peranan etika budaya batak terhadap motivasi kerja …

14
Vol. 1, No. 2, February-August 2019 ISSN 2622-8823 Page | 400 ojs-unita.com PERANAN ETIKA BUDAYA BATAK TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA UPTD BENIH INDUK ANEKA TANAMAN GABE HUTARAJA Santi Wina Sibagariang 1) , Joan Berlin Damanik 2) , Hotlin Siregar 3) 1 Fakultas Ekonomi, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli Email : [email protected] 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli Email : [email protected] 3 Fakultas Ekonomi, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli Email : [email protected] Abstract - In an organization or agency, the role of human resources who have adaptive, innovative and competitive abilities, and are able to collaborate is very important. Indirectly these resources are the main supporting elements in the activities of an organization or institution, so that the organization or institution's progress or withdrawal depends on the quality of the HR. Educated human resources must of course be accompanied by good ethics too. Success can be achieved if you have good ethics. The Regional Technical Implementation Unit (UPTD) of Aneka Tanaman Gabe Hutaraja Parent Seed Hutaraja Village, Sipoholon Subdistrict North Tapanuli Regency is one of the technical service units in the scope of the Agriculture Service Office of North Sumatra Province which plays a role in the procurement of high-quality horticulture seeds. Human resources who are reliable and competent and accompanied by cultural ethics are the driving factors for the superiority of the company's productivity and the achievement of the company's vision and mission. Ethical behavior that has developed in the company raises a situation of mutual trust between companies and stakeholders, which allows companies to increase long-term benefits. The Ethics of Batak Culture, known as the custom of "Dalihan Na Tolu" applied at the Gabung Hutaraja UPTD Seed of the Aneka Tanaman Parent, gave a significant contribution to the formation of ethical behavior which is a set of values and norms that guide employee actions. Ethics of Batak Culture can encourage the creation of ethical behavior and vice versa can also encourage unethical behavior. The purpose of the study is to know knowing a. the role of ethics in the race for the work motivation of employees at Gabe Hutaraja's UPTD of various plant seeds, b. Knowing the role of ethics is that mardongan tubu is against the work motivation of employees at Gabe Hutaraja's UPTD of Aneka Tanaman Seed, c. Determine the role of marboru electek ethics on employee work motivation at Gabe Hutaraja UPTD of various seed plants, d. Knowing the role of ethics in the marhula-hula race, the ethics of manat mardongan tubu, the ethics of marboru electek on employee work motivation at Gabe Hutaraja's Variety Plant Seed UPTD. This type of research is qualitative research, namely: Data Reduction, Data Presentation, Data Verification and Triangulation. The results of the study are based on the results of the analysis that the Ethics of Batak Culture, namely Somba Marhula-hula Ethics (X1), Manat Ethics Mardongan Tubu (X2), and Elek Marboru Ethics (X3) have a role on Employee Work Motivation (Y) at Various Parent UPTD Seeds Gabe Hutaraja Plant. Keywords: Batak cultural ethics, employee work motivation

Upload: others

Post on 12-Mar-2022

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Vol. 1, No. 2, February-August 2019

ISSN 2622-8823

Page | 400

ojs-unita.com

PERANAN ETIKA BUDAYA BATAK TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA

UPTD BENIH INDUK ANEKA TANAMAN GABE HUTARAJA

Santi Wina Sibagariang

1), Joan Berlin Damanik

2), Hotlin Siregar

3)

1Fakultas Ekonomi, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli

Email : [email protected] 2Fakultas Ekonomi, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli

Email : [email protected] 3Fakultas Ekonomi, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli

Email : [email protected]

Abstract - In an organization or agency, the role of human resources who have adaptive, innovative and

competitive abilities, and are able to collaborate is very important. Indirectly these resources are the main

supporting elements in the activities of an organization or institution, so that the organization or institution's

progress or withdrawal depends on the quality of the HR. Educated human resources must of course be

accompanied by good ethics too. Success can be achieved if you have good ethics. The Regional Technical

Implementation Unit (UPTD) of Aneka Tanaman Gabe Hutaraja Parent Seed Hutaraja Village, Sipoholon

Subdistrict North Tapanuli Regency is one of the technical service units in the scope of the Agriculture Service

Office of North Sumatra Province which plays a role in the procurement of high-quality horticulture seeds.

Human resources who are reliable and competent and accompanied by cultural ethics are the driving factors for

the superiority of the company's productivity and the achievement of the company's vision and mission. Ethical

behavior that has developed in the company raises a situation of mutual trust between companies and

stakeholders, which allows companies to increase long-term benefits. The Ethics of Batak Culture, known as the

custom of "Dalihan Na Tolu" applied at the Gabung Hutaraja UPTD Seed of the Aneka Tanaman Parent, gave a

significant contribution to the formation of ethical behavior which is a set of values and norms that guide

employee actions. Ethics of Batak Culture can encourage the creation of ethical behavior and vice versa can

also encourage unethical behavior. The purpose of the study is to know knowing a. the role of ethics in the race

for the work motivation of employees at Gabe Hutaraja's UPTD of various plant seeds, b. Knowing the role of

ethics is that mardongan tubu is against the work motivation of employees at Gabe Hutaraja's UPTD of Aneka

Tanaman Seed, c. Determine the role of marboru electek ethics on employee work motivation at Gabe Hutaraja

UPTD of various seed plants, d. Knowing the role of ethics in the marhula-hula race, the ethics of manat

mardongan tubu, the ethics of marboru electek on employee work motivation at Gabe Hutaraja's Variety Plant

Seed UPTD. This type of research is qualitative research, namely: Data Reduction, Data Presentation, Data

Verification and Triangulation. The results of the study are based on the results of the analysis that the Ethics of

Batak Culture, namely Somba Marhula-hula Ethics (X1), Manat Ethics Mardongan Tubu (X2), and Elek

Marboru Ethics (X3) have a role on Employee Work Motivation (Y) at Various Parent UPTD Seeds Gabe

Hutaraja Plant.

Keywords: Batak cultural ethics, employee work motivation

Vol. 1, No. 2, February-August 2019

ISSN 2622-8823

Page | 401

ojs-unita.com

I. PENDAHULUAN

SDM yang terdidik tentunya harus dibarengi dengan

etika yang baik juga. Kesuksesan dapat tercapai jika

memiliki etika yang baik. Dalam sebuah

perusahaan, etika merupakan salah satu hal yang

terpenting untuk memotivasi kinerja pegawai. Etika

merupakan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah

dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang

baik. Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang

terinternalisasi dalam perusahaan, maka akan

berpotensi menjadi dasar kekuatan perusahaan dan

akhirnya akan berpotensi menjadi stimulus dalam

memotivasi pegawai untuk meningkatkan

kinerjanya. Kemampuan seorang profesional untuk

dapat mengerti terhadap adanya masalah etika

dalam profesinya sangat dipengaruhi oleh

lingkungan, sosial budaya, dan masyarakat dimana

dia berada. Budaya perusahaan memberikan

sumbangan yang sangat berarti terhadap perilaku

etis. Perusahaan akan menjadi lebih baik jika

mereka membudayakan etika dalam lingkungan

perusahaannya.

