perencanaan jarlokat
DESCRIPTION
PERENCANAAN JARLOKAT UNTUK COSTUMER PROMISE EQUIPMENT ( SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH)TRANSCRIPT
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
1
DIKTAT
CPE UNTUK JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA
Disusun Oleh Heri Susanto
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
- STUDI EKONOMI PERENCANAAN ……………………………………………………………….
- RAMALAN KEBUTUHAN TELEPON ………………………………………………………………
- RAMALAN KEBUTUHAN TELEPON SECARA MAKRO………………………….
- RAMALAN KEBUTUHAN TELEPON SECARA MIKRO……………………………
- RAMALAN KEBUTUHAN TELEPON UNTUK LAYANAN BARU …………….…
BAB II PENENTUAN LETAK SENTRAL SECARA TEORITIS……………………………………….
BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT)
- STRUKTUR JARLOKAT …………………………………………………………………………………….
- PENENTUAN BATAS DAERAH PELAYANAN………………………………………………
- DISAIN JARLOKAT
- RANCANGAN DASAR………………………………………………………………………………….
- RANCANGAN RINCI………………………………………………………………………………….
BAB IV JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF)
- TEKNOLOGI SISTEM JARLOKAF………………………………………………………………….
- PENENTUAN BATAS DAERAH PELAYANAN………………………………………………
- DISAIN JARLOKAF
- RANCANGAN DASAR………………………………………………………………………………….
- RANCANGAN RINCI………………………………………………………………………………….
BAB V JARINGAN LOKAL AKSES RADIO (JARLOKAR)
- ARSITEKTUR DAN KONFIGURASI JARLOKAR…………………………………………
- TEKNOLOGI UNTUK PENERAPAN JARLOKAR…………………………………………..
- PENENTUAN JUMLAH & LOKASI RBS………………………………………………..
- PENENTUAN DAERAH CAKUPAN………………………………………………………….
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
3
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
1. Mampu memahami metode-metode ramalan kebutuhan telepon
2. Memahami teknik jaringan akses (Jarlokat, Jarlokaf dan Jarlokar)
3. Mampu memahami metoda perencanaan jaringan akses
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Dapat membuat perencanaan jaringan akses
SILABUS
1. Ramalan kebutuhan telepon secara makro dan mikro
2. Ramalan kebutuhan untuk pelayanan baru
3. Penentuan letak sentral secara teoritis
4. Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
- Struktur jarlokat (RPU, Kabel Primer, RK, Sekunder, KP dan Roset)
- Penentuan batas daerah pelayanan (Sentral, RK dan DP)
- Disain Jarlokaf (peta dasar, peta lokasi, skema kabel dan lain-lain)
DAFTAR PUSTAKA 1. 1. CCITT, Outside Plant Technology for Public Network, ITU, Geneva, 1991
2. 2. Peramalan Demand, PT. Telkom, 1990
3. 3. Hideo Fukutoni, Telecomunication Outside Plant Engineering, The Telecom Assosiation,
4. 1st.ed,1980
5. 4. Perumtel, Petunjuk Pedoman Perencanaan Jaringan Kabel Telepon Lokal, 1984
6. 5. Donald, Hamsher, Communication System Engineering Handbook, MGH, New York, 1967
5. CCITT,CCITT, 6. CCITT, Local Network Planning
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
4
PENDAHULUAN Latar Belakang
Istilah jaringan lokal sudah lama dikenal yaitu saluran yang
menghubungkan antara sentral lokal dengan perangkat terminal disisi
pelanggan dalam suatu wilayah pelayanan tertentu. Pada mulanya istilah
jaringan lokal identik dengan jaringan kabel lokal, yaitu jaringan lokal yang
menggunakan kabel tembaga untuk menghubungkan antara sentral lokal
dengan terminal pelanggan. Namun setelah pemakaian saluran non fisik dan
non kabel tembaga banyak digunakan untuk menggantikan peranan kabel
tembaga, istilah jaringan lokal itu menjadi tidak identik lagi dengan jaringan
tembaga, istilah jaringan lokal tersebut disebut dengan jaringan lokal akses
atau Local Loop Access (LLA). Akses di sini dapat diartikan sebagai suatu
cara atau metoda untuk menghubungkan peralatan induk dengan peralatan di
sisi pelanggan atau pengguna jasa. Jaringan akses dan metoda akses ini
membentuk sistem dan sistem akses merupakan hubungan fisik fungsional
ataupun interface.
Dengan adanya kecenderungan beralihnya pelayanan dari nerrow band
menuju broadband, dari POTS menuju multimedia dan serta dari infrastruktur
informasi lokal menuju infrastruktur nasional regional dan internsional yang
menghendaki service yang konfergen serta full service maka pada accsess
network harus :
Compatible with current and future service
Single infrasture multi service
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
5
Based on copper, optical fiber, radio and hybrid
Dengan demikian istilah jaringan lokal akses sesuai dengan media transmisi
yang digunakannya, maka untuk jaringan lokal dengan tembaga disebut
jaringan lokal akses tembaga (JARLOKAT). Demikian pula untuk jaringan lokal
dengan kabel serat optik disebut dengan istilah jaringan lokal akses fiber
(JARLOKAF). Selain jaringan yang berbentuk kabel, juga ada yang
menggunakan frekuensi radio yang disebut dengan jaringan lokal akses radio
(JARLOKAR).
Jaringan akses merupakan bagian dari jaringan telekomunikasi yang
menyerap porsi terbesar dari total investasi. Oleh karena itu pemilihan sistem
dan metoda akses ini harus dilakukan berdasarkan perencanaan yang matang
agar diperoleh biaya yang efektif tetapi tetap memenuhi kualitas yang
ditetapkan, sebab tidak semua peralatan pelanggan dapat dihubungkan dengan
mudah dengan peralatan induk. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh ketiga
konndisi dibawah ini;
kondisi geografis
kondisi demografis dan
kondisi sosiografis.
Ketiga kondisi tersebut diatas akan sangat mempengaruhi dalam hal
penerapan, pemilihan dan penentuan arsitektur JARLOKAT ( Teknologi
Jaringan, Mekanisme Akses, Mode Aplikasi, Inteface, Aspek Keamanan dan
Persyaratan Unjuk Kerja)
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
6
Pemodelan Jaringan Akses Secara Umum
Pemodelan jaringan akses secara umum terdiri dari tiga macam elemen
yaitu ANT (Access Node Terminal), NU(Network Unit) dan NT(Network
Terminal). Elemen-elemen ini dihubungkan melalui jaringan distribusi
(Distribution Network) dan jaringan drop (Drop Network) sebagaimana yang
ditunjukkan gambar dibawah ini.
Gambar 1.1 Model referensi suatu jaringan akses
ANT merupakan interface standar yang menghubungkan service node,
berfungsi mengendalikan service dasar yang ada dalam jaringan akses. Service
node dapat menjalankan fungsi call handling, pentarifan, dan routing. Selain itu
service node juga mempunyai fungsi tambahan seperti call forwarding dan
conference call.
Perangkat
Induk
(ANT)
Jaringan
Lokal Akses
(NU)
Terminal
Pelanggan
(NT/CPE)
NNI UNI
TMN
NMI
Q3
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
7
Hubungan antara jaringan distribusi dengan service network dibangun
melalui switch atau cross-connect. Jadi sistem penyambungan merupakan
bagian dari ANT.
ANT terhubung langsung dengan jaringan distribusi. Bila dibutuhkan,
jaringan distribusi dapat membawa informasi ke jarak yang jauh menuju
jaringan drop yang bersifat lokal. Jaringan drop adalah jaringan lokal yang
mencapai terminal pelanggan. Jumlah NT yang terhubung dengan suatu
jaringan drop dapat berjumlah lebih dari satu.
Gambar 1.2 Bentuk hubungan antara elemen dalam sistem akses
NU yang terhubung dengan suatu jaringan distribusi dapat berjumlah
lebih dari satu. Fungsi NU adalah melakukan adaptasi yang diperlukan antara
jaringan distribusi dengan jaringan drop, seperti konversi dari sinyal optik
menjadi sinyal elektrik atau sebaliknya.
Para pelanggan dari macam-macam service harus mempunyai perangkat
untuk tiap service tersebut. Perangkat yang diperlukan berbeda untuk service
yang berbeda. Untuk POTS perangkat tersebut berupa pesawat telepon, untuk
layanan informasi bisa berupa PC, untuk VoD berupa set top box. Perangkat-
perangkat tersebut secara umum disebut CPE (Custummer Premises
Equipment).
Melalui NT yang sama (biasanya dipasang di rumah atau kantor)
biasanya terhubung dengan bermacam-macam CPE (Custummer Premises
Equipment) yang berbeda, oleh karena itu NT tidak bergantung dengan jenis
CPE
JARINGAN AKSES
NT NU
ANT
Drop
NetworkDistribution
NetworkInterface
Standar
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
8
service yang harus dilewatinya sehingga tiap terminal yang menangani service
yang berbeda mempunyai interface lain yang disebut UNI (Network
Interface Unit).
*
Gambar 1.3 Karakteristik kebutuhan bandwith tiap serivice
Melalui NT yang sama (biasanya dipasang di rumah atau kantor)
biasanya terhubung dengan bermacam-macam CPE (Custummer Premises
Equipment) yang berbeda, oleh karena itu NT tidak bergantung dengan jenis
service yang harus dilewatinya sehingga tiap terminal yang menangani service
yang berbeda mempunyai interface lain yang disebut UNI (Network
Interface Unit).
Interface standar (NNI) digunakan antara jaringan akses dengan service
network. Keuntungan utama pemisahan antara jaringan akses dengan service
network adalah masing-masing lebih independen. Satu jaringan akses dapat
digunakan untuk beberapa service. Bila ada service baru pada service network
tetap dapat diakses tanpa membangun jaringan akses baru.
Bandwidth Dowdstream?
Bandwith Upstream?
Bit Rate Konstan/variable?
Multicasting?
VoD
Video
Conferencing
Internet Layanan
Informas
i
Digital Video
Broadcast POTS
JARINGAN AKSES SERVICE NETWORK TERMINAL
PELANGGAN
NNI
CPE
CPE
CPE
UNI
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
9
Service (VoD, Video Conferecing, POTS, Data/Informasi dan Digital Video
Broadcast) yang memiliki kebutuhan karakteristik tertentu pada jaringan akses.
VoD memerlukan akses dengan bandwith yang sangat lebar, sebagaian besar
badwith diperlukan untuk arah downstream (data yang dikirim ke arah
pelanggan). Video Conferencing bahkan memerlukan bandwith lebar untuk dua
arah (downstream dan upstream). POTS memelukan hubungan service dasar
dengan lebar bandwith 64 Kbps. Bit rate tersebut harus terjamin mempunyai
kecepatan tetap (bit rate constan) kecuali untuk layanan data atau informasi
dapat diatur untuk bit rate tidak tetap, sedangkan service seperti digital video
broadcast memerlukan multi casting yang berarti bahwa informasi yang sama
harus didistribusikann untuk beberapa pelanggan.
Arsitektur Dasar Elemen Jaringan
Fungsi umum dari elemen jaringan adalah interfacing, kontrol dan
switching. Terminasi interface terdiri dari switch baik untuk sinyal analog
maupun sinyal dijital. Sinyal informasi analog masuk melalui inteface analog
pada port A, dikonversikan menjadi sinyal dijital, lalu beberapa port yang identik
di-multiplex menjadi satu bus yang menghubungkan port-port tersebut ke
switching centre network. Multiplexer tersebut dapat menggunakan teknik
multiplexing sinkron maupun asinkron, bekerja pada data field tetap maupun
variabel dengan atau tanpa pengidentifikasi paket. Sinyal informasi di switch
centre network kemudian di-demultiplex dan dikonversikan dari dijital ke analog
untuk aplikasi balik ke port A.
Interface dijital terdapat pada port B. Jika teknik multiplexing yang
diterapkan pada jaringan akses mempunyai format yang berbeda dari yang
diterapkan pada switching centre network maka diperlukan translasi untuk
mencapai bentuk yang sesuai.
Switching centre network terdiri dari time-multiplexed switching yang
memungkinkan informasi dari multiplex input di transfer ke multiplex output
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
10
dengan menggunakan teknik sinkron maupun asinkron dengan circuit atau
packet switch.
Resource yang bervariasi dihubungkan dengan switching
centre(termasuk digitally synthesized, conference circuit, tone receivers dan
device signal processing).
Pengontrolan untuk keseluruhan sistem dilakukan oleh prosesor Stored
Program Control (SPC) yang mempunyai akses ke semua elemen sistem.
Device I/O menyediakan fungsi sistem yang bervariasi, termasuk
administrasi dial, pelaporan alarm, pemeliharaan akses, pelaporan trafik,
penghitungan message otomatis dan common channel signalling.
Gambar 1.4 Arsitektur dasar elemen jaringan akses
DIGITALTERMINATION
A/D
D/A
ANALOG
TERMINATION
MULTIPLEXTRANSLATION
MULTIPLEXER
SWITCHINGCENTER
NETWORK
CONTROL
I/O
RESOURCES
SYNCHRONIZATION
ADMINISTRATION
AND
MAINTENANCE
SIGNALING
B PORTS
A PORTS
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
11
Bab I
Konsep Perencanaan
I.1 Latar Belakang
Meningkatnya sosial ekonomi dan pembangunan suatu daerah
Upaya untuk menghasilkan peningkatan pendapatan dan pelayanan
Mengantisipasi perkembangan teknologi dan kebutuhan pengguna jasa
Upaya mengoptimalkan investasi dan menghitung dimensi perangkat dengan
tepat
I.2 Definisi Perencanaan
Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah proses
mempersiapkan secara sistimatis kegiatankegiatan yang akan dilakukan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu
Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya
dengan sumber yang ada supaya lebih effisien dan efektif.
Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan
dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.
I.3 Ciri Perencanaan yang Baik (by. DR. SD. Siagian, MPA)
Rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya
Rencana hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan bukan merupakan
tujuan’
Rencana harus luwes, agar dapat diadakan perubahan yang diperlukan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi tanpa merubah pola dasar
rencana secara keseluruhan.
Rencana harus bersifat sederhana, sistimatis, ada prioritas, mudah
dipahami dan kegiatan pokok tercakup didalamnya.
Rencana harus disertai oleh suatu perincian yang teliti dan mendetail
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
12
Didalam recana terdapat tempat pengambilan resiko
Rencana harus bersifat praktis
Rencana harus merupakan forcasting, harus merupakan peramalan atas
keadaan yang mungkin dihadapi (Peramalan adalah perkiraan tentang
sesuatu yang akan datang, yang didasarkan pada data yang ada pada
waktu sekarang dan waktu lampau)
Rencana tidak boleh terlepas sama sekali dari pemikiran pelaksana.
Rencana harus dibuat oleh tenaga-tenaga yang ahli ‘Pembuat rencana
hendaknya orangorang yang dedikasinya tidak diragukan terhadap
organisasi’
Dari ciri-ciri tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan,
„Perencanaan adalah tindakan pemilihan fakta dan usaha menghubungkannya
serta pembuatan dan penggunaan asumsi-asumsi mengenai waktu yang akan
datang, dalam hal menggambarkan aktivitas-aktivitas yang akan disulkan yang
dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan”
Dari kesimpulan diatas didapat 3(tiga) pengertian atau persepsi :
Peramalan
Perkiraan masa yang akan datang
Perencanaan
Proposal atau pengajuan kegiatan untuk masa yang akan datang
Program
Program adalah pelaksanaan atau implementasi dari perencanaan yang telah
disetujui.
I.4 Tujuan Perencanaan
Tercapai kesesuaian antara kebutuhan dengan penyediaan sarana
Mendukung kepentingan operasional
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
13
I.5 Hal-hal yang penting dalam Perencanaan
Adanya peluang untuk dilakukan pengembangan
Mempertimbangkan faktor ekonomis dan efisiensi
I.6 Langkah-langkah sebelum Perencanaan
Analisa network yang ada
Memperhatikan masalah yang ada
Adapun yang dimaksud dengan analisa network yang ada misalnya,
Analisa Jasa Telekomunikasi,
Kondisi deman yang melebihi kapasitas yang ada
Kekurangandalan daftar tunggu
Kepadatan telepon yang rendah karena ketidaktepatan faktor penetrasi
Tingkat kepuasan pelanggan yang rendah
ASR atau SCR rendah
Analisa Switching Network,
Kondisi junction dan sirkit trunk yang tidak sama dengan dimensi load trafik
Dimensi perangkat sentral tidak sama dengan jumlah register
Kesalahan perangkat
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
14
BAB II
TEKNIK JARINGAN KABEL LOKAL TEMBAGA
JARLOKAT adalah suatu bentuk jaringan akses yang konfigurasinya dimulai
dari Terminal Blok Vertikal pada Rangka Pembagi Utama sampai Kotak Terminal
Batas, baik yang hanya menggunakan tembaga sebagai media akses maupun adanya
tambahan perangkat lain yang bertujuan untuk meningkatkan unjuk kerjanya.
II.1`Konfigurasi Umum JARLOKAT
Jaringan Catu Langsung :
Jaringan catu langsung yaitu jaringan dimana pelanggan mendapat pencatuan
saluran dari KP ( Kotak Pembagi = DP = Distribution Point) terdekat dan langsung
dihubungkan dengan RPU ( Rangka Pembagi Utama = Main Distribution
Frame/MDF) tanpa melalui Rumah Kabel (RK). Semua urat pasangan kabel dari
KP tersambung langsung ke RPU pada Sentral.
Gbr. Jaringan Catuan Langsung
DP
DP MDF
SENTRAL
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
15
Pemakaian Jaringan Catu Langsung :
Di kota kota besar yang khusus untuk daerah dekat sentral
Kota-kota kecil yang pelanggannya masih sedikit (jumlah KP juga sedikit)
Daerah dengan Demand terpusat
Daerah dengan pelanggan VIP
Keuntungan pemakaian Jaringan Catu Langsung :
Dari segi ekonomi menguntungkan (biaya rendah) karena pada jaringan ini tidak
digunakan RK
Administrasi kabel menjadi lebih sederhana
Titik rawan gangguan kecil
Kerugian Pemakaian Jaringan Catu Langsung
Tidak fleksibel
Sulit melokalisir gangguan karena kabel primer yang digunakan terlalu panjang
sehingga kesulitan untuk menentukan letak kerusakan dengan tepat
Perhitungan demand harus tepat
2. Jaringan Catu Tidak Langsung :
Jaringan Catu Tidak Langsung yaitu jaringan dimana saluran para pelanggan
dicatu dari KP terdekat, yang dihubungkan terlebih dahulu dengan Rumah Kabel
(RK), yang akan diteruskan ke RPU(MDF). Penyambungan saluran dari KP ke RK
sama dengan jaringan catu langsung (tetap), tetapi penyambungan seterusnya ke
RPU di RK dilakukan tidak tetap (melalui jumper wire).
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
16
Gbr. Jaringan catu tidak langsung
Pemakaian Jaringan Catu Tidak Langsung :
Saluran di kota-kota yang jumlah pelanggannya besar
Daerah yang lokasinya jauh dari sentral
Daerah yang pelanggannya menyebar
Keuntungan Jaringan Catu Langsung :
Lebih Fleksibel
Mudah dalam melokalisir gangguan karena dapat diurut dari RK ke RK
Kerugian Jaringan Catu Langsung :
Dari segi ekonomi tidak menguntungkan (karena membutuhkan RK yang banyak
sehingga biayanya menjadi lebih mahal)
Sumber gangguan lebih banyak
Kadangkala kesulitan dalam mencari lokasi RK
MDF
RK
RK
DP
DP
DP
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
17
3. Jaringan Catu Kombinasi :
Jaringan ini merupakan kombinasi dari kedua jenis jaringan diatas, yaitu :
a. Apabila daerahnya dekat sentral, demandnya terpusat, banyak pelanggan VIP,
b. Apabila daerahnya jauh dari sentral, pelanggannya menyebar, demand tinggi,
maka digunakan jaringan catu tidak langsung.
Berikut merupakan gambar jaringan catu kombinasi :
Dengan jaringan kombinasi ini maka pemakaian jaringan dapat dioptimalkan
Bagian – bagian dari jaringan lokal akses tembaga :
1. RPU (Rangka Pembagi Utama = Main Distribution Frame/MDF) :
RPU merupakan perangkat yang ada di sentral yang berfungsi sebagai tempat
penyambungan kabel primer dengan kabel yang keluar dari sentral. Selain itu RPU
juga berfungsi sebagai tempat pengetesan dalam melokalisir gangguan. Penempatan
RPU harus diperhitungkan karena RPU merupakan titik awal penyambungan kabel.
Bentuk dari RPU tergantung pada jenis sentral telekomunikasi yang digunakan.
Pada sentral yang masih manual hanya berbentuk papan atau lemari perkawatan,
sedangkan pada sentral otomat RPU berbentuk kerangka besi.
Peralatan yang ada di RPU :
a. Pothead (Terminasi sambung)
DP
RK
MDF
DP
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
18
Merupakan terminasi sambung antar kabel dari luar (kabel primer) yang keluar
dari bawah tanah dengan beberapa kabel berkapasitas lebih kecil (entry cable).
Dengan dipakainya kabel PE (polithelyne ethane), maka terminal sambung
Pothead jarang digunakan. Kabel PE tidak lagi melewati pothead tetapi langsung
tersambung secara langsung ke terminal blok vertikal.
b. Terminal Blok Vertikal
Merupakan tempat diterminasikannya kabel primer, yang dipasang pada RPU ke
arah luar. Kapasitas terminal blok vertikal dibedakan atas kapasitas
sambungannya. Dengan menggunakan kawat penyambung (jumper wire) ,
terminal blok ini dihubungkan dengan terminal blok horisontal. Pada sentral SPC
analog maupun digital, biasanya digunakan terminal blok berkapasitas 100
pasang.
c. Terminal Blok Horisontal
Merupakan terminal tempat terminasi kabel yang datang dari sentral. Terminal
ini dipasang pada RPU ke arah sentral dengan kapasitas biasanya 100 pasang urat
kabel.
2. Rumah Kabel (RK) :
Rumah Kabel merupakan Perangkat yang menjembatani antara sentral dengan
pelanggan.
Fungsi RK dapat dibedakan :
Tempat penyambungan kabel primer dengan kabel sekunder.
Tempat peralihan kabel besar menjadi beberapa bagian kabel kecil.
Tempat dilaksanakannya pengetesan guna melokalisasi gangguan.
Tempat pelaksanaan penjaumperan antara terminal blok di sisi primer dengan
terminal blok di sisi sekunder
Mempermudah fleksibilitas rentangan kabel yang ada di lapangan.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
19
Kapasitas suatu RK bergantung dari kemungkinan calon pelanggan yang akan
dicatunya. Pada umumnya kapasitas RK yang paling kecil adalah 800 pasang dan
yang paling besar adalah 2400 pasang.
Bahan pembuatan RK antara lain dari beton, sekarang jarang digunakan, besi, dan
fiber glass. Jenis RK yang sekarang banyak digunakan adalah RK yang tebuat dari
fiber glass.
Pemasangan RK biasanya di pinggir-pinggir jalan atau dekat trotoar sehingga tidak
mengganggu lalu lintas dan aman dari fandalisme.
3. Distibution Point (DP) :
DP berfungsi sebagai :
Tempat penyambungan kabel sekunder dan kabel penanggal.
Tempat pengetesan guna melokalisasi gangguan jaringan.
Berdasarkan cara penempatannya, DP dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Kotak Pembagi Atas Tanah :
Disebut juga Titik Pembagi Atas Tanah (TPAT), DP ini dipasang pada
tiang telepon. Pada umumnya mempunyai kapasitas 10 pasang untuk yang kecil
dan 20 pasang kabel untuk yang besar. Ada juga DP yang dipasang pada
dinding, yang digunakan untuk mencatu suatu kompleks perumahan atau
pertokoan yang letaknya berdampingan. Atau juga dipasang pada dinding
sebelah dalam untuk mencatu gedung bertingkat, kompleks perindustrian,
kampus perguruan tinggi dan sebagainya. DP untuk jenis ini mempunyai
kapasitas yang lebih besar, yaitu antara 60 sampai dengan 400 pasang kabel.
Pemasangan DP ini diusahakan serasi dengan keadaan lingkungan sekitarnya
dan memudahkan petugas untuk melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan serta
harus mempertimbangkan keseimbangan rute
b. Kotak Pembagi Bawah Tanah :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
20
Disebut juga Titik Pembagi Bawah Tanah (TPBT). Pada umumnya
dipasang pada lubang kecil di dinding yang sering disebut pit hand hole.
Walaupun penempatan DP ini dapat menunjang keindahan kota, akan tetapi dari
segi teknis, penempatan ini sangat tidak menguntungkan karena mudah dimasuki
air yang bisa membahayakan sambungan dan urat-urat kabel. Oleh karena itu
TPBT ini digunakan untuk daerah-daerah yang sudah teratur dan aman dari
gangguan lalu lintas.
4. Kabel Primer :
Kabel primer berfungsi untuk menghubungkan MDF (Main Distribution
Frame) suatu sentral telekomunikasi dengan RK pada sistem catuan tidak langsung
dan dengan DP pada sistem catuan langsung. Pada umumnya kabel primer
mempunyai kapasitas maksimum 2400 pasang, dengan diameter urat kabel 0,4 mm.
Namun, pada sentral telekomunikasi yang berkapasitas besar, jaringa kabel primer
biasanya ditanam langsung atau dipasang dengan pola pipa duct. Dalam prakteknya,
kapasitas jaringan primer ini berkisar antara 1,1 sampai dengan 1,5 kali kapasitas
sentralnya.
Jaringan Kabel Primer
5. Kabel Sekunder :
Kabel sekunder berfungsi menghubungkan RK dengan DP. Jaringan kabel
sekunder dapat dipasang di atas tanah dan dapat juga dipasang secara tanam
langsung, tergantung pada kemungkinan pengembangan jumlah pelanggan yang
akan dicatu. Kapasitas maksimum kabel sekunder adalah 200 pasang, diameter
kabel ada bermacam-macam antara 0,4 mm sampai dengan 0,8 mm. Sedangkan
RK
DP
PRIMER
MDF
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
21
kapasitas jaringan kabel sekunder umumnya berkisar antara 1,1 sampai 1,5 kali
kapasitas kabel primer.
Jaringan Kabel Sekunder
6. Kabel Penanggal :
Kabel penanggal berfungsi untuk menghubungkan DP dengan terminal blok
yang ada di rumah pelanggan. Jenis kabel yang digunakan sebagai kabel penanggal
ini umumnya adalah drop-wire, baik drop-wire yang menggunakan penguat atau
yang tanpa penguat
Batas Pelayanan
Batas pelayanan dapat didefinisikan sebagai batas daerah yang dapat dilayani
atau dicatu oleh STO/RK/KP lokasi. Pada perencanan jaringan kabel penentuan batas
pelayanan sangat penting karena besar pengaruhnya terhadap kemudahan operasi dan
pemeliharaan, serta besar kecilnya biaya pembangunannya.
Batas Pelayanan KP
DP
DP
DP
RK
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
22
Distribusi
Yang dimaksud dengan Distribusi adalah penempatan KP pada daerah
pelayanan RK atau DCL (Daerah Catu Langsung) dengan tepat, sehingga
kebutuhan telepon dapat dicatu dengan baik dari KP tersebut. Lokasi KP
ditentukan dengan mempertimbangkan letak dan keadaan KP eksisting,
estetika, ekonomis dan effisien.
