31,22 68,78
18.00 27,08 85,42
Suhu selama penelitian berada diatas suhu optimal domba. Menurut Yousef
(1982) suhu optimal domba yang hidup di daerah tropis berkisar antara 4-24°C
dengan kelembaban di bawah 75%. Suhu yang tinggi selama penelitian dapat
mengakibatkan menurunnya konsumsi pakan pada domba. Anggorodi (1990)
mengemukakan bahwa iklim dan suhu lingkungan dapat mempengaruhi tingkat nafsu
makan dan jumlah pakan yang dikonsumsi ternak.
Kondisi Pakan
Pakan yang digunakan pada saat penelitian adalah konsentrat komersial,
ampas kurma dan rumput lapang. Rumput lapang diperoleh dari kebun sekitar
kandang dengan kualitas yang kurang baik dan ketersediaan yang terbatas.
20
Konsentrat komersial yang digunakan mengandung protein kasar kurang dari 20%
dan serat kasar lebih dari 18%. Sehingga konsentrat komersial yang digunakan
diduga banyak mengandung bahan sumber energi. Kandungan protein kasar
konsentrat adalah 16,06% dan serat kasar 20,91% (Tabel 1). Ampas kurma diperoleh
dari industri sari kurma Al-Jazira, Ciapus – Bogor. Ampas kurma bersifat semi
kering, karena kandungan air yang cukup tinggi serta tekstur yang halus. Setiap
harinya ampas kurma dapat diperoleh sebanyak 380 kg dan belum termanfaatkan,
sehingga menjadi limbah di industri tersebut. Oleh sebab itu ampas kurma
dimanfaatkan sebagai pakan untuk domba.
Penggunaan ampas kurma pada penelitian ini dicampurkan dengan konsentrat
komersial. Kemudian dilakukan analisa terhadap campuran tersebut pada masing-
masing perlakuan. Hasil analisa ini digunakan untuk menghitung nilai konsumsi
nutrien dari setiap perlakuan. Analisa dilakukan di Laboratorium Pengujian Nutrisi,
Puslit Biologi-LIPI Cibinong Science Center. Komposisi nutrien ampas kurma +
konsentrat dan rumput lapang untuk setiap perlakuan berdasarkan hasil analisa dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Nutrien Pakan Setiap Perlakuan Berdasarkan Hasil Analisa
(100% Bahan Kering)
Nutrien P1 P2 P3
BK 43,83 38,72 41,28
Abu 8,49 8,69 6,60
PK 9,24 9,68 8,89
LK 2,74 2,94 2,12
SK 23,20 24,88 27,36
BeTN 56,34 53,81 55,03
TDN*
69,63 70,75 71,87
Keterangan: *TDN berdasarkan rumus Hartadi et al. (1993)
BK=Bahan Kering, PK=Protein Kasar, LK=Lemak Kasar, SK=Serat Kasar,
BeTN=Bahan ekstrak Tanpa Nitrogen, TDN=Total Digestible Nutrient.
P1 = Ampas kurma 50% + Konsentrat 40%; Rumput Lapang 10%
P2 = Ampas kurma 60% + Konsentrat 30%; Rumput Lapang 10%
P3 = Ampas kurma 70% + Konsentrat 20%; Rumput Lapang 10%
21
Konsumsi Pakan
Konsumsi Bahan Segar
Konsumsi adalah faktor yang esensial yang merupakan dasar untuk ternak
hidup dan menentukan produksi. Tingkat konsumsi dapat menentukan kadar suatu
zat makanan dalam ransum untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok dan
produksi. Rataan konsumsi bahan segar domba selama penelitian dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Rataan Konsumsi Bahan Segar Domba Lokal selama Penelitian
Perlakuan
Pakan (g/ekor/hari) Total
Pakan Gabungan Ampas kurma+Konsentrat Rumput lapang
P1 1555,50
333,13 1888,62
P2 1630,58
321,55 1952,13
P3 1853,17
344,48 2197,65
Keterangan : P1 = Ampas kurma 50%; Konsentrat 40%; Rumput lapang 10%
P2 = Ampas kurma 60%; Konsentrat 30%; Rumput lapang 10%
P3 = Ampas kurma 70%; Konsentrat 20%; Rumput lapang 10%
Perlakuan P3 menunjukkan konsumsi bahan segar tertinggi dibandingkan
dengan P1 dan P2. Hal ini diduga disebabkan oleh tekstur pakan P3 yang lebih
lembut karena kandungan ampas kurma sebanyak 70%. Ampas kurma memiliki
tekstur yang lembut dikarenakan proses blending. Arora (1989) menyatakan bahwa
ukuran partikel pakan yang lebih kecil dan tekstur pakan yang lebih halus akan
meningkatkan laju aliran cairan dan laju aliran digesta rumen, sehingga konsumsi
pakan akan meningkat demikian juga pengosongan lambung lebih cepat. Adapun
tingkah laku makan ternak domba dalam penelitian ini pada saat diberikan pakan
ampas kurma + konsentrat, rata-rata domba langsung memakan pakan tanpa
melakukan pengamatan terhadap pakannya. Hal ini diduga karena aroma dari ampas
kurma yang dapat meningkatkan nafsu makan, sehingga konsumsi pakan segar
meningkat. Domba memiliki indra penciuman yang dapat digunakan untuk seleksi
pakan. Parakkasi (1999) mengatakan bahwa dalam seleksi makanan, penciuman
merupakan faktor utama, hewan dapat menolak suatu bahan makanan tanpa
mencicipinya terlebih dulu.
22
Gambar 6. Konsumsi Bahan Segar Ampas Kurma + Konsentrat (Ak + Ko) dan
Rumput Lapang (RL) Mingguan Selama Penelitian.
Konsumsi bahan segar rumput pada Gambar 6 menunjukkan hasil yang tidak
berbeda setiap minggunya pada ketiga perlakuan, karena pada umumnya domba
memakan rumput sebagai pakan utamanya. Konsumsi bahan segar ampas kurma +
konsentrat pada ketiga perlakuan cenderung meningkat setiap minggunya dan
menurun pada minggu keenam sampai minggu kedelapan. Penyebab menurunnya
konsumsi pakan kemungkinan adalah suhu rata-rata dan kelembaban selama
penelitian pada siang hari cukup tinggi yaitu mencapai 31,22°C dengan kelembaban
68,78%. Suhu optimal untuk domba yang hidup di daerah tropis berkisar antara 4-
24°C dengan kelembaban di bawah 75% (Yousef, 1982). Kondisi lingkungan dengan
temperatur yang tinggi dapat mempengaruhi konsumsi pakan. Cekaman lingkungan
pada ruminansia dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola konsumsi pakan dan
pembagian zat makanan untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi (Davendra dan
Faylon, 1989). Adapun pada minggu kedelapan, terdapat satu domba perlakuan P3
terperosok kelantai bambu yang patah, sehingga nafsu makan domba tersebut sangat
menurun.
