peningkatan hasil belajar ips dengan menggunakan model
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Kajian Teori
1. Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat
sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari
disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk tujuan
pendidikan. Ada dua unsur yang menjadi fokus materi pembelajaran IPS
yang penting untuk jenjang SD/MI, yakni fakta (peristiwa, kasus aktual)
dan konsep baik yang konkrit maupun abstrak.Ada dua bahan kajian IPS,
yaitu 1) bahan kajian pengetahuan social, mencakup lingkungan sosial,
yang terdiri atas ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan, 2) bahan kajian
sejarah, meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak lampau
hingga masa kini.
Dengan demikian pembelajaran IPS Sekolah Dasar adalah proses
interaksi pendidik (guru) dengan peserta didik (siswa) sekolah dasar
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia
untuk meningkatkan kemampuan siswa melalui proses belajar.
b. Kedudukan Mata Pelajaran IPS dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Karakteristik mata pelajaran Pengetahuan Sosial itu antara lain
(Depdiknas, 2003 : 3):
1) Merupakan perpaduan antara sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah
dan kewarganegaraan
2) Berasal dari struktur keilmuan sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah
dan kewarganegaraan. Dari kelima struktur keilmuan itu kemudian
dirumuskan materi kajian untuk pengetahuan sosial
6
3) Menyangkut masalah sosial dan tema-tema yang dikembangkan
dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. Interdisipliner
maksudnya melibatkan disiplin ilmu ekonomi, geografi dan sejarah.
Multidisipliner artinya materi kajian itu mencakup berbagai aspek
kehidupan masyarakat.
4) Menyangkut peristiwa dan perubahan masyarakat masa lalu dengan
prinsip sebab akibat dan kronologis, masalah sosial, isu-isu global,
adaptasi dan pengelolaan lingkungan, serta upaya perjuangan untuk
perjuangan hidup, termasuk pemenuhan kebutuhan untuk mencapai
kemakmuran serta sistem berbangsa dan bernegara.
c. Tujuan
Menurut Awan Mutakin yang dikutip BSNP (2006: 5) tujuan utama
Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,
memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan
yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-
hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program
pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan
tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
7
4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
d. Ruang lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran pengetahuan sosial meliputi : 1)
sistem sosial dan budaya, 2) manusia, tempat dan lingkungan, 3) perilaku
ekonomi dan kesejahteraan, 4) waktu, keberlanjutan dan perubahan
(Depdiknas, 2003: 2). Sedangkan dalam lampiran Permendiknas No 22
tahun 2006 ruang lingkup Mapel IPS meliputi aspek-aspek sebagai
berikut:
1) Manusia, tempat, dan lingkungan
2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
3) Sistem sosial dan budaya
4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
e. Standar Kompetensi Bahan Kajian
1) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem
sosial dan budaya dan menerapkannya untuk:
a) Mengembangkan sikap kritis dan situasi sosial yang timbul sebagai
akibat perbedaan yang ada di masyarakat.
b) Menentukan sikap terhadap proses perkembangan dan perubahan
sosial budaya
c) Menghargai keanekaragaman sosial budaya dalam masyarakat
multikultur
2) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem
sosial dan budaya dan menerapkannya untuk:
8
a) Menganalisis proses kejadian, interaksi dan saling ketergantungan
antara gejala alam dan kehidupan di muka bumi dalam dimensi
ruang dan waktu.
b) Terampil dalam memperoleh, mengolah, dan menyajikan informasi
geografis.
3) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem
sosial dan budaya dan menerapkannya untuk :
a) Berperilaku yang rasional dan manusiawi dalam memanfaatkan
sumber daya ekonomi.
b) Menumbuhkan jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan.
c) Menganalisis sistem informasi keuangan lembaga-lembaga
ekonomi.
d) Terampil dalam praktik usaha ekonomi sendiri.
4) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang
waktu, keberlanjutan dan perubahan serta menerapkannya untuk:
a) Menganalisis keterkaitan antara manusia, waktu, tempat dan
kejadian.
b) Merekonstruksi masa lalu, memaknai masa kini, dan memprediksi
masa depan.
c) Menghargai berbagai perbedaan serta keragaman sosial, kultural,
agama, etnis, dan politik dalam masyarakat dari pengalaman belajar
peristiwa sejarah.
f. Karakteristik
Karakteristik mata pelajaran IPS oleh BSNP (2006: 4) dinyatakan
antara lain sebagai berikut:
1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur
geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan,
sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.
2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur
keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan soiologi, yang dikemas
9
sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema)
tertentu.
3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut
berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan
interdisipliner dan multidisipliner.
4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut
peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab
akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur,
proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar
survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan
jaminan keamanan.
5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga
dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta
kehidupan manusia secara keseluruhan.
g. Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Standar kompetensi mata pelajaran adalah kompetensi yang harus
dikuasai siswa setelah melalui proses pembelajaran pengetahuan sosial,
antara lain:
1) Kemampuan memahami: (1) proses pembentukan kepribadian
manusia, (2) unsur-unsur usaha berekonomi, (3) perubahan unsur-
unsur fisik muka bumi, dan (4) perjalanan bangsa Indonesia pada
masa Hindu Budha dan Islam sampai abad ke-18.
2) Kemampuan memahami: (1) bentuk-bentuk hubungan antar
kelompok sosial, (2) pelaku-pelaku ekonomi dalam kegiatan ekonomi
masyarakat, (3) dinamika perubahan kependudukan dan
pembangunan berwawasan lingkungan di Indonesia, dan (4)
perjalanan bangsa Indonesia sejak masa penjajahan Barat sampai
dengan persiapan kemerdekaan Indonesia.
3) Kemampuan memahami: (1) perilaku masyarakat dalam menyikapi
perubahan sosial-budaya, (2) keunggulan komparatif dan kompetitif
10
dalam perdagangan internasional serta dampaknya terhadap
perekonomian Indonesia, (3) keterkaitan unsur-unsur sosial dan fisik
di negara maju dan berkembang, dan (4) perjalanan bangsa Indonesia
dari masa kemerdekaan sampai dengan Orde Baru.
2. Belajar
Wina Sanjaya (2006: 110) mengungkapkan “belajar itu adalah suatu
proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan,baik latihan
didalam laboraturim maupun dalam lingkungan sekitar. “Oemar Hamalik
(2004: 36) mendefinisikan belajar sebagai suatu pertumbuhan dan
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah
laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Sebagaimana dikemukakan
oleh Wina Sanjaya (2006: 108 ) bahwa belajar adalah suatu proses yang
terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding
kelas. Hal itu berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupanya,
manusia akan selalu dihadapkan masalah atau tujuan yang ingin dicapainya.
Melalui kemampuan belajar, manusia akan dapat memecahkan setiap
rintangan yang dihadapi sampai akhir hayatnya. R Gagne dalam Slameto
(2003: 13) memberikan dua definisi mengenai belajar :
1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan ,ketrampilan,kebiasaan dan tingkah laku.
2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh
melalui interaksi.
Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
secara keseluruan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Konstruktivisme merupakan suatu pandangan bagaimana seseorang
belajar, yaitu menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman
dan pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya melalui pengenalan
11
terhadap benda-benda di sekitarnya yang direfleksikan melalui
pengalamannya (Indrawati dan Wawan, 2009: 9).
Peran penting guru dalam pembelajaran konstruktivisme adalah
scaffolding dan coaching. Scaffolding adalah memberikan dukungan dan
bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal belajar kemudian
sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah
peserta didik mampu memecahkan problem dari tugas yang dihadapi.
Coaching adalah proses memotivasi peserta didik menganalisis
performanya dan membentuk feedback atau umpan balik tentang kinerja
mereka. Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam pengembangan dalam
pembelajaran kontruktivisme adalah:
1. Prior Knowledge /previos Experience
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar adalah apa
yang telah diketahui oleh peserta didik. Konstruksi pengetahuan tidak
berangkat dari ’’pikiran kosong”. (blank mind), peserta didik harus
memiliki pengetahuan apa yang hendak diketahui. Pengetahuan ini
disebut pengetahuan awal/ dasar (prior Knowledge).
