peran badan lingkungan hidup daerah (blhd ...repository.uinjambi.ac.id/1961/1/skripsi ilham...
TRANSCRIPT
PERAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) DALAM
MENGATASI DAMPAK SOSIAL PENAMBANGAN EMAS TANPA IZIN
(PETI) DI DESA LUBUK RESAM KECAMATAN CERMIN NAN GEDANG
KABUPATEN SAROLANGUN
Skripsi
ILHAM ARISKI
SIP. 151985
PEMBIMBING :
H. HERMANTO HARUN, Lc., M.HI., Ph.D
MUSTIAH, S.Ag., M.Sy
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO
Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)”.1
1QS. Ar-Ruum/30: 41.
vi
PERSEMBAHAN
Ya Allah, Terima kasih atas nikmat yang engkau berikan sampai detik ini pada
hidupku, Kubersujud dihadapanmu engaku berikan aku kesempatan untuk bisa sampai
di penghujung perjuanganku ini segala puji bagimu ya Allah, lantunan Al-fatihah
beriring shalawat menadahkan do’a dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku
untuk ayahanda Yusri dan ibunda Roha. Kemudian terima kasih juga ku ucapkan
untuk adinda tercinta Teguh dan ....
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk ayah dan ibu tercinta, yang tiada
pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih
sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap
rintangan yang ada didepanku. Semoga karya kecil ini bisa mejadi langkah awal untuk
membalas kebaikanmu selama ini. Amiin
vii
ABSTRAK
Ilham Ariski : SIP. 151985; Peran badan lingkungan hidup daerah(BLHD)
dalam mengatasi Dampak Sosial Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di
Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun .
Skripri ini bertujuan untuk mengungkapkan Peran badan lingkungan hidup
daerah(BLHD) Dalam Mengatasi Dampak Sosial Penambangan Emas Tanpa Izin
(PETI) di Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun. Sebagai tujuan
diantaranya untuk mengetahui dampak sosial penambangan emas tanpa izin, Ingin
mengetahui kendala mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa izin dan Ingin
mengetahui upaya mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa izin di
Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun.
Skripsi ini dengan pendekatan metode penelitian kualitatif yuridis sosiologis
dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai
berikut: 1) Dampak sosial penambangan emas tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan
Gedang Kabupaten Sarolangun yaitu diantaranya: masyarakat kehilangan sumber air
bersih dari sungai, masyarakat kehilangan fungsi sungai untuk MCK, ibu-ibu
kehilangan rutinitas untuk berkumpul di sungai dan anak-anak kehilangan tempat
bermain dan kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan emas di kecamatan
Cermin Nan Gedang. 2) Kendala mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa
izin di Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun diantaranya berkaitan
dengan kewenangan pemerintah daerah, rendahnya kesadaran hukum masyarakat,
sarana dan prasarana tidak mendukung, lemahnya aturan hukum dan kurangnya
kesadaran para pemilik lahan. 3) Upaya mengatasi dampak sosial penambangan emas
tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun diantaranya yaitu
dengan pencegahan atau tindakan preventif yang dilakukan oleh Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten terhadap pelaku penambangan emas tanpa izin di kecamatan Cermin
Nan Gedang dengan cara melakukan himbauan, melakukan sosialisasi dan melakukan
razia terhadap pelaku penambang emas ilegal dan berupaya melakukan tindakan
tindakan represif (penindakan) yaitu dengan cara penangkapan dan penyitaan.
Kata Kunci :Peran BLHD, Dampak Sosial PETI, Kendala Mengatasi PETI,
Pencegahan.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana
dalam penyelesain skipsi ini penulis selalu dalam lindungan-Mu dan diberi kekuatan
serta kesehatan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Dampak
Sosial Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan Cermin Nan Gedang
Kabupaten Sarolangun. Kemudian tidak lupa pula shalawat serta salam penulis
haturkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW.
Dalam penyelesain skripsi ini penulis akui, tidak sedikit hambatan dan rintangan
yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data maupun dalam penyusunannya.
Dan berkat adanya bantuan dari para pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang
diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada
semua pihak yang turut membantu penyelesain skripsi ini, terutama sekali kepada
yang terhormat:
1. Bapak Dr. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Prof. H. Su’aidi Asyari, MA., Ph.D, selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik dan Pengembangan LembagaUIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd, selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum,
Perencanaan dan Keuangan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Dr.Hj. Fadhillah, M.Pd, selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama di Lingkungan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. A.A. Miftah, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
ix
6. Bapak Hermanto Harun, Lc, M.HI., Ph.D, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Syariah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Ibu Dr.Rahmi Hidayati, S.Ag.,M.HI, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi
Umum, Perencanaan dan Keuangan Fakultas Syariah UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
8. Ibu Dr. Yuliatin, S.Ag., M.HI, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama di Lingkungan Fakultas Syariah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Ibu Mustiah, S.Ag., M. S,y, selaku Ketua Jurusan dan Ibu Tri Endah Karya
Lestiani S.IP. M.IP, selaku Sekretaris Prodi Ilmu Pemerintahan.
10. Bapak Hermanto Harun, Lc, M.HI., Ph.D, selaku pembimbing I, dan Ibu Mustiah,
S.Ag., M.S,y, selaku Pembimbing II.
11. Bapak dan Ibu dosen, Asisten Dosen dan Seluruh Karyawan/Kayawati Fakultas
Syari’ah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
12. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Disamping itu penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
layaknyasebuah karya tulis ilmiah, oleh karena itu diharapkan pada semua pihak
untuk dapat memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR .............................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 5
C. Batasan Masalah ................................................................ 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................... 6
E. Kerangka Teori .................................................................. 7
F. Tinjauan Pustaka ............................................................... 17
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ....................................................... 20
B. Lingkup Penelitian ............................................................ 21
C. Jenis dan Sumber Data ...................................................... 21
D. Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 23
E. Teknik Analisa Data .......................................................... 25
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 26
G. Jadwal Penelitian ................................................................ 28
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah dan Geografis Kecamatan Cermin Nan Gedang ... 29
B. Visi dan Misi Kecamatan Cermin Nan Gedang ................. 31
C. Struktur Organisasi Kecamatan Cermin Nan Gedang........ 31
D. Kondisi Penduduk Kecamatan Cermin Nan Gedang ........ 38
E. Keadaan Keagamaan dan Pendidikan Kecamatan Cermin
Nan Gedang ...................................................................... 38
F. Keadaan Ekonomi dan Mata Pencaharian Kecamatan
Cermin Nan Gedang .......................................................... 41
xii
BAB IV PEMBAHASAN DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Dampak sosial penambangan emas tanpa izin di
Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun ...... 43
B. Kendala mengatasi dampak sosial penambangan emas
tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan Gedang
Kabupaten Sarolangun .......................................................... 56
C. Upaya mengatasi dampak sosial penambangan emas
tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan Gedang
Kabupaten Sarolangun .......................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 68
B. Saran ....................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Keadaan Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan ... 39
Tabel 2 Jumlah tempat Peribadatan di Kecamatan Cermin Nan Gedang .. 39
Tabel 3 Jumlah Lembaga Pendidikan ....................................................... 41
Tabel 4 Laporan Hasil Uji Air Sungai Mengandung Mercuri BLHD ....... 55
Tabel 5 Data Jumlah Kasus Pertambangan Emas Tanpa Izin ................... 66
xiv
DAFTAR BAGAN
Gambar dan Bagan Halaman
Bagan 1 Struktur Organisasi Kantor Camat Cermin Nan Gedang ........ 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan
galian itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, dan
lain-lain.2 Seiring dengan perkembangan pembangunan ekonomi yang
menitikberatkan pada pertumbuhan sering bertentangan dengan prinsip pelestarian
alam, sehingga sering dikatakan bahwa antara pembangunan ekonomi dan
lingkuangan terkesan kontradiktif.
Pertambangan di Indonesia mungkin merupakan salah satu sektor usaha yang
teramat sedikit dipahami, walaupun industri pertambangan ini adalah yang paling
banyak menjadi sorotan publik, bila diusahakan oleh pihak asing, usaha yang
menggerogoti kekayaan alam kita, ia banyak sekali disebut juga sebagai
pemboyong keuntungan besar, sektor ini di tuduh pula sebagai perusak lingkungan
dengan berbagai dampak fisik, biologi dan sosialnya.
Departemen pertambangan yang sebetulnya harus melindungi dan membina
sektor usaha ini dan menampilkan sebagai salah satu tonggak pembangunan
yang amat potensial dan kokoh jarang sekali berdiri tegak dihadapan umum
untuk membela sektor yang amat vital ini.3
Agama Islam sebagai ajaran hidup mengandung nilai-nilai tentang kehidupan
yang antara lain menyatakan bahwa segala diperoleh manusia sebagai hasil dari
2Salim. Hukum Pertambangan Di Indonesia. (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2005), hlm. 01
3A.R. Soehoes,”Bunga Rampai Pembangunan”. (Jakarta: Putri Fadjar dan Fakultas Teknik UI,
2001). hlm. 49.
1
2
aktifitasnya. Tuhan tidak akan menurunkan rizkinya kepada manusia itu secara
langsung dari langit. Allah telah menyiapkan fasilitas bumi yang terhampar luas
untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya dan manusia telah dibekali dengan
perlengkapan jasmani dan rohani, yang mampu berpikir guna mengolah segala
fasilitas yang di berikan Allah SWT di bumi. Firman Allah dalam Al-Quran surat
al-mulk ayat 15 yang berbunyi:
Artinya: “ialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah
disegala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezki-nya. Dan hanya
kepada-nya-lah kamu (kembali setelah dibangkitkan).4
Kekayaan alam yang Allah Swt berikan kepada manusia sangat beraneka
ragam, baik kekayaan alam berupa fauna, flora, maupun pertambangan, dengan
adanya pertambangan ini, pendapatan masyarakat kecamatan cermin nan gedang
menjadi meningkat, bukan hanya masyarakat setempat tapi banyak juga orang-
orang dari luar daerah yang memanfaatkan adanya tambang emas tersebut, dengan
adanya pertambangan emas ini adalah merupakan salah satu berkah, dan rizki yang
di turunkan Allah Swt kepada manusia.
Pada lokasi-lokasi yang memiliki kandungan emas di Daerah Kecamatan
Cermin Nan Gedang ini sudah sejak lama dieksploitasi oleh masyarakat setempat
dengan menggunakan cara dan tekhnis yang berbeda. “Pendapatan yang di
dapatkan dengan cara ini tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
keluarga karena emas yang didapatkan dari hasil dulangan rata-rata tidak terlalu
besar bahkan hanya sedikit.”5
Jambi dikenal sebagai propinsi yang kaya akan bahan tambang dan mineral.
4 QS al-Mulk (67): 15.
3
Potensi tersebut sudah dikenal sejak zaman penjajahan sampai dengan
kemerdekaan. Potensi itu antara lain minyak bumi, batu bara sampai dengan emas
yang merupakan logam mulia. Kekayaan alam berupa bahan tambang tersebut
tersebar di beberapa wilayah provinsi Jambi. Minyak bumi terdapat di wilayah
Kabupaten Muaro Jambi. Batu bara dan emas terdapat di Kabupaten Sarolangun.
Potensi kekayaan alam yang terdapat di Jambi merupakan kekayaan alam yang
terdapat dalam bumi Indonesia, proses mendapatkanya melalui usaha
pertambangan.
Saat ini fenomena kerusakan lingkungan terjadi di seluruh sektor, salah
satunya adalah sektor pertambangan. Pertambangan sebagai industri yang
mempunyai resiko lingkungan yang tinggi selalu mendapatkan perhatian khusus
oleh publik. Salah satu masalah yang sampai saat ini yang masih menjadi pekerjaan
rumah bagi Dapartemen Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM) adalah
maraknya kegiatan pertambangan emas tanpa izin (PETI). Istilah PETI semula di
pergunakan untuk pertambangan emas tanpa izin, tetapi dalam perkembangan
selanjutnya permasalahan PETI tidak hanya pada komoditi bahan galian emas tetapi
juga diterapkan pada pertambangan emas tanpa izin untuk bahan galian lain baik
golongan A, B maupun C.
Munculnya kegiatan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) sulit terelakan
bagaimanapun juga PETI merupakan salah satu bentuk akses masyarakat kepada
sumberdaya alam dan lingkungannya. Masyarakat dengan keterbatasan ilmu
pengetahuan dan teknologi mengelola sendiri sumber-sumber mineral (emas) yang
ada di daerahnya untuk meningkatkan taraf hidup dan ekonomi kelompoknya saja,
5Wawancara dengan Fahmizal selaku warga Desa Lubuk Resam, tanggal 10 Juni 2019
4
sehingga negatif dampaknya kepada daerah.
PETI atau Dompeng ini mengakibatkan air Sungai Batang Asai yang selama
ini dipergunakan oleh masyarakat Cermin Nan Gedang untuk mandi cuci kakus
(MCK) diduga tercemar oleh zat kimia berbahaya jenis merkuri (raksa). Air Sungai
Batang Asai itu tercemar air bersih, Penambangan emas ilegal dengan kekuatan 160
set mesin merobek kedalam Sungai. Belum ada tindak lanjut dari aparat
bersangkutan.6
PETI merupakan kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Izin yang di lakukan
oleh sebagian masyarakat maupun oknum lainnya. PETI adalah “cap” yang
diberikan Negara pada pelaku pertambangan yang tidak mendapatkan izin dari
pemerintah sebagai pemegang hak menguasai Negara atas bahan tambang. Tak
peduli apakah penambangan adalah rakyat yang melakukan kegiatan pertambangan
berdasarkan adat istiadat, ataupun mereka mereka yang hanya “berjudi” nasib dari
bahan tambang, tetap akan menyandang label PETI jika tidak mendapat izin.
Penulis mencoba melakukan konfirmasi kepada salah seorang warga desa
Lubuk Resam yang dulu pernah menjadi Kepala Desa Lubuk Resam yaitu bapak
Ahmad Jani yang mengatakan bahwa:
Kondisi ini sudah berlangsung sejak tahun 2012 sampai sekarang dan
semenjak harga karet menurun mereka pun semakin banyak menjadi pekerja
PETI. Kalau masalah hasil orang memakai sistim bagi hasil, yaitu 60% untuk
Bos sedangkan 40% untuk Pekerjanya. Kalau masalah sistim lapisan pada
penambangan emas tidak ada karena hidup mereka hampir sama.