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Benih Induk

Aneka Tanaman Gabe Hutaraja Desa Hutaraja

Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara

adalah salah satu unit pelayanan teknis lingkup

Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang

berperan dalam pengadaan bibit hortikultura yang

bermutu tinggi. Etika Budaya Batak yang dikenal

dengan adat istiadat “Dalihan Na Tolu” yang

diterapkan di UPTD Benih Induk Aneka Tanaman

Gabe Hutaraja memberi kontribusi yang signifikan

terhadap pembentukan perilaku etis yang

merupakan seperangkat nilai dan norma yang

membimbing tindakan pegawai. Etika Budaya

Batak dapat mendorong terciptanya perilaku etis

dan sebaliknya dapat pula mendorong perilaku yang

tidak etis. Perilaku tidak etis ini dapat terjadi akibat

penyalahgunaan etika budaya batak. Budaya suku

batak berupa relasi antar keluarga atau antar marga

bisa dikatakan sangat kuat. Kuat lemahnya diukur

dengan garis keturunan. Semakin dekat garis

keturunan tersebut, dapat dikatakan semakin dekat

hubungan kekerabatannya. Ada potensi

penyalahgunaan yang tersembunyi dalam hubungan

kekerabatan ini. Eratnya kekerabatan sering sekali

disalahgunakan pihak–pihak tertentu untuk

melakukan perbuatan yang tidak benar. Contohnya,

nepotisme yang memutuskan untuk memilih

saudara dekat, karena hubungan kekerabatan

bukannya kemampuan adalah salah satu praktik

nyata. Sehingga jika ini terjadi didalam perusahaan,

maka perusahaan itu menjadi perusahaan keluarga

yang timpang. Etika Dalihan Na Tolu yaitu Etika

Batak somba marhula-hula sebagai raja (pembuat

keputusan), dongan tubu (bisa jadi semarga dengan

hula-hula atau semarga boru), boru sebagai pelayan

(pelaksana keputusan). Etika Dalihan Na Tolu

ditinjau dari sisi budaya kerja berarti mengerti

posisi, yaitu:

a. Posisi sebagai pimpinan dengan gaya

kepemimpinan (Hula-hula)

b. Posisi sebagai rekan kerja (Dongan Tubu)

c. Posisi sebagai pesuruh, karyawan, karier

terbawah dengan perilaku kerja (Boru).

Posisi hula-hula atau pimpinan pada UPTD Benih

Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja mempunyai

peranan yang sangat menentukan dalam mencapai

keberhasilan dan kegagalan dalam meraih tujuan

visi dan misi organisasi. Dengan kata lain kualitas

kepemimpinan menentukan tercapai tidaknya tujuan

organisasi. Keberhasilan suatu organisasi sangat

dipengaruhi oleh kinerja pemimpin dan

bawahannya. Setiap organisasi maupun perusahaan

akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja

pegawainya, dengan harapan apa yang menjadi

tujuan perusahaan akan tercapai. Seorang pemimpin

yang dapat menggerakkan secara benar bawahannya

dapat memotivasi kinerja positif bagi internal

perusahaan sehingga berdampak signifikan terhadap

Vol. 1, No. 2, February-August 2019

ISSN 2622-8823

Page | 402

ojs-unita.com

perilaku dan kinerja pegawai. Setelah melakukan

observasi dan wawancara ternyata masih terdapat

beberapa pegawai yang masih menunda dalam

menyelesaikan pekerjaannya. Oleh karena itu

pemimpin sewajarnyalah harus memberikan

motivasi terhadap pegawainya untuk menciptakan

produktivitas bagi perusahaan sehingga pegawai

dapat menciptakan kinerja yang maksimal.

Posisi dongan tubu merupakan rekan kerja dalam

instansi UPTD Benih Induk Aneka Tanaman Gabe

Hutaraja. Rekan kerja dalam suatu tim dapat

mempengaruhi kepuasan kerja pegawai dan

membuat pekerjaan terasa lebih menyenangkan.

Dukungan rekan kerja, termasuk motivasi dari rekan

kerja, keramahan dan pengaruh yang positif, dapat

dikaitkan dengan meningkatnya kinerja pegawai.

Hal tersebut terjadi karena rekan kerja merupakan

sumber motivasi dan informasi yang penting. Disisi

lain terdapat perselisihan sesama rekan kerja akibat

persaingan dalam mencapai jabatan tertinggi. Hal

ini sering menyebabkan timbulnya konflik antar

sesama rekan kerja dan hilangnya sikap saling

menghormati tentunya ini akan berdampak pada

penurunan produktivitas kinerja pegawai lainnya

dalam perusahaan.

Posisi Boru merupakan perilaku kerja pegawai pada

UPTD Benih Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja.

Dalam instansi ini, pimpinan berperan dalam

melihat potensi pegawai mengelek yang artinya

membujuk, mengambil hatinya, sehingga pegawai

mau untuk menunjukan kinerja yang maksimal.

Dengan gaya kepemimpinan yang baik yang

diterapkan oleh pemimpin dalam instansi melalui

kedisiplinan dan keramahan dalam kerja dapat

menjadi dorongan atau motivasi bagi pegawai

dalam meningkatkan kualitas kinerja. Para pekerja

berusaha menunjukkan kualitas kerja yang baik agar

dapat diakui dan dihargai oleh atasan atau teman

sekerjanya. Dalam paraktik kerjanya, masih ada

pegawai yang memiliki perilaku kerja yang kurang

baik akibat adanya kekerabatan dalam instansi.

Hubungan atasan yang begitu dekat dengan

bawahan sering disalahgunakan oleh bawahan

dengan berperilaku semena-mena atau bermalas-

malasan dalam bekerja, menunda pekerjaan, dan

perilaku negatif lainnya sehingga berdampak pada

penurunan produktivitas kinerja. Ini merupakan

salah satu perilaku tidak etis yang terjadi dalam

dunia kerja yang dilakukan oleh bawahan namun

tidak diberi sanksi oleh atasan karena adanya

hubungan kekerabatan. Jika ini tidak segera diatasi

maka ini juga berdampak pada motivasi kerja

pegawai lainnya yang semakin menurun.

