pengembangan kurikulum peralihan stw

27
Curriculum Development For School To Work Transition ( Pengembangan Kurikulum untuk Pralihas Sekolah – Ke - Kerja ) PENDAHULUAN Secara historis, banyak kekhawatiran yang muncul tentang peralihan siswa dari sekolah ke tempat kerja. Keprihatinan ini terus terlihat dalam berbagai hal. Program magang telah berhasil meberikan hubungan yang baik antara sekolah dan tempat kerja. Pendidikan pemasaran mencontohkan program bagaimana bisa berhasil menghubungkan pembelajaran siswa di sekolah dengan pembelajaran di tempat kerja. Kemudian mengapa dibutuhkan pembahasan peralihan ( STW ) school – to - Work? Beberapa perubahan telah berperan terhadap keadaan yang lebih konduktif dalam menghubungkan sekolah dan bekerja ( Finch , 1997). Di antara faktor-faktor ini adalah keprihatinan tentang menurunnya posisi Amerika Serikat pada ekonomi dunia, bukti menunjukkan bahwa pendidikan siswa tidak memenuhi kebutuhan dunia kerja di masa depan dan timbullah pendapat di banyak negara dan pemerintah bahwa sekolah harus dapat berkonstribusi terhadap pembangunan ekonomi. Oleh karena itu penting untuk menjelaskan apa yang di maksud dengan peralihan School – to – work (STW ) dan bagaimana Pengambangan kurikulum dapat berkonstribusi dalam hal perlaihan STW. Pada Bab ini, akan menjelaskan tentang peralihan STW yang ada, memberikan arahan bagaimana agar STW tepat sasaran dan mencintakan kesempatan kerja yang luas untuk persiapan karir dan pendidikan masa depan.Kemudian, komponen-kompnen peralihan (STW) diperiksa, termasuk pembelajaran berbasis sekolah, pembelajaran berbasis kerja, dan hubungan antara sekolah dan pembelajaran berbasis kerja. Dan terakhir penjelasan peluang desain kurikulum. Peluang-peluang ini , berkisar antara integrasi kurikulum pada persiapan tekhnis dan sekolah berbasis perusahaan ,berkontribusi pada peralihan-peralihan STW yang luas dan memberikan fleksibilitas para pendidik dalam menyesuaikan desain kurikulum untuk memenuhi kebutuhan lokal dan dunia kerja.

Upload: andreasstevano

Post on 27-Sep-2015

58 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

buku tentang pengembangan Kurikulum Kejuruan

TRANSCRIPT

Curriculum Development For School To Work Transition

( Pengembangan Kurikulum untuk Pralihas Sekolah Ke - Kerja )

PENDAHULUANSecara historis, banyak kekhawatiran yang muncul tentang peralihan siswa dari sekolah ke tempat kerja. Keprihatinan ini terus terlihat dalam berbagai hal. Program magang telah berhasil meberikan hubungan yang baik antara sekolah dan tempat kerja. Pendidikan pemasaran mencontohkan program bagaimana bisa berhasil menghubungkan pembelajaran siswa di sekolah dengan pembelajaran di tempat kerja. Kemudian mengapa dibutuhkan pembahasan peralihan ( STW ) school to - Work? Beberapa perubahan telah berperan terhadap keadaan yang lebih konduktif dalam menghubungkan sekolah dan bekerja ( Finch , 1997). Di antara faktor-faktor ini adalah keprihatinan tentang menurunnya posisi Amerika Serikat pada ekonomi dunia, bukti menunjukkan bahwa pendidikan siswa tidak memenuhi kebutuhan dunia kerja di masa depan dan timbullah pendapat di banyak negara dan pemerintah bahwa sekolah harus dapat berkonstribusi terhadap pembangunan ekonomi. Oleh karena itu penting untuk menjelaskan apa yang di maksud dengan peralihan School to work (STW ) dan bagaimana Pengambangan kurikulum dapat berkonstribusi dalam hal perlaihan STW.Pada Bab ini, akan menjelaskan tentang peralihan STW yang ada, memberikan arahan bagaimana agar STW tepat sasaran dan mencintakan kesempatan kerja yang luas untuk persiapan karir dan pendidikan masa depan.Kemudian, komponen-kompnen peralihan (STW) diperiksa, termasuk pembelajaran berbasis sekolah, pembelajaran berbasis kerja, dan hubungan antara sekolah dan pembelajaran berbasis kerja. Dan terakhir penjelasan peluang desain kurikulum. Peluang-peluang ini , berkisar antara integrasi kurikulum pada persiapan tekhnis dan sekolah berbasis perusahaan ,berkontribusi pada peralihan-peralihan STW yang luas dan memberikan fleksibilitas para pendidik dalam menyesuaikan desain kurikulum untuk memenuhi kebutuhan lokal dan dunia kerja.

PERALIHAN STWDi Amerika Serikat Beberapa faktor telah berkontribusi terhadap status peralihan STW saat ini. Salah satu faktor yang tampaknya telah mendorong pertumbuhan usaha peralihan STW adalah kekhawatiran tentang menurunya posisi Amerika Serikat dalam ekonomi dunia ( Finch , 1993 ) Dalam beberapa tahun terakhir , banyak laporan yang muncul menyatakan Amerika Serikat jauh tertinggal oleh negara-negara lain seperti di bidang produktivitas , kualitas produk , kepuasan pelanggan , dan pertumbuhan ekonomi . Sebagian besar laporan ditargetkan pada sekolah atau tempat kerja dan sirekomendasikanuntuk melakukan perubahan struktural utama dan perbaikan . Kekhawatiran tentang perlunya perubahan dan perbaikan ini telah menghasilkan ( 1 ) Perubahan besar dalam cara berbisnis dan fungi industri-industri dan( 2 ) pelaksanaan perundang-undangan nasional dan negara dirancang untuk lebih formal menghubungkan pendidikan dan tempat kerja.

Faktor kedua adalah persepsi bahwa pendidikan siswa tidak dapat memenuhi kebutuhan masa depan . Gray (1996 , April, hlm. 530 ) mencatat , di Amerika Serikat selama sepuluh tahun ke depan " setidaknya sepertiga dari semua lulusan perguruan tinggi dengan masa kuliah empat tahun tidak akan menemukan pekerjaan yang sepadan dengan pendidikan mereka . Bagi mereka dengan gelar sarjana bahkan prospeknya lebih buruk. " Situasi ini , ditambah lagi dengan kesempatan kerja yang sedikit, putus sekolah dan lulusan SMA yang bakatnya belum dikembangkan , telah menyebabkan pendidik , pengusaha , dan bahkan seluruh masyarakat untuk menyadari bahwa hubungan formal antara pendidikan dan tempat kerja merupakan suatu hal yang penting .Faktor ketiga adalah pandangan bahwa sekolah sebenarnya menjadi cotributor untuk pembangunan ekonomi ( Beriyman & Bailey , 1992) . Namun, sebelum sekolah dapat menjadi kontributor utama , harus mengalami perubahan besar terlebih dahulu . Di sinilah peralihan STW terlihat jelas. Banyak pendidik dan pengusaha telah mulai menyadari bahwa dalam hal tenaga kerja sarjana, pendidikan yang diperoleh tidak memenuhi kebutuhan bisnis dan industri maupun siswa yang ingin mendapatkan pekerjaan yang baik ketika mereka lulus dari sekolah tinggi dan perguruan tinggi. Pernyataan ini memungkinkan peralihan STW diterima lebih luas di kalangan yang meiliki peranan yaitu guru , administrator pendidikan , pengusaha , tokoh masyarakat , dan pemerintah.Kemudian apakah yang dimaksud dengan peralihan STW? arti sempit yaitu instruktur individu memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan siswa dengan cara memaksimalkan keberhasilan mereka ketika mereka beralih dari sekolah ke tempat kerja. Namun, dalam arti yang lebih luas, peralihan STW adalah berbasis luas, kolaborasi sekolah / komunitas / tempat kerja yang dirancang untuk membantu siswa dalam mempersiapkan dan mendalami keterampilan yang lebih tinggi, upah yang tinggi, serta pendidikan lanjutan dan belajar sepanjang hayat (Halpern, 1994). Akibatnya, fungsi peralihan STW menjadi lebih luas sebagai suatu sistem (lihat Bab 2) selain sebagai linear, juga merupakan proses langkah demi langkah. Dalam sistem ini, kebutuhan perorangan siswa, minat, kemampuan, dan motivator berfungsi sebagai input. Jadi salah satu siswa dapat beralih melalui berbagai pengalaman belajar dengan cara tertentu dan siswa lain mungkin maju melalui pengalaman belajar lainnya dengan cara yang berbeda. Membangun dasar-dasar kurikulum yang disajikan dalam Bab 1, akan terdapat banyak peluang peralihan STW karena masing-masing siswa memiliki scara sendiri dala peralihan STW.