Penambangan emas itu dilakukan di sungai maupun di sawah dengan sistim
menggunakan mesin dompeng dan alat berat escavator, bahkan di sungai jauh
lebih banyak.7
Faktor lingkungan hidup tetap menjadi masalah krusial yang perlu mendapat
6Observasi tentang peti atau dompeng pada tanggal 15 Juni 2019
7Wawancara dengan Ahmad Jani selaku kades pada tanggal 15 Juni 2019
5
pengawasan intensif, dengan kegiatan PETI yang nyaris tanpa pengawasan, dapat
dibayangkan kerusakan lingkungan hidup yang terjadi. Terlebih lagi, para pelaku
PETI praktis tidak mengerti sama sekali tentang pentingnya pengelolaan
lingkungan.
Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah peneliti sebutkan di atas, maka
penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut masalah ini dengan judul :“ Peran
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Dalam Mengatasi Dampak Sosial
Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan Cermin Nan Gedang
Kabupaten Sarolangun.”
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja dampak sosial yang ditimbulkan dari penambangan emas tanpa izin di
Kecamatan Cermin Nan gedang Kabupaten Sarolangun ?
2. Apa kendala mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa izin di
Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun?
3. Bagaimana upaya mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa izin di
Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun?
C. Batasan Masalah
Agar tidak terjadi perluasan pada pokok pembahasan dalam penulisan
skripsi maka penulis akan membatasi penelitian yang mendalam pada hal - hal yang
berkaitaan dengan dampak sosial akibat penambangan emas tanpa izin, kendala apa
saja yang dihadapi mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa izin serta
bagaimana upaya mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa izin di desa
lubuk resam Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun.
6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui dampak sosial penambangan emas tanpa izin di
Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun.
b. Ingin mengetahui kendala mengatasi dampak sosial penambangan emas
tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun?
c. Ingin mengetahui upaya mengatasi dampak sosial penambangan emas
tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan khazanah pengetahuan
tambahan, serta sebagai masukan dalam penelitian dampak sosial akibat
penambangan emas tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan Gedang
Kabupaten Sarolangun.
b. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan masukan,
sebagai bahan evaluasi untuk dilakukan perbaikan-perbaikan, dan sebagai
bahan untuk para peneliti lainnya.
c. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
pemikiran, dan sebagai referensi bagi peneliti lain, yang melakukan
penelitian tentang dampak sosial akibat penambangan emas tanpa izin di
Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun.
d. Sebagai sumbangan data ilmiah dibidang sosial dan disiplin ilmu lain bagi
UIN Sulthan Thaha Saefuddin (STS) Jambi.
7
E. Kerangka Teori
1. Pengertian Penambangan
Dalam peraturan pemerintah yang dimaksud dengan penambangan adalah
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan
pemurnian pengangkutan dan penjualan, serata kegiatan pasca tambang.8 Menurut
Sukandarrumidi usaha pertambangan adalah semua usaha yang dilakukan oleh
seseorang atau badan hukum atau badan usaha untuk mengambil bahan galian
dengan tujuan untuk dimanfaatkan lebih lanjut bagi kepentingan manusia.
Sedangkan kegiatan penambangan adalah serangkaian kegiatan dari mencari dan
mempelajari kelayakan sampai dengan pemanfaatan mineral, baik untuk
kepentingan perusahaan, masyarakat sekitar, maupun pemerintah (daerah dan
pusat).9
Gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dan
cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi
geografis, kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena
adanya penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.10
Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan
adanya suatu kecendrungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan
sosial tidak akan berhasil baik.dia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-
lingkaran perubahan sosial tersebut, akan tetapi perubahan-perubahan tetap ada
8Tim redaksi pustaka Yustisia, Kumpulan Peraturan Pemerintah 2010 Tentang Pertambangan,
(Yogyakarta: Pustaka Yustisia), hlm. 2. 9Sukandar Rumidi, Bahan-Bahan Galian Industri. (Yogyakarta: Gadjah Mada, University
Press,TT), hlm.38. 10
Ibid., hlm. 264
8
dan yang paling penting adalah lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus di
pelajari karena dengan jalan tersebut barulah akan dapat diperoleh suatu
generalisasi.
Beliau meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan
sosial tersebut.akan tetapi,perubahan-perubahan tetap ada dan yang paling penting
adalah lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari karena dengan
jalan tersebut barulah akan dapat diperoleh generalisasi. Kingsley Davis
mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat .misalnya timbulnya pengorganisasian buruh
dalam masyarakat kapiltalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam
hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-
perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
Menurut Soekanto untuk mempelajari perubahan masyarakat, perlu
diketahui sebab-sebab yang melatari perubahan itu.apabila diteliti lebih mendalam
mengenai sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin dikarenakan
adanya suatu yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan mungkin saja perubahan
terjadi karena ada faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai
pengganti faktor yang lama itu.11
Beliau melanjutkan pula bahwa “Mungkin ada
sumber sebab-sebab tersebut yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri dan
ada yang letaknya dalam dua faktor, faktor internal danm faktor eksternal. Di
dalam Undang-Undang Pokok penambangan usaha-usaha pertambangan tersebut
dirumuskan sebagai berikut:
a. Usaha pertambangan penyelidikan umum ialah penyelidikan geologi
ataupun geofisika secara umum, baik di daratan, perairan ataupun dari
11
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Grafindo Persada, 2002). hlm 263
9
udara dengan maksud untuk memuat peta geologi umum dalam usaha
untuk menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian.
b. Usaha pertambangan eksploirasi ialah segala usaha penyelidikan geologi
pertambangan untuk menetapkan lebih teliti atau lebih seksama adanya
sifat dan letak bahan galian.
c. Usaha penambangan eksploitasi ialah usaha pertambangan dengan maksud
untuk menghasilkan bahan galian dan pemanfaatannya.
d. Usaha pertambangan pengolahan dan pemurnian ialah pengerjaan untuk
mempertinggi mutu bahan galian serta untuk memanfaatkannya serta
memperoleh unsur-unsur yang terdapat dalam bahan galian tersebut.
e. Usaha pertambangan pengangkutan ialah segala usaha pemindahan bahan
galian dari daerah eksplorasi, ekplotasi atau dari tempat pengolahan atau
pemurnian ketempat lain.
f. Usaha pertambangan penjualan ialah segala usaha penjualan dari hasil
pengolahan ataupun pemurnian bahan galian.12
Sedangkan Wilayah Pertambangan (WP) adalah wilayah yang memiliki
potensi mineral atau batubara yang tidak terikat dengan batasan administrasi
pemerintah yang merupakan bagian dari rencana tata ruang nasional. Dan
Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) adalah bagian dari WP yang telah
memiliki ketersediaan data, potensi, dan informasi geologi. Serta Wilayah Izin
Usaha Pertambangan (WIUP) adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang
izin pertambangan.
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam. Salah
satunya hasil tambang (batu bara, minyak bumi, gas alam dan timah). Di era
globalisasi ini, setiap negara membangun perekonmiannya melalui kegiatan
industri dengan mengolah sumber daya alam yang ada dinegaranya. Hal ini
dilakukan agar dapat bersaing dengan negara lain dan memajukan
perekonomiannya. Oleh karena itu, banyak perusahaan dari sektor privat
maupun sektor swasta yang mengolah hasil tambang untuk produksi.
Munculnya industri-industi pertambangan di Indonesia mempunyai dampak
12
Ibid, hlm 265
10
positif dan dampak negatif bagi masyarakat dan negara. Dampak positif adanya
industri pertambangan antara lain menciptakan lapangan ker;ja baik masyarakat,
hasil produksi tambang dapat digunakan untuk memenuhi permintaan pasar
domestik maupun pasar internasional, sehingga hasil ekspor tambang tersebut
dapat meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi negara.
Industri pertambangan juga dapat menarik investasi asing untuk
menanamkan modalnya di Indonesia. Sebab perusahaan memiliki lapangan yang
luas sebagaimana yang dikemukakan oleh Abu Bakar bin Mas‟ud Alauddin
Kasyani.13
( wafat 587 H/1191 M ) sebagai pemikir Islam beliau mengatakan:
Suatu lapangan luas yang pernah dibicarakan para sarjana ekonomi Islam ialah
soal perusahaan, yang dimasa sekarang dinamakan industri. Namun, terdapat
masalah yang harus diperhatikan oleh pemerintah, yaitu masalah penambangan
ilegal. Penambangan ilegal dilakukan tanpa izin, prosedur operasional, dan
aturan dari pemerintah. Seperti halnya yang kini telah terjadi didaerah
Kabupaten Sarolangun, tepatnya didaerah kecamatan Cermin Nan Gedang.
Hal ini tentu akan membuat kerugian bagi negara karena mengeksploitasi
sumber daya alam secara ilegal, mendistribusikan, dan menjual hasil
tambangnya secara ilegal, sehingga terhindar dari pajak negara. Oleh karena itu,
pemerintah harus menerapkan aturan yang tegas terhadap para pihak yang
melakukan penambangan ilegal.
Dalam kaitan ini pemerintah harus meyeleksi secara ketat para pemegang
kuasa penambangan sehingga betul-betul melaksanakan AMDAL(analisa
13
KH. Abdullah Zaky Al Kaaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2002),
hlm.28.
11
dampak lingkungan) sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peraturan
perundangan mengenai dampak lingkungan berkembang sejak diundangkannya
Undang-Undang No. 4/1982, Undang-Undang No. 23/1997 serta Surat
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 389K/008/MPE/1995 tentang
Pedoman Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL).
2. Izin Usaha Penambangan.
Berdasarkan UU No. 11 tahun 1967, Kuasa Pertambangan (KP) adalah
wewenang yang diberikan kepada badan atau perseroan untuk melaksanakan
usaha pertambangan. Setelah UU No. 4 tahun 2009 diberlakukan, maka KP
diubah menjadi Izin Usaha Pertambangan (IUP). KP yang diberlakukannya
sebelum ditetapkannya UU No. 4 tahun 2009 dan PP No. 23 tahun 2010 tetap
diberlakukan sampai jangka waktu terakhir, serta wajib:
a. Disesuaikan menjadi IUP atau Izin Pertambangan Rakyat (IPR) sesuai
dengan ketentuan PP No. 23 tahun 2010 dalam jangka waktu paling lambat
tiga bulan sejak berlakunya PP tersebut.
b. Menyampaikan rencana kegiatan pada seluruh wilayah KP sampai dengan
jangka waktu berakhirnya KP.
c. Melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri dalam jangka
waktu paling lambat lima tahun sejak berlakunya UU No. 4 tahun 2009.14
Sebagaimana diatur dalam pasal 1 (7) UU No. 4 tahun 2009 tentang
pertambangan mineral dan batubara (UU Minerba), Izin Usaha Pertambangan
(IUP) adalah izin usaha yang diberikan untuk usaha pertambangan. Merupakan
wewenang pemerintah, dalam pengolahan pertambangan mineral dan batu bara,
untuk memberikan IUP. Pasal 6 Peraturan Pemerintah No.23 tahun 2010 tentang
pelaksanakan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara (PP 23/2010)
14
Http://tambang. Findis cussion. Com/t28-pertambangan, diakses pada tanggal 22 November 2013
12
mengatur bahwa IUP diberikan oleh menteri, gubernur, atau Bupati/Walikota
sesuai dengan kewenangannya. IUP diberikan kepada:
1. Badan usaha, yang dapat berupa Badan Usaha Swasta, Badan Usaha Milik
Negara. atau Badan Usaha Milik Daerah.
2. Koperasi.
3. Perseorangan, yang dapat berupa perseorangan yang merupakan warga
Negara Indonesia, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer.
Pemberian IUP akan dilakukan setelah diperoleh WIUP (Wilayah Izin
Usaha Pertambangan).
Dalam satu WIUP dimungkinkan untuk diberikan satu IUP maupun
beberapa IUP. Dalam pasal 36 UU Minerba membagi IUP ke dalam dua tahap,
yaitu:
a) IUP Eksploirasi, yang meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi,
dan studi kelayakan.
b) IUP Operasi produksi, yang meliputi kegiatan konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian serta pengangkutan dan penjualan.15
Dalam pasal 39 UU Minerba mengatur bahwa IUP eksplorasi wajib
memuat ketentuan sekurang-kurangnya:
1. Nama perusahaan.
2. Lokasi dan luas wilayah.
3. Rencana umum dan tata ruang.
Banyak LSM yang ada di Kabupaten Sarolangun16
mengurai adanya
praktik penguasaan sumber daya alam yang cukup besar di wilayah Kecamatan
Cermin Nan Gedang yang dilakukan dengan menggunakan tambang yang
mengeksploitasi sumber daya alam.
3. Dampak positif dan negatif pertambangan.
Munculnya industri-industri pertambangan di Indonesia mempunyai
15
Ibid. 16
www.sultranews.com/2015/03/sejarah-perlawanan-petani-batulu.html
13
dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat dan negara. Dampak positif
adanya industri pertambangan antara lain menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat, hasil produksi tambang dapat digunakan untuk memenuhi
permintaan pasar domestik maupun pasar internasional, sehingga hasil ekspor
tambang tersebut dapat meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi
negara.
Industri pertambangan juga dapat menarik investasi asing untuk
menanamkan modalnya di Indonesia. Namun, terdapat masalah yang harus
diperhatikan oleh pemerintah, yaitu masalah penambangan ilegal. Penambangan
ilegal dilakukan tanpa izin, prosedur operasional, dan aturan dari pemerintah.
Hal ini membuat kerugian bagi negara karena mengeksploitasi sumber daya
alam secara ilegal, mendistribusikan, dan menjual hasil tambangnya secara
ilegal, sehingga terhindar dari pajak negara.
Oleh karena itu, pemerintah harus menerapkan aturan yang tegas terhadap
para pihak yang melakukan penambangan ilegal. Kemudian, di sisi lain, industri
pertambangan juga mempunyai dampak negatif, yaitu kerusakan lingkungan.
Wilayah yang menjadi area pertambangan akan terkikis, sehingga dapat
menyebabkan erosi. Limbah hasil pengolahan tambang juga dapat mencemari
lingkungan. Kegiatan industri tambang yang menggunakan bahan bakar fosil
menghasilkan CO2 yang dapat menimbulkan efek rumah kaca dan pemanasan
global.17
4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi dampak negatif pertambangan.
17
Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan,( Jakarta: Universitas Indonesia),
hlm1987.
14
Untuk mengatasi dampak negatif tersebut, maka setiap perusahaan harus
memiliki tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR).
