peran industri kecil batu bata terhadap penyerapan …
TRANSCRIPT
PERAN INDUSTRI KECIL BATU BATA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI
DESA BONTONYELENG KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA
SKRIPSI
Oleh
LELA NURFAELA
NIM 105711109516
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
ii
PERAN INDUSTRI KECIL BATU BATA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI
DESA BONTONYELENG KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA
SKRIPSI
Oleh
LELA NURFAELA
NIM 105711109516
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(SE) Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati
Karya ilmiah ini kupersembahkan
kepada almamater, bangsa, dan agamaku
kepada kedua orang tuaku H. Sampeang dan Hj. Salmawati tercinta
serta keluarga dan sahabat-sahabat yang tersayang
yang dengan tulus dan ikhlas selalu berdoa dan membantu
baik moril maupun materil demi keberhasilan penulis
MOTO HIDUP
Dalam meraih kesuksesan, kamu harus melewati berbagai rintangan.
Tidak ada yang instan di dunia ini. Sebab, kamu harus bekerja keras
untuk meraih kesuksesan
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat salam
tak lupa pula penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para
keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai
manakala penulisan skripsi yang berjudul “Peran Industri Kecil Batu Bata
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan Rumah Tangga di
Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Studi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada orang tua penulis Bapak “H. Sampeang” dan Ibu “Hj. Salmawati” yang
senantiasa memberikan harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa
tulus tak pamrih. Dan saudara-saudara tercinta yang senantiasa mendukung dan
memberikan semangat hingga akhir studi ini. Serta seluruh keluarga besar atas
segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi
keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka
berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia
dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
viii
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan
dengan hormat kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Asdar, SE., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi
Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak Dr. H. Andi Rustam, SE., MM., AK.CA.CPA., selaku
Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk
membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini bisa
selesai dengan baik.
6. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM., selaku Pembimbing II yang telah
berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga
selesai.
7. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak pernah lelah dalam
menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti proses
perkuliahan.
8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
9. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama
ix
yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi
penulis.
10. Terima kasih kepada semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu
persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan
dukungan sehingga penulis dapat merampung penulisan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis sangat mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Makassar, 2 November 2020
Penulis
x
ABSTRAK
LELA NURFAELA, Tahun 2020. Peran industri kecil batu bata terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan rumah tangga di Desa Bontonyeleng kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba. Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I H. Andi Rustam dan Pembimbing II Ismail Rasulong.
Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh pemahaman mengenai (1) Peran industri kecil batu bata terhadap penyerapan tenaga kerja di Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba, (2) Peran industri kecil batu bata terhadap pendapatan rumah tangga di Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi informan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat bahwa industri kecil batu bata di Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 45 orang. Jumlah ini merupakan jumlah yang sedikit dibandingkan dengan tenaga kerja yang bekerja sebagai petani dan peternak. Peran industri kecil batu bata terhadap pendapatan rumah tangga di Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba rendah. Jumlah pendapatan rumah tangga sebesar Rp 41.300.000. Jumlah pendapatan dari industri batu bata hanya Rp 15.250.000 sedangkan pendapatan dari luar industri batu bata sebesar Rp 26.100.000.
Kata Kunci : Industri Batu Bata, Penyerapan Tenaga Kerja, Pendapatan Rumah Tangga
xi
ABSTRACT
LELA NURFAELA, 2020. The role of small brick industry towards labor absorption and household income in Bontonyeleng Village Gantarang district Bulukumba district. Thesis of Development Economics Study Program Faculty of Economics and Business Muhammadiyah University Makassar. Guided by Mentor I H. Andi Rustam and Mentor II Ismail Rasulong.
The purpose of this research is to gain an understanding of (1) the role of small brick industry towards labor absorption in Bontonyeleng Village Gantarang District Bulukumba Regency, (2) The role of small industrial bricks against household income in Bontonyeleng Village Gantarang District Bulukumba Regency. This research method is descriptive with a qualitative approach. Data is collected using informant interview and observation techniques. From the results of the research that has been done obtained that a small brick industry in Bontonyeleng Village Gantarang District Bulukumba Regency is able to absorb a workforce of 45 people. This number is a small number compared to the workforce working as farmers and ranchers. The role of small brick industry to household income in Bontonyeleng Village of Gantarang District bulukumba regency is low. The total household income is Rp 41,300,000. The total revenue from the brick industry is only Rp 15,250,000 while the income from outside the brick industry is Rp 26,100,000.
Keywords : Brick Industry, Labor Absorption, Household Income
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................... x
ABSTRACT ......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 8
A. Tinjauan Teori ............................................................... 8
1. Definisi Industri Kecil................................................ 8
2. Karakteristik Industri Kecil ........................................ 11
xiii
3. Keunggulan Dan Kelemahan Industri kecil ............... 12
4. Peran Industri Kecil ................................................. 14
5. Industri Kecil Batu Bata ........................................... 18
6. Tenaga Kerja .......................................................... 22
7. Penyerapan Tenaga Kerja ....................................... 27
8. Pendapatan Rumah Tangga .................................... 28
B. Tinjauan Empiris .............................................................. 30
C. Kerangka Konsep ............................................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 36
A. Jenis Penelitian .............................................................. 36
B. Fokus Penelitian ............................................................. 36
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian .......................................... 36
D. Sumber Data .................................................................. 36
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 37
F. Instrumen Penelitian ....................................................... 38
G. Teknik Analisis Data ....................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 39
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................. 39
B. Penyajian Data (Hasil Penelitian) .................................... 44
C. Pembahasan .................................................................. 51
BAB V PENUTUP ............................................................................ 59
A. Kesimpulan .................................................................... 59
B. Saran ............................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 61
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Rasio Penduduk Yang
Memasuk Usia Kerja Kabupaten Bulukumba............... 4
Tebel 2.1 Tinjaun Empiris.............................................................. 30
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Desa
Bontonyeleng................................................................ 39
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Bontonyeleng Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2019..................................................... 40
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Umur di Desa
Bontonyelng Tahun 2019.............................................. 41
Tabel. 4.4 Komposisi Penduduk Desa Bontonyeleng Menurut
Jenis Pekerjaan Tahun 2019......................................... 42
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Umur..................... 44
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya
Mengelola Industri......................................................... 45
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pekerja.... 45
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Umur.................... 46
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...... 47
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja
di Industri....................................................................... 47
Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan dari
Industri Batu Bata.......................................................... 48
Tabel 4.12 Penyerapan Tenaga Kerja di Industri Batu Bata Desa
Bontonyeleng................................................................ 49
Tabel 4.13 Pendapatan Pekerja di Industri Batu Bata Desa
Bontonyeleng................................................................ 50
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja....................... 26
Gambar 2.2 Kerangka Konsep.......................................................... 35
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Pedoman Wawancara................................................... 64
2 Dokumentasi.................................................................. 67
3 Surat Izin Penelitian....................................................... 69
4 Surat Keterangan Penelitian......................................... 70
5 Biografi Penulis............................................................. 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia
setelah sektor pertanian. Sektor ini sebagai penyumbang dalam pembentukan
PDB Indonesia, bahkan sektor industri mampu menjadi sektor utama (leading
sector) pada tahun 1991 mengalahkan peran sektor pertanian dalam
menyumbang pembentukan PDB (Subandi, 2019). Industri merupakan salah satu
kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya alam, sumber
daya manusia, dana dan lain-lain.
Dalam meningkatkan sektor industri yang perlu dikembangkan adalah
industri kecil. Industri kecil memegang peranan yang cukup besar dalam kegiatan
ekonomi masyarakat. Perluasan industri berskala kecil ini akan dapat membantu
berbagai permasalahan ekonomi, diantaranya masalah lapangan pekerjaan dan
pendapatan rumah tangga mengingat teknologi yang digunakan adalah teknologi
sederhana dan bahkan tradisional yang secara langsung akan menyerap banyak
tenaga kerja. Industri kecil menjadi tumpuan harapan bagi sebagian besar
masyarakat karena disamping memberi peluang kerja khusunya juga menambah
pendapatannya.
Peneliti terdahulu Maleo Tri Iriyanto (2017) telah meneliti mengenai peran
industri kecil terhadap pendapatan rumah tangga dan penyerapan tenaga kerja,
yang mengatakan bahwa peran industri kecil kerajinan kulit terhadap pendapatan
rumah tangga di Dusun Manding Desa Sabdodadi Kecamatan Bantul Kabupaten
2
Bantul sebesar 55,61%. Dimana jumlah keseluruhan pendapatan rumah tangga
dari industri kerajinan kulit sebesar Rp 82.500.000,00 dan total pendapatan
rumah tangga dari pendapatan kerajinan kulit dan pendapatan lain-lain sebesar
Rp 143.350.000,00, serta industri kerajinan kulit berperan pula terhadap
penyerapan tenaga kerja di Dusun Manding Desa Sabdodadi Kecamatan Bantul
Kabupaten Bantul sebesar 51,39%. Dimana jumlah angkatan kerja yang bekerja
di industri kerajinan kulit sebanyak 573 (325 orang tenaga kerja yang bekerja di
industri kerajinan kulit dan mampu melibatkan tenaga kerja rumah tangga
sebesar 248 orang). Sedangkan jumlah angkatan kerja di Dusun Manding
sebanyak 1.115 orang
Mengenai peran industri kecil dalam penyerapan tenaga kerja dan
pendapatan juga telah dilakukan oleh Nurlaili Rohmatu Sholihah (2016), yang
mengatakan bahwa industri kecil batik tulis di Desa Sendang Suwur berperan
dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 162 orang pengrajin pada tahun 2015,
serta industri betik tulis juga berperan dalam peningkatan pendapatan pengrajin
yang ada di Desa Sendang Duwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
Kedua peneliti terdahulu tersebut relevan dengan penelitian yang akan penulis
lakukan karena memiliki kesamaan dalam meneliti tentang peran industri kecil
dalam penyerapan tenaga kerja dan pendapatan.
Kabupaten bulukumba adalah salah satu daerah tingkat II di Provinsi
Sulawesi Selatan. Ibu Kota Kabupaten ini terletak di Kota Bulukumba. Kabupaten
ini memiliki luas wilayah 1.154,58 km2 dan berpenduduk sebanyak 418,326 jiwa
(berdasarkan data BPS Kabupaten Bulukumba 2019). Kabupaten Bulukumba
mempunyai 10 Kecamatan, 27 Kelurahan Dan 109 Desa.
3
Industri di Kabupaten Bulukumba pada dasarnya dikelompokkan menurut
modal yang ditanamkan yakni industri besar, industri sedang/menengah, dan
industri kecil. Jumlah industri besar sebanyak lima jenis industri dengan produksi
berbeda, industri sedang sebanyak enam industri, serta industri kecil dengan
jumlah yang sangat berfluktuasi diantaranya industri pengolohan makanan dan
minuman, kimia dan barang-barang dari bahan kimia, barang galian bukan
logam, alat angkutan selain roda empat atau lainnya, furnitur dan pengolahan
lainnya.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba distribusi
persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bulukumba
atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha, kontribusi sektor industri
pengolahan terhadap PDRB pada tahun 2015 sebesar 6,91%, tahun 2016
sebesar 6,85%, tahun 2017 sebesar 6,66%, tahun 2018 sebesar 6,50% (angka
sementara), dan pada tahun 2019 sebesar 6,85% (angka sangat sementara).
Kontribusi sektor industri terhadap PDRB tersebut mengalami naik turun.
Kontribusi terendah pada tahun 2018 dan tertinggi pada tahun 2015.
Industri di Kabupaten Bulukumba pada dasarnya membutuhkan tenaga
kerja. Pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Bulukumba tiap tahun terus
meningkat. Secara otomatis, penduduk yang memasuki usia kerja juga akan
bertambah. Sehingga peran industri kecil sangat dibutuhkan dalam penyerapan
tenaga kerja.