0
500
1000
1500
2000
1 2 3 4 5 6 7 8
Konsu
msi
Bah
an S
egar
(g/e
kor/
har
i)
Minggu
P1 AK+Ko
P1 RL
P2 Ak+Ko
P2 RL
P3 AK=+Ko
P3 RL
Ak+Ko
23
Konsumsi Bahan Kering
Konsumsi bahan kering pada penelitian ini berkisar antara 791,35 – 879,12
g/ekor/hari (Tabel 6). Nilai konsumsi bahan kering pada penelitian ini telah
memenuhi kebutuhan BK domba berdasarkan NRC (1985) yaitu untuk domba
dengan bobot badan antara 10-20 kg memerlukan BK sebanyak 500-1000
g/ekor/hari. Bagi ternak yang sedang tumbuh, kebutuhan zat-zat makanan akan
bertambah terus sejalan dengan pertambahan bobot tubuh yang dicapai sampai batas
umur dimana tidak terjadi lagi pertumbuhan. Rataan konsumsi bahan kering ransum
harian domba yang sedang tumbuh adalah 677,6 – 718,68 g/ekor/hari (Tarmidi,
2004).
Tabel 6. Rataan Konsumsi Bahan Kering Harian Domba Lokal
Perlakuan
Pakan (g/ekor/hari) Total
Pakan Gabungan Ampas kurma+Konsentrat Rumput lapang
P1 721,13 ± 51,49ab
70,22 ± 4,80 791,35 ± 56,24ab
P2 663,32 ± 64,37a
67,78 ± 5,77 731,10 ± 70.09a
P3 806,50 ± 100,86b
72,6 ± 7,88 879,12 ± 108,35b
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
P1 = Ampas kurma 50%; Konsentrat 40%; Rumput lapang 10%
P2 = Ampas kurma 60%; Konsentrat 30%; Rumput lapang 10%
P3 = Ampas kurma 70%; Konsentrat 20%; Rumput lapang 10%
Hasil analisis ragam menunjukkan adanya pengaruh yang nyata (P<0,05) dari
perlakuan pemberian ampas kurma yang berbeda terhadap konsumsi bahan kering
total. Konsumsi bahan kering P3 tidak berbeda nyata dengan P1 dan nyata lebih
tinggi daripada P2. Hal ini diduga karena faktor fisik dari pakan P3 yaitu tekstur
pakan yang lembut sehingga meningkatkan konsumsi pakan ternak domba. Menurut
Nasution (2009), komposisi dan bentuk ransum mempengaruhi laju pergerakan
digesta sehingga dapat menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi.
Rataan konsumsi bahan kering pada domba P1, P2, dan P3 lebih besar
daripada rataan konsumsi bahan kering domba pada penelitian Firki (2010) yang
melaporkan bahwa konsumsi bahan kering domba dengan pakan rumput lapang,
daun jagung, klobot jagung dan ransum komplit yaitu sebesar 661,60 g/ekor/hari.
Faktor yang menjadi penyebab lebih tingginya konsumsi bahan kering pada
24
penelitian ini diduga karena tekstur yang halus dari pakan dengan campuran ampas
kurma. Tekstur pakan yang halus dapat menyebakan laju aliran digesta rumen
menjadi lebih cepat sehingga domba dapat mengkonsumsi pakan lebih banyak.
Gambar 7. Konsumsi Bahan Kering Ampas Kurma + Konsentrat Mingguan
Konsumsi bahan kering mingguan P2 lebih rendah dari P3 (Gambar 7).
Rendahnya konsumsi bahan kering tersebut dapat disebabkan oleh rendahnya
kandungan bahan kering dari pakan P2 yaitu sebesar 38,72% dibandingkan dengan
P3 sebesar 41,28% (Tabel 4). Konsumsi bahan kering per minggu pada Gambar 7
menunjukkan penurunan di minggu keenam pada ketiga perlakuan. Menurunnya
konsumsi bahan kering ampas kurma + konsentrat diduga disebabkan rataan suhu
pada siang hari selama penelitian yang tinggi yaitu 31,22°C. Ampas kurma +
konsentrat diberikan pada pagi dan siang hari, sehingga apabila suhu pada pagi atau
siang hari tinggi akan berpengaruh terhadap konsumsinya.
Konsumsi Nutrien
Konsumsi nutrien pakan pada penelitian ini antara lain konsumsi bahan
kering, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen dan
energi bruto. Rataan konsumsi bahan kering total dan rataan konsumsi nutrien total
dapat dilihat pada Tabel 7.
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1,000
1 2 3 4 5 6 7 8
Konsu
msi
BK
(g/e
kor/
har
i)
Minggu
P1
P2
P3
25
Tabel 7. Rataan Konsumsi Nutrien pada P1, P2 dan P3
Konsumsi
Nutrien
Perlakuan
P1 P2 P3
BK (g/ekor/hari)** 791,35 ± 56,24ab
731,10 ± 70.09a
879,12 ± 108,35b
BO (g/ekor/hari)* 724,40 ± 51,49ab
667,64 ± 64,02a
821,80 ± 101,35b
Abu (g/ekor/hari)** 66,95 ± 4,75a
63,46± 6,07ab
57,31 ± 7,00b
PK (g/ekor/hari) 73,21 ± 5,21 70,84 ± 6,81 78,34 ± 9,67
LK (g/ekor/hari)* 24,48 ± 2,73a
25,49 ± 2,55a
18,73 ± 2,31b
SK (g/ekor/hari)* 181,99 ± 12,89a
181,01 ± 17,23a
238,48 ± 29.20b
BeTN (g/ekor/hari)* 447,41 ± 31,84ab
394,18 ± 37,91a
486,30 ± 60,17b
TDN (g/ekor/hari)* 501,12 ± 35,64ab
470,04 ± 45,17a
575,41 ± 71,12b
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata
(P<0,01)* dan berbeda nyata (P<0,05)**. BK=Bahan Kering, BO=Bahan Organik,
PK=Protein Kasar, LK=Lemak Kasar, SK=Serat Kasar, BeTN=Bahan ekstrak Tanpa
Nitrogen, TDN=Total Digestible Nutrient.
P1 = Ampas kurma 50%; Konsentrat 40%; Rumput lapang 10%
P2 = Ampas kurma 60%; Konsentrat 30%; Rumput lapang 10%
P3 = Ampas kurma 70%; Konsentrat 20%; Rumput lapang 10%
Kandungan nutrien bahan organik yang terdapat dalam pakan yaitu
karbohidrat, lemak, protein dan vitamin. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
pemberian ampas kurma berbeda memiliki pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)
terhadap konsumsi bahan organik (Tabel 7). Perlakuan P3 nyata lebih tinggi daripada
P2 yaitu masing-masing sebesar 821,80 g/ekor/hari dan 667,64 g/ekor/hari.
Konsumsi bahan organik pada dasarnya sangat erat kaitannya dengan kondisi yang
terdapat pada bahan kering (Nasution, 2009). Konsumsi bahan kering P3 lebih tinggi
daripada P2 begitupun konsumsi bahan organiknya.
Dalam hal konsumsi abu pada penelitian ini (Tabel 7) hasil analisis ragam
menunjukkan adanya pengaruh yang nyata (P<0,05) dari perlakuan pemberian ampas
kurma yang berbeda terhadap konsumsi abu. Perlakuan P1 nyata lebih tinggi
daripada P3 yaitu masing-masing sebesar 66,95 g/ekor/hari dan 57,31 g/ekor/hari.