Kriteria Distribusi KP
Dalam menentukan letak KP harus berpegang pada ketentuan sebagai berikut
:
1) Kebutuhan telepon untuk kurun waktu 15 tahun
Kebutuhan telepon untuk kurun 15 tahun merupakan dasar utama dalam
menentukan letak KP. Batas Pelayanan untuk setiap KP ditentukan dari
batas catuan untuk kebutuhan telepon dengan jarak maksimum 250 meter.
Batas catuan tersebut ditetapkan setelah menganalisa hasil survei mikro
kebutuhan telepon dilokasi tersebut.
2) Batas Pelayanan
Batas-bats tersebut dapat berupa batas geografis, utilitas batas persii, rel
kereta api, sungai besar, jalan besar, tegangan tinggi dan rencana tata kota.
Mengingat batas catuan KP merupakan batas pelayanan yang terkecil,
maka batas antara dua persil pada jalan yang sama dapat juga dijadikan
batas ideal bagi daerah pelayanan KP. Letak KP diupayakan ada di
tengah-tengah daerah pelayanan KP tersebut.
3) Kapasitas KP
Pada dasarnya KP yang digunakan mempunyai kapasitas 10‟‟ dan 20‟‟.
Terminasi sebaiknya tidak seluruhnya namun diberi spare dengan
pertimbangan :
a) Kemudahan pemeliharaan
b) Keserasian saluran penanggal
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
23
KP dengan kapasitas 20” digunakan bila potensi kebutuhan telepon di
daerah pelayanan KP tersebut tinggi.
4) Panjang Saluran Penanggal / Drop Wire
Batas maksimum saluran penanggal diupayakan 250 meter kecuali untuk
kondisi tertentu (tergantung pada hasil survei), batas maksimum dapat
diabaikan.
5) KP Existing
Selain kebutuhan telepon dalam kurun 15 tahun, maka kondisi KP.
Existing perlu dipertimbangkan. Interaksi dengan KP existing perlu
diperhatikan dengan pertimbangan KP baru merupakan penambahan atau
penggantian KP existing.
Hasil analisa tersebut sangat menentukan posisi/ letak KP baru terhadap
DP/KP Existing.
Lokasi Daerah Pelayanan KP
1. Untuk daerah yang sudah mantap dimana diseluruh daerah pelayanan
sudah terisi bangunan-bangunan yang tetap, maka kebutuhan telepon untuk
kurun 15 tahun harus dipertimbangkan masak-masak.
2. Untuk daerah yang belum mantap, dimana pada daerah pelayanan masih
banyak lahan-lahan kosong maka penempatan KP harus
mempertimbangkan faktor lain yaitu besarnya investasi, karena harus
dihindarkan pengembalian investasi dalam jangka waktu lama, akibat
idlenya KP (perkembangan wilayah tidak sesuai rencana tata kota). Untuk
kasus demikian KP tidak dipersiapkan sebagai gantinya dipersiapkan cable
stub.
Jenis KP dan Penggunaannya
1. SPBT (Sambungan Pembagi Bawah Tanah)
a) Digunakan untuk daerah-daerah yang sudah teratur dan permanen
(Sattled Area)
b) Aman dari gangguan lalu lintas.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
24
c) Tidak merusak pandangan sekelilingnya.
d) Pada tikungan yang tajam, letaknya 5 meter dari tikungan tersebut.
e) Diupayakan letaknya di antara dua persil.
Berdasarkan kenyataan di lapangan kurang baiknya pelaksanaan
pemasangan SPBT oleh kontraktor JARKAB, sering mengakibatkan
bocornya SPBT sehingga gangguan yang terjadi sangat tinggi terutama
pada tempat-tempat yang air tanahnya sangat tinggi. Maka SPBT menjadi
tidak ekonomis sehingga diputuskan untuk tidak digunakan lagi
(Keputusan DIROP pada tahun 1987).
2. SPAT (Sambungan Pembagi Atas Tanah)
a) Dipasang di daerah yang belum mantap/belum permanen.
b) Letak tiang harus aman, sehingga tidak mengganggu lalu lintas dan
pejalan kaki, pintu masuk/keluar perumahan/pertokoan dll.
c) Diupayakan serasi dengan keadaan lingkungan.
d) Memudahkan petugas JARKAB melakukan pemeliharaan.
e) Dipertimbangkan tentang keseimbangan rute.
Batas Pelayanan RK
a. Kebutuhan Telepon
Bila daerah di catu RK tersebut merupakan daerah yang mantap, maka jumlah
kebutuhan telepon dalam kurun waktu 15 tahun mendatang digunakan sebagai
patokan dalam menentukan batas pelayanan tersebut. Namun bila daerah bila
daerah tersebut merupakan daerah yang berkembang, maka diupayakan untuk
mengintegrasikan daerah tersebut kedalam daerah pelayanan RK yang
berdekatan.
b. Kapasitas RK
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
25
Kapasitas yang akan digunakan disesuaikan dengan kebutuhasn telepon yang
akan dicatu. Besar kapasitas menunjukkan jumlah kapasitas kabel primer dan
sekunder yang dapat diterminasikan pada RK tersebut.
c. Batas
Batas Geografis, utilitas, batas Administrasi wilayah, rel KA, sungai, jalan
besar, tegangan tinggi merupakan batas-batas yang baik untuk batas pelayanan
RK. Bila tanda-tanda tersebut sulit ditemukan, maka batas administrasi
wilayah atau batas antara dua persil yang saling membelakangi akan saling
membelakangi merupakan alternatif terakhir.
d. Penempatan RK
Hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan RK adalah :
a) Bahwa daerah disekitar RK tersebut mempunyai konsentrasi kebutuhan
telepon yang tinggi.
b) Tidak terlalu jauh dari MH terdekat.
c) Lokasi RK selaras, serasi dan aman dengan lingkungan sekitarnya. Serta
memudahkan petugas dalam memeriksa dan memperbaiki jaringan kabel
yang tersambung pada RK tersebut.
d) Penempatan diupayakan agar tidak ada catuan sekunder yang membalik.
Batas Pelayanan Sentral.
a) Pengertian
Batas pelayanan sentral adalah suatu daerah pelayanan telepon yang dicatu
oleh satu sentral telepon dimana daerah tersebut dibatasi oleh kondisi tertentu
dan batas tersebut memenuhi persyaratan teknis sentral dan jaringan kabel
yang telah ditetapkan.
b) Batas pelayanan sentral
Batas pelayanan sentral harus memperhatikan kriteria sebagai berikut:
1. Untuk sentral tunggal
Kebutuhan telepon
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
26
Syarat batas redaman kabel
Batas Administrasi kota ybs
Kondisi geografi, utilitas, batas-batas riil/nyata tertentu.
2. Untuk sentral jamak
Selain harus memenuhi syarat diatas juga harus diperhatikan kapasitas
maksimum sentral terhadap jumlah kebutuhan telepon secara keseluruhan
di daerah pelayanan sentral tersebut.
Normalisasi Daerah Pelayanan DP/RK/STO.
Pengertian
Normalisasi daerah pelayanan DP/RK/Sentral adalah pengaturan kembali batas-
batas daerah pelayanan DP/RK/STO.
Sentral yangsudah ada dikarenakan hal-hal tertentu sudah tidak sesuai lagi
dengan kriteria batas pelayanan DP/RK/Sentral yang baru.
Tujuan Normalisasi
Menghindari terjadinya tumpang tindih catuan antara DP/RK/Sentral.
Merapihkan sistem jaringan kabel telepon sehingga dapat memudahkan
pelayanan dan pemeliharaan.
Memperbaharui/mengganti jaringan kabel dalam daerah pelayanan DP/RK
yang rusak atau tidak sesuai lagi dengan spesifikasi teknis yang ada.
II.2. SISTEM PENTANAHAN PADA SALURAN :
Instalasi penangkal petir (Sistem Pentanahan) adalah suatu sistem dengan komponen-
komponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap
petir, dan kemudian menyalurkannya ke tanah. Dimana sistem tersebut dapat disebut
juga sistem pentanahan. Sistem tersebut dipasang sedemikian rupa, sehingga semua
bagian dari bangunan beserta isinya, ataupun benda-benda lainnya yang dilindungi, akan
terhindar dari bahaya sambaran petir, baik sambaran petir secara langsung maupun dapat
juga sambaran petir secara tidak langsung.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
27
Sistem pentanahan dalam teknologi telekomunikasi dimaksudkan untuk melindungi
perangkat telekomunikasi terhadap tegangan listrik (tinggi) yang berasal dari luar. Yaitu
dengan cara mentanahkan perangkat telekomunikasi yang ada ke tanah (ground) , maka
perangkat tersebut akan terhindar dari cepat rusak dan sekaligus perangkat itu akan
beroperasi dengan aman, baik bagi perangkat itu sendiri maupun bagi petugas serta
pemakai perangkat itu sendiri.
Pada prinsipnya sistem pentanahan ini atau perlindungan (proteksi) dari sambaran petir
ini ditujukan untuk :
1. Perlindungan terhadap manusia.
2. Perlindungan terhadap bangunan.
3. Perlindungan terhadap isi bangunan atau perangkat.
1. Bagan sistem pentanahan.
Dengan bagian-bagian sebagai berikut :
a. Kutub tanah, yang merupakan penghantar listrik, ditanam dalam tanah
dengan tujuan menghubungkan listrik dengan tanah.
Bentuk kutub tanah ini dibedakan dalam :
- Kutub tanah mendatar.
- Kutub tanah batang.
- Kutub tanah plat.
a. Hantaran tanah, merupakan penghantar yang menghubungkan kutub tanah
dengan terminal induk tanah. Terbuat dari kawat tembaga terbuka berpilin
berukuran minimal 50 mm2.
b. Terminal induk tanah, sebagai penghantar listrik berbentuk lempengan,
sebagai penghubung hantaran tanah dan distribusi induk tanah, dan
pemasangannya di dalam Handhole.
c. Distribusi induk tanah, merupakan penghantar listrik yang menghubungkan
terminal induk tanah dengan terminal cabang tanah.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
28
d. Terminal cabang tanah, merupakan penghantar listrik berbentuk melingkar
mengelilingi dinding gedung sebelah dalam (ditanam dibawah lantai)
menghubungkan distribusi induk tanah dan distribusi cabang tanah.
e. Distribusi cabang tanah, merupakan penghantar listrik yang menghubungkan
terminal cabang tanah dengan perangkat telekomunikasi.
f. Pengaman tambahan, sebagai alat tambahan agar sistem pentanahan dapat
berfungsi lebih baik dan andal.
Dan bagan dari sistem pentanahan secara umum adalah sebagai berikut :
A B
7
7
6 6
5 5 5
4 4
4 4 4
o o o o o
2
1
Keterangan gambar :
1 = kutub tanah. 5 = terminal cabang tanah.
2 = hantaran tanah. 6 = distribusi cabang tanah.
3 = terminal induk tanah. 7 = perangkat.
4 = distribusi induk tanah.
A = penyambungan konfigurasi jala-jala.
B = penyambungan konfigurasi bintang.
Dalam membicarakan sistem pentanahan ini ada beberapa hal penting yang akan
dikemukakan, yaitu :
Konstruksi dan bahan pentanahan.
Pengaman tambahan.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
29
Pemasangan sistem pentanahan.
Pengukuran tahanan jenis tanah.
Dan untuk mendapatkan sistem pentanahan yang berdaya guna dan berhasil guna, dalam
perencanaan perlu beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu antara lain :
Tahanan jenis tanah.
Struktur tanah.
Keadaan lingkungan.
Ukuran dan bentuk sistemnya.
2. Sistem proteksi luar ( External Lightning Protection) :
Yang dimaksud dengan sistem proteksi luar adalah suatu bentuk instalasi dan
alat di luar struktur bangunan yang berfungsi untuk menerima dan menghantarkan arus
listrik akibat sambaran petir ke suatu sistem pembumian (Earthing System).
Sistem proteksi luar ini terdiri dari :
1. Air terminal / finial.,yaitu batang tembaga yang menerima sambaran petir
tersebut secara langsung.
2. Kawat penghantar / down counter, yaitu yang akan menghantarkan arus petir
dari finial ke sistem pembumian.
3. Sistem pembumian, yaitu sistem yang akan membuang arus petir dengan
aman ke tanah (ground).
Kemudian terdapat persyaratan-persyaratan tekhnis dari instalasi penangkal petir ini,
yaitu antara lain :
a. Mempunyai nilai perlindungan terhadap sambaran petir yang efektif.
b. Setiap instalasi penangkal petir harus dilengkapi dengan gambar
perencanaan, yang meliputi gambar beserta keterangan secara terperinci dan
setelah pemasangan harus tersedia gambar akhir.
c. Setiap pekerjaan instalasi penangkal petir harus dikerjakan oleh seorang
tenaga ahli dalam bidangnya, dan juga harus diawasi dengan cermat, agar apa
yang direncanakan sesuai dengan yang disyaratkan.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
30
d. Instalasi penangkal petir harus dapat berfungsi dengan baik untuk jangka
waktu yang lama dan secara berkala harus diadakan pemeriksaan dan
pemeliharaan.
3. Sistem proteksi dalam (Internal Lightning Protection) :
Yang dimaksud dengan sistem proteksi internal adalah suatu sistem proteksi
terhadap tegangan lebih, yang ditimbulkan oleh sambaran petir, baik sambaran petir
secara langsung maupun sambaran tidak langsung. Jadi pada dasarnya tujuannya adalah
untuk mencegah dan mengurangi efek elektromagnetik dari arus petir pada peralatan
atau komponen-komponen, baik konduksi maupun induksi.
Untuk memperoleh suatu sistem Proteksi Internal yang baik harus dipenuhi tiga aspek,
yaitu :
a. Menggunakan peralatan pemotong pulsa (Arrester), untuk mencegah
masuknya pulsa secara konduksi dari hantaran kabel listrik, telepon, data
maupun kabel antena diatas bangunan.
b. Pemakaian perisai (Shielding), untuk mencegah induksi dan radiasi melalui
medium udara ke peralatan atau kabel.
c. Penggunaan Equipotensial Bonding (peralatan penyama tegangan), yaitu
bagian dari internal sistem Proteksi petir yang berfungsi untuk mengurangi
dan menghilangkan beda tegangan yang terjadi akibat adanya arus listrik oleh
sambaran petir.
4. Metoda instalasi sistem pentanahan perangkat :
Bentuk dan ukuran sistem pentanahan lebih penting dibanding dengan harga
tahanan tanah dari elektroda pentanahan, walaupun demikian sebaliknya tahanan
pentanahan dibuat serendah mungkin. Besar tahanan pentanahan digunakan sebagai
ukuran baik tidaknya sistem pentanahan, semakin kecil nilai tahanannya, semakin baik
sistem pentanahannya. Oleh karena itu tahanan pentanahan dibakukan harga
maksimumnya dan mempunyai nilai yang berbeda-beda tergantung pada perangkat yang
ditanahkan. Bila dilihat dari sudut pandang sistem penangkal petir, maka sistem
pentanahan terintegrasi sangat dianjurkan seluruh sistem pentanahan penangkal petir,
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
31
sistem pentanahan listrik, pentanahan perangkat telekomunikasi, perangkat komputer
dan yang lainnya disatukan
Sistem pentanahan yang masih terpisah dengan alasan tertentu, harus selalu
disambungkan terhadap sistem pentanahan terintegrasi melalui Equipotensial Bonding.
5. Spesifikasi yang diharuskan oleh STEL-L-011 :
1. Transmisi radio, besarnya tahanan pentanahan maksimal 3 Ohm.
2. Sentral, besarnya tahanan pentanahan sentral :
Sentral Elektronik maksimal 1 Ohm.
Sentral Elektromekanik maksimal 3 Ohm.
Sentral manual maksimal 3 Ohm.
3. Jaringan kabel, besarnya tahanan pentanahan untuk rangka pembagi
utama (RPU) maksimal 3 Ohm.
4. Catu daya, besarnya tahanan pentanahan maksimal 3 Ohm.
6. Pengukuran tahanan pentanahan :
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi sistem pentanahan,
baik untuk pentanahan yang baru selesai dibangun ataupun yang telah lama dipasang.
Dari hasil pengukuran dapat diketahui, Apakah tahanan pentanahan memenuhi standard
nilai yang berlaku atau tidak ?.
Pengukuran ini dilakukan sebagai upaya pemeliharaan preventif, yang dapat
berlanjut kepada perbaikan bila pentanahan sudah melebihi standard yang berlaku
Untuk mengukur besarnya tahanan pentanahan, misalnya kita ambil contoh
dengan mempergunakan Alat Earth tester model 4102 merk Kyoritsu. Dimana prinsip
kerjanya sebagai berikut :
Tegangan bolak-balik dibangkitkan oleh earth tester dan dihubungkan dengan
elektroda ke tanah (titik C dan E). Kemudian potensial di setiap titik dalam tanah
terukur dengan bantuan kutub P. Di dekat elektrode titik-titik itu potensial berubah
sangat cepat, tapi titik-titik yang jauh letaknya potensialnya relatif tetap. Dan beda
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
32
potensial antara C dan P dinyatakan sebagai V1 dan antara P dan E sebagai V2 .
Maka tahanan pentanahan didapat :
R1 = V1 (Ohm)
I
R2 = V2 (Ohm)
I
Rangkaian alat ukur Earth tester adalah sebagai berikut :
110 / 220
E P C
R1 R2
Keterangan gambar :
V = Voltmeter AC.
A = Ampere meter AC.
P = Kutub tanah batang pertolongan.
C = Sistem power yang diketanahkan.
E = Instalasi pentanahan yang diukur.
Dalam pengukuran sistem pentanahan terdapat tiga jenis metoda pengukuran, yaitu
antara lain :
a. Metoda Wenner, digunakan untuk mengukur tahanan jenis tanah.
b. Metoda Triangulasi, digunakan untuk mengukur tahanan kaki menara
dan juga untuk mengukur tahanan instalasi pentanahan dengan ukuran kecil.
V
A
1000 ohm
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
33
Syarat batasnya yaitu :
- Tidak bisa dipergunakan untuk mengukur
instalasi pentanahan yang mempunyai tahanan rendah atau
instalasi pentanahan ukuran besar.
- Tahanan kutub tanah batang pertolongan tidak
boleh lebih besar dari 10 kali tahanan pentanahan yang diukur.
a. Metoda Fall Of Potential, digunakan untuk mengukur tahanan instalasi
pentanahan ukuran besar atau pentanahan yang mempunyai tahanan rendah.
Syarat batasnya yaitu :
Memerlukan medan yang cukup luas dengan radius lebih besar
dari 20 m2.
Hasil pengukuran tidak memuaskan apabila di tempat atau dekat
tempat penanaman kutub tanah pertolongan terdapat instalasi
logam bawah tanah, seperti pipa air minum, dsb.
7. Konstruksi dan bahan pentanahan :
Sesuai dengan tujuan pentanahan, maka perangkat telekomunikasi yang perlu
ditanahkan (grounded) , antara lain :
1. MDF / RPU , RK dan KP.
2. Ujung-ujung kawat penggantung dan pelindung elektris kabel udara.
3. Ujung kawat terbuka pada tiang tambat akhir melalui pengamanan
tambahan.
4. Ujung perisai dan pelindung elektris kabel tanah.
5. Perangkat GPA (Gas Pressure Alarm).
6. Telepon umum.
Pentanahan pada RPU biasanya menjadi satu dengan pentanahan gedung dan
perangkat telekomunikasi lainnya. Syarat besarnya tahanan pentanahan untuk perangkat
telekomunikasi biasanya maksimum 3 Ohm, sedangkan untuk gedung telekomunikasi
maksimum 5 Ohm.
8. Pemasangan pengamanan tambahan :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
34
Untuk menunjang lebih berfungsinya sistem pentanahan perlu adanya
pengamanan tambahan, sehingga jika jaringan terkena induksi tegangan asing, misalnya
tidak akan merusak peralatan telekomunikasi lainnya (Sentral, Pemancar, Penerima dan
sebagainya). Pengamanan tambahan ini biasanya terdiri atas sekering (fuse) yang
berfungsi sebagai pemutus arus, arrestor dan varistor.
Dan cara pemasangan dari peralatan pengamanan tambahan ini dapat terlihat seperti
pada gambar berikut ini :
2
1 1
4 2
5
Keterangan gambar : 1 = Saluran.
2 = Arestor / Varistor.
3 = Pemutus.
4 = Hantaran tanah.
5 = Kutub tanah.
9. Pemeliharaan Grounding System :
Pemeliharaan adalah suatu aktifitas untuk memelihara / menjaga fasilitas /
peralatan dan mengadakan perbaikan atau penggantian alat yang diperlukan, agar mutu
operasi dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan.
Secara praktis pemeliharaan ini adalah sebagai berikut :
a. Setiap ada kerusakan dari bagian instalasi penangkal petir akibat dari penyaluran
arus petir, maka harus segera diperbaiki.
b. Setiap enam bulan dilakukan pengukuran pada setiap titik pengukuran dan setiap
sambungan atau yang diterminasi dilakukan suatu pembersihan dari kotoran
3
3
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
35
berupa karat, sehingga terhindar dari tahanan yang kurang kontak dari terminasi
tersebut.
c. Arrester dan Varistor dilakukan pengetesan setahun sekali dan dilakukan
penggantian dengan yang lebih baik, serta menyiapkan suku cadangnya.
d. Untuk jenis tanah yang dikondisikan dengan teknik tertentu, kelembapan tanah
harus dipelihara dengan cara menyiramkan larutan garam disekitar kutub tanah.
10. Teknik pengkondisian tanah :
Pada kondisi tanah yang mempunyai tahanan jenis tinggi, perlu suatu
pengkondisian tanah agar kutub tanah dapat menghasilkan tahanan yang rendah. Ada
beberapa macam teknik pengkondisian tanah, antara lain :
a. Teknik Bentonik. d. Teknik Garam
b. Teknik Kokas. e. Teknik Semen konduktif.
c. Teknik Tepung logam.
Sehingga pemilihan teknik pengkondisian tanah harus disesuaikan dengan kondisi yang
tergantung kepada :
a. Kemudahan memperoleh bahan-bahan.
b. Kemudahan pemasangan.
c. Kemudahan pemeliharaan.
d. Besarnya tahanan jenis tanah.
e. Bahaya karat terhadap kutub tanah.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
36
II.3 Teknologi JARLOKAT
Sejalan dengan perkembangan jenis layanan yang cenderung kearah layanan pita
lebar, teknologi JARLOKAT harus mempunyai kemampuan akses yang memadai.
Peningkatan kemampuan akses JARLOKAT dilakukan dengan dua cara :
a. JARLOKAT Murni sebagai jaringan lokal akses tembaga yang operasionalnya
tidak menggunakan tambahan perangkat aktif.
b. JARLOKAT Tidak Murni adalah jaringan lokal akses tembaga yang didalam
operasionalnya menggunkan tambahan teknologi/perangkat lain untuk
meningkatkan performasinya, misalnya Penggandaan Saluran Digital (Pair
Gain), HDSL, ADSL, VDSL dan tambahan teknologi lain untuk layanan ISDN
(JARLOKAT-ISDN)
II.3.1 Mekanisme Akses
JARLOKAT Murni
Mekanisme akses dari pelanggan menuju sentral didalam JARLOKAT murni dapat
dilakukan dengan sistem transmisi di bawah ini :
a. Dijital murni
b. Analog voice
c. Analog data (voice-band data)
Kemampuan akses ditentukan oleh hasil ukur elektris dari jaringan itu sendiri,
seperti tahanan, redaman dan kapasitansi.
JARLOKAT Tidak Murni
Mekanisme akses dari pelanggan menuju sentral didalam JARLOKAT tidak murni
harus bersifat transparan terhadap layanan yang dicakup. Kemampuan akses
ditentukan oleh jenis teknologi/perangkat yang ditambahkan, misalnya kecepatan
akses dan jenis layanan. Sedangkan performansi jaringannya tidak hanya ditentukan
oleh kondisi jaringan lokal tetapi juga dipengaruhi oleh penambahan perangkat itu
sendiri.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
37
II.3.2 Mode Aplikasi
Mode aplikasi didalam jaringan akses untuk kabel berbasis tembaga dapat
dilakukan dengan dua cara :
JARLOKAT Murni
JARLOKAT Murni digunakan untuk menghubungkan pelanggan telepon individual
ke sentral telepon dan pelanggan data individual ke sentral data dengan kecepatan
sampai dengan 19,6 kbps
JARLOKAT Tidak Murni
a. Aplikasi Sistem Penggandaan Saluran Digital (Pair Gain)
b. Aplikasi HDSL
c. Aplikasi JARLOKAT ISDN
II.3.3 Antar muka
Antar muka didalam jaringan lokal kabel tembaga dibutuhkan dengan maksud
agar 2(dua) atau lebih perangkat dengan aturan yang berbeda dapat saling
berkomunikasi.
1. Antar muka ke pelanggan telepon bukan ISDN
Antar muka-Z
Antar muka akses layanan Jarlokat Murni menggunakan “Z interface”. Antar muka
Z adalah antar muka analog yang umum pada sisi sentral dari saluran pelanggan
analog untuk menghubungkan sentral dijital dengan perangkat pelanggan (misal
telepon dan PABX)
Antar muka-V2
Merupakan antarmuka dijital yang umum untuk menghubungkan perangkat jaringan
dijital secara remote atau lokal dengan menghubungkan multiplexer primer atau
multiplexer sekunder
Antarmuka-V3
merupakan antarmuka dijital untuk menghubungkan peralatan digital subscriber
2. Antar muka tambahan untuk pelanggan ISDN
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
38
Diumungkinkan adanya implementasi ISDN yang merupakan fungsi add-on pada
jaringan telepon dijital yang ada di Indonesia saat ini.
Antar muka –V1
suatu antar muka untuk penyambungan basic rate access ISDN (2B+D)
Antar muka –V3
dapat juga digunakan untuk penyambungan ke ISDN primary rate access
Antar muka –V4
digunakan untuk menghubungkan digital access link yang memuat 12 ISDN basic
rate access pada 2048 Kbit/s
3. Antar muka Lainnya
a. Antar muka untuk Aplikasi Sistem Penggandaan Saluran Digital (Pair Gain)
yang digunakan adalah “U interface” dengan bit rate 160 kbps dan line coding
yang digunakan 2B1Q
b. Antar muka untuk Aplikasi HDSL yang digunakan adalah “E1 interface” dengan
bit rate 2048 kbps dan line coding yang digunakan 2B1Q
c. Antar muka untuk Aplikasi HDSL + Flemux yang digunakan sesuai dengan
standar ITU-T Recomendasi G.703
d. Antar muka untuk Aplikasi JARLOKAT ISDN :
1) Antar muka BRA (Basic rate Access)
2) Antar muka PRA (Primary rate Access)
II.3.4 Aspek Keamanan
Aspek keamanan pada JARLOKAT meliputi keamanan fisik saluran, fisik
perangkat dan keamanan informasi. Keamanan ini dapat dijaga dengan menggunakan
spesifikasi kabel, spesifikasi perangkat dan menerapkan standar instalasi, standar
prosedur pemeliharaan serta standar prosedur operasi.
