peran pembimbing agama islam dalam...
TRANSCRIPT
PERAN PEMBIMBING AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN
AKHLAK REMAJA DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS
CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)
Oleh :
ZURAIDA
NIM 1110052000040
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/ 2014 M
I
PERAN PEMBIMBINGAGAMAISLAM DALAMMENINGKATKANAKHLAK RDMAJA DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS
CIPAYUNG JAKARTA TIMI,]R
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk MemenuhiPersyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)
Oleh :
ZI]RAIDA J
NIM 1110052000040
JT'RUSAN BIMBINGAN DAI\I PET{YULT'HAN ISLAM
FAKI]LTAS ILMU DAKWAH DAN TLMU KOMI]NIKASI
LNMRSITAS ISLAM NEGERT (UrN)
SYARIF HIDAYA-TULLAH JAKARTA
1436W 20t4vr
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhisalah satu persyaratan memperoleh Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.t) diUIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkansesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbulti bahwa karya ini bukan hasil karya asli sayaatau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersediamenerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta-
Zuraida
PENGESAIIAN PAI\TITIA UJIAN
Slripsi yang berjudul Peran Pembimbing Agama Islrm Dalam
Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu ApurCipayung Jrkarta Timur telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas IknuDakwah dan Ilmu Komunikasi LJIN Syarif Hidayatulah Jakarta" pada hari Jumat, 12
Desember 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untukgremperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi
Bimbingan dao Penyduhan Islam.
Jallarta, 12 Desember 20 I 4
gidang Munaqasyah
Anggota p Anggota
Dns. Jumroni, M.SiNrP. 196305rs 199203 I 006
arto, MA60806 199603 I 001
Anggota
Dra.Rini Drs. Su arto, MA0806 199603 I 001NIP. 1 NIP. 19
Pembimbing
Lc,MA
Drs. S
Prihatini, M.Si199503 2 003
NrP.l974l021' 200801 I 009
i
ABSTRAK
ZURAIDA
1110052000040
Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.
Pembimbing: Fauzun Jamal, Lc, MA
Pembimbing agama memiliki peran yang sangat besar dalam
meningkatkan akhlak remaja. Disamping itu pembimbing agama menjadi orang
yang penting dalam mendidik, menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun
remaja ke arah tujuan yang bermanfaat bagi banyak orang. Dalam
melaksananakan perannya tersebut, pembimbing agama menempuh upaya tertentu
dalam rangka meningkatkan akhlak remaja. Berbagai upaya yang dilaksanakan
oleh pembimbing agama sangat menentukan tercapainya tujuan yang ingin
diharapkan. Sehingga penelitian peran yang dilakukan pembimbing agama Islam
merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Permasalahan pokok
adalah penelitian ini adalah minimnya pengetahuan agama remaja tentang ajaran
Islam. Disini mereka mendapatkan bimbingan di Panti mendapatkan porsi yang
sangat sedikit sekali, yaitu seminggu dua kali saja, itupun yang dibahas bimbingan
agama secara umum saja. Ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan para
siswa yang kebanyakan hanya tamatan SD. Perumusan masalah dalam penelitian
ini mencakup peran yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam
meningkatkan akhlak remaja di PSBR metode yang digunakan dan faktor
pendukung serta penghambat pembimbing agama Islam dalam meningkatkan
akhlak remaja pada panti tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
desain deskriptif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Informan dalam penelitian ini terdiri dari dua orang pembimbing agama
Islam dan tujuh orang remaja panti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan
pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja yaitu menjelaskan
keuntungan orang yang berakhlak baik dan kerugian orang yang berakhlak buruk,
memberikan nasehat dan teguran kepada remaja yang berakhlak buruk dan
memberikan contoh yang baik kepada remaja-remaja binaan. Metode yang
digunakan pembimbing agama Islam terdiri dari metode ceramah, diskusi, tanya
jawab bimbingan baca Al-Qur’an dan praktik. Adapun faktor pendukungnya,
pembimbing yang memiliki kapasitas ilmu yang memadai, adanya pengawasan
dari orang tua asuh, terbangunnya kesadaran dari remaja untuk memperbaiki diri
serta sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan faktor penghambatnya ialah
waktu penyampaian materi yang tidak cukup begitu juga dengan alokasi waktu
yang seharusnya dilakukan pada waktu yang tepat dan kurangnya tenaga
pembimbing agama Islam di panti tersebut.
Kata kunci: Pembimbing Agama, akhlak remaja, metode bimbingan.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang setia.
Allhamdulillah wa syukurillah berkat rahmat dan anugerah- Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Peran
Pembimbing Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti
Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.”
Selanjutnya, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada kedua orang tua
saya, Ayahanda Bakhmizon dan Ibunda Nur’aini yang selama ini telah
memberikan saya dukungan baik dari segi moril maupun materil, yang senantiasa
ridho dengan langkah saya, yang tak letih berdoa di setiap penghujung malam,
dan tak habis membagi cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun
materil, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Suparto, M. Ed, Ph. D sebagai Wakil Dekan
bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M. Si sebagai Wakil Dekan
bidang Administrasi Dan Keuangan, dan Bapak Dr. H. Sunandar, MA
iii
sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
(FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu
memberikan arahan/masukan, nasihat, bimbingan dan do’a kepada penulis.
3. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
(FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu secara
administratif.
4. Bapak H. Fauzun Jamal LC., MA selaku Dosen Pembimbing yang dengan
sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dilingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FIDKOM) dan khususnya dosen jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan
Islam (BPI) FIDKOM yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman baru kepada penulis.
6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan fasilitas untuk mendapatkan referensi dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen DIKTI) Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud R.I) dan
Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag R.I) sebagai pencetus
iv
dan pemberi bantuan beasiswa BIDIKMISI angkatan pertama tahun 2010
selama 4 tahun.
8. Seluruh pejabat dan staf Lembaga Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
(PSBR) Jakarta Timur yang dengan ramah telah menyilahkan peneliti
untuk melakukan penelitian terkait skripsi. Secara khusus terimakasih
dihaturkan pada Bapak Junaidi dan Bapak Imron yang selalu meluangkan
waktu untuk wawancara, juga staf yang sangat rajin dan cekatan dalam
menanggapi semua keperluan adminisntrasi peneliti.
9. Adikku tersayang, Mukhlis dan Rafi’ah A’lawiyah, yang tak henti
menunjukkan rasa sayang pada peneliti, serta menjadi alasan terbaik bagi
peneliti agar terus berusaha maksimal dalam meraih cita-cita.
10. Ibu guru TK Salman, Ibu Umi, ibu Eni, Ibu Yanti, Ibu Mumun, Ibu
Mimin, Ibu Faridah, Ibu Hani selalu memberikan dukungan, motivasi dan
nasihat positif.
11. Teman-teman kampus: Aditia, Haula, Mela, Deuis, Sri, Fitri, Ayu, Indah,
Elva, Jannah, Ela, Ucup, Ida dan teman-teman BPI angkatan 2010 lainnya
yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu terimakasih buat sharingnya
dalam proses merampungkan skripsi.
Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, penulis
mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan yang
terbaik untuk kita semua.
v
Akhirnya kepada-Nyalah penulis serahkan segala urusan ini.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
menambah khazanah pengetahuan walaupun belum sepenuhnya optimal.
Jakarta, 1 Desember 2014
Zuraida
NIM. 1110052000040
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ............................................................ 8
E. Metodologi Penelitian .................................................... 11
F. Sistematika Penulisan .................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peran Pembimbing Agama Islam .................................... 18
1. Pengertian Peran ...................................................... 18
2. Pengertian Pembimbing Agama Islam ..................... 19
3. Syarat-Syarat Pembimbing Agama Islam ................ 26
4. Tugas Pembimbing Agama Islam ............................ 29
B. Akhlak ............................................................................ 32
1. Pengertian Akhlak .................................................... 32
2. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak ................................ 34
C. Remaja ............................................................................ 41
1. Pengertian Remaja ................................................... 41
2. Ciri-Ciri Masa Remaja ............................................. 43
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA REMAJA
(PSBR) BAMBU APUS CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
A. Sejarah Berdirinya Panti ................................................ 45
B. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Lembaga ................... 47
C. Fungsi dan Tugas Lembaga ............................................ 48
D. Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga ................................ 49
E. Penerima Manfaat .......................................................... 50
F. Program ......................................................................... 54
iv
G. Sarana dan Prasarana Lembaga. ...................................... 57
H. Gender ............................................................................ 58
I. Struktur Organisasi Lembaga ......................................... 59
J. Jumlah Pegawai dan Latar Belakang Pendidikan .......... 60
K. Kemitraan dengan pihak luar ......................................... 61
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA
A. Deskripsi Informan.......................................................... 63
1. Pembimbing ............................................................. 63
2. Terbimbing ............................................................... 65
B. Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan
Akhlak Remaja di Panti ................................................ 70
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................. 70
2. Materi Bimbingan .................................................... 72
3. Peran Pembimbing Agama ........................................ 75
4. Akhlak Remaja Terhadap Allah, Terhadap Manusia
dan Lingkungan ........................................................ 76
C. Metode bimbingan yang digunakan pembimbing agama
Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di panti.......... 83
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembimbing
Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di
Panti ................................................................................ 86
1. Faktor Pendukung .................................................... 85
2. Faktor Penghambat ................................................... 87
E. Analisa SWOT pada lembaga ........................................ 88
F. Analisis Hasil Upaya Pembimbing Agama Islam Dalam
Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti Sosial Bina
Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur . 95
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................... 99
B. Saran ............................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 101
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sarana dan Prasarana Lembaga Tahun 2013.............. ........ 57
Tabel 2 Komposisi Pegawai PSBR Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2013........................................................................ 58
Tabel 3 Komposii Pegawai Menurut Jabatan Tahun 2013............ 60
Tabel 4 Tingkat Pendidikan Pegawai Tahun 2013....................... 61
Tabel 5 Tabel Pembimbing Agama Islam.................................... 63
Tabel 6 Terbimbing Berdasarkan Jenis Kelamin......................... 65
Tabel 7 Terbimbing Berdasarkan Usia........................................ 65
Tabel 8 Terbimbing Berdasarkan Jurusan yang Diambil............ 66
vi
LAMPIRAN 1. Transkip wawancara
2. Surat keterangan melakukan penelitian
3. Data siswa PSBR
4. Jadwal kegiatan program pelayanan dan pengembangan
penerima manfaat PSBR Bambu Apus Cipayung Jakarta
angkatan 1/75 tahun 2014
5. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman yang serba modern ini, dimana tuntutan hidup semakin
meningkat dan bertambah serta persaingan semakin ketat yang mendorong
orang berlomba-lomba untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Bahkan
tidak sedikit yang melupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua
atau pembimbing bagi anak-anaknya. Mereka lebih asyik dengan pekerjaan
dan kegiatannya setiap hari, sehingga melalaikan apa yang menjadi tanggung
jawabnya.
Permasalahan sosial yang semakin kompleks serta perkembangan ilmu
dan teknologi yang kian berkembang memiliki dampak atau pengaruhnya
terhadap kehidupan anak didik, baik bersifat negatif ataupun yang positif.
Sehingga dibutuhkan sekali bimbingan khususnya bimbingan agama yang
akan membentuk pribadinya menjadi manusia seutuhnya demi tercapainya
kebahagiaan dunia akhirat.1
Bimbingan diperlukan agar dalam pelaksanaan suatu perbuatan atau
kewajiban dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tuntunan
agama. Oleh karena itu, pemberian pendidikan tentang agama sangat penting
sekali jika dimulai dari masa anak-anak. Karena pada masa itu merupakan
masa perkembangan serta pembentukan kepribadiannya. Dalam hal ini,
1 Mumun Mulyanah, “Upaya Pembimbing Agama dalam Meningkatkan Pengetahuan
Ibadah Shalat Siswa SDN Kunciran 4 Pinang kota Tengerang,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Jakarta, 2009), h. 1-2.
2
pembimbing memiliki peran yang sangat besar dalam mewujudkan hal
tersebut. Pembimbing menjadi orang yang paling penting dalam mendidik,
menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang
bermanfaat bagi banyak orang.2
Pemberian bimbingan ditujukan untuk meningkatkan akhlak. Akhlak
merupakan bukti dan buah keimanan. Keimanan tidak ada nilainya tanpa
akhlak, dan akhlak akan berbuah keimanan jika diaplikasikan (diterapkan)
dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang berakhlak baik akan
menunjukkan kualitas keimanannya baik untuk dirinya sendiri, lingkungan
sekitar, dan tentunya kepada Allah SWT.
Berakhlak mulia merupakan tujuan pokok dari risalah Islam. Hal ini
sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Hajj ayat 41 yang
berbunyi:
Artinya: “ (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan
mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari
perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala
urusan.”( QS. Al-Hajj: 41)3
2Mumun Mulyanah, “Upaya Pembimbing Agama dalam Meningkatkan Pengetahuan
Ibadah Shalat Siswa SDN Kunciran 4 Pinang kota Tengerang,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Jakarta, 2009), h. 1-2. 3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Khat Madinah, (Bandung:
Syamil Cipta Media, 2007), h. 337.
3
Seseorang yang memiliki akhlak yang baik akan lebih meningkatkan
kualitas ibadahnya dan berlomba-lomba dalam mengerjakan kebajikan.
Akhlak juga merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang
kehadirannya hingga saat sekarang ini semakin dirasakan. Secara historis dan
teologis, akhlak tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia
agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan
Muhamamad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan
sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara
lain karena dukungan akhlaknya yang prima.4
Seorang pembimbing agama Islam harus menjadi teladan yang baik
bagi peserta didiknya, agar ia memiliki pengaruh dalam mendidik. Sehingga
peserta didik akan mencoba untuk meneladani perbuatan yang baik yang
dilakukan oleh seorang pembimbing agama Islam tersebut.
Seorang pembimbing agama Islam mengajak peserta didiknya untuk
berakhlak baik. Apabila akhlak seorang pembimbing agama Islam sendiri
tidak terpuji, maka tidak akan ada peserta didik yang akan mau merespon
ajakannya, melainkan akan menjatuhkan wibawanya sendiri sebagai seorang
pembimbing agama Islam.
Rasulullah SAW melalui sunnahnya menganjurkan agar pembentukan
dilakukan melalui keteladanan. Hal ini didasarkan pada realita bahwa bahasa
tubuh lebih efektif dan berdampak lebih besar dibandingkan dengan bahasa
lisan.
4 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandug: PT Remaja Rosdakarya,
September 2006) , cet. 1, h. 149.
4
Karena itu Rasulullah SAW adalah teladan utama bagi umat Islam, di
setiap zaman dan tempat. Hal ini karena Rasulullah SAW adalah refleksi utuh
dari Al-Qur’an, sebagaimana yang dituturkan Aisyah ketika ditanya mengenai
akhlak Rasulullah SAW, lalu ia menjawab: “Akhlaknya adalah Al-Qur’an”.5
Seorang pembimbing agama Islam yang baik hendaknya mencontoh
kepribadian Nabi Muhammad SAW di semua aspek kehidupannya. Karena
Nabi sebagai uswah hasanah, qudwah shalihah, dan figur yang sempurna
bagi semua umat manusia di sepanjang masa.
Di antara fenomena yang paling tampak untuk dicontoh dari Nabi
Muhammad SAW adalah bagaimana beliau menyatukan agama dan dunia,
ibadah dan kehidupan, tazkiyah (mensucikan jiwa), dan jihad. Semua itu
beliau lakukan tanpa menimbulkan ketimpangan dalam segi apapun.6
Adapun tujuan pokok dari bimbingan agama Islam adalah untuk
memberikan bantuan kepada anak didik agar mampu memecahkan kesulitan
yang dialami dengan kemampuan sendiri yang dilandasi atas dorongan
keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Jadi, bimbingan agama
dalam penelitian ini bertujuan untuk membimbing remaja khususnya remaja
di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) agar menjadi muslim sejati,
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman remaja
tentang ajaran Islam. Bimbingan agama juga bertujuan agar remaja memiliki
ketaqwaan kepada Allah SWT, berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
5Fathi Yakan, ISTI’AB: Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah, (Jakarta: Robbani
Press, Juni 2005 M), cet. 1, h. 121-122. 6Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah Ruhiah, (Jakarta: Robbani Press, Maret 2006 M), Cet.
XV, h. 68-69.
5
bermasyarakat, bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi.7
Pada Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta
Timur, bimbingan agama Islam mendapatkan porsi yang sangat sedikit sekali,
yaitu seminggu dua kali saja, itupun yang dibahas bimbingan agama secara
umum saja. Ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan para siswa yang
kebanyakan hanya tamatan SD. Hal ini sangat memprihatinkan dunia
pendidikan Islam saat ini karena hal tersebut tidak sesuai lagi dengan hakikat
pendidikan, yaitu pendidikan bukan hanya mencerdaskan otak, akan tetapi
pendidikan juga harus mampu merubah tingkah laku (akhlak) seseorang dari
akhlak yang buruk menjadi akhlak yang baik.8
Menurut Drs. H. Burhanuddin Salam dalam bukunya “Pengantar
Pedagogik” menyebutkan bahwa pada umur 12-18 tahun disebut fase The
Sense Of Identity, fase ini merupakan fase sadar akan keyakinan dan mencoba
mengidentifikasikan dirinya untuk melakukan peran dan tokoh yang dianggap
baik dan yang mendekati dirinya. Ia menilai dirinya dari segi norma, sifat-
sifatnya maupun hubungan dengan orang lain agar merasa diperhatikan. Oleh
karena itu, ia selalu berusaha menunjukkan identitas dirinya.9
Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) yang berada pada umur 15-
18 tahun, sedang berada pada fase tersebut. Dimana pada fase of identity,
remaja sedang mencari jati dirinya yang sebenarnya. Segala sesuatu yang
7 Wawancara dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama, PSBR, 18 April 2014.
8Wawancara dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama, PSBR, 20 Juni 2014
9 Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, November
2002), cet 1. h. 70.