4
Berikut ini tabel untuk melihat jumlah penduduk dan rasio penduduk yang
bekerja.
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Dan Rasio Penduduk Yang Bekerja
Kabupaten Bulukumba
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Angkatan Kerja (Jiwa)
Penduduk Yang Bekerja (Jiwa)
2015 410.485 193.449 187.653
2016 413.229 193.449 187.653
2017 415.713 183.017 176.184
2018 418.326 191.992 185 046
2019 420.603 206.261 199.431
Sumber : BPS Kabupaten Bulukumba
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk di Kabupaten Bulukumba
dari tahun 2015-2019 mengalami peningkatan dari 395.268 jiwa menjadi 415.713
jiwa. Jumlah angkatan kerja dari tahun 2015-2017 mengalami penurunan dari
193.449 jiwa menjadi 183.017 jiwa kemudian pada tahun 2018 dan 2019
mengalami peningkatan menjadi 206.261 jiwa. Sedangkan penduduk yang
bekerja tahun 2015-2017 juga mengalami penurunan dari 187.653 jiwa menjadi
176.184 jiwa dan meningkat pada tahun 2018 dan 2019 menjadi 199.431 jiwa.
Desa Bontonyeleng adalah salah satu Desa di Kecamatan Gantarang
Kabupaten Bulukumba yang terdiri dari lima Dusun. Masyarakat di Desa
Bontonyeleng sebagian besar berprofesi sebagai petani dan ibu rumah tangga.
Pendapatan dari hasil pertanian hanya satu atau dua kali dalam setahun.
Pendapatan dari hasil pertanian kurang menutupi kebutuhan di masa selang
antara musim tanam dan musim panen, serta petani juga tidak memiliki
5
pendapatan pada masa selang dari musim kemarau ke musim hujan sehingga
masyarakat berinisiatif untuk membuka industri kecil dan rumah tangga sebagai
usaha sampingan salah satunya adalah industri batu bata. Apalagi masyarakat
yang hanya menggarap lahan orang lain, pendapatan petani hanya 50% dari
hasil panen setelah dikurangi dengan biaya-biaya.
Keberadaan usaha industri batu bata ini sebagai salah satu jenis usaha
masyarakat yang dilakukan perorangan atau keluarga, di samping usaha-usaha
lain seperti pertanian, perkebunan, peternakan dan lain-lain. Usaha batu bata di
Desa Bontonyeleng sudah ada sejak kurang lebih sepuluh tahun yang lalu.
Jumlah usaha batu batu saat ini sebanyak delapan unit usaha. Usaha
pembuatan batu bata merah di Desa Bontonyeleng diharapkan dapat
menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan. Dengan
pendapatan yang meningkat maka kesejahteraan pengusaha dan pengrajin bata
merah akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga
pengrajin industri bata merah, serta merupakan sumber mata pencaharian
sebagian penduduk karena memberikan pendapatan tambahan bagi rumah
tangga berpendapatan rendah di daerah pedesaan. Selain itu juga akan
menimbulkan usaha sampingkan lain berupa pengangkutan dan perdagangan.
Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat sangat berpengaruh
terhadap kebutuhan akan tempat untuk tinggal. Semakin meningkat kebutuhan
akan bahan baku untuk pembuatan bangunan. Batu bata merupakan salah satu
bahan material bangunan yang sering digunakan oleh masyarakat, baik itu untuk
bangunan gedung, rumah dan sebagainya. Bahan baku yang digunakan juga
sangat mudah didapatkan. Tahapan yang sering dilakukan oleh masyarakat juga
sangat simpel yaitu dengan mencetak tanah dalam suatu wadah khusus, setelah
6
itu dijemur di bawah terik matahari selama kurang lebih lima hari ketika sudah
mengering dibakar di tungku pembakaran.
Sistem industri batu bata lebih memanfaatkan tenaga manusia
dibandingkan tenaga mesin sehingga dapat menyerap tenaga kerja untuk
wilayah sekitarnya. Untuk membuat batu bata diperlukan keahlian khusus
sehingga pekerja yang baru perlu belajar pada pekerja yang sudah terampil
membuat batu bata. Namun, tidak diperlukan suatu pendidikan yang khusus.
Sistem pengupahan berdasarkan jumlah batu bata yang dihasilkan pekerja
dihitung pada saat proses pengeringan.
Berdasarkan paparan latar belakang dan permasalahan di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peran Industri Batu Bata
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan Rumah Tangga Di
Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peran industri kecil batu bata terhadap penyerapan tenaga kerja
di Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba ?
2. Bagaimana peran industri kecil batu bata terhadap pendapatan rumah
tangga di Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba
?
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penilitian yaitu sebagai
barikut :
1. Untuk mengetahui peran industri kecil batu bata terhadap penyerapan tenaga
kerja di Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.
2. Untuk mengetahui peran industri kecil batu bata terhadap pendapatan rumah
tangga di Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.
D. Manfaat Penelitian
Dalam melakukan penelitian, ada beberapa manfaat yang dapat
diperoleh, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Menambah kajian, khususnya mengenai industri kecil batu bata di desa
Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba dan sebagai
sumber data pustaka bagi penelitian mengenai industri dan ekonomi.
2. Manfaat Praktis
Untuk masyarakat setempat penelitian ini dapat memberikan informasi dan
masukan mengenai industri kecil batu bata. Untuk pemerintah penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan pengembangan industri
kecil bau bata. Serta untuk pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan tentang industri kecil, sebagai penerapan ilmu dan
teori-teori untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang industri kecil batu
bata.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Definisi Industri Kecil
Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu industria yang artinya
buruh atau tenaga kerja. Istilah industri sering digunakan secara umum dan
luas, yaitu semua kegiatan manusia untuk memnuhi kebutuhan hidupnya
dalam rangka mencapai kesejahteraan.
Pengertian industri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana
dan peralatan tertentu.
Industri dalam pengertian sempit adalah suatu kegiatan ekonomi
yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan
barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayaan industri.
Secara umum pengertian industri adalah suatu usaha atau kegiatan
pengolahan bahan baku mentah atau barang setengah jadi menjadi barang
jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapat keuntunngan.
Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang perindustrian,
industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku
atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga mengahsilkan barang
yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa
industri.
Perusahaan atau usaha industri merupakan suatu unit (kesatuan)
usaha yang melakukan kegiatan ekonomi dengan tujuan menghasilkan
9
barang atau jasa yang terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu,
dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan
struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas
usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2020).
Menurut Sandi (2010:148) industri adalah usaha untuk memproduksi
barang jadi dengan bahan baku atau bahan mentah melalui proses produksi
penggarapan dalam jumlah yang besar sehingga barang tersebut dapat
diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi-
tingginya. Peindustrian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi
menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Menurut
wirastuti (2010), Industri adalah pengolahan bahan baku atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi yang membawa keuntungan.
Definisi industri menurut sukirnno (2014) adalah perusahaan yang
menjalankan kegiatan ekonomi yang tregolong dalam sektor sekunder.
Kegiatan itu antara lain pabrik tekstil, pabrik perakitan dan pabrik pembuatan
rokok. Industri merupakan kegiatan ekonomi mengolah barang mentah,
bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang
yang lebih tinggi kegunaannya.
Industri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk. Selain industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha
untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuan untuk
memanfaatkan sumber daya alam secara optimal.
10
Definisi usaha kecil menurut Undang-Undang No.20 tahun 2008
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Menurut kategori Badan Pusat Statistik (BPS), usaha kecil identik
dengan industri kecil dan industri rumah tangga. Badan Pusat Statistik (BPS)
menggolongkan industri menjadi empat kategori yaitu industri besar, industri
sedang, industri kecil, dan industri rumah tangga. Industri besar adalah
industri dengan jumlah pekerja sebanyak ≥100 pekerja. Industri sedang
adalah industri dengan jumlah pekerja sebanyak 20-99 pekerja. Industri kecil
adalah industri dengan jumlah pekerja sebanyak 5-19 pekerja. Dan industri
rumah tangga adalah industri dengan jumlah pekerja sebanyak 1-4 orang.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan industri kecil
berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan/ usaha
tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanamkan ataupun kekuatan
mesin yang digunakan, yaitu perusahaan/ usaha industri pengolahan yang
mempunyai pekerja 5 sampai 19 orang. Koperasi mendefiniskan
berdasarkan kriteria omset usaha tidak lebih dari 2 milyar dan kekayaan
tidak lebih dari 600 juta rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan).
Peraturan Menteri Perindustrian No. 6/M-IND/PER/7/2016 pasal 3
ayat (1), industri kecil merupakan industri yang mempekerjakan paling
11
banyak 19 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi kurang dari
Rp 1.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan mendefinisikan
industri kecil sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh persorangan
atau rumah tangga maupun suatu badan, bertujuan untuk memproduksi
barang maupun jasa untuk diperdagangkan secara komersial, yang
mempunyai nilai kekayaan bersih paing banyak 200 juta rupiah dan
mempunyai nilai penjualan pertahun sebesar 1 milyar rupiah atau kurang.
2. Karakteristik Industri Kecil
Secara umum sektor usaha kecil dan menengah memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak
mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala
pembukuan tidak di up to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja
usahanya.
b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat
tinggi.
c. Modal terbatas.
d. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat
terbatas.
e. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk
mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka penjang.
f. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat
terbatas.
12
g. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah,
mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk
mendapatkan dana dari pasar modal, sebuah perusahaan harus
mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan.
3. Keuntungan dan Kelemahan Industri Kecil
Industri kecil memiliki beberapa potensi dan keunggulan
dibandingkan dengan usaha besar, seperti yang telah dikamukakan oleh
Anoraga sebagai berikut :
a. Usaha kecil beroperasi menyebar diseluruh pelosok dengan berbagai
ragam bidang usaha. Hal ini karena kebanyakan usaha kecil muncul
untuk memenuhi permintaan (agregat demand) yang terjadi di daerah
regionalnya. Bisa jadi orientasi produk usaha kecil tidak terbatas pada
orientasi produk melainkan sudah mencapai taraf orientasi konsumen.
Untuk ini diperlukan suatu keputusan manajerial yang menuntut kejelian
yang tinggi. Dengan penyebaran industri kecil berarti masalah
urbanisasi dan kesejangan desa-kota minimal dapat ditekan. Setidaknya
mengurangi konsentrasi intensitas lapangan kerja pada daerah tertentu
yang akan menimbulkan efek urbanisasi dan masalah.
b. Usaha kecil beroperasi dengan investasi modal usaha aktiva tetap pada
tingkat yang rendah. Sebagian besar modal terserap pada kebutuhan
modal kerja. Karena yang diperhitungkan kecil, implikasinya usaha kecil
memiliki kebebasan yang tinggi untuk masuk atau keluar dari pasar.
Dengan demikian, kigiatan produksi dapat dihentikan sewaktu-waktu,
jika kondisi perekonomian yang dihadapi kurang menguntungkan.
13
Konsekuensi lain dari rendahnya nilai aktiva tetap adalah mudah meng-
up to date-kan produknya. Sebagai akibatnya akan memliki derajat
imunitas yang tinggi terhadap gejolak perekonomian internasional.
c. Sebagian usaha kecil dikatakan sebagai usaha padat karya (labor
intensive) karena teknologi yang digunakan masih sederhana.
Persentase distribusi nilai tambah pada tenaga kerja relatif besar.
Sehingga distribusi pendapatan dapat dijangkau. Usaha kecil juga
memiliki keunggulan lain yaitu pemilik dan karyawan memiliki hubungan
yang erat antara pemilik sehingga pemutusan hubungan kerja (PHK)
sukar terjadi. Keadaan tersebut menunjukkan usaha kecil memiliki
fungsi sosial ekonomi.
