perbandingan indonesia dengan jepang
DESCRIPTION
kgTRANSCRIPT
Perbandingan Indonesia dengan JepangBERDASARKAN IDEOLOGI :
Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu idea dan logia. Idea
berasal dari idein yang berarti melihat. Idea juga diartikan sesuatu yang ada di dalam pikiran
sebagai hasil perumusan sesuatu pemikiran atau rencana. Kata logia mengandung makna ilmu
pengetahuan atau teori, sedang kata logis berasal dari kata logos dari kata legein yaitu
berbicara.
Istilah ideologi sendiri pertama kali dilontarkan oleh Antoine Destutt de Tracy (1754 –
1836), ketika bergejolaknya Revolusi Prancis untuk mendefinisikan sains tentang ide. Jadi
dapat disimpulkan secara bahasa, ideologi adalah pengucapan atau pengutaraan terhadap
sesuatu yang terumus di dalam pikiran.Dalam tinjauan terminologis, ideology is Manner or
content of thinking characteristic of an individual or class (cara hidup/ tingkah laku atau hasil
pemikiran yang menunjukan sifat-sifat tertentu dari seorang individu atau suatu kelas).
Ideologi adalah ideas characteristic of a school of thinkers a class of society, a plotitical
party or the like (watak/ ciri-ciri hasil pemikiran dari pemikiran suatu kelas di dalam
masyarakat atau partai politik atau pun lainnya). Ideologi ternyata memiliki beberapa sifat,
yaitu dia harus merupakan pemikiran mendasar dan rasional. Kedua, dari pemikiran
mendasar ini dia harus bisa memancarkan sistem untuk mengatur kehidupan. Ketiga, selain
kedua hal tadi, dia juga harus memiliki metode praktis bagaimana ideologi tersebut bisa
diterapkan, dijaga eksistesinya dan disebarkan.
Pancasila dijadikan ideologi dikerenakan, Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah
mendasar dan rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam mengatur
kehidupan bernegara. Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud dari konsensus nasional
karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara moderen yang disepakati
oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai kandungan Pancasila dilestarikan
dari generasi ke generasi.
Pancasila pertama kali dikumandangkan oleh Soekarno pada saat berlangsungnya
sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia (BPUPKI).
Pada pidato tersebut, Soekarno menekankan pentingnya sebuah dasar negara. Istilah
dasar negara ini kemudian disamakan dengan fundamen, filsafat, pemikiran yang mendalam,
serta jiwa dan hasrat yang mendalam, serta perjuangan suatu bangsa senantiasa memiliki
karakter sendiri yang berasal dari kepribadian bangsa.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Pancasila secara formal yudiris terdapat
dalam alinea IV pembukaan UUD 1945. Di samping pengertian formal menurut hukum atau
formal yudiris maka Pancasila juga mempunyai bentuk dan juga mempunyai isi dan arti
(unsur-unsur yang menyusun Pancasila tersebut). Tepat 64 tahun usia Pancasila, sepatutnya
sebagai warga negara Indonesia kembali menyelami kandungan nilai-nilai luhur tersebut.
Ketuhanan (Religiusitas)
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu dengan sesuatu
yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia. Memahami Ketuhanan
sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang beketuhanan, yakni
membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai
ridlo Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang dilakukannya.
Dari sudut pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu
adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama
dan beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa
suatu keharusan bagi masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yang beriman kepada
Tuhan, dan masyarakat yang beragama, apapun agama dan keyakinan mereka.
Kemanusiaan (Moralitas)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran tentang
keteraturan, sebagai asas kehidupan, sebab setiap manusia mempunyai potensi untuk menjadi
manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab. Manusia yang maju peradabannya tentu
lebih mudah menerima kebenaran dengan tulus, lebih mungkin untuk mengikuti tata cara dan
pola kehidupan masyarakat yang teratur, dan mengenal hukum universal.
Kesadaran inilah yang menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat dan alam
semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih, serta dapat diimplementasikan
dalam bentuk sikap hidup yang harmoni penuh toleransi dan damai.