6
mereka anggap itu baik, akan mereka tunjukkan pada orang disekitarnya agar
mereka mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang yang di
sekelilingnya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar asalkan siswa
Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) ini diajarkan dan ditanamkan
akhlakul karimah dari seorang pembimbing khususnya pembimbing agama
Islam. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul
“Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan yang
akan dipaparkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan
materi yang dibahas. Penulis membatasi masalah penelitian hanya pada
peran pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.
Akhlak yang dimaksud di sini adalah akhlak terhadap Allah SWT, akhlak
terhadap manusia, dan akhlak terhadap lingkungan.
2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana peran pembimbing agama Islam dalam meningkatkan
akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus
Cipayung Jakarta Timur?
7
b. Metode apa yang digunakan pembimbing agama Islam dalam
meningkatan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur?
c. Apa faktor pendukung dan penghambat pembimbing agama Islam
dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui dengan jelas peran pembimbing agama Islam dalam
meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.
b. Untuk mengetahui metode yang digunakan pembimbing agama Islam
dalam meningkatan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.
c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembimbing
agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina
Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.
2. Manfaat dari penelitan ini:
a. Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang di harapkan dalam penelitian ini adalah
dapat memperkaya pengalaman sekaligus menerapkan ilmu yang
didapat selama proses perkuliahan. Manfaat lainnya adalah untuk
menambah khazanah penelitian, model dan objek penelitian mahasiswa
jurusan khususnya dalam bidang Komunikasi dan Dakwah.
8
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak Panti Sosial
Bina Remaja (PSBR) untuk mengetahui pentingnya upaya pembimbing
agama dalam meningkatkan akhlak remaja, serta untuk mengetahui
bentuk bimbingan agama, materi bimbingan dan metode yang dapat
digunakan dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina
Remaja (PSBR. Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
masyarakat untuk mengetahui tentang perlunya kerjasama antara orang
tua, pihak panti, dan masyarakat dalam bersama-sama membimbing
akhlak remaja.
D. Tinjauan Pustaka
1. Muhammad Nuh, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2012, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Peran Penyuluh Di
Kementerian Agama Dalam Membina Akhlak Umat Pada Masyarakat
Kota Tangerang”. Peran penyuluh di Kementerian Agama dalam membina
akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang adalah sebagai animasi
sosial, pembangkit kesadaran masyarakat, dan sebagai penyampai
informasi. Metode yang digunakan oleh penyuluh Kementerian Agama
dalam membina akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang adalah
yang pertama secara dialog langsung dengan masyarakat, yang kedua
penyuluh memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya
kepada sang penyuluh, dan yang ketiga dengan cara ceramah umum. Dan
tentunya sesuai dengan metode dakwah bil lisan, dakwah bil hal, dan
dakwah bil hikmah.
9
Kelebihan dari skripsi tersebut yaitu mengungkan bentuk pembinaan
akhlak pada masyarakat Kota Tangerang yaitu dengan menyesuaikan
terhadap apa yang disenangi oleh masyarakat. Dan pembinaan akhlak yang
baik itu adalah yang dilakukan dengan cara terus menerus. Baik dengan
cara pembinaan melalui orang lain maupun pembinaan diri sendiri tanpa
harus dituntun orang lain. Karena hidup ditengah krisis kehidupan seperti
sekarang ini, pembinaan akhlak harus lebih gencar dilakukan agar tidak
terjebak di dalam keterpurukan moral dan agar dapat menjadi individu
yang berakhlak mulia.
Kekurangan dalam pembahasan skripsi tersebut adalah pada kegiatan
pembinaan akhlak yang dilakukan oleh Penyuluh dari Kementerian Agama
tidak terlalu berbeda dengan ceramah-ceramah agama pada umumnya, jadi
lebih bagus lagi penulis memberikan ciri khas dalam memberikan
penyuluhan terhadap masyarakat, agar masyarakat bisa tau bahwa yang
sedang memberikan penyuluh itu adalah Penyuluh dari kementerian
agama.
2. Rike Aryana, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2010, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Peran Penyuluh Agama Dalam
Pembinaan Akhlak Bagi Anak Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami
Lebak Bulus Jakarta Selatan”. Peran penyuluh agama dalam pembinaan
akhlak bagi anak pemulung Di Yayasan Media Amal Islami adalah sebagai
perubahan perilaku sebagai inisiator, sebagai fasilitator. Sebagai motivator,
sebagai teladan dan sebagai pemimpin. Metode yang digunakan penyuluh
10
agama adalah dengan dakwah bil lisan, dakwah bil haal, dakwah bil
hikmah dan pendekatan persuasif.
Kelebihan dari skripsi tersebut yaitu Faktor pendukung dalam
pembinaan akhlak bagi anak pemulung adalah para penyuluh agama yang
tidak menyerah dalam melakukan dakwahnya, sarana dan prasarana yang
menunjang untuk kelancaran proses kegiatan pembinaan tersebut. faktor
penghambatnya pertama faktor internal yaitu mulai dari anak-anak
pemulung yang malas dan tidak adanya standarisasi untuk tenaga penyuluh
agama. Sedangkan faktor internal yaitu ada pihak non muslim yang punya
kepentingan untuk memanfatkan situasi dan kondisi dari anak-anak
pemulung, faktor cuaca, kurangnya peran aktif dari pemerintah dan
financial yang tersendat.
Kekurangan dalam pembahasan skripsi peran penyuluh agama dalam
pembinaan akhlak bagi anak pemulung penulis alangkah bagusnya
menjelaskan bahwa memulung bukan pekerjaan yang hina dan dinilai
negatif, dan dapat mengembalikan reputasi pemulung yang buruk menjadi
yang baik memulung bukan suatu pekerjaan yang sia-sia dan meresahkan
masyarakat.
Berbeda dengan kedua penulis sebelumnya, penulis lebih menfokuskan
pada “Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Ahklak di Panti
Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur”. Skripsi
ini membahas Peran pembimbing agama Islam yang ada di Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur dalam meningkatkan akhlak
remaja atau anak bimbingannya.
11
E. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam
pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab
permasalahan yang diteliti. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk
menentukan data yang valid, akurat dan signifikan dengan permasalahan
sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan permasalahan yang
diteliti.10
1. Pendekatan Penelitian
Sebuah pendekatan diakui selain mengandung sejumlah keunggulan,
juga memiliki beberapa kelemahan tertentu. Hal ini adalah sesuatu yang
wajar dan universal. Meskipun demikian, tidak berarti sebuah pendekatan
menjadi tidak sah atau tidak penting untuk digunakan. Sebab, persoalannya
tidak terletak pada bagaimana menggunakan dan menempatkan sebuah
pendekatan (dengan keunggulan dan kelemahan yang melekat padanya)
dalam suatu studi dengan masalah yang relevan ditelaah menurut logika
pendekatan tersebut.11
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang
mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan penelitian
deskriptif, seperti perkataan orang dan prilaku yang diamati.12
10
Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Refisi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet Ke-33, edisi refisi, h. 4 11
LexyJ. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1998), Hal3. 12
Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Refisi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 11.
12
Selain itu metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.13
Dengan menggunakan
penelitian kualitatif, peneliti memberikan kesempatan pada informan untuk
menyampaikan informasi yang sebanyak- banyaknya dan tidak terbatas
pada bentuk kuesioner tertutup, melainkan dengan menggunakan
wawancara mendalam sesuai dengan metode pengumpulan data yang
seringkali digunakan dalam penelitian kualitatif.14
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Bina Remaja
Bambu Apus Jl. PPA. No. 1 Bambu Apus Cipayung Jakarta timur 13890.
(dekat jalur terminal Kp. Rambutan dan TMII) Tlp. 021-8445547 fax. 021-
84591257. Adapun pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 8 April
2014 sampai dengan 23 September 2014. Adapun alasan pemilihan lokasi
tersebut menariknya
a. PSBR menyediakan pendidikan setara paket A(SD), B(SMP) dan C
(SMA). Di berikan kepada anak-anak yang sudah tidak bersekolah 2-4
tahun, didaftarkan secara gratis. Jadi disamping mereka mengikuti
keterampilan yang ada di panti mereka juga mendapatkan ijazah paket
13
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009), cet. 5, h. 1 14
Kristi E Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi (Jakarta:
LPSP3, 1998), h. 32.
13
yang diambil tersebut. Setiap tahunnya ada 30 anak PSBR mengikuti
program penyetaraan paket A,B,C Tersebut.
b. PSBR menampung anak yang ingin masuk TKW. Karena mereka
belum cukup umur selanjutnya mereka di bimbing dulu di PSBR
supaya ada keterampilan.
3. Subyek dan Obyek Penelitian.
Subjek penelitian ini adalah pembimbing agama Islam yang
berjumlah dua orang dan sepuluh orang siswa Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Penulis menentukan
subyek penelitian tersebut karena pada lembaga tersebut terdapat dua
orang pembimbing agama Islam, sehingga penulis dapat memperoleh data
yang cukup baik dan bervariasi sesuai dengan judul penelitian. Lalu
dengan sepuluh orang siswa Panti Sosial Bina Remja (PSBR), penulis
mengambil subyek demikian karena sesuai dengan kriteria yang penulis
harapkan yaitu Adapun teknik pemilihan subjek yang digunakan peneliti
adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah sampel yang betul-
betul diambil dengan benar memilih ciri-ciri dari populasi yang ada.15
maka
dari itu, penulis menentukan sampel berdasarkan pada karakteristik
tertentu yang dianggap mempunyai keterkaitan dengan karakteristik
populasi yan sudah di ketahui sebelumnya. Karakteristik subjek yang
ditentukan peneliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
15
Abdul Aziz Albone dkk, Panduan Penyusunan Proposal Penelitian, (Padang: Yayasan
Jihadul Khair Center, 2009),h. 76
14
a. Remaja terlantar dan putus sekolah yang tidak mampu dari batas usia
15 s/d 18 thn yang mengikuti masa rehabilitasi periode Januari s/d
Juni 2014.
b. Remaja yang aktif mengikuti bimbingan agama selama 6 bulan.
Berdasarkan ketersediaan subjek yang sesuai dengan karakteristik
dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini, maka peneliti memutuskan
memilih sepuluh orang remaja PSBR
Kemudian yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu upaya
pembimbing agama dalam meningkatkan akhlak di Panti Sosial Bina
Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Sumber data dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Data primer, yaitu berupa wawancara kepada subyek penelitian yaitu
pembimbing agama Islam dan remaja-remaja di panti.
b) Data sekunder, yaitu berupa data tidak langsung yang berupa catatan-
catatan atau dokumen.
4. Teknik Pengumpulan Data
a) Observasi
Dalam hal ini metode observasi adalah pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan. Dalam melakukan observasi peneliti melakukan
pengamatan secara langsung terhadap upaya yang dilakukan para
pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak terhadap para
terbimbing di lingkungan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu
Apus Cipayung Jakarta Timur.
15
b) Wawancara
Yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi. Peneliti melakukan wawancara kepada pembimbing agama
Islam yaitu Bapak Junaedi S. Pd. I dan Bapak Drs. H. Muhammad
Imron Rosyadi untuk memperoleh kelengkapan data. Sebelumnya
penulis terlebih dahulu menyusun pertanyaan tentang permasalahan
yang berkaitan dengan objek penelitian sebagai pedoman wawancara
yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik ini
dibantu dengan recorder (alat perekam suara) untuk merekam hasil
wawancara dan mencatat informasi yang didapat pada saat wawancara
berlangsung.
c) Dokumentasi
Yaitu menelaah dokumentasi dan arsip yang dimiliki PSBR
5. Teknik Analisis Data
Ada berbagai cara untuk menganalisi data, tetapi secara garis besar
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Reduksi data, yaitu peneliti mencoba memilih data yang relevan terkait
upaya pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di
PSBR.
b) Penyajian data, setelah data mengenai upaya pembimbing agama Islam
dalam meningkatkan akhlak remaja di PSBR terkumpul atau diperoleh,
maka data tersebut disusun dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik,
bagan, tabel dan lain sebagainya.
16
c) Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan dengan
menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk
menarik kesimpulan.16
6. Teknik Penulisan Skripsi
Adapun pedoman dalam penulisan penelitian ini, peneliti mengacu
pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang disusun oleh Hamid
Nasuhi DKK, diterbitkan oleh CEQDA ( Center Of Quality Development
and Assurance) UIN Syarif Hidayatulah Jakarta tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi diperlukan sistematika penulisan yang baik
dan benar melalui aturan atau tata cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai
bahan acuan, maka penulis memasukkan sistematika penulisan ke dalam
bahasan. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, yang merupakan bab awal yang menguraikan latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teoritis, yang berisikan masalah inti dalam judul skripsi
ini. Yaitu memuat tentang pengertian (peran pembimbing agama
Islam: pengertian peran, syarat-syarat pembimbing agama Islam,
tugas dan tanggung jawab pembimbing agama Islam), (akhlak
16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penenlitian Kualitatif Edisi Refisi, h. 186
17
remaja: pengertian akhlak, ruang lingkup ajaran akhlak),
(pengertian remaja, ciri-ciri masa remaja).
BAB III :Gambaran umum panti sosial bina remaja (PSBR) Bambu Apus
Cipayung Jakarta Timur, meliputi sejarah berdirinya, visi, misi, dan
tujuan, fungsi, sasaran pelayanan, jenis-jenis pelayanan, tahap-
tahap pelayanan, prinsip-prinsip pelayanan, fasilitas, sarana dan
prasarana, jaringan kerja pelayanan, struktur organisasi.
BAB IV : Hasil Temuan Data dan Analisa Data mengenai: identifikasi
informan, temuan dan analisis hasil penelitian.
BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dalam penulisan skripsi ini dan saran
yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran Pembimbing Agama Islam
1. Pengertian Peran
Menurut kamus besar bahasa Indonesia “peran adalah beberapa tingkah
laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat.1
Menurut Abu Ahmadi peranan adalah suatu kompleks pengharapan
manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi
tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.2
Sedangkan menurut David Berry mendefinisikan peran sebagai
seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati
kedudukan sosial tertentu.3 Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh
Keliat, bahwasanya peran adalah sikap dan prilaku nilai serta tujuan yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.4Adapun
menurut Soerjono Soekanto dari sebuah bukunya, “peran dapat dikatakan
sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.5
Dari beberapa definisi diatas penulis yang dimaksud peran adalah suatu
yang penting kedudukannya dimasyarakat dan didalam kehidupan
masyarakat. Peran seseorang merupakan bagian dalam interaksi social dan
1Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), h. 84 2Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-2, h. 115
3 David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Sosiologi, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 1995),
Cet, ke-3, h. 99 4Sabi’ah, KonsepDiri, FakultasKedokteranUniversitas Sumatra Utara, h. 6
5 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-
1, h. 667
19
dalam interaksi social tersebut munculah perilaku. Perilaku yang diharapkan
dapat berguna untuk membimbing atau mengarahkan masyarakat untuk
menjadi lebih baik. Begitu pula yang dilakukan pembimbing agama Islam di
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.
mereka memberikan bimbingan agama dalam meningkatkan akhlak remaja
sesuai dengan materi atau pokok pembahasan yang diinginkan oleh remaja
itu sendiri. Selain itu para pembimbing agama Islam juga memberikan contoh
langsung kapada remaja melalui aplikasi ibadah yang mereka jalankan atau
lakukan dalam kegiatan sehari-hari seperti wudhu, salat, mengaji dan
membaca doa-doa setiap hari.
2. Pengertian Pembimbing Agama
Dalam kamus bahasa Indonesia, “pembimbing” menurut bahasa berarti
“pemimpin” atau “penuntun”. Kata tersebut diambil dari kata “bimbing” yang
artinya “pimpin” atau “tuntun”, kemudian diberi awalan “pe” menjadi
pembimbing yang artinya “yang menyebabkan sesuatu menjadi tahu”.
Pemimpin, penuntun, merupakan sesuatu yang dipakai untuk membimbing.
Kalimat tersebut menjadi arti “seseorang yang memberikan bimbingan atau
tuntunan” arti tersebut di sesuaikan dengan profesi dan disiplin ilmu yang di
miliki.6 Kata “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang
mempunyai arti menunjukan, membimbing, menuntun atau membantu.7
6 W. J. S. Poerwardarminta, Kamus umum bahasa indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1984) Cet. Ke-7. h. 427
7 Hallen A., Bimbingan dan Konseling ( Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. Ke 1, h. 3.
20
Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa
orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.8
Sementara itu, Winkel mendefinisikan bimbingan:
a. Usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman,
dan informasi tentang dirinya sendiri.
b. Cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami
dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan
yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya.
c. Sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat
menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat, dan menyusun
rencana dengan realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri
dengan memuaskan diri dalam lingkungan tempat mereka hidup.
d. Proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam
hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang
dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan
8 Hamdani , Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia, 2012), h.
79-80
21
menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan
lingkungan.9
Menurut Bimo Walgito, bimbingan adalah bantuan atau pertolongan
yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari
atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau
sekumpulan individu tersebut dapat mencapai kesejahteraan dalam
hidupnya.10
Dari berbagai defenisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa
pembimbing adalah seseorang yang memberikan proses bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkala, yang bertujuan agar individu tersebut
dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan apa yang
diharapkannya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bimbingan yaitu
sebagai berikut:
1. Bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang
lain yang memerlukannya. Perkataan “membantu” berarti dalam
bimbingan tidak ada paksaan, tetapi lebih menekankan pada pemberian
peranan individu ke arah tujuan yang sesuai dengan potensinya. Jadi,
pembimbing tidak ikut menentukan pilihan atau mengambil keputusan dari
orang yang dibimbingnya. Orang yang menentukan pilihan atau keputusan
adalah individu itu sendiri.
9 Hamdani , Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia, 2012), h.
79-83
10 Bimo Walgito, Bimbingan Dan Konseling (Study & Karier), (CV. Offset, 2004), h. 7
22
2. Bantuan (bimbingan) tersebut diberikan kepada setiap orang tetapi
prioritas diberikan kepada individu-individu yang membutuhkan atau
benar-benar yang harus dibantu.
3. Bimbingan merupakan suatu proses kontinu dan terarah pada tujuan.
Artinya bimbingan itu tidak diberikan hanya sewaktu-waktu dan secara
kebetulan.