CSR harus diterapkan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip
pembangunan berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan sekarang tanpa harus
mengorbankan kebutuhan generasi masa depan.
CSR dapat dilakukan di berbagai bidang seperti sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Di bidang sosial, perusahaan dapat memberikan dana beasiswa
pendidikan bagi pelajar, pelatihan bagi karyawan, dan mendirikan perpustakaan.
Di bidang ekonomi, perusahaan dapat membantu usaha-usaha kecil menengah
(UKM) dengan memberikan pinjaman dana untuk mengembangkan usaha
mereka. Kemudian, di bidang lingkungan perusahaan dapat melakukan
reklamasi area bekas tambang, menanam bibit pohon, dan mengolah limbah
dengan cara daur ulang. Jadi, tidak hanya mengambil keuntungan dengan
mengeksploitasi sumber daya alam yang ada, tetapi juga harus dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan
hidup.
5. Pandangan Ekonomi Islam Dalam pengolahan Tambang.
Pengolahan tambang berarti mengolah sumber daya alam yang ada
dipermukaan bumi sebagai salah satu sumber rizki yang Allah sediakan untuk
setiap individu, dimana pengolahan sumber daya alam ini telah Allah serahkan
kepada kita sebagai khalifah dipermukaan bumi ini. Sebagaimana firman Allah
dalam al-Quran surah al-Qashas:77 yang artinya: “Dan carilah pada apa yang
Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
15
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.18
Meski konsep ini agak susah dipahami dalam konteks ilmu tauhid
tradisional, tetapi dalam konteks ekologi, karena dari pancaran Tuhan, maka
semesta alam memiliki posisi yang sangat tinggi. Merusak alam sama dengan
merusak Tuhan.
Islam memandang bahwa materi merupakan sarana dalam kehidupan di
dunia ini untuk mencapai kehidupan yang semakin baik dalam kehidupan di
dunia dan di akhirat. Sehingga praktik pengelolaan dan penggunaan meteri
senantiasa dalam bingkai moral dan spiritual untuk meningkatkan kualitas
kehidupan manusia baik secara fisik maupun moral. Islam sebagai sebuah
Ideologi memiliki pandangan bahwa prilaku manusia bukan dalam keadaan
dipaksa mutlak dan bukan pula memiliki kebebasan mutlak. Islam memandang
bahwa perilaku manusia harus senantiasa terikat pada aturan yang diberikan oleh
sang pencipta. Oleh karenanya, Islam mengharamkan dipergunakannya asas
manfaat sebagai tolak ukur dalam perbuatan karena manfaat menurut pandangan
manusia bukanlah sebuah kebenaran yang hakiki yang diajarkan oleh Allah
SWT.
Dalam pengelolaan sumber daya alam diserahkan oleh Allah kepada
manusia sebagai khalifah di dunia ini dalam pengelolaannya. Hal ini terungkap
dalam ayat Al-Quran al-Qashas (28): 77
18
Qs:surah al-qashass ayat 77.
16
Artinya : dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.19
Namun penundukan sumber daya alam tersebut bukan untuk diserahkan
kepada manusia secara mutlak. Hanya Allahlah pemilik mutlak atas sumber daya
alam tersebut, Allah Swt senantiasa menjadikan diri sebagai pemilik atas segala
sesuatu yang kemudian dianugrahkan kepada umat manusia. Dan selanjutnya,
atas penganugrahan tersebut, Allah SWT memberikan wewenang kepada
manusia untuk mengusahakan dan memanfaatkan sumber daya tersebut.
Paradigma yang dikembangkan dalam konsep kerja dan bisnis Islam
mengarah kepada pengertian kebaikan (thoyyib) yang meliputi materinya itu
sendiri, cara perolehannya dan cara pemanfaatannya. Atau dengan kata lain
bahwa bekerja untuk mendapatkan yang halal adalah kewajiban agama yang
kedua setelah kewajiban pokok dari agama, seperti sholat, zakat, puasa dan haji.
Kejujuran dan kebenaran merupakan nilai yang terpenting dalam mencari
rezeki di dunia ini. Sehubungan dengan hal tersebut, penipuan, sikap
mengeksploitasi orang lain yang tidak bersalah atau membuat pernyataan palsu
merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam.
Dalam Islam, kesejahteraan sosial dapat dimaksimalkan jika sumberdaya
ekonomi juga dialokasikan sedemikian rupa, sehingga dengan peraturan kembali
keadaannya, tidak seorangpun menjadi lebih baik dengan menjadikan orang lain
19
Qs:surah al-qashass ayat 77
17
lebih buruk di dalam kerangka al-Quran dan Sunnah.20
F. Tinjauan Pustaka
Hasil penelitian yang relevan merupakan bagian yang menguraikan tentang
beberapa pendapat atau hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti antara lain:
1. Penelitian yang dlakukan oleh Yesi Esdiyanti (UIN STS JAMBI 2019) dengan
judul “Penegakan Hukum Terhadap keikutsertaan Aparat desa Dalam
Kerusakan Lingkungan Akibat penambangan Emas Tanpa Izin (Peti) Menurut
Hukum Positif Dan Hukum Islam (Studi Desa Raden Anom Kec Batang Asai
dari hasil penelitian ini dapat disimpulkanbahwa peran pemerintah dalam
pengakan hukum bagi penambangan ilegal baik secara hukum fositip dan
hukum islam dan berjalan sesuai yang di rencanakan sehingga masyarakat yang
melakukan pelanggaran tersebut sadar akan kelestarian lingkungan bagi semua
masyarakat dan tidak terjadi lagi penambangan emas tanpa izin di wilayah
lnkungan kecamatan batang asai tersebut. Adapun persamaan dari penelitian
yang dilakukan penulis yaitu sama-sama peran pemerintah yang menangani
kasus penambangan emas tanpa izin tersebu21
2. Penelitian yang dlakukan oleh mukhti burrahman (UIN STS JAMBI 2018)
judul “ peran pemerintah dalam pengolaan terhadap pencemaran lingkungan
hidup yang bersih dan sehat (studi kantor camat pemayung).22
Dari hasil
penelitian ini terdapat peran pemerintah daerah yang antusias dalam menangani
20
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007, hlm. 16 21
Penelitian yang dlakukan oleh Yesi Esdiyanti (UIN STS JAMBI 2019) 22
Penelitian yang dlakukan oleh mukhti burrahman (UIN STS JAMBI 2018) judul “ peran pemerintah
dalam pengolaan terhadap pencemaran lingkungan hidup yang bersih dan sehat (studi kantor camat
pemayung)
18
kasus pencemaraan lingkungan yang dilakukan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab dikarenakan aliran sungai tercemar dan hal tersebut
berdampak bagi lingkungan sekitar oleh karena itu pemerintah dengan sigap
meninndaklanjuti kasus tersebut dan diberantas sampai keakar masalah yang
terjadi dan dikenakan sanksi atau hukuman yang setimpal bagi para oknum
pencemar lingkungan tersebut sehingga tidak terjadi di kemudian hari sehingga
masyarakat dalam menjalani hidup sehari-hari dengan bersih tanpa adanya
pencemaran lingkungan oleh pihak yang tidak betanggung jawab. Kesamaan
dari skripsi yang penulis teliti ialah terdapat peran pemerintah yang menjadi
aktor utama dalam menangani kasus pencemaran lingkungan tersebut dengan
sigap dan tegas memeberi sanksi bagi pelaku pencemaran lingkungan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh rahman asropi (UIN STS JAMBI 2017) dengan
judul “upaya pemerintah kabupaten merangin dalam memberi sanksi hukum
terhadap penambangan emas tanpa izin di wilayah lingkungan sekitar (studi
kasus kecematan siyau). Dari hasil penelitian tersebut dapat di simpulkan yaitu
pemerintah menindak tegas para pelaku penambangan emas tanpa izin dengan
cara di beri sanksi hukum melalui proses pengadilan yang berujung penahan
dan denda bagi pelaku sehingga mereka jera terhadap apa yang telah mereka
perbuat. Kesamaan dari penelitian yang penulis lakukan ialah kesamaan dari
peran pemerintah dalam menegakkan keadilan bagi pelaku penambangan emas
tanpa izin di wilayah kecamatan siyau23
23
Penelitian yang dilakukan oleh rahman asropi (UIN STS JAMBI 2017) dengan judul “upaya
pemerintah kabupaten merangin dalam memberi sanksi hukum terhadap penambangan emas tanpa
izin di wilayah lingkungan sekitar (studi kasus kecematan siyau)
19
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis empiris
ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataannya di
20
masyarakat.24
Suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau
keadaan nyata yang terjadi di masyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan
menemukan fakta-fakta dan data yang dibutuhkan, setelah data yang dibutuhkan
terkumpul kemudian menuju kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya
menuju pada penyelesaian masalah.25
B. Lingkup Penelitian
Berdasarkan geografis, penelitian ini hanya difokuskan berada dalam batas
wilayah Kecamatan Cermin Nan Gedang kabupaten Sarolangun dalam hal dampak
sosial akibat penambangan emas tanpa izin, kendala apa saja yang dihadapi
mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa izin serta bagaimana upaya
mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan
Gedang Kabupaten Sarolangun..
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data Primer adalah “data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung
dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan
yang memerlukannya”26
Sumber data primer dalam penulisan skripsi ini
adalah camat dan perangkatnya dan sebagian masyarakat, serta literatur buku
– buku yang mempunyai keterkaitan dan hubungan langsung dengan objek
kajian yang akan dibahas dalam skiripsi ini.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.
9. 25
Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada),
2011, hlm. 22.
26
Iqbal Hasan. Analisa Data Penelitian dengan Statistik. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 19
21
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah "data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari biro statistik, majalah, koran,
keterangan-keterangan atau publikasi lainnya."27
Jadi data sekunder berasal
dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya, artinya melewati satu atau lebih
banyak pihak yang bukan peneliti sendiri. Misalnya dari biro statistik,
majalah, koran keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. Data sekunder
dalam penelitian ini adalah data mengenai gambaran umum Kecamatan
Cermin Nan Gedang, seperti:
1) Sejarah dan geografis Kecamatan Cermin Nan Gedang
2) Visi dan Misi Kecamatan Cermin Nan Gedang
3) Struktur organisasi Kecamatan Cermin Nan Gedang
4) Kondisi penduduk Kecamatan Cermin Nan Gedang
5) Keadaan Keagamaan dan pendidikan Kec. Cermin Nan Gedang
6) Keadaan ekonomi dan mata pencaharian.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah "subjek dari mana data dapat
diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan
27
Mukhtar. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah (Panduan Berbasis Penelitian Kualitatif
Lapangan dan Perpustakaan. (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 90
22
tertulis maupun lisan."28
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini orang
dan materi yang meliputi:
a. Camat Cermin Nan Gedang dan staf
b. Masyarakat
c. Pelaku Penambang Emas
D. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan di lapangan yakni di desa
Kecamatan Cermin Nan Gedang, maka peneliti menggunakan beberapa metode
pengumpulan data. Karena penelitian ini digolongkan kedalam bentuk penelitian
lapangan maka dalam memperoleh data di lapangan dilakukan cara sebagai
berikut :
1. Observasi
Metode Observasi atau disebut juga dengan pengamatan adalah “pencatatan
secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan
dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa."29
Penulis menggunakan observasi non partisipan untuk
melihat data di lapangan yang bisa menjadi instrumen utama pengumpulan data
untuk mendapatkan informasi tentang tentang dampak sosial akibat penambangan
emas tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun
2. Wawancara
Wawancara adalah "proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
28
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,
2006, hlm. 129
23
secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan."30
Dengan wawancara
penulis dapat menggali tidak saja apa yang diketahui di dalam seseorang/subyek
yang diteliti, tetapi apa saja yang tersembunyi jauh di dalam subyek penelitian,
wawancara bisa memfokuskan hal-hal yang bersifat lintas waktu yang berkaitan
dengan masa lampau, masa sekarang, dan juga masa yang akan datang.
Wawancara tidak terstuktur penulis gunakan sebagai instrumen pelengkap
observasi untuk mengumpulkan data di lapangan tentang tentang dampak sosial
akibat penambangan emas tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan Gedang
Kabupaten Sarolangun.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah "tehnik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-
catatan mengenai data pribadi responden."31
Berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi penulis gunakan sebagai
intrumen utama untuk memperoleh semua data-data yang berhubungan dengan
gambaran umum Kecamatan Cermin Nan Gedang, seperti:
a. Sejarah dan geografis Kecamatan Cermin Nan Gedang
b. Visi dan Misi Kecamatan Cermin Nan Gedang
c. Struktur organisasi Kecamatan Cermin Nan Gedang
d. Kondisi penduduk Kecamatan Cermin Nan Gedang
29
Amirul Hadi dan Haryono. Metodologi Penelitian Pendidikan.( Bandung: Pustaka Setia, 1998),
hlm.129 30
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 83 31
Abdurrahman Fathoni. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. (Jakarta : Rineka
24
e. Keadaan Keagamaan dan pendidikan Kec. Cermin Nan Gedang
E Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Induktif
Yaitu “cara berfikir berangkat dari fakta-fakta yang khusus dan peristiwa-
peristiwa yang konkrit kemudian dari fakta serta peristiwa yang khusus tersebut
ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum.”32
Dengan metode induktif
ini peneliti menangkap berbagai pakta atau fenomena-fenomena yang terjadi
dilapangan berkenaan dengan dampak sosial akibat penambangan emas tanpa izin
di Kecamatan Cermin Nan Gedang kabupaten Sarolangun.
2. Deduktif
Yaitu “berpikir berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum dan
hendak menilai suatu kejadian yang sifatnya khusus.”33
Kemudian dengan metode
deduktif ini peneliti mendapatkan data yang bersifat umum tentang dampak sosial
akibat penambangan emas tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan Gedang
kabupaten Sarolangun dan selanjutnya peneliti jelaskan secara detail..
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi tidak keluar dari pembahasan penulis agar penulisan
skripsi ini tidak keluar dari pembanhasan maka penulis membuat sistematika
penulisan skripsi ini dan menjadi ringkasan dari pembahasan - pembahasan yang
ada disetiap babnya seperti berikut ini :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
Cipta, 2006), hlm. 112 32
Anton Beker Dan Ahmad Charis Zubair, Metode Penelitian. (Yogyakarta: Kanisius, 2005),
hlm.63. 33
Ibid. hlm.53
25
kerangka teori dan tinjauan pustaka.