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh usaha kecil menurut
Anoraga yaitu sebagai berikut :
a. Skala pemasaran bersifat lokal, jika melalui batas wilayah
pemasarannya tidak dilakukan oleh perusahaan sendiri. Hal ini jelas
tidak dapat memicu penjualan yang progresif dengan cepat.
b. Persoalan yang terlibat dalam perusahaan pada umumnya berkisar
karena hubungan kekerabatan atau persaudaraan atau juga karena
hubungan sosial akrab.
c. Bersifat “one man show” yaitu satu orang mempunyai banyak fungsi
yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada
pembukuan dasar sampai pencairan dana.
d. Lemahnya sistem pencatatan, didasarkan pada ingatan saja sehingga
tidak didokumentasikan.
14
e. Perencanaan hanya dengan perhitungan dan analisis sederhana saja,
dengan prinsip-prinsip sekitar laba yang dapat dijangkau dengan cepat,
tidak berbeli-belit dan berorientasi jangka pendek.
f. Sering kali dalam hubungannya dengan perencanaan lebih menitik
beratkan pada kepentingan pribadi atau keluarga saja. sehingga pemilik
tidak mengetahui rugi atau laba perusahaan karena tidak ada batasan
yang jelas milik perusahaan dan pribadi.
g. Lemahnya promosi dan pemasaran produk .
h. Decision making sering dilakukan by feeling dan bukan berdasrkan atas
pemikiran dan konsep-konsep yang rasional.
4. Peran industri kecil
Peranan (role) marupakan aspek dinamis kedudukan (status). Ketika
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka seseorang tersebut telah menjalankan suatu peranan.
Peranan dan kedudukan saling tergantung satu sama lain. Tidak
adaperanan tanpa kedudukan, demikian pula tidak ada kedudukan tanpa
peranan. Setiap mempunyai macam-macam peranan sesuai dengan pola
pergaulan hidupnya. Hal ini berarti bahwa peranan menentukan apa yang
diperbuatnya bagi masyarakat dan serta kesempatan apa yang diberikan
oleh masyarakat kepadanya. Peranan menjadi sangat penting karena
mengatur perilaku seseorang. Peranan dapat membuat seseorang
menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang dikelompoknya.
Peranan secara umum adalah kehadiran di dalam menentukan suatu
proses keberlangsungan. Peranan merupakan dinamisai dari statis ataupun
15
penggunaan dari pihak dan kewajiban atau disebut subyektif. Peran
dimaknai sebagai tugas atau pemberi tugas kepafa seseorang atau
sekumpulan orang.
Peranan adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
mempunyai status. Peranan adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat
dilaksanakan oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
Industri kecil memiliki peranan yang penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Pembangunan industri
khususnya industri kecil diarahkan dapat menajdi salah satu peran yang
cukup berkualitas dalam perekonomian, sehingga mampu bersaing di dalan
negeri maupun di luar negeri.
Ada tiga alasan utama mengapa suatu negara harus mendorong
usaha kecil yang ada untuk terus berkembang. Alasan pertama dalah karena
pada umumnya cenderung memiliki kinerja yang lebih baik dalam hal
menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kemudian untuk alasan yang
kedua, seringkali mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi
dan perubahan teknologi. Untuk alasan yang terakhir, usaha kecil kecil
ternyata memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dibandingkan dengan
usaha besar.
Di Indonesia, usaha kecil yang ada memiliki peran penting dalam
menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung
pendapatan rumah tangga. Perkembangan suatu usaha dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor, baik itu faktor internal maupun eksternal. Untuk faktor
eksternal itu sendiri, ada satu permasalahan umum yang dihadapi oleh para
pelaku usaha yaitu permodalan.
16
Beberapa peranan usaha kecil dalam pembangunan nasional
Indonesia antara lain :
a. Menyerap tenaga kerja
Usaha kecil telah mampu berperan aktif dalam menekan angka
pengangguran. Jutaan orang Indonesia bekerja pada sektor usaha kecil.
Pada saat kesempatan kerja yang diraskan semakin terbatas dibuktikan
dengan tingginya angka pengangguran.
b. Penyedia barang dan jasa bagi masyarakat
Sebagai alat pemuas kebutuhan dan keinginan masyarakat dipenuhi dari
barang dan jasa yang dihasilkan oleh usaha kecil. Makanan, minuman,
peralatan rumah tangga, perabotan dapur, berbagai jasa, dan lain-lain
disediakan oleh usaha kecil.
c. Penyedia suku cadang bagi usaha skala menengah dan besar
Banyaknya suku cadang yang dibutuhkan oleh usaha menengah dan
usaha besar tidak diproduksi sendiri oleh perusahaan yang
bersangkutan. Banyak pertimbangan usaha menengah dan usaha besar
tidak memproduksi sendiri suku cadang tersebut.
d. Mengurangi urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Banyak
orang yang berpindah ke kota tanpa dibekali pengetahuan dan atau
keterampilan yang memadai. Mereka hanya bebekal tekad untuk
mengadu peruntungan di kota. Pada umumnya mereka terpengaruh oleh
saudara atau tetangganya yang berhasil setelah tinggal di kota.
Kenyataan sering terjadi lain dari harapan semula. Sesampainya di kota
banyak yang semakin terpuruk. Kehidupannya di kota tambah menderita
17
dibandingkan sewaktu hidup di desa. Maka dengan banyaknya usaha
skala kecil yang didirikan sampai ke pelosok desa, akan mengurangi
kecenderungan untuk hijrah ke kota. Sehubungan dengan itu para
pengusaha kecil yang membuka usaha di desa, merupakan pahlawan
bagi saudara dan tetangganya sehingga terhindar dari ganasnya
kehidupan di kota besar.
e. Mendayagunakan sumber ekonomi daerah
Indonesia diakui oleh berbagai negara di dunia sebagai negara yang
kaya akan sumber daya alam. Sangat disayangkan sumber potensi yang
nilainya sangat luar biasa ini banyak yang belum mampu dimanfaatkan
oleh penduduk di daerah yang bersangkutan. Kesadaran yang muncul
terutama dari para pemuda penerus bangsa telah mengubah segalanya.
Kekayaan daerah mampu dimanfaatkan oleh tangan-tangan terampil
pemuda setempat. Mereka mengubah hasil bumi Indonesia menjadi
barang-barang yang memiliki nilai tambah, sehingga dapat dijual ke
daerah lain bahkan diekspos ke luar negeri.
f. Menunjukkan citra diri bangsa indonesia
Usaha kerajinan rakyat khas daerah-daerah di Indonesia yang
memperlihatkan citra diri bangsa Indonesia ke berbagai negara di dunia
adalah wujud nyata peran usaha kecil. Makanan khas, pakaian adat,
kesenian daerah menjadi perlambangan bagi tingginya nilai budaya
Indonesia. Para pengusaha kecil telah berperan dalam menunjukkan jati
dirinya sebagai pengususng nilai leluhur budaya Indonesia sampai ke
berbagai penjuru dunia.
18
5. Industri Kecil Batu Bata
a. Pengertian industri batu bata
Industri batu bata merupakan industri yang memanfaatkan tanah
sebagai bahan baku utama. Pada penelitian ini industri batu bata yang
dimaksud adalah industri bata merah yang terbuat dari tanah liat dengan
proses pembuatan batu bata tradisional. Suatu proses produksi yang di
dalamnya terdapat perubahan bentuk dari benda yang berupa tanah liat
menjadi bentuk lain (batu bata), sehingga lebih berdaya guna disebut
industri batu bata.
Industri batu bata sebgai industri kecil memiliki ciri-ciri yaitu 1)
modal kecil, 2) usaha dimilik pribadi, 3) menggunakan teknologi dan
peralatan sederhana, 4) tenaga kerja berasal dari lingkungan sekitar atau
masih ada hubungan keluarga.
Batu bata atau sering juga disebut bata merah (karena warnanya
yang kemerah-merahan) merupakan salah satu bahan material yang
digunakan dalam pembuatan dinding, baik itu dinding rumah, dinding
jembatan, maupun dam. Bahkan, gedung yang bertingkat atau gedung
pencakar langit pun menggunakan batu bata. Batu bata umumnya
terbuat dari dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah-
merahan.
Batu bata merupakan bahan bangunan yang masih tradisional,
meski sekarang sudah banyak bahan-bahan bangunan selain batu bata.,
namun tetap menjadi favorit bagi warga untuk membangun. Batu bata
biasanya berwarna merah kekuning-kuningan. Tapi warna batu bata
terkadang berbeda-beda anatara satu daerah dengan daerah yang lain.
19
Hal ini disebabkan adanya perbedaan jenis tanah yang digunakan dan
proses pembakarannya.
Bahan utama dalam pembuatan batu bata adalah tanah biasa.
Untuk mendapatkan tanah yang baik sebagai bahan baku pemuatan batu
bata merah, bisa dilakukan dengan cara penggalian tanah secara
manual. Batu bata yang berkualitas baik tidak mudah retak dan tidak
mudah pecah, warnanya biasanya merah kekuning-kuningan. Jika disentil
bunyinya nyaring seperti bunyi besi yang dipukul dengan sendok, dan
volumenya lebih berat. Sementara yang berkualitas jelek biasanya retak-
retak dan mudah patah.
Batu bata sangat dibutuhkan dalam setiap bangunan gedung,
rumah, bangunan aiar dan sebagainya. Oleh sebab itu pembuatan batu
bata meruapan suatu peluang bisnis yang menajanjikan. Tapi dalam
proses pembuatan bata mengalami perjalanan atau proses yang cukup
panjanag dan rumit dalam pembuatannya. Banyak manfaat yang
diperoleh dari pembuatan batu bata terutama dalam merekrut tenaga
kerja atau memberikan lapangan kerja yang cukup banyak.
b. Jenis-jenis batu bata
Ada beberapa jenis batu bata. Berdasarkan sumber bahan dasar
yang digunakan, dikenal batu bata tanah liat (lempung), batu bata pasir
kapur dan batu bata mortar. Sementara itu, jika dilihat dari segi
pembuatannya dikenal batu bata merah konvensional dan batu bata
press.
Jenis batu bata antara lain sebagai berikut (wikipedia bahasa
indonesia, ensiklopedi bebas) :
20
1. Batu bata tanah liat, terbuat dari tanah liat dengan dua kategori yaitu
bata biasa dan bata muka. Bata biasa memiliki permukaan dan warna
yang tidak menentu, bata ini digunakan untuk dinding dengan
menggunakan dengan menggunakan morta (campuran semen)
sebagai pengikat. Bata jenis ini sering disebut sebagai bata merah.
Bata muka, memiliki permukaan yang baik dan licin dan mempunyai
warna dan corak yang seragam. Disamping digunakan sebagai
dinding juga digunakan sebagai penutup dinsing dan sebagai
dekorasi.
2. Batu bata pasir – kapur, sesuai dengan namanya batu bata ini dibuat
dari campuran kapur dan pasir dengan perbandingan 1:8 serta air
yang ditekankan kedalam campuran sehingga membentuk batu bata.
c. Proses pembuatan batu bata tradisional
Dalam pembuatan batu bata, ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat dan bahan yang diperlukan
Alat yang diperlukan dalam pembuatan batu bata ini adalah
cangkul, sekop, cetakan bata, ember, dan pisau. Bahan yang
diperlukan adalah tanah liat, air, lebu/abu, sekam.
2. Pembuatan adonan
1) Mencampur tanah dan abu dengan perbandingan 5:1. Kemudian
aduk campuran tersebut hingga rata. Tambahkan air ke dalam
campuran tersebut hingga berbentuk pasta atau bubur.
2) Untuk membuat betul-batul rata, adonan tersebut di injak-injak
agar tanah dan zat perekat (lebu/abu) menyatu.
21
3) Setelah terbentuk adonan, tanah tersebut dipindahkan ke tempat
lain yang dengan lokasi percetakan bata.
3. Proses percetakan
Ambil sebesar satu gumpal (sebesar kepala orang), kemudian
dimasukkan kedalam alat cetakan. Isi cetakan hingga penuh dan
berbentuk sesuai cetakan. Lalu angkat cetakan bata. Sesekali
cetakan dicuci dengan air agar cetakan mudah dilepaskan dari
adonan.
