peran dan fungsi dprde-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/cover... · dan hak-hak...

204

Upload: others

Post on 20-Jan-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut
Page 2: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

ii PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN

DAN PENGANGGARAN DAERAH

Editor :Sigit Sapto Nugroho

Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Layout :IVORIE

Diterbitkan oleh:Penerbit TaujihJl. Merak 51 Gonilan Kartosuro 57162Email : [email protected] I, Januari 2019

Dicetak oleh :Percetakan IVORIE, Soloisi di luar tanggungjawab percetakan.

ISBN :978-623-90372-4-6

Penulis :Mintarti Indartini

Nurharibnu WibisonoAssistriadi Widjiseno

Page 3: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

iiiPERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

PENGANTAR

DPRD Kabupaten/Kota terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum. DPRD Kabupaten/Kota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten/Kota.

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, akan berjalan dengan baik antara lain jika DPRD Kabupaten/Kota mampu menjalankan fungsinya dengan baik dalam hal legislasi, anggaran dan pengawasan.

Setiap anggota DPRD Kabupaten/Kota harus memiliki kemampuan yang cukup dalam memahami substansi tugas pokok dan fungsinya dan pengetahuan tentang pemerintahan daerah, agar pelaksanaan fungsi sebagaimana amanah undang-undang dilaksanakan dengan baik dan benar. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan anggota DPRD dalam menjalankan fungsinya dan pengetahuan tentang pemerintahan masih relatif terbatas.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mencoba memberikan pemahaman bagi anggota DPRD Kabupaten/Kota agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Selanjutnya penulis berharap agar seluruh anggota DPRD Kabupaten/Kota mampu meningkatkan kapasitasnya sehingga kinerjanya sebagai wakil rakyat bisa meningkat.

Pepatah mengatakan, tak ada gading yang tak retak. Penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan buku ini.

Page 4: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

iv PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Besar harapan kami atas kritik yang membangun dan semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

Madiun, November 2019

Mintarti IndartiniNurharibnu WibisonoAssistriadi Widjiseno

Page 5: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

vPERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

DAFTAR ISI

PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................v

BAB I PEMERINTAH DAERAH DAN OTONOMI DAERAH .............. 1A. Pemerintah Daerah .................................................................1B. Otonomi Daerah .......................................................................5C. Good Governance .....................................................................9D. Teori Keagenan (Agency Theory) ....................................... 12

BAB II PERAN DAN FUNGSI DPRD DALAM PEMERINTAHAN DAERAH ............................................................................16A. Pendahuluan ........................................................................... 16B. Kedudukan DPRD dalam Tata Pemerintahan .............. 17C. Fungsi, Wewenang dan Tugas, Keanggotaan, Hak,

Kewajiban, Fraksi dan Alat Kelengkapan DPRD Kabupaten/Kota Menurut UU Nomor 17 Tahun 2014 ...23

D. Fungsi dan Kompetensi DPRD .......................................... 28E. Siklus Kerja DPRD Berbasis Partisipasi Masyarakat .30

BAB III SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ...32A. Pendahuluan ........................................................................... 32B. Hubungan Antara Perencanaan Pembangunan

Nasional dengan Perencanaan Pembangunan Daerah 34C. Lembaga Perencanaan ....................................................... 37D. Proses Perencanaan .......................................................... 39E. Tahapan Penyusunan Rencana .......................................... 42

BAB IV PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH .....................45A. Pengertian Perencanaan Pembangunan Daerah ...... 45B. Tujuan dan Manfaat Perencanaan Pembangunan

Daerah ....................................................................................... 47C. Keterkaitan Perencanaan dan Penganggaran ............ 49D. Tahapan Penyusunan RPJP Daerah ................................. 50

Page 6: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

vi PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

E. Tahapan Penyusunan RPJPM Daerah .............................. 51F. Keterhubungan RPJMD dan Rencana Strategis

Perangkat Daerah .................................................................. 52G. Keterhubungan RPJMD dan RKPD ................................ 54H. Tahapan Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD) ........................................................................ 56I. Proses Pengambilan Keputusan dalam Penyusunan

Perencanaan ............................................................................ 57

BAB V PRINSIP PENGANGGARAN DAERAH DAN STRUKTUR APBD....................................................................................60A. Pendahuluan ........................................................................... 60B. Dasar Hukum Fungsi Anggaran DPRD ........................... 61C. Pengertian Penganggaran dan Politik Anggaran ...... 64D. Prinsip Anggaran .................................................................. 67E. Fungsi Anggaran Sektor Publik dan DPRD ................... 69F. Pengelolaan Anggaran Daerah di Era Desentralisasi

Fiskal ........................................................................................ 71G. Konsep dan Struktur APBD ................................................ 78

BAB VI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN APBD ................84A. Pendahuluan ........................................................................... 84B. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah ....... 84C. Siklus Mekanisme APBD ..................................................... 87D. Kebijakan Umum APBD (KUA)........................................... 88E. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) ..... 90F. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD/OPD

(RKA-SKPD/OPD) ................................................................... 91G. Penyimpanan Raperda APBD ............................................ 93H. Penetapan APBD .................................................................... 94

BAB VII PENETAPAN APBD ........................................................... 97A. Pendahuluan ........................................................................... 97B. Penyampaian dan Pembahasan RaPerda APBD .......... 97

Page 7: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

viiPERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

BAB VIII PELAKSANAAN APBD ...................................................113A. Asas Umum Pelaksanaan APBD ......................................113B. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah ............115C. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah ....................116D. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah ............117E. Akuntabilitas Pelaksanaan APBD ...................................121

BAB IX PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD ........123A. Pendahuluan .........................................................................123B. Laporan Realisasi Semester Pertama APBD ...............124C. Laporan Tahunan .................................................................126D. Penyiapan Raperda Pertanggungjawaban

Pelaksanaan APBD ..............................................................127E. Evaluasi Rancangan Perda tentang

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD ..................128

BAB X PERUBAHAN APBD KABUPATEN/KOTA ..........................136A. Pendahuluan .........................................................................136B. Dasar Perubahan APBD .....................................................137C. KUA Serta Prioritas dan Plafon Anggran Sementara

(PPAS) Perubahan APBD ....................................................139D. Pergeseran Anggaran ........................................................140E. Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)

Tahun Sebelumnya .............................................................141F. Pendanaan Keadaan Darurat ..........................................142G. Pendanaan Keadaan Luar Biasa ...................................143H. Penyiapan Raperda Perubahan APBD ..........................144I. Penetapan Perubahan APBD .............................................144

BAB XI STRATEGI PENGUATAN DPRD KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA DALAM PENGAWASAN ANGGARAN STUDI KASUS DI BAKORWIL MADIUN .......................................149A. Pendahuluan .........................................................................149B. Tinjauan Literatur ................................................................152

Page 8: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

viii PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

C. Strategi Penguatan Pengawasan Anggaran ..............157D. Kesimpulan ............................................................................161E. Rekomendasi .........................................................................163

BAB XII URGENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, BELANJA MODAL DAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI BAKORWIL MADIUN ........................................................164A. Pendahuluan .........................................................................164B. Bakorwil ..................................................................................167C. Analisis Trend .......................................................................169D. Analisis Kinerja Keuangan Pemda (KKPD) .................177E. Hasil Penelitian ....................................................................183

GLOSARIUM ..................................................................................186

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................188

DAFTAR INDEKS ...........................................................................189

TENTANG PENULIS ......................................................................194

Page 9: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

1BAB IOTONOMI DAERAH DAN TEORI KEAGENAN

1.

BAB IPEMERINTAH DAERAH DAN OTONOMI DAERAH

A. PEMERINTAH DAERAH

Negara merupakan suatu organisasi besar yang harus patuh terhadap falfasah dan sistem organisasi berdasarkan undang-undang. Organisasi negara telah disusun berdasarkan tingkatan-tingkatan menurut besar kecilnya organisasi di bawahnya tersebut. Negara Indonesia merupakan negara besar berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, maupun kerumitan organisanya. Oleh karena itu diperlukan pembagian dan pendelegasian kekuasaan, namun tetap dalam satu sistem tata negara.

Dalam pasal 18 UUD 1945 (sebelum amandemen) disebutkan:“Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”.

Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut dipertegas dalam Penjelasan UUD 1945 (sebelum amandemen) sebagai berikut:

Oleh karena Negara Indonesia itu suatu eenheidsstaat, maka Indonesia tak akan mempunyai daerah di dalam lingkungannya yang bersifat staat juga. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah propinsi dan daerah propinsi akan

Page 10: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

2 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil. Di daerah-daerah yang bersifat otonom (streek dan locale rechtsgemeenschappen) atau bersifat daerah administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan undang-undang. Di daerah-daerah yang bersifat otonom akan diadakan badan perwakilan daerah, oleh karena di daerah pun pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawaratan.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

The Founding Father bangsa Indonesia sejak awal telah merumuskan dengan tegas bagaimana terdapat pengaturan satu pemerintah daerah, saling terkait dalam satu sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah membagi pemerintah daerah di bawahnya menjadi daerah Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Pengertian Pemerintah Daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, pasal 1 ayat (2), Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas

Page 11: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

3BAB IOTONOMI DAERAH DAN TEORI KEAGENAN

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Selanjutnya disebutkan pada Undang-Undang yang sama ayat (3) Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

Urusan Pemerintahan menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum (lihat gambar 1.1).

1. Urusan pemerintahan absolut adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.

2. Urusan pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah, terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.

3. Urusan pemerintahan umum (PUM) adalah urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.

Urusan pemerintahan absolut meliputi: a. politik luar negeri; b. pertahanan; c. keamanan; d. yustisi; e. moneter dan fiskal nasional; dan f. agama.

Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar meliputi: a. pendidikan; b. kesehatan; c. pekerjaan umum dan penataan

Page 12: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

4 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

ruang; d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman; e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan f. sosial.

Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar meliputi: a. tenaga kerja; b. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak; c. pangan; d. pertanahan; e. lingkungan hidup; f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; g. pemberdayaan masyarakat dan desa; h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana; i. perhubungan; j. komunikasi dan informatika; k. koperasi, usaha kecil, dan menengah; penanaman modal; m. kepemudaan dan olah raga; n. statistik; o. persandian; p. kebudayaan; q. perpustakaan; dan r. kearsipan.

Urusan Pemerintahan Pilihan meliputi: a. kelautan dan perikanan; b. pariwisata; c. pertanian; d. kehutanan; e. energi dan sumber daya mineral; f. perdagangan; g. perindustrian; dan h. transmigrasi.

Sumber: UU No. 23/2014Gambar 1.1 Urusan Pemerintahan

Page 13: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

5BAB IOTONOMI DAERAH DAN TEORI KEAGENAN

B. OTONOMI DAERAH

Orde reformasi menghasilkan otonomi daerah yang diperluas. Hal ini ditandai dengan lahirnya Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 direvisi melalui UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan direvisi terakhir melalui UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Juga ditandai dengan lahirnya UU Nomor 25 Tahun 1999 yang direvisi melalui UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menuntut konsekuensi logis peningkatan pelayanan publik dan kinerja ekonomi daerah dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1. Pengertian Otonomi Daerah

Pada tahun 1997/1998 telah terjadi peristiwa besar di negara Indonesia, yaitu gejolak reformasi yang ditandai dengan lengsernya kekuasaan Orde Baru yang digantikan oleh Orde Reformasi. Salah satu dampak dari reformasi ini adalah tuntutan otonomi daerah yang lebih luas. Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, berimplikasi pada tuntutan otonomi yang lebih luas dan akuntabilitas publik yang nyata yang harus diberikan kepada pemerintah daerah.

Selanjutnya, Undang-Undang tersebut diganti dan disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kedua undang-undang tersebut telah merubah akuntabilitas atau pertanggungjawaban pemerintah daerah dari pertanggungjawaban vertikal (kepada pemerintah

Page 14: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

6 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

pusat) ke pertanggungjawaban horisontal (kepada masyarakat melalui DPRD).

Menurut Widjaja (2002: 76), Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangan–undangan.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Daerah otonom yang selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014).

Pemerintah daerah dengan otonomi adalah proses peralihan dan sistem dekosentrasi ke sistem desentralisai. Otonomi adalah penyerahan urusan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi pemerintahan. Tujuan otonomi adalah mencapai efisiensi dan efektivitas dalam pelayanan kepada masyarakat.

Page 15: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

7BAB IOTONOMI DAERAH DAN TEORI KEAGENAN

Tujuan yang dicapai dalam penyerahan urusan ini adalah antara lain:

a. menumbuhkembangkan daerah dalam berbagai bidangb. meningkatkan pelayanan kepada masyarakatc. menumbuhkan kemandirian daerahd. meningkatkan daya saing daerah dalam proses

pertumbuhan .

Sejalan dengan penyerahan urusan, apabila urusan tersebut akan menjadi beban daerah, maka akan dilaksanakan melalui asas medebewind atau asas pembantuan. Proses dari sentralisasi ke desentralisasi ini pada dasarnya tidak semata-mata desentralisasi administratif, tetapi juga bidang politik dan sosial budaya.

2. Prinsip Otonomi Daerah

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat.

Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional dan berkeadilan, jauh dari praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme serta adanya perimbangan antara keuangan pemerintah pusat dan daerah.

Upaya untuk melaksanakan otonomi daerah yang telah digulirkan 1 Januari 2001, yaitu tahun fiskal 2001 adalah merupakan tekad bersama, baik aparat yang di pusat maupun yang di daerah. Tentu dalam hal ini harus dilaksanakan dengan hati-hati, seksama

Page 16: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

8 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

namun tidak mengurangi jangka waktu yang telah ditetapkan agar mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan otonomi daerah.

Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat memberikan keleluasaan kepada daerah dalam pembangunan daerah melalui usaha–usaha yang sejauh mungkin mampu meningkatkan partisipasi aktif masyarakat karena pada dasarnya terkandung tiga misi utama sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah tersebut. Menurut Mardiasmo (2002: 3), tiga misi itu yaitu:

a. Menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya daerah.

b. Meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat.

c. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut serta (berpartisipasi) dalam proses pembangunan.

Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi terletak pada keuangan daerah. Artinya, daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya (Nogi, 2007: 82).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah adalah hak penyerahan kewenangan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, daerah berhak mengatur sendiri wilayahnya, tetapi masih diatur oleh undang – undang. Otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten dan kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Artinya pelimpahan tanggung jawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian dan

Page 17: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

9BAB IOTONOMI DAERAH DAN TEORI KEAGENAN

pemanfaatan dan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.

C. GOOD GOVERNANCE

Governance adalah kata sifat dari govern, yang diartikan sebagai the action of manner of governing atau tindakan (melaksanakan) tata cara pengendalian. Good Governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang baik dan bertanggung jawab, sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.

Menurut UU Nomor 28 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, bahwa asas-asas umum pemerintahan negara yang baik, yakni:

1. Kepastian hukum yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara;

2. Tertib penyelenggaraan negara yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara;

3. Kepentingan umum yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif;

Page 18: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

10 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

4. Keterbukaan yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara;

5. Proporsionalitas yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara antara hak dan kewajiban penyelenggara negara;

6. Profesionalitas yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

7. Akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Prinsip good corporate governance menurut United Nation Development Program (UNDP) telah diadopsi hampir semua pemerintahan yang mengaku menjalankan administrasi publik yang modern. Good governance antara lain dipahami sebagai suatu kondisi yang mempunyai delapan karakteristik utama yaitu partisipasi, rule of law, transparansi, responsiveness, consensus orientation, equity and inclusiveness, effectiveness and efficiency dan accountabiliy. Selanjutnya diyakini ke delapan karakteristik utama tersebut akan mampu menjamin terciptanya pemerintahan yang bebas KKN, melindungi kaum minoritas dan suara masyarakat didengar dalam rangka pengambilan keputusan. Masing-masing prinsip utama tersebut selanjutnya secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 19: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

11BAB IOTONOMI DAERAH DAN TEORI KEAGENAN

1. Participation, yakni adanya partisipasi dari semua pihak, masyarakat luas termasuk adanya jaminan kebebasan berserikat dan berekspresi dalam proses penganggaran termasuk adanya pengawasan terhadap belanja publik oleh masyarakat luas.

2. Rule of law, dalam kaitan dengan sistem penganggaran prinsip ini merupakan pusat dari proses penyusunan anggaran. APBN ditetapkan dengan Undang-Undang begitu juga aturan-aturan pelaksanaan semua harus mengacu pada Undang-Undang

3. Transparency, prinsip ini berlaku di berbagai fungsi dan tanggung jawab pengelolaan keuangan pemerintah, termasuk dalam proses perencanaan, kebijakan keuangan, pencatatan, audit keuangan dan pelibatan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan keuangan.

4. Responsiveness, sistem penganggaran harus mampu menampung semua kebutuhan publik dalam waktu yang masuk akal.

5. Consensus orientatation, penganggaran harus mengakomodir segala kepentingan yang ada pada masyarakat luas atau juga dikenal dengan istilah anggaran partisipatif. Penganggaran partisipatif didasarkan pada pemikiran partisipasi masyarakat yang intensif dalam proses pengambilan keputusan anggaran. Hal ini juga terkait dengan perspektif jangka panjang dalam terciptanya pembangunan sumber daya manusia dan bagaimana mencapai tujuan penganggaran.

6. Equity and inclusiveness, kesamaan dan pengikutsertaan jika diterapkan dalam sistem penganggaran maka semua keputusan dalam bidang keuangan dibuat demi kepentingan seluruh masyarakat bukan hanya sebagian golongan. Sehingga seluruh masyarakat merasakan bagian dari kebijakan penganggaran

Page 20: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

12 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

dan tidak merasa seolah-olah anggaran yang dibuat oleh pemerintah hanyalah untuk kepentingan pemerintah.

7. Effectiveness and efficiency, anggaran berbasis kinerja merupakan cerminan kedua prinsip tersebut. Efektivitas adalah melakukan hal yang benar dan efisiensi adalah melakukan sesuatu dengan benar. Keputusan anggaran harus memilih hal-hal yang benar untuk dibiayai oleh dana masyarakat dan mengelola pengeluaran dana-dana dan sumber daya tersebut untuk memastikan bahwa hal tersebut dilaksanakan dengan benar.

8. Accountability, akuntabilitas merupakan inti dari proses anggaran. Akuntabilitas membuat pejabat yang mendapat tugas melaksanakan dan mempertangggungjawabkan anggaran harus dapat mengungkapkan bagaimana dana masyarakat akan digunakan. Audit program dan keuangan akan dapat menentukan apakah pejabat bersangkutan akuntabel dalam pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya.

D. TEORI KEAGENAN (AGENCY THEORY)

Pemikiran mengenai corporate governance didasarkan pada teori agen di mana pengelolaan laporan keuangan Pemerintah harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen. Pihak prinsipal adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agen untuk melakukan semua kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan. Hubungan keagenan muncul apabila

Page 21: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

13BAB IOTONOMI DAERAH DAN TEORI KEAGENAN

prinsipal membuat kontrak kerja dengan pihak lain (agen). Hasil dari kontrak ini akan menghasilkan output dan outcome. Hubungan teori agensi dapat dilihat pada ilustrasi gambar 1.2.

Teori Agensi

Agen Prinsipal

Kontrak

Output dan Outcome Gambar 1.2. Hubungan Teori Agensi

Menurut Jensen and Meckling (1976) hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak antara prinsipal dengan agen, dengan melihat pendelegasian beberapa wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Sebagai agen manajer secara moral memiliki tanggung jawab untuk memaksimalkan keuntungan para pemilik (principal) sedangkan disisi lain dia juga memiliki kepentingan memaksimalkan kesejahteraan mereka sendiri. Teori keagenan juga dapat diterapkan pada sektor publik. Negara yang demokrasi memiliki hubungan keagenan antara masyarakat dengan pemerintah atau hubungan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Hubungan antara teori keagenan dengan penelitian ini adalah pemerintah yang bertindak sebagai agen (pengelola pemerintahan) yang harus menetapkan strategi tertentu agar dapat memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat sebagai pihak prinsipal. Pihak prinsipal tentu menginginkan hasil kinerja yang baik dari agen dan kinerja tersebut salah satunya dapat dilihat dari laporan keuangan dan

Page 22: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

14 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

pelayanan yang baik, sedangkan bagaimana laporan keuangan dan pelayanan yang baik tergantung dari strategi yang diterapkan oleh pemerintah. Apabila kinerja pemerintah baik, maka masyarakat akan mempercayai pemerintah. Apabila kinerja pemerintah baik, maka masyarakat akan mempercayai pemerintah.

Teori keagenan berusaha mendeskripsikan hubungan antara agen dan prinsipal dengan menggunakan mekanisme suatu kontrak. Teori keagenan menggunakan penekanan pada penyelesaian dua masalah, yaitu: (1) masalah keagenan yang muncul ketika keinginan/tujuan antara agen dan prinsipal bertentangan, dan sulit bagi prinsipal memverifikasi hasil kerja agen yang sesungguhnya; (2) masalah risiko (risk sharing) yang terjadi ketika prinsipal dan agen mempunyai preferensi dan sikap yang berbeda terhadap suatu risiko (Eisenhard, 1989: 59).

Menurut Eisenhard (1989: 60), ada tiga asumsi mengenai teori keagenan, yaitu:

a. Asumsi tentang sifat manusia, asumsi ini menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion).

b. Asumsi tentang keorganisasian, yaitu adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya asymmetric information antara prinsipal dan agen.

c. Asumsi tentang informasi, yaitu bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.

Berdasarkan ketiga asumsi tersebut manusia akan bertindak oportunistik, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi

Page 23: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

15BAB IOTONOMI DAERAH DAN TEORI KEAGENAN

daripada kepentingan organisasi. Agen akan termotivasi untuk meningkatkan kompensasi dan jenjang karir di masa mendatang, sedangkan prinsipal termotivasi untuk meningkatkan utilitas dan profitabilitasnya. Konflik antara agen dan prinsipal akan terus meningkat, karena prinsipal tidak dapat memonitor kegiatan agen setiap hari. Sebaliknya, agen memiliki lebih banyak informasi penting antara agen dan prinsipal akan terus meningkat, karena prinsipal tidak dapat memonitor kegiatan agen setiap hari. Sebaliknya agen memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan organisasinya secara keseluruhan. Hal inilah yang menimbulkan asimetri informasi, yaitu ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen.

Teori keagenan mampu menjelaskan konflik yang terjadi antara pemerintah daerah yang bertindak sebagai agen dan masyarakat selaku prinsipal berkaitan berkaitan dengan penggunaan belanja bantuan sosial pada Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD). Teori agensi berpendapat bahwa akan terjadi asimetri informasi karena pemerintah memiliki lebih banyak informasi tentang sumber daya yang dimiliki dalam bentuk APBD dibandingkan dengan masyarakat. Asimetri inilah yang memungkinkan terjadinya penyimpangan (fraud) belanja bantuan sosial oleh agen.

Sebagai konsekuensi adanya agency problem Pemerintah harus diawasi untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Salah satu bentuk pengawasan adalah melalui pengawasan internal dan eksternal serta melakukan audit laporan keuangan.

2.

Page 24: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

16 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

3.

BAB IIPERAN DAN FUNGSI DPRD

DALAM PEMERINTAHAN DAERAH

A. Pendahuluan

Pasca reformasi setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah menggantikan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974, menimbulkan pergeseran pengertian dan makna DPRD (legislatif daerah). Berikutnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan selanjutnya direvisi melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 pasal 363 menyebutkan bahwa DPRD kabupaten/kota terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum. Selanjutnya pada pasal 364 menyebutkan bahwa DPRD kabupaten/kota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten/kota.

Negara demokrasi seperti Indonesia bercirikan kekuasaan berada di tangan rakyat. Hal ini bermakna, pada dasarnya pengaturan

Page 25: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

17BAB IIPERAN DAN FUNGSI DPRD DALAM PEMERINTAHAN DAERAH

kehidupan bernegara dan bermasyarakat menjadi tanggung jawab setiap orang. Tetapi faktanya, mustahil setiap warga negara ikut mengatur dan mengurus keperluannya sendiri. Mengingat keterbatasan tersebut, setiap individu akan mendelegasikan kepercayaan kepada wakilnya untuk mengatur kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Selanjutnya wakil rakyat tersebut berkewajiban melakukan pengaturan kehidupan bernegara dan bermasyarakat guna mencapai keadilan dan kemakmuran bersama dalam suatu pemerintahan perwakilan.

Setelah mendapatkan amanah dari rakyat untuk menjalankan kekuasaan, maka akan dilaksanakan berdasarkan kesepakatan bersama antara rakyat dan pemerintah sehingga memberikan nilai dan manfaat bagi rakyat (konstituen). Proses penyelenggaraan kekuasaan oleh pemerintah perlu dilakukan pengawasan oleh DPRD.

Kesimpulannya, mandat kekuasaan dari rakyat kepada negara demokrasi terbagi menjad: pertama, pemerintah (eksekutif ) yang di serahi kekuasaan untuk melaksanakan pengaturan dan pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat. Kedua, DPRD (legislatif ) yaitu lembaga perumus dan pembuat peraturan untuk dilaksanakan oleh pemerintah serta melalukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan pemerintah (eksekutif ).

B. Kedudukan DPRD dalam Tata Pemerintahan

Pengaturan lembaga-lembaga negara dalam konstitusi sangatlah penting karena kekuasaan negara harus diterjemahkan ke dalam tugas dan wewenang lembaga negara. Salah satu indikator keberhasilan tujuan bernegara bergantung pada pelaksanaan tugas dan wewenang konstitusional lembaga negara serta hubungan antar lembaga negara tersebut dijalankan.

Page 26: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

18 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Indonesia menganut sistem demokrasi di mana pemilihan wakil rakyat dilaksanakan melalui pemilu. Pemilu merupakan hak warga negara secara mutlak di negara demokrasi. Pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia berdasarkan pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 tertulis bahwa “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum”.

Kedudukan hukum DPRD pada era reformasi telah mengalami proses reposisi yang cukup radikal. Di era orde baru, kedudukan DPRD adalah salah satu unsur dari pemerintahan daerah atau eksekutif (pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974). Ini berarti DPRD memang diposisikan sebagai mitra Kepala Daerah dalam perumusan sekaligus implementasi kebijakan di daerah, daripada sebagai fungsi kontrol dan penyeimbang kekuatan eksekutif yang sangat besar. Dalam kedudukannya yang demikian, sangatlah wajar jika DPRD sama sekali tidak mencerminkan representasi dari rakyat di daerahnya. Oleh karena itu, dalam pasal 14 Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 kedudukan DPRD dikembalikan kepada fungsi aslinya yaitu sebagai badan legislatif. Seiring dengan fungsi barunya ini, DPRD juga diberikan hak untuk meminta pertanggungjawaban Kepala Daerah, sesuatu yang sangat tidak mungkin terjadi dalam era orde baru.

Beberapa hal penting yang membedakan kebijakan desentralisasi di bawah rezim UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 23 Tahun 2014 adalah mengenai kedudukan DPRD, pemilihan kepala daerah, peran gubernur sebagai wakil pemerintahan pusat di daerah, dan sebagainya. Dalam rezim UU Nomor 32 Tahun 2004, DPRD tidak lagi menjadi lembaga legislatif daerah yang memiliki kekuasaan

Page 27: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

19BAB IIPERAN DAN FUNGSI DPRD DALAM PEMERINTAHAN DAERAH

yang sangat besar, termasuk memilih dan memakzulkan kepala daerah tetapi sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana kepala daerah. Kepala Daerah dan anggota DPRD dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 dipilih secara langsung oleh rakyat. Kepala Daerah tidak lagi bertanggung jawab kepada DPRD karena mereka memiliki kedudukan yang setara dan keduanya bertanggung jawab kepada rakyat yang memilihnya.

Beberapa pengaturan yang ada di UU Nomor 32 Tahun 2004 dirasa belum mampu merespon dinamika yang amat pesat di daerah terkait dengan isu-isu seperti pemekaran daerah, pengelolaan urusan pemerintahan antara susunan pemerintahan, pengembangan aparatur daerah, penyelenggaraan pelayanan publik, dan pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dinamika politik, ekonomi, dan sosial yang terjadi di daerah selama beberapa tahun terakhir ini menyadarkan banyak pihak tentang perlunya revisi UU Nomor 32 Tahun 2004 agar perjalanan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia benar-benar mampu mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat. Kemudian baru pada tahun 2014 yang lalu, pemerintahan dan DPR benar-benar menata kembali untuk menegaskan desentralisasi dan otonomi daerah dengan diterbitkannya UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Perbedaan definisi dan kedudukan DPRD menurut berbagai UU yang mengatur DPRD dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 28: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

20 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Tabel 2.1Perbedaan Definisi dan Kedudukan DPRD

Menurut Berbagai Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah

Perbeda-an

UU Nomor 22Tahun 1999

UU Nomor 32Tahun 2004

UU Nomor 23Tahun 2014

Definisi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD, adalah Badan berkedudukan sebagai Legislatif Daerah(pasal 1)

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagian unsur penyelenggara Pemerintah Daerah (pasal 1)

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah(pasal 1)

Kedudu-kan

1. DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di Daerah merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila

2. DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari Pemda (pasal 16)

DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di Daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah (pasal 40)

1. DPRD Kabupaten/Kota merupakan lembaga perwakilan rakyat di Daerah Kabupaten/Kota yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

2. Anggota DPRD Kabupaten/Kota adalah pejabat daerah Kabupaten/Kota (pasal 148)

Sumber: Aziz, 2018 : 101

Page 29: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

21BAB IIPERAN DAN FUNGSI DPRD DALAM PEMERINTAHAN DAERAH

Selain perbedaan dalam kedudukan DPRD, antara UU nomor 22 tahun 1999 dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 23 Tahun 2014 juga berbeda dalam hal fungsi, tugas dan kewewenangan dan hak-hak DPR. Di dalam UU nomor 22 tahun 1999 tidak disebutkan secara tegas fungsi DPRD, sedangkan di dalam UU Nomor 23 Tahun 2004, DPRD memiliki ketiga fungsi yaitu fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. demikian juga di dalam UU Nomor 23 Tahun 2014, DPRD memiliki ketiga fungsi tersebut tetapi untuk fungsi legislasi diganti istilahnya menjadi fungsi pembentukan peraturan daerah.