BAB II : Merupakan bab yang membahas mengenai metode
penelitian yang didalamnya membahas tentang pendekatan
penelitian, lingkup penelitian, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data, teknik analisis data sistematika
penulisan.
BAB III : Merupakan bab yang memuat gambaran umum kecamatan
Cermin Nan Gedang yang berisikan letak dan geografis,
sosial ekonomi, agama dan pendidikan.
BAB IV : Dalam bab ini peneliti mencantumkan pembahasan
mengenai dampak sosial penambangan emas tanpa izin,
kendala mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa
izin dan upaya mengatasi dampak sosial penambangan emas
tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten
Sarolangun
BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
26
G. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
2018/2019
Mei
Juni
Juli
Agustu
s
Sep
tember
Okto
ber
Novem
ber
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2 3 4
1 Pengajuan
judul
x
2 Pembuatan
proposal
x
3 Perbaikan
proposal dan
seminar
x
4 Surat izin riset x
5 Pengumpulan
data
x
6 Pengolahan
dan analisis
data
x
7 Pembuatan
laporan
x
8 Bimbingan dan
perbaikan
x
9 Agenda dan
ujian skripsi
x
10 Perbaikan dan
penjilidan
x x
27
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah dan Geografis Kecamatan Cermin Nan Gedang
1. Sejarah Kecamatan Cermin Nan Gedang
Kecamatan Cermin Nan Gedang didirikan pada tahun 2007 dan
merupakan pemekaran dari Kecamatan Limun dan merupakan salah satu dari 10
Kecamatan di Kabupaten Sarolangun dengan luas wilayah 3200 km2, kecamatan
ini berbatasan dengan Kecamatan Limun di sebelah utara, Kecamatan Batang Asai
di sebelah timur, Kecamatan Sarolangun di sebelah selatan dan di sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Bathin VIII. Kecamatan Cermin Nan Gedang
merupakan daerah bukan pantai dengan topografi ketinggian antara permukaan
laut.34
Kecamatan Cermin Nan Gedang memiliki keadaan tanah yang sebagian
besar terdiri dari tanah gambut dan endapan sungai serta rawa-rawa. maka daerah
ini digolongkan sebagai daerah yang beriklim tropis basah dengan udara agak
lembap. Kecamatan Cermin Nan Gedang memiliki luas wilayah 3200 Ha yang
terdiri dari 8 desa antara lain:
a. Desa Lubuk Resam
b. Desa Lubuk Resam Hilir
c. Desa Tendah
d. Desa Teluk Rendah
e. Desa Teluk Tigo
34
Dokumentasi Kantor Camat Cermin Nan Gedang tentang sejarah Kecematan Cermin Nan Gedang
tahun 2019
28
f. Desa Sungai Keramat
g. Desa Pemuncak
h. Desa Kampung Tujuh.35
i. Desa Tambang Tinggi
j. Desa Sekamis.
Dalam melaksanakan penelitian, mengetahui kondisi yang akan diteliti
merupakan hal yang sangat penting yang harus terlebih dahulu diketahui oleh
Peneliti. Adapun lokasi yang akan diteliti oleh peneliti adalah Kecamatan Cermin
Nan Gedang Kabupaten Sarolangun. Sehubungan dengan penelitian ini, maka
yang harus diketahui oleh peneliti adalah kondisi geografis, demografis,
pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan gambaran subyek peneliti.
2. Geografis Kecamatan Cermin Nan Gedang
Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun mempunyai luas
wilayah 3200 Ha. Yang berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batang Asai
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Limun
c. Sebelah Barat berbasan dengan Kecamatan Sarolangun
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bathin VIII.36
Keadaan Kecamatan Cermin Nan Gedang sama dengan kecamatan yang
lainnya, yang beriklim trofis yang terletak di dataran tinggi, penduduknya hidup
dengan berbagai mata pencaharian, diantaranya petani, pedagang, buruh
bangunan, Pegawai Negeri Sipil, dan sebagainya. Dengan beragam mata
35
Dokumentasi Kantor Camat Cermin Nan Gedang tentang tahun 2019 36
Dokumentasi Kantor Camat Cermin Nan Gedang tentang tahun 2019
27
29
pencaharian, maka beragam mata pendapatan yang diperoleh.
Kecamatan Cermin Nan Gedang boleh dikatakan strategis, dimana
Kecamatan Cermin Nan Gedang terletak antara kecamatan Batang Asai dan
Kecamatan Limun dengan ibu kota Lubuk Resam dan jarak dari ibu kota
Kabupaten Sarolangun ± 27 Km, sedangkan jarak dari ibu kota Propinsi Jambi ±
181 Km.37
B. Visi dan Misi Kecamatan Cermin Nan Gedang
1. Visi Kecamatan Cermin Nan Gedang
“Mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat untuk mewujudkan
masyarakat yang adil, sejahtera dan mandiri serta didukung oleh SDM yang
berkualitas dan profesional dengan berbasis ekonomi kerakyatan.”
2. Misi Kecamatan Cermin Nan Gedang
a. Mewujudkan pemenuhan pelayanan prima kepada masyarakat
b. Mengikutsertakan SDM yang berkualitas dan profesional dalam
pembangunan daerah
c. Meningkatkan kelompok usaha ekonomi masyarakat dalam Kecamatan
Cermin Nan Gedang.38
C. Struktur Organisasi Kecamatan Cermin Nan Gedang
Sebelum Struktur oraganisasi menurut The Leang Gie adalah sebagai
berikut “ Struktur organisasi adalah yang menunjukkan segenap tugas pekerjaan
untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi tersebut serta
wewenang dan tanggung jawab anggota organisasi yang memikul tiap-tiap tugas
37
Dokumentasi Kantor Camat Cermin Nan Gedang tentang visi dan misi tahun 2019
30
pekerjaan itu”.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka jelaslah kiranya betapa
besar peranan organisasi secara keseluruhan di dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Ditinjau dari sudut organisasi, maka pemerintah Kecamatan Cermin
Nan Gedang merupakan salah satu wujud organiasi di dalam lembaga pemerintah
yang mempunyai tugas dan fungsi dalam proses pencapaian tujuan nasional.
Bagan 1 :
Struktur Organisasi Pemerintahan
Kecamatan Cermin Nan Gedang Tahun 201939
Berdasarkan struktur di atas dapat dipahami, bahwa sebagai penanggung
jawab dalam mengurus masyarakat Kecamatan Cermin Nan Gedang dipimpin
oleh seorang camat dan dibantu oleh beberapa staf seperti Kaur Umum, Kaur Pem
dan beberapa orang kepala desa.
38
Dokumentasi Kantor Camat Cermin Nan Gedang tentang struktur organisasi tahun 2019
Camat
Cermin Nan Gedang
Kelompok Jabatan
Fungsional
Sekcam
Cermin Nan Gedang
Kasubag
Keuangan
Kasubag
Kepegawaian
Kasubag
Perencanaan
Kasi
Pel. Umum
Kasi
Pemerintahan
Kasi
Kesos
Kasi
PMD
Kasi
Trantib
31
Tugas Pokok Masing-masing Jabatan :40
1. Camat
a. Kedudukan
Camat adalah Kepala pemerintahan kecamatan yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati Kabupaten Sarolangun.
b. Tugas
Camat berfungsi memimpin penyelenggaraan kemasyarakatan serta
penyelenggaraan koordinasi atas kegiatan instansi vertikal dengan dinas
daerah dan instansi vertikal lainnya dalam lingkungan wilayah kecamatan.
c. Fungsi
1) Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan khusus dan umum
pembinaan pemerintahan keluarahan;
2) Membina ketentraman dan ketertiban wilayah;
3) Membina pembangunan masyarakat kelurahan yang meliputi sarana
dan prasarana perekonomian, produksi dan pembinaan pembangunan
pada umumnya;
4) Membina kesejahteraan sosial;
5) Menyusun rencana dan program, pembinaan administrasi,
ketatausahaan dan rumah tangga;
2. Sekretaris Kecamatan41
a. Kedudukan
Sekretaris Kecamatan adalah unsur staf yang dipimpin oleg seorang
39
Dokumentasi Kantor Camat Cermin Nan Gedang tentang Struktur Organisasi tahun 2019 40
Ibid,
32
Sekretaris Kecamatan yang selanjutnya disebut Sekcam yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Camat.
b. Tugas
1) Melakukan pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan
administrasi kepada seluruh satuan organisasi pemerintah kecamatan;
2) Untuk menyelenggarakan tugas tersebut maka sekretaris Kecamatan
mempunyai fungsi :
a) Menyusun rencana, mengendalikan dan mengevaluasi
pelaksanaannya;
b) Urusan administrasi keuangan;
c) Urusan tatausaha, administrasi kepegawaian, perlengkapan dan
rumah tangga;
c. Sekretaris Kecamatan terdiri dari :
1) Urusan Perencanaan;
a) Urusan perencanaan dipimpin oleh seorang Kepala urusan yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris
Kecamatan.
b) Urusan Perencanaan mempunyai tugas melakukan penyusunan
rencana, pengendalian dan evaluasi pelaksanaannya serta
penyusunan laporan.
2) Urusan Umum;
a) Urusan Umum dipimpin oleh seorang Kepala urusan yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Kecamatan.
41
Ibid,
33
b) Urusan Umum mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan,
kearsipan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah
tangga.
3. Seksi Pemerintahan42
a. Kedudukan
Seksi Pemerintahan adalah unsur pelaksana kecamatan dibidang
penyelenggaraan pemerintahan.
b. Tugas
1) Seksi pemerintahan mempunyai tugas melakukan urusan pemerintahan
umum, pemerintahan kelurahan, urusan pelayanan umum, pembinaan
ketentraman dan ketertiban wilayah, pembinaan ideologi dan politik
dalam negeri serta polisi pamong praja.
2) Untuk menyelenggarakan tugas tersebut maka seksi pemerintahan
mempunyai fungsi :
a) Menyelenggarakan pemerintahan umum;
b) Membina pemerintahan kelurahan;
c) Menyusun program dan menyelenggarakan pembinaan pelayanan
kependudukan dan catatan sipil;
d) Menyusun program dan menyelenggarakan pembinaan pelayanan
kebersihan, keindahan dan pertamanan;
e) Menyusun program dan menyelenggarakan pembinaan pelayanan
perizinan;
42
Ibid,
34
f) Menyusun program dan menyelenggarakan pembinaan pelayanan
ketertiban wilayah;
g) Menyusun program dan menyelenggarakan pembinaan pelayanan
ketentraman, ideologi negara dan politik dalam negeri;
h) Menyusun program dan menyelenggarakan pembinaan pelayanan
Polisi Pamong Praja;
c. Seksi Pemerintahan terdiri dari :43
1) Sub seksi pemerintahan umum dan pemerintahan kelurahan;
a) Sub seksi pemerintahan umum dan pemerintahan kelurahan
dipimpin oleh seorang Kepala Sub Seksi, yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Seksi Pemerintahan.
b) Menyiapkan bahan penyelenggaraan pemerintahan umum dan
pembinaan keagrariaan;
c) Menyiapkan bahan pembinaan pemerintahan dan aparatur serta
administrasi kelurahan;
2) Sub seksi ketentraman dan ketertiban;44
a) Sub seksi ketentraman dan ketertiban dipimpin oleh seorang Kepala
Sub Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Seksi Pemerintahan.
b) Menyiapkan bahan penyusunan program dan penyelenggaraan
pembinaan ketertiban umum;
43
Ibid. 44
Ibid.
35
c) Menyiapkan bahan penyusunan program pembinaan Pemilu,
ideologi negara, kesatuan bangsa, organisasi sosial politik,
organisasi masyarakat lainnya, serta menyiapkan bahan pembinaan
ketentraman;
d) Menyiapkan bahan penyusunan propgram dan penyelenggaraan
pembinaan aparat ketertiban dan Polisi Pamong Praja ;
4. Seksi Pembangunan Masyarakat Pedesaan45
a. Kedudukan
Seksi Pembangunan Masyarakat Kelurahan adalah unsur pelaksana
kecamatan dibidang pembangunan yang dipimpin oleh kepala seksi, berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Camat.
b. Tugas
1) Seksi pembangunan masyarakat kelurahan mempunyai tugas
melakukan perencanaan dan penyusunan program, pengendalian dan
pembinaan serta mengkoordinasikan penyusunan program dan
melaksanakan pembinaan kesejahteraan sosial.
2) Untuk menyelenggarakan tugas tersebut maka seksi pembangunan
masyarakat kelurahan mempunyai fungsi :
a) Menyusun program dan menyelenggarakan pembangunan sarana dan
prasarana fisik, perekonomian dan produksi;
b) Menyusun program dan menyelenggarakan pembinaan
pembangunan pada umumnya serta pembinaan lingkungan hidup;
45
Ibid.
36
c) Menyusun program pembinaan pelayanan dan bantuan sosial,
pembinaan kepemudaan, peranan wanita dan olah raga;
d) Menyusun program pembinaan kehidupan beragama, pendidikan,
kebudayaan dan kesehatan;
c. Seksi pembangunan masyarakat kelurahan terdiri dari :46
1) Sub seksi perekonomian dan produksi;
a) Sub seksi perekonomian dan produksi dipimpin oleh seorang
Kepala Sub Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Seksi Pemerintahan dengan tugas menyiapkan
bahan program, pelaksanaan pembinaan pembangunan sarana fisik,
perekonomian dan produksi;
2) Sub seksi kesejahteraan sosial;47
a) Sub seksi kesejahteraan sosial dipimpin oleh seorang Kepala Sub
Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Seksi Pemerintahan.
b) Menyiapkan bahan penyusunan program dan penyelenggaraan
pembinaan pelayanan serta bantuan sosial kepemudaan, peranan
wanita dan olah raga;
c) Menyiapkan bahan penyusunan program pembinaan kehidupan
keagamaan, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat;
46
Ibid.
37
3) Sub seksi pembangunan lingkungan hidup;
a) Sub seksi pembangunan lingkungan hidup dipimpin oleh seorang
Kepala Sub Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Seksi Pemerintahan dengan tugas menyiapkan
bahan penyusunan program pembangunan pada umunya dan
lingkungan hidup;
5. Staf Urusan dan Sub Seksi48
Staf urusan dan sub seksi berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada kepala sub seksi yang membawahinya, mempunyai tugas yang akan
diatur lebih lanjut oleh masing-masing kepala urusan dan kepala seksi serta sub
seksi dengan berpedoman pada keputusan menteri Dalam Negeri Nomor 46
tahun 1993.