Setelah beberapa hari (bata sudah agak kering), ratakan
pinggiran-pinggiran bata dengan menggunakan pisau agar lebih rapih.
Kemudian batu jemur, yaitu dengan cara ditata miring dan renggang
sehingga aliran udara lancar. Untu efisiensi tempat pengeringan,
tumpuklah bata secara teratur sehingga bata mudah kering.
4. Proses persiapan pembakaran
Setelah bata merah ditumpuk, agar cepat kering bata tersebut
disusun dan dijemur sedimikian rupa sehingga bata cepat kering.
Kemudian bata yang sudah kering dikumpulkan atau dipindahkan ke
tempat pembakaran. Batu bata ditata secara khusus dan dibuat
lubang untuk memasukkan bahan bakarnya (sekam).
5. Proses pembakaran
1) Pembakaran dengan kayu bakar
Dibutuhkan tenaga lebih dari satu orang untuk menjaga agar api
tidak padam. Bakarlah bata ke dalam tungku pembakaran tersebut
dengan api besar sampai bata matang/masak. Sekiranya bata
sudah masak semua agar api padam, jangan ditambah kayu bakar
22
lagi. Ciri-ciri bata matang/masak adalah bata yang dihasilkan
berwarna merah. Biasanya membutuhkan waktu 24 jam.
2) Pembakaran dengan sekam
Jika bata telah tersusun demikian rupa, masukkan sekam kedalam
lubang-lubang pembakaran, kemudian sekam tersebut dinyalakan
dengan sedikit bantuan minyak tanah tau sampah/ranting kering.
Biasanya membutuhkan waktu 6-7 hari.
6. Pembongkaran
Setelah diperkirakan masak semua, batu bata dibiarkan sampai
dingin, kemudian diambil dan dikeluarkan abunya. Setelah abunya
keluar semua, bata siap untuk dibongkar dan diangkut ke tempat yang
mudah terjangkau oleh angkutan umum untuk dipasarkan.
.
6. Tenaga Kerja
Tenaga kerja terbagi dari dua kata yaitu tenaga dan kerja. Tenaga
adalah banyaknya usaha yang dikeluarkan dalam tiap satuan waktu.
Sedangkan kerja adalah banayaknya tenaga yangdikeluarkan dalam satu
kurun waktu untuk menghasilkan suatu jumlah efek.
Tenaga Tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia
kerja (working age population). Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Pasal 1 Ayat (2) Tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Ketenagakerjaan,
ketetapan batas usia kerja penduduk Indonesia adalah 15 tahun.
23
Tenaga kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia
15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa jika permintaan terhadap tenaga mereka, dan
jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
Tenaga kerja adalah orang yang melakukan pekerjaan untuk
menghasilkan barang aupun jasa yang berguna untuk masyarakat dan
terlibat langsung dalam kegiatan tersebut sehingga mendapatkan upah
untuk memenuhi kebutuhannya.
Tenaga kerja adalah setiap orang, baik laki-laki atau perempuan,
yang sedang dalam dan atau melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di
luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa, untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (Tunggal, 2013).
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan
dalam melakukan kegiatan produksi. Dalam proses produksi tenaga kerja
memperoleh pendapatan atau upah sebagai balas jasa dari usaha yang
dilakukan. Besarnya pendapatan yang di peroleh tenaga kerja tersebut
tergantung dari hasil pekerjaannya.
Menurut Djojohadikusumo (dalam Misbach, 2011) tenaga kerja
adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekrja, termasuk mereka
yang menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka
yang menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja. Untuk
menggolongkan penduduk dalam golongan tenaga kerja atau bukan tenaga
kerja, dapat dilihat dari kemampuan seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan. Semua penduduk yang memiliki kemampuan unruk melakukan
aktivitas bekerja dapat digolongkan dalam kelompok tenaga kerja.
24
Menurut Aryanti et,al. (2019 : 3) tenaga kerja dibagi dalam dua
kelompok yaitu angkatan kerja (labour force) dan bukan angkatan kerja.
a. Angkatan Kerja (Labour Force)
Angkatan kerja merupakan penduduk, baik itu perempuan maupun laki-
laki dalam usia produktif (usia kerja) yang berumur 15-64 tahun yang sedang
bekerja atau mencari pekerjaan (menganggur). Angkatan kerja terbagi
menjadi dua bagian yaitu angkatan kerja yang berkerja dan tidak bekerja
atau pengangguran.
1) Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang
dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan
atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam
seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja
tidak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.
2) Penganggur, yaitu orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya
orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.
Pengangguran disebabkan antara lain pendidikan dan keterampilan
angkatan kerja yang rendah, penerapan sistem padat modal dalam
proses produksi, keterbatasan lapangan kerja karena lesunya
perekonomian, serta persebaran tenaga kerja tidak merata.
b. Bukan Angkatan Kerja
Selisih antara angkatan kerja dan tenaga kerja disebut kelompok bukan
angkatan kerja. Bukan angkatan kerja adalah penduduk yang berumur
sepuluh tahun ke atas dan selama seminggu yang lalu hanya bersekolah,
mengurus rumah tangga atau lainnya, serta tidak melakukan suatu kegiatan
25
yang tidak termasuk kategori bekerja sementara tidak bekerja atau mencari
pekerjaan.
Berdasarkan kualitasnya tenaga kerja terbagi atas tiga, yaitu :
1) Tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian
atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau
pendidikan formal dan nonformal. Contohnya pengacara, dokter, guru,
dan lain-lain.
2) Tenaga kerja terlataih, yaitu tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam
bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaka kerja terampil
ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu
menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya apoteker, ahli bedah,
mekanik, dan lain-lain.
3) Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih, yaitu tenaga kerja kasar
yang hanya mengandalkan tenaga saja. contohnya kuli, buruh angkut,
pembantu rumah tangga dan sebagainya.
Penduduk juga dapat dibedakan berdasarkan pendekatan pemanfaatan
tenaga kerja sebai berikut:
1) Bekerja penuh, yaitu tenaga kerja yang bersangkutan termanfaatkan
secara cukup atau optimal.
2) Bekerja tidak penuh/setengah menganggur, yaitu bekerja tetapi
tenaganya kurang termanfaatkan diukur dari curahan jam kerja,
produktivitas kerja, atau penghasilan yang diperoleh. Setengan
menganggur dibagi menjadi dua sebagai berikut:
a. Setengah menganggur yang kentara (visible underemployment)
adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar
26
keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek
dari biasanya.
b. Setengah menganggur yang tidak kentara (invisible
underemployment) adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full
time), tetapi pekerjaannya dianggap tidak mencukupi karena
pendapatannya terlalu rendah atau pekerjaannya tidak
memungkinkan untuk mengembangkan seluruh keahliannya.
Secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja di
Indonesia dibedakan menurut umur. Di Indonesia berdasarkan pengertian
sensus penduduk dipilih batas-batas umur minimum 15 tahun keatas sampai
dengan 64 tahun. Penduduk yang berada pada dibawah 15 tahun
digolongan sebagai bukan tenaga kerja.
Gambar 2.1
Komposisi Penduduk Dan Tenaga Kerja
Penduduk
Tenaga Kerja Bukan Tenaga kerja
Bukan Angkatan kerja Angkatan kerja
Menganggur Bekerja Sekolah Mengurus Rumah Tangga
Penerima pendapatan
Kentara (Jam
Kerja Sedikit) Tidak Kentara
Setengah
Menganggur
Bekerja
Penuh
Produktivitas Rendah
Penghasilan Rendah
27
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pembuatan batu bata adalah
tenaga kerja kasar (buruh) yang sudah terlatih dengan baikun tuk
mencangkul tanah, membuat adonan, mengangkut air, mencetak dan
membakar batu bata. Pada umumnya pekerja batu bata berasal dari lokasi
setempat yang mata pencaharian di daerah tersebut adalah membuat batu
bata.
Sistem pemabayaran yang umumnya dilakukan adalah dengan cara
sistem satuan (borongan) yaitu per satu bata per cetak. Demikian juga
sistem pembayaran pada proses pengeringan dan pembakaran.
7. Penyerapan Tenaga Kerja
Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan cukup luas,
menyerap tenaga kerja dalam maknanya menghimpun orang atau tenaga
kerja di suatu lapangan usaha, untuk dapat sesuai dengan kebutuhan usaha
itu sendiri.
Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga
kerja yang digunakan dalam satu unit usaha tertentu atau dengan kata lain
penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam
satu unit usaha (Badan Pusat Statistik, 2020).
Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga
kerja yang digunakan dam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain
penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam
suatu unit usaha.
Menurut Kuncuro (dalam Fadliilah, 2012) pengertian penyerapan
tenaga kerja adalah jumlah lapangan kerja yang sudah terisi yang dapat
28
tercermin dari jumlah penduduk yang bekerja tersebut terserap dan tersebar
di berbagai sektor perekonomian.
Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung
untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan (Badan Pusat
Statistik, 2020). Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja
apabila unit usaha atau lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau
seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Adapun lapangan
pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi di mana seseorang
bekerja atau pernah bekerja.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulan bahwa
penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tertentu dari tenaga kerja yang
digunakan dalam satu unit usaha tertentu atau dapat juga dikatakan
penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang bekerja
dalam satu unit usaha.
8. Pendapatan Rumah Tangga
Sukirno (2010), menjelaskan bahwa pendapatan merupakan jumlah
penghasilan yang diterima oleh seseorang atas prestasi selama bekerja
dalam periode tertentu baik secara harian, mingguan maupun bulanan.
Pendapatan seseorang dapat diartikan sebagai banyaknya
penerimaan yang dinilai dengan suatu mata uang yang dapat dihasilkan
seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu.
Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seseorang
anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas
29
faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan dalam turut serta
membentuk produk nasional (Suprayanto, 2014).
Penerimaan dari gaji atau balas jasa dari hasil usaha yang diperoleh
individu atau kelompok rumah tangga dalam satu bulan dan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah pendapatan masyarakat.
Sedangkan pendapatan dari usaha sampingan adalah pendapatan
tambahan yang merupakan penerimaan lain dari luar aktivitas pokok atau
pekerjaan pokok. Pendapatan sampingan tersebut secara langsung dapat
digunakan untuk menopang atau menambah pendapatan pokok. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah sebagai jumlah
penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka
waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah
disumbangkan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan rumah tangga
adalah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik
yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan
anggota-anggota rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat berasal
dari balas jasa faktor produksi tenaga kerja (Upah dan gaji, keuntungan,
bonus, dan lain-lain), balas jasa kapital (bunga, bagi hasil, dan lain-lain), dan
pendapatan yang berasal dari pemebrian pihak lain (transfer).
Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh
anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Pendapatan keluarga
merupakan balas jasa atau imbalan yang diperoleh karena sumbangan yang
diberikan dalam kegiatan produksi.
30
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan seseorang menurut
Boediono yaitu sebagai barikut :
1. Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki yang bersumber pada hasil-
hasil tabungan tahun ini dan warisan atau pemberian.
2. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi, harga ini ditentukan
oleh penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi.
3. Hasil kegiatan anggota keluarga sebagai pekerjaa sampingan.
Dengan demikian pendapatan rumah tangga merupakan keseluruhan
penghasilan yang diterima sebagai imbalan jasa untuk membiayai kehidupan
keluarga baik yang berasal dari usaha pokok maupun dari usaha sampingan.
B. Tinjaun Empiris
Tabel 2.1 Tinjauan Empiris
No. Nama Judul Penelitian
Jenis Penelitian
Hasil Penelitian
1 Maleo Tri
Iriyanto
(2017)
Peranan
Industri
kerajinan kulit
terhadap
pendapatan
rumah tangga
dan
penyerapan
tenaga kerja
di Dusun
Manding
Desa
Sabdodadi
Kecamatan
Bantul
Kabupaten
Bantul.