2. Conceptual - Change Process
Proses perubahan konseptual merupakan proses pemikiran yang terjadi
pada peserta didik ketika peta konsep yang dimilikinya dihadapkan
dengan situasi kondisi nyata.
Konstruksi pengetahuan membutuhkan kemampuan mengingat dan
mengungkapkan kembali pengalaman, kemampuan membandingkan,
kemampuan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan
serta kemampuan lebih menyukai satu dari pada yang lain.
3. Model Pembelajaran
Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran
yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model
pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa,
Bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan
12
model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang
keberhasilan belajar siswa. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan
yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,
tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Para ahli dalam menyusun model-model pengajaran berdasarkan
prinsip Joyce dan Well (Moedjono dan Dimyati, 1991: 109) berpendapat
bahwa model pengajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (Suatu rencana pelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pengajaran, membimbing pengajaran di
kelas atau yang lain.
Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat
pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut
Sardiman (2004: 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu
mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang
luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai
keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran,
menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan
sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan
pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4. Model Pembelajaran Make a Match.
Pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan model
pembelajaran aktif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) yaitu
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mengutamakan
kerjasama dan kecepatan diantara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
13
Model pembelajaran ini memiliki ciri-ciri yaitu untuk mentutaskan
materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok atau bersama siswa
lain.Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan
strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran (Depdiknas:
2005) mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topikyang cocok untuk sesi review.Sebaiknya satu bagian kartu soal danbagian lainnya kartu jawaban.
b) Setiap siswa mendapat satu buah kartu. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegangnya.
c) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocokdengan kartunya (soal/jawaban).
d) Setiap siswa yang dapat mencocokkan hasilnya sebelum batas waktudiberi point dan applause.
e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartuyang berbeda sebelumnya.
f) Demikian seterusnya.g) Mengambil kesimpulan.h) Penutup.
Metode pembelajaran make a match merupakan strategi yang cukup
menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah
diberikan sebelumnya. Namun demikian materi barupun tetap bisa diajarkan
menggunakan model pembelajaran make a match, dengan catatan pesrta
didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu,
sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan
(Hisyam Zain, 2008: 32)
Berdasarkan proses belajar mengajar, siswa nampak lebih aktif
mencari pasangan kartu jawaban dan kartu soal. Dengan metode mencari
kartu ini, siswa dapat mengindentifikasi permasalahan yang terdapat
didalam kartu yang ditemukan dan menceritakan dengan sederhana dan jelas
secara bersama-sama.
5. Hasil Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
14
Menurut Woordworth dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 41), “Hasil
belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses
belajar”. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru dan
mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur
secara langsung.
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana 1990: 22). Hasil
belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses pembelajaran.
Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Hamalik (2006: 3) hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan definisi – definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan yang dialami peserta didik mencakup pengetahuan, sikap,
dan keterampilan motorik yang diakibatkan dari suatu proses pengalaman
belajarnya.
B. Penelitian Yang Relevan
Endrawati (2014: 13-18) Peningkatan Prestasi Belajar Dengan Model
Pembelajaran Make a Match dalam Jurnal Widya Sari Salatiga vol. 16 No. 2
Mei 2014 membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran Make a
Match bidang IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Sedangkan Sediansih (2014: 13-18) Peningkatan Prestasi Belajar Dengan
Model Pembelajaran Cooperatif Learning dalam Jurnal Widya Sari Salatiga
vol. 15 No. 1 Januari 2013 membuktikan bahwa penggunaan model
pembelajaran Cooperatif Learning bidang IPS dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa, dalam penggunaan model pembelajaran Cooperatif Learning,
terdapat juga unsur-unsur model pembelajaran Make a Match
15
Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
Penggunaan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan meningkatkan kemampuan penguasaan materi pelajaran.