D. Kondisi Penduduk Kecamatan Cermin Nan Gedang
Menurut data kependudukan pada tahun 2019, jumlah penduduk di
Kecamatan Cermin Nan Gedang adalah sekitar 12.440 jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki sekitar 6.254 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sekitar
6.185 jiwa.49
E. Keadaan Keagamaan dan Pendidikan
1. Keagamaan
Kondisi keagamaan penduduk Kecamatan Cermin Nan Gedang yang
berjumlah 12.440 jiwa jiwa tersebut yang mempunyai sama keyakinan dan
kepercayaan mereka terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk mengetahui keadaan
47
Ibid. 48
Ibid. 49
Dokumentasi Kantor Camat Cermin Nan Gedang tentang tahun 2019
38
penduduk menurut agama dan kepercayaan mereka terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel : 1
Jumlah Keadaaan Penduduk menurut Agama dan
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 50
No
Nama Agama Jumlah penganut Persentase
1. Islam 12.440 100%
2. Kristen - -
3. Katolik - -
4. Budha - -
5. Hindu - -
Jumlah 12.440 100 %
(Dokumentari, Sekretaris Desa Lubuk Resam, 2019)
Berdasarkan tabel di atas terlihat keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, masyarakat Kecamatan Cermin Nan Gedang mayoritas penduduknya
menganut agama Islam, oleh karena itulah penduduk 12.440 yang mayoritas
beragama Islam sudah barang tentu memerlukan sarana untuk melaksanakan
ibadah.
Untuk mengetahui keadaan peribadatan yang ada di Kecamatan Cermin Nan
Gedang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel : 2
Jumlah tempat peribadatan di Kecamatan Cermin Nan Gedang51
No
Jenis Tempat Ibadah Jumlah Keterangan
1. Masjid 10 Buah Baik
2. Langgar 24 Buah Baik
Berdasarkan tabel di atas, terlihat sarana yang ada cukup baik sebagai
50
Dokumentasi Kantor Camat Cermin Nan Gedang tentang tahun 2019 51
Dokumentasi Kantor Camat Cermin Nan Gedang tentang trmpat peribadatan tahun 2019
39
tempat melaksanakan ibadah. Masjid ini juga dimanfaatkan sebagai tempat
memperoleh ajaran Islam seperti pengajian anak-anak, pengajian ibu-ibu dan
kegiatan keagamaan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sarana peribadatan ini
dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Cermin Nan Gedang untuk beribadah
pada Allah SWT dan menuntut ilmu-ilmu Agama.
Di lihat dari data pemeluk agama di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa penduduk Kecamatan Cermin Nan Gedang mayoritas beragama Islam.
Maka dari hal tersebut untuk menunjang kegiatan keagamaan sangatlah baik
karena dilihat dari mayoritasnya beragama Islam dengan dibantu dengan sarana
dan prasarana yang baik dengan adanya masjid di Kecamatan Cermin Nan
Gedang dan keikut sertaan para orang tua, para pemuka agama dan lain-lain dalam
kegiatan keagamaan.
2. Pendidikan.
Kondisi objektif menunjukkan bahwa perkembangan pendidikan di
Kecamatan Tembilahan masih menghadapi berbagai persoalan yang perlu
dihadapi dan diatasi. Persoalan ekonomi masih dialami oleh masyarakat, sehingga
masih cukup banyak anak-anak usia sekolah belum dapat mengenyam atau
menduduki bangku sekolah sebagaimana mestinya. Sementara itu keterbatasan
sarana dan prasarana menyebabkan penyebaran sekolah-sekolah belum
menjangkau seluruh daerah secara merata.
Selain dari pada itu, kuantitas dan kualitas serta pendistribusian tenaga
guru adalah persoalan lain yang harus diatasi. Baik secara kuantitas maupun
kualitas, keberadaan tenaga guru atau pengajar masih terasa sangat kurang di
Kecamatan Tempuling. Sementara penyebaran tenaga yang ada masih belum
40
merata secara proporsional diberbagai daerah, terjadi konsentrasi atau
penumpukan di kota kecamatan dan di kota kabupaten.
Untuk Iebih jelasnya tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Cermin
Nan Gedang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel : 3
Jumlah Lembaga Pendidikan52
No
Tingkat Pendidikan Jumlah
1. SD Negeri 14 Buah
T Madrasah Diniyah Takmiliyah 10 Buah
3 Madrasah Tsanawiyah 2 Buah
4 SMP Negeri 2 Buah
5 Madrasah Aliyah 1 Buah
6 SMK Negeri 1 Buah
Jumlah 30 Buah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat
Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun, mereka mencapai
pendidikan menengah, ini menandakan bahwa masyarakat Kecamatan Cermin
Nan Gedang telah memperoleh pendidikan yang semestinya.
F. Keadaan Ekonomi dan Mata Pencaharian
1. Ekonomi.
Jika dilihat dari bidang ekonomi, masyarakat Kecamatan cermin Nan
Gedang Kabupaten Sarolangun tidak tergolong masyarakat miskin yang
perekonomiannya bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Namun setelah diamati
keadaan ekonomi masyarakat Kecamatan Cermin Nan Gedang beraneka ragam,
mulai dan pegawai negeri hingga petani, dengan beragamnya mata pencaharian
maka beragam pula kehidupan, baik itu dari segi kebutuhan keluarga maupun
52
Dokumentasi Kantor Camat Cermin Nan Gedang tentang pendidikan tahun 2019
41
dalam memenuhi kebutuhan sosial masyarakat.
Di bidang ekonomi, khususnya ekonomi keluarga masyarakat Kecamatan
Cermin Nan Gedang rata-rata kecukupan. Hal ini terbukti mereka memiliki rumah
sendiri, memiliki sepeda motor, dan ini semua membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Tingkat pendidikan yang bervariasi dan beraneka ragamnya jenis
pekerjaan yang mereka lakukan, mereka mampu meningkatkan taraf ekonomi
mereka dengan berwiraswasta.
Secara keseluruhan tingkat ekonomi masyarakat di Kecamatan Cermin Nan
Gedang tergolong cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa di Kecamatan Cermin
Nan Gedang sudah tidak ada lagi rumah yang berlantai tanah. Disamping
masyarakatnya juga masih memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi, mereka saling
membantu jika ada anggota masyarakat yang membutuhkan bantuan.
2. Mata Pencaharian
Keadaan perekonomian masyarakat Kecamatan cermin Nan Gedang, sedikit
banyaknya dipengaruhi oleh mata pencaharian masyarakat Kecamatan Cermin
Nan Gedang yang beragam mulai dari Pegawai, Petani, Pertukangan, buruh,
pedagang dan lainnya.
42
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Peran Badan Lingkunhan Hidup Daerah (BLHD) Dalam Mengatasi
Dampak sosial penambangan emas tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan
Gedang Kabupaten Sarolangun
Usaha di bidang pertambangan sangat bergantung dengan potensi sumber
daya alam yang ada. Seiring berjalannya waktu, aktifitas penambangan emas
menimbulkan dampak negatif di lapangan, baik berupa dampak sosial maupun
dampak lingkungan, dimana terjadinya konflik antar penambang maupun dengan
masyarakat setempat yang tidak jarang menimbulkan korban jiwa, dan
mengakibatkan kerusakan lingkungan yakni rawan longsor akibat penggalian
lubang tambang dan pencemaran lingkungan sekitarnya akibat penggunaan bahan
kimia berbahaya merkuri dan sianida dalam tahapan pengolahan emas.
Alam dan manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dapat
dipisahkan, tetapi karena tingginya tuntutan hidup membuat manusia
mengeksploitasi alam secara berlebihan. Seperti halnya PETI dimana mereka
menambang emas di sungai Batang Asai adalah guna mendapatkan keuntungan
yang mana nantinya keuntungan tersebut akan dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka beserta keluarganya. Tetapi dalam hal ini pelaku PETI
tidak memperhatikan dampak yang mereka sebabkan atas tindakan
pengeksplotasian yang dilakukan kepada alam yang mana nantinya dampak
pengrusakan alam tadi pada akhirnya yang terkena imbasnya adalah manusia itu
sendiri.
42
43
Dampak merupakan akibat atau imbas yang terjadi baik itu positif atau
negatif dari sebuah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang yang melakukan suatu kegiatan tertentu, dan dalam hal ini aktivitas
penambangan emas yang dilakukan oleh PETI juga memiliki dampak sosial
karena penambangan emas yang dilakukan oleh PETI adalah di sungai Kecamatan
Cermin Nan Gedang yang mana merupakan salah satu sumber air masyarakat.
Dan untuk mengetahui dampak dari aktivitas yang dilakukan oleh PETI dilakukan
wawancara dengan masyarakat Kecamatan Cermin Nan Gedang. Adapun dampak
sosial yang dirasakan oleh masyarakat sehubungan dengan aktivitas penambangan
emas yang dilakukan oleh PETI akan diuraikan berikut ini:
1. Masyarakat kehilangan sumber air bersih dari sungai
Air memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, tanpa
air masyarakat akan menjadi dehidrasi, dan karena itu untuk kelangsungan hidup,
air sangat dibutuhkan oleh mansyarakat untuk konsumsi. Tidak ada manusia yang
bisa hidup tanpa air, oleh karena itu sumber air untuk dikonsumsi harus selalu
bersih. Jika masyarakat mengkonsumsi air yang tercemar maka masyarakat bisa
sakit karena pada air yang tercemar terdapat bakteri-bakteri yang bisa membuat
manusia jatuh sakit. Tetapi walaupun demikian, pelaku PETI tidak
memperdulikan hal tersebut. Demi mendapatkan keuntungan mereka menambang
di sungai hingga akhirnya sungai menjadi keruh dan tercemar. Dan karena air
sungai tercemar mengakibatkan masyarakat tidak lagi memanfaatkan air sungai di
Cermin Nan Gedang untuk di konsumsi, sebagaimana yang dikatakan oleh ibu
Fatmawati yaitu: “dulu kami iya pakai air sungai Batang Asai itu untuk masak
44
dan minum tetapi sekarang sejak air itu keruh kami pakai air sumur lagi”.53
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Salimah mengatakan: “sekarang ini
kami pakai air pipa sanyo yang diambil dari anak sungai yang bersih tetapi
airnya kecil, maka itu kadang kami pakai air hidran karena air sungai Batang Asai
itu sudah keruh sekali, maka itu kami pakai air lain yang bersih.”54
Lebih lanjut Ibu Mirnawati mengatakan bahwa: “kami mau air yang kami
minum air bersih, karena air sungai Batang Asai sudah keruh sekali maka itu
untuk dapat air bersi kami bikin sumur”.55
Dari hasil wawancara dengan informan penelitian dapat dikatakan bahwa
sumber air untuk komnsumsi masyarakat menjadi berubah sejak air sungai Batang
Asai keruh. Dulu waktu air sungai Batang Asai masih bersih dan jernih
masyarakat memanfaatkan air tersebut untuk di konsumsi, tetapi karena air sudah
sangat keruh dan tercemar, masyarakat tidak lagi bisa memanfaatkan air tersebut
karena takut sakit. Oleh karena itu untuk menganti sumber air bersih untuk di
konsumsi masyarakat membuat sumur di rumah mereka masing-masing, dan bagi
masyarakat yang tidak ada sumur maka mereka akan mengalirkan air bersih dari
anak-anak sungai yang memiliki air jernih, air tersebut dialiri pakai pipa-pipa
dengan menggunakan mesin sanyo, dan jika air anak sungai tersebut keruh
masyrakat akan mengambil air melalui hidran yang di buat oleh pemerintah
kecamatan Cermin Nan Gedang untuk sumber air bersih masyarakat.
Keruhnya air sungai Batang Asai tidak lain adalah akibat dari aktivitas
yang dilakukan PETI di sungai Batang Asai. Aktivitas penambangan emas yang
53
Wawancara dengan Ibu Fatmawati selaku warga desa Lubuk Resam pada tanggal 20 Juni 2019 54
Wawancara dengan Ibu Salimah selaku warga desa Lubuk Resam pada tanggal 20 Juni 2019 55
Wawancara dengan Ibu Mirnawati selaku warga desa Lubuk Resam pada tanggal 20 Juni 2019
45
dilakukan PETI dengan menggunakan mesin dompeng membuat air sungai
Batang Asai menjadi keruh dan akibatnya sumber air untuk konsumsi
masyarakatpun menjadi berubah karena masyarakat tidak bisa mengkonsumsi air
sungai Batang Asai yang sudah tercermar tersebut. Tercemarnya air sungai Batang
Asai akibat aktivitas yang dilakukan oleh PETI mermberikan dampak kepada
masyarakat karena dulunya air sungai Batang Asai dimanfaatkan oleh masyarakat
sebgai sumber air tetapi sekarang tidak lagi karena air sudah tercemar berat.
2. Masyarakat kehilangan fungsi sungai untuk MCK
Lingkungan alam dan manusia adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan,
keduanya saling mempengaruhi dalam pola pemanfaatannya maupun dalam sisi
pemberdayaan lingkungannya. Masyarakat adalah subyek yang paling dominan
untuk memanfaatkan, merusak, maupun memberdayakan alam. Akan tetapi,
semua yang dilakukan oleh masyarakat dalam pemanfaatan alam selalu
menimbulkan konsekuensi terhadap kehidupan sosialnya. Sebagaimana yang
dilakukan oleh PETI dimana akitivitias penambangan emas yang dilakukannya di
sungai Batang Asai memberikan konsekuensi terhadap kehidupan masyarakat
dimana masyarakat tidak lagi bisa memanfaatkan sungai untuk MCK.