Konsumsi abu dipengaruhi oleh persentase kandungan abu di dalam pakan.
Perlakuan P3 memiliki persentase kandungan abu terendah yaitu 6,60% (Tabel 4).
Rataan konsumsi protein kasar dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil analisis
ragam menunjukkan bahwa pemberian ampas kurma yang berbeda tidak berpengaruh
26
(P>0,05) terhadap konsumsi protein kasar, sehingga pemberian ampas kurma pada
domba dapat diberikan sampai taraf 70%. Kisaran konsumsi protein kasar harian
domba pada penelitian ini antara 70,84 – 78,34 g/ekor/hari. Tomaszewska et al.
(1993) melaporkan bahwa kebutuhan protein domba pada bobot badan 10-20 kg
dengan pertambahan bobot badan 100 g/hari berkisar antara 102,7 – 135,8 g/hari,
sehingga konsumsi protein kasar domba pada penelitian ini masih lebih rendah.
Rendahnya konsumsi protein kasar pada penelitian ini diduga akibat kandungan
protein kasar dari ampas kurma yang rendah (8,01%) yang hanya memenuhi
kebutuhan protein kasar minimal domba sebesar 8%. Sedangkan untuk domba yang
sedang tumbuh memerlukan protein kasar 11% dari bahan kering (Gatenby, 1991).
Hampir semua lemak yang terdapat dalam makanan dapat dicerna. Akan
tetapi membutuhkan banyak sekali waktu bagi getah pencernaan untuk
merombaknya (Anggorodi, 1990). Pemberian ampas kurma pada berbagai taraf
perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi lemak kasar (Tabel
7). Konsumsi lemak kasar P3 nyata lebih rendah daripada P1 dan P2. Anggorodi
(1990) menyebutkan bahwa makanan berlemak akan membuat ternak tahan lapar
lebih lama sehingga menurunkan konsumsi. Perlakuan P3 dengan konsumsi lemak
kasar yang rendah menunjukkan konsumsi bahan kering yang paling tinggi (Tabel 7).
Kandungan serat kasar dalam pakan akan mempengaruhi kecernaan pakan di
dalam saluran pencernaan. Hasil analisis ragam menunjukkan adanya pengaruh yang
sangat nyata (P<0,01) dari perlakuan pemberian ampas kurma yang berbeda terhadap
konsumsi serat kasar (Tabel 7). Perlakuan P3 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan P1 dan P2. Hal ini disebabkan oleh kandungan ampas kurma yang lebih
banyak dibandingkan dengan perlakuan P1 dan P2. Ampas kurma memiliki
kandungan serat kasar yang tinggi (20,70%), sehingga semakin banyak ampas kurma
dalam ransum menyebabkan semakin tinggi kandungan serat kasarnya. Kandungan
serat kasar P3 yaitu 27,36% lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain sebesar 23,20%
pada P1 dan 24,88% pada P2 (Tabel 4). Kandungan serat kasar P3 merupakan faktor
yang dapat menurunkan daya cerna. Tilman et al. (1998) mengatakan bahwa faktor
yang dapat mempengaruhi daya cerna makanan diantaranya adalah komposisi zat
makanan yaitu serat kasar. Farida dan Ridwan (2011) menambahkan bahwa pakan
dengan serat kasar tinggi membutuhkan waktu lama untuk retensi dalam rumen
27
dibandingkan dengan pakan serat kasar rendah. Tingginya konsumsi serat kasar
menyebabkan penurunan konsumsi nutrien pakan yang dapat dicerna. Kecukupan
konsumsi serat kasar pada domba akan berpengaruh pada pertumbuhan. Semakin
tinggi konsumsi serat kasar bukan berarti akan menghasilkan pertumbuhan ternak
dan produksi yang lebih baik, karena serat kasar bersifat menurunkan daya cerna.
Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BeTN) yang dikonsumsi oleh ternak domba
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan
pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi BeTN dengan pakan
mengandung ampas kurma pada taraf berbeda. Konsumsi BeTN perlakuan P3 lebih
tinggi daripada P2. Hal ini menunjukkan pakan P3 mengandung energi yang tinggi.
BeTN merupakan karbohidrat yang mudah dicerna tidak termasuk serat kasar yang
terdiri dari beberapa komponen seperti zat pati, fruktosa, resin, dan asam organik
yang digunakan sebagai sumber energi (Farida dan Ridwan, 2011).
Total Digestible Nutrient (TDN) merupakan salah satu cara mengetahui
energi suatu pakan. Perhitungan TDN pakan pada penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Hartadi et al. (1990). Menurut NRC (1985), domba dengan bobot tubuh 10-20
kg membutuhkan TDN sebesar 400-800 g/ekor/hari untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan pertumbuhannya. Konsumsi TDN pada penelitian ini telah memenuhi
kebutuhan domba berdasarkan NRC (1985).Rataan konsumsi TDN pada setiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
pemberian ampas kurma dengan level berbeda memberikan pengaruh yang sangat
nyata (P<0,01) terhadap konsumsi TDN. Perlakuan P2 nyata lebih rendah
dibandingkan perlakuan P3, hal ini diduga karena kandungan TDN pada perlakuan
P2 lebih rendah dibandingkan P3. Kandungan TDN perlakuan P3 sebesar 71,87%
(Tabel 4) menunjukkan banyaknya zat-zat makanan yang dapat digunakan.
Perhitungan konsumsi nutrien domba pada penelitian ini dihitung
berdasarkan konsumsi nutrien dibagi konsumsi bahan kering dikalikan seratus
persen. Nilai perhitungan persentase kebutuhan nutrien domba dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 8.
28
Tabel 8. Persentase Konsumsi Nutrien pada Domba
Nutrien P1 P2 P3
BO (% BK) 91,54 91,32 93,48
Abu (% BK) 8,46 8,68 6,52
PK (% BK) 9,25 9,69 8,91
LK (% BK) 3,09 3,49 2,13
SK (% BK) 23,00 24,76 27,13
BeTN (% BK) 56,54 53,92 55,32
Keterangan : BK=Bahan Kering, PK=Protein Kasar, LK=Lemak Kasar, SK=Serat Kasar,
BeTN=Bahan ekstrak Tanpa Nitrogen.
P1 = Ampas kurma 50%; Konsentrat 40%; Rumput lapang 10%
P2 = Ampas kurma 60%; Konsentrat 30%; Rumput lapang 10%
P3 = Ampas kurma 70%; Konsentrat 20%; Rumput lapang 10%
Persentase konsumsi nutrien (Tabel 8) tertinggi adalah bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BeTN). Tillman et al. (1991) melaporkan bahwa BeTN merupakan
karbohidrat yang banyak mengandung pati dan tidak mengandung serat. Tingginya
persentase konsumsi BeTN tersebut karena kandungan BeTN bahan pakan penelitian
yang diberikan lebih tinggi (Tabel 1) dibandingkan nutrien yang lain. Bahan pakan
yang mengandung BeTN tinggi menunjukkan kandungan energi yang tinggi dan
mudah dicerna.