Persatuan (Kebangsaan) Indonesia
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran Indonesia dan
bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk
mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Marauke.
Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan dogmatik dan sempit, namun
harus menjadi upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih objektif dari dunia luar. Negara
Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dalam proses sejarah perjuangan panjang dan terdiri
dari bermacam-macam kelompok suku bangsa, namun perbedaan tersebut tidak untuk
dipertentangkan tetapi justru dijadikan persatuan Indonesia.
Permusyawaratan dan Perwakilan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan orang
lain, dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain
atas dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip-prinsip kerakyatan yang menjadi cita-cita
utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam dunia
modern, yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri, walau
berada dalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan pembaharuan.
Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang menampilkan rakyat berpikir dalam
tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri dari belenggu pemikiran
berazaskan kelompok dan aliran tertentu yang sempit.
Keadilan Sosial
Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak berpihakkan,
keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. Itu semua bermakna
mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara organik, dimana setiap anggotanya
mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada
kemampuan aslinya. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan
dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata.
Hakko Ichiu sebagai Ideologi Negara Jepang
Shinto adalah agama asli Jepang yang berakar pada kepercayaan animis Jepang kuno.
Kata Shinto berasal dari bahasa Tionghoa, “Shen” artinya roh, “Tao” berarti jalannya dunia,
bumi, dan langit.1) Dengan demikian Shinto berarti perjalanan roh yang baik.
Menurut Shinto, Hakko Ichiu itu diperintahkan oleh Jimmu Tenno (Tenno pertama ±
660 SM) sebagai dewa kepada bangsa Jepang untuk membentuk kekeluargaan yang meliputi
seluruh dunia. Hakko Ichiu dianggap sebagai titah dewa yang harus dilaksanakan.
Selanjutnya Hakko Ichiu diterangkan bahwa bangsa Jepang merupakan keluarga yang sah,
sedangkan bangsa-bangsa lain tidak, karena itu Jepang boleh memperlakukannya dengan
sewenang-wenang. Sebagai keluarga yang sah, Jepang berhak atas seluruh dunia agar dunia
dapat disusun sebagai satu kekeluargaan.2)
Sejak Restorasi Meiji (1868), agama Shinto dijadikan agama negara dan mendapat
kedudukan istimewa dalam pemerintahan. Pejabat-pejabat Shinto mendapat kedudukan
penting dalam kabinet, dan doktrin-doktrin yang didasarkan pada Shinto dipropagandakan
oleh pemerintah. Isi Hakko Ichiu dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan pada masa itu.
Isinya Hakko Ichiu sebagai berikut:
1. Jepang adalah pusat dunia dan Kaisar sebagai pemimpinnya. Kaisar adalah Dewa di dunia
yang mendapat kedewaannya dari Amaterasu Omikami langsung.
2. Kami (dewa), melindungi Jepang dengan segala kekuatannya. Hal ini menjadikan Jepang
superior, lebih kuat, istimewa dibanding negara lain di dunia.
3. Semua hal tersebut adalah dasar dari Kodoshugisa (jalan Kekaisaran) sehingga Jepang
memiliki misi suci untuk menjadikan dunia sebagai satu keluarga dengan Jepang sebagai
pemimpin.
Menurut Hasbulla Bakri bahwa agama Shinto ini memang mempunyai kelebihan, yakni
dapat menarik hati golongan atas karena kekolotan mereka, dan dapat menarik hati golongan
bawah karena takhyul mereka. Itulah sebabnya agama Shinto sering digunakan sebagai alat
poltik.3)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hakko Ichiu (dunia sebagai satu keluarga)
adalah ajaran Shinto yang mengatakan bahwa Jepang harus menyusun dunia ini sebagai satu
“keluarga besar”, dan Jepang bertindak sebagai “kepala keluarga”. Ajaran Hakko Ichiu ini
tentunya tak dapat terlaksana tanpa kemajuan yang telah dicapai oleh Jepang, terutama dalam
bidang perdagangan dan industri. Ajaran tersebut telah ada sejak tahun 660 SM yang
merupakan perintah dari Tenno, namun pada kenyataannya nanti pada abad ke-19 Jepang
menjadi negara imperialis. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan yang dicapai setelah
Restorasi Meiji merupakan faktor utama yang menyebabkan Jepang menjadi negara
imperialis.