Perbedaan lainnya adalah dalam hal tugas dan kewenangan serta hak-hak DPRD, sesuai dengan perubahan kedudukan DPRD dari Badan Legislatif Daerah (menurut UU nomor 22 tahun 1999) menjadi unsur penyelenggara pemerintahan daerah (menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 23 Tahun 2014), maka dalam kewenangan dan hak-hak DPRD banyak mengalami perubahan yang signifikan. Beberapa kewenangan dan hak DPRD menurut UU Nomor 22 Tahun 2009 yang menunjukkan legislative heavy banyak direduksi secara signifikan oleh UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 23 Tahun 2014. Beberapa hal di antaranya yaitu kewenangan memilih kepala Daerah/wakil kepala daerah dan hak meminta pertanggungjawaban Kepala Daerah. Pemilihan kepala daerah/wakil kepala daerah menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 23 Tahun 2014 dipilih langsung oleh rakyat, bukan lagi oleh DPRD.

Menurut Azis (2019: 109-110) kedudukan DPRD sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah, antara lain:

Pertama, oleh karena rumusan itu lebih menekankan DPRD sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah dibandingkan

Page 30: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

22 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

dengan lembaga perwakilan DPRD lebih kuat dalam perspektif governance tata kelola bukan dalam perspektif politik. oleh karena itu, DPRD sebagai perwakilan politik yang seharusnya menjadi wahana bagi masyarakat terlibat (engage) dalam proses politik pemerintahan seperti menjalankan artikulasi dan agregasi menjadi tereduksi.

Kedua, ditinjau secara psiko-politis, kedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah membuat posisi DPRD tidak tegas di hadapan pemerintah daerah, sehingga mekanisme check and balance tidak dapat berjalan dengan baik.

Ketiga, selain membuat lemah di hadapan Kepala Daerah, DPRD juga di hadapan pemerintah pusat. Kedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah membuat DPRD berada dalam struktur hirarkis rezim pemerintahan daerah yang secara nasional dipimpin oleh Presiden. Akibat dari kerja nyastruktur hirarkis ini, DPRD tidak dapat melepaskan diri dari berbagai proses politik dan produk hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Dalam Negeri (Mendagri).

Kini, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 juga telah digantikan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Undang-undang ini merupakan penyempurnaan atas kekurangan-kekurangan yang ditemui di UU Nomor 32 Tahun 2004. Banyak hal dan perubahan mendasar yang dilakukan. Khususnya mengenai kedudukan, tugas pokok dan fungsi DPRD yang sebelumnya terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur DPRD (seperti UU MD3) kini menjadi disatukan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

Dalam UU 23 Tahun 2014, Pasal 147 menjelaskan bahwa susunan dan kedudukan DPRD Kabupaten/Kota terdiri atas anggota

Page 31: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

23BAB IIPERAN DAN FUNGSI DPRD DALAM PEMERINTAHAN DAERAH

partai politik peserta pemilu yang dipilih melalui pemilu. DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai Unsur Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Pasal 148 ayat 1). DPRD sekarang dikategorikan sebagai pejabat daerah (pasal 148 ayat 2). Meskipun demikian, masih belum jelas apa yang dimaksud dengan pejabat daerah terutama berkaitan dengan hak-hak keuangan sebagai pejabat daerah.

C. Fungsi, Wewenang dan Tugas, Keanggotaan, Hak, Kewajiban, Fraksi dan Alat Kelengkapan DPRD Kabupaten/Kota Menurut UU Nomor 17 Tahun 2014

1. Fungsi DPRD Kabupaten/Kota

DPRD Kabupaten/Kota mempunyai fungsi:a. Fungsi Legislasi atau fungsi pembentukan peraturan

daerah diwujudkan dalam membentuk Peraturan Daerah bersama Bupati/Walikota.

b. Fungsi Anggaran diwujudkan dalam membahas dan menetapkan APBD bersama Bupati/Walikota.

c. Fungsi Pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan pelaksanaan APBD.

2. Wewenang dan tugas DPRD

DPRD kabupaten/kota mempunyai wewenang dan tugas: a. membentuk peraturan daerah kabupaten/kota bersama

bupati/walikota; b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan

peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota yang diajukan oleh bupati/walikota;

Page 32: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

24 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota;

d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/walikota dan/atau wakil bupati/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian;

e. memilih wakil bupati/wakil walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil bupati/wakil walikota;

f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;

g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota;

h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota;

i. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;

j. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan k. melaksanakan wewenang dan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Keanggotaan

Ketentuan keanggotaan anggota DPRD Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

Page 33: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

25BAB IIPERAN DAN FUNGSI DPRD DALAM PEMERINTAHAN DAERAH

a. Anggota DPRD kabupaten/kota berjumlah paling sedikit 20 (dua puluh) orang dan paling banyak 50 (lima puluh) orang.

b. Keanggotaan DPRD kabupaten/kota diresmikan dengan keputusan gubernur.

c. Anggota DPRD kabupaten/kota berdomisili di ibu kota kabupaten/kota yang bersangkutan.

d. Masa jabatan anggota DPRD kabupaten/kota adalah 5 (lima) tahun dan berakhir pada saat anggota DPRD kabupaten/kota yang baru mengucapkan sumpah/janji.

4. Hak DPRD Kabupaten/Kota

DPRD Kabupaten/Kota mempunyai hak:a. DPRD kabupaten/kota berhak: a. interpelasi; b. angket;

dan c. menyatakan pendapat.b. Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

adalah hak DPRD kabupaten/kota untuk meminta keterangan kepada bupati/walikota mengenai kebijakan pemerintah kabupaten/kota yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

c. Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPRD kabupaten/kota untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah kabupaten/kota yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah hak DPRD kabupaten/kota untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan bupati/walikota atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya

Page 34: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

26 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.

Anggota DPRD kabupaten/kota berhak: a. mengajukan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota; b. mengajukan pertanyaan; c. menyampaikan usul dan pendapat; d. memilih dan dipilih; e. membela diri; f. imunitas; g. mengikuti orientasi dan pendalaman tugas; h. protokoler; dan i. keuangan dan administratif.

5. Kewajiban

Anggota DPRD kabupaten/kota berkewajiban: a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila; b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan;c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional

dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan

pribadi, kelompok, dan golongan; e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat; f. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah; g. menaati tata tertib dan kode etik; h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan

lembaga lain dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota;

i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala;

Page 35: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

27BAB IIPERAN DAN FUNGSI DPRD DALAM PEMERINTAHAN DAERAH

j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan

k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya.

6. FraksiKetentuan Fraksi DPRD kabupaten/kota adalah sebagai berikut:a. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi serta

wewenang dan tugas DPRD kabupaten/kota serta hak dan kewajiban anggota DPRD kabupaten/kota, dibentuk fraksi sebagai wadah berhimpun anggota DPRD kabupaten/kota.

b. Setiap anggota DPRD kabupaten/kota harus menjadi anggota salah satu fraksi.

c. Setiap fraksi di DPRD kabupaten/kota beranggotakan paling sedikit sama dengan jumlah komisi di DPRD kabupaten/kota.

d. Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD kabupaten/kota mencapai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau lebih dapat membentuk 1 (satu) fraksi.

e. Dalam hal partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD kabupaten/kota tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), anggotanya dapat bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi gabungan.

f. Dalam hal tidak ada satu partai politik yang memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka dibentuk fraksi gabungan.

g. Jumlah fraksi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6) paling banyak 2 (dua) fraksi.

h. Partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat

Page 36: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

28 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

(5) harus mendudukkan anggotanya dalam 1 (satu) fraksi. i. Fraksi mempunyai sekretariat. j. Sekretariat DPRD kabupaten/kota menyediakan sarana,

anggaran, dan tenaga ahli guna kelancaran pelaksanaan tugas fraksi sesuai dengan kebutuhan dan dengan memperhatikan kemampuan APBD.

7. Alat KelengkapanKetentuan alat kelengkapan DPRD Kabupaten/Kota adalah

sebagai berikut:a. Alat kelengkapan DPRD Kabupaten/kota terdiri atas:

1. pimpinan; 2. Badan Musyawarah; 3. komisi; 4. Badan Legislasi Daerah; 5. Badan Anggaran; 6. Badan Kehormatan; dan 7. alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna.

b. Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan dibantu oleh sekretariat.

c. Ketentuan mengenai tata cara pembentukan, susunan, serta wewenang dan tugas alat kelengkapan DPRD kabupaten/kota diatur dalam peraturan DPRD kabupaten/kota tentang tata tertib.

D. Fungsi dan Kompetensi DPRD

Berdasarkan materi pelatihan budget oversight LGSP-USAID (2007) fungsi dan kompetensi DPRD dalam menjalankan tugasnya adalah sebagai berikut seperti terlihat dalam gambar 2.1. Fungsi DPRD adalah representasi, pengawasan, legislasi dan debating. Sedangkan DPRD adalah peran dasar, hubungan konstituen, berkoalisi, perencanaan strategis, manajemen media, legal drafting, budgeting/financial oversight, lobi dan negosiasi, resolusi konflik, dan pengukuran kinerja.

Page 37: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

29BAB IIPERAN DAN FUNGSI DPRD DALAM PEMERINTAHAN DAERAH

Lebih lanjut rangkuman fungsi DPRD berdasarkan materi pelatihan budget oversight LGSP-USAID (2007) sebagai berikut.

1. Menjalankan fungsi legislasi, mencakup:a. Menyusun program legislasi daerah/program peraturan daerahb. Mengajukan rancangan peraturan daerah melalui hak inisiatif c. Melakukan pembahasan Raperda yang diajukan oleh

pemerintah daerahd. Memberikan persetujuan atas Raperda

Bahan Program Legislasi meliputia. Program Legislasi Daerah yang mengacu pada RPJMD

dan RKPDb. Kebutuhan dasar rakyat di daerah dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan rakyat c. melakukan RIA (Regulatory Impact Analysis) à untuk

menentukan kebutuhan regulasi d. Bahan rujukan UU No. 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

2. Menjalankan fungsi penganggaran, mencakup:a. Menyusun Anggaran Belanja dan Kegiatan DPRD

berdasarkan Rencana Kerja DPRD b. Membahas Rancangan APBD yang diajukan oleh kepala

daerah (eksekutif)c. Melakukan penilaian tehadap pos-pos anggaran yang telah

disusun oleh eksekutif à cermati keseimbangan antara anggaran belanja rutin dan anggaran pembangunan.

d. Menyetujui atau menolak RAPBD yang diajukan oleh eksekutife. RAPBD yang diajukan eksekutiff. APBD dan PAK, 2 (dua) tahun berjalang. LKPJ Bupati/Walikota

Page 38: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

30 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

h. Kebutuhan konstituen berdasar pengamatan anggota DPRD sebagai hasil reses

i. Hasil evaluasi kinerja pemerintah daerah yang sudah dikritisi oleh masing-masing komisi

3. Melaksanakan Fungsi Pengawasana. Pengawasan umum pelaksanaan pemerintahanb. Pengawasan atas pelaksanaan pelayanan publikc. Pengawasan pelaksanaan peraturan perundang-undangand. Pengawasan pelaksanaan APBD

Sumber: Materi Pelatihan LGSP-USAID, 2010Gambar 2.1 Fungsi dan Kompetensi DPRD

E. Siklus Kerja DPRD Berbasis Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan materi pelatihan budget oversight LGSP-USAID (2010) peranan (kerja) DPRD dalam setiap tahapan penyusunan APBD adalah sebagai berikut.

Page 39: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

31BAB IIPERAN DAN FUNGSI DPRD DALAM PEMERINTAHAN DAERAH

1. Fase perencanaana. Mengadakan forum penyerapan aspirasi masyarakat.b. Memberdayakan masyarakat dengan kemampuan

menentukan skala prioritas, perencanaan program pembangunan.

c. Mendokumentasikan dan mengawal usulan permasalahan masyarakat agar ditampung dalam RAPBD.

2. Pengesahana. Mengadakan sosialisasi RAPBD melalui Hearing dan

Media Massa.b. Melakukan analisis RAPBD untuk memberi

masukan(realokasi, menolak atau menerima RAPBD). c. Menghimpun aspirasi masyarakat untuk penyusunan

argumen perbaikan performa RAPBD.

3. Fase Pelaksanaana. Melakukan pengawasan atas realisasi kerja anggaran.b. Melakukan analisis atas gejala pemborosan, dari

sisi penyebab dan pihak yang terlibat untuk adanya penindakan.

c. Mempublikasikan potensi tindak penyimpangan anggaran dan menuntut pertanggung-jawaban.

4. Fase Pertanggungjawabana. Melaksanakan mekanisme pertanggungjawaban kinerja

pemerintah berbasis laporan masyarakat.b. Mengajak masyarakat terlibat penilaian atas pelaksanaan

kegiatan anggaranc. Melakukan kerjasama dengan stakeholder lain dalam

analisis pertanggungjawaban anggaran.

Page 40: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

32 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

4.

BAB IIISISTEM PERENCANAAN

PEMBANGUNAN NASIONAL

A. Pendahuluan

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia (Undang–Undang nomor 25 tahun 2004). Dalam rangka mencapai tujuan bernegara, maka pembangunan nasional harus dilaksanakan oleh semua komponen bangsa. Selanjutnya di tingkat daerah, penyusunan perencanaan pembangunan daerah dimaksudkan untuk sinkronisasi dengan sistem perencanaan pembangunan nasional dan dalam rangka untuk mewujudkan tata kelola pemerintah daerah yang demokratis dan pembangunan yang berkelanjutan.

Fungsi utama manajemen pembangunan memerlukan suatu perencanaan pembangunan untuk mengelola sumber daya (resources) yang tersedia dan terbatas dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan yang lebih besar. Suatu perencanaan pembangunan yang baik akan merumuskan kegiatan pembangunan secara efektif dan efisien serta diharapkan dapat memperoleh hasil yang optimal dengan pemanfaatan sumber daya dan potensi yang tersedia dan terbatas.

Substansi perencanaan pembangunan nasional adalah memberikan arahan dan bimbingan bagi seluruh elemen bangsa

Page 41: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

33BAB IIISISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

mencapai tujuan pembangunan nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Selanjutnya, memberikan arahan bagi pemerintah dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yang dituangkan ke dalam RPJM nasional/daerah dan RKP/RKPD. Arahan bagi pemerintah ini dimaksudkan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat itu dalam membangun dirinya sendiri.

Pasal 1 Undang–Undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), menyebutkan bahwa perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan bersifat menyeluruh dari Pemerintah pusat/nasional sampai ke Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan bab 1 pasal ayat 3, UU Nomor 25 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa “sistem perencanaan pembangunan nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaa pembangunan untuk menghasilkan rencana – rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah”.

Dalam pasal 2 ayat (4) peraturan tersebut menyebutkan bahwa tujuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah :1. Mendukung koordinasi antar pelaku.2. Menjamin integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar pelaku.3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antar perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.5. Menjamin penggunaan sumber daya yang efektif,efisien,adil

dan berkelanjutan.

Page 42: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

34 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

B. Hubungan Antara Perencanaan Pembangunan Nasional dengan Perencanaan Pembangunan Daerah

Terdapat hubungan antara perencanaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagaimana gambar 3.1.

Gambar 3.1Alur Hubungan Dokumen Rencana Pembangunan Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah

Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui MUSRENBANG

RKP RPJM Nasional

RPJP Nasional

Renstra KL Renja -KL

RAPBN

RKA-KL

APBN

Rincian APBN

Pedoman Dijabarkan Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Diacu

Pemerintah

Pusat

RPJM Daerah

RPJP Daerah

RKP Daerah

Renstra SKPD

Renja -SKPD

RAPBD

RKA -SKPD

APBD

Rincian APBD

Pedoman

Pedoman

Pedoman Dijabarkan

Pedoman

Pedoman

Diacu

UU SPPN (No.25/2004)

Pemerintah

Daerah

BahanBahan (diserasikan dlm RAKORPUS & Trilateral Meeting)

Bahan Bahan

UU KeuNeg (No.17/2003)

Berpedoman (UU 23/2014)

Sumber: Bappenas, 2017

Gambar di atas memperlihatkan hubungan antar perencanaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Perencanaan dimulai dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Rencana Strategis Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra KL dan SKPD). Di sisi lain, pada gambar 3.2 terlihat bahwa baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah harus memperhatikan RTRW dalam penyusunan dokumen perencanaannya.

Page 43: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

35BAB IIISISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Dokumen perencanaan yang dihasilkan adalah sebagai berikut.

1. Dokumen Rencana Pemerintah Pusat

Dokumen perencanaan pemerintah pusat meliputi hal-hal berikut.a. Rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) adalah

dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi dan arah pembangunan.

b. Rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program presiden dan memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, kerangka ekonomi makro, program dan kegiatan pembangunan.

c. Rencana pembangunan jangka menengah kementerian/lembaga, disebut rencana strategis kementerian/lembaga (Renstra-KL), adalah dokumen perencanaan kementerian/lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.

d. Rencana pembangunan tahunan kementerian/lembaga, disebut rencana kerja kementerian/lembaga (Renja-KL), adalah dokumen perencanaan kementerian/lembaga untuk periode 1 (satu) tahun.

e. Rencana pembangunan tahunan nasional, disebut rencana kerja pemerintah (RKP), adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode satu (satu) tahun.

2. Dokumen Perencanaan Pemerintah Daerah

Dokumen perencanaan pemerintah daaerah meliputi hal-hal berikut.a. Rencana pembangunan jangka panjang daerah

(RPJPD) adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi,misi dan arah pembangunan.

Page 44: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

36 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

b. Rencana pembangunan jangka menengah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pemerintah daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

c. Rencana pembangunan jangka menengah SKPD disebut Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun.

d. Rencana pembangunan tahunan daerah disebut rencana kerja pemerintah daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

e. Rencana pembangunan tahunan SKPD disebut rencana kerja SKPD (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun.

Selanjutnya ada dua kelompok kegiatan pemerintah yang dibutuhkan oleh masyarakat.

1. Kegiatan pemerintah dalam kerangka regulasi

Melalui kegiatan ini pemerintah menghasilkan dan menegakkan regulasi agar:

a. Kegiatan masyarakat sesuai dengan Amanat UUD.b. Ada jaminan bagi masyarakat memperoleh insentif dari

prakarsa-prakarsa yang dilakukannya.c. Kegiatan dimasyarakat tersebut dikoordinasi dengan

baik guna mendapatkan sinergi yang maksimal.

2. Kegiatan dalam kerangka investasi pemerintah dan layanan publik. Kegiatan ini diperlukan karena tidak semua barang dan jasa dapat dihasilkan oleh masyarakat. Ada barang dan jasa yang harus disediakan pemerintah, seperti jalan, irigasi, jembatan, pelabuhan, layanan dasar kesehatan, layanan dasar pendidikan dan layanan kependudukan (barang dan jasa publik). Untuk melaksanakan kedua kegiatan di atas, jelas diperlukan pelaku (aktor) pembangunan. Dalam hal ini

Page 45: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

37BAB IIISISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

tentunya pelaku pembangunan adalah pemerintah pusat, daerah dan masyarakat.

Gambar 3.2 Alur Keterhubungan RPJM dan RTRW Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah

Sumber: Kemendagri, 2017

Baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam melaksanakan/menyusun perencanaan pembangunan nasional (RPJPN, RPJMN, Renstra, RKP) maupun daerah (RPJPD, RPJMD, Renstrada, RKPD) harus mensinkronkan dengan RTRW pusat maupun daerah.

C. Lembaga Perencanaan

Lembaga koordinator perencanaan di tingkat nasional antara lain adalah BAPPENAS. Sebagaimana dikutip dari https://www.bappenas.go.id peran dan fungsi BAPPENAS adalah sebagai berikut.

Page 46: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

38 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Penyusunan Kebijakan/Pengambil Keputusan;1. Penyusunan rencana pembangunan nasional.2. Penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara.3. Pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana

pembangunan.4. Pengambilan keputusan dalam penanganan permasalahan

mendesak dan berskala besar, sesuai penugasan.

Think-tank1. Pengkajian dan perumusan kebijakan di bidang perencanaan

pembangunan, dan kebijakan lainnya.2. Penguatan kapasitas perencanaan di pusat dan di daerah dalam

menciptakan mekanisme pendanaan inovatif dan kreatif.3. Perencanaan partisipatif melalui kerjasama dengan perguruan

tinggi, organisasi profesi, dan organisasi masyarakat sipil.

Koordinator 1. Koordinasi dan perumusan kebijakan di bidang perencanaan

pembangunan, strategi pembangunan nasional, arah kebijakan sektoral, lintas sektor, dan lintas wilayah, kerangka ekonomi makro nasional dan regional, rancang bangun sarana dan prasarana, kerangka regulasi, kelembagaan, dan pendanaan, serta pemantauan, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan pembangunan nasional.

2. Koordinasi pencarian sumber pembiayaan dalam dan luar negeri, serta pengalokasian dana.

3. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan perencanaan dan penganggaran pembangunan nasional dan penyiapan rancang bangun sarana dan prasarana.

4. Koordinasi kegiatan strategis penanganan permasalahan mendesak dan berskala besarsesuai penugasan

Page 47: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

39BAB IIISISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Administrator 1. Pengelolaan dokumen perencanaan termasuk pinjaman dan

hibah luar negeri (PHLN).2. Penyusunan dan pengelolaan laporan hasil pemantauan atas

pelaksanaan rencana pembangunan.3. Penyusunan dan pengelolaan laporan hasil evaluasi.4. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum.

D. Proses Perencanaan

Terdapat beberapa pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan pembangunan nasional, yaitu:

1. Pendekatan politik

Pendekatan politik memandang rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan presiden/kepala daerah pada pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional/daerah. Jadi visi, misi dan program pasangan presiden/wakil presiden dan kepala daerah terpilih menjadi sebuah dokumen rencana pembangunan yang diakui oleh undang-undang.

2. Pendekatan teknokratik

Pendekatan teknokratik melaksanakan rencana pembangunan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga / satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk melaksanakan hal tersebut. Para staf/profesional harus mampu melakukan identifikasi kebutuhan/permasalahan masyarakat. Hasil pengamatan dan analisis ini akan menjadi titik tolak perencanaan. Penyusunan rencana pembangunan seperti ini dinamakan proses teknokratik.

Page 48: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

40 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

3. Pendekatan partisipatif

Pendekatan partisipatif dalam perencanaan pembangunan dilaksanakan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pembangunan. Maksud dari pelibatan mereka adalah untuk menampung dan meningkatkan aspirasi serta menciptakan rasa memiliki dari stakeholders. Visi jangka panjang menjadi panduan proses politik maupun proses teknokratik agar terjadi konsistensi perencanaan pembangunan jangka menengah dengan periode jangka panjang.

Para birokrat harus mampu menserasikan dan menterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dijalankan terhadap perbedaan proses perencanaan pembangunan yang dihasilkan melalui proses politik dan proses teknokratik. RPJP dan RPJM merupakan hasil penyerasian perencanaan pembangunan yang menjadi agenda nasional. Praktik pelibatan pemangku kepentingan (stakeholder) dalam proses perencanaan pembangunan antara lain melalui musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang).

4. Atas-bawah (top down) dan bawah atas (bottom-up)

Hierarki pemerintahan menghendaki proses perencanaan pembangunan secara berjenjang dari atas-bawah dan bawah-atas. Hal ini diselaraskan melalui musyawarah pembangunan yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa. Jajaran birokrasi pemerintahanmenjadi pelaksana utama perencanaan pembangunan ini. Namun perlu upaya penyelarasan perencanaan pembangunan tersebut ke dalam dokumen yang dapat diterjemahkan ke dalam fungsi dan kewenangan masing-masing instansi pelaksana.

Perencanaan pembangunan disusun melalui beberapa tahapan perencanaan pembangunan secara berkelanjutan sehingga

Page 49: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

41BAB IIISISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh, yaitu :

1. Penyusunan rencana

Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah yaitu:

a. Penyiapan rancangan rencana pembangunan oleh lembaga perencana yang bersifat rasional dan teknokratik, ilmiah, menyeluruh dan terukur.

b. Penyusunan rancangan rencana kerja oleh lembaga pemerintah sesuai dengan kewenangan dengan mengacu pada rancangan rencana pembangunan.

c. Musyawarah perencanaan pembangunan. Melibatkan masyarakat (stokeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahaan melalui musyawarah perencanaan pembangunan.

d. Penyusuan rancangan akhir rencana pembangunan.

2. Penetapan rencana

Penetapan rencana menjadi produk hukum atau landasan hukum rencana pembangunan sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut undang-undang ini, rencana pembangunan jangka panjang nasional/daerah ditetapkan sebagai undang-undang/Perda, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/Daerah ditetapkan dengan Peraturan Presiden/Kepala Daerah dan rencana pembangunan tahunan nasional/daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah.

3. Pengendalian pelaksanaan rencana

Page 50: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

42 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang terutang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi yang merupakan wewenang dan tanggun-jawab pimpinan lembaga/ kementerian.

4. Evaluasi pelaksanaan rencana

Evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan periode sebelumnya, tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi tentang kapasitas lembaga pelaksana, kualitas rencana sebelumnya, serta untuk memperkirakan kapasitas pencapaian kinerja di masa yang akan datang.

E. Tahapan Penyusunan Rencana

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional

Sebagaimana terlihat pada Gambar 3.1, penyusunan rencana pembangunan jangka panjang dimulai dengan pengumpulan bahan-bahan evaluasi pembangunan pada periode sebelumnya, pengumpulan pemikiran – pemikiran visioner yang dilakukan oleh lembaga perencana, lembaga penyelenggaraan negara dan oleh masyarakat. Berdasarkan kedua bahan ini menteri perencanaan menyusun rancangan awal RPJP nasional.

Rancangan awal RPJP nasional selanjutnya dibahas dalam musrenbang RPJP nasional yang dihadiri oleh segenap pemangku kepentingan baik dari kalangan akdemisi, dunia usaha, lembaga-lembaga non-pemerintah, para penyelenggaraan negara, maupun individu yang berminat terhadap pemikiran-pemikiran jangka panjang. Dengan mempertimbangkan aspirasi para pemangku awal di atas diperbaiki menjadi rancangan akhir RPJP nasional.

Page 51: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

43BAB IIISISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Sebelum diajukan ke DPR, rancangan akhir RPJP nasional disampaikan kepada presiden dan bila perlu dibahas dalam sidang kabinet. Rancangan akhir RPJP nasional selanjutnya diajukan ke DPR sebagai rancangan undang-undang tentang RPJP nasional inisiatif pemerintah. Setelah melewati proses penyusunan undang-undang dan disetujui untuk diundangkan, RPJP nasional ditetapkan dengan undang-undang.

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional

Penyusunan RPJM dimulai pada tahun terakhir dari periode RPJM yang berjalan dengan melaksanakan perencanaan teknokratik baik oleh kementerian perencanaan maupun oleh kementerian/ lembaga. Dalam proses ini, aspirasi masyarakat yang teramati atapun sebagai hasil olah pikir para profesional menjadi bahan penyusunan rencana.

Proses politik dalam penyusunan RPJM terjadi pada saat pemilhan umum dengan anggapan bahwa masyarakat memilih presiden berdasarkan visi, misi dan program yang ditawarkan selama kampanye. Dengan menggunakan rencana teknokratik serta visi, misi, program presiden terpilih, kementerian PPN menyusun rancangan awal RPMJ nasional. Rancangan awal ini dibahas di sidang kabinet untuk mendapatkan kesempatan dan komitmen.

Rancangan awal yang disepakati ini digunakan pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun rancangan rencana strategis (renstra) mereka. Selanjutnya rancangan renstra ini disampaikan ke kementerian perencanaan pembangunan nasional (PPN) untuk digunakan sebagai bahan penyusunan rancangan RPJM.

Rancangan RPJM dibahas di musrenbang untuk mendapatkan aspirasi dan para pemangku kepentingan yang hasilnya digunakan untuk menyempurnakan rancangan RPJM menjadi rancangan akhir

Page 52: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

44 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

RPJM. Kemudian diusulkan ke DPRD-RI untuk dibahas. Setelah melewati proses penyusunan undang-undang dan disetujui untuk diundangkan. RPJM nasional ditetapkan dengan undang-undang, presiden menetapkan RPJM dengan peraturan presiden, yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman bagi kementerian/lembaga untuk menyempurnakan renstranya masing-masing. Pemerintahan daerah juga menyesuaikan RPJM dengan memperhatikan sasaran-sasaran pembangunan dalam RPJM nasional tersebut.

Page 53: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

45BAB IVPRINSIP PENGANGGARAN DAERAH DAN STRUKTUR APBD

5.

BAB IVPERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

A. Pengertian Perencanaan Pembangunan Daerah

Perencanaan pembangunan daerah adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan daerah untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanankan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat daerah.

Disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

Perencanaan pembangunan merupakan suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

Page 54: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

46 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Dalam melakukan perencanaan pembangunan daerah, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Merupakan satu keatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.

2. Dilakukan oleh pemerintahan daerah bersama masyarakat dan para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing.

3. Mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah.

4. Dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah, nasional dan global

5. Dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan.

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, kemudian disusun suatu perencanaan yang dituangkan dalam bentuk dokumen perencanaan. Ada lima dokumen perencanaan yang dibuat oleh pemerintah daerah.

1. Rencana pembangunan jangka panjang daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

2. Rencana pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

3. Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun

Page 55: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

47BAB IVPRINSIP PENGANGGARAN DAERAH DAN STRUKTUR APBD

4. Rencana strategis SKPD yang selanjutnya disingkat dengan renstra SKPD adalah dokumen perencanaan skpd untuk periode 5 (lima) tahun

5. Rencana kerja SKPD atau disebut renja SKPD adalah dokumen perecanaan SKPD untuk 1 (satu) tahun

B. Tujuan dan Manfaat Perencanaan Pembangunan Daerah

Tujuan perencanaan pembangunan daerah adalah menyusun suatu rencana pembangunan yang merupakan pegangan atau acuan pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunannya yang didasarkan pada kemampuan dan potensi sumber daya (alam dan manusia) serta peluang-peluang ekonomi yang ada, sehingga memungkinkan dapat ditangkap secara cepat. Manfaat yang diharapkan dari pembangunan daerah adalah terjadinya peningkatan taraf hidup masyarakat yang lebih baik dari periode sebelumnya dan terjadi perkembangan daerah secara cepat dan berkelanjutan.