Serat kasar merupakan salah satu persentase konsumsi yang tertinggi setelah
BeTN (Tabel 8). Ternak ruminansia mempunyai kemampuan untuk mencerna serat
kasar secara fermentasi dengan bantuan mikroba rumen. Maynard dan Loosli (1979)
menyatakan bahwa ruminansia dapat mencerna setidaknya 50% serat kasar dari
pakan. Serat kasar akan digunakan sebagai sumber energi oleh ternak ruminansia.
Persentase konsumsi protein kasar domba pada penelitian ini masing-masing
adalah 9,25% (P1); 9,69% (P2); dan 8,91% (P3). Nilai protein kasar tersebut hanya
mencukupi kebutuhan minimal domba untuk hidup pokok yaitu 8% (Gatenby, 1991).
Rendahnya kebutuhan protein kasar dalam penelitian ini diduga akibat rendahnya
nilai protein kasar pakan ampas kurma yaitu 8,01% (Tabel 1).
Pertambahan Bobot Badan Harian
Pertambahan bobot badan dapat digunakan sebagai peubah untuk menilai
kualitas bahan makanan ternak. Pakan yang memiliki nutrisi tinggi dan tingkat
29
palatabilitas yang baik dapat dengan cepat meningkatkan pertambahan bobot badan
ternak selama penggemukan. Pertambahan berat badan dipengaruh oleh beberapa
faktor yaitu total protein yang diperoleh setiap harinya, jenis ternak, umur, keadaan
genetik, lingkungan, kondisi setiap individu dan manajemen tata laksana (NRC,
1985). Rataan pertambahan bobot badan harian domba lokal selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Lokal
Perlakuan Rataan (g/ekor/hari)
P1 95,58±39,24
P2 73,47±8,46
P3 70,41±11,81
Keterangan : P1 = Ampas kurma 50%; Konsentrat 40%; Rumput lapang 10%
P2 = Ampas kurma 60%; Konsentrat 30%; Rumput lapang 10%
P3 = Ampas kurma 70%; Konsentrat 20%; Rumput lapang 10%
Hasil dari analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian ampas kurma
pada berbagai taraf perlakuan tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap pertambahan
bobot badan harian. Rataan pertambahan bobot badan harian domba berkisar antara
70,41 – 95,58 g/ekor/hari. Rataan pertambahan bobot badan domba pada hasil
penelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian Firki (2010) yang menggunakan
rumput lapang, daun jagung, klobot jagung dan ransum komplit sebagai pakan, yaitu
berkisar antara 92,86 – 128,18 g/ekor/hari. Hal itu diduga karena bahan pakan yang
digunakan dalam penelitian tersebut memiliki kecernaan yang lebih tinggi daripada
ampas kurma, konsentrat dan rumput lapang yang digunakan dalam penelitian ini,
sehingga banyak zat-zat nutrien yang dapat diserap oleh ternak.
Grafik bobot badan mingguan domba tertera pada Gambar 8. Pada empat
minggu pertama terlihat grafik bobot badan yang berfluktuasi. Hal ini diduga karena
ternak domba masih mengalami adaptasi terhadap ampas kurma sebagai pakan baru.
Perlakuan P1 mengalami peningkatan bobot badan pada minggu kedua diiringi
peningkatan pertambahan bobot badan harian, hal ini dikarenakan konsumsi pakan
yang meningkat. Komposisi pakan P1 memiliki daya serap yang baik, rendahnya
kandungan serat kasar di dalam pakan menyebabkan zat-zat nutrien mudah diserap
oleh domba, sehingga menghasilkan pertambahan bobot badan yang baik.
30
Gambar 8. Grafik Bobot Badan Domba Mingguan
Penurunan bobot badan terjadi di minggu keempat pada ketiga perlakuan, hal
ini kemungkinan disebabkan oleh suhu udara tinggi pada minggu tersebut . Davendra
dan Faylon (1989) mengatakan bahwa pada domba tropis, cekaman panas
memberikan pengaruh yang serius. Cekaman lingkungan pada ruminansia dapat
menyebabkan terjadinya perubahan pola konsumsi pakan dan pembagian zat
makanan untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi.
Konversi Pakan
Konversi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi untuk
mendapatkan kenaikan satu-satuan bobot hidup (Church, 1991). Efisiensi dalam
penggunaan pakan termasuk dalam program pemberian pakan yang dapat diukur dari
konversi pakan atas bobot badan hidup domba. Hasil penelitian menunjukkan
penambahan ampas kurma dalam ransum domba dengan level berbeda tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Rataan konversi pakan dapat
dilihat pada Tabel 10. Rataan konversi pakan untuk ketiga perlakuan sebesar 10,80.
Konversi pakan yang tidak berbeda menunjukkan bahwa imbangan perlakuan pakan
ampas kurma dan konsentrat yang berbeda memiliki efisiensi yang sama.
15
16
17
18
19
20
21
22
23
1 2 3 4 5 6 7 8
Bo
bo
t B
adan
(K
g)
Minggu
P1
P2
P3
31
Tabel 10. Rataan Konversi Pakan
Uraian P1 P2 P3
KBK (g/ekor/hari) 791,35 ± 56,24ab
731,10 ± 70.09a
879,12 ± 108,35b
PBBH (g/ekor/hari) 95,58±39,24 73,47±8,46 70,41±11,81
Konversi 9,76 ± 4,46 10,01 ± 0,91 12,36 ± 1,56
Keterangan : KBK=Konsumsi Bahan Kering; PBBH=Pertambahan Bobot Badan Harian.
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
P1 = Ampas kurma 50%; Konsentrat 40%; Rumput lapang 10%
P2 = Ampas kurma 60%; Konsentrat 30%; Rumput lapang 10%
P3 = Ampas kurma 70%; Konsentrat 20%; Rumput lapang 10%
Anggorodi (1990) menyebutkan bahwa terdapat faktor yang dapat
mempengaruhi efisiensi pakan antara lain laju perjalanan pakan di dalam saluran
pencernaan, bentuk fisik bahan makanan dan komposisi nutrien ransum. Pakan P3
memiliki kandungan serat kasar yang tinggi, sehingga laju perjalanan pakan di dalam
saluran pencernaan lebih cepat, menjadikan daya cerna menurun, akibatnya pakan
yang dikonsumsi tidak efisien. Berbeda dengan pakan P1 yang memiliki efisiensi
pakan lebih baik, karena kandungan serat kasar yang rendah. Pond et al. (1995)
mengatakan bahwa semakin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, diikuti
dengan pertambahan bobot badan yang tinggi maka nilai konversi pakan akan
semakin rendah dan akan semakin efisien pakan yang digunakan.
Income Over Feed Cost (IOFC)
Salah satu cara untuk menghitung pendapatan secara sederhana adalah
dengan perhitungan Income Over Feed Cost (IOFC). Analisis pendapatan dengan
cara ini didasarkan pada harga jual domba, harga beli bakalan dan biaya pakan yang
dikeluarkan selama penelitian. Biaya-biaya lain yang dikeluarkan selama proses
penggemukan domba tidak diperhitungkan dalam perhitungan IOFC. Adkinson et al.
(1993) menghitung IOFC dari selisih antara nilai susu yang dihasilkan dengan biaya
pakan.