4. Bimbingan atau bantuan diberikan agar individu dapat mengembangkan
dirinya semaksimal mungkin. Bimbingan diberikan agar individu dapat
lebih mengenal dirinya sendiri (kekuatan dan kelemahannya), menerima
keadaan dirinya, dan dapat mengarahkan dirinya sesuai dengan
kemampuannya.
5. Bimbingan diberikan agar individu dapat menyesuaikan diri secara
harmonis dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.11
Adapun secara umum tujuan bimbingan adalah membantu individu
mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat. Tujuan secara khusus sebagai berikut:
a. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi
b. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi
yang baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan
orang lain.12
11
Hamdani, Bmbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia, 2012), h. 83-
84 12
Aunur Rahman Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam (Yogyakarta: UII Press,
2001), cet ke-2, h.35.
23
Sedangkan agama dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan
kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban
yang bertalian dengan kepercayaan itu.13
Agama adalah wahyu Tuhan yang
merupakan petunjuk bagi manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.14
Agama dalam perspektif sosiologi merupakan sebuah sistem
kepercayaan (beliefe sytem). Agama dengan sendirinya menjadi acuan moral
bagi tindakan manusia, karena agama adalah gejala yang begitu sering terjadi
dimana-mana.15
Bimbingan dalam agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk
menyiapakan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran, atau
latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan antar umat beragama dan bermasyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional.16
Menurut WS. Winkel dan M.M. Sri Hastuti tujuan pelayanan
bimbingan adalah:
1. Supaya sesama manusia mengatur kehidupannya sendiri.
2. Menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin.
3. Memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri.
13
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1,
h. 9 14
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. ke- 4 h. 214 15
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 119 16
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan,( Jakarta: Gemawindu
Panca Perkasa 2000), cet. ke-1, h. 31
24
4. Menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan
berpedoman kepada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik
padanya.
5. Menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara
memuaskan.17
Menurut M. Hamdan Bakran Adz Dzaky seperti dikutip oleh Tohirin
merinci tujuan bimbingan dan konseling Islam sebagai berikut:
1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai
(muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan
pencerahan taufiq dan hidayahnya (mardhiyah).
2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah
laku yang dapat memberikan manfaat pada diri sendiri, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah atau madrasah, lingkungan kerja, maupun
lingkungan sosial beserta alam sekitarnya.18
Aunur Rahim Faqih mengemukakan tujuan bimbingan agama Islam
sendiri dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu secara umum dan secara khusus
yang dirumuskan sebagai berikut:
17
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan,
(Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. Ke-3. h. 31. 18
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan,
(Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. Ke-3. h. 38.
25
1. Tujuan umum
Tujuan umum bimbingan agama Islam adalah untuk membantu individu
mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan
dunia akhirat.19
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus bimbingan agama Islam adalah untuk Membantu
individu mengatasi masalah yang sering di hadapinya, membantu individu
memelihara dalam mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang
telah baik agar tetap lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah
bagi dirinya dan orang lain.
Menurut Abu Ahmadi, ada tiga tujuan diadakannya bimbingan, yaitu:
a. Untuk memelihara dan membina suasana serta kondisi yang baik.
b. Pencegahan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
c. Perbaikan atau penyembuhan dalam mengatasi suatu masalah.20
Anak yang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
selalu ingin mendapatkan bimbingan dari orang tua, walaupun keinginannya
itu tidak dikemukakan secara terbuka. Keadaan tersebut menghendaki para
orang tua selalu memberikan bimbingan dan memperhatikan pendidikan anak-
anaknya.
19
Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: Ui Press, 2001),
Cet. Ke-2, H. 31 20
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 1991), h.
112.
26
Bimbingan agama yang dilakukan akan memberi pengaruh bagi
pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian besar kecilnya
pengaruh tersebut sangat tergantung pada motivasi anak untuk memahami
nilai-nilai agama sebab bimbingan & agama pada hakikatnya merupakan
penanaman nilai keagamaan. Oleh karena itu, bimbingan agama lebih
dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan
tuntutan agama.
3. Syarat Pembimbing Agama
Supaya pembimbing dapat menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-
baiknya, maka pembimbing harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:
a. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas,
baik dari segi teori maupun segi praktik.
b. Dari segi psikologis, seorang pembimbing harus dapat mengambil
tindakan yang bijaksana. Pembimbing harus cukup dewasa secara
psikologis dengan adanya kemantapan atau kestabilan di dalam psikisnya,
terutama dalam hal emosi.21
c. Seorang pembimbing harus sehat jasmani dan psikisnya. Apabila jasmani
dan psikis tidak sehat maka hal itu akan mengganggu dalam menjalankan
tugasnya.
d. Seorang pembimbing harus memiliki kecintaan terhadap pekerjaannya dan
juga terhadap anak atau individu yang dihadapinya.
21
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling ( Studi & Karier), ( CV. Andi Offset, 2004),
h. 40
27
e. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga usaha
bimbingan dan konseling dapat berkembang ke arah keadaan yang lebih
sempurna.
f. Seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, dan sopan.
g. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat
menjalankan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan dengan sebaik-
baiknya.22
Sesuai dengan persyaratan atau kemampuan yang harus dimiliki
pembimbing dan konselor agama (Islam) tersebut, maka M. Arifin
sebagaimana dikutip oleh M. Lutfi merumuskan syarat-syaratnya sebagai
berikut:
a. Meyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, menghayati dan
mengamalkan, karena ia menjadi pembawa norma agama (religious) yang
konsekuen, serta menjadikan dirinya idola (tokoh yang dikagumi) sebagai
muslim sejati, baik lahir maupun batin di kalangan orang yang
dibimbingnya.23
b. Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik, terutama bagi orang yang
dibimbingnya dan lingkungan kerja atau masyarakat sekitarnya.
c. Memiliki rasa tanggung jawab, rasa berbakti yang tinggi dan loyalitas
terhadap profesi yang ditekuninya, sekalipun berhadapan dengan kondisi
masyarakat yang selalu berubah-ubah.
22
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling ( Studi & Karier), ( CV. Andi Offset, 2004),
h. 41. 23
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan ( Konseling) Islam, (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 156
28
d. Memiliki kematangan jiwa dalam menghadapi permasalahan yang
memerlukan pemecahan (dalam berfikir dan emosional).
e. Mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama
dengan klien dan pihak lain dalam kesatuan tugas atau profesinya.
f. Mempunyai sikap dan perasaan terikat dengan nilai-nilai ke Islaman dan
kemanusiaan. Klien harus ditempatkan sebagai individu yang normal yang
memiliki harkat dan martabat sebagai makhluk Tuhan.
g. Memiliki keyakinan bahwa setiap klien yang dibimbing memiliki
kemampuan dasar (potensi) yang mungkin dikembangkan menjadi lebih
baik.24
h. Memiliki rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap klien,
sehingga selalu berupaya untuk mengatasi dan memecahkan masalahnya.
i. Memiliki ketangguhan, kesabaran, dan keuletan dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya, sehingga tidak mudah menyerah apalagi putus
asa dalam menghadapi kesulitan- kesulitan tugas.
j. Memiliki sikap yang tanggap dan jiwa yang peka terhadap semua kesulitan
yang disampaikan klien.
k. Memiliki watak dan keribadian yang familiar, sehingga setiap klien yang
menggunakan jasanya merasa terkesan dan kagum dengan cara-cara
pelayanannya.
l. Memiliki jiwa yang progresif (ingin maju) dalam profesinya, sehingga ada
upaya untuk meningkatkannya sesuai dengan perkembangan yang ada
dalam masyarakat.
24
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan ( Konseling) Islam, (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 157
29
m. Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh sehingga mempunyai
kemampuan dalam menangkap dan menyikapi masalah-masalah
mental/rohaniyah yang dirasakan klien.
n. Memiliki pengetahuan dan pengalaman teknis yang dibutuhkan dalam
menjalankan tugas dan profesinya.
Adapun syarat yang harus dimiliki pembimbing agama antara lain
sebagai berikut:
a. Bertawakal dan mendasarkan sesuatu atas nama Allah SWT.
b. Sabar, utamanya tahan menghadapi si terbantu yang menentang keinginan
untuk diberikan bantuan.
c. Tidak emosional, artinya tidak mudah terbawa emosi dan dapat mengatasi
diri dan si terbantu.
d. Retorika yang baik, sehingga dapat mengatasi keraguan si terbantu dan
dapat meyakinkan bahwa ia dapat memberikan bantuan.
e. Dapat membedakan tingkah laku klien yang berimplikasi terhadap hukum
wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram.25
4. Tugas Pembimbing Agama
Tugas pembimbing adalah membimbing dan mengenalkan kebutuhan
atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi
berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan
25
Elfi Mu’awanah Dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dasar,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-1, h. 142.
30
pengetahuan yang dimiliki untuk disalurkan kepada peserta didik, serta
senantiasa membuka diri terhadap seluruh kelemahan atau kekurangannya.26
Samsul Nizar mengutip pendapat Imam Al-Ghazali, bahwa tugas
pembimbing yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,
mensucikan, serta membawa hati manusia untuk selalu mengingat Allah
SWT.
Bagi pembimbing agama, tugas pokoknya adalah membimbing dan
mengajarkan pengetahuan agama serta nilai-nilai agama ke dalam pribadi
anak didiknya. Yang menjadi tekanan utamanya adalah mengubah sikap
mental anak didik ke arah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Pembimbing agama harus memiliki beberapa persyaratan khusus, antara
lain kematangan jiwa dan keimanan yang tangguh serta berkemampuan
menjadi uswatun hasanah (contoh teladan) sesuai norma-norma ajaran
agamanya, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dalam hal ini,
seorang pembimbing bertugas melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan cara:
a. Bekerja sama dengan murid.
b. Bekerja sama dengan orang tua murid.
c. Bekerja sama dengan rekan-rekan seprofesi dan masyarakat.
d. Melakukan promosi dan hubungan dengan orang lain bagi kepentingan
anak bimbingannnya.27
26
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. Ke-1, h. 44 27
Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, h. 75
31
Umar dan Sartono mengutip pendapat Rachel Dunaway Cox yang pernah
melakukan studi di Amerika Serikat dan mengambil kesimpulan bahwa tugas
pokok pembimbing adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan koordinasi kegiatan bimbingan di sekolah.
b. Merangsang dan mendidik karyawan sekolah agar memahami dan
menghayati pelaksanaan program bimbingan di sekolahnya.
c. Melaksanakan kegiatan bimbingan yang bersifat khusus pada saat
tertentu.28
Sesungguhnya dalam Islam setiap pembimbing atau konselor berperan
atau berfungsi sebagai “juru dakwah” atau “muballigh” yang mengemban
tugas dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam ke tengah-tengah
kehidupan umat manusia, baik dalam bentuk individu maupun kelompok, agar
diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Islam,
pembimbing atau konselor bertugas mengarahkan kliennya agar masuk ke
ajaran Islam secara utuh, menyeluruh dan universal.29
Dalam psikoterapi berwawasan Islam menyatakan bahwa pembimbing
mempunyai tugas terhadap kesembuhan, keselamatan dan kebersihan rohani
klien dunia akhirat. Karena aktifitas bimbingan adalah berdimensi ibadah,
berefek sosial, dan bermuatan teologis tidak semata-mata bersifat
kemanusiaan.30
.
28
Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, h. 76 29
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan ( Konseling) Islam, (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 158 30
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Bimbingan
Psikotrapi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), H. 41.
32
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dari bahasa arab yang
berarti: (a) perangai, tabi’at, adat (diambil dari kata dasar khuluqun), (b)
kejadian, buatan, ciptaan (diambil dari kata dasar khalqun). Adapun
pengertian akhlak secara terminologis dapat dilihat pada pernyataan
ulama. Para ulama telah banyak mendefenisikan mengenai pengertian
akhlak, diantaranya Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlak.
Beliau mendefinisikan mengenai pengertian akhlak akhlak adalah keadaan
jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya „Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak
adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.31
Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab
akhlak. Bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis
antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. Dalam
kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan
(perilaku, tingkah laku), mungkin baik, mungkin buruk.32
Hal ini
dikarenakan bahwa akhlak ditimbulkan sesuai dengan kadar keimanan
31
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung; PT Remaja Rosdakarya,
September 2006), cet. 1, ke-1 h. 151. 32
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008), h. 346.
33
seseorang kepada Allah SWT. Jika iman seseorang sedang bertambah,
maka yang muncul adalah akhlak yang baik. Sebaliknya, jika iman
seseorang sedang berkurang, maka akhlak yang muncul adalah akhlak
yang buruk.
Menurut konsep Ibnu Miskawaih, akhlak ialah suatu sikap mental atau
keadaan jiwa yang mendorongnya untuk berbuat tanpa pikir dan
pertimbangan. Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsur,
yakni unsur watak naluriah dan unsur lewat kebiasaan dan latihan.33
Secara etimologi kata “akhlak” adalah bentuk jamak dari dari kata
“khuluq” yang mengandung pengertian pada tabiat dan sikap yang
ditunjukkan melalui perbuatan keseharian.
Menurut Y. S Marjo menjelaskan bahwa, “akhlak ialah sikap yang
digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan dari
manusia baik terhadap Tuhan maupun terhadap manusia ataupun terhadap
dirinya sendiri.”34
Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat
dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu
33
Zar Sijaruddin, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 135 34
Ys. Marjo, Kamus Populer, ( Surabaya: Beringin Jaya, 1997). Cet. Ke-1, h. 24
34
perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan,
tidur, mabuk, atau gila.
Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura atau bersandiwara.35
Jadi,
apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak ada dalam perbuatan atau
sikap seseorang, maka tidak dapat disebut sebagai akhlak.
2. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak
Menurut Heny Narendrany Hidayati, bahwa akhlak Islam adalah sama
dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan
dengan pola hubungan. Akhlak dalam ajaran Islam mencakup berbagai
aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah SWT, hingga kepada sesama
makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak
bernyawa). Lebih jelasnya dapat disimak pada paparan berikut ini:36
a. Akhlak terhadap Allah SWT
Akhlak terhadap Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk
kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki
ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah dijelaskan diatas.
35
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung; PT Remaja Rosdakarya,
September 2006), cet. 1, ke-1 h. 151-152 36
Menurut Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlak Karimah Mahasiswa,
(Jakarta: UIN Press Dan Center For Quality Development And Assurance- Lembaga Peningkatan
Dan Jaminan Mutu, 2009), Cet. Ke-1, h. 12-14
35
Bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk dalam berakhlak kepada
Allah diantaranya: tauhid, ibadah/shalat, puasa, taubat, ikhlas,
bersyukur, tawakal, ridha Allah, rendah hati, amal saleh, cinta ilmu,
muru‟ah.
Abuddin Natta menyebutkan sekurang-kurangnya ada empat alasan
mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT, yaitu:
Pertama, karena Allah SWT yang telah menciptakan manusia. Dia
menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari antara
tulang punggung dan tulang rusuk. Dalam ayat lain Allah SWT
mengatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian di
proses menjadi benih yang disimpan ditempat yang kokoh (rahim).
Setelah itu menjadi segumpal darah, segumpal daging, dijadikan tulang
dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberi roh. Dengan
demikian, sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang
menciptakannya.
Kedua, karena Allah SWT yang telah memberikan perlengkapan
pancaindera berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati
sanubari disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna.
Perlengkapan itu diberikan kepada manusia agar manusia mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan. Penglihatan dan pendengaran
adalah sarana observasi, dengan bantuan akal mampu untuk
mengamati dan mengartikan kenyataan empiris. Hanya dengan proses
generalisasi empiris ini akan mengarahkan manusia bersyukur kepada
36
penciptanya. Bersyukur berarti mampu memanfaatkan perlengkapan
panca indera tersebut menurut ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan oleh Allah Swt.
Ketiga, karena Allah SWT yang telah menyediakan berbagai bahan
dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti
bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang ternak dan sebagainya.
Keempat, Allah SWT yang memuliakan manusia dengan
diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Maka,
dengan kemampuan Allah SWT berikan kepada manusia, seharusnya
dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia, bukan untuk
melakukan kerusakan dan menimbulkan mudharat (bahaya) bagi
banyak orang.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah
SWT. Diantaranya dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-
Nya, mencintai-Nya, ridha dan ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya dan
bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa kepada-Nya, yaitu
dengan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri
manusia.
Quraish Shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap
Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah.37
Kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah yang sesungguhnya
37
http://astro-remaja.blogspot.com/2013/05/ruang-lingkup-akhlak-islami.html, Pukul 09.
35, 02 Oktober 2014.
37
akan membentuk pendidikan keagamaan, diantara nilai-nilai ketuhanan
yang sangat mendasar ialah:
1. Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. Jadi
tidak cukup hanya “percaya” kepada adanya Tuhan, melainkan harus
meningkat menjadi sikap mempercayai Tuhan dan menaruh
kepercayaan kepadanya.
2. Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah SWT
senantiasa hadir atau bersama manusia diamanapun manusia berada.
Karena Allah SWT selalu mengawasi manusia, maka manusia harus
berbuat, berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik
mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak dengan setengah-
setengah dan tidak dengan sikap sekadarnya saja.
3. Takwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah SWT selalu
mengawasi manusia. Kemudian manusia berusaha berbuat hanya
sesuatu yang diridhai Allah SWT, dengan menjauhi atau menjaga diri
dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya. Taqwa inilah yang mendasari
budi pekerti luhur (al-akhlaqul karimah).
4. Ikhlas, yaitu sikap murni dalam suatu perbuatan, semata-mata demi
memperoleh keridhaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin,
tertutup maupun terbuka. Dengan sikap ikhlas, manusa akan mampu
mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batinnya dan karsa lahirnya, baik
pribadi maupun sosial.
38
5. Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah SWT dengan
penuh harapan kepadanya dan keyakinan bahwa dia akan menolong
manusia dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik.
6. Syukur, yaitu sikap penuh terimakasih dan penghargaan. Dalam hal ini
atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya yang
dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Bersyukur dalam hidup,
senantiasa mengharap kepada Allah SWT karena beryukur kepada
Allah SWT hakikatnya beryukur kepada diri sendiri, karena manfaat
yang besar akan kembali kepada yang bersangkutan.
7. Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan
kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis, karena keyakinan
yang tak tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah SWT dan
akan kembali kepadanya. Jadi, sabar adalah sikap batin yang tumbuh
karena kesadaran akan asal dan tujuan hidup yaitu Allah SWT.
b. Akhlak terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur’an berkaitan
dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenal hal ini
bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti
membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta tanpa alasan yang
benar, melainkan juga kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan
aib seseorang di belakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah.
Di sisi lain Al-Qur’an menekankan bahwa setiap orang hendaknya
melakukan perbuatan secara wajar. Seperti tidak masuk ke rumah orang
tanpa izin, jika bertemu mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan
39
adalah ucapan yang baik. Setiap ucapan yang ducapkan adalah ucapan
yang benar, jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak
wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan
seseorang, tidak menyapa atau memanggilnya dengan sebutan buruk.
Tawaduk (rendah hati), rendah hati orang yang tawaduk berarti orang yang
merendahkan diri dalam pergaulan, Tasamuh (tenggang rasa), saling
menghormati, dan saling menghargai sesama manusia. Selanjutnya yang
melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan, pemaafan ini hendaknya
disertai dengan kesadaran bahwa yang dimaafkan berpotensi pula
melalakukan kesalahan. Selain itu pula dianjurkan agar menjadi orang
yang pandai mengendalikan nafsu amarah.
Adapun bentuk-bentuk akhlak terhadap sesama manusia
diantaranya adalah jujur, ikhlas, amanah, tawadhu, sabar, pemaaf,
penolong, rajin, disiplin, bermanfaat, cerdas, cinta damai, tanggung jawab,
sabar, tasamuh, persaudaraan, peduli sosial, dan berbagi.
c. Akhlak terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu
yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun
benda-benda tak bernyawa.
Adapun bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk akhlak terhadap
lingkungan, yaitu dengan peduli lingkungan diantaranya memelihara
tumbuh-tumbuhan, menyayangi hewan, menjaga kebersihan, dan
menjaga ketentraman.
40
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia terhadap
sesamanya dan terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti
pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk
mencapai tujuan penciptanya. Karena pada dasarnya, Allah SWT
menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi, untuk mengelola
dan mengambil manfaat dari segala sesuatu yang dianugerahkan
(diberikan) Allah SWT di muka bumi ini. Dalam pandangan Islam,
seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang atau
memetik bunga sebelum mekar karena tidak memberi kesempatan
kepada manusia lainnya untuk mencapai tujuan penciptanya.
Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses
yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang
demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak
melakukan pengrusakan, bahkan dengan kata lain, setiap pengrusakan
terhadap lingkungan harus dinilai sebagai pengrusakan pada diri manusia
sendiri.
Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya
diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki
ketergantungan kepada-Nya. Hal ini menambah keyakinan seorang muslim
untuk menyadari segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan di alam semesta
pasti akan kembali kepadanya.
41
Dari uraian di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islam sangat
komprehensif (menyeluruh) dan mencakup berbagai makhluk yang diciptakan
Tuhan. Hal yang demikian dilakukan karena secara fungsional seluruh
makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya
salah satu bagian dari makhluk Tuhan akan berdampak negatif bagi makhluk
lainnya.38
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Istilah remaja atau adolesence berasal dari kata lain adolescere,
(kata bendanya adolescentia, yang berarti remaja), yang berarti “tumbuh”
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini adolescence seperti yang
dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik. 39
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia remaja memiliki arti
mulai dewasa.40
Masa remaja ialah satu periode dari masa anak-anak
menjadi dewasa ketika manusia menguji berbagai peran yang mereka
mainkan dan mengintegrasikan peran-peran itu ke dalam suatu persepsi
diri, suatu identitas.41
Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah suatu
masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
38
Abu Ahmadi, dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: PT.
Bumi Aksara, Agustus, 2004), cet ke-1V, H. 198 39
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, Edisi Ke-5, h.
206 40
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 739 41
Tim Penyusun, Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial Profesional), Jakarta:
Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, 2006, h. 13
42
seksual. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Pada masa ini terjadi
peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri.42
Menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada
umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.43
Sedangkan Hurlock
membagi masa remaja menjadi masa awal (13 hingga 16 atau 17 tahun)
dam masa remaja akhir (16 atau 17 hingga 18 tahun), masa remaja awal
dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir,
individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati
masa dewasa.44
Masa remaja, menurut Tanley Hall, seorang bapak pelopor
psikologi perkembangan remaja dianggap sebagai masa topan badai dan
stres (storm and stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas
untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia
akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab,
tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tak
memiliki masa depan dengan baik.45
42
Sarlito Wirawan. S, Psikologi Remaja, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994, h.9 43
Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D., Human Development (8 th ed).
Bustom: McGraw-Hill, 2001, h. 122 44
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, Edisi ke-5, h.
207 45
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, h. 13
43
Dari beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
remaja adalah masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang
berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
2. Ciri - ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja
terjadi perubahan yang sangat cepat baik secara fisik maupun secara
psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja
awal yang dikenal sebagai masa storm and stress. Peningkatan
emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon
yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan
emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru
yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan
dan tekanan ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan
tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, harus lebih mandiri, dan
bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan
terbentuk seiring berjalannya waktu dan akan nampak jelas pada
remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan
seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak
yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang
terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi,
pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti
44
tinggi badan, berat badan dan proporsi tubuh sangat berpengaruh
terhadap konsep diri remaja.
c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan
dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal yang menarik
bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal
menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan
adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka
remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka
pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam
hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan dengan
individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis
dan dengan orang dewasa.
d. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati masa
dewasa.
e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi
perubahan yang terjadi. Disatu sisi mereka menginginkan kebebasan,
tetapi disisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai
kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri
untuk memikul tanggung jawab tersebut.46
46
Mr. Dan O’ Donnell, Perlindungan Anak, Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat ( UNICEF, 2006), H. 128.
45
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA PANTI SOSIAL BINA REMAJA
(PSBR) BAMBU APUS CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
A. Sejarah Berdirinya Panti
Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang
memiliki peran strategis dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan
bangsa dan negara. Kondisi masyarakat yang miskin di suatu wilayah
seringkali berdampak pada ketidakmampuan keluarga dalam mengupayakan
pemenuhan akan hak dasar anak terutama di bidang pendidikan baik formal
maupun nonformal.
Hampir sebagian besar remaja yang berada di desa-desa mengalami
putus sekolah sehingga menjadi masalah besar yang mengancam bangsa dan
negara karena ditangan merekalah sebagai generasi penerus nasib bangsa dan
negara ini dipertaruhkan. Selain pendidikan formal, remaja ini tidak memiliki
keterampilan yang cukup untuk membantu mereka keluar dari kemiskinan
struktural. Kondisi putus sekolah dan minim keterampilan dapat
menyebabkan mereka tidak mampu bersaing di dunia kerja ataupun bidang
usaha, yang nantinya mereka menjadi pengangguran dan tidak memiliki
aktivitas bermanfaat.
Pendidikan terhadap anak sejatinya berlangsung sepanjang masa long
live education. Salah satu upayanya adalah memberikan pendidikan yang
layak terhadap anak sehingga dapat membentuk karakter kepribadian,
wawasan, life skill yang didapat akan bermanfaat untuk kehidupan mereka
46
agar menjadi lebih baik lagi. Namun, bagi sebagian masyarakat hal itu tidak
dapat diperoleh, selain karena biaya pendidikan yang mahal, rendahnya
ekonomi keluarga juga menjadi alasan bagi anak-anak untuk ikut membantu
meningkatkan penghasilan keluarga demi kelangsungan hidup. Hal ini
menjadi penyebab utama meningkatnya angka putus sekolah.
Salah satu program pemerintah untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan remaja yang kurang mampu adalah pelayanan sosial bagi remaja
putus sekolah. Program pengembangan tersebut menjadi hal yang sangat
krusial, mengingat semakin meningkatnya jumlah remaja yang terpaksa putus
sekolah.
Di tengah keterbatasan dan ketidakmampuan remaja dalam mengakses
pendidikan formal dan nonformal serta ingin mengembangkan diri dalam
meningkatkan keterampilan hidup mereka, maka Kementerian Sosial RI
melalui pusat pengembangan remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur membuka kesempatan bimbingan dan
pelayanan.
PSBR adalah salah satu unit pelaksana teknis di lingkungan
Kementrian Sosial RI yang memberikan pelayanan sosial kepada remaja
putus sekolah berupa bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan kerja.
Dengan adanya bimbingan ini di harapkan para remaja memiliki kemampuan
dan kemandirian serta dapat berkembang secara wajar di tengah hirup pikuk
masyarakat, sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan serta
kemajuan tempat tinggalnya.
47
PSBR Bambu Apus Jakarta berdiri pada bulan Juli 1972. PSBR secara
resmi memulai operasional pada tanggal 15 September 1974, diresmikan oleh
Menteri Sosial Republik Indonesia, Bapak HMS. Mintaredja, SH. Sebelum
bernama PSBR, awalnya bernama Panti Asuhan Percontohan. Selang
beberapa tahun berganti nama menjadi Panti Penyantunan Anak (PPA). Pada
tanggal 23 April 1994 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor: 14/HUK/1994 berubah nama menjadi Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus (PSBR). PSBR ini beralamat di JL. PPA. No. 1 Bambu
Apus Cipayung Jakarta Timur dengan luas tanah 103. 400 m2 dan luas
bangunan 20.062 m2.1
B. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Lembaga
1. Visi
Visi PSBR Bambu Apus adalah mewujudkan PSBR Bambu Apus
sebagai Lembaga Penyelenggara Pelayanan Rehabilitasi Sosial secara
prima bagi remaja terlantar putus sekolah.
2. Misi
Misi Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus adalah :
a. Melaksanakan perencanaan program dan kegiatan penyelenggaraan
rehabilitasi sosial bagi remaja secara efektif dan efisien.
1 Brosur, Pusat Pengembangan Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus
Jakarta, April 2014
48
b. Melaksanakan penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi remaja yang
prima, profesional, dan berkelanjutan sesuai prosedur dan standar
pelayanan.
c. Meningkatkan dukungan manajemen penyelenggaraan rehabilitasi
sosial bagi remaja yang akuntabel (bertanggung jawab), transparan
dan profesional.2
3. Tujuan Berdirinya Lembaga
Tujuan PSBR Bambu Apus adalah terpenuhinya hak dan kebutuhan
dasar remaja, terbentuknya karakter remaja yang jujur, disiplin, tanggung
jawab, percaya diri, terampil dan mandiri. Terlaksananya proses
rehabilitasi sosial yang selaras dengan tuntutan kebutuhan remaja dan
masyarakat dan tersedianya sumber daya manusia Pusat Pengembangan
Remaja PSBR Bambu Apus yang profesional dan berkualitas serta
berjalannya administrasi yang sistematis, terkoordinasi, terdokumentasi
dan konsisten.3
C. Fungsi dan Tugas Lembaga
1. Fungsi
a. Pusat pemberdayaan dan pengembangan diri remaja.
b. Pusat informasi pelatihan dan penelitian tentang perilaku susila remaja
dan organisasi.
c. Pusat rujukan penanganan masalah sosial remaja sebagai upaya
pencegahan, rehabilitasi pemberdayaan, dukungan, dan pengembangan.
2 Brosur, Pusat Pengembangan Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus
Jakarta, April 2014. 3 Wawancara dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 8 April 2014.
49
2. Tugas Lembaga
Memberikan bimbingan dan pelayanan yang bersifat prefentif,
rehabilitatif, dan promotif dalam bentuk bimbingan fisik, spiritual, sosial,
pelatihan keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi remaja
terlantar putus sekolah agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat serta melakukan pengkajian dan penyiapan
standar pelayanan.4
D. Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga
PSBR Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur sebagai Unit Pelaksana
Teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial Kementerian Sosial RI melaksanakan tugas pelayanan kesejahteraan
sosial, melalui kegiatan sosial, mental, fisik, serta bimbingan sosial dan
keterampilan kerja seperti keterampilan otomotif, elektro, las, jahit, dan salon.
Pihak panti remaja terlantar dan putus sekolah yang tidak mampu dari batas
usia 15 thn s/d 18 thn. Remaja tersebut tidak pernah menjenjang pendidikan
hingga SLTA atau sederajat. Ruang lingkup panti ini mencakup nasional
yang bekerja sama dengan dinas-dinas sosial terkait di beberapa daerah di
seluruh Indonesia.5
4Brosur, Pusat Pengembangan Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus
Jakarta, April 2014 5 Wawancara dengan Bapak Imron, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 18 April 2014.
50
E. Penerima Manfaat
1. Jangkauan Pelayanan dan Perekrutan
Menyadari perlunya pusat pemberdayaan dan pengembangan diri
bagi remaja, sejak 1 September 1994 PSBR telah menerima sekitar 75
angkatan. Jangka waktu pelayanan adalah enam bulan, dalam satu tahun
dibuka dua kali pendaftaran. Periode 1 : Januari s/d Juni dengan
penerimaan dilaksanakan setiap bulan November dan Desember untuk
angkatan pertama, dan Periode 2: Juli s/d Desember dengan penerimaan
dilaksanakan setiap bulan Mei dan Juni untuk angkatan kedua. Jangkauan
Pusat Pengembangan Remaja PSBR Bambu Apus Jakarta Timur Tahun
2012 yang merupakan wilayah sasaran program penerima manfaat
meliputi Regional Jawa : DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur.
2. Deskripsi Klien
Sesuai dengan latar belakang berdirinya PSBR ini adalah untuk
memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, melalui kegiatan sosial,
mental, fisik serta bimbingan sosial dan keterampilan kerja dengan tujuan
agar remaja terlantar putus sekolah yang menerima pelayanan dapat
berkembang secara wajar, mandiri dan dapat melaksanakan fungsi
sosialnya secara baik di tengah masyarakat juga serta dapat terampil dan
aktif dalam pembangunan. Oleh karena itu penerima manfaat di PSBR
Bambu Apus memiliki tipe “normal functioning” yakni klien PSBR
Bambu Apus dapat dikatakan berfungsi secara normal.
51
3. Kriteria Pemilihan
Kriteria untuk menjadi calon remaja di PSBR Bambu Apus adalah
sebagai berikut:
a. Anak laki- laki atau perempuan
b. Remaja terlantar dan putus sekolah pada tingkat SD, SMP, SLTA atau
yang sederajat
c. Usia 15 s/d 18 tahun
d. Fotokopi ijazah
e. Fotokopi Kartu Keluarga
f. Surat keterangan tidak mampu
g. Sehat jasmani dan rohani
h. Tidak bertato dan narkoba atau tindak kriminal lainnya
i. Surat rekomendasi dari Dinas Sosial setempat
j. Lulus seleksi oleh Instansi Sosial setempat atau petugas panti
k. Surat penyerahan dari orang tua atau keluarga
l. Akte kelahiran atau surat kenal lahir
4. Proses Penerimaan
Proses penerimaan calon remaja PSBR Bambu Apus adalah sebagai
berikut:
a) Sosialisasi
Sosialisasi adalah kegiatan penyebarluasan informasi tentang
PSBR secara umum kepada masyarakat. Tujuannya adalah agar:
52
1) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami tugas pokok dan
Fungsi PSBR.
2) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami status PSBR
sebagai UPT milik Kementrian Sosial RI.
3) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami maksud dan tujuan
PSBR.
4) Peserta pertemuan mengetahui program-program yang ada di
PSBR seperti administrasi, orientasi, penelusuran minat bakat
(PMB), out bond, dan bimbingan sosial. Program binaan yaitu
Kegiatan bimbingan keterampilan, kegiatan kunjungan industri,
pembekalan dan persiapan magang, magang atau praktek belajar
kerja, monitoring magang, kegiatan widyawisata, dan penyuluhan-
penyuluhan.
b) Pendaftaran
Pendaftaran merupakan kegiatan membagikan formulir
pendaftaran, mewawancarai, melakukan observasi sekaligus mencatat
anak remaja calon binaan PSBR di lokasi (tempat tinggal calon
binaan). Beberapa aspek yang harus diperoleh dari kegiatan ini adalah:
1) Identitas calon binaan (nama calon, usia, pendidikan terakhir,
permasalahan yang dihadapi anak pada waktu tersebut.
2) Identitas orang tua atau wali (nama, alamat orang tua atau wali,
usia, pekerjaan).
3) Jumlah saudara kandung calon (bila ada alamat keluarga atau
warga terdekat yang tinggal di sekitar PSBR Bambu Apus).
53
4) Penyebab keterlantaran (putus sekolah).
c) Seleksi
Seleksi adalah kegiatan untuk menentukan calon peserta di PSBR
Bambu Apus yang dilakukan tim seleksi. Tim Seleksi ini diketuai oleh
seorang pekerja sosial yang ditunjuk berdasarkan SK Pimpinan PSBR.
d) Registrasi
Registrasi adalah kegiatan mencatat, menyimpan serta
mengagendakan data-data calon remaja PSBR ke dalam buku register.