BERDASARKAN SISTEM PEMERINTAHAN:
Sistem Pemerintahan Indonesia dan Jepang
Secara lompatan sejarah, maka Jepang melakukan lompatan yang sangat jauh dan cepat
perkembangannya, sejak pra sejarah, zaman klasik, pertengahan sampai zaman modern
Jepang memberikan sebuah pelajaran bagi dunia tentang bagaimana cara bangkit dari
kehancuran dan melompat dengan cepat dan dengan jarak yang jauh, (Kaizen, perbaikan terus
menerus).
Jepang modern, memiliki konsep demokrasi yang khas, “dengan ini memproklamasikan
bahwa kekuasaan tertinggi terletak ditangan rakyat” adalah bunyi bagian dari Pembukaan
Konstitusi Jepang. Namun di tengah konsep demokrasi itu, konsep Kekaisaran masih tetap
dipertahankan (monarkhi konstitusional). “Kaisar harus merupakan lambang dari negaradan
dari persatuan rakyat, yang memperoleh kedudukannya dari kehendak rakyat yang
memegang kedaulatan tertinggi.” (Pasal 1 Konstitusi Jepang).
Jepang adalah anti Perang. Pasal 9 Bab II tentang Penolakan Terhadap Perang, yang
berbunyi: Paragraf pertama “Dengan mencita-citakan secara sungguh-sunguh akan suatu
perdamaian internasional yang didasarkan atas keadilan dan ketertiban, rakyat
Jepang selama-lamanya menolak perang sebagai suatu hak berdaulat dari bangsa serta
ancaman atau penggunaan dari kekuatan sebagai sarana-sarana penyelesaian perselisihan
internasional.”Paragraf kedua: “Agar supaya untuk melengkapi sasaran dari
paragraphsebelumnya, angkatan-angkatan darat, laut dan udara, demikian pula potensi
perang lainnya, tidak akan dipelihara Hak mengenai pernyataan perang dari pemerintah
tidak akan dikenal”. Sehingga dengan ini Jepang disebut sebagai
Negara Demokrasi Pasifis Jepang menganut Sistem Pemerintahan Parlementer, dengan
argumnetasi:
Pertama, Kabinet Jepang dipimpin oleh Perdana Menteri yang dibentuk oleh atau atas
dasar kekuatan dan atau kekuatan-kekuatan yang menguasai parlemen. (Pasal 66 Konstitusi
Jepang), Kedua, Para anggota kabinet Jepang mayoritas harus dipilih dari antara anggota-
anggota parlemen (Diet). (Pasal 68 Konstitusi Jepang), Ketiga, Kabinet dengan ketuanya
bertanggungjawab kepada parlemen. Apabila kabinet atau seorang atau beberapa orang
anggotanya mendapat mosi tidak percaya dari parlemen, maka kabinet atau seorang atau
beberapa orang daripadanya harus mengundurkan diri.(Pasal 66 dan 69 Konstitusi
Jepang), Keempat, Sebagai imbangan dapat dijatuhkannya kabinet, maka Kaisar Jepang
dengan saran atau nasehat perdana menteri dapat membubarkan parlemen. (Pasal 7 Konstitusi
Jepang), Kelima, Hubungan yang erat antara Legislatif (parlemen) dengan Eksekutif. Dimana
kabinet hanya hanya bisa menjalankan program bila ada persetujuan dari
parlemen. Keenam, Adanya hubungan saling ketergantungan
(interdependensi). Ketujuh, Sifat hubungan antara Eksekutif dan Legislatif
bersifat Sub dan Supra ordinatif. (Pasal 41 Konstitusi Jepang)
Ketatanegaraan Indonesia setelah Amandemen UUD 1945 melahirkan perubahan yang
sangat besar dimana UUD 1945 setelah perubahan memunculkan lembaga-lembaga baru
seperti Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, Komisi Pemilihan Umum, dan Bank
Indonesia. DPR juga dipertegas kewenangannya baik dalam fungsi legislasi maupun fungsi
pengawasan. Aturan tentang BPK ditambah. MPR berubah kedudukannya dari lembaga
tertinggi negara menjadi lembaga join session antara DPR dan DPD (bicameral). DPA
dihapus karena dilihat fungsinya tidak lagi strategis.
