pengembangan motorik halus paud

104
PENGEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI DISUSUN OLEH: :stripped: Di download dari : http://rental-sukses.blogspot.com PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU-PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS :stripped:

Upload: husnul-basriyah-tanjung

Post on 09-Aug-2015

3.685 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Motorik Halus PAUD

PENGEMBANGAN MOTORIK HALUS

ANAK USIA DINI

DISUSUN OLEH:

:stripped:

Di download dari : http://rental-sukses.blogspot.com

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU-PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS :stripped:

Page 2: Pengembangan Motorik Halus PAUD

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel v

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Uraian Materi 1

B. Landasan 4

C. Tujuan dan Fungsi 6

BAB II. PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK 8

A. Hakikat Perkembangan Fisik Motorik Anak 8

B. Definisi Gerakan Motorik Halus 9

C. Perkembangan Motorik Kasar dan Perkembangan Motorik Halus 10

D. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini 12

BAB III. ASPEK PERKEMBANGAN MOTORIK DAN KETERHUBUNGANNYA DENGAN ASPEK

FISIK

DAN INTELEKTUAL ANAK 25

A. Pendahuluan 25

B. Berbagai Pandangan Mengenai Perkembangan Motorik Anak 25

BAB IV. KARAKTERISTIK DAN PENGEMBANGAN GERAKAN MOTORIK HALUS PADA

ANAK

USIA DINI 28

1. Tahap Perkembangan Anak Usia 0-12 bulan/Tahun Pertama 28

A. Pengantar 28

Page 3: Pengembangan Motorik Halus PAUD

B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 0-12 bulan 30

C. Pengembangan Motorik Halus Usia 0-12 bulan 31

2. Tahap Perkembangan Anak Usia 1-2 tahun/Tahun Kedua 32

A. Pengantar 32

B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-2 tahun 33

C. Pengembangan Motorik Halus Usia 1-2 tahun 34

3. Tahap Perkembangan Anak usia 2-3 tahun/Tahun ketiga 35

A. Pengantar 35

B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak 2-3 tahun 36

C. Pengembangan Motorik Halus Usia 2-3 tahun 36

4. Tahap Perkembangan Anak Usia 3-4 tahun/Tahun Keempat 37

A. Pengantar 37

B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3-4 tahun 38

C. Pengembangan Motorik Halus Usia 3-4 tahun 39

5. Tahap Perkembangan Anak Usia 4-6 tahun/Tahun Kelima 39

A. Pengantar 39

B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4-6 tahun 42

C. Pengembangan Motorik Halus Usia 4-6 tahun 43

BAB V. RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK 45

1. Lingkup Pengembangan Motorik Halus 45

2. Kurikulum Pengembangan Motorik Halus 47

3. Rancangan Program Pengembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini 48

4. Pemilihan Metode 49

Page 4: Pengembangan Motorik Halus PAUD

BAB VI. PENILAIAN PROGRAM PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK 53

A. Alat Penilaian dalam Pengembangan Fisik Motorik Anak 54

1. Penilaian Pengembangan Fisik Motorik Anak di TK 54

a. Observasi 54

b. Catatan Anekdot 55

c. Portofolio 55

2. Prinsip-prinsip Penilaian 56

B. Contoh Rancangan Penilaian Pengembangan Fisik Motorik Anak 56

C. Analisis 59

BAB VII. KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI 61

A. Perkembangan Motorik Halus dan Pemecahan Masalah Visuo-Motor 61

B. Tahapan Perkembangan Motorik Halus dan Pemecahan Masalah Visuo-Motor 62

C. Keterlambatan Perkembangan Motorik Halus 63

BAB VIII. Bermain Bagi Anak Upaya Tumbuh Kembang Optimal 65

A. Pengertian Bermain 65

B. Jenis Bermain 66

C. Manfaat Bermain 66

DAFTAR PUSTAKA 69

Page 5: Pengembangan Motorik Halus PAUD

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus

Anak Usia 0-12 bulan 31

Tabel 2. Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus

Anak Usia 12 bulan-2 tahun 34

Tabel 3. Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus

Anak Usia 2-3 tahun 36

Tabel 4. Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus

Anak Usia 3-4 tahun 39

Tabel 5. Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus

Anak Usia 4-5 tahun 43

Tabel 6. Tabel Kurikulum Pengembangan Motorik Halus Anak 47

Tabel 7. Tabel Contoh Pengembangan Kegiatan Dalam Program

Pengembangan Motorik Halus Anak 50

Tabel 8. Contoh Lembar Pengamatan Gerakan Motorik Halus Anak

Melempar-Menangkap 57

Tabel 9. Contoh Lembar Pengamatan Gerakan Motorik Halus Anak

Meronce 57

Tabel 10. Contoh Lembar Pengamatan Gerakan Motorik Halus Anak

Pra-menulis 58

Tabel 11. Contoh Lembar Catatan Anekdot 60

Page 6: Pengembangan Motorik Halus PAUD

BABI PENDAHULUAN

A. Uraian Materi

Pendidikan anak usia dini 0-8 tahun menurut Jamaris (2003) telah cukup lama menjadi perhatian

beberapa tokoh atau para ahli filsafat seperti Plato (427 - 347 B.C) dan Aristoteles (394 - 323 B.C). Plato

mengemukakan pendidikan yang paling tepat untuk mendidik anak adalah sebelum usia 6 tahun . Seorang

ahli pendidikan lainnya seperti John Amus Comenicus (1592 - 1672) dalam bukunya "The School of

Infant" menyatakan pendidikan anak telah berada dalam pangkuan ibunya. Comenicus berpendapat

pendidikan anak berlangsung sejalan dengan aktivitas bermain karena bermain adalah realisasi dari

pengembangan diri kehidupan anak. Sedangkan John Peztalozzi (1746 - 1827) berpendapat bahwa

pendidikan dimulai di rumah, melalui berbagai kegiatan yang dilakukan anak pada waktu bermain.

Frederik Froebel (1792 - 1852), ahli pendidikan anak di Jerman menyimpulkan bahwa pendidikan

anak usia dini merupakan landasan terpenting bagi perkembangan anak selanjutnya. Dan menurut Froebel

aktivitas bermain merupakan alat pendidikan yang menjadi pusat dari seluruh kegiatan anak. Maria

Montessori (1870 - 1953), ahli pendidikan anak dari Italia yang menekankan pentingnya masa peka yaitu

masa dimana anak telah siap melakukan berbagai kegiatan yang ia butuhkan dan merupakan factor yang

perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.

Menurut Husein dkk (2002), pembinaan dan pengembangan potensi anak bangsa dapat diupayakan

melalui pembangunan di berbagai bidang yang didukung oleh atmosfir masyarakat belajar. Anak usia dini

memiliki kedudukan sebagai tunas bangsa dan penerus cita-cita perjuangan bangsa memiliki posisi dan

fungsi strategis dalam pembangunan manusia yang berkualitas terutama pembangunan pendidikan yang

menjadi bagian integral dalam pembangunan suatu bangsa, sehingga tanggung jawab pengembangan dan

pembinaan potensi anak yang seyogyanya dilakukan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat melalui

jalur pendidikan formal, nonformal dan/atau informal (UU Sisdiknas 2003 No. 26).

Pengembangan anak usia dini penting untuk diselenggarakan dalam membantu meletakkan dasar

pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta baik dalam keluarga maupun di

kelompok bermain, Tempat Penitipan Anak (TPA) dan Taman Kanak-kanak sebelum memasuki

pendidikan dasar. . Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Dalam masa ini anak usia dini berada pada usia kurun

Page 7: Pengembangan Motorik Halus PAUD

waktu yang disebut masa peka yaitu saat anak untuk menerima rangsangan yang cukup baik, terarah, dan

di dorong ke tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan demikian diharapkan kemampuan

dasar anak usia dini dapat tumbuh dan berkembang secara baik dan benar. Menurut Konvensi Hak Anak

yang diakui secara internasional, pada dasarnya setiap anak memiliki hak yang sama seperti orang dewasa

lainnya untuk memperoleh perlakuan yang semestinya. Hak anak tersebut meliputi : 1) hak atas

kelangsungan hidup (survival), 2) hak untuk berkembang (development), 3) hak atas perlindungan

(protection), dan 4) hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat (participation).

Di Indonesia dewasa ini pengembangan dan pembinaan potensi anak usia dini tengah mendapatkan

perhatian serius dari sejumlah pihak khususnya dari pemerintah, karena disadari benar bahwa anak usia

dinilah yang akan menjadi penerus generasi yang akan datang. Untuk mewujudkan generasi yang unggul

dan tangguh serta mampu bersaing menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang diperlukan

upaya pengembangan dan pembinaan anak yang sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya.

Sebagaimana tertuang dalam hasil konferensi Genewa tahun 1997, aspek-aspek perkembangan yang perlu

diperhatikan pada anak usia dini yaitu kognitif, bahasa, sosial, moral, emosi dan kepribadian serta

keterampilan motorik. Agar semua aspek ini dapat berkembang dengan baik, maka diperlukan suatu

sistem pengembangan dan pembinaan anak usia dini yang berkualitas, salah satu komponen sistem

pengembangan tersebut adalah program pengembangan keterampilan motorik secara tepat dan terarah.

Seperti dikemukakan Husein dkk (2002) anak usia dini berada pada lima tahun pertama yang disebut

The Golden Years, masa ini merupakan masa emas perkembangan anak. Anak pada usia tersebut

memiliki potensi demikian besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk

perkembangan keterampilan motoriknya artinya perkembangan keterampilan motorik sebagai

perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Terdapat hubungan yang saling

mempengaruhi antara kebugaran tubuh, keterampilan motorik dan kontrol motorik. Keterampilan motorik

anak usia dini tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan kontrol motorik, kontrol motorik tidak

akan optimal tanpa kebugaran tubuh, kebugaran tubuh tidak akan tercapai tanpa latihan fisik.

Anak usia dini yang berusia 2-6 tahun memiliki energi yang tinggi. Energi dibutuhkan untuk

melakukan berbagai aktifitas yang diperlukan dalam meningkatkan keterampilan fisik, baik yang

berkaitan dengan peningkatan keterampilan motorik kasar, seperti berlari, melompat,

Page 8: Pengembangan Motorik Halus PAUD

bergantung, melempar bola atau menendangnya, maupun motorik halus seperti menggunakan jari-jari

untuk menyusun puzzle, memilih balok, dan menyusun menjadi bangunan tertentu.

Kegiatan fisik dan pelepasan energy dalam jumlah besar merupakan ciri aktifitas anak pada masa ini.

Hal ini disebabkan oleh energy yang dimiliki anak dalam jumlah yang besar tersebut memerlukan

penyaluran melalui berbagai aktivitas fisik, baik kegiatan fisik yang berkaitan dengan motorik kasar

maupun gerakan motorik halus.

Selanjutnya program pengembangan keterampilan motorik anak usia dini seringkali terabaikan atau

dilupakan oleh orang tua, pembimbing, atau bahkan guru sendiri. Hal ini dikarenakan mereka belum

memahami bahwa program pengembangan keterampilan motorik menjadi bagian yang tidak terpisahkan

dalam kehidupan anak usia dini. Bertitik tolak dari hal tersebut diatas dirasakan perlu dikembangkan

sebuah model program pengembangan keterampilan motorik pada anak usia dini, agar semua pihak yang

berkepentingan khususnya para pendidik dapat memahami dan mampu menerapkan pada anak didiknya.

Secara khusus model program pengembangan keterampilan motorik anak usia dini bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan mahasiswa Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak (PGTK), Guru Taman Kanak-

kanak , pembimbing atau pamong kelompok bermain, dan pengurus Tempat Penitipan Anak (TPA) usia

dini, serta orangtua dalam membina aspek: fisik, jasmani, sosial serta psikologis serta mengembangkan

potensi anak usia dini yang memiliki karakter unik untuk mencapai kematangan secara optimal agar dapat

menjadi manusia dewasa yang berkepribadian utuh di kemudian hari.

Terdapat sejumlah factor yang mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik pada anak usia

dini, antara lain keturunan, makanan bergizi, masa pralahir, perkembangan intelegensia, pola asuh atau

peran ibu, kesehatan, perbedaan budaya dan ekonomi sosial, perbedaan jenis kelamin, dan adanya

rangsangan dari lingkungan serta aktivitas jasmani (Husein dkk, 2002).

Berbagai manfaat dapat diperoleh anak usia dini ketika ia makin terampil menguasai keterampilan

motoriknya. Selain kondisi badan makin sehat karena bergerak, ia juga akan lebih mandiri dan percaya

diri. Selanjutnya menurut Semiawan (2002) anak usia dini yang dibimbing melalui program

pengembangan keterampilan motorik secara tepat biasanya diikuti dengan berkembangnya keterampilan-

keterampilan lainnya seperti keterampilan sosial yang positif (keterampilan kerjasama, disiplin, fairness).

Page 9: Pengembangan Motorik Halus PAUD

B. Landasan

Bahan ajar tentang model program pengembangan motorik pada anak usia dini merupakan upaya

untuk memperkaya atau melengkapi ketersediaan bahan ajar yang telah ada khususnya tentang

pengembangan keterampilan motorik anak usia dini atau program aktivitas bermain/olahraga.

Pertimbangan pengembangan keterampilan motorik anak usia dini perlu mengacu pada landasan

berikut:

1. Landasan Yuridis

Landasan yuridis ialah dasar-dasar hukum yang ada atau peraturan yang berlaku di Indonesia dan

berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan pendidikan/pembimbingan anak usia dini.

Landasan tersebut sesuai dengan hakekat pendidikan anak usia dini:

1. Pancasila dan UUD 1945

2. UU no. 29 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional tentang Pendidikan anak usia dini, dan

Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara Nomor: 3390

3. PP Nomor 27 Tahun 1990 pasal 3 Tentang Pendidikan Prasekolah bertujuan untuk membantu

meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang

diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan dan

perkembangan selanjutnya.