Untuk menghindari perilaku tidak etis ini, pimpinan

perusahaan dengan menerapkan etika budaya batak

dengan baik disertai dengan pengawasan diharapkan

mampu membentuk karakter dan perilaku pegawai

dalam meningkatkan kualitas kinerja. Kebijakan

perusahaan untuk memberikan perhatian serius pada

perusahaan akan memberikan citra bahwa

manajemen akan mendukung perilaku etis dalam

perusahaan.

Masalah yang dirumuskan adalah :

a. Bagaimana peranan etika somba marhula-hula

terhadap motivasi kerja pegawai pada UPTD

Benih Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja?

b. Bagaimana peranan etika manat mardongan

tubu terhadap motivasi kerja pegawai pada

UPTD Benih Induk Aneka Tanaman Gabe

Hutaraja?

c. Bagaimana peranan etika elek marboru terhadap

motivasi kerja pegawai pada UPTD Benih

Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja?

d. Bagaimana peranan etika somba marhula-hula,

etika manat mardongan tubu, etika elek marboru

terhadap motivasi kerja pegawai pada UPTD

Benih Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja?

Vol. 1, No. 2, February-August 2019

ISSN 2622-8823

Page | 403

ojs-unita.com

Tujuan penelitian ini adalah,

a. Mengetahui peranan etika somba marhula-hula

terhadap motivasi kerja pegawai pada UPTD

Benih Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja.

b. Mengetahui peranan etika manat mardongan

tubu terhadap motivasi kerja pegawai pada

UPTD Benih Induk Aneka Tanaman Gabe

Hutaraja.

c. Mengetahui peranan etika elek marboru

terhadap motivasi kerja pegawai pada UPTD

Benih Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja.

d. Mengetahui peranan etika somba marhula-hula,

etika manat mardongan tubu, etika elek

marboru terhadap motivasi kerja pegawai pada

UPTD Benih Induk Aneka Tanaman Gabe

Hutaraja.

Penelitian dilakukan di Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD) Benih Induk Aneka Tanaman

Gabe Hutaraja, Jalan Medan – Tarutung, Desa

Hutaraja, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten

Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara selama

3 bulan yaitu mulai bulan Juli sampai September

2018.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Etika

Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani

adalah “Ethos”, yang berarti norma-norma, nilai-

nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah

laku manusia yang baik. Secara sederhana, etika

diartikan sebagai ajaran tentang perikelakuan yang

didasarkan pada perbandingan mengenai apa yang

dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.

Simorangkir (2005:44) : etika atau etik sebagai

pandangan manusia dalam berperilaku menurut

ukuran dan nilai yang baik. Hanafiah (2009:2) :

etika adalah ilmu yang mempelajari azas akhlak

untuk menyatakan sesuatu sikap atau pandangan

yang secara etis dapat diterima dan tidak dapat

diterima. Salam (2016:324) : etika adalah cabang

filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma

moral yang menentukan prilaku manusia dalam

hidupnya.

B. Budaya Batak

Orang Batak adalah penutur bahasa

Austronesia namun tidak diketahui kapan nenek

moyang orang Batak pertama kali bermukim di

Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-

bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang

berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah

ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500

tahun lalu, yaitu di zaman batu muda

(Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ada

artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang

ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga

bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke

Sumatera Utara di zaman logam. Pada abad ke-6,

pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan

kota dagang Barus, di pesisir barat Sumatera Utara.

Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan

oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari

tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah

satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada

abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini

menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil

dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya,

perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai

oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan

koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara.

Koloni-koloni mereka terbentang dari

Barus, Sorkam, hingga Natal. Batak merupakan

salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini

merupakan sebuah tema kolektif untuk

mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang

bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera

Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang

dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba,

Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun,

Batak Angkola, dan Batak Mandailing.

Vol. 1, No. 2, February-August 2019

ISSN 2622-8823

Page | 404

ojs-unita.com

Antonius (2006:18) mengemukakan bahwa: Suku

Batak masih terbagi-bagi ke dalam beberapa sub-

suku, yang pembagiannya mempunyai bahasa Batak

yang mempunyai perbedaan dialek yaitu Batak Karo

yang menempati bagian barat Tapanuli, Batak

Timur atau Simalungun di timur Danau Toba, Batak

Toba di tanah Batak Pusat dan di antara Padan

Lawas dan Batak Angkola yang menempati daerah

Angkola, Sipirok dan Sibolga bagian selatan.

Subsuku Karo yang disebut masyarakat Batak Karo

adalah suku asli yang mendiami daratan tinggi

Karo. Nama suku ini dijadikan nama kabupaten di

salah satu wilayah yang mereka diami yaitu

Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri

yang disebut Bahasa Karo. Pakaian adatnya

didominasi dengan warna merah serta hitam dan

dengan perhiasan emas.

Subsuku Batak Simalungun yang disebut

masyarakat Batak Simalungun menetap di

kabupaten Simalungun dan sekitarnya. Sepanjang

sejarah suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan.

Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik,

dan tiga marga pendatang yaitu, Saragih, Sinaga dan

Purba. Kemudian marga-marga (nama keluarga)

tersebut menjadi marga besar di Simalungun.

Masyarakat Batak Angkola mendiami wilayah

Angkola tepatnya di Tapanuli Selatan. Kampung

yang ada pertama kali adalah Sitamiang yang

didirikan oleh oppu Jolak Maribu yang bermarga

Dalimunthe, dan memberi nama daerah-daerah di

Angkola sekarang seperti : Pargurutan (tempatnya

mengasah pedang) Tanggal (tepatnya menanggalkan

hari atau tempat kalender Batak) Sitamiang, dan

lainnya.

Vergouwen (1986:121) menjelaskan bahwa :

“Masyarakat adat Batak Toba merupakan

sekelompok orang yang terdiri dari marga-marga

sebagai suatu unit, para anggotanya satu, senasib

sepenanggungan, berasal dari kampung leluhur yang

sama, bersifat kesilsilahan atau kewilayahan dan

menyandang nilai hukum.” Masyarakat adat Batak

adalah masyarakat setempat yang terdiri dari orang-

orang Batak yang memiliki marga serta adat istiadat

orang Batak.