Domba yang digunakan dalam penelitian ini dibeli dari pasar hewan dengan
harga yaitu Rp 35.000/kg. Setelah dipelihara domba ini dijual ke pasar hewan yang
sama dengan harga jual yang sama pula, yaitu Rp 35.000/kg. Sedangkan pakan
ampas kurma diperoleh dari industri sari kurma Al-Jazira dengan harga Rp 375/kg
32
berat segar, untuk harga konsentrat yaitu Rp 1750/kg dan harga rumput lapang
sebesar Rp 100/kg. Rataan perhitungan IOFC dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rataan Perhitungan Income Over Feed Cost Domba Selama Penelitian
Perlakuan
Peubah
Harga Jual Harga Bakalan Biaya Pakan Pendapatan
------------------------------------- Rp/ekor --------------------------------------
P1 760.083±57.315 596.167±53.935 65.197±4.403 98.719±67.861
P2 737.333±67.202 611.333±59.342 59.151±4.918 66.849±12.614
P3 776.417±68.672 655.667±55.059 59.247±6.432 61.503±17.378
Keterangan : P1 = Ampas kurma 50%; Konsentrat 40%; Rumput lapang 10%
P2 = Ampas kurma 60%; Konsentrat 30%; Rumput lapang 10%
P3 = Ampas kurma 70%; Konsentrat 20%; Rumput lapang 10%
Hasil analisis ragam menunjukkan pemberian ampas kurma dalam pakan
domba tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap IOFC. Rataan pendapatan usaha
yang diperoleh berdasarkan perhitungan IOFC (Tabel 11) adalah Rp 75.690.
Pengeluaran biaya pakan pada P1 cenderung tinggi yaitu Rp 65.197/ekor. Hal ini
dikarenakan level konsentrat sebanyak 40% pada P1 menyumbang biaya yang besar.
Sedangkan P3 yang mengandung ampas kurma sebanyak 70% dalam ransum
mengeluarkan biaya pakan yang cenderung rendah yaitu Rp 59.247 dibandingkan P1.
33
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian ampas kurma dengan level berbeda tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap pertambahan bobot badan harian, konsumsi protein, konversi pakan
dan Income Over Feed Cost. Namun demikian pemberian ampas kurma berpengaruh
nyata meningkatkan konsumsi bahan kering, serat kasar, bahan ekstrak tanpa
nitrogen dan total digestible nutrient. Penggunaan ampas kurma 50% memberikan
pengaruh positif terhadap performa domba dan dapat digunakan sebagai pakan untuk
mengurangi penggunaan konsentrat.
Saran
Penelitian pengaruh ampas kurma terhadap performa domba ini dapat
dilakukan dalam jangka yang lebih lama dengan penambahan perlakuan kontrol.
Penggunaan imbangan bahan pakan yang lebih bervariasi juga perlu diteliti lebih
lanjut, agar terlihat pengaruh perlakuan terhadap konsumsi pakan, pertambahan
bobot badan harian, konversi pakan dan Income Over Feed Cost pada ternak domba.
34
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan semesta alam Allah SWT atas
karunia dan rahmat-Nya sehingga Penulis bisa menyelesaikan studi, penelitian,
seminar dan skripsi ini. Penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tak
terhinga kepada Ayahanda Sutaryo, SE dan Ibunda Johar Jumiati Afriastini tercinta
atas doa, nasehat, kasih sayang, semangat dan pengorbanan yang tak pernah berhenti.
Juga kepada kakak tersayang Tresna Sari, S.Pt yang telah memberikan semangat dan
nasehat selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Serta kepada adik tersayang Tria
Agustin, dan Adam Nugraha yang telah memberikan semangat kepada Penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada Dr. Ir. Moh. Yamin, M.Agr.Sc. dan Dr. Wartika Rosa Farida selaku
pembimbing skripsi atas segala bimbingan dan arahan kepada Penulis selama
melaksanakan penelitian hingga menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih kepada
dewan penguji siding yaitu Ir. Sri Rahayu, M.Si., Dr. Sri Suharti, S.Pt., M.Si., dan Ir.
Lucia Cyrilla ENSD, M.Si. atas masukan dan saran yang sangat bermanfaat untuk
perbaikan skripsi ini. Terima kasih kepada ibu Zakiah Wulandari, STP,M.Si. selaku
Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan
kepada Penulis selama kuliah di Fakultas Peternakan Institut Pertanan Bogor
sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak LIPI yang telah
memberikan sarana dan prasarana untuk melaksanakan penelitian khususnya Mang
Apek di kandang Integrated Farming System, Teh Tri dan Teh Lia di Lab. Pengujian
Nutrisi PusLit Biologi-LIPI. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat
Tifanny Sukmawati, S.Pt., Gabby Elfanda, S.Pt., dan Andika W. J. S.Pt. yang telah
memberikan semangat, nasehat, pengalaman dan persahabatan yang indah. Serta
kepada Dima Meiyandi yang selalu mendampingi dan memberikan semangat. Tidak
lupa kepada teman-teman IPTP 44 atas kebersamaannya. Hanya Allah Yang Maha
Pemurah dan Penyayang yang akan membalasnya.
Bogor, November 2011
Penulis
35
DAFTAR PUSTAKA
Adkinson, R. W., W. S. Farmer & B. F. Jenny. 1993. Feeding practices and income
over feed cost on pasture-oriented dairy farm in limousiana. Journal Dairy
Science 76 (11): 3547-3554.
Al-Masri, M. R. 2005. Nutritive value of some agricultural wastes as affected by
relatively low gamma irradiation levels and chemical treatments. Journal
Bioresource Technology 96: 1737-1741.
Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta.
Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Terjemahan : Retno
Muwarni. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Brown, T. W. 1924. Date Palm in Egypt. Goverment Press, Cairo.
Church, D. C 1991. Digestive Physiologi and Nutrition of Ruminants. Oregon State
University Press. Corvallis. Oregon.
Church, D. C. & W. G. Pond. 1988. Basic Animal and Feeding. John Willey and
Son. New York. Singapore.
Davendra, C. & P. S. Faylon. 1989. Sheep Production in Asia. Philippine Council for
Agriculture, Forestry and National Reserch and Development Department of
Science and Technology, Los Banos.
Direktorat Jendral Peternakan. 2011. Basis data Populasi. Departemen Pertanian.
Jakarta. http://www.ditjennak.go.id/basisdata.asp. (16 Mei 2011).
Dransfield, J. & N. W. Uhl. 2002. An outline of a classification of palms. Dalam :
Zaid, A. & de Wet. P. F. Date Palm Cultivation. Rome, Italy.
Ensminger, M. L. 2002. Feed and Nutrition. The Ensminger Publishing Company,
California.
Farida, W. R. & R. Ridwan. 2011. Giving of formulated pellet on Javan Porcupine
(Hystrix javanica F. Cuvier, 1823): Effects on feed intake, feed conversion,
and digestibility in pre-domestication condition. Jurnal Biologi Indonesia 7
(1): 157-170.
Firki. 2010. Pemberian biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang terhadap
konsumsi dan pertambahan bobot badan domba ekor tipis. Skripsi.