Kegiatan registrasi dilakukan di PSBR Bambu Apus dan dilakukan
oleh tim yang ditunjuk berdasarkan SK kepala panti.
e) Orientasi
Orientasi adalah proses yang diselenggarakan oleh PSBR untuk
melakukan penyesuaian fisik, psikis dan mental anak calon remaja ke
dalam metode pelayanan yang ada.
f) Pengasuhan atau bimbingan
Setiap rumah asuh terdapat orang tua asuh. Sistem pengasuhan
adalah menganggap anak seperti keluarganya sendiri dan bertugas
mengayomi anak. Orang tua asuh dapat menjadi teman, sahabat dan
guru bagi para remaja. Yang menjadi orang tua asuh adalah pegawai
PSBR Bambu Apus Jakarta yang bersedia menjadi orang tua asuh.6
6 Wawancara dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama, PSBR, 12 Juli 2014.
54
F. Program
Pelaksanaan Program Pusat Pengembangan Remaja PSBR Bambu Apus
Jakarta selaku mitra kerja di bawah naungan Kementrian Sosial RI yakni
satuan kerja perangkat wilayah yang berada di Jakarta Timur dalam tahun
pelaksanaan anggaran 2013 adalah melaksanakan kegiatan program terhadap
remaja dengan sasaran target 150 anak pada masing-masing angkatan. Seksi
Rehabilitasi Sosial yang bertugas untuk membuat rancangan program
kegiatan bagi remaja dalam satu tahun. Pelaksanaan kegiatan Bimbingan
Sosial dan Keterampilan Kerja selama tahun 2012 telah dilaksanakan dengan
kegiatan :
1. Administrasi
a. Mempersiapkan agenda dan data awal tentang remaja.
b. Tersedianya catatan studi kasus dan persyaratan administrasi.
c. Mempersiapkan atau menyediakan sarana dan prasarana pelaksanaan
kegiatan seperti alat tulis dan peralatan penunjang untuk remaja.
d. Menyusun berkas biodata dan data kesehatan remaja.
e. Buku perkembangan remaja.
f. Mempersiapkan buku induk remaja.
g. Menyusun dan menelaah identitas calon remaja.
2. Orientasi remaja
Pelaksanaan orientasi remaja di lingkungan panti bertujuan untuk
mewujudkan kemandirian dan meningkatkan kedisiplinan remaja. Dalam
pelaksanaan orientasi juga dilakukan pengenalan program dan kegiatan
penunjang.
55
3. Penelusuran Minat Bakat (PMB) remaja
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menempatkan remaja pada
jurusan yang sesuai dengan kemampuannya agar remaja dapat mengikuti
proses belajar-mengajar dengan baik.
4. Out Bond.
Maksud dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk
mengembangkan potensi diri dan menumbuhkan rasa percaya diri pada
remaja. Juga untuk membentuk disiplin kerja dan memotivasi diri dalam
bekerja.
5. Bimbingan Sosial remaja
Bimbingan sosial adalah proses komunikasi, informasi edukasi dan
motivasi yang terencana, terarah, dan berkelanjutan untuk memberikan
pengetahuan dan mendorong perubahan sikap dan perilaku. Adapun materi
bimbingan sosialnya adalah bimbingan dalam PBB (Pelajaran Baris
Berbaris), bimbingan perubahan perilaku, bimbingan keorganisasian
/kepemimpinan, pengetahuan tentang napza, bimbingan sosial masyarakat,
etika sosial remaja, dan lain-lain.
6. Kegiatan Bimbingan Keterampilan bagi remaja
Bimbingan keterampilan kerja dilakukan agar remaja memiliki
kemampuan dan kemandirian sehingga mereka dapat terampil dan aktif
berpartisipasi di masyarakat dengan bekal keterampilan dasar yang
dimiliki yang memungkinkan bagi mereka untuk pemenuhan kebutuhan
hidup di masa depan.
56
7. Kegiatan Kunjungan Industri remaja
Kunjungan industri merupakan salah satu pelengkap dari proses
bimbingan keterampilan kerja. Kegiatan ini diharapkan mampu
memberikan gambaran nyata tentang dunia kerja.
8. Pembekalan dan Persiapan Magang
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pemantapan remaja yang
akan mencari tempat magang untuk diberi kesempatan menimba ilmu di
berbagai unit usaha sesuai dengan keterampilannya.
9. Magang atau praktek belajar kerja remaja
Kegiatan magang merupakan ajang pengenalan lembaga tempat
bekerja sekaligus mengasah kemampuan remaja dalam bidang
keterampilan yang dimiliki atau diperoleh selama bimbingan sosial dan
bimbingan keterampilan ketika di panti. Kegiatan tersebut berlangung
selama 27 hari.
10. Monitoring Magang
Kegiatana monitoring magang dilakukan untuk mengetahui dan
mengontrol pelaksanaan magang yang dilaksanakan oleh remaja.
11. Kegiatan Widyawisata remaja
Widyawisata merupakan kegiatan rekreasi yang dilakukan pada
remaja agar telibat langsung pada aktifitas permainan.
12. Penyuluhan- penyuluhan
Penyuluhan atau ceramah umum dilaksanakan di Aula PSBR
setelah dilaksanakannya magang.7
7 Wawancara dengan Bapak Imron, Pembimbing Agama, PSBR, 15 Juli 2014.
57
G. Sarana dan Prasarana Lembaga
PSBR Bambu Apus Jakarta Timur berada di areal seluas 103.400 m2
sesuai dengan pembuatan sertifikat tanah pengganti dengan surat ukur
pengesahan akta Notaris Hetty Siagian, SH dengan SPK Nomor: 831H/PPK-
UM/X/2010 tanggal 01 Oktober 2010. Sarana dan prasarana yang terdapat di
PSBR Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 18
Sarana dan Prasarana Lembaga Tahun 2013
No Gedung/Bangunan Jumlah
1 Gedung kantor dan ruang aula 1 unit
2 Rumah asuh (cottage) 23 unit
3 Gedung Poliklinik / Perlindungan Sosial
Anak
1 unit
4 Dapur umum dan ruang makan 1 unit
5 Gedung instalasi produksi (shelter workshop) 1 unit
6 Ruang bimbingan / praktik keterampilan 5 unit
7 Ruang ibadah (masjid) 1 unit
8 Gedung fungsional PekSos dan Konseling 1 unit
9 Pos jaga / keamanan 1 unit
10 Rumah Dinas Kepala Panti 1 unit
11 Rumah dinas tipe 45 10 unit
12 Rumah dinas tipe 70 9 unit
8 Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, pada tahun 2013
58
13 Lapangan futsal 1 unit
14 Lapangan bola voli/ basket 1 unit
15 Gedung olah raga bulu tangkis 1 unit
16 Taman Kanak kanak ( TK ) 1 unit
17 Taman Anak Sejahtera Kasih Ibu 1 unit
18 Pusat pelayanan terpadu ( gedung ADK ) 1 unit
H. Gender
TABEL 29
Komposisi Pegawai PSBR Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013
No Jenis Kelamin Jumlah Orang Prosentase (%) Keterangan
1 Laki- laki 25 50 Pensiun 1 org
2 Perempuan 25 50
Jumlah 50 100%
9 Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, pada tahun 2012.
59
I. Struktur Organisasi Lembaga
BAGAN 110
STRUKTUR ORGANISASI PUSAT LEMBAGA REMAJA (PSBR)
BAMBU APUS JAKARTA KEMENSOS RI NP.106/HUK/2014
10
Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, pada tahun 2013
Kepala Lembaga
Dra.Ignatia Sri Wuwuh P, M.Si
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Dyah Wijayanti A.KS,M.Kesos
Kepsek Rehabilitasi Sosial
Namin Sunarto, AKS
Kepsek Program dan
Advokasi Sosial
Hasrifah M, S.si
Kelompok Jabatan Fungsional
Dra. Habibi Tamher, M.Si
Shelter Workshop Instalasi Produksi
60
J. Jumlah Pegawai dan Latar Belakang Pendidikan
Tabel 311
Komposisi Pegawai Menurut Jabatan Tahun 2013
11
Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, pada tahun 2012
No Jabatan Jumlah Keterangan
1 Kepala Panti 1 orang
2 Subbag Tata Usaha
a. Kepala Sub Bagian 1 orang
b. Staf Sub Bagian 18 orang
3 Seksi Program dan Advokasi
a. Kepala Seksi 1 orang
b. Staf Seksi 2 orang
4 Seksi Rehabilitasi Sosial
a. Kepala Seksi 1 orang
b. Staff Seksi 6 orang
5 Fungsional
a. Pekerja Sosial 15 orang
Fungsional Angka
Kredit
b. Perencana 1 orang
Fungsional Angka
Kredit
c. Arsiparis -
d. Pranata komputer -
e. Instruktur -
f. Penyuluh Sosial 1 orang
Fungsional Angka
Kredit
g. Pustakawan -
h. Psikolog 1 orang
Fungsional Non
Angka Kredit
i. Dokter/perawat -
j. Perawat/paramedis 2 orang
Fungsional Non
Angka Kredit
k. Verifikator Keuangan - Sda
61
Tabel 412
Tingkat Pendidikan Pegawai Tahun 2013
K. Kemitraan dengan Pihak Luar
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan memperluas jaringan
kerjasama dengan masyarakat atau lingkungan di sekitar panti, maka Pusat
Pengembangan Remaja PSBR Bambu Apus telah melaksanakan kerjasama
dengan pihak-pihak berikut :
1. Komando Rayon Militer 007 Cipayung Jakarta Timur
Dalam rangka penanganan disiplin dan perubahan sikap mental penerima
manfaat, PSBR melibatkan pihak koramil dalam kegiatan saat masa
orientasi dan pengenalan lingkungan.
12
Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, pada tahun 2013
No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang Keterangan
1 S 2 7
2 S 1 12
3 Diploma IV 9
4 Diploma III 8
5 SLTA 12
6 SLTP 2
7 SD -
Jumlah 50
62
2. Kepolisian Sektor (Polsek) Cipayung Jakarta Timur
Dalam rangka penanganan dan pencegahan kenakalan remaja, serta
perlindungan remaja berada di lingkungan sosial panti untuk penanganan
penerima manfaat serta pemahaman tentang tata tertib di jalan raya.
3. Dinas Pendidikan dan DIKMEN Kecamatan Cipayung
Dinas Pendidikan diperlukan dalam rangka kerjasama dalam pembelajaran
serta pendidikan untuk anak sekolah atau untuk remaja terlantar putus
sekolah melalui Paket Pendidikan kesetaraan Paket A, B, dan C di PKBM
Bina Remaja Bambu Apus yang bekerjasama dengan PSBR Bambu Apus.
4. Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan diperlukan untuk penanganan remaja yang sakit, serta
pemeriksaan, dan pengobatan dilakukan satu bulan sekali kegiatan ini
bertempat di gedung Poliklinik dengan melibatkan tenaga medis dokter
satu orang dari Dinas Kesehatan dan tenaga perawat di dalam panti dua
orang.
5. Perusahaan Swasta
Pada bidang perbengkelan atau industri garment pihak PSBR telah
menjalin kerjasama dalam bentuk penerimaan remaja yang telah mengikuti
bimbingan sosial dan keterampilan kerja sesuai dengan bidang yang telah
diambil oleh remaja/ penerima manfaat dalam bentuk penyaluran penerima
manfaat.13
13
Wawancara pribadi dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama, PSBR, 24 Juli 2014.
63
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Informan
1. Pembimbing
Dalam bab ini, penulis memaparkan tentang deskripsi pembimbing
dan terbimbing yang ada di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu
Apus Cipayung Jakarta Timur. Pembimbing agama Islam yang ada di
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) yaitu dua orang pembimbing.
Tabel 5
Pembimbing Agama Islam
No Nama Tugas Hari/waktu
1 Drs. H. Muhammad Imron
Rosyadi
Pembimbing
Agama Islam
Senin-Minggu
18.00-19.30
2 Junaedi S. Pd. I Pembimbing
Agama Islam
Rabu
08.00-09.45
Deskripsi mengenai Pembimbing Agama Islam di Panti Sosial
Bina Remaja (PSBR) yaitu:
a. Bapak Drs. H. Muhammad Imron Rosyadi
Bapak Imron adalah seorang Pembimbing Agama Islam di PSBR
lahir di Lubuk Linggau, pada tanggal 28 Juli 1973. Bapak Imron telah
bergabung di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) hampir enam tahun dari
tahun 2008.
64
Selama menjadi seorang pembimbing agama Islam di panti, ia
ikut berkontribusi dalam memajukan PSBR terutama pada bidang yang
ditugaskan kepadanya. Bapak Imron memberikan bimbingan agama
Islam rutin setiap hari yang dilaksanakan setelah shalat magrib sampai
menjelang shalat Isya di Masjid Istiqomah komplek panti PSBR. Bapak
Imron berharap dalam setiap kegiatannya dapat menjadi kebaikan dan
berdampak positif terhadap akhlak remaja. 1
b. Bapak Junaedi S. Pd. I
Bapak Junaedi adalah seorang pembimbing agama Islam di
PSBR lahir di Jakarta, tanggal 15 Juni 1975. Ia sekarang bertempat
tinggal di Jln. Kenanga No 25 Rt 10/01 Pondok Rangon, Cipayung
Jakarta Timur.
Ia menjalankan tugasnya dengan cermat dan ikut serta
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi remaja di panti. Ada
beberapa tugas yang dijalankan Bapak Junaedi sebagai seorang
pembimbing agama Islam di panti meliputi:
1. Pengamatan perilaku remaja.
2. Memberikan bantuan khusus kepada remaja-remaja yang bermasalah
dan membutuhkan.
3. Mengadakan bimbingan kelompok atau individu kepada remaja.2
1 Wawancara pribadi dengan Bapak Muhammad Imron Rosyadi, Pembimbing
Agama Islam, rumah, 10 Juni 2014. 2 Observasi di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), 14-18 April 2014
65
2. Terbimbing
Adapun deskripsi mengenai terbimbing adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Terbimbing Berdasarkan Jenis Kelamin3
No Jenis kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 109 Orang
2 Perempuan 41 Orang
Jumlah 150 Orang
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terbimbing laki-laki
berjumlah 109 orang dan terbimbing perempuan berjumlah 41 orang.
Tabel 7 Terbimbing Berdasarkan Usia
4
No Usia Jumlah
1 16 Tahun 44 Orang
2 17 Tahun 44 Orang
3 18 Tahun 62 Orang
Jumlah 150 Orang
3 Data kegiatan Bimbingan Agama Islam di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Penerima Manfaat PSBR Bambu Apus, periode Juni 2014. 4 Data kegiatan Bimbingan Agama Islam di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Penerima Manfaat PSBR Bambu Apus, periode Juni 2014.
66
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terbimbing umur
16 tahun berjumlah 44 orang, terbimbing umur 17 tahun berjumlah 44
orang, dan terbimbing umur 18 tahun berjumlah 62 orang.
Tabel 8
Terbimbing Berdasarkan Jurusan yang Diambil5
No Jurusan Di PSBR Jumlah
1 Montir 26 Orang
2 Motor 27 Orang
3 Las 20 Orang
4 Elektro 14 Orang
5 Menjahit 42 Orang
6 Salon 21 Orang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terbimbing yang
mengambil jurusan montir 26 orang, motor 27 orang, las 20 orang,
elektro 14 orang, menjahit 42 orang, dan salon 21 orang.
Terbimbing yang menjadi sampel penulis di Panti Sosial Bina
Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur berjumlah tujuh
orang. Penulis hanya mengambil sepuluh sampel dalam penelitian ini
karena sesuai dengan kriteria yang penulis harapkan yaitu:
5Data kegiatan Bimbingan Agama Islam di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Penerima Manfaat PSBR Bambu Apus, periode Juni 2014
67
a. Remaja terlantar dan putus sekolah yang tidak mampu dari batas
usia 15 s/d 18 thn yang mengikuti masa rehabilitasi periode Januari
s/d Juni 2014.
b. Remaja yang aktif mengikuti bimbingan agama selama 6 bulan.
Dari jumlah tersebut, penulis harap cukup untuk mewakili sampel
penelitian yang penulis lakukan di panti. Adapun terbimbing yang telah
penulis wawancarai diantaranya:
a. Hasan, lahir di Pemalang, tanggal 27 Oktober 1998. Alamat asal
Pemalang. Hasan yang sekarang sudah berumur 16 tahun telah
berhenti sekolah sejak lulus SMP karena ketiadaan biaya untuk
melanjutkan pendidikan. Hasan mulai masuk ke PSBR pada tanggal
2 Januari 2014 atas ajakan dari salah seorang pegawai dari lembaga.
Di PSBR ini Hasan mengambil jurusan Las.6
b. Trisna, lahir di Subang, pada tanggal 30 Juni 1996. Alamat asal Kp.
Siluman Girang RT 010/003 Desa Siluman Kec. Pabuaran Kab.
Subang. Merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Trisna yang
sekarang sudah berumur 18 tahun telah berhenti sekolah sejak lulus
SMP karena ekonomi keluarganya yang tidak sanggup untuk
membiayai pendidikannya. Ia mengetahui PSBR dari temannya
yang sebelumnya pernah menjadi salah seorang siswa di panti. Ia
pun tertarik untuk menjadi salah seorang siswa di PSBR dan pihak
6 Wawancara dengan Hasan, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu
Apus, Jakarta pada tanggal 21 April 2014.
68
keluarga juga mendukungnya untuk masuk ke PSBR. Ia mengambil
jurusan Montir di PSBR dan ekstra kulikuler Voli.7
c. Nur Kafi Muhammad lahir di Cilacap, pada tanggal 15 Januari
1997. Merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara. Kafi yang
sekarang telah berumur 18 tahun telah berhenti sekolah sejak lulus
MTS karena faktor ekonomi keluarganya. Kafi mulai masuk PSBR
pada tanggal 2 Januari 2014 dan mengambil jurusan las. Ia
mengetahui PSBR dari kakaknya yang juga merupakan alumni dari
PSBR.8
d. Dedeh Heryani, lahir di Ciamis, pada tanggal 22 Desember 1997.
Alamat asal Ciamis. Dedeh yang sekarang berusia 17 tahun sudah
berhenti sekolah sejak lulus SMP karena tidak ada biaya untuk
melanjutkan pendidikan. Dedeh mulai masuk PSBR pada tanggal 2
Januari 2014. Dedeh mengetahui PSBR dari temannya yang
merupakan alumni di PSBR dan di PSBR mengambil jurusan
Salon.9
e. Nurjannah, lahir di Pangandaran, pada tanggal 30 April 1998.
Alamat asal Bulak Gebang Desa Suka Jaya Cimerak Pangandaran.
Nurjannah yang sudah berumur 16 tahun berhenti sekolah sejak
lulus SMP karena faktor ekonomi keluarganya. Nurjannah mulai
masuk PSBR pada tanggal 2 Januari 2014. Nurjannah mengetahui
7 Wawancara dengan Trisna, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu
Apus, Jakarta pada tanggal 18 April 2014. 8 Wawancara dengan Kafi, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu
Apus, Jakarta pada tanggal 19 April 2014. 9 Wawancara dengan Dedeh, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu
Apus, Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014.