Komponen Peralihan STWPengalaman sejarah, undang-undang federal, dan akal sehat, keseluruhanya memiliki peranan dalam memaknai peralihan STW kontemporer. Pada dasarnya, peralihan STW memiliki tiga komponen yang berbeda tetapi erat kaitanya: pembelajaran berbasis sekolah, pembelajaran berbasis kerja, dan menghubungkan pembelajaran berbasis sekolah dengan pembelajaran berbasis kerja. Setiap komponen ini akan dijelaskan secara singkat.

Pembelajaran berbasis sekolah. Di Amerika Serikat merupakan sejarah panjang dalam mempersiapkan sekolah berbasis kerja, tidak seperti kebanyakan negara di Eropa seperti Jerman dengan wiayahnya yang luas, Sistem praktek kerja yang luas(magang), Amerika Serikat secara tradisional kebanyakan berfokus kepada mempersiapkan siswa untuk bekerja saat di kelas (sekolah) dan laboratorium. Peralihan STW dibangun berdasarkan lingkungan tradisional melalui belajar berbasis sekolah tersebut, bahwa (1) menggunakan konteks kerja dan mengambil contoh kursus keahlian yang diambil oleh siswa, (2) fokus pada pencapaian akademik tingkat tinggi dan menerapkan penelitian pengetahuan dan keterampilan melalui pembelajaran otentik, dan (3) menghubungkan pengalaman belajar di sekolah dengan bisnis, industri dan masyarakat dengan cara-cara kreatif yang mendukung dan memperkuat pembelajaran berbasis sekolah. Contoh cara peralihan STW yang dapat diimplementasikan ke dalam pembelajaran berbasis sekolah meliputi integrasi studi akademis dan kejuruan, persiapan teknis, perusahaan berbasis sekolah, dan proyek siswa dan laporan.Pembelajaran berbasis kerja. Paparan pembelajaran dalam bisnis, industri, dan pengaturan masyarakat dapat memberikan kesempatan yang baik kepada para siswa untuk belajar dalam konteks yang baru dan berbeda. Di sinilah pembelajaran berbasis kerja dapat bermakna kepada siswa. Pembelajaran berbasis kerja dapat terjadi dalam kerja secara aktual dan simulasi. Misalnya, bandingkan siswa teknologi teknik mesin melihat rekaman video dari sebuah pabrik pembuat baja dengan Berkunjung langsung ke pabrik pembuat baja dan melihat langsung proses produksi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada karyawan pabrik tentang apa yang mereka lakukan. Bukan berarti setiap siswa teknologi teknik mesin harus mengunjungi pabrik pembuat baja, dan hal ini hanya menbedakan payang dapat dan tidak dapat diperoleh baik mnggunakan atau tidak menggunakan kesempatan belajar berbasis kerja. Contoh berbagai kesempatan belajar berbasis kerja termasuk mengunjungi tempat kerja, membayangkan dan mentoring, pendidikan koperasi, pembelajaran pelayanan masyarakat, OJT dan magang (Hoemer & Wherley, 1995).Menjalin Hubungan. Kaitan antara sekolah dan pembelajaran berbasis kerja dapat dianggap sebagai faktor pengikat sekolah dan tempat kerja,sehingga siswa dapat melakukan peralihan dengan mudah. Banyak hubungan yang informal. Hal ini dicontohkan oleh instruktur yang mempertahankan kontak informal dengan orang yang mereka kenal dalam bisnis, industri, dan masyarakat. Meskipun hubungan ini sangat penting, tetapi instruktur tersebut akan kewalahan ketika orang tersebut pindah, diganti atau pensiun. Untuk mengantisipasi hal tersebut lembaga pendidikan serta bisnis, industri, dan masyarakat berusaha untuk membangun hubungan yang lebih formal. Bisa berupa perjanjian kerjasama,hubungan erat, konsorsium, konsiliasi, dan formulasi kelompok yang bekerja sama untuk tujuan yang sama. Penggerak utama untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang formal dapat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Di beberapa komunitas dan daerah, pedagang lokal memilih satu pemimpinan untuk menghubungkan, sedangkan di daerah lain pemimpin pendidikan, manajer bisnis, atau industrialis dapat memimpin dalam proses jalinan hubungan.Salah satu hal yang sering diabaikan dalam proses hubungan adalah bagaimana membantu para pelajar belajar hubungan timbal balik antara sekolah ke tempat kerja. Biasanya menghubungkan dengan terburu-buru dalam memberikan pembelajaran baik dengan pekerjaan atau berbasis sekolah dengan cara yang kreatif dan tidak mempertimbangkan apa yang dapat membantu siswa menghubungkan keduanya. Program pendidikan koperasi di sekolah menengah dan perguruan tinggi, selama bertahun- tahun berfokus pada membantu siswa dalam menjalin hubungan melalui kelas instruksi terkait yang menghubungkan langsung dengan pengalaman OJT . Strategi lain yang dapat digunakan termasuk wawancara langsung, catatan siswa dan jurnal , membahas proyek dan seminar kelompok kecil ( Finch et aL , 1997) .

Pendekatan Peralihan STWAda banyak cara peralihan STW yang dapat diberikan kepada siswa. Karena tidak mungkin semua pendekatan mungkin dapat digunakan untuk peralihan STW, salah satu keputusan paling penting yang dihadapi pengembang kurikulum adalah hal yang mendekati harus dimasukkan. Pada bagian ini, beberapa pendekatan yang lebih umum digunakan akan dipaparkan. Tiga pendekatan yakni (Keinginan sendiri, arahan yang jelas, dan arahan berbasis kompetensi) yang sangat terkenal dan sudah ada selama beberapa waktu sehingga berguna pertimbangan kurikulum apapun. Tiga pendekatan lainya (mengintegrasikan pendidikan akademik dan kejuruan, Persiapan tekni, dan perusahaan berbasis sekolah) yang lebih khusus diarahkan guna menghubungkan sekolah dan tempat kerja untuk tujuan peralihan siswa. Beberapa pendekatan tambahan seperti Kurikulum Tematik (Bab 2), Semua Aspek Industri (Bab 6), Laporan siswa (Bab 12) dijelaskan dalam bab-bab lain; sedangkan, informasi tentang pendekatan tambahan tersedia melalui referensi termasuk di akhir bab ini.