Perencanaan pembangunan daerah menghasilkan rencana pembangunan daerah yang menetapkan kegiatan-kegiatan pembangunan sosial-ekonomi, fisik (infastruktur), yang dilaksanakan secara terpadu oleh sektoral, publik dan swasta.

Salah satu alasan mengapa perencanaan diperlukan dalam menata pembangunan daerah dapat ditinjau dari pendekatan politik dan administrasi negara. Dalam pendekatan ini, perencanaa dianggap sebagai bentuk komitmen politik bagi pemimpin atau kepala daerah. Di mana kedudukan kepala daerah merupakan bagian penting dari proses penyusunan rencana, karena masyarakat (pemilih) menentukan pilihannya berdasarkan program

Page 56: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

48 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon kepala daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda pembangunan yang ditawarkan kepala daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah.

Secara teknokratis, perencanaan dapat membantu pemerintah daerah dalam memetakan kebutuhan secara komprehensif dan memformulasikan strategi bagi setiap sektor-unit kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta menjalankan fungsi kepemerintahan yang baik (good governance). Di sisi lain, kebutuhan rencana pembangunan komprehensif diperlukan karena rencana pembangunan jangka pendek (tahunan) yang terputus-putus ternyata tidak berdampak terhadap perubahan masyarakat secara signifikan bahkan terjadi pemborosan anggaran. Hal ini disebabkan cakupan wilayah pembangunan yang luas, banyaknya sasaran yang harus dilayani, keterbatasan sumber daya dan masa penanganan membutuhkan waktu lama, agar program yang direncanakan berkesinambungan, maka diperlukan kerangka program jangka panjang 20 (dua puluh) tahunan dan jangka menengah 5 (lima) tahunan untuk menjadi rujukan penyusunan rencana kerja tahunan.

Perencanaan pembangunan sebagai dokumen penting sangat dibutuhkan sebagai kerangka acuan kebijakan pelaksanaan pembangunan daerah dalam kurun waktu tertentu. Di mana pemerintah daerah dapat memantau, mengukur target kinerja, hasil, dan dampak program pembangunan secara jelas dan terarah berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan. Rencana juga sebagai alat kontrol bagi publik terhadap pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi dan perannya secara transparan dan akuntabel.

Page 57: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

49BAB IVPRINSIP PENGANGGARAN DAERAH DAN STRUKTUR APBD

C. Keterkaitan Perencanaan dan Penganggaran

Perencanaan dan penganggaran daerah sudah ditetapkan waktunya oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah diharuskan mematuhi alur ini untuk memastikan tahapan perencanaan dan penganggaran sudah dilalui dan kepentingan masyarakat sudah diakomodasi. Selanjutnya pemerintah daerah diharuskan untuk mensinkronkan perencanaan dan penganggarannya dengan alur perencanaan pemerintah pusat. Keterpaduan perencanaan dan penganggaran daerah terlihat dalam gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1 Keterkaitan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Daerah

RPJP-NAS Strategi Kebijakan Program

RPJP-PROP Strategi Kebijakan Program

RPJM-D Visi Misi Strategi Arah & Kebijakan Program Skpd Program Kewilayahan Program Lintas Satker

RPJP-D Visi Misi Arah Pemb. Daerah

Rencana Pemb. 20 Tahunan

RENSTRA SKPD Visi Misi Tujuan Strategi Kebijakan Program Kegiatan Program Lintas

SATKER

Rencana Pembangunan 5 Tahunan

RKPD Kerangka Ekonomi Prioritas Pemb. Renja Pendanaan

Rencana Tahunan

RENJA SKPD Keuangan Program Kegiatan

RAPBD

Sumber: Materi Pelatihan LGSP-USAID, 2010

Page 58: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

50 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) Daerah merupakan suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 tahun. RPJPD ini digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJM) Daerah untuk setiap 5 (lima) tahunan.

Dokumen ini bersifat makro yang memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang daerah, dengan proses penyusunannya harus dilakukan secara partispatif dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan.

D. Tahapan Penyusunan RPJP Daerah

Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 2004. Peraturan tersebut menegaskan bahwa dalam penyelenggaraan perencanaan pembangunan daerah, kepala daerah dibantu oleh kepala Bappeda. Pasal 33 ayat (2) menyebutkan bahwa pimpinan SKPD menyelenggarakn perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya”. Pasal 33 ayat (4) menyebutkan bahwa gubernur menyelenggarakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi perencanaan pembangunan antar kabupaten/ kota.

Tahapan perencanaan pembangunan daerah adalah sama dengan tahapan penyusunan RPJPN. Namun tata cara penyusunan RPJPD diatur dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah.

Page 59: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

51BAB IVPRINSIP PENGANGGARAN DAERAH DAN STRUKTUR APBD

E. Tahapan Penyusunan RPJPM Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan visi, misi, dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program SKPD, lintas SKPD dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif (UU Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 5 ayat (2)).

Dalam upaya agar RPMD dapat mengantisipasi kebutuhan pembangunan daerah dalam jangka waktu lima tahunan, maka penyusunan perlu dilakukan secara komprehensif dan lintas pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan. Untuk itu dilaksanakan tahapan penyusunan PJM Daerah sebagai berikut:

1. Penyiapan rancangan awal RPJM Daerah, kegiatan ini dibutuhkan guna mendapatkan gambaran awal dari jabaran visi, misi dan program kepala daerah terpilih.

2. Penyiapan rancangan rencana strategis SKPD (rancangan Renstra SKPD), yang dilakukan oleh seluruh SKPD. Penyusunan rancangan Renstra SKPD bertujuan untuk merumuskan visi, misi, tujuan strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD, agar selaras dengan program prioritas kepala daerah terpilih.

3. Penyusunan rancangan RPJM Daerah. Tahap ini merupakan upaya mengintegrasikan SKPD, yang menghasilkan ranjangan RPJM Daerah.

4. Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrebang) jangka menengah daerah. Kegiatan ini dilaksanakan guna memperoleh

Page 60: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

52 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

berbagai masukan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan pembangunan atas rancangan RPJM Daerah.

5. Penyusunan rancangan akhir RPJM Daerah, dimana seluruh msukan dan komitmen hasil musrenbag jangka menengah daerah menjadi masukan utama penyempurnaan rancangan, menjadi rancangan akhir RPJM Daerah. Rancangan akhir RPJM Daerah disampaikan oleh kepala Bappeda kepada kepala daerah terpilih.

6. Penetapan PERDA tentang RPJM Daerah, dibawah koordinasi kepala SKPD yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum. Rancangan akhir RPJM Daerah beserta lampirannya disampaikan kepada DPRD sebagai inisiatif pemerintah daerah, untuk diproses lebih lanjut menjadi PERDA tentang RPJM Daerah.

F. Keterhubungan RPJMD dan Rencana Strategis Perangkat Daerah

RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis Perangkat Daerah (Renstra PD) dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Renstra PD merupakan penjabaran teknis RPJMD yang berfungsi sebagai dokumen perencanaan teknis operasional dalam menentukan arah kebijakan serta indikasi program dan kegiatan pada setiap urusan pemerintahan yang disusun oleh setiap Perangkat Daerah (PD) di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten/Kota. Alur Keterhubungan Dokumen RPJMD dan Rencana Strategis Perangkat Daerah seperti terlihat pada gambar 4.2.

Page 61: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

53BAB IVPRINSIP PENGANGGARAN DAERAH DAN STRUKTUR APBD

Renstra PD sebagaimana diatur dalam pasal 272 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah memuat tujuan, sasaran, program, dan kegiatan pembangunan dalam rangka pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib dan/atau Urusan Pemerintahan pilihan sesuai dengan tugas dan fungsi setiap perangkat daerah. Pencapaian sasaran program dan kegiatan pembangunan dalam rencana strategis Perangkat Daerah diselaraskan dengan pencapaian sasaran, program, dan kegiatan pembangunan yang ditetapkan dalam rencana strategis kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian untuk tercapaian sasaran pembangunan nasional. Rencana Strategis PD kemudian dijabarkan menjadi program tahunan dalam Rencana Kerja PD (Renja PD) dan Rencana Kerja Anggaran PD (RKA-PD) yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan dilengkapi dengan kebutuhan pendanaan dan sumber dana. Hubungan nyata RPJMD dan Renstra Perangkat Daerah diwujudkan melalui pengembangan Indikator Kinerja Utama (IKU) Perangkat Daerah dan Pemerintah Kota Madiun. IKU selain menggambarkan indikator dan target kinerja tugas dan fungsi Perangkat Daerah, juga sebagai sebuah alat ukur komprehensif bagaimana target kinerja Pemerintah Daerah didukung oleh indikator dan target kinerja Perangkat Daerah.

Page 62: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

54 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Gambar 4.2Alur Keterhubungan Dokumen RPJMD dan Rencana Strategis

Perangkat Daerah

Sumber: Kemendagri, 2017

G. Keterhubungan RPJMD dan RKPD

Sebagaimana tertuang dalam Pasal 75 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017, penyusunan RKPD berpedoman pada RPJMD. Pelaksanaan RPJMD Kota Madiun Tahun 2019-2024 setiap tahun dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai suatu dokumen perencanaan tahunan yang memuat prioritas program dan kegiatan yang dibahas dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten/Kota yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan hingga kota. Alur keterhubungan RPJMD dan RKPD dapat dilihat pada gambar 4.3.

Program prioritas pembangunan daerah memuat program-program yang berorentasi pada pemenuhan hak-hak dasar

Page 63: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

55BAB IVPRINSIP PENGANGGARAN DAERAH DAN STRUKTUR APBD

masyarakat dan pencapaian keadilan yang berkelanjutan sebagai penjabaran dari RPJMD pada tahun yang direncanakan. Rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif yang bersumber dari APBD, memuat program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah, disertai perhitungan kebutuhan dana bersumber dari APBD untuk tahun-tahun berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan. RKPD merupakan bahan utama penyusunan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara, serta bahan penyusunan Rencanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).

Gambar 4.3 Alur Keterhubungan Dokumen RPJMD dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Sumber: Kemendagri, 2017

Page 64: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

56 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

H. Tahapan Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Posisi Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran RPJMN dan RPJMD yang menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBN dan RAPBD. Proses penyusunan RKP dan RKPD dilakukan Musrenbag.

UU Nomor 17 Tahun 2004 pasal 17 ayat (2) menyebutkan bahwa RKPD sebagai pedoman penyusunan RAPBD, maka RKPD memuat hal-hal yang harus diperjuangkan oleh tim pemerintah daerah pada saat duduk bersama dengan DPRD menyusun RAPBD. Penyusunan rancangan RKPD dilakukan melalui proses pembahasan yang terkoordinasi antara Bappeda dengan seluruh SKPD melalui Musrenbang di daerah masing-masing.

Musrenbang berfungsi sebagai forum untuk menghasilkan kesepakatan antar pelaku pembangunan tentang rancangan RKPD, yang menitik beratkan pada pembahasan untuk sinkronisasi rencana kegiatan antar kementrian/lembaga/SKPD dan antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan daerah.

UU Nomor 25 Tahun 2004, Pasal 5 ayat (3) menjelaskan bahwa RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Dalam penyusunan RKPD, pemerintah daerah harus mempertimbangkan:

1. Amanat peraturan perundang-undangan yang terdiri dari:

Page 65: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

57BAB IVPRINSIP PENGANGGARAN DAERAH DAN STRUKTUR APBD

a. Urusan Wajib, khusus untuk pelayanan dasar dengan mengacu pada standar pelayanan minimal.

b. Urusan pilihan sesuai dengan kekhasan dan sumber keunggulan daerah.

2. Kondisi, strategi dan sasaran yang diperoleh dari proses perancanaan teknokratik:a. Analisis ekonomi daerahb. Estimasi pendapatan asli daerahc. Survei kebutuhan/kepuasan masyarakat

3. Kontribusi terhadap sasaran pembangunan nasional yang tercantum dalam RPJM Nasional dan/atau RKP.

I. Proses Pengambilan Keputusan dalam Penyusunan

Perencanaan

Perencanaan dan pengambilan keputusan adalah dua hal yang tidak dipisahkan, karena perencanaan adalah bagian dari pengambilan keputusan. Suatu rencana dapat dilaksanakan apabila telah diterima oleh para pemangku kepentingan (stakeholders). Dalam hal ini diperlukan proses interaktif antar semua yang berkepentingan dengan rencana tersebut melalui proses pengambilan keputusan. Tujuan pengambilan keputusan adalah mempertimbangkan semua hal-hal yang berpengaruh terhadap rencana, atau dengan kata lain memilih tindakan untuk menyelesaikan permasalahan.

Perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan untuk hal-hal yang berhubungan dengan masa depan. Oleh karena itu, prosesnya sangat rumit. Pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kebutuhan sesaat atau jangka pendek tidak masuk kategori perencanaan. Demikian pula halnya dengan

Page 66: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

58 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

pengambilan keputusan yang memiliki dampak jauh ke depan, tetapi karena proses penyusunannya lebih pendek tidak dikategorikan sebagai perencanaan. Karena sifatnya sama, yaitu memilih tindakan untuk menyelesaikan permasalahan, ada juga yang menganggap perencanaan identik dengan pengambilan keputusan.

Perencanaan terkait dengan penyelesaian permasalahan di masa yang akan datang sehingga berisikan tindakan yang akan dilakukan di masa datang dan dampaknya juga baru terlihat di masa depan. Hal ini tidak berarti perencanaan tidak memperhatikan apa yang sedang terjadi saat ini, karena permasalahan di masa yang akan datang adalah produk dari apa yang terjadi saat ini dan pengaruh faktor luar.

Pengambilan keputusan sering dikaitkan dengan kebutuhan mendadak, terutama untuk mengatasi permasalahn jangka pendek. Tindakan yang dipilih segera dilaksanakan atau berlaku dan dampaknya juga segera terasa. Kalaupun pengambilan keputusan itu juga berisikan tindakan di masa yang akan datang, seringkali tindakan itu berupa regulasi atau pengulangan atau bersifat variatif (berbeda untuk kurun waktu atau kondisi yang berbeda). Berdasarkan kurun waktu yang dicakup, proses perencanaan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan proses pengambilan keputusan. Alat analisis yang digunakan juga seringkali berbeda, misalnya perencanaan membutuhkan kemampuan untuk melakukan proyeksi, sedangkan dalam pengambilan keputusan (di luar perencanaan), analisis seperti itu belum tentu dibutuhakan. Secara singkat, pengambilan keputusan ditujukan untuk menyelesaikan suatu masalah sedangkan perencanaan ditujukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu di masa yanag akan datang. Perlu diingat bahwa tujuan dalam perencanaan juga untuk menyelesaikan masalah, hanya umumnya masalahnya bersifat jangka panjang. Oleh karena

Page 67: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

59BAB IVPRINSIP PENGANGGARAN DAERAH DAN STRUKTUR APBD

itu, faktor-faktor yang harus diperhatikan pun menjadi lebih banyak.

Dalam konteks Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah Daerah, pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menyusun RPJP, RPJM dan RKP/RKPD sebagai rencana tahunan. Dalam setiap proses penyusunan dokumen rencana tersbut diperlukan koordinasi antar instasi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan, melalui suatu forum yang disebut sebagai musyawah perencanaan pembangunan atau Musrenbang.

Musrenbang ini dapat dilihat sebagai suatu proses pengambilan keputusan karena melalui musrenbang dapat terkumpul berbagai usulan-usulan, masukan-masukan, prioritas pembangunan dari berbagai sumber (dinas-dinas sektoral, masyarkat dan organisasi masyarakat) dan tingkat administrasi pemerintah (mulai dari tingka desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, sampai tingkat pusat).

Page 68: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

60 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

6.

BAB VPRINSIP PENGANGGARAN DAERAH

DAN STRUKTUR APBD

A. Pendahuluan

Fungsi penganggaran pada umumnya mempunyai peran yang sangat penting dalam membiayai berbagai kegiatan pemerintahan yang sudah direncanakan, dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat terutama dalam meningkatkan daya saing ekonomi bagi masyarakat. Anggaran yang dikelola oleh pemerintahan daerah mempunyai hubungan yang signifikan dengan anggaran yang dikelola oleh pemerintahan pusat. Anggaran dimaknai sebagai alat untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal secara vertikal (proporsionalitas pendapatan). Selain itu juga mengatasi persoalan ketimpangan fiskal horizontal (membandingkan antara kebutuhan fiskal (fiscal needs) dengan kemampuan fiskal (fiscal capacity) untuk mengatasi persoalan-persoalan yang timbul dari menyebar dan melimpahnya efek pelayanan publik dan pelayanan sipil (inter jurisdicational spill over effect), yakni efek menyebar atau eksternalitas ke daerah-daerah lainnya.

Anggaran yang dikelola pemerintahan daerah perlu mendapat perhatian DPRD untuk direncanakan dan dilaksanakan secara efektif untuk kepentingan masyarakat daerah. Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa anggaran sektor publik menjadi penting dikontrol dengan alasan:

Page 69: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

61BAB VPERENCANAAN PEMBAGUNAN DAERAH

1. Untuk mengarahkanpembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan pembangunan dan pemerintahan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

2. Adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tidak terbats dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada semakin terbatas.

3. Untuk meyakinkan bahwa pemerintahan daerah telah bertanggung jawab terhadap rakyat.

4. Anggaran publik mempunyai beberapa fungsi utama yang harus dipenuhi oleh pemerintahan daerah dalam upaya pelaksanaan pembangunan daerah.

Azaz Umum APBD menurut PP Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah.

1. Disusun sesuai kebutuhan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Daerah dan kemampuan Pendapatan Daerah

2. Mempedomani KUA PPAS yang didasarkan pada RKPD

3. Mempunyai fungsi Otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi

B. Dasar Hukum Fungsi Anggaran DPRD

Dasar hukum pelaksanaan fungsi anggaran yang diselenggarakan DPRD sebagai sumber unsur penyelenggara pemerinta daerah bersumber pada:

1. Pasal 18 ayat 3 UUD 1945 yang mengatur tentang “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum”.

Page 70: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

62 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

2. UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelanggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

3. UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan UU No. 18tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

4. UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

5. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

6. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

7. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

8. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah.

9. Pasal 292 ayat 1 dan pasal 343 ayat 1 UU No. 27 tahun 2009 tentang Majelis Pemusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Daerah Perwakilan Rakyat Daerah, yang mengatur tentang “DPRD provinsi dan kabupaten/kota mempunyai fungsi penyusunan PERDA, anggaran dan pengawasan”.

10. Pasal 7 ayat 1 UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang mengatur tentang “jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan dimana PERDA masuk sebagai jenis peraturan perundang-undangan dengan hierarki yang paling bawah”.

11. Pasal 7 ayat 2 UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang mengatur tentang “PERDA provinsi dibuat oleh DPRD provinsi bersama dengan gubernur dan PERDA kabupaten/kota dibuat oleh DPRD kabupaten/kota bersama bupati/walikota”.

Page 71: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

63BAB VPERENCANAAN PEMBAGUNAN DAERAH

12. Pasal 41 UU No. 23 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang mengatur tentang” DPRD memiliki fungsi penyusunan PERDA, anggaran dan pengawasan”.

13. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit APBN dan APBD, serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

14. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2004 tentnag Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perkawilan Rakyat Daerah.

15. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

16. Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.

17. Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

18. Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.

19. Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2005 tentang tentang Hibah Kepada Daerah.

20. Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan daerah.

21. Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

22. Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

Page 72: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

64 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

23. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 yang menggantikan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintahan.

24. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

25. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

26. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

27. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintahan Daerah.

28. Peraturan Menteri Dalam Negeri yang disusun setiap tahun yang mengatur tentang pedoman penyusunan APBD.

29. PERDA provinsi dan kabupaten/kota tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dikeluarkan setiap tahunnya.

C. Pengertian Penganggaran dan Politik Anggaran

Penganggaran adalah suatu proses menyusun rencana keuangan yaitu pendapatan dan pembiayaan, kemudian mengalokasikan dana ke masing-masing kegiatan sesuai dengan fungsi dan sasaran yang hendak dicapai. Masing-masing kegiatan tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam program berdasarkan tugas dan tanggung jawab dari satuan kerja tertentu.penganggaran sektor publik (Public Budgeting) menurut Rubenstein (2002) adalah:

Page 73: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

65BAB VPERENCANAAN PEMBAGUNAN DAERAH

“A plan for introducing programs deal with objectives and goals within a period, including an estimate of resources required, usually compred with past periods and showing future requirements”

Dalam upaya pemberdayaan pemerintah daerah, maka perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keungan daerah dan anggaran daerah adalah sebagai berikut (Mardiasmo, 2002):

1. Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik (public oriented). Hal ini tidak saja terlihat pada besarnya porsi pengalokasian anggaran untuk kepentingan publik, tetapi juga terlihat pada besarnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan keuangan daerah.

2. Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umunya dan anggaran pada khususnya.

3. Desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para pasrtisipan yang terkait dalam pengelolaan anggaran seperti DPRD, KDH, Sekda dan perangkat daerah lainnya.

4. Kerangka hukum dan administrasi bagi pembiayaan, investasi, dan pengelolaan uang daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, value for money , transparansi dan akuntabilitas.

5. Kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, KDH, dan PNS-Daerah, baik ratio maupun dasar pertimbangannya.

6. Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja, dan anggaran multi-tahunan.

7. Prinsip pengadaan dan pengelolaan barang daerah yang lebih profesional.

8. Prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD, dan akuntan publik dalam pengawasan, pemberian

Page 74: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

66 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

opini dan rating kinerja anggaran, dan transparansi informasi anggaran kepada publik.

9. Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan, peran asosiasi, dan peran anggota masyarakat guna pengembangan profesionalisme aparat pemerintah daerah.

10. Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan informasi anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap penyebarluasan informasi sehingga memudahkan pelapoan dan pegendalian, serta mempermudah mendapatkan informasi.

Kombinasi dua perspektif setidaknya telah terefleksikan pada muatan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dimana pada Pasal 3 dinyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Artinya, selain proses kebijakan penganggaran mengacu kepada prinsip-prinsip teknokratis, lebih dari itu yang patut digaris bawahi adalah adanya proses politik dan partisipasi warga.

Prinsip teknokratis, mengharuskan pemerintah daerah dalam proses penganggaran senantiasa berpedoman pada undang-undang dan peraturan yang berlaku. Realisasi dari prinsip ini antara lain bahwa penyusunan APBD harus mengacu kepada RPJMD, RKPD, KUA-PPAS, maupun dokumen-dokumen perencanaan kebijakan anggaran lainnya. Kesemuanya untuk mewujudkan suatu kebijakan anggaran daerah berbasis kinerja (performance based budget).

Prinsip politik anggaran tidak bisa dilepaskan dari mekanisme mandat politik warga dalam proses kebijakan penganggaran daerah. Ukuran dipenuhi prinsip politik tidak sekedar ada tidaknya

Page 75: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

67BAB VPERENCANAAN PEMBAGUNAN DAERAH

pelibatan legislatif daerah dalam proses penganggaran. Lebih jauh, pertanyaan dasar dalam prinsip politik anggaran ini adalah, “kepada kelompok mana kebijakan anggaran berpihak, dan untuk kegiatan apa kebijakan anggaran dialokasikan?”

D. Prinsip Anggaran

Selain itu, terdapat beberapa prinsip dalam pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dikemukakan oleh Mardiasmo (2002) yaitu:

1. Transparansi. Prinsip tranparansi mengedepankan hak masyarakat untuk melakukan akses yang cukup dan sama untuk mengetahui proses penyusunan anggaran daerah, karena berkaitan dengan aspirasi masyarakat baik yang disalurkan melalui DPRD maupun melalui eksekutif daerah, yang perlu dipenuhi melalui tindakan alokasi anggaran untuk melaksanakan kegiatan. Hal ini diperlukan agar anggaran yang dikelola oleh pemerintah terfokus pada upaya untuk mewujudkan kehidupan yang lebih sejahtera bagi masyarakat.

2. Akuntabilitas. Prinsip pertanggungjawaban publik perlu diperhatikan dalam pengelolaan anggaran oleh pemerintah daerah, karena proses penganggaran yang bermula dari perencanaan anggaran, penyusunan dan pelaksanaan anggaran harus dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

3. Value of Money. Prinsip ini sesungguhnya merupakan penerapan 3 aspek secara berimbang yakni aspek ekonomi, aspek efisiensi dan aspek efektifitas dalam pengelolaan anggaran.a. Aspek ekonomi berkaitan dengan pemilikan dan

penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertntu yang menggunakan harga yang paling murah.

Page 76: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

68 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

b. Aspek efisiensi, bahwa penggunaan uang masyarakat (public money) harus dapat menghasilkanoutput maksimal khusunya berdayaguna.

c. Asek efektifitas, lebih pada penggunaan anggaran harus mencapai target-target atau tujuan kepentingan publik secara bermakna.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan prinsip-prinsip anggaran mencakup:

1. Semua penerimaan (uang, barang, dan jasa) dianggarkan dalam APBD.

2. Seluruh pendapatan, belanja dan pembiayaan dianggarkan dalam APBD.

3. Jumlah pendapatan meruakan perkiraan terukur dan dapat dicapai serta berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup dan harus diperkuat dengan dasar hukum yang melandasinya.

Berdasarkan prisnsip-prinsip tersebut di atas, tampak bahwa rupiah setiap uang daerah(local finance) dalam pengelolaannya memiliki arus pengeluaran tertentu yang memerlukan Pertanggungjawaban tertentu. Hal ini bermakna tidak ada uang daerahyang diterima sebagai pendapatan dan yang keluar tidak tercatat yang diikuti dengan pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan yang jelas dan sistematis. Artinya, pengelolaan keuangan daerah perlu mencegah kebocoran pemanfaatan keuangan daerah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan pada akhirnya dinilai sebagai perbuatan korupsi keuangan daerah.

Page 77: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

69BAB VPERENCANAAN PEMBAGUNAN DAERAH

E. Fungsi Anggaran Sektor Publik dan DPRD

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, mengatur bahwa APBD mempunyai fungsi:

1. Otorisasi, yaitu dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

2. Perencanaan, merupakan pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkuta.

3. Pengawasan, sebagai pedoman penilaian kegiatan penyelenggaran pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan.

4. Alokasi, untuk menciptakan lapangan kerja (mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya) serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.

5. Distribusi, dimana kebijakan yang diambil harus memperhatikan keadilan dan kebutuhan.

6. Stabilisasi, yaitu sebagai alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan funda mental perekonomian daerah.

Pemerintahan di manapun memerlukan anggaran untuk membiayai berbagai program kegiatan pembanguna, pemberdayan dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka mewujudkan tujuan kehadiran pemerintahan itu sendiri.

Berdasarkan sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai diatur dalam Undang-Undang 1945 khususnya Pasal 18 ayat (2) disebutkan bahwa:

“Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum”.

Page 78: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

70 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Pemerintah nasional dan daerah memiliki otoritas untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi ruang lingkup tugasnya guna mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan sebagaimana dirumuskan dalam alinea ke-empat Pembukaan UUD 1945 yaitu:

“... memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia ...”.

Kedudukan dan fungsi DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah, memiliki fungsi penyusunan PERDA, anggaran dan pengawasan (UU No. 23 tahun 2004 pasal 92 san 149).

Salah satu peran DPRD menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2004 adalah fungsi anggaran daerah, yaitu

1. Membahas KUA dan PPAS yang disusun oleh Gubernur, Bupati dan Walikota berdasarkan Rencana Pembangunan Pemerintah Daerah (RKPD).

2. Membahas rancangan PERDA tentang APBD provinsi/kabupaten/kota.

3. Membahas rancangan PERDA tentang perubahan APBD provinsi/kabupaten/kota.

4. Membahas rancangan PERDA tentang pertanggung jawaban pelaksanaan APBD provinsi/kabupaten/kota.

Dengan demikian DPRD memiliki kewenangan untuk menyetujui atau menolak dan menetapkan RAPBD yang diajukan oleh pihak pemerintah daerah menjadi APBD. Fungsi ini juga menempatkan anggota DPRD unutk selalu terlibat dalam siklus tahunan penganggaran daerah. Diawali dari proses pembahasan Kebijakan Umum (KUA) APBD, pembahasan rancangan APBD yang diajukan oleh kepala daerah, sampai pelaksanaan dan

Page 79: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

71BAB VPERENCANAAN PEMBAGUNAN DAERAH

pertanggungjawaban PERDA tentang APBD. Deiring proses pelaksanaan APBD, anggota DPRD juga berwenang melakukan pengawasan kinerja pemerintah daerah di dalam mendayagunakan sumberdaya APBD.

Fungsi penganggaran merupakan salah satu fungsi DPRD yang diwujudkan dalam penyusunan dan penetapan APBD bersama-sama dengan pemerintah daerah. Dalam melaksanakan fungsi penganggaran tersebut DPRD harus terlibat secara aktif, proaktif dan bukan reaktif, dimana sebagai lembaga legitimasi usulan RAPBD yang diajukan oleh pemerintah daerah saja yang akan dibahas oleh DPRD. Keterlibatan DPRD secara aktif dan pro aktif diimplementasikan dalam setiap proses/tahapan penyusunan APBD. Di sini anggota DPRD dituntut untuk piawai dalam mengartikulasi dan mengagregasikan kepentingan, tuntutan dan kebutuhan rakyat selaras dengan dokumen perencanaan pembangunan yang sudah ditetapkan. Untuk itu anggota DPRD perlu memahami makna anggaran itu sendiri dengan baik.

F. Pengelolaan Anggaran Daerah di Era Desentralisasi Fiskal

1. Anggaran tradisional

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan di negara berkembang dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini, yaitu: (a) cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism dan (b) struktur dan susunan anggaran yang besifat line-item. Ciri lain yang melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah: (a) cenderung sentralis, (b) bersifat spesifikasi, (c) tahunan, dan (d) menggunakan prinsip anggaran bruto. Struktur anggaran tradisional dengan ciri-ciri tersebut tidak mampu mengungkapkan besarnya

Page 80: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

72 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

dana yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan bahkan anggaran tradisional tersebut gagal dalam memberikan informasi tentang besarnya rencana kegiatan. Oleh karena tidak tersedianya berbagai informasi tersebut, maka satu-satunya tolak ukur yang dapat digunakan untuk tujuan pengawasan hanyalah tingkat kepatuhan pengguunaan anggaran.