Penelitian
deskriptif
yang
menggunakan
pendekatan
kuantitatif.
1) Peranan industri
kerajinan kulit
terhadap pendapatan
rumah tangga di
Dusun Manding Desa
Sabdodadi
Kecamatan Bantul
Kabupaten Bantul
sebesar 55,61 %.
Dimana jumlah
keseluruhan
pendapatan rumah
tangga dari industri
kerajinan kulit sebesar
Rp 82.500.000,00 dan
total pendapatan
rumah tangga dari
31
pendapatan kerajinan
kulit dan pendapatan
lain-lain sebesar Rp
143.350.000,00.
2) Peranan industri
kerajinan kulit
terhadap penyerapan
tenaga kerja di Dusun
Manding Desa
Sabdodadi
Kecamatan Bantul
Kabupaten Bantul
sebesar 51,39 %.
Dimana jumlah
angkatan kerja yang
bekerja di industri
kerajinan kulit
sebanyak 573 orang
(325 orang tenaga
kerja yang bekerja di
industri kerajinan kulit
dan mampu
melibatkan tenaga
kerja rumah tangga
sebanyak 284 orang).
Sedangkan jumlah
angkatan kerja di
Dusun Manding
sebesar 1.115 orang.
2 Nurlaili
Rohmatu
Sholihah
(2016)
Peranan
industri kecil
batik dalam
penyerapan
tenaga kerja
dan
peningkatan
pendapatan
pengrajin di
Desa
Sendang
Duwur
Kecamatan
Paciran
Kabupaten
Penelitian
deskriptif.
Industri kecil batik tulis di
Desa Sendang Duwur
berperan dalam
penyerapan tenaga kerja
sebesar 162 orang
pengrajin pada tahun
2015. Industri kecil batik
tulis juga berperan dalam
peningkatan pendapatan
pengrajin yang ada di
Desa Sendang Duwur
Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan.
32
Lamongan
3 Rini
Mulasari
dan Yoyok
Soesatyo
(2014)
Peranan
industri kecil
jamur tiram
terhadap
penyerapan
tenaga kerja
dan
peningkatan
pendapatan
di Kecamatan
Pacet
Kabupaten
Mojokerto.
Penelitian
deskriptif
kuantitatif.
Industri kecil jamur tiram
cukup berperan di
Kecamatan Pacet
meskipun tidak berperan
besar. Selain itu industri
jamur tiram mempunyai
peranan terhadap
penyerapan tenaga kerja
sebesar 1,08%. Dan
industri kecil jamur tiram
ini juga berperan
terhadap peningkatan
pendapatan di
Kecamatan Pacet adalah
sebesar 37,5% sampai
dengan 100%.
4 Lila
Fitriana
Herdianty
dan
Kirwani
(2014)
Penyerapan
tenaga kerja
dan
peningkatan
pendapatan
pada industri
kecil
kerajinan kulit
di Desa
Kedensari
Penelitian
deskriptif
dengan
pendekatan
kualitatif.
Industri kecil kerajinan
kulit di Desa Kedensari
mampu menyerap 175
orang pekerja asli warga
Kedensari. Pekerja di
industri kecil kerajinan
kulit Desa Kedensari
mengalami peningkatan
pendapatan hingga
empat kali lipat dari
pendapatan yang didapat
sebelum bekerja di
industri kerajinan kulit.
5 Darsih
(2017)
Peranan
sektor industri
kecil batu
bata pres
dalam
meningkatkan
pendapatan
masyarakat di
Kecamatan
Tenayan
Raya Kota
Pekanbaru.
Penelitian
deskriptif
kuantitatif.
1) Dari hasil Uji t untuk
faktor modal diperoleh
t sig = 0,002 maka
dapat disimpulkan
bahwa faktor modal
berpengaruh terhadap
produksi industri kecil
batu bata pres. Uji t
untuk faktor bahan
baku diperoleh t sig =
0,002 maka dapat
disimpulkan bahwa
faktor bahan baku
berpengaruh terhadap
33
produksi industri kecil
batu bata pres. Uji t
untuk faktor tenaga
kerja diperoleh t sig =
0,001 maka dapat
disimpulkan bahwa
faktor tenaga kerja
berpengaruh terhadap
produksi industri kecil
batu bata pres.
2) Ada hubungan yang
positif antara
penggunaan modal,
bahan baku, dan
tenaga kerja secara
bersama-sama dalam
mempengaruhi
produksi industri kecil
batu bata pres di
Kecamatan Tenayan
Raya Kota Pekanbaru
didasarkan pada
koefisien determinasi
berganda (R2)
sebesar 0,998. Hal ini
berarti variabel-
variabel yang
mempengaruhi
peningkatan
produktivitas industri
kecil batu bata pres di
Kecamatan Tenayan
Raya Kota Pekanbaru
dapat dijelaskan oleh
variabel modal, bahan
baku, dan tenaga
kerja sebesar 99,8%.
Sedangkan sisanya
sebesar 0,2% di
pengaruhi oleh
variabel lain yang
tidak dijelaskan dalam
model ini.
34
C. Kerangkan Konsep
Kerangka konsep ini merupakan penjelasan mengenai masalah yang
menjadi objek dalam penelitian ini. Kerangka konsep ini dibuat untuk
memberikan gambaran penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai peranan
industri kecil batu bata terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan
rumah tangga di Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba..
Industri kecil batu bata sangat dibutuhkan dalam penyerapan tenaga kerja
karena jumlah penduduk yang memasuki usia kerja terus bertambah. Banyaknya
kebutuhan mendorong seseorang untuk berusaha mencari sumber pendapatan
tambahan, salah satunya yaitu usaha batu bata. Industri ini membuka lapangan
pekerjaan bagi tenaga kerja yang dulunya menganggur atau tidak memiliki
pendapatan sekarang bisa bekerja sebagai pengrajin sehingga dapat menambah
pendapatan rumah tangga dan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Oleh karena itu industri ini diharapkan mampu menyerap tenaga kerja
dan meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Peran industri kecil batu bata terhadap penyerapan tenaga kerja dapat
dilihat dari jumlah pekerja yang bekerja di industri kecil batu bata. Peran industri
kecil batu bata terhadap pendapatan rumah tangga dapat dilihat dari pendapatan
yang diperoleh dari industri kecil batu bata.
35
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan karangka
konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Peran Industri Kecil Batu Bata
Pendapatan Rumah Tangga Penyerapan Tenaga Kerja
jumlah tenaga kerja yang
bekerja di industri kecil
batu bata
jumlah tenaga kerja yang
bekerja diluar industri
kecil batu bata di Desa
Bontonyeleng
Pendapatan rumah
tangga dari industri kecil
batu bata
Pendapatan total rumah
tangga
Desa Bontonyeleng
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Dimana metode penelitian ini sebagai prosedur penelitian yang manghasilkan
data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang
diamati. Subjek dalam penelitian ini adalah pemilik dan tenaga kerja industri batu
bata di Desa Bontoyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan batasan penelitian agar jelas ruang lengkap
yang akan diteliti. Penelitian ini berfokus pada semua industri kecil batu bata
yang ada di Desa Bontoyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.
Industri batu bata yang akan diteliti sebanyak delapan unit usaha dan 20 orang
tenaga kerja yang bekerja di industri batu bata tersebut.
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang
Kabupaten Bulukumba, lokasi ini mudah dijangkau oleh peneliti. Penelitian ini
sudah dilaksanakan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan yaitu dari bulan Agustus
sampai bulan September tahun 2020.
D. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini meliputi :
1. Data primer
37
Data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data tersebut
diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan subjek penelitian.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari beberapa penelusuran mulai dari buku, jurnal
sampai blog yang ada di intrenet untuk melengkapi data-Data diolah yang
berkaitan dengan penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpumpulan data yang digunakan yaitu :
1. Wawancara, mengumpulkan data dengan dengan cara tanya jawab bisa
sambil bertatap muka ataupun tanpa tatap muka yaitu melalui media
telekomunikasi antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman. Wawancara dilakukan dengan
subjek mengenai jumlah tenaga kerja yang bekerja di industri kecil batu bata
yang ada di Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba dan jumlah pendapatan yang diperoleh dari industri batu bata..
2. Observasi, mengumpulkan data dengan cara melihat/mengamati secara
langsung suatu objek yang diteliti untuk mengetahui secara pasti peran
industri batu bata terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan rumah
tangga di Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.
3. Dokumentasi, mencari data dengan mengumpulan dokumen-dokumen atau
berkas-berkas yang berkenaan dengan industri kecil batu bata di Desa
Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba serta
peranannya dalam penyerapan tenaga kerja dan pendapatan rumah tangga.
38
F. Instrumen Penelitian
Menurut Suharismi instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih
dan digunakan peneliti dalam mengumpulkan data atau dalam menganalisis data
agar penelitian tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya. Instrumen yang
diartikan sebagai alat bantu merupakan sarana yang dapat berwujud benda,
seperti alat tulis menulis, pedoman wawancara dan sebagainya.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
1. Reduksi data
Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci.
Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi,
dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok dan di fokuskan pada hal-hal yang
penting.
2. Penyajian data
Seperangkat hasil reduksi data juga perlu diorganisasikan atau
dikelompokkan dalam satu bentuk tertentu sehingga data yang diperoleh
data dari reduksi data dapat dilihat secara lebih utuh.
3. Penarikan kesimpulan
Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari kegiatan reduksi
dan penyajian data. Langkah penyajian data tersebut dapat berupa sketsa,
sinopsis, matriks, atau bentu-bentuk lain yang sangat diperlukan untuk
memudahkan upaya pemarapan dan penarikan kesimpulan.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Keadaan Geografi Desa Bontonyeleng
Desa Bontonyeleng merupakan salah satu desa yang ada di
Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba. Secara gaografis desa
Bontonyeleng adalah daerah bukan pantai dengan ketinggian <500. Luas
wilayah desa Bontonyeleng 11 km2. Jumlah dusun di desa Bontonyeleng
sebanyak lima dusun dan memiliki empat rukun warga serta 20 rukun
tetangga.
Tabel 4.1
Luas Wilayah Menurut Penggunaan Desa Bontonyeleng
No. Penggunaan Luas Wilayah
1 Tanah sawah 567,00 Ha
2 Tanah kering 59,23 Ha
3 Tanah basah 0,00 Ha
4 Tanah perkebunan 337,24 Ha
5 Fasilitas umum 24,78 Ha
6 Tanah hutan 127,00 Ha
Total luas 1.124,25 Ha
Sumber : Profil Desa Bontonyeleng, 2019
Pada Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa luas wilayah terluas
menurut penggunaan di Desa Bontonyeleng adalah penggunaan tanah
sawah dengan luas wilayah 567,00 Ha, kemudian tanah perkebunan dengan
luas 337,24 Ha, tanah hutan dengan luas 127,00 Ha, tanah kering dengan
40
luas 59,23 Ha dan yang terakhir penggunaan fasilitas umum seluas 24,78
Ha.
Adapun batas-batas wilayah di Desa Bontonyeleng yaitu :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Tanah Harapan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Bukit Tinggi
c. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Palambarae
d. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Bukit Harapan
2. Keadaan Penduduk Desa Bontonyeleng
a. Potensi sumber daya manusia
Jumlah total penduduk desa Bontonyeleng yaitu 4.929 jiwa, jumlah
kepala keluarga 1.301 KK dan kepadatan penduduk 4.400,89 per KM.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Bontonyeleng Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2019
No. Perincian Warga Negara RI (jiwa)
Warga Negara Asing (jiwa)
1 Laki-laki 2.443 -
2 perempuan 2.486 -
Total 4.929 -
Sumber : Profil Desa Bontonyeleng, 2019
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di desa
Bontonyeleng sebanyak 4.292 jiwa dengan perincian total penduduk
laki-laki sebanyak 2.443 jiwa, total penduduk perempuan sebesar 3.617
jiwa yang merupakan warga negara RI.