II.3.5 Persyaratan Unjuk Kerja
Unjuk kerja didalam JARLOKAT tergantung pada aplikasi yang ada
didalamnya.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
39
JARLOKAT Murni
Unjuk kerja JARLOKAT Murni hanya dipengaruhi oleh unjuk kerja saluran/jaringan
kabel lokal. Jaringan kabel lokal yang direkomendasi untuk perencanaan mendatang
menggunkan homogenitas diameter yaitu 0,6 mm
a. Karakteristik elektris saluran
Karakteristik elektris saluran mengacu pada Rec. ITU-T G.121 Annex C
Tabel Diameter, tahanan jerat, panjang maksium dan redaman kabel
Diamater
Urat Kabel
[mm]
Tahanan
Jerat
[Ohm/Km
]
Panjang
Maks.
Tanpa PBX
[Km]
Panjang
Maks.
Dgn. PBX
[Km]
Redaman
Semu Saluran
[dB/Km]
Redaman
Jarkab
Lokal
[dB/Km]
0,6
130
5,7
5,2
1,67
1,67
b. Spesifikasi kabel
Spesifikasi kabel dan perangkat mengacu pada spesifikasi TELKOM
JARLOKAT Tidak Murni
Unjuk kerja didalam JARLOKAT Tidak Murni tergantung pada 2(dua) faktor utama
yaitu saluran dan perangkat aktif yang ada.
a. Aplikasi Sistem Penggandaan Saluran Digital (Pair Gain)
Unjuk kerja dan kelengkapan mengacu pada spesifikasi TELKOM, sedangkan
unjuk kerja saluran mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk teknologi yang
terkait (contoh : rilis teknologi, spesifikasi teknik, dll.).
b. Aplikasi HDSL
Redaman saluran yang diijinkan adalah 40 dB (pada 300 Khz) atau 27 dB (pada
150 Khz), sedangkan Near/Far End Crosstalk minimum adalah 65 dB
c. Aplikasi JARLOKAT ISDN
Unjuk kerja jaringan lokal aplikasi ISDN untuk Basic Rate Access sesuai dengan
persyaratan standar ITU-T
Pesyaratan Redaman Crosstalk NEXT/FEXT
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
40
40 Khz
160 Khz
< 36 atau <32
<=50
<=50
<=44
Persyaratan untuk ISDN PRA 2,048 Mbps mengacu pada standar ITU-T
Recomendasi G.703
II.4 PARAMETER SALURAN JARLOKAT
II1.4.1 REDAMAN
Seperti yang telah kita ketahui, dalam membuat rancang bangun jaringan kabel
perlu memperhatikan persyaratan transmisi agar informasi yang dikirim/diterima
penggguna jasa telekomunikasi mempunyai kualitas sesuai dengan tolak ukur yang telah
ditentukan. Tolak ukur ini dapat berupa redaman jaringan kabel. Dengan mengetahui
redaman ini kita akan dapat menentukan panjang maksimal jaringan dimana kualitas
telekomunikasi masih baik.
a. Alokasi Redaman
Alokasi redaman adalah pendistribusian lokasi redaman diantara rentetan sirkit.
1. Hubungan Internasional.
Hubungan telepon internasional yang lengkap terdiri dari dua bagian :
Rantai internasional, umumnya tidak lebih dari empat sirkit internasional
empat kawat.
Dua sistem nasional, masing-masing satu sirkit pasa akhir rantai
internasional.
Umumnya LE dihubungkan ke rantai internasional dengan maksimum empat
sirkit nasional dimana tiga sirkit adalah empat kawat.
Alokasi redaman untuk berbagai bagian untuk hubungan telepon diturunkan dari
referene Equivalent dalam rekomendasi CCITT G.111 dan G121.
2. Hubungan Nasional.
Pada gambar dibawah diperlihatkan pembagian SCRE dan RCRE untuk
berbagai bagian yang berbeda dari sirkit telepon nasional. CCITT tidak
memberikan rekomendasi untuk alokasi redaman pada bagian ini. Bagaimanapun
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
41
juga beberapa indikasi diberikan untuk CRF dari saluran langsung, hybrid dan
sentral.
Dengan metode yang diberikan pada rekomendasi G.111 dimungkinkan untuk
menentukan harga koreksi yang sesuai.
Dengan dasar hubungan ini harga nasional terdahulu yang digunakan
(dengan asumsi impedansi dan frekuensi karakteristik yang sesuai) adalah:
SCREL = 11,3 dB setara dengan SCREL = 13,5 dB.
RREL = 2,3 dB setara dengan RCREL = 3,2 dB
Perbedaan dapat diabaikan, jika dibandingkan dengan nilai maksimum yang
diperbolehkan, terutama jika perbedaan karakteristik frekuensi diperhitungkan
(dan keduannya harus menggunakan mikrofopn karbon). Jika telepon set
menggunakan mikrofon karbon, harga maksimum SCREL = 14,5 dB dipakai
dalam perhitungan.
Dalam beberapa situasi redaman diantara set pelanggan dan jaringan empat
kawat dapat menjadi sangat kecil. Dengan kombinasi LE dan PC dan saluran
pelanggan yang sangat pendek, hanya loss sentral 0,5 dB dan loss hybrid 3,5 dB
yang berperan. Dengan mengingat nilai SCREN minimum 7 dB maka SCRET
telepon set dalam hal ini harus lebih besar dari 3 dB.
a. Jaringan Lokal
Dari lokasi redaman pada pembahasan sebelumnya, didapat :
SCREL = 15,5 dB (SCREL = 14,5 dB jika digunakan mikrofon karbon
RCREL = 4,5 dB.
Ini diizinkan untuk telepon set dengan saluran pelanggan yang dikombinasikan
dengan feeding bridge. Juga dicakup kemungkinan PBX. Untuk tujuan perencanaan
perlu diketahui loss saluran pelanggan yang diperbolehkan atau lebih baik jarak
maksimum antara telepon set dan sentral lokal untuik diameter kabel tertentu.
Tahanan loop saluran dan telepon set yang diperbolehkan juga penting untuk
persyaratan signaling dari sentral yang tersambung. Karakteristik dari telepon set
terutama tergantung dari tipe mikrifon dan telepon set. Mikrofon karbon
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
42
memberikan level sinyal yang dipengaruhi oleh arus yang mengalir melelui
mikrofon. Arus ini terutama ditentukan oleh tahanan saluran pelanggan tetapi juga
tahanan dari telepon set dan feeding gridge pada sentral. Karenanya perlu untuk
mengetahui spesifikasi dari telepon set, feeding bridge dan diameter kabel sebelum
panjang saluran pelanggan maksimum dapat ditentukan. Untuk mencegah penurunan
kualitas transmisi yang lebih jauh, pembatasan diberikan untuk harga maksimum
yang diperbolehkan dari sidetone dengan sidetone reference equivalent SIRE dari
telepon set (G.121). SIRE ini paling sedikit 10 dB untuk mencapai persyaratan
sinyal to noise ratio untuk panggilan telepon.
b. Cara perhitungan Transmisi dan Sinyal
1. Menentukan Panjang Maksimum Kabel Lokal.
Formula untuk menentukan besarnya redaman jaringan kabel lokal non-loaded
adalah sebagai berikut :
Ad = ½ Ro Co Np/Km
Dimana :
Ad = Image Attenuation (redaman semu) saluran
= 2 x 3,23 x f
Ro = Tahanan Jerat yang Tergantung Diameter Kabel (Ohm/Km)
Co = Mutual Kapasitansi (50 nF/Km)
1 Np = 8,686 dB
Jadi persamaan diatas dapat ditulis kembali :
Ad = 8,686 3,14 f Co Ro dB/Km
Untuk image attenuation (redaman semu) saluran pada frekuensi pengukuran
800 Hz dan dengan diameter kabel seperti dibawah ini, persamaan sekarang
adalah, dengan menggunakan diameter kabel 0,4 Ro = 300 Ohm :
A (0,4) = 8,686 3,14 x 800 Hz x 1300 x 50 nF dB
= 1,69 dB/Km
Dengan menggunakan diameter kabel 0,6 Ro = 1300 :
A (0,6) = 8,686 3,14 x 800 Hz x 1300 x 50 nF dB
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
43
= 1,11 dB/Km
Dengan menggunakan diameter kabel 0,8 Ro = 73 :
A (0,8) = 8,686 3,14 x 800 Hz x 73 x 50 nF dB
= 0,87 dB/Km
2. Perhitungan Sistem Lain :
Pada sistem yang lama, kita menghitung feeding loss pada tegangan catuan 48
volt dengan tahanan jerat 2 x 400 Ohm atau pada tegangan 60 Volt dengan
tahanan jerat 2 x 500 Ohm, untuk feeding loss mengambil arus 60 mA
redamannya adalah 0,5 Nepper atau 4,343 dB.
Sehingga pada tiap-tiap tahanan 300 Ohm, 130 Ohm dan 75 Ohm akan terdapat
redaman sebesar :
A(300) = 300/1000 x 4,3 dB = 1,29 dB
A(130) = 130/1000 x 4,3 dB = 0,56 dB
A(73) = 73/1000 x 4,3 dB = 0,31 dB
Besarnya redaman jaringan kabel lokal adalah penjumlahan dari redaman saluran
pada 800 Hz dan redaman katrena tegangan catuan, sehingga diperoleh :
AL(0,4) = 1,69 + 1,29 = 2,98 dB/Km
AL(0,6) = 1,11 + 0,56 = 1,67 dB/Km
AL(0,8) = 0,87 + 0,31 = 1,18 dB/Km
SREL = 11,3 dB(dengan redaman mikrofon karbon)
Redaman mikrofon karbon = 0,1 Nepper (0,868 dB)
SREL tanpa redaman mikrofon = 11,3 – 0,868
= 10,432 dB
Dengan demikian akan diperoleh jarak transmisi maksimum yang diperoleh
untuk masing-masing diameter kabel berikut:
L(0,4) = 10,432 / 2,98 = 3,5 Km
L(0,6) = 10,432 / 1,67 = 6,2 Km
L(0,8) = 10,432 / 1,19 = 8,7 Km
Tabel yang memperlihatkan hasil perhitungan diatas
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
44
Diameter
Konduktor
(mm)
Tahanan
Jerat
(Ohm/Km)
Mutual
Kapasitansi
(f/Km)
Redaman
semu saluran
(dB/Km)
Redaman
Jarkab lokal
(dB/Km)
Jarak
kabel max
(Km)
0,4
0,6
0,8
300
130
73
50 n
50 n
50 n
1,69
1,11
0,87
2,98
1,67
1,18
3,5
6,2
8,7
1. Perhitungan Sistem Baru :
Pada sistem yang baru, kita tidak menghitung feeding loss, tetapi SREL akan
dikoreksi lagi menjadi SCREL yang persamaannya sebagai berikut :
SCREL = 0,0082 (SREL)2
+ 1,148 (SREL) + 0,48 dB
= 0,0082 (11,3)2
+ 1,148 (11,3) + 0,48 dB
= 14,5 dB
Cara menentukan panjang maksimum kabel lokal :
Persamaan sending corrected reference equivalen adalah jumlah dari pada
redaman pesawat telepon, redaman saluran langganan dan redaman sentral
telepon rumah otomat (PBX).
SCREL = SCRET(r) + Yd + a PBX
SCRET(r) adalah sending corrected equivalent pesawat telepon yang telah
mendapatkan tegangan catuan yang dipengaruhi oleh besaran tahanan jerat.
Yd adalah redaman saluran pelanggan yaitu redaman saluran semu kali
konstanta jenis konduktornya.
aPBX adalah redaman sisipan antara saluran dengan pesawat telepon
(umumnya sebesar 1 dB), bila pelanggan memakai fasilitas privat branch
exchange.
Sedangkan SCRET(r) didapat dari total SCREo dan redaman mikrofon :
SCRET(r) = SCRo + SCREm(r)
SCREo adalah SCRE pesawat telepon tanpa saluran telepon pelanggan (tanpa
feeding loss).
SCREm(r) adalah variabel SCRE, dikarenakan variasi sensitivitas mikrofon
yang dipengaruhi oleh besaran tahanan jerat.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
45
SCREo = 4 dB, untuk telepon set tak teregulasi dengan mikrofon.
Sedangkan redaman mikrofon karbon pada frekuensi 800 Hz dengan tegangan
catuan 48 Volt untuk tahanan jerat 2 x 400 Ohm atau tegangan catuan 60 Volt
untuk tahanan jerat 2 x 500 Ohm adalah sekitar ½ Np atau 4,4 dB, persamaannya
menjadi :
SCREm(r) = 4,4 x Ro /100 dB/Km
Sehingga pada tiap-tiap tahanan 300 Ohm, 130 Ohm dan 73 Ohm akan terdapat
variasi redaman mikrofon sebesar :
SCREm(300) = 300/1000 x 4,4 dB = 1.32 dB/Km
SCREm(130) = 130/1000 x 4,4 dB = 0,57 dB/Km
SCREm(73) = 73/1000 x 4,4 dB = 0,32 dB/Km
Sendding corrected equivalen pesawat telepon yang tegangan catuannya
dipengaruhi besaran tahanan jerat r, untuk masing-masing tahanan 300 Ohm,
130 Ohm dan 73 Ohm :
SCRET(300) = 4 dB +1,32 L dB
SCRET(130) = 4 dB + 0,57 L dB
SCRET(73) = 4 dB + -0,32 L dB.
Redaman saluran pelanggan (Yd) didapat dari redaman semu (Ad) dikalikan
dengan konstanta (Kd) jenis konduktornya yang berubah terhadap diameter
konduktor tetapi tidak tergantung panjang kabel.
K(0,4) = 1,27 A(0,4) = 1,69 dB/Km
K(0,6) = 1,13 A(0,6) = 1,11 dB/Km
K(0,8) = 1,11 A(0,8) = 0,87 dB/Km
Y(0,4) = 1,27 x 1,09 = 2,13 dB/Km
Y(0,6) = 1,13 x 1,11 = 1,25 dB/Km
Y(0,8) = 1,11 x 0,87 = 0,98 dB/Km
Besarnya redaman jaringan kabel lokal adalah total dari redaman semu saluran
pelanggan dan redaman mikrofon.
AL(0,4) = 2,13 + 1,34 = 3,45 dB/Km atau AL(0,4) = 3,45 LdB
AL(0,6) = 1,25 + 0,57 = 1,82 dB/Km atau AL(0,6) = 1,82 LdB
AL(0,8) = 6,96 + 0,32 = 1,24 dB/Km atau AL(0,8) = 1,24 LdB.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
46
Dimana L adalah panjang kabel dalam satuan Km.
Persamaan unjtuk mencari pamjang kabel maksimum adalah :
SCREL = (SCREo + 3,45 L) dB, untuk diameter 0,4 mm
SCREL = (SCREo + 1,82 L) dB, umtuk diameter 0,6 mm
SCREL = (SCREo + 1,24 L) dB, untuk diameter 0,8 mm
Atau :
0,4 mm L = (14,5-4)/3,45 = 3,04 Km
0,6 mm L = (14,5-4)/1,82 = 5,76 Km
0,8 mm L = (14,5-4)/1,24 = 8,46 Km
Tabel yang memeperlihatkan hasil dari perghitungan diatas :
Diameter
Konduktor
(mm)
Tahanan
Jerat
(Ohm/Km)
Mutual
Kapasitansi
(f/Km)
Redaman
semu saluran
(dB/Km)
Redaman
Jarkab lokal
(dB/Km)
Jarak
kabel max
(Km)
0,4
0,6
0,8
300
130
73
50 n
50 n
50 n
2,13
1,25
0,96
3,45
1,82
1,24
3,0
5,7
8,4
II.4.2 CAKAP SILANG :
Cakap silang yang terjadi pada suatu saluran transmisi, dapat diartikan sebagai
gangguan dari saluran karena melalui alur kopling disebabkan karena adanya
induktansi dan kapasitansi pada saat saluran digunakan pada frekuensi tertentu.Cakap
silang dibedakan dua yaitu cakap silang jarak jauh atau Fear And Cross Talk (FEXT)
dan cakap silang jarak dekat atau Near And Cross Talk (NEXT).
a. Cakap Silang Dekat (NEXT) :
Cakap silang dekat adalah gangguan yang terjadi diujung dekat karena adanya
interferensi oleh sinyal pengirim terhadap penerima. Besarnya gangguan ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
NEXT = 10 log Kn + 15 log f
Dengan Kn adalah konstanta NEXT yang besarnya :
Kn = 4 2 (CM.Zo/8 + LM/Zo)
2
RA.CA + RB.CB
Dimana :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
47
RA,RB : tahanan jerat dari saluran penggangu dan saluran terganggu.
Zo : impedansi karakteristik saluran yang terganggu.
CM, LM : kapasitansi kopling dan induktansi kopling antara saluran
pengganggu dan salura terganggu.
b. Cakap Silang Jauh (FEXT) :
FEXT terjadi jika interferensi yang disebabkan oleh sinyal pengirim disisi jauh
penerima pada saluran lain. Besarnya FEXT ini dapat dihitung dengan persamaan
rumus berikut :
FEXT = 10 log Kf + 20 log f + 10 log l
Dengan : l adalah panjang kabel dalam Km.
Kf : konstanta dari FEXT yang besarnya dinyatakan dengan:
Kf = 4 2 (CM.Zo/8 - LM/Zo)2
e2 w.PB.CB
RB : tahanan jerat dari saluran penggangu.
CB : kapasitansi saluran penggangu.
CM dan LM : kapasitansi kopel dan induktansi kopel antara saluran
penggangu dan saluran terganggu.
Zo : impedansi karakteristik saluran.
II.4.3 IMPEDANSI :
Walaupun peran impedansi pada redaman tidak terlalu dominan, namun hal
ini masih perlu dipertimbangkan mengingat titik sambungan dengan perbedaan
impedansi yang besar akan menimbulkan gangguan. Pada titik sambung dengan
perbedaan diameter, akan terjadi mismatch. Untuk transmisi suara keadaan
mismatch masih belum berpengaruh mengingat redaman yang timbul kecil dan
dapat diabaikan.
II.4.4 TAHANAN LOOP DC :
Besarnya tahanan loop arus searah dari jaringan lokal berikut saluran
penanggal pada switching sistem tidak boleh melebihi batas tertentu yang
besarnya tergantung pada type sentral yang digunakan. Tabel dibawah ini
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
48
merupakan variasi batas tahanan loop untuk jaringan lokal, yang besarnya
tergantung dari type sentral.
TIPE SENTRAL TELEPON TAHANAN LOOP MAKSIMUM
EWSD 1800 Ohm
AT&T 1800 Ohm
NEAX 1800 Ohm
3.2.1. Tahanan Isolasi
Tahanan isolasi menunjukkan besarnya kebocoran listrik antara urat kabel yang
diukur dengan tanah atau dengan urat kabel yang lain. Semakin besar nilai tahanan
isolasi maka semakin kecil kebocoran listrik yang terjadi. Harga standar tahanan isolasi
untuk kabel dalam haspel (belum ditanam dan diterminasi) adalah 10.000 M Ohm/km.
Sedangkan untuk kabel yang sudah terpasang dan diterminasi harga minimumnya adalah
1000 M Ohm/km. Gambar 2.3 menunjukkan skema tahanan isolasi pada kabel tembaga.
Gambar 2.3. Tahanan Isolasi Pada Kabel Tembaga
3.2.2. Tahanan Saluran (Rloop)
Ada beberapa hal yang mempengaruhi harga tahanan (resistansi) suatu saluran
(penghantar), antara lain jenis bahan, luas penampang, dan panjang dari saluran
(penghantar) tersebut. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
A
lR (2.1)
dimana : R = tahanan (Ohm)
l = panjang saluran (meter)
ρ = tahanan jenis (untuk tembaga 0,0175)
A = luas penampang kabel (mm2)
Dari rumus di atas, harga tahanan saluran (R) suatu penghantar berbanding lurus
dengan panjang saluran dan tahanan jenis, serta berbanding terbalik dengan luas
penampangnya. Artinya semakin panjang suatu penghantar maka tahanan salurannya
b
Rb Rb
Rb
a
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
49
semakin besar, dan jika luas penampangnya semakin besar maka tahanan salurannya
akan semakin kecil.
Harga standar tahanan saluran kabel tembaga tanpa loading coil adalah seperti
pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Harga Standar Tahanan Saluran
Diameter Kabel Tahanan Saluran
0,4 mm 300 Ohm/km
0,6 mm 130 Ohm/km
0,8 mm 73 Ohm/km
0,9 mm 58 Ohm/km
1,0 mm 46 Ohm/km
Untuk saluran yang menggunakan loading coil, harga tahanan saluran pada tabel di atas
masing-masing ditambah 4 Ohm.
Besarnya tahanan loop arus searah dari jaringan lokal berikut saluran penanggal
pada switching sistem tidak boleh melebihi batas tertentu yang besarnya tergantung pada
type sentral yang digunakan. Tabel dibawah ini merupakan variasi batas tahanan loop
untuk jaringan lokal, yang besarnya tergantung dari type sentral.
TIPE SENTRAL TELEPON TAHANAN LOOP MAKSIMUM
EWSD 1800 Ohm
AT&T 1800 Ohm
NEAX 1800 Ohm
3.2.3. Redaman Cakap Silang (Crosstalk Attenuation)
Redaman cakap silang (crosstalk) adalah gangguan/interferensi pada suatu pair
kabel ,yang timbul karena ada satu atau lebih pair kabel yang berada di dekatnya sedang
dipakai. Hal ini umumnya disebabkan karena isolasi kabel yang kurang baik. Ada 2
macam redaman cakap silang (crosstalk), yaitu :
FEXT (Far End Crosstalk)
FEXT atau redaman cakap silang ujung jauh adalah redaman cakap
silang yang terjadi karena sinyal pengganggu berasal dari arah seberang.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.4.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
50
Gambar 2.4. FEXT (Far End Crosstalk)
NEXT (Near End Crosstalk)
NEXT atau redaman cakap silang ujung dekat adalah redaman cakap
silang yang terjadi karena sinyal pengganggu berada dekat dengan
saluran. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.5.
Gambar 2.5. NEXT (Near End Crosstalk)
3.2.4. Redaman Saluran
Redaman saluran pada kabel tembaga disebabkan karena konduktivitas yang
tidak sempurna dan juga disebabkan oleh resistansi dielektrik yang berhingga (idealnya
tak berhingga). Redaman saluran dapat diartikan sebagai kerugian daya yang terjadi
dalam saluran yang nilainya merupakan hasil logaritma dari daya yang masuk saluran
dibagi daya yang keluar saluran.
Gambar 2.6. Redaman Saluran
(dB) Pi
Polog 10 Saluran Redaman (2.2)
atau bisa juga dirumuskan :
(dB) Vi
Volog 20 Saluran Redaman (2.3)
Dirumuskan bahwa :
KABEL TEMBAGA
Vi
Pi
Vo
Po
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
51
loss currentfeeding loss nattenuatioimage saluran Redaman (2.4)
Image attenuation loss adalah redaman yang terjadi karena sifat-sifat saluran,
yang tergantung dari jenis bahan saluran. Harga Image attenuation adalah nilai redaman
yang terukur pada saat pengukuran di lapangan. Nilai Image attenuation dapat dihitung
dengan rumus :
-0,25
D0,675 k k lossline nattenuatioImage (2.5)
Nilai k adalah faktor pengali yang besarnya tergantung pada jenis bahan dan diameter
saluran yang digunakan. Sedangkan D adalah diameter saluran dalam satuan mm.
Line loss adalah redaman yang disebabkan karena karakteristik besaran-besaran
saluran. Untuk saluran tanpa loading coil nilai line loss dirumuskan :
(dB/km) C R f 0,686 lossLine oo (2.6)
dimana : π = 3,14
f = frekuens (Hz)
Ro = tahanan loop (Ohm/km)
Co = mutual kapasitansi (F/km)
Harga standar line loss dan image attenuation untuk kabel dengan beberapa
ukuran diameter adalah seperti tabel di bawah ini.
Tabel 2.2. Harga Standar Line Loss & Image Attenuation
Diameter
(mm)
Faktor
k
Tanpa LC (dB/km) Dengan LC (dB/km)
Line
loss
Image
Attenuation
Line
loss
Image
Attenuation
0,4 1,1 1,686 1,855 1,26 1,386
0,6 1 1,11 1,11 0,56 0,56
0,8 0,93 0,873 0,811 0,34 0,216
1 0,87 0,66 0,575 0,21 0,183
FCL (Feeding current loss) adalah kerugian yang diakibatkan karena adanya tegangan
catuan dari sentral. Besarnya FCL tergantung dari besarnya tegangan catuan sentral.
Nilai FCL dapat dihitung dengan rumus :
(dB) 4,343 800
RFCL
loop
V) (48 (2.7)
(dB) 343,41000
R FCL
loop
(60V) (2.8)
Harga standar FCL adalah seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3. Harga Standar FCL
Diameter
(mm) Catuan STO 48 V Catuan STO 60 V
0,4 1,629 1,303
0,6 0,706 0,565
0,8 0,396 0,317
1 0,25 0,2
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
52
II.5 KONSTRUKSI DAN INSTALASI JARINGAN KABEL :
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai konstruksi serta instalasi Jaringan
Kabel yang pada garis besarnya meliputi dua jenis jaringan, yaitu :
1. Jaringan kabel atas tanah.
2. Jaringan kabel bawah tanah.
Berikut akan coba diterangkan mengenai kedua jenis jaringan tersebut :
a. Arti serta pentingnya masing-masing jaringan.
b. Struktur masing-masing jaringan.
c. Pemasangan masing-masing jaringan.
d. Hal-hal lain yang masih berkaitan dengan jenis jaringan yang diterangkan.
1. Jaringan Kabel Atas Tanah :
A. Arti serta pentingnya Jaringan Kabel Atas Tanah :
Jaringan kabel atas tanah adalah jaringan kabel telekomunikasi yang dipasang
diatas tanah atau di udara. Dari segi peranannya, Jaringan atas tanah ini sama saja
dengan jaringan telekomunikasi lainnya yaitu sebagai media penyalur informasi
telekomunikasi dari suatu tempat menuju tempat lain. Perlu diperhatikan bahwa supaya
penyaluran informasi tidak terhalang atau dengan kata lain dapat sampai ditujuan
dengan baik, maka jaringan tersebut harus lurus (sedapat mungkin terdapat sedikit
belokan atau patahan).
B. Struktur Jaringan Atas Tanah :
Membicarakan mengenai struktur jaringan, berarti membicarakan mengenai
bentuk jaringan yang ada, bagian atau susunan yang membentuk jaringan tersebut.
Secara garis besar, jaringan atas tanah dapat kita bedakan menjadi :
1. Kawat Terbuka (Open Wire) :
Sesuai dengan namanya, jaringan ini terbuat dari bahan tembaga (Cu) atau besi
(Fe) berdiameter sekitar 3 – 4 mm. Jaringan kawat terbuka Cu mempunyai beberapa
kelebihan, antara lain :
*. Daya hantar listriknya amat baik.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
53
*. Mudah pemasangannya.
*. Mudah perbaikannya jika mengalami gangguan (putus).
Jaringan kawat terbuka ini tidak mempunyai pembungkus (isolasi) sehingga
akibatnya sangat mudah berkarat serta peka terhadap perubahan cuaca.
2. Kabel Udara :
Kabel udara merupakan kabel telekomunikasi yang dipasang di udara terbuka
yang merentang di antara tiang-tiang telepon penyangga. Kabel udara ini dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa jenis menurut ada tidaknya kawat penggantung :
Kabel Udara dengan Penyangga Terpisah.
Kabel jenis ini mempunyai kawat penggantung terbuat dari kawat baja/seng
yang terpisah dari kabelnya sendiri.
Kabel Udara yang Menyatu dengan Penyangganya.
Pada kabel ini, kabel udara menyatu dengan kawat penyangganya atau
penggantungnya (integral bearer aerial cable).