Masalah utama anggaran tradisonal adalah terkait dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money. Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas seringkali tidak dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional. Dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money ini, seringkali pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran yang pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan.

2. Era New Public Management (NPM)

Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya era New Public Management telah mendorong usaha untuk mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis dalam perencanaan anggaran sektor publik. Seiring dengan perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran sektor publik, misalnya adalah teknik anggaran kinerja (performance budgeting), Zero Based Budgeting (ZBB), dan Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS).

Berikut perbedaan mendasar antara anggaran tradisional dengan anggaran era new public management.

Page 81: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

73BAB VPERENCANAAN PEMBAGUNAN DAERAH

Tabel 6.1 Perbandingan Anggaran Tradisional vs Anggaran

dengan pendekatan NPM

Anggaran Tradisional New Public Management

Sentralistis Desentralisasi & devolved management

Berorientasi pada input Berorientasi pada input, output dan outcome(value for money)

Tak terkait dengan perencanaan jangka Panjang

Utuh dan komprehensif dengan perencanaan Jangka panjang

Line-item dan incremental Berdasarkan sasaran dan target kinerja

Batasan departemen yang kaku (rigid departement)

Lintas departemen (cross department)

Menggunakan aturan klasik: Vote accounting

Zero Based Budgeting, Planning Programming Budgeting System

Prinsip anggaran bruto Sistematik dan rasional

Bersifat tahunan Bottom-up budgeting

Sumber: Nurkholis dan Khusaini, 2019

Traditional budget didominasi oleh penyusunan anggaran yang bersifat line-item dan incrementalism, yaitu proses penyusunan anggaran yang hanya mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya, konsekuensinya tidak ada perubahan mendasar atas anggaran baru. Hal ini seringkali bertentangan dengan kebutuhan riil dan kepentingan masyarakat. Dengan basis seperti ini, APBD masih terlalu berat menahan arahan, batasan, serta orientasi subordinasi kepentingan pemerintah atasan.

Page 82: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

74 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Performance budget pada dasarnya adalah sistem peyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang berarti harus berorientasi pada kepentingan publik. Merupakan kebutuhan masyarakat daerah untuk menyelenggarakan otonomi secara luas, nyata dan bertanggung jawab dan otonomi daerah harus dipahami sebagai hak atau kewenangan masyarakat masyarakat daerah untuk mnegelola dan mengatur urusannya sendiri.

Perubahan dalam pengelolaan keuangan daerah harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah (anggaran) yang baik. Prnsip manajeme keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi:

a. Akuntabilitasb. Value for Moneyc. Kejujuran dalam mengelola keuangan publik (probity)d. Transparansi, dane. Pengendalian

3. Akuntabilitas

Akuntabilitas (accountability) bermakna sederhana “pertanggungjawaban”. Suatu organisasi dikatakan akuntabel jika memiliki kemampuan untuk menjelaskan kondisi yang dialami dan berbagai aktivitas yang dilakukan. Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2002: 20).

Page 83: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

75BAB VPERENCANAAN PEMBAGUNAN DAERAH

Jadi, suatu entitas (organisasi) yang accountable adalah entitas yang mampu menyajikan informasi secara terbuka mengenai keputusan-keputusan yang telah diambil selama beroperasinya entitas tersebut, memungkinkan pihak luar (misalnya legislatif, auditor, atau masyarakat secara luas) mereview informasi tersebut, serta bila dibutuhkan harus ada kesediaan untuk mengambil tindakan korektif. Dengan demikian penggunaan istilah akuntabilitas publik mengandung makna yang jelas bahwa hasil-hasil operasi termasuk di dalamnya keputusan-keputusan dan kebijakan yang diambil/diatur oleh suatu entitas harus dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan kepada publik (masyarakat) dan masyarakat harus pada posisi untuk dapat mengakses informasi.

Karena akuntabilitas juga menyangkut fungsi pengawasan, maka informasi yang akan disajikan kepada publik tersebut harus dimungkinkan untuk dapat diaudit oleh aparat pengawas fungsional. Dalam kaitan ini akuntansi pemerintahan sebagai penyedia informasi (terutama yang bersifat keuangan) dari aktivitas pengguanaan resources oleh entitas pemerintah (sektor publik) memegang peranan yang sangat signifikan. Karena tujuan akuntansi (pelaporan keuangan) seringkali diturunkan dari tujuan entitas, maka tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat (publik) merupakan landasan pelaksanaan akuntansi pemerintahan (nonprofit organization).

4. Value for Money

Value for money berarti diterapkannya tiga prinsip dalam proses penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu pada harga yang paling murah. Efisiensi berarti bahwa penggunaan dana masyarakat (public money)

Page 84: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

76 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

tersebut dapat menghasilkan output yang maksimal (berdaya guna). Efektivitas berarti bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-target atau tujuan kepentingan publik.

Indikasi keberhasilan otonomi daerah dan desentralisasi adalah terjadinya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat (social welfare) yang semakin membaik, kehidupan demokrasi yang semakin maju, keadilan, pemerataan, serta adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah. Keadaan tersebut hanya akan tercapai apablia lembaga sektor publik dikelola dengan memperhatikan konsep value for money

5. Kejujuran dalam pengelolaan keuangan publik (probity)

Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf yang meiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan.

6. Transparansi

Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya sehingga tercipta pemerintahan daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.

7. Pengendalian

Penerimaan dan pengeluaran daerah (APBD) harus selalu dimonitor, yaitu dibandingkan antara yang dinggarkan dengan yang

Page 85: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

77BAB VPERENCANAAN PEMBAGUNAN DAERAH

dicapai. Untuk itu perlu dilakukan analisis varians (selisih) terhadap penerimaan dan pengeluaran daerah agar dapat sesegera mungkin dicari penyebab timbulnya varians dan tindakan antisipasi ke depan.

Prinsip-prinsip yang harus mendasari pengelolaan keuangan daerah tersebut harus senantiasa dipegang teguh dan dlaksanakan oleh penyelenggara pemerintahan, karena pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap pemerintah, yaitu:

Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu:a. Mengetahui kebijakan pemerintahb. Mengetahui keputusan yang diambil pemerintahc. Mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan dan

keputusan tertentud. Hak untuk diberi informasi (right to be informed) yang

meliputi hak untuk diberi penjelasan secara terbuka atas permasalahan-permasalahan tertentu yang menjadi perdebatan publik.

e. Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to).

Secara lebih spesifik, paradigma anggaran daerah yang diperlukan di era otonomi daerah adalah sebagai berikut:

Anggaran di daerah harus bertumpu pada kepentingan publik.a. Anggaran daerah harus dikelola dengan hasil yang baik

dan biaya rendah (work better and cost less)b. Anggaran daerah harus mampu memberikan transparansi

dan akuntabilitas secara rasional untuk keseluruhan siklus anggaran.

c. Anggaran daerah harus dikelola dengan pendekatan kinerja (performance oriented) untuk seluruh jenis pengeluaran maupun pendapatan.

Page 86: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

78 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

d. Anggaran daerah harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi yang terkait.

e. Anggaran daerah harus dapat memberikan keleluasaan bagi para pelaksananya untuk memaksimalkan pengelolaan dananya dengan memperhatikan prinsip value for money.

G. Konsep dan Struktur APBD

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan PP 12 Tahun 2019, struktur APBD merupakan satu kesatuan yag terdiri dari:1. Pendapatan Daerah2. Belanja Daerah3. Pembiyaaan Daerah

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah adalah hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah yang menambah ekuitas dana.

Pendapatan daerah meliputi: a. Pendapatan Asli Daerah, b. Dana Perimbangan, dan c. Lain-lain Pendapatan.

a. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah bagian sumber pendapatan yang asli berasal dari potensi daerah itu sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

Page 87: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

79BAB VPERENCANAAN PEMBAGUNAN DAERAH

berlaku. Kewenangan daerah dalam memungut pendapatan asli daerah dimaksudkan agar daerah dapat mendanai pelaksanaan otonomi daerah yang bersumber dari potensi daerahnya sendiri.

Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:1) Pajak daerah2) Retribusi daerah3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

yang mencakup: a) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah (BUMD), b) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah (BUMN), dan c) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta.

4) Lain-lain PAD yang sah, yang meliputi: a) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, b) hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, c) jasa giro, d) pendapatan bunga, e) penerimaan atas tuntutan ganti rugi daerah, f) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, g) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah, h) pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, i) pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, i) pendapatan denda pajak dan retribusi, j) pendapatan dari fasilitas sosial dan faslitas umum, k) pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, dan l) pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

Page 88: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

80 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

b. Dana perimbangan, meliputi:1) Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber

dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus.

2) Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus.

3) Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan daerah yang meliputi bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak.

c. Pendapatan lain-lain yang sah, meliputi:1) Pendapatan hibah,2) Pendapatan dana darurat,3) Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/

kota,4) Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah

daerah lainnya,5) Dana penyesuaian, dan6) Dana otonomi khusus.7) Secara garis besar, struktur pendapatan daerah dapat

dilihat pada tabel berikut:

2. Belanja daerah

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Pasal 26 dan 27 dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah tidak merinci tentang klasifikasi

Page 89: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

81BAB VPERENCANAAN PEMBAGUNAN DAERAH

belanja menurut urusan wajib, urusan pilihan, dan klasifikasi menurut organisasi, fungsi, program kegiatan, serta jenis belanja.

Sedangkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 31 ayat (1), memberikan secara rinci klasifikasi belanja daerah berdasarkan urusan wajib, urusan pilihan atau klasifikasi menurut organisasi, fungsi, program kegiatan, serta jenis belanja.

a. Klasifikasi belanja menurut urusan wajib

Urusan pemerintah wajib adalah urusan perintahan yang wajib diselenggarakan oleh semua daerah. Urusan pemerintah wajib yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah terbagi menjadi urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, klasifikasi belanja menurut urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar mencakup: 1) pendidikan, 2) kesehatan, 3) pekerjaan umum dan penataan ruang, 4) perumahan rakyat dan kawasan permukiman, 5) ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, 6) sosial. Sedangkan urusan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar antara lain: 1) tenaga kerja, 2)pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, 3) pangan, 4) pertanahan, 5) lingkungan hidup, 6) administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, 7) pemberdayaan masyarakat dan desa, 8) pengendalian penduduk dan keluarga berencana, 9) perhubungan, 10) komunikasi dan informatika, 11) koperasi, usaha kecil dan menengah, 12) penanaman modal, 13) kepemudaan dan olahraga, 14) statistik, 15) persandian, 16) kebudayaan, dan 17) perpustakaan.

Page 90: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

82 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

b. Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan

Urusan pemerintahan pilihan adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggrakan oleh daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah. Klasifikasikan belanja menurut urusan pilihan mencakup: 1) pertanian, 2) kehutanan, 3) energi dan sumber daya mineral, 4) pariwisata, 5) kelautan dan perikanan, 6) perdagangan, 7) perindustrian, dan 8) transmigrasi.

c. Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan, organisasi, fungsi, program dan kegiatan, serta jenis belanja

Belanja daerah tersebut mencakup: 1) belanja operasi dan 2) belanja modal yang dijabarkan dalam tabel 6.2.

3. Pembiayaan daerah

Pembiayaan daerah adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiyaan daerah adalah transaksi keuangan pemerintah daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus APBD.

Pembiayaan Daerah menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 59 terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan daerah.

a. Penerimaan Pembiayaan

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 60 menyebutkan bahwa penerimaan pembiayaan daerah, meliputi: 1) sisa lebih perhitungan anggaran (silpa) tahun lalu, 2) pencairan dana cadangan, 3) penerimaan pinjaman

Page 91: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

83BAB VPERENCANAAN PEMBAGUNAN DAERAH

daerah, 4) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, 5) penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan 6) penerimaan piutang daerah.

b. Pengeluaran pembiayaan

Pengeluaran pembiayaan daerah, meliputi: 1) pembentukan dan cadangan, 2) penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, 3) pembayaran utang pokok yang jatuh tempo, dan 4) pemberian pinjaman daerah. Secara ringkas, struktur pembiayaan daerah dapat dilihat pada tabel 6.2.

Tabel 6.2 Struktur APBD

Sumber: Permendagri No 13 Tahun 2006 dan PP 12 tahun 2019

Page 92: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

84 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

7.

BAB VIPERENCANAAN DAN PENGANGGARAN APBD

A. Pendahuluan

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selalu diatur dengan peraturan perundang-undangan. Dimulai dengan Undang-Undang 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, kemudian diperjelas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, serta diarahkan pelaksanaanya dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Selain itu, setiap tahunnya pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Permendagri tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk tahun anggaran berikunya.

Penyusunan APBD harus dapat memberikan solusi atas permasalahan di daerah, yaitu harus beorientasi pada pertumbuhan (pro growth), penciptaan lapangan kerja (pro job), dan pengatasan kemiskinan (pro poor). Adapun tahapan proses perencanaan APBD sebagai berikut.

B. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Penyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu, mengenai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Bila dilihat dari perspektif waktunya, perencanaan

Page 93: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

85BAB VIPERENCANAAN DAN PENGANGGARAN APBD

di tingkat pemerintah daerah dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1)Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk periode 20 tahun; (2)Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk periode 5 tahun; (3)Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan perencanaan tahunan daerah. Sedangkan perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari Rencana Strategi (Renstra) SKPD merupakan rencana untuk periode 5 tahun, dan Rencana Kerja (Renja) SKPD/OPD merupakan rencana kerja tahunan SKPD/OPD.

Gambar 6.1 Tahapan Penyusunan Rancangan APBD

Sumber: Peraturan Menteri Dalam Negeri Tentang Pedoman Penyusunan APBD

Page 94: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

86 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Selain itu, pada tahap perencanaan dan penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) terdapat waktu-waktu yang telah ditentukan, berikut ini adalah skedul perencanaan anggaran dan pendapatan daerah.

Gambar 6.2Kalender Perencanaan dan Penganggaran Tahunan

Sumber: Materi Pelatihan LGSP-USAID, 2010

Pada gambar 6.2 ditunjukkan skedul perencanaan dan penganggaran daerah di tingkat SKPD dan pemerintah Provinsi. Proses pertma dalam siklus perencanaan Provinsi, adalah penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah, yang diacu oleh penyusunan dokumen Renja SKPD. Memasuki bulan januari, SKPD Provinsi harus menyusun draft Renja, untuk dibahas dalam forum Musrenbang pada bulan Februari-Maret. Forum Musrenbang akan menghasilkan masukan yang akan di akomodir ke dalam Draft Renja SKPD, Draft RKPD dan dokumen Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS).

Page 95: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

87BAB VIPERENCANAAN DAN PENGANGGARAN APBD

Ada akhir bulan Mei, pemerintah daerah telah menghasilkan KUA dan PPAS. Dengan kedua kedua dokumen tersebut, Renja SKPD, dapat disinergikan kembali dan menghasilkan draft final Renja SKPD. Bedasarkan dokumen draft final Renja, SKPD Kabupaten/Kota menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD dan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya, setelah tahun anggaran yang sudah disusun. Proses ini berakhir pada akhir bulan Agustus. Siklus penganggaran pembangunan daerah diawali pada bulan Juli dengan penyusunan RKA-SKPD dan prakiraan belanja, untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun. Dari dokumen RKA SKPD, DPRD melakukan pembicaraan pendahuluan RAPBD. Selanjutnya, Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) mengkompilasi RKA SKPD yang telah dibahas dan menyusun Raperda APBD. RAPBD dibahas Kepala Daerah, dan DPRD, setelah dihasilkan nota RAPBD. Kemudian, setelah diperoleh kesepakatan RAPBD ditetapkan menjadi APBD pada bulan Desember. APBD dilaksanakan dengan pedoman SK Pelaksanaan APBD.

C. Siklus Mekanisme APBD

Penyusunan APBD didasarkan atas dokumen RPJMD, dokumen perencanaan lain (RTRW dll), assesment kebutuhan, capaian kinerja tahun lalu, dan kebijakan pemerintah pusat. Proses/pelaksanaan APBD terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan, serta evaluasi seperti terlihat pada gambar 6.3. Masing-masing tahapan terdiri dari kegiatan input, process, dan output. Dalam tahap perencanaan akan mendasarkan pada arah dan kebijakan, strategi dan prioritas, serta anggaran-program-aktivitas yang bermuara pada penyusunan APBD. Pada tahap pelaksanaan dan pelaporan berbasis pada aktivitas pencatatan (akuntansi) dan pelaporan pelaksanaan APBD. Selanjutnya pada tahap evaluasi akan dilakukan evaluasi kinerja dan hasil.

Page 96: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

88 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Gambar 6.3 Siklus Mekanisme APBD

Sumber: Materi Pelatihan LGSP-USAID, 2010

D. Kebijakan Umum APBD (KUA)

Kebijakan Umum APBD atau KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 tahun. Alur penyusunan KUA sebagaimana terlihat pada gambar 6.4.

Proses penyusunan KUA adalah sebagai berikut:1. Kepala daerah berdasarkan RKPD menyusun rancangan

kebijakan umum APBD (RKUA).2. Penyusunan RKUA berpedoman pada pedoman penyusunan

APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun.

Page 97: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

89BAB VIPERENCANAAN DAN PENGANGGARAN APBD

Sebagai contoh untuk bahan penyusunan APBD Tahun 2007 Menteri Dalam Negeri telah menerbitkan Permendagri Nomor 26 Tahun 2006 tertanggal 1 September 2006 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007.

3. Kepala daerah menyampaikan RKUA tahun anggaran berikutnya, sebagai landasan penyusunan RAPBD, kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan.

4. RKUA yang telah dibahas kepala daerah bersama DPRD dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan Umum APBD (KUA).

Gambar 6.4 Proses Penganggaran

Sumber: Materi Pelatihan LGSP-USAID, 2010

Page 98: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

90 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

E. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)

Untuk penyusunan rancangan APBD, diperlukan adanya urutan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara atau PPAS adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) sebelum disepakati dengan DPRD. Proses penyusunan dan pembahasan PPAS menjadi PPA adalah sebagai berikut: 1) Berdasarkan KUA yang telah disepakati, Pemda dan DPRD membahas rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS) yang disampaikan oleh kepala daerah, 2) Pembahasan PPAS, 3) Pembahasan PPAS dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Menentukan skala prioritas dalam urusan wajib dan urusan pilihan, b) Menentukan urutan program dalam masing-masing urusan, c) Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program. 4) KUA dan PPAS yang telah dibahas dan disepakati bersama kepala daerah dan DPRD dituangkan dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD, 5) Kepala daerah berdasarkan nota kesepakatan menerbitkan pedoman penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD (RKA-SKPD) sebagai pedoman kepala SKPD menyusun RKA-SKPD.

Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 87 ayat (2) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS kepada DPRD untuk dibahas bersama antara TAPD dan panitia anggaran DPRD paling lambat minggu kedua bulan Juli dari tahun anggaran berjalan. Setelah disepakati bersama PPAS tersebut ditetapkan sebagai Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) paling lambat pada akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.

Page 99: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

91BAB VIPERENCANAAN DAN PENGANGGARAN APBD

F. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD/OPD (RKA-SKPD/OPD)

Menurut Pasal 89 ayat (3) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, setelah ada Nota Kesepakatan tersebut di atas Tim Anggaran (TAPD) menyiapkan surat edaran kepala daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD yang harus diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun anggaran berjalan.

Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan agar seluruh proses penyusunan APBD semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan penetapan alokasi serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi masayarakat. Sementara itu, penyusunan anggaran dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM), pendekatan anggaran terpadu, dan pendekatan anggaran kinerja.

Pendekatan KPJM adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju. Kerangka pengeluaran jangka menengah digunakan untuk mencapai disiplin fiskal secara berkelanjutan. Gambaran jangka menengah diperlukan karena rentang waktu anggaran satu tahun terlalu pendek untuk tujuan penyesuaian prioritas pengeluaran, dan ketidakpastian terlalu besar bila perspektif anggaran dibuat dalam jangka panjang (di atas 5 tahun). Proyeksi pengeluaran jangka menengah juga diperlukan untuk menunjukkan arah perubahan yang diinginkan. Dengan menggambarkan implikasi dari kebijakan

Page 100: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

92 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

tahun berjalan terhadap anggaran tahun-tahun berikutnya, proyeksi pengeluaran multi tahun akan memungkinkan pemerintah untuk dapat mengevaluasi biaya-efektivitas (kinerja) dari program yang dilaksanakan. Sedangkan pada pendekatan anggaran tahunan yang murni, hubungan antara kebijakan sektoral dengan alokasi anggaran biasanya lemah, dalam arti sumber daya yang diperlukan tidak cukup mendukung kebijakan/program yang ditetapkan. Akan tetapi, harus dihindari perangkap dimana pendekatan pemograman multi tahun ini dengan sendirinya membuka peluang terhadap peningkatan pengeluaran yang tidak perlu atau tidak relevan.

Penganggaran terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana dan untuk menghindari terjadinya duplikasi belanja. Sedangkan penyusunan anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis kegiatan. Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja dilaksanakan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dan keluaran yang diharapkan dari kegiatan dengan hasil kerja dan manfaat yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.

Anggaran Berbasis Kinerja ini disusun berdasarkan pada : a) Indikator kinerja, b) Capaian atau target kinerja, c) Analisis standar belanja (ASB), d) Standar satuan kerja, dan e) Standar pelayanan minimal.

Page 101: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

93BAB VIPERENCANAAN DAN PENGANGGARAN APBD

Dokumen penyusunan anggaran yang disampaikan oleh masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang disusun dalam format Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD harus betul-betul dapat menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, serta korelasi antara besaran anggaran (beban kerja dan harga satuan) dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai atau diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu penerapan anggaran berbasis kinerja mengandung makna bahwa setiap pengguna anggaran (penyelenggara pemerintahan) berkewajiban untuk bertanggungjawab atas hasil proses dan penggunaan sumber dayanya.

Selanjutnya, beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran daerah antara lain adalah (1) Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; (2) Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD; dan (3) Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening Kas Umum Daerah.

G. Penyimpanan Raperda APBD

RKA-SKPD yang telah disusun, dibahas, dan disepakati bersama antara Kepala SKPD dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) digunakan sebagai dasar untuk penyiapan Raperda APBD.

Page 102: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

94 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Raperda ini disusun oleh pejabat pengelola keuangan daerah yang untuk selanjutnya disampaikan kepada kepala daerah.

Suatu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa sebelum disampaikan dan dibahas dengan DPRD, Raperda tersebut harus disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat yang bersifat memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pemerintah daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD pada tahun anggaran yang direncanakan. Penyebarluasan dan/atau sosialisasi tentang Raperda APBD ini dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah.

H. Penetapan APBD

Proses penetapan APBD melalui tahapan sebagai berikut :

1. Penyampaian dan pembahasan Raperda tentang APBD

Menurut ketentuan dari Pasal 104 Permendagri No. 13 Tahun 2006, Raperda beserta lampiran-lampirannya yang telah disusun dan disosialisasikan kepada masyarakat untuk selanjutnya disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya dari tahun anggaran yang direncanakan untuk mendapatkan persetujuan bersama. Pengambilan keputusan bersama ini harus sudah terlaksana paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dimulai.

Atas dasar persetujuan bersama tersebut, kepala daerah menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD yang harus disertai dengan nota keuangan. Raperda APBD tersebut antara lain memuat rencana pengeluaran yang telah disepakati bersama. Raperda APBD ini baru dapat dilaksanakan oleh pemerintahan

Page 103: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

95BAB VIPERENCANAAN DAN PENGANGGARAN APBD

kabupaten/kota setelah mendapat pengesahan dari Gubernur terkait. Selanjutnya menurut Pasal 108 ayat (2) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, apabila dalam waktu 30 (tiga puluh hari) setelah penyampaian Raperda APBD Gubernur tidak mengesahkan Raperda tersebut, maka kepala daerah (Bupati/Walikota) berhak menetapkan Raperda tersebut menjadi Peraturan Kepala Daerah.

2. Evaluasi Raperda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

Raperda APBD pemerintahan kabupaten/kota yang telah disetujui dan rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh Bupati.Walikota harus disampaikan kepada Gubernur untuk di-evaluasi dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja. Evaluasi ini bertujuan demi tercapainya keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur, serta untuk meneliti sejauh mana APBD kabupaten/kota tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya. Hasil evaluasi ini sudah harus dituangkan dalam keputusan gubernur dan disampaikan kepada bupati/walikota paling lama 15 (lima belas ) hari kerja terhitung sejak diterimanya Raperda APBD tersebut.

3. Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

Tahapan terakhir adalah menetapkan raperda APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi tersebut menjadi Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya. Setelah itu Perda dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD ini

Page 104: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

96 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada Gubernur terkait paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal ditetapkan.

Page 105: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

97BAB VIIPENETAPAN APBD

8.

BAB VIIPENETAPAN APBD

A. Pendahuluan

Proses penyusunan APBD dimulai dengan penyusunan rancangan KUA APBD dan dokumen PPAS. Kedua dokumen tersebut kemudian dibahas bersama DPRD untuk menghasilkan sebuah Nota Kesepakatan KUA dan PPA. Berdasarkan Nota Kesepakatan tersebut, Kepala daerah menyampaikan Surat Edaran yang berisi Pedoman Penyusunan RKA-SKPD yang kemudian ditindaklanjuti oleh SKPD dengan melakukan penyusunan RKA-SKPD.

PPKD melakukan kompilasi RKA-SKPD menjadi RAPERDA APBD untuk dibahas dan memperoleh persetujuan bersama dengan DPRD sebelum diajukan dalam proses Evaluasi. Proses penetapan Perda APBD baru dapat dialkukan jika Menteri dalam negeri/Gubernur menyatakan bahwa Perda APBD tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundangan yang lebih tinggi. Proses penetapan APBD mencakup:1. Penyampain dan pembahasan RAPERDA tentang APBD,2. Evaluasi RAPERDA tentang APBD dan rancangan peraturan

kepala daerah tentang penjabaran APBD,3. Penetapan PERDA tentang APBD dan peraturan kepala daerah

tentang penjabaran APBD.

B. Penyampaian dan Pembahasan RaPerda APBD

1. Penyampaian RaPerda APBD

Page 106: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

98 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

RAPERDA yang telah disusun oleh PPKD selanjutnya oleh kepala daerah disampaikan kepada DPRD untuk dibahas bersama antara DPRD dengan pemerintah daerah. Menurut ketentuan yang berlaku, RAPERDA beserta lampiran-lampirannya yang telah disusun dan disosialisasikan kepada masyarakat untuk selanjutnya disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD untuk mendapatkan persetujuan bersama paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober tahun anggran sebelumnya dari tahun anggaran yang direncanakan. Pengambilan keputusan bersama ini harus sudah terlaksana paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggran yang bersangkutan dimulai.

Tahapan Penyusunan, Pembahasan, Implementasi dan Pertanggungjawaban APBD dapat dilihat di gambar 7.1.

Gambar 7.1 : Tahapan Penyusunan, Pembahasan, Implementasi

dan Pertanggungjawaban APBD

Sumber: Materi Pelatihan LGSP-USAID, 2010

Page 107: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

99BAB VIIPENETAPAN APBD

Proses penyampaian RaPerda oleh Pemerintah Daerah kepada DPRD bisa digambarkan sebagai berikut:

Gambar 7.2 Pembahasan RaPerda APBD dan Penyusunan Raper KDH –

Penjabaran APBD

Sumber: Permendari Nomor 13 Tahun 2006

Proses penetapan APBD:1. Penyampaian dan pembahasan RaPerda tentang APBD,2. Evaluasi RaPerda tentang APBD dan rancangan peraturan

kepala daerah tentang penjabaran APBD,3. Penetepan RaPerda tentang APBD dan peraturan kepala daerah

tentang penjabaran APBD.

Penjelasan lebih rinci dari proses penetapan APBD adalah sebagai berikut:

Page 108: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

100 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

1. Penyampaian dan pembahasan RaPerda APBD

RaPerda yang telah disusun oleh PPKD selanjutnya oleh kepala daerah disampaikan kepada DPRD untuk dibahas bersama antara DPRD dengan pemerintah daerah.

Menurut ketentuan yang berlaku, RaPerda beserta lampiran-lampirannya yang telah disusun dan disosialisasikan kepada masyarakat untuk selanjutnya disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD untuk mendapatkan persetujuan bersama paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober tahun anggran sebelumnya dari tahun anggaran yang direncanakan. Pengambilan keputusan bersama ini harus sudah terlaksana paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggran yang bersangkutan dimulai.

Sebelum pembahasan/pembicaraan tahap kedua, maka setelah dilakukan pembicaraan tahap pertama, DPRD wajib mensosialisasikan (konsultasi publik) kepada masyarakat luas mengenai rancangan Perda APBD untuk memperoleh masukan, dengan melibatkan seluruh perwakilan stakeholders, termasuk tokoh masyarakat, ormas, perguruan tinggi, LSM dan pengusaha/asosiasi pengusaha. Hasil forum konsultasi punik dijadikan sebagai masukan bagi DPRD dalam rangka pembahasan berikutnya.

Pada tahapan proses pembahasan di DPRD ini, terdapat ketentuan yang mengatur kewajiban DPRD ini, terdapat ketentuan yang mengatur kewajiban DPRD untuk menjaring masukan dari masyarakat baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 pasal 54, untuk itu DPRD dapat menyeleggarakan Konsultasi publik dengan masyarakat. Media dapat berperan penting untuk memfasilitasi maupun menyebarluaskan jalannya konsultasi publik, mencatat kesepakatan-kesepakatan dan mengawalnya dalam proses perumusan RAPBD selanjutnya.

Page 109: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

101BAB VIIPENETAPAN APBD

Penetapan agenda pembahasan rancangan Perda tentang APBD untuk mendapatkan persetujuan bersama disesuaikan dengan tata tertib DPRD masing-masing daerah. Pembahasan rancangan Perda berpedoman pada KUA serta PPA yang telah disepakati bersama antara pemeritah daerah dan DPRD. Dalam pembahasan program dan kegiatan tertentu, DPRD dapat meminta tambahan penjelsan kepada kepala daerah dengan RKA-SKPD

Apabila DPRD sampai batas waktu paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggran yang bersangkutan dilaksanakan. Tidak menetapkan persetujuan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan PERDA tentang APBD, kepala daerah melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan.