KEINGINAN SENDIRISifat sesuai keinginan sendiri para siswa sudah menjadi perhatian pendidik untuk beberapa tahun ini , mungkin mulai berawal di benak guru-guru filsuf seperti Plato dan Aristoteles . Serta Rousseau , Froebel , dan lain-lain , para sarjana ini menghubungkan tema umum dalam tulisan mereka , yang memberikan pertimbangan terhadap kebutuhan perorangan dalam proses pembelajaran .

Namun, konsep keinginan sendiri diambil pada sesuatu yang jauh lebih luas. Keinginan diri sendiri sebagaimana diatur dalam kurikulum pendidikan kontemporer setidaknya terdiri dari lima komponen dasar . Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11-1 , komponen ini adalah mahasiswa , Materi pembelajaran , media pembelajaran , strategi pembelajaran , dan lingkungan belajar. Dari lima komponen tersebut , siswa merupakan bagian utama , dengan komponen lainya yang diatur dalam cara yang dirancang untuk memaksimalkan belajar . Jelas , pengaturan yang berbeda mungkin lebih tepat untuk mencapai tujuan instruksional yang berbeda atau dua siswa untuk mencapai tujuan yang sama . Misalnya , menyediakan pilihan tidak membaca ( komponen media ) yang mungkin penting untuk membantu pembaca yang buruk untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu , sedangkan siswa lain mungkin dibantu untuk tingkat yang lebih besar dengan pengaturan fisik ( komponen lingkungan ) .

Jika memang benar-benar keinginan sendiri , komponen ini tidak dapat ditangani satu per satu . Mereka harus diperiksa , terorganisir , dan digunakan dalam pembahasan . Instruktur harus memastikan semua faktor yang dapat berkontribusi bagi pembelajaran siswa di pertimbangkan . Meskipun materi pembelajaran , media , lingkungan , dan strategi juga diperhitungkan dalam arahan individual , siswa harus selalu menjadi titik fokus utama . Individualisasi , kemudian individualisasi dipandang sebagai sarana meningkatkan peralihan STW sehingga mungkin ada jaminan yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan individu siswa dan GAMBAR 11-1 Dasar Komponen Instruksi individualmemberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuan pribadi . Dengan membuat komitmen untuk individualistis instruksi , instruktur harus mengatakan bahwa ia akan memberikan pengaturan apa saja yang diperlukan untuk memastikan setiap siswa akan terus terlibat dalam belajar mengetahui kemampuan dirinya sendiri . Inilah yang membuat individualisasi merupakan kontributor yang paling berarti untuk tujuan pendidikan.

Meskipun sebagian besar pendidik setuju dalam konsep sesuai keinginan sendiri adalah pendekatan verbal, dan yang menjadi kehawatiran adalah tentang implementasi. pertanyaan yang sering diajukan tentang pelaksanaan instruksi individual adalah: Di mana saya akan mendapatkan semua bahan ajar yang saya butuhkan untuk individualize instruksi? Di mana saya akan menemukan waktu tambahan yang dibutuhkan untuk merancang urutan Intructional untuk bekerja sama dengan setiap siswa? Apa alat yang dapat saya gunakan untuk menentukan strategi pembelajaran yang terbaik untuk masing-masing siswa? Apa dukungan yang diberikan untuk kelas saya oleh instruktur pendidikan khusus dan psikolog sekolah? Pertanyann ini dan pertanyaan lain yang diajukan oleh instruktur mencerminkan kebutuhan yang dirasakan untuk berbagai dukungan, karena dukungan kadang-kadang tidak dapat diberikan. Namun, pada dasarnya, pendidikan kejuruan menekankan pembelajaran dalam pengaturan kontekstual dengan penerapan setiap siswa dapat bekerja dan belajar dengan kecepatan sendiri dan mendapat perhatian . Selain itu, banyak kelas pendidikan kejuruan dibatasi oleh jumlah siswa praktek laboratorium , sehingga instruktur memiliki banyak kesempatan untuk membantu siswa. Akhirnya, program pendidikan individual (IEP) digunakan pada setiap siswa dengan kebutuhan khusus dan harus disiapkan oleh tim yang mencakup perwakilan dari pendidikan khusus dan area sekolah psikologi. Bag instruktur kejuruan, ini berarti banyak individualisasi bagi siswa dengan kebutuhan khusus yang akan dibangun ke dalam persiapan LEP.

INSTRUKSI TERMODULASISecara tradisional , admistrators , spesialis kurikulum , dan instruktur telah mengatur instruksi untuk mengambil tempat selama periode waktu yang ditunjuk seperti jam , hari, minggu , atau bulan . Meskipun demikian pengaturan terbukti sangat berguna untuk tujuan penjadwalan , siswa yang bersangkutan sering menyia-nyiakan banyak waktu. Mendistribusikan instruksi selama jangka waktu tertentu akan memaksa instruktur untuk mengatur materi dan instruksi sehingga fokus utama adalah pada pembelajaran seluruh anggota kelas . Hasil dari pengaturan ini sangat jelas . Dengan kurangnya kesempatan untuk maju pada tingkatan mereka , maka beberapa siswa dapat diadakan kembali sementara yang lain tidak mampu bersaing dengan laju instruksi .

Instruksi konvensional juga diatur dalam cara yang agak sewenang-wenang. Kurikulum A kerap mengambil kadar program atau semester yang lebih mudah untuk periode itu. Karena pengaturan ini biasanya diberikan pada instruktur, mereka diwajibkan untuk menyesuaikan jumlah yang bervariasi dari materi pembelajaran ke dalam unit baku yang ditentukan oleh instruksi. Akibatnya, beberapa program mungkin terlalu singkat untuk bahan yang akan dibahas sementara yang lain terlalu lama-hasilnya pung membutuhkan waktu yang panjang dan cakupan materi yang diperlukan untuk memenuhi tujuan jarang sekali sama.

Modularisasi instruksi telah ditetapkan sebagai alternatif untuk pengaturan instruksional konvensional. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa siswa lebih mampu untuk belajar jika mereka melakukannya pada tingkatan mereka dan fokus mempelajari langsung pada penguasaan tujuan atau serangkaian tujuan. Tentu, orang yang peduli dengan pembentukan individual, kurikulum berbasis kompetensi telah mengakui potensi instruksi termodulasi, karena tampaknya untuk fokus langsung pada pemenuhan kebutuhan dan perkembangan kompetensi mereka sangat penting untuk suksesnya kerja siswa. Untuk alasan ini, modul pembelajaran dapat di gunakan di mana program STW telah dilaksanakan. Karena modul pembelajaran sangat berbeda, siapa saja yang ingin menggunakan pendekatan modular untuk instruksi harus menyadari karakteristik serta kelebihan dan keterbatasan tertentu yang terkait dengan hal tersebut.

Karakteristik modul

Berbeda dengan desain kurikulum konvensional , pendekatan modular menggunakan modul sebagai dasar pembangunan instruksional bukannya mengatur subjek materi , unit, atau pelajaran . Perbedaan mendasar ini memiliki banyak implikasi bagi siapa saja yang terlibat dalam pengembangn dan pelaksanaan kurikulum. Kemudian apa itu modul pembelajaran ? Secara singkat menyatakan , hal itu dapat didefinisikan sebagai paket pembelajaran yang meliputi serangkaian rencana pengalaman belajar yang dirancang untuk membantu guru guna tujuan pembelajaran siswa. Meskipun modul tidak selalu individual , ini tampaknya menjadi aturan pengecualian. Tentu , ketika seseorang merancang sebuah paket pembelajaran , cukup sederhana untuk menggabungkan berbagai aspek instruksi individual ke dalam produk jadi. Oleh karena itu, akan menyertakan " individual " dalam definisi di atas jika pengembang bermaksud membantu semua siswa mereka untuk semaksimal mungkin .