Sementara itu, dilihat dari letak kawat penggantungnya maka kabel udara ini dapat
dibedakan atas :
Penggantung terpisah dari urat kabel namun urat kabel beserta kawat
penggantungnya terbungkus bersama-sama dengan kulit kabel seperti
membentuk angka 8.
Penggantung melingkari urat/inti kabel .
Sedangkan jika dilihat dari susunan urat kabelnya, kabel udara dapat pula
dikelompokkan menjadi :
Tipe AEI (Agency Electrical Industry) :
Susunan kabelnya berpasangan (pair) dan berlapis dua, kemudian dipilin
menjadi satu sehingga membentuk pasangan (pair). Perhitungan uratnya
dimulai dari lapisan paling luar menuju menuju ke inti kabel (dari luar ke
dalam).
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
54
Ciri-ciri uratnya :
- Isolasi urat a, untuk pasangan pertama tiap lapisan berwarna merah,
sedangkan untuk pasangan selanjutnya berwarna putih. Sehingga untuk
setiap lapisan hanya ada satu buah urat yang isolasinya berwarna merah.
- Isolasi urat b, berturut-turut berwarna biru – kuning – hijau – coklat
dan hitam. Kemudian seterusnya kembali ke warna biru.
Tipe STEL (Spesifikasi PT TELKOM) :
Kabel tipe ini dapat dibedakan menjadi atas :
(1). Empat penghantar berosilasi dipilin bersama membentuk empatan
(quad) yang simetris dan utuh.
(2). Lima quad, berurutan dari nomor 1 sampai dengan nomor 5 dipilin
bersama membentuk satu satuan dasar atau satuan 10 pasangan
yang utuh. Masing-masing satuan dasar ditandai dengan pengikat
berwarna dengan tebal 0,05 mm dan lebar 3 mm yang dililitkan
pada tiap-tiap satuan. Warna pita pengikat satuan dasar pada setiap
lapisan diawali dengan warna merah, satuan berikutnya berwarna
putih dan kuning secara bergantian. Bangun atau konstruksi kabel
udara terlihat pada gambar berikut ini
:
Keterangan :
(1) Urat kabel terdiri atas bahan penghantar yang terbuat dari bahan tembaga lunak
hasil proses penguatan campuran (annealing) dan bahan isolasi sebagai
pembungkus masing-masing penghantar diberi warna dan terbuat dari bahan
komponen polietilen.
(2) Pita pengikat satuan terbuat dari bahan polipropilin atau sejenisnya.
Kulit kabel
Kawat Cu
Pita pembungkus
inti
Urat kabel
Pita pelilit
kode warnaPelindung elektris
Bearer
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
55
(3) Pita pembungkus inti sebagai pita non higroskopis yang terbuat dari bahan
polipropilin atau sejenisnya berfungsi selain sebagai pembungkus inti kabel juga
sebagai pencegah melelehnya osilasi pada proses pembuatan kulit kabel.
(4) Kawat tembaga berfungsi sebagai pertanahan (arde).
(5) Pelindung elektris berfungsi sebagai pelindung kabel dari kemungkinan induksi
atau kelembaban.
(6) Bearer terbuat dari pilinan kawat baja galvanisit serta mempunyai daya kuat tarik
yang tinggi.
(7) Kulit kabel berfungsi sebagai selubung inti kabel yang telah dilapisi pita
pembungkus dan pelindung elektris.
Sifat kelistrikan kabel :
Ketentuan tahanan penghantar urat kabel seperti terlihat pada tabel berikut :
Diameter Urat Tahanan Maksimum
(mm) (Suhu 20o C ) (Ohm/km)
0,6 65
0,8 36,5
1,0 23,4
Tahanan osilasi yang diukur antara masing-masing penghantar dengan
lapisan aluminiumnya, tidak boleh kurang dari 10.000 M ohm/kmpada
tegangan 500 Volt DC, sedangkan harga kapasitansi bersama dari setiap
pasang yang diukur pada frekuensi 800 Hz tidak boleh melampaui 55 nF/km
untuk diameter 0,6 – 0,8 mm dan 62 nF/km untuk diameter 1,0 mm.
C. Pemasangan Saluran Open Wire :
Beberapa istilah digunakan untuk perhitungan yang terdapat pada pemasangan
Open Wire :
Daya panggul (DP) : merupakan daya terbesar yang bisa diberikan pada kawat
sebelum putus atau tenaga terbesar yang dapat ditarik oleh kawat tersebut. Besar
daya panggul untuk masing-masing kawat berlainan, tergantung dari jenis logam
yang digunakan. Perhatikan tabel berikut :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
56
Jenis kawat
DP mm (kg/mm2)
Fe
Cu
Br
Cw
Baja
40
44
70
63
66
2. Kuat Tegangan (S) dan Koefisien Pasti (KP) : Koefisien pasti merupakan harga
perbandingan antara Daya Panggul (DP) dengan Kuat Tegangan (S) kuat tegangan
adalah kekuatan rentang kawat yang terpasanga pada tiang. Besarnya kuat
tegangan ini lebih kecil dari besarnya daya panggul (S<DP). Rumus dari
Koefisien Pasti (KP) adalah :
KP = DP S
3. Berat Kawat (G) : untuk menentukan besarnya Berat Kawat ini tergantung dari
Berat jenis (BJ) kawat yang digunakan. BJ Fe = 7,7 dan BJ Cu = 8,9.
Mencari harga berat kawat digunakan rumus :
G = Volume x Berat Jenis
G = x R2 x L x BJ (kg) = 3,14
4. Lentur Kawat (P) : merupakan selisih antara garis lurus tiang satu dengan
tiang yang lainnya, dengan ketinggian terendah kawat.
D. Penarikan Kabel Udara :
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses penarikan kabel udara antara
lain adalah :
1. Persiapan penarikan kabel.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
57
2. Perentangan dan penarikan kabel.
3. Pengencangan tarikan kabel.
4. Membuat tambatan akhir, dimana pada proses ini terdapat suatu proses yang
dikenal dengan sebutan Pemiuhan Kabel yaitu proses pemutaran kabel guna
mencegah goyangan kabel yang terlalu keras akibat hembusan angin. Untuk
penampang kabel sampai dengan 30 mm, jarak pemiuhan satu dengan yang lain
kira-kira 10 m, sedangkan untuk penampang kabel yang lebih dari 30 mm,
penentuan panjang dan jumlah pemiuhan digunakan rumus :
N = S P dimana P = 350 x A
Dimana :
P : 350 x A ....Panjang belitan (cm) A : Penampang kabel (cm)
S : Panjang gawang (m) N : Jumlah belitan (puliran)
5. Lenturan Kabel.
JARINGAN KABEL BAWAH TANAH :
A. Arti serta pentingnya Jaringan Kabel Bawah Tanah :
Jaringan bawah tanah adalah jaringan kabel yang dipasang dengan cara
menanamnya di bawah permukaan tanah. Penanaman jaringan bawah tanah ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Menanam kabel langsung ke dalam tanah (Direct Burrier Cable);
b. Memasukkan kabel ke dalam pipa kemudian ditanam langsung di dalam tanah;
c. Menanam kabel dengan pipa duct (Duct Cable).
B. Struktur Jaringan Bawah Tanah :
Kabel tanah biasanya berupa jenis kabel berpasangan banyak (Multipairs).
Berdasarkan cara pemasangannya, kabel tanah dibedakan atas Kabel tanah tanam
langsung dan kabel tanah bukan tanam langsung.
1. Konstruksi kabel tanah
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
58
Kabel tanah tanam langsung terdiri atas beberapa lapis yang masing-masing
mempunyai fungsi tersendiri seperti yang terlihat pada gambar berikut :
a. Urat kabel berfungsi sebagai penghantar arus listrik yang berisi informasi.
b. Pita pelilit kode warna berfungsi mempermudah penghitungan serta
penyambungan urat kabel yang ada.
c. Pembungkus inti kabel berfungsi sebagai pelindung urat kabel dengan
lapisan aluminium.
d. Lapisan aluminium foil berfungsi melindungi kabel dari induksi listrik
luar.
a. Kulit dalam kabel mencegah masuknya air ke dalam kabel.
b. Armoring berfungsi sebagai pelindung mekanis terhadap benturan ataupun
benda keras.
c. Kulit luar kabel sama fungsinya dengan kulit dalam kabel.
Seperti halnya kabel tanah tanam langsung, kabel Duct juga mempunyai
konstruksi yang berlapis-lapis, seperti terlihat pada gambar berikut :
2. Bahan Pembuat Kabel
Urat kabel terbuat dari tembaga lunak hasil proses annealing (penguatan
melalui pemanasan dan isolasinya terbuat dari bahan polietilen berwarna.
ooooo
Kulit luar kabelKulit dalam
kabel
Armoring
Pembungkus
Inti kabel
Lapisan
Aluminium Foil
Urat kabel
Pita pelilit
kode warna
Bahan-bahan pembuat kabel tanah agar
kabel tahan terhadap gangguan mekanis
maupun elektrik terdiri atas :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
59
Petrojeli, diisikan ke sela-sela inti kabel agar tidak mudah kemasukan air
ataupun udara.
Pita pembungkus inti terbuat dari bahan kertas, kain katun dan PE (plastik
transparan) atau bahan lain.
Pelindung elektris terbuat dari aluminium setebal 0,2 mmberlapis polietilen di
kedua sisinya.
Selubung dalam terbuat dari bahan kompon polietilen yang memenuhi
persyaratan teknis.
Pelindung mekanis terbuat dari pita/kawat baja yang digalvanisir.
Pelindung luar terbuat dari bahan kompon polietilen yang memenuhi
persyaratan teknis berwarna hitam.
3. Pemasangan Kabel Tanam Langsung :
Berdasarkan tempat pemasangannya, kabel tanah tanam langsung dapat dipasang
di :
a. Tepi jalan atau dekat trotoar.
b. Menyeberang jalan raya.
Permukaan tanah40 cm
20 cm
10 cm
30 cm
50/100 cm
Batu koral
Tanah urug
dipadatkan
Deksten
Pasir
Kabel
Untuk pemasangan di tempat
ini dapat dibedakan jenis kabel
yang dipasang apakah kabel
priner atau sekunder, yang
mana lebar atas lubang galian
untuk pemasangan kabel
primer adalah 40 cm dan lebar
bawahnya 30 cm.
sedangkan kedalamannya adalah 80 cm. Untuk pemasangan kabel
sekunder hanya berbeda pada kedalaman galian yaitu 60 cm
Permukaan tanah40 cm
20 cm
20 cm
30 cm
50/80 cm
Batu koral
Tanah urug
dipadatkan
Pasir
Kabel
10 cm
Pipaoo
Pasir
Untuk penanaman kabel yang
menyeberang jalan raya kabel
harus terlebih dahulu
dimasukkan ke dalam pipa PVC
berdiameter 10 cm dan tebal
5,5 mm, kedalam galian sekitar
100 cm. Berikut adalah gambar
panggalian kabel yang
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
60
4. Pemasangan dan Penarikan Kabel Duct :
Kabel duct merupakan salah satu cara penanaman kabel bawah tanah dengan cara
memasukkan kabel terlebih dahulu ke dalam pipa duct kemudian pipa berisi kabel
ini dicor dengan beton.
Dalam pembetonan duct ini terdapat dua cara atau metode, yaitu yang dikenal
dengan :
Pembetonan Standar atau Metode A :
Cara pembetonan standar ini paling banyak digunakan untuk pembetonan
pipa duct. Beberapa persyaratan dalam pembuatan duct model standar ini
antara lain :
1) Susunan Pipa Duct :
Susunan pipa duct pada pembetonan standar berbentuk tipis sehingga
dapat dipasang pada lokasi yang sempit dan masih memungkinkan untuk
penambahan pipa lain selain pipa lama.
2) Lebar dan kedalaman galian :
Lebar jalur galian tergantung dari jumlah modul yang akan ditanam
secara horisontal
Pembetonan Berlapis atau Metode B :
Metode B ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan metode A antara
lain :
1) Dapat dilakukan pada daerah yang tanahnya labil atau batu karang.
2) Dapat dilakukan bagi daerah yang tidak mungkin digunakan
pengecoran sekaligus dalam jumlah banyak.
3) Dapat dilakukan di daerah-daerah yang alur penggaliannya pendek.
Pada pembetonan standar ini, satu
susunan pipa yang biasanya disebut
dengan modul, dicor dengan beton
yang selanjutnya modul- modul
tersebut dipisahkan dengan beton
secara beton, seperti terlihat pada
gambar berikut
Pada metode ini setiap pipa duct dicor
atau dilapis seluruhnya dengan cor
beton, seperti terlihat pada gambar
berikut :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
62
Lebar dan dalam alur galian tergantung pada susunan pipa duct yang akan
ditanam. Kedalaman alur penggalian (D) dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus :
II.6 TEKNIK PENYAMBUNGAN KABEL :
1. SARANA, MATERIAL DAN ALAT PENYAMBUNGAN KABEL :
Dalam pelaksanaan penyambungan kabel dikenal dua macam sarana sambung kabel
(SSK) yang banyak digunakan dewasa ini. SSK merupakan suatu kumpulan material yang
digunakan untuk menyambung kabel. Kedua macam SSK tersebut adalah :
A. Sarana Sambung Kabel (SSK) Mekanik :
SSK mekanik adalah sarana sambung kabel yang cara pemasangannya dilakukan secara
mekanis. Misalnya, kuncinya pas, pengencang sabuk baja, dan sebagainya tanpa
menggunakan proses pemanasan/api. Sarana sambung kabel yang termasuk dalam
kelompok ini adalah UC (Universal Closures), seperti UC 3–5, UC 4–6, UC 6–9, dan
sebagainya. Angka pertama pada kode UC menunjukkan panjang ruang sambung, dan
angka kedua = diameter selongsong sambung (mof). Sarana sambung kabel lainnya yang
terkenal adalah VASK.
B. Sarana Sambung Kabel (SSK) Panas Kerut :
SSK Panas Kerut merupakan SSK yang pemasangannya menggunakan proses pemanasan
atau pengapian. Sarana sambung yang termasuk dalam kelompok ini adalah XAGA 255-
43/8-300; XAGA 255-62/22-600, dan ALSS. Material semua tipe Sarana Sambung Kabel
(SSK), baik kelompok SSK mekanik maupun yang panas kerut mempunyai material
pokok yang terdiri atas :
1) Connector, yang berfungsi sebagai penyambung urat kabel;
2) Klem arde, dan penghubung klem arde; berfungsi untuk menyambungkan
pelindung elektris kabel;
3) Penutup sambungan, berfungsi untuk mengembalikan kekuatan fisik sambungan
(pelindung mekanik);
4) Bahan pengisi dan sekat-sekat, berfungsi untuk menjamin penutup sambungan agar
kedap terhadap air atau lembab udara.
D = Jumlah pipa duct vertikal x 15 + 80 cm
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
63
Bila kita tinjau dari bentuknya maka suatu konektor yang digunakan untuk
menyambungkan urat kabel maka macam konektor dapat dibedakan atas :
1) Konektor Selongsong Kertas (Lashules) :
Macam konektor ini digunakan untuk menyambungkan urat kabel isolasi kertas atau
kabel kertas. Selongsong kertas inipun terdiri atas berbagai jenis, sesuai dengan
diameter urat kabel yang disambungkannya. Penyambungannya menggunakan
sistem lilit solder.
2) Konektor selongsong PE :
Konektor ini digunakan untuk penyambungan urat kabel isolasi PE (polietilen). Cara
penyambungannya sama dengan selongsong kertas dengan sistem lilit solder.
3) B-Wire Connector :
Konektor ini dalam penyambungannya menggunakan alat khusus yang disebut dengan
B-Wire CrimpingTool.
4) AMP Connector :
Konektor jenis AMP ini penyambungannya menggunakan alat khusus yang disebut
AMP crimping tool.
5) 3 M Connector :
Konektor 3 M ini penyambungannya juga menggunakan alat khusus , yaitu 3M
crimping tool, tetapi bila alat ini tidak ada kita bisa menggunakan kombinasi tang.
Penyambungan kabel tanah tanam langsung berisolasi PE biasanya menggunakan sarana
sambung XAGA 225 (Raychem), Untuk memilih tipe XAGA yang sesuai peru diketahui
lebih dulu diameter terkecil dari kabel yang akan disambung.
Material dan Peralatan Penyambungan Kabel :
Material yang Dibutuhkan Peralatan yang Digunakan
Selongsong UC 6-9 Gergaji Besi
Clamping bar Kombinasi tang & knip tang
Clamping band Crimping tool
Penutup ujung (end cap) Pisau bengkok
Clamping band untuk end-cap Obeng dan palu
Ground bar/plat Pita Ukur
Perforated Grounding Strap Scrapper
Klem Pengardean Koper tool berisi :
Sealing tape Pengukur kekencangan
Sealing cord Pita ukur khusus
Sealing Pasta Drilling tool (alat pelubang mof)
Kertas Biru/abu-abu Tensioning tool (sabuk pengencang
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
64
Kertas keras coklat Pembelah kulit kabel
Konektor Pelubang kulit kabel
Benang katun Kunci pas 10
Plasting Transparan Gunting
PVC tape Pembuka mof
Contoh : Penyambungan kabel dengan SSK panas kerut
Peralatan yang digunakan dalam penyambungan yang menggunakan XAGA 225 ini :
NAMA PERALATAN NAMA PERALATAN
Gergaji Besi Scrapper
Kombinasi tang Crimping tool
Krup tang Palu
Pisau Bengkok Gunting
Obeng Kompor gas
Pita ukur Alat pengupas kabel
2. PROSEDUR/ TATA CARA PENYAMBUNGAN KABEL :
A. Prosedur Dengan SSK Mekanik :
1. Penyambungan Kabel Tanam Langsung Berisolasi PE dengan UC :
Langkah-langkah :
1) Persiapan Penyambungan :
Memasang tenda untuk menjaga dari panas dan hujan, membuat lubang dengan
panjang ; lebar ; dalam adalah 1,5 ; 1,5 ; 1 dalam satuan m, mengatur panjang
kabel yang akan dipakai, dan memasang pancang pada keua sisi ujung.
2) Pengupasan Kabel :
Kedua ujung yang akan disambung dibersihkan sepanjang 1 m dan tandai kedua ujung
tersebut. Balut ujung kabel antar kupasan dengan sealing tape satu lapis dan PVC
tape. Pengupasan kulit dalam kabel dilakukan sekaligus dengan lapisan aluminium
serta sisakan 10 cm dari kupasan ujung kulit luar kabel.
3) Pemasangan Klem Arde :
Kulit dalam kabel dibelah dengan lebar 2 cm dan dalam max 3,5 cm. Kertas karton
abu-abu/biru dimasukkan pada lubang yang telah dibuat. Pasanag klem arde pada
lubang kulit tersebut lalu dibalut dengan PVC tape supaya kembali. Pasang klem
arde kuning di atas kulit dalam kabel tadi dan kencangkan murnya sampai rapat.
4) Penyambungan Urat Kabel :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
65
Kedua ujung mulai dipertemukan. Atur jarak kupasan antar antar kulit dalam masing-
masing dengan memasang klem arde. Ikat kedua ujung kabel pada pancang
sehingga posisi tetap. Lalu lepas lagi klem ardenya agar mudah menyambungnya.
Bahan penyambungan bebas dan usahakan agar tidak membesar dan diikat dengan
benang, lalu letakkan zat desicant dan balut dengan plastik transparan. Ardenya
dipasang kembali.
5) Melubangi Mof UC 3-5 :
Pasang mata bor dan lubangi pada kulit kabel dalam yang telah diukur tepat pada tanda
UC 3-5 yang terdapat pada drilling tool.
6) Pemasangan MOF pada Sambungan Kabel :
Oleskan sealing pasta pada kulit dalam yang akan ditutup mof UC. Pasang sealing
tape satu lapis dan sealing cord pada mof. Pasang MOF pada sambungan dan juga
sabuk pengencang di tengah-tengah dengan alat yang tersedia seperlunya serta
balut sabung pengencang dengan PVC tape.
7) Penanaman Sambungan Kabel :
Letakkan sambungan kabel pada galian secara perlahan dan tutupi dengan pasir atau
tanah lunak serta lindungi dengan batu di atasnya.
8) Cara Membuka Sambungan Kabel (untuk Perbaikan) :
Buka PVC tape dan lepas sabuk pengencangnya. Setelah itu buka MOFnya dan
lakukan perbaikan. Setelah selesai, balikkan kesemula.
2. Penyambungan Kabel Tanam Langsung Isolasi PE dengan UC 4-6 :
Sebenarnya langkah-langkah yang akan dilakukan sama saja dengan yang telah
diterapkan pada penyambungan yang memakai UC 3-5. Namun, disini kemungkinan
adanya penyambungan kabel bercabang. Akibatnya, setelah pemasangan MOF, terlihat
titik sambungan kabel yang membesar. Demikian pula dengan cara penanaman dan
langkah-langkah prosedur lainnya sama saja dengan pekerjaan penyambungan yang
menggunakan UC 3-5
3. Penyambungan Duct Kabel dengan UC 6-9 :
Langkah-langkah :
1) Persiapan Penyambungan.
2) Pengupasan Kulit Kabel.
3) Melubangi End Cap dari MOF UC.
4) Pemasangan End Cap pada Ujung Kulit Kabel.
5) Penyambungan Urat Kabel.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
66
6) Pemasangan Selongsong Penutup UC.
7) Penempatan Kabel.
8) Cara Membuka Kembali Sambungan.
4. Penyambungan Kabel Tanam Langsung Isolasi PE dengan MOF-VASK 50/2 :
Langkah – langkah :
1) Pengupasan Kulit Kabel.
2) Melubangi Ring Sekat.
3) Pemasangan Klem Arde.
4) Penyambungan Urat Kabel.
5) Penutupan MOF VASK 50/2.
6) Penanaman Sambungan Kabel.
5. Penyambungan KTL Isolasi PE dengan MOF-VASK 100/2
Sambungan kabel tanam langsung dengan MOF VASK diperuntukkan bagi
sambungan cabang dengan kapasitas sambung kabel diameter 0,4 = 150 pair, diameter
0,6 mm = 100 pair, dan diameter 0,8 = 80 pair.
Langkah-langkah penyambungan yang harus dilakukan sama dengan langkah yang
ditempuh pada penggunaan mof VASK 50/2, kecuali jarak sambungan yang terbuka
antar klem arde di sini haruslah 15,45 cm. Sedangkan pada mof VASK 50/2 jarak
tersebut cukup hanya 14,85 cm.
B. Prosedur Dengan SSK Panas Kerut :
1. Penyambungan Kabel Tanam Langsung Isolasi PE dengan MenggunakanXAGA
225 Buatan RAYCHEM :
Langkah – langkah :
1) Pemasanagan Continuity Wire
2) Penyambungan Urat Kabel
3) Pembalutan Sambungan Urat-Urat Kabel
4) Pemasangan Tabung Aluminium
5) Pemasangan Selongsong XAGA
6) Penanaman Sambungan Kabel yang Menggunakan XAGA
2. Penyambungan Kabel Duct dengan ALSS :
Langkah – langkah :
1) Persiapan Penyambungan
2) Membuat ALSS dan Selongsong Mangkok
3) Pengupasan Kulit Kabel
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
67
4) Penyambungan Urat Kabel
5) Pemasangan MLS (Main Lead Sleeve)
6) Pemasanagn Selongsong ALSS (Kerut)
7) Penempatan Kabel
3. TERMINASI KABEL :
Terminasi Kabel merupakan penyambungan (koneksi) beberapa bagian jaringan
kabel, seperti kabel primer, sekunder, saluran penanggal, dan saluran rumah sehingga
terbentuk satu sistem jaringan kabel untuk penyaluran jasa telekomunikasi.
Namun, sebelum kita membicarakan terminasi, lebih dulu perlu diketahui beberapa
istilah yang erat kaitannya dengan terminasi tersebut, yaitu :
Terminal, adalah bahan konduktor tempat menyambungkan kabel yang masuk dan
keluar;
Penggenggam terminal adalah bahan isolator listrik yang berfungsi untuk
menggenggam terminal dalam membentuk satuan kapasitas dasar;
Blok terminal, adalah terminal yang sudah tersusun pada penggenggam dan
membentuk satuan kapasitas.
A. Terminasi Pada RPU (Rangka Pembagi Utama) :
Seperti sudah kita ketahui bahwa RPU merupakan tempat penyambungan atau
jumpering kabel dari sentral telepon dengan kabel luar. Penyambungan tersebut
dilakukan dengan cara terminasi. Tempat pemasangan terminasi dilakukan pada blok
terminal 100 pair di bagian stroke vertikal RPU dimaksud.
Peralatan yang digunakan untuk menterminasi ini :
NO NAMA MATERIAL JUMLAH (bh)
1. Meter 1 bh
2. Pengupas urat kabel 2 bh
3. Pengupas selubung PE 1 bh
4. Obeng 2 bh
5. Kniptang 2 bh
6. Kombinasi tang 1 bh
7. Tangkai gergaji besi 1 bh
8. Mata gergaji 2 bh
9. Alat tekan sisip 1 set
10. Kunci pas/Inggris 1 set
Material yang digunakan dalam menterminasi :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
68
NO NAMA MATERIAL JUMLAH
1. Benang -
2. Pita isolasi plastik -
3. Jepitan untuk menyambung selubung pelindung dengan kawat
tanah
2 bh
4. Minyak tanah -
B. Terminasi Pada RK (Rumah Kabel) :
Tempat pemasangan terminasi di RK ini bisa dibedakan atas 2 macam, yaitu pada
terminal blok dengan kabel ekor dan pada terminal langsung. Pemasangan pada terminal
pada dasarnya dikerjakan di pabrik tempat terminal itu dibuat. Sedangkan pemasangan
pada terminal langsung, pemasangan kabel pada terminal blok dilakukan di tempat RK
didirikan.
Peralatan yang diperlukan dalam terminasi pada RK inin sama dengan pada
terminasi RPU, cuma insertion tool (alat tekan sisip) pada RPU diganti dengan kompor
solder dan alat solder bakar. Demikian pula material yang dipakai sama dengan yang
dibutuhkan oleh terminasi RPU.
Pekerjaan Terminasi pada RK :
1) Pengikatan bundel pasangan urat kabel, sama dengan pada terminasi RPU;
2) Setelah pengikatan bundel pasangan urat kabel, masukkan kabel ke dalam
terminal, dengan cara membuka terminal blok bagian belakang, kemudian
selubung PE kabel yang sudah dikupas dimasukkan ke dalam blok terminal
melalui lubang masuk yang ada di bagian bawah terminal tersebut;
3) Penyusunan pasangan urat kabel, sama dengan yang dilakukan pada terminasi
RPU;
4) Pengaturan pasangan urat kabel untuk diterminasi. Agar pasangan urat kabel dapat
rapi diterminasikan pada terminal blok, diatur dulu pada papan cetak dari kayu.
Setelah pengaturan pasangan urat kabel pada papan cetak selesai, kemudian diikat
kencang dengan benang supaya rapi;
5) Penyambungan kawat tanah, sama seperti yang dilakukan pada terminasi RPU;
6) Penyolderan urat kabel pada terminasi. Caranya adalah pasangan urat kabel yang
telah dibentuk dipindahkan dari papan cetak ke terminal blok. Kemudian urat-urat
kabel dipotong dengan kniptang untuk disesuaikan dengan letak terminal, dikupas
selubung isolasinya dan disolder pada terminal yang sudah ditentukan.