2. Landasan empiris

Kondisi di lapangan menunjukkan kecenderungan bahwa lembaga-lembaga formal serta masyarakat luas

telah memberi perhatian kepada pendidikan anak usia dini. Namun disatu pihak keadaan tersebut belum

terdukung oleh ketersediaan bahan ajar atau buku-buku yang memberikan bekal kebutuhan calon

pembimbing anak usia dini seperti para mahasiswa PGTK/PG PAUD dan guru TK yang berkaitan dengan

topic pengembangan keterampilan motorik anak usia dini masih dirasakan belum lengkap atau memadai,

yang berakibat pada proses perkuliahan menjadi kurang variatif. Selanjutnya harapan berbagai pihak agar

tersedianya buku-buku pendidikan anak usia dini khususnya terkait dengan pengembangan keterampilan

motorik yang dapat digunakan secara mudah dan ringkas serta memberikan kemungkinan untuk

Page 10: Pengembangan Motorik Halus PAUD

pengembangannya dapat terimplementasi dengan baik sesuai dengan harapan pengguna.

3. Landasan Psikologis

Karakteristik psikologis manusia perlu dipertimbangkan secara menyeluruh dalam merancang

program pengembangan karena akan melibatkan manusia baik secara langsung maupun tidak. Kondisi

psikologis setiap individu berbeda karena perbedaan tahap perkembangan, latar belakang sosial budaya,

juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi inipun akan berbeda pula

bergantung pada konteks, peranan dan status individu diantara individu-individu yang lainnya. Interaksi

pembimbingan tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis para peserta

didik maupun kondisi pendidiknya.

Anak usia dini adalah individu yang sedang berada dalam masa atau proses perkembangan. Tugas

utama yang sesungguhnya dari para pendidik adalah membantu perkembangan mereka secara optimal. Isi

pendidikan perlu disesuaikan dengan pola- pola perkembangan anak.

Perkembangan atau kemajuan-kemajuan yang dialami individu sebagian besar terjadi karena proses

belajar, baik yang berlangsung melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman,

penerapan maupun pemecahan masalah. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya menciptakan

berbagai kegiatan pembelajaran agar anak belajar seperti kegiatan belajar mana yang dapat memberikan

hasil secara optimal dan bagaimana proses pelaksanaannya yang mampu memberikan stimulasi tepat.

Oleh karena satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan program pengembangan

keterampilan motorik anak usia dini adalah psikologi perkembangan anak usia dini.

4. Landasan Sosio-Antropologis

Landasan sosio-antropologis pendidikan mengacu pada seperangkat konsep sosiologis umum yang

menjadi sandaran atau dasar titik tolak dalam menyusun program pengembangan kegiatan yang

disarankan. Landasan sosio-antropologis merupakan aspek penting, karena kegiatan pendidikan sebagai

salah satu aspek kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari aspek kehidupan masyarakat pada

umumnya. Selanjutnya objek-objek sosial budaya yang terkait antara lain mencakup (1) organisasi sosial,

(2) kebudayaan, (3) sosialisasi, (4) tingkatan sosial, (5) perkumpulan-

Page 11: Pengembangan Motorik Halus PAUD

perkumpulan, (6) penduduk dan ekologi. Objek-objek tersebut hendaknya menjadi pertimbangan bagi kita

dalam menyusun program pengembangan kegiatan pendidikan yang tidak lepas dari lingkungan sosial

budaya.

Lingkungan sosial budaya yang membantu terjadinya proses sosialisasi anak khususnya anak usia

dini adalah (1) lingkungan keluarga, (2) lingkungan sepermainan, (3) lingkungan sekolah.

5. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini

Mengacu pada pendekatan Developmentally Approriate Practice (DAP), pendidikan anak usia dini

bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak (The whole child) agar kelak menjadi manusia

Indonesia seutuhnya melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, mendidik dan demokratis yang

sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak.

Setiap anak dipandang unik, meskipun pola perkembangan dan pertumbuhan anak sama, kecepatan

anak mencapai setiap tahap perkembangan berbeda-beda. Oleh karena itu pendidikan anak usia dini perlu

memperhatikan kebutuhan anak baik dalam kelompok usia maupun kebutuhan sebagai individual.

Anak dipandang sebagai individu yang baru mengenal dunia. Pendidikan anak usia dini

memperkenalkan anak dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial agar

kelak dapat hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Perkembangan setiap anak ditentukan oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Pendidikan anak

usia dini mengembangkan faktor genetis agar anak berkembang secara optimal melalui rancangan yang

menyesuaikan dengan ketentuan individunya dan memperhatikan bakatnya. Sedangkan faktor lingkungan

pendidik perlu merancang lingkungan belajar yang menarik, menyenangkan dan menantang. Anak usia

dini khususnya usia taman kanak-kanak belajar terbaik melalui interaksi dengan benda- benda konkrit

bermakna, teman sebaya, dan orang yang lebih dewasa.

C. Tujuan dan Fungsi

1. Tujuan model program pengembangan keterampilan motorik anak usia dini. Tujuan model program

pengembangan keterampilan motorik anak usia dini meliputi pengembangan keterampilan motorik

kasar dan motorik halus.

a. Pengembangan keterampilan motorik kasar

Page 12: Pengembangan Motorik Halus PAUD

1.mampu meningkatkan keterampilan gerak.

2.mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani.

3.mampu menanamkan sikap percaya diri.

4.mampu bekerjasama.

5.mampu berperilaku disiplin, jujur dan sportif.

b. Pengembangan keterampilan motorik halus

1. mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan.

2. mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata.

3. mampu mengendalikan emosi.

2. Fungsi model program pengembangan keterampilan motorik halus anak usia dini. Setelah mengetahui

tujuan dari pengembangan keterampilan motorik, kita perlu mengetahui fungsi pengembangannya.

a. Fungsi model program pengembangan keterampilan motorik kasar

1. sebagai alat pemacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan kesehatan untuk anak usia

dini.

2. sebagai alat untuk membentuk, membangun dan memperkuat tubuh anak usia dini.

3. sebagai alat untuk melatih keterampilan dan ketangkasan gerak juga daya pikir anak usia dini.

4. sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan emosional.

5. sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan sosial.

6. sebagai alat untuk menambahkan perasaan senang dan memahami manfaat kesehatan pribadi.

b. Fungsi model program pengembangan keterampilan motorik halus

1. sebagai alat untuk mengembangkan ketrampilan gerak kedua tangan.

2. sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata.

3. sebagai alat untuk melatih penggunaan emosi.

Page 13: Pengembangan Motorik Halus PAUD

BAB II

PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK

A. Hakikat Perkembangan Fisik Motorik Anak

Perkembangan fisik motorik anak usia dini telah dimulai sejak lahir di dunia yaitu sejak anak

berumur 0 tahun. Semakin anak bertambah usianya, akan semakin banyak pula kemampuan motorik yang

dikuasainya. Apabila seorang anak tidak mampu melakukan keterampilan motorik sesuai dengan tingkat

perkembangan usianya, maka orang tua maupun pendidik (guru) dituntut untuk memastikan apakah anak

tersebut mengalami permasalahan atau hambatan dengan kemampuan motoriknya.

Perkembangan motorik anak berkaitan dengan pertumbuhan fisiknya, dimana dengan pertumbuhan fisik

yang optimal secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilakunya sehari- hari.

Secara langsung, pertumbuhan fisik akan menentukan keterampilannya dalam bergerak. Misalnya anak

berusia 4 tahun yang bentuk tubuhnya sesuai dengan usianya, maka ia akan dapat melakukan hal-hal yang

lazim dilakukan anak seusianya seperti bermain dan bergaul dengan lingkungan keluarga atau teman-

temannya. Apabila ia mengalami hambatan tertentu, seperti tubuhnya terlalu gemuk atau malas dan lemas

bergerak, maka anak akan mengalami kesulitan untuk mengikuti permainan yang dilakukan teman-teman

sepermainannya. Tentunya hal seperti ini dapat membuatnya mengalami kesulitan lain dalam aspek

kehidupannya, seperti aspek sosial emosionalnya. Sementara itu secara tidak langsung, pertumbuhan dan

perkembangan kemampuan fisik dan motoriknya akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya

sendiri dan orang lain. Ini semua tercermin dari pola penyesuaian diri anak secara umum, misalnya jika

seorang anak kurang terampil menendang bola maka ia akan tersisih ketika sang anak diajak bermain

sepak bola oleh teman-temannya. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa keterampilan motorik itu

mencakup keterampilan gerak yang sangat perlu dikembangkan oleh anak guna kepentingan

perkembangan dirinya di usia selanjutnya.

Perkembangan motorik menurut Sujiono dkk (2007) adalah proses seorang anak belajar untuk

terampil menggerakkan anggota tubuhnya. Untuk itu, anak dapat belajar dari orang tua atau guru tentang

beberapa pola gerakan yang dapat mereka lakukan yang dapat melatih ketangkasan, kecepatan, kekuatan,

kelenturan, serta ketepatan koordinasi tangan dan mata. Mengembangkan kemampuan motorik sangat

diperlukan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Steefel (dalam Sujiono, dkk, 2007),

membagi 3 keterampilan motorik anak, yaitu :

Page 14: Pengembangan Motorik Halus PAUD

1. Keterampilan Lokomotorik, yaitu keterampilan untuk berlari, meloncat, meluncur.

2. Keterampilan non-lokomotorik, yaitu kemampuan untuk menggerakkan bagian tubuh dengan anak

diam di tempat, yang mengasah keterampilan anak untuk mengangkat, mendorong, melengkung,

berayun dan menarik.

3. Keterampilan menerima/menangkap benda atau menangkap dan melempar bola.

Namun secara umum, ada dua macam keterampilan motorik yaitu keterampilan motorik kasar dan

motorik halus. Pada mata kuliah ini akan secara khusus menyoroti perkembangan dan pengembangan

motorik halus pada anak usia dini.

B. Definisi Gerakan Motorik Halus

Sujiono, dkk (2007) mendefinisikan gerakan motorik halus sebagai kemampuan yang hanya

melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti keterampilan

menggunakan jari jemari tangan dan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak

terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.

selain itu juga memerlukan kematangan mental anak dan kemampuan kognitif anak.

Gerakan motorik halus adalah gerakan-gerakan yang merupakan hasil koordinasi otot-otot halus yang

menuntut adanya kemampuan mengontrol gerakan-gerakan halus (Reber, 2001). Dibandingkan dengan

keterampilan motorik kasar, yang mengandalkan kekuatan untuk mengoordinasikan gerakan, pada

gerakan motorik halus ini anak dituntut untuk melakukan gerakan-gerakan kecil yang tidak hanya

mengandalkan kekuatan, tetapi juga membutuhkan keterampilan yang ada pada diri anak. Contoh dari

gerakan motorik halus adalah menggenggam, menjahit, meronce, meremas, menggambar, menulis dan

sebagainya.

Page 15: Pengembangan Motorik Halus PAUD

C. Perkembangan Motorik Kasar dan Perkembangan Motorik Halus

1.Perkembangan Motorik Kasar

Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat,

bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam

meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat

menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau

bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan

kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda,

balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.

2. Perkembangan Gerakan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus

dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan

jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir

sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok

menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara

sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun

koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu

mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan,

lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.

3. Perkembangan Otak dan Susunan Syaraf Pusat

Perkembangan otak manusia yang sangat pesat terjadi pada masa prenatal dan beberapa bulan setelah

kelahiran pada masa sebelum kelahiran diperkirakan 250.000 sel-sel otak terbentuk setiap menit melalui

proses pembelahan sel yang disebut mitosis. Setelah lahir sebagian besar sel-sel otak yang berjumlah 100

milyar terbentuk secara matang perkembangan yang dimulai dari atas yaitu kepala dan berlanjut secara

teratur ke bagian bawah tubuh. Pada usia 4-5 tahun kepala anak hanya berukuran seperlima dari ukuran

tubuhnya dan pada usia 6 tahun kepada anak memiliki ukuran sepertujuh dari ukuran kepalanya. Pada

usia 6 tahun anak telah memiliki proporsi tubuh yang akan mewarnai proporsi tubuhnya di masa

Page 16: Pengembangan Motorik Halus PAUD

dewasa. Secara normal bertambah tinggi badan selama masa kanak-kanak hanya sebanyak 2,5 inchi

setahun dan berat badan secara normal hanya bertambah 2,5-3,5 kilogram setahun.

4. Prinsip-prinsip Perkembangan Fisiologis Anak Usia Taman Kanak-kanak

Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik

kasar maupun halus. Pada awal perkembangannya, gerakan motorik anak tidak terkoordinasi dengan baik.

Seiring dengan kematangan dan pengalaman anak kemampuan motorik tersebut berkembang dari tidak

terkoordinasi dengan baik menjadi terkoordinasi secara baik. Prinsip utama perkembangan motorik

adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan latihan atau praktek.

5. Kematangan Syaraf

Pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak seberat 2,5% dari berat otak orang dewasa. Syaraf-

syaraf yang ada di pusat susunan syaraf belum berkembang dan berfungsi sesuai perkembangannya.

Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan

motorik mengalami prosesneurogical maturation. Pada anak usia 5 tahun syaraf-syaraf yang berfungsi

mengontrol gerakan motorik sudah mencapai kematangannya dan menstimulasi berbagai kegiatan

motorik yang dilakukan anak secara luas. Otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar seperti

berjalan,berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus

yang mengontrol kegiatan motorik halus, diantaranya menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun

puzzle, memegang gunting atau memegang pensil. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak

ikut berkembang dengan pesat, seperti mengisi gelas dengan air, menggambar, mewarnai dengan tidak

keluar garis. Di usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks yaitu

kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari sambil

melompat dan mengendarai sepeda.

Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada

motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau

berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat

mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan

motivasi yang tinggi dan seiring dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan berbagai

kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal.

Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik akan

Page 17: Pengembangan Motorik Halus PAUD

tetapi perlu di dukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik

kasar dan motorik halus.

D. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Perkembangan berbeda dengan pertumbuhan tetapi saling terkait dalam proses perkembangan.

Pertumbuhan merupakan proses kuantitatif yang menunjukkan perubahan yang dapat diamati secara fisik.