Amandemen UUD 1945 telah memberikan nilai pergeseran yang sangat berarti dan
besar dalam penyelenggaraan sistem ketatanegaraan Indonesia yang mencoba untuk lebih
demokratis. Hal ini terlihat jelas dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 perubahan ketiga,
dinyatakan bahwa “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar”. Kerangka pemikiran tersebut diatas telah memperkuat sistem pemerintahan
Presidensiil di Indonesia, dengan mengubah pola hubungan antara lembaga-lembaga tinggi
negara.
MPR yang pasca amandemen UUD 1945 merupakan join session antara DPR dan DPD
merubah paradigma sistem lembaga perwakilan rakyat Indonesia yang lama, sehingga
sekarang Indonesia menganut sistem dua kamar (bicameral) yang mana pada sistem ini
dikenal dua badan terpisah, seperti DPR dan Senat, atau Majelis Tinggi dan Majelis Rendah.
Dengan dua majelis yang terpisah ini lebih menguntungkan karena menjamin kualitas produk
legislatif dan pengawasan atas eksekutif dapat dilakukan dua kali (double check), menurut
Harun Alrasid, susunan MPR dengan sistem dua kamar ini bisa merumuskan tugas dan
wewenang lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif lebih fundamental dan lebih efektif
dibandingkan dengan mengusulkan reposisi lembaga MPR, DPR, dan kepresidenan; apakah
menganut trias politica murni atau tidak dalam pembagian kekuasaan dan kewenangan
lembaga-lembaga negara.
Perubahan dari sistem satu kamar (unicameral) menjadi dua kamar (bicameral) tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan dengan sistem pemilihan Presiden secara langsung oleh
rakyat. Karena pada dasarnya, prinsip tersebut menurut Suwoto M. berkaitan dengan
ketentuan pola hubungan antar lembaga yang meliputi pada proses pembentukan dan
pengawasan kabinet, pertanggungjawaban kebijakan, serta pemberhentian Presiden dalam
masa jabatan. Dengan ketentuan tentang “impeachment” ini maka akan semakin jelas tentang
perbedaan mekanisme pemberhentian dalam masa jabatan yang dilakukan oleh parlemen
terhadap Presiden.
Perbandingan Sosial Budaya Indonesia dengan Jepang :
Tradisi Penamaan di Jepang
Nama di Jepang terdiri dari dua bagian : family name dan first name. Nama ini harus
dicatatkan di kantor pemerintahan (kuyakusho), selambat-lambatnya 14 hari setelah seorang
bayi dilahirkan. Semua orang di Jepang kecuali keluarga kaisar, memiliki nama keluarga.
Tradisi pemakaian nama keluarga ini berlaku sejak jaman restorasi Meiji, sedangkan di era
sebelumnya umumnya masyarakat biasa tidak memiliki nama keluarga. Sejak restorasi meiji,
nama keluarga menjadi keharusan di Jepang. Dewasa ini ada sekitar 100 ribu nama keluarga
di Jepang, dan diantaranya yang paling populer adalah Satou dan Suzuki. Jika seorang wanita
menikah, maka dia akan berganti nama keluarga, mengikuti nama suaminya. Namun
demikian, banyak juga wanita karir yang tetap mempertahankan nama keluarganya. Dari
survey yang dilakukan pemerintah tahun 1997, sekitar 33% dari responden menginginkan
agar walaupun menikah, mereka diizinkan untuk tidak berganti nama keluarga [2]. Hal ini
terjadi karena pengaruh struktur masyarakat yang bergeser dari konsep “ie”(家) dalam tradisi
keluarga Jepang. Semakin banyak generasi muda yang tinggal di kota besar, sehingga
umumnya menjadi keluarga inti (ayah, ibu dan anak), dan tidak ada keharusan seorang wanita
setelah menikah kemudian tinggal di rumah keluarga suami. Tradisi di Jepang dalam memilih
first name, dengan memperhatikan makna huruf Kanji, dan jumlah stroke, diiringi dengan
harapan atau doa bagi kebaikan si anak.
