pengembangan sistem informasi di organisasi melalui
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DI ORGANISASI
MELALUI INSOURCING DAN OUTSOURCING
NAMA : MULYANA SURYA
NIM : K 15161098
MATA KULIAH : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
DOSEN : Dr. Ir. ARIF IMAM SUROSO, M.Sc
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini, memasuki masa persaingan global dan kompetisi yang semakin
ketat, setiap perusahaan harus mampu melakukan berbagai inovasi. Salah salah
satunya adalah dengan menerapkan teknologi tepat guna. Sistem informasi
merupakan salah satu alat (tool) yang sering digunakan oleh perusahaan untuk
mewujudkan tujuan perusahan demi mencapai efektifitas dan efIsiensi
perusahaan. Organisasi (perusahaan) dan sistem informasi memerlukan
kontribusi, komitmen dan kepedulian untuk mendapatkan potensi yang
sesungguhnya. Efektifitas dan efisiensi dalam mentransfer teknologi memerlukan
perubahan yang terus menerus dan berkelanjutan. Teknologi dan sistem informasi
yang merupakan kolaborasi antara teknologi informasi dan komunikasi yang
memainkan peran utama pengembangan sistem informasi.
Permasalahan dan tantangan yang akan selalu dihadapi oleh perusahaan dalam
pengembangan sebuah sistem informasi di perusahaannya, terletak pada suatu
pertanyaan yaitu siapa atau pihak mana yang akan melaksanakan proses
pengembangan tersebut.
Keputusan untuk menyerahkan pengembangan sistem informasi harus
didasarkan pada pertimbangan sumberdaya modal perusahan, kemampuan sumber
daya manusia, teknologi perusahaan yang memadai dan kebutuhan operasional
perusahaan. Apabila perusahaan belum sanggup melakukan pengembangan
sistem informasinya sendiri, maka perusahaan dapat membeli paket sistem
informasi yang sudah jadi atau juga dapat berupa permintaan terhadap pihak
ketiga untuk melaksanakan proses pengembangan sistem informasi termasuk
pelaksanaan sistem informasi tersebut. Pihak perusahaan menyerahkan tugas
pengembangan dan pelaksanaan serta perawatan sistem informasi kepada pihak
ketiga (outsourcing).
Dengan cara lain, perusahaan juga bisa merancang atau membuat sendiri
sistem informasi yang dibutuhkan dan menentukan pelaksana sistem informasi
tersebut (insourcing). Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam insourcing ini
2
adalah terbatasnya pelaksana sistem informasi, kemampuan dan penguasaan
pelaksana sistem informasi, beban kerja pelaksana sistem informasi, serta
kemungkinan masalah yang timbul dengan adanya kinerja pelaksana sistem
informasi tersebut.
Pemilihan alternatif pengembangan sistem informasi perusahaan yang tepat
akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan dan sebaliknya kesalahan
pemilihan alternatif akan menyebabkan investasi yang telah dilakukan perusahaan
akan menjadi sia-sia. Dalam pemilihannya perusahaan dapat melihat sisi
keuntungan dan kerugian dari kedua alternatif pelaku pengembangan sistem
informasi tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah,
1. Menguraikan perbedaan antara pengembangan sistem informasi
perusahaan secara insourcing dan outsourcing.
2. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari pengembangan sistem
informasi secara insourcing dibandingkan dengan cara outsourcing.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Sistem
Sistem dapat dijabarkan secara sederhana sebagai kelompok elemen yang
saling berhubungan dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu
melalui sebuah proses yang terorganisasi.
Menurut O’Brien, setiap sistem setidaknya terdiri atas 3 komponen dasar
yang saling berinteraksi yaitu,
1) Masukan (input) yang meliputi kegiatan penangkapan (capturing) dan
pengumpulan (assembling) dari suatu elemen yang dimasukkan ke dalam
sistem untuk kemudian diproses. Masukan dapat dibedakan menjadi
maintenance input yang memungkinkan sistem dapat beroperasi dan
signal input yang nantinya akan diolah menjadi produk, contohnya, bahan
baku, data, dan energi.
2) Pengolahan (processing), yaitu proses pengubahan dari input menjadi
suatu output.
3) Keluaran (output), meliputi proses pemindahan elemen yang telah
melewati tahap pemrosesan ke tujuan akhir yang ditetapkan. Keluaran
dari sebuah sistem selalu berupa keluaran yang berguna dan sisa
pembuangan.
2.2 Konsep Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2010), sistem informasi dapat berupa kombinasi yang
terorganisir antara orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi
dan sumber daya yang terkumpul, berubah dan menyebarkan informasi dalam
sebuah organisasi. Manusia bergantung pada sistem informasi untuk melakukan
komunikasi dengan peralatan fisik (hardware), instruksi pemrosesan informasi
atau prosedur (software), jaringan komunikasi (network), dan data (data
4
resources). Adapun sumberdaya yang merupakan komponen dari sistem informasi
adalah sebagai berikut,
1) Manusia, yaitu pengguna akhir dari sistem informasi dan juga para ahli
seperti system analyst, programmer, operator dan lainnya yang
menggunakan sistem informasi.
2) Perangkat keras (hardware), yaitu mesin dan media. Mesin dapat berupa
komputer, printer, monitor dll, sedangkan media dapat berupa hardisk,
floopy disk, optical disk dsb.
3) Perangkat lunak (software), yaitu segala instruksi yang digunakan untuk
mengolah suatu data agar dapat menjadi output yang diinginkan.
4) Sumber daya data, berisi informasi-informasi, yaitu segala sesuatu yang
akan dilakukan processing sehingga dapat menjadi hasil akhir (output).
5) Sumber daya jaringan, berisi mekanisme komunikasi antar mesin, media
dan perangkat pendukung jaringan.
Komponen sistem informasi tersebut secara lebih jelas ditunjukkan pada
Gambar berikut ini,
Gambar 1. Komponen Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2014), terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam
bisnis yaitu,
Mendukung proses bisnis dan operasional
Mendukung pengambilan keputusan
Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif
5
Gambar 2. Tiga Peran Utama Sistem Informasi
Mengembangkan solusi sistem informasi yang berhasil baik mengatasi
masalah bisnis adalah tantangan utama untuk para manajer dan praktisi bisnis saat
ini. Seorang praktisi bisnis bertanggungjawab untuk mengajukan atau
mengembangkan teknologi informasi baru atau meningkatkannya bagi
perusahaan. Adapun untuk seorang manajer bertanggungjawab untuk mengelola
usaha pengembangan yang dilakukan para spesialis sistem informasi dan para
pemakai akhir bisnis. Mengembangkan solusi sistem informasi untuk mengatasi
masalah bisnis dapat diimplementasikan dan dikelola sebagai beberapa proses
bertahap atau beberapa siklus seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah ini
(O’Brien, 2014).