Rencana pengeluran pemerintah daerah disusun dalam rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD. Rancangan peraturan kepala daerah ini dapat dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dan penetapan dari menteri dalam negeri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota

Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah untuk memperoleh pengesahan paling lama 15 (lima belas) har kerja terhitung sejak DPRD tidak menetapkan keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan Perda tentang APBD.

Apabila dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari kerja menteri dalam negeri/gubernur tidak mengesahkan rancangan perturan daerah tentang APBD, Kepala daerahbisa menetapkan rancangan peraturan kepala daerah dimaksud menjadi peraturan kepala daerah.

Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan setiap bulan diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja bersifat wajib. Belanja yang bersifat mengikat merupakan belanja

Page 110: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

102 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

yang dibutuhkan secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa. Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga.

Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD harus dilengkapi dengan lampiran berikut ini:

a. Ringkasan APBD menurut urusan wajib dan urusan pilihan.b. Ringkasan APBD menurut urusan pemerintah daerah dan

organisasic. Rincian APBD menurut urusan pemerintah daerah,

organisasi, pendapatan, belanja dan pembiayaan.d. Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintah daerah,

organisasi, program dan kegiatan.e. Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan

keterpaduan urusan pemerintah daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara.

f. Daftar jumlah pegawai per-golongan dan per-jabatan.g. Daftar piutang daerah.h. Daftar penyertaan modal (investasi) daerah.i. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset

tetap daerah.j. Daftar perkiraan penambahan da pengurangan aset-aset lain.

k. Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggra sebelumnya yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini.

l. Daftar dana cadangan daerah.m. Daftar pinjaman daerah.

Page 111: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

103BAB VIIPENETAPAN APBD

Sebelum pembahasan/pembicaraan tahap kedua, maka setelah dilakukan pembicaraan tahap pertama, DPRD wajib mensosialisasikan (konsultasi publik) kepada masyarakat luas mengenai rancangan Perda APBD untuk memperoleh masukan, dengan melibatkan seluruh perwakilan stakeholders, termasuk tokoh masyarakat, ormas, perguruan tinggi, LSM dan pengusaha/asosiasi pengusaha. Hasil forum konsultasi publik dijadikan sebagai masukan bagi DPRD dalam rangka pembahasan berikutnya.

Pada tahapan proses pembahasan di DPRD ini, terdapat ketentuan yang mengatur kewajiban DPRD ini, terdapat ketentuan yang mengatur kewajiban DPRD untuk menjaring masukan dari masyarakat baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 pasal 54, untuk itu DPRD dapat menyeleggarakan konsultasi publik dengan masyarakat. Media dapat berperan penting untuk memfasilitasi maupun menyebarluaskan jalannya konsultasi publik, mencatat kesepakatan-kesepakatan dan mengawalnya dalam proses perumusan RAPBD selanjutnya.

Penetapan agenda pembahasan rancangan Perda tentang APBD untuk mendapatkan persetujuan bersama disesuaikan dengan tata tertib DPRD masing-masing daerah. Pembahasan rancangan Perda berpedoman pada KUA serta PPA yang telah disepakati bersama antara pemeritah daerah dan DPRD. Dalam pembahasan program dan kegiatan tertentu, DPRD dapat meminta tambahan penjelsan kepada kepala daerah dengan RKA-SKPD

Apabila DPRD sampai batas waktu paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggran yang bersangkutan dilaksanakan. Tidak menetapkan persetujuan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan Perda tentang APBD, kepala daerah melaksanakan

Page 112: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

104 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan.

Rencana pengeluran pemerintah daerah disusun dalam rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD. Rancangan peraturan kepala daerah ini dapat dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dan penetapan dari menteri dalam negeri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota

Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah untuk memperoleh pengesahan paling lama 15 (lima belas) har kerja terhitung sejak DPRD tidak menetapkan keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan Perda tentang APBD.

Apabila dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari kerja menteri dalam negeri/gubernur tidak mengesahkan rancangan perturan daerah tentang APBD, Kepala daerahbisa menetapkan rancangan peraturan kepala daerah dimaksud menjadi peraturan kepala daerah.

Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan setiap bulan diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja bersifat wajib. Belanja yang bersifat mengikat merupakan belanja yang dibutuhkan secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa. Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga.

Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD harus dilengkapi dengan lampiran berikut ini:

a. Ringkasan APBD menurut urusan wajib dan urusan pilihan.

Page 113: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

105BAB VIIPENETAPAN APBD

b. Ringkasan APBD menurut urusan pemerintah daerah dan organisasi

c. Rincian APBD menurut urusan pemerintah daerah, organisasi, pendapatan, belanja dan pembiayaan.

d. Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintah daerah, organisasi, program dan kegiatan.

e. Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan pemerintah daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara.

f. Daftar jumlah pegawai per-golongan dan per-jabatan.g. Daftar piutang daerah.h. Daftar penyertaan modal (investasi) daerah.i. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset

tetap daerah.j. Daftar perkiraan penambahan da pengurangan aset-aset lain.

k. Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggra sebelumnya yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini.

l. Daftar dana cadangan daerah.m. Daftar pinjaman daerah.

Untuk efektifitas pelaksanaan evaluasi, menteri dalam negeri dapat mengundang pejabat pemerintah daerah provinsi yang terkait. Hasil evaluasi dituangkan dalam keputusan Menteri Dalam Negeri dan disampaikan kepada gubernur aling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.

Dalam hal menteri dalam negeri menyatakan hasil evaluasi telah sesuai dengan kepentingan umum, ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, RKPD, KUA dan PPAS, serta RPJMD, gubernur menetapkan rancangan dimaksud menjadi Perda dan peraturan gubernur.

Page 114: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

106 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Apabila menteri dalam negeri menyatakan hasil evaluasi bertentangan dengan kepentingan umum dan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, RKPD, KUA dan PPAS, serta RPJMD, gubernur bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak evaluasi diterima.

Di dalam penyampaian, apabila menteri dalam negeri tidak memberikan hasil evaluasi dalam waktu 15 (lima belas) hari terhitung sejak rancangan Perda APBD menjadi Perda APBD dan rancangan gubernur tentang penjabaran APBD menjadi peraturan gubernur tentang penjabaran APBD.

2. Evaluasi RaPerda Kabupaten/Kota tentang APBDGambar 7.3

Evaluasi RaPerda Kabupaten/Kota tentang APBD

Sumber: Materi Musrenbang Kota Madiun, 2019

Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan bupati/walikota

Page 115: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

107BAB VIIPENETAPAN APBD

tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh bupati/walikota paling lambat 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi. Penyampaian rancangan Perda disertai/dilampiri dengan:

a. Persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap rancangan Perda tentang APBD

b. KUA dan PPAS yang disepakati antara kepala daerah dan pimpinan DPRD.

c. Risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan Perda tentang APBD.

d. Nota keuangan dan pidato kpala daerah perihal penyampaian pengantar nota keuangan pada sidang DPRD.

Gubernur melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda kabupaten/kota tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentangpenjabaran APBD. Evaluasi bertujuan untuk mencapai keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik yang lebih tinggi dan/atau Perda lainnya yang ditetapkan oleh provinsi bersangkutan. Demikian pula, evaluasi dilakukan untuk menguji kesesuaian rancangan Perda provinsi tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD dengan:

a. Ketentuam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

b. Kepentingan umumc. RKPD serta KUA dan PPASd. RPJMD

Untuk efektifitas pelaksanaan evaluasi, menteri dalam negeri dapat mengundang pejabat pemerintah daerah provinsi yang terkait. Hasil evaluasi dituangkan dalam keputusan Menteri Dalam Negeri dan disampaikan kepada gubernur aling lama 15 (lima

Page 116: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

108 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud. Dalam hal menteri dalam negeri menyatakan hasil evaluasi telah sesuai dengan kepentingan umum, ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, RKPD, KUA dan PPAS, serta RPJMD, gubernur menetapkan rancangan dimaksud menjadi Perda dan peraturan gubernur.

Apabila menteri dalam negeri menyatakan hasil evaluasi bertentangan dengan kepentingan umum dan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, RKPD, KUA dan PPAS, serta RPJMD, gubernur bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak evaluasi diterima. Di dalam penyampaian, apabila menteri dalam negeri tidak memberikan hasil evaluasi dalam waktu 15 (lima belas) hari terhitung sejak rancangan Perda APBD menjadi Perda APBD dan rancangan gubernur tentang penjabaran APBD menjadi peraturan gubernur tentang penjabaran APBD.

3. Penyempurnaan Raperda APBD

Dalam hal hasil evaluasi atas rancangan Perda provinsi/kabupaten/kotakota tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur/bupati/walikota tentang penjabaran APBD tidak sesuai dengan kepetingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka mekanisme yang akan ditempuh adalah penyempurnaan hasil evaluasi dilakukan kepala daerah bersama dengan badan anggaran DPRD dan hasil penyempurnaan ditetapkan oleh pimpinan DPRD. Badan anggran DPRD bersama-sama TAPD harus melakukan penyempurnaan atas rancangan Perda tentang APBD berdasarkan hasil evaluasi terhadap rancangan Perda tentang APBD paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah hasil evaluasi menteri

Page 117: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

109BAB VIIPENETAPAN APBD

dalam negeri diterima oleh gubernur untuk APBD provinsi dan hasil evaluasi gubernur diterima oleh bupati/walikota untuk APBD kabupaten/kota.

Keputusan pimpinan DPRD dijadikan dasar penetapan Perda tentang APBD. Keputusan pimpinan DPRD dimaksud bersifat final dan dilaporkan pada sidang paripurna berikutnya atau keputusan pimpinan DPRD dilaporkan pada sidang paripurna berikutnya. Yang dimaksud dengan sidang paripurna berikutnya yakni setelah sidang paripurna pengambilan keputusan bersama terhadap rancangan Perda tentang APBD.

Keputusan pimpinan DPRD disampaikan kepada menteri dalam negeri untuk APBD provinsi dan kepada menteri dalam negeri untuk APBD provinsi dan kepada gubernur untuk APBD kabupaten/kota, paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah keputusan tersebut ditetapkan. Dalam hal pimpinan DPRD berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku pimpinan sementara DPRD yang menandatangani keputusan pimpinan DPRD.

4. Penetapan Perda APBD

Tahapan terakhir adalah menetapkan Raperda APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi tersebut menjadi Perda tentang APBD dan peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumya.

Pengelolaan keungan daerah diwujudkan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD, sebagai suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah. APBD ditetapkan setiap tahun dengan Perda yang dibahas dan disetujui bersama

Page 118: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

110 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

oleh pemerintah daerah dan DPRD. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.

Penyusunan APBD dilakukan dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat demi tercapainya tujuan bernegara. Secara garis besar, penyusunan APBD terdiri dari 6 (enam) tahapan, yaitu:

1. Penyusunan kebijakan Umum APBD (KUA).

2. Penyusunan Prioritas dan plafon Anggaran Sementara (PPAS).

3. Penyiapan Surat Edaran (SE) Keapala Daerah tentang pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Pemerintah Daerah (RKA-SKPD).

4. Penyiapan Raperda APBD.

5. Penyusunan Rancangan Peraturan Kepala Daerah (Rancangan peraturan kepala daerah) megenai penjabaran APBD.

6. Evaluasi serta penetapan Raperda APBD dan rancangan peraturan kepala daerah mengenai penjabaran APBD.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2006 telah memberikan batasan waktu untuk setiap tahapan dalam penyusunan APBD. Pada kenyataannya, tidak jarang pemerintah daerah tidak dapat memenuhi batasan waktu tersebut. Ketelambatan dalam menetapkan Perda APBD mengakibatkan keterlambatan penyampaian data APBD. Terhadap daerah yang terlambat menyampaikan data APBD diberikan sansi berupa penundaan penyaluran dana perimbangan dan atas keterlambatan tersebut dapat menghilangkan kesempatan bagi daerah untuk memperoleh dana insentif daerah. Namun demikian, hal ini belum juga membuat pemerintah daerah tepat waktu dalam menetapkan Perda APBD.

Page 119: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

111BAB VIIPENETAPAN APBD

Keterlambatan dalam penyusunan APBD ini telah terjadi dalam kurun waktu yang lama, bahkan di masa reformasi banyak pemerintah daerah yang masih terlambat dalam menyusun APBD. APBD yang mengalami keterlambatan dalam penyusunan tersebut merupakan APBD yang terlambat ditetapkan atau disahkan oleh pemerintah daerah bersama DPRD sebelum tanggal 31 Desember.

UU Nomor 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Perda. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa proses penyusunan APBD tergantung hubungan antara pemerintah daerah (kepala daerah) dengan DPRD (legislatif). Hubungan yang baik dan selaras dapat mendorong penyusunan APBD yang efektif dan efisien dan sebaliknya.

Proses penetapan APBD adalah proses politik dengan tahapan yang cukup rumit dan mengandung nuansa politik yang tinggi, dimana terjadi proses tawar-menawar antara eksekutif dan legislatif, serta merupakan pencerminan kekuatan relatif dai berbagai pihak yang terlibat dalam proses tersebut, yang masing-masing memiliki kepentingan berbeda terhadap APBD tersebut. Anggaran yang ditetapkan tersebut dipandang sebagai suatu kontrak kinerja antara legislatif dan eksekutif.

Dinamika politik yang terjadi mengakbitkan tarik-menarik kepentingan antara kepala daerah dengan DPRD, yang pada akhirnya memperlambat proses penetapan Raperda APBD menjadi APBD. Jika kata sepakat antara pemerintah daerah dengan DPRD tidak kunjung terjadi, bukan tidak mungkin Perda APBD tidak akan ditetapkan.

APBD seharusnya menjadi prioritas perhatian pemerintah daerah. Karena jika terlambat ditetapkan akan mempengaruhi

Page 120: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

112 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

keterlambatan pelaksanaan program dan kegiatan yang tercantum dalam APBD. Akibat selanjutnya adalah program yang telah direncanakan akan dilaksanakan secara tergesa-gesa dan terkesan seadanya, kaarena waktu pelaksanaan menjadi lebih singkat. Hal ini tentu akan mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program tersebut.

Perda tentang APBD yang telah mendapatkan persetujuan dan pengesahan gubernur, selanjutnya ditetapkan dan ditandatangani oleh kepala daerah serta diundangkan dalam lembaran daerah dan diberi nomor dan tanggal pengundangan serta ditandatangani sekretaris daerah, sehingga menjadi dokumen yang resmi dan sah.

APBD yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah, merupakan dokumen resmi dan sah (legal) sebagai acuan penggunaan keuangan daerah dan pelaksanaan pembangunan untuk tahun yang direncanakan. Agar masyarakat dapat memantau dan mengkritisi pelaksanaan APBD sekaligus mengawal untuk meminimasi penyimpangan, maka media sangat berperan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat umum mengeai ringkasan APBD, khusunya informasi tentang lokasi kegiatan setiap sektor, besaran anggaran setiap sektor serta indikator kinerja setiap kegiatan untuk setiap sektor.

Page 121: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

113BAB VIIIPELAKSANAAN APBD

9.

BAB VIIIPELAKSANAAN APBD

A. Asas Umum Pelaksanaan APBD

Pelaksanaan anggaran merupakan tahap di mana sumber daya digunakan untuk melaksanakan kebijakan anggaran yang telah dibuat. Adanya persiapan anggaran yang baik dianggap sebagai permulaan yang baik logis maupun kronologis. Namun dalam proses pelaksanaannya tidak sesederhana yang diharapkan. Anggaran yang telah dipersiapkan dengan baik ternyata belum tentu dapat diaksanakan dengan tepat. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya mekanisme yang tidak menjamin ketaatan terhadap program yang telah dibuat. Bahkan dengan pendekatan yang baik sekalipun, akan ada perubahan yang tidak terduga dalam lingkungan ekonomi makro dalam tahun yang bersangkutan. Tentunya perubahan tidak terduga tersebut juga harus disesuaikan dengan cara yang konsisten dengan tujuan kebijakan anggaran untuk menghindari terganggunya aktivitas satker dan manajemen program/kegiatan.

Pelaksanaan anggaran yang tepat tergantung pada banyak faktor, salah satunya adalahkemampuan untuk mengatasi perubahan lingkungan ekonomi makro dan kemampuansatuan kerja untuk melaksanakannya. Proses pelaksanaan ini justru melibatkan lebih banyak anggota daripada proses persiapannya, serta mempertimbangkan umpan balik dari pengalaman yang sesungguhnya. Olehkarena itu, dalam pelaksanaan anggaran harus: (a) menjamin bahwa anggaran akan dilaksanakan sesuai dengan

Page 122: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

114 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

wewenang yang diberikan baik dalam aspek keuangan maupun kebijakan; (b) menyesuaikan pelaksanaan anggaran dengan perubahan signifikan dalam ekonomi makro; (c)memutuskan adanya masalah yang muncul dalam pelaksanaannya; (d) menangani pembelian dan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif. Dengan demikian, dalam sistem pelaksanaan anggaran harusmenjamin adanya ketaatan terhadap wewenang anggaran dan memiliki kemampuan untuk melakukan pengawasan dan pelaporan yang dapat langsung mengetahui adanya masalah pelaksanaan anggaran serta memberikan fleksibilitas bagi para manajer.

Pelaksanaan APBD dimulai dengan uraian tentang asas umum pelaksanaan APBD yang mencakup:

1. Bahwa semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusanpemerintahan daerah harus dikelola dalam APBD;

2. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan daerahwajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yangditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

3. Dana yang diterima oleh SKPD tidak boleh langsung digunakan untuk membiayaipengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;

4. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja;

5. Jumlah belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja;

6. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja daerah jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBD;

Page 123: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

115BAB VIIIPELAKSANAAN APBD

7. Pengeluaran seperti tersebut pada butir (6) hanya dapat dilakukan dalam keadaan darurat, yang selanjutnya harus diusulkan terlebih dahulu dalam “rancangan perubahanAPBD” dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

8. Kriteria keadaan darurat ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

9. Setiap SKPD tidak boleh melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuktujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD; dan

10. Pengeluaran belanja daerah harus dilaksanakan berdasarkan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien, dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

B. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah

Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan anggaran pendapatan daerah adalah:

1. Semua pengelolaan terhadap pendapatan daerah harus dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah;

2. Setiap pendapatan daerah harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah;

3. Setiap satuan kerja yang memungut pendapatan daerah harus mengintensifkan pemungutan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya;

4. Setiap satuan kerja (SKPD) tidak boleh melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

5. Pendapatan daerah juga mencakup komisi, rabat, potongan, atau pendapatan lain dengan menggunakan nama dan dalam

Page 124: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

116 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

bentuk apapun yang dapat dinilai dengan uang, baik yang secara langsung merupakan akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain yang timbul sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya;

6. Semua pendapatan dari dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah dan dicatat sebagai pendapatan daerah.

C. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah

Setiap pengeluaran untuk belanja daerah atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Bukti-bukti tersebut harus mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti tersebut. Selanjutnya dalam melaksanakan anggaran belanja daerah harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengeluaran kas yang menjadi beban APBD tidak boleh dilakukan sebelum rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan dicantumkan dalam lembaran daerah. Pengeluaran kas tersebut tidak termasuk pengeluaran untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja daerah yang bersifat wajib yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah;

2. Dasar pengeluaran belanja untuk keperluan tak terduga yang dianggarkan dalam APBD (misalnya untuk mendanai tanggap darurat, bencana alam atau bencana sosial, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun sebelumnya) harus ditetapkan dengan keputusan kepala

Page 125: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

117BAB VIIIPELAKSANAAN APBD

daerah dan diberitahukan kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan sejak keputusan tersebut ditetapkan;

3. Pimpinan instansi/lembaga penerima dan tanggap darurat harus bertanggung jawab atas penggunaan dana tersebut dan wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana kepada atasan langsung dan kepala daerah sesuai dengan tata cara;

4. Pemberian dan pertanggungjawaban dana darurat yang ditetapkan dalam peraturan kepala daerah;

5. Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara pada bank yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

6. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara pengeluaran.

D. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah

Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 137 sampai dengan Pasal 153, anggaran yang diperlukan untuk pembiayaan daerah bersumber dari: (a) sisa lebih perhitungan tahun anggaran sebelumnya, (b) dana cadangan, (c) investasi, (d) pinjaman/obligasi daerah, dan (e) piutang daerah.

Page 126: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

118 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode tahunanggaran.SiLPA tahun sebelumnya merupakan penerimaan pembiayaan yang dapat digunakan untuk: 1) Menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja daerah; 2) Mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung; dan 3) Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum terselesaikan.

2. Dana cadangan

Dana cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang memerlukan dana yang relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.

Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai dana cadangan adalah bahwa: 1) Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atas nama dan cadangan pemerintah daerah yang dikelola oleh bendahara umum daerah; 2) Dana cadangan tidak boleh digunakan untuk membiayai program dan kegiatan lain di luar yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan; 3) Program dan kegiatan sebagaimana disebutkan pada butir (2) baru boleh dilaksanakan apabila dana cadangan telah mencukupi untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan tersebut; 4) Untuk membiayai program dan kegiatan tersebut dana cadangan harus dipindahbukukan dahulu ke rekening kas umum daerah yang harus dilengkapi dengan surat perintah pemindahbukuan oleh kuasa bendahara

Page 127: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

119BAB VIIIPELAKSANAAN APBD

umum daerah dengan persetujuan PPKD;5) Penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai dari dana cadangan diperlakukan sama dengan penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan lainnya.

3. Investasi

Menurut ketentuan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang dimaksud dengan investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat eknomis seperti; bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Ketentuan mengenai dana investasi adalah investasi awal dan penambahan investasi dicatat dalam rekening penyertaan modal (investasi) daerah. Pengurangan, penjualan dan/atau pengalihan investasi dicatat dalam rekening penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan (divestasi modal).

4. Pinjaman daerah dan obligasi

Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut.

Beberapa hal yang harus dicermati mengenai pinjaman daerah dan obligasi adalah: 1) Penerimaan pinjaman dan obligasi daerah harus dilakukan melalui rekening kas umum daerah; 2) Pendapatan daerah dan/atau aset daerah (barang milik daerah) tidak boleh dijadikan jaminan pinjaman daerah;

Page 128: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

120 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

3) Kegiatan yang dibiayai dari obligasi daerah beserta barang milik daerah yang melekat dalam kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan obligasi daerah; dan 4) Penatusahaan atas pinjaman daerah dan obligasi daerah dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (Kepala SKPKD).

5. Piutang usaha

Piutang daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kembali kepada pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.

Beberapa hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan piutang daerah adalah bahwa: 1) Setiap piutang daerah harus diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu; 2) Pejabat penatausahaan keuangan SKPD (PPK-SKPD) melakukan penatausahaan atas penerimaan piutang atau tagihan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD; 3) Piutang daerah dan/atau tagihan daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya pada saat jatuh tempo, diselesaikan sesuai dengan peraturan pertundang-undangan; 4) Piutang daerah jenis tertentu seperti piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerah merupakan prioritas untuk didahulukan penyelesaiannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 5) Piutang daerah yang terjadi sebagai akibat hubungan keperdataan dapat diselesaikan dengan cara damai, kecuali piutang daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan; 6) Piutang daerah dapat dihapuskan

Page 129: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

121BAB VIIIPELAKSANAAN APBD

dari pembukuan dengan penyelesaian secara mutlak atau bersyarat, kecuali cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan; 7) Penghapusan piutang daerah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a) Untuk piutang berjumlah sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), penghapusan ditetapkan oleh kepala daerah; b) Untuk piutang yang jumlahnya lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), penghapusannya ditetapkan oleh kepala daerah dengan persetujuan DPRD; 8) Penagihan dan penatausahaan piutang daerah dilaksanakan oleh Kepala SKPKD yang realisasi setiap bulannya harus dilaporkan kepada kepala daerah.

E. Akuntabilitas Pelaksanaan APBD

APBD adalah amanah rakyat, harus dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab sesuai dengan perancanaan dan peraturan yang ada. Pelaksanaan APBD hendaknya diukur dengan:

1. Kinerja keuangan dengan prinsip 3E + E, yaitu:a. Effisiensi, yaitu rasionalitas nilai anggaran dibanding

nilai hasil kerja.b. Efektifi tas, yaitu rasionalitas kerja anggaran dengan

pencapaian hasil. c. Ekonomis, yaitu penghematan nilai anggaran dalam

pencapaian hasil.d. Equity, yaitu ketepatan sasaran pemanfaat

2. Kepatuhan hukum penganggaran: sesuai undang-undang dan peraturan yg berlaku

Selanjutnya, seperti gambar 8.1, DPRD, eksekutif dan auditor pemerintah (BPK, BPKP, inspektorat daerah, dan

Page 130: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

122 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

KPK) harus mampu menjalankan fungsinya dan bekerjasama dengan baik sehingga pelaksanaan/implementasi APBD dapat berjalan lancar, tepat sasaran, dan berdampak positif bagi kemakmuran masyarakat serta kemajuan daerah.

Gambar 8.1 Hubungan akuntabilitas implementasi APBD

Sumber: Materi Pelatihan LGSP-USAID, 2010

Page 131: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

123BAB IXPERTANGGUNGJAWABAN APBD

10.

BAB IXPERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

A. Pendahuluan

Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, tata cara tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang dijabarkan lebih rinci dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Kuangan Daerah yang telah mengalami perubahan terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. Dengan memperdomani peraturan tersebut, pemerintah daerah setempat menyusun mekanisme dan prosedur pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang ditetapakana dengan peraturan kepala daerah yang bersangkutan.

Secara garis besar mekanisme dan prosedur pertanggungjawaban pelaksanaan APBD mencakup:

A. Laporan realisasi semester pertama APBD

B. Laporan tahunan

C. Penetapan Raperda pertanggungawaban pelaksanan APBD

D. Evaluasi Raperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

Page 132: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

124 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

B. Laporan Realisasi Semester Pertama APBD

Dalam pasal 290 sampai dengan pasal 293 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dijelaskan secara lebih rinci tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tersebut. Kepala SKPD menyusun laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggungjawabnya. Laporan tersebut disertai dengan prognosis untuk enam bulan berikutnya.

Laporan disiapkan oleh PPK- SKPD dan di sampaikan kepada pejabat pengguna anggaran untuk ditetapkan sebagai laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD serta prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah semester pertama tahun anggaran berkenaan berakhir.

Pejabat pengguna anggaran menyampaikan laporan tersebut kepada PPKD sebagai dasar penyusunan laporan realisasi semester pertama APBD paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah semester pertama tahun anggaran berkenaan berakhir. Selanjutnya PPKD menyusun Laporan Realisasi Semester pertama APBD dengan cara menggabungkan seluruh laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD paling lambat minggu kedua bulan Juli dan disampaikan kepada sekretaris daerah.

Laporan Realisasi Semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya disampaikan kepada kepala daerah paling lambat minggu ketiga bulan Juli tahun anggaran berkenaan, untuk ditetapkan sebagai laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosisi enam bulan berikutnya. Selanjutnya Laporan Realisasi Semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya disampaikan kepada DPRD paling lambat akhir bulan Juli.

Page 133: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

125BAB IXPERTANGGUNGJAWABAN APBD

Tahapan selanjutnya adalah penyerahan laporan realisasi semester pertama tersebut oleh sekretaris daerah kepada kepala daerah yang bersangkutan paling lambat minggu ketiga bulan Juli dari tahun anggaran berjalan yang juga harus disertai dengan perkiraan realisasi semester berikutnya. Laporan ini kemudian diserahkan kepada DPRD paling lambat minggu ke empat bulan Juli untuk keperluan pembahasan.

Bagan alir tentang penyiapan laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja sampai dengan pembahasan dalam rapat paripurna DPRD seperti terlihat pada gambar 9.1 berikut:

Gambar 9.1 Alur penyiapan laporan realisasi semester pertama APBD

s.d. pembahasan dalam rapat paripurna DPRD

PPK SKPD Setiap PPK SKPD menyiapkan laporan realisasi semester 1 dan perkiraan 6

bulan berikutnya

SKPD menyampaikan laporan kepada

PPKD

Sekretaris Daerah (selaku koordinator)

Kepala Daerah (Akhir Tahun Anggaran Berjalan)

DPRD Pembahasan

SKPD menyampaikan laporan kepada

PPKD

SKPD menyampaikan laporan kepada

PPKD

Page 134: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

126 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

C. Laporan Tahunan

Laporan tahunan pelaksanaan APBD suatu pemerintahan daerah merupakan gabungan dari isi laporan realisasi semester pertama dan semester kedua pelaksanaan APBD dan harus disusun sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standart akuntansi pemerintahan (SAP).

Sebagaimana halnya dengan proses penyiapan laporan realisasi pertama, maka laporan tahunan juga disusun sesuai dengan urut-urutan dari laporan realisasi semester pertama tersebut.

Pada tahap pertama, setiap PPK SKPD wajib menyiapkan laporan keuangan tahun anggaran berjalan sebagai laporan pertangungjawaban pelaksanaan anggaran dari SKPD yang bersangkutan dan disampaikan kepada pengguna anggaran/kepala SKPD terkait.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, laporan tahunan yang disiapkan oleh SKPD terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

2. Neraca

3. Laporan Operasional (LO)

4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

5. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK).

Selanjutnya, laporan tahunan ini diteruskan oleh kepala SKPD kepada PPKD yang akan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tersebut. Selanjutnya PPKD menyiapkan laporan keuangan pemerintah daerah tersebut kepada

Page 135: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

127BAB IXPERTANGGUNGJAWABAN APBD

kepala daerah paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Laporan Keuangan yang disusun oleh PPKD tersebut adalah:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL)

3. Neraca

4. Laporan Operasional (LO)

5. Laporan Arus Kas (LAK)

6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

7. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK).

Laporan keuangan pemerintah daerah tersebut disampaikan oleh PPKD kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.

Selanjutnya, setelah diadakan pembahasan dengan DPRD terkait laporan keuangan tersebut disampaikan oleh kepala daerah kepada Badan Pemeriksan Keuangan (BPK) untuk diadakan pemeriksaan dengan tenggang waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. BPK mempunyai waktu 2 (dua) bulan terhitung setelah disampaikannya laporan keuangan tahunan tersebut untuk melakukan pemeriksaan.