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gatenby, R. M. 1991. The Tropical Agriculturalist Sheep. 1st Edition. Mc Millan
Education Ltd, London and Basingtone.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo & A. D. Tillman. 1993. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Haryanto, B. 1992. Pakan domba dan kambing. Prosiding Sarasehan Usaha Ternak
Domba dan Kambing Menyongsong era PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu
Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor dan Himpunan Peternak Domba
dan Kambing Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor. Bogor.
36
Kasim. 2002. Performa domba lokal yang diberi ransum komplit berbahan baku
jerami dan onggok yang mendapat perlakuan cairan rumen. Skripsi.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Laboratorium Ilmu & Teknologi Pakan. 2010. Hasil Analisa Konsentrat dan Rumput
Lapang. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Laboratorium Pengujian Nutrisi Pusat Penelitian Biologi-LIPI. 2010. Hasil Analisa
Ampas Kurma. Cibinong Science Center, Bogor.
Linne. 2002. Date varieties and Date Culture in Tunis. Dalam : Zaid, A. & de Wet. P.
F. Date Palm Cultivation. Rome, Italy.
Mahgoub, O., I. T. Kadim, E. H. Johnson, A. Srikandakumar, N. M. Al-Saqri, A. S.
Al-Abri, & A. Ritchie. 2005. The use of a concentrate containing Meskit
(Prosopis juliflora) pods and date palm by-products to replace commercial
concentrate in diets of Omani sheep. Journal Animal Feed Science and
Technology 120: 33-41.
Mathius, L. W. 1998. Jenis dan nilai gizi hijauan makanan ternak domba dan
kambing di pedesaan Jawa Barat. Balai Penelitian Ternak Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Mattjik, A. A. & I. M. Sumertajaya. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan
Aplikasi SAS dan Minitab. Cetakan Ke-2. IPB Press, Bogor.
Maynard, L. A. & J. K. Loosli. 1979. Animal Nutrition. 4th
Edition. McGrow Hill
Book Company. Inc. New York.
Nasional Research Council (NRC). 1985. Nutrient Requirements of Sheep. 6th
Revised Edition. National Academy of Sciences, Washington D. C.
Nasution, A. 2009. Pengaruh penggantian rumput gajah (Pennisetum purpureum)
dengan rumput kupai (Hymenachne amplixicaulis) terhadap kecernaan
bahan kering dan bahan organic dan konsumsi air minum domba lokal
jantan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan XII (2): 78-82.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Pond, W. G., D. C. Church & K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and
Feeding. 4th
edition. John Wiley and Sons Press, New York.
Sahravi. 2011. Iranian Dates Fruit. http://www.sahravi.com/dates/iranian-dates-
fruit.htm. [16 Mei 2011]
Siregar, S. B. 1996. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudarmono, A. S. & Y. B. Sugeng. 2008. Beternak Domba. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sumoprastowo, R. M. 1987. Beternak Domba Pedaging dan Wool. Bharata Karya
Aksara, Jakarta.
Tarmidi, A. R. 2004. Pengaruh pemberian ransum yang mengandung ampas tebu
hasil biokonversi oleh Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) terhadap
37
performans domba Priangan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 9(3): 157-
163.
Tiesnamurti, B. 1992. Alternatif pemilihan jenis ternak ruminansia wilayah
Indonesia bagian Timur. Potensi ruminansia kecil Indonesia baian Timur.
Prosiding Lokakarya Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. BPT Bogor.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo & S.
Labdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo & S.
Labdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Tomaszewska, M. W., A. Djayanegara, S. Gardiner, & T. R. Wiradarya. 1993.
Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret Unversity Press,
Solo.
Wahju, J. 1997. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Cetakan ke-4. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Williamson, M. & W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Yousef, M. K. 1982. Animal Production in the Tropics. Prager Pub., New York.
Zaid, A. & de Wet. P. F. 2002. Date Palm Cultivation. Rome, Italy.
38
LAMPIRAN
39
Lampiran 1. Rataan Konsumsi BK dan Nutrien P1 (Ampas Kurma 50%, Konsentrat 40%, Rumput Lapang 10%)
Minggu Ke- Pakan BS BK Abu PK LK SK BeTN TDN
---------------------------------------------------------------------- g/ekor/hari ---------------------------------------------------------------------------
1 Ak+Ko 1398,60 ± 211,97 648,39 ± 98,27 53,55 ± 8,12 60,79 ± 9,21 18,45 ± 2,80 138,69 ± 21,02 376,91 ± 57,12 417,55 ± 63,28
RL 318,72 ±26,51 67,19 ± 5,59 7,07 ± 0,59 5,35 ± 0,45 1,21 ±0,10 26,55 ± 2,21 27,00 ± 2,25 35,14 ± 2,92