Gambar 3. Siklus Pengembangan Sistem Informasi
6
2.3 Jenis-jenis Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2014), secara konsep aplikasi sistem informasi yang
diimplementasikan dalam dunia bisnis saat ini dapat diklasifikasikan dalam
beberapa cara.
Gambar 4. Jenis Sistem Informasi
Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa O’Brien (2014),
mengklasifikasikan sistem informasi ke dalam dua kelompok besar, yaitu,
a. Sistem Pendukung Operasi (Operations Support System)
Sistem informasi selalu dibutuhkan untuk memproses data yang
dihasilkan oleh dan digunakan dalam operasi bisnis. Sistem pendukung
operasi semacam ini menghasilkan berbagai produk informasi yang paling
dapat digunakan oleh para manajer. Pemrosesan lebih jauh oleh sistem
informasi manajemen biasanya dibutuhkan. Peran dari sistem pendukung
operasi perusahaan bisnis adalah untuk secara efisien memproses transaksi
bisnis, mengendalikan proses industrial, mendukung komunikasi dan
kerjasama perusahaan, serta memperbarui database perusahaan. sistem
pendukung operasi ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1) Sistem Pengolahan Khusus (Specialized Processing System).
2) Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing Systems)
Merupakan bagian yang penting dari sistem pendukung operasi
yang bertugas mengolah dan merekam data laporan dari transaksi
bisnis, dengan dua prinsip dasar, yakni in batch processing dan in
real-time (or online) processing.
7
3) Sistem Pengendalian Proses(Process Control Systems)
Merupakan sistem yang bertugas mengawasi dan mengendalikan
berbagai proses industrial. Contoh pada penyulingan minyak bumi,
pembangkit listrik, dan sistem produksi baja.
4) Sistem Kerjasama Perusahaan (Enterprise Collaboration Systems)
Merupakan sistem informasi yang berkaitan dengan tim
pendukung, kelompok kerja, peningkatan komunikasi dan
produktivitas perusahaan dan kolaborasi mengenai bentuk
aplikasinya, dan otomatisasi pekerjaan, misalnya memfasilitasi
dalam surat elektronik untuk mengirim dan menerima pesan
elektronik, dan termasuk menggunakan videoconference dan lain-
lain.
b. Sistem Pendukung Manajemen (Management Support System)
Sistem ini pada hakekatnya muncul ketika aplikasi sistem informasi
berfokus pada penyediaan informasi dan dukungan dalam pengambilan
keputusan yang efektif oleh para manajer. Karena menyediakan informasi
dan memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan oleh semua
level manajer dan profesional bisnis adalah tugas yang cukup sulit, maka
diperlukan suatu sistem pendukung operasi yang disebut dengan sistem
pendukung manajemen. Sistem Pendukung Manajemen dibagi empat
bagian yaitu,
1) Sistem Informasi Manajemen (Management Information Systems)
Sistem Informasi ini menyediakan informasi dalam bentuk
laporan dan tampilan kepada para manajer dan professional
bisnis. Contohnya kepada manajer penjualan yang dapat
menggunakan informasi melalui jaringan komputer, dan
mengakses tampilan tentang keadaan hasil penjualan produk
mereka dan dapat mengakses intranet perusahaan mengenai
8
laporan analisis penjualan harian, dan sekaligus mengevaluasi
hasil penjualan yang dibuat oleh masing-masing staf penjualan.
2) Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support Systems)
Merupakan suatu sistem yang memberikan dukungan komputer
secara langsung kepada seorang manajer dalam proses
pengambilan/pembuatan keputusan. Seorang manajer produksi
dapat menggunakan DSS untuk menentukan berapa banyak
produk yang akan diproduksi seperti pada perusahaan
manufaktur, dengan didasarkan pada perkiraan penjualan
dikaitkan dengan promosi yang akan dilakukan, lokasi dan
ketersediaan bahan baku yang diperlukan dalam memproduksi
suatu produk.
3) Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information Systems)
Merupakan suatu sistem informasi yang menyediakan informasi
penting dari berbagai sumber internal dan eksternal yang mudah
digunakan oleh para eksekutif dan manajer. Contohnya eksekutif
puncak dapat menggunakan terminal layar sentuh untuk segera
melihat dan atau menampilkan teks dan grafik yang mencakup
bidang-bidang utama dari suatu organisasi dan daya saing
kinerjanya.
4) Sistem Pengolahan Khusus (Specialized Processing Systems).
Menurut O’Brien (2014), selain jenis sistem informasi di atas, terdapat
beberapa jenis sistem informasi lainnya,
1) Sistem Pakar
Sistem berbasis pengetahuan yang menyediakan saran pakar dan
bertindak sebagai konsultan pakar bagi para pemakai. Contoh :
penasihat aplikasi kredit, pengawasan proses, dan sistem
pemeliharaan diagnosis
9
2) Sistem Manajemen Pengetahuan
Sistem berbasis pengetahuan yang mendukung pembuatan,
pengaturan, dan penyebaran pengetahuan bisnis dalam perusahaan.
contoh: akses intranet ke praktik-praktik bisnis terbaik, strategi
proposal penjualan, dan sistem pemecah masalah pelanggan.
3) Sistem Informasi Strategis
Mendukung operasi dan proses manajemen yang memberi
perusahaan produk, layanan, dan kemampuan strategis sebagai
keunggulan kompetitif. Contoh: perdagangan saham online,
penelusuran pengiriman, dan sistem web e-commerce.
4) Sistem Bisnis Fungsional
Mendukung berbagai aplikasi operasional dan manajerial atas
berbagai fungsi bisnis perusahaan. Contoh: sistem informasi yang
mendukung aplikasi akuntansi, keuangan, pemasaran, manajemen
operasi, dan manajemen sumber daya manusia.
2.4 Pengembangan Sistem Informasi
Terdapat beberapa alternatif yang dapat diambil perusahaan terkait dengan
pembangunan, pengembangan serta pemeliharaan sistem informasi, antara lain:
1) Perusahaan merancang dan membuat sendiri sistem informasinya serta
menentukan pelaksana dari sistem informasi tersebut. Dengan cara ini,
perusahaan dapat mengembangkan sistem informasi sesuai dengan yang
mereka inginkan/butuhkan. Pelaksanaan perancangan menjadi sangat
penting karena mereka harus membuat sistem informasi yang sesuai
dengan kegiatan perusahaam, sehingga sistem informasi yang dihasilkan
dapat tepat sasaran dan tujuan. Pelaksana dari sistem yang dibuat pun
harus jelas, apakah mereka sendiri atau menunjuk pihak lain. Konsekuensi
dari pilihan ini adalah perusahaan harus menyediakan sumber daya lebih
untuk pengembangan sistem informasi ini, seperti sumber daya manusia
yang handal pada bidang IT dan juga biaya yang tidak sedikit dalam
10
mengembangkan sistem informasi tersebut. Beberapa hal yang harus
diperhatikan apabila memilih alternatif ini antara lain,
Ketersediaan sumber daya yang memadai.