Etika dalam budaya batak dikenal dengan adat

istiadat. Etika atau adat istiadat yang diterapkan

oleh suku batak adalah Dalihan na Tolu. Antonius

(2006:100) menjelaskan bahwa : Dalihan Na Tolu

dapat diartikan sebagai Tumpuan Tiga Serangkai

atau dalam definisi lebih jelas, Dalihan Na Tolu

merupakan suatu sistem sosial di tanah Batak yang

menempatkan posisi masing – masing orang Batak

pada kedudukan tertentu dimana setiap kedudukan

ini mempunyai fungsi dan tanggung jawab

tersendiri. Bunyi dari Etika Dalihan Na Tolu atau

yang disebut dengan Tungku Yang Tiga adalah:

Somba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu,

Elek Marboru. Latar belakang pembentukan atau

penciptaan lembaga Dalihan Na Tolu berbeda dari

lembaga pranata adat di daerah lain di Indonesia.

Dalihan Na Tolu tidak dibentuk berdasarkan

komitmen atau kesepakatan, melainkan muncul

sebagai kodrat karena adanya perkawinan dan

marga. Marga itu melekat dalam diri individu

tersebut dari pertama kali bernafas di dunia ini

sampai menghembuskan nafas yang terakhir di

dunia ini. Dalihan Na Tolu bagi suku Batak

merupakan budaya yang tidak lapuk karena panas

dan tidak luntur karena hujan, tahan uji dan selalu

relevan, sudah mendarah daging sehingga Dalihan

Na Tolu disebut sebagai etika deep culture, yaitu :

a. Somba marhula-hula (hormat kepada hula-

hula)

Hula-hula atau tondong, yaitu kelompok orang yang

posisinya “diatas” (Sinaga 2013:13). Golongan

hula-hula adalah pihak yang memberi pengantin

perempuan. Semua dongan sabutuha orangtua

pengantin perempuan menjadi hula-hula bagi pihak

pengantin laki-laki. Yang termasuk hula-hula, yakni

Vol. 1, No. 2, February-August 2019

ISSN 2622-8823

Page | 405

ojs-unita.com

bukan saja hanya pihak mertua dan semarganya,

tetapi juga tulang (paman), yakni saudara-saudara

ibu (maksudnya yang laki-laki). Tegasnya yang

disebut golongan hula-hula ialah klan yang memberi

putri. Perkawinan dengan putri tulang atau paman

merupakan perkawinan ideal bagi orang Batak

zaman dulu sampai sekarang. Perkawian demikian

disebut juga dengan kawin pariban. Tetapi tidak

seorang pun dapat mengawini anak saudara ayah

atau yang tergolong masih semarga, karena mereka

dianggap masih bersaudara.

Setiap orang Batak selalu menghargai pihak hula-

hulanya. Jika hula-hula mengunjungi boru oleh

karena kewajiban adat, mereka harus membawa

ikan (dengke) yang sudah dimasak baik-baik

bersama nasi. Demikian pula boru itu, jika

mengunjungi hula-hula sebab kewajiban adat, harus

membawa daging bersama nasi. Daging yang

dibawa itu tidak boleh sembarang daging, tidak

boleh daging yang dibeli dari pasar. Membawa

daging pasar (jagal onan) kurang menghormati

pihak hula-hula. Daging yang dimaksud haruslah

daging yang berasal dari daging hewan yang

dipotong baik serta mengikutsertakan bagian-bagian

penting menurut letak yang ditetapkan hukum adat.

Kalau seorang wanita disia-siakan atau diceraikan

oleh suaminya, maka pihak hula-hula harus

melindunginya. Pihak dongan sabutuha, pihak boru

harus pula aktif mengatasi persoalan itu. Hormat

pada pihak hula-hula adalah salah satu sebab

mengapa tidak mudah terjadi perceraian di kalangan

Suku Batak.

Pihak hula-hula itu dipandang boru sebagai

matahari kemuliaan dan sumber cahaya kehidupan

kepada marga boru. Karena itu layak disembah dan

dihormati agar memperoleh keselamatan dan

kesejahteraan. “Di dalam kebudayaan Batak Toba

dinamakan dalam bentuk ungkapan bahwa hula-

hula mataniari binsar, Debata natarida. Artinya

hula-hula adalah matahari terbit dan Tuhan yang

tampak, bagi kelompok boru (Antonius 2011:123)”.

b. Manat Mardongan Tubu (Saling menghormati

terhadap saudara sedarah)

Secara luas, dongan tubu adalah orang-orang yang

semarga. Sifat-sifat dongan tubu adalah seia sekata

dalam segala kegiatan yang berkaitan dengan adat

dan kehidupan sehari-hari. Sebagai orang-orang

yang semarga, mereka seperasaan dan

sepenanggungan. Jika timbul perselisihan diantara

orang yang bersaudara, pihak dongan tubu turut

menanganinya untuk menciptakan perdamaian.

Kepada unsur kelompok saudara semarga filosofi

hubungan adalah manat mardongan sabutuha/tubu

yang artinya penuh kehati-hatian, penuh

kebijaksanaan terhadap saudara semarga karena

mereka tinggal pada perkampungan yang sama,

memiliki pandangan yang sama, perkebunan yang

sama, halaman yang sama, bahkan persawahan yang

berdekatan (Tambunan 1982:111). Setiap hari

bertemu dan terlibat dalam upacara-upacara adat

dan keagamaan secara bersama. Situasi hubungan

yang frekuensinya tinggi demikian rentan terhadap

timbulnya kecemburuan, persaingan dan

pertikaian/perkelahian. Oleh karena itu, untuk

menghindari timbulnya konflik sesama saudara

maka diperlukan sikap hati-hati dan bijaksana

diantara mereka. Sangat dipercaya hau na jonok do

masiososan. artinya kayu yang tumbuh dekat yang

selalu bergesekan, bukan kayu yang berjauhan.

Perumpamaan posisi kayu yang berdekatan yang

selalu bergesekan, apalagi dihembus oleh angin

yang kencang dipakai sebagai padanan terjadinya

gesekan sosial yang negatif diantara orang yang

bersaudara satu marga.

c. Elek marboru (membujuk atau mengayomi boru)

Boru yaitu kelompok orang yang posisinya

“dibawah” (Sinaga 2013:14). Yang tergolong boru

dalam masyarakat Batak antara lain, suami anak

perempuan dan anak-anaknya, orangtua suaminya,

Vol. 1, No. 2, February-August 2019

ISSN 2622-8823

Page | 406

ojs-unita.com

dan dongan sabutuha suaminya. Kepada kelompok

boru, pihak hula-hula harus bersikap mengelek

maksudnya membujuk, mengambil hati, mengasihi,

dan memgayomi. Dalam soal ini terdapat pemikiran

cultural berbau ekonomi bahwa si boru sudah “di

jual” kepada marga lain sehingga sang boru tidak

mendapat apa-apa lagi dari ayah dan saudaranya.