Wawancara yang penulis lakukan salah seorang warga desa Lubuk Resam
Ibu Huzaimah yang mengatakan bahwa:
Dulu di sungai Batang Asai itu di pakai untuk mandi dan mencuci, buang
air besar juga kadang orang ke situ, tetapi sekarang ini tida ada orang yang
mencuci atau mandi kesitu lagi karena air nya sudah keruh sekali, waktu
dulu tidak ada kami punya kamar mandi, orang ke sungai saja kalau mau
mandi atau buang air, tetapi sekarang sudah di bikin kamar mandinya kaalu tidak salah tahun 2012 di buat kamar mandi tersebut, sebab air di
sungai sudah tidak bisa pakai untuk mandi, tetapi walaupun sudah ada
kamar mandi, airnya itu kadang tidak ada.56
56
Wawancara dengan Ibu Huzaimah selaku warga desa Lubuk Resam pada tanggal 05 Juli 2019
46
Bapak Muhammad Yusar mengungkapkan: “di rumah saya ini kamar
mandi untuk MCK di buat sekitar tahun 2015, dulu kami MCK di sungai Batang
Asai saja karena airnya ada jernih, kalau sekarang sudah kuning sekali air nya jadi
di pakai air sumur lagi untuk MCK, tetapi air sumur kami kuning juga air nya,
disaring dulu baru sedikit jernih”.57
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Maimunah yang mengatakan
bahwa yaitu:
Dulu orang sering pergi mandi ke sungai tu, kalau ibu-ibu pagi-pagi sudah
pergi mencuci kesungai batang asai itu, tetapi sekarang sudah tidak ada
lagi sebab air sungai itu sudah sama kuningnya dengan emas yang di cari
sama orang PETI tersebut.58
Lebih lanjut Bapak Piyan juga mengungkapkan hal yang sama dengan
mengatakan bahwa :
Dulu waktu airnya jernih, sungai itu untuk mandi, mencuci dan buang air
sama orang kampung sini, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi sebab
airnya sudah keruh, buat apa orang mandi di air keruh itu, kalau mencuci
tentu tambah kuning baju karenanya, maka itu di rumah-rumah penduduk
sekaran sudah ada kamar mandinya, tetapi air itu yang susah dapatnya,
sebab tidak semua rumah ada sumurnya, sudahpun di pakai mesin Sanyo
yang airnya diambil dari anak sungai kadang airnya sering keruh.59
Berdasarkan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa dulu waktu air
sungai Batang Asai masih jernih orang-orang nagari Padang Tarok memanfaat
sungai tersebut untuk mandi, mencuci dan kakus, tetapi semenjak PETI
melaksanakan aktvitas penambangan di sungai Batang Asai dan membuat air
sungai Batang Asai menjadi keruh, rutinitas masyrakat untuk MCK di sungai
batang asai sudah tidak lagi. Hal tersebut dikarenakan air yang keruh tidak
57
Wawancara dengan Bapak Yusar selaku warga desa Lubuk Resam pada tanggal 05 Juli 2019 58
Wawancara dengan Ibu Maimunah selaku warga desa Lubuk Resam pada tanggal 05 Juli 2019 59
Wawancara dengan Bapak Piyan selaku warga desa Lubuk Resam pada tanggal 10 Juli 2019
47
memungkinkan lagi untuk dipakai untuk aktivitas MCK karena bisa
mendatangkan penyakit kulit, atau membuat pakaian yang dicuci menjadi kuni
dan oleh karena dampak yang ditimbul kan dari PETI akibat dari aktivitas yang
dilakukannya membuat masyarakat tidak lagi bisa memanfaatkan sungai Batang
Asai untuk MCK.
Pada umumnya masyarakat pedesaan yang tinggal didekat sungai akan
memanfaatkan sungai untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari termasuk
untuk aktivitas mandi, cuci dan kakus (MCK). Masyarakat melakukan aktivitas
MCK di sungai dikarenakan air sungai jernih dan oleh karena itu bisa
dimanfaatkan untuk aktivitas MCK, tetapi jika air sungai tersebut sudah tercemar
maka masyarakat tidak bisa lagi memanfaatkan sungai untuk MCK, dan hal itu
yang terjadi di kecamatan Cermin Nan Gedang dimana sungai menjadi keruh dan
tercemar akibat dari aktivitas penambangan emas yang dilakukan oleh PETI dan
dampaknya kepada masyrakat yaitu masyarakat kehilangan tempat untuk MCK
karena air yang tercemar dan keruh tidak memungkinkan untuk dimanfaatkan
dalam aktivitas MCK yang dilakukan oleh masyarakat Cermin Nan Gedang.
3. Ibu-ibu kehilangan rutinitas untuk berkumpul di sungai
Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, masyarakat akan selalu
berinteraksi dengan lingkungannya, begitu juga hal dengan masyarakat yang
bermukim dekat sungai cenderung akan berinteraksi dengan lingkungan sungai itu
sendiri. Rutinitas dalam menggunakan sungai sebagai tempat beraktivitas sehari-
hari akhirnya menjadi kebiasaan, dimana ibu-ibu di Cermin Nan Gedang dulunya
ketika air sungai batang asai masih jernih, setiap pagi mereka selalu melakukan
rutinitas di sungai tersebut baik itu untuk mandi dan mencuci, dan karena banyak
48
ibu-ibu yang melakukan rutinitas tersebut akhirnya sungai menjadi tempat untuk
berbagi cerita sambil mencuci. Tetapi sekarang rutinitas tersebut tidak ada lagi
karena air sungai batang asai yang keruh membuat ibu-ibu Cermin Nan gedang
tidak ada lagi melaksanakan rutinitasnya di sungai dan berkumpul dengan ibu-ibu
yang lain.
Sebagaimana wawancara yang penulis lakukan dengan salah seorang
warga desa Lubuk Resam yaitu Ibu Silvawati yang mengatakan bahwa:
Dulu kami beramai-ramai mencuci sama mandi di sungai itu, sudah seperti
tempat berkumpul saja sungai itu, tetapi sekarang ini sudah tidak ada sama
sekali karena airnya sudah keruh sekali, kalau dibawa mandi dan mencuci
di situ yang ada baju tambah kuning dan kulit gatal-gatal karena airnya
tercemar, kini kami mancuci di rumah masing-masing lagi, sebab sekarang
hampir semua rumah ada kamar mandinya, tetapi airnya kadang susah
dapatnya sebab tidak semua rumah ada sumurnya, kalau masih jernih air
sungai batang kuanta itu tentu tidak susah betul untuk mendapatkan air dan
ibu-ibupun masih bisa berkumpul untuk mencuci, tetapi sekarang karena
ulah orang PETI itu sudah ilang kebiasaan ibu-ibu untuk berkumpul sambil
mencuci.60
Sementara ibu Khairiyah mengatakan: “dulu ibu-ibu sering pergi janjian
untuk mandi sama mencuci di sungai batang asai tu, sampai berjam-jam kami di
sungai tu, tetapi sekanrang tidak ada lagi seperti itu karena air nya keruh”.61
Hal senada juga diungkapkan oleh ibu Agustina mengatakan:
Dulu sungai batang asai itu, seperti tempat untuk berkumpul ibu-ibu saja di
pagi hari sambil mencuci dan mandi, tetapisekarang ini pemadangan
seperti itu tidak ada lagi karena air sungai batang asai itu sudah keruh kadi
tidak ada orang yang datang kesana lagi untuk mandi dan mencuci.62
Dari hasil wawancara dapat dikatakan bahwa dulu waktu air sungai batang
asai masih jernih, ibu-ibu nagari Padang Tarok setiap paginya melaksanakan
aktivitas mandi dan mencuci di sungai batang asai dan rutinaitas tersebut sudah
60
Wawancara dengan Ibu Silvawati selaku warga desa Lubuk Resam pada tanggal, 20 Juli 2019 61
Wawancara dengan Ibu Khairiyah selaku warga desa Lubuk Resam pada tanggal, 20 Juli 2019
49
seperti tempat berkumpulnya ibu-ibu di pagi hari, tetapi karena ulah PETI
sekarang air sungai Batang Asai menjadi semakin keruh, dan sudah tidak
memungkin lagi di pakai untuk mencuci dan mandi karena air semakin parah
keruhnya, dan itu semua di karenakan pelaku PETI yang menambang emas
beramai-ramai dan berlomba-lomba untuk menambang emas di sungai Batang
Asai dan mereka sama sekali tidak memikirkan sungai yang akan keruh yang
nanti membuat masyarakat sekitar tidak dapat lagi bisa melaksanakan aktivitasnya
di sungai.
Sungai merupakan salah satu tempat manusia melaksanakan aktivitasnya,
dan bagi ibu-ibu sungai tidak saja dimanfaatkansebagi tempat untuk mencuci
tetapi juga sebagai tempat untuk bersosialisasi dengan ibu-ibu lainnya yang
melaksanakan aktivitas di sungai tersebut, dan hal tersebut dulunya rutin
dilakukan setiap pagi.
Tetapi sejak kehadiran PETI di tengah masyarakat, kebiasaan yang
dilakukan ibu-ibu tersebut sudah tidak ada lagi. Aktivitas yang dilakukan PETI
yaitu mengeksploitasi sungai secara berlebihan untuk mendapatkan emas,
membuat masyarakat yang menanggung dampaknya.
4. Anak-anak Kehilangan Tempat Bermain
Manusia sebagai makhluk individu dalam kelompok masyarakat berusaha
untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber kehidupan. Begitu halnya dengan sungai, manusia akan memanfaatkan
sungai untuk melaksanakan aktivitasnya, begitu juga halnya dengan anak-anak
yang sangat suka sekali bermain, mereka juga akan memanfaatkan sungai untuk
62
Wawancara dengan Ibu Agustina selaku warga desa Lubuk Resam pada tanggal, 20 Juli 2019
50
melaksanakan aktivitasnya yaitu bermain. Anak-anak di Cermin Nan Gedang
dulunya memanfaatkan sungai Batang Asai sebagai tempat untuk bermain sambil
mandi, dan mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jama di sungai tersebut.
Tetapi pemandangan anak-anak bermain di sungai sudah tidak ada lagi karena
airnya yang keruh dan airnya yang deras dan berpusar-pusar karena dasar sungai
sudah berlubang-lubang.
Sebagaimana wawancara yang penulis lakukan dengan bapak Sulaiman
yang mengatakan bahwa:
Dulu anak-anak sering main di sungai itu sampai tidak bisa di larang,
tengah hari-tengah hari mau mereka main di sungai itu sampai sore, tetapi
sekarang anak-anak tidak ada main di sugai lagi karena airnya keruh dan
dilarang oleh orang tua mereka iya pula sebab dasar sungai itu sudah
banyak berlubang membuat pusaran air, itu saja sudah banyak orang PETI
yang meninggal karena tertimbum lubang yang mereka gali di dalam
sungai.63
Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah seorang warga yaitu Bapak
Hasan mengungkapkan bahwa:
Sekarang ini sudah banyak yang berubah karena PETI yang bikin air
sungai keruh, sampai kepada anak-anak juga sudah tidak ada yang main di
sungai sebab banyak pusaran airnya gara-gara lubang yang di gali orang
PETI itu di dasar sungai, dan karena banyak orang yang meninggal gara-
gara lubang yang di dasar sungai itu maka itu anak-anak tidak bernai main
di sana lagi.64
Demikian juga apa yang disampaikan oleh Bapak Khaidir yang
mengatakan bahwa:
Dulu anak-anak sering main di sungai itu tetapi sekarang sudah tidak ada
main di sungai itu lagi karena dilarang oleh orang tua mereka sebab
banyak orang PETI yang meninggal karena lubang di dasar sungai, dan
merekapun tidak juga ingin main di sungai lagi, sebab pusaran air sudah banyak di sungai itu karena sunga itu sudah berlubang dalam karena di gali
terus oleh orang PETI, itu saja entah sudah berapa orang yang meninggal
63
Wawancara dengan Bapak Sulaiman selaku warga desa Lubuk Resam pada tanggal 25 Juli 2019 64
Wawancara dengan Bapak Hasan selaku warga desa Lubuk Resam pada tanggal 25 Juli 2019
51
karena pusaran air bekas galian PETI di sungai.65
Dari hasil wawancara dengan informan penelitian diketahui bahwa
dulunya anak-anak di kecamatan Cermin Nan Gedang memanfaat sungai sebagai
tempat bermain dan mereka bisa menghabiskan waktu ber jam-jam di sungai
tersebut, sampai orangtua mereka susah untuk melarang mereka bermain di
sungai, tetapi semenjak hadinya PETI yang menambang emas di sungai Batang
Asai membuat sungai menjadi keruh dan dasar sungai berlubang-berlubang
sehingga akhirnya membentuk pusaran air, dan karena itu orang tua dari anak-
anak yang suka bermain di sungai melarang anak-anak mereka untuk bermain di
sungai, dan anak-anak kecamatan Cermin Nan Gedang juga tidak berani untuk
bermain di sungai mengingat banyaknya pusar air yang bisa menarik mereka ke
dalam dasar sungai, serta banyaknya pelaku PETI yang meninggal akibat
tertimbun lubang yang mereka gali di dasar sungai Batang Asai untuk
mendapatkan emas.
Hadirnya PETI di tengah masyrakat dapat dikatakan hanya mencari
untung untuk dirinya sendiri beserata kelompoknya, mereka tidak memikir apa hal
yang bisa disebabkannya akibat aktivitas yang dilakukan. Tidak saja orang tua
yang terkena dampak dari aktivitas PETI tetapi juga anak-anak, karena memiliki
alamiah yang suka bermain dan kerna air sungai batang asai keruh dan banyaknya
anggota PETI yang meninggal gara-gara terseret pusaran air dari lubang yang
mereka kali sendiri di tengah sungai. Karena hal tersebut anak-anak tidak ada lagi
main ke sungai.
65
Wawancara dengan Bapak Khaidir selaku warga desa Lubuk Resam pada tanggal 25 Juli 2019
52
5. Pencemeran Lingkungan Hidup
Kegiatan pertambangan emas tidak hanya memberikan keuntungan bagi
para penambang, tetapi apabila kegiatan pertambangan yang dilakukan secara
terus menerus tentu saja akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
hidup.
Pertambangan tanpa izin dijalankan sebagaimana adanya dengan kata lain
tidak melewati penerapan good mining practices, sedangkan dalam penguasaan
pertambangan adanya kaidah-kaidah teknik dan lingkungan yang harus ditaati,
bilamana tidak dilaksanakan dengan baik akan mengakibatkan kerusakan dan
pencemaran lingkungan hidup.
Wawancara yang penulis lakukan dengan bapak Camat Cermin Nan
Gedang yang mengatakan bahwa: “Kurangnya kesadaran para penambang
terhadap bahaya merkuri mengakibatkan mereka cenderung mengabaikan
prosedur keamanan untuk mencegah kontaminasi merkuri.”66
Pencemaran diakibatkan oleh polutan yang dihasilkan para penambang dari
penggunaan merkuri atau air raksa dan bahan kimia lainnya. Selain bahan kimia
berbahaya juga terdapat kandungan ecoli dalam air sungai yang ada di kecamatan
Cermin Nan Gedang maupun sungai yang ada di Kecamatan Batang Asai.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Abraham Janjayah selaku pegawai
Puskesmas Cermin Nan Gedang yang mengatakan bahwa: “Jika logam cair ini
masuk ke tubuh manusia, maka akan menimbulkan dampak yang sangat serius
66
Wawancara dengan Bapak Jauhari selaku Camat Cermin Nan Gedang pada tanggal, 25 Juli 2019.