Kemampuan dalam pengembangan maupun pelaksanaan sistem
informasi.
Keterbatasan pelaksana sistem informasi.
Masalah lain yang timbul selanjutnya akibat penggunaan sistem
informasi yang tidak tepat sasaran.
2) Perusahaan membeli paket sistem informasi yang sudah jadi kepada pihak
lain. Perusahaan cukup membeli paket aplikasi yang sudah siap untuk
digunakan. Paket-paket aplikasi tersebut disediakan oleh vendor maupun
software developer yang telah professional dalam menciptakan suatu
aplikasi di bidang tertentu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan jika
alternatif ini diambil, antara lain:
Mengidentifikasi kebutuhan, perencanaan serta pemilihan sistem
yang tepat sasaran.
Pemilihan vendor/developer yang tepat dan telah memiliki reputasi
yang baik.
Menganalisis sistem yang ingin dibeli dan yang dibutuhkan
Mengevaluasi penggunaan sistem tersebut apakah sudah tepat
sasaran/belum.
3) Meminta pihak lain untuk mengerjakan sistem informasi sesuai dengan
yang diminta dan juga sebagai pelaksana dari sistem tersebut (outsource).
Pada alternatif ini, perusahaan menyerahkan tugas pengembangan serta
pelaksanaan dari sistem informasi kepada pihak ketiga. Mereka
dipekerjakan secara outsourcing. Hal ini dilakukan karena perusahaan
ingin lebih fokus pada core-business nya, sehingga sistem informasi yang
merupakan sistem penunjang lebih baik dikerjakan oleh pihak lain secara
outsourcing, daripada harus mengorbankan sumber daya mereka untuk
mengerjakan hal tersebut. Dengan begitu, sumber daya yang mereka miliki
11
dapat fokus digunakan untuk kepentingan lain yang lebih berguna bagi
perusahaan, terutama di bagian core-business perusahaan. Beberapa faktor
yang menyebabkan pentingnya pengerjaan sistem informasi secara
outsourcing bagi suatu perusahaan, antara lain:
Penghematan biaya perusahaan.
Efisiensi sumber daya manusia di perusahaan.
Perusahaan tidak memiliki sumber daya yang kompeten di bidang
tersebut.
Kualitas sistem informasi yang kurang meyakinkan apabila dikerjakan
sendiri.
Perusahan dapat lebih fokus pada core-business nya tanpa memikirkan
hal lainnya.
4) End User Development
Pada alternatif ini, perusahaan membeli ataupun menyewa pihak ketiga
untuk mengerjakan sistem informasi sesuai dengan yang mereka butuhkan.
Selanjutnya sistem informasi tersebut dilaksanakan oleh mereka sendiri
dan mereka pula yang melakukan pengembangan dan pemeliharaan
(maintenance) dari sistem informasi tersebut.
Beberapa keuntungan serta hal yang harus diperhatikan apabila memilih
alternatif ini adalah:
Dapat menghemat biaya.
Waktu pengembangan sistem informasi relatif lebih singkat.
Modifikasi dari sistem yang relatif lebih mudah.
Dibutuhkan sumber daya yang kompeten untuk melakukan
pengembangan sistem informasi.
Kemampuan sumber daya untuk melakukan pemeliharaan
(maintenance) pada suatu sistem informasi.
12
2.5 Definisi Outsourcing
Menurut O’Brien dan Marakas (2010) dalam bukunya “Introduction to
Information Systems”, istilah outsourcing dalam arti luas adalah pembelian
sejumlah barang atau jasa yang semula dapat dipenuhi oleh internal perusahaan
tetapi sekarang dengan memanfaatkan mitra perusahaan sebagai pihak ketiga
(third-party partners). Dalam kaitannya dengan IT, outsourcing digunakan untuk
menjangkau fungsi IT secara luas dengan mengontrak penyedia layangan
eksternal. Outsourcing dapat dapat juga diartikan sebagai proses pemindahan
tanggung jawab dari perusahaan utama kepada perusahaan lain/perusahaan
partner di luar perusahaan utama. Perusahaan partner dapat berupa instansi,
vendor maupun bentuk lain yang diatur dalam kesepakatan antar kedua belah
pihak tersebut.
Lebih lanjut, outsourcing adalah pendelegasian suatu proses bisnis kepada
pihak luar (pihak perusahaan outsourcing) dengan tujuan untuk mendapatkan
kinerja pekerjaan yang profesional dan berkelas dunia. Adapun hal-hal yang
didelegasikan dalam outsourcing adalah suatu fungsi dan proses bisnis tertentu
untuk disisipkan dalam operasional bisnis perusahaan secara keseluruhan.
Outsourcing mempengaruhi suatu organisasi secara keseluruhan dalam hal bentuk
organisasi, pekerja, cara operasional, serta cara pengukuran kinerja (Indrajit dan
Djokopranoto, 2003).
2.5 Tipe-tipe Outsourcing
Ada beberapa tipe dari outsourcing, antara lain contracting, outsourcing,
insourcing, co-sourcing dan benefit based relationship.
2.5.1 Contracting
Contracting merupakan bentuk penyerahan aktivitas perusahaan kepada
pihak ketiga, biasanya merupakan aktivitas yang paling sederhana dari perusahaan
dan merupakan bentuk kerjasama yang paling lama. Biasanya ini menyangkut
kegiatan sederhana atau jenis layanan tingkat rendah, seperti pembersihan kantor,
pemeliharaan rumput, dan kebun. Langkah ini bukan merupakan bagian dari
13
strategi perusahaan, tetapi sekadar mencari cara yang praktis saja. Praktis dalam
arti menghindari kesulitan dan kerumitan yang tidak perlu dan juga menghemat
tenaga serta biaya. Oleh karena sifat pekerjan yang sangat sederhana, maka
pemilihan pemberi jasa bukan merupakan masalah serius, sebab praktis hampir
semua orang atau perusahaan dengan latihan sebentar dapat melakukan pekerjaan
tersebut. Dari segi biaya, mungkin bukan bagian yang besar dari seluruh biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan.