Sementara sang boru wajib hormat/somba kepada

hula-hulanya selama hidupnya bahkan sampai

kepada keturunan-keturunannya. Wujud rasa hormat

tersebut diberikan dalam bentuk servis adat berupa

pemberian tumpak, tenaga, piso-piso, dan lain

sebagainya.

Filosofi hubungan sosial yang terikat dan dikandung

ketiga unsur kelompok masyarakat Batak Toba

yaitu Dalihan Na tolu dipercaya mampu menjaga

dan membangun keakraban sosial diantara orang

Batak toba khususnya serta suku bangsa Batak pada

umumnya. Oleh karena sikap sosial terhadap unsur

lain telah ditentukan dalam kebudayaan dan

dipatuhi secara turun temurun. Artinya setiap unsur

sudah mempunyai sistem budaya tertentu di dalam

berhubungan dengan unsur sosial yang lain.

C. Motivasi Kerja

Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti

dorongan, keinginan, sebab, atau alasan seseorang

melakukan sesuatu. Menurut Siagian (2009: 102),

menyatakan bahwa motivasi merupakan daya

dorong bagi seseorang untuk memberikan

kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan

organisasi mencapai tujuannya. Menurut Samsudin

(2010: 281) mengemukakan bahwa motivasi adalah

proses mempengaruhi atau mendorong dari luar

terhadap seseorang atau kelompok kerja agar

mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah

ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pegawai yang bekerja di Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD) Benih Induk Aneka Tanaman Gabe

Hutaraja berjumlah 24 orang. Penelitian ini

menggunakan sampel jenuh mencakup seluruh

pegawai yang bekerja di UPTD Benih Induk Aneka

Tanaman Gabe Hutaraja berjumlah 24 orang.

Teknik Pengumpulan Data adalah dengan

Observasi, Kuesioner dengan teknik yang

digunakan untuk menganalisis kualitas dari hasil

jawaban kuisioner adalah metode interval.

Dimana:

Jarak = Nilai tertinggi – Nilai terendah

Nilai Tertinggi = Total responden x Bobot tertinggi

= 24 x 5

= 120

Nilai Terendah = Total responden x Bobot terendah

= 24 x 1

= 24

Interval kelas penggolongan diperoleh dengan

penghitungan sebagai berikut:

Maka analisis kualitas dari hasil jawaban kuesioner

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Analisa Kualitas dari hasil jawaban kuesioner

NO Skore Interpretasi

1. 24 – 43,2 Sangat tidak baik

2. 43,3 – 62,4 Tidak baik

3. 62,5 – 81,6 Sedang

4. 81,7 – 100,8 Baik

5. 100,9 – 120 Sangat baik

Wawancara, Dokumentasi .

Teknik analisis atau pengolahan data adalah

penelitian kualitatif. Miles dan Huberman (1984),

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas

Vol. 1, No. 2, February-August 2019

ISSN 2622-8823

Page | 407

ojs-unita.com

sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam

analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang

terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verivikasi. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup

transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis,

interpretasi data dan triangulasi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah mendapatkan hasil dari kuesioner yang telah

dibagikan kepada pegawai Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD) Benih Induk Aneka Tanaman Gabe

Hutaraja yang berjumlah 24 orang, maka penulis

mengumpulkan dan mentabulasi skore yang telah

diperoleh dari setiap kuesioner dari variabel Etika

Somba Marhula-hula (X1), Etika Manat Mardongan

Tubu (X2), Etika Elek Marboru (X3), dan variabel

Motivasi Kerja (Y). dari skore yang diperoleh

tersebut akan dibandingkan dengan Analisis kualitas

dari hasil jawaban kuesioner untuk melihat kualitas

setiap jawaban dari kuesioner yang diperoleh dari

responden.

Tabel 4.23.

Skore dari Variabel Etika Somba Marhula-hula

(X1)

No Item

Pertanyaan

Skore Interpretasi

1 Pimpinan

membuat

keputusan yang

berhubungan

dengan kerja

untuk

dilaksanakan

pegawai

berdasarkan hasil

musyawarah

101 Sangat Baik

2 Pimpinan

memberi

kebebasan bagi

pegawai untuk

memberi

komentar

terhadap tugas

yang diberikan

dan memberi

pelatihan

94 Baik

3 Pimpinan

mengkomunikasi

kan tujuan dan

memberikan

kesempatan bagi

pegawai untuk

mencapai sesuatu

dengan cara

sendiri

93 Baik

4 Pimpinan

memberi

penghargaan

dalam bentuk

materi dan

perhatian kepada

pegawai yang

kinerjanya bagus

108 Sangat Baik

Sumber : Data kuesioner yang telah diolah

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa setiap

pertanyaan/kuesioner mempunyai skore diantara 93-

110 dengan jumlah skore rata-rata 99. Berdasarkan

interval analisis kualitas hasil jawaban kuesioner

maka skore dari variabel Etika Somba Marhula-hula

adalah baik. Ini menunjukkan bahwa Etika Somba

Marhula-hula mempunyai peranan terhadap

Motivasi Kerja Pegawai pada Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD) Benih Induk Aneka Tanaman Gabe

Hutaraja.

Vol. 1, No. 2, February-August 2019

ISSN 2622-8823

Page | 408

ojs-unita.com

Tabel 4.24.

Skore dari Variabel Etika Manat Mardongan

Tubu (X2)

No Item

Pertanyaan

Skore Interpretasi

1 Pegawai

bersaing secara

sehat dalam

memperoleh

jabatan

80 Sedang

2 Pegawai saling

menghormati

dan

menghargai

dalam

mendukung

kelancaran

kerja

104 Sangat Baik

3 Pegawai saling

memberi

dukungan dan

bantuan dalam

menyelesaikan

setiap masalah

yang muncul

103 Sangat Baik

4 Pegawai selalu

berupaya

menciptakan

suasana

kekeluargaan

yang harmonis

dengan rekan

kerja baik di

saat bekerja

maupun di luar

pekerjaan

100 Baik

Sumber : Data kuesioner yang telah diolah

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa setiap

pertanyaan/kuesioner mempunyai skore diantara 98-

104 dengan jumlah skore rata-rata 96,75.

Berdasarkan interval analisis kualitas hasil jawaban

kuesioner pada tabel 3.2. maka skore dari variabel

Etika Manat Mardongan Tubu adalah baik. Ini

menunjukkan bahwa Etika Manat Mardongan Tubu

mempunyai peranan terhadap Motivasi Kerja

Pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Daerah

(UPTD) Benih Induk Aneka Tanaman Gabe

Hutaraja.

Tabel 4.25.