Sebuah pemahaman yang lebih jelas dari modul dapat diperoleh jika karakteristik dasar dijelaskan. Karakteristik ini fokus pada cara pengemasan dan pengaturan modul, serta bagaimana kaitannya dengan kebutuhan siswa.Pertama, modul mandiri. berarti siswa tidak harus pergi kepada instruktur dan bertanya apa yang harus dilakukan berikutnya atau bahan apa yang harus dia gunakan. Sebaliknya, informasi dan arah disediakan dalam modul. Setiap modul harus memberikan panduan yang jelas mengenai apa yang harus dilakukan siswa, bagaimana siswa harus melanjutkan, sumber daya apa dan bahan apa yang dapat digunakan. Bahan sumber daya instruksional biasanya dimasukkan ke dalam modul atau dibuat secara check-out. Berikutnya, modul biasanya individual. Meskipun biaya pengembangan dan kendala waktu dapat menghalangi individualisasi modul secara lengkap dan mutlak, pengembang harus berusaha untuk memasukkan sebanyak mungkin karakteristik instruksi individual . Minimal, setiap modul harus membuat ketentuan untuk mengatur diri, umpan balik, dan penguasaan. Contoh karakteristik yang berlaku untuk instruksi modular, sebagai berikut:

Pengaturan diri: Mahasiswa dapat maju melalui modul pada tingkatanya sendiri . Mengatur setiap jadwal kerja - belajar berdasarkan kemampuan pribadi.

Umpan balik: Siswa mendapatkan penilaian kemajuan karena melalui setiap pengalaman pembelajaran modul . Pada setiap akhir pengalaman belajar, siswa mendapatkan hasil langsung dari kinerja .

Penguasaan : Siswa berfokus pada pencapaian tertentu , tujuan yang terukur dalam setiap modul . Dengan menggunakanl modul pengalaman belajar , pencapaian tujuan tersebut ditingkatkan .

Ketiga, modul adalah paket lengkap. Hal ini memperlihatkan aliran logis dan sistematis dengan pasti awal dan akhir modul materi. Dengan kata lain, siswa tahu kapan ia mulai, berkembang ke suatu titik tertentu, dan menyelesaikan modul tertentu. Tidak ada pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dan apakah sudah tercapai atau tidak tercapai.Keempat, modul meliputi pengalaman dan tujuan pembelajaran. Pengalaman diberikan untuk membantu setiap siswa dalam menguasai tujuan tertentu seefisien mungkin dan mungkin membuat ketentuan untuk berbagai keterlibatan siswa mulai dari berperan membaca dan mendengarkan, stimulasi, dan pengalaman kerja koperasi.

Kelima, termasuk dalam setiap modul adalah beberapa mekanisme untuk menilai sejauh mana siswa telah mencapai tujuan modul. Aspek modul sangat penting, karena berkaitan cukup erat dengan umpan balik siswa dan penguasaan yang sama pentingnya, bagaimanapun, kenyataannya adalah bahwa penilaian memberikan sarana memformalkan kriteria atau standar terkait dengan penyelesaian modulPerlu disadari bahwa instruksi yang termodulasi bukan berarti modul berbasis kompetensi . Misalnya , satu set modul dapat dikembangkan yang berfokus pada pengejaran peningkatan modul. Hobi siswa mungkin menjadi nilai besar mereka, tapi mereka tidak selalu langsung fokus langsung pada pengembangan kompetensi kejuruan dan tugas teknis, keterampilan , sikap , nilai-nilai , dan apresiasi perlu di identifikasi untuk sukses kerja . Hal ini sangat penting untuk membuat perbedaan ini, karena waktu dan usaha yang ditujukan untuk pengembangan modul mungkin sia-sia jika pengembang tidak memberikan pertimbangan awal kepada kompetensi apa modul akan difokuskan. Hanya karena aspek-aspek tertentu dari fokus kurikulum pada pendidikan umum tidak berarti bahwa mereka harus diajarkan dengan mode tradisional .

PenyusunanMemperoleh modul yang telah dikembangkan dan menggunakanya akan menjadi pendekatan yang paling mudah. Sayangnya, modul yang belum dikembangkan untuk semua bidang kejuruan dan teknis, juga ada kemungkinan akan muncul untuk beberapa waktu. Realistis, instruktur kejuruan dan teknis harus merencanakan untuk terlibat dalam beberapa pengembangan modul jika ia berniat untuk memiliki kurikulum individual .

Sejak format didasarkan pada kedua pertimbangan instruktur dan peserta didik, tidak ada upaya yang dilakukan untuk menunjukkan berbagai semua format yang mungkin digunakan. Sebaliknya, format umum disajikan sebagai panduan yang berguna untuk pengembangan. Gambar 11-2 Memperlihatkan pengaturan khas format modul. Harus dicatat bahwa ketentuan dibuat untuk memastikan dapat memenuhi kebutuhan individu siswa . Termasuk sebagai berikut :

1. Setiap siswa diberikan kesempatan untuk " menguji " dari modul keseluruhan atau salah satu pengalaman belajar .

2. Siswa mendapatkan umpan balik untuk mengetahui kinerja nya pada setiap pengalaman belajar dan seluruh modul .

3. Tidak ada batas waktu tertentu siswa untuk selesai menggunakan. Sesuai keinginan sendiri.4. Tidak ada pertanyaan tentang apa yang harus siswa lakukan untuk menunjukkan penguasaan modul.

Dalam beberapa kasus, bagian-bagian tertentu dari modul termasuk dalam bagian instruktur atau panduan. Jika merasa bahwa kunci penilaian tidak harus digunakan oleh siswa, kunci dapat dimasukkan dalam panduan instruktur. Demikian juga, jika pemeriksaan kinerja yang akan digunakan, rincian untuk administrasinya akan disediakan di sana. Prosedur STW khusus mungkin perlu dimasukkan seperti metode pengorganisasian untuk situasi role-playing atau merencanakan kunjungan lapangan.

KOMPETENSI BERBASIS PENDIDIKAN

Salah satu pendekatan yang mendapatkan banyak dukungan dari para pendidik adalah pendidikan berbasis kompetensi ( CBE ). CBE telah terbukti paling efektif sebagai alternatif bentuk pendidikan konvensional.

Seperti yang diharapkan, instruktur dan administrator sama-sama telah menyatakan keprihatinan tentang mengapa fokus instruksional berbasis kompetensi harus berbeda dari yang sudah digunakan. Misalnya, instruktur dapat berkomentar bahwa semua lulusan mereka kompeten, jadi mengapa harus ada perubahan yang dibuat dalam kurikulum? Dalam arti luas, modus instruksi harus bertujuan pada kompetensi mahasiswa dan lulusan. Namun, seperti yang akan ditunjukkan, CBE tidak berbeda dari modus lain dari tujuan pendidikannya. Sebaliknya, CBE unik dalam hal asumsi yang mendasarinya dan pendekatan yang menjadi cirinya .

Pendidikan Berbasis Kompetensi Asumsi yang Mendasari

Ada beberapa aspek CBE yang membedakannya dari instruksi tradisional. Meskipun masing-masing aspek tersebut dapat ditemukan di beberapa kurikulum konvensional, itu merupakan penggunaan kolektif yang berbasis pro kompetensi.

Pendahuluan. Pada bagian ini, siswa tersebut menceritakan bagaimana modul dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan tertentu, pengetahuan, dan sikap. Prasyarat tertentu (jika ada) yang terperinci dan terarah untuk melanjutkan ke modul yang disediakan. Juga termasuk halaman sampul dan daftar isi.