Dengan optimalisasi penggunaan model pembelajaran Make a Match bidang
IPS ternyata mampu mengarahkan perhatian siswa terhadap pembelajaran dan
sebagai akumulasi tindakan tercermin pada peningkatan hasil belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Dalam mengajarkan pelajaran IPS terutama materi Menghargai berbagai
peninggalan dan sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha, dan
Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di
Indonesia. Dibutuhkan konsep dasar teori yang tepat dalam menyampaikan
pelajaran tersebut. Konsep dasar teori yang dipilih harus sesuai dan cocok serta
harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, terutama dalam penyampaian
materi IPS. Sebab dalam pelajaran IPS mempelajari ilmu sosial dan
pemasyarakatan kegiatan ekonomi di Indonesia. Dalam penerapan model Make
a Match proses pembelajaran mempunyai keunggulan dan dipastikan dapat
meningkatkan hasil belajar, keunggulanya; siswa bekerjasama dalam mencatat
tujuan dengan menjunjung norma-norma kelompok, siswa aktif membantu dan
memotivasi semangat untuk berhasil bersama, aktif berperan sebagai tutor
sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompok, interaksi antar siswa
seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Pembelajaran model Make a Match siswa sangat dilibatkan dalam proses
pembelajaran, siswa lebih mudah menemukan dan memahami materi-materi
yang dianggap sulit apabila mereka saling bekerjasama dengan temanya untuk
menyelesaikan masalah. Melalui kerjasama akan terjalin rasa kebersamaan,
komunikasi, mereka saling berbagi pengetahuan yang dimiliki mereka masing-
masing sehingga terjadi pemahaman yang sama dalam persoalan-persoalan
yang mereka diskusikan. Ini akan membawa dampak pada peningkatan
keaktifan dan hasil belajar.
16
Alur Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Make a Match Pada
Pembelajaran IPSPembelajaran menggunakan metode konvensional
a. Guru dominanmenggunakan ceramah danpenghafalan
b. Teacher centeredc. Kurang mengaktifkan
kooperatif siswa
a. Siswa jenuh dalampembelajaran
b. Siswa kurang fokusdalam pembelajaran
c. Keaktifan hanyaditunjukan sebagian siswa
Keaktifan danhasil belajar IPSsiswa di bawah
KKM >70
Diterapkan model pembelajaran Make a Match
Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan kondisi awalmencapai kondisi akhir yang di inginkan, peneliti melakukan penelitiantindakan kelas yang direncanakan dalam 2 siklus dengan menerapkanpembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeMake a Match
a. Penyampaian tujuan dan motivasib. Membentuk kelompokc. Presentasi dari gurud. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)e. Kuis (evaluasi)f. Penghargaan prestasi timg. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran
Kegiatan pembelajaranlebih bermakna
Keaktifan dan hasilbelajar IPS siswa kelasV meningkat diatasKKM >70
Siswa lebih aktif dalampembelajaran
17
Dari skema kerangka berfikir terlihat bahwa pada awalnya guru
dalam mengajar mata pelajaran sejarah belum menggunakan model
pembelajaran make a match. Berdasarkan penilaian terhadap kemampuan
siswa dalam mempelajari sejarah masih rendah. Siswa belum mampu
memahami pelajaran sejarah dengan baik. Siswa juga belum berpartisipasi
aktif selama mengikuti proses belajar mengajar.
Penerapan model pembelajaran make a match dalam penelitian
ini,merupakan salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus
menjadikan siswa lebih berpartisipasi aktif selama mengikuti proses belajar
mengajar. Dengan model pembelajaran ini siswa akan lebih tertarik dengan
mata pelajaran IPS, tidak merasa bosan dan jenuh serta keinginan untuk
mempelajari mata pelajaran sejarah akan semakin tinggi sehingga prestasi
siswa meningkat.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan
model pembelajaran make a match hasil belajar sejarah siswa Kelas V SD
Koripan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada mata pelajaran IPS
Semester 2 Tahun 2015-2016 dapat meningkat.
D. Hipotesa Tindakan
Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : Hasil belajar
siswa kelas V SD Koripan 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada
mata pelajaran IPS Semester 2 Tahun 2015-2016 dapat meningkat, melalui
penerapan model pembelajaran make a match.