Pertumbuhan dapat diamati melalui penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar

kepala anak. Misalnya seorang anak kecil menjadi tinggi dan besar. Sedangkan perkembangan merupakan

proses kualitatif yang menunjukkan bertambahnya kemampuan (ketrampilan) dalam struktur dan fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang beraturan dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses

pematangan. Perkembangan berkaitan dengan aspek kemampuan motor, intelektual, sosial, emosional,

dan bahasa. Misalnya anak menjadi lebih cerdas atau lebih fasih berbicara.

A. Perkembangan Fisik

1. Teori pendukung perkembangan motor anak : teori kematangan (maturational theory)

Teori ini mengajarkan bahwa anak mempunyai waktu kematangan masing-masing. Pada saat anak telah

matang maka ia siap melakukan suatu hal yang baru.. Dari sudut pandang neurologis, kematangan sel

syaraf akan membuat anak siap melakukan hal- hal baru. Kematangan tidak perlu dipengaruhi oleh

latihan-latihan, tetapi memberikan pengalaman yang menyenangkan dan dengan cara yang tepat dapat

berpengaruh pada kematangan.

2. Perkembangan Fisik meliputi:

a. Perkembangan Motorik Kasar

Motorik kasar anak akan berkembang sesuai dengan usianya (age appropriateness). Orang dewasa tidak

perlu melakukan bantuan terhadap kekuatan otot besar anak. Jika anak telah matang, maka dengan

sendirinya anak akan melakukan gerakan yang sudah waktunya untuk dilakukan. Misalnya : seorang anak

usia 6 bulan belum siap duduk sendiri, maka orang dewasa tidak perlu memaksakan dia duduk di sebuah

kursi.

Tahapan motorik kasar untuk anak :

1) Merangkak

2) Berdiri

Page 18: Pengembangan Motorik Halus PAUD

3) Memanjat

4) Berjalan

5) Berlari

6) Menendang

7) Menangkap

8) Melompat

9) Meluncur

10) Lompat tali

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendukung motorik kasar anak misalnya :

1) Berjalan dengan berbagai gerakan

2) Mencari jejak

3) Berjalan seperti binatang

4) Berjalan naik turun tangga

5) Berbaris, melangkah, berjinjit, berjalan seperti gerakan kuda lari

6) Berlari seperti pecutan kuda

7) Berjalan di tempat

8) Lompatan kanguru

9) Melompat dengan trampoline kecil

10) Melompat seperti katak

11) Berjalan dengan papan titian maju, mundur, ke samping, membawa benda.

12) Place two poles between 2 cahirs' backs and have children to duck

13) Pick up chips/put down chips. (mengambil barang-barang di lantai dan mengumpulkannya ke dalam

basket)

14) Membungkuk/mengumpulkan makanan

15) Bermain terowongan

16) Bermain kursi ditutup selimut

17) Menginjak alas dengan berbagai bahan seperti kartun /plastic bekas telur, kain perca, potongan gelas

aqua, sabut kelapa, dsb)

18) Melemparkan barang-barang ke mulut harimau )

19) Kursi bermusik

Bermain dengan aturan. Untuk 3 tahun ke atas.

Page 19: Pengembangan Motorik Halus PAUD

Berdiri di lingkaran dan berputar dengan musik. Kursi diambil 1, jika music berhenti, masing-masing

harus mendapatkan 1 kursi.

Untuk anak toodler, boleh digunakan asai kursinya tidak diambil. Semua anak dapat kursi.

20) Hula hop, senam dan lagu.

21) Bermain outdoor

22) Menggulung/menendang/melempar/menangkap

b. Perkembangan motorik halus.

Motorik halus mengembangkan kemampuan anak dalam menggunakan jari-jarinya, khususnya ibu jari

dan jari telunjuk. Kemampuan motorik halus ada bermacam- macam, yaitu ;

1) Memegang (grasping)

a) Palmer grasping

Anak menggenggam sesuatu benda dengan menggunakan telapak tangannya.

Biasanya usia anak di bawah 1.5 tahun lebih cenderung menggunakan genggaman ini. Anak merasa lebih

mudah dan sederhana dengan memegang benda menggunakan telapak tangan. Kadang kita bisa

mengamati anak memungut kismis, tetapi kemudian sering diacak-acak memakai telapak tangan.

Karena motorik halus yang belum berkembang dengan baik, maka anak perlu mendapatkan alat-alat yang

lebih besar untuk melatih motorik halusnya. Jangan memberi crayon / kuas yang kecil pada anak usia 1,5-

2 tahun, tetapi gunakan yang lebih besar. Demikian pula jika memberikan piring, gunakan piring yang

lebih cekung dan sendok yang lebih panjang dan kecil, sehingga ketika anak mengambil sesuatu dari

piringnya, ada penahan pada dinding piring.

b) Pincer grasping

Perkembangan motorik halus yang semakin baik akan menolong anak untuk dapat memegang tidak

dengan telapak tangan, tetapi dapat menggunakan jari-jarinya. Ketika anak sedang makan, maka cara

memegang sendoknya pun akan lebih baik, menyerupai cara orang dewasa memegang.

1) Mencoret

Anak senang mencoret-coret (mark-makings) menggunakan beberapa alat tulis seperti crayon, spidol

kecil, spidol besar, pensil warna, kuas, dsb. Coretan ini akan makin bermakna seiring dengan

perkembangan kemampuan motorik halus dan kognisi anak.

c. Koordinasi tangan mata

Koordinasi mata tangan memiliki 2 aspek yaitu

1) Kemampuan menolong diri sendiri (self help skill)

Page 20: Pengembangan Motorik Halus PAUD

Kemampuan untuk menolong diri sendiri misalnya :

mencuci tangan

menyisir rambut

menggosok gigi

memakai pakaian

makan dan minum sendiri, dsb

2) Kemampuan untuk pembelajaran

Koordinasi tangan dan mata anak dapat dilatih dengan banyak melakukan aktivitas misalnya :

membuka bungkus permen

membawa gelas berisi air tanpa tumpah

membawa bola di atas piring tanpa jatuh

mengupas buah

bermain playdough

meronce, menganyam, menjahit

melipat

menggunting

mewarna, menggambar dan menulis

menumpuk mainan, dsb

Setiap gerakan yang dilakukan anak akan melibatkan koordinasi tangan dan mata juga gerakan motorik

kasar dan halus. Makin banyak gerakan yang dilakukan anak, maka makin banyak pula koordinasi yang

diperlukannya. Karena itu, anak perlu mendapatkan banyak kegiatan yang menunjang motorik kasar dan

halus anak, yang tentunya dirancang dengan baik sesuai dengan usia perkembangan anak.

B. Perkembangan Sosial Emosional

1. Kelekatan Pra kelahiran

Lingkungan prenatal adalah fisiological environment.

Pengaruh psikologis selama kehamilan akan berpengaruh pada fisiological anak.

Sejak dari kandungan anak sudah memiliki ikatan emosional dengan ibunya.

Di dalam kandungan, ibu sudah memiliki rasa penerimaan terhadap bayi (physiological attachment).

Ikatan ini membuat bayi bisa bertahan selama berada di dalam kandungan ibu. Ketika bayi dilahirkan,

dengan pemotongan tali pusar yang menghubungkan bayi dan anak, maka kelekatan fisik (physical

attachment) menjadi terputus dan mulailah ikatan secara psikologis (psychological attachment) antara ibu

dan anak. Penelitian menemukan bahwa ikatan psikologis berperan bagi anak itu nantinya

Page 21: Pengembangan Motorik Halus PAUD

untuk mempertahankan hidupnya di dunia ini.

2. Teori tentang kelekatan bayi:

a. Ethological Explanation (John Bowlby- 1969)

Teori ini percaya pada peranan pengasuh (ibu, nenek, bibi, dll), konsistensi, dan lingkungan. Pengasuh

yang sering bersama anak dapat membaca tanda-tanda / respon anak. Demikian juga lingkungan yang

konsisten akan membuat anak lebih dekat dengan orang-orang dan situasi yang selalu bersama anak.

Diperlukan objek lekat yang memenuhi kebutuhan psikologis anak.

Bowlby menjelaskan sejumlah kunci yang menunjukkan kelekatan anak pada orang dewasa :

1) Seorang anak dilahirkan dengan predisposisi untuk lekat pada pengasuhnya.

2) Seorang anak akan dapat mengatur perilakunya dan menjaga hubungan kelekatan dengan orang yang

dekat dengannya yang merupakan kunci kemampuan bertahan hidupnya secara fisik dan psikologis.

3) Perkembangan social sangat berhubungan dengan perkembangan kognisi.

Seorang bayi berusia 6 bulan ke atas bertemu dengan wanita selain ibunya, dia mulai bisa mengenali

bahwa dia bukan ibunya. Seorang bayi mengenali ibunya dengan menunjukkan senyum

4) Seorang anak akan memelihara hubungan dengan orang lain jika orang tersebut banyak menunjukkan

fungsinya yang bertanggungjawab pada diri anak itu.

5) Jika orangtua tidak mampu menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan anak, maka anak akan

mengalami hambatan dalam perkembangan emosi dan kemampuan berpikirnya.

6) Perilaku anak seperti tersenyum, memanggil, menangis, menggelayut menunjukkan perilaku kelekatan

pada orang yang ada di hati anak.

Lebih jauh, teori Eric Ericson (teori psikososial) mengemukakan kepercayaan dasar yang perlu dibangun

di dalam diri anak. Kasih sayang membuat anak lebih bisa bertahan hidup, karena itu kasih sayang

merupakan kebutuhan paling mendasar di dalam diri anak..

Harslow pernah melakukan percobaan dengan simpanse. Dalam penelitiannya ia memberikan simpanse

suatu makanan yang dibungkus dengan logam dan suatu benda (bukan makanan) yang dibungkus dengan

bulu-bulu. Ternyata simpanse memilih makanan yang dibungkus logam, tapi hanya sebentar, lalu pindah

ke makanan yang dibungkus bulu-bulu. Bayi sekalipun diberi makanan tetapi jika ibunya tidak

memberikan dengan rasa kasih sayang, mungkin saja anak tidak mau makan/minum. Jadi kebutuhan anak

yang utama adalah rasa nyaman. Apapun yang dibutuhkan anak seperti rasa lapar, haus, ganti popok, dll

akan terpenuhi jika rasa nyaman terlebih dahulu diperoleh anak itu.

Anak merasa lekat pada seseorang, hanya lewat perasaannya. Kadang di lembaga anak usia dini seorang

anak lekat pada guru yang satu, tetapi tidak pada guru yang lain. Atau mungkin pada pembantu yang

Page 22: Pengembangan Motorik Halus PAUD

satu bukan yang lain. Mungkin saja seorang anak tidak mau sama sekali pada orang lain. Jika seseorang

dekat pada seorang anak, maka orang tersebut akan bisa membaca segala tanda dari anak. Baik saat bayi

tersenyum ataupun menangis. Misalnya : seorang bayi menangis, maka orang yang terdekat akan

mengetahui apakah tangis bayi itu tangis kelaparan, kedinginan, ketakutan, tidak nyaman, dsb. Orang

tersebut akan mudah mengenali tangis anak yang terdengar berbeda-beda, sehingga diapun merespon

dengan cara yang berbeda-beda. Dia sangat mengetahui bahwa jika tangisnya menunjukkan rasa lapar,

maka bayi tersebut langsung diam begitu mendengar sang ibu yang sedang membuatkan air minum dan ia

mendengar suara air termos dituang ke dalam botol. Ibu mungkin merespon tangis bayi anak yang

menunjukkan rasa tidak nyaman dengan menggendongnya, atau tangis karena mengompol dengan segera

mengganti popok si bayi, dll.

b. Psychoanalytic Explanation (Sigmund Freud)

Teori ini mengatakan bahwa kelekatan anak bukan pada sesuatu yang psikis,

tetapi lebih pada makanan. Anak terikat pada pengasuh karena makanan, karena kebutuhan rasa lapar

terpenuhi Saat lahir kebutuhan dasar yang harus dipenuhi adalah rasa lapar. Jadi dia tidak perduli siapa

yang memberikan makanan pada bayi, dia hanya perlu kebutuhan rasa lapar dan haus terpenuhi. Teori

Maslow menyebutkan bahwa kebutuhan yang mendasar adalah makanan. Lihat di panti asuhan, mereka

merasa dekat dengan pengasuh yang sering memberi makanan kepada mereka. Bayi jika tidak diberi

makanan, dia akan mati. Bayi masih bisa merasa bertahan tanpa kasih sayang asai ada makanan.

Dengan adanya attachment anak dapat membangun hubungan dari simple to complex. Anak sudah tahu

cara bagaimana agar ia dapat didekati oleh orangtuanya. Jadi antara yang psychoanality dan ethological

bisa saling memahami. Freud memang hanya pada insting. Bowlby tidak hanya pada makanan, tetapi

lebih keseluruhan, termasuk attachment.

3. Anak mengetahui cara untuk menyesuaikan diri. Kemampuan ini dimiliki anak lebih baik daripada

orangtua.

Studi mengenai situasi yang asing oleh Mary Ainsworth (murid dari Joh Bowlby) mengatakan bahwa

anak memiliki beberapa kelekatan, yaitu :

a. Kelekatan yang nyaman (secure attachment)

1) Anak lebih baik dilatih untuk mengeksplor segala sesuatu sendiri, jika memungkinkan orangtua

menjauh, sehingga anak bisa melalukan segala sesuatu atas kemauan sendiri.

2) Kemandirian akan membuat anak lebih mudah memiliki kelekatan yang nyaman. Anak berada dalam

situasi yang beragam, kadang bisa mandiri kadang bisa bersama ibu, atau orang lain.

Page 23: Pengembangan Motorik Halus PAUD

3) Anak perlu membangun rasa percaya pada orang lain dan lingkungannya.

4) Anak yang mendapatkan penghargaan dari orang-orang yang dicintainya, akan memberikan rasa

percaya diri pada anak itu.