2.5.2 Co-sourcing
Co-sourcing merupakan jenis hubungan pekerjaan dan aktivitas, dimana
hubungan perusahaan dan rekanan lebih erat dari sekadar hubungan outsourcing
biasa. Contohnya seperti staf spesialis perusahaan yang diperbantukan kepada
rekanan pemberi jasa karena langkanya keahlian yang diperlukan atau karena
perusahaan tidak mau kehilangan staf spesialis tersebut. Melalui cara ini,
keberhasilan pekerjaan seakan-akan menjadi tanggung jawab bersama, termasuk
juga risiko dari ketidakberhasilan.
2.5.3 Benefit-based Relationship
Benefit-based relationship merupakan hubungan outsourcing dimana sejak
awal kedua belah pihak telah mengadakan investasi bersama, dengan pembagian
pekerjaan tertentu. Dengan demikian, kedua belah pihak betul-betul saling
mendukung dan juga saling bergantung. Kedua belah pihak mendapat pembagian
keuntungan berdasarkan kesepakatan yang disetujui bersama.
2.6 Definisi Insourcing
Insourcing merupakan kebalikan dari outsourcing, dimana perusahaan bukan
menyerahkan aktivitas pada perusahaan lain yang dianggap lebih kompeten,
namun justru mengambil atau menerima pekerjaan dari perusahaan lain dengan
berbagai motivasi. Salah satu motivasi yang penting adalah menjaga tingkat
produktivitas dan penggunaan aset yang maksimal agar biaya satuan dapat ditekan
sehingga menjaga dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian,
14
kompetensi utama perusahaan tidak hanya digunakan oleh perusahaan sendiri
tetapi dapat digunakan perusahaan lain dengan imbalan tertentu. Hal ini sangat
penting, misalnya apabila kapasitas produksi tidak digunakan secara penuh,
sehingga ada kapasitas yang menganggur.
Sedangkan insourcing adalah mengoptimalkan karyawan dalam perusahaan
untuk dipekerjakan di luar perusahaan berdasarkan kompetensi dan minat
karyawan itu sendiri dan difasilitasi oleh perusahaannya. Insourcing bisa dalam
bentuk bekerja di luar perusahaan secara fulltime, fifty-fifty atau temporary.
Kompensasi yang diterima juga mengikuti pola tersebut. Artinya mereka akan
dibayar secara penuh oleh perusahaan yang menggunakannya, atau sharing
dengan perusahaan asalnya atau perusahaan asal hanya menanggung selisih gaji.
Insourcing juga dapat didefinisikan sebagai transfer pekerjaan dari satu organisasi
ke organisasi lain yang terdapat di dalam negara yang sama. Selain itu, insourcing
dapat pula diartikan dengan suatu organisasi yang membangun fasilitas atau sentra
bisnis baru yang mengkhususkan diri pada layanan atau produk tertentu. Dalam
kaitannya dengan TI, Insourcing atau Contracting merupakan delegasi dari suatu
pekerjaan ke pihak yang ahli (spesialis TI) dalam bidang tersebut dalam suatu
perusahaan.
Suatu sistem informasi merupakan komponen yang tidak dapat terpisahkan
dari suatu perusahaan. Ketersediaan sistem informasi merupakan suatu keharusan
bagi suatu perusahaan agar dapat menjalankan kegiatannya secara cepat dan
efisien. Perusahaan dapat memutuskan sendiri bagaimana sistem informasi
mereka dibentuk dan dikembangkan. Permasalahan yang sering muncul adalah
siapa yang akan membangun dan mengembangkan sistem informasi tersebut,
apakah perusahaan itu sendiri atau menyewa jasa dari pihak ketiga, seperti vendor
untuk mengembangkan suatu sistem informasi sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengembangan Sistem Informasi Melalui Outsourcing.
Definisi outsourcing menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003) adalah
penyerahan aktivitas perusahaan pada pihak ketiga dengan tujuan untuk
mendapatkan kinerja pekerjaan yang profesional dan berkelas dunia. Adapun hal-
hal yang didelegasikan dalam outsourcing adalah suatu fungsi dan proses bisnis
tertentu untuk disisipkan dalam operasional bisnis perusahaan secara keseluruhan,
dalam hal organisasi, pekerja, cara operasional, serta cara pengukuran.
Sistem informasi outsourcing merupakan suatu sistem yang digunakan oleh
suatu perusahaan, dimana perusahaan tersebut tidak membangun dan
mengembangkan sistem informasi tersebut sendiri, melainkan dengan
bantuan/jasa dari perusahaan maupun vendor pihak ketiga (third-party partners).
Menurut O’Brien dan Marakas (2010), terdapat 10 faktor utama mengapa
perusahaan melakukan tindakan outsourcing yaitu,
1) Mengurangi dan mengontrol biaya operasi.
2) Meningkatkan fokus perusahaan.
3) Mendapatkan akses kepada kemampuan kelas internasional.
4) Sumber daya internal yang dapat digunakan untuk tujuan lainnya.
5) Tidak terdapat sumber daya yang dibutuhkan di dalam internal
perusahaan.
6) Mempercepat keuntungan perusahaan.
7) Mengatasi fungsi dari perusahaan yang sulit untuk diatur secara internal.
8) Menciptakan ketersediaan modal.
9) Membagi resiko.
10) Pemasukan secara tunai.
Setiap perusahaan memiliki kebutuhan akan sistem informasi yang berbeda-
beda. Terlepas dari mampu atau tidaknya suatu perusahaan menciptakan dan
mengembangkan sistem informasinya sendiri, terdapat beberapa hal lain yang
16
membuat perusahaan kerap menggunakan sistem informasi outsourcing meskipun
mereka mampu mengembangkan sistem informasinya sendiri, diantaranya
1) Fokus kepada bisnis utama (core-business).
Perusahaan melakukan outsourcing dalam pengembangan sistem
informasinya agar mereka dapat lebih fokus kepada bisnis utamanya,
sehingga seluruh sumber daya yang mereka miliki dapat digunakan secara
maksimal untuk mendukung core-business mereka. Bagian yang bukan
merupakan fokus mereka diserahkan kepada pihak lain untuk dikerjakan.
Contohnya seperti pada perbankan, dimana mereka fokus pada bidang
ekonomi dan keuangan, sedangkan untuk sistem informasinya seperti
sistem informasi perbankan, sistem tarik tunai ATM, internet banking dan
lain sebagainya diserahkan kepada pihak lain (outsource) yang lebih
kompeten.
2) Mengurangi biaya operasional.
Dengan menggunakan jasa pihak ketiga (outsourcing), perusahaan dapat
menghemat biaya operasional dan dapat menggunakannya untuk
kepentingan operasional lainnya.
3) Pemanfaatan sumber daya untuk keperluan lain.