53
bagi kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan merkuri
dapat menyerang organ tubuh vital seperti ginjal, hati, jantung bahkan otak.”67
Kadar merkuri yang ditemukan pada aliran sungai di Kabupaten
Sarolangun yaitu di aliran sungai di kecamatan Cermin Nan Gedang dan
Kecamatan Batang Asai, adalah sebagai berikut :
Tabel : 4
Laporan Hasil Uji Air Sungai yang Mengandung Merkuri
Oleh Badan Lingkungan Hidup.68
No Parameter/
parameters satuan/Unit
Hasi Uji / Test Result Spesifikasi
Metode /
Method
Spesification 1 2 3 4
1 Mercury
(Hg)* mg / L 0.003 0.003 0.005 0.004
apha 311 B-
2005
Sumber Data : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun
Uraian contoh uji :
1. Sungai Batang Asai Hulu ( Desa Rantau Panjang )
2. Sungai Batang Asai Hilir ( Desa Lubuk Resam )
3. Sungai Limun Hulu ( Desa Lubuk Bedorong )
4. Sungai Limun Hilir (Desa Pulau Pandan)
Pada tabel di atas menjelaskan bahwa kadar merkuri di Sungai Batang
Asai Hulu sebanyak 0.003 mg/L, dan hasil serupa juga ditemui di Sungai Batang
Asai Hilir yang kadar merkurinya sebanyak 0.003 mg/L, selanjutnya kadar
merkuri yang ada di Sungai Limun Hulu mencapai 0.005 mg/L, dan kadar merkuri
67
Wawancara dengan Bapak Abraham selaku Janjaya pegawai Puskesmas Cermin Nan Gedang pada
tanggal, 25 Juli 2019. 68
Bambang Sujatmiko, Penambangan Emas Tanpa Izin Di Daerah Aliran Sungai (Das) Arut
54
di Sungai Limun Hilir sebanyak 0.004 mg/L. Dari hasil uji merkuri pada air
sungai yang ada di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Limun dan Kecamatan
Batang Asai, bahwa kadar merkuri yang terdapat pada aliran sungai di Kecamatan
Limun mengandung lebih banyak merkuri dibandingkan dengan sungai yang ada
di Kecamatan Batang Asai, yaitu 0.005 mg/L untuk Sungai Limun Hulu dan 0.004
mg/L untuk Sungai Limun Hilir.
Penggunaan bahan merkuri dalam kegiatan pertambangan saling
menguntungkan antara kebutuhan terhadap mineral beserta pendapatan
masyarakat, namun pada segi lingkungan tentu saja penggunaan merkuri sangat
riskan yang akan mengakibatkan kesehatan terganggu, dalam jangka waktu yang
lama akan mengakibatkan kematian pada manusia beserta lingkungan hidup, tidak
hanya itu saja kerusakan lingkungan dan tanggungan sosial yang disebabkan
pertambangan tanpa izin akan menjadi tanggungan negara, sebagai contoh ,
pemulihan lahan melalui rehabilitasi dan reklamasi. Upaya reklamasi lahan sangat
membutuhkan pendanaan dari pemerintah, hal ini merupakan tanggungan
keuangan negara atau daerah yang dibebankan oleh pemerintah dan/atau
pemerintah daerah.
B. Kendala mengatasi dampak sosial akibat penambangan emas tanpa izin di
Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun
Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh pemerintah dalam
melaksanakan penegakan hukum terhadap perizinan pertambangan emas di
kecamatan Cermin Nan Gedang, yaitu sebagai berikut :
Kecamatan Arut Utara Ditinjaudari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, Fakultas Hukum
55
1. Kewenangan Pemerintah Berantas PETI
Sejak diterapkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, kewenangan penegakan hukum perizinan di bidang
pertambangan sekarang menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Hal ini
merupakan salah satu faktor kendala yang dihadapi Pemerintah kecamatan Cermin
Nan Gedang dalam melakukan penegakan hukum peizinan pertambangan emas.
Hal tersebut disebabkan karena jarak antara Kabupaten Sarolangun dengan
kecamatan Cermin Nan Gedang sangat jauh dan memerlukan waktu tempuh
sekitar 1 jam, sehingga penegakan hukum di kecamatan Cermin Nan Gedang
tidak berjalan efektif.
2. Lemahnya aturan Hukum
Tidak adanya pengaturan daerah berkenaan dengan pertambangan emas
menjadi kendala yang dihadapi aparat penegak hukum dalam menindak
pertambangan emas tanpa izin yang ada di kecamatan Cermin Nan Gedang.
3. Rendahnya Kesadaran Hukum Masyarakat
Pada kegiatan penambangan emas tanpa izin yang terjadi di wilayah
kecamatan Cermin Nan Gedang, sebagian masyarakat yang melakukan
penambangan tidak menghiraukan adanya peraturan yang melarang mereka untuk
melakukan penambangan. Hal ini dikarenakan kegiatan penambangan sudah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Sarolangun sebagai mata pencaharian
utama, pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan menambang memberikan
finansial yang layak, meskipun aktivitas yang mereka lakukan tersebut mereka
sadari akan menimbulkan dampak negatif yang sangat luas baik terhadap
Universitas Antakusuma (UNTAMA) Pangkalan Bun, hlm. 32.
56
lingkungan maupun moral masyarakat di areal tambang.
Sebagaimana wawancara penulis dengan anggota polsek Limun yaitu Bapak
Rafani yang mengatakan bahwa:
Kurangnya kesadaran hukum masyarakat kecamatan Cermin Nan Gedang
menjadikan penegakan hukum yang dilakukan pemerintah menjadi tidak
efektif karena meski sering dilakukan penertiban yaitu razia oleh Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun, Kepolisian Resor Limun, TNI,
Polisi Pamong Praja para penambang tetap akan kembali lagi melakukan
penambangan dikemudian hari ketika situasi dianggap memungkinkan
untuk melakukan penambangan emas.69
4. Sarana dan Prasarana tidak mendukung
Apabila terjadi pertambangan emas tanpa izin di sekitaran sungai, polisi
mengalami kesulitan dalam melakukan penangkapan maupun mengevakuasi
barang bukti, dikarena Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun, Polres
Sarolangun, dan jajaran instansi lainnya tidak memiliki armada air yang dapat
digunakan di sungai, dan karena tidak semua masyarakat pro dalam membrantas
pertambangan emas tanpa izin, jika diminta bantuan untuk menumpang perahu
mereka, mereka akan menolak disebabkan sanak kerabat mereka merupakan
penambang emas ilegal dan berusaha untuk melindunginya, selain itu apabila
terjadi pertambangan emas tanpa izin di daratan yang lokasinya terdapat jauh di
dalam hutan dengan keadaan jalan yang terjal, berbatuan, semak, dan berlubang,
tidak tersedianya armada yang sesuai dengan kondisi jalan yang akan ditempuh
misalnya motor trail. Hal inilah yang menjadi kendala yang dihadapi Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun, Polres Sarolangun, TNI, dan Polisi
69
Wawancara dengan Bapak Rafani selaku Anggota Polsek Limun pada tanggal, 27 Juli 2019.
57
Pamong Praja disebabkan kurang berpihaknya masyarakat untuk membantu
pemberantasan penambangan emas di Sarolangun.
Sebagaimana wawancara yang penulis lakukan dengan bapak Jauhari selaku
Camat Cermin Nan Gedang yang mengatakan bahwa:
Pada kegiatan pertambangan emas tanpa izin yang menjadi pelaku
penambangan emas tidak hanya para pelaku tambang, tetapi pemilik alat
tambang juga disebut sebagai pelaku, dan penyewa alat berat excavator juga
dapat dijadikan pelaku apabila dalam perjanjian yang mereka buat, pemilik
excavator mengetahui bahwa alat tersebut digunakan untuk menambang
emas, biasanya para pemilik alat tambang akan melarikan diri setelah dia
mendapatkan informasi bahwa anak buahnya atau pekerja tambangnya
tertangkap saat Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun beserta
instansi lainnya melakukan razia.70
Penulis berpendapat sulitnya penangkapan yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun, Polres Sarolangun, berserta instansi
lainnya terhadap pelaku penambangan emas tanpa izin disebabkan kurangnya
sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga penegakan hukum perizinan
pertambangan emas tidak berjalan maksimal seperti yang diharapkan. Bagaimana
penegak hukum dapat bekerja dengan baik apabila tidak dilengkapi dengan
kendaraan dan alat-alat komunikasi yang proporsional.
5. Kurangnya kesadaran para pemilik lahan
Kegiatan penambangan emas di Sarolangun sudah terjadi sejak lama dan
turun temurun, hal inilah yang menjadi kendala yang dihadapi Badan Lingkunga
Hidup Kabupaten Sarolangun dalam melakukan pemberantasan pertambangan
emas tanpa izin, dimana kurangnya kesadaran para pemilik lahan karena mereka
menganggap lahan yang mereka tambang adalah milik mereka sendiri, sedangkan
menurut undang-undang sumber daya alam adalah milik negara dan dikuasai oleh
70
Wawancara dengan Bapak Jauhari selaku Camat Cermin Nan Gedang pada tanggal 27 Juli 2019.
58
negara, mempunyai hak atas lahan yang dimiliki bukan berarti memiliki hak atas
sumber daya alam yang ada didalam lahan/perut bumi, dan untuk mengusahakan
bahan galian tersebut harus memilki izin dari pemerintah, selain itu dalam hal
pembuktian kepemilikan lahan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun
juga mengalami kesulitan atau kendala, karena tanah-tanah masyarakat di daerah
kecamatan-kecamatan yang jauh dari kota, kebanyakan masih banyak lahan yang
belum memiliki sertifikat, apabila ditanya siapa pemilik lahan oleh Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun kepada masyarakat setempat mereka
menjawab berbelit-belit untuk menutupi dan melindungi warganya, sehingga
polisi menemukan jalan buntu, dan sulit untuk pembuktiannya.
C. Upaya mengatasi dampak sosial akibat penambangan emas tanpa izin di
Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun
Hal ini dilakukan agar tidak bertambah dan meluasnya kerusakan yang
ditimbulkan akibat adanya kegiatan pertambangan di kecamatan Cermin Nan
Gedang khususnya terhadap para penambang emas tanpa izin.
Sebagaimana wawancara penulis dengan salah seorang pegawai kantor
Camat Cermin Nan Gedang Ibu Eva Susanti, SE yang mengatakan bahwa:
Mengatasi meluasnya kerusakan lingkungan terhadap kegiatan
pertambangan yang masih banyak terjadi di kecamatan Cermin Nan
Gedang, perlu adanya pengawasan dari pemerintah, dalam melakukan
pengawasan pengelolaan tambang di wilayahnya, termasuk peranan
pemerintah daerah agar pengusahaan tambang mengikuti ketentuan yang
telah ditetapkan dan menjamin keselamatan masyarakat sekitarnya.71
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
71
Wawancara dengan Ibu Eva Susanti, SE, selaku pegawai Kantor Camat Cermin Nan Gedang pada
tanggal, 03 Agustus 2019.
59
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengamanatkan Pemerintah untuk
melakukan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, salah
satunya terhadap kegiatan pertambangan. Dalam kebijakan pertambangan mineral
dan batubara (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara) yang mengatur mekanisme izin pertambangan rakyat,
selanjutnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
merubah sistem penerbitan izin pertambangan yang semula kewenangan
bupati/walikota menjadi pemerintah provinsi. Demikian apa yang disampaikan
bapak Jauhari Camat Cermin Nan Gedang sebagai berikut:
Pada tahun 2004 Kabupaten Sarolangun pernah mengeluarkan izin
pertambangan yaitu berupa Peraturan Bupati, dalam izin yang diterbitkan
tentu telah memuat syarat-syarat dalam pengelolaan pertambangan dimana
salah satunya harus menjaga kelestarian lingkungan dan tidak menyebabkan
kerusakan pada lingkungan, namun pada prakteknya kegiatan pertambangan
ini sangatlah bertentangan dengan ketentuan yang ada, dimana banyak para
penambang emas yang menggunakan air raksa atau merkuri dalam
melakukan pengolahannya, sehingga pada tahun 2005 izin pertambangan ini
dicabut, dan sampai saat ini tidak ada peraturan daerah yang mengatur
mengenai izin pertambangan di Kabupaten Sarolangun.72
Setelah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, upaya penegakan hukum dalam hal perizinan yang
sebelumnya adalah kewenangan pemerintah Kabupaten Sarolangun, sekarang
telah menjadi kewenangan pemerintah Provinsi Jambi. Lembaga yang diberikan
kewenangan dalam menjalankan tugas untuk melakukan penegakan hukum
terhadap pertambangan emas yang tidak memiliki izin di kecamatan Cermin Nan
Gedang adalah Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun. Sebagai aparat
yang diberikan kewenangan dalam menangani pertambangan tanpa izin, Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun masih terus melakukan upaya
60
penegakan hukum dalam menindak para penambang emas tanpa izin yang ada di
kecamatan Cermin Nan Gedang.
Upaya yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Sarolangun (BLH Kabupaten Sarolangun) untuk menjaga kelestarian lingkungan
dari penambangan emas tanpa izin berupa tindakan preventif dan tindakan
represif.
Tindakan preventif dan tindakan represif yang dilakukan Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Sarolangun, sebagai berikut :
1. Tindakan Preventif (Pencegahan)
Upaya pencegahan atau tindakan preventif yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten terhadap pelaku penambangan emas tanpa izin di
kecamatan Cermin Nan Gedang. Adapun tindakan preventif yang dilakukan oleh
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun dan Penyidik Kepolisian Resor
Limun dalam menjalankan tugasnya sebagai aparat penegak hukum untuk
memberantas kegiatan penambangan emas tanpa izin, adalah sebagai berikut :
a. Himbauan
Langkah preventif diperlukan untuk mencegah dan meminimalisir
meluasnya kerusakan lingkungan akibat pertambangan emas yang tidak
mengantongi izin. Seperti yang diungkapkan Bapak Jauhari Camat Cermin
Nan Gedang sebagai berikut:
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun telah melakukan
tindakan preventif berupa himbauan baik secara tertulis maupun tidak
tertulis, seperti pemberian informasi kepada masyarakat agar tidak
melakukan penambangan emas tanpa izin di sepanjang sungai batang
asai, serta sungai-sungai kecil lainnya yang ada di Kabupaten Sarolangun
dengan cara memasang iklan atau reklame dalam surat kabar, memasang
72
Wawancara dengan Bapak Jauhari selaku Camat Cermin Nan Gedang pada tanggal, 03 Agustus 2019.