2 Ak+Ko 1214,56 ± 140,51 702,15 ± 65,14 57,99 ± 5,38 65,83 ± 6,11 19,98 ± 1,85 150,18 ± 13,93 408,16 ± 37,87 452,16 ± 41,95
RL 317,17 ± 27,82 66,86 ± 5,87 7,04 ± 0,62 5,33 ± 0,47 1,20 ± 0,11 26,42 ± 2,32 26,86 ± 2,36 34,97 ± 3,07
3 Ak+Ko 1550,74 ± 107,01 718,92 ± 49,61 59,37 ± 4,10 67,40 ± 4,65 20,45 ± 1,41 153,77 ± 10,61 417,91 ± 28,84 462,97 ± 31,95
RL 324,73 ± 23,85 68,45 ± 5,03 7,21 ± 0,53 5,46 ± 0,40 1,23 ± 0,09 27,05 ± 1,99 27,50 ± 2,02 35,81 ± 2,63
4 Ak+Ko 1589,06 ± 145,75 736,69 ± 67,57 60,84 ± 5,58 69,07 ± 6,34 20,96 ± 1,92 157,57 ± 14,45 428,24 ± 39,28 474,41 ± 43,51
RL 340,00 ± 24,46 71,67 ± 5,16 7,55 ± 0,54 5,71 ± 0,41 1,29 ± 0,09 28,32 ± 2,04 28,80 ± 2,07 37,49 ± 2,70
5 Ak+Ko 1630,02 ± 107,18 755,68 ± 49,69 62,41 ± 4,10 70,85 ± 4,66 21,50 ± 1,41 161,63 ± 10,63 439,27 ± 28,88 486,63 ± 32,00
RL 340,0 ± 22,22 71,67 ± 4,68 7,55 ± ,49 5,71 ± 0,37 1,29 ± 0,08 28,32 ± 1,85 28,80 ± 1,88 37,49 ± 2,45
6 Ak+Ko 1629,54 ± 108,08 755,45 ± 50,11 62,39 ± 4,14 70,83 ± 4,70 21,49 ± 1,43 161,58 ± 10,72 439,15 ± 29,13 486,49 ± 32,37
RL 340,95 ± 22,91 71,87 ± 4,83 7,57 ± 0,51 5,73 ± 0,38 2,04 ± 0,14 28,40 ± ±1,91 28,88 ± 1,94 37,60 ± 2,53
7 Ak+Ko 1605,38 ± 96,69 744,25 ± 44,83 61,46 ± 3,70 69,78 ± 4,20 41,99 ± 11,34 159,19 ± 9,59 432,63 ± 26,06 479,28 ± 28,87
RL 341,90 ± 23,92 72,07 ± 5,04 7,59 ± 0,53 5,74 ± 0,40 1,30 ± 0,09 28,48 ± 1,99 28,93 ± 1,93 37,70 ± 2,64
8 Ak+Ko 1526,09 ± 55,71 707,49 ± 25,83 58,43 ± 2,13 66,33 ± 2,42 20,13 ± 0,73 151,33 ± 5,52 411,27 ± 15,01 455,60 ± 16,63
RL 341,54 ± 22,79 72,00 ± 4,81 7,58 ± 0,51 5,74 ± 0,38 1,30 ± 0,09 28,45 ± 1,90 28,96 ± 2,03 37,66 ± 2,51
Keterangan : Ak+Ko= Ampas kurma+Konsentrat; RL=Rumput lapang
P1 = Ampas kurma 50%; Konsentrat 40%; Rumput lapang 10%
P2 = Ampas kurma 60%; Konsentrat 30%; Rumput lapang 10%
P3 = Ampas kurma 70%; Konsentrat 20%; Rumput lapang 10%
40
Lampiran 2. Rataan Konsumsi BK dan Nutrien P2 (Ampas Kurma 60%, Konsentrat 30%, Rumput Lapang 10%)
Minggu Ke- Pakan BS BK Abu PK LK SK BeTN TDN
---------------------------------------------------------------------- g/ekor/hari ---------------------------------------------------------------------------
1 Ak+Ko 1530,79 ± 192,29 622,72 ± 78,22 52,87 ± 6,64 61,44 ± 7,72 19,12 ± 2,40 144,78 ± 18,19 344,49 ± 43,27 407,99 ± 51,25
RL 308,65 ± 33,45 65,06 ± 7,05 6,85 ± 0,74 5,19 ± 0,56 1,17 ± 0,13 25,71 ± 2,79 26,14 ± 2,83 34,03 ± 3,69
2 Ak+Ko 1556,98 ± 181,42 633,38 ± 73,80 53,78 ± 6,27 62,4 ± 7,28 19,45 ± 2,27 147,26 ± 17,16 350,39 ± 40,83 414,97 ± 48,35
RL 307,46 ± 30,99 64,81 ± 6,53 6,82 ± 0,69 5,17 ± 0,52 1,17 ± 0,12 25,61 ± 2,58 26,04 ± 2,62 33,90 ± 3,42
3 Ak+Ko 1632,56 ± 151,55 664,13 ± 61,65 56,39 ± 5,23 65,52 ± 6,08 20,39 ± 1,89 154,41 ± 14,33 367,39 ± 34,10 435,12 ± 40,39
RL 314,08 ± 29,89 66,21 ± 6,30 6,97 ± 0,66 5,28 ± 0,50 1,19 ± 0,11 26,17 ± 2,49 26,60 ± 2,53 34,63 ± 3,30
4 Ak+Ko 1669,12 188,02 679,00 ± 76,49 57,65 ± 6,49 66,99 ± 7,55 20,85 ± 2,35 157,87 ± 17,78 375,62 ± 42,31 444,86 ± 50,11
RL 328,51 ± 26,07 69,25 ± 5,50 7,29 ± 0,58 5,52 ± 0,44 1,25 ± 0,10 27,37 ± 2,17 27,82 ± 2,21 36,22 ± 2,88
5 Ak+Ko 1673,77 ± 170,64 680,89 ± 69,42 57,81 ± 5,89 67,18 ± 6,85 20,91 ± 2,13 158,30 ± 16,14 376,67 ± 38,40 446,10 ± 45,48
RL 326,48 ± 26,82 68,82 ± 5,65 7,25 ± 0,60 5,49 ± 0,45 1,24 ± 0,10 27,20 ± 2,23 27,65 ± 2,27 36,00 ± 2,96
6 Ak+Ko 1738,29 ± 138,76 707,14 ± 56,45 60,04 ± 4,79 69,77 ± 5,57 21,72 ± 1,73 164,41 ± 13,12 391,19 ± 31,23 463,29 ± 36,98
RL 28,51 ± 27,49 69,25 ± 5,80 7,29 ± 0,61 5,52 ± 0,46 1,97 ± 0,16 27,37 ± 2,29 27,82 ± 2,33 36,22 ± 3,03
7 Ak+Ko 1672,93 ± 210,96 680,55 ± 85,82 57,78 ± 7,29 67,14 ± 8,47 51,37 ± 6,48 158,23 ± 19,95 376,48 ± 47,47 445,88 ± 56,23
RL 328,15 ± 25,81 69,17 ± 5,44 7,28 ± 0,57 5,51 ± 0,43 1,25 ± 0,10 27,34 ± 2,15 27,79 ± 2,19 36,19 ± 2,85
8 Ak+Ko 1570,19 ± 198,77 638,76 ± 80,86 54,24 ± 6,87 63,02 ± 7,98 19,62 ± 2,48 148,51 ± 18,80 353,36 ± 44,73 418,49 ± 52,98
RL 330,53 ± 26,10 69,68 ± 5,50 7,34 ± 0,58 5,55 ± 0,44 1,25 ± 0,10 27,54 ± 2,17 28,00 ± 2,21 36,45 ± 2,88
Keterangan : Ak+Ko= Ampas kurma+Konsentrat; RL=Rumput lapang P1 = Ampas kurma 50%; Konsentrat 40%; Rumput lapang 10%
P2 = Ampas kurma 60%; Konsentrat 30%; Rumput lapang 10%
P3 = Ampas kurma 70%; Konsentrat 20%; Rumput lapang 10%
41
Lampiran 3. Rataan Konsumsi BK dan Nutrien P3 (Ampas Kurma 70%, Konsentrat 20%, Rumput Lapang 10%)
Minggu Ke- Pakan BS BK Abu PK LK SK BeTN TDN
---------------------------------------------------------------------- g/ekor/hari ---------------------------------------------------------------------------
1 Ak+Ko 1768,95 ± 308,43 769,85 ± 134,23 47,41 ± 8,27 9,25 ± 12,08 16,63 ± 2,90 200,25 ± 34,91 436,35 ± 76,08 513,00 ± 89,45