69
PSBR dari tetangganya dan di PSBR ini ia mengambil jurusan
Salon.10
f. Taopik, lahir di Garut, pada tanggal 12 Juni 1997 alamat asal
Garut. Taopik yang sekarang sudah berumur 17 tahun berhenti
sekolah sejak lulus SMP karena faktor ekonomi orang tua yang
tidak mendukung untuk melanjutkan pendidikan. Taopik mulai
masuk PSBR pada tanggal 2 Januari 2014 atas ajakan dari salah
seorang pegawai di lembaga tersebut, di PSBR ini Taopik
mengambil jurusan Elektronika.11
g. Dera Yuda, lahir di Sukabumi, pada tanggal 1 Agustus 1998.
Alamat asal Sukabumi. Yuda yang sekarang berumur 16 tahun telah
berhenti sekolah sejak lulus SMP karena tidak ada biaya untuk
melanjutkan pendidikan. Yuda mulai masuk PSBR pada tanggal 2
Januari 2014 dan sebelumnya ia sempat tinggal di PPA-PKH
(Pengurangan Pekerjaan Anak dalam Rangka Menempuh Keluarga
Harapan). Kemudian atas rujukan dari PPA-PKH akhirnya ia masuk
ke PSBR dengan mengambil jurusan Salon.12
10
Wawancara dengan Nurjannah, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014. 11
Wawancara dengan Taopik, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu
Apus, Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014. 12
Wawancara dengan Yuda, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu
Apus, Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014.
70
B. Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja
di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta
Timur.
Pembimbing agama Islam di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
memegang peranan penting dalam meningkatkan akhlak remaja.
a. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pembimbing agama Islam di PSBR berjumlah dua orang yaitu
Bapak Drs. H. Muhammad Imron Rosyadi dan Bapak Junaedi, S. Pd. I.
Dalam memberikan bimbingan kepada remaja di panti mereka memiliki
jadwal bimbingan yang berbeda. Jadwal bimbingan Bapak Imron
dilaksanakan pada hari Senin-Minggu mulai pukul 18.00-19.30 WIB di
Masjid Istiqomah. Sebagaimana yang Bapak Imron kemukakan dalam
wawancara:
“Saya memberikan bimbingan agama kepada remaja-remaja di
PSBR yang dilaksanakan setiap hari setelah shalat magrib
sampai menjelang waktu Isya di Masjid Istiqomah yang
masjidnya ini berada di dalam komplek PSBR dengan
pengawasan saya sendiri. Dalam bimbingan agama ini, saya
memberikan materi akhlak. Saya berharap dengan memberikan
materi akhlak, remaja dapat mengerti dan mengetahui
bagaimana bertingkah laku yang baik, misalnya bagaimana cara
menghormati orang tua dan berperilaku jujur.”13
Sedangkan tempat dan jadwal bimbingan akhlak oleh Bapak
Junaedi, dilaksanakan pada hari Rabu pukul 08.00-09.45 WIB.
Sebagaimana yang diungkapkan beliau dalam pernyataan berikut:
“Kalau Bapak dek memberikan bimbingan di kelas, hari rabu
pagi pukul 08.00-09.45. Bapak memberikan materi tentang
akhlak kepada remaja. Materi akhlak yang kita kenalkan kepada
para remaja yaitu pertama, membaca Al-Qur’an dan shalat
13
Wawancara pribadi dengan Bapak Muhammad Imron Rosyadi, Pembimbing
Agama Islam, rumah, 8 September 2014
71
karena membaca Al-Qur’an dan shalat merupakan media atau
alat untuk membentuk karakter siswa. Kedua, menanamkan
keyakinan kepada remaja akan adanya hal-hal yang gaib seperti
adanya Allah SWT, malaikat, dan setan. Mana yang harus
mereka dekati dan mana yang harus mereka jauhi. Ketiga,
berperilaku sopan kepada siapapun, baik terhadap orang tua
asuh, instruktur, pegawai, teman, maupun masyarakat
sekitarnya. Keempat, menyayangi teman, tidak mencaci maki
kekurangan teman, tidak menggosip, dan menyakiti teman
secara fisik.14
”
Dari hasil wawancara di atas dapat bahwa pelaksanaan bimbingan
Bapak Imron bertempat di Masjid Istiqomah Komplek Panti Sosial
Bina Remaja (PSBR). Bimbingan diberikan kepada remaja-remaja
setiap hari setelah shalat magrib sampai menjelang waktu Isya. Bapak
Imron berharap dengan memberikan materi akhlak, remaja-remaja
mengerti bagaimana bertingkah laku yang baik, misalnya bagaimana
cara menghormati orang yang lebih tua dan berprilaku jujur. Sedangkan
pelaksanaan bimbingan Bapak Junaedi dilaksanakan di dalam kelas
pada hari Rabu pukul 08.00-09.45 WIB. Bapak Junaedi menyampaikan
materi-materi bimbingan di antaranya:
a. Tata cara membaca Al-Qur’an dan melaksanakan shalat .
b. Menanamkan keyakinan kepada siswa akan adanya hal-hal yang
gaib seperti adanya Allah SWT, malaikat dan setan.
c. Berprilaku sopan kepada siapapun, baik terhadap orang tua asuh,
instruktur, pegawai, teman, maupun masyarakat sekitarnya.
h. Menyayangi teman, tidak mencaci maki kekurangan teman, tidak
menggosip, tidak menyakiti teman secara fisik.
14
Wawancara pribadi dengan Bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR,
10 Juli 2014
72
b. Materi Bimbingan
Materi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan bimbingan karena pemilihan materi yang sesuai akan
membantu peserta bimbingan mencapai tujuan yang diinginkan.
Adapun materi bimbingan yang diajarkan pembimbing agama
Islam di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung
Jakarta Timur dalam meningkatkan akhlak remaja adalah:
a. Al-Qur’an dan Al-Hadits, merupakan pondasi atau tuntutan hidup
umat Islam, karena barang siapa yang selalu berpegang teguh
kepada keduanya maka mereka tidak akan tersesat selama-lamanya.
Untuk itu kita wajib mempercayai, memahami dan mengamalkan
isi keduanya yang ada didalamnya.
b. Ilmu tauhid (keimanan), dengan menanamkan nilai-nilai keimanan
kepada remaja yang tercermin dalam rukun iman yang enam
meliputi iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat, iman
kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul, iman kepada hari
kiamat, iman kepada qadha dan Qadar.
c. Aqidah akhlak, adalah ilmu yang berbicara tentang bagaimana cara
berprilaku atau berkata yang benar sesuai dengan ajaran Islam,
sehingga menciptakan akhlak mahmudah (terpuji).
d. Ilmu Fiqih, meliputi thaharah, shalat, bacaan-bacaan shalat, ayat-
ayat pendek, puasa, zakat, sedekah, haji dan umrah.15
15
Wawancara pribadi dengan bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR,
15 Agustus 2014.
73
Menurut W.S Winkel: “Bimbingan berarti pemberian bantuan
kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara
bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-
tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan
“pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya
bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang
dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi
masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan.
Jadi, yang memberikan bantuan menganggap orang lain mampu
menuntun dirinya sendiri meskipun kemampuan itu mungkin harus
digali dan dikembangkan melalui bimbingan.16
Pembimbing Agama Islam di PSBR memberikan bantuan
kepada remaja-remaja PSBR yang dilakukan secara berkala, yang
bertujuan agar remaja-remaja tersebut dapat mengembangkan dirinya
secara maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Upaya yang
dilakukan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak
remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) sebagaimana yang
diungkapkan oleh informan 2 dan informan 1 :
“Pembimbing agama yang ada di sini itu menjelaskan materi
akhlak yang baik kepada kita, kita diajarkan untuk selalu
berakhlak baik saat di dalam kelas misalnya bagaimana
bertingkah laku yang baik, bersikap ramah dengan teman, tidak
jahil dan tidak mencuri milik teman. Pembimbing agama juga
menjelaskan kepada kita mengenai keuntungan kalau orang
yang berakhlak baik akan disayang oleh orang di sekeliling kita,
16 Hamdani, Bimbingan Dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia,
2012), h. 79
74
dan akan mempunyai banyak teman. Mereka juga menjelaskan
kepada kita bahwa orang yang akhlaknya buruk akan dikucilkan,
tidak disenangi oleh orang yang ada di sekeliling kita dan
mempunyai sedikit teman. Selanjutnya mereka juga selalu
memberikan motivasi kepada kita yang berakhlak baik agar kita
yang sudah berakhlak baik untuk selalu dipertahankan dan
ditingkatkan, tapi kalo yang berakhlak buruk diberi nasehat dan
teguran gitu deh kak.”17
“Ia kak, pembimbing agama mengajarkan kepada kita
bagaimana bertingkah laku yang baik, misalnya bagaimana cara
menghormati orang tua dan berperilaku jujur. Beliau
menjelaskan kepada kita keuntungan orang yang berakhlak baik
semua orang akan merasa senang dengan kehadiran kita, semua
orang akan merasakan manfaat dengan kehadiran kita, apabila
kita meninggal mereka merasa kehilangan. Sedangkan orang
yang berakhlak buruk tidak disenangi dan dijauhi.”18
Dari hasil observasi dan wawancara kepada informan 2 bahwa
upaya yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan
akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus
Cipayung Jakarta Timur baik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
informan 2 pembimbing agama Islam menjelaskan akhlak kepada
remaja yaitu menjelaskan kepada remaja-remaja keuntungan orang
yang berakhlak baik dan bahaya orang yang berakhlak buruk. Remaja
diajarkan bagaimana berakhlak yang baik saat berada di dalam kelas
misalnya bersikap ramah dengan teman, tidak jahil, tidak mencuri milik
teman, memberikan apresiasi dalam bentuk pujian kepada remaja yang
berakhlak baik, memberikan motivasi (dorongan) untuk selalu
berakhlak baik dan memberikan nasehat serta teguran kepada remaja
yang berakhlak buruk.
17
Wawancara dengan Trisna, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu
Apus, Jakarta pada tanggal 18 April 2014. 18
Wawancara dengan Trisna, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu
Apus, Jakarta pada tanggal 21 April 2014.
75
Berdasarkan dengan hasil wawancara penulis kepada salah satu
seorang pembimbing agama Islam,
“Akhlak itu diperkenalkan kepada remaja melalui materi tentang
akhlak yang baik, yaitu bagaimana remaja bertingkah laku
dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
contoh yang baik terlebih dahulu kepada remaja, yaitu dengan
mengambil contoh yang baik dari sejarah Nabi Muhammad
SAW. Bagi remaja yang berakhlak baik, akan diberikan
apresiasi dalam bentuk pujian dan untuk remaja yang berakhlak
buruk akan diberikan nasehat dan teguran serta menyuruhnya
untuk menyadari atas perbuatan yang telah dilakukan.” 19
Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara penulis dengan
pembimbing agama Islam, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Junaedi:
“Akhlak ditanamkan kepada remaja dengan keteladanan.
Bimbingan dan arahan yang diberikan berupa memantau
kehadiran remaja, memberikan nasehat dan memberikan materi
yang sifatnya membangun kesadaran remaja tentang pentingnya
akhlak yang baik. Untuk memperbaiki akhlak remaja yang
buruk adalah dengan menegur dan menasehatinya agar remaja
tersebut tidak mengulangi perbuatan buruknya. Bagi siswa yang
berakhlak baik akan diberikan apresiasi dengan nilai yang baik. 20
c. Peran Pembimbing Agama
Pembimbing agama Islam memiliki peran yang sangat besar
dalam meningkatkan akhlak remaja di PSBR. Seperti yang
dikemukakan oleh Keliat, bahwasanya peran adalah sikap dan prilaku
nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya
di masyarakat.21
19
Wawancara pribadi dengan bapak Muhammad Imron Rosyadi, Pembimbing
Agama Islam, PSBR, 19 Agustus 2014. 20
Wawancara pribadi dengan bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR,
20 Agustus 2014. 21
Sabi’ah, KonsepDiri, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, h. 6
76
Pembimbing yaitu seseorang yang memberikan bantuan
bimbingan atau melakukan proses membimbing untuk membantu orang
lain dalam menyelesaikan masalah dengan memberikan nasehat –
nasehat agama.
Jadi peran pembimbing yaitu memberikan siraman rohani
kepada Remaja PSBR sesuai materi atau pokok pembahasan yang
diinginkan oleh remaja itu sendiri. Selain itu para pembimbing juga
memberikan contoh langsung kapada remaja melalui aplikasi ibadah
yang mereka jalankan atau lakukan dalam kegiatan sehari-hari seperti
tata cara wudhu, salat, membaca Al-Qur’an dan membaca doa-doa
sehari-hari hari.
Dalam kegiatan bimbingan agama yang dilakukan Panti Sosial
Bina Remaja Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur ada dua orang
pembimbing agama Islam yang memberikan bimbingan kepada remaja
di Panti tersebut yaitu Bapak Drs. H. Muhammad Imron Rosyadi dan
Bapak Junaedi S. Pd. I. Kedua pembimbing tersebut melakukan
bimbingan dengan peran dan fungsi yang sama, namun berbeda dalam
segi metode pedekatannya.
d. Akhlak remaja terhadap Allah, akhlak remaja terhadap manusia,
akhlak remaja terhadap lingkungan.
Menurud Heny Narendrany Hidayati Akhlak terhadap Allah
SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai khalik.
77
22 Akhlak siswa terhadap Allah SWT di panti dinilai cukup baik. Hal
ini dapat dilihat dari data yang penulis peroleh melalui hasil
wawancara, sebagaimana yang diungkapkan oleh:
Informan 1:
“Alhamdulillah setelah menjadi siswa di panti ini saya tidak
melalaikan shalat fardhu yang lima waktu. Bersama teman-
teman, saya shalat secara berjama’ah di Masjid. Saya ingat
waktu itu Bapak Imron pernah menjelaskan kepada kita bahwa
meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja karena malas
secara terus menerus adalah kekafiran. Dan di dalam ceramah
yang pernah beliau sampaikan di Masjid Istiqomah, Bapak
Imron juga menjelaskan kepada kita bahwa orang yang
mengabaikan shalat kelak akan tersesat kecuali orang yang
bertaubat, beriman, dan orang-orang yang mengerjakan
kebaikan maka mereka akan masuk syurga.23
Informan 5:
“Mmm, kalau untuk mengerjakan ibadah sunnah seperti shalat
tahajud insyallah theh jumat subuh jam tigaan. Oia doa saya
setelah sholat tahajud itu mudah-mudahan kedua orang tua saya
sehat selalu, dilancarkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya.
Sebelum saya menjadi siswa dan mengikuti bimbingan agama di
panti, shalat fardhu saya sering tidak lengkap alias bolong, dan
ibadah sunnah seperti shalat tahajud, dhuha pun bisa dikatakan
belum pernah saya lakukan. Sebelumnya saya tidak pernah baca
wirid-wirid dan jarang doakan kedua orang tua. Sebelum saya
masuk ke panti saya orang yang mudah marah, suka melotot,
berkata-kata kasar, sering berkelahi. Saya sadar hal itu akan
merugikan diri sendiri. Tetapi alhamdulillah setelah saya
menjadi siswa di panti ini saya menjadi lebih solider, cara
berbicara lebih sopan dan tidak mementingkan diri sendiri.”24
Informan 3
22
Menurut Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlak Karimah
Mahasiswa, (Jakarta: UIN Press Dan Center For Quality Development And Assurance-
Lembaga Peningkatan Dan Jaminan Mutu, 2009), Cet. Ke-1, h. 12-14 23
Hasil wawancara dengan Hasan, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 21 April 2014. 24
Wawancara dengan Nurjannah, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR),
Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014.
78
“Alhamdulillah sejak saya mengikuti bimbingan di panti shalat
fardhu selalu saya laksanakan. Karena hukum melaksanakan
sholat ini adalah wajib.kalau ditinggalkan kita berdosa. kadang
saya baca wirid-wirid kadang enggak kak, setelah saya selesai
shalat saya hanya mendoakan orang tua saya. Setelah itu saya
pergi keluar dan bergabung bersama teman-teman saya yang
nongkrong di lapangan panti atau warung. Kalau shalat tahajud
jarang kak, tetapi kalau shalat sunnah alhamdulillah saya kadang
di Masjid dan kadang di asrama. ”25
Informan 7
“Aku semenjak tinggal di panti selalu melaksanakan shalat
fardhu karena sebagai umat Islam kita diwajibkan untuk
melaksanakan shalat fardhu. Setelah shalat aku baca wirid-wirid
dan mendoakan orang tua biar selalu diberi kesehatan, panjang
umur dan rezeki murah. Kalau shalat tahajud jarang kak, karna
aku tidak pernah bangun tengah malam untuk sholat palingan
bangun subuh, tapi shalat dhuha aku selalu kerjakan setiap jam
istirahat supaya Tuhan mengampuni dosa-dosa yang pernah saya
perbuat.”26
Dari hasil wawancara penulis kepada informan, bahwa akhlak
remaja terhadap Allah SWT di panti dinilai cukup baik. Hal ini dapat
dilihat dari data yang penulis peroleh melalui hasil wawancara,
sebagaimana yang diungkapkan oleh informan diatas. Selama tinggal di
panti, para informan telah mengalami perubahan akhlak yang dinilai
cukup baik. Perubahan tersebut tampak dalam hal mereka Selalu
mendoakan kedua orang tua ketika selesai shalat, selalu membaca
wirid-wiridan setelah selesai shalat, selalu melaksanakan shalat fardhu
lima waktu secara berjamaah dan juga mengerjakan shalat tahajud. Hal
ini disebabkan karena sesudah menjadi siswa dan mendapatkan
bimbingan di PSBR mereka baru menyadari bahwa shalat dapat
25
Wawancara dengan Kafi, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Jakarta
pada tanggal 19 April 2014. 26
Wawancara dengan Yuda, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Jakarta
pada tanggal 22 Mei 2014.