Dengan melakukan outsourcing, perusahaan dapat memanfaatkan sumber
dayanya, seperti karyawan mereka untuk melakukan pekerjaan lainnya
yang lebih penting bagi perusahaan.
4) Membagi risiko.
Mengembangkan sistem informasi sendiri memiliki resiko yang besar
apabila terjadi kegagalan pada sistem yang digunakan. Dengan
menggunakan outsourcing, segala resiko dari penggunaan sistem informasi
tidak sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan, karena resiko juga
diserahkan kepada vendor yang mengerjakan sistem informasi tersebut.
Dengan menyerahkan resiko kepada pihak yang telah ahli, diharapkan
resiko kegagalan dapat menjadi lebih kecil.
5) Biaya pengembangan sistem yang sangat tinggi.
17
Biaya mengembangkan sistem informasi sendiri terkadang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan menggunakan jasa dari vendor.
6) Risiko tidak kembalinya investasi.
Investasi untuk IT yang tinggi menimbulkan risiko tidak kembalinya uang
yang diinvestasikan tersebut sebagai akibat dari kegagalan dalam
pengembangan sistem informasi yang dijalankan sendiri.
7) Ketidakpastian perusahaan dalam mendapatkan sistem informasi sesuai
dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
Menyerahkan tugas bukan kepada yang ahlinya dapat menyebabkan sistem
informasi yang dibuat tidak sesuai dengan harapan dan kebutuhan dari
perusahaan.
8) Faktor waktu.
Mengembangkan sistem informasi sendiri cenderung memakan waktu
yang lebih lama.
9) Proses pembelajaran dari pelaksana sistem informasi yang membutuhkan
jangka waktu yang cukup lama.
Pelaksana dari sistem informasi membutuhkan waktu yang lama agar
dapat menjadi ahli dan terampil dalam menggunakan sistem informasi
tersebut.
10) Tidak terdapat jaminan loyalitas pekerja.
Karyawan yang menjadi pelaksana dari sistem informasi tersebut belum
pasti loyal terhadap perusahaan yang telah membuatnya menjadi terampil.
Dari hal-hal yang telah disebutkan diatas, pengembangan sistem informasi
secara outsourcing sangat perlu dilakukan oleh suatu perusahaan, terlebih oleh
perusahaan dengan core-business yang jauh dari backround IT. Dengan
bekerjasama bersama vendor yang menyediakan jasa pengembangan dan
pemeliharaan (maintenance) sistem informasi, perusahaan dapat meminimalisir
biaya serta risiko kegagalan dalam pengembangan sistem informasi tersebut.
18
Pemilihan vendor yang tepat menjadi kunci penting bagi suatu perusahaan
yang melakukan outsourcing, agar pelaksanaan outsourcing yang dilakukan
perusahaan dapat berjalan dengan semestinya. Menurut O’Brien dan Marakas
(2010), terdapat 10 faktor penting keberhasilan dalam pelaksanaan outsourcing
yaitu,
1) Memahami misi dan tujuan dari perusahaan.
2) Memiliki visi dan rencana yang strategis.
3) Memilih vendor yang tepat.
4) Menjalin hubungan baik secara berkelanjutan antara perusahaan dan
vendor.
5) Kontrak yang terstruktur dengan baik.
6) Komunikasi yang efektif antar individual maupun kelompok.
7) Dukungan dan keterlibatan eksekutif senior.
8) Perhatian lebih terhadap masalah pribadi.
9) Penilaian keuangan jangka pendek.
10) Penggunaan tenaga ahli dari luar.
Dari kesepuluh faktor penting keberhasilan pelaksanaan outsourcing di atas,
terdapat point dalam pemilihan vendor. Pemilihan vendor merupakan point
penting dalam keberhasilan pengembangan sistem informasi secara outsourcing,
seperti keahlian vendor, loyalitas, tarif yang diajukan vendor dan lain sebagainya.
Dibawah ini adalah 10 faktor penting yang menentukan dalam melakukan
pemilihan vendor, yaitu:
1) Komitmen terhadap kualitas.
2) Harga/tarif.
3) Referensi/reputasi.
4) Syarat dari kontrak yang fleksibel.
5) Lingkup sumber daya.
6) Kemampuan lain yang menjadi nilai tambah.
7) Kesesuaian budaya kerja.
19
8) Hubungan yang ada saat ini.
9) Lokasi
10) Lain-lain
Dengan melihat beberapa faktor diatas, perusahaan diharapkan dapat memilih
vendor untuk mengerjakan sistem informasinya secara tepat. Kemampuan vendor
yang telah terpercaya dan reputasi vendor yang baik di mata perusahaan lain
menjadi poin penting bagi perusahaan untuk merekrut vendor tersebut. Beberapa
perusahaan dapat terus menggunakan vendor yang sama dalam jangka waktu yang
lama apabila pekerjaan yang mereka lakukan memuaskan dan sesuai dengan
ekspektasi dari perusahaan. Pada perusahaan, banyak bagian dari IT maupun
sistem informasi yang dilakukan secara outsourcing dengan bantuan dari pihak
ketiga/vendor. Bahkan, beberapa perusahaan ada yang melakukan outsourcing
pada setiap bagian IT yang dijalankan di perusahaannya.
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak terdapat area IT yang
digunakan oleh perusahaan untuk menunjang kegiatan operasionalnya. Menurut
O’Brien dan Marakas (2010), terdapat top 10 area IT yang dijalankan
perusahaan secara outsourcing, yaitu:
1) Pemeliharaan dan perbaikan.
2) Pelatihan.
3) Pengembangan aplikasi.
4) Konsultasi dan re-engineering.
5) Mainframe data center.
6) Jasa client/server dan administrasi.
7) Administrasi jaringan (network).
8) Desktop services.
9) Dukungan end-user.
10) Seluruh area dilakukan secara outsourcing.
Dengan melihat data tersebut, kita dapat menyimpulkan bagian dari IT mana
saja yang dilakukan secara outsourcing oleh banyak perusahaan. Pemilihan bagian
yang dilakukan secara outsourcing merupakan keputusan perusahaan untuk
20
mengembangkan sistem informasinya. Perusahaan harus mempertimbangkan
dengan baik daerah mana yang seharusnya dilakukan secara outsourcing, dan dan
daerah mana yang sekiranya dapat dilakukan sendiri.
Penggunaan tenaga outsourcing pada seluruh bagian IT di perusahaan belum
tentu menjadi solusi terbaik bagi perusahaan tersebut, apalagi jika dari setiap
bagian IT tersebut dikerjakan oleh banyak vendor yang berbeda-beda. Perusahaan
justru akan mengeluarkan lebih banyak biaya untuk membayar banyak jasa
vendor dan juga hasil pekerjaan dari berbagai macam vendor yang belum tentu
sesuai harapan, karena perusahaan semestinya memilih beberapa vendor terbaik
dari yang telah ada.