Skore dari Variabel Etika Elek Marboru (X3)

No Item Pertanyaan Skore Interpretasi

1 Pegawai menjalin

hubungan sosial

dengan baik untuk

bekerjasama dalam

mencapai tujuan

bersama

98 Baik

2 Pegawai bekerja

secara produktif

dan efisien

96 Baik

3 Pegawai selalu

berusaha

menyelesaikan

pekerjaan tepat

waktu

85 Baik

4 Pegawai

bertanggung jawab

penuh atas

pekerjaan yang

diberikan

105 Sangat Baik

Sumber : Data kuesioner yang telah diolah

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa setiap

pertanyaan/kuesioner mempunyai skore diantara 63-

105 dengan jumlah skore rata-rata 96. Berdasarkan

interval analisis kualitas hasil jawaban kuesioner

pada tabel 3.2. maka skore dari variabel Etika Elek

Marboru adalah baik. Ini menunjukkan bahwa Etika

Elek Marboru mempunyai peranan terhadap

Motivasi Kerja Pegawai pada Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD) Benih Induk Aneka Tanaman Gabe

Hutaraja.

Vol. 1, No. 2, February-August 2019

ISSN 2622-8823

Page | 409

ojs-unita.com

Tabel 4.26.

Skore dari Variabel Motivasi Kerja (Y)

No Item Pertanyaan Skore Interpretasi

1 Instansi

menyediakan

sarana dan

prasarana yang

mendukung semua

aktivitas kegiatan

tugas

98 Baik

2 Pegawai merasa

aman dalam

bekerja karena

adanya jaminan

asuransi hidup dan

kesehatan

103 Sangat Baik

3 Pegawai dan rekan

kerja selalu saling

bekerjasama dalam

tim

104 Sangat Baik

4 Pimpinan selalu

menghargai

pendapat pegawai

101 Sangat Baik

5 Motivasi yang

diberikan oleh

pimpinan membuat

pegawai lebih

disiplin dalam

bekerja

107 Sangat Baik

Sumber : Data kuesioner yang telah diolah

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa setiap

pertanyaan/kuesioner mempunyai skore diantara 91-

107 dengan jumlah skore rata-rata 102,6.

Berdasarkan interval analisis kualitas hasil jawaban

kuesioner pada tabel 3.2. maka skore dari variabel

Motivasi Kerja adalah sangat baik. Ini menunjukkan

bahwa Motivasi Kerja Pegawai mempunyai peranan

pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Benih

Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja.

Dari hasil kuesioner yang disebar dan ditabulasi

sudah didapatkan hasil bahwa Etika Somba

Marhula–hula, Etika Manat Mardongan Tubu, dan

Etika Elek Marboru mempunyai peranan terhadap

Motivasi Kerja Pegawai pada Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD) Benih Induk Aneka Tanaman Gabe

Hutaraja.

Peranan Etika Somba Marhula-hula terhadap

Motivasi Kerja Pegawai pada UPTD Benih Induk

Aneka Tanaman Gabe Hutaraja

Hula-hula atau tondong, yaitu kelompok orang yang

posisinya “diatas” (Sinaga 2013:13). Somba

marhula-hula dalam instansi atau perusahaan

diwariskan pada gaya kepimpinan yang menjadi

pilar bagi pimpinan mengerti dan memahami bahwa

semua bawahan harus dihargai tanpa melihat

statusnya. Semua orang itu layak dihargai karena

semua adalah sama sederejat dan itu berlaku

didalam perusahaan. Istilah dalam Adat Batak

“Hidup itu seperti roda pedati, kadang diatas kadang

dibawah. Kadang menjadi atasan kadang menjadi

bawahan”. Oleh karena itu seorang pimpinan

menghargai bawahannya tanpa melihat status

pekerjaanya agar pegawai termotivasi untuk

meningkatkan produktivitas kinerja. Gaya

kepemimpinan adalah norma perilaku yang

digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut

mencoba mempengaruhi perilaku orang lain

(Suranta, 2002:38). Gaya kepemimpinan cocok

apabila tujuan perusahaan telah dikomunikasikan

dan bawahan telah menerimanya.

Posisi hula-hula atau pimpinan pada UPTD Benih

Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja mempunyai

peranan yang sangat menentukan dalam mencapai

keberhasilan dan kegagalan dalam meraih tujuan

visi dan misi organisasi. Peran seorang pemimpin

dalam suatu organisasi merupakan ujung tombak

keberhasilan kinerja organisasi, seiring dengan

digulirkannya reformasi birokrasi maka seorang

pemimpin dituntut untuk memiliki keahlian serta

Vol. 1, No. 2, February-August 2019

ISSN 2622-8823

Page | 410

ojs-unita.com

visi ke depan dan profesional dalam menciptakan

manajemen sistem kinerja yang mampu

membangkitkan semangat kerja para bawahannya.

Peran pimpinan UPTD Benih Induk Aneka

Tanaman Gabe Hutaraja dalam menciptakan sistem

kinerja yang dapat membangkitkan semangat

pegawai untuk memiliki loyalitas terhadap tugas

dan tanggungjawab yang diberikan serta tujuan

yang ingin dicapai, sebelumnya menelaah visi,

misi dan membuat beberapa keputusan yang

berbungan dengan kerja secara bersama-sama

dengan memberikan kekebasan bagi pegawai

untuk menyampaikan pendapat masing-masing.

Pimpinan UPTD Benih Induk Aneka Tanaman

Gabe Hutaraja memberi perhatian terhadap hak

dan kewajiban para pegawai yaitu gaji ataupun

honor, kemudian memberikan penghargaan

(reward) atas upaya dan kerja keras para

pegawai, merekomendasikan usulan kenaikan

pangkat dan jabatan, selalu melihat setiap

persoalan yang dihadap para pegawai dan

mengatasi setiap persoalan yang dihadapi para

pegawai, dan juga menyediakan sara dan

prasarana yang memadai.