41
Berikut ini tabel mengenai komposisi penduduk menurut umur di
desa Bontonyeleng.
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Umur Di Desa Bontonyeleng
Tahun 2019
No. Usia Jumlah (jiwa)
1 0-3 tahun 215
2 4-6 tahun 221
3 7-12 tahun 423
4 13-15 tahun 373
5 16-18 tahun 530
6 >19 tahun 3.126
Total 4.929
Sumber : Profil Desa Bontonyeleng, 2019
Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berusia 19
tahun ke atas yang memiliki jumlah terbanyak yaitu 3.126 jiwa dari total
jumlah penduduk desa Bontonyeleng, sedangkan untuk penduduk usia
0-3 tahun sebanyak 215 jiwa, usia 4-6 tahun sebanyak 221 jiwa, usia 7-
12 tahun sebanyak 423 jiwa, usia 13-15 tahun sebanyak 373 jiwa, dan
penduduk berumur 16-18 tahun sebanyak 530 jiwa.
42
b. Mata pencaharian penduduk
Terdapat berbagai jenis pekerjaan penduduk dalam suatu daerah.
Berikut ini komposisi penduduk desa Bontonyeleng menurut jenis
pekerjaan.
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Desa Bontonyeleng Menurut
Jenis Pekerjaan Tahun 2019
No. Janis pekerjaan Laki-laki
(jiwa) Perempuan
( jiwa)
1 Petani 975 2
2 Pegawai Negeri Sipil 21 13
3 Pedagang barang kelantong
13 51
4 Peternak 57 11
5 Montir 17 0
6 Perawat swasta 15 19
7 TNI 8 0
8 POLRI 1 2
9 Guru swasta 7 27
10 Tukang kayu 19 0
11 Tukang batu 92 0
12 Pelajar 457 709
13 Ibu rumah tangga 0 1.318
14 Perangkat desa 8 3
15 Sopir 25 0
16 Jasa penyewaan peralatan pengantin
7 0
17 Tukang jahit 0 10
18 Karyawan honorer 22 30
19 Tukang cukur 7 0
Total 3.946
Sumber : Profil Desa Bontonyeleng, 2019
43
Dari tabel 4.4 di atas dapat diketahui jumlah penduduk desa
Bontonyeleng menurut jenis pekerjaan sebanyak 3.946 jiwa. Jumlah
penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 977
orang yang terdiri dari 975 orang laki-laki dan dua orang perempuan.
Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS) sebanyak 34 orang yang terdiri dari 21 orang laki-laki dan 13
orang perempuan. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian
sebagai pedagang barang kelantong sebanyak 64 orang yang terdiri dari
13 orang laki-laki dan 51 orang perempuan. Jumlah penduduk yang
bermata pencaharian sebagai peternak sebanyak 68 orang yang terdiri
dari 57 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Jumlah penduduk yang
bermata pencaharian sebagai montir sebanyak 17 orang laki-laki.
Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai perawat
sebanyak 34 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 19 orang
perempuan. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai TNI
sebanyak 8 orang laki-laki. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian
sebagai polri sebanyak 3 orang yang terdiri dari 1 orang laki-laki dan 2
orang perempuan. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian
sebagai guru swasta sebanyak 34 orang yang terdiri dari 7 orang laki-
laki dan 27 orang perempuan. Jumlah penduduk yang bermata
pencaharian sebagai tukang kayu sebanyak 19 orang laki-laki. Jumlah
penduduk yang bermata pencaharian sebagai tukang batu sebanyak 92
orang laki-laki. Jumlah penduduk sebagai pelajar sebanyak 1.166 orang
yang terdiri dari 457 orang laki-laki dan 709 orang perempuan. Jumlah
penduduk sebagai ibu rumah tangga sebanyak 1.318 orang perempuan.
44
Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai perangkat desa
sebanyak 11 orang yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 3 orang
perempuan. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai sopir
sebanyak 25 orang laki-laki. Jumlah penduduk yang bermata
pencaharian sebagai jasa penyewaan peralatan pengantin sebanyak 7
orang laki-laki. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai
tukang jahit sebanyak 10 orang orang perempuan. Jumlah penduduk
yang bermata pencaharian sebagai karyawan honorer sebanyak 52
orang yang terdiri dari 22 orang laki-laki dan 30 orang perempuan.
Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai tukang cukur
sebanyak 7 orang laki-laki.
B. Penyajian Data (Hasil Penelitian)
1. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini yaitu pemilik industri batu bata dan
pekerja di industri batu bata.
a. Pemilik usaha Industri batu bata
1) Distribusi responden berdasarkan umur
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Kelompok Umur (tahun) Jumlah (orang)
20-29 0
30-39 1
40-49 3
50-59 2
60-65 2
Total 8
Sumber : Data diolah
45
Tabel 4.5 di atas menjelaskan bahwa di desa
Bontonyeleng pengusaha batu bata berada pada usia produktif.
Pengusaha batu bata di desa Bontonyeleng yaitu tiga orang
berada pada usia 40-49 tahun. Sedangkan di usia 50-59 tahun
dan 60-65 tahun masing-masing sebanyak dua orang. Sebanyak
satu orang berada pada usia 30-39 tahun.
2) Distribusi responden berdasarkan lamanya mengelola industri
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya
Mengelola Industri
Lamanya Mengelola Industri Jumlah (orang)
1-5 tahun 4
6-10 tahun 2
11-15 tahun 2
16-20 tahun 0
Total 8
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa empat
orang telah mengelola industri selama 1-5 tahun. Sebanyak dua
orang telah mengelola selama 6-10 tahun dan dua orang selama
11-15 tahun.
3) Distribusi responden berdasarkan jumlah pekerja
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pekerja
Jumlah industri Jumlah Pekerja (orang)
4 5
3 6
1 7
Sumber : Data diolah
46
Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa jumlah pekerja yang
bekerja pada setiap industri itu berbeda-beda. Empat industri
dengan jumlah pekerja sebanyak lima orang, tiga industri dengan
jumlah pekerja sebanyak enam orang, dan satu industri dengan
jumlah pekerja sebanyak tujuh orang.
b. Tenaga kerja industri batu bata
1) Distribusi responden berdasarkan umur
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur (tahun) Jumlah (orang)
19-29 4
30-39 10
40-49 3
50-59 2
60-65 1
Total 20
Sumber : Data diolah
Tabel 4.8 diatas menjelaskan bahwa pekerja di industri
batu bata berada pada usia produktif. Pekerja di industri batu
bata desa Bontonyeleng paling banyak berusia 30-39 tahun yaitu
10 orang. Mayoritas pekerja sudah berkeluarga dan pekerjaan
sebagai pengrajin batu bata marupakan salah satu pekerjaan
sampingan mereka. Pekerja paling muda berusia 19 tahun dan
yang paling tua berusia 65 tahun. Pekerja berusia 19-29 tahun
sebanyak empat orang. Pekerja berusia 40-49 tahun sebanyak 3
orang. Pekerja berusia 50-59 tahun sebanyak 2 orang dan yang
berusia 60-65 tahun sebanyak satu orang.
47
2) Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (orang)
Laki-laki 4
Perempuan 16
Total 20
Sumber : Data diolah
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari total reponden/pekerja
20 orang di atas, mayoritas pekerja adalah perempuan yang
berprofesi sebagai ibu rumah tangga (IRT). Sebanyak 16 orang
pekerja perempuan dan empat orang pekerja laki-laki.
3) Distribusi responden berdasarkan lama bekerja di industri
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja
di Industri
Lama Bekerja di Industri
Jumlah (orang)
1-5 tahun 18
6-10 tahun 0
11-15 tahun 1
16-20 tahun 1
Total 20
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dari total 20 orang pekerja
yang telah bekerja selama 1-5 tahun sebanyak 18 orang.
Sebanyak satu orang yang telah bekerja selama 11-15 tahun dan
satu orang yang telah bekerja selama 16-20 tahun.
48
4) Distribusi responden berdasarkan pendapatan dari industri batu
bata
Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan dari Industri
Batu Bata
Pendapatan (Rp) Jumlah (orang)
<500.000 1
500.000-900.000 14
1.000.000-1.500.000 5
>1.500.000 0
Total 20
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar pekerja di industri batu bata desa Bontonyeleng
memperoleh pendapatan selama satu bulan berkisaran antara
Rp 500.000 - Rp 900.000 sebanyak 14 orang. Pedapatan pekerja
di industri batu bata selama satu bulan paling sedikit/rendah yaitu
kurang dari Rp 500.000 sebanyak satu orang. Pendapatan
terbanyak/tertinggi pekerja selama sebulan kisaran anatara Rp
1.000.000 – Rp 1.500.000 sebanyak 5 orang. Pendapatan
mereka tergantung dari banyaknya batu bata yang dihasilkan.
2. Hasil penelitian
Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang bekerja
dalam suatu industri atau instansi. Dalam penelitian ini penyerapan tenaga
kerja merupakan banyaknya tenaga kerja yang mampu diserap atau yang
bekerja dalam industri kecil batu bata di desa Bontonyeleng Kecamatan
49
Gantarang Kabupaten Bulukumba. Sedangkan pendapatan rumah tangga
adalah pendapatan yang diterima oleh keluarga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala keluarga maupun pendapatan angota-
anggota keluarga lainnya.
Dari hasil observasi dan wawancara terhadap industri batu bata,
jumlah industri dan tenaga kerja yang bekerja dalam pembuatan batu bata
maka dapat diketahui sebagai barikut :
a. Penyerapan tenaga kerja
Tabel 4.12 Penyerapan Tenaga Kerja di Industri Kecil Batu
Desa Bontonyeleng
No. Nama Pemilik Jumlah Tenaga Kerja
1 H. Sampeang 7 orang
2 Pudding 5 orang
3 Semmang 6 orang
4 Selling 6 orang
5 Dahe 5 orang
6 Nurdin 6 orang
7 Ambo Ako 5 orang
8 Salahudding 5 orang
Total 45 orang
Sumber : Data diolah
Dari hasil observasi dan wawancara terhadap delapan industri batu
bata, maka dapat diperoleh 45 orang pekerja yang mampu diserap oleh
industri kecil batu bata. satu industri dengan pekerja tujuh orang, empat
industri dengan pekerja lima orang, dan tiga industri dengan pekerja enam
orang.
b. Pendapatan rumah tangga
50
Pekerja di industri batu bata Desa Bontonyeleng memiliki pendapatan
yang relatif berbeda-beda, tergantung dari banyaknya batu bata yang
dihasilkan. Di bawah ini merupakan hasil observasi dan wawancara
mengenai pendapatan pekerja di industri kecil batu bata Desa Bontonyeleng.