5) Karakter yang terbangun pada masa usia dini seperti kemandirian, ketekunan, percaya diri, dll akan

berdampak pada hubungan yang baik di masa selanjutnya.

b. Kelekatan yang tidak nyaman (insecure attachment).

Anak bisa ditakut-takuti ibunya karena :ia percaya pada ibunya, juga karena dia tidak bisa membedakan

yang riil dan imajinasi, logika anak belum berjalan dengan baik.

Orangtua yang sering menunjukkan perilaku cemas dalam kehidupan sehari-harinya akan memicu anak

untuk mudah cemas pula. Orangtua yang berada dalam kondisi sosial yang rendah, hubungan dengan

orang lain yang sangat kurang, kurang dapat mengendalikan diri, mudah marah, dll akan mudah

terinternalisasi dalam diri anak. Orangtua juga sering menunjukkan sikap yang tidak konsisten pada anak

baik secara langsung maupun tidak langsung Perilaku-perilaku tersebut memicu rasa tidak nyaman bagi

anak.

Kelekatan tidak nyaman akan muncul ketika anak mengalami kecemasan pada beberapa hal berikut,

yaitu:

1) Kecemasan pada orang asing (stranger attachment)

Kecemasan pada orang asing (stranger anxiety ) adalah normal pada perkembangan social anak. Karena

itu orangtua perlu berhati-hati dalam memberikan anaknya pada orang lain. Selama dia asing bagi anak

itu, maka anak tidak akan pernah mau bersama orang itu. Kecemasan berpisah biasanya muncul setelah

anak mencapai usia tertentu, khususnya menjelang masuk ke sekolah.

Bagaimana cara agar anak bisa berangkat ke sekolah tanpa ditunggu orangtua dan merasa nyaman ? Yang

terpenting adalah membangun rasa percaya anak di lingkungan barunya. Beberapa masukan berikut ini

bisa dicoba, mungkin dapat membantu anak agar lebih berani ke sekolah : u Orangtua melakukan

orientasi lebih dulu terhadap sekolah itu, sehingga anak merasa mengenal sekolah itu dan tidak kaget.

Kalau perlu anak bermain bebas di sekolah itu selama beberapa waktu, sehingga anak tidak asing dengan

bangunan dan suasana sekolah, juga wajah orang-orang yang ada di sekolah termasuk para guru.

(i Setelah anak merasa kenal dengan lingkungan barunya, anak mulai dapat

dimasukkan ke sekolah, dengan pendampingan dari orangtua/pengasuh sampai anak merasa dekat

dengan para guru dan teman-teman di sekolah.

l)Secara berangsur, orangtua/pengasuh mulai menjauh dari anak, sampai akhirnya anak berani untuk

Page 24: Pengembangan Motorik Halus PAUD

ditinggalkan di sekolah sendiri.

2) Menghindari orang lain (avoidant attachment)

Anak tampak selalu menghindari dari orang-orang yang tidak dekat dengan dirinya. Anak membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk bisa mempercayai orang sehingga dia bisa dekat dengan orang tersebut.

3) Kecemasan disorganisasi (disorganized attachment).

Disorganized attachment bisa terjadi ketika anak mendapatkan perlakuan yang berbeda dari orang- orang

di sekelilingnya, sehingga dia kesulitan untuk membedakan perilaku orang-orang di sekitarnya.

Misalnya : ada anak yang ragu-ragu dengan pengasuhnya, karena perilaku pembantunya ketika ada

orangtuanya baik, ketika tidak ada orangtuanya menjadi tidak baik.

Rasa percaya anak pada lingkungannya terpengaruh oleh kondisi anak saat masa bayi (0-18 bulan).

Menurut Erick Erickson, anak yang cenderung pada waktu bayi kurang mendapatkan perlindungan dan

kenyamanan dari orangtua dan lingkungannya, maka anak itu akan tumbuh dengan perasaan tidak percaya

pada sekelilingnya (mistrust).

C. Perkembangan Kognisi

1. Teori pendukung perkembangan kognisi anak dari Piaget.

Teori Perkembangan kognisi adalah teori yang mempelajari cara anak berpikir, memberikan alasan dan

merasakan dunianya.

Ada 4 tahap, yaitu :

a. Sensorimotor: 0-2 tahun

Disebut sensorimotor karena pembelajaran anak hanya melibatkan panca indra. Anak belajar untuk

mengetahui dunianya hanya mengandalkan indera yaitu melalui meraba, membau, melihat, mendengar,

dan merasakan. Ketika seorang bayi merangkak, mendekati mainan, maka yang ia lakukan adalah :

- melihat dengan penglihatan

- gerakan mainan itu

- memegang dan merabanya

- membau

- memasukkan ke mulut untuk merasakan.

Pada rentang usia ini anak terus menerus bergerak. Dengan bergerak dia menjelajahi lingkungannya dan

belajar hal-hal baru. Jika anak dilarang bergerak, maka kemampuan kognisinya tidak akan berkembang.

Sebagai contoh, kalau anak dihambat gerakannya dengan “baby-walker", atau digendong terus dengan

selendang, diikat dsb maka gerakan anak menjadi terbatas, padahal dia ingin bebas bergerak untuk

mengambil mainan. Proses anak itu mengambil mainan dan memainkannya merupakan proses kognisi.

Page 25: Pengembangan Motorik Halus PAUD

Karena anak berada dalam masa sensorimotor, maka bagi anak usia 0-2 th bukan merupakan hal yang sia-

sia bermain dengan gerakan (sensorimotor) lewat meraba, membanting, menyentuh, dsb.. Jadi jelaslah,

bahwa perkembangan kognisi harus melewati perkembangan motor.

1) Tahap-tahap perkembangan sensorimotor:

Tahap 1: Refleks. Usia : lahir sampai 1 bulan

Kemampuan berpikir anak sangat sederhana, sekedar gerakan-

gerakan refleks saja.

Tahap 2 : Reaksi awal yang berulang-ulang . Usia : 1-4 bulan Anak mulai belajar menggunakan anggota

tubuhnya sendiri.

Dia belajar menggunakan anggota tubuhnya sendiri.

Disebut sebagai reaksi awal karena gerakannya berulang-ulang mengikuti pola berikut: aksi - berulang -

aksi Kegiatan yang berulang-ulang tersebut menjadi perkembangan kognisi awai.

Tahap 3 : Reaksi pengulangan kedua. Usia : 4-10 bulan Merupakan reaksi lanjutan dari tahap awal yang

melibatkan benda- benda lain di luar dirinya. Anak belajar secara kebetulan.

Contoh :

- Anak mengetuk-ngetuk mainan

-Anak menjatuhkan benda-benda berulang-ulang.

Anak senang melakukan hal itu, karena ia senang mendengar bunyinya, matanya mengikuti arah benda,

tanpa disadari belajar tentang gravitasi (bahwa benda kalau dilemparkan bisa jatuh).

Tahap 4 : Koordinasi skema lanjutan. Usia : 10-12 bulan Anak melakukan gerakan berulang-ulang

dengan suatu tujuan..

Contoh : Anak mengetuk-ngetuk benda.

Tahap 5 : Reaksi pengulangan ketiga. Usia : 12-18 bulan

Anak melakukan gerakan berulang-ulang, dengan menggunakan object-object yang baru, tetapi masih

menggunakan cara-cara

yang lama. Gerakan anak sudah menunjukkan level yang lebih tinggi.

Contoh : anak membuang-buang barang.

Tahap 6 : awal berpikir - fungsi simbolik. Usia : 18-24 bulan

Page 26: Pengembangan Motorik Halus PAUD

Anak menemukan alat-alat baru melalui kombinasi mental. Dia dapat menggabungkan benda yang satu

dengan yang lainnya. Contoh :

- Anak mau mengambil sesuatu, lalu pakai alat lain

- Ibu berpura-pura tidur, anak memperhatikan, lalu suatu saat anak pura-pura tidur.

- Anak mau mengambil sesuatu di meja besar. Dia tidak bisa. Dia akan memukul-mukul meja dengan

kedua tangannya dengan harapan barang itu bergerak mendekati dia. Ternyata tidak bisa, lalu ia tarik

taplak, sedikit demi sedikit, akhirnya ditariknya seluruh taplak itu dan dia mendapatkan bendanya,

sementara benda lain di taplak itu ikut terjatuh.

Jadi lingkungan perlu mendukung anak untuk belajar. Ketika lingkungan mengekang anak, maka anak

tidak saja tidak berkembang secara fisik, tetapi juga secara kognitif. Karena itu Piaget berkata bahwa

perkembangan kognisi diawali dengan masa sensori motor. Gerakan pada masa sensorimotor merupakan

langkah awal agar pikiran anak berkembang.

2) Implikasi untuk masyarakat dalam memahami perkembangan anak usia sensorimotor adalah:

Tahap 1: memberi tahu orangtua yang memiliki anak usia 0-1 bulan, bahwa ada refleks-refleks tertentu.

Tahap 2 : memberitahu orangtua bahwa anak masih belajar dengan anggota badannya. Orangtua perlu

mengamati anak usia dini, dan tidak melarang ketika anak bermain dengan anggota badannya.

Tahap 3 : mendukung anak dengan alat-alat apapun yang ada dirumah untuk dimainkan, menjauhkan

benda-benda yang tajam dan runcing.

Tahap 4 : anak diberi kesempatan dengan memberikan lingkungan yang bersih dan nyaman, orangtua

terlibat aktif.

Tahap 5 : menghindarkan anak dari barang-barang yang berbahaya

Tahap 6; mendampingi anak bermain, memberikan alat-alat yang dapat dimainkan anak untuk bermain

peran.

b. Pra-operasional: 2-7 tahun

Pada masa ini dibagi 2 periode yaitu usia 2-4 tahun disebut masa prakonseptual, dan usia 4-7 tahun

sebagai masa intuitif.

Pada masa ini anak masih belajar menggunakan panca indranya, tetapi sudah bisa menggunakan bahasa

berupa kata-kata yang mewakili suatu benda yang tidak dapat dilihatnya.

Masa pra operasional merupakan masa keingintahuan. Anak selalu bertanya dan menyelidiki hal-hal

Page 27: Pengembangan Motorik Halus PAUD

yang baru. Anak yang banyak bertanya menunjukkan bahwa anak itu sedang berpikir. Mereka selalu

ingin tahu dan ingin mencoba semua yang ada di lingkungannya. Cara berpikirnya masih egosentris,

artinya ia hanya memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri, dan tidak menyadari bahwa

pandangan orang lain tidak sama dengan pandangannya. Dia hanya berpikir bahwa segala sesuatu yang

ada di dunia ini diciptakan untuk dirinya dan kenikmatannya. Dia belum dapat menggunakan alasan-

alasan logis, tetapi lebih banyak menggunakan alasan-alasan intuitif. Karena itu diapun akan berpikir

bahwa orang dewasa berpikir seperti dirinya. Contoh ; seorang anak melihat ibunya sedang menggoreng

di dapur, la senang mendengar bunyi ikan digoreng, asap yang keluar dari penggorengan, dan bau harum

yang dihasilkan dari proses menggoreng itu. Dia berpikir,"Wah, ibu sedang bermain masak- masakan".

Diapun ingin ikut-ikut membantu ibu memasak.

Pada masa ini anak sulit menerima alasan orang lain, dan cenderung memaksa orang untuk mengerti

dirinya. Tidak heran jika tidak mendapatkan yang diinginkannya, dia akan menangis, menggulung-gulung

di lantai, dsb. Orangtua akhirnya memberikan apa yang dikehendakinya, karena mungkin dia malu pada

orang lain. Solusi yang terbaik adalah mengabaikan saja, dan tetap konsisten dengan kesepakatan semula,

agar anak tidak memanfaatkan kelemahan orangtua sebagai senjata.

c. Operasional konkrit: 7 -11 tahun

Karakteristik dari perkembangan masa operasional konkrit adalah;

1) Anak mampu menunjukkan operasi mental, artinya anak bisa membuat sesuatu secara mental

2) Mampu berpikir kebalikan

Misalnya : anak ditakut-takuti "kalau tidak makan nanti ditangkap polisi". Anak bisa bilang,"mama dulu

yang akan ditangkap polisi".

3) Operasi dapat digunakan pada obyek-obyek yang ada.

4) Dapat mengelompokkan benda-benda sesuai dengan karakteristiknya.

5) Mampu berpikir konservasi

6) Dapat menghubungkan waktu dan tempat.

d. Operasional formal: 12 tahun ke atas

Karakteristik dari perkembangan masa operasional formal adalah :

1) Dapat memikirkan masa depan, abstrak dan hipotesis.

2) Dapat memberikan alasan yang mengandung kesimpulan

3) Dapat berpikir lebih luwes, logis dan sistematis

Page 28: Pengembangan Motorik Halus PAUD

Anak pada usia ini dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, dan mampu memahami kondisi orang

lain. Misalnya ; jika orangtua mengatakan tidak memiliki uang, dan perlu menunda pembelian sampai

jumlah uang cukup, maka anak bisa memahami..

2. Unsur-unsur kognisi

a. Asimilasi

Kemampuan anak untuk menyimpan informasi yang didapatnya dari lingkungannya ke dalam pikirannya.

Contoh : seorang anak mempunyai mainan putar-putar. Dia mencoba menyentuhnya. Dia melihat ada tali,

lalu tanpa sengaja ia menarik tali itu. Waktu ditarik ternyata berputar dan berbunyi.

b. Akomodasi

Semakin banyak anak memiliki pengalaman, semakin banyak pula anak akan berpikir.

Contoh : seorang bayi usia 8 bulan yang sudah bisa duduk tanpa sengaja mengambil mainan dan

menggelindingkannya. Benda tersebut bergerak. Bayi itu mengamatinya, dan dia belajar dengan

menyentuhnya, membanting, menggelindingkannya, demikian berulang-ulang.

Anak akan mengulangi apa yang pernah dipelajarinya kemarin pada hari ini, dan apa yang dipelajarinya

pada hari ini akan dipelajarinya lagi besok.

c. Adaptasi

Apa yang sudah menjadi pengetahuan anak akan mengalami perkembangan.