79
menenangkan jiwa dan pikiran-pikiran yang kalut. Sebelum menjadi
siswa dan mengikuti kegiatan bimbingan agama di panti PSBR, para
informan ini jarang mendoakan kedua orang tua, tidak pernah membaca
wirid-wiridan setelah selesai shalat dan jarang melaksanakan shalat
fardhu. Hal ini disebakan karena sebelum mendapatkan bimbingan
agama di PSBR, pemahaman agama mereka masih sangat minim
sehingga pelaksanaan ibadah pun dinilai masih kurang baik
Akhlak remaja terhadap Allah SWT sebagaimana yang
diungkapkan Bapak Junaedi dalam pernyataan berikut:
“Menurut saya akhlak remaja kepada Allah SWT menjalankan
perintah agama terutama masalah shalat alhamdulillah sudah
baik, yaitu baik dalam arti lebih banyak yang mau sendiri
dibandingkan dengan disuruh-suruh. Walaupun sebagian remaja
masih ada yang bercanda ketika melakukan shalat.27
”
Hal ini juga dapat diperkuat dan dilengkapi dengan hasil
wawancara penulis bersama salah seorang pembimbing agama Islam,
Bapak Imron:
“Alhamdulillah setelah remaja masuk ke panti ini akhlak remaja
kepada Allah SWT terutama masalah shalat sejauh ini sudah
berjalan dengan baik meskipun awalnya remaja-remaja ini harus
disuruh-suruh dulu untuk shalat ke masjid dan sekarang
sebagian besar sudah dengan kesadarannya sendiri shalat ke
Masjid tanpa harus disuruh-suruh lagi. Remaja di panti akan
terus dibiasakan untuk shalat, meskipun selalu ada penekanan
dari kami untuk menyuruhnya shalat.28
”
Hasil wawancara penulis kepada dua orang pembimbing agama
Islam di atas, bahwa akhlak remaja di panti terhadap Allah SWT
27
Wawancara pribadi dengan Bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR,
9 September 2014 28
Wawancara pribadi dengan Bapak Muhammad Imron Rosyadi, Pembimbing
Agama Islam, PSBR, 14 Juli 2014.
80
khususnya yang berhubungan dengan ibadah seperti shalat
alhamdulillah secara keseluruhan sudah baik, yaitu baik dalam arti
lebih banyak yang mau mengerjakan shalat sendiri tanpa harus disuruh-
suruh. Kemauan untuk shalat ini merupakan salah satu perubahan
akhlak yang cukup baik dari para remaja di PSBR setelah mereka
mengikuti bimbingan agama Islam, karena sebelum mengikuti
bimbingan agama di panti PSBR mereka sulit diatur, terutama dalam
hal shalat.
Akhlak remaja terhadap sesama manusia sebagaimana yang
diungkapkan oleh informan 9 dalam pernyataan berikut:
“Ketika ada seseorang yang lagi butuh pertolongan sebisa
mungkin saya berusaha untuk menolong dan misalnya ketika
ada teman saya lagi ada masalah kita selesaikan bareng-bareng
dengan teman deket saya yang lain, kalo ada orang yang buat
salah sama saya, saya maafin dan begitu juga sebaliknya. Kalau
saya merasa punya salah sama teman, saya langsung minta maaf
dan saya juga akan menempati janji kalo buat janji sama teman
karena janji itu kan harus ditepati dan ngucapin salam ketika
bertamu ke rumah orang karena kelihatan gak sopan kalo main
nyelonong masuk aja ke rumah orang. Entar disangka saya anak
tidak di didik sama orang tua lagi. Alhamdulillah banget yak
setelah saya diberikan bimbingan di panti ini. Dibandingkan
sebelum saya ngikutin kegiatan bimbingan saya ini orang nya
sangat cuek sekali, gak mau minta maaf kalo ada salah sama
orang, gak pernah menempati janji dan kalo masuk ke rumah
sendiri kadang baca salam kadang enggak”.29
Dalam hal akhlak terhadap sesama manusia, bahwa akhlak para
remaja di PSBR setelah mengikuti bimbingan agama Islam telah
mengalami perubahan yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari data
yang penulis peroleh melalui hasil wawancara, sebagaimana yang
29
Hasil wawancara dengan Taopik, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014.
81
diungkapkan oleh informan 6. Informan 6 menyatakan bahwa setelah
mengikuti bimbingan agama Islam, ia mengalami perubahan akhlak
yang lebih baik. Hal ini tampak dalam hal menolong orang yang
membutuhkan pertolongan, memberikan solusi yang terbaik ketika ada
seseorang yang meminta pendapatnya tentang suatu masalah, meminta
maaf ketika mempunyai kesalahan terhadap orang lain, memaafkan
kesalahan orang lain, menepati janji, dan mengucapkan salam ketika
hendak bertamu ke rumah orang lain. Sebelum mengikuti kegiatan
bimbingan agama di PSBR, mereka memiliki sikap cuek, tidak mau
menolong orang yang berada dalam kesusahan, suka memukul teman,
tidak pernah mau meminta maaf jika mempunyai kesalahan terhadap
orang lain, tidak pernah menepati janji ketika mempunyai janji dengan
orang lain dan jarang mengucapkan salam ketika hendak bertamu ke
rumah orang lain.
Hal ini juga dapat diperkuat dan dilengkapi dengan hasil
wawancara penulis bersama salah seorang pembimbing agama Islam
Bapak Junaedi mengenai akhlak siswa terhadap sesama manusia
terutama pada temannya setelah masuk ke panti sudah banyak
perubahan seperti lebih solider, menghargai perbedaan, dan saling
membantu.30
Adapun kaitannya dengan akhlak remaja terhadap lingkungan,
penulis menilai bahwa akhlak remaja terhadap lingkungan dinilai sudah
30
Wawancara pribadi dengan Bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR,
9 September 2014.
82
cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara penulis dengan
siswa. Siswa menyatakan selalu membuang sampah ke tong sampah
yang telah disediakan oleh panti, membersihkan halaman panti yang
kotor, menjaga dan merawat keindahan panti dengan tidak mencoret-
coret dinding panti, tidak merusak tanaman orang lain, menjaga
kebersihan dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat.
Sebelum mengikuti kegiatan bimbingan agama di PSBR. Membuang
sampah sembarangan, kurang menjaga kebersihan, dan suka
mengambil milik orang lain.31
.
Hal ini juga dapat diperkuat dan dilengkapi dengan hasil
wawancara penulis bersama salah seorang pembimbing agama Islam
Bapak Junaedi:
“Untuk akhlak remaja terhadap lingkungan, kalau dilihat dari
segi kerapihan remaja disini sudah bagus. Hubungan remaja
dengan guru sudah baik dan sopan. Mengenai masalah
kebersihan masih ada sebagian kecil remaja yang masih
membuang sampah sembarangan. Untuk masalah sampah
tergantung individunya masing-masing, karena masih ada
sebagian kecil siswa yang belum bisa memahami tentang
kebersihan. Sebagian siswa masih saja membuang sampah
sembarangan tidak membuang ditempat yang sudah disediakan
panti, siswa ini membuang sampah ke tong sampah itu apabila
disuruh saja, ketika tidak ada yang menyuruh mereka hanya
membiarkan dan melihat saja sampah itu berserekan. ”32
31
Hasil wawancara dengan Dedeh, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014. 32
Wawancara pribadi dengan Bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR,
14 Juli 2014
83
C. Metode Bimbingan yang digunakan Pembimbing Agama Islam dalam
Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.
Metode adalah segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. 33
Metode dalam suatu bimbingan
sangat diperlukan sekali agar materi yang disampaikan oleh pembimbing
agama Islam dapat dimengerti oleh remaja. Adapun metode yang digunakan
oleh pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti
Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur:
1. Metode directive
Dalam teori ini, metode direktif merupakan bentuk psikoterapi
yang paling sederhana, karena pembimbing atas dasar metode ini secara
langsung memberi jawaban-jawaban terhadap problem yang klien disadari
menjadi sumber kecemasannya.34
“Pembimbing mengungkapkan metode
direktif yang berupaya mengarahkan remaja untuk bisa keluar dari
permasalahan yang sedang dihadapinya. Misalnya untuk bimbingan akhlak
dan ibadahnya seperti shalat fardhu yang lima waktu merasa kesulitan
untuk diberi bimbingan, maka langka awal pembimbing melakukan
pendekatan secara emosional agar remaja mau bercerita tentang
permasalahan apa yang remaja pikirkan. Setelah siswa menceritakan
semua permasalah yang ia hadapi barulah pembimbing memberikan solusi
sehingga pikiran mereka menjadi terbuka. Materi yang diberikan
pembimbing kepada remaja seperti : tatat cara membaca Al-Qur’an,
33
M. Lutfi, MA, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Islam
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 120. 34
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta:
Hamzah,2010), h.71.
84
Dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih, akhlak
dan pengetahuan lainnya. Di dalam bimbingan ini, pembimbing
memberikan metode yang mudah dimengerti oleh remaja PSBR.
2. Metode Ceramah
Pembimbing agama Islam memberikan ceramah kepada remaja-
remaja tentang akhlak, kejujuran dan motivasi. Pembimbing juga
menjelaskan secara singkat akhlak mulia yang dimiliki oleh Rasulullah
SAW agar dapat dicontoh oleh remaja di panti. Pembimbing agama Islam
menggunakan metode ceramah dengan durasi waktu kurang lebih 15
menit.
3. Metode bimbingan belajar Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan tuntunan hidup kaum muslimin, yang di
dalamnya memuat jawaban atas semua permasalahan yang dihadapi
manusia. Al-Qur’an juga mampu memberikan ketenangan pada hati dan
pikiran manusia. Sehingga dengan fadilah Al-Qur’an dapat membantu
dalam memahami atau meningkatkan akhlak remaja. Dalam pelaksanaan
metode ini, pembimbing agama Islam mengajarkan tata cara membaca Al-
Qur’an. Kemudian metode ini juga diselingi dengan menghafal doa-doa
pendek, menghafal bacaan shalat, dan menghafal hadits yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Metode Diskusi
Dalam memberikan bimbingan, pembimbing agama Islam
memberikan kesempatan kepada remaja untuk berdiskusi. Remaja bisa
mengajukan pertanyaan baik seputar masalah keagamaan ataupun masalah
85
lainnya yang ingin didiskusikan. Diskusi merupakan salah satu metode
yang diminati oleh remaja di panti karena melalui diskusi ini remaja bisa
saling mengemukakan argumentasi untuk mencari jawaban kebenaran
sehingga remaja bisa semakin aktif dalam mencari solusi suatu
permasalahan yang didiskusikan.35
5. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu metode yang digunakan
pembimbing agama Islam di panti. Metode ini digunakan saat pembimbing
agama telah selesai menyampaikan materi. Di sini remaja diberi
kesempatan untuk bertanya kepada pembimbing agama jika ada materi
yang kurang jelas dan belum dimengerti. Pembimbing agama tidak
memberikan batasan jumlah pertanyaan, sehingga remaja di perbolehkan
untuk bertanya di luar konteks materi yang dibahas pada hari itu. Biasanya
pertanyaan akan langsung dijawab oleh pembimbing agama saat itu juga.
6. Metode praktik langsung.
Metode praktik langsung adalah salah satu metode yang dilakukan
oleh pembimbing agama Islam di PSBR dengan cara melakukan praktek
secara langsung sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada
remaja-remaja. Diantaranya tata cara membaca Al-Qur’an, melaksanakan
shalat fardhu dan sunnah.36
35
Observasi kegiatan Bimbingan Agama Islam, PSBR, 12 April-30 Juni 2014 36
Wawancara pribadi dengan Bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR,
10 Juli 2014.
86
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembimbing Agama Islam dalam
Meningkatkan Akhlak di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus
Cipayung Jakarta Timur.
1. Faktor Pendukung
Setiap program kegiatan pasti akan mendapati faktor penghambat
dan faktor pendukungnya. Begitu juga dengan kegiatan pembimbing
agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina
Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Adapun faktor
pendukung dari kegiatan ini diantaranya:
a. Pembimbing agama Islam yang ada di Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur memiliki pengetahuan
yang memadai dalam menjalankan tugasnya. Materi yang diberikan
kepada remaja-remaja di panti sudah dikuasai pembimbing agama
Islam dengan baik.37
b. Adanya pengawasan ekstra dari orang tua asuh tentang perubahan
tingkah laku remaja-remaja di panti seperti ketika remaja-remaja di
panti mulai malas shalat maka orang tua asuh akan mengingatkan.
PSBR memiliki buku pemantau atau kontrol terhadap ibadah remaja-
remaja yang dipegang oleh orang tua asuh dan pembimbing agama
Islam, untuk mengetahui perkembangan atau perubahan sikap remaja-
remaja, sehingga para orang tua asuh dan pembimbing agama Islam
dapat memantau dan mengawasi sikap dan perilaku para remaja. Orang
tua asuh dan pembimbing agama Islam melakukan pencatatan pada
buku pemantau perkembangan remaja-remaja, baik yang bersifat
37
Wawancara dengan Bapak Muhammad Imron Rosyadi, Pembimbing Agama
Islam, PSBR, 9 September 2014
87
positif maupun hal-hal yang harus mendapatkan pendampingan atau
perbaikan. Dengan dilaksanakannya pencatatan atau pengisian buku
perkembangan remaja-remaja ini, para orang tua asuh dan
pembimbing agama Islam dapat menjalin komunikasi, melakukan
perencanaan, dan memecahkan masalah yang terbaik untuk
kepentingan remaja-remaja serta mengetahui perkembangan remaja-
remaja tersebut secara keseluruhan. Selanjutnya memberikan evaluasi
yang berbentuk lisan dan tertulis, yang diiringi dengan praktik
langsung. Cara tersebut dilakukan agar apa yang diharapkan
pembimbing agama Islam dapat tercapai dengan baik.38
c. Adanya kesadaran dari remaja-remaja untuk memperbaiki diri, seperti
berbicara lebih sopan dengan orang yang lebih tua.
d. Adanya motivasi dari orang tua dan pembimbing agama Islam dalam
rangka peningkatan akhlak para remaja.
e. Sarana dan prasarana yang ada di panti sudah memadai seperti ruangan
kelas yang bersih, ruangan serba guna, papan tulis, buku-buku dan
mesjid yang dilengkapi dengan perpustakaan kecil.39
2. Faktor penghambat
Sedangkan faktor penghambat upaya pembimbing agama Islam
dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur adalah:
38
Wawancara dengan Bapak Muhammad Imron Rosyadi, Pembimbing Agama
Islam, PSBR, 9 September 2014. 39
Wawancara dengan Bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR, 10 Juli
2014.
88
a. Waktu penyampaian materi yang tidak cukup, begitu juga dengan
alokasi waktu yang seharusnya dilakukan pada waktu yang tepat.
b. Jumlah pembimbing agama Islam yang tersedia di panti belum
mencukupi. Pembimbing agama Islam yang bertugas di PSBR Bambu
Apus Cipayung Jakarta Timur hanya berjumlah dua orang. Jumlah
pembimbing agama Islam ini tidak sebanding dengan jumlah siswa
yang mencapai 150 orang. Sehingga menghambat upaya pembimbing
agama Islam untuk meningkatkan akhlak remaja di panti tersebut.
c. Kurangnya konsentrasi para remaja dalam mengikuti bimbingan
agama Islam dan banyak remaja yang tidak memperhatikan penjelasan
yang disampaikan pembimbing agama Islam. Sehingga para remaja
tidak memahami materi yang disampaikan dalam bimbingan agama
Islam tersebut.40
E. Analisa SWOT pada lembaga yakni Strengths (kekuatan), Weakness
(kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman).
1. Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses
(kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman). “SWOT is
an acronym for the internal Strengths and Weaknesses of a business and
enviromental Opportunities and Threats facing that business.” 41
Adapun
40
Wawancara dengan Bapak Muhammad Imron Rosyadi, Pembimbing Agama
Islam, PSBR, 9 September 2014. 41
JOHN A, PEARCE II and RICHARD B. ROBINSON JR. Strategic
Management,3rd ed.(USA : Richard D. Irwin, Illions, 1988)h. 292
89
pengertian lain “Swot is an acronym for a company’s Strength, Weakness,
Oppor, and Threats.”42
Jadi, SWOT adalah sebuah strategi yang mengevaluasi Strengths
(kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats
(ancaman) di dalam bisnis.
ANALISIS SWOT
Kekuatan ( Strength)
Kelemahan (Weakness)
1. Kualitas metode-metode
bimbingan
2. Kenyamanan remaja dalam
bimbingan
3. Kualitas bimbingan
1. Kuantitas pembimbing
2. Kesulitan-kesulitan teknis dalam
bimbingan
3. Kinerja pembimbing belum optimal
4. Pengembanganmetodebimbingan
Peluang (Opportunities)
1. Teknologi bimbingan
2. Kepercayaan masyarakat
3. Fasilitas
4. Kerjasama dengan lembaga
lain
Ancaman ( Treaths)
1. Kepercayaan masyarakat pada
lembaga.
2. Kendala penanganan remaja
3. Penurunan minat remaja dalam
bimbingan
42
ARTHUR A. THOMPSON, JR. and A.J. STRICKLAND III. Strategic
management: concept and cases7th ed. (New York: Richard d. Irwin, inc.1993)h.87.
90
INTERNAL
EKSTERNAL
KEKUATAN (S)
S.1 Kualitas metode-metode
bimbingan
S.2 Kenyamanan remaja
dalam bimbingan
S.3 Kualitas bimbingan
KELEMAHAN (W)
W.1 Kuantitas pembimbing
W.2Kesulitan kesulitan teknis
dalam bimbingan
W.3Kinerja pembimbing
belum optimal
W.4 Pengembangan metode
bimbingan
Peluang ( O )
Asumsi strategi SO:
Asumsi strategi WO:
1. Teknologi
bimbingan
2. Kepercayaan
masyarakat
3. Fasilitas
kerjasama
dengan
lembaga lain
1. Terciptanya kualitas-
kualitas metode
bimbingan dengan
ditunjang teknologi
bimbingan
2. Kenyamanan remaja
dalam bimbingan
menciptakan
kepercayaan
masyarakat pada
lembaga.