RL 335,00 ± 35,18 70,62 ± 7,42 7,44 ± 0,78 5,63 ± 0,59 1,27 ± 0,13 27,91 ± 2,93 28,37 ± 2,98 36,94 ± 3,88
2 Ak+Ko 1857,76 ± 239,09 808,50 ± 104,05 49,79 ± 6,41 72,73 ± 9,36 17,46 ± 2,25 210,30 ± 27,06 458,26 ± 58,98 538,76 ± 69,34
RL 336,07 ± 37,63 70,84 ± 7,93 7,46 ± 0,84 5,65 ± 0,63 1,28 ± 0,14 28,00 ± 3,13 28,47 ± 3,19 37,06 ± 4,15
3 Ak+Ko 1934,77 ± 213,35 842,01 ± 92,85 51,85 ± 5,72 75,75 ± 8,35 18,19 ± 2,01 219,02 ± 24,15 477,25 ± 52,63 561,09 ± 61,87
RL 339,57 ± 36,71 71,58 ± 7,74 7,54 ± 0,81 5,70 ± 0,62 1,29 ± 0,14 28,29 ± 3,06 28,76 ± 3,11 37,44 ± 4,05
4 Ak+Ko 1942,51 ± 231,58 845,38 ± 100,78 52,06 ± 6,21 76,05 ± 9,07 18,26 ± 2,18 219,89 ± 26,22 479,16 ± 57,12 563,34 ± 67,16
RL 347,47 ±40,23 73,25 ± 8.48 7,71 ± 0,89 5,84 ± 0,68 1,32 ± 0,15 28,95 ± 3,35 29,43 ± 3,41 38,32 ± 4,44
5 Ak+Ko 1946,08 ± 252,90 846,93 ± 110,06 52,15 ± 6,78 76,19 ± 9,90 18,29 ± 2,38 220,30 ± 28,63 480,04 ± 62,38 564,37 ± 73,34
RL 349,02 ± 36,88 73,57 ± 7,77 7,75 ± 0,82 5,86 ± 0,62 1,32 ± 0,14 29,08 ± 3,07 29,56 ± 3,12 38,49 ± 4,07
6 Ak+Ko 1900,49 ± 279,57 827,09 ± 121,67 50,93 ± 7,49 74,40 ± 10,95 17,86 ± 2,63 215,14 ± 31,65 468,80 ± 68,96 551,15 ± 81,08
RL 349,50 ± 37,90 73,67 ± 7,99 7,76 ± 0,84 5,87 ± 0,64 1,33 ± 0,14 29,12 ± 3,16 29,60 ± 3,21 38,54 ± 4,18
7 Ak+Ko 1783,48 ± 199,77 776,16 ± 86,94 47,80 ± 5,35 69,82 ± 7,82 16,76 ± 1,88 201,89 ± 22,61 439,93 ± 49,28 517,21 ± 57,94
RL 349,62 ± 37,48 73,70 ± 7,90 7,76 ± 0,83 5,87 ± 0,63 1,33 ± 0,14 29,13 ± 3,12 29,61 ± 3,17 38,55 ± 4,13
8 Ak+Ko 1691,32 ± 220,19 736,06 ± 95,83 45,33 ± 5,90 66,22 ± 8,62 15,90 ± 2,07 191,46 ± 24,93 417,20 ± 54,31 490,49 ± 63,86
RL 349,62 ± 38,72 73,70 ± 8,16 7,76 ± 0,86 5,87 ± 0,65 1,33 ± 0,15 29,13 ± 3,23 29,61 ± 3,28 38,55 ± 4,27
Keterangan : Ak+Ko= Ampas kurma+Konsentrat; RL=Rumput lapang
P1 = Ampas kurma 50%; Konsentrat 40%; Rumput lapang 10%
P2 = Ampas kurma 60%; Konsentrat 30%; Rumput lapang 10%
P3 = Ampas kurma 70%; Konsentrat 20%; Rumput lapang 10%
42
Lampiran 4. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Segar Total
Sumber Keragaman db JK KT F hitung P
Perlakuan 2 319626 159813 4,18 0,048
Galat 15 618662 85496
Total 17 938288
Lampiran 5. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering Total
Sumber Keragaman db JK KT F hitung P
Perlakuan 2 66484 33242 5,34 0,026
Galat 15 99074 13591
Total 17 165558
Lampiran 6. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Organik Total
Sumber Keragaman db JK KT F hitung P
Perlakuan 2 72949 36474 6,81 0,014
Galat 15 85109 11664
Total 17 158057
Lampiran 7. Analisis Ragam Konsumsi Abu Total
Sumber Keragaman db JK KT F hitung P
Perlakuan 2 285,67 142,84 4,31 0,045
Galat 15 542,19 75,30
Total 17 827,86
Lampiran 8. Analisis Ragam Konsumsi Protein Kasar Total
Sumber Keragaman db JK KT F hitung P
Perlakuan 2 176,17 88,09 1,70 0,232
Galat 15 834,73 115,06
Total 17 1010,90
43
Lampiran 9. Analisis Ragam Konsumsi Lemak Kasar Total
Sumber Keragaman db JK KT F hitung P
Perlakuan 2 159,58 79,79 12,80 0,002
Galat 15 96,42 13,05
Total 17 256,00
Lampiran 10. Analisis Ragam Konsumsi Serat Kasar Total
Sumber Keragaman db JK KT F hitung P
Perlakuan 2 12988,7 6494,3 15,72 0,001
Galat 15 6578,4 902,4
Total 17 19567,1
Lampiran 11. Analisis Ragam Konsumsi Bahan ekstrak Tanpa Nitrogen Total
Sumber Keragaman db JK KT F hitung P
Perlakuan 2 25662 12831 6,68 0,014
Galat 15 30357 4152
Total 17 56019
Lampiran 12. Analisis Ragam Konsumsi Total Digestible Nutrient Total
Sumber Keragaman db JK KT F hitung P
Perlakuan 2 35176 17588 6,69 0,014
Galat 15 41843 5739
Total 17 77019
44
Lampiran 13. Perhitungan Total Digestible Nutrient
1. Ampas Kurma = 22,822 - 1,44 (SK) - 2,875 (LK) + 0,655 (BeTN) + 0,863
(PK) + 0,02 (SK)2 - 0,078 (LK)
2 + 0,018 (SK) (LK) +
0,045 (LK) (BeTN) - 0,085 (LK) (PK) + 0,02 (LK)2 (PK)
= 22,822 - 1,44 (20,70) - 2,875 (1,33) + 0,655 (66,78) +
0,863 (8,01) + 0,02 (20,70)2 - 0,078 (1,33)
2 + 0,018
(20,70) (1,33) + 0,045 (1,33) (66,78) - 0,085 (1,33) (8,01)
+ 0,02 (1,33)2 (8,01)
= 76,53
2. Konsentrat = 22,822 - 1,44 (SK) - 2,875 (LK) + 0,655 (BeTN) + 0,863
(PK) + 0,02 (SK)2 - 0,078 (LK)
2 + 0,018 (SK) (LK) +
0,045 (LK) (BeTN) - 0,085 (LK) (PK) + 0,02 (LK)2 (PK)
= 22,822 - 1,44 (20,91) - 2,875 (5,67) + 0,655 (39,93) +
0,863 (16,06) + 0,02 (20,91)2 - 0,078 (5,67)
2 + 0,018
(20,91) (5,67) + 0,045 (5,67) (39,93) - 0,085 (5,67)
(16,06) + 0,02 (5,67)2 (16,06)
= 65,33
3. Rumput Lapang = 26,865 + 1,334 (SK) + 6,598 (LK) + 1,423 (BeTN) +
0,967 (PK) – 0,002 (SK)2 – 0,67 (LK)
2 – 0,024 (SK)
(BeTN) – 0,055 (LK) (BETN) – 0,146 (LK) (PK) – 0,039
(LK)2
(PK)
= 26,865 + 1,334 (39,52) + 6,598 (1,8) + 1,423 (40,18) +
0,967 (7,97) – 0,002 (39,52)2 – 0,67 (1,8)
2 – 0,024
(39,52) (40,18) – 0,055 (1,8) (40,18) – 0,146 (1,8) (7,97)
– 0,039 (1,8)2
(7,97)
= 52,31