Dia sekarang tidak hanya menyentuh mainan saja, tapi langsung menarik.

Contoh : Suatu hari anak-anak diajak ke peternakan. Guru menerangkan tentang membedakan telur bagus

dan telur rusak. Guru memperagakan bagaimana menunjukkan kualitas telur sambil memberi penjelasan

kepada anak bahwa telur dikatakan bagus jika dipungut dengan jari lalu diangkat ternyata telur tidak

putus, tetapi menyambung seperti benang.. Minggu depannya anak-anak diajak ke peternakan lagi untuk

memecah telur, dan ternyata semua anak memecah telur dan melakukan gerakan seperti pengalaman guru

ketika menerangkan, yaitu memungut dan mengangkatnya ke atas. Itu artinya : pengalaman masa lalu

dibawa untuk belajar hari ini. Jika hari ini tidak diberi pengalaman baru, maka ia tidak akan belajar besok.

Page 29: Pengembangan Motorik Halus PAUD

3. Implikasi dari teori perkembangan kognisi

a. Bagaimana anak belajar ?

1) Anak belajar harus menggunakan panca inderanya dengan menggunakan benda- benda konkrit.

2) Anak belajar dengan melakukan/mengalami langsung

3) Anak belajar sesuai dengan kecepatan dan minat masing-masing

4) Belajar lebih menekankan proses dari pada hasil akhir

b. Bagaimana guru mengajar ?

1) Guru memberikan pengalaman yang nyata.

2) Guru memberikan pengalaman sesuai dengan usia anak agar anak dapat mengeksplor dan

memanipulasi mainan dan lingkungannya.

3) Guru sebagai fasilitator memberikan pengalaman yang bervariasi dan bahan yang berbeda-beda

sehingga anak dapat melakukan permainan yang beragam.

Page 30: Pengembangan Motorik Halus PAUD

BAB III

Aspek Perkembangan Motorik dan Keterhubungannya dengan Aspek Fisik dan Intelektual

Anak

I. PENDAHULUAN

Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun psikologis sangat

bergantung dari proses tumbuh dan kembang pada usia dini. Perkembangan anak adalah segala perubahan

yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif,

emosi, maupun perkembangan psikososial yang terjadi dalam usia anak (infancytoddlerhood di usia 0-3

tahun, early childhood usia 3-6 tahun, dan middle childhood usia 6- 11 tahun). Masing-masing aspek

tersebut memiliki tahapan-tahapan sendiri. Pada usia 1 bulan, misalnya pada aspek motorik kasarnya,

anak sudah bisa menggerakkan tangan dan kakinya. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam

rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar

biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun psikososial. Perkembangan anak berlangsung

dalam proses yang holistic atau menyeluruh. Karena itu pemberian stimulasinya pun perlu berlangsung

dalam kegiatan yang holistik. Demikian pun dalam kaitan dengan kecerdasan motorik anak, tentu saja

dipengaruhi oleh aspek perkembangan yang lainnya, terutama dengan kaitan fisik dan intelektual anak.

Dalam makalah ini akan coba di paparkan apa yang dimaksud dengan kecerdasan motorik, pentingnya

perkembangan motorik anak, bagaimana proses perkembangan motorik anak pada usia middle age atau

anak anak (3-5) tahun dan stimulasi apa saja yang bisa diberikan untuk mengoptimalkan perkembangan

motorik anak usia 3-5 tahun.

II. Berbagai Pandangan Mengenai Perkembangan Motorik Anak

Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua

organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002)

mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) system syaraf yang

sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi

perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya

pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu

kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi

tinggi, berat dan proposi.

Page 31: Pengembangan Motorik Halus PAUD

Usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa anak-anak, seperti yang

diungkapkan Petterson (1996)

During middle childhood, The body and brain undergo important growth changes, leading to better motor

coordinator, greater strength and more skilfull problem-solving. Health and nutrition play an important

part in these biological developments.

Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit seperti usia sebelumnya.

Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih maksimal dari pada usia sebelumnya.

The period of middle childhood, from age six to age twelve is, also remarkably free from desease.

The average child suffers fewer bouts of illness than during The years before school entry, and The

risk of death for a contemporary Australian or New Zealand child is lower than at any earlier or

later period during The life span. (Petterson, 1996)

Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan

perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot,

otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah

gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang

dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari,

naik-turun tangga dan sebagainya.

Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh

tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan

memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan

sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang

dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot

m,emungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik

anak dibagi menjadi dua:

1. Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga.

2. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong,

melempar dan menangkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Curtis,1998;

Hurlock, 1957 dalam Yusuf 2002)

Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang perkembangan motoriknya

sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak seperti orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender

pun memiliki pengaruh dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Sherman (1973) yang menyatakan bahwa

Page 32: Pengembangan Motorik Halus PAUD

anak perempuan pada usia middle childhood kelenturan fisiknya 5 %-10 % lebih baik dari pada anak laki-

laki, tapi kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih tinggi pada anak laki-laki

dari pada perempuan. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau

kematangan fisik anak, Motor development comes about through The unfolding of a genetic plan or

maturation (Gesell, 1934 dalam Santrock, 2007). Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa langsung

berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan

fisik anak.

Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System

Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk

membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang

memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak.

Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. misalnya ketika anak melihat mainan dengan

beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut

memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut,

anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.

.....to develop motor skill, infants must perceive something in The environment that motivates

them to act and use their perceptions to fine-tune their movement. Motor skills represent solutions to The

infant's goal."

Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka

dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari

banyak faktor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk

bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung

pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah

matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil

mainannya. Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun

berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982 (Petterson 1996) menyatakan bahwa

kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang

lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring

dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang

baik berhubungan erat dengan self-esteem.

Page 33: Pengembangan Motorik Halus PAUD

BAB IV

KARAKTERISTIK DAN PENGEMBANGAN

GERAKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA DINI

1. Tahap Perkembangan Anak Usia 0-12 bulan / tahun Pertama

A. Pengantar

Pada tahun pertama ini, khususnya ketika anak memasuki usia 3 bulan, anak akan mengalami masa

penyesuaian sebagai individu yang lebih bebas diluar "tubuh ibunya". Pada masa ini, seluruh organ tubuh

anak mengalami proses pematangan dan hal ini membutuhkan bantuan orang tua untuk membantu

anaknya mengembangkannya dalam menjalani proses tumbuh kembangnya dengan optimal. Selama

menjalani tahun pertama kehidupannya ini (usia 0-12 bulan) anak akan memulai proses dalam rangka

mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar yang merupakan penopang utama pertumbuhannya,

yaitu antara lain kemampuan fisik yang mencakup kesehatan, kekuatan otot tubuh, keterampilan motorik,

kemampuan kognisi dan keterampilan sosial emosional.

Pada masa bayi ini, anak tidak hanya menyesuaikan diri dengan lingkungannya tetapi juga harus

menyesuaikan diri dengan tubuhnya. Di masa yang sangat dini ini anak menyadari bahwa ia memiliki

organ-organ tubuh misalnya tangan. Kemudian ia akan belajar menggerakkan tangan itu sesuai dengan

keinginannya hingga akhirnya ia menemukan bahwa ia juga dapat melakukan banyak hal dengan

tangannya tersebut. Selain itu, pada masa ini pulalah anak belajar mengembangkan diri untuk

menyelaraskan gerakannya. Awainya dengan belajar mengangkat badan, menggerakkan tangan dan kaki

hingga memadukan gerakan-gerakan itu untuk membalikkan tubuhnya, yang mana hal ini merupakan

paduan antara kemampuan motorik kasar dan juga motorik halus anak. Sesungguhnya keterampilan

motorik kasar dan motorik halus harus berjalan secara simultan/berkesinambungan, namun pada

perkuliahan ini kita hanya akan secara spesifik membahas mengenai motorik halus anak saja.

Page 34: Pengembangan Motorik Halus PAUD

Menurut Hurlock (1996) keterampilan motorik halus pada tahun pertama ini dapat berkembang secara

secara optimal jika memperhatikan 3 hal penting, yaitu :

1. Adanya kesempatan untuk berlatih

Orang tua diharapkan memberikan kesempatan pada bayi atau anaknya untuk berlatih mengembangkan

kemampuan motorik halusnya, sehingga perkembangan motorik halus anak akan semakin berkembang

secara optimal. Contohnya bila pada awainya seorang anak tidak dapat melakukan gerakan yang

bersamaan seperti meraih dan menggenggam secara sempurna, dengan berlatih yang berkesinambungan

maka lama-kelamaan anak akan mampu melakukan gerakan tersebut secara bersamaan.

2. Rangsangan untuk belajar

Orang tua diharapkan dapat menyediakan sarana untuk merangsang anak belajar mengembangkan

keterampilan motorik halusnya. Sarana yang harus disediakan orang tua tidak harus selalu berupa benda

yang mahal tetapi tetap harus memperhatikan tingkat keamanannya bagi sang anak, dan juga tidak harus

selalu mengeluarkan biaya, dimana disini orang tua dapat menggunakan kemampuan fisiknya sendiri

untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anaknya tsb, seperti memberi jarinya untuk

digenggam oleh anaknya, bertepuk tangan. dll.

3. Memberi contoh yang baik

Hal ini bertujuan untuk memberi contoh atau bimbingan yang benar kepada anak agar anak mampu

melakukan sesuatu juga secara benar dan mandiri (tanpa dibantu). Pada perkembangan anak usia dini ini

pemberian contoh ini dapat dilakukan berulang-ulang agar anak semakin menguasai kemampuan

motoriknya secara optimal.

Page 35: Pengembangan Motorik Halus PAUD

B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 0-12 bulan

Adapun beberapa karakteristik perkembangan keterampilan motorik halus anak pada usia ini adalah :

1. Menghisap jempol

2. Mencoba meraih sesuatu benda didekatnya

3. Mencoba menggenggam, membuka dan menutup telapak tangannya (bermain-main dengan

tangannya)

4. Memasukan benda-benda ke dalam mulutnya

5. Mengkoordinasikan kedua tangannya (tangan kanan dan kiri) misalnya memegang atau meraih benda

dengan kedua tangannya sekaligus.

6. Menggunakan jari untuk menjemput suatu benda dengan jarinya

7. Memindahkan benda dari tangan satu ketangan lainnya

8. Menahan barang yang dipegangnya

9. Memasukan dan mengeluarkan benda dari wadahnya

10. Membuka dan menutup suatu benda

Menurut Hurlock (1996) penggunaan tangan oleh bayi pada tahun pertama ini sebenarnya tidak

didominasi oleh penggunaan tangan manapun, baik tangan sebelah kanan atau kirinya, karena pada tahap

ini khususnya pada bulan-bulan pertama bagi bayi, penggunaan kedua tangannya ini sama baiknya, atau

sering disebut dengan Ambidextrous, dimana tidak ada tangan yang lebih disukai untuk digunakan.

Kebanyakan bayi akan menggunakan tangannya secara bergantian tergantung dari posisi orang/benda

yang ingin diraihnya. Bila benda yang ingin diraihnya lebih dekat dengan tangan kanannya maka tangan

inilah yang akan digunakannya, dan begitu pula sebaliknya.

Page 36: Pengembangan Motorik Halus PAUD

C. Pengembangan Motorik Halus Anak Usia 0-12 bulan

Adapun program kegiatan pengembangan keterampilan motorik halus anak pada usia ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 1

Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus

Anak Usia 0 bulan - 12 bulan

Tujuan

Pengembanga

n

(potensi)

Media (Alat permainan) Prosedur (Tahapan Pemberian Stimulasi)

Motorik Halus a. Bola plastik/bola

kain yang lembut,

benda yang

berbunyi (spt. yang

bergemerincing)

Stimulator menyediakan bola plastik dengan berbagai macam

warna yang menarik dan meletakkannya di sekeliling badan bayi,

secara perlahan kemudian agak dijauhkan untuk merangsang

bayi agar mau mulai menjangkau atau menahan benda-benda tsb.

Bila anak berumur 6 bulan mulai ajarilah ia untuk melempar bola

yang digenggamnya.

b. Teeth play Stimulator menyediakan teeth play dengan warna yang menarik,

ringan dan mudah digenggam dan telah dihigieniskan yang kmd.

diberikan kepada anak yang mulai menunjukkan keinginannya

untuk memasukan benda kedalam mulutnya.

c. Boneka Stimulator menunjukkan boneka itu terlebih dahulu kepada bayi

kmd. meletakkannya di salah satu sisi bayi agar boneka itu

berusaha disentuh dan dipegangnya.

d. Alat-alat

konstruksi (spt. Balok,

segitiga, silinder) —» ±

usia anak 6 bulan

keatas

Taruh balok-balok yang ringan dan mempunyai warna yang

menarik bagi anak dan kmd. Taruh sekitar ± 150 cm dari tempat

dimana anak duduk dan bila anak tertarik maka ia akan segera

merangkak dan mendekati balok tsb dan berusaha untuk

meraihnya, menggenggam serta mengamatinya. Kmd bisa saja

stimulator menginstruksikan anak tsb untuk memasukan balok

tsb kedalam sebuah wadah yang telah

Page 37: Pengembangan Motorik Halus PAUD

disediakan.

e. Buku/majalah Berikan buku/majalah pada saat anak

duduk dan biarkan anak membolak-

balik halaman buku/majalah

f. Puzzle Berikan pada anak puzzle satu keping,

ketika anak telah memegang kepingan

puzzle tsb, kmd ajarilah anak untuk

memasukan potongan puzzle tsb

kedalam bingkainya

g. Potongan- potongan balok

yang kecil (manik-

manik), biji-bijian,

makanan/snaek yang

mpy bentuk yg ditaruh

didalam mangkuk

Ketika anak dalam posisi duduk taruh

dihadapan anak potongan- potongan

balok yang berukuran kecil atau biji-

bijian atau snack yang ditaruh didalam

mangkuk, kmd. suruh/contohkan anak

untuk mengambil benda-benda tsb.

dengan jarinya (dgn cara menjimpit

benda- benda tsb.) —► Catatan:

Perhatikan tingkat keamanannya —*

jangan sampai benda-benda kecil yang

dapat berbahaya dapat masuk kedalam

mulut anak.