7) Penyolderan dimulai dari atas ke bawah, agar sisa solder yang jatuh tidak
menyangkut pada urat-urat kabel yang sudah terpasang. Sebab bila menyangkut
dapat menimbulkan gangguan;
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
69
8) Pembungkusan bundel pasangan urat kabel dengan pita plastik. Setelah pekerjaan
penyolderan selesai, diteliti urutan pasangan urat dan diukur tahanan isolasinya.
Bila hasil baik maka bundel pasangan urat tersebut dililit atau dibungkus dengan
pita isolasi plastik, sedangkan kawat tanahnya dipasang pada klem yang
disediakan.
9) Penutupan Blok Terminal. Selesai pekerjaan terminasi masih perlu diteliti kembali
penyolderan urat kabel pada terminasi satu demi satu. Setelah pekerjaan terminasi
diyakini benar dan baik maka bagian belakang blok terminal dapat ditutup
kembali;
10) Pemasangan blok terminal pada rangka besi di dalam RK.
11) Sebelum blok terminal dipasang pada rangka besi, kabel perlu diatur dan ditarik ke
bawah dari lubang pondasi RK;
Setelah kabel lurus dan posisi blok terminal sudah tepat pada rangka besi
maka terminal blok dipasang dengan baut satu di bagian atas dan satu lagi di
bagian bawah;
Agar kedudukan blok terminal lebih kuat, bagian bawah dimasukkan kedalam
mangkok plastik;
Tugas selanjutnya adalah pemasangan cincin untuk kawat sambung pada
tempat-tempat yang telah ditentukan;
Pentanahan. Pada suatu RK diharuskan adanya kawat pentanahan. Kawat
tanah dengan tahanan tidak lebih dari 3 , diterminasikan pada rangka di RK.
Sedangkan kawat tanah yang digunakan adalah tembaga berdiameter 7 x 0,7
mm;
Penyambungan kawat tanah dengan rangka/batang tembaga di RK harus
menggunakan sepatu kapal;
C. Terminasi Pada KP (Kotak Pembagi) :
Pelaksanaan terminasi pada kotak pembagi ini menggunakan peralatan yang jenisnya
sama dengan yang digunakan dalam terminasi RK. Demikian juga materialnya sama
ditambah kawat solder.
Kotak pembagi merupakan salah satu bentuk titik pembagi atas tanah yang dipasang
pada tiang telepon atau dinding bangunan rumah/gedung. Jenis titik pembagi dibedakan
atas Titik Pembagi Atas Tanah (TPAT) dan Titik Pembagi Bawah Tanah (TPBT).
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
70
II.7 KONFIGURASI JARLOKAT TIDAK MURNI
Seiring dengan lajunya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan
masyarakat akan jasa telekomunikasi semakin bertambah dengan cepat, demikian pula
perkembangan teknologi telekomunikasi menuju multimedia yang secara definitif dapat
diterjemahkan sebagai satu kesatuan atau integrasi suara, data dan gambar yang
membutuhkan badwidth yang lebar, penyenggara jasa telekomunikasi semakin dituntut
untuk mampu menyediakan komunikasi berkualitas tinggi agar dapat menjawab
kebutuhan tersebut karena jaringan kabel tembaga yang ada mempunyai keterbatasan
untuk mendukung layanan-layanan baru tersebut, penggantian seluruh jaringan lokal
tembaga serentak tentunya membutuhkan investasi yang sangat besar oleh karena itu
diperlukan suatu injeksi teknologi untuk meningkatkan kinerja kabel tembaga dalam
mengirimkan sinyal informasi
Teknologi Digital Pair Gain (xDSL) menjadi suatu teknolgi alternatif untuk
menanggulangi masalah tersebut diatas ke dalam era information super higway. Sistem
xDSL menjanjikan laju data 160 (IDSL) sampai 6 Mbps (ADSL) bahkan sampai 52 Mbps
(VDSL). Namun tanpa memperhatikan layanan yang ditawarkan, unjuk kerja xDSL
terbatas dan tergantung pada parameter elektris kjaringa kabel tembaga (tahanan saluran,
tahanan isolasi, redaman saluran antara sentral telepon sampai ke terminal pelanggan).
Jaringan eksisting yang digunakan sekarang pada dasarnya bekerja pada frekuensi 0
– 4 khz dan dalam pembangunannya tidak diperhitungkan akan menggunakan lebar pita
yang melebihi 4 khz, padahal dengan teknologi xDSL diperlukan lebar pita sekitar 1
Mbps sehingga perlu diperhitungkan masalah interferensi saluran dalam satu quad atau
satu unit kabel yang dapat menurunkan kualitas pelayanan, selain itu kapasitansi dan
induktansi reaktif akan lebih kelihatan pada frekuensi tersebut.
Perlu diperhitungkan jarak antara sentral ke pelanggan karena teknologi xDSL
mempunyai keterbatasan jarak, misalnya ADSL dengan menggunakan kabel diamater 0,6
mm hanya mampu mengirimkan data kurang dari 3,6 km dan 4,5 km untuk HDSL.
Digital Pair Gain
Sistem digital pair gain atau sistem pengganda saluran digital merupakan suatu
sistem pengganda saluran yang mampu menyediakan lebih dari satu hubungan telepon
secara bersamaan dan saling independen dengan hanya melalui sepasang kawat saluran
telepon. Dengan sistem ini maka jumlah sambungan telepon dapat ditingkatkan yang
berarti akan dapat menambah saluran pelanggan baru dengan waktu yang singkat dan
dalam jangkauan yang cukup ekonomis dengan menggunakan infrastruktur jaringan yang
ada.
Dalam penyaluran informasi pengganda saluran digital ini menggunakan sistem
transmisi digital atau teknologi transmisi ISDN dengan bit rate 160 kbit/s dan pengkodean
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
71
sinyal pada jalur transmisi dengan menggunakan kode saluran 2BIQ(dua binary satu
quartener). Dengan menggunakan teknologi transmisi digital ini akan dapat menghasilkan
performansi yang optimum dengan jarak yang maksimum dan sekaligus membuat sistem
kebal terhadap efek interferensi.
Secara umum perangkat pengganda saluran digital dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gbr. Diagram blok Digital Pair Gain System Secara Umum
Keterangan gambar :
Analog to digital (A/D) Convereter berfungsi untuk mengubah sinyal suara dalam
bentuk sinyal digital dalam bentuk bit dengan bit rate 64 kbit/s. Sedangkan
Multiplexer berfungsi untuk menggabungkan beberapa kanal telepon yang sudah
dalam format digital(64 kbit/s), ditambah 16 kbit/s untuk signaling dan 16 kbit/s
untuk sinkronisasi antar perangkat menjadi satu kanal digital dengan kecepatan
pengiriman bit informasi 160 kbit/s.
Line system berfungsi untuk memproses kanal digital hasil multiplexing ke dalam
bentuk kode saluran 2B1Q agar dapat ditransmisikan pada saluran yang
digunakan.
Pada system tersebut diatas, akan didapatkan sistem pengganda saluran digital
(Digital Pair Gain System) dua kanal, dengan faktor penggandaan dua kali.
Bentuk diagram blok suatu pengganda saluran digital dua kanal (Digital Pair Gain
2-Kanal) dapat digambarkan sebagai berikut [ERC-94]:
Gbr. Diagram Prinsip Digital Pair Gain Dua Saluran
A/D
Con-
ver
ter
A/D
Con-
ver
ter
Multi-
plexer
Multi-
plexer
Line
System
Line
System
saluran
lokal
saluran 1 saluran 1
saluran n saluran n
SPC - PCM
or
Step by Step
or
Cross Bar
System
Feeding Voltage
40 - 60 V
Ringing Voltage
40 - 130 V
EXCHANGE EXCHANGE
UNIT
REMOTE
UNIT
EU RU
a1,b1
a2,b2
a, b
a1,b1
a2,b2
saluran
kabel
lokal
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
72
Perangkat pengganda saluran digital (Digital Pair Gain System) ini terdiri dari
exchange unit (EU) yang diinstalasi pada subrack(Type BGTR) yang ditempatkan
bersebelahan dengan perangkat switching (Umumnya Dibagian MDF), sedangkan bagian
remote unit (RU) di instalasi pada sisi pelanggan(Umumnya Pada Sisi DP). Pada sistem
pengganda saluran digital dua kanal, EU dihubungkan dengan kedua saluran pelanggan
pada sentral melalui sepasang saluran pelanggan pada sentral melalui saluran dua kawat,
sinyal pembicaraan pada kedua kanal pelanggan dikonversi menjadi 64 kbit/s oleh
CODEC, selanjutnya melalui kanal B (berisi Bit-bit Data) dan kanal D (Bit-bit
pensiyalan) sinyal ini ditransmisikan ke RU dalam bentuk kode saluran 2B1Q melalui
saluran sepasang dua kawat dengan diameter 0,6 mm.
Pada sisi pelanggan bagian RU ini dihubungkan dengan jalur digital pada U-
Interface, kanal-kanal digital (2B dan D) dikonversi menjadi pembicaraan analog dan
sinyal kontrol sentral (Ringging, Charging) dan ditransmisikan pada kedua interface
saluran pelanggan. Dimana pada sisi RU sinyal analog ini dihubungkan ke pelanggan
melalui saluran dua kawat (Diameter 0,6 mm).
Untuk arah sebaliknya pada sisi RU baik sinyal pembicaraan maupun signaling
pada saluran akan disampling dan ditransmisikan ke EU melalui kanal B dan kanal D
dalam format kode saluran 2B1Q. Yang selanjutnya pada sisi EU sinyal ini dikonversi
menjadi sinyal analog dan ditransmisikan ke sentral lokal.
Kecepatan transmisi total antara EU dan RU(Jalur Digital) adalah 160 kbit/s
yaitu untuk membawa dua kanal B(64 kbit/s) + satu kanal D(16 kbit/s) + satu kanal M(16
kbit/s).
Feature-feature yang disediakan sistem pengganda saluran digital ini antara lain :
Penggandaan pemakaian saluran telepon.
Dapat melayani dua pelanggan secara independen dengan menggunakan saluran
dua kawat.
Dapat dipakai untuk pelayanan tambahan selain pelayanan suara misalnya faximile,
komunikasi data dan lain-lain.
Solusi yang efisien dan ekonomis untuk mengatasi masalah percepatan pemasaran.
Dan dengan beberapa ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sangat efisien dan sebagai solusi ekonomis.
2. Menggunakan teknologi transmisi digital(ISDN).
3. Memberi cadangan pada penambahan saluran telepon.
4. Reaksi cepat atas pemberian layanan.
5. Menambah pendapatan operator telekomunikasi
6. Memberi fleksibilitas dari akses pelanggan.
7. Menambah pendapatan operator telekomunuikasi.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
73
8. Memiliki catuan saluran sendiri.
Konfigurasi Jaringan Pair Gain
Pendistribusian sinyal informasi pada sistem pengganda saluran digital melalui
jaringan kabel multipair dari jaringan kabel telepon lokal existing bertujuan untuk
memanfaatkan jaringan distribusi telepon sebagai media transmisi pengganda saluran
digital agar tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan jasa telepon dapat dipenuhi
khususnya pada lokasi yang jaringan lokalnya sudah habis.
Konfigurasi dari jaringan pengganda saluran digital melalui jaringan kabel multi
pair sebagai jaringan distribusi telepon dilakukan tanpa mengubah struktur jaringan yang
sudah ada atau jaringan existing tersebut. Oleh karena itu jaringan pengganda saluran
digital memiliki konfigurasi jaringan yang sama dengan jaringan distribusi telepon seperti
terlihat pada gambar berikut :
Gbr. Konfigurasi Umum Jaringan Pengganda Saluran Digital
Keterangan :
MDF : Main Distribution Frame RK : Rumah Kabel
DP : Distribution Point KP : Kabel Primer
KS : Kabel Sekunder SP : Saluran Penanggal
2. ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) :
Asymmetric Digital Subscriber Line adalah teknologi yang memungkinkan akses
komunikasi data kecepatan tinggi (dalam layanan mutimedia) melalui saluran tembaga
terpilin (twisted pair) yang sudah ada.
Asymmetric Digital Subscriber Line emnyalurkan data secara asimetris
maksudnya adalah kecepatan transmisi data up stream dan down stream tidak sama.
Aliran down stream adalah aliran data kearah jaringan. ADSL mempunyai kecepatan
down straem 6 Mbps yang jauh lebih besar dari pada up stream (sekitar 640 kbps).
Dengan ADSL maka terjadi pembesaran kapasitas akses dengan faktor lebih dari 50 kali
pembesaran tanpa perlu penambahan kabel baru.r
Exchange
Unit
Exchange
Unit
sentral MDF
RK
KP KS
KP
DP
DP
SP
SP
Remote
Unit
Jaringan CatuLangsung
Jaringan CatuTidak Langsung
DSL
(Digital Subscriber Line)
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
74
Sirkit ADSL akan saling menghubungkan setiap ujung modem ADSL pada
saluran telepon biasa dan menciptakan tiga kanal informasi yaitu down stream kecepatan
tinggi, duplex kecepatan menengah dan sebuah kanal POTS. Kanal POTS dipisahkan oleh
modem dijital dengan filter untuk menjamin uninterupted, walaupun ADSL mengalami
kegagalan operasi. Kanal kecepatan tinggi mempunyai rentang dari 1,5 sampai 6,1 Mbps,
sedangkan kanal duplexs mempunyai rentang dari 16 sampai 640 kbps. Tiap kanal dapat
di submultiplex sehingga dapat dibentuk multiplikasi kanal-kanal dengan bit rate yang
lebih rendah.
Kecepatan down stream tergantung oleh beberapa faktor, termasuk panjang dan
ukuran kabel, kualitas sambungan fisik dari kabel, interferensi dari kopling silang.
Redaman saluran akan bertambah sesuai dengan pertambahan panjang saluran dan akan
mengecil jika diameter bertambah.
Karateristik ADSL pada jenis kabel yang dipakai adalah sebagai berikut :
Data rate layanan ADSL Diameter Kabel Jarak
1,5 atau 2 Mbps 0,8 mm 5,5 km
1,5 atau 2 Mbps 0,6 mm 4,6 km
6,1 Mbps 0,8 mm 3,7 km
6,1 Mbps 0,6 mm 2,7 km
3. HDSL (High Bit Rate Digital Subscriber Line) :
Sistem transmisi HDSL adalah teknologi transport untuk memberikan servis
simetris (servis yang membutuhkan bit rate yang sama besar untuk arah upstream maupun
downstream) kepada pelanggan dengan bit rate hingga 2 Mbps melalui kabel tembaga.
Parameter-parameter yang mempengaruhi jaringan dalam DHSL adalah :
Redaman.
Resistansi (R).
Konduktansi (G).
Kapasitansi bersama.
Induktansi.
Konfigurasi Dasar HDSL :
Sebuah acces digital section yang menghubungkan pelanggan dan CO (Central
Office) dengan teknologi HDSL terdiri dari NTU (Network Terminating Unit), DLL
(Digital Local Line), dan LTU (Line Terminating Unit). NTU merupakan modul HDSL di
sisi pelanggan sedangkan LTU merupakan modul HDSL yang terletak di sisi COT
(Central Office Terminal)/RT (Remote Terminal). DLL adalah media transmisi di dalam
suatu jaringan akses.
I M C HREG
LTU / NTU
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
75
Gbr. Blok fungsional LTU / NTU
Blok fungsinal penyusun NTU maupun LTU yaitu :
Antarmuka (Interface/I) : adalah suatu application interface yang akan
mengelompokkan aliran data ke dalam frame-frame aplikasinya, baik di sisi
pengirim maupun penerima.
Mapping and Maintenance (M) :
Mapping : digunakan untuk memetakan frame aplikasi ke dalam core frame
yang mempunyai kapasitas 144 oktet dengan durasi 500 s. Oktet-oktet akan
dibagi dalam frame-frame yang akan ditransmisikan oleh HDSL transceiver
secara paralel.
Maintenance : merupakan blok fungsional yang digunakan untuk kepentingan
pemeliharaan.
Common Circuitry (C) : untuk mengkombinasikan dua atau tiga buah sistem
transceiver HDSL.
HDSL transceiver (H) : merupakan sebuah bidirectional transceiver yang akan
mengubah data biner ke dalam sinyal 2B1Q (2-Binary/1-Quarterny).
Regenerator (REG) : untuk memulihkan kondisi sinyal yang ditransmisikan
agar dapat menjangkau jarak yang lebih jauh (berupa penguatan dan reshaping).
DLL sebagai penghubung NTU dan LTU yang dapat digunakan sebagai saluran
transmisi, memiliki persyaratan minimum :
Tanpa beban coil (non-loaded) : beban yang biasa dipasang di saluran telepon
untuk mendapatkan band frekuensi 3 KHz.
Menggunakan dua buah kabel pilin tembaga (twisted pair) atau kabel quad (4
buah konduktor).
Tanpa lapisan pelindung (unshielded).
Jika terdapat bridge tap, maka jumlah maksimum yang diijinkan adalah dua
buah dengan panjang masing- masing maksimum 500m.
Bagian utama dari suatu DLL adalah SDP (Subscriber Distribution Point), CDP
(Cross Connect Point), dan MDF (Main Distribution Point). Sedangkan kombinasi antara
C, H, DLL, dan REG (optional) disebut HDSL core.
Model fisik dari suatu DLL diperlihatkan dalam gambar berikut :
HDSL
NTU
HDSL
LTUSDP CCP MDF
a b c d
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
76
Gbr. Model fisik DLL
a = kabel instalasi SDP : Subscriber Distribution Point
b = kabel distribusi CDP : Cross Connect Point
c = kabel utama MDF : Main Distribution Frame
d = kabel exchange
Fungsi-fungsi yang disediakan oleh HDSL core disajikan pada tabel berikut :
LTU NTU Fungsi HDSL core
Transparent transport of core frames
Stuffing and destuffing
CRC-6 procedurs and transmission error detection
Error reporting
Failure detection
Failure reporting
Bit timing
Frame allignment
HDSL transceiver autonomous start-up control
Loopback control and co-ordination
Mapping of core frames into HDSL frames
Control of maintenance
Syncronisation and co-ordination of HDSL transceivers
Identification of pair
Correction of pair identification
Keterangan :
berarti bidirectional
berarti unidirectional
# merupakan fungsi NTU
Keterangan fungsi :
Fungsi HDSL core : menyediakan transmisi bidirectional (menggunakan dua atau
tiga transceiver disusun paralel) secara transparan bagi core frame (144 oktet), yang
berarti core frame tidak akan diproses oleh perangkat yang dilewati.
Fungsi stuffing dan destuffing : untuk sinkronisasi antara aplication data clock
sistem transceiver HDSL, dengan menambahkan zero atau dua buah stuffing quarts
pada setiap frame HDSL.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
77
Fungsi CRC-6 procedure dan transmission error detection : mengecek kebenaran
isi setiap frame HDSL yang ditransmisikan (error performance monitoring),
kesalahan dilaporkan oleh fungsi error reporting.
Failure detection : mendeteksi failure pada sistem transceiver HDSL yang
kemudian dilaporkan oleh fungsi failure reporting.
Bit timing : fungsi HDSL core yang memungkinkan sistem transceiver HDSL
memperoleh kembali informasi dari aggregate bit stream.
Frame allignment : menyediakan informasi yang memungkinkan sistem transceiver
HDSL memperoleh kembali frame HDSL dan overhead frame HDSL.
Autonomous start-up control : mempersiapkan sistem transceiver HDSL agar
berada dalam keadaan operasional.
Loopback control and co-ordination : untuk mengaktifkan dan menghentikan
loopbacks di dalam LTU, REG, dan NTU.
Fungsi Mapping : untuk menetapkan core frame ke dalam frame HDSL.
Control of maintenance channel : mengontrol kanal pemeliharaan dengan
menggunakan bit-bit overhead di dalam frame HDSL.
Synchonisation and co-ordination of HDSL transceiver digunakan untuk :
sinkronisasi antar sistem-sistem transceiver HDSL.
menyamakan perbedaan delay sinyal yang ada pada setiap pair.
mengurutkan kembali sinyal-sinyal yang datang dari setiap pair.
Identification of pair : untuk menandai setiap pair di LTU/NTU yang akan
mengidentifikasi setiap pair secara benar. Jika NTU mendeteksi adanya perubahan
yang tidak disengaja pada pair yang dignakan (interchange) maka proses
penyesuaiannya akan diperoleh dari fungsi correction of pair identification.
Seiring dengan perkembangan teknlogi yang semakin canggih maka layanan
komunikais pita lebar menjadi suatu kebutuhan yang tak terelakkan. Popularitas internet
sebagai suatu layanan mendorong tumbuhnya layanan komunikasi data pita lebar.
Kecenderungan ini ditanggapi secara positif oleh produsen teknologi telekomunikasi
dengan menciptakan berbagai produk yang dapat menjadi salah satu alternatif dalam
pembangunan jaringan broadband.
Sebagai contoh, telah ditemukan teknologi yang memanfaatkan jaringan akses
tembaga untuk mentransmisikan data dengan kecepatan yang tinggi. Teknologi ini mampu
menyediakan layanan komunikasi data yang lebih cepat dari ISDN (Integrated Service
Digital Network) maupun modem konvensional. Kecepatan data antara 160 kbps sampai
60 Mbps dapat dimungkinkan dengan teknologi baru yang disebut x-DSL. Teknologi x-
DSL mempunyai banyak jenis, diantaranya adalah :
HDSL (High bit rate Digital Subscriber Line)
ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line)
SDSL (Single line Digital Subscriber Line)
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
78
MDSL (Multi rate Symmetric Digital Subscriber Line)
VDSL (Very high rate Digital Subscriber Line)
wDSL (waveleth Digital Subscriber Line)
RADSL (Rate Adaptive Digital Subscriber Line)
DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer)
Dial Up ADSL
DSL Lite
Sebutan x-DSL berasal dari Bellcore, sebuah lembaga riset telekomunikasi di
Amerika Serikat. Turunan teknologi DSL sangat beragam, seperti yang disebutkan di atas,
namun demikian semua teknologi tersebut berbasis pada pemanfaatan jaringan kabel
tembaga sebagai media transmisinya. Teknologi turunan tersebut dapat digolongkan
berdasarkan mode transmisinya menjadi 2 macam yaitu simetris dan asimetris.
Tabel 2.1. Teknologi x-DSL berdasarkan mode transmisi
x-DSL
Simetris Asimetris
DSL ADSL
SDSL DSL Lite
HDSL VDSL
VDSL
Yang dimaksud dengan simetris adalah kecepatan arah kirim (upstream) dan arah terima
(downstream)sama besarnya. Sedangkan asimetris adalah kecepatan upstream dan
downstream berbeda. Berdasarkan kecepatan transmisi downstream maka teknologi x-
DSL dapat dibagi atas :
Tabel 2.2 Kecepatan Teknologi x-DSL
Kecepatan
Downstream Teknologi x-DSL
160 Kbps DSL
1,5 atau 2 Mbps HDSL, SDSL, DSL Lite, RDSL, ADSL
4 Mbps ADSL,Wdsl, RDSL
6 Mbps ADSL, RADSL
8 Mbps ADSL, RADSL
55 Mbps VDSL
Perbedaan paling mendasar antara teknologi modem analog dengan teknologi x-
DSL adalah mekanisme pembentukan hubungan. Pada modem analog sebelum hubungan
terbentuk perlu dilakukan proses dial up, yaitu proses pemanggilan pada nomor tujuan
seperti yang dilakukan pada layanan telepon biasa. Sedangkan pada teknologi x-DSL
tidak diperlukan proses dial up.
Konfigurasi dasar x-DSL terdiri dari sepasang modem, satu terletak pada sisi
sentral dan satu lagi pada sisi pelanggan seperti pada gambar 2.7.
Switching/
Jaringan telepon
Modem DSLModem DSL Modem DSLModem DSL
Kabel Temabaga Kabel Temabaga
Gambar 2.1. Konfigurasi Umum x-DSL
2.1 DSL (Digital Subscriber Line)
DSL merupakan modem yang dapat digunakan untuk mentransmisikan data
ekivalen dengan layanan ISDN BRA (Basic Rate Access). Teknologi DSL yang
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
79
menggunakan jaringan kabel tembaga dapat mengirimkan data dengan kecepatan hingga
160 kbps. Teknik line coding yang digunakan adalah 2B1Q (2 Binary 1 Quartenary),
yang juga digunakan pada ISDN.
DSL mengirimkan data secara duplex (dua arah sekaligus, dari arah penerima dan
pengirim). Data dapat dikirim 2 arah secara simultan dengan kecepatan 160 kbps pada
kabel berdiameter 0,6 mm dengan perkiraan jarak maksimumnya adalah 6 km. Selain itu,
bila dikombinasikan dengan teknik multiplex dapat digunakan untuk menggandakan
saluran menjadi beberapa kanal suara yang lebih dikenal dengan istilah pairgain,
meskipun sebenarnya terminologi pairgain adalah nama vendor pembuat produk tertentu.
Proses multiplexing dan demultiplexing data menjadi 2 kanal B (masing-masing 64 kbps)
dan 1 kanal D (16 kbps) dan overhead untuk diteruskan ke terminal pelanggan.
Modem DSL mempunyai spektrum frekuensi dari 0 kHz sampai 80 kHz, namun
demikian beberapa sistem di Eropa menggunakan spektrum 0 kHz sampai 120 kHz. Saat
ini DSL digunakan pada aplikasi pengganda saluran digital, dimana DSL
mengkonversikan saluran tunggal menjadi 2 kanal logic, sehingga instalasi saluran kedua
tidak diperlukan.
Pemanfaatan teknologi DSL yang cukup aplikatif dan murah adalah akses jaringan
internet, hanya dengan menambahkan antarmuka yang berlaku umum. Seperti diketahui,
antarmuka yang umum pada jaringan internet adalah Ethernet 10 Base-T atau serial port
pada ternimal PC (Personal Computer). Dengan kecepatan DSL yang setara BRA maka
tidak diperlukan NIC (Network Interface Card) Ethernet 10 Base-T. Kecepata tersebut
masih bisa ditangani oleh serial port pada PC. Contoh konfigurasi pemanfaatan teknologi
DSL untuk akses internet seperti pada gambar 2.8.
Telepon
Analog
PC
Sentral
Telepon
Router/Hub
ISP
Antarmuka
RS 232
Network
TerminationNetwork
Termination
115 kbps
115 kbps
Gambar 2.8. Konfigurasi DSL Untuk Aplikasi Internet.
2.2 HDSL (High bit rate Digital Subscriber Line)
HDSL adalah teknologi modem yang merupakan pengembangan dari teknologi
PCM -30 (Pulse Code Modulation) yang berbasis kecepatan 2 Mbps. Implementasi HDSL
semula dimaksudkan untuk mengantisipasi keterbatasan jarak jangkauan jaringan
penghubung antar sentral telepon antar gerbang komunikasi data yang membutuhkan
saluran dengan kecepatan 2 Mbps atau kelipatannya.
HDSL menggunakan 2 atau 3 pair kabel tembaga untuk mengirimkan data dengan
kecepatan 1,5 Mbps atau 2 Mbps. Munculnya dua kecepatan yang berbeda tersebut karena
adanya penggunaan dua standar yang berbeda, yaitu ETSI (European Telecommunication
Standard Institute)dengan kode E.1 dan ANSI (American National Standard Institute)
dengan kode T.1.