D. Penyiapan Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, kepala daerah perlu menyusun rancangan Perda (Raperda) tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD beserta rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran pelaksanaan APBD tersebut.

Page 136: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

128 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Raperda tersebut memuat laporan keuangan pemerintah daerah serta dilampiri dengan laporn tentang kinerja pemerintah daerah yang telah diperiksa oleh BPK dan ikhtisar laporan keuangan dari badan usaha milik daerah/perusahaan daerah. Raperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD harus diserahkan oleh kepala daerah kepada DPRD paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Persertujuan bersama terhadap rancangan PERDA tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tersebut dirinci secara lebih lengkap dalam rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan dilengkapi dengan:1. Ringkasan laporan realisasi anggaran2. Penjabaran tentang laporan realisasi anggaran

E. Evaluasi Rancangan Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

Raperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD serta Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama DPRD, sebelum ditetapkan maka harus disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Gubernur untuk dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi harus sudah disampaikan kembali kepada kepala daerah yang bersangkutan paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimannya Raperda tersebut.

Apabila Menteri Dalam Negeri dan Gubernur menyatakan bahwa hasil evaluasi terhadap RAPERDA tersebut sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Daerah yang bersangkutan dapat

Page 137: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

129BAB IXPERTANGGUNGJAWABAN APBD

menetapkan RAPERDA tersebut menjadi PERDA dan peraturan kepala daerah dan menyampaikan hasil evaluasi tersebut kepada Menteri Dalam Negeri dan Gubernur. Akan tetapi apabila hasil evaluasi dari Gubernur menyatakan bahwa Raperda tersebut tidak sesuai dan/atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka kepala daerah bersama dengan DPRD terkait harus melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya hasil evaluasi tersebut.

Seandainya kepala daerah tidak menindaklanjuti/menyempurnakan Raperda dan tetap menetapkan Raperda tersebut menjadi Perda dan Peraturan Kepala Daerah, maka Menteri Dalam Negeri dan Gubernur berhak membatalkan Perda tersebut.

Deskripsi

Mekanisme Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD merupakan bagian dari proses pengelolaan keuangan daerah setelah dilakukannya proses penyusunan Rancangan APBD, persetujuan RAPBD oleh DPRD, pengesahan APBD oleh Pemerintah Pusat, penetapan menjadi APBD, dan pelaksanaan APBD selesai dilakukan. Secara normatif, mekanisme PPAPBD merupakan suatu rangkaian dari proses pengawasan anggaran seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Kementerian Dalam Negeri, dan Dewan Perwakilan Rakyar Daerah (DPRD). Dalam konteks hukum administrasi negara, mekanisme pertanggungjawaban merupakan bentuk pengawasan demi terwujudnya pemerintahan yang baik sesuai dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB).

Mekanisme Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (PPAPBD) merupakan bagian dari proses pengelolaan keuangan daerah setelah dilakukannya proses penyusunan Rancangan APBD, Persetujuan RAPBD oleh DPRD, pengesahan APBD oleh Pemerintah

Page 138: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

130 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Pusat, penetapan menjadi APBD dan pelaksanaan APBD selesai dilakukan. Secara normatif, mekanisme PPAPBD merupakan suatu rangkaian dari prosedur pegawasan yang dilakukan oleh instansi-instansi yang memiliki fungsi pengawasan anggaran seperti Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), Kementerian Dalam Negeri, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar PPAPBD di antaranya adalah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, PP No 58 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, serta Permendagri No 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pegelolaan Keuangan Daerah. Dalam konteks hukum administrasi negara, mekanisme pertanggungjawaban merupakan bentuk pengawasan demi terwujudnya pemerintahan yang baik sesuai dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB).

Bentuk utama pertanggungjawaban pelaksanaan APBD (PPAPBD) adalah adanya kewajiban pemerintah sebagai pengguna anggaran untuk membuat laporan keuangan dan laporan kinerja yang kemudian dievaluasi dan diklarifikasi oleh DPRD dan Kementerian Dalam Negeri dengan mekanisme sebagai berikut:

A. Mekanisme Pelaksanaan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD oleh DPRD

DPRD berwenang untuk mengawasi pertanggungjawaban APBD untuk memastikan bahwa pelaksanaan APBD dapat mencapai sasaran dan target yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Arah Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati bersama oleh Kepala Daerah dan Pimpinan DPRD. Melihat fungsi DPRD tersebut, dapat dikatakan bahwa

Page 139: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

131BAB IXPERTANGGUNGJAWABAN APBD

konteks pengawasan yang telah dilakukan oleh DPRD adalah untuk memastikan bahwa keputusan-keputusan yang diambil oleh kepala daerah untuk melaksanakan APBD sudah sesuai dengan RKPD, dokumen-dokumen pemerintah dan juga norma-norma hukum pemerintahan. Adapun mekanisme pengawasan pertanggungjawaban APBD yang dilakukan oleh DPRD adalah sebagai berikut:

1. Kepala Daerah menyampaikan rancangan Peraturan Daerah (Perda) tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

2. Laporan keuangan sebagaimana dimaksudkan pada poin (1) sekurang-kurangnya meliputi laporan realisasi APBD, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan Badan Usaha Milik Daerah.

3. Kepala Daerah dan DPRD kemudian akan membahas rancangan Perda APBD hingga disetujui bersama antara Kepala Daerah dan DPRD.

B. Mekanisme Pelaksanaan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD oleh Kemendagri

Mekanisme pengawasan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD oleh Kementerian Dalam Negeri diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 65 Tahun 2007 tentang Pedoman Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Tentang Penjabaran

Page 140: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

132 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Mekanisme tersebut meng atur sebagai berikut:

1. Rancangan peraturan daerah provinsi tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan oleh Gubernur paling lambat 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.

2. Penyampaian rancangan peraturan daerah provinsi dan rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada poin (a) dilengkapi dengan dokumen pendukung yang diperlukan untuk dievaluasi.

3. Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada poin (a) disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur paling lambat 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.

4. Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Gubernur menetapkan rancangan peraturan daerah dan rancangan peraturan gubernur menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur.

5. Dalam hal Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan PABD bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan

Page 141: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

133BAB IXPERTANGGUNGJAWABAN APBD

perundng-undangan yang lebih tinggi, gubernur bersama DPRD wajib melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

6. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan gubernur tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran pertanggungjawaba pelaksanaan APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkan peraturan daerah dan peraturan gubernur dimaksud sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan penjabaran mekanisme diatas, disimpulkan bahwa PPAPBD merupakan suatu kegiatan terstruktur dan terjadwal untuk melaporkan seluruh penggunaan APBD dalam pelaksanaan kegiatan oleh SKPD di lingkungan Pemerintahan Daerah. Mekanisme pertanggungjawaban dilaksanakan secara vertikal dari Kepala SKPD, PPKD, Kepala Daerah, dan BPK selaku lembaga negara yang menjalankan fungsi pengawasan di bidang keuangan Negara.

Selanjutnya, sebagai bentuk legalitas dari mekanisme PPAPBD perlu dibentuk Perda tentang PPAPBD. Dalam hal ini, terdapat mekanisme pengawasan Perda yang perlu diperhatikan dan dijalankan oleh Pemerintah Daerah. Sesuai dengan Pasal 185 dan Pasal 186 UU Pemda 2004 juncto Pasal 37 dan Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman dan Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (PP Pengawasan Pemda), terdapat dua jenis pengawasan terhadap Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah, yaitu evaluasi dan klarifikasi. Dari kedua bentuk pengawasan tersebut, pengawasan berupa evaluasi hanya dilakukan terhadap Raperda Provinsi atau Kabupaten/Kota tentang APBD/Perubahan APBD, pajak daerah

Page 142: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

134 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

dan retribusi daerah, serta rencana tata ruang daerah. Sedangkan untuk pengawasan berupa klarifikasi berlaku untuk semua Perda. Dalam evaluasi dan klarifikasi, pengkajian dan penilaian terhadap Raperda dan Perda yan telah dibentuk dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam konteks pengawasan terhadap administrasi negara, mekanisme yang demikian dapat dianggap sebagai pengawasan preventif dan represif.

Dalam konteks keuangan daerah, mekanisme evaluasi Raperda dan klarifikasi Perda tentang APBD dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD diatur secara simultan dalam UU Pemda 2004, PP Pengawasan Pemda, PP PKD, Permendagri Pengawasan Perda, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 (selanjutnya, Permendagri PPKD). Secara lebih khusus, pengaturan tentang evaluasi Raperda Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD diatur dalam Permendagri PPKD dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2007 tentang Pedoman Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Peaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan Daerah tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Permendagri Evaluasi Raperda PPAPBD). Sementara itu, klarifikasi Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD diatur dalam Permendagri Pengawasan Perda.

Berdasarkan periodisasi waktu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan dapat disimpulkan bahwa pengawasan dalam bentuk evaluasi Raperda PPAPBD dilakukan setelah pemeriksaan keuangan selesai dilaksanakan oleh BPK dan

Page 143: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

135BAB IXPERTANGGUNGJAWABAN APBD

DPRD. Hal ini diperkuat dengan salah satu cakupan evaluasi yang terdapat dalam Pasal 4 ayat (3) Permendagri Evaluasi PPAPBD, yaitu identifikasi korelasi dan konsistesi substansi materi Raperda PPAPBD dengan rekomendasi BPK terhadap laporan keuangan Provinsi/Kabupaten/Kota pada suatu tahun anggaran. Perlu diketahui bahwa pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh BPK mengacu pada Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

Sementara itu, mekanisme klarifikasi Perda tentang PPAPBD mengikuti pengaturan tentang mekanisme klarifikasi secara umum yang terdapat dalam Pasal 145 UU Pemda 2004, Pasal 37-38 PP Pengawasan Pemda, dan Pasal 4 -11 Permendagri Pengawasan Perda. Dalam mekanisme ini, Gubernur menyampaikan Perda tentang PPAPBD paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan (Pasal 145 ayat (1) UU Pemda 2004 juncto Pasal 37 ayat (1) PP Pengawasan Pemda Juncto Pasal 4 ayat (1) Permendagri Pengawasan Perda). Perda yang bertentangan dengan kepentingan umum dan atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat dibatalkan oleh Pemerintah dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak diterima (Pasal 145 ayat (2) UU Pemda juncto Pasal 38 ayat (1) PP Pengawasan Pemda juncto Pasal 10 ayat (3) Permendagri Pengawasan Perda). Setelah dibatalkan, Perda wajib dihentikan pelaksanaanya paling lama 7 (tujuh) sejak keputusan pembatalan diterima (Pasal 11 ayat (1) Permendagri Pengawasan Perda.

Page 144: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

136 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

11.

BAB XPERUBAHAN APBD KABUPATEN/KOTA

A. Pendahuluan

Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan juga bertindak sebagai pemegang kekuasaan ke dalam pengelolaan keuangan daerah. Selanjutnya kekuasaan tersebut dilimpahkan kepada Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dan dilaksanakan oleh SKPD / OPD itu sendiri sebagai pengguna anggaran/barang daerah di bawah koordinasi dari sekretaris daerah.

Pemisahan pelaksanaan APBD ini akan memberikan kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab terlaksananya mekanisme keseimbangan dan pengawasan dalam pelaksanaan anggaran daerah (check and balance) serta untuk mendorong upaya peningkatan profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka dana yang tersedia dalam APBD harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal bagi kepentingan masyarakat. Karena penyusunan anggaran untuk setiap tahun tersebut sudah mulai dipersiapkan pada bulan Juli setiap tahunnya, maka tidak mustahil apabila pada pelaksanaanya APBD tersebut, perlu dilakukan perubahan atau penyesuaian.

Page 145: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

137BAB XPERUBAHAN APBD KABUPATEN/KOTA

B. Dasar Perubahan APBD

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Bab VII Pasal 154 menybutkan bahwa seandainya selama tahun berjalan perlu diadakan perbaikan atau penyesuaian terhadap alokasi anggaran, maka perubahan APBD masih dimungkinkan terutama apabila:

1. Terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi Kebijakan Umum Anggaran (KUA);

2. Terjadi keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;

3. Ditemui keadaan yang menyebabkan “saldo anggaran lebih tahun” sebelumnya harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan;

4. Keadaan darurat; dan

5. Keadaan luar biasa.

Selain itu, dalam keadaan darurat pemerintah daerah juga dapat melakukan pengeluaran untuk membiayai kegiatan yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran tahun berjalan yang untuk pelaksanaannya harus dituangkan dalam peraturan daerah (PERDA) tentang rancangan dan perubahan APBD. Oleh karenanya, dalam Peraturan Daerah terkait harus diperjelas posisi SKPD yang juga mempunyai kedudukan sebagai pengguna anggaran dan pelaksana program.

Sementara itu peratuan pemerintah daerah juga harus menetapkan posisi satuan kerja pengelolaa keuangan daerah sebagai bendahara umum daerah. Dengan demikian fungsi perbendaharaan

Page 146: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

138 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

akan dipusatkan di satuan kerja pengelola keuangan daerah, sedangkan penerbitan dialihkan ke SKPD.

Selanjutnya, sejalan dengan pemindahan kewenangan penerbitan SPM, jadwal penerimaan dan pengeluaran kas secara periodik harus diselenggarakan sesuai dengan jadwal yang disampaikan unit penerima dan unit pengguna kas. Untuk hal itu, unit yang menangani perbendaharaan di satuan kerja pengelolaan keuangan daerah harus mampu mengantisipasi dengan baik terhadap kemungkinan kekurangan dana di kas daerah.

Untuk keperluan ansisipasi dan perencanaan maka perlu memperhitungkan jadwal peruhan APBD. Jadwal perubahan APBD dapat dilihat pada Tabel 10.1.

Tabel 10.1 Jadwal Perubahan APBD

No Uraian Waktu Keterangan1. Penyampaian Rancangan

Perubahan KUA dan Rancangan PPAS kepada DPRD

Minggu pertama bulan Agustus

2. Kesepakatan Perubahan KUA dan PPAS antara Kepala Daerah dan DPRD

Minggu kedua bulan Agustus

7 hari

3. Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Perubahan APBD

4. Penyampaian Raperda Perubahan APBD berserta lampiran kepada DPRD

Minggu kedua bulan September

5. Persetujuan DPRD terhadap Raperda Perubahan APBD

3 bulan sebelum tahun anggaran berakhir

Akhir bulan September

Page 147: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

139BAB XPERUBAHAN APBD KABUPATEN/KOTA

6. Penyampaian kepada Menteri Dalam Negeri/Gubernur untuk dievaluasi

3 hari kerja

7. Keputusan Menteri Dalam Negeri/Gubernur tentang hasil evaluasi

15 hari kerja

8. Penyempurnaan perda sesuai hasil evaluasi apabila dianggap bertentangan dgn kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi

7 hari kerja

Sumber: Sumber: Permendagri No 13 Tahun 2006 dan PP 12 tahun 2019

C. KUA Serta Prioritas dan Plafon Anggran Sementara (PPAS) Perubahan APBD

Perubahan APBD yang disebabkan karena perkembangan yang tidak sesuai dengan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dapat berupa terjadinya pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan biaya yang semula ditetapkan dalam KUA. Apabila demikian, kepala daerah memformulasikan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan APBD tersebut dalam suatu Rancangan Kebijakan Umum Perubahan APBD serta Prioritas dan Plafon Sementara atas perubahan APBD tersebut.

Rancangan KUA perubahan APBD harus memuat secara lengkap penjelasan mengenai hal-hal sebagai berikut:

1. Perbedaan asumsi dengan kebijakan umum anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam perubahan APBD dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD untuk tahun anggaran berjalan.

Page 148: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

140 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

3. Capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam perubahan APBD apabila asumsi kebijakan umum anggaran tidak dapat tercapai.

4. Capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalam perubahan APBD apabila melampaui asumsi KUA.

5. Setelah Kepala Daerah merumuskannya, rancangan kebijakan umum perubahan APBD berikut plafon sementara perubahannya kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dan disepakati bersama (biasanya sudah harus dimulai dan selesai pada bulan Agustus tahun anggaran berjalan)

6. Kebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan APBD yang sudah disepakati dituangkan dalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani bersama antara Kepala Daerah dan Pimpinan DPRD

D. Pergeseran Anggaran

Dalam pelaksanaannya, kadang kala sering juga terjadi pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis belanja. Pergeseran anggaran juga dapat disebabkan adanya pergeseran antar obyek belanja dan antar rincian obyek belanja yang kesemuanya harus diformulasikan dalam dokumen pelaksanaan perubahan anggaran SKPD (DPPA-SKPD) dengan persetujuan dari PPKD.

Pergeseran anggaran tersebut dilakukan dengan cara mengubah Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD sebagai dasar pelaksanaan, yang untuk selanjutnya dianggarkan dalam Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Perubahan APBD.

Page 149: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

141BAB XPERUBAHAN APBD KABUPATEN/KOTA

Anggaran yang mengalami perubahan, baik berupa penambahan dan/atau pengurangan akibat pergeseran anggaran sebagaimana disebutkan di atas harus dijelaskan dalam kolom keterangan tentang penjabaran perubahan APBD. Tata cara pergeseran anggaran harus diatur dan ditetapkan dengan peraturan kepala daerah

E. Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Sebelumnya

Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya tersebut harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan untuk hal-hal berikut ini:

1. Pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang melampaui anggaran yang tersedia yang mendahului perubahan APBD;

2. Pelunasan seluruh kewajiban bunga dan pokok hutang;

3. Pendanaan kenaikan gaji tunjangan PNS akibat adanya kebijakan pemerintah;

4. Pendanaan kegiatan lanjutan sesuai dengan ketentuan Pasal 138 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006;

5. Pendanaan program dan kegiatan baru dengan kriteria harus diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan

6. Pendanaan kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang dapat diselesaikan sampai

Page 150: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

142 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan.

Penggunaan saldo lebih anggaran tahun sebelumnya untuk pendanaan kegiatan tersebut, harus difomulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD, kecuali untuk kegiatan yang formulasinya dicantumkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan SKPD (DPAL-SKPD) dan kegiatan yang diformulasikan dalam Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD).

F. Pendanaan Keadaan Darurat

Perubahan APBD sebagai akibat dari keadaan darurat dan keadaan luar biasa juga harusmemperhatikan ketentuan yang berikut ini.

1. Keadaan darurat bukan merupakan keadaan normal dari kegiatan pemerintah daerah sehari-hari dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya;

2. Keadaan darurat tidak diharapkan sebagai kejadian yang berulang-ulang;

3. Keadaan darurat berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan

4. Keadaan darurat dapat berakibat signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat tersebut.

Dalam keadaan darurat pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya yang selanjutnya akan/harus diusulkan dalam rancangan perubahan APBD dan ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD. Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya tersebut dapat

Page 151: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

143BAB XPERUBAHAN APBD KABUPATEN/KOTA

menggunakan pos belanja tak terduga. Dalam hal pos belanja tak terduga tidak mencukupi kebutuhan, maka pendanaan keadaan darurat dapat dilakukan dengan cara:

1. Menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan, dan/atau;

2. Memanfaatkan uang kas yang tersedia.

G. Pendanaan Keadaan Luar Biasa

Keadaan luar biasa yang dimaksud sebagai faktor yang mendorong perlunya perubahan APBD adalah suatu keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/ataupengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh persen). Persentase ini merupakan selisih kenaikan atau penurunan antara pendapatan dan belanja dalam APBD.

Apabila estimasi penerimaan dalam APBD diperkirakan mengalami peningkatan lebih dari 50%, pemerintah daerah dapat menambah kegiatan baru yang harus diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD, dan/atau penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan dalam tahun anggaran berjalan yang formulasinya dicantumkan dalam DPPA-SKPD.

Akan tetapi bila estimasi penerimaan dalam APBD diperkirakan mengalami penurunan lebih dari 50%, pemerintah daerah harus melakukan penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan dalam tahun anggaran berjalan yang formulasinya dicantumkan dalam DPPA-SKPD. Dokumen-dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran SKPD tersebut di atas selanjutnya digunakan sebagai dasar Penyusunan Rancangan Peraturan Daera tentang Perubahan APBD.

Page 152: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

144 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

H. Penyiapan Raperda Perubahan APBD

Dalam rangka perubahan APBD, maka RKA-SKPD yang memuat perubahan program dan/atau kegiatan baru serta DPPA-SKPD yang memuat penjadwalan ulang kegiatan untuk perubahan APBD tersebut harus disusun dan disampaikan oleh SKPD yang bersangkutan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) untuk dibahas lebih lanjut oleh tim anggaran (TAPD). Pembahasan ini dilakukan untuk menelaah kesesuaiaan antara RKA-SKPD dan DPPA-SKPD yang telah disusun dengan Kebijakan Umum Perubahan APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) untuk perubahan APBD dan dokumen perencanaan lainnya serta capaian kinerja, indikator kinerja, standar analisis belanja, standar satuan harga dan standar pelayanan minimal.

Selanjutnya RKA-SKPD dan DPPA-SKPD untuk perubahan APBD yang telah dibahas bersama TAPD dijadikan bahan untuk penyusunan Rancangan Perda (RAPERDA) tentang perubahan APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran perubahan APBD yang dilakukan oleh PPKD.

I. Penetapan Perubahan APBD

Proses penetapan Perubahan APBD dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan yaitu:1. Penyiapan Rancangan Perda tentang Perubahan APBD dan

Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Perubahan APBD.

2. Penyampaian, Pembahasan dan Penetapan Raperda Perubahan APBD.

3. Evaluasi Raperda tentang Perubahan APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Perubahan APBD.

Page 153: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

145BAB XPERUBAHAN APBD KABUPATEN/KOTA

1. Penyiapan Raperda tentang Perubahan APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Perubahan APBD

Rancangan PERDA tentang perubahan APBD dan Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD dipersiapkan oleh PPKD dan memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan baik yang mengalami perubahan ataupun yang tidak mengalami perubahan beserta lampiran-lampirannya.

Lampiran yang harus disertakan pada Raperda tentang perubahan APBD adalah:a. Ringkasan perubahan APBDb. Ringkasan perubahan APBD menurut urusan

pemerintahan daerah dan organisasic. Ringkasan perubahan APBD menurut urusan

pemerintahan daerah, organisasi, pendapatan, belanja dan pembiayaan.

d. Rekapitulasi perubahan belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, progrm dan kegiatan.

e. Rekapitulasi perubahan belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara.

f. Daftar perubahan jumlah pegawai per golongan dan per-jabatan.

g. Laporan keuangan pemerintah daerah yang telah ditetapkan dengan Perda untuk 1 (satu) tahun terakhir sebelum perubahan anggaran direncanakan yang terdiri dari:1) Laporan Realisasi Anggaran2) Neraca3) Laporan Operasional (LO)

Page 154: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

146 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

4) Laporan perubahan SAL (LPSAL)5) Laporan perubahan ekuitas (LPE)6) Laporan arus kas (LAK)7) Catatan atas laporan keuangan (CaLK)

h. Daftar kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini.

i. Daftar pinjaman daerah

Lampiran yang harus disertakan dalam rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD adalah:a. Ringkasan penjabaran perubahan anggaran pendapatan

daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.b. Penjabaran perubahan APBD menurut organisasi,

program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah.

2. Penyampaian, pembahasan dan penetapan Raperda perubahan APBD

Raperda tentang perubahan APBD beserta lampiran-lampirannya harus diserahkan oleh kepala daerah kepada DPRD untuk mendapatkan persetujuan bersama paling lambat minggu kedua bulan September tahun anggaran berjalan. Penyampaian Raperda tentang perubahan APBD tersebut disertai dengan nota keuangan tentang perubahan APBD.

Pembahasan antara kepala daerah dan DPRD mengenai Raperda tentang perubahan APBD tersebut berpedoman kepada KUA perubahan APBD serta PPAS tentang perubahan APBD yang telah disepakati bersama. Pengambilan keputusan

Page 155: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

147BAB XPERUBAHAN APBD KABUPATEN/KOTA

untuk menyetujui rancangan Perda tentang perubahan APBD tersebut paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun anggaran berakhir sudah harus disampaikan kepada kepala daerah.

3. Evaluasi Raperda tentang Perubahan APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

Tata cara evaluasi Raperda tentang perubahan APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD adalah:a. Rancangan Perda Provinsi/kabupaten/kota tentang

APBD atau rancangan peraturan daerah provinsi tentang perubahan APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD atau rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran perubahan APBD sebelum ditetapkan oleh gubernur paling lambat 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.

b. Penyampaian rancangan Perda harus dilengkapi dokumen-dokumen:1) Persetujuan bersama antara pemerintah daerah

dan DPRD terhadap Raperda APBD.2) KUA dan PPA yang disepakati antara kepala daerah

dan pimpinan DPRD.3) Risalah sidang jalannya pembahasan terhadap

Raperda APBD.4) Nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal

pnyampaian pengantar nota keuangan pada sidang DPRD.

c. Evakuasi bertujuan untuk tercapainnya keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian

Page 156: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

148 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sampai sejauh mana APBD Provinsi/kabupaten/kota tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya yang telah ditetapkan terdahulu oleh kepala daerah yang bersangkutan.

d. Untuk efektivitas pelaksanaan evaluasi menteri dalam negeri, gubernur dapat mengundang pejabat pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota yang terkait.

Apabila menteri dalam negeri dan gubernur menyatakan bahwa hasil evakuasi tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepala daerah bersama DPRD harus melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimannya hasil evaluasi. Apabila disetujui menteri dalam negeri dan gubernur menyampaikan hasil evaluasi tersebut kepada pemerintah daerah.

Page 157: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

149BAB XISTRATEGI PENGUATAN DPRD TENTANG PENGAWASAN ANGGARAN

12.

BAB XISTRATEGI PENGUATAN DPRD KABUPATEN/KOTADI INDONESIA DALAM PENGAWASAN ANGGARAN

STUDI KASUS DI BAKORWIL MADIUN

A. Pendahuluan

Dalam dekade terakhir banyak penelitian yang berfokus pada anggaran

pemerintah daerah dan anggota parlemen lokal menjadi isu utama dalam

pemerintahan yang demokratis. Pada saat ini masih ada banyak masalah,

di antaranya topik dan kesenjangan penelitian yang belum mengkonfirmasi

hasil dan kesimpulan. Berdasarkan peninjauan dari penelitian sebelumnya,

telah dibahas tentang peningkatan kapasitas anggota parlemen,

pengeluaran anggaran politik, peran elit politik lokal, analisis kebijakan

pengeluaran layanan publik, peran dan dampak antara tingkat pendidikan

anggota dewan, peningkatan efektivitas dan efisiensi alokasi anggaran

belanja layanan publik, penganggaran partisipatif, transparansi pemerintah

daerah, serta penipuan anggaran dan dampak korupsi.

Sebagai perwakilan masyarakat, tugas utama legislatif (DPRD

Kabupaten/Kota) adalah membuat keputusan atas nama masyarakat dan

warga negara. Jadi, peran DPRD Kabupaten/Kota yang diharapkan oleh

masyarakat adalah:

1. Sebagai pembuat kebijakan, anggota DPRD kabupaten/kota dapat berkontribusi pada proses pembuatan kebijakan melalui peran mereka dalam fungsi pengawasan, melalui kelompok penasihat, komite dan dalam interaksi mereka dengan eksekutif.

Page 158: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

150 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

2. Sebagai pengawas, anggota DPRD kabupaten/kota diperlukan untuk mengawasi pemerintah. Ini adalah perpanjangan dari peran perwakilan dan sebagai kunci berfungsi dalam demokrasi yang akuntabel. Dan secara konseptual, fungsi pengawasan didasarkan pada domain check and balance pemerintah dan fungsi parlemen.

3. Sebagai inisiator, anggota DPRD kabupaten/kota dapat memulai atau menyetujui peraturan daerah. Ratifikasi peraturan melibatkan keseimbangan kepentingan antara eksekutif dan legislatif, serta hasil negosiasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

4. Sebagai pembuat keputusan, anggota DPRD kabupaten/kota adalah pendorong utama kebijakan lokal dan dibutuhkan untuk membuat keputusan yang baik bagi masyarakat, dan membantu membuat keputusan yang berdampak tidak hanya bagi warga negara tetapi juga mempengaruhi semua anggota dewan dan institusi legislatif lokal.

5. Sebagai agen perubahan, anggota DPRD kabupaten/kota harus menjadi contoh bagi orang lain dalam mempromosikan perubahan sosial yang positif. Agen perubahan bekerja di jaringan, membuat koneksi dan bekerja bersama untuk menciptakan nilai publik dan mengembangkan kebaikan bersama.

Anggota DPRD kabupaten/kota adalah badan legislatif yang memiliki hak anggaran (hak untuk mengatur anggaran sambil memantau pelaksanaan anggaran daerah). Dalam rangka melaksanakan mandat rakyat, anggota DPRD kabupaten/kota harus dapat menghasilkan keputusan politik / kebijakan publik yang memiliki dampak positif melalui instrumen fungsi DPRD kabupaten/

Page 159: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

151BAB XISTRATEGI PENGUATAN DPRD TENTANG PENGAWASAN ANGGARAN

kota, yaitu fungsi legislasi, penganggaran dan pengawasan. Semua implementasi fungsi-fungsi ini adalah inti dari politik perwakilan.

Agar fungsi pengawasan berjalan dengan efisien dan efektif maka perlu dilakukan proses pengorganisasian yang baik dan terarah. Langkah demi langkah pengawasan ditetapkan dalam rencana kerja disertai dengan penjadwalan dan keterlibatan berbagai pihak dari dalam dan luar DPRD kabupaten/kota. Produk akhir dari proses pengawasan adalah rekomendasi yang harus ditangani oleh eksekutif. Tetapi masih belum jelas apa dan bagaimana pendekatan atau strategi penguatan yang harus dikelola dan dilakukan oleh anggota DPRD kabupaten/kota, terutama pada fungsi pengawasan anggaran.

Tujuan studi ini adalah untuk menyelidiki strategi penguatan yang diikuti oleh dewan legislatif daerah di Indonesia khususnya mengenai pengawasan anggaran daerah. Penelitian ini bertujuan untuk membahas dan memeriksa di mana dan bagaimana memastikan bahwa alokasi anggaran daerah sejalan dengan prioritas pembangunan daerah dan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penggunaan serta pemanfaatannya secara ekonomis, efisien dan efektif serta dikelola secara transparan dan akuntabel untuk meminimalkan terjadinya kebocoran anggaran atau korupsi.