Disamping itu juga pimpinan UPTD Benih Induk

Aneka Tanaman Gabe Hutaraja memberikan

kesempatan yang cukup luas kepada para pegawai

untuk mencapai sesuatu dengan cara sendiri asalkan

berhubungan dengan tujuan instansi. Pimpinan juga

mengarahkan para pegawai agar selalu bekerja

sama, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

keseluruhan proses rangkaian aktivitas kinerja para

pegawai, dan memberikan penilaian terhadap

perilaku kerja pegawai kemudian memberikan

penghargaan atas keberhasilan kinerja para pegawai,

dan memberikan solusi terhadap setiap persoalan

yang dihadapi pegawai. Pimpinan menerapkan

menajemen partisipatif dimana dalam proses

perencanaan program dan pengambilan keputusan

seluruh pegawai diberikan kesempatan dan

memiliki hak yang sama dalam menyampaikan

usulan maupun saran yang merupakan rekomendasi

kegiatan dan kebijakan yang akan diterapkan dan

dilaksanan bersama-sama untuk mencapai hasil

yang dinginkan secara efektif dan efesien. Hal ini

merupakan bagian dari sistem motivasi kerja yang

bersifat partisipatif dan menciptakan hubungan

persaudaraan yang harmonis dalam bentuk

komunikasi langsung (dua arah) baik vertikal

maupun horisontal, dengan tujuan untuk saling

mengenal karakter masing-masing individu atau

pegawai dan membangun kebersamaan sehingga

menjalin hubungan kerja sama yang baik antara

sesama pegawai (Followers) dan Pimpian (Leader)

kemudian menciptakan suasana kerja yang

menyenangkan untuk mewujudkan tujuan yang

diinginkan secara bersama-sama.

Peranan Etika Manat Mardongan Tubu Terhadap

Motivasi Kerja Pegawai pada UPTD Benih Induk

Aneka Tanaman Gabe Hutaraja

Secara luas, dongan tubu adalah orang-orang yang

semarga. Sifat-sifat dongan tubu adalah seia sekata

dalam segala kegiatan yang berkaitan dengan adat

dan kehidupan sehari-hari. Sebagai orang-orang

yang semarga, mereka seperasaan dan

sepenanggungan. Jika timbul perselisihan diantara

orang yang bersaudara, pihak dongan tubu turut

menanganinya untuk menciptakan perdamaian.

Manat mardongan tubu mengajarkan bagaimana

menjadi seorang teman yang baik didalam

perusahaan. Nilai manat mardongan tubu adalah

toleransi dan mau belajar. Manat mardongan tubu

dalam instansi atau perusahaan diwariskan pada

rekan kerja. Posisi dongan tubu merupakan rekan

kerja dalam instansi UPTD Benih Induk Aneka

Tanaman Gabe Hutaraja. Rekan kerja adalah

sesama pegawai yang kemampuannya cakap dan

saling mendukung dalam pekerjaannya (Luthans,

2002:31). Rekan kerja dalam suatu tim dapat

Vol. 1, No. 2, February-August 2019

ISSN 2622-8823

Page | 411

ojs-unita.com

mempengaruhi kepuasan kerja pegawai dan

membuat pekerjaan terasa lebih menyenangkan.

Dukungan rekan kerja, termasuk motivasi kerja dari

rekan kerja, keramahan dan pengaruh yang positif,

dapat dikaitkan dengan meningkatnya kinerja

pegawai. Hal tersebut terjadi karena rekan kerja

merupakan sumber motivasi kerja dan informasi

yang penting.

Pada UPTD Benih Induk Aneka Tanaman Gabe

Hutaraja, sesama rekan kerja saling menyemangati,

memberikan pujian kepada sesama rekan kerja yang

mencapai prestasi dan bersaing secara sehat dalam

memperoleh jabatan serta saling memberikan saran

atas masalah yang sedang dihadapi rekan lain.

Selain itu rekan kerja juga dapat menjadi mentor

bagi rekan kerja lainnya, terutama ketika sudah

mulai jenuh dengan tugas-tugas yang diberikan

instansi rekan kerja dapat memberikan motivasi

untuk membangkitkan semangat bekerja, mereka

juga saling memberikan contoh maupun pengarahan

antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian,

akan tercipta lingkungan yang nyaman, kondusif

dan menyenangkan ditempat kerja. Jika lingkungan

kerja menyenangkan, maka karyawan akan bekerja

dengan bergairah dan lebih serius. Karena

penciptaan lingkungan kerja yang menyenangkan

akan memberikan rasa nyaman dan mendorong

semangat kerja mereka. Sebaliknya lingkungan

kerja yang kurang akan membawa dampak negatif

dan menurunkan semangat kerja.

Peranan Etika Elek Marboru Terhadap Motivasi

Pegawai pada UPTD Benih Induk Aneka

Tanaman Gabe Hutaraja

Boru yaitu kelompok orang yang posisinya

“dibawah”(Sinaga 2013:14). Didalam perusahaan

yang terdiri banyak orang yang berbeda karakter

dan potensi seorang bawahan haruslah diberdayakan

dengan baik. Begitu juga dengan nilai elek marboru

yang artinya harus berlaku lembut kepada sesama.

Elek marboru dalam instansi atau perusahaan

diwariskan pada perilaku kerja pegawai. Posisi Boru

merupakan perilaku kerja pegawai pada UPTD

Benih Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja. Dalam

instansi ini, pimpinan berperan dalam melihat

potensi pegawai mengelek yang artinya membujuk,

mengambil hatinya, sehingga pegawai mau untuk

menunjukan kinerja yang maksimal. Dengan gaya

kepemimpinan yang baik yang diterapkan oleh

pemimpin dalam instansi melalui kedisiplinan dan

keramahan dalam kerja dapat menjadi dorongan

atau motivasi bagi pegawai dalam

meningkatkan kualitas kinerja. Para pekerja

berusaha menunjukkan kualitas kerja yang baik

agar dapat diakui dan dihargai oleh atasan atau

teman sekerjanya.

Perilaku kerja adalah tanggapan atau reaksi individu

yang timbul baik berupa perbuatan atau sikap

maupun anggapan seseorang terhadap pekerjaannya,

kondisi kerja yang dialami di lingkungan kerja serta

perlakuan pimpinan terhadap orang dengan tipe ini.

Definisi perilaku kerja menurut Robbins (2002:35)

yaitu bagaimana orang-orang dalam lingkungan

kerja dapat mengaktualisasikan dirinya melalui

sikap dalam kerja. Dimana pendapat Robbins ini

menekankan pada sikap yang di ambil oleh pekerja

untuk menentukan apa yang akan dilakukan di

lingkungan tempat kerja.

Perilaku kerja pegawai pada UPTD Benih Induk

Aneka Tanaman Gabe Hutaraja terjalin dengan

baik. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar

jawaban pegawai yang menyatakan bahwa pegawai

menjalin hubungan sosial dengan baik untuk

bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama dan

selalu berusaha menyelesaikan pekerjaan secara

efektif dan efisien. Tersedianya sarana dan

prasarana pada UPTD Benih Induk Aneka Tanaman

Gabe Hutaraja menjadi salah satu motivasi bagi

pegawai dalam mendukung semua aktivitas tugas

sehingga mampu bekerja secara produktif ditambah

Vol. 1, No. 2, February-August 2019

ISSN 2622-8823

Page | 412

ojs-unita.com

lagi dengan adanya jaminan asuransi hidup dan

kesehatan yang diberikan membuat pegawai merasa

aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

Pimpinan UPTD Benih Induk Aneka Tanaman

Gabe Hutaraja selalu berupaya memberi perhatian

kepada pegawai lewat komunikasi yang baik secara

formal maupun informal. Motivasi yang diberikan

pimpinan membuat pegawai lebih disiplin dalam

bekerja dan bertanggung jawab dalam penuh atas

pekerjaan yang diberikan.