Teknik modulasi yang digunakan dalam HDSL adalah QAM (Quadrature
Amplitude Modulation) dan CAP (Carrierless Amplitude/Phase Modulation). Jarak
operasi maksimum yang bisa dicapai modem HDSL adalah 4,5 km pada jaringan kabel
tembaga homogen berdiameter 0,6 mm tanpa menggunakan loading coil dan bridge tap.
Konfigurasi perangkat modem HDSL secara umum ditunjukkan pada gambar 2.9. Pada
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
80
sentral ditempatkan modem HTU-C (HDSL Transceiver Unit – Central Terminal) dan
pada sisi pelanggan ditempatkan HTU-RT (HDSL Transceiver Unit – Remote Terminal).
Berdasarkan tipenya, perangkat HDSL dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
HDSL tipe rak/shelf.
Pada tipe ini, perangkat HDSL berupa modul-modul/card yang ditempatkan pada
rak/shelf. Tipe ini lebih cocok digunakan pada tempat yang terpusat dengan jumlah
pengguna yang banyak. Karena tipe ini memiliki kapasitas yang besar, maka harus
dilengkapi dengan sistem kontrol operasional perangkat.
HDSL tipe desktop/stand-alone.
Pada tipe ini, perangkat HDSL berupa terminal desktop/modem dan lebih sesuai
untuk lokasi yang terdistribusi dan jumlah pemakai kecil.
Aplikasi tipikal untuk HDSL seperti pada hubungan PBX (Private Branch
Exchange), BTS (Base Transceiver Station) komunikasi selular, sistem DLC (Digital
Loop Carrier), jaringan komunikasi data, remote LAN (Local Area Network), dan
internet. Konfigurasi dasar HDSL terlihat pada gambar 2.9 di bawah ini.
HTU-CT HTU-RT
Modem HDSL Modem HDSL
2 atau 3 pair
kabel tembaga
2 Mbps 2 Mbps
Gambar 2.9. Konfigurasi Umum HDSL.
Beberapa aplikasi HDSL sebagai jaringan transmisi.
HTU-CT HTU-RTSaluran HDSLSisi
Sentral
Antarmuka G703/
ISDN - PRA
Antarmuka G703/
ISDN - PRA
Sisi
Sentral Gambar 2.10 HDSL pada jaringan penghubung antar sentral telepon.
HTU-CT HTU-RTSaluran HDSLSisi
Sentral
Antarmuka G703/
ISDN - PRA
Base Station Base Station
Antarmuka G703/
ISDN - PRA
Gambar 2.11 HDSL pada jaringan transmisi radio.
HTU-CT HTU-RTSaluran
HDSL
Antarmuka G703/
ISDN - PRA
Router
LAN
Router
LAN
Antarmuka G703/
ISDN - PRA
Gambar 2.12 HDSL pada jaringan penghubung antar LAN.
2.3 SDSL (Single line Digital Subscriber Line)
Teknologi SDSL hampir sama dengan HDSL. Perbedaan mendasar antara HDSL
dan SDSL adalah pada sisi pelanggan dapat langsung terhubung ke terminal pelanggan
seperti halnya pesawat telepon. Sedangkan pada HDSL membutuhkan perangkat
multiplex tambahan. SDSL mampu menyalurkan data dengan kecepatan T.1 atau E.1
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
81
dengan menggunakan satu saluran telepon saja, oleh karena itu disebut Single line Digital
Subscriber Line.
SDSL mempunyai keunggulan komparatif karena SDSL hanya membutuhkan satu
saluran saja tanpa harus menambah saluran lain seperti halnya pada pemasangan HDSL.
Ini merupakan suatu keunggulan dari sudut pandang pelanggan, karena biasanya
pelanggan hanya memiliki satu saluran saja. Kecepatan data yang didukung oleh SDSL
sama dengan HDSL, yaitu 1,5 Mbps atau 2 Mbps. Karena hanya menggunakan satu
saluran saja, maka jarak jangkau maksimal SDSL lebih pendek dari HDSL.
2.4 MDSL (Multi rate Symmetric Digital Subscriber Line)
Teknologi ini tergolong teknologi x-DSL dengan mode transmisi simetris.
Lahirnya MDSL dipicu oleh kebutuhan akan link transmisi simetris dengan kecepatan
menengah sebagai penghubung antar router maupun bridge. Sesuai dengan namanya,
MDSL mendukung beberapa kecepatan transmisi data.
Konfigurasi MDSL masih seperti teknologi x-DSL yang lain, yaitu sepasang
modem (di sisi sentral dan di sisi pelanggan) yang menggunakan jaringan kabel tembaga
sebagai media penghubungnya. Interface yang digunakan pada teknologi ini adalah V.35
atau T1/E1 serta line coding yang digunakan adalah CAP. Kecepatan transmisi yang
disediakan oleh MDSL cukup beragam, mulai dari 144 kbps, 272 kbps, 400 kbps, 528
kbps, 784 kbps, 1040 kbps, 1552 kbps, 2060 kbps, sampai 2320 kbps. Jarak operasi yang
bisa dicapai oleh MDSL pada jaringan kabel tembaga berdiameter 0,55 mm adalah 8,9 km
pada kecepatan terendah. Konfigurasi MDSL terlihat pada gambar 2.10.
SISI PELANGGAN
Frame
Relay
Modem
MDSLModem
MDSL
2.320 kbps - 144 kbps
PSTN
2.320 kbps - 144 kbps
SISI SENTRAL
Sentral
Telepon
Router/Hub
Router
PABX
PC
PC
Gambar 2.13. Konfigurasi MDSL.
2.5 VDSL (Very high bit rate Digital Subscriber Line)
Pada awal kemunculannya teknologi VDSL disebut dengan VADSL (Very high
rate ADSL), karena VDSL juga dianggap sebagai modem asimetrik seperti halnya ADSL
namun dengan kecepatan yang lebih tinggi. Pada kesempatan lain VDSL sering disebut
BDSL (Broadband DSL) karena dapat mendukung layanan-layanan komunikasi
broadband.
Ide lahirnya VDSL adalah bagaimana menyediakan layanan transmisi data dengan
kecepatan lebih tinggi dari 8 Mbps atau layanan yang lebih dari ADSL pada jaringan
kabel tembaga yang sama. Pada konsepnya VDSL dirancang untuk aplikasi simetrik dan
asimetrik tergantung kebutuhan layanan. Kecepatan simetrik biasanya digunakan pada
aplikasi LAN, MAN (Metropolitan Area Network), atau WAN (Wade Area Network).
Sedangkan kecepatan asimetrik biasanya digunakan pada aplikasi multimedia interaktif
seperti Video on Demand. Kecepatan data dan jarak yang mampu dilayani VDSL seperti
pada tabel 2.5.
Tabel 2.5. Kecepatan Data dan Jarak Operasional VDSL
VDSL simetrik VDSL asimetrik
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
82
Downstream Upstream Perkiraan
jarak Downstream Upstream
Perkiraan
jarak
(Mbps) (Mbps) (Meter) (Mbps) (Mbps) (Meter)
34 34 - 52 6,4 300
26 26 300 34 atau 38 4,3 -
19 19 - 26 3,2 1000
13 13 1000 19 2,3 -
6,5 6,5 1500 13 1,6 1500
4,3 4,3 2500 6,5 1,6 atau 8 2000
2,3 2,3 3500
Dengan kecepatan data yang sedemikian tingginya, maka diharapkan VDSL akan
menjadi suatu solusi penyedia layanan multimedia interaktif secara penuh ataupun
kebutuhana kanal komunikasi yang membutuhkan kecepatan data yang tinggi.
Konfigurasi VDSL seperti pada gambar 2.11.
-Sentral Telepon
-Jaringan komputer
Data
-ISP
B-ONU
dengan VTU-C
Telepone
Splitter
POTS/ISDN
PC dengan
ATM NIC
VOD,MOD
(hiburan)
VTU-R
STB
Gambar 2.14. Konfigurasi VDSL.
2.6 ADSL (Assymetric Digital Subscriber Line)
ADSL pada prinsipnya sama dengan teknologi modem x-DSL yang lainnya, yaitu
sepasang modem yang diletakkan pada dua sisi, sisi sentral untuk menerima sumber
layanan dan sisi penerima untuk menampilkan layanan ke peralatan pelanggan.
Mode transmisi pada ADSL berbeda dengan modem DSL atau HDSL yang
bersifat simetris, dimana sinyal informasi dikirim dan diterima dengan kecepatan yang
sama. Mode transmisi ADSL adalah asimetris, dimana kecepatan upstream dan
downstrean tidak sama. Pemilihan kecepatan yang tidak sama ini disesuaikan dengan
karakteristik pelanggan yang lebih banyak melakukan proses download daripada proses
upload. Biasanya peorses download membutuhkan kecepatan transmisi yang besar dan
proses upload biasanya membutuhkan kecepatan yang rendah.
Kecepatan yang bisa dilayani oleh ADSL bervariasi antar 64 kbps sampai 1 Mbps
untuk upstream dan 2 Mbps sampai 8 Mbps untuk downstream. Dengan kecepatan
downstream yang demikian tinggi maka sinyal video dengan teknik kompresi MPEG-2
(Motion Picture Expert Group – 2)bisa dikirim ke rumah pelanggan dengan baik. Saat ini
ada dua sistem transport yang digunakan dalam ADSL yaitu berbasis ATM
(Asynchronous Transfer Mode) dan berbasis paket data (Ethernet-10 Base T). Korelasi
antara jarak operasi dengan kecepatan yang bisa dicapai ADSL dalam kondisi jaringan
ideal dapat dilihat pada tabel 2.6.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
83
Tabel 2.6. Hubungan Kecepatan - Jarak Opersional ADSL
Kecepatan Perkiraan Jarak
(Mbps) (km)
2 5,5
4 4,5
6 4
8 3,5
Teknik line coding yang digunakan pada ADSL ada dua macam yaitu CAP
(Carrierless Amplitude/Phase Modulation) atau DMT (Discrete Multi Tone). Teknik line
coding DMT memberi keuntungan dimana sistem menjadi lebih tahan terhadap noise atau
interferensi. Disamping itu dengan DMT menjadikan ADSL rate adaptive, yaitu
kecepatan transmisi bisa berubah mengikuti performansi jaringan kabel tembaga yang
dijadikan media transmisinya. Sementara itu pada teknik konvensional apabila
performansi kabel turun maka sinyal yang dikirimkan akan rusak.
ATU-C
Network
Management
Sentral
Telepon
Data
Network
Internet Service
Provider
Corporate
Network
Router/
ATM Switch
ATU-R
PELANGGAN RUMAH
PC
Telepon
ATU-R
PELANGGAN BISNIS
PC PC PC
Telepon
Gambar 2.15. Konfigurasi ADSL
2.6.1 ATU-R / ATU-C Transceiver.
ATU-R (ADSL Transceiver Unit – Remote Terminal) dan ATU-C (ADSL
Transceiver – Central Terminal) secara garis besar terdiri dari tiga buah blok fungsional,
yaitu :
DI (Digital Interfaces),
DSP (Digital Signal Processing), dan
AI (Analog Interfaces)
Komposis blok fungsional ATU-C dan ATU-R seperti yang terlihat pada gambar 2.10 dan
gambar 2.11 di bawah ini.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
84
U atau S/T
Interface
DS2
DS1
EOC
Saluran
Telepon
Analog
Interfaces
DS
US
Digital
Signal
Processing
DS DS
US US
Digital
Interfaces
DS
US
Gambar 2.16. Diagram Blok Fungsional ATU-C
U atau S/T
Interface
EOC
A Bus
Analog
Interfaces
DS
US
Digital
Signal
Processing
DS DS
US US
Digital
Interfaces
DS
US
Saluran
Telepon
Gambar 2.17. Diagram Blok Fungsional ATU-R
2.3.6.2. DMT Line Coding
Teknik modulasi pada x-DSL secara garis besar terbagi menjadi 2 kelompok besar
yaitu modulasi single carrier dan modulasi multi carrier. Modulasi single carrier
menggunakan sinyal pembawa tunggal dalam membawa sinyak informasi, sedangkan
modulasi multi carrier menggunakan banyak sinyal pembawa.
Contoh teknik modulasi single carrier yang digunakan dalam x-DSL adalah CAP
(Carrierless Amplitude/Phase Modulation). Sedangkan teknik modulasi multi carrier
yang digunakan adalah DMT (Discrete Multi Tone) atau DWTM (Discrete Wavelet Multi
Tone).
DMT transmitter terdiri dari beberapa blok seperti pada gambar 2.12 di bawah ini.
Serial
to
Paralel
Block
Encoder
2N point
Complex
to
Real
IFFT
Paralel to
Serial
and
Cyclic
Prefix
D/A
Converter
and Analog
Lowpass
Filter
Data
1
N
1
2N
Channel
Gambar 2.18. DMT Transmitter
Serial to Paralel.
Pada bagian ini data yang diterima diubah menjadi data paralel yang kemudian
dikelompokkan menjadi N buah blok.
2N point Complex to Real IFFT (Inverse Fast Fourier Transform).
IFFT digunakan untuk mengubah sinyal dari frequency domain menjadi time
domain.
Paralel to Serial and Cyclic Prefix.
Pada blok ini output IFFT (2N) akan diubah menjadi serial dan kemudian akan
ditambahkan Cyclic Prefix. Cyclic Prefix dicuplik dari akhir sebuah blok,
kemudian akan disalin ke awal blok tersebut. Ini akan mengakibatkan sinya
terlihat seperti sinyal yang periodik.
D/A Converter and Analog Lowpass Filter.
D/A Converter digunakan untuk mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog.
Sedangkan Analog Lowpass Filter akan menyaring frekuensi tinggi yang tidak
diinginkan. Kemudian sinyal tersebut akan ditransmisikan melalui channel
(saluran transmisi).
DMT receiver terdiri dari beberapa blok seprti terlihat pada gambar 2.13 di bawah
ini.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
85
Analog
Receive
Filter and
A/D
Converter
Time
Domain
Equalizer
Removal of
Cyclic
Prefix
Serial to
Paralel
2N point
Real to
Complex
FFT
One tap
per
Channel
Equalizer
Decision
Device
Paralel
to
Serial
Channel
1
2N
1
N
NN
11
Data
Gambar 2.19. DMT Reciever
Analog Receiver Filter and A/D Converter.
Sinyal yang diterima oleh DMT Receiver pertama akan disaring oleh Analog
Receiver Filter untuk menghilangkan noise. Kemudian sinyal analog tersebut akan
diubah menjadi sinyal digital oleh A/D Converter.
Time Domain Equalizer.
Fungsi utama dari Time Domain Equalizer adalah untuk memperkecil impulse
respone agar sama atau lebih kecil dari salah satu cyclic prefix.
Removal of Cyclic Prefix.
Pada blok ini cyclic prefix yang telah ditambahkan oleh DMT transmitter akan
dihilangkan.
Serial to Paralel.
Pada blok ini data serial akan diubah menjadi paralel.
2N point Real to Complex FFT (Fast Fourier Transform).
Sinyal akan diubah dari time domain menjadi frequency domain.
Decision Device & Paralel to serial.
Simbol-simbol dari sub-kanal akan dideteksi dan diubah menjadi data lagi. Data
kemudian akan diubah dari paralel menjadi serial.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
86
BAB 3. KONSEP PERAMALAN
DEFINISI PERAMALAN
ADALAH PERKIRAAN TENTANG SESUATU YANG AKAN TERJADI PADA
WAKTU YANG AKAN DATANG BERDASARKAN PADA DATA YANG ADA
PADA WAKTU SEKARANG DAN WAKTU LAMPAU, YANG DILAKUKAN
BERULANG DAN HARUS SELALU DIULANG SESERING MUNGKIN.
TUJUAN PERAMALAN
MEMPERSIAPKAN DASAR PERENCANAAN YANG AKAN MEMANDU
IMPLEMENTASI DARI SUATU KEGIATAN
MEMBERIKAN INFORMASI DASAR YANG DIPERLUKAN UNTUK
PERENCANAAN
MEMBERI GAMBARAN MASA DEPAN YANG PALING MENDEKATI
KENYATAAN, YANG AKAN DIPAKAI SEBAGAI ALAT BANTU UNTUK
MENENTUKAN STRATEGI PERUSAHAAN
PASSIVE AKTIF
FORECAST PLAN
PENYUSUNAN PEMILIHAN
ALTERNATIF ALTERNATIF
STRATEGI
BUDGET
RENCANA
PELAKSANAAN
DLL
GAMBAR HUBUNGAN ANTARA PERAMALAN & PERENCANAAN
RUANG LINGKUP PERAMALAN :
PENGUMPULAN & PENGATURAN DATA (INTERNAL & EKSTERNAL)
MANAJEMEN JUMLAH DEMAND
MENGANALISA PERBEDAAN ANTARA NILAI RAMALAN & REALISASI, SERTA
MEMPERBAIKI METODA PERAMALAN YANG DIPILIH
PERAMALAN JUMLAH DEMAND SECARA MAKRO & MIKRO
PROSES PERAMALAN SECARA UMUM :
DEFINISI MASALAH
PENGUMPULAN DATA
PEMILIHAN METODE PERAMALAN
ANALISA PERAMALAN
PELAPORAN/DOKUMENTASI
TINGKAT KEBUTUHAN TELEPON MENURUT TEORI PEMASARAN
TINGKAT KONDISI BERLEBIHAN (OVERFULL DEMAND)
TINGKAT KONDISI PENUH (FULL DEMAND)
TINGKAT KONDISI MENURUN (FALTERING DEMAND)
TINGKAT KONDISI KURANG (LATENT DEMAND)
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
87
TINGKAT KONDISI TIDAK ADA (NO DEMAND)
DALAM MERENCANAKAN ATAU MEMBANGUN SUATU JARINGAN
TELEKOMUNIKASI, FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN SECARA TELITI
ADALAH
DAFTAR TUNGGU DAN
WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENYAMBUNGAN TELEPON.
DAFTAR TUNGGU ADALAH JUMLAH SEMUA CALON PELANGGAN YANG
SECARA RESMI MENDAFTAR KE KANTOR PELAYANAN TELEPON/UPT
SETEMPAT
WAKTU TUNGGU PELAYAYAN PENYAMBUNGAN TELEPON ADALAH TEMPO
ANTARA CALON PELANGGAN MULAI MENGAJUKAN PERMOHONAN
SAMPAI DENGAN SELESAINYA PENYAMBUNGAN TELEPON KE RUMAH
MEREKA (KRING)
BILA KURANG DIPERHATIKAN AKAN MENGAKIBATKAN PRAKIRAAN
KEBUTUHAN TELEPON MELESET, KARENA ADANYA KEMUNGKINAN
TIDAK JADI MEMASANG TELEPON SAAT ADA
NOMOR(PENYAMBUNGAN):
BERUBAH KEMAUAN
PINDAH ALAMAT
MENGAKIBATKAN KEBUTUHAN BATAL ATAU SEBALIKNYA,
TIBA-TIBA MEMBLUDAKNYA CALON PELANGGAN SEHINGGA
MENGAKIBATKAN KEBUTUHAN TERTAHAN (SUPPRESSED DEMAND)
ADA 3(TIGA) KEMUNGKINAN YANG DAPAT TERSIRAT DARI DAFTAR
TUNGGU :
DAFTAR TUNGGU < KEBUTUHAN TELEPON YANG SEBENARNYA
DAFTAR TUNGGU > KEBUTUHAN YELEPON YANG SEBENARNYA
DAFTAR TUNGGU MENUNJUKKAN ANGKA YANG SESUAI(MENDEKATI)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKURATAN HASIL
PERAMALAN
DATA PENUNJANG YANG AKURAT HARUS CUKUP SEHINGGA DAPAT
DISUSUN DALAM BENTUK HISTORICAL DATA YANG TEPAT DAN DAPAT
MENGGAMBARKAN INFORMASI DASAR BERBAGAI FAKTOR-FAKTOR
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN TELEPON
SUATU PROSEDUR ATAU TAHAPAN-TAHAPAN PERHITUNGAN DENGAN
BANTUAN PROSES KOMPUTER, AGAR HASIL PRAKIRAAN DAPAT
DIPEROLEH SEGERA DAN DAPAT DILAKSANAKAN SECARA BERULANG
UNTUK BERBAGAI ALTERNATIF DATA DAN MODEL PERHITUNGAN
MEMPERHITUNGKAN DAMPAK DARI KENDALA-KENDALA YANG ADA
PADA SAAT INI YANG MUNGKIN AKAN MEMPENGARUHI DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN TELEPON
SIAPAKAH PENGGUNA PERAMALAN ?
TOP MANAJEMEN ?
MANAGER/SUPERVISOR ?
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
88
PERIODE PERAMALAN
ADA 3(TIGA) PERIODE ATAU TAHAPAN
PERIODE 0(NOL) TAHUN, YAITU SAAT DILAKUKAN SURVEY
KEBUTUHAN PADA PERIODE O TAHUN
JUMLAH CALON PELANGGAN YANG TELAH TERDAFTAR PADA DAFTAR
TUNGGU DAN POLA
PERIOSDE 5(LIMA) TAHUN
KEBUTUHAN PADA PERIODE O TAHUN
PRAKIRAAN PERTUMBUHAN KEBUTUHAN TELEPON UNTUK 5 TAHUN
KEDEPAN, SESUAI DENGAN PRAKIRAAN PERTUMBUHAN KOTA JANGKA
PENDEK
PERIODE 15(LIMABELAS) TAHUN
DIHITUNG UNTUK MASING-MASING LOKASI BERDASARKAN :
KEBUTUHAN PADA PERIODE O TAHUN
PRAKIRAAN PERTUMBUHAN KEBUTUHAN TELEPON UNTUK 15 TAHUN
KEDEPAN, SESUAI DENGAN PRAKIRAAN PERTUMBUHAN KOTA JANGKA
PANJANG
PERAMALAN DI BIDANG TELEKOMUNIKASI
BERDASARKAN REKOMENDASI CCITT WORKING GROUP GAS 5
MELIPUTI FASE-FASE :
PENGUMPULAN DATA
PENINJAUAN
PENELITIAN
EVALUASI & PERHITUNGAN DALAM BERBAGAI CARA AGAR
KEAKURATANNYA TINGGI
INTI DARI PROSES PERAMALAN ADALAH METODE YANG DIGUNAKAN, NAMUN
SELALU KESULITAN UNTUK MELAKUKANNYA SEHINGGA PERLU
PENDEKATAN-PENDEKATAN/ASUMSI :
MENGIKUTI KURVA DATA HISTORIS
MENGGUNAKAN PERSONAL JUDGEMENT
YANG PERLU DIRAMAL
DEMAND FORECASTING
TRAFFIK FORECASTING
KEDUANYA SANGAT ERAT HUBUNGANNYA SEPERTI HUBUNGAN ANTARA
HARGA BARANG DAN JUMLAH PERMINTAAN
TERLEPAS DARI METODE YANG DIGUNAKAN, KUALITAS RAMALAN
DITENTUKAN OLEH KUALITAS DATA. JIKA DATA YANG DAPAT DIPERCAYA
TIDAK TERSEDIA MAKA HAL PERTAMA YANG HARUS DILAKUKAN SI PERAMAL :
MEMBUAT SUATU PROSES PENGUMPULAN DATA YANG TEPAT
IDENTIFIKASI PERTUMBUHAN YANG TERJADI SEBELUMNYA & DATA
HISTORIS BEBERAPA TAHUN YANG LALU, YANG DAPAT MEMPROYEKSIKAN
MASA DATANG
PENGECEKAN DATA UNTUK MENGHILANGKAN KERAGUAN & INFORMASI
YANG TIDAK RELEVAN
MELAKUKAN PENYESUAIAN FAKTOR PERHITUNGAN
MENCOBA DAN MEMADUKAN DUA ATAU LEBIH METODE PERAMALAN
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
89
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
90
Model yang mendasari metode peramalan adalah model deret berkala. Pemilihan suatu
metode deret berkala yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data yang
dapat dibedakan dibedakan menjadi 4(empat) jenis, yaitu :
d. Pola Horisontal.
Pola horisontal adalah pola dimana nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata
yang konstan. Deret seperti ini stasioner terhadap nilai rata-ratanya.
e. Pola Musiman
Pola musiman terjadi bila nilai data berfluktuasi secara periodik. Pola ini dipengaruhi
oleh faktor musiman seperti kuartal atau bulanan yang merupakan gerakan berulang
secara teratur selama setahun.
f. Pola Siklis
Pola data yang memiliki gerakan menaik dan menurun secara siklis disekitar trend
statistik. Pola ini dipengaruhi oleh fluktusasi ekonomi jangka panjang.
Y
Waktu
Y
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
91
g. Pola Trend
Pola trend adalah pola data yang mempunyai gerakan berjangka panjang dan
cenderung menuju ke satu arah, yaitu arah naik atau arah turun. Pola trend
mencerminkan sifat kontinuitas sehingga memiliki gerakan yang paling stabil
dibandingkan dengan ketiga pola lainnya.
Pola trend ini dapat dibagi atas dua jenis, yakni :
PENGECEKAN PERAMALAN
MELAKUKAN PENGUKURAN TINGKAT KELAYAKAN DAN KESESUAIAN
DENGAN MENGUKUR :
RELEVANSI PERAMALAN (Valid)
KEAKURATAN (Accuracy)
KELAYAKAN (Reliability)
KEPERCAYAAN (Credibilyty)
1. Relevansi Peramalan
Peramalan jumlah trafik untuk sentral didasarkan pada hasil peramalan jumlah
subscriber dan calling rate tiap subscriber seperti keadaan yang digambarkan kurca
dibawah ini
N
t
Past Future
a
Y
Waktu
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
92
Calling Rate
t
Past Future
Relevansi, keakuratan, kelayakan dan kepercayaan dari peramalan jumlah subscriber
(N) diatas tampak cenderung naik hal ini disebabkan oleh keputusan manajemen untuk
mengantisipasi kebutuhan sambungan telepon akibat pembangunan rumah susun
diwilayah tersebut (misalnya). Sedangkan calling rate selama pengamatan tidak
mengalami perubahan, peramal mengasumsikan bahwa calling rate akan tetap di masa
yang akan datang.
Dari dua kurva tersebut maka dihasilkan peramalan trafik mengikuti perhitungan A= N
x a sebagaimana kurva berikut :
A
t
Past Future
Peramalan yang dibuat diatas tidak relevan atau valid.
Mengapa ?
Karena peramalan tersebut hanya mempertimbangkan pertambahan jumlah pelanggan
biasa (residential line) sebagai akibat pembangunan rumah susun, tanpa
mempertimbangkan adanya pelanggan bisnis
Seharusnya pendekatan peramalan yang dilakukan adalah memisahkan antara
peramalan trafik untuk pelanggan biasa dengan pelanggan bisnis namun digambarkan
dalam satu diagram.