Studi ini didasarkan pada hasil wawancara mendalam yang melibatkan 5 anggota DPRD kabupaten/kota, 1 konsultan profesional perencanaan dan penganggaran daerah, 1 fasilitator profesional DPRD kabupaten/kota dan sekretariat DPRD kabupaten/kota. Sekretariat DPRD ini bertugas mengatur kesekretariatan dan administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD kabupaten/kota. Wawancara mendalam menggunakan

Page 160: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

152 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

metode studi kasus dilaksanakan di lima kabupaten/kota, yaitu Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

B. Tinjauan Literatur

Anggaran lokal harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas ekonomi (Peraturan Pemerintah No. 58/2005). Kebijakan anggaran daerah harus dikelola secara efektif, efisien, ekonomis, transparan, bertanggung jawab oleh Bupati/Walikota dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip keadilan, kepatutan dan manfaat bagi masyarakat (Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13/2006).

The strategic plan for parliamentary development has an important and critical role and provides a strong and reliable framework. By way of harmonizing the vision, mission and common goals and involving stakeholder participation. This can prevent failure in the parliament’s capacity building program due to the gap between the reality of needs and expectations. whereas in fragile environments greater and wider efforts are needed in developing parliamentary capacity. (Severine M. Rugumamu, 2011). Direct local elections in Indonesia is a trigger of political budget cycles (PBCs) in government administrative spending are significantly stronger if the incumbent runs for reelection. Andthe opposite of indirect local elections in Indonesia, political budget cycles (PBCs) is not occur. (Bambang Suharnoko Sjahrir,2013).

Persaingan politik di kabupaten-kabupaten di Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengeluaran administrasi yang melebihi anggaran pemerintah daerah, dan menjadi kesalahan alokasi sumber daya publik. Hal ini meningkat menjadi hampir

Page 161: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

153BAB XISTRATEGI PENGUATAN DPRD TENTANG PENGAWASAN ANGGARAN

sepertiga dari total anggaran lokal (APBD). Tetapi temuan lainnya adalah peningkatan pengeluaran administrasi tidak dipimpin oleh proliferasi kabupaten (Bambang Suharnoko Sjahrir, 2014).

Elit bisnis politik lokal yang memiliki minat dalam mempertahankan dan mengembangkan kekuatan dan kekayaan mereka sering mempengaruhi proses pengambilan keputusan kebijakan publik, baik secara ekonomi maupun politik. Hal ini termasuk mengendalikan pemanfaatan ruang publik, lobi dan negosiasi di antara elit bisnis politik daerah memiliki pengaruh besar (Rika Kurniaty, 2014).

Arah kebijakan anggaran tahunan pemerintah daerah adalah peran kunci untuk menerapkan tata kelola yang baik dan pemenuhan layanan publik. Kebijakan anggaran daerah harus menjadi jaminan konsistensi antara proses perencanaan dan penganggaran daerah dan mencerminkan pencapaian visi, misi, sasaran dan sasaran rencana pembangunan jangka menengah (Hendri Koeswara, 2014). Implementasi pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat realisasi kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan layanan, pemberdayaan, dan partisipasi masyarakat, serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, kesetaraan, keadilan dan kekhasan suatu daerah di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-undang No. 23/2014).

Capacity-building program for the Lithuanian parliamentarians to fulfil their functions efficiently and effectively is not systematic, it remains not completely clear about competency and qualification standards in order to successfully fulfil them for the benefits of the nation. and this problem becomes a such activities are waste of tax payers’ money. So capacity-building program for the Lithuanian parliamentarians should be improved (Saulius Nefas, 2015). There is

Page 162: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

154 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

a strong correlation between councilor education levels and efficiency of municipal legislative chambers. The findings indicates that the more higher level of education of legislative members will be exhibit better and superior legislative performance. In order to reach a good legislative performance it is necessary completed higher education is 15 years or 17 years. (Alexandre Manoel Angelo Da Silvaa, 2015).

Ada tiga rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi dan alokasi belanja publik yang terdiri dari reformasi perumusan dan pelaksanaan anggaran dengan menerapkan penganggaran berbasis kinerja atau juga disebut pendekatan berbasis hasil dan melanjutkan perjuangan melawan korupsi atau memberantas korupsi. Membuat desentralisasi bekerja lebih baik dengan meningkatkan transfer otoritas kepada pemerintah daerah atau koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, tetapi juga untuk membawa dewan dan warga lokal ke dalam proses perencanaan, penganggaran, dan pemberian layanan. Meningkatkan alokasi dan efisiensi pengeluaran dengan fokus pada peningkatan kualitas sektor kesehatan dan pendidikan (Ollivaud, P, 2017).

Generasi pajak bersumber dari kemampuan sendiri tidak dipengaruhi oleh pemilihan langsung kepala daerah, tetapi pemerintah daerah dengan kepala daerah yang dipilih secara langsung menghabiskan lebih sedikit, terutama untuk sektor infrastruktur. Dan pada sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, efek efisiensi tetap kuat. Pemerintah daerah dengan kepala daerah yang dipilih secara langsung juga menghabiskan lebih efisien dalam mengejar hasil layanan, daripada pemerintah daerah dengan kepala daerah yang dipilih secara tidak langsung. (Blane D. Lewis, 2017).

Proses penganggaran daerah yang partisipatif tidak selalu

Page 163: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

155BAB XISTRATEGI PENGUATAN DPRD TENTANG PENGAWASAN ANGGARAN

melibatkan orang miskin, kurangnya partisipasi dari orang miskin tidak unik lagi dan sering terjadi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pengeluaran untuk sektor infrastruktur tidak menargetkan kaum miskin, bahkan banyak rumah tangga di kalangan miskin menerima lebih sedikit dari proyek infrastruktur. Hal ini bias dari proses penganggaran daerah partisipatif yang harus dirancang untuk memprioritaskan rumah tangga miskin. Oleh karena itu diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengidentifikasi kesalahan, titik kerentanan pada tahap proses dan pengambilan keputusan serta untuk mendiagnosis masalah potensial yang akan dilakukan perbaikan bagi pembuat kebijakan (Tara Grillos, 2017).

Proses penganggaran dipengaruhi oleh kombinasi logika politik dan logika manajerial. Intervensi dari para pemimpin politik menjadi bagian dari pengambilan keputusan dalam proses penganggaran khususnya dalam proses penetapan anggaran pendapatan, termasuk menentukan jumlah pendapatan yang akan dikumpulkan, mengalokasikan sumber daya untuk pengeluaran dan mengatur penetapan harga standar atau untuk menentukan tarif pajak lokal. Seorang pemimpin politik menggunakan proses penganggaran sebagai alat untuk memenuhi komitmen politik kepada para pemilih. (Ade Palupi, 2017).

Masalah mendasar ketika melakukan analisis untuk menentukan dimensi alokasi proporsi anggaran daerah diprioritaskan untuk peningkatan pelayanan publik dan pemenuhan ekonomi, hak sosial, dan budaya dalam dokumen APBD kabupaten/kota adalah jumlah data dan informasi yang akan diproses, kompleksitas anggaran, struktur data serta presentasi tentang format alokasi informasi dan distribusi anggaran terbatas (Assistriadi Widjiseno, 2018). Untuk memastikan transparansi dan mempertanggungjawabkan kemampuan diskusi dan legitimasi anggaran tahunan pemerintah

Page 164: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

156 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

kabupaten/kota harus dilibatkan eksekutif (Bupati/Walikota, sekretariat pemerintah daerah), legislatif, konsultan perencanaan dan penganggaran daerah independen dan organisasi masyarakat sipil (Assistriadi Widjiseno, 2018).

Transparansi pemerintah daerah di Indonesia dipengaruhi oleh kombinasi lingkungan politik dan kualitas pelaporan keuangan melalui opini audit dan memiliki efek positif yang signifikan. Tetapi di sisi lain transparansi pemerintah daerah di Indonesia tidak tergantung pada respons pemerintah daerah terhadap peraturan atau ukuran pemerintah daerah. Teori keagenan, keabsahan dan kelembagaan memiliki peran penting dalam praktik transparansi pemerintah daerah yang mendasarinya di Indonesia. (I Made Pradana Adiputra, 2018).

Partai-partai politik yang mengendalikan parlemen dan mengendalikan lebih dari setengah kursi di parlemen adalah penyebab munculnya kebijakan alokasi anggaran pemerintah daerah di sektor kesehatan dan peningkatan layanan kesehatan masyarakat. Namun, ini hanya terjadi pada awal pemerintahan selama satu atau dua tahun. Dan setelah itu efek positif ini akan hilang. Dan menjelang akhir periode administrasi, mayoritas koalisi politik akan mengubah arah perhatian dan kebijakan mereka untuk mendukung pembangunan infrastruktur besar-besaran. Di situlah proses pembangunan infrastruktur disinyalir akan mendapatkan banyak dana pinjaman dari mitra pelaksana yang akan digunakan untuk membiayai proses pemilu di tahun mendatang. Sehingga pada saat itu akan terjadi kebohongan anggaran dan korupsi anggaran (Blane D. Lewis, 2019).

Berbagai masalah yang dihadapi oleh dewan legislatif lokal Indonesia dalam anggaran daerah adalah lemahnya dukungan data

Page 165: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

157BAB XISTRATEGI PENGUATAN DPRD TENTANG PENGAWASAN ANGGARAN

dan akses ke sumber data yang dapat membantu dalam pembuatan kebijakan umum anggaran tahunan pemerintah daerah dan pengawasan program. Data yang menjadi dasar kebijakan saya lebih didasarkan pada data yang bersumber dari eksekutif. Dan rendahnya pemahaman beberapa anggota (cenderung menjadi mayoritas) terhadap berbagai peraturan dan pengelompokan penganggaran (nomenklatur) dalam anggaran tahunan pemerintah daerah menyebabkan anggota dewan legislatif daerah tidak terlalu rinci dalam melakukan diskusi. Jadi berdasarkan pada berbagai masalah ini perlu untuk mengembangkan strategi manajemen pengetahuan untuk memperkuat dewan legislatif lokal pada pengawas anggaran. (Assistriadi Widjiseno, 2019)

C. Strategi Penguatan Pengawasan Anggaran

Menurut Undang-Undang No. 23/2014 menyatakan bahwa DPRD Kabupaten/Kota merupakan tugas dan wewenang untuk melaksanakan pengawasan pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran daerah. Ini mandat dan legal payung bagi dewan legislatif setempat untuk menjalankan fungsi pengawasannya. Namun, proses perencanaan dan penganggaran daerah masih dihadapkan dengan beberapa kelemahan termasuk: jaring aspirasi masyarakat belum efektif, peningkatan nilai anggaran.

Kurangnya data pendukung, kurangnya kapasitas anggota dewan legislatif daerah dan pemerintah daerah dalam mengembangkan prioritas urusan dan program, keberadaan individu, dan kepentingan kelompok yang menyebabkan prioritas program tidak mengakomodasi kebutuhan masyarakat, prioritas program tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagai akibat dari kurangnya data pendukung, kurangnya kapasitas pemerintah

Page 166: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

158 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

daerah, masyarakat tidak dapat/kurang mampu memberikan masukan atau memperbaiki jika RAPBD tidak sesuai dengan kebutuhan mereka, masyarakat tidak dapat berpartisipasi dalam mengawasi pelaksanaan anggaran daerah dan anggaran daerah terlambat disetujui. Oleh karena itu diperlukan strategi untuk memperkuat anggota DPRD Kabupaten/Kota dalam penganggaran daerah yang mencakup semua siklus APBD, yaitu sejak perencanaan, pelaksanaan, persetujuan, revisi, pelaporan, dan laporan pertanggungjawaban.

Diperlukan proses pengorganisasian dan pengarahan yang baik sehingga fungsi pengawasan dapat berjalan secara efisien dan efektif. Langkah demi langkah pengawasan ditetapkan dalam rencana kerja disertai dengan penjadwalan dan keterlibatan berbagai pihak (steakholders) dari dalam dan luar DPRD Kabupaten/Kota. Produk akhir dari proses suppervision ini adalah rekomendasi yang harus ditangani oleh eksekutif. DPRD Kabupaten/Kota harus memberikan arahan yang jelas, spesifik dan terperinci tentang bagaimana tindakan korektif harus diambil oleh Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) yang bertanggung jawab. Bila ditemukan distorsi anggaran lokal, rekomendasi yang diberikan oleh DPRD Kabupaten/Kota adalah dalam bentuk tindakan penghentian atau pembatalan, di samping tindak lanjut hukum. Jika tindak lanjut seperti itu diperlukan, maka DPRD Kabupaten/Kota harus dapat memberikan arahan dan masukan yang jelas kepada semua lembaga yang bertanggung jawab atas proses hukum dan peradilan.

Salah satu contoh distorsi APBD Kabupaten/Kota adalah mark-up umumnya terjadi pada sisi pengeluaran. Sedangkan markdown dilakukan pada sisi pendapatan. Mark-up bisa terjadi dalam berbagai aspek, misalnya: biaya, volume, kualitas, bahan dan sebagainya. Dalam hal ini, rencana anggaran dibuat dengan cara yang berlebihan dan tidak realistis, jauh di atas kebutuhan aktual.

Page 167: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

159BAB XISTRATEGI PENGUATAN DPRD TENTANG PENGAWASAN ANGGARAN

Dalam proses penganggaran ada beberapa poin penting yang perlu mendapat perhatian ekstra dari anggota DPRD Kabupaten/Kota, termasuk konsistensi proses penentuan program dan kegiatan dalam dokumen RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah), KUA (Kebijakan Umum APBD), dan PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara). Hal lain yang perlu dipantau adalah terhadap target dan tolok ukur kinerja serta menentukan standar harga dan volume barang dan jasa untuk setiap kegiatan.

Proses perencanaan dan penganggaran daerah yang rutin dilakukan setiap tahun akan terus menghasilkan data dan informasi dengan 3 karakteristik, yaitu volume (kapasitas data), varietas dan kecepatan memproduksi data yang besar. Sedangkan sampai sekarang berbagai masalah yang dihadapi oleh DPRD Kabupaten/Kota dalam pengawasan anggaran adalah lemahnya dukungan data dan akses ke sumber data yang dapat membantu DPRD Kabupaten/Kota dalam membuat KUA, PPAS, APBD dan pengawasan program. Data yang menjadi basis kebijakan lebih didasarkan pada data yang bersumber dari eksekutif.

Rendahnya pemahaman beberapa anggota DPRD Kabupaten/Kota (cenderung mayoritas) terhadap berbagai aturan dan pengelompokan penganggaran (nomenklatur) dalam APBD menyebabkan anggota DPRD Kabupaten/Kota tidak terlalu rinci dalam melakukan diskusi. Rancangan yang diajukan hampir di akhir tahapan sering terjadi, bahkan terlambat, penyerahan RAPBD dari eksekutif ke legislatif daerah menyebabkan waktu pengamatan yang sempit (baik dalam Komisi maupun dalam Komite Anggaran), sehingga menyebabkan keterlambatan dalam memutuskan APBD.

Berdasarkan masalah tersebut menjadi keharusan bagi DPRD Kabupaten/Kota untuk mengembangkan strategi manajemen

Page 168: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

160 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

pengetahuan. Manajemen pengetahuan adalah upaya terstruktur dan sistematis untuk mengembangkan dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk membantu proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan kinerja organisasi. Aktivitas dalam manajemen pengetahuan meliputi upaya untuk memperoleh, menyimpan, memproses dan mengambil, menggunakan dan menyebarkan, serta mengevaluasi dan menyempurnakan pengetahuan sebagai aset intelektual organisasi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Administrasi dan Reformasi Birokrasi Nomor 14/2011 memberikan ilustrasi Strategi Penguatan Pada Pengawasan Anggaran seperti terlihat pada gambar 11.1.

Gambar 11.1 Strategi Penguatan Pada Pengawasan Anggaran

Sumber: Hasil penelitian penulis, 2019

Page 169: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

161BAB XISTRATEGI PENGUATAN DPRD TENTANG PENGAWASAN ANGGARAN

Salah satu masalah mendasar yang harus dibangun ketika membuat tema sentral pengawasan anggaran daerah adalah kapasitas literasi anggaran, analisis anggaran, politik anggaran, dan advokasi kebijakan anggaran daerah. Namun, untuk mewujudkan kompetensi ini terkendala oleh beberapa aspek teknis termasuk, besarnya jumlah data dan informasi yang harus diproses, kompleksitas struktur data anggaran dan format penyajian informasi alokasi dan alokasi anggaran yang terbatas. Oleh karena itu dukungan teknologi informasi diperlukan sebagai solusi, di mana teknologi informasi telah terbukti memiliki kemampuan dan keandalan dalam memproses dan memanfaatkan data yang tersedia dalam volume besar, cepat, dan beragam. teknologi informasi (information technology approacch) adalah prioritas utama yang harus diwujudkan.

D. Kesimpulan

Penguatan anggaran dari anggota DPRD Kabupaten/Kota harus dimulai dari perencanaan, proses penganggaran hingga pengawasan layanan publik. Ini karena pengawasan berarti proses mengukur kinerja dan mengambil tindakan untuk memastikan bahwa hasil (output and outcomes) sesuai dengan apa yang diinginkan dan menjamin bahwa semuanya berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan (di jalur yang benar).

Agar pengawasan anggaran lebih terarah dan terencana, DPRD Kabupaten/Kota harus mengimplementasikan beberapa langkah termasuk menentukan target dan standar, mengukur kinerja aktual, membandingkan hasil dengan target dan standar yang telah ditentukan, mengambil tindakan korektif yang diperlukan. Sementara bentuk pengawasan dari anggota DPRD Kabupaten/

Page 170: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

162 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Kota bisa dalam bentuk menanggapi keluhan dari publik yang merupakan penerima manfaat langsung dari layanan publik. Karena itu sangat diperlukan transparansi dan keterlibatan warga dalam proses penganggaran oleh DPRD Kabupaten/Kota.

Rendahnya tingkat pemahaman beberapa anggota DPRD Kabupaten/Kota (kecenderungan mayoritas) terhadap berbagai peraturan dan pengelompokan (nomenklatur) anggaran daerah telah membuat anggota DPRD Kabupaten/Kota tidak terperinci dalam melakukan diskusi anggaran dan supervisi. Kurangnya kapasitas bukan hanya individu, oleh karena itu sangat diperlukan paket pengembangan kapasitas yang komprehensif diperlukan untuk anggota anggota DPRD Kabupaten/Kota.

Berbagai masalah yang dihadapi oleh anggota DPRD Kabupaten/Kota dalam pengawasan anggaran adalah lemahnya dukungan data dan akses ke sumber data yang dapat membantu DPRD Kabupaten/Kota dalam membuat Kebijakan Umum anggaran daerah dan biasanya data yang menjadi kebijakan dasar lebih didasarkan pada data yang bersumber dari eksekutif. Sedangkan salah satu kompetensi dasar yang harus dibangun ketika membahas dan mengawasi anggaran daerah adalah kapasitas literasi anggaran, analisis anggaran, politik anggaran dan pengawasan serta advokasi kebijakan anggaran daerah. Namun, untuk mewujudkan persaingan ini terkendala oleh beberapa aspek teknis termasuk, besarnya jumlah data dan informasi yang harus diproses, kompleksitas struktur data anggaran dan format penyajian alokasi terbatas dan informasi distribusi anggaran. Oleh karena itu, dukungan teknologi informasi diperlukan sebagai solusi, di mana teknologi informasi telah terbukti memiliki kemampuan dan keandalan dalam memproses dan memanfaatkan data yang tersedia dalam volume besar, cepat, dan bervariasi.

Page 171: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

163BAB XISTRATEGI PENGUATAN DPRD TENTANG PENGAWASAN ANGGARAN

Dukungan dari sekretariat DPRD Kabupaten/Kota sangat penting dalam kegiatan pengawasan anggaran. Sekretariat DPRD Kabupaten/Kota bertugas mengatur kesekretariatan dan administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD Kabupaten/Kota, mengelola semua korespondensinya, pertemuan publik dan perjalanan, dan menyediakan dan mengoordinasikan bantuan teknis yang diperlukan oleh DPRD Kabupaten/Kota dalam melaksanakan hak dan fungsi mereka sesuai dengan kebutuhan mereka termasuk tugas mendukung ketersediaan dokumen atau informasi seperti dokumen RPJMD, KUA, PPAS dan APBD.

E. Rekomendasi

Dalam menyelesaikan pengawasan anggaran untuk mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan dalam melaksanakan tugas dan meningkatkan efisiensi serta efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab individu dan organisasi secara keseluruhan. DPRD kabupaten/kota harus mengembangkan Prosedur Operasi Standar (POS) atau Standard Operation Prosedure (SOP) dalam pengawasan anggaran karena standarisasi mekanisme harus dilakukan oleh DPRD kabupaten/kota.

Prosedur Operasi Standar (POS) dalam pengawasan anggaran merupakan serangkaian instruksi tertulis yang distandarisasi pada berbagai proses untuk melaksanakan kegiatan organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, di mana dan oleh siapa dilakukan. Prosedur operasional standar yang perlu dikembangkan meliputi serangkaian kegiatan administrasi yang bersifat umum dan terinci dari kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang pelaksana dengan lebih dari satu peran atau posisi dan prosedur operasional standar teknis yang sangat rinci. Kegiatan yang dilakukan juga menyangkut satu orang pelaksana dengan satu peran atau posisi.

Page 172: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

164 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

13.

BAB XIIURGENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA

PERIMBANGAN, BELANJA MODAL DAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/

KOTA DI BAKORWIL MADIUN

A. Pendahuluan

Orde reformasi menghasilkan otonomi daerah yang diperluas. Hal ini ditandai dengan lahirnya Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 direvisi melalui UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan direvisi terakhir melalui UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Juga ditandai dengan lahirnya UU Nomor 25 Tahun 1999 yang direvisi melalui UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menuntut konsekuensi logis peningkatan pelayanan publik dan kinerja ekonomi daerah dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UU Nomor 23 Tahun 2014). Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

Page 173: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

165BAB XIIURGENSI PAD, DP, BM DAN KKPD KAB-KOTA DI BAKORWIL MADIUN

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU Nomor 23 Tahun 2014).

Pemerintahan Daerah merupakan penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD. Pasal 365 UU Nomor 17 Tahun 2014 menjelaskan, DPRD kabupaten/kota mempunyai fungsi: a. legislasi; b. anggaran; dan c. pengawasan, dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di kabupaten/kota.

Menurut Jensen and Meckling (1976) hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak antara prinsipal dengan agen, dengan melihat pendelegasian beberapa wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Pemerintah daerah secara moral mempunyai tanggung jawab menyejahterakan dan memberikan pelayanan terbaik kepada pemilik (principal), disisi lain agen mempunyai tujuan memakmurkan dirinya sendiri. Pemerintahan sebagai agen harus mempunyai strategi dan program tertentu untuk mencapai visi, misi, dan tujuan ini, Apabila kinerja pemerintah baik, maka masyarakat akan mempercayai pemerintah. Masyarakat akan mempercayai pemerintah apabila kinerja pemerintah baik.

Dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah, maka dibutuhkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai estimasi penerimaan, belanja, dan pembiayaan daerah. APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah (Permendagri 13 tahun 2006).

PAD dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah baik secara simultan maupun parsial. Dana Perimbangan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah (Budianto, 2016). Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan daerah

Page 174: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

166 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

pada pemerintah kota atau kabupaten yang ada di Jawa Tengah. Dana perimbangan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan daerah pada Pemerintah kota atau kabupaten yang ada di Jawa Tengah. (Ar Rozy dan Wijayanti, 2014). PAD dan Dana Perimbangan berpengaruh secara parsial terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Puspita Ayu, 2018).

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa, ketergantungan daerah terhadap Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) masih sangat tinggi. Secara rata-rata nasional, ketergantungan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) terhadap TKDD sebesar 80,1%. Sementara, kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) hanya sekitar 12,87%. Implisit, pemerintah daerah cenderung pasif dalam mengelola potensi PAD-nya. (https://news.detik.com)

Pengukuran kinerja pemerintah daerah menjadi semakin penting untuk mengetahui keberhasilan pemerintah daerah dalam meningkatkan kemakmuran dan kemandirian daerah. Pemerintah daerah harus mampu meningkatkan kinerjanya dalam menggali dan mengelola sumber sumber pendapatan asli daerah-nya dalam memenuhi kebutuhan dan mendukung pembangunan daerah.

Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya dituangkan dalam APBD yang mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam mendanai pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan sosial masyarakat. Oleh karena itu evaluasi terhadap pengelolaan keuangan daerah sangat penting sebagai penilaian kedudukan/prestasi suatu pemerintah daerah.

Page 175: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

167BAB XIIURGENSI PAD, DP, BM DAN KKPD KAB-KOTA DI BAKORWIL MADIUN

B. Bakorwil

Bakorwil adalah pembantu gubernur dalam menyelenggarakan fungsi koordinasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah di wilayah kerjanya dipimpin oleh kepala bakorwil yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah provinsi.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 16 Tahun 2016, pasal 1 disebutkan bahwa Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan yang selanjutnya disebut Bakorwil adalah Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Jawa Timur.

Selanjutnya pada Peraturan daerah tersebut pasal 2 dan 3 disebutkan bahwa Bakorwil I berkedudukan di Kota Madiun meliputi wilayah kerja Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Kediri, Kota Madiun dan Kota Kediri. Namun karena keterbatasan penulis dalam buku ini hanya akan dibahas Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo, dan Kabupaten Ngawi.

Untuk mewujudkan pelayanan cepat, tepat, dan sederhana Bakorwil Madiun Provinsi Jawa Timur menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi. Organisasi PPID pada Bakorwil Madiun Provinsi Jawa Timur dibentuk pada Tahun 2011 dengan Keputusan Kepala Bakorwil Madiun Provinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penunjukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pembantu pada Bakorwil Madiun PPID bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi badan publik. Dalam melaksanakan tugasnya PPID dibantu pejabat fungsional pranata humas, arsiparis, pustakawan

Page 176: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

168 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

dan pranata komputer. PPID menyediakan dan memberikan informasi melalui desk layanan informasi baik secara langsung maupun melalui media (www.bakorwilmadiun.jatimprov.go.id)

Bakorwil mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melakukan koordinasi, pembinaan, pengawasan, supervise, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan tugas pembantuan serta optimalisasi pengembangan potensi pemerintah daerah kabupaten/kota.

Fungsi Bakorwil adalah:

1. Perumusan kebijakan koordinasi sesuai dengan lingkup tugasnya;2. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan;3. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan supervise atas

penyelenggaraan pemerintahan kabupaten/kota yang ada di wilayah kerjanya;

4. Pemberdayaan dan fasilitasi pemerintah kabupaten/kota yang ada di wilayah kerjanya;

5. Pemberian masukan/saran pertimbangan kepada gubernur dalam pemberian penghargaan atau sanksi kepada kepala daerah kabupaten/kota terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah;

6. Pemberian rekomendasi dalam penyelesaian perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar pemerintah kabupaten/kota yang ada di wilayah kerjanya;

7. Penyelarasan perencanaan pembangunan antar daerah kabupaten/kota dan antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang ada di wilayah kerjanya;

8. Pemberian rekomendasi kepada gubernur atas usulan Dana Alokasi Khusus (DAK) pemerintah kabupaten/kota di wilayah kerjanya;

Page 177: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

169BAB XIIURGENSI PAD, DP, BM DAN KKPD KAB-KOTA DI BAKORWIL MADIUN

9. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;

10. Pelaksanaan optimalisasi pengembangan potensi pemerintah kabupaten/kota yang ada di wilayah kerjanya;

11. Pelaksanaan dukungan teknis, pengembangan potensi, dan/atau dukungan pengendalian dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di lingkungan pemerintah provinsi; dan

12. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh gubernur.

C. Analisis Trend1. Analisis trend pendapatan daerah

Pada tabel 12.1 dan grafik 12.1 diperoleh hasil nilai rata-rata (mean) variabel Pendapatan Daerah kabupaten / kota di Bakorwil Madiun tahun 2013 – 2018 sebesar Rp 1.569.662.722.797,55. Sedangkan nilai minimum sebesar Rp 809.078.381.917,59 yaitu Kota Madiun tahun 2013, dan nilai maximum sebesar Rp 2.280.988.192.018,00 yaitu kabupaten Ponorogo tahun 2018. Secara umum trend Pendapatan Daerah kabupaten/kota di Bakorwil Madiun tahun 2013 – 2018 mengalami kenaikan.

Tabel 12.1 Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota di Bakorwil Madiun

Tahun 2013 – 2018Tahun Kota Madiun Kab. Madiun Kab. Magetan Kab. Ponorogo Kab. Ngawi

2013 809.078.381.917,59 1.182.864.757.088,32 1.225.384.220.297,42 1.452.191.618.348,57 1.414.456.951.801,37

2014 938.517.341.039,39 1.386.252.157.501,60 1.471.812.527.966,69 1.704.809.253.588,94 1.684.599.358.255,36

2015 973.919.348.172,28 1.622.962.461.463,79 1.544.927.313.562,30 1.866.869.447.087,82 1.912.183.743.923,40

2016 1.037.804.773.000,00 1.797.695.471.375,00 1.778.605.341.363,00 2.088.240.035.540,00 2.037.343.486.876,10

2017 926.989.852.000,00 1.771.894.560.790,00 1.650.811.460.006,00 2.102.487.838.562,50 1.892.106.923.696,20

2018 1.002.415.242.257,00 1.828.034.574.014,00 1.813.583.924.741,00 2.280.988.192.018,00 1.890.051.125.673,00

Sumber: BPK RI, 2019

Page 178: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

170 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Sumber: data sekunder diolah, 2019

2. Analisis trend belanja daerah

Pada tabel 12.2 dan grafik 12.2 diperoleh hasil nilai rata-rata (mean) variabel Belanja Daerah kabupaten/kota di Bakorwil Madiun tahun 2013 – 2018 sebesar Rp 1.518.969.664.651,61. Sedangkan nilai minimum sebesar Rp 775.087.201.814,47 yaitu Kota Madiun tahun 2013, dan nilai maximum sebesar Rp 2.253.555.084.512,80 yaitu Kabupaten Ponorogo tahun 2016. Secara umum trend Belanja Daerah kabupaten/kota di Bakorwil Madiun tahun 2013 – 2016 mengalami kenaikan, tetapi tahun 2017 – 2018 mengalami penurunan.