Menurut Millar (1994) dalam Rudy dan Mary, terdapat empat tipe dasar
pengaturan outsourcing, yaitu:
1) General Outsourcing, terdiri dari 3 alternatif, yaitu,
a. Selective outsourcing, dimana satu area aktifitas SI diberikan kepada pihak
ketiga misalnya operasional pusat basis data.
b. Value added outsourcing, dimana beberapa area aktifitas SI diberikan
kepada pihak ketiga yang diharapkan dapat memberikan dukungan kepada
tim SI internal sehingga dapat meningkatkan efektifitas.
c. Cooperative outsourcing, dimana beberapa aktifitas SI yang dipilih
dilakukan oleh pihak ketiga dan tim SI internal secara bersama-sama.
2) Transitional Outsourcing, untuk tipe ini biasanya melibatkan migrasi dari satu
platform ke platform lainnya. Terdiri dari 3 fase, yaitu:
a. Manajemen dari sistem lama
b. Transisi ke teknologi baru
b. Manajemen dari sistem baru
3) Business Process Outsourcing
Merupakan suatu hubungan outsourcing dimana pihak ketiga
bertanggungjawab dalam melaksanakan seluruh fungsi bisnis perusahaan.
21
Biasanya dilakukan oleh pemerintah, jasa keuangan (bank dan perusahaan
asuransi), transportasi dan perusahaan logistik.
3.1.1 Keuntungan Pengembangan Sistem Informasi Melalui Outsourcing.
Sudah banyak perusahaan menjalankan sistem informasinya dengan bantuan
dari pihak ketiga/vendor. Perusahaan pun banyak mendapatkan keuntungan dari
sistem outsourcing yang dilakukan. Sistem informasi yang dijalankan secara
outsourcing memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1) Biaya yang lebih murah karena perusahaan tidak perlu membangun
sendiri fasilitas SI dan TI.
2) Memiliki akses ke jaringan dari para ahli dan professional di bidang IT.
3) Perusahaan dapat berkonsentrasi dalam bidang yang menjadi bisnis
utamanya/core business.
4) Dapat mengeksploitasi kemampuan dan skill dari perusahaan outsource
dalam mengembangkan SI yang diinginkan perusahaan.
5) Mempersingkat waktu pengerjaan dari sistem informasi karena dapat
memperkerjakan beberapa outsource dalam waktu yang bersamaan.
6) Fleksibel dalam menghadapi perubahan teknologi dan sistem informasi.
7) Fleksibel dalam keputusan melakukan suatu investasi.
8) Meningkatkan Fokus Bisnis Perusahaan
Outsourcing memungkinkan perusahaan fokus pada bisnis inti dengan
skala yang lebih luas. Pelaksanaan operasional lainnya dilakukan oleh
perusahaan outsourcing yang telah berpengalaman di bidangnya. Artinya
dengan melakukan outsourcing maka perusahaan dapat berkonsentrasi
secara penuh dalam menangani bisnis intinya.
9) Memasuki Kemampuan Kelas Dunia
Secara mendasar, perusahaan penyedia jasa outsourcing akan membawa
kelanjutan sumber-sumber kelas dunia untuk memenuhi kebutuhan
operasional bisnis perusahaan. Perusahaan yang berhubungan dengan
suatu organisasi dengan kemampuan kelas dunia akan memungkinkan
22
akses pada teknologi baru, peralatan serta teknik yang belum
dipergunakan sebelumnya, termasuk:
Kesempatan berkarir yang lebih baik untuk personil yang
pindah ke perusahaan penyedia jasa outsourcing
Metode, prosedur, dan dokumentasi yang lebih terstruktur
Keuntungan dalam berkompetisi melalui keahlian lebih dari
perusahaan penyedia outsourcing.
10) Mempercepat Keuntungan dari Re-engeenering (teknologi baru)
Outsourcing sering dilakukan dengan re-engeenering proses bisnis.
Perusahaan penyedia jasa biasanya melengkapi layanannya dengan
peralatan modern karena kebutuhan akan kapasitas kerjanya. Dalam
hal ini, perusahaan pemakai jasa akan segera mendapatkan keuntungan
re-engeenering.
11) Membagi Risiko Usaha
Pada kenyataannya, terdapat risiko investasi yang sangat besar dari
suatu perusahaan, terutama pada kondisi politik dan sosial ekonomi
tertentu sebagai berikut,
Dengan melakukan outsourcing, perusahaan menjadi lebih
fleksibel, lebih dinamis, dan lebih baik. Perusahaan dapat
melakukan perubahan dengan cepat untuk memenuhi
perubahan kesempatan sesuai kondisi yang ada.
Dengan melakukan outsourcing, segala risiko pekerjaaan,
ketenagakerjaan, kriminalitas, dan risiko lainnya menjadi risiko
perusahaan penyedia jasa Outsourcing
12) Menggunakan Sumber-Sumber yang Ada untuk Aktivitas yang Lebih
Strategis.
Dengan melakukan outsourcing maka segala kegiatan yang bukan
merupakan bisnis inti perusahaan tidak akan menjadi beban lagi.
Segala sumber yang ada dapat difokuskan pada bisnis inti, seperti
aktivitas pemberian layanan lebih kepada pelanggan dan lain-lain.
23
13) Menyediakan dan Mengendalikan Biaya-Biaya Operasional
Dengan melakukan outsourcing, biaya-biaya operasional akan menjadi
beban perusahaan outsourcing. Perusahan outsourcing akan
membebankan perusahaan pemakai jasa dengan tarif yang ditentukan
setiap bulannya, biasanya biaya menjadi lebih murah karena kapasitas
yang dikerjakan memungkinkan terciptanya efisiensi. Akibatnya,
perusahan tertentu dapat mengendalikan biaya operasional dari
kebocoran/kecurangan. Singkat kata, outsourcing mampu membantu
perusahaan pengguna jasa dalam menghemat biaya sehingga dapat
mencapai ROI maksimum, dengan cara mengurangi pengeluaran
operasional (OPEX) dan pengeluaran kapital (CAPEX).
14) Menyediakan Dana-Dana Modal
Outsourcing mengurangi kebutuhan investasi dana pada fungsi-fungsi
selain bisnis inti. Upaya tersebut akan memungkinkan dana-dana
modal tersedia untuk area bisnis inti. Outsourcing juga dapat
menyempurnakan pengukuran keuangan tertentu dengan
menghapuskan kebutuhan ROE (return on equity) dari investasi dana
di luar bisnis inti perusahaan.