2.Tahap perkembangan usia 12 buian/1 tahun -2 tahun / Tahun Kedua

A.Pengantar

Berkaitan dengan tahap tumbuh kembangnya, keterampilan baru anak di tahun kedua ini adalah adanya

kemampuan anak untuk dapat berdiri sendiri, berjalan tanpa di bantu dan makan sendiri. Ia juga akan

mulai ingin melakukan berbagai hal sendiri, tanpa ingin dibantu oleh orang lain. Namun tingkah laku

anak pada tahun kedua ini juga tidak didominasi oleh tingkah laku yang spontan, tetapi tingkah laku yang

sudah mulai terkendali karena dalam beraktivitas anak telah menggunakan otot dan otaknya.

Keterampilan-keterampilan yang menjadi tongak baru tumbuh kembangnya ini akan turut mempengaruhi

tumbuh kembang motorik halusnya, kognitif dan juga semua aspek yang akan berkembang dalam dirinya.

Dari aspek perkembangan motoriknya, anak akan mengalami masa aktif yang bergerak kesana kemari

tanpa

Page 38: Pengembangan Motorik Halus PAUD

mengenal rasa lelah. Anak juga senang mencorat-coret, belajar memegang benda - benda yang

membutuhkan koordinasi yang lebih banyak, misalnya belajar memegang krayon atau pensil warna.

belajar untuk melakukan kegiatan menolong diri sendiri, seperti, menyisir rambutnya, memakai sepatu

tanpa tali/ sandal, dst. Pada usia ini identitas anak juga sudah mulai muncul dimana anak mulai menyebut

dirinya sendiri dengan kata aku dan merasa senang jika namanya dipanggil.

B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 12 bulan/ 1-2 tahun

Adapun beberapa karakteristik perkembangan keterampilan motorik halus anak

pada usia ini adalah anak mampu:

1. Melakukan kegiatan dengan satu tangan, seperti mencorat-coret dengan alat tulis dan menggambar

bentuk-bentuk sederhana ( ex. Menggambar lingkaran dan garis yang tidak beraturan)

2. Memegang pensil/krayon dengan belum sempurna (kadang memegang dengan kedua jarinya tetapi

kadang dengan menggunakan kelima jarinya)

3. Mengaduk sendok dalam gelas/cangkir

4. Mencoba makan sendiri atau membuka buka buku/majalah tanpa dibantu orang lain

5. Menggambar benang kusut

6. Menyusun balok (dua sampai tiga balok)

7. Menyisir rambut atau menyikat giginya

8. Melepas sepatu yang tidak bertali

9. Menggulung, menguleni, menekan dan menarik adonan atau tar,ah liat.

10. Menyobek kertas

11. Membuka atau menutup pintu/toples (model toples yang cara membukanya ditarik)

Page 39: Pengembangan Motorik Halus PAUD

Semua kegiatan yang masuk dalam karakteristik perkembangan anak pada usia ini anak masih perlu

banyak bantuan dari orangtua atau guru.

C. Pengembangan Motorik Halus Anak Usia 12 bulan-2 tahun

Adapun program kegiatan pengembangan keterampilan motorik halus anak pada usia ini adalah

sebagai berikut:

Tabel2

Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus

Anak Usia 12 bulan - 2 tahun

Tujuan

Pengembangan

(potensi)

Media (Alat

permainan)

Prosedur (Tahapan Pemberian Stimulasi)

Motorik Halus Gelas plastik

dan sendok

atau gelas

plastik dan

tutup gelas

Berikan anak gelas plastik dan sendoknya, biarkan anak

memainkannya diharapkan anak dapat bermain mengaduk

sendok didalam gelas atau meletakkan tutup gelas diatas gelas

Kertas Dan

krayon/pensil

Berikan anak kertas dan krayon d i hadapan anak, diharapkan

agar anak mau mengambil krayon dan mencorat-coret di kertas

tsb.

Pintu Dekatkan anak pada sebuah pintu yang gagang pintunya dapat

diraih anak, biarkan anak untuk mencoba membuka dan

menutup pintu tsb. (catatan ortu hrs diperhatikan agar anak

tidak terjepit pintu)

Kaleng bekas

dan kayu

pemukul

kecil/sendok

Contohkan cara memainkan permainan ini, yaitu dengan

memukulkan kayu pemukul kecil/sendok pada kaleng bekas,

kmd biarkan anak memukul kaleng bekas ini sesuka hati.

Puzzle Berikan puzzle sederhana dan biarkan anak untuk mencoba

menyusunnya secara acak dan b?ntu anak jika kelihatan anak

membutuhkan

Toples

plastik

Berikan anak sebuah toples plastik, biarkan ia mencoba untuk

mencoba membuka atau menutup toples tsb.

Page 40: Pengembangan Motorik Halus PAUD

3. Tahap perkembangan usia 2 tabun -3 tahun / Tahun Ketiga

A. Pengantar

Pada saat anak memasuki usia 3 tahun, biasanya seorang anak akan semakin mandiri dan akan

semakin mendekatkan diri pada teman-teman sebayanya. Pada tahapan usia ini anak mulai menyadari apa

yang ia rasakan dan apa yang telah mampu dilakukan dan apa yang belum dapat dilakukan. Selain itu

pada tahap usia ini keterampilan motorik anak juga semakin berkembang pesat, dimana anak akan senang

melakukan apa saja, termasuk menggunakan tubuhnya untuk melakukan aktivitas yang disukainya.

Terbatasnya tempat dan kesempatan bagi anak untuk bergerak dapat membuat anak tertinggal dalam

menguasai suatu keterampilan motorik. Hal ini dapat terjadi karena seringkali guru atau orangtua terlalu

membatasi ruang gerak anak dengan alasan keamanan, sehingga anak seringkali dilarang melakukan

kegiatan “trial dan error”, dimana hal ini tidak saja dapat menghambat perkembangan motoriknya tetapi

juga dapat menghambat perkembangan imajinasi dan kreativitas anak.

Pada usia ini, anak juga sudah mampu mengendalikan gerak motorik halusnya, hal ini disebabkan

karena perkembangan otot-ototnya kian sempurna. Kemampuan mengendalikan gerak inilah yang

membuat anak 2 tahun lebih (mendekati usia 3 tahun) tampak semakin senang menggambar,

menggunting ataupun bermain tangkap 'bola. Saat menggunakan gerakan motorik halusnya, anak pada

usia ini perlu adanya stimulus dari orangtua ataupun gurunya, hal ini dipicu karena gerakan motorik halus

ini merupakan gerakan yang meliputi gerakan-gerakan kecil yang menggunakan jari-jari tangan dan

pergelangan tangannya, dimana gerakan motorik halus ini terkadang lebih sulit dari pada gerakan motorik

kasar ketika dilakukan.

Page 41: Pengembangan Motorik Halus PAUD

B.Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 2-3 tahun

Adapun beberapa karakteristik perkembangan keterampilan motorik halus anak pada usia ini anak

mampu:

1. Meronce/merangkai manik-manik

2. Melempar dan menangkap bola dari jarak pendek (± 15 cm) —» belum begitu terarah arah

lemparannya

3. Menggambar garis lurus vertikal

4. Membuka tutup botol dengan model botol yang memutar tutup botolnya

5. Menyusun balok tiga sampai lima balok

6. Menumpuk benda dari benda yang terkecil sampai yang terbesar

7. Mengancingkan dan memasang kancing baju

8. Mencuci dan mengelap tangannya sendiri

9. Makan sendiri

10. Membawa wadah yang ringan tanpa menjatuhkan isinya

C.Pengembangan Motorik Halus Anak Usia 2-3 tahun

Adapun program kegiatan pengembangan keterampilan motorik halus anak pada usia ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 3

Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus

Anak Usia 2-3 tahun

Tujuan

Pengembangan

(potensi)

Media (alat

permainan)

Prosedur

(Tahapan Pemberian Stimulasi)

Motorik Halus Baju yang

berkancing

Pakaikan anak baju yang ada kancingnya, biarkan anak mencoba

untuk mengancingkan bajunya sendiri tanpa dibantu.

Toples plastik yang

berputar

Berikan anak sebuah toples plastik, biarkan ia mencoba untuk

mencoba membuka atau

Page 42: Pengembangan Motorik Halus PAUD

menutup toples tsb.

Balok Berikan anak permainan balok, berikan contoh pada anak agar mereka

menyusun balok-balok tsb tanpa terjatuh (diharapkan anak bisa

menyusun 3 sampai 5 balok)

Manik-manik Berikan anak manik-manik dengan variasi lubang (dari yang agak kecil-

besar), biarkan anak mencoba meronce sesuai dengan keinginannya

Kertas gambar dengan pola

garis putus-putus dan pensil

Sediakan kertas yang sudah ada pola garis putus-putus, diharapkan anak

dapat menghubungkan garis satu dengan garis lainnya.

Gayung/baskom tempat air dan

lap/handuk tangan

Suruh sendiri anak untuk mencuci tangannya pada gayung atau baskom

yang telah diisi air dan mengelap tangannya pada handuk/lap tangan

yang telah disediakan

Makanan (spt.nasi) pada piring

plastik dan sendok

Suruh anak untuk makan makanan pada piring tsb. sendiri.

Mangkuk plastik yang diisi

snack

Suruh anak membawa mangkuk yang telah diisi snack dari suatu tempat

setempat lainnya (jaraknya jangan terlalu jauh)

4.Tahap perkembangan anak usia 3-4 tahun (Tahun keempat)

A.Pengantar

Anak pada tahap perkembangan usia ini akan semakin terampil dalam menguasai berbagai keterampilan

seperti keterampilan motorik, sosial- emosional dan juga bahasanya. Pada perkembangan motorik

halusnya anak sudah mampu untuk memegang benda-benda, seperti gelas atau pensil, dan ia sudah mulai

mahir membuat coretan-coretan. Oleh karena itu anak pada tingkat perkembangan ini memerlukan lebih

banyak kesempatan untuk melatih

Page 43: Pengembangan Motorik Halus PAUD

keterampilannya, sehingga seperti telah diuraikan diatas sebaiknya guru atau orang tua memberikan anak

untuk bereksplorasi, biarkan anak melakukan “trial and error” , dengan kegiatan yang dilakukannya.

Penguasaan motorik halus anak sama pentingnya dengan penguasaan motorik kasarnya, dan dalam

penguasaan motorik halus ini, diperlukan kematangan mental anak. Contohnya keterampilan anak dalam

membuat gambar. Selain diperlukan keterampilan motorik halus, yakni pergelangan dan jari-jari tangan,

juga diperlukan kemampuan kognitif yang memungkinkan terbentuknya sebuah gambar. Untuk

menggambar lingkaran misalnya, anak perlu untuk memahami konsep lingkaran terlebih dahulu sebelum

menerjemahkannya dalam bentuk gambar.

B. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3-4 tahun Adapun beberapa karakteristik

perkembangan keterampilan motorik halus anak pada usia ini anak mampu:

1. Meremas kertas

2. Memakai dan membuka baju dan sepatu sendiri

3. Menggambar garis vertikal dan horisontal serta lingkaran

4. menyusun menara empat sampai tujuh balok

5. Melempar dan menangkap bola dengan lebih terarah (jarak lempar sudah agak jauh)

6. Menggunting kertas dengan bentuk-bentuk sederhana namun terkadang hasilnya belum teratur

7. Mewarnai gambar

8. Mengkoordinasikan tangannya secara selaras dengan musik untuk menari

Page 44: Pengembangan Motorik Halus PAUD

C.Pengembangan Motorik Halus Anak Usia 3 — 4 tahun

Adapun program kegiatan pengembangan keterampilan motorik halus anak

pada usia ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4

Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus

Anak Usia 3-4 tahun

Tujuan

Pengembangan

(potensi)

Media (Alat

permainan)

Prosedur (Tahapan Pemberian Stimulasi)

Motorik Halus Kertas bekas Beri anak selembar kertas bekas, kemudian suruh anak untuk

meremas kertas tersebut

Pakaian

berkancing dan

sepatu yang bertali

Sediakan beberapa pakaian dan sepatu kemudian suruh anak mencoba

memakai dan melepas pakaian dan sepatu tsb.

Kertas dan pensil Beri anak kertas yang berisi bergaris putus-putus yang berpola

lingkaran dan garis silang , kmd suruh anak dengan menggunakan

pensil untuk menghubungkan garis putus-putus tsb. menjadi sebuah

gambar lingkaran dan garis silang

Balok kayu Sediakan balok kayu yang berwarna menarik dengan jumlah balok 10

buah, kmd. Suruh anak menyusun balok-balok itu secara vertikal,

diharapkan anak pada usia ini sudah mampu menyusun balok

sebanyak 5-7 balok.

Radio tape Perdengarkan anak suara musik, contohkan anak beberapa gerakan

tangan yang sederhana, diharapkan anak dapat mengikuti gerakan-

gerakan yang dicontohkan tsb.

5.Tahap perkembangan usia 4-6 tahun (tahun kelima)

A. Pengantar

Usia 4 sampai 5 tahun merupakan tahapan usia yang biasa digolongkan sebagai usia prasekolah, karena

pada masa ini sebagian besar anak-anak sudah mengikuti

Page 45: Pengembangan Motorik Halus PAUD

pendidikan ‘formal” seperti di kelompok bermain, Taman Kanak-kanak ataupun sanggar-sanggar kreatif

yang disediakan untuk anak. Pada saat ini anak sudah dianggap mampu untuk mengerjakan tugas-tugas

yang diberikan baik secara fisik maupun mental. Namun hampir seluruh kegiatan dalam dunia prasekolah

ini melibatkan unsur bermain. Melalui kegiatan bermain, mereka dapat mempelajari banyak hal dan dapat

semakin mengasah keterampilan motorik mereka.