61
spanduk atau baliho-baliho di setiap kecamatan-kecamatan yang terdapat
adanya pertambangan emas seperti Limun, Bathin VIII, Cermin Nan
Gedang, Batang Asai, dan instansi-instansi terkait dengan pertambangan
emas seperti Badan Lingkungan Hidup, Polres Sarolangun, dan Polsek-
polsek diwilayah hukum Polres Sarolangun.73
b. Sosialisasi
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun juga melakukan
sosialisasi ke masyarakat, dan melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh
masyarakat tentang akan dampak penambangan emas tanpa izin ini dan
penggunaan merkuri bagi masyarakat, keanekaragaman hayati, serta
lingkungan hidup, selain itu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun
juga telah melakukan sosialisasi mengenai sanksi terhadap segala bentuk
kegiatan penambangan emas tanpa izin ini, namun sebagian dari masyarakat
banyak kurang mendukung dan membantu dalam upaya pemberantasan
pertambangan emas tanpa izin yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sarolangun, hal ini dikarenakan masyarakat yang kontra merupakan
mayoritas bekerja sebagai penambang emas dan pemilik dari pertambangan
emas tanpa izin.
c. Razia
Langkah lain yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Sarolangun yaitu dengan melakukan razia ke lokasi-lokasi tambang. Hal ini
dilakukan agar mengurangi maraknya pertambangan emas tanpa izin yang
berdampak pada lingkungan dan kesehatan manusia.
Berdasarkan uraian di atas penulis melihat upaya himbauan dan
sosialisasi yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup belum mendapat
73
Wawancara dengan Bapak Jauhari selaku Camat Cermin Nan Gedang pada tanggal, 10 Agustus 2019.
62
dukungan sepenuhnya dari masyarakat dan penulis juga melihat Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun belum konsisten dalam menjalankan
tugas dan kewenangannya. Hal ini menyebabkan para penambangan emas
tanpa izin tersebut tidak menghiraukan sanksi yang akan mereka terima atas
tindakan penambangan emas tanpa izin yang mereka lakukan.74
2. Tindakan Represif (Penindakan)
Setelah dilakukannya upaya preventif oleh Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sarolangun yaitu berupa himbauan dan sosialisasi kepada masyarakat,
namun hal tersebut tidak membuahkan hasil, maka Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sarolangun melakukan tindakan represif terhadap pelaku
penambangan emas tanpa izin di Kabupaten Sarolangun.75
Adapun tindakan
represif yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun
dan Penyidik Kepolisian Polres Sarolangun dalam menjalankan tugasnya sebagai
aparat penegak hukum untuk memberantas kegiatan penambangan emas tanpa
izin, adalah sebagai berikut :
a. Operasi Terpadu
Operasi terpadu dilaksanakan oleh tim operasi terpadu antara lain Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun, Kepolisian Polres Sarolangun, TNI,
dan Satuan Polisi Pamong Praja dengan melakukan razia penertiban
pertambangan emas yang tidak mengantongi izin pertambangan. Hal ini
didasarkan karena banyaknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
kegiatan pertambangan emas yang dilakukan secara ilegal/tanpa izin, oleh karena
74
Observasi tentang PETI pada tanggal, 13 Agustus 2019. 75
Observasi pada tanggal, 13 Agustus 2019.
63
itu diperlukannya upaya represif yaitu berupa penertiban pertambangan emas
yang ada di kecamatan Cermin Nan Gedang.
Pelaksanaan operasi terpadu terhadap pertambangan emas dilakukan dalam
waktu yang tidak ditentukan yaitu inspeksi mendadak, hal ini dimaksudkan agar
operasi tersebut tidak dapat diketahui oleh para penambang emas. Adanya
penertiban yang sering dilakukan tersebut tidak memberi efek jera terhadap para
penambang emas.
Berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap penambang emas bapak
Sofyan di kecamatan Cermin Nan Gedang sebagai berikut:
Saya tahu penambangan emas ini ilegal, karena keadaan kebutuhan ekonomi
yang mendesak kami tetap melakukan penambangan emas, apabila ada razia
dadakan saya dan kawan-kawan akan kabur, tapi apabila razia selesai bila kondisi memungkinkan kami kembali lagi melanjutkan aktivitas
penambangan seperti biasanya, untuk alat-alat yang telah dibawa dan
diamankan polisi kami melaporkan ke bos untuk dibelikan alat baru. 76
Terdapat 4 (empat) titik kecamatan di Kabupaten Sarolangun yang sering
dilakukan razia yaitu Kecamatan Limun, Kecamatan Bathin VIII, Kecamatan
Cermin Nan Gedang, dan Kecamatan Batang Asai.
b. Penangkapan dan Penyitaan
Sebagaimana wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak Camat :
Pada saat operasi razia berlangsung para penambang yang ditemukan
dilokasi penambangan akan dilakukan penangkapan sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 94 ayat (2) huruf K UUPPLH dan dibawa ke Polres Sarolangun lalu di proses ke Pengadilan, dan alat-alat yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penambangan emas dilokasi akan disita dan dibawa ke
Polres Sarolangun untuk dijadikan barang bukti sebagaimana yang diatur
pada Pasal 94 ayat (2) huruf F UUPPLH yakni berbentuk mesin penyedot,
pipa pralon, karpet, dan lain-lain.77
76
Wawancara dengan Bapak Jauhari selaku Camat Cermin Nan Gedang pada tanggal, 20 Agustus 2019. 77
Wawancara dengan Bapak Jauhari selaku Camat Cermin Nan Gedang pada tanggal, 20 Agustus 2019.
64
Berikut adalah jumlah kasus pertambangan emas yang telah ditindak oleh
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun dan Kepolisian Polres
Sarolangun dapat dilihat pada tabel 1 :
Tabel : 5
Data Jumlah Kasus Pertambangan Emas Tanpa Izin di
Kabupaten Sarolangun pada tahun 2015-2019
No Tahun Jumlah Tindak
Pidana
Penyekesaian
Tindak Pidana
1 2015 13 13
2 2016 2 2
3 2017 2 2
4 2018 7 7
5 2019 5 5
Sumber Data : Unit Tipiter Kepolisian Resor Sarolangun Jambi
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, pada tahun 2015 terdapat
13 kasus pertambangan emas tanpa izin yang ditindak oleh Polres Sarolangun dan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun, pada tahun 2015 dan 2016
aparat menindak 2 (dua) kasus pertambangan emas tanpa izin, kemudian pada
tahun 2015 terjadi peningkatan kasus yang ditindak oleh aparat sebanyak 7 (tujuh)
kasus pertambangan emas tanpa izin, dan pada tahun 2016 terjadi penurunan
kasus dimana aparat hanya menindak 5 (lima) kasus yang jumlahnya menurun
dari tahun sebelumnya. Hal ini bahwa terdapat peningkatan dan penurunan yang
fleksibel tidak dapat ditentukan, apabila dibandingkan dengan tahun 2015 dan
dengan 2019 kasus pertambangan emas tanpa izin yang ditangani oleh Polres
Sarolangun mengalami penurunan yang jauh, dimana pada tahun 2015 terdapat 13
kasus dan pada tahun 2019 hanya terdapat 5 kasus pertambangan emas tanpa izin,
oleh karena itu menurut penulis penegakan hukum yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sarolangun dan Kepolisian Resor Sarolangun
sudah berjalan sebagaimana mestinya, hanya saja belum maksimal.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai dampak sosial
penambangan emas tanpa izin (PETI) di Kecamatan Cermin Nan Gedang
Kabupaten Sarolangun, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan.
1. Dampak sosial penambangan emas tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan
Gedang Kabupaten Sarolangun yaitu diantaranya: masyarakat kehilangan
sumber air bersih dari sungai, masyarakat kehilangan fungsi sungai untuk
MCK, ibu-ibu kehilangan rutinitas untuk berkumpul di sungai dan anak-anak
kehilangan tempat bermain dan kerusakan lingkungan akibat kegiatan
pertambangan emas di kecamatan Cermin Nan Gedang.
2. Kendala mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa izin di Kecamatan
Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun yaitu berkaitan dengan
kewenangan pemerintah daerah, rendahnya kesadaran hukum masyarakat,
sarana dan prasarana tidak mendukung, lemahnya aturan hukum dan
kurangnya kesadaran para pemilik lahan.
3. Upaya mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa izin di Kecamatan
Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun yaitu dengan pencegahan atau
tindakan preventif yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
terhadap pelaku penambangan emas tanpa izin di kecamatan Cermin Nan
Gedang dengan cara melakukan himbauan, melakukan sosialisasi dan
melakukan razia terhadap pelaku penambang emas ilegal dan berupaya
65
66
melakukan tindakan tindakan represif (penindakan) yaitu dengan cara operasi
terpadu dan penangkapan dan penyitaan.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis memberiikan saran
kepadaa:
1. Diharapkan kepada pemerintah agar melakukan sebuah upaya penyuluhan dan
pembinaan agar para penambang yang melakukan pendulangan emas ini dapat
sadar dan mengerti tentang dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas
penambangan emas terhadap lingkungan.
2. Diharapkan kepada para penambang untuk lebih peduli kepada lingkungan dan
tidak mengeksplotasi lingkungan secara berlebihan
3. Diharapkan kepada masyarakat untuk membantu pemerintah dalm mengawas
aktivitas penambangan emas yang dilakukan oleh PETI..
4. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat membahas lebih dalam lagi
mengenai dampak sosial aktivitas penambangan emas yang dilakukan oleh PETI
sehingga di peroleh gambaran yang lebih lengkap lagi mengenai dampak sosial
dari aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat.
67
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Al-Quran Al-karim
Al Kaaf, KH. Abdullah Zaky. (2002) Ekonomi Dalam Perspektif Islam. Bandung:
Pustaka Setia.
Arikunto, Suharsimi. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Fathoni, Abdurrahman. (2006) Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hasan, Iqbal. (2009) Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Mukhtar, (2009) Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah (Panduang Berbasis
Penelitian Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Moleong, Lexy J. (2010) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi. (2004) Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nasution, Mustafa Edwin. (2007) Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,
Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Rumidi, Sukandar (tt) Bahan-Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada,
University Press.
Said, Muhammad. (2008) Pengantar Ekonomi Islam Dasar-Dasar dan
Pengembangan, Pekanbaru: Suska Press.
Salim. (2005) Hukum Pertambangan Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo persada.
Soekanto, Soerjono. (2002) Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Grafindo Persada.
Soehoes, A.R. (2001) Bunga Rampai Pembangunan. Jakarta: Putri Fadjar dan Fakultas
Teknik UI.
Sudjono, Anas. (2007) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo.
Sugiyono. (2005) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
(2008) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
68
Tim redaksi pustaka Yustisia, (tt) Kumpulan Peraturan Pemerintah 2010 tentang
pertambangan, Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara
Undang-Undang No.11tahun 1967 Tentang Izin Usahan Penambangan
C. Lain-lain
Http://tambang. Findis cussion. Com/t28-pertambangan, diakses pada tanggal 22
November 2013
www.sultranews.com/2015/03/sejarah-perlawanan-petani-batulu.html
69
Lampiran 1
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Judul : Dampak Sosial Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan
Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun
A. Dokumentasi
1. Sejarah dan geografis Kecamatan Cermin Nan Gedang
2. Visi dan Misi Kecamatan Cermin Nan Gedang
3. Struktur organisasi Kecamatan Cermin Nan Gedang
4. Kondisi penduduk Kecamatan Cermin Nan Gedang
5. Keadaan Keagamaan dan pendidikan Kec. Cermin Nan Gedang
6. Keadaan ekonomi dan mata pencaharian
B. Wawancara
4. Bagaimana dampak sosial penambangan emas tanpa izin di Kecamatan Cermin
Nan Gedang Kabupaten Sarolangun ?
5. Apa kendala mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa izin di
Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun?
6. Bagaimana upaya mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa izin di
Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun?
C. Observasi
1. Dampak sosial penambangan emas tanpa izin di Kecamatan Cermin Nan
Gedang Kabupaten Sarolangun
2. Kendala mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa izin di Kecamatan
Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun
3. Upaya mengatasi dampak sosial penambangan emas tanpa izin di Kecamatan
Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun.
70
Lampiran 2
DAFTAR NAMA INFORMAN
Judul : Dampak Sosial Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan
Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun
NO NAMA KETERANGAN
1. Jauhari, S.IP Camat Cermin Nan Gedang
2. Eva Susanti, SE Staf Kantor Camat CNG
3. Abrahm Janjaya Pegawai Puskesmas
4. Rafani Polsek Limun/CNG
5 Ahmad Jani Masyarakat
6 Fatmawati Masyarakat
7 Salimah Masyarakat
8 Mirnawati Masyarakat
9 Huzaimah Masyarakat
10 Yusar Masyarakat
11 Maimunah Masyarakat
12 Piyan Masyarakat
13 Silvawati Masyarakat
14 Khairiyah Masyarakat
15 Agustina Masyarakat
16 Sulaiman Masyarakat
17 Hasan Masyarakat
18 Khaidir Masyarakat
71
Lampiran 3
DOKUMENTASI
Gambar 1. Pelaku PETI menuju rakit mesin Dompeng
Gambar 2. Mesin diesel untuk menghidupkan mesin Dompeng
72
Gambar 3. Pekerja PETI yang sedang menghidupkan mesin Dompeng
Gambar 4. Pekerja PETI yang sedang membuat tempat bak penampungan untuk
pasir yang dihisap mesin Dompeng
73
Gambar 5. Mesin Dompeng
Gambar 6. Rakit tempat pelaku PETI melaksanakan aktivitas penambangan emas
74
Gambar 7. Bak penampungan tempat pasir dan emas di saring
Gambar 8. Tempat air dan batu mengalir setelah di saring pada bak
penampungan
75
Gambar 9. Tebing sungai yang pernah di kikis oleh pelaku PETI untuk
menambang emas dulunya
Gambar 10. Tumpukan-tumpukan bebatuan bekas penambangan emas oleh
PETI yang dibiarkan begitu saja