15) Menghasilkan Pemasukan Dana Tunai
Outsourcing dapat melibatkan transfer aset dari pemakai jasa kepada
penyedia jasa. Peralatan, fasilitas, kendaraan, dan lisensi yang
dipergunakan untuk operasi pada saat itu mempunyai nilai. Sebagai
efeknya, penjualan aset kepada penyedia jasa tersebut merupakan
bagian dari transaksi yang menghasilkan pemasukan dana tunai.
16) Sumber Daya Tidak Perlu Tersedia Secara Internal
Perusahaan-perusahaan dapat melakukan outsourcing karena mereka
tidak dapat memenuhi sumber daya di organisasinya.
Ketidakmampuan mereka mungkin disebabkan oleh biaya yang terlalu
besar untuk pemenuhan sumber daya (manusia, teknologi, dan lain-
lain).
24
17) Pemberdayaan Fungsi yang Sulit Diatur
Outsourcing merupakan suatu alternatif untuk mnyelesaikan dan
memberdayakan fungsi yang sulit diatur atau di luar kendali. Dengan
melakukan outsourcing, fungsi-fungsi di luar bisnis inti akan ditangani
oleh perusahaan yang profesional di bidangnya.
3.1.2 Kekurangan Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsourcing.
Sistem outsourcing yang digunakan perusahaan untuk melakukan
pengembangan sistem informasi banyak menemui masalah dan juga kekurangan.
Kekurangan dari sistem informasi yang dijalankan dengan cara outsourcing
diantaranya:
1) Kurangnya kontrol perusahaan terhadap data dan sistem informasi
yang dikembangkan oleh vendor, karena bisa saja pihak outsourcer
menjual data ke pesaing.
2) Ketergantungan perusahaan terhadap perusahaan vendor/perusahaan
penyedia jasa outsourcing, sehingga sangat sulit bagi perusahaan untuk
mengambil alih kembali sistem yang sedang berjalan terutama apabila
ada kerusakan/gangguan mendadak ataupun permasalahan-
permasalahan lain terhadap sistem informasi perusahaan.
3) Informasi-informasi penting perusahaan sewaktu-waktu dapat
disalahgunakan oleh vendor yang tidak bertanggung jawab. Oleh sebab
itu, pemilihan vendor yang tepat dan memiliki reputasi yang baik
sangat diperlukan.
4) Risiko tidak kembalinya investasi yang telah dikeluarkan apabila
terjadi ketidakcocokan sistem informasi yang dikembangkan.
5) Mengurangi keunggulan kompetitif perusahaan karena semua
pengembangan sistem informasi diserahkan kepada perusahaan lain.
6) Perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk belajar membangun
dan mengoperasikan aplikasi sistem informasi tersebut.
25
7) Memerlukan waktu, koordinasi dan biaya dalam melakukan perubahan
terhadap isi dari kesepakatan kerja sebelumnya.
8) Adanya kecenderungan penyedia layanan eksternal untuk
merahasiakan sistem yang digunakan dalam membangun sistem
informasi bagi pelanggannya agar jasanya tetap digunakan.
9) Kurangnya pemahaman perusahaan dan SDM terhadap perkembangan
teknologi dan sistem informasi, karena sistem informasinya
dikembangkan oleh pihak lain di luar perusahaan.
10) Adanya jurang atau pembatas antara karyawan tetap dan karyawan
kontrak/outsourcing.
3.2 Pengembangan Sistem Informasi Melalui Insourcing
Insourching merupakan keputusan suatu perusahaan untuk menggunakan
sumber daya yang terdapat di dalam perusahaan, dimana terdapat sumber daya
manusia, sumber daya teknologi, sumber daya sistem informasi, sumber daya
hardware, sumber daya software, sumber daya jaringan, sumber daya data,
sumber daya ekonomi, yang digunakan untuk mengembangan sistem informasi
dan operasional perusahaan. Dalam model ini, perusahaan mempertahankan dan
mengelola semua peralatan IT secara langsung dan in-house.
Perusahaan yang melakukan insourcing harus memperhatikan hal-hal berikut,
1) Perencanaan
Membentuk rencana pengembangan sistem informasi yang memenuhi
rencana-rencana strategis dalam organisasi.
2) Analisis
Menentukan kebutuhan-kebutuhan sistem yang diusulkan.
3) Desain
Merancang sistem yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperoleh
pada tahapan analisis.
4) Implementasi
Membuat sistem dan menyiapkan infrastruktur untuk sistem.
26
5) Pemeliharaan
Mendukung sistem yang telah berjalan.
3.2.1 Keuntungan Pengembangan Sistem Informasi Insourcing.
Dengan menerapkan insourcing, perusahaan akan mendapatkan kelebihan
atau keuntungan sebagai berikut,
1) Umumnya sistem informasi yang dikembangkan sesuai dengan spesifikasi
kebutuhan perusahaan dan dokumentasi yang lebih lengkap karena
karyawan yang ditugaskan mengerti kebutuhan sistem dalam perusahaan.
2) Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance)
terhadap sistem informasi karena proses pengembangannya dilakukan oleh
karyawan perusahaan tersebut.
3) Kendali terhadap aplikasi strategi dan pengambilan keputusan dalam
pengembangan sistem infomasi sepenuhnya ada di tangan perusahaan
tersebut.
4) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dimana karyawan
mendapatkan kesempatan untuk belajar dan membangun sistem informasi
perusahaan.
5) Lebih mudah dalam melakukan pengawasan (security access) pada proses
pengembangan sistem dan keamanan data lebih terjamin karena hanya
melibatkan pihak internal perusahaan.
6) Dalam pengembangannya membutuhkan biaya yang relatif lebih rendah
karena hanya melibatkan pihak internal perusahaan.
7) Adanya insentif tambahan bagi karyawan yang diberi tanggung jawab
untuk mengembangkan sistem informasi perusahaan tersebut.
8) Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera direalisasikan dan dapat
segera melakukan perbaikan untuk menyempurnakan sistem tersebut.
Dalam jangka panjang akan meningkatkan keunggulan kompetitif
perusahaan, sekaligus menunjukkan kemandirian dalam berusaha dan
menambah rasa percaya diri perusahaan akan kemampuannya.
27
9) Sistem informasi yang dikembangkan dapat diintegrasikan dengan lebih
mudah dan lebih baik terhadap sistem yang sudah ada.
10) Rasa ikut memiliki yang dimiliki oleh pihak karyawan sehingga dapat
mendukung pengembangan sistem yang sedang dijalankan dan tidak
adanya konflik kepentingan bila dibandingkan dengan outsourcing.
11) Cocok untuk pengembangan sistem dan proyek yang kompleks.