Tradisi penamaan di Indonesia
Adapun masyarakat di Indonesia tidak semua suku memiliki tradisi nama keluarga.
Masyarakat Jawa misalnya, tidak memiliki nama keluarga. Tetapi suku di Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi memiliki nama keluarga. Dari nama seseorang, kita dapat
memperkirakan dari suku mana dia berasal, agama apa yang dianut dsb. Berikut karakteristik
nama tiap suku di Indonesia
Suku Jawa (sekitar 45% dari seluruh populasi) : biasanya diawali dengan Su (untuk laki-
laki) atau Sri (untuk perempuan), dan memakai vokal “o”. Contoh : Sukarno, Suharto, Susilo,
Joko, Anto, Sri Miranti, Sri Ningsih.
Suku Sunda(sekitar 14% dari seluruh populasi) : banyak yang memiliki perulangan suku
kata. Misalnya Dadang, Titin, Iis, Cecep
Suku Batak : beberapa contoh nama marga antara lain Harahap, Nasution.
Suku Minahasa : beberapa contoh nama marga antara lain Pinontoan, Ratulangi.
Suku Bali : Ketut, Made, Putu, Wayan dsb. Nama ini menunjukkan urutan, bukan
merupakan nama keluarga.
Selain nama yang berasal dari tradisi suku, banyak nama yang diambil dari pengaruh
agama. Misalnya umat Islam : Abdurrahman Wahid, Abdullah, dsb. Sedangkan umat Katolik
biasanya memakai nama baptis : Fransiskus, Bonivasius, Agustinus, dsb.
Perbandingan kedua tradisi
Persamaan antara kedua tradisi :
Baik di Jepang maupun di Indonesia dalam memilih nama (first name) sering memilih kata
yang mensimbolkan makna baik, sebagai doa agar si anak kelak baik jalan hidupnya. Khusus
di Jepang, banyaknya stroke kanji yang dipakai juga merupakan salah satu pertimbangan
tertentu dalam memilih huruf untuk anak. Umumnya laki-laki di Jepang berakhiran “ro” (郎),
sedangkan perempuan berakhiran “ko” (子)
Perbedaan antara kedua tradisi sbb.
1. Di Jepang, nama keluarga dimasukkan dalam catatan sipil secara resmi, tetapi di Indonesia
nama keluarga ini tidak dicatatkan secara resmi di kantor pemerintahan. Nama family/marga
tidak diperkenankan untuk dicantumkan di akta kelahiran
2. Di Jepang setelah menikah seorang wanita akan berganti nama secara resmi mengikuti nama
keluarga suaminya. Sedangkan di Indonesia saat menikah, seorang wanita tidak berganti
nama keluarga. Tapi ada juga yang nama keluarga suami dimasukkan di tengah, antara first
name dan nama keluarga wanita, sebagaimana di suku Minahasa. Di Indonesia umumnya
setelah menikah nama suami dilekatkan di belakang nama istri. Misalnya saja Prio Jatmiko
menikah dengan Sri Suwarni, maka istri menjadi Sri Suwarni Jatmiko. Tetapi penambahan ini
tidak melewati proses legalisasi/pencatatan resmi di kantor pemerintahan.
3. Huruf Kanji yang bisa dipakai untuk menyusun nama anak di Jepang dibatasi oleh
pemerintah (sekitar 2232 huruf, yang disebut jinmeiyo kanji), sedangkan di Indonesia tidak
ada pembatasan resmi untuk memilih kata yang dipakai sebagai nama anak
Pemakaian gesture/gerak tubuh untuk memberikan penghormatan dan kasih sayang
Salah satu topik menarik untuk dibahas adalah bagaimana memakai bahasa tubuh untuk
mengungkapkan penghormatan. Jepang dan Indonesia memiliki cara berlainan dalam
mengekspresikan terima kasih, permintaan maaf, dsb.