Tabel 4.13 Pendapatan pekerja di industri kecil batu
Desa Bontonyeleng
No. Nama Pekerja Pendapatan dari
Industri Batu Bata (perbulan)
Pendapatan Rumah Tangga (perbulan)
1 Anto Rp 600.000 Rp 1.000.000
2 Rida Rp 400.000 Rp 1.000.000
3 Haje Rp 600.000 Rp 1.500.000
4 Mina Rp 600.000 Rp 800.000
5 Eda Rp 500.000 Rp 1.200.000
6 Samsia Rp 500.000 Rp 1.000.000
7 Henra Rp 700.000 Rp 2.000.000
8 Emming Rp 1.000.000 Rp 2.000.000
9 Ani Rp 1.300.000 Rp 1.500.000
10 Sabri Rp 500.000 Rp 5.000.000
11 Ante Rp 800.000 Rp 5.000.000
12 Karmila Rp 1.200.000 Rp 5.000.000
13 Sangkala Rp 1.200.000 Rp 2.000.000
14 Indar diani Rp 800.000 Rp 1.300.000
15 Nuria Rp 900.000 Rp 1.500.000
16 Warda Rp 500.000 Rp 1.000.000
17 Imma Rp 500.000 Rp 2.500.000
18 Salma Rp 800.000 Rp 3.000.000
19 Temma Rp 1.200.000 Rp 2.000.000
20 Rumiati Rp 650.000 Rp 1.000.000
Total Rp 15.250.000 Rp 41.300.000
Sumber : Data diolah
51
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pendapatan perbulan dari para pekerja
dengan pendapatan terbesar adalah Rp 1.300.000 dan pendapatan terendah
Rp 400.000. pekerja dengan pendapatan Rp 1.300.000 terdiri dari satu
orang, pekerja dengan pendapatan Rp 1.200.000 terdiri dari tiga orang,
pekerja dengan pendapatan Rp 1.000.000 terdiri dari satu orang. pekerja
dengan pendapatan Rp 900.000 terdiri dari satu orang, pekerja dengan
pendapatan Rp 800.000 terdiri atas tiga orang, pekerja dengan pendapatan
Rp 700.000 terdiri dari satu orang, pekerja dengan pendapatan Rp 650.000
terdiri atas satu orang, pekerja dengan pendapatan Rp 600.000 terdiri atas
tiga orang, pekerja dengan pendapatan Rp 500.000 terdiri atas lima orang,
pekerja dengan pendapatan Rp 400.000 terdiri atas satu orang.
C. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara
dan observasi, berikut ini penjabaran mengenai peran industri kecil batu bata
terhadap penyerapan tenaga kerja dan peran industri kecil batu bata
terhadap pendapatan rumah tangga di Desa Bontonyeleng Kecamatan
Gantarang Kabupaten Bulukumba.
1. Peran Industri Kecil Batu Bata Terhadap Penyerapan tenaga kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang baik laki-laki atau perempuan,
yang sedang dalam dan atau melakukan pekerjaan, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa,
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Tunggal, 2013).
Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga
kerja yang digunakan dalam satu unit usaha tertentu atau dengan kata
52
lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja
dalam satu unit usaha (Badan Pusat Statistik, 2020).
Beradasarkan hasil observasi dan wawancara industri kecil batu
bata di Desa Bontonyeleng menunjukkan bahwa industri tersebut mampu
menyerap tenaga kerja dengan jumlah minimal 5 orang dan mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 19 orang. Jumlah keseluruhan pekerja
yang terserap dalam industri ini sebanyak 45 orang pekerja. Jumlah
pekerja 5-19 orang merupakan jumlah yang relatif sedikit, hal ini sesuai
dengan teori tentang pengertian industri kecil menurut Badan Pusat
Statistik yang menyatakan bahwa industri kecil merupakan kegiatan
usaha yang mempunyai modal dan pekerja dengan jumlah yang relatif
kecil. Pekerja yang telah diserap dalam industri batu bata ini merupakan
penduduk asli desa Bontonyeleng.
Alasan mengapa semua pekerja yang terdapat di industri batu
bata adalah warga asli desa Bontonyeleng karena pemilik industri lebih
memilih mengajak dan percaya dengan tetangga terdekat atau keluarga
untuk bekerja di industrinya daripada orang luar. Apabila pekerja berasal
dari sekitar usaha maka akan lebih mudah dan juga jarak antara industri
dan rumah pekerja relatif dekat. Mayoritas pekerja di industri batu bata
masih memiliki hubungan keluarga dengan pemilik industri batu bata
tersebut.
“yang bekerja disini keluarga dan tetangga-tetangga. lebih
bisa dipercaya sama dekatki dari tempat bikin batu jadi
baguski.” Ujar pemilik industri batu bata H. Sampeang.
53
“keluargaku semua yang kerja disini, istriku sama anak-
anakku. Tidak ada orang lain.” Ujar pemilik industri batu
bata, Ambo Ako.
Tidak ada kriteria dalam pemilihan tenaga kerja di industri batu
bata ini dan tidak memerlukan tingkat pendidikan tertentu. Untuk
memperoleh keterampilan dalam membuat batu bata, pekerja belajar
sendiri dengan pekerja yang sudah terampil dalam membuat batu bata.
Dalam proses pembuatan batu bata pekerja memiliki tugas mulai dari
tahap awal hingga tahap pengeringan. Untuk tahap pembakaran lebih
sering dilakukan oleh pemilik usaha sendiri. Ujar salah satu pemilik
industri batu bata, Ambo Ako :
“yang bekerja disini itu sebarangji, yang penting rajin dan
kuat karena untuk kerja disini harus kuat. Beratki
pekerjaannya. Kalo masalah pintarnya bikin, belajar ji dari
orang yang sudah kerja di sini di pembuatan batu iya.”
Tenaga kerja yang berkerja dalam industri batu bata mayoritas
adalah perempuan yang berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).
Ibu Rumah Tangga (IRT) ini memilih untuk bekerja di industri batu bata
karena mereka hanya bekerja di saat musim panen sehingga mereka
membutuhkan pekerjaan lain di masa selang antara musim tanam dan
panen. Ujar alasan salah satu pekerja Ibu Indar Diani memilih bekerja di
industri batu bata :
“Kerjaka disini karena pekerjaan ku cuman potong padiji.
Kalo bukan musim panen tidak ada kerjaanku jadi kerjama
disini. Supaya ada lagi penghasilanku tambah-tambah uang
54
belanja pasar-pasar dan yang punya ini usaha saudaraku ji
juga.”
Tenaga kerja laki-laki yang berkerja dalam industri batu bata
hanya beberapa orang dan mereka memiliki beberapa pekerjaan lain
seperti bertani, berternak dan berkebun. Hanya ada satu orang pekerja
laki-laki yang tidak memiliki pekerjaan lain yaitu bapak Sangkala.
“saya bekerja membuat batu bata sudah lama sekali,
mungkin 20 tahunan. Saya sudah pindah-pindah tempat
sampai keluar daerah. Saya kerja disini karena saya tidak
mempunyai pekerjaan lain, saya tidak punya sawah, tidak
punya kebun untuk digarap.” Ujar bapak Sangkala.
Dari hasil penelitian di industri kecil batu bata desa Bontonyeleng
Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba didapatkan hasil bahwa
tenaga kerja yang terserap dalam industri batu bata sebanyak 45 orang.
Jumlah ini memang relatif kecil Industri kecil. Industri batu bata hanya
mampu menyerap tenaga kerja dengan jumlah sedikit karena
kebanyakan pekerjaan warga Desa Bontonyeleng adalah sebagai petani
dan peternak. Jumlah masyarakat yang bekerja sebagai petani sebanyak
977 orang dan peternak sebanyak 68 orang serta pekerjaan lain seperti
padagang dan karyawan yang tidak memenuhi kriteria penelitian.
Jadi, Peran industri kecil batu bata terhadap penyerapan tenaga
kerja di desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba kecil. Industri kecil batu bata mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 45 orang pekerja, hal ini merupakan jumlah yang sedikit jika
dibandingkan dengan jumlah pekerja yang bekerja diluar industri kecil
55
batu bata. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yang
relevan dengan penelitian oleh M. Hidayat (2018) yang meneliti tentang
peran industri moubel dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Gowa
Provinsi Sulawesi Selatan yang menunjukkan hasil bahwa peran
strategis industri industri moubel dalam menyerap tenaga kerja sangat
kecil, persentase tingkat kontribusi tenaga kerja industri moubel
Kabupaten Gowa dalam periode sepuluh tahun terakhir (2007-2016)
hanya mencapai rata-rata 0,05% pertahun.
Tujuan industri kecil batu bata ini yaitu untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat sekitar dengan jalan menciptakan atau memperluas
kesempatan kerja dan dapat mengurangi angkatan kerja yang
sebelumnya menganggur atau tidak memiliki perkerjaan dapat
berpartisipasi dalam bekerja di industri tersbeut. Keberadaan industri
batu bata memberikan dampak positif kepada masyarakat dengan
membuka lapangan pekerjaan kepada sebagian masyarakat yang tinggal
di Desa Bontonyeleng. Industri ini memang tidak memberikan peran
yang besar dalam menyerap tenaga kerja di Desa Bontonyeleng.
Namun, apabila industri ini tidak ada, penduduk tidak memiliki pekerjaan
sampingan atau kehilangan salah satu pekerjaan sampingan.
2. Peran Industri Kecil Batu Bata Terhadap Pendapatan rumah tangga
Sukirno (2010), menjelaskan bahwa pendapatan merupakan
jumlah penghasilan yang diterima oleh seseorang atas prestasi selama
bekerja dalam periode tertentu baik secara harian, mingguan maupun
bulanan.
56
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan rumah tangga
adalah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik
yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan
anggota-anggota rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat
berasal dari balas jasa faktor produksi tenaga kerja (Upah dan gaji,
keuntungan, bonus, dan lain-lain), balas jasa kapital (bunga, bagi hasil,
dan lain-lain), dan pendapatan yang berasal dari pemebrian pihak lain
(transfer).
Dari hasil observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa
kisaran pendapatan para pekerja di industri batu bata yaitu sebagai
berikut :
a. Pendapatan rendah (< Rp 500.000)
b. Pendapatan menengah (Rp 500.000 – Rp 900.000)
c. Pendapatan besar ( Rp 1.000.000 Rp 1.500.000)
Jumlah pendapatan ini tidak bersifat tetap dikarenakan jumlah
pendapatan yang akan diperoleh tergantung dari banyaknya jumlah batu
bata yang dihasilkan. Jumlah batu bata yang dihasilkan pekerja di
industri batu bata berbeda-beda, ada yang menghasilkan 700 biji dalam
satu hari dan ada yang mampu menghasilkan 1000 biji bahkan lebih
dalam satu hari. Perbedaan ini disebabkan oleh cuaca, jam kerja dan
produktivitas pekerja dalam mencetak batu bata. Pekerja yang memiliki
banyak pekerjaan lain diluar industri batu bata cenderung menghasilkan
batu bata yang sedikit sehingga pendapatan yang pekerja tersebut
peroleh juga sedikit.
57
“Saya sedikit ji ku cetak satu hari karena lelet ka maccetak.
Tidak pagi sekali ka juga datang, biasa jam 9 atau 10 pi
kudatang ka ada anakku kecil, biasa juga tidak pergika
mencetak kalo tidak ada jagaki anakku. Biasa 700 ji kucetak
satu hari. Nuria ji itu banyak-banyak na dapat disini karena
pagiki datang, baru cepat sekali caranya dia mencetak.” Ujar
Ibu Imma pekerja di industri batu bata.
Upah yang diberikan pemilik kepada pekerja yaitu untuk proses
pembuatan (pencetakan sampai pengeringan) sebesar Rp 100/biji dan
untuk proses pembakaran Rp 20/biji. Biasanya untuk proses
pembakaran dilakukan oleh pemilik industri batu bata itu sendiri.
“tidak banyak gajinya kerja di sini. Tapi setidaknya ada
dikerja dari pada tidak ada sama sekali. Gajinya itu
Rp100/biji untuk mencetak.” Ujar Ibu Nuria.
“punyanya sendiri yang bakar ki. Kalo menggajiki untuk
bakar itu Rp20/biji.” Ujar Ibu warda.
Pemberian upah/gaji dilakukan pada saat proses pembakaran.
Pada saat batu bata yang dibuat telah kering maka jumlah batu bata
tersebut akan dicatat dalam sebuah buku. Kemudian saat proses
pembakaran, jumlah batu bata yang dihasilkan oleh pekerja akan
diakumulasi kemudian akan diberikan upah sesuai jumlah yang
dihasilkan pekerja.
“gaji dikasiki kalo dibakarmi batu ia. Terus dihitungki berapa
batu ta masuk di pembakaran itu. Bisaji juga minta duluan ki
58
gaji ia kalo ada keperluan. Kalo mau jaki na kasi bos kah.
Heheh”. Ujar ibu Ani.