Masalah perkembangan yang menyangkut perkembangan motorik anak usia ini tidaklah sebanyak

yang dialami anak di usia sebelumnya, dimana keterampilan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas

melalui berbagai gerakan dan permainan yang mereka lakukan. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan

motorik anak (baik kasar atau halus) berhubungan erat dengan kegiatan bermain yang merupakan

aktivitas utama anak prasekolah ini. Semakin kuat dan terampilnya gerak seorang anak, akan

membuatnya senang bermain dan tak lelah menggerakkan seluruh anggota tubuhnya saat bermain.

Pergerakan anggota tubuh anak saat bermain ini juga akan mempunyai banyak manfaat untuk

perkembangan dalam hidup anak seperti perkembangan dalam aspek kognitif, sosial - emosional dan juga

dalam aspek kesehatan jasmani. Jika anak banyak bergerak maka anak akan terampil menguasai gerakan-

gerakan motoriknya. Selain kondisi anak yang semakin sehat, anak juga akan menjadi lebih percaya diri

dan mandiri. Anak menjadi semakin yakin dalam mengerjakan segala kegiatan karena ia tahu akan

kemampuan fisiknya. Perkembangan lainnya yang berhubungan dengan kemampuan motorik anak adalah

anak akan semakin cepat bereaksi, mengkoordinasikan gerak mata dan tangan dan ia juga akan semakin

tangkas dalam bergerak.

Dalam buku Balita dan Masalah Perkembangannya (2001) dan Hurlock (1996), secara umum ada 3

tahap perkembangan keterampilan motorik pada anak-anak usia

Page 46: Pengembangan Motorik Halus PAUD

ini, yaitu tahap kognitif, asosiatif dan autonomous. Pada tahap kognitif, anak akan berusaha memahami

keterampilan motorik serta apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu gerakan tertentu. Pada

tahapan ini, kesadaran mental anak berusaha mengembang strategi tertentu untuk mengingat gerakan

serupa yang pernah dilakukan di masa lalu.

Pada tahap asosiatif, anak banyak belajar dengan cara “trial and error” , dan ketika ia membuat suatu

kesalahan pada penampilan atau gerakan dan ia mengetahui dimana letak kesalahannya maka ia akan

membuat suatu koreksi/perbaikan, agar kelak kemudian hari ia tidak membuat kesalahan lagi. Tahap ini

merupakan tahap perubahan strategi dari tahap sebelumnya, yaitu dari tahap "apa yang harus dilakukan”

ke “bagaimana cara melakukannya ”.

Pada tahap autonomous , gerakan yang ditampilkan anak merupakan sebuah respon yang lebih

sempurna dari sebuah stimulus dengan lebih sedikit kesalahan yang dibuat. Di sini anak sudah mampu

melakukan suatu gerakan dengan secara otomatis.

Melihat tahapan-tahapan di atas, apakah itu berarti dengan melatih gerakan yang diinginkan dapat

membuat seorang anak menguasai gerakan tersebut? Jawabannya adalah tidak selalu. Pada anak-anak

tertentu latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab, ada anak yang

memiliki masalah pada susunan sarafnya, sehingga dapat menghambatnya melakukan keterampilan

motorik tertentu. Selain itu, banyak variabel lain yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik anak,

termasuk faktor genetik, kekurangan gizi, pola asuh dan perbedaan latar belakang budaya. Rendahnya

berat badan saat lahir dan adanya malnutrisi juga dapat menghambat keterampilan motorik tertentu anak.

Page 47: Pengembangan Motorik Halus PAUD

10. Mengoleskan mentega

11. Mengikat tali sepatu dengan sedikit bantuan

12. Membangun menara dari balok yang terdiri dari 9-12 balok

13. Menulis angka dan huruf kapital

14. Menulis nama panggilannya

15. Menggambar orang (dengan bentuk gambar yang sederhana, misal hanya gambar kepala, badan

dengan kaki dan tangan seperti lidi)

16. Menggambar dengan tema gambar yang sederhana (misal gambar pemandangan alam)

17. Menjiplak gambar lingkaran dan bujur sangkar

18. Menggunting gambar dengan rapi

19. Makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu

20. Membuka dan menutup retsleting

21. Menggunakan klip untuk menyatukan 2 kertas

22. Meraut pensil

23. Menganyam kertas

24. Menjahit dengan pola jahitan yang sederhana

C.Pengembangan Motorik Halus Anak Usia 4 — 6 tahun

Adapun program kegiatan pengembangan keterampilan motorik halus anak pada usia ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 5

Tabel Program Stimulasi dan Pengembangan Motorik Halus

Anak Usia 4-5 tahun

Tujuan

Pengembangan

(potensi)

Media (Alat permainan) Prosedur

(Tahapan Pemberian Stimulasi)

Motorik Halus Kertas dan Pensil Berikan anak kertas putih dan pensil, kmd. suruh anak

untuk menggambar orang atau pemandangan alam

Gambar berpola yang telah

dipotong-potong, lem kertas,

kertas untuk menempel

Berikan anak beberapa pola gambar yang telah

dipotong- potong kmd. suruh anak untuk menempel

gambar-gambar tsb. pada kertas putih.

Page 48: Pengembangan Motorik Halus PAUD

Jarum, benang / tali sepatu dan

kain

Sediakan anak jarum tangan, benang/tali sepatu dan kain dan kmd. Suruh

anak untuk menjahitkan benang pada kain secara sederhana/dgn pola

yang sederhana.

Buku bergambar dan pensil

wama/krayon/spidol

Sediakan buku bergambar yang belum ada warnanya, kmd. suruh anak

untuk mewarnai buku tsb. dengan rapi.

Kertas bergambar dengan pola

garis putus-putus

Sediakan kertas bergambar dengan pola garis putus-putus lurus,

melengkung dan miring, dan kmd. diharapkan anak dapat menarik garis

sesuai dengan pola garisnya

Kertas warna, kertas

bergambar dan lem

Sediakan potongan kertas warna, kertas bergambar yang telah diwarnai

sesuai dengan potongan kertas yang telah disediakan, kmd. suruh anak

untuk menempelkan potongan kertas warna pada kertas bergambar yang

telah diwarnai tsb. yang disesuaikan dengan warnanya.

Sepatu bertali Sediakan sepatu bertali, diharapkan dapat memasang sepatunya lalu

menalikan dan melepaskan tali sepatunya dengan sedikit bantuan/tar.pa

bantuan sama sekali

Gunting dan kertas gambar

yang berpola

Beri anak gunting dan kertas gambar yang berpola, kmd. suruh anak

untuk menggunting gambar dengan rapi mengikuti pola gambar yang

tersedia.

Potongan-potongan kertas

untuk menganyam dan media

anyamannya

Sediakan Potongan-potongan kertas untuk menganyam dan media

anyamannya, kmd. suruh anak menganyam sesuai pola yang telah

dicontohkan

Page 49: Pengembangan Motorik Halus PAUD

BAB V

RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK

Setiap gerakan anak sebenarnya melibatkan 3 unsur penting yaitu otot, otak dan syaraf. Jika salah

satu dari ketiga unsur tersebut tidak berfungsi dengan baik maka gerakan yang dihasilkan juga tidak akan

bermakna atau tidak terjadi gerakan sama sekali. Berdasarkan unsur otot yang dilibatkan saat bergerak

maka secara umum, pengembangan fisik motorik terbagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik

halus.

1. Lingkup Pengembangan Motorik Halus

Motorik halus adalah gerakan-gerakan tubuh yang melibatkan otot-otot kecil misalnya otot jari

tangan, otot muka dan lain-lain. Gerakan motorik halus, terutama yang melibatkan otot jari dan otot

tangan, biasanya menimbulkan kecermatan yang tinggi, ketekunan, dan koordinasi antara mata dan otot

kecil. Beberapa gerakan yang dapat dimasukkan dalam gerakan motorik halus misalnya menggunting,

merobek, menggambar, menulis, melipat, meronce, menjahit, meremas, menggenggam, menyusun balok,

mengiris, melotot, tertawa.

Khusus untuk TK, pengembangan kegiatan motorik halus akan lebih diarahkan pada latihan otot

tangan dan jari. Keterampilan ini digunakan untuk makan, berpakaian, menulis, menggunting, dan

menggunakan alat bermain konstruktif. Sama halnya dengan keterampilan motorik kasar, gerakan

motorik halus pun akan berkembang sesuai dengan usia anak. Salah satunya adalah tahap perkembangan

menulis dan mencoret anak, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Sribbling Stage

Merupakan tahap mencoret atau membuat goresan

Page 50: Pengembangan Motorik Halus PAUD

2. Kurikulum Pengembangan Motorik Halus Anak

Berikut ini akan diuraikan contoh pembuatan kurikulum pengembangan motorik halus anak sesuai

dengan kurikulum tahun 2004 (Sujiono, 2007) :

Tabel 6

Tabel Kurikulum Pengembangan Motorik Halus Anak

No. Hasil Belajar Kelompok TK - A Usia 4-5

tahun

Kelompok TK — B Usia 5-6 tahun

INDIKATOR

1. Anak mampu

menggerakkan jari tangan

untuk kelenturan otot dan

koordinasi

Menjiplak atau meniru gambar,

dengan pola garis tegak, datar,

miring, lengkung dan lingkaran

Menjiplak atau meniru gambar, dengan

pola garis tegak, datar, miring,

lengkung dan lingkaran

2. Meniru melipat kertas dengan

sederhana (1 — 6 lipatan)

Meniru melipat kertas dengan

sederhana (7 - 12 lipatan)

3. Menjahit jelujur 10 lubang

dengan tali sepatu

Menjahit pola jelujur dan silang 15

lubang dengan menggunakan tali

sepatu, benang wol dan rafia

4. Merobek kertas Mampu menggambar orang dengan

bagian-bagiannya

5. Mampu membuat gambar

lingkaran dan segiempat

Mampu membuat lingkaran dan bujur

sangkar

6. Mampu membuat suatu bentuk

dengan bahan platisin/tanah

liat

Menyusun menara balok ( ± 7-12 balok,

bahkan dapat lebih)

7. Makan, mencuci dan melap

tangan, berpakaian, mandi,

menyisir rambut dengan sedikit

bantuan

Makan, mencuci dan melap tangan,

berpakaian, mandi, menyisir, mengikat

tali sepatu rambut tanpa bantuan

8. Menggunting bebas Menggunting dengan berbagai media

berdasarkan bentuk/pola (lurus,

lengkung, gelombang, zig- zag,

lingkaran, segiempat, segitiga)

Page 51: Pengembangan Motorik Halus PAUD
Page 52: Pengembangan Motorik Halus PAUD

9. Menyusun menara minimal

8 kubus

Menyusun menara minimal 12 kubus

10. Anak mampu menggerakkan

lengannya guna melatih

kelenturan otot dan

koordinasi

Melambungkan dan

menangkap bola (diam di

tempat)

Melambungkan dan menangkap bola

(bergerak/bsambil berjalan)

11. Melempar dan menangkap

bola besar secara terarah

(dengan jarak ± 1-2 meter)

Melempar dan menangkap bola besar,

bola sedang dan bola kecil (tenis) dengan

memutar badan, mengayunkan lengan dan

melangkah

12. Memantulkan bola besar

sambil berjalan

Memantulkan bola besar, bola sedang dan

bola kecil sambil berjalan

3. Rancangan Program Pengembangan Fisik Motorik anak usia dini (4-6 tahun)

Program kegiatan pengembangan fisik motorik untuk anak usia TK merupakan program kegiatan

yang terintegrasi dalam kegiatan belajar dan bermain. Kegiatan pengembangan fisik motorik bukan

merupakan kegiatan yang terpisah dengan kegiatan lain. Oleh karena itu, guru perlu menyusun rancangan

program kegiatan dengan sebaik- baiknya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menyusun rancangan program kegiatan pengembangan fisik motorik berikut:

1.Menentukan Tujuan / Aspek yang akan dikembangkan

Tujuan merupakan sasaran atau harapan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengembangan fisik motorik

anak.

2.Pemilihan Bentuk Kegiatan yang akan dilaksanakan

Guru perlu memilih dan menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Pemilihan

kegiatan ini harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik anak. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menentukan kegiatan antara lain :

Page 53: Pengembangan Motorik Halus PAUD

a. Melibatkan seluruh anak

b. Menyenangkan dan dilakukan melalui bermain

c. Dapat menyalurkan energi dan aspirasi anak

d. Membangkitkan keinginan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi

e. Mendorong anak untuk kreatif

f. Tidak membosankan

g. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak

h. Memberikan kebebasan pada anak untuk mengembangkan kegiatan sesuai dengan imajinasinya

i. Sesuai dengan tema dan lingkungan

3.Pemilihan Alat dan Bahan yang akan digunakan

Pemilihan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya berdasarkan

prinsip-prinsip berikut:

a. Bersifat multiguna

b. Bahan yang digunakan mudah di dapat dan murah

c. Bahan yang digunakan aman untuk anak

d. Alat yang digunakan dapat membangkitkan kreativitas anak

e. Sesuai dengan fungsi dan tujuannya

f. Alat dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak

4.Pemilihan Metode

Beberapa metode yang dianggap sesuai dan dapat digunakan pada kegiatan belajar dan mengajar di

TK, antara lain metode : pemberian tugas, karya wisata, praktek langsung, bermain peran, demonstrasi,

bercerita, sosiodrama, bercakap-cakap.

Dalam program kegiatan pengembangan fisik motorik anak di TK, metode yang dapat digunakan

adalah metode yang sesuai dengan tujuan dan fungsinya pembelajarannya.

Page 54: Pengembangan Motorik Halus PAUD

Namun metode yang paling banyak digunakan untuk pengembangan motorik adalah demonstrasi,

penugasan, praktek langsung dan sosiodrama, meskipun tidak menutup kemungkinan penggunaan metode

lainnya baik digunakan secara terpisah maupun terintegrasi satu metode dengan metode lainnya.