Tabel 12.2 Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Bakorwil Madiun

Tahun 2013 – 2018Tahun Kota Madiun Kab. Madiun Kab. Magetan Kab. Ponorogo Kab. Ngawi

2013 775.087.201.814,47 1.140.996.797.668,38 1.188.654.360.770,91 1.396.914.654.794,00 1.353.881.705.143,29

2014 853.473.318.173,68 1.252.521.290.441,81 1.321.682.295.906,00 1.534.140.245.996,00 1.585.266.460.835,75

Page 179: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

171BAB XIIURGENSI PAD, DP, BM DAN KKPD KAB-KOTA DI BAKORWIL MADIUN

2015 877.219.888.409,48 1.423.096.021.535,72 1.427.753.915.959,09 1.688.021.600.792,86 1.836.690.671.904,77

2016 1.305.218.747.000,00 1.839.033.723.177,00 1.857.999.643.237,40 2.253.555.084.512,80 2.156.709.066.050,10

2017 1.065.475.091.000,00 1.797.882.802.232,00 1.680.884.580.076,00 2.203.837.482.786,50 2.052.673.459.795,30

2018 1.028.573.477.044,00 1.692.604.050.161,00 1.604.115.947.859,00 2.026.542.870.753,00 1.348.583.483.718,00

Sumber: BPK RI, 2019

Sumber: data sekunder diolah, 2019

3. Analisis trend Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pencarian sumber-sumber potensi PAD harus terus digali oleh Pemerintah Daerah seiring dengan semakin luasnya kewenangan Pemerintah Daerah dalam mengelola daerahnya. Untuk mencukupi sumber penerimaan Pemerintah Daerah, maka Pemerintah memberikan Dana Perimbangan. Perimbangan keuangan mengikuti prinsip keadilan, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas perbantuan.

Page 180: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

172 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004). Selanjutnya undang-undang tersebut menyebutkan sumber PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. (Undang-Undang nomor 33 Tahun 2004)

PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan +

Lain-lain PAD yang Sah

Pada tabel 12.3 dan grafik 12.3 diperoleh hasil nilai rata-rata (mean) variabel PAD di kabupaten/kota di Bakorwil Madiun tahun 2013 – 2018 sebesar Rp 180.751.348.726,53. Sedangkan nilai minimum sebesar Rp 83.428.636.445,32 yaitu Kabupaten Madiun tahun 2013, dan nilai maximum sebesar Rp 307.514.848.129,46 yaitu Kabupaten Ponorogo tahun 2017. Secara umum PAD mengalami kenaikan dari tahun 2013-2017, namun tahun 2018 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.

Page 181: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

173BAB XIIURGENSI PAD, DP, BM DAN KKPD KAB-KOTA DI BAKORWIL MADIUN

Tabel 12.3 PAD Kabupaten/Kota di Bakorwil MadiunTahun 2013 – 2018

Tahun Kota Madiun Kab. Madiun Kab. Magetan Kab. Ponorogo Kab. Ngawi

2013 96.011.481.199,59 83.428.636.445,32 87.859.707.871,42 134.097.320.780,57 87.081.648.392,37

2014 134.584.344.293,39 121.390.771.373,60 141.162.943.323,69 198.730.421.479,94 169.237.013.272,36

2015 164.681.136.058,28 149.628.355.467,79 164.564.899.426,30 210.695.348.134,82 191.166.217.182,40

2016 173.235.929.827,80 163.635.265.620,91 165.617.751.404,46 240.111.321.573,88 195.606.461.846,70

2017 230.608.717.369,14 241.944.162.780,13 211.781.503.882,36 307.514.848.129,46 261.201.614.362,21

2018 231.262.683.821,00 217.565.916.995,00 197.007.308.736,00 296.647.252.594,00 154.479.478.151,00

Sumber: BPK RI, 2019

Sumber: data skunder diolah, 2019

4. Analisis trend dana perimbangan

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU Nomor 23 Tahun 2014). Lebih lanjut UU tersebut menjelaskan bahwa, perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan

Page 182: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

174 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Undang-Undang nomor 33 Tahun 2004).

Dana Perimbangan = Dana Bagi Hasil Pajak + Dana Bagi HasilBukan Pajak + DAU + DAK

Pada tabel 12.4 dan grafik 12.4 diperoleh hasil nilai rata-rata (mean) variabel Dana Perimbangan (DP) sebesar Rp 1.238.907.839.418,40. Sedangkan nilai minimum sebesar Rp 597.215.788.294,00 yaitu Kota Madiun tahun 2015 dan nilai maximum sebesar Rp 1.639.116.773.741 yaitu Kabupaten Ngawi tahun 2015. Secara umum Dana Perimbangan cenderung stagnan dari tahun 2013-2018.

Tabel 12.4 Dana Perimbangan Kabupaten/Kota di Bakorwil Madiun Tahun

2013 – 2018

Tahun Kota Madiun Kab. Madiun Kab. Magetan Kab. Ponorogo Kab. Ngawi

2013 711.043.455.718,00 1.070.653.005.643,00 1.137.467.413.112,00 1.307.923.036.465,00 1.311.066.688.409,00

2014 779.727.369.746,00 1.176.670.004.564,00 1.330.555.120.386,00 1.486.816.996.225,00 1.457.858.827.983,00

2015 597.215.788.294,00 1.386.805.254.782,00 1.375.763.632.136,00 1.629.652.904.543,00 1.639.116.773.741,00

2016 671.272.066.000,00 1.382.915.851.660,00 1.089.106.637.331,00 1.608.792.995.540,00 1.616.044.896.224,00

2017 698.953.575.000,00 1.267.743.088.000,00 1.232.493.939.026,00 1.505.591.956.000,00 1.453.431.629.306,00

2018 678.417.066.007,00 1.286.346.821.945,00 1.280.133.487.395,00 1.550.164.199.276,00 1.447.490.702.095,00

Sumber: BPK RI, 2019

Page 183: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

175BAB XIIURGENSI PAD, DP, BM DAN KKPD KAB-KOTA DI BAKORWIL MADIUN

Sumber: data sekunder diolah, 2019

5. Analisis trend belanja modal

Belanja modal sangat erat kaitannya dengan investasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Belanja modal yang besar merupakan cerminan dari banyaknya infrastruktur dan sarana yang dibangunberpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Semakin banyak pembangunan yang dilakukan akan meningkatkan pertumbuhan kinerja keuangan daerah. Dengan ditambahnya infrastruktur dan perbaikaninsfratuktur yang ada oleh pemerintah daerah, diharapkan akan memacu pertumbuhan perekonomian daerah.

Belanja Modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, misalnya dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006)

Page 184: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

176 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Belanja Modal = Belanja Modal Tanah + Belanja Modal Peralatan dan Mesin + BelanjaModal Gedung dan Bangunan + Belanja Modal Jalan, Irigrasi dan Jaringan + Aset Tetap Lainnya.

Tabel 12.5 Belanja Modal Kabupaten/Kota

di Bakorwil Madiun Tahun 2013 – 2018

Tahun Kota Madiun Kab. Madiun Kab. Magetan Kab. Ponorogo Kab. Ngawi

2013 180.111.320.995,47 185.514.724.351,00 131.065.762.797,00 110.848.141.315,00 189.236.101.556,84

2014 201.533.941.749,00 239.470.373.397,40 190.932.555.694,00 176.983.715.062,00 243.988.354.559,01

2015 182.413.227.390,27 327.742.397.090,80 239.647.205.207,29 324.169.328.852,00 313.226.242.408,56

2016 336.850.165.000,00 385.808.472.489,00 258.982.846.688,00 406.858.809.602,00 352.290.253.304,00

2017 215.501.393.000,00 360.780.153.189,00 224.892.458.699,00 383.445.795.955,00 360.385.510.839,00

2018 248.619.837.110,00 283.627.467.553,00 187.469.992.553,00 396.485.815.895,00 213.805.306.215,00

Sumber: BPK RI, 2019

Pada tabel 12.5 dan grafik 12.5 diperoleh hasil nilai rata-rata (mean) variabel Belanja Modal (BM) adalah Rp 261.756.255.683,89. Sedangkan nilai minimum sebesar Rp 110.848.141.315,00 yaitu Kabupaten Ponorogo tahun 2013 dan nilai maximum adalah Rp 406.858.809.602 yaitu Kabupaten Ponorogo tahun 2016. Secara umum trend rasio Belanja Modal cenderung naik dari tahun 2013-2016, namun cenderung menurun untuk tahun 2017-2018.

Page 185: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

177BAB XIIURGENSI PAD, DP, BM DAN KKPD KAB-KOTA DI BAKORWIL MADIUN

D. Analisis Kinerja Keuangan Pemda (KKPD)

1. Rasio efisiensi

Anggaran dengan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran tradisional, khusunya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik (Halim, 2014).

Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah hasil kerja dari suatu keluaran yang dapat diukur dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan sesuai dengan tanggung jawab kewenangan dalam waktu yang telah ditentukan. Laporan penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) memuat satu kesatuan hasil pengukuran kinerja Pemerintah Daerah yang terdiri atas: a. capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; dan b. capaian kinerja pelaksanaan tugas pembantuan (Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019).

Page 186: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

178 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Menurut Nordiawan dan Hertianti (2010), efesiensi adalah hubungan antara barang dan jasa (output) yang dihasilkan sebuah kegiatan/aktivitas dengan sumber daya (input) yang digunakan. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efesien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu mengahsilkan output sebesar-besarnya (spending well).

Rumus rasio efisiensi yang digunakan untuk pengukuran Kinerja Pemerintah Pemerintah Daerah (KKPD) sebagai berikut:

Tabel 12.6 Rasio Efisiensi Kabupaten/Kota

di Bakorwil Madiun Tahun 2013 – 2018

Tahun Kota Madiun

Kab. Madiun

Kab. Magetan

Kab. Ponorogo

Kab. Ngawi

2013 0,96 0,96 0,97 0,96 0,962014 0,91 0,90 0,90 0,90 0,942015 0,90 0,88 0,92 0,90 0,962016 1,26 1,02 1,04 1,08 1,062017 1,15 1,01 1,02 1,05 1,082018 1,03 0,93 0,88 0,89 0,71

Sumber: BPK RI, 2019

Page 187: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

179BAB XIIURGENSI PAD, DP, BM DAN KKPD KAB-KOTA DI BAKORWIL MADIUN

Sumber: data sekunder diolah, 2019

Pada tabel 12.6 dan grafik 12.6 terlihat rata-rata (mean) nilai KKPD dari rasio efisiensi sebesar 0,94, nilai minimum sebesar 0,71 yaitu kabupaten Ngawi tahun 2018 dan nilai maximum 1,26 yaitu kota Madiun tahun 2016. Secara umum trend rasio efisiensi cenderung stagnan dari tahun 2013-2017, bahkan untuk tahun 2018 cenderung menurun dari tahun sebelumnya.

2. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (KKD)

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat, yang diukur dengan rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap jumlah bantuan pemerintah pusat dan pinjaman atau Dana Perimbangan (DP), (Halim, 2007). Berikut formula untuk mengukur tingkat Kemandirian Keuangan Daerah :

Page 188: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

180 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Kriteria penetapan Kemandirian Keuangan Daerah dapat dikategorikan seperti tabel berikut ini:

Tabel 12.7 Kriteria Penilaian Kemandirian Keuangan Daerah

Prosentase PAD terhadap DPKemandirian Keuangan

Daerah (KKD)

0,00 – 10,0010,01 – 20,0020,01 – 30,0030,01 – 40,0040,01 – 50,00

> 50,00

Sangat Kurang (SK)Kurang (K)Sedang (S)Cukup (C)Baik (B)Sangat Baik (SB)

Sumber: Tim Litbang Depdagri – Fisipol UGM , 1991

Tabel 12.8 Hasil Penilaian Kemandirian Keuangan Daerah

Kabupaten/Kota di Bakorwil Madiun Tahun 2013-2018

Tahun Kota Madiun KKD Kab.

Madiun KKD Kab. Magetan KKD Kab.

Ponorogo KKD Kab. Ngawi KKD

2013 13,50% K 7,79% SK 7,72% SK 10,25% K 6,64% SK

2014 17,26% K 10,32% K 10,61% K 13,37% K 11,61% K

2015 27,57% S 10,79% K 11,96% K 12,93% K 11,66% K

2016 25,81% S 11,83% K 15,21% K 14,92% K 12,10% K

2017 32,99% B 19,08% K 17,18% K 20,42% S 17,97% K

2018 34,09% B 16,91% K 15,39% K 19,14% K 10,67% K

Sumber: data sekunder diolah, 2019

Berdasarkan pada tabel 12.8 yang diolah dari Tabel 14.3 PAD Kabupaten/Kota di Bakorwil Madiun Tahun 2013 – 2018 dan

Page 189: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

181BAB XIIURGENSI PAD, DP, BM DAN KKPD KAB-KOTA DI BAKORWIL MADIUN

Tabel 14.4 Dana Perimbangan Kabupaten/Kota di Bakorwil Madiun Tahun 2013 – 2018. Hasil penilaian Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten di Bakorwil Madiun Tahun 2013-2018 dapat disimpulkan bahwa secara umum Pemerintah Daerah Kabupaten di Bakorwil Madiun, yaitu Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Ngawi masih sangat tergantung sumber keuangannya pada Pemerintah Pusat karena rata-rata kategori KKD-nya Kurang (K). Tingkat kemandirian Kota Madiun paling tinggi jika dibandingkan dengan Kabupaten di Bakorwil Madiun. Trend tingkat kemandirian Kota Madiun cenderung naik untuk kurun waktu 2013 – 2018, bahkan untuk tahun 2017 – 2018 mendapatkan kategori baik.

3. Rasio Desentralisasi Fiskal

Rasio Desentralisasi Fiskal, Tingkat Desentralisasi Fiskal (DDF) adalah ukuran untuk menunjukkan tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan. Tingkat desentralisasi fiskal dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio PAD terhadap Total Penerimaan Daerah (TPD), (Reksohadiprojo dalam Tangkilisan, 2007 : 83). Berikut formula untuk mengukur tingkat Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) :

Adapun kriteria untuk menetapkan rasio desentralisasi fiskal dapat dikategorikan seperti tabel berikut :

Page 190: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

182 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Tabel 12.9 Kriteria Penilaian Rasio Desentralisasi Fiskal

Prosentase PAD terhadap TPD Kemandirian Keuangan Daerah (KKD)

0,00 – 10,0010,01 – 20,0020,01 – 30,0030,01 – 40,0040,01 – 50,00

>50,00

Sangat Kurang (SK)Kurang (K)Sedang (S)Cukup (C)Baik (B)Sangat Baik (SB)

Sumber: Tim Litbang Depdagri – Fisipol UGM , 1991

Tabel 12.10 Hasil Penilaian Kemandirian Keuangan Daerah

Kabupaten/Kota di Bakorwil Madiun Tahun 2013-2018

Tahun Kota Madiun

Kab. Madiun

Kab. Magetan

Kab. Ponorogo

Kab. Ngawi

2013 11,87% K 7,05% SK 7,17% SK 9,23% SK 6,16% SK

2014 14,34% K 8,76% SK 9,59% SK 11,66% K 10,05% K

2015 16,91% K 9,22% SK 10,65% K 11,29% K 10,00% K

2016 16,69% K 9,10% SK 9,31% SK 11,50% K 9,60% SK

2017 24,88% S 13,65% K 12,83% K 14,63% K 13,80% K

2018 23,07% S 11,90% K 10,86% K 13,01% K 8,17% SK

Sumber: data sekunder diolah, 2019

Berdasarkan pada tabel 12.10 yang diolah dari Tabel 12.3 PAD Kabupaten/Kota di Bakorwil Madiun Tahun 2013 – 2018 dan Tabel 14.1 Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota di Bakorwil Madiun Tahun 2013 – 2018. Hasil penilaian DDF Kabupaten di Bakorwil Madiun Tahun 2013-2018 dapat disimpulkan bahwa secara umum Pemerintah Daerah Kabupaten di Bakorwil Madiun, yaitu Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Ngawi masuk kategori Sangat Kurang (SK) dan Kurang

Page 191: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

183BAB XIIURGENSI PAD, DP, BM DAN KKPD KAB-KOTA DI BAKORWIL MADIUN

(K). Sedangkan Kota Madiun lebih bagus jika dibandingkan dengan Kabupaten di Bakorwil Madiun. Trend DDF Kota Madiun cenderung naik untuk kurun waktu 2013 – 2016, bahkan untuk tahun 2017 – 2018 mendapatkan kategori DDF Sedang (S).

E. Hasil Penelitian

1. Pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah

Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa PAD tidak berpengaruh terhadap KKPD di Kabupaten/Kota di Bakorwil Madiun (Indartini dkk, 2019). PAD sebagai komponen utama dari penerimaan daerah akan sangat menentukan besaran alokasi belanja. Nilai negatif koefisien regresi PAD dapat diartikan bahwa PAD masih perlu ditingkatkan untuk menunjang KKPD. PAD merupakan sumber pendapatan daerah untuk membiayai belanja daerah demi kemakmuran rakyat. Potensi PAD perlu terus digali yang merupakan pungutan-pungutan yang dilaksanakan oleh daerah berdasarkan peraturan yang berlaku dapat dikenakan kepada setiap orang atau badan usaha baik milik pemerintah maupun swasta.

Pemerintah daerah dapat melaksanakan pungutan dalam bentuk penerimaan pajak, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan PAD lainnya yang sah yang diatur dalam undang-undang. Peningkatan PAD diharapkan akan peningkatan kinerja keuangan pemerintah.

Hasil penelitian ini berseberangan dengan hasil penelitian Budianto (2016), Ar Rozy dan Wijayanti (2014), dan Puspita Ayu (2018) yang menyatakan bahwa PAD berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Artinya PAD Kabupaten/Kota di Bakorwil masih perlu ditingkatkan kuantitas dan kualitas kontribusinya sehingga KKPD meningkat.

Page 192: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

184 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

2. Pengaruh DP terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Dana Perimbangan berpengaruh terhadap KKPD Kabupaten dan Kota di Bakorwil Madiun (Indartini dkk, 2019). Dana Perimbangan sebagai komponen utama dari penerimaan daerah akan sangat menentukan besaran alokasi belanja. Nilai positif koefisien regresi Dana Perimbangan dapat diartikan bahwa kenaikan Dana Perimbangan akan berdampak baik pada alokasi pendanaan proyek atau program Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah mampu mengelola secara maksimal dana yang ditransfer dari Pemerintah Pusat.

Berpengaruhnya Dana Perimbangan terhadap KKPD dikarenakan Pemerintah Daerah belum mampu meningkatkan PAD secara signifikan dan dapat dikatakan sangat bergantung dari Dana Perimbangan. Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak serta DAU dan DAK merupakan dana transfer dari Pemerintah Pusat kepada Pemeritah Daerah bertujuan sebagai pendanaan kelebihan Belanja Daerah. Untuk menutup kekurangan Belanja Daerah maka Pemerintah Daerah membutuhkan transfer Dana Perimbangan dari Pemerintah. Seharusnya Pemerintah Daerah tidak terlalu bergantung kepada Pemerintah Pusat dalam memenuhi belanja daerahnya, tetapi mengoptimalkan PAD.

Hasil penelitian ini Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Budianto (2016) dan Puspita Ayu (2018) yang menyatakan bahwa Dana Perimbangan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Tetapi bertolak belakang dengan penelitian Ar Rozy dan Wijayanti (2014), bahwa Dana Perimbangan tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

Page 193: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

185BAB XIIURGENSI PAD, DP, BM DAN KKPD KAB-KOTA DI BAKORWIL MADIUN

3. Pengaruh BM terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Belanja Modal berpengaruh terhadap KKPD Kabupaten/Kota di Bakorwil Madiun (Indartini dkk, 2019). Nilai positif koefisien regresi Belanja Modal berarti bahwa apabila Belanja Modal suatu daerah tinggi, menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah yang tinggi pula.

Pemerintah Kabupaten/Kota di Bakorwil Madiun masih perlu meningkatkan Belanja Modal secara efektif dan efisien untuk pembangunan infrastruktur daerah. Semakin banyak pembangunan melalui belanja modal akan meningkatkan KKPD di Bakorwil Madiun. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Susanti dan Ratih (2018) yang menyatakan Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Kepulauan Riau. Pemerintah Daerah di Bakorwil Madiun harus senantiasa meningkatkan belanja modalnya karena berdampak KKPD.

Page 194: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

186 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

GLOSARIUM

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahBakorwil : Badan Koordinasi Wilayah (Pemerintahan dan

Pembangunan) BD : Belanja DaerahBM : Belanja ModalCSO : Civil Society OrganizationDDF : Derajat Desentralisasi FiskalDP : Dana PerimbanganDPRD : Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKKD : Kemandirian Keuangan DaerahKKPD : Kinerja Keuangan Pemerintah DaerahKUA : Kebijakan Umum APBDLPPD : Laporan penyelenggaraan Pemerintah Daerah LGSP : Local Government Support ProgramMusrenbang : Musyawarah Perencanaan PembagunanOPD : Organisasi Pemerintah DaerahPAD : Pendapatan Asli Daerah PD : Pendapatan DaerahPerda : Peraturan Daerah POS : Prosedur Operasi Standar PPAS : Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara PPID : Penunjukan Pejabat Pengelola Informasi dan

DokumentasiPPN : Perencanaan Pembangunan Nasional RAPBD : Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahRaperda : Rancangan Peraturan DaerahRenja : Rencana Kerja Renstra : Rencana Strategis RKA : Rencana Kerja APBDRKP : Rencana Kerja PemerintahRKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahRPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalRPJPD : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Page 195: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

187PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang NasionalSiLPA : Sisa Lebih Perhitungan Anggaran SKPD/OPD : Satuan Kerja Pemerintah Daerah / Organisasi

Pemerintah DaerahSOP : Standard Operation ProsedureSPPN : Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional TAPD : Tim Anggaran Pemerintah Daerah TKDD : Transfer ke Daerah dan Dana Desa TPD : Total Pendapatan DaerahUSAID : United State of America for International DevelopmentUU : Undang-Undang UUD : Undang-Undang DasarPAD : Pendapatan Asli DaerahDP : Dana PerimbanganBM : Belanja ModalKKPD : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah DaerahDDF : Derajat Desentralisasi Fiskal

Page 196: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

188 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

DAFTAR PUSTAKA

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

______ Anonim. 2010. Materi Pelatihan LGSP-USAID: Budget Oversight.

Page 197: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

189PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

DAFTAR INDEKS

A

accountabiliy 14accountable 79agen 17, 18, 19agency problem 19APBD 19, 27, 32, 33, 34, 59, 64, 65, 67, 68, 70, 72, 73, 74, 75, 77, 80,

82, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 97, 98, 99, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 140, 141, 142, 143, 144, 145, 146, 147, 148, 149, 150, 151, 152, 157, 159, 162, 163, 167, 169, 170, 190

asas medebewind 11asumsi 18asymmetric information 18audit 19AUPB 133, 134

B

bottom-up 44Bottom-up budgeting 77bounded rationality 18budgeting/financial oversight 32budget oversight 32, 33, 34

C

CaLK 130, 131, 150check and balance 26, 140, 154consensus orientation 14corporate governance 14, 16cross department 77

D

DAK 172, 178, 188

Page 198: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

190 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

DAU 178, 188DDF 185, 186, 187, 190, 191devolved management 77DPPA-SKPD 144, 146, 147, 148

E

eenheidsstaat 5effectiveness and efficiency 14efisiensi 18eksekutif 21, 22, 33, 71, 115, 125, 153, 154, 155, 160, 161, 162,

163, 166eksternal 19engage 26equity and inclusiveness 14

F

fiscal capacity 64fiscal needs 64fraud 19

G

good corporate governance 14Good Governance 13govern 13Governance 13, 195

H

horizontal accountability 80

I

incremental 77incrementalism 75, 77information technology approacch 165inter jurisdicational spill over effect 64internal 19

K

Page 199: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

191PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

konsekuensi 19KUA 65, 70, 74, 90, 91, 92, 93, 94, 101, 105, 107, 109, 110, 111, 112,

114, 141, 142, 143, 144, 150, 151, 163, 167, 190

L

LAK 131, 150legal drafting 32legislatif 20, 21, 22, 71, 79, 115, 153, 154, 155, 160, 161, 163legislative heavy 25line-item 75, 77LO 130, 131, 149locale rechtsgemeenschappen 6LPE 130, 131, 150LP-SAL 131LRA 119, 130, 131

M

markdown 162Mark-up 162

N

New Public Management 76, 77nomenklatur 161, 163, 166nonprofit organization 79

O

OPD 89, 95, 140, 162, 190, 191oportunistik 18organisasi 18, 19outcome 17, 77output 17, 77, 80, 91, 165, 182

P

Participation 15performance based budget 70performance budgeting 76

Page 200: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

192 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Planning, Programming, and Budgeting System 76politican framework 13POS 167, 190PPAPBD 133, 134, 137, 138, 139PPAS 65, 70, 74, 90, 91, 94, 101, 109, 110, 111, 112, 114, 142, 143,

150, 163, 167, 190PPBS 76PPh 121PPKD 101, 102, 104, 123, 128, 130, 131, 137, 138, 140, 144, 148,

149PPK-SKPD 124principal 16, 17, 78, 169prinsipal 17, 18, 19probity 78, 80process 91pro growth 88pro job 88pro poor 88Public Budgeting 68public money 72, 79public oriented 69

R

Renja 39, 40, 57, 89, 90, 91, 190Renstra 38, 39, 40, 41, 55, 56, 57, 89, 190resources 36, 69, 79responsiveness 14right to be informed 81right to know 81rigid departement 77risk aversion 18risk sharing 18RKPD 33, 37, 40, 41, 49, 50, 58, 59, 60, 63, 65, 70, 74, 89, 90, 92,

109, 110, 111, 112, 114, 134, 135, 163, 190RPJMD 33, 40, 41, 49, 50, 56, 57, 58, 59, 60, 70, 89, 91, 109, 110,

111, 112, 163, 167, 190rule of law 14

Page 201: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

193PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

S

SAP 130self interest 18SiLPA 122, 145, 191sistem birokrasi 10SKPD 38, 40, 51, 54, 55, 56, 60, 89, 90, 91, 94, 95, 97, 101, 105, 107,

114, 118, 119, 121, 124, 128, 130, 137, 140, 141, 142, 144, 145, 146, 147, 148, 191

social welfare 80SOP 167, 191spending well 182stakeholder 35, 44, 55, 156stakeholders 44, 50, 61, 104, 107streek 6

T

TAPD 94, 95, 97, 112, 148, 191the action of manner of governing 13The Founding Father 6top down 44Traditional budget 77

U

unified budgeting 96UU 8, 9, 13, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 33, 37, 54, 55, 60, 66, 67, 74, 115,

134, 137, 138, 139, 168, 169, 177, 191

V

value for money 69, 76, 77, 80, 82Vote accounting 77

Z

ZBB 76Zero Based Budgeting 76, 77

Page 202: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

194 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

TENTANG PENULIS

Mintarti Indartini, SE, MM. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Madiun sejak tahun 1994 sampai sekarang. Lahir di Ngawi tanggal 22 Pebruari 1970. Agama Islam. Menikah, 2 anak. Riwayat

Pendidikan: Pendidikan dasar dan menengah di Ngawi, menyelesaikan Sarjana Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Madiun tahun 1994 dan Magister Manajemen (S2) di Universitas Gajayana Malang tahun 2008. Aktif melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Organisasi: ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia)

Nurharibnu Wibisono, SE, M.Si, Ak. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Madiun. Lahir di Nganjuk, 3 Februari 1973. Agama Islam. Menikah, 3 anak.

Riwayat Pendidikan: SDN Embat-Embat, Pace, Nganjuk lulus tahun 1995. SMPN 1 Nganjuk lulus tahun 1998. SMAN 2 Nganjuk lulus tahun 1991. Universitas Brawijaya Malang lulus tahun 1998. Universitas Sebelas Maret Surakarta lulus tahun 2010.

Aktif melakukan kegiatan penelitian khususnya sektor publik dan pengabdian kepada masyarakat.

Sertifikat Kompetensi: Sertifikat Kompetensi Nomor: 47111.5230.4.016700 2018, bidang: Kewirausahaan Industri – Kewirausahaan Jenjang IV.

Organisasi: IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), Lembaga Masyarakat Peduli Lingkungan.

Page 203: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

195PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Assistriadi Widjiseno, ST. M.MT dilahirkan di Kota Madiun 10 Januari 1968.

Pendidikan Formal: (S1) Teknik Mesin ITS Surabaya, (S2) Magister Manajemen Teknologi ITS Surabaya, (S3) Sedang menempuh Program Doktor di Ilmu Manajemen Strategi FEB Universitas Airlangga.

Pengalaman bekerja: 1. Tahun 2005 Program Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan

(GERDU-TASKIN) Provinsi Jawa-Timur. 2. Tahun 2008 Panitia Pengawas Pemilihan Umum (PANWASLU)

Kota Madiun3. Tahun 2009 USAID – LGSP (United States Agency International

Development - Local Governance Support Program) sebagai Technical Assistance In Strengthening Civil Society Organizations.

4. Tahun 2014-2015 Konsultan Individu Australia Indonesia Partnership For Decentralisation (AIPD) dan Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarat (LPPM) Universitas Brawijaya

5. Tahun 2012-2016 Ketua dan Komisioner di Komisi Pelayanan Publik [KPP] Provinsi Jawa Timur.

6. Tahun 2016 Dosen Universitas Kahuripan Kediri.

Aktif melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Penghargaan: 106 Inovasi Indonesia Prospektif 2014 “Pengembangan Dan Diseminasi Sistem Informasi Anggaran Daerah (SIMRANDA) Untuk Optimasi Fungsi Anggaran DPRD” – Kementerian Riset Dan Teknologi Republik Indonesia.

HKI 2017, Jenis Ciptaan : Program Komputer, Judul Ciptaan : SIMRANDA (Sistem Informasi Anggaran Daerah)-Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI - Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual No : 05687 / ID EC00201706268

Page 204: PERAN DAN FUNGSI DPRDe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6887/1/Cover... · dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Selanjutnya rumusan pasal 18 tersebut

196 PERAN DAN FUNGSI DPRDDALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Organisasi: AISINDO (Association for Information Systems) Chapter Indonesia Community Member 2017.01.01. Jarinovik.