Tujuan. Asalkan ada pernyataan spesifik kinerja, siswa harus mampu menunjukkan kemajuan melalui penyelesaian modul. Awal dan tujuan menentukan kegiatan yang akan dilakukan, kondisi di mana akan dilakukan, dan tingkat kinerja yang dapat diterima.

Pra-penilaian. Bagian ini berguna dalam menentukan data kinerja siswa dan memberikan sarana "uji" dari modul. Jika siswa dapat menunjukkan penguasaan siswa dan penilaian dengan kriteria eksplisit akan ditempatkan di sini untuk memastikan bahwa tidak ada pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan modul penguasaan .Pengalaman belajar. Pengalaman belajar yang rinci mungkin akan sesuai dengan tujuan masing-masing. Modul dirancang untuk memberi setiap siswa cara terbaik menguasai tujuan modul. Setiap pengalaman belajar terdiri dari satu atau lebih kegiatan yang diikuti oleh penilaian dan umpan balik kepada siswa. Pengalaman belajar mungkin termasuk bahan sumber daya seperti komputer, lembar informasi, referensi, kaset video, dan sebagainya, yang berfungsi untuk meningkatkan proses pembelajaran dan pengajaran ELP individualisasi.

Sumber-sumber. Bagian ini berfungsi untuk referensi semua bahan sumber daya yang digunakan dalam berbagai pengalaman belajar sehingga baik instruktur dan siswa dapat menemukan dengan cepat. Daftar bahan sumber daya membantu instruktur "mengatur" siswa dan memastikan bahwa semua bahan tersedia saat dibutuhkan.

Posting Penilaian. Bagian ini hampir sama dengan prapenilaian dan dalam banyak kasus mungkin persis sama. Posting Penilaian berfokus pada tujuan awal dan bentuk penilaian digunakan untuk menentukan apakah terpenuhi atau tidak.GAMBAR 11-2 Khas Modul Format

gram. CBE banyak digambarkan memfokuskan pada beberapa bidang utama. Termasuk daerah yang memiliki kompetensi alam, kriteria yang digunakan untuk menilai kompetensi, cara-cara kompetensi siswa dinilai, kemajuan siswa selama program dan maksud program instruksional.

Kompetensi. Inti dari CBE adalah kompetensi. Hal ini mencerminkan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan kemampuan yang lebih tradisional untuk menunjukkan pengetahuan. Secara khusus, kompetensi pendidikan kejuruan dan teknik adalah tugas-tugas, keterampilan, sikap, nilai-nilai, dan apresiasi yang dianggap penting untuk keberhasilan dalam hidup atau dalam mencari nafkah. Hanya karena sesuatu yang dilakukan oleh seorang pekerja bukan berarti bahwa itu otomatis digolongkan sebagai kompetensi. Pekerja, pada kenyataannya harus menemukan kompetensi menjadi aspek penting dari kerja di masyarakat. Setiap kompetensi, kemudian berkembang dari pernyataan aturan-aturan pekerja secara gamblang dan sejak kompetensi diselaraskan erat dengan masyarakat, kompetensi siswa pada akhirnya dinilai dalam banyak cara yang sama seperti yang dilakukan oleh seorang pekerja. Dalam rangka untuk memastikan penilaian yang sesuai untuk siswa, semua kompetensi dirincikan dan dapat diperiksa siapa saja.Kriteria. Dalam penilaian kompetensi siswa, tidak cukup hanya diminta untuk pameran global dari kinerja. Instruktur juga harus memiliki kriteria khusus yang tersedia yang memperjelas setiap kompetensi. Sebagai contoh, mungkin bahwa setiap siswa dalam kurikulum tertentu harus dapat mengisi formulir lamaran kerja. Dalam rangka untuk menilai kompetensi siswa akurat, kita harus tahu apa standar yang harus dipenuhi dalam pengisian formulir serta di mana harus diisi. Kriteria yang terkait dengan setiap kompetensi harus mencerminkan, baik tingkat kinerja yang dapat diterima maupun kondisi yang berhubungan dengan kinerja. Seperti dengan kompetensi, kriteria juga dibuat tersedia untuk setiap siswa sehingga tidak ada pertanyaan untuk apa penguasaan.

Penilaian Kompetensi. Ketika kompetensi siswa dinilai, pertimbangan utama harus diberikan untuk aplikasi. Meskipun mungkin tidak mungkin bagi semua siswa untk dinilai karena mereka sedang tampil bekerja yang sebenarnya, ini mrupakan lingkungan evaluasi akhir yang harus di perjuangkan, karena merupakan hal yang paling otentik. Meskipun tidak mungkin untuk menilai kompetensi pada pekerjaan, setiap siswa harus dievaluasi seobjektif mungkin menggunakan standar realistis yang tersedia yang telah diterapkan. Tidak seperti beberapa mode pembelajaran tradisional, kompetensi siswa bukan dengan memberikan bukti prestasi. Akibatnya, staf instruksional yang diperlukan untuk bergerak melampaui jenis pengetahuan langkah-langkah tradisional seperti pemeriksaan multiplechoice dan esai dan fokus pada penilaian yang sejalan dengan kompetensi di dunia nyata.

Kemajuan Siswa. Kurikulum A biasanya dibagi menjadi beberapa waktu yang jelas teridentifikasi seperti tahun, kuartal, istilah, semester, dan minggu. Hal Ini berfungsi sebagai awal dan titik akhir untuk berbagai bagian dari intruction dan memungkinkan instruktur untuk mengatakan bahwa siswa telah menyelesaikan fase tertentu dari kurikulum. Bahkan, siswa tidak selalu mencapai pada tingkat yang sama. Kemampuan seperti membaca, matematika, dan pemahaman verbal sangat bervariasi di antara siswa, dan kurikulum berbasis waktu tidak dapat bervariasi sejauh yang instruktur inginkan. Berbeda dengan modus berbasis waktu, berbasis kompetensi menggunakan pendidikan menunjukkan kompetensi sebagai penentu kemajuan siswa terhadap penyelesaian program. Hal ini memungkinkan siswa untuk melanjutkan program pada tingkat tertentu sesuai kemapuan sendiri, berdasarkan kemampuan masing-masing, dan dengan demikian menguasai kompetensi yang ditetapkan dalam jangka waktu yang lebih pendek (atau lebih).

Intent instruksional. Maksud gamblang dari pendidikan berbasis kompetensi adalah untuk memfasilitasi prestasi siswa pada program kompetensi yang telah ditetapkan Setiap instruktur diwajibkan untuk menyediakan berbagai pengalaman belajar yang cukup sehingga siswa akan diberikan kesempatan untuk menguasai minimal satu set kompetensi, dan pada dasarnya, instruktur dapat bertanggung jawab atas prestasi siswa. Jika setiap siswa harus dapat menyiapkan resume yang memenuhi kriteria tertentu, instruktur tidak bisa dengan hanya memberikan informasi dasar tentang ini dan menganggap bahwa semua peserta didik akan dapat melakukan tugasnya. Instruktur wajib memberikan siswa pengalaman-pengalaman yang memfasilitasi pengembangan keterampilan menulis resume. Mungkin termasuk memerankan dan kegiatan simulasi lainnya, di luar narasumber, dan teknik lain yang meningkatkan dan membantu pencapaian kompetensi masing-masing siswa Materi Berbasis Kompetensi