3. Terwujudnya
kualitas bimbingan
ditunjang dengan
1. Kuantitas
pembimbing
ditanggulangi
oleh kepercayaan
masyarakat.
2. Kesulitan-
kesulitas teknis
dalam bimbingan
ditanggulangi
oleh fasilitas.
3. Kinerja
pembimbing
belum optimal
ditanggulangi
91
fasilitas yang
lengkap.
oleh teknologi
bimbingan.
4. Lemahnya
pengembangan
metode
bimbingan
ditanggulangi
dengan kerjasama
bersama lembaga
lain.
Ancaman ( t )
T.1 Kepercayaan
masyarakat pada
lembaga.
T.2 Kendala
penanganan remaja
T.3 Penurunan minat
remaja dalam
Asumsistrategi SO:
1. Terciptanya kualitas-
kualitas metode
bimbingan dengan
ditunjang teknologi
bimbingan.
2. Kenyamanan remaja
dalam bimbingan
menciptakan
kepercayaan
masyarakat pada
lembaga.
Asumsistrategi WT
1. Memperkecil
lemahnya
kuantitas
pembimbing
dapat menghindar
kendala
penanganan
remaja
2. Memperkecil
kesulitan-
kesulitan teknis
92
3. Terwujudnya
kualitas bimbingan
ditunjang dengan
fasilitas yang
lengkap.
4. Kualitas metode
bimbingan dapat
ditingkatkan dengan
bekerjasama dengan
lembaga lain
dalam bimbingan
dapat mengurangi
penurunan minat
remaja dalam
bimbingan
3. Memperkecil
kurangnya kinerja
pembimbing yang
belum optimal
dapat
menghindari
penurunan
kepercayaan
masyarakat pada
lembaga.
4. Memperkecil
lemahnya
pengembangan
metode
bimbingan dapat
meningkatkan
stabilitas dana
untuk bimbingan
93
Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal lembaga
maka dapat diformulasikan alternative strategi yang dapat dilaksanakan.
Formulasi strategi ini dilakukan dengan alat analisis SWOT. Berdasarkan
hasil analisis matriks SWOT, maka alternatif yang dapatdiperoleh adalah:
1. Strategi S.O
a. Bekerja sama dengan lembaga lain
Kualitas metode bimbingan dapat ditingkatkan dengan
bekerjasama dengan lembaga lain, dengan bekerjasama dengan
lembaga lain pengembangan-pengembangan metode yang efektif
dapat dilakukan.
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat
Meningkatkan kepercayaan masyarakat bisa dilakukan dengan
pengembangan metode-metode bimbingan yang baik sehingga
membangun kepercayaan dari masyarakat bahwa lembaga mampu
dalam merehabilitasi remaja putus sekolah.
2. Strategi WO
a. Kuantitas pembimbing
Kuantitas bimbingan bisa ditanggulangi oleh teknologi bimbingan
dan menciptakan kepercayaan masyarakat, dengan begitu
memungkinkan masyarakat ikut bergabung atau sebagai tenaga
diberdayakan.
b. Kesulitan-kesulitas teknis
94
Kesulitan-kesulitan yang teknis bisa ditanggulangi oleh fasilitas
lembaga yang dimanfaatkan dengan baik, misalnya pengembangan
teknologi bimbingan.
3. Stategi ST
a. Kualitas metode bimbingan
Kualitas metode bimbingan yang baik dapat menurunkan dampak
kendala penanganan remaja. Seringkali ketika di lapangan kita
mendapati kesulitan-kesulitan yang tidak terduga. Selain itu
kualitas bimbingan yang baik mampu menyeimbangkan stabilitas
dana, terarah dan memiliki perhitungan yang pasti. Yang teakhir,
dengan metode yang baik mampu menekan penurunan
kepercayaan di masyarakat akan citra lembaga.
b. Kenyamanan remaja
Kenyamanan remaja dalam bimbingan dapat mempengaruhi
dampak penurunan minat residen dalam bimbingan. Tidak dapat
dipungkiri, kenyamanan saat proses bimbingan akan berpengaruh
pada penyerapan informasi yang diberikan.
4. Strategi WT
a. Kinerja pembimbing
Kinerja pembimbing berkaitan dengan kuantitas pembimbing,
artinya jumlah pembimbing harus seimbang dengan terbimbing. Hal
ini untuk memperkecil kesulitan-kesulitan teknis dalam bimbingan
dapat mengurangi penurunan minat remaja dalam bimbingan.
b. Minat remaja
95
Memperkecil kesulitan-kesulitan teknis dalam bimbingan dapat
mengurangi penurunan minat remaja dalam bimbingan. Untuk itu
hendaknya kesulitan-kesulitan saat proses bimbingan perlu
dihindari sekecil mungkin.
2. Pemilihan Strategi
Pemilihan strategi ini bertujuan untuk menentukan strategi yang
bisa dijalankan oleh lembaga dan menentukan strategi mana yang menjadi
prioritas untuk dilaksanakan dalam dengan tujuan pengembangan metode-
metode dalam rehabilitasi bagi para remaja PSBR. Strategi yang bisa
dijalankan oleh Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung
Jakarta Timur secara berurutan:
a. Meningkatkan kepercayaan masyarakat
b. Bekerjasama dengan lembaga lain
c. Kuantitas pembimbing dan kualitas metode bimbingan
d. Kenyamanan remaja, Kinerja pembimbing, Kepercayaan remaja, Minat
remaja
F. Analisis Peran Upaya Pembimbing Agama Islam Dalam Meningkatkan
Akhlak Remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus
Cipayung Jakarta Timur.
Dalam penelitian ini, peran pembimbing agama Islam dalam
meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu
Apus Cipayung Jakarta Timur adalah dengan memberikan materi sesuai
dengan tujuan yang ingin diharapkan yaitu memberikan materi akhlak (akhlak
terhadap Allah SWT, akhlak terhadap manusia, akhlak terhadap lingkungan).
96
Upaya lain adalah dengan memberikan materi bimbingan Al-Qur’an dan
hadits, ilmu tauhid (keimanan), aqidah akhlak dan ilmu fiqih.
Adapun metode yang digunakan para pembimbing agama Islam dalam
meningkatkan akhlak remaja yaitu dengan metode Directive, ceramah,
bimbingan belajar Al-Qur’an, tanya jawab, diskusi, dan praktik.
Hasil observasi dan wawancara langsung dilapangan penulis
menemukan bahwa bimbingan agama sangat berpengaruh terhadap akhlak
remaja. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembimbing agama Islam
dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur yaitu dapat dilihat dari perubahan
akhlak yang ditunjukkan oleh para remaja sesudah mengikuti bimbingan
agama Islam. Setelah mengikuti bimbingan agama Islam, para remaja
mengalami perubahan akhlak yang lebih baik terutama dalam hal pertama
akhlak terhadap Allah SWT. Perubahan tersebut tampak dalam hal remaja
PSBR selalu mendoakan kedua orang tuanya ketika selesai shalat, selalu
membaca wirid-wiridan setelah selesai shalat, selalu melaksanakan shalat
fardhu lima waktu secara berjamaah dan mereka juga melaksanakan shalat
tahajjud. Sebelum menjadi siswa dan mengikuti kegiatan bimbingan agama di
panti PSBR, para informan ini jarang mendoakan kedua orang tua, tidak
pernah membaca wirid-wiridan setelah selesai shalat dan jarang
melaksanakan shalat fardhu. Hal ini disebakan karena sebelum mendapatkan
bimbingan agama di PSBR, pemahaman agama mereka masih sangat minim
sehingga pelaksanaan ibadah pun dinilai masih kurang baik. Kedua, Dalam
hal akhlak terhadap sesama manusia, penulis menyimpulkan bahwa akhlak
97
para remaja di PSBR setelah mengikuti bimbingan agama Islam telah
mengalami perubahan yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang
penulis peroleh melalui hasil wawancara, sebagaimana yang diungkapkan
oleh informan 9. Informan 9 menyatakan bahwa setelah mengikuti bimbingan
agama Islam, ia mengalami perubahan akhlak yang lebih baik. Hal ini tampak
dalam hal menolong orang yang membutuhkan pertolongan, memberikan
solusi yang terbaik ketika ada seseorang yang meminta pendapatnya tentang
suatu masalah, meminta maaf ketika mempunyai kesalahan terhadap orang
lain, memaafkan kesalahan orang lain, menepati janji, dan mengucapkan
salam ketika hendak bertamu ke rumah orang lain. Sebelum mengikuti
kegiatan bimbingan agama di PSBR, mereka memiliki sikap cuek, tidak mau
menolong orang yang berada dalam kesusahan, suka memukul teman, tidak
pernah mau meminta maaf jika mempunyai kesalahan terhadap orang lain,
tidak pernah menepati janji ketika mempunyai janji dengan orang lain dan
jarang mengucapkan salam ketika hendak bertamu ke rumah orang lain.
Hal ini juga dapat diperkuat dan dilengkapi dengan hasil wawancara
penulis bersama salah seorang pembimbing agama Islam Bapak Junaedi
mengenai akhlak siswa terhadap sesama manusia terutama pada temannya
setelah masuk ke panti sudah banyak perubahan seperti lebih solider,
menghargai perbedaan, dan saling membantu.43
Ketiga, akhlak remaja
terhadap lingkungan, akhlak remaja terhadap lingkungan dinilai sudah cukup
baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara penulis dengan siswa. Siswa
menyatakan selalu membuang sampah ke tong sampah yang telah disediakan
43
Wawancara pribadi dengan Bapak Junaedi, Pembimbing Agama Islam, PSBR,
9 September 2014.
98
oleh panti, membersihkan halaman panti yang kotor, menjaga dan merawat
keindahan panti dengan tidak mencoret-coret dinding panti, tidak merusak
tanaman orang lain, menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah di
sembarang tempat.44
44
Hasil wawancara dengan Dedeh, siswa di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus, Jakarta pada tanggal 22 Mei 2014.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur “Peran Pembimbing agama Islam
dalam meningkatkan akhlak remaja di (PSBR) Bambu Apus Cipayung
Jakarta Timur” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran pembimbing agama Islam dalam peningkatan akhlak remaja di Panti
Sosial Bina Remaja (PSBR) adalah:
a. Menjelaskan keuntungan orang yang berakhlak baik dan kerugian orang
yang berakhlak buruk.
b. Memberikan nasehat dan teguran kepada remaja yang berakhlak buruk.
c. Memberikan contoh yang baik kepada remaja-remaja.
2. Adapun metode yang digunakan pembimbing agama Islam dalam
meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR):
ceramah, diskusi, tanya jawab, bimbingan belajar Al-Qur’an dan praktik.
3. Faktor pendukung dan penghambat Pembimbing Agama Islam dalam
meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
a. Faktor pendukung
1. Pembimbing yang bertugas di Panti memiliki pengetahuan yang
memadai dalam menjalankan tugasnya.
2. Adanya pengawasan dari orang tua asuh terhadap perubahan tingkah
laku remaja-remaja di panti.
100
3. Adanya kesadaran dari remaja-remaja di panti untuk memperbaiki
diri.
4. Motivasi dari orang tua dan Pembimbing Agama Islam dalam rangka
peningkatan akhlak para remaja.
5. Sarana dan prasarana yang ada di panti sudah memadai.
b. Faktor penghambat
1. Waktu penyampaian materi yang tidak cukup, begitu juga dengan
alokasi waktu yang seharusnya dilakukan pada waktu yang tepat.
2. Jumlah pembimbing agama Islam yang tersedia di panti belum
mencukupi.
B. Saran
Peranan pembimbing agama Islam sangat penting dalam meningkatkan
akhlak:
1. Mengutamakan bimbingan agama di level apapun, baik di lingkungan
keluarga maupun di panti.
2. Remaja–remaja agar dapat menjaga kebersihan dimanapun berada dan
tidak membuang sampah sembarangan.
3. Keikutsertaan orang tua dalam membina akhlak yang baik sangat di
butuhkan.
4. Kontrol sosial masyarakat terhadap berjalannya bimbingan di Panti Sosial
Bina Remaja (PSBR) Bampu Apus juga di perlukan.
101
DAFTAR PUSTAKA
A, Hallen, Bimbingan Dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press, 2002, Cet. Ke-1
Ahmadi, Abu dan Salimi, Noor, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
PT. Bumi Aksara, Agustus, 2004.
Ahmadi, Abu, dan Supriyono, Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta,
1991.
Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008.
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006.
Arifin, Isep, Zainal, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah
Bimbingan Psikotrapi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, cet. ke- 4
Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Khat Madinah.
Bandung: Syamil Cipta Media, 2007.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 1998, Cet. Ke-1,
Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Cet. Ke-3
Faqih, Ainur, Rahim, Bimbingan Dan Konseling Islam, Yogyakarta: UII Press,
2001, Cet. Ke-2,
Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.
Hidayati, Heny Narendrany, Pengukuran Akhlak Karimah Mahasiswa, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2009.
102
Hurlock, Elizabeth, B., Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, Edisi
ke-5
ISTI’AB, Yakan, Fathi: Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah. Jakarta:
Robbani Press, 2005.
Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama: Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.
Lutfi, Muhammad. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Maleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Refisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007.
Marjo, Ys, Kamus Populer, Surabaya: Beringin Jaya, 1997, Cet. Ke-1,
Mr. O’ Donnell, Perlindungan Anak, Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat ( UNICEF, 2006).
Mu’awanah, Elfi, Hidayah, Rifa, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dasar,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009, Cet. Ke-1,
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, cet. 1,
Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D., Human Development (8 th ed).
Bustom: McGraw-Hill, 2001.
Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi,
Jakarta: lembaga LPSP3, 1998.
Poerwardarminta, W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1984, Cet. Ke-7
Salam, Burhanuddin. Pengantar Pedagogik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Sarwono, Sarlito, Wirawan. Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1994.
Shaleh, Rachman, Abdul, Pendidikan Agama Dan Keagamaan, Jakarta:
Gemawindu Panca Perkasa 2000, cet. ke-1
Sijaruddin, Zar, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan
Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1998),
cet ke-10.
103
Filsafat Islam: Filosof Dan Filsafatnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004.
Tim Penyusun, Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial Profesional),
Jakarta: Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga, dan
Lanjut Usia, 2006.
Ulwan, Abdullah Nashih. Tarbiyah Ruhiah. Jakarta: Robbani Press, Maret 2006.
Umar Dan Sartono, Bimbingan Dan Penyuluhan, Bandung: Pustaka Setiap, 2001,
Cet, Ke-2
Walgito, Bimo, Bimbingan Dan Konseling (Study & Karier), CV. Offset, 2004
Winkel W.S, Hastuti, M.M. Sri, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi
Pendidikan, Yogyakarta: Media Abadi, 2004, Cet. Ke-3
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl.Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat l54l2lndoncsiaWebsitc: !..lLilLuitilkllla.?sid
Tel€pon/Fax : (021) 74327281 74103580Email :
Nomor:Lamp :
Hal :
Un. o I /F5/PP. oo .O ffi -nU tI ( satu) bundelBimbingan Skripsi
Jakal'v-, t Juni 2014
Kepada Yth.Fauzun Jamal Lc., MADosen Fakultas Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu'alaikum Wr. W.
Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan olehmahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
berikut,
Zural,daI I10052000040Bimbingan dan Penyuluhan IslamVIII @elapan)085780340788Upaya Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak diPanti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalampenyusunan dan penyelesaian skipsinya selama 6 (enam) bulan dari tanggal 03 Juni s.d. 03
Desember 2014.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
Was s al amu' alaikum W'r. Wb.
NamaNomor PokokJurusan/I(onsentrasiSemesterTelp.Judul Skripsi
Tembusan :
1. Dekan2. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Ph.D
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepo Fax: (021) 7432728 I 74703580
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia websne: !:$.!!tsig!Lnd!.&jd, E-mait: datt!"h@til* uiriakanai. id
NomorLampiranHal
: u n.0 1 /F5/PP.0 o.o t(/ 0/ no v: Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth,Pimpinan Panti Sosial Bina RemajaBambu Apus, Cipayung Jakarta Timurdi
Tempat
Assalamu' alaikum I4r. Ilb.
Dekan Fakultas Dakwah dan IlmuJakarta menerangkan bahwa:
Jakarta,/ Juli 2014
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusan/I(onsentrasiAIamatTelp.
Tembusan :
1. Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ketua Jurusan/Prodi. Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Zuraida1 I 10052000040Lampung, 18 Maret 1991VIII (Delapan)Bimbingan dan Penyuluhan IslamKomp. Batan Legoso No. 27 RT 06/08 Ciputat085780340788
adalah benar mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangkapenulisan skripsi berjudul Upaya Pembinbing Agama Islam dalam MeningkatkanAkhlak di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Cipayung Jakarta Timur.
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibn/Sdr. dapatmenerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatandimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan tei'ima kasih.
I ass alamu' alaikum Wr. Wb.
Dekan,
Subhan, MA110 199303
-..:
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
Jl. PPA No. 1 Bambu Apus Kec. Cipayung Jakarta TimurKode pos : 13890 Telp i 021,8445547 Fax : 021{4591257
e-mail : [email protected]; [email protected] : bambuapus.kemsos,go.id
SURAT KETERANGANNo : 258 /PSBR/KS.01.01/09/2014
Yang berlarlda tangan dibawah ini Kepala Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus
.lakarta Timr"r menerangkan bahwa :
PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS
: Znraida
: 1110052000040
: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komurikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nama
NPM
Mahasiswa dari
Bahwa yang bersangkutan telah melaksarrakan penelitaan dengan judul UPAYA
PEMBIMBING AGAMA ISLAM DALAM MENiNGI(ATKAN AKI{LAK REMA.IA DI
PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBLI APUS CIPAYUNC JAKARTA ctari tanggal 25
April s/d 23 September 2014 di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta
Demikian Surat Keterangan ini dibuat agar dapat dipergulakan seperlunya.
.lakarta. 23 September 201 4
Wuu'uh P.
JADWAL KEGIATAN PROGAM PELAYANAN DAN PENGEMBANGAN
PENERIMA MANFAAT PSBR BAMBU APUS JAKARTA
ANGKATAN 1/75 TAHUN 204