Peranan Etika Budaya Batak Terhadap Motivasi

Kerja Pegawai pada UPTD Benih Induk Aneka

Tanaman Gabe Hutaraja

Etika dalam budaya batak dikenal dengan adat

istiadat. Etika atau adat istiadat yang diterapkan

oleh suku batak adalah Dalihan na Tolu. Antonius

(2006:100) menjelaskan bahwa : Dalihan Na Tolu

dapat diartikan sebagai Tumpuan Tiga Serangkai

atau dalam definisi lebih jelas, Dalihan Na Tolu

merupakan suatu sistem sosial di tanah Batak yang

menempatkan posisi masing – masing orang Batak

pada kedudukan tertentu dimana setiap kedudukan

ini mempunyai fungsi dan tanggung jawab

tersendiri. Bunyi dari Etika Dalian Na Tolu atau

yang disebut dengan Tungku Yang Tiga adalah:

Somba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu,

Elek Marboru. Etika Dalihan Na Tolu ditinjau dari

sisi budaya kerja berarti mengerti posisi, yaitu:

a. Posisi sebagai pimpinan dengan gaya

kepemimpinan (Hula-hula)

b. Posisi sebagai rekan kerja (Dongan Tubu)

c. Posisi sebagai pesuruh, karyawan, karier

terbawah dengan perilaku kerja (Boru).

Etika Budaya Batak yaitu Etika Soma Marhula-hula

(X1), Etika Manat Mardongan Tubu (X2), dan Etika

Elek Marboru (X3) pada UPTD Benih Induk Aneka

Tanaman Gabe Hutaraja diterapkan pimpinan dan

pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Pimpinan

memandu, menuntun, membimbing, membangun,

memberi atau membangunkan motivasi-motivasi

kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-

jaringan komunikasi yang baik, memberikan

supervise/pengawasan yang efisien, dan membawa

para pegawai kepada sasaran yang dituju, sesuai

dengan ketentuan waktu dan perencanaan.

Bentuk motivasi yang dilakukan oleh pimpinan

dalam meningkatkan kinerja pegawai berlandaskan

Etika Budaya Batak antara lain:

a. Memperhatikan hak dan kewajiban pegawai

yaitu gaji ataupun honor.

b. Memberikan pengakuan (reward) atas prestasi

pegawai.

c. Merekomendasikan usulan kenaikan pangkat dan

jabatan.

d. Menyediakan sarana dan prasarana yang

memadai.

e. Mendeteksi setiap persoalan yang dihadapi

pegawai dan memberikan solusi atas persoalan

tersebut.

f. Memberikan kesempatan istirahat sejenak pada

pegawai terhadap rutinitas yang jenuh, dan

mengijinkan mereka tidak masuk kerja karena

alasanan yang dapat dipertanggungjawabkan dan

tidak melanggar peraturan disiplin pegawai.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Etika Budaya

Batak mempunyai peranan terhadap Motivasi Kerja

pada UPTD Benih Induk Aneka tanaman Gabe

Hutaraja.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan interval analisis kualitas hasil

jawaban kuesioner bahwa variabel Etika Somba

Marhula-hula (X1) mempunyai skor diantara 93-

108 dengan jumlah skore rata-rata 99. Maka

variabel Etika Somba Marhula-hula (X1) adalah

baik.

b. Berdasarkan interval analisis kualitas hasil

jawaban kuesioner bahwa variabel Etika Manat

Vol. 1, No. 2, February-August 2019

ISSN 2622-8823

Page | 413

ojs-unita.com

Mardongan Tubu (X2) mempunyai skor diantara

80-104 dengan jumlah skore rata-rata 96,75.

Maka variabel Etika Etika Manat Mardongan

Tubu (X2) adalah baik.

c. Berdasarkan interval analisis kualitas hasil

jawaban kuesioner bahwa variabel Etika Elek

Marboru (X3) mempunyai skor diantara 85-105

dengan jumlah skore rata-rata 96. Maka variabel

Etika Etika Elek Marboru (X3) adalah baik.

d. Berdasarkan interval analisis kualitas hasil

jawaban kuesioner bahwa variabel Motivasi

Kerja Pegawai (Y) mempunyai skor diantara 98-

107 dengan jumlah skore rata-rata 102,6. Maka

variabel Motivasi Kerja Pegawai (Y) adalah

sangat baik.

e. Berdasarkan hasil analisis bahwa variabel Etika

Budaya Batak yaitu Etika Somba Marhula-hula

(X1), Etika Manat Mardongan Tubu (X2), dan

Etika Elek Marboru (X3) mempunyai peranan

terhadap Motivasi Kerja Pegawai (Y) pada

UPTD Benih Induk Aneka Tanaman Gabe

Hutaraja.

REFERENSI

[1] Simorangkir, O.P, 2005, Today’s Business

Ethics, Jakarta: Gramedia.

[2] Salam, H Burhanudin, 2016,

Mengembangkan Kompetensi Etis di

Lingkungan Kita, Jakarta: Gramedia.

[3] Antonius, Bungaran, 2006, Struktur Sosial

dan Sistem Politik Batak Toba Hingga

1945, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia [4]

Undang-Undang RI No.10 Tahun 2009,

Tentang Kepariwisataan.

[4] Vergouwen, 1986, Masyarakat Dan Hukum

Adat Batak Toba, Yogyakarta:LKiS.

[5] Sinaga, Richard, 2013, Perkawinan Adat

Dalihan Na Tolu, Jakarta: dian utama [7]

Mustafa, H.A. 2010. Buku Akhlak Tasawuf.

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

[6] Antonius, Bungaran, 2011, Pemikiran

Tentang Batak, Jakarta: Yayasan Pustaka.

[7] Tambunan, 1982, Sekelumit Mengenai

Masyarakat Batak Toba dan

Kebudayaannya, Bandung: Tarsito.

[8] Siagian P, Sondang, 2009, Kiat

Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta:

PT Rineka Cipta.

[9] Samsudin, Sadili, 2010, Manajemen

Sumber Daya Manusia, Bandung: Pustaka

Setia

[10] Milles and Huberman, 1984, Qualitative

Data Analysis, London: Sage Publication.