Keberhasilan penerimaan CBE berkaitan erat dengan pengembangan dan penggunaan materi kurikulum yang relevan. Sedangkan Bab 9 dan 10 telah dipaparkan pedoman umum untuk pemilihan dan pengembangan bahan kurikulum, hal ini juga berguna untuk memfokuskan bahan berbasis kompetensi pada aspek yang lebih spesifik. Dalam arti luas, bahan dapat digunakan dalam pendidikan berbasis kompetensi. Namun, penting pertimbangan diberikan kepada item (misalnya, buku) memberikan kontribusi untuk pengembangan kompetensi siswa. Sejauh mana kontribusi yang dibuat dapat mencerminkan nilai item dalam pengaturan CBE. Menjaga standar bahan kurikulum dasar 'dalam pikiran, kita dapat memperluas daftar yang disediakan pada Bab 9 untuk memasukkan pertanyaan-CBE khusus ini:

1. Apakah competensi tercantum dalam bahan?

2. Apakah kompetensi sudah dinyatakan terverifikasi melalui beberapa penelitian dasar?

3. Apakah tujuan yang disediakan dalam bahan berkontribusi dan menyelaraskan dengan kompetensi yang ada?

4. Apakah penekanan ditempatkan pada pengajaran untuk aplikasi, tidak hanya untuk kesadaran dan pengetahuan?

5. Jika bahan akan digunakan oleh instruktur, Apakah ada saran bermakna untuk membantu kompetensi guru yang ada?

6. Jika bahan akan digunakan oleh siswa, Apakah ada kegiatan belajar / pengalaman untuk membantu setiap kompetensi siswa yang ada?Memang, ada banyak jenis bahan berbasis kompetensi, tapi kami memilih untuk fokus pada dua jenis bahan: katalog kompetensi dan profil kompetensi. Masing-masing memiliki tujuan tertentu dalam konteks CBE dan mungkin memiliki aplikasi yang lebih besar atau lebih kecil tergantung pada siswa, instruktur, dan tingkat instruksi.

Katalog kompetensi. Seperti namanya, katalog kompetensi mencakup berbagai pernyataan kompetensi dari kompetensi yang mungkin akan dipilih adalah yang paling relevan untuk kurikulum atau program tertentu. Konsep katalog memberikan pertimbangan (1) pembentukan daftar kompetensi yang terverifikasi, dan (2) pemilihan subset kompetensi yang memenuhi persyaratan tenaga kerja lokal. Dalam kasus program eksplorasi, katalog kompetensi menggambarkan kompetensi yang memaksimalkan pengembangan keterampilan eksplorasi karir dan pengambilan keputusan siswa.

Katalog kerja terkait. Mungkin yang paling aktif dalam pengembangan kompetensi katalog adalah Kejuruan dan Pendidikan Teknis Konsorsium Serikat (V-TECS). Konsorsium ini telah menyiapkan kompetensi katalog untuk berbagai pekerjaan yang didasarkan pada analisis tugas yang luas (lihat Bab 6). Pada dasarnya, katalog V-TECS terdiri dari halaman yang terpisah, yang masing-masing dikhususkan untuk merinci informasi tentang kompetensi tertentu. Informasi ini mencakup pernyataan tugas, tujuan kinerja yang sejalan dengan tugas, dan panduan kinerja yang menentukan keputusan yang dibuat dan langkah-langkah yang diikuti dalam pelaksanaan tugas. Mungkin Juga termasuk checklist dengan pernyataan evaluatif dan kriteria yang terkait dengan tugas.

Perlu diingat bahwa katalog kompetensi tidak dirancang untuk menjadi panduan kurikulum. Sebaliknya, merupakan basis data ketenaga kerjaan yang direferensikan dapat digunakan untuk pengembangan kurikulum, desain instruksional, dan pembahasan program. Daftar beberapa kegunaan V-TECS disarankan untuk data yang disediakan dalam kompetensi katalog. Termasuk :1. Gunakan kategori pengelompokan tugas sebagai pengujian domain.

2. Gunakan tujuan kinerja sebagai titik fokus untuk belajar siswa.

3. Gunakan panduan kinerja sebagai dasar untuk lembaran operasi, tujuan yang memungkinkan, rangkaian instruksional, test pengembangan, persiapan modul, dan mengidentifikasi prasyarat yang harus siswa memiliki sebelum mereka mencoba untuk belajar tugas.

Katalog untuk Program eksplorasi. Informasi serupa dapat ditemukan dalam katalog kompetensi yang dikembangkan untuk program eksplorasi. Dalam hal ini, kompetensi fokus sampai batas tertentu pada proses pendidikan (misalnya, membaca, mengamati, berpartisipasi). Selain itu, tidak banyak penekanan yang ditempatkan pada duplikasi standar dan kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena fokus program adalah pada orientasi karir dan eksplorasi, tidak perlu bagi siswa untuk menunjukkan kompetensi di tingkat pekerja masyarakat. Mereka hanya harus memeriksa dan mengalami aspek-aspek tertentu dari suatu daerah kerja atau lapangan.

Profil kompetensi. Orang yang mulai membangun program CBE akan menemukan beberapa cara yang harus dirancang untuk mengkomunikasikan kompetensi apa yang harus dipelajari siswa dan merekam kemajuan siswa dalam penyelesaian program. Salah satu pendekatan kreatif untuk situasi ini adalah melalui penggunaan profil kompetensi. Profil kompetensi, yang kadang-kadang disebut profil rekor keterampilan atau kerja, dapat didefinisikan sebagai dokumen yang berisi daftar bidang kompetensi yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan dan menyediakan sarana untuk menilai penguasaan kompetensi tertentu. Profil kompetensi bukanlah pengganti instruksi. Sebaliknya, melengkapi proses pembelajaran yang berlangsung dengan berkomunikasi dengan instruktur dan siswa secara bersama-sama dan apa harapan pendidikan yang ada dan sejauh mana telah terpenuhi.

Meskipun format profil kompetensi dapat bervariasi , beberapa elemen dasar tampaknya disertakan dalam profil yang digunakan dalam program berbasis kompetensi. Dasar untuk setiap profil adalah daftar orang-orang yang memiliki kompetensi dan dianggap penting untuk program tertentu. Banyak dari kompetensi ini mungkin diambil langsung dari katalog kompetensi. Namun, penting untuk mengenali bahwa alat, peralatan, dan kompetensi kebiasaan dalam bekerja yang sama pentingnya dengan tugas-tugas yang dasar untuk suatu pekerjaan.

Sama pentingnya maksudnya adalah dimasukkannya skala rating. Skala tersebut digunakan untuk mengevaluasi dan mencatat siswa yang menguasai kompetensi dalam program. Yang harus diingat bahwa skala harus memiliki relevansi dengan instruktur, siswa, dan bos yang berpotensi. Sedangkan kriteria banyak digunakan untuk mengevaluasi penguasaan siswa terhadap kompetensi tertentu, skala profil kompetensi berfungsi untuk meringkas evaluasi tingkatan kompetensi yang sudah dibahas.

Profil kompetensi biasanya juga mencakup informasi latar belakang siswa. Jika profil yang digunakan secara ketat dalam sekolah atau program, mungkin akan terbatas seperti untuk judu program, nama siswa, dan nama instruktur. profil harus dapat memberikan informasi tambahan atau nilai tambah kepada calon bos. Hal ini dapat mencakup informasi kehadiran, rekomendasi instruktur, dan pengalaman kerja terkait.INTEGRASI AKADEMIK DAN PENDIDIKAN KEJURUAN

Meskipun guru sering bekerja sama secara informal untuk menciptakan hubungan di bidang pengajaran kejuruan dan akademik, proses resmi dalam menjalin hubungan cenderung diabaikan. Hal ini sangat disayangkan karena, pendidikan yang sebenarnya bukanlah akademis atau kejuruan saja. Hal ini bukan tidak dari dua elemen saja, yaitu pendidikan formal dan informal, melainkan juga memiliki tujuan sebagai persiapan untuk hidup dan persiapan untuk mencari nafkah. Seperti tercantum dalam Bab 1, dua pencapaian ini tidak saling menuntaskan, masing-masing harus memberikan pertimbangan yang lain, dan masing-masing dapat berkontribusi pada pencapaian yang lain.