Ojigi
Dalam budaya Jepang ojigi adalah cara menghormat dengan membungkukkan badan,
misalnya saat mengucapkan terima kasih, permintaan maaf, memberikan ijazah saat wisuda,
dsb. Ada dua jenis ojigi : ritsurei ( 立 礼 ) dan zarei ( 座 礼 ). Ritsurei adalah ojigi yang
dilakukan sambil berdiri. Saat melakukanojigi, untuk pria biasanya sambil menekan pantat
untuk menjaga keseimbangan, sedangkan wanita biasanya menaruh kedua tangan di depan
badan. Sedangkan zarei adalah ojigi yang dilakukan sambil duduk. Berdasarkan
intensitasnya, ojigi dibagi menjadi 3 : saikeirei ( 最 敬 礼 ), keirei ( 敬 礼 ), eshaku ( 会 釈 ).
Semakin lama dan semakin dalam badan dibungkukkan menunjukkan intensitas perasaan
yang ingin disampaikan. Saikeirei adalah level yang paling tinggi, badan dibungkukkan
sekitar 45 derajat atau lebih. Keirei sekitar 30-45 derajat, sedangkan eshaku sekitar 15-30
derajat. Saikeirei sangat jarang dilakukan dalam keseharian, karena dipakai saat
mengungkapkan rasa maaf yang sangat mendalam atau untuk melakukan sembahyang. Untuk
lebih menyangatkan,ojigi dilakukan berulang kali. Misalnya saat ingin menyampaikan
perasaan maaf yang sangat mendalam. Adapun dalam budaya Indonesia, tidak dikenal ojigi.
Jabat tangan
Tradisi jabat tangan dilakukan baik di Indonesia maupun di Jepang melambangkan
keramahtamahan dan kehangatan. Tetapi di Indonesia kadang jabat tangan ini dilakukan
dengan merangkapkan kedua tangan. Jika dilakukan oleh dua orang yang berlainan jenis
kelamin, ada kalanya tangan mereka tidak bersentuhan. Letak tangan setelah jabat tangan
dilakukan, pun berbeda-beda. Ada sebagian orang yang kemudian meletakkan tangan di dada,
ada juga yang diletakkan di dahi, sebagai ungkapan bahwa hal tersebut tidak semata lahiriah,
tapi juga dari batin.
Cium tangan
Tradisi cium tangan lazim dilakukan sebagai bentuk penghormatan dari seorang anak
kepada orang tua, dari seorang awam kepada tokoh masyarakat/agama, dari seorang murid ke
gurunya. Tidak jelas darimana tradisi ini berasal. Tetapi ada dugaan berasal dari pengaruh
budaya Arab. Di Eropa lama, dikenal tradisi cium tangan juga, tetapi sebagai penghormatan
seorang pria terhadap seorang wanita yang bermartabat sama atau lebih tinggi. Dalam agama
Katolik Romawi, cium tangan merupakan tradisi juga yang dilakukan dari seorang umat
kepada pimpinannya (Paus, Kardinal). Di Jepang tidak dikenal budaya cium tangan.
Cium pipi
Cium pipi biasa dilakukan di Indonesia saat dua orang sahabat atau saudara bertemu,
atau sebagai ungkapan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya dan sebaliknya.
Tradisi ini tidak ditemukan di Jepang.
Sungkem
Tradisi sungkem lazim di kalangan masyarakat Jawa, tapi mungkin tidak lazim di suku
lain. Sungkem dilakukan sebagai tanda bakti seorang anak kepada orang tuanya, seorang
murid kepada gurunya. Sungkem biasa dilakukan jika seorang anak akan melangsungkan
pernikahan, atau saat hari raya Idul Fitri (bagi muslim), sebagai ungkapan permohonan maaf
kepada orang tua, dan meminta doa restunya.