Dengan adanya industri batu bata ini masyarakat di Desa
Bontonyeleng merasa terbantu. Pendapatan rumah tangga masyarakat
yang bekerja dalam industri ini tergolong meningkat sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Beberapa masyarakat yang
bekerja di industri ini ada yang mampu membeli atau memperbaiki
rumah mereka sehingga lebih baik.
“semenjak kerjaka disini bertambahki uang tabungan.
Karena kan sebelumku kerja disini itu, suamikuji yang kerja
jadi tidak banyak.” Ujar ibu Samsia.
“gaji dari bikin batu di sini itu, sudah mi ku pake beli kursi,
springbad, meskipun ku cicil do. kuperbaiki rumahku, ku
tambahki terasnya.” Ujar ibu Nuria.
Peran industri kecil batu bata terhadap Pendapatan rumah tangga
dapat diketahui dari jumlah pendapatan pekerja dari industri batu bata
dan jumlah pendapatan total rumah tangganya. Jumlah pendapatan satu
bulan dari industri batu bata sebesar Rp 15.250.000 (20 responden)
sedangkan jumlah pendapatan rumah tangga dari industri batu bata dan
pekerjaan lain-lain selama satu bulan sebesar Rp 41.300.000 (20
responden).
Jadi peran industri kecil batu bata terhadap pendapatan rumah
tangga di Desa Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba rendah. Hal ini disebabkan karena pendapatan lain-lain
pekerja lebih besar dibandingkan dengan pendapatan dari industri batu
59
bata. Dimana pendapatan lain-lain pekerja sebesar Rp 26.050.000 atau
63 % dari pendapatan rumah tangga sedangkan pendapatan dari industri
batu bata hanya Rp 15.250.000 atau hanya 37 %.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Maleo Tri Iriyanto (2017) yang meneiliti mengenai peranan industri kecil
kerajinan kulit terhadap pendapatan rumah tangga di Dusun Manding
Desa Sabdodadi Kematan Bantul yang menunjukkan hasil bahwa
industri kerajinan kulit berperan sebesar 55,61% terhadap pendapatan
rumah tangga.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
kesimpulan yang dapat disampaikan adalah :
1. Hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan pada delapan industri
kecil batu bata terdapat 45 orang pekerja yang terserap dalam industri
tersebut. Jumlah ini termasuk kecil jika dibandingkan dengan jumlah
masyarakat yang bekerja diluar industri kecil batu bata seperti masyarakat
yang bekerja sebagai petani sebanyak 977 orang, peternak sebanyak 68
orang.
2. Dari hasil wawancara dan observasi jumlah pendapatan rumah tangga
pekerja sebesar Rp 41.300.000 (20 responden). Dimana dari pendapatan
industri batu bata hanya Rp 15.250.000 (37% dari pendapatan rumah tangga)
sedangkan pendapatan lain-lain pekerja sebesar Rp 26.050.000 (63% dari
pendapatan rumah tangga). Pendapatan dari industri kecil batu bata lebih
rendah dibandingkan dengan pendapatan lain-lain.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil , maka saran yang dapat
diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah :
1. Para pemilik industri membutuhkan pendampingan maupun dukungan seperti
dukungan modal, proses produksi yang benar, promosi. Pendampingan ini
akan meningkatkan produktivitas para pemilik industri sehingga akan
semakin banyak industri-industri yang berkembang dan meningkatkan jumlah
60
lapangan pekerjaan baru sehingga mampu menyerap tenaga kerja lebih
banyak lagi.
2. a. Sebaiknya pemilik industri kecil batu bata yang ada di Desa Bontonyeleng
Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba membuat pembukuan
mengenai siklus keuangan tentang pendapatan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui secara rinci mengenai pendapatan dan
pengeluaran dalam proses produksi sehingga siklus keuangan lebih jelas.
b. Bagi para pekerja disarankan agar lebih meningkatkan kinerjanya dalam
membuat batu bata baik dari segi kualitas dan kuantitasnya sehingga
batu bata yang dihasilkan adalah bata yang berkualitas. Dengan demikian
pangsa pasar akan bertambah dan nantinya akan berakibat lebih
meningkatnya pendapatan yang diperoleh.
61
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. M. 2015. Peranan Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Sulawesi Utara.
Aryanti, H. G., et. al. 2019. Ketenagakerjaan. Cempaka Putih : Klaten.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bulukumba. (https://bulukumbakab.bps.go.id/, di akses pada tanggal 15 april 2020).
Bungin, B. 2015. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Rajawali Pers : Jakarta
Darsih. 2017. Peran Sektor Industri Kecil Batu Bata Pres Dalam Meningkatkan
Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru,
(Online). Vol. 4 No. 1
(http://jom.unri.ac.id/index.php/jomfekon/article/view/13015, diakses 12
april 2020).
Fadliilah, D. N. 2012. Diponegoro Jurnal Of Economics : Analisis Penyerapan
Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi Kasus di Sentra Industri Kecil
Ikan Asin di Kota Tegal). Volume 1, Nomor 1. Fakultas Ekonomika dan
Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang.
Hamdani, & Munazir. 2019. Peran Industri Kecil Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja Di Kabupaten Aceh Utara, (Online). Vol. 5 No. 1.
(https://scholar.google.com/, diakses 12 april 2020).
Herdiyanti, L.F., & Kirwani. 2014. Penyerapan Tenaga Kerja Dan Peningkatan
Pendapatan Pada Industri Kecil Kerajinan Kulit Di Desa Kedensari,
(Online). Vol. 2 No. 3.
(https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jupe/article/view/9341,
diakses 12 april 2020).
Herlambang. 2010. Peranan Usaha Kecil Dalam Perekonomian Indonesia.
(https://masherla.wordpress.com/2010/03/08/peranan-usaha-kecil-dalam-
perekonomian-indonesia/)
Hidayat, M. 2018. Peran Industri Moubel Dalam Menyerap Tenaga Kerja Di
Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Volume 6, Nomor 2.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Iryanto, M. T. 2017. Peranan Industri Kerajinan Kulit Terhadap Pendapatan
Rumah Tangga Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Dusun Manding Desa
Sabdodadi Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul, (Online). Vol. 6 No. 6.
(https://scholar.google.com/, diakses 12 april 2020).
62
Misbach, M. 2011. Pengertian Tenaga Kerja dan Angkatan Kerja.
(http://economicsjurnal.blogspot.com/2011/12/pengertian-tenaga-kerja-
dan-angkatan.html diakses 23 Februari 2018).
Mulasari, R., & Soesatyo, Y. 2014. Peranan Industri Kecil Jamur Tiram Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Dan Peningkatan Pendapatan Di Kecamatan
Pacet Kabupaten Mojokerto, (Online). Vol. 2 no. 3.
(https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jupe/article/view/9240,
diakses 12 april 2020).
Ratnasari, A. 2013. Peranan Industri Kecil Menengah (IKM) Dalam Penyerapan
Tenaga Kerja Di kabupaten Ponorogo. Jurnal Pendidikan Ekonomi. Vol 1
No. 3. (https://scholar.google.com/, diakses 12 april 2020).
Sholihah, N. R. 2016. Peranan Industri Kecil Batik Dalam Penyerapan Tenaga
Kerja Dan Peningkatan Pendapatan Pengrajin Di Desa Sendang Duwur
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, (Online). Vol. 4 No. 3.
(https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jupe/article/view/16594,
diakses 12 april 2020).
Subandi. (2019). Ekonomi Pembangunan. Cetakan Kelima. Alfabeta : Bandung.
Sujarweni. V. W. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi. PT Pustaka
Baru : Yogyakarta.
Sukirno. S. 2010. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT raja
Grasindo Perseda : Jakarta.
Suparyanto, R.W. 2012. Kewirausahaan: Konsep dan Realita pada Usaha Kecil.
Alfabeta : Bandung.
______. 2014. Konsep Dasar Pendapatan Keluarga. (http://dr-
suparyanto.blogspot.com/2014/03/konsep-dasar-pendapatan-
keluarga.html, diakses pada tanggal 29 juli 2020).
Sutanto, S., & Zumrotun. 2010. Membuat Batu Bata (Bata Merah). Multi Kreasi
Satidelapan : Jakarta.
Tunggal, H. S., 2013. Memahami Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Harvarindo
: Jakarta.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (2) Tentang
Ketenagakerjaan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Ketenagakerjaan
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Peranan)
63
LAMPIRAN
64
LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA
a. Untuk pemilik industri batu bata
Identitas Diri :
Nama :
Usia :
Jenis kelamin : pria/wanita
Daftar pertanyaan
1. Sudah berapa lama anda mengelola Industri batu bata ?
2. Dalam mengelola industri ini, darimana anda memperoleh modal
pertama kali?
3. Berapa modal yang di gunakan dalam memproduksi?
4. Bagaimana cara memperoleh bahan baku ?
5. Apakah dalam memperoleh bahan baku mengalami kesulitan ?
6. Darimana saja tenaga kerja dalam industri batu bata ini?
a. Desa setempat.
b. Luar desa.
c. Anggota keluarga sendiri.
d. Luar kota.
7. Apakah tenaga kerja yang dipekerjaan harus memiliki tingkat pendidikan
tertentu?
a. Ya.
b. Tidak.
65
8. Darimana keterampilan tenaga kerja diperoleh?
a. Belajar sendiri.
b. Bakat.
c. Lain-lain.
9. Dalam menjalankan usaha ini dibantu berapa pekerja?
10. Bagaimana cara memperoleh pekerja?
a. Mereka datang sendiri minta pekerjaan.
b. Mencari sendiri.
c. Dicarikan orang lain.
11. Bagaimana cara menjual hasil produksinya?
a. Apakah sendiri kedaerah.
b. Membuka showroom.
c. Pembeli datang sendiri ke lokasi.
12. Kemana saja kah pemasaran hasil produksi?
13. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam menjalankan usaha
ini?
14. Selain sebagai pengusaha, apakah ada pekerjaan lain yang anda miliki ?
66
b. Untuk tenaga kerja di industri batu bata
Identitas Diri
Nama :
Usia :
Jenis kelamin : pria/wanita
Daftar pertanyaan
1. Sudah berapa lama anda bekerja di industri kecil batu bata ?
2. Apa yang mendorong anda memilih pekerjaan tersebut ?
3. Bagaimana anda mendapatkan keahlian sebagai pengrajin batu bata ?
4. Apa saja tugas anda sebagai pekerja ?
5. Bagimana sistem pengupahan dalam industri tersebut ?
6. Berapa besar upah/pendapatan yang anda peroleh dari industri ini ?
7. Selain sebagai pekerja di industri ini, adakah pekerjaan lain yang anda
miliki ?
8. Selain anda, siapa saja yang bekerja/memperoleh penghasilan dalam
keluarga anda ?
9. Berapa besar pendapatan rumah tangga/keluarga anda dalam satu
bulan ?
67
LAMPIRAN 2
DOKUMENTASI
68
69
LAMPIRAN 3
70
LAMPIRAN 4
71
LAMPIRAN 5
BIOGRAFI PENULIS
Lela Nurfaela panggilan Ela lahir di Bulukumba pada tanggal
19 Agustus 1997 dari pasangan suami istri Bapak H. Sampeang
dan Ibu Salmawati. Peneliti adalah anak ke dua dari dua
bersaudara. Peneliti sekarang bertempat tinggal di Desa
Bontonyeleng RT 002 RW 002 Kecamatan Gantarang
Kabupaten Bulukumba.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu SD Negeri 231 Bontonyeleng lulus
tahun 2010, SMP Negeri 6 Bulukumba lulus tahun 2013, SMK Negeri 1 Bulukumba
lulus tahun 2016, dan mulai tahun 2016 mengikuti Program S1 Ekonomi Pembangunan
Universitas Muhammadiyah Makassar sampai dengan sekarang. Sampai dengan
penulis skripsi ini peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswa Program S1 Ekonomi
Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.