12) Kedekatan departemen yang mengelola sistem informasi dengan end-user
sehingga akan mempermudah dalam mengembangkan sistem sesuai
dengan harapan.
13) Pengambilan keputusan yang dapat dikendalikan oleh perusahaan sendiri
tanpa adanya intervensi dari pihak luar.
3.2.2 Kekurangan Pengembangan Sistem Informasi Insourcing.
Selain mendapatkan keuntungan, ada beberapa kekurangan atau kelemahan
yang harus diperhatikan perusahaan ketika menerapkan insourcing, yaitu:
1) Pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yang relatif lama
dalam perbaikan dan modifikasi terhadap pengembangan sistem informasi
karena konsentrasi karyawan harus terbagi dengan pekerjaan rutin sehari-
hari, sehingga pelaksanaannya menjadi kurang efektif dan efisien.
2) Keterbatasan jumlah dan tingkat kemampuan SDM dalam perusahaan yang
menguasai teknologi informasi.
3) Risiko kegagalan pengembangan sistem informasi menjadi tanggung
perusahan sepenuhnya.
4) Perubahan dalam teknologi informasi yang terjadi secara cepat belum tentu
diikuti oleh cepatnya perusahaan dalam mengadaptasi perubahan tersebut,
sehingga bisa saja menyebabkan teknologi yang digunakan oleh
perusahaan tidak up to date.
5) Membutuhkan waktu dan biaya tambahan untuk melakukan pelatihan bagi
operator dan programmer dalam mengembangkan sistem informasi
perusahaan.
28
6) Perusahaan dalam jangka pendek belum dapat merasakan hasil dari
pengembangan sistem informasi perusahaan tersebut.
7) Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang sistem informasi dapat
menyebabkan kesalahan persepsi dalam pengembangan sistem dan hal
tersebut menjadi tanggung jawab perusahaan.
8) Pada umumya penggunaan sumber daya sistem informasi dalam
perusahaan belum optimal karena karyawan tidak memiliki spesialisasi
(core competency) dalam bidang pengembangan sistem informasi.
9) Batasan biaya dan waktu yang tidak jelas karena tidak adanya target yang
ditetapkan sehingga sulit untuk diprediksi oleh perusahaan.
29
BAB IV
KESIMPULAN
Sistem informasi merupakan sarana yang penting bagi perusahaan untuk
melakukan kegiatan operasionalnya. Suatu perusahaan dapat membuat dan
mengembangkan sistem informasinya sendiri dan juga dapat menggunakan jasa
pihak ketiga/vendor untuk melakukan hal tersebut, yang disebut dengan
outsourcing. Saat ini, banyak perusahaan yang menggunakan sistem outsourcing
dalam mengembangkan sistem informasinya.
Sistem informasi yang dikerjakan dengan cara outsourcing banyak memiliki
kelebihan dibandingkan dengan yang dilakukan secara sendiri, seperti
penghematan biaya, efisiensi sumber daya perusahaan, dan juga menjaga fokus
perusahaan terhadap corebusiness-nya. Keberhasilan dari outsourcing ditentukan
oleh banyak faktor, salah satunya adalah pemilihan vendor yang tepat untuk
mengerjakan sistem informasi. Vendor yang tepat adalah vendor yang memiliki
kemampuan dan skill yang baik, reputasi yang baik serta loyalitas dan
kepercayaan yang baik terhadap perusahaan yang mempekerjakannya.
Selain memiliki banyak kelebihan, sistem informasi yang dikembangkan
secara outsourcing juga memiliki beberapa kekurangan dan kelemahan.
Perusahaan harus menerapkan strategi yang tepat dalam menentukan fungsi mana
saja yang dapat dikerjakan sendiri dan mana yang harus dilakukan secara
outsourcing. Dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan daya
saingnya terhadap para kompetitor dan tetap dapat mengikuti perkembangan
teknologi/IT dengan baik.
Dalam membuat keputusan terkait pengembangan atau pembangunan sistem
informasi di sebuah perusahaan atau organisasi, pihan model
outsourcing dan insourcing tentunya bergantung dari kondisi perusahaan dilihat
dari keuntungan dan kerugian yang diterima bila perusahaan memilih salah satu
dari dua pendekatan tersebut. Kedua pendekatan memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing. Sebenarnya tidak bisa dikatakan mana yang lebih baik
dan mana yang buruk, tapi kebijakan memilih pendekatan itu tergantung pada
30
situasi perusahaan. Ada pula perusahaan yang tidak hanya menggunakan satu
pendekatan, namun dua pendekatan sekaligus digunakan.
Namuan demikian, outsourcing menjadi salah satu solusi yang paling sering
digunakan untuk mengembangkan suatu sistem informasi pada suatu perusahaan
karena dengan outsourcing suatu perusahaan akan lebih fokus pada bisnis inti.
31
DAFTAR PUSTAKA
Indrajit, Richardus Eko dan Richardus Djokopranoto. 2003. Proses Bisnis
Outsourcing. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
IS Outsourcing and Insourcing. Melalui : http://www.pacis-net.org/file/1997/3.pdf
IT Service Strategy. Malalui: http://www.itservicestrategy.com/comparison-itil-
sourcing-and-delivery-strategy.
Mulyawan, Tyo. 2014. Metode Pengembangan Sistem Informasi Perusahaan.
Diakses dari: http://tyomulyawan.wordpress.com/2014/01/02/metode-
pengembangan-sisteminformasi-perusahaan-insourcing-outsourcing-co-
sourcing/.
Mc Leod Jr, Rymond. 1996. Sistem Informasi Manajemen. Edisi Bahasa
Indonesia Jilid 2. PT Ikrar Mandiriabadi, Jakarta.
O’Brien, J. A. and G. M. Marakas. 2010. Introduction to Information System 15th
ed. Mc Graw-Hill Companies, Inc : New York.
O’Brien, James A. dan Marakas, George M. 2014. Sistem Informasi Manajemen,
Edisi 9-Buku 2. McGraw-Hill Education (Asia) dan Salemba Empat.
Pasaribu F.T.P. 2010. Outsourcing, Insourcing & Selfsourcing. Melalui :
http://ferry1002.blog.binusian.org/?p=128&repeat=w3tc#comments
Prapti, MS. 2007. Lebih dari Sekedar Outsourcing : Pengelolaan Teknologi
Informasi sebagai Value Center. Manajemen Usahawan Indonesia, Volume
XXXVI No 2, Februari 2007, Hal 49-55.
Rahardjo, B. 2006. Kesulitan Outsourcing di Indonesia. Melalui :
http://rahard.wordpress.com/2006/02/25/kesulitan-outsourcing-di-indonesia/
Yasar, I. 2008. Sukses Implementasi Oursourcing. Penerbit PPM, Jakarta.