KEAKURATAN
Y
Benar
Salah
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
93
t
Past Future
KELAYAKAN
Y
terlalu banyak mengabaikan
simpangan data yang ada
t
Past Future
KEPERCAYAAN
N
Salah
Benar
Karena
adanya pola siklis yang tidak diperhatikan
t
Past Future
PERENCANAAN JARINGAN
SUATU JARINGAN DIBANGUN UNTUK MENCAKUP SUATU WILAYAH
‘COMMUNITY OF INTEREST’ YANG BESAR.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
94
LETAK SENTRAL-SENTRAL WILAYAH PERLU DIPERHATIKAN UNTUK
MENDAPATKAN JARINGAN YANG EKONOMIS, BEGITU PULA SYARAT-SYARAT
TRANSMISINYA DALAM HAL :
PENAMBAHAN SALURAN PELANGGAN & JUNCTION
PERLUASAN SENTRAL-SENTRAL MAUPUN PEMBANGUNAN SENTRAL-
SENTRAL BARU
III.2 PERAMALAN KEBUTUHAN TELEPON
III.2.1. Pengumpulan Data
a. Pengertian
Data adalah segala sesuatu yang dapat menggambarkan suatu kondisi baik dalam
bentuk tulisan maupun lisan yang bersumber dari instansi pemerintah, swasta yang
resmi maupun hasil dari penelitian langsung.
b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat diperoleh dari pihak terkait sebagai berikut :
1) Pihak Ekstern (Luar PT.TELKOM)
2) Pihak Intern (Data PT.TELKOM)
a) Dari pihak ekstern
(1) Dari PEMDA/BAPPEDA ;
Data-data yang diperlukan adalah :
(a) Rencana Induk Kota (RIK) yang terdiri dari data,analisa dan
rencana pengembangan kota.
(b) Statistik dalam angka. (misal kota Bandung dalam angka)
(c) Peta Kota
(2) Dari pihak swasta (misal developer) :
Data yang dicari adalah mengenai program pembangunan rumah,
perkantoran, pertokoan dan rencana lainnya.
b) Pihak Intern PT.TELKOM
Data yang diperlukan guna peramalan kebutuhan telepon adalah :
Potensi telepon.
Statistik gangguan.
Situasi bangunan/ lay out.
Daftar tunggu.
Serta data hasil survay lapangan.
c. Evaluasi Data.
1) Evaluasi Data Kota.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
95
Data pertahun sering tidak dapat diperooleh, disamping dari data yang didapat
sering berbeda pada tahun yang sama.
Dengan demikian diperlukan kecermatan dalam memilih dan menentukan data
sebagai masukan. Kompensasi data yang diperoleh dari RIK sangat membentu
dalam pengambilan keputusan.
2) Analisa Kota.
Kecenderungan kota perlu diketahui dengan pendekatan-pendekatan yang
dilakukan berdasarkan : perencanaan PEMDA/BAPPEDA, kebijakan
Pemerintah, fakta di lapangan dan rencana kota.
Setelah mengevaluasi data kota serta mempertimbangkan kecenderungan kota
dan rencana kota, diharapkan dapat ditentukan data akhir yang lebih akurat.
III.2.2. Metode Peramalan Kebutuhan Telepon
a. Pengertian
Peramalan kebutuhan telepon dimaksudkan untuk mengetahui besarnya jumlah
satuan sambungan telepon yang dibutuhkan oleh pelanggan pada masa akan
datang. Untuk keperluan ini sangat dibutuhkan lengkapnya data pada masa lalu
dan sekarang serta perkiraan keadaan pada masa akan datang. Sehubungan dengan
perencanaan kabelnya maka ditentukan tahun-tahun peramalannya sebagai batasan
keperluan pembangunan.
Peramalan kebutuhan telepoon secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu :
Peramalan secara Makro dan
Peramalan secara Mikro.
b. Peramalan Kebutuhan Secara Makro.
1) Dasar peramalan kebutuhan telepon
Perkembangan kebutuhan telepon sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
salah satu diantaranya adalah :
(a) Faktor Penentu (Basic Factor)
Faktor penentu untuk memperkirakan besarnya kebutuhan telepon yang
terdiri atas :
(1) Kependudukan
Jumlah penduduk ( kepadatan penduduk )
Tingkat pertumbuhan penduduk per tahun.
(2) Indeks Ekonomi
Gross Domestic Product (GDP)
Pendapat Nasioonal per kapita.
(3) Pos Telepon (Telepon Connection)
Jumlah pos terpasang
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
96
Jumlah pos telepon yang diminta dan menunggu.
(4) Tarif Telepon
Ongkos pasang sambungan telepon
Uang langganan berdasarkan pulsa
Sewa perangkat telepon lainnya.
2) Beberapa Metode peramalan antara lain .
a) Metode Ekonometrik.
Pemikiran dasar metode ekonometrik adalah segala sesuatu dalam
dunia nyata bergantung pada segala sesuatu yang lain. Hubungan saling
ketergantungan atau mempengaruhi suatu kondisi bisa mencapai tak
terhingga, akan tetapi karena keterbatasan pengumpulan data dan
komputasi menyebabkan jumlah aspek tersebut dibatasi. Model
ekonometrik merupakan hal yang sangat berharga untuk meningkatkan
pemahaman cara kerja sistem ekonomi dan untuk menguji serta
mengevaluasi alternatif kebijaksanaan.
Rumusan metoda ini biasanya dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut :
Y = (a,b,…) + q
Dimana :
(a,b,…) adalah variabel-variabel dari faktor-faktor yang berpengaruh.
Misalnya : ekoonomi, sosial , dll.
Q adalah variabel yang tidak bergantung pada (a,b,…)
Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain :
(1) Pendapatan nasional.
(2) Prosentasi populasi dalam industri, kepegawaian, dll.
(3) Distribusi pendapatan.
(4) Struktur ekonomi setempat.
b) Metode Ekstrapolasi.
Peramalan dibuat berdasarkan tingkat perkembangan pada masa lalu.
Perhitungan kebuuhan telepon pada metode ini dapat dibagi sebagai
berikut :
Perhitungan menurut perkembangan linier.
Perhitungan menurut perkembangan kwadratis.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
97
Perkembangan menurut perkembangan linier yakni jika perkembangan
pada tahun-tahun yang akan datang diperkirakan sama dengan
perkembangan kebutuhan pada tahun-tahun sebelumnya.
Perhitungan menurut perbandingan kwadratis yakni jika perkembangan
kebutuhan pada tahun-tahunakan datang meningkat dengan cepat.
c) Metode Perbandingan.
Pada metode ini semua perkiraan dibuat berdasarkan perbandingan
antara dua kota atau dua negara. Metode ini biasanya digunakan untuk
negara-negara yang tidak memiliki data-data perkembangan kebutuhan
telepon.
d) Metode Regresi.
Metode ini dapat untuk menyelidiki ada atau tidaknya hubungan antara dua
variabel dan menentukan hubungan tersebut jika memang ada.
Data yang dibutuhkan merupakan dua kelompok hasil
observasi/pengukuran.
e) Metode Normatif.
Metode ini menganut apa saja yang menjadi aturan nasional. Digunakan
hanya untuk perkiraan awal perencanaan.
f) Metode Causal (Sosio-Economic Mode).
Cara ini cukup akurat namun perlu terus mempertimbangkan cara-cara
pengerjaannya.
3) Metoda Ekstrapolasi.
Metoda ekstrapolasi dipakai bilamana :
a) Daerahnya masih luas banyak lahan kosong.
b) Pembangunan daerah cukup lancar dan sesuai rencana.
c) Fluktuasi kebutuhan telepon rendah/kecil.
Metoda ini dapat diandalkan untuk melakukan peramalan kebutuhan telepon
untuk jangka waktu yang pendek, selama data informasi (daftar tunggu) dari
tahun-tahun sebelumnya dikerjakan secara baik.
Ekstrapolasi dapat dikelompokkan sbb :
a) Ekstrapolasi Linier
Penggunaan cara ini, apabila tingkat kenaikan/penurunan kebutuhan telepon
pada tahun-tahun yang akan datang diperkirakan konstan atau hampir sama
dengan tingkat perkembangan pada tahun sebelumnya.
(1) Penerapan garis trand linier.
Bentuk umum persamaan linier :
Y = a + bx ……….……………persamaan 1.1
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
98
Dimana :
Y = kepadatan telepon / 100 penduduk.
X = perioda tahun.
a,b = konstanta nilai-nilai statistik yang dihitung dari data sampel deret
berkala yang bersangkut (berdasarkan data statistik UPT).
Persamaan dari nilai-nilai observasi dan nilai-nilai trend bagi garis linier
dapat diberikan sebagai berikut :
IYi= IYi‟= I(a + bXi) ……………………persamaan 1.2
dimana : (Yi) = nilai berkala yang diamati pada periode Xi.
(Yi‟) = nilai trend yang dihitung pada periode Xi.
Dan
I(Yi.Xi)= I(Yi‟.Xi)= I(a+bXi)Xi……..persamaan 1.3
Bila jumlah data pengamatan sebanyak n, maka selanjutnya berdasarkan
persamaan 1.2 dan 1.3, dihasilkan :
Yi = na + b Xi …………………………………..persamaan 1.4
(YiXi) = a Xi + b Xi2 …………………………..persamaan 1.5
III.2.1 Metode Regresi Linier Sederhana
Regresi linier sederhana merupakan analisa regresi dari suatu pengukuran Y
tunggal (variabel tidak bebas) terhadap pengukuran t tunggal (variabel bebas) dimana nilai
Y dinyatakan pada sumbuvertikal sedang nilai t dinyatakan sebagai sumbu horisontal.
Persamaan :
Y = a + bt
Dimana konstanta a dan b diberikan oleh persamaan :
Na + t.b = Y
t.a + t2 b = Y.t
Kedua persamaan tersebut dapat ditulis kembali menjadi :
B = (n Y.t - t Y) / (n. t2 - ( t)
2 )
A = ( Y – b t) / a
Dimana n = jumlah pasang observasi atau pengukuran dan koefisien b disebut koefisien
regresi.
II.2.2. Multi regresi Linier
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
99
Dalam kenyataan perkembangan jumlah maupun kenyataan lain dalam bidang
telekomunikasi, tidak hanya satu variabel yang berpengaruh terhadapnya, melainkan lebih
dari satu variabel.
Metode regresi linier ini adalah metode yang memuat pengartian bahwa variabel yang
menjelaskan lebih dari satu.
Y = a + b1x1 + b2x2 + … + bnxn
Dimana a1, b1, b2, …, bn merupakan variabel yang harus dicari.
Metode ini dapat diselesaikan dengan dua cara yakni cara langsung dan cara iterasi.
II.2.2.1 Metode Iterasi
Dalam hal ini variabel yang menjelaskan belum ditentukan lebih dulu (masih
dicoba korelasinya terhadap variabel yang diramalkan).
Metode diselesaikan tahap demi tahap :
Tahap 1 : Pilih sejumlah variabel yang menjelaskan x1, x2,…, xn.
Tahap 2 : Hitung koefisiensi korelasi antara variabel yang dijelaskan dengan
setiap variabel yang menjelaskan x1, x2, …, xn.
Tahap 3 : Pilih variabel yang mempunyai koefisien korelasi yang paling
tinggi dengan y.
Tahap 4 : Bila faktor inimisalnya x2, buat fungsi regresi usaha pertama y1
= ai + b1x2 dan hitung harga a dan b.
Tahap 5 : Hitung residu r1 = y2 – (a1 + b1x2)
Tahap 6 : Hitung koefisien korelasi antara r1 dan setiap sisa faktor yang
menjelaskan.
Tahap 7 : Pilih sisa faktor yang menjelaskan yang mempunyai koefisien
yang paling tinggi dengan r1.
Tahap 8 : Bila faktor ini x1, buat usaha kedua dengan mempergunakan
fungsi regresi : y2 = a2 + b2x1. Hitung parameter a2 dan b2
dengan cara seperti yang sudah dilakukan sebelumnya.
Tahap 9 : Fungsi usaha pertama dan kedua memberikan :
Y1 = (a1 + b1x2)+r1
Y2 = (a2 + b1x1)
Y3 = Y1 + Y2
= (a1 + a2) + b2x1 + b1x2
dimana merupakan perbaikan bila dibandingkan dengan fungsi
regresi pada usaha pertama.
Tahap 10 : Hitung residu r2 = y1 – {(a1+a2) + b2x1+ b1x2}
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
100
Tahap 11 : Hitung koefisien korelasi antara r2 dengan setiap sisa faktor yang
menjelaskan, yang dalam hal ini x1,x2,…,xn.
Tahap 12 : Diteruskan dengan usaha ketiga dan seterusnya sama seperti cara
sebelumnya sampai harga residu cukup kecil.
III.2.3. Metode Eksponensial
Persamaan : Y = a.bt
Bila dinyatakan dalam bentuk eksponensial menjadi :
Log Y = log a + t logb
Secara matematis, jika jumlah observasi adalah n maka persamaan tersebut dapat
diberikan sebagai :
Log Y = n loga + log b. t
t.logY = loga. t + log b. t2
Dari persamaan di atas, akan didapat hubungan sebagai berikut :
Log b = {n (tlogY) - t. logY} / {n t2 - ( t)
2}
Log a = { log Y – logb. t} / n
II.2.4. Metode Gompertz
Persamaan gompertz adalah salah satu metode yang dipergunakan dalam analisa
trend non linier. Umumnya dipergunakan dalam analisa perkembangan ekonomi,
perkembangan kota, perkembangan penduduk, dan sebagainya.
Persamaan :
Y = e a-b.r t
Dalam hal ini ada 3 parameter a,b, dan r sehingga untuk menentukan ketiga parameter
tersebut diperlukan 3 (tiga) buah persamaan.
Untuk memudahkan perhitungan, maka kondisi-kondisi berikut harus diketahui, yaitu:
a) Kondisi Inisial (t=0)
Kondisi akan menentukan parameter a dan b.
b) Kondisi Jenuh (t= tak hingga)
Kondisi akan menentukan parameter a.
c) Kondisi antara Insial dan Jenuh
Kondisi ini akan menentukan parameter r.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
101
Bila parameter r >= 1, maka objek yang diamati tidak memenuhi model persamaan
Gompertz.
3.1.1. Pola Trend Linier:
Bentuk persamaan umum trend linier ini :
Y = a + b X dimana :
Y = kepadatan telpon/100 penduduk
X = Periode tahun
a,b= Konstanta nilai yang masih harus dihitung berdasarkan kumpulan data
kepadatan telpon per 100 penduduk pada tahun yang telah lewat.
YI = a + b X
Y1 = n . a + b. X1
XI .YI = a. XI + b. XI 2
Metode Kuadrat Minimum (Least Square)
Metode kuadrat minimum digunakan untuk mendapatkan jumlah kuadrat jarak
vertikal antara titik-titik koordinat dengan garis trend seminimal mungkin terhadap
titik-titik pengamatan.
Persamaannya : Y = a + b.u
dimana : Y = kepadatan telp/100 penduduk
u = periode tengah tahunan, bilangan genap
a,b = konstanta
yi = a + b.uI
YI = n.a + b. uI
YI uI = a. uI + b. uI
uI = 0
a = Yi/n
uIYI = a. ui + b ui2
b = Yi.uI / ui2
3.1.2. Pola Trend Non Linier
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
102
Pola ini menggambarkan bahwa nilai-nilai data mengalami kenaikan atau penurunan
yang tidak konstan.
3.1.2.1. Pola Trend Kuadratik
Dalam jangka panjang, trend linier cenderung semakin mendatar sehingga secara
keseluruhan akan memperlihatkan bentuk yang non linier yakni trend kuadratik.
Persamaan secara matematis :
Y = a + bX + c X2
X2 Y = a. X
2 + b. X
3 + c. X
3
Dengan menggunakan metode Least Square, diperoleh penyelesaian yang lebih mudah
yakni :
Y = n.a + b. u + c. u2
uY = a. u + b. u2 + c. u
3
u2Y = a. u
2 + b. u
3 + c. u
4 , jika u=0 dan u
3=0
maka :
Y = n.a + c. u
2 dan uY = b. u
2
sehingga :
u2 y = a. u
2 + c. u
4
3.1.2.2 Trend Exponensial
Pola trend eksponensial digunakan untuk menghitung nilai-nilai data dengan rasio
perubahan yang konstan.
Persamaan trend eksponensial :
Y = a.bX
log Y = log a + X log b
X log Y = log a. X +log b. X2
Dengan menggunakan metode Least Square, diperoleh penyelesaian yang lebih mudah
yakni :
log Y = n log a
(u log Y) = log b u2, dimana u = 0 .
Perhitungan Metode Trend :
1. Trend Linier
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
103
Data :
TAHUN
Xi
Yi
XI.YI
XI2
1982 0 0.45 0 0
1983 1 0.43 0.43 1
1984 2 0.47 0.94 4
1985 3 0.48 1.44 9
1986 4 0.49 1.95 16
1987 5 0.55 2.75 25
1988 6 0.53 3.48 36
1989 7 0.53 4.41 49
1990 8 0.59 5.52 54
1991 9 0.75 6.75 81
JUMLAH 45 5.52 27.68 285
Bentuk persamaan umum trend linier ini :
Y = a + b X dimana :
Y = kepadatan telpon/100 penduduk
X = Periode tahun
a,b= Konstanta nilai yang masih harus dihitung berdasarkan kumpulan data
kepadatan telpon per 100 penduduk pada tahun yang telah lewat.
YI = a + b X
Y1 = n . a + b. X1 ………………………………………………… (1)
XI .YI = a. XI + b. XI 2
……………………………………… (2)
5.52 = 10 a + b 45 ……………………………….. (1)
27.68 = 45 a + b. 285 …………………………….. (2)
Dari persamaan (1) dan (2) diatas :
(1) x 9 49.68 = 90 a + b 405
(2) x 2 55.36 = 90 a + b 570
- 5.68 = - b 165
b = 0.0344
a = 0.3971
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
104
Jadi persamaan trend liniernya :
Y' = 0.3971 + 0.0344 X
2. TREND NON LINIER
2.1 Trend Eksponensial
Pola trend eksponensial digunakan untuk menghitung nilai-nilai data dengan rasio
perubahan yang konstan.
Persamaan trend eksponensial :
Y = a.bX
log Y = log a + X log b
X log Y = log a. X +log b. X2
Dengan menggunakan metode Least Square, diperoleh penyelesaian yang lebih mudah
yakni :
log Y = n log a ………………… (1)
(u log Y) = log b u2 …………….. (2)
dimana u = 0
Data :
TAHUN
U
Y
U2
Log Y
U Log Y
1982 -9 0.45 81 -0.3468 3.1212
1983 -7 0.43 49 -0.3665 2.5655
1984 -5 0.47 25 -0.3279 1.6395
1985 -3 0.48 9 -0.3187 0.9561
1986 -1 0.49 1 -0.3098 0.3098
1987 1 0.55 1 -0.2596 -0.2596
1988 3 0.58 9 -0.2366 -0.7093
1989 5 0.63 25 -0.2006 -1.0030
1990 7 0.69 49 -0.1611 -1.1277
1991 9 0.75 81 -0.1249 -1.1241
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
105
JUMLA
H
0 0.75 330 -2.6525 4.3679
dari persamaan (1) : -2,6525 = 10 log a
a = 0.5429
Dari persamaan (2) : 4.3679 = 330 . log b
b = 1.0309
Jadi persamaan trend eksponensialnya :
Y' = 0.5429 x 1,0309 U
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
106
2.2 TREND KUADRATIS
Data :
TAHUN U Y U.Y U2 U
2.Y U
4
1982 -9 0.45 -4.05 81 36.45 6561
1983 -7 0.43 -3.01 49 21.07 2401
1984 -5 0.47 -2.35 25 11.75 625
1985 -3 0.48 -1.44 9 4.32 81
1986 -1 0.49 -0.49 1 0.49 1
1987 1 0.55 0.55 1 0.55 1
1988 3 0.58 1.74 9 5.22 81
1989 5 0.63 3.15 25 15.75 625
1990 7 0.69 4.83 49 33.61 2401
1991 9 0.75 6.75 81 60.75 6561
JUMLAH 0 5.52 5.68 330 190.16 19338
Y = n.a + b. u + c. u2
5.52 = 10 a + c 330
a = 0.552 - 33 c ……… (1)
uY = a. u + b. u2 + c. u
3
5.68 = b 330
b = 0.0172 …………… (2)
u2Y = a. u
2 + b. u
3 + c. u
4 , jika u=0 dan u
3=0
190.16 = a 330 + c 19338 ………. (3)
Dari persamaan (1) dan (3) :
190.16 = 330 (0.052 – 33 c ) + 19338 c
c = 9.47 x 10-4
a = 0.520749
Jadi persamaan trend kuadratisnya :
Y' = 0.520749 + 0.0172 U + 0.000947 U2
jika u=0 dan
u3=0
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
107
c. Peramalan kebutuhan secara mikro
Peramalan kebutuhan telepon dengan pendekatan secara micro dilakukan
dengan mencari faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan kebutuhan
telepon. Faktor-faktor tersebut dapat diperoleh dari rencana induk perkembangan
kota (Master Plan wilayah), yang didalamnya juga mengatur dan mengendalikan
tata guna peruntukan tanah, prediksi jumlah penduduk dan perkembangan sosial
ekonomi serta kebutuhan penyediaan fasilitas perkotaan.
Disamping itu dapat juga diperoleh melalui survey lapangan untuk mengetahui
pola kebutuhan dari wilayah bersangkutan. Selanjutnya berdasarkan pola
kebutuhan tersebut disusun dan dirumuskan klasifikasi daerah dan jenis bangunan
sebagai berikut :
Daerah perumahan
Daerah perkantoran
Daerah komersial/perdagangan
Daerah perindustrian
Daerah untuk fasilitas umum.
Kemudian berdasarkan klasifikasi daerah dan bangunan diatas dibuat “faktor
penetrasi” yaitu perbandingan antara jumlah sambungan telepon yang terpasangan
dengan daftar tunggu serta suppressed demand dengan jumlah jenis klasifikasi
bangunan pada suatu daerah pelayanan sentral telepon.
Faktor penetrasi menunjukkan kepadatan telepon per unit bangunan. Setiap
klasifikasi bangunan dialokasikan dengan faktor penetrasi tersendiri. Faktor
penetrasi dapat pula dinyatakan sebagai kepadatan telepon per hektar. Metoda ini
digunakan bila lokasi/daerah masih belum ada bangunannya dan tidak ada data
detail mengenai pembangunan yang akan dilakukan.
Faktor penetrasi tahun (S+0) untuk setiap klasifikasi dinyatakan dengan :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
108
Pelanggan + Calon Pelanggan + Suppressed Demand
FP =
Klasifikasi Bangunan
Dimana suppressed demand 5 % dari ( Jumlah pelanggan + jumlah calon
pelanggan )
Dalam menentukan faktor penetrasi tahun (S+0) perlu dilakukan survey
lapangan dengan mngembil sampling sebesar 10 % dari jumlah grid efektif yang
dianggap mampu mewakili karakteristik demand di lokasi yang bersangkutan.
Kebutuhan pada tahun (S+0) untuk wilayah pemukiman dan bisnis adalah
merupakan perkalian “jumlah total bangunan untuk tiap klasifikasi” dengan faktor
penetrasi ( FP ) tahun ( S+0 ) untuk tiap klasifikasi.
Dt = Di.Fi
Dimana : Di = jumlah total pemukiman untuk tiap klasifikasi.
Fi = faktor penetrasi pada tahun ( S+0 ) untuk tiap klasifikasi.
Dt = total kebutuhan.
Untuk menentukkan faktor penetrasi di masa depan dilakukan dengan :
FP saat sekarang.
Pertumbuhan rata-rata FP.
Nilai ultimate K.
FP(t) = K/ (1+m.e-at
)
Dimana : FP(t) = faktor penetrasi tahun ke-t.
K = batas maksimum harga faktor penetrasi.
a,m = konstanta.
Untuk mencari konstanta a dan m adalah sebagai berikut :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
109
m = (K / FP(0)) – 1
a = - (1 / t) ln {(K – pf(t)) / (m.pf(t))}
Dimana : pf(t) adalah pertumbuhan / trend PDRB rata-rata per tahun.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
110
III. PERHITUNGAN DENGAN METODE MIKRO
Data Pelanggan asumsi I
LOKASI R1 R2 R3
JML SST CP JML SST CP JML SST CP
BLOK I 5 2 3 0 0 0 0 0 0
BLOK II 5 2 3 0 0 0 0 0 0
BLOK III 7 4 3 4 0 3 0 0 0
BLOK IV 6 2 4 2 0 1.5 0 0 0
BLOK V 0 0 0 1 1 0 2 0 0.5
BLOK VI 1 0 1 0 0 0 0 0 0
BLOK VII 1 1 0 4 1 2.25 2 0 0.5
BLOK VIII 0 0 0 0 0 0 10 3 1.75
BLOK IX 0 0 0 0 0 0 2 1 0.25
BLOK X 0 0 0 5 1 3 0 0 0
BLOK XI 0 0 0 0 0 0 2 0 0.5
TANAH
KOSONG
0 0 0 5 0 3.75 7 0 1.75
TOTAL 25 11 14 21 3 13.5 25 4 5.25
Rekapitulasi Data Pelanggan
LOKASI R1 R2 R3
JML SST CP JML SST CP JML SST CP
BLOK I 5 2 3 0 0 0 0 0 0
BLOK II 5 2 3 0 0 0 0 0 0
BLOK III 7 4 3 4 0 3 0 0 0
BLOK IV 6 2 4 2 0 1.5 0 0 0
BLOK V 0 0 0 1 1 0 2 0 0.5
BLOK VI 1 0 1 0 0 0 0 0 0
BLOK VII 1 1 0 4 1 2.3 2 0 0.5
BLOK VIII 0 0 0 0 0 0 10 3 1.8
BLOK IX 0 0 0 0 0 0 2 1 0.3
BLOK X 0 0 0 5 1 3 0 0 0
BLOK XI 0 0 0 0 0 0 2 0 0.5
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
111
0 0 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL 25 11 14 16 3 9.8 18 4 3.5
Soal ini dikerjakan dengan menggunakan dua asumsi.
Asumsi I :
- Dari data-data yang ada di peta, ingin dicari perkiraan traffik untuk 10 tahun yang
akan datang .
- Pada peta terdapat tanah kosong seluas 5000 m2 yang dialokiasikan untu sarana umum
sebesar 10 %, sedangkan sisanya untuk rumah type R2 dan R3.
Dalam hal ini pembagian tersebut di rinci sbb :
1. 10 % dari 5000 m2
= 500 m2 untuk sarana umum yang dimasukkan ke dalam rumah
type R2 dengan persentase calon pelanggan sebesar 100 %.
2. Sisanya sebesar 4500 m2 di bagi atas :
Rumah type R2 sebanyak : 4 buah ( 2400 m2)
Rumah type R1 sebanay : 7 Buah ( 2100 m2)
Untuk penghitungan faktor penetrasi pada nol tahun, pada asumsi pertama ini, tanah
kosong yang terdapat di peta dianggap merupakan bangunan yang telah ada walaupun
baru siap dibangun 5 tahun yang akan datang. Hal ini karena perhitungan yang dilakukan
adalah untuk 10 tahun yang akan datang, dimana pada saat itu , bangunan pada tanah
kosong sudah pasti ada . Disamping itu juga jenis dan type rumah yang akan dibangun
sudah jelas, sehingga perkiraan akan kebutuhan sambungan telponnya dapat diketahui.
Dan juga dari gambar yang ada tidak memungkinkan lagi untuk menambah bangunan,
karena semua tanah sudah ditempati (termasuk tanah kosong ).
Sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut :
Type
Jumlah SST
Total Calon Pelanggan(CP)
R1 11 14
R2 3 13,35
R3 4 5,25
Dari data diatas dapat dicari demand telepon untuk 10 tahun mendatang yakni :
Untuk R1 :
Faktor penetrasi untuk tahun ke-0 :
FP (0,i) = SIT(0,I)+DT(0,I)+ sup. Demand
= (11+14+5%*(11+14))/25
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
112
= 1,05
D(t,i) = FP(t,i) . X(t,i) dimana :
FP(t,i) = FP(R1,10) = FP(S+0)x(1+0,1)
10
= 1,05 x (1,1)10
= 2,7234
maka besarnya demand pada 10 tahun mendatang :
D(10,R1) = 2,7234 x 25 = 68,08 sst
~ 68 sst
Untuk R2 :
Faktor penetrasi untuk tahun ke-0 :
FP (0,i) = SIT(0,I)+DT(0,I)+ sup. Demand
= (3+13.5+5%*(3+13.35))/21
= 0,82463
FP(R2,10) = 0,82463 x (1,1)10
= 2,138877
Maka besarnya demand pada 10 tahun mendatang untuk R2 :
D(10,R2) = 2,138877 x 21 = 44,91 sst
~ 50 sst
Untuk R3 :
Faktor penetrasi untuk tahun ke-0 :
FP (0,i) = SIT(0,I)+DT(0,I)+ sup. Demand
= (4+5.25+5%*(4+5.25))/25
= 0,3885
FP(R3,10) = 0,3885 x (1,1)10
= 1,0076
Maka demand pada 10 tahun mendatang untuk R3 :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
113
D(10,R3) = 1,0076 x 25 = 25,19 sst
~ 25 sst
Total permintaan telepon untuk 10 tahun mendatang:
Dtotal = 68 + 50 + 25 = 143 sst
- Dari data-data yang ada di peta, ingin dicari perkiraan traffik untuk 10 tahun yang
akan datang .
- Pada peta terdapat tanah kosong seluas 5000 m2 yang dialokiasikan untu sarana umum
sebesar 10 %, sedangkan sisanya untuk rumah type R2 dan R3.
Dalam hal ini pembagian tersebut di rinci sbb :
3. 10 % dari 5000 m2
= 500 m2 untuk sarana umum yang dimasukkan ke dalam rumah
type R2 dengan persentase calon pelanggan sebesar 100 %.
4. Sisanya sebesar 4500 m2 di bagi atas :
Rumah type R2 sebanyak : 4 buah ( 2400 m2)
Rumah type R1 sebanay : 7 Buah ( 2100 m2)
Untuk menghitung demand untuk 10 tahun mendatang, kita bagi atas dua tahap. Tahap
pertama adalah menghitung Faktor Pentrasi tahun ke-nol, data-data pada tanah kosong
yang akan dibangun tidak dimasukkan karena bangunan tsb baru siap setelah 5 tahun.
Lalu kita cari Faktor Penetrasi tahun ke-5 nya.
Tahap kedua adalah menghitung demand untuk 5 tahun ke dua. Pada tahap ini, Faktor
Penetrasi tahun ke-5 pada tahap pertama dijadikan Faktor Penetrasi ke-nol pada
perhitungan tahap ke-dua. Data-data pada tanah kosong diikut sertakan untuk , terutama
dalam hal jumlah bangunan .
Jadi perhitunggannya :
Type
Jumlah SST
Total Calon Pelanggan(CP)
R1 11 14
R2 3 9,75
R3 4 3,5
Untuk 5 tahun pertama :
Untuk R1
Faktor penetrasi untuk tahun ke-0 :
FP (0,i) = SIT(0,I)+DT(0,I)+ Sup. Demand
= (11+14+5%*(11+14))/25
= 1,05
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
114
Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun pertama:
FP(t,i) = FP(R1,5) = FP(S+0)x(1+0,1)5
= 1,05 x (1,1)5 = 1,69
Untuk R2 :
Faktor penetrasi untuk tahun ke-0 :
FP (0,i) = SIT(0,I)+DT(0,I)+ Sup. Demand
= (3+9.75+5%*(3+9.75))/16
= 0,836719
Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun pertama:
FP(R2,5) = 0,836719 x (1,1)5 = 1,34754
Untuk R3 :
Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun pertama:
Faktor penetrasi untuk tahun ke-0 :
FP (0,i) = SIT(0,I)+DT(0,I)+ Sup. Demand
= (4+3.5+5%*(4+3.5))/18
= 0,4375
FP(R3,5) = 0,4375 x (1,1)5 = 0,7045
Untuk tahun ke-dua :
Data pelanggan untuk 5 tahun ke-dua :
Untuk R1
Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun ke-dua ( tahun ke-10 ):
FP(t,i) = FP(R1,5) = FP(S+0)x(1+0,1)5
= 1,69 x (1,1)5 = 2,721
maka besarnya demand pada 5 tahun ke-dua :
D(10,R1) = 2,721 x 25 = 68,04 sst
~ 68 sst
Untuk R2 :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
115
Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun ke-dua ( tahun ke-10 ):
FP(t,i) = FP(R1,5) = FP(S+0)x(1+0,1)5
= 1,34754 x (1,1)5 = 2,170
maka besarnya demand pada 5 tahun ke-dua untuk R2 :
D(10,R1) = 2,17 x 21 = 45,57 sst
~ 46 sst
Untuk R3 :
Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun ke-dua ( tahun ke-10 ):
FP(t,i) = FP(R1,5) = FP(S+0)x(1+0,1)5
= 0,7045 x (1,1)5 = 1,1346
maka besarnya demand pada 5 tahun ke-dua untuk R2 :
D(10,R1) = 1,1346 x 25 = 28,36 sst
~ 29 sst
Total permintaan telepon untuk 10 tahun mendatang:
Dtotal = 68 + 46 + 29 = 143 sst
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Kesimpulan :
Dengan menggunakan dua asumsi yang berbeda, kita memperoleh perkiraan
kebutuhan telepon yang berbeda-beda untuk masing R1, R2 dan R3 , namun kita
memperoleh total kebutuhan telpon yang sama baik menggunakan asumsi
pertama maupun asumsi ke-dua yakni sebesar 143.
Asumsi 1 Asumsi 2
R1 68 68
R2 50 46
R3 25 29
Total 143 143
Rancangan Dasar Jaringan Lokal Akses Tembaga
Rancangan dasar merupakan tahapan yang harus dikerjakan oleh seorang
perencana JARKAB, sesudah tahap peramalan kebutuhan telepon selesai
dikerjakan.
Dalam membuat rancangan dasar diperlukan pengetahuan yang mendasar
mengenai kriteria penentuan batas pelayanan untuk Sentral Telepon Otomat
maupun Rumah Kabinet (RK) dan Kotak Pembagi (KP). Termasuk pula lokalisasi
pada lokasi eksisting.
V.1. Batas Pelayanan
Batas pelayanan dapat didefuinisikan sebagai batas daerah yang dapat
dilayani atau dicatu oleh STO/RK/KP lokasi. Pada perencanan jaringan kabel
penentuan batas pelayanan sangat penting karena besar pengaruhnya terhadap
kemudahan operasi dan pemeliharaan, serta besar kecilnya biaya
pembangunannya.
Penentuan Letak Sentral secara Teoritis
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Sentral merupakan salah satu komponen dari sistem telekomunikasi yang akan
direncanakan . Untuk itu harus mengenal terlebih dahulu tentang sentral yakni
bagaimana cara kita melihat model sentral, dan bagaimana cara menghitung biaya
untuk suatu konfigurasi sentral.
Tiga aspek dalam melihat model dari suatu sentral :
Konfigurasi sentral, tergantung pada subscriber, sirkit dan trafiknya.
Floor space merupakan syarat untuk konfigurasi sentral.
Perangkat saluran terminal, tergantung pada media transmisi yang digunakan
serta type sentral pada salah satu ujung terminal.
Biaya untuk suatu konfigurasi sentral terdiri atas:
Biaya perangkat untuk satu pelanggan
Biaya perangkat secara bersama (sekelompok pelanggan).
Ukuran dari kelompok pelanggan tersebut.
Biaya perangkat untuk unit sentral lengkap
Ada beberapa cara untuk menentukan distribusi pelanggan jaringan telepon ,
diantaranya :
- Nodes
Pada nodes, pelanggan ditentukan dengan pemakaian titik-titik diskrit ,
biasanya untuk menghubungkan ke DP.
Langkah seperti ini digunakan di dalam daerah dengan populasi yang jarang-
jarang seperti daerah rural.
- Rectangular Grid
Digunakan pada daerah yang berpopulasi lebih padat. Caranya, rectangular
grid diletakkan pada peta daerah yang sedang diamati dan dengan peramalan,
kita tentukan jumlah pelanggan dalam setiap elemen gridnya untuk masa yang
akan datang.
- Abritari
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Abritari atau daerah sembarang adalah daerah tertutup oleh suatu rentetan
garis lurus. Daerah ini biasanya menghubungkan blok-blok rumah ke daerah
kabinaer. Biasanya dipakai sbagai pengganti grid, dan peramalan dapat
menentukan subscriber di masa yang akan datang pada daerah yang berbentuk
poligon sembarang.
Penentuan Letak Sentral Secara Teoritis
Dalam rangka memperoleh jaringan yang optimum, maka sewaktu menempatkan
sentral harus dicari lokasi yang paling optimum pula. Hal ini berkaitan dengan
minimisasi biaya keseluruhan jaringan agar semurah mungkin. Ini berarti bahwa
jika menggunakan kabel, maka panjang seluruh kabel adalah sependek mungkin.
Penentuan letak sentral ini dapat dilakukan setelah melakukan demand survey.
Ada beberapa cara untuk penentuan letak sentral , diantaranya :
a. Dengan penentuan titik berat jaring-jaring.
Dengan demand survey dapat diketahui kepadatan pelanggan, dimana dapat
ditentukan titik berat jaring-jaring yang merupakan letak dari sentral.
Penentuan titik berat jaring dilakukan dengan mempergunakan peta kepadatan
pelanggan.
daerah dimana akan direncanakan jaring-jaring pelanggan dibagi atas daerah-
daerah kecil(kotak-kotak). Dalam daerah tersebut ditulis jumlah pelanggan
yang diperkirakan akan terdapat dalam jangka waktu yang telah ditentukan,
kemudian dijumlahkan menurut baris dan kolom.
K1 K2
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Titik berat dari jaring-jaring adalah perpotongan antara B2 yang terakhir dibagi 2,
dengan K2 yang terakhir di bagi 2. Titik berat tersebut adalah letak dari sentral
switching, dimana merupakan lokasi yang menggunakan jaring-jaring sependek
mungkin.
b. Dengan pendekatan panjang rata-rata dari kabel yang terpendek.
Diumpamakan bahwa letak sentral adalah pada titik (xo,yo), maka tiap
pelanggan dapat ditentukan koordinatnya yaitu misalnya A(x1,y1); dan
B(x2,y2) serta (x3,y3) dan seterusnya sampai dengan ke-n yaitu(xn,yn)
Panjang masing - masing pelanggan ke sentral adalah :
L1 = ( (Xo-X1)2 + (Yo-Y1)
2 )
L2 = ( (Xo-X2)2 + (Yo-Y2)
2 )
B1
B2
Y
X
L1 L2
L0
Y1
Y2
Y3
X1 X2 X3
A(X1,Y1)
B(X2,Y2)
(X0,Y0)
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Ln = ( (Xo-Xn)2 + (Yo-Yn)
2 )
Total : L = (L1+L2+ …… + Ln )
Panjang rata-rata adalah :
L = (L1+L2+ …… + Ln )
Sedangkan koordinat sentral switching :
X0 = X1 + X2 + X3 + …….. + Xn
Y0 = Y1 + Y2 + Y3 + …….. + Yn
Jadi koordinat sentral switching :
n
n
Xn1
(X0,Y0) dimana : X0 =
n
n
n
Yn1
n
c. Dengan pendekatan panjang rata-rata untuk daerah tertentu.
Pendekatan ini dapat dilakukan jika daerah tersebut dapat dianggap memiliki
bentuk empat persegi panjang dengan sisi l1 dan l2 terdapat kepadatan
pelanggan yang merata.
n
n
n
Yn =
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Dengan demikian maka perpotongan diagonal-diagonalnya akan menjadi
letak dari sentral dengan panjang rata-rata minimum.
Panjang kabel rata-rata = l1 + l2
V.1.1. Batas Pelayanan KP
V.1.1.1. Distribusi
Yang dimaksud dengan Distribusi adalah penempatan KP pada
daerah pelayanan RK atau DCL (Daerah Catu Langsung) dengan tepat,
sehingga kebutuhan telepon dapat dicatu dengan baik dari KP tersebut.
Lokasi KP ditentukan dengan mempertimbangkan letak dan keadaan
KP eksisting, estetika, ekonomis dan effisien.
V.1.1.2. Kriteria Distribusi KP
Dalam menentukan letak KP harus berpegang pada ketentuan sebagai
berikut :
6) Kebutuhan telepon untuk kurun waktu 15 tahun
Kebutuhan telepon untuk kurun 15 tahun merupakan dasar utama
dalam menentukan letak KP. Batas Pelayanan untuk setiap KP
ditentukan dari batas catuan untuk kebutuhan telepon dengan jarak
maksimum 250 meter. Batas catuan tersebut ditetapkan setelah
menganalisa hasil survei mikro kebutuhan telepon dilokasi tersebut.
7) Batas Pelayanan
l1
l
2
4
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Batas-bats tersebut dapat berupa batas geografis, utilitas batas persii,
rel kereta api, sungai besar, jalan besar, tegangan tinggi dan rencana
tata kota. Mengingat batas catuan KP merupakan batas pelayanan
yang terkecil, maka batas antara dua persil pada jalan yang sama
dapat juga dijadikan batas ideal bagi daerah pelayanan KP. Letak
KP diupayakan ada di tengah-tengah daerah pelayanan KP tersebut.
8) Kapasitas KP
Pada dasarnya KP yang digunakan mempunyai kapasitas 10‟‟ dan
20‟‟. Terminasi sebaiknya tidak seluruhnya namun diberi spare
dengan pertimbangan :
c) Kemudahan pemeliharaan
d) Keserasian saluran penanggal
KP dengan kapasitas 20” digunakan bila potensi kebutuhan telepon
di daerah pelayanan KP tersebut tinggi.
9) Panjang Saluran Penanggal / Drop Wire
Batas maksimum saluran penanggal diupayakan 250 meter kecuali
untuk kondisi tertentu (tergantung pada hasil survei), batas
maksimum dapat diabaikan.
10) KP Existing
Selain kebutuhan telepon dalam kurun 15 tahun, maka kondisi KP.
Existing perlu dipertimbangkan. Interaksi dengan KP existing perlu
diperhatikan dengan pertimbangan KP baru merupakan penambahan
atau penggantian KP existing.
Hasil analisa tersebut sangat menentukan posisi/ letak KP baru
terhadap DP/KP Existing.
V.1.1.3. Lokasi Daerah Pelayanan KP
3. Untuk daerah yang sudah mantap dimana diseluruh daerah
pelayanan sudah terisi bangunan-bangunan yang tetap, maka
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
kebutuhan telepon untuk kurun 15 tahun harus dipertimbangkan
masak-masak.
4. Untuk daerah yang belum mantap, dimana pada daerah pelayanan
masih banyak lahan-lahan kosong maka penempatan KP harus
mempertimbangkan faktor lain yaitu besarnya investasi, karena harus
dihindarkan pengembalian investasi dalam jangka waktu lama, akibat
idlenya KP (perkembangan wilayah tidak sesuai rencana tata kota).
Untuk kasus demikian KP tidak dipersiapkan sebagai gantinya
dipersiapkan cable stub.
V.1.1.4. Jenis KP dan Penggunaannya
3. SPBT (Sambungan Pembagi Bawah Tanah)
f) Digunakan untuk daerah-daerah yang sudah teratur dan permanen
(Sattled Area)
g) Aman dari gangguan lalu lintas.
h) Tidak merusak pandangan sekelilingnya.
i) Pada tikungan yang tajam, letaknya 5 meter dari tikungan tersebut.
j) Diupayakan letaknya di antara dua persil.
Berdasarkan kenyataan di lapangan kurang baiknya pelaksanaan
pemasangan SPBT oleh kontraktor JARKAB, sering mengakibatkan
bocornya SPBT sehingga gangguan yang terjadi sangat tinggi
terutama pada tempat-tempat yang air tanahnya sangat tinggi. Maka
SPBT menjadi tidak ekonomis sehingga diputuskan untuk tidak
digunakan lagi (Keputusan DIROP pada tahun 1987).
4. SPAT (Sambungan Pembagi Atas Tanah)
f) Dipasang di daerah yang belum mantap/belum permanen.
g) Letak tiang harus aman, sehingga tidak mengganggu lalu lintas
dan pejalan kaki, pintu masuk/keluar perumahan/pertokoan dll.
h) Diupayakan serasi dengan keadaan lingkungan.
i) Memudahkan petugas JARKAB melakukan pemeliharaan.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
j) Dipertimbangkan tentang keseimbangan rute.
V.1.2. Batas Pelayanan RK
V.1.2.1. Kebutuhan Telepon
Bila daerah di catu RK tersebut merupakan daerah yang mantap, maka
jumlah kebutuhan telepon dalam kurun waktu 15 tahun mendatang
digunakan sebagai patokan dalam menentukan batas pelayanan tersebut.
Namun bila daerah bila daerah tersebut merupakan daerah yang
berkembang, maka diupayakan untuk mengintegrasikan daerah tersebut
kedalam daerah pelayanan RK yang berdekatan.
V.1.2.2. Kapasitas RK
Kapasitas yang akan digunakan disesuaikan dengan kebutuhasn telepon
yang akan dicatu. Besar kapasitas menunjukkan jumlah kapasitas kabel
primer dan sekunder yang dapat diterminasikan pada RK tersebut.
V.1.2.3. Batas
Batas Geografi, utilitas, batas Administrasi wilayah, rel KA, sungai,
jalan besar, tegangan tinggi merupakan batas-batas yang baik untuk batas
pelayanan RK. Bila tanda-tanda tersebut sulit ditemukan, maka batas
administrasi wilayah atau batas antara dua persil yang saling
membelakangi akan saling membelakangi merupakan alternatif terakhir.
V.1.2.4. Penempatan RK
Hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan RK adalah :
e) Bahwa daerah disekitar RK tersebut mempunyai konsentrasi
kebutuhan telepon yang tinggi.
f) Tidak terlalu jauh dari MH terdekat.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
g) Lokasi RK selaras, serasi dan aman dengan lingkungan sekitarnya.
Serta memudahkan petugas dalam memeriksa dan memperbaiki
jaringan kabel yang tersambung pada RK tersebut.
h) Penempatan diupayakan agar tidak ada catuan sekunder yang
membalik.
V.1.3. Batas Pelayanan Sentral.
c) Pengertian
Batas pelayanan sentral adalah suatu daerah pelayanan telepon yang
dicatu oleh satu sentral telepon dimana daerah tersebut dibatasi oleh
kondisi tertentu dan batas tersebut memenuhi persyaratan teknis sentral
dan jaringan kabel yang telah ditetapkan.
d) Batas pelayanan sentral
Batas pelayanan sentral harus memperhatikan kriteria sebagai berikut:
3. Untuk sentral tunggal
Kebutuhan telepon
Syarat batas redaman kabel
Batas Administrasi kota ybs
Kondisi geografi, utilitas, batas-batas riil/nyata tertentu.
4. Untuk sentral jamak
Selain harus memenuhi syarat diatas juga harus diperhatikan
kapasitas maksimum sentral terhadap jumlah kebutuhan telepon
secara keseluruhan di daerah pelayanan sentral tersebut.
V.2. Normalisasi Daerah Pelayanan DP/RK/STO.
V.2.1. Pengertian
Normalisasi daerah pelayanan DP/RK/Sentral adalah pengaturan kembali
batas-batas daerah pelayanan DP/RK/STO.
Sentral yangsudah ada dikarenakan hal-hal tertentu sudah tidak sesuai lagi
dengan kriteria batas pelayanan DP/RK/Sentral yang baru.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
V.2.2. Tujuan Normalisasi
Menghindari terjadinya tumpang tindih catuan antara DP/RK/Sentral.
Merapihkan sistem jaringan kabel telepon sehingga dapat memudahkan
pelayanan dan pemeliharaan.
Memperbaharui/mengganti jaringan kabel dalam daerah pelayanan
DP/RK yang rusak atau tidak sesuai lagi dengan spesifikasi teknis yang
ada.
Perhitungan Volume Pengadaan Material
1) Dasar pengertian :
a. Berdasarkan peta skema kabel primer dihitung volume material
kabel primer berikut alat sambung dan Rumah Kabel (RK).
b. Berdasarkan peta skema kabel sekunder, alat sambung, KP,
tiang KP (berikut kelengkapannya), temberang (tarik , sokong),
SPBT dan SPAT.
c. Berdasarkan peta skema duct dapat dihitung jumlah pipa, jarak
dan type manhole/handhole.
d. Berdasarkan peta lokasi kabel primer, sekunder dan duct dapat
dihitung jumlah galian dan komposisinya.
e. Berdasarkan peta skema kabel penghubung dapat dihitung
volume material kabel dan material pembantu serta dan loading
coil.
f. Berdasarkan gambar konstruksi, dihitung kabel material untuk
lintasan dengan kontruksi yang diperlukan.
g. Berdasarkan gambar RPU, dihitung material yang diperlukan
untuk pembuatan rak pembagi utama, terminal strip. Perluasan
kabel chamber dan kabel voult dan pekerjaan lain yang ada
hubungannya dengan RPU.
2) Cara Perhitungan
a. Kabel Tanah/udara
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Yang dimaksud volume material di sini adalah kebutuhan panjang
kabel yang dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
1) Panjang riil = panjang span + panjang untuk keperluan
penyambung kabel, RK, KP dan cadangan (stub kabel)
2) Toleransi penarikan = panjang span + 4% s/d 5%
3) Sehingga volume kebutuhan kabel = panjang riil + toleransi
penarikan.
Tambahan panjang yang diberikan untuk keperluan penyambungan
kabel, RK, KP dan cadangan kabel masing-masing untuk :
1) penyambungan kabel, 2m pada setiap ujung.
2) penyambungan RK, 5 m.
3) penyambungan KP, 10 m (KT), 2 m (KU).
4) Untuk kabel cadangan, 3 m.
b. Kabel Duct
Cara menghitung volume kebutuhan kabel duct perhitungannya
adalah sebagai berikut :
1) Kebutuhan kabel (pada duct existing) = panjang span +
panjang untuk keperluan penyambungan kabel, RK, dan
cadangan kabel (kalau ada).
2) Kebutuhan kabel (pada duct baru) = (panjang span x 1,04) +
panjang untuk keperluan penyambungan kabel, RK dan
cadangan kabel masing-masing untuk :
penyambungan kabel, 2,5 m pada setiap ujung kabel.
penyambungan RK, 5 m
kabel cadangan, 3 m
c. End Cap
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Yang dimaksud volume kebutuhan end cap disini adalah untuk
keperluan kabel cadangan dan dihitung berdasarkan skema kabel
(primer dan sekunder).
d. Perhitungan Volume Pengadaan Kelengkapan Kabel
Volume kelengkapan kabel (accessories) terdiri dari :
1) Alat sambung (tanpa dan dengan tekanan)
2) Rumah kabel
3) Kotak pembagi
4) Terminal strip MDF, RK, dan KP
5) Tiang telepon
Kelengkapan kabel (accessories) tersebut dihitung sesuai peta
lokasi
e. Perhitungan Jasa Instalasi
1) Dari hasil perhitungan material tersebut diatas dapat
disusun volume pekerjaan jasa instalasi menurut jenis
pekerjaannya yaitu :
a) Penarikan kabel
b) Penyambungan kabel
c) Pemasangan KP
d) Pemasangan RK
e) Pemasangan RPU
f) Pemasangan tiang KP
g) Pemasangan temberang (sokong, tarik, labrang)
h) Pemasangan terminal ship (KP, RK, MDF)
i) Terminal kabel
j) Pengetesan kabel.
2) Dari gambar peta lokasi kabel dapat dihitung volume
pekerjaan sebagai berikut :
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
a) Penggalian alur kabel
b) Pembuatan lintasan jalur pada jalan (crossing)
c) Perbaikan kembali bekas galian kabel
d) Pembuatan lintasan kabel pada parit
e) Pemasangan tiang rute.
3) Sedangkan dari gambar desain sipil dapat dihitung :
a) Volume pekerjaan pembuatan duct, manhole,
handhole, jembatan duct dan pekerjaan lainnya yang
tidak termasuk pada pekerjaan jarkab.
b) Volume pekerjaan pembuatan lintasan kabel pada
sungai yang menggunakan konstruksi khusus.
f. Daftar Isian yang harus dibuat :
1) Volume pengadaan material
2) Volume jasa
3) Rincian perhitungan kabel primer
4) Rincian perhitungan alat sambung, endset, tempat
sambungan kabel tanah
5) Volume pengadaan RK, MDF, pekerjaan switch over dan
terminasi.
6) Rincian perhitungan kabel sekunder
7) Rincian perhitungan alat sambung kabel tanah, kabel udara
dan tempat sambungan kabel.
8) Rincian perhitungan KP, terminal strip KP, terminal strip
KP, tiang KP dan pekerjaan switch over sekunder.
9) Rincian perhitungan galian kabel
10) Rincian penghitungan lintasan kabel pada jalan, pembukaan
lapisan, dan perbaikan kembali bekas galian
11) Rincian penghitungan lintasan parit, sungai, rel KA, tiang rute KU
dan temberang.
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
II.4 Route Meter
Route meter adalah panjang kabel yang melalui jalan yang sama atau jarak
terpendek dari kabel primer / sekunder yang diambil apabila sentral telepon atau
rumah kabel sebagai pusat.
Route meter ini perlu diperhatikan :
- diperlukan sependek mungkin
- menghemat biaya untuk menanam kabel
Didalam perhitungan sesungguhnya pengertian route meter adalah panjang
galiannya. Jadi jika dipakai overhead cable, biaya route meter tidak ada. Yang ada
adalah :
Biaya pair meter : ialah biaya dari jumlah seluruh pair kabel dikalikan panjang
nya.
Biaya kabel meter : ialah biaya dari jumlah panjang kabel seluruhnya.
Luas wilayah sentral atau kabinet dibagi-bagi :
Jika wilayah sentral maka dibagi menjadi cabinet district.
Jika wilayah cabinet district maka dibagi menjadi spreading area.
Cabinet district : daerah yang dicakup oleh cabinet (RK)
Spreading area : daerah yang dicakup oleh Distribution point (DP).
Rumus route meter = ( l1 - 2 ) + ( l2 - 1 ) ( l1 / 2 )
Dimana : l1 = panjang daerah
l2 = lebar daerah
1 = lebar kotak kecil yang membagi daerah
2 = panjang kotak kecil yang membagi daerah
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga
SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH
By Heri Susanto
Biaya kabel
Didalam perencanaan selain kabel harus dipasang menurut konfigurasinya, juga
harus dihitung berapa biaya kabelnya.
Jumlah seluruh biaya kabel :
K = ( a + b p1 ) l1 + ( a + b p2 ) l2 + …………. = a L + b M
Dimana : a = cost per kabel meter
b = cost per pair meter
L = total panjang kabel
M = jumlah pair meter
Selain dari pada itu masih harus diperhitungkan biaya pekerjaan penyambungan
kabel yaitu :
K‟ = C.N dimana : C = unit penyambungan per pair
N = jumlah pair
Disamping itu masih ada lagi faktor maintenance dari kabel yaitu :
= 1 + ( 1 – s ) / ( 1 + r )t + ( u / r )
dimana : s = perbedaan antara harga material yang rusak dengan biaya
penggantiannya.
r = faktor interest (bunga)
t = perioda perencanaan
u = perbandingan antara biaya maintenance dengan biaya perbaikannya.