Berikut ini akan diberikan contoh cara penguraian pengembangan fisik motorik halus anak yang

setiap indikator yang ingin dikembangkan harus memperhatikan aktivitas yang sesuai, metode dan media

yang dapat digunakan. Pengembangan tersebut dapat dalam bentuk tabel, sebagai berikut:

Tabel 7

tabel Contoh Pengembangan Kegiatan dalam Program

Pengembangan Motorik Halus Anak

No. Tujuan

Belajar/Aspek yang

dikembangkan

Aktivitas peserta yang dapat

dilakukan

Metode Media

1. Mengurus diri sendiri tanpa

bantuan

Memperagakan cara mengurus diri

sendiri, ex. Mandi, merapikan

pakaian, menyisir rambut, makan,

menggosok gigi

Pantomim

Praktek

Langsung

Alat-alat

kebersihan

2. Mengikat tali sepatu Latihan mengikat tali sepatu

a. Guru memperaga kan cara

mengikat tali sepatu

b. Anak mengikuti contoh yang

diberikan guru

Lomba mengikat tali sepatu

Demonstrasi,

Pemberian

tugas

1. Tali sepatu

2. Sepatu bertali

3. Membuat berbagai

bentuk/pola dengan play

dough/tanah

liat/platisin/pasir

1. Latihan meremas, menyubit,

menggenggam

2. Membuat bentuk sederhana (ex.

Pemberian

tugas

play

dough/tanah

liat/platisin/pasi r,

adonan

Page 55: Pengembangan Motorik Halus PAUD

2. Menggunting dengan bentuk yang

lebih kompleks dengan pola dari

guru

dan lem

8. Menyusun

menara minimal

8 balok

Menyusun balok ke samping kmd. ke

atas mulai dari 4 balok secara bertahap

Menyusun kertas dengan berbagai

bentuk geometri hingga menjadi suatu

bentuk yang bermakna

Praktek

langsun

g

Balok-balok yang berbentuk

segiempat/kotak , kertas origami,

lem, gunting

9. Membuat

lingkaran dan

segiempat

Mebirukan membuat

lingkaran/segiempat dengan berbagai

alat/media yang sesuai

Praktek

langsun

g

Berbagai alat yang dapat langsung

dipergunakan sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi pada saat

dilaksanakan

kegiatan

10. Memegang

pensil

Menirukan/men contoh garis tegak,

lurus, miring, lengkung, dengan

spidol, atau krayon

Membuat garis tegak, lurus, miring,

lengkung, dengan spidol, atau krayon

3. Mewarnai gambar sederhana

Mewarnai gambar yang lebih

kompleks

5. Meniru berbagai gambar/bentuk

sederhana dengan spidol/krayon

dengan berbagai ukuran

6. Menggambar bebas sesuai

keinginan sendiri

Praktek

langsun

g

Berbagai jenis kertas, spidol,

krayon, pensil

Guru dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan dengan lebih bervariasi, sesuai dengan kreatifitas

guru itu sendiri yang disesuaikan dengan tujuan, kondisi sekolah dan tingkat perkembangan anak.

Page 56: Pengembangan Motorik Halus PAUD

BAB VI

PENILAIAN PROGRAM PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK

Pengertian penilaian disini ialah suatu usaha yang berguna untuk mendapatkan informasi secara

berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang suatu proses, dan hasil dari pertumbuhan dan t

perkembangan yang telah dicapai anak didik melalui program kegiatan belajar. Penilaian mencakup

proses dan hasil kegiatan anak didik yang berkaitan pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan

yang telah direncanakan dalam program kegiatan belajar. Penilaian dalam program belajar ini digunakan

untuk melakukan evaluasi terhadap tujuan yang ingin dicapai, apakah program berjalan sesuai dengan

yang diharapkan atau tidak. Selain itu penilaian juga dilakukan terhadap metode, alat dan bahan yang

digunakan, apakah telah sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga dapat membantu anak

mengembangkan kemampuannya secara optimal.

Adapun fungsi dari penilaian tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar.

2. Menginformasikan kepada orang tua tentang ketercapaian pertumbuhan dan perkembangan anaknya

agar dapat memperbaiki dan meningkatkan bimbingan dan motivasi.

3. Sebagai bahan pertimbangan guru untuk menempatkan anak dalam kegiatan yang sesuai dengan

minat dan kemampuan anak didik yang memungkinkan anak didik dapat mencapai kemampuan

secara optimal.

4. Sebagai bahan masukan bagi pihak lain yang memerlukan dalam memberikan pembinaan selanjutnya.

5. Untuk mengukur sejauh mana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan.

6. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran dan perubahan

kurikulum

Page 57: Pengembangan Motorik Halus PAUD

A. Alat Penilaian dalam Pengembangan Fisik Motorik Anak

1. Penilaian Pengembangan Fisik Motorik Anak di TK

Penilaian Pengembangan Fisik Motorik Anak di TK dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu sebagai

berikut:

a. Observasi/Pengamatan

1.Pengertian Observasi

Observasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan keterangan-keterangan atau informasi tentang

sesuatu dengan cara melihat, mendengarkan dan mengamati semua peristiwa, mencatatnya secara cermat,

dan teliti yang dilakukan pengamat terhadap objek/orang yang diamati.

2.Tujuan Observasi

a).Memahami prilaku anak

pengamatan dilakukan terhadap anak usia dini karena anak usia dini ini belum mempunyai kemampuan

untuk membaca dan menulis. Mereka juga belum dapat mengungkapkan diri dan perasaannya seperti

anak-anak yang lebih tua, sehingga dengan mengamati aktivitas yang dilakukan anak kita dapat

memahami prilaku yang dilakukan anak

b).Mengevaluasi perkembangan anak

Melalui observasi dapat dipertimbangkan perilaku anak secara umum dengan tujuan melihat kemajuan

anak secara menyeluruh sehingga dapat memudahkan pemahaman guru terhadap perkembangan anak

selanjutnya dan menentukan langkah yang diambil guru selanjutnya yang sesuai dengan tahap

perkembangan anak.

Page 58: Pengembangan Motorik Halus PAUD

3.Observasi terhadap perkembangan fisik motorik anak

Anak usia dini berada dalam periode perkembangan fisik motorik yang paling penting karena pada usia

ini perkembangan motorik anak mengalami perkembangan yang sangat pesat yang meliputi

perkembangan motorik kasar dan halus. Untuk perkembangan keterampilan motorik halus anak

melibatkan otot kecil tubuh yang secara spesifik meliputi tangan dan jari. Keterampilan ini digunakan

untuk makan, berpakaian, menulis, menggunting dan menggunakan alat bermain konstruksi.

b.Catatan Anekdot

Merupakan kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak dalam situasi-situasi tertentu. kesimpulan

catatan tersebut meliputi aktivitas anak yang bersifat positif dan negatif. Catatan anekdot ini juga

merupakan catatan singkat peristiwa penting perhatian guru secara individu terhadap anak didiknya.

Catatan anekdot ini mempunyai 5 karakteristik, yaitu :

1.Merupakan hasil observasi langsung

2.Isinya harus tepat, akurat, singkat dan spesifik tentang suatu peristiwa

3.Interpretasi suatu insiden dicatat terpisah dengan insiden lainnya

4.Catatan anekdot ini meliputi konteks prilaku

5. Catatan anekdot berfokus pada yang tipikal atau tidak biasa untuk anak yang diamati

c. Portofolio

1.Pengertian

Portofolio adalah kumpulan atau koleksi sistematik karya baik yang dikembangkan anak dan guru yang

dapat berfungsi sebagai dasar untuk

Page 59: Pengembangan Motorik Halus PAUD

menelaah usaha, perbaikan, proses dan pencapaian pada satu bagian/lebih aspek. Portofolio juga dapat

diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, seperti bundle (kumpulan hasil pekerjaan anak yang disimpan

dalam suatu kumpulan).

2.Fungsi Portofolio

Portofolio menawarkan sebuah kerangka yang dinamik yang berlandaskan pada apa yang sedang

dilakukan murid, yang juga memiliki potensi untuk memberdayakan guru dan murid dalam melakukan

refleksi terhadap kegiatan yang dilakukan.

2.Prinsip-prinsip Penilaian

Beberapa prinsip penilaian yang harus diperhatikan dalam kegiatan penilaian adalah

sebagai berikut:

a.Menyeluruh e. Mendidik

b.Berkerkesinambungan f. Kebermaknaan

c.Berorientasi pada proses dan tujuan g. Kesesuaian

d.Objektif

B.Contoh Rancangan Penilaian Pengembangan Fisik Motorik Anak

Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh rancangan penilaian fisik motorik anak, yang secara

spesifik akan menguraikan mengena! rancangan penilaian motorik halus pada anak usia TK.

Page 60: Pengembangan Motorik Halus PAUD

Tabel 8

Contoh Lembar Pengamatan Gerakan Lokomotor Anak

melempar - Menangkap

No. Indikator Nama Anak Nama Anak

BS BDB TB BS BDB TB

1. Melempar

a. Menggelindingkan bola di lantai

b. Melempar dengan dua tangan

c. Melempar dengan satu tangan

d. Memantulkan bola ke lantai

e. Memantulkan bola ke dinding

2. Menangkap

a. Menangkap bola dari depan (searah)

b. Menangkap bola dari samping

Tabel9

Contoh Lembar Pengamatan Gerakan Motorik Halus Anak

Meronce

No. Indikator Nama Anak Nama Anak

BS BDB TB BS BDB TB

1. Memegang tali dengan satu tangan dan

memegang manik-manik dengan tangan

yang lain

2. Menyusun manik-manik besar pada tali

yang kaku

3. Memasukan tali pada lubang manik- manik

4. Meronce manik-manik sedang pada tali

yang kaku

5. Menarik benag/tali dari manik- manik

Page 61: Pengembangan Motorik Halus PAUD

6. Meronce manik-manik kecil pada tali

yang kaku

7. Meronce berbagai jenis media

(macaroni, sedotan, kacang polong, dll)

dengan jarum dan benang

Tabel 10

Contoh Lembar Pengamatan Gerakan Motorik Halus Anak

Pra-menulis

No. Indikator Nama Anak Nama Anak

BS BDB TB BS BDB TB

1. Membuat gambar lingkaran

2. Membuat garis tegak

3. Membuat garis horisontal

4. Membuat huruf H

5. Membuat garis miring kanan

6. Membuat garis miring kiri

7. Membuat huruf V

8. Membuat tanda +

9. Membuat bentuk bujur sangkar

10. Membuat bentuk segitiga

11. Membuat bentuk persegi panjang

12. Menulis nama pendek

13. Menulis nama lengkap

Keterangan :

Page 62: Pengembangan Motorik Halus PAUD

BS : Bisa

BDB : Bisa dengan bantuan TB : Tidak Bisa

Catatan: Setiap poin indikator dilakukan/dicobakan pada anak paling sedikit 3 kali

C. Analisis :

1. Observasi

Berikut ini akan diuraikan cara menganalisis suatu kegiatan setelah dilakukannya observasi.

a. Bagi Anak

1. Jika dari 3 kali mencoba melakukan dan dari 2 kali percobaan anak bisa melakukan gerakan/perilaku

yang diharapkan sendiri/tanpa bantuan maka anak tersebut dapat diartikan dapat melakukan

gerakan/perilaku yang diharapkan tersebut dengan baik.

2. Jika dari 3 kali mencoba melakukan 2 kali percobaan anak bisa melakukan gerakan/perilaku yang

diharapkan dengan dibantu maka berarti anak belum dapat melakukan gerakan/perilaku yang

diharapkan tersebut dengan baik.

3. Jika dari 3 kali mencoba melakukan 2 kali percobaan anak tidak bisa melakukan gerakan/perilaku

yang diharapkan dengan dibantu maka berarti anak tidak dapat dapat melakukan gerakan/perilaku

yang diharapkan tersebut dengan baik.

4. Jika anak tidak pernah mau mencoba melakukan gerakan/perilaku yang diharapkan maka kemampuan

anak belum dapat dinilai dan memerlukan motivasi yang lebih besar.

b. Bagi Guru

1. Jika sebagian besar dari jumlah murid dapat melakukan suatu gerakan/perilaku yang diharapkan

dengan baik maka berarti proses pembelajaran sudah baik dan dapat dilakukan pada tingkatan yang

lebih sulit/tinggi

Page 63: Pengembangan Motorik Halus PAUD

2. Jika setengah dari jumlah murid dapat melakukan suatu gerakan/perilaku yang diharapkan dengan

baik maka berarti proses pembelajaran cukup baik dan dapat diulang jika diperlukan.

3. Jika sebagian besar dari jumlah murid tidak dapat melakukan suatu gerakan/perilaku yang diharapkan

dengan baik maka berarti proses pembelajaran tidak berhasil dan perlu dilakukan perbaikan dalam

proses pembelajaran tersebut.

2. Catatan Anekdot

Contoh catatan anekdot untuk anak TK

Tabel 11

Contoh Lembar Catatan Anekdot

Catatan Anekdot

Nama Anak : Ana

Umur : 4 tahun 5 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Kelompok : A

Hari/Tanggal Catatan Komentar

Senin/25 Agustus 2008 Ana tidak mau menulis namanya,

dia berkata : “aku enggak mau nulis

namaku, soalnya aku enggak suka

dengan namaku”. Ana sama sekali

tidak mau melakukan gerakan

menulis walau sudah dibujuk

Ana tidak mau menulis

namanya, mungkin dia

mengalami suatu penghinaan

terhadap namanya. Secepat

mungkin untuk mencari tahu

penyebab ketidaksukaan Ana

terhadap namanya ini, baik dari

Ana sendiri, orang tua ataupun

teman-temannya.

Mengetahui,

Pengamat/Guru Kepala Sekolah

( )

Page 64: Pengembangan Motorik Halus PAUD

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E. (1996). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi

Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga Reber, A.S. (2001). Dictionary of psychology. London,

Penguin/Viking. Second Edition.

Seri Ayah Bunda. (2001). Balita dan Masalah Perkembangannya. Jakarta : Yayasan Aspirasi Pemuda

Jakarta

Sujiono, B., dkk (2007) Metode Pengembangan Fisik. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka. Sujino,

Y.N. dan Sujiono, B. (2005). Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Penerbit Yayasan Citra

Pendidikan Indonesia

. Jurnal Psikologi Perfcembangan.www.tipskeluarga.com

http://www.ummieroup.co.id

http://parentingislami.wordpress.com