Baik budaya Jepang maupun Indonesia memiliki keunikan tersendiri dalam
mengekspresikan rasa hormat, rasa maaf. Jabat tangan adalah satu-satunya tradisi yang
berlaku baik di Jepang maupun Indonesia. Kesalahan yang sering terjadi jika seorang
Indonesia baru mengenal budaya Jepang adalah saat melakukan ojigi, wajah tidak ikut
ditundukkan melainkan memandang lawan bicara. Hal ini mungkin terjadi karena
terpengaruh gaya jabat tangan yang lazim dilakukan sambil saling berpandangan mata.
Kesalahan lain yang juga sering terjadi adalah mencampurkan ojigi dan jabat tangan. Hal ini
juga kurang tepat dipandang dari tradisi Jepang.
Perbandingan antara Jepang dan Indonesia
Perbandingan Jepang Indonesia
Bentuk Negara Monarkhi Konstitusional Republik (Negara
Kesatuan)
Demokrasi Demokrasi Pasifis Demokrasi Pancasila
Sistem
Pemerintahan
Parlementer Presidensiil
Kepala Negara Kaisar Presiden
Kepala
Pemerintahan
Perdana Menteri Presiden
Sistem dua kamar (bicameral) kita masih setengah-setengah, peranan DPD sangatlah
minim, hal ini juga sejalan dengan bentuk Negara kita yang berbentuk Negara Kesatuan,
bukan sebagai Negara Federal, walaupun dengan keberadaan Otonomi Daerah yang ada
sekarang ini akhirnya menambah campur aduknya sistem yang ada, Antara Federal dan
Kesatuan, antara Parlementer dan Presidensil, Antara satu kamar (unicameral) dan dua kamar
(bicameral).
Kesimpulan
Sistem pemerintahan Republik Indonesia (RI) menurut UUD yang sudah diamandemen
adalah sistem pemerintahan Presidensial yang tidak bertanggung jawab kepada parlemen.
Ekonomi, Budaya, Politik memiliki keterkaitan dalam membawa Indonesia menjadi lebih
baik.
Antara Indonesia maupun Jepang memiliki persamaan dalam hal budaya, ekonomi,
maupun politik. Kedua Negara memiliki bentuk demografi yang sama, sehingga dalam
pembangunan ekonomi Indonesia-Jepang sama-sama menekankan terhadap ekonomi
kelautan yang dimilikinya. Faktor penjajahan yang dilakukan Jepang terhadap Indonesia telah
membuat sistem-sistem budaya dalam masyarakat memiliki persamaan, sebagai contoh
penghormatan terhadap yang lebih tua menjadi nilai moral yang tinggi. Dalam
kepemerintahan dan politik kedua Negara sama-sama menerapkan sistem demokrasi, namun
dalam pelaksanaan kepemerintahan Indonesia dilaksanakan oleh Presiden sedangkan Jepang
Perdana Menteri. Kaisar hanya dijadikan sebagai symbol pemersatu rakyat.
Perbandingan budaya antara Indonesia dan Jepang bermanfaat untuk mengetahui pola
berfikir bangsa Indonesia dan bangsa Jepang. Salah satu kesulitan utamanya adalah
perbedaan karakteristik kedua bangsa.
Baik budaya Jepang maupun Indonesia memiliki keunikan tersendiri dalam
mengekspresikan rasa hormat, rasa maaf. Jabat tangan adalah satu-satunya tradisi yang
berlaku baik di Jepang maupun Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta:
Konstitusi Press, 2005.
Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 2000)
Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik. (Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press, 2008)
David Easton, Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik. (Jakarta : PT. Bina Aksara, 1984)
http://asnugroho.wordpress.com/2006/08/31/perbandingan-budaya-indonesia-dan-jepang/
MANAJEMEN LINTAS BUDAYA
NAMA KELOMPOK :
1.HALIM AKBAR HAFILUDIN 120211100024
2. M.IQBAL ZIDNI 120211100096
3. FARIZ MAHMUDI 120211100123
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2015