Keprihatinan terbaru tentang perbedaan antara pendidikan akademik dan kejuruan baik sebagai laporan kritis pendidikan publik dan undang-undang federal baru yang berfokus pada integrasi telah bergabung untuk menciptakan kebutuhan yang lebih mendesak untuk mengintegrasikan pendidikan akademik dan kejuruan. Dengan demikian tampak bahwa integrasi pendidikan akademik dan kejuruan lebih dari sebuah opini, Pendekatan ini telah diterapkan di sejumlah sekolah di seluruh bangsa.

Pada dasarnya, integrasi mengacu pada proses dimana instruktur pendidikan akademik dan kejuruan bekerja sama untuk memastikan bahwa program, kursus dan materi pelajaran dan penerimaan yang lebih relevan dan bermakna bagi siswa. Hal ini dilakukan dengan menyediakan Materi akademis dalam konteks pendidikan kejuruan dan materi kejuruan dalam konteks akademik. Potensi manfaat integrasi antara siswa mencapai kompetensi baik akademik maupun kejuruan dan lulusan yang lebih siap untuk masuk dan sukses dunia kerja.

Norton Grubb dan rekan-rekannya (Grubb et al., 1991) mencatat bahwa delapan model integrasi yang berbeda di sekolah-sekolah di seluruh Amerika Serikat. Model ini mencakup berbagai praktek, mencerminkan banyak kreativitas dan inovasi, dan sepertianya beradaptasi dengan berbagai sekolah dan kurikulum antara delapan model integrasi sekolah menengah di Amerika

1. Memasukkan lebih banyak materi akademik dalam kursus kejuruan.

2. Menggabungkan instruktur kejuruan dan akademik untuk meningkatkan kompetensi akademik dalam program kejuruan.

3. Membuat kurikulum akademik kejuruan yang lebih relevan

4. "keselarasan" Kurikulum: memodifikasi program baik kejuruan dan akademis.

5. proyek senior sebagai bentuk integrasi.

6. Model akademi.

7. Kerja sekolah tinggi dan sekolah magnet.

8. Susunan kerja, "jalur karir," dan kerja utamaGrubb mencatat bahwa tidak ada model tunggal yang dapat diterapkan untuk semua sekolah. Dia menunjukkan bahwa "masing-masing sekolah dapat memeriksa program-program yang ada, pasar tenaga kerja lokal, dan kebutuhan siswa dan mode pendekatan itu sendiri untuk integrasi" (Grubb, 1991, hal. 24). Menurut Grubb, program yang paling sukses tampaknya, dimana administrator dan fakultas telah menetapkan visi integrasi yang seharusnya, memutuskan bersama bagaimana tugas harus diselesaikan, dan bekerja sama untuk memastikan agar visi menjadi kenyataan.

Sejak penerapan integrasi pendidikan kejuruan dan akademik yang relatif baru, sejumlah pertanyaan muncul tentang pelaksanaannya di sekolah-sekolah. Di antaranya adalah: Bagaimana mungkin integrasi menjadi yang terbaik didefinisikan untuk negara tertentu, wilayah, atau sekolah? Model integrasi yang paling sesuai untuk sistem sekolah tertentu? Dalam hal apa integrasi beroperasi dengan sukses di tingkat yanag lebih tinggi? Bagaimana keberhasilan reformasi tersebut akan dinilai? (Stasz & Grubb, 1991). Jelaslah bahwa konsep integrasi memiliki banyak daya tarik. Namun, sejumlah pertanyaan kunci harus dijawab sebagai gerakan perkembangan dari konsep untuk implementasi yang luas.

TECH PREP

Tech Prep adalah ungkapan yang dilambangkan sebagai program Persiapan Teknis yang menghubungkan pekerja kreatif antara sekolah tinggi dan masyarakat dan perguruan tinggi teknis. Tujuan dari Tech Prep adalah untuk menggabungkan dua tahun terakhir sekolah tinggi dan dua tahun masyarakat atau studi perguruan tinggi teknis menjadi pengalaman pendidikan yang komprehensif diantaranya jumlah yang lebih besar dari matematika yang lebih relevan, ilmu pengetahuan, keterampilan komunikasi, dan studi teknis. Beberapa hasil terkait suksesnya programs Persiapan Teknis adalah (1) peluang yang lebih besar untuk membuat studi akademis dan teknis yang lebih relevan dengan kebutuhan siswa, (2) resistan resiko lebih besar dari perguruan tinggi teknik atau mahasiswa (3) lebih banyak lulusan SMA melanjutkan ke studi pendidikan teknis lanjutan (4) lulusan masyarakat dan tingkat teknis perguruan tinggi teknik yang lebih siap untuk memenuhi tuntutan bisnis dan industri untuk karyawan yang dapat beradaptasi dengan kemajuan teknologi di tempat kerja.

Tech Prep dapat mencakup perjanjian artikulasi antara lembaga sekunder dan lanjutan yang fokus pada kemajuan dan program waktu singkat. Namun, artikulasi hanyalah salah satu dari beberapa komponen persiapan teknis. Persiapan teknis dapat dibedakan dari perjanjian artikulasi mendasar antara lembaga dalam hal ini termasuk kolaborasi anatar lembaga yang luas dalam perencanaan dan pelaksanaan kurikulum. Perencanaan dan pelaksanaan ini melibatkan administrator sekunder dan pasca sekunder, konselor, dan anggota fakultas dan perwakilan bisnis dan industri dalam proses pembangunan kurikulum yang menghasilkan perluasan program antara lembaga pendidikan yang berbeda. Program, yang cenderung panjang empat tahun dan biasanya diberi penghargaan asosiasi, yang dirancang untuk memberikan siswa ilmu matematika yang lebih, ilmu pengetahuan, keterampilan komunikasi, dan pengetahuan berbasis teknologi dan keterampilan dari pada dua program terpisah dua tahun yang ditawarkan.

Bagaimana program persiapan teknis dapat dimulai? Meskipun semakin banyak program persiapan teknis yang didirikan setiap tahun, namun inisiaiasi prosesnya masih cair. Debra Bragg dan Allen Phelps (1990, hlm. 3-4) telah mengumpulkan daftar yang berguna dari strategi memulai program persiapan teknis. Di antara strategi yang direkomendasikan adalah mendapatkan dukungan dari negara untuk program tersebut; pastikan bahwa kepemimpinan dan komitmen ada untuk program; mempersiapkan artikulasi bersama dan rencana pelaksanaan program; membuat standar kelayakan siswa untuk masuk, penempatan, dan memajukan; melakukan review kurikulum bersama dan proses pembangunan; mempersiapkan panduan konseling siswa; mengembangkan strategi untuk promosi program; menyediakan sekunder dan tingkat lanjut keanggotaan komite penasihat program; merncanakan fakultas gabungan tugas mengajar antar lembaga; dan melibatkan perwakilan bisnis dan industri dalam perencanaan dan pelaksanaan program. Seperti tercantum dalam daftar strategi ini, membentuk program persiapan teknis bisa sangat kompleks dan mencakup upaya penggabungan profesional dari berbagai sektor. Akibatnya, Persiapan teknis mencontohkan gerakan dalam pendidikan terhadap pentingnya keterlibatan tim profesional dari berbagai lembaga, instansi dan perusahaan dalam keputusan pengembangan kurikulum.

Melaksanakan program persiapan teknis bukan berarti tanpa kekhawatiran, Mengingat waktu dan usaha lembaga terpakai untuk membahas, koordinasi, dan berkolaborasi masalah persiapan teknis maka penting untuk mengatasi berbagai masalah dan kekhawatiran sebelum berkembang menjadi masalah yang tak terpecahkan. Di antara isu-isu dan masalah yang mungkin dihadapi meliputi: Bagaimana anggota fakultas, konselor, dan administrator siap untuk bekerja sebagai bagian dari tim implementasi profesional persiapan teknis? Apa kah layanan dukungan khusus akan diperlukan untuk mahasiswa yang terdaftar di Persiapan teknis (misalnya, perkembangan/studi perbaikan, bahasa Inggris sebagai bahasa kedua instruksi)? Bagaimana lembaga masing-masing bekerja sama dan dapat mengatasi kecenderungan untuk mempertahankan kepemilikan penuh atas program? Apa cara terbaik untuk merekrut siswa ke dalam program persiapan teknis? Bagaimana mungkin pendidik dan masyarakat umum yakin bahwa persiapan teknis bisa menjadi pengalama yang saling menguntungkan? (Hull & Parnell, 1991). Memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dan dapat menjadi titik awal yang berguna untuk sukses menjalankan pelaksanaan program persiapan teknis.

SEKOLAH BERBASIS ENTERPRISE

Sekolah berbasis perusahaan (SBES) mengusung ralita STW ke sekolah dengan melibatkan siswa dalam operasi suatu perusahaan seperti toko, restoran, pabrik, atau layanan perbaikan. SBES dapat didefinisikan sebagai kegiatan formal di bawah naungan sekolah yang melibatkan siswa dalam memproduksi barang atau memberikan jasa kepada orang lain dari siswa itu sendiri. Secara historis, SBES telah beroperasi sebagai komponen bermakna dari banyak program pendidikan. Misalnya, teknis otomotif dan perbaikan body mobil dapat menerima dan melayani mobil pelanggan; Program pembangunan gedung dapat melibatkan siswa dalam membangun rumah untuk dijual kepada publik; program pendidikan pemasaran dapat berupa mengoperasikan toko sekolah; program pertanian dapat membuat sebuah rumah hijau atau brcocok tanam dan menjual hasilnya; dan program tata rias dapat memberikan jasa potong rambut dan styling kepada masyarakat.

Dengan menerapkan SBES dalam program ini, siswa mendapatkan sejumlah manfaat. Termasuk :1. Bagaimana cara dunia bisnis beroperasi dan mendapatkan pandangan tentang kewirausahaan langsung dalam tindakan

2. Penguatan apa yang telah dipelajari di kelas

3. Belajar dan Meningkatkan pembangunan tim dan kemampuan memecahkan masalah dalam kelompok

4. Memberikan kesempatan yang lebih besar untuk mengintegrasikan studi kejuruan dan akademis

5. Mengembangkan keterampilan pribadi secara individu dan sosial

6. Pengembangan keterampilan yang nantinya dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi masyarakat

Sebuah SBE tertentu mungkin tidak mencakup semua manfaat siswa tersebut. Namun, sebagai SBE yang sedang didirikan dan kemudian ketika sedang beroperasi manfaat siswa dapat digunakan sebagai ukuran untuk menilai seberapa berguna program tersebut .

Fleksibilitas, kreativitas dan utilitas terbaik menggambarkan sukses SBE. Karena SBES tidak perlu biaya kursus, pihak sekolah akan menhubungkan dengan organisasi dan operasi SBE ini. Dalam beberapa kasus, mahasiswa mengoperasikan perusahaan seperti restoran atau toko di lokasi yang tinggi pelanggan nya/lalu lintas yang jauh dari kampus sekolah. Seringkali, SBES tersedia untuk semua siswa di sekolah; Keterlibatan tidak perlu terbatas pada mereka yang terdaftar dalam kelas kejuruan. Jelas, manfaat dapat diperoleh untuk semua siswa tanpa tujuan dan aspirasi pribadi mereka.

Pembentukan dan pengoperasian SBES administrator sekolah membutuhkan kekuatan untuk menghadapi berbagai masalah. Keprihatinan ini meliputi: Apa sumber daya yang dibutuhkan untuk mengelola kompleksitas fiskal SBE ini? anggota fakultas yang mana atau anggota yang akan berfungsi sebagai manajer SBE, dan apa kualifikasi yang harus mereka miliki? Bagaimana kesepakatan sekolah dengan persepsi publik bahwa SBE adalah "mencuri" pelanggan dari bisnis di masyarakat? Berapa harga untuk barang dan jasa SBE diproduksi? Bagaimana bisa sekolah memastikan bahwa perusahaan dan "keuntungan" aspek SBE tidak menaungi kebutuhan untuk menyediakan pengalaman belajar bagi siswa? Mungkin ada pertanyaan lain yang muncul sebagai SBE sedang didirikan dan dioperasikan. Tapi pertanyaan-pertanyaan dasar harus ditangani di awal proses perencanaan untuk memastikan bahwa probabilitas keberhasilan SBE dimaksimalkan.

RINGKASAN

Temuan kebutuhan siswa tentang peralihan STW adalah tantangan dan kesempatan. Tantangannya berpusat pada pembentukan kurikulum STW atau program yang memaksimalkan keberhasilan siswa, ketika mereka baralih dari sekolah ke tempat kerja. 3 komponen suksesnya peralihan STW : pembelajaran berbasis sekolah, pembelajaran berbasis kerja, dan hubungan yang menghubungkan pembelajaran sekolah dan berbasis kerja dalam cara yang tepat. Karena ada banyak cara peralihan STW dapat diberikan kepada siswa, pengembang kurikulum perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling berguna untuk pengaturan pendidikan khusus, kebutuhan, dan lokalitas

Tiga pendekatan yang lebih umum digunakan harus dipertimbangkan ketika menerapkan kurikulum apapun. Instruksi individual berpusat pada adanya pengalaman belajar yang sesuai dengan kepentingan individu siswa. aspirasi, dan kemampuan. Instruksi termodulasi dapat memberikan para siswa kesempatan untuk belajar pada tingkatan mereka sendiri dan fokus pada penguasaan berbagai tujuan pembelajaran. Penekanan pendidikan berbasis kompetensi pada pengembangan tugas, keterampilan, sikap, nilai-nilai, dan apresiasi penting untuk keberhasilan dalam hidup atau mencari nafkah membuatnya menjadikan peralihan STW. CBE sering terpisah dan dikemas dalam modul pembelajaran.

Pendekatan yang lebih spesifik terkait dengan peralihan STW termasuk integrasi pendidikan akademik dan kejuruan, Persiapan teknis, dan sekolah berbasis perusahaan. Mengintegrasikan pendidikan akademik dan kejuruan memiliki potensi untuk membuat materi kurikulum yang lebih relevan untuk semua siswa. Didasarkan pada konsep pembelajaran kontekstual untuk memberikan para siswa pengalaman belajar yang lebih otentik. Hubungan yang lebih bermakna antara sekolah tinggi dan masyarakat dan perguruan tinggi teknis dapat dibuat melalui penerapan Persiapan teknis. Pendekatan ini bergantung pada kolaborasi antara institusi untuk merencanakan dan melaksanakan kurikulum. sekolah berbasis perusahaan membawa paparan kerja yang realistis ke sekolah dengan melibatkan siswa dalam operasi suatu perusahaan seperti restoran, toko, pabrik, pertanian, atau layanan perbaikan.

Tiga tambahan pendekatan tematik kurikulum, semua aspek industri, dan portofolio mahasiswa juga dapat dipertimbangkan saat membuat kurikulum peralihan STW . Rincian tentang pendekatan ini dijealaskan dalam bab-bab lainnya.